SKRIPSI
Oleh:
Agus Nuryadi
11140450000070
2020
ii
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Agus Nuryadi
11140450000070
Pembimbing:
Pembimbing 1 : Pembimbing 2:
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
LEMBAR PERNYATAAN
Agus Nuryadi
v
ABSTRAK
Agus Nuryadi. NIM 11140450000070. “Penggunaan Ganja Sebagai Obat
Dalam Perspektif Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam ( Analisis
Pasal 7 dan 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika).
Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah utama dalam penelitin
ini adalah bahwa adanya pertentangan dalam Pasal 7 dan pasal 8. Dimana pasal 8
Larangan Penggunaan Narkotika Golongan 1 Untuk Kepentingan Pelayanan
Kesehatan, sedangkan di dalam pasal 7 Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan. Pasal yang ada didalam Undang-Undang Narkotika saat ini ada
yang berbenturan dengan pasal yang lainnya, menyebabkan banyaknya penafsiran
serta adanya ketidak pastian hukum dalam penegakan terhadap Penggunaan Tanaman
Ganja sebagai Obat di dalam masyarakat.
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Hukum Normative dan Metode
pendekatan Case Approach dan Statue Approach dengan menggunakan pengkajian
terhadap peraturan perundang-undangan, buku, jurnal-jurnal, dan kitab-kitab Fiqh
yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Hasil penelitian tentang Penggunaan Ganja
Sebagai Obat Perspektif Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam.
Dapat disimpulkan dalam penelitian Hukum Pidana Indonesia tentang
Penggunaan Ganja Sebagai Obat, saat ini pasal-pasal yang terkait dengan Narkotika
masih banyak yang berbenturan dengan pasal yang lain, menyebabkan adanya ketidak
kepastian dalam hukum terhadap penggunaan Ganja sebagai obat. Negara harus dapat
mengkodifikasi Undang-Undang tentang Narkotika, agar dalam pasal-pasal tersebut
tidak berbenturan dengan pasal yang lain, dan agar tidak semakin banyaknya kerugian
yang dialami oleh masyarakat dan Negara dalam perang terhadap narkoba. Sedangkan
dalam Hukum Pidana Islam mengacu pada Alquran dan Hadis serta ijtihad ulama.
Tanaman ganja dapat digunakan selama bertujuan untuk kepentingan pengobatan, dan
memberi hukuman berupa ta’zir terhadap segala bentuk penyalahgunaan. Sedangkan
dalam ijtihad ulama melalui metode qiyas yang menyamakan tanaman ganja dengan
khamar tidak memenuhi unsur qiyas, dimana dalam menyamakan dengan khamar
yang jelas-jelas berbeda baik kandungannya, zat, atau efek yang dihasilkan. Sehingga
qiyas yang menyamakan ganja dengan khamar tidak dapat menentukan keharaman
atas tanaman ganja sebagai obat. Sedangkan dalam metode maslahah al-mursalah,
selama penggunaan ganja sebagai obat itu diatur dalam penggunaannya sehingga
mendapatkan manfaat, penggunaan ganja sebagai obat halal digunakan, karena sudah
aturan penggunaan sebagai obat terhadap para ahli.
Kata Kunci: Pemidanaan, Aturan Penggunaan dan Pendistribusi, Ganja Untuk Obat.
Pembimbing I : Prof. Dr. H. A. Salman Manggalatung, S.H., M.H.
Pembimbing II : Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah tuhan semesta alam yang telah
selalu melimpahkan Rahmat, Hidayah, Taufik, Kasih dan Sayangnya, serta
petunjuk jalan yang Allah Ridhai-nya. Sehingga penulis mampu meneyesaikan
tugas akhir dalam menempuh Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakutlas
Syariah dan Hukum Universiras Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan selalu kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang membawa umatnya dari zaman jahliiyah ke zaman yang
penuh dengan Ilmu Pengetahuan untuk petunjuk umatnya dalam mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
1. Pertama orang tua yang saya tercinta, sayangi dan hormati, Bapak Erman
dan Ibu Nur Lela yang telah merawat, membesarkan serta mendidik saya
dengan sabar dan penuh kasih sayang serta tak pernah lelah memberikan
do’a yang terbaik serta mendukung untuk menasehati dan memotivasi
untuk dapat menyelesaikan tugas akhir saya. Semoga Allah selalu
membalas semua kebaikan dan pengorbanan Bapak dan Ibu saya, serta
selalu Allah tercurahkan Rahmat, Kasih dan Sayang serta perlindungan
untuk kedua orang tua saya.
2. Rifatun Nailah yang insya Allah menjadi pendamping dan teman hidup
saya yang banyak membantu, mendukung, memberi semangat,
memotivasi, memberikan bantuan untuk menyelesaikan karya ilmiah saya.
3. Dr.H. Ahmad Tholabi Kharkie, S.Ag.,S.H., M.H., M.A. Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
vii
4. Qosim Arsadani, M.A. Kepala Program Studi Hukum Pidana Islam yang
membantu, menasehati, memotivasi saya dalam semangat untuk
menyelesaikan kuliah saya, serta bimbingan dalam memberikan
pengajaran.
5. Muhammad Mujibur Rahman, M.A. Sekretaris Prodi Hukum Pidana Islam
yang telah banyak membantu dan memberikan arahan serta bimbingaanya
dengan ikhlas.
6. Prof.Dr.H.A.Salman Manggalatung,S.H.,M.H. Dosen Pembimbing 1 dalam
penulisan skripsi ini Yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta
bersedia meluangkan waktu dengan penuh keikhlasan kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan karya ilmiah.
7. Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H. Dosen Pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta
bersedia meluangkan waktu dengan penuh keikhlasan kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan karya ilmiah.
8. Dr. Isnawati Dosen Akademi sekaligus guru saya yang selalu memberikan
arahan dan motifasi terhadap penulis.
9. Seluruh Dosen Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hudayatullah Jakarta.
10. Sahabat Sejurusan dam seangkatan yang telah banyak mendukung,
membantu, dan memotivasi saya dalam menyelesaika karya ilmiah.
11. Sahabat dan kawan-kawan organisasi, komunitas, PMII, HMI, IMM, GMI,
GPPI, DJAVU yang banyak membantu serta memberikan dukungan dan
motikasi.
12. Keluarga besar Segitiga, DPP, DPR UIN Jakarta yang selalu mendukung
serta memberi semangat untuk terus selalu berjuang dalam menyelsaikan
karya ilmiah.
viii
Agus Nuryadi
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................... v
BAB I............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 18
BAB IV .......................................................................................................................... 53
B. Pendapat Ulama Tentang Penggunaan Ganja Sebagai Obat Dalam Analisis Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 7 Dan Pasal 8 .............................................. 59
BAB V ........................................................................................................................... 67
PENUTUP ..................................................................................................................... 67
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 67
B. Rekomendasi......................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Patri Handoyo, War On Drugs, Refleksi Transformative Penerapan Kebijakan
Global Pemberantasan Narkoba di Indonesia, Bandung Sva Tantra, 2014, h 119.
sangat merugikan apabila disalahgunakan tanpa pengendalian dan pengawasan
yang ketat dan seksama. 2
Pada tahun 1998 UNODC melaporkan, bisnis ini paling tidak memiliki
omset global tahunan sebesar U$$400 Miliyar, atau jika dikonvensi menjadi
sekitar RP 4 ribu Triliun. Realisasi Belanja Negara kita untuk tahun 2005 saja
2
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, Jakarta: Kencana, 2017, h 121.
3
Patri Handoyo, War On Drugs, Refleksi Transformative Penerapan Kebijakan
Global Pemberantasan Narkoba di Indonesia, Bandung, Sva Tantra, h7.
2
hanya 1/8 dari jumlah tersebut, yaitu sebesar RP 509,4 Triliun dari yang
dianggarkan RP 565 Triliun. Maka jaringan yang terlibat dalam bisnis ini pun
tak segan-segan melakukan pembunuhan, penyuapan, pencucian uang, dan
rentan kejahatan lainnya guna mengamankan keuntungan yang nilainya
selangit.4
4
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif,
Jakarta: Kedokteran EGC, 2003, h 83.
5
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, Jakarta: Kencana, 2017, h 130.
3
Golongan 1 dalam bentuk tanaman dipidana dengan pidana paling singkat 4
tahun atau paling lama 12 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
800.000.000.00 dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00.
4
penggunaan ganja yang dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Tetapi penggunaan Narkotika Golongan 1 Jenis Ganja tidak
dapat digunakan sebagai obat untuk masyarakat, sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 8 Ayat 1 Narkotika Golongan 1 Dilarang Digunakan Untuk
Kepentingan Pelayanan Kesehatan. 6 Larangan yang dibuat karena menganggap
tanaman ganja tidak memiliki manfaat medis untuk menyembuhkan penyakit,
serta anggapan tentang tanaman ganja yang dianggap berbahaya.
6
Hadi Setia Tunggal, Kompilasi Peraturan Narkotikadan Pisikotropika, Harvarindo,
2012, h 34.
7
Ruslan Renggong,Hukum Pidana Khusus, Jakarta: Kencana, 2017, h 130.
8
Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, Jakarta, Amzah, 2015, h 172.
5
mengingat Allah dan shalat. Disamping itu, ganja termasuk kategori khamar
yang secara lafal dan maknawi telah diharamkan oleh Allah dan Rasul nya”.
9
Roni Nuryusmansyah, Dalam Kondisi Darurat Hal Yang Terlarang Dibolehkan,
Muslim.or.id, 26 Des,2013, h 1.
6
tanaman yang mendekatkan kematian, tanaman yang dicari dan diburu oleh
pemakainya, hanya demi kesenangan yang sifatnya sesaat. Padahal saat ini
sudah banyak penelitian-penelitian di Negara-Negara lain tentang tanaman
ganja yang ternyata memberikan informasi yang berlawanan dengan informasi
yang sudah ada sejak dahulu. Dan lagi banyaknya kasus tentang penggunaan
ganja sebagai obat didalam masyarakat Indonesia yang menjadi permasalahan
baru ketika ternayata tanaman ganja dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit. 10
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
10
Tim Lgn, Hikayah Pohon Ganja, 12000 Tahun Menyuburkan Peradapan Manusia,
Jakarta: Karya Gemilang,Cet 5, 2016, h 120.
7
D. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
11
Romli SA, Pengantar Ilmu Ushul Fiqh, Cimanggis,Depok: Kencana,2017, h 189.
8
terdapat dalil yang menyatakan benar dan salah. 12 Adapun dalil tentang
Maslahah Al-mursalah yaitu:
2. Kerangka Konseptual
a. Penggunaan Ganja Sebagai Obat
Ganja (marijuana, marihuana, hashish) adalah tanaman yang sudah
dikenal manusia sekitar 8000 tahun lalu, sebagai tanaman yang dapat
menghasilkan serat untuk membuat benang, tali, dan tekstil. Jenis-jenis Ganja
itu sendiri terbagi menjadi 3 jenis, ada Cannabis Sativa, Cannabis Indica, dan
Cannabis Ruderalis. Jenis sativa adalah jenis ganja yang paling banyak
digunakan untuk tujuan rekreasional, sedangkan jenis cannabis indica ada
kandungan CBD yang dimiliki lebih banyak dari sativa yang membuat orang
merasa lebih rileks setelah mengkonsumsinya. Sedangkan cannabis ruderalis
adalah salah satu jenis yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sandang maupun pangan, karena zat psikoaktifnya sangat rendah. Bhang
adalah rebusan atau campuran untuk dihisap dengan rokok yang berasal dari
pucuk tanaman betina ganja yang tumbuh liar, sedangkan yang dinamakan
ganja adalah jenis tanaman yang sama, tetapi yang dibudidayakan sehingga
12
Sayfuddin Abi Hasan Al Amidi, Al-Ahkam Fi Usul Al-Ahkam, Jus 3, Riyad:
Muassasah Alhalibi, 1972, h 142.
9
kadar zat aktif didalamnya lebih tinggi. Charas“churus, churrus” adalah hasil
ekstrak getah murni yang berasal dari pucuk tanaman ganja betina.13
13
Satya Joewana,Gangguan Mentaldan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif,
Jakarta, Kedokteran EGC, 2003, h 8.
14
Kumparan News, Mengenal Jenis-Jenis Tanaman Ganja, 31 Maret 2017, h 1.
10
ganja berkurang 5% setiap bulan. Dalam asap ganja terdapat lebih dari 60
Cannabinoid dan dalam kimia lain, tetapi yang terpenting adalah THC.15
CBD bukan zat Psikoaktif, kandungan yang bisa dibantu oleh CBD
adalah Epilepsi, Skizofrenia, dan Gangguan Psikotik, sedangkan nilai
medisnya adalah seperti Anti Inflamasi, Antoksidan, Neuroprotektan, Anti
Depresan, Analgesik, Anti Psikotik, Anti Tumoral Agent dan Anxiolytic.
Sedangkan THC adalah zat psikoaktif yang kandungannya bisa menyebabkan
bersemangat, tertawa, rasa lapar, mengurangi rasa sakit, mata merah, dan
meningkatkan detak Jantung, berpotensi mengobati Kanker dan Anti
Inflamasi.16
1. Skripsi yang berjudul Gaya Hidup Penguna Ganja (Studi Pada Pengguna
Ganja Di Kota Bandar Lampung) yang di tulis oleh Emilia Kusuma Anjani
pada tahun 2016. Dari fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bandar
Lampung. Hasil skripsi ini diklasifikasikan penggunaan ganja, yaitu
15
Satya Joewana,Gangguan Mentaldan PerilakuAkibat Penggunaan Zat Psikoaktif,
jakarta,kedokteran EGC, 2003, h 106.
16
Kumparan News, Mengenal Jenis-Jenis Tanaman Ganja, 31 Maret 2017, h 1.
11
lingkungan yang berasal dari pergaulan pertemanan dan pengaruh lingkungan
keluarga yang Broken Home. Minat ingin tau terhadap ganja, ingin
menggunakan ganja. kebutuhnan sebagai seorang seniman yang dituntut harus
kreatif dan focus menjalankan pekerjaannya. 17
2. Skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika
Yang Dilakukan Oleh Seorang Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Nomor :
15/Pen.Pid.Sus/2012/Pn.Br) tahun 2015. Ditulis oleh Rahmat Wijaya.
Mahasiswa Jurusan Hukum Pidana Fakuktas Hukum Universitas Hasanuddin
Makassar. Hasil skripsi ini dimana hukum pidana matril terhadap kasus
penyalahgunaan Narkotika golongan 1 oleh pegawai negeri sipil. Penerapan
hukumnya sudah sesuai dengan Undang-Undang dalam Pasal 127 ayat 1
huruf a UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. berdasarkan fakta hukum
baik dari keterangan saksi dan terdakwa yang di anggap sehat jasmani rohani,
tidak ada ganggguan mental sehingga mampu mempertanggung jawabkan
perbuatannya. Pertimbangan hakim menjatuhkan putusan oleh pegawai negeri
sipil telah sesuai berdasarkan penjabaran keterangan saksi, keterangan
terdakwa dan alat bukti serta adanya pertimbangan-pertimbangan yuridis hal-
hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa 18
3. Skripsi yang berjudul Pemidanaan Pelaku Penanam Ganja Untuk Pengobatan
Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif (Analisis Putusan
Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/1017/PnSag) yang di tulis
oleh Egi Yuni Rakhmawati. Mahasiswa Program Studi Hukum Pidana Islam
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah.
Hasil skripsi ini adalah faktor yang menyebabkan terdakwa Fidelis melakukan
penanaman Ganja di halaman belakang rumahnya merupakan upayanya untuk
merawat dan menyembuhkan penyakit yang diderita istrinya Yeni Riawati
yang terkena penyakit Syringomyelia (tumbuhnya kista berisi cairan didalam
17
Emilia Kusuma Anjani, Gaya Hidup Pengguna Ganja, Studi pada Pengguna Ganja
di Kota Bandar Lampung, Lampung: Universitas Lampung, 2016, h 90.
18
Rahmat Wijaya, Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika yang
dilakukan oleh Seorang Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Nomor: 15/Pen.Pid.Sus / 2012 /
PN. BR,Makassar: Universitas Hasanuddin Makasar, 2015, h 88.
12
sumsum tulang belakang). Dalam putusan hakim tentang larangan pananaman
ganja untuk pengobatan. Fidelis dipidana dengan ketentuan yang
berlaku,namun didalam kasus ini membutuhkan pertimbangan hukum yang
didasari oleh aka budi, keadilan, serta hati nurani, kasus yang harus
mempertimbangkan asas kemanfaatan hukum dan keadilan saangat diperlukan
guna penegakan keadilan selanjutnya. 19
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode penelitan
normatif adalah suatu metode penelitian yang melalu pendekatan yang
dilakukan dengan cara menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat
teoritis yang menyangkut asas, konsepsi, doktrin dan norma hukum yang
berkaitan dengan pembuktian perkara pidana. Penelitian ini menggunakan
data-data berupa, dokumen yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti
Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009, Undang-Undang tentang
Kesehatan, Putusan-putusan Pengadilan tentang pengunaan ganja, buku-buku
Teori Hukum Pidana, hukum pidana di Indonesia, dan buku-buku Hukum
Pidana Islam, Ilmu Ushul Fiqh, Alquran dan Hadis. Dan dapat berupa pendapat
para sarjana serta jurnal-jurnal tentang penelitianNegara-Negara yang telah
melegalkan ganja, seperti jurnal tentang dampaknya-dampaknya, manfaat
medis yang dirasa, tentang sosial.
19
Ega yuni rakhmawati, Pemidanaan Pelaku Penanam Ganja Untuk Pengobatan
Dalam Perpektif Hhukum Islam dan Hukum Positif, Analisis Putusan Pengadilan Negeri
Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/1017/PnSag, Jakarta: Universitas Uin Syarif Hidayatullah, 2018,
h 93.
13
2. Teknik Pengumpulan Data
3. Pendekatan Penelitian
Suatu Penelitian Normatif tentu harus menggunakan pendekatan
perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum
yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Namun analisis
hukum yang dihasilkan oleh suatu penelitian hukum normatif yang
menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) akan lebih
baik dibantu oleh satu atau lebih pendekatan yang cocok, hal ini berguna untuk
memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum yang tepat dalam
menghadapi problem hukum yang dihadapi. Pendekatan yang dilakukan
berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori hukum
pidana, konsep-konsep hukum pidana di Indonesia, asas-asas hukum serta
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini seperti
dengan mempelajari Alquran dan Hadis, buku-buku, dan dokumen lain seperti
dokumen hasil-hasil penelitan tentang ganja sebagai obat, dokumen aturan
tentang penggunaannya, atau dokumen dampak buruk atas pelegalan terhadap
negara yang melegalkan.
20
Johni Ibrahim,Teori& Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet lll, Bayu Media
Publishing: Malang, 2007, h 300.
14
guna mengeksplorasi sumber-sumber bahan hukum seperti, teori-teori dan
konsep serta dasar-dasar dalam pembahasan khususnya terkait dengan
penelitian yakni Pengunaan Ganja sebagai Obat Perspektif Hukum Pidana
Indonesia dan Hukum Pidana Islam. Data-data yang digunakan dalam
penelitian skripsi ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu;
a. Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dalam hal ini adalah
seperti Alquran dan hadis pandangan ulama, kitab fiqh jinayah, buku-
buku seperti buku fiqh jinayah, buku hukum pidana islam, buku ilmu
ushul fiqh, kaidah-kaidah fiqh terkait penggunaan ganja sebagai obat
dan litelatur-litelatur tentang sosial masyarakat terhadap ganja sebagai
obat, yang berkaitan dengan hukum pidana islam dan hukum pidana
Indonesia
b. Sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, seperti misalnya, hasil-hasil penelitian seperti hasil skripsi
mahasiswa lain yang berkaitan, hasil karya dari kalangan hukum, serta
beberapa pendapat yang bisa mendukung penelitian ini dan seterusnya.
c. Tersier, yaitu bahwa yang memeberikan petunjuk maupun penejelasan
mengenai bahan hukum primer dan sekunder, contohnya seperti; kamus
bahasa Arab, Terjemahan kitab, ensiklopedia, dan media elektronik
seperti informaasi tentang penggunaan ganja sabagai obat, atau
dampak-dampak lain yang berkaitan dengan pembahasan.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik Pengumpulan Bahan Hukum yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan analisis dengan metode studi pustaka. Data kepustakaan yang
diperoleh melalui penelitian studi pustaka yang bersumber dari Undang-
Undang tentang Narkotika Nomor 35 tahun 2009 dan terdahulunya, Kebijakan
Konvensi Internasional dimasukannya Ganja kedalam Narkotika Golongan 1,
Peraturan mentri kesehatan, buku yang berkaitan, jurnal-jurrnal terkait dengan
ganja baik manfaatnya seabagai obat atau dampak-dampak lain, hasil penelitin
serta kajian dibidang kesehatan, kajian dampak sosial atau kajian tentang
15
aturan ganja sebagai obat, dokumen-dokumen resmi, dan hasil penelitian dari
para sarjana hukum yang terkait dengan teknik pengumpulan bahan hukum.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah & Hukum” yang di terbitkan oleh Fakultas
Syariah & Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
cetakan tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini lebih sistematik dan terarah, maka penulis akan
menjelaskan sistematika penulisan dalam skripsi ini. Pada dasarnya skripsi ini
terdiri dari lima bab yang saling berkaitan, yaitu:
16
BAB III Pembahasan tentang Ganja Perspektif Hukum Pidana Islam,
yang menjelaskan tentang Pengertian Khamar, Jenis-Jenis Khamar, Narkotika
sebagai Khamar, dan Dampak Narkotika dalam Masyarakat serta Penggunaan
Ganja sebagai Obat dalam Hukum Pidana Islam.
17
18
BAB II
A. Pengertian Ganja
Ganja adalah tanaman yang di golongkan sebagai Narkotika golongan
1, menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika meliputi
zat yang tergolong Opioida, Daun Koka dan Ganja. Sedangkan Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyari, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan dalam
beberapa golongan.21
Menurut Farmakologi, yang dimaksud Narkotika adalah “zat yang
dapat menghilangkan rasa nyeri dan membius”. Jadi menurut Farmakologi,
yang termasuk Narkotika adalah Opioida. Sedangkan Ganja dan Daun Koka
bukan Narkotika. Napza adalah akronim dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika,
dan Zat Adiktif lain. ZA adalah pendekatan dari zat adiktif lain yang perlu
dicantumkan karena selain tiga kelompok di atas, masih terdapat senyawa lain
yang juga bersifat adiktif. NAZA adalah akronim dari Narkotika, Alkohol, dan
Zat Adiktif lain.22
A. Jenis-Jenis Narkotika
21
Hadi Setia Tunggal, Kompilasi Peraturan Narkotika dan Psikotropika, Jakarta:
Harvarindo, 2012, h 31.
