Oleh:
A. AYU AHRIANI
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11116 16
2020
SKRIPSI
A. AYU AHRIANI
Kepada
2020
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
terlantun kepada Nabi Muhammada SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial pada jurusan Ilmu
Muhammadiyah Makassar.
Segala usaha dan upaya yang telah dilakukan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini sebaik mungkin, namun penulis menyadari tidak lupa bahwa skripsi ini
tidak luput dari berbagai hambatan, tantangan dan berbagai kekurangan. Namun
berkat izinnya, akhirnya semua dapat diatasi dengan ketekunan, kerja serta
Penulis menghanturkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terkasih
ayahanda H. A. Syamsuddin S.Pd dan ibunda HJ. Sitti Nurbaya, S.Pd atas segala
pengorbanan mulai yang diberikan kepada penulis dan do’a yang tiada henti-
hentinya yang beliau panjatkan kepada Allah SWT demi kesuksesan dan
vii
Terselesainya Skripsi ini tak lepas pula dari dukungan dan bantuan dari pihak-
pihak lain, karena itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrul Haq,
diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi
Makassar
4. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Administrasi Negara atas segala arahan,
petunjuk dan jasa- jasanya yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
Daerah Kabupaten Bantaeng atas izin, bimbingan dan bantuan yang sangat
semangat, bantuan dan dukungan yang tak henti- hentinya berdo’a atas
keberhasilanku.
8. Kakakku tercinta Andriani Syam S.Pd yang selalu memberikan dukungan dan
viii
ix
DAFTAR ISI
x
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 37
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................... 37
1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng ........................................... 37
2. Gambaran Umum DPKAD Kabupaten Bantaeng ............................. 39
B. Hasil Penelitian ........................................................................................ 51
1. Implementasi Program Alat Rekam Transaksi Usaha Wajib Pajak... 51
a. Komunikasi .................................................................................. 66
b. Sumber Daya ................................................................................ 70
c. Disposisi ....................................................................................... 74
d. Struktur Birokrasi ......................................................................... 76
2. Hambatan Implementasi Program Alat Rekam Transaksi Usaha
Wajib Pajak ....................................................................................... 80
a. Faktor Internal .............................................................................. 80
b. Faktor Eksternal ........................................................................... 82
C. Pembahasan .............................................................................................. 83
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat mengenai pentingnya pajak bagi Negara, hal tersebut akan mmeberikan
perpajakannya. (pajakku.com)
Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal (1) tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
1
2
Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Pajak Daerah
Kabupaten Bantaeng, bahwa pajak daerah adalah merupakan salah satu sumber
beberapa objek pajak dan penurunan sejumlah tarif pajak yang disesuaikan dengan
kondisi dan perkembangan saat ini. Pajak berperan penting dalam suatu daerah
Tabel 1
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantaeng
Tahun 2017-2019
Pendapatan Asli Daerah Target Pendapatan Asli Daerah
Tahun
(Rp) (Rp)
2017 65.202.492.783,64 118.655.219.545,53
2018 94.630.714.707,18 130.007.842.943,24
2019 946.219.000.740,06 1.118.497.221.900,00
transaksi pajak di setiap tempat usaha di Kabupaten Bantaeng masih kurang efektif,
Permasalahan umum yang sering terjadi dalam pajak yaitu penerimaan pajak yang
tidak sesuai dengan target pajak. Permasalahan itu adalah program perpajakan yang
tidak efektif, SDM perpajakan yang masih sangat kurang, tingkat kepatuhan
perpajakan yang masih kurang, dan tidak efektifnya relaksasi fiskal. Oleh karena
itu, pendapatan asli daerah (PAD) perlu dioptimalkan agar bisa membiayai
pengawasan pemungutan pajak dengan cara yang lebih modern dan lebih
implementor atau aparat pemerintah yang mengetahui dengan jelas apa yang
menjadi tujuan atau sasaran dari program yang dijalankan, kemudian sasaran dari
program tersebut harus disampaikan dengan jelas kepada wajib pajak agar tidak
disampaikan dengan jelas, proses implementasi program tidak akan berjalan dengan
efektif apabila implementor kekurangan sumber daya. (3) Disposisi, yaitu sikap
yang dimiliki oleh implementor seperti memiliki komitmen yang kuat didalam
Tahun 2017 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Bantaeng, maka tahun 2019 Badan
sistem aplikasi M-POS disejumlah Hotel dan Restoran yang ada di Bantaeng.
Pemasangan alat rekam ini tahap pertama dipasang sebanyak 31 unit, tahap kedua
sebanyak 28 unit dan tahap selanjutnya akan menyusul. Penyerahan aplikasi M-Pos
ini dimulai dari D’taman Kafe n Resto, kemudian berlanjut ke hotel kirey dan rumah
makan A & Y. Hal ini disebabkan karena adanya tunggakan wajib pajak yang harus
untuk dibayar. Adanya tunggakan pajak itu menunjukkan bahwa wajib pajak belum
semuanya mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak daerah. Oleh karena itu,
Melalui Aplikasi M-POS semua transaksi usaha untuk kategori wajib pajak pungut
akan langsung terekam di Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Bantaeng dan Bank Sulselbar. Aplikasi pengolah data dan pelaporan akan
menampilkan laporan rekapan transaksi dan pajaknya secara total maupun masing-
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Inyoman Toni Artana Putra (2015)
dengan judul “Efektifitas Sistem dan Prosedur Pembayaran Pajak Secara Elektronik
(Billing System) Bagi Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan efektifitas
sistem dan prosedur pembayaran pajak secara elektronik yaitu secara sistem,
pembayaran pajak lebih efektif dalam hal pembuatan kode billing dan lebih akurat
5
karena sistem membimbing wajib pajak dengan pengisian surat setoran pajak.
Secara prosedur, pembayaran pajak lebih mudah karena bisa melalui anjungan tunai
mandiri dan internet banking serta lebih mudah karena hanya memasukkan kode
dibayar dapat berupa uang maupun barang yang dipungut oleh pemerintah
berdasarkan norma- norma hukum, dengan tujuan untuk menutup biaya barang atau
Namun, pada pelaksanaan pemungutan pajak terkadang tidak terjalin dengan baik
antara wajib pajak dengan pemerintah. Hal ini terjadi disebabkan karena adanya
berusaha untuk mengurangi beban pajak bahkan membayar pajak tidak sesuai
tindakan yang dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah disusun atau dibuat
tindakan atau penerapan aksi nyata untuk melaksanakan rencana yang sudah
disusun dengan baik. Jadi bisa dikatakan, implementasi hanya bisa dilakukan jika
telah ada rencana yang sudah disusun dan bukan cuma sekedar tindakan semata.
pajak yang tidak sesuai. Sehingga dibutuhkan sebuah alat bantu berupa alat
Alat perekam transaksi pajak adalah sebuah program yang berfungsi untuk
POS, aplikasi tersebut untuk menentukan nilai transaksi penjualan masing- masing
aset daerah di provinsi Sulawesi Selatan memaparkan bahwa telah menerima pajak
yang diindikasikan tidak sesuai dengan pungutan pajak yang seharusnya. Jadi, salah
satu tujuan pemasangan alat rekam transaksi pada usaha wajib pajak ini untuk
menghindari manipulasi data serta kebocoran pajak, karena semua data pajak yang
harus dibayar akan masuk ke dalam sistem DPKAD, sehingga dapat dilihat saat
pembayaran pajak apakah hasilnya sesuai dengan pendapatan pajak atau tidak. Alat
perekam ini diharapkan dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) dan untuk
(data.bantaengkab.go.id)
Alat perekam transaksi usaha wajib pajak biasa disebut dengan aplikasi M-
POS. aplikasi ini adalah alat yang digunakan untuk mengontrol transaksi usaha
yang dipasang di mesin kasir untuk menghitung setiap transaksi yang terjadi di
tempat usaha. Aplikasi M-POS akan mengirimkan data transaksi penjualan dan
pajaknya ke server BPKAD sehingga dapat dijadikan data pembanding dari laporan
7
bulanan. Data aplikasi M-POS akan langsung masuk ke server pemerintah daerah
jadi pemerintah dapat melihat langsung transaksi pajak yang terjadi di tempat
usaha. Dengan adanya alat perekam transaksi ini diharapakan mampu mencapai
smartphone yang dilengkapi dengan aplikasi transaksi yang mudah digunakan jadi
tidak akan mengganggu atau mempersulit kegiatan transaksi di wajib pajak justru
(tribunnews.com)
Proses kerja alat ini dipasang di mesin kasir dalam bentuk smartphone yang
Bantaeng dan Bank Sulselbar. Alat perekam transaksi pajak yang dimaksud ada tiga
jenis, yaitu Tapping Box, barebone, dan Mobile- payment online system (M-POS).
Alat rekam transaksi ini dipasang di sejumlah hotel dan restoran yang diharapkan
pajak. Selain itu, dengan adanya alat ini diharapan dapat meminimalisir kehilangan
pendapatan daerah dari sektor pajak. Jenis alat yang akan dipasang di Kabupaten
Bantaeng yaitu Tapping Box dan M-POS, tetapi yang sudah resmi dipasang yaitu
Bantaeng”.
8
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
kebijakan publik.
9
2. Secara Praktis
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
bahan referensi dalam penelitian ini agar peneliti dapat mencapai informasi
Pertama, yang dijadikan referensi adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Dipa
Samudra (2012) yang berjudul “Efektifitas Sistem Online dalam Pemungutan Pajak
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Hasil dari penelitian ini adalah analisis teori efektifitas organisasi 7s Frameworks
pada penerapan sistem online menunjukkan bahwa sistem online sudah berjalan
dengan efektif. Hambatan yang ditemui pada penerapan sistem online dalam
pemungutan pajak hiburan di Provinsi DKI Jakarta adalah kesulitan yang dialami
oleh pihak ketiga untuk memasang perangkat pendukung sistem online karena
keberagaman sistem cash register Wajib Pajak, keengganan wajib pajak dalam
mengikuti sistem online dan hubungan kusus antara fiskus dengan wajib pajak.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
restoran melalui sistem online di Provinsi DKI Jakarta berjalan dengan efektif dan
10
11
merupakan suatu sistem pengawasan yang tepat untuk diterapkan di Provinsi DKI
Jakarta.
oleh Fifi Afiyah (2016) dengan judul “Efektivitas Sistem Pembayaran Pajak
sistem online bagi wajib pajak memberikan kemudahan dalam melaporkan dan
pendapatan daerah. Dengan adanya sistem online dalam pembayaran pajak daerah
oleh Diana Andansari (2019) dengan judul “Evaluasi Penerapan Sistem Online
penelitian kualitatif yang mana sumber data diperoleh dari data primer yaitu dengan
penerapan sistem online pajak daerah (aplikasi e-PAD) telah memberikan manfaat
yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan berdasarkan hasil evaluasi
oleh Ardian Rio Febri Puji Ramadhan (2017) dengan judul “Implementasi Sistem
Pajak Online (E-Tax) Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Malang
(Studi Pada Pajak Hotel Dan Restoran Di Dinas Pendapatan Daerah Kota
pada pajak hotel dan restoran di Kota Malang telah melaksanakan implementasi
kebijakan yang berbasis e-gov pada sistem pajak online (E-Tax) yang berjalan
dengan baik. Akan tetapi pada pelaksanaan penelitian ini memiliki faktor
penghambat yaitu minimnya pemahaman wajib pajak hotel dan restoran dalam
pengoperasian sistem e-tax, alat dan jaringan yang dioperasikan oleh BRI tidak
B. Pengertian Implementasi
yang baik sesuai dengan yang diharapkan atau dampak yang buruk sesuai dengan
1. Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam buku Anggara 2014:232),
yang saling membentuk sistem interaksi antara tujuan dan strategi untuk
efektif.
dilakukan dengan baik dan benar secara maksimal akan mencapai tujuan
yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam program yang akan
14
C. Pengertian Program
yang berkaitan dengan asas- asas dan usaha- usaha yang akan dijalankan. Program
yang memuat tentang hal- hal yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
kebijakan dan harus ada demi tercapainya sebuah hasil yang diinginkan.
tersebut
3. Adanya aturan- aturan yang harus diterapkan dan langkah- langkah yang
harus dilalui
1. Organisasi
adanya sumber daya manusia (SDM) yang baik sebagai tenaga pelaksana. Sumber
menjalankan fungsi dan tugasnya. Tugas aparat pelaksana program yaitu untuk
2. Interpretasi
syarat dan aturan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaan program tersebut
berjalan sesuai dengan aturan- aturan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
3. Penerapan
berdasarkan petunjuk teknis apakah berjalan sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku, dapat dilihat dengan dilengkapi mekanisme kerja yang jelas, program
beberapa model yang digunakan untuk keperluan penelitian. Berikut adalah model-
yaitu:
a. Mengelola pergeseran fokus dari sebuah proposal menjadi suatu aturan dan
2. Model Implementasi menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn
Van Meter dan Van Horn (Anggara, 2014:240), menyatakan bahwa ada
b. Sumber daya (dana atau berbagai macam insentif yang bisa memfasilitasi
menuntut pada cara dan proses kelembagaan yang bisa saja membuat
kebijaksanaan dan hasil atau akibat yang ditimbulkan dari kebijaksanaan tersebut
(output, outcome).
a. Komunikasi
fungsi yang cukup penting untuk menentukan keberhasilan kebijakan publik dalam
b. Sumber Daya
1) Staf yaitu orang atau badan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
c. Disposisi
tanggung jawab dari seorang pelaksana kepada kebijakan atau program yang akan
mempunyai hasrat yang kuat dan tanggung jawab yang tinggi untuk bisa mencapai
d. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi Edwards III (Anggara, 2014: 253), adalah tata cara kerja
yang mengelola tata cara aliran pekerjaan di antara para pelaksana, bahkan jika
pelaksanaan program yang melibatkan lebih dari satu institusi pemerintah. Ia juga
saling berkaitan satu sama lain untuk membantu mengatasi implementasi kebijakan.
Dalam hal ini, peneliti ingin melihat keempat faktor dari model implementasi
George Charles Edwards III dalam program pemasangan alat rekam transaksi usaha
Alat Rekam Transaksi atau M-POS merupakan alat yang digunakan untuk
memantau transaksi dari suatu tempat usaha secara online. Tujuannya untuk
(tangerangkota.go.id)
transaksi usaha yang menjadi kategori wajib pajak pungut yang terjadi di tempat
usaha akan langsung terekam di Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Bantaeng dan Bank Sulselbar. Setiap transaksi akan diketahui dengan
nilai pajak daerah yang harus dibayar. M-POS ini adalah aplikasi transaksi yang
terpasang dismartphone, pemasangan aplikasi ini merupakan salah satu bagian dari
upaya mencegah kebocoran pajak daerah (PAD) dari pajak pungut di tempat usaha.
Korupsi (KPK). Alat ini juga memonitoring atau mengawasi pendapatan daerah
dari setoran pajak daerah, sehingga dengan alat ini diharapkan tidak terjadi lagi
menghubungkan antara sistem data transaksi yang dimiliki oleh wajib pajak dengan
sistem yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah secara
online. Alat rekam transaksi usaha yang dimaksud yaitu aplikasi transaksi usaha
yang disebut dengan M-POS secara online dimana alat tersebut dipasang di tempat
kasir dalam bentuk smartphone untuk menghitung setiap transaksi yang terjadi
ditempat usaha tersebut. Alat transaksi usaha tersebut dipasang oleh Dinas
(unair.ac.id)
menangkap semua transaksi pembayaran pada sistem wajib pajak, alat tersebut
merekam hasil penerimaan jumlah pembayaran usaha dan besar hitungan pajak
usaha yang akan terutang setiap hari, besar pajak terutang tersebut dihitung
berdasarkan tarif pajak yang telah diatur dalam undang- undang Nomor 28 Tahun
G. Pengertian Pajak
untuk membiayai pengeluaran Negara. Pajak dibayar oleh rayat untuk Negara yang
diatur berdasarkan undang- undang pajak yaitu undang- undang Nomor 16 Tahun
2009 yang berbunyi “pembayaran wajib kepada Negara yang terutang yang berasal
dari orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa, yang tidak mendapatkan
21
timbal balik langsung yang digunakan untuk keperluan Negara dengan tujuan untuk
masih banyak masyarakat yang tidak sadar akan kewajibannya untuk membayar
pajak. Untuk lebih memahami tentang pajak, berikut adalah pengertian pajak
Pajak adalah pungutan rakyat kepada kas Negara bersumber pada Undang- Undang
pengeluaran umum.
adalah pungutan masyarakat untuk Negara (yang dipaksakan) yang terutang kepada
yang wajib membayarnya berdasarkan aturan- aturan umum (undang- undang) dan
tidak memperoleh prestasi kembali yang langsung bisa diambil yang fungsinya
adalah untuk membayar biaya- biaya umum yang berhubungan dengan Negara
memaparkan bahwa pajak adalah pembayaran wajib untuk negara yang terutang
pada masyarakat atau badan yang sifatnya memaksa menurut Undang- undang,
Menurut Rifhi Siddiq, pajak adalah iuran yang bersifat memaksa yang
Menurut Soemmerfeld RM, Anderson HM, dan Brock Horace R, pajak ialah
suatu bentuk pengalihan yang berasal dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan karena hukum, tetapi hal yang wajib untuk dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu agar pemerintah bisa melaksanakan
kesimpulan bahwa pajak adalah pungutan masyarakat yang harus dibayar guna
H. Fungsi pajak
Fungsi pajak menurut (Sari, 2013:37) ada 2 (dua), yaitu fungsi penerimaan
Fungsi penerimaan yaitu sebagai alat atau sumber pemasukan uang yang
pembangunan Negara memerlukan biaya. Biaya ini bisa diambil dari pemasukan
pajak. Pajak berfungsi untuk pembiayaan rutin contohnya belanja pegawai, belanja
pengeluaran rutin. Tabungan dari pemerintah ini jika dilihat dari setiap tahun harus
tujuan tertentu dalam bidang keuangan (seperti bidang ekonomi, politik, budaya,
ini, pajak dapat digunakan menjadi alat untuk mencapai suatu tujuan. Penerapan
fungsi ini bisa bersifat positif dan negatif. Penerapan fungsi yang bersifat positif
yaitu kalau ada kegiatan yang dilaksanakan masyarakat oleh pemerintah dipandang
sebagai suatu hal yang positif atau baik, oleh sebab itu masyarakat didorong oleh
pemerintah dengan diberikan motivasi seperti insentif pajak (tax incentive) yang
fungsi mengatur yang bersifat negatif artinya untuk mencegah atau menghalangi
tersebut bisa dilaksanakan dengan membuat aturan di bidang perpajakan yang bisa
Tata cara atau sistem pemungutan pajak daerah terbagi kedalam tiga sistem,
System. Ketiga sistem ini diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun
2016 tentang ketentuan umum daan tata cara pemungutan pajak daerah. Berikut
yaitu sistem penentuan pajak dengan membebankan jumlah besaran pajak yang
harus dibayarkan kepada wajib pajak. Dengan kata lain, wajib pajak adalah orang
besaran pajak yang harus dibayar kepada kantor pelayanan pajak dengan
sendiri besaran pajak yang harus dbayarkan, jadi bisa saja wajib pajak membuat
yaitu sistem penentuan pajak yang membebakan jumlah besaran pajak yang harus
dibayar kepada petugas pajak. Pada sistem ini jumlah besaran pajak akan diketahui
setelah petugas pajak mengeluarkan surat ketetapan pajak. Jadi, pada sistem ini
wajib pajak tidak perlu lagi menghitung besaran pajak yang harus dibayar.
25
3. Withholding System
yaitu penentuan jumlah besaran pajak yang harus dibayar bukan ditentukan oleh
wajib pajak maupun petugas pajak, melainkan dihitung oleh pihak ketiga. Jadi
sistem ini yaitu pemotongan langsung penghasilan karyawan yang dilakukan pada
instansi terkait, sehingga karyawan tersebut tidak perlu lagi datang ke kantor pajak
karena jumlah besaran yang harus dibayar akan terpotong pada penghasilan
karyawan.
berdasarkan stelsel pajak atau sistem yang digunakan untuk menghitung jumlah
pajak yang harus dibayar, tata cara pemungutan pajak dibagi menjadi tiga (3), yaitu:
(www.online pajak.com)
1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel), yaitu pengenaan pajak berdasarkan pada objek
baru bisa dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
satu anggapan yang telah diatur oleh undang-undang, seperti penghasilan satu
tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah bisa ditetapkan
besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel
ini adalah pajak bisa dibayar selama tahun pajak berjalan, tanpa harus
26
3. Stelsel Campuran (Mix Stelsel), yaitu kombinasi antara stelsel nyata dengan
stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
besar dari pada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah.
Wajib Pajak adalah orang pribadi, individu, atau badan, yang mencakup
pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang memiliki hak
perpajakan.
Sedangkan wajib pajak menurut Sari (2013:23), adalah orang pribadi yang
Wajib Pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 2 adalah Wajib
pajak orang pribadi yang sudah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
pembayaran pajak, pemotongan pajak, serta pemungutan pajak yang memiliki hak
27
perpajakan.
menarik kesimpulan bahwa Wajib Pajak adalah orang yang terlibat yang memiliki
perpajakannya yaitu membayar pajak dan juga termasuk pemungutan pajak atau
pemotongan pajak tertentu. Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya semaksimal
mungkin agar wajib pajak mampu memahami dan menyadari kewajibannya untuk
membayar pajak.
K. Kerangka Pikir
mengenai wajib pajak. Salah satu masalah pajak yaitu pembayaran pajak yang tidak
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Dengan alasan tersebut,
dan struktur birokrasi. Dari proses implementasi kebijakan melalui empat variabel
yang dilaksanakan, sumber daya, proses disposisi serta struktur birokrasi yang ada.
Berdasarkan dari uraian tersebut maka kerangka pikir pada penelitian ini
Teori Implementasi
menurut Edwards III Hambatan Implementasi
(1980), yaitu: Kebijakan
1) Komunikasi 1) Faktor Internal
2) Sumber Daya 2) Faktor Eksternal
3) Disposisi
4) Struktur Birokrasi
Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian
29
L. Fokus Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas maka fokus penelitian ini berangkat dari
latar belakang masalah yang dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji
berdasarkan teori dan tinjauan pustaka. Fokus penelitian ini akan berdasarkan
rumusan masalah dimana melihat implementasi program alat rekam transaksi usaha
wajib pajak di Kabupaten Bantaeng. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu teori menurut George Charles Edwards III (1980) yang mengatakan bahwa
implementasi ada ada beberapa indikator yaitu: (1) Komunikasi, (2) Sumber Daya,
Sumber daya berkaitan dengan sumber daya yang digunakan pada program
alat rekam transaksi seperti sumber daya manusia, sumber daya anggaran, dan
fasilitas.
METODE PENELITIAN
Waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dimulai sejak
dikeluarkannya surat izin penelitian dari Kantor Dinas penanaman modal dan
pelayanan terpadu satu pintu Kabupaten Bantaeng pada tanggal 23 Juni 2020
sampai 23 Agustus 2020. Pada penelitian ini penulis memilih lokasi di Kabupaten
1. Jenis Penelitian
penerapan metode ini diharapkan bisa memperoleh gambaran yang mendalam dan
pemasangan alat rekam transaksi usaha wajib pajak yang akan diteliti melalui
proses observasi, wawancara dengan informan yang telah ditentukan, dan studi
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan yaitu tipe Penelitian deskriptif yaitu teknik
pengumpulan data yang berbentuk kata- kata, gambar dan bukan angka. Jenis
31
32
Kabupaten Bantaeng dan hambatan yang dihadapi pada pelaksanaan program alat
rekam transaksi.
C. Informan Penelitian
Aset Daerah Kabupaten Bantaeng, restoran dan hotel yang berkaitan langsung pada
penelitian ini. Adapun informan pada penelitian ini disajikan pada tabel 2 berikut:
Tabel 2
Daftar Informan Penelitian
2. Bapak Andi Muh. Irfan Bakri, SE adalah staf dinas pendapatan yang berperan
pajak yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Ibu Endang Sriwulan adalah Manajer Hotel kirei yang berperan sebagai
5. Bapak Joko adalah Kasir RM. Tenda Biru Bantaeng yang berperan sebagai
1. Observasi
program alat rekam transaksi usaha wajib pajak di Kabupaten Bantaeng, oleh
Bantaeng, restoran dan hotel dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
data yang berkaitan dengan program alat rekam transaksi, seperti buku, panduan,
keyakinan bahwa data yang ada adalah data yang telah diamati atau diteliti dan data
tersebut memang benar- benar terjadi dan telah dilaksanakan oleh peneliti. Teknik
pengabsahan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah triangulasi.
didapatkan yang berasal dari teori, wawancara dengan informan dan studi
dokumen. Teknik Triangulasi ada tiga yaitu (1) Triangulasi Sumber, (2) Triangulasi
data hasil wawancara yang dilakukan dengan informan yang telah ditentukan
dikumpulkan.
Teknik Analisis Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Teknik
Analisis Data Kualitatif menurut Miles dan Huberman (1984). Berikut adalah
komponen dalam pengelolaan analisis data yang dipakai pada penelitian ini
1. Reduksi Data
Reduksi data pada penelitian ini yaitu membuat rangkuman, mengambil hal-
hal pokok, memfokuskan kepada hal- hal yang penting, memilih tema dan pola, dan
2. Penyajian data
Penyajian data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menguraikan data
yang dilakukan dalam bentuk table dan gambar secara sederhana agar peneliti
berubah apabila tidak ditemukannya bukti- bukti yang kuat yang akan membantu
pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi jika kesimpulan yang dihasilkan
pada tahap awal, di dukung dengan bukti- bukti yang valid (sah) dan konsisten saat
mendapatkan kesimpulan yang lebih efisien, maka kita mencari data lain yang baru
36
umum, yaitu gambaran umum daerah Kabupaten Bantaeng dan gambaran umum
tempat pembantaian hewan dan sapi/kerbau untuk menjamu dan menyambut utusan
dibagian timur Nusantara pada abad ke XII dan XIII. Bantaeng dikenal dengan
julukan “Butta Toa” oleh karena itu Bantaeng memiliki sejarah yang telah diketahui
tanggal 24 Juli 1999. Berdasarkan hasil pertimbangan, saran serta alas an dari para
narasumber, pakar ahli sejarah serta tokoh masyarakat yang berasal dari Bantaeng
berdasarkan hasil penelusuran sejarah dan Budaya, baik pada awal masa
37
38
b. Kondisi Geografis
daerah pantai, darata, dan pegunungan. Luas wilayah daratan 395.83 km² dan luas
wilayah perairan mencapai 144 km². 59,33 km² atau sekitar 14,99% dari wilayahnya
adalah daerah pesisir dengan kemiringan 0-2 meter, 168,75 km² atau sekitar
42,64% dari luas wilayahnya merupakan daratan yang landai dengan kemiringan 2-
15 meter, 81, 86 km² atau sekitar 20,68% dari luas wilayahnya merupakan daratan
dengan kemiringan 15-40 meter sedangkan 83, 80 km² atau sekitar 21,17% sisanya
merupakan daerah daratan dengan kemiringan lebih dari 40 meter. Letak geografi
Kabupaten Bantaeng memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Dengan adanya musim ini bisa memberikan keuntungan bagi sektor pertanian.
yang letaknya dibagian barat dan timur sepanjang 21,5 km yang memiliki potensial
untuk perkembangan perikanan dan rumput laut. Pada bagian utara Kabupaten
selatan membujur dari barat ke timur Kabupaten Bantaeng memiliki dataran rendah
berbatasan dengan:
Kabupaten Bantaeng
Kabupaten Bantaeng
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Badan Pengelola
1) Kepala Badan;
2) Sekretariat
3) Bidang Anggaran
4) Bidang Pendapatan
5) Bidang Perbendaharaan
7) Bidang Akuntansi
(LKPD).
9) Jabatan Fungsional.
Kabupaten Bantaeng
unsur sebagai pelakana teknis Pemerintah Kabupaten Bantaeng yang dipimpin oleh
Keuangan dan Aset Daerah yaitu untuk melaksankaan urusan Otonomi Daerah pada
bidang pendapatan keuangan dan aset daerah yang didalam melaksanakan tugasnya
tentang perubahan atas peraturan Bupati Bantaeng Nomor 27 Tahun 2013 tentang
uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja pada Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Bantaeng, yang kemudian diuraikan pada isi Perda Kabupaten
Bantaeng.
Daerah;
3) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
tentang kedudukan, susuan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Badan
berikut:
a) Kepala Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Adapun uraian tugas Kepala Badan adalah
sebagai berikut:
program kerja Badan yang sesuai dengan visi dan misi daerah;
APBD;
masalah;
b) Sekretariat
memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua satuan organisasi dalam
lingkungan Badan Pengelola Keuangan Daerah. Adapun uraian tugas Sekretariat adalah
sebagai berikut:
44
Program dan Pelaporan, Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian;
Badan;
(4) Menilai prestasi kerja para Kepala Sub Bagian dalam rangka
(9) Mengoreksi konsep naskah dinas hasil kerja bawahan, memaraf dan
c) Bidang Anggaran
fungsinya;
APBD;
perubahan APBD;
pembiayaan daerah;
(11) Mengoreksi konsep naskah dinas hasil kerja bawahan, memaraf dan
pimpinan.
46
d) Bidang Pendapatan
fungsinya;
daerah;
sah;
(11) Mengoreksi konsep naskah dinas hasil kerja bawahan, memaraf dan
e) Bidang Perbendaharaan
pengeluaraan kas daerah, penempatan uang daerah serta pengujian kelengkapan dan
anggaran dan pihak lain yang berhak atas beban rekening kas umum
daerah;
daerah;
yang ditunjuk;
investasi daerah;
(12) Mengoreksi konsep naskah dinas hasil kerja bawahan, memaraf dan
barang milik daerah. Adapun uraian tugas Bidang Aset Daerah adalah sebagai
berikut:
49
(7) Mengoreksi konsep naskah dinas hasil kerja bawahan, memaraf dan
g) Bidang Akuntansi
maupun non keuangan, pencatatan, penyusunan laporan keuangan dan evaluasi atas
laporan keuangan. Adapun uraian tugas Bidang Akuntansi adalah sebagai berikut:
50
akuntansi;
(8) Mengoreksi konsep naskah dinas hasil kerja bawahan, memaraf dan
“peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah yang andal dan
B. Hasil Penelitian
Kabupaten Bantaeng
(Dinas Pendapatan keuangan dan Aset Daerah) yang bekerjasama dengan Bank
52
“ saya sangat senang dengan keberadaan aplikasi M-Pos karena kita dengan
mudah bisa memanajemen pendapatan restoran, nilai besaran pajak yang
harus dibayar kedaerah dan juga dapat memonitoring pendapatan dengan
mudah”. (Ibu ES 19 Agustus 2020)
peneliti menarik kesimpulan bahwa dengan adanya alat rekam transaksi sangat
membantu wajib pajak dalam melakukan transaksi dengan pelanggan dan juga
Adapun tujuan pemasangan alat rekam transaksi yaitu ada dua target pertama
untuk melakukan pengawasan yang secara berkala terhadap wajib pajak, kedua
untuk mencegah kebocoran pajak serta meningkatkan ketaatan pajak. Seperti hasil
“selama ini yang menjadi tujuan penerapan program alat rekam transaksi
usaha wajib pajak di Kabupaten Bantaeng yaitu untuk mempermudah dalam
mengawasi setiap transaksi wajib pajak sekaligus untuk mengevaluasi
laporan pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak setiap bulan yang mengacu
pada peraturan Bupati Bantaeng Nomor 31 tahun 2019. Sedangkan sasaran
dari penerapan program ini adalah pelaku usaha restoran dan hotel. (Bapak
MI 2 Juli 2020)
53
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak AMIB
sebagai berikut:
dalam rangka upaya untuk melakukan pengawasan serta mencegah kebocoran pajak
daerah, maka dapat dikatakan bahwa sejauh ini Pemerintah Kabupaten Bantaeng
dengan tujuan dan sasaran kebijakan yang sudah jelas. Akan tetapi karena dengan
adanya pandemi Covid-19 maka pelaksanaan program alat rekam transaksi ini
menjadi tidak optimal disebabkan karena banyaknya restoran yang tutup sehingga
Alat rekam transaksi (Aplikasi M-Pos) yaitu salah satu upaya yang dilakukan
untuk mencegah kebocoran PAD dari pajak pungut direstoran. Pada pelaksanaan
alat rekam ini setiap transaksi yang terjadi ditempat usaha akan langsung terekam
ke server DPKAD dan Bank Sulselbar, jadi setiap transaksi yang terjadi akan
langsung diketahui nilai besaran pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.
54
Bantaeng terdapat tiga pemangku kepentingan (stake holder) pada penerapan alat
rekam transaksi usaha pajak restoran, pajak hotel dan pajak hiburan di Kabupaten
Bantaeng, yaitu Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah sebagai pengguna
sistem, pihak ketiga penyedia jasa yaitu Bank Sulselbar sebagai penyedia alat
rekam transaksi dan Wajib pajak restoran dan hotel sebagai pihak yang diterapkan
alat rekam transaksi usaha, dan masing masing memiliki hak dan kewajiban yang
melekat pada penerapan alat rekam transaksi usaha wajib pajak yang terdapat pada
berasal dari
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
Penerapan sistem online atau alat rekam transaksi usaha pajak hotel, pajak
Selain itu juga dilengkapi dengan layanan call center untuk melayani
pengaduan gangguan atau masalah dari Wajib Pajak pada penggunaan alat rekam
transaksi usaha. Kemudian memberikan pelatihan kepada tim pengawas atau pelaku
dari database sistem online, dan pemeliharaan serta perawatan alat rekam transaksi
alat. Pemelihaaran dan perawatan yang dimaksud pada pernyataan diatas, yaitu:
“apabila ada alat rekam transaksi yang rusak kita melapor ke Bank Sulselbar
selaku pihak yang menyediakan alat. Kebetulan beberapa minggu yang lalu
di Kabupaten Bantaeng terjadi banjir, jadi kita melakukan pemantauan dulu
berapa alat rekam yang rusak kemudian mengganti alat tersebut.” (Bapak
MI 2 Juli 2020)
Pernyataan diatas sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bapak AMIB sebagai
berikut:
“kita disini membentuk sebuah tim yaitu engineering system yang tugasnya
untuk melakukan perbaikan terhadap sistem alat rekam transaksi apabila
mengalami kerusakan atau gangguan.” (Ibu F 2 Agustus 2020)
yang dialami oleh wajib pajak dan cepat tanggap dalam menangani masalah
tersebut. Ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program ini pelaku kebijakan
Bantaeng.
kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dan Bank Sulselbar. Alat rekam
membantu pengelolaan pajak daerah dan alat rekam ini membantu mempercepat
penyampaian transaksi yang terjadi ditempat usaha ke sistem DPKAD. Hal ini
“program alat rekam transaksi usaha adalah program baru yang diterapkan
di Kabupaten Bantaeng, tetapi mengenai penerimaan pajak jika
dibandingkan dengan sebelum adanya alat ini dan setelah adanya alat ini
sangat jauh perbedaannya. Setelah alat rekam ini dipasang pendapatan
pajak langsung melonjak penerimaannya dan pelaksanaan alat rekam
transaksi berjalan dengan optimal. Tetapi setelah adanya Covid-19
pendapatan pajak sangat menurun, dimana masyarakat dianjurkan dan
bahkan dilarang untuk tidak makan diwarung atau warungnya ditutup untuk
sementara sehingga alat rekam transaksi tidak optimal. Akan tetapi kita
berusaha untuk tetap dipantau untuk mencari apa yang bisa dilakukan
dengan alat ini sehubungan dengan terjadinya pandemi Covid-19. Jadi
memang ada masalah dengan adanya pandemi ini Karena berhubungan
langsung dengan orang yang mau berkunjung, sedangkan sekarang orang
membatasi diri. Dan juga masalah lain yaitu dengan banyaknya tempat
usaha yang tutup kemudian beberapa wajib pajak yang mengambil
kesempatan dari situasi ini untuk tidak mengaktifkan alat rekam tersebut
padahal sebenarnya wajib pajak membuka tempat usahanya. Jadi
pelaksanaan program ini menjadi tidak optimal karena dengan adanya
Covid-19.”(Bapak MI 2 Juli 2020)
60
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak AMIB
sebagai berikut:
“sampai saat ini pelaksanaan program ini masih tahap sosialisasi sambil
menjalankan program tersebut. Dengan adanya alat rekam ini pada awal
pemasangan penerimaan pajak meningkat pesat, tetapi peningkatan
penerimaan pajak hanya berjalan sekitar 5 bulan. Hal ini karena adanya
pandemi Covid-19 yang membuat penerimaan pajak kembali
menurun.”(Bapak AMIB 8 Juli 2020)
daerah, peningkatan pendapatan pajak 2 bahkan 3 kali lipat. Akan tetapi penerimaan
Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem Online Pajak Daerah. Sampai saat ini tercatat
sudah 58 Wajib Pajak yang menggunakan alat rekam ini. Wajib Pajak yang sudah
Tabel 4
Daftar Wajib Pajak di Kabupaten Bantaeng yang Menggunakan Alat Rekam
Transaksi
Pemasangan alat rekam transaksi ini pada tahap pertama dipasang sebanyak
31 unit kemudian disusul pada tahap kedua dipasang sebanyak 27 unit jadi total alat
rekam transaksi yang terpasang sebanyak 58 unit. Alat rekam transaksi ini
Cara kerja alat rekam transaksi ini yaitu menghubungkan perangkat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk menginput data- data transaksi dengan aplikasi
M-Pos yang disediakan oleh Pemerintah Daerah melalui pihak ketiga. Aplikasi M-
Pos berfungsi untuk melakukan perekaman data- data transaksi yang dilakukan oleh
Wajib Pajak kemudian terkirim ke server dinas pendapatan keuangan dan aset
Perangkat
Wajib pajak
Server DPKAD
Gambar 2
Mekanisme Alat Rekam Transaksi
Sumber: hasil olahan peneliti 2020
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa proses transaksi program alat
Keuangan dan Aset Daerah) sebagai pelaku kebijakan merupakan lembaga yang
mengupayakan agar pelaksanaan program ini bisa berjalan sesuai yang diharapkan.
63
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak MI sebagai
berikut:
“ sistem kerja atau mekanisme kerja alat rekam transaksi sama dengan mesin
kasir yang dilakukan secara manual Cuma bedanya dengan menggunakan
alat rekam yaitu setiap transaksi yang terjadi akan langsung terlihat ke
server DPKAD sehingga sangat memudahkan implementor dalam melakukan
pengawasan terhadap wajib pajak. Alat rekam transaksi tersebut berbentuk
smartphone yang didalamnya dilengkapi aplikasi, jadi wajib pajak tinggal
menginput menu apa saja yang ada direstoran nantinya setiap transaksi yang
terjadi akan dicatat menggunakan alat itu. Kemudian ada struk yang keluar
dan transaksi itu langsung terlihat keserver DPKAD.”(Bapak MI 2 Juli 2020)
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak AMIB yaitu sebagai berikut:
“Mekanisme alat rekam transaksi ini, Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset
Daerah memiliki data akses kepada wajib pajak untuk melihat transaksi yang
terjadi pada Wajib Pajak, jadi ketika wajib pajak tidak mengaktifkan alat
tersebut selama 2 jam maka yang akan terbaca pada sistem Dinas
Pendapatan yaitu Warning, tidak aktif selama 4 jam terbaca pritical, tidak
aktif selama 6 jam sudah terbaca offline. Jadi apabila sudah offline maka
pelaksana kebijakan atau tim pengawas dari program alat rekam tersebut
akan langsung turun kelapangan untuk memberikan peringatan kepada
Wajib Pajak.” (Bapak AMIB 24 Juni 2020)
“cara kerja alat rekam transaksi wajib pajak yaitu data transaksi akan
terekam atau muncul ke server DPKAD apabila telah keluar struk dari mesin
transaksi. Jadi, meskipun alat rekam diaktifkan tetapi apabila struk dari
mesin transaksi tidak keluar maka tidak akan terekam ke sistemnya
DPKAD.”(Ibu F 2 Agustus 2020)
pada pelaksanaan program alat rekam transaksi, alat rekam tersebut sangat mudah
digunakan oleh wajib pajak karena mereka cuma menginput menu- menu apa saja
yang ada ditempat usahanya dan ketika melakukan transaksi wajib pajak hanya
menekan menu yang dipesan oleh pengunjung kemudian langsung otomatis terlihat
jumlah yang harus dibayar, sehingga wajib pajak tidak perlu repot- repot lagi
64
menjumlah total yang harus dibayar. Kemudian juga memberikan keuntungan bagi
kepada wajib pajak karena pelaku kebijakan tidak perlu lagi untuk turun kelapangan
untuk mencek, karena setiap transaksi yang terjadi sudah langsung terekam ke
server DPKAD.
transaksi yaitu ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Strategi
pada implementasi program alat rekam transaksi usaha wajib pajak di Kabupaten
program alat rekam transaksi yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Keuangan dan
pendukung pada program alat rekam transaksi meliputi perangkat yang dibutuhkan
untuk menjalankan program ini. Hal ini dijelaskan oleh Bapak MI yaitu sebagai
berikut:
“pada pelaksanaan program ini kita bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu
Bank Sulselbar. Tugasnya untuk menyediakan perangkat yang dibutuhkan
pada pelaksanaan program ini.”(Bapak MI 2 Juli 2020)
fungsi yang harus dijalankan oleh pihak ketiga pada pelaksanaan program alat
a. Penyediaan alat rekam transaksi yang dilakukan wajib pajak, yaitu alat yang
data transaksi.
dan Bank Sulselbar. Jaringan data ini berfungsi untuk mengirimkan hasil data
transaksi.
dialami oleh wajib pajak terkait pelaksanaan program alat rekam transaksi.
Jadi tim pengawas dari program ini bisa langsung menangani atau membantu
yaitu pertama, penetapan jenis pajak yang akan dipasang alat rekam, jadi penetapan
jenis pajak sudah tertuang dalam Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 31 Tahun 2019
tentang Sistem Online Pajak Daerah. Jenis pajak yang dimaksud yaitu pajak Hotel
dan Restoran. Kedua, penetapan jumlah wajib pajak yang akan dipasang alat rekam.
Kategori Wajib pajak yang akan dipasang alat rekam pendapatan perhari minimal
300 ribu jadi pendapatan yang dibawahnya itu belum dipasangkan alat rekam.
66
Charles Edwards III yaitu Komunikasi, Sumber daya, Disposisi, dan Struktur
berikut:
a. Komunikasi
Aset Daerah) pada pelaksanaan program alat rekam transaksi yaitu melakukan
sosialisasi kepada wajib pajak tentang pentingnya untuk membayar pajak dan
komunikasi dengan wajib pajak yaitu untuk membentuk proses komunikasi dan
yang tidak jelas atau rumit akan menghasilkan pandangan atau pendapat yang
berbeda. Oleh karena itu, Penyaluran komunikasi yang jelas terhadap semua pihak
yang terkait merupakan kunci keberhasilan dari program alat rekam transaksi
(Aplikasi M-Pos).
untuk mencapai tujuan dan sasaran dari program tersebut yaitu untuk mencegah
seperti mengawasi setiap transaksi yang terjadi ditempat usaha dengan maksud
Komunikasi pada pelaksanaan program alat rekam transaksi usaha wajib pajak
67
kebijakan (wajib pajak). Keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat dari bagaimana
Implementor mampu berkomunikasi dengan baik kepada pelaku Wajib Pajak agar
usaha wajib pajak. Kebijakan program yang dilaksanakan harus disampaikan secara
jelas kepada wajib pajak, karena apabila penyampaian tujuan kebijakan tidak jelas
dan tidak memberikan pemahaman maka kemungkinan yang akan terjadi adalah
pejabat Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset daerah Kabupaten Bantaeng dengan
pelaku usaha (Wajib Pajak). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak
MI, yaitu:
“jadi proses komunikasi yang terjalin yaitu dari pihak bank sulselbar sebagai
implementasi program alat rekam transaksi usaha wajib pajak yaitu dari pihak Bank
68
Sulselbar kemudian ke DPKAD dan wajib pajak untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Dinas
Pendapatan
Wajib Pajak di
Bank Keuangan dan
Kabupaten
Sulselbar Aset Daerah
Bantaeng
Kabupaten
Bantaeng
Gambar 3
Arus Komunikasi
Sumber: Peneliti 2020
Jadi, gambar arus komunikasi tersebut diatas adalah proses transmisi atau
komunikasi terhadap pelaksanaan program alat rekam transaksi usaha wajib pajak
atau aplikasi MPOS disampaikan melalui sosialiasi yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah terhadap pelaku atau target wajib pajak.
transaksi usaha wajib pajak harus jelas agar wajib pajak tidak bingung dan mampu
memahami apa maksud dan tujuan dari pelaksaan program tersebut. Kejelasan
dilakukan dengan tujuan agar pelaku wajib pajak mengetahui secara jelas informasi
bertele- tele agar wajib pajak mengetahui maksud dan tujuan program ini. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak MI sebagai berikut:
Demikian juga hasil wawancara oleh Bapak AMIB yaitu sebagai berikut:
komunikasi oleh Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset daerah pada pelaksanaan
program alat rekam transaksi ini cukup baik, akan tetapi masih pada proses
program ini. Komunikasi yang terjadi dalam implementasi program alat rekam
transaksi dengan melihat dari segi transmisi dan kejelasan sudah cukup baik
meskipun masih ada beberapa wajib pajak yang tidak memiliki kesadaran dan
kurang mengerti akan pentingnya alat rekam transaksi ini bagi pendapatan pajak
daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Edwards bahwa komunikasi yang baik akan
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula dan komunikasi yang dilakukan
harus jelas serta tidak membingungkan meskipun sering kali terjadi masalah dalam
tidak jelas yang akan membuat wajib pajak bingung dan kurang mengerti terkait
b. Sumber Daya
Sumber daya yang dimaksud pada penerapan program alat rekam transaksi
yaitu sumber daya manusia, sumber daya anggaran dan fasilitas. Faktor penting
bagi keberhasilan penerapan alat rekam transaksi yakni sumber daya manusia yang
berkompeten, karena sumber daya manusia yang bekerja dan turun langsung
menjalankannya. Saat ini Untuk menerapkan program alat rekam ini diperlukan
pemahaman khusus karena mengingat bahwa program ini tergolong baru dan
yang dimiliki oleh setiap individu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang
“Sumber daya manusia pada pelaksanaan alat rekam transaksi ini, Dinas
Pendapatan keuangan dan aset daerah sudah membagi tim dari 58 wajib
pajak yang telah menggunakan alat tersebut dibagi kedalam 3 tim untuk
melakukan pelayanan atau pemantauan kepada wajib pajak terutama untuk
melakukan perbaikan apabila wajib pajak mengalami masalah dalam
menggunakan alat transaksi tersebut. Tim yang dimaksud yaitu tim
pengawas, tim pembina dan tim penagihan. Jadi tim yang dibagi tersebut
sudah ada pembekalan dari vendornya yaitu Bank Sulselbar (BPD) apabila
tim mendapatkan keluhan dari wajib pajak, maka bisa langsung melaporan
keluhan tersebut kepada Bank Sulselbar. Dinas Pendapatan Keuangan dan
Aset Daerah selalu mengontrol untuk memberikan pelayanan kepada wajib
pajak sehingga apabila ada masalah yang dialami bisa langsung diatasi.
Kemudian sumber daya anggaran pada implementasi program alat rekam ini
anggaran yang didapatkan sudah cukup memadai. Anggaran untuk program
ini terbilang cukup karena untuk anggaran perawatan alat rekam tersebut
juga disediakan. Jadi setiap ada masalah yang dialami oleh wajib pajak bisa
langsung melapor ke Dinas Pendapatan keuangan dan Aset daerah kemudian
langsung disampaikan ke bank Sulselbar, karena dana yang masuk langsung
ke Bank Sulselbar dan dikelola oleh Bank tersebut. Meskipun dana tersebut
dari pemerintah daerah tetapi untuk sementara dikelola oleh Bank Sulselbar.
Sumber daya fasilitas pada pelaksanaan alat rekam transaksi ini alat
transaksinya masih kurang atau terbatas, jadi sebelum dipasangnya alat
rekam ini implementor mendata dulu tempat usaha yang memungkinkan
untuk diberi alat rekam. Alat rekam tersebut langsung dikasih oleh Bank
Sulselbar. Karena program ini juga dari KPK supaya tidak terjadi kebocoran
pajak maka KPK bekerjasama dengan Bank Sulselbar dalam melaksanakan
program ini untuk menghindari kecurangan dan kebocoran pajak. Bank
Sulselbar menyiapkan alat rekam tersebut karena dana yang masuk langsung
dari Bank tersebut jadi dananya juga dikelola oleh Bank Sulselbar.” (Bapak
MI tanggal 2 Juli 2020)
“sumber daya manusia atau tim pengawas pada pelaksanaan program alat
rekam transaksi sudah dibentuk tinggal bagaimana tim tersebut menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya, kemudian sistem pengawasan yang dilakukan
juga bisa dilihat pada sistem DPKAD untuk mengetahui tempat usaha yang
online dan offline.”(Ibu F 2 Agustus 2020)
72
sumber daya pada pelaksanaan program ini sudah cukup memadai dilihat dari
sumber daya manusia yang memiliki tim khusus untuk mengawasi langsung wajib
pajak yang mengalami kendala- kendala atau bahkan yang melakukan pelanggaran.
Selain pengawasan yang dilakukan secara langsung tim yang dibentuk juga bisa
mengawasi melalui server DPKAD yang terhubung langsung dengan server wajib
pajak. Adapun sistem pengawasan yang dilakukan pada sistem DPKAD tersebut
Gambar 4
memantau dari sistem DPKAD tempat usaha yang online dan offline. Ketika online
akan berwarna hijau dan ketika offline akan berwarna merah. Kemudian sistem
pengawasan yang dilakukan terhadap wajib pajak yaitu apabila tempat usaha offline
tim pengawas yang bertugas akan turun langsung kelapangan akan memberikan
peringatan, dan apabila alat rekamnya masih tidak diaktifkan maka akan dilanjutkan
73
alat rekam. Sedangkan sumber daya fasilitas untuk saat ini penyediaan alat rekam
transaksi masih bertahap masih ada beberapa restoran dan hotel yang belum
menggunakan alat rekam transaksi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang
“sumber daya manusia pada pelaksanaan alat rekam transaksi ini dibagi
kedalam tiga tim pengawasan untuk mengawasi wajib pajak yang mengalami
keluhan dalam menggunakan alat rekam tersebut. Apabila wajib pajak
mengalami keluhan maka tim pengawas langsung mendatangi tempat usaha
tersebut. Kemudian ketika wajib pajak tidak mengaktifkan alat rekam
tersebut maka tim pengawas juga langsung turun lapangan memberikan
peringatan untuk selalu mengaktifkan alat tersebut. Untuk sumber daya
anggaran pada pelaksanaan program ini anggarannya masih kurang
terkhusus untuk anggaran pengawasan dan pemeliharaan alat rekam. Pada
awal pemasangan alat tersebut untuk anggaran pengawasan belum ada.
Sumber daya fasilitas pada program alat rekam ini pada tahap awal
pemasangan alat yang disiapkan yaitu 33 unit dan pada tahap kedua
sebanyak 29 unit.” (Bapak AMIB 8 Juli 2020)
“biasanya tim pengawas sesekali datang untuk mencek dan memastikan tidak
ada masalah yang dialami.”(Bapak MA 19 Agustus 2020)
dapat diketahui sumber daya pada program ini sudah cukup memadai, baik secara
74
kualitas maupun kuantitas, meskipun masih ada beberapa kendala atau masalah
yang terjadi. Dari sumber daya manusia sudah dibagi tim untuk mengawasi
langsung masalah- masalah yang dialami wajib pajak dalam penerapan alat rekam
dilakukan masih kurang tegas hal ini dibuktikan masih adanya wajib pajak restoran
dan hotel yang sesekali mengaktifkan alat rekam tersebut. Sumber daya anggaran
terkhusus untuk anggaran pengawasan masih kurang dan ketersediaan fasilitas atau
alat rekam dalam pelaksanaan program ini sudah cukup memadai meskipun belum
semua restoran dan hotel di Bantaeng menggunakan alat rekam tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Edwards bahwa SDM (staf), anggaran, dan fasilitas
kebijakan. Jadi, apabila salah satu dari ketiga indikator tersebut ada yang kurang
c. Disposisi
program alat rekam transaksi telah sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing ada yang bertugas mengawasi melalui server DPKAD dan ada yang turun
langsung kelapangan untuk memantau para pelaku usaha atau wajib pajak. Pihak
Sikap yang harus dimiliki oleh pembuat kebijakan yaitu komitmen yang
menjalankan kebijakannya dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penerapan program alat rekam transaksi usaha memiliki tujuan untuk memonitoring
meningkat.
bagaimana Disposisi pada implementasi program alat rekam transaksi usaha wajib
“Salah satu pelayanan yang diberikan oleh Dinas pendapatan keuangan dan
aset daerah adalah menyiapkan data internet. Data internet yang dipakai
oleh Wajib Pajak diberikan oleh Bank Sulselbar. Jadi apabila Wajib Pajak
mengalami masalah seperti kehabisan data internet dan melapor kepada
implementor kemudian di acc, maka implementor akan menyampaikan ke
bank Sulselbar dan Bank Sulselbar sendiri yang akan mengisi langsung data
internet ke Wajib pajak yang mengalami masalah tersebut.”(Bapak MI
tanggal 2 Juli 2020)
sebagai berikut:
“sikap para pelaksana kebijakan pada program alat rekam transaksi ini yaitu
cepat tanggap didalam menangani kendala- kendala atau hambataan yang
dialami oleh wajib pajak. Masalah yang paling sering dialami wajib pajak
yaitu kehabisan kertas transaksi dan paket data jadi ketika mengalami
masalah seperti ini kita langsung sampaikan kepada instansi yang terkait
dengan program ini untuk menangani masalah yang dihadapi wajib pajak.
Akan tetapi tim pengawas dalam menjalankan program ini kurang
bersemangat karena tidak mendapat insentif atau penghargaan dari
pemerintah setempat atas apa yang mereka laksanakan.” (Bapak AMIB 8
Juli 2020)
76
kesimpulan bahwa sikap pelaksana kebijakan pada pelaksanaan program alat rekam
transaksi ini telah berusaha melakukan yang terbaik dalam menangani kendala-
kendala yang dialami oleh Wajib Pajak. Implementor selalu cepat tanggap apabila
mendapat keluhan yang dialami oleh Wajib Pajak, akan tetapi tim pengawas kurang
kebijakannya yang tak lain dengan tujuan untuk melakukan pengawasan terhadap
penerimaan pajak dapat meningkat sesuai dengan target pajak. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang diberikan oleh Edward bahwa implementasi kebijakan akan
berjalan secara efektif dan efisien apabila implementor memiliki komitmen dan
tersebut disposisi pada pelaksanaan program alat rekam transaksi telah berjalan
efektif, akan tetapi masih kurang maksimal dalam melakukan pengawasan karena
tidak adanya insentif atau penghargaan yang diberikan oleh pemerintah setempat.
d. Struktur Birokrasi
kebijakan juga menjadi hal yang sangat penting. Ada dua kategori utama dalam
struktur birokrasi yaitu prosedur kerja atau standard Operating Procedures (SOP)
kebijakannya dengan baik sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan
efisien.
1) Fragmentasi
masing- masing antara satu dengan yang lain. Dalam struktur organisasi ini Kepala
Badan merupakan jabatan yang paling tertinggi. Berikut adalah struktur organisasi
pelaksanannya dan bahkan ada banyak wajib pajak yang melakukan pelanggaran
seperti tidak mengaktifkan alat rekam transaksi. Terkait SOP apabila ada wajib
pajak yang tidak mengaktifkan belum ada, tetapi dalam Undang- undang Nomor 31
Tahun 2019 pasal 14 tertulis sanksi yang akan diberikan apabila wajib pajak
layanan gratis kepada penerima layanan/ konsumen. (b) Dikenakan sanksi berupa
denda sebesar 2 kali pajak terutang dan menjadi penerimaan daerah lain- lain pada
PAD yang sah. (3) Dikenakan sanksi berupa pencabutan perizinan dan penutupan
tempat usaha.
transaksi usaha wajib pajak di Kabupaten Bantaeng belum memiliki SOP atau
prosedur kerja. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
78
kepada Bapak MI tentang bagaimana SOP pada pelaksanaan program ini, yaitu
sebagai berikut:
“SOP pada implementasi program alat rekam transaksi usaha wajib pajak
yaitu pada awalnya sebelum pemasangan alat rekam kita data dulu warung
yang memungkinkan untuk dipasangi alat rekam berhubung karena alat
rekam terbatas. Apabila alat sudah terpasang, prosedurnya kita lakukan
pembinaan dan pengawasan serta penagihan. Apabila ada kendala setelah
kita pasang alat mereka melapor melalui media sosial kita sudah bentuk grup
pengguna alat rekam transaksi sehingga Wajib Pajak bisa menyampaikan
keluhannya. Dengan adanya penyampaian itu kita tindak lanjuti sesuai
dengan keluhan yang ada, sama halnya karena ini selalu terlihat dimonitor
kalau ada yang tidak aktif itu kita datangi juga kenapa tidak aktif untuk
mencari solusi. Tetapi memang aturan secara tertulis belum dibuat peraturan
bupati untuk SOP khusus pelaksanaan sistem online tetapi kita sudah
laksanakan dan akan dituangkan dalam peraturan tentang SOP, memang
aturan resmi SOPnya belum ditetapkan tetapi kita tetap laksanakan.”(Bapak
MI 2 Juli 2020)
sebagai berikut:
“kita memang belum memiliki SOP tentang pelaksanaan program alat rekam
transaksi ini tetapi kita sudah menjalankan prosedur kerja yang sesuai
dengan pedoman pada standar operasional prosedur pemungutan pajak
secara online. Jadi, kita tetap menjalankan pengawasan meskipun belum
memiliki aturan SOP secara resmi. Sebagaimana yang pernah Wajib Pajak
alami ketika alat rusak atau bermasalah seperti yang sering terjadi yaitu
menu dalam aplikasi M-Pos terkadang salah dan harganya yang berbeda itu
kita langsung mencarikan solusi.” (Bapak AMIB 8 Juli 2020)
“SOP pada program ini belum ada tetapi secepatnya akan dibuatkan SOP
tengang pelaksanaan sistem online pajak daerah.”(Ibu F 2 Agustus 2020)
kesimpulan bahwa pada pelaksanaan program alat rekam transaksi DPKAD dan
pihak yang terkait telah berupaya melakukan yang terbaik untuk melakukan
pengawasan terhadap wajib pajak meskipun belum memiliki prosedur kerja (SOP)
79
yang tertulis. Akan tetapi, walaupun telah melakukan tugasnya dengan baik SOP
prosedur kerja yang jelas maka para pelaksana kebijakan tidak akan bingung dalam
tugas serta fungsinya masing- masing. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Edward bahwa dengan adanya SOP para pelaksana kebijakan mampu
mengoptimalkan waktu yang tersedia dan pembagian kerja yang jelas serta
terstruktur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi juga menjadi hal yang
rekam transaksi.
yang dilakukan oleh pelaku kebijakan dengan sasaran kebijakan (Wajib Pajak)
sangat terkait dengan sikap pelaksana para pelaku kebijakan. karena berhasil
struktur birokrasi memiliki pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan program alat
Implementasi program alat rekam transaksi usaha wajib pajak tidak selalu
sesuai dengan apa yang diharapkan dan mengalami berbagai hambatan, hambatan
a. Faktor Internal
mengenai cara megoperasikan aplikasi M-Pos, akan tetapi pada saat peneliti
mekanisme atau cara kerja alat rekam tersebut. Beberapa contoh kurangnya
pemahaman wajib pajak dalam mengoperasikan aplikasi M-Pos yaitu ada beberapa
restoran yang tidak mengaktifkan alat tersebut dengan alasan tidak mampu
“beberapa wajib pajak kurang paham cara kerja aplikasi M-Pos, dengan
alasan saya tidak tau pak menggunakannya, padahal aplikasi ini sangat
gampang digunakan. Wajib pajak tidak perlu lagi menggunakan kalkulator
untuk menghitung jumlah yang harus dibayar oleh pelanggannya karena
wajib pajak hanya perlu menekan menu apa saja yang dipesan oleh
pelanggan maka secara otomatis jumlah yang harus dibayar akan langsung
terlihat.”(Bapak AMIB 8 Juli 2020)
81
menerangkan bahwa ada beberapa wajib pajak yang kurang paham mengenai
aplikasi M-Pos dikarenakan wajib pajak tidak mampu mengoperasikan alat rekam
tersebut dan kurangnya alat rekam yang tersedia sehingga hanya sebagian restoran
yang menggunakan alat rekam sehingga wajib pajak masih menggunakan sistem
hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak AMIB, yaitu:
“sejauh ini hambatan yang terjadi dilapangan yaitu berasal dari Wajib
pungut atau wajib pajak karena minimnya kesadaran mereka tentang apa itu
pajak restoran. Jadi kesadaran mereka itu seolah- olah mau memasukkan
data, mau memasukkan transaksi itu tergantung maunya mereka. Jadi sejauh
ini usaha yang kita lakukan yaitu melakukan pengawasan kepada wajib
pajak. Apabila wajib pajak melakukan pelanggaran atau tidak mengaktifkan
alat, maka tim pengawas dari program ini akan langsung turun kelapangan.
Akan tetapi untuk saat ini tim pengawas tidak leluasa untuk turun langsung
kelapangan disebabkan karena adanya Pandemi Covid-19. Tetapi kami tetap
berusaha untuk cepat tanggap apabila wajib pajak mengalami kendala atau
melakukan pelanggaran. Jadi sejauh ini kami rasa hambatan dari
pelaksanaan program ini yaitu kuranganya kesadaran dari wajib pajak itu
sendiri.”
(Bapak AMIB 8 Juli 2020)
3) Kurangnya koordinasi antar pihak terkait apabila ada kendala teknis maupun
non-teknis
transaksi atau aplikasi M-pos terhadap pajak restoran di Kabupaten Bantaeng yang
aplikasi M-Pos seperti wajib pajak, Bank Sulselbar dan dinas pendapatan keuangan
berdasarkan peraturan yang berlaku. Kendala yang sering terjadi berupa kendala
teknis seperti alat dan jaringan yang menghambat data transaksi pajak restoran
antara keputusan dan kebijakan pada penerapan alat rekam transaksi. Hal ini
“hubungan antara wajib pajak, Bank sulselbar selaku fasilitator dan DPKAD
berjalan terus, akan tetapi mengenai kendala terkadang ada beberapa wajib
pajak yang mencpot sendiri alat rekam tersebut dan tidak segera
melaporkannya kepada DPKAD, padahal kita sudah sediakan grup WA
dengan wajib pajak untuk lebih memudahkan dalam melakukan
pelaporan.”(Ibu F 2 Agustus 2020)
sehingga data transaksi pajak restoran apabila wajib pajak melepaskan atau tidak
menggunakan aplikasi M-Pos maka data tidak tercatat pada sistem DPKAD.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Hambatan
eksternal pada penerapan program alat rekam transaksi usaha wajib pajak yaitu:
rekam transaksi karena kehabisan paket data sehingga data transaksi tidak
terekam disistem DPKAD. Hal tersebut dipertegas oleh Bapak AMIB, yaitu:
2) Tidak ada dana insentif atau penghargaan yang diberikan kepada tim
penghargaan dan dana insentif yang diberikan sehingga membuat kinerja tim
“kita tim yang turun langsung kelapangan tidak ada dana insentif yang
diberikan. Kinerja yang kita lakukan hanya diucapkan melalui kata terima
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada situasi pandemi Covid-
19 banyak tempat usaha yang tetap buka dan justru memanfaatkan situasi ini untuk
Kendala yang paling sering dialami oleh Wajib Pajak yaitu kehabisan paket data
C. Pembahasan
Kabupaten Bantaeng
perpajakan. Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk Negara yang pada
kenyataannya masih banyak wajib pajak yang kurang sadar akan kewajibannya
Kebijakan alat rekam transaksi atau sistem online pajak daerah sesuai dengan
Peraturan Bupati Bantaeng No. 31 Tahun 2019 Pasal 1 (20) menyebutkan bahwa
Alat Perekam Data Transaksi Usaha adalah perangkat keras atau perangkat lunak
Pemerintah Daerah dan/atau pihak lain yang memiliki ikata kerjasama dengan
Pemerintah Daerah.
Bantaeng dilakukan berdasarkan prosedur dan petunjuk yang telah disepakati oleh
pembuat kebijakan. Kebijakan sistem online pajak daerah tertuang dalam Peraturan
Bupati Bantaeng No. 31 Tahun 2019 tentang sistem online pajak daerah. Pihak
prosedur kerja sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah digariskan pada kebijakan
yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Bantaeng No. 31 Tahun 2019. Tahapan
setiap proses pelaksanaan program alat rekam transaksi usaha wajib pajak di
Kabupaten Bantaeng telah tertuang secara jelas melalui peraturan tersebut yang
akan menjadi pedoman untuk setiap tindakan implementor dari kebijakan tersebut.
Kabupaten Bantaeng tidak selalu berjalan dengan optimal. Masih terdapat beberapa
hambatan yang terjadi pada proses implementasi kebijakan. Oleh sebab itu,
a. Komunikasi
Salah satu hal yang sangat penting dalam implementasi kebijakan yaitu isi
dan tujuan dari kebijakan itu sendiri. Setiap kebijakan akan berjalan dengan efektif
dan efisien apabila pelaksana kebijakan dan sasaran kebijakan bisa memahami
maksud dan tujuan dari kebijakan yang telah direncanakan, maksud dan tujuan
tersebut bisa dilihat dalam isi kebijkan yang telah dijelaskan pada Peraturan Bupati
Bantaeng No. 31 Tahun 2019. Implementasi kebijakan bisa gagal atau tidak
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dalam
daerah, maka bisa dikatakan bahwa sejauh ini Pemerintah Kabupaten Bantaeng
kebijakan. Ada dua hal perlu dilakukan pada variabel komunikasi menurut George
Charles Edwards III yaitu adalah konsistensi dalam menyampaikan informasi dan
dan Wajib Pajak. Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa proses komunikasi
86
yang terjadi pada implementasi kebijakan program alat rekam transaksi usaha wajib
b. Sumber Daya
Ketersediaan sumber daya adalah salah satu syarat bagi keberhasilan pada
walaupun komunikasi sudah dijalankan dengan baik dan jelas, akan tetapi jika
transaksi usaha wajib pajak sudah cukup memadai karena sudah dibentuk tim
jadi apabila wajib pajak mengalami kendala atau hambatan pada pelaksanaan
program ini maka tim pengawas yang sudah dibentuk tersebut akan cepat tanggap
c. Disposisi
Kabupaten Bantaeng. Disposisi yang maksud pada teori yang diungkapkan oleh
87
karena apabila pelaksana kebijakan memiliki sikap dan komitmen yang tinggi untuk
implementasi program alat rekam transaksi usaha wajib pajak dinilai sudah baik.
Meskipun berbagai kendala atau hambatan yang dihadapi, akan tetapi pelaku
d. Struktur Birokrasi
Menurut teori yang dikemukakan oleh George Charles Edwards III yang
menjadi variabel pada struktur birokrasi yaitu pertama fragmentasi atau penyebaran
tugas dan tanggungjawab para pelaku kebijakan. Kedua yaitu Standar Operasional
Prosedure (SOP) yang akan memudahkan setiap tindakan yang dilakukan oleh
mengenai struktur birokasi pada implementasi program alat rekam transaksi usaha
wajib pajak di Kabupaten Bantaeng, telah dibentuk tim pengawas pada pelaksanaan
transaksi usaha wajib pajak di Kabupaten Bantaeng belum memiliki SOP atau
prosedur kerja yang resmi/ tertulis secara sah, akan tetapi SOP pada pelaksanaan
kebijakan ini masih pada tahap pembahasan dan pastinya akan ada SOP tentang
kebijakan ini. Meskipun belum memiliki SOP yang tertulis, akan tetapi para
pelaksana kebijakan telah menjalankan prosedur kerja yang sesuai dengan pedoman
pada standar operasional prosedur pemungutan pajak yang dilakukan secara online.
Implementasi program alat rekam transaksi usaha wajib pajak tidak selalu
berjalan dengan lancer sesuai yang diharapkan. Kebijakan- kebijakan yang telah
direncanakan kadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Terdapat banyak
masalah yang dialami yang akan menghambat pelaksanaan program alat rekam
terdapat beberapa hambatan yang terjadi pada proses implementasi program alat
oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak tidak paham maksud dan tujuan
c. Masih banyak wajib pajak yang sesekali saja mengaktifkan alat rekam
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka pada penelitian ini peneliti menarik
Kabupaten Bantaeng saat ini tidak berjalan efektif. Hal ini disebabkan
menutup tempat usaha karena pandemi ini, tetapi ada beberapa Wajib
90
91
3. Sumber daya pada program ini sudah cukup memadai, baik secara
Pajak.
B. Saran
pajak untuk meningkatkan pendapatan pajak. Adapun saran- saran yang dimaksud
yaitu:
pajak) yaitu dengan sering- sering melakukan sosialisasi agar wajib pajak
Faisal, S.(1990). Penelitian Kualitatif (dasar- dasar dan aplikasi). Malang: Ya3
Malang.
Harsono, H.(2002). Implementasi kebijakan dan politik. Jakarta: Rineka Cipta.
Putra, IT. A (2015). Efektifitas sistem dan prosedur pembayaran pajak secara
elektronik (billing system) bagi wajib pajak. Universitas Udayana Denpasar.
www.unud.ac.id
93
94
Winarno, B.(2008). Kebijakan Publik Teori dan Proses Edisi Revisi. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Bupati Bantaeng No. 69 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan
organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelola keuangan daerah
Kabupaten Bantaeng.
Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng No. 1 Tahun 2017 tentang pajak daerah
Kabupaten Bantaeng
Pertauran Bupati Bantaeng No. 31 Tahun 2019 tentang sistem online pajak daerah
Undang- undang No. 28 Tahun 2009 Pasal (1) tentang pajak daerah dan restribusi
daerah
Undang- undang republik Indonesia No. 28 pasal 1 ayat (1) Tahun 2017 tentang
pajak
95
Web
http://data.bantaengkab.go.id
http://www.lontar.ui.ac.d
https://jdih.kemenkeu.go.id
https://m.merdeka.com
https://pajakku.com
https://syekhnurjati.ac.id
https://tangerangkota.go.id
https://tribunnews.com
https://www.hestanto.web.id
https://www.kalbaronline.com
www.materibelajar.id
www.onlinepajak.com
LAMPIRAN
PEDOMAN
WAWANCARA
DOKUMENTASI
PENELITIAN
SURAT- SURAT
PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apa tujuan dari penerapan program alat rekam transaksi usaha wajib pajak di
Kabupaten Bantaeng?
2. Bagaimana sistem online yang diterapkan di Kabupaten Bantaeng?
3. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan apabila ada alat rekam
transaksi yang rusak?
4. Bagaimana pelaksanaan program alat rekam transaksi usaha wajib pajak di
Kabupaten Bantaeng?
5. Bagaimana mekanisme atau cara kerja alat rekam transaksi?
6. Strategi apa saja yang dilakukan ppada penerapan program alat rekam
transaksi?
7. Bagaimana cara implementor berkomunikasi dengan wajib pajak tentang
penerapan program alat rekam transaksi?
8. Bagaimana sumber daya yang mendukung pada penerapan program alat
rekam transaksi?
9. Bagaimana sikap pelaksana dalam menjalankaan program alat rekam
transaksi?
10. Bagaimana prosedur kerja yang dilaksanakan pada penerapan program alat
rekam transaksi?
11. Apa saja hambatan yang ditemui pada penerapan program alat rekam
transaksi?
LAMPIRAN 2
Dokumentasi Penelitian
Mesin Transaksi
Penghantar Jaringan
Aplikasi M-Pos
Tampilan Menu Pada Aplikasi M-Pos
Pengawasan kepada wajib pajak yang online dan offline di sistem DPKAD
Pendapatan Pajak Aplikasi MPos Tahun 2019
KEPALA DPKAD
SEKRETARIAT
UPTB
kemudian berlanjut ke SD Inpres Jatia pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2010.
pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Tompobulu dan selesai
pada tahun 2016. Pengalaman organisasi dimulai sejak SMP dengan memasuki
organisasi Palang Merah Remaja (PMR) dan Osis. Dijenjang SMA memasuki
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
Negara. Skripsi yang ada saat ini telah dikerjakan seoptimal dan semaksimal
mungkin, demi perbaikan penulis terbuka terhadap koreksi dan masukan, baik itu
tentang teknis penulisan maupun isi dari Skripsi, penulis sangat terbuka untuk