BANTUAN HUKUM
Oleh : KAIRUL ANWAR, SH, MH
DEFINISI ADVOKAT
Perkataan Advocat secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu Advocare
yang berarti to defend, to call to one’s aid to vouch or warrant. Sedang dalam
bahasa Inggris Advocate berarti: to speak in favour of or depend by argument, to
support, indicate, or recommended publicly. Advokat secara terminologis, berarti
seorang ahli hukum yang memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal
hukum. Bantuan atau pertolongan ini bersifat memberi nasihat-nasihat sebagai jasa-
jasa baik, dalam perkembangannya kemudian dapat diminta oleh siapapun yang
memerlukan, membutuhkannya untuk beracara dalam hukum. Sedangkan dalam
bahasa Inggris advocate berarti: to speak in favour of or depend by argument, to
support, indicate, or recommended publicly (Abdul Manan, 1995 : 308).
Kemudian, oleh Sukris Sarmadi, Advokat dalam bahasa inggris disebut dengan
advocate adalah person who does the professionally in a court of law yakni
seorang yang berprofesi sebagai seorang ahli hukum di Pengadilan (H.A.
Sukris Samardi, 2009 : 11). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan
WJS. Poerwadarminta terbitan PN Balai Pustaka 1976 disebutkan, “Advokat adalah
Pengacara atau ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau
pembela perkara dalam pengadilan.”
Kode Etik Advokat menyebutkan pengertian dari Advokat dalam Pasal 1, yaitu
“Advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa hukum, baik didalam maupun
diluar Pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan Undang-Undang yang
berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara Praktek
ataupun sebagai Konsultan Hukum.”
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat
Pasal 1 Ayat (1), “Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang ini”. Pengertian lengkap Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
Pasal 1 mengenai Advokat, antara lain:
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun
di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang ini.
Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela,
dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.
DEFINISI DAN JENIS BANTUAN HUKUM
“Bantuan hukum adalah jasa yang diberikan oleh advokat secara cuma-
cuma kepada klien yang tidak mampu”
Menurut PP No. 83 Tahun 2008 tentang Pemberian Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma
Dari berbagai definisi bantuan hukum dapat ditarik kesimpulan bahwa bantuan
hukum merupakan jasa hukum yang diberikan kepada setiap orang yang
memerlukan pembelaan baik diluar maupun didalam pengadilan secara
perdata, pidana, tata usaha Negara dari seseorang yang mengerti seluk-beluk
pembelaan hukum, asas hukum, dan kaidah hukum, serta hak asasi manusia.
Oleh karena itu bantuan hukum bukanlah masalah sederhana. Ia merupakan
rangkaian tindakan guna pembebasan masyarakat dari belenggu struktur
politik, ekonomi, social yang sarat dengan penindasan.
Dalam artikel yang berjudul “Legal Aid Modern Themes and Variations”
Cappellettri dan Gordley yang mengembangkan model bantuan hukum yaitu:
Namun demikian, aturan hukum berlaku bagi semua orang. Tidak ada
alasan, atau tidak dapat dibenarkan jika seseorang dapat atau melanggar
hukum, karena ia belum atau tidak tahu hukum, sehingga ia tidak akan
bebas dari ancaman hukum. Karenanya muncul orang yang khusus
mendalami aturan hukum tersebut. Secara professional mereka disebut
ahli hukum, advokat, atau penasihat hukum (lawyer). Profesi inilah yang
akan memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan akan
nasihat hukum, atau biasa disebut dengan klien.
Negara telah memberikan jaminan untuk mendapatkan bantuan hukum dalam
konstitusi, UU, serta peraturan pelaksananya. Semuanya mengatur mengenai
Advokat, syarat-syarat mendapatkan bantuan hukum, serta aturan bagaimana
melaksanakannya dan akibatnya apabila tidak dilaksanakan. Jelas dijamin oleh
UUD 1945 pasal 27 ayat 1 berbunyi: “segala warganegara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Bantuan hukum akan sangat bermanfaat apabila diberikan oleh orang yang
memahami hukum dan menjunjung tinggi rasa keadilan. Kegunaan dari advokat
selaku Penasihat Hukum bagi seorang warga Negara diantaranya adalah:
Non Litigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan di luar jalur
pengadilan untuk menyelesaikannya. Pemberian bantuan hukum secara non litigasi
meliputi kegiatan :
1. Penyuluhan hukum.
2. Konsultasi hukum.
4. Penelitian hukum.
5. Mediasi.
6. Negosiasi.
7. Pemberdayaan masyarakat.
3. Rencana pelaksanaan bantuan hukum litigasi dan non litigasi sesuai dengan
misi dan tujuan Pemberi bantuan hukum.
Dalam hal Pemberi bantuan hukum mengajukan rencana anggaran bantuan hukum
non litigasi, Pemberi bantuan hukum harus mengajukan paling sedikit 4 kegiatan
dalam satu paket dari kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) PP
Nomor 42 tahun 2013. Mengenai tata cara pengajuan rencana anggaran bantuan
hukum diatur dengan Peraturan Menteri.
G. Pelaksanaan Anggaran Bantuan Hukum
Pemberi bantuan hukum melaksanakan bantuan hukum Litigasi dan Non Litigasi sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian pelaksanaan bantuan hukum dan ketentuan
perundang – undangan.
Penyaluran dana bantuan hukum Litigasi dilakukan setelah Pemberi bantuan hukum
menyelesaikan perkara pada setiap tahap proses beracara dan menyampaikan laporan yang
disertai bukti pendukung.
Tahapan proses beracara merupakan tahapan penanganan perkara dalam :
1. Kasus pidana, meliputi penyidikan dan persidangan di Pengadilan Tingkat I, banding,
kasasi dan peninjauan kembali.
2. Kasus perdata, meliputi upaya perdamaian atau putusan pengadilan tingkat I, banding,
kasasi dan peninjauan kembali.
3. Kasus tata usaha negara, meliputi pemeriksaan pendahuluan dan putusan pengadilan
tingkat I, banding, kasasi dan peninjauan kembali.
Penyaluran dana bantuan hukum Non Litigasi dilakukan setelah Pemberi bantuan hukum
menyelesaikan paling sedikit 1 kegiatan dalam paket kegiatan Non Litigasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) PP No. 42 tahun 2013 dan menyampaikan laporan yang
disertai dengan bukti pendukung.
H. Pertanggungjawaban
Laporan realisasi penerimaan dan penggunaan dana selain dari APBN dilaporkan
secara terpisah dari laporan realisasi pelaksanaan Anggaran Bantuan Hukum
sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (1) PP Nomor 42 tahun 2013 .
Untuk Perkara Litigasi, laporan realisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, harus
melampirkan paling sedikit: