Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL SKRIPSI

HUKUM TRANSAKSI TUKAR TAMBAH EMAS DALAM


PERSEPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH
(STUDI KASUS DI TOKO EMAS MATAHARI PASAR
KALINYAMATAN JEPARA)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Tugas Akhir Dalam
Bidang Hukum Ekonomi Syariah (HES)

Oleh :
Zeni Yulfanika
NIM : 1920210176

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS FAKULTAS


SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang universal sebagai pedoman umat Islam, yang
memuat ajaran-ajaran yang menjamin kemaslahatan hidup manusia, baik di
dunia maupun di akhirat. Dimana ajarannya tidak hanya membahas maupun
mengatur satu bidang saja, melainkan mengatur hubungan manusia dengan
pencipta-Nya dan mengantur hubungan antara manusia dengan manusia
lainnya.1 Syariah Islam sebagai salah satu hukum yang memiliki aturan untuk
seluruh kehidupan manusia, sifatnya yang dinamis, fleksibel dan universal
serta ketentuannya pun tidak dibatasi oleh ruang dan waktu hingga mapu
memenuhi dan melindungi kepentingan manusia di setiap dan dimana pun.
Allah SWT menciptakan manusia dengan karater saling membutuhkan
antata satu dan yang lainnya. Tidak semua orang memiliki apa yang
dibutuhkannya, akan tetapi sebagain orang memiliki Sesuatu yang orang lain
tidak memiliki namu membutuhkannya. Sebaliknya, sebagian orang
membutuhkan sesuatu yang orang lain telah memilikinya. Karena itu Allah
SWT mengilhamkan mereka untuk saling tukar menukar barang dan berbagai
hal yang berguna, dengan cara jual beli dan semua jenis interaksi, sehingga
kehidupan pun menjadi tegak dan rodanya dapat berputar dengan limpahan
kebajikan dan produktivitasnya.2
Di dalam Islam ada yang disebut Al-Ashnaf Arribawaniyah yakni
benda-benda yang disitu terdapat riba apabila seseorang salah dalam
menggunakannya atau menukarkannya. Benda-benda yang mengandung riba
ada enam macam, yaitu: emas, perak, gandum, syair, kurma, dan garam. Salah

1
Faturrahmat Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta : Logos, 1999), hlm 46
2
Yusuf Qardhawi, Halal Dan Haram Dalam Islam, (Surabaya : Era Intermedia,
2007), hlm 354

1
2

satu bentuk transaksi jual beli yang banyak terjadi di masyarakat yaitu jual
beli perhiasan emas dengan cara tukar tambah.
Emas adalah salah satu logam mulia yang didambakan oleh banyak
kalangan, di kategorikan sebagai logam mulia karena emas memiliki banya
karakter unik yang membuatnya lebih bernilai dibandingkan dengan logam
lainnya. Karatek ini berkatan dengan sifat emas yang tidak terkorosi oleh
udara atau air dan tidak terpengaruh oleh sebagaian besar reagen.3
Selama berabad-abad, emas dijadikan sebagai tolak ukur kekayaan dan
menjadi harta yang meningkatkan gengsi dan martabat dala masyarakat di
seluruh dunia. Masyarakat dari berbagai kalangan mengharga dan
menghormati emas, karena mereka melihat emas sebagai barang yang bernilai
tinggi, simbo kekayaan, status mapan dan ketenaran. Hal ini yang
menyebabkan emas menjadi barang yang banya diburu di dunia.
Pada zaman modern sekarang ini banyak bermunculan beragam model
bisnis, salah satunya adalah bisnis jual beli emas. Emas merupakan logam
mulia yang banyak peminatnya. Seseorang rela mengeluarkan dana yang
cukup besar untuk mendapatkan logam mulia yang memiliki banyak bentuk.
Perhiasan emas merupakan emas yang dilebur dan dicampur dengan logam
lain, kemudian dibentuk menjadi perhiasan seperti liontin, kalung, cicin,
anting-anting, dan lain-lainya
Emas dijadikan sebagai barang yang diperjual belikan dikarenakan
emas adalah salah satu logam mulia yang bernilai tinggi dan juga merupakan
alat tukar selain uang yang digunakan pada zaman dahulu sebelum adanya
uang kertas seperti sekarang ini. Emas juga bisa digunakan untuk berinvestasi
yang menguntungkan karena harga emas dominan selalu naik. Perhiasan
emas kerap digemari oleh banyak wanita yang sering memakai perhiasan
emas, mulai dari kalangan remaja hingga orang tua. Sementara harga
perhiasan emas ditentukan oleh beberapa macam faktor, antara lain warna
emas, kadar emas, dan bentuk perhiasan emas.

3
Era Wahyuni, Analisis Praktik Penambahan Dan Pengurangan Nilai Harga Pada
Transaksi Jual Beli Emas Di Pasar Aceh Dalam Perspektif Hukum Islam, 2017, hlm 1
3

Emas merupakan jual beli yang tampak atau terlihat, jual beli emas ini
hukumnya boleh (mubah). Namun emas merupakan salah satu barang yang
dapat terkena riba. Seperti adanya unsur tambahan dalam kegiatan transaksi
tukar tambah emas ini sering dijumpai di masyarakat, namun kebanyakan
masyarakat tidak mengetahui pelaksanaanya yang sesuai dengan syarat
Islam.4 Di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali yang melakukan
transaksi tukar-tambah emas. Kebanyakan orang melakukan kegiatan
tersebut di karenakan kebutuhan mendesak dan sudah menjadi rutinitas
sehari-hari. Salah satunya pada toko emas di pasar Kalinyamatan Jepara,
sering terjadi transaksi tukar tambah emas.
Dalam hal ini praktik tukar tambah perhiasan emas yang terjadi pada
pasar Kalinyamatan Jepara seseorang datang dengan membawa perhiasan
emas yang pernah mereka pakai dengan maksud ingin membeli perhiasan
yang baru sesuai dengan yang mereka inginkan ada yang menukar dengan
sesama ukuran, jenis dan kadar, ada juga yang menukar tambah dengan
berbeda ukuran dengan cara pembayaran berdasarkan selisih dari dua harga
emas tersebut dan juga adanya tambahan biaya dari emas lama yang di
tukarkannya. Di dalam Islam jual beli itu seharusnya sesuai dengan rukun dan
syarat yang telah ditentukan. Akan tetapi pada pelaksanaannya untuk itu,
transaksi tukar tambah emas ini kiranya perlu dikaji dengan syariat Islam.
Dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih
mendalam menegani penabahan dan pengurangan dalam pertukaran emas di
toko emas matahari yang terdapat di Pasar Kalinyamatan Jepara. Maka
penulis tertarik untuk mengkaji lebi dalam dengan mengangkat judul
penelitian tentang “Hukum Transaksi Tukar Tambah Emas Dalam
Perspektif Hukum Ekonomi Syariah (Studi kasus di Toko Emas
Matahari di Pasar Kalinyamatan Jepara)”
B. Fokus Penelitian

4
Germala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005)
hlm 109
4

Berdasarkan latar belakang di atas penulis memfokuskan tentang


pelaksanaan jual beli emas dengan sistem tukar tambah emas dengan
perspektif hukum ekonomi syariah objek penelitian adalah toko emas
Matahari di pasar Kalinyamatan Jepara.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktik tukar tambah emas di Toko Emas Matahari di Pasar
kalinyamatan Jepara
2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktik transaksi tukar
tambah emas di Pasar Kalinyamatan Jepara
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui praktik jual beli perhiasan emas dengan sistem tukar
tambah emas pada pasar Kalinyamatan Jepara.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap praktik jual beli
perhiasan emas dengan sistem tukar tambah emas pada pasar
Kalinyamatan Jepara.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari aspek keilmuan adaah memberikan
pemahaman serta memperluas dan memperkaya pengetahuan tentang
pekembangan ilmu hukum Islam dalam bidang yang sesuai dengan
muamalah, terutama mengetahui bagaimana praktik tukar tambah emas
yang sama ukuran.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan
gambaran maupun bentuk lebih mendalam mengenai hal jual beli
perhiasan emas dengan cara tukar tambah emas dalam perspektif hukum
Islam.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan urutan penyajian dari masing-masing
bab secara terperinci, yang dibagi menjadi 5 bab, bertujuan agar lebih mudah
dipahami. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
5

BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama menyajikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, bertujuan untuk memfokuskan pembahasan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab dua menyajikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian, termasuk teori tukar menukar dalam Islam, dasar hukumtukar
menukar, rukun dan syarat tukar menukar, jual beli, dasar hukum jual beli,
dasar hukum, dan rukun dan syarat jual beli. Kemudian kerangka berfikir
secara ringkas terkait antara variabel yang akan diteliti dan pengembangan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab tiga menjelaskan bagaimana penelitian ini dilakukan, baik itu
pendekatan dan metode yang akan digunakan, terdiri dari jenis dan
pendekatan, setting penelitian, subyek penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, pengujian keabsahan data, teknik analisis data, daftar
pustaka.
BAB IV HASIL PENELITAN DAN ANALISI DATA
Berisikan uraian tentang objek penelitian, dan pembahasan terhadap
hasil penelitian yang sudah dilakukan.

BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian
selanjutnya.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Tukar-Menukar dalam Islam
Pertukaran merupakan suatu penukaran barang yang
penyerahannya kepada komoditas sebagai alat tukar komoditas
lainnya. Sama halnya seperti pertukaran antara satu komoditas dengan
komoditas lainnya, atau satu komoditi ditukar dengan uang.
Sedangkan di dalam jual beli mengenai barang dan uang muka tukar
menukar adalah suatu transaksi menegani barang lawan barang.
Sedangkan dalam masyarakat yang belum menegal uang sebagai alat
tukar, maka tukar menukar ini merupakan transaksi utama.5
Dalam ahli fiqih Islam, mengatakan bahwasanya pertukaran
diartikan semacam pemindahan barang seseorang dengan cara
menukarkan barang-barang tersebut dengan barang lain berdasarkan
keikhlasan maupun atas dasar kerelaan.6
2. Dasar Hukum Tukar-Manukar
Dasar hukum yang menjelaskan tentang transaksi tukar –
menukar terdapat dalam (HR. Muslim) yang hadistnya sebagai
berikut:

‫ير َوالت َّ ْم ُر‬ َّ ‫ير ِبال‬


ِ ‫ش ِع‬ ُ ‫ش ِع‬ َّ ‫ض ِة َو ْالب ُُّر ِب ْالب ُِر َوال‬ َّ ‫ضةُ ِب ْال ِف‬
َّ ‫ب َو ْال ِف‬ِ ‫َب ِبالذَّ َه‬ ُ ‫لذَّه‬
‫ت َه ِذ ِه‬ ْ َ‫اختَلَف‬
ْ ‫س َواءٍ يَدًا ِب َي ٍد فَإ ِ َذا‬َ ِ‫س َوا ًء ب‬ َ ‫بِالت َّ ْم ِر َو ْال ِم ْل ُح بِ ْال ِم ْلحِ ِمثْالً بِ ِمثْ ٍل‬
‫ْف ِشئْت ُ ْم إِ َذا َكانَ يَدًا بِيَ ٍد‬
َ ‫َاف فَبِيعُوا َكي‬
ُ ‫صن‬ْ َ ‫األ‬
Artinya: “Dari Ubadah bin Shamith r.a. beliau berkata bahwa Rasulullah
SAW telah bersabda: “emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan biji
gandum, jagung dengan jagung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama
dengan sama, tunai dengan tunai, jika berbeda dari macam-macam ini semua maka
juallah sekehendakmu apabila dengan tunai.”

5
R Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1995) hlm 35
6
Afzalur Rahma, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT Dana Bhakti Wakaf,
1995), hlm 70

6
7

Dari hadis ini menjelaskan mengenai jual beli barter (tukar-


menukar) yaitu:
a. Jual bali barter terdapat enam macam barang (barang ribawi)
tersebut yang ada di dalam hadist yang sama jenisnya dan sama
ilatnya, yaitu seperti : emas, perak,beras, gandum, padi, kurma,
dilarang oleh Islam kecuali telah memenuhi beberapa syarat
yaitu:
1) Sama banyaknya dan mutunya (kualitasnya)
2) Secara tunai
3) Serah terimanya dalam satu majelis
b. Tukar Menukar antara eman macam barang ini yan berbeda
jenisnya dan berbeda ilatnya maka hukumnya adalah sah, tetapi
harus tunai seperti 3 gram emas ditukar dengan 8 gram perak.
c. Jual beli barter antara enam macam barang tersebut, yang berbeda
jenisnya dan berbeda ilatnya hukmnya adalah sah jual beli, tanpa
syarat harus sama dan tunai.
3. Rukun dan syarat Tukar-Menukar
Dalam rukun maupun syarat tukar menukar ini seperti halnya
rukun dan syarat dari jual beli. Maka dapat diketahui rukun dan syarat
dari tukar – menukar ini diantaranya:
a. Rukun Tukar Tambah
Dalam rukun tukar menukar ini harus ada yang dipenuhi dalam
transaksi tukar menukar ini seperti ijab dan qabul yang menunjukkan
saling menukarkan, atau dalam bentuk lain dapat
mengangantikanna, sedangkan menurut jumhur ulama mengatakan
bahwa rukun yang rukun tukar – menukar harus dipenuhi dalam
transaksi tukar menukar diantaranya:
1) Aqid (orang yang berakad)
2) Sighat (lafal ijab dan qabul)
3) Ma’qud ‘alaih (objek akad)
b. Syarat Tukar – Menukar
8

Tukar menukar dianggap sah jika memenuhi syarat-syarat


tertentu. Syarat-syarat tersebut ada yang berkaitan dengan orang
yang melakukan akad, objek akad, maupun sighatnya. Syarat-
syarat tersebut adalah:
1) Syarat yang berkaitan dengan ‘aqid
a) Al-Rusyd yaitu baligh, berakal dan cakap dalam
hukum
b) Tidak merasa terpaksa
c) Terdapat suatu kerelaan
2) Syarat yang berkaitan dengan sighat
a) Adanya percakapan antara kedua belah pihak
b) Berlangsungnya dalam suatu majelis
c) Antara ijab dan qabul tidak terputus
d) Sighat akad tidak digantungkan dengan suatu yang
lain
e) Akadnya tidak dibatasi dengan periode waktu
tertentu
3) Syarat berkaitan dengan ma’qud ‘alaih
a) Haruslah suci
b) Bisa diserah terimakan
c) Bisa dimanfaatkan secara syara’
d) Merupakan hak milik sendiri maupun milik orang
lain dengan kuasa atasnya
e) Telah dinyatakan secara jelas oleh pihak yang
bersangkutan
f) Jika barangnya sejenis haruslah seimbang
4. Pengertian jual beli
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau
barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah
pihak, dimana pihak yang satu menerima dan pihak lainnya menerima
9

barang sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah ditentukan


secara syara’ dan disepakati.7
Jual beli merupakan akad yang sangat umum digunakan di
masyarakat, karena dalam setiap memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sehari-hari, masyarakat tidak bisa berpaling untuk meninggalkan akad
jual beli ini.8 Dari akad jual beli ini seseorang dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan pokok (primer),
kebutuhan tambahan (sekunder) dan kebutuhan tersier.
Suatu akad jual beli di katakana sebagai jual beli yang sah
apabila jual beli itu disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang di
tentukan, bukan milik orang lain, tidak pada hak khiyar. Sebaliknya
jual beli dikatakan batal apabila salah satu rukun atau seluuruh
rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli pada dasarnya tidak
disyariatkan, seperti jual beli yang dilakukan anak kecil, orang gila,
atau barang yang di jual itu barang-barang yang haram oleh syara’,
seperti bangkai, darah, babi, dan khamar. Akan tetapi di dalam
praktiknya masyarakat melakukan transaksi jual beli dengan
menghalalkan segala cara hanya untuk meraup keuntungan yang besar
tanpa memperhatikan apakah transaksi yang dilakukan sudah sesuai
dengan yang disyariatkan atau belum.
5. Dasar Hukum
Jual beli merupakan akan yang diperbolehkan. Hal ini
berlandaskan pada dalil-dalil Al-qur’an, hadist, dan ijma’ ulama.
Orang-orang yang terjun di dunia usaha berhak dan berkewajiban
mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu tidak sah
(fasid). Hal ini bermaksud agar dalam kehidupan bermu’amalah
segala sikap dan tindakan dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain. Serta terhindar dari keruskan yang tidak

7
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2002), hlm 68
8
Dinyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008), hlm 69
10

dibenarkan oleh syara’ dalam segala macam hal transaksi atau jual beli
sebagai tolong menolong sesama umat manusia mempunyai landasan
yang kuat dalam al’qur’an dan sunnah Rasulullah Saw maupun ijma’.

a) Al-qur’an
Surat An-Nisa’ ayat 29:

ِ َ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ٰٓ َّ ‫اط ِل ا‬
َ‫َِل ا َ ْن ت َ ُك ْون‬
‫س ُك ْم ۗ ا َِّن اللّٰهَ َكانَ بِ ُك ْم‬
َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ۗ َو ََل ت َ ْقتُلُ ْٰٓوا ا َ ْنف‬
ٍ ‫ع ْن ت َ َر‬
َ ً ‫ارة‬
َ ‫تِ َج‬
‫َر ِح ْي ًما‬
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kau membunuh
dirimu: sesungguhnya Allah adaah Maha Penyayang kepadamu .”

Dan jelas telah diharakannya kepada kita mengambil harta


sesama dengan jalan batil, baik itu dengan cara mencuri, menipu,
merapok, dan maupun dengan cara yang lain dan tidak dibenarkan
oleh Allah SWT., kecuali dengan jalan perniagaan (jual beli) yang
dilandaskan pada asas suka sama suka

b) As-sunnah:

ُ‫صلَّى اللَّه‬ َّ ِ‫ع ْنهُ { أ َ َّن النَّب‬


َ ‫ي‬ َ ُ‫ي اللَّه‬ ِ ‫عةَ ب ِْن َرافِعٍ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن ِرفَا‬
َ
َّ ‫ َع َم ُل‬: ‫ب ؟ قَا َل‬
، ‫الر ُج ِل ِبيَ ِد ِه‬ ْ َ‫ب أ‬
ُ َ‫طي‬ ِ ‫ي ْال َك ْس‬
ُّ َ ‫ أ‬: ‫سئِ َل‬
ُ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
‫ص َّح َحهُ ْال َحا ِك ُم‬ ُ ‫ور } َر َواهُ ْالبَ َّز‬
َ ‫ار َو‬ ٍ ‫َو ُك ُّل َبيْعٍ َمب ُْر‬
“Dari Rifa’I bin Rafi’.nabi pernah ditanya mengenai pekerjaan
apayang paling baik. Jawaban Nabi, Kerja dengan tangan dan semua jual beli
yang mabrur.” (H.R Al- Bizzar dan disahkan oleh Hakim)

Yang dimaksud pekerjaan tagan sendiri maksudnya adalah


pekerjaan yang dilaukan oleh seseorang tanpa meinta-minta.
Pekerjaan itu berupa profesi sebagai tukang batu, tukang besi, dan
11

lainnya. Sedangkan pekerjaan yang mabrur maksudnya adalah


perniagaan atau perdagangan yang bersih dari penipuan dan
kecurangan timbangan maupun kecurangan dengan
menyembunyikan catatnya barang yang dijual.

c) Ijma:
Para ulama fiqih sepakat bahwa jual beli diperbolehkan
dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi
kebutuhan dirinya tanpa bantuan dari orang lain. Namun bantuan
atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus
diganti dengan barang lannya yang sesuai. Kebutuhan manusia
dalam mengadakan transaksi jual beli sangat penting. Dengan
transaksi jual beli seseorang mampu untuk memiliki barang orag
lain yang mereka inginkan tanpa melanggar batasan yang di
syari’atkan. Oleh karena itu jual beli yang dilakukan manusia
semenjak masa Rasulullah SAW hingga sampai sekarang
menunjukkan bahwa umat sepakat akan disyari’atkan jual beli.
Dapat disimpulkan bahwa jual beli adaah salah satu
transaksi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dan
jual beli juga merupakan salah satu bentuk tolong menolong
dengan cara memberi sesuatu dengan digantikan dengan sesuatu
yang nilainya sama atau sesuai.
6. Rukun dan Syarat Jual Beli
1) Rukun Jual Beli
Di dalam jua beli mempunyai rukun dan syarat yang harus
dipenuhi, sehingga jual beli dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam
menentukan rukun jual beli ada pendapat yang berbeda oleh ulama
Hanafiyah dengan Jumhur Ulama.
Rukun jual beli menurut ulama Hanfiyah hanya satu yaitu ijab
(ucapan membeli dari pembeli) dan qabul (ucapan menjual dari
penjual). Menurut ulama Hanafiyah yang menjadi rukun jual beli
12

hanyalah unsur kerelaan antara kedua belah pihak untuk melakukan


transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan ini merupakan
unsur hati yang sulit untuk dihindari sehingga tidak kelihatan, maka
diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah
pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan dari kedua belah pihak
yang melakukan transaksi jual beli menurut ulama Hanafiyah boleh
tergambar dalam ijab dan qabul atau melalui cara saling memberikan
barag dan harga barang.9
Akan tetapi Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun jual beli
ada empat di antaranya:
a. Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan
pembeli)
b. Ada shigat (lafal ijab dan qabul)
c. Ada barang yang dibeli
Barang yang dijual harus mubah dan bersih serta dapat
diterima dan diketahui walaupun hanya sifatnya oleh pembeli.
d. Ada nilai tukar pengganti barang.10
2) Syarat Jual Beli
Syarat jual beli tidak sah bila tidak terpenuhi dalam suatu akad,
syarat – syarat tersebut yaitu:
a. Saling rela antara kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua
belah pihak untuk melakukan transaksi syarat mutlaq
keabsahannya.
b. Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad
yaitu orang yang sudah baliq, berakal, dan mengerti.
c. Harta yang menjadi objek transaksi telah memiliki sebelumnya
oleh kedua belah pihak.

9
Abdul Rahman Ghazaly DKK, Fiqih Muamalah, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2021), hlm 70
10
Rahmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, (Bandung : CV Pustaka setia, 2001), hlm 71
13

d. Barang yang di jual adalah barang yang diperbolehkan agama


untuk diambil manfaatnya. Seperti menjual makanan dan
minuman yang halal dan bukan barang yang haram seperti
khamar (minuman keras), bangkai, anjing, babi dan lain
sebagainya.
e. Barang yang dijadikan transaksi barang yang bisa untuk
diserahkan
f. Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad maka
tidak sah menjual barang yang tidak jelas. Misalnya pembeli
harus melihat terlebih dahulu barang tersebut.
g. Harga harus jelas saat transaksi. Maka tidak sah jual beli dimana
penjual mengatakan: “Aku jual rumah ini kepadamu dengan
harga yang akan disepakati nantinya.”11

B. Penelitian Terdahulu
1. Skripsi yang disusun oleh Yogi Zulkarnaen yang berjudul “Tinjauan
Etika Bisnis Islam Terhadap Praktik tukar tambah Barang Elektronik
Di Dalam Group Facebook Jual Beli Online Daerah Mataram.”12
Skripsi ini berfokus pada bagaimana proses dan mekanisme
transaksi tukar tambah barang elektronik dalam jual beli online daerah
mataram? Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap transaksi
tukar tambah barang elektronik dalam jual beli online daerah
mataram? Kesimpulan skripsi ini adalah praktik tukar tambah barang
elektronik dalam grup jual beli online daerah mataram menurut etika
bisnis Islam yang dimana praktiknya bisa dipastikan bahwa para
pelaku usaha sudah menerapkan prinsip dasar sesuai dengan etika
bisnis Islam. Yaitu dengan menggunakan prinsip unity atau persatuan

11
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta : Kencana Predana Group, 2012), hlm
104-105
12
Yogi Zulkarnaen, “Tinjauan Etika Bisnis Terhadap Prakte Tukar Tambah Barang
Elektronik Di Dalam Group Facebook Jual Beli Online Daerah Mataram”, (Skripsi
Fakultas Syariah UIN Mataram, 2017), hlm 65
14

dalam bentuk mengedepankan aspek keridhaan dan menjaga tali


silaturahmi, kemudian prinsip Equilibrium (Keseimbangan), prinsip
Free Will (kehendak bebas), prinsip Responsibility (bertanggung
jawab), Benevolence (berbuat baik). Meskipun dalam praktik sebagai
penjual ada yang membuat kecewa pembelinya, namun mereka
bukanlah para pembisnis. Dengan kata lain mereka hanya menjual
beberapa kali dan tidak menjadikan jual beli online sebagai media
tetap mereka.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan skripsi
sebelumnya adalah dilihat dari objek tukar tambah yaitu barang
elektronik dan lokasi penelitian yaitu di social media. Kemudian
persamaan peneltian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-
sama terkait dengan tukar tambah.
2. Skripsi yang disusun oleh Mulya Gustina yang Berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Jual Beli Emas Online Melalui Bukaemas di
Bukalapak”.13
Skripsi ini berfokus pada, bagaimana pratek jual beli emas
secara tidak tunai melalui media bukaemas di bukalapak? Bagaimana
pandangan hukum Islam terhadap praktek jua beli emas secara tidak
tunai melalui media bukaemas di bukalapak? Kesimpulan skripsi ini
yaitu jual beli emas yang terjadi pada pengguna bukalapak yaitu emas
yang diperjual belikan tidak secara tunai. Jadi pada prakteknya
penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung. Ketika penjual
menjual barangnya, pengguna mengklik jual pada fitur bukaemas di
bukalapak dengan pembeli dan emas langsung tersimpan pada
account penjual. Dengan demikian dalam Islam terdapat 2 pendapat
yang mengatakan bleh dan tidak boleh, karena tidak tunai dan secara
langsung pembelian yang dilakukan oleh kedua belah pihak tersebut.

13
Mulya Gustina, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Emas Online Melalui
Media Bukaemas Di Bukalapak”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2018), hlm 85
15

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya


adalah dilihat objeknya yang tidak terlihat yaitu secara tidak tunai atau
tidak langsung dan lokasi penelitian yaitu dilakukan secara online di
bukaemas aplikasi bukalapak. Kemudian persamaan penelitian ini
dengan sebelumnya adalah sama-sama terkait jual beli emas.
3. Skripsi yang disusun oleh Eka Nopitasari yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Emas.”
Skripsi ini berfokus bagaimana praktik jual beli emas?
Bagaimana hukum Islam terhadap transaksi jual beli emas?
Kesimpulan skripsi ini adalah bahwa dalam (1) penetapa harga dengan
penawaran dua opsi terhadap konsumen yang dipratekkan oleh piha
toko emas putra jaya bertentangan dengan penetapan harga dalam
hukum Islam. Dimana penetapan harga yang dilaukan oleh pemilik
toko emas dapat menimbulkan eskploitasi harga terhadap konsumen
yaitu harga yang dikuasai oleh salah satu pihak, yaitu pihak toko. (2)
pembulatan berat timbangan emas yang dilakukan pada toko Putra
jaya merupakan kecurangan yang dapat merugikan salah satu pihak
yaitu konsumen. Dimana transaksi ini menimbulkan eksploitasi
keuntungan yang berlebih.14
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya
adalah penelitian sebelumnya hanya berfokus pada aspek jual beli dan
tukar menukar, sedangkan penelitian ini berfokus pada aspek hukum
transaksi tukar tambah emas dalam perspektif hukum ekonomi
syariah. Sementara itu subjek penelitian jual beli juga berbeda, dimana
penulis mengambil lokasi di toko emas matahari Pasar kalinyamatan
Jepara.

14
Eka Nopitasari, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Emas
(Studi Kasus Pada Toko Emas Putra Jaya Ronowijaya Kecamatan Sikan Kebupaten
Ponorogo), Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Ponorogo, 2010
16

4. Skripsi yang disusun oleh Era Wahyuni yang Berjudul “Analisis


Praktik Penambahan Dan Pengurangan Nilai Harga Pada Transaksi
Jual Beli Emas di Pasar Aceh Dalam Perspektif Hukum Islam.”
Skripsi ini membahas tentang sistem yang digunakan oleh pihak
pedagang dalam penetapan harga pada penjualan emas dan
penyusutan harga pada pembelian emas dan praktik penambahan dan
penguragan nilai harga pada jual beli emas dalam perspektif hukum
Islam. Dalam praktek jual beli emas pembeli merasa dirugikan.
Karena adanya penambahan harga saat terjadi tukar tambah. Salah
satu kosumen mengatakan bahwa dalam tukar tambah emas merasa
dirugikan. Ketika ia ingin menukar emasnya dengan modal lain maka
pada saat melakukan transaksi terjadi dua kali pengabilan ongkos,
yang pertama saat terjadinya penjualan dan yang kedua pada saat
pemebelian. Dari keadaan inilah konsumen merasa dirugikan.15
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penelitian sebelumnya berfokus pada praktik
penambahan dan pengurangan nilai harga emas dala perspektif hukum
Islam, sedangkan penelitian ini berfokus pada transaksi tukar tambah
emas dalam perspektif hukum ekonomi syariah.
C. Kerangka Berfikir
Penelitian ini merupakan penelitian mengaju kepada ekonomi
Islam, karena penelitian ini tentang jual beli yang merupakan kajian
fiqih Muamalah, yang didalam Islam tentunya mempunyai rukun dan
syarat-syarat yang lebih khusus dibandingkan dengan jual beli biasa
pada lazimnya. Dengan mengacu kepada konsep ini, dapat diketahui
apakah objek yang diteliti, jual belie mas dengan sistem tukar tambah
yang mengacu dalam penelitian dapat terpenuhi atau tidak, kemudian
dapat diketahui manfaat dan resiko dalam praktek jual beli emas

15
Era Wahyuni, “Analisis Praktik Penambahan Dan Penguragan Nilai Harga Pada
Transaksi Jual Beli Emas Di Pasar Aceh Dalam Perspektif Hukum Islam, Skripsi Fakultas
Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2017
17

dengan system tukar tambah. Dalam memperjelas tentang objek yang


diteliti, serta hubungannya satu dengan yang lainnya, penulis
menjelaskan dalam bentuk yang menggambarkan hubungan bagian
antara bagia secara sistematika sebagai berikut:

Gambar
Kerangka Berfikir

Hukum Tukar Tambah Emas Dalam


Perspektif Hukum Ekonomi Syariah

Ekonomi Islam

Wawancara Dokumentasi

Pelangan toko Pemilik Toko Emas


eeEEmas

Jual beli adalah perjanjian tukar tambah benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela antara kedua belah pihak. Pihak yang
satu menerima benda-benda kemudian pihak yang lain menerima
sesuai perjanjian dan ketentuan yang telah disepakati sesuai dengan
syara’, sesuai ketetapan hukum. Adapun maksudnya yaitu memenuhi
persyaratan, rukun-rukun dan hal yang berkaitan dengan jual beli,
maka apabila syarat-syarat dan rukunya tidak terpenuhi maka tidak
sesuai dengan syara’.
18

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan


Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif karena data yang diperoleh. Pada dasarnya metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriftif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.16
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
lapangan atau field research. Disebut penelitian lapangan (field
research), apabila sumber data utama untuk menjawab rumusan
masalah ada dilapangan dengan kata lain rumusan masalah hanya
dapat dijawab apabila data-data yang harus dikumpulkan harus berupa
data lapangan. Pengertian lain menyatakan suatu penelitian disebut
sebagai penelitian lapangan karena peneliti harus terjuan ke lapangan
terlibat dengan masyarakat setempat.
Peneliti lapangan dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas
dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan
data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat
langsung ke lapangan untuk mengadakan pengamatan terhadap suatu
keadaan yang alamiah. Keadaan alamiah yang dimaksud adalah
bahwa keadaan tersebut bukan merupakan treatment atau campur
tangan peneliti sebagaimana penelitian eksperimen atau laboratorium.
Pada umumnya terdapat dua pendekatan penelitian yang biasanya
digunakan oleh para peneliti dari berbagai kalangan termasuk
mahasiswa. Dua pendekatan penelitian tersebut adalah pertama,
pendekatan kuantitatif dan kedua adalah pendekatan kualitatif. Dalam
penelitian kali ini peneliti menggunakan pedekatan kualitatif.

16
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm 3
19

Ada beberapa karakteristik dari penelitian kualitatif yakni


penelitian kualitatif merupakan suatu kajian beradasarkan atas latar
ilmiah, berbagai gejala yang ditemukan dilapangan penelitian tidak
dimanipulasi, tetapi dibiarkan apa adanya. Dalam penelitian kualitatif,
data yang diperoleh oeh peneliti adalah berupa deskripsi kata-kata
atau kalimat yang tertulis maupun lisan yang mana mengaraha kepada
tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian kualitatif
cenderung lebih mementingan proses dibandigkan dengan hasil,
penelitian kualitatif tidak mencari bukti atau kejadian untuk
mempengaruhi hipotesa yang dipegang sebelum memasuki lapangan
penelitian.17
Karena penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah
sehingga data yang dikumpulkan dan dianalisis lebih bersifat
kualitatis dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai
perspektif fiqih muamalah terhadap jual beli perhiasan emas dengan
cara tukar tambah.
Oleh karena itu, penulis menggunakan data-data secara
langsung dari penjual (pemilik toko) dan pembeli guna memperoleh
sejumlah informasi terkait penelitian tersebut. Sedangkan dari disiplin
ilmu, pendekatan yang digunakan adalah ilmu tetang akad jual beli
dalam bidang muamalah.
B. Setting Penelitian
Setting penelitian ini menjelaskan lokasi dan waktu dari
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Setting penelitian
bersifat alamiah dengan tanpa treatment khusus terhadap objek
penelitian. Lokasi penelitian berada di Pasar Kalinyataman Jln Raya
Jepara-Kudus. Waktu yang dialokasikan peneliti untuk melakukan
penelitian disesuaikan pada kecukupan data yang diperoleh, bila data

17
Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta : Teras, 2011), hlm 49
20

telah dianggap cukup dan jenuh maka penelitian dapat dinyatakan


tuntas.
C. Subyek Penelitian
Subjek peneltian adalah benda atau hal atau orang, tempat
data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahan.18
Dalam pendekatan penelitian, istilah biasa yang digunakan untuk
menunjuk subjek penelitian yakni informan dan pastisipan. Istilah
informan digunakan ketika subjek memberikan informasi tentang
suatu kelompok dan bukan merupakan subjek yang diharapkan
sebagai representasi dari kelompok tersebut. Sedangkan istilah
pastisipan, merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk subjek
penelitian yang utamanya dianggap mewakili kelompok yang diteliti,
dan memiliki hubungan yang penting dan bermakna dengan peneliti.
Secara subtansial, kedua istilah ini memandang peneliti sebagai
instrumen utama dalam penelitian kualitatif.19 Untuk itu yang menjadi
subjek penelitian ini adalah pemilik toko dan karyawan.
D. Sumber data
Data dicari, dikumpulkan dan diproses untuk mendukung
penelitian. Adapun data dapat diakses atau diperoleh melalaui
berbagai sumber yakni bersumber dari manusia dan non manusia.
Data dari manusia diperoleh dari orang yang menjadi informan atau
partisipan dalam penelitian terkait, sedangkan data dari non manusia
bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman gambar
atau foto, yang berkaitan dengan penelitian.20 Adapun sumber data
pada penelitan ini adalah
a. Sumber Data Primer

18
Andi Prastowo, memahami Metode-Metode Penelitian : Suatu Tinjauan Teori dan
Praktis, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2016), hlm 28
19
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam
(Muamalah), (Bandung : Pustaka Setia, 2014), hlm 72
20
Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis , (Yogyakarta : Teras, 2011), hlm 58
21

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan


menggunakan alat pengukur atau pengambilan data langsung pada
sumber objek, sebagai sumber informasi yang dicari.21 Data ini
peneliti peroleh melalui kegiatan observasi dan wawancara terhadap
sumber yang diteliti.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh, dibuat dan
merupakan ada dari sumber yang dari pihak lain, dan bukan peneliti
sendiri yang mengumpulkan atau memproses dan mencari data
tersebut.22 Data sekunder ini berbentuk dokumentasi catatan, foto-
foto, gambar-gambar atau data-data laporan yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan.
E. Teknik Pengumpulan data
Data yang mendukung penelitian harusnya dikumpulkan
dengan teknik yang baik, benar dan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan. Pengumpulan data adalah cara yang digunkan untuk
mengumpulkan data, menghimpun dan mengambil atau menjaring
data penelitian.23 Maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan wawancara dan dokumentasi sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang
dilakukan setidaknya oleh dua orang, atas dasar ketersediaan dan
dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada
tujuan yang telah diterapkan dengan mengedepankan trust sebagai
landasan utama dalam proses memahami.24 Pegertian lain menyatakan
bahwa wawancara adalah cara menjaring informasi atau data melalui

21
Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, 1998), hlm
90
22
Syaiful Azwar, Metode Penelitian, 91
23
Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : ANDI, 2014),
hlm 41
24
Haris Herdiansyah, Wawancara Observasi danFocus Groups Sebagai Instrumen
Pengalian data Kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2015), hlm 31
22

interaksi verbal atau lisan.25 Terdapat beragam jenis wawancara antara


lain wawancara terstruktur, wawancara semistruktur, wawancara
tidak terstruktur. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan wawancara
yang bersifat mendalam atau in-depth interviews yakni wawancara
tanpa alternatif pilihan jawaban dan dilakukan untuk mendalami
informasi dari seorang informan dan patisipan.
Wawancara mendalam merupakan sebuah interaksi sesial informal
antara seorang peneliti dengan informannya.26 Meski wawancara
mendalam berlangsung informal dan tanpa adanya sekat pilihan
jawaban, namun proses wawancara tetap dalam control, terarah dan
sistematis tertuju pada topik yang dikehendaki oleh peneliti. Teknik
ini digunakan peneliti untuk menggali data-data yang dibutuhkan
terkait penelitian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
informan yang berhubungan dengan masalah yang diangkat oleh
peneliti yakni hukum tukar tambah emas daam perspektif hukum
ekonomi syariah. Wawancara ini ditujukan kepada pemilik toko emas
matahari di pasar kalinyamatan jepara.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa penting yang sudah
berlalu. Dokumntasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumentasi dapat juga diartikan
sebagai teknik pengumpulan data dengan melihat atau mencatat suatu
laporan yang sudah tersedia. Alasan dokumen dijadikan sebagai data
untuk membuktikan penelitian adalah karena dokumen merupakan
sumber yang terhitung stabil, dapat berguna sebagai bukti untuk
pengujian, mempunyai sifat yang alamiah dan tidak reaktif. Teknik ini
digunakan peneliti untuk memperoleh data berupa arsip tertulis yang
dimiliki oleh Toko Emas Matahari Pasar Kalinyamatan Jepara.

25
Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, 48
26
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu , (Jakarta : Raja Grafindo Persada, cet
ke-3, 2016), hlm 136-137
23

F. Pengujian keabsahan data


Suatu data telah mengalami proses pengumpulan, harus
melewati prosesuji keabsahan data sehingga data tersebut layak untuk
digunakan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan pada
beberapa pengujian yakni sebagai berikut:
1. Uji Kredibilitas
Dalam melakukan uji kredibiltas suatu data penelitian, ada lima
teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian tersebut
yakni Pertama, menguji keabsahaan temuan. Kedua, pertemuan
pengarahan dengan kelompok untuk mengatasi ketidakjelasan.
Ketiga, analisis kasus negative yang berfungsi untuk merevisi
hipotesis. Keempat, menguj hasil temuan tentative dan penafsiran
dengan rekaman video, audio, foto dan dan lainnya. Kelima, menguji
temuan pada kelompok-kelompok dari mana kita memperoleh
datanya.27
Dari Guba yang dikutip oleh Noeng Muhadjir, mengetengahkan tiga
teknik dalam pengujian kredibilitas atau menguji keterpercayaan atau
keabsahan temuan yakni Pertama, memperpanjang waktu tinggal.
Kedua, observasi lebih tekun, dan Ketiga, menguji secara triangulasi.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengujian
keterpercayaan atau kredibilitas data antara lain sebagai berikut:
a. Perpanjang Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal
dilapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data
tercapai.28 Untuk melakukan hal ini maka, peneliti akan melakukan
perpanjangan pengamatan terhadap penerapan tukar tambah Emas
di Toko Emas Matahari Pasar Kalinyamatan dan menanyakan apa

27
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif Edisi IV, (Yogyakarta : Reke
Sarasin, cet ke-2, 2002), hlm 171-172
28
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 327
24

yang belum dan perlu diketahui lebih lanjut untuk mendukung data
yang kredibel.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara
konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan
proses analisis yang kosntan dan tentatif.29 Oleh sebab itu, maka
dari pihak peneliti sendiri akan selalu mencermati data-data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik, karyawan dan
pembeli di Toko Emas Matahari maupun observasi yang telah
dilakukan.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau bisa juga sebagai pembandig terhadap data.30
Teriangulasi juga dapat diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.31
Penejelasan mengenai triangulasi tersebut dapat peneliti paparkan
sebagai berikut:
1) Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data untuk menguji kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk
triangulasi sumber.32 Peneliti akan melakukan pengujian
dan pengumpulan data yang telah diperoleh dari pemilik
toko, dan karyawan.
2) Triangulasi Teknik Dan Metode
Triangulasi teknik yang digunakan untuk menguji
kredibilitas terhdap data yakni dilakukan melalui

29
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 329
30
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm 125
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 127
25

pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik


yang berbeda.33 Untuk triangulasi teknik ini peneliti akan
melakukan pengecekan misalnya data yang didapatkan
peneliti dengan teknik lain yakni wawancara dan
dokumentasi.
3) Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan pada waktu dan saat yang
tepat akan menghasislkan data yang lebih valid sehingga
tercapai kredibilitas yang di syaratkan. Karena waktu
maupun momen sering kali mempegaruhi kredibilitas
data. Untuk itu peneliti akan melakukan pengecekan
triangulasi waktu ini pada pagi dan siang.
4) Triangualsi Pengamat
Triangulasi pengamat ini dilaksanakan dengan
adanya pihak di luar peneliti yang memeriksa hasil
pengumpulan data oleh peneliti. Dalam hal ini
pembimbing skripsi bisa menjadi expert judgement atau
pengamat bagi hasil data pengumpulan data penelitian.
d. Kajian Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda
dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan
analisis atau kajian kasing kasus negatif berarti penelti mencari
data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang ditemukan. Berarti data yang
ditemukan dapat dinyatakan kredibel atau dapat dipercaya.34
e. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi yang dimaksudkan disini adalah adanya
pendukung untuk mebuktikan data yang ditemukan oleh peneliti.

33
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 127
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 128
26

Untuk hal ini peneliti menggunakan data wawancara dan bisa juga
rekaman audio dari wawancara dengan informan yakni pemilik
toko dan karyawan Toko Emas Matahari Di Pasar Kalinyamatan
Jepara.
f. Mengadakan Member Check
Member check merupakan proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang
ditemukan telah disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut
dinyatakan valid dan semakin mendukung kredibilitas data.35
Untuk melakukan member check sebagai pendukung pengecekan
ulang mengenai hasil wawancara kepada informan yang
bersangkutan, dengan tujuan mendapatkan kesempatan terhadap
data yang diberikan oleh informan dan yang dilaporkan oleh
peneliti.
2. Uji Transferabilitas
Pengujian transferbilitas dalam penelitian kualitatif
merupakan uji Validitas eksternal yang mana menunjukkan drajat
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi
dimana sampel tersebut diambil. Uji ini berkenaan dengan
pertanyaan, hingga mana penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam situasi lain. Bila para pembaca laporan penelitian
dapat memperoleh gambaran ang sdemikian jelas atau suatu hasil
penelitian tersebut, maka laporan penelitian dapat dinyatakan
memenuhi standar transferabilitas.
Dalam uji ini peneliti akan melakukan pengecekan silang
atau cross check mengenai struktur dan sistematika laporan yang
disajikan dengan pedoman resmi yang dikeluarkan pihak kampus
IAIN Kudus. Selanjutnya melakukan jajak pendapat dengan
pembimbing apakah laporan yang disajikan dapat memberikan

35
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 129
27

gambaran yang jelas dan memberikan pemahaman dengan baik


mengenai masalah yang diteliti yakni hukum transaksi tukar
tambah emas dalam perspektif hukum ekonomi syariah.
3. Uji dependabilitas
Uji dependabilitas atau dependability ini dalam penelitian
kualitatif disebut sebagai reliabilitas. Suatu penelitian dapat
dinyatakan reliabel atau dependable adalah apabila orang lain dapat
mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam
penelitian kualitatif uji ini dilakukan dengan cara meelakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian.36 Untuk memenuhi syarat
uji dependability tersebut, peneliti akan menunjukkan bukti berupa
surat resmi dari pihak locus penelitian yakni Toko Emas Matahari
Di Pasar Kalinyamatan mengenai kegiatan penelitian yng peneliti
lakukan.
4. Uji Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas ini dalam penelitian kualitatif disebut
sebagai uji objektivitas. Suatu penelitian dapat dinyatakan objektif
apabila hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang.37 Uji
ini dilakukan untuk membuktikan bahwa penelitian benar-benar
mengalami proses sehingga kemudian diperoleh hasil, jangan
sampai dalam sebuah penelitian ada hasil tapi prosesnya tidak ada.
Bukti proses tersebut akan ditunjukkan peneliti dengan adanya
dokumen-dokumen hasil wawancara, surat keterangan penelitian
dari locus yakni Toko Emas Matahari Pasar Kalinyamat.
G. Teknik analisis data
Analisi data adalah proses pengumpulan data secara sistematis
dalam mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.
Menurut Meolong analisis data adalah proses mengatur urutan data,

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,hlm 130
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 131
28

mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar


dengan demikian data-data lebih mudah dibaca dan disimpulkan.
Pendapat lain analisis data adalah suatu upaya dengan jalan
bekerja dengan data memilah-milah menjadi satuan yang dapat
dikelola, menemukan hal penting dan menyimpulkan apa yang dapat
diceritakan. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode
analisis kualitatif lapangan. Penelitian kualitatif apangan memiliki
sifat berfikir induktif, yaitu suatu pengambilan kesimpulan dari
pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju kesimpulan bersifat
umum.38
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data
deskriptif, yaitu dengan menghimpun data-data factual dan
mendeskripsikan. Data berasal dari seluruh informasi diperoleh dari
hasi wawancara serta dokumen-dokumen melalui beberapa tahap.
Setelah pengumpulan data, pencatatan data, peneliti melakukan
analisis interaksi terdiri tiga alus kegiatan yang terdiri secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan.39 Menurut ketiga alur kegiatan tersebut secara lebih
lengkapnya sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data akan berlanjut
hingga laporan akhir lengkap tersusun, dengan ini penelitian dapat
memilih laporan hasil wawancara yang lebih penting, jika ada hasil
laporan yang kurang penting maka dapat dibuang.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap
pertama yaitu, melakukan editing, mengelompokkan, dan

38
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-Skripsi-Tesis-
Disertasi, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm 24
39
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 300
29

meringkas data. Tahap kedua, menyusun kode-kode dan catatan-


catatan, mengenai berbagai hal berkaitan dengan data yang sedang
diteliti sehingga peneliti dapat menentukan tema-tema, kelompok-
kelompok, dan pola-pola data.tahap akhir reduksi data adalah
menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan yang
berkenaan dengan tema, pola data, atau kelompok yang
bersangkutan.
b. Penyajian data
Hasil dari pengorganisasian data yang disajikan secara
sistematis dapat dibentuk laporan. Betuk penyajian laporan berupa
deskriptif analitik dan logis yang mengarah pada kesimpulan.
Dalam tahap ini peneliti dituntut untuk melakukan penafsiran
terhadap data wawancara. Penelitian yang baik merupakan suatu
cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, meliputi:
berbagai jenis, grafik, jaringan dan bagan yang dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
padu dan mudah dipahami.
c. Menarik kesimpulan
Penarikan kesimpulan menyangkut interprestasi peneliti, yaitu
pengembangan makna dari data yang ditampilkan. Kesimpulan
yang masih kaku senantiasa diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang
kredibilitas dan objektifnya terjamin. Verifikasi dapat berupa
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti saat
mengadakan pencatatan atau berupa suatu tinjauan ulang terhadap
catatan di lapangan dan makna-makna yang diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya.
30

DAFTAR PUSTAKA

Faturrahmat Djamil. (1999). Fisafat Hukum Islam. Jakarta: Logos


Yusuf Qardhawi. (2007). Halal Dan Haram Dalam Islam. Surabaya: Era
Intermedia
Germala Dewi. (2005). Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana
R Subekti. (1995). Aneka Perjanjian. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Afzatur Rahma. (1995). Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Wakaf
Hendi Suhendi. (2002). Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers
Dinyauddin Djuwaini. (2008). Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Abdul Rahman Ghazaly DKK. (2021). Fiqih Muamalah. Jakarta: Kencana
Predana Media Group
Rahmat Syafe’i. (2001). Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia
Mardani. (2012). Fiqih Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Predana Media Group
Yogi Zulkarnaen. (2017). Tinjauan Etika Bisnis Terhadap Praktik Tukar Tambah
Barang Elektronik Di Dalam Group Facebook Jual Beli Online Daerah Mataram.
Skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram
Mulya Gustina. (2018). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Emas Online
Melalui Media Bukaemas Di Bukalapak. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Ampel Surabaya
Eka Nopitasari. (2010). Tinjuan Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Emas
(Studi Kasus Pada Toko Emas Putra Jaya Ronowijoyo Kecamatan Sikan
Kabupaten Ponorogo). Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo.
Era Wahyuni. (2017). Analisis Praktik Penambahan Dan Pengurangan Nilai
Harga Pada Transaksi Jual Beli Emas Di Pasar Aceh Dalam Perspektif Hukum
Islam. Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Rainy
Banda Aceh.
31

Lexy. J . Moloeng. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya
Andi Prastowo. (2016). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan
Teori dan Praktis. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani. (2014). Metode Penelitian Ekonomi
Islam (Muamalah). Bandung: Pustaka Setia
Ahmad Tanzeh. (2011). Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras
Syaifudin Anwar. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suwartono. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi
Haris Herdiansyah. (2015). Wawancara Observasi dan Focus Group Sebagai
Instrumen Pengalian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Afrizal. (2016). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Pengunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, cet ke-3
Noeng Muhadjir. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Reke
Sarasin, cet ke-2
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Nana Sudjana. (2011). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah makalah-Skripsi-
Tesis-Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Anda mungkin juga menyukai