Anda di halaman 1dari 33

LEGAL OPINION

Disampaikan oleh :

KAIRUL ANWAR, SH. MH


Advokat, Legal Konsultan, Kurator & Pengurus
PENGERTIAN LEGAL OPINION :

LEGAL OPINION ;
 Salah satu istilah hukum dalam system hukum common
law(anglo saxon)----- sumber hukumnya adalah putusan
hakim/ pengadilan ( Yurisprudensi).
 Dalam system hukum Eropa Kontinental (Civil Law) dikenal
dengan istilah Legal Critics.------sumber hukumnya adalah
Perundang-undangan-------system peradilannya bersifat
INKUISITORIAL (hakim aktif mencari kebenaran materiil dan
sangat cermat dalam melakukan penilaian atas barang bukti).
 Dalam bahasa latin legal opinion dikenal dengan sebutan Ius
Opinio.(ius=hokum, oponio= pandangan/pendapat).
 sampai saat ini istilah legal opinion di Indonesia tidak ada
definisi yang baku, para praktisi mengistilahkan legal opinion
dengan sebutan “PENDAPAT HUKUM ”
Legal Opinion adalah dokumen tertulis yang dibuat oleh
ahli hukum berdasarkan fakta-fakta hokum dengan
didukung oleh peraturan hokum positif dengan maksud
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam prakteknya LO biasanya dibuat oleh seorang
Advokat/Konsultan Hukum/Penasehat hukum untuk
keperluan internal kliennya dan tidak bersifat mengikat.

“Pendapat Hukum” harus berbasis pada hukum positif


yang diselaraskan pada subjek dan objek hukum, peristiwa
hukum dan hubungan hukum serta dikaji dengan ketaatan
atas azas penerapan hukum yang kongkrit dengan
bertujuan pada nilai-nilai keadilan.
Produk LO/ Pendapat Hukum berdasarkan atas :

• Hukum yang berlaku (hukum Positif).


• Berdasarkan kebenaran formil dan materiil.
• Pendapat hukum harus jelas, akurat dan tegas.

bahwa obyek legal opinion timbul dari adanya suatu


fenomena polemik atau dilematis dari implikasi hukum itu
sendiri, serta mempunyai ekses yang sangat luas dalam
masyarakat, sehingga diperlukan suatu bentuk penjabaran
yang konkret, aktual dan faktual, untuk mengeliminasi topik
persoalan yang menjadi opini dalam masyarakat ;
Misalnya :

Putusan hakim yang memeriksa dan mengadili perkara


tindak pidana korupsi membebaskan Terdakwa, maka akan
menimbulkan suatu perdebatan hukum (legal debate)
secara umum karena dianggap mencederai rasa keadilan
atau bertentangan dengan pandangan masyarakat (mass
opinion) sehingga timbul bermacam pendapat hukum
melalui media pers, audio visual, yang mempunyai efek
sampingan (sides effect) terhadap kasus tersebut yang
mencuat dan menjadi bahan berita ;
Dianggap ada penyimpangan :

Putusan hakim yang membebaskan Terdakwa korupsi


tersebut oleh masyarakat dianggap ada semacam
penyimpangan hukum (deviant of law) dari fakta-fakta hukum
yang ada. Hal ini sangat memungkinkan menimbulkan
perbedaan pendapat dan pandangan bagi para pengamat
masalah hukum sebagai ajang pemicu konflik dari berbagai
kepentingan (vested interest) ;
Perhatian Masyarakat dan Para Intelektual :

Permasalahan yang menjadi polemik dalam berbagai media


pemberitaan tersebut, tentu akan mengundang animo
masyarakat dan para intelektual akademisi maupun praktisi
hukum memfokuskan perhatiannya terhadap kasus
tersebut, untuk dikritisi secara yuridis, sosiologis, filosofis
dan politis, dan pada tingkatan ini akan timbul apa yang
disebut sebagai pembentukan “pendapat hukum” dalam
masyarakat (public legal opinion) yang dikemas dalam
bentuk format “legal opinion” ;
IMPLEMENTASI LEGAL OPINION

Pada dasarnya pandangan atau pendapat hukum secara


harfiah dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok
sebagai berikut :

