SKRIPSI
Oleh :
Nama : Candra Hutagalung
NPM : 17021111043
Program Studi : Ilmu Hukum
Konsentrasi : Hukum Pidana
Diajukan Untuk Ujian Meja Hijau Skripsi Pada Fakultas Hukum Universitas
Darma Agung
Oleh:
Nama : Candra Hutagalung
NPM : 17021111043
Program Studi : Ilmu Hukum
Konsentrasi : Hukum Pidana
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Program Ilmu Hukum
I
PERNYATAAN
1. Skripsi saya, adalah asli dan sepengetahuan penulis belum pernah dibuat
2. Skripsi saya, didalamnya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
peroleh karena karya tulis ini, dan sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
CANDRA HUTAGALUNG
NPM : 17021111043
II
ABSTRAK
Hasil dari penelitian ini bahwa perlindungan anak diatur pada pasal 59A
yakni penanganan yang cepat, pendampingan psikososial , pemberian
bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu, dan
pemberian perlindungan setiap proses pengadilan.
III
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
398/Pid.Sus/2018/PN Mdn).
bimbingan, pengarahan, serta dorongan dari berbagai pihak baik berbentuk moril,
maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
Dosen:
Darma Agung.
2. Bapak Dr. Mhd. Ansori Lubis, S.H., M.M, M.Hum selaku wakil Rektor I
3. Ibu Dr. Ria Sintha Devi, S.H., M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum
IV
4. Ibu Lestari Victoria Sinaga, S.H., M.H, selaku Pembimbing II yang telah
skripsi ini.
penulis), Uli Novita Sari Hutagalung ( Adik kandung penulis) yang telah
dikomunitas ini. Terimakasih telah menjadi sahabat yang ada dalam suka dan
V
duka, teman yang mau membantu segala keperluan dan pemahaman tentang
Agung, Terimakasih atas organisasi yang membuat penulis semakin aktif dan
teman-teman, buat dukungan dan doa semua rekan-rekan yang tidak bisa
13. Gojek dan Grab, kedua aplikasi ini yang menjadi sumber mata pencaharian
penulisdemi membiayai segala keperluan baik uang kuliah dan biaya hidup
Jedijah, Toro. Silfanus, Sandra, Gebi, Mega dan yang lain yang tidak bisa
kita.
Tidaklah cukup kata-kata yang penulis sampaikan, kiranya Tuhan Yang Maha
Esa berkenaan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Akhirnya kiranya skripsi ini bermanfaat secara khusus bagi penulis dan juga bagi
Penulis
CANDRA HUTAGALUNG
NPM : 17021111043
VI
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...I
PERNYATAAN…………………………………………………………………II
ABSTRAK……………………………………………………………………....III
KATA PENGANTAR………………………………………………………… IV
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...VII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………..…….6
C. Tujuan penelitian………………………………………….…...….6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………..……7
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………….…....7
F. Metode Penelitian……………………………………………..…12
PERLINDUNGAN ANAK
Seksual……………………………………………………….….24
VII
E. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan
Indonesia……………………………………………………...…27
ANAK
A. Prinsip Pertanggungajawaban………………………………..….34
UU Perlindungan Anak……………………………………….…47
A. Kronologi Kasus……………………………………………..…..53
C. Amar Putusan………………………………………………..…..59
Majelis Hakim…………………………………………………….…60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………..………….…64
B. Saran……………………………………………………………..65
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...67
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, bahkan
kekayaan harta benda lainnya. Karenanya, anak sebagai amanah Tuhan harus
senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat
dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak dalam UUD 1945
dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak. Dilihat dari sisi
kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah pewaris dan sekaligus potret
masa depan bangsa dimasa datang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga
diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.1 Realitas keadaan anak dimuka peta
dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan
verbal yang kerapkali memposisikan anak bernilai, penting, penerus masa depan
au”. kata orang Tapanuli, atau “buah hati sibiran tulang” tutur orang Melayu.2
Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa. Mereka
memiliki peran strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara pada masa
yang akan datang. Agar anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya
1
Kamil H. Ahmad dan H.M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di
Indonesia, Depok; RajaGrafindo Persada, 2008, hal.vii
2
Muhammad Joni dan Zulchaina Z, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif
Konvensi Hak Anak, Bandung; Citra Aditya Bakti, 1999. Hal. 1
1
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial
Perlindungan anak sebagai korban tindak pidana diatur dalam Buku II KUHP
terhadap pelaku tindak pidana yang korbannya adalah anak-anak. Hal ini misalnya
erat dengan tindak pidana kesusilaan. Pasal-pasal dalam KUHP yang melindungi
anak sebagai korban tindak pidana adalah : pasal 283, 287,290, 292, 293, 294, 295,
297, 330, 332, 314, 342, 346, 347 (1), dan 384. 4
kewajiban anak, Hukum perlindungan anak berupa : hukum adat, hukum perdata,
hukum pidana, hukum acara pidana, peraturan lain yang menyangkut anak.
anak benar-benar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar sesuai dengan hak
Indonesia. Masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tetapi perlu
3
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung; Nuansa,2005, Hal.9
4
Aminah Aziz, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Medan; USU Press, 1998, hal 59-60.
5
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung; Refika Aditama, 2006,
hal. 43-44
2
diartikan sebagai kondisi batin yang normal atau sehat yang mempunyai akal
seseorang dalam membedakan hal-hal yang baik dan hal yang buruk.
kesalahan yang harus dicari didalam batin pelaku yang menunjukkan adanya
yang dilakukan karena orang tersebut tidak menyadari akibat perbuatan yang
dilakukannya.6
mengutamakan penjatuhan pidana saja, tetapi juga perlindungan bagi masa depan
anak, merupakan sasaran yang dicapai oleh peradilan pidana anak. Filsafat
masyarakat , yang tidak terlepas dari kelanjutan dan kelestarian peradaban bangsa,
6
http://e-journal.uajy.ac.id, terakhir diakses tanggal 29 April 2021, Pkl 23.24 Wib
3
3. Dalam masyarakat terdapat anak-anak yang mengalami hambatan
Salah satu praktik seks yang dinilai menyimpang adalah bentuk kekerasan
dengan cara-cara kekerasan, diluar ikatan perkawinan yang sah dan bertentangan
memiliki kelakuan fisik yang lebih, atau kekuatan fisiknya dijadikan alat untuk
seksual terhadap anak merupakan masalah yang sangat serius. Kekerasan seksual
terhadap anak tidak hanya akan menimbulkan dampak yang secara fisik tetapi
bertahun-tahun agar dapat pulih seperti sediakala. Bahkan, ada juga yang sampai
7
Ibid, hal.78
8
Abdul Wahid dan Muhammad irfan, Korban Kekerasan Seksual , Malang; Refika Aditama,
2001, Hal. 32
4
karena tidak kuat menahan penderitaan dan rasa malu akibat pelecehan seksual
yang dialaminya.9
dan Anak (Simfoni PPA) Tahun 2019 kondisi Februari 2020, dimana jumlah
korban kekerasan terhadap anak di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 737 orang,
yang terdiri dari anak laki-laki korban kekerasan sebanyak 252 orang dan anak
Adapun jenis kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak adalah
kekerasan seksual sebanyak 381 kasus yang terdiri dari anak laki-laki korban
seksual sebanyak 313 orang. Jika dilihat anak yang menjadi korban kekerasan
seksual, maka yang paling banyak mengalami adalah anak perempuan sebesar
Namun hukuman yang ada didalam Undang-Undang tersebut tetap saja dinilai
masih ringan dan belum maksimal dalam menekan angka kekerasan seksual
terhadap anak. Oleh karena itu masih diperlukannya pembaharuan hukum yang
dapat memberikan efek jera kepada pelaku serta penanggulangan agar bisa
9
Ibid, hal 87-88
10
http://disppa.sumutprov.go.id, diakses tanggal 16 April 2021 pkl 11.29 Wib
5
seorang anak yang masih memiliki masa depan yang masih sangat panjang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah diatas maka tujuan dari penelitian yang akan
6
1. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum terhadap anak
398/Pid.Sus/2018/PN Mdn.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Tinjauan Pustaka
7
moral dan kesusilaan umum yang dianut oleh suatu masyarakat. Bertitik tolak
perilaku yang tidak manusiawi, sehingga dapat menyakiti orang lain yang
menjadi korban kekerasan tersebut dan juga tentu merugikan orang yang
a. Kekerasan Fisik
11
Hanawi Amrani dan Mahrus Ali, Sistem Pertanggungjawaban Pidana Perkembangan
dan Penerapan, Yogyakarta; Raja Grafindo Persada, 2015, Hal.2-3
8
a). Sakit yang menimbulkan ketidakmapuan menjalankan
kegiatan sehari.
b). Rasa sakit atau luka fisik yang tidak termasuk kategori
berat.
b. Kekerasan Psikis
c. Kekerasan Seksual
9
pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup
rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau
d. Kekerasan Ekonomi
(delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
tahun”.15
alam fikiran, perasaan, kemauan, dan angan-angan, cara hidup yang berbeda
dengan orang dewasa. Dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa.
12
https://kelasips.com/jenis-jenis-kekerasan/, diakses terakhir tanggal 05/04/2021, Pkl
22.00
13
Indonesia , Undang-undang tentang Perlindungan Anak , UU No. 35 Tahun 2014,
Pasal 1
14
Indonesia, Undang-Undang Tentang HAM, UU No. 39 Tahun 1999, pasal 1
15
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 45
10
tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada anak harus berbeda dengan sikap,
tindak pidana yang selanjutnya disebut anak saksi adalah anak yang
16
Aminah Aziz, Op. Cit, hal. 5
11
mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi
F. Metode Penelitian
kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran yang
bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan
dilakukan konstruksi dan pengkajian secara mendetail suatu komponen data yang
Dengan demikian berikut upaya pengumpulan data dan analisis data yang
1. Jenis Penelitian
empiris adalah upaya untuk mengenal hukum yang tidak tertulis berdasarkan
17
Indonesia, Undang-Undang Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU No. 11 Tahun
2012, Pasal 1
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1981, hal.43.
19
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu tinjauan singkat,
Jakarta: Raja Grafindo, 2007, hal. 1
20
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 30
12
norma-norma serta ketentuan hukum yang telah ada atau telah berlaku baik secara
penelitian terhadap bahan pustaka atau data sekunder atas permasalahan yang
2. Sumber Data
Data yang diperoleh sebagai bahan penelitian ini didapat melalui data
sekunder yang pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data yang dalam
keadaan siap terbuat, yang mana isi data sekunder telah dibentuk dan di isi oleh
yang berlaku serta dokumen dari pihak terkait dengan masalah penelitian ini,
21
Bambang Sunggono . Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003, hal.
71
22
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Op. Cit., hal. 13-14.
23
Burhan Ashofa, Metode Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, hal. 24
13
Bahan hukum sekunder berupa karya-karya tulisan ahli hukum, jurnal,
media massa, media cetak, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan
primer dan sekunder diantaranya kamus bahasa, kamus hukum dan lain-lain
yang ada didalam bidang hukum ataupun diluar bidang hukum yang
4. Analisis Data
Metode penulisan data sesuai dengan metode penelitian hukum dengan cara
deskriptif dan kualitatif, merupakan suatu analisis data yang mengungkapkan dan
tulisan-tulisan ilmiah yang ada kaitannya dengan kajian hukum pidana tentang
14
BAB II
kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi
perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial.
membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun
mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien. Usaha perlindungan anak
tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreatifitas, dan hal-hal lain yang
24
Maidin Gultom, Op.Cit, hal 33
25
Ibid, Hal 33-34
15
Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak
anak yang menjadi sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini dapat
berupa antara lain dengan cara melindungi anak dari berbagai ancaman dari luar
dan dalam dirinya, mendidik, membina, mendampingi anak dengan berbagai cara,
terjadi pada suatu saat dimana pelaku lebih dulu mengancam dengan
setelah perkosaan, maka bukti fisik dapat ditemukan seperti air mata,
dalam waktu yang lama dan sering menyangkut suatun proses terkondisi.
c. Eksploitasi, meliputi prostitusi dan pornografi, dan hal ini cukup karena
sering meliputi suatu kelompok secara wajar berpasrtisipasi. Hal ini dapat
26
Ibid, Hal 37-38
16
orang dewasa dan tidak berhubungan dengan anak-anak dan merupakan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
juga dapat diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah,
hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental, dan sosialnya.27
perhatian, yaitu:
27
Ibid, hal 34
17
diketahui, dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
perlindungan.
tinggi) dalam setiap keputusan yang menyangkut anak. Tanpa prinsip ini
28
Ibid, hal 35-36
18
sandungan. Prinsip ini digunakan karena dalam banyak hal anak
dimulai sejak dinidan terus menerus. Janin yang dalam kandugan perlu
dilindungi dengan gizi, termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui
ibunya. Jik ia telah lahir , maka diperlukan air susu ibu dan pelayanan
4. Lintas Sektoral
Nasiba anak tergantung dari berbagai faktor makro dan mikro yang
tingkatan29.
19
dan berlandaskan UUD 1945 serta prinsip-prinsip dasar konvensi hak-hak anak
meliputi:
a. Non diskriminasi
derajat tidak membeda-bedakan, baik para pihak, atas dasar agama, ras, etnis,
suku bangsa, warna kulit, status sosial, afiliasi atau ideology dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah
bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh
Yang dimaksud dengan asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang
perlindungan anak itu ialah bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
20
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
Hak merupakan suatu yang bersifat pilihan (optional), artinya bisa diterima
oleh pelaku bisa juga tidak, tergantung kondisi yang yang memengaruhi korban
Perlindungan Anak, hak-hak anak diatur dalam pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, dan 18. Pada tanggal 20 November 1959 Sidang Umum
yaitu:
miskin, kelahiran atau status lai, baik yang ada pada dirinya maupun pada
keluarganya.
kesempatan yang dijamin oleh hukum dan sarana lain, agar menjadikannya
Gomgom T.P Siregar dan Rudolf Silaban, Hak-hak Korban Dalam Penegakan Hukum
31
21
4. Anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk tumbuh
kembang secaras sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah kelahirannya
harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak dan ibunya. Anak
kesehatan.
5. Anak yang cacat fisik, mental, dan lemah kedudukan sosialnya akibat
khusus.
dan bagaimanapun harus diusahakan agar tetap berada dalam suasana yang
penuh kasih sayang, sehat jasmani dan rohani. Anak dibawah usia lima
yang tidak memiliki keluarga dan kepada anak yang tidak mampu.
22
Kepentingan anak haruslah dijadikan pedoman oleh mereka yang
mereka. Anak harus mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan
ini.
sebelum usia tertentu, ia tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat
10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah kedalam bentuk
dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan bakatnya harus diabdikan kepada
sesama manusia.32
1. Upaya Preventif
32
Maidin Gultom, Op.Cit, Hal. 45-46
23
Upaya preventif adalah suatu tindakan yan harus dikendalikan terhadap
melindungi setiap anak dari hal buruk yang mungkin terjadi didalam
lingkungannya. Adapun tujuan dari upaya preventif ini untuk pencegahan dan
sosial dan kesehatan. Namun, pada penjelasan kali ini kita membahas upaya
terhadap anak dibawah umur. Beberapa upaya preventif yang dapat dilakukan
a. Penyuluhan disekolah
seksual agar anak lebih mengerti dan berhati-hati dari tindakan orang
yang mencurigakan.
b. Konseling
24
Secara umum layanan bimbingan ditaman kanak-kanak bertujuan
mereka.
2. Upaya Represif
setelah terjadinya suatu pelanggaran atau peristiwa buruk. Dengan kata lain,
yang dilakukan kepada anak dibawah umur, tindakan ini dilakukan secepat
lainnya.
25
kegiatan setiap anak agar tidak adanya kesempatan bagi para pelaku
3. Upaya Kuratif
yang dialami oleh pelaku pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur,
bertujuan agar pelaku yang telah ditangani tidak lagi melakukan (mengulangi)
konsikuensi dari apa yang tidak baik dimiliki oleh anak tersebut. Upaya yang
gairah seksual anak. Orangtua harus senantiasa mengontrol apa yang anak
lakukan, bahkan cek sedetail mungkin apa yang anak lakukan agar tidak
33
Veny Melisa Marbun, dkk “Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pelecehan Seksual
Kepada Anak Dibawah Umur”, jurnal Hukum Vol.11 No 1 (2019)
26
E. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU No. 17 Tahun 2016 Tentang
Pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan Ayat (5) dapat
pendeteksi elektronik” .
27
Didalam UU No 17 Tahun 2016 ada 2 pasal yang direvisi, yakni pasal 81
dan pasal 82, namun diantara pasal 81 dan pasal 82 disisipkan 1 pasal yakni
pasal 81A, dan diantara pasal 82 dan pasal 83 disisipkan 1 pasal yakni pasal
tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak yakni berupa tindakan berupa
c. Pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga yang
tidak mampu
pengadilan.
kesusilaan
28
b. Rehabilitasi sosial
d) Mendapat penerjemah
29
g) Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan
i) Dirahasiakan identitasnya
kebutuhan
perlindungan berakhir
p) Mendapat pendampingan.
a) Bantuan medis,
30
terhadap saksi, korban, saksi pelaku, dan/atau pelapor tuntutan
e. Kejahatan seksual
mendapatkan perhatian khusus dalam masalah perlindungan anak. Hal ini terlihat
diancam dan dilukai oleh pelaku kejahatan seksual untuk melakukan kekerasan
seksual mengingat anak-anak tidak mampu untuk melawan atau menjaga dirinya
34
Anggar Kurniawati , “ Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual di
kota Surakarta”, jurnal Vol 3 No. 2 (2014)
31
tanggungjawab kepada negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
keluarga dan orangtua atau wali. Dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang
perlindungan anak.
menjelaskan bahwa:
perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan
pihak yang terkait dengan masalah perlindungan anak. Pada hakikatnya sekolah
32
Selanjutnya dalam hal anak yang menjadi korban dari tindak kekerasan
seksual, dalam hal ini UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
memberikan perlindungan khusus dalam hal pemulihan korban yang diatur dalam
Pasal 64A serta pengajuan ganti rugi (restitusi) terhadap diri korban secara
langsung yang ditanggungkan kepada pelaku tindak kekerasan seksual yang diatur
35
Anastasia Hana Sitompul, “Kajian Hukum Tentang Tindak Kekerasan Seksual Terhadap
Anak Di Indonesia”, Jurnal Vol. 4 (2015)
33
BAB III
A. Prinsip Pertanggungjawaban
jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia
pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,
maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian
tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat
34
jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan
pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh
penghapus pidana tersebut. Dengan kata lain, criminal liability dapat dilakukan
pidana. Dalam lapangan acara pidana, hal ini berarti seorang terdakwa dipandang
36
Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta: 2017. Hal. 27
37
Chairul Huda, “Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, Kencana Prenada Media, Jakarta: 2005. Hal.68
38
Ibid, Hal 62
35
dan yang tidak boleh dilakukan, atau dengan kata lain mampu bertanggungjawab,
1. Mampu bertanggungjawaban
2. Kesalahan
a. Unsur Perbuatan
Orang atau pelaku adalah subjek tindak pidana atau seorang manusia.
Maka hubungan ini mengenai hal kebatinan, yaitu hal kesalahan sipelaku
tercapai apabila ada suatu tindak pidana yang pelakunya dapat dijatuhi
hukuman.
39
Ibid, Hal 89
36
Perbuatan agar dapat dipertanggungjawabkan secara pidana, harus
1. Kesengajaan (Opzet)
ramai. Apabila kesengajaan seperti ini ada pada suatu tindak pidana, si
bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari delik, tetapi ia
tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu.
37
2. Kelalaian (Culpa)
juga culpa dipandang lebih ringan dibanding dengan sengaja. Oleh karena itu,
kelalaian yang menimbulkan akibat dan yang tidak menimbulkan akibat, tapi
yang diancam dengan pidana ialah perbuatan ketidak hati-hatian itu sendiri,
kelalaian, bagi yang tidak perlu menimbulkan akibat dengan kelalaian itu
adapun hal ini menunjuk kepada terdakwa berpikir bahwa akibat tidak akan
Terdakwa sama sekali tidak punya pikiran bahwa akibat yang dilarang
mempunyai pikiran sama sekali bahwa akibat mungkin akan timbul hal mana
sikap berbahaya.
38
B. Faktor-Faktor Terjadinya Kekerasan Seksual
faktor. Berbagai faktor itu terkait dengam posisi korban dalam hubungannya
dengan pelakunya. Artinya sudah ada relasi lebih dulu antara korban dengan
pelakunya. Menurut Lydia Suryani W dan Sri Wurdani bahwa “ Perkosaan dapat
terjadi karena berbagai macam sebab, seperti adanya rasa rendam pelaku pada
korban, karena rasa dendam pelaku pada seseorang wanita sehingga wanita lain
atau stress pelaku atas berbagai permasalahan yang dihadapinya, karena pengaruh
rangsangan lingkungan seperti film atau gambar-gambar porno, dan karena ingin
juga karena didukung oleh situasi dan lingkungan maupun pelaku dan korban
melibatkan tiga hal , yakni: pelaku, korban, dan situasi serta kondisi40.
Selain itu, terjadinya perkosaan juga didukung oleh peran pelaku, posisi
korban dan pengaruh lingkungan. Pelaku menjadi gambaran sosok manusia yang
gagal mengendalikan emosi dan naluri seksualnya secara wajar, sementara korban
dengan korban ini pun didukung oleh peran lingkungan (seperti jauh dari
keramaian, sepi dan ruang tertutup) yang memungkinkan pelaku dapat leluasa
40
Abdul wahid dan Muhammad Irfan, Op. Cit, Hal. 66
39
Kedekatan hubungan antara lawan jenis yang bukan istrinya atau mahramnya
pelaku memang bersalah, namun kesalahan yang diperbuat itu bisa disebabkan
yang secara lansgung maupun tidak perilakunya telah mendorong pelaku yang
berbuat jahat. Perempuan (korban) cepat percaya dengan bujuk rayu, penampilan
Perkosaan menjadi salah satu tolak ukur pelanggaran HAM yang cukup parah
ialah:
41
Ibid, Hal .70
40
1. Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika
berpakaian yang menutup aurat, yang dapat merangsang pihak lain untuk
2. Gaya hidup atau mode pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan yang
semakin bebas, tidak atau kurang bisa lagi membedakan antara yang
5. Putusan hakim yang terasa tidak adil, seperti putusan yang cukup ringan yang
mereka yang hendak berbuat jahat tidak merasa takut lagi dengan sanksi
kompensasi pemuasnya.
41
7. Keinginan pelaku untuk melakukan (melampiaskan) balas dendam terhadap
sikap, ucapan (keputusan) dan perilaku korban yang dianggap menyakiti dan
merugikannya42
golongan besar, yaitu teori absolut atau teori pembalasan (vergeldings theorien),
teori relatif atau teori tujuan (doel theorien), dan teori menggabungkan
(verenigings theorien).
kejahatan. Pidana sebagai akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu
absolut ini terlihat dari pendapat Imanuel Kant dalam bukunya Filosophy of
maupun bagi masyarakat. Tapi dalam semua hal harus dikenakan hanya
42
Ibid, Hal.72
42
orang seharunya menerima ganjaran seperti perbuatannya dan perasaan balas
dendam tidak boleh tetap ada pada anggota masyarkat. Itu sebabnya teori ini
berikut:
penjatuhan pidana.
ini, maka yang menjadi sasaran utama dari teori ini adalah balas dendam.
membina si pelaku kejahatan. Teori pembalasan atau absolut ini terbagi atas
narapidana sadar atau tidak. Pidana yang berat bukanlah jaminan untuk
membuat terdakwa menjadi sadar, mungkin juga akan lebih jahat. Pidana
43
melakukan tindak pidana kembali. Oleh karena itu usaha untuk menyadarkan
pelaku tindak pidana itu mempunyai lapangan kerja atau tidak. Apabila
pelaku tindak pidana itu tidak mempunyai pekerjaan, maka masalahnya akan
tetap menjadi lingkaran setan, artinya begitu selesai menjalani pidana ada
kembali pelanggar.
Teori relatif atau teori tujuan juga disebut teori utilitarian, lahir sebagai
reaksi terhadap teori absolut. Secara garis besar, tujuan pidana menurut teori
pemidanaan yaitu :
44
a. Untuk mempertahankan ketertiban masyarakat (dehandhaving van de
maatschappelijke orde);
akibat dari terjadinya kejahatan. (het herstel van het doer de misdaad
misdadiger);
Tentang teori relatif ini Muladi dan Barda Nawawi Arief menjelaskan,
bahwa:
mempunyai tujuan tujuan tertentu yang bermanfaat. Oleh karena itu teori
ini pun sering juga disebut teori tujuan (utilitarian theory). Jadi dasar
melakukan kejahatan).
Jadi tujuan pidana menurut teori relatif adalah untuk mencegah agar
Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, teori relatif ini dibagi dua yaitu:
45
a. prevensi umum (generale preventie),
perbuatannya lagi. Dalam hal ini pidana itu berfungsi untuk mendidik dan
berguna.
3. Teori Gabungan
yaitu :
46
yang ada dan pembalasan yang dimaksud tidak harus negara yang
melaksanakan.
dilaksanakan.
boleh melampaui batas apa yang perlu dan sudah cukup untuk dapat
masyarakat, tetapi tidak boleh lebih berat dari suatu penderitaan yang
narapidana.
Perlindugan Anak
43
https://media.neliti.com, diakses pada tanggal 5 Juli 2021, Pukul 19.00 wib
47
ringan, maupun tergolong berat. Undang-Undang No 35 tahun 2014 Tentang
anak terutama tentang kejahatan seksual. Pada bab ini setiap orang yang
melakukan tindak pidana kejahatan anak telah diatur ketentuan pidana penjara
culpabilitas), bahwa asas kesalahan yang dilandasi pada nilai keadilan harus
disertakan secara berpasangan dengan asas legalitas yang dilandasi kepada nilai
pidana yang terjadi atau tidak. Untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan
bahwa tindak pidana yang dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah
bersifat adil dan sejahtera baik secara materil dan spritual. Hukum pidana ini
bertujuan untuk mencegah dan mengurangi tindak pidana yang tidak diinginkan.
Dan juga pengguna sarana hukum pidana dengan sanksi dan hukuman harus
memperhatikan biaya dan kemampuan kerja dari institusi terkait, sehingga jangan
48
Pertanggungjawaban tindak pidana dengan maksud untuk menentukan apakah
pidana yang terjadi atau tidak. Secara subjektif kepada pembuat yang memenuhi
dikenakannya suatu pidana, maka harus ada unsur kesalahan berupa kesengajaan
atau kealpaan.
yaitu:
sebagai berikut:
49
3. Pasal 287 ayat (1) KUHP yang menentukan bahwa:
belum cukup umur 15 tahun kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa
Ketentuan pidana sanksi terhadap anak sebagai pelaku diatur dalam pasal
atau pidana seumur hidup, maka dijatuhkan pidana penjara paling lama
pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan dengan denda paling banyak Rp.
50
“(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebih dari satu orang secara
penambahan 1/3 dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang
Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu tindakan yang menyiksa dan
menghilangkan mental anak yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memuaskan
nafsu dan seksualitas pada dirinya. Kekerasan seksual tersebut berbentuk suatu
permintaan kepada anak untuk melakukan perbuatan yang tidak pantas, seperti
memegang alat kelamin pelaku, meraba-raba tubuh anak tersebut, memutar video
trauma yang panjang bagi masa depan anak) dan bahkan memperalat anak untuk
51
mengemukakan 5 (lima) sistem pemberian kompensasi dan restitusi kepada
netral.
keperdataan.
perdata.44
44
Veny Melisa Marbun, Op.Cit
52
BAB IV
398/PID.SUS/2018/PN MDN
A. Kronologi Kasus
Bahwa sejak tahun 2013 Anak korban Intan Fitria kenal dengan terdakwa M.
Ryansyah Otto Alias Gogon dan resmi memiliki hubungan pacaran sejak tanggal
06 November 2016.
Bahwa pada hari sabtu tanggal 09 Desember 2017 sekira pukul 02.00 wib,
terdakwa mendatangi rumah anak korban Intan Fitria yang beralamat di Jalan
Medan Barat dan masuk melalui pintu belakang rumah anak korban Intan Fitria
yang sengaja tidak dikunci oleh anak korban kemudian terdakwa masuk kedalam
rumah dan langsung masuk kedalam kamar tidur anak korban dimana Anak saksi
Putri Ashari ( yang merupakan adik kandung saksi korban) sedang berada didalam
kamar tidur tersebut sedang tidur diatas kasur bawah kemudian terdakwa dan anak
korban rebahan diatas kasur atas, selanjutnya terdakwa memeluk tubuh anak
korban dan menciumi pipi dan karena birahinya naik, terdakwa membuka baju
dan celana yang dikenakan terdakwa pada saat itu hingga telanjang dan dengan
ucapan terdakwa yang meyakinkan anak korban Intan Fitria yang akan
samamu, nggak mau aku kehilangan kau dan janji akan menikahi kamu..’ maka
53
pakaian yang dikenakan anak korban pada saat itu sehingga sama-sama telanjang,
terdakwa menindih badan anak korban lalu menciumi pipi, bibir, dan kening anak
anak korban lalu terdakwa menggoyangkan pinggul sekitar 5 (lima) menit dan
Kemudian setelah selesai bersetubuh, terdakwa dan anak korban tidur diatas
kasur dalam keadaan posisi tidak berbusana (telanjang) sambil memeluk tubuh
anak korban dan karena anak saksi Putri Ashari mendengar suara dari atas kasur
maka anak saksi Putri Ashari terbangun dan membuka lampu kamar serta melihat
terdakwa dan anak korban sedang berada diatas kasur dalam keadaan telanjang
kemudian anak saksi Putri Ashari pergi memanggil saksi Farida Hanim (orangtua)
kekamar tidur yang tidak jauh dari kamar tidur anak korban dan atas ketahuan
tersebut maka terdakwa pergi keluar kamar dan meninggalkan rumah dan dengan
dibantu dengan saksi Sri Juliati Astuti (kepala lingkungan) berhasil mengamankan
terdakwa.
persetubuhan terhadap anak korban, dengan cara yang sama didalam kamar anak
korban.
April 2009 yang ditandatangani oleh Drs. Sutan Radja Hutagalung selaku Kepala
Dinas Kependudukan dan catatan sipil yang menerangkan bahwa Intan Fitria lahir
54
bahwa anak korban Intan Fitria masih dibawah umur yaitu berusia 16 Tahun 11
bulan.
Ked (OG), SpOG.K selaku dokter pemeriksa, memberi keterangan bahwa Intan
Fitria pada pemeriksaan kedapatan luka robek sampai kedasar pada jam 1 dan 6
Alternatif:
55
Ad. 1. Setiap Orang;
dakwaan kami. Benar bahwa terdakwa adalah orang yang sehat jasmani dan
terpenuhi.
mendatangi rumah anak korban Intan Fitria yang beralamat di Jalan Karya
Medan Barat dan masuk melalui pintu belakang rumah anak korban Intan
Fitria yang sengaja tidak dikunci oleh anak korban kemudian terdakwa masuk
kedalam rumah dan langsung masuk kedalam kamar tidur anak korban
dimana anak saksi Putri Ashari (adik kandung korban) sedang berada didalam
kamar tidur tersebut sedang tidur diatas kasur bawah kemudian terdakwa dan
anak korban rebahan diatas kasur atas, selanjutnya terdakwa memeluk tubuh
anak korban dan menciumi pipi dan karena birahinya naik, terdakwa
56
membuka baju dan celana yang dikenakan terdakwa pada saat itu hingga
telanjang dan dengan ucapan terdakwa yang meyakinkan anak korban Intan
“ sayang kali aku samamu, nggak mau aku kehilangan kau dan janji akan
dimana terdakwa membuka pakaian yang dikenakan anak korban pada saat
itu hingga sama-sama telanjang, terdakwa menindih badan anak korban lalu
menciumi pipi, bibir dan kening anak korban kemudian terdakwa langsung
anak korban tidur diatas kasur dalam keadaan posisi tidak berbusana
(telanjang) sambil memeluk tubuh anak korban dan karena anak saksi Putri
Ashari mendengar suara dari atas kasur maka anak saksi Putri Ashari
terbangun dan memnbuka lampu kamar serta melihat terdakwa dan anak
korban sedang berada diatas kasur dalam keadaan telanjang kemudian anak
saksi Putri Ashari pergi memanggil saksi Farida Hanim (orangtua) kekamar
tidur yang tidak jauh dari kamar tidur anak korban dan atas ketahuan tersebut
maka terdakwa pergi keluar melalui kamar dan meninggalkan rumah dan
dengan dibantu dengan saksi Sri Juliati Astuti (kepala lingkungan) berhasil
57
Menimbang, bahwa keseluruhan delik dalam dakwaan kedua melanggar
No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah terpenuhi secara sah dan
perbuatannya.
hal yang memberatkan dan yang meringankan yang ada pada diri dan atau
- Bahwa perbuatan terdakwa telah merusak masa depan anak korban Intan
Fitria
sebagaimana tersebut dalam amar putusan dan oleh karena sebelum putusan
58
dijatuhkan terdakwa berada dalam tahanan maka waktu selama terdakwa
dijatuhkan.
tahanan.
biaya perkara.
C. Amar Putusan
berikut:
tersebut dengan pidana penjara selama 9 (sembilan) tahun dan denda sebesar
Rp. 60.000.000,- (enam puluh jutah rupiah) yang apabila denda tidak dibayar
oleh terdakwa maka diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan.
59
4. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.
5. Menyatakan barang bukti berupa: 1 (satu) buah celana dalam warna abu-abu
dan 1 (satu) buah kaos dalam (sonket) warna putih. Dirampas untuk
dimusnahkan.
ribu rupiah).
Hakim
Ketika kita membahas tentang putusan pengadilan maka kita tidak bisa lepas
dasar pertimbangan hakim itu sendiri memiliki kedudukan yang penting di dalam
suatu putusan yang dibuat oleh hakim sebab semakin baik dan tepat pertimbangan
yang di gunakan oleh hakim dalam sebuah putusan, akan mencerminkan sejauh
mana rasa keadilan yang ada di dalam diri sihakim yang membuat putusan
tersebut. Selain itu berkaitan dengan keadilan itu sendiri kedudukan seorang
hakim yang memiliki tugas mengadili dan memutus perkara haruslah benar-benar
bisa di percaya, adil dan tidak memihak di dalam mengadili dan memutus suatu
perkara. Oleh sebab itu, maka keobyektifan hakim dalam mengadili perkara,
60
tanggung jawab hakim terhadap putusanya, serta kebebasan hakim dalam
juga.
unsur dan syarat dipidananya seseorang terdakwa, hal ini didasarkan pada
yang bersesuain satu sama lain yang diajukan oleh penuntut umum ditambah
RYANSYAH OTTO Alias GOGON telah terbukti secara sah dan meyakinkan
Putusan Majelis Hakim ini juga menurut penulis cukup tepat yakni pasal 81
unsur-unsur dalam pasal tersebut telah terpenuhi. Hal ini sudah sesuai dengan
Jika melihat dari keputusan hakim yang menjatuhkan pidana penjara selama 9
(sembilan) tahun kepada terdakwa. Penulis melihat keputusan hakim ini terlalu
61
berulangkali dilakukan kepada anak korban. Menurut Penulis Pidana Maksimal
yakni 15 tahun penjara yang dijatuhkan hakim akan memberikan efek jera kepada
pelaku, mengingat perbuatan pelaku telah merusak masa depan anak, dan merusak
nilai-nilai kesopanan. Penulis juga melihat kasus ini berpotensi terulang kembali
jika sipelaku divonis hukuman 9 tahun penjara. Anak adalah generasi bangsa yang
sosiologinya, yang mengarah pada latar belakang terjadinya tindak pidana. Hakim
alat-alat bukti yang sah serta menciptakan hukum itu sendiri yang bersendikan
keadilan yang tentunya tidak bertentangan dengan pancasila sebagai sumber dari
segala hukum.
sanksi terhadap para pelaku tindak pidana, seorang hakim dituntut arif bijaksana
dan pertimbangan yang berasal dari hati nuraninya lalu memutuskan dengan
seadil-adilnya , adil untuk penegak hukum, adil untuk korban, adil untuk terdakwa
tindak pidana yang didakwakan merupakan konteks yang paling penting dalam
putusan hakim dan merupakan unsur-unsur dari suatu delik apakah perbuatan
62
terdakwa telah memeunihi dan sesuai dengan rumusan delik yang didakwakan
persidangan yang timbul dari keterangan saksi, keterangan terdakwa, alat bukti,
dan barang bukti yang ditujukan dan diperiksa dipersidangan. Pada dasarnya yang
63
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan dari atas adalah
sebagai berikut:
1. Perlindungan Hukum Anak Sebagai Korban diatur dalam pasal 59A UU No.
lainnya.
c. Pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga yang tidak
mampu.
pengadilan.
nilai keadilan yang disertakan secara berpasangan dengan asas legalitas yang
seksual pada anak diatur dipasal 81 ayat 1 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
64
3. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan adalah dengan mengenakan
denda sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) yang apabila
denda tidak dibayar oleh terdakwa maka akan diganti dengan pidana penjara
B. SARAN
memberikan efek jera kepada si pelaku. Perlindungan anak juga tidak cukup
hanya dari pemerintah saja, namun kehadiran orangtua, tenaga pendidik, guru,
dan masyarakat dalam mendidik dan menjaga anak sangat dibutuhkan dalam
seksual yang merusak masa depan anak itu sendiri. Selain merusak masa
65
khusus yang mengatur tentang anak sebagai korban itu bisa melapor kejadian
yang terjadi.
penjara atau hukuman seumur hidup agar adanya efek jera kepada pelaku
kejahatan seksual pada anak mengingat anak ialah generasi penerus bangsa
3. Bahwa melihat putusan hakim diatas, hakim melihat kasus tersebut antara
melainkan dengan bujuk rayuan mau bersetubuh dan tipu muslihat dengan
dilakukan bukan hanya sekali. Penulis melihat kasus diatas pelaku berpotensi
mengulangi perbuatannya jika telah bebas, maka dalam hal ini sepatutnya
pelaku telah merusak masa depan anak korban dimana anak korban
66
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Aziz, Aminah. Aspek Hukum Perlindungan Anak, Medan; USU Press, 1998.
Aditama, 2006.
Huda Chairul, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
2003.
67
Siregar Gomgom T.P dan Rudolf Silaban, Hak-hak Korban Dalam
Tri Siwi Celina, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta: 2017.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Rumah Tangga
C. JURNAL
(2019).
68
D. INTERNET
69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
6. Status : Mahasiswa
9. Email : candraharis44@gmail.com