SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
(S.H) pada Program Studi Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
CHACHA KHOIRUNISA
NIM: 11170453000028
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2021 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum(S.H)
pada Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan HukumUniversitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
CHACHA KHOIRUNISA
NIM: 11170453000028
Pembimbing:
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2021 M
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. Berkat nikmat, rahmat, dan ridha-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR DI
KECAMATAN PANDEGLANG”. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad saw. yang telah memimpin umat Islam menuju jalan
yang diridhai Allah swt.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada pihak-
pihak yang senantiasa sabar dan setia membantu, membimbing serta mendoakan
penulis dalam proses penelitian skrips ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.Ag., Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Sri Hidayati, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan Dr. Hj.
Masyrofah, S.Ag., M.Si., Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Fathudin, S.HI, SH, MA.Hum, MH, Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang
dengan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, mentransfer
ilmunya kepada penulis sejak awal perkuliahan sampai saat ini;
5. Dr. Ria Safitri M.Hum., Dosen Penasihat Akademik penulis yang sudah
selalu sabar dan memberikan semangat, nasehat, masukan, serta motivasi
hingga saat ini;
6. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Rasa terima kasih dan hormat atas segala ilmu, pengalaman,
bimbingan, dan arahan yang diberikan kepada penulis selama menempuh
v
pendidikan Strata Satu (S1);
7. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kontribusi berupa literasi
dan pustaka guna menyelesaikan skripsi ini;
8. Seluruh pihak narasumber yang sudah berkenan memberikan informasi
melalui wawancara pribadi, yakni Ibu Hj. Melly Dyah Rahmalia selaku
Camat Pandeglang, bapak Ramadani selaku ketua Satuan Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 kabupaten Pandeglang, bapak Juhanas Waluyo selaku
Kabid Ketertiban Umum dan ketertiban masyarakat Satpol PP kabupaten
Pandeglang, Ifanudin selaku Headbar Sarasa Coffe dan ibu Nurhamah selaku
masyarakat kecamatan Pandeglang;
9. Kedua orang Tua tersayang Ayahanda Apud Saepudin dan Ibunda Nurjanah
yang menjadi garda terdepan dalam memberikan dukungan baik moral
maupun moril, baik doa maupun materi. Dan juga kakak-kakak penulis,
Neneng Nahdhiatul Ummah, Siti Hafsah, Nurazizah, Ai Qurotul Aini serta
adik Nova Musyarofah, yang selalu memberi dukungan penuh dan motivasi
kepada penulis selama proses pembuatan skripsi;
10. Keluarga besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta,
kawan seperjuangan Hukum Tata Negara angkatan 2017 yang telah melewati
perkuliahan bersama dari awal kuliah hingga saat ini. Khususnya sahabat dan
teman-teman terdekat (Harun al-Rasyid, Hasni Saskia, Tasya Aurellia,
Fikriyyah Asrinovit, Nusratul Himetris, Kamila Rahmati Najiha, Nashiha
Ulya, Chairy Safira, Dendi Hutama, Rizki Fauzan, dan Dandy Esviansyah,)
yang selalu membersamai dan sama-sama berjuang dalam proses pembuatan
skripsi ini;
11. Sahabat-sahabat BKMKT, Dina Fatmawati, S.E., Rusminah, A.Md Kep., Mia
Sumiasih, A.Md, Keb., dan Euis Suhartini, S.Pd. yang selalu mendukung dan
berjuang bersama sejak sekolah sampai saat ini;
12. Teman-teman seperjuangan SMKN 1 Pandeglang, Mutiara Indah Antariksa,
S.E., Bella Ayu Pratiwi, S.E., Dias Syaban Adi Triputra, S.H., M. Miftahul
Khoir, S.AB., dan Najibullah, yang senantiasa menemani perjuangan penulis
vi
dalam membuat skripsi;
13. Dan terutama untuk diri sendiri, terima kasih untuk diri ini karena telah
percaya bahwa kamu bisa dan tak pernah menyerah, telah melakukan ini
semua dengansungguh-sungguh dan tak pernah mundur, selalu kuat, dan jadi
diri sendiri apa adanya.
Semoga bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak senantiasa menjadi
amal ibadah yang terus mengalir pahalanya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Chacha Khoirunisa
NIM. 1117045300028
vii
DAFTAR ISI
vi
PEMBERLAKUAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR DI
KECAMATAN PANDEGLANG .................................................................... 60
A. Faktor Kendala Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di kecamatan Pandeglang.............................................................................. 60
B. Tingkat Kesadaran Masyarakat Kecamatan Pandeglang Dalam Penerapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar ............................................................................. 68
C. Upaya Pemerintah dan Peran Stakeholder dalam Penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar di Kecamatan Pandeglang.................................................................. 70
BAB V............................................................................................................... 75
PENUTUP ........................................................................................................ 75
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 75
B. SARAN ............................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi virus corona atau corona virus disease 2019 (COVID-19) mulai
menggemparkan dunia sejak 2019 lalu. Virus ini pertama kali muncul di Wuhan,
China, pada tahun 2019. Penyebarannya yang cepat membuat virus corona ini
mudah meluas hingga ke seluruh dunia termasuk Indonesia. World health
organization (WHO) telah menetapkan Covid-19 ini sebagai ancaman pandemi.
Sehingga seluruh dunia sangat mewaspadai dan menanggapi penyebaran virus ini
sebagai wabah berbahaya. Sejak permulaan 2020 virus ini mulai memasuki negara
Indonesia, tepatnya pada permulaan Maret 2020.
Diawali oleh beberapa kasus pasien positif Covid-19 pada akhir Maret
2020, masyarakat Indonesia mulai panik dan merasa khawatir yang cenderung
berlebihan saat itu. Kekhawatiran ini semakin terasa dengan melihat lonjakan
kasus yang sangat cepat di Negeri ini. Karena hal ini, Pemerintah tidak diam dan
segera mengambil tindakan dengan membuat beberapa kebijakan. Seperti pada 31
Maret 2020, Presiden Jokowi mengadakan Konferensi pers dengan tujuan untuk
mengumumkan kepada publik mengenai kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah
guna menyikapi Covid-19 ini. Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan bahwa
kebijakan yang Pemerintah buat ialah berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) dalam merespon kedaruratan kesehatan. Yang menjadi dasar hukum dari
kebijakan ini ialah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang kekarantinaan
kesehatan. Dalam menanggapi bencana wabah covid-19 ini selanjutnya
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Desease 2019, yang
kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020.
1
2
1
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
2
Aprista Ristyawati, Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945,
Administrative Law & Governance Journal. Volume 3 Issue 2, June 2020, h 242
3
Mei Susanto, Teguh Tresan Puja Asmara, Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia Dalam
Penanganan Covid-19: Dikotomi Atau Harmonisasi (The Economy versus Human Rights In
Handling Covid-19: Dichotomy or Harmonization). Jurnal HAM, Volume 11, Agustus 2020, h 303
3
4
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
5
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
4
Bunyi Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan Pasal 59 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 terlihat sama. Padahal hakikatnya
Peraturan Pemerintah memiliki peran untuk menjelaskan pelaksanaan atas aturan
Undang-Undang yang mendelegasikannya. Namun di dalam Peraturan Pemerintah
tersebut tidak disebutkan secara jelas terutama mengenai penjelasan adanya
peliburan dalam rangka mengantisipasi penularan Covid-19 yang pada
kenyataannya sekolah maupun tempat kerja tidak diliburkan, melainkan belajar
jarak jauh untuk sekolah dan bekerja dari rumah / Work From Home (WFH), hal
tersebut membuat kejelasan dalam klausul dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 belum tercapai7.
6
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
7
Aprista Ristyawati, Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945,
Administrative Law & Governance Journal. Volume 3 Issue 2, June 2020, h 245
5
Oleh karena itu, perlu dilakukan proses penelitian yang akan melibatkan berbagai
macam pihak di dalamnya. Bagaimana praktik penerapan kebijakan PSBB di
kecamatan Pandeglang akan terjawab dalam penelitian ini, apasaja yang menjadi
kendala dalam penerapannya, upaya. Dalam penerapannya, terdapat beberapa
asumsi bahwa pemerintah juga belum terlihat begitu tegas dalam penegakkan
sanksi untuk setiap orang atau badan yang melanggar kebijakan ini. Dilain sisi
penulis yang juga sebagai warga Kecamatan Pandeglang ingin menganalisis
mengenai kebijakan ini dalam mengatur budaya hukum di Kecamatan
Pandeglang, dimana memang budaya hukum masyarakat yang sulit diatur. Maka
dari itu penulis perlu meneliti lebih lanjut untuk dapat memastikan bagaimana
berjalannya implementasi kebijakan PSBB di Kecamatan Pandeglang ini.
8
Komnas HAM, Tata kelola Penanggulangan Covid-19 dalam Perspektif HAM, Oktober
2020, h 126
7
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
ditarik beberapa point di dalam rumusan masalah :
8
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif- empiris yang merupakan penggabungan antara pendekatan
hukum normatif dan hukum empiris. Metode penelitian normatif-empiris
mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam
11
aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu
masyarakat. Dimana Penelitian hukum empiris merupakan salah satu jenis
penelitian hukum yang menganalisis dan mengkaji bekerjanya hukum di
dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji menjelaskan,
bahwa penelitian hukum empiris atau sosiologis adalah penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti data primer 9. Dalam penelitian ini
penulis menganalisis keefektifan sebuah hukum yang berlaku di masyarakat.
Sedangkan normatif merupakan suatu metode penelitian untuk menemukan
kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.
Penelitian ini menggunakan bahan pustaka dengan menelaah teori, asas,
konsep hukum serta peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
penelitian ini.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian hukum ini terdapat beberapa pendekatan yang
digunakan, diantaranya adalah : pendekatan perundang- undangan (statute
approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan
kasus (case approach). Pendekatan Undang-Undang (statute approach)
dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani10. Pendekatan
perundang-undangan dalam bentuk melihat peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan kebijakan Pemerintah dalam melakukan Pembatasan
Sosial berskala Besar dan penanganan kedaruratan kesehatan masyarakat.
Misalnya Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Covid-19. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 09 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB
dalamrangka percepatan penanganan Covid-19. Dan Peraturan Bupati Nomor
55 Tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol
9
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
(Bandung: Alfabeta, 2017). h.70
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Cet-14, 2019), h. 133
12
11
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum…h. 135
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,… h. 134
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, … h. 181
13
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum… h. 181
14
bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah
lainnya15. Pada proses analisis data ini penulis menghubungkan teori dengan
masalah sehingga menimbulkan sebuah kesimpulan.
6. Teknik Penulisan
Skripsi ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab.
Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab sesuai pembahasan materi
yang diteliti.
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini dibahas latar belakang masalah,
identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan dalam penelitian ini.
BAB II Efektivitas Kebijakan Publik Dalam Tinjauan Teoritik .
Meliputi kajian pustaka dan teoritis mengenai kebijakan hukum dan dan teori
efektivitas.
BAB III Potret Penerapan PSBB Di Kecamatan Pandeglang. Meliputi
data-data wawancara dan observasi yang dilakukan penulis mengenai
implementasi kebijakan penerapan PSBB di Kecamatan Pandeglang.
BAB IV Penerapan PSBB Di Kecamatan Pandeglang. Pada bab ini
meliputi analisis penulis mengenai keefektifan implementasi kebijakan
penerapan PSBB di Kecamatan Pandeglang.
BAB V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan penulis dan kemudian diberi saran sesuai dengan pokok masalah yang
dikaji.
15
Sandu Siyoti, Ali Sodik, Dasar Metodelogi Penelitian, (Jogjakarta: Literasi Media
Publishing, cet.-1, 2015) h. 28
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep
1. Kebijakan Publik
Istilah kebijakan publik berasal dari bahasa inggris, yaitu public policy.
Dalam artian policy ialah kebijakan dan kebijaksanaan, sehingga public
policy ialah kebijakan publik 1. Kebijakan dibuat oleh pejabat administrasi
Negara dalam rangka untuk melaksanakan tugas-tugas Pemerintah.
Keberadaan dari sebuah kebijakan merupakan sebuah konsekuensi dari
Negara hukum yang membebankan tugas kepada Pemerintah yang tidak lain
untuk menyelenggarakan kesejahteraan rakyat. Sedangkan definisi kebijakan
menurut Sri Soemantri yang dikutip oleh Dedi Mulyadi dalam bukunya
adalah konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak. Di lain sisi
Klein, menjelaskan bahwa kebijakan adalah tindakan secara sadar dan
sistematis, dengan menggunakan sarana-sarana cocok, dengan tujuan politik
yang jelas sebagai sasaran, yang dijalankan langkah demi langkah 2.
Ada beberapa syarat tertentu dalam sebuah kebijakan untuk kemudian
dapat berlaku, sebagaimana yang dikatakan oleh Van Kreveld antara lain 3:
a. Tidak dapat bertentangan dengan peraturan dasar yang mengandung
wewenang diskresioner yang dijabarkannya.
b. Tidak dapat bertentangan dengan nalar sehat.
c. Harus dipersiapkan dengan cermat, perlunya meminta saran teknis dari
instansi yang berwenang, rembukan dengan para pihak yang terkait dan
mempertimbangkan alternatif yang ada.
1
Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) h.35
2
Dedi Mulyadi, Kebijakan Legislasi: Tentang Sanksi Pidana Pemilu Legislatif di
Indonesia dalam Perspektif Demokrasi, (Bekasi: Gramata Publishing, 2012) h.60
3
Sunggono Bambang, Hukum dan Kebijakan Publik (Jakarta: Sinar Grafika, 1994) h.155
15
16
d. Isi kebijakan harus jelas memuat hak dan kewajiban warga masyarakat
yang terkena dan ada kepastian tindakan yang akan dilakukan oleh
instansi yang bersangkutan.
e. Pertimbangan tidak harus rinci, namun jelas tujuan dan dasar
pertimbangannya, dan
f. Harus memenuhi syarat kepastian hukum materiil, artinya hak yang telah
diperoleh dari warga yang terkena harus dihormati, kemudian harapan
yang telah ditimbulkan jangan sampai diingkari.
4
SF Marbun, Peradilan Administratif Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
(Yogyakarta: FH UII Press, 2011), h.190
5
Riant Nugroho, Metode Penelitian Kebijakan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h.3
16
17
6
Sahya Anggara, Kebijakan Publik…, h.35
7
Sahya Anggara, Kebijakan Publik… h.36
17
18
positif, hal ini bergantung pada bagaimana sikap dari Pemerintah mengenai
sebuah gejala atau fenomena yang terjadi di masyarakat 8.
8
Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus, (Jakarta: CAPS, 2014)
h.19
9
Hotman P. Sibuea, Asas Negara Hukum Peraturan Kebijakan dan Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik, (Jakarta: Erlangga, 2010), h.90
10
Hotman P. Sibuea, Asas Negara Hukum Peraturan Kebijakan dan Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik… h.93
18
19
11
Sahya Anggara, Kebijakan Publik… h.172-173
19
20
1. Komunikasi
Dalam pelaksanaan sebuah kebijakan, komunikasi harus
dilakukan secara jelas dan menyeluruh kepada sasaran kebijakan
dan pelaksana kebijakan. Sehingga, pada pelaksanaannya dapat
12
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-
model Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) h.131
13
Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi: Teori, Proses, dan Studi Kasu
Komparatif…, h.156
20
21
14
AG Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), h.90
15
Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi…, h.156-158
16
AG Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi)…,h. 91
17
Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi…, h.161-166
21
22
18
Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi…, h.170
19
AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi)…, h.92
20
Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi…, h.177
22
23
Selain itu juga sebagai bahan perbandingan dan pelajaran untuk pembuatan
kebijakan yang selanjutnya. Untuk mengevaluasi sebuah kebijakan tidak bisa
dengan waktu yang singkat dari sejak pengimplementasian kebijakan tersebut,
butuh waktu setidaknya bertahun-tahun untuk kebijakan itu diberlakukan terlebih
dahulu sehingga pada saat evaluasi dapat mengetahui apa yang sesuai dan tidak
sesuai dari kebijakan yang sudah dijalankan tersebut.
21
A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik…, h.120
23
24
22
Muh. Nasrul, Aspek Hukum Pemberlakuan PSBB dalam Rangka Penanganan Covid-
19, Jurnal Legislatif UNHAS, 2020, h. 387
23
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
24
25
24
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
25
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
25
26
26
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
27
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
26
27
27
28
28
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
29
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala
28
29
29
30
31
Instruksi Menteri Dalam Negeri Noor 15 Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Covid-19 Di Wilayah Jawa Dan Bali
30
31
Dalam penerapan kebijakan PSBB ini tentu saja tidak lepas dari
pertimbangan syariah, dimana dalam mengambil sebuah langkah dan
menciptakan sebuah kebijakan membutuhkan pertimbangan syariah untuk
melihat apakah kebijakan ini sesuai atau tidak, baik atau buruk menurut
konsep islam. Terkait dengan kebijakan PSBB yang dilakukan oleh
pemerintah, hal ini mempertimbangkan salah satu qaidah Ushul Fiqh yang
berbunyi :
31
32
dalil syara’ baik Al-Qur’an As-Sunnah, Ijma, Qiyas yang diakui (mu’tabar)
dan istislah yang sahih 32.
