Anda di halaman 1dari 91

~lf l1 Z--/111b/ /s:

AURA T DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB


DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI

Ma'rifa Muhaimin
NIM:l03043127961

IPER:sr•:AAN urn,,;-)
----.'
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
AURATDALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB
DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Saijana Hukum Islam (SHI)

t<_'\A '\t ·_:-~ l::' iil\,


() -! /\

Oleh
Ma'rifa Muhaimin
Nim:! 03043127961

Di Bawah Bimbingan

Pembimbin II

Dr. H. Ahm d Mukri AjL MA. Hj. Ummu Hanah Yusuf. MA


NIP. 150.220.544 NIP.150.277.548

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH


JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF I-IIDA YATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi be1judul AURAT DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB DAN


RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi
Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH).

Jakarta, 30 Mei 2008


Mengesahkan,

ari'ah dan Hukum

Pro .Dr.H.

PANITIA UJIAN

Ketua : Dr.H.Ahmad Mukri Adji, MA


NIP. 150 220 159

Sekretaris : H. Muhammad Taufiki, M.Ag


NIP. 150 290 159

Pernbirnbing I : Dr.H.Ahmacl Mukri Adji. MA


NIP. 150 220 159

Pembimbing II : Hj. Ummu Hanah Yusuf, MA.


NIP .150 277 548

Penguji I : Prof.Dr.H.Hasanudclin. AF.MA


NIP. 150 150 917

Penguji II : Fuad Thohari, M.Ag


NIP.150 299 934
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

hidayah, taufik, dan Inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT

kepada Nabi dan Rasul-Nya Muhammad SAW beserta Sahabat keluarganya dan

para pengikutnya hingga akhir zaman.

Proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

2. Ketua Progran Studi Perbandingan Mazhab Dan Hukmn Fakultas Syari'ah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Ahmad Mukri

Aji, MA yang juga sebagai pembimbing I, terimakasih atas waktunya ditengah

kesibukan Bapak dalam memberikan bimbingan dan saran bagi penulis. Dan

sekretaris Progran Studi Perbandingan Mazhab Hukum, Bapak Muhammad

Taufiki, M.Ag.

3. Ibu Hj. Ummu Hanah Yusuf, MA. sebagai pembimbing II, yang dengan penuh

keikhlasan dan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis.

"
4. Orang Tua tercinta, kakak-kakak dan adik, yang senantiasa mendoakan

penulis dan memberikan motifasi, baik moril maupun materil sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi serta menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Abi clan Umi, yang selalu memberikan bimbingan serta motifasi yang sangat

bermanfaat.

6. Teman-teman PMF angkatan 2003 yang ticlak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Akhirnya kepacla Allah SWT jualah penulis serahkan, agar semua

bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak tersebut diberikan-Nya pahala yang

berlipat ganda. Amin.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada

pembaca, meski skripsi ini tidak lepas dari kekurangannya.

Jakarta, 14 April 2008 M


07 Rabi'ul Tsani 1429 H

Penulis
DAFTARISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFT AR ISi... ... .. . ... ... ... ... .. . ... .. . ... .. . ... .. . ... ... ... ... ... ... ... .. . .. . . .. .. ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 9

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ............................................ 10

D. Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan ............................... 10

E. Studi Pustaka .............................................................................. 11

F. Sistematilrn Penulisan................................................................. 12

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG AURAT .................................... 13

A. Pengertian Aurat ....................................................................... 13

B. Batas Aurnt Perempuan Dan Laki-Laki .................................. 15

C. Hukum Menutup Aurat ............................................................. 30

D. Hikmah Dan Nilai Filisofis Menutup Aurat............................. 34

BAB III: BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI PENUTUP AURAT ............ .

DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI ......................... 42

IV
A. Pengertian Busana Muslimah.................................................... 42

B. Kriteria Busana Muslimah Sebagai Penutup Aurat .............. .

Dan Hikmahnya Sebagai ........................................................... .

Penanggulangan Pornoaksi........................................................ 48

C. Penyebab Dan Bahayanya Pornoaksi ....................................... 57

D. Pandangan Ulama Mazhab Kaitannya Dengan ...................... .

Penampakan Aurat..................................................................... 69 ~

E. Analisis Penulis Tentang Hukum Pornoaksi Sebagai .............

Penampakan Aurat..................................................................... 77

BAB IV : PENUTUP ........................................................................................ 81

A. Kesimpulan.................................................................................. 81

B. Saran-Saran................................................................................. 82

DAFT AR PUSTKA.... .. ..................................................................................... 84

v
'fi

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nabi Muhammad SAW. pada awalnya membangun lradisi-lradisi unluk

membentuk identilas muslim yang lainnya. Di anlaranya adalah cara berpakaian.

Pakaian merupakan kebuluhan pokok bagi setiap manusia di samping makan dan

lempal tinggal. Pakaian merupakan penutup yang dapat menyembunyikan hal-hal

yang dapal membual seseorang malu (aural) bila dilihal orang lain. Inilah fungsi dasar

mengapa manusia mengenakan pakaian, dimana pada hakekatnya menulup aurat

adalah filrah manusia yang diaklualisasikan saal ia memiliki kesadaran. Kesadaran

naluriah menulup aurat adalah salah salu ciri khas manusia yang membedakannya

dari makhluk Tuhan lainnya, seperli hewan. 1

Dalam hal ini, persoalan aural lernyala sudah dibicarakan ketika manusia

belum menapak di dunia ini. Hal ini menunjukkan bahwa menulup aural adalah faklor

yang sangat penling dalam keselamalan perjalanan manusia dalam upayanya

menjumpai sang khalik. Di sinilah pentingnya busana sebagai penulup aurat. 2

Salah satu aturan yang ada dalam ajaran Islam adalah perintah unluk

menulup aural, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam upaya menulup aural

1
Siti Muri'ah, "Wanita Karir Dalam Bi11gkai Islam", (Bandung: ANGKASA, t.th), h
111.
2
1-Iuzaemah T. Yanggo. Fiqh Peren1p1111n Ko11te111porer, (Jakarta: al-Mawardi Prima,
200 I), Cet. Pertarna,h.16.
2

tersebut ada batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan atas dasar syari'at. Bagi

setiap orang pemakaian busana lebih ditentukan oleh faktor estetika berpakaian yang

erat kaitannya dengan model dan corak penampilan suatu busana.

Perempuan bebas dalam memilih aktivitasnya dan menentukan masa

depannya, begitu juga pakaiannya dengan tetap menjaga tolak ukur Islami. Akan

tetapi perempuan telah mendapatkan kebebasannya dalam pakaian yang diserukan

oleh Islam.

Disyariatkannya berpakaian bagi perempuan di dalam Islam adalah untuk

mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan

sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakannya dari perempuan non muslimah

dan muslimah, sebagai penghormatan bagi perempuan muslimat tersebut. 3

Selain sebagai penutup aural, pakaian juga berguna sebagai pelindung

untuk menjaga kesehatan tubuh. Iajuga berfungsi sebagai perhiasan. Pakaian sebagai

perhiasan adalah pakaian yang membuat pemakainya memiliki warna keindahan.

Namun yang tidak kalah pentingnya adalah pribadi yang terlindungi dari mata yang

jalalatan. Oleh karena itu, al-Qur'an mewasiatkan dengan pakaian takwa dan

mengingatkan, takwa merupakan pakaian yang paling mulia dan suci. 4 Dalam ha! ini,

sebagaimana dijelaskan dalam surah al-'A'rafayat 26:

3
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasmz Wanita, (Jakarta :Gema lnsani Press, 1997), Cet
I. h.27.
4
Siti Muri'ah, op.cit., h 112.
3

Artinya :"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu


pakaian untuk menutup auratmu clan pakaian indah untuk perhiasan.
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
se/alu ingat". (Q.S. al-'Araaf/7: 26).

Menurut aJaran Islam, tubuh manusia merupakan amanah Allah bagi

pemilik tubuh yang bersangkutan yang wajib dipelihara dan dijaga dari segala

perbuatan tercela, perbuatan yang merugikan diri pemilik tubuh itu sendiri, maupun

masyarakat. Di samping itu, pakaian juga dapat menjaga keselamatan hidup clan

kehidupannya, serta memelihara kehormatannya, baik di dunia maupun di akhirat

kelak. 5

Sejarah telah membuktikan bahwa kehidupan manusia dari masa ke masa

telah meninggalkan kebudayaan yang dapat dibanggakan. Ilmu pengetahuan

mendapatkan perhatian seiring dengan majunya teknologi modern seperti sekarang

ini. Dengan adanya kemajuan teknologi clan derasnya arus informasi, memungkinkan

globalisasi tersebut berdampak langsung dan berpengaruh pada individu dengan

sangat mudah, salah satunya adalah tata berpakaian.

5Neng Djubaidah, "Pornografi 1la11 Por11oaksi Ditinjau Dari Hukun1 lsla111", (Jakarta:
PRENADA MEDIA, 2003), Cet I, h. 86.
4

Mengenai permasalahan tentang aurat, busana muslimah dan pornoaksi

merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Pornoaksi serta hal-hal lain dan

yang sejenisnya, akhir-akhir ini semakin merebak dengan bebas dan tersiar luas di

tengah-tengah masyarakat, baik melalui media cetak, elektronik, media komunikasi

modern, maupun dalam bentuk perbuatan nyata.

Pornoaksi selalu dikaitkan dengan gerakan tubuh yang erotis dan sensual

untuk membangkitkan nafsu birahi baik bagi lawan jenis maupun sejenis. Dimana

gerakan-gerakan tubuh atau goyangan yang erotis dan sensual bagi para penyanyi

atau penari yang telah jauh dari norma kesopanan apalagi jika dinilai dari sudut

Islam. Hal ini yang selalu ditayangkan melalui televisi dengan adanya menu-menu

acara seperti joged, digoda (di go yang dangdut), dangdut ria dan lain-lain, secara kasat

mata telah mempertotonkan erotisme. Para penyanyi dan penari menggunakan busana

yang sangat ketat, sehingga dapat menampakkan bentuk-bentuk tubulmya.

Menggunakan celana pendek dan baju yang hanya menutupi buah dada dan

memperlihatkan aural yang seharusnya ditutupi. Dalam hal ini, pada masa sekarang

telah banyak bermunculan model-model pakaian yang menjadi trend sehingga dapat

menampakan atau memperlihatkan aurat dan bentuk tubuhnya, dan hal ini sudah

dianggap biasa oleh masyarakat.

Dalam kenyataannya pornoaksi telah menimbulkan berbagai dampak

negatif bagi umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya, terutama

generasi muda, baik terhadap perilaku, moral (akhlak), maupun terhadap sendi-sendi

serta tatanan keluarga dan masyarakat beradab, dimana sering terjadinya


5

perselingkuhan dan kelahiran anak diluar nikah dan sebagainya. Dan adapun orang-

orang yang menjadi korbannya tidak hanya perempuan dewasa, tetapi banyak korban

yang masih anak-anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Para pelakunya

pun tidak hanya orang-orang yang tidak dikenal, atau orang yang tidak mempunyai

hubungan kekeluargaan dengan korban, diantaranya pelaku yang masih mempunyai

hubungan darah, hubungan kerja, hubungan tetangga dan sebagainya. Bahkan, para

korban akibat pornoaksi dan yang lainnya, tidak hanya orang yang masih hidup,

orang yang sudah meninggal pun dijadikan korban perkosaan, sebagai tempat

pelampiasan hawa nafsu birahi yang ditimbulkan oleh adegan-adegan porno yang

ditontonnya melalui film-film, VCD-VCD, tayangan-tayangan dan lain-lain. 6

Bila hal tersebut terus menerus betjalan dan berkembang, maka akan

berakibat pada kehancuran bangsa. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan upaya

penghentiannya melalui tindakan kongkrit, antara lain: dengan penetapan peraturan

perundang-undangan yang memuat ancaman hukuman yang tegas dan berat.

Dalam hukum Islam, perbuatan-perbuatan tersebut telah dilarang secara

tegas, karena jelas kemudharatannya. Namun yang perlu dikemukakan disini adalah,

sampai saat ini masih ada yang beranggapan bahwa, tubuh bagi setiap orang adalah

hak mutlak pribadi masing-masing individu, sehingga mereka bebas untuk

memperlakukan tubuhnya masing-masing, termasuk memperlakukan tubuhnya untuk

melakukan perbuatan pornoaksi. Apabila ada orang lain yang merasa terganggu atau

terangsang hasrat seksualnya sebagai akibat dari melihat, mendengar atau

6
/bitl, h.l-2.
6

menyentuhnya, menurut mereka adalah justru hal itu disebabkan orang yang melihat,

mendengar atau menyentuhnya tersebut telah rusak moralnya serta kotor pikirannya.

Menurut mereka hukum publik tidak berhak untuk mengatur perilaku seseorang

terhadap sikap, perbuatan atau perlakuan terhadap tubuh masing-masing individu,

bukan hak hukum publik. 7 Hal tersebut dapat kita analisa dengan perkembangan

mode barn (mutakhir) yang sedemikian rupa nampak sekali berkembang terutama

pada busana perempuan, yang sama sekali bukan dari Islam, bukan pakaian Islam,

dan bukanlah jilbab {penutup).

Sudah dianggap biasa bila perempuan masa kini berpakaian terbuka dan

mencolok dandanannya. Hal ini sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh sikap hidup

dan pandangan si pemakai busana tersebut. Dengan membuat mode pada bajunya, ia

membuat sempit bagian tengahnya atau memotongnya menjadi pendek dan

menghubungkan dengan sebagian kain yang lain, seperti halnya hiasan untuk

kepalanya. Semua itu bertentangan dengan pakaian perempuan Islam. Meskipun

panjang menutupi badan tetapi dianggap sebagai perhiasan yang mengundang

perhatian. Pakaian modern memang bisa menjadi hijab akan tetapi di sana terdapat

perbedaan antara cinta kasih dan kecabulan, antara menutup aural dan telanjang.

Dalam hukum Islam telah diatur secara tegas dan jelas tentang cara

memelihara tub uh seperti yang dijelaskan dalam surah an-Nur ayat 30 dan 31 sebagai

berikut:

7
/bid
7

, , J , ,,.

c:fl ~"a ,a •J
;,,,

~~ L::

Artinya: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pandangan, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak- budak yang mereka miliki, atau pe/ayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
be/um mengerti tentang aural wanita. dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung".(Q.S. An-Nur/24 : 30-31 ).
8

Ajaran Islam merupakan petunjuk bagi manusia untuk mewujudkan

ketentraman dan kesejahteraan. Pada hakikatnya hukum Islam merupakan jaminan

untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, dan salah satu kemaslahatan itu adalah

pakaian, karena dalam hukum Islam pakaian merupakan masalah kemanusiaan,

karena terkait di dalamnya harkat dan martabat manusia. Sehingga manusia

diwaj ibkan untuk memperlakukan dan memanfaatkan tubuh agar terjaga

kehormatannya dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. 8

Dalam Islam, pemakaian busana dianjurkan tidak tipis, agar warna kulit

pemakainya tidak tampak dari luar, dan busana yang dipakai agak longgar/jangan

terlalu sempit (ketat) agar tidak menampakan tubuh. Karena dalam suatu hadits

Rasulullah mengingatkan : "Di akhir masa nanti akan ada diantara umatku wanita-

wanita yang berpakaian tetapi telanjang, di atas kepala mereka terdapat seperti punuk

unta (meninggikan rambut seperti punuk unta) karena memang mereka itu adalah

manusia-manusia terkutuk. 9

Nabi pernah memberikan baju dari kain linen yang sangat lunak kepada

Usamah bin Zaid. Setelah Nabi mengetahui bahwa Usamah telah memberikan baju

tersebut kepada istrinya, Nabi berkata: "Suruhlah istrimu memakai baju dalam yang

tebal di bawah baju linen itu, aku khawatir kalau-kalau baju tersebut dapat

menampakan bentuk tubuhnya.

8
Ali Yafie, Menggagas Fiqll Sosial tlari Li11gku11gan Hidup, Asurausi Hi11gga Uklunva!t,
(Bandung : Mizan, Nov, 1995), Cet IIJ, h. 241.
9
At-Thabrany, al-Mu'jam al-Slwgir, (Delhi al-Anshary, t.th) h. 232
9

Hal di atas, merupakan salah satu fenomena yang berkembang dimasyarakat

kita pada saat ini dan harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan

lembaga-lembaga terkait. Maka dari itu segera mengambil tindakan yang cepat, tepat

dan benar untuk menanggulangi dan mencegah dampak yang lebih negatif.

Dari uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk menulisnya melalui skripsi

yang diberi judul : "Aurat Dalam Perspektif Ulama Mazhab Dan Relevansinya

Dengan Masa Kini".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Dari latar belakang di atas, penulis akan memperjelas persoalan dan

permasalahan yang akan dibahas serta untuk membatasi bahasannya, maka penulis

hanya membahas tentang aural dalam perspektif ulama mazhab dan relevansinya

dengan masa kini.

Dalam pembatasan skripsi 1m, penulis merumuskan permasalahan adalah

sebagai berikut :

I. Apa yang dimaksud dengan aurat dan busana muslimah?

2. Bagaimana !criteria busana muslimah sebagai penutup aural dan hikmah busana

muslimah sebagai penanggulangan pornoaksi?

3. Bagaimanakah perspektif ulama mazhab dan kaitannya dengan penampakkan

aural dan busana muslimah?

4. Apa yang menyebabkan maraknya perilaku pornoaksi dan apa bahaya dari

pornoaksi tersebut ?
10

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang aurat dan busana muslimah pada masa

kini.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ulama mazhab tentang aurat dan busana

muslimah serta pornoaksi.

3. Untuk mengetahui kaitannya antara aurat, busana muslimah serta pornoaksi dan

dampak te1jadinya hal-hal yang berbau pornoaksi.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menjadikan sarana

dan mempermudah pembaca dalam memahami tentang aurat dalam perspektif

ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Metode penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan penelitian

perpustakaan sebagai tempat memperoleh data. Dengan demikian, penelitian ini

termasukjenis penelitian kepustakaan (Library Research). Data dikumpulkan dengan

cara membaca, menganalisa buku-buku figh mazhab serta kitab-kitab tafsir berfungsi

sebagai sumber primer serta di dalamnya pula ada literatur sekunder yang bersumber

dari majalah, artikel, internet dan bahan pustaka lain yang ada kaitannya dengan

masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini.


11

Adapun dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

dikeluarkan oleh UIN Jakarta Press.

E. Stu di Pustaka

Pembahasan tentang aurat, dan busana muslimah bukanlah hal yang

baru, karena sudah banyak pembahasan yang mengangkat permasalahan tersebut.

Karena hampir semua buku-buku fiqh, baik itu fiqh klasik kontemporer atau yang

lainnya membahas tentang hal tersebut, termasuk rnasalah pornoaksi.

