SKRIPSI
Oleh:
SATRIA RAFI SHIDDIQ
11150490000015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sesungguhnya.
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Tak lepas dari proses penulisan skripsi ini, banyak peran dari berbagai macam
pihak yang turut serta membantu meringankan beban peneliti untuk menyelesaikan
skripsi ini. Rasa terima kasih peneliti ucapkan kepada :
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A. M. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program studi Hukum Ekonomi Syariah dan
Dr. Abdurrauf, M.A selaku Sekretaris Progam Studi Hukum Ekonomi Syariah.
3. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, M.Sc, M.Ec., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi dan
pengarahan selama masa perkuliahan. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan
dan keberkahan kepada bapak. Amiin
4. Dr. Mochammad Bukhori Muslim, Lc., M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu, fikiran dan tenaganya untuk sekedar memberikan
pengarahan ketika peneliti merasa kesulitan dalam penulisan skripsi. Semoga Allah
selalu memberikan kesehatan dan keberkahan kepada bapak. Amiin
vi
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen, karyawan maupun staff kerja di lingkungan
Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengalaman selama
berada di lingkungan fakultas.
6. Bapak Hafizuddin Ahmad, Lc selaku DPS Hotel Sofyan, yang telah menerima
peneliti untuk melakukan penelitian dan membantu memberikan data yang
diperlukan untuk keperluan penyelesaian skripsi.
7. Kedua orang tua tersayang dan tercinta, Ayahanda Sri Widodo dan Ibunda
Mufarida, S.Pd yang tanpa lelah memberikan semangat dan motivasi, tanpa pamrih
mengasihi, tabah dalam menasehati dan selalu memberikan doa yang tulus di setiap
sujudnya tanpa mengharap suatu apapun kecuali kesuksesan anak-anaknya.
Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kesejahteraan di dunia dan
Jannatul firdaus di akhirat kelak. Amin ya mujibassaa’ilin
8. Mas Taufiq dan Mbak Nova, Adik Hafidz, dan Adik Hamid yang sealu
memberikan doa dan dukungan. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan
dan apa yang di cita-citakan senantiasa tercapai. Amin.
9. Istri tercinta Mala Aprilyas dan Ananda Al Fatih Razka Shiddiq yang selalu
menemani, membantu, memotivasi selama proses awal penyusunan skripsi hingga
akhir. Semoga kita menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Amin.
10. Ericson, Alam, Sasha dan Ulfa sahabat Alumni Pondok Pesantren Modern Islam
Assalaam yang tak henti memberikan dukungan serta doa yang terucap dari setiap
lantunan doa.
11. Seluruh kawan-kawan Program Studi Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2015
yang telah menjadi banyak memberikan warna selama masa perkuliahan. Semoga
Allah SWT senantiasa mempermudah urusan kita dan selalu menjadikan apa yang
kita dapatkan di kampus ini dapat bermanfaat di hari kemudian.
12. Teman-teman KKN 120 “PEMUDA” yang walau hanya 40 hari kita bersama, tapi
akan selalu teringat selamanya.
13. Keluarga besar Aman Palestin Indonesia Cabang Jakarta, FoSSEI Jabodetabek,
LiSEnSi UIN Jakarta, FRESH UIN Jakarta, dan LDK Syahid yang memberikan
pengalaman dan pelajaran hidup yang begitu luar biasa. Semoga silaturrahim kita
tetap terjaga dan senantiasa dapat selalu saling mengingatkan.
vii
14. Seluruh pihak terkait lainnya yang telah berperan membantu selama penyelesaian
skripsi ini.
Terima kasih atas semua dukungan yang telah diberikan oleh orang-orang yang
telah hadir di dalam kehidupan peneliti, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga semua dukungan dan kebaikan yang telah kalian berikan mendapat balasan yang
mulia dari Allah SWT dan kita semua selalu berada dalam lindungan-Nya serta
dipermudah segala urusan di dunia maupun di akhirat. Peneliti menyadari bahwa skripsi
ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, namun semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal
Aalamiin.
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DPS DI HOTEL SOFYAN .............. 43
A. Analisis Kedudukan DPS di Hotel Sofyan ........................................................................ 43
B. Analisis Peran DPS dan Hubungan Audit Internal dengan DPS di Hotel Sofyan ............. 45
C. Analisis Mekanisme Pelaksanaan Pengawasan DPS di Hotel Sofyan............................... 47
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 61
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 61
B. Saran .................................................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi syariah di Indonesia telah memasuki tahap kedua dimana
pengembangan sistem dilakukan tidak terpaku dalam keuangan saja namun dilakukan
pengembangan pada instrumen lain. Saat ini sudah banyak bermunculan kelembagaan
ekonomi syariah selain perbankan syariah di masyarakat, seperti contohnya asuransi
syariah, gadai syariah, pasar modal syariah, hingga pariwisata syariah yang terdiri dari
hotel syariah, spa syariah, tempat rekreasi syariah, restoran syariah.
Indonesia ditetapkan sebagai destinasi wisata halal (halal tourism) terbaik dunia
2019 standar Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. Setelah lima tahun melakukan
berbagai upaya, akhirnya Indonesia terpilih menjadi destinasi wisata halal terbaik dunia
tahun ini. Lembaga pemeringkat Mastercard-Crescent menempatkan Indonesia pada
peringkat pertama standar GMTI dengan skor 78 bersama dengan Malaysia yang sama-
sama berada di ranking teratas. Tercatat 10 besar negara destinasi wisata halal terbaik
dunia versi GMTI 2019 sebagai berikut:1
No Negara Skor
1. Indonesia 78
2. Malaysia 78
3. Turki 75
4. Arab Saudi 72
6. Qatar 68
1
Kementerian Pariwisata, Siaran Pers 09 April 2019
1
2
7. Maroko 67
8. Bahrain 66
9. Oman 66
2
Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah
3
Desy Kavanillah dan Ahmad Ajib Ridlwan, Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Keputusan Menginap di
Hotel Andita Syariah Surabaya, Iqtishoduna Vol. 7, No. 2 (Oktober 2018)
4
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah
3
Akan tetapi pada Agustus 2016 PERMEN PAREKRAF No. 2 dicabut oleh
Menteri Pariwisata setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun
2016 (PERMEN PAR No. 11) tentang Pencabutan Atas Peraturan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel
Syariah. Pada peraturan diatas tidak memberikan alasan secara jelas mengenai
pencabutan PERMEN PAREKRAF No. 2. Peraturan tersebut hanya menjelelaskan
bahwa Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah, sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
dan perkembangan kepariwisataan saat ini sehingga perlu dicabut.5
Kemudian pada Oktober 2016 DSN MUI menerbitkan Fatwa DSN MUI Nomor
108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan
Prinsip Syariah setelah menimbang bahwa saat ini sektor pariwisata berbasis syariah
mulai berkembang di dunia termasuk Indonesia, sehingga memerlukan pedoman
penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah dan pedoman penyelenggaraan
pariwisata syariah berdasarkan prinsip syariah belum diatur dalam fatwa DSN-MUI.
