SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
YOGI SURYA
NIM. 1113044000054
Skripsi
C)leh:
ヽ
、
・
YOGISURYA
NIⅣ I。 1113044000054
′ 0`ユ
7
NIP。 1976021
NIP.197608072003121001
1. Ketua Dr.Hi.Mcsrdni,S.H"M.A2.
NIP.197602132003122001
つ4
NIM :111304400054
YOGISURYA
NIM:1113044000054
ABSTRAK
Yogi Surya. NIM 1113044000054. LARANGAN PERKAWINAN ANTAR
PEGAWAI DALAM SATU PERUSAHAAN SERTA PENERAPANNYA DI PT.
PLN DAN BANK MANDIRI. Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah),
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018M/1440H. viii+78 halaman.
Pada dasarnya dalam Islam tidak ada larangan perkawinan antar pegawai dalam
satu perusahaan, akan tetapi dalam realita di lapangan terjadi larangan perkawinan antar
pegawai dalam satu perusahaan berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13
Tahun 2003 Pasal 153 ayat 1 huruf F. Namun pada tahun 2017 Mahkamah Konstitusi
mengabulkan Judicial Review dengan Nomor 13/PUU-XV/2017 yang membolehkan
perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: a)
Mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang perkawinan di
Indonesia terhadap ketentuan larangan perkawinan antar pegawai dalam satu
perusahaan menurut Undang-undang Ketenagakerjaan pra judicial review. b)
Mengetahui bagaimana penerapan perusahaan atas adanya larangan perkawinan pra
judicial review. c) Mengetahui bagaimana respon perusahaan setelah Mahkamah
Konstitusi mengabulkan judicial review.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
yuridis normatif. Data primer dalam penelitian ini adalah Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 13/PUU-XV/2017, Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003,
Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, KHI, dan hasil wawancara dengan
Pimpinan PT. PLN dan Bank Mandiri. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan
menganalisis secara cermat mengenai larangan perkawinan antar pegawai dalam satu
perusahaan. Teknik pengumpulan data berupa interview (wawancara) dan studi pustaka.
Analisis data menggunakan analisis deduktif yaitu menelaah peraturan mengenai
larangan perkawinan dalam satu perusahaan, komperatif yaitu membandingkan
peraturan larangan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan pra dan pasca
putusan MK menurut hukum Islam dan UU No 1 Tahun 1974.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di PT.PLN dan Bank Mandiri tentang
larangan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan yaitu: a). larangan
perkawinan dalam hukum islam hanya melarang pertalian darah, hubungan sepersusuan,
hubungan semenda dll, 2) Sebelum adanya putusan MK No 13/PUU-XV/2017 PT. PLN
melarang perkawinan antar pegawai yang diatur dalam Peraturan Perusahaan Nomor
108.K/7006/DI/1997 dan Nomor 025.K/DIR/2011, sama hal nya dengan Bank Mandiri
yang mengatur secara langsung melarang perkawinan antar pegawainya karena
dikhawatirkan terjadi kecurangan antar pegawai yang menikah, c) Setelah adanya
Putusan MK, PT. PLN dan Bank Mandiri menerapkan Peraturan baru sesuai dengan
putusan MK yang membolehkan perkawinan antar pegawai. Tercatat sudah banyak
yang melangsungkan perkawinan setelah PT. PLN dan Bank Mndiri menerapkan nya
per tanggal 14 November 2017.
Kata Kunci : Larangan Perkawinan, Putusan MK, PT. PLN, Bank Mandiri.
Pembimbing : Dr. Hj. Mesraini, S.H, M.Ag.
Daftar Pustaka : Tahun 1974 s.d. Tahun 2018
iii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
LARANGAN PERKAWINAN ANTAR PEGAWAI DALAM SATU
PERUSAHAAN SERTA PENERAPANNYA DI PT. PLN DAN BANK
MANDIRI. Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, yang telah
mendidik kita sebagai umatnya untuk menuju jalan kebenaran.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari
dukungan, arahan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan
rasa syukur penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.H, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hj. Mesraini, S.H, M.Ag, dan Ahmad Chairul Hadi, M.A, Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hj. Mesraini, S.H, M.Ag, Dosen Pembimbing skripsi dan Penasihat
Akademik yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktu untuk
membimbing, memberikan arahan, saran-saran serta motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Giovany., Deputi Manajer PT. PLN (Persero) yang telah mengizinkan
penulis diadakannya penelitian ini dan berkenan menjadi narasumber
dalam skripsi ini.
5. Korry Sitorus., Manajer Trade Servicing Center PT. Bank Mandiri
(Persero) yang telah mengizinkan penulis diadakannya penelitian ini dan
berkenan menjadi narasumber dalam skripsi ini.
iv
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staff pengajar pada lingkungan
program studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku
perkuliahan.
7. Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staff
Perpustakaan Fakultas Syarifah dan Hukum, yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis untuk mengadakan studi kepustakaan guna
menyelesaikan skripsi ini.
8. Orang tua Penulis ayahanda alm. Ahmad Saugi dan Ibunda Yulia, kaka-
kaka kandung penulis, Aprizainah, Mira Maulida, Junaidy Salad yang
telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doanya untuk kesuksesan
penulis.
9. Para sahabat dan kawan seperjuangan Hukum Keluarga 2013, baik dalam
lingkup Formasas, dan kawan-kawan SAS B.
10. Keluarga Besar PMII KOMFAKSYAHUM yang telah mengizinkan
penulis untuk hidup berkembang didalam lingkungan organisasi.
11. Kawan-kawan KKN BUMI 2016 di Desa Sukamulya Rumpin Bogor yang
telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman kepada penulis
selama di KKN.
12. Para sahabat penulis baik diluar kampus maupun didalam kampus yang
telah menerima dan meluangkan waktu nya untuk sekedar bercerita,
berdiskusi dan melepas tawa. Semoga kita semua menjadi orang-orang
yang sukses
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini semoga Allah membalasnya. Aamiin.
v
Jakarta, 2 November 2018
Penulis
Yogi Surya
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
F. Metode Penelitian............................................................................................8
vii
3. Larangan Perkawinan Menurut KHI ........................................................35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................74
B. Rekomendasi.................................................................................................76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan dianjurkan dan diatur dalam Islam karena ia memiliki tujuan yang
mulia secara umum. Perkawinan antara pria dan wanita dimaksudkan sebagai upaya
memelihara penghormatan diri (hifzh al’irdh) agar mereka tidak terjerumus kedalam
perbuatan terlarang, memelihara kelangsungan kehidupan manusia/ keturunan (hifzh
an’nash) yang sehat mendirikan kehidupan rumah tangga yang dipenuhi kasih sayang
antara suami dan istri serta saling membantu diantara keduanya untuk kemaslahatan
bersama.1
Perkawinan menurut syara’ adalah akad yang menimbulkan kebolehan bergaul
antara laki-laki dan perempuan dalam tuntutan naluri kemanusiaan dalam kehidupan,
dan menjadikan untuk kedua pihak secara timbal balik hak-hak dan kewajiban-
kewajiban.2 Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 ayat 1
Tentang Perkawinan, disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.3 Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam pada pasal 2 dijelaskan
bahwa “Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.4
Di Indonesia, Undang-Undang yang mengatur mengenai Perkawinan adalah
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, selanjutnya disebut sebagai
1
Husein Muhammad, fiqh Perempuan Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender,
(Yogyakarta LKS, 2007), h. 101
2
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan. (Jakarta: Prenada Media. 2009), h. 39
3
Undang-Undang R.I., No. 1 Tahun 1974, L.N.R.I. Tahun 1974 No. 1 Pasal 1
4
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010),
h. 114.
1
2
5
Undang-Undang R.I., No. 1 Tahun 1974, Perkawinan, L.N.R.I. Tahun 1974 No. 1, Pasal 2
ayat 1
6
Undang-Undang R.I., No. 13 Tahun 2003, Ketenagakerjaan, L.N.R.I. Tahun 2003 No. 39,
Pasal 153 huruf f
7
Maria Wurianalya Novenanty, Jurnal Pembatasan Hak Untuk Menikah Antara Pekerja
Dalam Satu Perusahaan, dalam jurnal Veritas etjustitia, tahun 2016 diterbitkan oleh
journal.unpair.ac.id h. 62
3
2. Batasan Masalah
Karena cukup banyaknya perusahaan yang menerapkan larangan perkawinan
antar pegawai dalam satu perusahaan maka penulis hanya membatasi larangan
yang berlaku di PT. PLN Pusat dan Bank Mandiri Pusatk. Keduanya berlokasi
5
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam dan Undang-undang perkawinan di
Indonesia terhadap ketentuan larangan perkawinan antar pegawai dalam
satu perusahaan menurut Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13
Tahun 2003 pra dijudicial Review Mahkamah Konstitusi ?
b. Bagaimana larangan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan
diterapkan pra putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017 di
PT PLN dan Bank Mandiri ?
c. Bagaimana respon pimpinan PT PLN dan Bank Mandiri setelah
ditetapkannya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017
yang membolehkan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan ?
C. Tujuan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang
perkawinan di Indonesia terhadap ketentuan larangan perkawinan antar
pegawai dalam satu perusahaan menurut Undang-undang Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 pra dijudicial Review Mahkamah Konstitusi.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan perusahaan atas adanya
laranagan perkawinan dalam satu perusahaan sebelum adanya putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017 di PT PLN dan Bank
Mandiri.
3. Untuk mengetahui bagaimana respon pimpinan PT PLN dan Bank
Mandiri setelah ditetapkannya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
13/PUU-XV/2017 yang membolehkan perkawinan antar pegawai dalam
satu perusahaan.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk membuat suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi, yang merupakan
salah satu persyaratan mendapat gelar Sarjana Hukum (S.H) yang telah
ditentukan oleh Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, bagi para mahasiswa dan mahasiswi yang akan menyelesaikan
studinya di fakultas Syariah dan Hukum khususnya program studi Hukum
Keluarga.
2. Memberi pengetahuan untuk pembaca dan penulis mengenai mengapa
terjadinya larangan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan yang
tidak sesuai dengan undang-undang yang ada.
3. Bagi dunia pustaka hasil skripsi ini dapat dijadikan sebagai koleksi
tambahan dalam ruang lingkup karya ilmiah.
4. Dan bagi mahasiswa dapat digunakan untuk menambah referensi
pengetahuan lebih luas dan kritis.
10
Naqih Finesha, Mitos Larangan Perkawinan Antara Penduduk Desa Sadang Kecamatan
Jekulo, Dukuh Gambir Desa Hadiwarno dan Desa Kesambi Kecamatan Mejebo Kabupaten Kudus
dalam Prespektif Aqidah Islamiyah, skripsi pada strata I IAIN wali songo Semarang, Semarang,2014,
dipublikasikan
11
Nur Aisyah, Larangan Menikah Sesuku di desa Sipungguk Kecamatan Salo Kabupaten
Kampar Ditinjau dari Pandangan Islam, skripsi pada strata I UIN suska Riau, Riau 2015,
dipublikasikan
8
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.
Kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain yang menghasilkan data deskripsi berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.13
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
yuridis normatif, yakni penerapan yang difokuskan untuk mengkaji
penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.14Dalam
kaitannya pendekatan yuridis normatif disini akan digunakan beberapa
pendekatan turunan yaitu :
a. Pendekatan kasus (case approach).15Pendekatan kasus ini bertujuan
untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang
dilakukan dalam praktek hukum. Terutama mengenai kasus-kasus yang
12
Ahmad Khoirul Huda, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Larangan Mentelu di Desa
Sumberejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan Jawa Timur, skripsi pada strata I UIN sunan
ampel Surabaya, Surabaya 2014, dipublikasikan
13
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), Cet. Ke 31, Ed. Revisi, h. 4
14
Sebagai konsekuensi pemilihan topik permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian yang
objeknya adalah permasalahan hukum (sedangkan hukum adalah kaidah atau norma yang ada
dalam masyarakat), maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif.
Lihat Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Bayumedia,
2008), h. 295
15
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:
Bayumedia, 2008), h. 302
9
16
Metode Pengumpulan Data dengan Wawancara (Interview),
https://www.perpusku.com/2016/06/metode-pengumpulan-data-dengan-metode-wawancara-
interview.html, diakses pada 22 Februari 2017
11
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar dalam penulisan skripsi ini menjadi terarah dan tidak mengambang,
penulis membuat sistematika penulisan yang disusun per bab. Dalam skripsi ini
terdiri dari lima bab, dan setiap bab meiliki sub bab yang menjadi penjelasan dari
masing-masing bab tersebut. Skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka yang menjadi
rujukan penulis dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran. Adapun
sistematika penulisan tersebut ialah sebagai berikut:
BAB I Pembahasan dalam skripsi ini yang di awali dengan pendahuluan yang
merupakan suatu pengantar umum pada tulisan berikutnya yang meliputi. Latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, review studi terdahulu,
sistematika penulisan dan daftar pustaka sementara.
BAB II Membahas tentang larangan perkawinan dalam hukum positif, larangan
perkawinan dalam hukum islam, dan kompilasi hukum islam.
BAB III Membahas tentang larangan perkawinan dalam undang-undang
ketenagakerjaan dan putusan mahkamah konstitusi nomor 13/PUU-XV/2017
BAB IV Menjawab semua rumusan masalah yang ada yaitu, larangan perkawinan
antar pegawai dalam satu perusahaan menurut UU Ketenagakerjaan pra dan pasca
judicial review ditinjau dari hukum islam dan peraturan perkawinan di Indonesia, dan
12
penerapan larangan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan pra dan pasca
putusan mahkamah konstitusi nomor 13/PUU-XV/2017.
BAB V Yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dari permasalahan yang telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran sebagai solusi dari permasalahan.
BAB II
KETENTUAN PERKAWINAN DALAM HUKUM ISLAM DAN
PERATURAN PERKAWINAN DI INDONESIA
1
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 38.
2
Titik Triwulantutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:
Prenadmedia, 2008), h. 100.
13
14
3
Titik Triwulantutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:
Prenadmedia, 2008), h. 102.
4
Titik Triwulantutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:
Prenadmedia, 2008), h. 103.
15
antar seorang pria dan seorang wanita juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap masyarakat sekitarnya.5
5
Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h.
7.
6
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 60
7
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 61.
16
8
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali pers,1998), h.71
17
9
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 62.
18
10
Yaswirman, Hukum Keluarga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 185
11
Wahbah az-Zuhaili, Nazhariyyah ad-Dharurah asy-Syar‟iyyah al-Islamiyah Muqaranah
ma‟a al-Qanun al-Wadh‟i h.191, sebagaimana dikutip oleh Yaswirman, Hukum Keluarga,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 189.
12
Yaswirman, Hukum Keluarga, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 191.
19
13
Titik Triwulantutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:
Prenadmedia, 2008), h. 104.
21
mendengar orang-orang yang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4)
dalam pasal ini.
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku
sepanjang hukun masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu
dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.14
Selanjutnya pada pasal 7, terdapat persyaratan-persyaratan yang lebih
rinci.Berkenaan dengan calon mempelai pria dan wanita, undang-undang
mensyaratkan batas minimum calon suami sekurang-kurangnya berumur 19
tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Selanjutnya dalam
hal adanya penyimpangan terhadap pasal 7, dapat dilakukan dengan meminta
dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang
tua pihak pria maupun pihak wanita.
Ternyata UUP melihat persyaratan perkawinan itu hanya menyangkut
persetujuan kedua calon dan batasan umur serta tidak adanya halangan
perkawinan antara kedua calon mempelai tersebut.Ketiga hal ini sangat
menentukan untuk mencapai tujuan perkawinan itu sendiri.Persetujuan kedua
calon meniscayakan perkawinan itu tidak didasari oleh paksaan.Syarat ini
setidaknya mengisyaratkan adanya emansipasi wanita sehingga setiap wanita
dapat dengan bebas menentukan pilihannya siapa yang paling cocok dan
maslahat sebagai suaminya.Jadi disini tidak ada paksaan, terlebih lagi pada
masyarakat yang telah maju.15
Selanjutnya dinyatakan bagi calon mempelai yang belum mencapai umur
21 haruss mendapat izin dari orang tua sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat
2, 3, 4 dan 5 UU No. 1 Tahun 197. Dalam hal ini kompilasi hukum islam
tampaknya memberikan aturan yang sama dengan Undang-undang
Perkawinan. Jika dianalisis lebih jauh, peraturan batas usia perkawinan ini
memiliki kaitan yang cukup erat dengan masalah kependudukan. Dengan
batasan umur ada kesan, Undang-undang Perkawinan bermasud untuk
14
Undang-Undang R.I., No. 1 Tahun 1974, L.N.R.I. Tahun 1974 No. 1, Pasal 6
15
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 68.
22
16
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 71.
17
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
1990), h. 87.
23
18
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
1990), h. 91.
19
Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu,1999), hal. 39
24
B. Larangan Perkawinan
1. Larangan Perkawinan Menurut Hukum Islam
Dalam hukum perkawinan Islam dikenal sebuah asas yang disebut
dengan sebuah asas selektifitas. Maksud dari asas ini adalah seseorang yang
20
Cik Hasaan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 51
21
Kompilasi Hukum Islam R.I., INPRES No. 1 Tahun 1991, Bab IV pasal 14-29
25
22
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundang-undangan,
Hukum Adat dan Hukum Agama, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 63-64
23
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 144
24
Yaswirman, Hukum Keluarga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 115
26
25
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 145
27
26
Yaswirman, Hukum Keluarga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 205-208
29
27
Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 230
30
Kawin dengan budak terjadi pada masa awal Islam.Pada masa ini
dilaraang kawin dengan budak milik sediri (milk al-yamin) karena status
ini lebih kuat dari pemilikan melalui akad. Terhadap milk al-yamin, yang
mempunya bebas memanfaatkan budaknya dengan cara yang ia kehendaki.
Memiliki melalui akad hanya pada hal-hal tertentu saja. Oleh karena
secara yuridis sekrang ini perbudakan tidak dibenarkan lagi,maka
pembahasannya tidak relevan lagi untuk dikemukakan.
Poligami lebih dari empat istri, diharamkan karena isyarat
berpoligami dalam Al-Qur‟an hanya sampai empat istri, sebagaimana
firman Allah menjelaskan:28
juga terhadap peempuan dalam masa idah sampai idahnya berlalu. Jika
suaminya telah menceraikan atau seseorang membatalkan pinangannya
ataupun telah berlalu masa idahnya, maka baru boleh kawin dengannya
Kawin dengan perempuan non muslim diharamkan sampai ia
beriman; mengawini para budak islam yang islam lebih baik dari mereka.
Firman Allah menjelaskan:29
33
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT CITRA ADITYA
BAKTI, 1990), h. 82
34
34
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
1990), h. 70
35
e. Hubungaan darah antara ayah/ibu dan cucu disebut hubungan dua tingkat
f. Hubungan darah antara ayah/ibu dan cicit disebut hubungan tiga tingkat
g. Hubungan darah antara saudara kandung disebut hubungan dua tingkat
h. Hubungan darah antara anak dan paman/bibi disebut hubungan tiga tingkat
i. Hubungan darah antara anak dan anak paman/bibi disebut hubungan empat
tingkat
j. Hubungan darah antara saya dan anak saudara kandung saya (antara saya
dan keponakan saya) disebu hubungan tiga tingkat
k. Hubungan darah antara anak saya dan anak saudara kandung saya (antara
anak saya dan keponakan saya) disebut hubungan tiga tingkat.
Garis keturunan sebenarnya hanya memberikan keistimewaan tertentu
dalam hubungan keluarga.Ada tiga hubungan darah diliat dari garis keturunan,
yaitu patrilineal, hubungan darah yang mengutamakan garis ayah; matrilineal,
hubungan darah yang mengutamakan garis ibu; dan parental atau bilateral,
hubungan darah yang mengutamakan garis ayah dan ibu atau garis orang tua
bersama-sama.35
Selanjutnya pada pasal 9 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
dinyatakan. Bahwasannya “seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan
orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut pada pasal 3
ayat (2) dan pasal 4 undang-undang ini.”.
35
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
1990), h. 72
36
(musharah) atau perkawinan, didasarkan pada ayat 22 surat an-Nisa‟, dan pada
angka 3 mahram karena pertalian sesusuan yang refrensinya sama dengan
angka 1 yaitu surat an-Nisa‟, 4:23 pengutipan ayat-ayat pada surat diatas
semata-mata dimaksud agar berurutan. Sementara kompilasi juga bermaksud
mengatur secara tertib, dari mahram nasab, mahram akibat perkawinan, dan
mahram seperssusuan.36
Ketentuan hukum tersebut apabila dirinci dapat dijelaskan sebagai berikut:37
1. Karena pertalian nasab (hubungan darah).
a. Ibu, nenek (dari garis ibu atau garis bapak) dan seterusnya keatas.
b. Anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya kebawah.
c. Saudara perempuan sekandung, seayah, dan seibu.
d. Saudara peempuan ibu (bibi atau tante).
e. Saudara perempuan bapak (bibi atau tante).
f. Anak perempuan saudara laki-laki sekandung (kemenakan).
g. Anak perempuan saudara laki-laki seayah (kemenakan).
h. Anak perempuan saudara laki-laki seibu (kemenakan).
i. Anak perempuan saudara perempuan sekandung (kemenakan).
j. Anak perempuan saudara perempuan seayah (kemenakan).
k. Anak perempuan saudara perempuan seibu (kemenakan).
2. Karena pertalian kerabat semenda (perkawinan/musaharah):
a. Ibu dari istri (mertua).
b. Anak (bawaan) istri yang telah dicampuri (anak tiri).
c. Isteri bapak (ibu tiri).
d. Istri anak (menantu).
e. Saudara perempuan istri (adik atau kaka ipar) selama dalam ikatan
perkawinan.
Adapun larangan perkawinan yang sewaktu-waktu dapat berubah
(muaqqat) dijelaskan dalam pasaal 40 Kompilasi Hukum Islam. Yang melarang
36
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia,(Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada,2002), h.
122
37
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia,(Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada,2002), h.
125
37
38
Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum
Nasional, (Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h.56
39
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h.151
40
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), h.152
38
39
40
1
Penjelasan , Rencana Undang-Undang Tentang Pembinaan Dan Perlindungan
Ketenagakerjaan (Umum), h. 72- 73
41
2
Republik Indonesia, Undang-undang tentang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003.
43
3
Undang-undang Ketenagakerjaan R.I., No.13 Tahun 2003, Bab XII pasal 153 ayat (1).
45
kerja bersama maka pekerja /buruh wajib tunduk pada aturan tersebut dengan
untuk tidak menikah antar pegawai.
2. Putusan Hakim
Sebelum hakim mengeluarkakan putusan, mereka meminta pendapat DPR
RI dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) terlebih dahulu. Menurut
pandangan DPR RI tidak benar ketentuan Pasal 153 ayat (1) huruf f UU
Ketenagakerjaan telah bertentangan dengan kebebasan membentuk sebuah
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah atas dasar
kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan. Pekerja bebas
melakukan perkawinan dengan siapapun yang dikehendaki dan dirasa telah
cocok, namun dengan adanya ketentuan pada perjanjian kerja, perjanjian kerja
bersama atau peraturan perusahaan yang melarang untuk menikah dengan sesama
pekerja pada perusahaan tersebut, maka salah satu pekerja dapat mengundurkan
diri karena ketentuan dalam perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama ataupun
peraturan perusahaan tersebut telah disepakati dan berlaku mengikat bagi seluruh
pekerja di instansi tersebut. Sebaliknya, apabila pekerja memaksakan untuk
melakukan pernikahan dengan sesama pekerja pada instansi dimana ia bekerja,
maka pekerja tersebut telah melakukan wanprestasi dan kepadanya dapat
dikenakan sanksi tertentu sesuai dengan ketentuan perusahaan dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.6
6
Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017, h. 24
50
7
Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017, h. 29
51
8
Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017, h.52
9
Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017, h. 49
52
10
Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017, h. 51
BAB IV
LARANGAN PERKAWINAN ANTAR PEGAWAI DALAM SATU
PERUSAHAAN PRA DAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR 13/PUU-XV/2017
1. PT. PLN
a. Profil Singkat
Jenis entitas bisnis : BUMN / Perseroan Terbatas
Sektor : kelistrikan
Didirikan : 27 Oktober 1945 di Jakarta, Indonesia
Markas :Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta,
Indonesia
Tokoh : Sofyan Basir (Direktur Utama)
Produk : Listrik
Pemilik : Pemerintah Indonesia
Situs web : www.pln.co.id
Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang,
Unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.
Misi
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
53
54
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) atau nama resminya adalah PT.
PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua
aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Unit PT. PLN (Persero) dibagi dalam
beberapa Wilayah untuk mengurusi Pembangkitan, Penyaluran (Transmisi)
dan Pengaturan Beban, dan Distribusi kepada pelanggan. Namun khusus
untuk kawasan dengan listrik terinterkoneksi Jawa - Bali bagian unit-unit
dibagi tersendiri, untuk Pembangkitan tersendiri, Penyaluran (Transmisi)
tersendiri, Pengaturan Beban tersendiri dan Distribusi tersendiri. Khusus
untuk pembangkitan listrik kebanyakan pembangkitan listrik di Indonesia
dipasok oleh Perusahaan Swasta walaupun ada beberapa milik PLN.1
1
Profil perusahaan PT.PLN, http://www.pln.co.id/tentang-kami/profil-perusahaan, diakses
pada tanggal 20 juli 1018.
55
mereka dipindahkan ke unit lain yang tidak satu kota dengan tempat
bekerja sebelumnya, maka suami/istri yang bersangkutan tidak otomatis
dapat dipindahkan untuk mengikutinya”.4
3). Pada tahun 2011 dalam peraturan Nomor 025.K/DIR/2011 tentang
Perkawinan Antar Pegawai, Pasal 3 Ayat 1 “Dalam hal terjadi
perkawinan antar pegawai, masing-masing pegawai melaporkan
perkawinan tersebut ke perseroan dengan menyerahkan fotocopy akta
perkawinan disertai dengan surat pengunduran diri salah satu pegawai
dari perseroan, paling lambat 1 bulan kalender setelah tanggal
perkawinan.” Ayat 2 “Apabila tidak menyertakan surat permohonan
pengunduran diri, salah satu pegawai dari pasangan suami istri tersebut
dianggap mengundurkan diri, yang akan ditentukan oleh perseroan.” Ayat
3 “Pegawai yang berhenti bekerja karena mengundurkan diri sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diberikan keputusan
pemberhentian bekerja sebagai pegawai yang berlaku terhitung sejak
tanggal 1 pada atau setelah tanggal surat pengunduran diri, dengan
menerima hak-hak sesuai ketentuan yang berlaku.” Ayat 4 “Pegawai yang
melakukan perkawinan dengan seseorang yang kemudian pasangannya
menjadi pegawai, pasangannya wajib mengundurkan diri atau tidak
diangkat sebagai pegawai.” Ayat 5 “Dalam hal tidak dilakukan pelapor
sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masing-masing
pegawai dikenakan pelanggaran disiplin berat yang akan diproses sesuai
peraturan disiplin pegawai yang berlaku.5
4
Peraturan Peruahaan PT. PLN No. 92.K/010/DIR/2000 Tahun 2000 tentang Perkawinan
Antar Pegawai PT. PLN (PERSERO)
5
Peraturan Perusahaan PT.PLN No. 025.K/DIR/2011 Tahun 2011 tentang Perkawinan Antar
Pegawai PT. PLN (PERSERO)
57
2. Bank Mandiri
a. Profil Singkat
Jenis entitas bisnis : Badan Usaha Milik Negara/publik
Sektor : Jasa keuangan
6
Hasil wawancara dengan Bpk. Giovany, Deputi Manajer Perencanaan Kebijakan HCMS,
dikantor PT.PLN, 25 Juli 2018.
58
yang bagus di sektor pariwisata. Dengan tambahan dua cabang baru itu, saat
ini perseroan sudah memiliki 2.456 kantor cabang di seluruh Indonesia.7
Bank Mandiri menyediakan layanan perbankan bagi Pos Indonesia untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan kas. Melalui penyediaan layanan ini,
Bank Mandiri akan mengelola kas Pos Indonesia seperti penyediaan
likuiditas, penerimaan setoran dana, pengelolaan dana dan rekening, fasilitas
cash management, serta layanan perbankan lain untuk pegawai dan mitra
bisnis Pos Indonesia. Sinergi Bank Mandiri dengan Pos Indonesia telah
menghasilkan banyak pengembangan bisnis, seperti pembentukan bank joint
venture bersama-sama TASPEN dengan nama Bank Mantap (sebelumnya
Bank Sinar) yang menjadi kendaraan untuk penyaluran kredit pensiunan.
Mandiri dan Pos Indonesia juga berkolaborasi dalam mendukung kelancaran
penyaluran PSKS melalui Layanan Keuangan Digital. Bahkan, untuk
memudahkan transaksi keuangan masyarakat, sekitar 4.000 electronic data
capture (EDC) Bank Mandiri telah ditempatkan di kantor pos yang berada di
berbagai wilayah Tanah Air. Selain kerjasama tersebut, Bank Mandiri juga
menyediakan layanan keuangan bagi pegawai dan pensiunan Pos Indonesia
yang saat ini tercatat memiliki sekitar 26 ribu pegawai dan 16 ribu
pensiunan.8
7
Profil Perusahaan Bank Mandiri, https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Mandiri, diakses pada
tangaal 20 Juli 2018
8
Profil Perusahaan Bank Mandiri, https://www.bankmandiri.co.id/web/guest/profil-
perusahaan, diakses pada tanggal 20 Juli 2018
61
9
Hasil wawancara dengan Ibu Korry Sitorus, Manajer Trade Servicing Center, dikantor Bank
Mandiri, pada tanggal 6 September 2018.
62
10
Hasil wawancara dengan Ibu Korry Sitorus, Manajer Trade Servicing Center, dikantor
Bank Mandiri, pada tanggal 6 September 2018.
63
11
Undang-undang Ketenagakerjaan R.I.,No. 13 Tahun 2003, Bab XII pasal 153 ayat (1).
64
12
Agus Sahbani, “Alasan MK Pertegas Larangan PHK Karena Menikah Sesama Pekerja”,
hukumonline.com,Desember 14 2017, http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5a3269e4b37c3/alasan-
mk-pertegas-larangan-phk-karena-menikah-sesama-pekerja. diakses pada tanggal 26 september 2018
65
Artinya: diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-
saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-
laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan;
ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-
ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu
dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa
kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Berpijak dari ayat-ayat yang melarang perkawinan tersebut maka para ulama
juga membuat rumusan-rumusan yang lebih sistematis sebagai berikut:
1. Karena pertalian nasab (hubungan darah).
a. Ibu, nenek (dari garis ibu atau bapak) dan seterusnya.
b. Anak perempuan, cucu perempuan dan stereusnya kebawah
c. Saudara perempuan sekandung, seayah dan seibu
d. Saudara perempuan ibu (bibi atau tante)
e. Saudara perempuan bapak (bibi atau tante)
f. Anak perempuan dari saudara laki-laki sekandung
g. Anak perempuan dari saudara laki-laki seayah
h. Anak perempuan dari saudara laki-laki seibu
66
Islam bahwa tidak adanya larangan untuk menikah antar pegawai dalam satu
perusahaan, karena Hukum Islam hanya melarang perkawinan dalam larangan untuk
waktu tertentu (mahram mu’aqqat) dan larangan untuk selamanya (mahram
mu’abbad). Dikatakan larangan waktu tertentu karena larangan perkawinannya
dibatasi, contohnya dilarang menikah dalam satu waktu, dilarang menikahi istrinya
yang sudah ditalak tiga sebelum terlebih dahulu dinikahi oleh orang lain, dilarang
menikah lebih dari 4 istri pada waktu bersamaan, dilarang nikah dengan istri orang
lain, dilarang nikah dengan perempuan yang masih dalam masa iddah, dilarang
menikah dengan perempuan non muslim dan melarang menikah dalam keadan ihram.
Sedangkan larangan perkawinan untuk selamanya yaitu dilarang menikah dengan
seseorang apabila memiliki hubungan nasab, dilarang menikah apabila memiliki
hubungan semenda dikatakan semenda ialah garis turunan bapak atau ibu, dan
dilarang menikah apabila memiliki hubungan saudara sepersusuan.
Dalam hukum Islam tidak ada apa-apa atau tidak ada masalah jika ada peraturan yang
dibuat oleh sebuah perusahaan yang menambah larangan perkawinan yang mana larangan
tersebut tidak dikenal dalam hukum Islam, karena yang tidak boleh dalam Islam itu adalah
menghalalkan yang dilarang agama, sebagaimana diungkapkan dalam kaidah fiqhiyyah: 13
ًالشَارِعُ لَا يَـأْمُرُ إِالَّ ِبمَا مَصْلَحَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً وَالَ يَنْهَى اِالَّ عَمَّا مَفْسَذَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَة
“Islam tidak memerintahkan sesuatu kecuali mengandung 100% kebaikan, atau
kebaikan-nya lebih dominan. Dan Islam tidak melarang sesuatu kecuali
mengandung 100% keburukan, atau keburukannya lebih dominan”.
Dan setelah di Judicial Reviewnya Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut
oleh Mahkamah Konstitusi, maka perkawinan antar pegawaipun diperbolehkan dalam
satu perusahaan dan tidak bertentangan dengan Hukum Islam, karena tanpa adanya
Judicial Review yang dilakukan Mahkamah Konstitusi larangan perkawinan antar
pegawai tidak ada di dalam Hukum Islam. Menurut Hukum Islam perkawinan sah
apabila rukun dan syaratnya telah terpenuhi.
13
Yulia Purnama, “Ketika Agama Telah Mengharamkan”, muslim.or.id, Mei 23 2010,
“http://muslim.or.id/3319-ketika-agama-telah-mengharamkan.html. diakses pada tanggal 26 November
2018
69
“lepas” gabungan dari dua kata tersebut yaitu maslahah mursalah yang menurut
istilah berarti “sesuatu yang dianggap maslahat namun tidak ada ketegasan
hukum untuk merealisasikannya dan tidak pula ada dalil tertentu baik yang
mendukung maupun yang menolak”.14 Beberapa persyaratan dalam
memfungsikan maslahah mursalah sebagai dasar hukum yaitu:
1. Sesuatu yang dianggap maslahat itu haruslah berupa maslahat hakiki yaitu
yang benar-benar akan mendatangkan kemanfaatan atau menolak
kemudharatan, bukan berupa dugaan belaka dengan hanya
mempertimbangkan adanya kemanfaatan tanpa melihat kepada akibat
negative yang ditimbulkannya.
2. Sesuatu yang dianggap maslahat itu hendaklah berupa kepentingan umum,
bukan kepentingan pribadi.
3. Sesuatu yang dianggap maslahah itu tidak bertentangan dengan ketentuan
yang ada ketegasan dalam Al-Qur’an atau Sunnah Rasulullah, atau
bertentangan dengan ijma.
Adapun metode yang dijadikan dasar hukum yang mengatur larangan
perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan pra putusan Mahkamah
Konstitusi dalam hukum Islam ialah kaidah-kaidah fiqh yaitu:
الضرر وال ضرار yang berarti “tidak boleh melakukan sesuatu yang
membahayakan diri sendiri ataupun orang lain”. Apabila perusahaan beralasan
dikhawatirkan terjadi adanya penyimpangan ketika adanya ikatan perkawinan
sesama pegawai maupun pertalian darah sesama pegawai. Oleh karena itu الضرر
يزال “bahaya harus dihilangkan” dengan adanya larangan perkawinan antar
pegawai dalam satu perusahaan, perusahaan berusaha untuk mencegah atau
menghilangkan adanya penyimpangan dan kecurangan yang terjadi pada
pegawainya, tetapi “ الضرر ال يزال بالضررsuatu dlarar tidak boleh dihilangkan
dengan dlarar” apabila perusahaan khawatir terjadinya penyimpangan sesama
14
Satria Efendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prena Media, 2005), h. 148
71
15
Muhammad bin Mukkaram bin Manzhur al-Afriqi al-Mishri, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar
Shadir, tt), juz 3, h. 207
72
Diantara kaidah fiqh yang bisa dijadikan dasar penggunaan sadd adz-
dzari’ah adalah:
ِدَ ْرءُ اْلمَفَاسِذِ مُقَذَمُ عَلَى جَ ْلبِ المَصَالِح
Menolak keburukan (mafsadah) lebih diutamakan daripada meraih kebaikan
(maslahah).
Kaidah ini merupakan kaidah asasi yang bisa mencakup masalah-masalah
turunan di bawahnya. Berbagai kaidah lain juga bersandar pada kaidah ini.
Karena itu lah sadd dza-dzari’ah pun bisa disandarkan kepadanya. Hal ini juga
bisa dipahami, karena dalam sadd dza-dzari’ah terdapat unsur mafsadah yang
harus dihindari.
Dalam kasus ini Mahkamah Konstitusi mengabulkan Judicial Review, jika
mengaju kepada kaidah ushul fiqh tersebut maka menolak mafsadah dalam kasus
ini berupa “menghindari perzinahan antar pegawai apabila adanya larangan
perkawinan antar pegawai dalam satu perussahaan, dan menikah tanpa seizin
perusahaan sehingga menyebabkan PHK dari perusahaan”
Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017
yang telah mengabulkan permohonan Judicial Review sehingga menetapkan
untuk memperbolehkan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan.
73
Bahwa perusahaan sebagai lembaga atau badan hukum yang ada di bawah
pemerintahan harus mengikuti aturan pemerintah, karena Mahkamah Konstitusi
adalah bagian dari pemerintahan.
Seperti dalam Al-Qur’an ayat 59 surat An-Nisa:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. PLN dan Bank Mandiri
tentang larangan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Larangan perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan sebagaimana yang
diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003
sebelum dijudicial review oleh Mahkamah Konsttitusi, apabila ditinjau dari
Hukum Islam, maka tampak bahwa larangan tersbut tidak ditentukan dalam
Hukum Islam maupun Undang-undang Perkawinan di Indonesia. Dalam
Hukum Islam dan juga Undang-undang Perkawinan di Indonesia tidak
dilarangan orang yang bekerja dalam satu perusahaan untnuk melakukan
perkawinan. Larangan yang ada dalam Hukum Islam hanyalah larangan
karena adanya hubungan darah, hubungan sepersusuan, dan hubungan
semenda, serta larangan dalam kasus tertentu seperti dilarang menikah lebih
dari 4 istri atau poligami 4 istri, dilarang menikah dalam satu waktu, dll.
Begitu juga dengan peraturan perkawinan di Indonesia.
2. Sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017
yang mejudicial review Undang-Undang No 13 Tahun 2003, tanpak bahwa
PT PLN dan Bank Mandiri sudah menerapkan larangan perkawinan antar
pegawai dalam satu perusahaan. Hal ini bisa dirinci sebagai berikut:
a. Pada tahun 1974 dalam peraturan Nomor 108.K/7006/DIR/1997 tentang
Perkawinan Antar Pegawai dan tahun 2011 dalam peraturan Nomor
025.K/DIR/2011 tentang Perkawinan Antar Pegawai. PT PLN melarang
perkawinan antar pegawai dalam satu perusahaan karena pekerja/buruh
mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya didalam satu perusahaan alasan mereka melarang
74
75
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini maka penulis membuat saran-saran yang hendaknya
menjadi perhatian bagi peneliti selanjutnya, yaitu :
1. Kepada Pemerintah DPR selaku yang membentuk Undang-undang harus
bijaksana dalam membuat peraturan yang sudah ada dengan
mempertimbangkan aspek yang akan timbul bagi perusahaan dan pegawai
2. Kepada Perusahaan yang akan melakukan penelitian lanjutan terkait dengan
tema ini, mengingat bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-
XV/2017 yang telah membolehkan perkawinan antar pegawai dalam satu
perusahaan ini adalah putusan baru. Tidak menutup kemungkinan bahwa nanti
kedepannya putusan tersebut yang memperbolehkan perkawinan antar
pegawai dalam satu perusahaan menjadi polemik baru untuk perusahaan atau
pegawai perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Ahmad Khoirul Huda, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Larangan Mentelu di Desa
Sumberejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan Jawa Timur, skripsi
pada strata I UIN sunan ampel Surabaya, Surabaya 2014, dipublikasikan
Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu,1999
Husein Muhammad, fiqh Perempuan Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender,
Yogyakarta LKS, 2007
77
78
Nuruddin Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
Jakarta: Prenada Media, 2004
Sidharta, Arief, B. “Konsepsi Hak Asasi Manusia”. Jurnal Hukum Pro Justitia, No. 4,
2002.
Sumber Internet:
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a3269e4b37c3/alasan-mk-pertegas-
larangan-phk-karena-menikah-sesama-pekerja. diakses pada tanggal 26
september 2018
https://www.perpusku.com/2016/06/metode-pengumpulan-data-dengan-metode-
wawancara-interview.html, diakses pada 22 Februari 2017
https://www.vice.com/amp/id_id/article/xyepdd/berjuang-di-pengadilan-demi-
menikahi-teman-sekantor, diakses pada tanggal 8 April 2018
Sumber Wawancara:
Wawancara dengan Bpk Gilang Ramadhan, Pegawai Bank Mandiri Jakarta, dikantor
Bank Mandiri, pada tanggal 6 Juni 2018
81
Wawancara dengan Ibu Korry Sitorus, Manajer Trade Servicing Center, dikantor
Bank Mandiri, pada tanggal 6 September 2018
HASIL WAWANCARA DENGAN DEPUTI
MANAJER PERENCANAAN KEBIJAKAN HCMS PT. PLN (Persero)
Bapak Giovany Tanggal, 25 Juli 2018
1. Baik sebelumnya terimakasih saya Yogi Surya, dengan Bapak/Mas siapa saya
berbicara dan dari bagian apa?
Jawaban: dengan Giovany , bagian HCMS KEBIJAKAN.
2. Apa alasan perusahaan melarang menikah antar pegawai dalam satu persahaan
?
Jawaban: jadi alasan utamanya adalah menghindari konflik of interest, karena
seperti kita ketahui GCG disuatu perusahaan itu dengan adanya pernikahan itu
banyak adanya kemungkinan untuk adanya penyimpangan ketika seseorang
itu adanya ikatan kekeluargaan, inti bukan tentang suami-istri saja tapi
mertua, orang tua, anak, pertalian darah, dan perkawinan. Banyak kasus juga
seperti itu, ketika seseorang memiliki suatu hubungan entah itu perkawinan
atau darah dia bisa mengurangi kualitas keputusan dari kewenangan dia, gitu
loh. Dimana seharusnya engga menjadi diperbolehkan atau lebih dimudahkan.
Intinya lebih menjaga conflict of interest.
5. Sejauh ini sudah berapa karyawan yang di PHK karena menikah, sebelum
adanya putusan mahkamah konstitusi yang menghapus pelarangan tersbut ?
Jawaban: rata-rata pertahun 50 orangan, tahun 2017 tahun lalu 67 tapi rata-
rata 50 orangan.
10. Jika sudah terlaksana, berapa karyawan yang memutuskan untuk menikah
dalam satu perusahaan ini ?
Jawaban: ketika itu mungkin nasional 30 pasang sudah ada, pas sudah dibuka
langsung pada kawin lagi.
13. Menurut bapak peraturan mana yang lebih menguntungkan untuk perusahaan
dalam segi profesi ?
Jawaban: Mending tidak usah diizinkan, karena kalo ranahnya perusahaan
berbicara bisnis, karena resikonya besar jadi harus terpisahkan lah mana yang
urusan keluarga mana yang urusan perusahaan, ketika perusahaan bersih dari
“hubungan-hubungan kekeluargaan dan perkawinan jalannya pasti lebih
mulus”.
14. Apa alasannya apabila setuju dan apa alasannya apabila tidak setuju ?
Jawaban: Ya jadi sekarang sudah dimasukan ketentuan dari perseroan sendiri
jadi tanggung jawabnya SDM ada evaluasinya. Jadi setiap ada yang menikah
wajib lapor, dievaluasi lah apakah punya keterikatankah job suami dengan job
istri, kalo ternyata ada selalu dimonitor dipastikan
HASIL WAWANCARA DENGAN MANAGER
TRADE SERVICING CENTER PT. BANK MANDIRI (Perero)
Ibu Korry Sitorus Tanggal 6 September 2018
2. Apa alasan perusahaan melarang menikah antar pegawai dalam satu persahaan
?
Jawaban: karena ini dibank dimana ada kerahasiaan dan sebagainya, yang
dikhawatirkan kalau terjadi kemungkinan kecurangan, karena dibank itu kan
segala transaksi harus ada 2 kali pengecekan tapi kalau suami istri itu ada
dalah satu perusahaan apalagi dalam unit yang sama bisa saja mereka kerja
sama dalam melakukan kecurangan
5. Sejauh ini sudah berapa karyawan yang di PHK karena menikah, sebelum
adanya putusan mahkamah konstitusi yang menghapus pelarangan tersbut ?
Jawaban: diunit ini sih baru ada satu tetapi sebelumnya sudah ada diunit2 lain
tetapi perusahaan tidak mencatat secara spesifik.
6. Menurut ibu apakah efektifitas pelarangan perkawinan tersebut untuk
perusahaan?
Jawaban: terus terang buat saya positif ,tetapi terpaksa harus mencari orang
baru dan mengajari semua dari ulang itu dampak negatifnya
10. Jika sudah terlaksana, berapa karyawan yang memutuskan untuk menikah
dalam satu perusahaan ini ?
Jawaban: disini baru satu, salah satu saya pindahkan karena berhubungan
pekerjaannya
12. Menurut bapak peraturan mana yang lebih menguntungkan untuk perusahaan
dalam segi profesi ?
Jawaban: dibolehkan sih, karena kita belom liat ada dampak negatifnya ya,
kita juga tidak boleh menghalangi orang yah kalau mau menikah, kita juga
tidak mau menghalangi karirnya orang kalau masih mau bekerja di bank
mandiri.
ulロ
■ ■
―
ロ
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LKUETASSYARIAH DAN HUKUR/1
Telp.(021)74711537
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Tangerang Selatan ヽ
Vebsite:ww‐ uinjkt.acoid,Email:humas.fs量 2墾 i山・aC.id
Nomor : B- lF.4lTL.00l4l2018 Jakarta, April 2018
Lampiran : -
Hal : Permohonan DataMawancara
Kepada Yth.
Bank Mandiri
di
Tempat
LARANGAN PERKAWINAN ANTAR PEGAWAI DALAM SATU PERITSAHAAN PRA DAN PASCA
PUrusAN MAHKAMAH KoNsflrus'r:{*":^ri,,[i,N:#lii17 DAN aENERAqANNyA Dt pr. pLN
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerima
yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi
dimaksud.
ruh,M.Pd
Tembusan :
βRFi肥 :::l記 1987101001
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
蠅
2. Kaprodi/Sekprodi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah)
BERITA ACARA
PENELTTIAN/RtSET
Menindaklanjuti Surat Manajer Senior Pengembangan Kepemimpinan dan Pengalolaan Pegawai Kantor Pusat
Nomoe 1571/SDM.04.06/DIWLN/2018 perihal Persetujuan Pelaksanaan Penelitian Mahasiswa tanggal 11Juli
2018, dengan ini disampaikan bahwa pada hari Selasa, tanggal 24 (dua puluh empat ) Juli 2018 di Divisi Human
Capital Management System, Gedung Wisma Adityawarman Lantai 7 Aditiawarman I No.42, RT.6/RW.2,
Melawai, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus lbukota Jakarta 12160 telah dilaksanakan Wawancara
oleh :
Kepada
Nama : Giovany
NIP :82082912
Jabatan : Deputi Manajer Perencanaan Kebijakan Human Capital Management System (HCMS)
Divisi : Divisi Human Capital Management System
Direktorat : Human Capital Management
Nama : YogiSurya
Nim : 11 13044000054
Jurusan : Hukum Keluarga
Universitas : Universitas Islam Negeri (UlN) Syarif Hidayatullah Jakarta
PT BANK MAND!Rl
Trade Servicing Center
FM 001
DOKUⅣ IENTASI
罐
緻 │
Dengan Manager Trader Service Center Bank Mandiri, Ibu Korry Sitorus
1書