22
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba, Jakarta: Gramedia, 2004, h 21.
- Opiat, Heroin, atau Putauw, Petidin, Candu.
- Ganja: Cannabis, Mariyuana, Hashis.
- Kokain: Serbuk Kokain, Pasta Kokain, Daun Koka.
Opioida adalah nama golongan zat, baik alamiah, semi sintetik maupun
sintetik yang mempunyai khasiat seperti morfin. Opioida dibagi dalam tiga
golongan menurut asalnya:
Opium adalah getah yang berwarna putih, seperti air susu, keluar dari
kotak biji tanaman papaver somniferum yang belum matang. Bila biji kotak ini
diiris, keluarlah getah putih yang bila dikeringkan, akan menjadi masa seperti
karet berwarna kecoklat-coklatan. Morfin, adalah Opium mentah mengandung
4-21%. Morfin adalah prototipe analgesik yang kuat, tidak berbau, rasanya
pahit, berupa kristas putih, yang semangkin lama semakin berubah menjadi
kecoklat-coklatan. 24
19
rasanya pahit. Dipasar gelap, warnanya bermacam-macam, bergantung pada
bahan yang dicampurkan. Biasanya dalam bubuk yang tercampur itu, kadar
heroin hanya berkisar 2-4%.
Candu kasar (Ruw Opium) getah, didapat dari kotak buah daru
tumbuhan-tumbuhan Papaver Somriferum L, dan telah dapat (dilakukan)
pengolahan sekadar untuk dapat dibungkus dan diangkut, tanpa melihat kepada
kadar Morphine-nya. Candu olahan (Beried Opium) candu hasil diperoleh dari
candu kasar dengan beberapa pengolahan khusus, terutama dengan peraturan,
penyulingan, pemanggangan, peragian untuk medapatkan atau mencampurkan
bahan-bahan lain dalam bentuk sari untuk dihisap. Jicing sisa atau bekas-bekas
dari candu yang telah diisap baik yang telah ataupun yang tidak dicampur
dengan dedaunan atau bahan-bahan lain. Jicingko hasil dari pengolahan jicing
dari jicing yang dipersiapkan untuk dihisap. Candu medis (Medicinal Opium)
candu kasar yang telah diolah seperlunya yang akhirnya digunakan sebagai
obat, baik dalam bentuk serbuk atau butir-butir kecil ataupun bentuk-bentuk
lain, baik yang telah di campur dengan bahan-bahan netral lain, sesuai dengan
syarat-syarat farmasi. 25
25
Zulkarnain Nasution, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Narkotika, Jakarta: Kencana, 2006,h6.
20
dari 10%. Kadar THC bergantung pada jenisnya, kesuburan, dan kelembaban
tanah, iklim ditempat tanaman itu tubuh, dan saat pucuk tanaman, daun, atau
ranting tanaman itu dipetik. Selain THC, tanaman ganja juga mengandung
Canabinoid lain, seperti Canabidiol dan Asam Tetrahidro-kanabidilat. Bila
disimpan pada suhu ruangan biasa, kekuatan daun ganja berkurang 5% setiap
bulan. Dalam asap ganja terdapat lebih dari 60 Cannabinoid dan bahan kimia
lain, tetapi yang terpenting adalah THC.
26
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba, Jakarta: Gramedia, 2004, h 107.
21
pengolahannya, dimana damarnya merupakan bahan dasar, seperti Hashiys,
Bang, Ganja, Escar, Chira, Charras, dan jambu.27
Daun Koka baik yang dikeringkan ataupun tidak atau dalam bentuk
serbuk dari Erythroxylon coca Lamarck, Erythroxylon novogranatense
(Morris) hieronymus dan varietas-varietasnya, keluarga Erythroxylaca juga
dari daunnya, baik yang dikeringkan maupun yang tidak atau dalam bentuk
serbuk dari jenis-jenis lain dan turunan-turunan ini, yang mana langsung
dengan diolah menjadi cocaine atau melalui proses kimia. Cocaine kasar:
segala hasil yang didapat (diolah) dari daunKoka, yang dapat segera atau
langsung digunakan untuk pengolahan cocaine.
22
dan Metil-amfetamin adalah bubuk Kristal putih yang tidak berbau, pahit
rasanya, larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Di pasar gelap,
warnanya bisa bermacam-macam bergantung pada bahan pencampurnya.
B. Penggunaan Narkotika
29
Zulkarnain Nasution, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Narkotika,Jakarta: Kencana, 2006, h 36.
23
Pasal 9 Ayat 1menjelaskan bahwa; Mentri Kesehatan menjamin
ketersediaan Narkotika untuk kepentingan Pelayanan Kesehatan dan/atau
untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pasal 12 Ayat 1
Narkotika golongan 1 dilarang diproduksi, kecuali dalam jumlah yang sangat
terbatas untuk kepentingan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Dan Ayat 2 Pengawasan Produksi Narkotika golongan 1 untuk kepentingan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagaimana dimaksud
dalam Ayat 1 dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Keputasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 196/
MENKES/ SK/ VIII/ 1977 Tentang Narkotika yang Dilarang Digunakan untuk
Kepentingan Pengobatan. Menimbang; bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3
Ayat 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika Perlu
ditetapkan Narkotika tertentu yang dilarang digunakan untuk kepentingan
pengobatan. Pertama; Menunjuk Narkotika yang namanya tercantum dalam
daftar tersebut di bawah, termasuk garam, dan sediaannya, sebagai Narkotika
yang dilarang digunakan untuk kepentingan pengobatan seperti: Acetorphinum,
Alphacenthyl methadolum Heroinum, Hydromorphonum, Ketobernidonum,
Nocomorphunum, Oxymorphunum, Racemorphanum, Thebaconum.30
Sepanjang sejarah umat manusia, masyarakat di seluruh dunia secara
sengaja mengkonsumsi zat-zat yang dapat mengubah proses bio kimia dan/atau
psikologis. Zat-zat itu dikonsumsi untuk beragam keperluan. Banyak orang
menggunakannya untuk memperbaiki suasana hati (Mood), untuk keluar dari
atau melepaskan ketegangan psikologis, dan/atau sebagian dari proses
ketergantungan seperti minum kopi di pagi hari. Opium merupakan salah satu
zat tertua yang ditemukan umat manusia yang digunakan sebagai obat. Zat ini
terkandung dalam tanaman papaver somniferum (opium poppy), tercatat dalam
sejarah telah menjadi bahan Pengobatan dan Rekreasi bagi Bangsa Sumeria di
daerah daratan rendah Mesopotamia padaTahun 3400-an SM. Seni
mengumpulkan dan meramu opium ini kemudian menyebar ke Babilonia
hingga Mesir. Bangsa Mesir Kuno, khususnya penduduk Kota Thebes, mulai
menanam opium di ladang-ladang mereka, dan turut meramaikan perdagangan
bunga opium padaTahun 1300-an SM.
30
Zulkarnain Nasution, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Narkotika,Jakarta: Kencana, 2006, h 452.
24
rasa nyeri pada saat pendarahan, penyakit dalam, serta wabah. Selain
Hoppocrates, Risalah Kedokteran India Kuno menulis penggunaan opium
sebagai obat diare dan disfungsi Seksual pada Tahun 1200-an M. Opium
biasanya digunakan secara oral sampai Abad ke-17. Di wilayah Asia, termasuk
Jawa, opium disebarkan oleh Dutch East India Company (Vereenigdeoost
Indische Compagnie-VOC), perusahaan dagang Belanda yang juga
mengeksplorasi kekayaan alam sebagai sebagian kepulauan di Nusantara.
31
Patri Handoyo, War on Drugs,Bandung: Rumah Cemara, 2014, h 19.
25
di daerah seperti itu, terlebih untuk menghindari penyakit-penyakit dataran
tinggi, termasuk mudah lelah.
Pada Tahun 1859, Albert Niemann, seorang ilmuan Jerman berhasil
mengekstrasi alkaloida dari daun koka dan memberinya nama Kokain.
Sigmund Freud menggunakan kokain untuk mengobati dirinya, tunangannya,
dan pasiennya. Pada Tahun 1884, Freud memublikasikan makalahnya yang
menyatakan bahwa kokain dapat dipakai untuk mengobati Depresi,
Kecemasan, Ketergantungan Morfin, Alkoholisme, Gangguan Cerna, bahkan
Asma.32
Kokain biasa dikonsumsi melalui suntikan Intravena (Mainlining),
disedot melalui hidung Intranasal, Snaffing, Snorting, atau Inhalasi seperti
orang merokok tembakau (Smoking). Daun koka biasanya dikunyah
(Chewing). Bila disedot melalui hidung, kadar tertinggi kokain dalam plasma
dicapai sesudah 30 menit. Kokain yang disedot melalui hidung akan
menyebabkan Vaasokonstriksi pada selaput lender hidung sehingga jumlah
kokain HCI yang dapat diserap melalui hidung terbatas 60% saja.
32
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba,Jakarta: Gramedia, 2004, h 9.
26
Pada penggunaan intravena, efek euphoria dicapai dalam waktu 30-45 detik.
Pada penggunaan Intranasal, efek euphoria berlangsung 1-1,5 jam. 33
Penggunaan secara oral membutuhkan waktu absorbsi (penyerapan)
selama 30-60 menit, dengan bioavailibilitas sebesar 30-40% saja, sedangkan
sisanya yang 60-70% langsung dieliminasi sesudah dimetabolisasi di hati.
Penggunaan secara inhalansi lebih cepat menimbulkan ketergantungan dari
pada secara intranasal (melalui hidung). ganja, cannabis sativa, juga dikenal
juga sebagai ganja atau hamp, digunakan manusia karena seratnya, potensi
Fisiologis dan Psikologis sebagai bahan obat, dan kandungan gizi serta minyak
dari bijinya. Tanaman jamu ini memiliki beragam jenis dan kegunaan.
Perbedaan kegunaan itu juga melahirkan cara penanaman dan waktu panen
yang berbeda. Serat yang kuat dari tanaman ini, ditanam sebagai hemp,
menghasilkan berbagai macam bahan tekstil. Biji-bijinya merupakan sumber
makanan yang kaya akan protein. Bunganya mengandung cannabinoid yang
dikonsumsi untuk tujuan rekreasional, medis, dan spiritual.34
Penggunaan ganja tradisional di Indonesia kebanyakan ditemukan di
bagian Utara Pulau Sumatra, khususnya Wilayah Aceh. Ganja adalah zat
terlarang yang paling banyak digunakan di Indonesia, dengan sekitar 2 juta
pengguna pada Tahun 1014. Pada 2014 , Badan Narkotika Nasional (BNN)
melaporkan bahwa ada sekitar dua juta pengguna ganja di Indonesia,
menjadikan ganja sebagai zat yang paling banyak digunakan. Hampir semua
ganja yang dikonsumsi di Indonesia di produksi di Aceh, bagian paling Utara
Pulau Sumatra, yang kemudian di distribusikan ke seluruh negeri. Budidaya
ganja sekala kecil juga mungkin ditemukan di dan diangkat dari Garut, Jawa
Barat, serta Papua, sebagaimana yang disampaikan oleh Lemabaga Advokasi
Lingkar Ganja Nusantara (LGN).
Meskipun dikategorikan sebagai golongan 1 (yakni zat yang sangat
berbahaya yang tak mempunyai nilai medis), banyak sekali penggunaan Napza
yang menganggap ganja tidak begitu berbahaya dibandingkan dengan zat
33
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba, Jakarta: Gramedia, 2004, h 113.
34
Patri Handoyo, War on Drugs,Bandung: Rumah Cemara, 2014, h 29.
27
terlarang lainnya, terutama jika dibandingkan dengan zat-zat yang lebih adiktif
seperti Heroin. Walaupun ganja biasanya tumbuh di bagian Utara Pulau
Sumatra, beberapa dokumen mengemukakan bahwa tanaman ganja juga
tumbuh di wilayah lain Hindia Belanda seperti di Wilayah Batavia (Jakarta),
Buitenzorg (Bogor) dan Ambon.
Tampaknya selama akhir Abad ke- 19, tanaman ganja masih belum
dikenal di kalangan masyarakat Jawa, namun ada asumsi bahwa tanaman itu
mungkin saja telah di budidayakan di Pulau tersebut mengingat ke akraban
masyarakat setempat dengan istilah-istilah seperti; ganja, gandja, atau gendji.
Disisi lain budidaya dan penggunaan ganja di Ambon di dokumentasikan oleh
Ahli Botani Jerman-Belanda, G. E, Rumphius, yang menulis tentang
pengggunaan rekreasi dan medis dari cannabis indica dan terkadang dari
cannabis sativa di dalam bukunya Herbarium Amboinense (diterbitkan pada
Tahun 1741). Meskipun kebudayaan ganja di kepulauan Indonesia dikatakan
kurang umum dari pada di daratan Hindia, ganja masih di tanam di Ambon
dengan biji yang didapatkan dari Jawa. Di wilayah itu, akar ganja di konsumsi
untuk mengobati gonorea, sementara itu bagian daunnya kadang-kadang
dicampur dengan Pala dan diseduh sebagai teh untuk tujuan mengurangi
Gangguan Asma, Nyeri Dada Pleuritik dan Sekresi Empedu. Selain itu, ganja
yang diolah dengan daun ganja kering, secara Rekreasional dikonsumsi untuk
meningkatkan rasa kesejahteraan yang oleh penduduk setempat disebut sebagai
hayal, mirip dengan kata Indonesia modern khayal (keadaan berimajinasi atau
berfantasi). Rumphius mengamati bahwa di antara umat Muslim, daun ganja,
yang diabakar dengan tembakau, bisa menghasilkan efek bervariasi mulai dari
agresi sampai dengan rasa sedih dan melankoli.35
Cetakan-cetakan serat ganja di puing-puing kramik berusia lebih dari
10 ribu Tahun ditemukan di Cinadan Taiwan. Orang-orang Asia Kuno juga
menggunakan serat yang sama untuk membuat baju, sepatu, Tali dan Bahan
35
Dania Putri and Tom Blickman, Ganja di Indonesia, Drug Policy Briefing, 44
januari 2016, h 1.
28
Mentah Kertas.36 Ganja dapat di konsumsi sebagai makanan dalam bentuk
Manisan, disebut sebagai Teh atau Kopi, tetapi kebanyakan dirokok seperti
merokok tembakau. Ganja yang dirokok biasanya berupa tanaman yang sudah
dikiringkan dan dirajang, kemudian dilinting seperti tembakau. Asap ganja di
masukan kedalam paru dan ditahan untuk beberapa detik sebelum dikeluarkan,
bagi yang belum berpengalaman, ia akan batuk.
Setiap batang rokok ganja mengandung THC sebanyak 5-20% mg
(sebelum di budidayakan hanya sekitar 2,5-5,0%), hanya 50% yang diabsorbsi.
Pada penggunaan secara oral (dimakan) hanya 3-6% yang diabsorbsi. THC
cepat meninggalkan plasma dan masuk kejaringan yang mengandung lemak,
terutama keotak dan testis. THC dimetabolisasi di haper dan diekskresi
terutama melalui tinja dan air semi, waktu paruhTHC adalah 2-7 hari.37
Sebuah artikel yang berjudul “The Brain’s Own Marijuana” yang ditulis oleh
Roger Nicoll dan Bradley Alger di Majalah Scientific American pada Tahun
2004 mengungkap sebuah temuan yang luar biasa dari berbagai dimensi.
Artikel tersebut menyebutkan bahwa; ternyata otak manusia memperoleh zat
yang berfungsi sama persis dengan THC, zat psikoaktif utama yang
terkandung oleh ganja.
Dimensi pertama dari pernyataan ini adalah fakta yang mengingatkan
kesadaran kita sebagai manusia bahwa kita adalah bagian yang terikat dan
terkait erat dengan alam semesta dan seluruh mahluk didalamnya. Dimensi
kedua adalah pernyataan bahwa otak manusia, yang merupakan benda paling
rumit di alam semesta yang kita kenal sampai sekarang, adalah juga ahli kimia
yang luar biasa dalam bertahan mengurangi ombak dan gelombang perjalanan
evolusi. Molekul misterius hasil produksi otak yang di beri nama endo-
cannabinoid ini ternyata berperan dalam hampir semua proses fisiologis
manusia. Kenyataan ini menarik saat kita membandingkan, bahwa cannabinoid
yang hanya dihasilkan oleh tanaman ganja memiliki fungsi yang sama dengan
Endo-cannabinoid yang dihasilkan oleh otak manusia. Karena temuan-temuan
36
Patri Handoyo, War on Drugs,Bandung: Rumah Cemara, 2014, h 30.
37
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba, Jakarta: Gramedia, 2004, h 107.
29
baru ini, bukanlah pernyataan yang mengherankan bila ganja disebut sebagai
tanaman obat yang memiliki fungsi medis paling banyak dibanding tanaman
obat lainnya.38
Molekul THC yang memabukkan dikenal sebagai anti biotik dan anti
bakteri yang bahkan lebih kuat dari pada penisilin. THC juga dibuktikan lewat
penelitian-penelitian medis sebagai zat yang dapat menghambat, bahkan
menghentikan laju berbagai penyakit saraf, dari Alzheimer, Parkinson, hingga
Multiple Sclerosis. Reseptor cannabinoid pada otak manusia berjumlah 10
hingga 50 kali lebih banyak dari pada reseptor yang sudah lebih terkenal di
dunia kedokteran seperti dopamine dan opioid. Ini menunjukan bahwa secara
evolusi, manusia lebih dekat dengan tanaman ganja dari pada tanaman obat-
obatan lainnya. Cannabinoid dan Endocannabinoid diketahui memiliki peran
mengatur transmisi antar sel saraf.
Bahkan menurut penelitian, cannabinoid dan endocannabinoid menjadi
penghubung jalur komunikasi antar sel saraf yang sebelunya tidak diketahui
keberadaanya oleh para ilmuan. Cannabinoid juga berperan pada sistem
produksi, pemulihan stress dan penjaga keseimbangan homeostasis,
perlindungan sel saraf, reaksi terhadap stimulat rasa sakit, regulasi aktifitas
Motorik, juga dalam respons kekebalan dan Imunitas tubuh, bahkan
berpengaruh dalam sistem Kardiovaskular dan Pernafasan dengan mengatur
detak Jantung, tekanan Darah, dan fungsi Saluran Pernafasaan.
Saat ini terdapat lebih dari 4,5 juta warga Amerika yang mengidap
Alzheimer. Belum ada pengobatan yang dapat menghentikan penyakit
ini.Namun pada Tahun 2005, Jurnal of Neuroscience memuat penelitian dari
Complutense University dan Cajal Institute Spanyol yang melaporkan bahwa
pemberian sintetis zat aktif ganja dapat mencegak kerusakan kognisi dengan
mengurangi Neurotoksitas (sifat racun pada sel saraf) pada tikus yang di
injeksi Amyloid-beta, Peptide-protein yang diyakini menjadi salah satu
penyebab penyakit ini pada jaringan sel-sel otak. Para ilmuan dari Spanyol ini
38
Tim Lgn, Hikayah Pohon Ganja, 12000 Tahun Menyuburkan Peradapan Manusia,
Jakarta: Karya Gemilang,Cet 5, 2016, h 170.
30
menyimpulkan bahwa Cannabinoid berhasil mencegah proses semakin
rusaknya sel saraf akibat penyakit Alzhaimer. Pada 2006, Ilmuan dari Scripps
Research Institute di California melaporkan bahwa zat THC menghambat
berkembangnya enzim penyebab gejala utama Alzhaimer dengan lebih baik
dibandingkan obat-obatan pupuler untuk mengtasi penyakit ini seperti
Donepezil dan Tacrine. Ilmuan-ilmuan ini menyatakan bahwa THC mengobati
secara bersamaan baik gejala maupun proses berkembangnya Alzhaimer.39
Amfetamin dikonsumsi dengan cara ditelan (oral) dan akan diabsorbsi
seluruhnya ke dalam darah. Pada penggunaan secara intravena, amfetamin
akan sampai ke otak dalam beberapa detik. Penggunaan melalui inhalasi uap
amfetamin, mula-mula uap amfetamin akan mengendap di paru, kemudian
diabsorbsi secara cepat ke dalam darah. Amfetamin juga bisa diabsorbsi
melalui selaput lendir hidung pada penggunaan dengan menyedot melalui
hidung (snorting). MDMA (ekstasi) pada umumnya dikemas dalam bentuk
tablet atau kapsul untuk penggunaan secara oral. Tablet atau kapsul ini
mengandung 60-250 mg ( rata-rata 120 mg) MDMA. Ada juga MDMA dalam
bentuk serbuk untuk di sedot melalui hidung, atau disuntikan secara intravena
atau sub-kutan, ada pula dalam bentuk Supositoria. Preparat yang dijual
sebagai MDMA sering tidak murni, melainkan dicampur dengan bahan lain,
seperti Aspirin, Kafein, Amfetamin, Met-amfetamin, atau MDA. Dulu
amfetamin digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain depresi
Ringan, parkinsonisme, skizofrenia, penyakit menierre, buta malam,
kolonIritabel, dan hipotensi.40
39
Tim Lgn, Hikayah Pohon Ganja, 12000 Tahun Menyuburkan Peradapan Manusia,
Jakarta: Karya Gemilang,Cet 5, 2016, h 176.
40
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba, Jakarta: Gramedia, 2004, h 133.
31
32
BAB III
A. Pengertian Khamar
Ganja adalah salah satu tanaman yang di anggap sebagian ulama sama seperti
khamar, di lihat dari zat yang ada didalam tumbuhan tersebut. Tetapi dalam Ilmu
Farmakologi Ganja dan alkohol atau khamar adalah sesuatu yang berbeda, baik
dalam bentuknya maupun zat yang terkandung didalamnya. Kata َخ ًَْش
ََ انberasal dari
kata خ ًَْشَا ََ yang berarti َِْ سَتْ ََش
ََ َ - ٌَََ ْخًََ َش-خ ًََ ََش ََ menutup. Dalam menjelaskan arti kata
khamar ini, Al-Qurthubi mengemukakan: Kata khamar berasal dari kata khamara
atau setara yang berarti menutup. Oleh karena itu, ada istilah kerudung wanita.
Setiap benda yang menutup sesuatu yang lain, selalu disebut khamar seperti dalam
kalimat “tutuplah wadah-wadah kalian”. Jadi, khamar dapat menutup akal,
Menyumbat, dan Membungkusnya. Secara Etimologi, Narkoba diterjemahkan
kedalam Bahasa Arab dengan kata اخ َ خذَ ََس َْ ٌَََ -خ َذَ َ ََس
ََ ًَانyang berasal dari akar kata َ -َخذَس ََ
َْ َ َتyang berarti Hilang Rasa, Bingung, Membius, Tidak Sadar, Menutup, Gelap,
خ َذٌَْ َْش
atau Mabuk. Narkoba (Narkotika dan Obat/ Bahan Berbahaya) tidak dijelaskan
secara gamblang dalam Islam, Alquran hanya menyebutkan istilah Khamar.
Sementara itu secara Terminologi Narkoba ialah “Setiap zat yang apabila
dikonsumsi akan merusak Fisik dan Akal, juga membuat orang menjadi Mabuk
atau Gila”. Narkoba memang termasuk kategori khamar (minuman keras), tetapi
bahanya lebih berat dibanding zat itu sendiri. 41
41
Nurul Irfan, Fiqh Jinayah,Jakarta: Amzah,2015, h 172.
َْ ًََ ْسٍَذََعََث
( اٌَانثَََت َأَي ََ انَٕفٍَََحََنَه
ََ ََحث
ََ َ(َان ًََثََا
42
Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar,
Munas Dan Konbes Nahdlatul Ulama1926 – 2004 M, Surabaya: lajnah Ta’lif Wan Nasyr ltn
Nu Jawa Barat,2004, h 314.
33
tetapi dosa keduanya lebih besar dari pada manfaatnya”. (QS. Al-Baqarah (2):
219)
ْ َٓ ٌَُّقَ ْمٌََاَأ
ٌْٔ اَانكَافشٌَٔ َلَأَعْثذَ َياَت َ ْعثذٌَٔ َََٔحٍَََْ ْعثذَ َياَت َ ْعثذ
Artinya :Wahai orang-orang kafir, saya tidak menyembah tuhan yang
kalian sembah, dan kami menyembah tuhan yang kalian semabah.
َ ٍْ ع ًَمَانش
َ ِٕطاٌََفَا ْجت َُث ٌ َٔ ْاْل َ ْص َلوَسج
َ ٍَْ ْسَي َ صاب َ َٔ ْان ًٍَْسش
َ َََٔ ْاْل ْ ًَ ٌََاَأٌَُّ َٓاَانزٌٍَ َآ َيُٕاَإ
َ اَان َخ ًْش
ٌٕنَ َعهك ْىَت ْفهح
34
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah,
adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung”. (QS.Al-Maidah (5);90).
ini setelah terjadinya perang Ahzab pada tahun keempat atau kelima
Hijriah. Terdapat pula Hadis yang memperkuat larangan terhadap Khamar ini
dan sekaligus menjelaskan hukumannya. Hadis-Hadis tersebut antara lain
sebagai berikut.43
َ كُ ّلٌٌ ُم ْسكِرٌٌ َخ ْمر:َملسو هيلع هللا ىلصَقَا َل-َع ٍَْاتٍَْع ًَ َشََسضىَهللاَعًُٓاَأٌََانُثى
ٌٌٌَوكُ ّلٌٌ ُم ْسكِرٌٌ َح َرام َ َٔ
)(اجشجًٓسهى
Dari Ibn Umar RA, Bahwa Nabi saw Bersabda: Setiap yang memabukkan
adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah maram. (Hadis ini
dikeluarkan oleh Muslim).
43
Ahmad Wardi Muslich,HukumPidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h 73.
35
Meminum menurut Abu Hanifah adalah meminum minuman khamar
saja,baik yang diminum itu banyak maupun sedikit.
Apabila Pendapat Jumhur Ulama tersebut kita ikuti maka semua jenis
bahan yang memabukkan hukumannya tetap haram seperti; Ganja, Koka,
opium. Hanya saja karena meminum merupakan unsur penting dalam jarimah
minum Khamar maka bahan-bahan yang dikonsumsi tidak dengan jalan
diminum, seperti Ganja, Koka, Opium, dan semacamnya tidak mengakibatkan
hukuman Had, lelainkan hukuman Ta’zir. 44
A. Jenis-Jenis Khamar
44
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h 75.
36
selain Nikotin (yang terdapat pada tembakau) dan Kafein (yang terdapat dalam
kopi). Alkohol yang terdapat dalam minuman beralkohol berasal dari Biji-
Bijian dan Umbi-Umbian sehingga sering dinamakan Grain Alkohol,
sedangkan yang dimaksud dengan Wood Alkohol adalah Metil-alkohol atau
Metanol yang sangat Toksis terutama terhadap Saraf Mata. Metanol banyak
digunakan dalam Bidang Indutri. Alkohol adalah cairan tidak berwarna dan
pahit rasanya. Alkohol dapat di peroleh melalui fermentasi oleh
mikroorganisme (Sel Ragi) dari Gula, Sari Buah, Biji-Bijian, Madu, Umbi-
Umbian, dan Getah Kaktus tertentu.45
Alkohol telah ada jauh sebelum era pencatatan, walaupun tidak ada
seorangpun yang tau kapan minuman beralkohol pertama kali di konsumsi,
diperkirakan khasiat zat tersebut ditemukan secara tidak sengaja paling tidak
puluhan ribu tahun yang lalu. Penemuan Teko Bir Zaman Batu memantapkan
fakta, minuman yang difermentasi secara tidak sengaja telah ada sejak priode
Neolitikum, pada 10.000 SM. Selain itu Wine tampak jelas sebagai produk jadi
dalam piktograf Mesir Sejak 4.000 SM. Minuman-minuman beralkohol pada
awalnya disinyalir terbuat dari Beri atau Madu, dan pembuatan wine berasal
dari daerah tempat banyak tumbuh Tanaman Anggur di Timur Tengah. Di
Sumeria, Bir dan Wine digunakan untuk keperluan pengobatan Sejak 2.000
SM.46
37
Pada zaman kuno, minuman alkohol dengan kadar etanol rendah (Bir atau
Anggur) merupakan penghilang dahaga sehari-hari karena air biasa (yang tidak
direbus) dapat menumbulkan penyakit. Sampai Abad ke-12, minuman berkadar
alkohol tinggi belum ada karena belum dikenal cara penyulingan (distilasi).
Minuman beralkohol dikenalkan oleh Bangsa Arab ke Eropa pada Abad ke-12.
Bir 2-4 %
Ale 6-8 %
Sampanye 14-20 %
Wisky 45-55 %
Rum 40-45 %
47
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba, h157.
38
Brendi 40-45 %
Vodka 40-45 %
Gin 35-40 %
39
minuman yang dibuat dari Air Nira, mirip seperti Sopi yang ada di Flores.48
Lapen minuman dari Yogyakarta, dibuat dari cairan alkohol murni yang
kadarnya mencapai 80 persen. Cairan itu dicampur dengan air biasa dengan
komposisi 1:4 atau 1:5 baru setelahnya lapen dicampur dengan cairan perasa
buah-buahan. Tuak dibuat dengan bahan dasar Gula Aren, sejumlah varian bisa
ditemui dengan mudah di berbagai wilayah di Indonesia. Di Sumatra Utara
yang dicampur dengan Buah-Buahan kering, sementara masyarakat Lombok
justru senang mengombinasikannya dengan Akar-Akaran dan Rempah. Arak
Bali, minuman ini dipakai untuk keperluan Upacara Adat dengan Ritual
tertentu. Arak dibuat dari fermentasi Sari Kelapa dan buah-buahan, umumnya
arak diminum dengan campuran seperti Jus atau Sirup supaya rasanya lebih
nikmat.
48
Danang Nur Ihsan, Jenis 8 Minuman BerAlkohol Tradisional di Indonesia, jeda.id. 2
Agustus 2019, h 1
49
Budiono, Kriminologi Sayariah,Jakarta: Rm Books, 2007, h 15.
40
َ كُ ّلٌٌ ُم ْسكِرٌٌ َخ ْمر:َملسو هيلع هللا ىلصَقَا َل-َع ٍَْاتٍَْع ًَ َشََسضىَهللاَعًُٓاَأٌََانُثى
ٌٌٌَوكُ ّلٌٌ ُم ْسكِرٌٌ َح َرام َ َٔ
)(اجشجَّيسهى
Dari Ibn Umar ra. Bahwa Nabi saw. Bersabda: Setiap yang
memabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah maram.
(Hadis ini dikeluarkan oleh Muslim).50
Ini merupakan alkohol dengan kadar paling rendah, yang terdapat pada
Perasan Anggur merupakan alkohol dengan kadar tinggi. Termasuk najis yang
dima’fu (toleransi) adalah, cairan-cairan najis yang dicampurkan untuk
komposisi obat-obatan dan parfum. Cairan tersebut bisa ditoleransi dengan
kadar yang memang diperlukan untuk komposisi yang seharusnya. Sedangkan
Narkotika adalah zat yang digunakan sebagai obat, yang bukan berasal dari
khamar atau alkohol. Jika kita melihat Narkotika adalah suatu zat yang dipakai
untuk dijadikan sebagai obat, islam tidak melarangnya. Jumhur Ulama
mengharamkan kita berobat dengan obat-obatan yang najis dan yang
diharamkan.Kata “Al-Musauwa” kebanyakan Ulama membolehkan kita
berobat dengan benda yang najis, kecuali arak.
50
Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Mukhtamar,
Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama 1926-2004 M,Surabaya: LTN NU jawa Timur,2004, h
314.
41
Berobatlah wahai hamba Allah, karena Allah tidak menimpakan suatu
penyakit kecuali dia pula menjadikan obat baginya, kecuali satu penyakit, yaitu
kematian. (HR: Bukhari).
42
tinggal dan berkembang biak di dalam lubang Telinga, bila diteteskan dalam
lubang Telinga sampai penuh dapat mengeluarkan semua Benda Asing dan
Kotoran.51
51
Tim Lgn, Hikayah Pohon Ganja, 12000 Tahun Menyuburkan Peradapan Manusia,
Jakarta: Karya Gemilang, Cet 5, 2016, h 58.
52
Patri Handoyo, War on Drugs, Bandung: Rumah Cemara, 2014, h 32.
43
zat Cannabinoid pada Ganja dapat memperlambat laju als serta efektif
memoderasi perkembangan penyakit tersebut, dapat juga mengurangi gejala-
gejala yang menyertai als seperti rasa sakit, hilangnya Nafsu Makan, Depresi,
dan meneteskan Air Liur secara tidak terkendali. 53
Di Eropa sekarang terdapat pilihan untuk bahan bakar Bio diesel pada
stasiun-stasiun pengisian bbm. Lebih dari 1.000 Stasiun pengisian bbm di
Jerman menawarkan biodiesel kepada pelanggannya. Sementara di Prancis,
lebih dari 5% total kebutuhan Energinya dipenuhi dari biodiesel. Metode
Pilolisis merupakan salah satu proses konvensi paling efisien dari segi rasio
bahan baku dengan bahan bakar yang dihasilkan. Teknik prolisis dilakukan
dengan memanaskan materian organik atau material lignoselulosik dengan
jumlah udara yang sangat minim. Proses ini bisa menghasilkan Briket Arang,
Pyrolitic Fuol Oil (cairan organik), gas tidak termampatkan, asam asetrat, dan
metanol. Efesiensi rata-rata yang di proleh dari proses ini adalah 95,5%.
hampir 68% dari energy yang terkandung dalam biomassa dapat diperoleh
dalam bentuk arang dan minyak hasil proses pirolisis, sementara sisi energy
potensialdari bio masssa tadi terdapat dalam bentuk gas tidak termampatkan
yang biasanya dipakai untuk memproduksi uap dan listrik dalam konvensi
biomassa itu sendiri. Teknologi pirolisis sudah digunakan sejak masa purba.
Masyarakat Mesir telah melakukan praktik distilasi kayu sejak berabad-abad
lalu dengan mengumpilkan tar dan asam pirolygneous untuk membalsam
Mumi. Sedangkan pirolisis kayu untuk membuat briket arang adalah industry
utama pada Abad XIX sampai pada Abad XX. Pirolisis digunakan untuk mesin
pemanas tungku pada pabrik-pabrik. Pada Abad ke-19, Belanda sengaja
mendatangkan tanaman Ganja dari India ke Aceh sebagai tumbuhan Anti
Hama Kopi di Gayo Aceh Tengah, serta untuk Melindungi Tanaman
Tembakau dari hama ulat dengan ditanam berdampingan. Hingga Tahun 1945,
sisa daun ganja untuk membalut tembakau agar tetap kering dan tidak berulat,
ditemukan dibuang begitu saja di Pasar Aceh yang bersisian dengan Masjid
53
Tim Lgn, Hikayah Pohon Ganja, 12000 Tahun Menyuburkan Peradapan Manusia,
Jakarta: Karya Gemilang, Cet 5, 2016, h 177.
44
Raya Baiturrahman Banda Aceh. Masyarakat Aceh sendiri memandang ganja
sebagai tanaman multiguna untuk mengendalikan gulma, hama, dan Penyakit-
Penyakit pada tanaman utama seperti tembakau, cabai, atau tanaman budidaya
lainnya untuk melindungi tanaman utamanya seluruh lapisan petani menjadi
penanam ganja. Masyarakat Aceh memanfaatkan biji ganja (kaskus) sebagai
bumbu masak untuk jenis manakan tradisional tertentu.54
Memang harus diakui bahwa minuman keras atau Narkotika dan obat
terlarang itu mempunyai kegunaan, dari sudut pandang ilmu medis disebutkan,
bahwa Khasiat amfetamin sebagai psikotropika menjadikan seseorang merasa
Superioritas, bahkan pada orang yang sangat penakut sekalipun. Ketika
mengkomsumsi atau menggunakan Narkotika dan obat-obat terlarang akan
menghilangkan rasa takut dan memilki tingkat kepercayaan diri yang
berlebihan tergantung pada jenis yang digunakan. Akan tetapi jika
dibandingkan antara manfaat dan mudharat-nya, maka mudharat-nya jauh
lebih besar, dan dapat menimbulkan berbagai macam masalah seperti
kriminalitas, serta masalah kesehatan. Secara umum pemakaian napza di
masyarakat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
54
Patri Handoyo, War on Drugs, Bandung: Rumah Cemara, 2014, h 119.
55
Rusli Ngatimin, Hidup sehat tanpa miras dan Ekstasi, Makalah, Ujang
Pandang,Fakultas Syariah IAIN Alauddin, 1996,h 6.
45
a. Khasiat,zattersebut harus memiliki khasiat terhadap penggunaannya.
Misal; parasetamol yang memiliki khasiat mengurangi nyeri akan
dikonsumsi seseorang yang sedang sakit kepala.
b. Individu, sebelum mengkonsumsi suatu zat, seorang individu umumnya
mengalami kondisi atau sedang berada dalam kondisi tertentu, baik
biologis maupun psikologis. Kondisi-kondisi yang mungkin bisa diatasi
dengan mengkonsumsi suatu zat, misalnya Mengantuk, sakit kepala,
bengkak (biologis), rasa penasaran,tertantang, kecemasan (psikologis).
c. Lingkungan sosial juga turut menentukan zat yang dikonsumsi seorang
individu. Sebagai contoh; seseorang yang tinggal di daerah yang
masyarakatnya lebih akrab dengan menggunakan daun jambu untuk
mengatasi penyakit diare. Pengaruh lingkungan sosial ini tidak hanya
berupa kebiasaan masyarakat, namun bisa saja berbentuk rekomendasi
Tabib, Pengiklanan, Ritual, dan lain-lain.
Ketiga faktor ini saling berkaitan. Dengan kata lain satu faktor tidak
dapat berdiri sendiri ketika suatu zat sudah teridentifikasi khasiatnya oleh suatu
masyarakat. Khasiat itu kemudian menjadi daya tarik bagi seseorang untuk
menggunakan suatu zat napza. Sebagai contoh konsumsi kopi, dikenal
memiliki khasiat membuat orang tidak mengantuk, penggunaannya bisa terjaga
selama beberapa jam setelah mengkonsumsinya (khasiat). Kecuali dalam napza
penggunaan Eksperimental, tidak akan digunkan jika memilki khasiat yang
sudah dibuktikan dan tidak pula digunakan tanpa biologis atau psikologis awal
seorang individu. Dalam contoh diatas, perlu diperiksa kondisi apa yang
melatar belakangi konsumsi kopi pertama si A sebagai individu ketika ditawari
temannya. Bisa saja si A penasaran karena belum pernah mengkonsumsi kopi,
merasa perlu menemani temannya mengkonsumsi kopi, mengantuk, atau haus.
Macam-macam Latar penggunaan Napza berikut ini :
46
3. Rekreasional, Penggunanya memilih zat-zat yang sesuai degan
tujuan untuk bersenang- senang dan obat-obatan Pesta seperti
ekstasi, alkohol, dan ganja biasanya digunakan untuk tujuan ini.
Beberapa orang yang karena sudah bekerja dari senin hingga jum’at,
diakhir pekan datang ke bar atau diskotik untuk mengkonsumsi
alkohol atau ekstasi bersama teman-temnnya. Senin paginya
kembali bekerja hingga jum’at.
4. Kebiasan, konsumsi zat-zat legal seperti rokok, alkohol, kopi, sering
menjadi kebiasaan seseorang. Kategori penggunaan ini khususnya
ketika penggunaan mengkonsumsi dosis yang terukur selama satu
hari, misal: sebungkus rokok atau dua cangkir kopi sehari.
5. Keadaan/ situasional, kategori penggunaan ini ditentukan keadaaan
seseorang, missal: Sakit Perut, ingin terjaga karena sedang ronda
(siskamling), ingin memuaskan pasangan seks, sakit kulit, dan lain-
lain.
6. Ketergantungan, seseorang yang ketergantungan tidak dapat
berhenti menggunakan suatu zat tanpa mengalami bentuk
penderitaan mental atau fisik. Ini dikategorikan penggunaan yang
paling sering dipublikasikan. Hal ini bisa terjadi pada peminum
kopi, perokok, alkohol, dan pecandu.56
56
Patri Handoyo, War on Drugs,Bandung: Rumah Cemara, 2014, h 45.
47
Penolakan atau penerimaan (akseptabilitas) terhadap penggunaan zat
psikoaktif tidak hanya dipengaruhi oleh pengaruh buruk zat psikoaktif tersebut,
terhadap tubuh dan prilaku pengguna. Tetap ijuga oleh faktor sosio-kultural
dan politik, sama seperti penolakan atau akseptabilitas prilaku konplisif lain,
seperti berjudi, pecandu film atau acara televisi, pecandu seks, pecandu
olahraga tertentu, membeli lotre, dan mengisi Teka-Teki silang. Pendekatan
sosio-kultural menandang gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif sebagai prilaku menyimpang yang merugikan pengguna sendiri,
keluarga, maupun masyarakat. Perilaku menyimpang ini sebagai akibat kondisi
sosio-kultural tertentu, seperti industrialisasi, urbanisasi, sulitnya mencari
pekerjaan atau sekolah, perumahan yang tidak baik dan bejubel. Perilaku yang
menyimpang ini biasanya terdapat pada orang yang mempunyai masalah yang
lebih bersifat pribadi, seperti keluarga yang tidak Harmonis, Komunikasi yang
kurang efektif antara orang tua dan anak.57
Ta’zir adalah jenis sanksi syar’i yang tidak termasuk Hudud dan
Qishash atau Diyat. Ta’zir bersifat memberikan pelajaran dan koreksi
57
Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba, Jakarta: Gramedia, 2004, h 92.
58
Wardi Ahmad, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h 91.
48
(Tahdzib) yang sifatnya memperbaiki perilaku tersalah (Tahdzib). Setiap
Tindak Pidana yang ditentukan sanksinya oleh Alquran maupun oleh Hadis
disebut Jarimah Hudud dan Qishash atau Diyat. Adapun Tindak Pidana yang
tidak ditentukan oleh Alquran maupun Hadis disebut sebagai Jarimah Ta’zir
misalnya, tidak melaksanakan amanah, menghina orang, menghina agama,
suap, menjual atau mengedarkan Narkotika dalam bentuk lain dari Jarimah
Ta’zir adalah Tindak Pidana yang hukumannya ditentukan oleh Ulul Amri atau
Hakim dan tidak bertentangan dengan Nilai-Nilai, Prinsip-Prinsip dan tujuan
Syari’ah. Sanksi Ta’zir merupakan otoritas Hakim untuk menentukan berat
atau ringannya hukuman, walaupun ia harus mempertimbangkan keadaann
pelakunya, jarimah-nya, korban kejahatannya, waktu dan tempat kegiatan
59
sehingga putusan hakim besifat preventif, refresif, edukatif dan kuratif.
Dalam Hukum Islam selain Alquran dan Hadis adalah Ijma atau Qiyas, karena
tidak ada dalil tertentu untuk Narkoba, maka Narkotika dapat di qiyas-kan
pada khamar. Karena Narkotika merupakan bahasan dan permasalahan
modern, terutama dalam bidang kesehatan khususnya tentang obat-obatan atau
Farmasi didalam masyarakat yang menggunakan. Menurut bahasa kata khamar
berasal dari kata Khamara yang artinya tertutup, menutup.
Dalam Alquran dan Hadis kata Khamar mempunyai arti benda yang
mengakibatkan mabuk, oleh karena itu secara Bahasa Khamar meliputi semua
benda-benda yang dapat mengacaukan akal, baik berupa zat cair maupun
padat.60 Kata khamara pada dasarnya adalah minuman keras yang berasal dari
Anggur dan lainnya yang potensial memabukan dan biasa digunakan untuk
mabuk-mabukan.61 Dengan memperhatikan pengertian kata khamar dan
esensinya tersebut kebanyakan ulama berpendapat bahwa apapun bentuknya
(Khamar, amfetamin, ganja, ekstasi dan sejenisnya) yang dapat memabukan,
menutupi akal atau menjadikan seseorang tidak dapat mengendalikan diri dan
59
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,h17.
60
As- Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Madinah:Dar Al-Fath, 1995M/1410H, h. 474.
61
Departement Agama RI, Pandangan Islam Tentang Penyalahgunaan
Narkoba,Jakarta; Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2004, h.45.
49
akal pikirannya adalah haram. 62 Haramnya Narkoba bukan karena di Qiyas kan
dengan khamar, melainkan karena dua alasan: Pertama, nash yang
mengharamkan Narkoba, kedua menimbulkan bahaya bagi manusia. Pendapat
ulama mengenai pengertian khamar. Imam Al-alusi didalam Tafsirnya
menyebutkan bahwa makna Khamar“ Ialah zat yang memabukan dan terbuat
dari Sari Anggur atau semua zat (Minuman) yang dapat menutupi dan
menghilangkan akal”. 63
62
Al-alusi, Ruth Al-Ma’ani, Al-Maktabah Al-syamilah, Pustaka Ridwan;2008, h. 123.
