Anda di halaman 1dari 128

PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN

DALAM MENCEGAH PERCERAIAN

(Studi Pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

NOVIYANI
11160440000039

HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATUL

JAKARTA

1441 H/2021 M
PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN
DALAM MENCEGAH PERCERAIAN

(Studi Pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

NOVIYANI

NIM: 11160440000039

Pembimbing:

Dr. MUCHTAR ALI, M.Hum

NIP. 195704081986031002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2021 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pandeglang, 06 Desember 2020

Noviyani
ABSTRAK

Noviyani. NIM 11160440000039. PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI


CALON PENGANTIN DALAM MENCEGAH PERCERAIAN (Studi Pada KUA
Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang), Program Hukum Keluarga (Ahwal
Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1441 H/2021 M.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan perkawinan di Kantor


Urusan Agama Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang dalam mencegah perceraian.
Penelitian ini berangkat dari peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 tentang
petunjuk bimbingan perkawinan yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam membina
keluarga sakinah melalui ilmu, wawasan, dan keterampilan yang diberikan kepada calon
pengantin. Penulis ingin meneliti kesesuaian pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA
Sobang dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam nomor 379 tahun 2018, bagaimana
implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian, serta
apa saja permasalahan dalam melaksanakan bimbingan perkawinan di KUA Kecamatan
Sobang Kabupaten Pandeglang.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis melalui
pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris yaitu penelitian menganalisis
permasalahan yang dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum data sekunder
peraturan undang-undang dengan bahan hukum primer yang ada di lapangan yaitu tentang
pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin dalam mencegah perceraian studi
pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang. Teknik pengumpulan datannya
dengan melakukan wawancara kepada responden serta mencari dokumen serta berbagai
literature atau studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon


pengantin di KUA Sobang sudah dilaksanakan dengan berpedoman pada modul bimbingan
perkawinan yang diterbitkan oleh Kementrian Agama. Namun pelaksanaannya belum efektif
dan belum sesuai dengan keputusan dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 tentang
petunjuk Bimbingan Perkawinan mulai dari segi waktunya yang sedikit dan materi bimbingan
yang kurang maksimal. sehingga imlpementasi dari adanya dirjen bimas Islam Nomor 379
tahun 2018 belum dapat mencegah terjadinya perceraian.
Pelaksanaannya terhambat oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan fakor eksternal.
Faktor internal diantaranya: 1. Kurangnya anggaran, 2. Kurangya prasarana dan Media yang
mendukung, 3. Kurangnya Sosialisai. Adapun faktor eksternalnya yaitu: Sulit mendatangkan
peserta bimbingan karena beberapa kendala yaitu: 1. calon pengantin tidak mengetahui
adanya bimbingan perkawinan, 2. faktor pekerjaan, 3. ketidakmauan dari calon pengantin
untuk mengikuti bimbingan perkawinan.

Kata Kunci : Pelaksanaan, Bimbingan Perkawinan dan Perceraian

Pembimbing : R. Muchtar Ali, M.Hum

Daftar Pustaka : 1985 s.d 2019


KATA PENGANTAR

Bismillahirohmaanirohim

Alhamdulillahirabbil‟alamin, Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Tuhan


yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN DALAM
MENCEGAH PERCERAIAN (Studi Pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang).

Shalawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi agung, Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pemungkas sekalian nabi, kepada Keluarga, sahabat serta pengikutnya yang
senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah yang membawa umat manusia
dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Sarjana di
Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.
Penulis memahami tanpa bantuan, doa, dan bimbingan dari semua orang akan sangat sulit
untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya atas dukungan dan kontribusi kepada;

1. Dr. H. Achmad Tholabi Kharlie, S.Ag. A.H.,M.H., Selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Mesraini, M.Ag., Selaku Ketua program Studi Hukum Keluarga dan Chairul Hadi,
M.A., Selaku Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga yang selalu mendukung dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Moh. Ali M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
arahan serta membantu Penulis dalam berkonsultasi selama perkuliahan di Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Muchtar Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktunya kepada penulis untuk membimbing, memberikan berbagai
arahan serta ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kantor Urusan Agama (KUA) Sobang, bapak Sarnata selaku Kepala KUA Sobang, Bu
aniah selaku BOP KUA, Ibu Suheri selaku Pelayanan Nikah dan Rujuk, Pak Nahri

vii
Kamal selaku Penyuluh Keluarga Sakinah, Pak Achmad Sahrowi selaku Operator
Simkah serta staf jajaran lainnya yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat serta rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan wawancara serta bersedia
memberikan informasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Pengadilan Agama Pandeglang yaitu bapak Hamid selaku petugas Administrasi yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam
mencari data dan informasi dan bersedia di wawancara oleh penulis.
7. Para Informan yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancara dan
memberikan informasi kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih.
8. Kedua Orang Tua penulis Bapak Ujang Sunarya dan Ibu Masni yang senantiasa selalu
berjuang tidak kenal lelah memberikan tenaga, waktu, kasih sayang yang tak terhingga
kepada penulis dan selalu mendukung penulis dalam segala hal serta selalu
mendoakan penulis sehingga penulis bisa sampai pada titik ini. Dan tak lupa penulis
ucapkan terimakasih kepada kaka penulis yang selalu membantu dan memotivasi
penulis serta adik dan keponakan penulis yang telah menjadi penyemangat penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga HMB (Himpunan Mahasiswa Banten) Jakarta, kaka-teteh, adik-adik serta
teman seperjuangan terimakasih telah menjadi keluarga baru di ciputat dengan
memberikan pelajaran, pengalaman dan berbagi cerita serta saling menghargai dan
menyayangi satu sama lain. Khususnya untuk Limah teman yang selalu ada buat
penulis, seperjuangan dari Aliyah, sepercurhatan, seorganisasi yang selalu menemani
penulis selama di ciputat dari awal sampai akhir , berbagi keluh kesah, begitupun
Annadiah teman baik ku yang selalu menemani dalam berproses di HMB dan selalu
bercerita tanpa titik he.
10. Teman-teman jurusan hukum keluarga B yang selalu kompak khususnya untuk
Cahaya teman terbaik dan tersolehah ku yang selalu mengingatkan penulis kepada
kebaikan, Hilma teman terbaik dan terlucuku yang selalu happy dan selalu penulis
tanya-tanya, Anis, Minda, Azkiya, Nurul, Paw-paw teman terhebohku dan semua
teman-teman jurusan Hukum Keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
namun akan selalu penulis kenang semua kebaikan-kebaikannya terimakasih telah
mejadi teman seperjuangan di bangku perkuliahan ini.

viii
Akhir kata Penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga Allah lipat gandakan
amal kebaikan kepada mereka yang senantiasa membantu penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi
masyarakat serta sebagai tambahan bahan ajaran untuk penelitian lainnya.

Pandeglang, 06 Desember 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 10
C. Pembahasan dan Rumusan Masalah .................................................. 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9
E. Metode Penelitian ................................................................................ 9
F. Kerangka Teori .................................................................................... 9
G. Rancangan Sistematika Penelitian ..................................................... 10
H. Tinjauan (Review) Terdahulu ............................................................. 12
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Pelaksanaan ...................................................................... 17
B. Bimbingan Perkawinan ...................................................................... 18
1. Pengertian Bimbingan Perkawinan ......................................... 18
2. Dasar Hukum Bimbingan Perkawinan.................................... 21
3. Unsur-Unsur Bimbingan Perkawinan ..................................... 25
4. Tujuan Bimbingan Perkawinan............................................... 25
5. Prinsip Bimbingan .................................................................. 25
C. Perkawinan ......................................................................................... 27
1. Pengertian Perkawinan............................................................ 27
2. Dasar Hukum Perkawinan ...................................................... 31
3. Tujaun dan Hikmah Perkawinan ............................................. 31
4. Pengertian pencatatan Perkawinan ......................................... 34
5. Tujuan Pencatatan Perkawinan ............................................... 36
D. Perceraian ........................................................................................... 37

x
1. Pengertian Perceraian.............................................................. 37
2. Upaya-upaya Dalam Mencegah Perceraian ............................ 38
BAB III PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN DI KUA
KECAMATAN SOBANG KABUPATEN PANDEGLANG
A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Sobang ..................................... 42
B. Pencatatan Perkawinan Pada KUA Kecamatan Sobang .................... 47
C. Pelaksanaan Pembekalan bimbingan Perkawinan ............................. 49
D. Penerapan Peraturan Dalam Bimbingan Perkawinan ........................ 53
E. Peran KUA dalam Pelaksanaan Bimbingan perkawinan ................... 58
BAB IV ANALISIS KESESUAIAN PELAKSANAAN BIMBINGAN
PERKAWINAN DENGAN PERATURAN DIRJEN BIMAS ISLAM
NOMOR 379 TAHUN 2018
A. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan di KUA Kecamatan Sobang ... 61
B. Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 Dalam
Mencegah Perceraian di KUA Kecamatan Sobang ........................... 70
C. Permasalahan-Permasalahan Dalam Pelaksanaan Bimbingan
Perkawinan di KUA Kecamatan Sobang ........................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 77
B. Saran .................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81
LAMPIRAN ............................................................................................................. 86

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah SWT menciptakan manusia saling berpasangan melalui pernikahan.
Pernikahan merupakan salah satu perintah Allah dan sunnah Rasulullah. Pernikahan
juga media untuk memperbanyak amal kebaikan. Bila seorang suami menyuapkan
sesendok nasi ke mulut istrinya, itu akan menjadi sedekah baginya. Jika ia menggauli
istrinya, itu pun menjadi sedekah untuknya. Jika Allah menganugerahinya keturunan
yang saleh, setiap ibadah yang dilakukannya akan memperberat timbangan
kebaikannya dan kebaikan istrinya.
Adapun pengertian perkawinan dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal
dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga
“pernikahan”, berasal dari kata nikah ( ‫ )ح َكا‬yang menurut bahasa artinya
mengumpulkan, saling memasukan dan digunakan untuk arti bersetubuh (Wathi ).1
Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam
Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam
pasal 2 dan 3. Pasal 2 menyebutkan bahwa perkawinan menurut hukum Islam yaitu
akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah. Dalam pasal 3 disebutkan bahwa tujuan
perkawinan yaitu untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah.2
Pasal 1 undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 Bab 1 Dasar
Perkawinan disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3

1
Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group , 2003)
h.7
2
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo,
1995), Cet, ke-2, h.114
3
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1

1
2

Perkawinan yang bahagia dan kokoh merupakan dambaan setiap pasangan


suami istri yang dapat memenuhi kebutuhan keduanya, baik kebutuhan lahiriyah
maupun batiniyah, yang dapat melejitkan fungsi keluarga baik spiritual, psikologi,
sosial budaya, pendidikan, reproduksi, lingkungan maupun ekonomi. Keseluruhan
fungsi tersebut di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah No: 21 tahun 1994 ( Pasal 4)
dirangkum dalam bahasa Al-Qur‟an dalam tiga kata kunci: sakinnah, mawaddah dan
rahmah.4
Agar sebuah perkawinan dapat menjadi perkawinan yang kokoh kedua calon
pengantin harus melakukan persiapan yang cermat dan matang. Cermat berarti
keduanya memiliki pengetahuan untuk dapat mengantisipasi berbagai hal yang akan
timbul dari perkawinan tersebut. Matang dalam arti keduanya bersedia berusaha
bersama dalam menumbuhkan semangat, nyaman, rela dan tanpa paksaan sama sekali
dalam memasuki gerbang perkawinan.
Dalam Perkawinan pasti ada saja permasalahan antara suami dan istri yang
akhirnya menyebabkan perceraian, perceraian merupakan salah satu sebab yang
menjadikan putusnya tali perkawinan yang telah dibina oleh suami istri. Karenanya,
apabila telah terjadi perkawinan, yang harus dihindari adalah perceraian. Semakin kuat
usaha manusia membangun rumah tangganya, semakin mudah ia menghindarkan diri
dari perceraian. Perceraian mendatangkan kemudharatan, sedangkan sesuatu yang
memudharatkan senantiasa berdampak buruk pada yang lainnya. Demikian pula
dengan perceraian, bukan hanya suami istri yang menjadi korban, tetapi anak-anak dan
keluarga dari kedua belah pihak awalnya saling bersilaturahmi dengan seketika dapat
bercerai-berai.5
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perceraian yang cukup
tinggi, salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya angka perceraian adalah
pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Tahun 2013 Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah menyebutkan
bahwa angka perceraian di Indonesia mencapai peringkat tertinggi di Asia Pasifik.
Sementara data Kementrian Agama menyebutkan bahwa sejak tahun 2009-2016,
angka perceraian di Indonesia mengalami trend kenaikan antara 16-20%, terkecuali di

4
Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, 2017), h.23
5
M. Zaenal Arifin, Muh. Anshori, Fikih Munakahat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019), Cet
ke-1, h.18
3

tahun 2011 mengalami penurunan. Angka perceraian ini menjadi ironi karena
sejatinya perkawinan dilangsungkan sebagai sebuah ikatan yang kuat, untuk tujuan
abadi, bukan hanya di dunia namun hingga akhirat kelak.6
Kasus perceraian di kabupaten Pandeglang juga merupakan kasus perceraian
tertinggi se-Provinsi Banten.7 Terhitung dari Januari hingga 18 Juli 2019 cerai talak
atau cerai yang diajukan pihak suami terdapat 176 kasus, dan 548 kasus cerai gugat
atau cerai yang diajukan pihak istri. Pengadilan Agama Kabupaten Pandeglang kelas II
mencatat hingga September 2019 ada 1.226 kasus perceraian. Faktor pertama kasus
perceraian di Pandeglang sendiri karena alasan ekonomi yang tak mumpuni dan
komunikasi yang kurang antara kedua belah pihak. Dan karena adanya perselingkuhan
yang tidak bisa dipisahkan dari kecanggihan media sosial.8
Adapun kasus perceraian di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2020 mulai dari
bulan Januari hingga Oktober tercatat dari laporan perkara yang diputus Pengadilan
Agama Pandeglang bahwa cerai talak sebanyak 185 kasus dan cerai gugat sebanyak
937 kasus. Jika dijumlahkan keseluruannya maka perceraian yang terjadi di tahun
2020 dari bulan Januari hingga Oktober sebanyak 1.122 kasus. Angka tersebut belum
termasuk bulan November dan Desember karena datanya belum direkap. Namun kasus
perceraian masih berada di posisi paling tinggi di Kabupaten Pandeglang.9
Perceraian tentunya sangat berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan sebuah
keluarga, karena ketika sebuah perceraian terjadi maka segala persoalan bangsa akan
muncul menyertainya, seperti lahirnya proses kemiskinan, khususnya pada perempuan
dan anak-anak. Perceraian juga menjauhkan anak dari kehidupan yang sehat dan
sejahtera serta hak-hak anak akan terabaikan. Padahal 3 hal tersebut (kemiskinan, hak
anak dan kehidupan sehat dan sejahtera) merupakan tiga komponen utama dari 17
tujuan dasar pembangunan berkelanjutan (SDG‟S) yang disepakati oleh 193 negara,
termasuk Indonesia.10

6
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon Pengantin,
(Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. iv
7
http://pa-pandeglang.go.id/pdlg/index.php?pdlg=detail&berita=799, kasus-perceraian-di-
kabupaten-pandeglang-tertinggi-seprovinsi-banten, Diakses pada 5 April 2020
8
Hingga September, Ada 1226 Kasus Cerai di Pandeglang Banten,
https://www.tagar.id/2019/10/16/Hingga-September-Ada-1226-kasus-cerai-di-Pandeglang-Banten. Di
akses pada 5 April 2020
9
Hamid, Wawancara Pribadi Tanggal ,1 Desember 2020 pada pukul 08.15 – 10.00,
Pengadiln Agama Pandeglang Banten.
10
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. iv
4

Hubungan keluarga sangat penting dalam menjaga keutuhan rumah tangga


yang mana dalam membangun keluarga yang kokoh itu harus menumbuhkan rasa
saling percaya, menjaga komunikasi yang baik. Dalam keluarga setiap anggotanya
memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, dan setiap anggota tersebut harus
melaksanakan tugas dan fungsinya dan mencapai tujuan bersama. Para ahli
memberikan definisi tentang keluarga, diantaranya adalah Anton M, Moeliono;
keluarga berasal dari bahasa Arab, yaitu: al-usrah, dan dari bahasa Inggris, yaitu
family. Sedangkan pengertian keluarga secara umum adalah satuan kekerabatan yang
sangat mendasar di masyarakat yang terdiri dari atas ibu, bapak dan anak.11
Istilah keluarga dalam bahasa Arab memakai kata al-usrah (keluarga)
merupakan kata jadian dari al-asru. Al-asru secara etimologis berarti ikatan (al-qaid).
Kata tersebut dapat dikatakan dengan memakai kata asarahu asran wa isaran artinya
mengikatnya (qayadah), asarah , artinya menjadikannya sebagai tawanan (akhadzahu
asiran)12.
Istilah keluarga dalam al-Qur‟an dengan kata al-usrah (sebagaimana dalam
budaya Timur, tempat al-Qur‟an diturunkan) ternyata tidak ditemukan, karena al-
Qur‟an menggunakan kata al-ahl artinya ahli rumah, keluarga, familia. Sebenarnya
juga terdapat kata-kata lain yang merujuk pada keluarga, diantaranya adz-dzurriyyah,
namun adz-dzurriyyah ini lebih cenderung pada keturunan bukan keluarga.
Pengulangan kata adz-dzurriyyah dalam al-Qur‟an ditemukan sebanyak 32 kali.13
Ayat tentang keluarga tercantum dalam Al-Qura‟an surat At-tahrim (66) : 6:

           

          

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

11
Abd. Rozak, “Konsep Al-Usrah (Keluarga) Dalam Pendidikan Islam,” Vol .3, 2,
(Desember, 2018), h. 105
12
Umar Faruq Thohir, “Konsep Keluarga Dalam Al-Qur‟an; Pendekatan Linguistik dalam
Hukum Perkawinan Islam,”Vol. 2, 1, (Januari, 2015), h.1
13
Umar Faruq Thohir, “Konsep Keluarga Dalam Al-Qur‟an; Pendekatan Linguistik dalam
Hukum Perkawinan Islam,”Vol. 2, 1, (Januari, 2015), h. 4
5

