SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
MILA ISTIQOMAH
11150450000058
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum untuk memenuhi Salah Satu
Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
MILA ISTIQOMAH
NIM: 11150450000058
Pembimbing I
NIP : 195903191979121001
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunkan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Mila Istiqomah
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vi
oleh Allah Subhanahu wa ta‟ala, tak lupa semoga dimurahkan pula rizkinya.
Aamiin.
8. Kakak-kakak ku yang tersayang teteh Siti Nuraenah, Siti Ayanih, Siti Aisyah,
aa A. Salim, A. Satibi, dan Heri Kusaeri, yang selalu menasehati dan
membantu saya dan semangat selama penulis menempuh kuliah strata 1.
Semoga aa dan teteh selalu dimudahkan segala urusannya. Aamiin.
9. Keponakan – keponakan ku yang tersayang dan terlucu Najib, Wawah,
Wildan, Ami, Uput, Hafiz, Firlan, Farlan, dan Azlan yang kehadirannya
selalu membuat tertawa, bahagia, dan senang selama penulis menulis skripsi
ini.
10. Teman- teman jurusan Hukum Pidana Islam angkatan 2015 dan teman-teman
UKM Bahasa- FLAT terima kasih atas dukungan, motivasi, kesan-kesan dan
waktu berharganya. Tak lupa untuk teman- teman KKN KEBANGGAN.
Terimakasih.
11. Sahabat tercinta Milati Azka, Ike Nurmala Sari, Siti Salamah, Annisa Fitri,
dan Halimah Nurmayanti yang tak henti-hentinya memberikan dukungan
serta menemani dalam kondisi suka dan duka juga menjadi teman diskusi
yang baik untuk penulis menyelesaikan skripsi ini serta teman-teman yang
tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi dan
kenangan dalam menjalani pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya, tiada untaian kata yang berharga selain ucapan
Alhamdulillahirabbil‟ Alamiin. Besar harapan saya semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya,
Aamiin. Sekian dan terimakasih.
Mila Istiqomah
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan .................................................... 4
D. Studi Terdahulu.............................................................................. 5
E. Kerangka Teori dan Konseptual .................................................... 6
F. Metode Penelitian .......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 12
viii
B. Penganiayaan Terhadap Orang Tua Kandung Menurut
Hukum Islam.................................................................................. 40
BAB V PENUTUP............................................................................................. 79
A. Kesimpulan .................................................................................... 79
B. Saran .............................................................................................. 81
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mhd. Teguh Syuhada Lubis, “ Penyidikan Tindak Pidana Penganiayaan Berat Terhadap
Anak”, Edu Tech, Vol. 3 No. 2. ( 2017 ): h. 133-134.
1
2
2
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum. ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 1
3
Nadia Nurhadayanti. “ Hak Alimentasi Bagi Orang Tua Lanjut Usia Terlantar( Studi
Kasus di Panti Werdha Majapahit Kecamatan Soko Kbupaten Mojokerto)”. (Skripsi S1 Fakultas
Hukum, Universitas Brawijaya Malang, 2015), h. 49.
3
bulan. dan membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah),
terdakwa dihukum karena terdakwa telah menganiaya ibu kandung nya sendiri
yang menyebabkan luka di dahi ibunya. Di dalam Undang- Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga( PKDRT ).
Dengan sering muncul berita dalam media masa tentang kekerasan dalam
rumah tangga dan akibat yang ditimbulkan bagi korban, menyebabkan sebagaian
masyarakat menghendaki agar pelaku kekerasan dalam rumah tangga dipidana.
Ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana selanjutnya disingkat
(KUHPidana) yang mengatur tentang kekerasan adalah Pasal 89 dan Pasal 90,
tetapi kekerasan yang dimaksud dalam KUH Pidana tersebut hanya ditujukan
pada kekerasan fisik. Selain itu juga tidak mengatur kekerasan psikis, kekerasan
seksual dan pelantaran rumah tangga yang termasuk kekerasan dalam rumah
tangga sebagimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (selanjutnya disingkat penghapusan KDRT).
Upaya untuk mengatur kekerasan dalam rumah tangga ke dalam suatu
perundang-undangan telah dilakukan melalui UU No. 23 tahun 2004 Tentang
Penghapusan KDRT adalah merupakan tuntutan masyarakat yang telah sesuai
dengan tujuan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945 (selanjutnya disingkat UUNKRI Tahun 1945) untuk menghapus
segala bentuk kekerasan di bumi Indonesia, khususnya kekerasan dalam rumah
tangga.4 Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (selanjutnya disingkat penghapusan KDRT)
telah dipaparkan beberapa lingkup kekerasan dalam rumah tangga dimana salah
satu bentuk kekerasan tersebut adalah “penganiayaan terhadap orang tua kandung
oleh anak kandung”.
Hal-hal yang dipaparkan di atas, dan didorong oleh keinginan untuk
mengetahui dengan penelantaran dan penganiayaan orang tua kandung oleh anak
kandung dan melihat bagaimana penerapan hukum terhadap tindakan
penelantaran dan penganiayaan orang tua oleh anak kandung tersebut, maka akan
4
Satria Heryanto, “ Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Penelantaran Rumah Tangga(Studi
Kasus Nomor: 429/pi.sus/2015/PN.Mks)”. (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universtas Hasanuddin
Makasar, 2016), h. 68.
4
diulas dalam skripsi ini, judul Tindak Pidana Penganiayaan Anak Terhadap
Orang Tua Menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam.
2. Manfaat penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, manfaat penelitian
skripsi ini adalah:
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya
kajian ilmu hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan analisis
pertimbangan hukum hakim tentang penganiayaan yang dilakukan
anak kandung terhadap orangtua kandung putusan perkara nomor :
575/Pid.Sus/2014/ PN. Sda).
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam hal proses penyelesaian perkara tindak
pidana penganiayaan yang dilakukan anak terhadap orang tua serta
diharapkan dapat berguna untuk memberikan pengetahuan kepada
pihak yang tertarik untuk mengadakan penelitian analisis pertimbangan
hukum hakim tentang penganiayaan yang dilakukan anak kandung
terhadap orang tua kandung.
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ( Jakarta: UI Press, 2007). h. 127
7
6
Ahmad Rifai, Peran Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Preogratif,
(Jakarta:Sinar Grafika, 2012) h. 106.
8
7
Ahmad Rifai, Peran Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Preogratif,
(Jakarta:Sinar Grafika, 2012) h. 106.
9
8
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. (Bandung; Alumni, 2006 ) h. 64.
10
F. Metode Penelitian
1. Teknik Penelitian
Metode yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, termasuk
dalam penelitian putusan kasus dan kepustakaan (Library Research),
yakkni mengidentifikasikan secara sistematis dan melakukan analisis
terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan
dengan tema, objek, dan masalah dalam suatu penelitian.10
2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menelaah putusan kasus yang bersifat kualitatif. Dengan mengkaji lebih
9
Ahmad Rifai, Peran Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Preogratif,
(Jakarta:Sinar Grafika, 2012) h. 106.
10
Jaaenal Aripin,dkk, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h.17.
11
11
Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi
Aksara,1998, h.32.
12
G. Sistematika Penulisan
Sistematika mempermudah dan memahami penulisan ini secara
keseluruhan,maka penulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan penyusunan skripsi yang
terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Terdahulu, Kerangka Teori dan Konseptual, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA
PENGANIAYAAN TERHADAP ORANG TUA KANDUNG
Bab ini berisikan tinjauan pustaka dari berbagai konsep
atau kajian yang berhubungan dengan penyusunan skripsi
mengenai pertimbangan hakim tentang penganiayaan yang
dilakukan anak terhadap orang tua putusan perkara nomor:
575/pid.sus/2014/PN. Sda).
BAB III TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP ORANG
TUA KANDUNG MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF
DAN HUKUM PIDANA ISLAM
Bab ini menjelaskan tentang uraian terhadap hasil
penelitian yang memuat deskipsi kasus tentang perkara tindak
12
Zainuddin Ali, Metode penelitian Hukum,(Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 24.
13
A. Pengertian Tindak Pidana dan Sanksi Pidana dalam Hukum Islam dan
Hukum Positif
1. Tindak Pidana Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam
Istilah tindak pidana sebagai terjemahan strafbaar feit adalah diperkenalkan
oleh pihak Pemerintah c.q. Departemen Kehakiman. Istilah (sanksi) yang berupa
pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Menurut Wirjono
Prodjodikoro bahwa suatu tindak pidana adalah pelanggaran norma-norma dalam
tiga bidang hukum lain, yaitu hukum perdata, hukum ketatanegaraan dan hukum
tata usaha pemerintah, yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan
suatu hukum pidana. Simons mengartikan strafbaar feit adalah kelakuan
(handeling) yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu
bertanggung jawab.
Van Hamel merumuskan strafbaar feit sebagai kelakuan orang (menselijk
gadraging) yang dirumuskan di dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang
patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. delik pidana merupakan suatu
pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian
yuridis, lain halnya dengan istilah “perbuatan jahat” atau “kejahatan” (crime atau
verbrechen atau misdaad) yang biasa diartikan secara sosiologis atau
kriminologis.13 Menurut D. Simons, unsur-unsur dari strafbaar feit adalah adalah
sebagai berikut:
a. Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan);
b. Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);
c. Melawan hukum (onrechtmatig);
d. Dilakukan dengan kesalahan (metschuld in veerband stand);
13
Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI), Varia Peradilan (Jakarta: IKAHI, 2015), h. 95-98.
14
15
15
Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI), Varia Peradilan (Jakarta: IKAHI, 2015), h. 95-98.
17
16
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 9
18
17
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana. ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 117-123.
19
2. Jarimah Hudud
Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman
had. Pengertian hukuman had, sebagaimana dikemukakan oleh Abdul
19
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana. ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 117-123.
20
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah. ( Jakarta: Amzah, 2013), h. 136
21
21
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 10-12
22
23
Nurachmad,”Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)- Sebuah Tinjauan Yuridis
Kriminologis”, Rechten, 2, 1, ( Juni, 2013), h. 95-96.
24
24
Nurachmad,”Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)- Sebuah Tinjauan Yuridis
Kriminologis”, Rechten, 2, 1, ( Juni, 2013), h. 95-96.
25
25
Nadir,”Politik Hukum Pidana Dalam Upaya Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Sebagai Wujud Pengakuan Dan Perlindungan HAM”, Ihkam, V, 1, ( Juni, 2010), h. 147.
26
tangga oleh sebagian masyarakat Indonesia dianggap suatu hal yang tabu
untuk diungkap ke publik.26
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam
rumah tangga berarti kekerasan baik fisik maupun psikis baik yang
dilakukan oleh seorang suami terhadap istri, anak maupun keluarga lain
yang menjadi tanggungjawabnya termasuk didalamnya pembantu rumah
tangga, maupun kekerasan yang dilakukan oleh seorang istri terhadap
suami, anak anak maupun keluarga lain yang menjadi tanggungjawabnya,
termasuk didalamnya pembantu rumah tangga.
C. Definisi Penganiayaan Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam
Penganiayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sebagai
berikut: "perlakuan yang sewenang-wenang. Pengertian penganiayaan yang
dimuat Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut adalah pengertian dalam arti luas,
yakni termasuk yang menyangkut "perasaan" atau "batiniah". Penganiayaan yang
dimaksud dalam ilmu hukum pidana adalah yang berkenaan dengan tubuh
manusia. Mr. M.H.Tirtaamidjaja membuat pengertian “penganiayaan” sebagai
berikut:
"Menganiaya ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain. Akan tetapi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu
dilakukan untuk menambah keselamatan badan.
Ilmu Pengetahuan (Doktrine) mengartikan "penganiayaan" sebagai
berikut. "Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan
rasa sakit atau luka pada orang lain." Menurut penjelasan Menteri Kehakiman
pada waktu pembentukan Pasal 351 KUHP dirumuskan, antara lain:
1. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan
penderitaan badan kepada orang lain, atau
2. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merugikan
kesehatan badan orang lain.
26
Nadir,”Politik Hukum Pidana Dalam Upaya Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Sebagai Wujud Pengakuan Dan Perlindungan HAM”, Ihkam, V, 1, ( Juni, 2010), h. 147.
27
Tindak pidana penganiayaan atau mishandeling itu diatur dalam Bab ke-
XX Buku. ke-ll KUHP, yang dalam bentuknya yang pokok diatur dalam pasal 351
ayat (1) sampai dengan ayat (5) KUHP dan yang rumusannya di dalam bahasa
Belanda berbunyi sebagai berikut;
(1) Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun
dan delapan bulan atau dengan pidana denda setinggi-tingginya tiga ratus
rupiah (sekarang: empat ribu lima ratus rupiah);
(2) Jika perbuatan tersebut menyebabkan luka berat pada tubuh, maka orang
yang bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun;
(3) jika perbuatan tersebut menyebabkan kematian, maka orang yang bersalah
dipidana dengan pidana penjara selama-lama nya tujuh tahun.
(4) Disamakan dengan penganiayaan yakni kesengajaan merugikan kesehatan;
(5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dipidana.
Yang dimaksud dengan ‟penganiayaan‟ itu ialah ‟kesengajaan
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan luka pada tubuh orang lain. Dengan
demikian untuk menyebut seseorang itu telah melakukan Penganiayaan terhadap
orang lain, maka orang tersebut harus mempunyai opzet atau suatu kesengajaan
untuk menimbulkan rasa sakit pada orang lain; menimbulkan luka pada tubuh
orang lain atau merugikan kesehatan orang lain. Dengan kata lain, orang itu harus
mempunyai opzet yang ditujukan pada perbuatan untuk menimbulkan rasa sakit
pada orang lain atau untuk menimbulkan luka pada tubuh orang lain atau pun
untuk merugikan kesehatan orang lain.27
menurut profesor Simons, ”Berdasarkan pengertiannya yang paling tepat
mengenai kata ”penganiayaan” dan sesuai dengan maksud pembentuk undang-
undang, suatu tindakan yang mendatangkan rasa sakit atau menimbulkan luka
pada tubuh orang lain tidak dapat dipandang sebagai suatu ‟penganiayaan‟, jika
tindakan itu telah dilakukan dengan maksud untuk menyembuhkan kesehatan
badan. Adanya suatu tujuan yang dapat dibenarkan itu sendiri tidak meniadakan
sifatnya tindakan tersebut sebagai suatu ‟penganiayaan‟. Akan tetapi jika tindakan
27
P. A. F. Lamintang, Delik – Delik Khusus. ( Bandung: Binacipta, 1986), h. 110-117.
28
- tindakan yang mendatangkan rasa sakit itu sifatnya adalah demikian ringan dan
dapat memperoleh pembenarannya pada suatu tujuan yang dapat dibenarkan,
maka tindakan-tindakan tersebut dapat dipandang bukan sebagai suatu
penganiayaan”. 28
Penganiayaan menurut Hukum Pidana Islam adalah Asy – Syajjaj, yang
dimaksud dengan asy-syajjaj adalah pelukaan khusus pada bagian muka dan
kepala. Sedangkan pelukaan atas badan selain muka dan kepala termasuk
kelompok keempat, yaitu jirah. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa syajjaj
adalah pelukaan pada bagian muka dan kepala, tetapi khusus di bagian-bagian
tulang saja, seperti dahi. Sedangkan pipi yang banyak dagingnya tidak termasuk
syajjaj, tetapi ulama yang lain herpendapat bahwa syajjaj adalah pelukaan pada
bagian muka dan kepala secara mutlak. Adapun organ-organ tubuh yang termasuk
kelompok anggota badan, meskipun ada pada bagian muka, seperti mata, telinga,
dan lain-lain tidak termasuk syajjaj. Menurut Imam Abu Hanifah syajjaj itu ada
sebelas macam.
1) Al-Kharishah, yaitu pelukaan atas kulit, tetapi tidak sampai mengeluarkan
darah.
2) Ad-Dami 'ah, yaitu pelukaan yang mengakibatkan perdarahan, tetapi
darahnya tidak sampai mengalir, melainkan seperti air mata.
3) Ad-Damiyah, yaitu pelukaan yang berakibat mengalirkan darah.
4) Al-Badhi ‟ah, yaitu pclukaan yang sampai memotong daging.
5) AI-Mutalahimah, yaitu pelukaan yang memotong daging lebih dalam
daripada AI-Badhi ‟ah.
6) AS-Simhaq, yaitu pclukaan yang memotong daging lebih dalam lagi,
sehingga kulit halus (selaput) antara daging dan tulang kelihatan.
Selaputnya itu sendiri disebut juga simhaq.
7) Al-Mudhihah, yaitu pelukaan yang lebih dalam, sehingga memotong atau
merobek selaput tersebut dan tulangnya kelihatan.
8) Al-Hasyimah, yaitu pelukaan yang lebih dalam lagi, schingga memotong
atau memecahkan tulang.
28
P. A. F. Lamintang, Delik – Delik Khusus. ( Bandung: Binacipta, 1986), h. 110-117.
29
AI-Jirah
AI-Jirah adalah pelukaan pada anggota badan Selain wajah. kepala, dan athraf.
anggota badan yang pelukaannya termasuk jirah ini meliputi leher, dada, perut,
sampai batas pinggul. Al-jirah ini ada dua macam.
1) Jaifah, yaitu pelukaan yang sampai ke bagian dalam dari dada dan perut,
baik pelukaannya dari depan, belakang, mapun samping.
2) Ghair jaifah, yaitu pelukaan yang tidak sampai ke bagian dalam dari dada
atau perut, melainkan hanya pada bagian luarnya Saja.
Tindakan Selain yang Telah Disebutkan di Atas Adapun yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah setiap tindakan langgaran, atau menyakiti yang tidak
sampai merusak athraf atau menghilangkan manfaatnya, dan tidak pula
menimbulkan luka syajjaj atau jirah. Sebagai contoh dapat dikemukakan, seperti
pemukulan pada bagian muka, tangan, kaki, atau badan, tetapi tidak sampai
menimbulkan atau mengakibatkan luka, melainkan hanya memar, muka merah,
atau terasa sakit. Hanafiyah sebenarnya hanya membagi tindak pidana atas selain
jiwa ini kepada empat bagian, tanpa memasukkan bagian yang kelima karna
29
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 182-
183.
30
bagian yang kelima ini adalah suatu tindakan yang tidak mengakibatkan luka pada
athraf (anggota badan), tidak menghilangkan manfaatnya, juga tidak
menimbulkan luka syajjaj, dan tidak pula luka pada jirah. Dengan demikian akibat
perbuatan tersebut sangat ringan, sehingga oleh karenanya mungkin lebih tepat
untuk dimasukkan pada ta‟ zir.30
D. Macam–Macam Anak
Pengertian Anak dalam hukum Islam dan Positif
l. Anak Menurut Hukum Islam
Di dalam Al-Qur‟an dijelaskan bahwa asal - usul seorang anak yaitu
melalui sebuah pernikahan yang sah, suami istri saling berjanji membentuk suatu
keluarga yang baik sakinnah, mawaddah dan rohmah. Kemudian setelah
terbentuknya keluarga yang baik, penuh kasih sayang dan rahmat, mulailah Allah
menitipkan amanat kepada pasangan suami istri dengan di karuniai keturunan
untuk masa depan yaitu seorang anak yang menjadi buah hatinya.
Rasulullah Saw menggambarkan anak dalam hadisnya yang diriwayatkan
oleh Abu Ya‟la dari Abi Said, Rasulullah Saw bersabda:
Artinya .“Anak itu adalah buah hati. " (HR. Abu Ya ‟la dari Abu daud)
Anak adalah suatu karunia yang diberikan Allah Swt pada hambanya
Kalau tidak punya anak, suatu rumah tangga merasa sepi karena tidak ada hiburan
buah hati sebagai salah satu unsur yang sangat kuat untuk memperkokoh jalinan
kemesraan dan kasih sayang antara ibu dan ayahnya. Anak adalah sebuah
perhiasan dunia yang dilahirkan oleh orang tua nya
sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-kahfi ayat 46 ;
Artinya: Harta dan Anak-anak adalah perhiasan dunia.
Anak adalah salah satu hal yang ditunggu-tunggu oleh pasangan yang
sudah menjadi suami istri, karena anak adalah keturunan untuk menjadi penerus
kedua orang tuanya dan juga anak dapat menjadi penyejuk hati orang tua,
sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-furqan ayat: 74 yang Artinya: Dan
orang orang yang berkata: ”Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-
30
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 182-
183.
31
isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa Anak adalah tumpuan harapan masa
depan suatu bangsa, maka bila dalam suatu generasi terjadi persoalan kesehatan
menimpa anak-anak, akan hancurlah bangsa itu di masa depan.
Untuk itu anak-anak sebagai cikal bakal penopang berdirinya suatu
bangsa, sedini mungkin harus mendapat perhatian yang serius. Karena itu Islam
memberikan perhatian pada anak dimulai sejak dalam kandungan. Allah Swt telah
memberikan peringatan dini kepada para orang tua agar tidak meninggalkan
generasi-generasi yang tidak berkualitas, sebagaimana disebutkan dalam Firman
Allah Swt:
Artinya : “ Dan hendaklah takut kepada Allah Swt. Orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar”. (QS. An-Nisa : 9).31
2. Anak Menurut Hukum Positif
Pengertian anak secara umum yang dipahami masyarakat adalah keturunan
kedua setelah ayah dan ibu. dan Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam
kacamata hukum. Ia tetap dinamakan anak, sehingga definisi ini tidak dibatasi
dengan usia. Sedangkan dalam pengertian Hukum Perkawinan Indonesia, anak
yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pemah melangsungkan
Perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya. Selama mereka tidak dicabut
dari kekuasaan.”Pengertian ini disandarkan pada kemampuan anak, jika anak telah
mencapai umur 18 tahun akan tetapi dia belum mampu menghidupi dirinya sendiri
maka ia dikategorikan sebagai anak. Namun berbeda jika ia telah melakukan
perbuatan hukum, dan ia dapat menghidupi dirinya sendiri, maka ia telah dikenai
peraturan hukum atau perUndang-Undangan.32
31
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 182.
32
Fuad Mohc. Fachruddin, Masalah Anak Dalam Hukum Islam. ( Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1991), h. 33-78.
32
33
Fuad Mohc. Fachruddin, Masalah Anak Dalam Hukum Islam. ( Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1991), h. 33-78.
33
Anak dapat diartikan sebagai keturunan kedua sebagai hasil dari hubungan
pria dan wanita. Adapun macam-macam anak yaitu anak kandung, anak angkat,
anak susu, anak pungut, anak tiri, dan anak zina. Masing –masing anak tersebut
mendapat perhatian khas baik menurut hukum islam maupun hukum positif, dan
memiliki pandangan dan ketentuan hukumnya.
a. Anak Kandung
Anak kandung yang berarti anak sendiri yakni anak yang dilahirkan oleh
seorang ibu dari suaminya yang sah berdasarkan perkawinan yang memenuhi
syarat.
b. Anak Angkat
Anak angkat ialah seorang anak dari seorang ibu dan bapak diambil oleh
manusia lain untuk dijadikan sebagai anak sendiri. Sang anak bertukar ayah
dan ibu berpidah tangan. Anak itu mengambil nama orang tua yang baru
hingga terputus hubungannya dengan ibu bapak aslinya.
c. Anak Susu
Anak susu berarti seorang anak yang menetek dari seorang wanita tertentu.
d. Anak Pungut
Anak pungut adalah anak yang didapatkan dimanapun juga dan dipelihara
untuk menjauhkannya dari kesengsaraan dan kehancuran pribadinya. Didalam
istilah islam artinya memungut anak yang terlantar disebabkan oleh sesuatu
keadaan abnormal yang menimbulkan anak-anak ini kehilangan tempat
bersandar dan menyerahkan diri. Kebanyakan mereka ini berkeliaran di
jalanan raya, dipelosok, dikolong jembatan, ditempat sampah, dan tempat-
tempat yang menjadi sarang penyakit moral.34
e. Anak Tiri
Anak tiri ialah anak suami atau isteri dari perkawinannya dengan orang
lain. Anak yang dibawa serta dalam perkawinan baru, maka ia menjadi anak
tiri bagi sang suami ataupun sang istri.
34
Fuad Mohc. Fachruddin, Masalah Anak Dalam Hukum Islam. ( Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1991), h. 33-78.
34
f. Anak Zina
Anak zina adalah anak yang timbul dari perkawinan yang tidak sah. Maka
“zina” itu berarti bergaul antara wanita dan pria tidak menurut ajaran islam.
Kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta
mengatakn”zina : perbuatan bersetubuh yang tidak sah.35
E. Kewajiban Orang Tua Kandung
Selain hak-hak anak, dalam kehidupannya masih diperlukan adanya
tanggung jawab orang tua terhadap anak, sehingga hak-hak anak dapat berjalan
dengan baik. Tanggung jawab orang tua terhadap anak merupakan perwujudan
atas hak-hak yang dimiliki anak, apabila orang tua mampu berperan sebagaimana
yang diharapkan oleh peraturan dan kasih sayang orang tua terhadap anak.
Tanggung jawab orang tua terhadap anak diatur dalam Konvensi PBB,
Undang-undang No. 1 tahun I974 dan Undang-undang No. 4 tahun 1979, sebagai
berikut: Dalam Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak, hanya terdapat satu
peraturan tentang tanggungjawab orang tua terhadap anak, yaitu orang tua
bertanggung jawab untuk membesarkan dan membina anak, negara mengambil
langkah membantu orang tua yang bekerja agar anak mendapat perawatan dan
fasilitas. Kemudian dalam Undang-undang No. l tahun 1974 memang tidak
mengatur hak-hak anak karena tujuan undang-undang ini untuk mengatur
pasangan suami isteri, walaupun demikian juga diatur tentang tanggungjawab
orang tua terhadap anak dalam Bab X Pasal 45 sampai dengan Pasal 49, sebagai
berikut: Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya. Kewajiban ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri
sendiri, dan berlangsung terus- menerus meskipun perkawinan aniara kedua orang
tua putus.36
Orang tua mewakili anak yang di bawah kekuasannya, mengenai segala
perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan. Orang tua tidak diperbolehkan
memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya
yang belum berumur 18 tahun atau belum pemah melangsungkan perkawinan,
35
Fuad Mohc. Fachruddin, Masalah Anak Dalam Hukum Islam. ( Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1991), h. 33-78.
36
Gatot Supramono, Hukum Acara pengadilan Anak. ( Jakarta: Djambatan, 2007), h. 8-10.
35
37
Gatot Supramono, Hukum Acara pengadilan Anak. ( Jakarta: Djambatan, 2007), h. 8-10.
BAB III
TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP ORANG TUA
KANDUNG MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN PIDANA
ISLAM DAN DESKRIPSI KASUS
38
Kementrian Negara pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Keluarga Sebagai
Wahana Membangun Masyarakat Tanpa Kekerasan. ( Jakarta: KNPP, 2018), h.27.
36
37
39
Kementrian Negara pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Keluarga Sebagai
Wahana Membangun Masyarakat Tanpa Kekerasan. ( Jakarta: KNPP, 2018), h.27.
38
40
Erna Surjadi, Bagaimana Mencegah KDRT( Kekerasan Dalam Rumah Tangga), (Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan, 2011). H. 135-136.
39
matinya orang, tampaknya tidak begitu sulit atau rumit tetapi pada praktek
kadang-kadang sulit membedakan dengan Pasal 351 ayat (2). Mengenai
penganiayaan "luka berat" Pasal 90 KUHP merumuskan artinya. "Luka berat"
pada rumusan asli disebut: “zwaar lichamelijk letsel"yang diterjemahkan dengan
"luka badan berat" yang selalu disingkat dengan luka berat. Sebagian pakar
menyebut "luka parah".
Penganiayaan” pada Pasal 351 ayat (l) bukan penganiayaan ringan, bukan
penganiayaan berat atau berencana dan pula tidak mengakibatkan luka berat atau
matinya orang. Pada rumusan Pasal 351 KUHP. Undang-undang hanya
mengatakan mengenai penganiayaan tanpa menyebutkan unsur-unsur dan tindak
pidana penganiayaan itu sendiri, sedangkan pada ayat (4) hanya menjelaskan
bahwa kesengajaan merusak kesehatan orang itu adalah sama dengan
penganiayaan. dalam arti penganiayaan itu ialah kesengajaan menimbulkan rasa
sakit atau menimbulkan luka pada tubuh orang lain. Penjelasan tersebut
menyebutkan bahwa seseorang yang telah melakukan penganiayaan terhadap
orang lain maka orang tersebut harus mempunyai opzet atau suatu kesengajaan
untuk menimbulkan rasa sakit, luka atau merugikan kesehatan orang lain.41
Lamintang menyatakan “Untuk dapat disebut sebagai telah melakukan suatu
penganiayaan tidaklah perlu bahwa opzet dari pelaku secara langsung harus
menunjukan pada perbuatan untuk membuat orang lain merasa sakit, menjadi
terganggu kesehatannya, tetapi rasa sakit atau terganggunya kesehatan orang lain
tersebut dapat saja terjadi sebagai akibat dari opzet pelaku yang ditujukan pada
perbuatan yang lain. Tindak pidana Penganiayaan seperti yang dimaksud dalam
Pasal 351 KUHP itu:
(l) harus dilakui dengan sengaja, dan tidak ada alasan untuk membatasi pengertian
kesengajaan atau opzet tersebut semata-mata sebagai opzet als oogr, melainkan
juga harus diartikan sebagai opzet bij zekerheidsbewustzij dan sebagai opzet
bijnmogelijkheidsbewustzijn,
41
Siswo Putranto Santoso,”Analisis Peran Visum Et Repertum pada Pelaku Penganiayaan,
ditinjau dari Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) Studi Kasus Perkara
Nomor:247/pid.B/2014/PN.Cibadak ”, Ilmiah Widya, 3, 3, ( Januari, 2016), h. 127-128.
