ASURANSI JIWASRAYA
TERHADAP PEMEGANG POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN
SKRIPSI
Oleh:
SYARAFINA SHADRIN
NIM: 11160480000014
SKRIPSI
Oleh:
SYARAFINA SHADRIN
NIM: 11160480000014
i
TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA
TERHADAP PEMEGANG POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
SYARAFINA SHADRIN
NIM. 11160480000014
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
ABSTRAK
SYARAFINA SHADRIN. NIM 11160480000014. TANGGUNG
JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA TERHADAP
PEMEGANG POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN (Studi Kasus Wanprestasi).
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2020 M. Ix + 75 halaman dan 24
halaman lampiran.
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah tanggung jawab hukum PT.
Asuransi Jiwasraya selaku penanggung dalam asuransi kepada pemegang polis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tanggung jawab hukum yang
dilakukan PT. Asuransi Jiwasraya yang tidak melakukan kewajibannya atau bisa
disebut sebagai wanprestasi dan untuk menjelaskan pemenuhan hak pemegang
polis yang dipenuhi oleh PT. Asuransi Jiwasraya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan karunia nikmat iman, Islam dan nikmat kesehatan sehingga
peneliti telah mampu menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “TANGGUNG
JAWAB HUKUM PT.ASURANSI JIWASRAYA TERHADAP PEMEGANG
POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2014
TENTANG PERASURANSIAN (STUDI KASUS WANPRESTASI)”.
Sholawat serta semoga tercurahkan kepada Rasulallah SAW, keluarga dan
sahabatnya. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama penelitian dilakukan hingga penelitian ini selesai,
peneliti mendapat banyak bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Peneliti
ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum, dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ali Mansur, M.A. Dosen Pembimbing Akademik.
4. A.M Hasan Ali M.A dan Diana Mutia Habibaty, S.E.,Sy.,M.H. Pembimbing
skripsi yang telah membantu memberikan arahan serta saran sehingga
penelitian dapat terselesaikan.
5. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
memberikan fasilitas kepada peneliti untuk mencari sumber bacaan.
6. Forum Korban PT. Asuransi Jiwasraya, Khususnya kepada Bapak Machril
yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian.
vi
7. Kedua orang tua peneliti yaitu Beni Winarmo dan Enni Anggraeni, serta adik
peneliti Mochammad Daffa Ramadhan dan kepada nenek tercinta Ibu Hj. Siti
Julaikha yang telah memberikan berbagai dukungan serta doa hingga penelitian
ini dapat terselesaikan.
8. Teman yang telah membantu, memberi saran dan menemani saya dalam proses
penyusunan skripsi ini, Gerald Vardi Pratama, Almira Mey Theda, Dina
Rahmawati, Rizka Ramadhani, Shinta Rajni, Ndaru Kusumo Wibowo, dan
Wisnu Wira Agung.
9. Pihak lain yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian penelitian ini.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER………………………….………………………………….i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ...................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
D. Metode Penelitian ....................................................................... 7
E. Sistematika Pembahasan ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TANGGUNG JAWAB
PERUSAHAAN ASURANSI
A. Kerangka Konseptual ................................................................ 12
B. Kerangka Teori ......................................................................... 13
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................ 31
BAB III URAIAN UMUM TENTANG PT. ASURANSI JIWASRAYA
A. Produk Asuransi PT. Asuransi Jiwasraya .................................. 34
B. Penyebab PT. Asuransi Jiwasraya Mengalami Keadaan Gagal
Bayar ........................................................................................ 38
C. Hubungan Hukum Para Pihak Saving Plan yang di Pasarkan
Melalui Bancassurance ............................................................. 41
BAB IV TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA
ATAS PERBUATAN WANPRESTASI TERHADAP
PEMEGANG POLIS
A. Bentuk Tanggung Jawab Hukum PT. Asuransi Jiwasraya
Terhadap Pemegang Polis Pada Saat Perusahaan Melakukan
Wanprestasi .............................................................................. 53
viii
B. Pemenuhan Hak Pemegang Polis Oleh PT. Asuransi Jiwasraya.
................................................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 68
B. Rekomendasi ............................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN……………………………………………………………………..76
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sentosa Sembiring, Hukum Asuransi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2014), h.4.
2
Tia Dwitiani, Penetrasi Asuransi Jiwa Rendah, Tak Sebanding Dengan Pertumbuhan
Penduduk Indonesia, diakses dari https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-
01318956/penetrasi-asuransi-jiwa-rendah-tak-sebanding-dengan-pertumbuhan-penduduk-
indonesia, pada Jumat, 8 November 2019.
1
2
3
Direktori Asuransi Triwulan IV 2019, diakses dari https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-
dan-statistik/direktori/asuransi/Pages/-Direktori-Asuransi-Triwulan-IV-2019.aspx, pada Jumat, 5
Juni 2020.
4
Wikipedia, Daftar badan usaha milik negara di Indonesia, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_badan_usaha_milik_negara_di_Indonesia, pada Sabtu, 9
November 2019.
5
Jiwasraya, Sejarah Jiwasraya, https://jiwasraya.co.id/?q=id/sejarah-jiwasraya, pada
Sabtu, 9 November 2019.
3
6
Safrezi Fitra, Salah Investasi Jiwasraya yang Berujung Gagal Bayar, diakses dari
https://katadata.co.id/telaah/2018/10/23/salah-investasi-jiwasraya-yang-berujung-gagal-bayar,
pada Sabtu, 9 November 2019.
7
Tony Hartawan, BUMN: Holding Asuransi Bukan Solusi Selamatkan Jiwasraya,
diakses dari https://bisnis.tempo.co/read/1274517/bumn-holding-asuransi-bukan-solusi-
selamatkan-jiwasraya/full&view=ok, pada Sabtu, 9 November 2019.
8
Jiwasraya, JS Proteksi Plan, diakses dari
https://www.jiwasraya.co.id/?q=id/product/bancassurance/js-proteksi-plan, pada Sabtu, 9
November 2019.
4
Hal ini tentu sangat merugikan pemegang polis karena tujuan utama
pemegang polis menggunakan asuransi untuk melindungi dirinya dari hal-hal
tak terduga, tetapi dalam hal pengajuan klaim kepada perusahaan asuransi
tidak dapat melakukan pembayaran atas pengalihan risiko yang sudah
menjadi kewajibannya dalam perjanjian asuransi.
9
Safrezi Fitra, Salah Investasi Jiwasraya yang Berujung Gagal Bayar, diakses dari
https://katadata.co.id/telaah/2018/10/23/salah-investasi-jiwasraya-yang-berujung-gagal-bayar,
pada Sabtu, 9 November 2019.
10
Man Suparaman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
(Bandung: Alumni, 2003), h.23.
5
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan beberapa manfaat, baik manfaat secara
teoritis maupun manfaat secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa penambahan pengetahuan sebagai kajian dari sudut pandang
7
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Pendekatan Undang-Undang
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi
11
dan regulasi. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti peraturan-
peraturan yang menjadi landasan hukum tentang tanggung jawab
perusahaan asuransi terhadap pemegang polis apakah telah sesuai
dengan Pasal 71 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kasus
(case approach) yaitu kasus wanprestasi yang dialami oleh PT
Asuransi Jiwasraya.
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
normatif yuridis, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji
penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif12,
yaitu akan mengkaji Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
3. Bahan Hukum
Dalam penelitian ini terdapat beberapa bahan hukum yang
digunakan, yaitu:
a. Bahan Hukum Primer
11
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:
Bayumedia Publishing, 2006), h. 302.
12
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, …h.295.
8
13
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Sinar Grafika,2011), h.107.
10
6. Pedoman Penulisan
Pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam menyusun
skripsi ini mengacu pada kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan
buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dam Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”.
E. Sistematika Pembahasan
Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab-bab agar dapat
memperjelas cakupan permasalahan yang menjadi objek penelitian dan
memudahkan para pembaca untuk memahami isi dari penelitian ini, urutan
masing-masing bab dijabarkan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi
penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN
ASURANSI
Pada bab ini, akan dibahas dua jenis kajian pustaka, yakni
kerangka konseptual yang membahas mengenai kata-kata
atau istilah-istilah yang muncul pada penelitian ini agar
tidak terjadi kerancuan pemahaman terhadap istilah-istilah,
lalu juga kajian teoritis yang mana membahas teori-teori
yang berkaitan dengan pembahasan terkait penelitian ini.
Pada sub bab selanjutnya di bab ini juga membahas review
studi terdahulu. Pada sub bab ini mendeskripsikan hasil
penelusuran penulis terhadap studi atau penelitian terdahulu
yang serumpun. review studi terdahulu, agar tidak
terjadinya persamaan terhadap materi muatan dan
pembahasan yang dibuat antara peneliti dengan pihak lain.
11
12
13
B. Kerangka Teori
1. Asuransi Pada Umumnya
1
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: Rajawali Pers,
2007),h. 74.
2
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan,…h.78.
3
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur Pustaka,2012),
h.17.
14
a. Pengertian Asuransi
Asuransi berasal dari kata verzekering (Belanda) yang
berarti pertanggungan. Dari sudut pandang ekonomi dan hukum
asuransi ialah wujud manajemen risiko utama yang dapat
digunakan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian
yang belum tentu. Asuransi didefinisikan sebagai transfer yang
wajar (adil) atas risiko kerugian, dari satu entitas ke entitas lain.
Dengan kata lain, asuransi adalah suatu sistem yang diciptakan
untuk melindungi orang, kelompok, atau pelaku usaha terhadap
risiko kerugian finansial dengan upaya membagikan atau
menyebarkan risiko melalui pembayaran sejumlah premi. 4
Definisi asuransi diatur dalam Pasal 246 KUHD yang
menyatakan asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tertentu.
Pengertian Asuransi dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, Asuransi
merupakan perjanjian diantara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi dasar atau acuan
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi dengan imbalan
untuk :
4
Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, (Depok: Rajawali Pers,2017) h.1.
15
5
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,(Jakarta:Sinar
Grafika,1995),Cet II, h. 15.
6
Dessy Danarti, Jurus Pintar Asuransi – Agar Anda Tenang, Aman, dan Nyaman, ,
(Yogyakarta: Gmedia, 2011),h.7.
16
7
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan,…h. 135.
17
8
Bumiputera, Prosedur Pengajuan Klaim, diakses dari
http://ajb.bumiputera.com/pages/default/information_center/procedures/claims, pada Senin, 13 Juli
2020.
20
9
Chairul huda dan lukman hakim, Tindak Pidana dalam Bisnis Asuransi, (Jakarta:
LPHI,2006),h.7.
10
Supardjono, Perasuransian di Indonesia, (Jakarta:Dedikbud,2004), h.64.
21
11
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, (Jakarta:PT. Pustaka Banaman
Presindo,1999), h.65.
12
Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi
Deposito, Usaha Perasuransian, (Bandung:Alumni,2003), h. 63.
23
13
A.M. Hasan Ali, “Asuransi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam
Al-Mizan, Vol.1, 2, (2009), h.172.
14
A.M. Hasan Ali, “Asuransi dalam Perspektif Islam”,…h.171.
24
a. Ada pihak-pihak.
Pihak yang dimaksud adalah subjek perjanjian terdapat
paling sedikit dua orang atau badan hukum yang memiliki
wewenang untuk melakukan perbuatan hukum berdasarkan aturan
yang telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan asas kebebasan
berkontrak yang berarti setiap orang bebas membuat perjanjian
dengan siapapun. Selain itu para pihak berhak juga untuk: 1)
Membuat atau tidak membuat perjanjian; 2) Menentukan isi
14
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata Cetakan ke-31, (Jakarta:Intermasa,2003),h.5.
15
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional,( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006), h.140.
16
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum perjanjian,(Bandung: Alumni,1986), h.6.
17
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan,…h.78.
25
b. Ada Persetujuan
Persetujuan dilakukan antara pihak-pihak yang bersifat tetap
dan bukan suatu perundingan. Persetujuan didasari karena adanya
kesepakatan. Asas konsesualisme (consensualism) dapat
disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Pasal
tersebut menetapkan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
adalah adanya kesepakatan antara pihak yang mengadakan
perjanjian. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa
perjanjian tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan
adanya kesepakatan kedua belak pihak.
18
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2009),h. 5.
27
19
KBBI Daring, Pengertian Tanggung Jawab, diakses dari
https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab, pada Senin, 21 September 2020.
19
Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 49.
20
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien,(Jakarta: Prestasi
Pustaka,2010), h.48.
21
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung:Citra Aditya Bakti,
2010), h.503.
28
a. Contractual Liability
Dapat disebut sebagai pertanggungjawaban kontraktual
merupakan pertanggungjawaban yang didasari pada kerugian yang
dialami konsumen pada saat menggunakan barang ataupun jasa hal
ini dapat disebut sebagai pertanggungjawaban perdata berdasarkan
perjanjian yang dimiliki dengan pelaku usaha.
b. Product liability
Merupakan tanggung jawab perdata secara langsung (strict
liability) dari pelaku usaha (produsen barang) atas kerugian yang
dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan.
Inti dari strict liability yaitu tanggung jawab berdasarkan perbuatan
melawan hukum. Dalam tanggung jawab ini, jika konsumen
mengalami kerugian namun tidak memiliki perjanjian atau kontrak
22
Gunawan, Johannes, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999”, Jurnal Hukum Bisnis. Vol.8, (2015), h. 45-46.
29
23
Nila Trisna,”Pertanggungjawaban Hukum Pelaku Usaha atas Iklan yang Menyesatkan
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”, Jurnal Ius
Civile Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar, Vol.2 ,2, (2018), h.103.
30
24
Dr. Sentosa Sembiring,S.H.,M.H, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas,
(Bandung: Nuansa Aulia,2012),Cet III,h. 5.
25
Dr. Munir Fuady, S.H.,M.H,L.LM, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan
Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2014),Cet III,h.9.
26
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet II, h.145.
31
27
Gunawan Widjaja, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko Hukum sebagai
Direksi, Komisaris, dan Pemilik PT, (Jakarta: Forum Sahabat, 2008),h. 27.
28
Septiana Wahyu Triwidayati, “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi JS.
Proteksi Extra Income Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian (Studi di PT. Asuransi Jiwasraya)”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas
Negeri Semarang, 2013)
32
29
Ira Nur Istiqomah, “Studi Kasus Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Sebagai
Penanggung Terhadap Tertanggung Akibat Kecelakaan Kendaraan Bermotor yang Merugikan
Pihak Ketiga (Studi di PT. Asuransi Bintang Kota Malang)”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum,
Universitas Muhammadiyah Malang,2013)
30
Cindy Indudewi Hutomo Njoo, “Tanggung Gugat Bank pada Aktivitas Bancassurance
terhadap Pemasaran Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI)”, (Tesis S2
Fakultas Hukum, Universitas Airlangga,2020)
33
31
Ahmad Sapriadi, “Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa
Pada Perusahaan Asuransi yang Pailit”,Jurnal Fakultas Hukum Universitas Mataram,2017.
32
Dr. Sulistiowati,S.H, Tanggung Jawab Hukum pada Perusahaan Grup di
Indonesia,(Jakarta: Erlangga,2014)
BAB III
34
35
Namun pada April 2018, Otoritas Jasa Keuangan dan direksi Jiwasraya
mendapati adanya penurunan pendapatan premi karena guaranteed return
(jaminan imbal hasil) yang tinggi yang dilakukan beberapa tahun juga
semakin menurun. Penyebab lainnya ialah karena kesalahan pada investasi
Repurchase Agreement (Repo) Saham yang dilakukan Jiwasraya. Repo
saham adalah kontrak jual-beli saham dengan janji membeli atau menjual
kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. Selama periode Repo,
penjual akan memberikan bunga kepada pembeli. Sayangnya, dalam kontrak
repo saham tersebut, PT. Asuransi Jiwasraya mengalami kerugian karena
pihak pembeli enggan membeli kembali saham tersebut. Pada tahun 2018
jiwasraya sudah mulai mengalami tekanan likuiditas yang menyebabkan
tertundanya pembayaran klaim nasabahnya. Permasalahan ini diketahui sejak
pergantian Direksi Utama (Mei 2018) dari periode 2008-2018 yaitu
Hendrisman Rahim, menjadi Hexana Tri Sasongko pada tahun 2018.
1
Lidya Julita Sembiring, Bobrok dari 2004, Ini Kronologi Jiwasraya Hingga Default,
diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20191228185156-17-126264/bobrok-dari-
2004-ini-kronologi-jiwasraya-hingga-default, pada Rabu, 10 Juni 2020
40
2
Safir Makkl, Jiwasraya Bayar Utang Klaim Rp400 Miliar Mulai Maret Ini , diakses
dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200302123917-78-479684/jiwasraya-bayar-utang-
klaim-rp400-miliar-mulai-maret-ini pada Jumat, 3 Juli 2020
3
Trio Hamdani, Total Utang Klaim Asuransi Jiwasraya Membengkak Jadi Rp 18 T,
diakses dari https://finance.detik.com/moneter/d-5083583/total-utang-klaim-asuransi-jiwasraya-
membengkak-jadi-rp-18-t, pada Senin, 12 Oktober 2020.
41
4
Dani Prabowo, Vonis Lengkap 6 Terdakwa Jiwasraya yang Diganjar Hukuman Seumur
Hidup, diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/15011141/vonis-lengkap-6-
terdakwa-jiwasraya-yang-diganjar-hukuman-seumur-hidup?page=all, pada Senin, 12 Oktober
2020.
5
Dani Prabowo, Vonis Lengkap 6 Terdakwa Jiwasraya yang Diganjar Hukuman Seumur
Hidup, diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/15011141/vonis-lengkap-6-
terdakwa-jiwasraya-yang-diganjar-hukuman-seumur-hidup?page=all, pada Senin, 12 Oktober
2020.
42
dalam perjanjian ini masih harus digantungkan pada suatu peristiwa yang
belum pasti terjadi, sedangkan prestasi yang harus dipenuhi tertanggung
sudah pasti. Dan meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya
dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti berprestasi dengan
nyata.6
2. Perjanjian Asuransi merupakan perjanjian bersyarat (conditional),
maksudnya adalah dalam hal ini penanggung akan melaksanakan prestasi
atau kewajibannya apabila syarat yang tertulis pada polis dilaksanakan
oleh tertanggung. Tertanggung akan berjanji memenuhi syarat-syarat
yang ada, namun ia tidak dapat memaksa penanggung untuk
melaksanakannya, kecuali dipenuhi sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Perjanjian Asuransi merupakan perjanjian sepihak (unilateral).
Maksudnya bahwa dalam perjanjian hanya satu pihak saja yang
memberikan janji untuk memenuhi tujuan dari apa yang telah
diperjanjikan yakni perusahaan asuransi atau yang biasa disebut sebagai
penanggung. Penanggung memberikan janji akan mengganti kerugian,
apabila tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan.
Sebaliknya tertanggung tidak menjanjikan suatu apapun.7
Saving plan ini merupakan produk asuransi sejenis unit link. Karena
merupakan gabungan antara asuransi jiwa dengan bunga tetap (fixed rate
6
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,(Jakarta:Sinar Grafika,
1995), Cet II, h.109.
7
Erlina B,“Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraaan Bermotor”,Jurnal
Pranata Hukum Universitas Bandar Lampung, Vol. 5, 2, (2010),h.102.
8
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung: PT. Alumni, 2010), h.7-8.
43
insurance) dan asuransi jiwa dengan bunga mengambang (floating Rate) yang
juga dikenal dengan unit link. Namun perbedaan unit link dan saving plan
terletak pada risiko investasi. Pada saving plan risiko investasi ditanggung
oleh perusahaan asuransi, sementara risiko unit link berada pada pemegang
polis.
Dasar hukum yang menjadi dasar perusahaan asuransi yang mengeluarkan
produk asuransi semi unit link adalah mengacu pada Bab II pasal 5 ayat (1)
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 422/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian dan
Perusahaan Reasuransi sebagai berikut:
“Perusahaan asuransi jiwa yang akan memasarkan produk baru yang
dikaitkan dengan investasi, antara lain untuk produk asuransi unit link, dan
atau yang sejenis, selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 ayat (2), juga harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(1) Memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi wakil manajer investasi
dengan pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
(2) Memiliki sistem informasi yang memadai.”
1. Pihak yang terlibat dalam Saving Plan
Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak
dalam melakukan perjanjian yang telah disepakati bersama, yaitu pihak
tertanggung, pihak penanggung dan pihak ketiga yang berperan sebagai
agen pemasaran produk asuransi yang mana dalam hal ini ialah bank.
a. Penanggung
Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima
pengalihan risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan
mengganti kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui,
jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang
mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
menyebutkan bahwa penyelenggara usaha perasuransian atau pihak
yang bertindak sebagai pihak penanggung hanya boleh dilakukan oleh
44
9
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga,…h.23.
45
Pasal 21
(1) Kekayaan dan kewajiban yang terkait dengan hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta wajib dipisahkan dari kekayaan dan
kewajiban yang lain dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah.
(3) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian dan kesesuaian antara kekayaan dan kewajiban
dalam menginvestasikan kekayaan Pemegang Polis,Tertanggung, atau
Peserta.
Pasal 31
(3) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan pialang
asuransi, dan perusahaan pialang reasuransi wajib menangani klaim
dan keluhan melalui proses yang cepat, sederhana, mudah diakses, dan
adil.
(4) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah dilarang melakukan
tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran
klaim, atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
sehingga mengakibatkan kelambatan penyelesaian atau pembayaran
klaim.
10
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga…
h.22.
46
11
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga,….h.20.
48
12
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga,…h.33.
49
2. Polis asuransi
Oleh karena produk asuransi semi unit link merupakan pengembangan
dari produk asuransi jiwa tradisional, maka polis yang digunakan mengacu
pada ketentuan pokok yang mengatur mengenai polis asuransi jiwa
sebagaimana dalam Pasal 304 KUHD. Pasal 304 KUHD menyebutkan
beberapa hal yang menjadi isi dari polis pertanggungan asuransi jiwa,
yaitu:
a. Hari ditutupnya pertanggungan;
b. Nama Tertanggung;
c. Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan;
d. Saat mulai berlaku dan berakhirnya bagi penanggung;
e. Jumlah uang untuk mana diadakan pertanggungan;
f. Premi pertanggungan tersebut;
Apabila dicermati lebih lanjut pada Pasal 304 KUHD, tidak ada
ketentuan mengenai keharusan pencantuman evenemen dalam polis
asuransi jiwa pada rumusan pasal tersebut. Hal ini jelas berbeda dengan
polis asuransi kerugian yang mengacu pada Pasal 256 ayat (1) KUHD
dimana isi polis mengharuskan dicantumkannya bahaya-bahaya yang
menjadi beban penanggung.
3. Objek Pertanggungan
Asuransi saving plan adalah termasuk asuransi jiwa yang terdapat
investasi didalamnya. Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang
menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran
kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal
tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada
pemegang polis, tertanggung,atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu
yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Pasal 1 angka 25 Objek Asuransi
adalah jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, benda dan
51
jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan/atau
berkurang nilainya.
Pasal 268 KUHD mengatur : ”Pertanggungan dapat berpokok semua
kepentingan, yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh suatu bahaya, dan
oleh undang-undang tidak terkecualikan.”
Tidak semua risiko dapat dipertanggungkan oleh penanggung. Risiko-
risiko yang dapat dialihkan kepada penanggung adalah risiko-risiko yang
dapat diasuransikan dalam sejumlah uang (insurable risk). Karakteristik
risiko-risiko yang dapat diasuransikan dalam asuransi sejumlah uang
adalah :
a. Risiko kematian, adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi, tetapi tidak
diketahui kapan akan terjadi. Dalam asuransi jiwa yang dimaksud
dengan bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan.
Meninggalnya seseorang merupakan hal yang pasti, setiap makhluk
bernyawa pasti mengalami kematian. Namun kapan meninggalnya
sesorang tidak dapat dipastikan. Inilah yang disebut sebagai peristiwa
tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa. Adapun evenemen
meninggalnya tertanggung bersisi 2 (dua) , pertama yaitu meninggalnya
benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi dan kedua benar-benar
tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir, dimana kedua
duanya menjadi beban penanggung.13
Dalam asuransi jiwa, jika terjadi peristiwa seperti apa yang telah
disepakati dalam polis (kematian) maka yang akan mendapat uang
pertanggungan ialah pihak keluarga yang menjadi ahli waris, tetapi jika
sampai berakhirnya perjanjian tersebut tertanggung tidak mengalami
peristiwa tersebut maka uang pertanggungan akan diserahkan ke
tertanggung. Hal ini lah yang disebut sebagai klaim jatuh tempo, karena
sampai berakhirnya asuransi tidak ada peristiwa yang menyebabkan
pertanggungan.
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung:PT. Citra Aditya
Bakti,2006), h.200.
52
14
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia Seri Umum No.10, (Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo, 1992), h. 266.
BAB IV
53
54
Jika dilihat dalam kasus gagal bayar ini termasuk pelanggaran pada
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 31 ayat (4), yang mana telah
tertulis bahwa “perusahaan asuransi dilarang melakukan tindakan yang
dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim, atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan sehingga mengakibatkan
kelambatan penyelesaian atau pembayaran klaim”. Dan dijelaskan lebih
lanjut mengenai sanksi atas pelanggaran Pasal 31 tersebut terdapat pada Pasal
71 ayat (2) yaitu dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
55
investasi saham dan reksa dana yang dilakukan tanpa kajian penempatan yang
memadai.1
Hal tersebut melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 21
ayat (3) yang mengatur bahwa dalam menginvestasikan kekayaan pemegang
polis perusahaan asuransi wajib menerapkan prinsip kehati- hatian. Dan
diatur lebih jelas pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 73
/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan
Perasuransian dalam Pasal 59 berisi tentang “Direksi Perusahaan wajib
mengambil keputusan investasi secara profesional dan mengoptimalkan nilai
Perusahaan bagi Pemangku Kepentingan khususnya pemegang polis,
tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat.”
Yang mana dalam hal ini bagi perusahaan yang melanggar dapat dikenakan
sanksi terdapat pada Pasal 80 yaitu berupa:
(1) Sanksi administratif
a. Peringatan tertulis;
b. Pembatasan kegiatan usaha untuk sebagian/seluruh kegiatan
usaha; atau
c. Pencabutan izin usaha.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap.
(3) Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK
dapat mengenakan sanksi tambahan berupa larangan menjadi
pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau yang
setara dengan pemegang saham, pengendali, direksi, dan dewan
komisaris, atau menduduki jabatan eksekutif di bawah direksi, atau
yang setara dengan jabatan eksekutif di bawah direksi, pada
perusahaan perasuransian.
Sanksi administratif tersebut adalah kewenangan dari Otoritas Jasa
Keuangan sebagai pengawas kegiatan sektor jasa keuangan untuk
1
Luthvi Febryka Nola, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Jiwasraya, diakses dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-2-II-P3DI-Januari-2020-
209.pdf pada Minggu, 20 September 2020.
57
Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Asuransi Pasal 59, dan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 pada Pasal 31, Otoritas Jasa Keuangan tidak
menjatuhkan sanksi apapun terhadap PT. Asuransi Jiwasraya.
Otoritas Jasa Keuangan hanya memberikan sanksi administratif karena PT.
Asuransi Jiwasraya terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan 2018.
Kepala Pengawasan Departemen Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2A
Otoritas Jasa Keuangan yaitu Ahmad Nasrullah mengatakan bahwa Otoritas
Jasa Keuangan lebih mengupayakan penyehatan dan pemulihan kerugian dari
sisi pemegang polis. Menurutnya, jika PT. Asuransi Jiwasraya ditutup atau
izin usahanya dicabut akan menimbulkan huru-hara apalagi ini menyangkut
reputasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pemerintah.2
Sementara berkaca pada kasus wanprestasi yang dialami oleh PT.
Asuransi Jiwa Kresna, perusahaan tersebut telah mendapatkan sanksi
administratif dari Otoritas Jasa Keuangan berupa sanksi pembatasan usaha
atas produk yang bermasalah ditetapkan melalui surat OJK Nomor S-
342/NB.2/2020 tanggal 3 Agustus 2020.3
Dan hingga penelitian ini dilakukan Otoritas Jasa Keuangan tidak
memberikan sanksi apapun, namun dari PT. Asuransi Jiwasraya sudah tidak
memasarkan dan menjual produk saving plan yaitu JS Proteksi Plan, Provest
Saving Plan, Super Jiwasraya Plan.
2
Khomarul Hidayat, Ini alasan OJK tidak mencabut izin Jiwasraya walau sudah
mendapat SP3, diakses dari https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-alasan-ojk-tidak-mencabut-
izin-jiwasraya-walau-sudah-mendapat-sp3, pada Jumat, 9 Oktober 2020.
3
Dhera Arizona Pratiwi, Asuransi Jiwa Kresna Gagal Bayar, OJK Berikan Sanksi
Pembatasan Kegiatan Usaha, diakses dari https://akurat.co/ekonomi/id-1197459-read-asuransi-
jiwa-kresna-gagal-bayar-ojk-berikan-sanksi-nbsp-pembatasan-kegiatan-usaha pada Jumat, 9
Oktober 2020.
59
4
Yudho Winarto, Dituding Wanprestasi 6 Nasabah Gugat Jiwasraya Terkait Produk
Super Jiwasraya Plan, diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/dituding-wanprestasi-6-
nasabah-gugat-jiwasraya-terkait-produk-super-jiwasraya-plan, pada Senin, 7 September 2020.
