Anda di halaman 1dari 85

TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN MANUSIA (PEOPLE

SMUGGLING) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011


TENTANG KEIMIGRASIAN

(Tinjauan Hukum Pidana

Islam) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi Salah Satu
Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:
Ahmad Risyad Fadli
NIM. 1113045000059

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA


ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
TINDAK PIDANA PENY ELUNDUPAN MANUSIA (PEOPLE

SMUGGLING) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN

2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

(Tinjauan Hukum Pidana Islam)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi Salah


Satu Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Ahmad Ris› ad Fadli


N IM. 11 1 o045000059

Di Bar ah Bimbingan

F. Asma

NIP. 1972101019970 1008

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M

i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjtidul TINDAK PIDAiNA PENYELUNDUPAh fiIANUSIA


{PEOPLE SMUGGLING) DALANI UhDAN’G-UNDANG NOMOR 6 TAHUN
2011 TENTANG KEIiHIGRASIAN (Tinjauan Hukum Pidana Islam) telah
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIF) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Januari 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Pidana Islam.

Jakarta 16 Januari 2018


esahkan,
s Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin'Jahar. MA.


NIP.19691261996031001

PANITIA UHAN

1. Ketua Dr. H. M. hurul Irfan. M.As.


NIP. 197308022003121001
°. Sekretaris : ñ'ur Rohim Yunus. LL. M.
h'IP. 1979041820 11011004
3. Pembimbing : Dr. Asmai‹'l. M.A_•.
SIP. 197210101997031008
4. Penguji I Dr. Alfitra, S.H, M.Hum.
SNIP. 1972020320070
11039
5. Penguji II : Fathudin. S.H.I.. S.H.. M.H.. M.A. (......
NIP. -
LEMBAR PERNYATAAN

Yang beuanda tangan di bawah ini :


Nama : Ahmad Risyad Fadli
NIJ : 1113045000059
Fakultas : Syariah dan Hukum
Program Studi : Hukum Pidana Islam

Dengan ini saya menyatakan bahwa .


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam .Negeri
(UN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
?. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
scsuai dengan ketentuan yang berlaku di L’niversitas Islam Negeri (HN) Syarif
Hidayatullali Jakarta.
3. Jika di kemudian liar i terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka say’a bersedia menerima
sanksi i’ang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

.Iakarta. 1 I Januari 2018

9 39325D

Ahmad Risyad Fadli


ABSTRAK

Ahmad Risyad Fadli, NIM 1113045000059, Tindak Pidana Penyelundupan


Manusia (People Smuggling) dalam Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigraisan (Tinjauan Hukum Pidana Islam), Strata Satu (S-1), Program
Studi Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M, 76 Halaman.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tindak pidana penyelundupan manusia dalam hukum pidana positi
Adapun penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan ya
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa penyelundupan manusia merupakan perbuatan pidana. Dengan
penyelundupan manusia adalah hukuman ta’zir.

Kata kunci : Penyelundupan manusia, Undang-Undang Keimigrasian,


hukum pidana Islam
Pembimbing : Dr. Asmawi, M.Ag.
Daftar Pustaka : Tahun 1982 s.d. 2016

iv
KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الر الحمن الرحيم‬

Bersyukur dan ikhlas kepada Allah SWT yang telah memudahkan dalam
segala urusan bagi hamba-Nya yang selalu berusaha dan berdoa untuk mencapai
keberhasilan. Dengan nikmat-Nya penulis masih bisa merasakan pelbagai ilmu
pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN MANUSIA (PEOPLE

ut dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana telah membimbing umatnya sampai mengenal peradaban manusia
g pendidikan Strata Satu (S1) yang ditempuh telah selesai. Serta, penulis tak lupa untuk meminta maaf jika memang skripsi
anpa adanya support dan effort dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih
arta.
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. M. Nurul Irfan, M.A dan Nur Rohim Yunus, LLM., Kepala dan
Sekretaris Program Studi Hukum Pidana Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Penasehat akademik dan seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Asmawi, M.Ag. yang selalu memberi
pengarahan, pembelajaran dan memberikan semangat dalam membuat skripsi
ini.

v
6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi. Ayahan Dr.
Rumbang Sirojudin, M.A, dan Ibunda Enjah Faizah, S.Ag. yang tak pernah
lelah memberikan nasihat dan semangat dengan seluruh pengorbannya. Tanpa
adanya Mereka semua yang penulis lakukan tidak akan bisa terwujud. Dan
berkat doa dan ridho Mereka perjuangan di kampus mampu penulis
selesaiakan.
7. Kepada saudara Kakak Muhammad Faizal Ahsan dan Adik Naila Nur Latifah
kepada penulis.
ikah Syifa, Tazkiyah Aulia yang membantu memberikan dukungan kepada penulis.
ah memberikan ruang proses pembelajaran selama kuliah saya.
ukum, Aam, Matin, Dudu, Alim, Hanafi, Aziz dan kawan lainnya yang telah memberikan kesempatan untuk berproses bersa
Aya, Anhar, Azka, Lubna, Wiwit, Afrikal, Alpen, Anwar, Ida, Reza, Fahmi, Iip, Syamsul, Ryan, Fatiya, Rizaldy, dan kawan lainya
g telah memberikan dukungan dan dorongan demi menyelesaikan skiripsi ini.
Nazar
ullah

Chaniago, S.Sos yang selalu memberikan saran terhadap penulis.

Semoga amal baik Mereka semua dibalas oleh Allah SWT. Sungguh hanya
Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat
ganda.
Jakarta, 11 Januari 2018

Ahmad Risyad Fadli

vi
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................................i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI....................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................................iv
KATA PENGANTARv
DAFTAR ISIvii

BAB IPENDAHULAN

Latar Belakang Masalah1


Pembatasan dan Perumusan Masalah5
Tujuan dan Manfaat Penelitian6
Tinjauan (review) Penelitian Terdahulu7
Metode Penelitian9
Sistematika Penulisan11

BAB IIDESKRIPSI PENYULUNDUPAN MANUSIA DI INDONESIA

A.Penyebab Terjadinya Penyelunduan Manusia di Indoensia13


B. Dampak Penyelundupan Manusia di Indonesia................................................18
C. Fenomena Penyelundupan Manusia di Indonesia.............................................22
1. Kasus-Kasus Penyelundupan Manusia di Indonesia.................................22
2. Putusan-Putusan Pengadilan terhadap Tindak Pidana Penyelundupan Manusia di
Indonesia.....................................................................................................25

BAB III KONSEP TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA POSITIF


DAN HUKUM PIDANA ISLAM
vii
A. Pengertian Tindak Pidana.................................................................................27
B. Jenis-Jenis Tindak Pidana.................................................................................29
C. Sanksi Pidana....................................................................................................35
D. Konsep Maqasid al-Syari’ah dalam Hukum Pidana Islam..............................38

BAB IV PENYELUNDUPAN MANUSIA DALAM TINJAUAN HUKUM


PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM
Konsep Hukum Pidana Positif terhadap Penyelundupan Manusia42
Penyelundupan Manusia sebagai Tindak Pidana42
Tersangka dan Korban dalam Penyelundupan Manusia44
Penegertian People Smugglng dan Human Trafficking47
Pengaturan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia dalam Hukum Pidana Positif51
Undang Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi dan KUHP52
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian53
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian54
Protokol PBB terhadap Penyelundupan Manusia59
Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Penyelundupan Manusia dalam Undang-Undang Keimigrasian60

1. Tinjauan Maqashid al-Syariah terhadap Penyelundupan Manusia60


2.
Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Undang-Undang
Keimigrasian65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................70
B. Saran.................................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................72

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wilayah Negara Republik Indonesia memiliki karakteristik luas dan secara
geografi dikelilingi oleh perairan. Suryo Sakti Hadiwijoyo menjelaskan bahwa
perbatasan negara yang merupakan pengaruh dari karakteistik wilayah negara
yang memiliki perbatasan laut, terutama akan tampak dalam bidang perniagaan perdagangan maupun ke
Penyebab dan latar belakang terjadinya penyelundupan manusia tidak terlepas dari kondisi, tatanan, bahk

Departement of State pada bulan Juni 2003 memaparkan bahwa tiap tahun sekitar
800.000 – 900.000 orang telah diselundupkan dengan mengabaikan batas-batas
internasional.3 Celakanya, penyelundupan tersebut telah dilakukan oleh jejaring

1
Evlyn Martha Julianty, Dahlan Ali, Mujibussalim, Kebijakan Kriminal Dalam
Penanggulangan Penyelundupan Manusia di Indonesia, dalam Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana
Universitas
2
Syiah Kuala, Vol. 2 No. 2 (2014), h. 41.
Natalis Pigay, Migrasi Tenaga Kerja Internasional (Sejarah, Fenomena, Masalah dan
Solusinya), (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 120.
3
M. Imam Santoso, Hukum Pidana Internasioanl, (Bandung : Pustaka Reka Cipta, 2013),
h. 163.

1
2

kejahatan internasional yang terorganisasi, baik melalui jalur negara perantara


maupun langsung.
Dalam hal ini, kasus penyelunduan manusia merupakan kejahatan
internasioanl sebab melibatkan negara-negara. Menurut Kadiv Humas Mabes
POLRI Saud Usman Nasution, smuggler (penyelundup) bisa berasal dari negara
asal imigran atau negara transit atau negara tujuan.4
Indonesia sering sekali dijadikan lokasi transit penyelundupan manusia,
ngan memanfaatkan kondisi ekonomi masyarakat di sekitar pesisir pantai.5
ndupan manusia pernah terjadi di Makasar, yang menyelundupkan warga negara asing di Indonesia menuju Malaysia dan A
negara penandatangan dan 130 negara peserta.7 Dalam pasal 3 Protokol PBB Tahun 2013 menyebutkan definisi

tidak langsung, keuntungan materi atau finansial lainnya, dari masuknya

4
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ef49e0b7c90c/penyelundup-imigran-gelap-
dijerat-dua-undangundang. Diunggah Rabu 24 Mei 2017, Pukul 02.21 WIB.
5
Opra Floria Sari, Tanggung Jawab Indonesia Sebagai Negara Transit Bagi Warga
Negara Asing (WNA) yang Terlibat Dalam Penyelundupan Manusia, dalam Artikel Ilmiah
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (2014), h. 9.
6
http://news.liputan6.com/read/2903080/polri-ungkap-jaringan-penyelundupan-manusia-
ke-australia Diunggah Jumat 26 Mei 2017, Pukul 02.28 WIB.
7
M. Imam Santoso, Hukum Pidana Internasioanl, (Bandung : Pustaka Reka Cipta, 2013).
h. 164-165.
seseorang secara ilegal ke seuatu bagian negara dimana orang tersebut bukanlah
warga atau memiliki izin tinggal.8
Meski telah menjadi perhatian internasional sejak tahun 2000, Indonesia
baru merumuskan penyelundupan manusia sebagai tindak pidana pada tahun 2011
melalui pengesahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimgrasian.9
Pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pertimbangan, antara lain
perlindungan, dan pemajuan hak asasi manusia.10
maan orang asing di Indonesia yang dahulu merupakan open politiek (penerimaan terbuka) menjadi selectif politiek, artinya

tentang Keimgrasian sudah tidak memadai lagi untuk memenuhi berbagai


perkembangan kebutuhan pengaturan, pelayanan, dan pengawasan di bidang

8
Eranovita Kalalo Paembonan, Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana
penyelundupan Orang (People Smuggling), dalam Jurnal Lex Crimen Vol. III, No. 4,(2014), h.
139
9
Anugerah Rizki Akbar, Tindak Pidana Penyelundupan Manusia Dalam Rancangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta : Aliansi Nasional Reformasi KUHP, 2016), h. 1.
10
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus Memahami Delik-Delik Di Luar KUHP,
(Jakarta : Kencana, 2016), h. 196.
11
Andi Hamzah, Delik-Delik Tersebar Di Luar KUHP, (Jakarta : PT Pradyana Paramita,
1992) Cetakan Ke Tujuh, h. 68.
keimgrasian sehingga perlu dicabut dan diganti dengan undang-undang yang baru
yang lebih komprehensif serta mampu menjawab tantangan yang ada.12 Sehingga
dipertegas kembali melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimgrasian.
Dalam hukum positif, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 yang telah
menjadi ketentuan bagi tindak pidana penyelundupan manusia, di satu sisi
pemerintah mencoba merumuskan dalam Rancangan Undang-Undang tentang
KUHP dalam pasal 582 yang sama sekali tidak ada perubahan yang signifikan dengan rumusan pasal 120 U
Dalam Islam, penyelundupan manusia menjadi ancaman yang vital untuk diperhatikan. Ketika Kabupaten
Penyelundupan manusia yang termasuk kategori hukum pidana internasional mestinya perlu perhatian kh
unsur serta komonen-komponen tindak pidana penyelundupan manusia.

Kemudian kajian hukum Islam belum meng-cover penyelundupan manusia secara


proporsional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa problematika terhadap tindak
pidana penyelundupan manusia perlu ada analisis lebih lanjut. Sehingga penyusun

12
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus Memahami Delik-Delik Di Luar KUHP,
(Jakarta : Kencana, 2016), h. 196.
13
Syamsul Asri, Achmad, Analisis Pola Jaringan dan Modus Operandi People Smuggling
di Provinsi Sulawesi Selatan (Studi Kasus Kota Makasar dan Kabupaten Bulukumba), dalam
Jurnal Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UNIFA Makasar, h. 14.
merasa gelisah dan menimbulkan ghiroh ilmiah bagaimana pandangan hukum
Islam dan hukum positif terhadap penyelasaian tindak pidana penyelundupan
manusia. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mencoba menulis penelitian yang
berjudul : TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN MANUSIA (PEOPLE
SMUGGLING) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011
TENTANG KEIMIGRASIAN (Tinjauan Hukum Pidana Islam).

i, Pembatasan, dan Perumusan Masalah


asi Masalah
kan latar belakang masalah di atas, masalah terjadinya tindak pidana penyelundupan di Indonesia, dapat didentifikasi sebag
napenegakanhukumdiIndonesiadalammenangani penyelundupan manusia?
an imigran masuk ke negara tujuan?
nakahsikapmasyarakatIndonesiaterhadappendatang khususnya warga negara asing?
na kejahatan terorganisir di dunia internasional beroperasi dalam melakukan penyelundupan manusia?
na kondisi masyarakat di sekitar pesisir pantai dan perbatasan
ndonesia?

