Anda di halaman 1dari 80

PERTANGGUNGJAWABAN MANAJER RUMAH SAKIT AKIBAT

KESALAHAN MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT


MITRA KELUARGA KALIDERES
(Studi Kasus Bayi Tiara Deborah Simanjorang)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :
NUR ANJANI
NIM : 11150480000017

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M

i
PERTANGGUNGJAWABAN MANAJER RUMAH SAKIT AKIBAT
KESALAHAN MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT MITRA
KELUARGA KALIDERES
(Studi Kasus Bayi Tiara Deborah Simanjorang)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariaf dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :
NUR ANJANI
NIM : 11150480000017

Pembimbing :

Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum.


NIP : 19590319 197912 1 001

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M

ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juli 2019


Peneliti

Nur Anjani

iv
Abstrak
Nur Anjani. NIM 11150480000017. PERTANGGUNGJAWABAN MANAJER
RUMAH SAKIT AKIBAT KESALAHAN MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT
MITRA KELUARGA KALIDERES (Studi Kasus Bayi Tiara Deborah
Simanjorang). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Praktisi Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440
H/ 2019 M.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai
Pertanggungjawaban Manajer Rumah Sakit Akibat Kesalahan Manajemen Di
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres (Studi Kasus Bayi Tiara Deborah
Simanjorang). Permasalahan di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres
menyebabkan pasien gawat darurat meninggal diakibatkan kurangnya pelayanan
kesehatan bagi pasien, dikarenakan harus membayar uang muka terlebih dahulu
dan melanggar Undang-Undang Tentang Kesehatan dan Undang-Undang Tentang
Rumah Sakit.
Dalam peneliti ini menggunakan metode normatif yaitu dengan melakukan
penelitian menggunakan bahan hukum kepustakaan dengan mencari bahan-bahan
pustaka atau data sekunder dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan hukum tersier. Metode pendekatan dengan cara memakai pendekatan
perundang-undangan dan pendekatan kasus. Dalam analisis data menggunakan
analisis kualitatif yaitu dengan menganalisis yang bertitik tolak pada dokumentasi
ragam pertistiwa, informasi yang berwujud kasus, dan dokumentasi-dokumentasi
tertulis.
Temuan dalam penelitian ini faktor penyebabnya masih ada rumah sakit
yang melanggar Undang-Undang Tentang Kesehatan dan Undang-Undang
Tentang Rumah Sakit. Dalam memberikan pelayanan fasilitas/kesehatan terhadap
pasien diskriminatif, khususnya pasien yang tidak mampu. Sanksi yang diberikan
pihak yang berwenang belum sesuai karena rumah sakit belum memberikan
pelayanan kesehatan dengan baik dan melanggar Undang-Undang Tentang
Kesehatan dan Undang-Undang Tentang Rumah Sakit.

Kata Kunci : Pelanggaran, Pertanggungjawaban, Rumah Sakit Mitra Keluarga


Kalideres, Manajemen Rumah Sakit, Kurangnya Pelayanan
Kesehatan.

Pembimbing : Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum.


Daftar Pustaka : Tahun 1990 Sampai 2018

v
KATA PENGANTAR
‫حيم‬ َّ ‫الر ْح ٰم ِن‬
ِ ‫الر‬ َّ ِ‫ِب ْس ِم هللا‬

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, nikmat serta karunia dari Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan berjudul “PERTANGGUNGJAWABAN MANAJER RUMAH
SAKIT AKIBAT KESALAHAN MENAJEMEN DI RUMAH SAKIT MITRA
KELUARGA KALIDERES (Studi Kasus Bayi Tiara Deborah Simanjorang)”.
Sholawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
„Alayhi wa Sallam, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke
zaman yang terang benderang ini.
Selanjutnya, dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan
ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekertaris Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
sebagai Pembimbing Akademik saya yang telah berkontribusi dalam
pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum. yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi,
arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada peneliti dalam
menyusun skripsi ini.
4. Kepala dan Staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai
untuk peneliti mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

vi
vii

5. Dan pihak-pihak lain yang membantu peneliti dalam proses pembuatan


skripsi ini.

Jakarta, 25 Juli 2019


Peneliti

Nur Anjani
DAFTAR ISI

COVER JUDUL ................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................. 5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................... 6
D. Metode Penelitian ..................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan .............................................................. 11
BAB II TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGJAWABAN
MANAJER RUMAH SAKIT AKIBAT KESALAHAN
MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA
KALIDERES
A. Kerangka Konseptual ............................................................... 13
B. Kerangka Teori ......................................................................... 15
C. Tinjauan (Riview) Kajian Terdahulu ....................................... 22
BAB III PERATURAN MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT MITRA
KELUARGA KALIDERES
A. Posisi Kasus Meninggalnya Pasien Bayi Tiara Deborah
Simanjorang Di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres ......... 27
B. Penerapan Undang-Undang Kesehatan Dan Undang-
Undang Rumah Sakit Mengenai Sistem Peraturan Di
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres ................................... 28
C. Etika Hukum Kesehatan Di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kalideres .................................................................................. 31

viii
ix

D. Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Di


Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres ................................... 34
E. Struktur Tata Kelola Perusahaan Mitra Keluarga .................... 36
BAB IV KEBIJAKAN PERATURAN MANAJEMEN DI RUMAH
SAKIT MITRA KELUARGA KALIDERES
A. Proses Pemberian Pelayanan Pengobatan Di Rumah Sakit
Mitra Keluarga Kalideres ......................................................... 43
B. Sanksi Yang Diberikan Oleh Pihak Yang Berwenang
Kepada Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres Dalam
Melakukan Malapraktik Manajemen ....................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 66
B. Rekomendasi ............................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hukum kesehatan berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban seseorang maupun masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan untuk kebutuhan sehari-hari untuk memulihkan
kesehatannya. Hukum kesehatan merupakan bagian dari subjek hukum, hak dan
kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan objek hukum dalam
kesehatan masyarakat.
Menurut Prof. H.J.J. Leenen, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Sadi
Is, dalam buku etika hukum kesehatan teori dan aplikasinya di Indonesia ialah
Hukum kesehatan merupakan semua peraturan hukum yang terjadi secara
langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan mempunyai penerapan
dibidang hukum pidana, hukum perdata maupun hukum administratif.1
Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 yang telah direvisi menjadi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 kemudian direvisi lagi menjadi Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, menyimpulkan bahwa adanya
kesehatan bagi masyarakat untuk kehidupan bangsa, mempunyai kepentingan
dalam bidang kesehatan yang bermutu, tanpa diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kesehatan untuk kesejahteraan masyarakat.
Bidang kesehatan harus mengutamakan kesejahteraan kesehatan pada
masyarakat yang mengalami penderitaan sakit yang membutuhkan pelayanan
perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Dalam perlindungan dan penegakan
hukum di Indonesia dalam hukum kesehatan kurang adanya keadilan bagi
masyarakat yang tidak mempunyai biaya pengobatan untuk kesehatannya.
Masyarakat yang kurang mampu tidak didahulukan untuk mendapatkan pelayanan
pengobatan untuk kesehatan. Setiap warga negara berhak atas kesehatannya

1
Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia,
(Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2015), h. 1

1
2

termasuk masyarakat yang kurang mampu untuk mengatur pelaksanaan bagi


pemenuhan hak warga negara tetap hidup sehat.2
Undang-Undang Tentang Kesehatan bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan kesehatan pada masyarakat yang optimal bagi setiap orang yang
memerlukan bantuan kesehatan dengan meningkatkan kesadaran, dan kemampuan
untuk hidup sehat. Kesehatan dimulai dengan adanya pelayanan kesehatan yaitu
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perorangan maupun masyarakat, dengan
adanya pelayanan kesehatan harus bertanggungjawab, aman, bermutu, dan tanpa
diskriminatif. Dalam pelayanan kesehatan ini ditegaskan adanya kewajiban
perlindungan pasien yang dilaksanakan melalui hak pasien untuk menentukan
kesehatan pasien untuk mendapatkan pelayananan kesehatan dalam rumah sakit.3
Rumah sakit merupakan suatu badan usaha yang menyediakan tempat
berupa penyediaan jasa pelayanan medis untuk masyarakat yang mengalami
penderitaan sakit, terluka maupun melahirkan. Rumah sakit menurut Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit adalah instansi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan seseorang dalam
pelayanan perawatan rawat inap, rawat jalan ataupun gawat darurat yang dikhusus
kan untuk masyarakat yang mengalami penderitaan sakit.4
Rumah sakit merupakan unsur dari tenaga kesehatan yang berguna bagi
masyarakat. Tenaga kesehatan yang mengabdi kepada masyarakat harus
bertanggungjawab dan memenuhi kode etik yang telah diatur didalam peraturan
undang-undangan yang berlaku. Tenaga kesehatan harus mempunyai
keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidangnya masing-masing yang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Tenaga kesehatan berkaitan dengan Undang-Undang Tentang Kesehatan
dan Undang-Undang Tentang Rumah Sakit dan diatur sesuai dengan kode etik
yang mengatur. Dalam tanggung jawab rumah sakit yang menangani para pasien

2
Muhamad Sadi , Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia, ... h. 11
3
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan , (Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2017), h. 33
4
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta : Nuha Medika, 2014), h.
154
3

atau masyarakat yang mengalami penderitaan pada kesehatan yang kurang stabil
yang diderita oleh masyarakat diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan. Tanggung jawab yang harus diwajibkan untuk rumah
sakit diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang
mengatur tentang pelayanan kepada masyarakat mampu atau kurang mampu tanpa
diskriminatif dalam penanganan medis yang terdapat dalam Pasal 29 yang
menyimpulkan bahwa harus memberikan suatu informasi yang benar tentang
pelayanan rumah sakit kepada masyarakat, memberi pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, anti diskriminasi, melaksanakan etika rumah sakit, melindungi
dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit yang
melaksanakan tugas, dan serta menyediakan sarana dan pelayanan bagi
masyarakat yang kurang mampu.
Tugas rumah sakit ialah dapat memberikan suatu pelayanan perorangan
kepada masyarakat dalam setiap kegiatan pelayanan kesehatan dari tenaga
kesehatan untuk melindungi dan menjaga kesehatan seseorang, mencegah dan
menyembuhkan penyakit yang diderita, dan memulihkan kembali kesehatan
seseorang yang sedang mengalami sakit.
Fungsi dari rumah sakit sesuai dengan tugas di rumah sakit antara lain
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan melalui pelayanan
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis, dapat menyelenggarakan dan
meningkatkan pengobatan dan pemulihan kesehatan seseorang sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit, dan mampu menyelenggakan pendidikan bagi
tenaga kesehatan dengan memperhatikan ketrampilan serta pemahaman etika ilmu
kesehatan.5
Kasus di rumah sakit mitra keluarga kalideres, yang mengenai pasien
gawat darurat yang meninggal di rumah sakit mitra keluarga kalideres diakibatkan
tidak menerima penanganan medis karena uang muka perawatan dari orang tua
pasien tidak mencukupi untuk melakukan pembayaran perawatan pasien.

5
Danny Wiradharma, Penuntut Kuliah Hukum Kedokteran, (Jakarta : Sagung Seto,
Cetakan Kedua, 2014), h. 99
4

Pihak rumah sakit mitra keluarga kalideres sudah memberikan pertolongan


pertama saat pasien tersebut sudah berada di rumah sakit mitra keluarga kalideres.
Pasien tersebut bernama Tiara Deborah Simanjorang bayi yang berumur empat
bulan. Pada saat pasien berada di rumah sakit mitra keluarga kalideres pihak
rumah sakit sudah memberikan pertolongan pertama bagi pasien.
Dokter memberitahukan kepada orang tua pasien agar pasien segera
dimasukan ke ruang pediatric intensive care unit (PICU), namun keluarga pasien
harus membayar uang muka terlebih dahulu. Pihak rumah sakit kemudian tidak
memasukan pasien tersebut ke ruang pediatric intensive care unit (PICU)
diakibatkan uang muka yang diminta tidak terpenuhi dengan prosedur
pembayaran.
Pihak rumah sakit mitra keluarga kalideres menyarankan pasien tersebut
dirujuk ke rumah sakit yang bermitra BPJS kesehatan, Pasien gawat darurat
tersebut akhirnya meninggal dunia saat pihak rumah sakit mitra keluarga kalideres
dan orangtua pasien dalam situasi mencari rumah sakit yang bermitraan BPJS
kesehatan.6
Kelalaian rumah sakit mitra keluarga kalideres tidak sesuai dengan
Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan pada Pasal 32 Ayat (1) dan Ayat (2) dan juga melanggar Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pelanggaran Undang-
Undang Rumah Sakit sesuai dengan pasal 2, Pasal 3 mengenai asas dan tujuan
rumah sakit, dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.
Bahwa seseorang harus diberikan pelayanan kesehatan terlebih dahulu
dengan adanya peraturan undang-undang. Namun, pihak rumah sakit
mendahulukan uang muka untuk pelayanan kesehatan dengan adanya kebijakan
dari rumah sakit dengan pasien yang bernama Tiara Deborah Simanjorang yang
berumur empat bulan setelah dibawa ke rumah sakit mitra keluarga kalideres tidak

6
Nursita Sari, Kompas.com, di akses
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/11/08385481/kasus-bayi-debora-dan-aturan-
penanganan-pasien-dalam-kondisi-darurat?page=all pada tanggal 27 desember 2018 pukul 13.35
WIB
5

bisa diberikan pelayanan kesehatan untuk melanjuti perawatan kesembuhan


pasien sehingga pasien tersebut meninggal dunia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, banyak
permasalahan hukum yang terkait dalam peraturan manajemen di rumah sakit
mitra keluarga kalideres yang mendahulukan uang muka terhadap pasien gawat
darurat, dalam uraian tersebut peneliti menganalisis yang akan membahas tentang
penelitian yang berjudul : “PERTANGGUNGJAWABAN MANAJER RUMAH
SAKIT AKIBAT KESALAHAN MENAJEMEN DI RUMAH SAKIT MITRA
KELUARGA KALIDERES (Studi Kasus Bayi Tiara Deborah Simanjorang)”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah
yang dapat dijadikan penelitian, yaitu sebagai berikut :
a. Apa saja faktor-faktor penyebab utama terjadinya kasus meninggal nya
bayi Tiara Deborah Simanjorang di rumah sakit mitra keluarga kalideres ?
b. Apa sanksi yang diterima oleh Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak rumah sakit tersebut ?
c. Pertanggungjawaban seperti apa yang dilakukan pihak rumah sakit mitra
keluarga kalideres terhadap pasien gawat darurat yang meninggal dirumah
sakit tersebut ?
d. Apakah proses pemberian pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra
keluarga kalideres sesuai dengan undang-undang ?
e. Sanksi apa yang diberikan oleh pihak yang berwenang kepada rumah sakit
mitra keluarga kalideres dalam melakukan malapraktik manajemen ?
2. Pembatasan Masalah
Karena masalah yang akan dibahas sangat luas, maka peneliti perlu
membatasi masalah ini mengenai Peraturan Manajemen di Rumah Sakit Mitra
Keluarga Kalideres. Dengan adanya pelanggaran terkait peraturan manajemen
di rumah sakit mitra keluarga kalideres yang mengharuskan membayar uang
6

muka terlebih dahulu kepada pasien gawat darurat dan bertentangan dengan
peraturan undang-undang.
3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan


masalah yang peneliti ambil adalah bagaimana pertanggungjawaban manajer
akibat kesalahan manajemen di rumah sakit mitra keluarga kalideres dalam
kasus meninggal nya bayi Tiara Deborah Simanjorang pasien gawat darurat di
rumah sakit tersebut.
Dari perumusan masalah tersebut peneliti memfokuskan dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Apakah proses pemberian pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra
keluarga kalideres sesuai dengan undang-undang ?
b. Sanksi apa yang diberikan oleh pihak yang berwenang kepada rumah sakit
mitra keluarga kalideres dalam melakukan malapraktik manajemen ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui proses pemberian pelayanan pengobatan di rumah sakit
mitra keluarga kalideres sesuai dengan undang-undang.
b. Untuk mengetahui Sanksi apa yang diberikan oleh pihak yang berwenang
kepada rumah sakit mitra keluarga kalideres dalam melakukan malapraktik
manajemen.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka manfaat yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan agar peneliti mampu memberikan
penyelesaian suatu kasus kebijakan peraturan manajemen di rumah sakit mitra
7

keluarga kalideres yang bertentangan dengan Undang-Undang Tentang


Kesehatan dan Undang-Undang Tentang Rumah Sakit.
b. Manfaat Praktis
Ada beberapa manfaat praktis dalam skripsi ini adalah :
1) Bagi Akademis
Penelitian ini berguna dan dapat memberikan wawasan pengetahuan
mengenai pertanggungjawaban rumah sakit terhadap pasien gawat
darurat yang tidak diberi pelayanan khusus dengan masalah uang
muka pembayaran.
2) Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui wawasan mengenai rumah sakit yang
tidak menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Bagi Tenaga Kesehatan atau Pimpinan Rumah Sakit
Penelitian dapat menjadikan tenaga kerja rumah sakit lebih
profesional terkait dengan adanya peraturan perundang-undangan dan
jika ada kelalaian dari tenaga kesehatan di rumah sakit akan diberikan
sanksi tindak pidana. Khusus pimpinan rumah sakit tidak adanya
unsur diskriminatif terhadap pasien gawat darurat yang tidak mampu,
untuk tidak terjadi kesalahan dalam membuat kebijakan peraturan di
rumah sakit.

D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi peneliti ini
menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif ini
dilakukan dengan cara mencari bahan-bahan pustaka atau data sekunder
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier. Bahan-bahan tersebut akan dianalisis oleh peneliti dengan cara
disusun secara sistematis, mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai
norma/kaidah yang berlaku dimasyarakat, dan menyimpulkan hasil dari
permasalahan tersebut dengan masalah yang diteliti oleh peneliti.
8

Masalah yang akan peneliti bahas mengenai Pertanggungjawaban


Manajer Rumah Sakit Akibat Kesalahan Manajemen Di Rumah Sakit
Mitra Keluarga Kalideres (Studi Kasus Bayi Tiara Deborah
Simanjorang).
2. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan perundang-
undangan, dan pendekatan kasus. Dalam pendekatan yang digunakan
peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai permasalahan yang
ada dalam kasus yang diambil oleh peneliti dan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang ada dalam kasus tersebut. Jenis penelitian normatif
harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan
diteliti ini merupakan suatu hukum yang harus difokuskan dalam
kesalahan yang telah melanggar hukum.
Dalam pendekatan perundang-undangan ini akan dilakukan dengan
menelaah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal ini peraturan perundang-
undangan yang akan digunakan adalah pelanggaran rumah sakit mitra
keluarga kalideres terhadap pasien gawat darurat melanggar Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit sesuai dengan
Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 29 dan melanggar Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 32 Ayat (1) dan Ayat (2).
Penelitian yang selanjutnya digunakan peneliti ialah pendekatan
kasus. Dalam pendekatan kasus tersebut dijelaskan adanya referensi bagi
suatu kasus hukum dalam permasalahan peraturan manajemen di rumah
sakit mitra keluarga kalideres.
3. Data Penelitian
Data penelitian peneliti menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer, data sekunder, dan data tersier yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini menggunakan :
a. Bahan Hukum Primer
9

Data primer atau bahan hukum adalah data yang mencakup


ketentuan-ketentuan pada perundang-undangan yang berlaku. bahan
hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
b. Data Sekunder
Data sekunder atau bahan hukum sekunder adalah bahan yang
diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel yang berkaitan dengan
penelitian ini, yang menjadi data primer dan data sekunder yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku yang
mencakup buku-buku umum seperti :
1) Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan yang dikutip oleh Jusuf
Hanafiah dan Amri Amir.
2) Buku Etika dan Hukum Kesehatan yang dikutip oleh Soekidjo
Notoatmodja.
3) Buku Etika dan Hukum Kesehatan dalam Persepektif Undang-
Undang Kesehatan yang dikutip oleh Sri Siswati. Buku-buku lain
yang terkait dengan permasalahan dalam rumah sakit, jurnal
hukum, serta artikel-artikel ilmiah untuk memperkaya sumber
data dalam penulisan skripsi peneliti.
c. Data Tersier
Data tersier ini merupakan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan lain-lain.
4. Metode Pengumpulan Data
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data studi pustaka yang dikhususkan untuk
mengklarifikasinya dengan masalah yang dikaji. Teknik pengumpulan data
ini dikumpulkan dalam upaya bertujuan untuk penelitian serta melakukan
10

studi dokumen terhadap data sekunder pustaka hukum yang berupa


metode penelitian yang diperoleh diperpustakaan dengan menganalisis
teori-teori hukum melalui pengumpulan sumber-sumber data yang
dilakukan dalam penelitian hukum dengan aspek materi yang diteliti dan
menggunakan pendapat-pendapat ahli, undang-undang, buku-buku kajian
hukum yang bersangkutan dengan permasalahan yang peneliti lakukan,
dan literatur-literatur yang ada hubungan dengan permasalahan hukum
didalam penelitian.7
5. Metode Pengelolaan dan Analisis Data
Metode analisis data peneliti menggunakan analisis kualitatif.
Pendekatan kualitatif yang menjelaskan terkait pada dokumentasi ragam
peristiwa, usaha penemuan informasi yang berwujud kasus, dokumentasi-
dokumentasi tertulis, dan gambaran-gambaran (deskriptif) yang melihat
permasalahan yang ada dan telah mendapat gambaran berupa data awal
tentang adanya permasalahan yang ditimbulkan dalam permasalahan
peraturan manajemen di rumah sakit mitra keluarga kalideres yang
melanggar undang-undang tentang kesehatan dan undang-undang tentang
rumah sakit dengan adanya pelanggaran kepada pasien gawat darurat di
rumah sakit tersebut yang mengakibatkan pasien meninggal dunia.
Teknik pengumpulan data studi pustaka dilakukan dengan
mengklarifikasinya dengan masalah yang dikaji dengan hasil pengamatan
dan dikumpulkan dalam upaya mengenai tujuan penelitian dalam
melakukan studi dokumenter terhadap data primer dan data sekunder
seperti pustaka hukum yang berupa undang-undang yang dianalisis dengan
kasus yang akan dikaji oleh peneliti.8

7
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cetakan Ketiga, 2014), h. 19
8
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi, ... h. 19
11

6. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam penelitian ini berdasarkan pada buku acuan
yang digunakan penelitian ini adalah Buku Pedoman Penulisan Skripsi
Tahun 2017 yang dibuat oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdapat bab-bab yang menjelaskan
permasalahan hukum yang terdapat dalam skripsi ini. Penjelasan pada masing-
masing bab terkait dengan permasalahan hukum yang diteliti oleh peneliti.
Adapun sistematika dari skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan yang
terakhir Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGJAWABAN
MANAJER RUMAH SAKIT AKIBAT KESALAHAN
MENAJEMEN DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA
KALIDERES
Dalam Bab ini memuat tentang tinjauan umum Teoritis
mengenai Peraturan Manajemen di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kalideres, yang terdapat Teori Tanggung Jawab mengenai
beberapa Pengertian dari Pertanggungjawaban, Pengertian
Manajer, Pengertian Manajemen Rumah Sakit, Pengertian
Rumah Sakit, Jenis Rumah Sakit, Kewajiban Rumah Sakit, dan
Pengertian Korporasi.
BAB III TINJAUAN UMUM PERATURAN MANAJEMEN DI
RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA KALIDERES
12

Bab ini berisi tentang Peraturan Manajemen di Rumah Sakit


Mitra Keluarga Kalideres yang berhubungan dengan Undang-
Undang Tentang Kesehatan dan Undang-Undang Tentang
Rumah Sakit dalam Proses Pertanggungjawaban pada
pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit.
BAB IV KEBIJAKAN PERATURAN MANAJEMEN DI RUMAH
SAKIT MITRA KELUARGA KALIDERES
Dalam Bab ini menguraikan tentang proses pemberian
pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra keluarga kalideres
dan pemberian sanksi terkait dengan rumah sakit yang
melakukan pelanggaran yang tidak sesuai dalam peraturan
perundang- undangan.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang merupakan hasil
dari pembahasan terhadap permasalahan penelitian dan
rekomendasi dari peneliti.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGJAWABAN MANAJER
RUMAH SAKIT AKIBAT KESALAHAN MANAJEMEN DI RUMAH
SAKIT MITRA KELUARGA KALIDERES

A. Kerangka Konseptual
Pengertian pertanggungjawaban adalah dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia pertanggungjawaban diartikan sebagai suatu perbuatan yang harus
dipertanggungjawabkan.1 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
pada Pasal 1366 menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak saja
untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hati.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Pasal 1367 menyatakan
bahwa seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-
barang yang berada dibawah pengawasannya.
Dalam tanggung jawab manajer rumah sakit secara hukum terhadap
kerugian yang dialami pasien di rumah sakit tersebut yang ditimbulkan atas
kelalaian atau kesengajaan yang dilakukan tenaga kesehatan di rumah sakit
harus bertanggungjawab dengan kerugian pasien dan dikenakan sanksi
hukum, karena menyebabkan pasien meninggal dunia.2
Pengertian manajer atau kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan menggerakan suatu perkumpulan orang atau kelompok
organisasi yang bergerak dibidangnya sesuai tugas dan kewajiban dari arahan
pimpinan kepada bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu.3
Pengertian rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan untuk
seseorang yang membutuhkan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat

1
https://kbbi.web.id/tanggung jawab diakses pada tanggal 14 februari 2019 Pukul 10.00 WIB
2
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta : Nuha Medika, 2014), h. 231
3
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer Eksistensinya Dalam Perilaku Organisasi, (Jakarta :
CV Rajawali, 1990), h. 1

13
14

yang sedang mengalami penderitaan sakit dan merupakan pelayanan publik


dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.4
Pengertian kesalahan adalah seseorang yang berbuat salah yang tidak
sesuai dengan undang-undang. Kesalahan dibagi menjadi dua macam :
1. Kesalahan karna kesengajaan yang diakibatkan adanya unsur kesengaja
dalam perbuatan yang dilakukan pelaku tersebut dan menimbulkan
kerugian dan kematian bagi korban.
2. Kesalahan karna tidak disadari, dalam melakukan suatu perbuatan yang
tidak disadari dengan perbuatan yang dilakukan dan dilarang oleh hukum
yang menimbulkan kerugikan bagi seseorang dan mengakibatkan
kematian bagi korban dalam perbuatan pelaku yang menimbulkan suatu
yang dilarang hukum.5
Pengertian manajemen adalah suatu ilmu yang dimanfaatkan didalam jenis
organisasi untuk membantu manajer untuk menjalankan tugas dengan
mencapai tujuan yang sudah ditentukan.6 Ruang lingkup manajemen
kesehatan terdapat berbagai jenis bidang manajemen yang dikelola sesuai
dengan bidang kegiatan dan sumber daya yang dikelolanya.
Bidang kegiatan yang dikelola terdapat bidang yang mengurus personalia
(manajemen personalia), bidang keuangan (manajemen keuangan), bidang
logistik-obat dan peralatan (manajemen logistik), pelayanan kesehatan
(manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi terkait rumah sakit).7
Pengertian malapraktik adalah dalam arti umum malapraktik merupakan
tindakan buruk yang tidak memenuhi kode etik profesi, akibat dari sikap tidak
perduli, kelalaian, kesengajaan, perbuatan yang tidak benar menjalankan
profesinya, kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan tugas dan
menimbulkan kecacatan dan kematian bagi pasien dapat dilihat dari sudut

4
Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Persepektif Undang-Undang Kesehatan,
(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 79
5
Adami Chazawi, Malpraktik Kedokteran Tinjauan Norma Dan Doktrin Hukum, (Malang :
Bayumedia Publishing, 2007), h. 110
6
Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Cetakan Kedua, 2004), h. 44
7
Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, ... h. 49
15

pasien yang telah dirugikan dengan kesalahan dalam pemberian diagnosa,


tidak mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit, kesalahan selama
tindakan terhadap pasien dirawat di rumah sakit dan kesalahan sesudah
perawatan terhadap pasien untuk masa penyembuh penyembuhan.8
Pengertian sanksi adalah tindakan hukuman bagi seseorang yang
melanggar perbuatan yang sudah diatur didalam Undang-Undang.9
Pengertian korporasi menurut Wurjono Prodjodikoro yang dikutip oleh
Prof. Dr. Muladi, S.H., dan Prof. Dr. Dwijaya Priyatno, S.H., M.H., dalam
bukunya yang berjudul pertanggungjawaban pidana korporasi adalah suatu
perkumpulan orang yang merupakan badan hukum yang telah melakukan
kesalahan dalam pengelolaan untuk suatu kepentingan orang-orang yang
merupakan dari anggota korporasi tersebut yang mempunyai tugas untuk
menjalankan kepentingan dalam tugas masing-masing anggota kelompok
orang tersebut, misalnya rumah sakit yang terkatagorisasi sebagai badan
hukum.10

B. Kerangka Teori
Teori tanggung jawab hukum yang didasarkan kesalahan adalah tanggung
jawab atas perbuatan dari pelaku yang melakukan perbuatan melawan hukum
dengan kekeliruan ataupun kelalaian. Kelalaian merupakan suatu dasar
keadaan dimana si pelaku lengah melakukan perbuatannya, kurang hati-hati
dalam perbuatan pelaku, dan tidak menjalankan kwajiban atas dasar peraturan
yang ada didalam Undang-Undang yang mengatur.11
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan bagi seseorang yang sedang mengalami
penderitaan sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit
yang aman, bermutu serta terjangkau oleh masyarakat dalam kehidupan sosial

8
Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Persepektif Undang-Undang Kesehatan,
(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 125
9
https://kbbi.web.id/sanksi diakses pada tanggal 14 februari 2019 Pukul 13.02 WIB
10
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Jakarta : Kencana
PrenadaMedia Group, 2010), h. 27
11
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015), h. 212
16

ekonomi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.


Menurut Dr. Suparto Adikoesoemo yang dikutip oleh Henni Febriawati
dalam buku yang berjudul manajemen logistik farmasi rumah sakit ialah
rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang terdiri
dari beberapa tenaga kesehatan dan suatu sistem sosial yang merupakan
adanya objek manusia sebagai pasien yang membutuhkan pelayanan
kesehatan yang bermutu.12
Mengenai macam-macam jenis rumah sakit dapat dibedakan berdasarkan
jenis pelayanan kesehatan dalam rumah sakit tersebut yaitu rumah sakit
umum, rumah sakit khusus, dan rumah sakit jiwa.
Jenis rumah sakit umum adalah rumah rumah sakit menjalankan tugas
sesuai dengan peraturan undang-undang, rumah sakit umum merupakan yang
dapat menyelenggaran pelayanan kesehatan dasar sampai dengan memberikan
pelayanan kesehatan yang spesialis sesuai dengan penyakit yang diderita oleh
masyarakat.
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang dapat menjalankan tugas
sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku dan rumah sakit khusus
dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai jenis
penyakit tertentu sesuai dengan penyakit khusus yang diderita oleh
masyarakat misalnya sakit jantung, kanker, paru-paru, dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan penyakit khusus yang diderita.13
Rumah sakit jiwa adalah rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam
perawatan gangguan mental dari gangguan kejiwaan terhadap diri seseorang
yang memerlukan bantuan rutin, perawatan khusus dari lingkungan rumah
sakit yang merawat pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.14
Pengelolaan rumah sakit dapat dibagi menjadi dua golongan :

12
Henni Febriawati, Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta : Gosyen
Publisying, 2013), h. 5
13
Henni Febriawati, Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, ... h. 7
14
https://kamuslengkap.com/kamus/kesehatan/arti-kata/rsj-rumah-sakit-jiwa diakses pada
tanggal 16 februari 2019 pukul 20.13 WIB
17

a. Golongan pertama terkait dengan rumah sakit publik yaitu Rumah


sakit publik dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. Arti kata nirlaba ialah tidak
mengutamakan untuk memperoleh keuntungan bagi rumah sakit yang
memberikan suatu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.15
b. dan Golongan kedua terkait dengan rumah sakit privat ialah Rumah
Sakit Privat dapat dikelola oleh badan hukum yang berbentuk
perseroan terbatas, seperti rumah sakit milik yayasan, rumah sakit
milik perusahaan, rumah sakit milik penanaman modal (dalam negeri
maupun luar negeri).16
Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang mengalami penderitaan sakit, penderitaan
pada fisik maupun mental yang dialami seseorang yang sedang sakit. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien yaitu :
1) Dalam kewajiban rumah sakit yaitu :
a. Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan informasi yang
benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.
b. Rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, tanpa diskriminatif, dan efektif dengan mengutamakan kesehatan
pasien terlebih dahulu sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
c. Mengutamakan pelayanan kesehatan bagi pasien gawat darurat sesuai
dengan kemampuan pelayanan di rumah sakit.
d. Rumah sakit berkewajiban menghormati dan melindungi hak pasien.
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin.
f. Memberikan informasi yang jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien.
g. Melaksanakan etika rumah sakit.
15
https://www.kbbi.web.id/nirlaba diakses pada tanggal 16 februari 2019 Pukul 19.32 WIB
16
Henni Febriawati, Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta : Gosyen
Publisying, 2013), h. 6
18

h. Mampu menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit sesuai


dengan ketentuan peraturan undang-undang.
i. Kewajiban rumah sakit mampu melaksanakan fungsi sosial yang
dilaksanakan melalui memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien yang
tidak mampu, menyediakan ambulan gratis, dan melakukan pelayanan
kesehatan tanpa meminta uang muka.
Rumah sakit mempunyai manajemen kepimpinan dalam rumah sakit yang
bertugas melakukan pengelolaan terhadap sistem peraturan di rumah sakit
tersebut, beberapa penjelasan mengenai manajemen kepemimpinan dalam
rumah sakit yaitu :
Penjelasan pengertian dari manajemen kepemimpinan adalah seseorang
yang melaksanakan tugas dalam bentuk kepemimpinan yang menggunakan
seluruh peraturan yang dimiliki untuk melaksanakan kepemimpinan yang
selalu mengedepankan konsep dan aturan yang berlaku dalam ilmu
manajemen kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang dapat
mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk melaksanakan
kewajiban tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan dari peraturan
kepemimpinan.17
Mengenai pengertian dari kepemimpinan dapat dikemukakan oleh
beberapa pendapat ahli :
1) Menurut Stephen P. Robbins yang dikutip oleh Irham Fahmi dalam buku
yang berjudul Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi yaitu
kepemimpinan merupakan suatu peraturan yang mengarahkan kelompok
orang demi mencapai suatu tujuan.
2) Menurut Richad L.Daft yang dikutip oleh Irham Fahmi dalam buku yang
berjudul Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi mengatakan
bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang yang dapat
mengarahkan kelompok orang atau organisasi yang mampu mengarahkan

17
Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, (Bandung : Alfabeta, 2013),
h. 2
19

tujuan untuk pencapaian hasil yang maksimal.18Perbedaan pemimpin


dengan kepemimpinan ialah :
a. Pemimpin ialah orang yang memimpin kelompok orang atau organisasi
maupun keluarga.
b. Kepemimpinan merupakan bentuk dari pemimpin yang dapat melakukan
pengelolaan, mengendalikan, memimpin, memberikan aturan kepada
orang lain yang bertujuan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
maksimal yang telah ditentukan sebelumnya.19
Dalam pengertian manajemen kesehatan menurut Notoatmojo yang
dikutip oleh Henni Febriawati dalam buku yang berjudul Manajemen Logistik
Farmasi Rumah sakit mengatakan bahwa pengertian dari manajemen kesehatan
ialah suatu kegiatan yang mengatur para petugas kesehatan dalam proses untuk
melakukan peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan
dalam penerapan aturan undang-undang rumah sakit.
Ruang lingkup manajemen kesehatan untuk menjalankan proses kegiatan
berkaitan dengan upaya manajemen sumber daya manusia, manajemen
keuangan, manajemen logistik (mengurusi obat dan peralatan kesehatan di
rumah sakit), dan manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi
manajemen (mengurus dan mengatur terkait pelayanan kesehatan di rumah
sakit).20
Berdasarkan peraturan manajemen harus sesuai dengan Peraturan
Undang-Undang yang berlaku, peraturan manajemen tidak sesuai dengan
Undang-Undang maka bisa dikatakan sebagai malapraktik manajemen. Arti
kata dari malapraktik manajemen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Malapraktik merupakan tindakan yang tidak tepat, kelalaian, tidak mempunyai
rasa perduli yang menyebabkan seseorang meninggal dunia, kurangnya

18
Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, ... h. 15
19
https://www.kajianpustaka.com/2012/11/pemimpin-dan-kepemimpinan.html diakses pada
tanggal 17 februari 2019 pukul 14.42 WIB
20
Henni Febriawati, Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta : Gosyen
Publisying, 2013), h. 22
20

kemampuan dasar dalam melaksanakan profesi sehingga melanggar peraturan


peraturan undang-undang dan kode etik.21
Manajemen merupakan pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya
perusahaan atau organisasi.22 Malapraktik manajemen adalah suatu tindakan
manajemen untuk membuat kebijakan peraturan di rumah sakit kepada
manajer tidak sesuai dengan peraturan undang-undang atau bertentangan
dengan peraturan undang-undang. Ada beberapa macam mengenai malapraktik
yang terjadi di rumah sakit yaitu :
Yang pertama, malapraktik etik adalah suatu tindakan dokter yang
bertentangan dengan etika kedokteran. Contoh kurangnya komunikasi antara
dokter dengan pasien mengenai kesalahan dalam memberikan resep obat
sehingga menimbulkan malapraktik yang menyebabkan pasien meninggal
dunia atau mengalami sakit yang semakin parah, dikarenakan salah
memberikan resep obat kepada pasien sehingga bertentang dengan peraturan
undang-undang.
Yang kedua, malapraktik administrasi, mengenai dengan malapraktik
administrasi adalah terjadi dengan tenaga kesehatan dalam melakukan
pelanggaran terhadap hukum administrasi. Contoh ada seorang pasien yang
diminta membayar uang pelayanan rumah sakit untuk fasilitas kesehatan
dengan pembayaran tagihan berulang, tidak membuat rekam medis, dan tidak
izin kepada pihak yang berwenang untuk membuka praktik kedokteran
sehingga bertentangan dengan Peraturan Undang-Undang.23 Pelanggaran
hukum administrasi adalah sebagai jalan menuju malapraktik yang merupakan
aspek hukum administrasi yang akan dikenakan sanksi administrasi.
Sanksi administrasi yang diberikan dapat berupa pencabutan izin dalam
standar operasional rumah sakit maupun standar operasional profesi di rumah
sakit dan denda administrasi. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan pada Pasal 188 Ayat (1) menjelaskan bahwa Menteri dapat
mengambil tindakan administrasi terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas

21
https://kbbi.web.id/malapraktik diakses pada tanggal 17 februari 2019 Pukul 18.35 WIB
22
https://kbbi.web.id/manajemen diakses pada tanggal 17 februari 2019 Pukul 18.42 WIB
23
Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia, (Jakarta :
Kencana Prenadamedia Group, 2015), h. 64
21

pelayanan kesehatan yang melanggar ketentuan sebagaimana yang sudah diatur


dalam undang-undang ini. Dalam tindakan administrasi sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) dapat berupa peringatan secara tertulis dan pencabutan izin
sementara atau izin tetap.
Pencabutan izin biasanya yang telah menyalahgunakan wewenang, gagal
mempertahankan pendidikan dan keterampilan dalam tenaga kesehatan di
rumah sakit dan melakukan tindakan tidak profesional dalam kode etik profesi
yang telah terdapat dalam masing-masing profesi yang ada di rumah sakit.
Pencabutan izin ditetapkan dalam bentuk pelanggaran yang sudah diatur di
dalam peraturan undang-undang dan tidak menerapkan peraturan tersebut
sehingga terjadi pelanggaran malapraktik administrasi.24
Pengertian sanksi adalah hukuman bagi seseorang yang melanggar
peraturan perundang-undangan. Contoh adanya sanksi bagi rumah sakit yang
melakukan malapraktik terdapat dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit yang membiarkan orang lain sakit berat hingga orang
tersebut meninggal dunia tanpa mendapatkan perawatan yang layak di rumah
sakit bisa dikenakan sanksi pidana.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan
Kewajiban Pasien, terdapat sanksi administrasi bagi rumah sakit yang tidak
sesuai dengan peraturan undang-undang. Sanksi administrasi yang berupa
sanksi administrasi ringan, sanksi administrasi sedang, dan sanksi administrasi
berat.
Sanksi administrasi ringan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018
Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, Rumah Sakit yang
mengakibatkan menurunkan kualitas pelayanan di rumah sakit. Sanksi
administrasi ringan berupa tegusan lisan dan/atau teguran tertulis yang
diberikan oleh dinas kesehatan yang telah terdapat pelanggaran ditemukan.

24
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta : Nuha Medika, 2014), h.
264
22

Sanksi administrasi sedang berupa pemberhentian sementara sebagian kegiatan


di rumah sakit.
Pemberhentian sementara kegiatan diberikan oleh Pemerintah daerah
kabupaten/kota, pemerintah daerah provinsi, dan menteri yang dapat
memberikan izin operasional rumah sakit sesuai dengan kewenangan masing-
masing, pemberhentian sementara hanya bertujuan untuk rumah sakit
melakukan suatu perbaikan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Sedangkan
sanksi administrasi berat adalah pencabutan izin operasional rumah sakit dan
tidak boleh melakukan operasional kembali.
Korporasi adalah badan hukum yang beranggota dalam menjalankan
peran tugas dan kewajiban sendiri yang terpisah dari tugas dan kewajiban
anggota masing-masing dalam melaksanakan kewajiban untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.25 Teori pidana korporasi adalah tindakan atau tidak
berbuat dalam perkumpulan pengelolaan yang mempunyai kekuasaan untuk
keuntungan badan hukum dari perkumpulan pengelolaan tersebut yang tidak
sesuai dengan aturan undang-undang dapat dikenakan sanksi pidana bagi yang
melanggar.26

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu


Beberapa perbedaan mengenai skripsi lain dengan skripsi peneliti untuk
menghindari kesamaan dengan skripsi lain, maka peneliti mereview dari
beberapa skripsi terdahulu yang sudah pernah diteliti sebelumnya yang pernah
mengenai permasalahan dalam pembahasan Pengendalian Sistem Pelayanan
Kesehatan Di Rumah Sakit Islam Klaten, penulis Ferysa Rochmaningtyas
(03240021), Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2010 membahas mengenai fungsi utama manajemen rumah
sakit untuk mencapai dan mempertahankan suatu kondisi tertentu yang
diharapkan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
di rumah sakit.

25
Mahrus Ali, Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2013), h. 2
26
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2013), h. 195
23

Persamaan dalam skripsi penulis dengan skripsi peneliti terkait


membahas sistem kinerja tenaga kesehatan dalam menjalankan profesi untuk
memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit tanpa diskriminatif.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi peneliti ialah mengenai pembahasan
dalam pengendalian peraturan manajemen untuk bisa memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu kepada masyarakat sedangkan skripsi peneliti
membahas persoalan kasus pasien gawat darurat diminta uang muka untuk
mendapatkan fasilitas ruangan khusus pasien di rumah sakit tersebut mengenai
dengan peraturan manajemen di rumah sakit tersebut yang tidak sesuai dengan
peraturan undang-undang tentang rumah sakit dan peraturan undang-undang
kesehatan.27
Dalam penelitian Ferysa Rochmaningtyas (03240021), Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010
menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk mengahasilkan data
deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan Teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi. Perumusan masalah dari skripsi penulis
membahas mengenai “Bagaimanakah pengendalian sistem pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelaten yang meliputi aktifitas
mendesain sistem umpan balik informasi, menentukan apakah terjadi
penyimpangan, melakukan perbaikan yang diperlukan dan membandingkan
prestasi yang sesungguhnya dengan standar prestasi?”.
Perumusan masalah peneliti lebih memfokuskan terkait pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1) Apakah proses pemberian pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra
keluarga kalideres sesuai dengan undang-undang ?
2) Sanksi apa yang diberikan oleh pihak yang berwenang kepada rumah
sakit mitra keluarga kalideres dalam melakukan malapraktik
manajemen ?

27
Ferysa Rochmaningtyas, Pengendalian Sistem Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Islam
Klaten, (Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010), h. 2
24

Mengenai pembahasan skripsi yang kedua ialah dalam permasalahan


hukum yang berjudul Pertanggungjawaban Pidana Rumah Sakit Dan
Dokter Atas Meninggalnya Pasien Yang Ditelantarkan Rumah Sakit,
Penulis Teddy Irawan Saputra (14410604), Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta Tahun 2018.
Persamaan mengenai skripsi ini dengan skripsi peneliti membahas
permasalahan hukum terkait dengan penelantaran pasien yang diminta uang
muka terlebih dahulu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi peneliti ialah skripsi ini membahas
persoalan hukum positif dan hukum islam yang dikaitkan dengan
pertanggungjawaban dokter akibat melakukan penelantaran kepada pasien di
rumah sakit. Metode penelitian hukum menggunakan penelitian hukum
normatif yang didukung oleh data empiris. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan studi kepustakaan.
Dalam Metode pendekatan skripsi Teddy Irawan Saputra (14410604)
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Tahun 2018,
menggunakan metode pendekatan konseptual dan pendekatan yuridis-normatif
dengan peraturan undang-undang dan norma hukum. Perumusan masalah
skripsi ini membahas mengenai :
a. Apakah rumah sakit dapat diminta pertanggungjawaban pidana atas
tindakan menelantarkan pasien yang dilakukan di rumah sakit ?
b. Bagaimana tanggung jawab pidana dokter terhadap pasien yang
ditelantarkan oleh rumah sakit ?
Sedangkan skripsi peneliti lebih memfokuskan kepada peraturan
manajemen di rumah sakit mitra keluarga kalideres yang mendahulukan uang
muka dari pada keselamatan nyawa pasien dan tidak sesuai dengan Undang-
Undang Tentang Rumah Sakit dan Undang-Undang Tentang Kesehatan.28

28
Teddy Irawan Saputra, Pertanggungjawaban Pidana Rumah Sakit Dan Dokter Atas
Meninggalnya Pasien Yang Ditelantarkan Rumah Sakit, (Yogyakarta : Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta, 2018), h. 12
25

Perumusan masalah peneliti lebih memfokuskan terkait dengan


pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Apakah proses pemberian pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra
keluarga kalideres sesuai dengan undang-undang ?
2) Sanksi apa yang diberikan oleh pihak yang berwenang kepada rumah
sakit mitra keluarga kalideres dalam melakukan malapraktik
manajemen ?
Yang ketiga peneliti mengambil sumber referensi melalui jurnal nasional
yang membahas mengenai permasalahan hukum yang berjudul Penolakan
Pelayanan Medis Oleh Rumah Sakit Terhadap Pasien Yang
Membutuhkan Perawatan Darurat, penulis Cahyo Agi Wibowo, Hari
Wahyudi, dan Sudarto, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surabaya Tahun 2017. Permasalahan hukum mengenai pasien gawat darurat
yang ditolak di rumah sakit saat datang ke rumah sakit tersebut untuk
membutuhkan perawatan medis, yang diakibatkan tidak ada kamar kosong
untuk pasien tersebut dan rumah sakit tidak membantu melakukan rujukan
rumah sakit lain untuk pasien gawat darurat tersebut.
Persamaan jurnal nasional dengan skripsi peneliti membahas mengenai
pasien gawat darurat yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
baik. Perbedaan jurnal nasional ini dengan skripsi peneliti ialah jurnal ini lebih
memfokuskan pelanggaran rumah sakit yang tidak membantu memberikan
kamar kosong untuk pasien gawat darurat tersebut untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, dan skripsi peneliti memfokuskan kebijakan peraturan
manajemen di rumah sakit mitra keluarga kalideres yang lebih mendahulukan
uang muka untuk mendapatkan fasilitas ruangan perawatan pelayanan
kesehatan terhadap pasien gawat darurat.29
Yang keempat peneliti mengambil sumber referensi dari buku yang
berjudul Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia
yang dikutip oleh Muhamad Sadi Is, S.HI., M.H pada Tahun 2015 mengenai
29
Cahyo Agi Wibowo, Hari Wahyudi, Sudarto, Penolakan Pelayanan Medis Oleh Rumah
Sakit Terhadap Pasien Yang Membutuhkan Perawatan Darurat, (Jurnal Nasional : Surabaya
Universitas Muhammadiyah Surabaya), Vol. 1, No. 1, April 2017
26

persoalan hukum kesehatan di indonesia dengan menjelaskan terkait definisi


hukum kesehatan, upaya hukum kesehatan, dan membahas pertimbangan
undang-undang mengenai hukum kesehatan.
Persamaan membahas mengenai hukum kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi. Perbedaan buku ini dengan skripsi
peneliti ialah dalam buku ini hanya membahas tentang hukum kesehatan dan
skripsi peneliti lebih memfokuskan terakait permasalahan hukum kesehatan
dengan adanya peraturan dari manajemen rumah sakit yang mendahulukan
uang muka dari pada pelayanan kesehatan untuk darurat.30

30
Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia, (Jakarta :
Kencana Prenadamedia Group, 2015), h. 2
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERATURAN MANAJEMEN
DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA KALIDERES

A. Posisi Kasus Meninggalnya Pasien Bayi Tiara Deborah Simanjorang Di


Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres
Kasus meninggalnya bayi Tiara Deborah Simanjorang berumur 4 (empat)
bulan putri ke-lima dari pasangan Henny Silalahi dan Rudianto Simanjorang yang
datang ke instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit mitra keluarga kalideres
dalam keadaan tidak sadar dan kondisi tubuh tampak membiru. Tiara Deborah
Simanjorang meninggal dunia di rumah sakit mitra keluarga kalideres,
diakibatkan kurangnya pelayanan kesehatan bagi pasien.
Tiara Deborah Simanjorang sudah seminggu terserang flu yang disertai
dengan batuk. Ibunya membawa ke RSUD Cengkareng untuk melakukan
pemeriksaan terhadap anaknya. Dokter memberikan obat untuk mengobati pilek
bayi Tiara Deborah Simanjorang. Kondisi bayi tersebut semakin memburuk pada
hari sabtu tanggal 2 bulan september tahun 2017 malam. Bayi tiara terus
mengeluarkan keringat dan mengalami sesak nafas yang dikutip dari sumber
website http://medan.tribunnews.com pada hari minggu tanggal 10 september
2017 pukul 15:48 WIB.
Orang tuanya membawa ke rumah sakit mitra keluarga kalideres dengan
menggunakan sepeda motor menuju rumah sakit. Tiba di rumah sakit, Dokter
langsung melakukan pertolongan pertama dengan penyedotan lendir.
Memperhatikan kondisi bayi Tiara Deborah Simanjorang yang menurun, dokter
menyarankan untuk segera dirawat di ruang pediatric intensive care unit (PICU).
Dokter menyarankan kedua orang tua bayi tersebut untuk segera mengurus
administrasi untuk putrinya segera mendapatkan pertolongan intensif. Karena
rumah sakit tersebut tidak melayani pasien BPJS, maka orang tua bayi tersebut
diwajibkan untuk membayar uang muka untuk pelayanan di rumah sakit sebesar
Rp. 19.800.000.00- (sembilan belas juta delapan ratus ribu rupiah).

27
28

Orang tua bayi tersebut hanya memiliki uang sebesar Rp. 5.000.000.00-
(lima juta rupiah) dan menyerahkan uang kebagian administrasi untuk
mendapatkan pelayanan intensif di rumah sakit mitra keluarga kalideres. Namun
ternyata uang tersebut ditolak meski Orang Tua Tiara Deborah Simanjorang
berjanji akan segera melunasinya. Pihak rumah sakit mitra keluarga kalideres
menolak pembayaran dan rumah sakit sempat merujuk bayi Tiara Deborah
Simanjorang untuk segera dirawat di rumah sakit lain yang memiliki instalasi
pediatric intensive care unit (PICU) dan menerima layanan BPJS.
Pihak rumah sakit mitra keluarga kalideres menelpon beberapa rumah
sakit, Orang Tua bayi Tiara Deborah Simanjorang tidak juga mendapatkan
ruangan pediatric intensive care unit (PICU) kosong untuk merawat putrinya.
Sehingga kondisi bayi Tiara Deborah Simanjorang terus menurun hingga akhirnya
dokter menyatakan putri dari Rudianto dan Henny tersebut meninggal dunia.1

B. Penerapan Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit


Mengenai Sistem Peraturan Di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres
Penerapan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
yaitu menjelaskan terkait kewajiban pemerintah dan juga semua anggota
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-Undang
Tentang Kesehatan ini dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan.
Setiap orang dapat meningkatkan kesehatan yang layak dalam kehidupan sehari-
hari. Kesehatan merupakan tulang punggung kehidupan perorangan, keluarga,
masyarakat dan bangsa yang perlu dijaga dan ditingkatkan dalam kesehatan
masing-masing.
Dalam Penerapan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit menjelaskan terkait tanggung jawab rumah sakit terhadap fasilitas
dan pelayanan kesehatan maupun terkait dengan peralatan pada kesehatan di
rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dari

1
Fahrizal Fahmi Daulay, tribunnews.com, diakses
http://medan.tribunnews.com/2017/09/10/kronologi-bayi-debora-meninggal-dan-parahnya-
pelayanan-rumah-sakit-tempat-dirawat diakses pada tanggal 18 maret 2019 pukul 12.45 WIB
29

bagian sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam menunjang


penyelenggaraan pada upaya kesehatan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan disusun
berbagai kebijakan dan langkah-langkah untuk meningkatkan mutu kesehatan
seseorang tanpa diskrimanatif terhadap seseorang yang memerlukan dan
meningkatkan kesehatan dalam membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Secara umum peraturan undang-undang tentang kesehatan dalam pemberian
kesehatan terhadap masyarakat memenuhi unsur didalam undang-undang tentang
kesehatan yang mampu menerapkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan penyelenggarakan dalam pembangunan kesehatan dalam
meningkatkan upaya kesehatan dan sumber daya manusia untuk
mensejahterakan mutu kesehatan perorangan maupun masyarakat luas.
2. Dapat menjangkau kesehatan dalam unsur anti diskrimasi dan mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang baik serta terjangkau untuk
masyarakat publik yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
3. dan Dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap
pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan untuk publik, serta
mampu meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.2
Secara keseluruhan Penerapan Undang-Undang Tentang Kesehatan
bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang
melalui pembangunan kesehatan, yaitu dengan meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
mempunyai peran khusus untuk meningkatkan mutu kesehatan seluruh
masyarakat, untuk menjadikan kesehatan hidup yang lebih baik. Dengan adanya
pelayanan kesehatan di rumah sakit tanpa diskriminatif terhadap masyarakat yang
tidak mampu untuk melakukan pengobatan dan menjadikan pelayanan kesehatan
untuk menerapkan undang-undang tentang kesehatan di rumah sakit yang bermutu
tanpa diskriminatif.

2
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan , (Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2017), h. 32
30

Upaya kesehatan didalam rumah menjadi acuan bagian terpenting dalam


meningkatkan derajat kesehatan perorangan maupun masyarakat yang
dilaksanakan secara terpadu, terintegritas, dan berkesinambungan yang telah di
atur didalam Undang-Undang Tentang Kesehatan, dalam upaya meningkatkan
kesehatan perlu adanya yang dilakukan dalam Undang-Undang Tentang
Kesehatan yang dapat meningkatkan upaya kesehatan seperti :
a) Pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk publik.
b) Peningkatan kesehatan dan pemulihan penyakit yang diderita oleh
seseorang.
c) Dapat menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan kembali.
d) Pelayanan kesehatan bencana terhadap orang membutuhkannya.
e) Penanggulangan gangguan pada penglihatan dan pendengaran.
f) Pengamanan dan penggunaan kesediaan farmasi dan alat kesehatan di
rumah sakit yang bermutu.
g) dan Dapat meningkatkan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang anti
diskriminasi terhadap orang yang tidak mampu dalam menginginkan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang bermutu.3
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
menjelaskan terkait tanggung jawab rumah sakit terhadap fasilitas dan pelayanan
kesehatan maupun terkait dengan peralatan pada kesehatan di rumah sakit. Rumah
sakit wajib memberikan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dari bagian
sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam menunjang
penyelenggaraan pada upaya kesehatan untuk masyarakat.
Penyelenggaraan pada pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik dan
organisasi yang sangat kompleks yang tergambar dari adanya berbagai jenis
tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
sangat penting dalam menyelenggarakan mutu pelayanan dalam usaha
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, dan meningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, menjadi dukungan bagi peraturan dalam penerapan peraturan di

3
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan , ... h. 34
31

rumah sakit yang dapat melindungi masyarakat melalui adanya kepastian dan
perlindungan hukum bagi penerima maupun penyediaan dan pengelola pelayanan
kesehatan di setiap rumah sakit.
Kegiatan yang dioprasionalkan didalam rumah sakit dalam memberikan
suatu penerapan pelayanan kesehatan yang menjadikan dasar memberikan
pelayanan kesehatan yang baik berdasarkan pada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak, pemerataan, perlindungan
terhadap keselamatan nyawa pasien, mempunyai fungsi sosial, dan dalam
pengaturan penyelenggaraan di rumah sakit juga bertujuan untuk meningkatkan
dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit dan adanya kepastian
dan/atau perlindungan hukum bagi masyarakat.4

C. Etika Hukum Kesehatan Di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres


1. Kode Etik Profesi
Kode etik menerapkan unsur seseorang yang mempunyai profesi harus
bertanggungjawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu.
Menurut Bertens yang dikutip oleh Muhamad Sadi Is dalam bukunya yang
berjudul Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di indonesia
menjelaskan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang berlaku dan
ditetapkan oleh kelompok orang yang mempunyai suatu profesi yang harus
mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya untuk menerapkan
norma yang baik sekaligus menjamin mutu moral profesi kepada masyarakat.
Kode etik profesi diterapkan dari adanya etika terapan yang dihasilkan
oleh penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi merupakan
hasil dari pengaturan diri profesi yang bersangkutan dan perwujudan nilai moral
yang hakiki atas berdasarkan tingkah laku dari orang yang mempunyai suatu
profesi. Kode etik merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan,
sehingga mampu memberikan nilai moral yang baik yang ada didalam diri orang
tersebut, kode etik profesi dapat dipegang oleh orang yang mempunyai suatu

4
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan , (Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2017), h. 47
32

profesi yang hanya berlaku efektif apabila mampu memberikan nilai-nilai yang
hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.5
Tujuan dan fungsi dari kode etik profesi secara umum dapat dijelaskan
bahwa setiap profesi menempatkan ahli yang bersangkutan untuk suatu keadaan
yang sangat penting, maka dari itu kode etik profesi mempunyai tujuan dalam
kode etik profesi seperti :
a. Mampu menjungjung tinggi harkat dan martabat dari suatu profesi itu sendiri.
b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota profesi.
c. Meningkatkan kerja atau pengabdian untuk meningkatkan mutu profesi.
d. Mempunyai organisasi yang kuat dan terjalin erat untuk meningkatkan mutu
organisasi dalam suatu profesi tersebut.6
Kode etik profesi harus dirumuskan sebagai sarana kontrol sosial, sebagai
pencegah campur tangan dari pihak lain, dan sebagai pencegah kesalah pahaman
dan konflik. Kode etik profesi mempunyai fungsi sebagai acuan kontrol moral
atau pengawasan dari perilaku yang sanksinya lebih dikonsentrasikan secara
psikologis dan kelembagaan. Pelaku profesi yang melanggar ketentuan yang
sudan diatur didalam Undang-Undang yang berlaku dapat bertanggungjawab
secara moral terhadap etik profesinya.
Oleh karena itu, dengan adanya nilai-nilai yang terkandung didalam kode
etik profesi dituntut untuk melaksanakan pelayanan profesi yang baik dan
bermutu untuk masyarakat dengan mempunyai sikap etis yang baik dari etika
seseorang yang berprofesi. Kode etik profesi terbentuknya dengan intergritas
moral yang kuat didalam pengembangan profesi. Dalam kode etik profesi menjadi
acuan supaya anggota profesi tetap bermartabat dan bertanggungjawab dari
profesi nya yang dijalanakan dengan adanya nilai norma dan moral yang
terkandung didalam diri seorang profesi.7

5
Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia, (Jakarta :
Kencana Prenadamedia Group, 2015), h. 138
6
Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan Teori, ... h. 140
7
Muhamad Sadi , Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia, ... h. 142
33

2. Kode Etik Rumah Sakit


Perhimpunan rumah sakit seluruh indonesia (PERSI) yang telah menyusun
kode etik rumah sakit indonesia (KODERSI), yang memuat atas adanya nilai-nilai
dan norma-norma perumasakitan indonesia untuk dijadikan dasar pedoman
perumasakitan indonesia.8 Pasal yang terdapat dalam kode etik rumah sakit
indonesia (KODERSI) ada beberapa Bab-bab yang mengenai kode etik rumah
sakit indonesia terdapat Bab-bab dalam kode etik rumah sakit indonesia
(KODERSI) tahun 2000 mengenai :
a. Bab I mengenai kewajiban umum rumah sakit.
b. Bab II mengenai kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat dan
lingkungan.
c. Bab III mengenai rumah sakit terhadap pasien.
d. Bab IV mengenai kewajiban rumah sakit terhadap pimpinan, staf, dan
karyawan.
e. Bab V mengenai hubungan rumah sakit dengan lembaga terkait.
f. Bab VI menjelaskan mengenai rumah sakit dalam melaku promosi
pemasaran harus bersifat informatif, tidak komparatif, berpijak pada dasar
yang nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan kode etik rumah sakit
indonesia.9
Nilai-nilai yang terkandung dalam kode etik rumah sakit indonesia
(KODERSI) ini merupakan nilai-nilai dan norma-norma dasar dalam
perumasakitan yang menjadi pedoman untuk memberikan suatu pelayanan
kesehatan oleh rumah sakit sesuai dengan kaidah-kaidah hukum dalam bidang
perumasakitan, seperti sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum dan
sebagainya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik, bermutu dan
profesional yang telah diatur didalam undang-undang.

8
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan , (Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2017), h. 191
34

D. Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Di Rumah Sakit Mitra


Keluarga Kalideres
Pengertian tanggung jawab ialah merupakan adanya unsur kecakapan,
beban kewajiban dan perbuatan yang dilakukan. Seseorang yang dikatakan cakap
ialah sudah dewasa, sehat pikiran dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam
suatu perbuatan yang dilakukan. Tanggung jawab adanya unsur kewajiban, yang
mengandung makna sesuatu yang harus dilakukan, tidak boleh tidak dilaksanakan
dengan adanya beban kewajiban dalam kehidupan. Sifat dari kewajiban harus
adanya keharusan yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar.
Dalam penyelenggaraan manajemen kesehatan di rumah sakit terhadap
pengelolaan yang berkaitan dengan adanya unsur yang mengandung unsur
tanggung jawab. Tanggung jawab yang dilakukan manajemen rumah sakit
terhadap pengelolaan rumah sakit yang berkaitan dengan personalia, pengelolaan
dengan pelaksanaan tugas, dan pengelolaan yang berkaitan dengan tenaga
kesehatan di rumah sakit. Oleh karena itu, penyelenggaraan rumah sakit terhadap
adanya kegiatan yang dilakukan oleh pengelola harus bertanggung jawab dengan
tugas nya masing-masing. Penyelenggaraan pengelolaan atau manajemen di
rumah sakit, harus mementingkan mutu kesehatan dalam memberikan suatu
pelayanan di rumah sakit sesuai dengan peraturan undang-undang.10
Tanggung jawab publik rumah sakit sebagai penyelenggaraan pelayanan
publik diatur dalam ketentuan pasal 15 undang-undang nomor 25 tahun 2009
tentang pelayanan publik yaitu mengatur tentang tujuan pelaksanaan pelayanan
publik antara lain :
1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik.
2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik.

10
Setya Wahyudi, Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian
Tenanga Kesehatan Dan Implikasinya, Jurnal Dinamika Hukum, Volume. 11 Nomor 3 September
2011 : 505, h. 7
35

3. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan


undang-undang yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan.
4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan kepastian hukum,
kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif,
persamaan perilaku atau tanpa diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas
dan perlakuan khusus bagi kelompok yang rentan, ketepatan waktu pelayanan
publik, dan kecepatan, kemudahan dan terjangkau dalam memberikan pelayanan
publik yang baik.11
Berdasarkan dengan Undang-Undang Tentang Rumah Sakit, rumah sakit
harus bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang diderita oleh pasien di
rumah sakit tersebut. Kerugian yang diderita pasien atas kelalaian dari tenaga
kesehatan maupun atas kesengajaan dari pimpinan rumah sakit dengan adanya
peraturan terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Dalam kerugian
yang dialami pasien atas kerugian ditentukan pada pasal 46 Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Ketentuan dalam pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit menjadi dasar yuridis bagi seseorang untuk meminta
tanggung jawab kepada pihak rumah sakit berdasarkan kerugian pasien yang
diderita. Berdasarkan pasal 46 menyatakan bahwa :
a) Pihak rumah sakit bertanggung jawab tehadap semua kerugian, yang
disebabkan atas adanya unsur kelalaian dari tenaga kesehatan di rumah
sakit tersebut.
b) Rumah sakit tidak bertanggung jawab semua kerugian seseorang, jika
tidak terbukti ada tindakan kelalaian dari tenaga kesehatan di rumah sakit.

11
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/undang-undang-nomor-25-tahun-2009-
tentang-pelayanan-publik.pdf diakses pada tanggal 30 April 2019 Pukul 09.00 WIB
36

c) Dan rumah sakit bertanggung jawab terhadap tindakan kelalaian ataupun


kesengajaan oleh tenaga kesehatan, jika tindakan tersebut terjadi dilakukan
rumah sakit.12

E. Struktur Tata Kelola Perusahaan Mitra Keluarga


Struktur tata kelola perusahaan mitra keluarga terdiri beberapa tata kelola
dari perusahaan mitra keluarga seperti rapat umum pemegang saham, didalam
sebuah perusahaan mitra keluarga yang terdiri dari adanya Struktur Dewan
Komisaris, Direksi, Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan.13
Tugas dari tata kelola perusahaan mitra keluarga seperti Struktur dari
Dewan Komisaris yaitu melakukan pengawasan terhadap kebijakan dari direksi.
Direksi bertugas untuk menetapkan suatu kebijakan-kebijakan perusahaan dan
Dewan Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan dari adanya kebijakan-
kebijakan dari direksi, serta memberikan masukan mengenai tata kelola
perusahaan dan manajemen kepada direksi.14 Dewan Komisaris memantau
laporan dari direksi, komite audit, dan sekretaris perusahaan.
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Dewan Komisaris bagian dari yang melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus untuk memberikan solusi kepada anggota direksi dan
wajib bertanggungjawab atas tugas dalam pengelolaan yang dilakukan
oleh direksi.
b. Dewan Komisaris mengkaji dan menyetujui semua rencana kerja atau
anggaran yang sudah disusun oleh direksi dan memberikan masukan
kepada direksi bila diperlukan.

12
Setya Wahyudi, Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian
Tenanga Kesehatan Dan Implikasinya, Jurnal Dinamika Hukum, Volume. 11 Nomor 3 September
2011 : 505, h. 9
13
Layanan Kesehatan Dengan Setulus Hati, h. 18 diakses https://cdn.indonesia-
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual-Report-2014-MIKA-
Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf, pada tanggal 30 April 2019 pukul 11.02 WIB
14
Layanan Kesehatan Dengan Setulus Hati, h. 117, ... pada tanggal 30 april 2019 pukul
11.10 WIB
37

c. Dewan Komisaris berhak menunjuk komite audit atas semua kebijakan


yang dilakukan oleh Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan.15
Menurut sumber keterangan dari website mitra keluarga tahun 2014
mengenai laporan tahunan pada website https://cdn.indonesia-
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual-Report-2014-
MIKA-Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf menjelaskan terkait tata kelola
perusahaan mitra keluarga dari struktur Anggota Dewan Komisaris yang terdiri dari 4
(empat) anggota ialah adanya anggota dari Komisaris Utama, Satu Komisaris dan
Dua Komisaris Independen. Para Komisaris yang ditunjuk dalam keputusan
pemegang saham yang tertuang dan di sah kan pada Tanggal 7 November Tahun
2014 dan dicatat di akta keputusan pemegang saham Nomor 34 Tanggal 24
November Tahun 2014 yang dibuat oleh Fathlah Helmi, S.H., sebagai notaris
dijakarta.
Struktur Anggota Dewan Komisaris saat ini yang terdapat dalam sumber
website mitra keluarga dalam laporan tahunan pada tahun 2014 yang berjudul
layanan kesehatan setulus hati menjelaskan mengenai struktur dari anggota
Dewan Komisaris adalah sebagai bagian dari tata kelola perusahaan mitra
keluarga sebagai berikut :
1) Pada tahun 2014 :
Dewan Komisaris
No. Komisaris Utama Jozef Darmawan Angkasa,
1. M.BA., M.SC.
2. Komisaris Laura Aryanto, BA.
3. Komisaris Independen Bacelius Ruru, S.H., LLM
2) Pada Tahun 2015 :
No. Dewan Komisaris
1. Komisaris Utama Jozef Darmawan Angkasa,
MBA, MSC.
2. Komisaris Laura Aryanto, BA.

15
Layanan Kesehatan Dengan Setulus Hati, h. 118, ... pada tanggal 30 april 2019 pukul
11.25 WIB
38

3. Komisaris Independen Bacelius Ruru, S.H., LLM


Dr. I Gede Subawa16
3) Pada Tahun 2016 :
No. Dewan Komisaris
1. Komisaris Utama Jozef Darmawan Angkasa,
MBA, MSC.
2. Komisaris Laura Aryanto, BA.
3. Komisaris Independen Bacelius Ruru, S.H., LLM.
Dr. I Gede Subawa17
4) Pada Tahun 2017 :
No. Dewan Komisaris
1. Komisaris Utama Jozef Darmawan Angkasa, MBA,
MSC (Masa Jabatan Tahun 2017–
Tahun 2020).
2. Komisaris Laura Aryanto, BA.
Hamzah bin Mahmood, MBA (Masa
Jabatan Tahun 2017–Tahun 2020).
3. Komisaris Independen Bacelius Ruru, S.H., LLM
Dr. I Gede Subawa M.Kes,AAK.
(Masa Jabatan Tahun 2017–Tahun
2020).18

Struktur tata kelola Dewan Komisaris yang terdapat dari struktur tata
kelola perusahaan mitra seperti Direksi yang menetapkan suatu kebijakan-
kebijakan didalam perusahaan mitra keluarga. Direksi yang bertanggungjawab
untuk melakukan tugas mengelola perusahaan dengan menetapkan dasar
kebijakan serta mengatur manajemen perusahaan secara keseluruhan.
Penujukan dari direksi dilakukan sesuai dengan peraturan yang sudah
ditentukan didalam peraturan OJK No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan
Dewan Komisaris yang dikutip dalam sumber website https://cdn.indonesia-
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual-Report-2014-

16
Transformasi Untuk Pertumbuhan Berkelanjutan, h. 105, diakses
http://mitrakeluarga.com/pdf/report/4_53_laporan-tahunan-2015.pdf pada tanggal 30 april 2019
pukul 13.20 WIB
17
Transformasi Untuk Melayani Dengan Baik, h. 104, diakses https://cdn.indonesia-
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual-Report-2016-Company-
Profile-Indonesia-Investments.pdf pada tanggal 30 april 2019 pukul 13.40 WIB
18
Meraih Peluang Untuk Mencapai Pertumbuhan, h. 110, diakses
http://www.mitrakeluarga.com/pdf/report/40_15_laporan-tahunan-2017.pdf pada tanggal 30 april
2019 pukul 15.00 WIB
39

MIKA-Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf yang menjelaskan mengenai tata


kelola perusahaan mitra keluarga. Direksi mempunyai dasar kebijakan dalam
mengatur manajemen. Tugas dan tanggungjawab Direksi wajib mengelola
perusahaan dan bertanggungjawab sesuai dengan kebijakan serta sasaran dalam
peraturan yang sudah ditetapkan.19
Anggota dari direksi ditunjuk dalam keputusan pemegang saham pada
tanggal 7 november tahun 2014 dan dicatat di akta pemegang saham dalam
nomor. 34 pada tanggal 12 november tahun 2014 yang dibuat oleh Notaris yang
bernama Fathlah Helmi S.H Notaris dijakarta. Untuk masa priode 3 tahun sebagai
berikut :20
5) Pada tahun 2014 :
No. Direksi
1. Direktur Utama Ir. Rustiyan Oen, MBA.
2. Direktur Joyce V. Handajani, MBA.
3. Direktur Independen Dr. Francinta Nati, MM
6) Pada tahun 2015 :
No. Direksi
1. Direktur Utama Ir. Rustiyan Oen, MBA.
2. Direktur Joyce V. Handajani, MBA.
3. Direktur Independen Dr. Francinta Nati, MM21
7) Pada Tahun 2016 :
No. Direksi
1. Direktur Utama Ir. Rustiyan Oen, MBA.
2. Direktur Joyce V. Handajani, MBA.
3. Direktur Independen Dr. Esther Maria Ramono, MM.
Bacelius Ruru, S.H.22

19
Layanan Kesehatan Dengan Setulus Hati, h. 119, ... pada tanggal 30 april 2019 pukul
15.25 WIB
20
Layanan Kesehatan Dengan Setulus Hati h. 120, ... pada tanggal 30 april 2019 pukul 15.
48 WIB
21
Transformasi Untuk Pertumbuhan Berkelanjutan, h. 108, ... pada tanggal 30 april 2019
pukul 16.10 WIB
22
Transformasi Untuk Melayani Lebih Baik, h. 110, ... pada tanggal 30 april 2019 pukul
16.15 WIB
40

8) Pada Tahun 2017 :


No. Direksi
1. Direktur Utama Ir. Rustiyan Oen, MBA (Masa
Jabatan Tahun 2017–Tahun
2020).
2. Direktur Joyce V. Handajani, MBA (Masa
Jabatan Tahun 2017–Tahun
2020).
3. Direktur Independen Dr. Esther Maria Ramono, MM
(Masa Jabatan Tahun 2017–
Tahun 2020).23

Struktur tata kelola perusahaan mitra keluarga seperti adanya Sekretaris


Perusahaan yang dapat ditunjuk oleh Direksi. Sekretaris Perusahaan ini bertindak
untuk melakukan suatu penghubungan antara perseroan dengan lembaga regulasi
yang diantaranya seperti Otoritas jasa keuangan (OJK) dan Bursa Efek. Sesuai
dengan peraturan yang tercantum didalam peraturan OJK Nomor.
35/POJK.04/2014 Tentang Sekretaris Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik
dengan adanya surat keputusan dari Direksi No. 002/SK-Dir/MIKA/FA/XI/2014
pada tanggal 13 november tahun 2014 yang menunjuk Joyce V. Handajani
sebagai Sekertaris Perusahaan yang dikutip dari sumber website mitra keluarga
https://cdn.indonesia-investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-
Annual-Report-2014-MIKA-Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf dalam buku
laporan tahun 2014 yang berjudul layanan kesehatan dengan setulus hati.
Tugas dan Tanggung Jawab dari Sekretaris Perusahaan ialah sebagai
berikut :
a. Sekretaris Perusahaan mitra keluaga sebagai penghubung dari antara
perseroan dengan Otoritas jasa keuangan dan Bursa Efek dalam
melakukan tata kelola.
b. Sebagai dari pusat informasi bagi para pemegang saham dalam
kepentingan yang memerlukan informasi penting yang berkaitan dengan
melakukan kegiatan di perusahaan mitra keluarga.

23
Meraih Peluang Untuk Mencapai Pertumbuhan, h. 120, diakses
http://www.mitrakeluarga.com/pdf/report/40_15_laporan-tahunan-2017.pdf pada tanggal 30 april
2019 pukul 16. 23 WIB
41

c. Menyelenggarakan rapat umum pemegang saham perseroan, rapat direksi,


dan rapat komisaris.
d. dan Melakukan kajian aspek hukum atas dokumen-dokumen dari adanya
transaksi didalam perusahaan.24
Komite audit didalam perusahaan mitra keluarga yang terdiri dari satu
kepala dan dua anggota. Tanggung jawab dari Komite Audit Utama bertugas
untuk mengkaji informasi keuangan dan laporan yang dapat dikeluarkan secara
berkala oleh perusahaan. Komite Audit dapat melaporkan dan memberikan
masukan kepada Dewan Komisaris tentang semua aspek yang berkaitan dengan
penilaian dan audit perusahaan mitra keluarga . Struktur Komite Audit perseroan
saat ini adalah sebagai berikut :
9) Pada Tahun 2014 :
No.
1. Ketua Bacelius Ruru S.H., LLM.
2. Anggota Dianawati Sugiarto, S.E.
3. Anggota Gracy Indriani, S.H.
10) Pada Tahun 2015 :
No.
1. Ketua Bacelius Ruru S.H., LLM.
2. Anggota Dianawati Sugiarto, S.E.
3. Anggota Gracy Indriani, S.H.25
11) Pada Tahun 2016 :
No.
1. Ketua Bacelius Ruru S.H., LLM.
2. Anggota Dianawati Sugiarto, S.E.
3. Anggota Gracy Indriani, S.H.26

24
Layanan Kesehatan Dengan Setulus Hati, h. 121, diakses https://cdn.indonesia-
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual-Report-2014-MIKA-
Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf pada tanggal 30 april 2019 pukul 16.40 WIB
25
Transformasi Untuk Pertumbuhan Berkelanjutan, h. 111, diakses
http://mitrakeluarga.com/pdf/report/4_53_laporan-tahunan-2015.pdf pada tanggal 30 april 2019
pukul 18.49 WIB
26
Transformasi Untuk Melayani Lebih Baik, h. 114, diakse https://cdn.indonesia-
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual-Report-2016-Company-
Profile-Indonesia-Investments.pdf pada tanggal 30 april 2019 pukul 19.00 WIB
42

12) Pada Tahun 2017 :


No.
1. Ketua Bacelius Ruru S.H., LLM
(Masa Jabatan Tahun 2017–
Tahun 2020).
2. Anggota Dianawati Sugiarto, S.E
(Masa Jabatan Tahun 2017–
Tahun 2020).
3. Anggota Gracy Indriani, S.H (Masa
Jabatan Tahun 2017–Tahun
2020).27

Tugas dan Tanggung Jawab dari Komite Audit sebagai berikut :


1. Melakukan pengkajian atas informasi keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuanagan
lainnya.
2. Memberikan saran independen bila terjadi perbedaan pendapat antara
perusahaan.
3. dan Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan yang berkaitan deegan
informasi perusahaan.

27
Meraih Peluang Untuk Mencapai Pertumbuhan, h. 124
http://www.mitrakeluarga.com/pdf/report/40_15_laporan-tahunan-2017.pdf pada tanggal 30 april
2019 pukul 19.15 WIB
BAB IV
KEBIJAKAN PERATURAN MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT MITRA
KELUARGA KALIDERES

A. Proses Pemberian Pelayanan Pengobatan Di Rumah Sakit Mitra


Keluarga Kalideres
Kesehatan adalah pokok dasar dalam kehidupan manusia untuk bisa
menjalankan aktivitas sehari-hari dalam keadaan sehat, baik secara fisik, dan
mental untuk bisa hidup sehat.1 Rumah sakit mempunyai fasilitas pelayanan
kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat untuk
digunakan dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.2
Upaya kesehatan merupakan kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu. Meningkatkan derajat kesehatan pada
masyarakat dalam bentuk upaya kesehatan mencegah penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan terhadap penyakit, dan mampu memulihkan kesehatan
dalam penyakit yang diderita oleh orang yang sedang sakit. Upaya kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan mencakup beberapa unsur sebagai
berikut :
1) Pelayanan kesehatan promotif
Pelayanan kesehatan promotif merupakan pelayanan kesehatan yang
berdasarkan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan suatu hal yang mencakup adanya kegiatan yang bersifat
meningkatkan mutu kesehatan terhadap masyarakat sekitar.
2) Pelayaan kesehatan preventif
Pelayanan kesehatan preventif adalah upaya kesehatan dalam melakukan
pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit yang
diderita oleh masyarakat publik.

1
Soekidjo Notoatmodjo, Etika Dan Hukum Kesehatan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), h.
50
2
Soekidjo, Etika Dan Hukum Kesehatan, ... h. 51

43
44

3) Pelayanan kesehatan kuratif


Pelayanan kesehatan kuratif merupakan unsur serangkaian kegiatan
dalam memberikan suatu pengobatan yang dikhususkan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit yang
diderita, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar
kualitas penderitaan dapat terjaga secara optimal mungkin dalam masa
penyembuhan penyakit.
Upaya pelayanan kesehatan menimbulkan adanya asas serta tujuan dari
upaya pelayanan kesehatan. Asas dalam pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan berasaskan perikemanuasiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan
terhadap masyarakat, mempunyai kewajiban dalam meningkatkan mutu
kesehatan, keadilan, meningkatkan nilai-nilai serta norma-norma dasar, dan tanpa
diskriminatif.
Upaya pelayanan kesehatan bertujuan untuk pembangunan kesehatan
dalam meningkatkan kesadaran, kemauan, dan mempunyai kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar membangun kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingganya dalam upaya meningkatkan dan mensejahterakan kehatan dalam
kehidupan sehari-hari yang menjadi dasar kehidupan masyarakat agar tetap hidup
sehat.3 Dalam fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai jenis pelayanan kesehatan
seperti :
a) Pelayanan kesehatan bagi kesehatan perorangan.
b) Pelayanan kesehatan bagi masyarakat publik yang membutuhkan adanya
pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengelolaan dalam fasilitas pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
swasta. Dalam ketentuan persyaratan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
ditetapkan oleh ketentuan dari pemerintah atas adanya ketentuan yang
berlaku. Berdasarkan dengan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan dapat
ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

3
Soekidjo Notoatmodjo, Etika Dan Hukum Kesehatan, ... h. 53
45

Dalam kewajiban memberikan fasilitas pelayanan kesehatan untuk


pengelolaannya meningkatkan mutu kewajiban dalam keadaan darurat semua
pelayanan kesehatan yang wajib dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu dan serta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Rumah sakit mitra keluarga kalideres dalam memberikan pelayanan
kesehatan seperti pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra keluarga kalideres
sudah memuhi unsur yang terdapat dalam peraturan undang-undang tentang
kesehatan dan undang-undang tentang rumah sakit. Rumah sakit mitra keluarga
kalideres dalam memberikan pelayanan pengobatan kepada pasien melalui
beberapa tahap untuk mendapatkan pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra
keluarga kalideres, Pada proses pemberian pelayanan pengobatan sebagai berikut :
1. Tata cara tahapan melakukan pendaftaran untuk pasien yang ingin
mendapatkan pelayanan pengobatan ke dokter spesialis di rumah sakit mitra
keluarga kalideres :
a) Pasien yang datang ke rumah sakit mitra keluarga kalideres harus menuju
ke loket spesialis.
b) Pasien baru yang datang ke rumah sakit mitra keluarga kalideres akan
diminta untuk mengisi identitas pribadi sebagai data awal dalam
pembuatan rekam medis pasien. Setelah itu, pasien akan dibuat kartu
pasien pribadi untuk dapat digunakan saat berkunjung kembali ke rumah
sakit mitra keluarga kalideres. Namun jika pasien tersebut pasien umum
maka sebelum melakukan proses pemeriksaan terhadap pasien yang akan
dilakukan maka pasien tersebut harus membayar biaya pemeriksaan. Jika
pasien tersebut pasien asuransi atau jaminan perusahaan maka akan
dilakukan diminta kartu asuransi atau jaminan perusahaan yang dimiliki
oleh pasien dan diberitahukan kepada petugas rumah sakit, sehingga
petugas dapat melakukan pengecekan biaya apa saja yang harus
dibayarkan oleh asuransi atau perusahaan. Poli spesialis dibuka
pendaftaran sejak pukul 07.00-21.00 WIB untuk melakukan pendaftaran
ke poli spesialis.
46

c) Pasien lama yang berobat di rumah sakit mitra keluarga kalideres untuk
berobat ke dokter spesialis maka petugas rumah sakit akan menanyakan
kepada pasien terkait kartu berobat yang dimiliki pasien. Jika pasien
sudah memiliki kartu pasien, maka petugas akan melakukan pendaftaran
dengan memasukan Nomor Rekam Medis pasien. Namun, jika pasien
tersebut pasien umum maka sebelum melakukan pemeriksaan yang akan
dilakukan maka pasien harus membayar biaya pemeriksaan.
d) Jika pasien tersebut pasien asuransi atau perusahaan maka pasien tersebut
harus memberikan kartu asuransi atau perusahaan kepada petugas dan
petugas rumah sakit akan melakukan pengecekan biaya apa yang harus
dibayar oleh asuransi atau perusahaan dan melakukan konfirmasi
terhadap asuransi atau perusahaan. Biaya pemeriksaan pasien akan
ditagihkan kepada asuransi atau perusahaan. Dalam melakukan
pendaftaran ke poli spesialis dibuka pukul 07.00-21.00 WIB.
2. Tahapan untuk melakukan pengobatan di rumah sakit mitra keluarga
kalideres untuk melakukan pendaftaran pengobatan rawat inap atau poli
umum di rumah sakit mitra keluarga kalideres :
a) Pasien yang datang ke rumah sakit mitra keluarga kalideres dalam
melakukan pengobatan rawat inap atau poli umum diharuskan datang
menuju ke loket rawat inap atau pendaftaran poli umum di rumah sakit
mitra keluarga kalideres.
b) Jika pasien baru maka akan diminta untuk mengisi form pendaftaran
identitas pribadi sebagai data awal pasien. Dalam pembuatan rekam
medis bagi pasien baru yang datang ke rumah sakit mitra keluarga
kalideres dan petugas rumah sakit akan menanyakan kepada pasien baru
yang mendaftar berobat untuk rawat inap atau poli umum terkait pasien
memiliki fasilitas asuransi atau jaminan perusahaan atau pasien tersebut
bagian dari pasien umum. Kemudian Pasien akan dibuatkan kartu pasien
untuk dapat melakukan kunjungan ke rumah sakit selanjutnya. Jika
pasien tersebut pasien umum maka akan diharuskan pasien dapat
langsung diberikan pelayanan pemeriksaan setelah didaftarkan oleh
47

petugas rumah sakit dan biaya pemerikasaan akan dibayar setelah


pemeriksaan atau tindakan selesai dilakukan.
c) Namun, jika pasien tersebut pasien asuransi atau jaminan perusahaan
maka pasien dapat memberikan kartu asuransi atau jaminan perusahaan
tersebut kepada petugas rumah sakit dan akan dilakukan pengecekan
biaya apa saja yang harus dibayar atau ditanggung oleh asuransi atau
perusahaan.
d) Jika pasien lama maka petugas rumah sakit akan menanyakan kepada
pasien terkait kartu pasien di rumah sakit mitra keluarga kalideres dan
petugas rumah sakit akan menanyakan kepada pasien, pasien sudah
memiliki kartu fasilitas asuransi atau jaminan perusahaan atau pasien
umum di rumah sakit mitra keluarga kalideres untuk melakukan
pendaftaran dan membuat rekam medis untuk pasien.
e) Jika pasien tersebut adalah pasien umum maka pasien dapat langsung
diberikan pelayanan pemeriksaan setelah didaftarkan oleh petugas rumah
sakit, dan biaya pemerikasaan akan dibayar setelah pemeriksaan atau
tindakan selesai dilakukan. Jika pasien tersebut adalah pasien asuransi
atau jaminan perusahaan maka pasien akan dapat memberikan kartu
asuransi atau jaminan perusahaan kepada petugas rumah sakit dan
petugas rumah sakit akan melakukan pengecekan biaya yang akan
ditanggung oleh asuransi atau perusahaan. Pelayanan pengobatan poli
umum buka 24 jam dan hari minggu tetap buka walaupun tanggal merah
atau hari besar tetap buka 24 jam.
3. Pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra keluarga kalideres melalui
pendaftaran via telepon :
Jika pasien ingin melakukan pengobatan dalam peroses pendaftaran
pengobatan di rumah sakit mitra keluarga kalideres dilakukan secara langsung
dengan cara pasien tersebut harus datang langsung ke bagian pendaftaran
mitra keluarga. Namun jika pasien tidak melakukan pendaftaran secara
langsung pasien tersebut bisa melalui via telepon. Pelayanan pengobatan di
rumah sakit mitra keluarga kalideres melalui pendaftaran via telepon dapat
48

dilakukan dengan cara menghubungi nomor telepon rumah sakit mitra


keluarga terdekat dengan rumah pasien tersebut.
Kemudian pasien dapat menyebutkan dan melakukan pendaftaran ke
bagian yang mau dilakukan pasien untuk mendapatkan pelayanan pengobatan
di rumah sakit mitra, dengan pendaftaran kebagian misalkan kebagian
pengobatan dokter spesialis anak, tht, bedah, rawat inap dan lain sebagainya.
Petugas rumah sakit akan mendaftarkan pasien berdasarkan dengan identitas
pasien dan dengan pelayanan pengobatan yang dikehendaki atau akan
dilakukan oleh pasien tersebut.
4. Cara untuk mendapatkan pelayanan pengobatan untuk melakukan perjanjian
dengan dokter spesial di rumah sakit mitra keluarga kalideres :
Pasien ingin melakukan perjanjian dengan dokter spesialis dapat dilakukan
baik secara langsung datang ke rumah sakit mitra keluarga terdekat dalam hal
untuk melakukan perjanjian pertemuan dengan dokter spesialis, dan jika
pasien tidak melakukan secara tidak langsung maka bisa melalui via telepon
rumah sakit mitra keluarga terdekat.
Petugas rumah sakit mitra keluarga kalideres akan membuat janji dengan
dokter spesialis yang dipilih oleh pasien dalam upaya melakukan pengobatan
ke dokter spesialis yang dituju dan sesuai dengan jadwal prakter dokter
spesialis tersebut. Kemudian, pasien bisa datang pada waktu yang telah
disepakati dalam perjanjian tersebut untuk melakukan pertemuan dengan
dokter yang dipilih oleh pasien tersebut.
5. Tahap pelayanan pengobatan dirumah sakit mitra keluarga kalideres dengan
cara mendapatkan informasi apakah perusahaan atau asuransi sudah
bekerjasama dengan rumah sakit mitra keluarga kalideres dengan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut :
Pasien dapat mengetahui yang dapat menjamin biaya pengobatan pasien
dalam hal mengetahui apakah perusahaan atau asuransi sudah bekerjasama
dengan mitra keluarga melalui beberapa hal tahapan yang dilalui pasien mitra
keluarga.
49

Pasien dapat menghubungi mitra keluarga terdekat untuk menanyakan hal


tersebut dengan cara via telepon atau secara langsung datang ke rumah sakit
mitra keluarga terdekat dan menanyakan ke bagian pusat informasi di rumah
sakit mitra keluarga tersebut atau pasien datang ke bagian pendaftaran mitra
keluarga.
Pasien juga bisa dapat dilihat melalui website mitra keluarga perusahaan
atau asuransi yang sudah bekerjasama dengan mitra keluarga. Dan pasien
dapat melalui sosialisasi yang dilakukan oleh bagian marketing mitra
keluarga ke peserta asuransi atau perusahaan yang sudah bekerjasama dengan
mitra keluarga, dengan melalui sosialisasi langsung maupun yang berupa
brosur, spanduk dan lain sebagainya dalam sosialisasi.
6. Tahapan untuk mendapatkan pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra
keluarga kalideres untuk melakukan pendaftaran bila pasien ingin di rawat
inap di rumah sakit mitra keluarga kalideres :
Pasien bisa melakukan pendaftaran melalui unit gawat darurat (UGD) atau
poli umum, jika pasien hendak mendaftar untuk di rawat inap di rumah sakit
tersebut. Pasien dapat melakukan pendaftaran dengan langsung menuju
kebagian unit gawat darurat (UGD) mitra keluarga atau poli umum untuk
dapat dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Pasien dapat melakukan pendaftaran melalui poli spesialis pasien dengan
cara menuju ke bagian spesialis untuk melakukan pendaftaran pasien pada
saat ingin melakukan rawat jalan ke dokter spesialis, selanjutnya dokter
spesialis akan memberikan rujukan rawat inap kepada pasien.
Kemudian pasien tersebut mendapatkan surat perintah rawat (SPR) dari
dokter, maka pasien atau keluarga dapat melakukan pendaftaran rawat inap di
rumah sakit tersebut sesuai dengan kelas kamar yang pasien dapat
menggunakan fasilitas penjaminan dari asuransi atau perusahaan maupun
pasien itu ingin melakukan pembayaran secara tunai yang dikhususkan oleh
pasien umum setelah pasien tersebut selesai di rawat inap.
50

7. Tata cara pasien untuk mendapatkan pelayanan pengobatan jika ingin


melakukan booking kamar terlebih dahulu bila ingin di rawat inap di rumah
sakit mitra keluarga kalideres :
Jika pasien atau keluarga pasien ingin melakukan booking kamar rawat
inap secara langsung dengan cara datang langsung ke rumah sakit mitra
keluarga kalideres dengan datang ke bagian loket rawat inap pasien. Pasien
juga dapat memilih ruangan kamar rawat inap untuk pasien dirawat yang
berdasarkan dengan waktu rencana masuk pasien tersebut jika ingin di rawat
inap di rumah sakit mitra keluarga kalideres.
Kemudian jika pasien tidak ingin datang secara langsung ke rumah sakit
untuk melakukan booking kamar rawat inap, pasien bisa melakukan booking
kamar rawat inap secara tidak langsung dengan melalui via telepon kebagian
pusat informasi di rumah sakit dengan cara memilih ruangan kamar rawat
inap yang akan dikehendaki oleh pasien yang booking kamar rawat inap
tersebut dengan rencana masuk pasien untuk melakukan rawat inap dirumah
sakit tersebut.4
Proses pemberian pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra keluarga
kalideres sudah sesuai dengan peraturan undang-undang tentang rumah sakit dan
undang-undang tentang kesehatan, dengan penjelasan pelayanan pengobatan di
rumah sakit mitra keluarga kalideres yang diambil dari sumber data diwebsite
http://mitrakeluarga.com/ yang menjelaskan terkait pelayanan pengobatan di
rumah sakit mitra keluarga.
Kasus meninggalnya pasien di rumah sakit mitra keluarga kalideres pada
tahun 2017, pasien bernama Tiara Deborah Simanjorang yang berumur 4 (empat)
bulan meninggal di rumah sakit mitra keluarga kalideres diakibatkan kurangnya
pelayanan pengobatan di rumah sakit sehingga pasien meninggal dunia. Tiara
Deborah Simanjorang meninggal dunia di rumah sakit mitra keluarga kalideres
dikarnakan kurangnya pelayanan pengobatan bagi pasien. Dokter yang
memberikan pertolongan pertama dalam masa penyembuhan pasien dan dokter

4
Pelayanan Pengobatan Di Rumah Sakit Mitra Keluarga, diakses
http://mitrakeluarga.com/frequently-ask-question pada tanggal 10 mei 2019 pukul 14.30 WIB
51

memberitahukan bahwa pasien harus dimasukan ke ruang Pediatric Intensive


Care Unit (PICU).5
Dokter instalasi gawat darurat di rumah sakit mitra keluarga kalideres
sudah memberikan penanganan medis dengan baik terhadap pasien dan sesuai
dengan peraturan undang-undang yang berlaku. Dengan kondisi pasien yang
memburuk, dokter telah melakukan berbagai tindakan medis terhadap Pasien
Tiara Deborah Simanjorang dengan optimal dan dokter juga telah melakukan
konsultasi dengan dokter ahli untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien.
Dalam hal ini hasil dari peraturan dari manajemen rumah sakit mitra
keluarga kalideres yang mendahulukan uang muka dari pada memberikan
pelayanan kesehatan dalam tingkat lanjut kesehatan pasien gawat darurat bahwa
kurang memahami peraturan perundang-undangan terkait rumah sakit. Dengan
kebijakan peraturan manajemen rumah sakit mitra keluarga yang telah
mendahulukan meminta uang muka kepada orang tua pasien Tiara Deborah
Simanjorang sehingga pasien meninggal dunia akibat kurangnya pelayanan
pengobatan di rumah sakit mitra keluarga kalideres.6
Rumah sakit mitra keluarga kalideres yang meminta uang muka terlebih
dahulu kepada pasien gawat darurat di rumah sakit tersebut sehingga pasien
meninggal dunia akibat tidak bisa membayar uang muka untuk mendapat
fasilitas/pelayanan pengobatan di rumah sakit mitra keluarga kalideres, sehingga
melanggar Undang-Undang Tentang Kesehatan dan Undang-Undang Tentang
Rumah Sakit.
Pelanggaran yang dilakukan rumah sakit mitra keluarga kalideres dalam
hal meminta uang muka terlebih dahulu kepada pasien gawat darurat diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada Pasal 32 Ayat
(1) dan Ayat (2) menyebutkan bahwasannya dalam Ayat (1) Dalam keadaan
darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib

5
Nabilla Tashandra, Kompas.com, diakses
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/13/15313261/kasus-bayi-debora-menkes-jatuhi-sanksi-
tertulis-untuk-rs-mitra-keluarga pada tanggal 10 mei 2019 pukul 15.06 WIB
6
Jessi Carina, Kompas.com, diakses
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/26/06283361/akhir-investigasi-kasus-bayi-debora-
dan-sanksi-untuk-rs-mitra-keluarga?page=all pada tanggal 10 mei 2019 pukul 15.40 WIB
52

memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan


pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Ayat (2) menyatakan bahwasannya Dalam
keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Rumah sakit wajib memberikan pelayanan yang baik kepada pasien yang
sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit dalam asas dan tujuan Rumah Sakit yang terdapat di Pasal 2 yang
menyatakan bahwa rumah sakit diselenggarakan berdasarkan pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika, dan profesionalitas, manfaat,
keadilan, persamaan hak dan tanpa diskriminatif, pemerataan, pelindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pasal 3 yang menyatakan
bahwa pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan mempermudah akses
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber
daya manusia di rumah sakit, meningkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayanan rumah sakit, dan memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit.
Kewajiban dan Hak Rumah Sakit diatur dalam Pasal 29 dalam Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa
dalam Ayat (1) setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan informasi
yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat, memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
memberikan pelayanan kegawatdarurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya, berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana sesuai dengan kemampuan pelayanannya, menyediakan sarana dan
pelayanan bagi masyarakat yang tidak mampu atau miskin, melaksanakan fungsi
soasial antara lain dengan membrikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis,
pelayanan korban bencana dan kerjadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi
kemanusiaan, membuat dan melaksanakan serta menjaga standar mutu pelayanan
53

kesehatan di rumah sakit sebagai dasar acuan dalam melayani pasien,


menyelenggarakan rekam medis, menyediakan sarana dan prasarana umum yang
layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,
wanita menyusui, anak-anak dan lanjut usia, melaksanakan sistem rujukan,
menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan, memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai hak dan kewajiban pasien, menghormati dan melindungi hak-hak
pasien, melaksanakan etika rumah sakit, memiliki sistem pencegahan kecelakaaan
dan penanggulangan bencana, melaksanakan program pemerintah di bidang
kesehatan baik secara regional maupun nasional, membuat daftar tenaga medis
yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
laiinya, menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit, melindungi
dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit dalam
melaksanakan tugas, dan meberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai
kawasan tanpa rokok. Ayat (2) menyebutkan bahwa Pelanggaran atas kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) akan dikenakan sanksi administrasi yang
berupa adanya teguran yang bersifat teguran tertulis atau denda dan pencabutan
izin rumah sakit. Ayat (3) menyimpulkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai
kewajiban rumah sakit sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diatur dengan
peraturan menteri.
Rumah sakit mita keluarga kalideres melanggar Peraturan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada Pasal 32 Ayat (1) dan
Ayat (2) menyebutkan bahwasannya dalam Ayat (1) yang menyimpulkan bahwa
pasien harus diberi pelayanan kesehatan terlebih dahulu dan tidak mendahulukan
uang muka, namun rumah sakit tersebut mendahulukan atau meminta uang muka
kepada pasien gawat darurat dari pada mendahulukan keselamatan nyawa pasien
sehingga pasien tidak mampu membayar uang muka tersebut dan meninggal dunia
di rumah sakit mitra keluarga kalideres.
54

B. Sanksi Yang Diberikan Oleh Pihak Yang Berwenang Kepada Rumah


Sakit Mitra Keluarga Kalideres Dalam Melakukan Malapraktik
Manajemen
Rumah Sakit adalah tempat penyediaan pelayanan bagi orang sakit yang
membutuhkan pelayanan kesehatan dengan sistem pengobatan seperti pelayanan
kesehatan yang menjalankan rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan kesehatan
rawat darurat dengan sistem pemberi suatu pelayanan kesehatan di rumah sakit
untuk orang sakit yang membutuhkan pertolongan kesehatan.
Menurut American Hospital Association yang dikutip oleh Cecep
Triwibowo dalam bukunya yang berjudul Etika dan Hukum Kesehatan Pada
Cetakan Buku Pertama Pada Tahun 2014 terkait penjelasan Rumah Sakit adalah
Suatu tempat yang fungsi utamanya untuk memberikan pelayanan kesehatan
terhadap pasien yang sedang sakit dan membutuhkan pertolongan kesehatan untuk
masa penyembuhan penyakit pasien tersebut.7
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit berdasarkan Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang menyimpulkan bahwa tugas rumah sakit
adalah memberikan pelayanan kesehatan terhadap seseorang yang sedang sakit
secara paripurna, Sedangkan Fungsi dari rumah sakit sebagai berikut :
1. Pemberian pelayanan kesehatan secara pengobatan dan untuk masa
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan mutu kesehatan di
rumah sakit tersebut.
2. Meningkatkan mutu kesehatan kepada orang yang sedang sakit melalui
pelayanan kesehatan secara paripurna sesuai dengan kebutuhan medis
untuk pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
3. Penyelenggaraan meningkatkan mutu pendidikan dan memberikan
pelatihan sumber daya menusia dalam rangka meningkatkan kemampuan
dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit.
4. Meningkatkan pengembangan dibidang kesehatan dalam rangka mutu
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
dalam bidang kesehatan.

7
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta : Nuha Medika, 2014), h. 219
55

Rumah sakit juga berfungsi untuk :


a. Menyediakan rawap inap dengan fasilitas diagnotik dan terapeutik
untuk pasien yang membutuhkan.
b. Rumah sakit mempunyai peran fungsi untuk memiliki pelayanan rawat
jalan.
c. Rumah sakit berfungsi sebagai tempat melakukan pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan mutu kesehatan.
d. Rumah sakit berfungsi menerapkan penelitian dan dibidang kedokteran
dan kesehatan.
e. Rumah sakit mempunyai peran fungsi untuk melaksanakan program
pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi
disekitarnya.8
Dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit dalam mengenai Klasifikasi Rumah Sakit pada Ayat (1) Dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan,
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas
dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Ayat (2) klasifikasi rumah sakit umum
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri atas rumah sakit umum kelas a,
rumah sakit umum kelas b, rumah sakit umum kelas c, rumah sakit umum kelas d.
Ayat (3) klasifikasi rumah sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
terdiri atas rumah sakit khusus kelas a, rumah sakit khusus kelas b, dan rumah
sakit khusus kelas c. Pada Ayat (4) menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud dengan Ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit Pada Pasal 5
mengenai Klasifikasi Rumah Sakit menyatakan bahwa klasifikasi rumah sakit
umum ditetepkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana
dan prasarana, dan administrasi dan manajemen.

8
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, ... h. 220
56

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit mengenai
Klasifikasi Rumah Sakit Umum berdasarkan jenis kelas nya sebagai berikut :
1. Rumah sakit umum kelas a Pasal 6 Ayat (1) menyatakan bahwa rumah
sakit umum kelas a wajib mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima)
pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) pelayanan medik
spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub spesialis. Ayat (2)
kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas a sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) meliputi pelayanan medik umum, pelayanan
gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis
penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik
spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan
dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non
klinik. Beberapa Ayat tersebut telah disimpulkan bahwa rumah sakit
umum kelas a unggul untuk jenis perlengkapan dan peralatan rumah sakit
dan melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialis dan subspesialis
luas di rumah sakit. Rumah sakit umum kelas a tedapat ruang gawat
darurat 24 (dua puluh empat jam) dalam waktu 7 (tujuh) hari dan jumlah
minimal tempat tidur sekitar 400 (empat ratus) tempat tidur di rumah sakit
umum kelas a.
2. Rumah sakit umum kelas b Pasal 10 Ayat (1) menyatakan bahwa harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis
penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2
(dua) pelayanan medik subspesialis dasar. Ayat (2) Kriteria, fasilitas dan
kemampuan rumah sakit umum kelas b sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan
medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan
medik spesesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan
medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan
57

penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Menyimpulkan dari


beberapa Ayat yang terdapat dalam Pasal rumah sakit umum kelas b
bahwa rumah sakit umum kelas b melaksanakan pelayanan medik spesialis
dan subspesialis terbatas dengan mempunyai jumlah tempat tidur 200 (dua
ratus) tempat tidur di rumah sakit umum kelas b.
3. Rumah sakit umum kelas c Pasal 14 Ayat (1) menyatakan bahwa rumah
sakit umum kelas c harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4
(empat) pelayanan spesialis penunjang medik. Ayat (2) Kriteria fasilitas
dan kemampuan rumah sakit umum kelas c sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penujang medik,
pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan keperawatan dan
kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non
klinik. Dari beberapa Ayat yang terdapat dalam rumah sakit umum kelas c
menyimpulkan bahwa rumah sakit umum kelas c mempunyai pelayanan
medik dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
obstetri dan ginekologi dan pelayanan spesialis penunjang medik masing-
masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2
(dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan bedah
dan terdapat jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) tempat tidur di
rumah sakit umum kelas c.
4. Rumah sakit umum kelas d Pasal 18 Ayat (1) menyatakan bahwa rumah
sakit umum kelas d harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar. Ayat (2)
Kriteria, Fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas d sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) meliputi pelayanan gawat darurat, pelayanan
medik spesialis dasar, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan
penunjang klinik dan pelayanan penunjang non medik. Dari beberapa Ayat
terkait rumah sakit umum kelas d terdapat pelayanan medik dasar dan
58

mempunyai jumlah tempat tidur minimal 50 tempat tidur di rumah sakit


umum kelas d.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit mengenai Rumah
Sakit Khusus yang terdapat dalam Pasal 23 menyebutkan bahwa jenis rumah
sakit khusus antara lain rumah sakit khusus ibu dan anak, jantung, kanker,
orthopedi, paru, jiwa, kista, mata, ketergantungan obat, stroke, penyakit infeksi,
bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi medik, telinga hidung tenggorokan, bedah,
ginjal, kulit, dan kelamin.
Kasus di rumah sakit mitra keluarga kalideres terkait masalah
meninggalnya pasien gawat darurat bernama Tiara Deborah Simanjorang di
rumah sakit mitra keluarga kalideres dikarenakan meninggal tidak dapat
pelayanan pengobatan lebih lanjut karna tidak bisa membayar uang muka terlebih
dahulu. Kebijakan peraturan dari pihak manajemen rumah sakit mitra keluarga
kalideres didahulukan untuk membayar uang muka perawatan dahulu dari pada
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien gawat darurat yang bernama tiara
deborah simanjorang sehingga meninggal dunia.
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres melanggar Peraturan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada Pasal 32 Ayat (1) dan
Ayat (2) menyebutkan bahwasannya dalam Ayat (1) menyatakan bahwa pasien
harus diberikan pelayanan kesehatan terlebih dahulu dan tidak mendahulukan
uang muka, namun rumah sakit tersebut mendahulukan atau meminta uang muka
kepada pasien gawat darurat daripada mendahulukan keselamatan nyawa pasien
sehingga pasien tidak mampu membayar uang muka dan meninggal dunia di
rumah sakit mitra keluarga kalideres.
Rumah sakit mitra keluarga kalideres yang menyebabkan meninggalnya
seseorang dikarnakan sengaja tidak diberikan pelayanan kesehatan dahulu dan
lebih mementingkan uang muka pembayaran dari pada mengutamakan
keselamatan nyawa pasien, rumah sakit tersebut dijatuhkan Sanksi Administrasi
untuk rumah sakit mitra keluarga kalideres oleh Menteri Kesehatan yang bernama
Nila Djuwita Farid Moeloek terkait pelanggaran yang di lakukan rumah sakit
59

mitra keluarga kalideres terhadap Tiara Deborah Simanjorang bayi yang berumur
4 (empat) bulan meninggal di rumah sakit mitra keluarga kalideres diakibatkan
kurang mendapatkan pelayanan kesehatan. Keputusan tersebut terhadap sanksi
untuk rumah sakit mitra keluarga kalideres dari Kementerian Kesehatan dalam
surat resmi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
UM.0105/MENKES/395/2017 pada tanggal 13 september tahun 2017 yang
dikutip berdasarkan dari keterangan sumber website https://nasional.kompas.com
pada hari rabu tanggal 13 september 2017 pukul 15:31 WIB.
Menteri Kesehatan memerintahkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta untuk memberikan Sanksi Administrasi sesuai dengan kewenangan
dengan berupa sanksi teguran tertulis yang disarankan oleh Menteri Kesehatan
yang bernama Nila Djuwita Farid Moeloek. Pasien gawat darurat meninggal di
rumah sakit mitra keluarga kalideres yang bernama Tiara Deborah Simanjorang
yang diminta uang muka perawatan dan diberikan setengah pembayaran uang
muka perawatan namun ditolak oleh pihak rumah sakit dikarnakan tidak
mencukupi uang muka pembayaran perawatan pasien.
Dokter yang menangani pasien Tiara Deborah Simanjorang memberikan
pertolongan pertama dan merawat pasien saat berada di rumah sakit. Perawatan
yang dilakukan Dokter untuk masa penyembuhan pasien sudah sangat profesional
dan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. Pihak keluarga pasien
diharuskan membayar uang muka terlebih dahulu untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan selanjutnya untuk masa penyembuhan pasien. Pasien tidak tertolong
diakibatkan tidak mendapat pelayanan kesehatan lebih lanjut dan orang tua pasien
tidak mampu membayar uang muka, pasien gawat darurat yang bernama Tiara
Deborah Simanjorang meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kalideres.9
Sanksi yang diberikan oleh Menteri Kesehatan dan Dinas Kesehatan
berupa sanksi Administrasi untuk Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres yang
berupa manajemen di rumah sakit mitra keluarga kalideres harus dimutasi.
9
Nabilla Tashandra, Kompas.com, diakses
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/13/15313261/kasus-bayi-debora-menkes-jatuhi-sanksi-
tertulis-untuk-rs-mitra-keluarga pada tanggal 26 mei 2019 pukul 13.17 WIB
60

Pimpinan rumah sakit dimutasi/dipindah, rumah sakit diwajibkan untuk


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kembali untuk didaftarkan atau
diakreditasi kembali oleh Dinas DKI Jakarta. Jika tidak dilakukan maka akan
adanya pemberhentian operasional rumah sakit.10
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres memidahkan jajaran manajemen
pada bulan Oktober 2017. Pergantian Manajemen yang dilakukan Rumah Sakit
Mitra Keluarga Kalideres pada tanggal 5 Oktober 2017 sudah dilaporkan adanya
pergantian manajemen di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres yang dikutip
berdasarkan keterangan dari sumber data website https://megapolitan.kompas.com
pada hari selasa tanggal 24 oktober 2017 pukul 16:46 WIB.
Kutipan dari sumber data website https://megapolitan.kompas.com pada
hari selasa tanggal 24 oktober 2017 pukul 16:46 WIB bahwa rumah sakit mitra
keluarga kalideres telah mengangkat Dr. Jocelyn Adrianto sebagai Direktur
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kaliederes yang menggantikan Dr. Francisca Dewi.
Manajemen baru yang bernama Dr. Jocelyn Adrianto memiliki latar belakang
pendidikan administrasi rumah sakit, dan berpengalaman sebagai Direktur di
rumah sakit swasta yang terakreditasi dan telah bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan. My Sriyanti sebagai Manajer keperawatan juga diangkat dan
menggantikan Ignatia Shanti, dan Dr Dina Hanum sebagai Manajer Marketing
serta Customen Manajemen menggantikan Nilo Rita selaku pihak rumah sakit
yang berada dan beroprasi di rumah sakit mitra keluarga kalideres.
Sanksi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan sudah dijalankan dengan baik
dengan memindahkan manajemen dan menakreditasi rumah sakit kembali telah
dijalankan dengan baik dan menjalankan sanksi hukum yang diberikan oleh
Menteri Kesehatan dan Dinas Kesehatan kepada Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kalideres. Rumah sakit mitra keluarga kalideres rumah sakit swasta berusaha
untuk mengajukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan akan segera diterima.11

10
Moch. Harun Syah, Liputan 6, diakses https://www.liputan6.com/news/read/3107803/bayi-
debora-meninggal-dunia-ini-sanksi-untuk-rs-mitra-keluarga pada tanggal 26 mei 2019 pukul 13.24
WIB
11
Nibras Nada Nailufar, Kompas.com, diakses
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/24/16463791/sanksi-kasus-debora-rs-mitra-
keluarga-kalideres-rombak-jajaran-manajemen pada tanggal 26 Mei 2019 Pukul 13.45 WIB
61

Kronologi kasus di rumah sakit mitra keluarga kalideres, telah sengaja


membiarkan pasien gawat darurat yang tidak mendapatkan pertolongan lanjutan
untuk mendapatkan ruangan khusus pasien dirawat sehingga pasien tidak
tertolong dan meninggal dunia.
Membiarkan orang lain sakit berat hingga orang tersebut meninggal dunia
tanpa mendapatkan perawatan yang layak di rumah sakit bisa dikenakan sanksi
pidana. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada
Pasal 190 menyatakan bahwa pada Ayat (1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan/atau Tenaga Kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan
pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 Ayat (2) Atau Pasal 85 Ayat (2) di pidana dengan
pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000.00-
(dua ratus juta rupiah). Pada Ayat (2) menyatakan bahwa Dalam hal perbuatan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00- ( satu milyar
rupiah). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada Pasal
32 Ayat (2) menjelaskan bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahatan kecacatan terlebih
dahulu. Pada Pasal 85 Ayat (2) yang menyatakan bahwa fasilitas pelayanan
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada Ayat (1) dilarang
menolak pasien dan/atau meminta uang muka terlebih dahulu.
Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa
barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain meninggal, diancam
dengan pidan penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama
satu tahun. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1366
menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian
yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati-hati.
62

Tenaga kesehatan seperti dokter dari pihak rumah sakit mitra keluarga
kalideres tersebut telah memberikan pertolongan pertama dengan baik dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Tetapi didalam permasalahan kasus yang
terjadi bahwa rumah sakit mitra keluarga memang sudah memberikan pertolongan
pertama, namun rumah sakit mitra keluarga membiarkan pasien yang sedang sakit
parah tidak diberi tindakan perawatan lebih lanjut untuk masa penyembuhan
pasien dan dengan adanya kebijakan peraturan dari pimpinan rumah sakit malah
lebih mengutamakan uang muka pembayaran dari pada mementingkan
keselamatan nyawa pasien, sehingga pasien tersebut mengakibatkan terjadinya
meninggal dunia akibat kurangnya pelayanan kesehatan di rumah sakit mitra
keluarga kalideres.
Seharusnya pihak yang berwajib juga bisa memberikan sanksi berupa
sanksi pencabutan izin operasional. Rumah sakit tersebut telah melakukan
malapraktek manajemen, dikatakan sebagai malapraktik manajemen karna adanya
suatu tindakan kebijakan peraturan yang dibuat oleh pimpinan rumah sakit yang
tidak sesuai dengan Undang-Undang Tentang Kesehatan dan Undang-Undang
Tentang Rumah sakit. Kebijakan peraturan rumah sakit lebih mendahulukan uang
muka pembayaran untuk pasien gawat darurat yang bernama Tiara Deborah
Simanjorang yang berumur 4 (empat) bulan dari pada keselamatan nyawa pasien,
sehingga pasien tersebut meninggal dunia akibat tidak bisa membayar uang muka.
Rumah Sakit merupakan suatu Badan Hukum yang telah dijelaskan
didalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit pada Pasal
20 Ayat (1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi
Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat. Ayat (2) Rumah sakit publik
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan badan hukum yang bersifat nirbala. Ayat (3) Rumah sakit Publik yang
dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan
pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan undang-undang. Ayat (4) Rumah Sakit Publik yang
dikelola pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (2)
tidak dapat dialihkan menjadi rumah sakit privat.
63

Dalam Pasal 21 menjelaskan Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud


dalam pasal 20 Ayat (1) dikelola oleh Badan Hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. Sudah jelas yang dijelaskan dalam
Undang-Undang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit merupakan badan hukum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari Badan Hukum ialah
Perkumpulan dan sebagainya yang dalam hukum diakui sebagai subjek hukum
seperti Perseroan, Yayasan, Lembaga dan sebagainya.12
Rumah sakit mempunyai struktur organisasi Rumah Sakit yang terdapat
penyelenggaraan rumah sakit untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dan untuk
melaksanakan pelayanan dalam administrasi di rumah sakit. Pelayanan Medis di
rumah sakit terdapat adanya staf medis yang terdiri dari dokter yang mempunyai
bidang nya masing-masing dan mempunyai wewenang yang melekat dan tidak
dapat dicampuri oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan langsung untuk
melakukan pelayanan medis terhadap pasien di rumah sakit. Rumah sakit
mempunyai staf keperawatan yang terdiri dari perawat untuk memberikan
pertolongan kepada pasien atas dasar intruksi dari dokter. Rumah sakit
mempunyai staf administrasi yang dimana untuk malakukan penerimaan
pembayaran dan lain sebagainya yang berhubungan dengan administrasi dan
ditangani oleh staf administrasi.13
Pihak yang berwenang bisa memberikan sanksi pidana korporasi kepada
rumah sakit, Rumah sakit merupakan korporasi yang bisa saja diwakili oleh
Pimpinan atau direktur, dan Manajer Rumah Sakit. Rumah Sakit merupakan
Badan Hukum bisa dipidana seperti pidana korporasi yaitu dengan pencabutan
izin operasional rumah sakit.
Menurut Utrecht/Moh. Soleh Djindang yang dikutip oleh Prof. Dr. Muladi,
S.H., dan Prof. Dr. Dwidja Priyatno, S.H., M.H., dalam buku yang berjudul
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi mengenai pengertian korporasi adalah
Korporasi merupakan badan hukum dari suatu perkumpulan orang yang bertindak

12
https://kbbi.kata.web.id/badan-hukum/ diakses pada tanggal 26 Mei 2019 pukul 22.26 WIB
13
Henni Febriawati, Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta : Gosyen
Publisying, 2013), h. 9
64

bersama-sama mempunyai hak dan kewajiban dari tugas yang terpisah sendiri dari
hak kewajiban anggota nya masing-masing.14
Pertanggungjawaban pidana korporasi bagi pengurus korporasi sebagai
pembuat dan pengurusnya wajib bertanggung jawab, korporasi
dipertanggungjawabkan oleh pimpinan, dan bagi pengurus korporasi mempunyai
tugas dan tanggungjawab dengan kewajiban-kewajiban tertentu. korporasi itu
dapat dipertanggungjawabkan oleh pengurus atau pimpinan yang telah melakukan
pelanggaran tertentu, maka bisa diancam pidana dan dipidana.15
Ketentuan yang mengatur hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang
terdapat didalam peraturan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada Pasal 169
KUHP yang menyatakan bahwa dalam Ayat (1) Turut campur dalam
perkumpulan yang dimaksud melakukan kerjahatan atau dalam perserikatan lain
yang dilarang oleh undang-undang umum, dihukum penjara selama-lamanya 6
(enam) bulan. Ayat (2) menyatakan bahwa turut dalam perkumpulan pelanggaran,
dihukum penjara selama-lamanya 9 (sembilan) bulan atau denda sebanyak-banyak
nya empat ribu lima ratus rupiah. Ayat (3) Terhadap orang yang mendirikan atau
yang mengurus perkumpulan itu, maka hukuman ini dapat ditambah dengan
sepertiganya.
Rumah sakit berhubungan dengan pasien dalam proses memberikan
pelayanan yang baik dan tanpa diskriminatif, jika terjadi suatu pelanggaran yang
dilakukan oleh rumah sakit terhadap pasien dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang
dilakukan oleh dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya yang beroprasi di rumah
sakit dengan adanya unsur kesengajaan maka tanggungjawab pidana berupa
pemidanaan dan pencabutan izin operasional rumah sakit.16
Rumah sakit mitra keluarga kalideres melakukan pelanggaran terhadap
pasien gawat darurat di rumah sakit. Pasien tidak mendapatkan pertolongan lebih

14
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Jakarta : Kencana
PrenadaMedia Group, 2010), h. 25
15
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, ... h. 86
16
Grace Yurico Bawole, Rumah Sakit Sebagai Badan Hukum Bertanggung Jawab Atas
Tindakan Medis Yang Dilakukan Dokternya, Volume. II, Nomor .5, September 2013, h. 137
65

lanjut untuk masa penyembuhan pasien sehingga pasien tersebut meninggal dunia,
diakibatkan dari kebijakan manajemen rumah sakit dalam membuat peraturan
tidak sesuai dengan Undang-Undang Tentang Kesehatan dan Undang-Undang
Tentang Rumah Sakit dengan aturan pasien harus membayar uang muka terlebih
dahulu. Namun pasien tersebut tidak bisa membayar uang muka yang disarankan
oleh pihak rumah sakit sehingga kurang pelayanan pengobatan di rumah sakit
tersebut dan mengakibatkan pasien meninggal dunia.
Undang-Undang Tentang Kesehatan sudah menjelaskan terkait pelayanan
bagi pasien yang tidak mendahulukan uang muka terlebih dahulu yang diatur
didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada Pasal
32 Ayat (1) dan Ayat (2) menyebutkan bahwasannya dalam Ayat (1) Dalam
keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,
wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam Ayat (2) menyatakan bahwasannya
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Dengan adanya pelanggaran yang dilakukan pihak rumah sakit maka
rumah sakit tidak harus mendapatkan sanksi Administrasi berupa pemindahan
terhadap manajemen saja, namun rumah sakit bisa dikenakan sanksi pidana
korporasi yang bisa saja diwakili oleh Pimpinan atau Direktur, dan Manajer
Rumah Sakit. Rumah Sakit merupakan Badan Hukum bisa dipidana seperti pidana
korporasi yaitu dengan dipidana ataupun pencabutan izin operasional rumah sakit.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dengan hasil analisa peneliti pada bab-bab sebelumnya maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pemberian pelayanan pengobatan kepada pasien di Rumah Sakit
Mitra Keluarga Kalideres sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan. Namun dengan adanya kasus pasien yang meninggal di rumah
sakit mitra keluarga kalideres yang bernama Tiara Deborah Simanjorang
pada tahun 2017, pasien kurang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
baik. Kebijakan dari peraturan manajemen rumah sakit yang
mendahulukan uang muka pembayaran dari pada mementingkan
keselamatan nyawa pasien, sehingga pasien tersebut tidak bisa membayar
uang muka dan akhirnya meninggal dunia.
2. Sanksi yang diberikan oleh pihak yang berwenang seperti Menteri
Kesehatan dan Dinas Kesehatan memberikan sanksi teguran tertulis
berupa sanksi administrasi yang harus mutasi manajemen dan rumah sakit
harus terakreditasi kembali. Sanksi tersebut sudah dijalankan dengan baik
oleh pihak rumah sakit. Namun dengan adanya pelanggaran yang
dilakukan pihak rumah sakit yang membiarkan orang lain sakit berat
hingga orang tersebut meninggal dunia tanpa mendapatkan perawatan
yang layak di rumah sakit bisa dikenakan sanksi pidana. Pasal 359 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa barang siapa karena
kesalahannya menyebabkan orang lain meninggal, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu
tahun. Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan
bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati-hati, dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun

66
67

2009 Tentang Kesehatan pada Pasal 190 Ayat (1) dan Ayat (2) dalam
ketentuan pidana yang menyebabkan pasien meninggal dunia.

B. Rekomendasi
Berdasarkan dengan analisa peneliti pada bab-bab sebelumnya maka dapat
diambil rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tanpa unsur diskriminatif.
2. Mendahulukan keselamatan nyawa pasien.
3. Tidak menimbulkan malapraktik dalam memberikan pelayanan kesehatan
untuk pasien di rumah sakit.
4. Tenaga kesehatan mempunyai keterampilan dan profesional dalam
menangani pasien di rumah sakit.
5. Memberikan pelayanan kesehatan yang baik, aman, dan bermutu bagi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Mahrus, Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2013.
Chazawi, Adami, Malpraktik Kedokteran Tinjauan Norma Dan Doktrin Hukum,
Malang: Bayumedia Publishing, 2007.
Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Febriawati, Henni Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, Yogyakarta:
Gosyen Publisying, 2013.
Fahmi, Irham, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta,
2013.
Fuady, Munir, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2013.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2017.
Hs, Salim Dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis Dan Disertasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014.
Is, Muhamad Sadi, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya Di Indonesia,
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015.
Muninjaya, Gde, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Cetakan Kedua, 2004.
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta:
Kencana PrenadaMedia Group, 2010.
Notoatmodjo, Soekidjo, Etika Dan Hukum Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010.
Sujak, Abi, Kepemimpinan Manajer Eksistensinya Dalam Perilaku Organisasi,
Jakarta: CV. Rajawali, 1990.
Siswati, Sri, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Persepektif Undang-Undang
Kesehatan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013
Triwibowo, Cecep, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika,
2014

68
69

Wiradharma, Danny, Penuntut Kuliah Hukum Kedokteran, Jakarta: Sagung Seto,


Cetakan Kedua, 2014

Jurnal

Cahyo Agi Wibowo, Hari Wahyudi, Sudarto. “Penolakan Pelayanan Medis Oleh
Rumah Sakit Terhadap Pasien Yang Membutuhkan Perawatan Darurat,
Jurnal Nasional, Surabaya, Universitas Muhammadiyah Surabaya,Vol. 1,
No 1, 2017.
Ferysa Rochmaningtyas, “Pengendalian Sistem Pelayanan Kesehatan Di Rumah
Sakit Islam Klaten”, Jurnal ilmiah pelayanan kesehatan, 2010.
Grace Yurico Bawole, “Rumah Sakit Sebagai Badan Hukum Bertanggung Jawab
Atas Tindakan Medis Yang Dilakukan Dokternya”. jurnal nasional, Vol.
II, No. 5, 2013.
Setya Wahyudi, “Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat
Kelalaian Tenanga Kesehatan Dan Implikasinya”, Jurnal Dinamika
Hukum, Vol. 11, No. 3, 2011.
Teddy Irawan Saputra, “Pertanggungjawaban Pidana Rumah Sakit Dan Dokter
Atas Meninggalnya Pasien Yang Ditelantarkan Rumah Sakit”, Jurnal
Ilmiah, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (LN (lembar negara).


Nomor. 114 Tahun 2009 TLN (tambahan lembaran negara) Nomor. 5063).
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (LN (lembaran
negara) Nomor. 153 Tahun 2009 TLN (tambahan lembaran negara) Nomor.
5072).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 359 (LN (lembaran negara) Nomor.
76 Tahun 1981).
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1366 (LN (lembar negara) Nomor.
12 Tahun 1975).
70

Website

https://kompas.com
https://kbbi.web.id
https://tribunnews.com
https://liputan6.com
Layanan Kesehatan Dengan Setulus Hati, diakses https://cdn.indonesia
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual
Report-2014-MIKA-Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf
Transformasi Untuk Pertumbuhan Berkelanjutan, diakses
http://mitrakeluarga.com/pdf/report/4_53_laporan-tahunan-2015.pdf
Transformasi untuk melayani dengan baik, diakses https://cdn.indonesia
investments.com/bedrijfsprofiel/5699/Mitra-Keluarga-Karyasehat-Annual
Report-2016-Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf
Meraih Peluang Untuk Mencapai Pertumbuhan, diakses
http://www.mitrakeluarga.com/pdf/report/40_15_laporan-tahunan2017.pdf
Pelayanan Pengobatan Di Rumah Sakit Mitra Keluarga, diakses
http://mitrakeluarga.com/frequently-ask-question
71

Anda mungkin juga menyukai