32
33
34
Ahmad Sanusi, Sohari, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafinfo Persada, 2019) h. 248
33
34
Untuk memelihara jiwa yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia
harus melakukan banyak hal, seperti makan, minum, menutup badan dan
mencegah penyakit. Hal ini sesuai dengan keinginan pemerintah dalam
membuat kebijakan PSBB, dimana kebijakan pembatasan sosial berskala
besar ini bertujuan untuk memelihara kesehatan dan jiwa masyarakat. Maka
dari itu, kebijakan PSBB ini sesuai dengan kaidah ushul fiqh dan salah satu
maqashid syariah.
B. Kerangka Teoritik
1. Teori Efektivitas Hukum
35
Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013) h. 337
36
Mardani, Ushul Fiqh,... h. 339
34
35
37
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus online. Diakses dari aplikasi KBBI Online pada
5 Agustus 2021
38
Martoyo, Managemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-5, (Yogyakarta: BPFE, 2000)
h.4
39
Soewarno Hadayadiningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Menegement,
(Jakarta: Yayasan Idayu, 1980), h.2
40
Samodra Wibawa dkk, Evaluasi Kebijakan Publik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1992). h.32
35
36
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat
dikatakan efektif apabila telah sesuai dengan yang diharapkan dan
dikehendaki. Suatu usaha atau kegiatan dapat dinyatakan efektif apabila telah
mencapai tujuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa indikator dari efektivitas
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
merupakan dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
36
37
41
Nur Fitriyani Siregar, Efektivitas Hukum, (E-Jurnal STAI Barumun Raya, 2018), h.2
42
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 2005), h.62
43
Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas, dan Nilai Moralitas Hukum,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2018) h. 192
37
38
44
Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas, dan Nilai Moralitas Hukum,…
h. 25
45
Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas, dan Nilai Moralitas Hukum, …
h.22
38
39
46
Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1982), h.15
47
Nur Fitriyani Siregar, Efektivitas Hukum…, h.8
39
40
48
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum…, h.62
40
41
49
Nur Fitriyani Siregar, Efektivitas Hukum…, h.10
50
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum…, h.64
41
42
51
Nur Fitriyani Siregar, Efektivitas Hukum…, h.13
52
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum…, h.65
42
43
53
Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas, dan Nilai Moralitas Hukum,…
h. 303
43
44
e. Budaya Hukum
Faktor kebudayaan ini sebenarnya bersatu dengan faktor
masyarakat, yakni berkaitan dengan kesadaran dan kebiasaan serta
budaya yang terjadi di tengah masyarakat. Kebudayaan hukum pada
dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku,
nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Sehingga
mengetahui apa yang harus diikuti dan apa yang harus dihindari54.
Budaya atau kebiasaan dalam masyarakat ini juga dapat
menjadi salah satu sumber hukum. Pada mulanya hukum disebut
sebagai folkways (kebiasaan) yang merupakan perilaku yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Perilaku ini kemudian
dikenal dengan adat kebiasaan yang kemudian berubah dan apabila
dilanggar ada sanksinya lalu menjadi norma yang kemudian menjadi
nilai-nilai yang dipertahankan. Agar kebiasaan ini memiliki kekuatan
yang berlaku dan sekaligus menjadi sumber hukum, maka setidaknya
harus ada perbuatan atau tindakan tertentu yang dilakukan berulang
kali dalam hal yang sama dan diikuti oleh orang yang banyak/umum.
Lalu, harus juga ada keyakinan hukum dari orang-orang/ golongan-
golongan yang berkepentingan. Artinya, harus terdapat keyakinan
bahwa aturan-aturan yang ditimbulkan oleh kebiasaan ini memuat
hal-hal yang baik dan layak untuk ditaati serta memiliki kekuatan
yang mengikat55. Kondisi ini pada akhirnya menjadi sebuah
kesimpulan bahwa tingkah laku manusia serta kebiasaan dan budaya
nya dapat menjadi sebuah hukum yang mengikat.
Menurut Erlich dalam buku Amran Suadi, hukum positif
hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat. Oleh karena itu hakim tidak boleh hanya sekedar
54
Nur Fitriyani Siregar, Efektivitas Hukum…, h.15
55
Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas, dan Nilai Moralitas Hukum,…
h. 312
44
45
45
BAB III
a. Demografi
1
https://pandeglangkab.bps.go.id/publikation, diakses pada 1 November 2021 Pukul
10.00
46
47
Pandeglang memiliki total populasi sekitar 44586 orang dengan jumlah Laki-
laki 22827 dan perempuan 217592.
2
https://disdukcapil.pandeglangkab.go.id/index.php/jumlah/jmlpenduduk, diakses pada
20 November 2021 Pukul 10.00
3
https://pandeglangkab.bps.go.id/publikation, diakses pada 1 November 2021 Pukul
10.00
48
SMA/MA/SMK/Se
4 Pandeglang 5864
derajat
6 Pandeglang S2 115
7 Pandeglang S3 61
4
https://satudata.pandeglangkab.go.id/opdkecamatan, diakses pada 20 Oktober 2021
pukul 14.30
49
Lembaga Pendidikan
No Uraian Jumlah
Umum
1 Pandeglang PAUD/TK/RA 24
2 Pandeglang SD/MI 26
3 Pandeglang SMP/MTs/Sederajat 12
SMA/MA/SMK/Se
4 Pandeglang 7
derajat
5 Pandeglang Universitas 1
Pusat Kegiatan
No Uraian Lembaga Kursus
Masyarakat
1 Pandeglang 8 20
1 Pandeglang 43 125 0
2 Pandeglang Posyandu 57
50
Jumlah Status
Jumlah
Jumlah Rumah Kepemilikan
No Uraian Penduduk
Tangga Miskin Keluarga
Miskin
Miskin
Lembaga
No Uraian Krang Taruna PKK Pemberdayaa
n Masyarakat
1 Pandeglang 6 18 4
3 Pandeglang POLRI 18
4 Pandeglang BUMN/BUMD 22
Jenis 2021
PMKS
(1) (2)
Anak Terlantar -
Anak Nakal -
Lansia/Jompo -
Korban Narkotika -
Penyandang Cacat 18
Gelandangan dan Pengemis -
Anak Jalanan -
Eks narapidana -
Tabel Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Kecil dan Rumah
Tangga Menurut Desa di kecamatan Pandeglang
5
https://pandeglangkab.bps.go.id/publikation, diakses pada 1 November 2021 Pukul
10.00
52
1. Kadomas 1 5 45 240
2. Babakan - - 7 15
KalangAnyar
3. Kabayan 8 10 8 4
4. Pandeglang - - - -
Jumlah 9 29 28 24
b. Sejarah
Asal-usul nama Pandeglang memiliki beberapa versi, pertama adalah
cerita tentang pembuatan gelang pada meriam Ki Amuk, sebuah meriam
besar yang berada di Banten Lama, bekas pusat Pemerintahan Kesultanan
Banten. Menurut cerita, Meriam Ki Amuk awalnya memiliki bentuk yang
hampir sama dengan bentuk meriam Ki Jagur, meriam yang kini berada di
museum Fatahillah, Jakarta.
Seperti meriam Ki Jagur pada bagian pangkalnya atau bagian
belakangnya memiliki bentuk yaitu bentuk jari tangan yang mana ibu jari
diselipkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, bentuk ini biasanya
disimbolkan sebagai bentuk senggama, demikian pula meriam Ki Amuk.
Oleh karena bentuk seperti itu dianggap kurang etis bagi masyarakat di
lingkungan Kesultanan Banten yang islami, maka kemudian muncul cerita
6
https://pandeglangkab.bps.go.id/publikation, diakses pada 1 November 2021 Pukul
10.00
53
7
Pemerintah Kecamatan Pandeglang, “Sejarah Kecamatan Pandeglang” diakses tanggal
20 Oktober 2021 pukul 14.30 WIB dari https://satudata.pandeglangkab.go.id/
8
Ramadani, Ketua Satuan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pandeglang, Interview
Pribadi, 04 Mei 2021 (Kantor Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang, pukul 11.15 WIB)
55
9
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00)
56
pemberlakuan PSBB dilakukan dengan intensitas yang lebih ketat. Oleh karena
itu, kecamatan Pandeglang sempat melakukan Lockdown total dengan tidak ada
kegiatan sama sekali diluar rumah, termasuk penutupan tempat hiburan dan
restoran. Pengosongan fasilitas umum juga dilakukan seperti alun-alun dan
seluruh kepentingan masyarakat dilakukan dirumah dengan berbagai cara. Sesuai
dengan instruksi pemerintah pusat, hanya sektor esensial yang dapat beroperasi
100%, seperti kesehatan, bahan pangan, energi, komunikasi dan teknologi
informasi, keuangan, perbankan, sistem pembayaran dan industri lain yang
ditetapkan sebagai objek vital nasional. Namun, meskipun dapat beroperasi 100%
para pekerja di sektor sensual ini pun tetap harus menerapkan protokol kesehatan
secara lebih ketat dan dengan pengaturan jam operasional serta kapasitas.
Untuk kasusnya sendiri Camat Pandeglang mengatakan bahwa kecamatan
Pandeglang ini sempat landai. Pada grafik sejak tahun 2020 kecamatan
Pandeglang melandai sejak September hingga awal tahun 2021. Dalam proses
landainya kasus ini juga merupakan hasil dari upaya pemerintah kabupaten
Pandeglang yang bekerjasama dengan masyarakat dalam menjalankan PSBB.
Namun sejak awal tahun 2021 kenaikan kasus Covid-19 ini mulai kembali
melonjak. Menurut Camat Pandeglang, masyarakat mulai bosan dalam penerapan
Pembatasan ini, sehingga mulai sulit untuk menerapkan kebijakan yang telah di
tentukan oleh pemerintah daerah maupun pusat. Kebosanan masyarakat dalam
menjalankan PSBB ini berujung pada memudarnya kesadaran masyarakat dalam
mematuhi protokol kesehatan yang telah ditentukan. Oleh karena itu pemerintah
kecamatan yang bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan dibantu oleh TNI,
POLRI dan lain sebagainya terus mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan
kembali kesadaran masyarakat 10.
Berbarengan dengan itu, pemerintah pusat mulai menerapkan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro pada
Februari 2021. Maka semenjak pemberlakuan PPKM ini, Camat kecamatan
Pandeglang memutuskan untuk membatasi kembali seluruh kegiatan masyarakat.
10
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00)
57
Sesuai dengan peraturan Pemerintah Pusat dan Peraturan Bupati Nomor 55 tahun
2020. Karena PPKM ini berskala mikro, maka pemerintah kecamatan menentukan
zona tertentu pada setiap RT/RW di seluruh Desa/Kelurahan di kecamatan
Pandeglang sesuai dengan tingkat dan intensitas keparahan penyebarannya.
Keputusan Pemerintah Pusat dalam memberlakukan PPKM ini terus mengalami
perpanjangan, maka tiap-tiap daerah pun terus melakukan perpanjangan
Pembatasan pada wilayahnya masing-masing.
Kecamatan Pandeglang terus melakukan usaha terbaiknya dengan bekerja
sama dengan seluruh aspek dan perangkat keamanan serta kesehatan di kecamatan
Pandeglang. Sosialisasi tetap terus dilakukan dibarengi dengan operasi yustisi dan
penyemprotan. Untuk teknisnya, ketua Satuan Gugus Tugas kabupaten
Pandeglang menambahkan, bahwa untuk teknis pemerintah mengutus Satpol PP
untuk berkeliling ke tempat-tempat ramai dan rawan kerumunan, pasar, dan alun-
alun. Juhanas Waluyo, selaku Kabid Ketertiban Umum dan Ketertiban
Masyarakat Satpol PP Kabupaten Pandeglang membenarkan bahwasanya beliau
dan timnya diutus oleh pemerintah daerah untuk melakukan beberapa tugas
selama PPKM berlangsung. Tidak hanya berkeliling dan melakukan operasi
yustisi, namun juga ikut dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Ia
memaparkan bahwa terdapat agenda yang menjadi rutinitas harian dan mingguan.
Untuk agenda mingguan para Satpol PP ini melakukan operasi yustisi secara acak
dan mendadak di tempat umum dan rawan kerumunan. Sedangkan untuk agenda
harian yaitu berkeliling di tempat-tempat ramai untuk menyampaikan dan
mengingatkan masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan yang telah
dianjurkan pemerintah, seperti memakai masker, menjaga jarak, tidak berkerumun
dan lain sebagainya11. Hal ini juga dilakukan terhadap para pelaku usaha. Para
petugas Satpol PP juga berkeliling untuk memantau para pelaku usaha. Karena
terdapat ketentuan tertentu selama PPKM berlangsung untuk para pelaku usaha.
seperti menerapkan pengaturan batas jumlah pengunjung/pembeli dengan batas
maksimal 50% dari kapasitas tempat usahanya, memasang tanda jarak,
11
Juhanas Waluyo, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban Masyarakat Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Pandeglang, Interview Pribadi, 04 Mei 2021 (Kantor Satpol PP
kabupaten Pandeglang, pukul 16.00 WIB)
58
menyediakan hand sanitaizer dan tempat cuci tangan dengan air mengalir dan
sabun serta pengaturan maksimal jam operasional12. Satpol PP juga diberikan
kewenangan untuk memberi sanksi kepada siapa saja yang melanggar peraturan
yang telah ditentukan. Terdapat beberapa sanksi yang diberikan kepada para
pelanggar. Pertama, sanksi administrasi berupa teguran tertulis dan lisan. Kedua,
sanksi sosial dapat berupa kegiatan fisik seperti push up dan melakukan kegiatan
kebersihan hingga menyanyikan lagu-lagu Nasional. Sementra untuk sanksi
berupa denda ditiadakan.
Regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat terus mengalami
perubahan, hingga Juli 2021 kabupaten Pandeglang mengalami kenaikan level
penyebaran Covid-19 menjadi level 3, dimana seluruh wilayah di kabupaten
Pandeglang terancam mengalami kembali PPKM dengan ketat terutama
kecamatan Pandeglang. Setelah meneliti pada beberapa pelaku usaha dan
masyarakat, mereka membenarkan adanya pemberlakuan PPKM ini dengan
intensitas yang lebih ketat. Salah satu headbar di salah satu caffe di kecamatan
Pandeglang mengatakan bahwa semenjak PPKM ini caffe nya hanya boleh
menerima pelanggan untuk take away padahal sebelumnya boleh menerima dine
in dengan kapasitas tertentu. Untuk jam operasional pun dibatasi menjadi hanya
sampai jam 20.0013. Hal ini terus berlaku hingga agustus 2021. Hingga pada 3
agustus 2021 Kabupaten Pandeglang mengalami kenaikan kembali menjadi level
4. Pada saat itu, peraturan tidak jauh berbeda seperti saat level 3, sektor non
esensial tetap menjalankan Work from Home (WFH) sedangkan untuk sektor
esensial dan kritikal menjalankan Work From Office (WFO) dengan penerapan
protokol kesehatan yang jauh lebih ketat. Untuk restoran masih dengan peraturan
yang sama seperti pada saat di level 3, namun untuk kegiatan masyarakat
dihentikan. PPKM ketat ini hanya berlaku selama satu minggu, karena
Pandeglang kembali dinyatakan turun level pada 10 Agustus 2021.
12
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 55 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin Dan
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Covid-19
13
Ifanudin, Headbar Sarasa Coffe, Interview Pribadi, 05 Mei 2021, (Sarasa Coffe pukul
19.30 WIB)
59
1
Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas, dan Nilai Moralitas Hukum, …
h.69
60
61
2
Khairul Rahman, Implementasi Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
Penanganan Corona Virus Deseas 2019 (Covid-19) di Indonesia, (Indonesian Governance
Journal,Vol. 04, 2021) h. 29
62
3
Nurhamah, Masyarakat, Interview Pribadi, 05 Mei 2021 (Kampung Kadugajah, pukul
11.00)
4
Khairul Rahman, Implementasi Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
Penanganan Corona Virus Deseas 2019 (Covid-19) di Indonesia,… h. 62
63
5
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00 WIB)
6
Juhanas Waluyo, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban Masyarakat Satpol
PP Kabupaten Pandeglang, Interview Pribadi, 04 Mei 2021, (Kantor Satpol PP Kabupaten
Pandeglang, Pukul 16.00 WIB)
64
ini, mendapati sanksi yang sedikit lebih tegas. Pada pelanggaran ringan berupa
kelebihan jam operasi, petugas memberikan sanksi peringatan dan teguran.
Namun, ketika pelaku usaha ini melakukan pelanggaran yang lebih berat seperti
tidak membatasi jumlah pengunjung sebagaimana aturan pemerintah, maka
pelaku usaha tersebut mendapati Surat Peringatan dan bila melanggar lagi akan
ditutup sementara. Untuk mengetahui hal ini, petugas Satpol PP berkeliling pada
jam berakhirnya operasional usaha. namun hal ini hanya berlangsung di awal
masa pandemic covid-19 saja. Karena, setelah beberapa bulan petugas hanya
berkeliling di tempat-tempat usaha yang berada di sekitaran kota saja, dan untuk
pelaku usaha yang berada di tempat yang tidak dijangkau menjadi lebih sering
melanggar karena tidak lagi ada petugas yang berkeliling ke wilayah tersebut 7.
Hal ini jelas menjadi kendala dalam pelaksanaan kebijakan PSBB. Karena
seharusnya masyarakat taat dan mendapati efek jera setelah mendapati sanksi.
Namun, sanksi yang rendah ini justru menjadi faktor kendala yang membuat
masyarakat merasa tidak peduli dengan himbauan pemerintah dan petugas,
sehingga pelaksanaan kebijakan PSBB tidak berjalan sesuai dengan harapan.
3. Pelaksana Kebijakan
Hal berikutnya yang mempengaruhi implementasi kebijakan ialah pelaksanaan
kebijakan yang meliputi sumber daya yang melaksanakan kebijakan, komunikasi
yang dilakukan dan strategi yang digunakan. Dalam melaksanakan kebijakan
membutuhkan sumber daya pelaksana yang cukup. Jika sumber daya tidak cukup
implementasi kebijakan PSBB akan berjalan kurang optimal. Misalnya saja, jika
kebijakan PSBB hanya diimplementasikan di tempat tertentu saja maka
dampaknya tidak akan seberapa. Kebijakan ini harus didukung dengan kontrol
dan sanksi yang tegas. Pemerintah harus bekerjasama melibatkan unsur-unsur
yang ada seperti TNI, Kepolisian, BPBD, Satgas Penanganan Covid dan
organisasi yang ada dalam masyarakat untuk menjalankan kebijakan PSBB.
Dalam hal ini seluruh unsur harus dapat bekerjasama dengan serius dan konsisten.
Sedangkan dalam pelaksanaannya, pemerintah dan stakeholder yang berperan
7
Ifanudin, Headbar Sarasa Coffe, Interview Pribadi, 05 Mei 2021, (Sarasa coffe
Pandeglang, Pukul 19.30 WIB)
65
8
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00 WIB)
9
Nurhamah, Masyarakat, Interview Pribadi, 05 Mei 2021 (Kampung Kadugajah, pukul
11.00 WIB)
66
10
Juhanas Waluyo, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban Masyarakat Satpol
PP Kabupaten Pandeglang, Interview Pribadi, 04 Mei 2021, (Kantor Satpol PP Kabupaten
Pandeglang, Pukul 16.00 WIB)
11
Ramadani, Ketua Satuan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pandeglang, Interview
Pribadi, 04 Mei 2021 (Kantor Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang, pukul 11.15)
67
12
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00 WIB)
68
13
Dody Setiawan, Pengantar Kebijakan Publik, (Malang: Inteligensia Media, 2017)
h.142
14
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, … h.66
69
dengan ini, Camat Pandeglang pun mengeluhkan bahwa masyarakat nya sulit
untuk diajak bekerja sama. Beliau mengatakan bahwa andai saja masyarakat dapat
bekerjasama dengan baik dengan mau meningkatkan kesadarannya terhadap
bahaya covid-19 dan pentingnya menerapkan PSBB ini maka kebijakan ini akan
menjadi sangat efektif. Beliau menilai bahwa peraturan yang ada sudah sangat
baik, hanya saja kesadaran warga nya yang masih sangat rendah15. Hal ini pun
disampaikan oleh pihak Satpol PP Kabupaten Pandeglang, beliau menerangkan
bahwa peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun daerah sudah sangat
efektif, hanya saja respon masyarakat yang masih abai, terutama dalam mencegah
kerumunan. Ia menambahkan, bahwa meskipun belum seluruhnya taat, dalam
memakai masker masyarakat Pandeglang sudah lebih baik daripada berkerumun.
Kesadaran masyarakat masih sangat kurang dalam mencegah kerumunan.
Terutama di tempat-tempat rawan kerumunan, seperti Pasar, Taman, tempat
wisata dan pengadaan acara-acara hajat di wilayah perdesaan. Beliau
menyimpulkan bahwa regulasi yang sudah dibuat oleh pemerintah sudah baik
namun kesadaran masyarakat yang kurang ini menjadi penyebab kebijakan ini
menjadi kurang efektif16. Sedikit berbeda dengan Camat dan pihak Satpol PP,
Ketua Satgas Covid Kabupaten Pandeglang berpendapat bahwa kurang efektifnya
pemberlakuan kebijakan ini didasari oleh kejenuhan yang dirasakan bukan hanya
oleh masyarakat, tapi juga oleh petugas. Dalam hal ini beliau menyimpulkan
bahwa apabila ingin menaikan kesadaran masyarakat, maka pemerintah dan
petugas terkait harus lebih dulu meningkatkan rasa tanggung jawab nya agar dapat
lebih maksimal dalam mengedukasi dan melakukan operasi yustisi 17.
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa tingkat kesadaran
masyarakat kecamatan Pandeglang terhadap kebijakan terkait penerapan PSBB ini
masih kurang dengan berbagai pertimbangan dan hasil pengamatan langsung.
15
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00 WIB)
16
Juhanas Waluyo, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban Masyarakat Satpol
PP Kabupaten Pandeglang, Interview Pribadi, 04 Mei 2021, (Kantor Satpol PP Kabupaten
Pandeglang, Pukul 16.00 WIB)
17
Ramadani, Ketua Satuan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pandeglang, Interview
Pribadi, 04 Mei 2021 (Kantor Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang, pukul 11.15 WIB)
70
18
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00 WIB)
19
Khairul Rahman, Implementasi Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
Rangka Penanganan Covid-19…, h. 63
20
https://covid19.go.id/p/regulasi
72
Yakni, sosialisasi pada awal mula penyebaran virus covid-19 dan penerapan
kebijakan PSBB serta operasi yustisi yang dilakukan secara berkala hingga saat
ini.
Dalam Peraturan Bupati Nomor 55 tahun 2020 pasal 24 ayat (1) dan (2)
pemerintah meminta agar satgas penanganan covid-19 kabupaten Pandeglang
melakukan sosialisasi terkait informasi/edukasi cara pencegahan dan pengendalian
Covid-19 kepada masyarakat. Sosialisasi ini dilaksanakan dengan melibatkan
unsur-unsur masyarakat21. Ketua satgas penanganan covid-19 kabupaten
Pandeglang juga menjelaskan bahwasanya beliau dan timnya serta dibantu oleh
petugas terkait sudah melakukan sosialisasi sejak awal masa pandemi covid-19
hingga enam bulan pertama untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai bahaya covid-19 dan pentingnya menerapkan protokol
kesehatan sesuai dengan himbauan pemerintah. Sosialisasi ini dilakukan secara
berkala dan bergantian, dari satu kecamatan ke kecamatan lain. Sosialisasi ini
dilakukan secara berkala dengan jangka waktu per satu minggu untuk tiap-tiap
Kelurahan/Desa22.
Selanjutnya dalam mekanisme pelaksanaan protokol kesehatan,
pemerintah melakukan berbagai macam cara agar masyarakat mau dan taat serta
disiplin dalam menjalankan himbauan pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah
kecamatan membuat Tim penanganan Covid-19 hingga ke tingkat RT/RW. Hal
ini dilakukan agar penyuluhan dan operasi yustisi dapat dilakukan secara merata,
sehingga seluruh masyarakat mendapati pengetahuan secara menyeluruh 23.
Operasi yustisi ini ada yang dilakukan secara acak dan juga rutin.
Pemerintah dan para petugas yang berwenang melakukan kegiatan berupa
pembagian masker, penyemprotan disinfektan, serta pemberian sanksi bagi yang
melanggar aturan. Untuk operasi yustisi yang dilakukan secara dadakan bertujuan
untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwasanya melaksanakan
21
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 55 Tahun 2020, Tentang Penerapan Disiplin dan
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
22
Ramadani, Ketua Satuan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pandeglang, Interview
Pribadi, 04 Mei 2021 (Kantor Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang, pukul 11.15 WIB)
23
Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan Pandeglang, Interview Pribadi, 03 Mei 2021
(Kantor Kecamatan Pandeglang, pukul 11.00 WIB)
73
24
Ramadani, Ketua Satuan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pandeglang, Interview
Pribadi, 04 Mei 2021 (Kantor Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang, pukul 11.15 WIB)
25
Juhanas Waluyo, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban Masyarakat Satpol
PP Kabupaten Pandeglang, Interview Pribadi, 04 Mei 2021, (Kantor Satpol PP Kabupaten
Pandeglang, Pukul 16.00 WIB)
74
dan memberi pengetahuan kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati
demi kepentingan bersama.
Ditinjau dari konsepsi islam terkait kebijakan PSBB di kecamatan Pandeglang ini
sesuai dengan kaidah ushul fiqh yakni kaidah :
Dan juga pada salah satu dari lima tujuan pokok syariat islam (maqashid syariah)
yakni memelihara jiwa (hifdz nafs).
Pemerintah kecamatan Pandeglang membuat kebijakan dan melaksanakan
kebijakan PSBB lebih mengutamakan penghentian sementara kegiatan
masyarakat demi menghentikan penyebaran penularan kasus covid-19, meskipun
terdapat banyak kendala dalam melaksanakannya, seperti harus menyelamatkan
perekonomian masyarakat, namun bagi pemerintah kecamatan Pandeglang
menolak kemafsadatan berupa penyebaran kasus lebih utama dibandingkan
mengambil kemaslahatan dengan menyelamatkan perekonomian Maupun
kebiasaan masyarakat di kecamatan Pandeglang. Hal ini juga dilakukan guna
menyelamatkan jiwa/ nyawa masyarakat Pandeglang lebih dulu, karena
penyebaran kasus yang terus meningkat jika tidak dihentikan dengan membatasi
kegiatan masyarakat akan membuat wabah ini semakin tak terkendali dan akan
memperparah keadaan dan mengancam jiwa seluruh masyarakat kecamatan
Pandeglang.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagaimana dianjurkan dalam peraturan pemerintah pusat,
bahwasanya setiap daerah wajib mengeluarkan peraturan untuk
daerahnya masing-masing dalam penanggulangi bencana wabah
Covid-19. Untuk memenuhi anjuran pemerintah pusat, Pemerintah
daerah kabupaten Pandeglang telah membuat Peraturan Bupati
Pandeglang nomor 55 tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan
penegakan hukum protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dan
upaya pengendalian covid-19. Dalam pelaksanaannya peraturan
tersebut tentu didistribusikan ke masing-masing daerah di kabupaten
pandeglang, termasuk kecamatan pandeglang untuk dilaksanakan. Di
dalamnya kebijakan secara jelas dan rinci memaparkan mekanisme
pelaksanaan PSBB, hak dan kewajiban serta sanksi. Hal ini
menunjukkan bahwasanya kebijakan yang dilekuarkan pemerintah
kabupaten Pandeglang sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Dinamika Implementasi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di kecamatan Pandeglang telah berjalan cukup efektif. Dengan
penurunan kasus penyebaran covid-19 di kecamatan Pandeglang,
sebagai tujuan yang di cita-citakan dalam kebijakan yang sudah dibuat.
hal ini merupakan sebuah bukti nyata bahwa upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah dalam membuat kebijakan dan melakukan
pengawasan sudah berjalan cukup efektif. Meskipun sulit dalam
penerapannya karena kesadaran masyarakat yang masih sangat rendah,
namun upaya yang dilakukan oleh keseluruhan unsur yang terkait
dalam pelaksana kebijakan, pada akhirnya menjadi buah manis dengan
75
76
B. SARAN
Sebagai usulan tindak lanjut dari penulisan skripsi ini, penulis
merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar ini lebih condong
kepada kota-kota besar karena cenderung mengatur tentang mall
serta tempat-tempat keramaian. Sedangkan untuk daerah
Pandeglang sendiri dapat dikatakan bukan kota besar, mengalami
kesulitan untuk menginrprestasikan dalam kehidupan interksi
sosial yang lebih tradisional. Oleh karena itu, penulis
menyarankan agar peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat
tidak mengatur sesuatu yang lebih spesifik, karena agar dapat lebih
maksimal dilaksanakan di pemerintahan daerah.
2. Pemerintah kecamatan Pandeglang dan stakeholder agar lebih
merata dan jelas dalam melakukan sosialisasi dan pemberian
informasi terkait mekanisme pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), agar masyarakat dapat memahami dan
mengerti apa yang harus dilakukan selama pemberlakuan PSBB di
kecamatan Pandeglang serta pemerintah juga harus lebih tegas
dalam pemberian sanksi bagi siapa saja yang melanggar kebijakan.
Hal ini juga seharusnya dipaparkan dengan jelas dalam kebijakan
yang ada. Karena kesadaran hukum masyarakat kecamatan
77
Pandeglang yang relatif rendah dan saksi yang tidak tegas dari
pemerintah membuat masyarakat yang melanggar tidak jera, dan
mengulangi kesalahannya kembali.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ishaq. Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Bandung: Alfabeta, 2017.
78
79
Sanusi Ahmad dan Sohari, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafinfo Persada,
2019)
Siyoti, Sandu dan Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian, Jogjakarta: Literasi
Media Publishing, 2015.
Winarno, Budi. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus, Jakarta:
CAPS, 2014.
JURNAL
Fitriyani Siregar, Nur. Efektivitas Hukum, E-Jurnal STAI Barumun Raya, 2018
Susanto,Mei, Teguh Tresan Puja Asmara, Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia
Dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi Atau Harmonisasi (The Economy
versus Human Rights In Handling Covid-19: Dichotomy or
Harmonization). Jurnal HAM, Volume 11, Agustus 2020
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Instruksi Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Pembentukan
Posko Penanganan Covid-19 Di tingkat Desa dan Kelurahan Untuk
Pengendalian Penyebaran Covid-19, Februari 2021
Instruksi Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Covid-19 di Wilayah Jawa
dan Bali, Juli 2021.
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 55 Tahun 2020 Tentang Penerapan
Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, Berita Daerah Kabupaten
Pandeglang Tahun 2020 Nomor 55.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2020 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Covid-19 di DKI
Jakarta, Berita Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 Nomor 75012.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan Covid-19, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 326.
81
WAWANCARA
82
Interview Pribadi dengan Dra. Hj. Melly Dyah Rahmalia, Camat Kecamatan
Pandeglang, Pandeglang 03 Mei 2021.
Interview Pribadi dengan Ramadani, Ketua Satuan Gugus Tugas Penanganan
Corona Virus Desease 19 Kabupaten Pandeglang, Pandeglang 04 Mei
2021
Interview Pribadi dengan Juhanas Waluyo, Kepala Bidang Ketertiban Umum
dan Ketertiban Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Pandeglang, Pandeglang, 04 Mei 2021
Interview Pribadi dengan Ifanudin, Headbar Sarasa Coffe, Pandeglang 05 Mei
2021
Interview Pribadi dengan Nurhamah, Masyarakat, Pandeglang 06 Mei 2021.
WEBSITE
https://covid19.go.id/p/regulasi
https://disdukcapil.pandeglangkab.go.id/index.php/jumlah/jmlpenduduk diakses
pada tanggal 20 November 2021 pukul 10.00 WIB
https://pandeglangkab.bps.go.id/publikation diakses pada tanggal 1 November
2021 pukul 10.00 WIB
https://satudata.pandeglangkab.go.id/ diakses pada tanggal 20 Oktober 2021
pukul 14.30 WIB
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus online. Diakses dari aplikasi KBBI
Online pada 5 Agustus 2021 pukul 11.00
83
Lampiran
Transkrip Wawancara Skripsi
Implementasi Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Di Kecamatan
Pandeglang
Nama : Dra. Hj. Melly Dyah Rahmalia
Jabatan : Camat Kecamatan Pandeglang
Hari/Tanggal : Senin, 03 Mei 2021
Waktu : 11.00 s/d 12.00 WIB
Tempat : Kantor Kecamatan Pandeglang
Pewawancara (P)
Narasumber (N)
P : Sejak kapan mulai dilaksanakan PSBB di kecamatan Pandeglang ini
?
N : Sesuai dengan peraturan Bupati, PSBB dilakukan semenjak tahun lalu,
tepatnya tahun 2020 kita sudah memberlakukan pembatasan, sepertinya
sekitar bulan Maret yah menyamakan dengan Jakarta, tapi waktu itu kita
belum punya regulasi sendiri, jadi hanya mengikuti intruksi pemerintah
pusat saja. kemudian sudah mulai adanya wabah pandemi kita semua
otomatis berubah. Dari aktif menjadi lebih banyak dirumah. Pemerintahan
sendiri kita bagi tugas, tapi untuk pimpinan dan sekmat itu tetap bekerja di
kantor.
P : Lalu, kebijakan apa saja yang pada akhirnya digunakan khususnya
untuk wilayah kecamatan Pandeglang ini ?
N : Untuk kebijakan yang kami pakai mengacu pada PERBUP Nomor 55
tahun 2020 dan peraturan-peraturan dari pusat lainnya. Nah perbup ini
akhirnya dikeluarkan sekitar bulan agustus, dengan perbup ini kita
mengacu pada perbup ini untuk mekanisme pelaksanaan PSBB di
Pandeglang ini
P : Selanjutnya, setelah adanya Peraturan Bupati ini bu, apa upaya
nyata yang dilakukan Pemerintah selama Penerapan PSBB ?
84
N : Kita membentuk tim (tim penanganan covid), saat itu sebelum PSBB ada
tingkat kecamatan juga tingkat kelurahan. Untuk tingkat RT/RW nya itu
satgas covid. Dari pembentukan tim ini kita melakukan berbagai kegiatan.
Kebanyakan kegiatan saat itu ialah sosialisasi. Saat itu banyak dilakukan
sosialisasi kepada pegawai, kepada rt/rw, kepada kader, baru ke guru ngaji
dan masyarakat, jadi dilakukan secara bertahap agar semua mengetahui
bagaimana bahaya covid ini. Sosialisasi ini rutin kami lakukan, kami
bekerja sama dengan tim kesehatan, BPBD, Satgas bahkan TNI dan
POLRI. Setelah sosialisasi kita mengadakan operasi yustisi bekerja sama
dengan kapolsek dan koramil. Bentuk operasi ini kita lakukan sembarang,
berarti sidak, tidak ada pemberitahuan di beberapa titik terutama tempat-
tempat ramai. Nah, operasi ini difokuskan untuk menjaring para pelanggar,
namun diselal-sela itu kami juga membagikan masker, dan handsanitaizer
sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat. PSBB di
kecamatan Pandeglang ini dilakukan tidak total seperti di kota-kota besar
seperti Jakarta. Kita melakukannya dengan cara tetap WFH,
mempromosikan 3M, kemudian sosialisasi dan pembatasan kerumunan.
Seperti kafe boleh buka, tapi dibatasi, jam juga tidak boleh terlalu malam.
Setelah PSBB yang pertama tadi, kita memberlakukan PSBB dengan lebih
ketat karena adanya peningkatan kasus di kabupaten Pandeglang ini. Lalu
peraturannya oun lebih ketat sehingga kafe-kafe tidak buka sama sekali.
Kemudian kasus kembali menurun dan terus landai, kami berfikir bahwa
roda ekonomi harus tetap berputar, lalu Bupati memutuskan untuk tidak
melakukan Lockdown, hanya memberlakukan pembatasan namun tidak
terlalu tertutup dan ketat. Hanya saja tetap terus menerus pemerintah
melakukan sosialisasi 3M setiap ada kesempatan. Dan operasi yustisi juga
tetap berjalan. Hanya saja ada beberapa titik yang sulit , seperti pasar.
Pemerintah kecamatan juga melakukan monitoring dengan cara sidak ke
tiap kelurahan. Dan juga melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin
di beberapa wilayah dari yang paling urgent, seperti sekolah, posyandu,
kantor pemerintahan sampai perumahan warga. Petugas penyemprotan
85
sendiri bisa dari RT/RW, tokoh pemuda, petugas BPBD, TNI, hingga
petugas kelurahan. Untuk kecamatan pandeglang Alhamdulillah swadaya
nya cukup tinggi. Kemudian untuk sekolah kita lakukan daring. Dengan
cara pada mulanya diberi kebebasan kepada pihak sekolah untuk
menentukan, apakah guru yang berkeliling kerumah murid atau lainnya.
Namun seiring berjalannya waktu menjadi daring sepenuhnya karena
adanya kenaikan kasus covid. Namun untuk kelas 1 dan 2 SD rata-rata
orang tua ke sekolah untuk mengambil tugas dengan protokol kesehatan.
Lalu, untuk fasilitas umum kita tegaskan wajib menyediakan tempat cuci
tangan dan handsantizer. Terutama di kantor kantor pemerintahan,
pelayanan kesehatan, tempat makan, sekolah dan sebagainya. Dan kini
semenjak pemberlakuan PPKM sekala mikro ini, segala sesuatu mulai
dibatasi lagi, bermula karena lebaran dikhawatirkan adanya kenaikan
kasus karena penumpukan masa mudik. Nah PPKM Mikro ini sebenarnya
sama saja dengan PSBB hanya saja lingkupnya lebih kebawah. Penentuan
zona merah atau tidak lebih kebawah, zona nya ada di RT/RW. Jadi lebih
mengerucut ke bawah. Sama dengan PSBB, PPKM mikro ini
kerjasamanya bernama musfika,yaitu kerjasama antara kecamatan,
koramil dan kapolsek, semua harus berintegrasi untuk menurunkan angka
covid ini. Untuk kasusnya sendiri, di kecamatan Pandeglang ini sempat
landai. Grafik sejak tahun 2020 kita melandai di bulan September,
oktober, kemudian sejak april kembali naik namun tidak terlalu signifikan.
Maka dari itu pandeglang disebutnya resiko rendah untuk penularan covid,
tapi untuk masyarakatnya kesadaran dirinya pun bisa kami katakan rendah
dalam pemberlakuan 3M tadi. Jadi pemerintah tidak berhenti melakukan
sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, jangan sampai
resiko rendah ini menjadi tinggi karena kesadaran masyarakat yang
kurang. Bahkan upaya pemerintah tidak hanya sampai berbentuk
sosialisasi saja, kami juga mengadakan tes SWAB secara gratis secara
bertahap, meskipun sempat tidak mau kami tetap terus
mensosialisasikannya hingga kini adanya vaksin masal secara gratis pula.
86
Pewawancara (P)
Narasumber (N)
P : sejak kapan pak dilaksanakan PSBB di Kabupaten Pandeglang?
N : Diberlakukan PSBB di kabupaten pandeglan ini efektifnya sejak bulan
april 2020, walaupun penetapan daruratnya pada 14 Maret 2020.
P : bagaimana awal mula Satgas ini dibentuk dan bentuk kerjasama
antara Pemerintah dan Satgas penanganan Covid-19 ini pak ?
N : Gugus tugas ini di SK kan oleh keputusan Bupati, jadi adanya
pembentukan gugus tugas. Bekerjasama juga dengan kapolres, dandin,
kajari, sekdes hingga BPBD beserta bidang-bidangnya. Berdasarkan
instruksi presiden, ada tiga pembidangan dalam rangka penanganan covid.
Pertama, penanganan bidang kesehatan. Kedua, penanganan bidang
ekonomi. Ketiga, perlindungan sosial. Untuk bidang kesehatan dibawahi
oleh dinas kesehatan didalamnya terdapat Puskesmas, RSUD Berkah dan
RSUD Aulia termasuk kita menyiapkan tempat isolasi mandiri di wisma
PKPRI bagi yang OTG. Hanya saja Rumah Sakit kita bukan RS rujukan
Covid. Dalam pelaksanaannya penanganan di bidang kesehatan ini kita
kewalahan di barang pakai habis, dari mulai hazmat sekali pakai cukup
banyak membutuhkan biaya. Sedangkan untuk gugus tugas atau SATGAS
ini kita buat sampe ke level desa/ kelurahan termasuk RW. Jadi ada satgas
penanganan covid tingkat Kabupaten, kecamatan, kelurahan hingga RW.
P : untuk dasar hukum pelaksanaan PSBB ini apa pak ?
89
N : Kita ada PERBUP Nomor 55 Tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan
penegakan protokol kesehatan. Dalam peraturan ini lengkap ditujukan
untuk perorangan, pelaku usaha, penyelenggara kegiatan atau pengelola
tempat hiburan.
P : Untuk aparatur sendiri siapa saja yang membersamai Satgas dalam
penerapan PSBB ini?
