Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
INDAH DELIYANI
NIM : 204046102926
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Indah Deliyani
NIM : 204046102926
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA (……………………)
NIP. 130 789 745
2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (……………………)
NIP. 150 269 678
3. Pembimbing I : Drs.H. Husni Thoyyar, M.Ag (……………………)
NIP. 150 050 919
4. Pembimbing II : Dr. Yayan Sofyan, M.Ag (……………………)
NIP. 150 228 413
5. Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA (……………………)
NIP. 130 789 745
6. Penguji II : Drs. Heldi, M.Pd (……………………)
NIP. 150 262 877
KATA PENGANTAR
ا
ا ا
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
saw., rasul paling mulia dan penutup para Nabi, serta iringan doa untuk keluarga,
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA, masing-
Program Non Reguler, serta H. Ah. Azharudin Latief, M.Ag., MH dan Drs. H.
3. Drs. H. Husni Thoyyar, M.Ag dan Dr. H. Yayan Sofyan, M.Ag, selaku dosen
5. Pimpinan dan staf Syariah dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah,
skripsi ini.
6. Ayahanda Alm. Ayah dan ibunda tercinta yang dengan besar hati mendidik
dan Kamelia yang selalu memberikan semangat untuk penulis agar dapat
7. Dosen-dosen UIN, Pak Jaka, Pak Gustian, Pak Zainul Arifin, Bu Isnawati, Bu
Najma dan dosen yang lain yang selama ini telah memberikan bimbingan dan
8. Teman-temanku, Latifa, Naras, Neng, Ita, Eva, Daris, Ervin, Rozik dan yang
lain (maaf tidak dapat disebutkan semua) yang selama ini telah memberikan
inspirasi dan bantuannya. Terima kasih banyak untuk Mas Joko atas
Bagi teman-teman yang lain, tetap semangat yakinlah bahwa kalian bias.
9. Pak Yafiz, Pak Ridwan, Mbak Ranti, Mbak Desti, yang telah memberikan
bentuk dukungan, semangat dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga skripsi ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan ........................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 6
D. Review Studi Terdahulu ................................................................ 7
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ............................................... 9
2. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 9
3. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 10
4. Teknik Analisis Data ................................................................ 11
F. Subjek Penelitian ........................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 12
BAB IV ANALISIS
A. Aplikasi Pembiayaan Ijarah Multijasa .......................................... 48
B. Penggunaan Akad Ijarah dalam Aplikasi Pembiayaan Multijasa .... 54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Saran .......................................................................................... 60
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah suatu agama yang mengatur cara hidup manusia dalam
segala aspek, termasuk aspek ekonomi seperti mencari nafkah. Kegiatan ekonomi
adalah wajib dan pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan
sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun
wajib diadakan.1 Hal ini sesuai dengan kaidah dalam ushul fiqh yang menyatakan
bahwa “maa laa yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib”, yakni sesuatu yang
menggunakan prinsip syariat. Dalam hal ini maka lahirlah lembaga keuangan
syariah, antara lain BMT yang terdiri dari kata baitul maal (rumah harta) yaitu
lembaga yang mengelola dana zakat, infaq dan Sedekah (ZIS) dan baitul tamwil
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007), Edisi ketiga, h.15
2
Ibid, h.14-15
BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dalam operasionalnya dengan
dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum
fakir miskin. Lembaga ini ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-
menengah ke bawah yang tidak terjangkau oleh bank. Firman Allah SWT dalam
(2:5/)ا"!ة.وَََوََُْ
َ اَِْوَاَْىََََوَُْاَ
َ اِِْ وَاُْْوَان..
Artinya: “… Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan janganlah tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran.”
yang bersifat sosial, melainkan juga sebagai lembaga yang harus menjalankan
mengelola dana yang dititipkan dengan baik. Oleh karena itu, BMT juga
untuk pemilik dan pendiri, tetapi juga untuk pengembangan BMT itu sendiri.
masyarakat kecil. Salah satu yang ada dan telah tumbuh di Indonesia adalah BMT
al-Munawwarah yang berdiri pada tanggal 26 Mei 1996. Ide dan inisiatif
melakukan pengelolaan dana secara efektif dan efisien, baik atas dana yang
dikumpulkan dari masyarakat maupun dari pemilik atau pendiri BMT. Dana yang
terkumpul kemudian dikelola dalam bentuk produk pembiayaan. BMT juga harus
jasa yang terbaik kepada nasabah supaya tercapai customer satisfaction (Berry, et.
al 1994).
Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. 3 BMT
3
Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI,
(Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006), Edisi. Revisi, h.324.
al-Munawwarah memberikan nama produk tersebut dengan nama Pembiayaan
yaitu fatwa No. 44/DSN-MUI/VII/2004. Fatwa DSN ini dikeluarkan pada tahun
2004 atas permohonan dari Bank Rakyat Indonesia tanggal 28 April 2004 dan
Hasil Rapat Pleno DSN-MUI tanggal 11 Agustus 2004. DSN mengeluarkan fatwa
kepada LKS. Melihat dana sosial (maal) yang ada tidak mencukupi dan tidak
memungkinkan menggunakan akad qardhul hasan karena dana yang ada adalah
dana yang harus memberikan bagi hasil untuk penyimpan dana, maka dapat
prinsip syariah. Dalam prinsip Hukum Muamalat disebutkan bahwa segala bentuk
muamalat dibolehkan kecuali yang dilarang oleh syari. Seperti halnya dengan
penggunaan akad. Setiap produk yang dikeluarkan oleh LKS harus menggunakan
akad yang tepat. Dalam penggunaan akad ijarah pada aplikasi produk
perbedaan antara fatwa dan fikih muamalat. Akad yang digunakan seperti hanya
sebuah rekayasa untuk menguntungkan lembaga keuangan syariah yang
penelitian lebih dalam tentang masalah tersebut dengan judul “Analisa Terhadap
1. Pembatasan Masalah
Penulis dalam penelitian ini membatasi masalah pada beberapa hal, yaitu:
atas dasar prinsip jasa, disalurkan untuk berbagai jenis kebutuhan halal,
lain.4
32921079.
No.44/DSN-MUI/VII/2004.
4
BMT Al-Munawwarah, “Sharia Microfinance”, artikel diakses pada 03 Maret 2008 dari
www.bmtalmunawwarah.com
d. Penelitian berdasarkan dari fatwa DSN tentang pembiayaan ijarah
2. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
Munawwarah?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
dengan skripsi yang akan dibahas oleh penulis. Penulis akan mencoba membahas
apakah aplikasi yang dilakukan di BMT tersebut sudah sesuai dengan fatwa yang
disusun oleh DSN dan juga untuk melihat apakah pembiayaan multijasa
E. Metode Penelitian
yang diperoleh di lapangan secara mendalam. 5 Dalam metode ini penelitian yang
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut:
a. Wawancara
(panduan wawancara).
b. Studi Kepustakaan
5
Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), Cet. Kedua,
h.309
6
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2004), Cet. Enam
Belas, Edisi. Kedua, h.76
7
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989),
Edisi Revisi, h.192
Studi kepustakaan berarti melakukan penelusuran kepustakaan dan
lain. Selain itu juga berupa dokumen dari BMT al-Munawwarah, yaitu
multijasa.
a. Editing
Editing adalah meneliti kembali cacatan para pencari data itu untuk
mengetahui apakah cacatan itu cukup baik dan dapat segera disiapkan
b. Koding
8
Ibid, h.70
9
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1997), Cet.keempatbelas, ed. Ketiga, h.270
10
Ibid, h.272
Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu sebuah
studi untuk menemukan fakta dan interpretasi yang tepat dan menganalisis lebih
F. Subjek Penelitian
Data primer ini juga bersumber dari jurnal BMT al-Munawwarah dan fatwa
2. Data sekunder, sumber data pendukung dan pelengkap data penelitian berupa
Syariah dan Hukum” tahun 2007 yang diterbitkan oleh Jakarta Press.
G. Sistematika Penulisan
11
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), Cet. Ketiga, h.325
Penulis mengklasifikasikan skripsi ini ke dalam beberapa bab dengan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
Bab III, berisikan tentang kajian objek penelitian yang dilakukan, yaitu informasi
Bab IV, analisis terhadap data penelitian yang didapatkan guna menjawab
masalah penelitian dengan memodifikasikan teori yang ada. Masalah yang akan
dianalisis adalah tentang analisis akad ijarah pada fikih muamalat, serta ketepatan
ijarah multijasa
Bab V, kesimpulan yang ditarik dari uraian yang telah ditulis terdahulu dan
jawaban masalah berdasarkan data yang diperoleh dan berisi saran yang bertujuan
telah ada.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pembiayaan
yang terbatas.
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan untuk selanjutnya
dana. Dengan penyaluran dana tersebut dapat memenuhi kebutuhan dana yang
keduanya adalah dalam penggunaan istilah dan sistem. Dalam penyediaan dana
harus tetap berpedoman pada aturan yang telah dibuat dalam syariat Islam.
pendapatan bagi lembaga tersebut yang diperoleh dari para nasabahnya dan
12
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan al-Tirmidzi, (Bairut: Darul Fikr, 1994), h.73
Gambar 1.
Prinsip-prinsip Syariat Islam
1. Pengertian Pembiayaan
13
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Ditinjau Menurut Undang-undang
No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-undang No. 10
Tahun 1998, dan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Tentang
Bank Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ketiga, Edisi Revisi, h.57
pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau
pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Bank sebagai pemberi kredit percaya kepada nasabahnya bahwa dalam kurung
waktu yang telah disepakati akan membayar lunas semua pinjamannya dan
sebelumnya.
dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
14
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), Cet. Kedua,
Edisi pertama, h.196
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
2. Tujuan Pembiayaan
Tujuan akad adalah tujuan dan hukum suatu akad yang disyariatkan untuk
tujuan tersebut. Dalam hukum Islam, tujuan akad tidak boleh bertentangan
dengan syariat. Berbedanya akad maka berbeda pula tujuan akad. Seperti tujuan
akad jual beli berbeda dengan tujuan akad ijarah, yaitu dalam jual beli tujuannya
a. Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak
15
Gemala Dewi, SH. LL.M., dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2006), Cet. Kedua, Edisi pertama, h.63
1) Pemilik
2) Pegawai
dikelolanya.
3) Masyarakat
a) Pemilik dana
keuntungan.
kebutuhannya.
4) Pemerintah
perusahaan).
dana merupakan masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, maka
Dana merupakan uang tunai yang dimiliki oleh lembaga keuangan dalam
bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. 16 Dana
yang dikuasai lembaga keuangan berasal dari para pemilik lembaga tersebut, dari
16
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), Cet. Kedua,
Edisi pertama, h.49
titipan atau penyertaan dana orang lain (pihak ketiga) yang sewaktu-waktu akan
ditarik kembali, dan juga berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam
tidak peduli uang dipakai dalam kegiatan produktif atau tidak. Hal ini berbeda
dengan syariat Islam, uang bukan suatu komoditi melainkan hanya sebagai alat
harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi baik secara langsung melalui transaksi
seperti perdagangan, indutri manufaktur, sewa menyewa dan lain-lain. Dapat pula
memperoleh dana pihak ketiga dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
17
Ibid
Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber dana berasal dari modal
inti (core capital), kuasi ekuitas (mudharabah account) dan titipan (wadiah) atau
Gambar 2
Sumber Dana di Lembaga Keuangan Syariah
MODAL
TITIPAN (WADIAH)
LEMBAGA
KEUANGAN
SYARIAH INVESTASI MUDHARABAH
18
Ibid, h.50
19
Ibid
4. Jenis-jenis Pembiayaan
diantaranya:
1) Pembiayaan Produktif
2) Pembiayaan Konsumtif
20
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), cet. Pertama h. 160
barang seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal.
hiburan.21
harus dibuatkan suatu perjanjian (akad) antara lembaga keuangan syariah sebagai
21
Ibid., h.168
a. Surat Permohonan Pembiayaan
waktu pembiayaan, besar limit atau plafon yang diminta, dan sumber
b. Proses Evaluasi
3 hari. Dalam menilai, bank syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-
hatian serta aspek lain sehingga diharapkan diperoleh hasil analisis yang
6. Analisis Pembiayaan
peminjam
7. Pengamanan Pembiayaan
a. Sebelum Realisasi
asuransi dan atau pengikatan agunan (jika diperlukan). Setelah itu baru
b. Setelah Realisasi
22
Ibid
yang diajukan nasabah dalam permohonannya dan jangan sampai lari dan
C. Pembiayaan Multijasa
fasilitator pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah, dalam hal ini
BMT kepada pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit). Dalam hal ini
Multijasa terdiri dari dua kata, yaitu kata multi yang berarti banyak,
bermacam-macam dan kata jasa yang berarti perbuatan yang berguna atau bernilai
bagi orang lain, manfaat. Jadi multijasa adalah suatu perbuatan atau manfaat yang
23
Ibid
24
Serambi Indonesia, ”Hukum Transaksi Pembiayaan Multijasa”, artikel diakses pada 4
September 2008 dari www.serambinews.com
pembiayaan konsumtif yang tidak bertentangan dengan syariah seperti biaya
seseorang, seperti yang terdapat dalam surat al-Qur’an surat al-Baqarah (2) ayat
233.
ْ ُْ6َNRُْ إِذَْﺱَ
"ُْْ ﻡT6َ
َ ََح1ُ:َ*َQ ُْأَوَْدَآNُِْOَْْ/َ ْوَإِنْ أَرَدُْْ أَن
(233 :2/)اََََْة.ٌْ6ِGَأَن ا
ّ<َ ﺏِ"ََْ"َ
ُْنَ ﺏNُ"َ
ْوَا،َ<ّ
وَاُاا،ِﺏِْ"َُْوْف
Artinya: “...Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.”
Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, dikatakan bahwa jika kedua orang tua
sepanjang mereka mau untuk menunaikan upah atau pembayaran yang baik atau
patut kepada orang tersebut. Hal ini menunjukan adanya jasa yang diberikan dan
adanya kewajiban melakukan pembayaran yang patut atas jasa yang diterima.26
25
ISM, “BNI Syariah Luncurkan Multijasa iB”, artikel diakses pada 4 September 2008 dari
www.niriah.com.
26
Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), cet. Pertama, edisi pertama, h.843
6. Fatwa DSN-MUI Pembiayaan Multijasa
transaksi tersebut agar sesuai dengan prinsip syariah dalam memenuhi kebutuhan
Fatwa ini ditetapkan dari Hasil Rapat Pleno DSN-MUI pada tanggal 11
Agustus 2004 dan dibuat karena datangnya surat permohonan dari Bank Rakyat
Indonesia pada tanggal 28 April 2004 dan dari Bank Danamon. Fatwa ini
a. Ketentuan Umum
5) Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
b. Penyelesaian Perselisihan
c. Ketentuan Penutup
Ijarah berarti upah, sewa, jasa, imbalan. 27 Menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti
27
AH. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.120
akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya
terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah manfaat jasa. Penggunaan
melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan karena
keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena
akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh pula akad
ijarah:
1) Sighat ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah
pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain.
28
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
t.th.), h.147-148
29
Serambi Indonesia, ”Hukum Transaksi Pembiayaan Multijasa”, artikel diakses pada 4
September 2008 dari www.serambinews.com
2) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak): terdiri atas pemberi
1) Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.
2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
diharamkan).
syariah.
sengketa.
7) Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
dijadikan harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa
(tidak materiil).
d. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
musyawarah.
Dalam pembiayaan ijarah, lembaga keuangan syariah dapat memperoleh
ujrah. Ujrah adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu
Gambar 3.
Skema Ijarah
Menyewa Jasa
BANK NASABAH
Bayar Cicilan
Keterangan:
2) Bank memberi atau menyewa barang yang diinginkan pleh nasabah sebagai
3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dan bank mengenai barang objek,
30
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), edisi
kedua, h.110
31
Dr.H. Hendi Suhendi, M.Si., Fiqh Mualamah membahas Ekonomi Islam Kedudukan Harta,
Hak Milik, Jual Beli, Bunga Bank dan Riba, Musyarakah, Ijarah, Mudayanah, Koperasi, Asuransi,
Etika Bisnis dan lain-lain, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007), Ed. Ketiga, h.118
BAB III
A. BMT al-Munawwarah
sementara dalam ajaran Islam dilarang hal tersebut bahkan sangat diharamkan
sehingga terciptanya kenyataan bahwa yang kaya makin jaya dan miskin makin
terpuruk.
Hal ini telah lama terjadi sehingga umat Islam mendambakan sistem dan
keadilan sosial. Namun keberadaan lembaga perbankan syariah yang telah ada
saat ini pun ternyata kurang dapat mengatasi kesulitan pengusaha mikro kecil
yang jumlahnya puluhan juta unit. Lembaga perbankan kurang dapat menjangkau
yang praktis yang mereka piker dapat membantu dan menjadi “Dewa Penolong”
bagi mereka, yaitu rentenir, padahal merekalah yang dapat membuat usaha para
pengusaha terpuruk.
usaha menengah ke bawah tersebut yaitu BMT (Baitul Maal wat Tamwil). BMT
terdiri atas baitul maal (rumah harta), yang mengelola dana zakat, infaq dan
Sedekah (ZIS) dan baitul tamwil (rumah pembiayaan). BMT adalah lembaga
dalam BMT adalah sebagai jasa keuangan, sosial atau pengelolaan ZIS dan sektor
riil.
beberapa tokoh lingkungan berinisiatif untuk membangun suatu BMT yang dapat
Pokok Khusus) sebagai modal awal, maka pada tanggal 26 Mei 1996 berdirilah
32
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Materi Dakwah Ekonomi Syariah, (Jakarta:
PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), t.th), h.167
BMT dengan nama BMT al-Munawwarah dalam bentuk KSM (Kelompok
layanan BMT
Budaya kerja:
4. Legalitas Hukum
syariah.
Keuntungan investasi akan dibagihasilkan antara Anda dan BMT sesuai
rencana Anda.
diawal. BMT menerima pembiayaan dari pihak lain dalam bentuk akad
4) Penanaman/Penyertaan Modal
BMT
a) Mudharabah
b) Musyarakah
Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara LKS dan Mitra
di mana LKS membeli barang yang diperlukan oleh Mitra dan kemudian
ditambah dengan margin atau keuntungan yang disepakati antara LKS dan
Mitra. Pembiayaan ini diperuntukan bagi Mitra untuk pembelian aset yang
Rekening Telepon)
a) Ijarah Multijasa
meningkatkan pendapatan BMT berupa fee base income dari layanan jasa
akan suatu jasa. Jadi tujuan dari produk ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
Mitra.
beberapa pihak, yaitu para nasabah, partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi
risiko dan investasi khusus. Jenis produk ini adalah pembiayaan konsumtif yang
berjangka waktu pendek, yaitu berkisar antara 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
a. Melihat kebutuhan pasar, dalam hal ini yaitu kebutuhan Mitra BMT al-
biaya sewa rumah, dan hal lain yang berkaitan dengan manfaat atas jasa.
33
Sutanto, SE., Kepala Bagian Operasional, Wawancara Pribadi, Pamulang, 15 September
2008
2. Syarat-syarat Pembiayaan Ijarah Multijasa
Persyaratan yang dimaksud adalah semua hal yang harus dipenuhi yang
menjadi dasar bagi lembaga keuangan, baik yang berbasis konvensional maupun
yang berbasis syariah dalam memberikan suatu nilai layak tidaknya permohonan
pembiayaan calon nasabah diterima. Penilaian tersebut dilihat dari lengkap atau
tidaknya syarat yang diajukan, apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka
akan berakibat permohonan yang diajukan nasabah akan ditolak oleh lembaga
keuangan tersebut.
lembar
administrasi
untuk mendaftarkan anaknya sekolah di SMP Bina Insan Mulia. Untuk kebutuhan
ini ibu Juwariah datang ke BMT untuk mengajukan fasilitas pembiayaan. Untuk
terlebih dahulu kepada ibu Juwariah dengan menyerahkan sejumlah dana yang
dibutuhkan ibu Juwariah untuk biaya pendidikan anaknya tersebut. Setelah bukti-
bukti pembayaran diperoleh dan kedua pihak sepakat, selanjutnya BMT membuat
1. Ketika Mitra membutuhkan bantuan dana maka Mitra akan mendatangi BMT
bagi Mitra. Dalam menganalisis kelayakan Mitra pada pembiayaan ini sama
halnya dengan pembiayaan yang lain. 34 Dalam tahap ini terjadi negosiasi
mengenai spesifikasi jasa, harga, besarnya ujrah, jumlah cicilan dan jangka
waktu pembayaran.
produk apa yang akan Mitra ajukan. Pada saat Mitra datang kepada BMT al-
memberikan produk pembiayaan ijarah multijasa. Dengan kata lain, Mitra belum
34
ibid
BAB IV
ANALISIS
menggunakan akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Dengan
kompensasi atas pelayanan berupa pembayaran yang dilakukan oleh LKS kepada
pihak ketiga. Setelah itu Mitra membayar kepada LKS dengan cara mengangsur
pembiayaan multijasa ini besarnya tetap kendati terjadi fluktuasi suku bunga di
Akad yang pertama adalah akad wakalah pada pembiayaan multijasa, artinya
BMT tidak membayar sendiri manfaat akan jasa yang Mitra butuhkan. BMT al-
yang terlampir.
4. Mitra menerima sejumlah uang dan kuasa yang diberikan kepada untuk
luar kesepakatan.
Setelah bukti-bukti sudah diserahkan oleh Mitra kepada pihak BMT, maka
dibuat akad ijarah. Dalam hal ini menyatakan BMT memberikan jasanya untuk
a. Pasal 1. Pada pasal ini berisi tentang cara realisasi dan droping
b. Pasal 2. Pasal ini membahas tentang harga dan jasa yang disewakan.
Biaya yang diberikan oleh BMT diperuntukan untuk apa oleh Mitra.
c. Pasal 3. Pasal mengenai jangka waktu pembiayaan. Mitra memilih waktu
d. Pasal 4. Pasal tentang cara dan jumlah pembayaran. Berapa jumlah tiap
dibayarkan secara tunai di BMT atau dana dijemput oleh petugas yang
yang diberikan dengan dengan setoran awal yang disepakati dan menyetor
f. Pasal 6. Berisi tentang premi asuransi pembiayaan. Premi asuransi ini juga
satu kali premi. Kegunaan dari premi ini juga untuk membebaskan ahli
Mitra yang dinyatakan cidera janji dan menjelaskan tentang sanksi yang
j. Pasal 10. Berisi mengenai penyelesaian jika suatu saat terjadi perselisihan,
Dalam penjelasan di atas, maka dapat dilihat dengan jelas dari hasil
Gambar 4
Skema Pembiayaan Ijarah Multijasa
1) Spesifikasi jasa
6) Akad Ijarah
MITRA BMT
3) Akad Wakalah
melakukan akad ijarah dengan Mitra sesuai dengan kebutuhan Mitra akan
manfaat jasa.
Pihak ketiga.
dengan Sutanto, SE., hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu;
a) Masih kurangnya sumber daya manusia yang terdapat pada BMT al-
Munawwarah
bulanan. Bersama pembayaran angsuran pembiayaan dan ujrah, secara rutin Mitra
cepat maupun lebih lama, tergantung kepada kebutuhan dan kemampuan Mitra
100% dari angsurannya. Hanya saja terkadang terdapat lembaga keuangan syariah
cepat dari waktu yang telah disepakati sering meminta kepada lembaga keuangan
Potongan pelunasan ini tidak disepakati diawal akad dan besarnya diserahkan
35
Sutanto, SE., Kepala Bagian Operasional, Wawancara Pribadi, Pamulang, 15 September
2008
36
Dr. Hasanudin, M.Ag, Wakil Sekretaris DSN MUI Badan Pelaksana Harian, Wawancara
Pribadi, Jakarta, 19 November 2008
B. Ketepatan Penggunaan Akad dalam Pembiayaan Multijasa
maka diperlukan suatu lembaga yang dapat mengontrol dan mengawasi jalannya
lembaga keuangan syariah tersebut. Oleh karena itu MUI (Majelis Ulama
lembaga-lembaga lain.
lembaga keuangan syariah. Seperti kasus bila ada seorang nasabah mengajukan
pembiayaan untuk menutupi biaya kebutuhan yang mendesak karena pada saat itu
memungkinkan untuk menggunakan akad Qardhul Hasan, karena dana yang ada
tinggal dana tamwil yang harus memberikan bagi hasil untuk para penyimpan
dana. Sementara jika tidak diberi pinjaman, maka persoalan Mitra tidak akan
37
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press, 2001) Cet. Pertama, h.32
terpecahkan. Sehingga dalam kondisi demikian beberapa BMT menggunakan
akad ijarah.
sekitar satu tahun diluncurkan Dewan Syariah Nasional (DSN) namun masih
belum banyak praktisi baitulmal wattamwil (BMT) mengenal fatwa tersebut dan
Hidayat, mengakui DSN memang lebih banyak membina bank syariah sehingga
yang sifatnya personal tersebut. Akad ijarah berarti nasabah memberikan komisi
pada BMT atas jasa pembayaran. Namun yang terjadi biasanya nasabah sendiri
38
Republika Online, “Fatwa Akad Multijasa Perlu Disosialisasikan”, artikel diakses pada 3
Maret 2008 dari www.detail_headline.com
wakalah sebagai solusi agar tetap dapat melayani kebutuhan para Mitranya.
demikian, pembayaran dilakukan sendiri oleh Mitra kepada pihak ketiga dan
mekanisme proses akad di BMT dengan produk multijasa yang mengunakan akad
wakalah sangat tidak tepat. Karena obyek yang diwakilkan bertolak belakang
dengan kedaaan riil yang terjadi. Jika BMT mewakilkan kepada nasabah, berarti
BMT itu yang ingin kuliah. Jika akad wakalah ingin digunakan dalam transaksi
tersebut, harus ada akad yang mendahuluinya, seperti akad ijarah. Namun akad
wakalah tidak dapat digunakan dalam akad ijarah yang di mana objeknya adalah
manfaat atas jasa. Ijarah dalam pembiayaan multijasa adalah jasa BMT dalam
BMT berjasa menyelesaikan biaya kuliah nasabah, maka nasabah diminta untuk
membayar fee atas jasa yang dilakukan BMT yang telah menyelesaikan paket
akad ijarah saja, tidak perlu diwakilkan, karena tidak jelas apa objek yang
diwakilkan.40
39
Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h.120
40
Agustianto, Sekjen IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam) Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 27 Oktober 2008
Hanya saja menurut Drs. Agustianto, M.Ag, akad ijarah ini rawan kepada
masa depan, pembiayaan untuk jasa dananya berasal dari zakat, infaq sedeqah
atau waqaf yang kesemuanya merupakan akad tabarru’, bukan akad bisnis, yang
solusi ideal di masa depan untuk pembiayaan multijasa ialah akad qardh yang
sumber dananya dari ZISWAF. Bukan akad ijarah yang penuh rekayasa.41
1. Ijarah benda, yaitu sewa-menyewa rumah, toko, dan lain-lain yang sesuai
dengan syara’.
Menurut para ulama fikih, objek ijarah terhadap nilai tukar atau uang
uang cenderung kepada adanya kelebihan pada barang ribawi yang cenderung
41
Ibid
Dengan demikian, aplikasi dalam pembiayaan multijasa dengan akad
ijarah seperti yang sudah dijelaskan di atas yang dilakukan oleh BMT al-
Munawwarah tidak tepat karena hal ini rawan dengan praktek riba, penuh
rekayasa. Objek yang digunakan pada BMT al-Munawwarah dalam hal ini adalah
uang karena pihak BMT memberikan dana tersebut kepada nasabah untuk
dibayarkan sendiri dengan menggunakan akad wakalah. Jika akad wakalah ingin
digunakan pada objek sewa jasa, maka BMT harus menggunakan jasa orang lain,
ekonomis. Selain itu juga dalam fikih muamalah dijelaskan bahwa objek dalam
akad ijarah adalah manfaat atas barang atau jasa. Jasa di sini seperti jasa seorang
karyawan yang telah bekerja pada suatu perusahaan sehingga mereka berhak
imbalan. Jika tidak memungkinkan maka dapat menggunakan akad ijarah. Hanya
saja akad ijarah yang seharusnya dilakukan oleh BMT al-Munawwarah adalah
langsung dibayarkan kepada pihak ketiga. Oleh karena itu akad wakalah tidak
dapat digunakan dalam pembiayaan multijasa karena objek pembiayaan multijasa
A. Kesimpulan
Multijasa menggunakan dua akad yaitu akad ijarah dan wakalah, artinya
Mitra dan memberikan kuasa kepada Mitra (nasabah) untuk membayar kepada
pihak ketiga. Sehingga antara BMT dan pihak ketiga tidak terjadi transaksi
apapun. Dalam proses membayar, Mitra dapat menyicil dengan cara harian,
mingguan atau bulanan yang sesuai dengan kemampuan Mitra. Dari produk
atas jasa yang diberikan dengan kesepakatan diawal dan dinyatakan dalam
dikenakan pada BMT lebih besar dibandingkan pada bank syariah karena
bahwa akad yang dapat digunakan adalah akad ijarah atau kafalah. Dalam
wakalah tidak tepat karena objek pada akad ijarah di sini adalah sewa jasa
seperti yang sudah dijelaskan di atas. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan
fikih muamalah dan juga fatwa DSN tentang pembiayaan ijarah. Dalam hal
ini akad yang digunakan hanya untuk menghalalkan yang haram dan
B. Saran
saran, yaitu:
qardh, yaitu transaksi pinjaman murni berupa uang tunai atau alat tukar
lainnya dari pemilik dana (dalam hal ini LKS) dan peminjam hanya
berkewajiban mengembalikan pokok utangnya saja pada waktu tertentu di
masa datang. Pemberi pinjaman juga dibolehkan untuk membebani biaya jasa
pengadaan pinjaman namun biaya ini bukan merupakan keuntungan bagi LKS
melainkan hanya sebagai biaya aktual yang dikeluarkan seperti biaya sewa
gedung, biaya gaji karyawan dan peralatan kantor dan biaya ini tidak boleh
2. BMT al-Munawwarah lebih meningkatkan dana sosial agar Mitra yang tidak
dipungut imbalan apapun. Sehingga tidak hanya nasabah yang mampu saja
yang dapat menikmati produk ini. Hal ini dapat menciptakan keadilan bagi
BMT dalam memenuhi kebutuhan Mitra (nasabah) atas suatu jasa dapat
menggunakan akad kafalah yaitu penanggung (dalam hal ini BMT) memenuhi
keuangan syariah selain bank. Dalam membuat pedoman harus juga melihat
kemampuan semua LKS. Hal ini agar semua LKS baik bank maupun non
pembiayaan multijasa karena hal ini tidak sesuai dengan fikih muamalat.
memperkenalkan pada semua pihak, baik LKS maupun masyarakat luas agar
Buku-buku
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, cet.I. Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.
Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori akad dalam Fikih
Muamalat, ed.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah, ed.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2008.
Dewi, Gemala, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet.II, ed.I. Jakarta:
Kencana, 2006.
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), cet.II,
ed.I. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2004.
Isa bin Saurah, Abu Isa Muhammad. Sunan al-Tirmidzi. Bairut: Darul Fikr, 1994.
. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ed.III. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007.
Lathif, Ah. Azharudin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai, ed.revisi. Jakarta:
LP3ES, 1989.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam Kedudukan Harta, Hak
Milik, Jual Beli, Bunga Bank dan Riba, Musyarakah, Ijarah, Mudayanah,
Koperasi, Asuransi, Etika Bisnis dan Lain-lain, ed.III. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007.
Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Himpunan Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional MUI, ed.revisi. Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006.
Internet
Anshori, Isa. “Kafalah, Jaminan dalam Konsep Fikih dan Aplikasinya dalam
Perbankan Syariah”. Artikel diakses pada 4 September 2008 dari
www.fai.uhamka.ac.id
ISM. “BNI Syariah Luncurkan Multijasa iB”. Artikel diakses pada 4 September 2008
dari www.niriah.com
Wawancara
Hajar, Siti. “BMT al-Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (studi kasus
BMT al-Munawwarah Pamulang).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005.
Isnaini, Desi. “Aplikasi Produk Gadai di Perbankan Syariah (Studi Tentang Akad
Rahn dan Ijarah Pada Bank Syariah Mandiri).” Tesis S2 Fakultas Studi
Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
Sari Juniati, Puspita. “Konsep dan Aplikasi Ijarah dan IMBT (studi kasus di BPRS
Harta Insan Karimah, Ciledug).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.
Zahruddien. “Aplikasi Konsep Ijarah Terhadap Jasa Pelayanan pada Koperasi Maju
Bersama Kec. Bekasi Selatan Kab. Bekasi.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007.
BERITA WAWANCARA
1. Apa itu produk pembiayaan ijaroh multijasa dan diperuntukan untuk kebutuhan
apa?
kebutuhan akan manfaat akan suatu jasa. Produk ini diperuntukan bagi Mitra
yang terkendala dalam membayar biaya pendidikan, biaya sewa tempat usaha
atau tinggal atau biaya pengobatan karena keterbatasan dana jika dibayarkan
sekaligus.
manfaat akan suatu jasa. Seringnya Mitra yang datang meminta pembiayaan
untuk biaya pendidikan maupun biaya lainnya yang berupa jasa. Oleh sebab itu
BMT al-Munawwarah mengeluarkan produk pembiayaan ini disamping telah
Sampai saat ini jumlah Mitra pembiayaan multijasa adalah sebanyak 78 orang
dengan jumlah rekeningnya 107. Hal ini karena ada sebagian Mitra yang
Sama saja dengan menganalisis pembiayaan yang lain, yang berbeda hanya
pada saat realisasi BMT meminta kwitansi bukti pembayaran Mitra kepada
dibutuhkan Mitra dan memberikan kuasa kepada Mitra untuk membayar kepada
pihak ketiga yang dalam hal ini adalah lembaga yang diajukan Mitra. Setelah itu
maka Mitra harus menyerahkan kwitansi atau bukti pembayaran tersebut kepada
BMT karena itulah pegangan bagi BMT. Dalam hal ini akad yang digunakan
adalah akad wakalah dan akad ijarah, yaitu Mitra mewakili BMT untuk
tersebut BMT menerima ujrah atau upah dari Mitra. Penggunaan akad wakalah
ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia dimiliki oleh BMT,
kurangnya jaringan kerja sama dengan pihak lain tidak seperti halnya dengan
Bank yang sudah dikenal luas di kalangan masyarakat sehingga untuk
peluncurannya?
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dilihat dari jumlah Mitra yang
semakin bertambah.
BMT dari ujrah atau upah yang dihasilkan. Tiap tahun jumlah ujrah yang
BERITA WAWANCARA
ijarah?
akad wakalah sangat tidak tepat. Karena obyek yang diwakilkan bertolak
belakang dengan kedaaan riil yang terjadi. Jika BMT mewakilkan kepada
nasabah, berarti BMT itu yang ingin kuliah. Jika akad wakalah ingin digunakan
biaya kuliah sejumlah tententu, Oleh karena BMT berjasa menyelesaikan biaya
kuliah nasabah, maka nasabah diminta untuk membayar fee atas jasa yang
multijasa?
dalam penggunaan akad wakalah tidak tepat. Dalam akad wakalah, objek apa
Hanya saja akad ijarah ini rawan kepada praktik riba, karena bentuk
untuk jasa dananya berasal dari zakat, infaq sedeqah atau waqaf yang
untuk mencari keuntungan. Adanya pembebanan ujrah (fee) dalam transaksi itu,
ideal di masa depan untuk pembiayaan multijasa ialah akad qardh yang sumber
Namun jika dana ZISWAF yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan nasabah,
tambahan imbalan yang diberikan kepada BMT karena BMT telah berjasa
menyelesaikan kewajibannya.