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka, yang dijadikan pokok

permasalahan ialah bagaimanakah pandangan hukum Islam dan hukum positif


terhadap tindak pidana penyelundupan manusia yang telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian?. Untuk mempermudah
penelitian yang menjadi pokok batasan maka masalah dibatasi Undang-Undang
yang dijadikan fokus penelitian pada pasal 120 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan hukum pidana Islam.
3. Perumusan Masalah
Dari hasil identifikasi dan pembatasan masalah di atas dapat dirumusakan
masalah penelitiannya sebagai berikut :
a. Bagaimana penyebab terjadinya penyelundupan manusia (People
Smuggling) di Indonesia?
b. Bagaimana pandangan hukum pidana positif terhadap Penyelundupan
Manusia (People Smuggling)?
c. Bagaimana pandangan hukum pidana Islam terhadap Penyelundupan
Manusia (People Smuggling)?

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,makayangmenjadi tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut

Untukmenjelaskanpenyebabterjadinyapenyelundupan
a. manusia
(People Smuggling) di Indonesia.
Untukmenjelaskanpandanganhukumpidanapositif Penyelundupan Manusia (People Smuggling).
b. terhadap

c. UntukmenjelaskanpandanganhukumpidanaIslamterhadap Penyelundupan Manusia (People Smugglin


2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai beri

a. Menjadi telaah ilmiah tentang hukuman bagi pelaku tindak pidana


penyelundupan manusia dalam kajian hukum pidana Islam dikalangan
akademisi.
b. Menjadi kajian ilmiah untuk kalangan akademisi hukum dalam
mengimplementasikan teori-teori hukum Islam terhadap hukum
konvensional dalam konteks pemidanaan.
c. Memberikan pengetahuan secara akademis dan menambah literartur
dalam kajian hukum Islam.
d. Memberikan penjelasan terhadap kasus terjadinya penyelundupan
manusia di Indonesia.
e. Memberikan penjelasan bagaimana hukum positif dan hukum Islam
mengatur tindak pidana penyelundupan manusia.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu


Sejumlah penelitian tentang penyelundupan manusia telah dilakukan, baik

asil penelitian tersebut diperoleh bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Wonosari yang menjatuhkan putu
kel di atas membahas dan menganalisa dilema antara

hukum atas terjadinya kejahatan penyelundupan manusia dengan kewajiban


memberikan pengamaman untuk melindungi hak-hak para pengungsi yang
terancam persekusi. Artikel ini pun berkesimpulan bahwa meskipun Smuggling

14
Pandu Pranomo, Tindak Pidana Penyelundupan Manusia Berdasarkan Undangundang
Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Wonosari
Nomor : 135/Pid.Sus/2014/PN.Wn), Peneletian ini adalah skripsi oleh mahasiswa Jurusan Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Pada Universias Sebelas Maret Surakarta, tahun 2015.
15
Diajeng Wulan Christianti, Analisa Kejahatan Penyelundupan Manusia Berdasarkan
Smuggling Of Migrant Protocol Ditinjau Dari Perspektf Perlindungan Pencari Suaka : Studi
Kasus Pengungsi Rohingnya, dalam Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 3 (2016).
Protocol mampu untuk memberikan keseimbangan anatara penegakkan hukum
kejahatan perlindungan manusia dan perlindungan pencari suaka, akan tetepi pada
akhirnya semua tergantung dari keinginan negara untuk menerapkan Smuggling
Protocol tersebut melalui aturan implementasi yang jelas namun proposional.
Artikel ilmiah karya Moh. Nashiruddin A. Ma’mun yang berjudul Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan.16 Di dalam artikel tersebut
dipaparkan bahwa dalam hukum Islam jarimah penyelundupan dapat
dikategorikan ke dalam jarimah sariqah. Kata sariqah diambil dari kata “sarqun” yang artinya samar dan ti
Buku Karya Anugerah Rizki Akbari, yang berjudul Tindak Pidana Penyelundupan Manusia Dalam Rancanga
Kemudian meninjau ulang penggunaan pidana minimum

berujung pada pemidanaan yang terlampau berat bagi pelaku yang tidak
berpendidikan, tidak terinformasikan dan tak pantas untuk dipidana.
Dari beberapa penelitian di atas penulis tidak menemukan secara sepesifik
yang membahas tentang TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN MANUSIA

16
Moh. Nashiuddin A. Ma’mun, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Penyelundupan, dalam Jurnal Ummul Qura, Vol IV, No. 2, (2014).
17
Anugerah Rizki Akbar, Tindak Pidana Penyelundupan Manusia Dalam Rancangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta : Aliansi Nasional Reformasi KUHP, 2016).
(PEOPLE SMUGGLING) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN
2011 TENTANG KEIMIGRASIAN (Tinjauan Hukum Pidana Islam).

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya meruapakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.18 Metodologi dalam
suatu kegiatan penelitian adalah merupakan masalah inti, bahkan ada yang mengidentikkan penelitian itu
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Ronny H
Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan. Pendekatan yang dipandang dari sudut pe
pengembangan metodologi penelitian.22

18
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 2.
19
Soejonno, Abdurrahman, Metodologi Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), h. 44.
20
Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pustka Setia, 2001), h. 10.
21
Soejonno, Abdurrahman, Metodologi Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h. 56.
22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2012), h. 10.
2. Sumber Data
Penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu menggunakan
data yang mengacu pada sumber-sumber tertulis dan literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini. Maka untuk penelitian ini menggunakan studi pustaka
sebagai upaya dalam menemukan kolerasi atau relevansi teori hukum Islam dan
probelamatika hukum terkait penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

er
er dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimgrasian, putusan-putusan pengadilan, al
under
nder dalam penelitian ini menggunakan beberapa buku, jurnal,
at kabar, artikel yang berkaitan dengan judul penelitian ini serta hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

n atau bahan-bahan tertulis yang ada relevansinya terhadap penelitian. Adapun bahan datanya adalah bahan hukum primer

yang digunakan berupa : Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang


Keimgrasian, putusan-putsuan pengadilan, Protokol PBB A/RES/55/25 tanggal 15
November 2000, KUHP dan KUHAP. Bahan hukum sekunder adalah semua
publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen tidak resmi. Terdiri atas:
buku-buku, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan karya ilmiah lainnya.
4. Teknik Anlisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis hukum normatif karena yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah atuaran perundang-undangan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat. Analisis terhadap aturan
perundang-undangan hanya dilakukan terhadap pasal-pasal yang isinya
merupakan kaedah (hukum). Setelah dilakukan analisa, maka kontruksi
dilaksanakan dengan memasukkan pasal-pasal tertentu, ke dalam kategori-
ng digunakan dalam analisis data pada skripsi ini studi terhadap studi dokumentasi yang mana analisis menggunakan alat b

N Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017” dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas b
tarbelakangi penelitian ini, yang diorganisir menjadi 6 (enam) sub-sub, yaitu (1). Latar belakang masalah, (2). Identifikasi, p

Tinjauan (review) penelitian terdahulu, (6). Metode penelitian, (7). Sistematika


penulisan.
Bab kedua berjudul “Deskripsi Penyelundupan Manusia di Indonesia”. Bab
ini menyajikan uraian fenomena penyeundupan manusia. Paparan dalam bab ini
akan mendeskripsikan fenomena sosial penyelundupan manusia dan fenomena
penyulundupan manusia di Indonesia. Bab ini terdiri dari 3 (Tiga) sub
pembahasan, yaitu : (1). Penyebab Terjadinya Penyelundupan Manusia di

23
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2012), h. 255.
Indonesia, (2). Dampak penyelundupan Manusia di Indonesia, (3). Fenomena
Penyelundupan Manusia di Indonesia, di dalamnya terdiri dua sub yang
membahas tentang kasus-kasus penyelundupan manusia di Indonesia dan putusan-
putusan pengadilan terhadap tindak pidana penyelundupan manusia di Indonesia.
Bab ketiga berjudul “Konsep Tindak Pidana dalam Hukum Pidana Positif
dan Hukum Pidana Islam". Bab ini menyajikan uraian tindak pidana dalam konsep
hukum positif dan hukum pidana Islam. Paparan dalam bab ini akan diposisikan
konsep tindak pidana dalam hukum pidana positif dan hukum pidana Islam kemudian akan disajikan kons
Bab keempat berjudul “Penyelundupan Manusia dalam Tinjauan Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana
Bab Kelima merupakan penutup, yang memuat kesimpulan dan saran.
Dalam bab ini disajikan pokok-pokok hasil penelitian dalam suatu kesimpulan dan saran terkait kegunaan
BAB II

DESKRIPSI PENYELUNDUPAN MANUSIA DI INDONESIA

A. Penyebab Terjadinya Penyelundupan Manusia di Indoensia


Kejahatan transnasional1 bukan hanya didorong oleh faktor perdagangan
bebas yang terbuka lebar atau lemahnya penegakan hukum di Indoneisa. Akan
tetapi didukung juga oleh wilayah geografis Indonesia itu sendiri. Indonesia yang
bentuk negaranya adalah kepulauan secara geografis memiliki banyak pintu masuk bandara, pelabuhan, b
Selain itu, Indonesia yang memiliki garis pantai yang sangat panjang, dan merupakan wilayah yang terleta
Menurut Deputi Bidang Keamanan Nasional Menkopolhukam Irjen Pol Bambang Suparno, salah satu mas
dapat dihadang agar tidak masuk ke wilayah Australia.3

1
Kejahatan Transnasional adalah kejahatan yang mengancam kehidupan sosial, ekonomi
politik, keamanan dan perdamaian dunia yang mempunyai kriteria: a. Lebih dari satu wilayah
negara, b. Di suatu negara, tetapi persiapan, perencanaan, pengarahan atau pengendalian atas
kejahatan tersebut dilakukan di wilayah negara lain, c. Di suatu wilayah negara, tetapi akibat yang
ditimbulkan atas tindak pidana tersebut dirasakan di negara lain.
2
Sam Fernando, Politik Hukum Pemerintah (Direktorat Jenderal Imigrasi) Dalam
Menanggulangi Masalah Penyelundupan Manusia, dalam Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, Malang, 2013, h. 3
3
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52a0ec6c249cd/tidak-mudah-tangani-imigran-
ilegal diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2017 Pukul 00.06 WIB

13
14

Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi negara yang memiliki sumber


tenaga kerja yang besar dan sebagai target untuk perkembangan pasar
internasional. Berbagai kendala dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi
persoalan kejahatan transnasional, seperti kurang sumber daya manusia yang
kompeten, kendala dalam bidang teknologi, dan lemah secara yuridis dan
diplomatik.

Dengan kondisi demikian yang menyebabkan Indonesia menjadi negara


kan negara yang masih tertinggal, Indonesia dijadikan negara transit untuk mencapai negara tujuan.
kti dari fakta yang diperoleh menunjukan bahwa dari waktu ke waktu, cara-cara ilegal justru lebih menjadai pilihan dalam pr

ndonesia sebagai tempat tujuan maupun sebagai transit. Penyelunduan ini ditujukan untuk memasok pasar perdagangan se

tersebut dilakukan melalui jejaring kejahatan internasional yang terorganisasi baik


melalui jalur Negara perantara maupun langsung. Semakin meningkatnya secara
signifikan aktivitas kelompok keejahatan terorganisir dalam terjadinya
penyelundupan migran, dapat membahayakan Negara-negara dan kehidupan serta
keselamatan para migran itu sendiri. Oleh karena itu masyarakat internasional
sepakat untuk mengatur dalam protokol tambahan mengenai penyelunduan
migran. Praktek penyelundupan orang atua people smuggling telah meningkat

4
M. Imam Santoso, Hukum Pidana Internasioanl, (Bandung : Pustaka Reka Cipta, 2013),
h. 163.
dalam beberapa dekade terakhir pada saat ini, laporan signifikan mengenai jumlah
imigrasi tidak resmi terus meningkat di beberapa negara.5 Kemudian menurut data
yang ada pada imigrasi per 31 Desember 2010 terdapat sekitar 1.300 orang
imigran ilegal di seluruh Indonesia berada di dalam fasilitas rudenim 6 berada di
penampungan yang difasilitasi oleh UNHCR7 dan IOM8, dimana penampungan
tersebut berada di daerah seperti Bogor (Puncak), Medan, dan Makassar.9

Menurut data dari CMIS PS Satgas Bareskrim Mabes Polri jumlah para
un mengalami peningkatan. Seperti pada tahun 2008 terdapat 116 imigran, pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 9

wilayah dunia dan periode sejarah umat manusia. Fokus terhadap hubungan antara imigrasi dengan kejahatan terus tumbuh

ggulangi Masalah Penyelundupan Manusia, dalam Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2013, h. 4
gsi keimigrasian sebagai tempat penampungan sementara bagi orang-orang yang melanggar Undang- Undang Keimigrasian.
misioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, bermarkas di Badan ini didirikan pada tanggal bertujuan untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada
yang baru

8
International Organization for Migration atau Organisasi Internasional untuk
Migrasi (IOM) adalah sebuah Organisasi antarpemerintah. Didirikan dengan nama
Intergovernmental Committee for European Migration (ICEM) pada 1951, pada mulanya, IOM
ditujukan untuk membantu menempatkan kembali para pengungsi akibat Perang Dunia II. IOM
adalah organisasi antarpemerintah utama di bidang migrasi. IOM berdedikasi untuk memajukan
migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama, dilaksanakan dengan
meningkatkan pemahaman mengenai masalah-masalah migrasi, membantu pemerintah dalam
menjawab tantangan migrasi, mendorong pembangunan sosial dan ekonomi melalui migrasi, dan
menjunjung tinggi martabat dan kesejahteraan migran, termasuk keluarga dan komunitasnya.
9
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, Jakarta, 2011, h. 87
10
Data dari CMIS PS Satgas Bareskrim Polri, 2012.
melakukan migrasi ke negara lain dengan tujuan keluar dari kehidupan yang
keras, kejahatan perang, dan kejahatan kemanusiaan lainnya yang terjadi di negara
mereka.11

People smuggling umumnya dapat terjadi dengan persetujuan dari orang


atau kelompok yang berkeinginan ingin diselundupkan, dan alasan paling umum
dari mereka adalah peluang untuk mendapatkan pekerjaan atau memperbaiki
status ekonomi, harapan untuk mendapatakan penghidupan yang lebih baik bagi
ri konflik yang terjadi di negara asal. People smuggling sesungguhnya berangkat dari adanya dorongan untuk menjadi imigr
nya rasa aman, tidak adanya hak untuk mendapatan penghidupan yang lebih layak di rumah sendiri atau negara sendiri, sa
legal maupun jalur ilegal

merupakanpilihanbagiparapenyelundup ataupunorang yangakan


diselundupkannya.12

karena latar belakang ekonomi, akan membuat keingianan mereka berimigrasi ke negara lain bertambah kuat. Obi N. I Ebb

mengejar kesejahteraan. Masyarakat kelas atas ingin bertambah kaya dari


sebelumnya, sedangkan masyarakat kelas bawah tidak ingin di penjara.
Akibatnya, muncul ketidakteraturan karena saling mengejar kesejahteraan.
Masyarakat kelas atas menggunakan masyarakat kelas bawah agar bertambah
kaya, sedangkan masyarakat kelas bawah diperdaya dan mau untuk di

11
Mangai Natarajan, Kejahatan dan Pengadilan Internasional, (Bandung, Nusa Media,
2015), 12
h. 19.
IOM, Penegak Hukum terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia, Bab I (IOM,
Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan
Tindak Pidana yang berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, 2012), h. 5
selundupkan atau diperdagangkan agar dapat menghidupi kebutuhan sehari hari.13
Atas hal ini lah permintaan penyelundupan manusia ke negara-negara maju untuk
penghidupan yang lebih layak kebanyakan akibat latar belakang ekonomi semakin
berkembang.