1. Pendapat hukum, bertujuan untuk menjabarkan suatu


kontekstual hukum baik implisit atau eksplisit, jika
terdapat berbagai kontradiksi yuridis yang berakibat
protes masyarakat terhadap penerapan suatu aturan
hukum, atau dengan kata lain terdapat penyimpangan
norma-norma kultural yang berlaku dalam suatu
masyarakat, dan jika hukum itu diterapkan, maka akan
timbul dampak yang luas yang dapat mempengaruhi
stabilitas keamanan Negara di seluruh sektor sosial
politik ;
2. Secara proporsional fungsional, wacana pandangan
atau pendapat hukum mempunyai manfaat seperti :

memberikan masukan bagi legislator agar dalam


memproyeksikan aturan hukum supaya lebih berhati-hati
dalam mendiskripsikan formulanya, agar terlebih dahulu
memperhatikan semua aspek masyarakat yang timbul
dapat ditampung, kemudian baru dirumuskan hal-hal
apa saja yang perlu dikemas dalam substansi peraturan
hukum tersebut supaya tidak menimbulkan konflik
kepentingan ;
3. Secara Substansial, pendapat hukum berguna untuk
mengatasi, konflik kepentingan yang bersumber dari
suatu peraturan hukum.
Pada hakikatnya legal opinion merupakan diskursus
berasal dari ketidaksenangan masyarakat yang
dipaksakan oleh pembuat aturan hukum tanpa melihat
eksistensi logis dari cara penerapan dan penegakan
hukum (law enforcement) itu sendiri seyogyanya dimulai
dari institusi dan aparatur hukum terlebih dahulu dan
bukan sebaliknya ;
PROSEDUR MEMBUAT LEGAL OPINION

Dalam membuat suatu rancangan penulisan hukum dalam


bentuk pendapat hukum ada beberapa prosedur yang
mestinya harus diperhatikan oleh praktisi hukum dengan
menelaah hal-hal, yaitu :
a. Wajib dilakukan identifikasi fakta hokum ( Statement
of facts)
• Dilakukan pemisahan substansial mengenai
kondisi riil permasalahan dengan opini yang
berkembang;
• Dipertajam penegasan fakta hukum dengan
didukung bukti-bukti awal;
• Identifikasi permasalahan hukumnya.
b. Inventarisasi peraturan hukum sebagai dasar analisa hukum.
Dalam hal ini, maka diperlukan keahlian khusus mengenai
aspek hukum dari landasan normatif, sosiologis, yuridis,
filosofis, dan empiris, dalam mencari adanya hubungan /
keterkaitan aturan hukum yang satu dengan yang lainnya
untuk dikaji lebih mendalam mengenai substansi yang
mutatis mutandis (over lapping), guna dijabarkan secara
aktual dan faktual untuk mengangkat masalah yang
berkembang dalam masyarakat, agar mendapat perhatian
pihak birokrasi hukum untuk meminimalisasi persoalan yang
timbul dari aturan hukum itu sendiri;
c. Membuat analisa hukum (Analysis or discussion)
Pendapat hukum (legal opinion) harus berorientasi
kepada netralitas dan realitas persoalan yang obyektif
penyuguhannya ringkas, padat, dan berisikan inti
permasalahan yang perlu didiskusikan lebih lanjut,
khususnya untuk mendapatkan jalan keluar dari
kebuntuan konflik hukum (legal conflict) supaya tidak
bertendensi negatif, tidak berisikan nuansa politis
praktis melainkan lugas, tegas dan mudah dipahami
masyarakat luas maupun birokrasi hukum ;
d. Kesimpulan (conclusion)
• Memuat analisa hukum, menjawab permasalahan
hukum, memuat dasar hukum;
• Rumusan rekomendasi yang bisa dilakukan dalam
mencapai maksud & tujuan pokok permasalahan
CARA PENYAMPAIAN LEGAL OPINION

Penyampaian pendapat hukum yang dibuat para kritikus


hukum, baik dari kalangan intelektual akademis, praktisi
hukum maupun para pengamat sosial politik dan hukum
yang secara umum berisikan masukan (in put) dari sudut
pandang fungsi penerapan hukum dan manfaatnya dalam
masyarakat, dan bagaimana cara kerja hukum itu agar
tidak meresahkan masyarakat apabila disosialisasikan
sebagai produk perangkat hukum.
Penyajian atau penyuguhan materi legal opinion dapat
diimplementasikan melalui beberapa bentuk dan cara
aplikatif seperti :

