Oleh:
Inayatul Aini
NIM: 109048000075
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
InayatulAini
NIM: 109048000075
KONSENTRASI HUKUMBISNIS
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434H/2013M
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
Inayatul Aini
iii
ABSTRAK
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana perlindungan hukum bagi
konsumen produk pangan dalam kemasan tanpa label halal pada usaha kecil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan produk pangan
berlabel halal dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen, dan upaya hukum
apa yang dapat dilakukan konsumen dalam memperoleh perlindungan terhadap
haknya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah hukum normatif dengan
pendekatan perundang-undangan, dan pendekatan konsep. Informasi didapatkan dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum. Adapun bahan
hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan non hukum
diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan
yang lebih sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Dari hasil penelitian tersebut diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kewajiban
yang harus dilakukan dan dilaksanakan oleh pelaku usaha khususnya usaha kecil.
untuk mencantumkan label halal pada kemasan pada setiap produk yang diproduksi
sesuai dengan Pasal 8 Ayat (1) huruf h UUPK, dan upaya hukum yang dapat
dilakukan konsumen sesuai dengan UUPK yaitu, dapat menyelesaikan sengketa
secara langsung kepada pelaku usaha, pengaduan melalui YLKI, Penyelesaian
melalui BPOM, melapor ke BPSK dan penyelesaian melalui Peradilan Umum.
Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Produk Pangan, Label Halal, Kemasan,Usaha
Kecil, dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Pembimbing : 1. Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum
2. Dra. Hj. Hafni Muchtar, SH, MH,MM
Daftar Pustaka : Tahun 1994 sampai Tahun 2011
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang senantiasa
memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
(SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik material dan immaterial,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.H., M.M beseta seluruh jajaran dekanat
2. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., MA dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum Ketua dan
3. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum dan Dra. Hj. Hafni Muchtar, S.H., MH, MM
pembimbing skripsi penulis. Terima kasih atas semua kritik dan saran yang membangun
untuk penulis;
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bapak Drs. H. Hasan Bisri selaku
ketua MUI Depok, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mendapatkan ilmu
serta pengetahuan yang sebelumnya penulis belum dapatkan. Terima kasih atas
v
5. Ayah dan Umi tersayang, Drs. H. Anwar Sanusi dan Yayan Hayati Terima kasih telah
memberi kasih sayang yang tak terhingga untuk penulis serta bantuan dalam bentuk
6. Keluarga di rumah yang telah menemani dan membantu penulis ketika diperlukan
khususnya suami ku tersayang M. Danial Zeny, aa-aa ku, kakak-kakak ku dan adik-adik
ku;
7. Teman-teman dekat yang jadi tempat pelampiasan keluh kesah penulis, teman-teman
8. Pihak perpustakaan UI, UIN dan UMJ Jakarta, terima kasih karena telah menyediakan
buku-buku yang lumayan lengkap sehingga penulis tidak kebingungan mencari referensi;
9. Penulis artikel, skripsi, opini dan lain-lainnya yang membantu penulis dalam proses
penulisan;
10. Seluruh pihak yang secara langsung dan tidak langsung sudah membantu, menyemangati,
Atas seluruh bantuan dari semua pihak baik material maupun immaterial, penulis berdoa
semoga Allah memberi balasan yang berlipat. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
Inayatul Aini
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .............................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6
D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu .............................................. 7
E. Kerangka Konseptual .................................................................... 8
F. Metode Penelitian.......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 13
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Pengertian Perlindungan Konsumen ............................................. 15
B. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ................................... 17
C. Hak dan Kewajiban Konsumen ..................................................... 20
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ................................................ 26
BAB III : PENGATURAN PRODUK PANGAN BERLABEL HALAL DALAM
KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Pengertian Produk Pangan dan Label Halal .................................. 32
B. Peraturan Yang Mengatur Tentang Pencantuman Produk Pangan
Berlabel Halal Menurut Peraturan Perundang-UndanganYang
Berlaku .......................................................................................... 37
vii
BAB IV : UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH
KONSUMEN DALAM MEMPEROLEH PERLINDUNGAN
TERHADAP HAKNYA
A. Penyelesaian Langsung Kepada Produsen .................................... 52
B. Melapor Ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) ..... 52
C. Penyelesaian Melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
....................................................................................................... 55
D. Melapor Ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) ... 58
E. Penyelesaian Melalui Peradilan Umum.......................................... 63
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................... 66
B. Saran .............................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69
viii
BAB I
PENDAHULUAN
dengan kata lain hak-hak konsumen sangat rentan. Disebabkan posisi tawar
konsumen yang lemah, maka hak-hak konsumen sangat sering dan mudah
untuk dilanggar.
konsumen.1
tanggung jawab pelaku usaha yang tentunya hal ini diatur untuk memberikan
kepastian hukum serta melindungi hak para konsumen tersebut. Hal demikian
memang perlu diatur karena untuk menghindari sikap negatif pelaku usaha
terhadap konsumen.
oleh para konsumen atas setiap produk bahan makanan yang dibeli dari
1
Abdul Halim Barkatullah, Hak-HakKonsumen (Bandung: Nusa Media, 2010) cetakanke
1, h.1
1
2
produsen atau pelaku usaha. Namun dalam kenyataannya saat ini konsumen
seakan-akan dianak tirikan oleh para produsen atau pelaku usaha tersebut.
namun dalam proses pelaksanaan atau aplikasi dari undang undang itu sendiri
belum maksimal atau dengan kata lain peraturan yang ada dalam undang
a. Makanan kadaluarsa yang kini banyak beredar berupa parcel dan produk-
b. Ikan yang mengandung formalin dan boraks, seperti kita ketahui bahwa
kedua jenis cairan kimia ini sangat berbahaya jika dikontaminasikan dengan
yang terjadi adalah timbulnya sel-sel kanker yang pada akhirnya dapat
d. Produk tidak halal yang ditemukan di pasaran yaitu kasus ajinomoto pada
ada juga yang mencantumkan label halal pada kemasannya. Produk ini
ruang gerak bagi para pelaku usaha untuk memproduksi dan memasarkan
masuk ke Indonesia.
produsen pada saat ini produk yang dihasilkan pun sudah banyak beredar.
Dengan berbagai macam produknya seperti abon, bakso, sosis dan lain-
perlu dilakukan terhadap semua industri, baik kecil, menengah maupun besar.
Sebab, tak lain dan tak bukan, yang merugi jelas-jelas konsumen, khususnya
tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Di sisi lain, tidak adanya
penduduk Indonesia.
menjaga produk pangan yang beredar. Baik dalam hal cita rasa, sanitasi
hygiene, kandungan gizi yang baik dan tidak membahayakan tubuh serta dapat
dipastikan kehalalannya.
termasuk konsumen muslim berhak untuk mendapatkan barang dan jasa yang
nyaman dikonsumsi olehnya, maksud dari nyaman ini bagi konsumen muslim
yaitu halal.
5
Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dimana setiap orang yang memproduksi
dalam mengenai pengaturan UUPK mengenai label halal bagi usaha kecil serta
halal yang didasari oleh UUPK No. 8 Tahun 1999 Penulis menuangkan dalam
1. Pembatasan Masalah
2
Ahmadi MirudanSutaman, HukumPerlindunganKonsumen(Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2004), h.80.
6
2. Rumusan Masalah
oleh pelaku usaha akibat mengkonsumsi pangan tanpa label halal dalam
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka adapun tujuan dari
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
7
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi masukan
b. Manfaat Praktis
1). Para pelaku usaha (produsen) usaha kecil dalam memproduksi suatu
oleh UUPK.
2). Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
baik.
2011.Tesistersebutmembahastentangketentuan label
telahmemenuhiasas-
8
asasperlindungankonsumensertatanggungjawabpelakuusahaterhadappelanggara
n label tersebut.
hakkonsumenjikadirugikan”.
Dalambukutersebutdijelaskanbagaimanacaraberproduksisecara halal,
menyatakansuatuproduksudahsesuaidengansyari’atislam.4
Usaha Kecil” belum pernah diangkat sebelumnya sebagai suatu judul skripsi.
E. Kerangka Konseptual
3
Susanto, Happy, Hak-HakKonsumenJikaDirugikan (Jakarta: Visi Media, 2008), h.45.
4
Agung, MaryadanEka, SolusiBilaTerjeratKasusBisnis (Jakarta: RaihAsaSukses, 2010), h.
35.
9
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil
F. Metode penelitian
1. Tipe Penelitian
2. Pendekatan Masalah
yakni suatu penelitian yang meneliti suatu masalah dengan cara meninjau dari
isu hukumnya menggunakan isu hukum pada level teori hukum (konsep).
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Cetakan ke – 11. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.13–14.
11
Dalam hal ini, konsep yang digunakan adalah tentang konsep dasar
perlindungan konsumen, hak serta kewajiban atas konsumen dan pelaku usaha,
sanksi-sanksi yang diberikan kepada para pelaku usaha yang melanggar hak-
Sumber penelitian pada skripsi ini antara lain mencakup bahan hukum
dan perjanjian lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain
yaitu:
Pangan.
Label Makanan.
yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan
primer, antara lain: teori atau pendapat para sarjana, hasil karya dari
bahan hukum primer dan sekunder, misalnya ensiklopedi, kamus, dan lain-
lain.
undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas
G. Sistematika Penelitian
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”
dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri
atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun
Bab II : Dalam bab ini penulis akan membahas Tinjauan Umum Tentang
usaha.
14
Bab III : Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian
Bab IV : Dalam bab ini penulis akan menjelaskan upaya hukum yang dapat
dalammemperolehperlindunganterhadaphaknya.
BAB II
kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat
1
Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010) cetakanke
1, h. 9
16
atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang
hubungan dan masalah antara berbagai pihak atau satu sama lain berkaitan
2
AZ Nasution, Hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (Jakarta: Diadit
Media,2006) cetakan ke 2, h. 37
17
undangan berati dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun
1. Asas Manfaat
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) Edisi III, h.7
5
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004) h. 25-26
18
konsumen dan pelaku usaha sehingga, tidak ada satu pihak yang merasa
2. Asas Keadilan
Asas keadilan mempunyai makna agar antara pelaku usaha dan konsumen
keadilan dalam menerima hak-haknya, karena itu UUPK mengatur hak dan
3. Asas Keseimbangan
usaha, dan pemerintah dapat terwujud secara seimbang. Tidak ada pihak
Asas ini mempunyai makna adanya suatu jaminan atas keamanan dan
Asas ini dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati
agar memperoleh keadilan. Oleh karena itu negara menjamin akan adanya
Konsumen bertujuan :
melindungi diri;
mendapatkan informasi;
6
ibid, h. 19
21
barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga
dan/atau jasa yang dihasilkan dan dipasarkan oleh pelaku usaha beresiko
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
tidak lagi bebas untuk membeli atau tidak membeli. Seandainya ia jadi
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
sampai mempunyai gambaran yang salah atas produk barang dan jasa.
Informasi ini dapat disampaikan dengan berbagai cara, seperti secara lisan
adalah hak untuk didengar. Hal ini disebabkan informasi yang diberikan
6
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, ( Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h.
24
23
perdagangan.
sosial. Untuk mendapatkan hak ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
:7
konsumen.
7
Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999),
h. 23-24.
24
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas. Jenis dan jumlah ganti
kerugian itu tentu saja harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau
Hak konsumen atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak
yang diterima sebagai salah satu hak dasar konsumen oleh berbagai
berarti sangat luas, dan setiap makhluk hidup adalah konsumen atas
dan pasal l5 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
baik dan sehat inidinyatakan secara tegas. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
disebut dengan “ persaingan usaha tidak sehat” dapat terjadi jika seorang
secara patut.
diperdagangkan;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum
yang diperdagangkan.
lainnya.
jasa. Dalam UUPK tampak beritikad baik lebih ditekankan pada pelaku
usahanya. Dari adanya itikad baik pelaku usaha, maka pelaku usaha
lain sebagainya.
tidak diskriminatif;
kepada konsumen.
kerugian.
perjanjian.
29
yang dilarang bagi pelaku usaha diatur dalam Pasal 8 – 17 UUPK. Ketentuan-
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,
tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
pasang/dibuat;
yang berlaku.
usaha di bidang makanan dan minuman tunduk pada UU No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan.Selain tunduk pada ketentuan yang berlaku, pelaku usaha juga
wajib memiliki itikad baik dalam berusaha. Segala janji-janji yang disampaikan
kepada konsumen, baik melalui label, etiket maupun iklan harus dipenuhi.
Selain itu, ayat (2) dan (3) juga memberikan larangan sebagai berikut:
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
Jadi, rusak berarti benda tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Cacat
berkurang. Sedangkan tercemar berarti pada awalnya benda tersebut baik dan
utuh, namun ada sesuatu diluar benda tersebut yang bersatu dengan benda itu
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
Mengenai label halal Ajaran tegas Syariat Islam untuk menghindari hal-
hal yang dilarang oleh Allah SWT dan melaksanakan apa saja yang
yang sembarangan dalam pola konsumsinya. Maka para pelaku usaha harus
BAB III
cukup jumlah dan mutunya, manusia tidak akan produktif dalam melakukan
dari pemerintah bagi semua barang yang dimakan dan diminum terutama hasil
produksi makanan dan minuman yang selama ini dilakukan, halal menurut
ajaran islam.
sendiri, tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Yang lebih penting
lagi bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu hal
yang erat sekali kaitannya dengan ibadah. Ketika seorang muslim memakan
dan meminum sesuatu yang haram atau najis, maka do’a dan ibadahnya sia-sia
dan tidak diterima Allah. Oleh karena itu, agama Islam memerintahkan agar
1
Musthafa al-Bugha & Muhyiddin Misto, Pokok-Pokok Ajaran Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2005) h.107
32
33
Hal ini sesuai dengan Firman Allah QS. Al-Maidah (5): 88 yang
berbunyi :
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya”.
dengan pengertian bahwa orang yang melakukan tidak mendapat sanksi dari
minuman”.2
“Produk halal adalah produk pangan, obat, kosmetika, dan produk lain
yang tidak mengandung unsur atau barang haram atau dilarang untuk
dikonsumsi, digunakan, atau dipakai umat Islam baik yang menyangkut bahan
baku, bahan tambahan, bahan bantu, dan bahan penolong lainnya termasuk
bahan produksi yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iradiasi yang
mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur dalam ajaran Islam yang
disebut dengan syari’at. Dalam ajaran syari’at tidak diperkenankan bagi kaum
2
Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994) h. 97
3
Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2003) h.131
34
syari’at Islam.
satunya adalah produk pangan yang sering kita konsumsi setiap hari. Sejumlah
pada produk kemasan. Ini untuk memastian kelayakan produk dan kelayakan
status kehalalannya.
Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia
adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata
Label halal masuk dalam klasifikasi descriptive label yaitu label yang
menginformasikan tentang:5
2. Ingredient atau bahan baku produk yang sesuai dengan standar halal.
standar halal.
Produk pangan tanpa label halal pun masih banyak ditemukan di pasar-
pasar. Khususnya produk pangan hasil produksi usaha kecil pada home
industri.
4
ibid, h. 277
5
Retno Sulistyowati “Labelisasi Halal” artikel ini diakses pada tanggal 31 juli 2013, pukul
13.00, dari http://www.esq.magazine.com
35
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha kecil
tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan
usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang
tidak sehat.”
berikut:6
Miliar Rupiah).
yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
6
Artikel ini diakses pada tanggal 15 juli 2013, pukul 10.00, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/usaha_kecil_dan_menengah
36
Di daerah Jakarta tepatnya di Kramat jati ada jenis bakso dengan merk
bakso daging sapi asli hasil produksi home industri tidak memiliki label halal
pada kemasannya. Padahal bakso tersebut diminati oleh banyak konsumen dari
tersebut tidak ditemukan label halal, pelaku usaha tersebut menjawab karena
sulitnya proses untuk mendapatkan sertifikat halal dan tidak ada pengawasan
aparat pun harus dilakukan terhadap semua industri, khususnya usaha kecil
akan mengetahui produk apa saja yang halal dan tidak halal. Karena produk
yang sudah berlabel halal saja belum tentu produk tersebut halal. Dengan
uji oleh aparat yang berwenang baru diketahui bahwa produk bakso tersebut
mengandung daging babi. Sudah jelas bahwa daging babi itu harum hukumnya
untuk dimakan oleh umat Islam. Sesuai Firman Allah QS. Al-An’aam (6): 119
sebagai berikut :
baik.
Penentuan halal tidaknya suatu produk makanan dan minuman pada era
global ini tidaklah mudah bahkan mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi.
