Anda di halaman 1dari 93

MEKANISME PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH

PADA HOTEL SOFYAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H.)

Oleh:
SATRIA RAFI SHIDDIQ
11150490000015

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
LEMBAR PER

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Satria Rafi Shiddiq
NIM : 11150490000015
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Syariah dan Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini sudah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sesungguhnya.

Jakarta, 28 September 2020

Satria Rafi Shiddiq

iv
ABSTRAK

Satria Rafi Shiddiq. NIM 11150490000015. MEKANISME PENGAWASAN DEWAN


PENGAWAS SYARIAH PADA HOTEL SOFYAN. Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441
H/2020 M

Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang bertugas mengawasi


pelaksanaan keputusan DSN MUI dan memberikan kritik saran kepada industri syariah
yang diawasi. DPS tidak hanya dibutuhkan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
seperti Bank Syariah, namun dibutuhkan juga pada Lembaga Bisnis Syariah seperti Hotel
Syariah termasuk di dalamnya Hotel Sofyan. Karena aktivitas pengawasan DPS penting
guna mengoreksi dan mengevaluasi penyelenggaraan Hotel Syariah. Mekanisme
Pengawasan DPS pada Hotel Syariah pun harus mengacu kepada Fatwa DSN MUI
Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana
mekanisme pengawasan DPS pada Hotel Sofyan dan kesesuaian implementasi penerapan
Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah di Hotel Sofyan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif-empiris dengan


menggunakan pendekatan peraturan yang berlaku dan pendekatan studi kasus yang mana
menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan kajian dengan cara studi
pustaka dan studi lapangan dengan cara wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa mekanisme pengawasan DPS pada Hotel Sofyan sudah maksimal dan efektif serta
implementasi penerapan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 pada Hotel
Sofyan sudah sesuai. Hanya saja peraturan khusus mengenai penyelenggaraan Hotel
Syariah belum ada sehingga DPS pada Hotel Sofyan menggunakan pedoman sendiri
dalam mengawasi penyelenggaraan Hotel Sofyan sesuai prinsip syariah.

Kata Kunci : Mekanisme, DPS, Hotel Syariah


Pembimbing : Dr. Mochammad Bukhori Muslim, Lc., M.A.
Daftar Pustaka : 1981 s.d 2018

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil Alamin, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Pertama-tama
peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan melimpahkan segala karunia Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan dengan seizin Nya. Shalawat serta Salam semoga tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya dan semoga dapat
menjadi suri tauladan bagi kita semua umat manusia dan semoga kita dapat mendapatkan
syafa‟atnya.

Skripsi yang berjudul “MEKANISME PENGAWASAN DEWAN


PENGAWAS SYARIAH PADA HOTEL SOFYAN” merupakan hasil penelitian karya
peneliti yang diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah
(S.H.).

Tak lepas dari proses penulisan skripsi ini, banyak peran dari berbagai macam
pihak yang turut serta membantu meringankan beban peneliti untuk menyelesaikan
skripsi ini. Rasa terima kasih peneliti ucapkan kepada :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A. M. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program studi Hukum Ekonomi Syariah dan
Dr. Abdurrauf, M.A selaku Sekretaris Progam Studi Hukum Ekonomi Syariah.
3. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, M.Sc, M.Ec., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi dan
pengarahan selama masa perkuliahan. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan
dan keberkahan kepada bapak. Amiin
4. Dr. Mochammad Bukhori Muslim, Lc., M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu, fikiran dan tenaganya untuk sekedar memberikan
pengarahan ketika peneliti merasa kesulitan dalam penulisan skripsi. Semoga Allah
selalu memberikan kesehatan dan keberkahan kepada bapak. Amiin

vi
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen, karyawan maupun staff kerja di lingkungan
Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengalaman selama
berada di lingkungan fakultas.
6. Bapak Hafizuddin Ahmad, Lc selaku DPS Hotel Sofyan, yang telah menerima
peneliti untuk melakukan penelitian dan membantu memberikan data yang
diperlukan untuk keperluan penyelesaian skripsi.
7. Kedua orang tua tersayang dan tercinta, Ayahanda Sri Widodo dan Ibunda
Mufarida, S.Pd yang tanpa lelah memberikan semangat dan motivasi, tanpa pamrih
mengasihi, tabah dalam menasehati dan selalu memberikan doa yang tulus di setiap
sujudnya tanpa mengharap suatu apapun kecuali kesuksesan anak-anaknya.
Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kesejahteraan di dunia dan
Jannatul firdaus di akhirat kelak. Amin ya mujibassaa’ilin
8. Mas Taufiq dan Mbak Nova, Adik Hafidz, dan Adik Hamid yang sealu
memberikan doa dan dukungan. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan
dan apa yang di cita-citakan senantiasa tercapai. Amin.
9. Istri tercinta Mala Aprilyas dan Ananda Al Fatih Razka Shiddiq yang selalu
menemani, membantu, memotivasi selama proses awal penyusunan skripsi hingga
akhir. Semoga kita menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Amin.
10. Ericson, Alam, Sasha dan Ulfa sahabat Alumni Pondok Pesantren Modern Islam
Assalaam yang tak henti memberikan dukungan serta doa yang terucap dari setiap
lantunan doa.
11. Seluruh kawan-kawan Program Studi Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2015
yang telah menjadi banyak memberikan warna selama masa perkuliahan. Semoga
Allah SWT senantiasa mempermudah urusan kita dan selalu menjadikan apa yang
kita dapatkan di kampus ini dapat bermanfaat di hari kemudian.
12. Teman-teman KKN 120 “PEMUDA” yang walau hanya 40 hari kita bersama, tapi
akan selalu teringat selamanya.
13. Keluarga besar Aman Palestin Indonesia Cabang Jakarta, FoSSEI Jabodetabek,
LiSEnSi UIN Jakarta, FRESH UIN Jakarta, dan LDK Syahid yang memberikan
pengalaman dan pelajaran hidup yang begitu luar biasa. Semoga silaturrahim kita
tetap terjaga dan senantiasa dapat selalu saling mengingatkan.

vii
14. Seluruh pihak terkait lainnya yang telah berperan membantu selama penyelesaian
skripsi ini.

Terima kasih atas semua dukungan yang telah diberikan oleh orang-orang yang
telah hadir di dalam kehidupan peneliti, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga semua dukungan dan kebaikan yang telah kalian berikan mendapat balasan yang
mulia dari Allah SWT dan kita semua selalu berada dalam lindungan-Nya serta
dipermudah segala urusan di dunia maupun di akhirat. Peneliti menyadari bahwa skripsi
ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, namun semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal
Aalamiin.

Jakarta, 19 Juli 2020

Satria Rafi Shiddiq

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
F. Review Studi Terdahulu ....................................................................................................... 6
G. Kerangka Teori dan Konseptual .......................................................................................... 7
H. Metode Penelitian ................................................................................................................ 9
I. Sistematika Penulisan ........................................................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 12
A. Teori Pengawasan .............................................................................................................. 12
B. Dewan Pengawas Syariah (DPS) ....................................................................................... 17
C. Wisata Syariah ................................................................................................................... 21
D. Hotel Syariah ..................................................................................................................... 27
BAB III GAMBARAN UMUM HOTEL SOFYAN .................................................................... 34
A. Sejarah Hotel di Indonesia ................................................................................................. 34
B. Sejarah Hotel Sofyan ......................................................................................................... 35
C. Visi, Misi, Filosofi dan Logo Hotel Sofyan ....................................................................... 39
D. Struktur Organisasi Hotel Sofyan ...................................................................................... 40
E. Landasan Hukum ............................................................................................................... 41
F. Produk dan Jasa Pelayanan Hotel Sofyan .......................................................................... 42

ix
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DPS DI HOTEL SOFYAN .............. 43
A. Analisis Kedudukan DPS di Hotel Sofyan ........................................................................ 43
B. Analisis Peran DPS dan Hubungan Audit Internal dengan DPS di Hotel Sofyan ............. 45
C. Analisis Mekanisme Pelaksanaan Pengawasan DPS di Hotel Sofyan............................... 47
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 61
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 61
B. Saran .................................................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 10 Besar Negara Destinasi Wisata Halal Terbaik

Tabel 2.1 Perbedaan Wisata Syariah dan Konvensional

Tabel 2.2 Perbedaan Hotel Syariah dan Konvensional

Tabel 4.1 Pedoman Hotel Syariah Hotel Sofyan

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Form Daftar Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Permohonan Data di Hotel Sofyan

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara

Lampiran 4 : Foto Hotel Sofyan

Lampiran 5 : Skrip Pertanyaan Wawancara

Lampiran 6 : Hasil Wawancara

xii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem ekonomi syariah di Indonesia telah memasuki tahap kedua dimana
pengembangan sistem dilakukan tidak terpaku dalam keuangan saja namun dilakukan
pengembangan pada instrumen lain. Saat ini sudah banyak bermunculan kelembagaan
ekonomi syariah selain perbankan syariah di masyarakat, seperti contohnya asuransi
syariah, gadai syariah, pasar modal syariah, hingga pariwisata syariah yang terdiri dari
hotel syariah, spa syariah, tempat rekreasi syariah, restoran syariah.

Indonesia ditetapkan sebagai destinasi wisata halal (halal tourism) terbaik dunia
2019 standar Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. Setelah lima tahun melakukan
berbagai upaya, akhirnya Indonesia terpilih menjadi destinasi wisata halal terbaik dunia
tahun ini. Lembaga pemeringkat Mastercard-Crescent menempatkan Indonesia pada
peringkat pertama standar GMTI dengan skor 78 bersama dengan Malaysia yang sama-
sama berada di ranking teratas. Tercatat 10 besar negara destinasi wisata halal terbaik
dunia versi GMTI 2019 sebagai berikut:1

Tabel 1.1 10 Besar Negara Destinasi Wisata Halal Terbaik

No Negara Skor

1. Indonesia 78

2. Malaysia 78

3. Turki 75

4. Arab Saudi 72

5. Uni Emirat Arab 71

6. Qatar 68

1
Kementerian Pariwisata, Siaran Pers 09 April 2019

1
2

7. Maroko 67

8. Bahrain 66

9. Oman 66

10. Brunei Darussalam 65

Berdasarkan Tabel di atas, Destinasi Wisata Syariah adalah kawasan geografis


yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya
tarik wisata, fasilitas ibadah dan umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan yang sesuai
dengan prinsip syariah2. Adapun yang menjadi bagian dari pariwisata syariah tidak hanya
terkait wisata religi saja akan tetapi meliputi restaurant, tempat rekreasi, spa syariah,
massage hingga hotel syariah.3

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menimbang bahwa dalam rangka


meningkatkan daya saing destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki keindahan
alam, keragaman budaya dan populasi Muslim terbesar di dunia serta menjadikannya
daya tarik wisata syariah di Indonesia sebagai destinasi utama bagi wisatawan dunia,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014, peraturan ini juga sesuai dengan hasil Nota
Kesepahaman antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor
Nk.11/KS.001/W.PEK/2012, dan Nomor B-459/DSN-MUI/XII/2012 tentang
Pengembangan dan Sosialisasi Pariwisata Syariah, perlu dilakukan pengaturan mengenai
penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.4 Pedoman penyelenggaraan hotel syariah ini
diatur dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014
(PERMEN PAREKRAF No. 2) tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah

2
Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah
3
Desy Kavanillah dan Ahmad Ajib Ridlwan, Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Keputusan Menginap di
Hotel Andita Syariah Surabaya, Iqtishoduna Vol. 7, No. 2 (Oktober 2018)
4
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah
3

yang didalamnya menyebutkan terdapat 2 macam kualifikasi mengenai hotel syariah


yaitu Hilal 1 dan Hilal 2. Dimana Hilal 1 adalah penggolaan untuk usaha hotel syariah
yang dinilai memenuhi seluruh kriteria Usaha Hotel Syariah yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan minimal wisatawan muslim. Sedangan Hilal 2 adalah penggolongan
untuk Usaha Hotel Syariah yang dinilai memenuhi seluruh Kriteria Usaha Hotel Syariah
yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan muslim dan umum.

Akan tetapi pada Agustus 2016 PERMEN PAREKRAF No. 2 dicabut oleh
Menteri Pariwisata setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun
2016 (PERMEN PAR No. 11) tentang Pencabutan Atas Peraturan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel
Syariah. Pada peraturan diatas tidak memberikan alasan secara jelas mengenai
pencabutan PERMEN PAREKRAF No. 2. Peraturan tersebut hanya menjelelaskan
bahwa Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah, sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
dan perkembangan kepariwisataan saat ini sehingga perlu dicabut.5

Kemudian pada Oktober 2016 DSN MUI menerbitkan Fatwa DSN MUI Nomor
108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan
Prinsip Syariah setelah menimbang bahwa saat ini sektor pariwisata berbasis syariah
mulai berkembang di dunia termasuk Indonesia, sehingga memerlukan pedoman
penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah dan pedoman penyelenggaraan
pariwisata syariah berdasarkan prinsip syariah belum diatur dalam fatwa DSN-MUI.
Dalam fatwa diatas menyebutkan bahwa ketentuan terkait hotel syariah salah satunya
adalah makanan dan minuman yang disediakan di hotel syariah wajib telah mendapat
sertifikat halal dari MUI dan hotel syariah juga wajib menggunakan jasa Lembaga
Keuangan Syariah dalam melakukan pelayanan.6

Hotel Syariah yang telah memiliki sertifikat syariah dari DSN MUI wajib
mengikuti aturan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman

5
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pencabutan Atas Pertauran Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah
6
Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah
4

Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah. Oleh karena itu Dewan


Pengawas Syariah (DPS) harus mengawasi dengan baik dan benar atas terlaksananya
Fatwa DSN MUI terhadap penyelengaraan hotel syariah.

Tugas utama DPS di Hotel Syariah hampir sama dengan tugas DPS di Lembaga
Keuangan Syariah yaitu agar penyelenggaraan Hotel Syariah tidak menyimpang dari
prinsip syariah yang di fatwakan DSN MUI. Pengawasan yang dilakukan DPS di Hotel
Syariah mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan dikarenakan tidak adanya
aturan khusus yang mengatur tentang penyelenggaraan Hotel Syariah. Sejak PERMEN
PAREKRAF No. 11 terbit, DPS di Hotel Syariah hanya menggunakan Fatwa DSN MUI
No. 108 sebagai acuan dalam melakukan pengawasan.

Bahkan banyak Hotel yang sudah mengklaim dirinya Syariah namun belum
memiliki DPS. Seperti pada penelitian Wulandari yang mana dalam operasional di
Namira Syariah Hotel Pekalongan belum ada DPS yang mengawasi, oleh karenanya
menurut Wulandari Namira Syariah Hotel Pekalongan belum sepenuhnya menjalankan
operasional secara syariah.7

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Pada Hotel Sofyan”. Penelitian
ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui mekanisme pengawasan DPS di Hotel
Sofyan apakah sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI atau belum.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran dan wewenang DPS di Hotel Sofyan?


