Oleh:
NIM : 11140480000011
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
NIM : 11140480000011
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
iv
PERNYATAAN
NIM: 11140480000011
Alamat: Komplek Pertani Nomor 13, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan RT: 06/RW:
menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
v
ABSTRAK
ANDO IQBAL NOORHADI. NIM 11140480000011. Legalitas Peralihan Hak Atas Tanah
Partikelir Menjadi Hak Milik Perseorangan Ditinjau Dari Undang-Undang 5 Tahun 1960
Tentang Pokok-Pokok Agraria. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis.
Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1438
H/2017 M. viii + 75 halaman + 3 halaman daftar pustaka + 16 lampiran.
Pemasalahan utama terkait dengan perubahan kepemilikan atas sebidang tanah dengan status
hak yang berupa hak atas tanah partikelir menjadi hak milik perseorangan. Tujuan dalam
penelitian ini mendeskripsikan akibat hukum dari konversi status hak kepemilikan atas tanah
partikelir menjadi hak milik perseorangan dan tinjauan hukum yang digunakan dalam
mengukuhkan mekanisme konversi tersebut.
Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa akibat hukum yang timbul dengan
konversi status hak tanah partikelir menjadi hak milik perseroangan adalah telah
sempurnanya suatu persyaratan administratif terhadap tanah tersebut dalam proses penerbitan
suatu Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Proses penerbitan sebuah IMB dapat dilaksanakan
apabila status hak tanah yang sudah dimohonkan dalam pembuatan IMB sudah berubah
menjadi Hak Milik Perseorangan. Dasar hukum yang mengukuhkan proses konversi hak
tanah partikelir menjadi hak milik perseorangan diunifikasikan pada Pasal 77 sampai dengan
Pasal 83 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999,
Kata Kunci: Legalitas, Peralihan, Tanah Partikelir, Hak Milik Perseorangan, Konversi.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., yang senatiasa
memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S.H.) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
menerima banyak bantuan baik material dan immaterial oleh karena itu penulis ingin
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Jakarta dan seluruh jajaran dekanat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta;
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.
3. Dr. Supriyadi Ahmad, M.A. dan Feni Arifiani, S.Ag., M.Hum. pembimbing
skrpsi. Terima kasih atas semua kritik dan saran yang membangun;
4. Keluarga tersayang, Sapta Hadi Saputra, S.H., M.Kn., Dotty Julia, S.H. dan adik
penulis Andi Faizkha Haditya yang telah memberikan bantuan tak terhingga
dalam bentuk materil, doa, dan dorongan agar penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Seluruh Keluarga Besar Indo Rave Project yang turut memberikan bantuan yang
sangat besar berupa dorongan secara moral kepada penulis agar penulis tetap
6. Sitti Hardiyanti yang berperan besar sebagai penyemangat utama agar penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dan pada akhirnya dapat berfoto bersama dia
vii
saat wisuda dan mengenakan toga nanti dan seluruh pihak yang secara langsung
Atas seluruh bantuan baik berupa materil dan immateril dari pihak-pihak yang telah
disebutkan diatas dan pihak-pihak lain, penulis berharap Allah memberikan pahala yang
berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...................................................... ................... iv
PERNYATAAN ................................................................................................... ................... . v
ABSTRAK ............................................................................................................ ................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... .................. vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ................. .. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ .................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. .................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................... .................... 4
1. Pembatasan Masalah................................................................. .................... 4
2. Perumusan Masalah .................................................................. .................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ .................... 6
1. Tujuan Penelitian ...................................................................... .................... 6
2. Manfaat Penelitian .................................................................... .................... 6
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................... .................... 7
E. Metode Penelitian ............................................................................ .................... 8
F. Sistematika Penelitian...................................................................... .................. 12
BAB II TINJAUAN UMUM PERALIHAN HAK BERDASARKAN KONVERSI ATAS
TANAH PARTIKELIR / BEKAS TANAH PARTIKELIR ................ .................. 14
A. Legitimasi Konversi Hak Kepemilikan Atas Tanah ........................ .................. 14
B. Pengertian dan Penguasaan Tanah Partikelir ................................... .................. 20
C. Kepemilikan Tanah Partikelir Pada Masa Kolonialisme dan Pasca Kemerdekaan
Indonesia .......................................................................................... .................. 24
BAB III SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960
DAN SEJARAH TANAH PARTIKELIR DI INDONESIA BERSERTA
PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH............................................. .................. 27
A. Sejarah Pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria ............................................................ .................. 27
B. Gambaran Umum tentang Penguasaan Tanah Partikelir/Bekas Tanah Partikelir
pada Masyarakat di Jakarta Selatan ................................................. .................. 33
C. Pendaftaran Hak Atas Tanah Menurut Peraturan Perundang-Undangan............37
ix
BAB IV KONVERSI STATUS HAK KEPEMILIKAN ATAS TANAH PARTIKELIR
MENJADI HAK MILIK PERSEORANGAN ..................................... .................. 47
A. Akibat Hukum yang Timbul Atas Peralihan Status Hak Atas Tanah Partikelir
Menjadi Hak Milik Perseorangan .................................................... .................. 47
B. Mekanisme Konversi Hak Kepemilikan Tanah Partikelir Menjadi Hak Milik
ccdPerseorangan Dalam Peraturan Perundang-undangan .................... .................. 60
C. Analisa Akibat Hukum Atas Konversi Status Hak Kepemilikan Tanah Partikelir
Menjadi Hak Milik Perseorangan dan Mekanisme Konversi Menurut Peraturan
Perundang-undangan ....................................................................... .................. 65
BAB V PENUTUP ............................................................................................ .................. 71
A. Kesimpulan ...................................................................................... .................. 71
B. Saran ................................................................................................ .................. 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... .................. 73
x
Daftar Lampiran
3. Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Sebidang Tanah Negara Di Kelurahan Duren
Tiga, Kecamatan Pancoran Kotamadta Jakarta Selatan, tertanggal; 26 Juli 2006 ....... 79
5. Surat Rekomendasi Permohonan Hak Atas Tanah BTP Nomor 43/1.711.3 dari
Kelurahan Duren Tiga.................................................................................................. 82
6. Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Sebidang Tanah Negara Di Kelurahan Duren
Tiga, Kecamatan Pancoran Kotamadta Jakarta Selatan, tertanggal; 3 April 2000 ...... 83
7. Surat Pernyataan Penguasaan Atas Sebidang Tanah; tertanggal 3 April 2000 ............ 84
8. Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah BTP Di Kelurahan Duren Tiga,
Kecamatan Pancoran Kotamadya Jakarta Selatan; tertanggal 3 April 2000................ 85
10. Surat Rekomendasi Permohonan Hak Atas Tanah BTP Nomor 147/1.711.03 dari
Kelurahan Duren Tiga .................................................................................................88
12. Surat Pernyataan Pengakuan Menguasai Fisik Sebidang Tanah Di Kelurahan Duren
Tiga Kecamatan Pancoran Kota Administrasi Jakarta Selatan;tertanggal 1 Agustus
2016..............................................................................................................................90
14. Surat Rekomendasi Permohonan Hak Atas Tanah Negara Nomor 85/ 1.711.1 dari
Kelurahan Duren Tiga..................................................................................................92
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu jenis hukum perdata yang cukup dikenal oleh masyarakat
mengatur hubungan antara orang dengan bumi, air, ruang udara dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya.1 Objek dari hukum agraria itu sendiri
yang memiliki peran yang penting di masyarakat antara lain adalah terkait
bidang pertanahan.
Indonesia Tahun 1945 (disingkat UUD NRI 1945) memuat pengaturan terkait
pertanahan yakni:
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
1
Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006),
h. 125.
1
2
Pemakaian istilah agraria dalam arti luas yang terkandung dalam Pasal
2 ayat (1) UUPA mencangkup bumi, air, kekayaan alam dan bahkan ruang
angkasa dan hal-hal yang bersangkutan dengan itu.3 Menurut Boedi Harsono,
tertulis ada pula yang tidak tertulis, yang semuanya mempunyai objek
pengaturan yang sama, yaitu hak-hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga-
publik dan perdata, yang dapat disusun dan dipelajari secara sistematis,
Agraria, asas hak menguasai negara atas tanah diatur dan diturunkan ke
macam-macam hak yang diberikan kepada orang atau badan hukum. Negara
memberikan beberapa macam hak atas tanah perseorangan atau badan hukum
dengan tujuan agar pemegang hak tersebut mengelola tanah sesuai hak
2
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya Jilid 1, (Jakarta: Djambatan, 2007), h. 3.
3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya Jilid 1, h. 6.
4
Elsa Syarief, Pensertifikatan Tanah Bekas Hak Eigendom, (Jakarta: Gramedia,
2014), h. 2.
3
jenis hak penguasaan atas tanah yakni eigendom, erpacht dan opstal. Pada
dapat memiliki sebuah hak pertuanan. Hak eigendom merupakan hak yang
paling sempurna atas suatu benda dalam hal ini adalah hak atas kepemilikan
sebidang tanah.5 Sebidang tanah dengan hak eigendom yang memiliki hak
berupa hak partikelir yang juga merupakan hak eigendom tadi menjadi tanah
5
Soebekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003), h. 69.
4
1. Pembatasan Masalah
berikut:
Adapun hak yang menjadi objek konversi hak kepemilikan atas tanah
sebidang tanah yang terletak di Jalan Guru Alip Nomor 24, Kelurahan
2. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada buku serta skripsi
yang timbul karena adanya suatu proses konversi hak atas tanah
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
penelitian.6
2. Pendekatan Penelitian
penelitian.8
3. Bahan Hukum
6
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Penerbit
Rosdakarya, 2008). h.15.
7
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cetakan ke-3, (Jakarta : UI Press,
2014),h. 50.
8
Ronny Haditjo Soemitro, Metedologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, cetakan ke-4,
(Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 1990), h. 97-98.
10
yang terdapat pada situs internet dan juga skripsi dan tesis tentang
hukum agraria.
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010), h. 141.
11
lain-lain.
5. Analisis Data
hukum positif dan data yang berasal dari berbagai literatur. Dengan
angka.
6. Teknik Penulisan
F. Sistematika Penelitian
Sistematika pembahasan dalam tulisan ini terdiri atas lima bab. Pada
masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian dan tinjauan kajian
diketahui secara jelas apa yang menjadi masalah pokok dan perbedaannya
legalitas konversi dari tiap status hak kepemilikan atas tanah, sejarah asal
UUPA, penguasaan tanah hak atas tanah partikelir/bekas tanah partikelir pada
wilayah DKI Jakarta serta pembahasan terkait tujuan dari sebuah pendaftaran
bab ini diakhiri dengan fakta-fakta peralihan hak-hak atas tanah partikelir dan
skripsi ini, yang mana menjelaskan tentang akibat hukum yang timbul
dikarenakan peralihan status hak atas tanah partikelir menjadi hak milik
tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria dan tinjauan-
nasional.
dari masalah pokok dari penelitian ini. Saran penulis ditujukan kepada para
yang efektif dan adil khususnya hukum agraria dan pertanahan di Indonesia.
