SKRIPSI
Oleh:
SAFI’I SANJAYA
NPM: 1406200224
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
1
2
ABSTRAK
SAFI’I SANJAYA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
pengasih lagi penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini
Utara Bapak Dr. Agussani., M.AP atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Sarjana ini.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Ibu Dr. Ida
Dekan I Bapak Faisal, S.H., M. Hum dan Wakil Dekan III Bapak Zainuddin, S.H.,
M.H.
diucapkan kepada Bapak Mhd. Teguh Syuhada Lubis, S.H., M.H selaku
bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini selesai. Disampaikan juga penghargaan
tingginya diberikan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah
mengasih dan mendidik dengan curahan kasih sayang. Semoga Allah membalas
kebaikannya. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
namanya, tiada maksud mengecilkan arti pentingnya bantuan dan perannya, dan
skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagaimana layaknya karya manusia yang
daif. Akan tetapi, Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk
membacanya.
Safi’i Sanjaya
5
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
A. Kesimpulan........................................................................... 73
B. Saran .................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
muda. Hal ini akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar
bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat
dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi fisik dan psikologi (kecuali makanan, air
atau oksigen).2
1
Ida Listryarini Handoyo, 2015. Narkoba Perlukan Mengenalnya, Yogyakarta: Pakar
Raya, halaman 1.
2
Juliana Lisa FR dan Nengah Sutrisna. 2013. Narkotika, Psikotropika dan Gangguan
Jiwa Tinjauan Kesehatan dan Hukum. Yogyakarta: Nuha Medika, halaman 2.
8
crime), dan serius (serious crime) yang dapat menimpa berbagai lapisan
dan kerjasama dari semua pihak yang bersangkutan, seperti pemerintah, aparat,
terjadi karena korban kurang atau tidak memahami apa narkoba itu sehingga dapat
bagian dari dunia tindak pidana internasional. Mafia perdagangan gelap memasok
sulit melepaskan diri dari pengedar/bandar, bahkan tidak jarang korban juga
3
Bintara Sura Priambada, “ Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja” melalui
https://media.neliti.com/media/publications,pdf. Jurnal, diakses Senin 14 Januari 2019
4
Ibid.
9
bersifat trans nasional serta dilakukan dengan menggunakan modus operandi dan
pelanggaran yang mengancam keselamatan, baik fisik maupun jiwa pemakai dan
juga terhadap masyarakat di sekitar secara sosial. Bahaya dan akibat dari
penyalahgunaan narkotika tersebut dapat bersifat bahaya pribadi bagi pemakai dan
dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan. Bahaya dan
yaitu bagi para pengedar menjanjikan keuntungan yang besar, sedangkan bagi
psikis yang dialami dapat dihilangkan. Janji yang diberikan narkotika itu
5
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana. 2015. Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka, halaman 1.
10
yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi dan teknologi yang canggih.
dalam rehabilitasi korban atau pecandu narkoba, bagaimana sanksi yang diperoleh
bagi pelaku atau pelanggar sesuai dengan jenis narkobanya, dan sanksi terhadap
pihak kepolisian atau Badan Narkotika Nasional (BNN) jika mengetahui adanya
tindak pidana narkotika. Masyarakat dalam hal ini bisa keluarga, orang lain, atau
pecandu narkoba itu sendiri. Keluarga maupun pecandu narkoba diingatkan untuk
tidak ragu melapor ke BNN agar dapat direhabilitasi. BNN menjamin bebas
hukum bagi pengguna narkoba yang melaporkan diri. Dengan adanya laporan
yang diberikan, para korban akan direhabilitasi hingga sembuh, tanpa dipenjara.
Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
BNN untuk direhabilitasi, maka terhadapnya tidak akan dijerat hukum. Namun
kehidupan, seperti moral, agama, sosial, hukum dan lain sebagainya maka
bersama-sama.
produksi, import dan eksport, peredaran, pelabelan, informasi, dan penelitian dan
terjadi pro dan kontra terkait isi undang-undang tersebut, yaitu terkait hukuman
yang di peroleh oleh seorang yang tidak terkait dengan jaringan narkotika namun
mendapatkan sanksi berupa pidana penjara selama 6 (enam) bulan atau pidana
denda sebanyak 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang terdapat pada Pasal
tentang fungsi pengawasan oleh masyarakat yang diatur dalam bab tersendiri
dalam bab IX tentang Peran serta Mayarakat. Dalam relasi sosial dan kultural
masyarakatnya sudah rasional dan tertib hukum. Perbedaan sistem sosial dan
kultural antara negara maju dan negara berkembang menjadi alasan utama dimana
kesadaran sosial dalam kontrol sesama masyarakat yang masih rendah menjadi
pertimbangan.
masyarakat yang tidak melaporkan adanya penggunaan narkotika yang tidak pada
proporsinya sebagaimana telah diatur dalam Pasal 131 dan Pasal 134 ayat (2)
dilakukan.
anggota masyarakat atau badan yang telah berjasa dalam membantu upaya
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tersebut ternyata masih belum dapat
1. Rumusan Masalah
penyalahgunaan narkotika?
2. Faedah Penelitian
adanya narkotika.
b. Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pihak baik bagi
B. Tujuan Penelitian
C. Definisi Operasional
hukum.6
3. Pelaku adalah orang yang melakukan suatu perbuatan yang telah memenuhi
unsur suatu perbuatan pidana, dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan
atau suatu tidak sengajaan seperti yang diisyaratkan oleh undang-undang telah
dari dirinya sendiri atau tidak karena gerakkan oleh pihak ketiga dan
6
Muhammad Ainul Syamsu. 2013. Pergeseran Turut Serta Melakukan Dalam Ajaran
Penyertaaan Telaah Kritis Berdasarkan Teori Pemisahan Tindak Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, halaman 19.
7
Muladi. 2002. Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung: Alumni, halaman 21.
8
Leden Marpaung. 2002. Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum (Delik). Jakarta:
Sinar Grafika, halaman 95
16
berlebih yang secara kurang teratur dan berlangsung cukup lama, sehingga
5. Narkotika menurut Pasal 1 angka 1 UU Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,
D. Keaslian Penelitian
skripsi ini dikatakan murni hasil pemikiran penulis yang dikaitkan dengan teori-
teori hukum yang berlaku maupun doktrin-doktrin yang yang ada, dalam rangka
melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di
ternyata dikemudian hari terdapat judul yang sama dan permasalahan yang sama
E. Metode Penelitian
penelitian hukum normatif (yuridis normatif) atau yang disebut juga penelitian
2. Sifat Penelitian
keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana keberadaan norma hukum dan
3. Sumber data
melalui:
10
Ida Hanifah dkk. 2018. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Medan: FH.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, halaman 19.
18
a. Bahan hukum primer yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
b. Bahan hukum sekunder yaitu berupa buku bacaan yang relevan dengan
penelitian ini. 11
a. Bahan hukum tersier yaitu berupa Kamus Umum Bahasa Indonesia dan
Kamus Hukum.
kepustakaan (library research). Dalam hal ini membaca beberapa literatur berupa
narkotika.
5. Analisis data
antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau
modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang
dikumpulkan.
11
Bambang Sunggono. 2016. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, halaman 185.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanggungjawaban Pidana
yang menganggap bahwa hakekat sesuatunya adalah merupakan dua unsur yang
terikat menjadi satu kebulatan) bahwa asas kesalahan yang didasarkan pada nilai
culpabilitas) yang secara tegas menyatakan, bahwa tiada pidana tanpa kesalahan.
karena telah melakukan perbuatan yang bersifat melawan hukum apabila dalam
sehingga menjadi orang baik dan membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
12
Tongat. 2009. Dasar-Dasar Pidana dalam Perspektif Pembaharuan. Malang: UMM
Press, halaman 224.
13
Ibid., halaman 225.
13
14
(dolus) yaitu: dan dolus eventualis. terdiri dari dua macam, yaitu sebagai berikut:
orang lain dengan jalan melawan hukum. Syarat dari melawan hukum harus selalu
14
Ibid., halaman 222.
15
Mahrus Ali. 2015. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 175.
15
dengan sengaja, oleh karena itu delik culpa, merupakan delik semu (quasideliet)
yaitu delik kelalaian yang menimbulkan akibat dan yang tidak menimbulkan
akibat, tapi yang diancam dengan pidana ialah perbuatan ketidakhatian itu sendiri,
menimbulkan akibat dengan terjadinya akibat itu maka diciptalah delik kelalaian,
bagi yang tidak perlu menimbulkan akibat dengan kelalaian itu sendiri sudah
melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan
bertanggung jawab, maka hanya seseorang yang mampu bertanggung jawab yang
telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah dalam melakukan perbuatan ini
objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang ada memenuhi
syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar adanya perbuatan
pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah
16
asas kesalahan. Ini berarti pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika ia
pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh
2. Hubungan bathin tertentu dari orang yang melakukan perbuatan itu dapat
3. Tidak terdapat dasar alasan yang menghapus tanggung jawab pidana bagi
16
Ibid., halaman 156.
17
Chairul Huda. 2016. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Jakarta: Prenada Media Group, halaman 68.
18
Teguh Prasetyo. 2011. Kriminalisasi dalam Hukum Pidana. Bandung: Nusa Media¸
halaman 51.
17
1. Kesalahan
dan tidak dibenarkan, namun hal tersebut belum memenuhi syarat untuk
adalah syarat kesalahan sehingga bukan merupakan bagian dari kesalahan itu
sendiri.19
perbuatan itu pelaku dicela oleh masyarakat, maka berarti dalam diri pelaku itu
kesalahan dalam arti luas, sekaligus sebagai unsur subjektif. Syarat pemidanaan
tersebut, meliputi:
a. Kesengajaan.
19
Mahrus Ali (II). 2013. Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi. Jakarta: RajaGrafindo,
halaman 97.
20
Tongat, Op.Cit., halaman 223.
18
yang lain kesengajaan adalah kehendak untuk berbuat dengan mengetahui unsur-
b. Kelalaian (Culva).
c. Dapat dipertanggungjawabkan.
pembuat, yang memiliki cukup akal dan kemauan, oleh karena cukup mampu
untuk mengerti arti perbuatannya dan sesuai dengan pandangan itu untuk
dan oleh sebab itu kemampuan berfikir dapat diduga pada pembuat. Dengan kata
21
Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, halaman 186.
22
Tongat, Op. Cit., halaman 238.
23
Ibid., halaman 277.
19
yang berlaku.
yang membenarkan adanya penerapan suatu upaya pemidanaan, baik di lihat dari
24
Moeljatno, Op.Cit., halaman 178-179.
20
memiliki syarat:
25
Adami Chazawi. 2014. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, halaman 20.
21
dari tuntutan. Syarat dari Pasal ini adalah tindakan tersebut dilakukan
sini haruslah perintah jabatan yang sah, sah maksudnya adalah bila
didasarkan pada suatu peraturan, dan antara orang yang diperintah dengan
orang yang memerintah harus ada hubungan jabatan dan harus ada
c. Alasan pemaaf yakni menyangkut pribadi pembuat, dalam arti bahwa orang
ini tidak dapat dicela, (menurut hukum) dengan kata lain ia tidak bersalah atau
perbuatan pidana akan tetapi pelakunya tidak dapat dipidana. Sehingga alasan
pemaaf ini yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah
pada:
2) Pasal 48 karena daya paksa, daya paksa maksudnya adalah tidak dapat
dalam hal ini kekuatan tersebut sama sekali tidak dapat ditahan.
b) Paksaan relatif, sebenarnya paksaan itu dapat ditahan tetapi dari orang
mengadakan perlawanan.
3) Pasal 49 ayat (2) yakni pelampauan batas pembelaan darurat yang terdiri
dari syarat:
4) Pasal 51 ayat (2) yakni dengan itikad baik melaksanakan perintah jabatan
diperintah.
dilakukannya.
tadi harus dibuktikan lagi. Mengingat hal ini sukar untuk dibuktikan dan
memerlukan waktu yang cukup lama, maka unsur kemampuan bertanggung jawab
dianggap diam-diam selalu ada karena pada umumnya setiap orang normal
bathinnya dan mampu bertanggung jawab, kecuali kalau ada tanda-tanda yang
terdakwa sekalipun tidak diminta oleh pihak terdakwa. Jika hasilnya masih
berhenti, sehingga kesalahan tidak ada dan pidana tidak dapat dijatuhkan
Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu narcotics yang berarti
obat bius.26 Dalam bahasa Yunani disebut dengan narkose yang berarti
menidurkan atau membius.27 Narkotika merupakan zat atau bahan aktif yang
bekerja pada sistem saraf pusat (otak), yang dapat menyebabkan penurunan
sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit (nyeri) serta dapat menmbulkan
ketergantungan atau ketagihan. Narkotika menurut Widharto adalah zat atau obat
undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa yang dimaksud dengan
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
26
Ida Listryarini Handoyo, Op.Cit., halaman 1.
27
Ibid.
28
Widharto. 2017. Stop Mirasantika, Jakarta, Sunda Kelapa Pustaka, halaman 3.
29
Achmad Kabain. 2016. Peran Keluarga, Guru dan Sekolah Menyelematkan Anak dari
Pengaruh Napza, Semarang: Bengawan Ilmu, halaman 1.
25
Narkotika mempunyai cakupan yang lebih luas baik dari segi norma, ruang
lingkup materi maupun ancaman pidana yang diperberat. Cakupan yang lebih luas
kebutuhan dan kenyataan bahwa nilai dan norma dalam ketentuan yang berlaku
tidak memadai lagi sebagai sarana efektif untuk mencegah dan memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Salah satu materi baru dalam
pada dunia medis untuk membantu proses kerja dokter dalam melakukan operasi
bedah, akan tetapi saat ini obat-obat terlarang ini telah dikonsumsi, diedarkan dan
sesaat saja.
Menurut Darmono, bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
30
Darmono. 2015. Toksikologi Narkoba dan Alkohol, Jakarta: UI Press , halaman 23.
26
ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkotika, sehingga dalam Pasal 114 ayat (1)
setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
atau penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan paling
C. Penyalahgunaan Narkotika
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kualitas sumber daya manusia Indonesia
sebagai salah satu modal pembangunan nasional perlu dipelihara dan ditingkatkan
ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat serta
31
Juliana Lisa FR dan Nengah Sutrisna. Op. Cit., halaman 1.
27
pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat
dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia, masyarakat,
oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban,
narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika
menunjukkan peningkatan tajam merasuki semua bangsa dan umat semua agama,
narkotika sudah merambah di seluruh pelosok tanah air, segala lapisan sosial
kaum muda bukan hanya di negara-negara industri maju dan bangsa-bansa yang
kaya, tetapi juga kelompok remaja dan kaum muda di perkotaan maupun di
jenis narkotika yang dilakukan tanpa aturan kesehatan maupun secara berkala atau
fungsi sosialnya.
global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan
diawali dengan pemakaian pertama pada usia SD atau SMP karena tawaran,
dari empat tahap, yaitu : tahap coba-coba, tahap pemula, tahap berkala, dan tahap
Mulanya hanya mencoba, kemudian menjadi mau lagi dan lagi. Sangat sulit
perubahan pada tubuh sebagai dampak narkoba belum terlihat. Hanya orang
32
Firmanzah dkk. 2015. Mengatasi Narkoba Dengan Welas Asih. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, halaman xi.
33
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana. Op.Cit, halaman 1.
29
yang peka dan benar-benar akrab dengan pemakai saja yang dapat merasakan
sedikit adanya perubahan perilaku seperti: timbulnya rasa takut dan rasa malu
menjadi terbiasa. Anak mulai memakai narkoba secara insidentil (pada saat
sedih, atau pada saat mau ke pesta), dan sudah merasakan kenikmatannya.
Gejala yang muncul pada tahap ini adalah secara psikis menjadi lebih tertutup,
jiwanya resah, gelisah, kurang tenang serta lebih sensitif, dan secara fisik
menjadi lebih lincah, lebih periang, dan lebih percaya diri dan sebaliknya
untuk memakai lebih sering lagi. Selain merasa nikmat, pemakai juga
biasa disebut dengan kondisi sakaw. Gejala yang muncul pada tahap ini adalah
secara psikis sulit bergaul dengan teman baru, pribadinya menjadi lebih
secara fisik bila sedang memakai tampak normal, bila tidak sedang memakai
tampak kurang sehat, kurang percaya diri, murung gelisah, malas, semakin
dosis yang semakin tinggi pula, dan jika tidak memakai akan mengalami
30
penderitaan (sakaw). Pada tahap ini pemakai sama sekali tidak dapat lepas lagi
dari narkotika. Gejala yang muncul pada tahap ini adalah : secara psikis sulit
bergaul dengan teman baru, sensitif, mudah tersinggung, egois, mau menang
sendiri, gemar berbohong dan menipu, sering mencuri, merampas, tidak tahu
malu demi memperoleh uang untuk narkoba, dan secara fisik badannya kurus,
lemah, loyo, mata sayu, gigi menguning kecoklatan dan keropos, serta
Suyanto antara lain adalah dampak terhadap fisik, dampak terhadap mental dan
terhadap fisik, pemakaian narkoba yang sudah sampai pada tahap berkala akan
organ-organ vital tubuh sebagai akibat langsung dari adanya narkoba dalam darah,
seperti : kerusakan paru-paru, ginjal, hati, otak, jantung, dan usus. Sedangkan
terkena penyakit infeksi seperti hepatitis B/C, HIV/AIDS, dan sipilis (sejenis
terhadap mental dan moral, pemakaian narkoba yang berupa kerusakan fisik
seperti kerusakan pada sel-sel otak, syaraf, dan seluruh jaringan tubuh, beserta
organ-organ vital tubuh lainnya dapat menyebabkan munculnya stres pada yang
34
Bagong Suyanto. Penyalahunaan Narkotika, www.inspirasi.com. diakses diakses
Kamis, 15 November 2018.
35
Ibid .
31
perubahan pada sifat/perangai, sikap, serta perilaku seperti: paranoid atau selalu
curiga dan bermusuhan, psikosis atau jahat, bahkan tidak peduli terhadap orang
lain (asosial). Bahkan karena sudah menjadi kecanduan maka tidak sedikit pula
penipu, penjahat, serta pembunuh sekedar untuk mendapatkan uang supaya dapat
membeli narkoba.
gangguan keharmonisan dalam rumah tangga karena rasa malu kepada tetangga
berkonotasi negatif. Apabila digunakan dengan baik, tepat dan benar narkoba
pada saat operasi atau sebagai pengobatan penderita depresi, serta untuk
Penggunaan narkotika ada yang digunakan secara legal dan ada pula
dan psikotropika.
menimbulkan efek ganda yaitu selain terhadap dirinya sendiri juga terhadap
36
Ibid .
33
maka akan timbul berbagai reaksi demi mendapatkan narkotika seperti pencurian,
telah tergantung pada narkotika sendiri, apapun yang akan terjadi yang penting
terhadap salah satu jenis narkotika dan psikotropika. Hal ini bermula dari suatu
kasihan dengan pecandu yang masih tetangga dekat. Alasan lainnya karena tidak
tahu ke mana harus melapor dan takut dituduh sebagai tukang lapor. Hal itu
Padahal dalam undang-undang bahwa pelapor itu tidak perlu takut, keamanannya
terjaga dan di sidang pengadilan, saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan
pemeriksaan dilarang menyebutkan nama dan alamat pelapor, negara juga wajib
juga penting. Selama ini keluarga juga tidak mau melaporkan anak atau
saudaranya yang menjadi pecandu narkotika. Ada pula yang tidak mau menerima
anggota keluarga yang menjadi pecandu narkotika baik sebelum maupun sesudah
34
35
1. Faktor internal
narkotika:
fungsi kontrol masyarakat akan pengaruh budaya dari luar, akan memberi dampak
narkotika disebabkan:
1) Faktor pendidikan
penyalahgunakan narkotika.
36
adalah kurang peran serta masyarakat yaitu masyarakat apatis atau tidak peduli
penyalahgunaan masih sedikit, karena masih ada sebagian dari masyarakat tidak
mau peduli ataupun malu untuk melapor pihak keluarganya yang mamakai
takut menjadi sasaran bandar, takut mendapat kesulitan dan tekanan dari
apalagi jika ada salah satu anggota keluarga ada yang takut anaknya ditangkap,
Tahun 2009 tentang Narkotika adalah menjadi salah satu kendala dalam
37
2. Faktor eksternal
penyebaran spanduk, buku-buku, atau dapat berupa talk show atau diskusi yang
pidana pada hakikatnya juga merupakan bagian dari usaha pencegahan hukum
atau kebijakan hukum pidana merupakan bagian pula dari kebijakan penegakan
diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh
hukum sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang
menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah
hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Dengan demikian pada
hakikatnya diskresi berada diantara hukum dan moral (etika dalam arti sempit).38
dilakukan siapapun, baik wanita maupun pria, dengan tingkat pendidikan yang
direncanakan dan diarahkan pada maksud tertentu secara sadar benar. Kejahatan
merupakan suatu konsepsi yang bersifat abstrak, dimana kejahatan tidak dapat
37
Soerjono Soekanto. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Ghalia Indonesia, halaman 7.
38
Ibid.
39
Kartini Kartono. 2015. Pathologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo, halaman 139.
39
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku
(baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum
pidana formil. Dari sudut dogmatis normatif, material atau substansi atau
Indonesia adalah negara hukum, maka setiap orang yang melakukan tindak
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, di mana larangan tersebut
yang mana tiada suatu perbuatan dapat dipidana melainkan telah diatur dalam
40
Ibid., halaman 143.
41
Ibid., halaman 145.
42
Soerjono Soekanto. Op. Cit., halaman 8.
40
undang-undang, maka bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut dan
larangan tersebut sudah di atur dalam undang-undang, maka bagi para pelaku
Indonesia Tahun 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia
hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan serta memberikan rasa aman dan
tenteram.
(satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
Penyalahgunaan Narkotika
Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang lebih banyak mengancam tindak pidana
pengguna lebih tertuju pada ketergantungan akan narkotika itu sendiri, sedangkan
bagi pelaku yang berorientasi bisnis, hasil keuntungan yang mudah dan cepat,
tindakannya.
Tindak Pidana Narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan
yang diatur di dalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu
atau menguasai narkotika (dalam bentuk tanaman atau bukan tanaman) diatur
114);
(Pasal 115):
4. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
119);
(Pasal 120);
43
9. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
10. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
11. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
12. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
(Pasal 125);
14. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan III
16. Pecandu Narkotika yang belum cukup umur (Pasal 55 ayat (1) yang sengaja
dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang lebih banyak mengancam tindak
dari aspek kerusakan secara fisik seperti meningkatnya jumlah pengguna dengan
lumpuhnya kesehatan dan kualitas hidup, melainkan juga dari aspek non fisik
generasi muda sebagai pewaris dan penerus cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
dalam rangka pemberantasan tindak pidana narkotika. Hal yang tidak kalah
45
tersebut tanpa peduli akan norma sosial, agama, maupun norma hukum yang
akan bahaya dari peredaran gelap dan tindak pidana narkotika yang tengah
telah diatur dalam Pasal 104 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
sekitarnya meliputi beberapa hal seperti yang dituliskan pada Pasal 106 Undang-
(1) Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi
informasi tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana Narkotika dan
(3) Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum atau Badan Narkotika Nasional BNN yang menangani perkara tindak
Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika
narkotika. Ini merupakan salah satu bentuk atau wujud peran serta masyarakat
kepada setiap orang termasuk orang tua dan anggota keluarga lainnya yang
pengguna dan pengedar narkotika saja, hal ini harus didukungdengan peran serta
ketergantungan narkotika.
berbunyi: “Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114,
Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal
122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat
(1), dan Pasal 129 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”
Setiap orang yang dimaksud dalam pasal ini adalah orang yang cakap
penjelasan mengenai pasal ini tidak ada penjelasan yang labih mengenai orang
adalah orang tua atau wali pecandu. Sedangkan di dalam KUHAP Pasal 1 ayat
undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga
secara hukum. Terdakwa yang beridentitas Indra Bayu Adi Bin Dadi Junaedi
dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal
116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal
49
123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 Ayat (1), Pasal 128 Ayat (1),
Pasal 129.
dengan keterangan terdakwa serta barang bukti, telah didapati fakta bahwa
terdakwa sudah mengetahui kalau Saksi Gusti dan Saksi M. Rifaldi telah
pernah memakai ganja pada tanggal 3 Juli 2014 dan kembali menggunakannya
awal tentang apa yang akan dilakukan Saksi Gusti dan teman-temannya di
rumah saksi Gusti tersebut, Terdakwa tentunya akan datang lebih awal seperti
halnya yang dilakukan Saksi Roofi, Saksi M. Rifaldi, sdri. Indrya dan sdri.
Mutia yang datang sekitar jam 17.00 WIB atau setelah Maghrib atau
sehingga ketika sdr. Muhamad Alvian datang lalu berinisiatif memakai ganja
yang dibawanya, hal ini tentunya akan dapat langsung diketahui atau bahkan
3. Unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut
serta melakukan;
pidana sebagai pelaku tindak pidana yaitu mereka yang melakukan, yang meyuruh
melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan, dalam surat dakwaan
pidana, jadi mereka yang ikut mengerjakan atau melakukan perbuatan di dalam
ilmu hukum pidana, Pasal 55 dikenal sebagai penyertaan yang pada intinya adalah
untuk menentukan sebagai apakah seorang pelaku tindak pidana itu dipidana.
dilakukan bersama-sama.
pidana narkotika saja, tetapi bagi orang tua yang tidak melaporkan anaknya
sebagai pecandu yang masih belum cukup umur dapat di pidana dengan
pidanapenjara paling lama 6 (enam) bulan dan pidana denda paling banyak Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebagaimana diatur dalam Pasal 128 Undang-
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menjelaskan tiga unsur, pertama
unsur setiap orang, kedua unsur dengan sengaja dan yang ketiga tidak melaporkan
adanya tindakan pidana narkotika. Memenuhi unsur pada pasal tersebut, yang
51
bersangkutan dapat dikenakan pasal tersebut dengan ancaman hukuman sau tahun
penjara dan atau denda maksimal Rp. 50 juta. Bersamaan dengan itu, jika yang
narkotika wajib melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Rumusan Pasal 131
yang diwajibkan melapor ini haruslah melihat secara langsung ataukah atau cukup
hanya dengan menerima informasi dari orang lain pun ia harus melaporkannya
kepada pihak yang berwajib. Oleh karena itu di butuhkan pengklasifikasian yang
jelas tentang kategori pembiaran tindak pidana di dalam Pasal 131 ini, antara lain
tentang Narkotika.
tentang Narkotika tersebut, maka terdapat tuntutan hukum bagi anggota keluarga
keluarganya dari ancaman pidana. Akibat dari sikap tidak melaporkan adanya
melapor yang disebutkan dalam Pasal 131 tersebut harus dibuktikan terlebih
yang tidak mengetahui bahwa obat yang dikonsumsi oleh anaknya merupakan
Narkotika sangat sulit diterapkan karena biasanya pasal ini digunakan bagi pihak-
pihak yang ditangkap ketika berkumpul dengan para pengguna narkotika. Selain
ingin nantinya dipergunakan sebagai saksi yang dapat memberatkan suatu tindak
dapat di jerat dengan Pasal 131 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah orang yang melihat secara langsung terjadinya sebuah tindak
Kondisi demikian yang dapat di katakan melakukan pembiaran tindak pidana dan
dapat di jerat dengan Pasal 131 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
53
dalam hal ini bisa keluarga, orang lain, atau pecandu narkoba itu sendiri. Keluarga
melaporkan diri. Dengan adanya laporan yang diberikan, para korban akan
direhabilitasi hingga sembuh, tanpa dipenjara. Hal ini sesuai dengan ketentuan
diketahuinya maka dapat dikenakan sanksi. Adapun sumber yang dikutip dari
studi website terkait dengan penangkapan seorang saksi yang mengetahui adanya
mengetahui adanya tindak pidana narkotika, berikut kasus posisi tersebut. Seorang
Satu Ali Ashari (28), menjadi tersangka atas kasus narkotika dan obat-obatan
mengetahuinya. Selain terkena ancaman pidana, Ali juga akan diproses karena
Kabupaten Semarang, ketika sedang bersama Agus Nur Rachman (20) yang
menjadi tersangka utama. Saat itu, Agus tertangkap membawa satu gram sabu
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Ali diduga dengan sengaja tidak
menindak, padahal itu adalah tugasnya. Kami saat ini tetap memproses tindak
pidananya. Ancaman hukuman dalam Pasal 131 maksimal satu tahun penjara.
dalam tubuh Ali. Namun, pihaknya tetap akan memproses kasus itu, sementara
Ali diserahkan kepada Polres Salatiga untuk penanganan pelanggaran disiplin dan
kode etik.
mengatakan, Ali yang merupakan anggota Satuan Narkoba Polres Salatiga sedang
dari Ali sehingga hal yang wajar ketika Ali ada bersama-sama dengan Agus. "Ini
hanya soal teknis. Yang dilakukan Ali itu, ya, pekerjaan spionase. Kebanyakan
informan memang pengguna narkoba. Hanya mungkin Ali kurang rapi dalam
pihaknya akan tetap memproses pelanggaran kode etik dan disiplin yang
dilakukan oleh Ali. Namun, proses tersebut akan dilakukan setelah proses
langsung. Contoh saksi kunci dari kejahatan Bandar maupun pengguna narkoba
maupun tidak langung. Seperti kurir, istri, orang tua, anak, kekasih, bahkan
sahabat dekat. Keberadaan saksi-saksi kunci ini sangat penting akan tetapi sampai
saat ini belum menjadi sorotan atau objek utama dalam sebuah penyelidikan oleh
tindak kejahatan tersebut banyak yang akhirnya tertutup atau memang sengaja
ditutup-tutupi sehingga tidak terkena dampak dari penegakan dari hukuman pada
menyimpan dua ons ganja kering. Kasat Narkoba Polres Simalungun AKP Eddi
pasal 131 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika junto pasal 55
ayat (10) ke-1 KUH-Pidana. Sebab, dia selama ini mengetahui suaminya
mengonsumsi ganja.
56
pemeriksaan Dedi Sembiring dan Hariyanti Br Manurung, dua putri mereka yang
Awalnya, Kasmat Efendi Sihotang (45), korban kasus pencurian Burung melapor
ke Polsek Bangun.
Personel segera mendatangi rumah Dedi dan benar dari rumahnya ditemukan
ganja,” ujar Ipda Erwin. Erwin menambahkan, saat dilakukan pengeledahan Dedi
menyuruh istrinya mengambil bungkusan plastik hitam dari kamar tidur dan
Pasal 131 sebagai salah satu pasal tentang narkotika yang yang
menyatakan setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114,
Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal
122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat
43
Budimana Sinaga, “Suami Simpan Ganja Istri Ikut Ditangkap”, melalui
www.metrosiantar.com, diakses Senin 14 Januari 2019.
57
(1), dan Pasal 129, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Pasal ini
dampak hukuman dari kejahatan tersebut tidak hanya akan menjerat dirinya saja
akan tetapi akan menimpa orang-orang disekitar dirinya. Akan tetapi dari kasus
saksi yang mengetahui tindak kejahatan narkotika banyak yang lolos dari jeratan
pasal ini dikarenakan bebeapa sebab, bisa jadi lemahnya penyidik dalam
melakukan penyelidikan secara mendalam kasus saksi yang mengetahui ini atau
Alasan tidak melaporkannya bisa berbagai sebab, bisa jadi karena tidak tahuannya
akan pasal itu, atau ketakutan dari orang-orang yang ada disekitarnya bila
melaporkan.
oleh seorang secara ilegal atau melawan hukum, yaitu tanpa sepengetahuan dan
adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak
58
atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika dan
prekursor narkotika.
namun tetap saja narkotika merupakan obat yang harus digunakan dibawah
pengawasan dan hanya untuk kepentingan lembaga kesehatan seperti rumah sakit
diketahui bahwa pelaku tindak pidana narkotika diancam dengan pidana yang
pidana mati selain pidana penjara dan pidana denda. Mengingat tindak pidana
narkotika termasuk dalam jenis tindak pidana khusus maka ancaman pidana
pidana pokok sekaligus, misalnya pidana penjara dan pidana denda atau pidana
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (Empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) beratnya melebihi 1
59
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) beratnya melibihi 5 (lima) gram, pelaku
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidanan denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati,
pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual
beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
60
kepada setiap orang termasuk orang tua dan anggota keluarga lainnya yang
''Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal
115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122,
Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat (1),
dan Pasal 129 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
masyarakat dalam memberantas narkoba dan pasal ini juga lebih kepada ganjaran
jika masyarakat membiarkan hal itu terjadi. Masyarakat harus melaporkan jika
pidana penyalahgunaan narkotika dengan rerdakwa Indra Bayu Adi bin Dadi
Junaedi Ketika Saksi Gusti bermula ketika terdakwa dan teman-temannya sedang
menghisap ganja secara bergantian tetapi terdakwa tidak ikut menghisap, karena
Terdakwa sendiri tidak mengetahui secara pasti apa yang dilakukan dan
Berdasarkan kasus tersebut terdakwa Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
62
hakim dalam memberikan putusan bebas terhadap terdakwa Indra Bayu Adi bin
dalam dakwaan kesatu atau dakwaan kedua atau dakwaan ketiga Jaksa Penuntut
Umum
persidangan, serta berpegang teguh pada apa yang dirumuskan dalam surat
putusan yang dijatuhkan terhadap terdakwa telah sesuai dengan ketentuan baik
hukum pidana formil maupun hukum pidana materiil dan syarat dapat
persidangan, dimana alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum,
dakwaan sebagaimana diatur dalam Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor
Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI
Putusan bebas dalam tindak pidana narkotika Reg. Perkara No. 931
majelis Hakim menilai bahwa dalam diri terdakwa tidak ditemukan perbuatan
melawan hukum dan tanpa hak (yang harus dinilai dari kesengajaan atau niat dan
pengetahuan akan sifat melawan hukumnya suatu perbuatan pada diri seorang
bahwa unsur tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
Akibat tidak terpenuhinya salah satu unsur tindak pidana dalam diri dan
pidana dalam dakwaan kesatu tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
Penuntut Umum tentang asal muasal barang bukti narkotika tersebut apalagi
adalah alat bukti menurut Pasal 184 ayat 1 (e) KUHAP, oleh karenanya tidak
dapat dikesampingkan begitu saja apabila ada bukti lain yang menguatkannya,
dikesampingkan begitu saja bila ada alat bukti lain atau bila terdakwa
mengakuinya.
tidak memberi petunjuk bagi Majelis Hakim bahwa Terdakwa melakukan tindak
Pasal 183 KUHAP bahwa Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang melakukannya, dengan kata lain bahwa dua alat bukti tanpa
didukung oleh keyakinan hakim masih belum cukup untuk memidana seorang dan
begitu juga sebaliknya keyakinan hakim tanpa dua alat bukti yang sah tidak cukup
Golongan I, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 131 ayat (1)
diri terdakwa sehingga tidak terpenuhinya salah satu unsur tindak pidana dalam
diri terdakwa, maka karenanya pula tidak menimbulkan keyakinan bagi Majelis
Hakim bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah
melakukan tindak pidana tersebut di atas serta patut dibebaskan dari dakwaan
kedua tersebut.
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak terpenuhi. Hal ini berarti
penyaluran di sekitarnya.
Penulis tidak setuju dengan putusan majelis hakim, sebab menurut penulis
bahwa setahu saksi, terdakwa tahu kalau saksi dan teman-teman menghisap ganja
dan saksi Gusti Rifal Rinaldi mengatakan bahwa terdakwa tahu kalau yang
dirokok oleh saksi Gusti Rifal Rinaldi dan teman-teman adalah ganja. Begitu juga
saksi, terdakwa tahu kalau yang dirokok oleh saksi dan teman-teman adalah ganja.
Fakta di persidangan pada pengakuan terdakwa Indra Bayu Adi bin Dadi
Pemeriksaan di Kepolisian Resor Lebak secara sadar tanpa paksaan dan tekanan
atau konsumsi tersebut adalah narkotika jenis ganja karena bentuknya dan cara
pakai terdakwa sudah tahu, karena sebelumnya terdakwa juga pernah sekali
Rifal Rinaldi namun sudah lama sehingga terdakwa lupa waktunya itu terdakwa
66
dikasih oleh saksi Gusti Rifal Rinaldi oleh karenanya sudah barang tentu terdakwa
mengetahui beda antara 1 (satu) batang rokok dengan 1 (satu) kertas papir untuk
membungkus ganja serta bau ganja tersebut sehingga terdakwa melihat dan
Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi mengacu Pasal 131 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang menjelaskan barang siapa yang dengan
sengaja tidak melaporkan adanya tindakan pidana narkotika bisa dikenakan sanksi
Kata barang siapa menunjukkan subjek hukum yakni segala sesuatu yang
menurut hukum dapat menjadi pendukung atau dapat memiliki hak dan kewajiban
yaitu orang yang cakap dan badan hukum sedangkan penyalahgunaan yang
atau BNN jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap narkotika
kewajiban. Hali ini berimplikasi terhadap sanksi pidana yang tidak boleh ada
karena hal tersebut bukanlah suatu delik pidana bukankah tidak ada pidana tanpa
kesalahan.
67
2009 tentang Narkotika oleh jaksa penuntut seakan-akan posisi kasus terdakwa
dalam kasus penyalahgunaan narkotika adalah seorang saksi yang berada pada
tempat kejadian perkara (TKP) namun tidak melaporkan kejadian tersebut pada
pihak yang berwenang dalam hal ini kepolisian atau BNN (Badan Narkotika
Nasiaonal) padahal terdakwa Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi mengetahui jika
teman-temannya menghisap ganja. Jadi sesuai Pasal 131 itu, maka Indra Bayu Adi
bin Dadi Junaedi yang tidak melaporkan adanya penyalahgunaan narkotika sesuai
Pasal 112, Pasal 113 dan Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika diberikan sanksi enam bulan penjara, bukan diputuskan bebas.
Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi seharusnya turut berperan aktif dalam
memberantas peradaran gelap narkotika. Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi
penegak hukum, sehingga Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi yang tidak
Narkotika.
apabila penegak hukum yang menangkap duluan, mereka dapat dikenakan sanksi
Meski begitu, sejauh ini aturan tersebut belum dapat diterapkan secara maksimal.
68
masyarakat.
pemberantasan tindak pidana narkotika dan di samping itu yang tidak kalah
belajar inilah yang nantinya akan membawa masyarakat kearah yang lebih baik,
dan tindak pidana narkotika yang tengah beredar di sekitar lingkungan kehidupan
masyarakat.
tersebut tanpa peduli akan norma sosial, agama, maupun norma hukum yang
adanya tindak pidana narkotika, akan tetapi penjelasan pasal tersebut tidak
haruslah melihat secara langsung terjadinya tindak pidana narkotika itu ataukah
cukup dengan mendengar informasi yang beredar dari orang lain yang belum tentu
seseorang yang diwajibkan melapor ini haruslah melihat secara langsung ataukah
atau cukup hanya dengan menerima informasi dari orang lain pun ia harus
Pasal 131 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika antara lain
tentang Narkotika.
70
pembiaran tindak pidana dan dapat di jerat dengan Pasal 131 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah orang yang melihat secara
Berdasarkan kasus di atas, maka dalam hukum pidana, jenis tindak pidana
seperti ini merupakan unsur objektif (unsur yang terdapat di luar diri pelaku
tindak pidana) dan termasuk unsur tambahan. Dalam tindak pidana yang
memerlukan unsur-unsur tambahan, apabila tidak ada unsur tambahan di luar diri
si pelaku, maka tindak pidana itu tidak akan terjadi. Dengan kata lain, apabila
unsur-unsur tambahan itu tidak ada dan tidak terbukti, terhadap orang yang
ketentuan bagi setiap orang yang dengan sengaja mengetahui namun tidak
mengetahui tersebut terancam pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
berdasarkan Pasal 131 tersebut telah diproses hukum menjadi terdakwa ataupun
apabila tidak tercantum dalam uraian dakwaan dan putusan subjek pidana lain
melapor tersebut. Untuk dapat memberlakukan jenis pidana seperti ini, haruslah
diatur secara ketat dan jelas, agar jangan sampai melanggar prinsip praduga tidak
bersalah. Orang yang terkena pasal ini haruslah dibuktikan dahulu adanya tindak
tersebut. Hal ini demi menjaga prinsip seseorang tidak boleh dianggap bersalah
hingga adanya kekuatan hukum tetap. Apabila orang yang tidak melapor tersebut
sudah diproses hukum dan dinyatakan bersalah, sedangkan ternyata tindak pidana
bawa orang yang tidak melapor tersebut tidak terbukti bersalah, maka hal ini
orang tua yang tidak melapor anaknya yang pecandu, sangatlah sulit dalam
prakteknya. Untuk dapat menerapkan jenis pidana seperti ini, penegak hukum
tidak bisa menafsirkan secara sempit dengan dalih seorang anak yang menjadi
narkotika tidaklah tepat. Tindak pidana seperti ini hanyalah dapat diterapkan pada
tindak pidana tertentu yang apabila tidak dicegah secara dini menyebabkan huru-
72
hara dan kerugiannya bersifat meluas semacam kejahatan terhadap negara dan
terorisme. Sedangkan pada tindak pidana narkotika, terutama bagi pecandu atau
hal krusial yang tidak didahului penelitian secara mendalam oleh pembuat
undang-undang.
BAB IV
A. Kesimpulan
Pasal 131 UU Nomor 35 Tahun 2009 bahwa orang yang dengan sengaja
orang yang mengetahui tersebut terancam pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
tindak pidana oleh terdakwa Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi adalah tidak
73
74
terhadap terdakwa Indra Bayu Adi bin Dadi Junaedi adalah berdasarkan
B. Saran
1. Agar jaksa penuntut umum dalam menguraikan unsur tindak pidana narkotika
tanpa hak dan melawan hukum secara gramatikal saja atau melihat secara
materiele feit (sesuai dengan perbuatan material) dan materiele daad (secara
normatif).
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, agar kiranya perlu dipertegas kembali isi
melaporkan segala bentuk tindak pidana narkotika yang mereka lihat secara
keyakinannya agar putusan yang dijatuhkan oleh Hakim dapat memenuhi rasa