Oleh:
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke-Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang tak terkira, terucap dengan tulus dan iklas Alhamdulillahi
Robbil ‘alamin tiada henti karena dapat terselesaikannya skripsi ini. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurah limpahkan atas insan pilihan Tuhan khatamul
Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, tetapi skripsi ini merupakan hasil usaha dan upaya yang
maksimal. Tidak sedikit hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui. Banyak
hal yang tidak dapat dihadirkan didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan
waktu. Namun patut disyukuri karena banyak pengalaman yang didapat dalam
penulisan.
pihak yang mendukung penelitian ini, tidak akan selesai. Pada kesempatan ini,
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, serta para
wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H. MA., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan
v
3. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dosen Pembimbing
yang telah bersedia membimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh
5. Keluarga besar dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen program studi ilmu hukum yang telah memberikan
diajarkan dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi penulis dan semoga
7. Orangtua tercinta bapak Kusmin Hidayat dan ibu Fatimah Hidayati serta adik
penulis Al-Raihan Rafi berkat doa, motivasi, dan kasih sayang yang telah
khususnya untuk Icha sahabat penulis yang selalu ada tanpa melihat waktu dan
vi
Fanny, Novita, Sri, Ummu dan lainnya yang tidak bisa disebutkan, yang telah
Akhirnya, atas jasa dan bantuan semua pihak berupa moril dan materiil
sampai detik ini penulis panjatkan doa, semoga Allah memberikan balasan yang
berlipat dan menjadikannya amal jari’ah yang tidak pernah berhenti mengalir
hingga yaumul al-akhir. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah
senantiasa memberikan kemudahan bagi kita semua dalam menjalani hari esok.
Amin.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………….............iii
ABSTRAK………………………….....................................................................iv
KATA PENGANTAR…………………………………………….…..................v
DAFTAR ISI………………………………………………...............................viii
BAB I PENDAHULUAN
F. Metode Penelitian..................................................………………….........11
G. Sistematika Penulisan................................…………………….................14
A. Perjanjian Kredit............................................……………………............16
viii
BAB III TANGGUNG JAWAB DEBITUR ATAS MUSNAHNYA BENDA
JAMINAN FIDUSIA
A. Jaminan Fidusia..........................................................................................37
K/Pdt/2012
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………..……......................74
B. Saran………………………………………………...………....................76
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................77
LAMPIRAN
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
pinjam meminjam uang sebagai alat sesuatu yang sangat diperlukan untuk
baik Bank pemerintah maupun Bank swasta nasional sebagai salah satu sumber
1
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT Raja
Grafindo, 2007), h. 1.
1
2
salah satu dari bentuk perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam Buku
Ketiga KUH Perdata. Dalam bentuk apa pun, pemberian kredit itu diadakan
sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata.
Namun, dalam praktik perbankan yang modern, hubungan hukum dalam kredit
di nilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.3 Sehubungan dengan
pemberi kredit.
Pada dasarnya, pemberian kredit oleh bank diberikan kepada siapa saja
suatu perjanjian utang piutang di antara kreditur dan debitur. 4 Perjanjian kredit
merupakan ikatan antara kreditur dan debitur yang isinya menentukan dan
mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak sehubungan dengan pemberian
kredit.
menyangkut pemberian kredit. Pemberian kredit oleh bank pada dasarnya harus
melunasi utangnya.
yaitu kepastian atas pelunasan utang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi
Terhadap barang atau benda milik debitur yang dijadikan jaminan, akan
jaminan ini timbul karena adanya perjanjian pokok, yang berupa perjanjian
4
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,Jaminan Fidusia, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2000),h.1.
4
pinjam meminjam atau perjanjian kredit. Tidak ada perjanjian jaminan tanpa
berakhir, maka perjanjian jaminan juga akan berakhir atau hapus. Sifat
jaminan merupakan perjanjian khusus yang dibuat oleh kreditur dengan debitur
atau pihak ketiga yang membuat suatu janji dengan mengikatkan benda tertentu
Dengan demikian, istilah “fidusia” sudah merupakan istilah resmi dalam dunia
hukum kita. Akan tetapi, kadang-kadang dalam bahasa Indonesia untuk fidusia
ini disebut juga dengan istilah “Penyerahan Hak Milik secara Kepercayaan”.6
5
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada
Tanah dalam Konsepsi Penerapan Azas Pemisahan Horizontal, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h.
236.
6
Munir Fuady, Jaminan Fidusia Cetakan ke-2 Revisi, (Bandung :Citra Aditya Bakti, 2003), h.3
7
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT, (Semarang: Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro, 2008), h.35
8
Munir Fuady, Jaminan Fidusia Cetakan ke-2 Revisi, (Bandung :Citra Aditya Bakti, 2003), h.3
5
Perjanjian kredit yang terjadi antara pihak bank dengan pihak debitur
dalam prakteknya kadangkala terjadi tidak sesuai dengan keinginan para pihak.
Benda jaminan yang diberikan oleh pihak debitur kepada pihak bank terutama
pada benda jaminan seperti kendaraan bermotor, peralatan mesin yang dibebani
jaminan fidusia ternyata musnah dan nilai dari benda bergerak tersebut setiap
berada dalam tangan debitor. Seperti pada kasus yang telah diputus dalam
sebagai salah satu sebab hapusnya perjanjian, namun tidak mengapus klaim
asuransi. Tetapi pada prakteknya pihak debitur selaku pemberi fidusia tidak
mengetahui secara jelas isi polis asuransi yang dilakukan pihak kreditur dengan
perusahaan asuransi. Hal ini mengakibat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan terhadap benda jaminan di luar isi polis asuransi yang dibuat maka
(kreditur). Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis putusan tersebut
1. Pembatasan Masalah
2. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
analisis dan pengkajian tentang judul topik tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
kredit.
perjanjian kredit.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
tersebuat diantaranya:
perlindungan hukum terhadap kreditur atas jaminan fidusia yang rusak dan atau
Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua atau lebih,
sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.9
perjanjian tidak terlepas dari peranan bank sebagai lembaga intermediasi, memiliki
bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan
9
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 19.
10
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian dana yang dihimpun
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, fungsi
memiliki pengertian secara khusus, yaitu perjanjian antara bank sebagai kreditur
dengan nasabah sebagai nasabah debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu yang mewajibkan nasabah nasabah debitur
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan jumlah bunga, imbalan,
akan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Lahirnya perjanjian kredit
prinsip The Five ”C” yaitu watak (character), kemampuan (capacity), modal
10
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung: Alumni, 2000), h. 8.
11
Sutan Remmy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para
Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia,1993),h. 34.
12
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001), h. 246-250.
11
fidusia hanya terhadap benda-benda bergerak yang terdiri dari benda dalam
tersebut, pengertian jaminan fidusia diperluas dalam arti benda bergerak yang
berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak dapat
1996.13
F. Metode Penelitian
dipertanggungjawabkan.
1. Tipe Penelitian
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini sesuai
13
Ignatius Ridwan Widyadharma, Hukum Jaminan Fidusia Pedoman Praktis Cetakan ke-1,
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1999), h.7
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media,2005), h. 35
12
atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
2. Pendekatan Masalah
mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang akan diteliti.
hukum/pelanggaran hukum.
15
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, cet. I, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2004), h. 118
16
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media,2005),h.93.
13
3. Bahan Hukum
jurnal ilmiah, dan lain-lain terkait dengan persoalan yang sementara dikaji.
Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer
5. Metode Penulisan
G. Sistematika Penulisan
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan.
PERJANJIAN KREDIT
2914K/Pdt/2001
BAB V PENUTUP
BAB II
PERJANJIAN KREDIT
A. Perjanjian Kredit
peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa itu
antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa
Antara bagian umum dan bagian khusus ini ada hubungannya satu
sama lain, yaitu suatu hubungan dimana asas-asas bagian umum dari
konsensualisme yang artinya bahwa perjanjian itu sudah sah dan mengikat
apabila kedua belah pihak sudah sepakat mengenai hal yang pokok dan
1
R.Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1985), hal.25.
16
17
menyebutkan:
1. Adanya kesepakatan
atau biasa disebut syarat subjektif maupun syarat mengenai perjanjian itu
Kata “kredit” berasal dari bahasa latin yaitu “credere” yang berarti
yaitu:
2
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.67
3
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung :PT.Citra Aditya Bakti, 1996) hal. 6.
18
pihak Kreditor adalah pihak bank sedangkan objek perjanjian berupa uang.6
Namun dari sudut pembuktian perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan
4
Sutan Remmy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para
Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), h. 14.
5
Salim, HS, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 80.
6
Gatot Supramono, Perbankan dan Permasalahan Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis (Jakarta:
Djambatan, 1996), hal. 62.
19
sebagai alat bukti, karena hakekat pembuatan perjanjian adalah sebagai alat
Pasal 1 ayat (11) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun
bahwa pemberian kredit harus dibuat perjanjian. Meskipun dalam pasal itu
tidak ada penekanan perjanjian kredit harus dibuat secara tertulis namun
menurut pendapat Sutarno dalam organisasi bisnis modern dan mapan maka
untuk kepentingan administrasi yang rapi dan teratur dan demi kepentingan
pemberian kredit tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara Bank
dengan Debitur atau antara Bank Sentral dan Bank-Bank lainnya. Surat
7
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung : Alfabeta, 2003), h. 99.
20
dibawah tangan.
akta otentik, pada umumnya dibuat dengan bentuk perjanjian baku yaitu
dengan cara kedua belah pihak (pihak bank dan pihak nasabah)
perjanjian kredit bank yang dibuat dengan akta otentik, maka bank akan
meminta Notaris berpedoman pada model perjanjian kredit dari bank yang
bersangkutan.
dengan perjanjian kredit dengan akta otentik sudah barang tentu ada
kekuatan pembuktian sempurna, artinya akta otentik itu dianggap sah dan
pihak-pihak tersebut.
21
yaitu : “adanya larangan bagi bank bahwa dengan adanya pemberian kredit,
bank ikut menanggung resiko dari usaha nasabah”.8 Hal tersebut sesuai
dengan asas tiada kredit tanpa jaminan. Dengan adanya prinsip atau asas
perjanjian jaminan tersebut adalah karena adanya perjanjian kredit. Hal ini
perjanjian jaminan di dalam perjanjian kredit, juga tidak akan terlepas dari
perjanjian kredit tidak berarti akan disertai dengan realisasi kredit atau
penarikan kredit, bila tidak ada pernyataan dari bank bahwa pemohon sudah
perjanjian kredit belum lahir. Apabila perjanjian kredit telah lahir pada saat
belum menerima kreditnya, maka hal ini adalah suatu kejanggalan, suatu
8
Edy Putra Tje'Aman, Kredit Perbankan–Suatu Tinjauan Yuridis, (Yogyakarta: Liberty, 1989),h. 35.
9
Ibid, h.36
22
ketidakadilan yang nyata. Sebab bila perjanjian kredit telah lahir pada saat
jaminannya pun telah lahir. Sedangkan pada saat itu pemohon belum
menerima kreditnya, yang berarti pula belum mempunyai hutang. Hal ini
yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu
dalam bab kedua BW (KUH Perdata). Ini berarti perjanjian kredit yang
merupakan perjanjian yang tidak dikenal di dalam KUH Perdata, juga harus
KUH perdata.
Dari sepuluh cara yang disebutkan pada Pasal 1381 tadi, umumnya
perjanjian kredit bank harus hapus atau berakhir karena hal-hal di bawah ini:
1. Pembayaran
2. Subrograsi (subrogatie)
1. Pengertian Jaminan
dirumuskan:
baik benda bergerak ataupun tidak bergerak, baik yang ada ataupun akan
10
Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan Edisi Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
1995), h. 69.
24
Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga
perbankan atau lembaga keuangan non bank, namun benda yang dapat
memerlukan;
kredit.
adalah:12
11
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 27
12
Ibid, h. 28
25
dalam berusaha);
3. Bentuk Jaminan
berikut:
kreditur telah diberikan jaminan yang berupa harta benda dari milik
dengan debitur dan kreditur dapat dibedakan antara bentuk jaminan yang
1) Jaminan Perorangan
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht, ada juga yang
13
Ibid, h.28
14
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak yang Memberi Jaminan Jilid II,
(Jakarta: Ind-Hill-Co, 2005), h.12
27
hutang;
KUHPerdata).
2) Jaminan Kebendaan
15
Ibid, h. 16
28
ciri, yaitu:16
f) Dapat diperalihkan;
melalui suatu lemabaga jaminan yang berlaku, kelihatannya banyak pula objek
jaminan kredit yang tidak diikat dengan lembaga jaminan atau melakukan
16
Ibid, h. 17
17
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h.143.
29
dapat digunakan untuk mengikat jaminan utang yaitu gadai, hipotik, hak
jaminan sering kali hanya dilakukan untuk jenis tertentu karena alasan-
waktu kredit, jenis atau bentuk jaminan kredit merupakan sebagian dari hal-
hal yang dipertimbangkan bank untuk mengikat atau tidak mengikat objek
18
Ibid, h. 135
30
sebagi berikut:
2) Fidusia
3) Hak Tanggungan
4) Hipotik
hipotik hanya berlaku untuk benda bergerak berupa kapal dan pesawat
5) Resi Gudang
Gudang. Hak jamina atas resi gudang adalah hak jaminan yang
terhadap kreditur lain. Objek jaminan resi gudang adalah setiap benda
utang.19
19
Resi Gudang beserta penjaminannya diatur dalam UU No.9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi
Gudang.
32
atau badan hukum, dan bank garansi untuk penanggungan oleh bank.
pemegangnya.
objek jaminan kredit yang pengikatannya oleh bank melalui suatu lembaga
yang sering dikemukakan bank untuk mengikat objek jaminan kredit yang
20
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 139
21
Ibid, h.139-141
33
jaminan kredit yang sama sekali tidak diikat dengan melalui suatu lembaga
lembaga jaminan yang berkaitan dengan objek jaminan tersebut. Bank tidak
antara lain karena berkaitan dengan pemberian kredit mikro dan kecil yang
nilai kreditnya relatif kecil, jangka waktu kredit pendek, dokumen jaminan
objek jaminan yang tidak diikat melalui suatu lembaga jaminan, bank
berikut:23
22
Ibid, h.142
23
Ibid h. 142-145
34
benda) antara dua orang, yang member hak pada yang satu untuk menuntut
barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yng lainnya ini diwajibkan
memenuhi tuntutan itu.24 Salah satu kegiatan usaha perbankan adalah berupa
pihak kreditur adalah pihak bank sedangkan objek perjanjian adalah uang.
Perjanjian kredit ini dibuat secara tertulis tujuannya ialah untuk bukti lengkap
24
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Intermasa, 2003), h. 122.
25
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia,(Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2000),h. 226
26
H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi,(Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2005),h. 133
35
yang dimiliki oleh calon debitur untuk menjamin pelunasan kredit di kemudian
hari.
Harta calon debitur adalah semua hartanya yang berupa barang bergerak
dan barang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di
jaminan atas kredit yang diterima debitur tidak terbatas pada harta debitur yang
telah dikuasai bank atau yang diikat melalui sesuatu lembaga jaminan. Semua
harta debitur adalah jaminan atas kredit yang diterimanya dari bank, dan dalam
27
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 70.
36
BAB III
A. Jaminan Fidusia
Bentuk jaminan fidusia itu sendiri ada 2 (dua), yaitu “fidusia cum
apabila utangnya sudah dibayar lunas dan “fidusia cum amico.” Keduanya
1
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2000),
h.119.
37
38
(1) adalah:
Jaminan fidusia ini adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
2
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.3
39
fidusia. Bentuk pengalihan seperti ini sebenarnya sudah dikenal luas sejak
pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia (Pasal 1 butir (5)
diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa
yang disebut kuasa adalah orang yang mendapat kuasa khusus dari
jaminan fidusia dari pemberi fidusia. Wakil adalah orang yang secara
fidusia.
fidusia ulang terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang
jaminan fidusia.
rinci dalam Pasal 1 butir (4) UUF yaitu segala sesuatu yang dapat
yang tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan
atau hipotik.
jelas dalam akta jaminan fidusia baik identitas benda tersebut maupun
satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang yang diperoleh
yaitu:
Maksud kedua hal tersebut adalah bahwa hasil benda yang menjadi
objek jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang diperoleh dari benda
pasal 29 ayat (1) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yaitu
benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara:
tangan harus dengan persetujuan dari pemberi dan penerima fiduisia serta
fidusia berhak mengambil objek jaminan dan bila perlu meminta bantuan
kreditur, sebab penyelesaian bisa lebih cepat dan biaya-biaya jauh lebih
ringan, seperti biaya perkara, dan bea lelang tidak dikenakan dengan cara
dan apabila masih tersisa dari harga jual itu maka sisa pembayaran akan
4
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),
h. 149.
44
merupakan hal yang sangat diutamakan oleh bank daripada sekedar jaminan
dilarang untuk meminta jaminan kepada pihak debitur, hal tersebut mempunyai
dasar hukum yang sangat kuat sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal
1131 KUH Perdata, yaitu bahwa seluruh harta kekayaan debitur merupakan
hampir setiap bentuk aktiva perusahaan atau aktiva pribadi dapat digunakan
untuk mengurangi resiko yang timbul dari perjanjian kredit tersebut, akan
tetapi tidak semua perjanjian kredit yang dilakukan oleh pihak bank dengan
debitur dapat berjalan sebagaimana mestinya. Resiko yang dapat terjadi dengan
penggunaan benda jaminan bergerak memiliki resiko yang sangat besar karena
pihak debitur bisa saja melakukan perjanjian ulang dengan mengalihkan hak
Resiko lain yang dapat terjadi adalah dengan musnahnya barang jaminan.
ini adalah barang yang dijadikan jaminan dalam perjanjian kredit telah lenyap
atau hilang.
yaitu resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh
suatu peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa
barang yang menjadi obyek dari suatu perjanjian.6 Resiko merupakan suatu
akibat dari suatu keadaan yang memaksa (Overmacht) sedangkan ganti rugi
kesalahan para pihak yang menyebabkan musnahnya barang atau obyek sewa.
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005),
h. 767.
6
Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1975), hal. 92
46
tersebut gugur demi hukum. Pengertian musnah di sini berarti barang yang
sebagaimana mestinya, meskipun terdapat sisa atau bagian kecil dari barang
tersebut masih ada. Ketentuan tersebut diatur di dalam pasal 1553 KUH
menyewa berlangsung yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang tidak bisa
2. Musnah sebagian
harga sewa.
yang dimaksudkan dengan musnah yang dapat terjadi pada sebuah barang
khususnya yang menjadi jaminan ada dua yaitu musnah secara total dan
pada kamus bahwa yang dimaksudkan dengan musnah dalam pengkajian ini
perjanjian kredit.
bagian sebelumnya pada bab ini telah dipertegas bahwa yang dimaksudkan
ketiga tentang Perikatan tidak secara rinci menjelaskan tentang sebab akibat
secara rinci menjelaskan tentang sebab akibat dari musnahnya barang jaminan.
musnahnya benda yang menjadi objek jaminan adalah salah satu bagian atau
alasan dari hapusnya jaminan fidusia. Hal tersebut sebagaimana dikaji secara rinci
pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia pada Pasal
25 ayat (1) mengatur bahwa Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut:
48
Pada ayat (2) ditambahkan bahwa musnahnya benda yang menjadi objek
dalam Pasal 10 huruf b. Sehingga tidak nampak secara rinci yang dimaksudkan
dengan musnahnya benda jaminan yang menjadi obyek jaminan fidusia tersebut.
Namun berdasarkan penafsiran yang dilandasi pada pengertian secara umum dari
kata ”musnah”, maka diartikan sebagai lenyap atau hilangnya barang yang
Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia
dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda
persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia yang dikenal dengan prinsip ”droit
de suite” yaitu hak mutlak atas kebendaan. Pemberi fidusia dilarang mengalihkan,
menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi obyek
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Benda persediaan adalah
benda yang telah ada selain dari benda pokok jaminan yang dijadikan jaminan
fidusia. Benda persediaan berdasarkan Pasal 21 ayat (1) boleh dialihkan oleh
debitur tetapi wajib diganti dengan benda yang setara, kecuali apabila telah terjadi
cidera janji oleh debitur dan atau Pemberi Fidusia pihak ketiga.
perjanjian kredit adalah sebuah konsekuensi dari peristiwa yang terjadi. Di sini
akan muncul perbedaan antara tanggung jawab dan kewajiban. Terkait dengan
49
akibat dari sesuatu atau sesuatu yang dilaksanakan dengan mempertegas pada
barang jaminan.
kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi. Jika debitur tidak
7
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 739.
50
debitur atau pemberi fidusia cidera janji, tidak dapat mengembalikan kredit
atas barang yang menjadi jaminan adalah pihak bank harus memberitahukan
maka orang yang menghadapi risiko itu mungkin akan mengambil sikap,
bahwa ia akan menerima saja risiko itu. Dengan kata lain ia akan pasrah
saja.
menghindari atau menjauh dari suatu pekerjaan, suatu benda yang penuh
yang tidak diharapkan, yang mungkin timbul akan dapat diatasi atau
dihindari.
51
efektif, karena dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain yang telah
Hal demikian berarti bahwa jika risiko atau peristiwa yang tidak pasti
uang pertanggungan yang diterima tidak akan pernah sebanding dengan akibat
perjanjian dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
dipertanggungkan.
52
dalam setiap kegiatannya selalu berhadapan dengan risiko. Setiap orang yang
ingin memperkecil risiko yang akan terjadi karena peristiwa yang tidak pasti
bank masih mengalami kerugian maka bank meminta kepada debitur untuk
asuransi dimana benda jaminan diasuransikan. Sisa dari pinjaman kredit yang
belum lunas tetap dilunasi oleh pihak debitur. Tetapi jika benda jaminan
53
dikarenakan debitur telah terikat dalam perjanjian kredit dengan pihak bank.
pihak bank, walaupun dalam pelaksanaan perjanjian kredit itu benda jaminan
tetap mengacu kepada sistem hukum jaminan yang berlaku, yaitu bahwa pihak
penerima jaminan atau kreditur tidak dibenarkan menjadi pemilik yang penuh
berhak atas benda jaminan dalam hal ini hanya hak kepemilikan yang beralih
dari tanggung jawab. Dengan demikian di dalam setiap peijanjian kredit yang
demikian pihak bank dapat menuntut ganti rugi kepada perusahan asuransi,
BAB IV
NOMOR 2914K/Pdt/2001
1. Para Pihak
Putusan ini merupakan kasus antara Tjong Kwet Khiong alias Atung
2. Kasus Posisi
Terjadinya kasus ini berawal dari adanya perjanjian kredit dengan No.
54
55
PONDOK INDAH dengan polis asuransi No. 02-18-22000246 dan No. 01-
18-22000247.
Pada tanggal 14 Mei 1998 telah terjadi kebakaran pada pabrik PT.
Akibat tidak dibayarkan klaim asuransi oleh pihak asuransi, maka PT.
-. DALAM PROVISI :
-. Memerintahkan kepada Tergugat II untuk tidak melakukan
penagihan pembayaran kredit terhadap Penggugat selama dalam
proses pemeriksaan perkara sampai dengan diperolehnya putusan
Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum yang pasti, dengan
ketentuan Tergugat II akan dikenakan uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap harinya apabila
melalaikan putusan provisi ini ;
-. DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan sah dan berharga terhadap sita jaminan yang telah
diletakkan;
3. Menyatakan Tergugat I telah melakukan perbuatan ingkar janji
(wanprestasi) ;
4. Menghukum Tergugat I untuk melakukan pembayaran klaim
asuransi kepada Penggugat dengan jumlah keseluruhannya sebesar
Rp.1.600.000.000,- (satu milyar enam ratus juta rupiah) dan DEM
1.800.000.00- ;
5. Menghukum Tergugat I untuk melakukan pembayaran penggantian
biaya kerugian dan bunga sebesar Rp.1.152.000.000,- (satu milyar
seratus lima puluh dua juta rupiah) dan DEM 1.296.000.00,- ;
6. Menyatakan secara hukum uang hasil pembayaran klaim asuransi
oleh Tergugat I kepada Penggugat adalah untuk kepentingan
pelunasan pinjaman kredit Penggugat kepada Tergugat II dan
apabila terdapat sisa kelebihan maka menjadi hak Penggugat ;
7. Menghukum Tergugat II untuk tidak melakukan penagihan
pelunasan pinjaman kredit yang sudah jatuh tempo berikut bunga-
bunganya kepada Penggugat sampai dilunasinya pembayaran klaim
asuransi oleh Tergugat I kepada Penggugat ;
8. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun
ada bantahan,banding maupun kasasi ;
9. Menghukum Para Tergugat supaya membayar biaya perkara ;
-. ATAU :
-. Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya ;
polis asuransi yang disengketakan dalam perkara a quo adalah polis asuransi
perjanjian kredit tersebut saat ini telah berakhir. Bahwa dengan demikian
pembyaran atas fasilitas kredit yang telah diterimanya dari Penggugat dalam
Rp.2.497.726.037,67,-.
-. DALAM KONVENSI :
-. DALAM PROVISI :
-. Menolak gugatan provisi ;
-. DALAM EKSEPSI :
-. Menolak eksepsi Tergugat I Konvensi ;
-. DALAM POKOK PERKARA :
1. Menolak gugatan Penggugat Konvensi seluruhnya;
58
175/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Sel.
memori kasasi dari Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi II, dan telah
diajukan jawaban memori kasasi oleh Para Termohon Kasasi yang diterima
c. Bahwa adalah tidak adil dan tidak patut apabila Tergugat II tidak
adil.
tidak salah menerapkan hukum, sebab Judex Facti dapat mengambil alih
pertimbangan sendiri apabila putusan tersebut telah tepat dan benar, lagi
yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat
tahun 2004 ;
diatas, lagi pula dari sebab tidak ternyata bahwa putusan Judex Facti dalam
diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata. Hal inipun telah diakui oleh Judex
perjanjian yang disepakati dan klaim asuransi yang tidak disetujui oleh
dan tidak adil karena hutang Penggugat sudah jatuh tempo. Apabila
dengan baik sedangkan hutangnya sudah jatuh tempo, maka demi hukum
utang.
MENGADILI:
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : PT. MULTI
MAKMUR MATARI tersebut ;
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II : : PT.
BANK EKSPOR IMPOR CABANG PANCORAN sekarang PT. BANK
MANDIRI tersebut ;
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta
No.1076/Pdt/1999/PT.DKI tanggal 16 Mei 2000 yang telah menguatkan
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.175/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Sel.
tanggal 20 Oktober 1999 ;
MENGADILI SENDIRI :
-. DALAM KONVENSI :
-. DALAM PROVISI :
-. Menolak gugatan provisi ;
-. DALAM EKSEPSI :
-. Menolak eksepsi Tergugat I ;
-. DALAM POKOK PERKARA :
1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya ;
-. DALAM REKONVENSI :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonvensi dari Para Penggugat
Rekonvensi untuk seluruhnya ;
64
Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan
akta Jaminan Fidusia. (Pasal 5 ayat (1) UUJF). Sifat akta notaris tersebut
adalah memaksa, sehingga seluruh akta jaminan fidusia harus berupa akta
notariil. Dimana akta itu sendiri merupakan perjanjian yang bukan perjanjian
pendaftaran jaminan fidusia, yang diatur dari Pasal 11 sampai dengan Pasal 18
bahwa yang didaftar tersebut adalah benda yang dibebani jaminan fidusia akan
terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani dengan jaiman
fidusia, hal ini mencegah terjadinya fidusia ulang sebagaimana yang dilarang
fidusia.2 Kewajiban pendaftaran ini tentu bukan tanpa alasan. Menurut Pasal 37
Undang ini. Berdasarkan ketentuan ayat ini, maka perjanjian Jaminan Fidusia
yang tidak didaftar tidak mempunyai hak yang didahulukan (preferen) baik di
Didalam kasus penelitian ini, bahwa perjanjian kredit oleh PT. MMM
digunakan, akan tetapi di lihat dari bentuk jaminan perjanjian tambahan berupa
stok barang dagangan tersebut bisa di ambil kesimpulan bahwa jaminan dalam
dalam kasus ini termasuk dalam jaminan fidusia. Hanya saja tidak diikat pada
2
Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, (Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia, 1983), h. 5.
66
lembaga jaminan fidusia seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya
Kemudian jika dilihat dari tahun pembuatan perjanjian kredit yaitu tahun
1997, dimana pada tahun tersebut hanya ada KUHPerdata dan juga UU Rumah
Susun yang sedikit mengatur mengenai jaminan fidusia. Belum ada undang-
Perjanjian kredit secara fidusia dalam perkara ini hanya dibuat berupa
Kantor Pendaftaran Fidusia, akan tetapi akta notaris tersebut tetap memiliki
kekuatan hukum.
terdapat beberapa pertimbangan dari Judex Facti yang menurut penulis sudah
benar dalam putusannya. Karena jika dilihat dari kronologis kasusnya pihak
tidak membayar sisa pinjaman kredit tehadap Bank Ekspor Impor Cabang
Jakarta Pancoran sekarang PT. Bank Mandiri dengan alasan bahwa benda
merupakan yang menjadi hal utama, terutama karena hukum jaminan sebagai
pembayaran atas hutang. Mengenai objek jaminan fidusia berupa stok barang
67
bahwa fidusia diartikan sebagai penyerahan hak milik secara kepercayaan atas
benda bergerak sebagai jaminan, yang ditekankan adalah segi ”penyerahan hak
kepada kreditur penerima fidusia bukan terbatas pada hak milik atas benda
melainkan juga hak-hak lainnya atas benda. Baik pengertian fidusia menurut
hakikat penyerahan yang sama yakni debitur pemberi fidusia menyerahkan hak
fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
3
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia : Suatu Kebutuhan Yang Didambakan Cetakan II, (Bandung:
PT. Alumni, 2010), h. 200.
4
Ibid, h. 265.
68
Dalam rangka kasus penelitian ini adalah, menganalisa dalam hal terjadi
musnahnya benda jaminan dalam perjanjian kredit (dalam hal ini PT.MMM)
Jadi, jika perjanjian hutang piutangnya tersebut hapus karena sebab apapun
maka jaminan fidusia tersebut menjadi hapus pula. Sementara itu hapusnya
jaminan fidusia karena pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh penerima
jaminan fidusia adalah wajar karena sebagai pihak yang mempunyai hak ia
dibenarkan karena tidak ada manfaat lagi fidusia itu dipertahankan, jika barang
objek jaminan fidusia tersebut sudah tidak ada akan tetapi jika ada asuransi
maka hal tersebut menjadi hak dari penerima fidusia dan pemberi fidusia
69
belum dijelakan secara rinci tentang solusi akibat kejadian tersebut. Hal ini bisa
debitur. Dalam hal ini, pihak debitur (PT. MMM) telah melakukan perbuatan
debitur untuk membayar sisa pinjaman kredit kepada kreditur. Maka dari itu
membayar sisa pinjaman kredit kepada kreditur. Maka dari itu sangat
5
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 50.
70
Dalam KUHPerdata dan UUJF tidak diatur secara lebih rinci mengenai
debitur untuk membayar sisa pinjaman kredit. Karena itu seharusnya pihak
Fidusia
memberikan suatu hak tertentu kepada orang atau pihak yang bersangkutan dan
dalam peristiwa demikian, maka terserah kepada pihak atau orang yang hendak
yang dimaksudkan dalam pengkajian ini adalah terkait dengan pihak pemberi
mengenai eksekusi. Sertifikat jaminan fidusia ini merupakan salinan dari Buku
Daftar Fidusia yang memuat catatan tentang hal-hal yang dimuat dalam
mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal ini berarti apabila pemberi fidusia
71
(debitur) ingkar janji, kreditur dapat langsung meminta eksekusi tanpa melalui
gugatan.
sebelumnya dari penelitian ini, maka untuk merealisasikan asas publisitas dan
Pasal 1870 KUH Perdata menyatakan bahwa akta notaris merupakan akta
otentik yang memiliki kekuatan pembuktian secara sempurna tentang apa yang
dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta ahli warisnya atau para
fidusia harus dibuat dengan akta notaris. Apalagi mengingat obyek jaminan
fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang tidak terdaftar, maka
fidusia yang dibuat oleh notaris memuat mengenai uraian mengenai benda
yang menjadi obyek jaminan fidusia. Uraian mengenai benda yang menjadi
(inventory) yang selalu berubah-ubah dan atau tidak tetap, maka dalam akta
jaminan fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis, merek, kualitas dari benda
tersebut.
1999 tentang Jaminan Fidusia mengatur hal baru yaitu mengenai pendaftaran
jaminan fidusia guna memberikan kepastian hukum tidak saja kepada para
pihak tetapi juga kepada pihak ketiga serta menimbulkan hak untuk
droit de suit, maka jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek
pengalihan atas benda persediaan yang menjadi obyek jaminan fidusia tersebut
tetap melekat.
pemberi fidusia, maka pendaftaran ikatan jaminan atas benda tidak terdaftar
ketiga. Dalam hal yang dijaminkan adalah benda persediaan atau inventory,
maka kedudukan kreditur sangat lemah karena barang jaminan baik jumlah,
pabriknya yang menjadi jaminan dan juga mengenai ditolaknya klaim asuransi
karena tidak ada standar polis yang mengatur kebakaran akan tetapi pihak
debitur tidak dapat melakukan apapun karena semua sudah sesuai dengan
dan memperhatikan isi polis asuransi mengenai kemungkinan resiko yang akan
terjadi dikemudian hari. Hal ini dilakukan agar apabila terjadi hal yang tidak
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
masih berada ditangan debitur. Maka dari itu pihak debitur harus
74
75
ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus dua puluh enam ribu tiga
puluh tujuh rupiah enam puluh tujuh sen) ditambah bunga kredit
hutang.
dirugikan.
B. Saran
pinjaman kredit.
perjanjian kreditnya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, cet. I. Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2004.
Fuady, Munir. Jaminan Fidusia Cetakan ke-2 Revisi. Bandung: Citra Aditya
Bakti. 2003.
Hasan, Djuhaendah. Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain
yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Azas Pemisahan
Horizontal. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1996.
HS, Salim. Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2006.
Miru, Ahmadi dan Sakka Pati. Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233
sampai 1456 BW. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
77
78
Patrik, Purwahid dan Kashadi. Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT.
Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 2005.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Jaminan Fidusia. Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada. 2000.
79
PERUNDANG-UNDANGAN:
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
PUTUSAN
Nomor : 2914 K / Pdt / 2001
ne
ng
DEMI KEDILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
do
gu MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai
In
berikut dalam perkara :
A
PT. MULTI MAKMUR MATARI, berkedudukan di Jakarta, dalam
hal ini diwakili oleh Direkturnya : TJONG KWET KHIONG alias
ah
lik
ATUNG, berkantor di Jalan Waspada Buntu No.19 Rt.004. Rw.
012. Kelurahan Tambora, Jakarta Utara, dalam hal ini diwakili oleh
m
ub
kuasanya : MOHAMAD ASSEGAF, SH. & Associate, berkantor di
Jalan H. Samali No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan,
ka
si
MELAWAN:
1. BANK EKSPOR IMPOR CABANG JAKARTA PANCORAN,
ne
ng
do
gu
lik
ub
Selatan ;
Termohon Kasasi II/Turut Termohon Kasasi dahulu Tergugat
ka
I/Terbanding II ;
ep
ne
ng
do
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
menggugat sekarang Para Termohon Kasasi I dan II juga sebagai Pemohon Kasasi
II dan Turut Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat I dan II dimuka persidangan
ne
ng
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada pokoknya atas dalil- dalil :
Bahwa Penggugat adalah Perusahaan yang bergerak dibidang usaha
do
pengelolaan kertas khususnya pembuatan buku-buku tulis ;
gu Bahwa Tergugat I adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis jasa
asuransi sedangkan Tergugat II adalah perusahaan perbankan ;
In
A
Bahwa berdasarkan perjanjian kredit No.001/KMK-Umum/X/97 tertanggal 23
Oktober 1997 Penggugat telah mendapat pinjaman uang dari dari Tergugat II
ah
lik
sebesar Rp.1.120.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh juta rupiah) dan sebesar
Rp. 740.000.000,- (tujuh ratus empat puluh juta rupiah) oleh karenanya Tergugat II
mewajibkan Penggugat untuk memberikan jaminan terhadap pengembalian kredit
m
ub
tersebut berupa penyerahan hak milik secara fiducia, pemindahan dan penyerahan
ka
hak sebagai jaminan pribadi yang kesemuanya itu diruangkan dalam bentuk Akta
ep
Notaris ;
Bahwa berdasarkan Pasal 2 dalam perjanjian, Tergugat II telah
ah
si
No. 02-18-22000246 dan No.02-18-22000247 ;
Bahwa barang-barang yang dijaminkan dalam penutupan polis tersebut
ne
ng
do
gu
Tergugat II membantu melakukan proses klaim asuransi, namun pada saat hal
tersebut diajukan kepada Tergugat I, Tergugat I menolak membayar dengan alasan
ah
lik
resiko yang diderita oleh Penggugat tersebut tidak dijamin oleh polis standar
kebakaran ;
m
ub
yang telah jatuh tempo berikut segala bunga-bunganya sejak telah terjadinya
ep
oleh Tergugat I ;
R
ne
ng
do
In
A
Disclaimer
2
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
Penggugat yang jumlah kesleuruhannya adalah sebesar Rp.3.600.000.000,- (tiga
milyar enam ratus juta rupiah) sebagaimana perincian dalam gugatan ;
ne
ng
Bahwa untuk menjamin agar gugatan Penggugat tidak sia-sia, maka
Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk meletakkan sita
do
jaminan (Conservatoir Beslag) terlebih dahulu atas harta benda milik Tergugat I
gu sebagaimana tertuang dalam point 1 dan 2 dalam gugatan ;
Bahwa oleh karena gugatan Penggugat ini didasarkan pada bukti-bukti yang
In
A
otentik, maka Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar
putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu (Uitvoerbaar bij Voorraad)
ah
lik
walaupun ada upaya hukum verzet, banding maupun kasasi dari pihak Tergugat ;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, maka Penggugat
menuntut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk memberikan putusan
m
ub
dalam perkara ini sebagai berikut :
ka
-. DALAM PROVISI :
ep
-. Memerintahkan kepada Tergugat II untuk tidak melakukan penagihan
pembayaran kredit terhadap Penggugat selama dalam proses pemeriksaan
ah
si
kekuatan hukum yang pasti, dengan ketentuan Tergugat II akan dikenakan uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap harinya
ne
ng
do
gu
lik
ub
kerugian dan bunga sebesar Rp.1.152.000.000,- (satu milyar seratus lima puluh
dua juta rupiah) dan DEM 1.296.000.00,- ;
ka
6. Menyatakan secara hukum uang hasil pembayaran klaim asuransi oleh Tergugat
ep
Penggugat kepada Tergugat II dan apabila terdapat sisa kelebihan maka menjadi
R
s
M
ne
ng
do
In
A
Disclaimer
3
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
hak Penggugat ;
7. Menghukum Tergugat II untuk tidak melakukan penagihan pelunasan pinjaman
ne
ng
kredit yang sudah jatuh tempo berikut bunga-bunganya kepada Penggugat
sampai dilunasinya pembayaran klaim asuransi oleh Tergugat I kepada
do
Penggugat ;
gu 8. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada bantahan,
banding maupun kasasi ;
In
A
9. Menghukum Para Tergugat supaya membayar biaya perkara ;
-. ATAU :
ah
lik
-. Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya ;
Bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I telah mengajukan
eksepsi yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
m
ub
Bahwa Penggugat tidak berhak mengajukan gugatan kepada Tergugat I
ka
dalam perkara a quo, karena polis asuransi yang disengketakan dalam perkara a quo
ep
adalah polis asuransi yang memuat klausula Bank (Bankers Clause) maka yang
berhak mengajukan claim atas asuransi terhadap Tergugat I adalah Tergugat II (PT.
ah
si
Bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat II telah mengajukan
gugatan Rekonvensi yang pada pokoknya telah mengemukakan dalil-dalil sebagai
ne
ng
berikut :
Bahwa berdasarkan perjanjian kredit No.001/KMK-Umum/X/97 tanggal 23
do
gu
lik
ub
Bahwa jaminan pokok pada huruf a dan jaminan tambahan pada huruf a
diatas, telah diikat menjadi satu secara notariil sebagaimana ternyata paa akta
ka
pemberian jaminan dengan menyerahan hak milik secara fiducia No.19 tanggal 24
ep
Oktober 1997, sedangkan jaminan pokok pada huruf b telah diikat secara notariil
ah
dengan akta pemindahan dan penyerahan hak (cessie) sebagai jaminan No.20
R
tanggal 24 Oktober 1997, dan begitu pula halnya dengan jaminan tambahan huruf b
s
dan c berturut – turut telah diikat pula secara notariil dengan APHT No.6569/1997
M
ne
ng
do
gu
Disclaimer
4
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
tanggal 21 Nopember 1997 dan akta pemberian jaminan pribadi (Bongtocht) No.21
tanggal 24 Oktober 1997 ;
ne
ng
Bahwa menunjuk kepada jangka waktu perjanjian kredit ternyata masa
perjanjian kredit tersebut saat ini telah berakhir ;
do
Bahwa dengan demikian telah terbukti bahwa Tergugat dalam Rekonvensi/
gu Penggugat dalam Konvensi telah ingkar janji (wanprestasi) dalam melaksanakan
kewajiban pembyaran atas fasilitas kredit yang telah diterimanya dari Penggugat
In
A
dalam Rekonvensi/Tergugat II dalam Konvensi ;
Bahwa atas prbuatan Tergugat dalam Rekonvensi/Penggugat dalam Konvensi
ah
lik
tersebut, Penggugat dalam Rekonvensi/Tergugat II dalam Konvensi telah mengalami
kerugian sebesar Rp.2.497.726.037,67,- (dua milyar empat ratus sembilan puluh
tujuh juta tujuh ratus dua puluh enam ribu tiga puluh tujuh rupiah enam puluh tujuh
m
ub
sen) ditambah bunga kredit KMK-Umum sebesar 25 % (+ provisi 1%) dan bunga
ka
si
Selatan untuk menghukum Tergugat dalam Rekonvensi/ Penggugat dalam Konvesi
untuk membayar seluruh hutang berikut bunganya tersebut kepada Penggugat
ne
ng
do
gu
Konvensi ini didasarkan atas bukti-bukti yang otentik, maka mohon kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar putusan dalam perkara ini dapat dijalankan
In
terlebih dahulu (Uitvoerbaar bij voorraad) meskipun ada upaya hukum verzet,
A
lik
ub
ne
ng
do
In
A
Disclaimer
5
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
hingga tanggal 15 Juni 1999 mencapai jumlah Rp.2.497.726.037,67,- (dua milyar
empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus dua puluh enam ribu tiga puluh
ne
ng
tujuh rupiah enam puluh tujuh sen) ditambah bunga kredit KMK-Umum sebesar
25 % (+ provisi 1%) dan bunga kredit KMK-Umum sebesar 17 % (+ provisi 0,50
do
%) sampai dengan pelunasan hutang ;
gu 4. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun ada
bantahan, banding maupun kasasi ;
In
A
5. Biaya perkara menurut hukum ;
Menimbang bahwa, terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta
ah
lik
Selatan telah mengambil putusan, yaitu dengan putusannya Nomor :
175/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Sel. tanggal 20 Oktober 1999 yang amarnya berbunyi
sebagai berikut :
m
ub
-. DALAM KONVENSI :
ka
-. DALAM PROVISI :
ep
-. Menolak gugatan provisi ;
-. DALAM EKSEPSI :
ah
si
-. DALAM POKOK PERKARA :
1. Menolak gugatan Penggugat Konvensi seluruhnya ;
ne
ng
do
gu
-. DALAM REKONVENSI :
-. Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya ;
In
-. Membebankan biaya dalam gugatan Rekonvensi pada Penggugat Rekonvensi
A
lik
ub
tanggal 21 Pebruari 2001 dan tanggal 02 Maret 2001 kemudian terhadapnya oleh
R
ne
ng
do
In
A
Disclaimer
6
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
dengan perantaraan masing-masing kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus
masing-masing tanggal 02 Maret 2001 dan tanggal 02 Nopember 1999 diajukan
ne
ng
permohonan kasasi secara lisan masing-masing 02 Maret 2001 dan tanggal 02
Maret 2001 sebagaimana ternyata dari Akte Permohonan Kasasi No. 175/Pdt.G/
do
1999/PN.Jkt.Sel. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,
gu permohonan mana kemudian disusul oleh memori kasasi yang memuat alasan-
alasan yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut masing-masing
In
A
pada 14 Maret 2001 dan tanggal 27 Maret 2001 ;
Menimbang bahwa, setelah itu oleh Para Termohon Kasasi yang masing-
ah
lik
masing pada tanggal 05 April 2001 dan 27 Maret 2001 telah diberitahukan tentang
memori kasasi dari Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi II, dan telah diajukan
jawaban memori kasasi oleh Para Termohon Kasasi yang diterima dikepaniteraan
m
ub
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan masing-masing pada tanggal 05 April 2001 dan
ka
dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu
R
si
permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang bahwa, keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon
ne
ng
do
gu
karena telah mengambil alih pertimbangan dan putusan Hakim Tingkat Pertama
dan dijadikan pertimbangan sendiri oleh Judex Facti tanpa memberikan
In
pertimbangan dan alsan yang cukup ;
A
-. Bahwa pertimbangan Hakim Tingkat Pertama yang telah diambil alih oleh Judex
Facti yang menyatakan kebakaran yang diderita oleh Penggugat akibat adanya
ah
lik
ub
-. Bahwa adalah tidak adil dan tidak patut apabila Tergugat II tidak dihukum untuk
ep
perintah Tergugat II, sehingga dengan tidak dihukumnya Tergugat II untuk ikut
s
M
ne
ng
do
In
A
Disclaimer
7
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
menanggung akibat hukum ditolaknya klaim asuransi Penggugat jelas
pertimbangan tersebut tidak adil ;
ne
ng
Menimbang bahwa, atas keberatan-keberatan yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi I tersebut Mahkamah Agung berpendapat :
do
Bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Facti tidak
gu salah menerapkan hukum, sebab Judex Facti dapat mengambil alih pertimbangan
dan putusan Hakim Tingkat Pertama dan dijadikan pertimbangan sendiri apabila
In
A
putusan tersebut telah tepat dan benar, lagi pula keberatan-keberatan tersebut
mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu
ah
lik
kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan dalam tingkat
kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan ketidak
wenangan atau melampaui batas wewenang, atau salah menerapkan atau
m
ub
melanggar hukum yang berlaku, atau lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan
ka
si
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,
lagi pula dari sebab tidak ternyata bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini
ne
ng
do
gu
harus ditolak ;
Menimbang bahwa, keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon
In
Kasasi II dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
A
1. Bahwa Judex Facti telah salah dalam menerapkan ketentuan mengenai keadaan
memaksa (overmacht) yaitu Pasal 1245 KUHPerdata. Sesuai dengan
ah
lik
ub
ne
ng
do
In
A
Disclaimer
8
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
yang bersifat relatif/tidak mutlak dan kejadian tersebut bukanlah hal-hal yang
menyebabkan berakhirnya perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1381
ne
ng
KUHPerdata. Hal inipun telah diakui oleh Judex Facti pada pertimbangan
hukumnya dibagian konvensi yang menyatakan bahwa tidak diperoleh ketentuan
do
bahwa Tergugat II tidak diperbolehkan menagih pelunasan dari Penggugat ;
gu Oleh karena itu, Termohon Kasasi I/semula Penggugat harus tetap memenuhi
kewajiban hutangnya kepada Pemohon Kasasi sesuai perjanjian yang disepakati
In
A
dan klaim asuransi yang tidak disetujui oleh Termohon Kasasi II, bukanlah
merupakan alasan untuk tidak melunasi hutangnya kepada Pemohon Kasasi ;
ah
lik
2. Bahwa pertimbangan Judex Factie yang menyatakan bahwa Termohon Kasasi
I/semula Penggugat belum melunasi hutangnya karena alasan overmacht
sebagaimana tersebut diatas adalah pertimbangan yang keliru dan tidak adil
m
ub
karena hutang Penggugat sudah jatuh tempo. Apabila Termohon Kasasi I/semula
ka
si
Bahwa keberatan-keberatan ini dapat dibenarkan, karena Judex Facti telah
salah menerapkan hukum ;
ne
ng
do
gu
dagangan Penggugat tidak terkait dengan perjanjian kredit dan karenanya tidak
menghapus atau mengurangi kewajiban Penggugat seperti diatur dalam
In
perjanjian kredit. Penerima kredit tetap terkait dengan perjanjian kredit walaupun
A
lik
ub
kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi II : PT. BANK EKSPORT IMPOR
CABANG PANCORAN sekarang PT. BANK MANDIRI tersebut dan membatalkan
ka
s
M
ne
ng
do
In
A
Disclaimer
9
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
sendiri perkara ini dengan amar putusannya seperti tersebut dibawah ini :
Menimbang bahwa, oleh walaupun permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi
ne
ng
II dikabulkan, namun karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I ditolak,
maka Pemohon Kasasi I dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
do
kasasi ini ;
gu Memperhatikan Pasal-Pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004,
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah
In
A
dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004 1985 serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan ;
ah
lik
MENGADILI :
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : PT. MULTI MAKMUR
m
ub
MATARI tersebut ;
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II : : PT. BANK
ka
si
MENGADILI SENDIRI :
ne
-. DALAM KONVENSI :
ng
-. DALAM PROVISI :
-. Menolak gugatan provisi ;
do
gu
-. DALAM EKSEPSI :
-. Menolak eksepsi Tergugat I ;
In
-. DALAM POKOK PERKARA :
A
lik
ub
ep
s
M
ne
ng
do
gu
Disclaimer
10
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus dua puluh enam ribu tiga puluh
tujuh rupiah enam puluh tujuh sen) ditambah bunga kredit KMK-Umum sebesar
ne
ng
6% (+ provisi 1%) dan bunga kredit KMK-Umum sebesar 6% (+ provisi 0,50 %)
sampai dengan pelunasan hutang ;
do
Menghukum Pemohon Kasasi I/Penggugat dalam Konvensi membayar biaya
gu perkara dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp.200.000,- (dua ratus ribu
rupiah) ;
In
A
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung
pada hari Kamis tanggal 31 Januari 2008 dengan Bagir Manan Ketua Mahkamah
ah
lik
Agung sebagai Ketua Majelis, Andar Purba, SH. dan Prof.DR.H. Kaimuddin Salle,
SH.MH. Hakim-Hakim Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota dan diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis tersebut, dengan
m
ub
dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Reza Fauzi, SH.CN.
ka
ttd/ ttd/
R
si
Andar Purba, SH. Bagir Manan
ttd/
Prof.DR.H. Kaimuddin Salle, SH.MH.
ne
ng
do
gu
UNTUK SALINAN
ah
lik
MAHKAMAH AGUNG RI
a/n. P A N I T E R A
PANITERA MUDA PERDATA
m
ub
ka
ep
s
M
ne
ng
In
A
Disclaimer
11
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
s
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
12
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12