40
(2) merupakan tindak pidana materiil, hingga tindak pidana tersebut untuk dapat
dianggap sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunya. akibatnya yang tidak
dikehendaki oleh undang-undang itu benar-benar telah terjadi. yakni berupa rasa
sakit yang dirasakan oleh orang lain. Walaupun untuk dapat dipidananya pelaku
akibat berupa rasa sakit pada orang lain itu harus benar-benar timbul akan tetapi
opzet dari pelaku tidaklah perlu ditujukan pada akibat tersebut.42
Pasal 35l sampai 355 KUHP menjelaskan bahwa tindakan penganiayaan
(kekerasan) diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat puluh ribu Iima ratus rupiah. Jika
perbuatan itu mengakibatkan luka berat yang berbuat dapat diancam dengan
pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah
dengan sepertiga bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya
yang sah, dan anaknya. Oleh karena itu, dalam hal ini seorang anak kandung yang
telah berusia dewasa merupakan tindakan penganiayaan, dan pidana dapat
ditambah sepertiganya apabila melakukan penganiayaan terhadap orang tua
kandungnya sendiri sebagaimana pasal 355.
B. Penganiayaan Terhadap Orang Tua Kandung menurut Hukum Islam.
Islam mengajarkan kepada umatnya supaya beribadah melalui tauhid. Di
samping mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya manusia juga dituntut untuk berbuat baik kepada kedua orang
tua. Dengan beribadah kepada Allah secara baik, akan mengarahkan kita untuk
berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana yang tercantum dalam Firman Allah
Swt. Dalam Q.s. Al-Ankabut (29): 8;
42
Siswo Putranto Santoso,”Analisis Peran Visum Et Repertum pada Pelaku Penganiayaan,
ditinjau dari Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) Studi Kasus Perkara
Nomor:247/pid.B/2014/PN.Cibadak ”, Ilmiah Widya, 3, 3, ( Januari, 2016), h. 127-128.
41
sesuatu yang tidak ada pengetuhuanmu tentang itu. Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, hanya kepada-Ku lah kembalimu lalu aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Berbuat baik dalam kategori umum, dalam bahasa Arab disebut ihsan.
Sementara bila ditujukan secara khusus kepada orang tua. lebih dikenal dengan
istilah birr. Istilah birr al walidayni (berbakti kepada kadua orang tua) di sini lebih
dari sekedar berbuat baik kepada keduanya. Namun birr al walidayni memiliki
nilai-nilai tambah yang semakin “melejitkan” makna kebaikan tersebut, sehingga
menjadi sebuah „bakti„. Dan bakti itu sendiri pun bukanlah balasan yang setara
yang dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya sudah dapat
menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.43
Setiap orang pasti mempunyai kekuatan yang tidak abadi. Begitu juga dengan
orang tua lanjut usia yang harus melalui masa-masa yang belum pernah
dibayangkan selama ini. Kulitnya mulai keriput, tenaganya mulai jauh berkurang,
tulang-tulangnya pun mulai terasa rapuh, suaranya berubah menjadi sengau tak
mampu menstabilkan nada yang keluar saat itulah mulai membutuhkan belaian
kasih sang anak. Orang tua mulai memerlukan adanya orang lain di sisinya untuk
menyelesaikan segala hal termasuk pekerjaan-pekerjaan ringan sekalipun yang
selama ini bisa diselesaikan seorang diri saat itu bakti seorang anak menjadi suatu
hal yang dibutuhkan. Sebagaimana Al- Qur,an Q.s. Al Isra (17): 23-24:
Artinya : “ 23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
43
T. M. Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam, ( Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), jilid 3, h.
291.
42
44
T. M. Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam, ( Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), jilid 3, h.
291.
43
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang
berserah diri".
Masa menyapih bayi dalam usia dua tahun, yakni 24 bulan. Masih ada
enam bulan waktu kehamilan minimum setelah diketahui si anak dapat hidup. lni
sesuai dengan penemuan ilmiah terakhir yang sudah dapat dipastikan. Waktu rata-
rata adalah 280 hari, atau sepuluh kali masa haid, dan sudah tentu masa rata-rata
penyapihan jauh berkurang dari 24 bulan. 45
Masa menyusui maksimum (2 tahun) juga sesuai dengan waktu bahwa
pertumbuhan gigi pertama pada seorang anak biasanya sudah sempurna. Gigi susu
pengiris bawah bagian tengah tumbuh antara bulan keenam dan kesembilan,
kemudian gigi susu tumbuh sewaktu-waktu, sehingga tampak gigi taring. Gigi
geraham kedua tumbuh pada kira-kira 24 bulan, dan dengan gigi-gigi itu anak tadi
sudah punya peralatan gigi susu yang lengkap.
45
Abdullah Yusuf Ali,Amana Crop. Ed, The Holy Qur’an, text, Translation and Commentary.
Penerjemah Ali Audah. Tafsir Yusuf Ali, teks, Terjemahan, dan Tafsir. Bogor: PT. Pustaka Litera
AntarNusa, 2009, h. 13.
44
46
Abdullah Yusuf Ali,Amana Crop. Ed, The Holy Qur’an, text, Translation and Commentary.
Penerjemah Ali Audah. Tafsir Yusuf Ali, teks, Terjemahan, dan Tafsir. Bogor: PT. Pustaka Litera
AntarNusa, 2009, h. 1314.
47
DKSI , pengajian rutin DKS ( Jakarta: DKSI, 2008), h. 1-2.
45
Artinya: “17. dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi
kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku
akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu
kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:
"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia
berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".
18.”Mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka
bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi”.
19. “dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan
mereka sedang mereka tiada dirugikan”.
20. “dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada
mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam
kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; Maka
pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah
menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik".48
Tak jarang seorang yang saleh mempunyai anak yang sebaliknya. Segala
yang oleh ibu dan ayahnya dipandang suci dicemoohkan, dan memandang sang
ibu dan ayah sebagai orang yang sudah ketinggalan zaman, selain itu banyak juga
seorang anak yang berani melawan bahkan memukul orang tuanya sendiri.
48
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid 1, Penerjemah: Tim
Tsalisah,(Jakarta: PT Kharisma Ilmu,2007), hal 100.
46
Seorang anak yang durhaka kepada orang tua menurut ayat tersebut akan
mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang diperbuatnya.
Adanya perbedaan dalam keluarga-keluarga tertentu mungkin terbawa
oleh adanya perbedaan antara generasi tua dengan generasi muda. Semua ini
terjadi sebagai berlalunya suatu tahap yang biasa dalam evolusi umat manusia,
dan dalam hal ini tak ada yang perlu dirisaukan. Apa yang harus kita lakukan ialah
untuk generasi yang lebih dewasa dalam menyiapkan para pengganti mereka di
jalan agama, dan bagi generasi yang lebih muda untuk memberi pengertian bahwa
waktu dan pengalaman sangat berharga, terutama dalam pengertian soal-soal
rohani dan soal-soal lain di saat yang amat penting bagi manusia.49
Dalam Agama Islam terdapat beberapa peraturan yang datangnya dari
Allah langsung yang tertulis didalam Al-Qur‟an maupun Hadits yang bertujuan
untuk setiap manusia bisa menjalankan syariat dengan baik sesuai dengan aturan-
aturan yang berlaku dalamnya, baik hubungan dengan Allah maupun dengan
manusia yang lainnya atau bisa disebut sebagai Hablum Minallah Wa Hablum
Minannas terkecuali bagi orang- orang yang tidak berakal, karena hukuman bisa
batal kepada orang yang demikian.
Perilaku manusia yang dikerjakan tanpa akhlak dan kurangnya iman
seseorang yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja berdampak kepada
keburukan yang pada akhirnya, baik dalam kejahatan melakukan pembunuhan,
pencurian, bahkan penganiayaan yang sudah jelas-jelas dilarang oleh Allah Swt.
Dari salah satu penyebutan tentang kejahatan tersebut adalah tentang kekerasan
atau penganiayaan, dalam Agama Islam sangat dilarang melakukan tindakan yang
dapat merusak anggota badan dalam hal ini adalah terhadap pelukaan. Pelukaan
tersebut korban mengalami luka robek tiga sentimeter dan memar pada bagian
kepala bagian atas dan mendapat perawatan dan menginap (opname) dirumah
sakit selama 4(empat) hari. Melihat pokok dari permasalahan melalui putusan
Hakim yang dikeluarkan Pengadilan Negeri sidoardo Nomor perkara :
575/PidSus/2014/PN.Sda.
49
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid 1, Penerjemah: Tim
Tsalisah,(Jakarta: PT Kharisma Ilmu,2007), hal 100
47
50
Ahmad Wardhi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2005), cet 2,hal
196.
48
bertanggung jawab yang hal ini membiayai dalam proses pengobatannya maka
sipelaku ini harus dikenakan diyat. Akan tetapi hukuman diyatnya itu hanya
separuh yang dalam hal ini merusak anggota badan atau disebut dengan pelukaan.
Adapun pelukaan ini yang dimaksud adalah masuk dalam kategori Asy-
Syajjaj yaitu yang merupakan pelukaan khusus pada bagian muka dan kepala.
Adapun masalah dendanya bisa diserahkan kepada seorang Hakim dipengadilan
yang berdasarkan keadilan. Apabila ditinjau dari hukum maddinya. Perbuatannya
itu sudah jelas sekali dapat merugikan seseorang yang yang dalam hal ini
melakukan penganiayaan . sedangkan dari hukum adabinya , seseorang yang
berakal wajib mempertanggungjawabkan atas perbuatannya itu dan bisa dibilang
wajib bagi seorang yang mukallaf bertanggung jawab apabila perbuatannya
tersebut diketahui dengan sempurna melakukannya. Karena bisa dibilang
dilakukannya dengan unsur kesengajaan. 51
Dari sebuah hukum pidana Islam diwajibkan kepada seorang pelaku
apabila melakukan tindak pidana tersebut harus dijatuhi hukuman qishas. Dalam
hukum pidana Islam qishas mengenai tindak pidana atas selain jiwa dijelaskan
dalam Q.s. Al- Maidah (4): 45:
51
A. Djazuli, Fiqh Jinayah( Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam ),
( Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 153.
49
yang bernama Andik Susanto terhadap ibunya (korban) dapat dikenakan hukuman
qishas berdasarkan ketentuan surat Al –Maidah ayat 45 diatas.
Pengertian luka berat yang dialami oleh Aslaka(korban) adalah luka berat
yang menyebabkan korban mengalami luka luka robek tiga sentimeter dan memar
pada bagian kepala bagian atas. Dalam hukum pidana Islam luka tersebut disebut
dengan Asy-Syajjaj, yang merupakan pelukaan khusus pada bagian muka dan
kepala yang merupakan bentuk penganiayaan sehingga pelaku dapat dikenai
hukuman qishas atau pun diyat.52Namun jika korban memaafkan perbuatan
terdakwa tanpa di berlakukannya hukuman pengganti yakni diyat, tidak berarti
terdakwa lepas atau bebas tanpa dikenai hukuman. Maka dalam hal ini, Ulil Amri
mempunyai hak atau wewenang untuk menjatuhkan hukuman ta‟zir terhadap
terdakwa, karena terdakwa selain melanggar hak individu (hak adami) terdakwa
juga telah melanggar hak masyarakat( hak jamaah atau juga hak Allah) sehingga
tercapailah atau terciptanya kemaslahatan umum didalam masyarakat.
Dengan demikian dijatuhkannya hukuman ta‟zir oleh ulil amri atau
pemerintah, pemimpin Negara terhadap terdakwa bukan hanya bertujuan
menciptakan kemaslahatan didalam masyarakat tetapi juga bertujuan untuk
membuat efek jera dan memperbaiki tingkah laku terdakwa dan juga masyarakat
supaya tidak mengikuti perbuatan tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa
terhadap korban begitu juga terhadap perbuatan tindak pidana lainnya.53
Ketentuan tindak pidana atas selain jiwa atau sering disebut dengan
kejahatan terhadap tubuh (anggota tubuh) yang terdapat dalam surat Al- Maidah
diatas, diperkuat dengan adanya hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Hasan Al-
Basri dari Muqatil yang Artinya : Seorang Perempuan mengadu kepada
Rasulullah Saw, bahwa suaminya telah memukulnya. Rasulullah Saw bersabda” ia
akan dikenakan hukuman qisas”. ( H.R. al- Hasan Al- Basri dari muqatil).54
Dari pelaksanaan hukuman yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim
52
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah. ( Jakarta: Amzah, 2013), h. 11
53
A. Djazuli, Fiqh Jinayah( Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam ),
( Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 153.
54
Soenarji dan Ibrahim Hosen, AL-qur‟an dan Tafsirnya, ( Jakarta:Departemen Agama,
2004) jilid 2, juz 4-6, h. 154.
50
55
Soenarji dan Ibrahim Hosen, AL-qur‟an dan Tafsirnya, ( Jakarta:Departemen Agama,
2004) jilid 2, juz 4-6, h. 154.
BAB IV
56
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A Salam , Membumikan Pendidikan karakter.
( Jakarta: CV. Suri Tatu‟uw, 2015), h. 47-65.
51
52
1. Faktor Keluarga
Menurut pakar pendidikan, William Bennett, keluarga merupakan
tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi,
pendidikan, dan kesejahteraan, apabila keluarga gagal untuk mengajarkan
kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan
kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi lain untuk
memperbaiki kegagalannya. Keluarga merupakan wahana pertama dan
utama bagi pendidikan karakter anak, apabila keluarga gagal melakukan
pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-
institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya.
Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada
tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter oleh karena itu, setiap
keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat
tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah. Pada sisi lain, orang
tua perlu mengawasi pergaulan anak, karena pergaulan dan lingkungan itu
memiliki andil sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak-anak.57
Masalah keluarga merupakan masalah universal. Keluarga sesuatu
yang mutlak dan menentukan lembaga sosial. Menurut Khairuddin dan
Goode Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak
dalam rangka sosialisasinya agar mampu mengendalikan diri dan berjiwa
sosial. Kedudukan keluarga menjadi perantara dalam kehidupan
masyarakat, alat kontrol sekaligus kekuatan sosial dalam konteks
sosiologis, keluarga sebagai lembaga sosial dengan mengatur interaksi dan
komunikasi dengan anggota keluarga lainnya. Nilai yang tumbuh dalam
keluarga terkait dengan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga, usaha
membahagiakan dan menyelamatkan keluarga dari kehancuran dan
keruntuhan sebagai usaha nyata penyelematan negara. Menurut Mahmud
Saltut menulis bahwa ”Keluarga adalah batu dasar dari bangunan suatu
umat (bangsa) yang terbentuk dari keluarga, keluarga yang berhubungan
57
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A Salam , Membumikan Pendidikan karakter.
( Jakarta: CV. Suri Tatu‟uw, 2015), h. 47-65.
53
erat dengan lainnya. Dan pastilah kuat atau lemahnya bangunan umat itu
tergantung kepada kuat atau lemahnya keluarga yang menjadi batu dasar
itu”.
Islam menaruh harapan besar terhadap perbaikan keturuna sebagai
pelanjut dan penerus budaya keluarga. Keluarga sebagai tempat
pembinaan dalam rangka pembibitan moralitas mentalitas dan kepribadian
utuh, bukan kepribadian terbelah.
Sosiolog Francis Agus Comte menyatakan bahwa kesatuan sosial
dibentuk oleh kehidupan keluarga, bukan perorangan atau individu,
pendidikan untuk mendidik individu memasuki kehidupan sosialnya.
Kerapuhan keluarga menimbulkan keretakan sebagai akibat dari saling
pengertian dan saling menghormati yang tidak lagi menjiwai kehidupan
keluarga. Jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan keresahan dan
kekhawatiran. Masalah ini menjadi problem nasional, keluarga sering
menimbulkan perselisihan, salah pengertian dan pertengkaran, korban
utama adalah anak- anak sehingga tidak sedikit di antara mereka mencari
pelampiasan-pelampiasan untuk menghilang kegalauan jiwanya, justru
menimbulkan masalah baru. Masalah moralitas dan spiritualitas hampir
tergusurkan oleh budaya hedonisme dan materialisme, budaya hedonisme
sebagai tradisi yang memburu kesenangan semu tanpa pertimbangan halal
haram. 58
Pola asuh orang tua terhadap anak- anak sangat penting dilakukan.
Spock dan Baurind dalam Muclich membagi tiga pola asuh yaitu :
Pertama, authoritarian (otoriter), Pola ini orang tua membuat semua
keputusan, anak harus patuh, tunduk, dan tidak boleh bertanya. Cirinya
kekuasaan orang tua dominan dan anak tidak diakui sebagai pribadi,
control terhadap anak sangat ketat dan menghukum anak jika tidak patuh.
Kedua, demokratis, orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk
membicarakan apa yang ia inginkan, cirinya kerjasama antara orang tua
58
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A Salam , Membumikan Pendidikan karakter.
( Jakarta: CV. Suri Tatu‟uw, 2015), h. 47-65.
54
dan anak, anak diakui sebagai pribadi control orang tua tidak terlalu kaku.
Dan Ketiga, permisive, orang tua memberikan kebebasan penuh kepada
anaknya. Tidak ada bimbingan dan pengarahan kepada anak, control dan
perhatian orang tua sangat kurang. Dari ketiga pola asuh tersebut memiliki
kekurangan dan kelebihan masing- masing yang pasti orang tua tidak ada
yang menerapkan ketiga pola asuh tersebut secara bersamaan. Orang tua
sangat mengharapkan anak- anaknya menjadi manusia yang berkarakter
positif.59
Sebaliknya pola asuh yang salah misalnya dengan kekerasan akan
berpengaruh terhadap proses perkembangan karakter anak. Mengutip
pendapat Ratna Megawangi, Salah asuh akan menimbulkan dampak yaitu
berperilaku agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik secara verbal
maupun fisik, selalu berpandangangan negatif pada lingkungan sekitarnya,
seperti rasa tidak aman, khawatir, minder, curiga dengan orang lain,dan
merasa orang lain sedang mengkritiknya. Ketidakstabilan emosional, yaitu
tidak toleran atau tidak tahan terhadap stress, mudah tersinggung, mudah
marah, dan sifat yang tidak dapat diprediksi oleh orang lain. Orang tua
yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu menekan anak, akan
membuat anak merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan orang tuanya
sebagai ”role model”. Anak akan lebih percaya kepada teman bermainya
sehingga mudah terpengaruh dengan pergaulan yang negatif. Salah asuh
akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah
atau mempunyai keerdasan emosi rendah. Sehingga dalam hal ini sudah
sangat jelas bahwa faktor kelurag sangat mempengaruhi anak dalam pola
perilakunya.60
2. Faktor lingkungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, ia selalu berada bersama manusia
lain, membutuhkan orang lain dan perilakunya juga selalu menunjukkan
59
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A Salam , Membumikan Pendidikan karakter.
( Jakarta: CV. Suri Tatu‟uw, 2015), h. 47-65
60
Jubaedi, Desain Pendidikan Karakater. ( Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2011),
h. 161.
55
61
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses pendidikan. ( Bandung: Remaja
Rosdakarya , 2009), h. 46-51.
62
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A Salam , Membumikan Pendidikan karakter.
( Jakarta: CV. Suri Tatu‟uw, 2015), h. 47-65.
57
63
Jubaedi, Desain Pendidikan Karakater. ( Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2011),
h. 161.
58
64
Jubaedi, Desain Pendidikan Karakater. ( Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2011),
h. 161.
59
65
Jubaedi, Desain Pendidikan Karakater. ( Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2011),
h. 161.
60
66
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses pendidikan. ( Bandung: Remaja
Rosdakarya , 2009), h. 133-138.
61
67
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses pendidikan. ( Bandung: Remaja
Rosdakarya , 2009), h. 133-138.
62
68
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis
Viktimologis. ( Jakarta: Sinar Grafika , 2012), h. 74-80.
63
69
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis
Viktimologis. ( Jakarta: Sinar Grafika , 2012), h. 74-80.
64
pertengkaran yang berakhir dengan kekerasan Apalagi hal ini bisa juga
dipicu karena adanya perbedaan sikap terhadap masing-masing orang tua.
5. Masalah Saudara
Seperti halnya orang tua, saudara yang tinggal dalam satu atap
manpun tidak, dapat memicu keretakan hubungan dalam keluarga dan
hubungan suami-istri. Campur tangan dari saudara dalam kehidupan
rumah tangga, perselingkuhan antara suami dengan saudara istri,
menyebabkan terjadinya jurang pemisah atau menimbulkan semacam jarak
antara suami dan istri. Kondisi seperti ini kadang kurang disadari oleh
suami maupun istri. Kalau keadaan semacam ini dibiarkan tanpa adanya
jalan keluar, akhirnya akan menimbulkan ketegangan dan pertengkaran-
pertengkaran. Apalagi kalau disertai dengan kata-kata yang menyakitkan
atau menjelek-jelekkan keluarga masing. masing. Paling sedikit akan
menimbulkan kekerasan psikis.
6. Masalah Sopan Santun
Sopan santun seharusnya tetap dipelihara meskipun suami dan ism
sudah bertahun-tahun menikah. Suami dan istri berasal dari keluarga
dengan latar belakang yang berbeda. Untuk itu perlu adanya upaya
menyesuaikan diri, terutama dengan kebiasaan kebiasaaan yang dibawa
dari keluarga masing-masing. Kebiasaan lama yang mungk'm tidak
berkenan di hati masing-masing pasangan, harus dihilangkan, Antara
suami dan istri harus saling menghormati dan saling penuh pengertian.
Kalau hal ini diabaikan akibatnya dapat memicu kesalah pahaman yang
memicu pertengkaran dan kekerasan psikis. Ada kemungkinan juga
berakhir dengan kekerasan fisik. 70
7. Masalah Masa Lalu
Seharusnya sebelum melangsungkan pemikahan antara calon
suami dan istri harus terbuka, masing-masing menceritakan atau
memberitahukan masa lalunya. Keterbukaan ini merupakan upaya untuk
70
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis
Viktimologis. ( Jakarta: Sinar Grafika , 2012), h. 74-80.
65
mencegah salah satu pihak mengetahui riwayat masa lalu pasangan dari
orang lain. Pada kenyataannya cerita yang diperoleh dari pihak ketiga
sudah tidak realistis. Pertengkaran yang dipicu karena adanya cerita masa
lalu masing-masing pihak berpotensi mendorong terjadinya perselisihan
dan kekerasan.
8. Masalah Salah Paham
Suami dan istri ibarat dua buah kutub yang berbeda. Oleh karena
itu usaha penyesuaian diri serta saling menghormati pendapat masing-
masing pihak, perlu dipelihara. Karena kalau tidak akan timbul
kesalahpahaman. Kondisi ini sering dipicu oleh hal-hal sepele, namun
kalau dibiarkan terus tidak akan diperoleh titik temu. Kesalahpahaman
yang tidak segera dicarikan jalan keluar atau segera diselesaikan, akan
menimbulkan pertengkaran dan dapat pula memicu kekerasan.
9. Masalah Tidak Memasak
Memang ada suami yang mengatakan hanya mau makan masakan
lstrinya sendiri, sehingga kalau istri tidak bisa masak akan ribut. Sikap
Suami seperti ini menunjukkan sikap dominan. Karena saat ini istri hdak
hanya dituntut di ranah domestik saja tetapi juga sudah memakai ranah
publik. Perbuatan suami tersebut menunjukkan sikap mengharapkan istri
berada di ranah domestik atau dalam saja. istri yang merasa tertekan
dengan sikap ini akan melawan, akibatnya timbul pertengkaran mulut yang
berakhir dengan kekerasan.71
10. Suami Mau Menang Sendiri
Dalam penelitian ini diperoleh gambaran bahwa masih terdapat
suami yang merasa ”lebih” dalam segala hal dibandingkan dengan istri.
Oleh karena itu, suami menginginkan segala kehendaknya menjadi
semacam ”undang-undang”, di mana semua orang yang tinggal dalam
rumah harus tunduk kepadanya. Dengan demkian kalau ada perlawanan
dari istri atau penghuni rumah yang lain, maka akan timbul pertengkaran
71
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis
Viktimologis. ( Jakarta: Sinar Grafika , 2012), h. 74-80.
66
72
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis
Viktimologis. ( Jakarta: Sinar Grafika , 2012), h. 74-80.
67
luka robek pembuluh darah tepi dan luka robek tiga sentimeter dan memar
pada bagian kepala bagian atas. sehingga akibatnya korban mengalami
sakit dan harus dirawat di RSUD Sidoarjo selama 4 hari. Bahwa setelah
dirawat di rumah sakit. saksi korban masih di rawat jalan dan masih
mengkonsumsi obat karena sering merasa sakit pada bagian kepala.
2. Pertimbangan Hakim Terhadap Perkara Putusan Nomor
575/PidSus/2014/PN. Sda.
Berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum bahwa
perbuatan terdakawa Andik Susanto sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 44 ayat (2) Undang-undang yaitu UU No. 23 Tahun
2004 tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)
yang berbunyi : “ dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun atau denda
palingbanyak Rp. 30.000.000,00(tiga puluh juta rupiah)”.
Bahwa terhadap dakwaan dakwaan Penuntut Umum tersebut,
Terdakwa tidak mengajukan keberatan. Suatu tindak pidana yang
dilakukan baik sengaja ataupun tidak sengaja menurut hukum positif
hukuman atau pemidanaan harus memuat unsur antara lain, pemidanaan
harus mengandung semacam kehilangan atau kesengsaraan yang biasanya
secara wajar dirumuskan sebagai sasaran dari tindakan pemidanaan. Unsur
ini pada dasarnya merupakan kerugian atau kejahatan yang diderita oleh
subjek yang menjadi korban sebagai dari tindakan yang dilakukan secara
sadar oleh pelaku. Tindakan pelaku yang dianggap salah ini dapat dipidana
dengan melanggar Pasal 44 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT), dengan unsur-
unsur sebagai berikut: 1. Setiap orang, (pelaku) 2. Melakukan perbuatan
kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga; 3. Mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat;
Sebagaimana dakwaan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum
adalah bahwa terdakwa telah melanggar Pasal 44 ayat (2) UU No. 23
69
1. Saksi Rusman,
Dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Bahwa terdakwa adalah anak kandung saksi dan saksi Aslaka. yang nomor
2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara; Bahwa terdakwa belum menikah dan
masih tinggal satu rumah dengan saksi; Bahwa terdakwa telah melakukan
penganiayaan terhadap ibunya (saksi Aslaka) dengan menendang pinggul
71
dan melempar batu bata merah mengenai kepala sebelah kiri atas ibunya
(saksi Aslaka): Bahwa saksi Aslaka mendapat luka dikepala kiri atas
mengeluarkan darah dan mendapat perawatan dan menginap (opname)
dirumah sakil selama 4 (empat) hari; Terhadap keterangan saksi totsebut,
Terdakwa membenarkan;
2. Saksi Dian Maulina.
tidak hadir dan keterangannya dalam BAP dibacakan pada
pokoknya sebagai berikut:
Bahwa pada hari Sabtu. tanggal 28 Juni 2014 sokira pukul 10.00
WIB d Dukuh Tengah RT.04-RW.01. Kecamalan Badman. Kabupaten
Sidoarjo terdakwa telah menendang ibunya sendiri dengan kaki kanannya
mengenai pinggulnya dan melempar batu bata warna merah dengan tangan
kanannya mengenai kepala sebelah kiri atas ibunya: Bahwa penyebab
terdakwa melakukan perbuatan tersebut karena terdakwa meminta kunci
sepeda motor kepada ibunya tidak diberi sehingga terjadi cekcok mulut
dengan ibunya dan selanjutnya lerjadi penganiayaan; Bahwa akibat
perbuatan terdakwa tersebut. ibu terdakwa mengalami luka robek di
bagian kepala atas sebelah kiri mengeluarkan darah dan mendapat
perawatan serta menjalani rawat inap di Rumah sakit Umum Sidoarjo
selama 4 (empat) hari; Terhadap keterangan saksi tersebut. Terdakwa
membenarkan;
Menimbang. bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan
keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut: Awalnya orang tua
terdakwa minta sepeda motor adik terdakwa tidak terdakwa kasih karna
mau dipakai lalu terdakwa minta kuncinya pada ibu tidak dikasih Ialu
cekcok mulut. setelah cekcok terdakwa diusir disuruh pergi lalu terdakwa
menendang pantat ibunya tetapi mengenai pinggulnya dan kemudian
terdakwa mengambil potongan batu bata merah dan dalam jarak 5 meter
dilemparkan kepada ibunya mengenai kepala atas sebelah kiri yang
mengakibatkan luka dan mengeluarkan darah.
72
bata merah mengenai kepala sebelah kiri saksi korban ASLAKA sehingga
saksi Roman merasa kesakitan. Bahwa terdakwa adalah anak kandung dari
saksi korban ASLAKA dan saksi RUSMAN. yang noma 2 (dua) dari 4
(empat) bersaudara dan terdakwa masih linggal satu rumah dengan saksi
korban ASLAKA; Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.
3) Unsur mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau Iuka berat.
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi. terdakwa serta visum et
repertum dari RSUD Sidoarjo No: 445/2711/404.6.8/2014 tanggal 28 Juni
2014 yang dibuat dan di tanda tangani dr. Ade Ratna Ayu, akibat
perbuatan terdakwa tersebut saksi korban ASLAKA mengalami Iuka
robek pembuluh darah tepi dan Iuka robek tiga sentimeter dan memar pada
bagian kepala bagian atas. sehingga akibatnya saksi korban mengalami
sakit dan harus dirawat di RSUD Sidoarjo selama 4 hari. Dan setelah
dirawat di rumah sakit. saksi korban di rawat jalan dan masih
mengkonsumsi obat karena sering merasa sakit pada bagian kepala
Dengan demikian unsur ini terpenuhi pula. Menimbang. bahwa dengan
telah terpenuhinya semua unsur-unsur dalam dakwaan maka telah terbukti
bahwa terdakwa telah secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan
yang didakwakan kepadanya, dan selama persidangan tidak didapat
adanya hal yang dapat menghapuskan atau memaafkan kesalahan
Terdakwa. karena itu terdakwa harus dinyatakan bersalah dan berdasarkan
Pasal 193 ayal (1) KUHAP haruslah dijatuhi pidana. Menimbang. bahwa
oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka berdasarkan Pasal 222 ayat (2)
KUHAP kepada Terdakwa akan dlbebani pula untuk membayar biaya
perkara ini;
Menimbang. bahwa barang bukti berupa 1(satu) potongan batu bata
warna merah yang telah dipergunakan untuk melakukan kejahatan. sudah
tidak diperlukan lagi dan dikhawatirkan akan dipergunakan untuk
mengulangi kejahatan maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut
dimusnahkan; Menimbang. bahwa tujuan pemidanaan adalah bukan
semata-mata dimaksudkan untuk membalas dendam dan menyengsarakan,
75
akan tetapi juga untuk mendidik agar dimasa mendatang Terdakwa tidak
melakukan perbuatan pidana lagi; Menimbang. bahwa sebelum
menjatuhkan putusan kepada Terdakwa terlebih dahulu akan
dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan merigankan hukuman
bagi diri Terdakwa:
Hal-hal yang memberatkan :
MENGADILI
1. Menyatakan Terdakwa Andik Susanto telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan
kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang mengakibatkan
korban jatuh sakit;
76
Analisis Penulis
pada bagian kepala bagian atas dan mendapat perawatan dan dan menginap
(opname) dirumah sakit selama 4(empat) hari. Fakta ini juga diperkuat dengan
dilakukannya visum oleh dr.Ade Ratna Ayu di RSUD Sidoarjo.
Hal yang paling memberatkan terdakwa dalam kasus ini adalah
perbuatannya tersebut dilakukan oleh terdakwa yang notabene sebagai seorang
anak dari korban, yang mana seharusnya menghormati, menyayangi, melindungi
dan menjaga seorang perempuan (ibu) dalam lingkup rumah tangga (keluarga). Itu
artinya, sebagai seorang anak ia tidak boleh melakukan kedzaliman, penganiayaan
dan kekerasan terhadap ibunya.
Selain memperhatikan kepada hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang
meringankan dalam mempertimbangkan putusannya hal yang meringankan yaitu:
Terdakwa mengakui perbuatannya, Terdakwa bersikap sopan dipersidangan,
Terdakwa sudah meminta maaf kepada korban dan korban sudah memaafkan.
Majelis Hakim pun juga mempertimbangkan putusannya dengan memperhatikan
pada dakwaan dan tuntutan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Dalam hal ini hakim dalam memutuskan perkara hakim memiliki peranan
hakim sebagai pihak yang memberikan pemidanaan tidak mengabaikan hukum
atau norma serta peraturan yang hidup didalam masyarakat,sebagaimana diatur
dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 jo. Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan “Hakim
sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat”, dasar pertimbangan hakim yang
dilihat dari aspek kriminologis, sosiologis, dan yuridis. Ada beberpa teori
pendekatan yang dapat digunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan
penjatuhan putusan suatu perkara yaitu Keseimbangan, Keseimbangan disini
adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-undang
dan kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perkara. Keseimbangan ini
dalam praktiknya dirumuskan dalam pertimbangan mengenai hal-hal yang
memberatkan dan meringankan pidana bagi terdakwa Pasal 197 Ayat (1) huruf (f)
KUHP. Jadi dalam hal ini hakim sudah sepantasnya dan selayaknya dalam
memutuskan perkara ini memiliki sikap seimbang atau tidak berat sebelah
78
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang
diangkat dalam skripsi ini tentang tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) atau Penganiayaan yang dilakukan oleh anak kandung
terhadap orang tua kandung (ibu kandung) dan menganalisa faktor-faktor
penyebab serta menganalisa penerapan hukum dan pertimbangan hakim
Pengadilan Negeri Sidoarjo dengan Nomer Perkara Putusan Nomor
575/PidSus/2014/PN. Sda. Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal berikut:
1. Dari segi faktornya tindak pidana kekerasan atau penganiayaan disebabkan
kondisi masyarakat disekelilingnya yang dapat mempengaruhi Karena
pergaulan bebas yang terjadi dalam masyarakat maka kurangnya
pengontrolan diri dalam menghadapi masalah yang ada dihadapannya
kemudian terjadilah hal-hal yang demikian, disebabkan kondisi ekonomi
minim yang ada didalam keluarga kebutuhan pokok yang semakin
meningkat sedangkan persaingan yang begitu banyak, menyebabkan
seorang melakukan tindak pidana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara melakukan kekerasan atau penganiayaan. Dari faktor – faktor
tersebut faktor yang melatar belakangi terjadinya penganiayaan terhadap
ibu kandung tersebut disebabkan adalah faktor ekonomi, keluarga,
lingkungan sosial, dan karna faktor kecemburuan sosial.
2. Berdasarkan pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo dengan
Nomer Perkara Putusan Nomor 575/PidSus/2014/PN. Sda. Penerapan
hukum dalam putusan ini yaitu menyangkut tentang perkara pidana
penganiayaan terhadap orang tua kandung, yang telah merujuk pada
perturan perundang-undangan dalam Pasal 44 ayat (2) No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) yang
berbunyi:
79
80
sering merasa sakit pada bagian kepala Dengan demikian unsur ini
terpenuhi pula.
c. Keyakinan seorang hakim dalam memutuskan suatu perkara.
B. Saran-saran
82
83
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
P U T U S A N.
R
Nomor 575/Pid.Sus/2014/PN.Sda.
si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
ne
ng
Pengadilan Negeri Sidoarjo yang mengadili perkara pidana dalam tingkat
do
gu pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa
Nama lengkap : ANDIK SUSANTO
Tempat lahir : Sidoarjo
In
A
Umur/tanggal lahir : 31 Tahun / 03 Maret 1983
Jenis kelamin : Laki-laki
ah
lik
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Desa Dukuh Tengah RT.04 - RW.01 Kecamatan
m
ub
Buduran Kabupaten Sidoarjo
Agama : Islam
ka
ep
Pekerjaan : Swasta
Terhadap terdakwa dalam perkara ini tidak dilakukan penahanan (terdakwa
ah
R
ditahan dalam perkara lain);
si
Terdakwa tidak didampingi Penasehat Hukum;
ne
ng
do
• Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor 575/
gu
lik
ub
ep
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ANDIK SUSANTO dengan pidana
si
penjara selama 2 (dua) tahun;
3. Menetapkan barang bukti berupa 1 potong batu bata warna merah dirampas
ne
ng
untuk dimusnahkan;
4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
do
gu Rp2.000,00 (dua ribu rupiah);
Setelah mendengar permohonan/tanggapan Terdakwa yang
disampaikan secara lisan, yang pada pokoknya atas tuntutan tersebut terdakwa
In
A
menyatakan cukup, tidak mohon keringanan hukuman, namun demikian
terdakwa merasa bersalah, menyesal dan berjanji tidak mengulangi lagi
ah
lik
perbuatannya;
Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap tanggapan
m
ub
Terdakwa tersebut yang yang disampaikan secara lisan, pada pokoknya
menyatakan tetap pada tuntutannya;
ka
ep
Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut
Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:
ah
R
Bahwa ia Terdakwa ANDIK SUSANTO pada hari Sabtu tanggal 28 Juni
si
2014 sekira pukul 12.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu tertentu dalam
ne
ng
do
masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Sidoarjo , yang
gu
korban ASLAKA yang adalah ibu kandung terdakwa. Perbuatan mana dilakukan
oleh terdakwa dengan cara dan keadaan sebagai berikut :
ah
lik
ub
motor sepeda motor yamaha Mio milik saksi yang dibawa terdakwa ANDIK
SUSANTO namun tidak diberikan oleh terdakwa, kemudian terdakwa balik
ka
ep
meminta kunci motor Honda Vario milik adiknya kepada saksi ASLAKA, namun
saksi korban tidak memberikan kunci tersebut karena mau dipakai adiknya
ah
s
pemukulan dengan menggunakan tangan kanannya namun tidak kena
M
ne
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
mengakibatkan saksi terjatuh. Saksi yang takut, berusaha menghindar dan
R
pergi, bersamaan dengan itu terdakwa melempar potongan bata merah dan
si
mengenai kepala atas sebelah kiri sehingga mengalami luka robek dan
ne
ng
mengeluarkan darah, sehingga saat itu suami saksi ASLAKA bersama tetangga
lain berusaha menolong korban dengan membawa ke RSUD Sidoarjo.
do
gu Bahwa sebagaimana hasil Ver RSUD Sidoarjo No:
445/2711/404.6.8/2014 tanggal 28 Juni 2014 yang dibuat dan ditandatangani dr.
ADE RATNA AYU dengan kesimpulan korban mengalami luka robek pembuluh
In
A
darah tepi dan luka robek tiga sentimeter dan memar pada bagian kepala
bagian atas, sehingga akibatnya saksi korban mengalami sakit dan harus
ah
lik
dirawat di RSUD Sidoarjo selama 4 hari. Bahwa setelah dirawat di rumah sakit,
saksi korban masih di rawat jalan dan masih mengkonsumsi obat karena sering
m
ub
merasa sakit pada bagian kepala.
Perbuatan terdakwa ANDIK SUSANTO sebagaimana diatur dan
ka
ep
diancam pidana dalam Pasal 44 ayat (2) UURI No. 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
ah
R
Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum tersebut,
si
Terdakwa tidak mengajukan keberatan;
ne
ng
do
gu
berikut:
• Bahwa yang saksi ketahui dalam perkara ini yaitu masalah panganiayaan
In
A
Bahwa kejadiannya pada hari Sabtu, tanggal 28 Juni 2014 sekira pukul
ah
lik
ub
ep
• Bahwa saksi diberitahu warga ada penganiayaan dirumah ibu Aslaka lalu
saksi datangi rumahnya namun ibu Aslaka sudah dibawa ke rumah sakit.
ah
Bahwa ibu Aslaka lukanya dijahit dan diopname di rumah sakit selama
s
4(empat) hari.
M
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Bahwa saksi mengetahui lukanya ibu Aslaka ada dibagian kepala
R
sebelah kiri atas.
si
ne
ng
• Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa membenarkan;
2. Saksi ASLAKA, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
do
gu •
berikut:
Bahwa Terdakwa adalah anak kandung saksi yang nomor 2 (dua) dan belum
In
menikah serta masih tinggal serumah dengan saksi.
A
ah
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 28 Juni 2014 sekira pukul 10.00 WIB
lik
di Dukuh Tengah RT.04-RW.01, Kecamatan Buduran, Kabupaten
Sidoarjo.saksi telah ditendang oleh terdakwa dan dilempar batu bata oleh
m
ub
terdakwa mengenai kepala akhirnya jatuh tetapi waktu itu saksi masih sadar
ka
samping kiri yang terkena lemparan batu bata merah keluar darah dan
R
si
mendapat jahitan;
ne
ng
kunci sepeda motor Yamaha Mio kepada terdakwa untuk kulakan ikan tidak
diperbolehkan, kemudian terdakwa marah-marah dan mengambil batu bata
do
gu
lik
berikut:
• Bahwa terdakwa adalah anak kandung saksi dan saksi Aslaka, yang
m
ub
saksi;
ep
Aslaka) dengan menendang pinggul dan melempar batu bata merah mengenai
R
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
• Bahwa saksi Aslaka mendapat luka dikepala kiri atas mengeluarkan
si
darah dan mendapat perawatan dan menginap (opname) dirumah sakit selama
4 (empat) hari;
ne
ng
• Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa membenarkan;
4. Saksi DIAN MAULINA, tidak hadir dan keterangannya dalam BAP dibacakan
do
gu pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 28 Juni 2014 sekira pukul 10.00 WIB di
In
Dukuh Tengah RT.04-RW.01, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo
A
terdakwa telah menendang ibunya sendiri dengan kaki kanannya
mengenai pinggulnya dan melempat batu bata warna merah dengan
ah
lik
tangan kanannya mengenai kepala sebelah kiri atas ibunya;
• Bahwa penyebab terdakwa melakukan perbuatan tersebut karena
m
ub
terdakwa meminta kunci sepeda motor kepada ibunya tidak diberi
ka
si
luka robek di bagian kepala atas sebelah kiri mengeluarkan darah dan
mendapat perawatan serta menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum
ne
ng
do
gu
terdakwa kasih karena mau dipakai lalu terdakwa minta kuncinya pada ibu
tidak dikasih lalu cekcok mulut, setelah cekcok terdakwa diusir disuruh pergi
ah
lik
ub
5 meter dilemparkan kepada ibunya mengenai kepala atas sebelah kiri yang
ka
Sidoarjo
s
Bahwa pada waktu kejadian itu dirumah ada terdakwa, ibu, bapak, adik,
M
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Bahwa Ibu terdakwa dirawat di Rumah Sakit Umum Sidoarjo selama 4
R
(empat) hari karena luka dikepalanya.
si
Bahwa terdakwa dalam perkara ini tidak ditahan karena terdakwa telah
ne
ng
ditahan dalam perkara lain karena kasus narkoba;
Bahwa sebelum kasus narkoba dan kasus ini, terdakwa pernah ditahan
do
gu selama 3 (tiga) bulan karena kasus kecelakaan lalu lintas pada tahun 2007 di
LP Sidoarjo;
In
A
Bahwa terdakwa pernah menikah siri, namun terdakwa masih tinggal
satu rumah dengan orang tuanya;
ah
lik
Menimbang, bahwa selain visum et repertum dan foto-foto korban,
m
Penuntut Umum juga mengajukan barang bukti : 1 (satu) potongan batu bata
ub
merah, yang dibenarkan oleh saksi-saksi dan terdakwa;
ka
• Bahwa benar terdakwa adalah anak kandung yang nomor 2 (dua) dari
R
si
saksi korban Aslaka dan saksi Rusman dan masih tinggal satu rumah;
• Bahwa benar pada hari Sabtu, tanggal 28 Juni 2014 sekira jam 10.00
ne
ng
do
gu
lik
mengalami luka robek pembuluh darah tepi + luka robek tiga sentimeter
dan memar pada kepala bagian atas dan mendapat perawatan di Rumah
Sakit selama 4(empat) hari;
m
ub
yaitu Pasal 44 ayat (2) UURI No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
s
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang mengandung unsur-unsur sebagai
M
ne
ng
berikut :
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
1. Setiap orang;
R
2. Melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga;
si
3. Mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat;
ne
ng
Ad.1. Unsur setiap orang;
Menimbang, bahwa yang dimaksud setiap orang adalah siapapun yang
do
gu menjadi subjek hukum dan mampu bertanggung jawab secara hukum yang
dalam hal ini telah diajukan diajukan kepersidangan sebagai terdakwa ANDIK
SUSANTO telah membenarkan identitasnya sebagaimana dalam surat
In
A
dakwaan Jaksa Penuntut Umum, terdakwa mampu menjawab semua
pertanyaan yang diajukan kepadanya dan selama persidangan Majelis Hakim
ah
lik
memandang tidak ada alasan pembenar maupun alasan pemaaf bagi sifat dan
sikap perbuatan yang terdakwa lakukan. Dengan demikian unsur ini telah
m
ub
terpenuhi.
Ad.2. Unsur melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga;
ka
ep
Menimbang, bahwa pengertian kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga yang dimaksud menurut Pasal 1 ke-I UU Nomor 23 Tahun 2004 adalah
ah
R
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat
si
timbulnya kesengsaraan, rasa sakit atau penderitaan secara fisik, termasuk
ne
ng
do
gu
adanya barang bukti bahwa hari Sabtu, tanggal 28 Juni 2014 sekira jam 10.00
WIB di samping rumah saksi korban ASLAKA, di Ds Dukuh Tengah RT.04-
ah
lik
ub
merah mengenai kepala sebelah kiri saksi korban ASLAKA sehingga saksi
korban merasa kesakitan;
ka
ASLAKA dan saksi RUSMAN, yang nomor 2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara
ah
dan terdakwa masih tinggal satu rumah dengan saksi korban ASLAKA;
R
s
Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.
M
Ad.3. Unsur mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat.
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, terdakwa serta
R
visum et repertum dari RSUD Sidoarjo No: 445/2711/404.6.8/2014 tanggal 28
si
Juni 2014 yang dibuat dan ditandatangani dr. ADE RATNA AYU, akibat
ne
ng
perbuatan terdakwa tersebut saksi korban ASLAKA mengalami luka robek
pembuluh darah tepi dan luka robek tiga sentimeter dan memar pada bagian
do
gu kepala bagian atas, sehingga akibatnya saksi korban mengalami sakit dan
harus dirawat di RSUD Sidoarjo selama 4 hari. Dan setelah dirawat di rumah
sakit, saksi korban masih di rawat jalan dan masih mengkonsumsi obat karena
In
A
sering merasa sakit pada bagian kepala;
Dengan demikian unsur ini terpenuhi pula.
ah
lik
Menimbang, bahwa dengan telah terpenuhinya semua unsur-unsur dalam
dakwaan maka telah terbukti bahwa terdakwa telah secara sah dan meyakinkan
m
ub
melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, dan selama persidangan
tidak didapat adanya hal yang dapat menghapuskan atau memaafkan
ka
ep
kesalahan Terdakwa, karena itu terdakwa harus dinyatakan bersalah dan
berdasarkan Pasal 193 ayat (1) KUHAP haruslah dijatuhi pidana;
ah
R
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka
si
berdasarkan Pasal 222 ayat (2) KUHAP kepada Terdakwa akan dibebani pula
ne
ng
do
gu
lik
ub
s
seharusnya dihormati dibela dan dilindungi;
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
• Terdakwa pernah dihukum dan sedang menjalani persidangan
si
perkara lain;
Hal-hal yang meringankan :
ne
ng
• Terdakwa mengakui perbuatannya;
• Terdakwa bersikap sopan dipersidangan;
do
gu • Terdakwa sudah meminta maaf kepada korban dankorban sudah
memaafkan;
In
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan hal-hal yang memberatkan,
A
hal-hal yang meringankan, sifat dari tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa, dihubungkan juga dengan fungsi penghukuman yang bersifat
ah
lik
preventif, edukatif, rehabilitatif dan kuratif, maka Majelis berpendapat bahwa
pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa telah tepat dan adil serta setimpal
m
ub
dengan kesalahan yang dilakukan oleh terdakwa;
ka
R
dengan perkara ini;
si
MENGADILI:
ne
ng
do
gu
3. Menyatakan barang bukti berupa 1(satu) potongan batu bata warna merah
dirampas untuk dimusnahkan;
ah
lik
ub
oleh : Bahuri, SH. selaku Hakim Ketua, Musthofa, SH, dan DR. Berlian
Napitupulu, SH.MHum., masing-masing selaku Hakim Anggota, putusan mana
ah
pada hari itu juga diucapkan dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum
s
oleh Hakim Ketua tersebut didampingi Hakim-Hakim Anggota, dengan dibantu
M
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Neldy Denny, SH. Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sidoarjo dan
si
dihadapan Terdakwa.
Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,
ne
ng
do
gu 1. Musthofa, SH. Bahuri, SH.
In
A
2. DR. Berlian Napitupulu, SH.MHum.
Panitera Pengganti,
ah
lik
m
ub
Edi Prayitno, SH.
ka
ep
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
s
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10