SKRIPSI
Oleh:
MUHAMAD FEBRIYANTO
(11180490000043)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
MUHAMAD FEBRIYANTO
NIM. 11180490000043
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Karya ini dikerjakan secara pribadi dan saya mampu bertanggungjawab atas karya tulis
ini.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Muhamad Febriyanto
NIM.11180490000043
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, atas perkenan dan ridho Nya, telah
memberikan kekuatan dan hidayah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat dan salam, senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah memberikan tauladan yang sempurna bagi seluruh alam
semesta, Amin. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini,
yang berjudul “Legalitas Jual Beli Pakaian Bekas Impor (Thrift) Secara Online Di
Aplikasi Tiktok”.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis memohon maaf jika masih ada kekuarangan
dan kemungkinan kesalahan dalam melakukan penulisan baik itu penyajian data atau
materi yang dipaparkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna karena keterbatasan dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki
oleh penulis. Meskipun demikian, penulis berharap bisa memberikan kontribusi dan
manfaat. Skripsi ini tidak akan bisa terealisasi tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1) Prof. Dr. Muhammad Maksum, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) AM Hasan Ali, M.A, selaku ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah dan Dr.
Abdurrauf, Lc., MA, selaku sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) AH. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama
masa perkuliahan di Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4) Drs. Hamid Farihi, M.A. sebagai Dosen Pembimbing dengan segala keikhlasan,
ketulusan dan kesabaran bersedia meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, mengoreksi, berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penulisan
skripsi dengan baik sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi sampai tahap
sidang akhir.
v
5) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum serta seluruh civitas
akademik yang telah memberi ilmu, membimbing, mendidik, dan membantu
penulis selama masa perkuliahan.
6) kepada keluarga, kedua orangtua, Bapak Lasdi, dan Ibu Sumiati, serta kakak Dewi
Purwati S.E. yang tidak henti-hentinya mendoakan penulis. Memberikan dukungan
baik moril maupun materiil. Semoga seluruh pengorbanan, ketulusan dan
keikhlasan, serta cinta dan kasih sayang mendapat ganjaran pahala di sisi Allah
SWT.
7) Kepada teman kelas yakni Sidik, Fauzan, Isa, Rifaldi, Zaini dan Wafa yang sudah
banyak membantu penulis selama ini semoga Allah SWT memudahkan urusan kita.
8) Kepada Listya Arrum Wibowo yang telah banyak membantu memberikan
dukungan, semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini semoga Allah
SWT membalas segala kebaikan nya.
9) Kepada “Sobat Ambyar” yaitu Andri, M. Fauzi, M.Alvian, Saddam yang telah
memberikan motivasi dan semangat kepada penulis serta terimakasih telah bersedia
menjadi pendengar terbaik dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
10) Seluruh teman Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2018, HMPS Hukum Ekonomi
Syari'ah, Kelompok KKN-150 Sabara, Keluarga HMI HES, dan kegiatan/organisasi
internal maupun eksternal lainnya yang pernah penulis ikuti dan telah menjadi
wadah berproses, belajar serta mendapatkan pengalaman terbaiknya.
11) Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu telah memberikan dukungan,
saran-saran, perhatian, doa dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
menjalani perkuliahan hingga tahap penyelesaian penulisan skripsi di Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan balasan pada setiap kebaikan
yang telah diberikan untuk penulis. Besar harapan penulis atas sedikitnya ilmu yang
tertuang ini untuk menjadi manfaat baik bagi penulis, utamanya bagi umat manusia,
bangsa dan Negara, serta menjadi kontribusi dalam ranah keilmuan hukum ekonomi
syariah yang terus berjalan.
vi
Dengan segala kerendahan hati penulis juga membuka diri untuk menerima saran-
saran yang berguna demi penyempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga karya ini
memberi manfaat untuk seluruh pihak yang menjadikan referensi. Aamiin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti dalam kehidupannya tidak bisa
terlepas dari individu lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu
kebutuhan yang diperlukan oleh setiap manusia dalam hidupnya yaitu kebutuhan
mengenai sandang atau pakaian. Pakaian berfungsi sebagai alat yang digunakan
untuk menutupi tubuh, pakaian atau yang dikenal sebagai fashion saat ini banyak
digemari oleh banyak orang terutama di kalangan anak muda. Perkembangan industri
fashion saat ini banyak menghadirkan tampilan baru yang menyebabkan banyak
orang yang ingin mengikuti tren fashion agar terlihat modis.
Sebagian orang akan mencari cara agar bisa terlihat modis dengan menggunakan
barang branded namun dengan harga yang terjangkau. Salah satu cara yang
dilakukan yaitu dengan membeli pakaian bekas atau yang sekarang lebih familiar
disebut dengan pakaian thrift. 1 Thrift merupakan salah satu model bisnis yang
semakin digemari dari tahun ketahun terkhusus kaum milenial. Kehadiran thrifting
saat ini sudah tidak asing di masyarakat pecinta fashion.
Alasan fashion thrift banyak digemari oleh masyarakat karena dianggap mereka
bisa mendapatkan pakaian branded dengan kualitas bagus namun dengan harga yang
lebih murah dibanding dengan harga baru yang banyak dijual di mall.Saat ini fashion
thrift banyak disukai oleh kalangan muda karena saat ini banyak penjual yang mulai
menjual pakaian impor bekas melalui media sosial akibat dari perkembangan
teknologi sehingga hal ini memberikan banyak kemudahan pada setiap orang yang
ingin membeli pakaian bekas impor.
1
A Brief History Of Thrifting, Artikel Uss.Feed, https://Www.Ussfeed.Com/A-Brief-History-
OfThrifting Diakses 5 oktober 2022.
1
2
Di Indonesia perkembangan teknologi sangat pesat pada saat ini tidak hanya
berdampak terhadap kemudahan manusia untuk melakukan komunikasi via sosial
media saja tetapi juga memberikan kemudahan untuk berbisnis atau berjualan. Jual
beli merupakan salah satu aspek kehidupan yang tersentuh dampak perkembangan
teknologi modern. Pada saat ini transaksi jual beli tidak hanya dilakukan pada saat
penjual dan pembeli bertemu secara langsung, tetapi transaksi jual beli bisa
dilakukan secara online
Jual beli online dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam aplikasi,
salah satunya adalah aplikasi TikTok. Alasan aplikasi TikTok banyak dipilih
kalangan masyarakat terutama anak muda karena mudah sekali untuk diakses, dan
hampir seluruh masyarakat menggunakan aplikasi ini. Selain itu keuntungan yang
didapat pada saat berbelanja online konsumen dapat menghemat waktu untuk pergi
kepusat perbelanjaan, pilihan barang yang ditawarkan oleh penjual sangat bervariasi,
dan yang paling penting harga yang ditawarkan oleh penjual juga lebih murah.
Dengan adanya aplikasi online shop, semua orang dapat dengan mudah menawarkan
barang yang ingin dijual. Pada saat ini aplikasi TikTok banyak dimanfaatkan oleh
para pedagang atau seller untuk menjajakan barang dagangnya.
Tetapi kekurangan yang dirasakan pada saat berbelanja online khususnya di
aplikasi TikTok ini adalah pembeli tidak dapat memegang langsung barang yang
akan dibeli, hanya bisa dilihat dari Live Streaming yang disediakan dari aplikasi
TikTok, oleh karena itu pembeli harus lebih teliti dalam melihat dan mendengarkan
penjual mendeskripsikan barang yang dijual di Live Streaming tersebut untuk
mengetahui kondisi barang yang akan dibeli agar tidak menimbulkan kekecewaan.
Selain itu banyak penjual yang tidak melakukan pencucian terhadap barang yang
ingin dijualnya sehingga hal tersebut akan menimbulkan penyakit gatal atau jamur
karena tercampur dengan barang lain yang sudah pernah digunakan oleh orang lain.
Banyaknya masyarakat yang menggemari fashion thrift (pakaian bekas impor)
terkadang banyak dari mereka yang mengenyampingkan dampak dari pakaian bekas
impor tersebut, terkait hal itu terdapat larangan yang tercantum pada Aturan
mengenai larangan mengimpor dan memperdagangkan pakaian bekas telah diatur
3
2
Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
3
Peraturan Menteri Perdagangan No.18 Tahun 2021 jo Peraturan No.40 Tahun 2022 Tentang Barang
Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor
4
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4
1. Identifikasi Masalah
3) Dampak yang ditimbulkan dari jual beli pakaian bekas impor di Indonesia
2. Batasan Masalah
3. Rumusan Masalah
1) Bagaimana tinjauan hukum positif terkait jual beli pakaian bekas impor
secara online diaplikasi TikTok?
2) Bagaimana tinjauan hukum islam terkait jual beli pakaian bekas impor
secara online diaplikasi TikTok?
5
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
2) Manfaat Praktis
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini perinciannya sebagai berikut:
1) Bahan Hukum Primer
Sumber Data primer adalah Sumber Data yang memiliki kekuatan
mengikat. Sumber Data primer bersifat autoritaf yang artinya mempunyai
otoritas. Sumber Data primer terdiri dari perundangundangan, catatan-catatan
resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-
putusan hakim.
Dalam hal ini, yang menjadi data objek penelitian mempunyai sifat
kekuatan hukum mengikat dan sah sebagai regulasi dari Ekonomi Islam.
Dalam penelitian ini menggunakan Undang-undang No. 7 Tahun 2014,
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021, Al-Quran dan
Hadist.
a. Studi Kepustakaan
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan
peneliti mengumpulkan data yang beragam dari responden dalam berbagai
situasi dan konteks.
5. Analisis Data
5
Megawati, E., & Herdiyanto. (2016). Hubungan antara perilaku prososial dengan psychological
well-being pada remaja. Jurnal Psikologi Udayana, 3(1), 133-135.
9
6. Teknik Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
6
Sri Sudiarti, Fikih Muamalah Kontemporer, (Medan: Febi Uin Su Press, 2018), h., 74.
7
Rahmat Syafe’I, Fiqh Muamalah: untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum (Bandung : Pustaka Setia,
2010), h., 73
11
12
2. Imam Nawawi : Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk
kepemilikan.
3. Ibnu Qudamah : Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta, untuk saling
menjadikan milik.
4. Madzhab Syafi’I : Jual beli adalah tukar menukar barang dengan barang
atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari seseorang
terhadap orang lain atas dasar kerelaan kedua belas pihak. Dalam jual beli
akan melibatkan antara dua belah pihak, dimana pihak yang satu sebagai
pihak yang menyerahkan uang untuk pembayaran barang yang diterima
(pembeli) dan pihak lainnya sebagai pihak yang menyerahkan barang
sebagai ganti uang yang telah diberikan (penjual) dan dibenarkan oleh
syara’. Dibenarkan oleh syara’ maksudnya adalah memenuhi
persyaratanpersyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain yang ada kaitannya
dengan jual beli sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi
berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesame umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW
terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang berkaitan
dengan jual beli, yaitu :
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah dasar hukum yang menduduki tingkat pertama dalam
menentukan hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan beragama. Dalam
masalah jual beli terdapat beberapa penjelasan yang melatarbelakangi jual beli,
diantaranya adalah dalam Q.S. Al-Baqarah: 275:
Ayat diatas secara umum tapi tegas memberikan gambaran tentang hukum
kehalalan jual beli dan keharaman riba. Allah SWT tegas-tegas menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba, meskipun keduanya (jual beli dan riba) sama-
sama mencari keuntungan ekonomi, namun terdapat perbedaan yang mendasar
dan signifikan terutama dari sudut pandang cara memperoleh keuntungan
disamping tanggung jawab resiko kerugian yang kemungkinan timbul dari
usaha ekonomi itu sendiri. 8 Allah sudah menegaskan dasar hukum jual beli
dalam surat Q.S. An-Nisa: 29
ِّ َيَا أَيُّ َها الَّ ِّذينَ آ َمنهوا ََّل تَأ ْ هكلهوا أَ ْم َوالَ هك ْم بَ ْينَ هك ْم بِّا ْلب
َ اط ِّل ِّإ ََّّل أَ ْن تَكهونَ تِّ َج
ارةً ع َْن تَ َراض
َّللاَ كَانَ بِّ هك ْم َر ِّحي ًما َ ِّم ْن هك ْم ۚ َو ََّل تَ ْقتهلهوا أَ ْنفه
َّ َّس هك ْم ۚ إِّن
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jangan lah kamu saling memakan
harta sesama mu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
jangan lah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang
kepadamu.”
8
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi, (Jakarta: Paragonatama Jaya, 2013), h. 173-174.
14
b. Hadits
Berdasarkan hadits diatas, menjelaskan jual beli yang benar yakni jual
beli yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya serta tidak mengandung
unsur kecurangan, penipuan, dan saling menjatuhkan.
c. Ijma’
9
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993),
h. 64.
15
d. Kaidah Fiqh
Kaidah ini didasarkan pada hadis Nabi yang driwayatkan oleh Ibnu
Majah, al-Daru al-Quthni, al-Hakim. Sebagai contoh : orang laki-laki jika
telah mentalak istrinya maka ia diperbolehkan rujuk tapi apabila ia sudah
tidak membutuhkannya lagi karena sudah tidak ada kecocokan maka tidak
boleh mencegahnya, karena akan menimbulkan dhoror pada istri yaitu
lamanya masa iddah (tunggu) bagi seorang perempuan tersebut.
Hal ini bertujuan agar harta orang yang belum sempurna akalnya tidak
rusak secara sia-sia dengan demikian tersirat pula bagi siapa saja yang
tidak pandai menggunakan harta dengan baik, karena tidak berakal berhak
untuk mendapatkan pengawasan dari seorang qadhi (kerabat wali) dengan
tujuan agar hartanya tidak abis dengan sia-sia.11
10
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah Kamaluddin A.Marzuki, Terjemah Fikih Sunnah, (Bandung:
Al-Ma‟arif, 1987), h. 46.
11
Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyah dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2004), h. 118.
16
ح
ِّ صا ِّل ِّ س ِّد أَ ْولَى ِّم ْن َج ْل
َ ب ا ْل َم ِّ د َْر هء ا ْل َمفَا
Artinya: Mencegah kerusakan lebih didahulukan ketimbang
mengupayakan kemaslahatan.
Saipul Nasution, dkk., Hukum Game Online Dalam Kaidah Dar’ul Mafasid Muqaddamu Ala Jalbi
12
Masholih, Journal of Indonesian Comparative of Syari’ah Law, Vol. 4 No. 1, (Juni 2021), h. 3-7.
17
Syarat menurut syara ‟ adalah sesuatu yang harus ada dan menentukan sah
dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak berada dalam
pekerjaan itu. Dalam jual beli terdapat empat syarat,yaitu syarat terjadinya akad
(in’iqad), syarat sahnya akad, syarat terlaksanakannya akad, dan syarat luzum.14
Secara umum tujuan adanya semua syarat tersebut antara lain untuk
menghindari pertentangan diantara manusia, menjaga kemaslahatan orang yang
sedang berakad, menghindari jual beli gharar (terdapat unsur penipuan), dan
lainnya. Adapun syarat-syarat jual beli yaitu:
a. Syarat orang yang berakad
Para ulama Fiqih sepakat menyatakan bahwa orang yang melakukan akad
jual beli harus memenuhi syarat:
1) Baligh dan berakal. Dengan demikian, jual beli yang dilakukan anak kecil
yang belum berakal hukumnya tidak sah. Jumhur Ulama berpendapat
13
Fatwa Banu Kalaf, “Pembubaran Organisasi Masyarakat Pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2017 Dalam Perspektif HAM dan Kaidah Fiqhiyah”, (Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2020) h. 36.
14
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 101.
18
bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus telah baligh dan
berakal. Baligh menurut Hukum Islam apabila telah berusia 15 (lima belas)
tahun bagi anak laki-laki dan telah datang bulan (haid) bagi anak
perempuan. Oleh karena itu, transaksi jual beli yang dilakukan anak kecil
adalah tidak sah, karena tidak memenuhi syarat, yaitu baligh dan berakal.
Namun sebagian ulama berpendapat bahwa bagi anak-anak yang sudah
dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk tetapi ia belum
berumur 15 tahun dan belum haid maka anak tersebut diperbolehkan untuk
melakukan transaksi jual beli, khususnya barang-barang kecil dan yang
bernilai sedikit.15
2) Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan), maksudnya adalah bahwa
dalam melakukan transaksi jual beli tersebut salah satu pihak tidak
melakukan tekanan atau paksaan kepada pihak lain, sehingga pihak lain
pun dalam melakukan transaksi jual beli bukan karena kehendaknya
sendiri. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan bukan atas kehendaknya
sendiri adalah tidak sah.
3) Ada hak milik penuh. Disyaratkan agar kedua belah pihak yang melakukan
akad jual beli adalah orang mempunyai hak untuk menggantikan posisi
pemilik barang yang asli. Syarat terkait dengang ijab dan kabul akad adalah
perikatan yang ditetapkan dengan ijab dan kabul berdasarkan ketentuan
syara’ yang berdampak pada objeknya.16
4) Keduanya tidak pemboros atau mubazir, maksudnya para pihak yang
mengikatkan diri dalam transaksi jual beli bukanlah orang-orang yang
boros (mubazir), sebab orang yang boros. menurut hukum dikatakan
sebagai orang yang tidak cakap bertindak, artinya ia tidak dapat melakukan
sendiri sesuatu perbuatan hukum meskipun hukum tersebut menyangkut
kepentingan semata.
15
M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003, h.118.
16
Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 367.
19
Ijab adalah perkataan penjual kepada pembeli, seperti “saya jual barang
ini dengan harga sekian...”. Sedangkan qabul adalah perkataan pembeli
kepada penjual, seperti “ saya beli dengan harga sekian...”. Ijab dan qabul
adalah tindakan yang dilakukan oleh orang melakukan akad, lafal akad
berasal dari bahasa arab “Al-Aqdu” yang berarti perikatan atau perjanjian.
Secara termeinologi Fiqh, akad didefinisikan dengan “Pertalian ijab
(pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan)
sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada objek perikatan.17
Maksudnya adalah bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh kedua
belah pihak aau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan
kehendak syara’. Seperti kesepakatan untuk melakukan riba, menipu orang
lain, yang pada akhirnya pemindahan kepemilikan dari satu pihak ke pihak
yang lain, suatu akad akan dinyatakan sah apabila terpenuhi rukun dan
syaratnya. Ulama Fiqh sepakat mengatakan, bahwa urusan utama dalam jual
beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat terlihat saat akad
berlangsung. Ijab dan qabul harus diucapkan secara jelas dalam bertransaksi
yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli.18
Adapun ijab dan qabul menurut madzhab syafi’iyah adalah sebagai
berikut:
1) Ijab dan qabul harus diucapkan
17
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.,97.
18
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004) edisi 1,
cet 2, h. 118.
20
3) Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab, orang yang
mengucap qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh orang
yang mengucap ijab kecuali jika diwakilkan.
4) Harus menyebutkan barang atau harga.
11) Tidak dikaitkan dengan sesuatu, akad tidak boleh dikaitkan dengan
sesuatu yang tidak ada hubungan dengan akad.
12) Tidak dikaitkan dengan waktu.
benda najis, atau digolongkan sebagai benda yang diharamkan. Hal ini
sebagaimana sabda Nabi Saw:
ْ َير َواأل
صنَ ِّام ِّ سولَهه َح َّر َم بَ ْي َع ا ْل َخ ْم ِّر َوا ْل َم ْيتَ ِّة َوا ْل ِّخ ْن ِّز َّ َّإِّن
َّللاَ َو َر ه
Dari hadits di atas dapat dilhat bahwa syarat barang yang di perjual
belikan yaitu harus bersih dan suci barangnya. Juga bukan
barangbarang yang diharamkan oleh syariat Islam. Seperti arak,
bangkai, babi dan berhala, serta apapun barang yang mengandung
unsure-unsur tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua barang
atau benda mengandung najis tidak boleh di perjual belikan, misalnya
kotoran binatang, atau sampah-sampah yang mengandung najis boleh
di perjual belikan sebatas kegunaan barang untuk di konsumsi atau
dijadikan sebagai makanan.
3) Barang atau benda yang di perjual belikan milik orang melakukan akad
Nilai tukar barang adalah termasuk unsur yang terpenting. Zaman sekarang
disebut uang. Berkaitan dengan nilai tukar ini, ulama Fiqh membedakan antara
as- tsamn dan as-Si’r. Menurut mereka, as-tsamn adalah harga pasar yang
berlaku ditengah-tengah masyarakat, sedangkan as-si’r adalah modal kepada
konsumen, dengan demikian ada dua harga yaitu antara sesama pedagang dan
harga antara sesama konsumen (harga jual pasar). Harga yang dipermainkan
para pedagang adalah as-tsamn, bukan harga as-sa’r.20
Ulama Fiqih mengemukakan syarat as-tsamn atau harga pasar adalah sebagai
berikut:21
1. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
2. Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi), sekali pun secara hukum
seperti pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila barang itu dibayar
19
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, h. 119.
20
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004) edisi 1,
cet
2, h. 124
21
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, h. 124-125
24
5. Syarat sighat
Sighat dalam jual beli merupakan suatu yang sangat penting dalam melakukan
transaksi jual beli, sebab tanpa adanya sighat (ijab dan qabul) maka jual beli
tersebut tidak sah. Adapun syarat sighat sebagai berikut:22
1. Satu sama lainnya berhubungan di tempat tanpa ada pemisahan yang
merusak.
2. Ada kesepakatan ijab dengan qabul pada barang yang saling mereka rela
berupa barang yang dijual dan harga barang.
3. Tidak disangkutkan dengan sesuatu urusan seperti perkataan “saya jual jika
saya pergi” dan perkataan lain yang serupa
4. Tidak berwaktu, artinya tidak boleh berjual beli dalam tempo waktu yang
tertentu atau jual beli yang sifatnya sementara waktu.
Adapun jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatuyang
menjadi kebutuhan sehari-hari tidak diisyaratkan ijab dan qabul, ini adalah
pendapat para jumhur. 23 Menurut ulama Syafi’iyah, jual beli barang-barang
yang kecil pun harus ijab dan qabul, tetapi menurutImam Nawawi dan ulama
Muta’akhirin Syafi’iyah berpendirian bahwa boleh jual beli barang-barang kecil
yang tidak ijab qabul seperti membeli sebungkus rokok.
22
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah Kamaluddin A.Marzuki, Terjemah Fikih Sunnah, (Bandung:
Al-Ma‟arif, 1987), h. 50
23
Muhammad Al-Kahlani bin Isma’il, Subuh Al-Salam, (Bandung: Dahlan, t.th), Jus II, h. 4.
25
Rukun jual beli mempunyai rukun yang harus dipenuhi, sehingga jual beli
tersebut dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menentukan rukun jual beli
terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama.
Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut
mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan
(ridha/taradhi’) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan
tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera
sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan
itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah
pihak yang melakukan transaksi jual, menurut mereka boleh tergambar dalam
ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang
(ta’a’thi).24 Menurut Jumhur Ulama bahwa rukun jual beli ada empat,yaitu:
24
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, h. 114-115
26
d) Ada nilai tukar pengganti barang Ada nilai pengganti barang yaitu suatu
yang memenuhi tiga syarat; bisa menyimpan nilai, bisa menilai atau
menghargakan suatu barang, dan bisadijadikan alat tukar menukar.
Ulama Hanafiyah membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga
bentuk, yaitu:25
a) Jual beli yang Shahih
Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang shahih apabila jual beli
itu syariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik
orang lain, dan tidak tergantung pada khiyar lagi. Menurut Jumhur Ulama
bahwa rukun jual beli ada empat macam, yaitu adanya penjual dan pembeli,
adanya Sighat (ijab dan qabul), ada objek atau barang yang dibeli, dan ada
nilai tukar pengganti barang. Berdasarkan hal tersebut apabila dikaitkan
dengan proses transaksi jual beli pakaian bekas, maka jual beli pakaian
bekas menurut hukum syara’ sudah benar atau sah karena telah
terpenuhinya rukun dan syarat dalam jual beli.
25
Abi Abdillah Muhammad bin Isma‟il, Shahih Bukhari, (ttp: Syirkah Akmaktabah Litabi‟i Wan
Nasr), h. 80.
26
Pasal 2 Ayat (3) Peraturan Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang
Dilarang Impor,
27
از ْعت ه ْم فِّيَ َسو َل َوأهو ِّلي ْاألَ ْم ِّر ِّم ْن هك ْم ۖ فَ ِّإ ْن تَن
الر ه َّ َّللاَ َوأَ ِّطيعهوا
َّ يَا أَيُّ َها الَّ ِّذينَ آ َمنهوا أَ ِّطيعهوا
َاّلل َوا ْليَ ْو ِّم ْاْل ِّخ ِّر ۚ ٰذَ ِّلك ِّ َّ ِّسو ِّل إِّ ْن هك ْنت ه ْم ت هؤْ ِّمنهونَ ب الر ه ِّ َّ ش َْيء فَ هردُّوهه إِّلَى
َّ َّللا َو
ً سنه تَأ ْ ِّو
يل َ َْخي ٌْر َوأَح
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul,
dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59).
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya selaku umat muslim yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya untuk taat pula kepada para penguasa atau pemerintah
dalam hal ini mengenai jual beli pakaian bekas yang secara hukum Islam
telah benar dan telah sesuai dengan ketentuan syara’.
Tentu dikarenakan adanya peraturan menteri terhadap larangan impor
ekspor pakaian bekas maka dapat dikatakan masuknya pakaian bekas
tersebut tentu ada unsur penipuan, kecurangan, seperti halnya penyeludupan
yang dilakukan dipulau- pulau terpencil yang kemungkinan sulit untuk
mengatasi kecurangan-kecurangan itu.
Ulama Hanafiyah membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang
batal. Apabila kerusakan dalam jual beli itu terkait dengan barang yang
diperjualbelikan, maka hukumnya batal, seperti memperjualbelikan
bendabenda haram menurut syara’ (bangkai, babi, darah, khamr).
Sedangkan apabila kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang
dan boleh diperbaiki, maka jual beli itu dinamakan fasid.27
Namun, Jumhur Ulama, tidak membedakan antara jual beli yang fasid
dengan jual beli yang batal. Menurut mereka jual beli itu terbagi menjadi
dua yaitu jual beli yang shahih dan jual beli yang batal. Apabila rukun dan
syaratnya terpenuhi maka jual beli tersebut shahih atau sah. Sebaliknya,
apabila salah satu rukun dan syarat dalam jual beli tersebut tidak terpenuhi,
maka jual beli tersebut adalah batal.28
27
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, h. 125.
28
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 78.
33
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 80.
29
Adapun jual beli sesuatu yang haram tersebut terbagi menjadi dua macam
yakni:33
1) Haram lidzatihi yakni merupakan sesuatu yang diharamkan dzatnya
sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan oleh syara’ Haram lighairihi
merupakan sesuatu yang diharamkan bukan karena disebabkan oleh
barang atau dzatnya yang haram, melainkan keharamannya disebabkan
adanya penyebab lain.
2) Haram lighairihi merupakan sesuatu yang diharamkan bukan karena
disebabkan oleh barang atau dzatnya yang haram, melainkan
keharamannya disebabkan adanya penyebab lain.
b. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan bagi pembeli, misalnya jual beli
barang yang bekas pakai orang lain
c. Jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, namun terdapat faktor
lain yang menghalangi jual beli yang dapat menimbulkan kerugian bagi
para pihak, misalnya jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain,
jual beli barang rampasan, dan jual beli barang yang tidak resmi atau ilegal.
Selanjutnya, Wahbah Az-Zuhaili membagi atas beberapa bagian jual beli yang
dilarang sebagai berikut:
a. Jual beli yang dilarang karena Ahliah (ahli akad) (penjual dan pembeli)
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan shahih apabila dilakukan
30
oleh orang yang baligh, berakal, dan mumayyiz. Mereka yang dipandang
tidak sah jual belinya adalah:
1) Jual beli Orang yang dipaksa
Yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang yang sedang dalam bahaya.
Jual beli ini fasid menurut ulama Hanafiyah dan batil menurut ulama
Hanabilah
b. Jual beli yang dilarang karena objek jual beli (barang yang diperjual
belikan)
1) Larangan Jual-Beli Gharar (menipu)
besar penipuan dan pemalsuan yang dilakukan maka semakin besar pula
keharaman dan dosa yang ditimbulkan. 29
Jual beli majhul adalah jual beli barang yang tidak jelas, misalnya
jual beli singkong yang masih didalam tanah, jual beli buah-buahan
yang baru berbentuk bunga dan lainnya. Jual beli seperti ini menurut
jumhur ulama tidak sah dikarenakan akan mendatangkan
pertentangan,atau perselisihan diantara manusia.
29
Syekh Abdurrahman as-Sa’di, Fiqih Jual-Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah, (Jakarta : Senayan
Publishing, 2008), h. 299-300.
30
Tren Thrift Shop yang Membawa Dampak Positif Bagi Lingkungan”,
https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/g Diakses 14 Oktober 2022.
32
terlebih dahulu. Selain istilah pakaian bekas, belakangan ini ramai muncul
istilah “Thrift Shop” dalam dunia penjualan pakaian bekas. Kata Thrift
Shopping sendiri berasal dari bahasa inggris, Thrift dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan untuk meminimalisir atau mengurangi pemborosan, guna penghematan
keuangan. Sedangkan Shopping merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
membeli barang. Maka thrift shopping adalah kegiatan atau metode dalam
berbelanja bertujuan untuk menghemat pengeluaran pembelanjaan seminimal
mungkin.31 Barang yang dijual dalam thrift shop biasanya adalah barang second
hand/tangan kedua atau bekas. namun masih sangat layak dipakai. Sebutan
Thrift Shopping merupakan sebutan masa kini dari kata barang bekas atau
pakaian bekas.
Pakaian bekas impor masuk ke Indonesia pada masa reformasi atau sekitar
tahun 1997 tepatnya pada saat krisis moneter, saat itulah masyarakat Indonesia
lebih memilih membeli pakaian bekas yang banyak dijual bebas. Walaupun
terdapat larangan memperdagangkan pakian bekas impor, namun
penyelundupan pakaian bekas impor masih marak terjadi. Kondisi pakaian
bekas tersebut masih layak pakai dan seringkali berasal dari wilayah Singapura
atau Malaysia, dan harganya tergolong murah jika dibandingkan dengan pakaian
baru. Menjual pakaian bekas merupakan perdagangan bebas atau perdagangan
antar negara yang tidak memiliki kerumitan birokrasi atau aturan (pajak, kuota
ekspor dan impor, peraturan negara tentang proteksi).32 Pada awalnya penjualan
pakaian bekas impor hanya terdapat ditemui di pasar baju bekas Sumatera,
Batam, Kalimantan, dan Sulawesi, kemudian berkembanglah peredaran pakaian
31
Alternatif Berbelanja Pakaian yang Lebih Ramah Lingkunga,
https://www.kompasiana.com/askhia97615/61c72b5506310e0a9e0c2ef2/alternatif-berbelanja ,Diakses
14 Oktober 2022.
32
Motivasi Masyarakat Membeli Pakaian Bekas di Pasar Senapelan
Pekanbaru, https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/2252/2194LI, Diakses
14 Oktober 2022.
33
bekas impor di pulau jawa yang meliputi Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya
dan sekitamya.
a. Barang impor dari luar negeri, Pakaian bekas yang diimpor dari luar
negeri ini termasuk barang ilegal ataubarang yang dilarang masuk ke wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Tujuan kebijakan impor
sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan yaitu,
memagari kepentingan nasional, melindungi dan mendorong penggunaan
produksi dalam negeri, dan menciptakan perdagangan dan pasar dalam negeri
yang sehat serta iklim usaha yang kondusifterdapat di Pasal 2 ayat (3) berbunyi
“ Barang dilarang Impor Berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian
bekas.” hal ini dikarenakan pakaian bekas yang termasuk produk luar negeri ini
lebih murah dibandingkan dengan produk lokal sehingga lebih banyak
masyarakat yang lebih memilih produk luar negeri dari pada produk dalam
negeri, kemudian perdagangan pakaian bekas dari luar negeri ini juga cukup
menjanjikan keuntungan.
Peranan perdagangan sangat penting dalam meningkatkan
pembangunaekonomi, namun dalam perkembangannya belum memenuhi
kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga
diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan dukungan,
kesempatan dan pengembangan ekonomi masyarakat yang mencakup koperasi,
serta usaha mikro, kecil, daTujuan kebijakan impor sebagaimana yang telah
diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 tahun 2021 jo Peraturan
No.40 Tahun 2022 yaitu tujuan kebijakan ekspor impor sebagaimana yang telah
diatur dalam Peraturan. Dan melindungi dan mendorong penggunaan produksi
dalam negeri, dan menciptakan perdagangan dan pasar dalam negeri yang sehat
34
serta iklim usaha yang kondusif dan menciptakan perdagangan dan pasar dalam
negeri yang sehat serta iklim usaha yang kondusif menengah sebagai pilar utama
pembangunan ekonomi nasional.
Disamping itu, Menteri Perdagangan telah mengatur bahwa barang yang
diimpor harus dalam keadaan baru, hal ini sebagaimana yang tertuang dalam
Peraturan Nomor 18 tahun 2021 jo Peraturan No.40 Tahun 2022 yaitu tujuan
kebijakan ekspor impor sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan. “Dalam
hal tertentu, Menteri dapat menetap kan barang yang di impor dalam keadaan
bukan baru berdasarkan Peraturan perundangundangan, Kewenangan Menteri,
dan/atau Usulan atau pertimbangan teknis dari instansi pemerintah lainnya”.
Berdasarkan ketentuan diatas, seharusnya pakaian bekas yang masuk atau tiba di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada atau setelah tanggal
Peraturan Menteri ini berlaku haruslah dalam keadaan yang baru, namun dalam
kenyataannya hal tersebut tidak dilakukan oleh para importir, mereka
memperdagangkan pakaian tersebut dalam keadaan yang bekas dan kualitas
yang tidak layak. Hal ini menandakan aspek penegakan hukum masih lemah atau
peraturan yang mengatur mengenai larangan impor pakaian bekas sebagaimana
yang tercantum dalam Peraturan Menteri tersebut diatas masih belum efektif.
c. Fashion atau gaya hidup, Dalam kehidupan sehari-hari, fashion atau gaya
hidup menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya
keseharian seseorang. Benda-benda seperti pakaian dan aksesories yang
dikenakan bukanlah sekedar penutup tubuh dan hiasan. Pakaian juga menjadi
sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi, lebih dari itu
35
pakaian bekas menjadi sangat unik karena pakaian tersebut tidak ada
kembarannya atau tidak ada yang sama dengan pakaian lain yang biasa dijual di
toko-toko pada umumnya.
d. Merk Terkenal, Karena pakaian bekas yang didatangkan dari luar negeri
maka kualitas pakaian bekas tentu lebih baik dari produk dalam negeri, merek
yang ditawarkan juga sangat beragam dan sangat terkenal serta harganya jauh
lebih murah dibandingkan harga pakaian yang asli dan masih baru. Pakaian
bermerek selalu identik dengan kualitas yang bagus dan relatif mahal, namun
dengan adanya penjualan pakaian bekas ini setiap individu bisa mendapatkan
pakaian yang bermerk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.
C. Kerangka Penelitian
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah gambaran terhadap seperangkat kumpulan konsep, definisi, dan
ketentuan yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi tentang
suatu fenomena/gejala.
a. Teori Perbandingan
Menurut Sugiyono penelitian komparatif adalah suatu permasalahan penelitian
yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda.
Penelitian komparasi adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan
suatu objek penelitian. Metode perbandingan hukum diterapkan dengan memakai
unsur-unsur sistem hukum sebagai titik tolak perbandingan, dimana sistem hukum
sendiri mencakup 3 unsur pokok, yaitu :
a) Struktur hukum yang mencakup lembaga-lembaga hukum;
b) Substansi hukum yang mencakup perangkat kaidah atau perilaku teratur; dan
36
Ketiga unsur tersebut dapat dibandingkan masing-masing satu sama lainnya, atau
pun secara kumulatif. Perbandingan hukum adalah cabang ilmu (hukum) yang
membandingkan sisitem-sistem hukum yang berlaku dalam satu atau beberapa
masyarakat. Comparative Approach atau pendekatan perbandingan diperlukan
karena dalam penelitian hukum normatif, tidak mungkin dilakukan suatu experimen,
sebagaimana penelitian empiris atau ilmu eksak. Pendekatan perbandingan
(comparative approach) juga dapat digunakan oleh peneliti dalam hal permasalahan
penelitiannya mempermasalahkan adanya kekosongan norma.
Dalam hal ini, penulis melakukan perbandingan antara Hukum Positif dan
Hukum Islam
2. Kerangka Konseptual
Konsep jual beli thrifting di TikTok adalah ketika seseorang menjual barang
bekas atau secondhand yang masih layak pakai atau dalam kondisi baik dengan harga
yang lebih murah daripada harga barang baru. Dalam perspektif hukum positif, praktik
jual beli thrifting tidak melanggar hukum karena tidak melibatkan aktivitas ilegal atau
kejahatan yang dapat merugikan pihak lain. Namun, Larangan impor pakaian bekas
sendiri sebenarnya tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 40
Tahun 2022 tentang perubahan Permendag No 18 tahun 2021 tentang Barang Dilarang
Ekspor dan Dilarang Impor. Pada pasal 2 ayat 3 disebut bahwa barang dilarang impor,
antara lain kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas. Barang-barang bekas itu
dilarang diimpor karena berdampak buruk bagi ekonomi domestik, terutama UMKM
serta buruk untuk kesehatan penggunanya.
Dalam perspektif hukum Islam Alquran dan Hadis, ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan dalam praktik jual beli thrifting. Pertama, jual beli thrifting
harus memperhatikan prinsip-prinsip syariah seperti kejujuran, keadilan, dan tidak
merugikan pihak lain. Barang yang dijual harus benar-benar layak pakai dan sesuai
dengan keterangan yang diberikan oleh penjual. Selain itu, harga yang ditawarkan juga
harus adil dan tidak melebihi nilai pasar. Kedua, dalam praktik jual beli thrifting, penjual
dan pembeli harus memperhatikan hak-hak konsumen dan penjual yang diatur dalam
hukum Islam. Misalnya, pembeli memiliki hak untuk mengetahui informasi lengkap
tentang barang yang dibeli dan penjual harus memberikan jaminan terhadap kerusakan
atau cacat yang ada pada barang tersebut. Ketiga, dalam perspektif hukum Islam,
terdapat larangan untuk menjual barang yang haram. Oleh karena itu, penjual dan
pembeli harus memastikan bahwa barang yang ditawarkan atau dibeli tidak melanggar
hukum Islam.
Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa praktik jual beli
thrifting menurut perspektif hukum positif dan hukum islam.
38
yang tidak hanya menguraikan pada Hukum positif dan hukum islam, tetapi juga
mengaitkannya dengan praktik jual beli online
3) Skripsi yang ditulis oleh Desi Safitri, Fakultas Syariah dan Hukum IAIN
Padangsidimpuan Tahun 2019 yang berjudul “Praktek Jual Beli Pakaian Bekas
Di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Ditinjau Dari
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah”. Hasil dari penelitian ini adalah
menunjukkan bahwasanya berdasarkan analisis yang dilakukan, praktek jual beli
pakaian bekas di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan dengan
menggunakan sistem borongan dan eceran tidak sesuai dengan ketentuan Hukum
Ekonomi Syariah, karena adanya ketidakjelasan pakaian bekas yang diperjualkan.
Ketidakjelasan tersebut membuat syarat objek yang diperjual belikan menjadi
tidak terpenuhi. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada jual beli yang
dilakukan secara langsung alias bukan online dan dari aspek analisis tinjauan
hukum positif dan hukum islamnya. Sedangkan persamaannya adalah objek
pembahasannya yaitu pakaian bekas
BAB III
33
Wawancara Hasil Wawancara dengan Penjual Tiktok, Mas Setiadi
40
41
34
Hasil Wawancara dengan Penjual Tiktok, Mas Setiadi
35
Hasil Wawancara dengan Penjual Tiktok, Mas Setiadi
BAB IV
ANALISIS JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR (THRIF) SECARA
ONLINE DI APLIKASI TIKTOK
A. Analisis Hukum Positif Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor Pada
Aplikasi TikTok
Jual beli pakaian bekas impor (thrift) adalah salah satu bentuk praktik jual beli
yang saat ini ramai dilakukan oleh masyarakat. Jual beli pakaian thrift memiliki
kaitan yang erat dengan kegiatan impor, sehingga regulasi di bidang impor sangat
penting dan dibutuhkan sekali untuk melindungi dan mewujudkan perlindungan
bagi konsumen sebagai pengguna dari produk impor tersebut. Pemerintah secara
tegas telah melarang pakaian bekas (thrift) diIndonesia, tidak hanya pakaian bekas
(thrift) bermerek impor atau branded saja, akan tetapi seluruh jenis dan merek
pakaian bekas tanpa terkecuali. Payung hukum tertinggi terdapat pada
Undangundang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam pasal 47 ayat (1)
terkait tentang peraturan dalam praktik impor dijelaskan bahwa setiap orang atau
badan usaha yang bergerak sebagai importir wajib mengimpor barang dalam
keadaan baru. Selanjutnya, dalam pasal 47 ayat (2) dijelaskan bahwasanya dalam
keadaan tertentu Menteri dapat menetapkan barang yang dapat diimpor dalam
keadaan tidak baru (bekas).
Regulasi terkait impor pakaian bekas (thrift) juga tertuang dalam pasal 8 ayat (2)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang
rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberi informasi secara lengkap dan
benar atas barang yang dimaksud”. Penjelasan lebih rinci mengenai pelarangan
pakaian bekas (thrift) dijelaskan dan dipertegas dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang
Dilarang Impor.
42
43
Praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) yang ada di Indonesia apabila ditinjau
dari Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang
Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor termasuk dalam kategori praktik jual
beli yang terlarang karena tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan.
Larangan tentang Pratik jual beli pakaian bekas impor juga dikarenakan oleh
beberapa hal yang berdampak negatif yang timbul dari pakaian bekas tersebut.
Dampak negatif dari jual beli pakaian bekas impor diantaranya:
a. Pakaian bekas impor mengandung bakteri
Pemerintah membuat larangan terhadap impor pakaian bekas (thrift) ke
Indonesia atas dasar isu kesehatan manusia karena berdasarkan analisis yang
dilakukan oleh Kementerian Perdagangan pada pengujian pakaian bekas yang
dijual di pasar mengandung berbagai jenis bakteri yaitu Staphyloccus aureus (S.
aureus), Escherichia coli (E. Coli), dan jamur kapang atau khamir. Adanya
bakteri yang terdapat di dalam pakaian bekas (thrift) yang beredar dapat
membahayakan kesehatan masyarakat sehingga tidak aman untuk digunakan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat, karena dapat menimbulkan penyakit kulit.
Jual beli pakaian bekas impor (thrift) dapat memberikan dampak negatif
dalam aspek ekonomi karena dapat mematikan industri garmen kecil dan
konveksi yang pangsa pasar 100% domestik. Akibatnya, industri garmen dan
konveksi ini harus mampu bersaing dan berbagi pangsa pasar dengan pakaian
bekas (thrift) impor tersebut.
36
Hasil Wawancara Pembeli Pakaian Thrift, Aqmal
37
Hasil Wawancara Pembeli Pakaian Thrift, Aqmal
45
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor Pada Aplikasi
TikTok
Jual beli online dalam islam diperbolehkan selama jual beli tersebut tidak
melanggar syariat islam seperti adanya unsur riba, penipuan, atau merugikan.
Seperti yang dijelaskan dalam hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda:
Pada hadist tersebut termasuk menipu dalam jual beli melalui online tidak
diperbolehkan, namun berdasarkan penemuan peneliti praktik jual beli pakaian
bekas impor (thrift) di aplikasi TikTok tidak terjadi penipuan karena barang yang
dijual melalui TikTok Live oleh penjual dideskripsikan secara lengkap dan jelas
megenai kondisi pakaian yang dijual. Kondisi tersebut termasuk pakaian yang
terdapat kecacatan seperti noda, robek selain itu juga dijelaskan mengenai ukuran,
warna sehingga pembeli dapat menentukan keputusannya untuk membeli atau tidak
sesuai dengan kondisi barang.
46
Dalam Islam transaksi jual beli telah ditegaskan tentang kebolehan dan hal-hal
yang dilarang dalam transaksi tersebut, Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba, dan segala bentuk transaksi jual beli yang mengandung unsur
gharar (ketidakjelasan barang yang diperjual belikan). 38 Konsep gharar dibagi
menjadi dua kelompok:
Kitab suci Al-qur’an dengan tegas telah melarang semua praktik jual beli yang
mengandung unsur kecurangan dalam segala bentuk terhadap pihak lain, hal itu
mungkin dalam bentuk penipuan atau kejahatan, atau memperoleh keuntungan
dengan tidak semestinya atau resiko yang menuju ketidakpastian di dalam suatu
muamalah atau sejenisnya 39 Adapun syarat barang yang diperjual belikan harus
38
Abdullah ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz, Penerjemah Ma’ruf abdul Jalil, (Jakarta:
Pustaka as-Sunnah, 2006), h. 654.
39
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2006), h. 161-162.
48
diketahui (dilihat), barang yang diperjual belikan harus dapat diketahui banyaknya,
beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli
yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
Pada penjelasan diatas praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) pada
aplikasi TikTok tidak ditemukan unsur bathil karena penjual menjelaskan dan
memperlihatkan secara jujur mengenai kondisi barang sehingga tidak terdapat
unsur menipu karena pembeli mengetahui kondisi barang. Sebagaimana seperti
penjelasan Fatwa DSN-MUI No.110 DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Jual Beli
bahwa transaksi jual beli harus memenuhi unsur kejelasan dalam transaksi jual beli
antara penjual dan pembeli. Begitupun Fatwa DSN-MUI No.05/DSN-MUI/IV/2000
tentang Jual Beli Salam ketentuan tentang barang:
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
Menurut hukum Islam, praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) secara
online adalah boleh atau tidak dilarang, karena dalam praktik jual beli tersebut tidak
melanggar hukum jual beli dalam Islam. Dalam praktik jual beli tersebut pedagang
pakaian bekas impor (thrift) menjelaskan secara detail dan jelas sesuai pada Fatwa
DSN-MUI No.110 DSN-MUI/IX/2017 dan Q.S An-Nisa (4): 29) surat Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jangan lah kamu saling memakan harta sesama
mu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan jangan lah kamu membunuh dirimu.
Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu.” Dalam praktik jual beli secara detail
dan jelas diharuskan memberi informasi mengenai kondisi pakaian yang dijual agar
49
pembeli mengetahui kondisi pakaian yang ingin dibeli sehingga tidak ada unsur
penipuan dari jual beli tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Praktik jual beli pakaian bekas impor (thrift) ditinjau dari hukum Islam, praktik
jual pakaian bekas impor (thrift) tidak menyalahi aturan Islam Jika dilihat dari
segi akad, akad disini adalah akad ijab yang disampaikan oleh pihak penjual dan
qabul oleh pihak pembeli. telah memenuhi syarat dalam rukun jual beli yaitu
sudah dewasa dan berakal sehat jasmani maupun rohani, kemudian mereka juga
melakukan transaksi jual beli tanpa adanya unsur paksaan dari pihak luar, serta
mereka pun cakap dalam bertindak. Kemudian dari objek akad, objek akadnya
pun dalam prakteknya sudah jelas diketahui kualitas dan kuantitasnya, walaupun
yang diperjualbelikan merupakan pakaian bekas dan resiko yang harus dihadapi
50
51
B. Saran
Demi penyempurnaan skripsi ini maka akan disampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Aplikasi TikTok atau sosial media lainnya harus lebih selektif dalam
memberikan izin kepada para pelaku usaha yang ingin berjualan di TikTok
seperti barang atau produk yang dijual tidak boleh melanggar aturan pemerintah
karena hal tersebut merupakan salah satu pelanggaran hukum. Kementerian
Perdagangan sejauh ini sudah melakukan tindakan berupa penyuluhan dan
sosialisasi serta memberikan himbauan kepada masyarakat mengenai larangan
dan bahaya dari penggunaan pakaian bekas impor. Pemerintah dan aparat
penegak hukum harus melakukan tindakan yang lebih tegas lagi dengan
memberikan sanksi dan tindakan penyitaan pakaian bekas impor untuk
membasmi secara tuntas mengenai perdagangan pakaian bekas impor dan
menghindari kemungkinan terjadinya kerugian yang akan diderita oleh pembeli.
2. Pelaku usaha yang menjual pakaian bekas impor harus menyadari bahwa
tindakan memperdagangkan pakaian bekas impor merupakan kegiatan usaha
yang dilarang serta bertentangan dengan hukum dan Undang-Undang yang
dapat mengancam kesehatan manusia serta eksistensi usaha lokal di bidang
pakaian. Kementerian Perdagangan diharapkan dapat lebih efektif dalam upaya
mensosialisasikan hak-hak konsumen dan hukum perlindungan konsumen
kepada masyarakat karena masih banyak pembeli yang tidak mengetahui
hakhaknya sebagai konsumen dan tidak mengetahui dampak dan legalitas dari
barang-barang yang dikonsumsinya.
52
Pembeli selaku pemakai barang harus menjadi pembeli yang cerdas dan selektif
dalam memilih barang yang akan dikonsumsi. Tindakan dan minat dari pembeli
terhadap suatu barang akan sangat berpengaruh pada penjualan pakaian bekas
impor sehingga pembeli hendaknya memilih pakaian baru yang berasal dari
produk lokal dalam negeri yang lebih menjamin kualitas dan perlindungan akan
hak-hak konsumen.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abbas Sudirman. Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Radar
Jaya Offset: 2016).
Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010).
Khallaf, Abdul Wahab. Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1993).
al-Khalafi, Abdullah ‘Azhim bin Badawi. Al-Wajiz, Penerjemah Ma’ruf abdul Jalil,
(Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006).
Al-Mushlih, Abdullah Al-Mushlih. Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Drul
Haq. 2004).
Isma‟il, Abi Abdillah Muhammad bin. Shahih Bukhari, (ttp: Syirkah Akmaktabah
https://www.kompasiana.com/askhia97615/61c72b5506310e0a9e0c2ef2/alter
natif-berbelanja,Diakses 14 Oktober 2022.
Abbas, Ahmad Sudirman. Qawaid Fiqhiyah dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2004).
Febriani, Anisa Sri. “Fenomena Penggunaan Aplikasi Media Sosial Bigo Live (Live
Streaming) Dikalangan Mahasiswa Fisip Unpas” (Skripsi S-1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan, 2017).
Malimbe, Armylia Malimbe dkk. “Dampak Penggunaan Aplikasi Online TikTok
Terhadap Minat Belajar Dikalangan Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Dan Politik Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal Ilmiah Society, Vol.1
No.1 (2021).
Artikel Perdagangan Syariah,
https://artikel.staff.uns.ac.id/2009/01/31/perdagangansyariah/ Diakses 29
Semptember 2022.
54
Audio Visual Dalam Membentuk Konsep Diri,” (Skripsi S-1 Fakultas Ilmu
Komunikasi, Universitas Tarumanagara, 2020).
Kalaf, Fatwa Banu. “Pembubaran Organisasi Masyarakat Pada Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2017 Dalam Perspektif HAM dan Kaidah Fiqhiyah”, (Skripsi
Rahman, Fazlur. Doktrin Ekonomi Islam, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2006).
https://www.hukumonline.com/klinik/a/larangan-impor-pakaian-
bekaslt56a826fd89e27, Diakses Pada Tanggal 29 November 2022.
Dhrma Ida Bagus Reza Adi.“Perspektif Hukum Pidana Terhadap Pengguna Aplikasi
TikTok Berkonten Pornografi,” (Skripsi S-1 Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya).
Tren Thrift Shop yang Membawa Dampak Positif Bagi Lingkungan”,
https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/g, Diakses 14 Oktober 2022.
Pardede, Kremon dkk.,“Kepabeanan Dan Cukai Studi Dipangkalan Sarana Bea Dan
Cukai Tanjung balai Karimun”, Zona Hukum, Vol. 14 No. 3 Desember 2020.
55
Zaputri, Meri. “Dampak Kecanduan Media Sosial TikTok Terhadap Perilaku Belajar
Suma, Muhammad Amin. Tafsir Ayat Ekonomi, (Jakarta: Paragonatama Jaya, 2013).
Peraturan Menteri Perdagangan No.18 Tahun 2021 jo Peraturan No.40 Tahun 2022
tentang Barang dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
Potter dan Patrici, Kebutuhan Manusia, (Jakarta: Tiara Wacana, 1997), h.7.
Rahmat Syafe’I, Fiqh Muamalah: untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum (Bandung :
Setiawan, Ryan Ari Dan Yumarlin Marzuki. “Survei Aplikasi Video Live Streaming
56
Sudiarti, Sri. Fikih Muamalah Kontemporer, (Medan: Febi Uin Su Press, 2018).
LAMPIRAN