Dalam bukunya Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau

Dari Hukum Islam membahas secara detail tentang masalah tersebut. Perrnasalahan

tentang pornoaksi sebelumnya sudah dibahas dalam karya ilimiah difakultas Syari'ah,

akan tetapi pembahasannya tidak hanya pornoaksi saja, akan tetapi membahas tentang

rnasalah pornografi dan pornoaksi ditinjau dari hukum Islam, dan ada juga yang

membahas pengaruh pornografi dan pornoaksi terhadap pergeseran norma perilaku

seksual kaum rernaja (dalarn perspektif hukum Islam dan hukurn positif di Indonesia).

Sehingga perrnasalahannya seputar permasalahan pornografi dan pornoaksi dan

pergeseran prilaku seksual kaurn remaja terhadap pornografi dan pornoaksi. Namun

pada pernbahasan kali ini penulis hanya membahas tentang pornoaksinya saja untuk

dikaitkan dengan permasalahan aural yang sangat memprihatinkan pada zaman

sekarang. Dalam karya ilmiah ini penulis berupaya menyajikan uraian mengenai

aural dalam perspektif ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini, dengan
12

menjadikan ayat-ayat al-Qur'an sebagai dalil untuk dijadikan sebagai dasar

hukurnnya serta hadis-hadis yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Agar

dapat diperoleh informasi yang jelas dalam mencakup tentang aurat dalam perspektif

ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam empat bab dengan

beberapa sub Bab secara rinci. Sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian

dan teknik penulisan, studi pustaka, serta sistematika penulisan.

Bab ll Tinjauan umum tentang aurat, yang terdiri dari Pengertian aurat, batas

aurat perempuan dan laki-laki, hukum menulup aurat serta hikmah dan

nilai filosofis menutup aural.

Bab lil Busana muslimah sebagai penulup aural dan relevansinya dengan masa

kini, yang lerdiri dari pengerlian busana muslimah, krileria busana

muslimah sebagai penulup aural dan hikmahnya sebagai

penanggulangan pornoaksi, penyebab dan bahayanya pornoaksi,

pandangan ulama mazhab kailannya dengan penampakan aural, analisis

penulis lenlang hukum pornoaksi sebagai penampakan aural.

Bab IV Penutup, yang lerdiri dari kesimpulan dan saran-saran.


--- -~------

PERPUSTi\KM. N-~·;,~M~-J--
BAB II . UIN SYl\H JAKARTA
-------
TINJAUAN UMUM TENTANG AURAT

A. Pengertian Aurat

Aurat berasal dari bahasa arab yang secara literal berarti celah,

kekurangan, sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang dipandang buruk dari

anggota tubuh manusia dan yang membuat malu bila di pandang. 1

Menurut bahasa aurat berasal dari kata ( _;.§'-) yang berarti ialah,

anggota tubuh yang tak baik diperlihatkan. 2 Sedangkan aurat menurut Ibn

Manzhur adalah berarti malu, aib dan buruk. Kata "aurat" ada yang mengatakan

berasal dari kata "Awira" (_;.§'-) aiiinya hilang perasaan, kalau dipakai untuk

mata, maka mata itu hilang cahayanya dan lenyap pandangannya. 3 Pada umumnya

kata ini memberi ai·ti yang tidak baik dipandang, memalukan dan mengecewakan.

Ada juga yang mengatakan kata "Aurat" berasal dari "Aara" (..;LI::.) artinya

menutup dan menimbun seperti menutup mata air dan menimbunnya. 4 Ada juga

yang berpendapat, kata 'Aurat' berasal dari kata "A'wara" (_;.§'-I) yakni sesuatu

yang jika dilihat akan mencemai·kan.

1
K.H. Husein Muhammad, Fiqlz Perempuan : Rejleksi Ki11i At11s Wac1111a Aga11w
D1111 Gender, (Yogyakarta : Lkis, 2001 ), h. 51.
'Mahmud Yunus, Kamus Arab bu/011esia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Dan Pentafsiran al-Qur'an, 1973), Cet I, h. 185.
3
lbn Manzhur, Lisa11 al-Arab, (al-Qahirah, Dar al-Ma'arif, t.th.,) Jilid V, h. 3164-
3167.
'Ibid, h. 3165
14

Sedangkan menurut istilah, Imam Abd. Mu'ti Muhammad al-Nawawi

dalam kitab Syarh Kasyifah al-Saja, aurat adalah sesuatu yang wajib ditutup

dalam salat dan sesuatu yang haram dilihat di luar salat. 5

Jadi aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, haram dilihat

oleh orang lain, dan wajib untulc ditutup. Menurut Taqiyuddin Abu Bakar bin

Muhammd al-Husaini ad-Dimasyqi, mengatakan bahwa yang dikatakan aurat

ialah sesuatu yang wajib ditutup di dalam salat. Sedangkan Wahbah az-Zuhaili,

ahli fikih dan ushul fikih kontemporer menyebutkan yang dikatakan aurat ialah

sesuatu yang wajib ditutup dan haram dilihat.

Dari definisi-definisi di atas terlihat 3 hal yaitu :

I. Aurat merupakan bagian dari tubuh manusia

2. Amat haram di lihat orang lain dan orang yang melihatnya berdosa.

3. Aurat wajib ditutup. Orang yang membuka aurat berdosa.

Adapun dalil mengenai wajibnya menutup aural adalah : Firman Allah

SWT.

.(\"\: ~t/_»JI) ···~~':11


Artinya: "Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. dan lzendaklalz mereka menutupkan
kain kudung kedadanya".(an-Nur/24 :31).
J ' ) ,) ,}) .. , ) ,,. )

~':I t1,, i,;~


/ ,,.
l'J \!PG ~ ~ f,, ~,,.
,~,,. ~fJ,,. \J~ ~ ..f
.,. ,,.
~

. (f\ : v/...:,1yv'}1 }.~~\

5
Abi Abd. Mu'ti, Syarll Kasyifall 11/-Saja, (Magelang: Cahaya Magelang, t.th)., h.50.
15

Artinya:"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indalz di setiap (memasuki)


mesjid, makan dan minumlah, dan janga11lah berlebi!z-lebihan.
Sesunggulmya Allah tidak me11yukai orang-orang yang berlebih-
lebihan". (Q.S. al-Al-A'raf/7: 31).

Dan hadis Nabi :

-'1 _,, I ,, ,,. ;.,, ,; ~ ,.. ,,, )'1 ,,.

..'.Ill~ ..'.Ill ~J ifa .'-!-::.:;~LI.I~ ~Cl ~I~ ..'.Ill~~~ :J-


,,. ,,. "' ... ;. ;.. / /

,,. ,. .I -;, ,. ,,.. ,,. ~,,. ,,. ... 0 -;. ,. ,,. ,,. ,,

1;;.:. '.II ~ Jj ~I~~ ~I~ I~) i\):ll ~)~Cl~ Jl:;J ~J ~


,,. ,,. ,. ,,. ,,. ,,.

6 (~.JI~ ~-1 ;IJJ) .~


,.
~
,,.,,
J),,. JD.IJ \;;_:.J
Artinya: "Dari 'Aisyah ra, Asma binti Abu Bakar pema/z bertemu Rasu/ul/ah
SAW, dengan memakai pakaia11 tipis. Maka Rasu/ulah SAW be1pali11g
darinya, dan bersabda : Hai Asma, sesunggulmya jika seorang
perempuan yang telah haid tidak dibe11arka11 untuk diperlihatkan
darinya, kecuali i11i dan illi. Seraya Rasu/ullah 111e11gisyaratka11 pada
muka dan kedua telapak ta11gannya". (H.R. Abu Daud).

Hadis ini menerangkan sesungguhnya perempuan ketika sudah haid

tidak baik baginya untuk dilihat kecuali wajah dan dua telapak tangannya.

B. Batas Aurat Perempuan Dan Laki-Laki

Setelah dipaparkan pengertian aurat di atas, maka perlu diketahui pula

bahwa aurat perempuan dan laki-laki itu berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan

tubuh antara perempuan dan laki-laki itu sendiri. Sungguh Allah telah

memberikan kepada badan wanita kekhususan. Kekhususan yang membedakan-

nya dari lelaki dan meletakkan pada setiap tempat dari badannya godaan yang

khas. Sementara wanita dalam melihat pria tidak dengan perhatian yang detail.

Yakni bagian badan pria tidak membangkitkan gairah wanita secara khusus. Dan

6
Abu Daud, Suna11 Abu Da111/, (Beirut :Dar al-Din Li al-Turats, l 981 ), h.20-21
16

7
jika te1jadi sesuatu dari yang demikian itu, maka pengaruhnya pun lemah.

Artinya ketika tubuh perempuan terbuka auratnya, maka dampaknya lebih besar

ketimbang laki-laki, ha! ini dikarenakan tubuh wanita mempunyai kharisma yang

khusus.

Mengenai batas anggota tubuh yang dianggap aurat yang

membedakan antara perempuan dan laki-laki. Untuk aurat laki-laki secara urnum

mayoritas ulama berpendapat bahwa laki-laki semestinya menutup bagian anggota

tubuh antara pusat dan kedua lutut kaki. Untuk aurat perempuan ulama figh juga

berbeda pendapat tetapi secara umum perempuan lebih tetiutup dari laki-laki.

1. Batas aurat perempuan

Ulama sepakat bahwa aural perempuan adalah seluruh anggota

tubulmya kecuali muka dan dua telapak tangan. Dan batasan aurat perempuan

itu berbeda-beda, perbedaannya tergantung kepada siapa perempuan itu

berhadapan.

a. Batas aurat perempuan merdeka

Ada beberapa pendapat yang dinyatakan oleh ulama figh. Dalam

mazhab Syafi'i seperti dikatakan oleh an-Nawawi dan al-Khathib asy-

Syirbini, aurat perempuan merdeka adalah seluruh tubuh kecuali muka

dan kedua telapak tangan (bagian atas/luar dan bawal1idalam) sampai

pergelangan tangan. Al-Muzani menambahkan kedua telapak kaki juga

tidak termasuk aurat yang wajib ditutup.

7
Abu Syuqqah Busa11a Dau Per/liasa11 Wanita Menurut Al-Qur'a11 Dt111 Hadis,
1

(Bandung: Mizan, Agustus ! 995), Cet.l, h, 21.


17

Imam al-Marghinani dari mazhab Hanafi mengatakan bahwa aurat

perempuan merdeka adalah seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua

telapak tangan. Akan tetapi pendapat yang paling kuat (ashah) dalam mazhab

adalah bahwa kedua telapak kaki juga tidak termasuk aurat yang wajib ditutup.

Dalam mazhab Maliki juga ada dua pendapat yaitu pendapat yang

mengatakan muka dan telapak tangan perempuan merdeka bukan aurat dan

pendapat yang menambahkan kedua telapak kaki yang termasuk bukan aural.

Akan tetapi, Imam Muhammad bin Abdullah al-Maghribi mengatalcan bahwa

kalau perempuan merasa khawatir terjadi fitnah, ia harus menutup muka dan

kedua telapak tangannya. 8

Sementara dalam mazhab Hanbali aurat perempuan merdeka adalah

seluruh anggota tubuh tanpa kecuali, hanya untuk salat dan beberapa keperluan

tertentu diperbolehkan membuka muka dai1 telapak tangannya, tetapi sebagian

ulama Hai1bali tetap mewajibkan menutup seluruh anggota tubuh termasuk di

dalain salat.

Asy-Syaukani dalam Nail al-Authar menyimpulkan perbedaan ulaina

mengenai batas aurat perempuan merdeka, ada yang mengatakan seluruh

tubuhnya adalah aurat kecuali muka dai1 kedua telapak tangan. Ini dikatakan oleh

al-Qasim dalam satu dari dua pendapatnya, asy-Syafi'i dalain salah satu dari

beberapa pendapatnya, Abu Hanifah dari satu di antara dua riwayat darinya dan

Malik. Ada yang mengatakan (auratnya adalal1 seluruh tubuhnya kecuali muka,

kedua telapak tangan) dan kedua telapak kaki sainpai tempat gelang kaki. Ini

'Muhammad Abdullah al-Maghribi, Mawallib al-Ja/i/, (Beirut : Dar al-Fikr, 193 8 H),
Juz l, h. 499.
RfJlJ~;; · t\,,,·,/._J\\; ii ,rt\" l·\
CHi'\1 s {\.,,~.,,o }. '.\(<,.~r:;·-;.',;~./ · 1s
----·-. ·-- ---·----. -·-·--~--- --·-· - ----·-···-.--- ----" - --- j
dikatakan oleh al-Qasim dalam (perkataannya Abu Hanifah dalam satu riwayat,

ats-Tsauri dari Abu al-Abbas). Ada yang mengatalcan bahwa auratnya adalah

seluruh tubuhnya kecuali muka. Ini dikatalcan oleh Ahmad bin Hanbal dan

Dawud. Ada yang mengatalcan bal1wa seluruh anggota tubuhnya adalah aurat

tanpa kecuali. Ini dikatalcan oleh sebagian murid asy-Syafi'i dan diriwayatkan

juga dari Ahmad. 9

Semua pendapat ulama mengenai batas aurat perempuan merujuk pada

surah an-Nur ayat 31.

Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka


menaha11 pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakan perhiasmmya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. dan !ze11daklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya".(an-Nur/24 :31).

Disamping itu terdapat alasan lain yang menunjukkan bahwasanya

seluruh tubuh wanita adalal1 aurat kecuali muka dan dua telapak tangan karena

sabda Rasulullah SAW kepada Asma' binti Abu Bakar :

.)\ ,,, I ,,, ,,, 1 ,,, ~ ,; ,,, .)\ ,,,

.:UI J.o .'.Ill~::,


,,, ,,,
c.fo ~~ ~ l/.I ~~Cl
,,,
~
~I~ .'.Ill~::,
,; ,,,
~L"-;f
,,,
,,, ,,, :. ,,, ,,, ,,, ,,,, ,,, :. ' :. ,,, ,,, ,,, ,,,
I~ '11,,, I;.,,, ,j.J. ~\ ~ ~ ~I d!
,,,
\~),,, i~I ~),,, ~Cl~ J\;J (.G.J ,,,~

9
Asy-Syaukani, Nail al-A11thar, (Mesir: Halaby, t.th), Jilid II, h.55
10
Abu Daud, Sunan Abu Daud, toe.cit.
19

Artinya: "Dari 'Aisyalt ra, Asma binti Abu Bakar pernalt berte11111 Rasulu!lalt
SAW, dengan memakai pakaian tipis. Maka Rasululalt SAW berpaling
darinya, dan bersabda : Hai Asma, sesunggulmya jika seorang
perempuan yang telalt ltaid tidak dibenarkan untuk diperliltatkan
darinya, kecuali ini dan ini. Seraya Rasulullalt mengisyaratkan pada
muka dan kedua telapak tangannya". (H.R. Abu Daud). 10

Dali! inilah yang menunjukkan dengan jelas bahwasanya seluruh tubuh

perempuan itu adalah aurat, kecuali muka dan dua telapak tangannya. Maka

diwajibkan untuk menutup auratnya, yaitu menutupi seluruh tubuhnya kecuali

muka dan telapak tangannya.

Demikian pula dalam hadis lain, yang menerangkan perhiasan zhahir

(yang boleh diperlihatkan) itu adalah wajah (termasuk celak mata) dan telapak

tangan hingga pergelangan (berikut cincin dijari dan henna pada kuku), clan

pakaian. 11

Menurut keterangan Ibnu Umar, 'Ata, Ikrimah, Abusysyatsa, Ibrahim

dan Nakha'i clalam riwayat Ibnu Katsir, perhiasan zhahir itu ialah "mukanya dan

dua telapaknya serta cincin". Riwayat lbnu Katsir yang lain menyatakan : "muka

clan telapak tangan" . 12

b. Aurat Perempuan Berhaclapan Dengan Mahramnya

Dalam ha! ini ulama mazhab berbeda pendapat tentang anggota baclan

perempuan yang wajib ditutupi dari pandangan mahramnya yang laki-laki selain

suaminya dan dari yang sejenis (perempuan) yang muslimah. 13

0
' Abu Daud, S1111a11 Abu Dal/{{, foe.cit.
11
lbnu Katsir, Tafsir af-Q11r'a11i al-Azhim, (Mesir:Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah,
t.th), Jilid III, h. 335.
12
/bit/
13
Muhammad Jawad al-Mughniyah, al-Fiqh 'Ala a/-Mat/zaf1ib al-Kfuunsah, (Beirut:
Dar al-Jawad, t.th), h. 81.
20

Syafi'i berpendapal bahwa aural perempuan berhadapan dengan

mahramnya adalah anlara pusal dan lulul, sama dengan aural lald-laki alau aural

perempuan berhadapan dengan perempuan. Dan mazhab ini membolehkan

melihal selain anlara pusal dan lulu!. Karena mazhab lebih bersikap moderal,

dimana perempuan mahram yang sudah balig bagian aural yang boleh dilihal

darinya adalah anlara pnsal dan lulul dengan calalan saal melihalnya lidak

diserlai syahwat. Memm1l mereka bahagian lersebul lidak lermasuk aural, maka

dengan demikian laki-laki berslalus mahram lerhadap perempuan mahramnya

boleh melihal bahagian lersebut. 14

Menurul ulama Malikiyah, aural perempuan lerhadap mahramnya

ialah seluruh lubuhnya selain wajah dan ujung-ujung badan, yailu kepala, leher,

dua langan dan kaki. Sedangkan menurul ulama Hanabi/alz, auralnya lerhaclap

mahramnya ialah seluruh baclan selain wajah, leher, kepala, lulul, kedua langan,

lumil clan belis. 15 Bahagian-bahagian ilu adalah bahagian yang pada umumnya

lerlihal clan lerbuka. Selain bahagian yang umumnya biasa lerbuka berarti liclak

boleh clilihal seperli dada, punggung clan anlara keduanya. 16

Yusuf al-Qaradhawi berpendapal bahwa dihadapan mahram, seorang

perempuan boleh menampakkan lempal perhiasan balinnya seperti lelinga, leher,

rambul, kedua langan, lumil dan belis. Adapun selain itu seperti punggung, perul,

14
Ahmad Sudirman Abbas, Penga11/1tr Pemika/w11 : Analisa Perba11di11g1111 A11tar
11'/azltab, (Jakarta: PT.Prima Heza Lestari, 2006). Cetakan I, h. 79.
15
Abdurrahman Al-Juziry, al-Fiqlt al-Mazaltib11/ Arba'alt, (Beirut : Dar al-Fikr:
1990), h. l 92.
16
Ahmad Sudinnan Abbas, op.cit., h.77.
21

dada dan paha tidak diperbolehkan untuk dilihat karena bertentangan dengan
. 11
aturan lcesus1 1aan secara umum.

Adapun yang dimaksud dengan mahram, adalah :

1. Suami

2. Ayah

3. Ayah suami (mertua)

4. Putranya yang laki-laki

5. Putra suami

6. Saudara

7. Putra dari saudara

8. Putra dari saudari

9. Perempuan

10. Budaknya

11. Laid-laid yang menyertainya, tapi laki-laki itu tidak mempunyai keinginan

lagi kepada perempuan.

