Anda di halaman 1dari 73

i

LAPORAN KASUS
STASE KEPERAWATAN ANAK
DENGAN ANEMIA APLASTIK PADA An. D
DI RUANG RAWAT INAP HEMATO ONKOLOGI ANAK
DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Di Susun Oleh

Kelompok 4

Deo Rizkyandri (18NS246)


Lisa Fitriani (18NS253)
M. Amin Qutbi (18NS255)
Sri Linda (18NS272)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019

i
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kasus : Anemia Aplastik

Tempat Pengambilan Kasus : Hemato Onkologi Anak

Kelompok :4

Nama Anggota Kelompok : 1. Deo Rizkyandri

2. Lisa Fitriani

3. M. Amin Qutbi

4. Sri Linda

Banjarmasin, Januari 2019

Menyetujui

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


SekolahTinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

............................................... ...................................................

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kasus : Anemia Aplastik

Tempat Pengambilan Kasus : Hemato Onkologi Anak

Kelompok :4

Nama Anggota Kelompok : 1. Deo Rizkyandri

2. Lisa Fitriani

3. M. Amin Qutbi

4. Sri Linda

Banjarmasin, 2019

Menyetujui

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


SekolahTinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

............................................... ...................................................

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan


dan Profesi Ners

Dini Rahmayani,S.Kep.,Ns.,MPH
NIK. 19.44.2004.008
KATA PENGANTAR

iii
iv

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini. Kami sangat berharap
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Banjarmasin, Februari 2019

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan .......................................................................................... 3

1. Tujuan Umum........................................................................... 3

2. Tujuan Khusus ......................................................................... 3

D. Manfaat......................................................................................... 3

1. Praktis ...................................................................................... 3

2. Teoritis ..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................ 5

A. Anatomi Fisiologi ........................................................................ 5

B. Definisi ....................................................................................... 6

C. Etiologi ....................................................................................... 7

D. Klasifikasi ................................................................................... 9

E. Patofisiologi ................................................................................ 9

F. Manifestasi Klinis ........................................................................ 11

G. Komplikasi .................................................................................. 11

H. Penatalaksanaan ........................................................................ 11

v
vi

I. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 13

J. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 15

K. Intervensi Keperawatan .............................................................. 15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ................................. 19

I. Pengkajian.................................................................................. 19

II. Riwayat Kesehatan..................................................................... 19

III. Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 21

IV. Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial dan Spiritual.......................... 23

V. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 31

VI. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................. 31

VII. Terapi Farmakologi ..................................................................... 32

VIII. Data Fokus ................................................................................. 32

IX. Analisa Data ............................................................................... 34

X. Prioritas Masalah ........................................................................ 36

XI. Intervensi Keperawatan .............................................................. 37

XII. Catatan Perkembangan .............................................................. 42

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 65

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 66

A. Kesimpulan................................................................................. 66

B. Saran.......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 67

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup karena memiliki
fungsi yang sangat penting antara lain sebagai pembawa oksigen,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostasis
dimana dapat menghentikan perdarahan secara spontan. Namun pada
beberapa keadaan darah tidak dapat menjalankan fingsinya secara
maksimal disebabkan oleh beberapa gangguan salah satunya yaitu pada
keadaan Anemia.
Salah satu jenis anamia yang diakibatkan oleh gangguan/ kegagalan
produksi sel darah merah adalah anemia Aplastik, sedangkan Menurut
bentuk eritrositnya anemia aplastik merupakan anemia normokromik
normositer.
Anemia aplastik merupakan suatu kelainan dari sindrom klinik yang
diantaranya ditandai oleh defisiensi sel darah merah, neutrophils, monosit
dan platelet tanpa adanya bentuk kerusakan sumsum lainnya. Dalam
pemeriksaan sumsum dinyatakan hampir tidak ada hematopoetik sel perkusi
dan digantikan oleh jaringan lemak. Kerusakan ini bis adisebabkan oleh zat
kimia beracun, virus tertentu, atau bisa juga karena faktor keturunan.
Anemia aplastik tergolong penyakit yang jarang dengan insiden di
negara maju 3-6 kasus/ 1 juta penduduk/ tahun. Manifestasi anemia aplastik
juga sangat beragam dimulai dari kasus yang bersifat ringan hingga berat,
dan juga sampai menimbulkan kematian. Oleh sebab itu, pada makalah ini
akan dibahas mengenai anemia aplastik berupa etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, gambaran laboratorium dan diagnosis lain terkait anemia
aplastik.
Ditemukan lebih dari 70 % anak-anak menderita anemia aplastik.
Tidak ada perbedaan secara bermakna antara laki-laki dan perempuan,
namun beberapa penelitian nampak insiden pada laki-laki lebih banyak
dibanding wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang jarang dijumpai
dinegara barat dengan insiden 1-3/ 1 juta/tahun. Namun di negara timur
seperti Thailand, negara asia lainnya seperti indonesia, Taiwan dan Cina
insidennya lebih tinggi. ( Aghe,2009 )

1
2

Berdasarkan uraian diataslah penulis tertarik untuk mengambil kasus


asuhan keperawatan mengenai anak yang menderita anemia aplastik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar Anemia aplastik?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia apalastik?
3. Bagaimana hubungan teori dan klinis pasien dengan Anemia aplastik?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar Anemia aplastik
2. Mengetahui Asuhan keperawatan Anemia apalastik
3. Menghubungkan teori dan klinis pasien dengan Anemia aplastik.
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi Darah
Bagian-bagian darah meliputi :
a. Air :91%
b. Protein : 3% (albumin,globulin,protombin, dan fibrinogen
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
magnesium, kalsium, dan zat besi.
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
asam amino, kolestrol)
Darah terbagi 2 bagian yaitu :
a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya
1 mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya
warna merah.
2) Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Granulosit adalah leukosit yang
didalamsitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak
memiliki granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B)
dan monosit
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
4

b. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut
serum darah.
2. Fisiologi Darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormon- hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui
darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia
memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa
oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah
aorta. Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis,
lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Darah juga
mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan
kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai urine.

B. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel
darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan
penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh
kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel
darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia,
5

yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit.

C. Etiologi
1. Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
a. Anemia aplastik sekunder
1) Radiasi
2) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
a) Efek regular : Bahan-bahan sitotoksik, Benzene
b) Reaksi Idiosinkratik : Kloramfenikol, NSAID, Anti epileptic,
Emas, Bahan-bahan kimia dan obat-obat lainya
3) Virus
a) Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa)
b) Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)
c) Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)
d) Human immunodeficiency virus (sindroma immune
defisiensi yang didapat)
4) Penyakit-penyakit Imun
a) Eosinofilik fasciitis
b) Hipoimunoglobulinemia
c) Timoma dan carcinoma timus
d) Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi
5) Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
6) Kehamilan
b. Idiopathic aplastic anemia
2. Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)
a. Anemia Fanconi
b. Diskeratosis kongenita
c. Sindrom Shwachman-Diamond
d. Disgenesis reticular
e. Amegakariositik trombositopenia
f. Anemia aplastik familial
g. Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain.)
h. Sindroma nonhematologi
6

D. Klasifikasi
Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Klasifikasi menurut kausanya :
a. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira
50% kasus.
b. Sekunder : bila kausanya diketahui.
c. Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan,
misalnya anemia Fanconi
2. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis
a. Anemia aplastik berat
Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan <30%
sel hematopoietik residu, dan dua dari tiga kriteria berikut :
1) Netrofil < 500/ul
2) Trombosit < 20.000/ul
3) Retikulosit < 60.000/ul
b. Anemia aplastik sangat berat
Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil < 200/ul
c. Anemia aplastik tidak berat
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau
sangat berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular dan
memenuhi dua dari tiga kriteria berikut :
1) Netrofil < 150/ul
2) Trombosit < 10.000/u;
3) Hemoglobin < 10 g/dl

E. Manifestasi Klinik
1. Tanda-tanda sistemik yang klasik adalah :
a. Peningkatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi
oksigen lebih banyak ke jaringan.
b. Peningkatan kecepatan pernafasan klien karena tubuh berusaha
untuk menyediakan lebih banyak oksigen pada darah.
c. Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak.
d. Rasa lelah karena meningkatnya oksigen berbagai organ termasuk
organ, otot jantung dan rangka.
e. Kulit pucat karena berkurangnya oksigen.
7

f. Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan


saraf pusat.
g. Penurunan kualitas rambut dan kulit.
2. Apabila trombosit dan sel darah putih terkena, maka gejala-gejala
bertambah dengan :
a. Pendarahan dan mudahnya timbul memar.
b. Infeksi berulang.
c. Luka kulit dengan selaput lendir yang sulit sembuh.

F. Patofisiolgi
Anemia aplastik yang diturunkan (inherited aplastic anemia), terutama
anemia Fanconi disebabkan oleh ketidakstabilan DNA. Beberapa bentuk
anemia aplastik yang didapatkan (acquired aplastic anemia) disebabkan
kerusakan langsung stem sel oleh agen toksik, misalnya radiasi.
Patogenesis dari kebanyakan anemia aplastik yang didapatkan melibatkan
reaksi autoimun terhadap stem sel.
Anemia Fanconi barangkali merupakan bentuk inherited (diwariskan)
anemia aplastik yang paling sering karena bentuk inherited yang lain
merupakan penyakit yang langka. Kromosom pada penderita anemia
Fanconi sensitif (mudah sekali) mengalami perubahan DNA akibat obat-obat
tertentu. Sebagai akibatnya, pasien dengan anemia Fanconi memiliki risiko
tinggi terjadi aplasia, myelodysplastic sindrom (MDS) dan akut myelogenous
leukemia (AML). Kerusakan DNA juga mengaktifkan suatu kompleks yang
terdiri dari protein Fanconi A, C, G dan F. Hal ini menyebabkan perubahan
pada protein FANCD2. Protein ini dapat berinteraksi, contohnya dengan gen
BRCA1 (gen yang terkait dengan kanker payudara). Mekanisme bagaimana
berkembangnya anemia Fanconi menjadi anemia aplastik dari sensitifitas
mutagen dan kerusakan DNA masih belum diketahui dengan pasti.
Kerusakan oleh agen toksik secara langsung terhadap stem sel dapat
disebabkan oleh paparan radiasi, kemoterapi sitotoksik atau benzene. Agen-
agen ini dapat menyebabkan rantai DNA putus sehingga menyebabkan
inhibisi sintesis DNA dan RNA.
Kehancuran hematopoiesis stem sel yang dimediasi sistem imun
mungkin merupakan mekanisme utama patofisiologi anemia aplastik.
Walaupun mekanismenya belum diketahui benar, tampaknya T limfosit
8

sitotoksik berperan dalam menghambat proliferasi stem sel dan


mencetuskan kematian stem sel. “Pembunuhan” langsung terhadap stem sel
telah dihipotesa terjadi melalui interaksi antara Fas ligand yang terekspresi
pada sel T dan Fas (CD95) yang ada pada stem sel, yang kemudian terjadi
perangsangan kematian sel terprogram (apoptosis).
Aplasia berat disertai penurunan (kurang dari 1%) atau tidak adanya
retikulosit, jumlah granulosit kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit
kurang dari 20.000 menyebabkan kematian akibat infeksi dan atau
perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Sepsis
merupakan penyebab tersering kematian (Young, 2000 dalam Sylvia, 2006).
Namun, pasien dengan penyakit yang lebih ringan dapat hidup bertahun-
tahun. Karena infeksi dan perdarahan merupakan penyebab utama
kematian, maka pencegahan merupakan hal yang penting. Faktor-faktor
pertumbuhan seperti G-CSF dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah
neutrofil dan mencegah atau meminimalkan infeksi.
9

PATHWAY

Etiologi Sekunder Etiologi Primer

Didapat Diturunkan
(acquired aplastic anemia) (Inherited Aplastic Anemia)

Obat Radiasi Virus


Bahan Kimia
(contoh: terapi thorium
dioxide)
Contoh: parvovirus,
Terhirup dan meresap 2. Dose independent Hepatitis, herpesvirus,
melalui membrane 1. Dose
(kloramfenikol, flavivirus, retrovirus
mukosa dan kulit dependent
(sitostatika, fenilbutason,
dengan intensitas antikonvulsan,
tertentu preparat emas)
sufonamid) Infeksi sumsum tulang

Cedera hematopoietic Penekanan aktivitas sel


langsung sumsum tulang (akibat graft
versus host disease)

Pansitopenia
Resiko Pansitopenia 10
Cidera

Anemia Retikulosit Trombositopenia Leukopenia Granulosit Hepar


Contoh:
neutrofil
Gangguan proses
Penurunan sel darah hemostatis atau Reaksi
merah berangsur pembekuan darah konpensasi
Meningkatkan respon
Penurunan transport infeksi terhadap
oksigen ke jaringan Ekimosis, bintik patogen Pembentukan
Pendarahan
merah (petechiae), eritrosit
Gastrointestinal
perdarahan pada gigi meningkat
dan guzi, perdarahan Bakteri pirogen
pada hidung Hematemesis, endogen Mual,
Oksigenasi Suplai oksigen Ketidakseimbangan (epitaksis), melena Hepatomegali
arteri kurang pada otot muntah
antara suplai O2 dan menorrhagia
menurun dan kulit kebutuhan Merangsang
(superficial) Anoreksia
Resiko thermostat di Keluarga tidak
Peningkatan CO2 Kerja jantung Nyeri akut perdarahan hipotalamus dan tahu perjalanan
Hipoksia atau pucat meningkat pengeluarin penyakit dan
Ketidakseimb
prostaglandin angan nutrisi penanganan
Membentuk Kerusakan
Integritas Resiko syok kurang dari
asam dalam Syndrome anemia Hipertrofi
Kulit Peningkatan kebutuhan
tubuh tubuh Defisit
suhu tubuh Pengetahuan
Intoleransi Kardiomegali
Aktivitas
Mekanisme Hipertermia
kompensasi:
Respirasi Gg.
meningkat, nadi Dyspnea (sesak Ketidakefektifan Pertukaran
Pola Napas Asidosis
meningkat napas) gas Bakhshi, 2015
11

G. Komplikasi
1. Anemia dan akibat-akibatnya (karena pembentukannya berkurang)
2. Infeksi
3. Perdarahan

H. Penatalaksanaan Medis
1. Tranfusi Eritrosit
Bila terdapat keluhan seperti anemia di berikan tranfusi eritrosit berupa Paket Red
Cell (PRC) sampai kadar hemoglobin 7-8 % atau lebih pada orang tua dengan
penyakit kardiovaskuler.
2. Tranfusi Trombosit
Jika trombosit kurang dari 20.000/ mm3, tranfusi trombosit diberi dapat pendarahan
atau kadar trombosit kadar acak.
3. Kortikosteroid.
Penggunaan kortikosteroid tidak memuaskan tidak diberikan karena menentukan
angka kematian yang lebih besar 92% pada 15 kasus, hasil ini kebanyakan
dilaporkan karena kebanyakan penulis dapatkan pada perpustakaan.
4. Androgen.
Androgen merangsang eritroprotein dan sel-sel progesteron sumsum tulang,
androgen terutama neotrondrotolon 1 mg/kg BB/ hari. Pemberian androgen harus
jangka panjang karena hasil biasanya baru terlihat setelah 3 bulan. Bila tidak
bermanfaat sedikitnya dihentikan.
5. Imunosupresif.
Tergolong sebagai imunosupresif antara lain Antithimosit Globulin (ATG), Anti
Limposit Globulin (ALG) dan sikloporin.
6. Kombinasi obat
Kombinasi obat ATG, sikloporin dan menty prednisolon, memberikan angka resmi
kombinasi dan methypredison angka resmi sebesar 46 % dosis sikloporin yang
diberikan 6 mm/ kg BB selama 3 bulan.
7. Transplantasi.
Bagi klien yang berusia dibawah 20 tahun Transplantasi sumsum tulang
merupakan pilihan sedangkan pada anemia aplastik sangat berat, perlu dilakukan
transplantasi sumsum tulang.

I. Penatalaksanaan Keperawatan
12

1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : letih, lemas, malas, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : tachycardia, tachipnea, dispnea jika istirahat atau bekerja, apatis,
lesu, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, tubuh tidak tegak.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, endokarditis, palpitasi.
Tanda : hipotensi postural, disritmia, abnormalitas EKG, bunyi jangtung
murmur, ekstremitas pucat, dingin, pucat pada membrane mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir dan dasar kuku), pengisian kapiler
lambat, rambut keras).
c. Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagaj ginjal, hematemesis, melena, diare,
konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
d. Makanan dan Cairan
Gejala : penurunan masukan diet, nyeri menelan, mual, muntah, anorexia,
penurunan berat badan.
Tanda : lidah merah, membrane mukosa kering, pucat, tangan kulit kering,
stomatitis.
e. Hygiene
Tanda dan Gejala : kurang bertenaga, penampilan tidak rapih.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, insomnia, penurunan
penglihatan, keseimbangan buruk, parestesia tangan/kaki, sensasi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, respon
lambat dan dangkal, hemoragis retina, epistaksis, perdarahan dari
lubang-lubang, gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar.
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samar, sakit kepala.
h. Keamanan
13

Gejala : riwayat terpajan bahan kimia, riwayat terpajan radiasi baik sebagai
pengobatan atau kecelakaan, tidak toleran terhadap panas atau dingin,
penyembuhan lukan buruk, sering infeksi.
Tanda : demam, keringat malam, linfadenopati, petekie, dan ekimosis.
i. Penyuluhan
Gejala : kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan anti konvulsan
masa lalu/saat ini, antibiotic, agen kemoterafi (gagal sumsum tulang),
aspirin, anti inflamasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektipan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara uplai dan
kebutuhan oksigen
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan informasi
f. Hipertermi b.d Proses Infeksi Penyakit
g. Risiko perdarahan faktor risiko kurang pengetahuan tentang kewaspadaan
perdarahan
h. Risiko syok faktor risiko hipovolemik
i. Resiko Infeksi faktor risiko malnutrisi
j. Resiko Cedera faktor risiko pemajanan zat kimia toksik

3. Perencanaan

Diagnosa
NOC NIC
keperawatan
Ketidakefektipan pola  Respiratory status :  Airway Management
nafas berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas,
dengan penurunan Setelah dilakukan guanakan teknik chin lift
ekspansi paru tindakan keperawatan atau jaw thrust bila perlu
selama 3x8 jam pola 2. Posisikan pasien untuk
nafas efektif dg KH: memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan 3. Identifikasi pasien
14

batuk efektif dan perlunya pemasangan


suara nafas yang alat jalan nafas buatan
bersih, tidak ada 4. Pasang mayo bila perlu
sianosis dan 5. Lakukan fisioterapi dada
14yspnea (mampu jika perlu
mengeluarkan 6. Keluarkan sekret dengan
sputum, mampu batuk atau suction
bernafas dengan 7. Auskultasi suara nafas,
mudah, tidak ada catat adanya suara
pursed lips) tambahan
2. Menunjukkan jalan 8. Lakukan suction pada
nafas yang paten mayo
(klien tidak merasa 9. Berikan bronkodilator bila
tercekik, irama perlu
nafas frekuensi 10. Berikan pelembab udara
pernafasan dalam Kassa basah NaCI
rentang normal, Lembab
tidak ada suara 11. Monitor respirasi dan
nafas abnormal) status O2
3. Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan
Nyeri akut  Pain control  Pain Management
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda tanda vital
agen injury biologis perawatan selama 1 x 2. Observasi ketidak
15 menit diharapkan nyamanan non verbal
nyeri berkurang 3. Lakukan pengkajian yang
dengan kriteria hasil : komprehensif (meliputi
1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi.
2. Melaporkan bahwa 4. Ajarkan teknik non
nyeri berkurang farmakologi misalnya
dengan relakssasi, distraksi, nafas
15

menggunakan dalam
manajemen nyeri 5. Kolaborasi dengan tenaga
3. Menyatakan rasa medis untuk pemberian
nyaman setelah analgesik
nyeri berkurang
4. Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
BP : 110-140/70-
90mmhg
RR : 12-20x/menit
F : 60-90 x/m
T : 36,5-37,5oC

Ketidakseimbangan  Nutritional status :  Nutritional management


nutrisi kurang dari food and fluid intake 1. Monitor tanda - tanda vital
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan 2. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan asuhan keperawatan 3. Anjurkan pasien makan
anoreksia, malaise, selama 2 x 24 jam sedikit tapi sering
mual dan muntah. diharapkan kebutuhan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi teratasi dengan untuk menentukan jumlah
kriteria hasil : kalori yang dibutuhkan
1. Pemenuhan nutrisi
terpenuhi sesuai
dengan BB
2. Nafsu makan
meningkat
3. Tidak terjadi mual
dan muntah
4. Tanda- tanda vital
dalam rentang normal
16

Intoleransi aktivitas  Activity tolence  Activity therapy


berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Bantu klien untuk
ketidakseimbangan asuhan kepewaratan mengidentifikasi aktivitas
antara uplai dan selama 3x8 jam yang mampu dilakukan
kebutuhan oksigen diharapkan terdapat 2. Bantu klien untuk
peninggkatan aktivitas mengembangkan motivasi
dengan diri dan penguatan
Kriteria hasil : 3. Bantu klien untuk
1. Berpartisipasi dalam mendapatkan alat bantu,
aktivitas fisik tanpa seperti kursi roda
disertai peningkatan 4. Bantu untuk
tekanan darah dan mengidentifikasi aktivitas
nadi yang disukai.
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
(ADLs) secara
mandiri
3. Tidak terdapat
kelemahan otot
Defisit pengetahuan  Knowledge :  Teaching : Disease
berhubungan dengan Disease Process Proses
tidak familier dengan Kriteria Hasil : 1. Berikan penilaian tentang
informasi 1. Pasien dan keluarga tingkat pengetahuan pasien
menyatakan tentang proses penyakit
pemahaman tentang yang spesifik
penyakit, kondisi, 2. Jelaskan patofisiologidari
prognosis, dan penyakit dan bagaimana
program pengobatan hal ini berhubungan
2. Pasien dan keluarga dengan anatomi dan
mampu melaksakan fisiologi, dengan cara yang
prosedur yang tepat.
dijelaskan secara 3. Gambarkan tanda dan
benar gejala yang biasa muncul
3. Pasien dan keluarga pada penyakit, dengan cara
mampu menjelaskan yang tepat
17

kembali apa yang 4. Identifikasi kemungkinan


dijelaskan penyebab, dengan cara
perawat/tim yang tepat
kesehatan lainnya 5. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
6. Hindari jaminan yang
kosong
7. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Hipertermi b.d Proses  Thermoregulation  Fever treatment
Infeksi Penyakit Tujuan: Setelah 1. Monitor suhu sesering
dilakukan tindakan mungkin
keperawatan selama 1 x 2. Monitor warna dan suhu
8 jam diharapkan suhu kulit
tubuh dalam rentang 3. Monitor tekanan darah,
normal nadi dan RR
Kriteria Hasil: 4. Monitor penurunan tingkat
1. Suhu tubuh dalam kesadaran
rentang normal 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
2. Nadi dan RR dalam 6. Monitor intake dan output
rentang normal 7. Lakukan tapid sponge
3. Tidak ada pusing 8. Kolaborasi dengan tim
medis
9. Tingkatkan sirkulasi udara
Risiko Perdarahan  Blood Lose  Bleeding precautions
faktor risiko kurang Severity 1. Monitor tanda-tanda
pengetahuan tentang Setelah diberikan vital
kewaspadaan tindakan keperawatan 2. Monitor hasil lab
perdarahan selama 2 x 24 jam, 3. Ciptakan lingkungan
diharapkan tidak terjadi yang aman
tidak terjadi perdarahan 4. Instruksikan pasien
dengan untuk membatasi
18

Kriteria Hasil : aktivitasnya


1. Tidak ada 5. Kolaborasi dengan
hematuria dan dokter
hematemesis
2. Kehilangan darah
yang terlihat
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

Risiko syok faktor  Syok Management  Syok Prevention


risiko hipovolemik Setelah dilakukan 1. Monitor warna kulit, suhu
tindakan keperawatan kulit, denyut jantung, HR,
selama 1 X 24 jam tidak dan ritme, nadi perifer,
terjadi syok hipovolemik dan kapiler refill
- Kriteria Hasil: 2. Monitor tanda inadekuat
1. Nadi dalam batas oksigenasi jaringan
normal 3. Monitor suhu ruangan
2. irama jantung dalam 4. Monitor input dan output
batas normal 5. Pantau nilai laboratorium:
3. frekuensi nafas HB, HT, AGD, dan
dalam batas normal elektrolit
4. irama pernapasan 6. Monitor tanda dan gejala
dalam batas normal asites
5. Natrium serum dbn 7. Monitor tanda awal syock
6. Kalium serum dbn 8. Berikan cairan IV dan
7. Klorida serum dbn oral yang tepat
8. Kalsium serum dbn 9. Ajarkan keluarga dan
9. PH darah serum dbn pasien tentang tanda dan
gejala syok
Resiko infeksi faktor  Immune status  Infection control
risiko malnutrisi Knowledge : 1. Monitor tanda dan
infection control gejala infeksi sistemik
Setelah dilakukan dan lokal
perawatan selama 3x8 2. Gunakan sabun
19

jam jam diharapkan antimikroba untuk cuci


resiko infeksi tidak tangan
terjadi dengan kriteria 3. Instruksikan pada
hasil pengunjung untuk
 Klien bebas dari mencuci tangan saat
tanda dan gejalan berkunjung dan setelah
infeksi berkunjung
 Menunjukan meninggalkan pasien
kemampuan untuk 4. Tingkatkan intake nutrisi
mencegah yang adekuat
timbulnya infeksi 5. Kolaborasi dengan
 Menunjukan tenaga medis lainnya
perilaku hidup
sehat
 Jumlah leukosit
dalam batas normal

Resiko Cedera faktor  Risk Kontrol Environment Management


risiko pemajanan zat setelah dilakukan 1. Sediakan Iingkungan yang
kimia toksik tindakan keperawatan aman untuk pasien
…… x 24 jam anak 2. Identifikasi kebutuhan
mampu keamanan pasien, sesuai
mempertahankan berat dengan kondisi fisik dan
badan yang stabil fungsi kognitif pasien dan
Kriteria hasil : riwayat penyakit terdahulu
1. Klien terbebas dari pasien
cedera 3. Memasang side rail tempat
2. Klien mampu tidur
menjelaskan 4. Menganjurkan keluarga
cara/metode untuk untuk menemani pasien.
mencegah
injury/cedera
3. Menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS DATA
Nama : An. D Alamat : Sampit
Tempat/Tgl.lahir : 24-03-2012 Agama : Islam
Usia : 6 th 10 bulan Suku Bangsa : Dayak
Jenis Kelamin : L Pendidikan Ayah : SMA
Nama Ayah/Ibu : Ny. S Pendidikan Ibu : SMP
Pekerjaan Ayah/Ibu : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pengkajian: Selasa, 29 Januari 2019

B. KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak ± 4 hari

Riwayat kehamilan dan kelahiran


1. Prenatal : Tidak ada masalah
2. Intranatal : Tidak ada masalah
3. Postanatal : M enangis dengan spontan, BB: 2800 gr

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ibu pasien mengatakan pada saat di rumah anaknya mengeluh nyeri pada paha luar
bagian kanan dan pasien tidak bisa menggerakkan paha kanannya, pasien juga tidak
mau makan kemudian orang tua pada tanggal 25 Januari 2019 membawa anaknya ke
rumah sakit yang ada di Sampit, pada saat di Sampit pasien di rawat selama dua hari
di diagnosa suspek anemia aplastik dan mendapatkan transfusi sebanyak 2 kolf
darah, kemudian pada tanggal 27 Desember 2019 pasien di rujuk ke rumah sakit Ulin
Banjarmasin untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.

20
21

D. RIWAYAT DAN KESEHATAN KELUARGA


Ibu pasien mengatakan dikeluarga tidak ada memiliki penyakit seperti pasien dan
tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, kanker
maupun kelainan darah. Di keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis.

6 th 10 bln

: Laki- Laki

: Perempuan

: Pasien

E. RIWAYAT PENYAKIT & KESEHATAN DAHULU/ MASA LALU


1. Penyakit waktu kecil : Tidak ada
2. Pernah dirawat di RS : Tidak pernah dirawat di RS
3. Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada
4. Tindakan (operasi) : Tidak ada
5. Alergi : Tidak ada alergi dengan makanan ataupun
obat- obatan
6. Kecelakaan : Tidak ada
7. Imunisasi : Vit K, BCG, DPT, HB0
22

F. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : Orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
4. Pembawaan secara umum : Baik
5. Lingkungan rumah : Baik, jarak antar rumah jarang,
masyarakatnya saling berbaur

G. KEBUTUHAN DASAR (di RS dan di Rumah)


1. Makanan yang disukai/tidak disukai
Di Rumah : Nasi dan lauk pauk
Di RS : Makanan dari rumah sakit
Selera
Di Rumah : ibu pasien tidak nafsu makan ketika dirumah
Di RS : ibu pasien mengatakan sudah 2 hari puasa di RS
Alat makan yang dipakai
Di Rumah : Gelas, piring, sendok, garpu
mangkuk
Di RS : Gelas, piring, sendok, garpu
mangkuk
Pola makan
Di Rumah : 3 kali sehari
Di RS : 1 kali sehari dan hanya sedikit
2. Pola tidur
Di Rumah : Pasien tidur 7 jam per hari
Di RS : Pasien tidur 6 jam per hari
3. Mandi
Di Rumah : 2 kali sehari
Di RS : 1 kali sehari diseka
4. Aktivitas bermain
Di Rumah : Bermain dengan orang tua dan teman teman sebayanya
Di RS : Hanya berbaring ditempat tidur
5. Eliminasi
Di Rumah : BAB berwarna kuning 1xsehari dan BAK 8x/hari bewarna kuning
jernih
23

Di RS : BAB berwarna hitam pada hari perawatan kedua di RS dan BAK


6x/hari bewarna kuning pekat.

H. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis : Pansitopenia + suspek anemia aplastik
2. Tindakan Operasi : Tidak ada
3. Status nutrisi : IMT/U = 13,1/6 tahun 10 bulan (kurus)
4. Status cairan : BB 15 kg= 1000 + 250 = 1250 ml/hari
5. Aktivitas : Hanya berbaring ditempat tidur dan digendong
ayahnya saat kekamar mandi
6. Tindakan keperawatan : Observasi TTV dan KU, manajemen cairan,
kolaborasi
7. Pemeriksaan laboratorium : Haematologi, rencana BMP
8. Hasil rontgen : Tidak Ada
9. Data tambahan : Tidak ada

H. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Keadaan umum tampak kurang baik, pasien tampak
lemah, pasien tampak pucat, pasien tampak kurus, pasien
tampak sesak, terpasang infus D5 ½ NS

IMT/U (persentile) : 13,1/6 tahun 10 bulan (kurus)


Mata : Sklera tampak anikterik, konjungtiva anemis,
Refleks pupil baik ditandai dengan bereaksi apabila
disorot dengan cahaya
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada kelainan, tidak tampak
adanya serumen dan tidak ada nafas cuping hidung.
Pasien terpasang NGT untuk bilas lambung keluar cairan
berwarna hitam sebanyak 100 cc.
Mulut : Gigi dan mulut tampak bersih,mukosa bibir tampak pucat
dan kering.
Telinga : bentuk telinga simetris, keadaan telinga bersih, tidak
tampak adanya kelainan dan tidak tampak adanya serum
Paru-paru
Inspeksi :Pasien nampak sesak, bentuk dada simetris, tampak
adanya otot bantu nafas, adanya retrkasi dinding dada,
24

SPO2: 94% dengan O2 NRM


Palpasi : taktil premitus teraba di kedua lapang paru
Perkusi : terdengar suara sonor saat diperkusi
Auskultas : terdengar suara vesikuler di kedua lapang paru.

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba namun tidak kuat angkat
Perkusi : terdapat suara redup saat diperkusi.
Auskultasi :terdengar jantung normal s1 s2 tunggal tidak ada suara tambahan

Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak adanya distensi abdomen, tidak ada benjolan.
Palapasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada hepatomegaly
dan spenomegali
Perkusi : Terdapat suara timpani saat diperkusi
Auskultasi : Bising usus terdengar 18x/menit

Punggung : Bentuk punggung normal, tidak tampak adanya jejas


ataupun lesi
Genitalia : Tidak ada terpasang DC, pasien berjenis kelamin
laki-laki, pasien memakai pampers, tidak ada keluhan
pada genitalia
Ekstremitas : Ekstremitas atas dextra terpasangg infus D5 ½ Ns, tidak
tampak adanya kelemahan otot pada semua ekstremitas,
akral teraba hangat
Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak tampak adanya kelainan
pada kulit, CRT<2 dtk,turgor kulit normal
Tanda vital : Temp : 36,6˚C, RR: 36x/m cepat dan dangkal, N:110x/m
25

I. Pengkajian Nyeri

Pengkajian Nyeri dengan Wong-Baker FACES Pain Rating Scale (3-7 tahun)

Tidak Sakit Sedikit Lebih Sakit Sakit


Sakit sedikit lebih sakit sekali hebat
sakit lagi

(Wong-Baker FACES Rating Scale: From Wong DL, Hackenberry-Eaton M,


Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P: Wong’s Essentials of Pediatric Nursing, 6/e,
St. Louis, 2001, P. 1301. Copyrighted by Thomson_National Initiative on Pain
Control. Reprinted with permission).
 Jelaskan kepada anak bahwa setiap wajah menggambarkan ada atau tidaknya
rasa nyeri yang dirasakannya.
 Gambar 0 sampai 5 menunjukkan orang yang merasa senang karena ia tidak
memiliki rasa nyeri (sakit) atau gambar orang yang mengalami kesulitan/ sedih
karena dia memiliki beberapa atau banyak rasa sakit.

 Keterangan:
Wajah 0 : sangat senang karena tidak ada rasa sakit sama sekali.
Wajah 1 : rasa sakit hanya sedikit.
Wajah 2 : rasa sakit sedikit lebih (agak sakit).
Wajah 3 : rasa sakit agak lebih (sakit sekali).
Wajah 4 : rasa sakit yang dalam (sangat sakit sekali).
Wajah 5 : rasa sakit yang hebat (sangat kesakitan/ nyeri hebat) meskipun
anak tidak harus menangis karena merasa ini buruk.
 Instruksi kata singkat: Meminta anak tersebut untuk memilih wajah yang paling
menggambarkan bagaimana yang rasa sakit yang ia rasakan. Arahkan ke
setiap wajah menggunakan kata-kata untuk menggambarkan intensitas nyeri.
Minta anak untuk memilih wajah yang paling menggambarkan rasa sakit yang
dialami dirinya dan perawat merekam nomor yang sesuai.
26

Pengkajian Nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS) (> usia 7 tahun)

(Gilbert,G., MD., D’Souza,P., Pletz., B., (2009), Pediatric Treatment Protocols: Pain
assesment, San Mateo County EMS Agency and Thomson_National Initiative on
Pain Control. Reprinted with permission)

 Alat VAS ini biasanya sesuai untuk digunakan dengan anak-anak sekitar usia
> 7 dan lebih tua. Jika ada keraguan bahwa anak jelas memahami konsep
menetapkan nomor untuk menggambarkan tingkat rasa sakit mereka, maka
perawat dapat memanfaatkan pengukuran nyeri dengan Wong Baker FACES.
 Instruksi kata singkat: Meminta anak tersebut untuk memilih angka dalam garis
dari 0-10 yang paling menggambarkan bagaimana rasa sakit yang ia rasakan.
Jelaskan angka 0-10 untuk menggambarkan intensitas nyeri, jelaskan bahwa
angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri hebat
(semakin kekanan/angka lebih besar maka nyeri maka nyeri yang dirasakan
makin besar). Minta anak untuk memilih angka yang paling menggambarkan
rasa sakit yang dialami dirinya dan perawat merekam nomor yang sesuai.

J. PENGKAJIAN HOSPITALISASI
1. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit yang membuat trauma pada anak dan
keluarga :
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk rumah sakit di sampit sebelum di rujuk ke
RSUD Ulin Banjarmasin.

2. Sistem pendukung yang tersedia saat anak sakit:


Orang tua, fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan

3. Kemampuan koping yang dimiliki anak:


Pasien tampak diam saat perawat melakukan tindakan

4. Kemampuan koping yang dimiliki keluarga :


Keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya
27

5. Reaksi anak dan keluarga terhadap perpisahan yang dialami anak :


Tidak ada

6. Reaksi anak dan keluarga terhadap perlukaan, prosedur medis dan tindakan
keperawatan yang dialami anak :
Keluarga selalu mengikuti prosedur medis, orang tua selalu menyutujui tindakan
keperawatan untuk proses penyembuhan anaknya

7. Reaksi anak dan keluarga terhadap kehilangan yang dialami anak :


Belum pernah mengalami kehilangan

8. Reaksi anak dan keluarga terhadap rasa nyeri/ rasa sakit yang dialami anak :
Anak tampak menangis ketika ada rasa nyeri, dan orang tua tampak khawatir karna
anaknya merasakan nyeri
9. Reaksi anak dan keluarga terhadap perubahan lingkungan dan kebiasaan sehari-
hari :

Keluarga tampak mudah beradaptasi saat dirumah sakit, keluarga pasien tampak
sedang berbicara dengan keluarga pasien yang berada di bed sebelahnya

10. Reaksi anak dan keluarga terhadap kondisi kesehatan, penyakit yang bertambah
parah/buruk/komplikasi:
Keluarga selalu berdoa dan berharap agar anaknya cepat sembuh dan tidak ada
kondisi yang memburuk / adanya komplikasi penyakit lain.
28

K. PENGKAJIAN RESIKO JATUH PADA BAYI/ ANAK


Parameter Kriteria Nilai Skor
< 3 tahun 4 4
3 – 7 tahun 3
Umur
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Laki-laki 2 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Kelainan neurologi 4
Perubahan dalam oksigenasi (masalah 3 3
sal. Nafas, anemia, dehidrasi,
Diagnosis anoreksia, sakit kepala, sinkop/pusing,
SKRINING RISIKO JATUH (Humpthy Dumpty)

dll)
Kelainan psikis/ perilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak menyadari keterbatasan 3 3
Gangguan
Lupa akan keterbatasan diri 2
Kognitif
Sadar akan kemampuan sendiri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat 4
bayi – anak
Faktor Pasien menggunakan alat bantu atau 3
Lingkungan tempat tidur bayi/ pencahayaan
Pasien berada di tempat tidur 2 2
Rawat Jalan 1
Respon Dalam 24 jam 3
terhadap Dalam 48 jam 2
operasi/ obat >48 jam/ tidak ada 1 1
penenang/
efek anastesi
Bermacam-macam obat digunakan: 3
obat sedative (diluar pasien ICU yang
sedang mengalami sedasi dan
Penggunaan paralisis), hipnotik, barbiturate,
obat fenotiazin, antidepresan, laksatif,
diuretic, narkotik
Salah satu dari pengobatan diatas 2 1
Pengobatan lain/tidak ada 1
Skor 7 – 11 : Risiko rendah 16
untuk jatuh Skor Minimal : 7
TOTAL
Skor ≥ 12 : Risiko tinggi Skor Maksimal : 23
untuk jatuh
29

L. PENGKAJIAN FLEBITIS

Tanda dan gejala:


√ Tempat penusukan tampak sehat o Adanya kemerahan
o Adanya nyeri : o Adanya pembengkakan
o Di dekat tempat penusukan o Vena teraba keras
o Pada tempat penusukan o Pireksi
o Di sepanjang kanula
30

*) Beri tanda centang () pada tanda


dan gejala dari phlebitis yang muncul
()
Grade Phlebitis/ Interpretasi 0 / Tidak ada tanda plebitis
Visual Infusion Phlebitis Scale
Tanda dan Gejala Grade/ Intervensi
Interpretasi
Derajat
Tempat penusukan Tidak ada tanda Observasi tempat
0
tampak sehat phlebitis penusukan kanula
Terdapat salah satu dari
tanda berikut: Kemungkinan
 Nyeri didekat tempat tanda-tanda Observasi tempat
penusukan 1 pertama penusukan kanula
 Kemerahan di dekat phlebitis
tempat penusukan
Terdapat dua dari tanda
berikut:
 Adanya nyeri tempat Ganti tempat
penusukan Stadium dini
2 penusukan kanula
 Adanya kemerahan phlebitis
Pikirkan terapi lanjutan
 Adanya
pembengkakan
Terdapat semua dari
tanda berikut:
 Nyeri disepanjang Stadium Ganti tempat
kanula 3 moderat penusukan kanula
 Adanya kemerahan phlebitis Pikirkan terapi lanjutan
 Adanya
pembengkakan
Terdapat semua dari
tanda berikut:
 Nyeri disepanjang Tahap lanjutan
kanula phlebitis atau Ganti tempat
 Adanya kemerahan 4 awal penusukan kanula
 Adanya thrombophlebitis Pikirkan terapi lanjutan
pembengkakan
 Vena teraba keras
Terdapat semua dari
tanda berikut:
 Nyeri disepanjang
kanula
Stadium lanjutan Lakukan terapi Ganti
 Adanya kemerahan thrombophlebitis kanula dan tempat
5
 Adanya penusukannya
pembengkakan
 Vena teraba keras
 Pireksia
31

M. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 25 Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Ret-H 29
Hemoglobin 7.1* 12,0-16,0
Leukosit 0.7* 4,0-10,5
Eritrosit 2.57* 4,00-5,30
Hematokrit 21.0* 37,0-47,0
Trombosit 14* 150-450
RDW-CV 15.7* 12.0-14.0
Retikulosit% 0.2 0.5-1.5
Retikulosit# 4.600* 25.000-75.000
MCV 81.7 75.0-96.0
MCH 22.6* 28.0-32.0
MCHC 33.8 33.0-37.0
Basofil% 0.0 0.0-1.0
Eosinofil% 0.0* 1.0-3.0
Gran% 21.2* 50.0-81.0
Limfosit% 65.2* 20.0-40.0
Monosit% 13.6* 2.0-8.0
Basofil# 0.00 <1.00
Eosinofil# 0.00 <3.00
Gran# 0.14* 2.50-7.00
Limfosit# 0.43* 1.25-4.00
Monosit# 0.09* 0.30-1.00
32

N. TERAPI FARMAKOLOGI
Tanggal: 29 Januari 2019
Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek samping
DS ½ Ns 840cc/24 jam Cairan Hiperglikemia Iritasi,
resusitasi pada trombofebilis
Iv dan
keperluan
hidrasi
Ceftriaxone 1x1g Antibiotik Alergi terhadap Mual, nafsu
antibiotik ini makan
menurun, diara
Diphenhydramine 3 x 1/3 ampul Reaksi alergi Bayi baru lahir Hipotensi,
gugup gelisah
Kalnex 3 x 150 mg Mengatasi Gagal ginjal berat, Kelelahan atau
perdarahan penyakit kelemahan
tromboemboli
Vit K 1 x 5 mg Mengobati Hipersensivitas Pusing, sulit
perdarahn bernapas
Omeprazole 1x½ Penghambat Bayi baru lahir Mual
sekresi asam diare,nyeri
lambung perut
Tranfusi PRC 2 kolf Pendarahan, Hipersensitivitas Ruam pada
kelainan darah kulit, giatal-
gatal, hiperter

II. DATA FOKUS Data


Subjektif:
- Ibu pasien mengatakan anaknya sesak
- Ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan saat di rumah dan puasa 2 hari saat di
rumah sakit
- Ibu pasien mengatakan anak nya BAB berwarna hitam pada hari perawatan kedua

Data Objektif:
- Pasien tampak lemah
33

- Pasien tampak pucat pada wajah.


- Pasien tampak kurus
- Bising usus 18x/menit (8-12x/menit)
- TB : 104 cm BB: 15 kg IMT/U = 13,1/6 tahun 10 bulan (kurus)
- Pasien terpasang NGT, keluar cairan berwarna hitam sebanyak 100 cc
- Pasien terpasang Infus D5 ½ NS di ekstremitas atas dextra
- Pasien memakai pampers
- Paru-paru
o Inspeksi :Pasien nampak sesak, bentuk dada simetris, tampak adanya otot bantu
nafas, adanya retrkasi dinding dada, SPO2: 94% dengan O2 NRM
o Palpasi : taktil premitus teraba di kedua lapang paru
o Perkusi : terdengar suara sonor saat diperkusi
o Auskultas terdengar suara vesikuler di kedua lapang paru
- RR : 34 x/m cepat dan dangkal Nadi: 110 x/m T : 36,6˚C
- Mukosa bibir tampak kering dan pucat
- Risiko Jatuh = 16 (risiko tinggi)
- Hasil Lab 25 Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 7.1* 12,0-16,0
Leukosit 0.7* 4,0-10,5
Eritrosit 2.57* 4,00-5,30
Hematokrit 21.0* 37,0-47,0
Trombosit 14* 150-450
RDW-CV 15.7* 12.i-14.0
Retikulosit# 4.600* 25.000-75.000
MCH 22.6* 28.0-32.0
MCHC 33.8 33.0-37.0
Eousinofil% 0.0* 1.0-3.0
Gran% 21.2* 50.0-81.0
Limfosit% 65.2* 20.0-40.0
Monosit% 13.6* 2.0-8.0
Gran# 0.14* 2.50-7.00
Limfosit# 0.43* 1.25-4.00
Monosit# 0.09* 0.30-1.00
34

III. ANALISIS DATA


DATA KLIEN
MASALAH
(Data Subjektif dan ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Data Objektif)

Pola Nafas tidak efektif Keletihan otot nafas


DS: Ibu pasien mengatakan
anaknya sesak

DO:
- Inspeksi :Pasien nampak
sesak, bentuk dada
simetris, tampak adanya
otot bantu nafas, adanya
retrkasi dinding dada,
SPO2: 94% dengan O2
NRM
- Palpasi : taktil premitus
teraba di kedua lapang
paru
- Perkusi : terdengar suara
sonor saat diperkusi
- Auskultas terdengar suara
vesikuler di kedua lapang
paru
- RR : 34 x/m cepat dan
dangkal Nadi: 110 x/m
DS : Ibu pasien mengatakan Nutrisi kurang dari Ketidakmampuan absorbsi
anaknya kurang nafsu kebutuhan nutrisi
makan pada saat di rumah
dan puasa selama dua hari
di rumah sakit

DO :
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak lemah
35

- Pasin tampak pucat


- BB : 15 kg
- TB : 105 cm
- IMT/U = 13,1/6 tahun
10 bulan (kurus)
- Mukosa bibir kering
dan pucat
- Wajah tampak pucat
- Terdapat residu 100cc
bewarna hitam.
- Bising usus 18x/menit
(8-12x/menit)
Faktor resiko Resiko cidera Profil darah abnormal
- HB 7,1 (12,0-16,0) g/dl (Hematologi)
- Leukosit 0,7 (4,0-10,5)
ribu/ul
- Eritrosit 2,57 (4,00-
5,30) juta/ul
- Hematocrit 21,0 (37,0-
47,0) %
- Trombosit 14 (150-450
ribu/ul
- RDW-cv 15,7 (12,1-14)
%
- Retikulosit % 0,2 (0,5-
1,5) %
- Retikulosit # 4600
(25000-75000) /ul.
Faktor Risiko Risiko syok Hipovolemia
- Pasien tampak pucat
- BAB berwarna hitam
- Pasien terpasang NGT
dan keluar cairan
berwarna hitam
sebanyak 100 cc
- Pasien puasa sudah 2
36

hari
- Hemoglobin 7.1 g/dl
- Eritrosit : 2.57 juta/ul
- Hematokrit : 21.0 %
- Trombosit : 14 ribu/ul
Faktor Risiko Risiko Jatuh Anemia
- Pasien nampak hanya
berbaring di tempat
tidur
- Pasien tampak lemah
- Risiko Jatuh = 16 (risiko
tinggi).
- HB: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
- Eritrosit:2,57 (4,00-
5,30) juta/ul
Faktor resiko: Resiko Infeksi Prosedur invasive
- Pasien terpasang Infus
D5 ½ NS di ekstremitas
atas dextra
- Terpasang NGT
- Pasien memaskai
Pampers
- Leukosit: 0,7 (4,0-10,0)
ribu/ul

PRIORITAS MASALAH
1. Pola Nafas tidak efektif b.d Keletihan otot nafas
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Ketidakmampuan absorbsi nutrisi
3. Resiko cidera Faktor resiko: Profil darah abnormal (Hematologi)
4. Risiko syok Faktor resiko: Hipovolemia
5. Risiko Jatuh Faktor resiko: Anemia
6. Resiko Infeksi Faktor resiko: Prosedur invasive
37

VI.RENCANA KEPERAWATAN

Hari/ Diagnosa Perencanaan


Tanggal Keperawatan
(Data Tujuan keperawatan, Intervensi
Kriteria Evaluasi keperawatan
Obyektif dan
Data
Selasa Pola nafas  Respiratory Status Airway Management
Subyektif) Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
29 Jan 2019 tidak efektif b.d
keerawatan selama 1 x 8 jam
memaksimalkan ventilasi
keletihan otot ketidakefektifan pola nafas
dapat teratasi dengan kriteria 2. Auskultasi suara nafas respirasi
nafas
hasil:
dan status oksigen
Kriteria Hasil : Terapi Oksigen
1. Mendemonstrasikan
1. Pertahankan jalan nafas yang
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat paten
2. Tanda tanda vital dalam
2. Atur peralatan oksigen
rentang normal (respirasi 20–
30 x/m, Nadi 80-90 x/m) 3. Monitor aliran oksigen
3. Saturasi oksigen dalam
4. Pertahankan posisi pasien
rentang normal
4. Bebas dari tanda-tanda 5. Observasi adanya tanda-tanda
distres nafas (nafas reguler,
hipoventilasi
tidak ada retraksi dinding
dada 6. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
7. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen
38

Selasa, Nutrisi kurang  Nutrition status  Nutrition management


29 Jan 2019 dari kebutuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
Setelah dilakukan tindakan
tubuh b.d keerawatan selama 3x8 jam 2. Anjurkan pasien meningkatkan
ketidakmampu diharapkan nutrisi kurang dari intake
kebutuhan tubuh dapat teratasi
an absorbs 3. Ukur tinggi dan berat badan
dengan kriteria hasil:
nutrisi m 4. Berikan makanan selagi
1. Klien mampu
m hangat
menghabiskan satu porsi
m makanan yang disediakan 5. Jelaskan pentingnya makan
2. Klien mengalami bagi proses pertumbuhan
j
peningkatan nafsu makan 6. Anjurkan keluarga menjaga
m 3. Adanya peningkatan berat
badan sesuai tinggi badan kebersihan makanan
4. Tidak ada tanda-tanda 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
malnutrisi untuk memilih makanan yang
dapat memunuhi kebutuhan
nutrisi dan pemberian obat
omeprazole

Selasa Risiko Cidera  Risk Control  Environment Management


Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi kebutuhan
29 Jan 2019
keperawatan selama 3x24 jam keamanan pasien
2 diharapkan tidak terjadi cidera 2. Pasang pengaman pagar di
3 dengan kriteria hasil : bed pasien
- 1. Pasien bebas dari Cidera 3. Sediakan pegangan tangan
1 2. Menggunakan fasilitas 4. Hindarkan barang yang
0 kesehatan yang ada berisiko bisa menciderai
- 3. Mampu mengenali 5. Libatkan keluarga dalam
1 perubahan status meminimalkan risiko cidera
8 kesehatan 6. Ajarkan pada keluarga
4. Hasil laboratorium dalam mengenali perubahan status
batas normal (HB 12.0- kesehatan
16.0, leukosit 4.0-1.50, 7. Kolaborasi dengan tim medis
eritrosit 4.00-5.30, lain untuk pemeriksaan
hematokrit 37.0-47.0, laboratorium (HB, leukosit,
trombosit 150-450, RDW- eritrosit, hematokrit, trombosit,
cv 12.9-14.0, retikulosit RDW-cv, retikulosit)
25.000-75.000)
39

Selasa, Resiko syok  Sirkulasi status  Prevention bleeding


29 Jan 2019 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala
keperawatan selama 3x8 jam perdarahan yang terus
diharapkan resiko syok tidak menerus (hemoglobin,
terjadi. Dengan kriteria hasil: hematokrit, trombosit)
1. Tidak terjadi kehilangan 2. Monitor tanda-tanda syok
darah yang terlihat hipovolemik (penurunan
2. Tidak ada hemoptysis kardiak output, nadi yang
3. Hemoglobin dalam batas cepat dan lemah, pernafasan
normal (12,0-16,0) meningkat, keringat dingin,
4. Hematokrit dalam batas kelemahan, kulit dingin dan
normal (37,0-47,0) lembab)
5. Trombosit dalam batas 3. Monitor status cairan infus
normal (150-450) D5½Ns, termasuk intake dan
output
4. Dokumentasikan warna,
jumlah dan karakter dari feses
5. Lakukan bilas lambung jika
diperlukan
6. Anjurkan keluarga untuk
meningkatkan makanan yang
kaya akan Vit. K
7. Kolaborasi denga tim medis
lain pemberian transfusi darah
PRC, diphenhydramine,
kalnex, vit k.
40

Selasa Risiko Jatuh  Injury Risk for  Fall Prevention


29 Jan 2019 Setelah dilakiukan asuhan 1. Observasi perilaku dan faktor
keperawatan selama 3 x 8 jam yang mempengaruhi risiko
diharapkan risiko jatuh dapat jatuh
terminimalisir dengan kriteria 2. Mengidentifikasi lingkungan
hasil: yang dapat meningkatkan
1. Kemampuan dalam potensi untuk jatuh
mempertahankan 3. Sediakan pegangan tangan
keseimbangan 4. Libatkan keluarga dalam setiap
2. Gerakaan terkoordinasi aktivitas
sesuai tujuan 5. Kolaborasi dengan tenaga
medis lainnya untuk
3. Tidak ada kejadian jatuh
meminimalkan efek samping
dari obat yang berkontribusi
terhadap risiko jatuh
41

Selasa Resiko infeksi  Status Imunitas  Infection Control


29 Jan 2019 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi dan laporkan tanda
keperawatan selama 1 x shift dan gejal infeksi seperti
diharapkan tidak terjadi infeksi, kemerahan, panas, nyeri,
dengan kriteria hasil : tumor
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 2. Catat dan laporkan hasil
(dolor, kalor, rubor, tumor, laboratorium
fungsio laesa)
3. Kaji temperatur tiap 4 jam
2. Leukosit dalam batas normal
4. Kaji status imunisasi
(4.0-10.5)
5. Bersihkan lingkungan setelah
3. Hematokrit dalam batas
dipakai klien lain
normal (37.0-47.0)
6. Lakukan tindakan keperawatan
secara aseptik
7. Gunakan sabun anti mikroba
untuk cuci tangan
8. Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
9. Jaga kondisi pasien tetap
bersih
10. Instruksikan pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
11. Ajarkan keluarga bagaimana
mencegah infeksi
12. Anjurkan keluarga untuk
menjaga personal hygine
13. Kolaborasi pemberian terapi
antibiotik ceftriaxone
42

VII. CATATAN PERKEMBANGAN

No. Implementasi Tanda


Hari/Tanggal Jam Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Tangan
Selasa, 1 1. Memposisikan S: Orang tua mengatakan
29 Jan 2019 pasien semifowler sesak pada anaknya sudah
45˚ berkurang
2. Memonitor respirasi
dan status oksigen O: - Pasien terpasang NRM 8
RR: 34x/m, Spo2: lpm
95% - Posisi pasien semifowler
3. Mempertahankan - Spo2: 95%
jalan nafas yang - RR: 30 x/m cepat dan
paten dangkal
4. Mengatur peralatan - Nadi: 110 x/m
oksigenasi - Masih ada otot bantu
Pasien terpasang nafas
NRM - Masih retraksi dinding
5. Memonitor aliran dada
08.00 oksigen Linda
17.00 SpO2 95%, NRM 8 A: Masalah belum teratasi Lisa
21.00 lpm Deo
6. Mempertahankan P: Intervensi dilanjutkan
posisi pasien
Pasien dengan
posisi semi fowler
45˚
7. Mengobservasi
adanya tanda-tanda
hipoventilasi
Tidak ada
perubahan warna
kulit menjadi
kebiruan
8. Memonitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
43

Pasien tampak
tenang diberi terapi
oksigen
9. Berkolaborasi
tentang pemberian
terapi oksigen
(memasang oksigen
NRM 10 lpm)
Selasa, 2 1. Mengkaji adanya S: Orang tua mengatakan
29 Jan 2019 alergi makanan anaknya dianjurkan puasa
(Pasien tidak ada karena masih adanya
alergi makanan) residu
2. Menganjurkan
pasien O: - Pasien tampak lemah
meningkatkan - Mukosa bibir tampak
intake kering
(Makan sedikit tapi - Pasien tampak kurus
sering) - BB: 15 Kg, TB: 105 Cm
3. Mengukur tinggi - IMT: 13,8 (BB Kurang)
dan berat badan - IMT/U = 13,1/6 tahun 10
(TB: 104 Cm, BB: bulan (kurus)
08.00 Linda
15 Kg) - BAB warna hitam
17.00 Lisa
4. Memberikan - Mukosa bibir kering dan
21.00 Deo
makanan selagi pucat
hangat - Wajah tampak pucat
5. Menjelaskan - Terdapat residu 50cc
pentingnya bewarna hitam.
makan bagi - Bising usus 18x/menit (8-
proses 12x/menit)
pertumbuhan
6. Menganjurkan A: Masalah belum teratasi
keluarga menjaga P: Intervensi dilanjutkan
kebersihan
makanan
7. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
44

untuk memilih
makanan yang
dapat memunuhi
kebutuhan nutrisi
(menu diet: NB
TKTP)
Selasa, 3 1. Mengobservasi S:
29 Jan 2019 kebutuhan
keamanan pasien O: - Hb 7,1 (12,0-16,0) g/dl
2. Memasang - Leukosit 0,7 (4,0-10,5)
pengaman pagar di ribu/ul
bed pasien - Eritrosit 2,57 (4,00-5,30)
3. Menyediakan juta/ul
pegangan tangan - Hematocrit 21,0 (37,0-
4. Menjauhkan barang 47,0) %
yang berisiko bisa - Trombosit 14 (150-450
menciderai ribu/ul
5. Melibatkan keluarga - RDW-cv 15,7 (12,1-14) %
dalam - Retikulosit % 0,2 (0,5-1,5)
08.00 meminimalkan risiko % Linda
17.00 cidera - Retikulosit # 4600 (25000- Lisa
21.00 (Selalu 75000) /ul. Deo
mendampingi
pasien) A: Resiko tidak terjadi
6. Mengajarkan pada
keluarga mengenali P: Intervensi dipertahankan
perubahan status
kesehatan
7. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lain
pemeriksaan
laboratorium
Hb, leukosit,
eritrosit, hematocrit,
45

trombosit, RDW-cv,
retikulosit %,
Retikulosit #

Selasa, 4 1. Memonitor tanda S:


29 Jan 2019 dan gejala
perdarahan yang O: - Pasien tampak pucat
terus menerus - BAB berwarna hitam
Tampak ada residu - Cairan residu sebanyak
100cc, 50 cc
- Hb 7,1 (12,0-16,0) - Hemoglobin 7.1*
g/dl - Lekosit : 0.7*
- Leukosit 0,7 (4,0- - Eritrosit : 2.57*
10,5) ribu/ul - Hematokrit : 21.0*
08.00 - Eritrosit 2,57 (4,00- - Trombosit : 14* Linda
17.00 5,30) juta/ul Lisa
21.00 - Hematocrit 21,0 A: Resiko tidak terjadi Deo
(37,0-47,0) %
- Trombosit 14 (150- P: Intervensi dipertahankan
450 ribu/ul

2. Memonitor tanda-
tanda syok
hipovolemik
(Pasien tampak
lemah, Nadi:110
x/m, 34 x/m)
46

3. Memonitor status
cairan, termasuk
intake dan output
(terpasang infus D5
½ NS 15 tpm)
4. Mendokumentasika
n warna, jumlah dan
karakter dari feses
(warna feses hitam)
5. Melakukan bilas
lambung
(Per 6 jam)
6. Kolaborasi
pemberian transfusi
darah
(Transfusi 2 kolf
PRC dan 3 kolf TC,
diphenhydramine
3x1/3 ampul, kalnex
3x150 mg, vit K 1x
5 mg)
Selasa, 5 1. Mengobservasi S:
29 Jan 2019 perilaku dan faktor
yang O: - Pasien nampak hanya
mempengaruhi berbaring di tempat tidur
risiko jatuh - Pasien tampak lemah
2. Mengidentifikasi - Risiko Jatuh = 16 (risiko
08.00 Linda
lingkungan yang tinggi).
17.00 Lisa
dapat - Hb: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
21.00 Deo
meningkatkan - Eritrosit:2,57 (4,00-5,30)
potensi untuk jatuh juta/ul
(Pasien berada
ditempat tidur) A: Resiko tidak terjadi
3. Menyediakan
pegangan tangan P: Intervensi dipertahankan
47

4. Melibatkan
keluarga dalam
setiap aktivitas
(Membantu pasien
untuk makan,
minum, mandi,
BAK, BAB)
5. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lainnya
untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap risiko
jatuh
48

Selasa, 6 1. Mengobservasi S:
29 jan 2019 tanda dan gejala
infeksi seperti O: - Pasien terpasang Infus D5
kemerahan, ½ NS di ekstremitas atas
panas, nyeri, dextra
tumor - Terpasang NGT
(Tidak ada tanda- - Pasien memakai Pampers
tanda seperti diatas) - Imunisasi : Vit K, BCG,
DPT, HB0
2. Mencatat dan
- Leukosit: 0,7 (4,0-10,0)
laporkan hasil
ribu/ul
laboratorium
- Hb: 7,1 (14,0-16,0) g/dl
(Hb: 7,1 Leukosit:
0,7)
A: Resiko tidak terjadi
3. Mengkaji status
imunisasi (Vit K,
P: Intervensi dipertahankan
BCG, DPT, HB0)
08.00 Linda
4. Melakukan
17.00 Lisa
tindakan
21.00 Deo
keperawatan
secara aseptik
5. Mencuci tangan
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
(Mencuci tangan 6
langkah dengan
sabun antimikroba)

6. Menganjurkan
keluarga untuk
menjaga personal
hygine
7. Kolaborasi
pemberian terapi
antibiotik
49

(Ceftriaxone 1 x 1
gr)

Rabu, 1 1. Memonitor respirasi S: Orang tua mengatakan


30 Jan 2019 dan status oksigen sesak pada anaknya
(RR: 34x/m, Spo2: berkurang dari hari
94% dan terpasang sebelumnya
NRM 10 lpm)
2. Mengauskultasi O: - Pasien terpasang NRM 8
08.00 Deo
suara nafas lpm
12.00 Linda
(Suara nafas normal - Posisi pasien semifowler
Qutbi
vesikuler) - Spo2: 97%
3. Memposisikan - RR: 28 x/m reguler dan
pasien untuk dangkal
memaksimalkan - Nadi: 98 x/m
ventilasi - tidak adanya retraksi
(Posisi semifowler) dinding dada
50

4. Mengajarkan pada - tidak adanya otot bantu


pasien dan keluarga nafas
tentang teknik
relaksasi untuk A: Masalah teratasi sebagian
memperbaiki pola
nafas. P: Intervensi dilanjutkan
(Teknik nafas dalam)
5. Berkolaborasi
tentang pemberian
terapi oksigen
(memasang oksigen
NRM 8 lpm)

Rabu, 2 1. Mengkaji adanya S: Orang tua mengatakan


30 Jan 2019 alergi makanan anaknya mulai diberi
(Pasien tidak ada makan susu
alergi makanan)
2. Menganjurkan O: - Pasien tampak lemah
pasien - Mukosa bibir tampak
meningkatkan kering
intake - Pasien tampak kurus
(Makan sedikit tapi - BB: 15 Kg, TB: 105 Cm
sering) - IMT: 13,8 (BB Kurang)
Deo
08.00 3. Mengukur tinggi dan - IMT/U = 13,1/6 tahun 10
Linda
12.00 berat badan bulan (kurus)
Qutbi
(TB: 104 cm, BB: 15 - BAB (-)
kg) - Mukosa bibir kering dan
4. Memberikan pucat
makanan selagi - Tidak ada residu.
hangat - Bising usus 15x/menit (8-
5. Menjelaskan 12x/menit)
pentingnya makan
bagi proses A: Masalah belum teratasi
pertumbuhan
6. Berkolaborasi P: Intervensi dilanjutkan
51

dengan ahli gizi


untuk memilih
makanan yang
dapat memunuhi
kebutuhan nutrisi
(menu diet: Cair
TKTP 3 x 20 cc)

Rabu, 3 1. Mengobservasi S:
30 Jan 2019 kebutuhan O: - Hb 7,1 (12,0-16,0) g/dl
keamanan pasien - Leukosit 0,7 (4,0-10,5)
2. Memasang ribu/ul
pengaman pagar di - Eritrosit 2,57 (4,00-5,30)
bed pasien juta/ul
3. Menyediakan - Hematocrit 21,0 (37,0-
pegangan tangan 47,0) %
4. Menjauhkan barang - Trombosit 14 (150-450
yang berisiko bisa ribu/ul
Deo
08.00 menciderai - RDW-cv 15,7 (12,1-14) %
Linda
12.00 5. Melibatkan keluarga - Retikulosit % 0,2 (0,5-1,5)
Qutbi
dalam %
meminimalkan risiko - Retikulosit # 4600 (25000-
cidera 75000) /ul.
(Selalu
mendampingi A: Resiko tidak terjadi
pasien)
6. Mengajarkan pada P: Intervensi dipertahankan
keluarga mengenali
perubahan status
kesehatan
52

Rabu, 4 1. Memonitor tanda S:


30 Jan 2019 dan gejala
perdarahan yang O: - Pasien tampak pucat
terus menerus - Hemoglobin 7.1*
(Tidak terdapat - Lekosit : 0.7*
residu) - Eritrosit : 2.57*
2. Memonitor tanda- - Hematokrit : 21.0*
tanda syok - Trombosit : 14*
hipovolemik
(Pasien tampak A: Resiko tidak terjadi
lemah, Nadi:98 x/m,
28 x/m) P: Intervensi dipertahankan
3. Memonitor status
cairan, termasuk Deo
08.00
intake dan output Linda
12.00
(terpasang infus D5 Qutbi
½ NS 15 tpm)
4. Mendokumentasika
n warna, jumlah dan
karakter dari feses
(warna feses hitam)
5. Melakukan bilas
lambung
(Per 6 jam)
6. Kolaborasi
pemberian transfusi
darah
(Transfusi 2 kolf
PRC dan 3 kolf TC)
53

Rabu, 5 1. Mengobservasi S:
30 Jan 2019 perilaku dan faktor
yang mempengaruhi O: - Pasien nampak hanya
risiko jatuh berbaring di tempat tidur
2. Mengidentifikasi - Pasien tampak lemah
lingkungan yang - Risiko Jatuh = 16 (risiko
dapat meningkatkan tinggi).
potensi untuk jatuh - Hb: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
(Pasien berada - Eritrosit:2,57 (4,00-5,30)
ditempat tidur) juta/ul
3. Menyediakan
pegangan tangan A: Resiko tidak terjadi
Deo
08.00 4. Melibatkan keluarga
Linda
12.00 dalam setiap P: Intervensi dipertahankan
Qutbi
aktivitas
(Membantu pasien
untuk makan,
minum, mandi, BAK,
BAB)
5. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lainnya untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap risiko jatuh
54

Rabu, 6 1. Mengobservasi S:
30 Jan 2019 tanda dan gejala
infeksi seperti O: - Pasien terpasang Infus D5
kemerahan, panas, ½ NS di ekstremitas atas
nyeri, tumor dextra
(Tidak ada tanda- - Terpasang NGT
tanda seperti diatas) - Pasien memakai Pampers
- Leukosit: 0,7 (4,0-10,0)
2. Mencatat dan
ribu/ul
laporkan hasil
- Hb: 7,1 (14,0-16,0) g/dl
laboratorium
(Hb: 7,1 Leukosit:
A: Resiko tidak terjadi Deo
08.00 0,7)
Linda
12.00 3. Mencuci tangan
P: Intervensi dipertahankan Qutbi
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
(Mencuci tangan 6
langkah dengan
sabun antimikroba)
4. Kolaborasi
pemberian terapi
antibiotik
(Ceftriaxone 1 x 1
gr)
55

Kamis, 1 1. Memonitor respirasi S: Orang tua mengatakan


31 Jan 2019 dan status oksigen anaknya sudah tidak sesak
(RR: 34x/m, Spo2: lagi
94% dan terpasang
NRM 10 lpm) O: - Pasien terpasang NRM 8
2. Mengauskultasi lpm
suara nafas - Posisi pasien semifowler
(Suara nafas normal - Spo2: 99%
Lisa
vesikuler) - RR: 24 x/m reguler dan
12.00 Linda
3. Memposisikan dangkal
17.00 Deo
pasien untuk - Nadi: 90 x/m
Qutbi
memaksimalkan - tidak adanya retraksi
ventilasi dinding dada
(Posisi semifowler) - tidak adanya otot bantu
4. Berkolaborasi nafas
tentang pemberian
terapi oksigen A: Masalah teratasi
(memasang oksigen
NRM 8 lpm) P: Intervensi dihentikan
Kamis, 2 1. Menganjurkan S: Orang tua mengatakan
31 Jan 2019 pasien anaknya mulai diberi
meningkatkan makan susu
intake
(Makan sedikit tapi O: - Pasien tampak lemah
sering) - Mukosa bibir tampak
2. Mengukur tinggi dan kering
Lisa
berat badan - Pasien tampak kurus
12.00 Linda
(TB: 104 cm, BB: 15 - BB: 15 Kg, TB: 105 Cm
17.00 Deo
kg) - IMT: 13,8 (BB Kurang)
Qutbi
3. Memberikan - IMT/U = 13,1/6 tahun 10
makanan selagi bulan (kurus)
hangat - BAB normal
4. Menjelaskan - Tidak ada residu.
pentingnya makan - Bising usus 15x/menit (8-
bagi proses 12x/menit)
pertumbuhan
56

5. Berkolaborasi A: Masalah belum teratasi


dengan ahli gizi
untuk memilih P: Intervensi dilanjutkan
makanan yang
dapat memunuhi
kebutuhan nutrisi
(menu diet: Cair
TKTP 3 x 20 cc)

Kamis, 3 1. Mengobservasi S:
31 Jan 2019 kebutuhan O: - Hemoglobin 7,1* (12,0-
keamanan pasien 16,0) g/dl
2. Memasang - Leukosit 1,3* (4,0-10,5)
pengaman pagar di ribu/ul
bed pasien - Eritrosit 2,49* (4,00-5,30)
3. Menyediakan juta/ul
pegangan tangan - Hematocrit 21*,6 (37,0-
4. Menjauhkan barang 47,0) %
yang berisiko bisa - Trombosit 11* (150-450) Lisa
12.00 menciderai ribu/ul Linda
17.00 5. Melibatkan keluarga - RDW-cv 14,4* (12,1-14) Deo
dalam % Qutbi
meminimalkan risiko - Retikulosit % 0,3* (0,5-
cidera 1,5) %
(Selalu - Retikulosit # 6700*
mendampingi (25000-75000) /ul.
pasien)
6. Mengajarkan pada A: Resiko tidak terjadi
keluarga mengenali
perubahan status P: Intervensi dipertahankan
kesehatan
57

Kamis, 4 1. Memonitor tanda S:


31 Jan 2019 dan gejala
perdarahan yang O: - Pasien tampak pucat
terus menerus - Hemoglobin : 7.1* (12,0-
(Tampak ada residu 16,0) g/dl
100cc) - Lekosit : 1,3* (4,0-10,5)
2. Memonitor tanda- ribu/ul
tanda syok - Eritrosit : 2,49* (4,00-
hipovolemik 5,30) juta/ul
(Pasien tampak - Hematokrit : 21,6* (37,0-
lemah, Nadi:110 47,0) %
x/m, 34 x/m) - Trombosit : 11* (150-450) Lisa
12.00 3. Memonitor status ribu/ul Linda
17.00 cairan, termasuk Deo
intake dan output A: Resiko tidak terjadi Qutbi
(terpasang infus D5
½ NS 15 tpm) P: Intervensi dipertahankan
4. Mendokumentasika
n warna, jumlah dan
karakter dari feses
(warna feses hitam)
5. Kolaborasi
pemberian transfusi
darah
(Transfusi 2 kolf
PRC dan 4 kolf TC)
58

Kamis, 5 1. Mengobservasi S:
31 Jan 2019 perilaku dan faktor
yang mempengaruhi O: - Pasien nampak hanya
risiko jatuh berbaring di tempat tidur
2. Mengidentifikasi - Pasien tampak lemah
lingkungan yang - Risiko Jatuh = 16 (risiko
dapat meningkatkan tinggi).
potensi untuk jatuh - Hb: 7,1 (12,0-16,0) g/dl
(Pasien berada - Eritrosit:2,49 (4,00-5,30)
ditempat tidur) juta/ul
3. Menyediakan
pegangan tangan A: Resiko tidak terjadi Lisa
12.00 4. Melibatkan keluarga Linda
17.00 dalam setiap P: Intervensi dipertahankan Deo
aktivitas Qutbi
(Membantu pasien
untuk makan,
minum, mandi, BAK,
BAB)
5. Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lainnya untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap risiko jatuh
Kamis, 6 1. Mengobservasi S:
31 Jan 2019 tanda dan gejala
infeksi seperti O: - Pasien terpasang Infus D5
Lisa
kemerahan, panas, ½ NS di ekstremitas atas
12.00 Linda
nyeri, tumor dextra
17.00 Deo
(Tidak ada tanda- - Terpasang NGT
Qutbi
tanda seperti diatas) - Pasien memakai Pampers
- Leukosit: 1,3 (4,0-10,0)
2. Mencatat dan
ribu/ul
laporkan hasil
59

laboratorium - Hb: 7,1 (14,0-16,0) g/dl


(Hb: 7,1 Leukosit:
1,3) A: Resiko tidak terjadi

3. Mencuci tangan
P: Intervensi dipertahankan
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
(Mencuci tangan 6
langkah dengan
sabun antimikroba)
4. Kolaborasi
pemberian terapi
antibiotik
(Ceftriaxone 1 x 1
gr)
BAB IV
PEMBAHASAN

Anemia aplastik adalah kelainan hematologic yang ditandai dengan


penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh kegagalan
produksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan
dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit.
Dalam kasus ini kami melakukan tahap pengkajian terlebih dahulu antara
lain: Identitas klien, riwayat keperawatan, keluhan utama, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu diagnosa.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut
diinterpretasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang
muncul. Kemudian penulis menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan
utama.
Pada saat pengkajian didapatkan keluhan utama sesak nafas ± 4 hari.
Pada saat di lakukan pemerikasan pasien tampak sesak, tampak adanya otot
bantu nafas, adanya retrkasi dinding dada, SPO2: 94% dengan O2 NRM.
Ibu pasien mengatakan pada saat di rumah anaknya mengeluh nyeri
pada paha luar bagian kanan dan pasien tidak bisa menggerakkan paha
kanannya, pasien juga tidak mau makan kemudian orang tua pada tanggal 25
Januari 2019 membawa anaknya ke rumah sakit yang ada di Sampit, pada saat
di Sampit pasien di rawat selama dua hari di diagnosa suspek anemia aplastik
dan mendapatkan transfusi sebanyak 2 kolf darah, kemudian pada tanggal 27
Desember 2019 pasien di rujuk ke rumah sakit Ulin Banjarmasin untuk
mendapatkan terapi lebih lanjut.
Pasa saat pengkajian fisik ditemukan Pasien tampak lemah, pasien
tampak pucat pada wajah, pasien tampak kurus, bising usus 18x/menit (8-
12x/menit), TB : 104 cm BB: 15 kg IMT/U = 13,1/6 tahun 10 bulan (kurus),
pasien terpasang NGT, keluar cairan berwarna hitam sebanyak 100 cc, pasien
terpasang Infus D5 ½ NS di ekstremitas atas dextra, pasien memakai pampers,
paru-paru (Inspeksi :Pasien nampak sesak, bentuk dada simetris, tampak
adanya otot bantu nafas, adanya retrkasi dinding dada, SPO2: 94% dengan O2
NRM, Palpasi : taktil premitus teraba di kedua lapang paru, perkusi : terdengar
suara sonor saat diperkusi, auskultas terdengar suara vesikuler di kedua lapang

60
61

paru) RR : 34 x/m cepat dan dangkal Nadi: 110 x/m T : 36,6˚C, Mukosa
bibir tampak kering dan pucat, Risiko Jatuh = 16 (risiko tinggi), Hasil Lab 25
Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 7.1* 12,0-16,0
Leukosit 0.7* 4,0-10,5
Eritrosit 2.57* 4,00-5,30
Hematokrit 21.0* 37,0-47,0
Trombosit 14* 150-450
RDW-CV 15.7* 12.i-14.0
Retikulosit# 4.600* 25.000-75.000
MCH 22.6* 28.0-32.0
MCHC 33.8 33.0-37.0
Eousinofil% 0.0* 1.0-3.0
Gran% 21.2* 50.0-81.0
Limfosit% 65.2* 20.0-40.0
Monosit% 13.6* 2.0-8.0
Gran# 0.14* 2.50-7.00
Limfosit# 0.43* 1.25-4.00
Monosit# 0.09* 0.30-1.00
Berdasarkan hasil pengkajian maka kami akan mengangkat diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas masalahnya. Tanda-tanda yang dikenali pada
awal proses diagnostik dapat dipahami hanya jika ada penjelasan yang masuk
akal untuk tanda –tanda tersebut dengan konteks suatu situasi, ini adalah proses
berfikir aktif ketika perawat mengeksplorasi pengetahuan dalam memorinya
untuk mendapatkan kemungkinan penjelasan data (SDKI Nic & Noc, 2017). Dari
hasil pengkajian fisik, tanda gejala, hasil lab, dan pemeriksaan yang lain maka
dari hasil tersebut dapat diangkat diagnose keperawatan sesuai data pengkajian
yang didapat agar dapat penanganan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan
diagnosa apa yang lebih utama dilakukan untuk dapat meningkatkan
keselamatan pasien tersebut.
Diagnosis keperawatan yang muncul adalah
1. Pola nafas tidak efektif b.d ketidak mampuan upaya napas
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 pola nafas
tidak efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
62

adekuat gejala dan tanda mayor berupa dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal (mis, takipnea,
bradipnea, hiperventilasi). Sedangkan tanda dan gejala minor berupa
ortopnea, pernapasan cuping hidung kapasitas vital menurun, tekanan
inspirasi dan ekspirasi menurun, selain itu berdasarkan gejala yang muncul
pada An.D yaitu sesak sesak nafas ± 4 hari. Pada saat di lakukan
pemerikasan pasien tampak sesak, tampak adanya otot bantu nafas, adanya
retrkasi dinding dada, SPO2: 94% dengan O2 NRM, Inspeksi :Pasien
nampak sesak, bentuk dada simetris, tampak adanya otot bantu nafas,
adanya retrkasi dinding dada, Palpasi : taktil premitus teraba di kedua lapang
paru, perkusi : terdengar suara sonor saat diperkusi, auskultas terdengar
suara vesikuler di kedua lapang paru, termasuk kedalam gejala mayor dan
minor berdasarkan SDKI 2017. Intervensi yang kami rencanakan Airway
Management (posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi
suara nafas, monitor respirasi dan stastus oksigen) dan Terapi Oksigen
(Pertahankan jalan nafas yang paten, atur peralatan oksigenasi, monitor
aliran oksigen, pertahankan posisi pasien Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi, monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan absorbs nutrisi
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism, tanda dan gejala
mayor berat badan kurang minimal 10% di bawah rentang ideal, gejala dan
tanda minor data subjektif cepat kenyangsetelah makan, kram/nyeri
abdomen, nafsu makan menurun, data objektif bising usus hiperaktif, otot
pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan,
serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare, sedangkan gejala dan
tanda mayor dan minor pada pasien. DS: Ibu pasien mengatakan anaknya
kurang nafsu makan pada saat di rumah dan puasa selama dua hari di
rumah sakit. DO: Pasien tampak kurus, pasien tampak lemah, pasien tampak
pucat, BB : 15 kg, TB : 105 cm, IMT/U = 13,1/6 tahun 10 bulan (kurus),
mukosa bibir kering dan pucat, wajah tampak pucat, terdapat residu 100cc
bewarna hitam, bising usus 18x/menit (8-12x/menit) pasien kami sudah
termasuk tanda gejala mayor dan minor ini sesuai dengan buku SDKI 2017.
Intervensi yang kami rencanakan yaitu Nutrition Management, kaji adanya
alergi makanan, ajurkan pasien meningkatkan intake, ukur tinggi dan berat
63

badan, berikan makanan selagi hangat, jelaskan pentingnya makan bagi


proses pertumbuhan, kolaborasi dengan para medis lain untuk memilih
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan pemberian obat
omeprazole.
3. Risiko Cedera
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 berisiko
mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak
lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik. Faktor risiko ekternal dan
internal, terpapar pathogen, zat kimia toksik dan agen nosokomial,
ketidakamanan tranportasi, ketidaknormalan profil darah, perubahan orientasi
afektif, perubahan sensasi, disfungsi autoimun, disfungsi biokimia, hipoksia
jaringan, kegagalan mekanisme pertahanan tubuh, malnutrisi, perubahan
fungsi psikomotor dan fungsi kognitif. Selain itu berdasarkan faktor risiko
yang muncul pada An. D yaitu HB 7,1 (12,0-16,0) g/dl, Leukosit 0,7 (4,0-10,5)
ribu/ul, Eritrosit 2,57 (4,00-5,30) juta/ul, Hematocrit 21,0 (37,0-47,0) %,
Trombosit 14 (150-450 ribu/ul, RDW-cv 15,7 (12,1-14) %, Retikulosit % 0,2
(0,5-1,5) %, Retikulosit # 4600 (25000-75000) /ul termasuk kedalam faktor
risiko berdasarkan SDKI 2017. Intervensi yang kami rencanakan yaitu
Environment Management (Observasi kebutuhan keamanan pasien,
pasang pengaman pagar di bed pasien, sediakan pegangan tangan,
hindarkan barang yang berisiko bisa menciderai, libatkan keluarga dalam
meminimalkan risiko cidera, ajarkan pada keluarga mengenali perubahan
status kesehatan)
4. Risiko syok
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 berisiko
mengalami ketidakcukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa. Faktor risiko
hipoksemia, hipoksia, hipotensi, kekurangan volume cairan, sepsis, sindrom
respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome
(SIRS). Berdasarkan penjelasan diatas maka kami melihat faktor risiko pada
pasien kami yaitu: Pasien tampak pucat, BAB berwarna hitam, pasien
terpasang NGT dan keluar cairan berwarna hitam sebanyak 100 cc, pasien
puasa sudah 2 hari, hemoglobin 7.1 g/dl, eritrosit : 2.57 juta/ul, hematokrit :
21.0 %, trombosit : 14 ribu/ul maka intervensi yang kami rencanakan yaitu:
Prevention bleeding (Monitor tanda dan gejala perdarahan yang terus
64

menerus, Monitor tanda-tanda syok hipovolemik (penurunan kardiak output,


nadi yang cepat dan lemah, pernafasan meningkat, keringat dingin,
kelemahan, kulit dingin dan lembab), monitor status cairan, termasuk intake
dan output, dokumentasikan warna, jumlah dan karakter dari feses, lakukan
bilas lambung jika diperlukan, anjurkan keluarga untuk meningkatkan
makanan yang kaya akan Vit. K, kolaborasi pemberian transfusi darah).
5. Risiko jatuh
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI 2017) risiko jatuh
adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat
terjatuh. Faktor risiko usia ≥65 tahun (pada dewasa atau ≤2 tahun (pada
anak), riwayat jatuh, anggota gerak bawah protesis (buatan), penggunaan
alat bantu berjalan, penurunan tingkat kesadaran, perubahan fungsi kognitif,
lingkungan tidak aman (mis. Licin , gelap, lingkungan asing), kondisi pasca
operasi, hipotensi ortostatik, perubahan kadar glukosa darah, anemia,
kekuatan otot menurun, gangguan pendegaran, gangguan keseimbangan,
gangguan penglihtan (mis. Glaucoma, katarak, ablasio retina, neuritis
optikus), neuropati, efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi
umum). Bedasarkan penjelasan diatas maka data yang kami dapat pada
pasien kami yaitu: Pasien nampak hanya berbaring di tempat tidur, pasien
tampak lemah, risiko Jatuh = 16 (risiko tinggi), HB: 7,1 (12,0-16,0) g/dl,
eritrosit:2,57 (4,00-5,30) juta/ul. Intervensi yang kami rencanakan yaitu: Fall
Prevention. Observasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh,
mengidentifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh,
sediakan pegangan tangan, libatkan keluarga dalam setiap aktivitas,
kolaborasi dengan tenaga medis lainnya untuk meminimalkan efek samping
dari obat yang berkontribusi terhadap risiko jatuh.
6. Risiko Infeksi
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) risiko infeksi
adalah berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi
baik. Faktor risiko: penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus), efek prosedur
invasive, malnutrisi, peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (Gg. Peristaltik, kerusakan
integritas kulit, perubahan sekresi pH, penuruan kerja sliliaris, ketuban pecah
lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh),
65

ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin,


imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak
adekuat), berdasarkan penjelasan diatas maka data yang kami dapat di
pasien sudah sesuai dengan faktor risiko yang ada di buku SDKI 2017.
Faktor risiko yang kami dapat yaitu: Pasien terpasang Infus D5 ½ NS di
ekstremitas atas dextra, terpasang NGT, pasien memaskai Pampers,
leukosit: 0,7 (4,0-10,0) ribu/ul. Intervensi yang kami rencanakan yaitu
Infection Control. Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti
kemerahan, panas, nyeri, tumor, catat dan laporkan hasil laboratorium, kaji
temperatur tiap 4 jam, bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain,
gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan, cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan, instruksikan pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung, ajarkan keluarga bagaimana
mencegah infeksi, kolaborasi pemberian terapi antibiotik ceftriaxone.
Setelah diagnosa ditentukan dan intervensi telah disusun maka kami
melakukan implementasi. Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Pada asuhan keperawatan ini
semua perencanaan kemudiaan diimplementasikan hingga akhirnya dapat
dievaluasi.
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan
penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh kegagalan
produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang
diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan
dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit.
Kasus ini tentang seorang anak laki-laki (An. D) berusia 6 tahun
terdiagnosa Anemia Aplastik, pada saat pengkajian didapatkan keluhan utama
sesak nafas ± 4 hari. Pada saat di lakukan pemerikasan pasien tampak sesak,
tampak adanya otot bantu nafas, adanya retrkasi dinding dada, SPO2: 94%
dengan O2 NRM, dan direncanakan akan dilakukan BMP.
Diagnosis keperawatan yang muncul pada An. D adalah, Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan ketidak mampuan upaya napas, Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorbs nutrisi, Risiko
cidera, Risiko syok, Risiko jatuh, Risiko infeksi.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi pembelajaran pada kasus anak
khususnya pada anak yang mengalami anemia aplastik.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami tentang kasus dan
penatalaksanaan keperawatan pada anak yang mengalami anemia aplastik.
3. Bagi Tenaga Keperawatan
Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan ilmu sesuai teori dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada anak yang
mengalami anemia aplastik.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat memahami cara merawat anak dengan
anemia aplastik.

66
67

DAFTAR PUSTAKA

Bakhshi. 2015. Aplastic Anemia. http://www.emedicine.com

Bakta. 2016. Hematologi Klinik Ringkas. EGC: Jakarta

Carpenito, Lynda Juall.2014. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis


Edisi 9. Jakarta : EGC

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007 .Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta.

Price, Sylvia. 2015. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta : EGC
.

Anda mungkin juga menyukai