2. Apakah penunjukan DPS di Hotel Sofyan sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku?
3. Bagaimana cara DPS mengawasi kegiatan penyelenggaraan Hotel Sofyan?
4. Peraturan apa yang digunakan Hotel Sofyan saat ini?

7
Wulandari, Analisis Penerapan Prinsip Hotel Syariah (Studi Kasus pada Namira Syariah Hotel
Pekalongan), UIN Walisongo (Semarang : 2019)
5

5. Bagaimana peran dan tindak lanjut DPS terhadap penyimpangan yang terjadi di Hotel
Sofyan?
6. Seberapa efektif keberadaan DPS dala penerapan prinsip syariah di Hote Syariah
Sofyan?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan penulisan skripsi ini, peneliti
membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan terarah
sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Disini peneliti hanya akan membahas mengenai
mekanisme pengawasan DPS di Hotel Sofyan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, rumusan masalah
dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana mekanisme pengawasan DPS terhadap penyelenggaraan hotel syariah di


Hotel Sofyan?
2. Bagaimana penerapan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah di Hotel Sofyan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk menganalisis mekanisme pengawasan DPS di Hotel Sofyan.
2. Untuk menganalisis kepatuhan DPS terhadap pengawasan di Hotel Sofyan sesuai
Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah.
Adapun manfaat yang diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan penjelasan mengenai mekanisme pengawasan DPS dan penerapan fatwa
di Hotel Sofyan.
2. Sebagai sumbangsih kepustakaan bagi mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
3. Sebagai kontribusi ilmiah dalam memperkaya khazanah ilmu, khususnya pada bidang
Hukum Ekonomi Syariah.
6

F. Review Studi Terdahulu


Sebelum menentukan judul bahasan dalam skripsi ini, peneliti melakukan review
kajian terdahulu yang berkaitan dengan judul peneliti bahas. Review kajian terdahulu
yang berkaitan dengan pembahasan peneliti diantaranya:

1. Penelitian dengan judul “Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS)


Pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Tumang” oleh Abdul Latif, Tugas Akhir
IAIN Salatiga 2017. Penelitian ini membahas tentang mekanisme pengawasan DPS
pada BMT. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah pembahasan peneliti
mengenai mekanisme pengawasan DPS pada hotel syariah.
2. Skripsi dengan judul “Penerapan Prinsip Syariah Pada Bayt Kaboki Hotel Bali
Menurut Fatwa DSN MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016” oleh Aufa Saffanah Fitri
Sholeh, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum 2018. Dalam skripsi tersebut
membahas mengenai penerapan fatwa terhadap operasional di Bayt Kaboki Hotel
Bali. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah pembahasan peneliti mengenai
penerapan fatwa terhadap operasional dan mekanisme pengawasan DPS di Hotel
Sofyan.
3. Jurnal dengan judul “Perkembangan Bisnis Hotel Syariah di Indonesia” oleh
Zamakhsyari Baharuddin dan Fahadil Al Hasan, Jurnal Al-Adl Vol. 11 No.1
(Januari 2018). Dalam jurnal tersebut membahas mengenai ketentuan sertifikat
halal bagi penyelenggara hotel syariah. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah
penelitian peneliti membahas mengenai seluruh ketentuan yang terdapat dalam
fatwa bukan hanya mengenai sertifikat syariah saja dan juga pada pengawasan
DPS.
4. Jurnal dengan judul “Analisis Manajemen Hotel Adilla Syariah Yogyakarta
(Tinjauan fatwa DSN MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016)” oleh Eko Kurniasih
Pratiwi, Jurnal Studi Islam Vol. XII No. 1 2017. Dalam jurnal tersebut membahas
mengenai kesesuaian syariah terhadap manajemen Hotel Adilla Syariah
Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah penelitian peneliti bukan
hanya membahas mengenai kesesuaian syariah terhadap manajemen Hotel Sofyan
saja melainkan membahas mengenai mekanisme pengawasan DPS juga.
7

5. Skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Prinsip Hotel Syariah (Studi Kasus Pada
Namira Hotel Syariah Pekalongan)” oleh Wulandari, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam 2019. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai penerapan prinsip
syariah terhadap penyelenggaraan Namira Hotel Syariah Pekalongan. Perbedaan
dengan penelitian peneliti adalah peneltian peneliti tidak hanya membahas
mengenai penerapan prinsip syariah pada Hotel Sofyan namun juga membahas
mengenai mekanisme pengawasan DPS di Hotel Sofyan.

G. Kerangka Teori dan Konseptual


Adapun kerangka teori yang digunakan dalam penelitian bersusun atas:

1. Teori Mekanisme
Menurut Moenir mekanisme adalah rangkaian kerja alat yang digunakan untuk
tujuan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan proses kerja, tujuannya demi
hasil yang maksimal.
Mekanisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tata cara kerja seorang
Dewan Pengawas Syariah dalam mempraktekkan suatu teori yaitu dari Fatwa DSN
MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah di Hotel Sofyan.
2. Teori Pengawasan
Menurut Lyndal F. Urwick, pengawasan berarti upaya agar sesuatu dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang dikeluarkan.
Sedangkan menurut Sondang Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditemukan sebelumnya.
Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Dewan Pengawas Syariah
dalam melakukan pengawasan di Hotel Sofyan agar menjamin kesesuaian prinsip
syariah sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:

1. Fatwa
Fatwa digunakan sebagai pernyataan hukum mengenai masalah-masalah yang
8

timbul dan adanya seseorang yang ingin mengetahui bagaimana caranya


menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-
MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip
Syariah muncul karena mulai berkembangnya ekonomi islam dan sebagai jawaban
bagi para pihak untuk menyelenggarakan hotel syariah.
2. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah bertugas untuk melakukan pengawasan salah satunya di
hotel syariah syariah sesuai dengan prinsip syariah. Standar DPS bisa melakukan
pengawasan di hotel syariah syariah yaitu wajib memahami tentang fiqih salah
satunya adalah ikhwal penerapan menjaga kesucian. Untuk bisa mengusulkan DPS
bisa melalui pihak Hotel syariah ataupun tidak. Akan tetapi, DPS wajib telah
disertifikasi oleh MUI dan telah mengikuti pelatihan. Karena peran DPS tidak hanya
sebagai pengawas saja, akan tetapi berperan sebagai pihak yang dapat memberikan
masukan yang berkaitan dengan penerapan standar yang harus dilakukan oleh Hotel
Syariah.
3. Hotel Syariah
Hotel syariah secara umum terdapat hal-hal yang ada di hotel konvensional
lainnya seperti kamar yang setara dengan hotel berbintang, restaurant, kolam renang
(perbedaannya antara wanita dan pria harus terpisah), fasilitas koran pagi dan hal-hal
lain yang secara umum tersedia di hotel konvensional. Namun perbedaannya adalah
sebagai berikut; Hotel syariah menjadikan rukun iman dan rukun islam menjadi dasar
hukum dan hal-hal yang harus dipenuhi oleh hotel syariah secara umum adalah; 1)
Fasilitas Mushola atau masjid wajib ada; 2) Wajib ada kumandang azan di setiap
sudut atau lantai jika hotel tersebut luas atau bertingkat, dipasang speaker untuk
meneruskan kumandang azan disetiap waktu-waktu sholat; 3) Mencantumkan di
dalam anggaran dasar/ rumah tangga hotel sebagai hotel syariah; 4) Tidak
mengizinkan pertemuan antara tamu yang bukan muhrim dengan tamu yang
menginap, pertemuan bisa dilakukan di area umum seperti lobby atau di luar hotel; 5)
Tidak menyediakan minuman ataupun makanan beralkohol sebagai konsumsi tamu;
6) Tidak mengizinkan hotel sebagai sarana penggunaan narkoba; 7) Untuk urusan
perbankan, hotel syariah harus memiliki rekening sesuai dengan syariah sebagai
9

contoh dengan menggunakan bank syariah; 8) Tidak menempatkan ornament/ hiasan


ataupun lukisan dari mahkluk bernyawa di area luar dan dalam hotel; 9) Memiliki
sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia ).
Jadi pada prinsipnya hotel dengan konsep syariah menjalankan ketentuan-ketentuan
sesuai dengan syariah islam serta ketentuan yang ditetapkan oleh MUI dengan adanya
sertifikat sebagai salah satu persyaratan diakuinya sebuah hotel sebagai hotel
syariah.8
4. Prinsip Syariah
Pengertian Prinsip Syariah yaitu prinsip hukum Islam yang pelaksanannya harus
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.
Dalam penelitian ini, Hotel Sofyan harus sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor
108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan
Prinsip Syariah baik berupa akadnya maupun tentang penyelenggaraannya.

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memilih jenis penelitian normatif empiris.

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan statute
approach atau biasa disebut pendekatan perundang-undangan. Pendekatan undang-
undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang diteliti.9
Selain pendekatan perundang-undangan, dalam penelitian ini peneliti juga
menggunakan case approach atau pendekatan kasus. Pendekatan kasus peneliti
lakukan dengan menganalisa kasus penyimpangan yang terjadi terhadap prinsip
syariah pada penyelenggaraan hotel syariah syariah.10

8
Femi Oktaviani, Marketing Public Relation Hotel Syariah dalam Membangun Lifestyle Islami Kota
Bandung, Jurnal Signal Vol. 6, No. 1 (Januari 2018)
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2005), h.133
10
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 283
10

3. Sumber Bahan Hukum


a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum utama yang menjadi sumber
penelitian. Bahan hukum primer penelitian ini adalah Fatwa DSN MUI
Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat tetapi dapat membantu dalam menjelaskan terkait pembahasan
peneliti dalam penelitian ini. Bahan hukum sekunder ini antara lain jurnal-
jurnal ilmiah, buku-buku teks dan berbagai literatur ilmiah serta artikel terkait.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Untuk memperoleh data yang peneliti perlukan terkait masalah yang akan diteliti,
maka teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan melalui wawancara dan studi
kepustakaan.

5. Teknik penulisan Bahan Hukum


Teknik penulisan yang peneliti gunakan adalah berdasarkan pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu
(PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta tahun
2017.

I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami lebih jelas gambaran materi dalam
penelitian ini, maka peneliti menyusun menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisikan tentang Latar Belakang, Identifikasi


Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta
Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA : Berisi teori-teori yang berhubungan dengan


penelitian ini.
11

BAB III TINJAUAN UMUM : Menguaraikan tentang objek penelitian yang


menjelaskan secara umu objek penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
ini.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Menjelaskan analisis-


analisis dari penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan-pendekatan metode
penelitian beserta pembahasan yang berkaitan dengan judul yang menjadi bagian
terpenting dalam pemenuhan penelitian ini.

BAB V PENUTUP : Menyimpulkan dari hasil penelitian yang dapat dipahami


dan saran kepada pihak-pihak terkait dengan pembahasan sebagai usulan dari peneliti.
BAB II LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI

A. Teori Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Di dalam Bahasa Indonesia pengawasan berasal dari kata “awas” yang berarti
mengawasi sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengawasan adalah
penilikan dan pengarahan kebijakan jalannya perusahaan.1 Sedangkan menurut para
ahli pengawasan dapat diartikan sebagai berikut:
a. Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau konrol terhadap tindakan pelaku
kegiatan diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat
mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.2
b. Menurut M. Manullang, pengawasan adalah suatu proses untuk dapat
menetapkan pekerjaan apa yang telah dilaksanakan, meniliainya dan juga
mengoreksinya dan bila perlu dengan sebuah maksud agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana yang semula.3
c. Menurut Prayudi, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan
pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggaraka itu dengan
apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan.4
d. Menurut Harold Koonz yang dikutip oleh John Salindeho dikatakan bahwa
pengawasan adalah pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para
bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan
rencana. Jadi pengawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan
cita-cita dan rencana, memperlihatkan di mana ada penyimpangan yang
negative dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana-
rencana.5

1
KBBI Online https://kbbi.web.id/pengawasan diakses pada Sabtu, 28 Maret 2020 Pukul 10.59 WIB
2
Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Adminisrasi Negara, (Medan: Gelora Madani Press, 2004) h. 127
3
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 1995)
4
Prayudi, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981) h. 80
5
Jhon Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998) h. 39

12
13

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengawasan adalah sebuah


kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dalam melaksanakan tugasnya dalam sebuah
organisasi dalam menjamin seluruh kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya maka
akan diadakan evaluasi dan koreksi. Sedangkan dalam pengertian syariah
pengawasan bermakna pemantauan (ishraf), pemeriksaan (muraja’ah) dan
investigasi (fahsh) bertujuan untuk menjaga manfaat (mura’at mashlahah) dan
menghindari kehancuran (idra’ mafsadah).6

2. Dasar Hukum Pengawasan


Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan unt meluruskan yang tidak lurus,
mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak. Adapun dalil yang dapat
digunakan sebagai dasar hukum tentang pengawasan adalah sebagai berikut:
Q.S Al Mujadalah Ayat 7

‫ون ِم ْن َ َْن َو ٰى ثَ ََلثَ ٍة ا ََّّل ه َُو‬ ُ ‫امس َم َاو ِات َو َما ِِف ْ َاْل ْر ِض ۖ َما يَ ُك‬ َّ ‫اَّلل ي َ ْع َ َُل َما ِِف‬
َ َّ ‫َأم َ ْم تَ َر َأ َّن‬
ِ
‫َرا ِب ُعه ُْم َو ََّل َ َْخ َس ٍة ا ََّّل ه َُو َسا ِد ُسه ُْم َو ََّل َأد َ َْٰن ِم ْن َذَٰ ِ َِل َو ََّل َأ ْك َ ََث ا ََّّل ه َُو َم َعه ُْم َأ ْي َن َما َكهُوا ۖ ُ َُّث‬
ِ ِ
‫َش ٍء عَ ِل ٌي‬
َْ ‫ك‬ َ َّ ‫يُنَ ِبُّئُ ُ ْم ِب َما َ َِعلُوا ي َ ْو َم امْ ِقيَا َم ِة ۚ ا َّن‬
ِّ ُ ‫اَّلل ِب‬
ِ
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada
hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.”7

6
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia (Yogyakarta: Pustaka SM, 2007)
7
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.543
14

Q.S Qaf Ayat 17

ّ ِ ‫ا ْذ ي َ َتلَقَّى امْ ُم َتلَ ِقّيَ ِان َع ِن امْ َي ِمنيِ َو َع ِن‬


‫امش َم ِال قَ ِعي ٌد‬
ِ
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.”8

3. Tipe-Tipe Pengawasan9
a. Pengawasan pendahuluan (streering controls). Pengawasan ini direncanakan
untuk mengatasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu kegiatan
tertentu diselesaikan.
b. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksaan kegiatan (Concurrent
Controls). Pengawasan ini dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
Pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu harus dipenuhi
dahulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam
peralatan “double check” yang lebih menjamin ketetapan pelaksanaan suatu
kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik yaitu pengawasan yang mengukur hasil-hasil dari
kegiatan tertentu yang telah diselesaikan.
4. Tujuan Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme
pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu
rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan
berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak
tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.10 Tujuan utama dari
pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.

8
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.519
9
Makmur, Efektivitas Kebijakan Pengawasan. (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 176
10
Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, (Depok: Rajawali Press, 2014) h. 17
15

Menurut Soekarno yang dikutip Gouzali Saydam mengemukakan tujuan


pengawasan sebagai berikut:11
a. Untuk mengethaui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
rencana
b. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan instruksi
c. Untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan efisien
d. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam
kegiatan
e. Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan, atau kegagalan kea
rah perbaikan

Sedangkan yang dimaksud tujuan dalam pengawasan syariah adalah untuk


membenarkan yang salah, meluruskan penyimpangan yang terjadi dan menjaga
kebenaran yang telah dilakukan agar tetap sesuai dengan prinsip syariah dalam
penyelenggaraan kegiatan.

5. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan
organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasan harus
mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan.
Prinsip-prinsip pengawasan menurut Handayaningrat adalah:12
a. Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi
b. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum
c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran tujuan
dalam pelaksanaan pekerjaan
d. Pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan
e. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat

11
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource) Suatu Pendekatan Mikro,
(Jakarta: Djambatan, 2000) h. 197
12
Sopi, Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Pegawai Kantor Bea
Cukai Tipe Madya. (Bandung: 2013), h. 19
16

f. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan


dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan serta kebijakan waktu
yang akan datang
6. Mekanisme dan Prosedur Pengawasan
Mekanisme adalah pandangan interaksi bagian lainnya dalam suatu keseluruhan
atau sistem secara tanpa sengaja menghasilkan kegiatan atau fungsi sesuai dengan
tujuan. Sedangkan prosedur adalah urutan langkah-langkah atau tata cara dimana
pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana
melakukannya, mengapa dilakukannya, dimana melakukannya, dan siapa yang
melakukannya.
7. Proses Pengawasan
Proses pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus
dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana. Artinya
pengawasan itu terdiri atas berbagai aktivitas, agar segala sesuatu yang menjadi tugas
dan tanggung jawab manajemen/ pengawas terselenggarakan dengan baik.
Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) sebagai
berikut:
a. Menetapkan Standar Pengawasan
Standar pengawasan adalah suatu standar yang merupakan patokan bagi
pengawas dalam menilai apakah objek atau pekerjaan yang diawasi berjalan
dengan semestinya atau tidak.
b. Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan
Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan
dapat dilakukan melalui:
1) Laporan (lisan dan tertulis)
2) Buku catatan harian
3) Jadwal atau grafik produksi/ hasil kinerja
4) Inspeksi atau pengawasan langsung, pertemuan/ konferensi dengan
petugas-petugas yang bersangkutan dan survei yang dilakukan oleh tenaga
staf atau melalui penggunaan alat teknik
c. Membandingkan Standar Pengawasan dengan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
17

Aktivitas tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah di antaranya (hasil


pengukuran dengan standar) terdapat perbedaan dan jika ada, maka seberapa
besarnya perbedaan tersebut kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu
diperbaiki atau tidak.
d. Tindakan Koreksi
Apabila diketahui adanya perbedaan, sebab-sebab perbedaan, dan letak
sumber perbedaan, maka langkah terakhir adalah mengusahakan dan
melaksanakan tindakan perbaikannya.13

B. Dewan Pengawas Syariah (DPS)


1. Pengertian DPS
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dewan pengawas berarti majelis atau
badan yang terdiri atas beberapa orang anggota yang bertugas mengawasi kerja
pengurus suatu organisasi (perkumpulan, koperasi, perseroan dan sebagainya).14
Sedangkan syariah adalah komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan
seorang muslim baik dari bidang ibadah (habluminallah) maupun dalam bidang
muamalah (habluminannaz) yang merupakan aktualisasi akidah yang menjadi
keyakinannya. Sementara muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan
antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah
maliyah.15
Dewan pengawas syariah (DPS) adalah suatu badan yang bertugas mengawasi
pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) di lembaga keungan syariah.
DPS diangkat dan diberhentikan di lembaga keuangan syariah melalui Rapat Umum
Pengawas Syariah (RUPS) setelah mendapat rekomendasi dari DSN. 16 Dewan
pengawas syariah merupakan dewan pakar ekonomi dan ulama yang menguasai
bidang Fiqh Muamalah (Islamic Commercial Jurisprudence) yang berdiri sendiri dan
bertugas mengamati dan mengawasi operasional lembaga keungan syariah dan
produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam, yaitu

13
Amran Suadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, (Depok: Rajawali Press, 2014) h.25
14
KBBI Online https://kbbi.web.id/dewan. Diakses pada Senin, 30 Maret 2020 Pukul 13.30 WIB
15
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. (Jakarta:
Erlangga, 2010) h.24
16
Muhammad Firdaus Dkk, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah. (Jakarta: Renaisan, 2007) h.16
18

dengan mengawasi secara teliti bagaimana bentuk-bentuk perikatan/akad yang


dilaksanakan oleh lembaga keuangan syariah.17 Namun seiring berkembangnya
ekonomi syariah saat ini tidak hanya lembaga keuangan syariah saja yang
pengawasannya diawasi oleh DPS, rumah sakit syariah dan hotel syariah juga diawasi
oleh DPS dalam penyelenggaraan kegiatannya sesuai dengan keputusan DSN didalam
fatwa DSN MUI. Supaya dewan tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
dengan tetap berpijak pada fungsi amanah tersebut, maka keanggotaannya
disyaratkan terdiri dari orang-orang yang ahli syariah dan sedikit banyak menguasai
Hukum Dagang positif serta sudah berpengalaman dalam penyelenggaraan kontrak-
kontrak bisnis. DPS juga merupakan unit yang hanya dimiliki oleh perusahaan atau
organisasi yang dijalankan sesuai syariat Islam.18
DPS ini berkedudukan dibawah RUPS atau sejajar dengan Dewan Komisaris di
dalam struktur suatu perusahaan atau organisasi syariah. Tugas utama DPS adalah
mengawasi kegiatan usaha perusahaan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan
prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Fungsi utama DPS adalah sebagai
penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah mengenai
hal-hal yang terkait dengan aspek syariah dan sebagai mediator antara perusahaan
syariah dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan
produk dan jasa dari perusahaan yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN. Posisi
DPS adalah wakil DSN dalam pelaksanaan fatwa-fatwa DSN di dalam perusahaan
syariah yang bersangkutan.
2. Dasar Hukum Dewan Pengawas Syariah
Dasar hukum dibentuknya Dewan Pengawas Syariah dan implementasinya dapat
dilihat dari perintah Allah sebagai berikut;
Q.S At-Taubah Ayat 105

َّ ‫ُّون ا َ َٰل عَا ِم ِم امْ َغ ْي ِب َو‬


‫امشهَا َد ِِ فَ ُينَ ِبُُّ ُ ُْك‬ َ ‫ون ۖ َو َس ُ َُتد‬ ُ ُ ‫اَّلل َ ََعلَ ُ ُْك َو َر ُس‬
َ ُ‫وُل َوامْ ُم ْؤ ِمن‬ ُ َّ ‫اَعلُوا فَ َس َ ََيى‬َ ْ ‫َوقُ ِل‬
ِ
َ ُ‫ِب َما ُك ْن ُ ُْت تَ ْع َمل‬
‫ون‬

17
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. (Yogyakarta: Ekonisia,
2004) h.24
18
Sofyan Syafri Harahap, Auditing dalam Perpektif Islam. (Jakarta: Pustaka Quantum 2002) h. 207
19

“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta


orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”19

3. Tugas, Peran, dan Fungsi DPS


a. Tugas Dewan Pengawas Syariah20
1) Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman opersional
dan produk yang dikeluarkan.
2) Mengawasi proses pengembangan produk baru.
3) Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru yang belum ada
fatwanya.
4) Melakukan evaluasi secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme pelayanan jasa yang dilakukan perusahaan.
5) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
perusahaan dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
b. Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah memiliki peran dan fungsi sebagai perwakilan DSN
yang ditempatkan pada lembaga keuangan syariah wajib:21
1. Mengikuti fatwa DSN
2. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan DSN
3. Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga keuangan syariah
yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun

Artinya bahwa tugas penting DPS adalah:

1. DPS adalah seorang ahli (pakar) yang menjadi sumber dan rujukan dalam
penerapan prinsip-prinsip syariah termasuk sumber rujukan fatwa

19
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.203
20
Abdul Mujib, “Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Wilayah
Jawa Tengah", Jurnal Az Zarqa‟ Vol. 9 No. 1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2017
21
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Cet-2 (Jakarta: Pointermasa, 2003) h. 279
20

2. DPS mengawasi pengembangan semua produk untuk memastikan tidak


adanya fitur yang melanggar syariah
3. DPS menganalisa segala situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang
tidak didasari fatwa untuk memastikan kepatuhan dan kesesuaiannya kepada
syariah
4. DPS menganalisis segala kontrak dan perjanjian mengenai transaksi-transaksi
untuk memastikan kepathan kepada syariah
5. DPS memastikan koreksi pelanggaran dengan segera (jika ada) untuk
mematuhi syariah. Jika ada pelanggaran, anggota DPS harus mengkoreksi
penyimpangan itu dengan seger agar disesuaikan dengan prinsip syariah
6. DPS memberikan supervise untuk program pelatihan syariah bagi staf dan
pengurus
7. DPS menyusun sebuah laporan tahunan yang akan dilaporkan kepada DSN
4. Struktur DPS
Adapun struktur DPS adalah sebagai berikut:22
a. Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi
komisaris sebagai pengawas direksi.
b. Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja
manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam
kaitan dengan implementasi sistem dan produk-produk agar tetap sesuai
dengan syariah Islam.
c. Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan
sistem pembinaan keIslaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya.
d. Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan perusahaan
tersebut.
e. Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan
oleh Biro Syariah.
5. Anggota DPS
Anggota DPS terdiri dari ahli syariah yang sedikit banyak menguasai hukum

22
Irwan Misbach, “Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi Transaksi
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”, Jurnal Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
21

dagang yang berlaku dan terbiasa dengan kontrak-kontrak bisnis. Anggota DPS
bersifat independen, dalam arti bahwa mereka tidak tunduk kepada pimpinan
perusahaan yang diawasinya. Dalam rangka menjamin independensi DPS, hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:23
a. Anggota DPS bukan staf atau karyawan perusahaan mereka tidak tunduk
di bawah kekuasaan administrasi perusahaan
b. Mereka dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
c. Honorarium mereka ditentukan oleh RUPS
d. DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya
badan pengawas lainnya.
Dalam keputusan DSN MUI No. 03 Tahun 2000 disebutkan tentang keanggotaan
Dewan Pengawas Syariah yaitu:
1. Jumlah anggota DPS untuk bank umum syariah sekurang-kurangnya 2-5
orang. Sedangkan untuk BPR syariah sekurang-kurangnya harus berjumlah 2-
3 orang
2. Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua
3. Masa tugas anggota DPS adalah empat tahun dan akan mengalami pergantian
antar waktu apabila meninggal dunia, minta berhenti, diusulkan oleh lembaga
keungan syariah yang bersangkutan, atau telah merusak citra DSN

C. Wisata Syariah
1. Pengertian Wisata Syariah
Wisata syariah telah diperkenalkan sejak tahun 2000, wisata syariah merupakan
suatu permintaan wisata yang didasarkan pada gaya hidup wisatawan muslim selama
liburan. Selain itu, wisata syariah merupakan wisata yang fleksibel, rasional,
sederhana, dan seimbang. Wisata ini bertujuan agar wisatawan termotivasi untuk
mendapatkan kebahagiaan dan berkah dari Allah.24
Menurut kamus besar bahasa Indonesia wisata adalah berpergian bersama-sama

23
Irwan Misbach, “Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi Transaksi
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”, Jurnal Fakulas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
24
Haidar Tsany Alim, Dkk, “Analisis Potensi Pariwisata Syariah Dengan Mengoptimalkan Industri Kreatif
di Jawa Tengah dan Yogyakarta”, Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang
22

(untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya).25 Wisata


menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.26
Sedangkan secara istilah syariah adalah aturan yang diturunkan Allah untuk para
hamba-Nya, baik terkait masalah akidah, ibadah, muamalah, adab maupun akhlak.
Oleh karena itu dapat dimaknai wisata syariah merupakan upaya perjalanan atau
rekreasi untuk mencari kebahagiaan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta diniati untuk mengagumi kebesaran ciptaan Allah SWT.27
Di dalam fatwa DSN MUI Nomor 108 sendiri wisata syariah diartikan sebagai
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara
dengan prinsip syariah.
2. Dasar Hukum Wisata Syariah
Ada beberapa penjelasan ayat Al-Quran mengenai perintah untuk mengunjungi
tempat-tempat wisata, diantaranya:
a. Q.S Nuh Ayat 19-20

‫اَّلل َج َع َل مَ ُ ُُك ْ َاْل ْر َض ب َِس ًاطا() ِمت َ ْسلُ ُكوا ِم ْْنَا ُس ُب ًَل ِف َجا ًجا‬
ُ َّ ‫َو‬
“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan () supaya kamu
menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”28
b. Q.S Al-Mulk Ayat 15

‫ه َُو َّ ِاَّلي َج َع َل مَ ُ ُُك ْ َاْل ْر َض َذمُ ًوَّل فَا ْم ُشوا ِِف َمنَا ِكِبِ َا َو ُ ُُكوا ِم ْن ِر ْز ِق ِه ۖ َوام َ ْي ِه امن ُّ ُش ُور‬
ِ
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah

25
KBBI Online https://kbbi.web.id/wisata diakses pada Minggu, 12 April 2020 Pukul 09.30 WIB
26
Fatwa DSN MUI No. 108 dan UU No. 10 Tahun 2009
27
Hery Sucipto, Fitria Andayani, Wisata Syariah Karakter, Potensi, Prospek dan Tantangannya, (Jakarta:
Grafindo Books Media, 2014) h. 38
28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.571
23

di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya


kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”29
c. Q.S Ar-Rum Ayat 42

ِ ْ ‫قُ ْل ِس َُيوا ِِف ْ َاْل ْر ِض فَاه ُْظ ُروا َك ْي َف َك َن عَا ِق َب ُة َّ ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َك َن َأ ْك َ َُث ُ ُْه ُم‬
‫ْش ِك َني‬
Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)"30
Sedangkan landasan hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman peraturan
yang dapat digunakan saat ini adalah Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-
MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelengaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip
Syariah, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Nasional mencakup Kelembagaan, Pemasaran, Industri Pariwisata dan
Destinasi Pariwisata Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 Tentang
Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata dan Peraturan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata.

3. Kriteria Wisata Syariah


Adapun kriteria umum wisata syariah adalah sebagai berikut:31
a. Memiliki orientasi kepada kemaslahatan umum
b. Memiliki orientasi pencerahan, penyegaran dan ketenangan
c. Menghindari kemusyrikan dan khufarat
d. Bebas dari maksiat
e. Menjaga keamanan dan kenyamanan
f. Menjaga kelestarian lingkungan
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal.

29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.563
30
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-Halim (Surabaya: UD. Halim, 2014), h.409
31
Aan Jaelani, ”Industri Wisata Halal di Indonesia: Potensi dan Prospek”, Jurnal Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2017
24

Selain kriteria diatas, menurut penelitian Atang Abd Hakim, Hasan Ridwan, M.
Hasanuddin dan Sofian Al-Hakim dalam jurnal AHKAM menyebutkan bahwa kriteri
wisata syariah untuk daya tarik turis yang ditentukan oleh Kementrian Pariwisata
termasuk di dalamnya wisata alam, budaya, dan buatan harus memenuhi emoat
kriteria yaitu:32

a. Memiliki image yang positif dan aman


b. Ketersediaan toilet yang memadai dengan kelengkapan:
1) Ketersediaan air sebagai alat untuk bersuci
2) Tidak ada batasan pada urinoir
3) Bidet yang memiliki hand shower
4) Toilet dala keadaan bersih dan terawat dengan baik
c. Ketersediaan tempat ibadah dengan kelengkapan:
1) Tempat ibadah yang bersih dan terawat dengan baik
2) Memiliki cukup pencahayaan
3) Memiliki sistem sirkulasi udara yang baik, lebih baik jika dilengkapi AC
atau kipas angin
4) Tersedia arah kiblat, jadwal sholat dan Al-Quran
5) Tersedia sajadah, mukena dan sarung yang bersih dan terawat
6) Ruang pria dan wanita terpisah atau tersedia pembatas antara area pria dan
wanita jika dalam satu ruangan
7) Ada petunjuk arah menuju ruang ibadah
8) Tempat dan air wudhu yang bersih dan terawat dan terpisah antara pria
dan wanita
9) Tersedia beberapa sandal bersih untuk dipakai ke tempat wudhu
d. Kriteria wisata alam yaitu:
1) Tersedia tempat ibadah dalam radius 500 meter
2) Tersedia sebuah masjid untuk melaksanakan sholat jum‟at yang tidak jauh
dari lokasi wisata

32
Atang Abdul hakim, Ahmad Hasan Ridwan, Sofian Al-Hakim dan Muhammad Hasanuddin, Toward
Indonesia Halal Touris, Jurnal Ahkam Vol. 17 No. 2, H. 291
25

3) Tersedia banyak opsi kegiatan wisata yang tidak mengarah pada kegiatan
yang orientasinya syirik dan zina
4) Setidaknya ada event atau festival yang berkaitan dengan halal lifestyle
5) Masyarakat dan wisatawan berpakaian sopan di sekitar objek wisata

4. Perbedaan Wisata Syariah dan Konvensional


Dari sisi industri, wisata syariah merupakan suatu produk pelengkap atas wisata
konvensional. Sehingga, pengembangan wisata syariah merupakan cara baru untuk
mengembangkan wisata yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai Islami tanpa
menghilangkan keunikan dan orisinalitas daerah-daerah yang menjadi destinasi
wisata. Istilah wisata syariah sering pula disamakan dengan wisata religi. Padahal
wisata syariah lebih luas dibandingkan dengan wisata religi, yaiu mencakup segala
wisata yang didasarkan pada nilai-nilai syariah Islam yang tidak hanya untuk
wisatawan muslim, tetapi juga untuk wisatawan non muslim.33
Oleh karena itu perbedaan antara wisata syariah dan konvensional dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:34

Tabel 2.1 Perbedaan Wisata Syariah dan Konvensional


No Aspek Syariah Konvensional
1 Obyek Semuanya Alam, Budaya, Heritage,
Kuliner
2 Tujuan Meningkatkan spiritualitas Menghibur
dengan cara menghibur
3 Target Memenuhi keinginan dan Menyentuh kepuasan dan
kesenangan serta kesenangan yang berdimensi
menumbuhkan kesadaran nafsu, semata-mata hanya untuk
beragama hiburan
4 Guide Membuat turis tertarik pada Memahami dan menguasai

33
Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata Syariah Kementrian Pariwisata
34
Aan Jaelani, ”Industri Wisata Halal di Indonesia: Potensi dan Prospek”, Jurnal Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2017
26

obyek sekaligus informasi sehingga bisa mearik


membangkitkan spirit wisatawan terhadap obyek
religius wisatawan. Mampu wisata
menjelaskan fungsi dan
peran syariah dalam bentuk
kebahagiaan dan kepuasan
batin dalam kehidupan
manusia
5 Fasilitas Ibadah Menjadi bagian yang Sekedar pelengkap
menyatu dengan obyek
pariwisata, ritual ibadah
menjadi bagian paket
hiburan
6 Kuliner Spesifik halal Umum
7 Relasi dengan Intergrated, interaksi Komplementar dan hanya untuk
masyarakat di berdasar pada prinsip mendapatkan keuntungan materi
lingkungan syariah
obyek wisata
8 Agenda Memperhatikan waktu Setiap waktu
Perjalanan

Dari tabel diatas dapat kita pahami mengenai perbedaan antara wisata syariah dan
konvensional yang mana wisata syariah tidak hanya mengedepankan hiburan saja namun
harus ada sisi syariahnya sedangkan wisata konvensional hanya mengedepankan hiburan
tanpa memperhatikan sisi syariah. Menurut Fatwa DSN MUI Nomor 108 Hotel Syariah
adalah salah satu destinasi wisata syariah, dimana Hotel Syariah merupakan tempat
singgah dan peristirahatan bagi para wisatawan yang mencari tempat singgah dengan
nuansa syar‟i.
27

D. Hotel Syariah
1. Pengertian Hotel Syariah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, hotel adalah bangunan berkamar banyak
yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang
sedang dalam perjalanan, bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial,
disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan
minum.35
Kata hotel mulai digunakan sejak abad 18 di London, Inggris, sebagai hotelgarni
yaitu sebuah rumah besar yang dilengkapi dengan sarana tempat menginap/tinggal
untuk penyewaan secara seharian, mingguan atau bulanan. Kata hotel diambil dari
Bahasa latin hospes dan mulai diperkenalkan kepada masyarakat umum pada tahun
1797. Sebelum istilah hotel digunakan di Inggris, rumah-rumah penginapan bagi
orang yang berpergian disebut inn. Dalam terminology (ilmu definisi dan istilah)
resmi, tidak ada perbedaan definisi antara kata hotel dan inn.36
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagaian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum yang
dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah. Pada prinsipnya hotel merupakan salah satu bentuk usaha yang bergerak
dalam bidang pelayanan jasa kepada para tamu hotel baik secara fisik maupun
psikologis. Keamanan dan kenyamanan hotel menjadi salah satu poin penting bagi
para tamu. Secara umum terdapat beberapa unsur pokok dari hotel, yaitu:
a. Hotel adalah jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh
bangunan yang ada.
b. Hotel merupakan fasilitas pelayanan jasa yang terbuka untuk umum dalam
melakukan perjalanan.
c. Hotel menyediakan fasilitas pelayanan jasa berupa jasa penginapan, pelayanan
makan dan minum, serta jasa lainnya.

35
KBBI Online https://kbbi.web.id/hotel diakses pada Jum‟at, 3 April 2020 Pukul 16.30 WIB
36
Sri Perwani, Yayuk, Teori dan Petunjuk Praktek Housekeeping Untuk Akademi Perhotelan Make Up
Room, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992) h. 2
28

d. Hotel merupakan suatu usaha yang dikelola secara komersial.37

Sedangkan syariah lebih sering diidentikan dengan pemahaman hukum Islam,


dimana syariah diartikan sebagai bagian dari ajaran agama dalam aktivitas dan
pergaulan masyarakat untuk mencapai kebahagaiaan hidup. 38 Secara umum syariah
melingkupi segala peraturan yang terkait dengan kepercayaan (aqidah) dan segala
aspek yang terkait dengan pola hubungan manusia dalam kehidupan sehari-hari
(amaliyah), Syariah pada konteks yang pertama mengandung pengertian ad-din
sedangkan yang kedua adalah sebagai asy-syariah itu sendiri.39

Jadi dapat disimpulkan bahwa hotel syariah adalah penyedia akomodasi beruba
kamar-kamar di dalam suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan
makan dan minuum, kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan
tujuan memperoleh keuntungan yang dijalanankan sesuai prinsip syariah.40

2. Prinsip-Prinsip Hotel Syariah


DSN MUI menyebutkan bahwa nilai-nilai syariah yang menjadi koridor dalam
menjalankan operasional hotel syariah adalah sebagai berikut:41
 Tidak memproduksi, memperdagangkan, menyediakan, menyewakan suatu
produk atau jasa yang seluruh maupun sebagian dari unsur jasa suatu produk
tersebut, dilarang atau tidak dianjurkan dalam syariah. Ini seperti makanan yang
mengandung unsur daging babi, minuman beralkohol, atau zat yang
memabukkan, perjudian, perzinahan, pornografi, dll
 Transaksi harus didasarkan pada suatu jasa atau produk yang riil, benar ada.
 Tidak ada kezaliman, kemudharatan, kemungkaran, kerusakan,kemaksiatan,
kesesatan dan keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam
suatu tindakan atau hal yang dilarang atau tidak dianjurkan oleh syariah.

37
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018) h. 1
38
Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an al-Karim; Bunyatuhu at-Tasyri’iyat wa Khasbishuhu al-Hadhariyat, ter.
Muhammad Lukman Hakim dkk, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996) h.3
39
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih Muamalat, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2007) h.4
40
Fatwa DSN MUI No. 108
41
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018) h. 21-22
29

 Tidak ada unsur kecurangan, kebohongan, ketidakjelasan (gharar), risiko yang


berlebihan, korupsi, manipulasi, dan ribawi, atau mendapatkan suatu hasil tanpa
mau berpartisipasi dalam usaha atau menanggung risiko.
 Komitmen menyeluruh terhadap perjanjian yang dilakukan.

Sementara itu, Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016


tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
menjelaskan bahwa hotel syariah harus memenuhi ketentuan seperti berikut:

 Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas aakses pornografi dan tindakan
asusila.
 Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada
kemusyrikan, maksiat, pornografi, dan/atau tindak asusila.
 Makanan dan minuman yang disediakan hotel syariah wajib telah mendapat
sertifikat halal dari MUI.
 Menyediakan fasilitas, peralatan, dan saran yang memadai untuk pelaksanaan
ibadah, termasuk fasilitas bersuci.
 Pengelola dan karyawan/ karyawati hotel wajib mengenakan pakaian yang sesuai
dengan syariah.
 Hotel syariah wajib memiliki pedoman dan/ atau panduan mengenai prosedur
pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang sesuai
dengan prinsip syariah.
 Hotel syariah wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam
melakukan pelayanan.
3. Kriteria dan Operasional Hotel Syariah
Berdasarkan nilai-nilai diatas, kemudian dilakukan pendalaman terhadap kriteria
dan operasional hotel syariah sebagai berikut:42
a. Fasilitas
Semua fasilitas merupakan fasilitas yang dapat memberikan manfaat bagi
tamu. Fasilitas-fasilitas yang mengakibatkan kemungkaran, perpecahan,
membangkitkan hawa nafsu, ekploitasi wanita dan lain yang sejenis ditiadakan.

42
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018) h. 23-26
30

b. Tamu dan Check In


Tamu yang check in khususnya bagi pasangan lawan jenis dilakukan
reception policy (seleksi tamu). Seleksi dilakukan untuk mengetahui apakah
pasangan merupakan suami istri atau keluarga. Seleksi tersebut didasarkan pada
dua hal yakni: gelagat (pasangan tersebut terlihat canggung atau mesra,
mengucapkan kata-kata sayang pada pasangannya, berjauhan pada saat
mendatangi counter front office) dan penampilan (pasangan wanita berpenampilan
seksi, padangan wanita mengenakan seragam sekolah dan masih belia, tidak
membawa perlengkapan menginap (koper) serta perbedaan usia cukup mencolok).
c. Pemasaran
Terbuka bagi siapa saja baik pribadi maupun kelompok, formal maupun
informal, dengan berbagai macam suku, agama, ras, dan golonga. Asalkan
aktivitas tamu tersebut tidak dilarang oleh negara dan tidak merupakan penganjur
kerusakan, kemungkaran, permusuhan, dan lain sejenisnya.
d. Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang disediakan adalah makanan dan minuman
yang dijamin kehalalannya baik bahan-bahan maupun proses pembuatannya, serta
baik bagi kesehatan tubuh.
e. Dekorasi dan Ornamen
Dekorasi dan ornament disesuaikan dengan nilai-nilai keindahan dalam
Islam serta tidak bertentangan dengan syariah. Ornament patung ditiadakan dan
lukisan makhluk hidup dihindari. Dekorasi tidak harus dalam bentuk kaligrafi.
f. Operasional
1) Kebijakan
Meliputi kebijakan manajemen, peraturan-peraturan yang dibuat, kerjasama
dengan pihak luar, investasi dan pengembangan usaha dilakukan sesuai
dengan prinsip syariah.
2) Pengelola SDM
Meliputi penerimaan dan perekrutan SDM, tidak membedakan suku, agama, ras,
dan golongan selama memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan.
Perusahaan harus jujur kepada karyawan dan memberikan pelatihan-pelatihan
31

yang dibutuhkan karyawan.


3) Keuangan
Pengelolaan keuangan menggunakan akuntasi syariah dan menggunakan bank dan
asuransi syariah sebagai mitra, jika perusahaan mempunya keuntungan yang
mencukupi nilai wajib zakat maka perusahaan berkewajiban mengeluarkan
zakat.
g. Struktur
Adanya sebuah lembaga yakni Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
bertugas mengawasi jalannya operasional hotel secara syariah dan yang akan
memberikan arahan dan menjawab masalah yang muncul di lapangan. Lembaga
ini diambil dan disetujui oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang menunjuk
anggotanya untuk menjadi DPS.
h. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang sesuai dengan kaidah
Islam yang memenuhi aspek keramah-tamahan, bersahabat, jujur, amanah, suka
membantu dan mengucapkan kata maaf dan terimakasih. Pelayanan yang
dilakukan juga harus pada batas-batas yang dibolehkan oleh syariat Islam,
misalnya tidak menjurus kepada khalwat.

4. Perbedaan Hotel Syariah dan Konvensional


Begitu pula dengan hotel syariah tidak begitu jauh dengan hotel konvensional
apabila dilihat dari aspek pelayanan. Pasti mengutaman pelayanan yang maksimal
agar konsumen atau tamu hotel yang berkunjung merasa aman dan nyaman dalam
menggunakan jasa pelayanan hotel. Namun yang sangat membedakan adalah hotel
syariah dalam melaksanakan penyelenggaraan hotel menggunakan prinsip syariah
sedangkan hotel konvensional berjalan sebagaimana mestinya sebuah hotel (umum).
Untuk memperjelas perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:43

43
Aulia Fadhli, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018)
32

Tabel 2.2 Perbedaan Hotel Syariah dan Konvensional


No Aspek Hotel Syariah Hotel Konvensional
1 Penerimaan Tidak memperkenankan Tidak melarang tamu bukan
Tamu bukan muhrim menginap muhrim untuk menginap dalam
dalam satu kamar. KTP dan satu kamar. KTP saja wajib
buku nikah wajib diperlihatkan untuk data
diperlihatkan
2 Standar Seragam pakaian pelayan Seragam pakaian semua pelayan
Pelayanan hotel diwajibkan menutup hotel mencerminkan corporate
auratnya. Memberikan identity. Pelayan perempuan
salam dalam agama Islam. tidak mengenakan hijab.
Tidak segan menegur tamu Memberikan ucapan salam
yang membawa pasangan universal
bukan muhrim
3 Fasilitas Kamar Adanya pemisahan lantai Tidak ada pemisahan lantai
Tidur ruang tidur pria, wanita dan ruang tidur pria, wanita dan
keluarga keluarga
4 Makanan dan Menyediakan makanan dan Menyediakan makanan dan
Minuman minuman yang berlabel minuman halal dan non halal
Halal dari MUI saja. Tidak (umum). Dan menyediakan bar
menyediakan bar maupun serta minuman beralkohol
minuman beralkohol
5 Fasilitas Toilet Menyediakan air yang Menyediakan toilet kering
cukup atau toilet shower dengan memberikan fasilitas tisu
untuk digunakan setelah
buang air kecil
6 Fasilitas Ibadah Terdapat fasilitas sajadah, Umumnya tidak menyediakan
mukena, dan Al-Quran di fasilitas ibadah, mushola atau
dalam kamar. Mushola atau masjid di area hotel. Ada
masjid di area hotel dan beberapa hotel menyediakan
menyediakan petunjuk arah petunjuk arah kiblat
33

kiblat di setiap kamar hotel


7 Alarm Ibadah Menyediakan fasilitas alarm Tidak menyediakan alarm untuk
pengingat waktu shalat tiba melaksanakan ibadah
di seluruh kamar tidur hotel
8 Fasilitas Pijat Menyediakan fasilitas pijat, Menyediakan fasilitas pijat
dimana pria hanya boleh untuk pengunjung hotel secara
dipijat oleh pria begitupun umum
wanita hanya boleh dipijat
oleh wanita
BAB III GAMBARAN UMUM HOTEL SOFYAN
GAMBARAN UMUM HOTEL SOFYAN

A. Sejarah Hotel di Indonesia


Sejarah perhotelan di Indonesia sendiri sudah ada sejak masa penjajahan Belanda.
Pada masa sebelum kemerdekaan tersebut telah banyak dibangun hotel-hotel besar di
kota-kota besar seperti Hotel Des Indes, Hotel De Nederlanden, Hotel Royal dan Hotel
Rijswijk di Jakarta, Hotel Bali Beach di Bali, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan
Hotel Pension Van Hangel di Bandung, Hotel Sarkies dan Hotel Oranje di Surabaya,
Hotel Grand di Yogyakarta dan masih banyak hotel-hotel di kota lainnya. Beberapa hotel-
hotel tersebut masih ada sampai sekarang, ada yang menjadi bangunan peninggalan
sejarah, ada yang telah direnovasi dan ada juga yang dialih fungsikan menjadi bangunan
lain.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, perkembangan perhotelan di


Indonesia berkembang dengan pesat. Terutama semenjak diterbitkannya UU tentang
Kepariwisataan Tahun 1990 (yang telah diperbarui menjadi UU tentang Kepariwisataan
Tahun 2009) dunia pariwisata khususnya perhotelan di Indonesia semakin berkembang.
Sampai pada bulan Oktober 2013 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan
peraturan mengenai standar usaha hotel melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Tentang Standar Usaha Hotel, dimana dengan seiring
perkembangan dunia usaha perhotelan di Indonesia yang semakin pesat oleh karena itu
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan peraturan khusus mengenai usaha
hotel.

Sedangkan hotel syariah sendiri di Indonesia sudah mulai berjalan pada tahun
1990-an. Namun pada tahun tersebut belum terdapat peraturan yang mengatur secara
khusus tentang penyelengaraan hotel syariah. Akhirnya pada bulan Januari 2014, Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.
Namun pada Agustus 2016 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tentang

34
35

Pedoman Penyelengaraan Usaha Hotel Syariah dicabut dikarenakan sudah tidak sesuai
lagi dengan tuntutan dan perkembangan kepariwisataan saat ini.

Meskipun tidak ada peraturan yang mengatur dan mengikat mengenai


penyelengaraan hotel syariah di Indonesia, tidak menyurutkan semangat para pengusaha
hotel syariah di Indonesia untuk tetap bersaing dengan hotel konvensional. Karena sektor
pariwisata berbasis syariah semakin berkembang di dunia termasuk di Indonesia,
sehingga memerlukan pedoman penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah.
Oleh karena itu DSN MUI mengeluarkan Fatwa Nomor 108 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah yang mana
didalamnya juga mengatur ketentuan terkait Hotel Syariah.

B. Sejarah Hotel Sofyan


Pada awal tahun 1970-an perusahaan memulai usahanya di bidang properti
dengan membangun dan mengoperasikan hotel kelas menengah, gedung perkantoran dan
rumah tinggal untuk disewakan. Sejalan dengan perkembangan bisnis properti yang
ditekuni, perusahaan, yang pada saat itu bernama Rangkaian Sofyan Hotels kemudian
mampu memiliki 2 (dua) buah Hotel Berbintang Dua, yaitu Hotel Menteng I, dengan
kapasitas 60 kamar berlokasi di Jalan Gondangdia Lama No. 28 dan Hotel Menteng II
dengan kapasitas 80 kamar berlokasi di Jalan Cikini Raya No. 105. Kedua hotel tersebut
berbadan Hukum PT. Menteng Sarana Wisata.

Pada tahun 1983 dilakukan restrukturisasi perusahaan dengan menjual asset PT.
Menteng Sarana Wisata. Restrukturisasi tersebut dilakukan untuk memantapkan posisi
badan hukum pengelolaan rangkaian Hotel Sofyan. Sebagai kelanjutan dari restrukturisasi
perusahaan, kemudian dibentuk satu badan hukum baru yaitu PT. Djambak Mas, yang
dijalankan dan dikelola oleh para profesional berpengalaman di bidang perhotelan
maupun dari perusahaan sebelumnya.

Perkembangan selanjutnya ketika oleh pemegang saham PT Djambak Mas,


dirasakan adanya kebutuhan untuk mengembangkan sayap usaha dan modal maka
dibentuklah PT Sofyan Hotels pada awal Januari 1989.
36

Kepekaan visi para profesional pengelola dengan didukung oleh budaya dan cara
kerja yang terbentuk untuk mempertahankan serta memaksimalkan rentabilitas dari
investasi perusahaan yang relatif kecil, telah berhasil membuktikan bahwa PT Sofyan
Hotels mampu mengikuti kebutuhan pasar dengan mencatat pertumbuhan investasi yang
meyakinkan. Selain itu perusahaan memiliki komitmen yang kuat untuk terus
berkonsentrasi pada bidang usaha ini.

Perusahaan senantiasa melakukan pengembangan, modernisasi, dan adaptasi


terhadap perkembangan pasar serta mempertajam strategi bisnisnya. Untuk
pengembangan usaha tersebut, Perusahaan pada bulan April 1989 melakukan “Go
Public” di Bursa Pararel yang saat ini berganti nama menjadi PT. Bursa Efek Surabaya,
dengan hasil yang sangat memuaskan, terbukti dengan terjadinya 300 % over-subcribe
atas saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Sesuai dengan hasil Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa PT. Sofyan Hotels, Tbk tertanggal 11 Januari 2002,
Pemegang Saham menyetujui untuk tidak lagi mencatatkan saham perusahaan di Bursa
Efek Surabaya (voluntary delisting) dengan mengingat biaya administrasi pencatatan
saham yang cukup besar sedangkan manfaatnya tidak terlalu signifikan. Namun voluntary
delisting ini tidak menyebabkan perusahaan menjadi perusahaan yang tertutup karena
perdagangan saham perusahaan masih dapat dilakukan di depan notaris. Selain daripada
hal tersebut “culture” sebagai perusahaan terbuka masih dan akan senantiasa dijalankan
untuk mewujudkan Good Corporate Gorvernance.

Perusahaan memiliki keyakinan bahwa bidang usaha hotel yang dikelola secara
syariah memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Penerapan syariah
dalam operasional PT Sofyan Hotels, Tbk mulai berangsur dilakukan sejak tahun 1993.
Proses tersebut terus berlanjut dengan melalui tahapan berikut:

1. Tahap Pengkondisian (tahun 1993 sampai dengan tahun 1997)


a. 1994-1997 Pencanangan Wacana Hotel Syariah dan Sosialisasi Informal
1) Atas hasi evaluasi konsultan syariah dan saran dari dewan pengawas
syariah, strategi proses perubahan secara bertahap bertransformasi
2) Pencanangan wawasan dan wacana hotel syariah pada bulan Mei 1994
3) Hotel mulai dibangun kebutuhan untuk bersyariah
37

4) Sosialisasi secara internal informal tentang paradigm bisnis dan manajemen


secara syariah
5) Mengidentifikasi dan mengangkat nilai-nilai sejarah perusahaan dan
manajemen yang selaras dengan syariah
6) Menyiapkan sumber daya manusia yang memahami aspek syariah,
manajemen, menempatkannya secara informal, tidak terstruktur dan dengan
proses yang sealami mungkin sehingga dapat membaur dengan budaya dan
karyawan serta manajemen yang ada
7) Sumber daya manusia yang syariah ini berupaya menstimulasi pengajian-
pengajian informal diseluruh lini perusahaan. Sehingga scara informal
mengangkat wacana bersyariah dalam seluruh aspek kehidupan secara alami
termasuk hotel bersyariah
8) Menyikapi penolakan dengan penjelasan yang bijaksana dan diselaraskan
dengan kebutuhan pihak yang menolak
b. 1997-2001 Penempatan Sumber Daya Manusia Syariah pada Seluruh Lini
Struktur Organisasi dan Sosialisasi Formal Manajemen Perusahaan
1) Menempatkan sumber daya manusia berwawasan syariah pada jabatan
formil diseluruh lini perusahaan dan merajutnya dalam suatu koalisi yang
lebih terstruktur dan tepadu dalam mengimplementasikan konsep hotel
syariah
2) Melengkapi sumber daya manusia yang telah ada disiapkan dengan
pelatihan-pelatihan managerial dalam bidang ekonomi syariah dan
perhotelan guna menyiapkan kerangka visi dan misi
3) Menetapkan visi secara formal dan strategi penerapannya
4) Mengkomunikasikan secara formal visi yang ditetapkan dan strateginya
melalui motivational dan attitude training dalam bentuk dauroh dan
diteruskan dengan pembinaan akidah dan akhlak
2. Tahap Perubahan (tahun 1998 sampai dengan tahun 2002)
a. Pada watu pencanangan wacana hotel syariah pada tahun 1994, maka perubahan
pun dilakukan secara pararel. Menu makanan yang terbuat dari non halal (babi)
mulai dihapuskan. Suatu langkah perubahan yang kecil sebagai stimulus awal.
38

Yang dilanjutkan dengan langkah perubahan-perubahan berikutnya yang baru


mungkin dilaksanakan setalah tahapan pengkondisian telah berjalan lima tahun
b. Penutupan Outlet Santai Music Club pada bulan Desember 1998 di Hotel Sofyan
Betawi.
c. Penutupan Terminal Discotheque pada bulan November 1999 di Hotel Sofyan
Tebet dan penutupan Health Center (message sauna) di Hotel Sofyan Betawi di
bulan Januari 2000.
d. Penghapusan minuman beralkohol keseluruhan hotel pada bulan Maret 2000
e. Penutupan Health Center di Hotel Sofyan Cikini pada bulan November 2001
dan penerapan Syariah Reception Policy pada bulan Februari 2002 serta
penerapan seragam menutup aurat (jilbab) bagi karyawan wanita pada bulan Mei
2002.
f. Sosialiasi eksternal sudah mulai dilakukan pada bulan Agustus 2002. Hotel
Sofyan menuju Hotel Syariah.
g. Penulisan kembali Pedoman Sistem dan Prosedur (Standard Operating
Procedure) dan Standard Recipe yang selesai pada bulan Mei 2003 kemudian
dilanjutkan dengan penulisan kembali Policy Guidelines, Training System,
Sistem Kontrol Mutu Produk dan Pelayanan, Standar Hotel Syariah sampai
dengan Francising Tools.
h. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan yang menetapkan dasar syariah sebagai
prinsip dasar kebijakan operasional perusahaan dan menambah organ Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dalam perusahaan pada bulan Juni 2003.
i. Pada tanggal 26 Juli 2003 mendapatkan Sertifkat Lembaga Bisnis Syariah dari
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
j. Penerapan Standard Akutansi Syariah, Standarisasi Hotel Syariah, Jaminan
Sistem Buku Mutu Pelayanan Sesuai Syariah (semacam ISO 9002) diharapkan
dapat teratasi pada tahun 2004.
3. Tahap Konsolidasi (tahun 2003 sampai dengan tahun 2007)
4. Tahap Pemantapan dan Pengembangan Awal (tahun 2008 sampai dengan tahun
2012)
39

Sampai saat ini PT. Sofyan Hotels yang mengelola Hotel Sofyan Menteng dan
Hotel Sofyan Tebet telah memiliki beberapa cabang diantaranya:

1. Alamat dan Lokasi Hotel yang dimiliki perusahaan


a. Hotel Sofyan Cut Meutia, Jalan Cut Mutia No. 9 Menteng, Jakarta Pusat
b. Hotel Sofyan Soepomo, Jalan Soepomo No. 23 Tebet, Jakarta Selatan
2. Alamat dan Lokasi yang dikelola oleh anak perusahaan PT. Sofyan Hotels yaitu PT.
Sofyan Hotel Manajemen & Consultant (PT. SHMC)
a. Hotel Sofyan Cut Meutia, Jalan Cut Mutia No. 9 Menteng, Jakarta Pusat
b. Hotel Sofyan Soepomo, Jalan Soepomo No. 23 Tebet, Jakarta Selatan
c. Hotel Sofyan Inn Bandara Lampung, Jalan Raya Natar Km. 21, Candi Mas,
Lampung Selatan
d. Hotel Sofyan Inn Malaka, Jalan Malaka II No. 5 Kenten Ilir Timur, Palembang
e. Hotel Sofyan Inn Rangkayo Basa, Jalan Hang Tuah No. 211 Padang, Sumatra
Barat
f. Hotel Sofyan Saka Medan, Jalan Gagak Hitam No. 12 Medan
g. Hotel Sofyan Inn Srigunting, Jalan Pangrango No. 19 Bogor, Jawa Barat
h. Hotel Sofyan Inn Altama, Jalan Raya Pandeglang, Banten
i. Hotel Sofyan Inn Specia, Jalan Buah Batu No. 31 Bandung, Jawa Barat

C. Visi, Misi, Filosofi dan Logo Hotel Sofyan


1. Visi
Menjadi hotel kelas dunia yang terkemuka
2. Misi
a) Menjalankan dan mengembangkan produk dan jasa hotel yang halal, maslahat,
memberikan manfaat optimal (best value for the money) dan disukai yang menjadi
pilihan utama untuk semua.
b) Mengoptimalkan tingkat pengembalian investasi dan tingkat pertumbuhan yang
berkesinambungan
c) Mengembangkan kerjasama waralaba dan pengelolaan hotel dengan investor,
pemilik hotel dan operator hotel lainnya.
40

3. Filosofi
Setiap langkah yang diambil oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis harus
disertai dengan rasa tanggung jawab, untuk menjaga „komitmen‟ perusahaan yang
dibimbing oleh „orientasi yang hakiki‟.
Dengan menjaga „komitmen‟ dan „orientasi‟ tersebut, keuntungan yang didapat
tidak hanya keuntungan materi semata. Dan pada gilirannya „komitmen‟ dan
„orientasi‟ ini pula akan meningkatkan keuntungan materi jangka panjang, daya tahan
usaha dan kesinambungan usaha itu sendiri.
4. Logo Hotel Sofyan

D. Struktur Organisasi Hotel Sofyan


Dalam menjalankan suatu perusahaan maupun organisasi perlu diadakannya
sebuah struktur kepengurusan. Hal ini bertujuan agar perusahaan atau organisasi berjalan
dengan baik dan jelas arah tujuannya juga agar setiap anggota mengetahui tugas masing-
masing di setiap tanggungjawabnya.

