Anda di halaman 1dari 162

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS HUKUM

PENULISAN HUKUM

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN UPAYA


PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
SEKTOR PERIKANAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diajukan Oleh:

Nama : Dwi Agung Bowo Laksono


Nim : 16/397610/HK/20932
Departemen : Hukum Dagang

YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Penulisan Hukum ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Penulisan Hukum,

Pada Hari Tanggal Januari 2021

Penyusun,

Dwi Agung Bowo Laksono


NIM: 16/397610/HK/20932

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Penulisan Hukum,

Dr. Hariyanto S.H., M.Kn.


NIP. 196210171989031001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Penulisan Hukum ini telah dipertahankan di hadapan Dosen Penguji fakultas

Hukum Universitas Gadjah Mada,

Pada hari……………, tanggal……………

Dewan Penguji,

Ketua,

…………………………….
NIP. ………………………

Anggota I, Anggota II,

………………………… …………………………
NIP. ………………….. NIP. …………………..
Mengetahui,

Ketua Departemen Hukum Bisnis,

Irna Nurhayati, S.H., M.Hum., LL.M., Ph.D.


NIP. 197404171998032001

Mengesahkan

Dekan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,

Prof. Dr., Sigit Riyanto, S.H., LL.M.


NIP. 19640215 198803 1 001

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dwi Agung Bowo Laksono

NIM : 16/397610/HK/20932

Tahun Terdaftar : 2016

Program Studi : S-1 Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Menyatakan bahwa dalam dokumen ilmiah ini tidak terdapat bagian dari

karya ilmiah lain yang telah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu

lembaga pendidikan tinggi, dan juga terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang/lembaga lain, kecuali secara tertulis dalam sitasi

dokumen ini dan disebutkan sumbernya secara lengkap di dalam daftar pustaka.

Dengan demikian saya menyatakan bahwa dokumen ini bebas dari unsur –

unsur plagiasi dan apabila dokumen ilmiah skripsi ini dikemudian hari terbukti

merupakan plagiasi dari hasil karya penulis lain dan.atau dengan sengaja

mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka

penulis bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku.

Yogyakarta, Januari 2021

Dwi Agung Bowo Laksomo


NIM. 16/397610/HK/20932

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allaw SWT atas diberikannya rahmat dan

karunia yang diberikan oleh – Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

ini dengan baik serta tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan Nabi kita

Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, rasanya tidak mungkin bagi penulis untuk menyelesaikan

penulisan hukum ini. Maka dari itu, penulis ucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. selaku Rektor Universitas Gadjah

Mada;

2. Prof. Dr., Sigit Riyanto, S.H., LL.M. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada;

3. Irna Nurhayati, S.H., M.Hum., LL.M., Ph.D., selaku Ketua Departemen

Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada;

4. Dr. Hariyanto S.H., M.Kn., selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang

telah membimbing serta memberikan saran dan masukan kepada penulis

berkaitan dengan penulisan hukum ini. Penulis ucapkan terima kasih atas

segala ilmu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan hukum ini dengan baik;

5. Ananda Prima Yurista, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang senantiasa membantu dan membimbing penulis sampai dengan akhir

masa perkuliahan;

6. Seluruh Dosen Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Terima kasih karena telah memberikan ilmu mengenai Hukum Bisnis baik

v
pada mata kuliah hukum dagang umum maupun mata kuliah konsentrasi

hukum bisnis yang mana sangat berharga bagi penulis;

7. Segenap dosen, tenaga kependidikan, dan sivitas akademika Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada, yang selama perkuliahan penulis beliau – beliau

telah membantu dan memberikan pembelajaran dalam berbagai hal yang

berguna bagi kehidupan penulis di masa yang akan datang;

8. Responden dan Narasumber yang telah meluangkan waktu dan memberikan

ilmu sehingga penulisan hukum ini dapat diselesaikan dengan baik yaitu,

bapak Sumbogo, bapak Taufan, Bapak Yudianto, Bapak Bambang Suminto,

Bapak Yahya Hamidisna, Bapak Sugiyanto, Bapak tiyo, Ibu Risa Nurohmah,

Ibu suratmi, dan Mbak Rizky Septiana Widyaningtyas.

9. Orang tua penulis, Bapak dan ibu beserta keluarga besar penulis yang tidak

bisa penulis tuliskan satu persatu, terima kasih telah memberikan dukungan

moral dan materi sehingga penulis dapat sampai dalam tahap sejauh ini.

10. Teman – teman perjuangan penulis sejak berstatus Mahasiswa Baru di

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada hingga saat ini. Terkhusus yang

tergabung dalam Multiple Chat aplikasi Line yakni Iman, Dimas, Herdika

Andre, Haedar, Debi, Miftah, Ikhlas, Damar, Hafid, Fadel, Dika, Bhakti,

Brian penulis ucapkan terima kasih dan smeoga kita dapat sukses bersama di

masa yang akan datang dengan cara kita masing – masing.

11. Teman-teman perjuangan penulis di Fakultas Hukum Universitas Gadjah

Mada. Terkhusus Harum Hardinda, Nadia Tri Oktaviani, Hafizha Ulfa dan

teman lainnya yang penulis tidak tulis satu persatu.

vi
12. Sahabat saya bung koted, bung ndower, pinem dan kakak saya bung wisnu

yang memberikan bantuan kepada penulis.

13. Teman – teman konsentrasi Hukum Bisnis yang penulis tidak dapat tulis satu

persatu;

14. Teman – teman KKN Gerbosari yang telah melaksanakan pengabdian kepada

masyarakat;

15. Serta seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik

secara langsung maupun tidak langsung. Semoga kebaikan teman – teman

semua kembali ke pribadi teman – teman sekalian.

Penulis menyadari bahwa ada berbagai kekurangan baik dari segi

substansi maupun teknis dalam penyusunan penulisan hukum ini sehingga jauh

dari kata sempurna. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dan

menerima kritik dan saran. Semoga hasil karya penulis dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Januari 2021

Dwi Agung Bowo Laksomo


NIM. 16/397610/HK/20932

vii
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
SEKTOR PERIKANAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh: Dwi Agung Bowo Laksono1, Dr. Hariyanto S.H., M.Kn.2
INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peran dari


Dinas Kelautan dan Perikanan DIY dalam upaya pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah sektor perikanan. Adanya Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan peraturan terkait
lainnya, dapat dijadikan sebagai analisis yuridis terhadap program Dinas Kelautan
dan Perikanan DIY dalam menjalankan upaya pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah sektor Perikanan.

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat normatif – empiris yang


menggabungkan penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan sehingga
diperoleh data primer dan data sekunder, yang kemudian data – data tersebut
dianalisis menggunakan metode kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat dua kesimpulan


yaitu: pertama, Dinas Kelautan dan Perikanan telah menjalankan upaya
pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sektor perikanan melalui
program bertujuan untuk peningkatan sumber daya manusia seperti pelatihan dan
bimbingan baik itu teknis maupun admnistrarif, dan program kerja yang bertujuan
untuk peningkatan produksi yakni dengan pemberian bantuan hibah alat produksi
usaha. Kedua, pertanggungjawaban Dinas Kelautan dan Perikanan DIY adalah
melaksanakan hibah sesuai dengan peraturan dan membuat laporan monitoring
dan evaluasi. Pertanggungjawaban penerima hibah yakni menggunakan barang
sesuai peruntukannya dan memberikan laporan penggunaan barang.

Kata Kunci: Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Pengembangan, UMKM

Sektor Perikanan

1
Mahasiswa Konsentrasi Hukum Bisnis pada Departemen Hukum Bisnis Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Dosen Departemen Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

viii
ABSTRACT

This research aims to determine and analyze the role of the Department of
Marine Affairs and Fisheries DIY in developing Micro, Small and Medium
Enterprises in the fisheries sector. The existence of Law Number 20 of 2008
concerning Micro, Small, and Medium Enterprises and other related regulations,
can be used as a juridical analysis of the DIY Marine and Fisheries Service
program in carrying out the development efforts of Micro, Small and Medium
Enterprises in the Fisheries sector.

This research is a normative - empirical research that combines library


research with field research in order to obtain primary data and secondary data,
which are then analyzed using qualitative methods.

Based on the results of research and discussion, there are two conclusions,
namely: first, the Office of Marine Affairs and Fisheries has carried out efforts to
develop Micro, Small and Medium Enterprises in the fisheries sector through
programs aimed at increasing human resources such as training and guidance,
both technical and administrative, and programs. work which aims to increase
production, namely by providing business production equipment grant assistance.
Second, the responsibility of the DIY Marine and Fisheries Office is to carry out
grants in accordance with regulations and to prepare monitoring and evaluation
reports. The responsibility of the grantee is to use the goods according to their
designation and to provide a report on the use of the goods.

Keywords: Department of Maritime Affairs and Fisheries DIY,

Development, Fisheries Sector UMKM

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
INTISARI.......................................................................................................viii

ix
ABSTRACT.......................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................11
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................12
C. Tujuan Penelitian........................................................................................12
D. Keaslian Penelitian......................................................................................13
E. Manfaat Penelitian......................................................................................16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................17
1. Tinjauan Umum tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah...................17
2. Tinjauan Umum tentang Perikanan............................................................21
3. Tinjauan Umum tentang Tanggung Jawab.................................................23
4. Tinjauan Umum tentang Perjanjian............................................................26
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................33
1. Jenis dan Sifat Penelitian............................................................................33
2. Jenis Data....................................................................................................35
3. Lokasi Penelitian.........................................................................................38
4. Subjek Penelitian........................................................................................38
5. Jalannya Penelitian......................................................................................41
6. Analisis Data...............................................................................................42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................44
A. Peran dan Pelaksanaan Program Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan
Daerah Istimewa Yogyakarta yang Dilakukan Dalam Upaya
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sektor Perikanan

1. Profil dan Tugas Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa


Yogyakarta.........................................................................................................44
2. Pelaksanaan Program kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa
Yogyakarta.........................................................................................................51
3. Pelaksanaan dan Dokumen Program Bantuan Hibah.................................75
4. Manfaat Bagi Penerima Program Pengembangan Usaha di Lapangan.......92
5. Hambatan Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha...............106

x
6. Analisis Yuridis Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Dinas
Kelautan dan Perikanan....................................................................................108
B. Mekanisme Pertanggungjawaban pada Pelaksanaan Program Kerja
Pemberian Bantuan Hibah Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Sektor Perikanan di Yogyakarta

1. Pertanggungjawaban UMKM Penerima Bantuan Hibah Pengembangan


Usaha................................................................................................................124
2. Pertanggungjawaban Dinas Keluatan dan Perikanan DIY atas Pelaksanaan
Bantuan Hibah Pengembangan Usaha.............................................................129
BAB V PENUTUP..........................................................................................141
A. Kesimpulan...............................................................................................141
B. Saran.........................................................................................................143
Daftar Pustaka................................................................................................144

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 yang

menyebabkan kondisi perekonomian menjadi terpuruk. Berbagai usaha

berskala besar di berbagai sektor seperti industri, perdagangan dan jasa

mengalami kejatuhan akibat krisis ekonomi tersebut.3 Namun adanya sektor

Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dapat bertahan dan menjadi

pemulih perekonomian di tengah keterpurukan akibat krisis monoter pada

berbagai sektor ekonomi. Adanya Usaha Mikro, Kecil, Menengah membawa

pengaruh positif pada perekonomian. Respon tersebut ditunjukkan dengan

keberhasilan UMKM yang diperoleh yakni mampu bertahan dari krisis

ekonomi.4

Beberapa sebab yang membuat sektor usaha Usaha Mikro, Kecil,

Menengah (UMKM) mampu bertahan di masa krisis di antaranya adalah

karena sektor usaha tidak terlalu bergantung pada bahan baku impor dalam

proses produksinya dan sumber dana usaha umumnya berasal dari dalam

negeri sehingga tidak terlalu terpengaruh akan depresiasi rupiah. Selain itu,

kondisi tersebut tidak terlepas dari karakteristik pelaku UMKM, yaitu sebagai

berikut.5

3
Adri Said dan Ika Widjaja, 2007, Akses Keuangan UMKM, GTZ-RED, Jakarta, hlm. 4.
4
Ibid.
5
Soeharto Prawirokusumo, 1999. Ekonomi Rakyat (Konsep,Kebijakan dan Strategi), BPFE,
Yogyakarta, hlm. 25.
2

1. Fleksibel, dalam arti jika menghadapi hambatan dalam menjalankan

usahanya akan bermudah berpindah ke usaha lain.

2. Dalam Permodalannya, tidak terlalu tergantung pada modal dari luar

negeri, tetapi bisa berkembang dengan kekuatan modal sendiri.

3. Dalam hal pinjaman, terutama pengusaha kecil sektor tertentu seperti

pedagang sanggup mengembalikan pinjaman dengan bunga cukup tinggi.

4. UMKM tersebar di seluruh Indonesia dengan kegiatan usaha di berbagai

sektor, merupakan sarana distributor barang dan jasa dalam melayani

kebutuhan masyarakat.6

Kehadiran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memberikan

kontribusi terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia. Kajian dari Asia

Development Bank (ADB) pada 2016, menunjukkan bahwa porsi sektor

informal terhadap PDB Indonesia paling tinggi di negara kawasan. Kontribusi

sektor informal dalam hal ini UMKM mencapai 57,6persen dari PDB.7 Pada

pertengahan tahun 2018 terdata bahwa UMKM telah berhasil menyumbang

Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 60,34 persen. 8 Kontribusi yang besar

terhadap perekonomian mengindetifikasikan sektor UMKM sebagai kunci

untuk meningkatkan pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan

pengentasan kemiskinan.9

6
Ibid.
7
Dewi Damayanti, “ Polemik Pajak atas UMKM”, http://www.pajak.go.id/article/polemik-pajak-
atas-umkm diakses pada tanggal 25 september 2019.
8
Dwi Aditya Putra, “UMKM Sumbang 60 Persen ke Pertumbuhan Ekonomi Nasiona”,
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3581067/umkm-sumbang-60-persen-ke-pertumbuhan-
ekonomi-nasional, diakses pada tanggal 26 September 2019.
9
Rubin Japhta et al, 2016, UKM yang Dimiliki Wanita di Indonesia : Kesempatan Emas untuk
Institusi Keuangan Lokal, hasil penelitian, International Finance Corporation, hlm 1
3

UMKM sendiri saat ini sedang digencarkan oleh pemerintah guna

mengurangi angka pengangguran, kemiskinan, dan tingkat pendapatan serta

sebagai sarana untuk mengurangi kesejahteraan yang belum merata. UMKM

merupakan upaya strategis dalam menumbuhkan perekonomian untuk

mewujudkan pembangunan daerah, karena UMKM merupakan usaha mandiri

masyarakat dengan melihat potensi yang ada di daerah. 10 UMKM banyak

menjadi tumpuan penggerak perekonomian daerah, begitu juga di Daerah

Istimewa Yogyakarta UMKM menjadi tulang punggung perekonomian.

Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta,

95 persen perekonomian DIY disumbang oleh UMKM pada tahun 2016. 11

Penumbuhan dan pengembangan UMKM dalam rangka peningkatan

perekonomian di daerah guna menciptakan kesejahteraan masyarakat

merupakan salah satu tanggung jawab dari Pemerintah Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Disebutkan bahwa setiap Pemerintah Daerah diberi

kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan Pemerintahan. Sebagai

konsekuensi dari kewenangan otonomi yang luas, setiap Pemerintah Daerah

mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayananan dan kesejahteraan

masyarakat secara demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan.

Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dituntut untuk

10
Adri Said, Loc. Cit
11
Dwi Nourma Handito, LIPSUS: 95 Persen Perekonomian DIY Disumbang Oleh UMKM,
http://jogja.tribunnews.com/2016/06/22/lipsus-95-persen-perekonomian-diy-disumbang-oleh-
umkm, diakses pada tanggal 27 September 2019
4

mampu menyelenggarakan proses pembangunan yang dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi guna terciptanya kesejahteraan masyarakat luas.12

Peran Pemerintah Daerah dalam usaha penumbuhan dan pengembangan

UMKM juga diwujudkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UU UMKM) yang disusun dengan

maksud untuk memberdayakan UMKM.13 Dalam UU tersebut Pemerintah

Daerah memiliki kewajiban untuk melakukan penumbuhan iklim usaha

dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang

meliputi aspek : pendanaan, sarana dan pra sarana, informasi usaha,

kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan

dukungan kelembagaan.14 Selain melakukan penumbuhan, Pemerintah Daerah

juga memiliki kewajiban untuk melakukan pengembangan : memfasilitasi

pengembangan usaha dalam bidang yakni Produksi dan pengolahan,

pemasaran, sumber daya manusia, dan desain dan teknologi.15

Meskipun telah ada UU yang mengatur mengenai UMKM, jumlah

usaha kecil di indonesia tidak menunjukkan perubahan yang signifikan setiap

tahunnya karena adanya beberapa hambatan yang dihadapi para pelaku

UMKM.16 Beberapa hambatan yang dialami Usaha Mikro, Kecil dan


12
Adhinda Dewi Agustine et al, 2014, “Pengembangan Sektor Kelautan dan Perikanan Untuk
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah”, Jurnal Administrasi publik (JAP), Volume. 2, Nomor .2
hlm 276.
13
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil, dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 93).
14
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
15
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
16
Merdeka dan Arthur , “UMKM Smenurutmbang 60 Persen ke Pertumbuhan Ekonomi Nasiona”,
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3581067/umkm-sumbang-60-persen-ke-pertumbuhan-
5

Menengah (UMKM) yaitu, terbatasnya modal kerja, rendahnya Sumber Daya

Manusia (SDM), kurangnya penguasaan ilmu pengetahuaan dan teknologi,

Pemasaran dan Manajemen.17

Banyak potensi dari berbagai sektor usaha yang dapat dikembangkan

melalui UMKM, salah satunya adalah sektor perikanan. Sektor perikanan

merupakan sektor unggulan di Indonesia yang memiliki potensi tinggi, untuk

dimanfaatkan dalam menunjang peningkatan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat. Sektor perikanan memiliki peranan strategis dalam

pembangunan nasional. Ditinjau dari potensi sumberdaya alamnya, Indonesia

dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia karena memiliki potensi

kekayaan sumberdaya perikanan yang relatif besar.

Sektor perikanan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari

kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan, distribusi dan perdagangan.

Akan tetapi potensi yang tinggi tersebut, masih belum bisa dimanfaatkan

secara optimal karena masih adanya banyak hambatan terlebih dalam

pengelolaan dan pemasaran perikanan.18 Oleh karena itu, pembangunan

sektor perikanan tidak dapat diabaikan baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah.19

Menyadari kenyataan inilah pemerintah berupaya seoptimal mungkin

untuk memajukan sektor perikanan rill berskala kecil berbasis industri


ekonomi-nasional, diakses pada tanggal 28 September 2019.
17
Hartono dan Denny Dwi Hartomo, 2014, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
UMKM di Surakarta”, Jurnal Bisnis & manajemen, Volume 14, Nomor 1 hlm 1920.
18
Boyke P. Siregar, Inilah Permasalahn Sektor Kelautan dan Perikanan Hasil Kajian Kadin,
https://www.wartaekonomi.co.id/read35446/inilah-permasalahan-sektor-kelautan-dan-perikanan-
hasil-kajian-kadin.html diakses pada tanggal 3 Februari 2020.
19
Imam Triarso, 2012, “Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Pantura
Jawa Tengah”, Jurnal Saintek Perikanan (JAP), Volume 8, Nomor 1 hlm 66.
6

UMKM, hal tersebut bertujuan agar meningkatkan hasil pengolahan ikan di

Indonesia. Model industri perikanan menjadi salah satu yang potensial dan

berpeluang besar untuk dikembangkan mengingat jumlah ikan yang luar biasa

melimpah dari kekayaan laut Indonesia. Begitu juga di Yogyakarta yang

mempunyai wilayah laut selatan yang terkenal akan berbagai macam spesies

dan jenis ikan yang beranekaragam, sektor perikanan di yogyakarta sangat

potensial untuk dikelola melalui UMKM.

Menjadi tantangan untuk Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

untuk membantu masyarakat sekitar pesisir laut dan pembudidaya ikan

konsumsi untuk meningkatkan produktifitas dalam hal pengelolaan hasil

perikanan dan pemasaran melalui wadah UMKM. Terlebih di DIY

mempunyai peluang yang besar untuk mengoptimalkan sektor perikanan baik

itu perikanan tangkap, budidaya perikanan, pengolahan, penangkaran maupun

pemasaran. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bayu

Mukti Sasongko menyatakan bahwa potensi ikan di laut selatan khususnya

DIY sangat tinggi, namun selama ini sektor perikanan baru menggarap 1-2

persen saja dari seluruh potensi perikanan. 20

Dalam kenyataanya kondisi perikanan di DIY belumlah optimal, hal

tersebut terlihat pada bidang perikanan budidaya. Petani ikan budidaya di

DIY hanya mampu menyuplai 60 persen, sementara 40 persen lainnya

dipasok dari luar daerah. produksi ikan budidaya dalam setahun kurang dari

100 ribu ton, sedangkan kebutuhannya menembus angka 160 ribu ton setiap
20
Luqman Hakim, “DIY Rencanakan Bangun Unit Pengolahan Ikan“
https://jogja.antaranews.com/berita/363676/diy-rencanakan-bangun-unit-pengolahan-ikan-
berstandar-ekspor, Diakses pada tanggal 29 September 2019.
7

tahunnya. Untuk memenuhi kebutuhan setiap hari harus mengambil ikan dari

luar daerah seperti Boyolali, Tulungagung, agar kebutuhan ikan di DIY

terjaga.21 Penyebab dari kurangnya suplai ikan budidaya tersebut karena

masih adanya petani yang belum profesional dan tanpa bekal pengetahuan

dalam bidang budidaya, justru berpotensi mengalami kerugian.

Terkait dengan tingkat konsumsi ikan di DIY termasuk rendah dalam

skala nasional. Hal tersebut berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan

DIY diketahui, jumlah konsumsi ikan pada tahun 2017 adalah sebesar 23,75

kilogram per kapita per tahun, jauh di bawah rata-rata nasional sebanyak 47

kilogram per kapita per tahun. Padahal jumlah itu sebenarnya sudah

mengalami peningkatan setiap tahun, seperti pada 2016 sebesar 23,10

kilogram per kapita per tahun dan 2015 sebesar 23,07 kilogram per kapita per

tahun22. Kemudian pada tahun 2018 tingkat konsumsi hanya sebesar 24,050

kg. Jauh di bawah rata-rata konsumsi ikan nasional yang mencapai 50,60 kg

per kapita per tahun.23

Tabel 1
Tingkat Konsumsi Ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta
2015 2016 2017 2018 2019 Satuan

23,07 23,10 23,75 24,05 24,05 Kg/Kap/Tahun


21
Roy, Produksi Ikan Budidaya DIY rendah, Pendampingan Kurang Optimal ?,
https://krjogja.com/web/news/read/91245/Produksi_Ikan_Budidaya_DIY_Rendah_Pendampingan
_Kurang_Optimal diakses pada tanggal 30 September 2019.
22
Kkp.go.id, “Produksi Ikan Tinggi Namun Konsumsi Ikan Masyarakat DIY Masih rendah”
https://kkp.go.id/bkipm/artikel/7399-produksi-ikan-tinggi-namun-konsumsi-ikan-masyarakat-diy-
masih-rendah, Diakses pada 1 Oktober 2019.
23
Asa/Adn, “Budaya Makan Ikan di Yogyakarta Dinilai Masih Rendah”,
https://kumparan.com/tugujogja/budaya-makan-ikan-di-yogyakarta-dinilai-masih-rendah-
1rmF9Ly2BmK, 1 Oktober 2019.
8

Sumber : Data Sekunder https://bappeda.jogjaprov.go.id

Rendahnya tingkat konsumsi ikan di DIY menunjukan belum

optimalnya usaha dalam bidang pengolahan perikanan. Produk olahan hasil

perikanan di DIY belum begitu banyak di pasar, tingkat serapan pasar masih

rendah. Secara garis besar sektor UMKM perikanan di DIY masih belum

maksimal baik itu perikanan budidaya, perikanan tangkap, perikanan

pengolahan, perikanan penangkaran maupun pemasaran. Diperlukan

keterlibatan Pemerintah untuk membantu melakukan pengembangan UMKM

sektor perikanan. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, Menengah (UMKM) mengamanahkan Pemerintah Daerah untuk

melakukan pengembangan usaha. Dalam hal ini Pemerintah Daerah yang

dimaksud adalah Pemerintah DIY melalui perangkat Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY.

Adapun Dinas Kelautan dan Perikanan DIY memilki program kerja

seperti; program peningkatan produksi perikanan budidaya, program

pengembangan teknologi perikanan budidaya, program peningkatan produksi

perikanan tangkap, dan program pengolahan dan pemasaran produksi

perikanan, salah satu program tersebut terdapat hibah pengembangan usaha

yang tujuannya adalah meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.24

Program Dinas tersebut apabila dapat terealisasikan dengan baik maka dapat

membantu pengembangan UMKM yang bergerak disektor perikanan.

24
Dislautkan, “Program Kegiatan” https://dislautkan.jogjaprov.go.id/web/programkegiatan,
Diakses pada 4 Oktober 2019.
9

Dalam pelaksanaan program hibah pengembangan usaha tersebut perlu

dikaji secara aspek yuridisnya yakni mengenai ;

1. Subyek Hukum Penerima Bantuan

Dalam pelaksananaan program bantuan pengembangan usaha

tersebut, perlu ditinjau terkait dengan penentuan subyek hukum

yang berhak mengajukan yaitu individu atau kelompok. Karena

pada program bantuan tertentu haruslah kelompok. Kemudian

syarat apa yang harus dipenuhi untuk memenuhi syarat

administratif, misalnya untuk kelompok harus badan hukum/badan

usaha.

2. Proses Pengajuan dan Penentuan Penerima Bantuan

Dalam proses pengajuannya, untuk mendapatkan hibah bantuan

penerima harus terlebih dahulu membuat proposal yang berisi

mengenai profil usaha dan usulan bantuan sesuai spefikasi yang

diminta. Hal yang perlu dikaji adalah terkait pelaksanaan penentuan

kriteria dan klasifikasi yang berhak mendapatkan bantuan, yakni

apakah terdapat indikator tertentu.

3. Proses Penyerahan Bantuan hibah

Penyerahan bantuan usaha berdasarkan proposal yang telah

diajukan sebelumnya, hal yang perlu dikaji dalam proses ini yakni

bagaimana apabila barang yang diminta tidak sesuai dengan

spefikasi yang diajukan. Kemudian pada proses pemberian bantuan

hibah pengembangan usaha terdapat perjanjian antara pihak Dinas


10

Perikanan dan Kelautan DIY dengan penerima terkait penggunaan

barang, isi perjanjian tersebut perlu dikaji lebih lanjut secara yuridis.

4. Mekanisme Pertanggungjawaban

Mengingat pelaksanan program pengembangan usaha tersebut

menggunakan anggaran yang bersumber dari APBN/D tentunya ada

mekanisme pertanggungjawabannya baik oleh pemberi hibah

maupun penerima hibah bantuan usaha. Oleh karena itu penerima

hibah bantuan usaha dibebani kewajiban untuk memberikan laporan,

namun yang terjadi dilapangan masih terdapat kendala yakni

penerima bantuan belum patuh dan taat dalam penyampaian

laporannya.

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY juga mempunyai kewajiban

untuk melakukan monitoring dan evaluasi, terhadap UMKM yang

mendapatkan bantuan program hibah pengembangan usaha. Dalam

pemberian bantuan terdapat perjanjian antara penerima dengan

Dinas terkait penggunaan barang sesuai peruntukannya dan tidak

boleh diperjualbelikan, kemudian bagaimana

pertanggungjawabannya apabila penerima bantuan tidak

menggunakan sesuai peruntukannya.

Apabila ditemukan penyimpangan dalam praktiknya yang tidak

sesuai dengan proposal yang telah diajukan sebelumnya, misalnya

dalam proposal dicantumkan profil usaha yang dijalankan berjalan

tetap akan tetapi ternyata dikemudian hari setelah mendapatkan


11

bantuan diketahui ternyata hanya musiman saja atau bahkan ada

yang berhenti produksi. Selain itu apabila terdapat penyimpangan

terkait penggunaan barang yang tidak sesuai dengan peruntukannya

atau tidak sesuai dengan subyek yang seharusnya, misalnya ketika

pengajuan proposal bantuan penggunaanya atas nama kelompok

namun di lapangan yang menggunakan hanya seseorang saja bukan

seluruh anggota kelompok.

Untuk itulah berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penggalian

infomasi lebih lanjut mengenai pelaksanaan program Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY dalam pengembangan UMKM sektor perikanan yang ditinjau

berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, KECIL,

Menengah (UMKM) dan Peraturan terkait lainnya. Serta mengkaji

mekanisme pertanggungjawaban dalam perspektif hukum terhadap

pelaksanaan pemberian hibah apabila ditemukan penyimpangan dalam

pelaksaananya.

Berdasarkan Permasalahan di atas, maka penulis akan melakukan

penelitian mengenai Tinjauan Yuridis tentang Pelaksanaan Upaya

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sektor Perikanan di

Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat latar belakang di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa rumusan masalah dalam penulisan hukum sebagai

berikut:
12

1. Bagaimana peran dan pelaksanaan program kerja Dinas Kelautan dan

Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya pengembangan

Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Sektor Perikanan di Yogyakarta

ditinjau berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, Dan Menengah dan peraturan terkait lainnya ?

2. Bagaimana mekanisme pertanggungangjawaban pada pelaksanaan

program kerja pemberian bantuan hibah pengembangan Usaha Mikro,

Kecil, Dan Menengah Sektor Perikanan di Yogyakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu sasaran yang hendak dicapai dalam

suatu penelitian sebagai suatu penyelesaian atas masalah yang dihadapi

meliputi 2 (dua) hal yaitu:

1. Tujuan Subyektif

a. Tujuan subjektif penelitian hukum ini adalah untuk memperoleh data

dan analisis yang akurat guna menyusun penulisan hukum sebagai

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Gadjah Mada;

b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Peran Dinas

Kelautan Dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Upaya

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sektor Perikanan

ditinjau berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah.


13

2. Tujuan Objektif

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

permasalahan dalam pengembangan Usaha, Mikro, Kecil, dan

Menengah sektor perikanan di Yogyakarta;

b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Peran

Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

upaya pengembangan Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah sektor

perikanan di Yogyakarta;

c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

pelaksanaan program kerja dalam rangka pengembangan Usaha,

Mikro, Kecil, dan Menengah sektor perikanan oleh Dinas Kelautan

dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, penulisan hukum yang

berjudul “Tinjauan Yuridis tentang Pelaksanaan Upaya Pengembangan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah Sektor Perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta.”

Belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Tetapi, penulis

menemukan 2 (dua) karya tulis dengan tema bahasan yang berhubungan dengan

tema yang penulis angkat. Adapun judul dari penelitian tersebut adalah:

1. Skripsi dengan judul “Peran Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul

Dalam Mengembangkan Program Minapolitan di Kecamatan Playen”

yang ditulis oleh Anissa Hapsari, (2012, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Gadjah Mada) dengan rumusan masalah:


14

a. Bagaimanakah peran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Gunungkidul dalam pengembangan minapolitan berbasis budidaya di

Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul ?

b. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi peran Dinas Perikanan

dan Kelautan Kabupaten Gunungkidul dalam pengembangan

minapolitan berbasis budidaya lele lahan kering di Kecamatan Playen?

Penelitian di atas sama-sama meneliti terkait dengan peran Dinas

Kelautan dan Perikanan, tetapi penelitian yang dilakukan penulis ini

memiliki perbedaan dengan penelitian tersebut. Pertama, Peneliti

melakukan penelitian Peran Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Gunungkidul, sedangkan penelitian ini adalah mengenai Peran Dinas

Perikanan dan Kelautan DIY. Kedua, Peneliti tidak menggunakan UU

UMKM sebagai dasar tinjauan analisis yuridis, sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang

UMKM sebagai landasan analisis yuridis.

2. Skripsi dengan judul “Kesiapan Pemerintah Kota Surakarta Dalam

Menyiapkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kota Surakarta

Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Melalui

Kebijakan Merek” yang ditulis oleh Alexander Adelbertus Kurniawan

(2015 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ) dengan rumusan

masalah

a. Apakah Peraturan Daerah Kota Surakarta No 5 Tahun 2014 tentang

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu


15

menyelesaikan upaya UMKM Kota Surakarta dalam menghadapi

persaingan di Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015?

b. Apa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui

kebijakan yang dikeluarkan terkait Merek bagi UMKM di Kota

Surakarta dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ?

Penelitian di atas terdapat kesamaan dengan penulis yakni mengenai

peranan instansi pemerintah dalam usaha pengembangan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah, tetapi penelitian yang dilakukan penulis ini

memiliki perbedaan dengan penelitian tersebut. Pertama, dalam penelitian

tersebut subjek penelitiannya adalah Pemerintah Kota Surakarta,

sedangkan dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah Dinas

Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua, penelitian

tersebut menitikberatkan kepada kebijakan Pemerintah Daerah yaitu

mengenai Merek bagi UMKM, sedangkan dalam penelitian ini penulis

menitikberatkan pada Peran Dinas Kelautan dan Perikanan dalam upaya

pengembangan UMKM sektor perikanan ditinjau berdasarkan Undang-

Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu Hukum

Dagang terutama Hukum Usaha, Kecil, dan Menengah (UMKM)


16

dalam kaitannya dengan Peran Pemerintah Daerah dalam

Pengembangan UMKM;

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitian-penelitian sejenis yang berkaitan.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan di bidang Ilmu Hukum Dagang terutama;

b. Hukum Ilmu Hukum Dagang terutama Hukum Usaha, Kecil, dan

Menengah (UMKM) dalam kaitannya dengan Peran Pemerintah

Daerah dalam Pengembangan UMKM sektor perikanan;

c. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Daerah

Istimewa Yogyakarta dalam usaha pengembangan UMKM sektor

perikanan. Sehingga, masyarakat mendapatkan informasi mengenai

pengembangan UMKM sektor perikanan yang dilakukan Dinas

Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta.


17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

a. Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang

UMKM, usaha mikro, kecil, dan menengah adalah suatu entitas milik

pribadi atau badan usaha dengan jumlah asett tertentu yang berdiri

sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dari perusahaan lain. terdapat Kriteria yang memberikan pengertian

terhadap UMKM yaitu ;

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi Kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dalam Undang-undang ini.


18

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha

besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Kriteria Usaha Mikro

Usaha Mikro memiliki kriteria yang telah diatur sebagaimana

dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah, yaitu:25

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

25
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
19

Kriteria Usaha Kecil

Adapun kriteria Usaha Kecil berdasarkan Undang No 20 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai

berikut:26

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Menengah

Adapun kriteria Usaha Menengah telah diatur berdasarkan

Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah adalah sebagai berikut;27

1) Memiliki kekayaan bersih laba dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

26
Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
27
Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
20

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

c. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan

Dalam UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah terdapat prinsip mengenai pemberdayaan UMKM,

adapaun prinsip pemberdayaan UMKM adalah ;28

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan

Usaha Mikro, Kecil, dan Meengah untuk berkarya dengan

prakasa sendiri;

b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan

berkeadilan;

c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi

pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, kecil dan

Menengah;

d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

secara terpadu.

Adapun tujuan dari pemberdayaan UMKM juga telah

dituangkan dalam UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil

dan Menengah yaitu:29


28
Pasal 4 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
29
Pasal 5 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
21

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang dan berkeadilan;

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri;

dan

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

2. Tinjauan Umum tentang Perikanan

a. Definisi dan Ruang lingkup Perikanan

Berdasarkan UU Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas

UU nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang dimaksud dengan

perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya

mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan

pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. 30

Adapun ruang lingkup dari kegiatan usaha perikanan tidak hanya

memproduksi ikan saja (on Farm), akan tetapi terdapat kegiatan lain

seperti pengadaan sarana dan prasarana produksi, pengolahan,

Republik Indonesia Nomor 4866).


30
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073).
22

pemasaran, permodalan, riset dan pengembangan, perundang-

undangan, serta faktor usaha pendukung lainnya.

b. Jenis Usaha Perikanan

Berdasarkan kegiatan usahanya usaha perikanan dapat dibagi

menjadi tiga jenis usaha antara lain:

1. Penangkapan

Penangkapan ikan adalah kegiatan usaha untuk memperoleh ikan

di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat

atau cara apapun , termasuk kegiatan yang menggunakan kapal

untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,

menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.31

2. Pembudidayaan Ikan

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara,

membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen

hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan

yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau

mengawetkannya.32

3. Pengelolaan perikanan

31
Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073).
32
Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073).
23

Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses

yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis,

perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber

daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari

peraturan perundang-undangan dibidang perikanan, yang

dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan

untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati

perairan dan tujuan yang telah disepakati.33

3. Tinjauan Umum tentang Tanggung Jawab

a. Definisi dan Pengertian Pertanggungjawaban Hukum

Tanggung jawab dalam kamus Bahasa indonesia memiliki arti

yaitu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi

apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkirakan, dan

sebagainya),34 sedangkan bertanggung jawab berarti 1) berkewajiban

menanggung segala sesuatunya, memikul tanggung jawab, 2)

menanggung segala sesuatunya.

Pengertian tanggung jawab, dalam Kamus Hukum adalah suatu

keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah

diwajibabkan kepadanya.35 Menurut hukum tanggung jawab adalah

suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seseorang tentang

33
Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073).
34
Cecep Triwibowo, Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit, Medika, Yogyakarta, 2012, hlm. 63-
64
35
Andi Hamzah, 2005, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 70
24

perbuatanya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam

melakukan suatu perbuatan.36 Kemudian menurut pendapat Titik

Triwulan, Pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal

yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seseorang untuk

menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang mewajibkan hukum

orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya.37

b. Teori Tanggung Jawab

Menurut Abdulkadir Muhammad, teori tanggung jawab dalam

perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa

teori, yaitu:38

1. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan dengan sengaja (international tort liability), tergugat

harus sudah melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga

merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa yang

dilakukan tergugat akan mengakibatkan kerugian.

2. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan karena kelalaian (negligence tort liability), didasarkan

pada konsep kesalahan (Concept of fault) yang berkaitan dengan

moral dan hukum yang sudah bercampur baur (intermingled0.

3. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum

tanpa mempersoalkan kesalahan (strict liability), didasarkan pada

36
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,hlm 45
37
Titik Triwulan dan Shinta febrian, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi Pustaka,
Jakarta, hlm. 48
38
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010, hlm 503.
25

perbuatannya baik secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya

meskipun bukan kesalahannya tetap bertanggungjawab atas

kerugian yang timbul akibat perbuatanya.

c. Unsur Tanggung Jawab

W.B. Van der Mijn mengemukakan tiga unsur dari tanggung

jawab, yaitu :39

1. Culpability (adanya kelalaian yang dapat dipersalahkan)

2. Damages (adanya kerugian)

3. Causal Relationship (adanya hubungan kausal)

d. Jenis-Jenis Pertanggungjawaban

Tanggung jawab hukum dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang terikat secara hukum untuk melaksanakan sesuatu

atas tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang

bertentangan dengan undang-undang. Tanggung jawab hukum dapat

berupa tanggung jawab keperdataan, tanggung jawab pidana, dan

tanggung jawab administrasi.

4. Tinjauan Umum tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Pengaturan mengenai perjanjian di Indonesia diatur di Buku III

KUHPerdata tentang perikatan dalam Pasal 1313, yang menyebutkan

bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

39
J. Guwandi, 1994, Kelalaian Medik, FKUI, Jakarta,hlm. 36
26

Selain pengertian perjanjian menurut KUHPerdata, terdapat juga

pengertian pengertian perjanjian menurut ahli hukum. Berikut adalah

beberapa pendapat mengenai perjanjian menurut ahli hukum, antara

lain:

a. Sudikno Mertokusumo

Perjanjian adalah “Perbuatan hukum yang berisi dua pihak

atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan

akibat hukum”.40

b. Subekti

Perjanjian adalah “ suatu peristiwa dimana seseorang

berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.41

c. R. Setiawan

Perjanjian adalah “ Suatu Perbuatan hukum, dimana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.42

40
Sudikno Mertokusumo, 2000, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, hlm.
110
41
R. Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, hlm 1
42
R. Setiawan, 1987, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, hlm. 49
27

b. Asas- Asas Hukum Perjanjian

Asas hukum merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak,

atau merupakan latar belakang dari peraturan konkrit, yang terdapat

dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam

peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan

hukum positif dan ditemukan dalam peraturan yang bersifat konkrit. 43

Terdapat asas-asas hukum dalam suatu perjanjian menurut

Kuhperdata diantaranya yaitu ;

a. Asas Konsensualisme (Principle of Consensualism)

Asas konsensualisme diatur dalam Pasal 1338 ayat (1)

KUHperdata jo. Pasal 1320 KUHperdata

b. Asas kebebasan Berkontrak

Salah satu asas dalam hukum kontrak adalah asas kebebasan

berkontrak. Para pihak bebas membuat dan mengatur sendiri

isi kontrak tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai

berikut44:

1) Memenuhi syarat sebagai kontrak;

2) Tidak dilarang oleh Undang-undang;

3) Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku;

Secara umum kalangan ilmuwan hukum menghubungkan

dan memperlakukan ketentuan sebagaimana diatur dalam

Pasal 1320 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata tersebut


43
Sudikno Mertokusumo, 2010, Penemuan Hukum, Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta, hlm. 7.
44
Munir Fuady, 2007, Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 33.
28

sebagai asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian.

45

c. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas ini lahir akibat dari Pasal 1338 KUHPerdata “Pada

dasarnya seseorang tidak dapat mengakibatkan dirinya untuk

kepentingan maupun kerugian pihak ketiga, kecuali dalam

hal terjadinya peristiwa penanggungan ini, berarti perjanjian

yang dibuat oleh para pihak tersebut, demi hukum hanya

akan mengikat para pihak yang membuatnya.” 46

d. Asas itikad baik

Asas itikad baik dapat kita temukan dalam rumusan Pasal

1338 ayat (3) KUHPerdata yang menyebutkan bahwa

perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik. Terpenuhinya

syarat sahnya perjanjian tidak begitu saja menghilangkan

hak dari salah satu pihak dalam perjanjian untuk tetap

meminta pembatalan dalam hal perjanjian telah dilaksanakan

tidak dengan itikad baik pihak lainnya dalam perjanjian47

e. Asas Kepribadian

Mengenai asas kepribadian dapat kita temukan dalam Pasal

1315 KUHperdata yaitu “padaumumnya tak seorang dapat

mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta

ditetapkanya suatu janji dari daripada untuk dirinya sendiri.”


45
I.G. Rai Widjaja, 2003, Merancang Suatu Kontrak, Kesaint Blanc, Jakarta, hlm. 84.
46
I.G Rai Widjaja, ibid.
47
I.G. Rai Widjaja, ibid..
29

Dari asas ini timbul bahwa suatu perjanjian mengikat bagi

para pihak yang mengadakan perjanjian dan tidak mengikat

bagi orang lain yang tidak terlibat dalam perjanjian.48

c. Syarat sahnya Perjanjian

Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian adalah

sah apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Kesepakatan

Kesepakatan ialah sepakatnya para pihakyang mengikatkan

diri, artinya kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus

mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri,

dan kemauan itu harus dinyatakan dengan tegas atau secara

diam. Dengan demikian, suatu perjanjian itu tidak sah

apabila dibuat atau didasarkan kepada paksaan, penipuan

atau kekhilafan.

b. Kecakapan

Kecakapan adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu

perjanjian. Menurut hukum, kecakapan termasuk

kewenangan untuk melakukan tindakan hukum pada

umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap

untuk membuat perjanjian kecuali orang-orang yang

menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap. Adapun

orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian adalah

48
Djohari Santoso dan Achmad Ali, 1989, Hukum Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, hlm. 48-49
30

orang-orang yang belum dewasa , orang yang dibawah

pengampuan dan perempuan yang telah kawin.49

c. Suatu Hal Tertentu

Menurut KUH Perdata hal tertentu adalah :

1. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan dalam suatu

perjanjian adalah harus suatu hal atau barang yang cukup

jelas atau tertentu yakni paling sedikit ditentukan

jenisnya (Pasal 1333 KUH Perdata);

2. Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja

yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian (Pasal 1332

KUH Perdata);

3. Barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari

dapat menjadi pokok suatu perjanjian (Pasal 1334 KUH

Perdata)

Pada pokoknya bahwa dalam perjanjian haruslah

mempunyai obyek (bepaald onderwerp) tertentu, sekurang-

kurangnya dapat ditentukan bahwa objek tertentu itu dapat

berupa benda yang sekarang ada dan nanti akan ada.50

d. Suatu Sebab Yang Halal

Syarat sahnya perjanjian yang terakhir adalah suatu sebab

yang halal. Sebab (bahasa Belanda oorzaak, bahasa Latin

49
R. Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan (Pedoman Pembuatan dan Aplikasi Hukum), Alumni
Bandung, Bandung, 1999, hlm 12.
50
Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 79
31

causa) dari suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu

sendiri.51 Setiap perjanjian harus membuat sebab yang halal,

artinya sebab tersebut diperbolehkan oleh undang-undang.

Suatu sebab dikatakan terlarang apabila sebab tersebut

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, atau

ketertiban umum. Apabila sebab tersebut didasarkan pada

tiga hal tersebut, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.

Syarat yang pertama dan kedua disebut sebagai syarat

subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya

yang mengadakan perjanjian, sedangkan 2 (dua) syarat yang

terakhir dinamakan syarat objektif, karena mengenai

perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang

dilakukan itu.52

d. Unsur-Unsur Perjanjian

Unsur-unsur yang terdapat dalam perjanjian yaitu :53

a. Unsur Esensialia

Unsur mutlak dalam perjanjian karena jika tidak ada unsur

ini maka perjanjian tidak mungkin ada

b. Unsur Naturalia

Unsur yang tidak diperjanjikan secara khusus tetapi dengan

sendirinya dianggap telah ada karena sifatnya yang melekat

51
R. Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, PT.Intermasa, Jakarta, hlm 27
52
R. Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, hlm. 17
53
Much. Nurachmad, 2010, Buku Pintar Memahami dan Membuat Surat Perjanjian, Visimedia,
Jakarta, hlm. 20
32

dalam perjanjian. Unsur ini diatur dalam Undang-Undang

dan dapat diatur lain oleh pihak dalam perjanjian.

c. Unsur Accidentalia

Unsur ini termuat tegas dalam perjanjian karena undang-

undang tidak mengatur tentang hal tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, metodologi berperan untuk menambah kemampuan

para ilmuwan untuk melaksanakan penelitian secara lebih lengkap dan lebih

baik serta menjadi suatu unsur mutlak yang harus adadi dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan.54

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian hukum dengan judul “ Tinjauan Yuridis Tentang

Pelaksanaan Upaya Pengembangan Usaha, Mikro, Kecil, dan

Menengah Sektor Perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta”.


54
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta 2010, hlm 7
33

Dilihat dari segi jenisnya penelitian hukum yang dilakukan penulis ini

menggunakan pendekatan normatif empiris, di mana penulis akan

melakukan penelitian kepustakaan yuridis untuk memperoleh data

sekunder dan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer.

Penelitian Hukum normatif ataupenelitian hukum doktrinal adalah

penelitian yang mengkaji norma-norma yang berlaku meliputi Undang-

Undang yang mempunyai relevansi dengan permasalahan sebagai bahan

hukum sumbernya, sehingga menggunakan sumber data sekunder. 55

Sedangkan penelitian empiris atau penelitian empiris atau penelitian

non-doktrinal adalah penelitian hukum yang menggunakan data dari

sumber data primer.56

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

normatif empiris dalam Penelitian hukum ini dilakukan tidak hanya

dengan mengumpulkan data secara kepustakaan, tetapi juga diperoleh

dari hasil penelitian lapangan. Penelitian ini merujuk pada norma-

norma peraturan hukum yang berlaku (das sollen) yang berkaitan

dengan pengembangan UMKM, kemudian dibandingkan dengan

kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan (das sein) untuk dianalisa

menggunakan metode kualitatif dan disajikan dalam tulisan-tulisan

berbentuk Penulisan Hukum.

Dilihat dari segi sifatnya penelitian ini adalah penelitian yang

bersifat deskriptif, artinya Penelitian deskriptif adalah penelitian yang


55
Soerjono Soekonto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 14.
56
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmuji, ibid hal. 24.
34

dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

manusia atau gejala-gejala lainnya.57 Penelitian hukum deskriptif

berarti bahwa penulis menyajikan gambaran secara lengkap mengenai

objek penelitian hukum secara rinci dalam bentuk tulisan

Sifat penelitian ini adalah deskriptif karena penulis berusaha

untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan program kerja Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY yang dapat mengembangkan UMKM

sektor perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian, yaitu

penelitian kepustakan untuk mendapatkan data sekunder dan

penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer.

A. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan dan mempelajari data yang bersumber dari data

sekunder

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mencakup antara lain

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya.58 Untuk

memperoleh data sekunder penelitian hukum ini bahan hukum

yang digunakan adalah:


57
Sudikno Mertokusumo, 2009, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm
10
58
Ibid.
35

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang memiliki

kekuatan mengikat.59Bahan ini meliputi:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

b) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro Kecil, dan Menengah;

c) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tentang

Perikanan;

d) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011

tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial

yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja

Daerah

e) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 17/PERMEN-KP/2019 Tentang

Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan

Pengolahan

f) Peraturan Badan Pengawas Obat dam Makanan Nomor 27

Tahun 2017 Tentang Pendaftaran Pangan Olahan

59
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 31
36

g) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9

Tahun 2017 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan

Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil;

h) Peraturan Gubernur DIY Nomor 60 Tahun 2016 tentang

Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial

i) Peraturan Gubernur DIY Nomor 61 Tahun 2018 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata

Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, merupakan bahan hukum yang erat

hubungannya dengan bahan hukum primer serta memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer.60 tidak bersifat

mengikat tetapi dapat digunakan untuk membantu analisis

dalam penelitian ini. Bahan hukum sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini berupa buku-buku, seperti buku referensi

tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, tentang Perikanan,

dan buku lain yang terkait, makalah artikel-artikel yang dimuat

di majalah maupun internet, jurnal hukum, hasil penelitian

dibidang ilmu hukum yang relevan dengan penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan maupun petunjuk terhadap bahan hukum primer

60
Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metodologi Peneltian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm.
25
37

dan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Data Primer

B. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara terjun langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan memperoleh

data primer yaitu yang berkaitan dengan topik yang diteliti.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

utama yaitu dari perilaku warga masyarakat melalui penelitian

lapangan.61 Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui

penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara wawancara

terhadap narasumber ataupun responden yang dipilih dan dianggap

mengetahui masalah yang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil Lokasi Penelitian hukum ini di wilayah Daerah

Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Dinas Perikanan dan Kelautan

Daerah Istimewa Yogyakarta beralamat di Jl. Sagan No.III/4, Terban,

Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut karena, Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY mempunyai peranan dalam upaya

pengembangan UMKM sektor perikanan. Oleh karena itu, penulis ingin


61
Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI-Press, Jakarta, hlm 12
38

melakukan penelitian di lokasi tersebut untuk mengetahui sejauh mana

peran Dinas Kelautan dan Perikanan DIY dalam upaya pengembangan

UMKM sektor perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Subjek Penelitian

a. Narasumber

Narasumber adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang

berkaitan dengan permasalahan karena status, kewenangan atau

jabatannya tetapi dia tidak sebagai pelaku/orang yang mengalami suatu

peristiwa tersebut.62 Narasumber dalam penelitian hukum ini adalah

Rizky Septiana Widyaningtyas Dosen/Akademisi dari Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada, narasumber ini dipilih karena memiliki

pengetahuan mengenai pertanggungjawaban dalam pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah .

b. Responden

Responden adalah orang yang mengalami langsung peristiwa atau

gejala.63 Adapun pihak responden dalam penelitian hukum ini yaitu ;

Responden dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah

Istimewa Yogyakarta sebagai pihak pelaksana program yang membantu

pengembangan UMKM sektor perikanan.

i Bapak Sumbogo selaku selaku Kepala Seksi Pengolahan.

ii Bapak Bambang Suminto selaku Kepala Seksi Pemasaran.


62
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2012, Dualisme Penelitian Hukum, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hlm. 123
63
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Pusat Bahasa Depdiknas, Bandung, hlm. 227
39

iii Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan

Tangkap.

iv Bapak Yahya Hamidisna selaku staf pegawai Bidang Perikanan

Budidaya.

Responden dari perwakilan UMKM sektor perikanan yang

mendapat bantuan pengembangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Daerah Istimewa Yogyakarta

v Bapak Sugiyanto Ketua Pokdakan Mina Abadi.

vi Bapak Tiyo Sekretaris Kelompok Mina Tirtohargo.

vii Ibu Risa Nurohmah Ketua Kelompok Berkah Cerme.

viii Ibu Suratmi Ketua Kelompok Ngudi Rejeki.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh

informasi yang diperlukan oleh penulis memalui berbagai cara,

diantaranya:

a. Mewancarai responden dan narasumber yang memiliki

keterkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas penulis,

baik secara langsung (Face to face), melalui surat elektronik,

melalui telfon, maupun sarana komunikasi lainnya ;

b. Meminta salinan data atau dokumen yang berhubungan dengan

penelitian ; dan

c. Mempelajari dokumen maupun jurnal hukum yang berkaitan

dengan objek penelitian.


40

Alat yang digunakan oleh penulis dalam rangka mengumpulkan

data, yakni pedoman wawancara yang disusun dalam bentuk pertanyaan

pertanyaan yang berkaitan dengan informasi yang hendak diperoleh

sehubungan dengan permasalahan yang diteliti, alat rekam, dan alat

tulis.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dari penelitian

kepustakaan (data sekunder) adalah studi pustaka dengan mempelajari

dokumen atau literatur yang berkaitan dengan penelitian. Adapun teknik

yang digunakan dalam pengumpulan data dari penelitian lapangan (data

primer) adalah wawancara. Wawancara dilakukan terhadap subjek

penelitian untuk mengetahui bagaimana pelaksanan upaya

pengembangan UMKM yang bergerak di sektor perikanan yang

dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa

Yogyakarta .

5. Jalannya Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan untuk mengumpulkan bahan-bahan

yang diperlukan terdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut;

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis mempersiapkan dokumen-dokumen

maupun bahan-bahan yang diperlukanuntuk melaksanakan

penelitian. Dokumen-dokumen tersebut diantaranya surat izin

penelitian dari akademik untuk melaksanakan penelitian serta


41

menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada

responden dan narasumber.

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah dokumen-dokumen yang diperlukan untuk melakukan

di penelitian lapangan telah siap, penulis akan membuat janji

dengan responden dan narasumber untuk melakukan

wawancara dan data atau dokumen yang terkait. Setelah

mendapatkan data primer dari penelitian lapangan, penulis

melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan data

sekunder yang menunjang data-data primer yang telah

diperoleh dari lokasi penelitian.

6. Analisis Data

Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan

dianalisis secara kualitatif. Data yang telah terkumpul selanjutnya

dikelompokkan dan dipilah-pilah berdasarkan kualitas sesuai dengan

materi maupun sumbernya untuk selanjutnya dikaji secara sistematis

dan logis guna menjawab permasalahan yang diteliti. Terdapat 3 (tiga)

teknik dalam pengolahan data secara kualitatif, yaitu:64

a. Reduksi Data

Reduksi data dapat dimaknai sebagai sebuah proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

M Djunaid Ghony dan Fauzan Almanshur, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Media,
64

Yogyakarta, hlm. 308.


42

transformasi data “kasar” kemudian dilakukan pemilahan

terhadap data yang relevan dan tidak relevan.65

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.66

c. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah sebagai kegiatan

dari konfigurasi yang utuh, verifikasi adalah tinjauan ulang

pada catatan lapangan dengan menguji kebenaran data yang

ada.67 Kesimpulan pada penulisan hukum ini akan dilakukan

dengan metode deduktif yaitu menarik kesimpulan dari yang

umum kepada yang lebih khusus dan terperinci.68

65
Ibid.
66
Ibid.
67
Ibid.
68
Imron Mustofa, “Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran
Ilmiah”, Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Nomor 2 Volume 6, Juli-Desember 2016, hlm. 5.
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran dan Pelaksanaan Program Kerja Dinas Kelautan dan

Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta yang Dilakukan dalam

Upaya Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sektor

Perikanan

1. Profil dan Tugas Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa

Yogyakarta

A. Tugas Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta

Adapun tugas dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY menurut

peraturan Gubernur DIY Nomor 61 tahun 2018 adalah Dinas


44

mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan

pemerintah bidang kelautan dan perikanan.

B. Fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta

Untuk menjalankan tugasnya agar sesuai dengan tujuan maka, Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY mempunyai fungsi.69

a. penyusunan program kerja Dinas;

b. perumusan kebijakan teknis bidang kelautan dan perikanan;

c. pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana perikanan

budidaya;

d. pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana perikanan

tangkap;

e. pengembangan sarana dan prasarana pengolahan dan pemasaran

hasil perikanan;

f. pengembangan teknologi perikanan budidaya;

g. pengelolaan pelabuhan perikanan pantai;

h. perencanaan pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil;

i. penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan ruang laut;

j. pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana

pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan;

k. penerbitan rekomendasi izin penangkapan ikan;

69
Pasal 5 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 61 Tahun 2018 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan.
45

l. penerbitan rekomendasi izin budidaya ikan antar

Kabupaten/Kota dalam DIY;

m. penerbitan rekomendasi izin usaha pemasaran dan pengolahan

hasil perikanan;

n. perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan pengetahuan,

adat istiadat dan tradisi luhur bidang kelautan dan perikanan;

o. fasilitasi perlindungan nelayan, pembudidaya ikan, dan

petambak garam;

p. pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang kelautan

dan perikanan;

q. pelaksanaan kegiatan kesekretariatan;

r. pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan;

s. pemantauan, pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan

kebijakan bidang kelautan dan perikanan;

t. pelaksanaan koodinasi, pembinaan dan pengawasan urusan

pemerintahan bidang kelautan dan perikanan yang menjadi

kewenangan kabupaten/kota; dan

u. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai

tugas dan fungsi Dinas

C. Struktur Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah Istimewa

Yogyakarta.
46

Salah satu hal yang penting yang harus dimiliki setiap instansi

yaitu memiliki tata kelola kerja dan struktur organisasi yang baik.

Dengan adanya tata kelola dan struktur yang baik, maka akan

mempermudah dalam melaksanakan pekerjaan guna mencapai

tujuan yang diharapkan. Adapun pengertian dari struktur organisasi

adalah gambaran secara skematis tentang hubungan kerjasama

orang-orang yang terdapat pada suatu badan dalam lingkup kerja

dalam rangka mencapai suatu tujuan.70 Berikut adalah bagan dari

struktur organisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY.71

Tabel 2
Struktur Organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

70
Vini Vidyacarla, 2016, Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja/PHK Karena Pelanggaran
Ketentuan Peraturan Perusahaan Pada PT X (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta, Skripsi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 69
71
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 61 Tahun 2018
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan
Perikanan.
47

Sumber : Data Sekunder https://dislautkan.jogjaprov.go.id

Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 61 Tahun 2018 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan dan

Nomor 97 Tahun 2018 Tentang Pembentukan, Susunan Organisas,

Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas

Kelautan dan Perikanan, berikut adalah struktur organisasi Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, terdiri atas :

1. Sub Bagian Program;

2. Sub Bagian Keuangan; dan

3. Sub Bagian Umum

c. Bidang Perikanan Budidaya, terdiri atas;

1. Seksi Teknis Perikanan Budidaya; dan

2. Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya

d. Bidang Perikanan Tangkap, terdiri atas;

1. Seksi Teknis Perikanan Tangkap; dan

2. Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

e. Bidang Pengolahan dan Pemasaran hasil Perikanan, terdiri

atas;

1. Seksi Pengolahan Hasil Perikanan; dan

2. Seksi Pemasaran Hasil Perikanan.


48

f. Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan terdiri atas ;

1. Seksi Pendayagunaan Laut dan Pesisir; dan

2. Seksi Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

g. Unit PelaksanaTeknis; dan

h. Jabatan Fungsional

D. Program kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa

Yogyakarta.72

1. Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya antara lain ;

a. Pelatihan budidaya perikanan

b. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan budidaya

c. Pendampingan kelembagaan perikanan budidaya

d. Pendampingan standararisasi dan sertifikasi perikanan

budidaya

2. Peningkatan Produksi Perikanan tangkap

a. pelatihan perikanan tangkap bagi nelayan

b. pengembangan sarana prasarana perikanan tangkap

c. pendampingan kelembagaan nelayan

d. pendampingan standarisasi dan sertifikasi perikanan

tangkap

3. Pengolahan dan pemasaran produksi perikanan

a. pelatihan pengolahan dan pemasaran produk perikanan

b. kampanye/sosialisasi memasyarakatkan makan ikan


72
RENSTRA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DIY 2017-2022
49

c. pengembangan sarana prasarana pengolahan dan pemasaran

hasil perikanan

d. pendampingan kelembagaan pengolah dan pemasar

e. pengujian mutu hasil perikanan

f. pendampingan standarisasi dan sertifikasi pengolahan dan

pemasaran hasil perikanan

4. Pengembangan Perbenihan Perikanan Budidaya

a. Pengembangan sarana prasarana perbenihan perikanan

b. pengendalian penyakit ikan

c. standarisasi dan sertifikasi perbenihan perikanan budidaya

5. Pengelolaan Pelabuhan

a. pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana pelabuhan

perikanan (pemeliharaan dan pengembangan fasilitas

pokok, fungsional dan pendukung pelabuhan)

b. Pembinaan pengelolaan pelabuhan (sosialisasi; pelatihan

bimtek, fasilitasi; jasa kepelabuhan, pemanfaatan lahan dan

usaha, pembinaan mutu, pengolahan, pemasaran,distribusi

hasil tangkapan, dan perkarantinaan.

c. Pelayanan pelabuhan (penerbitan surat persetujuan berlayar,

penerbitan Surat Tanda Bukti Lapor, SKA,fasilitasi

perijinan kapal, tambat labuh, inspeksi pembongkaran ikan,

perbekalan, navigasi, pemanfaatan lahan dan usaha,

pelayanan jasa kepelabuhan)


50

6. Konservasi Ekosistem dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan

dan Perikanan ;

a. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya kelautan dan

perikanan.

b. Pembinaan pengelolaan sumberdaya kelautan,perikanan dan

pesisir.

c. Pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan

perikanan di darat maupun laut.

2. Pelaksanaan Program Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY dalam melaksankan program

kerja berkaitan penumbuhan dan pengembangan usaha perikanan,

membagi menjadi 2 (dua) tingkat pelatihan yakni73 ;

- Pelatihan Tingkat Pemula

Tingkat pemula adalah para pelaku usaha perikanan baik itu

pengolah, pembudidaya atau perikanan tangkap yang baru

memulai menjalankan usahanya atau yang termasuk kategori

Mikro usaha, pelatihan tingkat pemula dilakukan secara

berkelompok. Tujuan dari pelatihan tingkat pemula adalah

73
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
51

membina masyarakat awam untuk meningkatkan konsumsi

makan ikan dan menambah pendapatan ekonomi melalui

penumbuhan kegiatan usaha perikanan, dalam pelaksanaannya

dilakukan secara berkelompok.

- Pelatihan Tingkat Madya

Tingkat Madya adalah pelaku usaha perikanan yang sudah

memiliki dan telah menjalankan usahanya namun belum cukup

besar, sehingga perlu diberikan pembinaan dan pembimbingan.

Tujuan dari pelatihan tingkat madya adalah memberikan

pembinaan dan pembimbingan kepada pelaku usaha perikanan

agar lebih berkembang dan menjadi besar, dalam pelaksanaanya

dilakukan secara berkelompok dan kebanyakan dari pelaku

usaha perikanan tingkat pemula binaan Dinas Perikanan dan

Kelautan DIY yang usahanya mulai berkembang dan naik

tingkat menjadi tingkat madya.

Berikut adalah pelaksanaan program kerja Dinas Kelautan dan

Perikanan yang membantu penumbuhan dan pengembangan UMKM

sektor perikanan berdasarkan hasil penelitian di lapangan ;

1. Pada Bidang Pengelolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.

Berkaitan dengan struktur organisasi pada Bidang Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanann DIY

dibagi menjadi 2 (dua) Seksi yaitu Seksi pengolahan hasil perikanan

dan Seksi Pemasaran Hasil Perikanan.


52

A. Seksi Pengolahan Hasil Perikanan

Pada Seksi Pengolahan hasil perikanan program kerja yang ada

dimaksudkan untuk membantu UMKM pengolah perikanan untuk

melakukan pengembangan usahanya agar naik kelas dari pemula

menjadi pengolah yang berkembang dan besar. Bentuk dari program

seksi pengolahan adalah adanya pembinaan dan pembimbingan

yang bersifat teknis maupun administratif kepada pelaku UMKM

perikanan yang melakukan usaha pengolahan perikanan. Pada

pelaksanaanya seksi pengolahan hasil perikanan akan membina dan

membimbing proses produksi suatu produk.74

Pembinaan dan pembimbingan yang dilakukan oleh Seksi

Pengolahan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY bersifat 2 (dua)

aspek yaitu ;

1. Aspek Teknis

Dalam aspek teknis ini pembinaan dan pembimbingan yang

diberikan dinas dalam bentuk pelatihan kepada para pemilik usaha

dalam hal ini UMKM yang mempunyai produk pengolahan

perikanan. Bentuk pelatihan yang diberikan berkaitan erat secara

teknis terhadap proses produksi produk, bentuk pelatihan tersebut

seperti ;

a. Pelatihan Pembuatan Olahan Produk Perikanan

74
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
53

Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

mengadakan Pelatihan Pembuatan Produk Perikanan dengan

pesertanya berasal dari Kabupaten/Kota seluruh DIY. Pelatihan

dilaksanakan melalui pemberian materi oleh narasumber/instruktur

dari Akademisi, Praktisi, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY,

Pelaku Usaha Perikanan, dan Tim Penggerak PKK. peserta

diberikan pelatihan cara mengolah berbagai jenis ikan seperti ikan

tuna, lele, nila dan udang menjadi lele furai, kaki naga, nuget ikan

kukus, siomay ikan, amplang, dan aneka olahan ikan kering selama

dua hari yang salah satu tempatnya di Laboratorium Teknologi

Pengolahan Ikan, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian UGM.

Selain pelatihan mengikuti demo praktek pengolahan tersebut

terdapat pelatihan pengolahan dengan melakukan kunjungan ke

tempat usaha pengolahan yang ada contohnya usaha pembuatan

otak-otak bandeng di Fania Food yang beralamat di Rejowinangun,

Kotagede, Yogyakarta dan pengolahan belut goreng di Citra Rasa

yang beralamat di Seyegan, Kabupaten Sleman.75

b. Alih Teknologi Informasi (ATI)

Seksi Pengolahan Dinas Perikanan dan Kelautan DIY memiliki

program yang berkaitan langsung dengan pelatihan pengolahan

yaitu program Alih Teknologi Informasi (ATI). Tujuan program ini

adalah menyampaikan informasi terkait dengan berbagai hal

75
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
54

mengenai ikan utamanya mengenai manfaat makan ikan serta cara

penanganan dan pengolahan ikan yang baik ke masyarakat. bentuk

pelaksanaan program ini adalah kampanye makan ikan dengan

disertai demonstrasi dan praktek mengolah aneka macam olahan

ikan, sehingga diharapkan dapat mendorong wirausaha baru yang

bergerak pada pengolahan perikanan. Sasaran pesertanya adalah

ibu-ibu PKK di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta untuk tahun 2019 telah dilaksanakan 100

paket, satu paket terdiri 30 orang.76

2. Aspek Administratif

Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY selain

memberikan pembinaan dan pembimbingan dalam aspek teknis juga

memberikan pembinaan dan pembimbingan dalam aspek

administratif. Aspek administratif yang dimaksud adalah perizinan

atau sertifikat yang diperlukan untuk menjalankan atau untuk

mengembangkan suatu usaha tersebut. Untuk menjalankan usaha

produksi makanan atau minuman pelaku usaha harus memiliki izin

keamanan pangan termasuk bagi industri rumah tangga yang

kebanyakan adalah UMKM. Izin keamanan produk untuk industri

kecil disebut dengan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (SPP-IRT) yang diatur dalam Peraturan Badan Pengawas

76
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
55

Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.77

Adapaun selain SPP-IRT khusus untuk usaha yang bergerak pada

bidang pengolahan perikanan terutama bagi produk olahan dalam

bentuk kemasan juga wajib memiliki Sertifikat Kelayakan

Pengolahan (SKP), hal tersebut merupakan amanat dari UU No. 31

Tahun 2004  jo UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikaann.

Persyaratan untuk mendapatkan SKP pelaku usaha harus mempunyai

Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang telah menerapkan Good

Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating

Procedure (SSOP), Adapun tata cara untuk mendapatkan SKP diatur

dalam Permen KP No.17 tahun 2019 tentang Persyaratan dan Tata

Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan.

Tabel 3
Alur Pendaftaran SKP

77
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
56

Sumber : Data Sekunder https://kkp.go.id

Persyaratan yang harus dimiliki untuk memperoleh rekomendasi

kelayakan pengolahan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi,

adalah :

 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) (khusus UPI skala mikro


kecil, IUP dan SIUP dapat diganti dengan surat keterangan dari
kelurahan atau kantor desa);
 Identitas pemohon;
 Akte pendirian industri pengolahan ikan bagi perusahaan;
 Perjanjian sewa menyewa untuk UPI yang melakukan
penyewaan minimal dengan jangka waktu 2 tahun;
 Surat pernyataan melakukan proses produksi secara aktif;
 Bukti kepemilikan atau menguasai tempat dan fasilitas untuk
penanganan, pengolahan, pengemasan, dan/atau penyimpanan;
57

 Dokumen panduan mutu Cara Pengolahan Ikan yang Baik dan


Prosedur Operasi Sanitasi Standar; dan
 Fotokopi Sertifikat Pengolah Ikan (SPI) atau sertifikat
keterampilan di bidang keamanan pangan yang setara yang
dimiliki oleh penanggung jawab mutu

Persyaratan yang harus dimiliki dalam membuat SKP kepada

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan,

yaitu :

 Identitas Pemohon
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 SPT 2 tahun terakhir
 Akte pendirian industri pengolahan ikan bagi perusahaan (tidak
wajib bagi Usaha Mikro Kecil)
 Rekomendasi kelayakan pengolahan dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi
Dalam prosedur penerbitan SKP pengurusan dilakukan melalui 2

(dua) tahap yakni tingkat provinsi oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan provinsi dan tingkat pusat oleh Dirjen Penguatan Daya

Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Peran Dinas Kelautan dan

Perikanan provinsi cukup besar dalam penerbitan SKP yakni

melakukan pengecekan persyaratan dan memastikan dokumen telah

sesuai, dan apabila belum memenuhi syarat maka akan dilakukan

pembinaan untuk perbaikan.78 Apabila telah memenuhi syarat akan

diberikan rekomendasi kelayakan pengolahan, dan kemudian

78
Pasal 8 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/PERMEN-
KP/2019 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan.
58

diberikan tembusan ke Dirjen Penguatan Daya Saing Produk

Kelautan dan Perikanan untuk proses penerbitan SKP.79

Adapun selain izin atau sertifikat yang telah disebutkan di atas

masih banyak izin atau sertifikat yang lain seperti, sertifikat halal,

Izin Edar BPOM dan standar SNI. Terkait kepemilikan izin edar

disesuaikan dengan jenis dan besaran usaha contoh penerapanya

terkait Izin Edar disebutkan bahwa setiap pangan olahan yang

diproduksi di dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan

dalam kemasan eceran wajib memiliki Izin Edar.80 Namun, dalam

penerapannya tidak semua wajib memiliki izin edar terdapat

pengecualian yaitu pangan olahan yang diproduksi oleh industri

rumah tangga pangan dan pangan olahan yang mempunyai masa

simpan kurang dari 7 (tujuh) hari.81

Berkaitan dengan aspek administratif masih banyak pelaku usaha

yang masih awam dan kurang mengerti, sehingga pada praktiknya

masih mengalami kesulitan. Oleh karena itu Peran Dinas Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY Bidang Pengolahan dan Pemasaran

sangat diperlukan yakni melalui program kerja untuk memberikan

sosialisasi dan bimbingan terkait pengurusan izin dan sertifikat yang

diperlukan dalam menjalankan usaha, hal ini dapat membantu


79
Pasal 10 ayat 8 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
17/PERMEN-KP/2019 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan
Pengolahan.
80
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Badan Pengawas Obat dam Makanan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pendaftaran Pangan Olahan
81
Pasal 3 ayat 1 Peraturan Badan Pengawas Obat dam Makanan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pendaftaran Pangan Olahan
59

UMKM binaan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mendapat izin

maupun sertifikat yang diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha.

B. Seksi Pemasaran Hasil Perikanan

Progam kerja yang dijalankan Seksi Pemasaran Hasil Perikanan

merupakan lanjutan dari program kerja Seksi Pengolahan hasil

perikanan, program kerja tersebut berkaitan dengan pemasaran

produk pengolahan perikanan. Tugas pokok seksi ini adalah

membantu mempromosikan dan memasarkan produk olahan

perikanan UMKM binaan, agar dapat bersaing dengan produk lain

dan diterima di pasar.82 Selain itu tugas pokok lainnya adalah

mempromosikan untuk meningkatkan konsumsi makan ikan di DIY,

hal ini karena konsumsi per/kapita DIY yang terbilang terendah

secara nasional.83 Bentuk dari program seksi pemasaran adalah

adanya pembinaan dan pembimbingan kepada pelaku UMKM

pengolah perikanan berkaitan dengan pemasaran produk. Dalam

pelaksanaan program kerjanya seksi pengolahan hasil perikanan

akan memberikan pembinaan dan pembimbingan mulai dari akses

pendanaan hingga pemasarannya.84

Pembinaan dan pembimbingan yang dilakukan oleh Seksi

Pemasaran Dinas Kelautan dan Perikanan DIY adalah memberikan


82
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
83
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
84
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
60

pelatihan dan pendampingan kepada UMKM binaan yang

mempunyai produk usaha pengolahan perikanan. Bentuk pelatihan

yang diberikan seperti ;

a. Pelatihan Pengemasan Produk

Seksi Pemasaran Dinas Kelautan dan Perikanan DIY juga

mempunyai program yang berkaitan secara teknis dalam proses

pemasaran yakni pelatihan pengemasan produk. Tujuan pelatihan

tersebut tentu agar produk olahan mempunyai kemasan yang baik,

sehingga dapat menarik konsumen di pasar. Peserta pelatihan

pengemesan produk ini adalah kelompok usaha pengolahan

perikanan yang telah melaksanakan kegiatan produksi dan

kelompoknya telah teregistrasi pada Dinas Perikanan terkait di

Kabupaten/Kota.85

b. Pelatihan Pemasaran Melalui E-commerce

Di era digital seperti ini terdapat perubahan pola konsumsi

masyarakat, dari sebelumnya yang masih menggunakan metode

konvensional yaitu membeli produk secara langsung menjadi serba

digital yakni melalui e-commerce. UMKM juga harus beradaptasi

terhadap perubahan pola konsumsi tersebut, untuk itulah Seksi

85
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
61

Pemasaran perikanan memberikan bimbingan dan pelatihan

pemasaran melalui e-commerce.86

c. Pelatihan Penyusunan dan Pencatatan Laporan Keuangan yang

Baik

UMKM yang menjadi binaan Dinas Perikanan dan Kelautan

DIY diharapkan profesional dalam menjalankan usahanya,

termasuk dalam hal manajemen yakni terkait dengan pencatatan

dan laporan keinginan. Untuk mewujudkan UMKM yang

profesional maka Dinas Perikanan dan Kelautan DIY juga

memberikan pelatihan terkait penyusunan dan pencatatan laporan

keuangan yang baik.87

d. Membantu Mengikutsertakan Pameran Produk Olahan

Perikanan

Adapun selain memberikan pelatihan Seksi Pemasaran juga

mempunyai program kerja yang berkaitan secara langsung dengan

pemasaran, yaitu pihak Dinas membantu untuk melakukan

pemasaran pada produk hasil pengolahan perikanan. Salah satu

cara untuk melakukan pemasaran yaitu dengan mengikutsertakan

pameran produk dari hasil UMKM binaan yang berkualitas dan

layak untuk mengikuti pameran.88

e. Membantu Mendapatkan Akses Pendanaan


86
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
87
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
88
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
62

Permasalahan dalam pengembangan suatu usaha adalah terkait

dengan modal, tidak terkecuali dalam usaha perikanan budidaya.

Banyak pelaku usaha yang masih kesulitan untuk mengakses modal

untuk pengembangan usaha. Peran Seksi Pemasaran adalah

membantu UMKM binaan untuk mendapatkan akses pendanaan

yaitu dengan membantu menghubungkan dengan pihak bank. Pihak

Dinas dalam menyelenggarakan suatu pelatihan atau pembinaan

biasanya juga menghadirkan narasumber dari pihak bank untuk

memberikan informasi terkait tata cara mendapatkan pinjaman

modal dari bank.89

f. Membantu Pemasaran Produk Olahan Perikanan

Dalam menjalankan usaha produksi olahan perikanan terdapat

hambatan yang dialami oleh pelaku usaha UMKM yakni berkaitan

dengan pemasaran produk. Hal ini tidak terlepas dari kecendrungan

yang hanya memfokuskan produksi tanpa diimbangi pemasaran

dan promosi, sebagai UMKM yang baru menjalankan usaha belum

banyak mengerti mengenai pemasaran dan promosi. Oleh karena

itu Seksi Pemasaran Dinas Kelautan dan Perikanan DIY membantu

pemasaran dan promosi produk UMKM binaanya seperti

membantu menghubungkan kepihak ketiga seperti toko, selain itu

juga Dinas untuk membantu pemasaran secara internal melalui

89
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
63

pemesan produk oalahan ikan untuk acara dinas ke UMKM

binaannya.90

Adapun selain memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan dan

pendampingan, Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Kelautan

dan Perikanan DIY juga memberikan bantuan hibah dalam bentuk

barang untuk memfasilitasi pengembangan usaha. Ada dua sumber

dana hibah yakni dari APBD dan APBN, untuk hibah yang berumber

dari APBN adalah Bedah Rumah Unit Pengolahan Ikan (UPI)

dibantu melalui dana Dana Alokasi Khusus (DAK) dana tersebut

berasal dari Pemerintah Pusat tetapi dalam penyalurannya melalui

Pemerintah Daerah. Terdapat perbedaan subyek penerima hibah,

yakni untuk hibah yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikan

DIY yang bersumber APBD penerima hibah hanya untuk kelompok.

Berbeda dengan hibah yang yang bersumber dari APBN untuk

penerima hibah Bedah Rumah Unit Pengolahan Ikan (UPI) ini dapat

diberikan kepada individu, dengan syarat sudah memiliki usaha unit

pengolahan ikan namun masih kurang layak dan belum memenuhi

standar Good Manufacturing Practies (GMP) dan Sanitation

Standart Operating Procedurs (SSOP). Unit Pengolahan Ikan

(UPI) harus memenuhi standar tersebut untuk bisa mendapatkan

Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP). Syarat untuk mendapatkan

hibah bantuan ini harus mengajukan proposal terlebih dahulu dan

90
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB
64

mempunyai Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang terpisah dari tempat

tinggal.91

2. Pada Bidang Perikanan Budidaya

Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

mempunyai program pokok kerja yang berkaitan dengan aspek

perikanann budidaya yang mencakup pemeliharaan dan

pengembangan ikan. Program kerja utamanya adalah memberikan

pembinaan dan pembimbingan baik dari segi teknis maupun

administratif pada pelaku usaha perikanaan budidaya.92

Perikanan budidaya dalam lingkup Dinas Perikanan dan Kelautan

DIY dibagi menjadi 2 (dua) segmen yaitu ikan konsumsi dan non

konsumsi. Ikan konsumsi adalah ikan yang menjadi komunitas

unggulan di jogja seperti ikan lele, nila, gurame, kemudian untuk

Ikan non konsumsi merupakan ikan hias seperti ikan cupang, koi,

lohan dll. Dalam pelaksanaan program kerja dibagi menjadi

beberapa kegiatan, ada yang bertujuan untuk peningkatan produksi

perikanan baik melalui stimulan berupa hibah bantuan pada

kelompok pembudidaya dan ada juga peningkatan Sumber Daya

Manusia melalui pelatihan.93

91
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
92
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
93
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
65

Berkaitan dengan struktur organisasi pada Bidang Perikanan

Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanann DIY dibagi menjadi 2

(dua) Seksi yaitu Seksi Teknis Perikanan Budidaya dan Seksi

pengembangan Usaha Perikanan Budidaya.

A. Seksi Teknis Perikanan Budidaya

Program kerja Seksi Teknis Perikanan Budidaya berkaitan erat

dengan teknis dari budidaya perikanan itu sendiri yakni mulai dari

pemberian pelatihan budidaya hingga penyesuaian standar regulasi

dan administrasi. Salah satu contohnya adalah mengenai

standararisasi dalam budidaya pembesaran ikan yang dibuktikan

dengan sertifikat Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara

Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) standarisasi tersebut dibuat oleh

pemerintah pusat, sertifkat tersebut merupakan tanda jaminan telah

terpenuhinya aspek lingkungan, mutu, gizi, kesehatan dan keamanan

pangan. Sertifikat CBIB dan CPIB merupakan jaminan kontrol

kualitas dari hulu sampai hilir, yakni dari penggunan air yang baku

mutunya sesuai, standar kolam yang sesuai, tata kolam yang baik,

penggunaan pakan yang sesuai yakni jika menggunakan pakan

pabrik harus teregistrasi dan jika menggunakan pakan mandiri harus

memenuhi standar kementerian yang telah ditentukan, dan

penggunaan benih ikan yang telah bersertifikat CPIB atau induk


66

yang telah memenuhi sertifikat Surat Keterangan Asal Ikan

(SKAI).94

Tujuan standar tersebut untuk melindungi pembudidaya sendiri

agar hasil ikan yang dibudidayakan mempunyai kualitas yang bagus,

selain itu sertifikat tersebut juga diperlukan untuk kegiatan jual-beli

terlebih untuk ikan yang akan dijual di luar negeri (ekspor) sertifikat

tersebut diperlukan sebagai syarat ekspor. Sertifikat tersebut juga

diperlukan sebagai syarat apabila ingin menjual ikan konsumsi di

tempat khusus, misalnya di super market atau toko retail. Tugas dari

Seksi Teknis Perikanan Budidaya adalah memberikan pendampingan

dan membantu pengurusan sertifikat, agar pembudidaya ikan

binaannya mempunyai sertifikat tersebut. 95

Kemudian tugas Seksi Teknis lainnya adalah memberikan

bimbingan dan pendampingan berkaitan dengan teknis mengenai

cara budidaya yang baik dan benar melalui pelatihan seperti cara

budidaya yang baik, cara pemilihan pakan yang baik, cara

penanganan penyakit dll. Pelatihan tersebut diberikan oleh orang

yang ahli dalam bidangnya, hal ini bertujuan untuk mendapatkan

hasil ikan yang baik dan menghasilkan bibit maupun benih unggul.

Dinas juga memberikan pendampingan kepada pembudidaya apabila

mendapat permasalahan seperti ikan terkena penyakit, yakni dengan

94
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
95
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
67

meminta konsultasi yang kemudian akan dibantu cara penanganan

penyakitnya.96

B. Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya

Program kerja Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya

merupakan tindak lanjut dari seksi teknis, yakni terkait

pengembangan usaha pembudidaya UMKM binaan. Tujuannya agar

usahanya menjadi lebih berkembang dan besar. Adapun program

kerja seksi pengembangan usaha perikanan budidaya diantaranya

sebagai berikut;

a. Membantu Mendapatkan Akses Pendanaan

Permasalahan dalam pengembangan suatu usaha adalah terkait

dengan modal, tidak terkecuali dalam usaha perikanan budidaya.

Banyak pelaku usaha yang masih kesulitan mendapatkan modal

untuk pengembangan usaha. Peran dari Seksi Pengembangan

Usaha Perikanan Budidaya memberikan pembinaan dan informasi

mendapatkan akses pendanaan (infromasi mengenai prosedur dan

syarat yang harus dipenuhi). Selain itu peran lainnya adalah

membantu mempertemukan antara pembudidaya dengan lembaga

keuangan baik bank maupun non bank seperti BPR dan Koperasi.

Selain itu Kementrian Kelautan dan Perikanan juga dapat

96
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
68

memberikan pinjaman modal usaha melalui Lembaga Pengelola

Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).97

b. Membantu Terbentuknya Kerjasama Kemitraan

Dalam usaha pembesaran ikan pelaku usaha terkadang kesulitan

untuk mendapatkan benih yang berkualitas dengan kuantitas yang

cukup, sementara itu Unit Pembenihan Rakyat (UPR) mengalami

kelebihan produksi dan kesulitan memasarkannya. Peran dari Seksi

Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya adalah sebagai media

untuk mempertemukan antara pelaku usaha pembesaran ikan

dengan Unit Pembenihan Rakyat (UPR), agar terjalin kerjasama

kemitraan antara pembudidaya dengan Unit Pembenihan Rakyat

(UPR).98

Kemudian contoh lainnya seperti kemitraan antara produsen

pakan mandiri dengan pembudidaya. Di Yogyakarta terdapat

produsen pakan mandiri yang terbuat dari bahan limbah ikan, baik

limbah ikan laut tangkapan atau ikan budidaya yang diolah menjadi

pakan ikan yang sudah diuji dan telah memenuhi syarat standar

dengan kandungan proksimat 25-32 %. Dinas Perikanan dan

Kelautan DIY membantu menghubungkan Produsen pakan mandiri

dengan kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) untuk

membuat perjanjian kerjasama.99


97
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
98
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
99
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
69

c. Bimbingan Pengembangan Usaha

Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya mempunyai

program yakni memberikan bimbingan dalam rangka

pengembangan usaha, seperti dalam usaha budidaya ikan hias dinas

memberikan bimbingan dan pelatihan teknis berkaitan manajemen

organisasi usaha. Pelaksanaan bimbingan dan pelatihan manajemen

usaha tersebut dilakukan secara berkelompok dengan mengundang

pelatih dan praktisi UMKM perikanan budidaya. Diharapkan

kelompok yang telah mendapat pelatihan dan bimbingan tersebut

dalam menjalankan usaha menjadi profesional yakni mengerti

pencatatan dan pembukuan keuangan, pembagian tugas kerja, dan

mengerti terkait pemasaran baik secara konvensional maupun

secara online, sehingga dapat usaha yang dijalankan dapat

berkembang menjadi lebih besar dan mampu menyerap tenaga

kerja.100

d. Mengadakan Kompetisi Kontes Ikan Hias

Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya juga

mempunyai program kerja yakni mengadakan kompetisi ikan hias.

Hal ini merupakan sebagai sarana komersial branding yang

diharapkan melalui kompetisi ikan hias dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap kualitas ikan hias pembudidaya

lokal. Kompetisi ikan hias diadakan skala tingkat nasional dengan 4

100
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
70

(empat) komoditas ikan hias yakni ikan guppy, louhan, cupang, dan

koki. Peran Seksi Pengembangan adalah mendorong kelompok

pembudidaya ikan hias binaanya untuk mengikuti kompetisi kontes

hias tersebut serta memberikan bantuan secara teknis dalam

pelaksanaan kompetisi tersebut seperti transportasi maupun

peralatan yang dibutuhkan.101

Adapun selain memberikan bimbingan secara teknis maupun

admnistratif dan kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya juga

memberikan bantuan hibah dalam bentuk barang untuk

memfasilitasi pengembangan usaha. Hibah dibagi menjadi 2 macam

yaitu hibah yang sifatnya bantuan pengembangan usaha kepada

kelompok budidaya perikanan pemula dan hibah kepada kelompok

budidaya perikanan madya atau lanjut. Hal yang membedakan hibah

kepada kelompok pemula dengan kelompok madya adalah dari segi

paketnya, untuk pemula biasanya lebih kecil. Sedangkan untuk yang

lanjutan paket lebih besar mulai dari kolam benih pakan probiotik,

molase obat-obatan. Untuk tingkat madya hibah yang diberikan

terdapat paket lengkap ,tetapi ada yang meminta hanya sesuai

kebutuhan yang dibutuhkan saja seperti sumur, kincir air untuk

kolam, dll.102

101
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
102
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
71

3. Bidang Perikanan Tangkap

Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

mempunyai tugas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi

perikanan yakni penangkapan ikan non budidaya baik di laut

maupun di perairan bebas lainnya. Berbicara mengenai perikanan

tangkap merupakan salah satu komoditas potensial di DIY yang

menjadi prioritas untuk dikembangkan, Dinas Perikanan Kelautan

dan Perikanan DIY sendiri mempunyai Renstra atau Rencana

Strategis yang menjabarkan visi misi Gubernur DIY salah satu visi

misi tersebut adalah mengembangkan perikanan tangkap di perairan

wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam menjalankan program

kerja harus mengacu pada Renstra atau Rencana Strategis Dinas

Perikanan Kelautan dan Perikanan DIY tersebut.103

Terkait struktur organisasi Bidang Perikanan Tangkap Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY dibagi menjadi 2 (dua) Seksi Teknis

Perikanan Tangkap dan Seksi Pengembangan Usaha Perikanan

Tangkap yang masing-masing dikepalai seksi.

A. Seksi Teknis Perikanan Tangkap

Seksi Teknis Perikanan Tangkap memberikan pelatihan secara

teknis yang berkaitan dengan penangkapan ikan seperti pelatihan

penggunan alat tangkap, pelatihan pengoperasian dan perawatan

kapal dll. Pelatihan diberikan melalui 2 (dua) metode yakni klasikal

103
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
72

dan praktik, pelatihan klasikal adalah pelatihan dengan memberikan

teori dan berlangsung di dalam ruangan contohnya terkait regulasi

seperti pengenalan macam alat tangkap apa saja yang diperbolehkan.

edangkan untuk pelatihan praktik sifatnya terapan dan diaplikasikan

secara langsung contohnya pelatihan permesinan dan bengkel.

Pelatihan yang diberikan dapat bekerjasama dengan institusi atau

lembaga pelatihan contoh kerjasama yang sudah terjalin dengan

Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Tegal (BPPP Tegal) yakni

badan pelatihan perikanan dibawah naungan Kementrian Kelautan

dan Perikanan.104

Seksi Perikanan Tangkap selain memberikan pelatihan teknis

juga mendorong peningkatan Sumber Daya Manusia, salah satunya

adalah melalui pelatihan Basic Safety Training (BST) dan memiliki

sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan (ANKAPIN) III  dan

Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) III. 105 Sertifikat

tersebut merupakan tanda kompetensi keahlian pelaut kapal

perikanan, yang juga merupakan syarat untuk mengoperasikan kapal

perikanan yang mempunyai Bobot 30–60 GT.106 Diharapkan dengan

memiliki sertifikat keahlian tersebut dapat digunakan untuk

meningkatkan produktifitasnya.

104
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
105
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
106
Kementrian Kelautan dan Perikanan, “ SUPM Pontianak Adakan Pelatihan BST-F dan
ANKAPIN dan ATKAPIN Tk. III” https://kkp.go.id/brsdm/artikel/5207-supm-pontianak-adakan-
pelatihan-bst-f-dan-ankapin-dan-atkapin-tk-iii, Diakses pada 21 Juni 2020.
73

Peran Seksi Teknis Perikanan Tangkap untuk mendukung

nelayan adalah dengan membantu pemenuhan alat tangkap seperti

kapal, perahu, atau alat tangkap lain. Dinas membantu pemenuhan

alat tangkap tersebut melalui prosedur Hibah, yang pelaksanaanya

oleh Seksi Teknis Perikanan Tangkap. Selain pemberian hibah dari

dana APBD Dinas juga membantu penyaluran hibah dari pusat

seperti hibah kapal 30 GT dari Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Pemberian bantuan hibah tidak bisa diberikan kepada perseorangan,

tetapi harus kelompok bersama dengan minimal 10 orang dan telah

terigistrasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota. Hal ini

datur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor

6/PER-DJPT/2019 tentang Petunjuk Teknis Penumbuhan dan

Pengembangan Kelompok Usaha Bersama.107

B. Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

Peran Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap adalah

memberikan pembinaan dan pendampingan yang tujuanya untuk

pengembangan usaha, berikut adalah beberapa perannya ;

a. Dukungan Penguatan Kelembagaan

107
Kementrian Kelautan dan Perikanan, “ SUPM Pontianak Adakan Pelatihan BST-F dan
ANKAPIN dan ATKAPIN Tk. III” https://kkp.go.id/brsdm/artikel/5207-supm-pontianak-adakan-
pelatihan-bst-f-dan-ankapin-dan-atkapin-tk-iii, Diakses pada 21 Juni 2020.
74

Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkapan memberikan

bimbingan dan pendampingan yang tujuanya adalah untuk

peguatan kelembagaan, salah satu contohnya adalah pada tahun

2019 Dinas melakukan studi banding ke tempat kelompok nelayan

yang lebih maju yakni di Cilacap. Peserta dari studi banding adalah

kelompok nelayan yang berasal dari DIY, tujuannya adalah untuk

belajar mengenai tata kelola organisasi kelembagaan yang lebih

baik yang diketahui hasilnya adalah dengan berkoperasi.108 Selain

itu dukungan yang diberikan adalah memberikan sosialisasi dan

pengarahan yang berkaitan dengan aspek perizinan contohnya

penerbitan Surat Izin Penengkapan Ikan (SIPI) dll, Dinas juga

mempunyai peran berkaitan dengan izin tertentu yakni memberikan

rekomendasi.109

b. Membantu Terbentuknya Kerjasama Kemitraan

Seksi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap membantu

pengembangan usaha salah satunya melalui kemitraan. Contohnya

terkadang nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah

namun hal tersebut menyebabkan kesulitan untuk menjual

semuanya secara langsung, sementara itu terdapat cold storage

yang salah satunya berada di Sanden Bantul. Peran Dinas adalah

sebagai media untuk menghubungkan antara nelayan dengan pihak

108
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
109
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
75

cold storage apabila terjadi kesepakatan hasil tangkapan yang

belum terjual bisa disimpan ke cold storage.110

c. Membantu Mendapatkan Akses Pendanaan dan Pemasaran

Seksi Usaha Perikanan Tangkap terkait pengembangan usaha

juga memberikan bimbingan yang berterkaitan dengan akses

pendanaan, yakni dengan membantu memberikan informasi dan

mempertemukan dengan lembaga keuangan baik bank maupun

BPR, atau koperasi.111

Seksi Usaha Perikanan Tangkap selain membantu akses

pendanaan, juga membantu berkaitan pemasaran hasil ikan yakni

baik membantu menghubungkan dengan pihak lain yang

membutuhkan bahan baku ikan seperti industri pengolah ikan. Di

lapangan terkadang Dinas turun tangan langsung ketika hasil

perikanan tangkap tidak terserap, seperti yang pernah terjadi ketika

panen ikan lingseng yang melimpah Dinas menawarkan ikan

tersebut ke internal Dinas Kelautan dan Perikanan DIY kemudian

apabila masih kurang ke lingkup Dinas DIY lainnya.112

Pelaksanaan program kerja Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

telah menjalankan amanat dari UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro Kecil dan Menengah yakni terkait ketentuan penumbuhan iklim


110
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
111
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
112
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
76

usaha. Berdasarkan UU tersebut penumbuhkan iklim usaha dapat

dilakukan dengan menetapkan peraturan dan kebijakan yang meliputi

aspek ; pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha,

kemitraan,perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan

dukungan kelembagaan.113

Dinas Kelautan dan Perikanan sebagaiman telah dijelaskan

sebelumnya memiliki program kerja yang berkaitan dengan akses

pendanaan, baik itu di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perikanan, Bidang Perikanan Budidaya, maupun Perikanan Tangkap.

Program yang dijalankan tersebut adalah membantu mendapatkan

akses pendanaan bagi pelaku usaha perikanan yang membutuhkan,

yakni dengan memberikan informasi atau menghubungkan ke pihak

Bank, BPR, dan Koperasi atau lembaga keuangan lainnya untuk

mendapatkan pendanaan. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 7 huruf a

yakni dalam hal penumbuhan iklim usaha Pemerintah Daerah dapat

menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang salah

satu meliputi aspek pendanaan.114

Ketentuan aspek pendanaan yang dijalankan oleh Dinas Kelautan

dan Perikanan DIY yakni Pasal 8 huruf a yakni pendanaan ditunjukan

untuk memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan


113
Pasal 7 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
114
Pasal 7 huruf a Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
77

lembaga keuangan bukan bank.115 Selain pasal tersebut juga telah

menjalankan ketentuan Pasal 8 huruf d yakni membantu pelaku

UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan

lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan

bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem

syariah dengan jaminan yang disediakan oleh pemerintah.

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY membantu UMKM perikanan

yang kekurangan modal untuk mendapatkan akses pendanaan baik di

Bank, Koperasi maupun lembaga keuangan lain yakni dengan

memberikan informasi atau mempertemukan dengan pihak terkait,

dalam praktiknya untuk pendanaan dari sumber bank Dinas biasanya

mengarahkan pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program

tersebut sesuai dengan ketentuan bab VII tentang pembiayaan dan

jaminan yakni Pasal 22 huruf d yang menyatakan dalam rangka

meningkatkan sumber pembiayaan UMKM dapat dilakukan

peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui

koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan

syariah.116

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY selain memberikan bantuan

untuk mempertemukan pihak UMKM dengan lembaga keuangan, juga

terlibat dalam pelaksanaan pemberian modal usaha yang bersumber


115
Pasal 8 huruf a Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
116
Pasal 22 huruf d Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
78

dari Badan layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha

Kelautan dan Perikanan (LPMUKP). LPMUKP adalah lembaga

pengelola modal usaha dibawah naungan Kementrian Kelautan dan

Perikanan DIY yang memberikan pinjaman lunak dengan biaya rendah

tanpa agunan. Peran Dinas adalah memberikan semacam rekomendasi

penerima modal pinjaman, hal ini membantu pelaku usaha mikro dan

kecil untuk mendapatkan pembiayaan dengan jaminan yang disediakan

pemerintah.117

Berkaitan program kerja mengenai akses pendanan Dinas Kelautan

dan Perikanan DIY selain menjalankan ketentuan pada UU UU No 20

Tahun 2008 tentang UMKM, program dinas tersebut juga telah

menjalankan ketentuan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2017 tentang

Pemberdayaan dan Perlindungan Industri kreatif, Koperasi dan Usaha

Kecil. Pemerintah Daerah dalam hal ini oleh Dinas melaksanakan

pemberdayaan usaha kecil salah satunya dalam bentuk fasilitas akses

pendanaan dan bantuan permodalan.118 Fasilitasi akses pendanaan dan

bantuan permodalan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY sesuai dengan Pasal 11 huruf a yakni memberikan

pendampingan antara pelaku Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha

Kecil dengan lembaga keuangan bank dan bukan bank.119

117
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
118
Pasal 8 huruf b Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
119
Pasal 11 huruf a Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
79

Berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2017 Pemerintah

Daerah dapat memberikan perlindungan usaha, salah satu bentuk

perlindungan usaha ini adalah iklim usaha yang kondisif. 120 Salah satu

bentuk penumbuhan iklim usaha yang kondusif yakni melalui aspek

pendanaan.121 Dinas Kelautan dan Perikanan DIY menjalankan

ketentuan mengenai penumbuhan iklim usaha yang kondusif melalui

aspek pendanaan yang diatur dalam Pasal 21 huruf a yakni

memberikan pendampingan untuk memperoleh akses pendanaan dan

Pasal 21 huruf d mempermudah akses informasi pendanaan.122

Sebagaimana telah dijelaskan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

mempunyai program terkait pendanaan, yakni dengan membantu

memberikan informasi dan menghubungkan mengenai akses

pendanaan. Salah satu akses pendanaan yang dimaksud adalah akses

dana bergulir dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan

Perikanan (LPMUKP) dibawah naungan Kementrian Kelautan dan

Perikanan, yang menyalurkan dana bergulir kepada nelayan dan

UMKM sektor perikanan. Program Dinas tersebut sesuai dengan

ketentuan Pasal 21 huruf c yakni memberikan fasilitasi informasi

penyediaan dana bergulir.123

120
Pasal 19 ayat 1 Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
121
Pasal 20 huruf a Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
122
Pasal 21 Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Pemberdayaan
dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.

123
Pasal 21 huruf Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
80

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY juga berperan menumbuhkan

iklim usaha melalui aspek saranan dan prasarana, salah satunya adalah

dengan mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan

mengembangkan pertumbuhan UMKM.124 Saat ini sedang proses

penyelesaian pembangunan pelabuhan Tanjung Adikarto yang berada

di Kulonprogo, setelah pelabuhan beroperasi Dinas Kelautan dan

Perikanan mempunyai rencana untuk membangun unit pengolahan

ikan berstandar internasional. Pembangunan prasarana yang dilakukan

oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY telah menjalankan ketentuan

Pasal 9 huruf a UU UMKM yakni penumbuhan iklim usaha melalui

sarana dan prasarana, pembangunan tersebut dapat membantu

pengembangan usaha pengolahan perikanan oleh UMKM.

Program pembangunan sarana dan prasarana tersebut juga sesuai

dengan ketentuan Perda No 9 Tahun 2017 Pasal 13 huruf e mengenai

pemberdayaan dalam bentuk fasilitasi saranan dan pra sarana, yakni

dalam bentuk fasilitasi dalam hal tempat penjualan/gerai secara

terklusterasi/terkelompok.125 Beroperasinya pelabuhan Tanjung

Adikarto dapat menjadi tempat penjualan perikanan secara

terkelompok.

124
Pasal 9 huruf a Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
125
Pasal 13 huruf e Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
81

Berkaitan dengan aspek kemitraan Dinas Kelautan dan Perikanan

DIY baik Bidang Pengolahan dan Pemasaran, Perikanan Budidaya dan

Perikanan Tangkap mempunyai program yang membantu UMKM

perikanan untuk mempertemukan pihak lain untuk dapat dijadikan

menjadi mitra usaha. Contohnya pada Bidang Pengolahan dan

Pemasaran, UMKM pengolah perikanan yang memiliki produk dibantu

dipertemukan dengan toko atau gerai agar dapat bermitra. Kemudian

pada Bidang Perikanan Budidaya terdapat pelaku usaha pembesaran

ikan yang dipertemukan dengan supplier benih ikan atau dipertemukan

supplier pakan mandiri yang tujuanya agar dapat bekerjasama mitra.

Pada Bidang Perikanan Tangkap juga membantu mempertemukan

antara nelayan dengan cold storage, hal ini dapat membantu untuk

menyimpankan ketika hasil tangkapan melimpah namun belum terjual.

Program Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan tersebut telah

menjalankan kententuan Pasal 13 UU UMKM mengenai penumbuhan

iklim usaha aspek kemitraan, yang tujuannya untuk ;126

a. Mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah

b. Mewujudakan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah

dan Usaha Besar.

126
Pasal 11 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
82

c. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan

dalam pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah

d. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan

dalam pelaksanaan transaksi usaha antara Usaha Mikro, Kecil,

Menengah dan Usaha Besar.

e. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

f. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin

tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi

konsumen; dan

g. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha

oleh perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menegah.

Program Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan DIY yang berkaitan

dengan aspek kemitraan tersebut, selain menjalankan ketentuan UU

UMKM juga menjalankan ketentuan Pasal 15 huruf a Perda No 9

Tahun 2017 yang menyatakan Pemerintah Daerah melaksanakan

pemberdayaan usaha kecil melalui fasilitisasi pemasaran dengan

kemudahan untuk menjalin kemitraan usaha dengan usaha menengah

dan besar.127 Program tersebut juga sesuai dengan ketentuan Pasal 27

ayat 2 huruf c yakni dalam melaksanakan pengaturan tata niaga salah

127
Pasal 15 huruf a Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
83

satunya dengan melakukan upaya menghubungkan penyedia bahan

baku dengan pelaku usaha kecil.128 Salah satu Program kerja Bidang

Perikanan Budidaya adalah membantu mendorong terwujudnya

kemitraan, salah satunya antara pembudidaya dengan produsen pakan

mandiri. Pakan sendiri dalam usaha budidaya perikanan merupakan

bahan baku.

Dinas Kelautan dan Perikanan juga mempunyai program kerja yang

berkaitan dengan promosi dan pemasaran, seperti pada Bidang

Pengolahan dan Pemasaran UMKM binaan yang telah memiliki

produk yang layak dan berkualitas dibantu promosinya dengan

diikutsertakan dalam event pameran.129 Bidang Perikanan Budidaya

juga mempunyai program yang membantu promosi, salah satunya

dengan mengadakan kontes ikan hias dan mengikutsertakan UMKM

binaan dalam kontes tersebut. Program tersebut dapat membantu

pengembangan usaha dalam hal promosi usaha. Program kerja Dinas

Kelautan dan Perikaan DIY tersebut sesuai dengan aspek promosi

dagang dalam Pasal 14 ayat 1 huruf a UU UMKM, yakni promosi

dagang ditunjukan untuk meningkatkan promosi produk Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri. 130 Program kerja

yang dijalankan tersebut, selain menjalankan ketentuan UU UMKM


128
Pasal 27 ayat 2 huruf c Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
129
Wawancara dengan Bapak Bambang Suminto. selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kelautan
dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 11.00 WIB

130
Pasal 14 ayat 1 huruf a Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
84

juga menjalankan ketentuan dalam Perda No 9 Tahun 2017 yakni

melaksanakan pemberdayaan dalam bentuk salah satunya yakni

fasilitasi pemasaran.131Fasilitasi pemasaran yang dijalankan oleh Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY yakni ketentuan pada Pasal 15 huruf b

yakni mengikutkan pameran produk produk usaha baik skala nasional

maupun internasional.132

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY mempunyai program berkaitan

pendampingan perizinan sektor perikanan, contohnya UMKM binaan

Dinas Kelautan dan Perikanan dapat meminta konsultasi dan

pendampingan berkaitan pengurusan Sertifikat Kelayakan Pengolahan

(SKP). Pelaksanaan program tersebut sesuai dengan ketentuan Perda

No 9 Tahun 2017 yakni terkait perlindungan usaha. Bentuk

perlindungan usaha yang dimaksud adalah mengenai iklim usaha yang

kondusif, salah satunya adalah melalui aspek perizinan usaha. 133 Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY telah menjalankan ketentuan Pasal 22

yakni dengan memberikan bantuan pendampingan dan proses

perizinan.134

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY memberikan pelatihan dan

pendampingan berkaitan perizinan maupun sertifikasi yang diperlukan

131
Pasal 8 huruf f Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
132
Pasal 15 huruf b Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.

133
Pasal 20 ayat 1 huruf b Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
134
Pasal 22 Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Pemberdayaan
dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
85

untuk menjalankan usaha seperti dalam Bidang Pengolahan diperlukan

pengurusan Sertifikat Produksi Pangan – Industri Rumah Tangga

(SPP-IRT). Program yang dijalankan Dinas tersebut sesuai dengan

Perda No 9 Tahun 2017 yakni Pemerintah Daerah memberikan

fasilitasi atas hak kekyaan intelektual, sertifikasi halal, ijin pangan

industri rumah tangga kepada atau masyarakat. 135 Bentuk fasilitasi

yang telah dijalankan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY yakni

memberikan pelatihan dan pendampingan, hal tersebut sesuai dengan

ketentuan Pasal 28 ayat 2 huruf b dan d. 136

UU UMKM selain mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk

menumbuhkan iklim usaha melalui penetapan peraturan dan kebijakan,

juga mengamanatkan untuk memfasilitasi pengembangan usaha

memalui bidang ; produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya

manusia, dan desain teknologi.137 Dinas Kelautan dan Perikanan

mempunyai program yang memfasilitasi pengembangan usaha bidang

produksi dan pengolahan. Program tersebut contohnya adalah

pelatihan pengolahan produk perikanan, yang tujuanya untuk

meningkatkan teknik produksi. Dengan meningkatkan teknik produksi

diharapakan hasil produksi sesuai standar sehingga dapat memenuhi

persyaratan standararisasi dan sertifikasi. Dinas selain memberikan

135
Pasal 28 ayat 1 Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
136
Pasal 28 ayat 2 huruf c Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
137
Pasal 16 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
86

pelatihan pengolahan juga memberikan pelatihan yang berkaitan

dengan manajemen usaha seperti pelatihan penyusunan dan pencatatan

laporan keuanganyang baik. Terkait dengan program pelatihan tersebut

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY telah sesuai dengan ketentuan

mengenai pengembangan usaha bidang produksi dan pengolahan,

yakni telah menjalankan ketentuan Pasal 17 huruf a mengenai

peningkatan produksi dan pengolahan dengan meningkatkan teknik

produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen bagi

UMKM.138 Dinas juga mendorong penerapan standarisasi bagi UMKM

pengolah perikanan binaanya, hal tersebut sesuai dengan Pasal 17

huruf c yakni dengan mendorong penerapan standarisasi dalam proses

produksi dan pengolahan.139

Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai program yang berkaitan

dengan pemasaran baik pada Bidang Pengolahan dan Pemasaran,

Bidang Budidaya Perikanan maupun Bidang Perikanan Tangkap, hal

tersebut telah menjalankanan amanat dari UU UMKM. Ketentuan

pasal yang dijalankan yakni pada bab VI tentang pengembangan usaha

Pasal 16 huruf b yang menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah

Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang

138
Pasal 17 huruf a Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
139
Pasal 17 huruf c Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
87

pemasaran.140 Adapun pengembangan dalam bidang pemasaran yang

dimaksud dapat dilakukan dengan cara141 :

a) Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran;

b) Menyebearluasakan informasi pasar;

c) Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik

pemasaran;

d) Menyediakan sarana pemasaran yang meliputi

penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran,

penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan

kecil;

e) Memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran,

dan distribusi; dan

f) Menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang

pemasaran.

Berbagai program Dinas Kelautan dan Perikanan DIY bertujuan

untuk pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan melalui

berbagai pendampingan dan pelatihan baik mengenai teknis, produksi,

pemasaran maupun akses pendanaan dengan bekerjasama dengan

lembaga atau institusi yang ahli dalam bidangnya. Program kerja yang

dijalankan tersebut sesuai dengan amanat UU UMKM, disebutkan

bahwa Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam


140
Pasal 16 huruf b Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
141
Pasal 18 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
88

bidang sumber daya manusia.142 Pengembangan dalam bidang sumber

daya manusia yang telah dijankan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY,

sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UU UMKM yakni dengan melalui

cara sebagai berikut ;143

a) Memasyarakatkan dan membudidayakan kewirausahaan

b) Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan

c) Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan

pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan,

penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis dan penciptaan

wirausahaan baru.

Program Dinas yang bertujuan meningkatan sumber daya manusia

tersebut selain menjalankan ketentuan pada UMKM, juga sesuai

dengan ketentuan Pasal 8 huruf a Peraturan Daerah No 9 Tahun 2017

yakni mengenai pemberdayaan dalam bentuk bimbingan teknis,

pendampingan, dan pengembangan sumber daya manusia.144 Adapun

bentuk dari pemberdayaannya antara lain sebagai berikut ;145

a) Pelatihan pengelolaan usaha

b) Pelatihan teknik produksi

c) Pelatihan pemsaran offline dan online


142
Pasal 16 huruf c Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866).
143
Pasal 19 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866).
144
Pasal 8 huruf a Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
145
Pasal 10 Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Pemberdayaan
dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
89

d) Standarisasi produk dan pengurusan hak kekayaan intelektual

e) Pelatihan pengelolaan keuangan

f) Pendampingan dan konsultasi pengembangan sumber daya

manusia pasca pelatihan

g) Pelatihan inkubator bisnis

h) Studi banding bagi pelaku usaha dan pengelola koperasi ke

daerah dan/atau negara lain

i) Regenerasisai untuk pengurus dan pengawas koperasi serta

pelaku usaha

j) Penciptaan dan penumbuhan wirausahawan baru; dan

k) Pemagangan bagi pelaku usaha dan pengelola koperasi

Dinas Perikanan dan Kelautan DIY juga memberikan bantuan

hibah kepada UMKM perikanan berupa alat produksi tujuanya adalah

untuk peningkatan produksi baik dari segi mutu maupun kualitas.

Pemberian bantuan hibah ini sesuai dengan ketentuan Peraturan

Daerah No 9 Tahun 2017 mengenai perlindungan usaha dalam bentuk

iklim usaha yang kondusif yakni melalui bantuan sarana dan

prasarana.146 Bantuan sarana dan prasarana yang diberikan oleh Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY adalah bantuan peralatan dan teknis

produksi, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 24 huruf a.147

146
Pasal 20 ayat 1 huruf d Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
147
Pasal 24 huruf a Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
90

Pasca pelaksanaan penyerahan barang hibah Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY memberikan pendampingan dan konsultasi kepada

UMKM binaanya. Contohnya pada Bidang Perikanan Budidaya ketika

menghadapi kendala seperti banyak ikan yang mati dapat meminta

bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY untuk mengetahui

penyebab kematian ikan tersebut dan cara penanganannya, hal ini

karena pada Bidang Perikanan Budidaya terdapat pegawai yang

bertugas mengenai pengendalian penyakit ikan. Pemberian

pendampingan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 14 huruf e

Peraturan Daerah No 9 Tahun 2017 yakni mengenai pemberian

bantuan usaha dalam bentuk pendampingan dan permodalan bagi

usaha yang memilki pelauang usaha.148 Pelaksanaan pendampingan

tersebut, juga sesuai dengan ketentuan Pasal 24 huruf d yakni bantuan

sarana dan pra saranan berupa pendampingan pengelolaan usaha.149

3. Pelaksanaan dan Dokumen Program Bantuan Hibah

Tahapan dalam pelaksanaan program pemberian bantuan hibah di

lapangan. Pertama adalah menyampaikan usulan hibah secara tertulis

kepada Gubernur melalui Dinas Kelautan dan Perikanan DIY dengan

melampirkan proposal yang memuat paling kurang rencanan

penggunaan hibah, latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran,

program kegiatan, rencana anggaran biaya, susunan

148
Pasal 14 huruf e Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
149
Pasal 24 huruf d Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha Kecil.
91

organisasi/panitia, dan diketahui oleh penanggung jawab kegiatan,

pejabat yang berwewenang atau pimpinan lembaga.150

Adapun mengenai subyek yang berhak mengajukan proposal

usulan hibah adalah kelompok perikanan yang sudah teregistrasi di

Dinas Perikanan Kabupaten/Kota, baik itu kelompok pengolah

perikanan, pembudidaya perikanan maupun kelompok perikanan

tangkap Dengan ketentuan jumlah minimal 10 (sepuluh) orang

anggota kelompok.151 Kelompok perikanan tersebut apabila

digolongkan subyek penerima hibahnya berdasarkan Peraturan

Gubernur Nomor 60 Tahun 2016 tentang Tata Cara Hibah dan

Bantuan Sosial termasuk pada kategori Badan, Lembaga dan

Organisasi Kemasyarakatan yang berbadan hukum.152 Ketentuan

pemberian hibah kepada badan dan lembaga harus memenuhi

persyaratan paling sedikit ;153

a. Memiliki kepengurusan yang jelas didaerah yang

bersangkutan;

b. Memiliki surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa

setempat atau sebutan lainnya ; dan

c. Berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah

Daerah yang bersangkutan.


150
Pasal 6 ayat 1 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakrta Nomor 60 Tahun2016 tentang
Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial.
151
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
152
Pasal 3 ayat 4 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakrta Nomor 60 Tahun2016 tentang
Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial.
153
Pasal 5 ayat 1 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakrta Nomor 60 Tahun2016 tentang
Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial.
92

Persyaratan yang diperlukan untuk membuat kelompok perikanan

adalah mempunyai anggota minimal 10 (sepuluh) orang dan

mempunyai struktur pengurusan kelompok, kemudian mengajukan

pendaftaran kelompok ke Kelurahan/Desa untuk dilakukan

verifikasi. Apabila memenuhi persyaratan akan diberikan

persetujuan, kemudian tahapan selanjutnya adalah meminta

persetujuan di tingkat Kecamatan yakni oleh penyuluh perikanan.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Penyuluh Perikanan, tahapan

selanjutnya adalah mengajukan pendaftaran kelompok pada Dinas

perikanan Kabupaten/Kota setempat untuk dilakukan registrasi.

Kelompok perikanan yang sudah teregistrasi dapat mengajukan

proposal hibah.154

Ketentuan mengenai pengajuan proposal hibah harus diketahui

dari pihak Kelurahan/Desa, kemudian Penyuluh Perikanan

Kecamatan, selanjutnya harus diketahui oleh Dinas Perikanan

Kabupaten/Kota, dan terakhir Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. 155

Setelah proposal diterima oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

selaku SKPD Teknis, melakukan identifikasi dan verifikasi atas

permohonan usulan hibah tersebut. Apabila dinyatakan layak untuk

mendapatkan bantuan hibah, Dinas akan memberikan rekomendasi

calon penerima hibah kepada Gubernur melalui Tim Anggaran

154
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto Ketua Pokdakan Mina Abadi, pada 26 Juli 2020, pukul
16.00 WIB
155
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto Ketua Pokdakan Mina Abadi, pada 26 Juli 2020, pukul
16.00 WIB
93

Pemerintah Daerah (TAPD).156 Pelaksanan identifikasi dan verifikasi

proposal Pengajuan hibah yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dan

kelautan DIY adalah melakukan pengecekan kebenaran data baik

secara langsung di lapangan atau tidak langsung dengan meminta

bantuan dari penyuluh perikanan setempat.157 Selanjutnya apabila

proposal dinyatakan lolos verifikasi, maka kelompok tersebut

ditetapkan sebagai daftar calon penerima bantuan hibah.

Tahapan selanjutnya untuk mendapatkan bantuan hibah tersebut

berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 60 Tahun 2016 tentang Tata Cara Hibah calon penerima

hibah diminta untuk memenuhi dokumen administratif sebagai

berikut ;

1. Naskah Perjanjiah Hibah Daerah (NPHD)

Naskah Perjanjian Hibah Daerah adalah perjanjian antara

pemberi hibah dalam hal ini oleh Kepala Dinas Perikanan dan

Kelautan DIY yang bertindak atas nama Pemerintah Daerah

Istimewa Yogyakarta dengan pihak penerima bantuan hibah. Naskah

Perjanjiah Hibah Daerah (NPHD) sebagai syarat wajib untuk

menerima hibah hal ini diatur dalam Peraturan Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016 tentang Tata Cara

Hibah dan bantuan sosial Pasal 2 huruf C.158 NPHD merupakan


156
Pasal 6 ayat 2 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016
Tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial.
157
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
158
Pasal 2 huruf c Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016
Tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial.
94

sebuah perjanjian maka berlaku asas pacta sunt servanda, sehingga

para pihak dalam perjanjian harus tunduk dan terikat sesuai

kesepakatan yang telah dibuat. Berikut adalah contoh NPHD dalam

perjanjian pemberian hibah.

NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH (NPHD)

ANTARA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA

DENGAN

ANNISA

Dusun Trukan Kidul, Desa Garongan, Kecamatan Panjatan, Kabupeten Kulon

Progo

Nomor : 602 / 4934

Pada hari ini Jumat tanggal Sembilan Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sembilan

Belas, yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Ir. Bayu Mukti Sasongka, M.Si

NIP : 19641103 199102 1 001

Jabatan : Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah


Istimewa Yogyakarta

Alamat : Jalan Sagan III/4 Yogyakarta

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Daerah

Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya di asebut PIHAK PERTAMA.


95

2. Nama : RR. Ratri Yuniyati

Jabatan : Ketua Kelompok

No : 3401036506730001
KTP/SIM

Organisasi : Annisa

Alamat : Dusun Trukan Kidul, Desa Garongan, Kecamatan


Panjatan, Kabupeten Kulon Progo

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Annisa alamat Dusun Trukan
Kidul, Desa Garongan, Kecamatan Panjatan, Kabupeten Kulon Progo
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama – sama disebut PARA
PIHAK.
Dalam rangka pelaksanaan pemberian hibah barang, PARA PIHAK telah setuju
dan mufakat untuk menandatangani perjanjian hibah daerah ini dengan
ketentuan sebagai berikut :

BAB I

JUMLAH DAN TUJUAN HIBAH

Pasal 1

1) PIHAK PERTAMA memberikan hibah barang kepada PIHAK KEDUA,


berupa barang dan atau jasa dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah
No. Uraian Spesifikasi Keterangan
volume

1 Chest - Merk : RSA CF-100 1 (satu) Kondisi


- Volume : 100 L
Freezer - Dimensi PxLxT : 726 x unit baik,
562 x 845 mm
lengkap dan
- Watt : 100W 220V/1P
96

- Kapasitas Beku/24J : 8 baru


Kg
- Kapasitas Simpan : 60
Kg Refrigerant : R 600 A
- Weight : 25 kg
2 Spinner - Kapasitas 1 Kg 1 (satu) Kondisi
- Bahan full stanless
( body ) unit baik,
- Motor : 150 wat
lengkap dan
- Saringan : stainless steel
- Diamater tabung : 20 cm baru
(dalam) 26 cm (luar)
- Dimensi : 50 x 35 x 55
cm
3 -

2) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan


sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam DPA-SKPD, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini.
3) Penggunaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan
untuk Sarana Pengolahan Hasil Perikanan .
4) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dalam
bentuk barang/aset, maka barang/aset tersebut menjadi milik PIHAK
KEDUA dan dicantumkan dalam aset.neraca PIHAK KEDUA.

BAB II

PENYERAHAN HIBAH DAERAH

Pasal 2

1) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) bersumber dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta lewat DPA-SKPD Dinas Kelautan dan
Perikanan DIY, Tahun Anggaran 2019.
2) Untuk Penyerahan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK
KEDUA mengajukan permohonan kepada PIHAK PERTAMA, dengan
dilampiri :
97

a. Naskah Perjanjiah Hibah Daerah;


b. Pakta Integritas Penerima Hibah;
c. Penggunaan barang/jasa Hibah;
d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab.
3) PIHAK KEDUA setelah menerima barang/jasa hibah dari PIHAK
PERTAMA, segera melaksanakan penggunaan barang/jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c sesuai dengan peruntukkannya dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Penyerahan hibah daerah dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dicantumkan dalam Berita Acara Serah Terima.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

Pasal 3

1) PIHAK PERTAMA :
a. Berhak menerima laporan petanggungjawaban penggunaan hibah
barang/jasa dari PIHAK KEDUA.
b. Berkewajiban segera menyerahkan hibah barang/jasa, setelah
seluruh persyaratan berkas pengajuan penyerahan hibah barang/jasa
lengkap dan benar dan melaksanakan monitoring dan evaluasi atas
penggunaan hibah barang/jasa oleh PIHAK KEDUA.
c. dan sesterusnya.

2) PIHAK KEDUA :
a. Berhak menerima hibah barang/jasa dengan jenis/spesifikasi dan
jumlah/unit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1).
b. Berkewajiban menggunakan hibah barang/jasa hanya untuk tujuan
kegiatan sebagaimana domaksud dalam Pasal 1 ayat (3), dan
menyampaikan laporan penggunaan barang/jasa Hibah kepada
PIHAK PERTAMA paling lambat tanggal 31 Desember 2019.
c. dan seterusnya.

BAB IV

FORCE MAJEURE

Pasal 4
98

Apabila terjadi suatu keadaan diluar kemampuan PARA PIHAK atau force

majeure, maka salah satu pihak yang mengalami force majeure harus

memberitahukan kepada pihak yang lain, dan kepada pihak yang mengalami

force majeure tersebut dibebaskan dari segala kewajiban sampai dengan

keadaan force majeure itu berakhir.

BAB V

SANGSI

Pasal 5

Apabila terjadi pelanggaran terhadap Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini,

PARA PIHAK bersedia dikenakan sanksi moral, administrasi serta dituntut

ganti rugi dan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

BAB VI

LAIN – LAIN

Pasal 6

1) Jika barang-barang yang diterima tersebut pada Pasal 2 tidak dipergunakan


sesuai fungsinya secara optimal, maka dapat dialihkan ke Kelompok/ UMKM
lain yang membutuhkan, atas dasar rekomendasi dari Asosiasi Poklahsar
Tingkat Kabupaten/ Kota yang diketahui oleh Dinas Teknis Kabupaten/ Kota
yang menangani Pengolahan Hasil Perikanan.
2) Segala perubahan tehadap hal – hal yang telah diatur dalam Naskah Perjanjian
Hibah Dearah ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan tertulis dari PARA
PIHAK.
99

3) Segala ketentuan yang diatur dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini
berlaku serta mengikat PARA PIHAK yang menandatangani.
4) Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini dibuat 2 (dua) rangkap bermateai cukup
yang masing-masing memiliki kekuatan hukum yang sama setelah
ditandatangani oleh PARA PIHAK.
5) Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal ditandatangani
PARA PIHAK dan dilaksanakan untuk Tahun Anggaran 2019

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

RR. Ratri Yuniyati Ir. Bayu Mukti


Sasongka, M.Si

NIP. 19641103 199102


1 001

2. Pakta Integritas Penerima Hibah

Pakta integritas adalah dokumen hibah yang dibuat sebelum

barang hibah diberikan, karena pakta integritas dan NPHD

merupakan syarat administrasi pencairan bantuan hibah. Pakta

Integritas adalah dokumen yang berisi pernyataan untuk

berkomitmen menggunakan dan mempertanggungjawabkan

penggunaan hibah dengan sebaik-baiknya.


100

PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : RR. Ratri Yuniyati

Jabatan dalam Organisasi : Ketua Kelompok

No KTP/SIM : 3401036506730001

No. Telepon/HP : 083144925244


Nama Kelompok/Organisasi : Annisa

Alamat Sekretariat : Dusun Trukan Kidul, Desa Garongan,

Kecamatan Panjatan, Kabupeten Kulon Progo

Dalam rangka mempergunakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan


hibah barang dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan ini
menyatakan bahwa saya :

1. Tidak akan melakukan praktek KKN;


2. Akan melaporkan kepada pihak yang berkewajiban/ berwenang
apabila mengetahui ada indikasi KKN di dalam proses penggunaan
hibah barang yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta;
3. Dalam mempergunakan hibah barang ini, saya berjanji akan
melaksanakannya secara bersih, transparan dan akuntabel dalam arti
akan mengerahkan segala kemampuan dan sumberdaya secara optimal
untuk memberikan hasil kerja terbaik dari penggunaan hibah barang
ini sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) yang telah
disepakati bersama;
101

4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban peggunaan hibah barang


paling lambat tanggal 31 Desember 2019 kepada SKPD Teknis;
5. Apabila saya melanggar hal- hal yang telah asaya nyatakan dalam
PAKTA INTEGRITAS ini, saya bersedia dikenakan sanksi moral,
administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yogyakarta, Agustus 2019

Ketua Kelompok
Materai 600

RR. Ratri Yuniyati

3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab

Surat pernyataan tanggung jawab adalah surat yang dibuat oleh

penerima hibah, yang diberikan setelah barang hibah diterima oleh

penerima hibah. Isi dari surat Pernyatan Tanggung jawab ini adalah

pernyataan mengenai penerimaan barang barang hibah dan

pernyataan telah digunakan sesuai dengan NPHD dan pernyataan

untuk merawat barang hibah dengan sebaiknya.

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB


102

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : RR. Ratri Yuniyati

Jabatan dalam : Ketua Kelompok


Organisasi

No KTP/SIM : 3401036506730001

No. Telepon/HP : 083144925244

Nama : ANNISA
Kelompok/Organisasi

Alamat Sekretariat : Dusun Trukan Kidul, Desa Garongan,


Kecamatan Panjatan, Kabupeten Kulon Progo

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya,

1. Telah menerima hibah barang berupa :

Jumlah
No. Uraian Spesifikasi Keterangan
volume
1 Chest - Merk : RSA CF-100 1 (satu) Kondisi
- Volume : 100 L
Freezer - Dimensi PxLxT : 726 x 562 x unit baik,
845 mm
lengkap dan
- Watt : 100W 220V/1P
- Kapasitas Beku/24J : 8 Kg baru
- Kapasitas Simpan : 60 Kg
Refrigerant : R 600 A
- Weight : 25 kg
2 Spinner - Kapasitas 1 Kg 1 (satu) Kondisi
- Bahan full stanless ( body )
- Motor : 150 wat unit baik,
103

- Saringan : stainless steel lengkap dan


- Diamater tabung : 20 cm
(dalam) 26 cm (luar) baru
- Dimensi : 50 x 35 x 55 cm
3 -

2. Hibah Barang tersebut telah digunakan sesuai dengan Naskah Perjanjian


Hibah Daerah (NPHD).
3. Selanjutnya barang tersebut diatas akan kami gunakan dan kami rawat dengan
sebaik-baiknya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila

terdapat penyimpangan didalam penggunaan hibah barang tersebut, saya

bersedia dituntut seusuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yogyakarta, Agustus 2019


Ketua Kelompok

Materai 6000

RR. Ratri Yuniyati

4. Laporan Penggunaan Hibah Barang

Laporan penggunan hibah barang adalah laporan dari penerima

hibah yang dibuat setelah barang hibah telah diterima, berisi

mengenai keterangan kondisi barang yang diterima dan

penggunaanya.

LAPORAN PENGGUNAAN HIBAH BARANG


104

Nama Kelompok / : Annisa


Organisasi

Alamat Kelompok / : Dusun Trukan Kidul, Desa Garongan,


Organisasi Kecamatan Panjatan, Kabupeten Kulon
Progo

Nama Ketua : RR. Ratri Yuniyati

Nama Kegiatan : Pengolahan

Nama SKPD : Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

Tahun Anggaran : 2019

Jumlah
No. Uraian Spesifikasi Keterangan
volume

1 Chest - Merk : RSA CF-100 1 (satu) Kondisi


- Volume : 100 L
Freezer - Dimensi PxLxT : 726 x unit baik,
562 x 845 mm
lengkap dan
- Watt : 100W 220V/1P
- Kapasitas Beku/24J : 8 baru
Kg
- Kapasitas Simpan : 60
Kg Refrigerant : R 600 A
- Weight : 25 kg
2 Spinner - Kapasitas 1 Kg 1 (satu) Kondisi
- Bahan full stanless
( body ) unit baik,
- Motor : 150 wat
lengkap dan
- Saringan : stainless steel
- Diamater tabung : 20 cm baru
(dalam) 26 cm (luar)
- Dimensi : 50 x 35 x 55
cm
105

3 -

Yogyakarta, Agustus 2019

Ketua Kelompok

Materai 6000

RR. Ratri Yuniyati

5. Laporan Barang ke Dinas Perikanan dan Kelautan DIY

Laporan Barang ke Dinas Perikanan dan Kelautan DIY adalah

laporan internal kepada instansi pemberi hibah, di luar dari dokumen

hibah yang telah ditentukan dalam Pergub DIY Nomor 60 Tahun

2016 tentang Tata Cara Hibah dan bantuan sosial. Laporan Barang
106

ke Dinas Kelautan dan Perikanan DIY berisi ucapan terimakasih

kepada Gubernur dan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan DIY

atas pemberian bantuan hibah dan pernyataan telah menggunakan

barang pemberian hibah tersebut.

Nomor : Kepada Yth

Lampiran : 1 Bendel Bapak Gubernur D.I

Yogyakarta

Perihal : Laporan Penggunaan Cq. Kepala Dinas Kelautan

dan Perikanan

Barang Hibah D.I. Yogyakarta

Jl. Sagan III/4, Yogyakarta

-Yogyakarta-

Kami kelompok pengolah ikan ANNISA menyampaikan

ucapan terima kasih kepada Bapak Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta, atas bantuan peralatan pengolahan ikan, berdasarkan

realisasi pemberian barang hibah yang telah kami terima berupa :

Jumlah
No. Uraian Spesifikasi Keterangan
volume
107

1 Chest - Merk : RSA CF-100 1 (satu) Kondisi


- Volume : 100 L
Freezer - Dimensi PxLxT : 726 x unit baik,
562 x 845 mm
lengkap dan
- Watt : 100W 220V/1P
- Kapasitas Beku/24J : 8 baru
Kg
- Kapasitas Simpan : 60
Kg Refrigerant : R 600 A
- Weight : 25 kg
2 Spinner - Kapasitas 1 Kg 1 (satu) Kondisi
- Bahan full stanless
( body ) unit baik,
- Motor : 150 wat
lengkap dan
- Saringan : stainless steel
- Diamater tabung : 20 cm baru
(dalam) 26 cm (luar)
- Dimensi : 50 x 35 x 55
cm
3 -

Peralatan pengolah ikan tersebut sudah kami terima dan kami manfaatkan untuk

mengolah hasil perikanan berupa olahan lapis gulung tuna, nugget tuna dan

wader krispi.

Demikian laporan kami sampaikan atas bantuannya diucapkan terima kasih.

Yogyakarta,

Agustus 2019

Mengetahui, Ketua Kelompok

Kepala Desa
108

…………………….. RR. Ratri Yuniyati

4. Manfaat Bagi Penerima Program Pengembangan Usaha di

Lapangan

1. Kelompok Pengolahan Ikan Pemula Berkah Cerme

Kelompok Berkah Cerme adalah kelompok pengolahan ikan

yang berdiri tahun 2019 dengan beranggotakan 10 (sepuluh) orang

yang beralamat Dusun Srunggo I, Desa Selopamiro, Kecamatan

Imogiri, Kabupaten Bantul. Terbentuknya kelompok bermula dari

banyaknya pembudidaya ikan lele yang ada disekitar namun, ketika

panen jumlahnya melimpah sehingga susah untuk dijual. Kemudian

muncul ide untuk mengolah sendiri menjadi aneka macam masakan

salah satunya mangut lele, yang kemudian dijual di pasar atau

pesanan tetangga. Setalah mendapat informasi dari Penyuluh

Perikanan mengenai program bantuan hibah, kemudian bersepakat

untuk membuat kelompok dan mengajukan proposal bantuan

hibah.159

Kelompok berkah ceme selain mendapat bantuan hibah alat

produksi juga diberikan pelatihan sebanyak dua kali yakni sebelum

159
Wawancara dengan Ibu Risa Nurohmah Ketua Kelompok Berkah Cerme, pada 27 Juli 2020,
pukul 13.00 WIB
109

penyerahan barang hibah dan setelah penyerahan barang hibah.

Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan pengelolaan ikan lele,

gurame, dan tuna menjadi olahan dimsum, bakso ikan nugget, bakso

tahu. Lokasi pelatihan di tempat usaha pengolahan produk

perikanan, yang juga merupakan binaan Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY. Pelatihan yang diberikan tersebut tidak hanya

memberikan secara teknis tentang pengelolaan ikan saja, tetapi juga

memberikan informasi yang berkaitan dengan aspek administratif

seperti izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha.160

Berkaitan dengan barang hibah yang diberikan dalam

realisasinyai terdapat perbedaan antara barang hibah yang diterima

dengan barang yang diajukan dalam proposal, perbedaan tersebut

yakni dari segi jumlah dan nilai barang yang lebih sedikit dari

proposal yang diajukan. Barang yang diterima berjumlah 6 item

yakni; Meja Stainless, Chest Freezer, Cool Box, Timbangan Digital,

Mesin Penggiling Daging dan Pisau Filltet senilai Rp 10.000.000,00.

(Sepuluh Juta Rupiah), sedangkan dalam proposal jumlah dan nilai

yang diajukan lebih tinggi dari nilai tersebut. 161 Hal ini juga karena

sifat dari bantuan hibah sendiri adalah tidak wajib dan tidak

mengikat, sehingga Dinas kelautan dan Perikanan DIY tidak

160
Wawancara dengan Ibu Risa Nurohmah Ketua Kelompok Berkah Cerme, pada 27 Juli 2020,
pukul 13.00 WIB
161
Wawancara dengan Ibu Risa Nurohmah Ketua Kelompok Berkah Cerme, pada 27 Juli 2020,
pukul 13.00 WIB
110

berkewajiban untuk mengabulkan keseluruhan dari permohonan

proposal yang diajukan oleh calon penerima hibah.162

Terdapat persyaratan khusus untuk mendapatkan barang hibah

dari Bidang Pengolahan yakni mempunyai dapur produksi yang

terpisah khusus untuk kegiatan produksi, tidak diperbolehkan jadi

satu dengan dapur rumah tangga. Untuk penyerahan barang hibah

diambil sendiri di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, apabila

setelah menerima barang ternyata ada kerusakan dapat menghubungi

pihak Dinas agar mendapatkan perbaikan/penggantian. Sebelum

mendapatkan bantuan hibah hanya membuat olahan masakan,

setelah mendapatkan bantuan hibah mulai memproduksi aneka

olahan dari ikan seperti nugget, bakso ikan, bakso tahu ikan dll.

Bantuan hibah yang diberikan sangat membantu sekali dalam

pengembangan usaha, hal tersebut dikarenakan setelah mendapat

bantuan hibah usaha yang dijalankan mengalami peningkatan baik

dari segi variasi dan jumlah olahan yang meningkat maupun dari

segi pendapatan.163

Kewajiban penerima hibah adalah menggunakan barang dengan

sebaik mungkin dan barang tidak boleh dijual meskipun rusak

sekalipun, terkait penggunaan barang hibah tidak boleh ada yang

menguasai sendiri secara perseorangan harus sesuai dengan

162
Pasal 4 ayat 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja
Daerah.
163
Wawancara dengan Ibu Risa Nurohmah Ketua Kelompok Berkah Cerme, pada 27 Juli 2020,
pukul 13.00 WIB
111

kesepakatan anggota kelompok. Kewajiban lainnya adalah

memberikan laporan terkait penggunaan barang tersebut, untuk

memudahkan laporan dapat melalui media seluler yakni dengan

membuat grup WhatsApp sebagai sarana untuk memberikan

laporaan dan juga sebagai sarana komuniaksi dan pembinaan. Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY dalam melaksanakan monitoring dan

evaluasi selain menggunakan sarana komunikasi, juga pernah

mengecek secara langsung di lapangan.164

2. Kelompok Pengolah Ikan Madya Ngudi Rejeki

Kelompok Ngudi Rejeki merupakan kelompok pengolahan ikan

tingkat madya yang dibentuk pada bulan Oktober tahun 2003 yang

beranggotakan 13 orang yang beralamat di Dusun Krapakan, Desa

Caturharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul dengan ketua

kelompok yang bernama ibu Suratmi. Ngudi Rejeki merupakan

kelompok pengolahan perikanan tingkat madya binanan Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY. Kelompok tersebut telah mendapatkan

bantuan hibah dan berbagai macam pelatihan dari Dinas Kelautan

dan Perikanan DIY. Pelatihan yang diberikan seperti pengolahan

aneka ikan, frozen food, dan variasi nastar kue ikan, pelatihan

pengemasan dan pembuatan label. Dinas Kelautan dan Perikanan

DIY dalam pelatihan juga diberikan informasi mengenai berbagai

regulasi dan izin perizinan usaha, seperti pengurusan Sertifikat

164
Wawancara dengan Ibu Risa Nurohmah Ketua Kelompok Berkah Cerme, pada 27 Juli 2020,
pukul 13.00 WIB
112

Produksi Pangan – Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), Izin IUMK,

Izin Bpom, dan Sertifikat Halal.165

Terkait dengan aspek perizinan kelompok Ngudi Rejeki telah

memiliki beberapa izin terkait usaha anatara lain IUMK (izin usaha

mikro kecil), pengurusan Sertifikat Produksi Pangan – Industri

Rumah Tangga (SPP-IRT), dan Izin halal. Kelompok ini telah

mendapat bantuan pengembangan berupa alat produksi yakni dari

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY sebanyak 2 (dua) kali yakni pada

tahun 2014 dan 2019 dengan nilai hibah tiap paketnya sebesar 15

(lima Belas) juta rupiah. Setelah mendapat bantuan alat produksi

tersebut usaha dari kelompok ngudi rejeki mengalami

pengembangan. Pengembangan ini terjadi karena produksi menjadi

lebih meningkat dan variasi produksi juga menjadi lebih banyak,

sehingga meningkatkan jumlah pendapatan yang diperoleh. Produk

olahan perikanan yang diproduksi oleh kelompok Ngudi Rejeki ini

adalah abon ikan dan frozen food.166

Kelompok Ngudi Rejeki selain mendapatkan bantuan hibah alat

produksi dan pelatihan kelompok, juga mendapat pendampingan

untuk mendapatkan akses ke lembaga keuangan. Melalui Dinas

Kelautan dan Perikanan kelompok Ngudi Rejeki pernah

mendapatkan tawaran pinjaman modal usaha dari salah satu

165
Wawancara dengan Ibu Suratmi Ketua Kelompok Ngudi Rejeki, pada 30 Juli 2020, pukul 13.00
WIB
166
Wawancara dengan Ibu Suratmi Ketua Kelompok Ngudi Rejeki, pada 30 Juli 2020, pukul 13.00
WIB
113

koperasi. Dinas Kelautan dan Perikanan juga membantu berkaitan

dengan promosi dan pemasaran yakni dengan memberikan informasi

dan mengikutsertakan pameran produk usaha. Peran Dinas

membantu mulai dari pendaftraan hingga membantu menyediakan

fasilitas yang dibutuhkan dalam pameran seperti tenda dan

perlengkapan stand, selain itu Dinas juga membantu fasilitas

transportasi jika diminta. Dinas juga pernah membantu berkaitan

dengan pemasaran produk, yakni menghubungkan pihak kelompok

dengan toko yang bersedia menjual produk.167

3. Kelompok Budidaya Perikanan Mina Abadi

Kelompok Mina Abadi adalah kelompok budidaya perikanan

pemula yang berdiri sejak 2015 dengan anggota 10 orang yang

beralamat di Dusun Kerten, Desa Imogiri, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul. Kelompok ini mengajukan usulan bantuan hibah

kepada Dinas Kelautan dan Perikanan DIY pada tahun 2019,

kemudian mendapat bantuan hibah pada tahun 2020 yakni berupa ;

6 kolam ikan berdiamter 3 m, bibit ikan lele 6000 ekor, pakan 20

sak @sak 30 kg, polase, vitamin, probiotik 2 botol, tetes tebu 2

botol, dengan total nilai hibah Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta

rupiah).

Terdapat perbedaan antara proposal yang diajukan dengan

bantuan hibah yang diterima, perbedaan tersebut dari segi jumlah

167
Wawancara dengan Ibu Suratmi Ketua Kelompok Ngudi Rejeki, pada 30 Juli 2020, pukul 13.00
WIB
114

dan nilai barang yang lebih sedikit. Nilai dalam proposal pengajuan

barang hibah senilai Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), hal

ini karena paket yang diberikan oleh Dinas telah ditentukan nilainya

dan dibuat sama dengan kelompok lain. Persyaratan untuk mendapat

bantuan hibah adalah mengajukan proposal hibah dengan diketahui

pihak Kelurahan, Penyuluh Perikanan Kecamatan, Dinas Perikanan

Kabupaten dan baru diajukan ke Dinas Kelautan dan Perikanan DIY.

Terdapat syarat lain yang harus dipenuhi agar mendapat bantuan

hibah budidaya ikan yakni menyediakan lahan terpadu untuk kolam

dan harus dalam satu lokasi tidak boleh dipisah-pisah, dalam

pelaksanaannya akan ada pengecekan lokasi dengan dibantu

penyuluh perikanan saat verifikasi proposal.168

Sebelum bantuan diberikan kepada penerima hibah harus

melengkapi dokumen persyaratan yang telah ditentukan terlebih

dahulu yakni NPHD dan Pakta Integritas, kemudian ketika bantuan

diberikan kondisi lahan harus sudah bersih dan sesuai dengan

Petunjuk Teknis yang telah diberikan. Pengiriman dan penyerahan

bantuan hibah dilakukan oleh pihak ketiga pemenang tender, dengan

didampingi pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan. Setelah barang

hibah diberikan, penerima hibah akan mendapat faktur dari pihak

ketiga. Apabila terdapat barang yang tidak sesuai dengan spefikasi

dapat meminta komplain pada pihak ketiga tersebut untuk

168
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto Ketua Kelompok Mina Abadi, pada 26 Juli 2020, pukul
16.00 WIB
115

dimintakan perbaikan ataupun penggantian, bahkan bibit ikan lele

juga mendapat garansi selama satu minggu yakni apabila dalam

seminggu jumlah bibit yang mati lebih dari 300 dapat dimintakan

penggantian.169

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY selain memberikan bantuan

hibah juga memberikan pelatihan seperti budidaya lele dan gurame

yang baik mulai dari bibit, pakan, penyakit hingga pemasaran.

Kemudian Dinas juga memberikan pendampingan apabila terdapat

permasalahan seperti ikan mati, akan dibantu dicarikan solusinya.

Selain itu kelompok perikanan yang kesulitan untuk menjual hasil

panen dapat meminta bantuan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan

DIY.170

Kewajiban dari penerima hibah adalah menggunakan dan

mengelola sebaik-baiknya, selain itu kewajiban lainnya untuk

memberikan laporan data terkait perkembangan usaha budidaya dari

kondisi kolam, hasil panen ikan, dan pendapatan yang didapat.

Laporan diberikan tiap bulan, dalam pelaksanaanya untuk

memudahkan pelaporan dapat melalui grup WhatsApp. Terdapat

juga pengecekan oleh Dinas secara lansung, namun sampai saat ini

belum dilakukan karena adanya pandemi. Untuk pengelolaan kolam

dan pembagian hasil panen diatur berdasarkan kesepakatan anggota

169
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto Ketua Kelompok Mina Abadi, pada 26 Juli 2020, pukul
16.00 WIB
170
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto Ketua Kelompok Mina Abadi, pada 26 Juli 2020, pukul
16.00 WIB
116

kelompok, termasuk kedepan bisa saja kolam dipindah dan diurus

anggota kelompok masing-masing. Pemberian bantuan hibah dan

pelatihan dari Dinas Kelautan dan Perikanan sangat membantu

pengembangan usaha, dan menurut bapak Sugianto persyaratan

untuk mendapat bantuan hibah relatif mudah.171

4. Kelompok Perikanan Tangkap Mina Tirtohargo

Kelompok Mina Tirtohargo adalah kelompok perikanan tangkap

binaan Dinas Kelautdan dan Perikanan DIY yang beralamat di

Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten

Bantul. Kelompok ini dibentuk pada tahun 2008 dengan anggota saat

ini berjumlah 49 orang. Kelompok ini telah mendapatkan bantuan

hibah usaha dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, bantuan hibah

yang diberikan berupa jaring gilnet monofilamet 4,5’ sebanyak 105

piece dan jaring gilnet monofilamet 2,5’sebanyak 105 piece dengan

total nilai Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Kelompok ini

telah 2 kali mendapatkan bantuan hibah usaha dari Dinas Kelautan

dan Perikanan DIY yakni pada tahun 2017 dan 2019. Kewajiban

penggunaan hibah adalah memberikan laporan berkala dari hasil

nilai manfaat produksi dan kondisi alat tangkap. Laporan tersebut

biasanya diberikan tiap bulan sekali, selain meminta laporan Dinas

biasanya juga melakukan pengawasan secara langsung di lapangan172

171
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto Ketua Kelompok Mina Abadi, pada 26 Juli 2020, pukul
16.00 WIB
172
Wawancara dengan Bapak Tiyo Sekretaris Kelompok Mina Tirtohargo, pada 29 September
2020, pukul 15.00 WIB
117

Adapun selain mendapatkan bantuan hibah berupa alat tangkap,

Dinas juga memberikan pelatihan yang tujuanya untuk

meningkatkan sumber daya manusia. Pelatihan yang diberikan oleh

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY salah satunya adalah pelatihan

teknis dan pengoperasian alat tangkap. Pelatihan tersebut

diselenggarakn di daerah pantai di DIY seperti di Pantai Krakal dan

Pelabuhan Ikan Sadeng, kemudian juga pernah diberikan pelatihan di

Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Tegal (BPPP Tegal).

Dinas kelautan dan Perikanan DIY selain memberikan pelatihan juga

melaksanakan studi banding kelompok perikanan tangkap di

Cilacap, tujuanya adalah untuk mempelajari sistem usaha yang

dijalankan dengan baik.173

Kelompok Ngudi Tirtohargo juga pernah mendapatkan bantuan

hibah kapal berukuran 30 GT dari Kementrian Kelautan dan Perikan

pada tahun anggaran 2011-2012. Proses pengajuan dan penerimaan

hibah tersebut dibantu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY,

mulai dari proses pengajuan hibah hingga pengurusan dokumen

administratif kapal.174 Dinas kelautan dan perikanan DIY juga

mempunyai peran berkaitan perizinan sektor kelautan dan perikanan

yakni memberikan rekomendasi hal tersebut berdasar Peraturan

173
Wawancara dengan Bapak Tiyo Sekretaris Kelompok Mina Tirtohargo, pada 29 September
2020, pukul 15.00 WIB
174
Wawancara dengan Bapak Tiyo Sekretaris Kelompok Mina Tirtohargo, pada 29 September
2020, pukul 15.00 WIB
118

Gubernur No 67 Tahun 2019. untuk mengoperasi kapal perikanan

berukuran 30 GT memerlukan dokumen sebagai berikut ;

1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)

adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan

untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan

sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut175. SIUP

wajib dimiliki oleh setiap orang yang melakukan usaha

perikanan tangkap di laut lepas. SIUP ini berlaku selama orang

melakukan kegiatan usaha perikanan kecuali ada perluasan

atau pengurangan.

2. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah izin tertulis yang

harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan

kegiatan penangkapan ikan,176di perairan Indonesia dan atau

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Surat izin ini

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SIUP, Masa

berlaku SIPI selama 3 tahun.

3. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)

Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) adalah izin tertulis

yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan

175
Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073).
176
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073).
119

pengangkutan ikan.177 Izin ini harus dimiliki setiap kapal

perikanan untuk melakukan kegiatan pengangkutan ikan dari

pelabuhan ke pelabuhan di wilayah Republik Indonesia

dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di negara

tujuan.

4. Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan (ANKAPIN) dan Ahli

Nautika Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) TK. III

Selain surat izin telah yang berkaitan dengan dokumen kapal

dan usaha, diperlukan sertifikat yang terkait sumber daya

manusia untuk mengoperasikan kapal berukuran 30-60 Gross

Tonnage. Yakni sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan

(ANKAPIN) dan Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan

(ATKAPIN) yang persyaratanya harus mengikuti diklat pelaut

Kapin.178 Adapun untuk penyelenggaraan diklat tersebut Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY bekerjasama dengan Balai

Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) di  Jl. Martoloyo

PO.BOX 22 kota Tegal, Jawa Tengah.

Menurut kelompok Mina Tirtohargo Program Dinas Kelautan

dan Perikanan DIY sangat membantu dalam pengembangan usaha

dan peningkatan pendapatan. Hal ini karena Dinas tidak hanya

memberikan bantuan dalam bentuk alat tangkap produksi, tetapi juga


177
Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073).
178
Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan, “ Diklat dan Ujian
Sertifikasi ANKAPIN-ATKAPIN III” http://pipp.djpt.kkp.go.id/detail_berita/5591, Diakses pada
20 september 2020.
120

memberikan bantuan pelatihan yang dapat meningkatkan sumber

daya Manusia. Terkait penggunaan barang hibah menjadi invetaris

kelompok dengan pola pengelolaan seperti koperasi, anggota dapat

kelompok dapat meminjam alat tangkap tersebut dengan

memberikan iuaran. Iuran tersebutlah yang digunakan untuk biaya

perawatan. Selain itu juga dinas memberikan pelatihan pengelolan

hasil ikan, tujuanya agar menghasilkan produk yang dapat

meningkatkan ekonomi.179

Terkait jumlah penerima hibah merujuk data pada tahun

anggaran 2019 jumlah penerima bantuan pada Bidang Pengolahan

dan Pemasaran hasil Perikanan untuk pengolah pemula berjumlah 15

kelompok dan pengolah Madya berjumlah 6 kelompok, dengan nilai

tiap paket sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Pada Bidang

Perikanan Budidaya penerima bantuan hibah untuk kelompok

perikanan lele berjumlah 77 kelompok, kelompok nila 22 kelompok,

kelompok guramih 20 orang, 1 kelompok budidaya hias, dan 3

kelompok Mina Padi. Untuk nilai paket bantuan hibah untuk lele Rp

20.000.000 (dua puluh juta rupiah) Nila Rp 14.000.000 dan gurami

Rp 10.000.000 (sepuluh juta). Pada bidang perikanan tangkap

memberikan bantuan hibah kepada 4 kelompok dengan nilai tiap

paket hibah sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).

179
Wawancara dengan Bapak Tiyo Sekretaris Kelompok Mina Tirtohargo, pada 29 September
2020, pukul 15.00 WIB
121

Berdasarkan data yang penulis dapatkan di lapangan melalui

metode wawancara dengan responden, menyatakan bahwa program

Dinas kelautan dan Perikanan DIY membantu dalam penumbuhan

dan pengemebangan usaha. Hal tersebut juga berbanding lurus

dengan survei yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

terkait kepuasan masyarakat, berikut adalah hasil survei yang

dilakukan pada tahun 2019.

Tabel 4
Tingkat Kepuasan Masyarakat

Sumber : Data Internal Survei Dinas Kelautan dan Perikanan DIY


122

5. Hambatan Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY mempunyai program yang

membantu pengembangan usaha UMKM perikanan. Dalam

melaksanakan program tersebut, tentu terdapat hambatan baik itu

secara administratif maupun teknis. Hambatan yang sering dialami

berkaitan aspek administratif yakni banyak penerima bantuan hibah

yang kesulitan untuk membuat dan memberikan laporan

pertanggungjawaban hibah. Hal ini membuat pihak Dinas Perikanan

dan Kelautan DIY harus lebih aktif untuk meminta laporan,

terkadang Dinas harus melakukan jemput bola dengan turun ke

lapangan secara langsung untuk mendapatkan laporan.

Kemudian berkaitan dengan proses penetapan calon penerima

hibah terdapat hambatan dalam proses verifikasi proposal. hal ini

karena banyaknya proposal yang masuk tidak seimbang dengan

jumlah dari pegawai yang melakukan verifikasi secara langsung di

lapangan, sehingga dalam proses verifikasi pihak Dinas meminta

bantuan laporan dari Penyuluh Perikanan sebagai bahan

pertimbangan penetapan calon penerima hibah. Meskipun telah

mendapat bantuan laporan dari Penyuluh Perikanan, terkadang

terdapat calon penerima bantuan hibah yang lolos verifikasi

meskipun kurang memenuhi persyaratan. Contohnya pada Bidang

Perikanan Budidaya syarat lolos verifikasi adalah memenuhi syarat

ketersedian lahan minimal seluas 900 m2 namun praktiknya terdapat


123

kelompok yang memiliki lahan kurang dari 900 m 2 lolos verifikasi.


180

Selain hambatan secara administratif tersebut terdapat hambatan

secara teknis di lapangan yakni berkaitan dengan kesiapan penerima

hibah dalam pendistibusian bantuan hibah khususnya pada Bidang

Perikanan Budidaya. Contoh hambatan tersebut dalam pelaksanaan

hibah telah memberikan petunjuk teknis dan jangka waktu untuk

mempersiapkan lahan terpadu dengan luas yang telah ditentukan

dengan kondisi bersih dan datar sesuai spefikasi untuk kolam yang

layak, namun pada hari pendistribusian hibah di lapangan masih

ditemukan terdapat penerima hibah yang belum mempersiapkan

lahan untuk kolam sesuai dengan petunjuk teknis yang telah

diberikan. Tidak ada sanksi yang diberikan kepada penerima hibah

apabila tidak menjalakan sesuai dengan petunjuk teknis tersebut,

tetapi hal ini menjadi catatan tersendiri dari pihak Dinas apabila

kelompok penerima hibah tersebut ingin mengajukan bantuan

kembali akan menjadi bahan pertimbangan.181

Berkaitan dengan pelaksanakan pelatihan juga terdapat hambatan

yakni peserta yang telah mendaftar tidak datang pada hari

pelaksanaan, padahal dalam pendaftaran tersebut sudah ditentukan

kuota pesertanya. Selain itu terdapat hambatan dalam pelaksanaan

180
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
181
Wawancara dengan Bapak Yahya Hamidisna. selaku staf pegawai Bidang Perikanan Budidaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
124

monitoring dan evaluasi, hal ini karena tidak seimbangnya antara

jumlah pegawai dengan penerima hibah yang harus diawasi

khusunya pada Bidang Perikanan Budidaya merujuk data pada tahun

2019 jumlah penerima bantuan hibah mencapai 123 (seratus dua

puluh Tiga). Untuk bidang lain masih dimungkinkah untuk

dilakukan evaluasi dan monitoring secara langsung di lapangan, hal

ini karena penerima bantuan hibah tidak terlalu banyak.


125

B. Mekanisme Pertanggungjawaban pada Pelaksanaan Program Kerja

Pemberian Bantuan Hibah Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah Sektor Perikanan di Yogyakarta

1. Pertanggungjawaban UMKM Penerima Bantuan Hibah

Pengembangan Usaha

Hibah yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

merupakan hibah yang anggaranya bersumber dari APBD, sehingga

terdapat mekanisme pertanggungjawabanya. Penerima bantuan hibah

bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah

yang diterimanya.182 Pertanggungjawaban formal yang dimaksud

adalah pertanggungjawaban penerima hibah terkait aspek

administratif yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang

berlaku Seperti dokumen NPHD, Pakta Intergtitas, Surat Pernyataan

Tanggung Jawab, Laporan Penggunaan Hibah Barang, Laporan

Barang ke Dinas Kelautan dan Perikanan DIY dan laporan lainnya

yang berkaitan dengan monitoring dan evaluasi. Sedangkan untuk

pertanggungjawaban materil penerima bantuan hibah adalah

tanggung jawab berkaitan penggunaan barang hibah yang diberikan,

apakah telah digunakan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan

tujuan peruntukannya.183

182
Pasal 19 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja
Daerah.
183
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
126

Apabila merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan

Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja

Daerah. Pertanggungjawaban penerima hibah meliputi184 ;

a. laporan penggunaan hibah;

b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa

hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD; dan

c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan

perundang-undangan bagi penerima hibah berupa uang atau

salinan bukti serah terima barang/jasa bagi penerima hibah

berupa barang/jasa.

Pertanggungjawaban penerima bantuan hibah tersebut, juga

mempunyai ketentuanya yang sama dengan Pasal 18 ayat 4

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun

2016 tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial. Untuk

selanjutnya pertanggungjawaban penerima bantuan hibah yang

meliputi laporan penggunaan hibah, surat pernyataan tanggung

jawab yang menyatakan bahwa hibah yang diterima telah digunakan

sesuai dengan NPHD/Proposal, dan salinan bukti serah terima

barang disampaikan kepada Gubernur melalui SKPD Teknis dalam

hal ini adalah Dinas Kelautan dan Perikanan DIY.185 Untuk laporan

184
Pasal 19 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja
Daerah.
185
Pasal 18 ayat 5 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016
tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial
127

penggunaan hibah barang maupun jasa selain menyampaikan kepada

Gubernur juga memberikan tembusan laporan kepada Inspektorat.186

Untuk pertanggungjawaban bukti-bukti pengeluaran yang lengkap

dan sah sesuai peraturan perundang-undangan bagi penerima hibah

seperti salinan bukti salinan serah terima barang disimpan dan

dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek pemeriksaan.187

Dalam Pemberian Bantuan Hibah oleh Dinas Kelautan dan DIY

penerima hibah mempunyai pertanggungjawaban secara materil

yakni pertanggungjawaban terkait dengan penggunaan barang hibah

itu sendiri. Dalam pelaksanaan pemberian hibah terdapat perjanjian

antara pemberi hibah dan penerima hibah yang dituangkan dalam

NPHD, karena terdapat perjanjian maka berlaku asas Pacta Sunt

Servanda sehingga kedua belahpihak harus tunduk pada perjanjian

NPHD tersebut. Berdasarkan NPHD BAB III Pasal 3 tentang Hak

dan Kewajiban Para Pihak, penerima hibah berkewajiban untuk

menggunakan barang sesuai dengan tujuan dan peruntukannyaselain

itu juga mempunyai kewajiban menyampaikan laporan penggunaan

barang hibah tersebut.188 Adapun laporan tersebut digunakan dalam

rangka monitorig dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kelautan

dan Perikanan DIY, laporan yang diberikan ada 2 macam yakni

186
Pasal 18 ayat 5 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016
tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial
187
Pasal 18 ayat 6 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016
tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial
188
Naskah Perjanjian Hibah Daerah Pasal 3 tentang Hak dan Kewajiban Para Pihak
128

bentuk laporan formal secara tertulis maupun secara non formal

yakni melalui media seluler malaui grup WhatsApp.189

Penerima bantuan hibah apabila tidak melaksanakan kewajibanya

untuk menggunakan bantuan hibah sesuai fungsinya secara optimal,

berdasarkan isi perjanjian NPHD barang hibah tersebut dapat

dialihkan penggunanya kepada kelompok lain. Kemudian apabila

terdapat pelanggaran dan wanprestasi terhadap NPHD contohnya

seperti menjual barang hibah, maka dapat dikenakan sanksi ganti

rugi dan pidana. Berikut adalah isi Pasal tersebut ;

BAB VI

LAIN – LAIN

Pasal 6

Jika barang-barang yang diterima tersebut pada Pasal 2 tidak


dipergunakan sesuai fungsinya secara optimal, maka dapat dialihkan
ke Kelompok/ UMKM lain yang membutuhkan, atas dasar
rekomendasi dari Asosiasi Poklahsar Tingkat Kabupaten/ Kota yang
diketahui oleh Dinas Teknis Kabupaten/ Kota yang menangani
Pengolahan Hasil Perikanan.

BAB V

SANGSI

Pasal 5
189
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
129

Apabila terjadi pelanggaran terhadap Naskah Perjanjian Hibah


Daerah ini, PARA PIHAK bersedia dikenakan sanksi moral,
administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kemudian apabila merujuk pada dokumen pakta integritas

terdapat pernyataan yang dibuat penerima hibah berbunyi ; “Apabila

saya melanggar hal- hal yang telah saya nyatakan dalam PAKTA

INTEGRITAS ini, saya bersedia dikenakan sanksi moral,

administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Selanjutnya apabila merujuk pada dokumen Surat Pernyataan

Tanggung Jawab yang dibuat dan ditandatangani oleh ketua

kelompok terdapat pernyataan ; “Selanjutnya barang tersebut diatas

akan kami gunakan dan kami rawat dengan sebaik-baiknya.” dan

pada penutup Surat Pernyataan Tanggung jawab terdapat frasa

“apabila terdapat penyimpangan didalam penggunaan hibah barang

tersebut, saya bersedia dituntut sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.”

Dokumen Surat Pernyataan Tanggung Jawab dan Pakta Integritas

sendiri merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dalam dokumen

penerimaan hibah. Penerima bantuan hibah apabila tidak melakukan

kewajibanya untuk menggunakan barang hibah sesuai peruntukanya,

contohnya seperti mengalihkan atau menjual kepada pihak lain.


130

Penerima hibah dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum

hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 41 Peraturan Menteri Nomor 32

tahun 2011 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial

yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah.

Pasal tersebut menyatakan dalam hal hasil monitoring dan evaluasi

terdapat penggunaan hibah atau bantuan sosial yang tidak sesuai

dengan usulan yang telah disetujui, penerima hibah atau bantuan

sosial yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.190

2. Pertanggungjawaban Dinas Keluatan dan Perikanan DIY atas

Pelaksanaan Bantuan Hibah Pengembangan Usaha

Untuk memastikan pelaksanan hibah berjalan dengan baik Dinas

Kelautan dan Perikanan DIY mempunyai pedoman tahapan

pelaksanaan hibah, kewajiban dari Dinas Kelautan dan Perikanan

DIY adalah menjalankan tahapan tersebut sebagai berikut ;


190
Pasal 19 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja
Daerah.
131

NO Tahapan Uraian

Pembuatan Rencana Meliputi Jenis paket yang akan

Anggaran Belanja (RAB) dan dilaksanakan dan besaran


1
Kerangka Acuan Kerja biaya/anggaran tiap paket

(KAK) nantinya

Petunjuk teknis memuat jenis

sarpras yang akan diberikan

beserta jumlahnya serta

persyaratan yang harus dipenuhi

Pembuatan Petunjuk Teknis kelompok penerima hibah.

Hibah (lampiran) dan terutama luasan lahan atau luasan


2
sosialisasi petunjuk teknis kolam yang harus sudah dimiliki

hibah kepada Dinas Kab/kota kelompok untuk Bidang

Perikanan Budidaya. harus sudah

memiliki dapur produksi yang

terpisah untuk Bidang

Pengolahan.

3 Penerimaan proposal hibah Proposal hibah dari Kelompok

sarpras usaha dari kelompok. Pembudidaya Ikan (Pokdakan)

Kelompok Pengolah dan Hasil

Pemasaran (Poklahsar) atau


132

Kelompok Usaha Bersama

perikanan Tangkap diterima oleh

Dislautkan DIY baik proposal

yang langsung dikirim oleh

kelompok maupun secara kolektif

dari Dinas Kab/kota

Tahap verifikasi meliputi :

1. kelompok bukan penerima


hibah pada tahun
sebelumnya.
2. Syarat ketersediaan lahan
dan kolam dapat dipenuhi
oleh Pokdakan.
3. Kesesuaian kondisi
sumberdaya air dan
lingkungan pada Pokdakan
tersebut dengan komoditas
yang diajukan.
4. Syarat kepemilikan dapur
4 Verifikasi proposal produksi yang terpisah
dapat dipenuhi oleh
Poklahsar.
Verifikasi ditempuh dengan

berbagai metode baik klarifikasi

langsung ke lapangan, telepon,

atau pun meminta informasi baik

dari Dinas Kab/Kota dan

PPL/PPB dari kecamatan wilayah

kelompok tersebut.

5 Kelompok calon penerima Kelompok calon penerima hibah


133

sudah tersusun dan telah

hibah terinput ke Jogja Plan ditetapkan dalam KUA PPAS

serta terinput pada Jogja Plan

Penyiapan dokumen pengajuan

lelang (Draft kontrak, HPS,

Spesifikasi Teknis, Tata Kala, dan

KAK) untuk kemudian diajukan


Penyiapan dan penyampaian
6 ke Bagian Lelang Pengadaan
dokumen ke BLP
(BLP), Biro Pengembangan

Infrastruktur Wilayah dan

Pembiayaan Pembangunan

Sekretariat Daerah DIY.

Kelompok penerima hibah sarpras

Penandatangan Naskah menandatangani NPHD dan Pakta

7 Perjajian Hibah Daerah Integritas sebagai tahapan

(NPHD) dan Pakta Integritas. kelengkapan dokumen untuk

penerima hibah

Penandatanganan Kontrak Hibah


Kontrak Penyedia pelaksana
dengan Pemenang Lelang Pihak
8 pekerjaan Belanja Hibah
Ke Tiga. Dengan jangka waktu 90
Sarpras.
hari (PUPB) dan 70 hari (Teknis)

9 Penandatanganan Berita Penandatanganan BAST dan


134

Laporan Hibah (Laporan awal)

yang menandai telah diterimanya


Acara Serah Terima dan
seluruh paket oleh kelompok baik
Laporan Hibah
spesifikasi maupun jumlah tiap

item barang.

10 Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi selama

proses menjalankan usaha

dilakukan dengan kunjungan

langsung ke lapangan maupun

komunikasi melalui Whatsapp

Group yang telah dibuat

sebelumnya. untuk perikanan

budidaya yang dilaksanakan

setelah masa panen, selain melalui

2 metode tersebut juga dengan

tatap muka langsung langsung

melalui wadah Pelatihan.

Pelaksanaan program hibah Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

penggunaan anggaranya bersumber dari keuangan daerah yaitu

APBD, sehingga terdapat mekanisme pertanggungjawaban bagi

instansi yang memberikan bantuan hibah. Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah pelaksana


135

teknis (SKPD Teknis) sebagai pengguna anggaran/pengguna barang

atau kuasa pengguna aggaran/pengguna barang bertanggung jawab

atas pelaksanan pemberian bantuan hibah tersebut.

Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas

Kelautan dan perikanan DIY atas pemberian dana hibah meliputi ;191

a. usulan dari calon penerima hibah kepada kepala daerah;

b. keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima

hibah;

c. Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD);

d. Pakta Integritas dari penerima hibah yang menyatakan bahwa

hibah yang diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD;

e. bukti transfer uang atas pemberian hibah berupa uang atau

bukti serah terima barang/jasa atas pemberian hibah

barang/jasa.

Dokumen pelaksanaan hibah seebagaimana disebutkan diatas,

dilaporkan kepada kepala daerah yakni Gubernur dan juga

Inspektorat untuk dilakukan audit. Kemudian laporan realisasi hibah

dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah daerah dalam tahun

anggaran berkenan.192 Pertanggungjawaban Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY adalah memastikan bahwa proses pelaksanaan

pemberian hibah telah dijalankan sesuai dengan prosedur peraturan

191
Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah.
192
Pasal 20 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja
Daerah.
136

perundang-undangan, salah satu pertanggungjawabanya adalah

memastikan kelengkapan dokumen calon penerima hibah telah

lengkap.193

Pertanggungjawaban Dinas Kelautan dan Perikanan DIY pasca

penyerahan bantuan hibah, selaku SKPD Teknis adalah melakukan

monitoring dan evaluasi.194 Dinas akan melakukan proses monitoring

dengan melaksanakan pengawasan penggunaan barang hibah dengan

turun ke lapangan secara langsung maupun melalui sarana media

seluler. Proses monitoring yang dilakukan untuk mengawasi

penggunaan barang hibah agar digunakan sesuai dengan

peruntukannya, hal ini sangat penting dilakukan agar tidak terjadi

penyelewengan penggunaan barang.195

Setelah melakukan proses monitoring Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY akan memberikan evaluasi atas pemberian bantuan

hibah tersebut, apakah sudah tepat dan digunakan dengan baik atau

tidak. Hasil evaluasi ini akan menjadi catatan dan pertimbangan bagi

Dinas untuk memberikan bantuan hibah lagi. 196 Kemudian untuk

hasil monitoring dan evaluasi atas pemberian hibah disampaikan ke

Gubernur dengan tembusan kepada Inspektorat.197 Dinas Kelautan


193
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
194
Pasal 19 ayat 1 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016
tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial
195
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
196
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
197
Pasal 19 ayat 2 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2016
tentang Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial
137

dan Perikanan DIY selaku pengguna anggaran

mempertanggungjawabkan pemberian bantuan hibah tersebut kepada

3 instansi yakni ; Pada tingkat Pemerintah Daerah oleh Inspektorat

DIY, kemudian Insepektorat Kemendagri, dan BPK.198

Terkait dengan tata cara monitoring dan evaluasi sendiri tidak

diatur mekanisme pelaksanaanya, baik itu dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 beserta perubahanya tentang

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau dalam Peraturan

Gubernur No 60 Tahun 2016 tentang Tata Cara Bantuan Hibah dan

Bantuan Sosial. Peraturan tersebut tidak mengatur mengenai tata

cara dan jangka waktu monitoring dan evaluasi, dalam peraturan

tersebut hanya disebutkan bahwa instansi yang memberikan bantuan

hibah untuk melakukan monitoring dan evaluasi dengan memberikan

hasilnya kepada gubernur dengan tembusan kepada inspektorat.

Sehingga dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi diserahkan

kepada bidang yang terkait masing-masing, oleh karena itu terdapat

perbedaan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

Dalam proses monitoring dan evaluasi apabila ditemukan

pelanggaran berdasarkan Pasal 41 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan

Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

198
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
138

Belanja daerah, dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan. Merujuk pada dokumen pelaksanaan hibah yakni :

NPHD, Pakta Integritas, dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab

terdapat ketentuan apabila melanggar dapat dikenai sanksi baik itu

sanksi moral, administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu merujuk

pada ketentuan isi pasal pada NPHD terdapat ketentuan, apabila

penerima bantuan hibah tidak melaksanakan kewajibanya untuk

menggunakan bantuan hibah sesuai fungsinya secara optimal dapat

dialihkan penggunanya kepada kelompok lain.

Terkait dengan jangka waktu pelaksanaan evaluasi dan

monitoring tidak ada peraturan yang mengatur mengenai hal

tersebut, dalam praktiknya Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

melaksanakan evaluasi dan monitoring selama satu tahun anggaran

berjalan dimulai sejak barang hibah diterima penerima hibah.

Kemudian Dinas akan memberikan laporan hasil monitoring dan

evaluasi pada akhir tahun anggaran kepada Gubernur dengan

tembusan kepada Inspektorat untuk dilakukan pemeriksaan.199

Namun dalam praktiknya di lapangan setelah masa satu tahun

evaluasi dan monitoring berakhir rawan terjadi pelanggaran, padahal

merujuk pada dokumen NPHD barang hibah digunakan tidak hanya

untuk satu tahun tetapi untuk seterusnya. Sehingga apabila

199
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
139

ditemukan pelanggaran setelah masa monitoring dan evaluasi satu

tahun, tetap dapat dikenakan sanksi. Dinas Kelautan dan Perikanan

DIY belum pernah memberikan sanksi kepada penerima hibah yang

melanggar meskipun menemukan pelanggaran seperti; barang tidak

digunakan sebagimana mestinya dan tidak dirawat sehingga

mengakibatkan kerusakan, digunakan hanya oleh satu atau beberapa

orang saja, atau dialihakan kepada orang lain, dan bahkan barang

hibah dijual. Seringnya terjadi pelanggaran hibah disebabkan karena

terdapat kelompok yang setelah mendapat bantuan barang hibah

usaha produksinya malah berhenti, selain itu bahkan di lapangan

sendiri terdapat orang yang membuat kelompok baru yang tujuannya

untuk mendapatkan bantuan hibah. Oleh karena itu terkait proses

verifikasi harus dilaksanakan lebih ketat lagi, agar penerima bantuan

hibah tepat sasaran.200

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY meskipun di lapangan

menemukan kelompok yang melakukan pelanggaran, Dinas belum

pernah memberikan sanksi baik secara perdata yakni ganti rugi

ataupun pidana. Terdapat sanksi bagi kelompok yang tidak

melaksanakan kewajibanya untuk menggunakan bantuan hibah

sesuai fungsinya secara optimal, mengacu pada dokumen NPHD

barang hibah tersebut dapat dialihkan penggunanya kepada

200
Wawancara dengan Bapak Taufan Yudianto selaku staf pegawai Bidang Perikanan Dinas
Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 22 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
140

kelompok lain. Namun dalam praktiknya hal tersebut sulit dijalankan

karena tidak ada peraturan teknisnya.201

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY sampai sejauh ini belum

pernah mengalihkan barang hibah atau memberikan sanksi perdata

dan pidana bagi yang melanggar. Hal ini disebabkan selain karena

tidak ada peraturan teknisnya, juga mempertimbangkan

mempertimbangkan kondisi dari barang hibah tersebut sudah tidak

layak karena mengalami penyusutan nilai dan apabila melihat

pertanggungjawaban secara administratif oleh Dinas dalam

pemberian bantuan hibah tersebut sudah beres. Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY pada praktiknya apabila menemukan pelanggaran

atau menemukan penerima bantuan hibah yang tidak menggunakan

secara optimal barang hibah yang telah diberikan, Dinas akan

membuat catatan tersendiri dan memberikan sanksi moral dan

admnistrarif yakni kelompok tersebut tidak bisa mendapatkan

bantuan hibah apabila mengajukan kembali.202

Agar penerima bantuan hibah tepat sasaran dan menimalisir

terjadinya pelanggaran, terkait dengan penentuan penerima hibah

perlu lebih dievaluasi. Proses verifikasi pada penentuan penerimaan

hibah lebih diperketat untuk memastikan kelayakan penerima hibah,

terutama dengan mengecek kondisi usaha yang dijalankan kelompok

201
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
202
Wawancara dengan Bapak Sumbogo selaku Kepala Seksi Pengolahan Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
141

apakah usahanya telah ada dan berjalan dengan baik. Terkait dengan

penggunaan barang hibah yang hanya digunakan satu atau beberapa

orang saja, selama mendapat persetujuan anggota kelompok lain

tidak menjadi masalah. Namun apabila pemanfaatan barang hibah

dilakukan oleh satu atau beberapa orang dengan melanggar hukum

seperti barang hibah dijual, maka dapat diproses secara hukum

pidana yakni penggelapan.203

Dalam peraturan tidak ada yang mengatur mengenai jangka

waktu monitoring dan evaluasi, namun pada umumnya dalam praktik

adalah pada satu tahun aggaran berjalan dimulai sejak barang hibah

diterima. Pertanggungjawaban monitoring dan evaluasi dibuat dalam

bentuk laporan pada akhir tahun anggaran, apabila dalam proses

monitoring dan evaluasi ada ketidaksesuaian dapat dikenakan sanksi

sesuai ketentuan. Berkaitan dengan sanksi yang diberikan apabila

terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan hibah dikarenakan tidak

adanya peraturan secara teknis mengenai proses pemberian sanksi,

maka apabila terjadi pelanggaran atau wanprestasi terhadap

perjanjian dapat mengacu pada ketentuan NPHD. Meskipun pada

praktiknya pemberian sanksi kepada penerima hibah yang

melakukan pelanggaran atau tidak menggunakan barang hibah secara

optimal sulit untuk ditegakan, akan tetapi hasil monitoring dan

evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk


203
Wawancara dengan narasumber Rizky Septiana Widyaningtyas, selaku akademisi Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, pada tanggal 10 Desember 2020, Pukul 10.0 WIB.
142

kelayakan penerima hibah apabila mengajukan bantuan hibah

kembali.204

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun

penelitian lapangan, serta analisis yang telah penulis sampaikan. Dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dinas Kelautan dan Perikanan DIY mempunyai program kerja yang

membantu pengembangan UMKM sektor perikanan yakni melalui

peningkatan sumber daya manusia dalam bentuk pelatihan dan

bimbingan baik teknis maupun admnistratif, dan peningkatan produksi

usaha dengan pemberian bantuan hibah alat produksi usaha. Berkaitan

dengan subyek penerima bantuan hibah, yang dapat mengajukan

usulan bantuan hibah hanyalah kelompok perikanan yang telah

terigistrasi Dinas Perikanan Kota/Kabupaten. Persyaratan untuk

mendapatkan bantuan hibah harus memenuhi persyaratan dokumen

hibah seperti NPHD, Pakta Integritas, Surat Pernyataan Tanggung

jawab, Laporan Penggunan Hibah Barang, dan Laporan Barang ke

204
Wawancara dengan narasumber Rizky Septiana Widyaningtyas, selaku akademisi Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, pada tanggal 10 Desember 2020, Pukul 10.0 WIB.
143

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. Pelaksanan program kerja Dinas

kelautan dan Perikanan telah sesuai dengan ketentuan dalam UU No

20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan

Peraturan Daerah DIY Nomor 09 Tahun 2017 tentang Pemberdayaan

dan Perlindungan Industri Kreatif Koperasi dan Usaha Kecil

2. Pelaksanaan program bantuan hibah usaha anggaranya bersumber dari

APBD sehingga, terdapat mekanisme pertanggungjawabanya baik

oleh instansi pemberi hibah maupun penerima bantuan hibah.

Pertanggungjawaban hibah oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

selaku pemberi bantuan hibah adalah memastikan persyaratan

dokumen hibah telah terpenuhi yakni usulan calon penerima hibah,

penetapan daftar penerima hibah, NPHD, Pakta Integritas, bukti serah

terima barang hibah. Dinas juga bertanggungjawab untuk melakukan

monitoring dan evaluasi. Sedangkan penerima bantuan hibah

bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah.

Formal berkaitan dengan aspek administratif seperti dokumen NPHD,

Pakta Intergtitas, Surat Pernyataan Tanggung Jawab, Laporan

Penggunaan Hibah Barang, Laporan Barang ke Dinas Kelautan dan

Perikanan DIY dan laporan lainnya berkiatan evaluasi dan

monitoring. Materil berkaitan dengan penggunaan barang hibah

apakah digunakan dengan baik dan sesuai tujuanya atau tidak, apabila

ditemukan pelanggaran atas penggunan barang hibah dapat dikenakan

sanksi.
144

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan materi dalam

Penulisan Hukum ini, terdapat saran yang penulis dapat sampaikan yakni :

1. Bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta

Dinas kelautan dan Perikanan DIY untuk melakukan peningkatan

dan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja pengembangan usaha

perikanan bagi pelaku usaha UMKM perikanan. Khususnya pada

program pemberian bantuan hibah hendaknya menggunakan prinsip

kehati-hatian kepada para calon penerima hibah, yakni salah satu

caranya pada tahapan verifikasi proposal calon penerima bantuan

hibah pengembangan usaha untuk dilakukan lebih selektif lagi agar

penerima bantuan tepat sasaran. Kemudian terkait monitoring dan

evaluasi bantuan hibah lebih ditingkatkan lagi, apabila menemukan

pelanggaran dalam penggunaan barang hibah dapat mengenakan sanksi

sesuai dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD dan Peraturan

Perundang-undangan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

pelanggaran dan memberifan efek jera bagi yang melakukan

pelanggaran serupa.

2. Bagi UMKM Penerima Bantuan Hibah Pengembangan Usaha


145

Untuk UMKM penerima bantuan hibah pengembangan usaha

penggunaan barang hibah tersebut digunakan secara maksimal,

kemudian terkait dengan pengelolan barang barang hibah dicatat

sebagai invetaris usaha dan dibuat aturan penggunaanya berdasarkan

kesepakatan kelompok. Hal ini bertujuan agar yang menggunakan dan

yang mendapat manfaat adalah seluruh anggota kelompok bukan

hanya satu atau beberapa orang saja.

3. Bagi Dunia Usaha

Dunia usaha dapat membantu mendorong penumbuhan dan

pengembangan UMKM perikanan melalui dukungan berupa kerjasama

yang saling menguntungan salah satunya melalui penguatan kerjasama

kemitraan.

4. Bagi Masyarakat

Untuk masyarakat dapat membantu mendorong penumbuhan dan

pengembangan UMKM perikanan melalui dukungan berupa

menggunakan dan mengkonsumsi produk usaha dari UMKM

perikanan.
146

Daftar Pustaka

Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,


Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Djunaid Ghony, M dan Fauzan Almanshur, 2012, Metode Penelitian Kualitatif,


Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2012, Dualisme Penelitian Hukum, Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Fuady, Munir 2007, Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Guwandi, J. 1994, Kelalaian Medik, FKUI, Jakarta.

Hamzah, Andi 2005, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 2000, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,


Yogyakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 2009, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty,


Yogyakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 2010, Penemuan Hukum, Penerbit Universitas Atma Jaya


Yogyakarta, Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya


Bakti, 2010.

Notoatmojo, Soekidjo, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
2010.

Prawirokusumo, Soeharto, 1999. Ekonomi Rakyat (Konsep,Kebijakan dan


Strategi). Yogyakarta: BPFE.
147

Santoso, Djohari dan Achmad Ali, 1989, Hukum Perjanjian Indonesia,


Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Said, Adri dan Ika Widjaja, 2007, Akses Keuangan UMKM, GTZ-RED Jakarta,
Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1983, Metodologi Peneltian Hukum, Penerbit Ghalia


Indonesia, Jakarta.

Subekti, R, 1991, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Pusat Bahasa Depdiknas, Bandung.

Setiawan, R, 1987, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung.

Triwibowo, Cecep, 2012, Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit, Medika,


Yogyakarta.

Triwulan, Titik dan Shinta febrian, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien,
Prestasi Pustaka, Jakarta.

Widjaja, I.G. Rai, 2003, Merancang Suatu Kontrak, Kesaint Blanc, Jakarta.

Hasil Penelitian

Japhta, Rubin et al, 2016, UKM yang Dimiliki Wanita di Indonesia : Kesempatan
Emas untuk Institusi Keuangan Lokal, hasil penelitian, International Finance
Corporation.
Vidyacarla,Vini, 2016, Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja/PHK Karena
Pelanggaran Ketentuan Peraturan Perusahaan Pada PT X (Persero)
Kantor Cabang Yogyakarta, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Dokumen

RENSTRA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DIY 2017-2022


148

Internet

Asa/Adn, “Budaya Makan Ikan di Yogyakarta Dinilai Masih Rendah”,


https://kumparan.com/tugujogja/budaya-makan-ikan-di-yogyakarta-dinilai-
masih-rendah-1rmF9Ly2BmK, 1 Oktober 2019

Bappeda, “Tingkat Konsumsi ikan”http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_


dasar/cetak/558-tingkat-konsumsi-ikan, Diakses pada 3 Oktober 2019.

Damayanti, Dewi, “Polemik Pajak atas UMKM”,


http://www.pajak.go.id/article/polemik-pajak-atas-umkm diakses pada
tanggal 25 september 2019.

Dislautkan, “Program Kegiatan”


https://dislautkan.jogjaprov.go.id/web/programkegiatan, Diakses pada 4
Oktober 2019.

Dppka,“InformasiYogyakarta”http://dppka.jogjaprov.go.id/document/
infoyogyakarta.pdf, diakses pada 5 Oktober 2019.

Hakim, Luqman, “ DIY Rencanakan Bangun Unit Pengolahan Ikan “


https://jogja.antaranews.com/berita/363676/diy-rencanakan-bangun-unit-
pengolahan-ikan-berstandar-ekspor

Handito, Dwi Nourma, LIPSUS: 95 Persen Perekonomian DIY Disumbang Oleh


UMKM, http://jogja.tribunnews.com/2016/06/22/lipsus-95-persen-
perekonomian-diy-disumbang-oleh-umkm, diakses pada tanggal 27
September 2019.

Kkp.go.id, “Produksi Ikan Tinggi Namun Konsumsi Ikan Masyarakat DIY Masih
rendah” https://kkp.go.id/bkipm/artikel/7399-produksi-ikan-tinggi-namun-
konsumsi-ikan-masyarakat-diy-masih-rendah, Diakses pada 1 Oktober
2019.

Putra, Dwi Aditya, “UMKM Sumbang 60 Persen ke Pertumbuhan Ekonomi


Nasiona”, https://www.liputan6.com/bisnis/read/3581067/umkm-sumbang-
60-persen-ke-pertumbuhan-ekonomi-nasional, diakses pada tanggal 26
September 2019.

Roy, “Produksi Ikan Budidaya DIY rendah, Pendampingan Kurang Optimal?” ,


https://krjogja.com/web/news/read/91245/Produksi_Ikan
_Budidaya_DIY_Rendah_Pendampingan_Kurang_Optimal diakses pada
tanggal 30 September 2019.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, “ FAQ Tentang Penerbitan Sertifikat
Kelayakan Pengolahan” https://kkp.go.id/djpdspkp/page/929-faq-tentang-
penerbitan-sertifikat-kelayakan-pengolahanskp#:~:text=A%20:%20Alur
149

%20proses%20pengurusan%20SKP%20secara%20online%20sebagai
%20berikut:, Diakses pada 20 Juni 2020.

Kementrian Kelautan dan Perikanan, “ SUPM Pontianak Adakan Pelatihan BST-F


dan ANKAPIN dan ATKAPIN Tk. III”
https://kkp.go.id/brsdm/artikel/5207-supm-pontianak-adakan-pelatihan-bst-
f-dan-ankapin-dan-atkapin-tk-iii, Diakses pada 21 Juni 2020.

Jurnal

Agustine, Adhinda Dewi et al, “Pengembangan Sektor Kelautan dan Perikanan


Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah”, Jurnal Administrasi Publik,
Nomor 2 Volume 2, Februari 2014.

Mustofa, Imron, EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, “Jendela


Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran
Ilmiah”, Nomor 2 Volume. 6, Juli-Desember 2016.

Triarso, Imam, Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di


Pantura Jawa Tengah, Jurnal Saintek Perikanan (JAP), Nomor 1 Volume 8,
Agustus 2012.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil, dan
Menengah (Lembaran Negara Republik ndonesia tahun 2008 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan


atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5073).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman


Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatandan Belanja Daerah

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor


17/PERMEN-KP/2019 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan
Sertifikat Kelayakan Pengolahan

Peraturan Badan Pengawas Obat dam Makanan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pendaftaran Pangan Olahan
150

Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2017 Tentang


Pemberdayaan dan Perlindungan Industri Kreatif, Koperasi, dan Usaha
Kecil.

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakrta Nomor 60 Tahun2016 tentang


Tata Cara Hibah dan Bantuan Sosial.

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 61 Tahun 2018 Tentang


Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas
Kelautan dan Perikana
151

Anda mungkin juga menyukai