Secara umum para migran yang hendak meninggalkan negara asalnya


hanya memiliki pengetahuan yang mendasar tentang negara tujuannya. Informasi-
informasi yang hanya sekedarnya tersebut dapat menjadikan dasar yang kuat bagi
asal migran tetap tersedia lapangan pekerjaan, namun migran lebih tertarik pindah ke negara yang memiliki upah lebih bes
a jika

beresiko, menggunakan biaya yang mahal, dan keuntungan yang tidak pasti.
Namun jika digabungkan dengan pengetahuan mendasar yang didapat dari media
atau mulut ke mulut tentang negara tujuan, ditambah melakukan penyelundupan

13
Obbi N. I. Ebbe, Causes of Trafficking in Women and Children, Bab 3 (London, Global
Trafficking in Women and Children, 2008), h. 36
14
Michael P Todaro. & Lydia Marusko, Illegal Migration and US Immigration Reform: A
Conceptual Framework. (Population and Development Review, Vol. 13, No. 1, 1987), h. 101-114.
15
J. B. Grossman, Illegal Immigrants and Domestic Employment. (Industrial and Labor
Relation Review, Vol. 37, No. 2, 1984), h. 240-251
secara berkeluarga (bersama-sama) akan mengurangi resiko-resiko atau ketakutan
di atas.16

B. Dampak Penyelundupan Manusia di Indonesia


Di banyak negara isu-isu imigrasi seringkali dikaitkan dengan penyebab
naiknya kriminalitas dan gangguan terhadap kemanan negara, dalam level yang
sama dengan organisasi kejahatan dan terorisme. Beberapa studi menyatakan
bahwa geenerasi pertama imigran lazimnya – namun tidak selalu – melakukan
arga asing – dalam kasus tertentu lebih banyak.17
but dengan nilai-nilai nasional mereka sendiri. Perspektif kedua menentang pendapat yang menyatakan bahwa imigran me
identifikasikan penyelundupan manusia sebagai masalah banyak negara,

khususnya bagi negara sumber, negara transit dan tujuan. Kagagalan mengatur
arus imigrasi ini dapat merugikan semua pihak. Negara asal telah kehilangan
tenaga produktif yang potensial membangun negaranya, sedangkan negara tujuan

16
Celine Nieuwenhuys dan Antoine Pecoud, Human Trafficking, Information Campaigns,
and Strategies of Migration Control, (Sage, American Behavioral Scientist, 2007), h. 1685-1686.
17
Mangai Natarajan, Kejahatan dan Pengadilan Internasional, (Bandung, Nusa Media,
2015), h. 20.
18
Mangai Natarajan, Kejahatan dan Pengadilan Internasional., h. 21
mendapat beban sebagai masalah sosial seperti persaingan kerja dengan penduduk
lokal yang tidak fair, meningkatnya pengeluaran dana dan kriminalitas.19
Indonesia yang semakin terbuka, pada dasarnya terbuka pula pada orang
asing, tampaknya Indonesia adalah negara yang menarik di mata imigran ilegal.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa letak geografis Indonesia sangat strategis
untuk melintas ke Australia, ditambah lagi dengan kelemahan bidang kemanan
laut dan pengawasan di perbatasan darat. Kita juga harus mengakui bahwa
terdapat kebiasaan warga Indonesia yang lebih dapat menerima pendatang baru, apalagi bila orang asing
Keberadaan imigran ilegal dan interaksinya dengan warga Indonesia berdampak sosial psikologis terhadap
Berangkat dari kenyataan obyektif bahwa pengalaman konflik di masa lalu dan atau penglaman mengalam
Kodisi psikososial yang negatif ini tampaknya semakin memburuk karena

pengalaman negatif yang diperoleh dalam perejalanan menuju negara tujuan akhir
maupun ditangkap serta ditahan di Indonesia. Konsekuensi logis dari kondisi
psikososial yang negatif tentunya mempengaruhi imigran ilegal dan interaksinya
terhadap warga Negara Indonesia dan meningkatkan kerentanan terjadinya

19
Anna Kicinger, Non Traditional Security Threat and The EU Respones to This
Phenomenom, “ http://www.cefmr.pan.pl/docs/cemfrwpp2004-02.pdf di akses pada tanggal 25
Oktober 2017 pukul 02.09 WIB.
20
Adrainus Meliala, Pemantapan Legalitass dan Kebijakan Menyangkut Penyelendupan
Manusia, (Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, 2011), h. 60.
masalah psikososial yang serius. Kondisi psikososial yang serius tentunya
memerlukan penanganan yang lebih profesional. Kenyataanya akses untuk
mendapatkan penanganan yang lebih profesional masih sangat terbatas. Dampak
ke depan diduga akan muncul antara lain meningkatnya prilaku beresiko imigran
ilegal sebagai bentuk upaya/aktifitas untuk mengurangi stres (stress-relief
activities), misalnya peningkatan konsumsi alkohol dan prostitusi.21
Hal ini tentunya menimbulkan masalah sosial yang menjadi beban
amai seperti yang dicita- citakan, kemungkinan besar mendorong imigran ilegal untuk menggunakan berbagai upaya dan ke
bertahannya relasi interpersonal yang mendalam di level grass-root. Interaksi yang positif antara imigran ilegal dengan wa

diperkirakan dapat terjadi jika masuk paham-paham dari luar yang tidak sesuai
dengan pilar kebangsaan Indonsia, yaitu Pancasila.
Masuknya imigran ilegal menimbulkan dampak tersendiri secara sosial
budaya, para imgiran yang masuk secara ilegal akan membawa pengaruh sosial

21
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, Jakarta, 2011, h. 84
22
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, h. 84-85.
pada kehidupan warga negara Indonesia. Hal tersebut akan menciptakan budaya
baru yang terkadang tidak sesuai dengan budaya yang berlaku di Indonesia.
Kemudian dampak selanjutnya adalah dampak secara keamanan nasional,
penyelundupan manusia justru akan menciptakan kerawanan bagi keamanan
negara serta bisa merusak kesatuan dan persatuan Indonesia.23
Selain itu, interaksi yang positif antara imigran ilegal dan warga Negara
Indonesia tampaknya akan banyak terjadi di level grass-root dalam berbagai relasi
interpersonal yang mendalam. Kasus pacaran dan pernikahan antara imigran ilegal dan penduduk Indone
Di samping dampak soisial psikologis, penyelundupan manusia memberi dampak negatif terhadap pereko

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Lembaga Administrasi
Negara) dalam rupiah yaitu Rp. 400.000 kemudian belum lagi jika kita hitung
dengan perpanjangan izin keimigrasian mereka, katakan saja minimal untuk 2 kali
perpanjangan sebesar Rp. 500.000 per orang/per 2 bulan maka seharusnya negara
mendapatkan pemasukan sebesar dari visa Rp. 400.000 + Rp. 500.000 = Rp.

23
https://www.kompasiana.com/febbyfadillah/dampak-imigran-ilegal-di-
indonesia_584eb1e33e23bd601a0ba81b di akses pada Tanggal 29 Oktober 2017 Pukul 23.52 WIB
24
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, h. 85.
900.000 per orang. Jika saat jumlah imigran adalah 1300 orang, maka negara
mengalami kerugian dari kegiatan people smuggling. Imigran ilegal tersebut dari
sektor pemasukan bea visa dan bea perpanjangan izin keimigrasian sebesar Rp.
1.170.000.000,-.25

Kemudian dampak hukum ke depan bagi Indonesia dengan meningkatnya


jumlah imigran ilegal yang masuk, maka tinggi kemungkinan hal itu terjadi akibat
adanya kejahatan yang sifatnya transnasional yang teroganisir, yang anggota
kotika, ataupun pencucian uang, atau tindakan-tindakan kejahatan lain yang sifatnya transnasional yang sangat mungkin dil

iode 2007 sampai dengan 2011 penyidikan kasus penyelundupan manusia meningkat. Pada tahun 2007 terdapat 1 kasus, d
un 2011 terdapat 11 kasus.27 Sederet kasus tentang penyelundupan manusia di Indonesia akhir-akhir ini dimana pihak apa
enyulundupan

belasan manusia dari berbagai negara yang bertujuan ke Christmas Island,


Australia. Dalam melakukan aksinya, ia menggunakan kapal motor (KM) Farah.

25
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, h. 87-88.
26
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, h. 104-105.
27
Ferica Wardani, Peran Bali Process on People Smuggling, Trafficking in Person and
Related Transnational Crime (Bali Process) dalam Menangani penyelundupan Manusia di
Indonesia pada Tahun 2008-2013, dalam Juranl JOM FISIP Vol. 2 No. 2, 2015, h. 6
Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri berhasil
membongkar aksi penyelundupan manusia yang dilakukan warga Negara
Myanmar bernama Anwar Sadiq alias Maung Maung Tin. Anwar Sadiq dibekuk
polisi di Apartemen Permata Surya Kalideres, Jakarta Barat. Hal tersebut lantaran
ia diketahui melakukan penyeludupan orang di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penyelundup yang melakukan tindakan ini sudah memulai aksinya sejak
November 2015, namun aparat mengungkap kejahatan ini pada Agustus 2017.28

onesia menuju Malaysia dan Australia. Direktur Ditipidum Brigjen Pol Herry Rudolf Nahak mengatakan, kasus penyelundupa

iduga menjadi pelaku penyelundupan terhadap 65 imigran ke Selandia Baru. Kepala Sub-Direktorat III Tindak Pidana Umum

Pada Mei 2015, Polres Rote menemukan sedikitnya 65 imigran terdampar di


pulau tersebut. Saat dimintai keterangan, mereka tidak bisa menunjukkan
dokumen resmi. Polres Rote kemudian dibantu Bareskrim menelusuri jaringan
penyelundupan manusia tersebut. Dari pengembangan kasus itu, polisi memburu
lima pelaku. Mereka di antaranya warga Negara Sri Lanka berinisial TK dan S,

28
https://news.okezone.com/read/2017/08/22/337/1760465/salut-polisi-bongkar-praktik-
penyelundupan-orang-di-jakarta-barat? diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2017 Pukul 01.06 WIB
29
http://news.liputan6.com/read/2903080/polri-ungkap-jaringan-penyelundupan-manusia-
ke-australia diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2017 Pukul 01.23 WIB.
warga Indonesia berinisial AY, dan warga Negara Bangladesh berinisial MA.
Tersangka MA ditangkap di kawasan Bogor pada 13 Februari lalu. Dia diduga
berperan sebagai koordinator warga Bangladesh agar bersedia menjadi imigran
ilegal untuk bekerja di sejumlah negara, seperti Australia dan Selandia Baru.
Saat ini, Bareskrim masih memeriksa MA untuk mendalami keterlibatan
tersangka lain.30
Kasus keempat, penyelundupan manusia melalui Pantai Selatan Jawa Barat
aktik penyelundupan manusia yang melibatkan sindikat internasional menjadi ancaman stabilitas bagi kawasan. Apalagi saa

Kasus-kasus penyelundupan manusia di Indonesia yang dipaparkan di atas


bisa ditemukan lebih banyak lagi, karena fenomena tersebut telah hadir di saat
Negera Indonesia telah merdeka, namun istilah penyelundupan manusia mulai
diatur pada Undang-Undang Darurat Nomor 8 tahun 1955 tentang Tindak Pidana
Imigrasi.

30
https://nasional.tempo.co/read/745834/bareskrim-tangkap-pelaku-penyelundupan-
manusia diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2017 Pukul 01.37 WIB.
31
http://www.antaranews.com/berita/350762/penyelundupan-manusia-ancaman-stabilitas-
pantai-selatan diakses Pada Tanggal 1 November 2017 Pukul 02.30 WIB.
2. Putusan-Putusan Pengadilan Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan
Manusia di Indonesia
Pertama, dalam putusan dengan nomor perkara 239/Pid/2014/PT.BDG
bahwa Samsudeen M. Akram telah terbukti bersalah bersama-sama melakukan
tindak pidana penyelundupan manusia dengan percobaan untuk masuk ke negara
lain, dan hakim pun menjatuhkan vonis terhadap terdakwa dengan pidana penjara
selama tujuh tahun penjara. Dalam kasusnya Samsudeen M. Arkam diduga kuat
menyelundupkan orang asing ke Australia yang ditampung di sebuah rumah di Perumahan Legenda Wisat
Kedua, Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru dengan nomor perkara 175/PID.SUS/2015/PT.PBR, dimana t

dan meyakinkan melakuakan tindak pidana keimigrasian melanggar pasal 120


ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimgrasian. Terdakwa Susanto bersama-sama dengan M. Agus Sofyan bin
Mansur. S dan Muhammad Yunus bin Zainudin (dilakukan secara terpisah) pada
bulan Januari bertempat di Perairan Telaga Punggur Batam sebagai orang yang
melakuakan, menyuruh melakuakan, dan turut serta melakukan perbuatan yang

32
Putusan Peengadilan Tinggi Bandung 239/Pid/2014/PT.BDG yang diakses dari pt-
bandung.go.id/uploads/file/perkara_pidana/Agustus/239.Pid.2014.pdf Pada Tanggal 1 November
2017 Pada Pukul 03.29 WIB.
mencari keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk diri
sendiri atau orang lain dengan membawa seseorang atau kelompok, baik secara
terorganisasi maupun tidak terorganisasi, yang tidak memiliki hak secara sah
untuk memasuki wilayah Indonesia atau keluar wilayah Indonesia dan/atau masuk
wilayah negara lain yang orang tersebut tidak memilki hak untuk memasuki
wilayah tersebut secara sah, baik dengan menggunakan dokeumen sah maupun
dokumen palsu, atau tanpa menggunakan dokumen perjalanan, baik melalui

han Tamperan masuk Lingkungan Tamperan, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, yang melakukan tindak pidana peny

diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan.34

33
Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru 175/PID.SUS/2015/PT.PBR yang diakses dari
simkara.pt-pekanbaru.go.id Pada Tanggal 1 Novermber 2017 Pukul 04.12 WIB.
34
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1257 K/Pid.Sus/2013/MA yang diakses dari
https://putusan.mahkamahagung.go.id Pada Tanggal 11 Januari 2018 Pukul 02.28 WIB.
BAB III

KONSEP TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA POSITIF DAN


HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Tindak Pidana


Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian
dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dan
ang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentu
sa berartikan perbuatan-perbuatan apa yang dilarang atau yang diperintahkan (diharuskan) yang dapat dipidana apabila dila
erikan istilah delik yang artinya suatu perbuatan atau tindakan yang terlarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-u

ataupun dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah murni demi terpeliharanya
tertib hukum.4

1
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana (Memahami Tindak Pidana dan
Petanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan), (Yogya, Mahakarya Rangkang Offset,
2012), 2h. 18
Badan Diklat Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Kejaksaana, Modul Asas-Asas
Hukum Pidana, Jakarta, 2016, h. 7
3
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta, Rineka Cipta, 1994), h. 74 h. 88
4
P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung, Citra Aditya
Bakti, 1997), h. 34

27
28

S.R. Sianturi menggunakan istilah tindak pidana yang berarti sebagai suatu
tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu yang dilarang (atau diharuskan)
dan diancam dengan pidana oleh undang-undang bersifat melawan hukum, serta
dengan kesalahan yang dilakuakan oleh seseorang (orang yang bertanggung
jawab). Sianturi berpendapat bahwa istilah tindak adalah merupakan singkatan
dari kata “tindakan” artinya pada orang yang melakukan tindakan dinamakan
sebagai penindak. Tindakan apa saja yang dilakukan semua orang, tetapi dalam
banyak hal suatu tindakan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu, misalnya menurut golongan
Sedangkan hukum pidana Islam, tindak pidana bisa disebut dengan istilah jinayah atau bisa juga disebut ja

Jinayah atau jarimah, secara bahasa berarti dosa, kemaksiatan, atau semua jenis pebuatan manusia berup
Menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah sebagai berikut :

Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara‟, baik
perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau lainnya.7

Namun jika diamati penegertian jinayah dan jarimah secara mendetail,


bahwasanya pengertian jinayah lebih bersifat makro sedangkan jarimah
cenderung bersifat mikro. Seperti dalam kamus Al-Mausu‟ah al-„Arabiyyah al-

5
Sianturi. S. R., Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta,
Alumni,6 1982), h. 211, h. 209.
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakrata, Amzah, 2016), h. 7
7
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005), h. IX
Muyassarah pengertian jarimah dikemukakan agak mendetail, yaitu tentang
pelaku dan proses eksekusi pidana yang harus dilaksankan oleh pemerintah,
dengan kutipan sebagai berikut.
Jarimah dalam arti yang luas adalah pelanggaran terhadap prinsip-prinsip
kemasyarakatan. Dalam masyarakat modern jarimah dipahami sebagai
pelanggaran terhadap undang-undang (lihat undang-undang pidana). Agara
secara yuridis suatu tindakan bisa dipandang pidana, tindakan itu harus
dilakukan oleh orang yang mampu mempertanggungjawabkannya, yaitu
orang dewasa dan berakal sehat. Sanksi pidana yang dikenakan kepada
pelaku harus diselenggarakan oleh pemerintah atau melalui undang-
undang.8
Dari sejumlah pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa jinayah atau jarimah adalah sebuah tindakan atau perbuatan seseorang
yang mengancam keselamatan fisik manusia serta berpotensi menimbulkan
kerugian pada harga diri dan harta kekayaan manusia sehingga tindakan atau
perbuatan itu dianggap haram untuk dilakukan, bahkan pelakunya harus dikenai
sanksi hukum di dunia dan di akhirat sebagai hukuman Tuhan.9 Bahwa jarimah
yang oleh sebagian pakar dianggap sama dengan jinayah adalah segala perbuatan,
baik berupa melakukan sesuatu atau tidak, dimana hal itu dilarang oleh Allah dan
diancam dengan hukuman hudud atau takzir.

B. Jenis-Jenis Tindak Pidana


Menurut KUHP, tindak pidana dibedakan antara kejahatan yang dimuat
dalam buku II dan pelanggaran dalam buku III. Alasan pembedaan antara
kejahatan dan pelanggaran adalah jenis pelanggaran lebih ringan dari pada
kejahatan. Hal ini dapat diketahui dari ancaman pidana pada pelanggaran tidak
ada yang diancam pidana penjara, tetapi berupa pidana kurungan dan denda,
sedangkan kejahatan lebih didominasi dengan ancaman pidana penjara. Kriteria
lain yang membedakan antara kejahatan dan pelanggaran yakni kejahatan
merupakan delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

8
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 11
9
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 7
menimbulkan bahaya secara kongkret, sedangkan pelanggaran itu hanya
membahayakan in abstracto saja.10
Kejahtan menurut Richard Quinney adalah suatu rumasan tentang perilaku
manusia yang diciptakan oleh alat-alat berwenang dalam suatu masyarakat yang
diatur secara secara politis dan terorganisasi, dan kejahatan adalah suatu rumusan
perilaku yang diberikan terhadap sejumlah orang oleh orang lain sehingga
kejahatan adalah suatu yang diciptakan.11
Dalam pidana Islam, pembagian jenis jarimah ditinjau dari segi hukumannya, sehingga terbagi kepada tiga
Jarimah hudud.
Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had.
Pengertian hukuman had, sebagaimana dikemukakan oelh Abdul Qadir Audah.

Hukuman had adalah hukuman Allah yang telah ditentukan oleh syara‟ dan merupakan hak Allah.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas jarimah hudud
sebagai berikut.
Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut telah ditentukan oleh syara‟ da
Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak manusia di samping hak Allah m

Oleh karena hukuman had itu merupakan hak Allah maka hukuman tersebut
tidak bisa digugurkan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau
keluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili oleh negara.12

Jarimah hudud terbagi atas tujuah macam yaitu :

10
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana (Memahami Tindak Pidana dan
Petanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan), h. 28-29
11
C. Maya Indah, Perlindungan Korban: Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi,
(Jakarta, Kencana, 2014), h. 53
12
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. X
a. Jarimah zina,
b. Jariamh qadzf (menuduh orang yang baik berbuat zina),
c. Jarimah syurb al-khamr (Meminum minuman keras),
d. Jarimah pencurian,
e. Jarimah hirabah (perampokan),
f. Jarimah riddah (murtad/keluar dari agama Islam), dan
g. Jarimah pemberontakan (al-Baghyu).13

anksi yang diberlakukan kepada seseorang karena ia melanggar hak Allah, seperti berzina, mencuri dan meminum khamr. H

yang artinya mengikuti dan menelusuri jejak kaki. Makna qishash secara bahasa
ini ada kaitannya dengan “kisah”. Qishash berarti menelusuri jejak kaki manusia
atau hewan, dimana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti memiliki kesamaan
bentuk. Sementara itu, kisah mengandung makna bahwa ada hubungannya antara
peristiwa asli dan kisah yang ditulis atau diceritakan oleh generasi berikutnya.
Kesamaan antar peristiwa nyata dan kisah – di satu sisi – dan kesamaan jejak kaki

13
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. X-XI
14
M. Nurul Irfan, Masyfofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2013), h.16-17
dan telapak kaki – di sisi lain – merupakan bukti adanya relevansi antara kata
kisas qishash dan kisah dalam bahasa Indonesia.15
Kalau secara bahasa saja ada kolerasi arti antara kata kisah dan qishash,
dipastikan terdapat kolerasi erat dengan makna qishash secara terminologi, yaitu
kesamaan antara perbuatan pidana dan sanksi hukumnya, seperti dihukum mati
akibat membunuh dan dianiaya akibat menganiaya. Al-Jurjani mengemukakan
qishash secara terminologi yaitu, menganakan sebuah tindakan (sanksi hukum)
kepada pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban.16
Dalam hukum pidana islam, secara garis besar tindak pidana dalam sanksi
qishash dikategorikan dalam dua bagian.
Jarimah pembunuhan,
Jarimah penganiayaan.

Pada dasarnya tidak semua pelaku tindak pidana pembunuhan pasti diancam dengan sanksi qishash, bisa
Pembunuhan sengaja, Abdul Qadir Audah menegartikannya sebagai suatu pembunuhan dimana perbuata
Penbunuhan menyerupai sengaja, menurut Abdul Qadir Audah yaitu

suatu pembunuhan dimana pelaku sengaja memukul korban dengan


tongkat, cambuk, batu, tangan, atau benda lain yang mengakibatkan
kematian.19
c. Pembunuhan karena kesalahan, Sayyid Sabiq mengemukakan sebagai
berikut, apabila seorang mukalaf melakukan perbuatan yang

15
16 M.
M. Nurul
Nurul Irfan,
Irfan, Hukum
Hukum Pidana
Pidana Islam,
Islam, (Jakrata,
h. 30 Amzah, 2016), h. 30
17
M. Nurul Irfan, Masyfofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2013), h. 5
18
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005), h. 139
19
A hmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005), h. 141
diperbolehkan untuk dikerjakan, seperti menembak binatang buruan atau
membidik suatu sasaran, tetapi mengenai orang yang dijamin
keselamatannya dan membunuhnya.20

Dari ketiga jenis tindak pidana pembunuhan tersebut, sanksi hukuman


qishash hanya berlaku bagi jenis tindak pidana pembunah yang sengaja,
sedangkan pembunuhan lainnya sanksinya adalah diyat (hukuman denda yang
telah ditentukan oleh syara‟). Begitupun jika pembunuhan sengaja
yang
dimaafkan oleh pihak keluarga korban, sanksi hukumnya berupa diyat.21

Sedangakan tindak pidana penganiayaan, menurut sebagian Jumhur Ulama dapat dikategorikan menjadi lima bagian.
Memotong anggota tubuh atau bagian yang semakna dengannya,
Manghilangkan fungsi anggota tubuh, walaupun secara fisik anggota tubuh tersebut masih utuh,
Melukai di bagian kepala korban,
Melukai di bagian tubuh korban,
Melukai bagian-bagian yang belum disebutkan di atas.22

cegah, secara istilah jarimah takzir dapat diartikan sebagai larangan/perintah syariah yang tidak dirumuskan secara pasti, te

oleh syariah mengenai perbuatan terlarang dan sanksinya.23


Sayyid Sabiq menjalaskan definisi takzir adalah hukuman yang bersifat
edukatif yang ditentukan oleh hakim atas pelaku tindak pidana atau pelaku
perbuatan maksiat yang hukumnya belum ditentukan oleh syariat. Atau kepastian

20
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 143
21
M. Nurul Irfan, Masyfofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2013), h. 6
22
M. Nurul Irfan, Masyfofah, Fiqh Jinayah, h, 10
23
M. Amin Suma, dkk, Pidana Islam di Indonesia (Peluang, Prospek dan Tantangan),
(Jakarta, Pustaka Firdaus, 2001), h. 16
hukumnya belum ada. Mengingat persyaratan dilaksanakannya masih belum
terpenuhi dalam tindakan-tindakan tersebut.24
Berbeda dengan qishash dan hudud, bentuk sanksi takzir tidak disebutkan
secara tegas di dalam al-Quran dan hadis. Untuk menentukan jenis dan ukurannya
menjadi wewenang hakim atau penguasa setempat. Tentu dalam memutuskan
suatu jenis dan ukuran dan ukuran sanksi takzir ini harus tetap memperhatikan
nash keagamaan secara teliti, baik, dan mendalam sebab hal ini menyangkut

iqi berkata, “Fuqaha berpendapat bahwa macam-macam takzir tidak terbatas, apa yang mereka kemukakan adalah sebagia
nya, yang dikutip dari pendapat Abdul Qadir Audah yang dimaksud unsur-unsur jarimah terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
dari nash (ketentuan), baik dari al Qur‟an maupun hadis. Dalam hukum positif unsur ini dikenal dengan istilah

b. Unsur Material, yaitu adanya unsur tindakan yang terbentuk baik


kerena melakukan perbuatan yang dilarang, maupun karena
meninggalkan perbuatan yang diharuskan, sehingga terbentuklah
jarimah.
c. Unsur Moral, maksudnya pelaku yang melakukan perbuatan jarimah
haruslah paham dan mengerti betul dampak serta konsekuensi dari apa
24
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung, Al Ma‟arif, 1990),Cet. 4 h. 151
25
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakrata, Amzah, 2016), h. 93
26
M. Nurul Irfan, Masyfofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2013), h. 200
yang diperbuat, dan sudah termasuk dalam kategori mukallaf (yang
sudah dibebani).27
Aturan dalam hukum pidana Islam membuktikan bahwa antara hukum
pidana positif yang berlaku di Indonesia dengan hukum Islam memiliki kesamaan
tujuan, yaitu untuk memelihara ketentraman serta menjaga kelangsungan hidup
bagi seluruh masyarakat.28 Ini sejalan dengan tujuan ditetapkan hukum syara‟
yang dikenal dengan istilah maqashid al-Syari‟ah yaitu bertujuan untuk mencapai

C. Sanksi Pidana
Di dalam perkembangan hukum modern dikenal dengan istilah double track system yang bermakna adany
34 KUHP. Sedangkan sanksi tindakan berada pada Pasal 44, 45 dan 46 KUHP. Hukum pidana positif memb
sanksi dalam sistem pemidanaan menurut KUHP, dan sanksi dalam pemidanaan di luar KUHP. Sanksi dalam
Kemudian sanksi dalam sistem pemidanaan di luar KUHP, yakni upaya

untuk memberikan sanksi pidana yang mengandung tata nilai dalam suatu
masyarakat mengenai apa yang baik dan tidak baik, apa yang bermoral dan apa
yang amoral, serta apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang.30

27
A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah (Jakarta:
Sinar Grafika, 2004) Cet. 1, h. 13.
28
A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, h. 15
29
Fernando I. Cansil, Sanksi Pidana dalam Sistem Pemidaan Menurut KUHP dan Di Luar
KUHP, dalam jurnal Lex Crimen, (Vol III, No. 3, 2014), h. 28
30
Fernando I. Cansil, Sanksi Pidana dalam Sistem Pemidaan Menurut KUHP dan Di Luar
KUHP, h. 29
Sedangkan konsep sanksi tindakan dalam KUHP dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu tindakan yang diberikan kepada orang yang tidak mampu
bertanggungjawab dan tindakan yang diberikan kepada orang yang mampu
bertanggungjawab yang dijatuhkan bersama pidana pokok. Adapun tindakan
untuk orang yang tidak mampu bertanggungjawab berupa, perwatan di rumah
sakit, penyerahan kepada pemerintah, atau penyerahan kepada seseorang.
Kemudian tindakan bagi orang yang mampu bertanggungjawab berupa,
pencabutan surat izin mengemudi, perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, perbaikan
Dalam sistem pemidanaan menurut hukum pidana Islam, mengenal dengan jenis hukuman yang menyang
Di samping hukuman hudud, qishash dan diyat sudah jelas dietentukan oleh syara‟, hukuman ta‟zir masih
terhadap sanksi tindak pidana ta‟zir, yaitu :

1. Hukuman ta‟zir itu diterapkan dengan mempertimbangkan kemaslahatan


dan dengan memberikan kondisi fisik terhukum.
2. Hukuman ta‟zir yang dijatuhkan tidak boleh melebihi hukuman had.
3. Hukuman ta‟zir bisa diberikan maksimal sedikit di bawah batas minimal
hukuman had.

