SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
i
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين والصالة والسالم على أشرف األ نبياء
والمرسلين وعلى اله وأصحابه أجمعين
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan partisipasi baik dari
pembimbing berupa bimbingan, motivasi, pikiran, tenaga, dan do’a dari berbagai
pihak yang senantiasa memberikan dorongan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang besar-bersarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. H. Asep Saepuddiin Jahar, M.A Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Muhammad Nurul Irf an,M.Ag Ketua Program Studi Hukum
Pidana Islam dan Mohammad Mujibur Rohman, MA Sekretaris Program
Studi Hukum Pidana Islam serta Nur Rohim Yunus. LL.M
3. Ali Mansur, M.A dan Fitriani S.Ag., M.H. selaku pembimbing Skripsi
penulis, yang telah lulus ikhlas dalam mengorbankan waktu, tenaga dan
pikiran serta petunjuk dan pengarahannya untuk membimbing penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum serta Staff Karyawan
Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang
telah membantu penulis dalam mencari buku-buku referensi guna
mendukung penulisan skripsi ini.
v
5. Tak lupa juga kepada kedua orang tua, Ayahanda Alm. KH. Abdullah
H.M dan Ibunda Hj.Marwah, serta bibi saya Hj. Asiyah, Hj. Zubaidah,
dan seluruh keluarga besar Bani Abdullah atas dukungan morilnya,
finansial, dan semuanya yang tidak terhingga (tidak ada do’a dan kasih
sayangnya paling tulus dan besar selain do’a dan kasih sayang dari kedua
orang tua).
6. Keluarga Besar Hukum Pidana Islam angkatan 2013 yang menjadi teman
seperjuangan penulis, lubna zahraty, Arya Chairunnisa, Bintang Tri Fajar,
Wahyu Ario, khususnya Adinda Hasin Abdullah, dan seluruh teman-
teman penulis yang tidak bisa penulis sebut satu persatu. Terima kasih
atas kesetiaan dalam pencarian ilmu di jurusan kebanggan kita. Terima
kasih juga untuk NurJanah, Arif Fathoni, Minten Apriani, Zakki Al-Amin,
Annisa Nurul Jannah, Annisa Icha, Fadlansyah, Ahmad Murhadi, dan lain
sebagainya. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian.
7. Sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus sahabat Ali Ma’sum, dan
Jajaran BPH nya. Serta keluarga besar Ikatan keluarga Alumni Daarul
Rahman (IKDAR) Tangsel khususnya Gus Yunus Hasyim. yang juga
banyak memberikan kontribusi berupa pikiran, support, motivasi, saran
serta nasihatnya. Penulis do’akan kalian menjadi orang yang sukses dan
bahagia dunia akhirat.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vii
1. Jenis-jenis Pidana............................................................ 27
2. Pemidanaan Terhadap Anak ........................................... 28
3. Tujuan Pemidanaan ........................................................ 28
4. Jenis pemidanaan anak ................................................... 29
D. Tinjauan Umum tentang Anak ............................................ 30
1. Pengertian Anak Di Bawah Umur .................................. 30
2. Hak-Hak Anak ................................................................ 33
E. Batas Usia Pemidanaan dan Penyelesaian Perkara
Pidana Anak......................................................................... 38
1. Batas Usia Pemidanaan Anak ........................................ 38
F. Potret Pertanggungjawaban Pidana Anak............................. 42
1. Pengertian Pertangungjawaban Pidana ........................ 42
A. Deskripsi Perkara................................................................. 63
1. Identitas Terdakwa.......................................................... 63
2. Posisi Kasus .................................................................... 64
viii
3. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa ......................................... 68
4. Amar Putusan.................................................................. 69
5. Putusan Hakim dan Dasar Pertimbangan Hakim ............ 70
B. Analisis Putusan dalam Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Positif ................................................... 72
1. Analisis Putusan dalam Perspektif Hukum
Pidana Positif .................................................................. 72
2. Analisis Putusan dalam Perspektif Hukum
Pidana Islam.................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 80
B. Saran-Saran Penulis ............................................................. 81
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Wessy Trisna, dan Ridho Mubarak, Hukum Kejahatan Anak, (Medan: Fakultas Hukum
Universitas Medan Area, 2012), hal. 11.
1
2
c. Faktor kelamin;
d. Faktor kedudukan anak dalam keluarga.
2. Yang termasuk ekstrinsik adalah :
a. Faktor rumah tangga;
b. Faktor pendidikan dan sekolah;
c. Faktor pergaulan anak;
d. Faktor media massa.
2
Syaiful Bakhri, Sistem Peradilan Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaruan,
Teori, dan Praktik Peradilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 1.
3
teknologi dan informasi. Dimana hal ini, adalah anak pelaku perjudian
semakin marak dari tahun ke tahun.
3
Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2006), hal. 55.
4
Hamzah Ya'qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1984),
hal. 143.
5
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal. 67.
4
sembunyi (illegal). Beragam permainan judi mulai togel (toto gelap) sampai
judi koprok di gelar di tempat-tempat perjudian kelas bawah.6
Dalam konteks ini, peristiwa perjudian yang dilakukan oleh usia anak-
anak diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana
denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah,yang belum cukup usia akan
mendapatkan keadilan dan perlindungan hukum (restorative justice) dimana
anak yang hidup di lingkungan yang tidak mendukung penting untuk
meningkatkan pengawasannya terhadap anak-anak agar mereka mendapatkan
pembinaan moral. Mengacu pada pendapat Akhsan Naim, bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.10
10
Akhsan Naim, dkk, Profil Anak Indonesia 2015, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, 2015), hal. 2.
6
anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b wajib
diupayakan diversi,11 adalah berupa perlindungan dan keadilan.
11
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, (Jakarta: Sekretariat KPAI, 2016), hal. 8.
12
Romli Atmasasmita, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, (Bandung: Armico,
1983), hal. 40.
13
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum; Catatan Pembahasan UU Sistem
Peradilan Pidana Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 1.
14
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 23.
7
15
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, (Jakarta: Sekretariat KPAI, 2016), hal. 8.
16
Lilik Mulyadi, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia, cet, ke-1, (Bandung:
P.T. Alumni, 2014), hal. 1-2.
8
17
Fransiska Novita Eleanora, Sistem Pemidanaan Terhadap Anak yang Melakukan
Tindak Pidana, dalam Jurnal Lex Jurnalica, Vol. 10, Nomor, 3, Desember 2013, hal. 176-177.
18
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Anak, (Jakarta:
Sekretariat Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2017), hal. 90.
9
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
19
Fahmi Muhammad Ahmadi, dan Djaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Tangsel:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010), hal. 38.
20
Hardijan Rusli, Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana, dalam Jurnal Law
Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Vol. 5. No. 3. Maret, 2006, hal. 41.
21
Fahmi Muhammad Ahmadi, dan Djaenal Aripin, hal. 47.
22
Depri Liber Sonata, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakterirtik
Khas Dari Metode Meneliti Hukum, dalam Jurnal Fiat Justisia Ilmu Hukum. Vol. 8. No. 1, Januari-
Maret, 2014, hal. 28.
13
2. Jenis Penelitian
23
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 1.
24
Burhan Bungins, Analisis Data Penelitian Kualitatif, cet, ke-2, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), hal. 39.
14
25
Peter Mahmud Marzuki, hal. 181.
26
Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Tangsel: Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Jakarta, 2010), hal, 26.
15
I. Sistematika Penulisan
27
Yayan Sopyan, hal, 23.
16
OLEH ANAK
28
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana: Memahami Tindak Pidana Dan
Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan, (Yogyakart: Mahakarya Rangkang
Offset, 2012), hal. 18.
29
Sudarsono, Kamus Hukum, cet, ke-5, (Jakarta: P.T.Rineka Cipta, 2007), hal. 92.
17
18
hukum, baar diartikan sebagai dapat dan boleh, sedangkan kata feit yang
diartikan sebagai tindakan, peristiwa, pelanggaran serta perbuatan.
30
Ismu Gunadi, dkk. Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana, cet,ke-2, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hal. 39.
31
Ridwan A. Halim, Hukum Pidana dan Tanya Jawab, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1982), hal. 31.
32
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru, 1984),
hal. 172.
19
33
Moeljatno,Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hal. 37.
34
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), hal. 71.
20
diterapkan secara kaku tetapi asas hukum tersebut sampai sekarang telah
dipertahankan sebagai asas yang sangat fundamental dalam hukum pidana
sekalipun dengan berbagai modifikasi dan perkembangan. Dengan
demikian, seseorang hanya dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana
apabila orang tersebut melakukan perbuatan yang telah dirumuskan dalam
ketentuan undang-undang sebagai tindakan pidana.
35
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: PuKAP-Indonesia, 2012), hal. 39.
36
Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1985),
hal. 34.
21
37
Djoko Prakoso, Hukum Penitensier, (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 104.
38
Tongat, Hukum Pidana Materiil, (Malang: UMM Press, 2006), hal. 5.
22
B. Pengertian Perjudian
39
Amir Ilyas, hal. 29.
40
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi, ke-2, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), hal. 419.
23
1. Permainan
2. Adanya taruhan
3. Untung-untungan
41
Haryanto, Indonesia Negeri Judi, (Jakarta: Yayasan Khasanah Ihsan Mandiri, 2003),
hal. 7.
42
Umi Sarah Dhiba, Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Terlibat Kasus Perjudian,
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), hal. 1-2.
24
1. Jenis-Jenis Perjudian
43
Dali Mutiara, Tafsiran Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1962), hal. 220.
44
Sofyan Lubis, Tinjauan Hukum tentang Judi, (Jakarta: Gramedia, 2006), hal. 230.
25
Tentu tidak lain perilaku yang timbul pada usia anak-anak bukan
kesadaran, tetapi hanya tindakan kenakalan anak-anak melakukan suatu
perbuatan yang mengganggu ketertiban umum. Sehingga, anak yang
melakukan seperti perjudian tidak anggap peristiwa pidana. Melainkan
kenakalan anak-anak yang belum mampu mempertanggungjawabkan secara
individual.
45
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2012), hal. 75.
26
Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan
kepada orang yang melakukan kejahatan. Jadi dasar pembenaran dari pidana
terletak pada adanya atau terjadinya kejahatan itu sendiri. Sehingga Johannes
Andenaes menegaskan bahwa tujuan utama (primair) dari pidana menurut
teori absolut ialah “untuk memuaskan tuntutan keadilan” (to satisfy the clams
of justice)sedangkan pengaruh-pengaruhnya yang menguntungkan adalah
sekunder.46
1. Jenis-Jenis Pidana
1. Pidana Pokok
a. Pidana mati;
b. Pidana penjara;
c. Pidana kurungan; dan
d. Pidana denda.
49
Marlina, Hukum Panitensier, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 51.
50
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal. 191-
192.
51
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010), hal.
162-163.
52
Amir Ilyas, hal. 107.
28
2. Pidana Tambahan
a. Pencabutan hak-hak tertentu;
b. Perampasan barang-barang tertentu;dan
c. Pengumuman putusan hakim.
3. Tujuan Pemidanaan
53
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, hal. 95.
29
54
Andi Hamzah, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan di Indonesia, (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1983), hal. 26.
55
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: PT. Alumni, 1986), hal. 83.
56
Bunadi Hidayat, Pemidanaan Anak Di Bawah Umur, (Surabaya: PT. Alumni, 2010),
hal. 84.
30
57
Lilik Mulyadi, hal. 1-2.
31
58
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, hal. 1.
59
Bunadi Hidayat, hal. 1.
60
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
61
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal. 130-131.
62
Andi Hamzah, hal. 23.
32
Anak sebagai penentu masa depan arah bangsa dan negara tentu
membutuhkan perhatian khusus agar dapat dijamin hak-haknya, dan
memperoleh perlindungan hukum oleh undang-undang serta memperoleh
keadilan. Dalam hal ini, setiap anak berhak memperoleh perlindungan
dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang
tidak manusiawi.65
63
Pasal 1 ayat (8) huruf a Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
64
KPAI, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
(Jakarta: Sekretariat Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2017), hal. 46.
65
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
66
Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
67
Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
33
2. Hak-Hak Anak
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir baik dalam aspek
jasmani, rohani, dan sosial, terutama perlindungan hukum agar harkat
dan martabat anak bisa dijamin dari tindakan, ancaman, kekerasan, dan
perlakuan diskriminasi. Karena anak adalah aset penting dalam
kehidupan bangsa dan negara yang diatur di dalam konstitusi.
68
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, cet, ke-2, (Bandung: PT.Refika
Aditama, 2010), hal. 32.
34
Dan terkait kriteria anak adalah anak di bawah usia sebagai anak
yang telah berusia 12 tahun tetapi belum berusia 18 tahun, dan
membedakan anak yang terlibat dalam suatu tindak pidana dalam tiga
kategori :70
72
Pasal 16 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak.
36
Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib
dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat,
negara, pemerintah, dan pemerintah daerah.75 Dalam hal perlindungan
khusus ini berupa bentuk perlindungan yang diterima oleh Anak dalam
situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman
terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh
kembangnya.76 Dan kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum.77
73
Dheny Wahyudhi, Perlindungan Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum
Melalui Pendekatan Restorative Justice, dalam Jurnal Ilmu Hukum. 2015, hal. 145.
74
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
75
Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
76
Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
77
Pasal 1 ayat (15 a) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
37
78
Pasal 5 Konvensi Hak-Hak Anak.
79
Lilik Mulyadi, hal. 30.
80
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana.
38
81
Lilik Mulyadi, hal. 2-3
82
Maulana Hasan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2000), hal. 24.
83
Lilik Mulyadi, hal. 4.
40
2. Diversi
84
Lilik Mulyadi, hal. 35.
85
Hukum on-line, “Hal-Hal Penting yang Diatur dalam UU Sistem Peradilan Pidana
Anak”. Diterbitkan pada hari Senin, 25 Agustus 2014.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-yang-diatur-dalam-
uu-sistem-peradilan-pidana-anak.
41
Anak atas peradilan yng adil dan tidak memihak (fair tial), Keempat,
Diversi hanya dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan
diancam dengan pidana penjara dibawah (tujuh) tahun dan bukan
merupakan pengulangan tindak pidana sebagaimana ditentukan Pasal
7 ayat (2) huruf a dan b UU SPPA.86
86
Lilik Mulyadi, hal. 39-40.
87
Jefferson B. Pangemanan, Pertanggungjawaban Pidana Anak Dalam Sistem Peradilan
Pidana Indonesia, dalam Jurnal Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015, hal. 104-105.
88
Amir Ilyas, hal. 73.
43
91
Pasal 1 ayat (22) Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
92
Haryanto, Indonesia Negeri Judi, (Jakarta: Yayasan Khasanah Ihsan Mandiri, 2003),
hal. 60-61.
45
46
Dilanjutkan juga oleh firman Allah swt yang membahas soal judi
(maisir) dalam Q.s. Al-Maidah (7): 90-91
صبةُ َٔ ْاْلَ ْصنَ ُى ِسجْ ٌض ِّي ٍْ َػ ًَ ِم ان َّش ْيطَ ٍِ فَبجْ زَُِجُْٕ ُِ نَ َؼهَّ ُك ْى َ َْ َيَأَيَُّٓب انَّ ِز ْيٍَ أ َيُُْٕ إََِّ ًَب ْان َخ ًْ ُش َٔ ْان ًَ ْي ِس ُش َٔ ْاْل
ِص ُّذ ُك ْى ػ ٍَْ ِر ْك ِش هللا ُ َضب َء فِٗ ْان َخ ًْ ِش َٔ ْان ًَ ْي ِس ِش َٔي
َ إََِّ ًَب ي ُِش ْي ُذ ان َّش ْيطٍَُ أَ ٌْ يُْٕ قِ َغ ثَ ْيَُ ُك ُى ْان َؼ َذ َٔحَ َٔ ْانجَ ْغ, ٌَ ُْٕرُ ْفهِح
93
Haryanto, hal. 63.
48
94
Zul Aqli, Eksekusi Tindak Pidana Perjudian (Maisir) Di Mahkamah Syar‟iyah
Lhokseumawe, dalam Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3, No. 2, hal. 150.
95
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2004), hal. 279-298.
49
96
Zul Aqli, hal. 151.
97
Topo Santoso, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2016), hal. 108.
98
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟iy Al-Islami, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi),
hal. 609.
50
99
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam,cet, ke-1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 1.
100
A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 27.
51
infinitif yang digunakan sebagai kata benda dan berasal dari idiom yang
berarti “seseorang telah melakukan perbuatan jahat pada orang lain”.101
101
Topo Santoso, hal. 109.
102
M. Nurul Irfan, dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 3-4.
103
Topo Santoso, hal. 129.
52
ِ ُكمُّ فِ ْؼ ٍم ُي َحش ٍَّو َٔ ْانفِ ْؼ ُم ْان ًُ َحش َِّو ُكمُّ فِ ْؼ ٍم َيظَ َشُِ ان َّش ِش: ع
ُُّْ ع َٔ َيَُ َغ ِي ْ َِٔ ْان ًُ َشا ُد ث
ِ ْف ان َّشش ِ ْبان ِخَُبيَ ِخ فِي ػُش
ض اَ ِٔ ْان ًَب ِل
ِ ْظ اَ ِٔ ْانفِ ْؼ ِم اَ ِٔ ْان ِؼش
ِ ض َش ٍس َٔاقِ ِغ َػهَٗ ان ِّذ ْي ٍِ اَ ِٔانَُّ ْف
َ ٍْ نِ ًَب فِ ْي ِّ ِي
a. Jarimah Hudud
Secara etimologis, hudud yang merupakan benuk jama‟ dari kata had
yang berarti (ان ًَ ُْ ُغlarangan, pencegaha). Adapun secara terminologis,
al-Jurjani memberikan arti sebagai sanksi yang telah ditentukan dan
yang wajib dilaksanakan secara haq karena Allah swt.
b. Jarimah Qisas dan Diyat
Qisas menurut bahasa adalah memotong, sedangkan menurut istilah
adalah jarimah yang dijatuhi hukuman setimpal dengan
perbuatannya. Sedangkan Diyat adalah hukuman pokok bagi
pembunuhan dan penganiayaan semi sengaja dan tidak sengaja.
c. Jarimah Ta‟zir
Ta‟zir adalah peraturan-peraturan larangan yang perbuatan pidana
dan ancamannya tidak secara tegas disebutkan dalam al-Qur‟an,
akan tetapi diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan hakim.
104
Sayid Sabiq, Fiqh Sunah, (Bandung: al-Maarif, 1990), hal. 43.
105
M. Nurul Irfan, dan Masyrofah, hal. 13-14.
53
106
Zaid Alfauza Marpaung, Pemahaman Hukum Pidana Islam, (Medan: Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Sumatera Utara, 2016), hal. 6.
107
Pasal 1 ayat (19) Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
108
Pasal 4 ayat (1) Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
54
a. cambuk;
b. denda;
c. penjara; dan
d. restitusi.
109
Pasal 4 ayat (4) Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
110
Pasal 4 ayat (5) Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
111
Topo Santoso, hal. 111.
55
1. Penggolongan Pertama
112
Topo Santoso, hal. 148-150.
56
a. Hukuman badan.
b. Hukuman jiwa.
c. Hukuman harta.
5. Penggolongan Kelima
ٍْ ًَ َْلَثٗ ثِ ْبْلُ َْثٗ ج ف ْ ُ صبص فِٗ ْانقَ ْزهَٗصهٗاَ ْنحُشُّ ث ْبن ُح ِّش َٔ ْان َؼ ْج ُذ ث ْبن َؼ ْج ِذ َٔ ْا
ِ ِ ِ َ ِت َػهَ ْي ُك ُى ْانق َ ِيَأَيَُّٓب انَّ ِز ْيٍَ ءا َيُُٕا ُكز
ٍِ ًَ َْف ِي ٍْ َسثِّ ُك ْى َٔ َسحْ ًَخٌ قهٗ ف ٌ ك ر َْخفِي َ ِف َٔأَدَا ٌء إِنَ ْي ِّ ثِإِحْ َسب ٌٍ قهٗ رن ْ ِع ث
ِ ُْٔبان ًَ ْؼش ٌ ُػفِ َي نَُّ ِي ٍْ أَ ِخ ْي ِّ َش ْي ٌئ فَبرِّجَب
Ancaman hukuman tersebut sesuai dengan nilai tarurah yang ada pada
pasal 19 yang mengatakan demikian :116
115
Pasal 18 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
116
Pasal 19 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
117
Pasal 20 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
60
118
Pasal 21 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
119
Siti Jahroh, Reaktualisasi Teori Hukuman Dalam Hukum Pidana Islam, dalam Jurnal
Hukum Islam (JHI), Volume 9, Nomor 2, Desember 2011, hal, 7.
61
Oleh karena itu, tidak ada pertanggungjawaban bagi anak kecil, orang
gila, orang dungu, orang hilang kemauannya, dan orang-orang yang dipaksa
atau terpaksa, jadi pelakunya harus orang yang mukallaf, tidak gila dan tidak
ada unsur tetapi, karena badan hukum tidak membuat secara langsung tindak
pidana, pertanggungjawaban pidana dikenakan kepada orang yang mewakili
atau yang bertindak atas nama badan hukum tersebut.
120
Zaid Alfauza Marpaung, hal. 40-41.
62
positif, sebagaimana kedua pendapat tersebut tidak jauh beda, yakni yang
dikedepankan adalah pertanggungjawaban pidana kepada anak yang
melakukan perbuatan kejahatan. Apabila tidak mampu, maka tidak dapat
dikategorikan sebagai pelaku kriminal.
BAB IV
1. Identitas Terdakwa
Kebangsaan : Indonesia.
121
Putusan Pengadilan Tinggi Medan putusan Nomor: 10/Pid.Sus.Anak/2017/PT.MDN,
(Medan: Pengadilan Tinggi, 2017), hal. 1.
63
64
2. Posisi Kasus
berurutan dan untuk memulai permainan judi jenis Joker labas tersebut,
pemain yang membagikan kartu Joker tersebut wajib menjatuhkan kartu
Joker yang menurutnya tidak sesuai dengan gambar atau nomor kartu yang
ada padanya kepada pemain yang duduk di sebelah kanannya (searah
jarum jam), kemudian setelah kartu Joker di jatuhkan, maka pemain yang
duduk di sebelah kanannya berhak mengambil ataupun tidak mengambil
kartu Joker yang di jatuhkan dan berhak mencabut kartu Joker yang baru
(dari sisa kartu yang terletak diatas meja) untuk menyesuaikan gambar
ataupun mengurutkan nomor kartu yang ada padanya dan apabila kartu
dari salah satu pemain telah tersusun rapi dengan gambar yang sama
ataupun nomor dengan gambar yang sama maka pemain tersebut berhak
menurunkan kartunya dan mengatakan “menang” atau “Labas”, namun
sebelumnya pada saat susunan kartu Joker pemain tersebut hampir
lengkap, pemain tersebut wajib mengatakan “ciki” yang menandakan atau
memperingati pemain lain agar tidak menjatuhkan kartu Joker dengan
sembarangan yang bisa menguntungkan pemain tersebut, jika pemain
tersebut menang dari kartu yang dijatuhkan lawan maka pasangan pemain
yang kalah membayar masing-masing sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah)
kepada pemain yang menang, namun apabila pemain tersebut
menang/labas dari kartu yang dicabutnya maka pasangan pemain yang
kalah membayar kepada pemain yang menang masing-masing sebesar Rp.
2.000,- (dua ribu rupiah), sedangkan untuk pasangan pemain tersebut tidak
perlu membayar dan begitu juga sebaliknya, selanjutnya kartu kembali
dibagikan oleh pemain yang menang dan demikian seterusnya permainan
tersebut dilakukan;
Bahwa dalam permainan judi jenis joker labas tersebut tidak bisa
dipastikan siapa yang akan menjadi pemenangnya, melainkan hanya
didasarkan pada untung-untungan saja dan perbuatan anak an. KRISMAN
ZEBUA Alias KRIS bersama-sama dengan saksi FIRMAN ZEBUA Alias
AGUS, saksi MARTINUS LAHAGU Alias MARTIN dan saksi
67
122
Putusan Pengadilan Tinggi Medan putusan Nomor: 10/Pid.Sus.Anak/2017/PT.MDN,
(Medan: Pengadilan Tinggi, 2017), hal. 2-9.
123
Putusan Pengadilan Tinggi Medan putusan Nomor: 10/Pid.Sus.Anak/2017/PT.MDN,
(Medan: Pengadilan Tinggi, 2017), hal. 9-10.
69
124
Putusan Pengadilan Tinggi Medan putusan Nomor: 10/Pid.Sus.Anak/2017/PT.MDN,
(Medan: Pengadilan Tinggi, 2017), hal. 10-11.
70
126
Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,
1985), hal. 172.
127
Dian Hati, dkk, Kajian Terhadap Putusan Perkara No. 508/Pid.B/2006/PN. Bjm,
Tentang Tindak Pidana Kesewenang-Wenangan Aparat Penegak Hukum, hal. 197.
75
128
Putusan Pengadilan Tinggi Medan putusan Nomor: 10/Pid.Sus.Anak/2017/PT.MDN,
(Medan: Pengadilan Tinggi, 2017), hal. 15-16.
76
lain dalam bulan Oktober tahun 2016 bertempat di Desa Miga Kecamatan
Gunungsitoli Kota Gunungsitoli tepatnya di ruko lantai 2 (dua) milik saksi
NELIMA ZEGA atau setidak-tidaknya di tempat lain yang termasuk
daerah hukum Pengadilan Negeri Gunungsitoli. Perjudian tersebut
merupakan tindak pidana yang mengganggu ketertiban umum.
انجشيًخ ْي انجشائى يحظٕساد ششػيخ صجش هللا رؼبنٗ ػُٓب ثحذ أٔرؼضيش
130
Abdul Qadir Audah, at-Tasyri‟ al-Jinaiy al-Islami, Juz, ke-1, (Bairut: Dar al-Kitab,
t.th), hal. 12.
78
131
Ahmad Wardi Muchlis, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 249.
132
A. Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menaggulangi Kejahatan dalam Islam), cet, ke-2,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 167.
133
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat Islam dalam
Wacana dan Agenda, cet, ke-1, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2003), hal. 189-191.
79
2. karena gila;
3. karena mabuk; dan
4. karena belum dewasa;
PENUTUP
A. Kesimpulan
80
81
1. Kepada aparat penegak hukum dan masyarakat khususnya orang tua yang
memiliki anak sebaiknya saling bersinergi dalam pencegahan terhadap
tindak pidana yang dilakukan oleh anak dan proses penanggulangan
terhadap tindak pidana yang telah dilakukan oleh anak.
2. Pemerintah sebaiknya melalui kementerian terkait perlu menambahkan
berupa sarana dan prasarana bagi anak-anak untuk melindungi agar anak
tersebut tidak kerap berkonflik dengan hukum.
3. Anak-anak yang berhubungan dengan hukum haruslah ditangani oleh
berbeda dengan orang dewasa, mengingat anak merupakan individu yang
masih harus tumbuh dan berkembang dalam segala aspek, sehingga anak
belum dapat menentukan pilihan perbuatan secara benar.
4. Penulis berharap agar pemerintah dan orang tua tidak hanya sekedar
menjadi benteng utama dalam mencegah kejahatan yang dilakukan oleh
anak, melainkan juga penting dalam memperketat pengawasan semua
82
DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU
Ali, Zainudin, Hukum Pidana Islam, Cet, Ke-I, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Al-Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri‟ Al-Jina‟iy Al-Islami, (Beirut: Dar al-Kitab al-
Arabi, t.th.
Ambary, Hasan, Muarif, Suplemen Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2004.
A. Halim, Ridwan, Hukum Pidana dan Tanya Jawab, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1982.
Bungins, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Cet, Ke-II,Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003.
84
Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1,Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Dhiba, Umi Sarah, Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Terlibat Kasus
Perjudian, Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012.
Gunadi, Ismu, dkk. Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana, Cet. Ke-II,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Haryanto, Indonesia Negeri Judi, Jakarta: Yayasan Khasanah Ihsan Mandiri, 2003.
Hidayat, Bunadi, Pemidanaan Anak Di Bawah Usia, Surabaya: PT. Alumni, 2010.
Jahroh, Siti, “Reaktualisasi Teori Hukuman Dalam Hukum Pidana Islam”, dalam
Jurnal Hukum Islam (JHI), Volume 9, Nomor 2, Desember 2011.
Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Bina Aksara,
1985.
Muladi, dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung:
PT. Alumni, 2005.
86
Muchlis, Wardi, Ahmad, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Depok: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012.
Santoso, Topo, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2016.
Hukum on line, “Hal-Hal Penting yang Diatur dalam UU Sistem Peradilan Pidana
Anak”. Diterbitkan pada hari Senin, 25 Agustus 2014.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-yang-diatur-
dalam-uu-sistem-peradilan-pidana-anak