Banyak penyebabnya antara lain karena banyaknya bahan baku dan bahan
tambahan yang menggunakan bahan-bahan dari non muslim atau negara barat.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjamin hak mendapatkan
cara memproduksi makanan dan minuman. Ketiga yaitu pihak yang berwenang
bekerja keras menyusun daftar bahan baku dan bahan tambahan yang sudah
diperiksa kehalalannya.7
Makanan yang kita makan tidak selamanya baik dan halal, Mungkin
saja ada terdapat sesuatu yang haram di dalamnya atau disaat pembuatannya
Produk pangan yang kita konsumsi sebaiknya kita pastikan dahulu, kita
halal dan membaca isi kandungan dalam produk yang akan kita konsumsi itu.
atau telah diberi label halal sebaiknya kita perhatikan juga hal-hal berikut :8
Saat ini era pasar bebas sudah semakin dekat. Kita banyak
sebagian besar dipertanyakan dan masih perlu pengawasan serius baik dari
7
Diana Candra Dewi, M.Si,Rahasia Dibalik Makanan Haram,(UIN-Press, 2007) h.121
8
Departemen Agama RI, Islam dan Produk Halal, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007)
h. 95
39
Produk halal kini bukan lagi semata-mata isu agama, tetapi sudah
menjadi isu di bidang bisnis perdagangan. Saat ini, jaminan sebuah produk
produk yang berlabelkan halal. Sebab, kualitas produk halal akan lebih terjaga
makanan yang halal pun belum terlalu sering dilakukan, sehingga masyarakat
yang mengatur tentang pencantuman produk pangan berlabel halal harus benar-
benar diterapkan agar tidak ada lagi konsumen yang merasa dirugkan.
pasal yang berkaitan dengan Label halal pada Bab IV mengenai perbuatan
yang dilarang bagi pelaku usaha pada Pasal 8 Ayat (1) huruf h.
Pasal 8
dengan kehalalan produk pangan, yaitu dalam Bab IV mengenai Label dan
a. nama produk;
Penjelasan pasal 30 ayat 2 (e): keterangan halal untuk suatu produk pangan
menyatakan bahwa pangan yang bersangkutan adalah halal bagi umat Islam.
Pasal 34
(1). Setiap orang yang menyatakan dalam Label atau iklan bahwa pangan
dalam label atau iklan pangan tidak hanya dapat dibuktikan dari segi bahan
Di dalam PP No.69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan pasal yang
Pasal 3 Ayat 2
a.Nama produk;
wilayah Indonesia;
Pasal 10
produknya halal bagi umat Islam. Penggunaan bahasa atau huruf selain
suatu pernyataan halal pada label pangan tidak hanya dibuktikan dari segi
43
bahan baku, bahan tambahan pangan, atau bahan bantu yang digunakan,
Pasal 11
dinyatakan halal tersebut diperiksa terlebih dahulu oleh lembaga yang telah
bahwa pangan yang akan dikonsumsi memang aman dari segi agama.
Pedoman ini bersifat umum, dan antara lain meliputi persyaratan bahan,
Pasal 8
tulisan halal wajib siap diperiksa oleh petugas tim gabungan dari Majelis
Pasal 9
Jenderal
Pasal 10
ahli MUI.
Pasal 11
Pasal 12
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam rapat Komisi dengan LP-POM
Setelah:8
kesuciannya;
8
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, (Jakarta: Erlangga, 2011)
h.669
46
kesuciannya.
sebagaimana mestinya.
melakukan sertifikasi produk halal. Apa yang dilakukan MUI tidak lain adalah
disingkat LPPOM MUI yaitu lembaga yang bertugas untuk meneliti, mengkaji,
47
turunannya, obat-obatan dan kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi
kesehatan dan dari sisi agama Islamyakni halal atau boleh dan baik untuk
sesuai dengan syariat Islam dan menjadi syarat pencantuman label halal dalam
proses pembuatannya.
9
Artikel ini diakses pada tanggal 20 Januari 2014, Pukul 10.30, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI
48
untuk segera melengkapinya. Dan bila telah sesuai maka akan dilanjutkan
4. Setelah lulus tim audit, Komisi Fatwa MUI melakukan sidang guna
tahun. Tiga bulan sebelum masa sertifikat tersebut lewat, produsen wajib
melakukan perpanjangan dengan proses yang serupa. Tidak ada daftar tarif
tetap yang dikeluarkan oleh MUI dalam permohonan sertifikat halal tersebut,
mayoritas di negeri ini, sehingga merasa tenang, aman dan nyaman dalam
minuman, obat dan kosmetik, produk kimia, produk biologi dan produk
Ada tiga prinsip yang harus menjadi dasar dalam penyelenggaraan JPH,
antara lain:10
2. JPH harus menjamin bahwa proses dan prosedur audit dan sertifikasi yang
terkait dengan proses halal harus dilakukan secara sederhana dan mudah
3. JPH harus memberikan jaminan bahwa biaya audit dan sertifikasi harus
10
Artikel ini diakses pada tanggal 20 Januari 2014, pada pukul 10.45, dari
http://www.nuranifkmui.com/index.php/artikel/144-jaminan-produk-halal
50
3. Posisi RUU ini bisa menjadi undang-undang yang bersifat lex spesialis
5. RUU ini akan mempertegas fungsi MUI dalam persoalan jaminan suatu
sistem jaminan halal, serta menetapkan fatwa halal dalam bentuk putusan
fatwa.
produk halal dilakukan oleh Badan POM. Pencantuman logo pada produk
Oleh karena itu, kedudukan RUU JPH ini menjadi sangat penting bagi
masyarakat umum dan pelaku usaha. Untuk itu kita berharap semoga proses
produsen mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar
BAB IV
Dalama usaha meraih calon konsumen, sering kali pelaku usaha kurang
berikut:
pada produk luar negeri. Kepercayaan konsumen yang diterima oleh produsen
52
53
berarti bahwa produsen akan menambah jumlah tenaga kerjanya yang akan
diperlukan;
1. Hanya minta informasi atau saran (advice), maka telepon itu cukup
dijawab secara lisan pula dan diberikan advica pada saat itu dan selesai.
d. Melalui media cetak dan elektronik dimana sarana ini efektif karena
diketahui oleh masyarakat dan pelaku usaha yang bersangkutan, dan YLKI
Atas aduan yang diterima oleh YLKI, maka YLKI akan meneliti
atas pengaduan tersebut akan dibuatkan surat kuasa dan Berita Acara
diselesaikan. Banyak cara yang ditempuh, dan cara mana yang digunakan
55
tergantung pada jenis dan sifat pengaduannya. Beberapa cara yang ditempuh
YLKI yaitu:
1. Melalui mediasi.
BPOM ini dibentuk oleh pemerintah untuk turut berperan aktif dalam
instansi lainnya BPOM ini memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
2. Menerima pengaduan.
kepada produsen sebagai pihak pemberi barang dan jasa, pihak pemerintah dan
juga pihak masyarakat sebagai konsumen yang menggunakan barang dan jasa.
Adapun sarana pengaduan yang disediakan oleh BPOM sama dengan sarana
penyelesaian secara damai oleh para pihak yang bersengketa, dan sebaiknya
pihak-pihak di atas, Jika tidak mendapat tanggapan dari para pelaku usaha
1
Astih “Sistem Pengawasan BPOM Dalam Mengawasi Makanan yang Beredar” Artikel
ini diakses pada tanggal 18 Agustus 2013, Pukul 14.30, dari http://www.opini.blogspot.com
57
oleh pelaku usaha, yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan, serta
mendapat informasi yang benar atas penggunaan produk pangan berlabel halal
kedudukan yang sama di mata hukum dan peradilan. Hak mendapatkan ganti
mendapatkan ganti rugi dan penggantian bila produk pangan yang dikonsumsi
tidak sesuai dengan ketentuan berproduksi secara halal. Hak konsumen untuk
dipenuhi.
58
terkait bila produk pangan tanpa label halal tersebut mengakibatkan kerugian
Dalam hal ini, gugatan sengketa konsumen yang dapat diajukan oleh
konsumen adalah gugatan oleh LSM dengan Class Action. Kelebihan kedua
sama. Kerugian yang sama yaitu tidak memenuhi syarat keamanan produk
pangan tersebut tidak berlabel halal. Kepentingan dan tuntutan pemulihan yang
sama yaitu adanya tuntutan ganti rugi atas kerugian yang konsumen derita dan
pemulihan baik terhadap jiwa maupun pemulihan kesehatan dan harta benda.
karena proses perkara yang terlalu lama. Berdasarkan Pasal 45 UUPK setiap
yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau
secara sukarela dari kedua belah pihak yang bersengketa. Hal ini berlaku untuk
dalam undang-undang.
2
Marianus Gaharpung, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Korban Atas Tindakan
Pelaku Usaha, (Jakarta: Jurnal Yustika, 2000) h. 43
60
h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan/atau setiap orang yang
ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf (g) dan huruf (h),
Konsumen.
konsumen.
ketentuan undang-undang.
berjalan cepat, mudah, dan murah. Cepat karena penyelesaian sengketa melalui
BPSK harus sudah diputus dalam tenggang waktu 21 hari kerja, dan tidak
61
sangat sederhana, dan dapat dilakukan sendiri oleh para pihak tanpa diperlukan
kuasa hukum. Murah karena biaya persidangan yang dibebankan sangat ringan
penuh pihak ketiga (pengacara) sebagai wakil pihak yang bersengketa tidak
3
Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: Media Grafika, 2008) cet. Ke-1., h. 75
4
Yusuf Sofie dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai
Persoalan Mendasar Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), (Jakarta: Piramedia, 2004)
h. 17
5
Kristiyanti, Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008) cet. Ke-1., h. 126
62
namun Majelis BPSK bertindak sebagai mediator atau penasehat agar proses
terutama bagi konsumen yang merasa diragukan oleh pelaku usaha, karena
sebanding antara biaya perkara dengan besarnya kerugian yang akan dituntut.
Jika putusan BPSK dapat diterima oleh kedua belah pihak, maka
putusan BPSK bersifat final dan mengikat, sehingga tidak perlu diajukan ke
dapat merusak hubungan pelaku bisnis dengan siapa dia pernah terlibat
6
Heys Hanata “Perlindugan Konsumen” artikel ini diakses pada tanggal 21 Agustus 2013,
Pukul 07.00, dari http://heyshanata.blogspot.com/2012/11/perlindungan-konsumen.html
64
biaya yang harus dikeluarkan, belum lagi biaya pengacara yang sangat tidak
sedikit.
pelayanan orang kaya saja atau lembaga yang besar, yang mengakibatkan
tidak berlabel halal yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Walaupun terdapat
antara lain karena pelaku usaha yang akan digugat oleh konsumen tidak jelas,
baik nama atau alamatnya maka, gugatan pun tidak dapat ditentukan karena
Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa peran label halal dalam
kemasan sangat penting yaitu dalam hal pemberian informasi produk tersebut
dan dalam hal penuntutan bila terjadi kerugian pada pihak konsumen ( terdapat
nama dan alamat yang jelas dari pelaku usaha pada label kemasan produk
pangan).
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasal 8
konsumen muslim tidak dirugikan oleh pelaku susaha dan dapat memilih
produk pangan yang diinginkan dengan jelas dan nyaman karena adanya
pencantuman label halal pada kemasan, maka tidak ada keraguan lagi
mengenai kehalalannya.
66
67
sengketa konsumen tersebut melalui 2 cara, yaitu dengan cara damai atau
secara lisan maupun tertulis, melalui surat, telepon, e-mail, fax, media
lembaga konsumen.
BPSK juga.
68
B. SARAN
dengan memberikan informasi produk terkait label halal dengan benar, jelas
dan jujur. Kepada konsumen harus teliti terlebih dahulu dalam membeli
produk khususnya produk halal yang tertera pada kemasan demi keamanan
para pelaku usaha dan konsumen yang bersengketa puas dengan hasil
Sumber Utama
Miru, Ahmadi dan Sutarman, Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Djamali, Abdoel, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2006.
Agung, Marya dan Eka, Solusi Bila Terjerat Kasus Bisnis. Jakarta: Raih Asa
Sukses, 2010.
Mujib, Abdul. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994.
Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
1999.
69
70
Sofie Yusuf dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai
Persoalan Mendasar Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
Jakarta: Piramedia, 2004.
Departemen Agama RI, Islam dan Produk Halal. Jakarta: Departemen Agama RI,
2007.
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975. Jakarta: Erlangga,
2011.
Retno Sulistyowati “Labelisasi Halal” artikel ini diakses pada tanggal 31 juli
2013, pukul 13.00, dari http://www.esq.magazine.com
Artikel ini diakses pada tanggal 15 juli 2013, pukul 10.00, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/usaha_kecil_dan_menengah
Artikel ini diakses pada tanggal 20 Januari 2014, Pukul 10.30, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI
Artikel ini diakses pada tanggal 20 Januari 2014, pada pukul 10.45, dari
http://www.nuranifkmui.com/index.php/artikel/144-jaminan-produk-halal