31
Gita Santika Ramadhani, dkk, Sistem Pidana dan Tindakan “Double Track System”
dalam Hukum Pidana di Indonesia” dalam jurnal Diponegoro Law Review, Vol. 1, No. 4. (2012),
h. 7
32
Zainduin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2009), Cet. 2, h. 11
4. Hukuman ta‟zir maksimalnya tidak boleh melebihi 10 cambukan.33

Selain batasan pada sanksi tindak pidana ta‟zir, Asadulloh Al Faruq


mengklasifikasi bentuk sanksi ta‟zir kepada beberapa klasifikasi, di antaranya:

1. Sanksi hukuman mati. Sanksi ini boleh dijatuhkan dalam perkara tertentu
dari kasus tindak pidana ta‟zir.
2. Sanski jilid. Jilid adalah hukuman dengan memukul terhukum
ainnya.
membuang seseorang di tempat yang jauh.
a‟ adalah mengahalangi atau nelarang seseorang untuk mengatur dirinya sendiri.
adalah memberikan hukuman dengan cara membayar harta atas perbuatannya.
aranya:
a pelaku dengan kata-kata dimana dengan kata-kata itu diharapkan pelaku segera menyesal karena telah melakukan perbua
sa memerintahkan kepada rakyatnya untuk tidak bicara kepada seseorang dalam batas waktu tertentu karena orang terseb
pelaku dosa dengan

memperingatkannya pada azab Allah Taala.


d) Pencabutan, yaitu menghukum pelaku dosa dengan mencabut
sebagian haknya.
e) Melenyapkan harta. Misalnya dalam kasus jual beli khamr, maka
qadhi boleh menambahkan hukuman berupa menghancurkan
semua khamr yang diperjualbelikan.34

33
Asadulloh Al Faruq, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor, Ghalia
Indonesia, 2009), h. 77-78
Sanksi ta‟zir yang keenam – sanksi ta‟zir lainnya – bisa dikategorikan dalam
sanksi tindakan dalam hukum pidana positif.

D. Konsep Maqashid al-Syari’ah dalam Hukum Pidana Islam


Dalam merumuskan hukum Islam pentingnya untuk menerapkan konsep-
konsep fiqih guna berjalannya hukum dengan tujuan kemasalahatan bersama.
Konsep dalam fiqih akan menjadi metode para hakim atau penguasa dalam
menjatuhkan sanksi dalam hukum Islam. Dalam hukum pidana Islam konsep fiqih
dan qishash lebih dogmatis dan menjadi hak Allah yang tidak mungkin diubah atau dikurangi oleh kekuasaan manusia. Kara
adis secara tersirat. Kedua hukum itu bertujuan untuk mewujudkan maslahat dan sebagai maslahat ada yang berkemban

Dalam menentukan sebuah jarimah, terutama dalam takzir maka perlunya


konsep – media ijtihad – sebagai upaya dalam memutuskan hukuman yang
setimpal dengan perbuatanntya. Peran konsep ini akan menjadi pertimbangan para
mujtahid, hakim atau penguasa agar berjalannya hukum dengan kondusif di
tengah perkembangan zaman yang amat kompleks. Konsep tersebut dalam islam

34
Asadulloh Al Faruq, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, h. 78-84
35
M. Amin Suma, dkk, Pidana Islam di Indonesia (Peluang, Prospek dan Tantangan),
(Jakarta, Pustaka Firdaus, 2001), h. 16-17
36
Asmawi, Teori Maslahat dan Relevansinya dengan Perundangan-Undangan Pidana
Khusus di Indonesia, (Jakarta, Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h. 44
dikenal dengan istilah maqashid al-Syari‟ah. Doktrin maqasid al-Syari‟ah
menjelaskan bahwa tujuan akhir hukum adalah satu, yaitu maslahah atau kebaikan
dan kesejahteraan umat manusia.37
Pada prinsipnya maqashid al-Syariah merupakan mengambil manfaat dan
menolak kemudharatan.38 Maqashid al-Syari‟ah terdiri dari dua kata, maqashid
dan al-Syariah. Kata maqashid adalah jamak dari kata maqshad yang berarti
maksud dan tujuan, sedangkan syari‟ah mempunyai pengertian hukum-
hukum
Allah yang ditetapkan untuk manusia yang menjadi pedoman untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia
Memelihara agama (hifdz al-Din)
Hifdz al-Din merupakan elemen penting dalam terbentuknya maqashid al-Syari‟ah, seseorang diperintahk
Memelihara jiwa (hifdz al-Nafs)

Konsep ini sejalan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam perspektif
Islam, sejak dari pertama kemunculannya peranan hifdz al-Nafs
berkembang menjadi suatu kajian fikih jinayah yang mengatur tentang

37
Zul Anwar Ajim Harahap, Konsep Maqashid al-Syariah Sebagai Dasar Penetapan dan
Penerapannya dalam Hukum Islam Menurut „Izuddin Bin „Abd al-Salam, dalam Jurnal IAIN
Padangsidempuan, 172 Takzir Vol. 9 Juli-Desesmber 2014,h. 179
38
Jaenal Aripin dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h. 80.
39
Ghofar Shidiq, Teori Maqashid Al-Syariah dalam Islam, Jurnal, Fakultas Agama Islam,
Univ. Islam Sultan Agung
tindak pidana, seperti aturan bagi pelaku tindak pidana pembunuhan, hal
ini merupakan bukti bahwa Islam memberikan perhatian lebih terhadap
umatnya dalam menjaga atau memelihara jiwa/nyawa.
3. Memelihara akal (hifdz al „Aql)
Konsep hifdz al „Aql tidakjauh berbeda dengan hifdz al-Nafs, ini tertuang
dalam aturan fikih jinayah yang melarang untuk meminum minuman
keras, karena dapat memabukan dan merusak akal atau pikiran.
Memelihara keturunan (hifdz al-Nasl)
Konsep Hukum Keluarga (Ahwalu Syahsiah) merupakan bagian yang lahir untuk mecapai hifdz al-Nasl, Isla
Memelihara harta (hifdz al-Mal)
Muamalah atau aturan untuk berinteraksi sosial yang mencakup aturan terkait menjaga harta, baik dalam
Lima konsep maqasid al-Syariah atau prinsip maslahat diatas termasuk dalam al-Usul al-Khamsah yang me
perdebatan.41

Level al-Daruriat dinilai sebagai hal-hal yang esensial bagi kehidupan


manusia sendiri. Ada kesepakatan umum bahwa perlindungan al-Daruriat atau
keniscayaan ini adalah „sasaran dibalik setiap hukum Ilahi‟. Adapun Maqasid al-
Syariah dalam tingkatan kebutuhan (al-Hajiyat) dianggap kurang esensial bagi
kehidupan manusia. Begitupun pada tingkatan kelengkapan (al-Tahsiniyat) adalah

40
Jaenal Aripin dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam, h. 80.
41
Asmawi, Teori Maslahat dan Relevansinya dengan Perundangan-Undangan Pidana
Khusus di Indonesia, h. 51.
„memperindah maqasid al-Syari‟ah yang berada pada tingkatan sebelumnya,
menurut ungkapan tradisional.42
Pemeliharaan terhadap tingakatan al-Daruriat pada aspek yang lima
(kulliyat al-Khamsah) sebegai pemeliharan maslahat dalam tujuan syariah dapat
diimplementasikan dalam dua metode : pertama, melalui metode konstruktif
(bersifat membangun), dan kedua, melalui metode preventif (bersifat mencegah).
Dalam metode konstruktif, kewajiban-kewajiban agama dan berbagai sunnah
agama yang lainnya dapat dijadikan contoh terhadpa metode ini. Hukum wajib dan sunnah dimaksudkan

42
Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah, (Bandung, Mizan,
2015), 43
h. 34
Arif Wibowo, Maqoshid Asy Syariah: The Ultimate Objective of Sayariah, dalam Artikel
Islamic Finance – 04, h. 21-22
BAB IV

PENYELUNDUPAN MANUSIA DALAM TINJAUAN HUKUM PIDANA


POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Konsep Hukum Pidana Positif Terhadap Penyelundupan Manusia


1. Penyelundupan Manusia Sebagai Tindak Pidana
Sebelum membahas lebih dalam mengeanai tindak pidana ini, perlu
diketahui terlebih dahulu definisi tindak pidana International. Definisi tindak
pidana Internasional dapat ditemukan dalam putusan Peradilan Tindak Pidana Perang di Amerika Serikat d
“An international crime is such an universally recognized as a criminal which is considered a grave matter
Dari uraian definisi tersebut apat disimpulkan bahwa tindak pidana internasional adalah suatu tindakan ya
Romli Atmasasmita menjelaskan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai
kejahatan internasional, jika memenuhi kriteria/unsur-unsur sebagai berikut :

a. Unsur internasional, yang termasuk dalam unsur ini adalah :


1) Ancaman secara langsung atas keamanan dan perdamaian di dunia
(direct threat to world piece and security)
2) Ancaman secara tidak langsung atas keamanan dan perdamaian dunia
(indirect threat to world piece and security)
3) Menggoyahkan perasaan kemanusiaan (shocking to the consience of
humanity)

1
2 Oentoeng Wahjoe, Hukum Pidana Internasional, (Jakarta,
h. 27 Erlangga, 2011), h. 27

42
43

b. Unsur transnasional
1) Tindakan yang memliki dampak terhadap lebih dari satu negara
(conduct offecting more than one state)
2) Tindakan yang melibatkan atau memberikan dampak terhadap
warganegara dan lebih dari satu negara (conduct including or
affecting citizens of more than one state)
3) Sarana dan pra sarana serta metoda-metoda yang dipergunakan

n of state necessary to enforce).3


ur dari transnasional, bahkan semua unsur di atas temasuk dalam tindak pidana penyelundupan manusia. Hal ini bisa ditinja
g. Beberapa orang yang diperdagangkan mengawali perjalanan mereka untuk diselundupkan

siksaan, kekerasan, atau dipaksa masuk dalam situasi yang penuh dengan
eksploitasi. Sebagai contoh, mereka dipaksa bekerja dengan upah minimum hanya
cukup untuk transportasi. Bagi para penyelundup, orang-orang yang
diselundupkan ini adalah korban yang potensial untuk dijual kepada pihak lain
dengan biaya yang setimpal. Para penyelundup berbohong kepada orang-orang
selundupan ini mengenai motif yang sebenarnya dan bagi orang-orang yang

3
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, (Bnadung, Refika Aditama,
2000), h. 46-47
diselundupkan eksploitasi dan biaya yang mereka keluarkan adalah proses yang
harus dialami untuk mendapatkan uang.4

2. Tersangka dan Korban Penyelundupan Manusia

Penyelundupan manusia atau people smuggling, merupakan suatu bentuk


kejahatan yang secara langsung atau maupun tidak terkait dengan kejahatan
transnasional lainnya, seperti drug trafficking, trafficking in persons dan
terorisme. Ketertarikan ini perlu diwaspadai mengingat maraknya kasus perdagangan narkoba, dan rawan
People smuggling dan imigran ilegal merupakan suatu tindak pidana yang saling kait mengait. Kejahatan t
Penting untuk diketahui bahwa imigran ilegal bukan pelaku dari perbuatan penyelundupan manusia yang
barangkali berisiko menjadi korban kejahatan jalanan “reguler” karena lingkungan

tempat mereka tinggal lebih kondusif untuk melakukan tindak kriminal.7

4
Yusnarida Eka Nizmi, Memahami Problematika Dua Kejahatan Transnasional:
Perdagangan
5
dan Penyelundupan Orang di Cina, jurnal Global &Strategis, Th. 10, No. 2, h. 172
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, (Jakarta, IOM, 2012),
h. 79.
6
Sam Fernando, “Politik Hukum Pemerintah (Direktorat Jenderal Imigrasi) Dalam
Menanggulangi Masalah Penyelundupan Manusia, dalam Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, Malang, 2013, h. 5
7
Mangai Natarjan, Kejahatan dan Pengadilan Internasional, (Bandung, Nusa Media,
2015), h. 22.
Jika dilihat kembali rumusan pelaku atau tersangka kejahatan dalam tindak
pidana, sederhananya adalah orang yang telah melakukan kejahatan yang sering
disebut pula “penjahat”. Dalam perkembangan studi terhadap kejahatan, kaum
positivis menganggap banyak sebab dalam melakukan kejahatan dan manusia
tidaklah bebas dalam kehidupannya, melainkan terkait dengan sejumlah faktor
manakala ia berbuat yang dianggap menyimpang dari aturan kehidupan. Faktor
tersebut bisa timbul dari hal ekonomi, biologis bahkan psikis.8 Dari faktor
demikian maka imigran ilegal yang diselundupkan pada mulanya adalah pelaku kejahatan karena ada fakt
Imigran ilegal pada mulanya adalah pelaku dalam kejahatan imigrasi, karean dalam Undang-Undang Keim
Namun dengan demikian karena ada Protocol Against The Smuggling of Migrants by Land, Sea dan Air, Su
migran melalui darat, laut dan udara melengkapi konvensi PBB menentang tindak

pidana transnasional yang terorganisasi) dimana di dalam Pasal 5 protokol


tersebut dinyatakan bahwa migran tidak dapat dikenakan tanggung jawab pidana
karena mereka adalah objek dari tindak pidana yang telah ditetapkan dalam
protokol ini yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan menerbitkan

8
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, (Bandung, Nusa Media, 2010),Cet
I, h. 12
UU Nomor 5 Tahun 2009 dan UU Nomor 15 Tahun 2009, maka migran tidak
dapat dijadikan tersangka.9

Tidak dapat dijadikan tersangka disini mengandung arti bahwa sebenarnya


mereka adalah tersangka dalam tindak pidana keimigrasian dalam hal masuk ke
Indonesia secara ilegal dan ketiadaan kepemilikan dokumen keimigrasian di
Indonesia, namun karena dilindungi protokol PBB maka orang yang diselundupan
tidak dapat dijadikan tersangka, yang tidak dapat diartikan kemudian menjadi
ena mereka adalah klien dari si smuggler dalam kejahatan ini.10
enyelundupan manusia berkaitan dengan pembayaran yang diterima dari korban penyelundup, pembagian tugas modus op
r rute dan mengatur jangka waktu perjalanan serta fasilitas imigran ilegal.
ngyangtelahdiakui profesionalitasnya dalam jaringan penyelundupan.
ban peneyelundupan di darat.
rator lapangan yang bekerja lintas pulau, lautan, dan negara.
gara transit dan tujuan yang lemah serta dapat diajak “bekerjasama” dalam korupsi dan kolusi.11

Menurut Van Boven pengertian korban adalah orang yang secara individual
maupun kelompok telah menderita kerugian, termasuk cedera fisik maupun
mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau perampasan yang nyata

9
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 27-28.
10
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 28.
11
Partogi Nainggolan, Masalah Penyelundupan dan perdagangan Orang, (Jakarta, P3DI,
2009), h. 161.
terhadap hak-hak dasarnya, baik karena tindakan (by act) maupun karena
kelalaian (by omission).12

Ditinjau dari perspektif tingkat keterlibatan korban dalam terjadinya


kejahatan, Ezzat Abde Fattah menyebutkan beberapa tipologi korban, yaitu :13

a. Nonparticipating victims adalah mereka yang menyangkal/menolak


kejahatan dan penjahat tetapi tidak turut berpartisipasi dalam
penanggulangan kejahatan.
Latent of predisposed victims adalah mereka yang mempunyai karakter tertentu cenderung menjadi korb
Provocative victims adalah mereka yang menimbulkan kejahatan atau pemicu kejahatan.
Participating victims adalah mereka yang tidak menyadari atau memiliki perilaku lain sehingga memudahk
False victims adalah mereka yang menjadi korban karena dirinya sendiri.
Dilihat dari beberapa kategori di atas, melihat konteks korban dalam penyelundupan manusia maka term
3. Pengertian People Smuggling dan Human Trafficking

Migrasi ilegal yang dewasa ini disebut sebagai penyelundupan manusia,


sebagai salah satu bentuk perpindahan pendahan penduduk antar lintas negara
umumnya dikendalikan oleh organisasi kejahatan, hal itu sebenaranya merupakan
salah satu kejahatan yang relatif baru, khususnya ditengah-tengah masyarakat
awam. Untuuk Indonesia, kejahatan ini baru dikenal pasca 1998-an, yakni sesudah

12
Rena Yulia, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
(Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013), h. 49-50
13
Rena Yulia, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, h. 53
Indonesia memasuki masa reformasi. Akibatnya, bahkan diantara kalangan
penegak hukum sekalipun, makna dan format penyelundupan manusia atau people
smuggling masih disalahartikan atau disamakan dengan human trafficking.14

Namun penyelundupan manusia memiliki unsur yang hampir sama dengan


perdagangan orang, yaitu ada unsur proses, cara, dan tujuan. Unsur proses adalah
aktivitas pemindahan seseorang (sama seperti perdagangan orang). Unsur cara
adalah tidak ada unsur penyelewengan persetujuan kehendak pribadi maupun
an unsur tujuan yaitu selalu ada nilai mendapat keuntungan berupa finansial dan pelaksanaannya untuk tujuan melintasi pe
1979. Sepanjang tujuannya tidak dimaksudkan ke dalam mengeksploitasi pekerja imigran atau masih dalam batas- batas yan

transportasi, melintas batas negara dan sama sekali tidak ada unsur eksploitas
terhadap pekerjaan imigran di negara tujuan. Sebaliknya dalam perdagangan
orang selalu berlaku tindakan yang mengeksploitasi pekerja imigran.

14
Adrainus Meliala, Pemantapan Legalitass dan Kebijakan Menyangkut Penyelendupan
Manusia, (Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, 2011), h. 3.
15
Sam Fernando, “Politik Hukum Pemerintah (Direktorat Jenderal Imigrasi) Dalam
Menanggulangi Masalah Penyelundupan Manusia”, h. 5-6.
16
Alfitra, Modus Operandi Khusus di Luar KUHP, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), h.
165.
Bagaimanapun, di dalam perdagangan orang terkadang ditemukan juga unsur
penyelundupan karena memasuki negara lain secara ilegal.17

Penyelundupan manusia adalah perbuatan yang bertujuan untuk mencari


keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk diri sendiri atau
untuk orang lain yang membawa seseorang atau kelompok, baik secara
terorganisasi maupun tidak terorganisasi, yang tidak memliki hak secara sah untuk
memasui wilayah Indonesia atau keluar wilayah Indonesia dan/atau masuk
atau tanpa menggunakan dokumen perjalanan, baik melalui pemeriksaan imgrasi maupun tidak.18

persetujuannya untuk diselundupkan. Meski demikan, orang- orang yang diselundupkan tersebut sering mengalami tindak k

disediakan memiliki kualitas yang buruk), tetapi mungkin juga dipaksa untuk
tetap melanjutkan perjalanan (misalnya, dengan dipakasa memasuki perahu motor
yang sudah bocor atau truk yang terlalu penuh).

17
Alfitra, Modus Operandi Khusus di Luar KUHP, h. 165.
18
Sesuai Bunyi Bab 1 Pasal 1 Butir 32 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian.
19
Anugerah Rizki Akbar, Tindak Pidana Penyelundupan Manusia Dalam Rancangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, h. 2-3.
2) Tidak adanya niat pelaku untuk mengeksploitasi orang yang
diselundupkan

Pelaku penyelundupan manusai tidak memiliki niat untuk mengeksploitasi


orang-orang yang diselundupkan setelah berhasil membawa mereaka memasuki
wilayah tertentu. Penyelundup biasanya dibayar didepan atau ketika migran tiba
di wiliyah yang diselundupkan, baik melalui orang-orang yang diselundupkan
atau perantara. Perlu juga diingat bahwa migran yang diselundupkan ini terkadang
ni membuat migran yang diselundupkan ini rentan dieksploitasi oleh penyelundup. Dengan kata lain, hubungan antara peny

kan penyelundupan manusia adalah selalu untuk memfasilitasi perpindahan seseorang dari dari satu negara ke negara lain
ng. Secara harfiah perdagangan orang dapat diartikan sebagai upaya rekrutmen, pemindahan dan memfasilitasi

diluar kehendak orang yang dipindah. Perdagangan manusia dengan demikian


adalah bentuk lain dari penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan
keuntungan atas orang lain. Dalam hal ini yang terjadi adalah eksploitasi tenaga
dan jasa dari para pekerja yang berpindah tersebut, terutama kaum perempuan dan
anak kecil, yang mana mayoritas tujuannya adalah untuk prostitusi atau buruh
anak.20

Bisa diartikan juga perdagangan orang atau human trafficking mengandung


makna dasar bahwa orang yang diperdagangkan tidak mengetahui bahwa dirinya
akan diperdagangkan. Dengan kata lain, esensi “korban yang turut serta”
(participating victim) sebenarnya lebih tepat digunakan pada konteks perdagangan
orang ketimbang konteks penyelundupan manusia terkait imigran ilegal tersebut.

ma di Indonesia, hal ini berkaitan dengan masuknya imigran Cina pada tahun 1950-an yang kemudian diatur pemerintah me

1992.22

Sederhananya, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1955 tentang Pidana


Imigrasi dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian di

20
Adrainus Meliala, Pemantapan Legalitass dan Kebijakan Menyangkut Penyelendupan
Manusia,
21
h. 11-12.
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, Jakarta, 2011, h. 1.
22
Eranovita Kalalo Paembonan, “Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana
Penyeleundupan Orang (People Smuggling)”, dalam Jurnal Lex Crimen, Vol. III, No. 4, (Ags-
Nov, 2014), h.140.
dalamnya hanya mengatur orang asing yang masuk dan keluar Indonesia dengan
pemalsuan dokumen atau tidak resmi dan menyalahi aturan yang ada disertai
dengan sanksi penjara dan denda, akan tetapi belum dikenal istilah penyelundupan
manusia atau yang populer dengan people smuggling di dunia internasional.23

Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1955 hanya berisikan 8 (delapan)


Pasal yang menghapuskan Pasal 241 sub I dan Pasal 257 Wetboek vsn Strafrecht
voor Nederlandsce Indie (KUHP). Dari delapan pasal yang ada, tidak ada satupun
ersebut masuk dalam kategori kejahatan.24 Pengaturan mengenai pemalsuan dokumen perjalanan25 ataupun surat-surat k

memberikan atau membantu memberikan kepada imigran ilegal.27 Hal ini tidak
lantas menunjukan bahwa pelaku penyelundupan manusia tidak dapat dikenai

23
I Dewa Agung Gede Mahardhika Martha, “Pertanggungjawaban Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana Penyelundupan Manusia”, dalam Jurnal Magister Hukum Udayana, Vol. 5, No. 1
(Mei, 2016), h. 115.
24
Lihat Undang-Undang Tentang Tindak Pidana Imigrasi, UU Darurat No. 8 Tahun 1955.
25
Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang
dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau organisasi internasional lainnya untuk
melakukan perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegamgnya, lihat UU No. 6 tahun
2011 Pasal 1 Ayat 13.
26
Eranovita Kalalo Paembonan, “Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana
Penyeleundupan Orang (People Smuggling)”, h. 141
27
Lihat Undang-Undang Tentang Tindak Pidana Imigrasi, UU Darurat No. 8 Tahun 1955
pasal dalam KUHP. Dalam pengusutan terhadap kasus penyelundupan manusia,
pihak penyidik kepolisian melihat ada ketentuan dalam KUHP yang dilanggar
oleh penyelundupan manusia yakni Pasal 263 KUHP mengenai pemalsuan surat-
surat.

(1) Barangsiapa membuat secara tidak benar atau memalsukan surat yang
dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau
yang diperuntukkan sebagai bukti dari suatu hal, dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah
isinya benar dan tidak palsu, diancam, jika pemakaian surat tersebut
dapat menimbulkan kerugian karena pemalsuan surat, dengan pidana
penjara paling lama enam tahun.
(2) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja
memakai surat yang isinya tidak benar atau yang dipalsukan, seolah-
olah benar dan tidak palsu, apabila pemakaian surat itu dapat
menimbulkan kerugian.
Ketentuan dalam Pasal 263 KUHP ini lebih kepada pelaku yang
memalsukan surat atau dokumen perjalanan orang asing atau warga negara
Indonesia yang hendak masuk atau keluar dari wilayah Indonesia guna
menghidari prosedur yang ketat.

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian

Kegiatan keluar masuk negara secara teknis merupakan urusan


keimigrasian. Otomatis, apabila terdapat suatu legalitas menyangkut kegiatan
tersebut, menjadi ranah UU Keimigrasian. Khususnya, Pasal 48 UU Nomor 1992
yang menyebutkan “Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia tanpa
melalui pemeriksaan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). Selain itu, juga terdapat Pasal 53
dan Pasal 54 tentang pidana menyembunyikan, melindungi, memberi
pemondokan, memberi penghidupan atau pekerjaan kepada orang asing yang
diketahui atau patut diduga berada di wilayah Indonesia secara tidak sah.
Sehingga, dapat disimpulkan, mereka yang dapat dipidana berdasarkan undang-
undang ini adalah mereka yang diorganisasi sebagai korban untuk masuk wilayah
Indonesia secara tidak sah.28

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwasanya tindak pidana


penyelundupan manusia terdapat pada Pasal 120 UU Nomor 6 Tahun 2011 yang
berbunyi :

wilayah Indonesia atau keluar dari wilayah Indonesia dan/atau masuk wilayah negara lain, yang orang tersebut tidak memil

korporasi tanpa terkecuali, tidak memandang jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan
sebagainya.30

28
Adrainus Meliala, Pemantapan Legalitass dan Kebijakan Menyangkut Penyelendupan
Manusia, h. 31.
29
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, (Jakarta, IOM, 2012),
h. 31-35.
30
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 31
Kemudian kedua, bunyi teks berikutnya adalah “Melakukan perbuatan yang
bertujuan untuk mencari keuntungan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, untuk diri sendiri atau orang lain”. Hal ini bermakna, adanya perbuatan
mencari keuntungan. Kata-kata tujuan mencari keuntungan tidak harus selalu
diartikan dengan telah mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, jika
perbuatan telah dilakukan namun keuntungannya belum didapatkan, maka pelaku
sudah dapat dikatakan melakukan perbuatan. Selanjutnya, keuntungan yang
didapat atau yang dituju tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga dapat dilakukan untuk orang lain atau k
Selanjutnya ketiga, berbunyi, “Untuk membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara terorganisas

membawa seseorang atau sekelompok orang yang sudah dilakukan, maka pelaku
kejahatan juga sudah dapat dikatakan melakukan tindak pidana penyelundupan
manusia.32

Keempat, teks selanjutnya berbunyi, “Atau memerintahkan orang lain


membawa seseorang atau kelompok orang baik secara terorganisasi maupun tidak

31
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 32
32
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 32
terorganisasi”. Kata-kata “atau” diatas sengaja dicantumkan mengingat atau
merupakan sebuah pilihan. Ketika perbuatan awal tadi sudah dapat atau tidak
dapat dibuktikan, namun ada kegiatan untuk memerintahkan orang lain untuk
membawa seseorang atau sekelompok orang baik secara terorganisasi maupun
tidak terorganisasi, maka kegiatan ini juga merupakan sebuah pidana.33

Ketentuan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa aktor intelektual


dari tindak pidana penyelundupan manusia, walaupun tidak melakukan secara
maksud. Keterangan berikutnya adalah, menyuruh melakukan tidak selalu identik dengan kegiatan yang terorganisir. Artinya
ng sekelompok orang dalam poin sebelumnya, maka ada beberapa poin penting

1) Memasuki wilayah Indonesia secara tidak sah

2) Kaluar dari wilayah Indonesia secara tidak sah

3) Masuk wilayah negara lain secara tidak sah

33
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 33
34
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 33
Hal ini memperlihatkan bahwa seseorang yang dibawa atau sekelompok
orang yang dibawa harus memenuhi salah satu unsur dari 3 poin tersebut. Secara
tidak sah dari poin-pon tersebut maksudnya adalah tanpa dokumen keimigrasian
yang sah seperti tanpa paspor atau tanpa visa (bagi negara yang harus
mendapatkan visa Indonesia atau negara lain). Dalam hal ini seringkali orang
yang dibwa menunjukan sertifikat pengungsi atau sertifikat pencari suaka yang
dikeluarkan oleh UNHCR sebagai upaya untuk menyatakan dirinya sah dalam
memenuhi ketiga poin tersebut diatas. Sebagai catatan, bahwa sertifikat yang dimaksud tidak dapat dijad
Hal penting yang harus diingat, dalam tindak pidana penyelundupan manusia, orang yang dibawa tidak da

Keenam, teks selanjutnya berbunyi “Baik menggunakan dokumen sah


maupun dokumen palsu, atau tanpa menggunakan dokumen perjalanan”.
Dokumen yang sah disini adalah dokumen yang digunakan oleh orang yang
diselundupkan berupa dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang
dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau organisasi intersnasional
lainnya untuk melakuakan perjalanan antarnegara yang memuat identitas

35
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 33-34
penggunanya. Dokumen dapat berupa paspor dan visa yang masih berlaku atau
sertifikat pengungsi atau pencari suaka36 yang dikeluarkan oleh UNHCR. Di sisi
lain ada dokumen palsu, dimana paspor atau visa yang dibawa oleh orang yang
diselundupkan merupakan dokumen palsu atau malah sama sekali imigran yang
diselundupkan tidak membawa dokumen sama sekali.37

Yang harus diperhatikan dalam permasalahan dokumen ini adalah, bahwa


Indonesia sebagai negara transit mempunyai kebijakan untuk memberikan visa
ndonesia. Namun demikian, walaupun di Indonesia para imigran yang diselundupkan memiliki dokumen yang sah dan berlak

diperiksa oleh pejabat imigrasi yang berwenang. Dengan demikian apabila ada
orang yang dimasukkan ke wilayah Indonesia atau dikeluarkan dari wilayah

36
Pencari suaka adalah seseorang yang meneybut dirinya sebagai pengungsi, namun
permintaan mereka akan perlindungan belum selesai dipertimbangkan.
37
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 34
38
Visa On Arrival(VOA) adalah sebuah dokumen izin masuk seseorang ke suatu negara
yang bisa diperoleh langsung di peerbatasan antarnegara atau bandara yang dituju. Jadi kita tidak
perlu mengurus visa di negara asal, karen hal tersebut bisa diproses di negara tujuan.
39
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 34-35
Indonesia oleh orang tertentu yang diduga sebagai pelaku tindak pidana
penyelundupan manusia tanpa melalui pemeriksaan imigrasi atau pemeriksaan
pejabat imigrasi yang berwenang, maka orang tersebut dapat dikenakan tindak
pidana penyelundupan manusia.40

Selain dari penjelasan di atas, ketika ada orang yang dimasukkan ke wilayah
Indonesia secara legal dengan melewati pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat
yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi, namun pada saat keluar wilayah
eluarkan orang atau sekelompok orang dari wilayah Indonesia, dapat dikenakan tindak pidana penyelundupan mansuia.41

akan negara-negara dan dapat membahayakan kehidupan dan keselamatan para migran. Pengaturan protokol ini sama form
nts By Land, Sea, ang Air, Supplementing the United

Penyelundupan Migran melalui Darat, Laut, dan Udara, melengkapi Konvensi


Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Terorganisasi).43

40
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 35
41
IOM, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia
“Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di Indinesa (2012)”, h. 35
42
M. Imam Santoso, Hukum Pidana Internasional, (Bandung : Pustaka Reka Cipta, 2013),
h. 163.
43
M. Imam Santoso, Hukum Pidana Internasional, h. 165.
Penyelundupan manusia diatur dalam Protokol PBB yang disahkan dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2009 Pasal 3 yang menjelaskan bahwa,
penyelundupan para migran diartikan usaha untuk mendapatkan, langsung/tidak
langsung, uang/keuntungan material lain dari masuknya orang secara ilegal ke
suatu negara peserta dimana orang tersebut bukan warga negaranya/bukan warga
yang mempunyai hak tinggal permanen.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya Pasal 5 UU Nomor 15 Tahun
skan bahwa orang yang diselundupakan adalah objek tindak pidana, para migran yang menjadi korban harusnya tidak berta
erdasarkan protokol ini.

sia dalam Undang-Undang Keimigrasian


usia
dihadirkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal
n manusia telah menjadi fenomena yang sangat merugikan bagi negara yang diselundupkan imigran gelap. Kerugian tersebu
penyelundupan manusia dari aspek sosial memungkinkan terciptanya budaya baru

yang terkadang tidak sesuai dengan budaya yang berlaku di Indonesia. Dampak
tersebut mempengaruhi keamanan nasional, penyelundupan manusia justru akan
menciptakan kerawanan bagi keamanan negara serta bisa merusak kesatuan dan
persatuan Indonesia.44 Kemudian dampak psikososial, dimana interaksi yang
positif antara imigran ilegal dan warga Negara Indonesia tampaknya akan banyak
terjadi di level grass-root dalam berbagai relasi interpersonal yang mendalam.

44
https://www.kompasiana.com/febbyfadillah/dampak-imigran-ilegal-di-
indonesia_584eb1e33e23bd601a0ba81b di akses pada Tanggal 29 Oktober 2017 Pukul 23.52 WIB
Kasus pacaran dan pernikahan antara imigran ilegal dan penduduk Indonesia
diperkirakan akan semakin meningkat. Namun mengalami masalah yang serius di
kemudian hari, seperti kehamilan di luar nikah, perceraian dan kekerasan dalam
rumah tangga. Hal ini disebabkan karena perbedaan budaya serta kondisi
psikososial yang rentan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ditambah lagi
dengan kenyataan obyektif bahwa berada di Indonesia bukanlah tujuan utama dari
migrasi yang dilakukan dimana di dalamnya begitu banyak pengorbanan telah

negara mendapatkan pemasukan dari pembiayaan visa kunjungan sebesar US$ 45 (sumber : Peraturan Pemerinta Republik

dan bea perpanjangan izin keimigrasian sebesar Rp. 1.170.000.000,-.46

Kemudaian dampak hukum ke depan bagi Indonesia, dengan penanganan


yang dirasakan tidak maksimal terhadap imigran yang masuk ke Indonesia, maka
dapat dikatakan bahwa Indonesia tidak mempunyai komitmen yang berfokus

45
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, h. 85.
46
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, h. 87-88.
terhadap penanganan imigran ilegal yang ada di Indonesia. Dengan meningkatnya
jumlah imigran ilegal yang masuk, maka tinggi kemungkinan hal itu terjadi akibat
adanya kejahatan yang sifatnya transnasional yang teroganisir, yang anggota
kejahatannya sudah tergabung dalam jaringan kejahatan internasional seperti
terorisme, narkotika, ataupun pencucian uang, atau tindakan-tindakan kejahatan
lain yang sifatnya transnasional yang sangat mungkin dilakukan karena mereka
nyaman untuk melakuakan segala suatu hal yang bersifat kriminal selama di

njaga sesama umat manusia, dengan kata lain stabilitas kemaman akan berbanding lurus degan keimanan. Dan hal ini secar

kan iman mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan, dan mereka itu adalah ora
ada Allah sedangkan kedaan negara tidak aman dan warganya penuh degan ketakutan. Allah berfirman

‫وعد اهلل الذين أمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في األرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدنهم من بعد خ‬

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu
dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia akan menjadikan mereka
berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka
yang diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan mengganti
(keadaan) mereka sesudah ketakutan menjadi aman sentosa. Meraka akan
menyembah-Ku dengan tiada memperskutukan sesuatu pun dengan Aku.
Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka merka itulah
orang-orang yang fasik. (an-Nur : 55)
47
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperatioan, Tinjauan Kritis
Terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, h. 104-105.
Melihat penyelundupan yang memberikan dampak buruk bagi negara
Indonesia tentunya menjadi perhatian dalan Islam dalam menanggulanginya agar
stabilitas keamanan dalam menjalankan syariat-Nya mampu berjalan dengan
damai

Selain dampak yang signifikan akan penyelundupan manusia terhadap


stabilitas negara, orang yang diselundupkan adalah korban dari penyelundupan
manusia. Penyelundupan manusia dapat menjadi pintu masuk terjadinya
ngkan mengawali perjalanan mereka untuk diselundupkan secara ilegal ke negara tujuan, namun sayangnya mereka harus b
kan mampu menimbulkan kejahatan lainnya. Oleh sebab itu hal ini berbenturan dengan dengan prinsip Islam.

si pada kebinasaan baik itu perihal negara maupun individu atau kelompok sebagai korban yang diselundupkan. Oleh sebab

perhatian Indonesia bahkan Dunia mencermati betul terhadap tindakan


penyelundupan manusia. Pasal 120 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 kiranya
menjadi acuan bagi umat Islam dalam bersikap terhadap kejahatan penyelundupan
manusia. Karena taat kepada pemerintah merupakan ciri dari prinsip Islam. Dalam
al-Qur‟an Allah berfirman.

48
Yusnarida Eka Nizmi, Memahami Problematika Dua Kejahatan Transnasional:
Perdagangan dan Penyelundupan Orang di Cina, jurnal Global &Strategis, Th. 10, No. 2, h. 172
‫ياأيها الذين أمنوا أطيعوا اهلل وأطيعوا الرسول وأولى األمر منكم‬
Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul dan pemimpin
diantara kalian. (al-Nissa : 59)
Di dalam ayat tersbut, setidaknya terkandung tiga kewajiban, yaitu:
pertama, perintah kewajiban taat kepada Allah SWT, kedua, perintah taat kepada
rasul-Nya, ketiga, perintah taat kepada ulil amr. Perintah taat kepada kewajiban
ulil amri disini adalah kewajiban untuk mentaati terhadap semua peraturan

Melanggar prinsip hifdz al-Nafs karena melaanggar HAM, orang yang diselundupakn melalalui jaringan penyelundup berda

Indonesia telah merugikan negara melalui anggaran pemasukan negara non pajak.

Menurut Mufti Libya, Ahmad Milad Qudur dan Muhammad Ali Abd al-
Qadir berfatwa :

Bahwa tindakan penyelundupan manusia – seperti yang terlihat –


menggabungkan banyak kejahatan, ini haram, berbahaya bagi kehidupan
masyarakat. Khususnya merusak orang-orang yang berada dalam imigrasi

49
Moh. Nashirudin A. Ma‟mun, Tinajauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Penyelunduopan, dalam jurnal Ummul Qura Vol. IV, No. 2, Agustus 2014, h. 34
ilegal tidak dapat dipungkiri, ini adalah perjudian tentang kehidupan
manusia dan eksploitasi kebutuhan dan menarik meraka dalam sebuah
perjalanan yang beresiko besar bagi mereka (jika menyebrang melalui laut).
Mereka dilempar ke laut tanpa perawatan dengan kondisi kapal yang sesak
dan keselamatan yang minim. Dan membiarkan meraka mengahadapi nasib
mereka, ada yang meninggal, dan ada yang masih bertahan hidup. Tindakan
ini seakan merampas uang mereka dan melemparkannya kedalam
kaebinasaan. Hal ini tidak patut bagi seorang Muslim, karena hanya
memfasilitasi organisasi kejahatan untuk menjarah dan membunuh demi
mencari keuntungan.50

Warga negara Indonesia jika mengamini penyelundupan manusia sebagai


tindak pidana yang merujuk Undang-Undang Keimigrasian pasal 120 maka hal
demkian telah memenuhi syariat Islam. Namun penting untuk diketahui bahwa
pasal 120 UU Keimigrasian perlu dikaji dalam hukum pidana Islam.

2. Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Undang-Undang Keimigrasian

Setelah dibahas tindak pidana penyelundupan manusia diatur dalam


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 120, yang
berbunyi :

Setiap orang yang melakukan perbuatan yang bertujuan untuk mencari


keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk diri sendiri
atau orang lain dengan membawa seseorang atau kelompok orang baik
secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi, atau memerintahkan orang
lain membawa seseorang atau kelompok orang baik secara terorganisasi
maupun tidak terorganisasi, yang tidak memiliki hak secara sah untuk
memsuki wilayah Indonesia atau keluar dari wilayah Indonesia dan/atau
masuk wilayah negara lain, yang orang tersebut tidak memiliki hak untuk
memasuki wilayah tersebut secara sah, baik menggunakan dokumen sah
maupun dokumen palsu, atau tanpa menggunakan dokumen perjalanan, baik
melalui pemeriksaan imigrasi maupun tidak, dipidana karena
penyelundupan manusia dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (tahun) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah).51
Berlandaskan Pasal 120 tersebut dapat dikontruksi suatu tindak pidana
penyelundupan manusia, yang kualifikasinya adalah (a) setiap orang, (b)

50
Fatwa Daar al-Iftaa Libya Nomor 2372 pada tanggal 11 Mei 2015
51
Lihat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 120
melakukan perbuatan yang bertujuan mencari keuntungan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk diri sendiri atau orang lain, (c) membawa seseorang
atau kelompok orang secara terorganisasi maupaun tidak terorganisasi, (d)
memerintahkan orang lain membawa seseorang atau sekelompok orang secara
terorganisasi maupun tidak terorganisasi, (e) tidak memiliki hak secara sah untuk
memasuki wilayah Indonesia atau keluar dari wilayah Indonesia dan/atau masuk
wilayah negara lain yang orang tersebut tidak memiliki hak untuk memasuki
wialyah tersebut secara sah, (f) menggunakan dokumen sah maupun dokumen palsu atau tanpa menggun
Dalam al-Qur‟an tidak dijelaskan bahwa tindak kejahatan “penyelundupan” merupakan suatu perbuatan
Dalam hukum Islam, jarimah penyelundpuan termasuk dalam kategori jarimah sariqah.53 Karena dalam p
Pencurian terbagi dalam dua kategori, yaitu pencurian ringan dan berat.
Pencurian ringan dan berat menurut rumusan rumusan yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah adalah

‫فأما السرقة الصغرى فهي أخذ مال الغير خفية أي على سبيل اإلستخفاء‬
Pencurian ringan adalah mengambil harta milik orang lain dengan cara
diam-diam, yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi.

52
Moh. Nashirudin A. Ma‟mun, Tinajauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Penyelundupan, h. 34-35.
53
Moh. Nashirudin A. Ma‟mun, Tinajauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Penyelundupan, h. 33.
54
Moh. Nashirudin A. Ma‟mun, Tinajauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Penyelundupan, h. 41
55
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005), h. 81-82
‫أما السرقة الكبرى فهي أخذ مال الغير على سبيل المغالبة‬
Pencurian berat adalah mengambil harta orang lain dengan cara kekerasan.
Sedangakan menurut Ali bin Muhammad al-Jurjani, sariqah dalam syariat
Islam yang pelakunya harus diberi potong tangan adalah mengambil harta
senilai sepuluh dirham yang masih berlaku, disimpan di tempat penyimpanannya
atau dijaga dan dilakukan oleh seorang mukallaf secara sembunyi-sembunyi serta
tidak terdapat unsur syubhat, sehingga kalau barang itu kurang dari sepuluh
dirham yang masih berlaku maka tidak dapat dikategorikan sebagai pencurian yang hukumannya adalah p
Selain hukuman potong tangan bagi pelaku tindak pidana pencurian, adapula hukaman ta‟zir bagi pelaku
Semua jenis pencurian dikenai hukuman had, tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat.
Pengambilan harta milik orang lain dengan sepengetahuan pemilik tanpa kerelaannya dan tanpa kekerasa
Jika diamati kembali pada kualifikasi tindak pidana penyelundupan manusia pada huruf (b), (f), dan (g). M

Meneganai ta‟zir adalah perbuatan yang dianggap mengganggu ketertiban


masyarakat, yang tidak dicantumkan jelas di dalam al-Qur‟an, tetapi
diperlukan oleh masyarakat. Menurut buku fikih hak menentukan perbuatan serta
besarnya hukuman diserahkan kepada hakim (yudikatif, dan tentu juga eksekutif
dan legislatif). Untuk perbuatan pidana jenis ini hakim diberi kebebasan untuk
memilih hukuman yang dianggap layak. Peraturan (undang-undang) boleh

56
M. Nurul Irfan, Mayrofah, Fiqh Jinayah, (Jakrata, Amzah, 2013), h. 99
57
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,, h. 82
memberikan batas minimal dan maksimal dalam hukuman serta memberikan
berbagai hukuman alternatif sehingga hakim boleh memilih yang dia anggap
layak.58

Sanksi bagi penyelundupan manusia dalam Pasal 20 Undang-Undang


Keimigrasian adalah berupa pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu

sanksi jarimah ta‟zir, diantaranya ada sanksi penjara. Pemenjaraan secara syar‟i adalah mengahalngi atau melarang ses

ijtihad hakim

situasi ketika jarimah itu terjadi.61

Sanksi denda dalam ta‟zir termasuk dalam hukuman yang berkaitan


dengan harta dengan maksud memilikinya (al-Tamlik). Yaitu hukuman ta‟zir
berupa

58
Al Yasa Abubakar, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung Qanun
Pelaksanaan Syariat Islam), (Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005), h. 98
59
Lihat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 120
60
Asadulloh Al Faruq, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor, Ghalia
Indoneisa, 2009), h. 82
61
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,, h. 263
memiliki harta pelaku, antara lain keputusan Rasulullah SAW melipatgandakan
denda bagi seorang yang mencuri buah-buahan di samping hukuman cambuk.
Demikian pula keputusan khalifah Umar yang melipatgandakan denda bagi orang
yang menggelapkan barang temuan.62 Ibnu Al-Qoyyum mengkelompokkan
hukuman denda ke dalam dua kelompok, yaitu denda yang telah dipastikan
kesempurnaanya dan tidak dapat dipastikan kesempurnaannya.

Pertama, denda yang dipastikan kesempurnaannya adalah denda yang


denda yang tidak dapat ditetapkan secara pasti. Dengan kata lain, denda yang ditetapkan berdasarkan ijtihad hakim dan dise

62
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, 2016), h. 108
63
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 108
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyebab terjadinya penyelundpan manusia (People smuggling) di Indonesia


karena Indonesia memiliki sumber tenaga kerja yang sangat besar dan memicu
pasar internasional, dengan kata lain Indonesia sebagai negara untuk tujuan
meningkatkan ekonomi imigran. Kemudian kesan warga Indonesia yang sangat
rena secara geografis Indonsia adalah negara kepulauan yang memudahkan penyelundupan melalui sektor darat, laut dan
ng menjadikan penyelundupan manusia sebagai gerbang kejahatan transnasional lainnya, seperti narkoba, perdagangan or

setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Keimigrasian tepat pada pasal 120. Karena Undang Undang Darurat Nomor 8
Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi dan KUHP dan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian hanya mengatur di sektor
adminitrasi imigrasi saja.
3. Pandangan hukum pidana Islam peneyelundupan manusia sebagai kejahatan
karena berdampak negatif bagi negara dari segi ekonomi, sosial, politik,
kesehatan, bahkan hukum, dan dampak bagi negara akan mempengaruhi warga

70
71

negaranya juga. Dan menimbulkan korban pada para imigran yang akan
diselundupkan. Dampak tersebut dipandang telah menghilangkan kemasalhatan
pada manusia yang tertaung dalam konsep maqashid al-Syari‟ah terutama
pada level al-Daruriyat yaitu hifdz al-Din, hifdz al-Nasl, hifdz al-Mal, hifdz al-
„Aql, dan hifdz al-Nafs. Penyelundupan manusia dalam konteks jarimah
termasuk dalam ta‟zir. Sebab tidak ada hukum pidana Islam yang mengatur
secara eksplisit tindak pidana ini, baik dalam jarimah hudud dan qishash. Maka
dari

Saran
Kepada pemerintah, perlunya perhatian lebih terhadap kejahatan penyelundupan manusia, karena penye
Kepada masyarakat luas, agar lebih waspada dalam menjalin interaksi dengan warga negara asing, walaup
imigran gelap yang diselundupkan mampu menimbulkan dampak negatif

dalam ranah grass root, dan dalam memberikan bantuan harus waspada jika
diantaranya adalah imigran selundupan maka akan terkena sanksi pidana.
3. Untuk umat Islam, agar selalu mengkaji terhadap tindak pidana penyelundupan
manusia khususnya dan kejahatan transnasional umumnya. Karena kejahatan
transnasional akan mempersulit umat Islam dalam mewujudkan negara yang
baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan

Abubakar, Al Yasa, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung


Qanun Pelaksanaan Syariat Islam), (Banda Aceh, Dinas Syariat Islam
Provinsi NAD, 2005).
Akbar, Anugerah Rizki, Tindak Pidana Penyelundupan Manusia Dalam
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta : Aliansi
Nasional Reformasi KUHP, 2016).

Raih Asa Sukses, 2014).

ka, 2009), Cet. 2.


Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006).
ndangan-Undangan Pidana Khusus di Indonesia, (Jakarta, Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010).
us Operandi People Smuggling di Provinsi Sulawesi Selatan (Studi Kasus Kota Makasar dan Kabupaten Bulukumba), dalam Ju
ional, (Bnadung, Refika Aditama, 2000)
asid Syariah, (Bandung, Mizan, 2015).
an Menurut KUHP dan Di Luar KUHP, dalam jurnal Lex Crimen, (Vol III, No. 3, 2014)

Christianti, Diajeng Wulan, Analisa Kejahatan Penyelundupan Manusia


Berdasarkan Smuggling Of Migrant Protocol Ditinjau Dari Perspektf
Perlindungan Pencari Suaka : Studi Kasus Pengungsi Rohingnya, dalam
Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 3 (2016).
Ebbe, Obbi N. I., Causes of Trafficking in Women and Children, Bab 3 (London,
Global Trafficking in Women and Children, 2008).
Faruq Al, Asadulloh, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor, Ghalia
Indoneisa, 2009)
Fernando, Sam, Politik Hukum Pemerintah (Direktorat Jenderal Imigrasi) Dalam
Menanggulangi Masalah Penyelundupan Manusia, dalam Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2013.

Grossman, J. B., Illegal Immigrants and Domestic Employment. (Industrial and


Labor Relation Review, Vol. 37, No. 2, 1984).
Hamzah, Andi, Delik-Delik Tersebar Di Luar KUHP, (Jakarta : PT Pradyana
Paramita, 1992) Cetakan Ke Tujuh.
, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta, Rineka Cipta, 1994).
Harahap, Zul Anwar Ajim, Konsep Maqashid al-Syariah Sebagai Dasar
Penetapan dan Penerapannya dalam Hukum Islam Menurut „Izuddin Bin
„Abd al-Salam, dalam Jurnal IAIN Padangsidempuan, 172 Takzir Vol. 9
Juli-Desesmber 2014.
Ilyas, Amir, Asas-Asas Hukum Pidana (Memahami Tindak Pidana dan
Petanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan), (Yogya,
Mahakarya Rangkang Offset, 2012).
Indah, C. Maya, Perlindungan Korban: Suatu Perspektif Viktimologi dan
Kriminologi, (Jakarta, Kencana, 2014).
Irfan, M. Nurul, Hukum Pidana Islam, (Jakrata, Amzah, 2016).

, Masyfofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2013).


Julianty, Evlyn Martha Pranomo, Dahlan Ali, Mujibussalim, Kebijakan Kriminal
Dalam Penanggulangan Penyelundupan Manusia di Indonesia, dalam
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 2 No. 2
(2014).
Lamintang, P. A. F., Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung, Citra
Aditya Bakti, 1997).
Martha, I Dewa Agung Gede Mahardhika, “Pertanggungjawaban Pidana terhadap
Pelaku Tindak Pidana Penyelundupan Manusia”, dalam Jurnal Magister
Hukum Udayana, Vol. 5, No. 1 (Mei, 2016).
Ma’mun, Moh. Nashiuddin A., Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Penyelundupan, dalam Jurnal Ummul Qura, Vol IV, No. 2, (2014).
Meliala, Adrainus, Pemantapan Legalitass dan Kebijakan Menyangkut
Penyelendupan Manusia, (Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UI, 2011).
Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005).
, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004) Cet. 1.
Nainggolan, Partogi, Masalah Penyelundupan dan perdagangan Orang, (Jakarta,
P3DI, 2009).
Natarajan, Mangai, Kejahatan dan Pengadilan Internasional, (Bandung, Nusa
Media, 2015).
Nieuwenhuys, Celine, Antoine Pecoud, Human Trafficking, Information
Campaigns, and Strategies of Migration Control, (Sage, American
Behavioral Scientist, 2007).

rang di Cina, jurnal Global &Strategis, Th. 10, No. 2.


ple Smuggling)”, dalam Jurnal Lex Crimen, Vol. III, No. 4, (Ags-Nov, 2014).
Sinar Harapan, 2005).
ng Keimigrasian (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Wonosari Nomor : 135/Pid.Sus/2014/PN.Wn), Peneletian ini adalah sk

sia” dalam jurnal Diponegoro Law Review, Vol. 1, No. 4. (2012)

Renggong, Ruslan,Hukum Pidana Khusus Memahami Delik-Delik Di Luar


KUHP, (Jakarta : Kencana, 2016).
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, (Bandung, Al Ma’arif, 1990), Cet. 4.
Santoso, M. Imam, Hukum Pidana Internasioanl, (Bandung : Pustaka Reka
Cipta, 2013).
Sari, Opra Floria, Tanggung Jawab Indonesia Sebagai Negara Transit Bagi
Warga Negara Asing (WNA) yang Terlibat Dalam Penyelundupan
Manusia, dalam Artikel Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
(2014).
Shidiq, Ghofar, Teori Maqashid Al-Syariah dalam Islam, Jurnal, Fakultas Agama
Islam, Univ. Islam Sultan Agung.
Soejonno, Abdurrahman, Metodologi Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999).
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2012).
Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pustka Setia, 2001).
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2009).
Suma, M. Amin, dkk, Pidana Islam di Indonesia (Peluang, Prospek dan Tantangan), (Jakarta, Pustaka Firdau
Todaro, Michael P. & Lydia Marusko, Illegal Migration and US Immigration Reform: A Conceptual Framewo
Wahjoe, Oentoeng, Hukum Pidana Internasional, (Jakarta, Erlangga, 2011).
Wardani, Ferica, Peran Bali Process on People Smuggling, Trafficking in Person and Related Transnational
Wibowo, Arif, Maqoshid Asy Syariah: The Ultimate Objective of Sayariah, dalam Artikel Islamic Finance – 0
Yulia, Rena, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
(Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013)
Badan Diklat Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Kejaksaana, Modul Asas- Asas Hukum Pidana, Jakart
CMIS PS Satgas Bareskrim Polri, 2012.

Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas


Indonesia, bekerja sama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement
Cooperatioan, Tinjauan Kritis Terhadap Penyelundupan Manusia di
Indonesia Dan Berbagai Dampaknya, Jakarta, 2011.
Fatwa Daar al-Iftaa Libya Nomor 2372 pada tanggal 11 Mei 2015

IOM, Penegak Hukum terhadap Penyelundupan Manusia di Indonesia, Bab I


(IOM, Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan
Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang berkaitan dengan
Penyelundupan Manusia, 2012).
, Petunjuk Operasional Penanganan Tindak Pidana Penyelundupan
Manusia “Pencegatan, Penyidikan, Penuntutan dan Koordinasi di
Indinesa (2012)”, (Jakarta, IOM, 2012)

 Peraturan dan Perundang-Undangan


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1257
K/Pid.Sus/2013/MA. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung
239/Pid/2014/PT.BDG.

Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru 175/PID.SUS/2015/PT.PBR.

 Situs Web
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ef49e0b7c90c/penyelundup-imigran-
gelap-dijerat-dua-undangundang.
http://news.liputan6.com/read/2903080/polri-ungkap-jaringan-penyelundupan-
manusia-ke-australia.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52a0ec6c249cd/tidak-mudah-
tangani- imigran-ilegal
Kicinger, Anna, Non Traditional Security Threat and The EU Respones to This
Phenomenom, “ http://www.cefmr.pan.pl/docs/cemfrwpp2004-02.pdf
https://www.kompasiana.com/febbyfadillah/dampak-imigran-ilegal-di-
indonesia_584eb1e33e23bd601a0ba81b
https://news.okezone.com/read/2017/08/22/337/1760465/salut-polisi-bongkar-
praktik-penyelundupan-orang-di-jakarta-barat?
http://news.liputan6.com/read/2903080/polri-ungkap-jaringan-penyelundupan-
manusia-ke-australia
https://nasional.tempo.co/read/745834/bareskrim-tangkap-pelaku-penyelundupan-
manusia
http://www.antaranews.com/berita/350762/penyelundupan-manusia-ancaman-
stabilitas-pantai-selatan

Anda mungkin juga menyukai