12. Anak kecil yang belum mengetahui tentang aural perempuan

13. Paman (saudara ayah)

14. Paman (saudara ibu). 18

Masalah mahram di atas sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

surah an-Nur ayat 31 sebagai berikut :

"Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal >VIII Haram, (Daar : al-Baidla, Daar al-Ma'rifah,


1985), Cetakan ke I, h. I 54.
18
Huzaemah T. Yanggo. Fiqfl Peremp1w11 Ko11temporer, (Jakarta: al-Mawardi
Prima, 2001), Cet. Pertama,h. 20.
22

Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang berinum: "Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perlziasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perltiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terltadap wanita)
atau anak-anak yang be/11111 mengerti tentang aural wanita. Dan
jmzganlalt mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Al/alt, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntzmg".(an-
Nur/24:31 ).

Dari beberapa pendapat ulama fiqh di alas dapat disimpulkan bahwa

aural perempuan adalah selurnh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.

Sedangkan bagi laki-laki bila berada dihadapan kerabat-kerabat mahramnya atau

perempuan muslimah yang lain auratnya adalah antara pusat dan lutut.

c. Batas Aural Perempuan Bila Berhadapan Dengan Orang Bukan Mahramnya

Ulama telah sepakat bahwa menutup seluruh tubuh perempuan adalah

wajib. 19 Tentang aural perempuan saat berhadapan dengan laki-laki bukan

19
lbnu Rusyd, Bidaya/z al-Mujtalzid, (Dar: al-Kutub al-lslamiyah, t.th), Juz I. h.82
24

'Atha, Mujahid al-Hasan mereka mengatakan bahwa wajah dan kedua telapak

tangan bukan aurat.

2. Sedangkan menurut Hanafiyah, Ats-Tsauri dan al-Muzaini dan Syi'ah

Imamiyah menurut riwayat yang shahih mengatakan bahwa wajah, kedua

lelapak tangan dan kedua telapak kaki tidak termasuk aurat.

3. Hanya wajah saja yang tidak lermasuk aurat. Ini pendapat dari Imam Ahmad

dalam salah satu riwayat dan pendapat Daud azh-Zhahiri serta sebagian Syi'ah

Zai.d.iyaIJ. 20

Adapun yang perlu diperhatikan dalam masa!ah aural ini bagi

perempuan, ia hai·us menjaga diri agar jangan sampai memperlihalkan auratnya

kepada siapapun yang tidak berhak melihalnya. Hal ini dimaksudkan agar lidak

limbul fitnah bagi dirinya se1ta laki-laki yang memandangnya. Karena itu, di

tempal-lempal di mana laki-laki dan perempuan berkumpul, Islam memerintah-

kan kepada kedunya untuk menjaga pandangan. Seperti dijelaskai1 dalam surah

an-Nur ayat 30:

Arlinya:"Katakanlalt kepada orang laki-laki yang beriman: "Hemlaklalt


mereka menalzan pandangan, dan memeliltara kemaluannya; yang
demikian itu adalalt lebilz Suci bagi mereka, Sesunggulmya Al/alt
Malta mengetaltui apa yang mereka perbuat".(an-Nur/24:30).

d. Aural Perempuan Dalam Sala!

Dari 'Aisyah ra. Bahwa Nabi SAW, bersabda :

0
' Ibid, h. 138 dan Asy-Syaukani, op.cit., h. 68.
25

.-. ..: J\ > 0 ,,.

. (L>:i...;ir, ~~ Ct.i. ~}-1) •.)\:.;,,. ':/) Jolb- i~ .'.Ill~':/


.
,,. ,,. ,,. '//} ,, ,, ,, 1' ,..

Artinya: "Allah tidak menerima salat seorang wanita haid kecuali dengan
memakai khimar (tutup kepala) ". (I-LR. Ibnu Maj ah dan Tirmidzi).

Kata-kata "haa'idh" dalam Hadis di atas diaitikan telah dewasa atau

telah mencapai umur !mid. Menanggapi Hadis di atas, Asy-Syaukani mengatakan

Hadis itu menunjukkan bahwa menutup kepala dalam salat bagi perempuan

adalah wajib.

Aural perempuan dalam salat, hal ini diperselisihkam oleh para ulama.

Ada yang mengatakan seluruh tubulmya adalah aurat selain wajah dan dua telapak

tangan. Hal ini dikemukakan oleh Syafi' i, Abu Hanifah dan juga Malik dalam

salah satu riwayat beliau. 21 Dan ada pula yang mengatakan, hanya wajah saja

yang bukan aural bagi perempuan dalam salatnya. Selain wajah adalah aural.

Demikian menurut sahabat-sahabat Syafi'i. Sementara ada pula yang diriwayat-

kan dari Ahmad.

Jadi, menutup aurat dalam salat adalah salah satu syarat sahnya salat.

Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis, sebagai berikut :