Dalam fatwa diatas menyebutkan bahwa ketentuan terkait hotel syariah salah satunya
adalah makanan dan minuman yang disediakan di hotel syariah wajib telah mendapat
sertifikat halal dari MUI dan hotel syariah juga wajib menggunakan jasa Lembaga
Keuangan Syariah dalam melakukan pelayanan.6
Hotel Syariah yang telah memiliki sertifikat syariah dari DSN MUI wajib
mengikuti aturan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman
5
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pencabutan Atas Pertauran Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah
6
Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah
4
Tugas utama DPS di Hotel Syariah hampir sama dengan tugas DPS di Lembaga
Keuangan Syariah yaitu agar penyelenggaraan Hotel Syariah tidak menyimpang dari
prinsip syariah yang di fatwakan DSN MUI. Pengawasan yang dilakukan DPS di Hotel
Syariah mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan dikarenakan tidak adanya
aturan khusus yang mengatur tentang penyelenggaraan Hotel Syariah. Sejak PERMEN
PAREKRAF No. 11 terbit, DPS di Hotel Syariah hanya menggunakan Fatwa DSN MUI
No. 108 sebagai acuan dalam melakukan pengawasan.
Bahkan banyak Hotel yang sudah mengklaim dirinya Syariah namun belum
memiliki DPS. Seperti pada penelitian Wulandari yang mana dalam operasional di
Namira Syariah Hotel Pekalongan belum ada DPS yang mengawasi, oleh karenanya
menurut Wulandari Namira Syariah Hotel Pekalongan belum sepenuhnya menjalankan
operasional secara syariah.7
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Pada Hotel Sofyan”. Penelitian
ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui mekanisme pengawasan DPS di Hotel
Sofyan apakah sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI atau belum.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
7
Wulandari, Analisis Penerapan Prinsip Hotel Syariah (Studi Kasus pada Namira Syariah Hotel
Pekalongan), UIN Walisongo (Semarang : 2019)
5
5. Bagaimana peran dan tindak lanjut DPS terhadap penyimpangan yang terjadi di Hotel
Sofyan?
6. Seberapa efektif keberadaan DPS dala penerapan prinsip syariah di Hote Syariah
Sofyan?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan penulisan skripsi ini, peneliti
membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan terarah
sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Disini peneliti hanya akan membahas mengenai
mekanisme pengawasan DPS di Hotel Sofyan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, rumusan masalah
dari penelitian ini yaitu:
5. Skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Prinsip Hotel Syariah (Studi Kasus Pada
Namira Hotel Syariah Pekalongan)” oleh Wulandari, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam 2019. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai penerapan prinsip
syariah terhadap penyelenggaraan Namira Hotel Syariah Pekalongan. Perbedaan
dengan penelitian peneliti adalah peneltian peneliti tidak hanya membahas
mengenai penerapan prinsip syariah pada Hotel Sofyan namun juga membahas
mengenai mekanisme pengawasan DPS di Hotel Sofyan.
1. Teori Mekanisme
Menurut Moenir mekanisme adalah rangkaian kerja alat yang digunakan untuk
tujuan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan proses kerja, tujuannya demi
hasil yang maksimal.
Mekanisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tata cara kerja seorang
Dewan Pengawas Syariah dalam mempraktekkan suatu teori yaitu dari Fatwa DSN
MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah di Hotel Sofyan.
2. Teori Pengawasan
Menurut Lyndal F. Urwick, pengawasan berarti upaya agar sesuatu dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang dikeluarkan.
Sedangkan menurut Sondang Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditemukan sebelumnya.
Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Dewan Pengawas Syariah
dalam melakukan pengawasan di Hotel Sofyan agar menjamin kesesuaian prinsip
syariah sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:
1. Fatwa
Fatwa digunakan sebagai pernyataan hukum mengenai masalah-masalah yang
8
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memilih jenis penelitian normatif empiris.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan statute
approach atau biasa disebut pendekatan perundang-undangan. Pendekatan undang-
undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang diteliti.9
Selain pendekatan perundang-undangan, dalam penelitian ini peneliti juga
menggunakan case approach atau pendekatan kasus. Pendekatan kasus peneliti
lakukan dengan menganalisa kasus penyimpangan yang terjadi terhadap prinsip
syariah pada penyelenggaraan hotel syariah syariah.10
8
Femi Oktaviani, Marketing Public Relation Hotel Syariah dalam Membangun Lifestyle Islami Kota
Bandung, Jurnal Signal Vol. 6, No. 1 (Januari 2018)
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2005), h.133
10
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 283
10
I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami lebih jelas gambaran materi dalam
penelitian ini, maka peneliti menyusun menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut :
A. Teori Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Di dalam Bahasa Indonesia pengawasan berasal dari kata “awas” yang berarti
mengawasi sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengawasan adalah
penilikan dan pengarahan kebijakan jalannya perusahaan.1 Sedangkan menurut para
ahli pengawasan dapat diartikan sebagai berikut:
a. Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau konrol terhadap tindakan pelaku
kegiatan diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat
mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.2
b. Menurut M. Manullang, pengawasan adalah suatu proses untuk dapat
menetapkan pekerjaan apa yang telah dilaksanakan, meniliainya dan juga
mengoreksinya dan bila perlu dengan sebuah maksud agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana yang semula.3
c. Menurut Prayudi, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan
pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggaraka itu dengan
apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan.4
d. Menurut Harold Koonz yang dikutip oleh John Salindeho dikatakan bahwa
pengawasan adalah pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para
bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan
rencana. Jadi pengawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan
cita-cita dan rencana, memperlihatkan di mana ada penyimpangan yang
negative dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana-
rencana.5
1
KBBI Online https://kbbi.web.id/pengawasan diakses pada Sabtu, 28 Maret 2020 Pukul 10.59 WIB
2
Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Adminisrasi Negara, (Medan: Gelora Madani Press, 2004) h. 127
3
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 1995)
4
Prayudi, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981) h. 80
5
Jhon Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998) h. 39
12
13
ون ِم ْن َ َْن َو ٰى ثَ ََلثَ ٍة ا ََّّل ه َُو ُ امس َم َاو ِات َو َما ِِف ْ َاْل ْر ِض ۖ َما يَ ُك َّ اَّلل ي َ ْع َ َُل َما ِِف
َ َّ َأم َ ْم تَ َر َأ َّن
ِ
َرا ِب ُعه ُْم َو ََّل َ َْخ َس ٍة ا ََّّل ه َُو َسا ِد ُسه ُْم َو ََّل َأد َ َْٰن ِم ْن َذَٰ ِ َِل َو ََّل َأ ْك َ ََث ا ََّّل ه َُو َم َعه ُْم َأ ْي َن َما َكهُوا ۖ ُ َُّث
ِ ِ
َش ٍء عَ ِل ٌي
َْ ك َ َّ يُنَ ِبُّئُ ُ ْم ِب َما َ َِعلُوا ي َ ْو َم امْ ِقيَا َم ِة ۚ ا َّن
ِّ ُ اَّلل ِب
ِ
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada
hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.”7
6
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia (Yogyakarta: Pustaka SM, 2007)
7
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.543
14
3. Tipe-Tipe Pengawasan9
a. Pengawasan pendahuluan (streering controls). Pengawasan ini direncanakan
untuk mengatasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu kegiatan
tertentu diselesaikan.
b. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksaan kegiatan (Concurrent
Controls). Pengawasan ini dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
Pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu harus dipenuhi
dahulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam
peralatan “double check” yang lebih menjamin ketetapan pelaksanaan suatu
kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik yaitu pengawasan yang mengukur hasil-hasil dari
kegiatan tertentu yang telah diselesaikan.
4. Tujuan Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme
pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu
rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan
berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak
tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.10 Tujuan utama dari
pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.
8
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.519
9
Makmur, Efektivitas Kebijakan Pengawasan. (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 176
10
Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, (Depok: Rajawali Press, 2014) h. 17
15
5. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan
organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasan harus
mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan.
Prinsip-prinsip pengawasan menurut Handayaningrat adalah:12
a. Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi
b. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum
c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran tujuan
dalam pelaksanaan pekerjaan
d. Pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan
e. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat
11
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource) Suatu Pendekatan Mikro,
(Jakarta: Djambatan, 2000) h. 197
12
Sopi, Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Pegawai Kantor Bea
Cukai Tipe Madya. (Bandung: 2013), h. 19
16
13
Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, (Depok: Rajawali Press, 2014) h.25
14
KBBI Online https://kbbi.web.id/dewan. Diakses pada Senin, 30 Maret 2020 Pukul 13.30 WIB
15
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. (Jakarta:
Erlangga, 2010) h.24
16
Muhammad Firdaus Dkk, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah. (Jakarta: Renaisan, 2007) h.16
18
17
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. (Yogyakarta: Ekonisia,
2004) h.24
18
Sofyan Syafri Harahap, Auditing dalam Perpektif Islam. (Jakarta: Pustaka Quantum 2002) h. 207
19
1. DPS adalah seorang ahli (pakar) yang menjadi sumber dan rujukan dalam
penerapan prinsip-prinsip syariah termasuk sumber rujukan fatwa
19
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.203
20
Abdul Mujib, “Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Wilayah
Jawa Tengah", Jurnal Az Zarqa‟ Vol. 9 No. 1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2017
21
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Cet-2 (Jakarta: Pointermasa, 2003) h. 279
20
22
Irwan Misbach, “Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi Transaksi
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”, Jurnal Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
21
dagang yang berlaku dan terbiasa dengan kontrak-kontrak bisnis. Anggota DPS
bersifat independen, dalam arti bahwa mereka tidak tunduk kepada pimpinan
perusahaan yang diawasinya. Dalam rangka menjamin independensi DPS, hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:23
a. Anggota DPS bukan staf atau karyawan perusahaan mereka tidak tunduk
di bawah kekuasaan administrasi perusahaan
b. Mereka dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
c. Honorarium mereka ditentukan oleh RUPS
d. DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya
badan pengawas lainnya.
Dalam keputusan DSN MUI No. 03 Tahun 2000 disebutkan tentang keanggotaan
Dewan Pengawas Syariah yaitu:
1. Jumlah anggota DPS untuk bank umum syariah sekurang-kurangnya 2-5
orang. Sedangkan untuk BPR syariah sekurang-kurangnya harus berjumlah 2-
3 orang
2. Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua
3. Masa tugas anggota DPS adalah empat tahun dan akan mengalami pergantian
antar waktu apabila meninggal dunia, minta berhenti, diusulkan oleh lembaga
keungan syariah yang bersangkutan, atau telah merusak citra DSN
C. Wisata Syariah
1. Pengertian Wisata Syariah
Wisata syariah telah diperkenalkan sejak tahun 2000, wisata syariah merupakan
suatu permintaan wisata yang didasarkan pada gaya hidup wisatawan muslim selama
liburan. Selain itu, wisata syariah merupakan wisata yang fleksibel, rasional,
sederhana, dan seimbang. Wisata ini bertujuan agar wisatawan termotivasi untuk
mendapatkan kebahagiaan dan berkah dari Allah.24
Menurut kamus besar bahasa Indonesia wisata adalah berpergian bersama-sama
23
Irwan Misbach, “Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi Transaksi
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”, Jurnal Fakulas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
24
Haidar Tsany Alim, Dkk, “Analisis Potensi Pariwisata Syariah Dengan Mengoptimalkan Industri Kreatif
di Jawa Tengah dan Yogyakarta”, Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang
22
اَّلل َج َع َل مَ ُ ُُك ْ َاْل ْر َض ب َِس ًاطا() ِمت َ ْسلُ ُكوا ِم ْْنَا ُس ُب ًَل ِف َجا ًجا
ُ َّ َو
“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan () supaya kamu
menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”28
b. Q.S Al-Mulk Ayat 15
ه َُو َّ ِاَّلي َج َع َل مَ ُ ُُك ْ َاْل ْر َض َذمُ ًوَّل فَا ْم ُشوا ِِف َمنَا ِكِبِ َا َو ُ ُُكوا ِم ْن ِر ْز ِق ِه ۖ َوام َ ْي ِه امن ُّ ُش ُور
ِ
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
25
KBBI Online https://kbbi.web.id/wisata diakses pada Minggu, 12 April 2020 Pukul 09.30 WIB
26
Fatwa DSN MUI No. 108 dan UU No. 10 Tahun 2009
27
Hery Sucipto, Fitria Andayani, Wisata Syariah Karakter, Potensi, Prospek dan Tantangannya, (Jakarta:
Grafindo Books Media, 2014) h. 38
28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.571
23
ِ ْ قُ ْل ِس َُيوا ِِف ْ َاْل ْر ِض فَاه ُْظ ُروا َك ْي َف َك َن عَا ِق َب ُة َّ ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َك َن َأ ْك َ َُث ُ ُْه ُم
ْش ِك َني
Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)"30
Sedangkan landasan hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman peraturan
yang dapat digunakan saat ini adalah Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-
MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelengaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip
Syariah, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Nasional mencakup Kelembagaan, Pemasaran, Industri Pariwisata dan
Destinasi Pariwisata Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 Tentang
Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata dan Peraturan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata.
29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.563
30
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.409
31
Aan Jaelani, ”Industri Wisata Halal di Indonesia: Potensi dan Prospek”, Jurnal Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2017
24
Selain kriteria diatas, menurut penelitian Atang Abd Hakim, Hasan Ridwan, M.
Hasanuddin dan Sofian Al-Hakim dalam jurnal AHKAM menyebutkan bahwa kriteri
wisata syariah untuk daya tarik turis yang ditentukan oleh Kementrian Pariwisata
termasuk di dalamnya wisata alam, budaya, dan buatan harus memenuhi emoat
kriteria yaitu:32
32
Atang Abdul hakim, Ahmad Hasan Ridwan, Sofian Al-Hakim dan Muhammad Hasanuddin, Toward
Indonesia Halal Touris, Jurnal Ahkam Vol. 17 No. 2, H. 291
25
3) Tersedia banyak opsi kegiatan wisata yang tidak mengarah pada kegiatan
yang orientasinya syirik dan zina
4) Setidaknya ada event atau festival yang berkaitan dengan halal lifestyle
5) Masyarakat dan wisatawan berpakaian sopan di sekitar objek wisata
33
Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata Syariah Kementrian Pariwisata
34
Aan Jaelani, ”Industri Wisata Halal di Indonesia: Potensi dan Prospek”, Jurnal Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2017
26
Dari tabel diatas dapat kita pahami mengenai perbedaan antara wisata syariah dan
konvensional yang mana wisata syariah tidak hanya mengedepankan hiburan saja namun
harus ada sisi syariahnya sedangkan wisata konvensional hanya mengedepankan hiburan
tanpa memperhatikan sisi syariah. Menurut Fatwa DSN MUI Nomor 108 Hotel Syariah
adalah salah satu destinasi wisata syariah, dimana Hotel Syariah merupakan tempat
singgah dan peristirahatan bagi para wisatawan yang mencari tempat singgah dengan
nuansa syar‟i.
27
D. Hotel Syariah
1. Pengertian Hotel Syariah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, hotel adalah bangunan berkamar banyak
yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang
sedang dalam perjalanan, bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial,
disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan
minum.35
Kata hotel mulai digunakan sejak abad 18 di London, Inggris, sebagai hotelgarni
yaitu sebuah rumah besar yang dilengkapi dengan sarana tempat menginap/tinggal
untuk penyewaan secara seharian, mingguan atau bulanan. Kata hotel diambil dari
Bahasa latin hospes dan mulai diperkenalkan kepada masyarakat umum pada tahun
1797. Sebelum istilah hotel digunakan di Inggris, rumah-rumah penginapan bagi
orang yang berpergian disebut inn. Dalam terminology (ilmu definisi dan istilah)
resmi, tidak ada perbedaan definisi antara kata hotel dan inn.36
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagaian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum yang
dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah. Pada prinsipnya hotel merupakan salah satu bentuk usaha yang bergerak
dalam bidang pelayanan jasa kepada para tamu hotel baik secara fisik maupun
psikologis. Keamanan dan kenyamanan hotel menjadi salah satu poin penting bagi
para tamu. Secara umum terdapat beberapa unsur pokok dari hotel, yaitu:
a. Hotel adalah jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh
bangunan yang ada.
b. Hotel merupakan fasilitas pelayanan jasa yang terbuka untuk umum dalam
melakukan perjalanan.
c. Hotel menyediakan fasilitas pelayanan jasa berupa jasa penginapan, pelayanan
makan dan minum, serta jasa lainnya.
35
KBBI Online https://kbbi.web.id/hotel diakses pada Jum‟at, 3 April 2020 Pukul 16.30 WIB
36
Sri Perwani, Yayuk, Teori dan Petunjuk Praktek Housekeeping Untuk Akademi Perhotelan Make Up
Room, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992) h. 2
28
Jadi dapat disimpulkan bahwa hotel syariah adalah penyedia akomodasi beruba
kamar-kamar di dalam suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan
makan dan minuum, kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan
tujuan memperoleh keuntungan yang dijalanankan sesuai prinsip syariah.40
37
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018) h. 1
38
Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an al-Karim; Bunyatuhu at-Tasyri’iyat wa Khasbishuhu al-Hadhariyat, ter.
Muhammad Lukman Hakim dkk, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996) h.3
39
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih Muamalat, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2007) h.4
40
Fatwa DSN MUI No. 108
41
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018) h. 21-22
29
Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas aakses pornografi dan tindakan
asusila.
Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada
kemusyrikan, maksiat, pornografi, dan/atau tindak asusila.
Makanan dan minuman yang disediakan hotel syariah wajib telah mendapat
sertifikat halal dari MUI.
Menyediakan fasilitas, peralatan, dan saran yang memadai untuk pelaksanaan
ibadah, termasuk fasilitas bersuci.
Pengelola dan karyawan/ karyawati hotel wajib mengenakan pakaian yang sesuai
dengan syariah.
Hotel syariah wajib memiliki pedoman dan/ atau panduan mengenai prosedur
pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang sesuai
dengan prinsip syariah.
Hotel syariah wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam
melakukan pelayanan.
3. Kriteria dan Operasional Hotel Syariah
Berdasarkan nilai-nilai diatas, kemudian dilakukan pendalaman terhadap kriteria
dan operasional hotel syariah sebagai berikut:42
a. Fasilitas
Semua fasilitas merupakan fasilitas yang dapat memberikan manfaat bagi
tamu. Fasilitas-fasilitas yang mengakibatkan kemungkaran, perpecahan,
membangkitkan hawa nafsu, ekploitasi wanita dan lain yang sejenis ditiadakan.
42
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018) h. 23-26
30
43
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018)
32
Sedangkan hotel syariah sendiri di Indonesia sudah mulai berjalan pada tahun
1990-an. Namun pada tahun tersebut belum terdapat peraturan yang mengatur secara
khusus tentang penyelengaraan hotel syariah. Akhirnya pada bulan Januari 2014, Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.
Namun pada Agustus 2016 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tentang
34
35
Pedoman Penyelengaraan Usaha Hotel Syariah dicabut dikarenakan sudah tidak sesuai
lagi dengan tuntutan dan perkembangan kepariwisataan saat ini.
Pada tahun 1983 dilakukan restrukturisasi perusahaan dengan menjual asset PT.
Menteng Sarana Wisata. Restrukturisasi tersebut dilakukan untuk memantapkan posisi
badan hukum pengelolaan rangkaian Hotel Sofyan. Sebagai kelanjutan dari restrukturisasi
perusahaan, kemudian dibentuk satu badan hukum baru yaitu PT. Djambak Mas, yang
dijalankan dan dikelola oleh para profesional berpengalaman di bidang perhotelan
maupun dari perusahaan sebelumnya.
Kepekaan visi para profesional pengelola dengan didukung oleh budaya dan cara
kerja yang terbentuk untuk mempertahankan serta memaksimalkan rentabilitas dari
investasi perusahaan yang relatif kecil, telah berhasil membuktikan bahwa PT Sofyan
Hotels mampu mengikuti kebutuhan pasar dengan mencatat pertumbuhan investasi yang
meyakinkan. Selain itu perusahaan memiliki komitmen yang kuat untuk terus
berkonsentrasi pada bidang usaha ini.
Perusahaan memiliki keyakinan bahwa bidang usaha hotel yang dikelola secara
syariah memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Penerapan syariah
dalam operasional PT Sofyan Hotels, Tbk mulai berangsur dilakukan sejak tahun 1993.
Proses tersebut terus berlanjut dengan melalui tahapan berikut:
Sampai saat ini PT. Sofyan Hotels yang mengelola Hotel Sofyan Menteng dan
Hotel Sofyan Tebet telah memiliki beberapa cabang diantaranya:
3. Filosofi
Setiap langkah yang diambil oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis harus
disertai dengan rasa tanggung jawab, untuk menjaga „komitmen‟ perusahaan yang
dibimbing oleh „orientasi yang hakiki‟.
Dengan menjaga „komitmen‟ dan „orientasi‟ tersebut, keuntungan yang didapat
tidak hanya keuntungan materi semata. Dan pada gilirannya „komitmen‟ dan
„orientasi‟ ini pula akan meningkatkan keuntungan materi jangka panjang, daya tahan
usaha dan kesinambungan usaha itu sendiri.
4. Logo Hotel Sofyan
Dalam Hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan dan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa dengan musyawarah untuk mufakat menetapkan susunan
pengurus perusahaan sebagai berikut:
E. Landasan Hukum
PT Sofyan Hotel mengalami 6 kali perubahan landasan hukum, yaitu Pertama,
perusahaan didirikan tanggal 12 Jnuari 1989 dibawah nomor 37 yang dibuat oleh dan
dihadapan Abdul Laief selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 1989. Kedua, pada tanggal 25 Oktober 1991
mengalami perubahan dibawah nomor 61 yang dibuat oleh dan dihadapan Abdul Latief
selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia pada
tanggal 31 Desember 1991. Ketiga, pada tanggal 2 September 1997 mengalami
perubahan dibawah nomor 4 yang dibuat oleh dan dihadapan Imas Fatimah, SH selaku
notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia pada tanggal
21 Juli 1998. Keempat, pada tanggal 11 Januari 2002 mengalami perubahan dibawah
nomor 12 yang dibuat oleh dan dihadapan Nila Noordjasmani, SH yang mana pada waktu
itu sebegai pengganti Imas Fatimah, SH selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia pada tanggal 30 Juli 2002. Keempat, pada tanggal 5
Juli 2003 mengalami perubahan yang dibawah nomor 11 yang dibuat oleh dan dihadapan
Yudo Paripurno, SH selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia pada tanggal 13 Januari 2004. Dan terakhir, pada tanggal 28
November 2009 mengalami perubahan dibawah nomor 16 yang dibuat dan dihadapan
Nyonya Leli Roostiati Yudo Paripurno, SH yang mana pada waktu itu sebegai pengganti
Yudo Paripurno, SH selaku notaris di Jakarta. Dan telah mendapat persetujuan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonseia dengan Surat Keputusan tertanggal
31 Desember 2008 nomor : AHU-100864.AH.01.02.Tahun 2008
42
Hotel Sofyan merupakan salah satu dari 5 Hotel Syariah yang telah mendapatkan
sertifikat syariah dari DSN MUI di Indonesia. Sebelum Hotel Sofyan mendapatkan
sertifikat syariah dari DSN MUI, Hotel Sofyan sudah mulai menerapkan prinsip syariah
untuk menjadi Hotel Syariah sejak Tahun 1994 dimana mulai dihapuskannya daging babi
pada restorannya. Kemudian setelah beberapa tahun Hotel Sofyan berproses menjadi
Hotel Syariah dengan menerapkan prinsip syariah, tepat pada Tahun 2003 Hotel Sofyan
resmi mendapatkan sertifikat syariah dari DSN MUI yang dulunya bernama Lembaga
Bisnis Syariah. Dan pada tahun 2018 sertifikat syariah untuk Lembaga Bisnis Syariah
diganti dengan sertifikat syariah untuk Hotel Syariah.
Kedudukan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Hotel Sofyan seperti halnya yang
tercantum di dalam Hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sejajar dengan
Komisaris. Oleh karena itu DPS dapat menegur Direksi apabila melakukan
penyimpangan dan melaporkannya kepada Komisaris. Bahkan DPS juga memiliki
wewenang untuk menegur Direksi dan mengusulkan dalam rapat untuk diberhentikan
apabila Direksi melakukan kesalahan yang fatal. Sedangkan jika DPS menemukan
penyimpangan di lapangan, DPS juga dapat melaporkan dan memberi masukan langsung
kepada Direksi untuk ditindak lanjuti jikalau pihak manajemen yang bersangkutan tidak
dapat ditemui dan akan ditindak lanjuti oleh Direksi kepada pihak manajemen yang
bersangkutan.
43
44
Berikut adalah Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2019 Hotel
Sofyan,
PT
SOFYAN HOTELS Tbk
(Perseroan)
Bismillahirrahmanirrahim
HASIL RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Direksi PT Sofyan Hotels Tbk (“Perseroan”) bersama ini memberitahukan kepada para
Pemegang Saham bahwa telah diadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST) pada hari Rabu, tanggal 29 Mei 2019, bertempat di Graha Sofyan, Jl. Cikini
Kecil No.10, Menteng, Jakarta Pusat.
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dengan dihadiri 94,2% pemegang saham,
memutuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Dengan musyawarah mufakat, Menyetujui dan mengesahkan Perhitungan Tahunan
yang terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba Rugi yang telah diperiksa oleh
Akuntan Publik untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018; dan
Memberikan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada-para anggota Direksi
dan Dewan Komisaris mengenai tindakan-tindakan mereka dalam tahun buku yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2018, sejauh tindakan-tindakan tersebut ternyata
dalam buku-buku Perseroan.
2. Menyetujui :
a. Dengan musyawarah serta mufakat, menerima dan mengesahkan Laporan
Tahunan Perseroan Tahun 2018.
b. Dengan musyawarah serta mufakat, menerima dan mengesahkan Laporan Tugas
Pengawasan Dewan Komisaris atas kinerja Perseroan tahun 2018.
3. Dengan musyawarah mufakat, melimpahkan kepada Komisaris Perseroan dan
memberikan wewenang sepenuhnya untuk menunjuk Akuntan Publik perseroan untuk
tahun buku 2019, dengan kriteria dan batasan sebagai berikut;
a. Akuntan Publik yang terdaftar di OJK dan telah aktif selama 3 tahun
b. Memiliki pengalaman Audit di bidang Property dan Hotel
c. Memiliki pengalaman dalam penerapan PSAK Syariah
45
5. Dengan musyawarah dan mufakat, Penentuan gaji Direksi dan Dewan Komisaris
dikuasakan serta dilimpahkan sepenuhnya kepada Dewan Komisaris Perseroan.
Demikianlah hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ini disampaikan, atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakkatuh
Jakarta, 31 Mei 2019
PT
SOFYAN HOTELS Tbk
Direksi
B. Analisis Peran DPS dan Hubungan Audit Internal dengan DPS di Hotel Sofyan
Seperti yang telah disampaikan diatas pembagian tugas antar DPS di Hotel
Sofyan adalah Bapak KH. Dr. Surachman Hidayat, Lc., M.A selaku Ketua DPS Hotel
Sofyan dan Bapak Hafizuddin Ahmad, Lc selaku Anggota dan merangkap menjadi
Sekretaris. Adapun hasil wawanc ara yang saya lakukan dengan Bapak Hafiz yaitu DSN
MUI mewajibkan DPS hadir 2 bulan sekali pada institusi yang DPS tersebut awasi. Akan
46
tetapi Bapak Hafiz sendiri disini selaku anggota merangkap menjadi sekretaris, hadir
setiap hari kerja di Hotel Sofyan guna mengawasi kondisi lapangan di Hotel Sofyan dan
melaporkannya kepada Bapak Surachman selaku ketua DPS di Hotel Sofyan. Sedangkan
Bapak Surachman hadir sesuai dengan instruksi DSN MUI yaitu 2 bulan sekali di Hotel
Sofyan, dimana biasanya saat beliau hadir dilaksanakan pertemuan atau rapat pengurus
dan karyawan Hotel Sofyan.
Pertemuan tersebut biasanya membahas mengenai evaluasi jikalau ditemukan
pelanggaran prinsip syariah dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan oleh DPS. Selain itu
juga membahas mengenai sosialisasi prinsip syariah kepada para pengurus dan karyawan
Hotel Sofyan yang dikemas dalam pelatihan berkala yang membahas tentang skill,
pengetahuan perhotelan dan pariwisata, serta pengetahuan prinsip syariah.
Selain memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai prinsip syariah kepada
karyawan dan pengurus Hotel Sofyan, peran DPS Hotel Sofyan adalah mengawasi
keseluruhan operasional penyelenggaraan Hotel Sofyan khususnya menyangkut
mengenai prinsip syariah. Jika dalam pengawasannya ditemukan hal yang
menyimpang/melanggar di lapangan DPS akan menyampaikan laporannya kepada
manajemen dan/atau Direksi. DPS juga berperan dalam memberi masukan apabila
terdapat perbaikan produk dan layanan jasa dan/atau membuat produk dan layanan jasa
baru di Hotel Sofyan kepada pihak manajemen terkait. Dan juga DPS Hotel Sofyan
memiliki peran dalam memberikan masukan dan saran mengenai prinsip syariah kepada
manajemen Hotel Sofyan dan Direksi.
Peran DPS Hotel Sofyan dalam menindaklanjuti penyimpangan yang terjadi
dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan yaitu dengan melakukan penguatan pemahaman
prinsip syariah agar dapat meminimalisir penyimpangan yang sering terjadi khususnya
dalam melakukan seleksi tamu atau bahkan menghindari penyimpangan itu terjadi
kembali.
Adapun hubungan antara DPS dengan Audit Internal Hotel Sofyan yaitu, DPS
mengawasi dengan melihat sisi syariah dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan sedangkan
Audit Internal mengawasi secara umum. Namun DPS dan Audit Internal untuk saat ini
seringkali bekerjasama dan saling melengkapi dalam mengawasi penyelengaraan Hotel
Sofyan..
47
Dalam hal ini, DPS Hotel Sofyan tidak memiliki target secara khusus dalam
mengawasi penyelengaraan Hotel Sofyan, dikarenakan selain tidak adanya peraturan
khusus yang mengatur mengenai penyelenggaraan Hotel Syariah juga penyelenggaraan
Hotel Syariah tidak seperti penyelenggaraan Lembaga Keuangan Syariah dimana akan
selalu ada inovasi dan produk baru sedangkan dalam penyelenggaraan Hotel Syariah
khususnya Hotel Sofyan kalaupun ada inovasi hanya sebatas perbaikan pelayanan dan
karena Hotel Sofyan sudah sesuai syariah jadi target DPS Hotel Sofyan hanya yang
penting tidak ada hal-hal yang melanggar dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan.
2. Bagian Marketing, dalam hal ini terjadi pada akad yang digunakan ketika melakukan
pembuatan kontrak dengan customer (pelanggan), pemasaran produk dan layanan
Hotel Sofyan, dan pemberian potongan harga untuk para pengunjung.
3. Bagian pembelian bahan makanan untuk restoran halal Hotel Sofyan, dimana bahan
makanan yang dibeli wajib bahan makanan yang jelas kehalalannya dan bersertifikat
halal.
Tahun 1993 Hotel Sofyan mulai mencanangan wacana menjadi Hotel Syariah.
Tahun 1994 Hotel Sofyan mulai menghapuskan makanan non halal termasuk
daging babi.
Tahun 1997 Hotel Sofyan mulai menghapuskan diskotik.
Tahun 1998 Hotel Sofyan mulai menghapuskan Health Center.
Tahun 2000 Hotel Sofyan mulai menghapuskan bar dan minuman keras.
Dan pada Tahun 2001 Hotel Sofyan mulai mewajibkan karyawannya
menggunakan busana syar‟i yang menutup aurat.
Berbeda dengan DPS pada Lembaga Keuangan Syariah seperti Bank Syariah,
Asuransi Syariah, Koperasi Syariah, BMT, dan lain sebagianya yang memiliki standar
pengawasan prinsip syariah seperti standar pengawasan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). DPS di Hotel Syariah khususnya Hotel
Sofyan tidak memiliki standar khusus dari otoritas terkait dalam menyelenggarakan
pengawasan prinsip syariah karena Hotel Syariah belum ada instansi pemerintah yang
menaunginya seperti Bank Syariah yang dinaungi oleh Bank Indonesia dan Asuransi
Syariah dinaungi oleh OJK. Bahkan ketika Hotel Sofyan diwacanakan menjadi Hotel
Syariah, DSN MUI belum memiliki konsep mengenai Hotel Syariah. Oleh karena itu
DPS di Hotel Sofyan membuat standar sendiri dalam bentuk pedoman dengan
mengacu pada Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah yang berjudul “Pedoman
Hotel Syariah Hotel Sofyan”.
7. Tersedia Al-Quran.
5. Memberikan informasi
kegiatan bernuansa Islami (bila
ada).
6. Memberikan informasi
restoran/rumah makan halal.
9. Penyediaan Al-Quran.
hotel).
6 Menggunakan Asuransi
Syariah
Penggunaan Dana Yang Tidak Boleh Diakui Sebagai Pendapatan Bagi Lembaga
Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis Syariah dan Lembaga Perekonomian Syariah.
Dan untuk di Hotel Sofyan dana non halal tersebut langsung dikeluarkan oleh bagian
keuangan untuk disalurkan melalui pihak ketiga atau langsung yang mana tujuan
penyaluran dana tersebut sesuai dengan Fatwa diatas yaitu disalurkan untuk
penanggulangan korban berncana, sarana penunjang lembaga pendidikan Islam,
Masjid/Musholla dan penunjangnya, pembangunan fasilitas umum yang berdampak
sosial, sosialiasi edukasi dan literasi ekonomi, keuangan dan bisnis syariah untuk
masyarakat umum, beasiswa untuk siswa/mahasiswa berprestasi dan/atau kurang
mampu, kegiatan produktif bagi dhuafa, faqir miskin dan kegiatan sosial lainnya yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
BAB V PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti kemukakan pada bab sebelumnya
dan merujuk pada rumusan masalah penelitian ini, maka peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Mekanisme pengawasan DPS terhadap penyelenggaraan Hotel Sofyan sudah
maksimal karena DPS mengawasi penyelenggaraan Hotel Sofyan setiap hari kerja
dengan mekanisme yang intensif yaitu mengunjungi aspek dan bagian sesuai dengan
pedoman yang telah dibuat DPS Hotel Sofyan. Meskipun masih ada pelanggaran
dalam kategori tidak sengaja yang terjadi seperti pada seleksi tamu. Pelanggaran itu
terjadi bukan karena kurangnya pengawasan dari DPS Hotel Sofyan melainkan
karena ketidak sengajaan karyawan dalam melakukan seleksi tamu.
2. Implementasi penerapan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah sudah sesuai
dengan ketentuan terkait Hotel Syariah yang ada didalam fatwa tersebut. Seperti pada
uraian berikut :
a. Hotel Sofyan tidak menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindakan asusila.
b. Hotel Sofyan tidak menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada
kemusyrikan, maksiat, pornografi dan/atau tindak asusila.
c. Makanan dan minuman yang disediakan Hotel Sofyan telah mendapat sertifikat
halal dari MUI.
d. Hotel Sofyan menyediakan fasilitas, peralatan dan sarana yang memadai untuk
pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas bersuci.
e. Pengurus dan karyawan Hotel Sofyan mengenakan pakaian yang menutup aurat
dan sesuai dengan syariah.
f. Hotel Sofyan memiliki pedoman mengenai prosedur pelayanan Hotel Sofyan
yang berjudul “Pedoman Hotel Syariah Hotel Sofyan”.
61
62
B. Saran
1. Akan jauh lebih baik lagi jika DSN MUI atau otoritas terkait segera mengeluarkan
peraturan khusus mengenai penyelenggaraan Hotel Syariah, karena untuk saat ini
belum terdapat peraturan khusus yang mengatur penyelenggaraan Hotel Syariah. Dan
juga DSN MUI mengadakan pelatihan terkait pengawasan terhadap penyelenggaraan
Hotel Syariah agar para DPS Hotel Syariah khususnya Hotel Sofyan tidak hanya
memahami mengenai pengawasan syariah secara umum melainkan juga memahami
pengawasan penyelenggaraan Hotel Syariah secara khusus.
2. Perlu dimaksimalkan kembali perkumpulan antar Hotel Syariah di Indonesia untuk
memaksimalkan penyelenggaraan Hotel Syariah di Indonesia serta agar Hotel yang
sudah mengklaim Syariah namun belum memiliki sertifikat syariah dapat segera
mendapatkan sertifikat syariah.
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anwar, Saiful, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, (Medan: Gelora Madani Press,
2004).
Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih
Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007).
Harahap, Sofyan Syafri, Auditing Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum,
2002).
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al- Halim, (Surabaya: UD.
Halim, 2014).
Perwani, Siti dan Yayuk, Teori dan Petunjuk Praktek Houskeeping Untuk Akademi
Perhotelan Make Up Room, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992).
Rukmana, Amir Machmud, Bank Syariah Teori Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2010).
Salindeho, Jhon, Tata Laksana Dalam Manajemen, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998).
64
Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009).
Sucipto, Hery dan Fitria Andayani, Wisata Syariah Karakter, Potensi, Prospek dan
Tantangannya, (Jakarta: Grafindo Books Media, 2014).
Sopi, Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Pegawai
Kantor Bea Cukai Tipe Madya, (Bandung: 2013).
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonosia, 2004).
Jurnal
Hakim, Atang Abdul dkk, Toward Indonesia Halal Touris, Jurnal Ahkam : Vol 17,
2017, h. 291.
Jaelani, Aan, Industri Wisata Halal di Indonesia: Potensi dan Prospek, Jurnal Fakultas
Syariah dan Hukum IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2017.
Alim, Haidar Tsany dkk, Analisis Potensi Pariwisata Syariah dengan Mengoptimalkan
Industri Kreatif di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jurnal Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2015.
Misbach Irwan, Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi
Transaksi Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jurnal Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alaudin Makassar, 2015.
65
Mujib, Abdul, Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Lembaga Keuangan Mikro
Syariah di Wilayah Jawa Tengah, Jurnal Az Zarqa : Vol 9, No 1, 2017.
Oktaviani, Femi, Marketing Public Relation Hotel Syariah dalam Membangun Lifestyle
Islami Kota Bandung, Jurnal Signal : Vol 6 No. 1, 2018.
Kavanillah, Desy dan Ahmad Ajib Ridlwan, Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa
Keputusan Menginap di Hotel Andita Surabaya, Jurnal Iqtishoduna : Vol 7,
No. 2, 2018.
Situs Internet
KBBI Online, “Pengawasan”. Diakses pada hari Sabtu, 28 Maret 2019, pukul 10.59
WIB. melalui https://kbbi.web.id/pengawasan
Perundang-undangan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Form Daftar Bimbingan Skripsi
67
68
3. Kamar Tidur
9. Ruang Meeting
75
76
12. Laundry
78
14. Botram
79
13. DPS Hotel Sofyan tidak menggunakan SKKNI karena didalam pembahasan SKKNI lebih
kepada pengawasan Lembaga Keuangan Syariah seperti Perbankan Syariah, Asuransi
Syariah dll
14. DPS Hotel Sofyan membuat laporan evaluasi sesuai dengan arahan yang diberikan oleh
Direksi Hotel Sofyan dan DSN MUI.
15. DPS Hotel Sofyan melaporkan hasil evaluasi kepada Direksi dan Komisaris Hotel Sofyan
dan melampirkannya pada Laporan Tahunan Hotel Sofyan dan melaporkan kepada DSN
MUI.
16. Selama ini belum ada produk layanan baru yang ada di Hotel Sofyan
17. DPS Hotel Sofyan menyiapkan bahan penyusunan opini syariah. Dan membuat untuk
kepentingan perbaikan penyelenggaraan Hotel Sofyan.
18. DPS Hotel Sofyan hanya melaporkan opini syariah kepada pengurus Hotel Sofyan karena
dirasa opini syariah cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
19. Tidak ada target khusus, hanya saja melakukan pengawasan yang baik dan tidak terjadi
pelanggaran dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan.
20. Prestasi yang sudah DPS Hotel Sofyan bangun adalah menjadikan Hotel Sofyan sebagai
pelopor Hotel Syariah di Indonesia.