Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST OP CRANIOTOMY DEKOMPRESI A/I CKB + SDH +
TRAKEOSTOMY DI RUANG INTENSIVE CORONARY CARE UNIT
(ICCU) RSUD ULIN BANJARMASIN

Muhammad Afriyaldi 18NS257

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2019
PENGKAJIAN
Nama : Tn M
Usia : 69 Tahun
Alamat : Banjarmasin
No Register :1-xx-xx-xx
Tanggal MRS : 2 April 2019
Tangga Pengkajian : 15 April 2019
Diagnosa Medis : Post op Craniotomy dekompresi a/I
CKB + SDH + Trakeostomy
Keluhan Utama
Keluarga mengatakan klien mengalami penurunan
kesadaran
Riwayat Pentakit dahulu
Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah
dirawat dan tidak pernah mengalami penyakit seperti
sekarang
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan klien memiliki penyakit asma, tetapi
tidak memiliki penyakit seperti Hipertensi, DM dan Jantung,
di Keluarga ada yang memiliki penyakit hipertensi yaitu istri
klien
DATA FOKUS
1 B1 (Breath) Klien post op trakeostomy h-5, terpasang ventilator, terdapat
sekret pada mulut dan trakeostomi, dan suara nafas gurgling

2 B2 (Blood) Perfusi darah keperifer lambat ditandai dengan CRT >3 detik,
mukosa bibir pucat, akral teraba hangat, kulit tampak pucat
TD : 118/68 mmHg, MAP : 93, Nadi : 98x/menit, T:38,6 oC
3 B3 (Brain) Tingkat kesadaran klien koma dengan nilai GCS E1 V1 M1, Ramsey
Score R5(respon lambat terhadap ketukan ringan pada dahi/
terhadap stimulus audiotik keras
4 B4 (Bowel) -

5 B5 (Blader) Urine input : 3528,4cc/24jam, output : 2878cc/24jam, Balance cairan


: 650,4cc/24jam
6 B6(Bone) Kemampuan ADL klien dibantu total oleh perawat, kedua kaki klien
tampak bengkak, terdapat pitting edema derajat 2 dikedua kaki,
skala aktivitas 5 (dibantu total), klien tidak bisa membolak balikan
badan
• Rontgen
- Fraktur Clavicula dan Costae kiri
• CT-Scan
- Fraktur Linier Os Temporal Sinistra dan Os Parietal
Sinistra
- SDH diregio frontotemporaparietal Dextra
- SAH diregio temporoparietal bilateral
- Odem serebri
Analisis data
Data Penyebab Masalah

DS: - Gangguan mekanisme Kelebihan Volume Cairan


DO : regulasi
• kaki kanan dan kiri klien tampak bengkak
• Terdapat pitting edema derajat 2 dikedua kaki klien
• Intake : 3528,4cc/24jam
• Output : 2878 cc/24jam
• Balance cairan : 650,4cc/24jam
• HB : 7,8 g/dl
• HT : 25,9 juta/ul

DS: - Trauma Hipertermi

DO:
- Akral teraba hangat
- Kulit klien tampak kering
- Kesadaran klien koma
- T : 38,6 oC

DS : - Gangguan Hambatan Mobilitas Fisik


DO : Neuromuskular
• Kemampuan ADL klien dibantu total oleh perawat
• Skala aktivitas 5 (dibantu total)
• Kesadaran klien koma
• Klien tidak bisa membolak balikan badan
• Hasil CT-SCAN
• Fraktur Linier Os Temporal Sinistra dan Os Parietal Sinistra
• SDH diregio frontotemporaparietal Dextra
• SAH diregio temporoparietal bilateral
• Odem serebri
Prioritas masalah

1. Kelebihan Volume Cairan b/d gangguan mekanisme


regulasi
2. Hipertermi b/d trauma
3. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular
Intervensi, Implementasi dan evaluasi
No INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 - Fluid Balance 1. Memonitor tanda-tanda vital S:-
- Hydration 2. Memonitor masukan makanan/cairan O:
3. Memonitor tanda-tanda edema - Kedua kaki masih tampak bengkak
- Masih terdapat pitting edema derajat 2 dikedua kaki
4. Memonitor intake dan output
- Intake : 3528,4cc/24jam
5. Mengkaji lokasi dan luas edema - Output : 2878cc/24jam
6. Membatasi masukan cairan - Balance cairan : 650,4cc
7. Berkolaborasi dengan tenaga medis lain - HB : 7,8 g/dl
pemberian diuretik (Furosemide 1x20mg) - HT : 25,9 juta/ul
- TTV : TD : 118/68 mmHg, N : 98x/menit, rr
:28x/menit, t : 38,6 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan R.Kep pada no. 1,2,3,4,5,6,7

2 Thermoregulation 1. Memonitor tanda-tanda vital S:-


2. Memonitor warna kulit O:
3. Memonitor tingkat kesadaran - Kulit tidak tampak kemerahan
- Akral teraba hangat
4. Memonitor intdake dan output
- Kulit tampak kering
5. Memberikan kompres - kesadaran klien koma
6. Berikan cairan intravena - TTV : TD : 118/68mmHg, N: 98xmenit, rr :
7. Kolaborasi pemberian anti piretik ( 3x 1gr) 28x/menit, t : 38,6 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan R.Kep pada no,1,2,3,4,5,6,7
3 Body mechanis 1. Mengkaji keterbatasan gerak sendi S:-
Performance 2. Mengkaji kemampuan px dalam mobilisasi O:
3. Melakukan mika/miki setiap 2 jam - Kemampuan ADL px masih dibantu total oleh
perawat
4. Melakukan rom pasif
- Skala aktivitas 5 (dibantu total)
- Kesadaran px koma
- Klien masih tidak bisa membolak balikan badan
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan R.Kep pada No. 1,2,3,4
Physical methods for the treatment of fever in critically ill patients: a
randomized controlled trial
Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang melebihi variasi normal
sehari-hari dan terjadi dalam hubungan dengan peningkatan set point
hipotalamus, misalnya, pergi dari 37 ° C sampai 39 ° C. Hal ini mengacu pada
respon defensif tubuh terhadap agen pirogenik dirilis sebagai bagian dari
proses matory inflam-, menyebabkan peningkatan respon imun dan
perlindungan tubuh manusia terhadap agen infeksi. Ada beberapa metode
suhu tubuh pendingin eksternal, tetapi yang paling diindikasikan adalah
menerapkan kompres hangat atau dingin, mandi hangat / hangat,
menggunakan blan - kets dengan sistem pendingin dan meningkatkan
sirkulasi udara di lingkungan / ruang di mana pasien demam tinggal.
Dengan pertimbangan ini, mengingat kejadian demam tinggi pada pasien
dewasa yang dirawat di ICU dan pengetahuan yang langka tentang
perawatan terbaik yang diberikan kepada pasien.

Sebuah uji klinis acak yang melibatkan 102 pasien dewasa dengan suhu
timpani ≥ 38,3 ° C dari fokus infeksi, dan secara acak menjadi tiga kelompok:
Intervensi I - es yang terkait dengan antipiretik; Intervensi II - kompres
hangat yang terkait dengan antipiretik; dan Kontrol - antipiretik. Suhu
timpani diukur pada interval 15 menit selama 3 jam. Efek intervensi
dievaluasi melalui uji Mann-Whitney dan Analisis Kelangsungan Hidup.
Perhitungan "Ukuran efek" telah dilakukan
Hasil menunjukkan pasien dalam kelompok intervensi I dan II mengalami
penurunan suhu tubuh yang lebih besar. Kelompok pasien yang menerima
intervensi I menunjukkan suhu timpani di bawah 38,3 ° C pada 45 menit
pemantauan, sedangkan nilai untuk kelompok kontrol lebih rendah dari 38,3
° C mulai 60 menit, dan mereka yang menerima intervensi II memiliki nilai
lebih rendah dari 38,3 ° C pada 75 menit pemantauan

Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang ditemukan antara
intervensi, tetapi dengan kelompok intervensi pasien I menunjukkan
penurunan suhu timpani yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok
lain.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai