SKRIPSI
Oleh :
i
PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E-Money) DALAM HUKUM
PERBANKAN DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
NIM : 1113048000014
Pembimbing:
ii
ABSTRAK
MIZANA RAMADHAN ALHAQ, NIM 1113048000014, “PEMBAYARAN
DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E-MONEY) DALAM HUKUM
PERBANKAN DI INDONESIA”. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1441 H/2019 M.
Hasil dari skripsi ini menunjukan bahwa E-Money dalam perspektif Hukum
Perbankan memiliki dasar hukum yang kuat karena sudah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-Undang lainnya yang
terkait dan relevan. Namun, bentuk tanggung jawab pihak perbankan terhadap
nasabah yang merasa dirugikan dalam penggunaan E-money dari teori hukum
pertanggung jawaban sangat tidak adil dikarenakan minimnya perlindungan terhadap
nasabah sehingga sangat merugikan nasabah. Hal ini terbukti tidak adanya
penggantian kerugian atas hilangnya kartu E-money.
س ِم ه
َّللاِ ال هر ْح َم ِن ْ ِال هر ِحيم ب
Puji dan syukur kita panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “PEMBAYARAN DENGAN MEDIA
ELECTRONIC MONEY (E-Money) DALAM HUKUM PERBANKAN DI
INDONESIA” dapat diselesaikan dengan baik, walaupun pengerjaan cukup lama dan
terdapat beberapa kendala yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini.
Penelitian skripsi ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati dan penuh rasa hormat peneliti ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta kesabaran dalam
membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
5. Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hdayatullah Jakarta, Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Kepala Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai guna menyelesaikan
penelitian skripsi ini.
6. Alm. Ahmad Hilali, S.E., M.M. dan Prof. Dr. Hj. Cicih Ratnasih, S.E., M.M.,
kedua orang tua peneliti. M. Dinul Cholis, M. Azhar Darussalam, dan M.
Rizal Tamami yaitu abang dan adik-adik peneliti yang selalu memberikan
dukungan serta doa yang tak pernah henti untuk peneliti. Semoga peneliti
dapat selalu membanggakan dan membahagiakan keluarga serta selalu dalam
ridho dan lindungan Allah SWT.
7. Semua Pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan doa tanpa henti kepada peneliti sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat. Terima Kasih.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah ................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 4
1. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
2. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
D. Metode Penelitian ..................................................................... 5
E. Sistematika Pembahasan .......................................................... 8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 65
B. Rekomendasi ............................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
Stephen M. Goldberg dan Lester, Ekonomi, Uang, dan Bank, Danny Hutabarat, (Jakarta:
Erlangga, 1990), h. 5.
2
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, (Bandung: PT. Cita Aditya Bakti, 2001), h. 8.
3
http://finansial.bisnis.com/read/20140418/90/220456/kamus-perbankan
1
2
4
http://www.mccarthy.ca/pubs/mte-form.htm.
5
http://www.bi.go.id/en/statistik.
3
aspek dan implikasi kebijakan uang elektronik , baik dari Bank sebagai
perantara pemerintah dalam menjaga sistem pembayaran dan dari segi pelaku
bisnis perbankannya.
3. Perumusan Masalah
Pengaturan e-money di Indonesia; Ketentuan-ketentuan perbankan di
Indonesia; Hambatan permasalahan hukum yang timbul dalam pelaksanaan
produk e-money
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Sebagai referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui bentuk
pengaturan E-money sebagai alat pembayaran dalam sistem
pembayaran di Indonesia.
5
D. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis
dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematias dan konsisten.6
Tulisan ini juga merupakan suatu penelitian normatif. Penelitian normatif adalah
penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka7.
Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
yang bersifat yuridis normatif dan empiris, yaitu penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan
dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-
peraturan dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan cara
mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti serta berfokus meneliti suatu fenomena
atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan menghimpun kekayaan
yang terjadi dan mengembangkan konsep yang ada, peneliti akan menulis skripsi
dengan judul Pembayaran Dengan Media Electronic Money (E-money) dalam
Hukum Perbankan Di Indonesia.
6
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia,
2007), h. 43.
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003) h.13.