61
dilakukan oleh beberapa jajaran direksi PT. Asuransi Jiwasraya juga sangat
mencerminkan tidak terwujudnya visi dari perusahaan asuransi yaitu
“Menjadi Perusahaan Asuransi Jiwa Yang Sehat dan Tangguh”. Dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut sudah tidak sehat dan tangguh yang
mana dalam penyelesaiannya membutuhkan bantuan dari Negara. Dan juga
kemungkinan besar PT. Asuransi Jiwasraya berpotensi menjadi salah satu
perusahaan BUMN yang akan dilikuidasi.
Pasal 2
Perlindungan Konsumen menerapkan prinsip:
5
Interview Pribadi dengan Bapak Machril, Pemegang Polis Saving Plan PT. Asuransi
Jiwasraya, via online, 30 Juli 2020.
6
Interview Pribadi dengan Bapak Machril, Pemegang Polis Saving Plan PT. Asuransi
Jiwasraya, via online, 30 Juli 2020.
64
a. transparansi;
b. perlakuan yang adil;
c. keandalan;
d. kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen; dan
e. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa Konsumen secara
sederhana, cepat, dan biaya terjangkau
Pasal 4
Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau menyampaikan
informasi mengenai produk dan/atau layanan yang akurat, jujur, jelas, dan
tidak menyesatkan
Pasal 6
(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyampaikan informasi kepada
Konsumen tentang penerimaan, penundaan atau penolakan permohonan
produk dan/atau layanan.
(2) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyampaikan informasi
tentang penundaan atau penolakan permohonan produk dan/atau layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib
menyampaikan alasan penundaan atau penolakannya kecuali diatur lain oleh
peraturan perundang-undangan.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 73 /POJK.05/2016 Tentang Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian Pada Pasal 2:
“(1) Perusahaan Perasuransian wajib menerapkan prinsip Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi.
(2) Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan dan
menyediakan informasi yang sesuai mengenai Perusahaan
Perasuransian, dan mudah diakses oleh Pemangku Kepentingan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
65
1) Itikad baik pada waktu mulai berlakunya suatu hubungan hukum. Itikad
baik di sini biasanya berupa perkiraan atau anggapan seseorang bahwa
syarat-syarat yang diperlukan bagi dimulai hubungan hukum telah
dipenuhi. Dalam konteks ini hukum memberikan perlindungan kepada
pihak yang beritikad baik, sedang bagi pihak yang tidak beritikad baik (te
kwader trouw) harus bertanggung jawab dan menanggangung resiko.
2) Itikad baik pada waktu pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
termaktub dalam hubungan hukum itu. Pengertian itikhad baik semacam
ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 (3) BW adalah objektif dan
dinamis mengikuti situasi sekitar perbuatan hukumnya. Titik berat itikad
baik disini terletak pada tindakan yang akan dilakukan oleh kedua belah
pihak, yaitu tindakan sebagai pelaksana sesuatu hal.
7
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung: Sumur,1992),h. 56-62.
67
Dalam polis asuransi pasal 13 ayat (3) dinyatakan bahwa “Apabila periode
investasi akan diperpanjang, pemegang polis/ tertanggung dapat mengajukan
perpanjangan periode investasi berikutnya untuk periode yang sama dengan
periode yang dipilih sebelumnya dengan mengikuti ketentuan yang ditentukan
oleh penanggung.”
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas oleh peneliti, dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk tanggung jawab hukum PT. Asuransi Jiwasraya terhadap
pemegang polis pada saat perusahaan melakukan wanprestasi
Ketidakmampuan PT. Asuransi Jiwasraya dalam memenuhi
kewajibannya dapat dikatakan perbuatan wanprestasi dan termasuk
pelanggaran dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 31 ayat (3)
yang menjelaskan bahwa perusahaan asuransi wajib menangani klaim dan
keluhan melalui proses yang cepat, sederhana, mudah diakses, dan adil
dan juga melanggar Pasal 31 ayat (4) yang menyatakan bahwa perusahaan
asuransi dilarang melakukan tindakan yang dapat memperlambat
penyelesaian atau pembayaran klaim, atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Karena tidak adanya pasal mengenai tanggung jawab hukum pada polis
asuransi Super Jiwasraya Plan, maka pelanggaran atas Pasal 31 ayat (3)
dan (4) seharusnya dapat menjadi dasar untuk dijatuhkannya sanksi
kepada perusahaan asuransi yang terdapat pada Pasal 71 yaitu berupa
peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha untuk sebagian atau seluruh
kegiatan usaha, larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk
asuransi syariah untuk lini usaha tertentu, pencabutan izin usaha, denda
administratif.
Namun, hingga penelitian ini dilakukan tidak ada sanksi apapun yang
diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan maupun Majelis Hakim dalam
Putusan Nomor 589/Pdt.G/2019/PN.JktPst atas gugatan wanprestasi yang
diajukan para pemegang polis yang berarti menunjukkan bahwa tidak ada
tanggung jawab apapun yang dilakukan PT. Asuransi Jiwasraya.
68
69
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka akan
diambil rekomendasi sebagai berikut:
1. Agar terciptanya kembali kepercayaan masyarakat kepada perusahaan
asuransi, diharapkan perusahaan asuransi di Indonesia kedepannya
dapat menerapkan tata kelola yang lebih baik agar kepentingan dan
hak nasabah dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini Otoritas Jasa
Keuangan juga mempunyai peran yang sangat penting untuk
mengawasi dan mengatasi permasalahan yang ada untuk menerapkan
Undang-Undang atau aturan lainnya yang mengatur tentang
Perasuransian.
2. Bagi masyarakat harus lebih selektif dalam memilih asuransi yang
akan digunakan, baik perusahaan asuransi swasta maupun milik
Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Huda, Chairul dan Lukman Hakim, Tindak Pidana dalam Bisnis Asuransi,
Jakarta: LPHI,2006.
__________, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.
Pieloor, Freddy, Jangan Beli Unit Link Bila Anda Tidak Paham Benar, Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 2009.
70
71
Redjeki Hartono, Sri, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar
Grafika, Cet II, 1995.
Sendra, Ketut, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit-Link Proteksi sekaligus
Investasi, Jakarta: Penerbit PPM dengan PT Asuransi Jiwasraya (persero),
2004.
ARTIKEL JURNAL
Hasan Ali, A.M, “Asuransi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Hukum dan Ekonomi
Islam Al-Mizan,Vol. 1, 2, (2009).
KARYA ILMIAH
Nur Istiqomah, Ira. Studi Kasus Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Sebagai
Penanggung Terhadap Tertanggung Akibat Kecelakaan Kendaraan
Bermotor yang Merugikan Pihak Ketiga (Studi di PT. Asuransi Bintang
Kota Malang), Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah
Malang, 2013.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
INTERNET
Arizona Pratiwi, Dhera. Asuransi Jiwa Kresna Gagal Bayar, OJK Berikan Sanksi
Pembatasan Kegiatan Usaha. Diakses pada Jumat, 9 Oktober 2020, dari
https://akurat.co/ekonomi/id-1197459-read-asuransi-jiwa-kresna-gagal.
Bumiputera. Prosedur Pengajuan Klaim. Diakses pada Senin, 13 Juli 2020, dari
http://ajb.bumiputera.com/pages/default/information_center/procedures/cla
ims.
Direktori Asuransi Triwulan IV 2019. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2020, dari
https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/direktori/asuransi/Pages/-
74
Direktori-Asuransi-Triwulan-IV-2019.aspx.bayar-ojk-berikan-sanksi-
nbsp-pembatasan-kegiatan-usaha.
Fitra, Safrezi. Salah Investasi Jiwasraya yang Berujung Gagal Bayar. Diakses
pada Sabtu, 9 November 2019, dari
https://katadata.co.id/telaah/2018/10/23/salah-investasi-jiwasraya-yang-
berujung-gagal-bayar.
Hidayat, Khomarul. Ini alasan OJK tidak mencabut izin Jiwasraya walau sudah
mendapat SP3. Diakses pada Jumat, 9 Oktober 2020, dari
https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-alasan-ojk-tidak-mencabut-izin-
jiwasraya-walau-sudah-mendapat-sp3.
Julita Sembiring, Lidya. Bobrok dari 2004, Ini Kronologi Jiwasraya Hingga
Default. Diakses pada Rabu, 10 Juni 2020, dari
75
https://www.cnbcindonesia.com/market/20191228185156-17-
126264/bobrok-dari-2004-ini-kronologi-jiwasraya-hingga-default.
Makkl, Safir. Jiwasraya Bayar Utang Klaim Rp400 Miliar Mulai Maret Ini.
Diakses pada Jumat, 3 Juli 2020, dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200302123917-78-
479684/jiwasraya-bayar-utang-klaim-rp400-miliar-mulai-maret-ini.
Wikipedia. Daftar badan usaha milik negara di Indonesia. Diakses pada Sabtu, 9
November 2019, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_badan_usaha_milik_negara_di_Indon
esia.
76
77
78
79
80
HASIL WAWANCARA DENGAN PEMEGANG POLIS SAVING PLAN
PT. ASURANSI JIWASRAYA
Nama : Machril
Narasumber : Yang banyak tahu istri. Saya harus tanya dulu. Bisa
pending dan pertanyaan yang lain.
81
82
Narasumber : Dua tahun kami gagal bayar daru pihak Jiwasraya. Lalu
awal tahun 2020 Menteri Erick Thohir berjanji bahwa ada
3 opsi dalam penyelesaian. Rencananya bulan Maret 2020
mulai ada pembayaran. Ternyata nihil, hanya nasabah
tradisional yang dikasih. Nasabah saving plan tidak sama
sekali. Lalu rencana jual aset dan Penyertaan Modal
Negara (PMN) hasilnya pun tidak ada. Nasabah kecewa
sekali. Nasabah mengacu kepada Undang-Undang
Perasuransian Pasal 42 yaitu Perusahaan asuransi jika
akan dilakukan likuidasi harus menyelesaikan seluruh
kewajibannya. Jadi rencana restrukturusasi bisa
dilaksanakan asalkan sesuai peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.