.,, ",.. ,,.

~~~\'.:..
, ,

Artinya: "Wahai Rasulullah, apakalz wanita muslimah bolelz mengerjakan salat


dengan baju kurung dan kerudung ? Nabi menjawab : bolelz, asal
baju kurung itu sempurna dan menutupi bagian punggung tlan ketlua
kaki".(H.R. Abu Daud).

21
Anshori Umar, Fiqih Wa11ita, (Semarang: CV. Asy-Syifa', t.th), h.114-115.
26

Kata t'.JJ yang dimaksud ia!ah baju kurung perempuan yang menutup

seluruh tubuh sampai ke kaki. Baju seperti ini dikatakan "sabigh" kalau cukup

panjang dari atas sampai ke bawah. 22

Dan adapun pakaian yang di!arang untuk salat, dalam ha! ini fuqaha

sudah menyapakati model pakaian yang tidak boleh dipakai untuk mengerjakan

salat. Misalnya, pakaian minim yang tidak bisa dipakai sebagai penutup kelamin.

Semua larangan mengenai pakaian adalah sebagai langkah preventif, supaya aurat

tidak menyibak. 23 Akan tetapi dalam salat yang dilakukan dengan menggunakan

baju yang pendek di bawah lutut bagi perempuan pada waktu darurat adalah

boleh (sah), hanya saja mak:ruh bila ia masih mampu menutupi anggota-anggota

badan yang terlihat. 24

Untuk memperoleh kesahihan salat disyaratkan perempuan itu tertutup

auratnya. Pakaian yang dipakai untuk menutupi aurat haruslah tidak tipis tembus

pandang, tidak menggambarkan lekuk-lekuk badan dan tidak mirip dengan

pakaian laki-laki. Bila penutup badan itu tipis dan memperlihatkan warna kulit

dari balik pakaian, maka salatnya tidak sah. 25

Jadi menutup aurat dalam salat merupakan syarat sahnya salat

seseorang. N amun dalam ukuran aurat dalam salat, ha! ini ulama berbeda

pendapat. Mazlzab Hanafi mengatakan batas aurat perempuan dalam salat adalah

seluruh tubuhnya, sampai rambut yang terjuntai dari arah telinga pun termasuk

aurat. M azlzab Syafi 'i, mengatakan batas aurat perempuan dalam salat ialah
22
/bid, h. 116.
23
lbnu Rusyd, op. cit., h.254
24
Musa Shahih Syaraf, Fatwa-fatwa Ko11temporer Te11ta11g Problematika Wa11ita,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), Cetakan I, h. 66.
25
Ibid
27

seluruh lubuhnya, sampai rambul yang terjunlai dari arah telinga, kecuali wajah

dan dua telapak tangan saja, baik punggung alaupun perulnya. Sedangkan mazltab

llambali, balas aurat dalam pandangan mereka bagi perempuan dalam salat ialah

seluruh lubuh selain wajah saja. Selain wajah, seluruh tubuh perempuan adalah

aural. 26

Memperlihalkan aurat kepada orang lain adalah haram, salat dan

puasanya lidak ada gunanya, karena sesungguhnya perempuan muslimah adalah

perempuan yang memiliki budi pekerli dan agama yang dapal membedakannya

dari perempuan lain alau perempuan non muslimah. Adapun perempuan yang

tidak mulaninah, maka budi pekerti mereka adalah memamerkan serta

memperlontonkan hiasan lubuhnya, menggoda dan memfitnah.

Demikianlah balasan aural perempuan berhadapan dengan muhrimnya

alau bukan muhrimnya alau balasan aural perempuan dalam salat.

2. Batas aural laki-laki

Ulama sepakat bahwasanya aurat laki-laki ialah anggola tubuh yang

lerdapal di antara pusar dan lutut. Oleh karena itu dibolehkan melihal seluruh

badannya kecuali yang lersebul di atas, bila yang demikian itu lidak menimbulkan

fitnal1. 27 Meskipun aural laki-laki hanya terbalas pada daerah-daerah lerlenlu,

telapi tradisi manusia (lerulama lradisi Islam) mengaajurkan kaum laki-laki

dalam seliap keadaan unluk menutup badannya apalagi auralnya. 28

26
Anshori Umar, op.cit., h.117-118.
27
Fuad Mohd Fachruddin, Aural Dan Jilbab Da/11111 P111ultmg11n Mata Islam, (Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet.III, h.23
28
Abu Syuqqah, op.cit., h. 23.
28

Mengenai batas aurat laki-laki, Ibnu Rusyd dan as-Syaukani

mengatakan bahwa ulama fiqh berbeda pendapat. Pendapat pertama yaitu Imam

Syafi'i, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah bahwa aurat laki-laki adalah antara

pusar dan kedua lutut. Pendapat kedua adalah pendapat sekolompok ulama, aurat

laki-laki adalah dua kemaluannya. Sebagian ulama yang lain berkata, aurat laki-

laid adalah qubul, du bur dan paha. 29

Ulama Malikiyah dan Syfifi'iyah, mereka berpendapat bahwa batas

aurat laki-laki berbeda-beda sesuai dengan perbedaan orang yang memandangnya.

Bila yang memandang itu para perempuan mahramnya dan laki-laki lain, maka

auratnya adalah yang terdapat pada antara pusar dan lutut. Oleh karena itu

dibolehkan bagi perempuan yang bukan muhrim untuk melihat pada anggota

tersebut ketika terbebas dari maksud untuk merasakan nikmat. Jika tidak maka

melihatnya itu dilarang. Berbeda halnya dengan Syafi'iyah, mereka berpendapat

bahwa melihat pada anggota itu haram secara mutlak. Akan tetapi tetap wajib

hukumnya menutup pusar dan lutut. Karena sesuatu yang menjadikan tidak

sempurnanya sesuatu kecuali dengan menutupnya, maka wajib pula hukumnya. 30

Hanafiya/l, mengatakan bahwa aurat laki-laki adalah apa yang

terdapat di antara bawah pusar sampai bawah lutut. Menurut pendapat yang lebih

shahih, lutut dan paha termasuk aural. Berdasarkan asar : "Aural laki-laki adalah

antara pusar sampai lutut" atau antara bawah pusar sampai melampaui lutut. 31

Berdasarkan Hadis yang diriwayatkan Imam Darn Qutni : "lutut merupakan

aurat".

29
Ibnu Rusyd, op.cit., h.252.
30
Abdurrahman al-Jaziri, op.cit., h.192
"Wahbah Zuhaili, op.cit., h.584.
29
) ' ) ,..,,.. .>> )- ,..,..,,.,... ,..o

.i'.ul ~ lu1 ~J j\';: J;:A.'~ lu1 ~J \#- ~ j\'; ,a:;1c. 0''•..;J. ~


• (l'·iat J1:;11';r,J). ~i c,. ~\ ; ~J ~
32
, •
~ / ,.. ,.. /

Artinya: "Dari Aqabah bin Alqamah berkata : Saya mendengar Ali berkata :
Rasulullalt SAW bersabda: Lutut termasuk aurat". (H.R. Dar Qutni).

Hanabilah, mengatakan bahwa aurat laki-laki yaitu antara pusat dan

lutut. Adapun pusat dan kedua lutut tidak termasuk aurat, berdasmkan Hadis Amr

Ibn Syuaib.

) / ,,. :: "' ..1\ t: I "' ,.. ,..

\::JI };J;
,..
9-' (-LJ ~.&\~.&I
,.,
/
j~ J\'; '"~
,..,..
::f- \.-:.~:'.~. J.,.. .J;s,
,..
::f-
J1:;i1 ~IJJ) .Gi
,
c,., ¢;1
,
JI
, ,
~I ~ 1:: ~~ ~\ ~x ~I
,
(JJ~
.,
33.(~

Artinya: "Dari Amr bin Syuaib, dari pamannya, Rasulullah SAW bersabda,
janganlah kamu melilzat pada antam pusar da11 lutut, karena upa
yang terdapat di bawalz pusar sampai bagian dari aurat. (l-1.R. Dmu
Qutni).

Sesungguhnya bawah pusar sampai ke lutut adalah aurat. Karena pusar

dan lutut adalah batas maka keduanya tidak termasuk aural.

Ulama Syi'ah Imamiyah, mereka membedakan antma yang wajib

ditutupi bagi orang yang melihat dan yang wajib ditutupi bagi orang yang dilihat.

Mereka berpendapat bagi laki-laki tidak wajib ditutupi kecuali kedua

kemalummya tetapi bagi perempuan yang bukan muhrimnya, diwajibkan

menahan pandangannya, selain muka dan dua telapak tangan. Ringkasnya bahwa

seorang laki-laki boleh melihat badan laki-laki lainnya, juga boleh melihat dmi

32
Sunan Dar Qutni, Imam Kabir Ali bi11 Umar Dar Qut11i, (Beirut Libanon: Dar al-
Fikr, 1994), Jilid I. H. 182.
33
Ibid.
30

badan perempuan yang dari muhrimnya selain dua kemaluannya tanpa ragu-ragu,

.
JUga seba!'la
1 1ya. 34

Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwasanya aurat laid-

Iaki adalah anggota tubuh yang terdapal pada antara pusar dan Iutut. Hanya saja

mereka berbeda pendapat dalam masalah Iutut. Menurut ulama Hanafiyah ia

termasuk aurat sedang menurul ulama yang lainnya bahwa lutut bukanlah

lermasuk aurat. Namun telap wajib menutupnya karena ha! itu adalah pendukung

kewajiban.

C. Hukum Meuutup Aurat

I. Menutup Aural Ketika Salal

Hukum menulup aural kelika salat, semua ulama mazhab sepakal

bahwa setiap laki-laki dan perempuan wajib menutup sebagian anggota

badannya kelika salat.

Perempuan muslimah mengenakan baju kurung dan kerudung pada

saal melaksanakan salat. Imam Syafi'i berpendapal, bahwa perempuan

muslimah hams menutupi auratnya secara baik dan benar pada saal

menunaikan salat, dimana pakaian yang dikenakannya pada saal ruku' atau

sujud tidak memperlihalkan bentuk tubuhnya. 35

Diriwayalkan dari Aisyah, bahwa ia pernah mengerjakan salal

dengan mengenakan empat lapis pakaian. Yang demikian ilu merupakan

amalan yang disunnatkan dan jika di Iuar kemampuannya ada bagian yang

34
Muhammad Jawad al-Mughniyah, op.cit., h.82.
35
Syaikh Kami! Muhammad 'Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta Pustaka al-
Kautsar, 1998), cet. I. h. l 34
31

terbuka. 36 Imam Ahmad mengatakan : "secara umum para ulama bersepakat

tentang baju kunmg dan kerudung". Hal ini diperkuat oleh hadis dari Ummu

Salamah, ketika ia bertanya :


/) ~

~ \;.~G ~~I~~
/ /

r:
,,. ,.. ,,.

J\;
,,. ,,o .. >;.

~ -j~ ~: ~ :i)1 cf!'\ ~I ~~~~


• (''\'
/

';'\'\") \~'"· "-'\•_


~.J ~ J'. OIJJ • W..U .JJf"'

Artinya: "Walzai Rasulullalz, apakah perempuan muslimah bolelz mengerja-


kan salat denga11 baju kuru11g da11 kerudu11g ? Nabi menjawab:
boleh, asal baju kunmg itu sempurna dan menutupi bagian
punggung dan kedua kaki".(H.R. Abu Daud).

J adi, menutup aurat ketika salat adalah salah satu syarat sahnya salat.

Sebagaimana penulis kemukakan sebelumnya.

2. Menutup Aurat Di Luar Salat

Menurut Imamiyah, bagi setiap orang baik laki-laki maupun

perempuan wajib menutup anggota badannya di luar salat, kalau ada orang

lain (bukan muhrimnya) yang melihatnya. Sedangkan menurut Syafi'i dan

Maliki, bagi perempuan boleh membuka wajahnya dan dua telapak tangannya

(baik dalam maupun di luar salat). Sedanagkan Hambali mengatakan, tidak

boleh di buka kecuali wajahnya saja. 37

Bal3wasanya perempuan itu adala13 aurat, diperintahkan untuk

berhijab dan menutup diri dan dilarang untuk tabarruj dan menampakkan

perhiasan se1ia keindahan anggota tubuh yang bisa menimbulkan fitnal3.

Karenanya ia diperintahkan untuk menutup kepalanya dalam salat maupun di

luar salat, berdasarkan Hadis Nabi SAW:

36
1bid
"Ibid.
32

,.. -; ... .>, .J f.J,..

. (15~_'.;l[, ~~ ~~ ~}-1) ·.)~ ~l ~~ ~ .111


,.. ,.. 1f ,.. ,,, ... 1f ,..
J.i: ~
Artinya: ''Allah tidak menerima salat wanita yang haidh kecuali dengan
penutup kepala".

Ini menunjuk:kan bahwa wanita diperintahkan untuk menutup apa

yang laki-laki tidak diperintahkan untuk menutupnya, sebagai hak Allah

SAW. meski tidak ada manusia yang melihatnya. Menutup aurat adalah wajib

karena hak Allah tersebut, meski di luar salat, hingga di dalam kegelapan atau

ketika sedang sendiri tidak dilihat orang lain. 38

Bila diteliti nash-nash yang berkaitan dengan hukum menutup aurat,

yaitu yang terdapat dalam surah al-Ahzab ayat 35 dan an-Nur ayat 31, akan

dijumpai bahwa kesemuanya berbentuk Amar (perintah) atau Nahi (larangan)

yang menurut ilmu ushul fiqih akan dapat memproduk wajib 'aini ta'abudi,

yaitu suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim tanpa harus

bertanya alasannya.

Perintah menutup aurat sudah ada sejak zaman Nabi Adam a.s. Di

mana Adam diciptakan dalam keadaan telanjang bulat. Pada saat itu belum

ada manusia lainnya, maka aurat pada walctu itu belum berfongsi dan belum

mempunyai arti. Setelah Hawa diciptakan maka beliau adalah isteri Nabi

Adam. Hal ini berarti pula bahwa hidup mereka terbatas dalam satu jiwa

bertubuh dua. Setelah Adam dan Hawa ditempatkan di Surga oleh Allah,

maka Allah menyuruh mereka menutup aurat, karena Surga adalah tempat

38
Amin bin Yahya al-Wazan, al-FataJva al-Jami'alt Lil Mar'ati Musli1nah terjem 7

Amir Hamzah Fakhruddin, (Jakarta : Darul Haq, 2003), Jilid 3 h.49-50.


33

yang suci. Iblislah yang mengganggu manusia untuk membuka auratnya agar

manusia terjun ke dalam maksiat. Maka Allah pun memberikan azab kepada
39
mereka dengan dikeluarkan Adam dan Hawa ke dunia. Dari kisah tersebut

menunjukkan bahwa pada waktu itu sudah ada perintah untuk menutup aurat.

Salah satu usaha preventif agar tidak timbul madarat bagi wanita

yang dalam tugas kesehariannya berada di tengah komunitas pria adalah

perlunya menegakkan perintah (wajib) menutup aurat atau dengan kata lain
40
berbusana yang Islami.

Namun demikian, bila diteliti lebih jauh, kewajiban menutup

aurat ini ada hubungannya dengan kewajiban lain yang diperintahkan Allah
41
demi kemashlahatan manusia, seperti :

1. Menutup aurat itu merupakan faktor penunjang dari kewajiban menahan

pandangan yang cliperintahkan Allah SWT, dalam surah an-Nur ayat 30

dan 31:

Artinya:"Katakanlah kepada orang !aki-laki yang beriman: "Hemlaklah


mereka menaha11 pandanganya ... ". (Q.S. an-Nur: 30).

Artinya:"Katakanlah kepada wanita ya11g beriman: "Hendaklah mereka


menalzan pa11da11ga11nya... ". (Q.S. an-Nur : 31 ).

39
Fuad Mohd Fachruddin, op. cit., h. 14-15.
40
Siti
Muri'ah, "Wanita Karir Dalani Bingkai lslan1", (Bandung:
ANGKASA, t.th), h. 112.
41
Huzaemah T. Yanggo.op.cil., h. 22.
34

2. Menutup aurat sebagai faktor penunjang dari larangan berzina yang lebih

lerkuluk sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surah al-Isra' ayal

32 sebagai berikul :

Artinya:"Da11 janganlalz kamu mendekati zina; Sesunggulmya zina itu


adalah suatu perbuatan yang keji. da11 suatujalan yang buruk. (Q.S.
al-'Isra'/17:32).

3. Menutup aural menjadi wajib karena sad adz-dzara'i, yailu menulup pinlu ke

dosa yang lebih besar. Oleh karena ilu, para ulama telah sepakal mengalakan

bahwa menulup aural adalah wajib bagi setiap pribadi wanita dan pria Islam. 42

Khususnya kaum wanila, kewajiban ini diwujudkan dengan mengenakan

jilbab atau yang dikenal dengan busana muslimah.

D. Hikmah Dan Nilai Filosofis Menutup Aurat

I. Hikmah Menutup Aurat

Kedudukan perempuan dalam Islam adalah pathner laki-laki dimana

Allah mengkhitabinya sebagaimana Allah mengkhitabi laki-laki. Allah

syaratkan beberapa kewajiban dan ibadah serta mengurutkan hisab dan

balasan untuk laki-laki dan perempuan seluruhnya.

Ulama sepakat bahwa perintah-perintah agama dan larangannya, adab

serla pemberlakuan tmdang-undang kepada manusia berlaku umum untuk

laki-laki dan perempuan, kecuali karena perbedaan fitrah dan naluri anlara

laki-laki dan perempuan dan hal-hal yang mempengaruhinya. 43

42
Ad-Dimasyqy, Ra/lmat al-Umma!t, (al-Qahirah, Halaby, t.th.,,) h. l 73.
"Musa Shahih Syaraf, op.cit., h.79.
35

Menutup aurat merupakan perintah dari agama (teks syara'), tetapi

batasan mengenai aurat adalah ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan

kemanusiaan dalam segala aspek. Untuk itu, dalam menentukan batas aurat,

baik untuk laki-laki maupun perempuan diperlukan mekanisme tertentu

terhaclap segala nilai yang berkembang di masyarakat sehingga dalam tingkat

tertentu batasan itu bisa cliterima oleh sebagian besar komponen masyarakat.

Dal am ha! ini, yang suclah clikembangkan oleh ulama fiqh juga hams menjadi

salah satu penentu pertimbangan, agar tubuh manusia tidak di gunakan untuk

kepentingan-kepentingan rendah dan murahan yang bahkan mungkin bisa

menimbulkan gejolak (fitnah) yang mengakibatkan kerusakan yang ticlak

clinginkan terhadap tatanan kehidupan masyarakat.

Sebagai seorang mukmin wajib mengimani bahwa setiap perintah

atau larangan Allah SWT terhaclap suatu perbuatan pasti acla hilanahnya

clibalik semua itu. Hanya saja, sering kali Allal1 ticlak memberitahukan hikmah

itu secara verbal kepacla manusia. Manusia cliberi kesempatan untuk mencari

sencliri hikmah dibalik syariat Allah. Seperti firman Allah SWT claim sural1 al-

Isra' ayat 85 berikut :

Artinya: "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".


(Q.S.al-Isra:85).

Adapun hikmal1 menutup aurat antara lain, perempuan Islam yang

yang menutup aurat alcan menclapat pahala, karena ia telah melaksanakan

perintah yang diwajibkan Allah SWT, bahkan ia mendapat gaajaran pahala


36

yang berlipat ganda, karena dengan menutup aurat ia telah menyelamatkan


44
orang lain dari berzina mata.

2. Nilai Filosofis Menutup Aurat

Pada dasarnya manusia itu berdarah panas. Namun karena hawa

udara di luar dirinya tidak stabil, dimana manusia kadangkala harus

menghadapi hawa yang sangat dingin sementara mekanisme tubuh manusia

tidak dilengkapi sistem kekebalan untuk menghadapi hawa yang tidak stabil,

maka manusia membutuhkan pakaian pelindung untuk melindungi diri dari

instabilitas hawa.

Ada sekelompok masyarakat yang menganjurkan melepaskan

pakaian, karena merasa membutuhkan pakaian ketika mereka merasa dingin.

Dan adapun masyarakat di Gurun Sahara, Afrika Utara, menutupi seluruh

tubuh mereka dengan pakaian, agar terlindungi dari panas matahari dan pasir

yang biasa beterbangan di gurun terbuka itu. Dan masyarakat yang hidup

dikutub pun mengenakan pakaian tebal yang terbuat dari kulit agar

menghangatkan badan mereka.

Memakai pakaian tertutup bukanlah monopoli masyarakat Arab,

dan bukan pula berasal dari budaya mereka, bahkan menurut ulama dan filosof

besar Iran, Murtadha Muthahari, 45 pakaian penutup (seluruh badan

perempuan) telah dikenal dikalangan banyak bangsa-bangsa kuno dan lebih

melekat pada orang-orang Sassan Iran, dibandingkan dengan tempat-tempat

44
Huzaemah T. Yanggo, op.cit., h.24.
45
Murtadha Muthahari, On The Islamic Hijab, Terj. Gaya Hit/up Wanita Islam,
Oleh Agus Efendy dan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung:Mizan, 1990), h. 34.
37

lain. "Pakaian tertutup muncul di bumi ini jauh sebelum datangnya Islam. Di

India dan Iran lebih keras tuntutannya daripada yang diajarkan Islam". Di

dalam masyarakat Arab, tradisi ini menjadi sangat kukuh pada saat

pemerintahan Dinasti Umawiyah, tepatnya pada masa pemerintahan al-Walid

II (Ibn Yazid 125 H/747 M) di mana penguasa ini menetapkan adanya bagian

khusus buat perempuan di rumah-rumah. 46

Beberapa alasan para pakar yang mengakibatkan adanya keharusan

bagi perempuan untuk memakai pakaian tertutup.

Alasan pertama antara lain adalah alasan filosofis yang berpusat

pada kecenderungan kearah kerahiban dan pe1juangan melawan kenikmatan

dalam rangka melawan nafsu. Walaupun bolehjadi ada benarnya, namun yang

pasti, ditetapkannya oleh agama Islam bentuk pakaian tertutup baik tertutup

secara keseluruhan maupun sebagian, bukanlah faktor-faktor tersebut yang

menjadi penyebabnya. Ini, karena Islam tidak mengenal kerahiban. 47

Alasan kedua sementara orang mengantar kepada keharusan

memakai pakaian tertutup adalah alasan keamanan. Pada masa lalu, bukan

hanya harta benda orang lain yang dirampas, tetapi isteri juga dirampas,

apalagi jika sang isteri cantik. Nabi Ibrahim as. terpaksa menyatakan bahwa

yang bersarna dia adalah saudara perempuannya padahal dia adalah isteri

beliau karena khawatir isterinya dirampas oleh penguasa masanya. Alasan ini

pun bukan menjadi pertimbangan Islam menetapkan batas-batas yang boleh

46
Hasan al-'Audat, a/-Mar'ah al-'Arabiyah Fi ad-Di11 Wa al-Mujtama, (al-
Ahalay, Beirut, 2000), h.101-102.
47
M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaia11 Wmiita Muslima/1, (Jakarta: Lentera Hati,
2004), Cet.I, h. 34-35.
38

dilihat dari sosok perempuan. Salah satu buktinya adalah ketika turunnya

perintah mengenakan jilbab, Islam di Madinah sudah mulai amat mapan.

Seandainya perintah menutup aurat karena alasan keamanan, maka tentu

ketika itu, tidak perlu lagi perempuan memakai pakaian tertutup. 48

Alasan ketiga yang diduga oleh sementara orang sebagai penyebab

lahirnya pakaian te1iutup serta menghalangi perempuan ke 1uar rumah, adalah

alasan ekonomi. Mereka menduga laki-laki mengeksploitasi perempuan

dengan menugaskan mereka melakukan aneka aktivitas untuk kepentingan

laki-laki. 49

Semua manusia kapan dan dimanapun, mqJu atau terbelakang

beranggapan bahwa pakaian merupakan salah san1 kebutuhan pokok

disamping makan dan tempat tinggal. Dan juga pakaian berfi.mgsi untuk

menutup anggota badan yang dapat membuat malu apabila anggota badan

tersebut dilihat oleh orang lain.

Kebenaran pandangan hukum Islam ini dapat dilihat dalam sejarah

peradaban manusia yang melukiskan manusia purba tanpa busana dan

manusia primitif dengan busana minim. Al-Qur'an melukiskan, dalam surah

al-A'raf ayat 19-27, problematik pertama dalan1 sejarah keagamaan adalah

masalah makanan dan pakaian. Dari penuturan ayat-ayat yang berbicara

tentang prikehidupan manusia awal itu, tergambar bahwa tidak semua jenis

makanan itu boleh dimanakan oleh manusia, dan tidak seluruh tubuh yaitu

boleh terbiarkan terbuka. Itulah ketentuan-ketentuan hukum yang secara dini

48
/bid
49
/biil, h. 36.
39

dikenal manusia dalam kehidupannya. Khususnya menyangkut pakaian lebih

dijelaskan bahwa telah disediakan baginya pakaian penutup aurat (untuk

memenuhi unsur etis kehidupan manusia) dan pakaian hias (untuk memenuhi

unsur estetis dalam kehidupannya). Dijelaskan pula bahwa stand<tr berpakaian

itu ialah takwa (pemenuhan ketentuan-ketentuan agama). Kecenderungan

memilih pakaian yang indah dan makanan yang baik diakui oleh ajaran Islam

karena yang demikian itu adalah fitri (bersifat alamiah), tetapi diperingatkan

supaya dalam hal-hal tersebut jangan berlaku berlebih-lebihan, karena Allah

tidak senang kepada mereka yang berfoya-foya. Perlu ditekankan ini lebih

khusus lagi pada saat-saat menghadap Allah (bersujud) supaya berpakaian

yang bai.,c- ba1·1c. 50

Nilai filosofis menutup aural bagi perempuan di dalam Islam ialah

bahwa dia haiT1s menutup tubuhnya dalan1 pergaulannya dengan laki-laki yai1g

bukan muhrimnya agar tidalc memamerkan dan mempertontonkan dirinya.

Sehubungan dengan masalah ini sebagaimana dijelaskan dalam smah an-Nur

dan surah al-Ahzab, menjelaskan sejauh mana penutup dan hubungan antara

laki-laki dan perempuan tanpa menggunakan hijab. Menurut Muthahai·i

menutup aurat pe1juangan melawan kenikmatan dalam rangka melawan nafsu

manusiawi. Bahwa perempuan adala11 bentuk tertinggi kesenangan, sehingga

jika laki-laki diberi kesempatan berkumpul bebas dengan perempuan maka

perhatian dan kegiatan laki-laki hanya akan tertuju kearah sana, sehingga

'°K.H. Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial : Dari Soa/ Li11gk1mga11 Hie/up,
Asuransi Hingga Uklmwa/1, (Bandung: Mizan, Nov, !995), Cet III, h.250.
40

kegiatan positif akan sangat berkurang dan masyarakat tidak akan mengalami
. 51
k emaJuan.

Sehingga dalam ha! ini menutup aurat baik bagi laki-laki maupun

perempuan diwajibkan atas Islam. Khususnya bagi perempuan, diwajibkan

mengenakan jilbab atau yang dikenal dengan busana muslimah. Ini juga

menunjukkan bahwa menutup aurat merupakan fitrah manusia yang

diaktualkan oleh Adam dan istrinya. Allah mengilhami ha! tersebut dalam

benak manusia pertama untuk kemudian diwariskan kepada anak cucunya. 52

Jika demikian, berpakaian atau menutup aural adalah alamat

bahkan awal dari lahirnya peradaban manusia. Upaya mereka berpakaian rapi,

menutup aurat itu, juga mengisyaratkan bahwa berpakaian rapi sebagaimana

dikehendaki agama dapat memberi rasa tenang dalam jiwa pemakainya.

Ketenangan batin itu merupakan salah satu dampak yang dikehendaki oleh

agama. Karena ha! ini bisa dilihat dari tiga segi, pertama dari segi peradaban,

kedua, dari segi kesehatan dan ketiga, dari segi keindahan. Karena perlunya

terpenuhi ketiga segi tersebut, maka tujuan dari berpakaian adalah untuk :

a. Memenuhi syarat peradaban dan kesusilaan sehingga seseorang berprilaku

sopan dan etis.

b. Memenuhi syarat kesehatan sehingga badan tetap sehat.

51
Murtadha Muthahhari, Hijah Citra Wanita Ter/wrmat, (Jakarta: Pustaka
Zahra, 2003), Cet.l, h.19.
52
M.Quraish Shihab, op.cit., h.39
41

c. Memenuhi rasa keindahan sehingga menjadi tampan, cantik dan menarik. 53

Karena itu dalam berpakaian hendalmya memenuhi rasa

kesusilaan, kesehatan dan keindahan. Tapi di dalam Islam, tujuan berpakaian

tidalc hanya terpenuhi ketiga segi tersebut, melainkan yang utama berpakaian

hams ditujukan untuk penutup aurat.

Jelaslah bahwa menutup aurat mengandung kemaslahatan bagi

manus1a itu sendiri. Sedangkan Allah tidak mempunyai kepentingan sama

sekali, justeru agm· manusia dapat terpelihara dan terjaga dari sesuatu yang

merugikan. Karena dengan menutup rapat tubuh dapat menghindari diri dari

pengaruh buruk lingkungan. Serta menjaga perempuan dari mata-mata jahat

yang akan berbuat tidalc baik pada perempuan itu sendiri, karena menutup

aurat dapat meredmn timbulnya syahwat serta dapat mengangkat derajat

manusia itu sendiri.

53
Ny. Fatimah,BA, Pe11didikan Keterantpilan Makanan Pakaian Progra1n
Hati, (Solo; Tiga Serangkai, 1988), h.106.
BAB HI

BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI PENUTUP AURAT


DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI

A. Pengertian busana Muslimah

Kata busana muslimah adalah bahasa populer di Indonesia untuk

menyebut pakaian perempuan muslimah. Secara bahasa, menurut W.J.S.

Poerwaclarminta, busana ialah pakaian yang indah-indah, perhiasan. 1 Seclangkan

makna muslimah menurut Ibn Manzur, ialah perempuan yang beragama Islam,

perempuan yang patuh clan tunduk, perempuan yang menyelamatkan clirinya atau

orang lain clari bahaya. 2

Berclasarkan makna-makna tersebut, maka busana muslimah clapat

diartikan sebagai pakaian perempuan Islam yang dapat menutup aural yang

diwajibkan agama untuk menutupnya, guna kemaslahatan clan kebaikan

perempuan itu sencliri serta masyarakat di mana ia berada.

Mengenai pakaian, Allah telah berfirman clalam surat al-A'raf ayat 26

aclalah :

1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus B11flas11 l11tlo11esi11, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986),
h.172.
2
lbnu Manzur, Lis1111 11/-Arab, (al-Qahirah, Dar al-Ma'arif, t.th.,), Jilid V, h.3164-
3167.
42
43

Artinya : "Hai anak Adam, sesunggulmya Kami telah menurunkan kepadamu


pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perltiasan. Dan pakaian takwa itulalt yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
11111dah-11111daltan mereka selalu ingat". (Q.S. al-' Araaf/7: 26).

Pakaian yang dikenakan oleh perempuan Islam yang memenuhi syarat

menutup aurat. Di dalam al-Qur'an Allah memerintahkan kepada perempuan

muslimah untuk mengulurkan jilbabnya supaya mereka mudah dikenal dan tidak

diganggu.

Adapun jenis-jenis busana muslimah yang penulis ungkapkan disini

adalah:

1. Jilbab

Di dalam al-Qur'an surah al-Ahzab ayat 59 Allah berfirman sebagai

berikut:

Artinya:"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perem-


puanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklalt mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang".(Q.S al-Ahzab/33: 59).

Berdasarkan ayat tersebutlah pengertian atau konsep jilbab sebagai

busana muslimah.
44

Pengertian jilbab

Di dalam al-Qur'an surah al-Ahzab ayat 59, Allah SWT menyuruh

Rasulullah SAW. agar menyuruh perempuan-perempuan mukmin, terutama isteri-

isteri dan anak-anak perempuan mengulurkanjilbab ke seluruh tubuh mereka.

Dalam ha! ini, kata jilbab berasal dari bahasa Arab yang bera1ti

penghalang, penutup dan pelindung, sarung, kemeja, kerudung/selendang. Jilbab

juga bermalma kain yang Jebar yang dipakai oleh wanita tmtuk menutup kepala
3
dan dadanya.

Sedangkan pengertian jilbab menurut istilah, al-Qurthubiy

mengatakan, jilbab adalah pakaian yang lebih besar dari kerudung yang dapat

menutupi seluruh badan wanita. 4

"Al-Munjid" memberikan pengertian bahwa jilbab adalah pakaian atau

kain yang lapang dan Juas. 5 Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia jilbab

diartikan sebagai baju kurung yang longgar dan dilengkapi dengan kerndung yang

menutupi kepala, sebagian muka dan dada. 6

Dari pengertian menurut bahasa dan istilah yang telah disebutkan di

atas, dapat disimpulkan bahwa jilbab adalah pakaian wanita Islam yang dapat

menutup auratnya yang diwajibkan oleh agama untuk menutupnya, guna

kemashlahatan wanita itu dan masyarakat dimana ia berada.

3
Ibnu Manzhflr, op.cit., h. 649 - 650.
4
Al-Qurthuby, al-Jami' LiAilkli111Al-Q11r'a11, t.tp.,1384 H/1964 M, Jilid 14, h. 243
'Louis Ma'lufal-Yasu'i, a/-M1111jid Fi al-Lugilail, (Beirut: al-Katulikiyah, 1965), h.
63.
6
Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Klllmts Besar
Bailasa Indonesia, (Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1989), Cet Ke I, h.363.
45

Jadi yang dimaksud dengan jilbab tersebut adalah busana muslimah,

yaitu suatu pakaian yang tidak ketat atau longgar dengan ukuran yang lebih besar

yang menutup seluruh tubuh perempuan, kecuali muka dan telapak tangan sampai

pergelangan tangan. Pakaian tersebut dapat berupa baju luar semacam mantel

yang dipakai untuk menutupi pakaian dalam tetapi juga dapat digunakan

langsung tanpa menggunakan pakaian luar asalkan kainnya tidak tipis atau

transparan. Jadi tergantung kepada kehendak dan selera masing-masing asalkan

tetap memenuhi syarat menutup aurat.

Kalau aurat meajadi sebuah permasalahan maka jilbab pun harus kita

perhatikan. Aurat dan jilbab saling berkaitan satu sama lain. Keduanya berfungsi

untuk menj aga manusia dari gangguan lahir dan batin. Dal am etika hid up

diplomasi pakaian diatur menurut tempat dan keadaannya, ha! ini berarti pakaian

mempunyai nilai sendiri. 7

Perintah untuk mengulurkan jilbab, mengandung kesempumaan dan

pembedaan ketika keluar. Allah telah menyebutkan alasan perintah berjilbab, dan

pengulurannya dijelaskan pada ayat di atas. Adapun penutupan yang wajib bagi

aurat perempuan maka ia dapat terwujud dengan model pakaian apapun, seperti

jilbab, baju kurung, kerudung dan sejenisnya. Penguluran jilbab itu terutama

ketika keluar rumah. Adapun ketika ia di dalam rumah maka tidak diwajibkan

yang demikian itu Gilbab). 8

7
Fuad Mohd Fachruddin, Aural Dan Jilbab Dalam Pmulangan Mata Islam,
(Jakarta: CV. Pedoman llmu Jaya, 1991), Cet.UI, h.52.
8
Abu Syuqqah, B11sa11a Dan Perhiasm1 Waizita Me1111r11/ Al-Q11r'a11 Dan Hat/is,
(Bandung: Mizan, Agustus 1995), Cet.J, h.41
46

2. Kerudung

Jenis pakaian ini telah menjadi bagian khasanah bnsana muslimah

yang telah membudaya seperti yang dipakai dikalangan muslimah di Indonesia.

Kerudm1g yang dalam bahasa arab dikenal dengan khimar berarti penutup kepala

atau kerudung.

Di dalam surat an-Nm ayat 31 disebutkan :

..."11 .;,,, ~ ,
.:J -· •
; u+'-'-'..J ~- .• ~ ...w
ef ,,
('l"\: ~ i..I.Jf.11).(.ry;Y..::--
Artinya: "Katakanlalt kepada wanita ya11g beriman: "He11daklalz mereka
menalzan pa11da11gan11ya, dan kemaluannya, da11 janganlalz mereka
Menampakkan perlziasa1111ya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. dan lzendaklalz mereka menutupkan kain kud1111g
kedadanya ... ".(Q.S. an-Nur/24:31).

Para ahli tafsir mengatakan bahwa kaum perempuan pada zaman

jahiliyah dahulu sebagaimana pada zaman modern sekarang ini biasa berada

(be1jalan) di depan kaum laki-laki dengan dada dan leher terbuka serta lengan

telaajang. Mereka biasa meletakkan kerudung mereka dibelakang pundak

(lehernya) dengan membiarkan dada tetap terbuka. Hal ini tentu saja sering

menimbulkan rangsangan bagi kaum laki-laki untuk menggodanya, karena

mereka terpesona oleh keindahan tubuh dan rambutnya. Kemudian Allah

memerintahkan kepada perempuan untuk menutupkan kain kerudungnya pada

bagian yang biasa kelihatan untuk menjaga diri mereka dari kejahatan laki-laki

hi dung belang tersebut. 9

9
Syeikh Muhammad Al-Shabuni, Sliafwat al-Tafassir, (Mesir: Dar al-Shabuni, t.th.),
Juz ke 2, h.336.
47

Di kalangan masyarakat sering terjadi kesalah pahaman mengenai

kerudung dan jilbab, seolah-olah kerudung sama dengan jilbab, padahal

sebenamya tidak identik. Kerudung merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari jilbab yang harus dikenakan perempuan muslimah. Namun demikian ada

yang berpendapat bahwa dalam pengertian yang luas kerudung dapat disamakan

dengan jilbab, sayangnya kerudung sekarang ini lebih difahami sebagai selendang

yang hanya dipakai untuk sekedar hiasan.

3. Cadar

Masalah lain yang perlu diungkapkan di sini adalah cadar (penutup

muka). Apakah seorang muslimah diwajibkan memakai cadar setelah

mengenakan kerudung dan pakaian panjang (jilbab). Nampaknya cadar atau

penutup muka hanya merupakan tradisi sebagian masyarakat saja, karena baik dari

al-Qur' an maupun Hadis tidak ada perintah agar memakai cadar bagi perempuan

pada waktu mereka keluar nnnah untuk memenuhi keperluan duaniawi mereka.

Di samping mereka pasti akan merasa terganggu jika diharuskan memakai cadar

tersebut. 10

Seperti firman Allah 11


~.)~\ 0,. i~'.oij ~:;JJ ~ 11 mengindikasi-

kan bahwa wajal1 perempuan tidak harus ditutup, kalau ada perintah menutup

seluruh tubuh dan wajah bagi perempuan, maka tidak mungkin ada perintah untuk

menahan pandangan karena ketika itu tidak ada yang harus dihindari dari

'°Rahmat Taufik Hidayat, et.al., Kilasanail Busana Muslimail, (Bandung:


Penerbit Pustaka, 1993), Cet.pertama, h. 44.
[:
--·---·-·---------,
EFPUSTAKAAN UTAM;\
UIN SYAH!D Jl'\KARTI'\
l 48

pandangan. 11 Kendati demikian bila w ~abnya sangat menawan atau cantij;: dalam

ha! ini, bila menimbulkan fitnah, maka dianjurkan memakai cadar.

B. Kritcria Busana Muslimah Sebagai Penutup Aurat Dan Hikmahnya Sebagai


Pcnanggulangan Pornoaksi.

I. Kriteria Busana Muslimah Sebagai Penutup Aurat

Islam telah menetapkan suatu !criteria khusus buat kaum

perempuan dengan pakaian tertentu yang membedakannya dengan laki-laki.

Demikian juga dengan kaum laki-laki, Islam telah memberikan kriteria

khusus dengan pakaian yang khas baginya, sehingga membedakan dengan

perempuan. Pakaian perempuan ditetapkan berdasarkan kodratnya sebagai

perempuan, dan pakaian laki-laki ditetapkan sesuai dengan kodrat laki-laki.

Maka Islam menetapkan pakaian jilbab buat perempuan, tidak untuk laki-laki

dan menjadikan aurat perempuan berbeda dengan aurat laki-laki. 12

Al-Qur'an menjelaskan bahwa Allah SWT memberi manusia

pakaian yang berfungsi untuk menutup aurat dan pakaian yang indah sebagai

perhiasan. Rasulullah pun tidak melarang orang yang suka mengikuti

perkembangan mode, karena model pakaian tidalc termasuk urusan ta'abbudi

(kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT) 13 , tetapi termasuk dalam masalah

muamalah yang beredar menurut alasannya, 14 asalkan tetap memenuhi kriteria

''Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal wal Haram, (Daar: al-Baidla, Daar al-Ma'rifah,


1985), Cetakan ke l, h. l 54
12
Abdurrahman al-Baqdadi, E111a11sipasi Atlakah Dalam Islam, terjam
Muhammad Ustman Hatim, (Jakarta: Gema lnsani Press, !988), Cet Ke I, h. 65.
13
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopetli Hukum Islam, Jakarta:
PT.lchtiar Barn Van Hoeve, 200 l, Cet.V, Jilid V, h. l 723
14
Abu Syuqqah, op.cit., h.27
49

busana muslimah yaitu busana yang tertutup yang dikenakannya bukan tmtuk

mendapat pujian dan penghargaan manusia. 15

Selaras dengan keterangan di atas, kita harus bisa memilih bentuk

mode yang sesuai dengan prinsip Islam, namun memiliki nilai estetika

(keindahan) yang tinggi. Karena sebagaimana kita ketahui dalam masalah

pakaian, Islam hanya menetapkan batas-batas yang harus ditutup saja,

sedangkan modenya diperintahkan kepada kita tmtuk menatanya, dan

diperindah sesuai dengan selera, tempo dan tempat. Agar orang tidak

beranggapan bahwa busana muslimah itu hum atau konservatif, maka umat

Islam dituntut untuk menunjukkan kemampuan intelektual, skill dan

keahliannya dibidang busana, asalkan mode pakaian yang dibuat tersebut tidak

keluar dari kriteria sebagai berikut :

a. Busana dapat menutup seluruh aural yang wajib ditutup.

b. Busana tidak merupakan pakaian untuk dibanggakan atau busana yang

menyolok mata, karena Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang

memakai busana yang menyolok (kemegahan) di dunia, Allah akan

memakaikan kehinaan diakhirat nanti".

c. Busana tidak tipis agar kulit pemakainya tidak tampak dari luar.

d. Busana agak longgar/jangan terlalu sempit (ketat), sehingga tidak

menampakan bentuk tubuh.

e. Busana tidak sama dengan pakaian laki-laki. 16

15
Rahmat Taufik Hidayat,et.al., op.cit., h.60
16
Huzaemah T. Yanggo. Fiqh Perempua11 Ko11temporer, (Jakai1a: al-Mawardi
Prima, 2001), Cet. Pertama,h.27-29.
50

Dari hal di atas, Islam tidak menganjurkan mode pakaian tertentu namun

Islam tidak melarang untuk mendesain pakaian sesuai dengan tren, tapi pakaian

yang dianjurkan agama Islam adalah pakaian yang dapat menutupi tubuh. Sampai

tidak tampak warna kulitnya dan tidak tampak lekuk tubuhnya.

2. Hikmah Busana Muslimah Sebagai Penanggulangan Pornoaksi.

Islam telah memberikan ketetapan dengan tuntutan yang pasti tentang

wajib perbedaannya antara busana laki-laki dan perempuan, serta melarang jenis

yang satu menyerupai jenis yang lainnya. Satu sama lain dilarang menyerupai