6
2. Pendekatan Penelitian
Dalam hal ini peneliti melakukan pendekatan Deskriptif , karena
dimaksudkan untuk memberi data seteliti mungkin agar dapat memperkuat
teori-teori lama dan di dalamnya menyusun teori-teori baru yang bertujuan
untuk menemukan fakta belaka (fact-finding) dan mengatasi masalah atau
Problem-solution.
3. Bahan Hukum
Bahan hukum yang digunakan antara lain:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif yang artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum primer
meliputi perundang-undangan, catataan-catatan resmi atau risalah.8 Adapun
bahan hukum primer yang digunakan berupa peraturan perundang-undangan
antara lain:
1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 7 Tahun 1992 Atas Perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
5) Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Sistem dan
Transaksi Elektronik.
6) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tetang Uang
Elektronik.
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010) h. 141
7
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan penjelasan menyeluruh tentang isi skripsi, maka
rancangan penelitian skripsi sebagai berikut:
BAB V, Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian skripsi
ini, dalam bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang meliputi kesimpulan
dari fakta-fakta dan analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya guna
memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan.
BAB II
TINJAUAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN DALAM
HUKUM PERBANKAN
A. Kerangka Teori
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
Teori Pertanggungjawaban Hukum
Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum
menyatakan bahwa: “seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek
berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang
bertentangan.1 Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa: “Kegagalan untuk
melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan
(negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis laindari
kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena
mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang
membahayakan.”
Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggungjawab terdiri dari:2
1. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab
terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;
2. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung
jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;
3. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang
individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena
sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;
1
Hans Kelsen (a) , 2007, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory of
Llaw and State , Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif Empirik,BEE Media Indonesia, Jakarta, h. 81.
2
Hans Kelsen (b), sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni
Nuansa & Nusa Media, Bandung, 2006, h. 140.
10
11
B. Kerangka Konseptual
Dalam pembahasan kerangka konseptual, akan diuraikan beberapa konsep
terkait beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
3
HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta :Raja Grafindo Persada 2006) h. 337.
4
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary,
(Jakarta: Raja Grafindo Perss, 2011) h. 54.
12
6
Aulia pohan, Aspek-Aspek sistem Pembayaran, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011). h.115.
7
Bank Indonesia, Sistem Pembayaran di Indonesia, http//www.bi.go.id/id/sistem-
pembayaran/di-Indonesia/Contents/Default.asps
8
Mohd Irwan, Tesis: Beberapa Permalahan Hukum Berkaitan dengan Sistem
Pembayaran Nasional yang menggunakan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, Depok:
Universitas Indonesia, 2002, H. 28
14
a. Sulit untuk mencari orang yang memiliki barang yang dibutuhkan, dan
berkeinginan menukarkan sebagian barangnya dengan harga yang
ditawarkan.
b. Setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda terhadap nilai suatu
barang yang akan dipertukarkan, dibandingkan dengan barang lainnya.
c. Nilai suatu barang yang dipertukarkan belum tentu mencerminkan nilai
sebenarnya, serta belum tentu sesuai nilainya dengan barang yang
diperoleh sebagai imbalan atas barang yang dipertukarkan.
a. Memenuhi fungsi sebagai alat tukar, alat ukur (satuan nilai) dan
penyiman nilai.
b. Memiliki kepastian yaitu dana tersedia pada saat itu juga.
Namun demikian uang kartal ini tidak luput dari berbagai kekurangan,
antara lain :
a. Untuk pembayaran dalam jumlah besar menjadi tidak praktis serta
merepotkan.
b. Orang tidak merasa aman untuk membawa uang tunai dalam jumlah
yang besar.
9
Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2011) h. 70.
16
dimana terjadi perpindahan barang atau jasa, pasti melibatkan apa yang disebut
dengan proses pembayaran.
Dengan defisini kata per kata tesebut dapat dipahami bahwa sistem
pembayaran merupakan kerja yang teratur dari berbagai bagian dalam rangka
perpindahan nilai di antara pihak yang melakukan transaksi. Berikut pengertian
Sistem Pembayaran dari beberapa sumber, yaitu :
10
Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011) h. 72.
11
Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011) h. 73.
18
sendiri. Penyelenggara sistem pembayaran dapat dilakukan oleh bank sentral atau
lembaga independent (milik pemerintah atau swasta) yang diberi wewenang untuk
menyelenggarakan sistem pembayaran. Penyelenggaran sistem pembayaran
memiliki code of product atau membership rules yang dijadikan pedoman hak dan
kewajiban anggota yang turut serta dalam sistem tersebut. Setiap penyelenggara
dengan end user (penggunanya).
Bank Indonesia diberikan kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran di Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya ini Bank Indonesia
berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan atas izin
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan penyelenggara jasa sistem
pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya, serta menetapkan
penggunaan alat pembayaran.12 Pengawasan terhadap sistem pembayaran yang
dilakukan oleh Bank Indonesia ini dengan tujuan keamanan dan efisiensi
penyelenggaranya. Penetapan terhadap alat pembayaran yang dilakukan Bank
Indonesia bertujuan agar alat pembayaran yang digunakan oleh masyarakat
memenuhi persyaratan keamanan pengguna. Bank Indonesia juga merupakan
lembaga utama yang menyelenggarakan sistem pembayaran dengan sistem
kliring. Sementara itu bank umum merupakan lembaga utama yang memberikan
jasa layanan pembayaran. Bank Umum di Indonesia merupakan lembaga yang
menyediakan jasa pelayanan pembayaran yang hampir sama. Bank-bank pada
umumnya menyediakan rekening koran, tabungan dan deposito. Pelayanan ritel
ini menawarkan cek/bilyet giro, kartu debet, kartu kredit, jaringan ATM dan
sistem transfer dana elektronik pada titik penjualan (Electronic Funds Transfer of
Point of Sale/EFTPOS). Beberapa bank juga bertindak sebagai agen settlement
untuk kliring EFTPOS, jaringan ATM switching, dan saham maupun obligasi.
1. Instrumen Pembayaran
12
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004) h. 36.
20
1. Wesel
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) tidak
disebutkan secara tegas apa pengertian surat wesel. Hanya saja dari
ketentuan di KUHD dapat disimpulkan pengertian dari wesel adalah surat
13
Pengantar Sistem Instrumen Pembayaran
<http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7EB2A3F4=60E4-4A7A-AFBA-
4740E431A282/848/PengantarInstrumenPembayaran,pdf>
21
14
Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta:
Prehallindo, 2002) h. 94.
15
Untoro, Priyo R. Widodo, Wahyu Yuwana, Kajian Penggunaan Instrumen Sistem
Pembayaran Sebagai Leading Indocator Stabilitas Sistem Keuangan. h. 10.
22
16
Titiheruw IS, and Atje R, Payment System in Indonesia: Recent Developments and
Policy Issues, (Tokyo: Asian Development Bank Institute, 2009) h. 149.
17
Mohd Irwan, Mohd Irwan, Tesis: Beberapa Permalahan Hukum Berkaitan dengan
Sistem Pembayaran Nasional yang menggunakan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement,
Depok: Universitas Indonesia, 2002, h. 28.
23
18
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2006) H. 118-119
24
yang memaksa untuk menjaga likuiditas dari bank tersebut dengan melakukan
peniaian terhadap suatu bank. Keadaan memaksa tersebut dapat berupa :
a. Hal-hal yang membahayakan kelangsungan usaha bank yang
bersangkutan
b. Hal-hal yang membahayakan sistem perbankan, dan
c. Terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian
nasional.
6. Bank Indonesia bertindak sebagai Bank Negara (the banker of state), yaitu
bank dari dan untuk pemerintah Indonesia. Berdasarkan fungsinya tersebut,
Bank Indonesia berwenang untuk :
a. Sebagai pemegang kas pemerintah;
b. Menerima pinjaman dari luar negeri, menatausahakan, serta
menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah terhadap
pihak luar negeri; dan
c. Membantu pemerintah dalam menerbitkan Surat Utang Negara (SUN)
H. Pembayaran E-Money
Setelah mengetahui penjabaran mengenai sistem pembayaran, maka
selanjutnya secara khusus secara rinci mengenai uang elektronik atau e-money.
1. E-Money di Indonesia
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat
menjadi titik tolak munculnya uang elektronik (electronic money) di
Indonesia. Berawal dari munculnya electronic banking yang menerbitkan
sistem pembayaran non tunai yang berbasis kartu atau yang lebih dikenal
dalam istilah perbankan yaitu Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
(APMK) diinovasikan menjadi bentuk yang lebih praktis dan efisien.
Kemunculan electronic money di Indonesia juga tidak lepas dari penggunaan
uang kartal yang ternyata memiliki banyak kendala dan kurang efisien, seperti
besarnya biaya pembuatan dan pengelolaan uang kartel, memiliki resiko yang
besar karena pencurian dan perampokan, dan juga memerlukan banyak waktu
25
pada saat melalkukan transaksi, belum lagi maraknya uang palsu. Oleh karena
ini Bank Indonesia berinisiatif untuk mendorong dan membangun masyarakat
yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai. Sebagaimana APMK
seperti kartu kredit, kartu kredit yang bisa dikatakan menjadi pintu kemana
saja, karena fungsi dan kemampuan alat pembayaran tergolong massive,
berbeda dengan e-money yang sifat dan tujuan pemakaiannya lebih terhadap
pembayaran yang bersifat massal, cepat dan mikro. Hal ini ditunjukan produk
uang elektronik (e-money) yang maksimal saldonya Rp. 1000.000,- untuk
yang tidak terdaftar dan Rp. 5000.000,- untuk yang terdaftar saja dan pada
saat ini digunakan lebih terhadap kegiatan transaksi jalan tol, ongkos kereta
api, ongkos parkir maupun transaksi di minimarket, atau foodcourt. Hal terjadi
saat ini tidak menutup kemungkinan yang akan dating bahwa kegunaan e-
money akan semakin meluas ruang lingkup kegunaannya dan akan
menggantikan uang tunai dan pembayaran non-tunai lainnya seluruhnya.
2. Defisini E-Money
Disini kita akan membahas mengenai pengertian electronic money itu
sendiri. Menurut Bank for International Settlement (BIS) mendefinisikan Uang
Elektronik sebagai :
disini juga dengan alat pembayaran berbasis kartu seperti kartu kredit, dan
kartu debit. Kartu kredit dan kartu debit merupakan access product bukan
prepaid products. Berikut adalah perbedaan karakteristik antara prepaid
product dan access product adalah sebagai berikut :19
a. Ketentuan Perdata
1) Pasal 2. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan
demokrasi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
2) Pasal 3. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun
dari penyalur dana masyarakat
3) Pasal 4. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertunbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejateraan rakyat banyak.
b. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif
1) Pasal 46-pasal 53
21
UU perbankan dalam fungsinya bagi penyelenggaraan uang elektronik adalah
justifikasi terhadap fungsi bank dalam melaksanakan bisnis perbankan.
22
UU BI dalam fungsinya bagi pelaksanaan uang elektronik adalah justifikasi terhadap
kewenangan pengawasan oleh BI..
28
23
UU ITE ini dapat mengikat proses pelaksanaan uang elektronik baik perdata maupun
pidana
29
a. Secara Perdata,
1) Pasal 30. (1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan
publik wajib memiliki Sertifikat Kelaikan Sistem Elektronik. (2)
Sertifikat Kelaikan Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diperoleh setelah melalui proses setifikasi kelaikan Sistem
Elektronik. (3) kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilaksanakan terhadapseluruh komponen atau sebagian
komponen dalam Sistem Elektronik sesuai dengan karakteristik
kebutuhan perlindungan dan sifat strategis penyelenggaraan Sistem
24
Dalam PP ini dapat mengikat proses pelaksanaan uang elektronik secara perdata dan
tanggung jawab administratif
31
b. Secara Administratif
Pasal 84. (1) pelanggaran dikenai sanksi administratir. (2) sanksi
Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat berupa: a.
Teguran tertulis; b. Dendan administratif; c. Penghentian
sementara; dan/atau d. Dikeluarkan dari daftar.
25
Dalam UU ini dapat mengikat proses pelaksanaan uang elektronik secara perdata dan
pidana.
32
26
UU Mata Uang dapat menjadikan paying hukum pelaksanaan kegiatan perbankan dan
sistem pembayaran secara pidana
27
UU ini dapat menjadikan paying hukum pelaksanaan kegiatan perbankan sistem
pembayaran secara pidana, perdata dan administratif
33
Berikut adalah poin-poin yang baru dalam PBI uang elektronik tahun 2014
ini adalah sebagai berikut.28
a. Perizinin bagi Lembaga selain Bank (LSB) yang akan menerbitkan uang
elektronik dengan fitur transfer dana
b. Pemberian jangka waktu berlakunya izin sebagai prinsipal, penerbit,
Acquirer, Penyelenggara kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian Akhir
c. Pemanfaatan Uang elektronik dalam penyelenggara Layanan Keuangan
Digital (LKD)
d. Kebijakan pembatasan pemberian izin sebagai principal, penerbit, acquirer,
penyelenggara akhir
Bank Indonesia dalam membuat regulasi pelaksanaan uang elektronik di
Indonesia ternyata telah mengacu dari latar belakang perlunya pengaturan uang
elektronik yang dikeluarkan oleh Europeon Central Bank (ECB) pada bulan
agustus Tahun 1998. Berdasarkan kasus ECB bahwa terdapat beberapa faktor
yang menjadi concern bagi bank-bank sentral dalam pengaturan uang elektronik,
yaitu:29
1. Perlunya menjada efektivitas kebijakan moneter yang bersifat fundamental
2. Perlunya menjaga efisiensi dalam system pembayaran dan kepercayaan
terhadap instrument pembayaran
3. Perlunya perlindungan terhadap konsumen dan merchant
4. Perlunya menjaga stabilitas system keuangan
28
Lampiran FAQ (Frequently Asked Question) PBI Nomor 16/8/PBI/2014
http://www.bi.go.id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/PBI_16814.aspx
29
Siti Hidayati, et.al., Kajian Operasional E-Money, (Jakarta: Biro Hukum Bank Indonesia,
2006) h. 20.
34
38
39
2. Redeemability
Redeemability dimaksudkan sebagai bentuk jaminan atau kapasitas bagi
pemilik electronic value, baik pemegang kartu maupun merchant bahwa
mereka setiap saat dapat menukarkan (redeem atau refund) electronic
value tersebut ke dalam bentuk monetary value baik berupa uang tunai
(cash) maupun melalui transfer ke rekening yang bersangkutan. Hal ini
penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat atas instrument
pembayaran e-money kepastian ini juga merupakan salah satu aspek
perlindungan kepada konsumen. Pihak yang mempunyai kewajiban untuk
memenuhi redeemability ini adalah penerbit e-money (issuer).2
1
R. Serfianto, dkk, Uang dengan Kartu Kredit, Kartu ATM Debit, dan Uang Elektronik,
(Jakarta: Visi Media, 2012) h. 100.
2
Report on Electronic Money, European Central Bank, 1998, h. 26.
3
Siti Hidayati, et.al., Kajian Operasional E-Money, (Jakarta: Biro Hukum Bank Indonesia,
2006) h. 40.
40
e. Prudential Supervision
Mengingat berbagai risiko yang terdapat pada e-money serta tugas
bank sentral untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran. Maka
perlu adanya kewenangan yang jelas bagi bank sentral dalam
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan e-money. Jika
diperlukan kewenangan pengawasan ini juga termasuk pengawasan
kepada sistem operator apabila penyelenggaraan e-money diserahkan
oleh issuer kepada pihak lain. Hal-hal yang perlu diatur terkait
pengawasan, antara lain: bentuk pengawasan yang dilakukan
(aktif/pasif), jenis-jenis laporan yang harus disampaikan oleh issuer,
Sanksi terhadap pelanggaran- pelanggaran.
a. Pinsipal
Bank atau Lembaga Non-Bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan
sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai
42
b. Penerbit/Issuer
Bank atau Lembaga Non-bank yang menerbitkan uang elektronik.
c. Acquirer
Bank atau Lembaga Non-Bank yang melakukan kerjasama dengan
pedagang yang dapat memproses data uang elektronik yang diterbitkan
oleh pihak lain.
d. Pemegang
Pihak yang menggunakan uang elektronik.
e. Pedagang/merchant
Penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari
pemegang.
f. Penyelenggara Kliring
Bank atau Lembaga Non-Bank yang melakukan perhitungan hak dan
kewajiban keuangan masing-masing penerbitnya dan/atau acquirer dalam
rangka transaksi uang elektronik.
4
Jae Hyun J, Managing Systemic Risk from Perspective of the Financial Network Under
Macroeconomic Distress, (BIS: Financial Stability Institute, 2012) h. 24.
44
Chart Title
600,000,000 14,000,000
500,000,000 12,000,000
10,000,000
400,000,000
8,000,000
300,000,000
6,000,000
200,000,000
4,000,000
100,000,000 2,000,000
- -
Transaksi
Periode Jumlah Instrumen
Volume Nominal (juta Rp)
2016 51.204.580 79.228.422 749.766
2017 90.003.848 163.301.280 1.957.290
2018 167.205.578 310.719.605 5.886.152
Jan-19 173.825.919 274.687.548 5.817.363
Feb-19 189.222.546 294.101.832 5.970.262
Mar-19 199.174.153 423.743.628 8.956.978
Apr-19 197.413.945 451.650.065 10.671.171
Mei-19 198.790.786 422.602.216 12.815.686
Jun-19 209.891.847 393.695.970 11.874.500
Jul-19 232.348.971 476.037.115 12.939.443
Agu-19 250.477.938 492.317.016 12.878.103
Tabel 1. Jumlah Pemakaian E-Money Periode Tahun 2016-20195
5
https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/uang-
elektronik/contents/transaksi.aspx
45
Berikut adalah sarana penunjang dalam transaksi uang elektronik, produk Bank Y.
Uang elektronik yang dikeluarkan Bank Mandiri untuk yang berbasis kartu
termasuk jenis yang (unregistered) sehingga untuk menjadi pemegang kartu ini
bisa diperoleh siapa saja tanpa perlu menjadi nasabah dari Bank Mandiri dan
maksimal saldo yang dapat disimpan hanya sebanyak Rp. 1.000.000,-
sebagaimana Surat Edaran Bank Indonesia telah membatasinya untuk yang jenis
tidak terdaftar (unregistered). Khusus untuk kartu e-money dan Indomaret Card
ini merupakan multi use-purpose. Sehingga kedua kartu ini dapat digunakan untuk
ke semua transakti yang bekerja sama dengan PT. Bank Y (persero) Tbk berbeda
dengan Gaz Card atau e-Toll yang merupakan single use-purpose yang hanya bisa
dipakai untuk satu jenis transaksi saja. Uang elektronik tersebut dapat di isi uang
dengan 4 cara, yaitu:
1. Mandiri EDC
2. Mandiri ATM
3. Mandiri Internet
4. Mandiri SMS
Salah satu produk PT. Bank Y (persero) Tbk selaku penerbit bekerja sama
dengan merchant Indomaret mengeluarkan kartu e-money dengan brand name
sendiri Prabayar-Indomaret Card (selanjutnya disebut Indomaret Card). Kartu ini
digunakan untuk bertransaksi pembelankaan di Indomaret atau pembayaran
lainnya di merchant yang bekerja sama dengan Bank Y selaku penerbit dengan
fitur saldo yang tersimpan pada chip kartu dapat digunakan bertranksaksi tanpa
47
menggunakan PIN atau tanda tangan, dapat diisi ulang, dengan maksimal saldo
kartu sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sesuai ketentuan Bank Indonesia
dan saldo mengendap pada kartu tidak diberi bunga. Cara bertransaksi yaitu
dengan saldo minimum sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) ditambah
dengan jumlah pembelankaan yang akan dibayarkan. Isi ulang (top up) dengan
menggunakan Mandiri Debit yang dapat dilakukan melalui Mandiri EDC, mandiri
ATM (tunai & Non-Tunai), mandiri SMS. Adapun suarat dan ketentuan (term &
condition) penggunaan kartu Mandiri Prabayar dari penerbit yaitu:
1. Kelebihan E-Money
Sebagai alternatif pembayaran, e-Money memiliki sejumlah kelebihan yang
membuatnya menarik untuk digunakan, salah satunya adalah efektif dan
efisien melakukan pembayaran. Dengan menggunakan e-Money, peredaran
uang palsu dapat ditekan. Berbagai tindak pidana yang dipicu oleh keadaan
seseorang membawa uang tunai dalam jumlah besar juga dapat dicegah
dengan menggunakan e-Money.
