SKRIPSI
Oleh :
PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar
Sarjana Hukum Pada Program Studi Perbandingan Madzhab Dan Hukum
Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Di Bawah Bimbingan
PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat Dalam Fatwa
Nahdlatul Ulama (Kajian Filosofis)” yang ditulis oleh Geraldy Fahreza Ruhendar,
NIM. 11150430000028, telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tanggal ... Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Program Strata Satu (S-1) pada Program
Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.
NIP. 197608072003121001
iii
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 11150430000028
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan iini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
meminta sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iv
ABSTRAK
v
الرحيم ّ الر
ّ حمن ّ َّللا
بسم ه
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tak hentinya penulis sampaikan kepada Allah SWT
berkat ridha, rahmat, hidayah serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat Dalam Fatwa
Nahdlatul Ulama (Kajian Filosofis)”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar strata 1 (S1) di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa hasil penelitian ini selesai
berkat bimbingan, dorongan, dan dukungan dari banyak pihak. Banyak sekali pihak
yang sudah berkontribusi dan menjadi penyemangat sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang mendalam dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Ibu Siti Hanna, Lc., M.A. selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab,
juga Bapak Hidayatullah, S.H.I., M.H. selaku Sekretaris Program Studi
Perbandingan Mazhab. Terima kasih atas waktu, tenaga dan ilmu yang
diberikan. Semoga kesehatan, kemudahan dan keberkahan selalu
menyertainya.
3. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi dan Inspirator bagi penulis. Terimakasih atas waktu, tenaga dan ilmu
yang diberikan. Semoga kesehatan, kemudahan dan keberkahan selalu
menyertainya.
vi
4. Dr. Supriyadi Ahmad, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama
penulis menuntut ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
5. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis;
6. Pimpinan perpustakaan yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi
kepustakaan;
7. Teristimewa untuk keluarga penulis, Ayahanda Atot Ruhendar dan Ibunda
Farra Sari Dewi serta kaka tercinta Gabriella Farida Wahdianti, S.Hum. Terima
kasih atas semua doa, pengorbanan, jerih payah, serta dukungan atas semua
cita-cita dan impian penulis. Juga ucapan terima kasih kepada Bapak Nurman,
Umi Marsanih, S.Pd.I dan Putri Nurbaiti, S.K.M yang selalu memberikan
semangat dan doa untuk penulis. Semoga kesehatan dan keberkahan selalu
menyertai semuanya, tiada kata yang pantas selain doa yang selalu penulis
panjatkan kepada Allah SWT;
8. Teman-teman angakatan 2015 Perbandingan Madzhabdan Hukum yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu. Bersama kalian hari-hari perkuliahan selalu
menyenangkan, selamat berjuang menuju kehidupan yang sesungguhnya,
menjadi masyarakat seutuhnya;
9. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ix
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN
TUBUH MANUSIA ............................................................................................ 20
1. Definisi ............................................................................................................20
2. Jenis-jenis Transplantasi ...............................................................................21
B. Sejarah Transplantasi ............................................................................... 24
A. Kesimpulan................................................................................................. 56
B. Saran ........................................................................................................... 56
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Muhammad Hasbi. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia dengan Organ Tubuh Babi
Menurut Hukum Islam”, (Watampone: Jurnal Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN),
2015), h. 1, t.d
2
Muhammad Hasbi. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia dengan Organ Tubuh Babi
Menurut Hukum Islam”, h. 1, t.d
3
Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2005), h. 167
11
12
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.4 Transplantasi organ tubuh manusia
sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan masyarakat berkembang dan
dilakukan dengan berbagai macam alasan. Apabila dilihat dari segi posisi
resipien, transplantasi dilakukan dengan tiga hal yaitu untuk penyembuhan,
menyelamatkan jiwanya untuk menyempurnakan bagian tubuh seseorang dan
memindahkan tubuh seseorang. Sedangkan dari sisi pendonor dilakukan
karena himpitan ekonomi, karena kemanusiaan dan lainnya.
Transplantasi dapat dikatakan fenomena klasik pada zaman dulu dan
dikembangkan hingga sampai sekarang, dan ini merupakan maslah ijtihad yang
menyangkut permasalahan kontemporer. Persoalan transplantasi bukan
merupakan rahasia yang harus disembunyikan oleh pihak medis maupun non
medis. Dikarenakan transplantasi yang dilakukan sudah menjadi hal yang
aktual. Hal ini bisa saja dilakukan oleh setiap jiwa dengan alasan kemaslahatan,
tetapi tidak menyebabkan kemudharatan bagi dirinya sendiri. Di Indonesia
sendiri sudah sering terjadi transplantasi dengan tujuan keselamatan manusia
yang harus dilakukan dengan cara pembuktian dari pihak medis, tidak
dibenarkan melakukannya tanpa persetujuan medis (ilegal).5
Kemajuan teknologi tidak hanya memberi dampak positif tetapi
seringkali terdapat dampak-dampak negatifnya, salah satu dampak negatif
yang muncul adalah perdebatan dan diskusi mengenai masalah ini, baik itu dari
segi hukum dan agama terutama agama islam. karena memang tidak semua
teknologi yang berkembang dalam ilmu kedokteran ini dapat diterima
dikalangan masyarakat pada umumnya.
Dari segi hukum transplantasi organ dan sel jaringan tubuh dipandang
sebagai usaha mulia dalam upaya menyelamatkan nyawa manusia, walaupun
tindakan ini merupakan suatu tindakan yang melawan hukum pidana yaitu
tindak pidana penganiayaan. Tetapi karena adanya pengecualian maka
4
Barishom, “Dasar Pengertian Mengenai Transplantasi, Bayi Tabung Dan Pencangkokan
Dalam Sorotan Hukum Islam.”, dalam Keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke-21 di
Klaten, (Yogyakarta: Persatuan, 1980), h. 7.
5
Yasin Nua’aim, Muhammad, Fikih Kedokteran, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2001), h.
202
13
6
Sahal Mahfudh, Ahkamul fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan
Muktamar, Munas, dn Konbes Nahdlatul Ulama 1926-1999 M. (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr
NU Jawa Timur dan Diantama, 2004), h. 375
14
isinya bahwa hukum wasiat pencangkokan organ tubuh mayat adalah tidak sah
atau batal.7
Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik unruk meneliti lebih
lanjut mengenai “Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat Dalam
Fatwa Nahdlatul Ulama (Kajian Filosofi).”
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan penulis maka
agar penulisan ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan pembahasan
yang meyimpang dari pokok masalah yang diteliti, serta sesuai dengan
pokok permasalahan yang dibahas dan identifikasi masalah yang disebutkan
maka, skripsi ini hanya membahas tentang fatwa transplantasi organ tubuh
mayat menurut Nahdhatul Ulama dalam kajian filosofisnya.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka yang akan
menjadi rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah :
7
Sahal Mahfudh, Ahkamul fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan
Muktamar, Munas, dn Konbes Nahdlatul Ulama 1926-1999 M. h. 425
15
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah tambahan ilmu
pengetahuan terutama mengenai transplantasi organ tubuh mayat.
b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk masyarakat
terkait transplantasi organ tubuh mayat.
c. Memperluas wawasan ilmu bagi peneliti, mahasiswa dan masyarakat
lainnya.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam penulisan skripsi
ini, karena metode penelitian ini dapat menentukan langkah-langkah dari suatu
penulisan .
1. Jenis penelitian
Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam mengolah dan
menganalisa data adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
metode dalam bentuk pengumpulan data kepustakaan (Library research)
yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan dan peneliti berhadapan
dengan berbagai macam literatur sesuai tujuan dan masalah yang sedang
dipertanyakan.8
8
Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian, (Bandung : Refika Aditama, 2008),
h. 50
18
2. Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis
normatif. Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis nomatif yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literature-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.9
3. Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer, sekunder dan tersier.10 Data-data
tersebut diantaranya :
a. Al-Qur’an dan Al-Hadits
b. Ushul Fiqh
c. Muktamar Nahdlatul Ulama ke 28 tanggal 26-28 November tahun 1989.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian ini dengan cara mengumpulkan buku-buku atau
referensi yang relevan dan akurat, serta membaca dan mempelajari untuk
memperoleh sebuah data atau kesimpulan yang berkaitan dengan
pembahasan di atas yang diolah dan dianalisis datanya menggunakan
metode Induktif, yaitu suatu cara dalam menganalisis data yang bertitik
tolak dari data-data, yang mana data tersebut bersifat umum kemudian
ditarik dan diambil dengan bersifat khusus, atau data yang bersifat khusus
kemudian ditarik dan diambil dengan bersifat umum.
5. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, dalam penulisan data yang akan
diperoleh baik data primer, data sekunder, maupun data tersier maka data
tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penlitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14
10
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Meida Group,
2008), h. 141
19
F. Sitematika Penulisan
Dalam penulisan ini, Penulis menyusun melalui sitematika penulisan
yang terdiri dari lima bab, di mana pada setiap babnya dibagi atas sub-sub bab,
dengan perincian sebagai beriku:
BAB I. Bab ini menjelaskan pendahuluan yaitu latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II, pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian transplantasi
organ tubuh manusia, macam-macam transplantasi, sejarah serta tujuannya,
dan contoh kasus transplantasi
BAB III, pada bab ini penulis menjelaskan tentang fatwa transplantasi organ
tubuh mayat menurut Nahdlatul Ulama.
BAB IV, pada bab ini penulis menjelaskan tentang kajian filosofis hukum
transplantasi organ tubuh mayat menurut nahdlatul ulama dari segi dalil dan
kaidah fiqhiyahnya.
BAB V, bab ini merupakan bab terakhir dari pembahasan ini, yaitu penulis
menjelaskan tentang penutup yaitu kesimpulan dan keterbatasan penelitian.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
MANUSIA
A. Pengertian Transplantasi
1. Definisi
Secara Etimologi transplantasi berasal dari Middle English
transplaunten, diambil dari Bahasa Latin Kuno transplantare, yang artinya
to plan.1 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
transplantasi adalah pemindahan jaringan tubuh dari suatu tempat ke
tempat lain (seperti menutup luka yg tidak berkulit dengan jaringan kulit
dari bagian tubuh yg lain).2
Menurut Medicastore, pencangkokan (Transplantasi) adalah
pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari seseorang (donor)
kepada orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan
fungsi yang telah hilang.3
Menurut WHO, Transplantation is the transfer (engraftment) of
human cells, tissues or organs from a donor to a recipient with the aim of
restoring function(s) in the body.4
Menurut istilah, transplantasi organ adalah transplantasi atau
pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain,
atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama.
Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak
1
Merriam Webster Online Search, http://merriam-webster.com/netdict/transplant (diakses
15 November 2020)
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
(diakses 15 November 2020)
3
Medicastore, Pencangkokan, http://medicastore.com/penyakit/789/Pencangkokan.html
(diakses pada 15 November 2020)
4
World Health Organization, Transplantation, http://www.who.int/topics/transplantation/e
n/ (diakses pada 15 November 2020)
20
21
befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari
donor. Donor organ dapat menggunakan orang yang masih hidup ataupun
telah meninggal.5
Berdasarkan hubungan Genetik antara donor dan recipient
(penerima) maka transplantasi di golongkan menjadi tiga bagian :6
1. Auto Transplantation, yaitu di mana donor dan penerimanya
berasal dari satu individu. Misalkan seseorang yang diambilkan
daging pahanya untuk menambal pipinya.
2. Homo Transplantation, yaitu transplantasi yang donor dan
penerimanya berasal dari satu individu. Artinya transplantasi ini
dari manusia ke manusia, atau dari binatang ke binatang. Misalkan
transplantasi hati dari satu orang ke orang yang lain.
3. Hetero Transplantation, yaitu transplantasi yang dilakukan dari
individu yang berlainan. Artinya dari organ hewan ke manusia atau
sebaliknya. Misalkan transplantasi katup jantung babi untuk
manusia.
2. Jenis-jenis Transplantasi
Transplantasi merupakan hal luar biasa ditemukan dalam dunia
kedokteran modern. Melibatkan donasi organ dari satu manusia kepada
manusia lain yang menjadikan ribuan orang diseluruh dunia setiap
tahunnya terselamatkan jiwanya.
a. Dari Segi Pemberi Organ (Pendonor)
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan tubuh,
maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:7
1) Transplantasi dengan Donor Hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan
jaringan atau organ tubuh seseorang yang hidup kepada orang lain
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ (diakses pada 15 November 2020)
6
Tim Perumusan Komisi Ahkam, Ahkamul Fuqoha:Solusi problematika Aktual Hukum
Islam. (PBNU cetakan ke 2, Jakarta: 2007), h. 460
7
M. Sudarsono. Dasar-dasar Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia, Edisi
revisi, (Interna Publishing: 2010), h. 112
22
8
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Rineka cipta, jakarta: 2010), h. 147
23
skin graft pada penderita luka bakar, di mana kulit donor berasal
dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit yang
rusak akibat mengalami luka bakar. Kemudian dalam operasi
bypass karena penyakit jantung koroner.
2) Isograft
Termasuk dalam autograft adalah "syngraft" atau isograft
yang merupakan prosedur transplantasi yang dilakukan antara dua
orang yang secara genetik identik. Transplantasi model seperti ini
juga selalu berhasil, kecuali jika ada permasalahan teknis selama
operasi. Operasi pertama ginja yang dilakukan pada tahun 954
merupakan operasi transplantasi syngraft pertama antara kembar
identik.
3) Allograft
Allograft adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari
tubuh seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan jantung
dari seseorang yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain
yang masih hidup. Kebanyakan sel dan organ manusia adalah
Allografts.
4) Xenotransplantation
Xenotransplantation adalah pemindahan suatu jaringan atau
organ dari species bukan manusia kepada tubuh manusia.
Contohnya pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk
mengganti organ manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi
baik.
5) Domino Transplantation
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak
tahun 1987. Donor memberikan organ jantung dan parunya kepada
penerima donor, dan penerima donor ini memberikan jantungnya
kepada penerima donor yang lain. Biasanya dilakukan pada
penderita "cystic fibrosis" (hereditary disease) di mana kedua
parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah untuk
24
B. Sejarah Transplantasi
Transplantasi merupakan salah satu hal yang paling luar biasa yang
telah dicapai dalam dunia kedokteran moderen. Transfusi darah merupakan
jenis transplantasi yang paling sering dilakukan. Transplantasi telah
menyelamatkan banyak nyawa manusia di dunia, lebih dari ribuan orang
pertahun diseluruh dunia dapat diselamatkan nyawanya melalui transplantasi
ini.9 Bahkan Dr. Paul Terasaki dari UCLA, melaporkan sejak tahun 1950
hingga 1997 sebanyak 544,313 orang diseluruh dunia menerima transplantasi
organ.10 Berikut sejarah Transplantasi Organ.
1902 – Transplantasi Menjadi Memungkinkan
Alexis Carrel memperlihatkan penggabungan pembuluh darah
sehingga transplantasi organ menjadi memungkinkan untuk pertama
kalinya.
Operasi penggabungan pembuluh darah tersebut merupakan salah satu
tehnik operasi ditemukan oleh dokter Alexis Carrel. Langkah maju ini
membuka kemungkinan untuk lebih lanjut melakukan operasi
transplantasi dengan membiarkan jaringan yang ditransplantasikan
terhubung dengan suplai darah. Carrel terus melakukan riset terhadap
9
World Health Organization, Dilemma over live-donor transplantation http://www.who.int
/bulletin/volumes/85/1/07-020107/en/ (diakses 9 Januari 2021)
10
Transplant News, 12 Agustus 1998, More than 500,000 people in world have been
transplanted since 1950s,Terasaki reports, http://findarticles.com/p/articles/mi_m0YUG/is_15_8/l 1
(diakses 9 Januari 2021)
25
11
United Kingdom, National Health Service, History of Donation, http://www.nhs.uk
/Tools/Documents/transplant.html (diakses 9 Januari 2021)
26
C. Tujuan Transplantasi
Transplantasi merupakan cara atau upaya medis untuk menggantikan
organ atau jaringan yang rusak, atau tidak berfungsi dengan baik. Pada
dasarnya transplantasi bertujuan sebagai usaha terakhir pengobatan bagi orang
yang bersangkutan, setelah usaha pengobatan yang lainnya mengalami
kegagalan.12 Sementara itu menurut Sa’ad pada dasrnya transplantasi bertujuan
untuk:13
1. Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya kebutaan, kerusakan jantung,
ginjal dan sebagainya.
2. Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak,
atau mengalami kelainan tetapi sama sekali tidak terjadi kesakitan
biologis, misalnya bibir sumbing.
3. Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Menurut Undang-Undang No.23 ayat 2 pasal 23 Tahun 1992
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian
tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang
tidak dapat berfungsi lagi. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan
untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial.
12
Abul Fadl Mohsin Ebrahim. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ,
dan Eksperimen pada Hewan. (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 86.
13
Sa’ad IH Chuzaimah. Transplantasi dan Hukuman Qisas. (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.
1995), h. 43
28
14
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Transplantasi Organ
15
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016
29
UU Kesehatan”, dalam Majalah Ilmiah Fakultas Hukum UNUD. ( Bali: Kertha Patrika, 1994), h.
257.
17
Trini Handayani. Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Organ Tubuh
Manusia. (Bandung: Mandar Maju, 2012), h. 72.
32
18
Transplantasi hati, https://www.rspondokindah.co.id/id/news/transplantasi-hati-sukses-
dilaksanakan-di-rs-puri-indah (diakses 25 Januari 2021)
19
Donor organ tubuh mayat, https://sains.kompas.com/read/2018/09/13/173500123/dapat-
organ-dari-pendonor-yang-sama-tiga-orang-tertular-kanker (diakses 5 Februari 2021)
20
Bank Mata Indonesia, https://bankmataindonesia.org/donor-mata (diakses 5 Februari
2021)
BAB III
FATWA NAHDLATUL ULAMA TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN
TUBUH MAYAT
A. Nahdlatul Ulama
1. Sejarah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
Di kalangan Nahdlatul Ulama, Bahtsul Masail merupakan tradisi
intelektual yang sudah berlangsung lama. Sebelum nahdlatul ulama berdiri
dalam bentuk organisasi formal, aktivitas batsul masail telah berlangsung
sebagai praktek yang hidup di tengah masyarakat muslim nusantara,
khususnya kelangan pesantren NU kemudian melanjutkan tradisi itu dan
mengadopsinya sebagai bagian kegiatan keorganisasian. Batsul masail
sebagai bagian aktivitas formal organisasi pertama dilakukan tahun 1926,
beberapa bulan setelah NU berdiri. Tepatnya pada kongres 1 NU (kini
bernama Muktamar), tanggal 21-23 september 1926. Selama beberapa
decade, forum Batsul masail ditempatkan sebagai salah satu komisi yang
membahas materi muktamar. Belum diwadahi organ tersendiri.1
Setelah lebih dari setengah abad NU berdiri, Batsul masail baru
dibuatkan organ tersendiri bernama Lajnah Batsul Masail diniyah. Hal itu
dimulai dengan adanya rekomendasi muktamar ke-28 di Yogyakarta tahun
1989. Komisi 1 muktamar 1989 itu merekomendasikan PBNU untuk
membentuk lajnah Batsul Masail diniyah, sebagai lembaga permanen.
Untuk memperkuat wacana pembentukan lembaga permanen itu, pada
januari 1990, berlangsung halaqah (saraehan) di pesantren mamba’ul
ma’arif Denanyar Jombang, yang juga merekomendasikan pembentukan
lajnah Batsul Masail diniyah. Pada muktamar 2004, status “lajnah”
ditingkatkan menjadi “lembaga”, sehingga bernama lembaga Batsul Masail
Nahdlatul Ulama.2
1
H.Soelemain Fadeli, ANTOLOGI NU: Sejarah Istilah Uswah Cet. II, (Surabaya: Khalista
Perbruari, 2008). h. 7-11
2
H.Soelemain Fadeli, ANTOLOGI NU: Sejarah Istilah Uswah Cet. II, h. 7-11
33
34
3
Budi Setiawan, http://setiarahma20.blogspot.com/2009/12/metode-istinbath-hukum-
majelistarjih.html?m=1, diakses pada 29 september 2021
4
Aziz Masyuri. Ahmad, Masalah Keagamaan: Hasil Mukhtamar dan Munas Ulama
Nahdlatul Ulama ke-1 Tahun 1926 s/d ke-29 tahun 1994, (Surabaya: RMI dan Dinamika Press,
1997), h. 365
35
2) Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab dan di sana
terdapat lebih dari satu qaul-wajah, maka dilakukan taqrir jama’i untuk
memilih satu qaul/wajah.
3) Dalam kasus tidak ada qaul/wajah sama sekali yang memberikan
penyelesaian, maka dilakukan ilhaq al-masa-il bi nadhairha secara
jama’I oleh para ahlinya.
4) Dalam kasus tidak ada qaul/wajah sama sekali dan tidak mungkin
dilakukan ilhaq al-masa-il bi nadhairiha, maka bisa dilakukan istinbath
jama’I dengan prosedur bermadzhab secara manhaji oleh para ahlinya.
5
Aziz Masyuri, Ahmad, Masalah Keagamaan: Hasil Mukhtamar dan Munas Ulama
Nahdlatul Ulama ke-1 Tahun 1926 s/d ke-29 tahun 1994, h. 364
36
dengan anggota tubuh lain, karena bahayanya buta itu tidak sampai melebihi
bahayanya merusak kehormatan mayit.6
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al-
Jawad7:
ِ علَى ا ْل َم ْن َه
َ ج َولَ ْو
غي َْر ُم ْحت ََر ٍم َك ُم َّرت َ ٍد َو َح ْربِي ٍ فَيَح ُْر ُم ُّ ِي فَ ُو ُج ْودُهُ حِ ْينَئِ ٍذ كَا ْلعَدَ ِم َك َما قَا َل ا ْل َحلَب
َ ي ُّ ا َ َّما اْألَدَ ِم
ُص ُل بِ ِه َويَ ِجبُ ن َْزعُه ْ ا ْل َو
Adapun (jasad) manusia, maka adanya sama dengan tidak adanya
sebagaimana yang dinyatakan al-Halabi dalam catatannya atas kitab al-
Manhaj, walaupun tidak terhormat, seperti orang murtad dan kafir harbi.