Dalam Hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan dan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa dengan musyawarah untuk mufakat menetapkan susunan
pengurus perusahaan sebagai berikut:

1. Komisaris Utama: Bapak Riyanto Sofyan


2. Wakil Komisaris Utama: Ibu Riyanti Sofyan
3. Komisaris: Bapak dr. Henry Riyanto
4. Komisaris Independen: Bapak Syamsudin
41

5. Dewan Pengawas Syariah


a) Ketua: Bapak Doktor Surachman Hidayat
b) Sekretaris: Bapak Hafizuddin Ahmad
6. Direktur Utama: Bapak Ruhadi Widiargo
7. Direktur: Bapak Harish Riyanto
8. Direktur: Ibu Hasya Amana Riyanto
9. Sekretaris Perusahaan: Bapak Herman Himawan

E. Landasan Hukum
PT Sofyan Hotel mengalami 6 kali perubahan landasan hukum, yaitu Pertama,
perusahaan didirikan tanggal 12 Jnuari 1989 dibawah nomor 37 yang dibuat oleh dan
dihadapan Abdul Laief selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 1989. Kedua, pada tanggal 25 Oktober 1991
mengalami perubahan dibawah nomor 61 yang dibuat oleh dan dihadapan Abdul Latief
selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia pada
tanggal 31 Desember 1991. Ketiga, pada tanggal 2 September 1997 mengalami
perubahan dibawah nomor 4 yang dibuat oleh dan dihadapan Imas Fatimah, SH selaku
notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia pada tanggal
21 Juli 1998. Keempat, pada tanggal 11 Januari 2002 mengalami perubahan dibawah
nomor 12 yang dibuat oleh dan dihadapan Nila Noordjasmani, SH yang mana pada waktu
itu sebegai pengganti Imas Fatimah, SH selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia pada tanggal 30 Juli 2002. Keempat, pada tanggal 5
Juli 2003 mengalami perubahan yang dibawah nomor 11 yang dibuat oleh dan dihadapan
Yudo Paripurno, SH selaku notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia pada tanggal 13 Januari 2004. Dan terakhir, pada tanggal 28
November 2009 mengalami perubahan dibawah nomor 16 yang dibuat dan dihadapan
Nyonya Leli Roostiati Yudo Paripurno, SH yang mana pada waktu itu sebegai pengganti
Yudo Paripurno, SH selaku notaris di Jakarta. Dan telah mendapat persetujuan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonseia dengan Surat Keputusan tertanggal
31 Desember 2008 nomor : AHU-100864.AH.01.02.Tahun 2008
42

F. Produk dan Jasa Pelayanan Hotel Sofyan


1. Kamar Tidur
2. Kamar Tidur Superrior
3. Kamar Tidur Executive
4. Kamar Tidur Deluxe
5. Kamar Tidur Suite
6. Fasilitas Makan dan Minum (Restaurant)
7. Ruang Meeting
8. Ruang Ibadah (Mushola)
9. Failitas Ibadah (Al-Quran, Sajadah dan Mukena)
10. Laundry
11. Ruang Kebugaran (Gym)
12. Botram
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DPS DI HOTEL SOFYAN
PELAKSANAAN PENGAWASAN DPS DI HOTEL SOFYAN

Hotel Sofyan merupakan salah satu dari 5 Hotel Syariah yang telah mendapatkan
sertifikat syariah dari DSN MUI di Indonesia. Sebelum Hotel Sofyan mendapatkan
sertifikat syariah dari DSN MUI, Hotel Sofyan sudah mulai menerapkan prinsip syariah
untuk menjadi Hotel Syariah sejak Tahun 1994 dimana mulai dihapuskannya daging babi
pada restorannya. Kemudian setelah beberapa tahun Hotel Sofyan berproses menjadi
Hotel Syariah dengan menerapkan prinsip syariah, tepat pada Tahun 2003 Hotel Sofyan
resmi mendapatkan sertifikat syariah dari DSN MUI yang dulunya bernama Lembaga
Bisnis Syariah. Dan pada tahun 2018 sertifikat syariah untuk Lembaga Bisnis Syariah
diganti dengan sertifikat syariah untuk Hotel Syariah.

A. Analisis Kedudukan DPS di Hotel Sofyan


DPS di Hotel Sofyan terdiri dari 2 orang DPS yaitu Bapak KH. Dr. Surachman
Hidayat, Lc., M.A selaku Ketua DPS Hotel Sofyan dan Bapak Hafizuddin Ahmad, Lc
selaku Anggota dan merangkap menjadi Sekretaris DPS Hotel Sofyan. Untuk menjadi
DPS di Hotel Sofyan harus atas rekomendasi Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI dan
memiliki pengalaman menjadi praktisi ekonomi syariah serta memiliki latar belakang
syar‟i, selain itu juga pengetahuan tentang pariwisata secara umum dan khususnya
pariwisata syariah karena Hotel Sofyan adalah salah satu bagian di dalamnya.

Kedudukan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Hotel Sofyan seperti halnya yang
tercantum di dalam Hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sejajar dengan
Komisaris. Oleh karena itu DPS dapat menegur Direksi apabila melakukan
penyimpangan dan melaporkannya kepada Komisaris. Bahkan DPS juga memiliki
wewenang untuk menegur Direksi dan mengusulkan dalam rapat untuk diberhentikan
apabila Direksi melakukan kesalahan yang fatal. Sedangkan jika DPS menemukan
penyimpangan di lapangan, DPS juga dapat melaporkan dan memberi masukan langsung
kepada Direksi untuk ditindak lanjuti jikalau pihak manajemen yang bersangkutan tidak
dapat ditemui dan akan ditindak lanjuti oleh Direksi kepada pihak manajemen yang
bersangkutan.

43
44

Berikut adalah Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2019 Hotel
Sofyan,

PT
SOFYAN HOTELS Tbk
(Perseroan)

Bismillahirrahmanirrahim
HASIL RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Direksi PT Sofyan Hotels Tbk (“Perseroan”) bersama ini memberitahukan kepada para
Pemegang Saham bahwa telah diadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST) pada hari Rabu, tanggal 29 Mei 2019, bertempat di Graha Sofyan, Jl. Cikini
Kecil No.10, Menteng, Jakarta Pusat.

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dengan dihadiri 94,2% pemegang saham,
memutuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Dengan musyawarah mufakat, Menyetujui dan mengesahkan Perhitungan Tahunan
yang terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba Rugi yang telah diperiksa oleh
Akuntan Publik untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018; dan
Memberikan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada-para anggota Direksi
dan Dewan Komisaris mengenai tindakan-tindakan mereka dalam tahun buku yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2018, sejauh tindakan-tindakan tersebut ternyata
dalam buku-buku Perseroan.
2. Menyetujui :
a. Dengan musyawarah serta mufakat, menerima dan mengesahkan Laporan
Tahunan Perseroan Tahun 2018.
b. Dengan musyawarah serta mufakat, menerima dan mengesahkan Laporan Tugas
Pengawasan Dewan Komisaris atas kinerja Perseroan tahun 2018.
3. Dengan musyawarah mufakat, melimpahkan kepada Komisaris Perseroan dan
memberikan wewenang sepenuhnya untuk menunjuk Akuntan Publik perseroan untuk
tahun buku 2019, dengan kriteria dan batasan sebagai berikut;
a. Akuntan Publik yang terdaftar di OJK dan telah aktif selama 3 tahun
b. Memiliki pengalaman Audit di bidang Property dan Hotel
c. Memiliki pengalaman dalam penerapan PSAK Syariah
45

; dan Memberikan kewenangan kepada Direksi Perseroan untuk menetapkan


honorarium Akuntan Publik.
4. Rapat dengan musyawarah untuk mufakat menetapkan susunan pengurus perseroan :
Komisaris Utama : Bapak Riyanto Sofyan
Wakil Komisaris Utama : Ibu Riyanti Sofyan
Komisaris : dr. Henry Riyanto
Komisaris Independen : Bapak Bagus Moeshari

Dewan Pengawas Syariah


Ketua : Bapak Doktor Surachman Hidayat
Sekertaris : Bapak Hafizuddin Ahmad

Direktur Utama : Bapak Ruhadi Widiargo


Direktur : Bapak Harish Riyanto

5. Dengan musyawarah dan mufakat, Penentuan gaji Direksi dan Dewan Komisaris
dikuasakan serta dilimpahkan sepenuhnya kepada Dewan Komisaris Perseroan.

Demikianlah hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ini disampaikan, atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakkatuh
Jakarta, 31 Mei 2019
PT
SOFYAN HOTELS Tbk

Direksi

B. Analisis Peran DPS dan Hubungan Audit Internal dengan DPS di Hotel Sofyan
Seperti yang telah disampaikan diatas pembagian tugas antar DPS di Hotel
Sofyan adalah Bapak KH. Dr. Surachman Hidayat, Lc., M.A selaku Ketua DPS Hotel
Sofyan dan Bapak Hafizuddin Ahmad, Lc selaku Anggota dan merangkap menjadi
Sekretaris. Adapun hasil wawanc ara yang saya lakukan dengan Bapak Hafiz yaitu DSN
MUI mewajibkan DPS hadir 2 bulan sekali pada institusi yang DPS tersebut awasi. Akan
46

tetapi Bapak Hafiz sendiri disini selaku anggota merangkap menjadi sekretaris, hadir
setiap hari kerja di Hotel Sofyan guna mengawasi kondisi lapangan di Hotel Sofyan dan
melaporkannya kepada Bapak Surachman selaku ketua DPS di Hotel Sofyan. Sedangkan
Bapak Surachman hadir sesuai dengan instruksi DSN MUI yaitu 2 bulan sekali di Hotel
Sofyan, dimana biasanya saat beliau hadir dilaksanakan pertemuan atau rapat pengurus
dan karyawan Hotel Sofyan.
Pertemuan tersebut biasanya membahas mengenai evaluasi jikalau ditemukan
pelanggaran prinsip syariah dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan oleh DPS. Selain itu
juga membahas mengenai sosialisasi prinsip syariah kepada para pengurus dan karyawan
Hotel Sofyan yang dikemas dalam pelatihan berkala yang membahas tentang skill,
pengetahuan perhotelan dan pariwisata, serta pengetahuan prinsip syariah.
Selain memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai prinsip syariah kepada
karyawan dan pengurus Hotel Sofyan, peran DPS Hotel Sofyan adalah mengawasi
keseluruhan operasional penyelenggaraan Hotel Sofyan khususnya menyangkut
mengenai prinsip syariah. Jika dalam pengawasannya ditemukan hal yang
menyimpang/melanggar di lapangan DPS akan menyampaikan laporannya kepada
manajemen dan/atau Direksi. DPS juga berperan dalam memberi masukan apabila
terdapat perbaikan produk dan layanan jasa dan/atau membuat produk dan layanan jasa
baru di Hotel Sofyan kepada pihak manajemen terkait. Dan juga DPS Hotel Sofyan
memiliki peran dalam memberikan masukan dan saran mengenai prinsip syariah kepada
manajemen Hotel Sofyan dan Direksi.
Peran DPS Hotel Sofyan dalam menindaklanjuti penyimpangan yang terjadi
dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan yaitu dengan melakukan penguatan pemahaman
prinsip syariah agar dapat meminimalisir penyimpangan yang sering terjadi khususnya
dalam melakukan seleksi tamu atau bahkan menghindari penyimpangan itu terjadi
kembali.
Adapun hubungan antara DPS dengan Audit Internal Hotel Sofyan yaitu, DPS
mengawasi dengan melihat sisi syariah dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan sedangkan
Audit Internal mengawasi secara umum. Namun DPS dan Audit Internal untuk saat ini
seringkali bekerjasama dan saling melengkapi dalam mengawasi penyelengaraan Hotel
Sofyan..
47

Dalam hal ini, DPS Hotel Sofyan tidak memiliki target secara khusus dalam
mengawasi penyelengaraan Hotel Sofyan, dikarenakan selain tidak adanya peraturan
khusus yang mengatur mengenai penyelenggaraan Hotel Syariah juga penyelenggaraan
Hotel Syariah tidak seperti penyelenggaraan Lembaga Keuangan Syariah dimana akan
selalu ada inovasi dan produk baru sedangkan dalam penyelenggaraan Hotel Syariah
khususnya Hotel Sofyan kalaupun ada inovasi hanya sebatas perbaikan pelayanan dan
karena Hotel Sofyan sudah sesuai syariah jadi target DPS Hotel Sofyan hanya yang
penting tidak ada hal-hal yang melanggar dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan.

C. Analisis Mekanisme Pelaksanaan Pengawasan DPS di Hotel Sofyan


DPS di Hotel Sofyan melaksanakan pengawasan terhadap 3 aspek yang ada di
Hotel Sofyan yaitu produk, layanan, dan pengelolaan berdasarkan Pedoman Hotel
Syariah Hotel Sofyan yang dibuat sendiri oleh DPS Hotel Sofyan. Dalam mengawasi
ketiga aspek tersebut DPS melakukan pengawasan langsung dengan cara mengunjungi
tiap aspek di lapangan secara berkala.
Adapun pengawasan lapangan yang dilakukan oleh DPS lebih dikhususkan pada
bagian Front Office (FO), marketing, dan pembelian bahan makanan untuk restoran halal.
Karena ketiga bagian tersebut yang dapat berisiko terjadi pelanggaran terhadap penerapan
prinsip syariah :
1. Bagian Front Office (FO) atau seleksi tamu, dimana FO seharusnya menggunakan
dugaan yang kuat, namun di lapangan sering terjadi dugaan yang lemah yang
mengakibatkan kesalahan kepada para tamu berpasangan yang berkunjung di Hotel
Sofyan. Karena adanya ketentuan Hotel Sofyan bagi tamu berpasangan yang
berkunjung ke Hotel Sofyan wajib memperlihatkan KTP atau Buku Nikah secara
resmi sehingga dapat menunjukkan bahwa pasangan yang dibawa adalah suami/istri
yang sah. Namun seringkali tamu berpasangan tersebut belum memiliki KTP yang
sah yang mana membuat karyawan yang bertugas di FO kesulitan untuk menvalidasi
bahwa kedua pasangan tersebut adalah suami istri yang sah. Apalagi jika tamu
berpasangan melakukan reservasi secara online meskipun di dalam landing page
website Hotel Sofyan sudah dijelaskan bahwasannya Hotel Sofyan adalah Hotel
Syariah,
48

2. Bagian Marketing, dalam hal ini terjadi pada akad yang digunakan ketika melakukan
pembuatan kontrak dengan customer (pelanggan), pemasaran produk dan layanan
Hotel Sofyan, dan pemberian potongan harga untuk para pengunjung.
3. Bagian pembelian bahan makanan untuk restoran halal Hotel Sofyan, dimana bahan
makanan yang dibeli wajib bahan makanan yang jelas kehalalannya dan bersertifikat
halal.

Selain melakukan pengawasan dengan cara keliling di lapangan secara berkala,


DPS juga melakukan pengawasan dengan cara mengikuti meeting manajemen
operasional. Dimana jika terjadi sesuatu hal yang menyimpang dalam pembahasan
meeting tersebut, DPS akan memberikan masukan secara langsung atau jika tidak akan
dibahas ke dalam internal DPS dan akan disampaikan kembali kepada manajemen
operasional.
Menurut Bapak Hafiz, DPS mengklasifikasikan penyimpangan yang terjadi di
Hotel Sofyan menjadi 2 kategori yaitu, penyimpangan yang tidak sengaja dan
penyimpangan yang disengaja. Untuk penyimpangan yang dilakukan dengan tidak
sengaja seperti dalam seleksi tamu dan pendapatan non halal, DPS tidak melaporkannya
namun dicatat dan akan disampaikan pada Laporan Tahunan Hotel Sofyan. Sedangkan
penyimpangan yang disengaja seperti karyawan yang mencuri, karyawan tidak
menyerahkan setoran yang dibayarkan oleh tamu, karyawan yang melakukan tindak
pidana maka akan dilaporkan kepada pihak yang berwenang dan mengenai pembelian
bahan makanan untuk restoran halal, barangkali bahan makanan yang bersertifikat halal
habis dipasaran maka yang dibeli akhirnya bahan makanan yang tidak ada sertifikat
halalnya akan dilaporkan kepada Direksi. Namun sejak Hotel Sofyan menjadi Hotel
Syariah sampai saat ini untuk penyimpangan prinsip syariah menurut Bapak Hafiz tidak
ada yang masuk ke dalam kategori penyimpangan yang disengaja karena Hotel Sofyan
sudah mendapatkan sertifikat syariah dari DSN MUI.
Berbeda dengan saat Hotel Sofyan masih menjadi Hotel Konvensional belum
menjadi Hotel Syariah. Banyak sekali penyimpangan yang disengaja dilakukan seperti
adanya Diskotik dan Bar, Makanan non Halal seperti babi dan Minuman Keras. Seperti
yang telah disampaikan pada Bab 3 mengenai proses Hotel Sofyan dari Hotel
Konvensional menjadi Hotel Syariah dimulai dari tahun 1993 sampai tahun 2001.
49

 Tahun 1993 Hotel Sofyan mulai mencanangan wacana menjadi Hotel Syariah.
 Tahun 1994 Hotel Sofyan mulai menghapuskan makanan non halal termasuk
daging babi.
 Tahun 1997 Hotel Sofyan mulai menghapuskan diskotik.
 Tahun 1998 Hotel Sofyan mulai menghapuskan Health Center.
 Tahun 2000 Hotel Sofyan mulai menghapuskan bar dan minuman keras.
 Dan pada Tahun 2001 Hotel Sofyan mulai mewajibkan karyawannya
menggunakan busana syar‟i yang menutup aurat.

Berbeda dengan DPS pada Lembaga Keuangan Syariah seperti Bank Syariah,
Asuransi Syariah, Koperasi Syariah, BMT, dan lain sebagianya yang memiliki standar
pengawasan prinsip syariah seperti standar pengawasan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). DPS di Hotel Syariah khususnya Hotel
Sofyan tidak memiliki standar khusus dari otoritas terkait dalam menyelenggarakan
pengawasan prinsip syariah karena Hotel Syariah belum ada instansi pemerintah yang
menaunginya seperti Bank Syariah yang dinaungi oleh Bank Indonesia dan Asuransi
Syariah dinaungi oleh OJK. Bahkan ketika Hotel Sofyan diwacanakan menjadi Hotel
Syariah, DSN MUI belum memiliki konsep mengenai Hotel Syariah. Oleh karena itu
DPS di Hotel Sofyan membuat standar sendiri dalam bentuk pedoman dengan
mengacu pada Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah yang berjudul “Pedoman
Hotel Syariah Hotel Sofyan”.

Tabel 4.1 Pedoman Hotel Syariah Hotel Sofyan

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

I PRODUK a. Lobby 1. Tersedia pilihan bacaan yang


Islami dan/atau memiliki pesan
moral.

b. Front Office 2. Tersedia informasi tertulis


yang menyatakan tidak
50

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

menerima pasangan yang


bukan mahram.

c. Toilet Umum 3. Tersedia penyekat antara


urinoir satu dengan urinoir
yang lain untuk menjaga
pandangan.

4. Tersedia peralatan yang praktis


untuk bersuci dengan air di
urinoir dan kloset.

d. Kamar Tidur 5. Tersedia sajadah.


Tamu
6. Tersedia jadwal waktu shalat
secara tertulis.

7. Tersedia Al-Quran.

8. Tidak tersedia akses untuk


pornografi dan tindakan asusila
dalam bentuk apapun.

9. Tersedia tanda dilarang


merokok di kamar.

10. Tersedia buku doa.

11. Makanan dalam kemasan dan


minuman di mini bar harus
berlogo halal resmi.
51

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

e. Kamar Mandi 12. Tersedia peralatan yang praktis


Tamu di kamar mandi tamu untuk
bersuci dengan air di urinoir
dan kloset

13. Tersedia peralatan untuk


berwudhu yang baik di kamar
mandi tamu.

14. Tersedia kamar mandi tamu


yang tertutup.

f. Dapur 15. Dapur/pantry hanya mengolah


makanan dan minuman halal.

g. Ruang 16. Tersedia peralatan untuk


Karyawan bersuci yang baik di kloset
karyawan.

17. Tersedia penyekat antara


urinoir satu dengan urinoir
yang lain untuk menjaga
pandangan.

18. Tersedia peralatan untuk


berwudhu di kamar mandi
karyawan.

19. Tersedia tempat ganti pakaian


terhindar dari pandangan di
52

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

masing-masing ruang ganti.

20. Tersedia ruang shalat yang


bersih dan terawat untuk
karyawan.

21. Tersedia perlengkapan shalat


yang baik dan terawat.

h. Ruang Ibadah 22. Ruang ibadah dalam kondisi


bersih dan terawat.

23. Area shalat laki-laki


dan perempuan ada
pembatas/pemisah.

24. Tersedia perlengkapan shalat


yang baik dan terawat.

25. Tersedia sirkulasi udara yang


baik berupa alat
pendingin/kipas angin.

26. Tersedia pencahayaan yang


cukup terang.

27. Tersedia sound system untuk


mengumandangkan adzan yang
dapat didengar di seluruh area
hotel.
53

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

28. Tersedia tempat wudhu laki-


laki dan perempuan terpisah.

29. Tersedia tempat wudhu dengan


kondisi bersih dan terawat.

30. Tersedia instalasi air bersih


untuk wudhu.

31. Tersedia saluran pembuangan


air bekas wudhu dengan
kondisi baik.

i. Interior/ 32. Apabila terdapat ornamen


ornamen patung, lukisan, dan hiasan,
tidak mengarah pada
kemusyrikan dan pornografi.

j. Kolam renang 33. Tersedia dalam ruangan


(Apabila ada) dan/atau terhindar dari
pandangan umum.

k. Spa 34. Tersedia ruang terapi yang


(Apabila ada) terpisah antara pria dan wanita.

35. Tersedia bahan terapi yang


berlogo halal resmi.

II PELAYANAN a. Kantor Depan 1. Melakukan seleksi terhadap


tamu yang datang berpasangan.
54

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

2 Memberikan informasi tentang


produk dan layanan yang
didapatkan oleh tamu dari
harga yang dibayarkan

3. Memberikan informasi Masjid


terdekat dengan hotel.

4. Memberikan informasi jadwal


waktu shalat.

5. Memberikan informasi
kegiatan bernuansa Islami (bila
ada).

6. Memberikan informasi
restoran/rumah makan halal.

b. Tata Graha 7. Penyediaan perlengkapan


shalat yang bersih dan terawat.

8. Penyediaan jadwal waktu


shalat.

9. Penyediaan Al-Quran.

10. Penyediaan buku doa.

11. Menyiapkan area/ruangan


untuk shalat Jumat (bila tidak
ada Mesjid yang dekat dengan
55

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

hotel).

12. Memiliki perlatan kebersihan


yang terpisah untuk area toilet
dengan area mushalla dan
tempat wudhu

13. Memiliki pedoman


pembersihan najis secara syar‟i

14. Menggunakan deterjen atau


bahan pembersihan yang sudah
bersertifikat halal

c. Makan dan 15. Tidak tersedia makanan dan


minum minuman non halal.

16. Menyediakan Ta'jil pada bulan


Ramadhan.

17. Menyediakan makan sahur


pada bulan Ramadhan.

18 Menyediakan sahur bagi tamu


yang akan puasa Sunnah

d. Public bar 19. Tidak menyediakan minuman


beralkohol.

e. Olahraga, 20. Pengaturan waktu penggunaan


56

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

rekreasi dan sarana kebugaran dibedakan


kebugaran untuk pria dan wanita.

21. Instruktur kebugaran pria


khusus untuk pria dan wanita
khusus untuk wanita.

f. Kolam renang 22. Pengaturan waktu penggunaan


(Apabila ada) kolam renang dibedakan untuk
pria dan wanita.

g. Spa 23. Terapis pria khusus untuk pria


(Apabila Ada) dan terapis wanita khusus
untuk wanita.

24. Terapis menghindari


menyentuh dan melihat area
sekitar organ intim.

25. Apabila tersedia bak rendam


tidak digunakan secara
bersama-sama.

26. Apabila tersedia aktivitas olah


fisik dan jiwa tidak
mengarah pada kemusyrikan.

h. Keramah 27. Memulai komunikasi dengan


tamahan mengucapkan salam.

i. Fasilitas 28. Tidak ada fasilitas Hiburan


57

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

Hiburan yang mengarah kepada


pornografi dan ponoaksi serta
perbuatan asusila.

29. Apabila menggunakan musik


hidup atau musik rekaman
harus tidak bertentangan
dengan nilai dan etika seni
dalam Islam.

30. Tersedia pilihan saluran TV


khusus yang bernuansa Islami

III PENGELOLAAN a. Organisasi 1. Memiliki Struktur organisasi


yang mengakomodasi Dewan
Pengawas Syariah

2. Memiliki Standard Operating


Procedure Hotel Syariah

3. Memiliki pernyataan tertulis


yang menyatakan usaha
dikelola secara Syariah

b. Manajemen 4. Memiliki dan menerapkan


Usaha Sistem Jaminan Halal
58

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

5 Mempunyai account Bank


Syariah

6 Menggunakan Asuransi
Syariah

7 Mengeluarkan zakat bila


keuntungan mencapai nishab

8 Akad-akad kerjasama dengan


pihak ketiga ataupun customer
sesuai dengan syariah

9 Promosi yang dilakukan tidak


melanggar ketentuan syariah
dan tidak unsur gisy

10 Mengeluarkan pendapatan non


halal dari revenue

c. Sumber Daya 11 Memiliki dan melaksanakan


Manusia program pengembangan
kompetensi SDM yang
bermuatan Syariah

12 Khusus karyawati muslimah


menggunakan seragam sesuai
dengan cara berpakaian wanita
dalam Islam
59

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan


kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan/atau
keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan
yang ditetapkan. SKKNI ditetapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan. Pada hal ini
Menteri Ketenagakerjaan mengeluarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor
25 Tahun 2017 Tentang “Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Kategori Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan Pokok Jasa Profesional,
Ilmiah dan Teknis Lainnya yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Di Tempat Lain
(YTDL) Pada Jabatan Kerja Pengawas Syariah” untuk para DPS dalam mengawasi
intitusi yang diawasinya.

Namun didalam SKKNI tersebut untuk uji kompetensinya lebih membahas


mengenai pengawas syariah pada Lembaga Keuangan Syariah. Untuk itu DPS Hotel
Syariah khususnya dalam hal ini Hotel Sofyan tidak menggunakan karena seperti
yang disampaikan oleh Bapak Hafiz selaku DPS Hotel Sofyan, “SKKNI ini tidak
cocok untuk digunakan DPS diluar Lembaga Keuangan Syariah karena uji
kompetensi di dalamnya lebih mengenai pengawas syariah pada Lembaga Keuangan
Syariah.”

Dan untuk penyusunan opini syariah, DPS Hotel Sofyan melakukan


penyusunan opini syariah jikalau ada persoalan atau permasalahan yang diperlukan
dibuatkannya opini syariah oleh DPS. Contoh opini syariah yang pernah dibuat oleh
DPS Hotel Sofyan adalah mengenai undian hadiah yang diberikan untuk tamu dan
pengunjung Hotel Sofyan. Opini syariah tersebut dilaporkan pada Laporan Tahunan
Hotel Sofyan. Laporan ke DSN MUI hanya jika opini syariah dirasa tidak cukup dan
diperlukan fatwa terkait kegiatan tersebut, namun sampai saat ini DPS Hotel Sofyan
belum sampai melaporkan kepada DSN MUI karena opini syariah yang dibuat oleh
DPS dirasa cukup.

Setiap Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Perekonomian Syariah dan


Lembaga Bisnis Syariah termasuk Hotel Syariah pasti ada dana non halal (riba) dalam
pendapatan lembaganya namun dana non halal tersebut tidak boleh diakui sebagai
pendapatan sebagaimana Fatwa DSN MUI Nomor 123/DSN-MUI/XI/2018 Tentang
60

Penggunaan Dana Yang Tidak Boleh Diakui Sebagai Pendapatan Bagi Lembaga
Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis Syariah dan Lembaga Perekonomian Syariah.
Dan untuk di Hotel Sofyan dana non halal tersebut langsung dikeluarkan oleh bagian
keuangan untuk disalurkan melalui pihak ketiga atau langsung yang mana tujuan
penyaluran dana tersebut sesuai dengan Fatwa diatas yaitu disalurkan untuk
penanggulangan korban berncana, sarana penunjang lembaga pendidikan Islam,
Masjid/Musholla dan penunjangnya, pembangunan fasilitas umum yang berdampak
sosial, sosialiasi edukasi dan literasi ekonomi, keuangan dan bisnis syariah untuk
masyarakat umum, beasiswa untuk siswa/mahasiswa berprestasi dan/atau kurang
mampu, kegiatan produktif bagi dhuafa, faqir miskin dan kegiatan sosial lainnya yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
BAB V PENUTUP
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti kemukakan pada bab sebelumnya
dan merujuk pada rumusan masalah penelitian ini, maka peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Mekanisme pengawasan DPS terhadap penyelenggaraan Hotel Sofyan sudah
maksimal karena DPS mengawasi penyelenggaraan Hotel Sofyan setiap hari kerja
dengan mekanisme yang intensif yaitu mengunjungi aspek dan bagian sesuai dengan
pedoman yang telah dibuat DPS Hotel Sofyan. Meskipun masih ada pelanggaran
dalam kategori tidak sengaja yang terjadi seperti pada seleksi tamu. Pelanggaran itu
terjadi bukan karena kurangnya pengawasan dari DPS Hotel Sofyan melainkan
karena ketidak sengajaan karyawan dalam melakukan seleksi tamu.
2. Implementasi penerapan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah sudah sesuai
dengan ketentuan terkait Hotel Syariah yang ada didalam fatwa tersebut. Seperti pada
uraian berikut :
a. Hotel Sofyan tidak menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindakan asusila.
b. Hotel Sofyan tidak menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada
kemusyrikan, maksiat, pornografi dan/atau tindak asusila.
c. Makanan dan minuman yang disediakan Hotel Sofyan telah mendapat sertifikat
halal dari MUI.
d. Hotel Sofyan menyediakan fasilitas, peralatan dan sarana yang memadai untuk
pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas bersuci.
e. Pengurus dan karyawan Hotel Sofyan mengenakan pakaian yang menutup aurat
dan sesuai dengan syariah.
f. Hotel Sofyan memiliki pedoman mengenai prosedur pelayanan Hotel Sofyan
yang berjudul “Pedoman Hotel Syariah Hotel Sofyan”.

61
62

g. Hotel Sofyan menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan


pelayanan.

B. Saran
1. Akan jauh lebih baik lagi jika DSN MUI atau otoritas terkait segera mengeluarkan
peraturan khusus mengenai penyelenggaraan Hotel Syariah, karena untuk saat ini
belum terdapat peraturan khusus yang mengatur penyelenggaraan Hotel Syariah. Dan
juga DSN MUI mengadakan pelatihan terkait pengawasan terhadap penyelenggaraan
Hotel Syariah agar para DPS Hotel Syariah khususnya Hotel Sofyan tidak hanya
memahami mengenai pengawasan syariah secara umum melainkan juga memahami
pengawasan penyelenggaraan Hotel Syariah secara khusus.
2. Perlu dimaksimalkan kembali perkumpulan antar Hotel Syariah di Indonesia untuk
memaksimalkan penyelenggaraan Hotel Syariah di Indonesia serta agar Hotel yang
sudah mengklaim Syariah namun belum memiliki sertifikat syariah dapat segera
mendapatkan sertifikat syariah.
63

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Anwar, Saiful, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, (Medan: Gelora Madani Press,
2004).

Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih
Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007).

Fadhil, Aulia, Manajemen Hotel Syariah, (Yogyakarta: Gava Media, 2018).

Firdaus, Muhammad, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah, (Jakarta: Renaisan,


2007).

Harahap, Sofyan Syafri, Auditing Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum,
2002).

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Al- Halim, (Surabaya: UD.
Halim, 2014).

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata Syariah Kementrian Pariwisata 2015.

Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995).

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2005).

Makmur, Efektivitas Kebijakan Pengawas, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011).

Prayudi, Hukum Administrasi Negara. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981).

Perwani, Siti dan Yayuk, Teori dan Petunjuk Praktek Houskeeping Untuk Akademi
Perhotelan Make Up Room, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992).

Ridwan, Muhammad, Kontruksi Bank Syariah Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka SM,


2007).

Rukmana, Amir Machmud, Bank Syariah Teori Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2010).

Salindeho, Jhon, Tata Laksana Dalam Manajemen, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998).
64

Saydam, Gouzali, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource) Suatu


Pendekatan Mikro, (Jakarta: Djambatan, 2000).

Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009).

Sucipto, Hery dan Fitria Andayani, Wisata Syariah Karakter, Potensi, Prospek dan
Tantangannya, (Jakarta: Grafindo Books Media, 2014).

Suardi, Amran, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, (Depok: Rajawali


Press, 2014).

Sopi, Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Pegawai
Kantor Bea Cukai Tipe Madya, (Bandung: 2013).

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonosia, 2004).

Tim Penulis Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa


Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Pointermasa, 2003).

Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an al-Karim; Bunyatuhu at-Tasyri’iyat wa Khasbihuhu al-


Hadhariyat, Terjemah Muhammad Lukman Hakim (Surabaya: Risalah Gusti,
1996).

Jurnal
Hakim, Atang Abdul dkk, Toward Indonesia Halal Touris, Jurnal Ahkam : Vol 17,
2017, h. 291.

Jaelani, Aan, Industri Wisata Halal di Indonesia: Potensi dan Prospek, Jurnal Fakultas
Syariah dan Hukum IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2017.

Alim, Haidar Tsany dkk, Analisis Potensi Pariwisata Syariah dengan Mengoptimalkan
Industri Kreatif di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jurnal Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2015.

Misbach Irwan, Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi
Transaksi Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jurnal Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alaudin Makassar, 2015.
65

Mujib, Abdul, Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Lembaga Keuangan Mikro
Syariah di Wilayah Jawa Tengah, Jurnal Az Zarqa : Vol 9, No 1, 2017.

Oktaviani, Femi, Marketing Public Relation Hotel Syariah dalam Membangun Lifestyle
Islami Kota Bandung, Jurnal Signal : Vol 6 No. 1, 2018.

Kavanillah, Desy dan Ahmad Ajib Ridlwan, Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa
Keputusan Menginap di Hotel Andita Surabaya, Jurnal Iqtishoduna : Vol 7,
No. 2, 2018.

Situs Internet

Siaran Pers Kemeterian Pariwisata, “Indonesia Ditetapkan Sebagai Destinasi Wisata


Halal Terbaik Dunia 2019” 9 April 2019. Diakses melalui
https://www.kemenparekraf.go.id/index.php/post/siaran-pers-indonesia-
ditetapkan-sebagai-destinasi-wisata-halal-terbaik-dunia-2019

KBBI Online, “Pengawasan”. Diakses pada hari Sabtu, 28 Maret 2019, pukul 10.59
WIB. melalui https://kbbi.web.id/pengawasan

Perundang-undangan

Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan


Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah.
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pencabutan Atas Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2
Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.
66

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Form Daftar Bimbingan Skripsi

67
68

Lampiran 2 : Surat Permohonan Data di Hotel Sofyan


69

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara


70

Lampiran 4 : Foto Hotel Sofyan

1. Hotel Sofyan Cut Meutia Menteng

2. Hotel Sofyan Soepomo Tebet


71

3. Kamar Tidur

4. Kamar Tidur Superrior

5. Kamar Tidur Executive


72

6. Kamar Tidur Deluxe

7. Kamar Tidur Suite


73

8. Fasilitas Makan dan Minum (Restaurant)


74

9. Ruang Meeting
75
76

10. Ruang Ibadah (Mushola)


77

11. Failitas Ibadah (Al-Quran, Sajadah dan Mukena)

12. Laundry
78

13. Ruang Kebugaran (Gym)

14. Botram
79

Lampiran 5 : Skrip Pertanyaan Wawancara


Daftar Pertanyaan Wawancara DPS Hotel Sofyan
1. Berapa jumlah DPS di Hotel Sofyan?
2. Berapa lama periode DPS berkerja di Hotel Sofyan?
3. Apa saja syarat menjadi DPS khususnya menjadi DPS di Hotel Sofyan?
4. Bagaimana pembagian tugas antar DPS di Hotel Sofyan?
5. Apakah ada sosalisasi prinsip syariah kepada para pegawai di Hotel Sofyan oleh DPS?
Jika ada dilakukan berapa kali?
6. Bagaimana Peran dan Wewenang DPS di Hotel Sofyan?
7. Bagaimana cara dan mekanisme DPS dalam mengawasi penyelenggaraan Hotel Sofyan?
8. Apakah produk jasa dan layanan di Hotel Sofyan sudah sesuai dengan prinsip syariah?
9. Bagaimana peran dan tindaklanjut DPS terhadap penyimpangan yang terjadi di Hotel
Sofyan?
10. Apakah ada hubungan antara DPS dan Audit Internal dalam mengkoreksi dan/atau
membuat peraturan baru di Hotel Sofyan terkait dengan pelaksanaan prinsip syariah?
11. Apakah DPS memberikan masukan terkait pelaporan penyimpangan di Hotel Sofyan?
12. Apa standar yang DPS gunakan dalam mengawasi Penyelenggaraan Hotel Sofyan?
13. Apakah DPS Hotel Sofyan menggunakan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Ketenagakerjaan no 25 Tahun 2017?
14. Apakah DPS Hotel Sofyan membuat laporan hasil evaluasi sesuai dengan standar
otoritas?
15. Apakah DPS Hotel Sofyan melaporkan laporan hasil evaluasi kepada otoritas?
16. Apakah DPS Hotel Sofyan mengevaluasi prosedur produk dan/atau layanan baru?
17. Apakah DPS Hotel Sofyan menyiapkan bahan penyusunan opini syariah?
18. Apakah DPS Hotel Sofyan menyampaikan hasil opini syariah kepada DSN MUI,
regulator, dan pihak terkait?
19. Apakah ada target tahunan DPS dalam mengawasi penyelenggaraan Hotel Sofyan?
20. Apa prestasi yang sudah DPS bangun di Hotel Sofyan?
80

Lampiran 6 : Hasil Wawancara


Hasil Wawancara bersama Bapak Hafizuddin Ahmad, Lc selaku Anggota merangkap Sekretaris
DPS Hotel Sofyan
1. Jumlah DPS di Hotel Sofyan 2 orang DPS.
2. Periode DPS di Hotel Sofyan mengikuti RUPS Tahunan.
3. Syarat menjadi DPS di Hotel Sofyan harus memiliki latar belakang Ekonomi Syariah dan
paham mengenai prinsip syariah khususnya dalam bidang perhotelan syariah.
4. Pembagian tugas DPS di Hotel Sofyan, Bapak KH. Dr. Surachman Hidayat. Lc., M.A
selaku Ketua DPS Hotel Sofyan dan beliau hadir di Hotel Sofyan 2 bulan sekali
sedangkan Bapak Hafizuddin Ahmad, Lc selaku Anggota merangkat Sekretaris DPS
Hotel Sofyan dan beliau hadir setiap hari kerja untuk selalu memantau keadaan lapangan
dan melaporkan kepada Bapak Surachman.
5. DPS Hotel Sofyan melakukan sosialisasi mengenai prinsip syariah kepada para pegawai
dan pegurus Hotel Sofyan setiap 1 bulan atau 2 bulan sekali pada saat diadakannya
meeting atau training.
6. Peran DPS di Hotel Sofyan mengawasi seluruh aktifitas penyelenggaraan Hotel Sofyan
berdasarkan prinsip syariah dan wewenang DPS di Hotel Sofyan dapat menegur Direksi
dan merekomendasikan pemberhentian jabatan Direksi jikalau ditemukan Direksi
melakukan kesalahan fatal.
7. Cara dan mekanisme DPS Hotel Sofyan dalam mengawasi penyelenggaraan Hotel
Syariah adalah melakukan survei langsung di lapangan, khusunya pada bagian yang
berisiko terjadi pelanggaran terhadap penerapan prinsip syariah seperti bagian seleksi
tamu, bagian marketing, dan bagian pembelian bahan makanan untuk restoran halal.
8. Produk jasa dan layanan yang ada di Hotel Sofyan sesuai prinsip syariah karena Hotel
Sofyan sudah memiliki sertifikat Hotel Syariah dari DSN MUI. Namun masih ada
beberapa bagian yang sering terjadi penyelenggaraan.
9. Peran dan tindaklanjut DPS Hotel Sofyan selama ini melaporkannya pada rapat pengurus
dan melampirkan pada Laporan Tahunan Hotel Sofyan. Dan jika dibutuhkan maka DPS
Hotel Sofyan akan melaporkannya kepada DSN MUI.
10. Hubungan antara DPS Hotel Sofyan dengan Audit Internal Hotel Sofyan adalah saling
membantu dalam melakukan pengawasan dan perbaikan meskipun DPS melakukan pada
aspek syariah dan Audit Internal pada aspek umum.
11. DPS Hotel Sofyan memberikan masukan dan saran kepada pengurus Hotel Sofyan
khususnya Direksi dan Komisaris apabila terjadi pelanggaran dalam penyelenggaraan
Hotel Sofyan.
12. Dikarenakan DSN MUI belum mengeluarkan standar pengawasan Hotel Syariah, maka
DPS Hotel Sofyan membuat standar pengawasan dalam bentuk pedoman dengan
mengacu pada Fatwa DSN MUI Noor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah.
81

13. DPS Hotel Sofyan tidak menggunakan SKKNI karena didalam pembahasan SKKNI lebih
kepada pengawasan Lembaga Keuangan Syariah seperti Perbankan Syariah, Asuransi
Syariah dll
14. DPS Hotel Sofyan membuat laporan evaluasi sesuai dengan arahan yang diberikan oleh
Direksi Hotel Sofyan dan DSN MUI.
15. DPS Hotel Sofyan melaporkan hasil evaluasi kepada Direksi dan Komisaris Hotel Sofyan
dan melampirkannya pada Laporan Tahunan Hotel Sofyan dan melaporkan kepada DSN
MUI.
16. Selama ini belum ada produk layanan baru yang ada di Hotel Sofyan
17. DPS Hotel Sofyan menyiapkan bahan penyusunan opini syariah. Dan membuat untuk
kepentingan perbaikan penyelenggaraan Hotel Sofyan.
18. DPS Hotel Sofyan hanya melaporkan opini syariah kepada pengurus Hotel Sofyan karena
dirasa opini syariah cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
19. Tidak ada target khusus, hanya saja melakukan pengawasan yang baik dan tidak terjadi
pelanggaran dalam penyelenggaraan Hotel Sofyan.
20. Prestasi yang sudah DPS Hotel Sofyan bangun adalah menjadikan Hotel Sofyan sebagai
pelopor Hotel Syariah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai