Anda di halaman 1dari 77

JUAL BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI

SHOPEE MENURUT HUKUM ISLAM

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:
ATIKA INDRIYANINGSIH MARFUAH
(11180490000009)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443H/2022
JUAL BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI
SHOPEE MENURUT HUKUM ISLAM

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:
ATIKA INDRIYANINGSIH MARFUAH
(11180490000009)

Pembimbing I: Pembimbing II:

Dr. Mu’min Roup, M.A. Dr. Alimin, M.Ag


NIP:197004161997031004 NIP: 196908252000031001

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443H/2022M

ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi
Shopee Menurut Hukum Islam” telah diajukan dalam sidang munaqasah pada
Kamis, 21 Juli 2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Juli 2022
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A.


NIP. 19760807 200312 1 001
PANITIA SIDANG
Ketua : AM. Hasan Ali, M.A.
NIP. 19751201 200501 1 005 (.........................)
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A.
NIP. 19731215 200501 1 002 (.........................)
Pembimbing I : Dr. Mu’min Roup, M.A.
NIP:197004161997031004 (.........................)
Pembimbing II : Dr. Alimin, M.Ag
NIP: 196908252000031001 (.........................)
Penguji I : Dr. Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A.
NIP: 197508102009121001 (.........................)
Penguji II : Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag.
NIP: 196511191998031002 (.........................)

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama Lengkap : Atika Indriyaningsih Marfuah
NIM : 11180490000009
Program Studi : Hukum Ekonomi Syariah
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 07 Maret 2000
Alamat : Purworejo RT 02 RW 03 Kelurahan Lorog, Kecamatan
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 21 Juli 2022

(Atika Indriyaningsih Marfuah)

iv
ABSTRAK

ATIKA INDRIYANINGSIH MARFUAH. NIM 11180490000009. JUAL


BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI SHOPEE
MENURUT HUKUM ISLAM. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1443H/2022 M. x + 67 halaman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik jual beli online
pakaian bekas impor pada aplikasi Shopee, serta untuk menjelaskan analisis
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan maqashid syariah terhadap jual beli
online pakaian bekas impor pada aplikasi Shopee.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian melalui pendekatan normatif


yakni penelitian yang mengacu pada hukum yang terdapat pada al-quran, hadis,
kitab fiqih, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, fatwa ulama, dan hukum
positif.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa jual beli pakaian bekas impor tidak
memenuhi salah satu unsur syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan pasal
1313 KUHPerdata yaitu unsur suatu sebab yang halal. Kemudian adanya
ketidakpastian kualitas objek jual beli yang tidak dijelaskan dalam deskripsi
produk oleh penjual tidak sesuai dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
Selain itu, ditinjau dari analisis maqashid syariah, bagi penjual pakaian bekas
impor telah menyalahi salah satu tujuan syariah yaitu menjaga harta (hifdzu al-
mal).

Kata Kunci: Jual Beli Online, Pakaian Bekas Impor, KHES, Maqashid Syariah.

Pembimbing : Dr. Mu’min Roup, M.A.


Dr. Alimin, M.Ag
Daftar Pustaka : 1987 s.d. 2021

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, atas perkenan dan ridho-
Nya, telah memberikan kekuatan dan hidayah kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam, senantiasa
dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan
tauladan yang sempurna bagi seluruh alam semesta, Amin.

Skripsi ini ditulis untuk menganalisis tentang “JUAL BELI ONLINE


PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI SHOPEE MENURUT HUKUM
ISLAM”. Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, membutuhkan perjuangan,
pengorbanan dan tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi.
Skripsi ini tidak akan bisa terealisasi tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.H, M.A, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. AM Hasan Ali, M.A, selaku ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah dan Dr. Abdurrauf, Lc., MA, sekretaris Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
3. Dr. Hj. Isnawati Rais, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan sampai akhir
perkuliahan.
4. Dr. Mu’min Roup, M.A. sebagai Dosen Pembimbing I dan Dr. Alimin,
M.Ag sebagai Dosen Pembimbing II dengan segala keikhlasan,
ketulusan dan kesabaran bersedia meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, mengoreksi, berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam
penulisan skripsi dengan baik sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi sampai tahap sidang akhir.

vi
5. Pimpinan Perpustakaan, Pengelola Perpustakaan, Perpustakaan Utama
dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas yang
nyaman untuk mengadakan studi kepustakaan.
6. Hasil karya skripsi ini, penulis persembahkan kepada seluruh keluarga,
kedua orangtua, Bapak Dasno Wiyanto, dan Ibu tercinta Siti Nur
Hidayati, serta kakak-kakak, adik dan ponakanku tersayang M. Danit,
Yety Dwi H., Nurin Isna, M. Fakhrurrozi, M. Kholid, Arsyaka
Keenandra, dan Ahzami Rafka yang tidak henti-hentinya mendoakan
penulis. Memberikan dukungan baik moril maupun materiil. Semoga
seluruh pengorbanan, ketulusan dan keikhlasan, serta cinta dan kasih
sayang mendapat ganjaran pahala di sisi Allah
7. Kepada teman seperjuang Sarjana Hukum Ekonomi Syariah se-angkatan
2018 yaitu, Zahriyah, Shelda, anggota kos Tomo (Asfit, Yanti, Fio, dan
Asri), dan anggota selai kacang (Sidik, Arya dan Baqi). Terimakasih
telah menjadi teman yang saling mendukung dan menguatkan,
berdiskusi, tempat berbagi keluh kesah untuk menggapai cita-cita
bersama. Semoga pertemanan akan tetap terjalin dengan baik meski
terpisah jarak dan waktu.
8. Kepada sahabat terbaik penulis anggota Inti OP Eksklusif yaitu, Hasna,
Dina, Alfa, Ulya dan Maul yang telah mengirimkan doa terbaik,
memberikan motivasi dan semangat kepada penulis serta terimakasih
telah bersedia menjadi pendengar terbaik dalam proses menyelesaikan
studi yang penulis tempuh.
9. Seluruh teman Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2018,
IKAMAKSUTA Jakarta Raya, Gratzka Generation, dan semua pihak
yang tidak bisa disebutkan satu persatu telah memberikan dukungan,
saran-saran, perhatian, doa dan kontribusi yang cukup besar sehingga
penulis dapat menjalani perkuliahan hingga tahap penyelesaian
penulisan skripsi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

vii
Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan balasan pada setiap
kebaikan yang telah diberikan untuk penulis. Besar harapan penulis atas
sedikitnya ilmu yang tertuang ini untuk menjadi manfaat baik bagi penulis,
utamanya bagi umat manusia, bangsa dan Negara, serta menjadi kontribusi dalam
ranah keilmuan hukum ekonomi syariah yang terus berjalan.

Dengan segala kerendahan hati penulis juga membuka diri untuk menerima
saran-saran yang berguna demi penyempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga
karya ini memberi manfaat untuk seluruh pihak yang menjadikan referensi.
Aamiin.

Jakarta, 21 Juli 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ....................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

BAB I ........................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1


B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ......................................................... 10
F. Metode Penelitian..................................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan............................................................................... 18
BAB II ........................................................................................................................ 20

JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ........................................... 20

A. Jual Beli.................................................................................................... 20
B. Maqashid Syariah .................................................................................... 30
C. Komoditas Barang Impor ......................................................................... 33
D. Kerangka Konseptual ............................................................................... 36
BAB III....................................................................................................................... 38

JUAL BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI SHOPEE ... 38

A. Gambaran Obyek Penelitian .................................................................... 38

ix
B. Praktik Jual beli Online Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi Shopee..... 44
BAB IV ...................................................................................................................... 51

JUAL BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI SHOPEE


MENURUT HUKUM ISLAM .............................................................................. 51

A. Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi Shopee ................ 51
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor
Pada Aplikasi Shopee ...................................................................................... 54
C. Komparasi Hukum Islam Dan Hukum Positif Tentang Jual Beli Online
Pakaian Bekas Impor ....................................................................................... 59
BAB V ........................................................................................................................ 63

A. Kesimpulan .............................................................................................. 63
B. Saran......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 65

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sempurna (komprehensif) yang mengatur segala


aspek kehidupan manusia, baik akidah, ibadah, akhlak maupun muamalah.1 Oleh
karena itu setiap Muslim harus memperhatikan mana sesuatu yang dilarang (haram)
dan sesuatu yang diperbolehkan (halal).

Sebagai hamba Allah, manusia diberi tuntunan langsung agar hidupnya tidak
menyimpang dan selalu diingatkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah
kepada-Nya. Manusia adalah kholifah Allah yang ditugasi dan diberi kebebasan
berusaha untuk memakmurkan kehidupan di dunia. Dengan demikian manusia
harus kreatif, inovatif, kerja keras, dan berjuang untuk keberlangsungan hidupnya.
Di samping itu, hidup ini adalah perjuangan untuk melaksanakan amanat Allah
yang hakikatnya untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.2

Manusia hakikatnya diciptakan sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari
individu lainnya dan akan hidup berdampingan, baik itu dalam hal berinteraksi,
saling tolong-menolong ataupun melakukan kegiatan sosial lainnya. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup, diperlukan kerja sama antar manusia. Salah satu kerja
sama tersebut adalah kegiatan jual beli.

Jual beli adalah tukar menukar barang dengan barang, atau barang dengan uang
dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain serta dasar

1
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup, 2012), h. 77.
2
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis
(Jakarta: Kencan Prenada Media Group, 2010), h. 129.
1
2

saling merelakan.3 Prinsip dasar yang ditetapkan Islam mengenai jual beli adalah
tolok ukur dari kejujuran, kepercayaan dan ketulusan.4

Pada saat ini, jual beli mengalami perkembangan seiring dengan tuntutan
zaman. Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dapat pula dilakukan
antar negara yang disebut dengan ekspor dan impor. Jual beli pakaian bekas impor
di Indonesia yang masih marak akhir-akhir ini berasal dari Negara Cina,
Bangladesh, Vietnam, Singapura dan Korea Selatan seperti data berikut:

Barang Tekstil Sudah Jadi Lainnya; Set; Pakaian Bekas dan Barang Tekstil Bekas; Gombal
(Nilai US$)

Negara BANGLADESH CHINA VIET NAM


Total
Pelabuhan Belawan T. Priok Belawan T. Priok Belawan T. Priok
2019 17,892 7,344 59,129 5,593,735 37,195 331,617 6,046,912
2020 25,393 151,676 260,997 11,810,123 38,255 443,088 12,729,532
2021 - 59,938 322,063 14,166,616 20,775 830,377 15,399,769
Total 43,285 218,958 642,189 31,570,474 96,225 1,605,082 34,176,213
Sumber: https://www.bps.go.id/ diakses pada 16-02-2022 12:45:56 WIB

Sebenarnya tak semua pakaian yang diimpor dari luar negeri berupa pakaian
bekas, sebagiannya bisa jadi barang reject atau barang yang tidak bisa masuk retail
alhasil dijual dengan harga yang terjangkau, kegiatan ini biasa dikenal dengan
istilah thriftshop. Bisnis tersebut sedang trend di kalangan milenial, banyak yang
tertarik menjadi konsumen dan bahkan menjadi pedagang atau reseller karena
selain untuk memenuhi kebutuhan sandang, sebagian kalangan masyarakat
beranggapan bahwa dengan mengenakan brand luar negeri akan dapat
meningkatkan kasta sosial mereka. Hal tersebut memberi peluang kepada para

3
Abdullah Al-Mushlih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Drul Haq. 2004), h. 89.
4
Artikel Staff Uns Ac. Id/2009/01/31/perdagangan-syari’ah, diakses 23 Desember 2021.
3

pedagang untuk menjual pakaian bekas brand luxury luar negeri dengan harga yang
terjangkau.

Bisnis ini tumbuh subur di Indonesia khususnya di daerah-daerah strategis


pinggir perkotaan. Pakaian-pakaian tersebut dibandrol dengan harga yang sangat
murah untuk sejenis pakaian-pakaian branded. Apabila dibandingkan dengan brand
serupa yang ada di outlet resmi dengan yang dijual di pasaran pakaian bekas impor
sangatlah berbeda jauh selisih harganya.

Sebagian masyarakat yang mempunyai modal cukup untuk mendirikan toko-


toko dengan berbagai macam pakaian bekas impor mulai merintis bisnisnya dengan
cara yang beragam, ada yang terjun langsung ke pasar seperti di pertokoan Pasar
Senin Jakarta, Pasar Beringharjo Yogyakarta, di Tugu Pahlawan Surabaya, ada pula
yang langsung mengambil barang ke agen tangan pertama. Transaksi jual beli
pakaian bekas impor yang didapatkan dari agen tersebut juga bermacam-macam
seperti jaket, celana, baju, kaos, topi, dan lain-lain. Tetapi juga dengan kondisi yang
beragam pula, banyak kemungkinan-kemungkinan terdapat bibit penyakit, virus
bakteri yang membahayakan pada pakaian bekas tersebut dari segi kebersihannya
dan juga kesehatannya.5

Selain itu, pada saat ini para pedagang dan penikmat pakaian bekas impor
semakin mengenyampingkan unsur-unsur syar’i dan peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Dikatakan mengenyampingkan unsur syar’i atau etika dalam
bermuamalah dikarenakan banyak terdapat ketidakjelasan (gharar) pada objek
barang. Karena para pedagang barang pakaian bekas impor mendapatkan atau
membeli barang dengan sistem bal yang bersifat untung-untungan dimana tidak
diketahui kualitas dan kuantitas barang di dalamnya. Dalam proses transaksinya
tidak dapat dipastikan dan dijamin pakaian yang ada di dalam bal kualitasnya bagus
semua. Pedagang baru mengetahui barang ketika sudah membeli dan membayar bal

5
Artikel dari Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Badan Pengkajian Pengembangan
Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan Diterbitkan Tahun 2015.
4

tersebut. Terkadang dari pembelian pakaian tersebut 30% sampai 50% tidak dapat
dijual sama sekali. Maka dari itu jual beli tersebut mengandung unsur gharar
sehingga menimbulkan kemungkinan penipuan yang dilarang oleh Islam dan hal ini
merugikan pedagang.6

Dalam agama Islam, ada beberapa jual beli yang dilarang, di antaranya ialah
jual beli yang mengandung unsur gharar, tadlis, judi, riba, dan segala perbuatan
yang dilarang oleh syari’at. Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada
prinsip kerelaan kedua belah pihak (‘an taradhin). Mereka harus mempunyai
informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurangi atau ditipu. Karena disebabkan adanya sesuatu yang unknow to one party
(keadaan di mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak
lain), dalam bahasa fikihnya disebut dengan istilah tadlis.7

Selanjutnya, dikatakan mengenyampingkan peraturan perundang-undangan


yang dibuat oleh pemerintah ialah dikarenakan para pedagang hanya mementingkan
keuntungan saja dengan mengabaikan peraturan yang ada. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 ayat (2)
yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha dilarang untuk menjual atau
memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa
memberikan informasi secara lengkap.”8 Kemudian Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 47 Ayat (1) yaitu, “Setiap Importir wajib
mengimpor Barang dalam keadaan baru.”

Larangan terakhir terdapat pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik


Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas,

6
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam
(Jakarta: amzah, 2010), ed. 1, cet. 1, h. 47.
7
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011),
h.195.
8
UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 ayat 2.
5

yang dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, “Pakaian bekas dilarang untuk diimpor ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Sedangkan Pasal 3 menyebutkan bahwa, “Pakaian bekas yang tiba di wilayah


Negara Kesatuan Republik Indonesia pada atau setelah tanggal Peraturan Menteri
ini berlaku wajib dimusnahkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Pakaian bekas impor berpotensi mengganggu kesehatan manusia sehingga


tidak aman untuk dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat karena kandungan
bakteri dan jamur berbahaya yang terdapat pada setiap pakaian impor tersebut.
Selain itu, hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada industri tekstil di
Indonesia.

Islam telah pula menjelaskan bahwasanya suatu transaksi perdagangan/jual beli


dianggap sah apabila masih berpegang teguh pada ketentuan hukum Islam. Jual beli
harus menghindari kemudharatan. Allah SWT Maha mengetahui semua hakikat
segala perkara dan kemaslahatannya. Sesuatu yang berbahaya bagi hamba-
hambanya maka Allah SWT melarangnya.

Setelah dari tangan agen, penjual dapat menjual pakaian bekas impor kepada
konsumen baik secara langsung maupun secara online. Dalam pemasaran online -
nya, penjual akan memasang foto pakaian bekas impor pada media sosial seperti
Instagram, Twitter, Whats App, maupun pada aplikasi online shop seperti Shopee,
Lazada, Buka Lapak dan yang lainnya beserta deskripsi produk. Tetapi banyak
penjual yang hanya menuliskan informasi produk dengan seadanya tanpa
memberitahukan apabila terdapat cacat pada bagian pakaian. Hal ini dapat
membuat konsumen rugi dan merasa tertipu seperti contoh kasus berikut:
6

Produk Pakaian
Bekas Impor Pada
Aplikasi Shopee

Deskripsi Produk

Keluhan Konsumen
7

Maka dari itu peneliti mengangkat sebuah masalah yang sekarang sedang
marak dan musimnya pakaian bekas impor. Pakaian bekas impor tersebut harus
terhindar dari penyakit agar tidak menjadi mudharat bagi pembeli. Jadi berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis tertarik untuk mengkaji dan
menelitinya lebih dalam yang dipaparkan dalam bentuk skripsi yang berjudul:
JUAL BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI
SHOPEE MENURUT HUKUM ISLAM

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi


beberapa permasalahan yang terkandung di dalamnya sebagai berikut:

a. Praktik jual beli pakaian bekas impor berdasarkan peraturan perundang-


undangan.
8

b. Praktik jual beli pakaian bekas impor antara agen dan penjual dengan sistem
bal menurut hukum Islam.
c. Praktik jual beli online pakaian bekas impor menurut hukum Islam.
d. Perlindungan konsumen terhadap pembeli pakaian bekas impor pada media
sosial dan aplikasi online shop.
e. Dampak yang ditimbulkan dari jual beli pakaian bekas impor di Indonesia.
2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka penulis


memberi batasan permasalahan tersebut pada:

a. Praktik jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi Shopee.
b. Ketetapan jual beli dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan
berdasarkan maqashid syariah.
3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas dapat dibuat pertanyaan mengenai rumusan


masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana hukum jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi
Shopee?
b. Bagaimana Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan maqashid syariah
memandang praktik jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi
Shopee?
c. Bagaimana mengkompromikan peraturan yang ada dalam Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah dan maqashid syariah dengan Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 Tentang Perdagangan, dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian
Bekas?
9

C. Tujuan Penelitian

Pada setiap penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan dan
fungsi tertentu yang ingin dicapai baik yang berkaitan langsung maupun tidak
langsung dalam memanfaatkan hasil penelitian tersebut. Adapun tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui praktik jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi
Shopee.
2. Untuk menjelaskan analisis Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan maqashid
syariah terhadap jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi Shopee.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai wahana


untuk mengembangkan pemikiran dalam kazanah keilmuan hukum ekonomi
syariah yang berkaitan dengan praktik jual beli online pakaian bekas impor pada
aplikasi Shopee yang ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan
maqashid syariah. Penelitian ini juga diharapkan agar dapat dijadikan sebagai
rujukan dalam menggali informasi-informasi yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan


kontribusi pemikiran yang komprehensif mengenai hukum jual beli online
pakaian bekas impor pada aplikasi Shopee apakah sudah sesuai dengan
10

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan maqashid syariah. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi masyarakat luas
tentang pakaian bekas impor yang dijual pada aplikasi Shopee.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka penulis akan mengacu kepada penelitian
sebelumnya selain pada teori dan data yang peneliti telah dapatkan, guna dalam
upaya untuk dijadikan referensi dalam melakukan penelitian ini. Dengan demikian
penulis melakukan penelitian skripsi yang disusun oleh:

1. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Ainun Najib, Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Tahun 2019 yang berjudul “JUAL BELI
ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR DI AKUN “@secondisgood_mjk ”
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PERATURAN MENTERI
PERDAGANGAN NO. 51 TAHUN 2015”. Skripsi ini membahas tentang
praktek jual beli online yang dilakukan oleh Owner @secondisgood_mjk
berdasakan Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 tahun 2015 dan ditinjau
menurut perspektif hukum Islam jual beli yang dilakukan oleh Owner @
secondisgood_mjk tersebut adalah jual beli yang sudah sesuai dengan ketentuan
syari’at yaitu syarat dan rukun jual beli yang telah terpenuhi. Berbeda dengan
peneliti yang lebih memfokuskan penelitian kepada perspektif Hukum Ekonomi
Syariah dan maqashid syariah. Tidak hanya itu, peneliti juga menguraikan
mudharat yang mengancam maqashid syariah dalam praktik jual beli online
pakaian bekas impor. Persamaan kedua penelitian ini terletak pada objek
penelitian yang dilakukan yaitu maraknya perdagangan pakaian bekas impor di
Indonesia.9

9
Ahmad Ainun Najib, “Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor di Akun “@secondisgood_mjk ”
dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 TAHUN 2015” (Skripsi S-
1 Fakultas Syariah dan Hukum, Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2019), h. 92-93.
11

2. Skripsi yang ditulis oleh Desi Safitri, Fakultas Syariah dan Hukum IAIN
Padangsidimpuan Tahun 2019 yang berjudul “PRAKTEK JUAL BELI
PAKAIAN BEKAS DI PASAR SANGKUMPAL BONANG KOTA
PADANGSIDIMPUAN DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI
SYARIAH KHES“. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwasanya
berdasarkan analisis yang dilakukan, praktek jual beli pakaian bekas di Pasar
Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan sistem
borongan dan eceran tidak sesuai dengan ketentuan Hukum Ekonomi Syariah,
karena adanya ketidakjelasan pakaian bekas yang diperjualkan. Ketidakjelasan
tersebut membuat syarat objek yang diperjualbelikan menjadi tidak terpenuhi.
Perbedaan pada penelitian ini terletak pada jual beli yang dilakukan secara
langsung alias bukan online dan dari aspek analisis maqashid syariahnya.
Sedangkan persamaannya adalah objek pembahasannya yaitu pakaian bekas. 10

3. Skripsi yang ditulis oleh Ismelia Fathonah, Fakultas Syariah UIN Raden Intan
Lampung Tahun 2020 yang berjudul “ANALISIS HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR”.
Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa kegiatan jual beli pakaian bekas
impor dilarang dalam hukum positif dan hukum Islam, karena pakaian bekas
mengandung bakteri dan jamur yang berbahaya sehingga berpotensi
mengganggu kesehatan manusia jika dimanfaatkan dan digunakan oleh
masyarakat. Selain itu, berdampak pula pada perekonomian negara. Sanksi
apabila terbukti mengimpor pakaian bekas dalam hukum positif tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan yaitu hukuman
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau hukuman denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Sedangkan sanksi dalam hukum Islam

10
Desi Safitri, “Praktek Jual Beli Pakaian Bekas di Pasar Sangkumpal Bonang Kota
Padangsidimpuan Ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah KHES“ (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan, Padangsidimpuan, 2019).
12

yaitu hukuman ta’zir karena belum ada ketentuannya secara tegas dalam nash
Al-Qur’an dan Hadist, sehingga dalam menentukan bentuk dan ukuran
hukumannya diserahkan kepada hakim atau pihak yang berwenang menetapkan
hukuman. Berbanding dengan peneliti yang tidak hanya menguraikan pada
analisis Hukum Ekonomi Syariah dan maqashid syariah, tetapi juga
mengaitkannya dengan praktik jual beli online yang sering terjadi kecurangan di
dalamnya.11

4. Skripsi yang ditulis oleh Desita Febyolanda, Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Tahun 2021 yang berjudul “ANALISIS
HUKUM ISLAM DAN FATWA DSN MUI NO: 110/DSN-MUI/IX/2017
TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR DI TOKO
YDS_SECONDSTORE YOGYAKARTA”. Skripsi ini lebih mengarah pada
implementasi fatwa DSN-MUI No: 110/DSN-MUI/IX/2017 terhadap praktik
jual beli pakaian bekas impor dan tidak adanya khiyar pada saat transaksi antara
pedagang dan agen dengan sistem bal. Berbeda dengan peneliti yang
menganalisis objek berdasarkan Hukum Ekonomi Syariah dan maqashid
syariah. Serta jual beli pada online shop dimana objek yang dibeli jumlahnya
hanya satuan bukan bal.12

Maka terdapat perbedaan dalam skripsi yang penulis susun dengan skripsi-
skripsi terdahulu, yaitu terletak pada media yang digunakan dalam pelaksanaan jual
beli pakaian bekas, jika pada kasus-kasus sebelumnya pelaksanaan jual beli pakaian
bekas banyak dilakukan di pasar dan bertatap muka secara langsung serta pembeli

11
Ismelia Fathonah, “Analisis Hukum Positif dan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian
Bekas Impor” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, Lampung, 2020).
12
Desita Febyolanda, “Analisis Hukum Islam dan Fatwa DSN MUI NO: 110/DSN-
MUI/IX/2017 Terhadap Praktik Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Toko “YDS_SECONDSTORE
YOGYAKARTA” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2021), h. 78-79.
13

dapat melihat langsung kondisi pakaian bekas yang diperjualbelikan, maka pada
penelitian yang penulis lakukan mengenai jual beli pakaian bekas ini media yang
digunakan adalah media online shop, yaitu Shopee.

Pembeli tidak dapat melihat secara langsung kondisi pakaian bekas tersebut
akan tetapi pembeli hanya dapat melihat foto pakaian bekas tersebut yang disertai
dengan keterangan mengenai kondisi pakaian yang dijual pada postingan akun-
akun yang memperjualbelikan pakaian bekas tersebut.

Perbedaan yang lainnya adalah penulis meneliti pelaksanaan jual beli pakaian
bekas impor pada Shopee yang ditinjau dari Kompolasi Hukum Ekonomi Syariah
dan maqashid syariah, sedangkan penelitian skripsi-skripsi yang terdahulu
menggunakan tinjauan hukum Islam yang cakupannya lebih luas, fatwa dan hukum
positif.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah


yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah
tertentu yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara
pemecahannya.13

Adapun metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, penelitian ini


merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengamati fenomena atau gejala-gejala yang ada di lapangan serta
menganalisanya dengan logika ilmiah.14 Sehingga data tersebut dapat dibuat

13
Wardi Bahtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 2001), h. 1.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2000), h. 5.
14

menjadi sebuah gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan yang diteliti.15

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dari judul skripsi yang diambil ini adalah penelitian
normatif yakni penelitian yang mengacu pada hukum yang terdapat pada al-
quran, hadis, kitab fiqih, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, fatwa ulama, dan
hukum positif. Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji hukum atas praktik jual
beli melalui aplikasi Shopee menurut hukum Islam. Penelitian ini menggunakan
penelitian normatif karena tidak diperlukan data-data empiris sebagai sumber
data premier melainkan hanya menelaah ketentuan hukum Islam sebagai sumber
data. Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan, mengklarifikasi, menganalisa
data dan kemudian melaporkan hasil penelitian di lapangan mengenai praktik
jual beli online pakaian bekas impor yang dianalisis berdasarkan Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah dan maqashid syariah.

3. Data penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka data yang


dikumpulkan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Data tentang praktik jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi
Shopee.
b. Data peraturan jual beli dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
c. Data tentang maqashid syariah dalam praktik jual beli online pakaian bekas
impor.

4. Sumber Data

15
Muhamad Nasir, Metode Penelitian ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 63.
15

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini perinciannya sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer berupa data barang bekas impor pada aplikasi
Shopee.

b. Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber sekunder dalam penelitian ini adalah berasal dari


kajian pustaka seperti:

1) Bahan hukum primer yang sifatnya mengikat seperti Al-Quran, Hadis,


kitab fikih, fatwa ulama, buku-buku terkait fikih Islam kontemporer dan
peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia.
2) Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder ini bersifat memberikan
penjelasan mengenai hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum
berupa buku-buku, hasil-hasil penelitian terdahulu, majalah hukum,
pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan pembahasan
penelitian ini. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan buku lain dan
karya ilmiah yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dikaji.
3) Data tersier. Data tersier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber
primer dan sumber sekunder. Contoh sumber tersier adalah catalog
perpustakaan, direktori, dan daftar bacaan. Dalam hal ini penelitian akan
menggunakan buku lain dan karya ilmiah yang mempunyai relevan dengan
permasalahan yang dikaji.

5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


16

Di dalam penelitian ini diperlukan data yang akurat, sehingga metode yang
digunakan harus sesuai dengan objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data yang dilakukan dengan cara menelaah


buku-buku, karangan ilmiah, dan peraturan perundang-undangan yang ada
hubungannya dengan permasalahan skripsi ini. Selain itu, artikel-artikel
ilmiah yang dimuat dalam majalah maupun koran yang dimuat di berbagai
media massa maupun dimuat di situs-situs internet akan dijadikan sebagai
bahan penelitian.16 Maka yang menjadi data dokumentasi dalam penelitian ini
adalah berupa dokumen-dokumen yang diperlukan seperti daftar macam-
macam pakaian bekas, dokumentasi praktek menjual pakaian bekas.

6. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengolah data-data dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan


hal-hal sebagai berikut:

a. Organizing

Yaitu mengatur dan menyusun data dokumentasi sedemikian rupa


sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah,
serta mengelompokkan data yang diperoleh.17

Dalam hal ini peneliti menyusun data tentang mekanisme jual beli dari
kulakan pakaian bekas, pengelolaan pakain bekas sampai siap untuk dijual,
dan praktik jual beli pada Shopee.

16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Edisi Revisi VI )
(Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2006), h. 231.
17
Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.
154.
17

b. Editing

Adalah salah satu upaya untuk memeriksa kelengkapan data yang


dikumpulkan. Teknik ini digunakan untuk meneliti kembali data-data yang
telah diperoleh oleh peneliti.18 Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian
diperiksa kembali secara teliti. Yaitu dengan memeriksa kembali data-data
mengenai praktik jual beli pakaian bekas impor pada aplikasi Shopee.

c. Analyzing

Adalah kelanjutan klarifikasi terhadap data yang diperoleh, sehingga


mendapatkan kesimpulan mengenai kelayakan praktik jual beli pakaian bekas
impor pada Shopee.

7. Metode Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan dan mengolah data secara sistematis dan


faktual langkah selanjutnya ialah menganalisis data-data tersebut. Analisis
merupakan proses penyederhanaan data ke bentuk lebih mudah dibaca dan
interpretasikan.19 Selain itu agar data yang diperoleh cenderung lebih deskriptif
yaitu menggambarkan atau menguraikan suatu hal yang telah terjadi sesuai
dengan kenyataan.20 Maka penulis menggunakan metode ini karena ingin
memaparkan, menjelaskan dan menguraikan data yang terkumpul kemudian
disusun dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

Pola pikir pembahasan yang digunakan dalam penelitian adalah deduktif,


dengan cara menjabarkan kan terlebih dahulu landasan teori yang digunakan
untuk menjelaskan data-data hasil penelitian jual beli pakaian bekas impor pada

18
Soeratno, Metode Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), h. 287.
19
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Gramedia, 1989),
h. 254
20
Pius Partanto dan Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Poppuler (Surabaya: Arkola, 2001), h. 111.
18

aplikasi Shopee berdasarkan analisis Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan


maqashid syariah.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pembahasan yang terarah dan memudahkan pemahaman,


maka skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada tiap-tiap bab terdapat sub-sub
bab yang mempunyai pembahasan masing-masing yang saling berkaitan dengan
yang lainnya. Penulis menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang, identifikasi,


pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab
I juga memuat tinjauan (review) studi terdahulu, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Dengan demikian pada bab I ini merupakan
gambaran kecil pada proses menelaah penelitian hukum.

BAB II : Bab II memaparkan tentang landasan teori terkait jual beli menurut
hukum Islam yang meliputi pengertian jual beli, rukun dan syarat jual
beli, macam-macam jual beli, pengertian maqashid syariah, tujuan dan
syarat penerapan maqashid syariah, pengertian komoditas barang impor,
serta memuat gambaran kerangka konseptual.

BAB III : Bab III ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian yaitu
aplikasi Shopee dan praktik jual beli online pakaian bekas impor pada
aplikasi Shopee.

BAB IV : Bab keempat berisikan tentang analisis Kompilasi Hukum Ekonomi


Syariah terhadap jual beli online pakaian bekas impor pada Shopee serta
analisis menurut maqashid syariah terhadap jual beli online pakaian
bekas impor pada Shopee.
19

BAB V : Bab kelima merupakan penutup dari pembahasan skripsi yang mana di
dalam pembahasan memuat kesimpulan dari uraian jawaban dari
rumusan masalah yang ada serta saran–saran dari pembahasan tersebut.
BAB II

JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam bahasa arab disebut al-ba’i yang berarti tukar menukar.21
Kata jual beli mengandung suatu pengertian, yang berasal dari bahasa Arab,
yaitu kata ba’i, yang jamaknya adalah buyuu’i dan konjungsinya adalah baa’a-
yabi’u–bai’an yang berarti “menjual”. Sementara itu, Wahbah al-Zuhaily
mengartikannya secara bahasa dengan “menukar sesuatu dengan sesuatu yang
lain.”22

Sedangkan dalam buku yang berjudul Berbagai Macam Transaksi dalam


Islam (fikih Islam) yang ditulis oleh M. Ali Hasan, mengemukakan bahwa
pengertian jual beli menurut bahasa yaitu: jual beli (al-ba’i) yaitu “menjual,
mengganti, dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain)”. Kata al-ba’i
dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata
syira’ (beli). Dengan begitu kata al-ba’i berarti kata “jual” dan sekaligus juga
berarti kata “beli”.

Secara terminologi terdapat beberapa pengertian jual beli dari para ulama, 23
yaitu:

a. Menurut ulama Hanafiyah, mendefinisikan jual beli dengan tukar menukar


barang atau harta dengan semacamnya dengan cara yang sah yakni ijab
qabul.

21
Imam Ahmad bin Husain, Fathul al-Qarib al-Mujib (Surabaya: al-Hidayah, t.t.), h. 30.
22
Abdul Rahman Ghazaly et al., Fiqh Muamalat (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), h. 67.
23
Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h. 91.
20
21

b. Menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, mendefinisikan jual


beli dengan melakukan penekanan kepada kata “milik dan pemilikan”, karena
ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki.
c. Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan memberi kepemilikan.
d. Menurut Ibnu Qudamah, jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan memberi kepemilikan dan menerima hak milik.

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu
perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak
lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan
oleh syara’ dan disepakati.24 Dapat disimpulkan bahwa jual beli dapat terjadi
dengan cara:25

a. Pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela.


b. Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan, yaitu berupa alat
tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.
2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli merupakan sarana tolong-menolong antar sesama manusia yang


dapat menciptakan suatu hubungan sangat kuat dalam Islam. Islam mendorong
manusia atau makhluk sosial untuk melaksanakan jual beli sebagai jalan untuk
menyalurkan kebutuhan hidup. Jual beli diisyaratkan berdasarkan Al-Quran,
Hadist, dan Ijma’.26

a. Al-Qur’an

24
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 68-69.
25
Suhrawadi K. Lubis dan Farid Wajadi, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2012),
h. 139.
Rahmat Syafe’I., Fiqh Muamalah: untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum (Bandung :
26

Pustaka Setia, 2010), h. 74.


22

‫الر ب َ ا‬
ِّ َ‫ح َّر م‬ َ َ ‫َو أ‬
َ ‫ح َّل َّللاَّ ُ ا لْ ب َ ي ْ َع َو‬

Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan


riba” (QS. Al-Baqarah: 275).27
‫َوأَ ْش ِّهد ُٓو ۟ا ِّإذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم‬
Artinya: “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli” (QS. Al-
Baqarah: 282).28

ْ‫اض ِّم ن ْ ك ُ م‬ َ ِّ ‫إ ِّ ََّّل أ َ ْن ت َك ُ و َن ت‬


ٍ ‫ج ا َر ة ً ع َ ْن ت َ َر‬
Artinya: “Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama
suka” (QS. Annisa’: 29).29

b. As-sunnah

ِّ ‫ أَي ْال َك ْس‬: ‫سئِّ َل‬


‫ب‬ ُ ‫س َّل َم‬
َ ‫ع َل ْي ِّه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬َّ ِّ‫ع ْنهُ { أَ َّن النَّب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِّ ‫عةَ ب ِّْن َرافِّ ٍع َر‬
َ ‫ع ْن ِّرفَا‬
َ
‫ص َّح َحهُ ْال َحا ِّكم‬َ ‫ار َو‬ ُ ‫ور } َر َواهُ ْالبَ َّز‬ ٍ ‫ َو ُكل بَي ٍْع َمب ُْر‬، ‫الر ُج ِّل بِّيَ ِّد ِّه‬َّ ‫ع َم ُل‬َ : ‫ب ؟ قَا َل‬ ُ َ‫طي‬ْ َ‫أ‬

Artinya: “Nabi SAW. ditanya tentang mata pencaharian yang paling


baik. Beliau menjawab, ‘seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual
beli yang mabrur” (HR. Bazzar, Hakim menyahihkannya dari Rif’ah Ibn
Rafi’).

c. Ijma’

Ulama’ telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu menukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan

27
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Mushaf Khadijah (Jakarta:al-fatih, 2013), h.
47.
28
Ibid, h. 48.
29
Ibid, h. 83.
23

orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang
dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.30

Ulama fikih mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli adalah mubah
(boleh). Akan tetapi pada situasi tertentu, menurut Imam Asy-Syatibi dan
Maliki, hukumnya bisa berubah menjadi wajb. Imam Asy-Syatibi
memberikan memberikan contoh pada ketika terjadinya praktek ikhtikar
(penimbunan barang sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak
naik).31

Sesuai dengan prinsip Imam Asy-Syatibi bahwa yang mubah itu apabila
ditinggalkan secara total maka hukumnya bisa menjadi wajib. Dalam hal ini
dalam sekelompok besar melakukan boikot dan tidak mau menjual barang,
maka dari pihak pemerintah boleh memaksa mereka untuk menjual barang
tersebut dan ini wajib untuk pedagang melaksanakannya.

Sedangkan Ibnu Qudaimah menyatakan bahwa kaum muslimin telah


sepakat tentang diperbolehkannya bay‘, yakni setiap orang pasti mempunyai
ketergantungan terhadap suatu yang dimiliki rekannya (orang lain). Dan
orang lain tersebut tidak akan memberikan sesuatu yang ia butuhkan tanpa
ada pengorbanan. Dengan disyariatkan al-bay‘, setiap orang dapat meraih
tujuannya dan memenuhi kebutuhannya. Dalam qiyas ulama’ dijelaskan
bahwa semua syariat Allah SWT yang berlaku pasti mengandung hikmah dan
kerahasiaan yang tidak diragukan lagi oleh siapapun. Adapun hikmah di balik
akad bay‘ adalah sebagai media atau sarana umat manusia dalam memenuhi
setiap kebutuhannya. Semua itu tidak akan terealisasi tanpa adanya peranan
orang lain dengan cara tukar menukar (barter) harta dan kebutuhan hidup

30
Syafe’I Rahmat, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka setia, 2001), h. 75.
31
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Cet. VII (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2006), h. 828.
24

lainnya, dengan orang lain, dan saling memberi, juga menerima antar sesama
manusia sehingga hajat hidupnya terpenuhi.32

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Dalam melakukan jual beli, manusia harus mengetahui syarat dan rukun jual
beli dalam Islam. Adapun rukun dan syarat jual beli yaitu ketentuan-ketentuan
dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’
(hukum Islam).33

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, rukun bai’ terdiri atas:34


a. Pihak-pihak
b. Objek.
c. Kesepakatan.

Adapun terdapat dari rukun-rukun jual beli yang diambil dari buku fiqih
madzhab syafi’i yaitu:35

a. Akad (ijab kabul), adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab berhubungan
dengan hati. Oleh sebab itu, wajiblah dihubungkan dengan sebab lahir yang
menunjukkan kerelaan itu, yaitu sighat (ijab kabul). Kerelaan harus diketahui
qarinah (tanda-tanda), yang sebagiannya dengan ijab kabul. Akad dapat
dilakukan dengan tulisan, lisan dan syarat, ketiganya mempunyai makna
hukum yang sama.36 Syarat-syarat ijab kabul yaitu:
1) Jangan ada yang memisahkan, janganlah pembeli diam saja setelah penjual
menyatakan ijab dan sebaliknya.

32
Ath-Thayyar dkk, Ensiklopedia Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Maktabah Al Hanif, 2009), h.
5.
33
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 50.
34
Mahkamah Agung RI Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Buku 11 Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta, 2011), h. 25.
35
Ibnu Mas’ud & Zainal Abidin, FIQIH Madzhab Syafi’I Buku 2 (Bandung: Pustaka Setia,
2007), h. 26.
36
Wasilatur Rohmaniyah, Fiqih Muamalah Kontemporer (Pamekasan: Duta Media Publishing,
2019), h. 39.
25

2) Jangan diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.


3) Beragama Islam, syarat ini khusus pembeli saja dalam benda-benda
tertentu, seperti seseorang dilarang menjual hambanya yang beragama
Islam kepada pembeli yang tidak beragama Islam, sebab besar
kemungkinan pembeli tersebut akan memudahkan abid yang beragama
Islam, sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin memberi jalan
kepada orang kafir untuk merendahkan mukmin. Firman Allah terdapat
dalam surah an-nisa ayat 141 yang berbunyi:
ً ِّ‫سب‬
‫يل‬ َ َ‫ٱَّللُ ِّل ْل َٰ َك ِّف ِّرين‬
َ َ‫ع َلى ْٱل ُمؤْ ِّمنِّين‬ َّ ‫َو َلن يَ ْجعَ َل‬
Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-
orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”.

b. Orang yang berakad (pembeli dan penjual), bagi orang yang berakad
diperlukan beberapa syarat yaitu:
1) Baligh (berakal) agar tidak mudah ditipu orang. Tidak sah akad anak kecil,
orang gila atau orang bodoh sebab mereka bukan ahli tasarruf (pandai
mengendalikan harta). Oleh sebab itu, harta benda yang dimilikinya
sekalipun tidak boeh diserahkan kepadanya.
2) Beragama islam, syarat ini hanya tertentu untuk pembelian saja, bukan
untuk penjual, yaitu kalau di dalam sesuatu yang dibeli tertulis firman
Allah walaupun satu ayat, seperti membeli kitab Al-Qur’an atau kitab-
kitab hadis nabi.
c. Ma’kud alaih (uang dan barang). Syarat barang yang diperjualbelikan adalah
sebagai berikut;
1) Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak sah benda-benda yang
tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’.
2) Memberi manfaat menurut syara’ maka dilarang jual beli benda-benda
yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’.
26

3) Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan kujual motor ini kepada tuan
selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah, sebab jual bel adalah
salah satu pemilikan penuh yang tidak dibatasi apapun kecuali ketentuan
syara’.
4) Milik sendiri, tidaklah sah menjual orang lain dengan tidak seizin
pemiliknya atau barang-barang yang baru menjadi miliknya.
5) Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui
banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka
tidak sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.

Sedangkan syarat objek yang diperjualbelikan menurut Kompilasi Hukum


Ekonomi Syariah sebagai berikut:37

1) Barang yang diperjualbelikan harus sudah ada.


2) Barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan.
3) Barang yang diperjualbelikan harus berupa barang yang memiliki
nilai/harga tertentu.
4) Barang yang dijualbelikan harus halal.
5) Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli.
6) Kekhususan barang yang dijualbelikan harus diketahui.
7) Penunjukan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang yang
dijualbelikan apabila barang itu di tempat jual beli.
8) Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli tidak
memerlukan penjelasan lebih lanjut.
9) Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu akad.

4. Macam-macam Jual Beli


a. Ditinjau dari segi hukum

37
Mahkamah Agung RI Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Buku 11 Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, (Jakarta, 2011), h. 30.
27

Ditinjau dari segi hukumnya jual beli dibedakan menjadi tiga yaitu jual
beli shahih, bathil, fasid.

1) Jual beli sahih


Suatu jual beli yang dikatakan sebagai jual beli yang sahih apabila jual beli
itu disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik
orang lain, tidak bergantung pada hak khiyar lagi. Jual beli seperti ini
dikatakan sebagai jual beli sahih. Misalnya, seseorang membeli sebuah
kendaraan roda empat. Seluruh rukun dan syarat jual beli telah terpenuhi.
Kendaraan roda empat itu telah diperiksa oleh pembeli dan tidak cacat,
tidak ada yang rusak tidak terjadi manipulasi harga, serta tidak ada lagi
hak khiyar dalam jual beli itu. Jual beli seperti ini hukumnya sahih dan
mengikat kedua belah pihak.38
2) Jual beli dilarang dalam Islam (bathil)
Yaitu jual beli yang salah satu rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli itu
pada dasarnya dan sifatnya tidak disyari’atkan. Misalnya, jual beli yang
dilakukan oleh anak- anak, orang gila atau barang-barang yang
diharamkan syara’ (bangkai, darah, babi dan khamar).39
3) Jual beli fasid
Menurut ulama Hanafi bahwa jual beli fasid dengan jual beli batal itu
berbeda. Apabila kerusakan dalam jual beli terkait dengan barang yang
dijual belikan, maka hukumnya batal, misalnya jual beli benda-benda
haram. Apabila kerusakan kerusakan itu pada jual beli itu menyangkut
harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli dinamakan fasid. Namun
jumhur ulama tidak membedakan antara kedua jenis jual beli tersebut. 40

38
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h. 121.
39
Ali Hasan. M, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada,
2003), h. 128.
40
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), h. 108.
28

Menurut mazhab Syafi’i fasid berarti tidak dianggap atau diperhitungkan


suatu perbuatan sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari ada
kekurangan (cacat) padanya. Dengan demikian sesuatu yang telah
dinyatakan fasid berarti sesuatu yang tidak sesuai dengan tujuan syara’.
Fasid dengan pengertian ini, sama dengan batal menurut mazhab Syafi’i.
Akad yang fasid tidak membawa akibat apa pun bagi kedua belah pihak
yang berakad. Yang rusak atau tidak sah adalah sifatnya yang termasuk
jual beli fasid, antara lain:

a) Jual beli al-Majhuul, yaitu jual beli dimana barang atau bendanya
secara global tidak diketahui dengan syarat ketidajelasannya itu bersifat
menyeluruh. Tetapi apabila sifat ketidakjelasannya sedikit, jual belinya
sah, karena itu tidak akan membawa perselisihan.
b) Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat misalnya ucapan penjual
kepada pembeli, “saya jual motor saya ini kepadamu bulan depan
setelah gajian”. Jual beli seperti ini batal menurut jumhur dan fasid
menurut ulama Hanafi. Menurut ulama Hanafi, jual beli ini dianggap
sah pada saat syaratnya terpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan
dalam akad jatuh tempo. Artinya jual beli itu baru sah apabila masa
yang ditentukan “bulan depan” itu telah jatuh tempo.
c) Menjual barang yang tidak ada di tempat atau tidak dapat diserahkan
pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh
pembeli. Menurut Ulama Maliki bahwa jual beli seperti di atas
diperbolehkan apabila sifat-sifatnya disebutkan, dengan syarat sifat-
sifatnya tidak akan berubah sampai barang diserahkan. Sedangkan
Ulama Hambali menyatakan, jual beli itu sah apabila pihak pembeli
mempunyai hak khiyar, yaitu khiyar ru’yah (sampai melihat barang
itu). Ulama Syafi’i menyatakan jual beli itu batil secara mutlak.
29

b. Ditinjau dari segi objek (barang)

Ditinjau dari segi benda yang dijadiakan objek jual beli, menurut Imam
Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk yaitu:

1) Jual beli benda yang kelihatan


Yaitu pada saat melakukan akad jual beli, benda atau barang yang
diperjualbelikan ada di depan pembeli dan penjual.
2) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji
Yaitu jual beli salam (pesanan) atau jual beli barang secara tangguh
dengan harga yang dibayarkan di muka, atau dengan kata lain jual beli
dimana harga dibayarkan di muka sedangkan barang dengan kriteria
tertentu akan diserahkan pada waktu tertentu.41 Dalam salam berlaku
semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahan seperti berikut:
a) Jelas sifatnya, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang
maupun diukur.
b) Jelas jenisnya, misalnya jenis kain, maka disebutkan jenis kainnya apa
dan kualitasnya bagaimana.
c) Batas waktu penyerahan diketahui.
3) Jual beli benda yang tidak ada
Yaitu jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak
tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut merupakan
barang curian salah satu pihak.42

c. Ditinjau dari subjek (pelaku akad)


1) Akad jual beli dengan lisan
Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan
dengan mengucapkan ijab kabul secara lisan. Bagi orang yang bisu diganti
41
Ghufron A. Masadi, Fiqh Mu’amalah Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 143.
42
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 76
30

dengan isyarat, karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam


menampakkan kehendaknya.43
2) Akad jual beli dengan perantara
Akad jual beli yang dilakukan dengan melalui utusan, perantara, tulisan
atau surat menyurat sama halnya dengan ijab kabul dengan ucapan. Jual
beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli yang tidak berhadapan dalam
satu majlis. Dan jual beli ini diperbolehkan syara’.
3) Akad jual beli dengan perbuatan
Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan
istilah mu’athah yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab
kabul. Seperti seseorang mengambil rokok yang sudah bertuliskan label
harganya. Jual beli demikian dilakukan tanpa shigat ijab kabul antara
penjual dan pembeli, menurut sebagian Syafi’iyah, bahwa hal ini dilarang
sebab ijab qabul sebagai rukun jual beli, tetapi menurut Mazhab Hanafiah
membolehkan karena ijab kabul tidak hanya berbentuk perkataan tetapi
dapat berbentuk perbuatan pula yaitu saling memberi (penyerahan barang
dan penerimaan uang).44

B. Maqashid Syariah

1. Pengertian Maqashid Syariah

Kata maqashid berasal dari bahasa arab maqashid, yang merupakan bentuk
jamak dari kata maqshad, yang memiliki arti maksud, tujuan, tempat tujuan,
yang dituju.45 Kata itu berarti telos (dalam bahasa Yunani), finalité (Prancis),
atau zweck (Jerman).46

43
Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz III (Bandung: PT Ma’arif Cet. 1 Tahun 1987). h. 123.
44
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 78.
45
Ahmad Warsn Munawwir, Kamus Munawwir Arab Indonesia (Malang: Pustaka Progresif,
1984), h. 1124.
46
Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah (Bandung: Mizan,
2015), h, 32.
31

Sedangkan syariah secara bahasa adalah jalan menuju tempat keluarnya air
untuk minum, kata ini bermakna sebagai jalan yang harus di ikuti, menurut
istilah syari’ah adalah segala aturan serta hukum-hukum yang ditetapkan kepada
hambanya melalui Al-qur’an dan As-sunnah.47 Syariah merupakan menjadi
salah satu istilah untuk merepresentasikan istilah hukum islam, fatwa, dan fiqh,
walaupun diantaranya memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Sementara itu, Al-Syatibi mengartikan syariah sebagai hukum- hukum Allah


yang mengikat atau mengelilingi para mukallaf, baik perbuatan-perbuatan,
perkataan-perkataan, maupun I’tiqad- I’tiqad secara keseluruhan yang
terkandung di dalamnya. Dengan menggabungkan maqashid dan syariah serta
mengetahui arti secara etimologi, maka secara sederhana maqashid syariah
dapat didefenisikan sebagai maksud atau tujuan Allah dalam mensyariatkan
suatu hukum. Sedangkan maqashid syariah dalam kajian Hukum Islam Al-
Syatibi sampai pada kesimpulan bahwa kesatuan Hukum Islam berarti kesatuan
dalam asal-usulnya dan terlebih lagi kesatuan dalam tujuan hukumnya.48

2. Tujuan-tujuan Syariah

Al-Syatibi dalam kitabnya Al-Muwaafaqat Fi Ushul Al-Syari’ah


mengemukakan bahwa tujuan pokok disyari’atkan hukum Islam adalah untuk
kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Kemaslahtan itu akan
terwujud dengan cara terpeliharanya kebutuhan-kebutuhan yang bersifat
dharuriyat, hajiyat, dan terealisasinya kebutuhan tahsiniyat bagi manusia itu
sendiri.49 Lebih jelasnya, ketiga poin tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Dharuriyat

47
M.S. Wawan Junaedi, Fiqh (Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2008), h. 2.
48
Abu Ishaq Asy-Syatibi, Al-Muwaafaqat fi Ushul Al-Syari’ah, Juz 1 (Beirut: Dar Al-
Ma’rifah, 1975), h. 88.
49
Asy- Syathibi, ibid., h. 6.
32

Secara harfiah, kebutuhan dharuriyat dapat diartikan sebagai kebutuhan


mendesak atau darurat sehingga apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka
akan menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia baik di dunia maupun
akhirat. Dalam hal ini, terdapat lima sendi utama yang merupakan bagian dari
kebutuhan dharuriyat yang mencakup; (1) agama, (2) nyawa atau jiwa, (3)
akal, (4) keturunan, dan (5) harta.

b. Kebutuhan Hajiyat

Secara bahasa, Hajiyat berarti kebutuhan sekunder. Apabila kebutuhan


ini tidak terwujud, manusia akan mengalami kesulitan tetapi tidak sampai
pada titik menimbulkan bencana seperti kebutuhan dharuriyat. Untuk
menghilangkan kesulitan tersebut, Islam menyediakan hukum rukhshah
(keringanan) untuk meringankan beban manusia sehingga hukum dapat
dilaksanakan tanpa rasa tertekan dan terkekang.

c. Kebutuhan Tahsiniyat

Secara bahasa, Tahsiniyat berarti hal-hal yang menjadi penyempurna.


Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap. Apabila kebutuhan ini
tidak terpenuhi, maka tidak akan mengancam atau menimbulkan kesulitan
bagi manusia.

Kebutuhan tahsiniyat adalah tindakan atau sifat-sifat yang pada


prinsipnya berhubungan dengan al-mukarim dan al-akhlak, serta
pemeliharaan tindakan-tindakan utama dalam bidang ibadah, adat, dan
mu’amalat. Artinya, seandainya aspek ini tidak terwujud, maka kehidupan
manusia tidak akan terancam kekacauan seperti aspek dharuriyat dan juga
tidak akan membawa kesusahan seperti aspek hajiyat. Namun, ketiadaaan
aspek ini akan menimbulkan suatu kondisi yang kurang harmonis dalam
pandangan akal sehat dan adat kebiasaan, menyalahi kepatutan, dan
menurunkan martabat pribadi dan masyarakat.
33

3. Syarat-syarat Penerapan Maqashid syariah

Dalam penerapan maqashid syariah harus memenuhi beberapa syarat,


yakni:50

a. Tidak bertentangan dengan nash-nash dan dalil-dalil syari’at.


b. Tidak bertentangan dengan ijma’ dan qiyas.
c. Tidak bertentangan dengan tujuan yang setara atau lebih penting.

Tujuan ditetapkannya syarat di atas adalah untuk menghadirkan kepastian


hukum yang tidak menyimpang, karena maqashid merupakan suatu bagian dari
dalil-dalil hukum syari’at, bukan sesuatu yang terpisah darinya. Di antara
kepastian hukum yang hadir adalah sebagai berikut:

a. Terjaganya syari’at, mencakup dan mengikat di setiap zaman dan tempat.


b. Keterikatan dunia dan akhirat di dalam aqidah dan syari’at Islam, karena
segala sesuatu yang bersifat duniawi itu mempunyai kaitan dengan akhirat
dari sudut yang luas yaitu mencapai ridha dari Allah SWT.
c. Syari’at yang berlaku bersifat rasional.

C. Komoditas Barang Impor

1. Pengertian Komoditas

Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, komoditas memiliki


arti berupa produk dagangan utama. Dapat juga dikatakan sebagai benda niaga.
Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa pengertian komoditas adalah benda
niaga lainnya yang dapat diperjualbelikan, sebagai barang impor maupun ekspor.

Beberapa macam komoditas yang diimpor ke Indonesia seperti migas,


mesin dan peralatan mekanis, perlengkapan elektrik, plastik dan barang dari
plastik, bahan kimia organik, serealia, dan pakaian. Sedangkan menurut Badan

50
Al-Syaukani, Irsyad al-Fuhul (Beirut: Dar al-Ma’rifah), Jilid. 2, h. 159.
34

Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatatkan impor pakaian bekas senilai


US$44.000 dengan volume sebanyak 8 ton pada 2021.

2. Pengertian Pakaian Bekas

Dalam Kamus Bahasa Indonesia tidak ditemukan pengertian pakaian bekas,


yang ada pengertian tentang pakaian adalah benda yang dipakai.51 Bekas adalah
sesuatu yang sudah pernah dipakai.52 Sedangkan dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/MDAG/PER/7/2015 Tentang
Larangan Impor Pakaian Bekas, Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa pakaian
bekas adalah produk tekstil yang digunakan sebagai penutup tubuh manusia,
yang termasuk dalam Pos Tarif/HS 6309.00.00.00.,53 dan tidak dijelaskan lebih
lanjut. Maka dapat disimpulkan pakaian bekas adalah produk tekstil yang
digunakan sebagai penutup tubuh manusia yang sudah atau telah dipakai
sebelumnya

3. Isi Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Adanya dibentuk perundang-undangan perdagangan luar negeri dalam hal


mengimpor barang agar selalu mengikuti peraturan yang sudah diberlakukan.
Adapun peraturan perdagangan menurut undang-undang No. 7 tahun 2014
tentang perdagangan pasal 47 dan pasal 48 sebagai berikut:

Pasal 47 yang berbunyi;54

(1) Setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam keadaan baru.

51
Wahyu, Suzana, Ernawati Waridah, Kamus Bahasa Indonesia (Bandung: Ruang Kata, 2013),
h. 437.
52
Wahyu Untara, Kamus Bahasa Indonesia : Edisi Revisi (Yogyakarta: Indonesia Tera,
2014), h. 56.
53
Peraturan Menteri Perdangangan Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015
Tentang Larangan Pakaian Impor Bekas, Pasal 1.
54
Citra umbara, Undang-undang Perdagangan (UU RI No. 7 tahun 2014) (Bandung: Citra
Umbara, 2014), h. 16.
35

(2) Dalam hal tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor dalam
keadaan tidak baru.
(3) Penetapan seabagaimana pada ayat (2) disampaikan kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keuangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Barang yang diimpor dalam
keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 48 yang berbunyi;

Surat persetujuan Impor barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana


dimaksud dalam pasal 47 ayat (2) diserahkan pada saat menyelesaikan
kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepabeanan.

4. Dampak Negatif Pemakaian Pakaian Bekas

Pakaian bekas yang dari impor ilegal selain melanggar regulasi, menurut
Widodo selaku Direktur Direktorat Jenderal Strandarisasi dan Perlindungan
Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan
bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan kementerian
mengandung bakteri sampai 216 ribu koloni per-gram dan jamur 36 ribu koloni.
Dengan membeli produk pakaian bekas, masyarakat juga merendahkan harkat
dan martabat bangsa.55

Di dalam pakaian bekas mengandung bakteri dan jamur yang berbahaya


untuk kesehatan manusia seperti bakteri E. coli yang dapat menimbulkan
gangguan pencernaan (diare), bakteri S. aureus dapat menyebabkan bisul,
jerawat, dan infeksi luka pada kulit manusia, serta jamur seperti Aspergillus spp.
dan Candida spp. yang dapat menyebabkan gatal-gatal, alergi bahkan infeksi

55
http://liputan6.com/bisnis/read/2191248/ini-bahaya-gunakan-pakai-bekas-impor, diakses
pada tanggal 24 April 2022 pukul 13:51.
36

pada saluran kelamin. Beberapa bakteri dan jamur tersebut hidup dalam debu
dan tahan terhadap pendidihan selama 30 menit. Jadi, merebus pakaian bekas
bukan merupakan cara yang sepenuhnya efektif untuk membunuh bakteri dan
jamur.56

Lebih jauh, pakaian bekas impor dapat membunuh pelaku industri garmen
kecil dan konveksi. Sebab masyarakat lebih tergiur dengan harga murah yang
ditawarkan tanpa perlu tahu asal usul pakaian tersebut. Hal tersebut akan
berdampak pada kurangnya penyerapan tenaga kerja.

D. Kerangka Konseptual

Analisis Hukum Positif Terhadap Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor Pada
Aplikasi Shopee

Fatwa Kompilasi Hukum Maqashid


DSN-MUI Ekonomi Syariah (KHES) Syariah

Komparasi Hukum Islam Dan Hukum Positif Terhadap Jual Beli Online
Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi Shopee

Hasil
56
Analisis Hukum Ekonomi Syariah Dan Maqashid SyariahTerhadap Jual
Kementerian Perdagangan, Laporan Analisis Impor Pakaian Bekas( Pusat Kebijakan
Beli Online
Perdagangan Luar Negeri, BP2KPPakaian
2015), h. Bekas
25. Impor Pada Aplikasi Shopee
37

Kesimpulan dan Saran


BAB III

JUAL BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI SHOPEE

A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum Tentang Shopee

Marketplace merupakan model bisnis baru yang berkembang seiring


pesatnya perkembangan infrastruktur teknologi informasi. Marketplace adalah
suatu aplikasi atau website yang menjadi perantara antara penjual dan pembeli di
dunia maya, sekaligus bertindak sebagai pihak ketiga yang tidak hanya
menyediakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli tetapi juga transaksi
pembayaran.

Marketplace ini dirancang untuk meminimalisir proses bisnis yang


kompleks sehingga tercipta efisiensi dan efektifitas. Dengan adanya marketplace
tersebut setiap orang dapat melakukan aktivitas jual beli dengan mudah, cepat
dan murah karena tidak ada batas ruang, jarak dan waktu.57 Jika pasar
konvensional memerlukan pasar fisik sebagai tempat bertemunya penjual dan
pembeli, maka marketplace memerlukan sarana virtual sebagai tempat
terjadinya transaksi.

Shopee merupakan salah satu marketplace berupa platform perdagangan


elektronik yang berkantor pusat di Singapura di bawah naungan SEA Group
(yang pada awalnya bernama Garena), yaitu sebuah perusahaan di bidang
internet di Asia Tenggara. Shopee didirikan oleh Forrest Li pada tahun 2009 dan
pada tahun 2015 pertama kali diluncurkan di Negara Singapura. Sejak saat itu

57
Rini Yustiani dan Rio Yunanto, Peran Marketplace Sebagai Alternatif Bisnis Di Era
Teknologi Informasi, Jurnal Ilmiah Komputer Dan Informatika (Komputa), Nomor 2, 30 Maret 2022,
h. 45.
38
39

diperluas jangkauannya ke Malaysia, Thailand, Taiwan, Vietnam, Filipina,


hingga Indonesia.58

Mengusung visi "Menjadi C2C Mobile Marketplace Nomor 1 di Asia


Tenggara", Shopee yang berada di bawah naungan CEO, Chris Feng, pria
lulusan terbaik dari Universitas Nasional Singapura yang memungkinkan para
penggunanya membeli atau menjual barang melalui aplikasi mobile yang
tersedia di platform iOS dan Android tanpa harus membuka website melalui
perangkat komputer.59

Gambar 3.1 Logo Shopee

Saat ini Shopee sudah mencakup wilayah di seluruh Indonesia bahkan di


kota kecil. Banyak penjual yang menawarkan berbagai macam produknya mulai
dari produk fashion sampai dengan perlengkapan rumah tangga.60 Sasaran
pengguna Shopee adalah kalangan muda yang saat ini terbiasa melakukan
kegiatan dengan bantuan gadget termasuk kegiatan berbelanja.

2. Fitur Layanan Shopee

Sebagai aplikasi belanja terpopuler, Shopee memiliki beberapa keunggulan


pada fiturnya untuk menarik dan memudahkan para pengguna dalam melakukan

58
https://id.wikipedia.org/wiki/Shopee, diakses pada 30 Maret 2022, pukul 19:04.
59
https://telko.id/2030/bedakan-diri-dari-yang-lain-shopee-usung-skemac2c/, diakses pada
tanggal 30 Maret 2022, pukul 19:22
60
https://dailysocial.id/post/shopee, diakses pada tanggal 02 April 2022
40

transaksi. Shopee memberikan informasi dan edukasi kepada para penjual dalam
mendukung peningkatan aktivitas penjualan mereka. 61

a. Peraturan & kebijakan penjual

Fitur ini merupakan pusat informasi penting Shopee untuk para penjual
yang berisi tentang:
1) Poin pinalti
2) Kebijakan daftar produk
3) Kebijakan pelanggaran produk
4) Kebijakan penyelesaian pesanan
5) Kebijakan pelayanan pembeli
6) Kebijakan di media Shopee
7) Program star Shopee
8) Program star+ Shopee
9) Kebijakan Shopee mall
10) Shopee-certified enablers
11) Suara penjual
12) Penjual di free trade zone
13) Pengumuman penjual
14) Update Covid-19

b. Manajemen toko

Pada fitur ini, penjual dapat menemukan informasi tentang langkah-


langkah untuk memulai penjualan mereka mulai dari:

1) Mulai berjualan
2) Akun & keamanan

61
https://seller.shopee.co.id/edu/category?sub_cat_id=1097, diakses pada tanggal 05 April
2022 pukul 10:13.
41

3) Pengaturan toko
4) Jasa kirim
5) Fitur chat penjual
6) Dekorasi toko
7) Kesehatan toko
8) Analisis bisnis saya
9) Sub akun
10) Tips manajemen toko

c. Fitur kualitas daftar produk

Fitur kualitas daftar produk merupakan fitur untuk mengelola tampilan


produk yang akan di-upload oleh penjual, seperti memilih kategori produk,
menambahkan spesifikasi baik penjualan maupun pengiriman. Berikut
macam-macam pengelolaannya:
1) Meng-upload daftar produk
2) Mengelola daftar produk
3) Memperbaiki daftar produk
4) Edit secara massal
5) Penyimpan media
6) Update kategori produk 28 Juni
7) Tips kualitas daftar produk

d. Fitur maksimalkan penjualan

Fitur maksimalkan penjualan adalah fitur unggulan yang menjadikan


Shopee berbeda dengan aplikasi belanja online yang lainnya. Fitur ini
digunakan para penjual sebagai ajang promosi toko dan produk mereka.
Penjual dapat menambahkan iklan, diskon, paket hemat sampai voucher
42

untuk menarik pembeli dan menjadikan mereka pelanggan tetap. Berikut


poin-poin keunggulan pada fitur ini:
1) Shopee video
2) Flash sale Shopee
3) Promo Shopee
4) Program Shopee
5) Halaman promosi saya
6) Iklan Shopee
7) Shopee feed
8) Shopee live
9) Promo toko
10) Voucher toko saya
11) Voucher ikuti toko
12) Produk pilihan toko
13) Paket diskon
14) Kombo hemat
15) Flash sale toko saya
16) Promo ongkir (ongkos kirim) toko
17) Game toko
18) Pengelolaan pembeli
19) Shopee garansi 100% ori
20) Meningkatkan visibilitas toko
21) Tips memaksimalkan penjualan
22) Tips jualan di bulan Ramadhan

e. Fitur tingkatkan operasional toko

Dalam melakukan penjualan, tidak semua penjual memiliki modal yang


besar. Banyak dari masyarakat terutama generasi muda yang memulai
43

usahanya dengan modal kecil dan berharap usaha yang digarapnya menjadi
besar sehingga penjualan produknya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan
pesanan. Fitur ini menjadi penolong untuk para pemula yang sedang
menekuni bisnis pada Shopee dengan memberikan wawasan melalui seminar
online Shopee, kampus Shopee, pinjaman modal, bahkan program ekspor.
Selain itu terdapat fitur lainnya seperti:
1) Penyelesaian pesanan
2) Pengiriman massal
3) Tips operasional promo Shopee
4) Fitur stok saya
5) Dikelola Shopee
6) Program ekspor Shopee
7) Pinjaman modal
8) Spinjam untuk penjual
9) Dana cepat di Shopee
10) Seminar online Shopee
11) Kampus Shopee
12) Bimbel Shopee
13) Seller missions
14) Tips operasional toko

f. Fitur pembayaran dan pengembalian

Fitur ini sebagai informasi tentang penghasilan penjualan, pengiriman,


produk yang dikembalikan, garansi Shopee dan sebagainya:
1) Keuangan
2) Pemabatalan pesanan
3) Pengembalian barang & dana
4) Biaya penjual
44

B. Praktik Jual beli Online Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi Shopee

1. Prosedur Pendaftaran Akun Shopee


Sebelum melakukan transaksi di Shopee, pengguna harus mempunyai akun
yang dapat terhubung di aplikasi tersebut. Berikut adalah tata cara ketika
mendaftarkan akun di aplikasi Shopee.

a. Install aplikasi Shopee pada Google Play Store


b. Buka aplikasi Shopee lalu lakukan pendaftaran akun Shopee dengan nomor
telepon, email, facebook, atau media sosial lain. Setelah mengisi akun
pendaftaran lalu akan terdaftar sebagai akun pembeli/konsumen sekaligus
akun penjual.

Gambar 3.2 Halaman beranda dan halaman daftar akun aplikasi Shopee

2. Prosedur Berjualan di Shopee

Setelah melalui proses pendaftaran, akun ini secara otomatis akan menjadi
akun pembeli. Jika pengguna ingin melakukan penjualan di aplikasi Shopee
maka langkahnya adalah sebagai berikut:
45

a. Klik menu “saya” di pojok kanan bawah pada halaman utama aplikasi
Shopee, lalu akan muncul halaman profil.
b. Setelah itu klik menu “mulai jual” dan melakukan pendaftaran.
c. Kemudian calon penjual hanya perlu atur informasi toko dengan mengisikan
nama toko, alamat toko, email dan nomor telepon, kemudian klik “simpan”
lalu “lanjut”.
d. Langkah selanjutnya menentukan jasa kirim toko dan klik “kirim”. Jasa
pengiriman dapat berupa JNT, JNE, Pos kilat, Go-Send, Si Cepat dan lain
sebagainya.

Gambar 3.3 Halaman profil akun aplikasi Shopee dan daftar menjadi penjual

e. Syarat menjadi penjual maka harus mengunggah file foto produk dengan
mencantumkan detail produk.
46

Gambar 3.4 Halaman unggah file produk

Ada dua pilihan ketika kita ingin mengunggah produk di lapak Shopee yang
pertama menggunakan cara manual yaitu dengan mengunggah satu persatu
produk, yang kedua yaitu dengan cara massal atau dikenal dengan mass
upload berupa file dalam bentuk microsoft excel. Cara yang kedua ini sangat
membantu mempercepat proses pengunggahan karena kita bisa langsung
mengunggah foto sekaligus detail produk secara massal maksimal seribu
produk sekali unggah dalam waktu beberapa menit saja.

f. Langkah selanjutnya yaitu mendaftarkan program gratis ongkir atau ongkos


kirim dengan syarat KTP dan foto diri.
g. Selanjutnya mengisi nomor rekening agar nanti dana hasil penjualan bisa
dicairkan oleh pihak aplikasi ke rekening pribadi penjual.

3. Prosedur Berbelanja di Shopee


Berikut adalah tata cara melakukan transaksi beli di Shopee:

a. Memilih barang yang akan kita pesan.


47

Gambar 3.5 Halaman daftar pencarian Produk

Ketika memilih barang yang akan kita pesan maka kita harus
memperhatikan filter harga, lokasi toko, kualitas bahan, dan rating bintang
untuk mempermudah pemesanan.

b. Melakukan pembelian dengan cara melakukan klik “beli sekarang”.

Gambar 3.6 Halaman penentuan variasi produk


48

Setelah melakukan klik “beli sekarang” maka akan muncul menu variasi.
Dengan begitu kita dapat memilih variasi yang kita inginkan seperti warna
dan ukuran.

c. Mengisi alamat pribadi sebagai alamat penerima barang.


d. Menentukan jasa kirim/ekspedisi. Selain menentukan ekspedisi kita juga
harus menentukan metode pembayaran, serta memasukkam voucher gratis
ongkir jika ada, lalu lakukan chekout dan buat pesanan. Setelah chekout
lakukan pembayaran sesuai dengan metode pembayaran yang tersedia antara
lain Kartu Kredit/Debit Online, Indomart, Alfamart, Transfer Bank,
Pembayaran Kredivo, Shopee pay, Shopee Paylater, dan COD (Cash On
Delivery).
e. Menunggu proses pengiriman barang. Ketika proses pengiriman barang kita
dapat memantau keadaan posisi sampai mana barang kita dari ketika barang
itu dikemas sampai ke tangan kita. Setelah barang yang kita pesan tiba kita
dapat melakukan klik “pesanan telah diterima”.
f. Proses pelepasan dana pejualan.
Ketika penjual dan pembeli/konsumen melakukan transaksi jual beli
maka kewajiban penjual adalah mengirim pesanan tersebut sesuai alamat dan
kewajiban pembeli/konsumen adalah membayar sejumlah harga yang
ditetapkan beserta ongkos biaya pengiriman, dalam hal ini pihak aplikasi
Shopee menjadi pihak ketiga untuk menengahi tranksaksi antara penjual dan
pembeli/konsumen.
Jadi ketika penjual sudah mengirim pesanan pembeli/konsumen dan
pembeli/konsumen belum mengkonfirmasi pesanan diterima maka dana akan
ditahan oleh pihak Shopee terlebih dahulu melalui sistem saldo dana
penjualan. Setelah barang diterima, pembeli/konsumen dapat melakukan klik
keterangan melalui aplikasi Shopee, lalu akan ada pemberitahuan atau
49

notifikasi akan masuk disistem aplikasi dan pihak Shopee akan segera
memproses pelepasan dana ke rekening penjual.
Dana yang akan penjual terima adalah harga barang beserta biaya ongkos
kirim. Dana akan masuk ke saldo penjual maksimal satu hari setelah pesanan
diterima oleh pembeli/ konsumen atau setelah pembeli/konsumen melakukan
klik “pesanan diterima”, dana akan otomatis dilepaskan ke rekening penjual
dalam jangka waktu lima hari ditambah masa pengemasan.

4. Syarat dan Ketentuan Produk

Marketplace Shopee mempunyai peraturan ketat yang harus ditaati oleh


semua pengguna akun Shopee terkait kebijakan komunitas pengguna Shopee.
Jika nanti ditemukan ada yang melanggar maka dari pihak Shopee tidak segan-
segan untuk memblokir akun sehingga pengguna tidak bisa melakukan transaksi
lagi di Shopee. Adapun hal yang harus diketahui bahwa Shopee memiliki
larangan dalam penjualan sebelum menjual produk terutama barang impor.

Sesuai dengan kebijakan barang yang dilarang dan dibatasi, Penjual dilarang
menjual produk yang dilarang oleh Undang-Undang yang berlaku di Republik
Indonesia. Adapun produk Penjual yang Shopee turunkan telah melanggar
Permendag Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Barang Dilarang Impor.

Dalam peraturan tersebut, berikut jenis-jenis barang yang dilarang untuk


diimpor:

a. Pakaian bekas dan barang bekas lainnya


b. Jenis bahan lapisan perusak Ozon
c. Kantong bekas dan karung bekas
d. Jenis barang berbasis sistem pendingin yang menggunakan CFC dan HCFC
baik dalam keadaan kosong maupun terisi
e. Alat kesehatan yang mengandung merkuri
50

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), seperti:

a. Insektisida
b. Turunan halogenasi dan hidrokarbon
c. Bahan pengawet kayu
d. Fungisida
e. Herbisida
f. dll

Bahan obat dan makanan tertentu, seperti:


a. Senyawa berfungsi amida dan asam karbonat
b. Amida asiklik
c. Karisofrodol
d. Monoamina aromatik dan turunannya
e. dll

Berikut adalah jenis pelanggaran dan dampak yang ditimbulkan ketika


penjual menjual produk impor yang tidak sesuai dengan ketentuan Pemerintah:

a. Jika penjual meng-upload produk impor, maka produk akan dihapus dan
pejual mendapatkan poin pinalti.
b. Jika penjual menjual produk melalui Shopee live, maka sesi Shopee live akan
ditutup dan fitur Shopee live akan diblokir.
c. Jika penjual meng-upload produk melalui Shopee feed, maka post feed akan
diblokir dan fitur Shopee feed akan diblokir.
d. Jika penjual meng-upload video melalui Shopee video, maka fitur Shopee
video akan diblokir.
BAB IV

JUAL BELI ONLINE PAKAIAN BEKAS IMPOR PADA APLIKASI SHOPEE


MENURUT HUKUM ISLAM

A. Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi Shopee

Praktik jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi Shopee tidak ada
bedanya dengan praktik jual beli online pakaian pada umumnya. Dalam temuan
penelitian, bahwa transaksi jual beli online pakaian bekas impor ini memiliki
potensi merugikan pembeli. Banyak sekali keluhan dari pembeli terhadap barang
yang dibelinya. Seperti barang sobek, kotor dan tidak sesuai dengan gambar
aslinya.

Gambar 4.1 Keluhan Konsumen

Hukum jual beli online menurut hukum negara (Undang-Undang) dalam aturan
perniagaan online, dapat diterapkan KUHPerdata. Secara analogis, dalam pasal
1320 KUHPerdata dijelaskan bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
51
52

lebih. Untuk sahnya suatu perjanjian jual beli, terdapat syarat-syarat yang diatur di
dalam pasal 1320 KUHPerdata yang menentukan bahwa syarat sah suatu perjanjian
sebagai berikut;

1. Kesepakatan para pihak


2. Kecakapan untuk membuat perjanjian
3. Suatu hal tertentu; dan
4. Sesuatu sebab yang halal.

Apabila unsur pertama (kesepakatan) dan unsur kedua (kecakapan) tidak


terpenuhi, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak
terpenuhi unsur ketiga (suatu hal tertentu) dan unsur keempat (suatu sebab yang
halal) maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum.62

Sebagaimana dalam praktik jual beli online pakaian bekas impor, unsur yang
pertama adanya kesepakatan para pihak. Kesepakatan yang dimaksud di sini adalah
kesepakatan tersebut lahir dari kehendak para pihak tanpa adanya unsur kekhilafan,
paksaan, ataupun penipuan. Sebagai contoh, jika seorang pembeli menyepakati
perjanjian jual beli pakaian bekas impor dimana terdapat cacat pada barang tanpa ia
ketahui, maka pembeli dapat mengajukan pembatalan dan pengembalian barang
atas perjanjian jual beli tersebut.

Unsur yang kedua, kecakapan untuk membuat perjanjian. Istilah kecakapan


yang dimaksud dalam hal ini berarti wewenang para pihak untuk membuat
perjanjian KUHPerdata menentukan bahwa setiap orang dinyatakan cakap untuk
membuat perjanjian, kecuali jika menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap.
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, orang-orang yang dinyatakan tidak cakap adalah
mereka yang:

62
Suhartono , Perniagaan online Syariah: suatu Kajian dalam perspektif Hukum perikatan Islam,
Jurnal Muqtasid (Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syari’ah), 2010, h. 233
53

1. Belum dewasa, berarti mereka yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun
atau belum menikah.
2. Berada di bawah pengampunan, seseorang dianggap berada di bawah
pengampunan apabila ia sudah dewasa, namun karena keadaan mental atau
pikirannya yang dianggap kurang sempurna maka dipersamakan dengan orang
yang belum dewasa.

Shopee telah membuat syarat dan ketentuan bagi penggunanya. Yaitu untuk
penjual diwajibkan meng-upload foto KTP sebagai bukti bahwa penjual adalah
pihak yang memiliki tanggung jawab meskipun belum berusia 21 (dua puluh satu)
tahun. Sedangkan untuk pembeli, belum ada aturan mengenai batas usia, tetapi bagi
pembeli yang mengaktifkan fitur Shopee Paylater akan diwajibkan meng-upload
foto KTP.

Unsur yang ketiga, sesuatu hal tertentu. Suatu perjanjian harus memiliki objek
yang jelas. Objek tersebut tidak hanya berupa barang dalam bentuk fisik, namun
juga dapat berupa jasa yang dapat ditentukan jenisnya. Sebagai contoh, dalam
menjual produk di aplikasi Shopee, pembeli meng-uploud gambar produk yang
disertai dengan harga dan deskripsinya seperti jenis, ukuran, warna, fungsi, hingga
detail komposisi produk tersebut.

Unsur yang terakhir yaitu suatu sebab yang halal. Sebab yang halal
berhubungan dengan isi perjanjian itu sendiri, dimana perjanjian tersebut dibuat
berdasarkan tujuan yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Perjanjian
yang dibuat berdasarkan sebab yang tidak benar atau dilarang membuat perjanjian
tersebut menjadi tidak sah.

Sebab yang tidak halal adalah sebab dilarang oleh Undang-Undang,


berlawanan dengan norma kesusilaan, atau ketertiban umum. Nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat dimana perjanjian tersebut dibuat. Seperti halnya ketika
seseorang melakukan perjanjian jual beli pakaian bekas impor, maka perjanjian
54

tersebut menjadi tidak sah. Hal ini dikarenakan adanya peraturan yang melarang
pakaian bekas impor, yaitu Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, dan
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-
DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.

Sejalan dengan Peraturan Perundang-undangan, Shopee mempunyai kebijakan


bahwa Penjual dilarang menjual produk yang dilarang oleh Undang-Undang yang
berlaku di Republik Indonesia. Adapun produk Penjual yang Shopee turunkan telah
melanggar Permendag Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Barang Dilarang Impor
salah satunya adalah pakaian bekas.

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor Pada
Aplikasi Shopee

Dalam Islam jual beli melalui online diperbolehkan selagi tidak terdapat unsur-
unsur riba, ke-dzalim-an, monopoli dan penipuan. Rasulullah mengisyaratkan
bahwa jual beli itu halal selagi suka sama suka (antaradhin). Seperti yang sudah
dijelaskan dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa sallam bersabda:

َ ‫َلي‬
َّ ‫ْس ِّمنَّا َم ْن غ‬
‫َش‬
Artinya: “Bukan bagian dari golonganku, orang yang menipu” (HR. Ahmad
7292, Abu Daud 3454, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Menipu dalam hadis tersebut termasuk menipu dalam jual beli melalui online.
Oleh karena itu jual beli melalui online harus memiliki syarat-syarat tertentu boleh
atau tidaknya dilakukan. Seperti hasil penemuan peneliti, dalam praktik jual beli
online terjadi penipuan dimana barang yang dijual ditawarkan melalui Shopee live
oleh penjual yang sengaja tidak mendekripsikan barang secara lengkap.
55

Gambar 4.2 Penipuan Penjual Saat Live

Dalam Islam transaksi jual beli telah ditegaskan tentang kebolehan dan hal-hal
yang dilarang dalam transaksi tersebut, Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba, dan segala bentuk transaksi jual beli yang mengandung unsur
gharar (ketidakjelasan barang yang diperjualbelikan).63 Konsep gharar dibagi
menjadi dua kelompok:

1. Yang pertama adalah unsur resiko yang mengandung keraguan, probabilitas dan
ketidakpastian secara dominan.
2. Sedangkan kelompok kedua unsur meragukan yang dikaitkan dengan penipuan
atau kejahatan oleh salah satu pihak terhadap pihak lain.

Kitab suci Al-qur’an dengan tegas telah melarang semua praktik jual beli yang
mengandung unsur kecurangan dalam segala bentuk terhadap pihak lain, hal itu

63
Abdullah ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz, Terj. Ma’ruf abdul Jalil, Jakarta:
Pustaka as-Sunnah, 2006, hlm. 654.
56

mungkin dalam bentuk penipuan atau kejahatan, atau memperoleh keuntungan


dengan tidak semestinya atau resiko yang menuju ketidakpastian di dalam suatu
muamalah atau sejenisnya.64

َ ِّ ‫ط ِّل إ ِّ ََّّل أ َ ْن ت َ كُ و َن ت‬
ً ‫ج ا َر ة‬ ِّ ‫ي َ ا أ َي هَ ا ا ل َّ ِّذ ي َن آ َم ن ُ وا ََّل ت َأ ْك ُ ل ُ وا أ َ ْم َو ا ل َ ك ُ ْم ب َ ي ْ ن َ ك ُ مْ ب ِّ ا لْ ب َ ا‬
‫اض ِّم ن ْ ك ُ مْ ۚ َو ََّل ت َق ْ ت ُل ُ وا أ َن ْ ف ُ سَ ك ُ مْ ۚ إ ِّ َّن َّللاَّ َ ك َا َن ب ِّ ك ُ مْ َر ِّح ي ًم ا‬ ٍ ‫ع َ ْن ت َ َر‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa
4:29).

Jual beli dalam fiqh muamalah mensyaratkan sahnya jual beli yang tanpa jual
beli menjadi rusak, yaitu: timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas berat barang
yang ditimbang), barang dan harga yang jelas dan dimaklumi mempunyai tempo
tangguh yang dimaklumi dan ridha kedua belah pihak. Adapun syarat barang yang
diperjualbelikan harus diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat
diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka
tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak. Sedangkan
syarat objek yang diperjualbelikan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
sebagai berikut:

1. Barang yang diperjualbelikan harus sudah ada.


2. Barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan.
3. Barang yang diperjualbelikan harus berupa barang yang memiliki nilai/harga
tertentu.
4. Barang yang dijualbelikan harus halal.
5. Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli.

64
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Terjemahan Soeroyo Nastangin, Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 2006, h. 161-162.
57

6. Kekhususan barang yang dijualbelikan harus diketahui.


7. Penunjukan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang yang dijualbelikan
apabila barang itu di tempat jual beli.
8. Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli tidak
memerlukan penjelasan lebih lanjut.
9. Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu akad.

Meskipun tidak terdapat penjelasan lebih lanjut mengenai kehalalan barang,


tetapi di dalam Fatwa DSN-MUI No.110 DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Jual
Beli menjelaskan bahwa barang/objek (mutsman/mabi') harus berupa barang dan
atau hak yang boleh dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwam) serta boleh
diperjualbelikan menurut syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fatwa ini dapat dijadikan acuan dengan artian lain bahwa barang tidak boleh
dimaksudkan untuk kemudharatan serta berupa barang yang dilarang oleh syariah
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun yang dimaksudkan untuk
kemudharatan yaitu sesuatu yang dapat membahayakan maqashid syariah antara
lain, agama, nyawa atau jiwa, akal, keturunan, dan harta. Untuk itu sebagai seorang
muslim diwajibkan menjaga 6 maqashid syariah tersebut.

Salah satu upaya menjaga maqashid syariah adalah menjaga harta (hifdzu al-
mal), yaitu menjaga harta dalam kepemilikan dan pencarian. Penjagaan harta ini
harus diupayakan oleh penjual karena dalam memperoleh harta, Allah telah
melarang dengan keras mendapatkan harta dengan cara yang bathil, semisal
korupsi, mencuri, dan dengan cara ilegal yang melanggar undang-undang suatu
negara. QS. Al-Baqarah: 188.

‫ٱْلثْ ِّم َوأَنت ُ ْم‬ ۟ ُ‫وا ِّب َها ٓ ِّإ َلى ْٱل ُح َّك ِّام ِّلتَأْ ُكل‬
ِّ َّ‫وا فَ ِّريقًا ِّم ْن أَ ْم َٰ َو ِّل ٱلن‬
ِّ ْ ‫اس ِّب‬ ۟ ُ‫َو ََّل تَأْ ُكلُ ٓو ۟ا أَ ْم َٰ َو َل ُكم بَ ْينَ ُكم ِّب ْٱل َٰبَ ِّط ِّل َوتُدْل‬
َ‫تَ ْع َل ُمون‬
58

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang


lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui”.

Sedangkan pakaian bekas impor sudah jelas-jelas terdapat pelarangannya yaitu


Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, dan Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor
Pakaian Bekas.

Pada poin keenam KHES di atas, sisi bathil praktik jual beli online yaitu
banyak penjual pakaian bekas impor yang tidak jujur menuliskan deskripsi secara
lengkap pada gambar yang di-uploud mengenai cacatnya pakaian yang dijual,
dimana pakaian yang sudah tidak layak pakai masih tetap mereka jual sehingga
menjadikan pembeli kecewa dan merasa ditipu. Walaupun sebenarnya yang mereka
lakukan didasarkan atas dasar suka sama suka namun tadlis kualitas yang
dipraktikan menjadikan sebuah cacat dari penerapan prinsip secara hukum. Jika
pembeli mengetahui keadaan barang yang dibeli sudah tidak layak maka ia tidak
akan mau membelinya meskipun dengan harga yang sangat murah.

Sebagaimana seperti penjelasan Fatwa DSN-MUI No.110 DSN-MUI/IX/2017


tentang Akad Jual Beli bahwa transaksi jual beli harus memenuhi unsur kejelasan
dalam transaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Begitupun Fatwa DSN-MUI
No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam ketentuan tentang barang:

1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.


2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
59

5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.


6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

C. Komparasi Hukum Islam Dan Hukum Positif Tentang Jual Beli Online
Pakaian Bekas Impor

Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, pemerintah


telah mengatur mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha terhadap
konsumen untuk menjualkan pakaian bekas import. Salah satunya terdapat dalam
pasal 47 Undang-Undang Perdagangan:

(1) Setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam keadaan baru.


(2) Dalam hal tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor dalam
keadaan tidak baru.
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.
(4) Ketentuan lebih lannjut mengenai penetapan barang yang diimpor dalam
keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
peraturan menteri.

Demi melindungi kepentingan konsumen pada tanggal 9 Juli 2015, Pemerintah


melalui keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M
DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas, melarang
mendatangkan pakaian bekas dari luar negeri ke dalam negeri dan penjualan barang
bekas, dikarenakan pakaian bekas asal impor berpotensi membahayakan kesehatan
manusia sehingga tidak aman untuk dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat.

Kementrian Perdagangan melakukan uji sampel 25 pakaian bekas yang ada di


Pasar Senen. Hasil uji tersebut menemukan adanya beberapa jenis mikroorganisme
yakni bakteri staphylococcus aures, bakteri Escherichia coli (e-coli) dan jamur
kapang. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, ditemukan sejumlah koloni
60

bakteri dan jamur yang ditunjukan oleh parameter pengujian angka lempeng total
(ALT) dan kapang yang nilainya cukup tinggi. Kandungan mikroba dan jamur ini
merupakan bakteri berbahaya yang bisa mengakibatkan gangguan pencernaan, gatal
gatal dan infeksi pada saluran kelamin, dijelaskan pula bawa kandungan mikroba
pada pakaian bekas memiliki ALT sebesar 216.000 koloni dan jamur 36000
koloni.65

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-


DAG/PER 7/2015 Pasal 2, 3, dan 6 secara tegas melarang masuknya pakaian impor
bekas ke Indonesia, dan apabila masuk wajib dimusnahkan, karena berbahaya bagi
kesehatan. Walaupun tidak dikatakan secara jelas pelarangan penjualannya namun
secara tidak langsung Pasal 2 mengatakan bahwa dilarang pula penjualan pakaian
bekas, karena pakaian bekas yang datang ke Indonesia harus dimusnahkan.

Untuk itu diberlakukan juga mengenai peraturan perundangan perlindungan


konsumen bagi para pelaku usahanya mengenai informasi barang yang
diperjualbelikan yang terdapat dalam pasal 8 ayat (1) yang berbunyi: “Pelaku usaha
dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar
tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud.”

Hukum Islam tidak membedakan apakah pakaian tersebut didapat dari dalam
negeri atau luar negeri (impor). Hukum Islam hanya membedakan pakaian tersebut
berdasarkan kesesuaian rukun dan syarat jual beli, dan transaksi tersebut harus
terhindar dari unsur maysir, gharar, dan riba.

Sejalan dengan hukum positif, hukum Islam melarang praktik jual beli pakaian
bekas impor karena tidak memenuhi syarat objek dalam KHES, baik karena objek
tidak jelas maupun objek tidak halal karena menyalahi peraturan perundang-

65
Artikel dari Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Badan Pengkajian Pengembangan
Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan Diterbitkan Tahun 2015.
61

undangan. Di sisi lain objek yang dijualbelikan mengandung berbagai macam


bakteri yang dapat mengancam kesehatan manusia.

‫اَلض ََّر ُريُزَ ا ُل‬

Artinya: “Kemudaratan itu hendaklah dihilangkan.” (As-Suyuthi, t.t: 57)66

Kaidah ini sangat berperan dalam pembinaan hukum Islam, terutama untuk
menghindari berbagai kemudharatan dalam kehidupan masyarakat salah satunya
dalam hal jual beli. Seperti pada QS. Al-Baqarah: 195.

َ َّ ‫وا ِّبأ َ ْيدِّي ُك ْم ِّإ َلى ٱلتَّ ْهلُ َك ِّة ۛ َوأَ ْح ِّسنُ ٓو ۟ا ۛ ِّإ َّن‬
َ‫ٱَّلل ي ُِّحب ْٱل ُمحْ ِّسنِّين‬ ۟ ُ‫ٱَّلل َو ََّل ت ُ ْلق‬
ِّ َّ ‫س ِّبي ِّل‬ ۟ ُ‫َوأَن ِّفق‬
َ ‫وا فِّى‬

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah


kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-
Baqarah: 195)

Oleh karenanya, hukum jual beli pakaian bekas impor tidak sah menurut
hukum Islam. Dan sebagai muslim yang berkedudukan sebagai warga negara
Indonesia wajib tunduk serta patuh terhadap Undang-Undang yang berlaku salah
satunya pelarangan pakaian bekas impor. QS. An-Nisa’: 59.

ُ‫ىءٍ فَ ُردوه‬ َ ‫سو َل َوأُ ۟و ِّلى ْٱْل َ ْم ِّر ِّمن ُك ْم ۖ فَإِّن تَ َٰنَزَ ْعت ُ ْم فِّى‬
ْ ‫ش‬ ُ ‫ٱلر‬ َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫ٱَّلل َوأَ ِّطيع‬
َ َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫َٰيَٓأَي َها َّٱلذِّينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا أَ ِّطيع‬
‫يل‬ً ‫سنُ تَأْ ِّو‬ َ ْ‫اخ ِّر ۚ َٰذَلِّكَ َخيْر َوأَح‬ ِّ ‫ٱل َء‬ْ ‫ٱَّلل َو ْٱليَ ْو ِّم‬
ِّ َّ ِّ‫سو ِّل ِّإن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِّمنُونَ ب‬ ُ ‫ٱلر‬ ِّ َّ ‫ِّإ َلى‬
َّ ‫ٱَّلل َو‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

66
Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih), Palembang: Noerfikri, 2019, hlm.
78.
62

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
BAB V

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis terhadap pokok pembahasan dan pendekatan metode


ilmiah, dalam rangka untuk menjawab rumusan masalah, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa jual beli online pakaian bekas impor tidak sesuai dengan hukum
Islam dengan alasan:

1. Tidak memenuhi salah satu unsur yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian
dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu sesuatu sebab yang halal. Ketentuan terkait
importasi pakaian bekas terlarang secara hukum positif yaitu dalam pasal 47
Undang-undang No. 7 Tahun 2014 dan Pasal 2 Permendag Nomor 51 Tahun
2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.
2. Tidak sesuai dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, karena barang yang
diperjualbelikan tidak diketahui secara pasti oleh kedua belah pihak
kekhususannya pembeli. Selain itu, pakaian bekas impor menjadi objek yang
tidak halal karena sudah jelas terdapat peraturan yang melarangnya.
3. Telah menyalahi salah satu tujuan syariah bagi penjual yaitu menjaga harta
(hifdzu al-mal) karena dalam mendapatkan hartanya dilakukan dengan cara yang
ilegal atau melanggar undang-undang.

B. Saran

Demi penyempurnaan skripsi ini maka akan disampaikan beberapa saran yang
berkaitan dengan pakaian bekas impor tersebut sebagai berikut:

1. Untuk meminimalisir terjadinya pertikaian akibat adanya kerugian dalam


transaksi jual beli dan demi terciptanya penerapan hukum Islam yang baik
dan benar, alangkah baiknya penjual dan pembeli harus saling mengetahui
mengenai objek yang diperjualbelikan, agar tidak ada salah satu pihak yang
merasa dirugikan.

63
64

2. Penjual sebaiknya menjelaskan dengan detail mengenai kualitas dan kuantitas


barang yang dijualbelikan kepada pembeli yang nantinya pembeli dapat
mempertimbangkan untung dan ruginya. Karena mendapatkan informasi
mengenai objek jual beli merupakan hak konsumen dan menjadi kewajiban
dari seseorang pedagang.
3. Bagi mahasiswa yang tertarik dengan penelitian ini, peneliti menyarankan
tema penelitian lebih lanjut mengenai penegasan peraturan larangan terhadap
barang bekas impor.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Aziz Muhammad Azzam. Fiqih Muamalah. Jakarta: Amzah. 2010.

Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial Hukum. Jakarta: Granit. 2004.

Al-Mushlih, Abdullah. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq. 2004.

Arikunto, Suharsimi. PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktik (Edisi


Revisi VI). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya 2006.

At-thayyar, Abdullah Bin Muhammad, Abdullah Bin Muhmmad Al-Muthlaq,


Muhammad Bin Ibrahim. Ensiklopedia Fiqh Muamalah. Yogyakarta:
Maktabah al-Hanif. 2009.

Dimayuddin, Djuwaini. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2008.

Djakfar, Muhammad. Hukum Bisnis (Membangun Wacana Integrasi Perundangan


Nasional dengan Syariah). Malang:UIN-Malang Press. 2009.

Djazuli, Ahmad. Kaidah-Kaidah Fikih Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah


Yang Praktis. Jakarta: Kencan Prenada Media Group. 2010.

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional.


Jakarta: DSN, 2017.

Ghazaly, Abdul Rahman dkk. Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana. 2010.

Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2000.

Mardan. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup. 2012

65
66

Mardani. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama.


2011.

Narbuko, Chalid, dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
1997.

Nasir, Muhamad Nasir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998.

Ruslan, Rosadi. Metode Penelitian Public Relation dan komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2004.

Sabiq, Sayyid. Fiqh As-Sunnah Juz III. Bandung: PT Ma’arif Cet. 1 Tahun 1987.

Soeratno. Metode Penelitian Hukum. Surabaya: Hilal Pustaka. 2013.

Sugiyono. Metodologi Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D).

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2002.

Syafe’i, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka setia. 2001.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika. 2002.

Wardi Bahtiar. Metode Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos. 2001.

Skripsi

Fathonah, Ismelia. “Analisi Hukum Positif dan Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Pakaian Bekas Impor” Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2020.

Febyolanda, Desita. “Analaisi Hukum Islam dan Fawta DSN MUI NO: 110/DSN-
MUI/IX/2017 Terhadap Praktik Jual Beli Pakian Bekas Impor di Toko
67

YDS_SECONDSTORE Yogyakarta” Skripsi S1, Universitas Islam Negeri


Sunan Ampel Surabaya, 2021.

Najib, Ahmad Ainun. “Jual Beli Online Pakaian Bekas Impor di Akun
“@secondisgood_mjk ” Dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan
Perdagangan No. 51 Tahun 2015” Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2019.

Safitri, Desi. “ Praktek Jual Beli Paian Bekas di Pasar Sangkumpal Bonang Kota
Padangsidimpuan Ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah KHES“
Skripsi S1, Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan, 2019.

Anda mungkin juga menyukai