SKRIPSI
Oleh :
Desya Ramadanty
11140460000028
1440 H/2019 M
ABSTRAK
Desya Ramadanty. NIM 11140460000028. PENGATURAN SAHAM
PREFEREN DI PASAR MODAL SYARIAH : STUDI PERBANDINGAN
ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA. Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. xi + 108 halaman 65 halaman lampiran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaturan
mengenai saham preferen pada pasar modal syariah di Indonesia dan Malaysia
berikut persamaan dan perbedaannya, serta mengetahui dampak hukum atas
pengaturan saham preferen dalam pasar modal syariah di kedua negara tersebut.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan perbedaan mulai dari isi
Fatwa DSN-MUI mengenai hukum saham preferen pada pasar modal syariah di
Indonesia dan Resolusi SAC-SC tentang hukum saham preferen pada pasar modal
syariah di Malaysia, hingga perbedaan kedudukan fatwa dan resolusi dalam
peraturan perundang-undangan masing-masing negara. Sehingga dampak hukum
atas saham preferen pada pasar modal syariah yang terjadi di Indonesia ialah
belum tercapainya kepastian hukum, karena belum ditetapkannya pengaturan
saham preferen dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 ke dalam
POJK. Berbanding terbalik dengan di Malaysia yang telah menjamin kepastian
hukum atas transaksi saham preferen pada pasar modal syariah di Malaysia sebab
Resolution from The 20th Shariah Advisory Council Of The Securities
Commission Malaysia Meeting (14 July 1999) dan Resolution from The 193rd
Shariah Advisory Council Of The Securities Commission Malaysia Meeting (19
January 2017) dijamin memiliki kekuatan hukum mengikat berdasarkan Securities
Commission Act tahun 1993.
Kata Kunci : Saham Preferen, Pasar Modal Syariah, Fatwa DSN-MUI, Resolusi
SAC-SC, Peraturan Perundang-undangan.
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGATURAN
SAHAM PREFEREN DI PASAR MODAL SYARIAH (STUDI
PERBANDINGAN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA”. Banyak pihak
yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka dalam kesempatan ini Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag., M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan
serta memberikan bantuan terbaik bagi Penulis sehingga dapat meyelesaikan
skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberi banyak pengetahuan kepada Penulis selama masa kuliah.
5. Bapak Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A., Bapak Dr. Hasanuddin, M.Ag.,
dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.A, serta Otoritas Jasa Keuangan
yang telah bersedia memberikan pencerahan dan informasi kepada Penulis
terkait tema skripsi Penulis;
6. Staff karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan
Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan staff akademik Fakultas Syariah
dan Hukum.
7. Mbah Putri, Ayah dan Mama untuk seluruh cinta, dukungan, tenaga, serta
do‟a yang telah tercurah untuk Penulis selama ini. Terimakasih banyak.
8. dr. Rahmad Mulyadi, Sp.Rad(K) yang telah memberikan banyak sekali
dukungan finansial serta moril agar Penulis dan keluarga besar dapat meraih
v
pendidikan setinggi mungkin. Penulis mungkin akan sulit berada di titik saat
ini tanpa seluruh dukungan yang telah kau berikan untuk Penulis.
9. Kawan-kawanku di New Forward. Terima kasih FM, Aisyah, Andi, Alen,
Ami, Sami, Adam, Tomi, Ojan, Rifqon dan Kholid yang telah menjadi kawan
dalam berbagi pemikiran, pengetahuan, dan banyak momen kerecehan. Serta
telah menjadi penyemangat dan amat membantu Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Center for Islamic Economics Studies (C.O.I.N.S). Terimakasih telah menjadi
tempat bagi Penulis untuk menemukan kawan-kawan baru, mengembangkan
diri dan pemikiran. Terkhusus untuk para senior C.O.I.N.S yang telah banyak
berbagi pengetahuan dan kebijaksanaan.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah A, terkhusus kepada
Maya Agustina Waluyo yang selalu memberikan dukungan kepada Penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah 2014 yang berjuang
bersama selama perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.
Desya Ramadanty
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. v
vii
H. Kajian Studi Terdahulu ........................................................................................... 43
viii
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 99
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 99
B. Saran...................................................................................................................... 100
ix
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Hal
Tabel 1.1 Teknik Analisa Data Penulisan 13
Tabel 3.1 Perkembangan Reksa Dana Islam dan Instrumen Pasar Modal 63
Syariah Lainnya di Malaysia
Tabel 3.2 Saham Preferen di Pasar Modal Indonesia 66
Tabel 3.3 Saham Preferen di Pasar Modal Malaysia 67
Tabel 4.1 Jenis Saham Preferen di Indonesia Menurut Undang-Undang 75
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Tabel 4.2 Perbandingan Pengaturan Saham Preferen Pada Pasar Modal 90
Syariah di Indonesia dan Malaysia
Tabel 4.3 Daftar Perusahaan Penerbit Saham Preferen Yang Termasuk Dalam 94
Daftar Efek Syariah
Tabel 4.4 Daftar Efek Patuh Syariah Malaysia 96
x
DAFTAR GRAFIK
No. Judul Grafik Hal
Grafik 3.1 Perkembangan Jumlah Efek Syariah di Indonesia 51
Grafik 3.2 Perkembangan Kapitalisasi pasar JII dan ISSI 52
Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Efek Patuh Syariah di Malaysia 62
Grafik 3.4 Kapitalisasi Pasar Modal Syariah di Malaysia 62
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
https://www.nst.com.my/business/2018/03/345392/malaysian-capital-market-recorded-126-
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/data-dan-statistik/statistik-pasar-
Agustus 2018.
4
Islamic Tourism Center of Malaysia, Islam In Malaysia, diakses dari
http://www.itc.gov.my/tourists/discover-the-muslim-friendly-malaysia/Islam-in-malaysia/ pada 2
Agustus 2018.
1
2
5
Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah; Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip
Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Kedua, 2013), h. 215
7
Sekarang disebut Otoritas Jasa Keuangan.
8
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam; Tinjauan Teoretis dan
Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Kedua, 2013), h. 220.
9
Burhanuddin S., Pasar Modal Syariah; Tinjauan Hukum, (Yogyakarta: UII Press
wajib tunduk pada regulasi yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
dan Securities Commission.10
Untuk memberikan kepastian hukum dalam mengembangkan kegiatan
pasar modal syariah, diperlukan suatu kerangka hukum yang secara tegas
dapat mengatur hal tersebut. Hal ini dikarenakan penerapan prinsip-prinsip
syariah pada kegiatan pasar modal dianggap memiliki beberapa aspek
yang bersifat khusus, terutama yang menyangkut keterbukaan dan ketaatan
terhadap prinsip-prinsip syariah.11 Kerangka hukum dimaksud akan
menjadi pedoman umum yang menjadi standar baku bagi seluruh pelaku
dalam mengembangkan kegiatan pasar modal syariah, sehingga tidak ada
lagi asumsi atau interpretasi yang berbeda di antara para pelaku pasar.
Selain memberikan kepastian hukum, hal ini juga memberikan
perlindungan bagi seluruh pihak yang memiliki kepentingan dengan
kegiatan di pasar modal berbasis syariah.12
Kepastian hukum baik dari segi syariah maupun pengaturan oleh
pemerintah telah nyata berpengaruh terhadap keputusan masyarakat untuk
berinvestasi. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hadi Peristiwo (2016)13, Ahmad Dahlan Malik (2017)14, Yuliana
10
Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014),
h. 97-98.
11
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta:
Susilowati (2017)15 yang pada intinya bila kepastian hukum dari segi
syariah telah terjamin dan diimplementasikan ke dalam peraturan maka
akan berpengaruh memunculkan keyakinan pada masyarakat atas investasi
di pasar modal syariah.
Dari sekian banyak instrumen di pasar modal, saham masih menjadi
jenis investasi yang paling sulit untuk dipercaya oleh masyarakat. Hasil
riset dari lembaga riset pemasaran, Inside ID16 (2018) mengungkapkan
hanya 17% responden yang berinvestasi di saham. Deputi Komisioner
Pengawasan Pasar Modal OJK, Sardjito (2016) mengatakan bahwa minat
masyarakat menabung saham masih rendah sebab sebagian besar
masyarakat beranggapan bahwa bermain saham merupakan kegiatan usaha
yang haram.17 Adapun solusi yang ditawarkan oleh negara adalah dengan
menyediakan instrumen investasi syariah, salah satunya saham syariah.
Tersedianya instrumen investasi syariah nyatanya belum mampu
mengikis sepenuhnya keraguan masyarakat yang ada. Seperti hasil
penelitian yang dilakukan oleh Emilia Septiani., dkk (2018) yang
menunjukkan bahwa 42% responden tidak berinvestasi di instrumen
14
Ahmad Dahlan Malik, “Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat
Berinvestasi di Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi UISI”, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam, Vol. 3, No. 1, (Januari-Juni, 2017), h. 61-81.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel motivasi (yaitu harapan untuk
mendapatkan keuntungan berinvestasi di saham syariah, keberkahan, terjaminnya pendapatan yang
baik, halal, pengembangan keuangan syariah, dan menjadi pemilik perusahaan yang
diinvestasikan), berbanding positif terhadap pertimbangan investasi saham syariah.
15
Yuliana Susilowati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi
Syariah Untuk Berinvestasi di Pasar Modal Syariah (Studi di IAIN Surakarta), Skripsi S1, IAIN
Surakarta, 2017.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Persepsi return, yaitu anggapan seseorang
terhadap tingkat bagi hasil yang diterima dalam sebuah investasi telah terjamin kehalalannya,
menjadi faktor keempat yang mempengaruhi minat investasi dengan nilai eigenvalue sebesar 2,127
dan mampu menjelaskan varians sebesar 5,317% .
16
https://investasi.kontan.co.id/news/riset-inside-id-orang-indonesia-lebih-suka-investasi-
investasi syariah dengan salah satu alasannya adalah masih merasa ragu-
ragu dengan sistem syariah dari produk investasi tersebut, bahkan ada
yang menyimpulkan bahwa kegiatan investasi yang dilakukan oleh
penyedia produk investasi syariah masih jauh dari Syariah Islam.18
Maka, selain melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat,
kerangka pengaturan di pasar modal syariah haruslah komprehensif dan
kuat sebab turut mempengaruhi terciptanya keyakinan pada pasar modal
syariah. Dengan memiliki landasan peraturan yang komprehensif serta
produk yang tersedia di pasar modal syariah terjamin kesyariahannya,
menambah keyakinan bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal
syariah serta menjadi alasan bagi emiten untuk menerbitkan instrumen
investasi yang sesuai dengan syariah.
Berdasarkan permasalahan tersebut, Penulis menganalisa pengaturan
pada pasar modal syariah antara Indonesia dan Malaysia dengan
membandingkan pengaturan kedua negara tersebut. Penulis juga
memandang perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam guna
menganalisa pengaturan syariah terkait saham di Indonesia dan Malaysia
serta lebih lanjut mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari
pengaturan atas saham di pasar modal syariah di antara kedua negara
tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran pada latar belakang terdapat beberapa
permasalahan yang Penulis temukan, yaitu:
1. Pasar modal telah berkembang sangat pesat baik di Indonesia
maupun di Malaysia. Namun mayoritas penduduk yang beragama
Islam, mendorong kebutuhan atas adanya instrumen pasar modal
yang sesuai syariah. Di samping itu investasi tidak dapat dilakukan
18
Emilia Septiani., dkk., “Analisis Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Produk Investasi
Syariah dan Keputusan Untuk Berinvestasi”, Jurnal Distribusi, Vol. 6, No. 1, (Maret, 2018), h. 55-
68.
6
C. Pembatasan Masalah
Pada umumnya saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan
(emiten) yang melakukan penawaran umum (Initial Public Offering) ada 2
(dua) macam, yaitu saham biasa (common share) dan saham preferen
(preference share). Pada saham biasa, para ahli fiqh kontemporer
memandang bahwa hukum saham biasa adalah boleh, karena tidak
memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak maupun kewajibannya.19
Sedangkan para ahli kontemporer memandang saham preferen sebagai
jenis saham yang harus dihindari karena tidak sesuai dengan ketentuan
secara syariah, sebab pemilik saham ini mempunyai hak mendapatkan
bagian dari kelebihan yang dapat dibagikan sebelum dibagikan kepada
19
Anwar Ibrahim, Materi Pengenalan Terhadap Prinsip-Prinsip Syariah yang dianut
Indonesia dalam Hubungan dengan Pasar Modal Syariah. Paper Seminar Pasar Modal Syariah,
Jakarta, 2003. Dikutip dari Nurul Huda dan Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga
Keuangan Islam; Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dibuat rumusan masalah
yang dapat dirincikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan mengenai saham preferen pada pasar modal
syariah di Indonesia dan Malaysia?
2. Bagaimana dampak hukum atas pengaturan saham preferen dalam
pasar modal syariah di Indonesia dan Malaysia?
Indonesia dalam Hubungan dengan Pasar Modal Syariah. Paper Seminar Pasar Modal Syariah,
Jakarta, 2003. Dikutip dari Nurul Huda dan Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga
Keuangan Islam; Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian adalah pendekatan ilmiah yang dilakukan oleh manusia
secara sistematis, melalui uji coba, eksperimen dan hasilnya diberi
argumentasi atau penjelasan dan alasan-alasan, dengan tujuan untuk
menemukan kebenaran guna memuaskan rasa ingin tahu manusia atas
9
22
Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas
sama dari dua Negara atau lebih. Penyingkapan ini dapat dijadikan
rekomendasi bagi penyusunan atau perubahan undang-undang.
2. Tipologi Penelitian
Bentuk dari penelitian ini adalah yuridis-normatif dengan
menggunakan metode penelitian perbandingan hukum.
3. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dan data sekunder.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum
primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Dalam hal ini yang
digunakan adalah Peraturan-Peraturan dan Peraturan Perundang-
undangan. Selain itu, data primer yang juga digunakan hasil
wawancara ke Otoritas Jasa Keuangan, Dewan Syariah Nasional–
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), serta ke Anggota Shariah
Advisory Council-Securities Commission (SAC-SC). Adapun data
sekunder yang digunakan yaitu bahan hukum yang terdiri dari:
a. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan
undang-undang, hasil-hasil penelitian, dan pendapat pakar
hukum maupun buku, artikel, laporan penelitian, dan berbagai
karya tulis ilmiah lainnya yang isinya turut membahas bahan
hukum primer.25
b. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Dalam hal ini yang digunakan adalah kamus
Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia, kamus Bahasa Melayu-
Bahasa Indonesia, kamus hukum, dan lain-lain.26
25
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 103.
26
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT
4. Sumber Data
Adapun bahan hukum primer yang dijadikan sumber data pada
penelitian ini antara lain:
a. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003
tentang Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah Di Bidang Pasar Modal;
b. Resolution from The 20th Shariah Advisory Council Of The
Securities Commission Malaysia Meeting (14 Juli 1999) dan
Resolution from The 193rd Shariah Advisory Council Of The
Securities Commission Malaysia Meeting (19 Januari 2017);
c. Securities Commission Act tahun 1993;
d. Company Act tahun 2016;
e. Shariah Screening Methodology Securities Commission
Malaysia‟s (SC) Shariah Advisory Council (SAC);
f. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
g. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 17/POJK.04/2015
tentang Penerbitan Dan Persyaratan Efek Syariah Berupa
Saham Oleh Emiten Syariah Atau Perusahaan Publik Syariah;
h. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35 /POJK.04/2017
tentang Kriteria Dan Penerbitan Daftar Efek Syariah;
i. Wawancara ke Otoritas Jasa Keuangan, Anggota Shariah
Advisory Council-Securities Commission (SAC-SC), dan
Dewan Syariah Nasional–Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
Selain menggunakan bahan hukum primer, Penulis juga
menggunakan bahan hukum sekunder yaitu seluruh literatur terkait
penelitian ini seperti buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, berita-
berita, dan lainnya. Penulis juga menggunakan bahan hukum tersier
yaitu kamus Bahasa Inggris-Indonesia untuk menerjemahkan data
penelitian yang menggunakan Bahasa Inggris.
12
27
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
8. Metode Penulisan
Penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2017 sebagai acuan penyusunan dan penulisan
penelitian ini.
15
G. Kerangka Konseptual
Persamaan Perbedaan
H. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini, Penulis membagi sistematika penulisan skripsi
ke dalam lima BAB, diantaranya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, Bab ini memuat latar belakang
masalah, identifikasi, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, kerangka konseptual, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, Bab ini memuat teori-teori yang
akan Penulis gunakan dan tinjauan kajian terdahulu terkait saham preferen
dan pengaturan di kedua negara.
BAB III GAMBARAN UMUM, Bab ini memuat penjelasan-
penjelasan mengenai gambaran umum pengaturan di pasar modal syariah
di Indonesia dan Malaysia, lembaga yang terlibat berikut perannya serta
pengaturan saham preferen di pasar modal syariah kedua negara.
