LAPORAN KASUS
STASE KEPERAWATAN ANAK
DENGAN ANEMIA APLASTIK PADA An. D
DI RUANG RAWAT INAP HEMATO ONKOLOGI ANAK
DI RSUD ULIN BANJARMASIN
Di Susun Oleh
Kelompok 4
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Kelompok :4
2. Lisa Fitriani
3. M. Amin Qutbi
4. Sri Linda
Menyetujui
............................................... ...................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok :4
2. Lisa Fitriani
3. M. Amin Qutbi
4. Sri Linda
Banjarmasin, 2019
Menyetujui
............................................... ...................................................
Mengetahui,
Dini Rahmayani,S.Kep.,Ns.,MPH
NIK. 19.44.2004.008
KATA PENGANTAR
iii
iv
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini. Kami sangat berharap
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
C. Tujuan .......................................................................................... 3
1. Tujuan Umum........................................................................... 3
D. Manfaat......................................................................................... 3
1. Praktis ...................................................................................... 3
2. Teoritis ..................................................................................... 4
B. Definisi ....................................................................................... 6
C. Etiologi ....................................................................................... 7
D. Klasifikasi ................................................................................... 9
E. Patofisiologi ................................................................................ 9
G. Komplikasi .................................................................................. 11
H. Penatalaksanaan ........................................................................ 11
v
vi
I. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 13
I. Pengkajian.................................................................................. 19
V. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 31
A. Kesimpulan................................................................................. 66
B. Saran.......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 67
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup karena memiliki
fungsi yang sangat penting antara lain sebagai pembawa oksigen,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostasis
dimana dapat menghentikan perdarahan secara spontan. Namun pada
beberapa keadaan darah tidak dapat menjalankan fingsinya secara
maksimal disebabkan oleh beberapa gangguan salah satunya yaitu pada
keadaan Anemia.
Salah satu jenis anamia yang diakibatkan oleh gangguan/ kegagalan
produksi sel darah merah adalah anemia Aplastik, sedangkan Menurut
bentuk eritrositnya anemia aplastik merupakan anemia normokromik
normositer.
Anemia aplastik merupakan suatu kelainan dari sindrom klinik yang
diantaranya ditandai oleh defisiensi sel darah merah, neutrophils, monosit
dan platelet tanpa adanya bentuk kerusakan sumsum lainnya. Dalam
pemeriksaan sumsum dinyatakan hampir tidak ada hematopoetik sel perkusi
dan digantikan oleh jaringan lemak. Kerusakan ini bis adisebabkan oleh zat
kimia beracun, virus tertentu, atau bisa juga karena faktor keturunan.
Anemia aplastik tergolong penyakit yang jarang dengan insiden di
negara maju 3-6 kasus/ 1 juta penduduk/ tahun. Manifestasi anemia aplastik
juga sangat beragam dimulai dari kasus yang bersifat ringan hingga berat,
dan juga sampai menimbulkan kematian. Oleh sebab itu, pada makalah ini
akan dibahas mengenai anemia aplastik berupa etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, gambaran laboratorium dan diagnosis lain terkait anemia
aplastik.
Ditemukan lebih dari 70 % anak-anak menderita anemia aplastik.
Tidak ada perbedaan secara bermakna antara laki-laki dan perempuan,
namun beberapa penelitian nampak insiden pada laki-laki lebih banyak
dibanding wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang jarang dijumpai
dinegara barat dengan insiden 1-3/ 1 juta/tahun. Namun di negara timur
seperti Thailand, negara asia lainnya seperti indonesia, Taiwan dan Cina
insidennya lebih tinggi. ( Aghe,2009 )
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar Anemia aplastik?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia apalastik?
3. Bagaimana hubungan teori dan klinis pasien dengan Anemia aplastik?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar Anemia aplastik
2. Mengetahui Asuhan keperawatan Anemia apalastik
3. Menghubungkan teori dan klinis pasien dengan Anemia aplastik.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Anatomi Darah
Bagian-bagian darah meliputi :
a. Air :91%
b. Protein : 3% (albumin,globulin,protombin, dan fibrinogen
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
magnesium, kalsium, dan zat besi.
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
asam amino, kolestrol)
Darah terbagi 2 bagian yaitu :
a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya
1 mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya
warna merah.
2) Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Granulosit adalah leukosit yang
didalamsitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak
memiliki granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B)
dan monosit
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
4
b. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut
serum darah.
2. Fisiologi Darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormon- hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui
darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia
memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa
oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah
aorta. Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis,
lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Darah juga
mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan
kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai urine.
B. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel
darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan
penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh
kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel
darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia,
5
yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit.
C. Etiologi
1. Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
a. Anemia aplastik sekunder
1) Radiasi
2) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
a) Efek regular : Bahan-bahan sitotoksik, Benzene
b) Reaksi Idiosinkratik : Kloramfenikol, NSAID, Anti epileptic,
Emas, Bahan-bahan kimia dan obat-obat lainya
3) Virus
a) Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa)
b) Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)
c) Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)
d) Human immunodeficiency virus (sindroma immune
defisiensi yang didapat)
4) Penyakit-penyakit Imun
a) Eosinofilik fasciitis
b) Hipoimunoglobulinemia
c) Timoma dan carcinoma timus
d) Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi
5) Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
6) Kehamilan
b. Idiopathic aplastic anemia
2. Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)
a. Anemia Fanconi
b. Diskeratosis kongenita
c. Sindrom Shwachman-Diamond
d. Disgenesis reticular
e. Amegakariositik trombositopenia
f. Anemia aplastik familial
g. Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain.)
h. Sindroma nonhematologi
6
D. Klasifikasi
Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Klasifikasi menurut kausanya :
a. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira
50% kasus.
b. Sekunder : bila kausanya diketahui.
c. Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan,
misalnya anemia Fanconi
2. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis
a. Anemia aplastik berat
Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan <30%
sel hematopoietik residu, dan dua dari tiga kriteria berikut :
1) Netrofil < 500/ul
2) Trombosit < 20.000/ul
3) Retikulosit < 60.000/ul
b. Anemia aplastik sangat berat
Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil < 200/ul
c. Anemia aplastik tidak berat
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau
sangat berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular dan
memenuhi dua dari tiga kriteria berikut :
1) Netrofil < 150/ul
2) Trombosit < 10.000/u;
3) Hemoglobin < 10 g/dl
E. Manifestasi Klinik
1. Tanda-tanda sistemik yang klasik adalah :
a. Peningkatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi
oksigen lebih banyak ke jaringan.
b. Peningkatan kecepatan pernafasan klien karena tubuh berusaha
untuk menyediakan lebih banyak oksigen pada darah.
c. Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak.
d. Rasa lelah karena meningkatnya oksigen berbagai organ termasuk
organ, otot jantung dan rangka.
e. Kulit pucat karena berkurangnya oksigen.
7
F. Patofisiolgi
Anemia aplastik yang diturunkan (inherited aplastic anemia), terutama
anemia Fanconi disebabkan oleh ketidakstabilan DNA. Beberapa bentuk
anemia aplastik yang didapatkan (acquired aplastic anemia) disebabkan
kerusakan langsung stem sel oleh agen toksik, misalnya radiasi.
Patogenesis dari kebanyakan anemia aplastik yang didapatkan melibatkan
reaksi autoimun terhadap stem sel.
Anemia Fanconi barangkali merupakan bentuk inherited (diwariskan)
anemia aplastik yang paling sering karena bentuk inherited yang lain
merupakan penyakit yang langka. Kromosom pada penderita anemia
Fanconi sensitif (mudah sekali) mengalami perubahan DNA akibat obat-obat
tertentu. Sebagai akibatnya, pasien dengan anemia Fanconi memiliki risiko
tinggi terjadi aplasia, myelodysplastic sindrom (MDS) dan akut myelogenous
leukemia (AML). Kerusakan DNA juga mengaktifkan suatu kompleks yang
terdiri dari protein Fanconi A, C, G dan F. Hal ini menyebabkan perubahan
pada protein FANCD2. Protein ini dapat berinteraksi, contohnya dengan gen
BRCA1 (gen yang terkait dengan kanker payudara). Mekanisme bagaimana
berkembangnya anemia Fanconi menjadi anemia aplastik dari sensitifitas
mutagen dan kerusakan DNA masih belum diketahui dengan pasti.
Kerusakan oleh agen toksik secara langsung terhadap stem sel dapat
disebabkan oleh paparan radiasi, kemoterapi sitotoksik atau benzene. Agen-
agen ini dapat menyebabkan rantai DNA putus sehingga menyebabkan
inhibisi sintesis DNA dan RNA.
Kehancuran hematopoiesis stem sel yang dimediasi sistem imun
mungkin merupakan mekanisme utama patofisiologi anemia aplastik.
Walaupun mekanismenya belum diketahui benar, tampaknya T limfosit
8
PATHWAY
Didapat Diturunkan
(acquired aplastic anemia) (Inherited Aplastic Anemia)
Pansitopenia
Resiko Pansitopenia 10
Cidera
G. Komplikasi
1. Anemia dan akibat-akibatnya (karena pembentukannya berkurang)
2. Infeksi
3. Perdarahan
H. Penatalaksanaan Medis
1. Tranfusi Eritrosit
Bila terdapat keluhan seperti anemia di berikan tranfusi eritrosit berupa Paket Red
Cell (PRC) sampai kadar hemoglobin 7-8 % atau lebih pada orang tua dengan
penyakit kardiovaskuler.
2. Tranfusi Trombosit
Jika trombosit kurang dari 20.000/ mm3, tranfusi trombosit diberi dapat pendarahan
atau kadar trombosit kadar acak.
3. Kortikosteroid.
Penggunaan kortikosteroid tidak memuaskan tidak diberikan karena menentukan
angka kematian yang lebih besar 92% pada 15 kasus, hasil ini kebanyakan
dilaporkan karena kebanyakan penulis dapatkan pada perpustakaan.
4. Androgen.
Androgen merangsang eritroprotein dan sel-sel progesteron sumsum tulang,
androgen terutama neotrondrotolon 1 mg/kg BB/ hari. Pemberian androgen harus
jangka panjang karena hasil biasanya baru terlihat setelah 3 bulan. Bila tidak
bermanfaat sedikitnya dihentikan.
5. Imunosupresif.
Tergolong sebagai imunosupresif antara lain Antithimosit Globulin (ATG), Anti
Limposit Globulin (ALG) dan sikloporin.
6. Kombinasi obat
Kombinasi obat ATG, sikloporin dan menty prednisolon, memberikan angka resmi
kombinasi dan methypredison angka resmi sebesar 46 % dosis sikloporin yang
diberikan 6 mm/ kg BB selama 3 bulan.
7. Transplantasi.
Bagi klien yang berusia dibawah 20 tahun Transplantasi sumsum tulang
merupakan pilihan sedangkan pada anemia aplastik sangat berat, perlu dilakukan
transplantasi sumsum tulang.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
12
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : letih, lemas, malas, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : tachycardia, tachipnea, dispnea jika istirahat atau bekerja, apatis,
lesu, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, tubuh tidak tegak.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, endokarditis, palpitasi.
Tanda : hipotensi postural, disritmia, abnormalitas EKG, bunyi jangtung
murmur, ekstremitas pucat, dingin, pucat pada membrane mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir dan dasar kuku), pengisian kapiler
lambat, rambut keras).
c. Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagaj ginjal, hematemesis, melena, diare,
konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
d. Makanan dan Cairan
Gejala : penurunan masukan diet, nyeri menelan, mual, muntah, anorexia,
penurunan berat badan.
Tanda : lidah merah, membrane mukosa kering, pucat, tangan kulit kering,
stomatitis.
e. Hygiene
Tanda dan Gejala : kurang bertenaga, penampilan tidak rapih.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, insomnia, penurunan
penglihatan, keseimbangan buruk, parestesia tangan/kaki, sensasi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, respon
lambat dan dangkal, hemoragis retina, epistaksis, perdarahan dari
lubang-lubang, gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar.
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samar, sakit kepala.
h. Keamanan
13
Gejala : riwayat terpajan bahan kimia, riwayat terpajan radiasi baik sebagai
pengobatan atau kecelakaan, tidak toleran terhadap panas atau dingin,
penyembuhan lukan buruk, sering infeksi.
Tanda : demam, keringat malam, linfadenopati, petekie, dan ekimosis.
i. Penyuluhan
Gejala : kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan anti konvulsan
masa lalu/saat ini, antibiotic, agen kemoterafi (gagal sumsum tulang),
aspirin, anti inflamasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektipan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara uplai dan
kebutuhan oksigen
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan informasi
f. Hipertermi b.d Proses Infeksi Penyakit
g. Risiko perdarahan faktor risiko kurang pengetahuan tentang kewaspadaan
perdarahan
h. Risiko syok faktor risiko hipovolemik
i. Resiko Infeksi faktor risiko malnutrisi
j. Resiko Cedera faktor risiko pemajanan zat kimia toksik
3. Perencanaan
Diagnosa
NOC NIC
keperawatan
Ketidakefektipan pola Respiratory status : Airway Management
nafas berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas,
dengan penurunan Setelah dilakukan guanakan teknik chin lift
ekspansi paru tindakan keperawatan atau jaw thrust bila perlu
selama 3x8 jam pola 2. Posisikan pasien untuk
nafas efektif dg KH: memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan 3. Identifikasi pasien
14
menggunakan dalam
manajemen nyeri 5. Kolaborasi dengan tenaga
3. Menyatakan rasa medis untuk pemberian
nyaman setelah analgesik
nyeri berkurang
4. Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
BP : 110-140/70-
90mmhg
RR : 12-20x/menit
F : 60-90 x/m
T : 36,5-37,5oC
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS DATA
Nama : An. D Alamat : Sampit
Tempat/Tgl.lahir : 24-03-2012 Agama : Islam
Usia : 6 th 10 bulan Suku Bangsa : Dayak
Jenis Kelamin : L Pendidikan Ayah : SMA
Nama Ayah/Ibu : Ny. S Pendidikan Ibu : SMP
Pekerjaan Ayah/Ibu : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pengkajian: Selasa, 29 Januari 2019
B. KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak ± 4 hari
20
21
6 th 10 bln
: Laki- Laki
: Perempuan
: Pasien
F. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : Orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
4. Pembawaan secara umum : Baik
5. Lingkungan rumah : Baik, jarak antar rumah jarang,
masyarakatnya saling berbaur
H. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Keadaan umum tampak kurang baik, pasien tampak
lemah, pasien tampak pucat, pasien tampak kurus, pasien
tampak sesak, terpasang infus D5 ½ NS
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba namun tidak kuat angkat
Perkusi : terdapat suara redup saat diperkusi.
Auskultasi :terdengar jantung normal s1 s2 tunggal tidak ada suara tambahan
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak adanya distensi abdomen, tidak ada benjolan.
Palapasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada hepatomegaly
dan spenomegali
Perkusi : Terdapat suara timpani saat diperkusi
Auskultasi : Bising usus terdengar 18x/menit
I. Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri dengan Wong-Baker FACES Pain Rating Scale (3-7 tahun)
Keterangan:
Wajah 0 : sangat senang karena tidak ada rasa sakit sama sekali.
Wajah 1 : rasa sakit hanya sedikit.
Wajah 2 : rasa sakit sedikit lebih (agak sakit).
Wajah 3 : rasa sakit agak lebih (sakit sekali).
Wajah 4 : rasa sakit yang dalam (sangat sakit sekali).
Wajah 5 : rasa sakit yang hebat (sangat kesakitan/ nyeri hebat) meskipun
anak tidak harus menangis karena merasa ini buruk.
Instruksi kata singkat: Meminta anak tersebut untuk memilih wajah yang paling
menggambarkan bagaimana yang rasa sakit yang ia rasakan. Arahkan ke
setiap wajah menggunakan kata-kata untuk menggambarkan intensitas nyeri.
Minta anak untuk memilih wajah yang paling menggambarkan rasa sakit yang
dialami dirinya dan perawat merekam nomor yang sesuai.
26
Pengkajian Nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS) (> usia 7 tahun)
(Gilbert,G., MD., D’Souza,P., Pletz., B., (2009), Pediatric Treatment Protocols: Pain
assesment, San Mateo County EMS Agency and Thomson_National Initiative on
Pain Control. Reprinted with permission)
Alat VAS ini biasanya sesuai untuk digunakan dengan anak-anak sekitar usia
> 7 dan lebih tua. Jika ada keraguan bahwa anak jelas memahami konsep
menetapkan nomor untuk menggambarkan tingkat rasa sakit mereka, maka
perawat dapat memanfaatkan pengukuran nyeri dengan Wong Baker FACES.
Instruksi kata singkat: Meminta anak tersebut untuk memilih angka dalam garis
dari 0-10 yang paling menggambarkan bagaimana rasa sakit yang ia rasakan.
Jelaskan angka 0-10 untuk menggambarkan intensitas nyeri, jelaskan bahwa
angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri hebat
(semakin kekanan/angka lebih besar maka nyeri maka nyeri yang dirasakan
makin besar). Minta anak untuk memilih angka yang paling menggambarkan
rasa sakit yang dialami dirinya dan perawat merekam nomor yang sesuai.
J. PENGKAJIAN HOSPITALISASI
1. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit yang membuat trauma pada anak dan
keluarga :
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk rumah sakit di sampit sebelum di rujuk ke
RSUD Ulin Banjarmasin.
6. Reaksi anak dan keluarga terhadap perlukaan, prosedur medis dan tindakan
keperawatan yang dialami anak :
Keluarga selalu mengikuti prosedur medis, orang tua selalu menyutujui tindakan
keperawatan untuk proses penyembuhan anaknya
8. Reaksi anak dan keluarga terhadap rasa nyeri/ rasa sakit yang dialami anak :
Anak tampak menangis ketika ada rasa nyeri, dan orang tua tampak khawatir karna
anaknya merasakan nyeri
9. Reaksi anak dan keluarga terhadap perubahan lingkungan dan kebiasaan sehari-
hari :
Keluarga tampak mudah beradaptasi saat dirumah sakit, keluarga pasien tampak
sedang berbicara dengan keluarga pasien yang berada di bed sebelahnya
10. Reaksi anak dan keluarga terhadap kondisi kesehatan, penyakit yang bertambah
parah/buruk/komplikasi:
Keluarga selalu berdoa dan berharap agar anaknya cepat sembuh dan tidak ada
kondisi yang memburuk / adanya komplikasi penyakit lain.
28
dll)
Kelainan psikis/ perilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak menyadari keterbatasan 3 3
Gangguan
Lupa akan keterbatasan diri 2
Kognitif
Sadar akan kemampuan sendiri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat 4
bayi – anak
Faktor Pasien menggunakan alat bantu atau 3
Lingkungan tempat tidur bayi/ pencahayaan
Pasien berada di tempat tidur 2 2
Rawat Jalan 1
Respon Dalam 24 jam 3
terhadap Dalam 48 jam 2
operasi/ obat >48 jam/ tidak ada 1 1
penenang/
efek anastesi
Bermacam-macam obat digunakan: 3
obat sedative (diluar pasien ICU yang
sedang mengalami sedasi dan
Penggunaan paralisis), hipnotik, barbiturate,
obat fenotiazin, antidepresan, laksatif,
diuretic, narkotik
Salah satu dari pengobatan diatas 2 1
Pengobatan lain/tidak ada 1
Skor 7 – 11 : Risiko rendah 16
untuk jatuh Skor Minimal : 7
TOTAL
Skor ≥ 12 : Risiko tinggi Skor Maksimal : 23
untuk jatuh
29
L. PENGKAJIAN FLEBITIS
M. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 25 Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Ret-H 29
Hemoglobin 7.1* 12,0-16,0
Leukosit 0.7* 4,0-10,5
Eritrosit 2.57* 4,00-5,30
Hematokrit 21.0* 37,0-47,0
Trombosit 14* 150-450
RDW-CV 15.7* 12.0-14.0
Retikulosit% 0.2 0.5-1.5
Retikulosit# 4.600* 25.000-75.000
MCV 81.7 75.0-96.0
MCH 22.6* 28.0-32.0
MCHC 33.8 33.0-37.0
Basofil% 0.0 0.0-1.0
Eosinofil% 0.0* 1.0-3.0
Gran% 21.2* 50.0-81.0
Limfosit% 65.2* 20.0-40.0
Monosit% 13.6* 2.0-8.0
Basofil# 0.00 <1.00
Eosinofil# 0.00 <3.00
Gran# 0.14* 2.50-7.00
Limfosit# 0.43* 1.25-4.00
Monosit# 0.09* 0.30-1.00
32
N. TERAPI FARMAKOLOGI
Tanggal: 29 Januari 2019
Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek samping
DS ½ Ns 840cc/24 jam Cairan Hiperglikemia Iritasi,
resusitasi pada trombofebilis
Iv dan
keperluan
hidrasi
Ceftriaxone 1x1g Antibiotik Alergi terhadap Mual, nafsu
antibiotik ini makan
menurun, diara
Diphenhydramine 3 x 1/3 ampul Reaksi alergi Bayi baru lahir Hipotensi,
gugup gelisah
Kalnex 3 x 150 mg Mengatasi Gagal ginjal berat, Kelelahan atau
perdarahan penyakit kelemahan
tromboemboli
Vit K 1 x 5 mg Mengobati Hipersensivitas Pusing, sulit
perdarahn bernapas
Omeprazole 1x½ Penghambat Bayi baru lahir Mual
sekresi asam diare,nyeri
lambung perut
Tranfusi PRC 2 kolf Pendarahan, Hipersensitivitas Ruam pada
kelainan darah kulit, giatal-
gatal, hiperter
Data Objektif:
- Pasien tampak lemah
33
DO:
- Inspeksi :Pasien nampak
sesak, bentuk dada
simetris, tampak adanya
otot bantu nafas, adanya
retrkasi dinding dada,
SPO2: 94% dengan O2
NRM
- Palpasi : taktil premitus
teraba di kedua lapang
paru
- Perkusi : terdengar suara
sonor saat diperkusi
- Auskultas terdengar suara
vesikuler di kedua lapang
paru
- RR : 34 x/m cepat dan
dangkal Nadi: 110 x/m
DS : Ibu pasien mengatakan Nutrisi kurang dari Ketidakmampuan absorbsi
anaknya kurang nafsu kebutuhan nutrisi
makan pada saat di rumah
dan puasa selama dua hari
di rumah sakit
DO :
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak lemah
35
hari
- Hemoglobin 7.1 g/dl
- Eritrosit : 2.57 juta/ul
- Hematokrit : 21.0 %
- Trombosit : 14 ribu/ul
Faktor Risiko Risiko Jatuh Anemia
- Pasien nampak hanya
berbaring di tempat
tidur
- Pasien tampak lemah
- Risiko Jatuh = 16 (risiko
tinggi).
- HB: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
- Eritrosit:2,57 (4,00-
5,30) juta/ul
Faktor resiko: Resiko Infeksi Prosedur invasive
- Pasien terpasang Infus
D5 ½ NS di ekstremitas
atas dextra
- Terpasang NGT
- Pasien memaskai
Pampers
- Leukosit: 0,7 (4,0-10,0)
ribu/ul
PRIORITAS MASALAH
1. Pola Nafas tidak efektif b.d Keletihan otot nafas
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Ketidakmampuan absorbsi nutrisi
3. Resiko cidera Faktor resiko: Profil darah abnormal (Hematologi)
4. Risiko syok Faktor resiko: Hipovolemia
5. Risiko Jatuh Faktor resiko: Anemia
6. Resiko Infeksi Faktor resiko: Prosedur invasive
37
VI.RENCANA KEPERAWATAN
Pasien tampak
tenang diberi terapi
oksigen
9. Berkolaborasi
tentang pemberian
terapi oksigen
(memasang oksigen
NRM 10 lpm)
Selasa, 2 1. Mengkaji adanya S: Orang tua mengatakan
29 Jan 2019 alergi makanan anaknya dianjurkan puasa
(Pasien tidak ada karena masih adanya
alergi makanan) residu
2. Menganjurkan
pasien O: - Pasien tampak lemah
meningkatkan - Mukosa bibir tampak
intake kering
(Makan sedikit tapi - Pasien tampak kurus
sering) - BB: 15 Kg, TB: 105 Cm
3. Mengukur tinggi - IMT: 13,8 (BB Kurang)
dan berat badan - IMT/U = 13,1/6 tahun 10
(TB: 104 Cm, BB: bulan (kurus)
08.00 Linda
15 Kg) - BAB warna hitam
17.00 Lisa
4. Memberikan - Mukosa bibir kering dan
21.00 Deo
makanan selagi pucat
hangat - Wajah tampak pucat
5. Menjelaskan - Terdapat residu 50cc
pentingnya bewarna hitam.
makan bagi - Bising usus 18x/menit (8-
proses 12x/menit)
pertumbuhan
6. Menganjurkan A: Masalah belum teratasi
keluarga menjaga P: Intervensi dilanjutkan
kebersihan
makanan
7. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
44
untuk memilih
makanan yang
dapat memunuhi
kebutuhan nutrisi
(menu diet: NB
TKTP)
Selasa, 3 1. Mengobservasi S:
29 Jan 2019 kebutuhan
keamanan pasien O: - Hb 7,1 (12,0-16,0) g/dl
2. Memasang - Leukosit 0,7 (4,0-10,5)
pengaman pagar di ribu/ul
bed pasien - Eritrosit 2,57 (4,00-5,30)
3. Menyediakan juta/ul
pegangan tangan - Hematocrit 21,0 (37,0-
4. Menjauhkan barang 47,0) %
yang berisiko bisa - Trombosit 14 (150-450
menciderai ribu/ul
5. Melibatkan keluarga - RDW-cv 15,7 (12,1-14) %
dalam - Retikulosit % 0,2 (0,5-1,5)
08.00 meminimalkan risiko % Linda
17.00 cidera - Retikulosit # 4600 (25000- Lisa
21.00 (Selalu 75000) /ul. Deo
mendampingi
pasien) A: Resiko tidak terjadi
6. Mengajarkan pada
keluarga mengenali P: Intervensi dipertahankan
perubahan status
kesehatan
7. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lain
pemeriksaan
laboratorium
Hb, leukosit,
eritrosit, hematocrit,
45
trombosit, RDW-cv,
retikulosit %,
Retikulosit #
2. Memonitor tanda-
tanda syok
hipovolemik
(Pasien tampak
lemah, Nadi:110
x/m, 34 x/m)
46
3. Memonitor status
cairan, termasuk
intake dan output
(terpasang infus D5
½ NS 15 tpm)
4. Mendokumentasika
n warna, jumlah dan
karakter dari feses
(warna feses hitam)
5. Melakukan bilas
lambung
(Per 6 jam)
6. Kolaborasi
pemberian transfusi
darah
(Transfusi 2 kolf
PRC dan 3 kolf TC,
diphenhydramine
3x1/3 ampul, kalnex
3x150 mg, vit K 1x
5 mg)
Selasa, 5 1. Mengobservasi S:
29 Jan 2019 perilaku dan faktor
yang O: - Pasien nampak hanya
mempengaruhi berbaring di tempat tidur
risiko jatuh - Pasien tampak lemah
2. Mengidentifikasi - Risiko Jatuh = 16 (risiko
08.00 Linda
lingkungan yang tinggi).
17.00 Lisa
dapat - Hb: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
21.00 Deo
meningkatkan - Eritrosit:2,57 (4,00-5,30)
potensi untuk jatuh juta/ul
(Pasien berada
ditempat tidur) A: Resiko tidak terjadi
3. Menyediakan
pegangan tangan P: Intervensi dipertahankan
47
4. Melibatkan
keluarga dalam
setiap aktivitas
(Membantu pasien
untuk makan,
minum, mandi,
BAK, BAB)
5. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lainnya
untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap risiko
jatuh
48
Selasa, 6 1. Mengobservasi S:
29 jan 2019 tanda dan gejala
infeksi seperti O: - Pasien terpasang Infus D5
kemerahan, ½ NS di ekstremitas atas
panas, nyeri, dextra
tumor - Terpasang NGT
(Tidak ada tanda- - Pasien memakai Pampers
tanda seperti diatas) - Imunisasi : Vit K, BCG,
DPT, HB0
2. Mencatat dan
- Leukosit: 0,7 (4,0-10,0)
laporkan hasil
ribu/ul
laboratorium
- Hb: 7,1 (14,0-16,0) g/dl
(Hb: 7,1 Leukosit:
0,7)
A: Resiko tidak terjadi
3. Mengkaji status
imunisasi (Vit K,
P: Intervensi dipertahankan
BCG, DPT, HB0)
08.00 Linda
4. Melakukan
17.00 Lisa
tindakan
21.00 Deo
keperawatan
secara aseptik
5. Mencuci tangan
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
(Mencuci tangan 6
langkah dengan
sabun antimikroba)
6. Menganjurkan
keluarga untuk
menjaga personal
hygine
7. Kolaborasi
pemberian terapi
antibiotik
49
(Ceftriaxone 1 x 1
gr)
Rabu, 3 1. Mengobservasi S:
30 Jan 2019 kebutuhan O: - Hb 7,1 (12,0-16,0) g/dl
keamanan pasien - Leukosit 0,7 (4,0-10,5)
2. Memasang ribu/ul
pengaman pagar di - Eritrosit 2,57 (4,00-5,30)
bed pasien juta/ul
3. Menyediakan - Hematocrit 21,0 (37,0-
pegangan tangan 47,0) %
4. Menjauhkan barang - Trombosit 14 (150-450
yang berisiko bisa ribu/ul
Deo
08.00 menciderai - RDW-cv 15,7 (12,1-14) %
Linda
12.00 5. Melibatkan keluarga - Retikulosit % 0,2 (0,5-1,5)
Qutbi
dalam %
meminimalkan risiko - Retikulosit # 4600 (25000-
cidera 75000) /ul.
(Selalu
mendampingi A: Resiko tidak terjadi
pasien)
6. Mengajarkan pada P: Intervensi dipertahankan
keluarga mengenali
perubahan status
kesehatan
52
Rabu, 5 1. Mengobservasi S:
30 Jan 2019 perilaku dan faktor
yang mempengaruhi O: - Pasien nampak hanya
risiko jatuh berbaring di tempat tidur
2. Mengidentifikasi - Pasien tampak lemah
lingkungan yang - Risiko Jatuh = 16 (risiko
dapat meningkatkan tinggi).
potensi untuk jatuh - Hb: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
(Pasien berada - Eritrosit:2,57 (4,00-5,30)
ditempat tidur) juta/ul
3. Menyediakan
pegangan tangan A: Resiko tidak terjadi
Deo
08.00 4. Melibatkan keluarga
Linda
12.00 dalam setiap P: Intervensi dipertahankan
Qutbi
aktivitas
(Membantu pasien
untuk makan,
minum, mandi, BAK,
BAB)
5. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lainnya untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap risiko jatuh
54
Rabu, 6 1. Mengobservasi S:
30 Jan 2019 tanda dan gejala
infeksi seperti O: - Pasien terpasang Infus D5
kemerahan, panas, ½ NS di ekstremitas atas
nyeri, tumor dextra
(Tidak ada tanda- - Terpasang NGT
tanda seperti diatas) - Pasien memakai Pampers
- Leukosit: 0,7 (4,0-10,0)
2. Mencatat dan
ribu/ul
laporkan hasil
- Hb: 7,1 (14,0-16,0) g/dl
laboratorium
(Hb: 7,1 Leukosit:
A: Resiko tidak terjadi Deo
08.00 0,7)
Linda
12.00 3. Mencuci tangan
P: Intervensi dipertahankan Qutbi
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
(Mencuci tangan 6
langkah dengan
sabun antimikroba)
4. Kolaborasi
pemberian terapi
antibiotik
(Ceftriaxone 1 x 1
gr)
55
Kamis, 3 1. Mengobservasi S:
31 Jan 2019 kebutuhan O: - Hemoglobin 7,1* (12,0-
keamanan pasien 16,0) g/dl
2. Memasang - Leukosit 1,3* (4,0-10,5)
pengaman pagar di ribu/ul
bed pasien - Eritrosit 2,49* (4,00-5,30)
3. Menyediakan juta/ul
pegangan tangan - Hematocrit 21*,6 (37,0-
4. Menjauhkan barang 47,0) %
yang berisiko bisa - Trombosit 11* (150-450) Lisa
12.00 menciderai ribu/ul Linda
17.00 5. Melibatkan keluarga - RDW-cv 14,4* (12,1-14) Deo
dalam % Qutbi
meminimalkan risiko - Retikulosit % 0,3* (0,5-
cidera 1,5) %
(Selalu - Retikulosit # 6700*
mendampingi (25000-75000) /ul.
pasien)
6. Mengajarkan pada A: Resiko tidak terjadi
keluarga mengenali
perubahan status P: Intervensi dipertahankan
kesehatan
57
Kamis, 5 1. Mengobservasi S:
31 Jan 2019 perilaku dan faktor
yang mempengaruhi O: - Pasien nampak hanya
risiko jatuh berbaring di tempat tidur
2. Mengidentifikasi - Pasien tampak lemah
lingkungan yang - Risiko Jatuh = 16 (risiko
dapat meningkatkan tinggi).
potensi untuk jatuh - Hb: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
(Pasien berada - Eritrosit:2,49 (4,00-5,30)
ditempat tidur) juta/ul
3. Menyediakan
pegangan tangan A: Resiko tidak terjadi Lisa
12.00 4. Melibatkan keluarga Linda
17.00 dalam setiap P: Intervensi dipertahankan Deo
aktivitas Qutbi
(Membantu pasien
untuk makan,
minum, mandi, BAK,
BAB)
5. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lainnya untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap risiko jatuh
Kamis, 6 1. Mengobservasi S:
31 Jan 2019 tanda dan gejala
infeksi seperti O: - Pasien terpasang Infus D5
Lisa
kemerahan, panas, ½ NS di ekstremitas atas
12.00 Linda
nyeri, tumor dextra
17.00 Deo
(Tidak ada tanda- - Terpasang NGT
Qutbi
tanda seperti diatas) - Pasien memakai Pampers
- Leukosit: 1,3 (4,0-10,0)
2. Mencatat dan
ribu/ul
laporkan hasil
59
3. Mencuci tangan
P: Intervensi dipertahankan
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
(Mencuci tangan 6
langkah dengan
sabun antimikroba)
4. Kolaborasi
pemberian terapi
antibiotik
(Ceftriaxone 1 x 1
gr)
BAB IV
PEMBAHASAN
60
61
paru) RR : 34 x/m cepat dan dangkal Nadi: 110 x/m T : 36,6˚C, Mukosa
bibir tampak kering dan pucat, Risiko Jatuh = 16 (risiko tinggi), Hasil Lab 25
Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 7.1* 12,0-16,0
Leukosit 0.7* 4,0-10,5
Eritrosit 2.57* 4,00-5,30
Hematokrit 21.0* 37,0-47,0
Trombosit 14* 150-450
RDW-CV 15.7* 12.i-14.0
Retikulosit# 4.600* 25.000-75.000
MCH 22.6* 28.0-32.0
MCHC 33.8 33.0-37.0
Eousinofil% 0.0* 1.0-3.0
Gran% 21.2* 50.0-81.0
Limfosit% 65.2* 20.0-40.0
Monosit% 13.6* 2.0-8.0
Gran# 0.14* 2.50-7.00
Limfosit# 0.43* 1.25-4.00
Monosit# 0.09* 0.30-1.00
Berdasarkan hasil pengkajian maka kami akan mengangkat diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas masalahnya. Tanda-tanda yang dikenali pada
awal proses diagnostik dapat dipahami hanya jika ada penjelasan yang masuk
akal untuk tanda –tanda tersebut dengan konteks suatu situasi, ini adalah proses
berfikir aktif ketika perawat mengeksplorasi pengetahuan dalam memorinya
untuk mendapatkan kemungkinan penjelasan data (SDKI Nic & Noc, 2017). Dari
hasil pengkajian fisik, tanda gejala, hasil lab, dan pemeriksaan yang lain maka
dari hasil tersebut dapat diangkat diagnose keperawatan sesuai data pengkajian
yang didapat agar dapat penanganan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan
diagnosa apa yang lebih utama dilakukan untuk dapat meningkatkan
keselamatan pasien tersebut.
Diagnosis keperawatan yang muncul adalah
1. Pola nafas tidak efektif b.d ketidak mampuan upaya napas
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 pola nafas
tidak efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
62
adekuat gejala dan tanda mayor berupa dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal (mis, takipnea,
bradipnea, hiperventilasi). Sedangkan tanda dan gejala minor berupa
ortopnea, pernapasan cuping hidung kapasitas vital menurun, tekanan
inspirasi dan ekspirasi menurun, selain itu berdasarkan gejala yang muncul
pada An.D yaitu sesak sesak nafas ± 4 hari. Pada saat di lakukan
pemerikasan pasien tampak sesak, tampak adanya otot bantu nafas, adanya
retrkasi dinding dada, SPO2: 94% dengan O2 NRM, Inspeksi :Pasien
nampak sesak, bentuk dada simetris, tampak adanya otot bantu nafas,
adanya retrkasi dinding dada, Palpasi : taktil premitus teraba di kedua lapang
paru, perkusi : terdengar suara sonor saat diperkusi, auskultas terdengar
suara vesikuler di kedua lapang paru, termasuk kedalam gejala mayor dan
minor berdasarkan SDKI 2017. Intervensi yang kami rencanakan Airway
Management (posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi
suara nafas, monitor respirasi dan stastus oksigen) dan Terapi Oksigen
(Pertahankan jalan nafas yang paten, atur peralatan oksigenasi, monitor
aliran oksigen, pertahankan posisi pasien Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi, monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan absorbs nutrisi
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism, tanda dan gejala
mayor berat badan kurang minimal 10% di bawah rentang ideal, gejala dan
tanda minor data subjektif cepat kenyangsetelah makan, kram/nyeri
abdomen, nafsu makan menurun, data objektif bising usus hiperaktif, otot
pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan,
serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare, sedangkan gejala dan
tanda mayor dan minor pada pasien. DS: Ibu pasien mengatakan anaknya
kurang nafsu makan pada saat di rumah dan puasa selama dua hari di
rumah sakit. DO: Pasien tampak kurus, pasien tampak lemah, pasien tampak
pucat, BB : 15 kg, TB : 105 cm, IMT/U = 13,1/6 tahun 10 bulan (kurus),
mukosa bibir kering dan pucat, wajah tampak pucat, terdapat residu 100cc
bewarna hitam, bising usus 18x/menit (8-12x/menit) pasien kami sudah
termasuk tanda gejala mayor dan minor ini sesuai dengan buku SDKI 2017.
Intervensi yang kami rencanakan yaitu Nutrition Management, kaji adanya
alergi makanan, ajurkan pasien meningkatkan intake, ukur tinggi dan berat
63
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi pembelajaran pada kasus anak
khususnya pada anak yang mengalami anemia aplastik.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami tentang kasus dan
penatalaksanaan keperawatan pada anak yang mengalami anemia aplastik.
3. Bagi Tenaga Keperawatan
Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan ilmu sesuai teori dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada anak yang
mengalami anemia aplastik.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat memahami cara merawat anak dengan
anemia aplastik.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007 .Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta.