Anda di halaman 1dari 79

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM

TRANSAKSI KRIPTO PADA BURSA BERJANGKA


KOMODITI
(Studi Kasus: Daerah Istimewa Yogyakarta)

SKRIPSI

Nama : Yusuf

NIM : 20180610322

Fakultas : Hukum

Konsentrasi : Hukum Bisnis

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

202

ii
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM
TRANSAKSI KRIPTO PADA BURSA BERJANGKA
KOMODITI
(Studi Kasus: Daerah Istimewa Yogyakarta)

SKRIPSI

Nama : Yusuf

NIM : 20180610322

Fakultas : Hukum

Konsentrasi : Hukum Bisnis

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM TRANSAKSI


KRIPTO PADA BURSA BERJANGKA KOMODITI
(STUDI KASUS: DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar


sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

Disusun
Oleh:
Yusuf
NIM. 20180610322

Telah disetujui oleh dosen pembimbing

skripsi pada … Dosen Pembimbing

Ani Yunita, S.H., M.H


NIK.19890224201508153062

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM TRANSAKSI


KRIPTO PADA BURSA BERJANGKA KOMODITI
(STUDI KASUS:DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Telah dipertahankan di hadapan tim penguji dalam ujian tugas akhir/ pendadaran.
Pada hari .......... tanggal......dan dinyatakan lulus.

Tim Penguji : Tanda


Tangan

1. Ketua : ...............................

2. Anggota : Ani Yunita, S.H., M.H. ...............................


NIK. 19890224201508153062

3. Anggota : ...............................

Mengesah
kan,
Dekan
Fakultas
Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Iwan Satriawan, S.H.,


MCL., Ph.D. NIK.
19700706199904153039

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Yusuf
NIM : 20180610322
Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM
TRANSAKSI KRIPTO PADA BURSA BERJANGKA
KOMODITI (STUDI KASUS: DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA).
Dengan ini menyatakan bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis dan
diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti
tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian


hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Yogyakarta, ………….
2023

Yusuf

iv
HALAMAN MOTTO

“Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari

ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia

pulang”

(HR Tirmidzi)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbal’alamin

Dengan mengucap rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah


SWT, terima kasih atas segala nikmat yang berupa kemudahan dan kelancaran
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, ku persembahkan untuk mereka
yang sangat saya cintai:
1. Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Bijaksana.
2. Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai penerang kegelapan.
3. Kedua orang tua, H.Wiknyo dan Asiah Ernawati, atas doa
dan dukungan penuhnya.
4. Kakak Nurul Amalia dan Muhammad Fauzan yang telah
memberikan bantuan baik ilmu maupun dukungan.
5. Adik Abdu Rahman, yang telah memberikan dukungannya.

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan


rahmat, karunia dan kasih-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR
DALAM TRANSAKSI KRIPTO PADA BURSA BERJANGKA
KOMODITI (STUDI KASUS: DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.
Penulisan Hukum ini disusun guna melengkapi persyartaan untuk mendapatkan
Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga
kepada umatnya sampai akhir zaman.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatam ini penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih diberikan
kepada:

1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta
2. Bapak Iwan Satriawan, S.H., MCL., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Ani Yunita, S.H., M.H. . selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia menyempatkan waktu serta memberikan ilmu sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak ………………… selaku dosen penguji yang telah memberi
masukan yang membangun serta memberikan ilmu terkait
kepenulisan.

vi
5. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, yang telah memberikan ilmu selama di bangku
perkuliahan.
6. Seluruh staf di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah
membatu penulis baik dari segala kebutuhan administrasi maupun
dari kebutuhan pendukung yang dibutuhkan penulis selama di
bangku perkuliahan.
7. Kedua orang tua, H. Wiknyo dan Asiah Ernawati yang telah
memberikan hal yang terbaik dan senantiasa memberikan doa
kesuksesan kepada anak-anaknya.
8. Kakak Nurul Amalia dan Muhammad Fauzan, terimakasih sudah
memberikan hal positif terkait skripsi serta memberikan semangat.
9. Adik Abdurahman, terimakasih sudah memberikan hal keseruan di
sela mengerjakan skripsi.
10. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, terimakasih sudah
menjadi rumah kedua serta menjadi tempat belajar di luar kelas.
11. Pengurus PERKADERAN HMI Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2019-2020.
12. KKN Mandiri Mahardika Bakti Nusantara Gen 6, terimakasih sudah
mengabdi bersama di Desa Batu Lobang.
13. Keluarga besar Desa Batu Lobang, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong,
Provinsi Papua Barat Daya.
14. Kafilah Mataf Petitum 2018, Victor Alfarizi, Erlangga, Avaya, Aldi,
dan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu demi satu.
15. Kawan-Kawan saya. Erian, Bayu, Nugroho, Alfiansyah, Hakem,
Dwi, Kholid, Rizqy, Athallah.
16. Teman-teman saya di Los Kasonganos yang telah memberikan
dukungan dan semangat selama mengerjakan skripsi ini.
Akhir kata semoga Allah SWT memberkahi tulisan Penulis ini dan semoga
tulisan ini bisa menjadi referensi yang bermanfaat untuk Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, …………..
2023

Yusuf
NIM.
2018061032
2

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
A. Tinjauan Perlindungan Hukum...................................................................10
1. Pengertian Perlindungan Hukum...........................................................10
2. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum...................................................11
3. Tujuan Perlindungan Hukum................................................................14
4. Aset Kripto di Indonesia........................................................................16
B. Tinjauan Umum Tentang Komoditi............................................................19
1. Pengertian Bursa Berjangka Komoditi..................................................19
2. Pengertian Komoditi..............................................................................20
3. Perkembangan Bursa Berjangka di Indonesia.......................................21
4. Tugas dan Fungsi Bursa Berjangka.......................................................24
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................26
A. Jenis Penelitian............................................................................................26
B. Sumber Data................................................................................................26
C. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................27
D. Lokasi Penelitian.........................................................................................28
E. Metode Pengambilan Sample, Narasumber dan Responden......................28
F. Analisis Data...............................................................................................29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................31
A. Gambaran Umum tentang Wilayah Penelitian............................................31
B. Perlindungan Hukum bagi para Investor pada Transaksi Asset Kripto
dalam Bursa Berjangka Komoditi di Daerah Istimewa Yogyakarta..........32
1. Perlindungan Hukum dalam UUD NRI 1945.......................................32

viii
2. Perlindungan Hukum Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi.........32
3. Perlindungan Hukum Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan dan
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi............................33
4. Perlindungan Hukum berdasarkan Aspek Perlindungan Konsumen.....33
5. Aset Kripto Sebagai Subjek Perdagangan Berjangka Komoditi...........34
6. Preferensi Investor terhadap Keputusan Investasi pada Crypto Asset...36
7. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Investor Crypto Asset....................39
C. Kelemahan Regulasi Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam
Melakukan Transaksi Kripto......................................................................45
BAB V PENUTUP................................................................................................58
A. Kesimpulan.................................................................................................58
B. Saran............................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................61

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Daftar broker resmi perdagangan kripto yang terdaftar di Bappeti.......4


Tabel 4. 1 Perbandingan Aset Kripto Dengan Komoditi Lain..............................35

x
ABSTRAK

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kajian hukum di Indonesia, salah satu cabang diskusi yang

juga menjadi fokus utama para praktisi dan akademisi ilmu hukum adalah

terkait dengan studi dari kasus perlindungan hukum1. Dalam hal ini, fungsi

dari perlindungan hukum adalah untuk mewujudkan stabilitas dalam

berbagai aspek kehidupan yang diatur oleh hukum2. Perlindungan hukum

perdata di Indonesia tercermin dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, hal ini dijelaskan dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Dalam praktik

perlindungan hukum, berbagai aspek telah tercakup dalam praktik

perlindungan hukum di Indonesia, salah satunya adalah aktifitas ekonomi

pada pasar yang dilakukan oleh masyarakat.

Dengan berkembangnya digitalisasi, maka aktifitas ekonomi pasar

yang dilakukan oleh masyarakat juga berkembang menuju babak baru

perekonomian digital yang memanfaatkan internet sebagai sarana

transaksi. Keberadaan dari perekonomian digital adalah ditandai dengan

kegiatan transaksi melalui platform digital yang ada di internet, juga

menggunakan alat tukar digital yang dapat digunakan untuk melakukan

transaksi3. Perdagangan dengan memanfaatkan platform digital di internet

1
Resti Shelya Punjaini, “Development of Equitable Law in Indonesia and Global Perspective,”
Jurnal UNNES 1 (2022): 219–21, https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/lslr/article/view/56726.
2
Kusuma Jati Mahesa, Hukum Perlindungan Nasabah Bank: Upaya Hukum Melindungi Nasabah
Bank Terhadap Tindak Kejahatan ITE Di Bidang Perbankan (Bandung: Nusamedia, 2019).
hal.14.
3
Indrajit Eko Richardus, E-Commerce Kiat Dan Strategi Bisnis Di Dunia Maya (Bandung: Jakarta
Elex Media Komputindo, 2001).

1
telah memberikan konversi kebiasaan masyarakat dalam membeli sebuah

komoditas yang tersedia, sehingga perdagangan menjadi semakin

terdigitalisasi.

Salah satu bentuk transaksi digital yang tengah marak di kalangan

masyarakat Indonesia, adalah transaksi mata uang digital yang disebut

sebagai Cryptocurrency atau mata uang kripto4. Cryptocurrency adalah

sebuah sistem yang menggunakan teknologi kriptografi untuk melakukan

proses pengiriman data secara aman dan memproses pertukaran mata uang

digital5. Singkatnya, kripto adalah sistem moneter virtual yang bertindak

sebagai mata uang standar dan memungkinkan pengguna melakukan

pembayaran virtual untuk transaksi melalui platform digital6.

Dalam kasus di Indonesia, laporan dari menyebutkan bahwa

transaksi Cryptocurrency di Indonesia pada tahun 2022 mencapai Rp.

306,4 Trilliun7. Dengan besarnya angka transaksi ini, maka hal ini juga

mengindikasikan bahwasanya banyak masyarakat Indonesia yang antusias

untuk menyambut keberadaan Cryptocurrency di Indonesia dan juga

menjadi salah satu pelaku perdagangan Cryptocurrency di Indonesia.

Aktor yang melakukan transaksi pada platform digital untuk membeli

Cryptocurrency, disebut sebagai para investor kripto yang membeli koin

kripto diharga yang relative rendah dan menyimpanya pada waktu yang
4
Rizaty Monavia Ayu, “Transaksi Kripto Di Indonesia Sebesar Rp306,4 Triliun Pada 2022,”
dataindoneisa.id, 2023, https://dataindonesia.id/bursa-keuangan/detail/transaksi-kripto-di-
indonesia-sebesar-rp3064-triliun-pada-2022.
5
M. Tony, “A Brief History of Cryptography” Vol.1 No.1 (2009),
http://www.inquiriesjournal.com/articles/1698/a-brief-history-of-cryptography.
6
Nurfia Oktaviani Syamsiah, “Kajian Atas Cryptocurrency Sebagai Alat Pembayaran Di
Indonesia,” Indonesian Journal on Networking and Security 6, no. 1 (2017): 53–61.
7
Ibid

2
relative lama guna dijual kembali pada titik tertinggi harga dari koin kripto

tersebut.

Seiring meningkatnya peradagangan koin kripto pada platform

digital di Indonesia, maka sentuhan hukum perlu diberikan sehingga dalam

hal ini perlindungan hukum pada transaksi Cryptocurrency di Indonesia

mulai muncul. Lembaga negara yang memiliki hak dan kewajiban dalam

melakukan pengawasan pada perdagangan Cryptocurrency adalah

Bappebti, Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun

2018 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka

Aset Kripto. Aset kripto merupakan subjek kontrak berjangka yang dapat

diperdagangkan dalam bursa berjangka juga yang dimana hal ini didasari

oleh Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 yang substansinya

menjelaskan mekanisme penetapan suatu jenis Aset Kripto yang legal

diperdagangan pada pasar kripto di Indonesia.

Sebagai regulator aset kripto lokal, Bappebti juga mengatur aset

mana saja yang boleh diperdagangkan. Istilah yang diatur didasarkan pada

teknologi buku besar terdistribusi, baik sebagai aset kriptografi utilitas atau

aset kripto, dan telah disesuaikan dengan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP) yang ditetapkan oleh Bappebti8. Selaras dengan hal

tersebut, juga Bappeti telah menetapkan 11 broker resmi beserta dengan

perusahaan yang terdaftar di Bappeti untuk melakukan perdagangan kripto

secara digital.
8
Lona Olavia, “Investor Aset Kripto Di Indonesia Tembus 16,1 Juta Pelanggan,” www.investor.id,
https://investor.id/market-and-corporate/308938/investor-aset-kripto-di-indonesia-tembus-161-
juta-pelanggan.(2022)

3
Tabel 1. 1 Daftar broker resmi perdagangan kripto yang terdaftar di Bappeti

1 PT Indodax Nasional Indonesia (Indodax)

2 PT Crypto Indonesia Berkat (Tokocrypto)

3 PT Zipmex Exchange Indonesia (Zipmex)

4 PT Indonesia Digital Exchange (Idex)

5 PT Pintu Kemana Saja (Pintu)

6 PT Luno Indonesia LTD (Luno)

7 PT Cipta Koin Digital (Koinku)

8 PT Tiga Inti Utama

9 PT Upbit Exchange Indonesia

10 PT Rekeningku Dotcom Indonesia

11 PT Triniti Investama Berkat

Berdasarkan data terkait dengan jumlah broker yang terdaftar

diatas, masyarakat Indonesia menggunakan 11 broker tersebut guna

melakukan transaksi kripto yang diawasi secara langsung dibawah

naungan Bappeti. Akan tetapi diluar dari 11 daftar tersebut, masyarakat

Indonesia masih banyak mengunakan broker illegal dari luar Indonesia

untuk melakukan perdagangan asset kripto. Seperti contohnya penggunaan

binance, yang merupakan broker perdagangan kripto yang illegal di

Indonesia9. Secara tidak langsung, hal ini juga membuka peluang bagi

9
NPB, “Binance Ilegal, Ini 13 Marketplace Uang Kripto Legal Di RI,” cnbcindonesia.com, 2021.

4
malpraktik perdagangan kripto di Indonesia karena tidak dapat diawasi

secara langsung oleh Bappeti.

Disisi lain, permasalahan terkait perdagan cryptocurrency masih

juga banyak bermunculan di Indonesia. Dimulai dari kemunculan ekonomi

yang tidak stabil akibat dari pasar kripto yang memiliki volatilitas yang

tinggi, sehingga berdampak pada terganggunya volatilitas ekonomi

Indonesia10. Selanjutnya permasalahan yang lain terkait dengan regulasi

yang dinolai tidak konsisten juga terjadi 11, dan dalam kalangan masyarakat

yang paling terlihat adalah banyak masyarakat yang memiliki pemahaman

yang terbatas terkait dengan cryptocurrency yang menjadi komoditas

perdagangan12.

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang perdagangan

cryptocurrency, pada akhirnya berdampak pada kerugian masyarakat yang

melakukan transaksi dan investasi cryptocurrency tanpa mengetahu

landasan utama dari pembelian cryptocurrency sebagai komoditas

perdagangan. Hal ini dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menjual

proyek koin cryptocurrency kepada masyarakat dengan hanya

mengandalkan legitimasi publik, seperti kasus koin ASIX yang digagas

oleh selebriti di Indonesia yang pada akhirnya mengalami bearish nilai

10
Putri Cantika, “Kripto ‘Meledak’ Di RI Buat Sri Mulyani Terima Banyak Aduan,”
cnbcindonesia.com, 2022,
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20221214081102-37-396670/kripto-meledak-di-ri-buat-sri-
mulyani-terima-banyak-aduan.
11
Santia Tira, “Regulasi Aset Kripto Di Indonesia Dinilai Tidak Konsisten,” Merdeka.com, 2021,
https://www.merdeka.com/uang/regulasi-aset-kripto-di-indonesia-dinilai-tidak-konsisten.html.
12
Ignatia Maria Sri Sayekti, “Literasi Aset Kripto 2023, Mendag Zulkifli: Masyarakat Harus
Paham Perdagangan Kripto,” Pressrelease.id, 2023, https://pressrelease.kontan.co.id/news/literasi-
aset-kripto-2023-mendag-zulkifli-masyarakat-harus-paham-perdagangan-kripto.

5
secara signifikan sehingga masyarakat Indonesia yang sudah membeli koin

ASIX merasa dirugikan13 selanjutnya berbagai koin cryptocurrency yang

diproduksi oleh para selebriti juga mengalami permasalahan yang serupa,

seperti LESLAR dan I-COIN14.

Kejadian Bearish nilai secara signifikan yang merugikan

masyarakat, tentunya memberikan keuntungan bagi pengagas koin

tersebut; dimana masyarakat sudah mengeluarkan anggaran untuk

membeli koin tersebut. Dalam hal ini, terdapat dua permasalahan yang

nampak dari dinamika cryptocurrency di Indonesia, yakni adalah

pemahaman para investor cryptocurrency yang minim dan juga aksi dari

Bappebti yang belum mampu menanggulangi kejadian tersebut, meskipun

perilisian koin cryptocurrency secara legal dinaungi oleh Bappebti secara

langsung untuk transaksi komoditas.

Padahal menurut peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 sudah

memberikan mekanisme asset kripto yang dapat diperdagangkan sebagai

komoditas, artinya dalam hal ini Bappebti memberikan seleksi khusus

kepada asset kripto yang dapat dirilis sebagai komoditas perdagangan.

Akan tetapi fakta lapangan menunjukan bahwa berbagai asset kripto

seperti koin kripto yang dirilis oleh para selebriti di Indonesia dan lolos

mekanisme penyeleksian Bappeti justru tidak memiliki underlying yang

13
Hikam Herdi, “Harga ASIX Anjlok, Investor Teriak Minta Duit Balik! Piye Mas Anang?,”
detikfinance, 2022, https://finance.detik.com/fintech/d-5937908/harga-asix-anjlok-investor-teriak-
minta-duit-balik-piye-mas-anang/1.
14
Bestari Putri Novina, “Sempat Heboh, Bagaimana Nasib Harga Token Kripto Artis RI?,”
cnbcindonesia.com, 2022,
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220606113006-37-344630/sempat-heboh-bagaimana-
nasib-harga-token-kripto-artis-ri.

6
baik, sehingga terjadi bearish nilai secara signifikan dan merugikan para

investor kripto15.

Disisi lain untuk melindungi para investor kripto dari kerugian

serupa, padahal terdapat undang-undang perlindungan, yang selama ini

dianggap kurang diperhatikan dapat menjadi salah satu prioritas negara.

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan

konsumen yang direncanakan adalah guna meningkatkan martabat dan

kesadaran konsumen, selain itu secara tidak langsung dapat mendorong

rasa tanggung jawab pelaku usaha ketika menyelenggarakan kegiatan

usahanya, dimana dalam hal ini, investor kripto juga termasuk sebagai

konsumen. Sehingga perlindungan hukum bagi para investor kripto sangat

dibutuhkan secara lebih spesifik oleh Bappebti.

Selain itu Bappebti yang memberikan pengawasan pada pasar

kripto di Indonesia, kini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mendapatkan

hak untuk bersama Bappeti memberikan pengawasan terhadap transaksi

mata uang kripto di Indonesia. Hal ini didasari oleh UU Pengembangan

dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan (selanjutnya disebut sebagai PPSK),

pasal 6 ayat 1 e menyebutkan OJK akan melaksanakan tugas pengaturan

dan pengawasan terhadap kegiatan di sektor inovasi teknologi sektor

keuangan, aset keuangan digital dan aset kripto16. Akan tetapi, OJK

15
Wella Andany, “Hati-Hati Dengan Euforia Token Kripto Artis Yang Menjamur,”
cnnindonesia.com, 2022,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220304061147-92-766493/hati-hati-dengan-euforia-
token-kripto-artis-yang-menjamur.
16
Andrean Kristianto, “Tak Lagi Haram! Pasar Kripto Resmi Diatur OJK,” cnbcindonesia.com,
2022, https://www.cnbcindonesia.com/market/20221215093109-17-397101/tak-lagi-haram-pasar-
kripto-resmi-diatur-ojk.

7
mendapatkan batasan untuk megawasi jenis-jenis asset kripto tertentu

seperti menyasar stable coin atau kripto yang nilainya berkaitan dengan

mata uang dan komoditas tertentu serta pengawasan juga akan membidik

kripto dengan real underline asset17. Padahal dalam perdagangan asset

kripto di Indonesia memiliki banyak jenis koin yang diperdagangkan,

bahkan tidak termasuk sebagai stable coin dan yang tidak memiliki

underline asset yang kuat seperti layaknya koin yang digagas oleh para

selebriti di Indonesia.

Dari berbagai provinsi di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta

masuk dalam kategori sebagai provinsi yang menghasilkan transaksi

cryptocurrency tertinggi diantar berbagai provinsi yang ada18. Fakta ini

mendorong sebuah kesimpulan, bahwasanya Daerah Istimewa Yogyakarta

menjadi pilihan peneliti guna melakukan penelitian terkait dengan

perlindungan hukum bagi para investor pada transaksi kripto.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI INVESTOR DALAM TRANSAKSI KRIPTO PADA

BURSA BERJANGKA KOMODITI”.

B. Rumusan Masalah

17
Teti Purwanti, “Pengumuman! OJK Hanya Awasi Kripto Jenis Ini,” cnbcindonesia.com, 2022,
https://www.cnbcindonesia.com/market/20221221132015-17-398837/pengumuman-ojk-hanya-
awasi-kripto-jenis-ini.
18
Achmad Adhito, “Berikut, 6 Provinsi Dengan Aset Kripto Terbesar,” topbusiness.id, 2023,
https://www.topbusiness.id/73329/berikut-6-provinsi-dengan-aset-kripto-terbesar.html.

8
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi para investor pada transaksi asset

kripto dalam bursa berjangka komoditi di Daerah Istimewa

Yogyakarta?

2. Apa saja kelemahan regulasi terkait perlindungan hukum bagi investor

dalam melakukan transaksi kripto?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja perlindungan hukum bagi para Investor di

Indonesia, terkhsusnya di Yogyakarta.

2. Untuk mengetahuai apa saja kelemahan pada regulasi terkait

perlindungan hukum bagi investor dalam melakukan transaksi kripto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap kajian mengenai

perlindungan hukum, khususnya perlindungan hukum bagi para

investor pada transaksi asset kripto dalam bursa berjangka komoditi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini akan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan

rekomendasi kebijakan dalam melakukan upaya perbaikan mekanisme

perlindungan investor pada transaksi asset kripto dalam bursa berjangka

komoditi.

BAB II

9
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Perlindungan Hukum.

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan salah satu unsur untuk

memperbaiki aspek penegakan hukum di suatu negara. Perlindungan

hukum diberikan oleh negara kepada masyarakatnya demi mewujudkan

stabilitas dalam hal apapun, termasuk di dalamnya dalam hal ekonomi dan

hukum.

Secara terminologis, perlindungan hukum dapat diartikan sebagai

gabungan dari dua pengertian yaitu “perlindungan” dan “hukum”. KBBI

mendefinisikan perlindungan sebagai objek atau tindakan yang

melindungi. Hukum juga dapat diartikan sebagai peraturan atau praktik

formal yang mengikat, yang ditegaskan oleh suatu otoritas atau

pemerintah. Merujuk definisi tersebut, perlindungan hukum dapat

diartikan dengan upaya melindungi yang dilakukan pemerintah atau

penguasa dengan sejumlah peraturan yang ada. Singkatnya, perlindungan

hukum adalah fungsi dari hukum itu sendiri dan berfungsi memberikan

perlindungan19.

Beranjak dari definisi sederhana tersebut. Pandangan Hukum

mengartikan perlindungan hukum sebagai peraturan-peraturan yang

bersifat memaksa dalam lingkungan masyarakat. Peraturan ini dibuat oleh

19
Ryan, Cooper, and Tauer, “PELAKSANAAN FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK,” Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents, no. 193 (2013): 12–26.

10
badan-badan resmi yang berwajib dan pelanggaran terhadap peraturan

tersebut akan menyebabkan pengambilan tindakan.

Ada juga beberapa perlindungan menurut para ahli. Salah satu

contohnya adalah menurut CST Kansil, “perlindungan hukum adalah

segala upaya hukum harus diberikan oleh aparat penegak hukum demi

memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan

dan berbagai ancaman dari pihak manapun”. Dan menurut Satjipto

Raharjo mendefinisikan “Perlindungan Hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum”.

Kesimpulan dari perlindungan hukum itu sendiri adalah

melindungi hak asasi manusia yang dilanggar oleh orang lain dan juga

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati

semua hak yang diberikan oleh hukum, atau dengan kata lain perlindungan

hukum terdiri dari berbagai cara hukum yang harus ditaati oleh

masyarakat.

2. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum

Di Indonesia, perlindungan hukum diwujudkan dengan adanya

berbagai peraturan perundang-undangan. Bentuk atau kategori

perlindungan itu berbeda-beda, misalnya perlindungan hukum meliputi

perlindungan perdata, perlindungan konsumen, perlindungan anak, dan

lain sebagainya20.
20
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Malang: Sinar Grafika, 2022).

11
Secara tidak langsung, merujuk kepada perlindungan sipil di

Indonesia tercermin dalam hukum perdata. Dalam KUH Perdata mengatur

tentang perlindungan terhadap korban atau pihak yang dirugikan yaitu

berupa ganti rugi. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1365

KUH Perdata yang menyebutkan bahwa orang yang melanggar hukum dan

membawa kerugian wajib mengganti kerugian yang timbul karenanya.

Perlindungan konsumen diatur juga dalam UU Perlindungan

Konsumen21. Dalam arti perlindungan konsumen sebagaimana dijelaskan

di Pasal 1 Angka 1 UU Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen. Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen menerangkan bahwa

seorang konsumen berhak atas delapan hak sebagai berikut.

1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa;

2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa;

4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yang digunakan;

21
Wahyu Simon Tampobolon, “UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN
DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN,” Jurnal Ilmiah
Advokasi 04, no. 1 (2016): 53–61, https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/advokasi/article/view/356/0.

12
5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif; dan

8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

9. Persoalan yang berkaitan dengan perlindungan anak diatur dalam

UU Perlindungan Anak dan perubahannya. Pasal 1 Angka 2 UU

Perlindungan Anakjo. UU 35/2014 menyatakan bahwa

perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan hukum

dan diskriminasi.

Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak

asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut

diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak

yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum

adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak

hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik

dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun22.


22
Ibid

13
Kesimpulannya banyak sekali bentuk perlindungan hukum yang

bisa membantu masyarakat, akan tetapi masyarakat masih belum

memahami betul terkait apa saja bentuk-bentuk perlindungan hukum yang

bisa membantu masyarakat, maka dari itu pemerintah harus

memberitahukan jelasnya bentuk-betuk perlindungan yang bisa didapatkan

oleh masyarakat.

3. Tujuan Perlindungan Hukum

Tujuan pentingnya perlindungan dan penegakan hukum tidak lain

untuk memastikan subjek hukum memperoleh setiap haknya. Kemudian,

apabila ada pelanggaran akan hak-hak tersebut, adanya perlindungan

hukum dapat memberikan perlindungan penuh pada subjek hukum yang

menjadi korban23.

Upaya perlindungan hukum telah dilakukan dengan perumusan

sejumlah undang-undang dan kebijakan. Akan tetapi, sejauh ini

perlindungan yang diberikan belum optimal. Hal ini berkaitan dengan

upaya penegakan hukumnya. Perlindungan hukum adalah upaya

melindungi yang dilakukan pemerintah atau penguasa dengan sejumlah

peraturan yang ada. Berikut pengertian dan cara memperolehnya.

Mengapa perlindungan hukum tidak akan terwujud apabila

penegakan hukum tidak dilaksanakan. Sebab, keduanya berkaitan dan

tidak dapat dilepaskan. Perlindungan hukum yang diwujudkan dalam

23
Kadek Desy Pramita and Kadek Diva Hendrayana, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor
Sebagai Konsumen Dalam Investasi Online,” Jurnal Pacta Sunt Servanda 2, no. 1 (2021): 24–35.

14
undang-undang adalah instrumen dan penegak hukum adalah langkah

untuk merealisasikan instrumen tersebut.

Simanjuntak merumuskan 4 unsur perlindungan hukum. Jika unsur

berikut terpenuhi, barulah upaya perlindungan dapat dikatakan sebagai

perlindungan hukum24.

1. Adanya perlindungan dari pemerintah terhadap warganya.

2. Jaminan kepastian hukum.

3. Berkaitan dengan hak-hak warga negaranya.

4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Perlindungan dan Penegakan hukum di Indonesia pun dinilai

sangat penting dan menjadi pondasi dasar dalam menunjang

keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia, sebab tanpa adanya

perlindungan serta penegakan hukum maka seluruh hak warga negara akan

rentan mengalami pelanggaran hak asasi baik dari kalangan sesama

masyarakat hingga pemerintah, bahkan cita-cita dasar bangsa yaitu

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia tidak akan pernah tercapai

apabila perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia tidak

diupayakan.

Semua orang sebagaimana dinyatakan Pasal 28D ayat (1) UUD

1945 bahwa setiap orang berhak diakui serta mendapatkan jaminan

perlindungan hukum yang sama di mata hukum. Untuk mendapatkan

perlindungan hukum, seseorang dapat melaporkan segala bentuk tindak

24
Marpi Yapiter, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Keabsahan Kontrak Elektronik
Dalam Transaksi E-Commerce (Tasikmalaya: Pt.Zona Media Mandiri, 2020), hal.173.

15
pidana atau perbuatan yang merugikan kepada polisi. Aparat kepolisian

berwenang dan bertugas untuk melindungi warga negara25.

Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (1) UU

Kepolisian yang menerangkan bahwa Kepolisian Negara Republik

Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

4. Aset Kripto di Indonesia

a. Pengertian Aset Kripto

Pada dasarnya aset kripto adalah instrumen investasi yang ada

di dunia digital. Aset ini kian populer dan banyak dilirik oleh investor

dari berbagai belahan dunia. Menurut Bank of England, aset kripto

adalah sebuah sistem yang dirancang sebagai mata uang digital. Tetapi

aset kripto tidak seperti uang tunai yang kita bawa. Aset kripto ada

secara digital dan menggunakan sistem peer-to-peer.

Hingga saat ini ada dua jenis aset kripto. Jenis aset tersebut

ialah native coin dan token. Melansir dari Investor.id, native coin

merupakan aset kripto yang dibuat bersamaan dengan diciptakannya

teknologi blockchain itu sendiri. Salah satunya contohnya seperti

bitcoin. Sedangkan token adalah aset kripto yang beroperasi

25
Ekka Sakti Koeswanto and Muhammad Taufik, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Yang
Melakukan Investasi Virtual Currency (Centcoin Dan Bitcoin),” Jurnal Living Law 9, no. 1
(2017).

16
menggunakan sistem blockchain dari koin kripto. Singkatnya, token

tidak memiliki sistem blockchain nya sendiri26.

Dari semua penjelasan di atas, aset kripto adalah aset digital

yang bisa digunakan sebagai instrumen investasi. Mata uang kripto

termasuk ke dalam aset kripto. Sebagaimana diketahui, keberadaan

teknologi blockchain membuat aset kripto semakin populer di

kalangan investor.

b. Perkembangan Aset Kripto

Menurut sejarahnya sendiri, mata uang kripto ini sebetulnya

sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1983 oleh David Chaum di

Amerika Serikat. Kala itu, David Chaum memperkenalkan uang

elektronik kriptografi yang baru bisa mulai digunakan di tahun 1995

dengan terciptanya Digicash. Namun kala itu, orang yang ingin

bertransaksi harus memiliki perangkat keras maupun lunak khusus

yang membatasi banyak orang menggunakannya.

Pada tahun 2008 silam, dunia dihantam krisis global. Bermula

di Amerika dan menjalar hingga ke berbagai negara di belahan dunia.

Krisis finansial itu disebut-sebut ekonom sebagai krisis terbesar

selama 80 tahun dan dijuluki sebagai „Mother of All Crisis‟.

Kebangkrutan membayangi banyak perusahaan. Bursa saham runtuh.

Salah satu perusahaan yang terkena dampak adalah Lehman Brothers,

perusahaan investasi keuangan terbesar keempat di Amerika Serikat.


26
Rohman Fathnur, “Mengenal Aset Kripto, Instrumen Investasi Digital Yang Populer,”
katadata.co.id, 2022, https://katadata.co.id/agung/ekonopedia/627bce066ecc2/mengenal-aset-
kripto-instrumen-investasi-digital-yang-populer.

17
Barulah di tahun 2009 Satoshi Nakamoto memperkenalkan

Bitcoin sebagai mata uang kripto pertama yang terdesentralisasi. Hal

tersebut memungkinkan mata uang kripto ciptaan Satoshi Nakamoto

untuk digunakan di berbagai platform tanpa harus memerlukan

perangkat khusus kecuali jaringan internet. Dengan diterimanya mata

uang kripto tersebut di berbagai platform digital, akhirnya membuka

jalan untuk munculnya aset kripto lainnya hingga saat ini27.

Bitcoin sebagai mata uang elektronik yang berbasis jaringan

blockchain memberikan ruang bagi pembayaran digital yang bebas

biaya tambahan. Jaringan ini akan memungkinkan dua pihak

melakukan transaksi secara langsung tanpa pihak ketiga. Transaksi

akan ditangani secara langsung oleh sistem komputasi dan

dikonfirmasi menggunakan mekanisme escrow. Mekanisme escrow

adalah mekanisme yang baru akan menyatakan sebuah transaksi

berhasil ketika uang yang dikirimkan oleh pembeli telah diterima

penjual. Mekanisme tersebut praktis akan melindungi penjual dari

pembeli dan sebaliknya.

Di Indonesia bitcoin juga telah berkembang berdasarkan

keterangan salah satu Head Country Indonesia pada perusahaan

penyedia jasa pertukaran, pembelian, pengiriman dan penerimaan

bitcoin di Indonesia, terdapat sekitar 200.000 (dua ratus ribu)

27
Satoshi Nakamoto, Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System (Japan: Bitcoin, 2008),hal.1.

18
pengguna bitcoin yang ada di Indonesia dengan total transaksi sekitar

Rp. 4.000.000,- (empat miliyar rupiah) per hari di Indonesia28.

Uang virtual kemudian mulai menjadi fenomena di masyarakat

semenjak kemunculan mata uang kripto (cryptocurrency) sebagai

manifestasi dari perkembangan teknologi dalam kegiatan e-commerce.

Mata uang kripto merupakan serangkaian kode kriptografi, yang

dibentuk sedemikian rupa agar dapat disimpan dalam perangkat

komputer dan dapat dipindah tangankan seperti surat elektronik dan

dimungkinkan digunakan sebagai alat pembayaran dalam suatu

transaksi komersial.

B. Tinjauan Umum Tentang Komoditi

1. Pengertian Bursa Berjangka Komoditi

Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan

menyediakan sistem atau sarana untuk kegiatan jual

beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka29, Kontrak Derivatif

Syariah, atau Kontrak Derivatif lainnya. Bursa berjangka komoditi

adalah wadah perdagangan yang dapat dimanfa’atkan dalam dunia usaha,

serta investor aset digital untuk melindungi dari resiko fluktuasi harga

yang ada pada cryptocurrency. Selain berfungsi sebagai sarana

pengalihan resiko, bursa berjangka komoditi juga berfungsi sebagai

28
Studi Komparasi Antara Indonesia-singapura et al., “Implikasi Yuridis Penggunaan Mata Uang
Virtual Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Komersial (Studi Komparasi Antara
Indonesia-Singapura),” Diponegoro Law Journal 6 (2017): 1–19,
https://doi.org/10.1017/S0269888907001014.
29
Teddy Kusuma, “Cryptocurrency Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi Di Indonesia
Perspektif Hukum Islam,” Tsaqafah 16, no. 1 (2020): 109,
https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v16i1.3663.

19
sarana pembentukan harga yang efektif dan transparan serta informasi

harga yang terjadi dapat digunakan sebagai patokan bagi para pedagang

bursa berjangka dan investor.

Investasi melalui Perdagangan Berjangka Komoditi semakin hari

semakin menarik para pengelola dana sebagai lahan tujuan investasi

terutama di negara-negara maju. Investasi ini semakin marak sejak

adanya kesepakatan WTO, APEC dan AFTA, aktivitas transaksi

Perdagangan Berjangka Komoditi semakin menarik karena transaksi

yang dilakukan melibatkan penyelenggara dan pelaku dari seluruh dunia.

Seluruh proses transaksi dilakukan secara transparan dan berdasarkan

mekanisme pasar. Beberapa pelaku pasar dan pengamat dunia investasi

dan keuangan menyebutnya sebagai tren investasi masa depan.

2. Pengertian Komoditi

Komoditas adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah

diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk

suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk

lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual

oleh investor melalui bursa berjangka. Secara lebih umum, komoditas

adalah suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing,

instrumen keuangan dan indeks30.

Karakteristik dari Komoditas yaitu harga adalah ditentukan oleh

penawaran dan permintaan pasar bukan ditentukan oleh penyalur ataupun

penjual dan harga tersebut adalah berdasarkan perhitungan harga masing-


30
Ibid

20
masing pelaku. Komoditas contohnya adalah (namun tidak terbatas

pada): mineral dan produk pertanian seperti bijih besi, minyak, ethanol,

gula, kopi, aluminium, beras, gandum, emas, berlian atau perak, tetapi

juga ada yang disebut produk “commoditized” (tidak lagi dibedakan

berdasarkan merek) seperti komputer.

Risiko komoditas tidak hanya disebabkan oleh kebangkrutan

tetapi juga oleh fluktuasi harga. Harga sangat ditentukan oleh penawaran

dan permintaan di pasar komoditas. Permintaan ditentukan oleh

pertumbuhan populasi, peningkatan penggunaan, penggunaan baru dan

penggantian. Menawarkan perubahan karena peningkatan kapasitas

produksi (area yang ditanami atau pembangunan pabrik baru), musim,

cuaca baik atau buruk, pembatasan atau insentif pemerintah, bencana

alam, perang atau damai. Jadi ada banyak faktor yang tidak terduga. Oleh

karena itu perlu adanya perlindungan. Kebutuhan akan perlindungan

dipenuhi dengan membuat kontrak di luar atau di dalam bursa. Semua

orang membuat kesepakatan untuk ini. Beberapa dari kontrak ini

dipertukarkan dalam pertukaran yang sudah disebut pertukaran

perdagangan, meskipun sebenarnya disebut pertukaran kontrak.

3. Perkembangan Bursa Berjangka di Indonesia

Indonesia memiliki 2 (dua) Bursa Berjangka, yaitu PT Bursa

Berjangka Jakarta (BBJ) yang mulai beroperasi pada akhir tahun 2000

dan PT Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI) yang mulai

beroperasi pada tahun 2009. Sejak awal berdirinya, BBJ dan BKDI

21
menawarkan satu forum transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi yang

dapat memenuhi kebutuhan nasional dengan mengikuti kecenderungan

global31. Ini dimaksudkan agar pelaku pasar Perdagangan Berjangka

Komoditi di Indonesia dapat melakukan transaksi di BBJ dan BKDI

seperti halnya pelaku pasar Perdagangan Berjangka Komoditi di Bursa

Berjangka di berbagai kota dan di seluruh dunia.

Dengan demikian setiap pengguna baik sebagai investor maupun

hedge lokal memiliki peluang memanfaatkan eksistensi BBJ dan BKDI

sebagaimana di Bursa Berjangka lainnya di seluruh dunia. Karena itu,

bagi para pengguna terutama peminat investasi mendapat kemudahan

dengan memanfaatkan Bursa Berjangka melalui para Pialang Berjangka

yang ada di negeri sendiri dibanding dari luar negeri.

Bursa Berjangka dalam perkembangannya pada perdagangan aset

kripto menimbulkan beberapa permasalahan yang diakibatkan oleh

ketidakpahaman investor ketika melakukan perdagangan berjangka

dengan aset kripto sebagai subjeknya. Pesatnya perkembangan berbagai

jenis produk investasi tanpa dipadukan dengan edukasi yang memadai

bagi masyarakat menimbulkan kekhawatiran karena rentan akan

penipuan. Contoh penipuan ini adalah pelaku yakni sekelompok penipu

di dunia maya atau yang biasa disebut sebagai scammer yang

menggunakan profil LinkedIn palsu dengan gambar Instagram pengguna

lain dan berhasil mencuri lebih dari 2 juta USD atau setara dengan IDR
31
S.H. Ir. R. Serfianto Dibyo Purnomo, Iswi Hariyani, S.H., M.H., Cita Yustisia Serfiyani, Pasar
Komoditi: Perdagangan Berjangka Dan Lelang Komoditi (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher,
2013).

22
22 miliar, dimana penipuan ini adalah melalui proyek palsu penawaran

koin baru atau Initial Coin Offering (ICO) bernama Giza32. Dari contoh

kasus tersebut, transaksi aset kripto pada praktiknya tidak lepas oleh

kerugian yang bisa dialami oleh para Investor yang melakukan investasi

aset kripto dalam Bursa Berjangka.

Di setiap bentuk investasi selalu menghadirkan dua sisi mata

uang, yakni risiko kerugian dan potensi keuntungan. Investasi di

Perdagangan Berjangka Komoditi dikenal sebagai bentuk investasi yang

memiliki risiko tinggi sekaligus berpotensi memberikan keuntungan yang

amat tinggi dalam waktu relatif singkat (High Risk High Return).

Dalam perdagangan berjangka, seorang nasabah tidak perlu

menyetor uang sebesar nilai kontrak yang diperjual-belikan, tetapi hanya

dalam sejumlah persentase kecil berkisar antara 3-5 % dari nilai kontrak.

Sejumlah uang ini disebut dengan margin. Setiap saat nasabah dapat

melepas atau menjual kontraknya sebelum kontrak jatuh tempo. Namun

sebagai nasabah mereka harus diingat bahwa transaksi jual beli yang

digeluti adalah suatu bisnis yang tidak hanya menilai margin yang

disetorkan, tetapi sesungguhnya sebesar nilai kontrak tersebut.

Dengan demikian, bilamana terjadi perubahan harga komoditi

yang menjadi subjek suatu kontrak di pasar naik beberapa persen, bisa

jadi nasabah akan mendapatkan keuntungan atau kerugian yang amat

32
Franedya Roy, “Kisah Penipuan Investor Uang Digital Melalui Penawaran Koin,”(CNBC
INDONESIA 2018), https://www.cnbcindonesia.com/tech/20180312174519-37-6993/kisah-
penipuan-investor-uang-digital-melalui-penawaran-koin diakses pada 14 Desember 2022

23
besar sehingga margin yang disetorkan bisa berlipat atau lenyap dalam

waktu singkat.

4. Tugas dan Fungsi Bursa Berjangka

Bursa Berjangka bertugas sebagai badan usaha yang

menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk kegiatan

jual beli komoditi berdasarkan kontrak berjangka serta opsi atas kontrak

berjangka. Penyelesaian transaksi dalam kontrak berjangka akan

dilaksanakan dalam periode waktu mendatang, sesuai dengan waktu yang

tertera pada kontrak. Bursa sendiri berbeda dengan pasar, bursa

merupakan tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli

tercatat serta mendapat kesempatan untuk melakukan price discovery dan

tercipta proses perdagangan transparan33.

Fungsi utama bursa berjangka adalah sebagai penyedia fasilitas

untuk dapat terselenggaranya transaksi kontrak berjangka. Tidak ada

pasar sekunder untuk kontrak dalam perdagangan berjangka, yakni

sebagai sarana pembentukan harga yang adil dan wajar. Maka, Bursa

berjangka menyediakan tempat perdagangan fisik atau elektronik, rincian

kontrak standar, data pasar dan harga, lembaga kliring, pengaturan

mandiri bursa, mekanisme margin, prosedur penyelesaian, waktu

pengiriman, prosedur pengiriman, dan layanan lain untuk mendorong

perdagangan kontrak berjangka.

33
Sheila Namia Marchellia, “Klausula Baku Pada Perjanjian Berjangka Dan Perlindungan Hukum
Bagi Investor Perdagangan Berjangka Komoditi,” Cendekia Niaga Journal of Trade Development
and Studies 6, no. 1 (2022): 35.

24
Aset yang akan dikirim, bursa berjangka dapat menentukan satu

atau lebih nilai komoditas yang dapat diterima untuk pengiriman

terhadap setiap penyesuaian harga yang diterapkan untuk pengiriman.

Bursa berjangka menetapkan kontrak standar untuk perdagangan pada

tempat perdagangannya dengan mengikuti hal-hal seperti:

1. Aset yang akan dikirim dalam kontrak;

2. Pengaturan pengiriman;

3. Bulan pengiriman;

4. Formula harga untuk penyelesaian harian dan akhir;

5. Ukuran kontrak, dan

6. Posisi dan batas harga.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini dengan

mengunakan jenis penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris

merupakan jenis penelitian yang dilakukan secara langsung dilapangan

dengan melihat kondisi yang sebenarnya terjadi di masyarakat dengan

maksud untuk mencari fakta dan data yang dibutuhkan dengan melakukan

wawancara kepada narasumber atau responden yang berhubungan dengan

penelitian ini34. Penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian

yang diambil dari fakta-fakta yang ada didalam masyarakat sehingga disebut

penelitian hukum sosiologis.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian hukum empiris ini adalah data primer

sebagai data primer dan data sekunder yang berupa bahan hukum yang

dipakai sebagai pendukung.

1. Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti

dengan cara langsung dari sumbernya. Data primer biasanya disebut

dengan data asli atau data baru yang mempunyai sifat up to date. Untuk

memperoleh data primer, peneliti mengumpulkannya secara langsung.

Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu

observasi, dan juga melakukan wawancara.


34
Sunggono Bambang, Metodologi Penelitian Hukum / Bambang Sunggono, SH., M.S., Cetakan
ke (Jakarta: Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2016 ©1997, pada penulis Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2006 Jakarta : Rajawali Pers, 2016, 2016).

26
2. Data sekunder yaitu berasal dari Undang undang yang berlaku terkait

dengan perlindungan hukum.

a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang

terdiri dari :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang Dasar 1945

3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

4) Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor

Keuangan (PPSK) pasal 6 ayat 1 (e)

5) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 99

Tahun 2018

6) Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020

b. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini meliputi pendapat ahli

dalam buku-buku, jurnal, website, arsip-arsip dari instansi yang

terkait, serta pendapat hukum dan hasil penelitian yang berkaitan

dengan Investor kripto terkhususnya di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pegumpulan

data sebagai berikut:

1. Studi Lapangan

Salah Untuk mendapatkan data-data lain yang mendukung penelitian,

berupa data primer, dokumen-dokumen, keterangan atau informasi

27
dilakukan dengan wawancara terstruktur kepada Kepala Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi (BAPPEBTI), dan Ketua Komunitas Crypto Yogyakarta di

Daerah Istimewa Yogyakarta dimana wawancara dilakukan dengan

menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman, dengan maksud untuk

memperoleh penjelasan dari narasumber.

2. Studi Kepustakaan

Selanjutnya adalah teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan,

dimana peneliti mengumpulkan berbagai sumber tertulis dari Undang-

Undang, literatur, buku- buku lain yang relevan dengan materi penelitian

yang dibahas.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti memperoleh informasi

mengenai data yang diperlukan. Lokasi penelitian adalah merupakan tempat

dimana penelitian akan dilakukan. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan dan kesesuaian dengan topik yang dipilih.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Yogyakarta, Kantor Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

(BAPPEBTI), Kantor PT Rifan Financindo Berjangka (“RFB”), dan di

tempat Ketua Komunitas Crypto Yogyakarta.

E. Metode Pengambilan Sample, Narasumber dan Responden

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari popilasi.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive

28
sampling yaitu penarikan sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek

yang didasarkan pada tujuan tertentu. Sampel terdiri dari Narasumber dan

Responden.

Sampel dari Narasumber adalah subjek/seseorang yang berkapasitas

sebagai ahli atau profesional yang memberikan jawaban atas pertanyaan

peneliti berdasarkan pedoman wawancara yang berupa pendapat hukum

terkait dengan rumusan masalah yang diteliti. Narasumber dalam penelitian

ini adalah:

1. Ketua OJK Daerah Istimewa Yoyakarta.

2. Ketua Komunitas Investor Kripto Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Ketua Badan Pengawas Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).

Responden adalah seorang individu yang akan memberikan respons

terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden ini orang yang

terkait secara langsung dengan data yang dibutuhkan. Responden tersebut

adalah :

1. Muhammad Dzulfikar (Investor)

2. Berliana (Investor)

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode

analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan

memahami dan mengkaji data yang telah diperoleh secara sistematis sehingga

diperoleh gambaran mengenai masalah yang diteliti. Dalam menarik

kesimpulan dipergunakan metode berfikir secara induktif yaitu suatu cara

29
berfikir yang mendasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus untuk

kemudian digeneralisasikan menjadi ketentuan yang bersifat umum.

30
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum tentang Wilayah Penelitian

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah Daerah Istimewa setingkat

provinsi di Indonesia yang dipimpin oleh seorang gubernur bergelar sultan.

Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari Kabupaten Sleman, Kabupaten

Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo dan Kota

Yogyakarta.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas ±3.185,80 km2 dengan 78

kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010, jumlah

penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 3.452.390 jiwa dengan

kepadatan 1.084 jiwa per km2. Provinsi Yogyakarta terletak di bagian tengah-

selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak pada 8º 30'–7º 20' Lintang

Selatan, dan 109º 40'–111º 0' Bujur Timur. Ketinggian rata-rata Daerah

Istimewa Yogyakarta adalah 113 mdpl dengan permukaan tanah relatif datar.

Kota Yogyakarta terletak di dataran lereng aliran Gunung Merapi dan

memiliki kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0-2%). Sebagian wilayah

dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan

sisanya (1.593 hektar) berada pada ketinggian 100-900 mdpl. Kota

Yogyakarta secara administratif terdiri dari empat belas (14) kecamatan dan

45 kelurahan, terdapat 615 RW dan 2.524 RT dengan batas sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Sleman

Timur : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul

31
Selatan : Kabupaten Bantul

Barat : Kabupaten Sleman dan Bantul

B. Perlindungan Hukum bagi para Investor pada Transaksi Asset Kripto

dalam Bursa Berjangka Komoditi di Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Perlindungan Hukum dalam UUD NRI 1945

Ketentuan UUD NRI 1945 tersebut merupakan hukum dasar

tertulis yang khususnya memberikan tanggungjawab kepada Pemerintah

sebagai pemegang kekuasaan dalam menjamin dan melaksanakan

pembangunan nasional, termasuk dalam hal transaksi Aset Kripto

(Crypto Asset) pada bursa berjangka komoditi. Dalam artian,

perlindungan hukum merupakan aspek pengaturan yang tercantum dalam

UUD NRI. Hal demikian juga ditegaskan dalam Pasal 28I ayat (4) yang

menyatakan bahwa:

“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak


asasi manusia adalah tang-gung jawab negara, terutama
pemerintah.”

2. Perlindungan Hukum Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun

2018 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan

Berjangka Aset Kripto (Crypto Asset), menyatakan bahwa Aset Kripto

(Crypto Asset) ditetapkan sebagai Komoditi yang dapat dijadikan Subjek

Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.

Perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang

Perdagangan Berjangka Komoditi diatur melalui substansi Badan

32
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Bursa Berjangka dan

Lembaga Kliring Berjangka, Sentra Dana Berjangka dan Pengelola

Sentra Dana Berjangka, Pelaksanaan Perdagangan Berjangka,

Pemeriksaan dan Penyidikan serta Ketentuan Sanksi Administrasi dan

Ketentuan Pidana.

3. Perlindungan Hukum Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan

dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Kementerian Perdagangan mengeluarkan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum

Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto (Crypto Asset).

Melalui peraturan Menteri Perdagangan ini, ditetapkan asset kripto

sebagai subjek kontrak berjangka, yaitu ketentuan Pasal 1:

“Aset Kripto (Crypto Asset) ditetapkan sebagai Komoditi yang


dapat dijadikan Subjek Kontrak Berjangka yang diperdagangkan
di Bursa Berjangka.“Selanjutnya memberikan kewenangan melalui
perangkat Badan Pengawas Perdagangan.”

Berjangka Komoditi (Bappebti), yaitu Pasal 2 bahwa:

“Pengaturan lebih lanjut mengenai penetapan Aset Kripto(Crypto


Asset) sebagai Komoditi yang dapat dijadikan Subjek Kontrak
Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka, pembinaan,
pengawasan, dan pengembangannya ditetapkan oleh Kepala Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.”

4. Perlindungan Hukum berdasarkan Aspek Perlindungan Konsumen

Berdasarkan Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai Kewajiban

penyedia kripto (Crypto Asset)yaitu memberikan informasi yang benar,

jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa serta memberi

33
penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.Berdasarkan uraian

perlindungan hukum diatas, maka dapat dimaknai peraturan Perundang-

undangan menjamin hak masyarakat dalam investasi pada transaksi

Aset Kripto (Crypto Asset) pada bursa berjangka komoditi serta norma

menjamin mekanisme keberatan terhadap pelanggaran hak tersebut.

5. Aset Kripto Sebagai Subjek Perdagangan Berjangka Komoditi

Regulator perdagangan berjangka komoditi di Indonesia telah

membentuk sebuah kerangka hukum untuk mengoperasikan bursa

berjangka aset kripto (Crypto Asset) dan aset emas digital pada tahun

2019 ini. Pada tahun sebelumnya Kementerian Perdagangan

mengundangkan peraturannya yakni Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 99 Tahun 2018 yang melegalkan aset digital kripto sebagai salah

satu subjek yang dapat diperdagangkan dalam bursa berjangka. Peraturan

tersebut lalu ditanggapi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi (Bappebti) dengan dikeluarkannya Peraturan Badan Pengawas

Berdagangan Berjangka Komoditi Nomor 2 Tahun 2019 Tentang

Penyelenggaraan Pasar Fisik Komoditi Di Bursa Berjangka dan

Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5

Tahun 2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset

Kripto (Crypto Asset) Di Bursa Berjangka. Selain itu, Bappebti

menambahkan aset kripto sebagai subjek yang dapat diperdagangkan di

Bursa Berjangka berdasarkan Peraturan Bappebti Nomor 3 Tahun 2019

tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka,

34
Kontrak Derivatif Syariah, Dan/Atau Kontrak Derivatif Lainnya Yang

Diperdagangkan Di Bursa Berjangka.

Tabel 4. 1 Perbandingan Aset Kripto Dengan Komoditi Lain35

Keterangan Aset Kripto (Crypto Asset) Komoditi Lain


Bentuk / Wujud Aset terdigitalisasi Memiliki wujud
riil/fisik
Sistem Pencatatan Buku besar terdistribusi Database tersimpan
Blockchain dalam sistem komputer
terpusat
Dasar Penerbitan Aset Tidak ada Underlying Asset Memiliki Underlying
Asset

Berdasarkan tabel perbandingan tersebut, sistem pembukuan pada

komoditi pada umumnya adalah melalui pemasukan database atau

spreadsheet yang disimpan dalam komputer otoritas pusat dalam hal ini

adalah Bappebti, menurut penjelasan huruf f pasal 6 Undang-Undang 32

Tahun 1997 bahwa pemeriksaan dilakukan oleh Bappebti kepada

pencatatan seperti rekening, pembukuan, dan dokumen lain yang disusun

secara manual dan elektronik. Lalu berdasarkan pasal 144 Peraturan

Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan

Berjangka Komoditi bahwa setiap pialang wajib mencatat transaksi dari

nasabahnya dalam sistem pencatatan elektronik. Sistem pencatatan

tersebut dinilai memiliki resiko dalam soal keamanan karena data dapat

kadaluwarsa, dirusak, atau dihapus. Sedangkan sistem buku besar

terdistribusi Blockchain memungkinkan data transaksi untuk berada dalam

banyak jaringan komputer dengan lokasi yang berbeda sehingga bila ada

35
Shelley Goldberg, “How Blockchain Could Revolutionize Commodity Markets”, (Bloomberg
2017) https://www.bloomberg.com/opinion/articles/2017-12-22/how-blockchain-could-revolution-
ize-commodity-markets diakses pada 27 Juli 2023.

35
perubahan rantai akan terlihat pada setiap salinan. 36 Hal ini berbeda

dengan komoditas pada umumnya pada sektor selain aset kripto yakni

pertanian, pertambangan, industri dan keuangan, dimana sistem pencatatan

dipusatkan pada komputer otoritas pusat yakni Bappebti yang mengatur

dan memeriksa semua transaksi yang ada dalam bursa berjangka.

6. Preferensi Investor terhadap Keputusan Investasi pada Crypto Asset

Preferensi merupakan sebuah kecenderungan atau pilihan suka

tidak suka terhadap berbagai pilihan alternatif yang ada dengan

pemeringkatan berdasarkan kepuasan ataupun daya guna dari sebuah

produk yang ditawarkan, tujuannya menurut Pindyk dan Rubinfeild (2013)

untuk menentukan keputusan akhir berdasarkan pada pilihan rasional

dalam memilih suatu produk yang dapat memberikan kepuasaan secara

maksimal.37 Namun dalam faktanya konsumen atau dalam hal ini investor

sering kali dihadapkan pada situasi-situasi yang mana harus menentukan

pilihan nya secara bijak, terkait pada terbatasnya modal dana dan modal

pengetahuan yang dimilikinya.38

Dari hasil wawancara dengan narasumber, mereka sebenarnya telah

mendengar sistem Blokchain dan Cryptocurrency sejak tahun 2009, yang

mana pada tahun tersebut adalah era awal terciptanya Bitcoin atau

Cryptocurrency pertama sebagai implementasi tersukses dari sistem

Blokchain. Reaksi atau respon pertama yang muncul dari masing-masing

36
Asep Zaenal Ausop, Elsa Silvia Nur Aulia, “Teknologi Cryptocurrency Bitcoin Untuk In-
vestasi Dan Transaksi Bisnis Menurut Syariat Islam” (2018) Vol. 17 Jurnal SosioTeknologi.
37
Andriyanty, R., & Wahab, D, Preferensi konsumen generasi Z terhadap konsumsi produk dalam
negeri, ETHOS: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 7(2), (2019), hlm. 280-296.
38
Nasution, M. E. et a, Pengenalan Eksklusif Ekonomi islam. 1 ed. Jakarta: Kencana, 2006.

36
informan/narasumber berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Umami, sebagai Investor Kripto pada tanggal 12 Juni 2023 menjelaskan

bahwa metode/platform yang digunakan untuk melakukan transaksi kripto

melalui tokocrypto, platform tersebut tidak ilegal, sudah bersertifikat dan

diawasi oleh OJK dan BAPPEBTI. Menurut umami sendiri terkait dengan

pemahaman para investor kripto di Indonesia sah-sah saja dengan Investasi

mata uang Kripto. Karena balik lagi sifat mata uang kripto ini bisa

bermanfaat untuk jangka panjang. Investor kripto di Indonesia sudah

memahami risiko yang akan dihadapi ketika melakukan transaksi kripto

tentu semua sudah di pikirkan sebelum memulai untuk melakukan

transaksi Kripto, seperti menganalisa pergerakan mata uang kripto melalui

beberapa website resmi dan berita. Pendapat narasumber tentang fluktuasi

harga kripto yang selalu terjadi setiap saat ialah, fluktuasi harga kripto itu

wajar, dikarenakan kripto dipengaruhi oleh permintaan dan

ketersediaannya di pasar kripto itu sendiri. Regulasi terkait kripto di

Indonesia, untuk setiap transaksi di Indonesia ini sudah cukup jelas dan

sudah ada regulasinya tersendiri, transaksinya juga sudah di awasi oleh

OJK dan BAPPEBTI. Lembaga seperti BAPPETI dan OJK memberikan

jaminan bagi pemegang Aset Kripto dalam bertransaksi mata uang kripto

sesuai dengan tujuan lembaga tersebut seperti BAPPEBTI. Pendapat

narasumber terkait dengan scam-scam coin kripto yang banyak beredar

hari ini sangat berbahaya, maka dari itu untuk pemula sebelum terjun ke

37
dalam dunia mata uang kripto diperlukan edukasi dan pemahan yang

cukup sebelum memulai.

Berbeda dengan Muhammad Rifqi Dharma Gading Mangkuluhur

Satar, S.H., berdasarkan pada temuan yang didapat pada saat wawancara

tanggal 13 Juni 2023, mengaku bahwa metode/platform yang digunakan

untuk melakukan transaksi kripto melalui platform aplikasi PINTU,

menurutnya terkait dengan pemahaman para investor kripto di Indonesia

ialah sebagian kecil investor kripto di indonesia masih belum memiliki

mental investor yang sebenarnya, karena pembelian atas suatu COIN tidak

dilakukan melalui riset yang mendalam untuk mengetahui

Fundamentalnya, apabila melihat seuatu COIN yang harganya Murah

maka terdapat keinginan untuk membelinya padahal belum tentu COIN

terkait dapat kembuat keuntungan baginya. Menurut narasumber sebagian

kecil investor kripto di indonesia masih belum memahami resiko

keamanan aset mereka pada sebuah aplikasi yang ilegal, karena dengan

tawaran promo yang diberikan oleh aplikasi ketika telah mendownload

menjadi salah satu faktor tawaran menarik bagi calon pengguna aplikasi

illegal. Sebagai investor kripto, kebiasaan Fluktuatif harga kripto yang tak

terduga sudah menjadi hal yang biasa, tentunya kita sebagai investor kripto

harus menanamkan mindset buy down and sell up, tentunya investasi

jangka panjang menjadi kunci keberhasilan investasi dalam coin kripto.

Regulasi perihal kripto indonesia telah diperkuat dengan adanya Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2023 Tentang Pengembangan

38
Dan Penguatan Sektor Keuangan yang mengatur, seperti yang tercantum

dalam Bab 16 pasal 213, maka dari itu OJK akan memiliki job tambahan

terkait pengawasan aset digital kripto. Sebagai investor kripto narasumber

belum riset perihal bentuk pengaduan dan mekanisme, namun terkait

dengan jaminan keamanan lembaga terkait sudah menjaring dan mendata

aplikasi-aplikasi yang dapat merugikan calon konsumen.

Dari hasil wawancara kedua narasumber tersebut bahwa sifat mata

uang kripto ini bisa bermanfaat untuk jangka panjang atau dapat dikatakan

bahwa investasi jangka panjang menjadi kunci keberhasilan investasi

dalam coin kripto. Dalam hal ini investasi kripto (crypto asset) telah

memenuhi standar berinvestasi yang dimana telah diatur dalam regulasi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2023 Tentang

Pengembangan Dan Penguatan Sektor Keuangan yang mengatur, seperti

yang tercantum dalam Bab 16 pasal 213. Hal ini lah yang membuat

investasi crypto asset berkepastian hukum.

7. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Investor Crypto Asset

Melihat tingginya minat masyarakat untuk berinvestasi dalam

crypto asset menimbulkan ketertarikan banyak pengusaha untuk menjadi

pedagang fisik crypto asset. Untuk menjadi pedagang fisik crypto asset

pemerintah melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

(Bappebti) telah menetapkan berbagai persyaratan, dengan maksud untuk

memberikan jaminan keamanan untuk investor yang ingin bertransaksi

dalam perdagangan asset crypto.

39
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum

yang mengatur hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatur upaya-

upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap

kepentingan konsumen. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen.39 Dilihat dari penjelasan tersebut maka pengertian perlindungan

hukum adalah suatu perbuatan yang mengatur dan melindungi hubungan

antar subyek hukum.40

Perlindungan hukum bagi investor pada transaksi crypto asset pada

bursa berjangka komoditi adalah kesediaan hukum dalam mengatur hak,

tata cara maupun mekanisme keberatan dalam pelanggaran hak. Dari

permasalahan yang telah diuraikan di atas, pemerintah telah

memberikan perlindungan hukum kepada para investor crypto asset.

Perlindungan hukum ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) macam cara,

yaitu perlindungan hukum secara preventif dan perlindungan hukum

secara represif. Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan

hukum yang diberikan sebelum terjadi pelanggaran untuk mencegahnya.41

Aset kripto dalam hal ini, perlindungan hukum preventif negara

diatur oleh Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 10


39
Yodo, A. M. dan S, “Hukum Perlindungan Konsumen”, cetakan ke-9. PT RajaGrafindo
Persada, 2015.
40
Putra, I. M. A. M, “Tanggungjawab Hukum Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal
Terjadinya Kegagalan Transaksi Pada Sistem Mobile Banking. Jurnal Kertha Wicaksana”, 14(2),
2020.
41
Asri, D. P. B, “Perlindungan Hukum Preventifterhadap Ekspresi Budaya Tradisional Didaerah
Istimewa Yogyakarta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Journal of Intellectual Property”, 1(1), 2018.

40
Tahun 2011 tentang Perubahan UU Berjangka Komoditi No. 32 Tahun

1997, menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh pedagang

pemegang sertifikat Bappebti dan 27 Peraturan Bappebti No. 5 Perintah

Tahun 2019 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka tentang Peraturan

Teknis Penyelenggaraan Pasar Aset Kripto Fisik di Bursa Berjangka , yang

menyatakan larangan perdagangan aset kripto oleh pedagang fisik yang

tidak terdaftar. Hal itu juga diatur dalam Pasal K Pasal 9 UU No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia dan Pasal 28

UU No. 19 Tahun 2016 Perubahan UU No. 11 juncto Pasal 45 Pasal 2

Komunikasi dan Transaksi Elektronik 2008 yang menjelaskan tentang janji

dan penyebaran berita bohong.

Perlindungan hukum secara preventif dalam transaksi aset kripto

terdapat dalam Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Teknis

Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) Di Bursa

Berjangka, bentuk perlindungan hukum tersebut antara lain:

1. Pasal 2, dimana Perdagangan Aset Kripto dalam Bursa

Berjangka harus memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik seperti mengedepankan kepentingan

anggota bursa berjangka dalam memperoleh harga yang

transparan serta menjamin perlindungan terhadap Pelanggan

Aset Kripto.

41
2. Pasal 3, aset kripto yang akan diperdagangkan telah dilakukan

penilaian resikonya termasuk resiko money laundering dan

pendanaan terorisme serta proliferasi senjata pemusnah massal.

Demi mencegah masuknya uang hasil tindak kejahatan atau money

laundering ke dalam industri perdagangan berjangka komoditi (PBK),

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti),

Kementerian Perdagangan mengeluarkan Beleid Peraturan Kepala (Perka)

Bappebti Nomor 2 Tahun 2016 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh

Pialang Berjangka yang dikenal sebagai prinsip Know Your Customer

(KYC).42 Maka dari peraturan tersebut para pelaku industri perdagangan

berjangka komoditi (PBK) diharapkan menerapkan prinsip kehati-hatian

(prudent) terhadap nasabah (investor) sesuai dengan prinsip Customer Due

Dilligence (CDD).

Berdasarkan ketentuan peraturan-peraturan ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa peraturan perundang-undangan Indonesia telah

mengatur perlindungan hukum secara ex-ante atau perlindungan hukum

secara preventif bagi Pelanggan Aset Kripto dan Pedagang Aset Kripto

sehingga para pihak dapat terjamin keselamatan dan kepastian hukum dari

kontrak yang dibuat.

Perlindungan hukum represif, tujuannya adalah untuk

menyelesaikan sengketa yang timbul.43 Perlindungan ini disebut juga

dengan perlindungan hukum retrospektif, yaitu perlindungan akhir berupa


42
0 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, www.bappebti.go.id, diakses pada 28 Juli
2023.
43
Rahardjo, S, Ilmu Hukum, Cetakan ke-8. Citra Aditya Bakti, 2014.

42
sanksi seperti denda, penjara dan hukuman tambahan ketika timbul

sengketa atau terjadi pelanggaran. Ada 2 (dua) upaya hukum yang dapat

ditempuh yaitu melalui litigasi dan non litigasi.

Jalur penyelesaian sengketa non-litigasi adalah penyelesaian

sengketa di luar pengadilan dan biasa disebut sebagai Alternative Dispute

Resolution (ADR) atau Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS). Jalur

hukum non-litigasi dikenal adanya arbitrase yakni penyelesaian atau

pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim berdasarkan

persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau menta’ati keputusan

yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau tunjuk

tersebut.44

Diatur dalam Pasal 22 Otoritas Pengatur Berjangka Komoditi

Nomor 5 Tahun 2019 tentang aturan teknis penataan pasar aset kripto fisik

di bursa berjangka menyatakan bahwa pihak yang dirugikan dapat

menggunakan cara di luar hukum dengan menyelesaikan sengketa melalui

Badan Arbitrase Berjangka Komersial (BAKTI). BAKTI berspesialisasi

dalam sengketa perdata terkait perdagangan komoditas berjangka,

termasuk mata uang kripto.

Namun pada kenyataannya, bursa berjangka (crypto-exchange)

belum terbentuk, sehingga perselisihan tentang perdagangan aset kripto

tidak dapat diselesaikan dengan cepat dan murah dengan

mempertimbangkan kesepakatan (perantaraan) antara para pihak di bursa

berjangka pertukaran kripto. Penyelesaian sengketa melalui litigasi adalah


44
Subekti, Arbitrase Perdagangan, Binacipta,1992, hlm. 1.

43
penyelesaian perkara di pengadilan dimana semua pihak yang bersengketa

saling berhadapan untuk mempertahankan haknya di pengadilan. Hasil

akhirnya adalah win-lose solution. Aturan yang bisa ditegakkan:

Menimbang Pasal 71 Ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia

No. 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Perdagangan Berjangka Komersial No. 32 Tahun 1997 tentang Sanksi

Pidana atas Pelanggaran Anggota Bursa Berjangka Non Sertifikasi. Selain

itu, Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dan perubahan UU No. 19 Tahun 2016

menjadi UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, Pasal 45 ayat 2 yang menjelaskan tentang larangan iklan dan

penyebarluasan berita bohong.

Meskipun banyak Undang-Undang dan peraturan telah

diberlakukan untuk memberikan perlindungan hukum bagi investor kripto,

penerapan peraturan tersebut belum maksimal dan banyak pedagang asset

kripto ilegal yang dilaporkan ke lembaga penegak hukum terus melakukan

penipuan dan/atau penggelapan kriminal. Hal ini dikarenakan kurangnya

pemahaman dan ketidakjelasan hukum khususnya Pasal 27 Badan

Pengawas Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 tentang

penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di bursa berjangka yang tidak

menjelaskan, peraturan perundang-undangan yang mana berlaku untuk

perselisihan antara pedagang fisik tidak mengklarifikasi undang-undang

dan peraturan mana yang dianggap ilegal jika terjadi perselisihan antara

44
pedagang fisik aset kripto, juga tidak ada ketentuan untuk pengembalian

uang kepada investor.

C. Kelemahan Regulasi Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam

Melakukan Transaksi Kripto

Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Transaksi Aset Kripto

Hubungan hukum atau Rechtsbetrekkingen menurut pengertian

Soeroso adalah hubungan antara dua atau lebih subjek hukum, dimana

dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu

berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.45 Sedangkan

hubungan hukum menurut Muhammad Abdulkadir adalah hak dan

kewajiban hukum setiap warga atau pribadi dalam hidup bermasyarakat,

dan apabila hak dan kewajiban tersebut tidak terpenuhi dapat dikenakan

sanksi menurut hukum.46 Pada lingkup hukum perdata, hubungan hukum

para pihak didasarkan atas perjanjian, sebagaimana termuat dalam Pasal

1313 BW. Dalam transaksi aset kripto (Crypto Asset) dalam Bursa

Berjangka, hubungan hukum dapa terjadi di antara para pihaknya.

Dalam penelitian ini, transaksi kripto juga ditinjau berdasarkan

empat asas antara lain:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak atau Freedom of Contract

merupakan asas yang menduduki posisi sentral atau pusat. 47 Asas ini

45
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Bandung, 2011, hlm. 269
46
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, 2010, hlm. 2.
47
Agus Yudha Hermoko, Hukum Perijinan: Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial
(Laksbang Mediatama 2008), hlm. 93

45
merupakan dasar yang menjamin kebebasan seseorang dalam

melakukan sebuah kontrak atau perjanjian. Hukum sebuah perjanjian

ditandai oleh adanya kebebasan dalam berkontrak, yakni kewenangan

menurut hasil pemikiran sendiri dalam mengadakan hubungan

hukum.48 Berdasarkan Pasal 1338 BW menurut Agus Yuhda Hermoko,

kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk

membuat perjanjian dengan bentuk atau format apapun (baik tertulis,

lisan, scriptless, paperless, otentik, non-otentik, sepihak, adhesi,

standar baku, dan lain-lain), serta dengan isi atau substansi sesuai yang

disetujui para pihak.49 Maka berdasarkan pengertian dari asas ini,

transaksi crypto asset adalah sah karena tidak melanggar kesusilaan,

ketertiban umum, dan memenuhi unsur syarat sahnya perjanjian

menurut Pasal 1320 BW.

b. Asas Konsensualisme

Asas Konsensualisme adalah asas yang menyatakan bahwa

lahirnya perjanjian pada saat terjadinya suatu kesepakatan. Maka dari

kesepakatan tersebut melahirkan hak dan kewajiban antara para pihak

yang membuat perjanjian itu. Asas konsensualisme terdapat dalam

Pasal 1320 Angka 1 BW yang mengatur kesepakatan, dimana menurut

asas ini perjanjian lahir cukup setelah adanya kata sepakat/setuju.

Namun perlu diketahui bahwa ada perjanjian yang tidak

48
Nieuwenhuis, Pokok-Pokok Hukum Perikatan (Universitas Airlangga 1985), hlm. 83.
49
Agus Yudha Hermoko, Op. Cit, hlm. 95

46
mencerminkan wujud kesepakatan yang sebenarnya, yaitu adanya

cacat kehendak. Cacat kehendak dalam BW ada empat, yakni:50

1) Kesesatan/Dwaling;

2) Penipuan/Bedrog;

3) Paksaan/Dwang.

4) Penyalahgunaan Keadaan / Misbruik Van Omstandigheden

Dalam transaksi aset kripto, kesepakatan antar pihak

merupakan persyaratan yang penting agar transaksi dapat diproses

dan dicatat dalam sistem Blockchain

c. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas Pacta Sunt Servanda atau asas daya mengikat kontrak

diatur dalam Pasal 1338 Ayat 1 BW yang menyatakan bahwa “Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya”. Pengertian berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya menunjukkan bahwa undang-

undang sendiri mengakui dan menempatkan posisi para pihak dalam

kontrak sejajar dengan pembuat undang-undang.51

Maka berdasarkan pengertian dari asas ini, perjanjian aset

kripto merupakan undang-undang bagi pihak yang akan bertransaksi.

Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, maka

tuntutan dapat dilakukan karena kekuatan mengikat yang dimiliki

dalam kontrak tersebut.

50
Cacat kehendak menurut Burgerlijk Wetboek voor Indonesie Pasal 1321 – Pasal 1328.
51
Agus Yudha Hernoko, Op. Cit, hlm. 110

47
d. Asas Itikad Baik

Asas Itikad Baik diatur dalam Pasal 1338 Ayat 1 BW yang

mengatakan bahwa, “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan

itikad baik”. Arti dari pasal tersebut adalah, perjanjian harus

dilaksanakan berdasarkan kepatutan dan keadilan. Menurut Pasal 1338

ayat 3 jo. Pasal 1339 BW bahwa suatu persetujuan dituntut

berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau Undang-Undang.

Melaksanakan perjanjian dalam pasar fisik aset kripto, harus

berdasarkan kejujuran yang dikehendaki oleh para pihak. Sehingga

dari pengertian itu Pasal 1338 Ayat 3 BW bersifat dinamis, yaitu

hubungan para pihak pada pra kontraktual, kontraktual, dan

pelaksanaan kontrak harus dilandasi dengan itikad baik dimana sifat

dinamis melingkupi keseluruhan proses kontrak tersebut sebagai

fungsi dari itikad baik.52

Transaksi dengan aset kripto (crypto asset) dalam bursa

berjangka komoditi dapat diartikan sebagai perjanjian jual beli yang

menggunakan sarana elektronika berupa komputer atau media

elektronik, karena sebagaimana Pasal 17 Ayat 1 UU ITE, bahwa

“Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam

lingkup publik ataupun privat..”. Maka dari itu, berdasarkan UU ITE,

transaksi aset kripto termasuk ke dalam transaksi online yang

disahkan berdasarkan undangundang tersebut sehingga perjanjian

52
Salim H. S, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak (Sinar Grafika 2004), hlm.
7.

48
tersebut memiliki suatu hubungan dan akibat hukum bagi mereka

yang membuatnya.

Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan

Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset), mengatur pihak-pihak yang ada dalam

perdagangan aset kripto. Para pihak tersebut antara lain 53 Bursa Berjangka,

Anggota Bursa Berjangka yang dibagi menjadi dua yaitu Pedagang Fisik Aset

Kripto, Pelanggan Aset Kripto, Lembaga Kliring Berjangka, Lembaga

Tempat Penyimpanan Aset Kripto. Berdasarkan Peraturan Bappebti Nomor 5

Tahun 2019 menjelaskan adanya dua pihak dalam transaksi jual beli aset

kripto yaitu Pedagang Fisik Aset Kripto dan Pelanggan Aset Kripto.

Pedagang disini berperan sebagai pihak yang memfasilitasi transaksi aset

kripto antara nasabah satu dengan nasabah lainnya. Nasabah disini disebut

sebagai Pelanggan Aset Kripto yang menggunakan jasa dari Pedagang Aset

Kripto pada jual beli aset dalam Pasar Fisik Aset Kripto.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen),

bahwa nasabah (investor) yang menjualkan aset kriptonya kepada nasabah

lain dapat dikatakan sebagai pelaku usaha menurut Pasal 1 Angka 3 UU

Perlindungan Konsumen. Sehingga dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa nasabah yang berperan sebagai penjual aset kripto dalam

Bursa Berjangka dapat dikatakan sebagai pelaku usaha dan nasabah yang

53
Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 Tentang
Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset)

49
membeli dikatakan sebagai konsumen, dimana kedua belah pihak

memunculkan hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban kepada

masing-masing mereka yang berkontrak.

Pemerintah Indonesia kemudian menyusun beberapa aturan untuk

mengakomodir kepentingan perdagangan kripto aset serta sebagai suatu

pedoman dan kejelasan bagi masyarakat terkait pengakuan pemerintah

terhadap kehadiran bitcoin dan virtual currancy yaitu melalui kebijakan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2019 tentang

Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto yang

pada intinya mengatur bahwa “Aset Kripto (crypto asset) ditetapkan sebagai

Komoditi yang dapat dijadikan Subjek Kontrak Berjangka yang

diperdagangkan di Bursa Berjangka”, sebagaimana ditentukan dalam Pasal

1.54 Pengaturan lebih lanjut juga diatur oleh Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditi dalam aturan Bappebti Nomor 3 Tahun 2019 dan

Bappebti Nomor 5 Tahun 2019.

Berdasarkan aturan dari Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 Tentang

Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) Di

Bursa Berjangka, untuk menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi

investor cryptocurrency, wujud dari perlindungan hukum untuk investor

cryptocurrency semua marketplace cryptocurrency harus memenuhi seluruh

syarat yang telah diatur dalam aturan Bappebti dengan mengumpulkan semua

file yang diminta, mengedepankan prinsip pengelolaan usaha yang benar

54
Watung, P. (2020). Kajian Yuridis Mengenai Keberadaan Bitcoin Dalam Lingkup Transaksi Di
Indonesia Ditinjau Dari UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang. Lex Et Societatis, 7(10).

50
seperti mengutamakan hak anggota bursa berjangka untuk memperoleh nilai

yang terbuka dan menjamin konsumen tetap terlindungi agar dapat mencegah

adanya money laundering (Pencucian Uang) dan pembiayaan terorisme serta

proliferasi senjata pemusnah massal”.

Peraturan baru yang dikeluarkan oleh Bappebti dinilai masih kurang

dalam sisi perlindungan konsumen yakni terkait prosedur komplain oleh

investor bila terjadi suatu kerugian dimana penjualnya bukan sebuah

perusahaan (institusi) melainkan lebih kepada individu-individu yang menjual

aset mereka. Dalam transaksi aset kripto (Crypto Asset) dalam Bursa

Berjangka, hubungan hukum dapat terjadi di antara para pihaknya.

Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik

Aset Kripto (Crypto Asset), mengatur pihak-pihak yang ada dalam

perdagangan aset kripto. Para pihak tersebut antara lain Bursa Berjangka,

Anggota Bursa Berjangka yang dibagi menjadi dua yaitu Pedagang Fisik Aset

Kripto, Pelanggan Aset Kripto, Lembaga Kliring Berjangka, Lembaga

Tempat Penyimpanan Aset Kripto.

Berdasarkan Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 menjelaskan

adanya dua pihak dalam transaksi jual beli aset kripto yaitu Pedagang Fisik

Aset Kripto dan Pelanggan Aset Kripto. Pedagang disini berperan sebagai

pihak yang memfasilitasi transaksi aset kripto antara nasabah satu dengan

nasabah lainnya. Nasabah disini disebut sebagai Pelanggan Aset Kripto yang

menggunakan jasa dari Pedagang Aset Kripto pada jual beli aset dalam Pasar

51
Fisik Aset Kripto. Diaturnya aturan investasi cryptocurrency oleh Bappebti

tidak memberikan jaminan bahwa tidak akan terjadi sengketa yang akan

terjadi antara para investor cryptocurrency dengan marketplace

cryptocurrency.

Peraturan Menteri Perdagangan telah menetapkan Aset Kripto (Crypto

Asset) sebagai Komoditi yang dapat dijadikan Subjek Kontrak Berjangka

yang diperdagangkan di Bursa Berjangka. Peraturan Badan Pengawas

Perdagangan Berjangka Komoditi, kemudian menyatakan bahwa Aset Kripto

(Crypto Asset) Komoditi tidak berwujud yang berbentuk digital aset,

menggunakan kriptografi, jaringan peer-to-peer, dan buku besar yang

terdistribusi, untuk mengatur penciptaan unit baru, memverifikasi transaksi,

dan mengamankan transaksi tanpa campur tangan pihak lain. Berdasarkan

ketentuan diatas, maka sifat ataupun dasar asset kripto ditinjau dari Undang-

Undang Perdagangan Berjangka Komoditi. Dalam Undang-Undang tersebut,

menyatakan bahwa Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan

lainnya, dan setiap derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan

menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya. Dengan demikian, berdasarkan sifat dan

kedudukan asset kripto sebagai komoditi, maka bentuk tanggung jawab atas

kerugian, dilihat berdasarkan hukum kontrak dan konsekuensi dari kontrak

yang dilakukan.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ketua Badan Pengawas

Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Dalam meregulasi untuk memastikan

52
keamanan para investor dalam melakukan perdagangan crypto asset diatur

dalam peraturan Nomor 8 Tahun 2021 sebagaimana telah diubah dalam

Peraturan Nomor 13 Tahun 2022 Perubahan Atas Peraturan Bappebti Nomor

8 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik

Aset Kripto (Crypto Asset) Di Bursa Berjangka, selain peraturan tersebut

yang diatur BAPPEBTI juga mengatur secara mekanisme. Adanya aturan

yang telah diatur tersebut sudah menjamin para investor crypto asset dalam

berinvestasi. Untuk regulasi terkait investasi crypto asset sendiri tidak diatur

secara spesifik melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Berjangka Komoditi, akan tetapi untuk aturan lebih lanjut di atur dalam

Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.

Banyak sekali di Indonesia bertransaksi di pasar illegal dan berpotensi

meningkatkan malpraktik dan melemahkan keamanan investor dalam

berdagang langkah yang diambil oleh BAPPEBTI dalam menangani serta

menganggulangi hal tersebut adalah dari database yang tercatat di BAPPEBTI

pada bulan Mei 2023 sebanyak 16,7 juta pelanggan/nasabah asset crypto yang

terdaftar di Indonesia, namun demikian dengan adanya Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 lalu di turunkan kepada Peraturan

BAPPEBTI untuk pembinaan pengaturan pada perdagangan pasar crypto

diatur oleh BAPPEBTI dan BAPPEBTI ini memberikan daftar kepada

kelembagaan yang dapat menyelenggarakan perdagangan di dalam pasar

crypto.

53
Di Indonesia sendiri untuk melakukan perdagangan dalam pasar

crypto wajib dan harus mendapat persetujuan dan perizinan dari BAPPEBTI

terkait dengan fenomena pelanggan crypto diluar dari kelembangaan dari

BAPPEBTI maka hal tersebut tidak mencakup pada aturan dari BAPPEBTI

baik terjadi jika ada perselisihan, karena kelembagaan yang di atur oleh

BAPPEBTI telah memiliki perizinan oleh karena itu jika ada pelanggan yang

melakukan diluar kelembagaan yang dapat perizinan oleh BAPPEBTI atau

secara peer-to-peer dengan orang lain maka hal tersebut menjadi risiko dan

tanggungjawab dari pelaku itu sendiri. Jika di Indonesia harusnya

bertransaksi di perusahaan yang telah memperoleh persetujuan sebagai calon

pedangan fisik asset crypto yang terdaftar oleh BAPPEBTI, Jika terjadi

dispute atau masalah BAPPEBTI bisa memfasilitasi untuk melakukan

mediasi.

Sedangkan jika perusahaan yang tidak terdaftar di BAPPEBTI

tentunya hal ini tidak dapat dijangkau dan BAPPEBTI sendiri tidak dapat

memberikan fasilitas untuk melakukan mediasi kemudian biasanya

yuridiksinya berada di luar negeri. Yuridiksi yang berada di luar negeri

BAPPEBTI tidak memiliki kewenangan untuk menjangkaunya. Artinya hal

tersebut risiko yang menjadi pertimbangan untuk masyarakat sebelum

melakukan investasi dengan perusahaan illegal. Pemerintah harusnya

melakukan langkah antisipasi dengan membatasi perusahan-perusahan

tersebut untuk melakukan promosi/iklan penawaran di Indonesia. Di era

teknologi informasi saat ini sifatnya global yang dapat dilakukan adalah

54
membatasi akses dari masyarakat agar tidak mudah untuk mengakses situs-

situs dari entitas-entitas crypto illegal tersebut dengan meminta bantuan

kepada Kementrian Komunikasi dan Informatika. Hal ini yang dilakukan

pemerintah untuk meminimalisir dan antisipasi kemungkinaan adanya

kerugian.

Langkah-langkah dan saran dari BAPPEBTI untuk meningkatkan

keamanan bagi investor asset crypto dalam bertransaksi di bursa berjangka

komoditi di Indonesia sendiri telah membatasi entitas-entitas crypto illegal.

Pemerintah membatasi akses oleh entitas-entitas yang belum terdaftar. Dalam

melakukan transaksi asset crypto masyarakat harusnya mempertimbangkan

legalitas, apakah perusahaan tersebut telah terdaftar di BAPPEBTI atau tidak,

produknya apakah jelas dan terdaftar atau tidak, masyarakat harus paham

bahwa asset crypto sesuai dengan pasar dengan nilai yang bias naik dan turun

sehingga harus benar-benar mengetahui portofolio dari asset crypto yang akan

diambil.

Langkah yang di ambil oleh BAPPEBTI untuk perlindungan hukum

telah sesuai dengan aturan yang berlaku yang diatur dalam Peraturan Badan

Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 Tentang

Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset),

dalam Pasal 2 yang menyatakan bahwa Perdagangan Aset Kripto dalam

Bursa Berjangka harus memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan

yang baik seperti mengedepankan kepentingan anggota bursa berjangka

dalam memperoleh harga yang transparan serta menjamin perlindungan

55
terhadap Pelanggan Aset Kripto. Serta Pasal 3 aset kripto yang akan

diperdagangkan telah dilakukan penilaian resikonya termasuk resiko money

laundering dan pendanaan terorisme serta proliferasi senjata pemusnah

massal.

Regulasi BAPPEBTI dalam Peraturan Nomor 13 Tahun 2022

Perubahan Atas Peraturan Bappebti Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) Di

Bursa Berjangka sejalan dengan tindakan BAPPEBTI dalam menangani

nasabah dan perusahaan dalam transaksi asset crypto yang terdaftar, sehingga

kelembagaan BAPPEBTI ini menjadi wadah dalam memediasi nasabah dan

perushaan jika terjadi dispute ataupun permasalahan yang timbul akibat

bertransaksi asset crypto.

Namun pada kenyataannya Peraturan Bappebti yang mengatur teknis

penyelenggaraan pasar fisik aset kripto dalam bursa berjangka kurang dalam

segi perlindungan bagi nasabah (Investor) yang dirugikan oleh nasabah

lainnya yang bertindak sebagai pelaku usaha dimana kerugian tersebut berada

diluar tanggung jawab Pedagang Fisik Aset Kripto, maka investor yang

dirugikan akibat penipuan online oleh investor lain pada transaksi jual beli

aset kripto tersebut dapat mencari perlindungan hukum berdasarkan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

dan berdasarkan hukum perikatan Indonesia yang mengatur penipuan

(bedrog), serta nasabah yang menjual asetnya dapat dikatakan sebagai pelaku

usaha dengan kewajibannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

56
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Selain itu, Karena aset kripto tidak

memiliki underlying asset sebagai dasar penerbitan aset maka diharapkan

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi bersama dengan

Kementerian Perdagangan memberikan pertimbangan untuk menentukan apa

underlying asset yang bisa diberikan bagi penerbitan aset kripto dalam pasar

fisik aset kripto di Bursa Berjangka.

57
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, analisis data serta

pembahasan yang dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan,

bahwa, Jaminan kepastian hukum BAPPEBTI dalam tindakan memberikan

perlindungan hukum bagi transaksi kripto telah membuat regulasi untuk

memastikan keamanan para investor dalam melakukan perdagangan crypto

asset di Bursa Berjangka. Perdagangan aset kripto sudah diatur di dalam

Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5

Tahun 2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset

Kripto (Crypto Asset). Keabsahan transaksi aset kripto dalam perdagangan

berjangka berdasarkan hukum kontrak Indonesia yang merujuk pada

Burgerlijk Wetboek adalah sah karena tidak menyimpangi syarat perjanjian

dalam pasal 1320 BW dan didukung oleh asas-asas yang terkandung dalam

BW antara lain asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta

sunt servanda, dan asas itikad baik.

Meskipun Undang-Undang dan peraturan telah diberlakukan untuk

memberikan perlindungan hukum bagi investor kripto, penerapan peraturan

tersebut belum maksimal dan banyak pedagang asset kripto illegal yang

dilaporkan ke lembaga penegak hukum terus melakukan penipuan dan/atau

penggelapan kriminal. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan

ketidakjelasan hukum khususnya Pasal 27 Badan Pengawas Berjangka

58
Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pasar fisik aset

kripto di bursa berjangka yang tidak menjelaskan, peraturan perundang-

undangan yang mana berlaku untuk perselisihan antara pedagang fisik tidak

mengklarifikasi undang-undang dan peraturan mana yang dianggap ilegal

jika terjadi perselisihan antara pedagang fisik aset kripto, juga tidak ada

ketentuan untuk pengembalian uang kepada investor. Hal tersebutlah menjadi

suatu kelemahan dari regulasi perlindungan hukum bagi investor dalam

transaksi kripto.

B. Saran

Ada beberapa saran dari penulis yang diharapkan dapat menjadi bahan

pemikiran guna memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadap. Bagi

investor, karena ruang lingkup investasi Crypto Asset sangatlah luas

menyangkut ekonomi, teknologi, hukum maupaun sosial hendaknya untuk

selalu belajar dan menciptakan pemahaman sendiri dalam membuat penilaian

terhadap Crypto Asset supaya dapat membuat keputusan final secara mandiri

yang memuaskan, bagi investor pun harus lebih aware dan selektif dalam

memilih perusahan-perusahaan Crypto Asset terpercaya dan perusahaan

tersebut haruslah yang telah terdaftar dalam BAPPEBTI agar jika terjadi

dispute atau permasalahan yang dihadapi maka BAPPEBTI dengan cepat

menangani dan memediasi permasalahan tersebut.

Perkembangan teknologi dan respon masyarakat yang sangat cepat

membuat regulasi yang ditetapkan sering mengalami perubahan atau masih

dianggap ngambang, perlu banyak waktu bagi pemerintah untuk melakukan

59
pendalaman dan riset agar dapat menentukan peraturan yang tepat terkait

cryptocurrency. Perbanyak referensi dari jurnal Internasional untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam, mengingat adanya

keterbatasan sumber rujukan pada buku atau jurnal nasional.

Pembangunan hukum ke depan dalam transaksi Aset Kripto pada

bursa berjangka komoditi harus memperhatikan situasi norma dan sosiologis

investasi aset kripto di Indonesia saat ini, maka dalam pembangunan hukum

berdasarkan amanat Konstitusi UUD NRI 1945, mengarahkan pada

pembangunan hukum berbasis nilai-nilai Pancasila serta pembangunan

hukum dengan mengarahkan pembaharuan norma untuk memberikan

kepastian hukum agar kedepannya masyarakat merasa aman jika ingin

berinvestasi dalam Aset Kripto (Crypto Asset). Pemerintah harus lebih

selektif untuk meminimalisir dan antisipasi kemungkinaan adanya kerugian

dengan cara membatasi akses dari masyarakat agar tidak mudah untuk

mengakses situs-situs dari entitas-entitas crypto illegal tersebut.

60
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad. 2010. Hukum Perdata Indonesia, Jakarta : PT Citra

Aditya Bakti.

Agus Yudha Hermoko. 2008. Hukum Perijinan: Asas Proporsionalitas Dalam

Kontrak Komersial, Jakarta : PT Laksbang Mediatama.

Bambang, Sunggono. 2016. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2022. Hukum Perlindungan Konsumen. Malang:

Sinar Grafika.

Mahesa, Kusuma Jati. 2019. Hukum Perlindungan Nasabah Bank: Upaya Hukum

Melindungi Nasabah Bank Terhadap Tindak Kejahatan ITE Di Bidang

Perbankan. Bandung: Nusamedia.

Nakamoto, Satoshi. 2008. Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System. Japan:

Bitcoin.

Nasution, M. E. et a. 2006. Pengenalan Eksklusif Ekonomi islam. 1 ed. Jakarta:

Kencana,

Nieuwenhuis. 1985. Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Surabaya : Universitas

Airlangga.

R. Soeroso. 2006. Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Bandung.

Richardus, Indrajit Eko. 2001. E-Commerce Kiat Dan Strategi Bisnis Di Dunia

Maya. Bandung: Jakarta Elex Media Komputindo.

lxi
Subekti. 1992. Arbitrase Perdagangan, Jakarta : Binacipta.

Salim H. S. 2004. Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak,

Jakarta : Sinar Grafika.

Yapiter, Marpi. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Keabsahan

Kontrak Elektronik Dalam Transaksi E-Commerce. Tasikmalaya: Pt.Zona

Media Mandiri.

Yodo, A. M. dan S. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen, cetakan ke-9.

PT RajaGrafindo Persada.

Ir. R. Serfianto Dibyo Purnomo, Iswi Hariyani, S.H., M.H., Cita Yustisia

Serfiyani, S.H. 2013. Pasar Komoditi: Perdagangan Berjangka Dan Lelang

Komoditi. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.

B. Jurnal & Article

Axel Yohandi, Nanik Trihastuti, Darminto Hartono, “Implikasi Yuridis

Penggunaan Mata Uang Virtual Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Dalam

Transaksi Komersial (Studi Komparasi Antara Indonesia-Singapura).”

Diponegoro Law Journal, Vol 6 No 1 (2020).

Andriyanty, R., & Wahab, D, Preferensi konsumen generasi Z terhadap konsumsi

produk dalam negeri, ETHOS: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat, 7(2), (2019).

Asep Zaenal Ausop, Elsa Silvia Nur Aulia, “Teknologi Cryptocurrency Bitcoin

Untuk In-vestasi Dan Transaksi Bisnis Menurut Syariat Islam” (2018) Vol.

17 Jurnal SosioTeknologi.

lxii
Koeswanto, Ekka Sakti, and Muhammad Taufik. “Perlindungan Hukum Terhadap

Investor Yang Melakukan Investasi Virtual Currency (Centcoin Dan

Bitcoin).” Jurnal Living Law, Vol 9 No 1(2017).

Kusuma, Teddy. “Cryptocurrency Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi Di

Indonesia Perspektif Hukum Islam.” Tsaqafah Vol 16 No 1 (2020).

Pramita, Kadek Desy, and Kadek Diva Hendrayana. “Perlindungan Hukum

Terhadap Investor Sebagai Konsumen Dalam Investasi Online.” Jurnal

Pacta Sunt Servanda Vol 2 No 1 (2021).

Punjaini, Resti Shelya. “Development of Equitable Law in Indonesia and Global

Perspective.” Jurnal UNNES Vol 1 No 1(2022).

Putra, I. M. A. M, “Tanggungjawab Hukum Bank Terhadap Nasabah Dalam

Hal Terjadinya Kegagalan Transaksi Pada Sistem Mobile Banking”. Jurnal

Kertha Wicaksana, 14(2), (2020).

Ryan, Cooper, and Tauer. “PELAKSANAAN FUNGSI HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN

YANG BAIK.” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents,

Vol 3 No 2 (2013).

Syamsiah, Nurfia Oktaviani. “Kajian Atas Cryptocurrency Sebagai Alat

Pembayaran Di Indonesia.” Indonesian Journal on Networking and Security

Vol 6 No 1 (2017).

Tony, Damico M. “A Brief History of Cryptography” Vol 1 No 11 (2009).

C. Peraturan Perundang-Undangan

lxiii
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Pasal 6 Ayat 1 (e) tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor

Keuangan (PPSK)

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2018

tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdangan Berjangka Aset

Kripto

Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto

yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto, dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.

D. Internet

Adhito, Achmad. 2023. “Berikut, 6 Provinsi Dengan Aset Kripto Terbesar.”

https://www.topbusiness.id/73329/berikut-6-provinsi-dengan-aset-kripto-

terbesar.html diakses pada tanggal 16 Februari 2023, pukul 16.55 WIB.

Andany, Wella. 2022. “Hati-Hati Dengan Euforia Token Kripto Artis Yang

Menjamur.” https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220304061147-92-

766493/hati-hati-dengan-euforia-token-kripto-artis-yang-menjamur diakses

pada tanggal 15 Februari 2023,pukul 09.00 WIB.

Ayu, Rizaty Monavia. 2023. “Transaksi Kripto Di Indonesia Sebesar Rp306,4

Triliun Pada 2022.”

lxiv
https://dataindonesia.id/bursa-keuangan/detail/transaksi-kripto-di-indonesia-

sebesar-rp3064-triliun-pada-2022 diakses pada tanggal 15 Februari 2023,

pukul 10.15 WIB.

Cantika, Putri. 2022. “Kripto ‘Meledak’ Di RI Buat Sri Mulyani Terima Banyak

Aduan.” https://www.cnbcindonesia.com/tech/20221214081102-37-

396670/kripto-meledak-di-ri-buat-sri-mulyani-terima-banyak-aduan diakses

pada tanggal 15 Februari 2023, pukul 10.30 WIB.

Fathnur, Rohman. 2022. “Mengenal Aset Kripto, Instrumen Investasi Digital

Yang Populer.”

https://katadata.co.id/agung/ekonopedia/627bce066ecc2/mengenal-aset-

kripto-instrumen-investasi-digital-yang-populer diakses pada tanggal 13

Desember 2022, pukul 07.45 WIB.

Herdi, Hikam. 2022. “Harga ASIX Anjlok, Investor Teriak Minta Duit Balik!

Piye Mas Anang?” https://finance.detik.com/fintech/d-5937908/harga-asix-

anjlok-investor-teriak-minta-duit-balik-piye-mas-anang/1 diakses pada

tanggal 15 Februari 2023, pukul 11.51 WIB.

Kristianto, Andrean. 2022. “Tak Lagi Haram! Pasar Kripto Resmi Diatur OJK.”

https://www.cnbcindonesia.com/market/20221215093109-17-397101/tak-

lagi-haram-pasar-kripto-resmi-diatur-ojk diakses pada tanggal 16 Februari

2023, pukul 05.15 WIB.

Novina, Bestari Putri. 2022. “Sempat Heboh, Bagaimana Nasib Harga Token

Kripto Artis RI?” https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220606113006-37-

344630/sempat-heboh-bagaimana-nasib-harga-token-kripto-artis-ri diakses

lxv
pada tanggal 15 Februari 2023, pukul 09.25 WIB.

NPB. 2021 “Binance Ilegal, Ini 13 Marketplace Uang Kripto Legal Di RI.”

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210503150121-37-242745/binance-

ilegal-ini-13-marketplace-uang-kripto-legal-di-ri diakses pada tanggal 15

Februari 2023, pukul 09.48 WIB.

Olavia, Lona. 2022. “Investor Aset Kripto Di Indonesia Tembus 16,1 Juta

Pelanggan.” https://investor.id/market-and-corporate/308938/investor-aset-

kripto-di-indonesia-tembus-161-juta-pelanggan diakses pada tanggal 03

November 2022, pukul 12.30 WIB.

Purwanti, Teti. 2022. “Pengumuman! OJK Hanya Awasi Kripto Jenis Ini.”

https://www.cnbcindonesia.com/market/20221221132015-17-398837/pengu

muman-ojk-hanya-awasi-kripto-jenis-ini pada diakses pada tanggal 15

Februari 2023, pukul 11.00 WIB.

Roy, Franedya. 2018. “Kisah Penipuan Investor Uang Digital Melalui Penawaran

Koin.”

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20180312174519-37-6993/kisah-

penipuan-investor-uang-digital-melalui-penawaran-koin diakses pada tanggal

14 Desember 2022, pukul 19.41 WIB.

Sayekti, Ignatia Maria Sri. 2023. “Literasi Aset Kripto 2023, Mendag Zulkifli:

Masyarakat Harus Paham Perdagangan Kripto.”

https://pressrelease.kontan.co.id/news/literasi-aset-kripto-2023-mendag-

zulkifli-masyarakat-harus-paham-perdagangan-kripto diakses pada tanggal

15 Februari 2023, pukul 14.20 WIB.

lxvi
Shelley Goldberg, “How Blockchain Could Revolutionize Commodity Markets”,

(Bloomberg 2017) https://www.bloomberg.com/opinion/articles/2017-12-

22/how-blockchain-could-revolution-ize-commodity-markets diakses pada

27 Juli 2023, Pukul 14.30.

Tira, Santia. 2021. “Regulasi Aset Kripto Di Indonesia Dinilai Tidak Konsisten.”

https://www.merdeka.com/uang/regulasi-aset-kripto-di-indonesia-dinilai-

tidak-konsisten.html diakses pada tanggal 15 Februari 2023, pukul 15.25

WIB.

lxvii

Anda mungkin juga menyukai