BAB IV ANALISIS PENGATURAN SAHAM PREFEREN
PADA PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA,
Bab ini membahas mengenai temuan atas data yang dipaparkan pada bab
III, perbedaan dan persamaan antara pengaturan saham preferen di
Indonesia dan Malaysia, serta dampak dari peraturan tersebut.
BAB V PENUTUP, Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan
saran-saran yang konstruktif atas hasil penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
16
17
Adapun jenis saham dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih,
menurut Darmadji, dkk., dapat dibagi menjadi dua, yaitu saham biasa
31
Ahmad Rodomi, Investasi Syariah, (Tangerang: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.
62.
32
Moh. Irsan Nasarudin, dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana,
34
Gatot Supramono, Transaksi Bisnis Saham & Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan,
Komputindo, 2008), h. 2.
38
Sawidji Widioatmodjo, Cara Cepat Investasi Saham Pemula, (Jakarta; PT. Elex Media
39
Sawidji Widioatmodjo, Cara Cepat Investasi Saham Pemula, (Jakarta: PT. Elex Media
42
Wong Partnership, LLP., Type of Instruments, h. 1. Dokumen diakses dari
https://www.wongpartnership.com/index.php/files/download/1542/27102014_types-of-
45
Wong Partnership, LLP., Type of Instruments, h. 1. Dokumen diakses dari
https://www.wongpartnership.com/index.php/files/download/1542/27102014_types-of-
47
Alin-Eliodor Tănase dan Traian-Ovidiu1 Calotă, “Type of Shares”, Romanian Economic
52
https://www.investopedia.com/ask/answers/040915/what-are-advantages-and-disadvantages-
54
Moh. Mufid, Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontemporer: Dari Teori ke Aplikasi,
undangan RI)”. Kementerian Agama, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
2017, ,h. 9.
56
Ma‟ruf Amin, “Solusi Hukum Islam (Makharij Fiqhiyyah) sebagai Pendorong Arus Baru
undangan RI)”. Kementerian Agama, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
2017, h.6.
27
57
Ma‟ruf Amin, “Solusi Hukum Islam (Makharij Fiqhiyyah) sebagai Pendorong Arus Baru
undangan RI)”. Kementerian Agama, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
2017, h. 8.
28
58
Yeni Salma Barlinti, “Urgensi Fatwa dan Lembaga Fatwa Dalam Ekonomi Syariah‖,
60
Lihat pada Pasal 25 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN), di mana dalam rangka penerbitan SBSN, Menteri Keuangan meminta fatwa atau
pernyataan kesesuaian SBSN terhadap prinsip-prinsip syariah dari lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah, yaitu DSN-MUI.
31
61
Lihat pada Pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015 menyebutkan bahwa kegiatan usaha
KSPPS harus sesuai dengan Prinsip Syariah, di mana pada Pasal 2 ayat 6 disebutkan bahwa
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan usaha koperasi berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh DSN-MUI.
62
Pada Pasal 1 ayat 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.04/2015 tentang
Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal disebutkan bahwa Prinsip Syariah di Pasar Modal
adalah prinsip hukum Islam dalam Kegiatan Syariah di Pasar Modal berdasarkan fatwa Dewan
Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia.
63
Slamet Suhartono, “Eksistensi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Perspektif Negara
68
SAC yang dimaksud adalah SAC yang berada di dalam Bank Negara Malaysia. Seperti
yang tercantum dalam Islamic Financial Services Act tahun 2013, Part I Preliminary ““Shariah
Advisory Council‖ means the Shariah Advisory Council on Islamic finance established under
section 51 of the Central Bank of Malaysia Act 2009”.
69
Islamic Financial Services Act tahun 2013, “For the purposes of this Act, a compliance with
any ruling of the Shariah Advisory Council in respect of any particular aim and operation,
business, affair or activity shall be deemed to be a compliance with Shariah in respect of that aims
and operations, business, affair or activity”, Article 28; Duty of institution to ensure compliance
with Shariah, ayat (2).
70
Securities Commission Act tahun 1993, “Any ruling made by the Shariah Advisory Council
under section 31ZM or 31ZN shall be binding on— (a) the licensed person, stock exchange,
derivatives exchange, clearing house, central depository, listed corporation or any other person
referred to in section 31ZM; and (b) the court or arbitrator referred to in section 31ZN”, 31ZO,
Effect of Shariah ruling.
71
Kabir Hassan dan Michael Mahlknech, Islamic Capital Markets: Products and Strategies,
72
Islamic Financial Services Act tahun 2013, “(1) The Bank may, in accordance with the
advice or ruling of the Shariah Advisory Council, specify standards— (a) on Shariah matters in
respect of the carrying on of business, affair or activity by an institution which requires the
ascertainment of Islamic law by the Shariah Advisory Council; and (b) to give effect to the advice
or rulings of the Shariah Advisory Council”, Article 29; Power of bank to specify standards on
Shariah matters, ayat (1) poin (a) dan (b),
35
73
Husein As-Syahatah dan Athiyyah Fayyadh, Adhubat Sar’iyyah Littamal fii Syuq ar-Rouq
Maaliyyah, diterjemahkan oleh A. Syakur, Bursa Efek; Tuntutan Islam Dalam Transaksi di Pasar
Maaliyyah, diterjemahkan oleh A. Syakur, Bursa Efek; Tuntutan Islam Dalam Transaksi di Pasar
Islamic Fiqh Academy, (Jeddah: Islamic Research And Training Institute-Islamic Development
76
The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI),
Shari’ah Standards, (Manama, The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
77
Faraz Adam mendapatkan gelar sebagai Mufti dari Darul Iftaa Mahmudiyyah, sebuah
institusi pendidikan Islam di Durban, Afrika Selatan. Beliau telah aktif sebagai pengawas dan
penasihat syariah pada lembaga keuangan syariah di berbagai negara seperti Inggris, Bahrain,
Dubai, Singapura dan Malaysia. Beliau telah mengeluarkan sebanyak 5000 fatwa dan sebagian
besar fatwanya terkait dengan ekonomi syariah. Informasi ini diakses dari
http://darulfiqh.com/about/ pada 21 November 2018.
78
http://darulfiqh.com/is-it-permissible-to-trade-in-preference-shares/ diakses pada 7 Juni
2018.
79
Ahmad Rodoni merupakan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan masih aktif
sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Program Studi Doktor Perbankan Syariah
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Informasi ini diakses dari
http://staff.uinjkt.ac.id/profile.php?staff=3409c44c-e32a-bd08-34f8-e62cd893e5ec pada 21
November 2018.
80
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Ciputat; Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 68.
38
81
Mohd. Ma‟sum Billah merupakan seorang profesor bidang keuangan, asuransi dan investasi
di Islamic Economics Institute, King Abdul Aziz University, Kerajaan Arab Saudi. Beliau telah
menjadi penasihat di berbagai lembaga keuangan syariah di berbagai negara terutama di Malaysia
dan Singapura. Informasi ini diakses dari https://kau.academia.edu/ProfDrMohdMaSumBillah
pada 21 November 2018.
82
Mohd Ma‟sum Billah, Islamic Law of Trade and Finance; A Selection of Issues, (Malaysia:
83
Muhammad Anas Zarqa‟ merupakan seorang professor Pusat Penelitian Ekonomi Islam di
untuk menyerahkan dua per tiga (2/3) dari keuntungan yang menjadi
haknya kepada pemegang saham preferen. 86
G. Kepastian Hukum
Kepastian hukum merupakan salah satu dari tujuan hukum, di samping
tujuan kemanfaatan dan keadilan. Kepastian hukum sebagai salah satu
tujuan hukum tidak akan terlepas dari fungsi hukum yang terpenting, yaitu
tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia dalam masyarakat.
Keteraturan ini menyebabkan masyarakat dapat hidup berkepastian, dalam
artian dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat karena dapat diperhitungkan atau diprediksi
tentang apa yang akan terjadi atau apa yang bisa diharapkan dalam
bermasyarakat.87
Secara garis besar, tercapainya kepastian hukum dapat dibagi atas dua
unsur utama. Pertama, hukum (undang-undang) harus tegas dan tidak
boleh multitafsir. Kedua, kekuasaan yang memberlakukan hukum
(undang-undang) tidak boleh secara semena-mena menerapkan hukum
yang retroaktif, tetap kukuh menerapkan prinsip legalitas. Kemudian
struktur kekuasaannya berdasarkan trias politica, sehingga bisa menjamin
adanya kepastian hukum.88
Perihal asas kepastian hukum, peraturan perundang-undangan di
Indonesia telah menempatkan asas ini sebagai asas yang harus di muat
86
Mohd Ma‟sum Billah, Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan Islam; Isu-Isu
Indonesia”, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Investasi
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008), H.
1-2.
88
E. Fernando M. Manullang, Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum, (Jakarta:
89
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang
91
Hadi Peristiwo, “Analisis Minat Investor Di Kota Serang Terhadap Investasi Syariah Pada
Pasar Modal Syariah”, Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol. 7, No. 1,
Berinvestasi di Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi UISI”, Jurnal Ekonomi dan
Syariah Untuk Berinvestasi di Pasar Modal Syariah (Studi di IAIN Surakarta), Skripsi S1, IAIN
Surakarta, 2017.
43
94
Dalam penelitiannya, Ahmad Basri bin Ibrahim membahas tanazuli dalam konteks ibra’
sebab beliau merujuk pada al-Mausu‟ah al-Fiqhiyyah, yang merupakan rujukan SAC-SC dalam
menerbitkan resolusi atas saham preferen pada pertemuan ke-20, 14 Juli 1999. Dalam resolusinya,
44
SAC-SC menyatakan bahwa tanazul dalam hukum Islam juga diketahui sebagai isqat haq, yang
mana menurut Ahmad Basri bin Ibrahim hal tersebut berhubungan erat dengan ibra‟.
95
Analisa dari Ahmad Basri bin Ibrahim ini didasarkan pada pernyataan berikut: ”On the
other hand, the Malikites had two reported opinions regarding the validity of ibra’ prior to the
establishment of the underlying liability. For instance a woman’s ibra’ of a future husband of his
45
responsibility for her future expenses is valid according to the preferred view. Another example is
the dropping of a preemption right prior to the sale; it is valid according to one view and invalid
according to another. They also divided over the ibra’ for future wounds, and ibra’ by future heirs
of rights to the estate of a terminally ill person to another future heir or a third party for more
than one third of the estate”. h. 18.
96
Ahmad Basri bin Ibrahim, “Islamic Preference Shares: An Analysis in light of the
Principles of Musharakah and Tanazul” untuk International Conference on Islamic Banking &
Finance: Cross Border Practices & Litigations pada 15-16 Juni 2010, h. 1-19.
46
97
Shamsiah Mohamad, dkk.,”Preference Shares From Shariah Perspective; Issues and
Solutions”, The Journal of Muamalat and Islamic Finance Research, Vol. 14, No. 1, (Desember,
2017), h. 93-110.
48
98
“It is a requirement that the proportions of losses borne by partners be commensurate with
the proportions of their contributions to the Sharikah capital. It is not permitted, therefore, to
agree on holding one partner or a group of partners liable for the entire loss or liable for a
percentage of loss that does not match their share of ownership in the partnership. It is, however,
valid that one partner takes, without any prior condition, the responsibility of bearing the loss at
the time of the loss”.
99
Shofian Ahmad dan Marina Abu Bakar, “The Status of Preference Shares from Islamic
Perspective”, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 7,
GAMBARAN UMUM
100
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Syariah.aspx diakses pada 12 Agustus
2018.
101
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam; Tinjauan Teoretis dan
Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Kedua, 2013), h. 220.
49
50
102
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam; Tinjauan Teoretis dan
Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Kedua, 2013), h. 220.
103
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx diakses pada 19
Oktober 2018.
51
seperti saham syariah dan Exchange Traded Funds (ETF) syariah telah
diluncurkan sistem online trading syariah pada tahun 2011.104
Seluruh upaya tersebut di atas dilakukan guna memberikan
landasan hukum terlaksananya kegiatan di pasar modal syariah
Indonesia sekaligus memperkuat infrastruktur pasar modal syariah dan
memberikan kepastian hukum atas segala kegiatan di pasar modal
syariah Indonesia.
Periode 1
450 Periode 2
400 382
366
336 322 334 331 331 345
350 321 310 321
304
300
253
250 228 234
191 195 198 199 210
200 174 183
150
100
50
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
104
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx diakses pada 19
Oktober 2018.
105
Otoritas Jasa Keuangan, Buku Perkembangan Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Otoritas
Rp3,704,543.09
Rp3,175,053.04
Rp2,946,892.79
Rp2,557,846.77
Rp2,451,334.37 Rp2,600,850.72
Rp1,672,099.91 Rp1,737,290.98
meningkat dari 93 reksa dana syariah menjadi 181 reksa dana syariah.
NAB reksa dana syariah juga meningkat sehingga pada tahun 2017
dapat mencapai angka Rp. 28.311,77 milyar.106
Instrumen sukuk pada pasar modal syariah Indonesia juga terus
mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Total emisi sukuk
korporasi pada 2017 meningkat menjadi 137 sukuk dengan total nilai
emisi mencapai Rp 26,39 triliun. Adapun nilai sukuk korporasi dari
sejumlah 79 sukuk yang outstanding pada 2017 berada pada angka Rp
15,740 triliun, meningkat dari 2 tahun sebelumnya. Tren peningkatan
nilai sukuk juga outstanding-nya juga berlaku pada SBSN, di mana
pada 2017 sejumlah 57 SBSN mencapai angka Rp 555,5 triliun.107
3. Sistem Pengaturan Pasar Modal Syariah Indonesia
Sistem perdagangan instrumen syariah di pasar modal Indonesia
dijalankan berdasarkan UU Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal
di mana pasar modal dijalankan dalam kerangka pasar modal yang
wajar, teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat. Untuk mengatur kegiatan di pasar modal syariah
Indonesia perlu melibatkan banyak pihak terkait, diantaranya:
a. Otoritas Jasa Keuangan
Setelah dikeluarkannya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar
Modal beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan kepada OJK.108
106
Otoritas Jasa Keuangan, Buku Perkembangan Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Otoritas
109
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 2 ayat (2).
110
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 6.
111
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 8.
55
114
https://economy.okezone.com/read/2013/04/07/226/787705/organisasi-regulator-mandiri
118
https://www.wartaekonomi.co.id/read37896/ini-ruang-lingkup-kerja-sama-ojk-dengan-
120
Mohd Azmi Omar, dkk., Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets,
(Singapura: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd, 2014), h. 24-25.
121
Mohd Ma‟sum Billah, Penerapan Pasar Modal Islam¸ (Malaysia: Sweet & Maxwell Asia,
2010), h. 34.
60
122
Mohd Azmi Omar, dkk., Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets,
(Singapura: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd, 2014), h. 42.
123
Arahan yang terkait dengan isu-isu pasar modal syariah.
124
Mohd Azmi Omar, dkk., Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets,
(Singapura: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd, 2014), h. 43.
125
Mohd Azmi Omar, dkk., h. 43.
61
yang disahkan pada tahun 2007 dan secara khusus diatur dalam
Islamic Financial Services yang disahkan pada tahun 2013.
Seluruh peraturan terkait pasar modal syariah dan infrastruktur
regulasi pasar modal syariah yang diefisiensikan telah cukup untuk
menegaskan dedikasi Negara Malaysia untuk mendukung
perkembangan keuangan syariah di dunia. Ditambah pada tahun 2001
Menteri Keuangan Malaysia meluncurkan Capital Market Masterplan
di mana terdapat 13 (tiga belas) rekomendasi yang diformulasikan
untuk menjadikan Malaysia sebagai pusat aktivitas pasar modal
syariah internasional.126
126
Mohd Azmi Omar, dkk., h. 35.
127
https://www.sc.com.my/data-statistics/Islamic-capital-market/Islamic-capital-market-
Grafik 3.3
Perkembangan Jumlah Efek Patuh Syariah di Malaysia
1000 903 904 905
900
800
667 671 688
700
600 Jumlah keseluruhan emiten
500
400 Jumlah emiten patuh
300 syariah
200
100
0
2015 2016 2017
RM1,906.84
RM1,694.78 RM1,667.37
128
https://www.sc.com.my/data-statistics/Islamic-capital-market/Islamic-capital-market-
129
https://www.sc.com.my/data-statistics/Islamic-capital-market/Islamic-capital-market-
131
Mohd Ma‟sum Billah, Penerapan Pasar modal Syariah, (Selangor: Sweet & Maxwell
132
Capital Market and Services Act tahun 2007, Bagian VI tentang Issues Of Securities And
Take-Overs And Mergers, Divisi 1 tentang Listed and Unlisted Capital Market Product, ayat 2
poin C dan ayat 5 dalam Requirement for approval, registration, authorization or recognition.
66
Jumlah saham
Kode Nama Perusahaan Seri dan Jenis
yang beredar
B, saham
PT Hanson preferen disertai
MYRXP 1,120,995,000.00
International, Tbk. waran secara
cuma-cuma
PT Mas Murni
MAMIP C 6,000,000.00
Indonesia, Tbk.