Beberapa poin kelebihan penggunaan E-Money adalah:
2. Kekurangan E-Money
Meskipun e-Money berfungsi mendorong efisiensi transaksi
pembayaran, namun jenis pembayaran ini juga memiliki kekurangan yang
49
a) Pengisian ulang saldo e-Money yang hanya dapat dilakukan pada mesin ATM
tertentu.
b) Isi ulang saldo e-Money belum praktis.
c) Ketersediaan mesin-mesin elektronik penyedia jasa e-Money (merchant) saat
ini jumlahnya masih sedikit.
d) Apabila kartu e-Money Anda hilang, maka uang Anda juga akan hilang.
e) Sisa saldo atau uang pada e-Money yang hilang tidak dapat dikembalikan.
Berbeda halnya dengan Kartu Debit atau Kartu Kredit yang jika hilang dapat
diganti baru dan memiliki potensi uang tetap aman.
50
51
1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh
pemegang kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server
atau chip.
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan
4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Dengan demikian sesuai dengan Pasal 499 KUH Perdata, E-money dapat
dikategorikan sebagai benda, karena e-money merupakan harta kekayaan dan
dapat dikuasai oleh pemegang E-money sebagai miliknya. Nilai uang tunai yang
disetorkan sebagai dasar penerbitan uang elektronik diubah menjadi data digital
berupa angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu, yang dapat digunakan
dalam transaksi pembayaran. Penyetoran dan pemindahan dana pada e-money
pada prinsipnya dilakukan secara elektronik, untuk itu E-money merupakan
bagian dari kebendaan digital. Melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
18/21/DKSP tanggal 27 September 2016 perihal Perubahan atas Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor16/11/DKSP tanggal 22 Juli 2014 perihal Penyelenggaraan
Uang Elektronik (Electronic Money) sebagai pelaksanaan dari Peraturan Bank
Indonesia Nomor 18/17/PBI/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang.
1
Hans Kelsen (a) , 2007, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of
law and State , Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif Empirik,BEE Media Indonesia, Jakarta, h. 81.
2
Hans Kelsen (b), sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni
Nuansa & Nusa Media, Bandung, 2006, h. 140.
57
meninggalkan tempat dan ingin bertransaksi di tol ternyata saldo yang ada
tidak mencukupi. Pada akhirnya disadari oleh korban bahwa kartu E-
money nya telah sengaja ditukar oleh E-money orang lain yang tidak ada
saldonya.
b. Mesin yang tidak dapat dipergunakan. Kendala mesin yang tidak bisa
dipergunakan ini terjadi saat aktivitas transaksi di minimarket maupun
ketika melakukan pengisian ulang atau top up, sehingga ketika ingin
membayarkan yang diharapkan tidak bisa terjadi.
c. Dana yang sudah diisi yang tersimpan dalam kartu sudah terpotong tetapi
pihak merchant tidak menerima dana. Keterangan pada EDC yang sudah
ditempelkan dengan kartu E-money bahwa transaksi belum berhasil, tetapi
ketika hendak mengulang transaksi ternyata saldo yang terdapat di dalam
kartu telat berkurang.
Analisis dari identifikasi permasalahan pada poin kedua dan ketiga bahwa
terjadi malfunction risiko. Gangguan ini terjadi akibat gangguan fisik maupun
elektronis dan bisa juga pada jaringan mesin EDC yang digunakan untuk
membaca kode E-money. Dengan tidak berfungsinya aplikasi ini menyebabkan
60
bagi pihak terkait, yaitu dengan kemungkinan dana atau saldo bisa berkurang atau
bertambah yang terekam dalam E-money. Hal ini selain dapat merugikan
pengguna E-money, juga merugikan pihak lain atau penerbit yang mempunyai
kewajiban.
5
Data hasil wawancara, Meindra Rezka Nur Al Dimas, Pegawai Bank Y, di Bekasi tanggal
26 Oktober 2019
61
tersebut. Akan tetapi tetap ditegaskan bahwa pihak bank tidak bertanggung
jawab jikalau ada kasus kehilangan terhadap kartu E-Money.
Pada poin kedua dan ketiga dijelaskan bahwa banyak masalah yang
merugikan pengguna akan tetapi itu adalah bukan tanggung jawab dari pihak
bank tersebut. Jadi pada intinya adalah, bagi siapapun yang menggunakan
produk E-money, pihak manapun harus mengetahui risiko yang akan terjadi
dan memahami betul apa saja syarat dan ketentuan sebagaimana yang sudah
pihak Bank terapkan. Pihak bank tidak akan berkewajiban bertanggung jawab
atas hilangnya atau bermasalahnya kartu bagi pemegang jartu E-money
tersebut. Karena tanggung jawab penuh bagi pengguna E-money itu adalah
pemegang kartu itu sendiri. Hal ini memang jelas merugikan bagi konsumen
yang menggunakan jasa E-money akan tetapi ini juga bisa jadi pembelajaran
bagi pengguna E-money agar lebih hati-hati dalam menggunakan E-money
dalam kehidupan sehari-hari.
a. Pembayaran tol
b. Pembayaran parkir
c. Pembayaran bus transjakarta
d. Pembelian BBM kendaraan bermotor
63
karena itu, Bank sebagai penyedia jasa keuangan harus ikut berperan serta dalam
melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang (Money
laundering) di Indonesia. Dapat dikatakan apabila sistem keuangan di Indonesia
tidak dapat bekerja dengan baik, maka perekonomian pun menjadi tidak efisien
dan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak akan tercapai.
6
Kelsen Hans, The Law as a Specific Social Technique, (9 university of Chicago Law
review, 19410) h. 75.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dari
beberapa pokok bermasalahan yang dirumuskan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
B. Rekomendasi
Melihat permasalahan yang ada di dalam penelitian ini, Maka peneliti
beberapa rekomendasi, yakni:
65
66
BUKU
Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2011)
Azra Azyumardi, Pengantar Metodologi Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo. 2008)
Implications for Central Banks of the Development of Elektronic Money, Bank for
Internasional Settlements, Basle, Oktober 1996,
Jae Hyun J, Managing Systemic Risk from Perspective of the Financial Network
Under Macroeconomic Distress, (BIS: Financial Stability Institute, 2012)
Kelsen Hans, The Law as a Specific Social Technique, (9 university of Chicago Law
review, 19410)
Kelsen Hans (a) , 2007, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory
Of law and State , Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu
Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik,BEE Media
Indonesia, Jakarta,
Kelsen Hans (b), sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum
Murni Nuansa & Nusa Media, Bandung, 2006,
Mahmud Marzuki Peter, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010)
67
68
R. Serfianto, dkk, Uang dengan Kartu Kredit, Kartu ATM Debit, dan Uang
Elektronik, (Jakarta: Visi Media, 2012)
Rahman Fazlur, Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. 2001
Report on Electronic Money, European Central Bank, 1998.
Siti Hidayati, et.al., Kajian Operasional E-Money, (Jakarta: Biro Hukum Bank
Indonesia, 2006)
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003)
Stephen M. Goldberg dan Lester, Ekonomi, Uang, dan Bank, Danny Hutabarat,
(Jakarta: Erlangga, 1990),
Titiheruw IS, and Atje R, Payment System in Indonesia: Recent Developments and
Policy Issues, (Tokyo: Asian Development Bank Institute, 2009)
JURNAL
Ladayat, Siti, Operasional E-money dan Pembayaran, Jakarta: 2016
SKRIPSI
69
INTERNET
http://finansial.bisnis.com/read/20140418/90/220456/kamus-perbankan
http://www.bi.go.id/en/statistik
http://www.mccarthy.ca/pubs/mte-form.htm
https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/uang-
elektronik/contents/transaksi.aspx
Pengantar Sistem Instrumen Pembayaran
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7EB2A3F4=60E4-4A7A-AFBA-
4740E431A282/848/PengantarInstrumenPembayaran,pdf
Bank Indonesia (5), Kajian Operasional E-Money, www.bi.go.id,
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Gubernur Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI Tahun 2012
tentang Perubahan Atas PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Dengan menggunakan Kartu,
Gubernur Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI Tahun 2012
TentangPerubahan Atas PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Dengan menggunakan Kartu.
70