BAB II
durasi 20 tahun.10
10
Yamin Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2010).
h. 218
14
15
menjadi hak-hak atas tanah baru yang dikenal dalam Undang-Undang Nomor
terdapat pada buku kedua pasal I – pasal IX. Berdasarkan jenis tanahnya
Belanda terbagi atas 3 (tiga) jenis yakni konversi atas tanah yang berasal dari
tanah barat, konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas hak
Indonesia dan konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas
swapraja.12
Hak-hak atas tanah yang berasal dari tanah barat antara lain adalah hak
eigendom, erfpacht, opstal, gebruik (recht van gebruik) dan bruikleen. Hak
eigendom adalah suatu hak kepemilikan atas sebidang tanah secara bebas
tidak menyalahi hak eigendom yang dimiliki orang lain. Hak eigendom dapat
dikonversikan menjadi hak milik, hak guna bangunan, atau hak pakai.
Apabila hak eigendom tersebut dibebani hak opstal atau hak erfpacht maka
11
A.P. Parlindungan, Konversi Hak-Hak Atas Tanah (Bandung: Penerbit Mandar Maju,
2007), h.1.
12
H. Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria: Pertanahan di Indonesia, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2003). h. 81.
16
merupakan hak kebendaan atas penguasaan sebidang tanah yang dimiliki oleh
orang atau badan hukum lain untuk dimanfaatkan dan dipergunakan untuk
kurun waktu yang lama. Konversi dari hak erpacht dibagi menjadi 3 (tiga)
guna bangunan.
dihapus.
Hak gebruik atau recht van gebruik merupakan hak kebendaan atas suatu
benda yang dimiliki oleh orang lain untuk mengambil manfaat serta
dipergunakan bagi suatu pihak tertentu. Hak gebruik atau recht van gebruik
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Selain hak gebruik, hak
13
H. Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria: Pertanahan di Indonesia, h. 10-12.
17
Hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas hak Indonesia dan memiliki
ketentuan untuk dapat dikonversikan terbagi menjadi 3 (tiga) jenis yakni hak
pengganti hak usaha diatas sebuah tanah bekas tanah partikelir. Hak erfpacht
milik, hak guna usaha maupun hak guna bangunan tergantung pada subjek
dalam ketentuan konversi juga sama seperti hak erfpacht altijddurend dan
dapat dikonversikan menjadi hak milik, hak guna usaha maupun hak guna
Hak gogolan, yakni tanah yang dikuasai oleh penduduk asli suatu desa
gogolan itu sendiri terbagi menjadi dua yakni yang bersifat tetap maupun
14
H. Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria: Pertanahan di Indonesia, h. 111.
18
tidak tetap. Tanah gogolan yang tetap itulah yang kemudian bisa dikuasai
dengan hak milik dan dapat dikonversikan menjadi hak milik, sedangkan
tanah gogolan yang sifatnya tidak tetap atau sementara bisa dikuasai dengan
Hak-hak atas tanah yang memiliki ketentuan untuk dapat dikonversi dan
berasal dari tanah bekas tanah swapraja terdiri dari 3 (tiga) jenis yakni tanah
dengan hak hanggaduh, tanah dengan hak grant dan tanah dengan hak
grant, geran datuk, geran sultan atau geran raja merupakan hak atas tanah
yang berasal dari pemberian kepemilikan dari raja kepada bangsa asing.
Ketentuan konversi dari tanah dengan hak grant dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
yakni
1. Hak grant sultan yang merupakan hak atas tanah yang diberikan oleh
menjadi hak milik, hak guna usaha atau hak guna bangunan sesuai
15
A. Ridwan Halim, Pengantar Hukum Indonesia dalam Tanya Jawab, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), h. 58
16
H. Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria: Pertanahan di Indonesia, h. 130-133.
19
2. Hak grant controleur merupakan hak atas tanah yang diberikan oleh
hak pakai karena sifatnya yang sama dengan hak grant controleur.17
kepada kepala swapraja sedangkan, hak sewa tersebut merupakan hak sewa
tanah yang sah dengan dijelaskan oleh bukti-bukti tertentu berupa peta atau
17
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 2007), h. 68.
20
pada alat bukti tersebut dengan menuliskan jenis hak dan nomor hak yang
dikonversi.18
awalnya merupakan tanah eigendom yang dimiliki oleh tuan-tuan tanah yang
berasal dari Belanda ataupun tuan-tuan tanah lainnya yang berasal dari daerah
Timur Asing. Tanah partikelir memiliki corak khusus yang disebut dengan
umum;
2. Hak untuk menuntut kerja paksa atau memungut uang pengganti kerja
18
Yamin Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah. h. 225.
19
Muchsin, Hukum Agraria Indonesia dalam Perspektif Sejarah, h. 28.
21
dan penyebrangan;
5. dan hak-hak lainnya yang sederajat dengan yang disebut dalam poin 1
penyebrangan.
Tionghoa, tanah partikelir yang diduduki oleh rakyat asli disebut tanah-tanah
usaha dan juga tanah-tanah partikelir yang dikuasai oleh tuan tanah sendiri
atau yang disebut tanah kongsi yang juga biasanya pada zaman itu banyak
hak pertuanan kepada pemilik tanah partikelir dipandang tidak efektif karena
dimiliki oleh negara oleh karena hal tersebut pemerintahan Hindia Belanda
20
Supriyadi, Hukum Agraria, cetakan ke-5, h. 20.
22
21
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah-
Tanah Partikelir dalam
www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4c46721865586/parent/25037 (diunduh
pada tanggal 22 September 2016).
23
Belanda.
disebelah Barat Cimanuk dan membeli tanah-tanah yang dimiliki oleh N.V.
tanah partikelir dengan jangka waktu lima tahun namun hal tersebut tersendat
11.759 Hektar.
Pada tahun 1958 di pulau Jawa masih tersisa 117 bidang tanah partikelir
tanah yang hanya ingin melepaskan tanah partikelir yang dimiliknya dengan
tanah partikelir yang dijual akibat adanya suatu kebijakan yang ditetapkan
sebagaimana peralihan hak pada sebuah tanah eigendom. Peralihan hak atas
partikelir dan penjualan maupun pembelian dari sebidang tanah partikelir dari
22
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, (Jakarta: Prenada Media,
2010), h. 17.
25
membayarkan biaya sewa ataupun upeti kepada tuan tanah dari sebidang
tanah partikelir. Selain itu tuan tanah partikelir juga mampu menarik upeti
berupa hasil panen dari sebidang tanah partikelir yang dijadikan lahan
tanah pertanian ataupun perkebunan yang dimiliki oleh tuan tanah dari
pertuanan yang melekat pada tanah partikelir tersebut terhapus dan tanah-
atas sebuah tanah bekas tanah partikelir setelah adanya penghapusan tanah-
Pada pasal II ketentuan konversi dari UUPA diatur bahwa hak-hak atas
tanah dengan bentuk hak agrarisch eigendom, yasan, andarbeni, hak atas
23
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, h. 28.
26
altijddurende erpacht dan hak usaha atas bekas tanah partikelir setelah
sebidang tanah partikelir yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia setelah
sedangkan, tanah partikelir yang dimiliki oleh Warga Negara Asing dengan
Pokok Agraria sehingga status tanah partikelir tersebut menjadi terhapus dan
24
Muchtar Wahid, Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, (Jakarta:
Penerbit Republika, 2008), h. 25.
BAB III
hukum tanah adat yang berlandaskan hukum adat dan hukum barat yang
atau pribumi sesuai dengan pemberlakuan pasal 131 IS dan pasal 163 IS pada
masa itu.
Hukum tanah adat berlaku bagi tiap masyarakat pribumi yang berada
pada daerah adat tertentu dengan pranata hukum tertentu bagi masyarakat
25
Ridwan, Pemilikan Rakyat dan Negara Atas Tanah Menurut Hukum Pertanahan
Indonesia dalam Perspekstif Hukum Islam, (Jakarta: Penerbit Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2010), h. 167.
27
28
adat tersebut. Adapun tanah-tanah yang diatur melalui hukum tanah adat
2. Tanah ulayat atau tanah ulayat, yakni tanah yang dikuasai oleh
kemasyarakatan.
4. Tanah gogolan, yakni tanah yang dikuasai oleh penduduk asli suatu
yakni yang bersifat tetap maupun tidak tetap. Tanah gogolan yang
yang bersangkutan.
26
A. Ridwan Halim, Pengantar Hukum Indonesia dalam Tanya Jawab, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), h. 58.
29
Hukum tanah barat berlaku bagi golongan Hindia Belanda, Eropa dan
Timur asing yang pranata hukumnya diatur oleh pemerintah Hindia Belanda
Indonesia. Adapun hak atas tanah dalam hukum tanah barat adalah sebagai
berikut:27
secara tertulis.
3. Grantrecht atau hak grant, yakni hak milik istimewa sebagai hak
Belanda.
Pada awal masa kemerdekaan serta pasca masa revolusi fisik (tahun
barat maupun adat masih tetap berlaku dengan adanya ketentuan mengenai
asas konkordasi yakni asas yang memberlakukan suatu aturan hukum yang
dahulu selama belum ada aturan baru yang menggantikan aturan hukum
27
A. Ridwan Halim, Pengantar Hukum Indonesia dalam Tanya Jawab, h. 59.
30
aturan hukum agraria dan pertanahan baru untuk menggantikan aturan hukum
bertambah.28
28
Erman Rajaguguk Hukum Agraria, Pola Penguasaan Tanah dan Kebutuhan Hidup
(Jakarta: Chandra Pratama, 1995), h.11.
31
pengganti Agrarische Wet yang sudah berlaku sejak tahun 1870 silam dan
undang agraria yang baru harus tertunda dan Panitia Agraria Yogya pun
seperti agresi militer Belanda II, perubahan sistem politik, dan perpindahan
Panitia Agraria Yogya maka pada tahun 1951 dibentuklah Panitia Agraria
2. Yang dapat memiliki tanah untuk usaha tanah kecil hanyalah Warga
Negara Indonesia.
Panitia Soewahjo yang diketuai oleh Soewahjo Soemodilogo pada tahun 1956
29
Supriyadi, Hukum Agraria, cetakan ke-5, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 46.
32
yang telah dibentuk oleh panitia sebelumnya. Pada tahun 1957 berhasil
butir penting yakni penghapusan asas domein dengan asas “menguasai oleh
negara” dan asas bahwa pertanian dikerjakan dan diusahakan sendiri oleh
pemiliknya.30
yang sangat pesat dan gejolak-gejolak dalam dunia politik Indonesia. Tugas
nasional yang telah dibentuk oleh Panitia Soewahjo dan pada tahun 1958
30
Muchsin, Hukum Agraria Indonesia dalam Perspektif Sejarah, (Bandung: Penerbit
Refika Aditama, 2010), h. 45.
33
permusyawaratan DPR.
Mada. Pada tahun 1959 terbentuklah sebuah RUUPA baru yang merupakan
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959). Setelah RUUPA diterima oleh DPR-GR
dibagi menjadi dua konsep pembagian yakni, tanah kongsi dan tanah usaha.
Tanah kongsi merupakan tanah yang dikuasai langsung oleh tuan tanah dan
sedangkan tanah usaha adalah tanah yang tidak dikuasai secara langsung oleh
tuan tanah melainkan merupakan tanah desa atau milik masyarakat adat yang
Belanda, Eropa maupun Timur Asing beralih status menjadi tanah negara
eigendom, yasan, andarbeni, hak atas druwe, hak atas druwe desa, pesini,
32
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 2003), h. 99.
33
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, (Jakarta: Prenada Media, 2013),
h. 34.
35
biaya ganti rugi yang jumlahnya ditentukan berdasarkan luas bidang tanah
bidang kepemilikan tanah yang lebih dari 10 bau. Ketentuan ganti rugi bagi
luas bidang kepemilikan tanah yang lebih dari 10 bau, berlaku bagi pemilik
34
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum
Tanah, (Jakarta: Djambatan, 2008), h. 12.
36
tanah partikelir yang memiliki status Warga Negara Indonesia maupun Warga
Negara Asing.35
1958 terhadap luas tanah partikelir yang terletak di Provinsi DKI Jakarta
tanah-tanah partikelir di Jakarta Selatan tidak memiliki status atas tanah yang
permohonan hak atas bidang tanah bekas tanah partikelir tersebut untuk
sertifikat hak milik perseorangan sebagai tanda bukti yang sah menjelaskan
35
Memori Penjelasan Bab III nomor (6) Undang Undang Nomor 1 Tahun 1958
Tentang Penghapusan Tanah-Tanah Partikelir
37
penjualan. Hal ini disebabkan oleh sifat tanah-tanah partikelir tersebut yang
merupakan hak eigendom yang mana dapat beralih seperti halnya peralihan
hak atas tanah.36 Tujuan dari pelaksanaan pendaftaran tanah tersebut telah
disematkan pula pada pasal 19 ayat (1) dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun
merupakan alat pembuktian yang kuat dari hak atas tanah sebagaimana yang
dituliskan dalam pasal 19 ayat (1) huruf c, pasal 23 ayat (2), pasal 32 ayat (2),
dan pasal 38 ayat (2) dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
dan harus diterima sebagai keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak
36
Elsa Syarief, Pensertifikatan Tanah Bekas Hak Eigendom, (Jakarta: Gramedia, 2014),
h. 38.
37
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 113.
38
Kepastian hukum dari suatu pendaftaran hak atas tanah meliputi beberapa
hal yakni orang atau badan hukum yang menjadi pemegang hak, letak, batas-
batas, serta luas bidang tanah.38 Pemerintah memiliki peran yang krusial
dalam mewujudkan kepastian hukum dari suatu pendaftaran hak atas tanah
hal yakni:39
dapat mengetahui tentang subjek dan objek atas suatu bidang tanah.
yang dipunyai seseorang atas sesuatu hak atas tanah, dikenal sebagai
38
Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1993), h.20 -
21.
39
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Astas Tanah di Indonesia, (Surabaya:
Arkola, 2003), h. 79.
39
kadaster.
Dalam pendaftaran hak atas tanah, pemegang hak yang telah terdaftar
dalam daftar-daftar umum diberikan surat tamda bukti hak, yaitu surat yang
membuktikan pemegang hak sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum
2 (dua) tipe yakni pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar
40
Elsa Syarief, Pensertifikatan Tanah Bekas Hak Eigendom, h. 39.
41
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, h. 136.
40
Pendaftaran Tanah)
42
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2009)
h. 91.
43
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, h. 98.
41
bersangkutan.44
Tanah).
Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari
syarat:
dipercaya;
lain.
10. Pengesahan hasil pengumuman penelitian data fisik dan data yuridis
Pendaftaran Tanah).
45
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, h. 116.
46
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, h. 149.
43
untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah
berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Oleh
karena itu suatu pendaftaran tanah dapat dibedakan melalui pihak yang
kuasanya.48
47
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, h. 136.
48
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, h. 91.
44
Pendaftaran Tanah).
Hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan
49
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, h. 103.
45
b. tanah bekas hak eigendom yang sudah dicatat pada bukti dan
50
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, h. 108.
46
10. Pengesahan hasil pengumuman penelitian data fisik dan data yuridis
Pendaftaran Tanah).
massal.
51
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, h. 125.
BAB IV
A. Akibat Hukum yang Timbul Atas Peralihan Status Hak Atas Tanah
Partikelir Menjadi Hak Milik Perseorangan
sebuah sebidang tanah seluas ± 157,50 yang berada di Jalan Guru Alip
Tanah ini merupakan tanah partikelir yang pada mulanya dikuasai dan
dimiliki oleh Aseni bin Ka’i yang kemudian menjadi harta warisan yang
diwariskan kepada ahli warisnya pada tahun 1997 sebanyak 4 (empat) orang
yakni Asimah bin Aseni, Asmat bin Aseni, Hayati binti Aseni dan Asbi bin
Aseni.52
Pada tanggal 3 April 2000 pihak-pihak ahli waris dari sebidang tanah
52
Surat Pernyataan tertanggal 3 April 2000 yang ditandatangani di Jakarta oleh Asimah,
Asmar, Hayati dan Asbi selaku yang membuat pernyataan dengan turut ditandantangani
sebagai saksi Djasmin selaku Ketua Rt 004 RW 06 Kelurahan Duren Tiga, Eko Supoyo
selaku Ketua RW 06 Kelurahan Duren Tiga dan Tabrani selaku Staf Kelurahan Duren Tiga.
47
48
dalam Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Bekas Tanah Partikelir
antara pihak ahli waris dari Aseni yang kemudian dalam surat perjanjian
penerima hak atas tanah bekas tanah partikelir yang untuk kemudian dalam
suart perjanjian tersebut disebut sebagai pihak kedua antara lain adalah
sebagai berikut:53
kepada pihak kedua dan pihak kedua menerima pelepasan hak dari
berbatasan dengan tanah Tabrani, tanah Jalan Guru Alip dan tanah
Bambang.
2. Pihak kedua meyerahkan hak atas tanah bekas tanah partikelir kepada
pihak kesatu dan pihak kesatu telah menerma dari pihak kedua uang
3. Surat pelepasan hak atas tanah bekas tanah partikelir tersebut dibuat
waktu keadaan sehat badan dan fikiran serta tanpa ada paksaan dari
53
Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Bekas Tanah Partikelir Di Kelurahan
Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Kotamdya Jakarta Selatan. Ditandatangani di Jakarta,
tanggal 3 April 2000 oleh Para Ahli Waris Almarhum Aseni sebagai Pihak kesatu, Zakwani
Sebagai Pihak kedua dan turut ditandatangani oleh Djasmin, Ketua RT 004, Kelurahan Duren
Tiga, Drs. Eko Supoyo Ketua RW 06, Kelurahan Duren Tiga dan Tabrani, Staf Kelurahan
Duren Tiga, selaku para pihak yang mengetahui.
49
pihak lain sehingga tidak dapat lagi terjadi gugatan dari pihak kesatu
4. Surat pelepasan hak atas tanah bekas tanah partikelir tersebut dibuat
kembali dihadapan para pihak dengan benar dan jelas serta telah
dimengerti oleh para pihak, maka para pihak tanda tangani dengan
demikian hak tas tanah bekas tanah partikelir tersebut menjadi hak
6. Surat pelepasan hak atas tanah bekas tanah partikelir dibuat untuk
Jakarta Selatan.
Selain membuat surat perjanjian pelepasan hak atas tanah bekas tanah
partikelir yang dibuat untuk mengalihkan hak atas tanah yang dimiliki oleh
ahli waris Aseni kepada Zakwani, para ahli waris juga membuat surat
bin Ka’i sebagai pemegang hak, yang meninggal dunia pada tahun 1997.54
54
Surat Pernyataan yang ditandatangi di Jakarta pada tanggal 3 April 2000 oleh
Asimah, Asmat, Hayati dan Asbi selaku yang membuat pernyataan dan sebagai ahli waris
dari Aseni.
50
Para ahli waris Aseni juga menjelaskan dalam surat pernyataan yang mereka
buat tersebut bahwa hingga saat dibuatnya surat pernyataan tersebut, tanah
bekas tanah partikelir tersebut belum pernah dijual atau dioper, digadaikan
manapun.
1056 Tahun 1981 yang mengukuhkan penguasaan atas tanah bekas tanah
tanggal 3 April 2000 antara pihak yang melepaskan haknya yakni pihak ahli
waris Almarhum Aseni yang terdiri dari Asimah, Asmat, Hayati dan Asbi
kepada pihak yang menerima haknya yakni Zakwani.55 Tujuan dari adanya
55
Surat Keterangan tertanggal 5 April 2000 yang ditandatangani oleh Kepala Kelurahan
Duren Tiga Drs. Hamir Hasan Ibrahim dan juga Camat Pancoran Drs. Susanto AD sebagai
Pihak yang mengetahui.
51
bidang tanah bekas tanah partikelir yang ingin dikuasai hak kepemilikannya
tanah partikelir.
Data kelengkapan permohonan hak atas tanah bekas tanah partikelir yang
Zakwani.
ini juga menjelaskan bahwa sampai saat itu Surat Rekomendasi Permohonan
Hak Atas Tanah Bekas Tanah Partikelir dibuat atau tertanggal 5 April 2000
56
Surat Rekomenadasi Permohonan Hak Atas Tanah Bekas Tanah Partikelir tertanggal
5 April 2000 yang ditandatangani oleh Kepala Kelurahan Duren Tiga Drs. Hamir Hasan
Ibrahim dan juga Camat Pancoran Drs. Susanto AD sebagai Pihak yang mengetahui
52
terhadap bidang tanah bekas tanah partikelir tersebut tidak terdapat sengketa
yang melekat kepada bidang tanah partikelir tersebut dan Surat Rekomendasi
Permohonan Hak Atas Tanah Bekas Tanah Partikelir tersebut berlaku untuk
status tanah dbekas tanah partikelir dengan penguat haknya berupa Surat
Pihak Zakwani mengalihkan kembali hak atas bidang tanah bekas tanah
dengan kode pos 12760 kepada pihak Dotty Julia melalui proses jual beli
sebagai Pihak Kesatu dan Dotty Julia sebagai Pihak Kedua diman dalam
57
Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Sebidang Tanah Negara Di Kelurahan Duren
Tiga, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan tertanggal 26 Juli 2006 yang
ditandatangi oleh Zakwani sebagai Pihak Kesatu, Dotty Julia sebagai Pihak Kedua, dan H.
Djasmin, Ketua RT 004 Kelurahan Duren Tiga sebagai saksi, H. Yahya HS, Ketua RW.03
Kelurahan Duren Tiga sebagai saksi, Sarwanto, Staf Kantor Kelurahan Duren Tiga sebagai
saksi dan Darmawati, Istri dari Pihak Pertama yang turut menjadi saksi.
53
Juli 2006 tersebut kedua belah pihak mencapai kepada beberapa poin
kesepakatan yang secara garis besar menerangkan beberapa hal antara lain
sebagai berikut:58
1. Pihak Kesatu melepaskan hak kepada Pihak Kedua dan Pihak Kedua
keadaan sehat badan dan pikiran serta tanpa ada paksaan dari pihak
lain, sehingga tidak dapat diganggu gugat oleh Pihak Kesatu maupun
58
Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Sebidang Tanah Negara Di Kelurahan Duren
Tiga, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan tertanggal 26 Juli 2006 yang
ditandatangi oleh Zakwani sebagai Pihak Kesatu, Dotty Julia sebagai Pihak Kedua, dan H.
Djasmin, Ketua RT 004 Kelurahan Duren Tiga sebagai saksi, H. Yahya HS, Ketua RW.03
Kelurahan Duren Tiga sebagai saksi, Sarwanto, Staf Kantor Kelurahan Duren Tiga sebagai
saksi dan Darmawati, Istri dari Pihak Pertama yang turut menjadi saksi.
54
dengan benar dan jelas serta telah para pihak mengerti maksud, isi dan
Pihak Kedua.
5. Surat Pelepasan Hak Atas Tanah Negara tersebut dibuat oleh para
cukup yang berlaku sebagai tanda bukti serah terima yang sah.
6. Akibat apapun yang timbul dari pelaksanaan pelepasan hak atas tanah
Jakarta Selatan tersebut. Pihak Dotty Julia juga membuat Surat Pernyataan
pernyataan yang menyatakan bahwa hak atas tanah negara berserta bangunan
yang diterima oleh pihak Dotty Julia berdasarkan pelepasana hak dari pihak
Zakwani pada tanggal 26 Juli 2006 terletak pada RT 004 RW 06, Kelurahan
157,50 tidak berada dalam keadaan sengketa dan pihak Dotty Julia
59
Surat Pernyataan tertanggal 26 Juli 2006 yang ditandatangi oleh Dotty Julia selaku
pihak yang membuat pernyataan dan H. Djasmin, Ketua RT 004 Kelurahan Duren Tiga
sebagai saksi, H. Yahya HS dan Ketua RW.03 Kelurahan Duren Tiga sebagai saksi.
55
Selatan dan Advis Planning ke Suku Dinas Tata Kota Kotamadya Jakarta
selatan apabila diatas tanah tersebut akan didirikan suatu bangunan setelah
terbitnya Sertifikat Hak Atas Tanah Negara yang dalam hal ini merupakan
yang mulanya adalah sebidang tanah partikelir, pada tanggal 8 Agustus 2016
Negara yang diterbitkan oleh Kelurahan Duren Tiga dan Kecamatan Pancoran
1 Agustus 2006 dengan nomor surat 85/1.711.1 yang juga terdiri dari 2 berkas
yang diterbitkan oleh Kelurahan Duren Tiga dan Kecamatan Pancoran serta 3
60
Surat Rekomendasi Permohonan Hak Atas Tanah Negara tertanggal 8 Agustus 2016
ditandatangi oleh Endang Mulahatmi, S.E. selaku Lurah Duren Tiga dan Herry Gunara,
S.Sos, M.M., selaku Camat Pancoran.
56
8 Agustus 2016 dengan nomor surat 147/1.711.03 terdiri dari 2 (dua) berkas
yang diterbitkan oleh Kelurahan Duren Tiga dan Kecamatan Pancoran serta 3
(tiga) berkas yang dibuat oleh pihak Dotty Julia. Berkas yang diterbitkan oleh
April 2000, dari ahli waris Almarhum Aseni bin Ka’i kepada
Kelurahan Duren Tiga dari Zakwani kepada Dotty Julia pada tanggal
Tanah Negara atas nama Dotty Julia dengan tanggal 1 Agustus 2016.
dengan tanah Tabrani, tanah Jalan Guru Alip dan tanah Bambang.
61
Surat Rekomendasi Permohonan Hak Atas Tanah Negara tertanggal 8 Agustus 2016
ditandatangi oleh Endang Mulahatmi, S.E. selaku Lurah Duren Tiga dan Herry Gunara,
S.Sos, M.M., selaku Camat Pancoran.
57
Permohonan Hak Atas Tanah Negara dalam hal ini Dotty Julia.
berlaku untuk hal permohonan atas tanah negara oleh pemohon yang dalam
hal ini adalah Dotty Julia dan apabila dikemudian hari ada gugatan dari pihak
Tanah Negara tersebut baik pidana maupun perdata menjadi tanggung jawab
Dotty Julia yang selaku pemohon tanpa melibatkan Lurah dan Camat serta
yang pada saat ini dikuasai oleh Dotty Julia. Asal usul penguasaan tanah
Hak Atas Sebidang Tanah Negara di Kelurahan Duren Tiga yang dibuat pada
62
Surat Pernyataan tertanggal 26 Juli 2006 yang ditandatangi oleh Dotty Julia selaku
pihak yang membuat pernyataan dan H. Djasmin, Ketua RT 004 Kelurahan Duren Tiga
sebagai saksi, H. Yahya HS dan Ketua RW.03 Kelurahan Duren Tiga sebagai saksi.
58
lembar yakni berkas-berkas yang dibuat oleh pemohon dalam hal ini Dotty
tanah bekas tanah partikelir oleh Dotty Julia sejak tanggal 26 Juli
tanah bekas tanah partikelir tersebut dikuasai oleh pihak Dotty Julia
63
Surat Pernyataan Pengakuan Menguasai Fisik Aras Sebidang Tanah Di kelurahan
Duren Tiga Kecamatan Pancoran Kota Administrasi Jakarta Selatan yang ditandatangi di
Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2016 dengan disaksikan oleh H.M. Djasmin selaku ketua RT
04 RW 06 Kelurahan Duren Tiga dan Achmad Sobari, S.E. selaku Ketua RW 06 Kelurahan
Duren Tiga dan turut ditandatangani oleh Endang Mulahatmi, S.E. selaku Lurah Duren Tiga.
59
pihak Dotty Julia yang juga menjadi salah satu berkas yang dilampirkan
ketentuan tambahan yang berisikan kewajiban bagi pihak Dotty Julia untuk
bangunan.
65
Surat Pernyataan tertanggal 26 Juli 2006 yang ditandatangi oleh Dotty Julia selaku
pihak yang membuat pernyataan dan H. Djasmin, Ketua RT 004 Kelurahan Duren Tiga
sebagai saksi, H. Yahya HS dan Ketua RW.03 Kelurahan Duren Tiga sebagai saksi.
60
bangunan.
persyaratan keandalan bangunan gedung. Status hak atas tanah yang menjadi
bangunan merupakan hak atas tanah yang mana penguasaan atas tanah
atau kepemilikan tanah, seperti hak milik, hak guna bangunan (HGB), hak
menjadi dua bagian yakni tanah usaha dan tanah kongsi. Tanah usaha
66
Penjelasan Pasal 8 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung.
61
termasuk tanah desa atau diatas mana penduduk mempunyai hak yang
partikelir yang bukan merupakan termasuk tanah desa atau diatas mana
dapat terdiri dari seluruhnya tanah usaha atau tanah kongsi atau sebagian
yang berisi:
diberikan kepada penduduk yang mempunyai hak usaha atas tanah itu
dengan hak milik, kecuali jika hal itu menurut peraturan yang ada
2. Pemberian hak milik tersebut pada ayat 1 pasal ini dilakukan dengan
Menteri Agraria.
67
Penjelasan pasal 1 huruf c dan d Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 Tentang
Penghaspusan Tanah-Tanah Partikelir
62
yang berhak yakni penduduk yang mempunyai hak usaha atas tanah-tanah
itu.68
Nomor 2 Tahun 1958) menyatakan bahwa hak milik yang diberikan setelah
adanya perincian yang telah dilakukan terlebih dahulu sebelum hak milik
pengukuran dan perpetaan yang dilakukan oleh instansi yang ditunjuk dan
68
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan
Tanah-Tanah Partikelir Bab III Nomor 5.
63
agrarisch eigendom, milik, yasan, andarbeni, hak atas druwe, hak atas druwe
usaha atas bekas tanah partikelir dan hak-hak lain dengan nama apapun juga
yang akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria semenjak Undang-
usaha atas bekas tanah partikelir sebagai salah satu objek kepemilikan berupa
tersebut.
dalam pasal I sampai dengan pasal VIII dari kentuan konversi Undang-
atas tanah partikelir antara lain adalah pemberian serta penerimaan hak
Agraria Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan
Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan telah melakukan unifikasi
mengatur terkait pemberian hak atas tanah negara yang merupakan proses
memperoleh hak atas tanah yang didapatkan dari proses konversi hak-hak
70
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, h. 26.
65
Status hak atas tanah bekas tanah pertikelir yang dimiliki oleh pihak
Dotty Julia merupakan status hak atas tanah bekas tanah partikelir yang pada
awalnya dimiliki oleh pihak Zakwani dan kemudian dialihkan haknya kepada
pihak Dotty Julia sebagai penerima hak. Status hak atas tanah bekas tanah
Tanah Negara dengan nomor surat 147/1.711.03 sehingga status hak atas
tanahnya dapat menjadi status hak atas tanah dengan terbitnya sertifikat hak
Tanah yang telah memiliki status hak atas tanah dengan diwujudkan
tanah, seperti hak milik, hak guna bangunan (HGB), hak guna usaha (HGU),
hak pengelolaan, dan hak pakai dengan dilampirkannya pula gambar yang
jelas mengenai lokasi tanah bersangkutan yang memuat ukuran dan batas-
batas persil71, telah melengkapi persyaratan status hak atas tanah dalam
Adapun akibat hukum lainnya dari suatu proses konversi hak yang
meliputi proses pendaftaran hak atas tanah yang pihak Dotty Julia lakukan,
71
Penjelasan Pasal 11 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
66
keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak ada alat pembuktian yang
membuktikan sebaliknya.72
kepemilikan hak atas sebidang tanah yang terletak di Jalan Guru Alip Nomor
Jakarta Selatan atas kepemilikan atas nama Dotty Julia, hal tersebut dapat
menjadi alat pembuktian yang kuat atas status hak yang dimiliki dan
Sertifikat Hak Milik yang telah terbit dan dimiliki atas nama Dotty Julia
suatu keterangan hak atas tanah bekas tanah partikelir yang semulanya
menjadi alas hak atas sebidang tanah yang terletak di Jalan Guru Alip Nomor
72
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 113.
67
yang sifatnya yuridis. Hal ini dapat dilihat dari pengaturan-pengaturan hukum
konversi yang terdiri dari 9 (sembilan) pasal.73 Ketentuan mengenai tata cara
konversi hak usaha atas tanah partikelir menjadi hak milik terdapat di pasal II
sebuah kendala dalam suatu proses konversi hak-hak atas tanah partikelir
karena banyaknya hal-hal yang harus diteliti serta dicermati yang menjadi
pemohon yang dalam hal ini Dotty Julia sampai dengan permohonan tersebut
diterima pihak Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini diwakili oleh Kepala
73
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2008), h.
23-27.
68
tersebut.
Syarat dan tata cara dalam mendapatkan sebuah hak atas tanah negara
yang dalam hal ini merupakan bentuk hak dari sebidang tanah bekas tanah
partikelir dari saudara Dotty Julia dan diperuntukan untuk rumah tinggal
terdapat pada pasal 77 sampai dengan pasal 83 dari Peraturan Menteri Agraria
Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak
Permohonan hak milik atas tanah menurut pasal 77 sampai dengan pasal
83 dari Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah negara dan Hak Pengelolaan
kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan dan mengikuti rangkaian tata
74
Penjelasan Pasal 79 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
69
Cara Pemberian dan Pembatan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatan Hak Atas
75
Penjelasan Pasal 81 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
76
Penjelasan Pasal 82 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
70
mencatatnya dalam buku tanah, Sertifikat dan daftar umum lainnya serta
77
Penjelasan Pasal 83 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akibat hukum yang timbul dengan adanya konversi status hak atas
lainnya yang timbul dari proses konversi status hak atas tanah
Sertifikat Hak Milik yang menjadi alat pembuktian paling kuat atas
2. Proses dan tata cara konversi hingga pada pendaftaran tanah bagi
71
72
9 Tahun 1999.
B. Saran
Tiap tahap yang ditempuh dalam proses konversi tersebut memiliki dasar
1973, Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 dan secara khusus
terhadap proses konversi hak-hak barat guna untuk memberikan satu acuan
semula adalah tanah partikelir menjadi hak milik perseorangan secara khusus.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku –buku
73
74
B. Perundang-undangan