133
http://www.ksei.co.id/services/registered-securities/shares/lc/CNTX diakses pada 26
Oktober 2018.
134
http://www.ksei.co.id/services/registered-securities/shares/lc/MYRXP diakses pada 26
Oktober 2018.
135
http://www.ksei.co.id/services/registered-securities/shares/lc/MAMIP diakses pada 26
Oktober 2018.
67
136
http://www.bursamalaysia.com/market/ diakses pada 27 Oktober 2018.
68
137
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, Cet. Kedelapan,
69
70
Makna dari klasifikasi saham adalah kelompok saham yang satu sama lain
mempunyai karakteristik yang sama, dan karakteristik tersebut menjadi
pembeda dengan saham yang merupakan kelompok saham dari klasifikasi
saham yang berbeda.139
Lebih lanjut diatur dalam UU PT Pasal 53 ayat (3) bahwa apabila PT
dalam AD menetapkan lebih dari satu (1) klasifikasi saham, maka salah
satu diantaranya harus ditetapkan sebagai saham biasa.140 Penjelasan
saham biasa dari aturan tersebut adalah saham yang mempunyai hak suara
untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang
berkaitan dengan pengurusan Perseroan, mempunyai hak untuk menerima
dividen yang dibagikan, dan menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.
Adapun klasifikasi saham yang diperbolehkan bagi perseroan terbatas
diatur pada Pasal 53 ayat (4) UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, yaitu:
1. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
2. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi
dan/atau anggota Dewan Komisaris;
3. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau
ditukar dengan klasifikasi saham lain;
4. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi
lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif;
5. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas
pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.
139
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, Cet. Kedelapan,
https://www.wongpartnership.com/index.php/files/download/1542/27102014_types-of-
https://www.wongpartnership.com/index.php/files/download/1542/27102014_types-of-
143
Alin-Eliodor Tănase dan Traian-Ovidiu1 Calotă, “Type of Shares”, Romanian Economic
Adapun jenis saham yang dilarang memiliki hak suara dalam UUPT
tercantum dalam Pasal 84 ayat (1) dan (2) yaitu:
“(1) Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara,
kecuali anggaran dasar menentukan lain.”148
(2) Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk:
a. saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan;
146
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas., Pasal 52 ayat (1).
147
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 52 ayat (3).
148
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 84 ayat (1).
75
149
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 84 ayat (2).
150
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 52 ayat (3).
76
MUI. Dalam fatwa tersebut, pada poin 2 Pasal 4 tentang Jenis Efek
Syariah Bab IV tentang Kriteria dan Jenis Efek Syariah, dinyatakan
bahwa:
“Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
memenuhi kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak
termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa”.151
151
Fatwa DSN-MUI 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, Bab IV tentang Kriteria dan Jenis Efek Syariah,
di Ruangan Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pukul 13.41 WIB.
78
Lebih lanjut keterangan dari Dr. Hasanuddin, M.Ag., sifat dasar saham
preferen yang pada umumnya memberikan preferensi atau keistimewaan
dalam dividen maupun pembagian sisa aset perusahaan saat perusahaan
dilikuidasi bertentangan dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi, di mana
keuntungan hanya akan muncul bersamaan dengan risiko. Hal tersebut
menimbulkan kedzaliman diantara sesama pemegang saham di perusahaan
yang menerbitkan saham preferen, sehingga saham preferen jelas harus
dilarang berdasarkan prinsip syariah.154
Keterangan dari kedua sosok tersebut di atas mengarahkan asumsi
bahwa saham yang memiliki hak-hak istimewa sebagaimana tercantum
dalam fatwa DSN-MUI nomor 40 merupakan saham preferen menjadi
kepastian. Maka dengan ini menjadi terang bahwa saham preferen dilarang
dalam pasar modal syariah sebab DSN-MUI telah mengeluarkan
pengecualian atas saham preferen (saham yang memiliki hak-hak
istimewa) untuk tergolong sebagai saham syariah.
Atas pelarangan tersebut, maka seharusnya perusahaan-perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas tidak menerbitkan saham preferen
apabila mengaku patuh terhadap syariah. Kemudian regulator pasar modal
syariah yakni OJK, dalam merespon pelarangan saham preferen tersebut
seharusnya menjembatani pelarangan tersebut agar memiliki kekuatan
hukum yang mengikat dengan mencantumkannya dalam Peraturan OJK
(POJK).
Bila ditelaah dari peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh OJK
terkait saham syariah yakni POJK No. 17/POJK.04/2015 tentang
Penerbitan dan Persyaratan Efek Syariah Berupa Saham Oleh Emiten
Syariah Atau Perusahaan Publik Syariah dan POJK Nomor 35
/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, yang
154
Wawancara Pribadi dengan Dr. Hasanuddin, M.Ag., pada 10 Desember 2018 di Ruangan
tergolong sebagai saham syariah dan masuk ke DES adalah saham yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. tidak melakukan kegiatan dan jenis usaha yang bertentangan
dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal yang meliputi:
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi;
b. jasa keuangan ribawi;
c. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan/atau judi (maisir);
d. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau
menyediakan:
1) barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);
2) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-
ghairihi) yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional -
Majelis Ulama Indonesia;
3) barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;
dan/atau
4) barang atau jasa lainnya yang bertentangan dengan prinsip
syariah berdasarkan ketetapan dari Dewan Syariah Nasional
- Majelis Ulama Indonesia; dan
e. melakukan kegiatan lain yang bertentangan dengan prinsip
syariah berdasarkan ketetapan dari Dewan Syariah Nasional -
Majelis Ulama Indonesia;
2. tidak melakukan transaksi yang bertentangan dengan Prinsip
Syariah di Pasar Modal yang meliputi:
a. perdagangan atau transaksi dengan penawaran dan/atau
permintaan palsu;
b. perdagangan atau transaksi yang tidak disertai dengan
penyerahan barang dan/atau jasa;
c. perdagangan atas barang yang belum dimiliki;
80
155
Jawaban Kuisioner oleh OJK lewat surat elektronik atas alamat gita.armitawati@ojk.go.id
157
Jawaban Kuisioner oleh OJK lewat surat elektronik atas alamat gita.armitawati@ojk.go.id
158
POJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Syariah Berupa
Saham Oleh Emiten Syariah Atau Perusahaan Publik Syariah, Pasal 1 ayat (3).
159
POJK Nomor 35 /POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah,
161
“Subject to its constitution, a company having a share capital may issue preference shares”
Companies Act tahun 2016, Companies Act tahun 2016, Bagian III tentang Management of
Company, Divisi 1 tentang Share and Capital Maintenance, Subdivisi1 tentang Share Capital,
Pasal 72 tentang Preference Share ayat (1).
162
“‟Preference Share’ means a share by whatever name called, which does not entitle the
holder to the right to vote on a resolution or to any right to participate beyond a specified amount
in any distribution whether by way of duvudend, or on redemption, in a winding up, or
otherwise;”. Companies Act tahun 2016, Part I Preliminary, Pasal 2 ayat (1),
163
“Subject to this section and if authorized by its constitution, a company may issue
preference shares which are liable, or at the option of the company atre to be liable, to be
redeemed in accordance with the constitution”. Companies Act tahun 2016, Bagian III tentang
Management of Company, Divisi 1 tentang Share and Capital Maintenance, Subdivisi1 tentang
Share Capital, Pasal 72 tentang Preference Share ayat (2).
85
164
“The redemption of the preference shares shall not be taken as reducing the amount of
share capital of the company”. Companies Act tahun 2016, Bagian III tentang Management of
Company, Divisi 1 tentang Share and Capital Maintenance, Subdivisi1 tentang Share Capital,
Pasal 72 tentang Preference Share ayat (3).
165
“The shares shall be redeemable only if the shares are fully paid up and the redemption
shall be out of – (a) profits; (b) a fresh issue of shares; or (c) capital of the company”. Companies
Act tahun 2016, Bagian III tentang Management of Company, Divisi 1 tentang Share and Capital
Maintenance, Subdivisi1 tentang Share Capital, Pasal 72 tentang Preference Share ayat (4).
166
“A share in a company, other than preference shares, confers on the holder— (a) the right
to attend, participate and speak at a meeting; (b) the right to vote on a show of hands on any
resolution of the company; (c) the right to one vote for each share on a poll on any resolution of
the company; (d) the right to an equal share in the distribution of the surplus assets of the
company; or (e) the right to an equal share in dividends authorized by the Board.” Companies
Act tahun 2016, Bagian III tentang Management of Company, Divisi 1 tentang Share and Capital
86
Maintenance, Subdivisi 1 tentang Share Capital, Pasal 71 tentang Rights and powers attached to
share, ayat (1).
167
“(4) No company shall allot any preference shares or convert any issued shares into
preference shares unless provided by the constitution and the constitution shall set out the rights
of the shareholders with respect to repayment of capital, participation in surplus assets and
profits, cumulative or non-cumulative dividends, voting and priority of payment of capital and
dividend in relation to other shares or other classes of preference shares”. Companies Act tahun
2016, Bagian III tentang Management of Company, Divisi 1 tentang Share and Capital
Maintenance, Subdivisi1 tentang Share Capital, Pasal 90 tentang Description of Shares of
Different Classes ayat (4).
87
168
Tanazul berarti melepaskan klaim atas hak.
169
Securities Commission Malaysia, Resolutions of The Securities Commission Shariah
Advisory Council: Second Edition, (Kuala Lumpur: Securities Commission, 2007), h. 92.
170
Secara khusus, tidak ada penjelasan terkait saham pendasar (dalam bahasa Inggris disebut
underlying share) pada resolusi ini. Namun istilah underlying share pada pasar modal di Malaysia
biasa digunakan untuk menyebut saham yang melekat padanya produk derivatif waran.
88
Pemaknaan atas saham pendasar yang sama juga digunakan oleh SAC-SC dalam publikasi List of
Shariah-Compliant Securities (Daftar efek patuh syariah) yang dirilis pada 25 Mei 2018 yang
berbunyi “Sekuriti-sekuriti patuh Syariah termasuk saham biasa dan waran (diterbitkan oleh
pihak syarikat sendiri). Ini bermakna waran diklasifikasikan sebagai sekuriti patuh Syariah
dengan syarat saham pendasarnya juga patuh Syariah”.
171
The 193rd Shariah Advisory Council Of The Securities Commission Malaysia Meeting (19
apabila terdapat perusahaan yang efeknya tidak patuh syariah namun tetap
berkehendak untuk menerbitkan saham preferen di pasar modal syariah,
maka jenis saham preferen yang diperbolehkan saham preferen non-
kumulatif.
Resolusi yang dikeluarkan oleh SAC-SC dijamin kedudukannya dalam
Securities Commission Act tahun 1993 Pasal 31ZO tentang Pengaruh dari
Keputusan Syariah, bahwa keputusan apa pun yang dibuat oleh SAC harus
mengikat kepada para pihak yang berlisensi, bursa saham, pertukaran
derivatif, lembaga kliring, depositori pusat, perusahaan yang terdaftar atau
pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31ZM serta pengadilan atau
arbitrator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31ZN.173
Meskipun begitu, dalam praktiknya resolusi SAC-SC dapat mengikat
apabila resolusi tersebut telah diumumkan oleh SC kepada publik, dan
salah satu bentuk pengumuman kepada publik adalah dengan menerbitkan
resolusi tersebut ke dalam laman SC. Hal tersebut diamini oleh Prof. Dr.
Fathurrahman Djamil, MA., yang pernah menjabat sebagai Anggota SAC-
SC periode 2010-2012, saat Penulis mengonfirmasikan hal ini kepada
Beliau.174
Sehingga dengan diterbitkannya dua resolusi terkait saham preferen
tersebut oleh SC ke dalam laman SC, secara langsung telah
mengindikasikan kepada para pelaku pasar modal syariah di Malaysia
harus patuh terhadap resolusi tersebut. SAC-SC yang mempunyai
wewenang untuk memasukkan atau mengeluarkan efek dalam Daftar Efek
Patuh Syariah serta dapat menghentikan transaksi atau apapun yang sudah
173
Securities Commission Act tahun 1993, “Any ruling made by the Shariah Advisory Council
under section 31ZM or 31ZN shall be binding on— (a) the licensed person, stock exchange,
derivatives exchange, clearing house, central depository, listed corporation or any other person
referred to in section 31ZM; and (b) the court or arbitrator referred to in section 31ZN”, 31ZO,
Effect of Shariah ruling.
174
Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. di kantor Wakil
175
Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. di kantor Wakil
176
POJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Syariah Berupa
Saham Oleh Emiten Syariah Atau Perusahaan Publik Syariah, Pasal 1 ayat (3).
177
POJK Nomor 35 /POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah,
Saham Oleh Emiten Syariah Atau Perusahaan Publik Syariah, Pasal 1 ayat (3).
179
POJK Nomor 35 /POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah,
Tabel 4.3
Daftar Perusahaan Penerbit Saham Preferen Yang Termasuk
Dalam Daftar Efek Syariah
Kode Nama Perusahaan Periode Masuk DES
Juni 2014 - Mei 2016
MYRX PT Hanson International, Tbk. Desember 2016 - Mei
2018
MAMI PT Mas Murni Indonesia, Tbk. Juni 2014 – sekarang
180
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/daftar-efek-syariah/default.aspx
181
LM, “Not Always Black and White: The Knotty Problem of Preference Shares”, Islamic
https://www.sc.com.my/api/documentms/download.ashx?id=f325b375-67e9-49c3-a45d-
184
Shariah Advisory Council of the Securities Commission Malaysia, List of Shariah-
https://www.sc.com.my/api/documentms/download.ashx?id=77ef86e2-0718-478e-b381-
99
100
B. Saran
1. Bagi para stakeholders dan pemangku kepentingan terkait pasar modal
syariah yakni OJK, BEI dan DSN-MUI untuk melakukan koordinasi
dalam merumuskan peraturan atas saham preferen di pasar modal
syariah Indonesia dalam rangka penyempurnaan penerapan prinsip
syariah pada pasar modal syariah di Indonesia terkhusus pada saham
syariah;
2. Bagi para investor yang ingin berinvestasi di saham syariah,
diharapkan memiliki pengetahuan tentang fatwa DSN-MUI No.
40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal dan memiliki
pengetahuan tentang saham preferen di pasar modal Indonesia; dan
3. Bagi para pembaca, diharapkan adanya penelitian lanjutan terkait
pengaturan saham preferen pada pasar modal syariah di Indonesia jika
di kemudian hari terdapat regulasi baru terkait saham preferen baik
dalam bentuk fatwa maupun POJK. Serta demi mengkomplemen hasil
penelitian selanjutnya, harap perhatikan dokumen yang terakhir
dilampirkan dalam skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Shofian dan Marina Abu Bakar. “The Status of Preference Shares from
Islamic Perspective”. International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences. Vol. 7, No. 10. 2017. Dokumen diakses
pada 8 Juni 2018 dari https://ideas.repec.org/a/hur/ijarbs/v7y2017i10p617-
627.html.
Badan Pusat Statistik. “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama Yang Dianut
Tahun 2010”. Dokumen diakses pada 2 Agustus 2018 dari
https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321
Barlinti, Yeni Salma. “Urgensi Fatwa dan Lembaga Fatwa Dalam Ekonomi
Syariah”. Jurnal Hukum dan Pembangunan. No.1. Januari –Maret 2012.
Dokumen diakses pada 12 Juli 2018 dari
http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/view/286.
101
102
Billah, Mohd Ma‟sum. Islamic Law of Trade and Finance; A Selection of Issues.
Malaysia: Ilmiah Publishers, 2003.
Billah, Mohd Ma‟sum. Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan Islam; Isu-Isu
Kontemporer Terpilih. Malaysia: Sweet & Maxwell Asia, 2009.
Billah, Mohd Ma‟sum. Penerapan Pasar Modal Islam. Malaysia: Sweet &
Maxwell Asia, 2010.
Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris. cet. 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Kencana, 2008.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam; Tinjauan Teoretis
dan Praktis. cet. 2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
LM, “Not Always Black and White: The Knotty Problem of Preference Shares”,
Islamic Finance News, 9 April 2014.
Mufid, Moh. Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontemporer: Dari Teori ke
Aplikasi. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.
Nasarudin, Moh. Irsan., dkk. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. cet. 7.
Jakarta: Kencana, 2011.
104
Omar, Mohd Azmi, dkk. Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets.
Singapura: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd, 2014.
Otoritas Jasa Keuangan. Laporan Tahunan Otoritas Jasa Keuangan tahun 2017.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan, 2017. Dokumen diakses pada 2 Agustus
2018 dari https://www.ojk.go.id/id/data-dan-statistik/laporan-
tahunan/Pages/Laporan-Tahunan-OJK-2017.aspx.
https://www.sc.com.my/api/documentms/download.ashx?id=77ef86e2-
0718-478e-b381-b4f65d240c57
Tambunan, Andy Porman. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta; PT. Elex Media
Komputindo, 2008.
105
Widioatmodjo, Sawidji. Cara Cepat Investasi Saham Pemula. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2014.
Internet
https://www.antaranews.com/berita/591573/ojk-minat-masyarakat-menabung-
saham-masih-rendah diakses pada 10 Juli 2018.
https://www.coursehero.com/file/p2ps164/Increasing-rate-preference-shares-are-
shares-that-are-issued-at-a-discount-and/ diakses pada 18 September 2018.
https://economy.okezone.com/read/2013/04/07/226/787705/organisasi-regulator-
mandiri diakses pada 30 Oktober 2018
https://efinancemanagement.com/sources-of-finance/types-of-preference-shares
diakses pada 18 Juli 2018.
https://investasi.kontan.co.id/news/riset-inside-id-orang-indonesia-lebih-suka-
investasi-emas-ketimbang-saham diakses pada 27 Januari 2019
https://www.investopedia.com/ask/answers/040915/what-are-advantages-and-
disadvantages-preference-shares.asp diakses pada 24 September 2019.
http://www.ksei.co.id/services/registered-securities/shares/lc/MAMIP diakses
pada 26 Oktober 2018.
http://www.ksei.co.id/services/registered-securities/shares/lc/MYRXP diakses
pada 26 Oktober 2018.
https://www.nst.com.my/business/2018/03/345392/malaysian-capital-market-
recorded-126-pct-growth-2017-says-sc diakses pada 2 Agustus 2018.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx diakses
pada 19 Oktober 2018.
http://staff.uinjkt.ac.id/profile.php?staff=3409c44c-e32a-bd08-34f8-e62cd893e5ec
pada 21 November 2018.
https://www.sc.com.my/data-statistics/Islamic-capital-market/Islamic-capital-
market-statistics/ diakses pada 24 Oktober 2018
https://www.wartaekonomi.co.id/read37896/ini-ruang-lingkup-kerja-sama-ojk-
dengan-dsnmui.html diakses pada 12 Agustus 2018.
Regulasi
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi
Wawancara
108
RESOLUSI
Pada rapat ke-20 yang diselenggarakan pada 14 Juli 1999, SAC bersepakat
bahwa saham preferen biasa (non-cumulative) diperbolehkan berdasarkan tanazul.
PENDAHULUAN
Saham Preferen adalah salah satu instrumen hybrid di pasar modal yang
menggabungkan sifat ekuitas dan utang. Instrumen ini berbentuk ekuitas hybrid
yang memungkinkan pemegang saham jenis ini untuk menerima dividen yang
tetap dan hal tersebut tidak bisa dinikmati oleh pemegang saham biasa. Biasanya,
dividen yang tetap ini digambarkan dalam bentuk persentase atas nilai
keseluruhan saham yang dipegang.
The Companies Act 1965 mendefinisikan saham preferen sebagai saham yang
tidak memberikan hak kepada pemegangnya untuk memilih atau bersuara pada
saat rapat umum atau hak apapun untuk berpartisipasi dalam pembagian apapun
baik itu dividen atau pembelian kembali saham, pembubaran perusahaan ataupun
pembagian lain dari perusahaan yang melebihi jumlah yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Ada banyak bentuk saham preferen di dalam pasar modal, diantaranya:
1. Redeemable preference shares;
2. Participating preference shares;
3. Cumulative preference shares;
4. Convertible preference shares;
5. Increasing rate preference shares; dan
6. Perpetual/irredeemable preference shares dan non-cumulative preference
shares.
SAC melakukan studi pada saham preferen non-cumulative. Saham tersebut
merupakan saham preferen yang periode kepemilikannya oleh investor bersifat
permanen dan mirip dengan saham biasa kecuali saham preferen non-cumulative
ini memiliki dividen yang tetap dan tidak terakumulasi.
Saham preferen non-cumulative ini memiliki sifat yang sama dengan saham
biasa – tidak ada waktu kadaluarsa dan dividen yang dibayarkan tidak
terakumulasi. Saham preferen non-cumulative termasuk dalam klasifikasi ekuitas
dengan dividen yang tetap.
187
Securities Commission, Senarai Sekuriti Patuh Syariah oleh Majlis Penasihat Syariah
Suruhanjaya Sekuriti Malaysia, pada tanggal 25 Mei 2018, h. 3-5. Diakses dari
https://www.sc.com.my/development/islamic-capital-market/list-of-shariah-compliant-securities-
by-scs-shariah-advisory-council pada 30 Oktober 2018.
terhadap pendapatan atau keuntungan perusahaan sebelum pajak
berikut ini:
1) Jual beli saham;
2) Pembrokeran saham;
3) Hasil sewa yang diterima dari aktivitas-aktivitas yang tidak
patuh syariah; dan
4) Aktivitas-aktivitas lain yang diputuskan sebagai aktivitas yang
tidak patuh syariah.
2. Tolak ukur keuangan
Adapun rasio keuangan dibawah ini, yang dimaksudkan untuk
mengukur riba dan elemen berbasis riba dalam pernyataan posisi keuangan
perusahaan, harus kurang dari tiga puluh tiga persen (33%), yaitu:
a. Uang tunai yang ditempatkan dalam rekening dan instrumen
konvensional atas total aset.
b. Utang berbunga atas total aset.
Kedua, adalah evaluasi dengan metode kuantitatif. SAC-SC dalam hal ini
melibatkan persepsi masyarakat umum atau perspektif syariah atas aktivitas
perusahaan. Terdapat 3 dasar yang menjadi penilaian, yaitu:
1. Persepsi yang didasarkan maslahah rajihah dengan tolak ukur sebesar
25% yang melibatkan kepentingan publik dan aktivitas perusahaan yang
tercampur dengan yang tidak sesuai dengan syariah namun kecil dan dapat
dimaafkan. Contohnya adalah aktivitas perhotelan.
2. Persepsi yang didasarkan sad zari’ah dengan tolak ukur 5% yang
melibatkan aktivitas perusahaan di mana manfaatnya dipertanyakan dan
dapat memicu bahaya serta kerusakan terhadap publik.Contohnya adalah
produksi kondom.
3. Persepsi yang didasarkan pada faktor-faktor antara maslahah dan sad
zari’ah yang melibatkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang memberikan
dampak positif secara luas kepada masyarakat Muslim namun di saat yang
sama memiliki unsur negatif yang memberikan persepsi buruk dari
masyarakat Muslim. Contohnya yaitu penjualan minuman keras dalam
transportasi publik. Persepsi ini tidak memiliki batasan tolak ukur dan
diputuskan dengan resolusi SAC yang terpisah.
WAWANCARA DENGAN PROF. DR. FATHURRAHMAN DJAMIL, M.A.
Rabu, 31 Oktober 2018
Ruang Wakil Koordinator Kopertais DKI Jakarta
Penulis : Maaf , Pak. Saya ingin bertanya terkait fatwa DSN-MUI nomor
40. Dalam pasal 4 ayat disebutkan adalah Saham Syariah tidak
termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Nah, yang
dimaksud saham yang memiliki hak istimewa ini apa ya, Pak?
Apakah itu saham preferen?
Bapak Azhar : Ya, dalam pasar modal, yang namanya saham yang memiliki
hak istimewa itu pasti saham preferen. Dan dalam fatwa telah
jelas, bahwa DSN-MUI melarang saham preferen. Sekarang
begini, ada gak yang membolehkan (Saham Preferen)?
Penulis : Malaysia, Pak.
Bapak Azhar : Malaysia membolehkan alasannya karena?
Penulis : Mereka membolehkan karena memakai hukum tanazul, Pak.
Bapak Azhar : Di DSN juga ada tanazul… Cuma masalahnya tidak bisa
diterapkan seluruhnya, harus case by case dalam kasus
kerjasama apa. Biasanya yang melibatkan dua pihak saja. Tapi
kan kalau saham banyak, sementara kan pemegang sahamnya
tidak hanya satu orang, mungkin kalau kerjasamanya hanya dua
orang saja, itu banyak teori tanazul dipakai. Jangan-jangan di
Malaysia juga terbatas (hanya dua orang saja).
Penulis : Tanazul-nya dilakukan saat RUPS, Pak.
Bapak Azhar : Itu tidak relevan, tidak dalam konteks saham preferen, tidak.
Tidak dalam konteks saham istimewa. Karena tanazul dilakukan
untuk memberikan pendapatan yang kompetitif dengan
konvensional jadi bukan karena privilege. Di mudharabah juga
ada research tanazul haq, tapi bukan dalam konteks saham
istimewa.
Penulis : Mungkin Malaysia mempunyai penafsiran tersendiri ini ya, Pak.
Bapak Azhar : Kalau di Malaysia membolehkan, coba digali. Justru
perbandingan di Malaysia kamu kaji, peluang implementasinya
di Indonesia., setelah kajian di Malaysia. Perbandingan
mengapa di Indonesia tidak dibolehkan, di Malaysia boleh. Nah
bolehnya itu dimana, apa komentarnya.
Penulis : Jadi pada intinya, saham preferen di Indonesia dilarang ya, Pak?
Bapak Azhar : Ya kalau di Indonesia, namanya saham preferen dilarang (oleh
DSN-MUI). Tapi kalau sukuk kemudian ada konsep tanazul
(kemungkinan dibolehkan), tapi konteksnya bukan saham.
Kalau saham tidak boleh (ada saham preferen). Tanazul banyak
dipakai (dalam konsep kerjasama), tapi konteksnya bukan
saham.
Penulis : Kemudian, saya disarankan untuk mencari di Indonesia
bagaimana saham preferen (dalam konteks aplikasinya), dan
saya menemukan ada tiga perusahaan yang menerbitkan saham
preferen. Dan dua diantaranya masuk ke DES.
Bapak Azhar : Tidak, itu tidak masuk konsen dari DES (pelarangan saham
preferen tidak termasuk kriteria tergolongnya suatu efek
menjadi efek syariah). Kalau preferen, DES (jumlah perusahaan
DES yang menerbitkan saham preferen) banyak. Atau kamu
mau mempersoalkan itu? Mengapa DES tidak (mencantumkan
saham preferen sebagai pelarangan)… tapi sudah jalan sih.
Karena emiten-emiten yang masuk DES itu tidak diaudit (oleh)
DSN dari komposisi sahamnya preferen atau biasa, kan tidak.
Penulis : Tapi (syarat masuk ke dalam) DES itu berdasarkan POJK ya,
Pak?
Bapak Azhar : Ya, kriterianya berdasarkan POJK.
Penulis : Sejauh mana sih, Pak, keterlibatan DSN dalam pembuatan
POJK?
Bapak Azhar : Ya, selama ini dilibatkan dalam pembahasan kajian. Tau gak?
Kalau (pelarangan) saham preferen itu diterapkan dalam DES,
emiten syariah (menjadi) sedikit (jumlahnya). Sama halnya
ketika harus di zero percent-kan (0%). pendapatan non-halal.
Makanya selama ini kita tidak menjadikan konsen disana ya (di
topik saham preferen). Jadi lebih kepada transaksi basil (bagi
hasil) dan sumber modal. Nah preferen atau tidak, itu urusan
perusahaan.
Penulis Tapi kalau misalnya perusahaan yang terdaftar dalam DES, itu
: dilikuidasi, kemudian dia (perusahaan) mempunyai saham
preferen, saham preferen kan mempunyai hak prioritas, untuk
lebih diutamakan dibandingkan pemegang saham biasa. Apakah
itu tidak „mengintimidasi‟ hak pemegang saham biasa?
Bapak Azhar : Kalau issue-nya (pembahasan skripsi) dibawa kesana, bagus.
Kalau kamu bertanya fatwa boleh (membolehkan saham
preferen) atau tidak, itu fatwanya jelas melarang. Nah sekarang
bagaimana implementasi fatwa tersebut dalam seleksi DES.
Kesana arahnya. Sementara yang kamu sampaikan tadi, sangat
mungkin ketika terjadi likuidasi dan tidak ada konsen kearah
seleksi dari sisi… tadi preferen atau tidak, itu ada efeknya. Nah
itu nanti tanya ke OJK, mengapa ini tidak menjadi konsen dari
peraturan OJK, padahal ada implikasi dan ada norma larangan
di dalam fatwa.
WAWANCARA DENGAN Dr. HASANUDDIN, M.Ag.
Penulis Saya ingin bertanya , Pak. Jadi di dalam fatwa nomor 40, pasal
: 4, ada disebutkan dalam poin 2 bahwa Saham Syariah adalah
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi
kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak
termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Nah, saham
yang memiliki hak-hak istimewa ini definisinya seperti apa, ya
Pak?
Bapak Hasan : Kalau di konven kan dikenal dengan saham preferen. Saham
preferen itu saham yang selalu, secara umum, saham yang
selalu akan memperoleh dividen, walaupun perusahaannya itu
tidak dapat untung. Atau selalu dapat prioritas, dia (pemegang
saham preferen) pasti akan dapat dividen sekian, sisanya baru
dibagi ke saham-saham yang lain. Itu yang tidak boleh (oleh
DSN-MUI) saham-saham yang memiliki karakteristik seperti
itu. Memang disebut saham istimewa karena diistimewakan.
Nah nanti kalau suatu saat perusahaannya bangkrut, nah itu
aset-aset (perusahaan) yang ada bisa diberikan ke pemegang
saham istimewa terlebih dahulu. Itu yang tidak boleh seperti
itu.
Penulis Nah, kalau di fatwa kan jelas dilarang, ya Pak. Tapi di POJK
: kan tidak ada tercantum (larangan atas) hal tersebut. Bisakah
DSN-MUI mengusulkan ke OJK untuk mengatur hal tersebut?
Bapak Hasan : POJK tentang Saham Syariah ada gak?
Penulis : Ada, POJK nomor 17 terkait saham syariah.
Bapak Hasan : Di situ bagaimana, tuh? (Apakah ada keterangan terkait saham
preferen dalam POJK tersebut)
Penulis Sejauh yang saya baca, tidak ada dalam POJK tersebut yang
: terkait dengan saham preferen.
Bapak Hasan : Berarti yang diatur (dalam POJK tersebut) hanya saham biasa.
Saham preferen, tidak ada pernyataan tidak boleh di situ
(dalam POJK)?
Penulis : Tidak ada.
Bapak Hasan : Kalau tidak ada berarti… karena biasanya di POJK tentang
pasar modal itu, Prinsip Syariah adalah mengikuti fatwa DSN-
MUI. Baik yang sudah diatur (dalam POJK), kalaupun tidak
diatur secara khusus di situ (dalam POJK), ya kembali ke
fatwa DSN-MUI. Selalu ada pasal begitu (dalam POJK).
Penulis Daftar Efek Syariah yang mengeluarkan adalah OJK, ya Pak.
: Nah di Indonesia sekarang ini ada tiga perusahaan yang
menerbitkan saham preferen, dua diantara perusahaan tersebut
masuk ke dalam Daftar Efek Syariah, Pak. Apakah ini berarti
indikasi bahwa saham preferen itu tidak dilarang (berdasarkan
POJK)?
Bapak Hasan : Saham preferen itu tidak diperjualbelikan. DES itu kan (efek)
yang hanya dijual di bursa saja. Saham preferen tidak akan
dijual di sana. Di bursa biasanya jarang sekali. (Dari dua
perusahaan yang menerbitkan saham preferen), saham
preferennya tidak dijual di bursa. Yang dijual adalah saham
biasanya.
Penulis : Tapi, apakah adanya saham preferen dalam perusahaan tersebut
tidak berpengaruh kepada saham biasa di sana?
Bapak Hasan : Tidak berpengaruh. Jadi untuk diperjual belikan (saham biasa)
kana da syarat-syaratnya. Menerbitkan saham preferen itu tidak
boleh, tapi itu tidak mempengaruhi kriteria saham syariah
(saham biasa) yang diperjualbelikan.
Penulis Tapi ketika likuidasi perusahaan, pasti urutan (yang dipenuhi)
: itu pertama adalah pemegang obligasi, kedua pemegang saham
preferen, dan ketiga pemegang saham biasa.
Bapak Hasan : Tapi secara umum kan boleh di situ. Jadi adanya saham
preferen tidak menyebabkan saham (syariah biasa) yang
diperjualbelikan itu menjadi tidak syariah. Jadi yang cedera di
situ bukan… kan saham itu kan representasi dari kepemilikan,
dari aset. Selama perusahaan itu masih memenuhi ketiga
kriteria, ya sudah oke. Saham preferen itu masalahnya bukan di
masalah kegiatan usaha, tapi hubungan penerbitan jual-beli
atau penerbitan sahamnya itu sendiri yang diharamkan karena
tidak memenuhi syarat. Itu saja. Perusahaannya sepanjang
usahanya memenuhi syarat itu, ya sahamnya saham yang halal.
Menerbitkan saham preferen tidak mengubah kedudukan
saham perusahaan tersebut secara umum karena kegiatannya
tetap harus halal. Kemudian rasio-rasio utang dan
pendapatannya harus sesuai aturan yang ada.
WAWANCARA DENGAN Dr. HASANUDDIN, M.Ag.