N : Gabungan, bukan hanya OPD teknis, itukan perangkat daerah, Dinas
kesehatan sudah pasti terlibat, dari mulai penyiapan APD, disinfektan dan
sebagainya. Lalu ada BPBD, Dinas perhubungan, SATPOL PP, ditambah
unsur TNI dan POLRI. Karena satgas ini berisikan gabungan. Untuk teknis
seperti SATPOL PP itu keliling ke tempat-tempat kerumunan, pasar, alun-
alun. Mereka wawar dan menyampaikan perihal kewajiban jaga jarak dan
pakai masker. Dan dibeberapa waktu ada petugas gabungan juga yang
melakukan tugas yang sama, ada petugas POLRI, TNI, DISHUB,
POLSEK, KORAMIL dan sebagainya. Tapi, untuk operasi yustisi itu
khusus biasanya, ada pencegatan di jalan untuk yang tidak mematuhi
protokol kesehatan. Nanti kita kenakan sanksi non denda untuk yang
melanggar tadi.
P : Untuk tugas Satgas ini secara khusus apa saja?
N : Tidak banyak sebenarnya, karena kami menaungi petugas-petugas yang
melakukan operasi, petugas kesehatan hingga petugas relawan. Jadi, ya
kami bekersaja saja dengan petugas yang lain juga dengan pemerintah
melakukan sosialisasi sejak awal sampai masyarakat mengerti, lalu operasi
yustisi tadi dan juga sekarang sedang menyelenggarakan SWAB gratis,
dan nanti akan Vaksin gratis juga.
P : Setelah dilaksanakan kebijakan PSBB ini, bagaimana kurva kasus
positif Covid-19 di Kabupaten Pandeglang?
N : Sampai Mei 2021 ini kita mengalami penurunan, dimana artinya kita
cukup landai Alhamdulillah dengan zona kuning dari provinsi. Meskipun
ada beberapa kasus positif di kabupaten itupun dengan historis perjalan
dari luar daerah dan kebanyakan dari mereka memang yang tinggal di luar
90
Pewawancara (P)
Narasumber (N)
P : Apa tugas Satpol PP selama kebijakan PSBB dilakukan?
N : Satpol PP ini merupakan salah satu anggota di Satgas, kita masuk
kedalam bidang penegakan hukum dan pengamanan. Tetapi dalam rangka
kegiatan PSBB ini kita melakukan upaya – upaya. Pertama, sosialisasi
kepada masyarakat, terutama sosialisasi mengenai peraturan Bupati
Nomor 55 Tahun 2020 tentang penegakan disiplin dan upaya pencegahan
penyebaran covid 19 di kabupaten Pandeglang. Kedua, melakukan
penegakan aturan tersebut, yang ada di dalam PERBUP tadi. Diantaranya
melakukan operasi yustisi, penegakan hukum terhadap para pelanggar
yang melakukan pelanggaran sebagaimana PERBUP No 55 Tahun 2020
tersebut. Dalam operasi yustisi ini juga melibatkan pihak lain, yaitu unsur
TNI, POLRI, Dinas Kesehatan dan juga BPBD.
P : Sejak kapan pihak Satpol PP ini ditugaskan?
N : Penugasan ini dimulai sejak 17 Maret 2020 sampai dengan sekarang
masih berlangsung. Jadi, pasca ditetapkannya covid sebagai bencana non
alam kemudian muncul PERBUP No 55, setelah itu mulai dilakukan
penegakan. Jadi semenjak Maret 2020 ini kita sudah mulai melakukan
sosialisasi – sosialisasi terhadap kegiatan penerapan protokol kesehatan
lalu pada saat muncul PERBUP Nomor 55 Tahun 2020 pada bulan
92
Pewawancara (P)
Narasumber (N)
P : Apakah pihak Caffe tahu adanya pemberlakuan PSBB dan sejak
kapan diberlakukan?
N : Tahu sedang ada dilakukan pemberlakuan pembatasan di kecamatan ini,
karena memang sedang masa pandemi. Dan diberlakukan sejak April 2020
sampai sekarang itu mulai ada pengecekan pengecekan ke tempat-tempat
makan.
P : Apakah ada peraturan tertentu untuk pelaku usaha selama PSBB
berlangsung?
N : setau saya ada ya, Dalam hal ini mengacu pada Peraturan Bupati. Disana
dijelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh seluruh pelaku usaha,
terutama mengenai pembatasan pengunjung menjadi sekian persen,
penyediaan hand sanitizer, dan batas waktu buka dan tutup. Dan untuk
peraturan itu semua caffe kami insyaAllah sudah cukup taat peraturan dan
melakukan semua aturannya. Dengan membatasi pengunjung menjadi
50%, penyediaan hand sanitizer dan air dan sabun untuk mencuci tangan
di dekat pintu masuk, dan sudah menutup kedai pada 20.00. itu saja yang
saya tau, karena untuk aturan sendiri tidak terlalu dijelaskan petugas, saya
cari tahu sendiri saja peraturan bupati ini.
P : Berbicara mengenai petugas, apakah ada aparatur yang berkeliling
dan mengontrol selama kebijakan PSBB ini diterapkan?
95
N : Untuk aparatur yang berkeliling ada. Namun, tidak terlalu sering juga.
Sejak saat diberlakukan PSBB di tahun 2020 ada aparatur yang keliling,
namun semenjak 2021 sampai mei ini untuk aparatur yang ke kedai Sarasa
ini belum ada lagi. Mungkin karena kedai ini juga tempatnya tidak di
jalan-jalan utama yang terlihat. Jadi petugas hanya diawal PSBB aja
berkeliling ke seluruh tempat. Untuk tempat-tempat yang tidak strategis
seperti ini, sudah tidak lagi didatangi, padahal kami sering tutup lebih
malam dan pengunjung sedikit lebih banyak dari aturan. Sebenernya ga
boleh ya, tapi karena tidak ada yang sidak yasudah.
P : Tapi mas tau ada sanksi untuk yang melanggar?
N : Mungkin ada ya, namun untuk kedai Sarasa sendiri belum pernah
mendapati teguran ataupun sanksi apapun, karena sampai saat ini sudah
sesuai dengan ketentuan. Hanya sedikit molor di waktu saja. Karena saya
kira peraturan sudah longgar sekarang.
P : Lalu sejauh ini bagaimana efek dari kebijakan PSBB ini terhadap
usaha?
N : Efek yang paling dirasakan yaitu pengurangan pengunjung jadi
berpengaruh juga ke pendapatan. Karena kedai kan biasanya memang
sampai tengah malam, nah ini pengunjung datang kami sudah harus tutup.
P : Untuk tingkat kefektifan kebijakan menurut pihak kedai bagaimana
?
N : Menurut kami sebagai pelaku usaha, tidak terlalu signifikan terlihat
efektif. Karena selama PSBB masih banyak masyarakat yang tetap
berkumpul di tempat makan seperti ini, jadi sebenernya efektif mungkin
kalo sebagai regulasi, kembali lagi ke bagaimana kesadaran masyarakat itu
sendiri. Dan juga karena kurang tegasnya petugas jadi masyarakat yang
kurang kesadarannya menjadi lebih tidak sadar.
96
Pewawancara (P)
Narasumber (N)
P : Apakah ibu tahu sedang dilaksanakan PSBB di kecamatan
Pandeglang dan sejak kapan tahu?
N : Tahu teh awalnya dari tv. Terus, ada sosialisasi dari pemerintah sejak
tahun 2020
P : Bagaimana menurut ibu terkait pelaksanaan PSBB di wilayah
kecamatan Pandeglang ini?
N : Menurut saya pembatasan di wilayah ini sudah cukup, namun belum
maksimal. Karena yang saya lihat pembatasan hanya dilakukan disekitaran
pusat kota, alun- alun dan sekitarnya. Tapi, dengan pembatasan di wilayah
kota tersebut jadi banyak juga manfaatnya, karena memang di wilayah-
wilayah tadi itu yang selalu ramai, jadi lebih terkontrol. Bagi saya,
terutama untuk para pekerja yang mencari nafkah harian, program
pembatasan ini cukup menyulitkan kami dalam mencari nafkah. Karena,
usaha menjadi terbatas oleh waktu dan tempat. Namun, meskipun
demikian kalau saya lihat dari sisi keefektifan, PSBB ini cukup berjalan
baik, karena Pandeglang sempat ada di zona merah namun kini sudah
kembali di zona kuning. Tapi sepertinya ketat nya hanya pada awal-awal
saja, karena sekarang-sekarang sudah mulai longgar. Apalagi masyarakat
97
Surat Menyurat
1. Surat permohonan Wawancara Camat Pandeglang
99
Dokumentasi