a. Mass Media Pers (koran, majalah dan tabloid),


maupun dalam bentuk kemasan acara yang diekspos
secara tertulis. Pokok permasalahannya tentang
keabsahan produk hukum dan aplikasi peraturan
pelaksanaannya, penguraiannya bersifat netral dan
obyektif terhadap pokok permasalahan yang
berkembang dalam masyarakat karena ekses yang
timbul berhubungan dengan aspirasi yang berkembang
dalam komunitas masyarakat ;
b. Mass Media Elektronik (audio visual), suatu kegiatan
yang bersifat rutin mengaudit masalah hukum dan
fenomena efek sampingan dari penerapan hukum oleh
para penegak hukum. Memberikan gambaran mengenai
cara kerja hukum (legal action), sikap tindak aparatur
hukum (law enforcement) dan bentuk putusan (law
making) yang dibuat oleh hakim (judge made law) untuk
dibahas lebih mendalam para praktisi hukum atau
pengamat masalah hukum ;
c. Seminar Diskusi Ilmiah (science meeting), pada suatu
masalah hukum yang perlu dibahas dan diangkat
sebagai bahan diskusi bagi kepentingan masyarakat
luas. Hal ini menyangkut system penerapan hukum dan
pelaksanaannya oleh aparatur, baik dari sikap,
konsistensi dan konsekuensi yang wajib
dipertanggungjawabkan oleh penegak hukum maupun
masyarakat, dengan tidak mendikriminasikan
kedudukan, ras, golongan, dan kepentingan politik
tertentu yang dikemas dalam bentuk opini hukum (legal
opinion) ;
d. Pendidikan dan Pelatihan (education and training) yang
diadakan oleh instansi dan institusi pemerintah atau
nonpemerintah, dalam hal menyosialisasikan produk
aturan hukum, untuk dikaji dan ditelaah secara aktual,
faktual, metodologi, dan terstruktur secara sistematis,
dengan memperhatikan sisi kajian secara yuridis,
sosiologis, dan filosofis, yang secara empiris
menitikberatkan pada praktik hukum yang berlaku dalam
masyarakat ;
CONTOH LEGAL OPINION
KASUS POSISI
1. Bahwa MARYOTO menikah dengan SUTINA
2. Dlm perkawinan dikaruniai 4 orang anak, yaitu
HERLINA, JOKO, SIGIT HARYONO dan HADI
KUSUMO.
3. Pada tahun 1988 MARYOTO membeli sebidang
tanah Sertifikat Hak Milik No. 467 Desa Srondol Wetan
Kec Semarang Selatan (sekarang Banyumanik) Kota
Semarang dengan luasnya ± 799 M2 (tujuh ratus
sembilan puluh sembilan meter persegi) dari
NUGROHO berdasarkan Akta Jual Beli No.
28/11/III/1988 tertanggal 05 Oktober 1988 yang dibuat
dihadapan SRI HADINI SOEJOKO, SH. Notaris
Semarang dengan harga sebesar Rp. 26.000.000 (dua
puluh enam juta rupiah) dan telah dilakukan balik nama,
sehingga berubah menjadi atas nama MARYOTO..
4. Bahwa NUGROHO tidak memiliki tempat tinggal, maka atas
kebaikan dari MARYOTO, NUGROHO diperbolehkan untuk tinggal
sementara di rumah yang ada diatas tanah SHM. No. 467.
5. Bahwa MARYOTO meninggal dunia pada tahun 1997.
6. Para ahli waris dari MARYOTO telah berkali-kali meminta secara
baik-baik kepada NUGROHO untuk melakukan pengosongan atas
tanah tersebut akan tetapi mendapat tanggapan yang tidak baik.
7. Ternyata tanpa seijin dan sepengetahuan dari Para Ahli Waris,
NUGROHO telah menjual sebagian tanah SHM No. 467 desa
Srondol Wetan tersebut kepada KURNIAWAN seluas ± 150 M2
dengan cara dibawah tangan.
8. Bahwa KURNIAWAN juga telah mendirikan bangunan rumah untuk
tempat tinggal atas tanah tersebut tanpa ijin dari Para Ahli Waris.

Pertanyaannya : apa langkah hukum yang tepat yang harus


dilakukan oleh para ahli waris ?
ANALISIS YURIDIS

A. Secara Pidana
Pasal yang diduga dilanggar:
1. Pasal 12 Ayat 1 jo Pasal 36 ayat 4 UU No. 4 Tahun 1992
tentang Pemukiman dan Perumahan;

Pasal 12 ayat 1

“penghunian rumah bukan pemilik hanya sah apabila ada


persetujuan atau ijin pemilik”

Pasal 34 ayat 4

“setiap orang atau badan dengan sengaja melanggar


ketentuan dalam Pasal 12 ayat 1 dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun dan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 20.000.000 ( dua puluh juta rupiah)
2. Pasal 385 ke-1 KUHP

“dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 tahun,


barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, menjual
menukarkan atau menjadikan tanggungan ikatan kredit hak
milik atas tanah negeri atau tanah partikulir atau gedung,
bangunan tanaman atau benih ditanah dengan hak milik,
sedang ia tahun bahwa orang lain yang berhak atau turut
berhak atas tanah itu”
B. Upaya Hukum Perdata

Perbuatan Melawan Hukum diatur dalam Pasal 1365 s/d


Pasal 1380 KUH Perdata. Pasal 1365 KUHPerdata
menyatakan, “Tiap perbuatan melawan hukum yang
membawa kerugian   kepada seorang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk
mengganti kerugian tersebut.”

PMH tidak hanya bertentangan dengan undang-undang,


tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak
orang lain atau bertentangan dengan kewajiban orang
yang berbuat atau tidak berbuat bertentangan dengan
kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan
kepatutan dalam lalu lintas masyarakat.
Ada 4 unsur Perbuatan Melawan Hukum (PMH) :

1. Adanya Perbuatan Melawan Hukum


Pasal yang diduga dilanggar:

Dikatakan PMH, tidak hanya hal yang bertentangan dengan UU,


tetapi juga jika berbuat atau tidak berbuat sesuatu  yang memenuhi
salah satu unsur berikut :

• Bertentangan dengan hak orang lain.


• Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.
• Bertentangan dengan kesusilaan.
• Bertentangan dengan keharusan (kehati-hatian, kepantasan,  
kepatutan) yang harus diindahkan dalam pergaulan
masyarakat   mengenai orang lain atau benda.
2. Adanya unsur kesalahan

Unsur kesalahan dalam hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan


dan akibat-akibat yang dapat dipertanggungjawabkan kepada si
pelaku.

3. Adanya kerugian

Yaitu kerugian yang timbul karena PMH. Tiap PMH tidak hanya
dapat mengakibatkan kerugian uang saja, tetapi juga dapat
menyebabkan kerugian moril atau idiil, yakni ketakutan, terkejut,
sakit dan kehilangan kesenangan hidup.
4. Adanya hubungan sebab akibat

Unsur sebab-akibat dimaksudkan untuk meneliti adalah hubungan


kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang
ditimbulkan sehingga si pelaku dapat dipertanggungjawabkan.

Bahwa jika dikaitkan dengan kasus posisi tersebut di atas,


Perbuatan Nugroho dalam menempati dan menghuni tanah dan
bangunan rumah milik para ahli waris dari Maryoto telah
menunjukkan adanya itikat buruk yaitu menempati tanah tersebut
dan memberikan ijin kepada Kurniawan mendirikan bangunan
tanpa sepengetahuan dan seijin dari Para Ahli waris dari Maryoto,
maka menurut hukum perbuatan Nugroho dalam menempati dan
memberikan ijin kepada Kurniawan mendirikan bangunan diatas
tanah milik Para Ahli waris dari Maryoto adalah tidak sah dan
sebagai suatu perbuatan melawan hukum.
Begitu pula perbuatan Kurniawan yang telah mendirikan
bangunan diatas tanah milik Para Ahli Waris dari
Maryoto yang tanpa sepengetahuan dan seijin dari
Para Ahli waris dari Maryoto adalah tidak sah dan
sebagai suatu perbuatan melawan hukum.
KESIMPULAN
1. Bahwa perbuatan NUGROHO yang menempati dan
menjual sebagian tanah SHM No. 467 desa Srondol
Wetan tersebut kepada KURNIAWAN seluas ± 150 M2
termasuk perbuatan pidana yaitu tindak pidana
menempati rumah tinggal dengan tidak sah dan atau
penggelapan hak atas bidang tanah sebagaimana
dimaksud dalam bunyi Pasal 12 ayat (1) Jo Pasal 36
ayat (4) UU No. 4 Tahun 1992 tentang Pemukiman dan
Perumahan dan atau Pasal 385 ke-1 KUHPidana:
2. Bahwa Para Ahli Waris bisa melakukan gugatan
pengosongan ke Pengadilan Negeri Semarang
terhadap Nugroho sebagai Tergugat I dan Kurniawan
sebagai Tergugat II, karena Nugroho, dalam menempati
dan menghuni rumah milik Ahli Waris dari Maryoto tidak
sah dan sebagai perbuatan melawan hukum, maka
Nugroho maupun siapa saja yang memperoleh hak dari
padanya wajib dihukum untuk mengosongkan dan
menyerahkan bangunan rumah milik Ahli Waris Maryoto
sebagian tanah SHM No. 467 desa Srondol Wetan
kepada Para Ahli Waris Maryoto dalam keadaan seperti
semula.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai