11 TAHUN 2008
(ANALISIS PUTUSAN No. 370/Pid.Sus/2018/PN Jkt.Sel DAN PUTUSAN No.
58/Pid.Sus/2019/PT.DKI)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
JAKARTA
1442 H/2020 M
UJARAN KEBENCIAN DALAM UU ITE NO. 11 TAHUN 2008
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Pembimbing:
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
ABSTRAK
Ayu Dwi Rizki. NIM 11160430000084. "Ujaran Kebencian dalam UU ITE
No. 11 Tahun 2008 (Analisis Putusan No. 370/Pid.Sus/2018/PN Jkt.Sel dan Putusan
No. 58/Pid.Sus/2019/PT.DKI)". Program Studi Perbandingan Mahzab, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442
H/2020 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan hakim memutus perkara
No.370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel dan putusan No.58/Pid.Sus/2019/PT.DKI tentang
tindak pidana ujaran kebencian.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif sedangkan jenis
pendekatannya adalah pendekatan kasus dan perundang-undangan. Metode yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu dengan menganalisis putusan
pengadilan untuk mengetahui alasan yang digunakan hakim. Kemudian penelitian ini
membandingkan antara putusan tingkat pertama dan tingkat banding untuk melihat
adanya konsistensi dalam putusan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Majelis
Hakim Tingkat Pertama dan Tingkat Tinggi memutuskan tindakan Terdakwa
merupakan tindakan ujaran kebencian. Hakim dalam memutus suatu perkara
mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu melihat pada aspek yuridis, filosofis dan
sosiologis. Aspek yuridis adalah hakim memutus bahwa tindakan Terdakwa benar
merupakan tindak pidana ujaran kebencian berdasarkan pada pasal 28 ayat (2) UU
ITE No.11 tahun 2008. Aspek filosofisnya adalah hakim mempertimbangkan
kebebasan individu yang tak terbatas, melainkan dibatasi oleh norma dan hukum.
Aspek sosiologisnya adalah hakim memutuskan bahwa tindakan Terdakwa dapat
memicu permusuhan antar golongan dilihat berdasarkan waktu terjadinya tindak
pidana, di mana saat itu dikenal dengan tahun politik. Putusan hakim juga sejalan
dengan hukum yang berlaku di Indonesia, khususnya Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28
ayat (2) UU RI No.19 Tahun 2016 tentang perubahan UU No.11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik jo Pasal 55 ayat (1) ke-I KUHP.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
hidayah serta inayah-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak
lupa shalawat serta salam selalu dipanjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw.
yang telah membawa umat muslim menuju zaman yang terang penuh dengan
kedamaian.
1. Ayu Dwi Rizki, diri saya sendiri yang bisa bertahan menyelesaikan skripsi
sekaligus studi Strata satu (S-1). Perjuangan yang telah dilakukan bukanlah
perjuangan yang mudah. Banyak hal yang telah dilewati, hal-hal yang
menyulitkan akhirnya bisa dilewati walau diperlukan keberanian untuk melawan
rasa takut. Bahkan rasa terimakasih kepada diri sendiri dirasa tidaklah cukup,
terimakasih telah bertahan hingga saat ini, mari berjuang lagi!.
2. Kedua orang tua tercinta, Papa (Syaiful) dan Mama (Fatimah Alamiah) yang
selalu memberikan kasih sayang, mendukung dan mendoakan anak-anaknya.
Untuk saudara-saudara saya, kakak Anisya Putri, adik Siti Tridianti Syafira,
Ahmad Nur Rafi, Zahra Khayati Nur Jannah, dan Alisha Khaira Azalia yang
selalu mendoakan saya.
3. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
4. Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag, L.c, M.A, dan Bapak Hidayatulloh, M.H, selaku Ketua
dan Sekertaris Program Studi Perbandingan Mahzab.
5. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si., selaku dosen mata kuliah Metodelogi
Penelitian Hukum, yang membimbing saya hingga saya bisa mengajukan seminar
proposal.
6. Bapak Dr. Umar Al-Haddad, M.Ag., selaku Dosen Penasihat Akademik penulis.
7. Bapak Dr. Khamami Zada, M.A, dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu beliau dan memberikan bimbingan dengan amat sangat cermat
dan teliti, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya kepada penulis, hingga penulis bisa menamatkan studi
dengan baik.
10. Teman-teman PMH B 2016, yang menemani proses belajar selama duduk di
bangku perkuliahan.
11. Keluarga Besar PMH khususnya angkatan 2016, senang rasanya bisa bertemu dan
mengenal teman-teman PMH.
12. Keluarga PSM UIN Jakarta yang tidak pernah luput dalam menyemangati dan
selalu mendoakan, terkhusus untuk angkatan FARABIA. PSM UIN Jakarta telah
memberikan kenangan indah bagi penulis, bahkan hal yang tidak pernah penulis
duga sebelumnya. Semoga PSM UIN Jakarta selalu bisa membanggakan dan
mengharumkan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
13. Teman-teman KKN 155 RASA JIWA yang selalu ada di saat butuh bantuan, dan
menjadi support system.
14. Serta terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih telah membantu dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan baik. Hal-hal baik akan kembali
kepada teman-teman semua.
Akhir kata semoga apa yang diberikan oleh pihak-pihak yang mendoakan dan
membantu menjadi sebuah amalan dan kebaikan jariyah, semoga Allah SWT. selalu
memberikan kita perlindungan-Nya. Semoga apa yang penulis tulis dapat bermanfaat
untuk penulis dan teman-teman pembaca. Aamiin.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Permasalah ...................................................................................................... 4
viii
BAB III UJARAN KEBENCIAN AHMAD DHANI DALAM PUTUSAN
PENGADILAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 46
B. Saran ............................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditunjukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA)."
Pasal ini juga mempunyai sanski pidana yang ditentukan dalam pasal 45
ayat (2), yang berbunyi:3
Dari pasal tersebut maka siapa saja yang menyebarkan informasi akan
dikenakan sanksi apabila informasi yang disebarkan bertujuan untuk
menimbulkan permusuhan antara kelompok masyarakat tertentu atau individu.
Informasi yang dapat menimbulkan permusuhan yaitu informasi yang di
dalamnya terdapat kebencian, dan yang dimaksud kelompok masyarakat tertentu
yaitu berdasarkan dari suku, agama, ras, dan antar golongan.
1
Dikutip dari Tagar News, https://www.google.com/amp/s/www.tagar.id/permadi-diperiksa-
polisi-kasus-ujaran-kebencian/amp/, pada tanggal 21 Mei 2019 pukul 06.58 WIB.
2
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyebercrime), (Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada,2012), h., 128.
3
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyebercrime), h., 128.
3
4
Surat Edaran Kapolri NOMOR SE/06/X/2015 tentang (Hate Speech) Ujaran Kebencian, h.,
3.
4
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang masalah penelitian,
dapat diidentifikasikan permasalahan menjadi 5 (lima) masalah, yaitu:
2. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, permasalahan
mengenai ujaran kebencian terlalu luas, oleh sebab itu penulis membatasi
penelitian. Penelitian ini terfokus pada putusan pengadilan perkara tindak
pidana ujaran kebencian kasus Ahmad Dhani No. 370/Pid.Sus/2018/ PN
Jkt.Sel dan No. 58/Pid.Sus/2019/PT.DKI.
5
3. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah, dapat diketahui bahwa tidak semua
indentifikasi masalah menjadi pokok pembahasan dalam penelitian, yakni
ada beberapa rumusan masalah yang dibahas antara lain :
a. Apa yang menjadi alasan hakim memutus tindakan Ahmad Dhani
termasuk dalam tindak pidana ujaran kebencian dalam putusan pertama
No. 370/Pid.Sus/2018/PN Jkt.Sel dan banding No.
58/Pid.Sus/2019/PT.DKI?.
b. Apakah terdapat konsistensi dan koherensi putusan dalam putusan
pertama dan putusan banding kasus Ahmad Dhani (Putusan No.
370/Pid.Sus/2018/PN Jkt.Sel dan Putusan No.
58/Pid.Sus/2019/PT.DKI)?.
1. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta dengan judul “Tindak
Pidana Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Jejaring Media Sosial
(Analisis Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015)”, ditulis oleh Wiwit
Sugiarti. Hasil dari penelitian dalam skripsi ini memaparkan bahwa Surat
Edaran Kapolri (Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015) hanya
diimplementasikan kepada anggota kepolisian dan hanya sebagai acuan
dalam melakukan tindakan yang tepat terhadap kejahatan ujaran
kebencian. Implikasi diterbitkannya Surat Edaran Kapolri No.
SE/6/X/2015 yaitu memudahkan aparat penegak hukum untuk
mengindentifikasi setiap kejahatan ujaran kebencian yang muncul.5
2. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta dengan judul “Tindak
Pidana Ujaran Kebencian di Media Sosial (Analisis Putusan PN Jakarta
Selatan No. 820/Pid.Sus/2017/PN Jkt-Sel)”, ditulis oleh Jalu Aji
Pamungkas. Hasil dari penelitian dalam skripsi ini memaparkan bahwa
5
Wiwit Sugiarti, "Tindak Pidana Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Jejaring Media
Sosial (Analisis Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015", (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), h., 98-99.
7
Berdasarkan hasil dari kajian studi terdahulu, bahwa tidak ada yang
membahas mengenai tindak pidana ujaran kebencian dalam UU ITE No.11 tahun
2008 yang menjerat Ahmad Dhani di media sosial dengan analisis putusan
pengadilan tingkat pertama dan banding. Meskipun ada penelitian yang
membahas mengenai ujaran kebencian di media sosial, tetapi penelitian tersebut
menganalisis Surat Edaran Kapolri. Adapun penelitian lain juga meneliti
6
Jalu Aji Pamungkas, "Tindak Pidana Ujaran Kebencian di Media Sosial (Analisis Putusan
PN Jakarta Selatan No.820/Pid.Sus/2017/PN.Jkt-Sel)", (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h., 59-60.
7
Iqbal Kamalludin dan Barda Nawawi Arief, "Kebijakan Formulasi Hukum Pidana tentang
Penanggulangan Tindak Pidana Penyebaran Ujaran Kebencian di Dunia Maya", dalam Jurnal Law
Reform Vol.15, No.1, (2019), h., 126-127.
8
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, di mana yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah putusan hakim atau undang-
undang yang mengatur tentang ujaran kebencian. Sedangkan jenis
pendekatannya adalah pendekatan kasus dan perundang-undangan, di mana
pendekatan ini merujuk pada alasan-alasan hukum yang digunakan oleh
hakim untuk sampai pada keputusan serta menelaah kesesuaian antara
putusan pengadilan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Teknik Pengumpulan
Berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan bahan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumenter, yaitu dengan
mengumpulkan dokumen, baik bahan hukum primer maupun sekunder yang
terkait dengan objek penelitian.
4. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan penulis adalah analisis deskriptif,
yaitu dengan menganalisis bahan yang berupa putusan pengadilan. Dalam
penelitian ini penulis menganalisis dua putusan pengadilan untuk
mengetahui alasan hakim serta konsistensinya dalam memutus perkara
ujaran kebencian kasus Ahmad Dhani.
5. Metode Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode
penulisan sesuai dengan sistematika yang mengacu pada “Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh FSH UIN Jakarta 2017.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi
pokok pembahasan dalam skripsi dan supaya memudahkan para pembaca
dalam mempelajari tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun
sistematika penulisan ini sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini penulis akan membahas A. Latar Belakang
Masalah, B. Permasalah, C. Tujuan dan Manfaat Penelitian, D. Kajian
10
A. Ujaran Kebencian
1. Pengertian Ujaran Kebencian
Ujaran kebencian adalah ujaran yang mengandung kebencian,
menyerang dan berkobar-kobar yang dimaksudkan untuk menimbulkan
dampak tertentu, baik secara langsung (aktual) maupun tidak langsung
(berhenti pada niat) yang menginspirasi orang lain untuk melakukan
8
kekerasan atau menyakiti orang atau kelompok lain. Berdasarkan
pengertian di atas maka ujaran kebencian itu merupakan ujaran yang
berbentuk tulisan, ucapan maupun tindakan yang mengandung unsur
kebencian yang dapat berupa penghinaan, pencemaran nama baik,
memprovokasi atau bentuk tindakan lainnya yang menimbulkan adanya
tindak kekerasan, diskriminasi terhadap individu ataupun kelompok, yang
merugikan dan menyakiti setiap individu atau kelompok. Jika dicermati
maka ujaran kebencian itu merupakan tindakan yang berdampak pada
merendahkan kehormatan harkat martabat manusia dan kemanusian.
Ujaran kebencian bertujuan untuk menghasut dan menyulut
kebencian terhadap individu dan/atau kelompok masyarakat dalam berbagai
komunitas yang dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek yang termasuk di
dalamnya ada 11 macam, yaitu aspek dari suku, agama, aliran keagamaan,
keyakinan/kepercayaan, ras, antar golongan, warna kulit, etnis, gender,
kaum difabel (cacat), dan orientasi seksual. Aspek tersebut merupakan
identitas terpenting yang tidak bisa dipilih oleh seseorang, dengan kata lain
8
Lidya Suryani Widyanti, "Ujaran Kebencian : Batasan Pengertian dan Larangannya",
dalam Jurnal Info Singkat Vol.X, No. 06/II/Puslit/Maret/2018, h., 3.
11
12
identitas tersebut sudah ada sejak lahir, atau merupakan pilihan sesuai hati
nuraninya.9
9
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Saku Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech), h., 16.
10
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Saku Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech), h., 13.
13
11
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Saku Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech), h., 14.
12
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyebercrime), h., 119.
13
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Saku Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech), h., 14.
14
14
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Saku Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech), h., 15.
15
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Saku Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech), h., 16.
16
Leni Syafyahya, Ujaran Kebencian dalam Bahasa Indonesia Kajian Bentuk dan Makna,
dalam Makalah Kongres KBI 2018, h., 16.
15
ين اآمنُوا اَل يا ْس اخ ْر قا ْوٌم ِم ْن قا ْوٍم اع اس ٰى أا ْن يا ُكونُوا اخ ْ ًْيا ِمْن ُه ْم اواَل نِ اساءٌ ِم ْن نِ اس ٍاء اع اس ٰى أا ْن ِ َّ
اَي أايُّ اها الذ ا
ِ ِْ وق ب ع اد ِ اب ۖ بِْئ
ِ ي ُك َّن اخ ْْيا ِمْن ه َّن ۖ واَل تا ْل ِمزوا أانْ ُفس ُكم واَل تانااب زوا ِِبْْلالْ اق
ْاْلمياان ۚ اوام ْن اَل ْ س اَل ْس ُم الْ ُف ُس ُ ا
ا ُا ْ ا ا ُ ً ُ ا ا
ك ُه ُم الظَّالِ ُمو ان
ب فاأُوٰلائِ ا
ْ ُيات
17
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h., 60.
16
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-ngolok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan
pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan yang lain,
(karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu
sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik)
setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”
Berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas, dapat ditarik secara garis besar
bahwa Allah melarang umatnya dalam 3 hal, yaitu:
a. Mengolok-olok suatu kaum/golongan,
b. Mencela satu sama lain, dan
c. Memanggil orang lain dengan sebutan/gelar yang buruk.
Penafsiran kata yaskhar (memperolok-olok) dalam ayat ini, yaitu
menyebut kekurangan orang lain dengan tujuan untuk menertawakan
yang bersangkutan baik dengan ucapan, perbuatan atau tingkah laku. Kata
talmuzuu yang berasal dari kata al-lamz, menurut Ibnu ‘Ashur diartikan
sebagai ejekan yang langsung dihadapkan kepada orang yang diejek, baik
dengan syarat, bibir, tangan. Atau kata-kata yang dipahami sebagai
ejekan atau ancaman.18
Sementara kata tanaabazuu yang berasal dari kata an-nabz, berarti
gelar buruk. At-tanaabazuu adalah saling memberi gelar buruk. Larangan
18
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta :
Lentera Hati, 2002), h., 251.
17
19
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h., 252
20
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h., 252
21
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta : PT Hidakarya Abang, 2004), h., 765-766.
18
ين اَل اَِي ُدو ان إََِّل ُج ْه اد ُه ْم فايا ْس اخُرو ان ِمْن ُه ْم ِ َّ ِ َّ الَّ ِذين ي ْل ِمزو ان الْمطَّ ِو ِعني ِمن الْمؤِمنِني ِِف
الص ادقاات اوالذ ا ا ا ُ ُ ا ا ُْ ا
اب أالِ ٌيم ِ َّ س ِخر
ٌ اَّللُ مْن ُه ْم اواَلُْم اع اذ ا ا
Artinya:
Artinya :
Ada tiga sifat buruk yang dikutuk Allah, yaitu (1) menggunjing, (2)
menjelek-jelekan orang, dan (3) menimbun harta kekayaan. 22 Menggunjing
adalah mengatakan atau membicarakan seseorang dengan kesan yang buruk
dengan kata-kata sindiran, mengejek ataupun menghina. Sedangkan menjelek-
jelekan orang yaitu menjelek-jelekan bentuk atau ciri fisik seseorang,
walaupun yang diucapkan adalah benar tetapi tetap saja Allah tidak menyukai
sifat ini dikarenakan ia mengucapkannya dengan maksud niat jahat.
22
Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali Teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz, (Bogor :
Pustaka Lentera AntarNusa, 2009), h., 1693.
19
Artinya:
23
A. Rahman Zainuddin, Hak-Hak Asasi dalam Islam, (Jakarta: Media Dakwah, 1979), h.,
39.
24
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadist I : Shahih al-
Bukhari 1,Terj. Masyhar & Muhammad Suhadi, (Jakarta: Almahira, 2013), h., 15.
20
ًت با ْع ادهُ ُحًّرا اواَل اعْب ًدا اواَل باعِ ًْيا اواَل اشاة
ُ ال فا اما اسبا ْب
اح ًدا قا ا
َّب أ ا
ََّّ اَل تا ُس
25
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Ensiklopedia Hadist 7 ; Sunan
Abu Dawud, Terj. Muhammad Ghazali, dkk, (Jakarta: Almahira, 2003), h., 848.
26
Abdur Rahman I. Doi, Inilah Syariah Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991), h., 11.
21
27
Meirina Fajarwati, Upaya Hukum untuk Melindungi Hak Konstitusional Warga Negara
Melalui Mahkamah Konstitusi, dalam Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 13, No. 03, September 2016 :
321-332, h., 326.
28
Trisnowaty Tuahunse, Budaya Demokrasi dan Kemerdekaan Berpendapat, diambil dari
jurnal www.repository.ung.ac.id, h., 3.
29
Angger Sigit Pramukti dan Meylani Chahyaningsih, Pengawasan Hukum Terhadap
Aparatur Negara, (Yogyakarta: Pustaka Yustika, 2016), h., 76.
22
33
Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2011), h., 3.
34
Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, h., 2.
24
35
Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, h., 3.
36
Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, h., 126.
37
Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, h., 126.
25
2. Aspek Filosofis
Aspek filosofis yaitu merupakan aspek yang berdasarkan pada
kebenaran dan keadilan yang berorientasikan pada keadilan moral
(moral justice). Dalam hal ini seorang hakim tidak hanya
mempertimbangkan suatu putusan dengan aturan undang-undang yang
berlaku saja, melainkan hakim juga mempertimbangkan suatu putusan
berdasarkan hati nurani dan rasa keadilan yang terdapat dalam diri
seorang hakim.38
Aspek filosofis menjadi salah satu aspek petimbangan hakim,
karena keadilan bukanlah suatu hal yang berjumlah sama atau sesuatu
yang memiliki nilai sama, melainkan keadilan adalah sesuatu yang
ditempatkan pada posisi yang sesuai. Begitu juga dengan hukum,
hukum dapat dikatakan adil bukanlah hukum yang di mana setiap
orang yang melakukan perbuatan menyalahi aturan dikenai sanksi
yang sama, melainkan adil di sini yaitu setiap orang yang menyalahi
aturan dikenai sanksi yang sesuai dengan keadaan dan tingkat
kejahatan yang orang itu lakukan.
3. Aspek Sosiologis
Aspek yang ketiga adalah aspek sosiologis yaitu aspek yang
mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dalam masyarakat
38
Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, h., 126.
26
39
Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, h., 126
BAB III
UJARAN KEBENCIAN AHMAD DHANI DALAM PUTUSAN PENGADILAN
A. Deskripsi Perkara
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengambil putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan Nomor 370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel dan putusan
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor 58/Pid.Sus/2019/PT.DKI yang
memutus perkara tindak pidana ujaran kebencian.
1. Identitas Terdakwa
Terdakwa dalam kasus tindak pidana dengan No.
370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel bernama Dhani Ahmad Prasetyo alias
Ahmad Dhani yang lahir di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1972.
Terdakwa beragama Islam, perkerjaannya adalah seniman, dan
pendidikan terakhir adalah SMA. Tempat tinggal Terdakwa berada di
Jalan Pinang Emas VII D.4 No.7 RT.008/003, Kelurahan Pondok
Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.40
2. Tuntutan
Tuntutan yang diajukan oleh Penuntut Umum kepada
Terdakwa dalam kasus ujaran kebencian yaitu, menyatakan Terdakwa
terbukti melakukan tindak pidana ujaran kebencian sebagaimana
diatur dalam Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) UU RI No.19
Tahun 2016 tentang perubahan UU No.11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik jo Pasal 55 ayat (1) ke-I KUHP,
yang bertuliskan:
40
Putusan No.370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel, h., 1.
27
28
3. Pembelaan Terdakwa
Terdakwa melakukan pembelaan melalui Penasihat Hukum
Terdakwa di mana pembelaan tersebut adalah bahwa tidak ada tindak
pidana ujaran kebencian dan permusuhan kepada individu dan/atau
kelompok masyarakat berdasarkan SARA yang dilakukan Terdakwa.
Terdakwa tidak terbukti secara sah melakukan tindak pidana
41
Putusan No.370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel, h., 2-3.
29
4. Memori Banding
Pada tanggal 12 Februari 2019 Penasihat Hukum Terdakwa
mengajukan banding terhadap putusan Pengadilan Tingkat Pertama.
Isi dari memori banding tersebut adalah bahwa Pengadilan Tingkat
Pertama telah salah dan keliru menerapkan pasal 55 ayat (1) ke-1
42
Putusan No.370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt.Sel, h., 3-6.
30
43
Putusan No.58/Pid.Sus/2019/PT.DKI, h., 9-11.
31
B. Putusan Pengadilan
1. Ujaran Kebencian Ahmad Dhani dalam Putusan Pengadilan Negeri
Amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel pada tanggal 24 Januari 2019 mengadili
Terdakwa dengan menyatakan bahwa Terdakwa yang bernama Dhani
Ahmad Prasetyo alias Ahmad Dhani terbukti secara sah dan menyakinkan
bersalah telah melakukan tindak pidana ujaran kebencian. Terdakwa
melanggar pasal 45A ayat (2) jo pasal 28 ayat (2) UU RI No.19 Tahun
2016 tentang perubahan UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, "Dengan sengaja dan tanpa hak, menyuruh
lakukan, menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA)".
44
Putusan No.58/Pid.Sus/2019/PT.DKI, h., 11-13.
32
45
Putusan No.370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt.Sel, h., 73-75.
33
pidana penjara selama 1 (satu) tahun. Pengadilan Tinggi DKI Jakarta juga
memerintahkan agar terdakwa ditahan.46
46
Putusan No.58/Pid.Sus/2019/PT.DKI, h., 17-19.
BAB IV
ANALISIS UJARAN KEBENCIAN KASUS AHMAD DHANI DALAM
PUTUSAN PENGADILAN
1. Pertimbangan Yuridis
Dalam memutus suatu perkara, hakim merujuk pada pertimbangan
yuridis, yaitu berdasarkan pada undang-undang yang berlaku. Dalam
putusan Nomor 370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel, hakim merujuk pada Pasal
45A ayat (2) UU RI No.19 tahun 2016 tentang Perubahan UU No.11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang bertuliskan, "Setiap
orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama,
ras dan antargolongan (SARA) sebagaima dimaksud dalam pasal 28 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)".
34
35
unsur ujaran kebecian dapat terlihat di mana yang dihina adalah Ahok dan
para pendukungnya.
48
Putusan No.58/Pid.Sus/2019/PT.DKI, h., 14.
49
Putusan No.370/Pid.Sus/2018/PN. Jkt-Sel, h., 71.
37
karena telah menyuruh melakukan, oleh karena itu tulisan yang diunggah
menjadi tanggung jawab Terdakwa.
2. Pertimbangan Filosofis
3. Pertimbangan Sosiologis
50
Istijab, Filsafat Hukum : Dalam Pendekatan Kesejarahan dan Profetik, (Pasuruan: Qiara
Media, 2019), h., 34.
51
Achmad Rifai,Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, h., 131.
39
Pendukung Ahok tidak terima atas apa yang telah Terdakwa tulis di
media sosialnya (twitter), melihat bahwa terdakwa adalah seorang public
figure yang pengikut di media sosial tidaklah sedikit. Hal tersebut dapat
berdampak negatif bagi para pendukung Ahok, karena tulisan Terdakwa
yang menyiratkan rasa kebencian dapat menghasut masyarakat yang
membaca tulisannya dan ikut membenci Ahok. Jelas hal tersebut dapat
40
52
Putusan No.58/Pid.Sus/2019/PT.DKI, h., 16.
41
53
Putusan No 58/Pid.Sus/2019/PT.DKI, h., 15.
42
54
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Tahun 1998, Buku 2.
43
55
Majelis Umum PBB, Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, dalam resolusi 217 A
(III) pada tanggal 10 Desember 1948, h., 4.
44
Pasal 55 ayat (1) ke-I KUHP. Terdakwa melakukan tindak pidana ini
melalui media sosial dengan menyerang nama baik seseorang dan
memprovokasi masyarakat.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan sebelumnya mengenai
Ujaran Kebencian dalam UU ITE No. 11 Tahun 2008 (Analisis Putusan No.
370/Pid.Sus/2018/PN Jkt.Sel dan Putusan No. 58/Pid.Sus/2019/PT.DKI),
dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut:
1. Hakim dalam memutus suatu perkara mempertimbangkan beberapa aspek,
yaitu melihat pada aspek yuridis, filosofis dan sosiologis. Aspek yuridis
dalam analisis kasus ini adalah hakim memutus bahwa tindakan Terdakwa
benar merupakan tindak pidana ujaran kebencian berdasarkan pada pasal
28 ayat (2) UU ITE No. 11 tahun 2008. Aspek filosofisnya adalah hakim
mempertimbangkan kebebasan individu yang tak terbatas, melainkan
dibatasi oleh norma dan hukum. Dalam aspek sosiologis, hakim
memutuskan bahwa tindakan Terdakwa dapat memicu permusuhan antar
golongan dilihat berdasarkan waktu terjadinya tindak pidana, di mana saat
itu dikenal dengan tahun politik.
2. Majelis Hakim Tingkat Tinggi memutuskan bahwa tindakan Terdakwa
merupakan tindakan ujaran kebencian berdasarkan pada Pasal 45A ayat
(2) jo Pasal 28 ayat (2) UU RI No.19 Tahun 2016 tentang perubahan UU
No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo Pasal 55
ayat (1) ke-I KUHP dan putusan tersebut sama dengan Putusan Pengadilan
Tingkat Pertama. Hal yang membedakan antara putusan pertama dengan
putusan banding adalah lama sanksi pidana penjara yang diberikan.
Pengadilan Tinggi memberikan keringanan sanksi pidana penjara menjadi
satu tahun penjara, dengan menimbang bahwa hukuman bagi Terdakwa
adalah sebagai bentuk pembelajaran bukan sebagai pembalasan. Putusan
hakim juga koheren/sejalan dengan hukum yang berlaku di Indonesia,
46
47
khususnya Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) UU RI No.19 Tahun
2016 tentang perubahan UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik jo Pasal 55 ayat (1) ke-I KUHP.
B. Saran
1. Bagi masyarakat perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam
mengenai bagaimana suatu kalimat dapat termasuk ke dalam ujaran
kebencian, agar dalam menyampaikan pendapat bisa lebih berhati-hati
serta dapat mempertanggungjawabkan tulisan atau pendapat yang
diunggah ke media sosial.
2. Dalam menjatuhkan sanksi pidana, hakim haruslah menimbang beberapa
hal yang menjadi alasan mengenai sanksi apa yang tepat untuk terdakwa.
Hal tersebut bertujuan agar terciptanya keadilan bagi masyarakat.
3. Penelitian ini masih perlu dikaji lebih dalam lagi, yaitu mengenai analisis
tulisan terdakwa. Diharapkan dengan adanya analisis mengenai tulisan
terdakwa dapat memberikan informasi mengenai tata bahasa yang menjadi
penyebab suatu tulisan dapat termasuk dalam ujaran kebencian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Abdullah Yusuf, Tafsir Yusuf Ali Teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz,
Bogor: Pustaka Lentera AntarNusa, 2009.
Doi, Abdur Rahman I, Inilah Syariah Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta :
Lentera Hati, 2002.
Hamzah, Andi, KUHP dan KUHAP, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. Ke-18, 2012.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Saku Penanganan
Ujaran Kebencian (Hate Speech).
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. Ke-
9, 2010.
48
49
Rifai, Achmad, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif,
Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Warjiyati, Sri, Memahami Dasar Ilmu Hukum : Konsep Dasar Ilmu Hukum, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018.
Zainuddin, A Rahman, Hak-Hak Asasi dalam Islam, Jakarta: Media Dakwah, 1979.
Kamalludin, Iqbal dan Barda Mawawi Arief, Kebijakan Formulasi Hukum Pidana
tentang Penanggulangan Tindak Pidana Penyebaran Ujaran Kebencian di
Dunia Maya, Jurnal Law Reform Vol.15 No.1, 2019.
Pamungkas, Jalu Aji, Tindak Pidana Ujaran Kebencian di Media Sosial (Analisis
Putusan PN Jakarta Selatan No.820/Pid.Sus/2017/PN.Jkt-Sel), Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.
50
Sugiarti, Wiwit, Tindakan Pidana Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Jejaring
Media Sosial (Analisi Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015, Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017.
Syafyahya, Leni, Ujaran Kebencian dalam Bahasa Indonesia Kajian Bentuk dan
Makna, Makalah Kongres KBI, 2018.