Anda di halaman 1dari 67

1

LEGALITAS JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR (THRIFT) SECARA


ONLINE DI APLIKASI TIKTOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MUHAMAD FEBRIYANTO
(11180490000043)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1444H/2023
LEGALITAS JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR (THRIFT) SECARA
ONLINE DI APLIKASI TIKTOK

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
MUHAMAD FEBRIYANTO
NIM. 11180490000043

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI'AH


FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1444 H/2023

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya


Nama : Muhamad Febriyanto
NIM : 11180490000043
Fakultas : Syari'ah dan Hukum
Program Studi : Hukum Ekonomi Syari'ah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Februari 1999
Alamat : Jl. H.Ilyas No.77 Rt.02/Rw.010 Petukangan Utara, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan.
Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Karya ini dikerjakan secara pribadi dan saya mampu bertanggungjawab atas karya tulis
ini.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, April 2023

Muhamad Febriyanto

NIM.11180490000043

iii
ABSTRAK

MUHAMAD FEBRIYANTO NIM 11180490000043 Legalitas Jual Beli Pakaian Bekas


Impor (Thrift) Secara Online Di Aplikasi Tiktok. Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
1444H/2023 M. Isi: viii + 58 halaman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik jual beli online pakaian bekas impor
di aplikasi TikTok, serta untuk mengetahui tinjauan hukum positif dan hukum islam
memandang jual beli pakaian bekas impor secara online diaplikasi TikTok.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian melalui pendekatan normatif yakni penelitian
yang mengacu pada hukum yang terdapat pada al-quran, hadis, kitab fiqih, fatwa ulama, dan
hukum positif.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa berdasarkan hukum positif pasal 47 Undang-undang No.
7 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang
Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.jual beli pakaian bekas impor (thrift) adalah
dapat menimbulkan dampak negatif baik dari segi kesehatan maupun dari segi ekonomi,
namun larangan ini belum ada sanksi tegas dari pemerintah kepada pedagang pakaian bekas
impor (thrift) sehingga saat ini masih banyak pedagang yang memperjual belikan pakaian
bekas impor. Namun berdasarkan hukum Islam, praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift)
secara online adalah boleh atau tidak dilarang, karena dalam praktik jual beli tersebut tidak
melanggar hukum jual beli dalam Islam. Dalam praktik jual beli tersebut pedagang pakaian
bekas impor (thrift) menjelaskan secara detail dan jelas sesuai pada Fatwa DSN-MUI No.110
DSN-MUI/IX/2017.

Kata Kunci : Jual Beli,Pakaian Bekas Impor, Permendag, KUHPer.

Dosen Pembimbing : Drs. Hamid Farihi, M.A.


Daftar Pustaka : 1987 s.d 2022

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, atas perkenan dan ridho Nya, telah
memberikan kekuatan dan hidayah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat dan salam, senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah memberikan tauladan yang sempurna bagi seluruh alam
semesta, Amin. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini,
yang berjudul “Legalitas Jual Beli Pakaian Bekas Impor (Thrift) Secara Online Di
Aplikasi Tiktok”.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis memohon maaf jika masih ada kekuarangan
dan kemungkinan kesalahan dalam melakukan penulisan baik itu penyajian data atau
materi yang dipaparkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna karena keterbatasan dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki
oleh penulis. Meskipun demikian, penulis berharap bisa memberikan kontribusi dan
manfaat. Skripsi ini tidak akan bisa terealisasi tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1) Prof. Dr. Muhammad Maksum, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) AM Hasan Ali, M.A, selaku ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah dan Dr.
Abdurrauf, Lc., MA, selaku sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) AH. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama
masa perkuliahan di Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4) Drs. Hamid Farihi, M.A. sebagai Dosen Pembimbing dengan segala keikhlasan,
ketulusan dan kesabaran bersedia meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, mengoreksi, berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penulisan
skripsi dengan baik sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi sampai tahap
sidang akhir.

v
5) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum serta seluruh civitas
akademik yang telah memberi ilmu, membimbing, mendidik, dan membantu
penulis selama masa perkuliahan.
6) kepada keluarga, kedua orangtua, Bapak Lasdi, dan Ibu Sumiati, serta kakak Dewi
Purwati S.E. yang tidak henti-hentinya mendoakan penulis. Memberikan dukungan
baik moril maupun materiil. Semoga seluruh pengorbanan, ketulusan dan
keikhlasan, serta cinta dan kasih sayang mendapat ganjaran pahala di sisi Allah
SWT.
7) Kepada teman kelas yakni Sidik, Fauzan, Isa, Rifaldi, Zaini dan Wafa yang sudah
banyak membantu penulis selama ini semoga Allah SWT memudahkan urusan kita.
8) Kepada Listya Arrum Wibowo yang telah banyak membantu memberikan
dukungan, semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini semoga Allah
SWT membalas segala kebaikan nya.
9) Kepada “Sobat Ambyar” yaitu Andri, M. Fauzi, M.Alvian, Saddam yang telah
memberikan motivasi dan semangat kepada penulis serta terimakasih telah bersedia
menjadi pendengar terbaik dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
10) Seluruh teman Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2018, HMPS Hukum Ekonomi
Syari'ah, Kelompok KKN-150 Sabara, Keluarga HMI HES, dan kegiatan/organisasi
internal maupun eksternal lainnya yang pernah penulis ikuti dan telah menjadi
wadah berproses, belajar serta mendapatkan pengalaman terbaiknya.
11) Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu telah memberikan dukungan,
saran-saran, perhatian, doa dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
menjalani perkuliahan hingga tahap penyelesaian penulisan skripsi di Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan balasan pada setiap kebaikan
yang telah diberikan untuk penulis. Besar harapan penulis atas sedikitnya ilmu yang
tertuang ini untuk menjadi manfaat baik bagi penulis, utamanya bagi umat manusia,
bangsa dan Negara, serta menjadi kontribusi dalam ranah keilmuan hukum ekonomi
syariah yang terus berjalan.

vi
Dengan segala kerendahan hati penulis juga membuka diri untuk menerima saran-
saran yang berguna demi penyempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga karya ini
memberi manfaat untuk seluruh pihak yang menjadikan referensi. Aamiin.

Jakarta, 14 April 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING .................................................................................................. i


PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI............................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. viii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 5
D. Metode Penelitian ................................................................................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan............................................................................................................................ 9
BAB II ......................................................................................................................................................... 11
KAJIAN PUSTAKA JUAL BELI BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF .. 11
A. Jual Beli (al-Ba’i) ............................................................................................................................... 11
B. Pakaian Bekas Impor .......................................................................................................................... 31
C. Kerangka Penelitian ............................................................................................................................ 35
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................................................................................. 38
BAB III ....................................................................................................................................................... 40
GAMBARAN UMUM JUAL BELI ONLINE PADA APLIKASI TIKTOK ....................................... 40
A. Gambaran Umum Penjual Barang Thrift di Tiktok ..................................................................... 40
B. Proses Transaksi Barang Thrift di Tiktok ........................................................................................ 40
BAB IV........................................................................................................................................................ 42
ANALISIS JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR (THRIF) SECARA ONLINE DI APLIKASI
TIKTOK ..................................................................................................................................................... 42
A. Analisis Hukum Positif Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi TikTok .......... 42
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi TikTok ............... 45
BAB V ......................................................................................................................................................... 50
PENUTUP .................................................................................................................................................. 50
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 53
LAMPIRAN ............................................................................................................................................... 57

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti dalam kehidupannya tidak bisa
terlepas dari individu lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu
kebutuhan yang diperlukan oleh setiap manusia dalam hidupnya yaitu kebutuhan
mengenai sandang atau pakaian. Pakaian berfungsi sebagai alat yang digunakan
untuk menutupi tubuh, pakaian atau yang dikenal sebagai fashion saat ini banyak
digemari oleh banyak orang terutama di kalangan anak muda. Perkembangan industri
fashion saat ini banyak menghadirkan tampilan baru yang menyebabkan banyak
orang yang ingin mengikuti tren fashion agar terlihat modis.
Sebagian orang akan mencari cara agar bisa terlihat modis dengan menggunakan
barang branded namun dengan harga yang terjangkau. Salah satu cara yang
dilakukan yaitu dengan membeli pakaian bekas atau yang sekarang lebih familiar
disebut dengan pakaian thrift. 1 Thrift merupakan salah satu model bisnis yang
semakin digemari dari tahun ketahun terkhusus kaum milenial. Kehadiran thrifting
saat ini sudah tidak asing di masyarakat pecinta fashion.
Alasan fashion thrift banyak digemari oleh masyarakat karena dianggap mereka
bisa mendapatkan pakaian branded dengan kualitas bagus namun dengan harga yang
lebih murah dibanding dengan harga baru yang banyak dijual di mall.Saat ini fashion
thrift banyak disukai oleh kalangan muda karena saat ini banyak penjual yang mulai
menjual pakaian impor bekas melalui media sosial akibat dari perkembangan
teknologi sehingga hal ini memberikan banyak kemudahan pada setiap orang yang
ingin membeli pakaian bekas impor.

1
A Brief History Of Thrifting, Artikel Uss.Feed, https://Www.Ussfeed.Com/A-Brief-History-
OfThrifting Diakses 5 oktober 2022.
1
2

Di Indonesia perkembangan teknologi sangat pesat pada saat ini tidak hanya
berdampak terhadap kemudahan manusia untuk melakukan komunikasi via sosial
media saja tetapi juga memberikan kemudahan untuk berbisnis atau berjualan. Jual
beli merupakan salah satu aspek kehidupan yang tersentuh dampak perkembangan
teknologi modern. Pada saat ini transaksi jual beli tidak hanya dilakukan pada saat
penjual dan pembeli bertemu secara langsung, tetapi transaksi jual beli bisa
dilakukan secara online
Jual beli online dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam aplikasi,
salah satunya adalah aplikasi TikTok. Alasan aplikasi TikTok banyak dipilih
kalangan masyarakat terutama anak muda karena mudah sekali untuk diakses, dan
hampir seluruh masyarakat menggunakan aplikasi ini. Selain itu keuntungan yang
didapat pada saat berbelanja online konsumen dapat menghemat waktu untuk pergi
kepusat perbelanjaan, pilihan barang yang ditawarkan oleh penjual sangat bervariasi,
dan yang paling penting harga yang ditawarkan oleh penjual juga lebih murah.
Dengan adanya aplikasi online shop, semua orang dapat dengan mudah menawarkan
barang yang ingin dijual. Pada saat ini aplikasi TikTok banyak dimanfaatkan oleh
para pedagang atau seller untuk menjajakan barang dagangnya.
Tetapi kekurangan yang dirasakan pada saat berbelanja online khususnya di
aplikasi TikTok ini adalah pembeli tidak dapat memegang langsung barang yang
akan dibeli, hanya bisa dilihat dari Live Streaming yang disediakan dari aplikasi
TikTok, oleh karena itu pembeli harus lebih teliti dalam melihat dan mendengarkan
penjual mendeskripsikan barang yang dijual di Live Streaming tersebut untuk
mengetahui kondisi barang yang akan dibeli agar tidak menimbulkan kekecewaan.
Selain itu banyak penjual yang tidak melakukan pencucian terhadap barang yang
ingin dijualnya sehingga hal tersebut akan menimbulkan penyakit gatal atau jamur
karena tercampur dengan barang lain yang sudah pernah digunakan oleh orang lain.
Banyaknya masyarakat yang menggemari fashion thrift (pakaian bekas impor)
terkadang banyak dari mereka yang mengenyampingkan dampak dari pakaian bekas
impor tersebut, terkait hal itu terdapat larangan yang tercantum pada Aturan
mengenai larangan mengimpor dan memperdagangkan pakaian bekas telah diatur
3

dalam beberapa ketentuan Peraturan Perundang-Undangan diantaranya terdapat


dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
yang mana disebutkan bahwa “setiap impotir wajib mengimpor barang dalam
keadaan baru”. 2 Kementerian Perdagangan juga mengatur mengenai pengimporan
barang melalui Peraturan Menteri Perdagangan No.18 Tahun 2021 jo Peraturan
No.40 Tahun 2022 tentang Barang dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor
dalam Pasal 2 angka (3) huruf d yang menyatakan bahwa “Barang Dilarang Impor
berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas”. 3 Alasan pemerintah
melarang pakaian bekas impor dilarang masuk ke Indonesia yaitu karena alasan
kesehatan. Di dalam pakaian bekas impor terkandung banyak bakteri dan jamur yang
dapat membahayakan kesehatan manusia. Sehingga hal ini dapat merugikan
masyarakat sekaligus melanggar ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut Undang-
Undang Perlindungan Konsumen) yang menyebutkan bahwa: Pelaku usaha dilarang
memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.4
Sedangkan dalam hukum islam perjualan trifting di anggap sah karena
memenuhi unsur syariat islam diantaranya al-quran dan hadist, rukun jual beli dan
syarat jual beli. Maka dari itu peneliti mengangkat sebuah masalah yang sekarang
sedang marak dan musimnya pakaian bekas impor di aplikasi TikTok, permasalahan
dari penelitian ini yaitu bagaimana regulasi terkait jual beli barang impor (thrift)
secara online di aplikasi TikTok dalam hukum positif dan hukum islam. Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan
menelitinya didalam penelitian ini mengenai “Legalitas Jual Beli Pakaian Bekas
Impor (Thrift) Secara Online Di Aplikasi Tiktok.”

2
Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
3
Peraturan Menteri Perdagangan No.18 Tahun 2021 jo Peraturan No.40 Tahun 2022 Tentang Barang
Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor
4
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4

B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan ke dalam


beberapa masalah yaitu :
1) Praktik jual beli pakaian bekas impor berdasarkan peraturan perundang-
undangan
2) Praktik jual beli pakaian bekas impor secara online menurut hukum Islam

3) Dampak yang ditimbulkan dari jual beli pakaian bekas impor di Indonesia

4) Perlindungan konsumen terhadap pembeli pakaian bekas impor pada media


sosial dan aplikasi online shop.

2. Batasan Masalah

Setelah latar belakang dan identifikasi masalah diuraikan, agar penelitian


ini tidak membahas terlalu luas maka batasan masalah penelitian ini hanya
terkait praktik jual beli online pakaian bekas impor pada aplikasi TikTok dan
ketetapan jual beli pakaian bekas impor berdasarkan hukum positif dan hukum
Islam.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah utama dari penelitian ini adalah:

1) Bagaimana tinjauan hukum positif terkait jual beli pakaian bekas impor
secara online diaplikasi TikTok?
2) Bagaimana tinjauan hukum islam terkait jual beli pakaian bekas impor
secara online diaplikasi TikTok?
5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pada hakikatnya merupakan sesuatu yang hendak dicapai, yang dapat


dijadikan arahan atas apa yang harus dilakukan dalam penelitian. Adapun yang
menjadi tujuan dari penelitian berdasarkan latar belakang dan perumusan
masalah yang telah peneliti uraikan diatas, maka tujuan diadakan penelitian
adalah :
1) Untuk mengetahui praktik jual beli online pakaian bekas impor di aplikasi
TikTok.

2) Untuk mengetahui tinjauan hukum positif dan hukum islam memandang


jual beli pakaian bekas impor secara online diaplikasi TikTok.

2. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan keilmuan yang berguna bagi pengembangan ilmu hukum,


khususnya hukum positif dan hukum Islam terhadap jual beli pakaian bekas
impor pada aplikasi TikTok. Penelitian ini juga diharapkan agar dapat
dijadikan sebagai rujukan dalam menggali informasi-informasi yang dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya.
b. Sebagai acuan untuk penelitian serupa dimasa yang akan datang, serta dapat
dikembangkan lebih lanjut demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
6

2) Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat


memberikan kontribusi pemikiran yang komprehensif mengenai hukum
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para konsumen yang
menyukai pakaian bekas impor khususnya yang membeli secara online
apabila dilihat dari segi hukum dan juga dapat memberikan informasi dan
masukan bagi masyarakat luas tentang pakaian bekas impor.
b. Untuk mengembangkan pemikiran sekaligus mengetahui kemampuan
peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang


sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu
yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara
pemecahannya.

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, penelitian ini


merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengamati fenomena atau gejala-gejala yang ada di lapangan serta
menganalisanya dengan logika ilmiah. Menurut Sugiyono penelitian kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah,
dimana peneliti merupakan instrumen kunci.

2. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah Yuridis normatif,


maka pendekatan yang dilakukan dalam tulisan ini adalah pendekatan perundang-
undangan (statute approach).
7

Pendekatan perundang-undangan dimana dalam hal ini Undang-undang No.


7 Tahun 2014, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Al-Quran
dan Hadist.

3. Sumber Bahan Hukum

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini perinciannya sebagai berikut:
1) Bahan Hukum Primer
Sumber Data primer adalah Sumber Data yang memiliki kekuatan
mengikat. Sumber Data primer bersifat autoritaf yang artinya mempunyai
otoritas. Sumber Data primer terdiri dari perundangundangan, catatan-catatan
resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-
putusan hakim.
Dalam hal ini, yang menjadi data objek penelitian mempunyai sifat
kekuatan hukum mengikat dan sah sebagai regulasi dari Ekonomi Islam.
Dalam penelitian ini menggunakan Undang-undang No. 7 Tahun 2014,
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021, Al-Quran dan
Hadist.

2) Bahan Hukum Sekunder


Sumber Data sekunder, adalah Sumber Data yang memberikan
penjelasan mengenai Sumber Data primer. Sumber Data sekunder dapat
berupa publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen
resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus
hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar komentar atas putusan pengadilan.
8

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian


mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Studi kepustakaan adalah
teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.

Dalam penelitian ini Studi kepustakaan dimaksudkan untuk


mendapatkan data sekunder melalui pengumpulan dan penyelidikan
datadata pada kepustakaan, khususnya yang berhubungan dengan pokok
masalah yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan
peneliti mengumpulkan data yang beragam dari responden dalam berbagai
situasi dan konteks.

Menurut Stewart dan Cash, wawancara didefinisikan sebagai sebuah


interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran atau pembagian aturan,
tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi Tujuan dari
wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran
dan hati seseorang, bagaimana pandangannya tentang dunia; hal-hal yang
tidak diketahui peneliti melalui observasi.5

5. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis kualitatif


yaitu mana data yang diteliti tidak akan menggunakan ststistik atau matematika,

5
Megawati, E., & Herdiyanto. (2016). Hubungan antara perilaku prososial dengan psychological
well-being pada remaja. Jurnal Psikologi Udayana, 3(1), 133-135.
9

namun hanya cukup dengan mengguraikan berdasarkan data yang telah


diperoleh. Selanjutnya kesimpulan ditarik secara deduktif, yaitu dengan menarik
kesimpulan dari yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.
Kesimpulan didapatkan dengan cara melihat faktor-faktor nyata yang diakhiri
dengan penarikan kesimpulan yang merupakan sebuah fakta dan fakta tersebut
dijembatani oleh teori- teori.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan ini menggunakan Pedoman Penulisan Skripsi


Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan memperjelas pembacaannya. maka


disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang permasalahan, identifikasi


masalah, rumusan masalah, batasan masalah. Tujuan dan
manfaat dalam penelitian ini juga terdapat didalamnya.
selain itu, terdapat metode penelitian yang akan
diguanakan dalam melakukan penelitian ini, mulai dari
sumber data, jenis data, pendekatan penelitian dan juga
sistematika penulisan.
10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori terkait jual beli


menurut hukum Islam yang meliputi pengertian jual beli,
rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, jual
beli pakaian bekas impor berdasarkan hukum positif,
pengertian pakaian bekas impor, dan juga terdapat
tinjauan (review) terdahulu yang berfungsi untuk
mengetahui bahwa penelitian ini berbeda dari penelitian
lainnya.

BAB III GAMBARAN UMUM


Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian
yaitu aplikasi TikTok dan praktik jual beli online
pakaian bekas impor pada aplikasi TikTok.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil temuan untuk menjawab latar


belakang penelitian yang didasari kepada isi dari bab
sebelumnya yakni analisis tentang Tinjauan Hukum
Positif dan Hukum Islam terhadap jual beli pakaian
bekas impor (thrift) secara online di Aplikasi TikTok.

BAB V PENUTUP

Bagian terakhir berisi kesimpulan dan saran.


Kesimpulan akan menjawab rumusan masalah pada
bagian pertama dan di dapat selama proses penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA JUAL BELI BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF

A. Jual Beli (al-Ba’i)

1. Definisi Jual Beli Dalam Islam


Jual beli merupakan transaksi yang setiap hari dilakukan oleh masyarakat, baik
untuk memenuhi kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier sekalipun. Bentuk
traksaksi jual beli juga sangat beragam, mulai traksaksi tradisional sampai
transaksi online. Ada beberapa istilah yang digunakan dalam jual beli yaitu al-
bai’ (menyerahkan barang dan menerima pembayaran), al-mubadalah
(pertukaran), asy-syira’ (memasukkan zat ke dalam hak milik dengan imbalan),
dan at-tijarah (perniagaan antar manusia). 6 Sedangkan dalam buku yang
berjudul Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fikih Islam) yang ditulis oleh
M. Ali Hasan, mengemukakan bahwa pengertian jual beli menurut bahasa yaitu:
jual beli (al-ba’i) yaitu “menjual, mengganti, dan menukar (sesuatu dengan
sesuatu yang lain)”. Kata al-ba’I dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk
pengertian lawannya, yaitu kata syira’ (beli). Dengan begitu kata al-ba’i berarti
kata “jual” dan sekaligus juga berarti kata “beli”.
Namun definisi jual beli secara istilah tak hanya itu saja, para ulama berbeda
pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain:7
1. Ulama Hanafiyah : Jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta
berdasarkan cara khusus yang dibolehkan.

6
Sri Sudiarti, Fikih Muamalah Kontemporer, (Medan: Febi Uin Su Press, 2018), h., 74.
7
Rahmat Syafe’I, Fiqh Muamalah: untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum (Bandung : Pustaka Setia,
2010), h., 73

11
12

2. Imam Nawawi : Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk
kepemilikan.
3. Ibnu Qudamah : Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta, untuk saling
menjadikan milik.
4. Madzhab Syafi’I : Jual beli adalah tukar menukar barang dengan barang
atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari seseorang
terhadap orang lain atas dasar kerelaan kedua belas pihak. Dalam jual beli
akan melibatkan antara dua belah pihak, dimana pihak yang satu sebagai
pihak yang menyerahkan uang untuk pembayaran barang yang diterima
(pembeli) dan pihak lainnya sebagai pihak yang menyerahkan barang
sebagai ganti uang yang telah diberikan (penjual) dan dibenarkan oleh
syara’. Dibenarkan oleh syara’ maksudnya adalah memenuhi
persyaratanpersyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain yang ada kaitannya
dengan jual beli sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi
berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesame umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW
terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang berkaitan
dengan jual beli, yaitu :
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah dasar hukum yang menduduki tingkat pertama dalam
menentukan hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan beragama. Dalam
masalah jual beli terdapat beberapa penjelasan yang melatarbelakangi jual beli,
diantaranya adalah dalam Q.S. Al-Baqarah: 275:

‫َوأ َ َح َّل ٱ َّّلله ٱ ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ٱ ِّلربَ ٰوا‬


Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
13

Ayat diatas secara umum tapi tegas memberikan gambaran tentang hukum
kehalalan jual beli dan keharaman riba. Allah SWT tegas-tegas menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba, meskipun keduanya (jual beli dan riba) sama-
sama mencari keuntungan ekonomi, namun terdapat perbedaan yang mendasar
dan signifikan terutama dari sudut pandang cara memperoleh keuntungan
disamping tanggung jawab resiko kerugian yang kemungkinan timbul dari
usaha ekonomi itu sendiri. 8 Allah sudah menegaskan dasar hukum jual beli
dalam surat Q.S. An-Nisa: 29

ِّ َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِّذينَ آ َمنهوا ََّل تَأ ْ هكلهوا أَ ْم َوالَ هك ْم بَ ْينَ هك ْم بِّا ْلب‬
َ ‫اط ِّل ِّإ ََّّل أَ ْن تَكهونَ تِّ َج‬
‫ارةً ع َْن تَ َراض‬
‫َّللاَ كَانَ بِّ هك ْم َر ِّحي ًما‬ َ ‫ِّم ْن هك ْم ۚ َو ََّل تَ ْقتهلهوا أَ ْنفه‬
َّ َّ‫س هك ْم ۚ إِّن‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jangan lah kamu saling memakan
harta sesama mu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
jangan lah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang
kepadamu.”

Makna kandungan ayat diatas menekankan keharusan mengindahkan


peraturan-peraturan yang ditetapkan dan tidak melakukan apa yang istilahkan
dengan al-bathil, yakni pelanggaran terhadap ketentuan agama atau persyaratan
yang disepakati. ayat tersebut juga menekankan adanya kerelaan kedua belah
pihak. Walaupun kerelaan adalah sesuatu yang tersembunyi dilubuk hati,
indicator dan tanda-tandanya dapat terlihat. Ijab dan qabul, atau apa saja yang
dikenal dengan adat kebiasaan sebagai serah terima adalah bentuk-bentuk yang
digunakan hukum untuk menunjukkan kerelaan.

8
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi, (Jakarta: Paragonatama Jaya, 2013), h. 173-174.
14

b. Hadits

Hadits adalah sumber kedua yang merupakan pedoman


mengistimbatkan suatu hukum. Adapun hadits yang mengemukakan
tentang jual beli antara lain yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn Rafi :

‫ي‬ُّ َ‫ أ‬: ‫سئِّ َل‬


‫سلَّ َم ه‬
َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َ ‫ع ْنهه { أَنَّ النَّبِّ َّي‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاه‬ َّ ‫ع َْن ِّرفَاعَةَ ب ِّْن َرافِّع َر ِّض َي‬
َ ‫َّللاه‬
‫ َو هك ُّل بَيْع َمب هْرور } َر َواهه ا ْلبَ َّز ه‬، ‫الر هج ِّل بِّيَ ِّد ِّه‬
‫ار‬ َّ ‫ع َم هل‬ َ : ‫ب ؟ قَا َل‬ ‫ب أَ ْطيَ ه‬ ْ ‫ا ْل َك‬
ِّ ‫س‬
‫ص َّح َحهه ا ْل َحا ِّكم‬
َ ‫َو‬
Artinya: “Rifa’ah bin Rafi’ RA, sesungguhnya Nabi SAW ditanya : “apa
pekerjaan yang paling utama dan baik?” Rasul menjawab, “pekerjaan
seorang laki-laki dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik. (HR.
Al-Bazar dan dibenarkan Al-Hakim)

Berdasarkan hadits diatas, menjelaskan jual beli yang benar yakni jual
beli yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya serta tidak mengandung
unsur kecurangan, penipuan, dan saling menjatuhkan.

c. Ijma’

Ijma’ adalah kesepakatan mayoritas ulama mujtahid diantara umat


islam pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW atas hukum
syar’i mengenai suatu kejadian atau suatu kasus. 9 Ijma’ merupakan
sumber hukum islam yang ketiga setelah Al-Qura’an dan Sunnah.
Berdasarkan kandungan ayat-ayat Allah, sabda- sabda Rasul dan Ijma’
diatas, para fuqoh mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli adalah
mubah (boleh). Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu hukum jual beli
bisa berubah.
Para ulama fiqih terdahulu sampai sekarang telah sepakat bahwa jual
beli diperbolehkan, jika didalamnya telah terpenuhinya rukun dan syarat.

9
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993),
h. 64.
15

Alasannya karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya


tanpa bantuan orang lain. Alasan inilah yang dianggap penting, karena
dengan adanya transaksi seseorang dapat dengan mudah memiliki barang
yang diperlukan dari orang lain.
Jual beli bisa menjadi wajib ketika situasi tertentu, berdasarkan dasar
hukum sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa jual beli tersebut
hukumnya mubah atau boleh asalkan di dalamnya memenuhi ketentuan
yang ada dalam jual beli. Oleh karena itu praktik jual beli yang dilakukan
manusia sejak zaman Rasulullah SAW. hingga saat ini menujukkan bahwa
umat telah sepakat akan diisyaratkannya jual beli.10

d. Kaidah Fiqh

‫َل ض ََر َر و َل ِّضرا َر‬


Artinya: Segala sesuatu yang berbahaya harus dihindari.

Kaidah ini didasarkan pada hadis Nabi yang driwayatkan oleh Ibnu
Majah, al-Daru al-Quthni, al-Hakim. Sebagai contoh : orang laki-laki jika
telah mentalak istrinya maka ia diperbolehkan rujuk tapi apabila ia sudah
tidak membutuhkannya lagi karena sudah tidak ada kecocokan maka tidak
boleh mencegahnya, karena akan menimbulkan dhoror pada istri yaitu
lamanya masa iddah (tunggu) bagi seorang perempuan tersebut.
Hal ini bertujuan agar harta orang yang belum sempurna akalnya tidak
rusak secara sia-sia dengan demikian tersirat pula bagi siapa saja yang
tidak pandai menggunakan harta dengan baik, karena tidak berakal berhak
untuk mendapatkan pengawasan dari seorang qadhi (kerabat wali) dengan
tujuan agar hartanya tidak abis dengan sia-sia.11

10
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah Kamaluddin A.Marzuki, Terjemah Fikih Sunnah, (Bandung:
Al-Ma‟arif, 1987), h. 46.
11
Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyah dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2004), h. 118.
16

‫ح‬
ِّ ‫صا ِّل‬ ِّ ‫س ِّد أَ ْولَى ِّم ْن َج ْل‬
َ ‫ب ا ْل َم‬ ِّ ‫د َْر هء ا ْل َمفَا‬
Artinya: Mencegah kerusakan lebih didahulukan ketimbang
mengupayakan kemaslahatan.

Kaidah Dar’ul Mafasid Muqaddamu Ala Jalbi Masholih adalah salah


satu kaidah ushuliyyah yang berarti bahwa meninggalkan Kerusakan lebih
utama dari pada mengambil kemaslahatan. Karena pada dasarnya manusia
dalam kesehariannya tidak jauh dari dua hal ini, seperti yang dikatakan
oleh Izzudin bin Abdul As-Salam di dalam kitabnya “Qawaidul al-Ahkam
Fi Mashalih Al-Anam” mengatakan bahwa seluruh syari’ah itu adalah
maslahat, baik dengan cara menolak mafsadat atau dengan meraih
maslahat. Kerja manusia itu ada dengan cara menolak mafsadat atau
dengan meraih maslahat, dan kerja manusia itu ada yang membawa
kepada kemaslahatan, ada juga yang menyebabkan mafsadat. Seluruh
maslahat itu diperintahkan oleh Syari’ah dan seluruh yang mafsadat
dilarang. kaidah Dar’ul Mafasid Muqaddamu Ala Jalbi Masholih, ini
adalah kaidah turunan dari kaidah fiqhiyyah pokok yaitu Ad-Dhararu
Yuzaluu, kaidah ini bermaksud apabila terjadi dua hal mafsadat dan
maslahah maka mencegah mafsadah lebih utama dari pada mencari
kebaikan atau kemaslahatan.12
Kaidah Dar’ul Mafasid Muqaddamu Ala Jalbi Masholih menegaskan
bahwa apabila pada waktu yang sama dihadapkan kepada pilihan menolak
kemafsadata atau meraih kemaslahatan, maka yang harus didahulukan
adalah menolak kemafsadatan, sebab dengan menolak kemafsadatan
berarti juga meraih kemaslahatan, karena tujuan hukum Islam adalah
untuk meraih kemaslahatan di dunia dan akhirat. Kemaslahatan membawa
manfaat bagi kehidupan manusia, sedangkan mafsadah mengakibatkan

Saipul Nasution, dkk., Hukum Game Online Dalam Kaidah Dar’ul Mafasid Muqaddamu Ala Jalbi
12

Masholih, Journal of Indonesian Comparative of Syari’ah Law, Vol. 4 No. 1, (Juni 2021), h. 3-7.
17

kemudaratan bagi kehidupan manusia dan dalam kalangan para ulama


maslahat memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut:13
a. Kemaslahatan itu harus diukur kesesuaiannya dengan maqashid
alsyari’ah, dalil-dalil kulli (general dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah),
semangat ajaran, dan kaidah kulliyah hukum Islam.
b. Kemaslahatan itu harus meyakinkan, dalam arti harus berdasarkan
penelitian yang akurat, hingga tidak meragukan lagi.
c. Kemaslahatan itu harus memberi manfaat pada sebagian besar
masyarakat, bukan pada sebagian kecil masyarakat.
d. Kemaslahatan itu memberikan kemudahan, bukan mendatangkan
kesulitan dalam arti dapat dilaksanakan.

3. Syarat dan Rukun Jual Beli

Syarat menurut syara ‟ adalah sesuatu yang harus ada dan menentukan sah
dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak berada dalam
pekerjaan itu. Dalam jual beli terdapat empat syarat,yaitu syarat terjadinya akad
(in’iqad), syarat sahnya akad, syarat terlaksanakannya akad, dan syarat luzum.14
Secara umum tujuan adanya semua syarat tersebut antara lain untuk
menghindari pertentangan diantara manusia, menjaga kemaslahatan orang yang
sedang berakad, menghindari jual beli gharar (terdapat unsur penipuan), dan
lainnya. Adapun syarat-syarat jual beli yaitu:
a. Syarat orang yang berakad
Para ulama Fiqih sepakat menyatakan bahwa orang yang melakukan akad
jual beli harus memenuhi syarat:
1) Baligh dan berakal. Dengan demikian, jual beli yang dilakukan anak kecil
yang belum berakal hukumnya tidak sah. Jumhur Ulama berpendapat

13
Fatwa Banu Kalaf, “Pembubaran Organisasi Masyarakat Pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2017 Dalam Perspektif HAM dan Kaidah Fiqhiyah”, (Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2020) h. 36.
14
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 101.
18

bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus telah baligh dan
berakal. Baligh menurut Hukum Islam apabila telah berusia 15 (lima belas)
tahun bagi anak laki-laki dan telah datang bulan (haid) bagi anak
perempuan. Oleh karena itu, transaksi jual beli yang dilakukan anak kecil
adalah tidak sah, karena tidak memenuhi syarat, yaitu baligh dan berakal.
Namun sebagian ulama berpendapat bahwa bagi anak-anak yang sudah
dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk tetapi ia belum
berumur 15 tahun dan belum haid maka anak tersebut diperbolehkan untuk
melakukan transaksi jual beli, khususnya barang-barang kecil dan yang
bernilai sedikit.15
2) Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan), maksudnya adalah bahwa
dalam melakukan transaksi jual beli tersebut salah satu pihak tidak
melakukan tekanan atau paksaan kepada pihak lain, sehingga pihak lain
pun dalam melakukan transaksi jual beli bukan karena kehendaknya
sendiri. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan bukan atas kehendaknya
sendiri adalah tidak sah.
3) Ada hak milik penuh. Disyaratkan agar kedua belah pihak yang melakukan
akad jual beli adalah orang mempunyai hak untuk menggantikan posisi
pemilik barang yang asli. Syarat terkait dengang ijab dan kabul akad adalah
perikatan yang ditetapkan dengan ijab dan kabul berdasarkan ketentuan
syara’ yang berdampak pada objeknya.16
4) Keduanya tidak pemboros atau mubazir, maksudnya para pihak yang
mengikatkan diri dalam transaksi jual beli bukanlah orang-orang yang
boros (mubazir), sebab orang yang boros. menurut hukum dikatakan
sebagai orang yang tidak cakap bertindak, artinya ia tidak dapat melakukan
sendiri sesuatu perbuatan hukum meskipun hukum tersebut menyangkut
kepentingan semata.

15
M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003, h.118.
16
Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 367.
19

b. Syarat yang terkait dengan ijab dan qabul

Ijab adalah perkataan penjual kepada pembeli, seperti “saya jual barang
ini dengan harga sekian...”. Sedangkan qabul adalah perkataan pembeli
kepada penjual, seperti “ saya beli dengan harga sekian...”. Ijab dan qabul
adalah tindakan yang dilakukan oleh orang melakukan akad, lafal akad
berasal dari bahasa arab “Al-Aqdu” yang berarti perikatan atau perjanjian.
Secara termeinologi Fiqh, akad didefinisikan dengan “Pertalian ijab
(pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan)
sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada objek perikatan.17
Maksudnya adalah bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh kedua
belah pihak aau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan
kehendak syara’. Seperti kesepakatan untuk melakukan riba, menipu orang
lain, yang pada akhirnya pemindahan kepemilikan dari satu pihak ke pihak
yang lain, suatu akad akan dinyatakan sah apabila terpenuhi rukun dan
syaratnya. Ulama Fiqh sepakat mengatakan, bahwa urusan utama dalam jual
beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat terlihat saat akad
berlangsung. Ijab dan qabul harus diucapkan secara jelas dalam bertransaksi
yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli.18
Adapun ijab dan qabul menurut madzhab syafi’iyah adalah sebagai
berikut:
1) Ijab dan qabul harus diucapkan

2) Berhadap-hadapan, pembeli atau penjual harus menunjukkan sighat


akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya,

17
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.,97.
18
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004) edisi 1,
cet 2, h. 118.
20

3) Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab, orang yang
mengucap qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh orang
yang mengucap ijab kecuali jika diwakilkan.
4) Harus menyebutkan barang atau harga.

5) Ketika mengucapkan sighat harus disertai dengan niat.

6) Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna, jika seseorang yang


sedang bertransaksi itu gila sebelum mengucapkan qabul, maka jual
beli tersebut batal.
7) Ijab dan qabul tidak terpisah, antara ijab dan qabul tidak boleh
diselingi oleh waktu yang berlalu lama, yang menggambarkan adanya
penolakan dari salah satu pihak.
8) Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain.

9) Lafadz tidak berubah, lafadz ijab tidak boleh berubah seperti


perkataan “saya jual barang ini kepadamu seharga lima ribu”, padahal
barang yang dijual masih sama dengan barang yang pertama dan
belum ada qabul.
10) Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna.

11) Tidak dikaitkan dengan sesuatu, akad tidak boleh dikaitkan dengan
sesuatu yang tidak ada hubungan dengan akad.
12) Tidak dikaitkan dengan waktu.

c. Syarat barang yang di perjual belikan

Syarat barang yang di perjual belikan harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:
1) Suci atau bersih barangnya

Adapun yang dimaksud dengan bersih barangnya, bahwa barang


yang di perjual belikan bukanlah benda yang dikualifikasikan sebagai
21

benda najis, atau digolongkan sebagai benda yang diharamkan. Hal ini
sebagaimana sabda Nabi Saw:

ْ َ‫ير َواأل‬
‫صنَ ِّام‬ ِّ ‫سولَهه َح َّر َم بَ ْي َع ا ْل َخ ْم ِّر َوا ْل َم ْيتَ ِّة َوا ْل ِّخ ْن ِّز‬ َّ َّ‫إِّن‬
‫َّللاَ َو َر ه‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli


arak, bangkai, babi, dan berhala.” (H.R. Bukhari Muslim)

Dari hadits di atas dapat dilhat bahwa syarat barang yang di perjual
belikan yaitu harus bersih dan suci barangnya. Juga bukan
barangbarang yang diharamkan oleh syariat Islam. Seperti arak,
bangkai, babi dan berhala, serta apapun barang yang mengandung
unsure-unsur tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua barang
atau benda mengandung najis tidak boleh di perjual belikan, misalnya
kotoran binatang, atau sampah-sampah yang mengandung najis boleh
di perjual belikan sebatas kegunaan barang untuk di konsumsi atau
dijadikan sebagai makanan.

2) Barang atau benda yang di perjual belikan dapat di manfaatkan

Maksudnya barang yang dapat di manfaatkan tentunya sangat relatif,


sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek
jual beli adalah merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, seperti
untuk dikonsumsi (seperti beras, buah-buahan, sayuran dan lain-lain),
dinikmati keindahannya (seperti hiasan rumah, bunga-bungaan, dan
lain-lain), dinikmati suaranya (seperti radio, televisi dan lain- lain) serta
dipergunakan untuk keperluan yang bermanfaat seperti membeli seekor
anjing untuk berburu. Yang dimaksud dengan barang diperjual belikan
dapat dimanfaatkan adalah bahwa kemanfaatan barang tersebut sesuai
dengan ketentuan syariat Islam, maksudnya pemanfaatan barang
22

tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma agama yang ada serta


sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3) Barang atau benda yang di perjual belikan milik orang melakukan akad

Maksud dari barang atau benda yang diperjualbelikan milik orang


yang melakukan akad bahwa orang yang melakukan perjanjian jual beli
atas sesuatu barang adalah pemilik sah berang tersebut dan/atau telah
mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut. Dengan demikian jual
beli barang yang dilakukan oleh orang yang bukan pemilik atau berhak
berdasarkan kuasa si pemilik, dipandang sebagai perjanjian jual beli
yang batal.

4) Barang atau benda yang di perjual belikan dapat di serahkan

Adapun maksudnya adalah bahwa pihak penjual baik pemilik atau


pemegang kuasa, dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai
objek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang dijanjikan pada
waktu penyerahan. Barang tersebut boleh diserahkan secara langsung
maupun dengan perantara.

5) Barang atau benda yang di perjual belikan dapat di ketahui

Bahwa barang atau benda yang akan diperjual belikan dapat


diketahui jumlahnya, beratnya, kualitas dan kuantitasnya. Maka tidak
sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak dan jual beli
yang menguntungkan satu pihak saja. Jual beli yang mengandung
kesamaran adalah salah satu jual beli yang diharamkan dalam Islam.
Boleh menjual barang yang tidak ada ditempat akad dengan
menjelaskan sifatnya yang mengakibatkan ciri-ciri dari barang tersebut
dapat diketahui. Jika ternyata barang tersebut sesuai dengan yang
23

disepakati, maka wajib membelinya, tetapi jika tidak sesuai dengan


yang disifatkan maka ia mempunyai hak memilih untuk dilangsungkan
akad atau tidak.19

6) Barang atau benda yang diakadkan ada ditangan

Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum


ditangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) adalah dilarang
sebab bisa jadi barang sudah rusak atau tidak dapat diserahkan
sebagaimana telah diperjanjikan.

4. Syarat nilai tukar (harga barang)

Nilai tukar barang adalah termasuk unsur yang terpenting. Zaman sekarang
disebut uang. Berkaitan dengan nilai tukar ini, ulama Fiqh membedakan antara
as- tsamn dan as-Si’r. Menurut mereka, as-tsamn adalah harga pasar yang
berlaku ditengah-tengah masyarakat, sedangkan as-si’r adalah modal kepada
konsumen, dengan demikian ada dua harga yaitu antara sesama pedagang dan
harga antara sesama konsumen (harga jual pasar). Harga yang dipermainkan
para pedagang adalah as-tsamn, bukan harga as-sa’r.20
Ulama Fiqih mengemukakan syarat as-tsamn atau harga pasar adalah sebagai
berikut:21
1. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.

2. Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi), sekali pun secara hukum
seperti pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila barang itu dibayar

19
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, h. 119.
20
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004) edisi 1,
cet
2, h. 124
21
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, h. 124-125
24

kemudian (berhutang), maka waktu pembayarannya pun harus jelas


waktunya.
3. Apabila jual beli itu dilakukan secara barter, maka barang yang dijadikan
nilai tukar, bukan yang diharamkan syara’ seperti babi dan khamr, karena
kedua jenis benda itu tidak bernilai dalam pandangan syara’.

5. Syarat sighat

Sighat dalam jual beli merupakan suatu yang sangat penting dalam melakukan
transaksi jual beli, sebab tanpa adanya sighat (ijab dan qabul) maka jual beli
tersebut tidak sah. Adapun syarat sighat sebagai berikut:22
1. Satu sama lainnya berhubungan di tempat tanpa ada pemisahan yang
merusak.
2. Ada kesepakatan ijab dengan qabul pada barang yang saling mereka rela
berupa barang yang dijual dan harga barang.
3. Tidak disangkutkan dengan sesuatu urusan seperti perkataan “saya jual jika
saya pergi” dan perkataan lain yang serupa
4. Tidak berwaktu, artinya tidak boleh berjual beli dalam tempo waktu yang
tertentu atau jual beli yang sifatnya sementara waktu.
Adapun jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatuyang
menjadi kebutuhan sehari-hari tidak diisyaratkan ijab dan qabul, ini adalah
pendapat para jumhur. 23 Menurut ulama Syafi’iyah, jual beli barang-barang
yang kecil pun harus ijab dan qabul, tetapi menurutImam Nawawi dan ulama
Muta’akhirin Syafi’iyah berpendirian bahwa boleh jual beli barang-barang kecil
yang tidak ijab qabul seperti membeli sebungkus rokok.

22
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah Kamaluddin A.Marzuki, Terjemah Fikih Sunnah, (Bandung:
Al-Ma‟arif, 1987), h. 50
23
Muhammad Al-Kahlani bin Isma’il, Subuh Al-Salam, (Bandung: Dahlan, t.th), Jus II, h. 4.
25

Rukun jual beli mempunyai rukun yang harus dipenuhi, sehingga jual beli
tersebut dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menentukan rukun jual beli
terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama.
Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut
mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan
(ridha/taradhi’) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan
tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera
sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan
itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah
pihak yang melakukan transaksi jual, menurut mereka boleh tergambar dalam
ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang
(ta’a’thi).24 Menurut Jumhur Ulama bahwa rukun jual beli ada empat,yaitu:

a) Orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli) Penjual,


yaitu pemilik harta yang menjual barangnya, atau orang yang diberi kuasa
untuk menjual harta orang lain. Penjual haruslah cakap dalam melakukan
transaksi jual beli (mukallaf). Pembeli, yaitu orang yang cakap yang dapat
membelanjakan harta/uangnya.
b) Sighat (ijab dan qabul) Sighat (ijab dan qabul) yaitu persetujuan antara
pihak penjual dan pihak pembeli untuk melakukan transaksi jual beli,
dimana pihak pembeli menyerahkan uang dan pihak penjual menyerahkan
barang (serah terima), baik transaksi menyerahkan barang secara lisan
maupun secara tulisan.
c) Ada barang yang dibeli Untuk menjadi sahnya jual beli harus ada ma‟qud
alaih yaitu barang yang menjadi objek jual beli atau yang menjadi sebab
terjadinya perjanjian jual beli.Ada nilai tukar pengganti barang.

24
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, h. 114-115
26

d) Ada nilai tukar pengganti barang Ada nilai pengganti barang yaitu suatu
yang memenuhi tiga syarat; bisa menyimpan nilai, bisa menilai atau
menghargakan suatu barang, dan bisadijadikan alat tukar menukar.

6. Macam-macam Jual Beli

Ulama Hanafiyah membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga
bentuk, yaitu:25
a) Jual beli yang Shahih

Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang shahih apabila jual beli
itu syariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik
orang lain, dan tidak tergantung pada khiyar lagi. Menurut Jumhur Ulama
bahwa rukun jual beli ada empat macam, yaitu adanya penjual dan pembeli,
adanya Sighat (ijab dan qabul), ada objek atau barang yang dibeli, dan ada
nilai tukar pengganti barang. Berdasarkan hal tersebut apabila dikaitkan
dengan proses transaksi jual beli pakaian bekas, maka jual beli pakaian
bekas menurut hukum syara’ sudah benar atau sah karena telah
terpenuhinya rukun dan syarat dalam jual beli.

Namun pemerintah melarang ekspor impor pakaian bekas, dengan


menetapkan ketentuan berupa peraturan, Kementerian Perdagangan
membuat Peraturan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang dilarang Ekspor
dan Barang dilarang Impor terdapat di Pasal 2 ayat (3) berbunyi “ Barang
dilarang Impor Berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.”26
Yang artinya pakaian bekas dilarang di perjual belikan atau masuk dan
keluar dari Negara Indonesia, dilarangnya masuk atau keluar pakaian bekas
dari luar nergi atau dalam negeri karena tidak terlepas dari kepentingan

25
Abi Abdillah Muhammad bin Isma‟il, Shahih Bukhari, (ttp: Syirkah Akmaktabah Litabi‟i Wan
Nasr), h. 80.
26
Pasal 2 Ayat (3) Peraturan Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang
Dilarang Impor,
27

Negara Indonesia sendiri dan demi kebaikan bangsa. Sehubungan dengan


hal itu, selaku umat muslim yang taat kepada Allah dan Rasul- Nya maka
sudah seharusnya untuk mentaati peraturan yang telah dibuat oleh
pemerintah atau penguasa, sebab ketaatan tidak hanya kepada Allah SWT
dan Rasul- Nya saja, namun harus taat kepada ulil amri yakni para penguasa
atau pemerintah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

‫از ْعت ه ْم فِّي‬َ َ‫سو َل َوأهو ِّلي ْاألَ ْم ِّر ِّم ْن هك ْم ۖ فَ ِّإ ْن تَن‬
‫الر ه‬ َّ ‫َّللاَ َوأَ ِّطيعهوا‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِّذينَ آ َمنهوا أَ ِّطيعهوا‬
َ‫اّلل َوا ْليَ ْو ِّم ْاْل ِّخ ِّر ۚ ٰذَ ِّلك‬ ِّ َّ ِّ‫سو ِّل إِّ ْن هك ْنت ه ْم ت هؤْ ِّمنهونَ ب‬ ‫الر ه‬ ِّ َّ ‫ش َْيء فَ هردُّوهه إِّلَى‬
َّ ‫َّللا َو‬
ً ‫سنه تَأ ْ ِّو‬
‫يل‬ َ ْ‫َخي ٌْر َوأَح‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul,
dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59).

Senada dengan hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda:

‫ع أَ ِّمي ِّْري فَقَ ْد‬ َ َ‫ َو َم ْن أ‬،َ‫صى هللا‬


َ ‫طا‬ َ ‫صانِّي فَقَ ْد‬
َ ‫ع‬ َ ‫ع‬َ ‫ َو َم ْن‬،َ‫ع هللا‬ َ َ‫عنِّ ْي فَقَ ْد أ‬
َ ‫طا‬ َ َ‫َم ْن أ‬
َ ‫طا‬
‫صانِّي‬َ ‫ع‬َ ‫صى أَ ِّمي ِّْري فَقَ ْد‬ َ ‫ع‬َ ‫ َو َم ْن‬،‫عنِّي‬ َ َ‫أ‬.
َ ‫طا‬
Artinya: “Barang siapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah
dan barang siapa yang durhaka kepadaku, berarti ia telah durhaka kepada
Allah barang siapa yang taat kepada Amirku maka ia taat kepadaku, dan
barang siapa yang maksiat kepada Amirku, maka ia maksiat kepadaku”.
(H.R. Ahmad)

Dalam hadits ini terkandung kewajiban untuk taat kepada penguasa,


selama itu bukan perintah untuk bermaksiat. Hikmah yang tersimpan dalam
perintah untuk taat kepada penguasa adalah untuk memelihara kesatuan,
dan persatuan, karena terjadinya perpecahan akan menimbulkan kerusakan.
28

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya selaku umat muslim yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya untuk taat pula kepada para penguasa atau pemerintah
dalam hal ini mengenai jual beli pakaian bekas yang secara hukum Islam
telah benar dan telah sesuai dengan ketentuan syara’.
Tentu dikarenakan adanya peraturan menteri terhadap larangan impor
ekspor pakaian bekas maka dapat dikatakan masuknya pakaian bekas
tersebut tentu ada unsur penipuan, kecurangan, seperti halnya penyeludupan
yang dilakukan dipulau- pulau terpencil yang kemungkinan sulit untuk
mengatasi kecurangan-kecurangan itu.

b) Jual beli Fasid

Ulama Hanafiyah membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang
batal. Apabila kerusakan dalam jual beli itu terkait dengan barang yang
diperjualbelikan, maka hukumnya batal, seperti memperjualbelikan
bendabenda haram menurut syara’ (bangkai, babi, darah, khamr).
Sedangkan apabila kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang
dan boleh diperbaiki, maka jual beli itu dinamakan fasid.27
Namun, Jumhur Ulama, tidak membedakan antara jual beli yang fasid
dengan jual beli yang batal. Menurut mereka jual beli itu terbagi menjadi
dua yaitu jual beli yang shahih dan jual beli yang batal. Apabila rukun dan
syaratnya terpenuhi maka jual beli tersebut shahih atau sah. Sebaliknya,
apabila salah satu rukun dan syarat dalam jual beli tersebut tidak terpenuhi,
maka jual beli tersebut adalah batal.28

27
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, h. 125.
28
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 78.
33
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 80.
29

7. Jual Beli yang Dilarang

Dalam pembagian macam-macam jual beli yang dilarang dalam Syariat


Islam. Jual beli yang dilarang dan hukumnya tidak sah merupakan jual beli
yang tidak memenuhi syarat dan rukun dari jual beli tersebut. Jual beli yang
termasuk dalam kategori ini yaitu:

a. Jual beli barang yang dzatnya haram

Adapun jual beli sesuatu yang haram tersebut terbagi menjadi dua macam
yakni:33
1) Haram lidzatihi yakni merupakan sesuatu yang diharamkan dzatnya
sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan oleh syara’ Haram lighairihi
merupakan sesuatu yang diharamkan bukan karena disebabkan oleh
barang atau dzatnya yang haram, melainkan keharamannya disebabkan
adanya penyebab lain.
2) Haram lighairihi merupakan sesuatu yang diharamkan bukan karena
disebabkan oleh barang atau dzatnya yang haram, melainkan
keharamannya disebabkan adanya penyebab lain.
b. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan bagi pembeli, misalnya jual beli
barang yang bekas pakai orang lain
c. Jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, namun terdapat faktor
lain yang menghalangi jual beli yang dapat menimbulkan kerugian bagi
para pihak, misalnya jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain,
jual beli barang rampasan, dan jual beli barang yang tidak resmi atau ilegal.

Selanjutnya, Wahbah Az-Zuhaili membagi atas beberapa bagian jual beli yang
dilarang sebagai berikut:
a. Jual beli yang dilarang karena Ahliah (ahli akad) (penjual dan pembeli)
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan shahih apabila dilakukan
30

oleh orang yang baligh, berakal, dan mumayyiz. Mereka yang dipandang
tidak sah jual belinya adalah:
1) Jual beli Orang yang dipaksa

Menurut ulama Hanafiyah, hukum jual beli orang terpaksa, seperti


jual beli fudul (jual beli tanpa seizin pemiliknya), yakni ditangguhkan
(mauquf). Oleh karena itu, keabsahannya ditangguhkan sampai rela
(hilang rasa paksa). Menurut ulama Malikiyah, tidak lazim, baginya
ada khiyar. Adapun menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, jual beli
tersebut tidak shahih atau tidak sah sebab tidak ada keridhaan ketika
akad.

2) Jual beli Mulja’

Yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang yang sedang dalam bahaya.

Jual beli ini fasid menurut ulama Hanafiyah dan batil menurut ulama
Hanabilah

b. Jual beli yang dilarang karena objek jual beli (barang yang diperjual
belikan)
1) Larangan Jual-Beli Gharar (menipu)

Syekh Abdurrahman as-Sa’di ditanya, “Apakah yang termasuk dalam


larangan jual-beli secara gharar?” Syekh Abdurrahman as-Sa’di
menjawab : Disebutkan dalam Shahih Muslim sebuah hadits Nabi SAW.
Tentang larangan Jual beli secara gharar. Hadits tersebut merupakan
dasar yang kokoh dan kaidah yang umum yang mencakup sebagai
macam akad tukar menukar, baik itu berupa jual beli, sewamenyewa, dan
yang semisalnya. Dari hadits ini para ahli fiqih mensyaratkan agar barang
yang dijual serta pembayarannya diketahui. Begitu juga harganya, dan
kemanfaatan yang dapat diambil sesuai dengan harganya. Maka semakin
31

besar penipuan dan pemalsuan yang dilakukan maka semakin besar pula
keharaman dan dosa yang ditimbulkan. 29

2) Jual beli Majhul

Jual beli majhul adalah jual beli barang yang tidak jelas, misalnya
jual beli singkong yang masih didalam tanah, jual beli buah-buahan
yang baru berbentuk bunga dan lainnya. Jual beli seperti ini menurut
jumhur ulama tidak sah dikarenakan akan mendatangkan
pertentangan,atau perselisihan diantara manusia.

B. Pakaian Bekas Impor

1. Definisi Pakaian Bekas Impor (Thrift)


Pakaian bekas impor adalah pakaian yang sudah dipakai sebelumnya oleh
orang lain, yang biasanya diimpor dari luar negeri seperti Korea, China dan
Singapura. Pakaian bekas juga dapat berupa pakaian yang berasal dari sisa
penjualan pabrik garmen dan departemen store yang kemudian ditimbun gudang
selama beberapa tahun. Pakaian yang ditimbun tersebut kemudian dimanfaatkan
oleh pihak tertentu untuk dijual kembali sehingga menjadi unik karena faktor
waktu yang berbeda.30

Penjualannya pakaian bekas ini biasanya dikemas dalam karung besar


kemudian dipasarkan sehingga pembeli tidak tahu pakaian jenis apa yang ada
dalam karung tersebut, dikarenakan dikemas secara acak dan tidak dapat dilihat

29
Syekh Abdurrahman as-Sa’di, Fiqih Jual-Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah, (Jakarta : Senayan
Publishing, 2008), h. 299-300.
30
Tren Thrift Shop yang Membawa Dampak Positif Bagi Lingkungan”,
https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/g Diakses 14 Oktober 2022.
32

terlebih dahulu. Selain istilah pakaian bekas, belakangan ini ramai muncul
istilah “Thrift Shop” dalam dunia penjualan pakaian bekas. Kata Thrift
Shopping sendiri berasal dari bahasa inggris, Thrift dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan untuk meminimalisir atau mengurangi pemborosan, guna penghematan
keuangan. Sedangkan Shopping merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
membeli barang. Maka thrift shopping adalah kegiatan atau metode dalam
berbelanja bertujuan untuk menghemat pengeluaran pembelanjaan seminimal
mungkin.31 Barang yang dijual dalam thrift shop biasanya adalah barang second
hand/tangan kedua atau bekas. namun masih sangat layak dipakai. Sebutan
Thrift Shopping merupakan sebutan masa kini dari kata barang bekas atau
pakaian bekas.

2. Sejarah Pakaian Bekas Impor (Thrift)

Pakaian bekas impor masuk ke Indonesia pada masa reformasi atau sekitar
tahun 1997 tepatnya pada saat krisis moneter, saat itulah masyarakat Indonesia
lebih memilih membeli pakaian bekas yang banyak dijual bebas. Walaupun
terdapat larangan memperdagangkan pakian bekas impor, namun
penyelundupan pakaian bekas impor masih marak terjadi. Kondisi pakaian
bekas tersebut masih layak pakai dan seringkali berasal dari wilayah Singapura
atau Malaysia, dan harganya tergolong murah jika dibandingkan dengan pakaian
baru. Menjual pakaian bekas merupakan perdagangan bebas atau perdagangan
antar negara yang tidak memiliki kerumitan birokrasi atau aturan (pajak, kuota
ekspor dan impor, peraturan negara tentang proteksi).32 Pada awalnya penjualan
pakaian bekas impor hanya terdapat ditemui di pasar baju bekas Sumatera,
Batam, Kalimantan, dan Sulawesi, kemudian berkembanglah peredaran pakaian

31
Alternatif Berbelanja Pakaian yang Lebih Ramah Lingkunga,
https://www.kompasiana.com/askhia97615/61c72b5506310e0a9e0c2ef2/alternatif-berbelanja ,Diakses
14 Oktober 2022.
32
Motivasi Masyarakat Membeli Pakaian Bekas di Pasar Senapelan
Pekanbaru, https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/2252/2194LI, Diakses
14 Oktober 2022.
33

bekas impor di pulau jawa yang meliputi Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya
dan sekitamya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Pakaian Bekas


Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan pakaian bekas adalah sebagai
berikut:

a. Barang impor dari luar negeri, Pakaian bekas yang diimpor dari luar
negeri ini termasuk barang ilegal ataubarang yang dilarang masuk ke wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Tujuan kebijakan impor
sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan yaitu,
memagari kepentingan nasional, melindungi dan mendorong penggunaan
produksi dalam negeri, dan menciptakan perdagangan dan pasar dalam negeri
yang sehat serta iklim usaha yang kondusifterdapat di Pasal 2 ayat (3) berbunyi
“ Barang dilarang Impor Berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian
bekas.” hal ini dikarenakan pakaian bekas yang termasuk produk luar negeri ini
lebih murah dibandingkan dengan produk lokal sehingga lebih banyak
masyarakat yang lebih memilih produk luar negeri dari pada produk dalam
negeri, kemudian perdagangan pakaian bekas dari luar negeri ini juga cukup
menjanjikan keuntungan.
Peranan perdagangan sangat penting dalam meningkatkan
pembangunaekonomi, namun dalam perkembangannya belum memenuhi
kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga
diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan dukungan,
kesempatan dan pengembangan ekonomi masyarakat yang mencakup koperasi,
serta usaha mikro, kecil, daTujuan kebijakan impor sebagaimana yang telah
diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 tahun 2021 jo Peraturan
No.40 Tahun 2022 yaitu tujuan kebijakan ekspor impor sebagaimana yang telah
diatur dalam Peraturan. Dan melindungi dan mendorong penggunaan produksi
dalam negeri, dan menciptakan perdagangan dan pasar dalam negeri yang sehat
34

serta iklim usaha yang kondusif dan menciptakan perdagangan dan pasar dalam
negeri yang sehat serta iklim usaha yang kondusif menengah sebagai pilar utama
pembangunan ekonomi nasional.
Disamping itu, Menteri Perdagangan telah mengatur bahwa barang yang
diimpor harus dalam keadaan baru, hal ini sebagaimana yang tertuang dalam
Peraturan Nomor 18 tahun 2021 jo Peraturan No.40 Tahun 2022 yaitu tujuan
kebijakan ekspor impor sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan. “Dalam
hal tertentu, Menteri dapat menetap kan barang yang di impor dalam keadaan
bukan baru berdasarkan Peraturan perundangundangan, Kewenangan Menteri,
dan/atau Usulan atau pertimbangan teknis dari instansi pemerintah lainnya”.
Berdasarkan ketentuan diatas, seharusnya pakaian bekas yang masuk atau tiba di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada atau setelah tanggal
Peraturan Menteri ini berlaku haruslah dalam keadaan yang baru, namun dalam
kenyataannya hal tersebut tidak dilakukan oleh para importir, mereka
memperdagangkan pakaian tersebut dalam keadaan yang bekas dan kualitas
yang tidak layak. Hal ini menandakan aspek penegakan hukum masih lemah atau
peraturan yang mengatur mengenai larangan impor pakaian bekas sebagaimana
yang tercantum dalam Peraturan Menteri tersebut diatas masih belum efektif.

b. Tingkat konsumtif masyarakat Indonesia yang tinggi, Hal ini yang


menyebabkan munculnya budaya baru. Budaya konsumtif ini sangat
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat terutama masyarakat yang ada
diperkotaan. Hal itu juga yang kemudian membuat rentan penduduk kota dengan
nilai-nilai simbolik. Simbolik itu berarti gaya hidup dan status. Status ini bukan
sekedar kelas menengah atas saja, tetapi juga berdasarkan kelompok masyarakat.

c. Fashion atau gaya hidup, Dalam kehidupan sehari-hari, fashion atau gaya
hidup menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya
keseharian seseorang. Benda-benda seperti pakaian dan aksesories yang
dikenakan bukanlah sekedar penutup tubuh dan hiasan. Pakaian juga menjadi
sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi, lebih dari itu
35

pakaian bekas menjadi sangat unik karena pakaian tersebut tidak ada
kembarannya atau tidak ada yang sama dengan pakaian lain yang biasa dijual di
toko-toko pada umumnya.

d. Merk Terkenal, Karena pakaian bekas yang didatangkan dari luar negeri
maka kualitas pakaian bekas tentu lebih baik dari produk dalam negeri, merek
yang ditawarkan juga sangat beragam dan sangat terkenal serta harganya jauh
lebih murah dibandingkan harga pakaian yang asli dan masih baru. Pakaian
bermerek selalu identik dengan kualitas yang bagus dan relatif mahal, namun
dengan adanya penjualan pakaian bekas ini setiap individu bisa mendapatkan
pakaian yang bermerk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.

C. Kerangka Penelitian

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah gambaran terhadap seperangkat kumpulan konsep, definisi, dan
ketentuan yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi tentang
suatu fenomena/gejala.

Adapun kerangka teori yang akan Penulis gunakan adalah :

a. Teori Perbandingan
Menurut Sugiyono penelitian komparatif adalah suatu permasalahan penelitian
yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda.
Penelitian komparasi adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan
suatu objek penelitian. Metode perbandingan hukum diterapkan dengan memakai
unsur-unsur sistem hukum sebagai titik tolak perbandingan, dimana sistem hukum
sendiri mencakup 3 unsur pokok, yaitu :
a) Struktur hukum yang mencakup lembaga-lembaga hukum;
b) Substansi hukum yang mencakup perangkat kaidah atau perilaku teratur; dan
36

c) Budaya hukum yang mencakup perangkat nilai-nilai yang dianut.

Ketiga unsur tersebut dapat dibandingkan masing-masing satu sama lainnya, atau
pun secara kumulatif. Perbandingan hukum adalah cabang ilmu (hukum) yang
membandingkan sisitem-sistem hukum yang berlaku dalam satu atau beberapa
masyarakat. Comparative Approach atau pendekatan perbandingan diperlukan
karena dalam penelitian hukum normatif, tidak mungkin dilakukan suatu experimen,
sebagaimana penelitian empiris atau ilmu eksak. Pendekatan perbandingan
(comparative approach) juga dapat digunakan oleh peneliti dalam hal permasalahan
penelitiannya mempermasalahkan adanya kekosongan norma.
Dalam hal ini, penulis melakukan perbandingan antara Hukum Positif dan
Hukum Islam

b. Teori Sinkronisasi Hukum


Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji menyatakan bahwa salah satu objek
penelitian hukum normatif adalah penelitian sinkronisasi hukum. Dalam penelitian
ini, yang diteliti adalah sampai sejauh mana hukum positif tertulis yang ada itu
sinkron atau serasi satu sama lainnya. Hal ini dapat dilakukan melalui 2 jalur, yaitu:
a) Vertikal, melihat apakah suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku
bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan antara suatu
dengan yang lain apabila dilihat dari sudut vertikal atau hierarki peraturan
perundang-undangan yang ada.
b) Horizontal, apabila yang ditinjau adalah peraturan perundangundangan yang
kedudukannya sederajat dan yang mengatur bidang yang sama.

Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal, yaitu meneliti


keserasian hukum positif (peraturan perundangundangan) agar tidak bertentangan
berdasarkan hierarki peraturan perundang-undangan.
37

2. Kerangka Konseptual

Konsep jual beli thrifting di TikTok adalah ketika seseorang menjual barang
bekas atau secondhand yang masih layak pakai atau dalam kondisi baik dengan harga
yang lebih murah daripada harga barang baru. Dalam perspektif hukum positif, praktik
jual beli thrifting tidak melanggar hukum karena tidak melibatkan aktivitas ilegal atau
kejahatan yang dapat merugikan pihak lain. Namun, Larangan impor pakaian bekas
sendiri sebenarnya tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 40
Tahun 2022 tentang perubahan Permendag No 18 tahun 2021 tentang Barang Dilarang
Ekspor dan Dilarang Impor. Pada pasal 2 ayat 3 disebut bahwa barang dilarang impor,
antara lain kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas. Barang-barang bekas itu
dilarang diimpor karena berdampak buruk bagi ekonomi domestik, terutama UMKM
serta buruk untuk kesehatan penggunanya.

Dalam perspektif hukum Islam Alquran dan Hadis, ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan dalam praktik jual beli thrifting. Pertama, jual beli thrifting
harus memperhatikan prinsip-prinsip syariah seperti kejujuran, keadilan, dan tidak
merugikan pihak lain. Barang yang dijual harus benar-benar layak pakai dan sesuai
dengan keterangan yang diberikan oleh penjual. Selain itu, harga yang ditawarkan juga
harus adil dan tidak melebihi nilai pasar. Kedua, dalam praktik jual beli thrifting, penjual
dan pembeli harus memperhatikan hak-hak konsumen dan penjual yang diatur dalam
hukum Islam. Misalnya, pembeli memiliki hak untuk mengetahui informasi lengkap
tentang barang yang dibeli dan penjual harus memberikan jaminan terhadap kerusakan
atau cacat yang ada pada barang tersebut. Ketiga, dalam perspektif hukum Islam,
terdapat larangan untuk menjual barang yang haram. Oleh karena itu, penjual dan
pembeli harus memastikan bahwa barang yang ditawarkan atau dibeli tidak melanggar
hukum Islam.

Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa praktik jual beli
thrifting menurut perspektif hukum positif dan hukum islam.
38

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1) Skripsi yang ditulis oleh Nafiah Friska Ramadhanni, Fakultas Syariah


IAIN Ponorogo Tahun 2021 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Sistem Jual Beli Pakaian Bekas Di Gang Punthuk Madiun “. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa jual beli yang dilakukan oleh pedagang
pakaian bekas di gang Punthuk Madiun sudah sesuai dengan rukun jual beli
namun jual beli ini tidak sesuai dengan syarat jual beli yang terletak pada objek
jual beli karena pembeli tidak mengetahui dan melihat secara langsung keadaan
barang mengenai kualitasnya. Selain itu jual beli ini juga bersifat gharar karena
tidak dapat diketahui secara jelas mengenai jenis, atau ukurannya pakaian bekas
yang ada di dalam karung. Berbeda dengan peneliti yang tidak hanya membahas
mengenai hukum Islam namun peneliti juga membahas mengenai hukum positif
serta jual beli yang dilakukan secara online melalui aplikasi TikTok.

2) Skripsi yang ditulis oleh Ismelia Fathonah, Fakultas Syariah Universitas


Islam Negeri Raden Intan Lampung Tahun 2020 yang berjudul “Analisis Hukum
Positif Dan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor”. Hasil
dari penelitian ini adalah diketahui bahwa kegiatan jual beli pakaian bekas impor
dilarang dalam hukum positif dan hukum Islam, karena pakaian bekas
mengandung bakteri dan jamur yang berbahaya sehingga berpotensi mengganggu
kesehatan manusia jika dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat. Selain itu,
berdampak pula pada perekonomian negara. Sanksi apabila terbukti mengimpor
pakaian bekas dalam hukum positif tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 Tentang Perdagangan yaitu hukuman penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau hukuman denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah). Sedangkan sanksi dalam hukum Islam. yaitu hukuman ta’zir karena
belum ada ketentuannya secara tegas dalam nash Al-Qur’an dan Hadist, sehingga
dalam menentukan bentuk dan ukuran hukumannya diserahkan kepada hakim
atau pihak yang berwenang menetapkan hukuman. Berbanding dengan peneliti
39

yang tidak hanya menguraikan pada Hukum positif dan hukum islam, tetapi juga
mengaitkannya dengan praktik jual beli online

3) Skripsi yang ditulis oleh Desi Safitri, Fakultas Syariah dan Hukum IAIN
Padangsidimpuan Tahun 2019 yang berjudul “Praktek Jual Beli Pakaian Bekas
Di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Ditinjau Dari
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah”. Hasil dari penelitian ini adalah
menunjukkan bahwasanya berdasarkan analisis yang dilakukan, praktek jual beli
pakaian bekas di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan dengan
menggunakan sistem borongan dan eceran tidak sesuai dengan ketentuan Hukum
Ekonomi Syariah, karena adanya ketidakjelasan pakaian bekas yang diperjualkan.
Ketidakjelasan tersebut membuat syarat objek yang diperjual belikan menjadi
tidak terpenuhi. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada jual beli yang
dilakukan secara langsung alias bukan online dan dari aspek analisis tinjauan
hukum positif dan hukum islamnya. Sedangkan persamaannya adalah objek
pembahasannya yaitu pakaian bekas
BAB III

GAMBARAN UMUM JUAL BELI ONLINE PADA APLIKASI TIKTOK

A. Gambaran Umum Penjual Barang Thrift di Tiktok


Tiktok shop merupakan tempat penyaluran barang atau jasa dari
produsen ke konsumen. Pasar juga merupakan tempat pada waktu tertentu para
penjual dan pembeli dapat bertemu guna melakukan transaksi jual beli barang.
Di Tiktok Shop juga merupakan tempat terjadinya tawar menawar antara penjual
dan pembeli. Potensi yang tinggi membuat banyak orang menjadikannya sebagai
lokasi usaha yang sangat menjanjikan.
Ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh para pedagang ketika
menjalankan usaha di Tiktok Shop, salah satunya adalah e-commerce yang
sedang digemari secara perdagangan sangat strategis dan tidak pernah sepi
pembeli karena merupakan tempat tujuan utama orang yang berbelanja.
Penjual barang thrift yang memiliki nama Setiadi menjalankan usaha
thrift ini sejak tahun 2019. Aktivitas perdagangan dengan cara live di Tiktok
shop tersebut dimulai dari pukul 010.30 WIB, sampai dengan pukul 17.00
WIB.33

B. Proses Transaksi Barang Thrift di Tiktok


1. Proses transaksi jual beli pakaian bekas antara distributor dengan
penjual.
Dalam melakukan transaksi jual beli yang dilakukan oleh para penjual
pakaian bekas lumayan sulit, hal ini dikarenakan pakaian bekas yang
berasal dari luar negeri diantaranya adalah Jepang, Korea, Malaysia,
Singapura, dan China itu tidak memiliki izin atau legalitas resmi. Seperti
misalnya Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), tertuang dalam Peraturan

33
Wawancara Hasil Wawancara dengan Penjual Tiktok, Mas Setiadi
40
41

Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.40 Tahun 2022 tentang


Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor. Selain itu juga bisnis
yang geluti Setiadi ini telah berlangsung lama sejak 3 sampai 4 tahun.34
Pakaian bekas yang didapat dari beberapa agen ini ada yang dihitung
berdasarkan takaran satu karung besar biasanya terdapat sekitar 100 potong
pakaian bekas dengan harga Rp. 5.000.000. Pakaian bekas yang dijual pada
Pasar Perumnas Way Halim Bandar Lampung ini sangat beragam, mulai
dari pakaian anak-anak sampai pakaian dewasa. Terdiri atas Hoodie, Zip
Hoodie, T-shirt, Polo Shirt, Vest, Jaket, Celana, Crewneck, Topi, Kemeja
dan Sepatu.35

2. Proses transaksi jual beli pakaian bekas antara penjual dengan


pembeli
Proses Transaksi Barang Thrift di Tiktok, yaitu sebagai berikut:
a) Buka siaran live streaming yang diinginkan.
b) Produk yang dijual saat live streaming biasanya ditampilkan melalui
jendela kecil yang ada di pojok kanan bawah halaman TikTok.
c) Setelah kamu menemukan produk yang disukai saat menonton live
streaming, kamu dapat langsung mengklik tombol “Buy” untuk
melakukan pembelian, kemudian pilih “Buy Now”.
d) Sama seperti cara sebelumnya, perlu mengisi alamat lengkap berikut
detail order barang yang di inginkan.
e) Setelah melalui semua tahapan pembelian dan pembayaran, sisanya
tinggal menunggu barang yang dipesan di antar ke tempat tujuan.

34
Hasil Wawancara dengan Penjual Tiktok, Mas Setiadi
35
Hasil Wawancara dengan Penjual Tiktok, Mas Setiadi
BAB IV
ANALISIS JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR (THRIF) SECARA
ONLINE DI APLIKASI TIKTOK

A. Analisis Hukum Positif Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor Pada
Aplikasi TikTok

Jual beli pakaian bekas impor (thrift) adalah salah satu bentuk praktik jual beli
yang saat ini ramai dilakukan oleh masyarakat. Jual beli pakaian thrift memiliki
kaitan yang erat dengan kegiatan impor, sehingga regulasi di bidang impor sangat
penting dan dibutuhkan sekali untuk melindungi dan mewujudkan perlindungan
bagi konsumen sebagai pengguna dari produk impor tersebut. Pemerintah secara
tegas telah melarang pakaian bekas (thrift) diIndonesia, tidak hanya pakaian bekas
(thrift) bermerek impor atau branded saja, akan tetapi seluruh jenis dan merek
pakaian bekas tanpa terkecuali. Payung hukum tertinggi terdapat pada
Undangundang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam pasal 47 ayat (1)
terkait tentang peraturan dalam praktik impor dijelaskan bahwa setiap orang atau
badan usaha yang bergerak sebagai importir wajib mengimpor barang dalam
keadaan baru. Selanjutnya, dalam pasal 47 ayat (2) dijelaskan bahwasanya dalam
keadaan tertentu Menteri dapat menetapkan barang yang dapat diimpor dalam
keadaan tidak baru (bekas).
Regulasi terkait impor pakaian bekas (thrift) juga tertuang dalam pasal 8 ayat (2)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang
rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberi informasi secara lengkap dan
benar atas barang yang dimaksud”. Penjelasan lebih rinci mengenai pelarangan
pakaian bekas (thrift) dijelaskan dan dipertegas dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang
Dilarang Impor.

42
43

Praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) yang ada di Indonesia apabila ditinjau
dari Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang
Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor termasuk dalam kategori praktik jual
beli yang terlarang karena tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan.
Larangan tentang Pratik jual beli pakaian bekas impor juga dikarenakan oleh
beberapa hal yang berdampak negatif yang timbul dari pakaian bekas tersebut.
Dampak negatif dari jual beli pakaian bekas impor diantaranya:
a. Pakaian bekas impor mengandung bakteri
Pemerintah membuat larangan terhadap impor pakaian bekas (thrift) ke
Indonesia atas dasar isu kesehatan manusia karena berdasarkan analisis yang
dilakukan oleh Kementerian Perdagangan pada pengujian pakaian bekas yang
dijual di pasar mengandung berbagai jenis bakteri yaitu Staphyloccus aureus (S.
aureus), Escherichia coli (E. Coli), dan jamur kapang atau khamir. Adanya
bakteri yang terdapat di dalam pakaian bekas (thrift) yang beredar dapat
membahayakan kesehatan masyarakat sehingga tidak aman untuk digunakan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat, karena dapat menimbulkan penyakit kulit.

b. Mematikan industri garmen dalam negeri

Jual beli pakaian bekas impor (thrift) dapat memberikan dampak negatif
dalam aspek ekonomi karena dapat mematikan industri garmen kecil dan
konveksi yang pangsa pasar 100% domestik. Akibatnya, industri garmen dan
konveksi ini harus mampu bersaing dan berbagi pangsa pasar dengan pakaian
bekas (thrift) impor tersebut.

Berdasarkan hukum positif pasal 47 Undang-undang No. 7 Tahun 2014 dan


Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang
Ekspor dan Barang Dilarang Impor.jual beli pakaian bekas impor (thrift) adalah
dapat menimbulkan dampak negatif baik dari segi kesehatan maupun dari segi
ekonomi, namun larangan ini belum ada sanksi tegas dari pemerintah kepada
pedagang pakaian bekas impor (thrift) sehingga saat ini masih banyak pedagang
44

yang memperjual belikan pakaian bekas impor. Banyak pedagang yang


menghiraukan mengenai larangan pemerintah terhadap jual beli pakaian bekas
impor (thrift), hal ini ditandai dengan semakin banyak penjual yang menjualkan
pakaian bekas impor (thrift) dan saat ini sudah banyak yang menjualkan secara
online.
Meskipun .banyak diantara pembeli yang mukakan adalah barang tersebut masih
layak pakai, dan bahannya bagus, hanya saja harus dikelola dengan baik
sebagaimana mestinya, serta harga yang terjangkau menjadi salah satu minat
masyarakat untuk membeli pakaian bekas tersebut. Para penjual telah mengetahui
bahwa jual beli pakaian bekas yang mereka geluti saat ini bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah, namun sangat tidak mungkin mereka meninggalkan tempat
usahanya yang telah digeluti selama hampir 4 tahun, selain itu para penjual tidak
pernah mendapati para pembeli yang complain mengenai pakaian bekas yang
mereka jual. 36
Para pembeli juga telah mengetahui dari banyaknya pakaian yang dipajang dan
diperlihatkan di dalam Tiktok Live terdapat beberapa pakaian yang telah rusak atau
cacat, seperti robek dibagian lengan pakaian. Namun para penjual tidak memaksa
para pembeli untuk membeli pakaian tersebut, melainkan atas kerelaan dari pihak
pembeli dengan pembayaran antara penjual dan pembeli dilakukan secara tunai.37
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan pakaian bekas ini telah
memenuhi syarat, yaitu barang yang diperjualbelikan adalah barang yang dapat di
ambil manfaatnya, dan dalam praktiknya tidak terdapat unsur paksaan yang
dilakukan para penjual kepada para pembeli dalam proses transaksi jual beli pakaian
bekas ini. Namun, menjadi batal karena penjualan pakaian bekas ini sangat
bertentangan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang
Dilarang Impor. Hal ini dikarenakan dapat menyebabkan industri dalam negeri
terintegrasi, kemudian membuat turun martabat bangsa.

36
Hasil Wawancara Pembeli Pakaian Thrift, Aqmal
37
Hasil Wawancara Pembeli Pakaian Thrift, Aqmal
45

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi
TikTok

Jual beli online dalam islam diperbolehkan selama jual beli tersebut tidak
melanggar syariat islam seperti adanya unsur riba, penipuan, atau merugikan.
Seperti yang dijelaskan dalam hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda:

‫ش‬ َ ‫ْس ِّمنَّا َم ْن‬


َّ ‫غ‬ َ ‫لَي‬
Artinya: “Bukan bagian dari golonganku, orang yang menipu” (HR. Ahmad 7292,
Abu Daud 3454, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Pada hadist tersebut termasuk menipu dalam jual beli melalui online tidak
diperbolehkan, namun berdasarkan penemuan peneliti praktik jual beli pakaian
bekas impor (thrift) di aplikasi TikTok tidak terjadi penipuan karena barang yang
dijual melalui TikTok Live oleh penjual dideskripsikan secara lengkap dan jelas
megenai kondisi pakaian yang dijual. Kondisi tersebut termasuk pakaian yang
terdapat kecacatan seperti noda, robek selain itu juga dijelaskan mengenai ukuran,
warna sehingga pembeli dapat menentukan keputusannya untuk membeli atau tidak
sesuai dengan kondisi barang.
46

Gambar 4.1 Penilaian Pembeli

Gambar 4.2 Pilihan barang


47

Gambar 4.3 Penjelasan kondisi barang

Dalam Islam transaksi jual beli telah ditegaskan tentang kebolehan dan hal-hal
yang dilarang dalam transaksi tersebut, Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba, dan segala bentuk transaksi jual beli yang mengandung unsur
gharar (ketidakjelasan barang yang diperjual belikan). 38 Konsep gharar dibagi
menjadi dua kelompok:

1) Unsur resiko yang mengandung keraguan, probabilitas dan ketidakpastian


secara dominan.
2) Sedangkan kelompok kedua unsur meragukan yang dikaitkan dengan penipuan
atau kejahatan oleh salah satu pihak terhadap pihak lain.

Kitab suci Al-qur’an dengan tegas telah melarang semua praktik jual beli yang
mengandung unsur kecurangan dalam segala bentuk terhadap pihak lain, hal itu
mungkin dalam bentuk penipuan atau kejahatan, atau memperoleh keuntungan
dengan tidak semestinya atau resiko yang menuju ketidakpastian di dalam suatu
muamalah atau sejenisnya 39 Adapun syarat barang yang diperjual belikan harus

38
Abdullah ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz, Penerjemah Ma’ruf abdul Jalil, (Jakarta:
Pustaka as-Sunnah, 2006), h. 654.
39
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2006), h. 161-162.
48

diketahui (dilihat), barang yang diperjual belikan harus dapat diketahui banyaknya,
beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli
yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
Pada penjelasan diatas praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) pada
aplikasi TikTok tidak ditemukan unsur bathil karena penjual menjelaskan dan
memperlihatkan secara jujur mengenai kondisi barang sehingga tidak terdapat
unsur menipu karena pembeli mengetahui kondisi barang. Sebagaimana seperti
penjelasan Fatwa DSN-MUI No.110 DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Jual Beli
bahwa transaksi jual beli harus memenuhi unsur kejelasan dalam transaksi jual beli
antara penjual dan pembeli. Begitupun Fatwa DSN-MUI No.05/DSN-MUI/IV/2000
tentang Jual Beli Salam ketentuan tentang barang:
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

Menurut hukum Islam, praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) secara
online adalah boleh atau tidak dilarang, karena dalam praktik jual beli tersebut tidak
melanggar hukum jual beli dalam Islam. Dalam praktik jual beli tersebut pedagang
pakaian bekas impor (thrift) menjelaskan secara detail dan jelas sesuai pada Fatwa
DSN-MUI No.110 DSN-MUI/IX/2017 dan Q.S An-Nisa (4): 29) surat Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jangan lah kamu saling memakan harta sesama
mu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan jangan lah kamu membunuh dirimu.
Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu.” Dalam praktik jual beli secara detail
dan jelas diharuskan memberi informasi mengenai kondisi pakaian yang dijual agar
49

pembeli mengetahui kondisi pakaian yang ingin dibeli sehingga tidak ada unsur
penipuan dari jual beli tersebut.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis terhadap pokok pembahasan dan pendekatan metode


ilmiah, dalam rangka untuk menjawab rumusan masalah, maka dapat diambil
kesimpulan:
1. Praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) ditinjau dari hukum positif adalah
tidak memenuhi salah satu unsur yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian
dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu sesuatu sebab yang halal. Ketentuan terkait
importasi pakaian bekas terlarang secara hukum positif. Selain itu dapat
menimbulkan dampak negatif, pakaian bekas impor diketahui mengandung
bakteri sehingga tidak baik digunakan karena dapat menimbulkan penyakit pada
manusia walaupun pakaian tersebut sudah dicuci namun bakteri tersebut tidak
sepenuhnya hilang. Selain itu juga dapat memberikan dampak negatif di bidang
ekonomi yaitu mematikan industri garmen kecil (umkm) karena harus bersaing
dengan pakaian bermerk dan harga yang terjangkau dibandingkan dengan
pakaian baru bermerk lokal.

2. Praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) ditinjau dari hukum Islam, praktik
jual pakaian bekas impor (thrift) tidak menyalahi aturan Islam Jika dilihat dari
segi akad, akad disini adalah akad ijab yang disampaikan oleh pihak penjual dan
qabul oleh pihak pembeli. telah memenuhi syarat dalam rukun jual beli yaitu
sudah dewasa dan berakal sehat jasmani maupun rohani, kemudian mereka juga
melakukan transaksi jual beli tanpa adanya unsur paksaan dari pihak luar, serta
mereka pun cakap dalam bertindak. Kemudian dari objek akad, objek akadnya
pun dalam prakteknya sudah jelas diketahui kualitas dan kuantitasnya, walaupun
yang diperjualbelikan merupakan pakaian bekas dan resiko yang harus dihadapi

50
51

adanya kecacatan dalam produk,namun penjual sudah mencantumkan dan


menjelaskan kondisi pakaian secara lengkap melalui pada saat Live di aplikasi
TikTok. Dari semua penjelasan yang telah disampaikan bahwa dalam Agama
Islam telah mengatur segala segi kehidupan salah satunya dalam hal
bermuamalah.

B. Saran
Demi penyempurnaan skripsi ini maka akan disampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Aplikasi TikTok atau sosial media lainnya harus lebih selektif dalam
memberikan izin kepada para pelaku usaha yang ingin berjualan di TikTok
seperti barang atau produk yang dijual tidak boleh melanggar aturan pemerintah
karena hal tersebut merupakan salah satu pelanggaran hukum. Kementerian
Perdagangan sejauh ini sudah melakukan tindakan berupa penyuluhan dan
sosialisasi serta memberikan himbauan kepada masyarakat mengenai larangan
dan bahaya dari penggunaan pakaian bekas impor. Pemerintah dan aparat
penegak hukum harus melakukan tindakan yang lebih tegas lagi dengan
memberikan sanksi dan tindakan penyitaan pakaian bekas impor untuk
membasmi secara tuntas mengenai perdagangan pakaian bekas impor dan
menghindari kemungkinan terjadinya kerugian yang akan diderita oleh pembeli.
2. Pelaku usaha yang menjual pakaian bekas impor harus menyadari bahwa
tindakan memperdagangkan pakaian bekas impor merupakan kegiatan usaha
yang dilarang serta bertentangan dengan hukum dan Undang-Undang yang
dapat mengancam kesehatan manusia serta eksistensi usaha lokal di bidang
pakaian. Kementerian Perdagangan diharapkan dapat lebih efektif dalam upaya
mensosialisasikan hak-hak konsumen dan hukum perlindungan konsumen
kepada masyarakat karena masih banyak pembeli yang tidak mengetahui
hakhaknya sebagai konsumen dan tidak mengetahui dampak dan legalitas dari
barang-barang yang dikonsumsinya.
52

Pembeli selaku pemakai barang harus menjadi pembeli yang cerdas dan selektif
dalam memilih barang yang akan dikonsumsi. Tindakan dan minat dari pembeli
terhadap suatu barang akan sangat berpengaruh pada penjualan pakaian bekas
impor sehingga pembeli hendaknya memilih pakaian baru yang berasal dari
produk lokal dalam negeri yang lebih menjamin kualitas dan perlindungan akan
hak-hak konsumen.
53

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abbas Sudirman. Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Radar
Jaya Offset: 2016).
Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010).

Khallaf, Abdul Wahab. Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1993).
al-Khalafi, Abdullah ‘Azhim bin Badawi. Al-Wajiz, Penerjemah Ma’ruf abdul Jalil,
(Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006).
Al-Mushlih, Abdullah Al-Mushlih. Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Drul
Haq. 2004).
Isma‟il, Abi Abdillah Muhammad bin. Shahih Bukhari, (ttp: Syirkah Akmaktabah

Litabi‟i Wan Nasr).

Alternatif Berbelanja Pakaian yang Lebih Ramah Lingkungan,

https://www.kompasiana.com/askhia97615/61c72b5506310e0a9e0c2ef2/alter
natif-berbelanja,Diakses 14 Oktober 2022.
Abbas, Ahmad Sudirman. Qawaid Fiqhiyah dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2004).
Febriani, Anisa Sri. “Fenomena Penggunaan Aplikasi Media Sosial Bigo Live (Live
Streaming) Dikalangan Mahasiswa Fisip Unpas” (Skripsi S-1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan, 2017).
Malimbe, Armylia Malimbe dkk. “Dampak Penggunaan Aplikasi Online TikTok
Terhadap Minat Belajar Dikalangan Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Dan Politik Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal Ilmiah Society, Vol.1
No.1 (2021).
Artikel Perdagangan Syariah,
https://artikel.staff.uns.ac.id/2009/01/31/perdagangansyariah/ Diakses 29
Semptember 2022.
54

Apa Itu TikTok Dan Apa Saja Fitur-Fiturnya, Artikel Trikinet,

Https://Trikinet.Com/Post/Apa-Itu-Tik-Tok/ Diakses 29 Semptember 2022.


Cara Live TikTok Dan Tips Penting Tarik Banyak Viewers, Artikel Tokopedia, , di
Https://Www.Tokopedia.Com/Blog/Cara-Live-Di-TikTok-Tek/, Diakses pada
26 Desember 2022.
Kusuma, Dian Novita Sari Chandra. “Penggunaan Aplikasi Media Sosial Berbasis

Audio Visual Dalam Membentuk Konsep Diri,” (Skripsi S-1 Fakultas Ilmu
Komunikasi, Universitas Tarumanagara, 2020).
Kalaf, Fatwa Banu. “Pembubaran Organisasi Masyarakat Pada Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2017 Dalam Perspektif HAM dan Kaidah Fiqhiyah”, (Skripsi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020)

Rahman, Fazlur. Doktrin Ekonomi Islam, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2006).

A Brief History Of Thrifting, https://Www.Ussfeed.Com/A-Brief-History-OfThrifting


Diakses 5 oktober 2022.
Surya, Hariman dan Koko Khoerudin. Fiqih Muamalah Teori dan Implementasi
(Bandung: Remja Rosdakaya, 2019).
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 78.

Larangan Impor Pakaian Bekas, Artikel Hukum Online,

https://www.hukumonline.com/klinik/a/larangan-impor-pakaian-
bekaslt56a826fd89e27, Diakses Pada Tanggal 29 November 2022.
Dhrma Ida Bagus Reza Adi.“Perspektif Hukum Pidana Terhadap Pengguna Aplikasi
TikTok Berkonten Pornografi,” (Skripsi S-1 Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya).
Tren Thrift Shop yang Membawa Dampak Positif Bagi Lingkungan”,
https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/g, Diakses 14 Oktober 2022.
Pardede, Kremon dkk.,“Kepabeanan Dan Cukai Studi Dipangkalan Sarana Bea Dan

Cukai Tanjung balai Karimun”, Zona Hukum, Vol. 14 No. 3 Desember 2020.
55

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Rosda Karya, 2000).

Live Video Streaming Sebagai Bentuk Perkembangan Fitur Media Sosial,


Https://Tinyurl.Com/Live-Video-Srraming Diakses pada 26 Desember 2022.
Hasan, M Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2004) edisi 1, cet ke 2.

Zaputri, Meri. “Dampak Kecanduan Media Sosial TikTok Terhadap Perilaku Belajar

Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling Iain Batusangkar,” (Skripsi S-1 Fakultas


Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2021).
Isma’il, Muhammad Al-Kahlani bin. Subuh Al-Salam, (Bandung: Dahlan, t.th), Jus II.

Suma, Muhammad Amin. Tafsir Ayat Ekonomi, (Jakarta: Paragonatama Jaya, 2013).

Nitisusastro, Mulyadi. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan,


(Bandung: Alfabeta, 2012).
Haroen, Nasrun. Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.,97.

Motivasi Masyarakat Membeli Pakaian Bekas di Pasar Senapelan Pekanbaru,


https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/2252/2194LI,
Diakses 14 Oktober 2022.
Pasal 2 Ayat (3) Peraturan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang dilarang Ekspor dan
Barang dilarang Impor.
Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Peraturan Menteri Perdagangan No.18 Tahun 2021 jo Peraturan No.40 Tahun 2022
tentang Barang dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
Potter dan Patrici, Kebutuhan Manusia, (Jakarta: Tiara Wacana, 1997), h.7.

Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001)

Rahmat Syafe’I, Fiqh Muamalah: untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum (Bandung :

Pustaka Setia, 2010).

Setiawan, Ryan Ari Dan Yumarlin Marzuki. “Survei Aplikasi Video Live Streaming
56

Dan Chat Di Kalangan Pelajar,” Jurnal.Unismus, No. 1 (2018).

Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005).

Sabiq, Sayid. Fiqh Sunnah, Penerjemah Kamaluddin A.Marzuki, Terjemah Fikih

Sunnah, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1987).

Sudiarti, Sri. Fikih Muamalah Kontemporer, (Medan: Febi Uin Su Press, 2018).

As-Sa’di, Syekh. Abdurrahman Fiqih Jual-Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah,


(Jakarta : Senayan Publishing, 2008).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
57

LAMPIRAN

Wawancara dengan Mas Setiadi Penjual Thrift Tiktok


58

Wawancara dengan Aqmal Pembeli Thrift Tiktok

Anda mungkin juga menyukai