Karenanya maka haram tranplantasi (dengan organ mereka) dan harus
dicopot kembali.
Kemudian dijelaskan dalam Hadits Nabi Saw :
6
PBNU. Ahkamul Fuqaha. (Surabaya: Kalista-LTN PBNU, 2011), (masalah nomor 315)
7
Syihāb al-Dīn Ahmad ibn Hamzah al-Ramlī, Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al-
Jawad, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiah, 2005), h. 26-27
8
Abu Dawud, Shahih Sunan Abî Dawud Jilid II, no. 2797, (Riyadh: Maktabah al-ma’ârif,
2000), h. 422
9
Abdilah, Abu Muhammad bin Yazid, Matan Sunan Ibnu Majah jilid 1, no. 1616, (Amman:
baitul Afkar ad-Dauliyyah, 1999), h. 505
37
“bahwa hukum wasiat pencangkokan organ tubuh mayat adalah tidak sah
atau batal karena tidak memenuhi syarat-syarat wasiat yang antara mutlaq
al-milki. Menurut syara’ organ mayit itu hak Allah bukan milik seseorang.
Adapun pecangkokan organ tubuh manusia ada yang membolehkan dengan
syarat:
- Karena diperlukan, dengan ketentuan tertib pengamanan.
- Tidak ditemukan selain organ tubuh manusia itu.
عي ِْن اْأل َ ْع َمى َ ص ِل َها إِلَىْ ت ل َِو ِ ِص ِريَّ ِة بِ َج َو ِاز أ َ ْخ ِذ َحدَاقَ ِة ا ْل َمي
ْ ار ا ْل ِم ِ َم ْسأَلَةٌ َما قَ ْولُكُ ْم فِي ا ْفتَاءِ ُم ْفتِى
ِ َالدي
ت َولَ ْوِ بَ ْل يَح ُْر ُم أ َ ْخذُ َحدَاقَ ِة ا ْل َم ِي،ْح ٍ صحِ ي َ غي ُْر َ صحِ ْي ٌح أ َ ْو الَ قَ َّر َر ا ْل ُمؤْ ت َ َم ُر ِبأ َ َّن ذَلِكَ اْ ِإل ْفت َا َء
َ َه ْل ه َُو
ِسدَة َ ُض َر َر ا ْل َع َمى الَ يَ ِز ْيد
َ علَى َم ْف َ ص ُلهُ ِبأَجْزَ اءِ اْألَدَمِي ِ ِأل َ َّن
ْ َويَح ُْر ُم َو.ٍغي َْر ُم ْحت ََر ٍم َك ُم ْرت ٍَد َو َح ْر ِبي
َ
26 علَى اب ِْن ا ْل ِع َما ِد صـ َ لر ِش ْيدِي ِ ت ا ْل َم ِي
ْ ت َك َما ِف
َّ ي َحا ِش َي ِة ا ِ ا ْن ِت َهاكِ ُح ُر َما
ِ علَى ا ْل َم ْن َه
َ ج َولَ ْو
غي َْر ُم ْحت ََر ٍم َك ُم ْرت ٍَد َو َح ْر ِبي ٍ فَيَح ُْر ُم ُّ ي فَ ُو ُج ْودُهُ حِ ْينَئِ ٍذ كَا ْل َعدَ ِم َك َما قَا َل ا ْل َحلَ ِب
َ ي ُّ أ َ َّما اْألَدَ ِم
ُص ُل ِب ِه َو َي ِجبُ ن َْزعُه ْ ا ْل َو.
10
Syihāb al-Dīn Ahmad ibn Hamzah al-Ramlī, Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al-
Jawad, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiah, 2005), h. 26-27.
11
PBNU. Ahkamul Fuqaha., masalah nomor 315
39
ض ِة ِأل َ َّن
َ الر ْو
َّ ح َو َ ًط ِر (أ َ ْك ُل آدَمِي ٍ َميِتٍ) إذَا لَ ْم يَ ِجدْ َم ْيتَة
َّ غي َْرهُ َك َما قَيَّدَاهُ فِي ال
ِ ش ْر ْ ي ا ْل ُم
َ ض ْ َ (ولَهُ) أ
َ
ِ ظ ُم ِم ْن ُح ْر َم ِة ا ْل َم ِي
ت َ ُح ْر َمةَ ا ْل َحي ِ أ َ ْع
12
Abu Dawud, Shahih Sunan Abî Dawud Jilid II, no. 2797, (Riyadh: Maktabah al-ma’ârif,
2000), h. 422
13
Abdilah, Abu Muhammad bin Yazid, Matan Sunan Ibnu Majah jilid 1, no. 1616,
(Amman: baitul Afkar ad-Dauliyyah, 1999), h. 505
14
Muhammad al-Khatib al-Syirbini. Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj.
(Mesir: Musthafa al-Halabi, 1957), Juz IV, h. 307.
40
ْ ِح ِل ْل َو
ٌ ُص ِل (فَ َم ْعذ
ور) فِي ْ ص ِل ( ِبنَ َج ٍس) ِم ْن ا ْل َع
َّ ظ ِم ( ِلفَ ْق ِد ال ْ اج ِه إلَى ا ْل َو َ ِال ْن ِك
ِ صال
َّ طاه ِِر) ال ِ َار ِه َوا ْحتِي
ِ س
ْ ع
)ُظ َمه َ (ولَ ْو َو
َ ص َل َ َذَلِك
15
Jalaluddin al-Mahalli. Kanz al-Raghibin Syarh Minhaj al-Thalibin pada Hasyiyata
Qulyubi wa ‘Umairah, Juz IV. (Indonesia: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, t. th.), h. 128.
16
Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi. Nihayah al-Zain Syarh Qurrah al-‘Ain. (Beirut:
Dar al-Fikr, 1966), h. 279.
41
(ُ)ولَه
َ
َض ِة ِأل َ َّن ُح ْر َمة
َ الر ْو َ ًط ِر (أ َ ْك ُل آدَمِي ٍ َميِتٍ) إذَا لَ ْم يَ ِجدْ َم ْيتَة
َّ غي َْرهُ َك َما قَيَّدَاهُ فِي ال
َّ ش ْرحِ َو ْ ي ا ْل ُم
َ ض ْ َأ
ِ ِظ ُم ِم ْن ُح ْر َم ِة ا ْل َمي
ت َ ا ْل َحي ِ أ َ ْع.
ِ ِظ ُم ِم ْن ُح ْر َم ِة ا ْل َمي
ت َ ت ِأل َ َّن ُح ْر َمةَ ا ْل َحي ِ أ َ ْع
ٍ ِط ِر أ َ ْك ُل أَدَمِي ٍ َمي ْ َولَهُ أَي ِل ْل ُم
َ ض
ِ ِضطُ َّر َو َو َجدَ أَدَ ِميا َميِتًا َجازَ أ َ ْكلُهُ ِأل َ َّن ُح ْر َمةَ ا ْل َحي ِ آ ِكدٌ ِم ْن ُح ْر َم ِة ا ْل َمي
ت ْ َوإِ ِن ا
Jika seseorang terpaksa dan (hanya) menemukan mayat manusia, maka ia
boleh memakannya. Sebab, kehormatan orang hidup lebih kuat dari
kehormatan orang mati.
17
Muhammad al-Khatib al-Syirbini. Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj, Juz
IV. (Mesir: Musthafa al-Halabi, 1957), Juz IV, h. 307.
18
Jalaluddin al-Mahalli. Kanz al-Raghibin Syarh Minhaj al-Thalibin pada Hasyiyata
Qulyubi wa ‘Umairah, Juz I. (Indonesia: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, t. th.), h. 128.
19
Abu Ishaq al-Syairazi. al-Muhadzdzab, Juz I. (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1980), h.
251.
42
ْ ع
(ُظ َمه َ )ولَ ْو َو
َ ص َل َ
ْ ِح ِل ْل َو
ص ِل ْ ص ِل ( ِبنَ َج ٍس) ِم ْن ا ْل َع
َّ ظ ِم ( ِلفَ ْق ِد ال ْ اج ِه إلَى ا ْل َو َ ِال ْن ِك
ِ صال
َّ طاه ِِر) ال ِ َار ِه َوا ْحتِي
ِ س
َور) فِي ذَلِك ٌ ُ(فَ َم ْعذ
20
Jalaluddin al-Mahalli. Kanz al-Raghibin Syarh Minhaj al-Thalibin pada Hasyiyata
Qulyubi wa ‘Umairah, Juz IV, h. 128.
21
Munawar Khalil, Kembali Kepada Alqur'an dan Al-Sunnah, (Bulan Bintang, 1977).
43
(1) Dalil Naqli yaitu dalil-dalil yang berasal dari nash langsung, yaitu
Alquran dan al-Sunnah.
(2) Dalil aqli, yaitu dalil - dalil yang berasal bukan dari nash langsung, akan
tetapi dengan menggunakan akal pikiran, yaitu Ijtihad. Bila
direnungkan, dalam fiqih dalil akal itu bukanlah dalil yang lepas sama
sekali dari Alquran dan al-Sunnah, tetapi prinsif-prinsif umumnya
terdapat dalam Alquran dan Al-Sunnah.
5. Dalil ditinjau dari sei ruang lingkupnya
Dalil ditinjau dari ruang lingkupnya ada dua macam, yaitu:
a. Dalil Kully yaitu dalil yang mencakup banyak satuan hukum. Dalil
Kulli ini adakalaya berupa ayat Alquran, dan berupa hadits, juga
adakalanya berupa Qaidah-qaidah Kully.
b. Dalil Juz'i, atau Tafsili yaitu dalil yang menunjukan kepada satu
persoalan dan satu hukum tertentu.
b. Dalil Zhanni. Dalil Zhanni, terbagi kepada dua macam pula yaitu:
Zhanni al-Wurud dan Zhanni al-Dalalah.
a. Zhanni al-Wurud, yaitu dalil yang memberi kesan yang kuat atau
sangkaan yang kuat bahwa datangnya dari Nabi saw. Tidak ada
44
ayat Alquran yang Zhanni wurud, adapun hadits ada yang Zhanni
wurudnya yaitu hadits ahad.
b. Zhanni al-Dalalah, yaitu dalil yang kata-katanya atau ungkapan
kata-katanya memberi kemungkinan - kemungkinan arti dan
maksud lebih dari satu. Tidak menunjukan kepada satu arti dan
maksud tertentu.
BAB IV
KAJIAN FILOSOFIS HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
MAYAT MENURUT NAHDLATUL ULAMA
1
PBNU. Ahkamul Fuqaha. (Surabaya: Kalista-LTN PBNU, 2011), (masalah nomor 315)
2
Syihāb al-Dīn Ahmad ibn Hamzah al-Ramlī, Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al-
Jawad, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiah, 2005), h. 26-27
45
46
tersebut, oleh sebab itu shalatnya tetap sah besertaan tulang najis tersebut –
ditubuhnya-.”3
3
Syekh Abu Zakaria Al-Anshari, Fathul Wahhab Juz I, (Mesir : Musthafa Al-Halabi,
1950 M), h. 238-239
48
hukumnya dengan kasus serupa yang sudah ada dalam suatu kitab rujukan,
dan c) metode manhajy, yaitu menelusuri dan mengikuti metode istinbath
hukum madzhab empat, terkait dengan masalah yang tidak bisa dijawab
oleh metode Qouly dan Ilhaqy.4 Sebagai pengendalian hukum melalui cara
mengikuti jalan pikiran serta kaidah-kaidah penetapan hukum para imam
mazhab dalam memuruskan hukum suatu masalah. Pendekatan manhaji
dilakukan melalui ijtihad secara kolektif (ijtihad jama‟i), dengan
menggunakan metoda : mempertemukan pendapat yang berbeda (al-Jam‟u
wat taufiq), memilih pendapat yang lebih akurat dalilnya (tarjihi),
menganalogkan permasalahan yang muncul dengan permasalahan yang
telah ditetapkan hukumnya dalam kitab-kitab fiqh (ilhaqi) dan istinbathi.
Prosedur penetapan hukum metode di atas adalah didasarkan
keputusan munas alim ulama di Lampung disusun dengan urutan hirarki,
yaitu: a) dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibrah kitab dan di
sana terdapat hanya satu Qoul atau Wajb, maka dipakailah qaul atau wajb
sebagaimana diterangkan dalam ibarat tersebut (metode qauly), b) dalam
kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat yang tertuang dalam kitab di
sana terdapat lebih dari satu qaul dan wajb, maka dilakukan taqrir jama’i
untuk memilih satu qaul atau wajb (metode taqriry), c) dalam kasus tidak
ada satu qaul atau wajb sama sekali yang memberikan penyelesaian, maka
dilakukan prosedur ilhaqul masail bi madzairiha secara jama’i oleh ahlinya
(metode ilhaqy), d) dalam kasus tidak ada qaul atau wajb sama sekali tidak
memungkinkan diadakan ilhaq, maka bisa dilakukan istinbath jama’I
dengan prosedur istinbath bermadzhab, secara manhaji oleh para ahinya
(metode manhajy).5
a. Putusan Muktamar Ke-23 di Solo
Nahdlatul Ulama sebelum keputusan munas alim ulama NU
tentang metode ijtihad di Bandar lampung tahun 1992 ini, pada
4
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masail 1926-1999, (Yogyakarta:
LkiS, 2004), h. 116
5
Imam Ghazali Sa’id dan A Ma’ruf Asrori, Ahkamul Fuqoha, (Surabaya: LTNU-Diantama,
2004), h. 471
49
6
M. Imdadun Rahmat, Kritik Nalar Fikih NU: Transformasi Paradigma Bahtsul Masail,
(Jakarta: LAKPESDAM, 2002), h. 6-7
51
ط ۚنَ َو َال
َ ظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َ ِق نَ ْح ُن ن َْر ُزقُكُ ْم َواِيَّاهُ ْم َۚو َال ت َ ْق َربُوا ا ْلف ََواح
َ ش َما ٍ ٍۗ ا َ ْو َالدَكُ ْم ِم ْن اِ ْم َال
ق ٰذ ِلكُ ْم َو ه
َصىكُ ْم ِب ٖه لَ َعلَّكُ ْم ت َ ْع ِقلُ ْون ِ ٍۗ ّٰللاُ ا َِّال ِبا ْل َح ْ ِس الَّت
ي َح َّر َم ه َ ت َ ْقتُلُوا النَّ ْف
7
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang: CV. Toga Putra, 1989), h. 210
52
8
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibn Katsir, Jilid
III, (Jakarta: Team Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2003), h. 322
9
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibn Katsir, Jilid
III, h. 323
53
10
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibn Katsir, Jilid
III, h. 325
11
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibn Katsir, Jilid
III, h. 326
Muhammad Utsmân Syabîr, al-Qawâ’id al-Kulliyah wa alDhawâbith al-Fiqhiyah,
12
riba, judi dan berbagai hal serupa yang penuh tipu daya, sekalipun
pada lahiriyahnya cara-cara tersebut berdasarkan keumuman hukum
syar’i, tetapi diketahui oleh Allah dengan jelas bahwa pelakunya
hendak melakukan tipu muslihat terhadap riba, sehingga ibn jarir
berkata: “diriwayatkan dari ibnu Abbas tetang seseorang yang
membeli baju dari orang lain dengan mengatakan jika anda senang,
anda dapat mengambilnya, dan jika tidak, anda dapat
mengembalikannya dan tambahkan satu dirham “ itulah yang
difirmankan oleh Allah SWT “ janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan bathil.”14
Firman Allah SWT “kecuali dengan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka. Seakan-akan Allah berfirman:
“janganlah kalian menjalankan (melakukan) sebab-sebab yang
diharamkan dalam mencari harta, akan tetapi dengan perniagaan
yang disyariatkan, yang terjadi dengan saling meridhai antara
penjual dan pembeli, maka lakukan lah hal itu dan jadikanlah hal itu
sebagai sebab dalam memperoleh harta benda.15
Firman Allah SWT: “janganlah kamu membunuh dirimu.”
Yaitu dengan melakukan hal-hal yang diharamkan Allah SWT,
sibuk melakukan kemaksiatan terhadap-Nya dan memakan harta di
antara kalian dengan bathil. “sesungguhnya Allah maha penyayang
terhadapmu.” Yaitu apa yang diperintahkan dan dilarang-Nya untuk
kalian.
Dasar kaidah yang diambil dari ayat di atas yaitu :
16
ب أ َ َخ ِف ِه َما
ِ ارتِكَا
ْ ِض َر ًرا ب َ ي أ َ ْع
َ ظ ُم ُه َما َ ت َم ْف
َ سدَتا َ ِن ُر ْو ِع ْ ض َ َإذَا تـَع
َ ار
“Apabila dipertahankan yang mendatangkan madharat yang paling
besar, dengan melakukan perbuatan yang paling ringan madharatnya
14
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Labaabut Tasir min
ibni katsir jilid 2, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 1994), h. 280
15
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Labaabut Tasir min
ibni katsir jilid 2, h. 281
16
Abdul Hamid Hakim, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah,
(Jakarta: Sa’adiyah Putra, 1927), h. 35.
55
17
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Labaabut Tasir min
ibni katsir jilid 2, h. 282
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan pembahasan dan penelitian dari Bab I sampai Bab
IV, maka dalam mengakhiri skripsi ini penulis dapat mengambil beberapa pokok
yang dapat dijadikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan ini. Yaitu,
1. Pada putusan muktamar ke-23 di Solo, 24-29 Desember 1962 dan ke-28
tanggal 26-28 November tahun 1989, Nahdlatul Ulama berpendapat
bahwa Transplantasi Organ Tubuh Mayat tidak boleh karena organ tubuh
manusia merupakan hak Allah, bukan milik seseorang. Dengan kematian
manusia maka terputuslah semua hak yang didasarkan pada kehidupan.
menggunakan dalil aqli dengan mentatbiiqkan secara dinamis nash-nash
fuqoha dalam konteks permasalahan transplantasi organ tubuh mayat yang
dicari hukumnya, menggunakan al-quran surah An-Nissa Ayat 29 dan Al-
An’am Ayat 151 sebagai dasar dari pengambilan keputusannya.
2. Pada fatwa tentang hukum transplantasi organ tubuh mayat Nahdlatul
Ulama dalam ijtihadnya sering menggunakan Istinbath Hukum dengan
metode manhajy yang disepakati penggunaannya oleh bahtsul masail
melalui keputusan munas alim ulama NU di Bandar lampung tahun 1992.
Keputusan mereka disadari sebagai hasil ijtihad nash syar’I yang tidak
lepas dari kondisi sosial-budaya pada saat dan di mana mereka hidup.
Kedua, merupakan jawaban terhadap tantangan metodologi yang dihadapi
fiqih yakni tuntutan mengakomondasii setiap perkembangan dan
perubahan masyarakat. metode manhajy dilakukan dengan istinbath
jama’I mempraktikan qawaid ushuliyah dan qawaid fikiyyah yang ada
B. Saran
Batsul Masail Nahdlatul Ulama diharapkan dapat melakukan
komunikasi yang lebih intens dengan dengan lembaga independen seperti MUI
agar dalam merumuskan setiap persoalan-persoalan kontemporer yang terjadi
56
57
Abdilah, Abu Muhammad bin Yazid, Matan Sunan Ibn Majah Jilid 1, bab 63,
(Amman: Baitul Afkar Ad-Dauliyyah, 1999)
Abdilah, Abu Muhammad bin Yazid, Matan Sunan Ibn Majah Jilid 1, bab 63,
(Amman: Baitul Afkar Ad-Dauliyyah, 1999)
Abu Dawud, Shahih Sunan Abî Dawud Jilid II, (Riyadh: Maktabah al-ma’ârif,
2000).
Aggraini, Dian. makalah transplantasi organ yang diakses pada 11 November
2019 dari http://diansijian.blogspot.com/2011/5/makalah-transplantasi-
organ.html.
Ahkamul Fuqaha, Keputusan Muktamar NU ke-23 tahun 1962 di Solo
Ahmad, Sya’rawi. Anda Bertanya Islam Menjawab (5th ed.). (Jakarta: Gema
Insani Press, 1992).
Duruus lisy Syaikh al-Utsaimin bab Hukmu Tasyriihul Jutsats Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Imam Abu Hanifah, 2008)
58
59
Ibn Manzhûr, Lisân al-Arab, Jilid III, Bayrut: Dâr alShâdir, 2000
Imâm al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, Jilid II, No. Hadits: 1695, bab: Pahala
seseorang berdasarkan besarnya lelah usahanya. Bayrût: Dâr al-Fikr,
1994.
Imam Al-Hafiz Ahmad Bin Ali As-Syafi’i, Al-Ma’ruf Ibnu Hajar Al-‘Asqalani,
Bulughul Maram Min Adillati Al-Ahkam. Jakarta : Darul Kitab
AlIslamiyyah, 2002.
Kharisman, Abu Utsman, Syarh Kitab Al-Janaiz Min Bulughil Marom bagian
ke-8, (Probolinggo : Pustaka Hudaya, 2013)
Medicastore,Pencangkokan,http://medicastore.com/penyakit/789/Pencangkoka
n.html
Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 4,Cetakan II (Jakarta: Tinta Abadi Gemilang,
2013
Syihāb al-Dīn Ahmad ibn Hamzah al-Ramlī, Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al-
Jawad, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiah, 2005)
https://www.rspondokindah.co.id/id/news/transplantasi-hati-sukses-dilaksanaka
n-di-rs-puri-indah
https://sains.kompas.com/read/2018/09/13/173500123/dapat-organ-dari-pendo
nor-yang-sama-tiga-orang-tertular-kanker
https://bankmataindonesia.org/donor-mata
63