Anda di halaman 1dari 109

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT.

ASURANSI JIWASRAYA
TERHADAP PEMEGANG POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN

(Studi Kasus Wanprestasi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

SYARAFINA SHADRIN

NIM: 11160480000014

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA
TERHADAP PEMEGANG POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN

(Studi Kasus Wanprestasi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

SYARAFINA SHADRIN
NIM: 11160480000014

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M

i
TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA
TERHADAP PEMEGANG POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN

(Studi Kasus Wanprestasi)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

SYARAFINA SHADRIN
NIM. 11160480000014

Pembimbing I Pembimbing II

A.M. Hasan Ali, M.A. Diana Mutia Habibaty, S.E.Sy., M.H.


NIP. 19751201 200501 1 005 NUPN. 99201131

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M

ii
iii
ABSTRAK
SYARAFINA SHADRIN. NIM 11160480000014. TANGGUNG
JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA TERHADAP
PEMEGANG POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN (Studi Kasus Wanprestasi).
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2020 M. Ix + 75 halaman dan 24
halaman lampiran.
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah tanggung jawab hukum PT.
Asuransi Jiwasraya selaku penanggung dalam asuransi kepada pemegang polis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tanggung jawab hukum yang
dilakukan PT. Asuransi Jiwasraya yang tidak melakukan kewajibannya atau bisa
disebut sebagai wanprestasi dan untuk menjelaskan pemenuhan hak pemegang
polis yang dipenuhi oleh PT. Asuransi Jiwasraya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif yuridis yang


melakukan pengkajian terhadap Undang-Undang yang mengatur tentang asuransi
di Indonesia khususnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian dan juga menggunakan pendekatan studi kasus (case approach)
yaitu kasus wanprestasi yang dialami oleh PT. Asuransi Jiwasraya.

Hingga Penelitian ini dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


tidak adanya tanggung jawab hukum berupa tindakan atau sanksi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian pada Pasal 71 yang
seharusnya diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada PT. Asuransi Jiwasraya
sejak terjadinya wanprestasi yaitu pada tahun 2018 yang melanggar hak dari
pemegang polis asuransi. Roll over yang ditawarkan kepada pemegang polis
adalah salah satu bentuk hak yang dapat diberikan yang mana hal ini tertulis
dalam perjanjian asuransi dan menjadi sebuah solusi dari PT. Asuransi Jiwasraya.

Kata Kunci : Tanggung Jawab, Wanprestasi, Hak Pemegang Polis.


Pembimbing Skripsi : 1. A.M. Hasan Ali, M.A.
2. Diana Mutia Habibaty, S.E.Sy.,M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1986 Sampai Tahun 2020.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan karunia nikmat iman, Islam dan nikmat kesehatan sehingga
peneliti telah mampu menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “TANGGUNG
JAWAB HUKUM PT.ASURANSI JIWASRAYA TERHADAP PEMEGANG
POLIS DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2014
TENTANG PERASURANSIAN (STUDI KASUS WANPRESTASI)”.
Sholawat serta semoga tercurahkan kepada Rasulallah SAW, keluarga dan
sahabatnya. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama penelitian dilakukan hingga penelitian ini selesai,
peneliti mendapat banyak bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Peneliti
ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum, dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ali Mansur, M.A. Dosen Pembimbing Akademik.
4. A.M Hasan Ali M.A dan Diana Mutia Habibaty, S.E.,Sy.,M.H. Pembimbing
skripsi yang telah membantu memberikan arahan serta saran sehingga
penelitian dapat terselesaikan.
5. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
memberikan fasilitas kepada peneliti untuk mencari sumber bacaan.
6. Forum Korban PT. Asuransi Jiwasraya, Khususnya kepada Bapak Machril
yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian.

vi
7. Kedua orang tua peneliti yaitu Beni Winarmo dan Enni Anggraeni, serta adik
peneliti Mochammad Daffa Ramadhan dan kepada nenek tercinta Ibu Hj. Siti
Julaikha yang telah memberikan berbagai dukungan serta doa hingga penelitian
ini dapat terselesaikan.
8. Teman yang telah membantu, memberi saran dan menemani saya dalam proses
penyusunan skripsi ini, Gerald Vardi Pratama, Almira Mey Theda, Dina
Rahmawati, Rizka Ramadhani, Shinta Rajni, Ndaru Kusumo Wibowo, dan
Wisnu Wira Agung.
9. Pihak lain yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian penelitian ini.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER………………………….………………………………….i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ...................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
D. Metode Penelitian ....................................................................... 7
E. Sistematika Pembahasan ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TANGGUNG JAWAB
PERUSAHAAN ASURANSI
A. Kerangka Konseptual ................................................................ 12
B. Kerangka Teori ......................................................................... 13
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................ 31
BAB III URAIAN UMUM TENTANG PT. ASURANSI JIWASRAYA
A. Produk Asuransi PT. Asuransi Jiwasraya .................................. 34
B. Penyebab PT. Asuransi Jiwasraya Mengalami Keadaan Gagal
Bayar ........................................................................................ 38
C. Hubungan Hukum Para Pihak Saving Plan yang di Pasarkan
Melalui Bancassurance ............................................................. 41
BAB IV TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA
ATAS PERBUATAN WANPRESTASI TERHADAP
PEMEGANG POLIS
A. Bentuk Tanggung Jawab Hukum PT. Asuransi Jiwasraya
Terhadap Pemegang Polis Pada Saat Perusahaan Melakukan
Wanprestasi .............................................................................. 53

viii
B. Pemenuhan Hak Pemegang Polis Oleh PT. Asuransi Jiwasraya.
................................................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 68
B. Rekomendasi ............................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN……………………………………………………………………..76

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Asuransi merupakan perjanjian antara kedua belah pihak yaitu pihak
penanggung dan pihak tertanggung. Yang mana dalam hal ini pihak
tertanggung merupakan nasabah dan pihak penanggung ialah perusahaan
asuransi. Perjanjian ini merupakan perjanjian pengalihan risiko yang dialami
oleh tertanggung, dengan membayarkan sejumlah premi maka risiko tersebut
dapat dialihkan kepada pihak penanggung. Risiko yang dapat dialihkan
berupa kecelakaan, bencana alam, bahkan sampai dengan kematian
tergantung mengenai objek perjanjiannya.
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa ada beberapa macam risiko yang
bisa saja menimpa siapa saja, baik orang secara individu ataupun pelaku
usaha. Untuk pelaku usaha yang sudah mempunyai pengalaman dalam
mengelola usahanya maupun untuk para profesional, terhadap risiko yang
hendak dialami dalam melaksanakan kegiatan setiap hari, pada umumnya
mereka tidak mengelolanya dengan sendiri namun dialihkan kepada pihak
lain, dalam hal ini dikenal sebagai lembaga asuransi. 1
Namun seiring berjalannya waktu kini asuransi tidak hanya digunakan
oleh pelaku usaha tetapi masyarakat umum juga menggunakan asuransi.
Walaupun penggunaan asuransi di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 6,6%
penduduk Indonesia yang memiliki asuransi jiwa. 2 Asuransi mempunyai
manfaat salah satunya memberikan rasa aman kepada nasabah terhadap hal-
hal yang tidak terduga. Beragam pula jenis-jenis asuransi mulai dari asuransi
jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kendaraan, sampai dengan asuransi

1
Sentosa Sembiring, Hukum Asuransi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2014), h.4.
2
Tia Dwitiani, Penetrasi Asuransi Jiwa Rendah, Tak Sebanding Dengan Pertumbuhan
Penduduk Indonesia, diakses dari https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-
01318956/penetrasi-asuransi-jiwa-rendah-tak-sebanding-dengan-pertumbuhan-penduduk-
indonesia, pada Jumat, 8 November 2019.

1
2

perjalanan. Premi yang dibayarkan juga berbeda-beda antara satu industri


asuransi dengan industri asuransi lainnya.

Per Desember 2019, tercatat di Otoritas Jasa Keuangan yaitu sebanyak 74


perusahaan asuransi Umum, 53 perusahaan asuransi jiwa, 6 perusahaan
reasuransi, 3 perusahaan asuransi wajib dan terdapat 2 perusahaan asuransi
sosial. 3 Beberapa asuransi di Indonesia merupakan Badan Usaha Milik
Negara yaitu PT. Asuransi Jiwasraya, PT. Asuransi Ekspor Indonesia , PT.
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, PT. Asuransi
Kredit Indonesia, dan PT. Asuransi Jasa Indonesia. 4

PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) merupakan perusahaan asuransi pertama


yang ada di Indonesia yang didirikan pada tahun 1859. PT. Asuransi
Jiwasraya terlahir dengan gagasan mulia yaitu mendidik masyarakat untuk
merancang masa depan. Sebuah gagasan besar yang sudah lebih dari 152
tahun lalu disadari arti penting oleh para perintis, pendiri serta penentu
kebijakan di Republik ini. Untuk mengemban tugas mulia ini, Jiwasraya
mengerahkan segala pengabdian serta keahliannya dalam memenuhi tuntutan
kebutuhan masyarakat akan asuransi jiwa dan perencanaan keuangan yang
semakin kompleks dan kompetitif. 5

Namun, pada akhir tahun 2018 terjadi permasalahan mengenai


perusahaan asuransi ini. PT. Asuransi Jiwasraya menghadapi tekanan
likuiditas yang menyebabkan keterlambatan nilai pencairan klaim terhadap
pemegang polis asuransi. Pada 2018 tercatat penundaan pembayaran

3
Direktori Asuransi Triwulan IV 2019, diakses dari https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-
dan-statistik/direktori/asuransi/Pages/-Direktori-Asuransi-Triwulan-IV-2019.aspx, pada Jumat, 5
Juni 2020.
4
Wikipedia, Daftar badan usaha milik negara di Indonesia, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_badan_usaha_milik_negara_di_Indonesia, pada Sabtu, 9
November 2019.
5
Jiwasraya, Sejarah Jiwasraya, https://jiwasraya.co.id/?q=id/sejarah-jiwasraya, pada
Sabtu, 9 November 2019.
3

dilakukan untuk 711 polis produk bancassurance senilai Rp 802 miliar. 6


Perusahaan tersebut pada 2019 tercatat menanggung tunggakan pembayaran
klaim jatuh tempo kepada 1.286 pemegang polis dengan nilai bunga Rp 96,58
miliar.7 PT. Asuransi Jiwasraya bekerja sama dengan tujuh bank dalam
melakukan pemasaran terhadap produk bancassurance yang dikenal sebagai
Saving Plan yang diterbitkan lima tahun lalu. Ketujuh bank tersebut adalah
Bank Tabungan Negara (BTN), Standard Chartered, Bank KEB Hana
Indonesia, Bank Victoria, Bank ANZ, Bank QNB Indonesia, dan Bank
Rakyat Indonesia (BRI). Saving plan ialah produk asuransi jiwa dengan
kegunaan memberikan perlindungan berupa proteksi meninggal dunia atau
cacat tetap total karena kecelakaan, serta memberikan manfaat lain yaitu
kepastian investasi sebesar pengembalian pokok dan hasil investasi yang
dijamin. 8

Pada 2019, diduga penyebab ketidakmampuan membayar klaim yang


dialami PT.Asuransi Jiwasraya disebabkan oleh tekanan likuiditas yang
terjadi karena kesalahan investasi. Pada periode 2007 hingga 2012,
perusahaan asuransi tersebut menempatkan dananya pada repo saham.
Transaksi repo (repurchase agreement) adalah pinjaman yang diberikan
dengan agunan berupa saham. Pinjaman seperti ini menawarkan bunga yang
tinggi mengingat risikonya juga tinggi. Masalah muncul ketika pasar modal
melemah dan harga-harga saham anjlok. Perusahaan tidak bisa menjual
saham yang menjadi agunan pinjaman tersebut karena nilainya turun.

6
Safrezi Fitra, Salah Investasi Jiwasraya yang Berujung Gagal Bayar, diakses dari
https://katadata.co.id/telaah/2018/10/23/salah-investasi-jiwasraya-yang-berujung-gagal-bayar,
pada Sabtu, 9 November 2019.
7
Tony Hartawan, BUMN: Holding Asuransi Bukan Solusi Selamatkan Jiwasraya,
diakses dari https://bisnis.tempo.co/read/1274517/bumn-holding-asuransi-bukan-solusi-
selamatkan-jiwasraya/full&view=ok, pada Sabtu, 9 November 2019.
8
Jiwasraya, JS Proteksi Plan, diakses dari
https://www.jiwasraya.co.id/?q=id/product/bancassurance/js-proteksi-plan, pada Sabtu, 9
November 2019.
4

Perusahaan asuransi sebagai pemberi pinjaman bisa rugi jika memaksakan


menjual jaminan saham saat harganya rendah. 9

PT. Asuransi Jiwasraya berjanji akan membayarkan klaim milik para


pemegang polis, namun setelah dua tahun berlalu sampai hari ini masih
terdapat pemegang polis yang belum mendapatkan pembayaran atas klaimnya
tersebut. Para pemegang polis mencoba untuk menghubungi pihak dari PT.
Asuransi Jiwasraya, namun tidak membuahkan hasil. Salah satu di antaranya
adalah Lee Kang Hyun, Vice President PT Samsung Electronics Indonesia
yang juga President Korean Chamber of Commerce in Indonesia (Kocham).

Hal ini tentu sangat merugikan pemegang polis karena tujuan utama
pemegang polis menggunakan asuransi untuk melindungi dirinya dari hal-hal
tak terduga, tetapi dalam hal pengajuan klaim kepada perusahaan asuransi
tidak dapat melakukan pembayaran atas pengalihan risiko yang sudah
menjadi kewajibannya dalam perjanjian asuransi.

Perusahaan asuransi sebagai penanggung mempunyai kewajiban: 10

1. Memberikan ganti rugi atau memberikan sejumlah uang kepada


tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali
apabila terdapat sesuatu hal untuk dijadikan alasan agar perusahaan
asuransi terbebas dari kewajiban tersebut.
2. Menandatangani polis serta menyerahkannya langsung kepada
tertanggung.
3. Mengembalikan premi kepada tertanggung apabila asuransi batal
ataupun gugur, dengan ketentuan tertanggung belum menanggung
risiko sebagian ataupun seluruhnya.

9
Safrezi Fitra, Salah Investasi Jiwasraya yang Berujung Gagal Bayar, diakses dari
https://katadata.co.id/telaah/2018/10/23/salah-investasi-jiwasraya-yang-berujung-gagal-bayar,
pada Sabtu, 9 November 2019.
10
Man Suparaman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
(Bandung: Alumni, 2003), h.23.
5

4. Dalam asuransi kebakaran, penanggung wajib menanggung biaya


kerugian yang dibutuhkan untuk membangun kembali jika dalam
perjanjian atau polis tertulis hal tersebut.

Dalam ketentuan di atas jelas bahwa perusahaan asuransi wajib


memberikan ganti kerugian kepada tertanggung atau pemegang polis apabila
peristiwa itu terjadi. Namun, ketika tertanggung mengajukan klaim kepada
perusahaan asuransi, perusahaan tersebut menyatakan bahwa mereka tidak
mampu untuk membayar.

Dari permasalahan di atas, karena belum terdapatnya tindakan mengenai


pembayaran klaim jatuh tempo sejak 2018 dan hal tersebut tentu sangat
merugikan pemegang polis, peneliti merasa hal ini perlu dikaji lebih dalam
mengenai tanggung jawab hukum perusahaan asuransi terhadap hak-hak
nasabah PT Jiwasraya, dalam judul “Tanggung Jawab Hukum PT. Asuransi
Jiwasraya terhadap Pemegang Polis di tinjau dari Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 (Studi Kasus Wanprestasi).”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan dalam latar
belakang masalah, maka identifikasi masalah sebagai berikut:
a. Lemahnya pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan.
b. Tidak diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik.
c. Kurang lengkapnya aturan mengenai Perasuransian di Indonesia.
d. Perlunya tindakan berupa tanggung jawab hukum yang dilakukan oleh
PT.Asuransi Jiwasraya.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
pembahasan ini hanya berfokus pada satu titik permasalahan, peneliti
dalam hal ini akan mengkaji secara mendalam mengenai tanggung jawab
6

hukum PT. Asuransi Jiwasraya terhadap pemegang polis di tinjau dari


Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pembatasan masalah di
atas, perumuskan masalah yang akan peneliti angkat adalah bentuk
tanggung jawab PT. Asuransi Jiwasraya dalam menangani klaim dari
pemegang polis. Untuk memudahkan penelitian maka dalam rumusan
masalah ini dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut
a. Bagaimana bentuk tanggung jawab hukum PT. Asuransi Jiwasraya
terhadap pemegang polis pada saat perusahaan melakukan
wanprestasi?
b. Bagaimana pemenuhan hak pemegang polis oleh PT. Asuransi
Jiwasraya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak


dicapai dari penelitian ini ialah:

a. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab hukum PT. Asuransi


Jiwasraya terhadap pemegang polis pada saat perusahaan melakukan
wanprestasi.
b. Untuk mengetahui pemenuhan hak pemegang polis oleh PT. Asuransi
Jiwasraya.

2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan beberapa manfaat, baik manfaat secara
teoritis maupun manfaat secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa penambahan pengetahuan sebagai kajian dari sudut pandang
7

hukum terutama dibidang hukum asuransi serta sebagai referensi untuk


melakukan penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai risiko sebelum melakukan perjanjian asuransi serta untuk
meningkatkan tanggung jawab perusahaan asuransi di Indonesia
sebagai pihak penanggung.

D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Pendekatan Undang-Undang
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi
11
dan regulasi. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti peraturan-
peraturan yang menjadi landasan hukum tentang tanggung jawab
perusahaan asuransi terhadap pemegang polis apakah telah sesuai
dengan Pasal 71 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kasus
(case approach) yaitu kasus wanprestasi yang dialami oleh PT
Asuransi Jiwasraya.
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
normatif yuridis, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji
penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif12,
yaitu akan mengkaji Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
3. Bahan Hukum
Dalam penelitian ini terdapat beberapa bahan hukum yang
digunakan, yaitu:
a. Bahan Hukum Primer

11
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:
Bayumedia Publishing, 2006), h. 302.
12
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, …h.295.
8

Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai bahan hukum


primer ialah:
1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
3) POJK Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi
dan Pemasaran Produk.
4) POJK Nomor 32/SEOJK.05/2016 tentang Saluran
Pemasaran Produk Asuransi Melalui Kerja Sama dengan
Bank (Bancassurance).
5) POJK Nomor 33/SEOJK.03/2016 tentang Penerapan
Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerja Sama
Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance).
6) POJK Nomor 73/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola yang
Baik Bagi Perusahaan Perasuransian.
7) POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
8) POJK Nomor 28/POJK.05/2015 tentang tentang
Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan
Resuransi, dan Perusahaan Resuransi Syariah.
9) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor KEP-104/BL/2006 Tentang
Produk Unit Link.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum sekunder adalah data yang diperoleh
melalui studi kepustakaan yang mengacu pada Polis Asuransi
Super Jiwasraya Plan dan dengan melakukan wawancara dengan
narasumber yaitu nasabah PT. Asuransi Jiwasraya yang
tergabung dalam Forum Korban Gagal Bayar Jiwasraya.
9

c. Bahan Hukum Tersier


Berupa sumber-sumber yang digunakan sebagai pelengkap
dari bahan primer dan bahan sekunder, seperti ensiklopedia, dan
sumber-sumber lainnya yang diakses melalui internet yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu tentang
permasalahan wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Asuransi
Jiwasraya.
4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
pengumpulan data melalui studi kepustakaan, yaitu dengan
melakukan penelitian terhadap polis asuransi Super Jiwasraya Plan
dan melakukan wawancara dengan pihak terkait yaitu pemegang
polis asuransi PT. Asuransi Jiwasraya. Berbagai sumber bacaan
seperti buku-buku yang berkaitan dengan tanggung jawab hukum
perusahaan asuransi dan hak pemegang polis sebagai pemakai jasa
asuransi yang dikemukakan oleh pendapat para ahli, surat kabar,
artikel, kamus dan juga berita yang di peroleh melalui media
internet.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini akan dikaji dengan analisis kualitatif. Analisis
kualitatif artinya dianalisis dengan data-data yang sudah ada. Metode
analisis dan secara kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang
dijadikan rujukan dalam menyajikan permasalahan hukum yang
menjadi objek kajian. 13 Data yang sudah ada akan diolah dan
dianalisis secara deduktif, yang selanjutnya dikaitkan dengan norma-
norma hukum, doktrin-doktrin hukum, dan teori ilmu hukum yang
ada.

13
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Sinar Grafika,2011), h.107.
10

6. Pedoman Penulisan
Pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam menyusun
skripsi ini mengacu pada kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan
buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dam Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”.

E. Sistematika Pembahasan
Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab-bab agar dapat
memperjelas cakupan permasalahan yang menjadi objek penelitian dan
memudahkan para pembaca untuk memahami isi dari penelitian ini, urutan
masing-masing bab dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi
penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN
ASURANSI
Pada bab ini, akan dibahas dua jenis kajian pustaka, yakni
kerangka konseptual yang membahas mengenai kata-kata
atau istilah-istilah yang muncul pada penelitian ini agar
tidak terjadi kerancuan pemahaman terhadap istilah-istilah,
lalu juga kajian teoritis yang mana membahas teori-teori
yang berkaitan dengan pembahasan terkait penelitian ini.
Pada sub bab selanjutnya di bab ini juga membahas review
studi terdahulu. Pada sub bab ini mendeskripsikan hasil
penelusuran penulis terhadap studi atau penelitian terdahulu
yang serumpun. review studi terdahulu, agar tidak
terjadinya persamaan terhadap materi muatan dan
pembahasan yang dibuat antara peneliti dengan pihak lain.
11

BAB III URAIAN UMUM TENTANG PT. ASURANSI


JIWASRAYA
Pada bab ini menjelaskan bahwa peneliti akan membahas
dan menguraikan beberapa data yang berhubungan erat
dengan apa yang menjadi titik fokus pembahasan dalam
penelitian ini, yaitu akan menjabarkan mengenai produk
asuransi yang dipasarkan oleh PT. Asuransi Jiwasraya,
Penyebab PT. Asuransi Jiwasraya melakukan wanprestasi,
dan Hubungan Hukum Para Pihak Saving Plan yang
dipasarkan Melalui Bancassurance.
BAB IV TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. ASURANSI
JIWASRAYA ATAS PERBUATAN WANPRESTASI
TERHADAP PEMEGANG POLIS
Pada bab ini peneliti membahas dan menjawab
permasalahan yang ada pada penelitian ini diantaranya
menjelaskan dan menganalisis serta menjawab
permasalahan hukum mengenai bentuk tanggung jawab PT.
Asuransi Jiwasraya terkait tidak dibayarkannya klaim
pemegang polis berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian dan pemenuhan hak
pemegang polis yang telah dilakukan oleh pihak
perusahaan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian
dari peneliti dan rekomendasi. Kesimpulan merupakan
penyederhanaan dari hasil analisis data dan dapat ditarik
dari uraian yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya
yang saling erat dengan pokok masalah. Bab V diakhiri
dengan rekomendasi. Rekomendasi dibuat berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN


ASURANSI
A. Kerangka Konseptual
Pada ulasan ini, peneliti menggunakan beberapa konsep mengenai istilah
yang hendak digunakan pada penelitian, diantaranya yaitu:
1. PT. Asuransi Jiwasraya
PT. Asuransi Jiwasraya merupakan perusahaan asuransi yang mana
perusahaan tersebut didirikan berbentuk Perseroan Terbatas sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Kepengurusan perusahaan tersebut terdiri dari Direktur
Utama yang dijabat oleh Hexana Tri Sasongko (periode 2018-
sekarang), Dasuki Amsir selaku Komisaris Utama (periode 2020), dan
pemegang saham yaitu Pemerintah atau biasa disebut dengan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam penelitian ini PT. Asuransi
Jiwasraya merupakan pihak penanggung yang wajib untuk memenuhi
klaim dari para pemegang polis.
2. Pemegang Polis
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 pada Pasal 1
angka 22, pemegang polis dapat diartikan sebagai suatu pihak yang
mengikatkan dirinya, dan menjadi tanggungan dari perusahaan
asuransi. Dalam penelitian ini pemegang polis yang dimaksud ialah
seseorang yang telah mengikatkan dirinya dengan PT. Asuransi
Jiwasraya dan memiliki jenis polis Saving Plan (Produk
Bancassurance).
3. Wanprestasi
Wanprestasi merupakan keadaan dimana suatu pihak yang
mempunyai kewajiban untuk menanggung sesuatu, tetapi tidak dapat
menjalankan kewajibannya. Dalam hal perasuransian ialah perusahaan

12
13

asuransi sebagai pihak yang mempunyai kewajiban menanggung


risiko tidak dapat memenuhi klaim pemegang polis.
Wanprestasi juga dapat diartikan yaitu ketika pihak yang telah
membuat perjanjian tidak dapat memenuhi prestasinya atau
kewajibannya bagi pihak lainnya (ingkar janji).
Menurut Ahmadi Miru didalam bukunya memaparkan beberapa
perbuatan yang dapat dikatakan wanprestasi ialah sebagai berikut:1
a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali.
b. Melakukan prestasi namun tidak sepenuhnya.
c. Memenuhi prestasi, namun lewat dari waktu yang seharusnya.
d. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.
Ahli hukum lain yaitu Abdulkadir Muhammad menjelaskan lebih
lanjut mengenai wanprestasi berupa tidak terpenuhinya hak kreditur
yang menjadi kewajiban debitur dapat disebabkan oleh dua
kemungkinan alasan, yaitu: 1) Karena alasan debitur, baik sengaja
atau tidak dipenuhinya kewajiban maupun karena kelalaian; 2) Karena
keadaan memaksa (overmacht) atau (force majeure) diluar
kemampuan debitur.2

Selanjutnya terdapat pendapat yang dikemukakan oleh Wirjono


Prodjodikoro, mengatakan bahwa wanprestasi adalah ketiadaaan suatu
prestasi di dalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus
dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam
bahasa Indonesia dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk
prestasi dan ketiadaan pelaksanaannya janji untuk wanprestasi”.3

B. Kerangka Teori
1. Asuransi Pada Umumnya

1
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: Rajawali Pers,
2007),h. 74.
2
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan,…h.78.
3
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur Pustaka,2012),
h.17.
14

a. Pengertian Asuransi
Asuransi berasal dari kata verzekering (Belanda) yang
berarti pertanggungan. Dari sudut pandang ekonomi dan hukum
asuransi ialah wujud manajemen risiko utama yang dapat
digunakan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian
yang belum tentu. Asuransi didefinisikan sebagai transfer yang
wajar (adil) atas risiko kerugian, dari satu entitas ke entitas lain.
Dengan kata lain, asuransi adalah suatu sistem yang diciptakan
untuk melindungi orang, kelompok, atau pelaku usaha terhadap
risiko kerugian finansial dengan upaya membagikan atau
menyebarkan risiko melalui pembayaran sejumlah premi. 4
Definisi asuransi diatur dalam Pasal 246 KUHD yang
menyatakan asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tertentu.
Pengertian Asuransi dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, Asuransi
merupakan perjanjian diantara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi dasar atau acuan
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi dengan imbalan
untuk :

1) Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang


polis karena kerugian yang dideritanya, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan maupun tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung

4
Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, (Depok: Rajawali Pers,2017) h.1.
15

/ pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak


pasti tersebut; atau
2) Memberikan pembayaran dengan acuan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidup si
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

b. Pengertian Perusahaan Asuransi


Perusahaan asuransi yang biasa disebut dengan penanggung
diartikan dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang perasuransian yaitu Perusahaan asuransi umum dan
perusahaan asuransi jiwa. Dan didalam Pasal 1 angka 4 Usaha
Perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggungan
atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan
distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan
keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi
syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah.
Lebih jelas lagi dituangkan dalam tulisan milik Sri Redjeki
Hartono yang menyatakan bahwa Perusahaan Asuransi Adalah
perusahaan yang bertindak sebagai penanggung risiko.5 Seorang
politisi asal Amerika bernama Mark R. Green mengatakan bahwa
asuransi ialah lembaga ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi
risiko dengan jalan mengombinasikan dalam suatu pengelolaan
sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian
tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas
tertentu.6
c. Jenis-Jenis Asuransi

5
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,(Jakarta:Sinar
Grafika,1995),Cet II, h. 15.
6
Dessy Danarti, Jurus Pintar Asuransi – Agar Anda Tenang, Aman, dan Nyaman, ,
(Yogyakarta: Gmedia, 2011),h.7.
16

Di Indonesia asuransi terbagi menjadi beberapa macam diantaranya


yaitu: 7
1) Menurut Sifat Perikatannya
a) Asuransi Sukarela
Asuransi sukarela ialah asuransi yang diikuti secara
sukarela tanpa adanya paksaan atau perintah dari pihak
tertentu yang mewajibkan, dan hal tersebut dilakukan antara
penanggung dan tergugat sesuai dengan perjanjian.
b) Asuransi Wajib
Asuransi wajib ialah asuransi yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah bagi warga negaranya yang bersifat wajib dan
hal tersebut telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional , salah
satunya adalah asuransi sosial.
2) Menurut Jenis Usaha
Bersumber pada Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, menurut jenis usahanya
asuransi terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a) Asuransi Kerugian
Asuransi kerugian adalah asuransi khusus yang
bergerak di bidang jasa perlindungan terhadap harta
kekayaan dari ancaman bahaya atau peristiwa tidak pasti,
misalnya asuransi kebakaran, asuransi tanggung gugat,
asuransi pengangkutan barang, asuransi kendaraan bermotor
dan asuransi kredit.
b) Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah asuransi khusus yang memberikan
perlindungan terhadap keselamatan jiwa seseorang dari
ancaman bahaya kematian. Contohnya adalah asuransi

7
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan,…h. 135.
17

kecelakaan diri, asuransi jiwa berjangka, asuransi jiwa


seumur hidup.
Asuransi jiwa kini terbagi menjadi dua macam yaitu
asuransi jiwa tradisional dan asuransi jiwa unit link.
Perbedaannya ialah asuransi jiwa tradisional hanyalah
menanggung risiko kematian, berbeda dengan jenis unit link
yang mana tidak hanya mencakup proteksi berupa kematian
melainkan juga investasi. Pada tahun 1957 adalah awal
mula polis unit link dikenal dan dikembangkan di Negara-
negara maju dan salah satunya di Negara Inggris yang
mereka sebut sebagai universal life. Asuransi unit link
mendapatkan pengesahan di Indonesia dengan
dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-104/BL/2006
Tentang Produk Unit Link dan diatur lebih jelas dalam
Peraturan OJK Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk
Asuransi dan Pemasaran Produk.
Asuransi unit link bisa disebut sebagai invesment-
linked yang mana pada umumnya berkaitan dengan ekuitas
atau saham. jenis asuransi seperti ini merupakan gabungan
antara produk asuransi jiwa tradisional dan investasi,
asuransi ini dapat dikatakan asuransi dwiguna karena
mempunyai dua manfaat. Perihal produk asuransi jiwa
berupa risiko kematian,kecelakaan dan peristiwa lainnya
yang tertuang dalam polis menjadi pertanggungan dari
perusahaan asuransi, pada produk unit link risiko tersebut
juga tetap menjadi bagian tanggungan dari perusahaan
asuransi tetapi tidak untuk risiko investasi yang ditanggung
secara pribadi oleh pemegang polis.
Karena dalam unit link, pemegang polis bebas untuk
memilih investasi seperti apa. Beberapa jenis asuransi unit
18

link, yang ditawarkan pada perusahaan asuransi jiwa antara


lain:
1. Link Rupiah Managed Fund (Reksa Dana Campuran
Rupiah) yaitu dana investasi yang dimaksimalkan pada
pasar uang Rupiah, saham, dan obligasi.
2. Link USD Managed Fund (Reksa Dana Campuran
USD) merupakan dana investasi yang dimaksimalkan
pada pasar uang USD, obligasi, dan saham.
3. Link Equity Fund (Reksa Dana Saham) ialah
penempatan dana investasi berupa pembelian saham.
4. Link Fixed Income Fund (Reksa Dana Pendapatan
Tetap) adalah dana investasi dimaksimalkan pada surat
utang Pemerintah.
5. Link Rupiah Cash Fund (Reksa Dana Pasar Uang)
adalah dana investasi ditempatkan pada surat utang
berjangka waktu pendek atau yang biasa disebut
dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan dapat juga
dimaksimalkan pada pasar uang.
c) Reasuransi
Reasuransi adalah asuransi kepada pihak ketiga atau
asuransi ulang, yaitu suatu perusahaan asuransi kerugian
atau perusahaan asuransi jiwa karena tidak ingin
menanggung risiko yang terlalu berat maka perusahaan
tersebut melindungi dirinya dengan cara menggunakan jasa
asuransi lain.
d) Asuransi Sosial
Asuransi sosial adalah asuransi yang khusus bergerak di
bidang jasa perlindungan terhadap keselamatan jiwa dan
raga masyarakat umum yaitu berupa peserta dan anggota
keluarganya (jika didaftarkan) dari risiko kecelakaan lalu
lintas, kecelakaan kerja, penyakit, berkurangnya pendapatan
19

karena pensiun, berkurangnya kemampuan kerja karena usia


lanjut.
d. Jenis-Jenis Klaim8
1) Klaim jatuh tempo (Maturity Claim)
Klaim jatuh tempo ialah suatu keadaan bahwa pemegang polis
bertahan hidup sampai berakhirnya perjanjian asuransi, yaitu
sampai tanggal jatuh tempo.
2) Klaim atas Penebusan
Klaim yang dapat dimohonkan saat polis telah menghasilkan
saldo tunai, sementara pemegang polis atau tertanggung
mengakhiri perjanjian asuransi.
3) Klaim Kematian (Death Claim)
Klaim yang dapat diajukan oleh ahli waris dari pihak
tertanggung, ketika tertanggung telah meninggal dunia.
4) Klaim atas Kecelakaan
Klaim dari pihak tertanggung yang disebabkan oleh kecelakaan
yang dialaminya pada saat polis tersebut masih berlaku.
5) Klaim atas Asuransi Perawatan Rawat Inap dan Operasi +
Rawat Jalan
Klaim yang disebabkan oleh tertanggung menderita penyakit
dan memerlukan rawat inap atau hanya rawat jalan.
e. Prinsip-prinsip dalam asuransi
Dalam penerapannya, asuransi berlandaskan pada prinsip-
prinsip yang telah diatur dalam KUHD. Hal ini harus diterapkan
agar perjanjian asuransi antara pihak tertanggung dan penanggung
dapat berjalan dengan baik dan memiliki kekuatan yang mengikat.
1) Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan (Principle of
Insurable Interest)

8
Bumiputera, Prosedur Pengajuan Klaim, diakses dari
http://ajb.bumiputera.com/pages/default/information_center/procedures/claims, pada Senin, 13 Juli
2020.
20

Prinsip ini dapat diartikan sebagai adanya hak atau


hubungan dengan persoalan inti dari perjanjian seperti
menderita kerugian finansial sebagai akibat terjadinya
kerusakan, kerugian, atau kehancuran suatu benda.9
Prinsip ini dijabarkan dalam Pasal 250 KUHD yang
menentukan bahwa :
”Apabila seorang yang telah mengadakan pertanggungan
untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah
diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya
pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap
barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah
diwajibkan memberikan ganti rugi.”

Kepentingan yang terdapat dalam Pasal 250 KUHD harus


memenuhi syarat yang diatur dalam Pasal 268 KUHD dimana
kepentingan tersebut dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh
suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.

Dari keterangan di atas, hal penting yang harus dikandung


dalam prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan, yaitu : 10

a) Harus ada harta benda, hak, kepentingan, jiwa, anggota


tubuh, atau tanggung gugat yang dapat dipertanggungkan dan
menjadi objek pertanggungan.
b) Tertanggung harus mempunyai hubungan dengan pokok
pertanggungan, dengan hubungan mana tertanggung tidak
akan mengalami kerugian apabila pokok pertanggungan itu
selamat atau bebas dari tanggung gugat, dan akan menderita
kerugian apabila pokok pertanggungan itu mengalami
kerusakan atau menimbulkan tanggung gugat. Dalam hal ini

9
Chairul huda dan lukman hakim, Tindak Pidana dalam Bisnis Asuransi, (Jakarta:
LPHI,2006),h.7.
10
Supardjono, Perasuransian di Indonesia, (Jakarta:Dedikbud,2004), h.64.
21

misalnya dalam hal asuransi kendaraan yang mana pokok


pertanggungannya ialah sebuah mobil. Maka seseorang yang
mempunyai kendaraan tersebut mempunyai hubungan
kepemilikan dengan objek tersebut.
c) Bahwa hubungan antara tertanggung dengan pokok
pertanggungan itu diakui oleh hakim.
2) Prinsip Itikad Terbaik (Utmost Good Faith)
Penerapan prinsip itikad terbaik dalam perjanjian asuransi
diatur dalam Pasal 251 KUHD yang menyatakan bahwa :
“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun
setiap memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si
tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang
demikian sifatnya, sehingga, seandainya si penanggung telah
mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak
akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang
sama mengakibatkan batalnya perjanjian.”
Pasal 251 KUHD menegaskan bahwa kewajiban untuk
melaksanakan itikad terbaik hanya berlaku pada pihak
tertanggung karena terdapat anggapan mengenai pihak
tertangggung yang paling mengetahui tentang obyek yang
diasuransikan.
Namun, dalam penerapannya seharusnya tidak hanya
menitikberatkan kepada pihak tertanggung saja. Pihak
penanggung juga memiliki kewajiban yang sama dalam hal ini
untuk memberikan pernyataan atau informasi yang sesuai
dengan apa yang diperjanjikan.
3) Prinsip Sebab Akibat (Causalitiet Principle)
Menurut definisi asuransi yang diatur dalam Pasal 246
KUHD “pihak penanggung hanya akan wajib membayar ganti
rugi, apabila kerugian atau kerusakan itu disebabkan oleh
suatu peristiwa yang tidak tertentu, yang dimaksud dengan
22

suatu peristiwa yang tidak tertentu disini adalah suatu


peristiwa yang tak tertentu yang telah diperjanjikan antara
pihak tertanggung dengan pihak tertanggung.”
Definisi standar dari proximate cause adalah sebagai berikut:11
Proximate cause means the active, efficient cause that sets in
motion a train of events which brings about a result, without the
intervention of any force started and working actively from a new
and independent source.
Artinya :
Penyebab proximate artinya penyebab aktif, efisien yang
menggerakkan suatu rangkaian peristiwa yang membawa akibat,
tanpa adanya intervensi dari suatu kekuatanpun yang timbul dan
bekerja secara aktif dari sumber yang baru dan berdiri sendiri.
4) Prinsip Kontribusi (Contribution)
Prinsip ini diatur dalam Pasal 278 KUHD yang mana hanya
dapat diterapkan pada asuransi berganda. Apabila Tertanggung
mengasuransikan objek yang sama dan jumlah yang sama pula
kepada lebih dari satu penanggung atau perusahaan asuransi,
maka ketika tertanggung mengalami kerugian masing-masing
penanggung memikul harga yang sebenarnya dari kerugian
tersebut.12
5) Prinsip Subrogasi (Subrogation)
Seorang penanggung yang sudah melakukan pembayaran
ganti kerugian kepada tertanggung atas suatu benda yang
dipertanggungkannya, menggantikan tertanggung dalam segala
hak yang diperolehnya terhadap pihak ketiga yang telah
menimbulkan kerugian tersebut, dan tertanggung itu
bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat

11
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, (Jakarta:PT. Pustaka Banaman
Presindo,1999), h.65.
12
Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi
Deposito, Usaha Perasuransian, (Bandung:Alumni,2003), h. 63.
23

merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga itu.


Penggantian kedudukan semacam ini dalam hukum perdata
disebut Subrogasi (subrogatie, subrogation).
Subrogasi mempunyai tujuan mencegah tertanggung
mendapat ganti kerugian yang melebihi kerugian (double
pergantian dari perusahaan asuransi dan pihak yang telah
menyebabkan kerusakan) yang dideritanya. 13
6) Prinsip ganti rugi (Indemnity)
Menurut pasal 246 KUHD, pengertian asuransi adalah
suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tertentu.
Prinsip ini mengatur mengenai pemberian ganti rugi kepada
tertanggung karena suatu kerugian yang disebabkan oleh suatu
bahaya. Dalam hal ini biasanya pihak penanggung menerapkan
prinsip indemnity dengan 3 cara yaitu: 14
a) Cash: maksudnya ialah jika tertanggung
mengajukan klaim atas kerugian yang
dideritanya, maka penanggung memberikan
ganti rugi dengan menggunakan uang tunai.
b) Repair: dalam hal ini jika tertanggung mengalami
kerugian, penanggung akan melakukan
perbaikan terhadap objek pertanggungan.
c) Replacement: Apabila mendapat kerugian pada objek
pertanggungan, namun tidak dapat

13
A.M. Hasan Ali, “Asuransi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam
Al-Mizan, Vol.1, 2, (2009), h.172.
14
A.M. Hasan Ali, “Asuransi dalam Perspektif Islam”,…h.171.
24

dilakukan perbaikan maka objek tersebut


digantikan dengan objek yang sama.
2. Teori Perjanjian
Menurut Subekti, perjanjian ialah suatu peristiwa dimana terdapat
seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang tersebut saling
berjanji untuk melaksanakan kewajibannya masing-masing.14 Dari
peristiwa ini, timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara
dua orang yang membuatnya.
Menurut Syahmin A.K dalam bentuknya, perjanjian merupakan
suatu rangkaian ucapan yang berisi janji-janji atau kesanggupan yang
ditulis atau diucapkan.15 Ahli hukum lain berpendapat yaitu menurut M.
Yahya Harahap, perjanjian adalah hubungan hukum yang menyangkut
hukum kekayaan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang memberi hak
pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. 16
Unsur-unsur perjanjian diperlukan untuk mengetahui apakah yang
dihadapi adalah suatu perjanjian atau bukan, memiliki akibat hukum
atau tidak. Unsur-unsur yang terdapat dalam suatu perjanjian diuraikan
oleh Abdulkadir Muhammad sebagai berikut: 17

a. Ada pihak-pihak.
Pihak yang dimaksud adalah subjek perjanjian terdapat
paling sedikit dua orang atau badan hukum yang memiliki
wewenang untuk melakukan perbuatan hukum berdasarkan aturan
yang telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan asas kebebasan
berkontrak yang berarti setiap orang bebas membuat perjanjian
dengan siapapun. Selain itu para pihak berhak juga untuk: 1)
Membuat atau tidak membuat perjanjian; 2) Menentukan isi

14
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata Cetakan ke-31, (Jakarta:Intermasa,2003),h.5.
15
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional,( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006), h.140.
16
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum perjanjian,(Bandung: Alumni,1986), h.6.
17
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan,…h.78.
25

perjanjian, pelaksanaan, serta; 3) Menentukan bentuk perjanjiannya


apakah tertulis atau lisan.
Dapat dilihat Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.
Pada Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata menyatakan : “Pada
umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Kemudian pasal 1340
KUH Perdata menyatakan bahwa “Perjanjian hanya berlaku
antara pihak yang membuatnya“.
Syarat Sahnya Perjanjian Menurut Pasal 1320 KUH Perdata
untuk syarat sahnya perjanjian diperlukan empat syarat: 1) Sepakat
mereka yang mengikatkan dirinya; 2) Cakap untuk membuat suatu
perjanjian; 3) Mengenai suatu hal tertentu; 4) Suatu sebab yang
halal. Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat subjektif karena
mengenai orangorang atau subjeknya yang mengadakan perjanjian,
sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat-syarat objektif
karena mengenai objek yang tertuang dalam perjanjian.

b. Ada Persetujuan
Persetujuan dilakukan antara pihak-pihak yang bersifat tetap
dan bukan suatu perundingan. Persetujuan didasari karena adanya
kesepakatan. Asas konsesualisme (consensualism) dapat
disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Pasal
tersebut menetapkan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
adalah adanya kesepakatan antara pihak yang mengadakan
perjanjian. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa
perjanjian tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan
adanya kesepakatan kedua belak pihak.

c. Ada tujuan yang hendak dicapai.


Hal ini dimaksudkan bahwa tujuan dari pihak kehendaknya
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
undang-undang.
26

d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan.


Hal itu dimaksudkan bahwa prestasi merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak sesuai dengan syarat-syarat
perjanjian. Pihak pertama berhak atas sesuatu dan pihak kedua
berkewajiban melaksanakan apa yang telah diperjanjikan tersebut.
e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan.
Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda) ini dapat
diartikan sebagai perjanjian yang dibuat oleh para pihak mengikat
untuk pihak yang bersangkutan. Asas pacta sunt servanda
merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagai layaknya
sebuah undang-undang. Mereka dilarang melakukan intervensi
terhadap subtansi kontrak yang dibuat para pihak. Asas pacta sunt
servanda sebagaimana pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata.
Tanpa adanya persetujuan kedua belah pihak, perjanjian tidak dapat
dibatalkan dan dilaksanakan karena terdapat alasan dari para pihak
yang cukup menurut Undang-Undang. Hal tersebut harus
dilaksanakan dengan itikad baik yaitu debitur dan kreditur wajib
melaksanakan subtansi perjanjian berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemampuan dari kedua belah pihak.
Perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau tertulis. Hal ini
sesuai ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya
dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan
mengikat dan bukti yang kuat.
f. Ada syarat-syarat tertentu
Agar suatu perjanjian atau kontrak menjadi sah ada syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhi menurut Undang -Undang.
Berdasarkan pendapat tersebut maka unsur–unsur
perjanjian menurut Herlien Budiono terdiri atas: 18

18
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2009),h. 5.
27

1) Kata sepakat dari dua pihak;


2) Kata sepakat yang tercapai harus tergantung kepada para pihak;
3) Keinginan atau tujuan para pihak untuk timbulnya akibat
hukum;
4) Akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu dan atas
beban yang lain atau timbal balik;
5) Dibuat dengan mengindahkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3. Teori Tanggung Jawab Hukum


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab
merupakan kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-
apa boleh dituntut, dipersalahkan, serta diperkarakan.19 Dalam kamus
hukum, tanggung jawab ialah sebuah keharusan untuk seseorang
melakukan apa yang sudah menjadi kewajibannya. 19
Namun, Titik Triwulan mengemukakan pemikiran lain tentang
pertanggungjawaban wajib memiliki dasar, menurutnya hal yang dapat
menimbulkan hak hukum bagi seseorang untuk menuntut orang lain
sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain
untuk memberi pertanggungjawabannya. 20 Prinsip dasar pertanggung
jawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa seseorang harus
bertanggung jawab karena ia melakukan kesalahan karena merugikan
orang lain. Abdulkadir Muhammad menggolongkan tanggung jawab
dalam perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi
beberapa teori, yaitu:21

19
KBBI Daring, Pengertian Tanggung Jawab, diakses dari
https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab, pada Senin, 21 September 2020.
19
Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 49.
20
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien,(Jakarta: Prestasi
Pustaka,2010), h.48.
21
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung:Citra Aditya Bakti,
2010), h.503.
28

a. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan


dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat secara sadar
melakukan perbuatan yang risikonya telah ia ketahui sehingga dapat
mengakibatkan kerugian pada penggugat.
b. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
karena kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep
kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum
yang sudah bercampur baur (interminglend).
c. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa
mempersoalkan kesalahan (strick liability), didasarkan pada
perbuatannya baik secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya
meskipun bukan kesalahannya tetap bertanggung jawab atas
kerugian yang timbul akibat perbuatannya.
Pertanggungjawaban hukum yang dapat dikenakan kepada pelaku
usaha apabila dalam melakukan usahanya masih menyimpang atau tidak
sesuai dengan ketentuan ini:22

a. Contractual Liability
Dapat disebut sebagai pertanggungjawaban kontraktual
merupakan pertanggungjawaban yang didasari pada kerugian yang
dialami konsumen pada saat menggunakan barang ataupun jasa hal
ini dapat disebut sebagai pertanggungjawaban perdata berdasarkan
perjanjian yang dimiliki dengan pelaku usaha.
b. Product liability
Merupakan tanggung jawab perdata secara langsung (strict
liability) dari pelaku usaha (produsen barang) atas kerugian yang
dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan.
Inti dari strict liability yaitu tanggung jawab berdasarkan perbuatan
melawan hukum. Dalam tanggung jawab ini, jika konsumen
mengalami kerugian namun tidak memiliki perjanjian atau kontrak

22
Gunawan, Johannes, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999”, Jurnal Hukum Bisnis. Vol.8, (2015), h. 45-46.
29

(privity of contract) dengan pelaku usaha, konsumen tetap dapat


memperoleh ganti rugi secara langsung.
c. Profesional Liability
Tanggung jawab yang didasarkan pada tanggung jawab
perdata yaitu dilakukan secara langsung atas dasar perjanjian
kontrak dari pelaku usaha pemberi jasa atas kerugian yang dialami
oleh konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikannya. 23 Hal
ini juga dapat didasarkan dari aturan-aturan yang dipegang teguh
oleh para professional seperti advokat akan melakukan
pekerjaannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat.
d. Criminal liability
Tanggung jawab pidana dari pelaku usaha (baik barang atau
jasa) atas terganggunya keselamatan dan keamanan masyarakat
(konsumen), selain sanksi pidana, terhadap pelaku usaha masih
dapat dikenakan hukuman pidana tambahan, berupa:
1) Perampasan barang tertentu;
2) Pengumuman putusan hakim;
3) Pembayaran ganti rugi;
4) Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian konsumen;
5) Kewajiban penarikan barang dan/atau jasa dari peredaran;
6) Pencabutan izin usaha.

4. Teori Piercing The Corporate Veil


Suatu Perseroan Terbatas yang selanjutnya dapat disebut PT
merupakan suatu badan usaha yang mempunyai kedudukan sebagai
badan hukum, dan karena hal tersebut maka PT memiliki tanggung

23
Nila Trisna,”Pertanggungjawaban Hukum Pelaku Usaha atas Iklan yang Menyesatkan
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”, Jurnal Ius
Civile Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar, Vol.2 ,2, (2018), h.103.
30

jawabnya secara individu. 24 Namun, jika terjadi suatu hal seperti


penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Direksi dengan melibatkan
kekayaan perseroan dan bertujuan untuk kepentingan individu, seperti
perbuatan yang terdapat pada pasal 372 KUH Pidana mengenai
penggelapan yaitu mengambil barang atau hak orang lain dengan cara
menguasai barang tesebut yang telah ada pada pelaku, dan pada pasal
378 KUH Pidana tentang penipuan yaitu perbuatan yang dilakukan untuk
menguntungkan diri sendiri dengan melakukan kebohongan dengan cara
melawan hukum. Selain itu terdapat beberapa hal yang merupakan dasar
agar piercing the corporate veil dapat dijatuhakan secara hukum: 25

a. Adanya suatu ketidakadilan.


b. Terjadinya penindasan.
c. Tidak terpenuhinya unsur hukum.
d. Pemegang saham mendominasi secara berlebih.
Perbuatan diatas tidak hanya menjadi tanggung jawab PT,
melainkan hal tersebut dapat menjadi tanggung jawab secara pribadi
Direksi dan organ perusahaan lainnya yaitu Pemegang Saham, maupun
Dewan Komisaris.26
Apabila pemegang saham melakukan perbuatan yang merugikan
perusahaan dan menyebabkan ketidakmampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya, maka pemegang saham wajib bertanggung
jawab kepada kreditur dari perusahaan tersebut. Namun, jika yang
melakukan perbuatan tersebut adalah Direksi dan Dewan Komisaris

24
Dr. Sentosa Sembiring,S.H.,M.H, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas,
(Bandung: Nuansa Aulia,2012),Cet III,h. 5.
25
Dr. Munir Fuady, S.H.,M.H,L.LM, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan
Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2014),Cet III,h.9.
26
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet II, h.145.
31

maka atas perbuatannya, mereka harus bertanggung jawab kepada


perusahaan akibat tindakan tersebut.27

Dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun tentang Perseroan


Terbatas, terdapat beberapa hal mengenai keterbatasan Direksi dalam
melakukan tanggung jawabnya. Tertuang dalam Pasal 97 ayat (5),
anggota Direksi tidak dapat diminta pertanggungjawabannya secara
pribadi atas kerugian yang dialami PT, jika beberapa hal dibawah ini
terpenuhi:

a. Dapat membuktikan bahwa kerugian yang dialami PT tidak


disebabkan oleh kesalahannya atau kelalaiannya;
b. Melakukan kepengurusan dengan menerapkan kehati-hatian dan itikad
baik dan tidak terlepas dari tujuan perseroan tersebut.
c. Tidak memiliki benturan kepentingan secara langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang menyebabkan kerugian; dan
d. Telah melakukan perbuatan guna mencegah timbulnya kerugian dari
PT tersebut.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu


1. Skripsi ditulis Oleh Septiana Wahyu Triwidayati28
Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap
nasabah asuransi JS. Proteksi Extra Income jika ditinjau dari Undang-
Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Adapun persamaan skripsi dengan penelitian ini yaitu, keduanya
membahas mengenai perusahaan yang sama yaitu PT. Asuransi
Jiwasraya. Namun perbedaan pertama terletak pada permasalahan yang
ditulis dalam skripsi ini ialah mengenai perlindungan hukum terhadap

27
Gunawan Widjaja, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko Hukum sebagai
Direksi, Komisaris, dan Pemilik PT, (Jakarta: Forum Sahabat, 2008),h. 27.
28
Septiana Wahyu Triwidayati, “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi JS.
Proteksi Extra Income Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian (Studi di PT. Asuransi Jiwasraya)”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas
Negeri Semarang, 2013)
32

nasabah asuransi, sementara yang peneliti akan bahas ialah mengenai


tanggung jawab perusahaan asuransi dalam keadaan perusahaan gagal
bayar. Perbedaan kedua yaitu terdapat pada produk asuransinya yang
dibahas pada skripsi ini ialah produk asuransi JS Proteksi Extra Income,
sementara penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah Saving Plan
yaitu. Perbedaan ketiga yaitu pada skripsi ini ditinjau dari Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang
peneliti gunakan ialah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
2. Skripsi ditulis Oleh Ira Nur Istiqomah 29
Skripsi ini membahas tentang tanggung jawab perusahaan asuransi
sebagai penanggung terhadap tertanggung akibat kecelakaan kendaraan
bermotor yang merugikan pihak ketiga (studi di PT. Asuransi Bintang
Kota Malang).
Persamaan pada skripsi tersebut, dengan yang penelitian ini ialah
membahas mengenai tanggung jawab perusahaan asuransi sebagai
pihak penanggung. Namun, terdapat perbedaan permasalahan yaitu
pada skripsi tersebut terdapat pihak ketiga yang dirugikan, sementara
yang akan diteliti oleh peneliti mengenai tanggung jawab perusahaan
asuransi langsung kepada pihak tertanggung.

3. Tesis ditulis Oleh Cindy Indudewi Hutomo Njoo30


Tesis ini membahas tentang hubungan tanggung gugat antara pihak
bank selaku pihak yang memasarkan produk asuransi kepada
pemegang polis. Persamaan pada tesis tersebut terletak pada kasus
yang dibahas yaitu mengenai kasus wanprestasi yang dilakukan oleh
PT. Asuransi Jiwasraya.

29
Ira Nur Istiqomah, “Studi Kasus Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Sebagai
Penanggung Terhadap Tertanggung Akibat Kecelakaan Kendaraan Bermotor yang Merugikan
Pihak Ketiga (Studi di PT. Asuransi Bintang Kota Malang)”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum,
Universitas Muhammadiyah Malang,2013)
30
Cindy Indudewi Hutomo Njoo, “Tanggung Gugat Bank pada Aktivitas Bancassurance
terhadap Pemasaran Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI)”, (Tesis S2
Fakultas Hukum, Universitas Airlangga,2020)
33

Namun, yang menjadi perbedaan ialah pada sudut pandang fokus


permasalahan penelitian yaitu pada tesis tersebut lebih membahas
mengenai tanggung gugat pihak bank terhadap pemegang polis
sementara penelitian yang dilakukan peneliti ialah membahas
mengenai tanggung jawab hukum pada perusahaan asuransi yang
telah melakukan wanprestasi.

4. Jurnal ditulis Oleh Ahmad Sapriadi31


Jurnal ini membahas tentang kajian yuridis perlindungan hukum
pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit.
Persamaan jurnal tersebut dengan penelitian ini ialah keduanya
membahas mengenai hak-hak pemegang polis asuransi. Perbedaannya
ialah pada jurnal tersebut lebih memfokuskan mengenai upaya yang
dapat ditempuh nasabah asuransi jika perusahaan tersebut dinyatakan
pailit, dan penelitian ini membahas mengenai tanggung jawab hukum
perusahaan asuransi yang mana perusahaan PT. Asuransi Jiwasraya
belum dinyatakan pailit oleh putusan Pengadilan Niaga.

5. Buku ditulis Oleh Sulistiowati32


Buku ini membahas mengenai tanggung jawab hukum pada
perusahaan grup yang mana hal tersebut didasari oleh hukum perseroan.
Persamaan buku tersebut dengan penelitian ini ialah membahas
tanggung jawab hukum perseroan, tetapi terdapat perbedaan yaitu buku
tersebut membahas secara umum mengenai perusahaan grup yang ada
di Indonesia sedangkan penelitian ini membahas mengenai tanggung
jawab hukum suatu perusahaan asuransi yang bukan merupakan bagian
dari perusahaan grup di Indonesia.

31
Ahmad Sapriadi, “Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa
Pada Perusahaan Asuransi yang Pailit”,Jurnal Fakultas Hukum Universitas Mataram,2017.
32
Dr. Sulistiowati,S.H, Tanggung Jawab Hukum pada Perusahaan Grup di
Indonesia,(Jakarta: Erlangga,2014)
BAB III

URAIAN UMUM TENTANG PT. ASURANSI JIWASRAYA

A. Produk Asuransi PT. Asuransi Jiwasraya


Kini Perusahaan Asuransi Jiwasraya memiliki Produk dan layanan
Asuransi Jiwasraya dibagi menjadi tiga kategori, yakni produk untuk
individu, kumpulan, dan dana pensiun atau DPLK.
Produk dan Layanan Jenis-Jenis Produk
1. Individu a) JS Asuransi Demam Berdarah adalah
sebuah produk asuransi berupa perlindungan
terhadap penyakit demam berdarah yang
biasanya hadir dengan premi yang tidak
terlalu tinggi.
b) JS Anuitas adalah produk yang ditujukan
kepada kepala keluarga sebagai persiapan
menjelang masa pensiun berupa manfaat
pembayaran setiap bulannya secara rutin
kepada pemegang polis yang telah pensiun.
c) Produk Investasi
1) JS Pro Idaman adalah produk unit link
yang memberikan perlindungan
terhadap jiwa seseorang dengan
beragam pertambahan manfaat dan
dengan mekanisme pembayaran premi
secara sekaligus. Ragam pilihan jenis
investasi Js Pro Idaman memberikan
fleksibilitas bagi nasabah dalam
menentukan penempatan dana.
2) Js Pro Mapan adalah produk unit link
yang memberikan perlindungan

34
35

terhadap jiwa seseorang dengan


beragam pertambahan manfaat dan
menggunakan sistem pembayaran
premi secara berkala dan tertanggung
diberikan kebebasan untuk menentukan
penempatan dana. Pertambahan
manfaat yaitu berupa perlindungan
terhadap penyakit kritis; cacat tetap
total; santunan rawat inap; ADDB,
jaminan terhadap pasangan.
3) JS Dana Multi Proteksi adalah Produk
ini merupakan produk investasi non
unit link yang memberikan manfaat
proteksi sekaligus investasi guna
mempersiapkan masa depan kita dan
keluarga.
4) JS Optima assurance Produk asuransi
endowment ini menawarkan manfaat
investasi dan manfaat santunan
meninggal dunia. Produk ini juga
memiliki masa asuransi 4 atau 5 tahun
dimana pembayaran premi dapat
dilakukan secara sekaligus ketika mulai
pertanggungan asuransi.
d) Produk Bancassurance
1) JS Proteksi Plan adalah produk
bancassurance yang memiliki manfaat
proteksi jiwa sekaligus investasi. Tidak
hanya memberikan manfaat proteksi
meninggal dunia karena kecelakaan
atau cacat tetap total karena
36

kecelakaan, juga memberikan manfaat


kepastian investasi sebesar
pengembalian pokok dan hasil investasi
yang dijamin.
2) Super Jiwasraya Plan adalah salah satu
produk bancassurance yang
mempunyai manfaat proteksi jiwa
sekaligus investasi. Tidak hanya
memberikan manfaat proteksi
meninggal dunia karena kecelakaan
atau cacat tetap total karena
kecelakaan, juga memberikan manfaat
kepastian investasi sebesar
pengembalian pokok dan hasil investasi
yang dijamin.
3) Provest Saving Plan adalah produk
bancassurance yang mempunyai
manfaat proteksi jiwa sekaligus
investasi. Tidak hanya memberikan
manfaat proteksi meninggal dunia
karena kecelakaan atau cacat tetap total
karena kecelakaan, juga memberikan
manfaat kepastian investasi sebesar
pengembalian pokok dan hasil investasi
yang dijamin.

2. Kumpulan a) JS Pendanaan Hari Tua (PHT) adalah


program asuransi jiwa yang bertujuan
memberikan kepastian pendapatan bagi
tertanggung/peserta ketika memasuki masa
pensiun beserta keluarganya ketika
37

tertanggung/peserta meninggal dunia.


b) JS Purna Eksekutif merupakan salah satu
produk untuk melindungi masa depan
tertanggung dan keluarga dengan manfaat
santunan meninggal dunia dan manfaat
ekspirasi jika tertanggung hidup sampai
asuransi berakhir dan akan diberikan pada
akhir masa asuransi.
c) Asuransi Kesehatan adalah produk asuransi
yang memberikan perlindungan berbentuk
jaminan santunan rawat jalan, persalinan,
rawat inap, rawat gigi dan juga santunan
kacamata bagi pekerja aktif.
3. DPLK a) Program PPUKP (Program Pensiun
(Dana Kompensasi Pesangon) ialah program yang
Pensiun dibuat untuk menjamin kebutuhan
Lembaga perusahaan terhadap program pensiun yang
Keuangan) dikhususkan untuk pembayaran
kompensasi pesangon sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal
167. Program ini menjamin kehidupan
yang layak bagi para karyawan disaat
mereka sudah tidak lagi bekerja. Bagi
perusahaan, program ini juga dapat
memicu motivasi, loyalitas, dan
produktivitas dalam bekerja.
b) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) ialah
program investasi yang iurannya
ditetapkan lebih dahulu dan seluruh iuran
serta hasil pengembangannya dibukukan
38

pada rekening masing-masing peserta.


Manfaat pensiun ditetapkan berdasarkan
akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya dan jenis pensiun /
anuitas yang dipilih. Berdasarkan konsep
dasar program pensiun iuran pasti, tujuan
utamanya adalah bagaimana tertanggung
dapat membuat akumulasi dana (iuran
ditambah hasil pengembangannya) pada
saat tertanggung mencapai usia pensiun
menjadi besar.

Dalam penjelasan diatas pada produk bancassurance yang memberikan


proteksi perlindungan jiwa dan investasi yang dapat disebut sebagai saving
plan dengan fixed return terbagi menjadi tiga macam yaitu JS Proteksi Plan,
Super Jiwasraya Plan, dan Provest Saving Plan. Ketiganya dipasarkan melalui
7 bank yang telah bekerja sama dengan PT. Asuransi Jiwasraya yaitu PT
Bank Tabungan Negara, Bank ANZ, Bank QNB, PT Bank Rakyat Indonesia,
Bank KEB Hana, Bank Victoria dan Standard Chartered Indonesia.
Ketiganya mempunyai manfaat meninggal dunia karena kecelakaan atau
cacat tetap total karena kecelakaan dan juga manfaat investasi. Macam polis
ketiganya pun sama yaitu Rupiah Tanpa Indeks. Perbedaannya ialah
mengenai penyebutan ditiap banknya seperti penyebutan JS Proteksi Plan,
Super Jiwasraya Plan dan Provest Saving Plan. Namun ketiga produk tersebut
sudah tidak dijual oleh pihak perusahaan.

B. Penyebab PT. Asuransi Jiwasraya Mengalami Keadaan Gagal Bayar


Pada 2013 hingga 2016, keuangan Jiwasraya tercatat surplus. Selama 2013
hingga 2017, pendapatan premi PT. Asuransi Jiwasraya meningkat karena
penjualan produk Saving Plan dengan periode pencairan setiap tahun. Lalu,
pada 2017, Otoritas Jasa Keuangan memberi sanksi pada perusahaan karena
39

terlambat menyampaikan laporan keuangan tahun 2017. Laporan keuangan


tahun itu masih positif, pendapatan premi Saving Plan mencapai Rp 21
triliun, meskipun perusahaan terkena denda sebesar Rp 175 juta.

Namun pada April 2018, Otoritas Jasa Keuangan dan direksi Jiwasraya
mendapati adanya penurunan pendapatan premi karena guaranteed return
(jaminan imbal hasil) yang tinggi yang dilakukan beberapa tahun juga
semakin menurun. Penyebab lainnya ialah karena kesalahan pada investasi
Repurchase Agreement (Repo) Saham yang dilakukan Jiwasraya. Repo
saham adalah kontrak jual-beli saham dengan janji membeli atau menjual
kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. Selama periode Repo,
penjual akan memberikan bunga kepada pembeli. Sayangnya, dalam kontrak
repo saham tersebut, PT. Asuransi Jiwasraya mengalami kerugian karena
pihak pembeli enggan membeli kembali saham tersebut. Pada tahun 2018
jiwasraya sudah mulai mengalami tekanan likuiditas yang menyebabkan
tertundanya pembayaran klaim nasabahnya. Permasalahan ini diketahui sejak
pergantian Direksi Utama (Mei 2018) dari periode 2008-2018 yaitu
Hendrisman Rahim, menjadi Hexana Tri Sasongko pada tahun 2018.

Hendrisman Rahim melaporkan terdapat ketidakberesan laporan keuangan


kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hasil audit Kantor
Akuntan Publik atas laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya 2017 antara
lain mengoreksi laporan keuangan interim yang semula mencatatkan laba Rp
2,4 triliun menjadi Rp 428 miliar. Pada 10 Oktober 2018 PT. Asuransi
Jiwasraya secara resmi mengumumkan tidak dapat membayar klaim polis
Saving Plan yang jatuh tempo sebesar Rp 802 miliar.1 Dan ditahun yang sama
PT. Asuransi Jiwasraya melakukan keterlambatan penyampaian laporan
keuangan 2018 karena hal tersebut Otoritas Jasa Keuangan telah mengenakan
sanski sesuai dengan aturan yang berlaku.

1
Lidya Julita Sembiring, Bobrok dari 2004, Ini Kronologi Jiwasraya Hingga Default,
diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20191228185156-17-126264/bobrok-dari-
2004-ini-kronologi-jiwasraya-hingga-default, pada Rabu, 10 Juni 2020
40

Lalu, guna menyelesaikan permasalahan atas pembayaran klaim maka


Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan izin pembentukan anak usaha PT.
Asuransi Jiwasraya yaitu Nusantara Life yang merupakan salah satu bagian
dari rencana penyehatan keuangan yang telah disetujui oleh Kementerian
BUMN selaku pemegang saham.
Joko Hartono Tirto selaku Direktur PT. Maxima Integra sebuah
perusahaan yang bergerak pada bisnis Pemegang Saham. Ia diduga
melakukan perjanjian dengan Hendrisman Rahim, Syahwirman, Hary
Prasetyo dalam pengelolaan saham dan investasi PT. Asuransi Jiwasraya
yang tidak transparan dan akuntebel.
PT. Asuransi Jiwasraya menyatakan bahwa mereka telah membayar
sejumlah 400 milyar pada akhir maret untuk membayar klaim pemegang polis
asuransi jiwa. Lebih rinci, hutang klaim produk tradisional terdiri dari Rp200
miliar kepada nasabah ritel dengan jumlah 1.326 pemegang polis dan Rp200
miliar kepada nasabah korporasi untuk 2.261 pemegang polis. 2
Permasalahan ini disebabkan karena tata kelola perusahaan asuransi
Jiwasraya yang tidak baik menempatkan saham pada saham yang berkualitas
rendah, yang menyebabkan penurunan nilai karena saham tidak stabil yang
berakhir menyebabkan tidak likuidnya yang menyebabkan ketidakmapuan
untuk membayar klaim nasabah sebesar 12,4 Triliun pada Desember 2019.
Jumlah tersebut bertambah pada bulan Mei 2020 yaitu sebesar 18 Triliun total
klaim pemegang polis yang belum terbayarkan.3
Pada Oktober 2020, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi telah menjatuhkan
vonis kepada 6 terdakwa yang diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana. Perbuatan enam

2
Safir Makkl, Jiwasraya Bayar Utang Klaim Rp400 Miliar Mulai Maret Ini , diakses
dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200302123917-78-479684/jiwasraya-bayar-utang-
klaim-rp400-miliar-mulai-maret-ini pada Jumat, 3 Juli 2020
3
Trio Hamdani, Total Utang Klaim Asuransi Jiwasraya Membengkak Jadi Rp 18 T,
diakses dari https://finance.detik.com/moneter/d-5083583/total-utang-klaim-asuransi-jiwasraya-
membengkak-jadi-rp-18-t, pada Senin, 12 Oktober 2020.
41

terdakwa menyebabkan ketidakmampuan pemenuhan kewajiban oleh PT.


Asuransi Jiwasraya. Tiga terdakwa diantaranya ialah beberapa orang yang
memiliki kedudukan penting di PT. Asuransi Jiwasraya yaitu mantan Direktur
Utama Hendrisman Rahim (periode 2008-2018), mantan Direktur Keuangan
Hary Prasetyo (periode 2013-2018), Kepala Divisi Investasi dan Keuangan
Syahmirwan. Tiga lainnya yaitu Direktur PT Maxima Integra Joko Hartono
Tirto, Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Heru Hidayat dan Direktur
Utama PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro.4
Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro divonis Penjara seumur hidup dan
denda sebesar 5 Miliar subsider 1 tahun penjara. Syahwirman dan Hary
Prasetyo divonis penjara seumur hidup dan denda sebesar 1 Miliar subsider
enam bulan kurungan. Sama seperti yang lain, Joko Hartino Tirto juga
dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar 1 Miliar
subsider enam bulan penjara. Sementara Hendrisman Rahim divonis 20 tahun
hukuman penjara dan denda 1 Miliar subsider 6 bulan kurungan. 5

C. Hubungan Hukum Para Pihak Saving Plan yang di Pasarkan Melalui


Bancassurance
Suatu perjanjian akan menyebabkan munculnya hubungan hukum antara
subjek yang terdapat didalamnya. Dalam kegiatan perasuransian terdapat
subjek yaitu penanggung dan tertanggung yang didasarkan pada perjanjian
asuransi. Pada dasarnya perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian yang
mempunyai karakteristik yang akan jelas memberikan suatu ciri khusus,
apabila dibandingkan dengan jenis perjanjian lain.
1. Perjanjian Asuransi adalah perjanjian yang bersifat aleatair (aleatary),
maksudnya ialah bahwa prestasi yang menjadi kewajiban penanggung

4
Dani Prabowo, Vonis Lengkap 6 Terdakwa Jiwasraya yang Diganjar Hukuman Seumur
Hidup, diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/15011141/vonis-lengkap-6-
terdakwa-jiwasraya-yang-diganjar-hukuman-seumur-hidup?page=all, pada Senin, 12 Oktober
2020.
5
Dani Prabowo, Vonis Lengkap 6 Terdakwa Jiwasraya yang Diganjar Hukuman Seumur
Hidup, diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/15011141/vonis-lengkap-6-
terdakwa-jiwasraya-yang-diganjar-hukuman-seumur-hidup?page=all, pada Senin, 12 Oktober
2020.
42

dalam perjanjian ini masih harus digantungkan pada suatu peristiwa yang
belum pasti terjadi, sedangkan prestasi yang harus dipenuhi tertanggung
sudah pasti. Dan meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya
dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti berprestasi dengan
nyata.6
2. Perjanjian Asuransi merupakan perjanjian bersyarat (conditional),
maksudnya adalah dalam hal ini penanggung akan melaksanakan prestasi
atau kewajibannya apabila syarat yang tertulis pada polis dilaksanakan
oleh tertanggung. Tertanggung akan berjanji memenuhi syarat-syarat
yang ada, namun ia tidak dapat memaksa penanggung untuk
melaksanakannya, kecuali dipenuhi sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Perjanjian Asuransi merupakan perjanjian sepihak (unilateral).
Maksudnya bahwa dalam perjanjian hanya satu pihak saja yang
memberikan janji untuk memenuhi tujuan dari apa yang telah
diperjanjikan yakni perusahaan asuransi atau yang biasa disebut sebagai
penanggung. Penanggung memberikan janji akan mengganti kerugian,
apabila tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan.
Sebaliknya tertanggung tidak menjanjikan suatu apapun.7

Man Suparman Sastrawidjaya mengemukakan pendapat mengenai


perjanjian asuransi ialah sebuah perjanjian yang didasari adanya ketentuan
dari pihak penanggung (Adhesion), hal ini dikarenakan perjanjian mengenai
syarat dan ketentuan yang dibuat sendiri oleh pihak perusahaan asuransi dan
dilakukan tidak berlandaskan dengan kata sepakat atas dasar negosiasi antara
penanggung dan tertanggung.8

Saving plan ini merupakan produk asuransi sejenis unit link. Karena
merupakan gabungan antara asuransi jiwa dengan bunga tetap (fixed rate

6
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,(Jakarta:Sinar Grafika,
1995), Cet II, h.109.
7
Erlina B,“Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraaan Bermotor”,Jurnal
Pranata Hukum Universitas Bandar Lampung, Vol. 5, 2, (2010),h.102.
8
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung: PT. Alumni, 2010), h.7-8.
43

insurance) dan asuransi jiwa dengan bunga mengambang (floating Rate) yang
juga dikenal dengan unit link. Namun perbedaan unit link dan saving plan
terletak pada risiko investasi. Pada saving plan risiko investasi ditanggung
oleh perusahaan asuransi, sementara risiko unit link berada pada pemegang
polis.
Dasar hukum yang menjadi dasar perusahaan asuransi yang mengeluarkan
produk asuransi semi unit link adalah mengacu pada Bab II pasal 5 ayat (1)
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 422/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian dan
Perusahaan Reasuransi sebagai berikut:
“Perusahaan asuransi jiwa yang akan memasarkan produk baru yang
dikaitkan dengan investasi, antara lain untuk produk asuransi unit link, dan
atau yang sejenis, selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 ayat (2), juga harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(1) Memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi wakil manajer investasi
dengan pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
(2) Memiliki sistem informasi yang memadai.”
1. Pihak yang terlibat dalam Saving Plan
Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak
dalam melakukan perjanjian yang telah disepakati bersama, yaitu pihak
tertanggung, pihak penanggung dan pihak ketiga yang berperan sebagai
agen pemasaran produk asuransi yang mana dalam hal ini ialah bank.
a. Penanggung
Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima
pengalihan risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan
mengganti kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui,
jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang
mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
menyebutkan bahwa penyelenggara usaha perasuransian atau pihak
yang bertindak sebagai pihak penanggung hanya boleh dilakukan oleh
44

badan hukum yang berbentuk Perusahaan Terbatas, Koperasi, dan


Usaha Bersama (mutual).
Dari pengertian penanggung tersebut, terdapat hak dan kewajiban
yang mengikat penanggung.
Kewajiban penanggung antara lain:9
1) Memberikan ganti rugi dengan cara pemberian sejumlah uang
sesuai dengan apa yang tertulis didalam polis kepada tertanggung
apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika terdapat
hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban
tersebut.
2) Wajib menandatangani dan menyerahkan polis secara langsung
apabila perjanjian telah disepakati kepada tertanggung (Pasal 259,
260 KUHD).
3) Mengembalikan premi yang telah dibayarkan kepada tertanggung
jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum
menanggung risiko sebagian atau seluruhnya (Pasal 281 KUHD).
4) Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya
yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi
tersebut diperjanjikan demikian (Pasal 289 KUHD).
Kewajiban penanggung dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
tentang perasuransian yaitu:
Pasal 1
(1) Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
(2) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

9
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga,…h.23.
45

Pasal 21
(1) Kekayaan dan kewajiban yang terkait dengan hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta wajib dipisahkan dari kekayaan dan
kewajiban yang lain dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah.
(3) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian dan kesesuaian antara kekayaan dan kewajiban
dalam menginvestasikan kekayaan Pemegang Polis,Tertanggung, atau
Peserta.
Pasal 31
(3) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan pialang
asuransi, dan perusahaan pialang reasuransi wajib menangani klaim
dan keluhan melalui proses yang cepat, sederhana, mudah diakses, dan
adil.
(4) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah dilarang melakukan
tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran
klaim, atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
sehingga mengakibatkan kelambatan penyelesaian atau pembayaran
klaim.

Pasal 32 Ayat (2)

Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, dan perusahaan


pialang asuransi wajib mendapatkan informasi yang cukup mengenai calon
Pemegang Polis,Tertanggung, Peserta, atau pihak lain yang terkait dengan
penutupan asuransi atau asuransi syariah untuk dapat menerapkan
kebijakan anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.

Menurut Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U. hak


penanggung antara lain :10
1) Berhak untuk mendapatkan pembayaran premi bahkan untuk
menagihnya sesuai dengan apa yang ada dalam polis.

10
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga…
h.22.
46

2) Mendapatkan keterangan yang benar dan jujur dari tertanggung


berdasarkan prinisp utmost good yang berkaitan dengan obyek yang
diasuransikan kepadanya.
3) Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau
gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. (Pasal
282 KUHD)
4) Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan
maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya. (Pasal 271 KUHD)
b. Tertanggung/Pemegang Polis
Dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang No.40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian “Tertanggung adalah Pihak yang menghadapi risiko
sebagaimana diatur dalam perjanjian Asuransi atau perjanjian
reasuransi”. Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang
mengalihkan risiko kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah
premi.
Berdasarkan Pasal 250 KUHD yang dapat bertindak sebagai
tertanggung adalah sebagai berikut :
“Bilamana seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau
seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh
seorang yang lain, pada waktu pertanggungan tidak mempunyai
kepentingan atas benda tidak berkewajiban mengganti kerugian.”
Sesuai aturan diatas, yang berhak bertindak sebagai tertanggung
adalah pihak yang mempunyai interest (kepentingan) terhadap obyek
yang dipertanggungkan. Apabila kepentingan tersebut tidak ada, maka
pihak penanggung tidak berkewajiban memberikan ganti kerugian yang
diderita pihak tertanggung.
Tertanggung dalam pelaksanaan perjanjian asuransi mempunyai hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga apabila terjadi
peristiwa yang tidak diharapkan yang terjamin kondisi polis maka
penanggung dapat melaksanakan kewajibannya.
47

Menurut Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U.


kewajiban tertanggung adalah :11
1) Membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD).
Pembayaran premi berdasarkan waktu yang ditetapkan pada polis.
2) Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai
obyek yang diasuransikan. Memberikan keterangan secara jujur
kepada penanggung. Hal ini merupakan penerapan dari prinsip
utmost good faith. (Pasal 251 KUHD)
3) Mencegah atau mengusahakan agar peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak
terjadi atau dapat dihindari; apabila dapat dibuktikan oleh
penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha untuk mencegah
terjadinya peristiwa tersebut dapat menjadi salah satu alasan bagi
penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian bahkan
sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung. (Pasal 283
KUHD)
4) Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa
yang menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha – usaha
pencegahannya.
Hak-hak tertanggung adalah :
1) Menerima polis asuransi;
2) Memperoleh informasi yang akurat, jelas dan lengkap mengenai
polis asuransi;
3) Mendapatkan ganti rugi apabila terjadi peristiwa yang tidak
diharapkan yang terjamin kondisi polis;
4) Mengajukan klaim apabila pada berakhirnya asuransi tidak ada
kerugian yang ditimbulkan;
Menurut Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U. hak
tertanggung antara lain:12

11
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga,….h.20.
48

1) Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung. (Pasal 259


KUHD)
2) Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung. (Pasal
260 KUHD)
3) Meminta ganti kerugian.
Hak tertanggung juga terdapat dalam Pasal 52 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, yaitu:
Pasal 52
(1) Dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah dipailitkan
atau dilikuidasi, hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta atas
pembagian harta kekayaannya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
daripada hak pihak lainnya.
(2) Dalam hal Perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi
dipailitkan atau dilikuidasi, Dana Asuransi harus digunakan terlebih
dahulu untuk memenuhi kewajiban kepada Pemegang Polis, Tertanggung,
atau pihak lain yang berhak atas manfaat asuransi.
c. Bank
Produk saving plan yang dikeluarkan oleh PT Jiwasraya bekerja sama
dalam hal pemasaran dengan 7 bank yaitu BTN, Standard Chartered Bank,
Bank KEB Hana Indonesia, Bank Victoria, Bank ANZ, Bank QNB
Indonesia, dan juga Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) Nomor 32 /SEOJK.05/2016 Tentang Saluran
Pemasaran Produk Asuransi Melalui Kerja Sama Dengan Bank
(Bancassurance), mensyaratkan bahwa apabila suatu produk asuransi
yang dipasarkan melalui bancassurance merupakan asuransi unit link
yang termasuk ke dalam kategori Produk Asuransi Yang Dikaitkan
dengan Investasi (PAYDI), maka perusahaan harus memastikan bahwa
sebelum penutupan atas suatu produk asuransi calon pemegang polis,
tertanggung, atau peserta telah memperoleh penjelasan secara lengkap

12
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga,…h.33.
49

mengenai manfaat, biaya, dan risiko produk asuransi yang ditawarkan


oleh bank.
Mengacu pada hal tersebut, seseorang yang akan menjadi calon
tertanggung asuransi saving plan melalui saluran pemasaran
bancassurance berhak untuk memperoleh penjelasan dengan jelas dan
lengkap terkait produk yang akan digunakan. Maka pada hal ini bank
hanya memiliki kewajiban untuk memberikan informasi sejelas-jelasnya
mengenai produk asuransi tersebut.
Namun diatur dalam POJK Nomor 32 /SEOJK.05/2016 Tentang
Saluran Pemasaran Produk Asuransi Melalui Kerja Sama Dengan Bank
(Bancassurance), bahwa terdapat beberapa hal yang tidak menjadi
tanggung jawab bank, yaitu Bank tidak bertanggung jawab atas produk
yang dipasarkan melalui Bancassurance, semua tindakan yang dilakukan
oleh bank berkaitan dengan pemasaran adalah tanggung jawab perusahaan
asuransi.
Dalam hal terjadi klaim oleh tertanggung asuransi unit link yang
dipasarkan melalui bancassurance, merujuk pada Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 33/SEOJK.03/2016 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Pada Bank Yang Melakukan Aktivitas Kerja Sama
Pemasaran Dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance), yang harus
bertanggung jawab adalah perusahaan asuransi sebagai penanggung
meskipun pada awalnya tertanggung merupakan nasabah dari bank.
Ketentuan tersebut menyatakan secara tegas bahwa tanggung jawab
bank terbatas pada penawaran produk asuransi, sedangkan proses
underwriting, penerbitan polis, perubahan polis, klaim, dan perbuatan
lain yang terkait dengan produk asuransi dilaksanakan dan merupakan
tanggung jawab dari perusahaan asuransi mitra. Sehingga sebagai agen
penjualan, maka bank tidak dapat menggantikan perusahaan asuransi
sebagai pihak penanggung dalam bancassurance.
50

2. Polis asuransi
Oleh karena produk asuransi semi unit link merupakan pengembangan
dari produk asuransi jiwa tradisional, maka polis yang digunakan mengacu
pada ketentuan pokok yang mengatur mengenai polis asuransi jiwa
sebagaimana dalam Pasal 304 KUHD. Pasal 304 KUHD menyebutkan
beberapa hal yang menjadi isi dari polis pertanggungan asuransi jiwa,
yaitu:
a. Hari ditutupnya pertanggungan;
b. Nama Tertanggung;
c. Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan;
d. Saat mulai berlaku dan berakhirnya bagi penanggung;
e. Jumlah uang untuk mana diadakan pertanggungan;
f. Premi pertanggungan tersebut;
Apabila dicermati lebih lanjut pada Pasal 304 KUHD, tidak ada
ketentuan mengenai keharusan pencantuman evenemen dalam polis
asuransi jiwa pada rumusan pasal tersebut. Hal ini jelas berbeda dengan
polis asuransi kerugian yang mengacu pada Pasal 256 ayat (1) KUHD
dimana isi polis mengharuskan dicantumkannya bahaya-bahaya yang
menjadi beban penanggung.
3. Objek Pertanggungan
Asuransi saving plan adalah termasuk asuransi jiwa yang terdapat
investasi didalamnya. Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang
menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran
kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal
tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada
pemegang polis, tertanggung,atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu
yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Pasal 1 angka 25 Objek Asuransi
adalah jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, benda dan
51

jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan/atau
berkurang nilainya.
Pasal 268 KUHD mengatur : ”Pertanggungan dapat berpokok semua
kepentingan, yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh suatu bahaya, dan
oleh undang-undang tidak terkecualikan.”
Tidak semua risiko dapat dipertanggungkan oleh penanggung. Risiko-
risiko yang dapat dialihkan kepada penanggung adalah risiko-risiko yang
dapat diasuransikan dalam sejumlah uang (insurable risk). Karakteristik
risiko-risiko yang dapat diasuransikan dalam asuransi sejumlah uang
adalah :
a. Risiko kematian, adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi, tetapi tidak
diketahui kapan akan terjadi. Dalam asuransi jiwa yang dimaksud
dengan bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan.
Meninggalnya seseorang merupakan hal yang pasti, setiap makhluk
bernyawa pasti mengalami kematian. Namun kapan meninggalnya
sesorang tidak dapat dipastikan. Inilah yang disebut sebagai peristiwa
tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa. Adapun evenemen
meninggalnya tertanggung bersisi 2 (dua) , pertama yaitu meninggalnya
benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi dan kedua benar-benar
tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir, dimana kedua
duanya menjadi beban penanggung.13
Dalam asuransi jiwa, jika terjadi peristiwa seperti apa yang telah
disepakati dalam polis (kematian) maka yang akan mendapat uang
pertanggungan ialah pihak keluarga yang menjadi ahli waris, tetapi jika
sampai berakhirnya perjanjian tersebut tertanggung tidak mengalami
peristiwa tersebut maka uang pertanggungan akan diserahkan ke
tertanggung. Hal ini lah yang disebut sebagai klaim jatuh tempo, karena
sampai berakhirnya asuransi tidak ada peristiwa yang menyebabkan
pertanggungan.

13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung:PT. Citra Aditya
Bakti,2006), h.200.
52

b. Risiko hari tua, adalah suatu pertanggungan dimana pihak tertanggung


membayarkan premi sesuai dengan yang telah disepakati untuk
mempersiapkan hari tuanya kelak yang sudah tidak mampu lagi untuk
bekerja. Peristiwa ini pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan akan
terjadi, tetapi tidak diketahui berapa lama terjadi.
c. Risiko kecelakaan, yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas atau
kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan kematian atau
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitasnya kembali.14
Kemudian pada POJK Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk
Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi, dikenal istilah Produk Asuransi
Yang Dikaitkan Dengan Investasi (PAYDI) yaitu produk asuransi yang
paling sedikit memberikan perlindungan terhadap risiko kematian dan
memberikan manfaat yang mengacu pada hasil investasi dari kumpulan
dana yang khusus dibentuk untuk produk asuransi baik yang dinyatakan
dalam bentuk unit maupun bukan unit.

14
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia Seri Umum No.10, (Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo, 1992), h. 266.
BAB IV

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. ASURANSI JIWASRAYA ATAS


PERBUATAN WANPRESTASI TERHADAP PEMEGANG POLIS

A. Bentuk Tanggung Jawab Hukum PT. Asuransi Jiwasraya Terhadap


Pemegang Polis Pada Saat Perusahaan Melakukan Wanprestasi
Dalam suatu perjanjian, pasti menimbulkan tanggung jawab hukum bagi
para pihaknya. Tanggung jawab hukum ini didasari pada Perjanjian yang
telah disepakati, maupun dari Undang-Undang yang mengatur yang mana
dalam hal ini perasuransian diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014. Adapula beberapa ketentuan mengenai kewajiban dan hak yang harus
dijalankan oleh perusahaan asuransi sebagai penanggung terdapat didalam
polis asuransi Super Jiwasraya Plan ialah:
1. Kewajiban penanggung
a. Penanggung wajib membayarkan sebesar nilai tunai, apabila
tertanggung hidup sampai akhir masa asuransi.
b. Penanggung wajib membayar manfaat asuransi tertanggung jika
tertanggung mengalami peristiwa kecelakaan yang mengakibatkan cacat
tetap total atau meninggal dunia, hal tersebut harus sesuai dengan syarat
dan ketentuan yang berlaku.
2. Hak penanggung
a. Hak untuk membatalkan kontrak asuransi dan tidak berkewajiban
membayar apapun jika semua keterangan, pernyataan, atau dokumen-
dokumen lain tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dari tertanggung /
dengan sengaja dipalsukan.
b. Hak untuk menyanggah kebenaran polis setiap saat dan menolak
membayar manfaat dan klaim asuransi jika syarat-syarat tidak dipenuhi
dan adanya unsur penipuan dari pihak tertanggung.
c. Hak untuk meminta bukti-bukti terkait pengajuan klaim.

53
54

d. Hak untuk menentukan dan akan menjanjikan atau menargetkan


besarnya nilai tunai yang berlaku untuk tiap-tiap periode investasi
tersebut.
e. Hak untuk meminta hasil autopsy atau visum et repertum, jika
tertanggung meninggal dunia.
f. Hak untuk setiap saat mengeluarkan ketentuan tambahan dan/atau
ketentuan khusus polis dan/atau endorsement dan/atau dokumen lain
sehubungan dengan polis dan akan merupakan lampiran yang tidak
terpisahkan dari polis.

Dan terdapat dalam surat perjanjian mengenai Investasi yang disepakati


antara penanggung dengan tertanggung adalah selama 12 (dua belas) bulan,
dimana pada akhir periode investasi para tertanggung akan mendapatkan nilai
tunai jatuh tempo periode investasi.

Pada penjelasan diatas penanggung mempunyai tanggung jawab untuk


membayar nilai tunai pada periode 1 tahun. Akan tetapi setelah lewat jangka
waktu periode investasi sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian asuransi,
penanggung tidak memenuhi prestasinya untuk membayarkan Nilai Pokok
serta Nilai Tunai Jatuh Tempo Periode Investasi secara keseluruhan kepada
pemegang polis.

Jika dilihat dalam kasus gagal bayar ini termasuk pelanggaran pada
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 31 ayat (4), yang mana telah
tertulis bahwa “perusahaan asuransi dilarang melakukan tindakan yang
dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim, atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan sehingga mengakibatkan
kelambatan penyelesaian atau pembayaran klaim”. Dan dijelaskan lebih
lanjut mengenai sanksi atas pelanggaran Pasal 31 tersebut terdapat pada Pasal
71 ayat (2) yaitu dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
55

b. Pembatasan kegiatan usaha, untuk sebagian atau seluruh kegiatan


usaha;
c. Larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk asuransi
syariah untuk lini usaha tertentu;
d. Pencabutan izin usaha;
e. Pembatalan pernyataan pendaftaran bagi Pialang Asuransi, Pialang
Reasuransi, dan Agen Asuransi;
f. Pembatalan pernyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria,
akuntan publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan jasa bagi
Perusahaan Perasuransian;
g. Pembatalan persetujuan bagi lembaga mediasi atau asosiasi;
h. Denda administratif; dan/atau
i. Larangan menjadi pemegang saham, Pengendali,direksi, dewan
komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham, Pengendali,
direksi, dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk
koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, atau menduduki jabatan
eksekutif di bawah direksi, atau yang setara dengan jabatan
eksekutif di bawah direksi pada badan hukum berbentuk koperasi
atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf c, pada Perusahaan Perasuransian.
Mengenai kewajiban yang tidak dilakukan oleh PT. Asuransi Jiwasraya
diduga atas kesalahan perusahaan berinvestasi. Berdasarkan hasil temuan
Badan Pemeriksa Keuangan, direksi dan jajaran manajemen PT. Asuransi
Jiwasraya secara gegabah membuat program Saving Plan yang menawarkan
bunga tinggi sehingga menimbulkan negative spread yaitu selisih harga jual
yang menggerus aset PT. Asuransi Jiwasraya. Kesalahan juga terjadi dalam
56

investasi saham dan reksa dana yang dilakukan tanpa kajian penempatan yang
memadai.1
Hal tersebut melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 21
ayat (3) yang mengatur bahwa dalam menginvestasikan kekayaan pemegang
polis perusahaan asuransi wajib menerapkan prinsip kehati- hatian. Dan
diatur lebih jelas pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 73
/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan
Perasuransian dalam Pasal 59 berisi tentang “Direksi Perusahaan wajib
mengambil keputusan investasi secara profesional dan mengoptimalkan nilai
Perusahaan bagi Pemangku Kepentingan khususnya pemegang polis,
tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat.”
Yang mana dalam hal ini bagi perusahaan yang melanggar dapat dikenakan
sanksi terdapat pada Pasal 80 yaitu berupa:
(1) Sanksi administratif
a. Peringatan tertulis;
b. Pembatasan kegiatan usaha untuk sebagian/seluruh kegiatan
usaha; atau
c. Pencabutan izin usaha.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap.
(3) Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK
dapat mengenakan sanksi tambahan berupa larangan menjadi
pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau yang
setara dengan pemegang saham, pengendali, direksi, dan dewan
komisaris, atau menduduki jabatan eksekutif di bawah direksi, atau
yang setara dengan jabatan eksekutif di bawah direksi, pada
perusahaan perasuransian.
Sanksi administratif tersebut adalah kewenangan dari Otoritas Jasa
Keuangan sebagai pengawas kegiatan sektor jasa keuangan untuk

1
Luthvi Febryka Nola, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Jiwasraya, diakses dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-2-II-P3DI-Januari-2020-
209.pdf pada Minggu, 20 September 2020.
57

memberikan sanksi terhadap perusahaan asuransi. Sesuai Undang-Undang


Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 9 Otoritas Jasa
Keuangan berwenang melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana yaitu:
a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan
jasa keuangan;
b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif;
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan,
pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;
d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan
dan/atau pihak tertentu;
e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di sektor jasa
keuangan; dan
h. Memberikan dan/atau mencabut:
1) Izin usaha;
2) Izin orang perseorangan;
3) Efektifnya pernyataan pendaftaran;
4) Surat tanda terdaftar;
5) Persetujuan melakukan kegiatan usaha;
6) Pengesahan;
7) Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
8) Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Namun, sampai 2 tahun berjalan keadaan gagal bayar dan telah melanggar
ketentuan tentang Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Tata Kelola
58

Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Asuransi Pasal 59, dan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 pada Pasal 31, Otoritas Jasa Keuangan tidak
menjatuhkan sanksi apapun terhadap PT. Asuransi Jiwasraya.
Otoritas Jasa Keuangan hanya memberikan sanksi administratif karena PT.
Asuransi Jiwasraya terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan 2018.
Kepala Pengawasan Departemen Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2A
Otoritas Jasa Keuangan yaitu Ahmad Nasrullah mengatakan bahwa Otoritas
Jasa Keuangan lebih mengupayakan penyehatan dan pemulihan kerugian dari
sisi pemegang polis. Menurutnya, jika PT. Asuransi Jiwasraya ditutup atau
izin usahanya dicabut akan menimbulkan huru-hara apalagi ini menyangkut
reputasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pemerintah.2
Sementara berkaca pada kasus wanprestasi yang dialami oleh PT.
Asuransi Jiwa Kresna, perusahaan tersebut telah mendapatkan sanksi
administratif dari Otoritas Jasa Keuangan berupa sanksi pembatasan usaha
atas produk yang bermasalah ditetapkan melalui surat OJK Nomor S-
342/NB.2/2020 tanggal 3 Agustus 2020.3
Dan hingga penelitian ini dilakukan Otoritas Jasa Keuangan tidak
memberikan sanksi apapun, namun dari PT. Asuransi Jiwasraya sudah tidak
memasarkan dan menjual produk saving plan yaitu JS Proteksi Plan, Provest
Saving Plan, Super Jiwasraya Plan.

Lalu, didalam polis asuransi terdapat di dalam Pasal 22 tentang


penyelesaian perselisihan, yaitu:

(1) Apabila dalam pelaksanaan perjanjian asuransi ini terjadi perselisihan,


maka penyelesaiannya terlebih dahulu akan dilakukan secara

2
Khomarul Hidayat, Ini alasan OJK tidak mencabut izin Jiwasraya walau sudah
mendapat SP3, diakses dari https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-alasan-ojk-tidak-mencabut-
izin-jiwasraya-walau-sudah-mendapat-sp3, pada Jumat, 9 Oktober 2020.
3
Dhera Arizona Pratiwi, Asuransi Jiwa Kresna Gagal Bayar, OJK Berikan Sanksi
Pembatasan Kegiatan Usaha, diakses dari https://akurat.co/ekonomi/id-1197459-read-asuransi-
jiwa-kresna-gagal-bayar-ojk-berikan-sanksi-nbsp-pembatasan-kegiatan-usaha pada Jumat, 9
Oktober 2020.
59

musyawarah antara penanggung dan tertanggung atau penerima


manfaat asuransi lainnya.
(2) Apabila musyawarah tidak berhasil mencapai kata sepakat, maka
penyelesaiannya dapat dilakukan mediasi.
(3) Apabila penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan (2) Pasal ini tidak berhasil mencapai kata sepakat, maka
penyelesaiannya akan ditempuh jalur hukum dan pemegang polis dan
penanggung sepakat untuk memilih tempat kedudukan/domisili
hukum yang umum dan tetap di Pengadilan Negeri tempat kedudukan
pemegang polis/tertanggung atau penanggung sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Pada ayat pertama dijelaskan bahwa diadakan musyawarah terlebih


dahulu, namun pada kenyataannya penanggung tidak membuka informasi
mengenai permasalahan yang terjadi dan tidak melakukan musyawarah
apapun dengan pemegang polis. Para pemegang polis telah memperingatkan
penanggung untuk menjalankan kewajibannya yaitu menyerahkan Nilai
Pokok serta Nilai Tunai Jatuh Tempo Periode Investasi secara keseluruhan,
dan telah mengirimkan beberapa kali somasi sebagai berikut :

a. Surat Teguran Hukum (Somasi) Nomor 86/SO/LO-P&A/VIII/2019,


tanggal 06 Agustus 2019;
b. Surat Teguran Hukum (Somasi) II dengan Nomor 92/SO/LO-
P&A/VIII/2019, tanggal 21 Agustus 2019;
c. Surat Somasi & Pemberitahuan dengan Nomor 95/SO/LO-
P&A/VII/2019 tanggal 27 Agustus 2019;
Pada September 2019, enam orang nasabah pemilik polis Super Jiwasraya
Plan menggugat PT. Asuransi Jiwasraya dengan gugatan wanprestasi di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan tersebut didasarkan pada perbuatan
dari perusahaan asuransi yang belum mengembalikan nilai pokok polis serta
nilai tunai jatuh tempo periode investasi kepada para pemegang polis sesuai
60

dengan yang diperjanjikan bahkan setelah diperingatkan beberapa kali


tergugat tidak juga melaksanakan kewajibannya.4
Berdasarkan gugatan tersebut, Hakim telah memutus di dalam Putusan
Nomor 589/Pdt.G/2019/PN.JktPst yang menyatakan bahwa gugatan
penggugat tidak dapat diterima karena menurut Pertimbangan Hakim,
gugatan para penggugat (nasabah) kurang pihak karena tidak melibatkan
bank, seharusnya Pihak Bank yang memasarkan produk para penggugat yaitu
Standard Chartered Bank dan Bank DBS Indonesia dimasukkan kedalam
pihak berperkara.
Namun, secara jelas tertuang dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 33/SEOJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank
Yang Melakukan Aktivitas Kerja Sama Pemasaran dengan Perusahaan
Asuransi (Bancassurance), yang harus bertanggung jawab adalah perusahaan
asuransi sebagai penanggung meskipun pada awalnya tertanggung merupakan
nasabah dari bank.
Ketentuan tersebut menyatakan secara tegas bahwa tanggung jawab bank
terbatas pada penawaran produk asuransi, sedangkan proses underwriting,
penerbitan polis, perubahan polis, klaim, dan perbuatan lain yang terkait
dengan produk asuransi dilaksanakan dan merupakan tanggung jawab dari
perusahaan asuransi mitra. Sehingga sebagai agen penjualan, maka bank tidak
dapat menggantikan perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung dalam
bancassurance.

Karena PT. Asuransi Jiwasraya adalah perusahan yang berbentuk


Perseroan Terbatas, maka mengenai Pengurusan Perseroan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada
Pasal 92 ayat (1) “Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan”.
Karena dugaan perbuatan kesalahan berinvestasi dan juga korupsi yang

4
Yudho Winarto, Dituding Wanprestasi 6 Nasabah Gugat Jiwasraya Terkait Produk
Super Jiwasraya Plan, diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/dituding-wanprestasi-6-
nasabah-gugat-jiwasraya-terkait-produk-super-jiwasraya-plan, pada Senin, 7 September 2020.
61

dilakukan oleh beberapa jajaran direksi PT. Asuransi Jiwasraya juga sangat
mencerminkan tidak terwujudnya visi dari perusahaan asuransi yaitu
“Menjadi Perusahaan Asuransi Jiwa Yang Sehat dan Tangguh”. Dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut sudah tidak sehat dan tangguh yang
mana dalam penyelesaiannya membutuhkan bantuan dari Negara. Dan juga
kemungkinan besar PT. Asuransi Jiwasraya berpotensi menjadi salah satu
perusahaan BUMN yang akan dilikuidasi.

Dari penjelasan diatas PT. Asuransi Jiwasraya telah melanggar banyak


peraturan tetapi tidak ada penjatuhan sanksi administratif yang diberikan dari
Otoritas Jasa Keuangan selaku pengawas sektor jasa keuangan maupun
gugatan wanprestasi yang telah diputus oleh Hakim selaku Penegak Hukum.

B. Pemenuhan Hak Pemegang Polis Oleh PT. Asuransi Jiwasraya


Dalam polis asuransi Super Jiwasraya Plan terdapat beberapa hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi antara penanggung maupun pemegang polis,
antara lain:
1. Hak Pemegang Polis/Tertanggung
a. Hak untuk mempelajari polis dalam waktu 10 hari kerja sejak polis
diterima pemegang polis/tertanggung.
b. Hak untuk menerima manfaat asuransi apabila tertanggung mengalami
kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia dan cacat total.
c. Hak untuk menerima manfaat didalam polis, berlaku untuk dimanapun
tertanggung berada dan untuk semua jenis resiko yang
dipertanggungkan dan jika tertanggung meninggal dunia ahliwaris yang
tertulis dalam polis berhak untuk mengajukan manfaat tersebut.
d. Hak untuk memilih periode investasi pada masa awal asuransi
e. Hak untuk menarik nilai tunai pada setiap jatuh tempo periode investasi
atau selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah tanggal berakhirnya
periode investasi tersebut.
f. Hak untuk jaminan meninggal dunia karena kecelakaan dan cacat tetap
total karena kecelakaan masih berlaku, apabila tertanggung telah
62

melakukan penarikan nilai tunai pada tanggal jatuh tempo periode


investasi.
g. Hak untuk mengajukan perubahan ahliwaris dengan permintaan tertulis
kepada penanggung, dengan ketentuan bahwa ahliwaris baru tersebut
mempunyai kepentingan terhadap tertanggung atas pertanggungan yang
bersangkutan.
2. Kewajiban Pemegang Polis/Tertanggung
a. Membayar besarnya premi sesuai dengan yang tertera di dalam polis
secara sekaligus.
b. Membayar seluruh biaya, pajak, serta kerugian lainnya yang timbul
sehubungan dengan pembayaran manfaat asuransi dan klaim
berdasarkan polis dalam hal ini menjadi sepenuhnya tanggung jawab
pemegang polis/tertanggung.
c. Tertanggung wajib diperiksa oleh dokter yang penanggung tunjuk, jika
hal itu diperlukan
Mengenai permasalah ini terdapat sebuah forum diberbagai sosial media
seperti twitter, dan instagram yaitu Forum Korban PT. Asuransi Jiwasraya
yang merupakan perkumpulan korban nasabah atas produk bancassurance.
Forum tersebut berisi 223 orang didalamnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota Forum Korban
PT. Asuransi Jiwasraya yakni Bapak Machril beliau adalah korban sejak awal
tahun 2020. salah satu pemegang polis Saving Plan sejak tahun 2015. Beliau
mengetahui produk tersebut dari istrinya yang ditawarkan melalui Bank BRI.
Pada saat itu pihak bank memberikan penjelasan mengenai keuntungan
produk yaitu bebas pajak tidak seperti deposito, bunga awal 10% pertahun
dan terakhir 5,75% pertahun, dan saat itu pihak bank meyakinkan bahwa uang
akan dijamin oleh Negara karena perusahaan asuransi tersebut merupakan
Badan Usaha Milik Negara.

Polis Bapak Machril berakhir setelah PT. Asuransi Jiwasraya menyatakan


dimedia bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi pembayaran klaim.
63

Dan beliau menyatakan bahwa dari pihak perusahaan tidak ada


pemberitahuan pribadi mengenai keadaan ini, pihak perusahaan hanya
menawarkan apakah asuransi tersebut mau dilanjut, diberhentikan atau roll
over yaitu perpanjangan periode investasi dengan bunga yang berubah dari
sebelumnya.5

Mengenai penyelamatan polis, terdapat rencana berupa restrukturisasi


polis yang mana hal ini juga tidak diketahui seperti apa mekanismenya dan
belum secara resmi disampaikan pihak perusahaan asuransi kepada para
pemegang polis.

Tidak ada tanggung jawab moril seperti permohonan penundaan


pembayaran maupun permintaan maaf dari pihak perusahaan. Informasi yang
pemegang polis ketahui selama 2 tahun berjalan mengenai kasus perusahaan
mengalami ketidakmampuan untuk membayar klaim pemegang polis dan hal
lainnya hanya melalui media saja. Karena sama sekali tidak terbukanya
komunikasi antara perusahaan asuransi dan pemegang polis.6

Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 pada Pasal 31 ayat (2)


menegaskan bahwa perusahaan asuransi berkewajiban memberikan informasi
yang benar, tidak palsu, dan/atau tidak menyesatkan kepada Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta mengenai risiko, manfaat, kewajiban dan
pembebanan biaya terkait dengan produk asuransi atau produk asuransi
syariah yang ditawarkan.

Hal tersebut juga telah melanggar Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan, yang tertuang didalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 6.

Pasal 2
Perlindungan Konsumen menerapkan prinsip:
5
Interview Pribadi dengan Bapak Machril, Pemegang Polis Saving Plan PT. Asuransi
Jiwasraya, via online, 30 Juli 2020.
6
Interview Pribadi dengan Bapak Machril, Pemegang Polis Saving Plan PT. Asuransi
Jiwasraya, via online, 30 Juli 2020.
64

a. transparansi;
b. perlakuan yang adil;
c. keandalan;
d. kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen; dan
e. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa Konsumen secara
sederhana, cepat, dan biaya terjangkau
Pasal 4
Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau menyampaikan
informasi mengenai produk dan/atau layanan yang akurat, jujur, jelas, dan
tidak menyesatkan
Pasal 6
(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyampaikan informasi kepada
Konsumen tentang penerimaan, penundaan atau penolakan permohonan
produk dan/atau layanan.
(2) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyampaikan informasi
tentang penundaan atau penolakan permohonan produk dan/atau layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib
menyampaikan alasan penundaan atau penolakannya kecuali diatur lain oleh
peraturan perundang-undangan.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 73 /POJK.05/2016 Tentang Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian Pada Pasal 2:
“(1) Perusahaan Perasuransian wajib menerapkan prinsip Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi.
(2) Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan dan
menyediakan informasi yang sesuai mengenai Perusahaan
Perasuransian, dan mudah diakses oleh Pemangku Kepentingan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
65

perasuransian serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan


Usaha Perasuransian yang sehat;
b. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban Organ Perusahaan Perasuransian sehingga
kinerja Perusahaan Perasuransian, dapat berjalan secara transparan,
wajar, efektif, dan efisien;
c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian pengelolaan
Perusahaan Perasuransian dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perasuransian dan nilai-nilai etika serta standar,
prinsip, dan praktik penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang sehat.
d. Kemandirian (independency), yaitu keadaan Perusahaan Perasuransian
yang dikelola secara mandiri dan profesional serta bebas dari
Benturan Kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perasuransian dan nilai-nilai etika serta standar, prinsip, dan
praktik penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang sehat; dan
e. Kesetaraan dan kewajaran (fairness), yaitu kesetaraan, keseimbangan,
dan keadilan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan
yang timbul berdasarkan perjanjian, ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perasuransian, dan nilai-nilai etika serta standar,
prinsip, dan praktik penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang
sehat.”
Pemangku Kepentingan dalam aturan diatas dapat diartikan sebagai
pemegang polis. Karena dalam hal perjanjian asuransi yang memiliki
kepentingan ialah pemegang polis yang seharusnya prinsip diatas dilakukan
kedua belah pihak tidak hanya satu pihak yang memenuhi prestasinya.
Prinsip-prinsip diatas tentu tidak diterapkan oleh PT. Asuransi Jiwasraya.
Tidak ada sedikit pun ketebukaan informasi dan akses komunikasi mengenai
apapun terhadap pemegang polis.
66

Perbuatan tidak memberikan informasi yang jelas mengenai keadaan


perusahaan juga melanggar prinsip itikad baik yang mana prinsip ini
seharusnya diterapkan pada perjanjian apapun. Prinsip ini tidak hanya
dijalankan oleh pihak pemegang polis tetapi juga harus dijalankan oleh pihak
penanggung agar perjanjian dapat berjalan dengan baik.

Lebih lanjut menurut Wirjono Prodjodikoro, membagi itikad baik menjadi


dua macam, yaitu:7

1) Itikad baik pada waktu mulai berlakunya suatu hubungan hukum. Itikad
baik di sini biasanya berupa perkiraan atau anggapan seseorang bahwa
syarat-syarat yang diperlukan bagi dimulai hubungan hukum telah
dipenuhi. Dalam konteks ini hukum memberikan perlindungan kepada
pihak yang beritikad baik, sedang bagi pihak yang tidak beritikad baik (te
kwader trouw) harus bertanggung jawab dan menanggangung resiko.
2) Itikad baik pada waktu pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
termaktub dalam hubungan hukum itu. Pengertian itikhad baik semacam
ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 (3) BW adalah objektif dan
dinamis mengikuti situasi sekitar perbuatan hukumnya. Titik berat itikad
baik disini terletak pada tindakan yang akan dilakukan oleh kedua belah
pihak, yaitu tindakan sebagai pelaksana sesuatu hal.

Terhadap wacana mengenai likuidasi yang akan dilakukan yang diatur


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28 /POJK.05/2015 tentang Pembubaran,
Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah Pasal 1 angka 12
Likuidasi Perusahaan yang selanjutnya disebut Likuidasi adalah tindakan
penyelesaian seluruh aset dan kewajiban Perusahaan sebagai akibat Pencabutan
Izin Usaha Perusahaan dan Pembubaran. Mengenai hal ini narasumber
mengatakan bahwa jika akan diadakannya likuidasi, hak dari pemegang polis

7
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung: Sumur,1992),h. 56-62.
67

harus terpenuhi dahulu dan perusahaan asuransi wajib untuk menyelesaikan


kewajibannya.

Dalam polis asuransi pasal 13 ayat (3) dinyatakan bahwa “Apabila periode
investasi akan diperpanjang, pemegang polis/ tertanggung dapat mengajukan
perpanjangan periode investasi berikutnya untuk periode yang sama dengan
periode yang dipilih sebelumnya dengan mengikuti ketentuan yang ditentukan
oleh penanggung.”

Dari pasal ini sangat menjelaskan bahwa ketentuan tentang perpanjangan


mengenai periode investasi atau roll over telah tertulis didalam polis dan telah
menjadi hak pemegang polis dan sebuah solusi dari perusahaan untuk melakukan
roll over atau tidak. Sesuai berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
narasumber bahwa narasumber ditawarkan untuk melakukan roll over terhadap
polis asuransinya.

Namun, pemenuhan hak ini tidak seolah-olah membuktikan bahwa hak


pemegang polis sudah terpenuhi. Dalam hal ini yang menjadi hak nasabah yang
utama ialah pembayaran atas nilai pokok dan nilai tunai yang sudah jatuh tempo.
Pada awal tahun Januari, pihak dari perusahaan berjanji akan menyelesaikan
klaim nasabah tersebut dalam bulan Maret 2020. Nyatanya hanya polis tradisional
saja yang dibayarkan. Hingga September 2020 tidak ada kepastian tepat untuk
pembayaran klaim pemegang polis.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas oleh peneliti, dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk tanggung jawab hukum PT. Asuransi Jiwasraya terhadap
pemegang polis pada saat perusahaan melakukan wanprestasi
Ketidakmampuan PT. Asuransi Jiwasraya dalam memenuhi
kewajibannya dapat dikatakan perbuatan wanprestasi dan termasuk
pelanggaran dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 31 ayat (3)
yang menjelaskan bahwa perusahaan asuransi wajib menangani klaim dan
keluhan melalui proses yang cepat, sederhana, mudah diakses, dan adil
dan juga melanggar Pasal 31 ayat (4) yang menyatakan bahwa perusahaan
asuransi dilarang melakukan tindakan yang dapat memperlambat
penyelesaian atau pembayaran klaim, atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Karena tidak adanya pasal mengenai tanggung jawab hukum pada polis
asuransi Super Jiwasraya Plan, maka pelanggaran atas Pasal 31 ayat (3)
dan (4) seharusnya dapat menjadi dasar untuk dijatuhkannya sanksi
kepada perusahaan asuransi yang terdapat pada Pasal 71 yaitu berupa
peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha untuk sebagian atau seluruh
kegiatan usaha, larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk
asuransi syariah untuk lini usaha tertentu, pencabutan izin usaha, denda
administratif.
Namun, hingga penelitian ini dilakukan tidak ada sanksi apapun yang
diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan maupun Majelis Hakim dalam
Putusan Nomor 589/Pdt.G/2019/PN.JktPst atas gugatan wanprestasi yang
diajukan para pemegang polis yang berarti menunjukkan bahwa tidak ada
tanggung jawab apapun yang dilakukan PT. Asuransi Jiwasraya.

68
69

2. Pemenuhan Hak Pemegang Polis Oleh PT. Asuransi Jiwasraya


Dalam keadaan PT. Asuransi Jiwasraya melakukan wanprestasi ini
terdapat hak yang tidak dipenuhi oleh pihak perusahaan asuransi seperti
yang terdapat pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,
Pasal 6 ayat (2) perusahaan jasa keuangan wajib menyampaikan informasi
tentang penundaan atau penolakan permohonan produk dan/atau layanan.
Namun hal diatas tidak dipenuhi oleh perusahaan asuransi yang mana
sama sekali tidak memberikan informasi yang sebenarnya.
Salah satu hak yang dapat dipenuhi oleh pihak perusahaan asuransi
ialah mengenai roll over atau perpanjangan periode investasi telah tertulis
didalam polis asuransi dan telah menjadi hak pemegang polis untuk
melakukan perpanjangan dengan waktu yang telah ditentukan.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka akan
diambil rekomendasi sebagai berikut:
1. Agar terciptanya kembali kepercayaan masyarakat kepada perusahaan
asuransi, diharapkan perusahaan asuransi di Indonesia kedepannya
dapat menerapkan tata kelola yang lebih baik agar kepentingan dan
hak nasabah dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini Otoritas Jasa
Keuangan juga mempunyai peran yang sangat penting untuk
mengawasi dan mengatasi permasalahan yang ada untuk menerapkan
Undang-Undang atau aturan lainnya yang mengatur tentang
Perasuransian.
2. Bagi masyarakat harus lebih selektif dalam memilih asuransi yang
akan digunakan, baik perusahaan asuransi swasta maupun milik
Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali,Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011.

Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang


Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.
Danarti, Dessy, Jurus Pintar Asuransi – Agar Anda Tenang, Aman, dan Nyaman,
Yogyakarta: Gmedia, 2011.

Fuady, Munir, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya


dalam Hukum Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Cet III, 2014.

Hamzah,Andi Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.

Huda, Chairul dan Lukman Hakim, Tindak Pidana dalam Bisnis Asuransi,
Jakarta: LPHI,2006.

Ibrahim, Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:


Bayumedia Publishing, 2006.

Mahmud Marzuki, Peter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.

Miru, Ahmadi, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: Rajawali


Pers, 2007.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya, 1992.

__________, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

__________, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, Depok: Rajawali Pers, 2017.

Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.

Pieloor, Freddy, Jangan Beli Unit Link Bila Anda Tidak Paham Benar, Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 2009.

70
71

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Perjanjian, Bandung: Sumur Pustaka,


2012.

Purba, Radiks, Memahami Asuransi di Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Binaman


Presindo, 1999.

__________, Memahami Asuransi di Indonesia Seri Umum No.10, Jakarta : PT.


Pustaka Binaman Pressindo, 1992.

Redjeki Hartono, Sri, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar
Grafika, Cet II, 1995.

Sembiring, Sentosa, Hukum Asuransi, Bandung: Nuansa Aulia, 2014.

_______________, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Bandung:

Nuansa Aulia, Cet III, 2012.

Sendra, Ketut, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit-Link Proteksi sekaligus
Investasi, Jakarta: Penerbit PPM dengan PT Asuransi Jiwasraya (persero),
2004.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, Cet 31, 2003.

Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum pada Perusahaan Grup di Indonesia,


Jakarta: Erlangga, 2014.

Supardjono, Perasuransian di Indonesia, Jakarta: Dedikbud, 2004.

Suparman Sastrawidjaja, Man dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan


Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Bandung: PT.
Alumni, 2010.

Suparman Sastrawidjaja, Man, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat


Berharga, Bandung: Alumni, 2003.

__________________, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi


Deposito, Usaha Perasuransian, Bandung: Alumni, 2003.

Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Triwulan,Titik dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Jakarta:


Prestasi Pustaka, 2010.

Widjaja,Gunawan, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan, Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, Cet II, 2004.
72

______________, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko Hukum sebagai


Direksi, Komisaris, dan Pemilik PT, Jakarta: Forum Sahabat, 2008.

Yahya Harahap, M, Segi-Segi Hukum perjanjian,Bandung: Alumni, 1986.

ARTIKEL JURNAL

B,Erlina. “Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraaan


Bermotor”,Jurnal Pranata Hukum Universitas Bandar Lampung,Vol.5, 2,
(2010).

Hasan Ali, A.M, “Asuransi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Hukum dan Ekonomi
Islam Al-Mizan,Vol. 1, 2, (2009).

Johannes, Gunawan. “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Berdasarkan Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1999”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.8, (2015).

Trisna, Nila. “Pertanggungjawaban Hukum Pelaku Usaha atas Iklan yang


Menyesatkan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen”, Jurnal Ius Civile,Vol. 2, 2, (2018).

Sapriadi, Ahmad, “Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi


Jiwa Pada Perusahaan Asuransi yang Pailit”, Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Mataram,(2017).

KARYA ILMIAH

Indudewi Hutomo Njoo, Cindy. Tanggung Gugat Bank pada Aktivitas


Bancassurance terhadap Pemasaran Produk Asuransi yang Dikaitkan
dengan Investasi (PAYDI), Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas
Airlangga,2020.

Nur Istiqomah, Ira. Studi Kasus Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Sebagai
Penanggung Terhadap Tertanggung Akibat Kecelakaan Kendaraan
Bermotor yang Merugikan Pihak Ketiga (Studi di PT. Asuransi Bintang
Kota Malang), Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah
Malang, 2013.

Wahyu Triwidayati, Septiana. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi


JS. Proteksi Extra Income Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun
73

1992 tentang Usaha Perasuransian (Studi di PT. Asuransi Jiwasraya),


Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, 2013.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.


Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
POJK Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk.
POJK Nomor 32/SEOJK.05/2016 tentang Saluran Pemasaran Produk Asuransi
Melalui Kerja Sama dengan Bank (Bancassurance).
POJK Nomor 33/SEOJK.03/2016 tentang Penerapan Risiko pada Bank yang
Melakukan Aktivitas Kerja Sama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi
(Bancassurance).
POJK Nomor 73/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola yang Baik Bagi Perusahaan
Perasuransian.
POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan.
POJK Nomor 28/POJK.05/2015 tentang tentang Pembubaran, Likuidasi, dan
Kepailitan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan
Resuransi, dan Perusahaan Resuransi Syariah.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor
KEP-104/BL/2006 Tentang Produk Unit Link.

INTERNET

Arizona Pratiwi, Dhera. Asuransi Jiwa Kresna Gagal Bayar, OJK Berikan Sanksi
Pembatasan Kegiatan Usaha. Diakses pada Jumat, 9 Oktober 2020, dari
https://akurat.co/ekonomi/id-1197459-read-asuransi-jiwa-kresna-gagal.

Bumiputera. Prosedur Pengajuan Klaim. Diakses pada Senin, 13 Juli 2020, dari
http://ajb.bumiputera.com/pages/default/information_center/procedures/cla
ims.

Direktori Asuransi Triwulan IV 2019. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2020, dari
https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/direktori/asuransi/Pages/-
74

Direktori-Asuransi-Triwulan-IV-2019.aspx.bayar-ojk-berikan-sanksi-
nbsp-pembatasan-kegiatan-usaha.

Dwitiani, Tia. Penetrasi Asuransi Jiwa Rendah, Tak Sebanding Dengan


Pertumbuhan Penduduk Indonesia. Diakses pada Jumat, 8 November
2019, dari https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-
01318956/penetrasi-asuransi-jiwa-rendah-tak-sebanding-dengan-
pertumbuhan-penduduk-indonesia.

Febryka Nola, Luthvi. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Jiwasraya.


Diakses pada Minggu, 20 September 2020, dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-2-II-
P3DI-Januari-2020-209.pdf.

Fitra, Safrezi. Salah Investasi Jiwasraya yang Berujung Gagal Bayar. Diakses
pada Sabtu, 9 November 2019, dari
https://katadata.co.id/telaah/2018/10/23/salah-investasi-jiwasraya-yang-
berujung-gagal-bayar.

Hamdani, Trio. Total Utang Klaim Asuransi Jiwasraya Membengkak Jadi Rp 18


T. Diakses pada Senin, 12 Oktober 2020, dari
https://finance.detik.com/moneter/d-5083583/total-utang-klaim-asuransi-
jiwasraya-membengkak-jadi-rp-18-t.

Hartawan,Tony. BUMN: Holding Asuransi Bukan Solusi Selamatkan Jiwasraya,.


Diakses pada Sabtu, 9 November 2019, dari
https://bisnis.tempo.co/read/1274517/bumn-holding-asuransi-bukan-
solusi-selamatkan-jiwasraya/full&view=ok.

Hidayat, Khomarul. Ini alasan OJK tidak mencabut izin Jiwasraya walau sudah
mendapat SP3. Diakses pada Jumat, 9 Oktober 2020, dari
https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-alasan-ojk-tidak-mencabut-izin-
jiwasraya-walau-sudah-mendapat-sp3.

Jiwasraya. JS Proteksi Plan, Diakses pada Sabtu, 9 November 2019, dari


https://www.jiwasraya.co.id/?q=id/product/bancassurance/js-proteksi-plan.

Jiwasraya. Sejarah Jiwasraya. Diakses pada Sabtu, 9 November 2019., dari


https://jiwasraya.co.id/?q=id/sejarah-jiwasraya.

Julita Sembiring, Lidya. Bobrok dari 2004, Ini Kronologi Jiwasraya Hingga
Default. Diakses pada Rabu, 10 Juni 2020, dari
75

https://www.cnbcindonesia.com/market/20191228185156-17-
126264/bobrok-dari-2004-ini-kronologi-jiwasraya-hingga-default.

KBBI Daring. Pengertian Tanggung Jawab. Diakses pada Senin, 21 September


2020, dari https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab.

Makkl, Safir. Jiwasraya Bayar Utang Klaim Rp400 Miliar Mulai Maret Ini.
Diakses pada Jumat, 3 Juli 2020, dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200302123917-78-
479684/jiwasraya-bayar-utang-klaim-rp400-miliar-mulai-maret-ini.

Prabowo, Dani. Vonis Lengkap 6 Terdakwa Jiwasraya yang Diganjar Hukuman


Seumur Hidup. Diakses pada Senin, 12 Oktober 2020, dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/15011141/vonis-lengkap-6-
terdakwa-jiwasraya-yang-diganjar-hukuman-seumur-hidup?page=all.

Wikipedia. Daftar badan usaha milik negara di Indonesia. Diakses pada Sabtu, 9
November 2019, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_badan_usaha_milik_negara_di_Indon
esia.

Winarto, Yudho. Dituding Wanprestasi 6 Nasabah Gugat Jiwasraya Terkait


Produk Super Jiwasraya Plan. Diakses pada Senin, 7 September, dari
https://nasional.kontan.co.id/news/dituding-wanprestasi-6-nasabah-gugat-
jiwasraya-terkait-produk-super-jiwasraya-plan.
LAMPIRAN

76
77
78
79
80
HASIL WAWANCARA DENGAN PEMEGANG POLIS SAVING PLAN
PT. ASURANSI JIWASRAYA

Nama : Machril

Tempat : Wawancara dilakukan via Whatsapp (Online)

Waktu wawancara : Kamis, 30 Juli 2020

Peneliti : Sejak kapan bapak menjadi nasabah jiwasraya pada


produk saving plan? Karena saving plan melakukan
media pemasarannya melalui bank (bancassurance),
melalui bank apa bapak ditawarkan produk tersebut?

Narasumber : Kira-kira pada tahun 2015. Melalui Bank BRI.

Peneliti : Apa yang pihak bank sampaikan mengenai produk saving


plan pada saat menawarkan kepada bapak mengenai
manfaat,keuntungan,dan sebagainya?

Narasumber : Yang banyak tahu istri. Saya harus tanya dulu. Bisa
pending dan pertanyaan yang lain.

Peneliti : Berarti pada awalnya yg ditawarkan asuransi adalah istri


bapak begitu ya pak? Dalam hal ini apakah istri bapak
juga termasuk nasabah saving plan?

Narasumber : Kami berdua nasabahnya. Masing-masing Pemegang


polis. Tapi yang berhubungan istri. Mengenai
Manfaatnya bebas pajak tidak seperti deposito.
Bunganya awalnya 10% terakhir 5,75% per tahun. Uang
di jamin oleh Negara karena Jiwasraya Badan Usaha
Milik Negara.

Peneliti : Berapa premi yg harus bapak bayarkan pada saat itu?


Apakah pembayaran tersebut dilakukan pertahun atau

81
82

perbulan, bisa tolong dijelaskan sistematika


pembayarannya pak?

Narasumber : Bayar sejumlah tertentu. Setahun kemudian baru dapat


manfaatnya.

Peneliti : Kemudian dalam polis asuransi bapak, tertanggal berapa


polis tersebut jatuh tempo?

Narasumber : Pastinya setelah jiwasraya menyatakan gagal bayar.

Peneliti : Lalu, pada saat PT Asuransi Jiwasraya mengalami gagal


bayar, Apakah hal tersebut disampaikan secara langsung
kepada para nasabah atau hanya melalui media?
Kemudian, apakah alasan perusahaan asuransi tersebut
tidak dapat membayar klaim?

Narasumber : Tidak ada pemberitahuan sama sekali. Cuma


pemberitahuan mau lanjut/roll over dgn bunga berubah
dari sebelumnya. Atau mau stop. Tapi tidak pernah bilang
gagal bayar. Ada beberapa bank lain yang memberitahu
gagal bayar kemarin ini, hampir 2 tahun kemudian.

Peneliti : Berarti tidak ada bentuk tanggung jawab moril yang


dilakukan perusahaan jiwasraya ya pak? (seperti
pengiriman surat untuk penundaan pembayaran,
permintaan maaf secara personal kepada nasabah) sejak
keadaan gagal bayar tersebut?

Narasumber : Tidak ada sama sekali. Kecewa berat.

Peneliti : Lalu sejak kapan bapak tergabung dalam forum korban


PT. Asuransi Jiwasraya dan menjadi ketua panitia kerja
pada forum tersebut?

Narasumber : Awal Januari 2020 sebelumnya berjuang sendirian.


83

Peneliti : Kira-kira dalam forum tersebut berapa jumlah nasabah


yg terdaftar pak?

Narasumber : Forum ada 223 orang.

Peneliti : Baru-baru ini saya membaca sebuah berita bahwa akan


diadakannya restrukturisasi polis ke perusahaan baru yaitu
nusantara life, Bagaimana menurut bapak akan hal
tersebut? Apakah para nasabah setuju dengan rencana
restrukturisasi?

Narasumber : Dua tahun kami gagal bayar daru pihak Jiwasraya. Lalu
awal tahun 2020 Menteri Erick Thohir berjanji bahwa ada
3 opsi dalam penyelesaian. Rencananya bulan Maret 2020
mulai ada pembayaran. Ternyata nihil, hanya nasabah
tradisional yang dikasih. Nasabah saving plan tidak sama
sekali. Lalu rencana jual aset dan Penyertaan Modal
Negara (PMN) hasilnya pun tidak ada. Nasabah kecewa
sekali. Nasabah mengacu kepada Undang-Undang
Perasuransian Pasal 42 yaitu Perusahaan asuransi jika
akan dilakukan likuidasi harus menyelesaikan seluruh
kewajibannya. Jadi rencana restrukturusasi bisa
dilaksanakan asalkan sesuai peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.

Peneliti : Berarti sampai saat ini pihak nasabah belum menyetujui


tentang restrukturisasi polis ya pak? Apakah sudah ada
pembicaraan secara langsung oleh pihak kementerian
BUMN ataupun pihak dari perusahaan asuransi jiwasraya
mengenai hal tersebut kepada para nasabah?

Narasumber : Sama sekali belum pernah dihubungi atau komunikasi. Info


di media. Bulan Agustus ini mereka mau kirim surat
seperti apa kami tidak tahu.
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99

Anda mungkin juga menyukai