dalam hal pakaian dan hal-hal yang spesifik untuk tiap-tiap jenis seperti menghias

sebagian anggota tubuh dan semacamnya. 17 Hal ini seperti yang disebutkan di

dalam Hadis :

I ,,. ,; ,, ,,. .>\ ,, I .> / / ,. )'\ -;;

~ ~)\ ~~.'.ii\
/
J-.o .'.ii\ J_;:..:,;) :J\; ~.'.ill~~;
/ ,,.
d.':;. /

,,, ,. .> ~ / ,,., / ,., ,; .>

• (:{,b~~ ;\)J).~)\y ~ ii)r, i91 q


18
, ,

Artinya:
"Abu Hurairah berkata: Rasulullaf! SAW melak11at laki-laki ya11g
memakai pakaia11 perempua11 da11 perempua11 yang memakai pakaia11
laki-laki".(H.R. Abu Dawud).

Dalam berpalcaian perempuan muslimah merupakan pakaian khusus

perempuan yang dipersembahkan menurut konsep ilahi. Itulah hijab atau yang

biasa lebih dikenal dengan sebutan "jilbab" atau kerudung (kain) penutup

seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Ia merupakan pakaian sederhana

17
Abdurrahman al-Baqdadi, op.cit., h. 63.
18
Abu Dawud Sulaiman al-Asy-as bin Jshaq al-Azdi as-Sajastani, Su11a11 Ahi Dawud,
(Mesir: Maktabah Mustafa al-Babi al-Halabi, 1952), Juz II, h. 381.
51

yang dipersembahkan oleh Islam bagi kaum perempuan Islam. Dan dalam

berbusana muslimah ini juga dapat mencegah atau penanggulangi hal-hal yang

berbau pornoaksi.

Pornoaksi menurut bahasa adalah penggambaran tingkah laku secara

erotis dengan bentuk perbuatan nyata yang dapat membangkitkan nafsu birahi. 19

Sedangkan pornoaksi menurut istilah adalah sifat kesengajaan dengan melakukan

sesuatu yang merangsang birahi banyak orang dalam bentuk perbuatan nyata atau

langsung. Sedangkan pengertian yang lain tentang pornoaksi adalah suatu

penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh yang tidak sengaja atau

sengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual seseorang. Pornoaksi awalnya

adalah aksi-aksi objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari

seseorang kepada orang lain, sehingga menimbulkan histeria seksual di

masyarakat. 20

Sedangkan menurut Neng Djubaedah bahwa tarian strip-tease dapat

dikatakan sebagai pornoaksi 21 , karena pengertian strip-tease adalah per-tunjukan

tarian yang dilakukan yang dilakukan oleh perempuan dengan gerakan antara lain

menanggalkan pakaiannya satu persatu dihadapan penonton atau dapat juga

berarti tarian telanjang. 22

19
Huzaemah T. Yanggo. Masi/ Fiqhiya!t K11ji1111 Hukum Islam Ko11temporer,
(Bandung : ANGKASA, 2005), cet. I. h. 230.
20
Burhan Bungin, Pomometlia: Ko11struksi Sosial, Tek110/ogi Telematika tla11
Peray11a11 Seks tli Media Massa, (Bogor: Kencana, 2003), Cet Ke-I, h.155.
21
Neng Djubaidah, "Pomografl t/1111 Pomoaksi Diti11jau Dari Hukum Islam",
(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003), Cet I, h.155.
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, op.cit., h. 860.
52

Dal am RUU APP, yaitu pada pasal I ayat 2, pornoaksi didefinisikan

sebagai : "Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja atau mempertunjukkan


23
eksploitasi seksualitas, kecabulan dan erotika di muka umum''.

Jadi berdasarkan definisi-definisi di atas tentang pornoaksi, penulis

menyimpu!kan bahwa pornoaksi adalah aksi atau gerakan manusia yang dilihat

atau dipertontonkan secara langsung kepada orang lain yang dapat merangsang

nafsu syahwat manusia.

Mengenai masalah ini Allah telah berfirman dalam surah An-Nur ayat

30-31. Dalam sural1 ini dijelaskan bahwasanya laki-laki dan perempuan

diperintahkan untuk menjaga pandangan dan menjaga organ seksualnya. Artinya

seorang laki-laki maupun perempuan dapat menjadi sebagai objek pornoaksi. Dari

sini terlihat bahwa Allah menyamaratakan laki-laki dan perempuan, karena baik

laki-laki maupun perempuan ketika terbuka auratnya dapat menimbulkan syahwat

atau nafsu biral1i. Hanya saja perempuan lebih te1iutup dari laki-laki, sebagai

mana telal1 dijelaskan pada bab sebelumnya.

Masalal1 moral pada masa kini telal1 dilepaskan dari segalanya,

bermula dari politik, kemudian ekonomi dan terakhir seks. Kesalal1an besar dalam

sej arah kemanusiaan adalah ketika akhlak dipisahkan dari politik dan ekonomi.

Dan kesalahan yang terbesar adalah ketika akhlak dipisal1kan dari seks. Kini, seks

dijadikan komoditi ekonomi ini dapat ditemukan bukan saja melalui layar lebar

atau layar kaca -film dan TV melalui cerita atau iklan. Dan juga melalui gambar

hidup yang telanjang, tetapi telah disertai dengan aneka gerak dan kata-kata yang

23
Catatan Kritis Atas RUU APP, Jumal Perempua11, Pomografl, 38 (Jakarta :
Yayasan Jurnal Perempuan, 2004), Cet.J, h. 44.
53

merangsang, baik yang didendangkan da!am lagu maupun yang dilontarkan dalam

percakapan. 24

Dalam aspek agama merupakan salah satu faktor utama yang dapat

menanggulangi pomoaksi. Maka orang atau badan hukum yang berkepentingan

dengan pomoaksi, biasanya mendudukan ajaran agama sebagai penghalang

perkembangan bisnis mereka, dengan dalih ajaran agama memuat ketentuan-

ketentuan yang membatasi dan melanggar hale asasi manusia. 25

Sebagai dalih ajaran agama melanggar hak asasi manusia, sehingga

banyalmya perempuan yang menjual kecantikan dengan cara menghalalkan segala

cara, berpengaruh besar terhadap pembentukan budaya masyaralrnt melal ui media

massa dan elektronik. Acara hiburan di televisi yang mengeksploitasi perempuan,

seperti penayangan dangdut setiap malam di televisi yang mengedepankan goyang

erotis, situs-situs porno di internet yang secara bebas dan murah di alcses oleh

seluruh lapisan masyarakat. 26

Sehingga perintah memakai busana muslimah temyata sangat erat

kaitannya dengan masalah akhlak. Orang yang memakai busana muslimah

seharusnya perlu menjaga kehormatannya.

Kita harus mengetahui bahwa segala perbuatan yang kita lakukan

sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah dan semuanya pasti akan mendapat

pahala. Seandainya perbuatan tersebut tidak kita lakukan, maka kita akan

kehilangan pahalanya. Semua perbuatan maksiat yang kita lalcukan akan dibalas

24
M. Quraish Shihab, Peremp11a11 :Dari Cillfa Sampai Seks dari Nikalt Mut'alt
Sampai Nikalt Sumialt Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hali, 2005), Cet
ke-11, h. 388-389.
25
Neng Djubaidah, op.cit., h.143
26
Najlah Naqiyah, 0/0110111i Peremp111m, (Malang: Bayumedia, 2005), Cet. I, h. 122.
54

dengan ganjaran dosa. Maka, perintah-perintah agarna alcan dihitung satu per satu

dan salah satunya adalah bagaimana cara dalarn memperg1malcan busana

muslimah. Adapun syarat-syarat yang hams ada dalarn busana muslimah adalah

sebagai berikut :

a. Dapat menutupi seluruh anggota badan selain yang telah dikecualikan oleh

agarna.

b. Jangan dijadikan sebagai sarana untuk menghiasi tubuhnya.

c. Bnsana tersebut hams tebal dan tidak tipis.

d. Busana yang dikenalcan lebar dan tidak sempit.

e. Busana tersebut jangan menyerupai busana yang sering dipergunakan oleh

perempuan kafir.

f. Busana yang dikenalcan jangan dijadikan sebagai alat untuk mencari


. 77
popuI antas.-

Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian ya11g membentuk

dan tipis sehingga narnpak kulitnya. Termasuk di antaranya ialah pakaian yang

dapat memperlihatkan bahagian-bahagian tubuh, klmsusnya tempat-tempat yang

membawa fitnah.

Dalam Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan :


,,. 1, ,,. ,,. ,,. I ,,. I .> ,,. ,,. ,,. ,,. 'f,

~ .)81 ~I::,. 0~
,. ,,. ,.,,. ,,. ,,.
:h ~.:ill~ .:ill~.) JI:; :JI:; iYJ ;;.1 Cf>
,, ' ,. ... ,,.-;.,,. 1' ,,. ,,. ,,.

~~.J\P ~~~"•t.;J ,;:,.81 ~ ~__,.,;.;_;,JI ~~~~ .1.~ ~ r~ ~.JI


,,. ,,. ,,. ,,. , • ' ,,.,,. .-? ,,. ' ,,. ' ,,,. ,,.,,. .. ,,

::,. ~~ ~~ ~t ~1 ~~<.) .ll:\11 ~1 w.:.:~~f, ~)l!i; ~~


,, , ,, 2s: cf-- ·!.v). I~'\£.~;~: , ,
27
Syaikh Mutawalli as-Sya'rawi, Fikilz Peremp11a11 (Mus/imalz), (t.t., Amzah:
2005), Cet ke-ll, h.25
"Imam Nawawi, Sa/tilt Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), Juz 13, h. 109-110.
55

Artinya:
"Bersumber dari Abu Hurairah, beliau beJ'kata : Rasulullalt SAW
bersabda : "Dua macam dari ummatku (ca/on penglumi neraka) yang
be/um pernah aku meliltatnya: suatu golongan yang menggunakan
pecut ekor-ekor sapi untuk memukuli orang dan segolongan
perempuan yang berbusana telanjang melenggok-lenggokkan
jala1111ya 1111t11k menjerata mangsanya, kepalanya seperti punuk unta
yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya,
padaltal baunya tercium dari jarak sekian dan sekian".(H.R. Muslim).

Mereka dikatakan berpakaian, karena memang mereka itu melilitkan

pakaian pada tubuhnya, tetapi pada hakikatnya pakaiannya itu ticlak berfungsi

menutup aurat, karena itu mereka clikatakan telanjang, karena pakaiannya terlalu

tipis sehingga dapat memperlihatkan kulit tubuh, seperti kebanyakan pakaian


.. 29
perempuan sek arang m1.

Aclapun hikmah busana muslimah antara lain sebagai berikut :

I. Busana muslimah aclalah iclentitas muslimah. Dengan memakainya, yang

beriman telah menampakkan identitas lahirnya, yang sekaligus membeclakan

secara tegas antara perempuan ·beriman dengan perempuan lainnya.

2. Busana muslimah merupakan psikologi pakaian, sebab menurut kaiclah pokok

ilmu jiwa, pakaian aclalah cermin cliri seseorang. Maksudnya kepribaclian

seseorang clapat terbaca dari cara clan model pakaiannya, misalnya seseorang

yang bersikap sederhana, yang bersikap ekstrim, akan dapat terbaca dari

pakaiannya. Demikian halnya dengan perempuan jalanan yang sudah jauh

melanggar ketentuan etis clan moral akan mempunyai ciri khas dalam pakaian,

meskipun kelihatannya rapi, tetapi kerapiannya itu sesuai clengan

29
Syekh Muhammad Yusuf al-Qaradhawi, Halal tfall Hamm Dalam Islam, (t.t. PT.
Bina Ilmu: 1993), h. 112-1!3.
56

pembawaannya sebagai seorang seksi yang sudah tidak sopan. Perempuan

terhormat jelas mempunyai sifat tidak mau menyamakan dirinya dengan

perempuan seksi atau bertingkah eksentrik tersebut. 30

Bagi orang yang mengenakan busana muslimah, busana tersebut

didasari oleh unsur-unsur keimanan dan keyakinan terhadap Allah yang

dimulai dan dimotivasi oleh kesadaran untuk mengamalkan ajaran agama,

akan menjaga pemakainya dari sikap yang tidak baik. Busana hanya

merupakan simbol belaka, manakala pemakaian busana tersebut hanya pada

unsur formalitas dari institusi-institusi di mana si pemakainya tersebut

berada. 31

Secara psikologis busana muslimah adalah simbol dari seperangkat

nilai. Busana muslimah hanya merupakan untaian benang yang membentuk

kain, kemudian digunakan sedemikian rupa sebagai penutup aurat baik laki-

laki maupun perempuan. Disamping itu memakai busana muslimah dapat

menimbulkan ketentraman diri seseorang karena disamping telah memenuhi

perintah Allah, ia juga merasa aman dari segala gangguan dari orang yang

ingin berbuat tidak baik terhadapnya. Dan juga dapat menanggulangi hal-hal

pornoaksi. Adapun penanggulangan yang berkaitan langsung dengan diri

pribadi seseorang adalah menjalankan ajaran agama. Seperti yang

dikemukalcan Zakiah Daradjat "Faktor terpenting yang menimbulkan gejala-

gejala kemorosotan moral dalam masyarakat, adalah kurang tertanamnya jiwa

30
Huzaemah T. Yanggo. Fiqlt Perempua11 Kollfemporer, op.cit., h. 24.
31
Jalaluddin Rahmat, Islam al-Tematif, (Bandung: Mizan, 1991), h. 141.
57

agama dalam hati tiap-tiap orang, serta tidak dilaksanakannya agama dalam

kehidupan sehari-hari, baik oleh individu mauptm oleh masyarakat. 32

C. Penyebab Dan Bahayanya Pornoaksi

Pada saat sekarang ini umat manusia sedang menghadapi kemajuan

ilmu pengetahuan demikian cepatnya dalam berbagai bidang dan sebagian

besar ummat Islam Internasional sedang membangun negeri dan bangsanya.

Termasuk Indonesia yang dialami oleh kira-kira 83 % warganya yang

beragama Islam. 33 Perin diperhatikan bagi umat Islam, lebih-lebih remaja

muslim dan muslimah, karena kini mulai terlihat kebudayaan memperlihatkan

anggota tubuhnya serta saling berpegangan antara laki-laki dan perempuan

lain. Cara seperti itu bukanlah kepribadian muslim dan muslimah, tetapi tiru-

tiruan dari kebudayaan lain. Oleh sebab itu jika ada suatu tontonan baik

dalam gedung bioskop, televisi, video dan sebagainya yang tidak mendidik

hendaknya dihindari. 34

Pada saat sekarang ini jumlah jam pelajaran masih sangat tidak

memadai dibandingkan dengan tayangan televisi yang mendominasi waktu

belajar. Selain itu, pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia melalui

jaringan media komunikasi baik cetak maupun elektronik, perlahan-lahan

namun pasti telah mengikis iman bangsa Indonesia. Meskipun media televisi

mengumandangkan azan magrib pada waktu salat magrib, salah satu stasiun

32
Zakiah Daradjat, Islam Da11 Kesehata11 Me11tal, (Jakarta : Gunug Agung,
1971), Cet ke-1, h. 69.
33
Kahar Masyur, Membi11a Moral tla11 Akhlak, {Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1994), Cet-1, h.433.
34
/bitl, h. 44 l
58

televisi menayangkan bimbingan rohani Islam. Jika dibandingkan temyata

jumlah waktu yang menampilkan sesuatu yang berbau pomoaksi sangat tidak

seimbang dengan ajakan yang sifatnya lebih mendidik sehingga dalam

memberikan batasan pomoaksi diperlukan beberapa unsur di antaranya yaitu :

I. Adanya materi berupa kata-kata.

2. Tujuannya untulc merangsang birahi

3. Mencerminkan adanya relasi dominasi/hirarkijenis kelamin. 35

Jika memang menginginkan pornoalcsi terhapus secara menyeluruh,

maka aspek landasan budaya yang melestarikan dan melahirkan unsur budaya

pornoaksi, budaya pamer tubuh, juga harus tersentuh clan hams tertata

kembali. Karenanya !criteria porno harus memenuhi tiga aspek, yaitu :

I. Semua ha! yang clapat mengarah pada bangkitnya gairah seksual manusia,

baik clisengaja maupun ticlak.

2. Terlihatnya anggota badan, bagi laki-laki adalah pusar hingga lutut dan

perempuan seluruh tubuhnya kecuali muka clan telapak tangan, oleh orang

lain yang dapat menimbulkan gairah seksualnya di luar ikatan pernikahan.

Khusus untuk perempuan daerah yang tertutup akan berkurang sampai

hanya sebatas anggota tubuh, jika berhadapan dengan sejenisnya atau

anggota sekeluarga sedarah.

3. Kedua pembatasan di atas ti dale terpakai pada kondisi terdesaldterpaksa

dan pertimbangan tmtuk kepentingan kemanusiaan, seperti untuk

pengobatan dan lain-lain. 36

35
Catatan Kritis Atas RUU Anti Pomografi Dan Pomoaksi, op.cit., h. 49.
59

Dan adapun faktor-faktor penyebab pornoaksi adalah:

a. Media Massa

Media Massa ini terbagi dalam dua macam, media cetak dan media

elektronik. Media cetak melingkupi surat kabar, tabloid, majalah dan sebagainya.

Sedangkan media eletronik mencakup radio, film, televisi, video dan lain-lain

Media massa merupakan sarana informasi paling efisien dalam

masyarakat modern. Ia merupakan jalur sosialisasi penyebar informasi, tatanan

nilai dan pola perilaku yang diharapkan masyarakat tersebut, , itu sebabnya media

massa mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam pembentukan opini dan pola

perilaku seseorang atau bahkan masyarakat.

Media massa, seperti televisi, radio, majalah, surat kabar dan

sebagainya dapat membangkitkan seks laki-laki dan perempuan. lklan-iklan dari

berbagai produk barang konsumtif hampir semua menayangkan gambar-gambar

malcsiat, termasuk iklan-iklan yang mempromosikan mobil-mobil yang memajang

potret perempuan hampir bugil. Hampir langka ildan yang tanpa perempuan

telanjang atau seni telanjang. 37

Penyebab maraknya pornoaksi di Indonesia juga disebabkan oleh

media massa elektronik. Hal ini bisa kita amati bagaimana gencarnya arus

pornoaksi dalam tayangan televisi, video, kaset, laser disk dan video compact disk

(VCD). Akibatnya, budaya role mini, pakaian "you can see" jeans ketat, kaos ketat

dan menggantung (menampakkan pusarnya) hingga gerakan tubuh erotis semakin

36
Marzuki Umar Sa'abah, Seks Da11 Kita, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997).
h.77-78.
37
Adnan Hasan Shahih Baharis, Ta11gg1mg Jawab Ayah Terhadilp A1wk Laki-
Laki, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Cet. Ke-I, h. 384.
60

sulit dibendung dan menjadi pemandangan sehari-hari yang dengan kata lain

. but pornoaks1.. 38
d1se

Tatti Elmir, mengatakan bahwa peran media massa sangat besar

dalam mempengaruhi jiwa anak yang mengarah ke pornoaksi. "Tayangan televisi

Dan film-film seperti menjual keperawanan, seks bersama dan laim1ya

ditan1pilkan ditelevisi pada jam kumpul keluarga yakni sekitar jam delapan

malam". 39

b. Teknologi Komputer Dan Internet

Perkembangan teknologi digital komputer dan internet memper-

muda11 arus informasi, termasuk hal-hal yang berbau porno. Kehadiran personal

video player yang semula hanya diputar dikalangan elit menjadi tersebar di

masyarakat luas, namun teknologi digital yang berkombinasi dengan teknologi

!computer telah memungkinkan video yang semula terjadi dalam format video -

tape analog yang relatif memakan tempat menjadi kepingan disc yang sangat

pipih dan mudah dibawa.

Perkembangan teknologi satelit memungkinkan terbangunnya

jaringan internet berskala global. Kenclatipun tingkat kepemilikan !computer

pribacli yang clilengkapi akses internet dimasyarakat Indonesia relatif rendali.

Situs-situs porno dengan muclal1 cliakses melalui berbagai fasilitas komersial

seperti warung clan cafe-cafe internet yang telali banyak menjanrnr sekarang ini.

Internet memang tergolong mucla. Namun gejala positif dan negatif

sudali terasa. Bagi yang memanfaatkan mencari informasi, internet merupalrnn

38
Luqman Haqani, Perusak Pergaulan tltm Kepribatlian Remaja Muslim,
(Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004), cet. Ke-2, h. 72).
39
Republika, Jumat 25 Mei 2007.
61

sarana yang murah, cepat dan lengkap. Mau mencari data apa saja mudah

ditemukan. Mulai sejarah, keagamaan, artikel ilmiah, bahkan hal-hal yang bersifat

porno pun dapat dicari.

Hasil penelitian "Harian Republika" menunjukkan rata-rata video

porno baru di produksi secara illegal setiap hari oleh anak muda di Indonesia.

Produk video porno ini disebarluaskan melalui internet dan telepon genggam.

Contoh video porno Yahya Zaini dan Maria Eva telah diakses 19,6 juta kali oleh

pengguna internet, dan jika sekali download dibutuhkan biaya minimal Rp.1.000,

malrn para pengguna internet telah menghabiskan uang sedikitnya Rp. 19,6 miliar.

Berdasarkan pengamatan, setiap situs porno yang berada di internet

menyediakan antara 300 hingga 400 koleksi video yang bias diakses para

pengguna internet. Ada yang gratis, namun ada pula yang dipe1jual-belikan.

Kalau kita melihat seperti sekarang ini, ada beberapa motif yang

melatarbelakangi pembuatan video porno oleh kalangan muda, di antaranya hanya

sekedar iseng, karena perasaan cinta antara dua orang, adanya !camera

tersembunyi, untuk tujuan komersial, dan untuk kejal1atan.

Saal ini telah beredar lebih dari 500 judul film porno buatan lokal, 90

persennya dibuat oleh anak-anak muda di Indonesia.Penggunaan telepon genggam

sebagai media pembuatan dan penyebaran video porno tidak hanya terjadi di kota-

kota besar; tetapi hampir diseluruh wilayal1 negeri ini.40

Pornoaksi baik dari berbagai media cetalc, elektronik maupun

internet dapat menghancurkan akhlak moral terutama pada anak-anak dan remaja,

'°Republika, Senin. 27 Agustus 2007


62

khususnya generasi kaum muslimin. Pornoaksi dengan menebarkan gaya hidup

hedonis atas nama globalisasi yang lebih khusus diarahkan kepada generasi muda

Islam. Dengan propoganda hidup hedonisme produk sekula:risme, bangsa kafir

barat berusaha melepaskan kaum muslimin dari keterikatannya terhadap hukum

syara'.

Dan adapun hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pornoaksi

sebagaimana dijelaskan di atas, sehingga dapat menimbulkan bahaya akibat

pornoaksi. Pomoaksi memiliki bahaya yang sangat besar terutama bagi remaja.

Psikologi remaja yang masih Jabil dan adanya pertumbuhan hormon-hormon

seksual pad a diri remaj a, pornoaksi memiliki bahaya yang sama besar terhadap

remaJa.

Dan adapun bahaya pornoaksi, antara lain adalah :

1. Tcrjerumus Dalam Kemaksiatan Seksual.

Pomoaksi yang mengeksploitasi seks secara vulgar akan menjadi

perangsang nafsu seks remaja yang memang sudah mengkobar-kobar. Seperti

melakukan onani merupakan suatu bentuk rangsangan yang dilakukan secara

sengaja pada diri sendiri untuk memperoleh kepuasan erotik. Rangsangan

bersifat teknik (berkaitan dengan sentuhan atau rabaan), melainkan juga

berkaitan dengan psikis.

Onani sering juga disebut "masturbasi". Masturbasi berasal dari kata

latin, mastur yang berarti "tangan" dan batio yang bera:rti "menodai".

Masturbasi dari asal-usul katanya berarti "menodai diri sendiri dengan


63

tangan". Dari sini diperoleh pengertian, masturbasi adalah pemuasan


41
kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan menggunakan tangan.

Bahkan para psikolog sering juga menyebut dengan nama

monoseks, yaitu kepuasan seks oleh diri sendiri. Para ulama dikalangan

ummat Islam sering menyebut dengan nama istimna' .42

Akibat maraknya tayangan porno, banyak orang yang tak kuasa

menahan nafsunya, sebagian di antara mereka memilih onani. Mereka

menganggap bahwa onani itu lebih baik dari pada zina, tak heran j ika perilaku

ini kian menggejala di kalangan remaja.

Kebiasaan onani pada remaja adalah fenomena yang layak

dicermati. Umumnya para remaja sadar, bahwa perbuatan tersebut tidak baik.

Namun merepun merasa kesulitan untuk menghentikam1ya. Mereka bingung

kebiasaan itu tidak mudah dihilangkan terlebih lagi belum adanya tempat

penyaluran yang layak.

2. Terhempas Dalam Lembah Pergaulan Bebas (freesex)

Pergaulan bebas atau seks bebas dikalangan remaj a mempakan

fenomena yang sudah terjadi sejak lama. Kalau kita lihat seperti sekarang gaya

pacaran para remaja sidah tidak lagi nyerempet-nyerempet layak:nya suami

isteri, tapi banyak di antara mereka yang malah sudah melakukallilya.

Perilaku yang diadopsi dari pelaku remaja barat ini seolah-olah

mendapat pembenaran dari media. Terbukti setiap hari tayangan mengenai

41
Badiatul Muchlisin Asti, Remaja Diralllai Birahi :Kupas T1111t11s Pomogrtifi
Da/am Perspektif Islam, (Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004), cet.ke-I, h. 64.
42
Abu al-Ghifari, Remaja Korbal! Motle, (Bandung : Mujahid Press, 2003),
cet.ke-2, h.87.
64

freesex dan freelove menjadi tema utama sebagian besar film dan sinetron

yang ditayangkan televisi. Akibatnya, para remaja beranggapan seks bebas

adalah ha! yang lumrah diera modern ini padahal seks be bas bukan saj a

merusak martabat manusia tapi juga dengan sengaja mensejajarkan diri

dengan binatang.

Pengaruh pornoaksi salah s0.tu pendorong maraknya seks bebas

sekarang ini. Hal ini tidak bisa diingkar\ kasus-kasus seks bebas dikalangan

remaja banyak yang menunjukan ha! tersebut.

Salah satu kasus yang sempat terekspos oleh media massa adalah

kasus "pesta seks" yang melibatkan 10 pnua STPDN (sekolah tinggi

pemerintah dalam negeri). Tabloid Gugat edisi 06-12 Mei 2004 sempat

melansir kasus tersebut yakni kasus penggrebekan warga terhadap sebuah

rumah di Sumedang Jawa Barat. Di dalamnya terdapat I 0 praja STPDN

bersama 5 mahasiswi beberapa perguruan tinggi di Bandung yang hanya

mengenakan pakaian dalam, diduga te)jadi pesta seks. Menurut cerita yang

berkembang yang dilansir Gugat, ketika penggrebekan berlangsung para praja

dan 5 mahasiswi itu tengah menonton VCD porno. 43

Dengan peristiwa di atas tersebut selaian menggambarkan realita

praktek seks bebas dikalangan remaja, juga menunjukkan hal-hal yang berbau

porno sangat lekat kaitannya dengan praktek seks bebas remaja sekarang ini.

43
Gugat, Edisi 06-12 Mei 2004.
65

3. Kehamilan Yang Tidak Diinginkan dan Aborsi

Bahayanya pomoaksi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan

yang tidak diinginkan dan aborsi. Walaupun aborsi bukanlah bentuk

penyimpangan seksual, melainkan proses pembatalan kehidupan dan

pemusnahan janin dari rahim perempuan.

Selain aborsi, ditemukan kasus pembuangan bayi itu merupakan

perilaku yang sangat tidak manusiawi dan dikategori perilaku kejahatan

(kriminal).

4. Terjadinya Perkosaan dan Perzinahan.

Akibat pomoaksi dapat membawa seseorang pada perilaku

kriminalitas, berupa tindak perkosaan dan perzinahan. Seperti diketahui,

dengan melihatnya hal-hal yang berbau porno dapat mengobarkan hawa nafsu

birahi orang yang mengkonsumsinya. Nafsu birahi yang berkobar,

membutuhkan pelepasan atau penyaluran. Bagi remaja, penyalurannya itu

belum ada, sehingga banyak yang menyalurkannya Iewat jalan onani. Akan

tetapi, ketika nafsu birahi sudah berkobar-kobar, sedang onani sudah tidalc lagi

menjadi ha! yang memuaskan, maka remaja menjadi terobsesi untuk

menyalurkannya kepada perempuan.

Selain dari dampak negatif atau bahaya yang diakibatkan

pomoaksi adalah bahwa perbuatan tersebut merupakan pemicu bagi perbuatan

zina. Dengan pornoaksi akan mendekatkan seseorang pada perzinaan yang

dengan tegas dilarang oleh Allah SWT. Seperti dijelaskan dalam sural1 al-Isra'

ayat 32:
66
~ ,,. ,.. ' .... o,,.

• (\"~ : \Vf •\y'JI). ~ ~t:._J ~\; ~~t) tj\ \f~


, ,
'1J
Artinya: "Dan janga11lalt kamu mendekati zilla; Sesunggulmya zina itu
adalalt suatu perbuata11 yang keji. dan suatu jalan yang buruk".
(Q.S.al-Isra'/17:32).

Kalimat Li)ll l~fa '{.;. Allah SWT berfirman guna melarang

hamba-Nya dari perbuatan zina, mendekatinya, dan berinteraksi dengan ha!-

hal yang dapat menimbulkan atau menyeret kepada perzinaan. Karena

perzinaan itu merupakanjalan dan perilaku yang terburuk. 44

Mendekati zina yang disebutkan dalam ayat di atas, dapat

ditafsirkan sebagai perbuatan yang erotis, sensual, dan yang sejenis

clengannya. Juga dapat ditafsirkan sebagai sikap, tingkah laku yang menggoda

clan clapat membangkitkan nafsu birahi, baik berupa lukisan, foto clan tulisan,

maupun berbentuk perbuatan nyata atau secara langsung. 45

Pada ayat tersebut di atas, lafaz 'I yang menunjukkan makna H.)o..'.W.
(haram), ha! ini sesuai dengan kaiclah usu] fiqh. 46
,.. ) ,.. ,,
I"?
,..
/ ,,.
~I J,,. .}o'JI
/'

Artinya:"Pada dasarnya nahyi (larangan) itu menunjukkan kepada


kelzaraman ".

Jacli, menclekati zina, dalam hal ini perbuatan pornoalcsi hukumnya

haram. Kalau mendekati zina saja suclah diharamkan apalagi mengerjakan

zina, tentu lebih cliharamkan.

44
Ibnu Katsir, Tafsir lbllu Katsir, (Gema Insani, 2000), Jilid III, h.55.
45
Huzaemah T. Yanggo. Masi/ Fiq!tiya!t Kajia11 Hukum Islam Ko11temporer,
Op.Cit., h. 235.
46
A. Hanafi, //mu Us/111/ Fiqi/1, (Jakarta: Widjaya, 1976), h. 34.
68

(syahwatnya) kepada orang sejenis yang penting tersalurkan. Akibatnya,

sekalipun semula dirinya merasa menyimpang, tetapi lama-kelamaan dirinya

menikmati hubungan seksual yang sejenis yaitu dengan cara homoseksual dan
. 51
Ies b1an.

6. Ityan al-Mayitah (Hubungan Seksual dengan Mayat).

Ityan al-Mayitah adalah kejahatan melakukan hubungan badan

terhadap badan yang sudah mati (tidak bernyawa), terlepas dari apakah badan

yang sudah mati itu laki-laki atau perempuan.

Dari banyak data yang sering disebutkan pada media massa,

perilaku yang melakukan perzinahan atau setelah menonton VCD porno dan

mengajak teman kecannya untuk melakukannya. Karena teman kencannya itu

menolak untuk melakukan perzinahan, pelaku berusaha mempekosanya, tetapi

jika berhasil mempekosanya, ia akan membunuhnya terlebih dahulu dan

kemudian ia akan melakukan perzinahan dengan teman kencannya yang sudah

meninggal dunia. 52

7. Ityan Al-bahimah (Hubungan Seksual dengan Binatang)

Akibat tindak pidana pornoaksi tidalc hanya mengakibatkan adanya

perzinahan antara manusia dengan manusia, baik sejenis maup1m lawan jenis,

tetapi juga dapat mengalcibatkan terjadinya hubungan seksual yang

menyimpang dari segi kemanusiaan, yaitu hubungan seksual antara manusia

dengan binatang. Yang lebih ironisnya lagi, sekarang telah ban yak beredar

51
Marzuki Umar Sab'ah, op.cit., h.150.
52
Neng Djubaidah, op.cit., h.151-152.
69

VCD-VCD porno yang menayangkan hubungan seksual antara manusia

dengan binatang. 53

Melihat penjelasan bahaya pornoaksi atau hal-hal yang berbau porno

di atas, maka tidak mustahil bila meluasnya pornoaksi bisa menjadi semakin

luas atau dapat meluluhlantahkan moralitas bangsa ini yang sekarang ini sudah

kacau. Dan juga kalau kita lihat para remaja telah banyak melakukan hal-hal

yang tidak diinginkan akibat pornoaksi, dan juga telah banyak mengenakan

pakaian-pakaian minim yang dapat memperlihatkan aurat. Dan ha! ini sudah

dianggap lumrah oleh masyarakat luas, atau dianggap mode terhadap pakaian.

D. Pandangan Ulama Mazhab Kaitannya Dengan Penampakan Aurat

Dalam Al-Qur'an memerintahkan untuk menahan pandangan baik

laki-laki maupun perempuan. Dalam surah an-Nur ayat 30, ayat ini Allah

memerintahkan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, agar mereka

memelihara dan menahan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan kepada

mereka untuk melihatnya, kecuali terhadap hal-hal tertentu yang boleh

dilihatnya. Bila secara kebetulan dan tidak sengaja pandangan mereka terarah

kepada sesuatu yang diharamkan, maka segera dialihkan pandangan tersebut

guna menghindari melihat hal-hal yang diharamkan. 54

Di samping itu, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar

menganjurkan kepada laki-laki yang beriman supaya mereka memelihara

53
/bitl. h.151
54
Depa11emen Agama RI, Al-Q11r'm1 dan Tafsimya, (Jakarta: DEPAG RI, 2006)
eel. I. h.594-595.
70

kemaluannya dari perbuatan asusila seperti perbuatan zina, homoseksual dan


. 55
se bagamya.

Kemudian, dalam surah an-Nur ayat 31. Allah menyuruh Rasul-Nya

agar mengingatkan perempuan-perempuan yang beriman supaya mereka tidak

memandang hal-hal yang tidak halal bagi mereka, seperti aurat laki-laki

ataupun perempuan, terutama antara pusat dan lutut bagi laki-laki dan seluruh

tubuh bagi perempuan. Begitu pula mereka diperintahkan untuk memelihara

kemaluannya, agar tidak terjerumus pada perbuatan zina, atau terlihat oleh

orang lain 56 .

Dan dalam surah an-Nur ayat 2 menjelaskan tentang zina dan

hukumnya. Dalam ayat ini terdapat kata ~lj.llj ~lj.11. Kata az-Zaniyah adalah

bentuk isirn fa'il dari zana-yazni-zinan, yang bera1ii "perempuan yang

berzina, atau perempuan pezina". Sedangkan kata az-Zani berarti "laki-laki

yang berzina atau laid-laid pezina" .57

Dalam ayat tersebut rnenggunakan kata az-Zaiyah dan az-Zani, yakni

rnenggunakan kata yang rnengandung makna kepuasan pada orang yang

bersangkutan. Tentu saja kepuasan tersebut tidak mereka peroleh kecuali

setelah berzina berulang-ulang kali. Mayoritas ulama berpendapat, bahwa

siapa pun yang ditemukan berzina atau mengaku berzina, walaupun barn

sekali maka ia dijatuhi hukuman dera 100 kali bila yang berbuat zina itu

5
; 1bid.
6
; 1bid, h. 596.
57
Ibid, h.561.
71

belum pernah menikah, baik laki-laki maupun perempuan dan di rajam bila
58
telah atau pernah menikah.

Agar tidak te1jadi perzinahan atau pemerkosaan terhadap perempuan.

Maka dianjurkan untuk menutup auratnya. Dan memakai pakaian yang sopan,

tidak tipis atau ketat yang dapat menampakan auratnya.

Masalah penampakan aurat atau disebutkan dalam al-Qur'an (ilia ma

zhahara minha) yang terdapat dalam surah an-Nur ayat 31 yaitu :

,,. .> 4 4

(n :~t/~1) ... :W.~JP ~~, 0'.~.J


,
~

Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pa11da11ga1111ya, dan kemalua1111ya, dan ja11ga11lah
mereka menampakka11 perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. dan hendaklah mereka me1111tupka11 kain kudung
kedadanya".(an-Nur/24 :31).

Allah SWT. memerintahkan kepada kaum perempuan untuk tidak

menampakan perhiasan mereka bagi orang yang hendak melihatnya kecuali

apa yang dikecualikan bagi orang yang hendak melihat, karena kewaspadaan

terhadap godaan.

Dalam penampakan aurat, M. Quraish Shihab dengan bukunya

Tafsir al-Mishbal1 menjelaskan bahwa; pendapat yang menyatakan bahwa

firmannya ilia ma zhahara minha adalah disamping wajah dan kedua telapak

tangan, juga kaki dan rambut, demikian Ibnu 'Asyur. 59

58
/bid.h.562
59
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian al-
Q11r'a11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Jilid X, cet. I. h.328
72

Ada yang berpendapat bahwa kata ':ii adalah istisna' muttasil (satu istilah

dalam kaidah bahasa Arab) yang berarti yang dikecualikan merupakan

bagian/jenis dari apa yang disebut, dan yang dikecuali dalam penggalan ayat ini

adalah zinah atau hiasan. Ini berarti ayat tersebut berpesan : "Hendaknya jangan

perempuan" menampakan hiasan (anggota tubuh) mereka, kecuali yang tampak. 60

Masalah-masalah "apa yang tampak" menurut pendapat lain adalah :

Pertama, memahami kata ilia' dalam arti tetapi atau dalam istilah ilmu bahasa

istisna' mtmqathi' dalam arti yang dikecualikan bukan bagian/jenis yang disebut.

Hal ini bermakna : "janganlah mereka menampakan hiasan mereka sama sekali,

tetapi apa yang nampak (secara terpaksa/tidak disengaja, seperti ditiup angin dan

lain-lain), maka itu dapat dimaaikan.

Kedua, kalimat yang dimaksud menjadikan penggalan ayat yang mengandung

pesan lebih kurang. "Jangnlah mereka (perempuan-perempuan) menampakan

hiasan (badan mereka). Mereka berdosajika berbuat demikian. Tetapijika tampak

tanpa disengaja, maka mereka tidak berdosa".

Dari penggalan ayat tersebut jika dipahami dengan kedua pendapat di

atas tidak menentukan batas bagi yang biasa yang boleh ditampakan, sehingga

berarti seluruh anggota badan tidalc boleh tampak kecuali dalam keadaan terpaksa.

Pemahaman ini, mereka kuatkan pula dengan sekian banyak Hadis.

Seperti sabda Nabi SAW kepada Ali Ibn Abi Thalib yang diriwayatkan oleh Abu

Daud dan at-Tirmidzi melalui Buraidah : Waliai Ali jangan ikutkan pandangan

'°Ibid. h. 329.
73

pertama dengan pandangan kedua, yang pertama engkau ditolerir, dan yang kedua

engkau berdosa.

Ketiga, memahami firman-Nya "kecuali apa yang tan1pak" dalam arti yang biasa

dan atau dibutuhkan keterbukaannya sehingga harus tampak. Dalam ha! ini cukup

banyak Hadis yang mendukung pendapat ini. Misalnya : "Tidak dibenarkan bagi

seorang perempuan yang percaya kepada Allah dan hari kemudian untuk

menampakan kedua tangannya, kecuali san1pai disini (Nabi kemudian memegang

setengah tangan beliau)". (H.R. ath-Thabari). 61

Penyebab timbulnya perbedaan pendapat dalam masalah tersebut pada

pemahaman (kecuali yang biasa tampak terbuka)62 . Para u[ama sepakat bahwa

ayat ini termasuk dalil qath'iyah dan bukan masalah khilafiyah sebagai mana

anggapan orang sekarang ini. Perbedaan penclapat hanyalah terletak dalam

mendefinisikan "yang biasa tampak darinya" tersebut. 63

Dalam ayat ini perempuan dianjurkan untuk ticlak membuka auratnya

kecuali yang memang biasa terbuka (~ ~t:.). Ada beberapa interpretasi tentang

pengecualian "yang biasa/memang terbuka" ini. Sebagian mengatakan yang

termasuk kategori Ma dzahara minha adalah muka dan telapak tangan. Oleh

karena itu, muka dan kedua telapak tangan boleh dibiarkan terbuka dan tidak

termasuk aurat perempuan yang wajib ditutupi. Sebagian yang lain mengatakan

bahwa muka, kedua telapak tangan, dan kedua telapak kaki termasuk

pengecualian (Ma dzahara minha), yang biasa terbuka, sehingga ticlak termasuk

61
/bid. h. 330.
62
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, (Dar: al-Kutub al-Islamiyah, t.th), Juz I h.83.
63
Rahmat Taufik Hidayat, op.cit., h. I 6.
74

aurat perempuan yang wajib ditutup, bahkan sampai setengah dari lengan tangan

dan sedikit di atas tumit masih boleh tidak ditutup.

Dan ada yang mengatakan bahwa Ma dzahara minha artinya yang

terbuka secara tidak disengaja, seperti tersingkap angin, te1jatuh, tersangkut, atau

terkena hal-hal lain yang tanpa disengaja membuka auratnya. 64

Jadi, yang dimaksud dengan apa yang nampak dari padanya adalah

wajah dan dua telapak tangan. Sebab kedua anggota tubuh inilah yang biasa

nampak dari kalangan muslimah dihadapan Nabi Muhammad SAW sedangkan

beliau mencliamkannya. 65

Ibnu Jarir mengutip tiga Tafsiran yang berlainan tentang kata-kata

~ ~t:. ':I! itu, aclalah :

(I). Menurut penclapat lbnu Mas 'ud yang climaksud oleh kata-kata itu ialah

hiasan pakaian; (2). Menurut pendapat sahabat Ibnu abbas, Said Dhahhak, 'Atha

Qatadah, Mujahid dan yang lainnya, kata-kata itu berarti perhiasan yang boleh

diperlihatkan, misalnya celak mata, cincin, gelang dan pakaian bagian luar. (3).

Menurut penclapat Imam Hasan, yang dimaksud ialah muka dan pakaian. 66

Imam Ibnu Jarir sencliri menambahkan penclapatnya sebagai berikut :

Tafsiran yang paling benar ialah bahwa kata-kata itu berarti muka clan telapak

tangan, dan mencakup pula celak mata, cincin, gelang dan cat kuku. 67

64
K.H. Husein Muhammad, Fiqlt Peremptum : Refleksi Kitti Aills Wflctlllfl Agllmll
Dllll Gentler, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.56.
65
M. Siddiq al-Jawi, Jilbllb Dm1 Kerudt111g Busmw Sempunw Seorm1g Musli11wli,
(Jakarta: Nizham Press, 2007), Cetakan I, h.11-12.
66
Ibnu Jarir ath-Thabari, Jami' a/-Bllyan Fi at-Tllfsir al-Qt1r'a11, (Beirut : Dar al-
Ma'rifah, 1972), Juz 18, h. 84.
67
/bill
75

Akhirnya, kita boleh berkata bahwa yang menutup selurnh badannya

kecuali wajah dan telapak tangannya, menjalankan bunyi teks ayat tersebut,

bahkan mungkin berlebih. Namun dalam saat yang sama kita tidak waJar

menyatakan terhadap mereka yang tidak memakai kerudung, atau yang

menampakan sebagian tangannya, bahwa mereka "secara pasti telah melanggar

petunjuk agama". 68

Namun demikian, kehati-hatian amat dibutuhkan, karena pakaian lahir

dapat menyiksa pemakainya sendiri apabila ia tidak sesuai dengan bentuk badan

si pemakai. Demikian pun dengan pakaian batin. Apabila tidak sesuai dengan jati

diri manusia, sebagai hamba Allah. Tentu saja Allah SWT. yang paling

mengetahui ukuran dan patron terbaik bagi manusia.

Dan adapun yang dapat digaris bawahi dari penjelasan di atas ialah:

Pertama, al-Qur'an dan as-Sunnah secara pasti melarang segala aktivitas, pasif

atau aktif yang dilakukan seseorang bila diduga dapat menimbulkan rangsangan

birahi kepada lawan jenisnya. Apapun bentuk aktivitasnya itu, sampai-sampai

suara gelang kaki pun dilarangnya bila dapat menimbulkan rangsangan kepada

selain suami. Disini tidak ada tawar menawar. 69

Kedua, tuntunan al-Qur'an menyangkut pakaian, ditutup dan dengan ajakan

bertaubat.

Ajakan bertaubat agaknya merupakan isyarat bahwa pelanggaran kecil

atau besar terhadap tuntunan memelihara pandangan kepada lawan jenis, tidak

mudah dihindari oleh seseorang. Maka setiap orang dituntut untuk berusaha

68
M. Quraish Shihab, op.cit., h. 333
69
/bid. 334.
76
i
- · · -· - --·-····)
sebaik-baiknya dan sesuai kemampuannya. Sedangkan kekuranganya, hendaknya

dia mohonkan ampun dari Allah, karena Dia Maha Pengampun Lagi Maha

Penyayang.

Karena syariat Islam melarang pakai pakaian yang tipis atau yang ketat

yang dapat menampakan bentuk badan dan warna kulit. Hukumnya sama seperti

tidak berpakain pada pandangan syariat dan hukum Islam, karena seorang laki-

laki maupun perempuan dianggap masih membawa kepada pengertian yang sama

sepe1ii tidak berpakaian yaitu tetap membuka aurat. 70

Dengan demikian, sebagai kaum perempuan, dalam memilih pakaian

jangan terlalu ketat atau pendek dan jangan sekali-kali memilih pakaian yang

menyerupai laki-laki atau menyerupai pakaian yang boleh meruntuhkan akhlak

seseorang. Karena melalui cara berpakaian seseorang itu dapat diberi penilaian

bagaimana tingkah lakunya. Dan sejarah asal-usul berpakain yang dapat

memperlihatkan aurat, diperkenalkan oleh orang-orang Yahudi dengan tujuan

untuk meruntuhkan akhlak remaja-remaja Islam, yang memang mereka

programkan untuk merusak dunia dan merusak nilai-nilai dan ide-ide yang luhur.

Inilah ide Zionisme untuk mempermainkan aka! dan pikiran kaum perempuan.

Hampir setiap tahun bahkan setiap waktu mereka menciptakan mode-mode baru

bagi kamn perempuan. Bermacam-macam mode pakaian mereka tampilkan

seperti ; ketat di atas lutut, dibawah lutut, membuka bahu, dada, dan sebagainya.

70
DR. Rokiah Ahmad, Mengapa Aural Haram Ditlerlall : Salu Rea/iii Masa Ki11i,
(Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul Majid, 2004), cet. I. h.16.
77

E. Analisis Penulis Tentang Hukum Pornoaksi Sebagai Penampakan Aurat

Untulc merumuskan tentang hukum pornoaksi sebagai penampakan aurat

tentunya hams berdasarkan keadaan suatu masyarakat atau bangsa. Misalnya

negara barat akan berbeda pemahamannya dengan negara di Asia, seperti

Indonesia. Hal ini dikarenakan budaya dari masing-masing Negara berbeda.

Budaya barat yang dalan1 berbusana lebih terbuka, berbeda dengan Indonesia

yang !ebih mengarah ketimuran, yang lebih mengutamakan moral dalam segala

ha!.

Pada dasarnya Islam bertujuan membangun ketahanan keluarga,

memelihara martabat manusia dan generasi yang terns berkembang biak. Orang

tua, anak-anak yang sudah dewasa, anak-anak di bawah umur, kawan kerabat dan

pembantu rumah tangga, tak luput dari perhatian Islam, bahwa mereka terikat

kewajiban-kewajiban agama yang harus dipatuhi.

Kita melihat seperti sekarang ini telah banyak beredar hal-hal yang

berbau porno yang dapat merusak akhlak dan moral seseorang akibat ha! tersebut.

Seperti masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur, dihebohkan dengan beredarnya

korek api gas yang yang dilengkapi dengan mainan sinar laser. Jika sinar laser

tersebut di pancarkan ke dinding akan tampak gambar porno hasil dari sinar laser

tersebut. Dan di Solo Jawa Tengah, baru-baru ini ditemukan puluhan DVD film

Power Rangers yang di dalam film tersebut ternyata terselip (atau memang

disengaja diselipkan) adegan mesum berdurasi sekitar dua menit. Hal ini sama
71
komunitas pengonsumsinya adalah kalangan anak-anak.

71
Republika, Jumat, 29 Januari 2008.
78

Pornoaksi adalah aksi atau gerakan manusia yang dilihat atau

dipertontonkan secara langsung kepada orang lain yang dapat merangsang nafsu

syahwat manusia. Menurut hukum Islam perbuatan pornoaksi disamping

menampakan aural yang wajib ditutup, juga akan mendekatkan seseorang pada

perzinaan yang dengan tegas dilarang oleh Allah SWT sebagaimana dijelaskan

dalan1 al-'lsra' ayat 32.

Larangan pornoaksi dilarang dilakukan terhadap keluarga sedarah, atau

orang lain baik yang berada dalam rumah tangganya atau keluarganya maupun di

luar rumah tangganya atau keluarganya, baik dalam tayangan televisi secara

langsung maupun tidak langsung, baik siaran di radio secara langsung maupun

tidak langsung, atau ditempat-tempat umum yang dapat dilihat oleh umum atau

tempat yang dianggap tempat umum. (Pasal I I). 72

Seperti sekarang ini yang dapat menyebabkan timbulnya pornoaksi

adalah media massa dan alat-alat elektronik seperti siaran di televisi yang

sekarang telah banyak mempertontonkan hal-hal yang pornoaksi yang dapat

menampakan aurat mereka. Situs-situs di internet yang sudah menjadi kebutuhan

yang sangat penting dalam kehidupan sekarang ini untnk mencari informasi, dan

sebagainya.Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan munculnya pornoaksi yang

dapat merusak akhlak moral terutama pada anak-anak dan remaja, khususnya

generasi kaum muslimin.

Mengenai melanggar perbuatan hukum di muka umum, meskipun

banyak dikalangan artis yang menampilkan gaya tarian, yang bila ditinjau dari

72
Neng Djubaedah, op.cit. h.271.
80

Mengenai tentang pemakaian busana dianjurkan tidak tipis, agar warna

kulit pemakainya tidak tarnpak dari luar, dan busana yang dipakai agak

longgar/jangan terlalu sempit (ketat) agar tidak menarnpakan tubuh. Karena dalam

suatu Hadits Rasulullah mengingatkan : "Diakhir masa nanti akan ada diantara

umatku wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, di atas kepala mereka

terdapat seperti punuk unta (meninggikan rarnbut seperti punuk unta) karena

memang mereka itu adalah manusia-manusia terkutuk.

Kewajiban menutup aurat lebih memberikan kemaslahatan. Hal ini

jelas menunjuldcan bahwa Islam jauh sebelumnya telah mengatur manusia dalam

hal pakaian. Jadi undang-undang lebih tegas lagi dalam rnenyikapi perrnasalahan

1111.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

I. Aurat adalah kekurangan, cacat, anggota badan yang tidak baik dibuka.

Bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, haram dilihat oleh orang lain,

dan wajib untuk ditutup. Sedangkan busana muslimah adalah bahasa

populer untuk menyebut pakaian perempuan muslimah, jadi busana

muslimah adalah pakaian perempuan Islam yang dapat menutup aurat

yang diwajibkan agama untuk menutupnya, guna kemaslahatan dan

kebaikan perempuan itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada.

2. Kriteria busana muslimah sebagai penutup aurat yaitu busana dapat

menutup seluruh aurat yang wajib ditutup. Busana tidak merupakan

pakaian untuk dibanggakan atau busana yang menyolok mata. Busana

tidak tipis agar kulit pemakainya tidak tampak dari luar. Busana agak

longgar/jangan terlalu sempit (ketat), sehingga ticlak menampakan bentuk

tubuh.Busana tidak sama dengan pakaian laki-laki. Sedangkan hikmah

busana muslimah sebagai penggulangan pornoaksi, busana muslimah

adalah identitas muslimah. Dengan memakainya, yang beriman telah

menampakkan identitas lahirnya, yang sekaligus membedakan secara

tegas antara perempuan beriman dengan perempuan lainnya. Busana

muslimah merupakan psikologi pakaian, sebab menurut kaidah pokok

ilmu jiwa, pakaian adalah cermin diri seseorang.


82

3. Penampakan aurat atau (ilia ma zhahara minha) dalam ha! ini ulama

berbeda pendapat akan tetapi pada umumnya mereka mengatakan yang

dimaksud dengan apa yang nampak dari padanya adalah wajah dan dua

telapak tangan. Sedangkan dalam berbusana muslimah pakaiannya tidak

tipis atau yang ketat yang dapat menampakan bentuk badan dan warna

kulit.

4. Yang menyebabkan maraknya tindakan pornoaksi adalah media cetak dan

media elektronik. Media cetalc melingkupi surat kabar, tabloid, majalal1

dan sebagainya. Sedangkan media eletronik mencakup radio, film, televisi,

video, !computer dan internet. Sedangkan bahayanya adalah te1jerumus

dalam kemaksiatan seksual, te1jadinya pergaulan bebas (freesex),

kehamilan di luar nikah dan te1jadinya aborsi, perkosaan dan perzinaan,

dan te1jadinya homoseksual dan lesbian.

B. Saran-Saran

Dari beberapa kesimpulan yang telali penulis sampaikan di atas, ada

beberapa saran yang ingin penulis sampaikan sebagai akhir dari tulisan ini :

I. Dalam menjaga ketahanan keluarga hendaknya orang tua mampu

membimbing anak-anak mereka dengan ilmu agama dan mengawasi anak-

anak mereka setiap saat bukan hanya ketika mereka berada di dalam

lingkungan keluarga, tapi juga di sekolal1 dan masyarakat termasuk saat

mereka menonton televisi maupun menggunakan internet dan hendalmya

benar-benar mampu mengarahkan anak-anak mereka agar mempunyai


83

perilaku positif, tidak bertentangan dengan nila-nilai kesopanan dan tidak

bertentangan dengan agama.

2. Agar media elektronik seperti televisi menayangkan acara-acara yang

berkualitas agar tidak berdampak negatif kepada kalangan anak-anak dan

remaJa.

3. Aparat penegak hukum haruslah bertindak tegas segala bentuk yang

berbau porno, karena ha! ini sangat meresahkan masyarakat, karena

keberadaannya yang makin luas sampai ke pelosok desa.

4. Kaum perempuan dalam berpakaian yang sopan tidak ketat, tipis yang

dapat memperlihatkan bentuk tubuh,

5. Perin lebih ketatnya penyaringan terhadap kebudayaan asing oleh yang

berwenang, terutama yang berdampak negatif.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad al-Maghribi, Mawa!zib al-Jalil, Beirut:Dar al-Fikr,1938 H.

'Audat, al- Hasan, al-Mar'ah al-'Arabiyah Fi ad-Din Wa al-Mujtama, al-


Ahalay, Beirut, 2000.

Ahmad, Rokiah, DR. Mengapa Aural Haram Didedalz : Satu Realiti Masa Kini,
Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul Majid, 2004, cet. I.

Baqdadi, al-Abdurrahman, Emansipasi Adakah Dalam Islam, terjam Muhammad


Ustman Hatim, Jakarta: Gema Insani Press, 1988, Cet Ke I.
Bungin, Burhan, Ponwmedia: Konstruksi Sosial, Teknologi Telematika dan
Perayaan Seks di Media Massa, Bogor: Kencana, 2003, Cet Ke-I.
Catalan Kritis Atas RUU APP, Jurnal Perempuan, Pornografi, 38 Jakarta :
Yayasan Jurnal Perempuan, 2004, Cet.I.

Dar, Qutni, Imam Kabir Ali bin Umar Dar Qutni, Beirut Libanon: Dar al-Fikr,
1994

Daradjat, Zakiah, Islam Dan Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1971,
Cet ke-I.

Daud, Abu, Sunan Abu Dami, Beirut :Dar al-Din Li al-Turats, 1981.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 1989, Cet ke-I.

Departemen Agama RI, al-Qur'an Dan Terjemalmya, Jakarta, Proyek Pengadaan


Kitab Suci al-Qur'an, 1978.

_________ ,Al-Qur'an dan Tefsirnya, Jakarta: DEPAG RI, 2006.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta


PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.

Dianawati, Ajen, Pengetahuan Populer Remaja : Pendidikan Seks Untuk


Remaja, Jakarta: Kawan Pustaka, 2003, cet.ke-I.
Dimasyqy, Ad-, Ralzmat al-Ummah, al-Qahirah, Halaby, t.th.

Djubaedah, Neng, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam,


Jakaiia: PRENADA MEDIA, 2003.

Fatima11,BA, Ny. Pendidikan Keterampilan Makanan Pakaian Program Hali,


Solo: Tiga Serangkai, 1988.

84
85

Ghifari, al-Abu, Remaja Korban Mode, Bandung : Mujahid Press, 2003, cet.ke-2

Gugat, Edisi 06-12 Mei 2004.


Halim, Abdul Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jakarta : Gema Insani Press,
1997.
Hanafi,A, I/mu Us!wl Fiqi!t, Jakarta: Widjaya, 1976.
Hathout, Hasan, Revolusi Seksual Perempuan : Obsteri dan Ginekologi Dalam
Tinjauan Islam, Bandung: Mizan, 1995, cet ke-2.
Haqani, Luqman, Perusak Pergaulan dan Kepribadian Remaja 1vlusli111,
Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004, cet. Ke-2.

Hasan, Adnan Shahih Baharis, Tanggung Jawab Ayah Terlzadap Anak Lald-
Laki, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Cet. Ke-I.
Jarir, Ibnu ath-Thabari, Jami' al-Bayan Fi at-Tafsir al-Qur'an, Beirut : Dar al-
Ma'rifah, 1972, Juz 18.
Jawad al-Mughniyah, Muhammad, al-Fiqlz 'Ala al-Madzahib al-Klwmsalz,
Beirut: Dar al-Jawad, t.th.
Jawi, M. al-Siddiq Jilbab Dan Kerudung Busana Sempurna Seormzg Muslima!z,
Jakarta : Nizham Press, 2007, Cetakan I.
Jaziry, Al-Abdurrahn1an, al-Fiqlz al-Mazaltibul Arba'a!t, Beirut : Dar al-
Fikr:l990.
Kami!, Syaikh Muhammad 'Uwaidah, Fiqilz Wanita, Jakarta : Pustaka al-
Kautsar, 1998.
Katsir, Ibnu, Taftir al-Qur'ani al-Az/tim, Mesir:Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah,
t.th, Jilid III.
Ma'lufal-Yasu'i, Louis, al-Munjid Fi al-Luglzalz, Beirut: al-Katulikiyah, 1965.
Maghribi,al, Muhammad Abdullah, Mawalzib al-Jalil, Beirut : Dar al-Filer, 1938
H.
Manzhur, Ibn, Lisan al-Arab, al-Qahirah, Dar al-Ma'arif, t.th.
Masyur, Kahar, Membina Moral dan Ak!tlak, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994,
Cet-I.
Muchlisin Asti, Badiatul, Remaja Dirantai Birahi :Kupas Tuntas Pornografi
Dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004, cet.ke-I.
Mohd Fachruddin, Fuad, Aural Dan Ji/bah Dalam Pandangan Mata Islam,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991, Cet.III.
86

Muhammad, Syeikh, Al-Shabuni, Slwfwat al-Tafassir, Mesir: Dar al-Shabuni,


t.th., Juz ke 2.
Muhammad, Husein KH, Fiqih Perempuan : Rejleksi Kiai Atau Wacana Agama
dan Gender, Yogyakarta : Lkis : 2001.
Muhammad Ali bin Ahmad Ibnu Hazm, Abu, al-Mulzalla, Beirut: Dar al-Afaq,
t. t.

Muri'ah, Siti Dr.Hj, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam, Bandung:


ANGKASA. t.th.
Muthahari, Murtadha, On The Islamic Hijab, Terj. Gaya Hidup Wanita Islam,
Oleh Agus Efendy dan Alwiyah Abdurrahman, Bandung:Mizan, 1990.
________ , Hijab Citra Wanita Terhormat, Jakarta: Pustaka Zahra,
2003, Cet.I
Mu'ti, Abi Abd. Syarh Kasyifah al-Saja, Magelang: Cahaya Magelang, t.th.
Naqiyah, Najlah, Otonomi Perempua11, Malang: Bayumedia, 2005, Cet. I.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,


1986.
Qaradhawy, Yusuf, DR, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid I, Jakarta : Gema
Insani Press : 1996.

_ _ _ _ _ _ _ _ ,al-Halal wal Haram, Daar : al-Baidla, Daar al-Ma'rifah,


1985, Cetakan ke I.

- - - - - - - -, Halal dan Haram Dalam Islam, t.t. PT. Bina Ilmu: 1993.
Qurt hub y, Al, al-Jami' LiAhkiimAl-Qur'an, t.tp.,1384 H/1964 M.
Rahmat, J alaluddin, Islam al-Ternatif, (Bandung : Mizan, 1991.
Republika, Jumat 25 Mei 2007.
Rusyd, Ibn, Bidayah al-Mujtahid, Dar al-Kutub al-Islamiyah, t.th., Juz I.
Shihab, M.Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimalz, Jakarta: Lentera Hali,
2004, Cet.I,

_______ , Perempuan :Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'alz


Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, Jakarta :
Lentera Hati, 2005, Cet ke-II.
_______, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian al-
Qur'an, Jakarta : Lentera Hali, 2002, Jilid X, cet. I.
87

Sudirman Abbas, Ahmad, Pengantar Pernikahan : Analisa Perbamlingan Antar


Mazhab, (Jakarta: PT.Prima Heza Lestari, 2006. Cet. I.
Syaraf, Musa Shahih, Fatwa-Fatwa Kontemporer Tentang Problematika
Wa11ita, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Sya'rawi, as- Syaikh Mutawalli Fikih Perempuan (Muslimah), t.t., Amzah:
2005, Cet ke-II.
Syaukani, Asy, Nail al-Authar, Mesir: Halaby, t.th.
Syuqqah, Abu, Busa11a Dan Perhiasan Wanita Menurut Al-Qur'a11 Dan Hadis,
Bandung : Mizan, Agustus 1995.

Taufik Hidayat, Ralunat, et.al., I(fwsanalz B11sa11a Muslimah, Bandung: Penerbit


Pustaka, 1993, Cet. pertama.
Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indo11esia, Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1989, Cet Ke I.
Tobing, L.Naek. Seks Ekstramarital, Jakarta: PT. Grasindo :1998.
Thabrany,al al-Mu'jam al-Slwgltir, Delhi al-Anshary, t.th.

Umar, Anshori, Fiqlz Wa11ita, Semarang: CV. Asy-Syifa' : t.th.

Umar Sa'abah, Marzuki, Seks Dan Kita, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Yafie, Ali, KH. Menggagas Fiqlz Sosial Dari Soal Lingkunga11 Hidup, Asunmsi
Hingga Ukhuwalz, Bandung : Mizan, Nov. 1995
Yahya, Amin bin al-Wazan, al-Fatawa al-Jami'ah Lil Mar'ati Muslimah,
te1jemahan Amir Hamzah Fakhruddin, Jakarta: Darul Haq, 2003, Jilid 3.
Yanggo, Huzaemah Tahido, Prof, Dr, MA. Fiqh Peremp11a11 Kontemporer,
Jakarta: al-Mawardi Prima, 2001.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ,Masai/ Fiqlziyalz Kajian Hukum Islam
Kontemporer, Bandung: Angkasa, 2005, Cet.I.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Yayasan Penyelenggara
Pente1jemah Dan Pentafsiran al-Qur'an, 1973.

Zuhaili, Wahbah, al-Fiqlzul al-Islam al-Adillatulzu, Damaskus Dar al-Fikt,


1972, Cetakan III. Jilid I.

Anda mungkin juga menyukai