Oleh :
Ayyida Sabila
NIM : 1110048000035
Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 07 Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar strata satu, yaitu Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi
Ilmu Hukum dengan Konsentrasi Hukum Bisnis.
Jakarta, 07 Mei 2014
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
( ........................... )
NIP. 195003061976031001
Sekretaris
( ........................... )
NIP. 196509081995031001
Pembimbing
( ........................... )
NIP. 195912311986091003
Penguji I
( ......................,.... )
NIP. 195003061976031001
Penguji II
( ........................... )
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ayyida Sabila
iii
ABSTRAK
AYYIDA SABILA. NIM 1110048000035. MEKANISME TATA PELAKSANAAN
BIOREMEDIASI DALAM KEGIATAN HULU MINYAK BUMI DI INDONESIA.
Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/2014M x + 71
halaman + 2 halaman daftar pustaka + halaman lampiran.
Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan atas ketidakpastian dalam
hukum lingkungan dengan hukum pertambangan yang terkandung didalamnya
kewenangan Pemerintah dan kewenangan Perusahaan dalam melakukan pengolahan
limbah bahan beracun dan berbahaya salah satunya kegiatan bioremediasi pasca
operasional eksploitasi dan eksplotasi pertambangan minyak bumi. KKKS
merupakan induk kontrak untuk investor dalam maupun luar negeri dari kegiatan
pertambangan usaha hulu mengatur pula production sharing contract (kontrak bagi
hasil) bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha hulu wajib untuk
melakukan pemulihan wilayah sementara Undang-Undang mengatur lain. Tujuan
dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepastian hukum yang mengatur
jelas mengenai kegiatan Bioremediasi dan pihak yang berwenang melaksanakannya.
Metode penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian normatif.
Penelitian hukum normatif sendiri memiliki beberapa pendekatan diantaranya
pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, pendekatan komparatif dan
pendekatan konseptual. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
bahan hukum primer berupa UU No.22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas, UU
No.32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup, PP No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta KepMen Lingkungan
Hidup No.128 Tahun 2003, bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan pertambangan yang telah melakukan
kegiatan usaha hulu memiliki tanggung jawab untuk mengolah limbah bahan beracun
dan berbahaya diantaranya kegiatan bioremediasi yang dihasilkan selama produksi
minyak bumi berlangsung dan pemerintah dalam bentuk SKK Migas dan BP Migas
memiliki tanggung jawab untuk mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan
perusahaan pertambangan dan mengganti biaya produksi hingga pemulihan dengan
biaya pengembalian atau cost recovery.
Kata Kunci : Bioremediasi, Hukum, Lingkungan, Pertambangan dan Pertamina.
iv
Pembimbing
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar,
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik materiil maupun immaterial, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. JM. Muslimin, M.A. beserta seluruh jajaran dekanat Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Jakarta;
2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH. MA dan Drs. Abu Thamrin, SH. M.Hum selaku
ketua dan Sektretaris Program Studi Ilmu Hukum;
3. Prof. Dr. H. Abdullah Sulaiman, SH. MH selaku pembimbing skripsi Penulis;
terimakasih atas tambahan referensi buku bacaan serta semua kritik dan saran
yang membangun Penulis dalam menyelesaikan skripsinya;
4. Kedua orang tua Penulis, Ayah Dimas dan Ibu Nurul Fajri Chikmawati yang
telah memberikan cinta dan kasih sayangnya selama ini, dukungan langsung
maupun tidak langsung serta doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat selesai;
5. Kakak dan Adik Penulis, Zahra Nailatul Huda dan Silmi Hanifah yang sudah
memberikan semangat kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan,
terimakasih juga kepada satu-satunya keponakanku Jasmine Aulia Kusuma.
6. Teman-teman seperjuangan dalam perkumpulan Dergamor, Kaka Defi
Satiatika, Kaka Siti Annisa Saaridah, Ajeng Kumalasari, Hopsah Varah Dini,
Nazia Tunnisa Alham dan M. Rizky yang selalu memberi saran dan contoh
pendidikan sosial yang menarik sejak semester pertama hingga semester
akhir. Terima kasih atas kekompakan kalian yang mendukung satu dengan
lainnya untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman belajar bersama yang tidak pernah letih mengajari, Atiek
Afidata, Apriyanti, Nourma A. Utami, Ainul Arifatul, Endah Sulastri dan
vi
Liza Tri Kusuma dan seluruh teman-teman calon sarjana hukum angkatan
2010 Hukum Bisnis UIN Jakarta.
8. Brian Aderinanda Bahri, sebagai partner dan motivator yang selau ada dikala
suka dan duka.
9. Seluruh teman-teman KKN Agoritma 2013, Ahmad Hidayah, Brian A.Bahri,
M. Rizky, Novian D.Cahyo, Choir Al-ayubi, Ade A.Mulyana , Eka Rahmania,
Himatulmilah, Octaviani, Fida dan Tika.
10. Seluruh keluarga besar kosan Griya Aini terutama para pengganti pengawas
layaknya orangtua yaitu Mbak Ar, Mbak Fat, Mbak Sule dan Mbak Nawati.
11. Seluruh teman SMA yang masih setia mendukung, Putri Maharani, Dinny
Gamalasari, Rachma Annisa, Mila Prawitasari dan Titi Tri Hastuti.
12. Bapak Zainudin Arifin dari PT.Citra Wahana Jaya yang telah memberikan
waktunya sebagai salah satu nara sumber.
13. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Atas seluruh bantuan dari semua pihak baik materiil maupun immaterial,
Penulis memanjatkan doa semoga Allah memberikan balasan yang berlipat
dan menjadikannya amal jariyah yang tidak pernah berhenti mengalir, amin.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya
dan bagi para pembaca umumnya.
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
... i
LEMBAR PENGESAHAN
... ii
LEMBAR PERNYATAAN
... iii
ABSTRAK
... iv
KATA PENGANTAR
... vi
DAFTAR ISI
... viii
DAFTAR LAMPIRAN
... x
BAB I : PENDAHULUAN 1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
.. 1
...... 6
.. 7
.. 7
... 8
... 10
... 15
... 17
... 19
Pengertian Bioremediasi
... 21
Tujuan Kegiatan Bioremediasi ... 24
Bentuk Perjanjian Pertambangan di Indonesia ... 25
Kedudukan Badan Pelaksana dalam Kegiatan Usaha Hulu
... 27
KKKS
... 29
Pancasila dan UUD 1945
... 31
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001
... 32
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
... 36
viii
BAB V : PENUTUP.. 69
A. Kesimpulan
B. Saran
.. 69
.. 70
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Prosedur Perijinan Pengalihan Interest KKS
2. Kerangka Dasar Kontrak Kerjasama Operasi (KSO) Pertamina EP
3. Persyaratan Mitra Information Summary dari Pertamina EP
BAB I
PENDAHULUAN
untuk
mengelola sumberdaya
alam
memberikan
Faizal Kurniawan, Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Kekayaan Minyak dan Gas Bumi
Sebagai Aset Negara Melalui Instrumen Kontrak, Jurnal Perspektif, Volume XVIII No. 2 Tahun 2013
Edisi Maret, hlm. 75.
2
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Pranada Kencana,
2004), hlm. 113.
Pernyataan Dony Inderawan selaku Corporate Communication Manager PT. Chevron Pacific
Indonesia
5
Alamsyah Pua Saba, 3 Rig Milik Chevron Berhenti Beroprasi. (Berita online,
www.majalahtambang.com, diakses 13 Mei 2013
6
Aminuddin Ilmar, Op Cit, hlm.115
kedudukan
hak
dan
kewajiban
suatu
perusahaan
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a) Diharapkan penelitian penulis dapat bermanfaat untuk masyarakat terkait
dengan pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan Bioremediasi dalam
pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan di bidang eksplorasi dan
eksploitasi minyak bumi di Indonesia.
b) Diharapkan penulis dapat menambah referansi bahan ajar serta dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan para akademisi di UIN Syarif
Hidayatullah pada khususnya dan para akademisi di Indonesia pada
umumnya.
c) Diharapkan penulisan ini dapat menjadi tolak ukur perusahaanperusahaan lain dalam melakukan kegiatan Bioremediasi di Indonesia
serta sebagai bahan kajian dalam rangka optimalisasi pencapaian
pembangunan nasional.
NAMA
TAHUN
Judul Skripsi
Hukum
yang
berlaku
dalam
Universitas Indonesia.
kontrak
bagi
hasil
dibidang
Fakultas Hukum
Margaretha Quina
2012
Universitas Indonesia.
Fakultas Hukum
Oleh
Perusahaan
Transnasional
10
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h.lm 117.
11
kewajiban
moral
terhadap
para
pemangku
10
11
12
benturan
kepentingan
dengan
cara
menempatkan
Lawrence Friedman, American Law, (London: W.W. Norton & Company, 1984), h. 6.
13
dari
masyarakat
mengenai
pemikiran
nilai-nilai
dan
14
c. Asas Keselarasan
Asas keselarasan merupakan asas, di mana ketentuan undang-undang
pokok pertambangan harus selaras atau sesuai atau seide dengan citacita dasar Negara Republik Indonesia untuk menciptakan Indonesia
berwawasan lingkungan dengan upaya pemanfaatan lingkungan hidup
dengan tetap memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.
d. Asas Kehati-hatian
Asas Kehati-hatian adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak
suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda
langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan
hidup.
Kegiatan
15
e. Asas Manfaat
Asas manfaat adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan
pembangunan
yang
dilaksanakan,
termasuk
di
dalamnya
G. Kerangka Konseptual
1. Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan.13
2. Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah kegiatan usaha hulu yang
berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha Eksplorasi dan Eksploitasi.
3. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat,
termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh
dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan
hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang
tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.
13
16
4. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh
dari proses penambangan.
5. Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak Bumi dan Gas Bumi.
6. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi
mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan
cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan.
7. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan
Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri
atas
pengeboran
dan
penyelesaian
sumur,
pembangunan
sarana
17
H. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Pada penelitian jenis ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang
tertulis
dalam
peraturan
perundang-undangan
atau
hukum
yang
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, cet.I,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm.118
15
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cet.VI,(Jakarta: Kencana,2010),hlm.93
18
3. Sumber Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder, yaitu :
a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan-bahan hukum yang
memiliki kekuatan mengikat dengan masyarakat. Bahan hukum primer
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang No.22
tahun 2001 tentang Minyak dan Gas, Undang-Undang No.32 Tahun
2009 tentang Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta
Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup No.128 Tahun 2003.
b. Bahan Hukum Sekunder, merupakan bahan-bahan yang memberikan
penjelasan atau hal-hal yang berkaitan dengan penelitian sumber
primer seperti naskah akademik rancangan undang-undang, hasil-hasil
penelitian, artikel, makalah, dan hasil dari para ahli hukum di bidang
Bioremediasi lainnya yang mendukung penelitian ini. Sumber
sekunder
dalam
penelitian
ini
yaitu
buku-buku
mengenai
19
I. Sistematika Penulisan
BAB I
20
YURIDIS
KEGIATAN
PELAKSANAAN
HULU
MINYAK
BIOREMEDIASI
DAN
GAS
DI
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Bioremediasi
Menurut Kamus Istilah Lingkungan, Bioteknologi dapat didefinisikan
sebagai penerapan ilmu biologi untuk memanipulasi dan memanfaatkan
makhluk hidup bagi kebutuhan manusia, sedangkan menurut Sheenan
bioteknologi pada dasarnya merupakan pemanfaatan organisme hidup untuk
memecahkan masalah atau untuk menghasilkan suatu produk yang berguna
bagi kesejahteraan manusia dan lingkungan secara berkelanjutan. Salah satu
bentuk penerapan bioteknologi adalah mekanisme bioremediasi dalam proses
degradasi limbah minyak bumi.1
Menurut Baker dan Hansen dalam bukunya Astri Nugroho
menyebutkan bahwa bioremediasi merupakan proses pemulihan (remediasi)
secara biologi terhadap komponen lingkungan, tanah dan air yang telah
tercemar. Menurut Sheenan bioremediasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang mengeksploitasi kemampuan katalitik suatu organisme untuk
meningkatkan laju perombakan suatu polutan sedangkan menurut Leisinger,
dkk menyebutkan bahwa bioremediasi adalah proses penguraian atau
Astri Nugroho, Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006)
h.31
21
22
degradasi secara biologi suatu polutan organik yang beracun menjadi senyawa
lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Dari berbagai definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa bioremediasi bukan hanya diaplikasikan pada
lingkungan yang tercemar minyak bumi, tetapi dapat juga diterapkan untuk
mengendalikan pencemaran oleh bahan-bahan berbahaya lainnya seperti
pestisida dan senyawa xenobiotic lainnya.2
Selanjutnya, menurut Leisinger dan Sheehan bahwa biodegradasi
dapat diartikan sebagai proses penguraian oleh aktifitas mikroba, yang
mengakibatkan transformasi struktur suatu senyawa sehingga terjadi
perubahan integritas molekuler. Agar biodegradasi dapat berlangsung efektif,
diperlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan mikroba. Gordon, Ray menjelaskan untuk memahami
lebih dalam mengenai bioremediasi minyak bumi, harus terlebih dahulu
memahami biodegradasi. Biodegradasi minyak bumi merupakan proses alami,
yang
melibatkan
mikroba
yang
dapat
mentransformasikan
dan
h.32
Astri Nugroho, Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006),
23
yang
untuk
menyederhanakan
substrat,
misalnya
minyak
bumi
h.44
Astri Nugroho, Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006),
24
dari
kecil
sekali
sampai
kemusnahan
total
(catastrophic) dengan salah satu dampak terdapat pada berbagai jenis ikan
kecil maupun besar akan sulit untuk mencari makanan dan tempat berbiak.
Beberapa penelitian melaporkan, akumulasi pencemaran minyak bumi akan
memutuskan jarring-jaring makanan yang kompleks karena matinya
mikroalga penghasil oksigen. Secara khusus pencemaran akibat tumpahan
minyak bumi mempengaruhi berbagai ekosistem perairan serta komponenkomponen biotik di dalamnya.
25
26
H. Salim HS. Hukum Pertambangan di Indonesia. (Jakarta : Rajawali Pers, 2008). Hlm. 303
27
28
BAB III
PENGATURAN TATA PELAKSANAAN KEGIATAN BIOREMEDIASI DI
INDONESIA
29
30
Pertamina EP, Kerangka Dasar Kontrak Kerjasama Operasi (KSO) atau Operation
Cooperation Agreement Launching tgl 30 November 2006, Hotel Four Seasons Jakarta.
2
Pertamina EP, Information Summary. 2010.
31
berdasar
atas
demokrasi
ekonomi
dengan
prinsip
32
dibuat
mengingat
pembangunan
nasional
harus
berdasarkan
33
mempunyai
peranan
penting
dalam
perekonomian
Negara.
Melihat
pengembangan
masyarakat
sekitarnya
dan
jaminan
hak-hak
34
35
melakukan
pengawasan
terhadap
kegiatan
usaha
Hulu
agar
pengambilan sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik Negara dapat
memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi Negara untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
BP Migas diatur dalam pasal 44 ayat (3) bahwa tugas badan pelaksana
adalah memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya
dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja
Sama, melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama.
36
37
lingkungan hidup dan agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan
perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan
ekosistem.
Definisi
pencemaran
lingkungan
hidup
adalah
masuk
atau
38
Pemegang izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
39
dan
melaksanakan
kebijakan
amdal
dan
UKL-UPL,
40
41
kepada
pejabat/instansi
teknis
yang
bertanggung
jawab
di
bidang
kewenangan
pejabat
pengawas
lingkungan
hidup
42
43
44
45
46
Mengenai sanksi jelaskan di dalam Pasal 62 dan Pasal 63 bahwa Instansi yang
bertanggung jawab memberikan peringatan tertulis kepada yang melanggar
Pasal 3 yang menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 yang
dihasilkannya langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan
lebih dahulu dan Pasal 4 yang menyatakan bahwa setiap orang atau badan
usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan penimbunan limbah B3 dilarang melakukan pengenceran
untuk maksud menurunkan konsentrasi zat racun dan bahaya limbah B3 serta
Pasal 9 sampai Pasal 26, Pasal 18 sampai dengan Pasal 40, Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 49, Pasal 52 ayat (2), Pasal 58 dan Pasal 60. Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II dapat menghentikan sementara kegiatan operasi
atas nama instansi yang berwenang dan/atau instansi yang bertanggung jawab
apabila pelanggaran tersebut dapat membahayakan lingkungan hidup. Pasal
63 menyatakan bahwa barangsiapa yang melanggar ketentuan yang terdapat
dalam undang-undang ini yang mengakibatkan dan/atau dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup diancam dengan pidana
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup.
47
48
maka
pemerintah
menetapkan
Keputusan
Menteri
Negara
Keputusan
Menteri
ini
definisi
bioremediasi
mulai
49
seperti
yang
tercantum
dalam
Keputusan
Nomor
04/Bapedal/09/1995.
2. Persyaratan Tempat Pengolahan
Tempat dilakukannya proses pengolahan secara biologi harus
memenuhi persyaratan umum yang diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal tahun 1995 tentang pengelolaan limbah B3.
3. Tata Cara Pengolahan
4. Analisis Terhadap Proses Pengolahan
Selama proses pengelolaan secara biologi ini dilakukan, maka
beberapa parameter dianalisis diantaranya:
50
dan
sebagai
analisis
terhadap
parameter
yang
51
bumi
yang
mengacu
pada
keputusan
Nomor
04/Bapedal/09/1995.
c. Hasil olahan dapat ditempatkan ke lokasi dimana proses pengolahan
biologi sebelumnya berlangsung jika hasil analisis telah memenuhi
baku mutu yang dipersyaratkan, serta hasil olahan dapat ditempatkan
ditempat lain yang masih berada di sekitar area internal penghasil
limbah jika hasil analisis telah memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan.
52
kesehatan manusia
dan untuk
menanggulangi
53
pelaksana
berkewajiban
menyesuaikan
pengelolaannya
dengan
BAB IV
ANALISIS YURIDIS PELAKSANAAN BIOREMEDIASI DALAM
KEGIATAN HULU MINYAK BUMI DI INDONESIA
A. Mekanisme Tata Pelaksanaan Bioremediasi dalam Kegiatan Hulu
Minyak Bumi di Indonesia
Mekanisme tata pelaksanaan bioremediasi di Indonesia diatur jelas di
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 dimana
tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah sludge minyak bumi secara
biologi adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan Limbah
Persyaratan limbah minyak bumi yang akan diolah secara biologi
adalah konsentrasi maksimum Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)
sebelum proses pengolahan adalah tidak lebih dari 15%, jika lebih maka
perlu dilakukan pengolahan atau pemanfaatan terlebih dahulu dengan
mempertimbangkan teknologi yang tersediadan karakteristik limbahnya
serta hasil uji logam berat berada di bawah baku mutu seperti yang
tercantum dalam Keputusan Nomor 04/Bapedal/09/1995.
2. Persyaratan Tempat Pengolahan
Persyaratan umum sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal tahun
1995 tentang pengolahan limbah B3 dan melakukan pengkajian terhadap
54
55
konsisi awal tanag dari lokasi yang akan dibangun unit pengolahan
termasuk data kandungan TPH dan logam berat pada sampel tanah dan air
tanah.
3. Persyaratan Fasilitas
Fasilitas pengolahan limbah minyak bumi secara biologi di tempat
pengolahan harus dilapisi tanah lempung dengan ketebalan minimum 60
cm seteah dipadatkan, saluran drainase dirancang di sekeliling unit lokasi
pengelolahan, konstruksi saluran drainasedan kolam penampungan air
limpasan harus kedap air, tanggul dibangun disekeliling unit lokasi
pengolahan, pagar pengaman di sekeliling lokasi dipasang untuk
menghindari masuknya pihak-pihak yang tidak berkepentingan, dan tandatanda peringatan dipasang untuk menjaga aspek keselamatan dan
keamanan.
4. Tata Cara Pengolahan
a. Bahan pencampur dapat ditambahkan pada limbah dengan tujuan
untuk mengoptimalkan proses penguraian limbah minyak bumi oleh
mikroba. Bahan penggembur dapat ditambahkan untuk meningkatkan
porositas campuran limbah minyak bumi dengan memanfaatkan bahan
yang tersedia di sekitar lokasi pengolahan. Pada proses pengolahan
yang dilakukan secara aerob, maka pemberian oksigen melalui pipapipa, pengadukan manual atau dengan alat berat.
56
bukan
merupakan
organisme
pathogen,
bukan
57
58
tahun atau jangka waktu lain yang ditentukan oleh instansi yang
bertanggung jawab.
c. Pemantauan dan pengawasan terhadap lokasi penempatan bahan hasil
olahan dilakukan oleh KLH, Bapedalda propinsi dan Bapeldalda
Kabupaten/Kota atau instansi lain yang berwenang minimum 6 (enam)
bulan sekali.
d. Pelaporan tentang hasil pemantauan diberikan kepada KLH,
Bapedalda propinsi dan Bapedalda Kabupaten/Kota atau instansi lain
yang berwenang minimum 6 (enam) bulan sekali.
B. Hubungan Hukum Pemerintah dan Perusahaan dalam pelaksanaan
Bioremediasi Kegiatan Hulu Minyak Bumi di Indonesia
1. Hak dan Kewajiban Pemerintah dalam Kegiatan Bioremediasi
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Pengolahan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta didalamnya mengenai
penyelenggaraan kegiatan Bioremediasi. Dengan demikian setiap kegiatan
bioremediasi harus merujuk pada kentuan-ketentuan yang ada dalam
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 serta Undang-Undang No. 22
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup dan Keputusan Kementrian
Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003, terutama perjanjian kontrak kerja
59
60
e) Penyelesaian perselisihan
f) Kewajiban pemasokan minyak bumi dan/atau gas bumi
untuk kebutuhan dalam negeri
g) Berakhirnya kontrak
h) Kewajiban pasca operasi pertambangan
i) Keselamatan dan kesehatan kerja
j) Pengelolaan lingkungan hidup
k) Pengalihan hak dan kewajiban
l) Pelaporan yang diperlukan
m) Pengembangan masyarakat sekitarnya
n) Jaminan hak-hak masyarakat adat dan pengutamaan
penggunaan tenaga kerja Indonesia.
3) Pemerintah berhak dalam melakukan pengawasan jalannya
pelaksanaan kegiatan Bioremediasi yang diatur dalam Pasal 39
ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi dimana Pemerintah berhak menerima laporan
secara berkala atas jalannya kegiatan Bioremediasi. Pemerintah
berhak pula untuk setiap saat memasuki dan memeriksa
wilayah kerja Bioremediasi dan memeriksa dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan administrasi kegiatan Bioremediasi.
Pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas
61
dan/atau
membuat
catatan
yang
diperlukan,
pengawas
lingkungan
hidup
dapat
melakukan
jawab
usaha
dan/atau
kegiatan
dilarang
62
berkewajiban
bimbingan
memberikan
kepada
Badan
bantuan
Usaha
berupa
yang
63
hidup,
termasuk
pembinaan
pascaoperasi
pertambangan.
5) Pemerintah bertugas untuk menetapkan standar AMDAL dan
UKL-UPL
2. Hak dan Kewajiban Perusahaan dalam Kegiatan Bioremediasi
a. Hak Perusahaan dalam Kegiatan Bioremediasi
1) Perusahaan yang melakukan kegiatan Bioremediasi berhak
mendapatkan pembinaan yang diberikan oleh Pemerintah.
2) Perusahaan yang telah melakukan kegiatan operasional
pertambangan hulu minyak bumi di Indonesia dari kegiatan
eksplorasi, eksploitasi hingga pengolahan limbah bahan
beracun dan berbahaya berhak menerima dana pengembalian
atau recovery cost dari Pemerintah.
b. Kewajiban Perusahaan dalam Kegiatan Bioremediasi
1) Memberikan
informasi
yang
tepat
mengenai
kegiatan
64
wilayah
yang
terdeteksi
terkontaminasi
limbah
untuk
65
bumi. Bioremediasi ini dianggarkan USD 270 juta yang diambil dari klaim
biaya pemulihan (cost recovery) yang ditanggung oleh pemerintah. Proyek
bioremediasi dikerjakan oleh CPI beserta tujuh perusahaan swasta, dua
diantaranya adalah PT Green Planet Indonesia (GPI) dan PT Sumigita Jaya
(SJ) sebagai kontraktor pelaksana bioremediasi. Mekanisme pemilihan
kontraktor sebagai pihak ketiga dari proyek bioremediasi ini dipilih dengan
cara tender. Namun, pada pelaksanaannya proses bioremediasi tidak
dilakukan sebagaimana mestinya, sehingga muncul adanya pelanggaran.
Sidang perkara proyek bioremediasi PT Chevron Pacific Indonesia
(CPI) yang dipimpin hakim ketua Sudharmawati Ningsih atas terdakwa Endah
Rumbiyanti digelar pada tanggal 12 Juni 2013 dengan agenda pembacaan
tuntutan oleh jaksa penuntut umum (JPU). Dalam tuntutan jaksa diulas
berbagai bukti yang mendukung tuduhan menyangkut proses bioremediasi
yang diatur dalam Kepmen LH 123/2008 dan pelanggaran perijinan
pengolahan limbah oleh kontraktor yang diatur dalam PP 18/1999, artinya
jaksa memeriksa kasus ini sebagai pelanggaran peraturan lingkungan. Kasus
ini terkait proses pengadaan, maka sesuai dengan kontrak PSC dan PTK 007
BP Migas (sekarang SKK Migas) maka Jaksa pun berkoordinasi
mendengarkan penjelasan pejabat SKK Migas. SKK Migas sebagai institusi
yang menerbitkan aturan tersebut dan yang berwenang menilai adanya
pelanggaran telah menyatakan bahwa proses tender CPI untuk proyek ini telah
66
sesuai dengan PTK 007 dan petunjuk SKK Migas. Dalam tuntutannya, Jaksa
mengatakan bahwa Endah Rumbiyanti bersama-sama dengan Kukuh
Kertasafari dan Widodo sebagai penanggung jawab kegiatan bioremediasi,
tapi Endah Rumbiyanti tidak pernah melaksanakan tugasnya, hanya menerima
laporan. Terdakwa pun dianggap tidak melaksanakan kewajiban jabatan untuk
memberi saran mengenai perizinan.
Pemulihan fungsi lingkungan hidup wajib dilaksanakan oleh pihak
yang melakukan pencemaran maupun perusakan lingkungan hidup,
sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun jo. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 mengatur
tentang Kegiatan industri yang menghasilkan limbah bahan berbahaya dan
beracun wajib mengolah limbah hasil produksinya sebelum membuangnya ke
media lingkungan hidup, limbah minyak bumi yang dihasilkan usaha atau
kegiatan minyak, gas, dan panas bumi atau kegiatan lain yang menghasilkan
limbah minyak bumi merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun,
demikian diatur dalam
Pelaksanaan pengolahan limbah minyak bumi dan tanah yang
terkontaminasi minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, yang mana tata
67
benar-benar
menyelesaikan
kegiatan
operasional
68
Artinya : Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan merasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang
berbuat kebaikan. (QS: Al-ARaf 7 : 56)
Islam mengajarkan untuk tidak berbuat kerusakan lingkungan dan
bahkan mengajarkan untuk menjaga lingkungan karena Allah Swt. telah
menciptakan bumi dan segala isinya termaksud lingkungan dengan baik dan
sebagai makluk Allah Swt., manusia diharuskan untuk menjaga dan merawat
lingkungan sebagai salah satu bentuk rasa syukur dan keimanan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
polutan-polutan
toksik
menjadi
komponen-
69
70
B. Saran
1. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Kontrak Kerja Sama tidak terdapat
keseimbangan. Hak Pemerintah dalam Kontrak Kerja Sama lebih
terlindungi dibandingkan dengan hak Perusahaan. Oleh karena itu,
Pemerintah perlu untuk mengeluarkan peraturan perundang-undangan
yang lebih mengatur hak dan kewajiban para pihak dalam Kontrak Kerja
Sama sehingga tercipta keseimbangan dan kepastian hukum terutama
dalam kegiatan Bioremediasi sebagai pelaksanaan pengolahan limbah
bahan berbahaya dan beracun yang sangat penting pasca kegiatan
pertambangan usaha hulu berbentuk ekplorasi dan eksploitasi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Asikin, Zaenal. 2014. Mengenal Filsafat Hukum, Bandung: Pustaka Reka
Cipta.
Asikin, Zaenal dan Amirudin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum,
cetakan pertama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, 2008. Pokok-Pokok Filsafat Hukum,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Hamzah, Andi, 2008. Penegakan Hukum Lingkungan. Cetakan ke-2. Jakarta :
Sinar Grafika
HS., Salim, 2008. Hukum Pertambangan Di Indonesia. Jakarta : Rajawali
Pers.
Ilmar, Dr. Aminuddin SH., M.Hum, 2004. Hukum Penanaman Modal di
Indonesia. Jakarta : Kencana.
Mahmud, Peter Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. cetakan ke-VI. Jakarta:
Kencana.
Nugroho, Astri. 2006. Bioremediasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Ria, Marhaeni Siombo. 2012. Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka.
Siahaan, N.H.T, 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan : Edisi
Kedua. Cetakan Pertama. Jakarta : Erlangga.
Syahrul, Machmud. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Cetakan ke-2.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
72
73
Peraturan Perundang-Undangan
Pancasila
UUD 1945
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003.
Website
www.chevronindonesia.com
www.esdm.go.id
www.skkmigas.go.id
www.majalahtambang.com
www.migasreview.com