63
Ibnu Jarir Al-Thabari, Tafsir al-Thabari al-maktabah al-syamilah,Pustaka
Ridwan;2008, h.32.
64
Departement Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Yayasan
Penyelenggara dan Penerjemah Al-qur’an, 1985, h 179.
50
Ayat yang diatas menerangkan tentang larangan memiuman khamar,
sifat khamar itu memabukan, demikian juga dengan Narkotika dan obat-obatan
terlarang juga mempunyai sifat yang sama dengan khamar, makanya
hukumnya sama dengan hukuman khamar yaitu haram. Ibnu Taimiyah secara
panjang lebar menjelaskan tentang keburukan benda yang memabukan,
termasuk dalam hal ini Narkotika, Narkoba atau ganja. Orang-orang yang
memakai termasuk orang yang dimurkai oleh Allah SWT, Rasul-nya dan kaum
Muslimin. Benda-benda itu mengandung keburukan baik bagi agama, akal,
moral dan watak pelakunya, benda memabukan itu juga merusak watak
sehingga timbul Manusia-Manusia menjadi tidak waras akalnya dan rendahnya
budi, serta bermacam-macam penyakit akhlak lainnya. Bagi orang yang
melanggar dan menganggapnya halal dikenakan hukuman mati sebagai orang
murtad. Jika orang itu bertaubat dan tidak mau meninggalkan kebiasan itu,
maka ia tidak disembahyangkan dan tidak boleh dimakamkan bersama dengan
kuburan orang-orang Muslim.
51
mencabut hukuman mati atau orang itu.65 Meskipun hukuman yang pernah
dilakukan oleh Nabi sebanyak 40 kali pukulan, kemudian Umar mempunyai itu
menjadi 80 kali cambukan. Dengan harapan agar kebiasan negative itu betul-
betul hilang di masyarakat, sebagaimana penjelasan Anas R.A sebagai berikut:
Artinya: Dari Anas RA, “dia berkata Rasulullah mendatangi seorang
laki-laki yang telah minum khamr, lalu memukulnya dengan sendal sebanyak
40 kali, kemudian Abu Bakar juga melakukan hal yang sama, namun Umar
(pada saat menhghadapi persoalan tersebut) bermusyawarah dengan para
sahabat yang lain tentang hukumannya itu, lalu Abdurahman bin Auf
mengusulkan agar hukuman orang yang minum khamar itu paling rendah
dicambuk sebnayak 80 kali, dan Umar menerimanya serta mengusulkan
Abdurahman bin Auf tersebut”.66
65
Ahamd Hanafi ,Asaz-Asaz Hukum pidana Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 1987, h
270.
66
Muhammad bin Ismail al-kahlani al-shan’ani, subul al-salam, Bandung: Dahlan, h
28.
52
53
BAB IV
54
masyarakat, dalam penggunaann ganja sebagai obat. Jika ada, seharusnya
perlindungan terhadap Pengguna Narkotika Golongan 1 jenis ganja ada
Undang-Undang yang mengatur penggunaan serta batas kepemilikan dalam
penggunaan sebagai Obat. Perlindungan yang diberikan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana tentang Pengguna Narkotika baru hanya sebatas
rehabilitasi terhadap pengguna yang ada didalam pasal 127 ayat 3, belum
sampai pada tahap mengatur penggunaan serta batasan terhadap penggunaan
yang legal sebagai obat. Ketiadaan aturan tentang penggunaan dan batasan,
menyebabkan semakin banyaknya masyarakat menggunaan ganja sebagai obat,
dapat dihukum dengan hukupan pidana penjara dan denda yang besar.
55
berdasarkan atas pendapat WHO (Horld Health Organization) pada Tahun
1971 yang “menyatakan ganja tidak dapat digunakan untuk kepentingan
kesehatan dan tidak memiliki manfaat serta dapat membut kecanduan”,
pendapat yang belum adanya penelitian serta dianggap adanya kepentingan
Negara- Negara atas peredaran ganja sebagai obat. Setelah adanya penelitian
lebih lanjut, ternyata banyak manfaat serta khasiat dalam penggunaan sebagai
obat. Sehingga ada beberapa Negara yang keluar dalam Convensi Narkotic
International untuk dapat mengatur sendiri kebutuhan negaranya agar dapat
dikendalikan.
Jika kita melihat aturan yang sudah dibuat oleh Kementrian Kesehatan
terkait Narkotika, dalam Putusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 196/Menkes/sk/VIII/1977 Tentang Narkotika yang dilarang digunakan
untuk kepentingan pengobatan. Dalam penetapannya menunjuk Narkotika
yang namanya tercantum dalam daftar tersebut di bawah, termasuk garam dan
sediaannya, sebagai Narkotika yang dilarang digunakan untuk kepentingan
pengobatan; Acetorphinun, alphacenthyl methadolum, heroinum,
Hydromoprhonum, Ketobernidonum, Nicomorphunum, Oxymorphunum,
Racemorphanum, Thebaconum. Tanaman ganja atau zat yang terkandung Tetra
Hidro-Cannabinolyang dianggap Kementrian Kesehatan tidak termasuk
sebagai tanaman atau zat yang dilarang digunakan untuk kepentingan
pengobatan.
56
“Menyatakan bahwa Masyarakat perlu dilindungi dari resiko obat, bahan obat,
Narkotika, Psikotropika, dan prekursos farmasi yang tidak tejamin
keamanannya, khasiat dan mutu serta penyimpangan pengolahan obat, bahan
obat, Narkotika, Psikotropika, dan precursor farmasi”. Bertujuan untuk
mencegah penyimpangan pengelolahan obat, bahanobat, Narkotika,
psikotropika dan precursor farmasi di fasilitasi pelayanan kefarmasian perlu
dilakukan pengawasan. Pasal 4 pengelolahan obat, bahan obat, Narkotika,
Psikotropika dan prekursos farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi
kegiatan sebagai pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyerahan,
pengendalian, pemusnahan, pelaporan.
57
mengatasi dampak dari penerapan kebijakan pelarangan atas penggunaan
gagnja sebagai obat, yang selama initelah terbukti gagal. Untuk memperbaiki
keadaan yang diakibatkan “Perang Terhadap Narkotika” selama lebih dari 40
tahun. Negara perlu berani mengambil alih produksi dan ditribusi Narkotika
dari tangan para penjahat dengan menerapkan Kebijakan Regulasi Pasar untuk
meminimalkan dampak-dampak buruk terhadap kesehatan dan kehidupan
sosial masyarakatan dengan di Indonesia.
Dengan negara mengambil alih produksi dan distribusi oleh negara
dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan, sehingga para banda-bandar
menjadi lebih sedikit peluang untuk mengedarkan Narkotika. Karena negara
telah mengambil alih penjualan yang terjamin kualiatas serta mutu dan harga
oleh negara, serta adanya pengawasan negara dalam setiap produksi dan
distribusi pembelian dan penggunaan ganja sabagai obat, peredaran pasar
gelam menjadi kehilangan konsumen. Dalam hal mengambil alih produksi dan
distribusi, pemerintah harus mengawasi benar-benar mengambil alih dan
menyerakan kepada lembaga ahli yang terjamin untuk dapat memproduksi dan
mendistribusikan dalam pengawasan.
Yang kedua; dalam hal kebutuhan ganja untuk obat, Mentri Kesehatan
harus benar-benar mengatur tentang batasan serta dosis atas kepemilikan
penggunaan ganja sebagai obat. Agar dalam penggunaan ganja, dapat
digunakan oleh masyarakat yang membutuhkan untuk menyembuhkan
penyakit yang di derita dengan memiliki surat yang dibuat oleh dokter atas
penggunaan ganja sebagai obat. Di Indonesia ada budaya yang menggunakan
ganja untuk dimanfaatkan, seperti halnya rempah-rempah, atau jamu untuk
menjaga kesehatan, karena dianggap sebagai remapah-rempah yang memiliki
manfaat dan dapat menyembuhkan beberbagai penyakit kesehatan. Kerena
bagaimanapun jika tanaman itu memiliki manfaat, dan ada didalam
kebudayaan suatu masyarakat tanaman tersebut akan terus dicari atau berusaha
menanan. Ditambah dengan orang tersebut merasakan khasian dan kecocokan
atas tanaman ganja sebagai obat yang digunakan ketika sakit tertentu.
58
Karena itu pengendalian dan mengawasi dalah hal kesehatan, harus
dapat diterapkan oleh semua elemen masyarakat. Keterlibatan negara dalam
melindungi warga negara, mentri kesehatan yang harus dapat mengatur
penggunaan masyarakat terhadap tanaman ganja, aparat kepolisian yang harus
mengamankan jika adanya penyalahgunaan ganja, dan masyarakat yang harus
memiliki kesadaran untuk melarang atau melaporkan jika ada yang ketahuan
menggunakan tanaman tersebut secara ilegal. Seperti anak dibawah umur, atau
seseorang yang memiliki di atas ketentuan yang ditentukan negara.
Yang ketiga; badan pengawas obat dan makanan, harus dapat mengatur
dalam pengawasan yang benar. Baik itu dalam produksi, distribusi, serta
sampai kepada seserang yang menggunakan ganja sebagai obat. Penyawasan
ini pun harus mengkaitkan antara masyarakat, aparat kepolisian, serta seluruh
elemen negara dalam mengasi semuanya. Karena jika tidak diawasi dengan
seksama dari semua sistem negara, kebijakan tersebut akan sulit menjadi
peluang bagi bandar-bandar dipasar gelap.
Keempat, melakukan sosialisasi dengan tetap agar pemahaman yang
benar di dapat oleh masyarakat. keterkaitan negara, aparat kepolisian,
kementrian kesehatan, atau BPOM serta masyarakat untuk dapat membantu
dalam mensosialisasikan dalam penggunaan yang benar serta penyalahgunaan
dan pelanggaran untuk melapor kepada apara kepolisian.
59
oleh pemerintah “Perang Terhadap Narkoba” sehingga banyak yang
memahami tanaman ganja sebagai sesuatu yang ketika dikonsumni dapat
merusak dan memabukan sertakecanduan. Pandangan ulama terhadap tanaman
ganja yang diadopsi dari hasil pendapat WHO tahun 1974, menyebabkan
ulama menganggap zat yang terkandung dalam tanaman ganja sama seperti zat
yang ada di minuman aklohol atau khamar. Dalam ilmu kefarmasian
kandungan atau zat yang terkandung antara tanaman ganja dengan alkohol
jelas berbeda, alkohol adalah minuman yang sudah difermentasi atau yang
mengandung zat alkaloida sedangkan tanaman ganja mengandung zat thc yang
ketika dikonsumsi memiliki efek yang berbeda. Telah ada penelitian yang
mendapati bahwa dosis fatal untuk thc adalah 15 hingga 70 gram, untuk
mendapatkan thc sebanyak itu diperlukan rokok ganja sebanyak 238 hingga
1113 batang, jumlah yang hampir tidak mungkin dilakukan dalam satu waktu.
60
penggunaan Narkotika sebagai obat, dan larangan berupa hukuman ta’ziratas
penyalahgunaan Narkotika. Jika dengan Undang-Undang Narkotika, Undang-
Undang Mentri Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan mengatur
tentang produksi, pendistribusian, cara penggunaaan, batasan dan hukuman
terhadap segala tindak pidana Narkotika yang melanggar. Tanaman ganja yang
dapat digunakan dengan benar melalui petunjuk dokter dan ahli dibidang
kefarmasian. Dibantu kesadaran masyarakat untuk tidak menyalahgunakan,
ditambah lagi kesadaran untuk melarang atau melaporkan ketika melihat
seseorang memiliki atau menggunakan dalam batasan yang tidak wajar, kepada
pihak berwajib untuk ditindak lanjuti masalah penyalahgunaan.
61
dalam membuat suatu ketetapan pengharaman tentang tanaman ganja, dan
menyamakan zatnya dengan khamar lalu meng-qiyaskan-nya melalu nash
yang ada di dalam Alquran dan Hadis tentang khamar. Lalu membuat
ketetapan dengan mengharamkan tanamanan ganja yang dianggap sama dalam
zatnya, sifatnya, dan efeknya sama dengan khamar.
Padahal sekarang sudah banyanya penelitian terhadap tanaman ganja,
yang menginformasikan zat-zat serta kandungan yang ada di dalam tanaman
ganja yang jelas berbeda dengan khamar, baik dalam zat nya, kandungananya
ataupun efek yang ditimbulkan. Jika ulama mengacu pada aturan terdahulu
yang menyatakan bahwa ganja berbahaya dan dapat mematikan, informasi itu
sudah tidak relevan dengan keadaan sekarang yang ternayata didalam
penelitian terhadap tanaman ganja dapat bermanfaat dibidang ilmu
pengetahuan dan obat. Jika pendapat dari bidang kesehatan menyatakan bahwa
tanaman ganja dapat digunakan sebagai obat, para ulama membolehkan dengan
adanya ketentuan dari para ahli terhadap batasan-bataan penggunaannya.
Ulama harus melakukan Ijtihad lagi, agar benar-benar tepat dalam
menentukan halal dan haram-nya terhadap tanaman ganja sebagai obat, yang
ternyata berbeda kandungan, zatnya, dan efek yang timbulkan dengan khamar.
Jika kita melihat dalam Ilmu Ushul Fiqh ada beberapa metode seperti qiyas dan
maslahah al-mursalah. Metode qiyas diartikan mengukur sesuatu atas sesuatu
yang lain dan kemudian menyamakannya. Dan menghubungkan atau
memberlakukan ketentuan hukum, suatu persoalan yang sudah ada
ketetapannya di dalam nash kepada persoalan baru karena keduanya
mempunyai persamaan illat. Apabila nash telah menjelaskan ketentuan hukum
suatu persoalan dan di dalamnya ada illat penetapan hukumnya, kemudian
terdapat persoalan baru (peristiwa) yang illat nya sama dengan apa yang
dijelaskan oleh nash, maka keduanya berlaku ketentuan hukum yang sama.
Dengan kata lain, pemberlakuan hukum yang sama antara persoalan yang
sudah pasti ketetapan hukumnya dapat dilakukan jika terdapat persaman atau
perlakuan illat antara keduanya. Tetapi ternyata ulama dalam melakukan qiyas,
tidak tepat dalam menyamakan tanaman ganja dengan khamar, karena
62
kandungan zat serta efek yang ditimbulkan terhadap penggunya berbeda sekali
dengan kandungan yang ada didalam khamar.
Jika pemerintah benar dalam menginformasikan tanaman ganja
terhadap masyarakat, membuat stigma terhadap ulama yang tadinya
menyamakan tanaman ganja dengan khamar karena zatnya dan memiliki
mudharad, menjadi berubah akan pandangannya. Ulama akan menganggap
ganja sebagai obat alami atau makanan yang memiliki manfaat bagi tubuh dan
memiliki manfaat lain dan akan menjadi haram jika disalahgunaan. Sedangkan
sebagian ulama yang menganggap tanaman ganja bukan khamar, melainkan
sebagai tanaman yang dapat dijadikan sebagai obat untuk menyembuhkan
penyakit. Para ulama membolehkan penggunaan tanaman ganja, dengan
melihat nash-nash-nya didalam Alquran dan Hadis tentang tanaman yang
dijadikan sebagai makanan atau sebagai obat-obat alamiah dengan keadaan
tertentu.
Ulama yang sepakat untuk membolehkan tanaman ganja sebagai
sebagai obat yang dapat menyembuhkan merujuk pada penadapat kalangan
Madzhab Asy-Syafi’iyah, Imam Nawawi berkata: “Seandainya dibutuhkan
untuk mengkonsumsi sebagain untuk meredam rasa sakit ketika mengamputasi
tangan, maka ada dua pendapat dikalangan syafi’iyah yang tepat adalah
dibolehkan”. Al-khatib Asy-syarbini yang juga dari kalangan Syafi’iyah
berkata: ”Boleh menggunakann sejenis Narkotika dalam pengobatan ketika
tidak didapati obat lainnya walau nantinya menimbulkan efek memabukan
karena kondisi ini adalah kondisi darurat”. Keadaan yang digunakan dalam
pembolehan ini adalah keadaan Fiqh yang berbunyi, “keadaan darurat
membolehkan sesuatu yang dilarang”. Narkotika sendiri sebenarnya hanya
mengacu pada suatu jenis tanaman yang membius, berupa opium dan bukan
ganja atau koka.
Dalam kalangan Syafi’iyah dijelaskan bahwa Narkotika dapat
digunakan sebagai obat, walau nantinya dapat menimbulkan mudharat.
Keadaan yang di bolehkan dalam Fiqh yaitu keadaan Darurat membolehkan
sesuatu yang dilarang. Mengenai faktor rasa, gizi, kebersihan dan keamanan
63
suatu makanan, terdapat aspek lain yang tidak kalah penting yaitu status halal
dan haram makanan. Islam memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap
makanan halal, haram, atau syubhat (meragukan). Memperhatikan sumber
makanan, kebersihan, cara pengolahan, penyajian, sampai cara membuang
makanan. Pada dasarnya segala makanan dan minuman yang berada di bumi
adalah halal kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
64
Tidak ada penjelasan yang lebih gamblang tentang pengharaman atau
pelarang dari segi penggunaan ganja sebagai obat dalam Alquran dan Hadis,
tetapi karena efek atas suatu zat yang dihasilkan oleh tanaman ganja yaitu zat
THC yang dianggap sama dengan alkohol atau khamar yang kandungaanya
adalah alkaloida. Efek yang dihasilkan dari kedua nya jelas berbeda, alkohol
memiliki dampak yang ketika dikonsumsi akan mengubah seseorang menjadi
lebih agresif dan berani serta dapat melakukan kejahatan dibawah pengaruh
alkoholdan sampai hilangnya akal atau mabuk. Sedangkan seseorang yang
mengkonsumsi ganja tidak menyebabkan agresif bahkan cendrung sebaliknya,
orang tersebut akan menjadi lebih tenang, merasa euforia, dan dapat
menyesuaikan suasana hati, bertambah nafsu makan dan dapat menyembuhkan
beberapa penyakit.
65
membolehkan penggunaan ganja sebagai obat melihat dari sudut pandang
kemaslahatan serta informasi dari kefarmasian atau kedoteran tentang
kadungan-kandungan serta efek yang ditimbulkan dan manfaat terhadap
tanaman ganja tidak bisa disamakan denga khamar.
66
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
68
69
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
1. Ahmad Wardi Muslich, HukumPidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2005.
2. Andi Hamzah, Asas asas Hukum Pidana Indonesia Dan Perkembangannya,
Jakarta, Sofmedia, 2007.
3. As- Sayyid, Sabiq, Fiqh as-sunnah, Madinah:Dar Al-Fath, 1995M/1410H.
4. Al-alusi, Ruth Al-Ma’ani, Al-Maktabah Al-syamilah,Pustaka Ridwan, 2008.
5. Ahamd Hanafi ,Asaz-asaz Hukum pidana Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1987.
6. Budiono, Kriminologi Sayariah, Jakarta: Rm Books, 2007.
7. Emilia Kusuma Anjani, Gaya Hidup Pengguna Ganja (Studi pada Pengguna
Ganja di Kota Bandar Lampung), Lampung: Universitas Lampung, 2016.
8. Hadi Setia Tunggal, Kompilasi Peraturan Narkotika dan Psikotropika,Jakarta:
Harvarindo, 2012.
9. Ibnu Qoyyim Al-Jauziah,Praktek Kedokteran Nabi,Jogjakarta,Hikam Pustaka,
2012.
10. Ibnu Jarir Al-Thabari, Tafsir Al-Thabari Al-maktabah Al-syamilah, h 32.
11. Johni Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet lll,
(Bayumedia Publishing: Malang, 2007)
12. J. Supratno, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta, PT.Rineka
Cipta,2003.
13. Muhammad bin Ismail Al-kahlani Al-shan’ani, Subul Sl-salam, Bandung,
Dahlan, 2018.
14. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2015.
15. Romli SA, Pengantar Ilmu Ushul Fiqh, Depok: Kencana, 2017.
16. Rahmat Wijaya, Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika yang
Dilakukan oleh Seorang Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Nomor :
15/Pen.Pid.Sus / 2012 / PN. BR, (Makassar : Universitas Hasanuddin Makasar,
2015)
17. Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, Jakarta: Kencana, 2017.
18. Rusli Ngatimin,“Hidup sehat tanpa miras dan Ekstasi”, Ujang Pandang,
Fakultas Syariah IAIN Alauddin, 1996.
19. Romli, Pengantar Ilmu Ushul Fiqh Metodologi Penerapan Hukum Islam,
(Depok; Kencana),2017.
20. Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Kediri, Pustaka Setia. 2000.
21. Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif, Jakarta: Kedokteran EGC, 2003.
22. Sayfuddin Abi Hasan Al Amidi, Al-Ahkam Fi Usul Al-Ahkam, Jus 3, Riyad,
Muassasah Alhalibi, 1972.
23. Patri Handoyo, War On Drugs, Refleksi Transformative Penerapan Kebijakan
Global Pemberantasan Narkoba di Indonesia, Bandung: Sva Tantra, 2014.
24. Zulkarnain Nasution, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Narkotika,Jakarta: Kencana, 2006.
25. Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Narkotika & Pisikotropika, Jakarta,
Sinar grafika, 2007.
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
JURNAL
70
4. Danang Nur Ihsan, Jenis 8 Minuman BerAlkohol Tradisional di
Indonesia, Jeda.id.2 Agustus 2019.
5. Tim Lgn, Hikayah Pohon Ganja, 12000 Tahun Menyuburkan
Peradaban Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.
6. Ipmafa, Qiyas Sebagai Sumber Hukum Keempat, Bangkit Media.com,
28 April 2018.
7. Kumparan News, Mengenal Jenis-Jenis Tanaman Ganja, 31 Maret
2017.
8. Liputan6 KSAD, Penyalahgunaan Narkoba Memiliki Keterkaitan,
Pro\\]xy War, 11okt 2014.
9. Roni Nuryusmansyah, Dalam Kondisi Darurat Hal Yang Terlarang
Dibolehkan, Muslim.or.id, 26 Des,2013.
10. Shabra Syatila, Hukum Pengkonsumsi Dan Memanfaatkan Ganja,
Madani Cyber Media, April 23, 2013
11. Nasrul Wathoni, Peraturan Bpom No 4 Tahun 2018; Pengawasan Obat
Narkotika, Psikotropika, dan Precursor, www Cnd.Ampproject.Org,
2018.
12. https://jeda.id/real/jejak-8-minuman-berAlkohol-tradisional-di-
indonesia-898
13. https:www.Bphn.go.id, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika.
71