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 pasal 1 menyebutkan


istilah keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari sami-istri, atau
suami, isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Di dalam
pasal 5 bahwa setiap anggota keluarga wajib mengembangkan kualitas diri dan fungsi
keluarga agar keluarga dapat hidup mandiri dan mampu mengembangkan kualitas
keluarga.14
Bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran
yang penting dalam pembangunan nasional, oleh karena iu perlu dibina dan
dikembangkan kualitasnya agar senantiasa dapat menjadi keluarga sejahtera serta
menjadi sumber daya manusia yang efektif bagi pembangunan nasional.15
Membangun keluarga yang kokoh dan berkualitas memerlukan ikhtiar
sungguh-sungguh, yang dimulai dari mempersiapkan pasangan calon pengantin dan
remaja usia nikah harus mendapat pengetahuan tentang cara mewujudkan keluarga
bahagia, membangun kesadaran bersama mewujudkan keluarga yang sehat dan
berkualitas, mengatasi berbagai konflik keluarga, memperkokoh komitmen, serta
berbagai keterampilan hidup (lifeskills) untuk menghadapi berbagai tantangan
kehidupan global yang semakin berat.16
Pembinaan penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera dilakukan oleh
Menteri dan pimpinan instansi Pemerintah yang terkait secara terkoordinasi, terpadu
dan berkelanjutan. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dapat dilakukan
dengan: Bimbingan dan penyuluhan, pemberian bantuan tenaga, keahlian, atau bentuk
lain, pemberian penghargaan dan cara pembinaan lainnya.17
Pembinaan melalui program bimbingan perkawinan bagi calon pengantin
adalah wujud nyata kesungguhan Kementrian Agama dalam memastikan
pembangunan bangsa melalui keharmonisan perkawinan yang ideal, mencakup
penyediaan sumber daya dan anggarannya. Maka untuk menjamin akuntabilitas dan
tertib administrasi pelaksanaan program, perlu diterbitkan juga petunjuk pelaksanaan

14
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
15
Ibid, Pasal 1
16
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab 1
huruf A
17
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 24-26.
6

bimbingan perkawinan bagi calon pengantin serta modul bimbingan perkawinan bagi
calon pengantin agar bimbingan perkawinan dapat berjalan dengan baik.18
Bimbingan perkawinan atau sebelumnya disebut dengan kursus calon
pengantin merupakan suatu keabsahan perkawinan dari kepedulian pemerintah, hal ini
sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama Nomor: Dj.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin. Latar belakang
dikeluarkannya Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
Dj.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin adalah tingginya angka
perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga yang salah satunya
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman calon pengantin tentang
kehidupan rumah tangga/keluarga.19
Adanya bimbingan perkawinan dengan dibuatnya modul bimbingan
perkawinan dilihat dari sisi kelitbangan, modul ini merupakan tindak lanjut hasil
penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan tentang Trend Cerai Gugat pada
Masyarakat Muslim Indonesia yang dilaksanakan tahun 2015. Salah satu temuan
penting penelitian tersebut adalah bahwa tingginya perceraian, khususnya cerai gugat
dipicu oleh kondisi pasangan suami istri yang tidak memiliki bekal ilmu pengetahuan
yang cukup untuk memahami makna perkawinan dan segala permasalahannya. Karena
tidak memiliki bekal itulah, maka lembaga perkawinan yang dijalaninya sangat rentan
terjadi konflik. Dalam kondisi seperti itu, pasangan tidak memiliki tekad yang kuat
untuk mempertahankan perkawinannya sehingga jika ada sedikit permasalahan maka
pasangan dengan cepat mengambil keputusan untuk bercerai.20
Untuk menangani permasalahan ini, harus ada kerjasama dengan instansi
terkait dalam upaya mengatasi terjadinya perceraian. Dengan rutin mengadakan
sosialisasi, terutama pada pasangan muda yang hendak menikah. Maka untuk
meminimalisir hal tersebut pemerintah mengadakan program bimbingan perkawinan
sebagai bekal bagi calon pengantin dalam menghadapi berbagai macam persoalan
dalam rumah tangga. Tentunya Bimbingan Perkawinan harus berjalan secara optimal

18
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab 1
huruf A
19
Erni Istiani, Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang
Sucatin Di KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga Dalam Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah wa
Rahmah. (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Megeri Salatiga, 2016), h. XI
20
Alissa Qotrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet. 1, h. viii
7

supaya calon pengantin dapat menerima materi dengan baik dan menjadikan bekal
dalam menjalankan rumah tangga. Kementrian agama yang bekerja sama dengan
Dirjen Bimas Islam menerapkan aturan mengenai bimbingan perkawinan dengan
mengeluarkan keputusan Direktorat jendral bimbingan masyarakat Islam nomor 379
tahun 2018 tentang petunjuk bimbingan perkawinan pranikah dan Modul Bimbingan
perkawinan yang didalamnya membahas tentang materi-materi bagaimana
membangun keluarga sakinah, mawadah, warahmah.
Petugas yang melaksanakan bimbingan perkawinan bukan hanya dilaksanakan
oleh pegawai pejabat atau oleh petugas Kementrian Agama saja melainkan juga
diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara Bimbingan Perkawinan berbadan
hukum atau oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan yang telah memeroleh izin
penyelenggaraan dari kementrian agama.21
Melihat hal tersebut penulis ingin meneliti bimbingan perkawinan yang
diselenggarakan di KUA, khususnya di KUA Sobang yang kemudian akan di analisis
pelaksanaannya apakah sudah sesuai dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor
379 tahun 2018 tentang petunjuk bimbingan perkawinan. Berdasarkan wawancara
dengan Kepala KUA Sobang dan Petugas KUA Sobang bahwa pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA Sobang belum efektif.22
Tentunya KUA perlu menata kembali peraturan, peran dan fungsinya agar
sesuai dengan kondisi dan perkembangan terkini. Pelaksanaan bimwin harus sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku sebagai mana Keputusan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin dan Modul Bimbingan perkawinan
yang memuat tentang materi pondasi keluarga sakinah. Kantor Urusan Agama (KUA)
harus menyiapkan seluruh perangkat pelayanan termasuk SDM, sarana dan prasarana
yang memadai agar masyarakat dapat mengikuti bimbingan perkawinan dan menerima
materi dengan baik sehingga dengan mengikuti bimbingan perkawinan calon
pengantin lebih memahami dan siap dalam menjalankan rumah tangga dan
menghindari terjadinya konflik yang berujung pada perceraian.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba menganalisa kesesuaian
pelaksanaan bimwin dengan peraturan dirjen bimas Islam nomor 379 tahun 2018, serta

21
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Bab II Penyelenggaraan
22
Sarnata, Interview Pribadi, Sobang 20 April 2020
8

permasalahan bimbingan perkawinan di Kantor Urusan Agama (KUA) tepatnya


dikecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang, untuk dijadikan pembahasan skripsi
dengan judul “PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON
PENGANTIN DALAM MENCEGAH PERCERAIAN (Studi Pada KUA
Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang)”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan beberapa perm-
asalahan yang berkaitan dengan tema yang sedang dibahas. Ragam masalah yang akan
muncul dalam latar belakang di atas, akan penulis paparkan beberapa diantaranya,
yaitu: Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Dalam Mencegah
Perceraian (Studi Pada KUA Kecamatan Sobang).
1. Apa pengertian pelaksanaan, bimbingan perkawinan, perkawinan dan
perceraian?
2. Apa saja unsur-unsur dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan?
3. Apa dasar hukum pelaksanaan bimbingan perkawinan?
4. Bagaimana gambaran umum KUA Sobang?
5. Bagaimana pelaksanaan pembekalan bimbingan perawinan di KUA Sobang?
6. Bagaimana pertauran bimbingan perkawinan yang diterapkan di KUA Sobang?
7. Bagaimana peran KUA dalam melaksanakan bimbingan perkawinan?
8. Bagaimana kesesuaian pelaksanaan Bimwin di KUA dengan Keputusan Dirjen
BIMAS Nomor 379 tahun 2018?
9. Bagaimana Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Dalam
Mencegah Perceraian?
10. Apa saja permasalahan dalam melaksanakan bimbingan perkawinan di KUA
Kecamatan Sobang?

C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan, penulis akan membatasi dan merumuskan
masalah sesuai dengan judul proposal skripsi yaitu; Pelaksanaan Bimbingan
Perkawinan Bagi Calon Pengantin dalam Mencegah Perceraian. Dimana akan fokus
terhadap Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pada KUA kec. Sobang pada tahun 2020
dengan menganalisis kesesuaian pelaksanaanya apakah sudah sesuai dengan Keputusan
Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 tahun 2018 tentang
9

Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin dan Modul


Bimbingan Perkawinan tentang materi bimwin serta apa saja permasalahan di KUA
Sobang dalam melaksanakan bimbingan perkawinan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam penelitian ini :

1. Bagaimana Kesesuaian Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan di KUA Sobang


Dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018?
2. Bagaimana Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Dalam
Mencegah Perceraian di KUA Kecamatan Sobang?
3. Apa Saja Permasalahan Dalam Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Di KUA
Kecamatan Sobang?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kesesuaian Pelaksanaan Bimbingan


Perkawinan di KUA Kec. Sobang Kab. Pandeglang Dengan Keputusan Dirjen
BIMAS Islam Nomor 379 Tahun 2018?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379
tahun 2018 Dalam Mencegah Perceraian di KUA Kecamatan Sobang?
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Permasalahan Dalam Pelaksanaan Bimbingan
Perkawinan di KUA Kecamatan Sobang?
F. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis:
1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial yang terjadi di
masyarakat. Dan menambah keilmuan dalam melakukan penelitian khususnya
di bidang Hukum Keluarga.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi akademisi, praktisi dan kepada pembaca pada umumnya, serta dapat
memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan untuk penelitian
selanjutnya.
10

Manfaat Praktis:
Agar KUA Sobang lebih mengoptimalisasikan lagi aturan serta pelaksanaan
bimbingan perkawinan sehingga masyarakat memiliki kemauan dan keterampilan
untuk mengikuti perogram tersebut sebagai bekal dalam menjalankan rumah tangga
yang sakinah mawadah warohmah agar terhindar dari konflik yang berujung pada
perceraian.

G. Penelitian Terdahulu

Studi pustaka yang penulis peroleh yaitu berupa skripsi-skripsi, buku, jurnal
dan makalah yang semuanya mempunyai korelasi yang ingin penulis buat. Studi
pustaka tersebut yaitu:

Skripsi:
1. Karya ANISA RAHMAWATI yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Oleh Kementrian Agama
Kabupaten Sleman. Yang mana pada skripsi tersebut yaitu meneliti tentang
bagaimana efektivitas dari pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon
pengantin yang dilaksanakan oleh Kementrian Agama Kabupaten Sleman dan
apa saja kendala yang terjadi dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan oleh
Kementrian Agama Kabupaten Sleman. Sedangkan dalam penelitian saya
meneliti tentang bagaimana kesesuaian pelaksanaan bimbingan perkawinan
bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang
dengan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018, Bagaimana implementasi
Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian serta
apa saja permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA
Sobang.
2. Karya NUR ROHMANIAH yang berjudul Studi Komparasi Bimbingan
Perkawinan Bagi calon Pengantin Sebagai Upaya Mencegah Perceraian (Di
KUA Kecamatan Boja dan Limbangan Kabupaten Kendal). Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui bagaimana perbedaan pelaksanaan Bimbingan
perkawinan yang diterapkan oleh pembimbing di BP4 KUA kecamatan Boja
dan BP4 KUA kecamatan Limbangan sebagai upaya mencegah perceraian.
Sedangkan dalam penelitian saya meneliti tentang bagaimana kesesuaian
pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan
11

Sobang Kabupaten Pandeglang dengan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun
2018, Bagaimana implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
dalam mencegah perceraian serta apa saja permasalahan dalam pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA Sobang.
3. Karya MELIA FITRI yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi
Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamaan Pondok Aren
Kota Tangerang Selatan. Yang mana penelitian ini yaitu meneliti tentang
bagaimana pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di kantor
urusan agama Pondok Aren dan penelitian tersebut lebih fokus terhadap
bagaimana dalam memberikan pengetahuan pernikahan, faktor pendukung dan
penghambat bimbingan pranikah di kantor urusan agama pondok aren.
Sedangkan dalam penelitian saya meneliti tentang bagaimana kesesuaian
pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan
Sobang Kabupaten Pandeglang dengan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun
2018, Bagaimana implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
dalam mencegah perceraian serta apa saja permasalahan dalam pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA Sobang.
4. Karya SHELLA FITRIYANI yang berjudul Efektifitas Bimbingan Pranikah
Dalam mengantisipasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus di KUA
Kecamatan Muara Babak Barat) Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya
bimbingan pranikah sangat bermanfaat bagi kehidupan pasangan sebelum
menikah, saat berumah tangga dan masa memiliki anak-anak.
5. Karya FEBRIANA WULANSARI yang berjudul Studi Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kedondong
Pesawaran. Penelitian ini bermaksud melihat langsung bagaimana pelaksanaan
bimbingan peranikah bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Kedondong
serta menganalisis aspek yang ada didalamnya yaitu pembimbing, metode,
materi, media serta faktor pendukung dan penghambat bimbingan pranikah di
KUA Kecamatan Kedondong.
6. Karya HAPIPAH yang berjudul Peran Bimbingan Pra Nikah Bagi calon
Pengantin Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini membahas tiga hal yaitu, Apa saja persipan
yang dilakukan oleh calon pengantin, bagaimana proses pernikahan yang
12

berlangsung di KUA Ciputat, dan apa saja kendala perencanaan bimbingan


pranikah yang dilalui oleh calon pengantin dan penyelenggara bimbingan pra
nikah di KUA Ciputat. Sedangkan dalam penelitian saya meneliti tentang
bagaimana kesesuaian pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon
pengantin di KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang dengan Dirjen
Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018, Bagaimana implementasi Dirjen Bimas
Islam Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian serta apa saja
permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA Sobang.
Jurnal:
1. Karya SAMSUL FATA yang berjudul Korelasi Antara Bimbingan Peranikah
dengan Perceraian di Kabupaten Nagan Raya (Studi Kasus di Kantor Urusan
Agama Kec. Kuala Kab. Nagan Raya) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sebab terjadinya perceraian bagi mereka yang telah mengikuti bimbingan
pranikah, serta bagaimana pengaruh bimbingan pranikah dengan faktor
perceraian dalam keluarga yang pernah mengikuti bimbingan pernikah.
2. Karya ABDUL JALIL yang berjudul IMPLEMENTASI PROGAM
BIMBINGAN PERKAWINAN PRANIKAH BAGI CALON PENGANTIN DI
KUA KECAMATAN CILANDAK KOTA JAKARTA SELATAN penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi program bimbingan
perkawinan pranikah bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota
Jakarta Selatan. Metode penelitian ini adalah deskripsi dengan pendekatan
kualitatif.
3. Karya FITHRI LAELA SUNDANI yang berjudul Layanan Bimbingan Pranikah
Dalam Membentuk Kesiapan Mental Calon Pengantin Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui proses pelaksanaan program bimbingan layanan bimbingan
pra nikah, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari layanan
bimbingan pra nikah.

H. Metode Penelitian

Metode merupakan cara atau jalan bagaimana seseorang harus bertindak.


Penelitian adalah salah satu kegiatan ilmiah, yang di dasarkan pada metode,
sistematika yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum
13

tertentu, dengan jalan menganalisisnya.23 Metode menunjukkan langkah-langkah


spesifik (atau tindakan, tahap, pendekatan langkah demi langkah, dan lain-lain) yang
harus diambil dalam urutan tertentu selama penelitian.24 menunjukan langkah Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan yaitu melalui pendekatan yuridis empiris yaitu melihat
kenyataan yang ada dalam praktek dilapangan dengan cara memadukan bahan-bahan
hukum (baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis atau baik bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder).25
Pendekatan yuridis empiris adalah mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum
sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional ke dalam sistem kehidupan yang
nyata.26
Jadi, pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini adalah menganalisis
permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum data sekunder
peraturan undang-undang dengan bahan hukum primer yang ada di lapangan yaitu
tentang pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin dalam mencegah
perceraian studi pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang. Penelitian
yang dilakukan secara langsung di lapangan untuk mengetahui permasalahan yang
sebenarnya terjadi, kemudian akan dihubungkan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan teori hukum yang ada.27
Sumber data sekunder yang digunakan yaitu berdasarkan Keputusan Direktur
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin, serta Modul Bimbingan
Perkawinan tentang materi bimbingan perkawinan bagi calon pengantin.

2. Jenis Penelitian

23
Khuzdaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, (Surakarta: Fakultas
Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta), 2014, h.3
24
Jan Jonker, dkk, Metodologi Penelitian: Panduan Untuk Master dan Ph.D. di Bidang
Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat), 2011, h.29
25
Yudiono 0S, Metode Penelitian, diglib.unila.ac.id, 2013, Diakses pada tanggal 20 Mei 2020
Pukul 14.00
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Press, 1986), h.51
27
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, h.75
14

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry pencarian makna, pengertian,
konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus
dan multimetode, bersifat alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan
beberapa cara, serta disajikan secara naratif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi
prosedur ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.28
Penelitian ini meneliti dan mencari data secara langsung pada KUA kecamatan
Sobang Kabupaten Pandeglang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu melalui Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.
 Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa
wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara
pewawancara dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya
langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.29
 Dokumen, merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah
berlalu. Dokumen tentang orang atau kelompok orang, peristiwa, atau kejadian
dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah
sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen
itu dapat berbentuk teks tertulis, artefacts, gambar, maupun foto. Dokumen
tertulis dapat juga berupa sejarah kehidupan (life historis), biografi, karya tulis
dan cerita.30 Dokumentasi ini diperoleh dari dokumen-dokumen administratif,
keputusan dan catatan resmi. Seperti dokumen tentang profil KUA Kecamatan
Sobang.

4. Subjek Penelitian

28
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kualitatif, Kuanitatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014, h.329
29
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantiatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014, h.384
30
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantiatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group,h.391
15

Dalam hal ini subjek penelitiannya yaitu melakukan interview langsung dengan
narasumber diantaranya kepala KUA, Petugas Penasehat Perkawinan berjumlah tiga
orang, serta masyarakat Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang sebagai informan
berjumlah empat orang.

5. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data yang bersifat kualitatif
melalui penelitian terhadap bagaimana kesesuaian Keputusan Dirjen Bimas Islam
Nomor 379 tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi
calon pengantin dengan pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA Sobang. Data
yang diperoleh melalui penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan, dikumpulkan,
kemudian dianalisis secara sistematis, untuk disajikan dalam bentuk uraian kata yang
menghasilkan data deskriptif. Menurut model Miles dan Huberman analisis data
melalui tiga tahap:31
a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.
b. Penyajian data, yaitu kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga
memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif berbentuk
catatan lapangan, matiriks, grafik, jaringan, dan bagan.
c. Verification atau penarikan kesimpulan yaitu mengecek kembali dari data-data
yang sudah terkumpul untuk mengetahui keabsahan datanya apakah sudah
valid dan sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan arah yang tepat dan supaya lebih sistematis, maka perumusan
sistematika disusun sebagai berikut:
Bab I adalah Pendahuluan dimana berisikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

31
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Vol. 17 No. 33, 2018, Januari – Juni h.91-94
16

manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian dan di akhiri dengan


sistematika penulisan.
Bab II adalah kerangka teori membahas tentang pengertian pelaksanaan,
bimbingan perkawinan, dasar hukum dan tujuannya, pengertian perkawinan,
pencatatan perkawinan dan tujuannya, pengertian perceraian dan upaya-upaya
pencegahannya. Penulisan ini berdasarkan pedoman penulisan proposal skripsi
fakultas syari‟ah dan hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Bab III adalah Metode Penelitian yaitu temuan data dan analisis penelitian di
KUA Kecamatan Sobang yang dilakukan untuk meneliti permasalahan yang akan
dibahas, yang mana jenis penelitiannya yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan
yuridis empiris. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif bersifat
deskripif berupa pengumpulan data, penyaringan data, perangkuman data, dan yang
terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Pengumpulan data yaitu melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi di KUA Sobang.
Bab IV Yang mana pada bab ini akan menganalisis kesesuaian pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA kecamatan Sobang dengan Dirjen Bimas Islam Nomor
379 tahun 2018, bagaimana implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
dalam mencegah perceraian sera apa saja permasalahan dalam melaksanakan
bimbingan perkawinan di KUA Kecamatan Sobang.
Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan, saran serta dilengkapi dengan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap penting.
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Pengertian Pelaksanaan
Sebelum membahas lebih jauh tentang bimbingan perkawinan alangkah lebih
baik jika dijelaskan dahulu apa itu pelaksanaan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pelaksanaan yaitu proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan
sebagainya). Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, secara sederhana pelaksanaan bisa
diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.32
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan
bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau
kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang
strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai
sasaran dari program yang ditetapkan semula.33
Adapun beberapa pengertian pelaksanaan menurut para ahli antara lain:34
a. Menurut G.R. Terry Pelaksanaan adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efekif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efesien.

32
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 70
33
Abdullah Syukur, Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep
Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan”, (Persadi: Ujung Pandang, 1987), h. 40, t.d.
34
Sondang P. Siagan, Fungsi-Fungi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksara, Cetakan pertama,
1989), h.131

17
18

b. Henry Fayol menggunakan istilah “Commanding” untuk pelaksanaan berpendapat


bahwa cara terbaik untuk menggerakan para anggota organisasi adalah dengan cara
pemberian komando dan tanggung jawab utama para bawahan terletak pada
pelaksanaan perintah yang telah diberikan itu.
c. Luther Gulick menggunakan istilah “Directing” sebagai fungsi manajerial yang
dimaksudkan untuk menggerakan para bawahan. Istilah ini mempunyai makna
pemberian petunjuk dan penentuan arah yang harus ditempuh oleh pelaksanaan
kegiatan operasional.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pelaksanaan yaitu
suatu rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci dan dilakukan
secara sungguh-sungguh sesuai norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Adapun fungsi pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar mereka
mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan
keterampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.

B. Bimbingan Perkawinan

1. Pengertian Bimbingan Perkawinan


Sebelum membahas bimbingan perkawinan maka akan dibahas dulu apa itu
bimbingan. Jones memberikan pendapat mengenai bimbingan sebagai beikut:
Guidance is the help given by one person to another in making choices and
adjustments and in solving problems.(1963).35
Artinya: “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain untuk membuat pilihan dan penyesuaian dalam memecahkan masalah”.

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance”


berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing,
menuntun ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya maka secara umum bimbingan
dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak
berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.36
Pengertian harfiyah istilah “Guidance” dari akar kata “guide” berarti:
mengarahkan, (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir

35
Bimo Walgito, Bimbingan Konseling Dan Perkawinan, (Yogyakarta: C.V Andi Offset,
2017), h. 5-6
36
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Tangerang : P.T Ciputat Press, 2005) h.2-3
19

(to steer).37 Secara umum bimbingan adalah suatu proses tekhnis yang teratur,
bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyelesaian yang cocok terhadap
kesukaran yang dihadapinya. Dan membuat rencana untuk mencapai penyelesaian
tersebut, serta menyesuaikan diri terhadap susana baru yang membawa kepada
penyelesaian itu. Dengan pengertian ini, maka pengertian bimbingan mencakup
bimbingan kejiwaan, sosial, pendidikan, jabatan dan lainnya.38
Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
sebagai berikut.
1. Jones (193:25) memberikan pengertian bimbingan adalah sebagai berikut:
“Guidance is the assistance given to individuals in making intelligent
choices and adjustments in their lives. The ability in not innate it must be
develovep. The fundamental purpose of guidance is to develop in each
individual up to the limit of his capacity, the ability to solve his own
problems and to make his own adjustment”
Pengertian menurut Jones di atas, ternyata bimbingan itu merupakan
bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas atau
tepat dalam penyesuaian kehidupan mereka. Selanjutnya pula dikatakan
bahwa kemampuan itu bukan merupakan suatu faktor bawaan, tetapi harus
dikembangkan.39
2. Schertzer dan Stone (1981) mengartikan bimbingan sebagai proses
pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan
lingkungannya.
3. Sunaryo Kartadinata (1998:3) mengartikan bimbingan sebagai “proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.”40
4. Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara

37
Syamsu Yusuf, LN, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h.5
38
Attia Mahmud Hanna, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaa, (Jakarta: Bulan
Bintang, tt,) h.53-54
39
Sutirna, Bimibingan dan Konseling : Pendidikan Formal, NonForman dan Informan,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2013) h.3
40
Syamsu Yusuf, LN, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006) h.5-6
20

wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,


masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu individu
mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
5. Supriadi (2004:207) bahwa bimbingan adalah proses bantuan yang
diberikan oleh konselor/pembimbing kepada konseli agar konseli dapat: (1)
memahami dirinya, (2) mengarahkan dirinya, (3) memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya, (4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
(keluarga, sekolah, dan masyarakat), (5) mengambil manfaat dari peluang-
peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan
potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya.41
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
maupun kelompok secara berkelanjutan dengan tujuan agar individu-individu tersebut
mengetahui kemampuan atau bakat minatnya serta dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya secara maksimal.
Adapun pengertian bimbingan perkawinan adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu atau calon pengantin secara pribadi atau secara berkelompok agar
dalam menjalankan perkawinan dan kehidupan rumah tangga bisa selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat. Bimbingan perkawinan merupakan program kegiatan yang dikeluarkan oleh
Peraturan Mentri Agama sebagai penyempurna Sucatin (Kursus Calon Pengantin).
Sebelumnya pelaksanaan Sucatin hanya dilakukan di Kantor Urusan Agama dalam
durasi waktu yang hanya beberapa (dua atau tiga) jam saja, maka dalam PMA tersebut
dijelaskan bahwa Sucatin (dalam PMA disebut Bimbingan Perkawinan) dilaksanakan
selama dua hari atau selama 16 jam dan merupakan satu keharusan/persyaratan yang
harus dipenuhi oleh calon pengantin.42
Istilah bimbingan perkawinan ini muncul sejak tahun 2017 yang sebelumnya
dikenal dengan istilah sucatin (kursus calon pengantin) disini sama dengan istilah
kursus pranikah yaitu pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
penumbuh kesadaran calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.
Bimbingan Perkawinan bertujuan untuk membekali calon pengantin mengenai

41
El Fiah R, Bimbingan Dan Konseling Anak Usia Dini, (Jakarta:Raja Grafindo, 2017) h.8-9
42
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. ix
21

pemahaman dan pengetahuan tentang hakikat perkawinan, tujuan perkawinan, dan


membangun keluarga bahagia yang menjadi keinginan semua calon pengantin.
Apalagi untuk calon pengantin yang sama sekali belum memahami hakikat
perkawinan.43
Sehingga dengan demikian, bimbingan perkawinan merupakan program yang
dikeluarkan oleh PMA sebagai pelengkap Sucatin (kursus calon pengantin). Dilakukan
sebagai tindakan agar tidak terjadi perselisihan dalam keluarga dan sebagai upaya
mencegah terjadinya perceraian.

2. Dasar Hukum Bimbingan Perkawinan


Perintah bimbingan ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994
tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 24, 25 dan Pasal 26.
Yaitu, Pasal 24 disebutkan Pembinaan penyelenggaraan pembangunan keluarga
sejahtera dilakukan oleh Menteri dan pimpinan instansi Pemerintah yang terkait secara
terkoordinasi, terpadu dan berkelanjutan. Dan pasal 26 disebutkan bahwa pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dapat dilakukan dengan: Bimbingan dan
penyuluhan, pemberian bantuan tenaga, keahlian, atau bentuk lain, pemberian
penghargaan dan cara pembinaan lainnya.44
Menghadapi fenomena lemahnya lembaga perkawinan, dalam berbagai
kesempatan Menteri Agama telah menyampaikan perlunya penguatan lembaga
perkawinan melalui revitalisasi pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Sucatin).
Kementrian agama juga mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) tentang
Bimbingan Perkawinan Sebagai Penyempurna Sucatin. Jika sebelumnya pelaksanaan
sucatin hanya dilaksanakan di Kantor Urusan Agama dalam durasi waktu yang singkat,
hanya dua sampai tiga jam saja, maka dalam PMA tersebut dijelaskan bahwa
bimbingan perkawinan dilaksanakan selama 16 jam pelajaran dan merupakan satu
keharusan/persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pengantin.45 Pelaksanaan
bimbingan perkawinan diatur dalam Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun
2018 tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah bagi calon
pengantin.46

43
Hikmatina, Analisis Program Bimbingan Perkawinan Dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah Studi Kasus di KUA LowokWaru Kota Malang, Volume 1, Nomor 2, 2019, h.114
44
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 24-26.
22

Dalam pasal 3 disebutkan bahwa tujuan perkawinan yaitu untuk mewujudkan


kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.45 Dalam Undang-
Udang Dasar 1974 pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Berangkat dari tujuan perkawinan tersebut yaitu untuk membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa maka perlu
dilaksanakan bimbingan perkawinan yang didalamnya terdapat materi tentang
bagaimana membangun keluarga sakinah. Bahwa untuk mewujudkan akuntabilitas dan
tertib administrasi penyelenggaraan Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi calon
Pengantin perlu menetapkan petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan.46
Petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan terdapat pada Keputusan
Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk Bimbingan
Perkawinan Bagi Calon Pengantin, yang terdiri dari tujuh Bab. Bab I yaitu
pendahuluan, Bab II Penyelenggaraan, Bab III Sertifikat, Bab IV Pendanaan, Bab V
Monitoring, Evaluasi dan Supervisi, Bab VI Pelaporan dan Pertanggung Jawaban, Bab
VII berisi penutup.47
Adapun materi bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin
berpedoman pada buku modul bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin
yang dibuat oleh Kementrian Agama.48
Materi dalam bimbingan perkawinan secara umum berpedoman pada buku
Pondasi Keluarga Sakinah:49
1) Materi Bimbingan Perkawinan

Materi bimbingan perkawinan di rancang atas kerjasama Direktorat B na KUA


dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, dengan
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat dalam

45
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo,
1995), Cet, ke-2, h.114
46
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018
47
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab II,
huruf A, B dan C
48
Ibid, huruf A point 5
49
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
(Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI, 2017. Cet. 1) h. V
23

menerbitkan Buku Pondasi Keluarga Sakinah Bagi Calon Pengantin serta Modul
Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin.50

Modul Bimbingan Perkawinan membahas tentang beberapa materi terkait


bimbingan perkawinan, dilihat dari sisi kelitbangan, modul ini merupakan tindak
lanjut hasil penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan tentang Trend Cerai Gugat
Pada Masyarakat Muslim Indonesia yang dilaksanakan tahun 2015. Salah satu
temuan penting penelitian tersebut adalah bahwa tingginya perceraian, khususnya
cerai gugat, dipicu oleh kondisi pasangan suami istri yang tidak memiliki bekal ilmu
pengetahuan yang cukup untuk memahami makna perkawinannya dengan segala
permasalahannya. Karena tidak memiliki bekal itulah, maka lembaga perkawinan yang
dijalaninya sangat rentan terjadi konflik.51 Maka dengan adanya modul perkawinan
yang memuat materi-materi tentang bagaimana membangun keluarga sakinah akan
menjadi bekal pengetahuan bagi calon pengantin. Materinya terdiri dari:52

Modul 1:

1. Perkenalan Dan Kontrak Belajar


Pada materi ini akan menjadi pembuka seluruh rangkaian kegiatan pelatihan. Ia
secara umum dimaksudkan untuk mencairkan suasana belajar yang akrab, dialogis dan
partisipatoris, waktunya sebanyak 1 jam .53

2. Mempersiapkan Perkawinan Kokoh Menuju Keluarga Sakinah


Materi ini mengajak peserta untuk memaknai status yang melekat pada setiap
manusia sebagai hamba Allah dan amanah sebagai khalifah di muka bumi termasuk
dalam kehidupan perkawinan dan keluarga. Waktunya 2 jam pelajaran.
3. Mengelola Dinamika Perkawinan Dan Keluarga
Materi ini mengajak peserta mengeksplorasi ciri kehidupan perkawinan yang
sukses dan yang gagal, sehingga dapat menyimpulkan tantangan dalam kehidupan
berkeluarga. Waktunya 3 jam pelajaran

51
Ibid, h. VII
52
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin, h.1-
131
53
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin, h.1-2
24

4. Memenuhi Kebutuhan Keluarga


Materi ini mengajak peserta untuk mengidentifikasi dan memahami jens-jenis
kebutuhan dalam membangun keluarga yang sakinah mawaddah dan rohmah.
Waktunya 2 jam pelajaran.

Modul 2 atau tahapan ke dua

5. Menjaga Kesehatan Reproduksi Keluarga


Kesehatan Reproduksi merupakan salah satu pilar keluarga sakinah yang turut
menentukan kebahagiaan dan masa depan keluarga. Apabila terganggu, maka
kehidupan keluarga dapat mengalami masalah, bahkan jika sampai terjadi kematian
maka bangunan keluarga terancam koyak. Waktunya 2 jam pelajaran.
6. Menyiapkan Generasi Berkualitas
Materi ini mengajak peserta mengeksplorasi pemikiran dan harapan mereka
tentang anak-anak dalam keluarga mereka dan menyelaraskannya dengan konsep dan
prinsip perkembangan anak secara Islami. Waktunya 2 jam pelajaran.
7. Mengelola Konflik Dan Ketahanan Keluarga
Materi ini menguatkan pengetahuan peserta tentang tantangan yang semakin
kompleks, baik di dalam maupun diluar keluarga. Sesi ini juga melatih bagaimana
pasangan suami-istri bisa mengelola perbedaan secara dinamis, membangun
kesepakatan-kesepakaan dalam menghadapinya, dan mengenalkan bagaimana cara
merespon tantangan-tantangan tersebut, terutama dengan menumbuhkan karakter diri
yang tangguh, bertanggung- jawab, mawas diri, demokratis dan fleksibel.
8. Refleksi Dan Evaluasi
Sesi ini merupakan sesi terakhir, dalam sesi ini peserta diajak melakukan
refleksi tentang dampak dari proses bimbingan perkawinan pada persiapan mental
mereka menuju perkawinan. Selain itu, peserta juga diajak melakukan evaluasi
terhadap proses bimbingan, baik secara substansi maupun teknis agar bisa dijadikan
dasar peningkatan layanan bimbingan perkawinan selanjutnya.
Tujuannya yaitu peserta mampu menilai tingkat kesiapan mental dirinya,
maupun kesiapan bersama calon suami atau istri sebagai pasangan untuk menikah dan
membangun keluarga sakinah, peserta mampu merumuskan hal-hal baru dan hal-hal
yang perlu diperbaiki dalam proses bimbingan, baik secara substansi maupun teknis.
Waktunya 2 jam pelajaran.
25

3. Unsur-Unsur Bimbingan Perkawinan


Dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan harus terdapat unsur-unsur yang
dapat membantu jalannya pelaksanaan bimbingan perkawinan, diantaranya:
a) Pembimbing
Pembimbing adalah orang yang membimbing atau pemimpin, atau penuntun.
Pembimbing yang akan memberikan materi tentang pernikahan pada proses
bimbingan pranikah berlangsung. Dan pembimbing juga berperan
mengidupkan suasana proses bimbingan pranikah agar peserta calon pengantin
tidak jenuh dengan suasana bimbingan yang berlangsung cukup lama.
b) Terbimbing
Terbimbing yaitu peserta atau orang yang mempunyai masalah dalam
mencapai tujuan. Yang menjadi terbimbing adalah peserta calon pengantin
yang mengikuti proses bimbingan pranikah. Terbimbing inilah yang akan
mendapat arahan dari pembimbing pranikah.54

4. Tujuan Bimbingan Perkawinan


Tujuan pemberian layanan bimbingan perkawinan ialah agar calon pengantin
55
dapat:
a. Mewujudkan keluarga yang kokoh dan tangguh dalam membangun mahligai
rumah tangga
b. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana mewujudkan keluarga bahagia
c. Memeberikan kesadaran tentang bagaimana membangun keluarga yang sehat
dan berkuallitas
d. Kesungguhan dalam mengatasi berbagai konflik dalam rumah keluarga
e. Komitmen dalam menhadapi tantangan kehidupan global yang semakin berat

5. Prinsip-Prinsip Bimbingan
a. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga bantuan
itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada
tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang

54
Pebriana Wulansari, Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin Sebagai upaya
Pencegahan Perceraian, (Skripsi S-1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Institusi Agama Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2017), h. 40
55
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. v
26

dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau


kegiatan yang asal-asalan.
b. Bimbingan merupakan suatu proses membantu individu. Dengan
menggunakan kata “membantu” berarti dalam kegiatan bimbingan tidak
terdapat adanya unsur paksaan.
c. Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di
dalam proses perkembangannya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan
memberikan bantuan kepada setiap individu, baik ia anak-anak, remaja,
dewasa maupun orang tua.
d. Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan Bimbingan bertujuan agar
individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
e. Sasaran bimbingan adalah agar individu dapat mencapai kemandirian yakni
tercapainya perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya.
f. Mencapai tujuan bimbingan sebagaimana dikemukakan di atas, digunakan
pendekatan pribadi atau kelompok dengan memanfaatkan berbagai teknik dan
media bimbingan. layanan bimbingan dengan menggunakan berbagai macam
media dan teknik tersebut dilaksanakan dalam suasana asuhan yang normatif.
g. Untuk melaksanakan kegiatan bimbingan diperlukan adanya personil-personil
yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan.56
h. Menekankan hal positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki
presepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang
sebagai satu cara yang menekan aspirasi.
i. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga
dilingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga
pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya.57
Jadi pada intinya prinsip bimbingan yaitu memberikan bantuan kepada
setiap individu, remaja, dewasa maupun orang tua agar dapat mengembangkan

56
Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Tangerang :PT Ciputat Press, 2005) h.6-9
57
Syamsu Yusuf, LN, A dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.17-19
27

dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan membantu
melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
Sedangkan bimbingan perkawinan yaitu memberikan bantuan berupa
ilmu pengetahuan dan pemahaman kepada pasangan calon pengantin sebelum
akad nikah sebagai bekal perkawinan agar calon pengantin dapat
mempersiapkan diri dengan baik dan mengembakan dirinya secara optimal
untuk dapat menjalankan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah
warahmah dan menghindari dari terjadinya konflik yang mengarah pada
perceraian.

C. Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam literatur fiqih disebut dengan dua kata, yaitu nikah (‫ )َكح‬dan
zawaj (‫)زٔج‬. Kedua kata ini yang digunakan dalam kehidupan sehari-sehari orang
Arab dan banyak terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadits Nabi. Secara arti kata, nikah
bermakna “bergabung” (dhomu), “hubungan kelamin” (wat‟i) dan juga bermakna
“akad” (akad) adanya dua kemungkinan arti ini karena kata nikah yang terdapat dalam
Al-Qur‟an dan Hadits Nabi58
Perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya
membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau
bersetubuh. Menurut istilah hukum Islam perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang
ditetapkan syara‟ untuk membolehkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-
laki.59
Sedangkan nikah adalah menggabungkan. Setiap penggabungan antara dua hal
disebut dengan nikah. Sedangkan menurut istilah nikah adalah akad perkawinan yang
sah. Nikah juga terkadang digunakan untuk mengungkapkan arti hubungan suami istri.
Jika kata nikah disandarkan kepada istri dengan mengatakan, “Si Fulan menikahi
istrinya.” Maka yang dimaksud adalah melakukan hubungan suami isteri (umum). Jika

58
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fikih Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, h.36
59
Abd. Rahman Ghazaly, Fikih Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003) Cet-1, h.7
28

ada yang mengatakan, “Ia menikahi putri si fulan.” maka yang dimaksud adalah
melakukan akad pernikahan (khusus).60
Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi, diantaranya adalah:

َ ْ َّ ِ‫ع ِنيُ ِف ْيذَ ِي ْهكَ ا ْستِ ًْتا َ ع‬ َ َٔ ٌ‫ع ْمذ‬


َّ ‫ضعَُّ ان‬ َ َٕ ُْ ‫عا‬ َّ
ِ‫انر ُج ِم بِان ًَ ْرأةِ َٔ ِح ًم ا ْستِ ًْت َا ع‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫ش‬ ً ‫انس َٔا ُج ش َْر‬
َّ ِ‫ْان ًَ ْرأَةِ ب‬
‫انر ُج ِم‬
Perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk membolehkan
bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-
senangnya perempuan dengan laki-laki.
Abu Yahya Zakariya Al-Anshary mendefinisikan:

ْ َٔ َ‫ض ًَّ ٍُ اِبا َ َحة‬


ِِ ِٕ ْ‫ط ٍئ بِهَ ْف ِظ اِ َْكا َ حٍ أ َ ََْٔح‬ َ َ ‫ع ْمذٌ يَت‬ ً ‫ان ُِّكا َ ُح ش َْر‬
َ َٕ ُْ ‫عا‬
Nikah menurut istilah syara‟ ialah akad yang mengandung ketentua hukum
kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah atau dengan kata-kata yang
semakna dengannya.

Definisi yang dikutip Zakiah Daradjat:


ْ َٔ َ‫ض ًَّ ٍُ اِبَا َحة‬
َ ‫ط ٍئ بِهَ ْف ِظ ان ُِّ َكا حِ أ َ ِٔانت َّ ْس ِٔيْجِ أ َ ْٔ َي ْعُا َ ًُْا‬ َ َ ‫ع ْمذٌ يَت‬
َ
Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan
lafaz nikah atau tazwij atau semakna dengan keduanya.

Pengertian-pengertian di atas tampaknya dibuat hanya melihat dari satu segi


saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang
wanita yang semula dilarang menjadi dibolehkan. Padahal setiap perbuatan hukum itu
mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. Hal-hal inilah yang menjadikan
perhatian manusia pada umumnya dalam kehidupannya sehari-hari, seperti terjadinya
perceraian, kurang adanya keseimbangan antara suami istri, sehingga memerlukan
penegasan arti perkawinan, bukan saja dari segi kebolehan hubungan seksual tetapi
juga dari segi tujuan dan akibat hukumnya.61

60
Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qur‟an dan
As-Sunnah,( Jakarta: Akbar Media, 2009), h.284
61
Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Wanita, (Bogor: Prenada Media, 2003) h.8-9
29

Dalam Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuannya


dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut:
Pasal 2
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat
kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
Pasal 3
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah.62

Perkawinan menurut pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang


perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.63
Dalam Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuannya
dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut: Pasal 2: “Perkawinan menurut hukum
Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Pasal 3: Perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan
rahmah.64
Pernyataan tersebut nyata bahwa perkawinan bukan sesuatu yang dapat
dipermainkan, namun lebih dari itu, perkawinan merupakan suatu yang sakral dan
penuh dengan pertanggungjawaban. Adanya perkawinan merupakan suatu sarana bagi
umat Islam dalam mengembangkan keturunannya tidak dilakukan dengan upacara dan
prosedur sebagaimana perkawinan manusia pada umumnya. Perkawinan juga
merupakan suatu ikatan untuk membentuk rumah tangga yang kekal dan bahagia. Oleh
karenanya Islam bahkan Undang-undang Perkawinan mempunyai prinsip untuk
mempersulit perceraian dan prosedur poligami.65

62
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo,
1995), Cet, ke-2, h.114
63
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Tangerang Selatan: YASMI, 2018) h.33
64
Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspekif Undang-undang dan Hukum Islam,
(Depok: Azza Media, 2014), h. 11-12
65
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia: Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam Dan
Hukum Materil, (Tangerang Selatan: YASMI, 2018), h. 36
30

Perkawinan dalam Islam adalah media pengharapan untuk segala kebaikan dan
kemashlahatan. Atas harapan ini, ia sering disebut sebagai ibadah dan sunnah. Untuk
itu, perkawinan harus didasarkan pada visi spiritual sekaligus material. Visi inilah
yang disebut Nabi Saw sebagai “din”, untuk mengimbangi keinginan rendah
perkawinan yang hanya sekedar perbaikan status keluarga (Nasab), perolehan harta
(mal), atau kepuasan biologis (jamal). Terwujudnya keluarga sakinah dan sejahtera
adalah dambaan setiap keluarga. Agama Islam menginginkan terwujudnya keluarga
yang demikian sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-Rum ayat 21:

ٌَّ ‫ ِإ‬.ً‫َٔ ِيٍ َءايَتُ ِّ أًٌ خهَكَ َن ُكى ِ ّيٍ أ َ َفُ ِس ُكى أ َ ْز َٔ ًجا ِنّت َ ْس ُكُُٕآ ِإنَ ْي َٓا َٔ َج َع َم َب ْي َُ ُكى َّي َٕدَّة ً َٔ َر ْح ًَة‬
. ٌَٔ‫ت ِنّمَ ْٕ ٍو َيتَفَ َّك ُر‬
ٍ َ‫فِى رَ ِن َك ألي‬

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah ia menciptakan untukmu


pasang-pasangan dari jenismu sendiri supaya kamu masing-masing cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti bagi kaum
yang berfikir”. (QS. Ar-Rum:21)66
Agama memandang perkawinan sebagai ikatan yang sakral dan kuat (mitsaqan
ghalidzhan), karena adanya niat dan tujuan yang mulia dalam perkawinan itu sendiri,
yaitu mengikat dua hati manusia untuk membentuk rumah tangga yang harmonis,
tentram, dan penuh kasih sayang. Dengan kata lain perkawinan bukan hanya semata-
mata untuk memuaskan nafsu birahi semata, tetapi juga memelihara kemuliaan
keturunan melalui perkawinan.67
Dari beberapa pengertian tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan perkawinan adalah suatu akad / perikatan untuk menghalalkan
hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan
kebahagiaan hidup keluarga diliputi rasa tenteram, serta kasih sayang dengan cara
yang diridhai Allah. Dan adapun pengertian bimbingan perkawinan adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalankan perkawinan dan
kehidupan rumah tangga bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
66
Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, (Palu: Yayasan Masyarakat
Indonesia Baru, 2013), Cet-1 h.119.
67
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Iindonesia, (Tangerang Selatan: YASMI, 2018),
h.33
31

dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Bimbingan memiliki fungsi
preventif yaitu lebih bersifat mencegah agar sesuatu tidak terjadi, sesuai asal katanya
yaitu "prevent". Artinya mencegah terjadinya / munculnya problem pada diri
seseorang.

2. Dasar Hukum Perkawinan


1. Hukum perkawinan menjadi wajib bagi orang yang takut akan terjerumus ke
dalam lembah perzinaan jika ia tidak menikah. Karena dalam kondisi semacam
ini, nikah akan membantunya menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan.

2. Hukum perkawinan menjadi sunnah ketika seorang laki-laki telah memiliki


syahwat (nafsu berhubungan intim), sedangkan ia tidak takut terjerumus ke dalam
zina. Jika ia menikah, justru akan benyak membawa maslahat serta kebaikan yang
banyak, baik bagi laki-laki tersebut maupun wanita yang dinikahinya.

3. Hukum perkawinan menjadi mubah atau dibolehkan bagi orang yang syahwatnya
tidak bergejolak, tapi ia punya kemauan serta kecendrungan untuk menikah.
Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh laki-laki yang impoten atau ia telah
berusia lanjut. Tapi, pada kondisi seperti ini hukum nikah bisa menjadi makruh,
karena hal ini bisa menghalangi tujuan untuk meneruskan keturunan bagi wanita
yang dinikahinya dan hal ini bisa mengecewakan dan membahayakannya.

4. Hukum perkawinan bisa menjadi haram bagi seorang Muslim yang berada di
daerah orang kafir yang sedang memeranginya. Pasalnya, hal itu bisa
membahayakan anak keturunanya.68

3. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan


a. Tujuan perkawinan
menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka
mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam
menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga; sejahtera artinya terciptanya
ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan

68
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Anakku Inilah Nasihatku: Shalat & Pernikahan, (Jakarta:
Gema Insani, 2010) Cet-1, h. 278-279
32

batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota


keluarga.69
Hendaknya menikah karena tujuan-tujuan berikut ini:70 Pertama, Pertama,
Melaksanakan anjuran Nabi SAW dalam sabdanya:
“Wahai sekalian para pemuda, siapa diantara kalian yang telah mampu untuk
menikah maka hendaknya ia menikah.”

Kedua, Memperbanyak keturunan umat ini, Karena Nabi SAW bersabda:


“Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang lagi subur, karena (pada
hari kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-
umat yang lain.”

Ketiga, Menjaga kemaluannya dan kemaluan istrinya, menundukkan pandangannya


dan pandangan istrinya dari yang haram. Karena Allah SWT memerintahkan dalam
Qur‟an Surat An-Nur ayat 30-31:

              

          

      

“Katakanlah (ya Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: „Hendaklah


mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan
mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat.‟ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang
beriman: „Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan
memelihara kemaluan mereka...‟.” (An-Nur:30-31)

69
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Prenada Media, 2003), Cet. 1, h.22
70
Wahyu Wibisana, Pernikahan Dalam Islam, Vol, 14 No. 2, 2016, h. 191
33

Imam Al-Ghazali dalam Ihyanya tentang faedah melangsungkan perkawinan,


maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu:71
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan
menumpahkan kasih sayangnya.
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk beranggung jawab menerima hak serta
kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang
halal.
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas
dasar cinta dan kasih sayang.
Menurut Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan bab 1 Dasar Perkawinan pasal 1 Perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.72
Dengan demikian, sebenarnya tidak perlu ragu lagi apakah sebenarnya yang
ingin dituju dalam perkawinan itu. Disamping tujuan perkawinan itu membentuk
keluarga yang bahagia, tetapi juga bersifat kekal. Ini berarti bahwa dalam perkawinan
perlu diinsyafi sekali kawin untuk seterusnya, berlangsung untuk seumur hidup, untuk
selama-lamanya.73

b. Hikmah Perkawinan
Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan berpengaruh baik
bagi pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh umat manusia. Adapun hikmah
pernikahan adalah:
1) Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk
menyalurkan dan memuaskan naluri seks, jiwa jadi tenang, mata

71
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Prenada Media, 2003), Cet. 1, h.24
72
Departemen Negara RI, Bahan Penyuluhan Hukum (Jakarta: Departemen Agama RI,
1999/2000) h. 117.
73
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2017),
h.13-15
34

terpelihara dari yang melihat yang haram dan perasaan tenang


menikmati barang yang berharga.
2) Nikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia,
memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta
memelihara nasib yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.
3) Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam
suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-
perasaan ramah, cinta, dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang
menyempurnakan kemanusiaan seseorang.74
4) Menghindari terjadinya perzinaan, merendahkan mata dari melihat
perempuan yang diharamkan,
5) Menghindari terjadinya penyakit kelamin yang diakibatkan oleh
perzinaan akibat perzinaa.
6) Lebih menumbuh kembangkan kemantapan jiwa dan kedewasaan serta
tanggung jawab kepada keluarga.
7) Perkawinan dapat memperhubungkan silaturahmi, persaudaraan, dan
kegembiraan dalam menghadapi perjuangan hidup dalam kehidupan
masyarakat sosial.75

4. Pengertian Pencatatan Perkawinan


Pencatatan perkawinan pada dasarnya syari‟at islam tidak mewajibkan
terhadap setiap akad pernikahan, namun apabila dilihat dari segi manfaatnya
pencatatan sangat diperlukan. Jika dibuka kembali kitab-kitab fikih klasik, maka tidak
akan ditemukan adanya kewajiban pasangan suami istri untuk mencatatkan
perkawinannya pada pejabat negara. Dalam tradisi umat Islam terdahulu, perkawinan
dianggap sah apabila sudah memenuhi syarat dan rukunnya. Hal ini berbeda dengan
perkara muamalah yang dengan tegas Al qur‟an memerintahkan untuk mencatatkan.76
Pencatatan perkawinan dapat dijadikan sebagai alat bukti yang autentik agar
seseorang mendapat kepastian hukum, karena apabila dilihat dari segi manfaatnya

74
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), Cet ke
2 h. 19-20
75
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet.
1, h. 38
76
Ahmad Tholabi Kharli, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. 1,
h. 182
35

maka hal ini sejalan dengan prinsip pencatatan yang terkandung dalam surat al-
Baqarah ayat 282, sebagimana Firman Allah SWT:

            

  

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara


tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.” (QS. Al-Baqarah
:282)

Pencatatan perkawinan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pejabat


negara terhadap setiap peristiwa perkawinan. Dalam hal ini pegawai pencatat nikah
yang melangsungkan pencatatan ketika akan melangsungkan suatu akad perkawinan
antara calon mempelai suami dan istri.77
Melihat pada teori hukum perkawinan bahwa perkawinan merupakan suatu
peristiwa hukum yang dapat dikatakan sebagai perbuatan hukum, serta akan
mempunyai akibat yang diakui dan dilindungi oleh hukum.78 Merujuk pada aturan
yang telah diberikan pemerintah maka perkawinan di Indonesia haruslah dicatatkan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) dan
aya (2) yang berbunyi:

“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing


agamanya dan kepercayannya itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 6 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam juga disebutkan bahwa untuk


memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan
dan di bawah pengawasan pegawai pencatat nikah. Pasal 6 ayat 2 juga menjelaskan

77
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada Media,
2004), Cet. 1, h. 36
78
Soedjono Dirojosworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
Cet. 4, h. 126
36

bahwa perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak
mempunyai kekuatan hukum.79
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang pencatatan
perkawinan bahwa perkawinan dianggap sah tercatat secara resmi apabila akta
perkawinan telah ditandatangani oleh kedua mempelai, dua orang saksi, pegawai
pencatat dan bagi yang beragama Islam juga wali atau yang mewakilinya. Dan pasal
11 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 dijelaskan bahwa dengan
pencatatan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.80 Oleh
karena itu, mencatatkan perkawinan merupakan sesuatu yang mesti dilakukan demi
terwujudnya kemashlahatan dan kepastian hukum.81
Syarat administratif perkawinan diberikan kepada Pegawai Pencatat Nikah
oleh kedua calon pengantin, dimana sebelumnya telah diajukan pendaftaran nikah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam undang-undang perkawinan, bahwa
pencatatan perkawinan dilangsungkan di Kantor Urusan Agama. Keberadaan Kantor
Urusan Agama amat penting bagi umat Islam. Sebab ia adalah satu-satunya lembaga
pemerintah yang berwenang untuk melakukan pencatatan perkawinan yang terjadi di
kalangan umat Islam. Seorang Pegawai Pencatat Nikah dituntut untuk betul-betul
menguasai tugasnya. Ini hanya bisa dilakukan apabila yang bersangkutan mempunyai
kualifikasi yang dibutuhkan seorang Pegawai Pencatat Nikah kemampuan birokrasi
yang baik dan penguasaan ilmu-ilmu keislaman (hukum Islam) secara baik pula.82

5. Tujuan Pencatatan Perawinan


Pencatatan Perkawinan bertujuan agar calon pengantin memiliki kepastian
hukum. Pencatatan perkawinan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh negara
untuk mengatur administrasi yang bersangkutan dengan warga negaranya.Negara
mengatur masyarakat demi kepentingan dan kemashlahatan bersama. Kepastian
hukum menjadi salah satu tujuan penting diadakannya aturan tentang pencatatan

79
Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998), h. 27.
80
Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta :
Kencana Prenada Media, 2004), h. 126-129
81
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 122.
82
Kustini, Menelusuri Makna di Balik Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur dan
Perkawinan Tidak Tercatat, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2013), Cet. 1, h. 11-12
37

perkawinan. Adanya pencatatan perkawinan menjamin hak-hak masing-masing warga


negara dapat terpenuhi.83
Jadi pencatatan perkawinan sangat penting bagi pasangan calon pengantin agar
setiap masyarakat mempunyai kepastian hukum dan terjamin hidupnya. Dan
pencatatan perkawinan juga merupakan syarat sebelum mengikuti bimbingan
perkawinan.

D. Perceraian
Dalam rumah tangga pasti ada saja permasalahan yang menyebabkan putusnya tali
perkawinan antara suami dan istri yang disebut talaq atau perceraian.

1. Pengertian Perceraian
Perceraian dalam istilah fiqih disebut talaq atau furqah. Talak berarti pembuka
ikatan atau membatalkan perjanjian. Furqah berarti bercerai lawan dari berkumpul
kemudian perkataan ini dijadikan istilah oleh ahli fiqih yang berarti perceraian antara
suami istri.84
Sedangkan menurut syara‟ talak, yaitu:85
َّ ‫انس َٔاجِ َٔ ِإ َْ َحا ُءان َعالَلَ ِة‬
.‫انس ْٔ ِجيَّ ِة‬ َ ‫َح ُّم َر ِب‬
َّ ‫ط ِة‬
“Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”.

Al- Jaziri mendefinisikan:


.‫ص‬ ُ ‫صا ٌَ َح ِهّ ِّ بِهَ ْفظٍ َي ْخ‬
ٍ ْٕ ‫ص‬ َ ‫طالَ ُق إِزَ انَةُ انُِّكا َ حِ أ َ ْٔ َُ ْم‬
َ ‫ان‬
“Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan
ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.
Suatu perkawinan dapat putus karena beberapa hal, yaitu karena terjadinya
talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya atau karena perceraian yang terjadi
antara keduanya. Talak diambil dari kata ithlaq, artinya melepaskan atau itikhad
alqarar artinya memutuskan atau tarkun artinya meninggalkan, infisal artinya
perpisahan.

83
Itsnaatul Lathifah, Pencatatan Perkawinan, Al-Mazahib, Volume 3, Nomer 1, Juni 2015,
h.47
84
Muhammad Baghir al Habsyi, Fiqih praktis menurut Al Qur‟an, As-Sunnah dan Pendapat
Para Ulama, (Bandung: Mizan, 2002), cet, 2, hal.81
85
Mahmudin Bunyamin dan Agus Hermanto, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017), Cet. 1, h.175-176
38

Dalam istilah fiqih, perkataan talaq mempunyai dua arti yaitu arti yang sudah
umum dan arti yang khusus. Talaq menurut arti yang umum ialah segala bentuk
perceraian baik yang dijatuhkan oleh suami yang ditetapkan oleh hakim maupun
perceraian yang jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalkan sala
satu pihak. Talaq dalam arti khusus ialah perceraian yang dijatuhkan oleh suami.86
1. Menurut Mazhab Hanafi dan Hambali talak yaitu sebagai pelepasan
ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan perkawinan dimasa
yang akan datang.
2. Menurut Mazhab Syafi‟i, talak adalah pelepasan akad nikah dengan
lafal talaq atau yang semakna dengan lafal itu.
3. Menurut Mazhab Maliki, talak adalah sebagai suatu sifat hukum yang
menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.87

Perceraian dalam hukum Islam adalah perbuatan yang halal yang mempunyai
prinsip dilarang oleh Allah SWT. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW yang
artinya:

ُ ‫ط‬
°‫الق‬ ّ ‫َض ْان َحآل ِل ِإنَي‬
َّ ‫ّللاُ ان‬ ُ ‫ا َ ْبغ‬

“Suatu perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak /perceraian.
(Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Al Hakim).

Berdasarkan hadis tersebut, menunjukan bahwa perceraian merupakan


alternative terakhir (pintu darurat) yang dapat dilalui oleh suami istri apabila ikatan
perkawinan sudah tidak dapat di pertahankan lagi keutuhannya dan kelanjuannya.
Sifat alternative terakhir dimaksud, berarti sudah ditempuh berbagai cara dan tehnik
untuk mencari kedamaian diantara kedua belah pihak, baik melalui hakim dari belah
pihak maupun langkah-langkah dan tehnik yang diajarkan oleh Al Qur‟an dan Hadist.

2. Upaya-Upaya Dalam Mencegah Perceraian


a. Faktor Penyebab Perceraian88

86
Djamil Latief, Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia. (Jakata: Ghalia Indah, 1985) cet, 2
hal. 35
87
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoenev, 1994), Cet 2, jilid 4, hal. 3
88
Roby Darwis Nasution, Upaya Pemerintah Dalam Penanggulangan Perceraian Di
Kabupaten Ponorogo, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo,
2019. h .5
39

George Levinger (Widayanti, 2016) menyatakan pada umumnya perceraian


terjadi karena faktor tertentu yang mendorong suami istri bercerai,
1) Pasangannya sering mengabaikan kewajibannya terhadap rumah
tangga dan anak,
2) Masalah keuangan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga;
3) Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan;
4) Pasangan sering membentak dan mengeluarkan kata-kata kasar dan
menyakitkan;
5) Tidak setia lagi, seperti mempunyai kekasih lain;
6) Ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual dengan
pasangannya, seperti sering menolak dan tidak bisa memberikan
kepuasan;
7) Sering Mabuk;
8) Adanya keterlibatan dan campur tangan dan tekanan sosial dari pihak
kerabat pasangannya;
9) Seringnya muncul kecurigaan, dan kecemburuan serta ketidak
percayaan dari pasangannya;
10) Berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi;

b. Antisispasi terhadap putusnya Perkawinan


Ada tiga hal secara gamblang menunjukan usaha antisipasi terhadap putusnya
perkawinan itu, yaitu nusyuz di pihak istri, nusyuz dari pihak suami dan
pertengkaran atau syiqaq di antara keduanya:89
1. Nusyuz Istri
Nusyuz adalah kata yang berasal adri bahasa Arab yang secara
etimologi berarti ‫ ارتفاع‬yang berarti meninggi atau terangkat. Secara definisi
nusyuz diartikan dengan: “kedurhakaan istri terhadap suami dalam hal
menjalankan apa-apa yang diwajibkan Allah atasnya”.
Ada tiga tahapan secara kronologis yang harus dilalui dalam
menghadapi istri nusyuz:

89
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Di Indonesia Antara Fiih Munakahat Dan Undang-
Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2, hal.190-196
40

Pertama: bila terlihat tanda-tanda bahwa istri akan nusyuz, suami harus
memberikan peringatan dan pengajaran kepada istrinya dengan menjelaskan
bahwa tindakannya itu adalah salah menurut agama dan menimbulkan risiko
ia dapat kehilangan haknya.
Kedua: bila istri tidak memperlihatkan perbaikan sikapnya dan memang
secara nyata nusyuz itu telah terjadi dengan perhitungan yang objektif,
suami melakukan usaha berikutnya yaitu pisah tempat tidur, dalam arti
menghentikan hubungan seksual.
Ketiga: bila dengan pisah ranjang istri belum memperlihatkan adanya
perbaikan, bahkan tetap dalam kadaan nusyuz, maka suami boleh memukul
istrinya dengan pukulan yang tidak menyakiti.

2. Nusyuz Suami
Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami kepada Allah
karena meninggalkan kewajiban terhadap istrinya.
Adapun tindakan istri bila menemukan pada suaminya sifat nusyuz,
dijelaskan Allah dalam surat an-Nisa‟ (4) ayat 128:

            

           

       

128. dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian
yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul
dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap
tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
41

3. Syiqaq
syiqaq mengandung arti pertengkaran, kata ini biasanya dihubungkan
kepada suami istri sehingga berarti pertengkaran yang terjadi antara suami
istri yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keduanya.
Secara kronologis Ibnu Qudamah menjelaskan langkah-langkah dalam
menghadapi konflik tersebut, sebagai berikut:
Pertama: hakim mempelajari dan meneliti sebab terjadinya konflik
tersebut. Bila ditemukan penyebabnya adalah karena nusyuz-nya istri,
ditempuh jalan penyelesaian sebagaimana pada kasus nusyuz tersebut.
Misal, bila nusyuz nya suami, maka hakim mencari seorang yang disegani
oleh suami untuk menasehatinya untuk menghentikan sikap nusyuz-nya itu
dan menasehatinya untuk tidak berbuat kekerasan terhadap istrinya.
Kedua: bila langkah-langkah tersebut tidak mendatangkan hasil dan
ternyata petengkaran kedua belah piahk semakin menjadi, maka hakim
menunjuk seseorang dari pihak suami dan seorang dari pihak istri dengan
tugas menyelesaikan konflik tersebut.
Dalam beberapa kasus tersebut bahwa banyak pasangan suami istri
yang kurang menghargai satu sama lain, kurang komunikasi dan kurang nya
rasa percaya terhadap pasangan menyebabkan terjadinya konflik yang
berujung pada perceraian. Maka bimbingan perkawinan merupakan salah
satu perogram pemerintah sebagai upaya dalam mencegah perceraian. Yang
materinya memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada calon pengantin agar
dapat menghadapi suatu permasalahan dengan pertimbangan yang matang
dan menghindari terjadinya perceraian.
BAB III
PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN
DI KUA KECAMATAN SOBANG

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Sobang


KUA (Kantor Urusan Agama) merupakan jajaran Kementrian Agama yang
berada di wilayah kecamatan. Keberadaan KUA sebagai unit kerja terbawah dalam
struktur kelembagaan.90 Menurut Keputusan Mentri Agama (KMA) Pasal 3 PMA No.
34 Tahun 2016 jenis layanan pada Kantor Urusan Agama Kecamatan adalah, KUA
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Kabupaten
atau Kota di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Diantara peran
KUA adalah:91
a. Pelayanan, pengawasan, pencatatan nikah dan pelaporan nikah / rujuk;
b. Penyususnan Statistik Layanan dan Bimbingan Masyarakat Islam;
c. Pengelolaan Dokumentasi dan Sistem Informasi Manajemen KUA Kecamatan;
d. Pelayanan Bimbingan Keluarga Sakinah;
e. Pelayanan Bimbingan Kemasjidan;
f. Pelayanan Bimbingan Hisab Rukyat dan Pembinaan Syari‟ah;
g. Pelayanan Bimbingan Penyuluhan dan Penerangan Agama Islam;
h. Pelayanan Bimbingan Zakat dan Wakaf ;
i. Pelaksanaan Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan KUA Kecamatan;
j. Pelayanan Bimbingan Manasik Haji bagi Jamaah Haji .

1. Profil KUA Kecamatan Sobang


KUA Sobang terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten JL. Raya Sobang
KM 1, Luas Wilayah : 138,8 Ha. KUA diresmikan oleh kementrian agama pada
tanggal 07 Januari 2013 M/ 24 Shafar 1434 H. KUA Sobang merupakan KUA
yang didirikan karena adanya pemekaran dari KUA Panimbang. Lokasi KUA
berdekatan dengan sekolah SMKN 6 Pandeglang dan dekat dengan pasar Sobang.
Batas Wilayah KUA :
- Barat : Kecamatan Cigeulis

90
Sulaiman, Problematika Pelayanan Kantor Urusan Agama Anamuban Timur Nusa
Tenggara Timur, Volume XVIII, No. 02, Juli- Desember 2011.
91
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020

42
43

- Timur : Kecamatan Angsana


- Utara : Kecamatan Panimbang
- Selatan : Kecamatan Cibaliung
Pemerintah :
-Jumlah Desa/Kelurahan : 8
- Jumlah Dusun : 23
- Jumlah RW : 71
- Jumlah RT : 207
- Jumlah KK : 36.66392

2. Visi misi KUA


Kantor Urusan Agama Sobang adalah lembaga pemerintah yang
mengurusi tentang Urusan Agama di Kecamatan Sobang. Adapun Visi KUA
Sobang yaitu: Terwujudnya kepuasan masyarakat dalam pelayanan dan
kehidupam beragama. Dan Misinya adalah:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Human Resources)
b. Meningkatkan tertib administrasi dan disiplin pegawai
c. Meningkatkan pelayanan nikah dan rujuk
d. Meningkatkan pelayanan BP-4
e. Meningkatkan pelayanan Zakat, Wakaf, dan Ibadah Sosial
f. Meningkatkan pelayanan Haji
g. Meningkatkan pelayanan kemasjidan dan Hisab Ru‟yah
h. Meningkatkan pelayanan produk pangan halal
i. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dengan instansi terkait dalam
memberikan pelayanan terpadu dan meningkatkan hubungan silaturrahim
dengan para ulama serta tokoh agama dalam pembinaan ummat.
Visi maupun misi yang diterapkan di KUA Sobang sudah berjalan
dengan baik, seperti tertib administrasi yang sangat ketat dan pegawai KUA
di tekankan agar selalu disiplin dalam menjalankan tugasnya. Dalam
pelayanan nikah dan rujuk pun sudah berjalan dengan baik dengan melayani
sepenuh hati setiap calon pengantin yang mendaftar. Adapun pelayanan

92
Pandeglangkab.bps.go.id, Kecamatan Sobang Dalam Angka 2020, diakses pada 12
september 2020 pada pukul 11.08
44

terkait keagamaan KUA sering melakukan kerjasama dan meningkatkan


hubungan silaturrahim dengan para ulama serta tokoh agama untuk
mengadakan kegiatan pengajian di Kecamatan atau perlombaan mengaji.93
3. Kode Etik Pegawai KUA
Berdasarkan lampiran keputusan menteri agama republik Indonesia Nomor:
421 Tahun 2001 bahwa kode etik pegawai kementrian agama “kami pegawai
kemetrian agama yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa”.
a. Menjungjung tinggi kesatuan dan persatuan bangsa
b. Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat
c. Bekerja dengan jujur, adil dan amanah
d. Melaksanakan tugas dengan disiplin, profesional dan inofatif
e. Setia kawan dan bertanggung jawab atas keselamatan korps.
4. Nilai Budaya Kerja
a. Integritas;
b. Profesionalitas;
c. Inovasi;
d. Tanggung Jawab;
e. Keteladanan;
5. Pembagian Tugas KUA Sobang
a. Kepala KUA
1) Melaksanakan bimbingan dan pelayanan masyarakat dibidang nikah,
serta pemberdayaan Kantor Urusan Agama;
2) Mengkordinasikan kegiatan-kegiatan dengan kecamatan dan
melaksanakan kegiatan sektoral diwilayah Kecamatan;
3) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas administrasi;
4) Sebagai wali hakim bagi wanita yang akan menikah dan tidak
mempunyai wali;
5) Menandatangani semua surat-surat yang dikeluarkan oleh Kantor
Urusan Agama;
6) Pembinaan lembaga sosial keagamaan.94
b. Pengawas PAI

93
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 7 September 2020.
94
Sarnata, Kepala KUA, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
45

1) Mengawasi setiap kegiatan keagamaan dan memberikan arahan serta


masukan terhadap penyuluh agama Islam
2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas PAI.95
c. Penyuluh agama Islam
1) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan keagamaan dengan tokoh-tokoh
agama dan dengan pihak kecamatan;
2) Mengadakan penyuluhan keagamaan di desa-desa;
3) Pembinaan Majlis Ta‟lim;
4) Mengadakan pembinan calon haji jamaah haji;96
d. JFT/Penghulu
1) Menerima, memeriksa, menyimpan dan membukukan formulir nikah;
2) Mencatat data nikah;
3) Mengisi buku akta nikah;
4) Menyampaikan kutipan akta nikah kepada pembantu penghulu;
5) Menyebarluaskan peraturan dan perundang-undangan yang
berhubungan dengan perkawinan;
6) Memberikan pelayanan penasehatan perkawinan;
7) Mewakili PPN dalam melaksanakan nikah;97
e. Pengelola BOP
1) Membuat Atk, jamuan tamu, perbaikan printer, komputer, alat
kebersihan (memelihara peralatan Kantor).
2) Menerima, menyimpan dan meyetorkan biaya pencatatan nikah
dan rujuk pada buku tabelaris dan buku kas pembantu lainnya;
3) Membantu laporan bulanan berkaitan dengan penyetoran biaya
nikah dan rujuk;
4) Membukukan keuangan nikah dan rujuk kedalam buku kas
tabelaris dan kas umum;
5) Bertanggung jawab keluar masuknya keuangan, seperti
pembayaran listrik dan lainnya;
6) Mengisi surat keluar dan surat yang masuk
7) Mengisi buku ekspedisi dan buku stok;98

95
Aneng, Pengawas PAI, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
96
Yayah Rodi‟ah, Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
97
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020
46

f. Pelayanan Nikah dan Rujuk


1) Menerima, meriksa berkas syarat-syarat pendaftaran nikah;
2) Menempelkan foto dibuku nikah;
3) Membiling surat nikah untuk dibayar ke Bank.
4) Membuatkan nomor rekening pembayaran nikah untuk disetorkan
ke Bank99
g. Pembinaan Haji, Zakat dan Wakaf
1) Membantu dan memberikan arahan dalam bimbingan haji
2) Mengkordinir dalam pemberian zakat dan penerima zakat
3) Membantu dalam hal wakaf100
h. Keluarga Sakinah
1) Memberikan materi kepada calon pengantin seputar keluarga
sakinah
2) Memberikan nasihat perkawinan101
i. Operator SIMKAH
1) Menerima, memeriksa, menyimpan dan membukukan rormulir nikah
secara online;
a) Mencatat data nikah
b) Mengisi buku akta nikah
c) Mencetak buku nikah
2) Membubuhkan paraf;
3) Bertanggung jawab atau pengeluaran rekomendasi;
4) Mengatur rumah tangga kantor meliputi;
a) Kebersihan dan kerapihan kantor
b) Mengatur tata ruang kantor
c) Memelihara barang-barang inventaris kantor
d) Menata arsip dan file pegawai
5) Pengadministrasian kemasjidan;
6) Pengadministrasian Zakat dan Wakaf;

98
Aniah, Pengelola BOP, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
99
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
100
Buhori, Pembinaan Haji, Zakat dan Wakaf, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
101
Nahri Kammal, Keluarga Sakinah, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
47

8) Membuat surat edaran/peraturan/instruksi dari atasan


dan menyalurkan kepada yang berkepentingan;
9) Rekap bulanan mengenai data Simkah;102
6. Jenis Layanan Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Berdasarkan Pasal 3 PMA
No. 34 Tahun 2016
a. Pelayanan, Pengawasan, Pencatatan dan Pelaporan Nikah / Rujuk;
b. Penyusunan Statistik Layanan dan Bimbingan Masyarakat Islam;
c. Pengelolaan Dokumentasi dan Sistem Informasi Manajemen KUA
Kecamatan;
d. Pelayanan Bimbingan Keluarga Sakinah;
e. Pelayanan Bimbingan Kemasjidan;
f. Pelayanan Bimbingan Hisab Rukyat dan Pembinaan Syari‟ah;
g. Pelayanan Bimbingan Penyuluhan dan Penerangan Agama Islam;
h. Pelayanan Bimbingan Zakat dan Wakaf;
i. Pelaksanaan Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan KUA Kecamatan;
j. Pelayanan Bimbingan Manasik Haji bagi Jamaah Haji Reguler;

B. Pencatatan Perkawinan Pada KUA Kecamatan Sobang


Pencatatan perkawinan di KUA Sobang sudah berjalan dengan baik, namun
kendalanya hanya terletak pada calon pengantin yang kurang mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan. Berdasarkan data di KUA pada tahun 2020 ini terhitung dari bulan
Januari hingga Desember sudah ada 317 pasangan calon pengantin yang mendaftar
nikah.

Tabel 1
Jumlah Calon Pengantin Yang Mendaftar Nikah di KUA Sobang Pada Tahun
2020

No. BULAN JUMLAH


1 JANUARI 16 Pasang
2 FEBRUARI 17 Pasang
3 MARET 11 Pasang
4 APRIL 19 Pasang

102
Ahmad Sahrowi, Operator Simkah, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
48

5 MEI 14 Pasang
6 JUNI 42 Pasang
7 JULI 12 Pasang
8 AGUSTUS 96 Pasang
9 SEPTEMBER 33 Pasang
10 OKTOBER 15 Pasang
11 NOVEMBER 32 Pasang
12 DESEMBER 10 Pasang
JUMLAH 317 Pasang/ 634 orang
Sumber Data : KUA Kecamatan Sobang 2020

Dalam prosedur pencatatannya sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. 103 Persyaratannya terdiri dari:
1. Surat pengantar nikah yang didapat dari Kelurahan atau Desa (N1). Calon
pengantin meminta surat pengantar nikah kepada Kepala Desa setempat untuk
kemudian diberikan kepada KUA.
2. Surat Permohonan Menikah (N2)
3. Surat Persetujuan Mempelai (N3)
4. Surat Izin Orang tua (N4)
Dengan menyertakan Persyaratan sebagai berikut:
1. Foto copy KTP Kedua Calon Pengantin
2. Foto copy KK Kedua Calon Pengantin
3. Pas foto 2x3 latar biru (3 lembar) 4x6 (1 lembar)
4. Akta Kelahiran
Jika persyaratan sudah dipenuhi maka selanjutnya yaitu:
1. Pemeriksaan berkas nikah oleh petugas KUA
a. Vertifikasi Data
b. Kelengkapan persyaratan dan rukun nikah
2. Dianjurkan mengikuti bimbingan perkawinan/bimwin (Konsultasi dengan KUA
setempat)
3. Biaya nikah berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 2014 Tentang
Tarif atas Jenis PNPB yang berlaku pada Departemen Agama (Nikah/Rujuk):

103
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020
49

a. Nikah di KUA Rp.0,


b. Nikah di luar KUA atau di luar hari dan jam kerja RP.600.000,- dibayar ke
Bank dengan membawa kode pembayaran dari KUA
Prosedur Pelayanan Nikah
a. Mendatangi RT/RW setempat untuk mengurus Surat Pengantar ke kelurahan/desa
b. Mendatangi kelurahan/desa untuk mengurus Surat Pengantar Nikah ke KUA
c. Jika pernikahan dilangsungkan kurang dari 10 hari dari waktu pendaftaran, harus
meminta keterangan dispensasi dari kecamatan
d. Melaksanakan akad nikah sesuai dengan tempat dan waktu yang telah disepakati
sebelumnya
e. Melunasi biaya pernikahan jika menikah diluar jam kerja
f. Mengecek keaslian buku nikah

Berdasarkan wawancara dengan petugas pencatatan nikah, ibu Suheri:104


“Di KUA Kecamatan Sobang masih ada saja yang mendaftar nikah 5 hari sebelum
akad nikah padahal dalam aturannya pendaftaran nikah itu 10 hari sejak pendaftaran,
karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas KUA untuk
mempersiapkan terlebih dahulu segala halnya dengan baik sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Dan banyak calon pengantin yang daftar nikahnya dibantu oleh
orang lain, seperti oleh Ketua RT nya atau oleh bantuan P3N. Jadi kadang susah
untuk memberitahukan tentang informasi adanya bimbingan perkawinan.Dan rata-
rata calon pengantin ingin cepat menikah saja.”105

C. Pelaksanaan Pembekalan Bimbingan Perkawinan (Bimwin)


Bimbingan perkawinan di KUA Sobang dilaksanakan sebanyak satu kali saja
dalam setiap tahunnya dengan mengajukan proposal terlebih dahulu kepada Kemenag
Kabupaten. Jika proposal tersebut di setujui oleh Kemenag maka bimwin akan
dilaksanakan. Pada tahun 2020 bimbingan perkawinan tidak dilaksanakan karena
adanya virus covid-19.106
Sebagaimana Interview Pribadi dengan Kepala KUA Sobang: “Pada tahun
2020 bimbingan perkawinan tidak dilaksanakan karena ada Virus Covid-19. Di tahun

104
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020.
106
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
50

2019 bimwin dilaksanakan satu kali saja. Masyarakat sebenarnya harus mengikuti
bimbingan perkawinan, karena di dalamnya terdapat banyak sekali materi yang dapat
dijadikan sebagai bekal kehidupan rumah tangga selanjutnya setelah menikah, namun
dari mereka masih banyak yang menyepelekannya dan tidak mau ambil pusing dan
tidak mau menunggu lama. Harusnya bimwin dilaksanakan setiap ada pengantin yang
mendaftar nikah, namun karena kurangnya peserta dan anggaran yang minim
menyebabkan pelaksanaan Bimwin sulit dilaksanakan, maka bimbingan hanya
dilaksanakan sekali saja dalam satu tahun, itupun dilaksanakan dengan cara
digabung dengan beberapa KUA lain diantaranya KUA Panimbang, Cigeulis,
Angsana dan Sukaresmi. Dan karena sistemnya digabung jadi pertiap KUA
mendaftarkan maksimal sebanyak 10 pasangan calon pengantin”. Tapi Nasihat
perkawinan tetap diberikan kepada calon pengantin, karena materinya sama saja
dengan bimwin yang diambil dari modul bimbingan perkawinan, namun waktunya
yang berbeda.107
Tempat pelaksanaan bimwin di Desa Cikadu Kecamatan Panimbang. Peserta
yang mengikuti bimwin terdiri dari calon pengantin yang telah mendaftar nikah.108
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala KUA Sobang:
“Tempat pelaksanaan bimbingan perkawinan waktu itu tempatnya di Balai Desa
Cikadu Kecamatan Panimbang. Adapun pemateri yang menyampaikan materi saat
bimbingan perkawinan terdiri dari petugas KUA diantaranya, Kepala KUA dan
Penyuluh Keluarga Sakinah, Petugas Puskesmas, Kepala Seksi Bimas Islam dan dari
Kementrian Agama. Dalam 2 hari ada 6 pemateri yang menyampaikan materi
Bimbingan perkawinan dan dibagi menjadi 2 bagian, di hari pertama diisi oleh 3
pemateri yaitu Kemenag, Kepala Seksi Bimas dan Kepala KUA. Dihari kedua diisi
oleh 3 pemateri yaitu, Kepala KUA, Puskesmas dan Penyuluh Keluarga Sakinah.109
Mengenai tahapan bimbingan perkawinan di KUA Sobang, ada dua tahapan,
yaitu: tahap pra pelaksanaan bimbingan perkawinan dan tahap pelaksanaan
bimbingan:110

107
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
108
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
109
Yayah Rodi‟ah, Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020
110
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 30 September 2020
51

1. Tahap Pra Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan


Tahap pra pelaksanaan atau perencanaan yang merupakan bagian yang penting
dari langkah suatu pola pengajaran. Setiap usaha apapun, akan dapat berjalan secara
efektif dan efesien jika sebelumnya sudah direncanakan secara matang. Karena
perencanaan secara matang dalam penyelenggaraan segala kegiatan akan berjalan
lebih terarah dan teratur.
Adapun dalam tahap pra pelaksanaan bimbingan perkawinan yang
111
dilaksanakan di KUA Sobang terdiri dari beberapa tahapan:
1. Calon pengantin datang ke KUA untuk mendaftarkan diri.
2. Disusun kepanitiaan dan ditentukan narasumber yang akan mengisi materi bimwin.
Petugas yang akan memberikan materi dalam bimwin itu adalah orang yang sudah
memiliki pengalaman dan sudah memiliki sertifikat bimbingan perkawinan yang
diselenggarakan di Kantor Wilayah Provinsi Banten.
3. Calon Pengantin mengisi formulir pendaftaran yang telah tersedia di BP4 (Badan
Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) di KUA Kecamatan Sobang.
4. Cek berkas: dalam pendaftaran bimbingan perkawinan sama seperti pendaftaran
nikah. Yang terdiri dari pemeriksaan KK (Kartu Keluarga), pemeriksaan KTP
(Kartu Tanda Penduduk), pengecekan nama, tanggal lahir yang disesuaikan dengan
Akta Kelahiran supaya tidak terjadi kesalahan data saat pembuatan buku nikah.
Jika terdapat kesalahan, misalnya akta kelahiran berbeda dengan KTP (Kartu
Tanda Penduduk) maka yang diikuti adalah akta kelahiran, hal tersebut sering
terjadi saat pengecekan berkas. Ada juga pengalaman dimana calon pengantin itu
belum memiliki persyaratan apa-apa, tapi mereka tetap dipersilahkan mengikuti
bimwin karena justru yang demikian itu yang harus dibina, mereka masih awam
terhadap ilmu pengetahuan dan sangat memerlukan bimbingan.112
5. Setelah pengecekan berkas selesai petugas BP4 mengirimkan undangan melalui
P3N (Petugas Pembantu Pencatat Nikah) dan calon pengantin menunggu undangan
dari KUA untuk kemudian datang ke KUA dan mengisi daftar hadir
6. Selanjutnya yaitu membuat jadwal bimbingan, yang mana di dalamnya akan di
atur mengenai waktu pelaksanaan dari awal sampai akhir agar bimbingan

111
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 30 September 2020
112
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 19 Oktober 2020.
52

perkawinan dapat berjalan dengan baik. Diatur Siapa saja penyuluh yang akan
memberikan materi terkait bimbingan perkawinan.

2. Tahap Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan


Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala KUA bahwa:
“Pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA Kecamatan Sobang yaitu dilaksanakan
dengan cara digabung dengan beberapa kecamatan. Dan dilaksanakan di luar kantor
KUA yaitu dibalai desa Cikadu Kecamatan Panimbang . Tahap pelaksanaannya
diantaranya”:113
1. Membuat susunan kepanitiaan dan daftar hadir peserta calon pengantin
2. Peserta calon pengantin memasuki ruang penataran untuk diberikan materi
Bimbingan Perkawinan.
3. Pembukaan oleh pembawa acara, pembacaan ayat suci Alqur‟an, laporan
ketua bimwin tingkat kecamatan (KUA). Kemudian Sambutan oleh Kemenag
namun jika berhalangan maka digantikan oleh Kasubag (Kepala Sub Bagian)
atau kasi (Kepala Seksi).
4. Pemateri: Orang yang akan memberikan materi bimbingan adalah orang yang
sudah melaksanakan penataran dalam bimbingan tingkat provinsi dan sudah
memiliki sertifikat pemateri. Diantaranya : Kepala KUA, Penyuluh Keluarga
Sakinah, Puskesmas (bidan, dokter) Dan ada juga Penyuluh Agama Islam atau
Ustadz yang akan memberikan materi tentang bagaimana cara mempersiapkan
generasi yang berkualitas.
5. Waktu pelaksanaan: Bimwin dilaksanakan selama 2 hari berturut-turut.
Dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00. WIB, hari pertama
pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 dan akan dilanjut keesokan
harinya dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. Sebelum dimulai petugas
menunggu peserta hadir terlebih dahulu, jika peserta belum memenuhi
kapasitas artinya sedikit yang hadir maka bimbingan akan tetap dimulai pada
pukul 08.30. WIB.
6. Jadwal Bimbingan Perkawinan KUA Sobang:

Tabel 2

113
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 20 Oktober 2020.
53

HARI JAM MATERI PENGAMPU


08.00 - 09.00 Pembukaan dan Pengarahan Pimpinan Lembaga
09.00 - 10.00 Perkenalan, Harapan, dan kontrak Narasumber Terbimtek
Belajar Narasumber Terbimtek
1 10.00 - 11.00 Mempersiapkan Keluarga Sakinah Panitia
11.00 - 12.00 Tanya Jawab Peserta Bimwin

08.00 – 10.00 Memenuhi Kebutuhan Keluarga Narasumber Terbimek


10.00 – 12.00 Menjaga Kesehatan Reproduksi Puskesmas
12.00 – 13.00 ISHOMA Panitia
II 13.00 – 14.00 Membangun Kebutuhan Berkeluarga Narasumber Terbimtek
14.00 – 15.00 Mempersiapkan Generasi Berkualitas Narasumber Terbimtek
15.00 – 16.00 Penutup dan Penyerahan Piagam Panitia

Sumber Data: Wawancara di KUA Kecamatan Sobang

7. Penyerahan Piagam. Calon pengantin diberikan Piagam atau sertifikat oleh


Kepala KUA untuk dilampirkan saat proses pendaftaran nikah. Sertifikat
tersebut digunakan oleh pihak KUA untuk memastikan bahwa calon pengantin
tersebut sudah mengikuti bimbingan perkawinan.

D. Peraturan pelaksanaan bimbingan perkawinan


Ada sejumlah peraturan dan program yang bertujuan membangun ketahanan
keluarga Indonesia. Peraturan dan program ini sejak kemerdekaan dapat dikelompokan
menjadi 4 gelombang. Pertama, gelombang tahun 1954 dengan lahirnya BP4. Kedua,
gelombang tahun 1974 dengan lahirnya UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Ketiga, gelombang tahun 1999 dengan lahirnya Peraturan Pembinaan Gerakan
keluarga Sakinah. Keempat, gelombang tahun 2009 dan tahun 2013 dijadikan satu
gelombang karena produknya sama, yakni sama-sama mengatur kursus perkawinan.114
Bimbingan perkawinan dibuat setelah ada nya kursus perkawinan yang mana

114
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal. 2
54

bimbingan perkawinan dibuat sebagai penyempurna dari kursus calon pengantin.


Peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam kaitannya dengan usaha membangun
ketahanan keluarga Indonesia. Dalam UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Pasal 1 ayat (2) ada istilah peraturan perundang-
undangan, yang diartikan peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.115
Kemudian dalam Pasal 8 ayat (1) disebutkan, “Jenis Peraturan Perundang-
undangan selain sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, Badan, lembaga, atau komisi
yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
Peraturan yang berkaitan dengan dan mengatur mengenai pembangunan
ketahanan keluarga Indonesia dan di bawah kendali pokok Kementrian Agama R.I,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Bersama Menteri, Keputusan
Menteri, Peraturan Menteri, Keputusan Bersama Dirjen, Peraturan Dirjen, Surat
Edaran Dirjen, dan Surat Edaran Kepala/ Ketua Lembaga, seperti Surat Edaran Ketua
BP4.116
Sementara maksud program adalah seluruh program yang lahir sebagai akibat
dari keluarnya sejumlah peraturan dibidang pembangunan ketahanan keluarga, seperti
program Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah sebagai akibat dari lahirnya Peraturan
Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah.
Menghadapi fenomena lemahnya lembaga perkawinan, dalam berbagai
kesempatan Menteri Agama telah menyampaikan perlunya penguatan lembaga
perkawinan melalui revitalisasi pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Sucatin).
Kementrian agama juga mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) tentang

115
Pasal 1 ayat (2) UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
116
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal. 3
55

Bimbingan Perkawinan Sebagai Penyempurna Sucatin. Jika sebelumnya pelaksanaan


sucatin hanya dilaksanakan di Kantor Urusan Agama dalam durasi waktu yang
singkat, hanya dua sampai tiga jam saja, maka dalam PMA tersebut dijelaskan bahwa
bimbingan perkawinan dilaksanakan selama 16 jam pelajaran dan merupakan satu
keharusan/persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pengantin.117
Berangkat dari Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang
perkawinan yaitu UU No.1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975
tentang pelaksanaan UU No.1 Tahun 1974 terutama pasal 1. Menyatakan perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ke
Tuhanan Yang Maha Esa. Untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa maka perlu dilakukan upaya-upaya dalam
mewujudkan tujuan tersebut.
Bimbingan perkawinan merupakan program yang dikeluarkan oleh PMA
sebagai upaya dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah warahmah
bagi calon pengantin yang didalamnya memuat materi-materi tentang keluarga
sakinah, mawadah warahmah. Pelaksanaan bimbingan perkawinan diatur dalam
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan
bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin yang mana dalam
pelaksananaannya bimbingan perkawinan terdiri dari bimbingan tatap muka dan
bimbingan mandiri.118
Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2015 tentang kementrian agama. Bahwa
Kementrian Agama berada dibawah dan bertanggug jawab kepada Presiden. Dalam
bab II tentang organisasi bagian kesatu sususunan organisasi di pasal 4 poin d bahwa
susunan kemetrian agama terdiri atas Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam.119
Dalam PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Pernikahan tercantum
adanya PMA Nomor 34 tahun 2016 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Urusan
Agama Kecamatan. Pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa Kantor Urusan Agama

117
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI, Cet ke1h. VIII
118
https://dki.kemenag.go.id/berita/peraturan-perundang-udangan-pelaksanaan-bimbingan-
perkawinan-di-kua, di akses pada 11 Desember 2020
119
Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2015
56

Kecamatan yang selanjutnya disingkat KUA Kecamatan adalah unit pelaksanaan


teknis pada Kementrian Agama, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina oleh
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota. Dan pada PMA Nomor 34 tahun
2016 juga disebutkan adanya Keputusan menteri Agama Nomor 3 tahun 1999 tentang
Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah.
Keputusan Menteri Agama Nomor 3 tahun 1999 menjelaskan tentang
Pembinaan Gerakan keluarga Sakinah, dan tahun 2009 serta tahun 2013 dengan
lahirnya peraturan kursus perkawinan. Bimbingan perkawinan, Adapun
penyelenggaraannya bisa dilakukan oleh lembaga pemerintah yang berkekuatan
hukum, diantaranya : Kementrian Agama Kabupaten/Kota, Kantor Urusan Agama
Kecamatan, dan lembaga lain yang telah memenuhi persyaratan dan mendapat izin
penyelenggaraan dari Kementrian Agama Islam/Bimbingan Masyarakat Islam pada
Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota.
Adapun petunjuk mengenai pelaksanaan bimbingan perkawinan yaitu ada pada
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018. Dimana dalam
pelaksanaannya ada dua macam, yaitu, bimbingan mandiri dan bimbingan tatap muka.
Di KUA Kecamatan Sobang pelaksanaan bimbingan perkawinan pernah dilaksanakan
dengan cara bimbingan tatap muka. Bimbingan Tatap Muka dilaksanakan selama 16
jam pelajaran (JPL) sesuai dengan modul yang diterbitkan oleh Kementrian Agama.
dan dilaksanakan selama 2 (dua) hari berturut-turut atau berselang satu hari, dan
bilamana diperlukan, dapat memanfaatkan hari Sabtu dan/atau Ahad. Materi pre tes
dilakukan sewaktu peserta bimbingan calon pengantin melakukan registrasi. Dalam
hal peserta bimbingan perkawinan kurang dari 50 orang/25 pasang, pelaksanaannya
dapat digabung dengan beberapa kecamatan dan dikoordinasikan oleh Kepala Seksi
Bimas Islam Kabupaten/Kota setempat.120
Adapun Bimbingan Mandiri hanya dilaksanakan pada KUA tipologi D1 dan
D2 (KUA terdalam, terluar dan berada di kepulauan). Bimbingan mandiri
dilaksanakan sebanyak 4 jam pelajaran (JPL). Materi sebagian disampaikan saat
mendaftar nikah dan sebagian di sampaikan di tempat tinggal atau wilayah yang dapat
dijangkau oleh calon pengantin.121

120
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Bab II Penyelenggaraan
121
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
57

Dalam menunjang pelaksanaan bimbingan perkawinan maka Kementrian


Agama menerbitkan Modul Bimbingan Perkawinan tentang pondasi keluarga sakinah
atas kerjasama antara Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam, dengan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat. Modul tersebut sebagai landasan dalam
menyampaikan materi bimbingan perkawinan. Adapun asumsi yang menjadi dasar
dalam penyusunan modul ini adalah sebagai berikut:122

1. Peserta Bimbingan berjumlah 10 hingga 15 pasang calon pengantin


sehingga setidaknya terdiri dari 10 sampai 15 calon pengantin laki- laki dan 10
sampai 15 calon pengantin perempuan,
2. Proses bimbingan dikawal penuh dari awal hingga akhir oleh Tim
Bimbingan Calon Pengantin dari Kantor Urusan Agama dan atau
Kantor Kementrian Agama Setempat,
3. Durasi bimbingan secara keseluruhan adalah 16 jam, yang terbagi
dalam dua hari, masing-masing 8 jam,
4. Hari pertama proses bimbingan sepenuhnya dikelola oleh Tim
Bimbingan dari KUA dan atau Kemenag setempat, baik fasiliator
maupun narasumber.
5. Hari kedua proses bimbingan di kelola oleh Tim Bimbingan dari
KUA dan atau Kemenag setempat sebagai fasiliator, sedangkan
narasumber berasal dari kementrian atau lembaga lain.
Berdasarkan asumsi di atas maka modul ini disusun berdasarkan 2 prioritas
utama, yaitu (1) penguatan cara pandang calon pengantin terhadap perkawinan dan
keluarga, dan (2) pelatihan keterampilan tertentu untuk mengelola perkawinan dan
keluarga.
Berdasarkan wawancara dengan kepala KUA Sobang:
“Bimbingan perkawinan di KUA Sobang bisa dilaksanakan ketika masyarakat atau
calon pengantin faham akan aturan yang sudah ditentukan dan mau mengikuti
peraturan tersebut. Aturan tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan di
KUA Sobang masih merujuk pada aturan dirgen Bimas Islam nomor 379 tahun 2018

122
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI, Cet ke1 h. XII
58

dan belum terdapat perubahan didalamnya. Adapun materi bimbingan perkawinan


yaitu melihat pada modul bimbingan perkawinan yang dibuat atas kerjasama Badan
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Kementrian Agama.123
Dalam hal ini peraturan pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA Sobang
Kepala KUA mengatakan bahwa pelaksanaannya sudah diterapkan sesuai dengan
peraturan Dirjen Bimas Islam nomor 379 tahun 2018 tentang petunjuk bimbingan
perkawinan. Dan materi perkawinan nya melihat pada modul bimbingan perkawinan
yang diberikan oleh Kemenag. Namun masyarakat masih sulit mengikuti peraturan
tersebut, sehingga bimbingan perkawinan masih sulit dilaksanakan.
Kedudukan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 berada dibawah
Peraturan Menteri Agama, dan Kekuatan hukumnya masih mengikat selama
peraturannya tidak bertentangan dengan peraturan yang ada diatasnya. Namun Dirjen
Bimas Islam peraturannya tidak bersifat memaksa. Ada baiknya disamping
memberikan perhatian berimbang, juga perhatian kursus perkawinan atau bimbingan
perkawinan dapat diangkat ke peringkat peraturan yang memaksa.
Dengan peraturan yang memaksa semua calon pengantin mempunyai bekal
persiapan pengetahuan dan skill dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Dengan
pengetahuan dan skill diharapkan akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam hidup berumah tangga dan karenanya dapat menggapai tujuan perkawinan dan
terhindar dari perceraian.

E. Peran KUA dalam bimbingan perkawinan


Peran KUA Dalam Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan sangat penting, sebab
tahapan dalam melaksanakan akad nikah dilakukan di KUA. KUA merupakan satu-
satunya lembaga pemerintah yang berwenang untuk melakukan pencatatan
perkawinan yang terjadi dikalangan umat Islam. Artinya, ia ada bukan semata-mata
pemenuhan tuntutan birokrasi tetapi secara substansi bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan kewajiban berkenaan dengan pengabsahan sebuah perkawinan.
Dalam konteks seperti itu, seorang Pegawai Pencatat Nikah dituntut untuk betul-betul
menguasai tugasnya. Ini hanya bisa dilakukan apabila yang bersangkutan mempunyai

123
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 28 Agustus 2020
59

kualifikasi yang dibutuhkan seorang Pegawai Pencatat Nikah kemampuan birokrasi


yang baik dan penguasaan ilmu-ilmu keislaman (hukum islam) secara baik pula.124
Peran KUA dalam bimbingan perkawinan bertugas menyediakan serta
membantu jalannya bimbingan perkawinan dengan mempersiapkan proses bimbingan
perkawinan sebaik mungkin mulai dari persiapannya hingga pelaksanaannya. Pertama
yang dilakukan yaitu mempersiapkan agenda dan pendaftaran nikah sampai
dilaksanakannya bimbingan perkawinan. Prosedur yang harus dilaksanakan oleh calon
pengantin yaitu melakukan pendaftaran dan menyerahkan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh calon pengantin. Sebagaimana wawancara dengan ibu Suheri Pelayanan
Nikah dan Rujuk menjelaskan bahwa:
“Petugas KUA mengecek terlebih dahulu data calon pengantin yang
mendaftar nikah untuk memastikan apakah data yang diberikan sudah benar atau
masih terdapat kesalahan, jika masih terdapat kesalahan maka data tersebut harus
direvisi kembali dan selanjutnya baru divalidasi. Jika berkas sudah divalidasi maka
selanjutnya calon pengantin akan diberikan surat undangan untuk mengikuti
bimbingan perkawinan”.125
Dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan, KUA berperan untuk membuat
jadwal kegiatan supaya berjalan dengan baik. Kemudian mengkonfirmasikan kepada
setiap penyuluh yang akan memberikan materi Bimbingan perkawinan. Kepala KUA
juga memberikan materi seputar bagaimana membangun keluarga yang utuh,
Penyuluh Keluarga Sakinah yang memberikan materi keluarga sakinah, dan Petugas
KUA memberikan buku pedoman keluarga sakinah yang diperoleh dari Kemenag
untuk diberikan kepada pasangan calon pengantin yang mengikuti bimwin agar calon
pengantin dapat mempelajarinya dan membacanya kembali di rumah. Calon pengantin
juga akan mendapatkan piagam berupa sertifikat bimbingan perkawinan yang sudah
ditandatangani oleh penghulu. Dan sertifikat tersebut sebagai pegangan atau bukti
ketika akan melangsungkan akad nikah karena sudah mengikuti bimbingan
perkawinan.126

124
Kustini, Menelusuri Makna DI Balik Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Dan
Perkawinan Tidak Tercatat, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2013), Cet. 1, h.11-12
125
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, tanggal 19 Oktober 2020
126
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, tanggal 19 Okober 2020
60

KUA menginformasikan kepada calon pengantin agar mengikuti bimbingan


perkawinan, yang juga bekerja sama dengan pihak Puskesmas setempat agar dapat
memberikan materi reproduksi kesehatan dan imunisasi TT (Tetanus).
BAB IV
ANALISIS KESESUAIAN PELAKSANAAN BIMBINGAN
PERKAWINAN DENGAN PERATURAN DIRJEN BIMAS ISLAM
NOMOR 379 TAHUN 2018

A. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan di KUA Kecamatan Sobang Kabupaten


Pandeglang
Dalam mewujudkan akuntabilitas dan tertib administrasi penyelenggaraan
Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi calon Pengantin perlu menetapkan petunjuk
pelaksanaan bimbingan perkawinan.127
Petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan terdapat pada Keputusan
Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk Bimbingan
Perkawinan Bagi Calon Pengantin Bab II Penyelenggaraan.128
Berdasarkan hasil temuan peneliti di KUA Sobang pelaksanaan bimbingan
perkawinan ditinjau dari aturan dan pelaksanaan bimbingan perkawinan dalam
keputusan dirjen bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 yaitu bab penyelenggaraan:
1. Di tinjau dari aturan penyelenggaraan
a. Pengorganisasian
Dalam point b tentang penyelenggaraan bimbingan perkawinan pranikah
bagi calon pengantin yaitu salah satunya adalah Kantor Urusan Agama
Kecamatan.129 Berdasarkan hasil temuan peneliti di KUA Sobang bahwa
bimbingan perkawinan sudah dilaksanakan namun tempat pelaksanaanya
di luar kantor KUA dan pelaksanaanya belum maksimal.130
b. Koordinator teknis penyelenggaraan bimbingan perkawinan pranikah bagi
calon pengantin adalah Kepala Seksi yang membidangi Urusan Agama
Islam /Bimbingan Masyarakat Islam pada Kantor Kementrian Agama
Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil temuan peneliti di KUA Sobang
bahwa dalam teknis penyelenggaraannya, KUA Sobang membuat proposal
terlebih dahulu yang dikordinasikan dengan kepala bimas Islam atau

127
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018
128
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab II,
huruf A, B dan C
129
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018, Bab II
Penyelenggaraan Point A Pengorganisasian Nomor 1
130
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 20 Oktober 2020

61
62

dengan Kementrian Agama Kabupaten dan mengundang kepala Bimas


Islam untuk mengisi materi terkait aturan bimbingan perkawinan dalam
hal ini KUA Sobang sudah sesuai dengan aturan dirjen bimas Islam.
c. Bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin diprioritaskan
untuk calon pengantin yang telah mendaftar di KUA Kecamatan.
Berdasarkan penelitian di KUA Sobang bahwa peserta bimbingan
perkawinan yaitu calon pengantin yang sudah mendaftar nikah.
d. Dalam hal tidak terdapat calon pengantin yang telah mendaftar, maka
bimbingan perkawinan dapat diberikan kepada remaja yang telah
memasuki usia 21 (dua puluh satu) tahun. Berdasarkan penelitian di KUA
Sobang dengan mewawancarai kepala KUA, bahwa kecamatan sobang
masih sulit untuk mendatangkan peserta calon pengantin, jika tidak ada
calon pengantin yang mendaftar maka pelaksanaan bimwin tidak
dilaksanakan. Maka dalam ketentuan ini KUA belum sesuai dengan
peraturan dirjan bimas Islam dimana jika tidak terdapat calon pengantin
yang mendaftar nikah seharusnya KUA bisa mengundang remaja yang
sudah memasuki usia 21 tahun untuk mengikuti bimbingan perkawinan.
e. Bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin berpedoman pada
buku Modul Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Calon Pengantin. Dari
hasil wawancara dengan Kepala KUA Sobang bahwa KUA Sobang
memiliki modul bimbingan perkawinan yaitu pondasi keluarga sakinah
yang diperoleh dari kemenag. Dalam memberikan materi bimbingan
perkawinan dan nasihat perkawinan KUA sudah berpedoman pada buku
Modul bimbingan tersebut, namun belum terdapat materi refleksi dan
evaluasi. Padahal manfaat dari adanya materi refleksi dan evaluasi yaitu
peserta diajak melakukan refleksi tentang dampak dari proses bimbingan
perkawinan pada persiapan mental mereka menuju perkawinan. Selain itu
peserta juga diajak melakukan evaluasi terhadap proses bimbingan
perkawinan baik secara substansi maupun teknis agar bisa dijadikan dasar
peningkatan layanan bimbingan perkawinan selanjutnya. Dalam hal ini
KUA Sobang harus menerapkan materi tersebut sebagai bahan dalam
meningkatkan pelayanan bimbingan perkawinan di KUA Sobang yang
hanya dilaksanakan 1 tahun sekali.
63

f. Calon Pengantin yang mengikuti bimbingan perkawinan Pranikah


mendapatkan buku Fondasi Keluarga Sakinah: Bacaan Mandiri Calon
Pengantin yang diterbitkan oleh Kementrian Agama.
Dari hasil wawancara dengan penyuluh keluarga sakinah di KUA Sobang:
“Buku pondasi keluarga sakinah hanya terbatas jumlahnya sehingga tidak
semua peserta mendapatkannya.131 Dalam hal ini KUA Sobang harus
mempersiapkan lagi dengan baik apa saja kebutuhan peserta bimbingan
perkawinan dan harus mengkordinasikannya dengan kemenag agar
diberikan fasilitas yang mendukung program bimbingan perkawinan.
Salah satunya yaitu Buku Pondasi Keluarga Sakinah yang diberikan
kepada calon pengantin harus diperbanyak sehingga semua peserta dapat
menerimanya. Karena buku Pondasi Keluarga Sakinah memuat materi-
materi penting terkait bagaimana membangun keluarga sakinahh,
mawadah warahmah.
g. Calon Pengantin dapat melakukan Bimbingan Perkawinan secara
peorangan, berpasangan, atau berkelompok.
Di KUA Sobang bimbingan perkawinan dilakukan secara berkelompok.
Dalam bimbingan yang dilakukan berkelompok yaitu dengan sistem
gabungan dengan Kecamatan lain. Dilaksanakan di luar KUA. Adapun
mengenai bimbingan perkawinan dilakukan secara berpasangan yaitu
melalui nasihat perkawinan.
h. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Calon Pengantin
berupa:
1. Bimbingan Tatap Muka; atau
2. Bimbingan Mandiri
2. Ditinjau Dari Segi Pelaksanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala KUA bahwa pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA Sobang dilaksanakan dengan Tatap muka dan
digabung dengan Kecamatan lain karena KUA Sobang termasuk tipologi C
(Kantor Urusan Agama yang peristiwa pernikahannya dibawah 50 peristiwa
rata-rata perbulan. Dan bimbingan mandiri hanya dilaksanakan oleh KUA
tipologi D1 dan D2 (Kantor Urusan Agama yang secara geografis berada pada

131
Nahri Kamal, Penyuluh Keluarga Sakinah, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020
64

daerah terdalam, terluar dan daerah perbatasan di daratan, adapun tipologi D2


di kepulauan), Dan KUA Sobang adalah tipologi C yang diharuskan
melaksanakan bimbingan dengan tatap muka.
3. Di tinjau dari bimbingan tatap muka diantaranya:
1. Dalam Keputusan Dirjen Bimas Islam nomor 379 tahun 2018 bahwa
Bimbingan Tatap Muka dilaksanakan selama 16 jam pelajaran (JPL),
sesuai dengan modul yang diterbitkan oleh Kementrian Agama.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara di KUA Sobang bahwa
bimwin dilaksanakan selama 2 hari. Hari pertama jam 8.00 sampai dengan
jam 12.00 dan di hari kedua dari jam 08.00 dampai dengan jam 16.00, jika
semuanya dijumlahkan maka pelaksanaan bimwin di KUA Sobang hanya
dilaksanakan sebanyak 14 jam pelajaran saja. Artinya dalam waktu
pelaksanaanya belum sesuai dengan peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor
379 tahun 2018 yang mengharuskan 16 jam pelajaran.
2. Materi Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Calon Pengantin harus
sesuai dengan Modul Bimbingan Perkawinan. Dari semua materi yang ada
pada buku pondasi keluarga sakinah, KUA Sobang memperaktekan materi
tersebut pada saat bimbingan perkawinan yang dilaksaakan satu tahun
sekali dan nasihat perkawinan yang dilaksanakan setiap ada calon
pengantin yang menikah tidak selengkap bimbingan perkawinan. Pada saat
pemberian nasihat perkawinan dalam waktu yang hanya satu jam tersebut
materinya diringkas dalam satu pembahasan, Adapun materi tentang
kesehatan reproduksi KUA Sobang menyarankan agar calon pengantin
mendatangi Puskesmas terlebih dahulu untuk diimunisasi TT (Tetanus)
dan lanjut diberikan nasihat tentang menjaga kesehatan reproduksi.
4. Ditinjau dari waktu menyampaikan materi
Ditinjau dari segi waktu dalam menyampaikan materi bimwin belum sesuai
dengan modul bimbingan perkawinan. Di KUA Sobang bimbingan perkawinan
hanya dilaksanakan sebanyak 14 jam pelajaran saja dari 16 jam pelajaran yang
ada di keputusan dirjen bimas Islam dan modul bimbingan perkawinan. Hari
pertama dilaksanakan dari jam 08.00 sampai dengan jam 12.00. Itu artinya
hanya dilaksanakan setengah hari saja. Sedangkan di hari ke dua dilaksanakan
dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. Dalam setiap materi yang
65

disampaikan hanya 1 jam saja. Dan juga masih terdapat materi yang kurang
yaitu refleksi, evaluasi dan post test. Padahal jika melihat pada tujuan
disampaikannya materi tersebut sebagaimana dijelaskan dalam modul
bimbingan perkawinan yaitu supaya peserta mampu menilai tingkat kesiapan
mental dirinya, maupun kesiapan bersama calon suami atau istri sebagai
pasangan untuk menikah dan membangun keluarga sakinah, Selain itu, peserta
juga diajak melakukan evaluasi terhadap proses bimbingan, baik secara
substansi maupun teknis agar bisa dijadikan dasar peningkatan layanan
bimbingan perkawinan selanjutnya.
5. Ditinjau dari fasilitas serta media dalam mendukung terlaksananya
bimbingan perkawinan diantaranya:
Dalam bab III di keputusan dirjen bimas Islam membahas tentang sertifikat
dimana syarat mendapatkan sertifikat bimbingan perkawinan adalah:132

1) Peserta yang telah mengikuti bimbingan perkawinan pra nikah bagi calon
pengantin berhak mendapatkan sertifikat dari penyelenggara.
2) Sertifikat diterbitkan dan ditandatangani oleh Penyelenggara.
Dari dua point tersebut KUA Sobang sudah melaksanaknnya dengan
baik dimana peserta sudah mendapatkan sertifikat bimbingan perkawinan.
Sertifikat ditanda tangani oleh kepala KUA Sobang. Piagam tersebut
digunakan untuk dilampirkan saat proses pendaftaran nikah bahwa catin sudah
mengikuti bimbingan perkawinan. Fotocopiyannya disimpan di KUA dan yang
aslinya diberikan kepada Catin.
6. Ditinjau dari pendanaan
Dalam bab IV Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
membahas tentang biaya bimbingan perkawinan. Biaya bimbingan perkawinan
telah didanai oleh APBN dan PNBP NR Kantor Kementrian Agama
Kabupaten/Kota. Dimana bimbingan tatap muka maksimal sebesar
Rp.400.000.- perpasang atau Rp. 200.000.- perorang. Dan pengajuan dana
dilakukan dengan cara penyelenggara menyampaikan usulan pembiayaan
bimbingan.

132
Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 BAB III Sertifikat
66

Berdasarkan hasil penelitian di KUA Sobang bahwa dalam pendanaan


bimbingan perkawinan masih sulit untuk turun, berdasarkan wawancara
dengan kepala KUA bahwa sulitnya dana yang diberikan menjadi salah satu
penghambat dalam melaksanakan bimbingan perkawinan. Dalam hal ini KUA
Sobang harus memperhatikan lagi dan lebih memahami prosedur tata cara
pencairan dana. Karena dalam keputusan dirjen Bimas Islam pada Bab IV
Pendanaan sudah dijelaskan tentang biaya bimbingan, proses pengajuan
pembiayaan, pencarian anggaran dan penggunaannya. KUA tinggal
mempraktekannya sesuai dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379
tahun 2018.
7. Ditinjau dari prosedur pelaksanaannya
Bimbingan perkawinan di KUA Sobang menerapkan dua tahap,
pertama tahap pra pelaksanaan atau pendaftaran dan kedua tahap pelaksanaan.
Tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan prosedurnya sudah bagus dan sudah
terstruktur. Namun kedua tahap tersebut belum dapat diterapkan secara
maksimal oleh masyarakat.

Adapun berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa narasumber


atau calon pengantin yang sudah menikah di Kecamatan Sobang diantaranya:
Pertama wawancara dengan Siti Salbiyah yang bertempat di kecamatan Sobang
mengatakan bahwa “saya dan suami tidak mengikuti bimbingan perkawinan karena
tidak tahu jika ada bimbingan perkawinan. Pada saat kami mendaftar nikah ke KUA
tidak dijelaskan tentang adanya bimbingan perkawinan. Yang ada juga ceramah dari
penghulu saat setelah akad nikah berlangsung. Adapun materi yang saya ingat yaitu
tentang seputar keluarga sakinah bagaimana cara membangun rumah tangga yang
baik. Waktunya kurang lebih 1 jam. Metodenya dengan ceramah. Setelah menerima
nasihat perkawinan tersebut setidaknya kami tahu dan paham tentang bagaimana
menjalankan rumah tangga yang baik untuk kedepannya. Dan semoga nasihat
perkawinan dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada pasangan yang hendak
menikah “133
Wawancara selanjutnya disampaikan oleh Sarpin dan istrinya:

133
Siti Salbiyah, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
67

“Kami tidak mengikuti bimbingan perkawinan karena tidak mengetahui jika ada
bimbingan perkawinan. Kami hanya mendapatkan nasihat perkawinan oleh penghulu
setelah akad nikah selesai. Materi yang disampaikan saya kurang ingat. Intinya
tentang cara membina keluarga yang rukun, saling memahami satu sama lain, saling
menghormati. Waktunya sekitar 1 jam dan metode yang digunakan yaitu dengan
metode ceramah. Setelah mendapatkan nasihat perkawinan saya dan istri senang
karena diberikan tentang pernikahan, kalo masalah paham tidaknya dengan materi
tersebut insyaAllah lumayan paham”. Nasihat perkawinan sangat perlu diberikan
kepada calon pengantin.134

Berdasarkan wawancara dengan Elis:


“Pada saat mendaftarkan nikah di KUA tidak dijelaskan jika ada bimbingan
perkawinan, kami hanya melengkapi persyaratan berkas. Dan setelah itu akad nikah
dilangsungkan di rumah. Jadi mungkin bukan bimbingan perkawinan tapi nasihat
perkawinan. Waktu itu nasihat perkawinan disampaikan oleh penghulu. Nasihat
perkawinan sudah menjadi adat kebiasaan di sini yang biasanya akan disampaikan
oleh Penghulu atau oleh Ustadz tentang bagaimana cara membangun keluarga yang
bahagia dan saling menghormati antara suami istri, dan waktunya kurang lebih satu
jam”. Semoga dengan adanya nasihat perkawinan bisa salig menjaga hubungan
rumah tangga dengan baik.135
Wawancara dengan Santi Susanti:
“Saya waktu itu daftar nikahnya dibantu oleh pak RT, jadi tidak tahu tentang
bimbingan perkawinan. Tapi kalo tentang materi perkawinan Penghulu
menyampaikan setelah akad nikah. Materi keseluruhannya saya lupa, yang saya ingat
itu tentang harus saling menyayangi satu sama lain, karena pernikahan kan seumur
hidup. Harus saling memahami satu sama lain.136
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa narasumber ditemukan bahwa
calon pengantin tidak mengikuti bimbingan perkawinan karena tidak mengetahui jika
ada bimbingan perkawinan, mereka mengatakan bahwa petugas KUA tidak
memberitahukan jika ada bimbingan perkawinan. Kurangnya informasi dan sosialisasi
dari petugas KUA menyebabkan calon pengantin tidak mengikuti bimbingan

134
Sarpin, Informan, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
135
Elis, Informan, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
136
Santi Informan, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
68

perkawinan. Oleh karena itu mengingat bahwa pelaksanaan bimwin hanya


dilaksanakan satu tahun sekali, KUA Sobang tetap memberikan bekal materi
bimbingan perkawinan terhadap calon pengantin yang dilaksanakan setelah akad
nikah. Namun waktunya yang hanya satu jam dan dengan materi yang ringkas calon
pengantin kurang memperhatikan dengan baik, dan lupa terhadap materi tersebut.
Nasihat perkawinan sama-sama memberikan materi seputar keluarga sakinah
namun waktunya hanya dilaksanakan sebanyak satu jam saja. Nasihat perkawinan
telah menjadi adat kebiasaan masyarakat Sobang yang dilaksanakan sebelum akad
nikah atau setelah akad nikah. Adapun yang memberikan nasihat perkawinan nya
yaitu Penghulu atau Ustadz dengan metode ceramah. Waktunya paling lama 1 jam
dengan memberikan materi seputar keluarga sakinah, menjaga hubungan keluarga dan
menciptakan generasi yang berkualitas.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala KUA sebagai antisispasi dalam
menekan angka perceraian, karena jika calon pengantin tidak mendapatkan materi
seputar pernikahan, maka akan rentan terjadi perceraian. Perceraian sangat
berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan sebuah keluarga, karena ketika sebuah
perceraian terjadi maka segala persoalan bangsa akan muncul menyertainya, seperti
lahirnya proses kemiskinan, khususnya pada perempuan dan anak-anak. Perceraian
juga menjauhkan anak dari kehidupan yang sehat dan sejahtera serta hak-hak anak
akan terabaikan.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala KUA Sobang: “Bimbingan
perkawinan jarang dilaskanakan karena peserta yang sedikit serta biaya yang sulit
turun. Namun kami tetap memberikan nasihat perkawinan kepada calon pengantin,
yang dilaskanakan saat setelah mendaftar nikah atau setelah ijab qobul kami akan
memberikan nasihat perkawinan kepada calon pengantin. Karena nasihat perkawinan
juga materinya sama seperti bimbingan perkawinan yan diperoleh dari modul
bimbingan perkawinan. Hanya saja waktunya sebentar sekitar setengah jam atau
paling lama juga satu jam. Stidaknya dengan adanya nasihat perkawinan masyarakat
di daerah kecamatan Sobang tau tentang bagaimana membangun rumah tangga yang
baik dan diharapkan menjadi rumah tangga yang rukun sebagaimana rumah tangga
Rasulullah SAW dengan Siti Khadijah R.a yang penuh kedamaian dan ketentraman.
Dari rumah tangga yang Mawaddah wa Rahmah menuju ke rumah tangga yang
Sakinah artinya bahagia dalam arti kata bahagia disitu bermacam-macam cara
69

ataupun kepribadian. Dalam rumah tangga memang semuanya pernah mengalami


permasalahan dengan adanya kebahagiaan maka tidak hanya di ukur dengan
keduniawian semata seperti harta tetapi kebahagiaan itu awalnya timbul dari saling
pengertian dan saling memahami satu sama lain, saling memaafkan, harus sabar,
memahami karakter dan pintar memenej agar terciptalah keluarga yang sakinah
mawaddah warahmah. Dan yang terpenting dalam menjalankan kehidupan ini
khususnya dalam berumah tangga harus didasari keimanan dan ketakwaan agar tidak
ada perselisihan yang bisa menyebabkan perceraian”.137
Bimbingan perkawinan dan nasihat perkawinan keduanya sama-sama
memberikan materi sebagaimana yang ada pada modul bimbingan perkawinan yang
dibuat oleh Kementrian Agama. Namun dalam waktu pelaksanaannya bimbingan
perkawinan dilaksanakan selama 2 hari sebanyak 16 jam pelajaran. Sedangkan nasihat
perkawinan hanya dilaksanakan sebanyak 1 jam pelajaran. Materi yang
disampaikannya pun berbeda, bimbingan perkawinan memuat 8 materi diantaranya:
Mempersiapkan perkawinan kokoh menuju keluarga sakinah, mengelola dinamika
perkawinan dan keluarga, memenuhi kebutuhan keluarga, menjaga kesehatan
reproduksi keluarga, menyiapkan generasi berkualitas, mengelola konflik dan
membangun ketahanan keluarga dan yang terakhir yaitu refleksi dan evaluasi.
Sedangkan dalam nasihat perkawinan materinya diringkas hanya beberapa
pembahasan saja. Contohnya mengenai materi kesehatan reproduksi KUA Sobang
menyarankan kepada calon pengantin untuk datang ke puskesmas terdekat secara
mandiri. Calon pengantin juga tidak mendapatkan buku pondasi keluarga sakinah.
Dalam hasil wawancara dengan beberapa narasumber ditemukan bahwa
Bimbingan perkawinan belum dapat dilaksanakan dengan baik. KUA Sobang tetap
berupaya dengan memberikan nasihat perkawinan kepada calon pengantin. Namun
kualitas nasihat perkawinan dengan bimbingan perkawinan sangat berbeda. Karena
pada dasarnya bimbingan perkawinan dibuat sebagai penyempurna dari sucatin
(kursus calon pengantin). Jika sebelumnya pelaksanaan sucatin hanya dilakukan di
Kantor Urusan Agama dalam durasi waktu yang hanya beberapa (dua atau tiga) jam
saja, maka dalam PMA tersebut dijelaskan bahwa Sucatin ( dalam PMA disebut

137
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 20 Oktober 2020
70

Bimbingan perkawinan) dilaksanakan selama dua hari atau 16 jam dan merupakan
satu keharusan/persyaratan yang harus dipenuhi calon pengantin.138
Program pemberian bimbingan perkawinan dan nasihat perkawinan di KUA
Sobang harus lebih dioptimalisasikan lagi dan harus sejalan dengan peraturan dan
kebutuhan masyarakat. Mulai dari segi waktunya, prasrarana, dana dan materi yang
disampaikannya terutama KUA harus lebih mensosialisasikan lagi bimbingan
perkawinan kepada calon pengantin agar calon pengantin dapat dengan mudah dan
paham menerima materi bimbingan perkawinan tersebut. Karena pada dasarnya
pernikahan suami isteri bukan hanya mempersiapkan secara materi dan fisik saja, tapi
juga harus memiliki bekal ilmu pengetahuan agar terwujudnya tujuan pernikahan yang
sakinah, mawadah warahmah. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 Undang-
undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

B. Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Dalam Mencegah
Perceraian di KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang
Untuk melihat ketercapaian tujuan lahirnya sejumlah peraturan dan program
dibidang ketahanan keluarga dapat dicatat hasil penelitian sejumlah peneliti.
Disebutkan ketika awal-awal BP4 berdiri tahun 1954 data talak di P2NTR (Petugas
Pencatat Nikah Talak dan Rujuk) di atas 55 %. Pada saat sekitar tahun 1966 data
tersebut menjadi 45 %. Artinya dalam waktu 10 tahun, BP4 telah ikut menurunkan
angka perceraian 10 % dari 55 % tahun 1955 menjadi 45 % pada tahun 1966. Dengan
demikian BP4 ada andilnya dalam turunnya angka perceraian. Namun belakangan
kegiatan BP4 susah diukur tingkat ketercapaiannya, sebab kegiatannya bercampur
dengan Pembinaan Gerakan keluarga Sakinah.139
Berdasarkan hasil temuan peneliti bahwa Kepala Humas Pengadilan Agama
(PA) Kelas II Pandeglang, Muhammad Jajuli mengakui dari tahun ke tahun kasus
perceraian mencapai ribuan perkara. Dengan rata-rata perkaranya gugatan cerai yang

138
Alissa Qotrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet. 1, h. viii
139
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal. 15
71

diajukan istri. Kasus perceraian yang masuk ke PA Pandeglang didominasi kasus cerai
muda karena faktor ekonomi dan perselingkuhan.140
Kasus perceraian di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2020 mulai dari bulan
Januari hingga Oktober tercatat dari laporan perkara yang diputus Pengadilan Agama
Pandeglang bahwa cerai talak sebanyak 185 kasus dan cerai gugat sebanyak 937
kasus. Jika dijumlahkan keseluruannya maka perceraian yang terjadi di tahun 2020
dari bulan Januari hingga Oktober sebanyak 1.122 kasus.141 Dan adapun perceraian di
Kecamatan Sobang pada tahun 2020 sebanyak 33 kasus.142 Namun berdasarkan
wawancara dengan Kepala KUA Sobang bahwa jumlah perceraian maupun poligami
di Kecamatan Sobang tidak diketahui dengan pasti jumlah keseluruhannya, karena
masih banyak masyarakat yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama.
Alasannya karena jarak tempuh yang jauh dan masalah biaya.143
Dalam mengukur tingkat ketercapaian implementasi Dirjen Bimas Islam
Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian masih sangat relatif. sebab
kegiatan dan pelaksanaannya belum berjalan sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam
Dirjen. Padahal substansi masalah adalah calon suami dan istri tidak mempunyai bekal
pengetahuan dan skill serta faktor ekonomi dan kebiasaan masyarakatnya sendiri.
Jika menggunakan teori pengendalian tindakan dan/ prilaku sosial preventif
dan represif, maka pembinaa gerakan keluarga sakinah, kursus calon pengantin dan
bimbingan perkawinan masuk kedalam usaha preventif. Sedangkan produk BP4 dan
Undang-Undang perkawinan masuk kedalam usaha represif.
Sementara jika menggunakan analisis hukum yang memaksa dan hukum yang
mengatur (pelengkap), hanya UU perkawinan yang masuk kepada hukum yang
memaksa, sementara program BP4, pembinaan gerakan keluarga sakinah, dan kursus
calon pengantin atau bimbingan perkawinan masuk kepada hukum yang mengatur
(pelengkap). Selama ini perhatian lebih konsentrasi pada hukum yang memaksa tetapi
sangat sedikit pada hukum pelengkap. Ada baiknya disamping memberikan perhatian

140
https://www-Redaksi 24.com/Gara-gara ini Ribuan Wanita Muda di Pandeglang Plih
Menjanda, di akses pada 1 Desember 2020 pukul 13.00.
141
Hamid, Petugas Pengadilan Agama, Interview Pribadi, Tanggal ,1 Desember 2020 pada
pukul 08.15 – 10.00.
142
Https://putusan3.mahkamahagung.go.id
143
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
72

berimbang, juga perhatian kursus perkawinan atau bimbingan perkawinan dapat


diangkat ke peringkat peraturan yang memaksa.144
Dengan peraturan yang memaksa semua calon pengantin mempunyai bekal
persiapan pengetahuan dan skill dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Dengan
pengetahuan dan skill diharapkan akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam hidup berumah tangga dan karenanya dapat menggapai tujuan perkawinan dan
terhindar dari perceraian.

C. Permasalahan-Permasalahan Dalam Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan


Permasalahan adalah beberapa kendala atau sebab yang menyebabkan
terhambatnya suatu pelaksanaan atau kegiatan sehingga tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis temukan bahwa pelaksanaan bimbingan
perkawinan yang diselenggarakan di Kecamatan Sobang terdapat beberapa kendala
sehingga program tersebut kurang berjalan dengan baik. Permasalahannya ditinjau dari
dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:145
1. Faktor Internal:
a. Kurangnya anggaran
Bimbingan perkawinan akan terlakasana apabila terdapat anggaran
yang cukup untuk membantu jalannya acara bimbingan. Namun di KUA
Kecamatan Sobang sendiri anggaran bimbingan perkawinan sulit untuk
turun akibatnya pelaksanaan bimwin sering tertunda. Jika anggaran belum
turun maka bimbingan perkawinan tidak dilaksanakan. Padahal dalam
peraturan dirjen bimas islam nomor 379 tahun 2018 disebutkan dalam bab
IV telah diatur tentang Pendanaan bimwin. Artinya disini KUA harus lebih
memahami lagi bagaimaan proses pengajuan dana yang sesuai dengan
prosedur yang sudah ditentukan.
b. Kurangnya prasarana
Dalam hal prasarana, Kantor Urusan Agama Kecamatan Sobang tidak
memiliki ruang khusus untuk melakukan bimbingan perkawinan. Hanya
terdapat beberapa ruangan seperti ruang kerja Kepala KUA dan ruang
kerja pegawai lainnya dan ruangan akad nikah yang sempit. Fasilitas

144
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal.19
145
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
73

kantor sudah banyak yang rusak, dan lapuk akibatnya pelaksanaan


bimbingan pekawinan dilaksanakan di luar kantor. Seperti di Madrasah
atau di aula masjid Ta‟lim setempat. Hal tersebut kadang menyebabkan
kesulitan dalam pelaksanaannya.
c. Kurangnya media yang mendukung
Dalam proses bimbingan perkawinan media sangat dibutuhkan demi
terwujudnya bimbingan perkawinan yang berkualitas agar peserta calon
pengantin dapat menerima materi dengan baik. Sebenarnya KUA
Kecamatan Sobang sudah diberikan Buku pedoman bimbingan
perkawinan dan DVD tentang materi bimbingan perkawinan oleh
Kemenag, hanya saja jumlahnya terbatas, dan tidak mempunyai fasilitas
seperi infokus untuk menayangkan DVD tersebut. Infokus sebagai alat
pendukung yang digunakan untuk memberikan materi dengan presentasi,
akibatnya dalam menyampaikan materi bimwin, KUA Sobang hanya
menggunakan metode ceramah.
d. Kurangnya Sosialisasi
KUA Sobang perlu meningkatkan lagi sosialisasi tentang bimbingan
perkawinan kepada masyarakat, agar masyarakat lebih tertarik dan mau
mengikuti bimbingan perkawinan. Karena berdasarkan wawancara dengan
beberapa calon pengantin yang sudah menikah mereka tidak mengetahui
jika ada bimbingan perkawinan, petugas KUA tidak memberitahukan jika
ada bimbingan perkawinan, dan calon pengantin hanya diberikan nasihat
perkawinan. Dalam hal ini KUA dengan masyarakat harus saling terbuka
dan menjalin komunikasi yang baik agar masyarakat tidak sungkan untuk
bertanya dan mau mengikuti bimbingan perkawinan.

2. Faktor Eksternal:
a. Sumber daya manusia yang kurang mendukung
Mengenai adanya bimbingan perkawinan di KUA Kecamatan Sobang
ini terhambat oleh sumber daya manusianya. Kurangnya kesadaran
masyarakat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan bimbingan
perkawinan, karena bimbingan perkawinan tidak akan terlaksana jika tidak
ada peserta. Masyarakat banyak yang beranggapan bahwa bimbingan
74

perkawinan itu tidak penting sehingga rasa minat dari masyarakat belum
ada secara menyeluruh. Mereka kurang peduli dengan adanya program
bimbingan perkawinan.
Permasalahan lain yaitu sebagian besar calon pengantin di
Kecamatan Sobang tidak mau melakukan pendaftaran secara mandiri.
Jangankan untuk datang ke Puskesmas, untuk mengurus persyaratan
menikah saja harus diwakilkan oleh orang lain. Dari calon pengantin yang
mendaftarkan diri untuk menikah 90 % nya didaftarkan oleh orang lain,
sehingga petugas KUA kesulitan dalam menerapkan aturan bimwin
terhadap mereka.
Calon pengantin banyak yang mengandalkan bantuan orang
lain seperti RT (Rukun Tetangga) dan ada juga yang meminta bantuan
kepada P3N (Tokoh masyarakat atau orang yang ditunjuk oleh desa yang
dapat dipercayai menangani perkawinan di KUA), sifatnya mitra karena
terdiri dari staf keuangan dan staf perencanaan. Namun berdasarkan
kebijakan pemerintah bahwa P3N sekarang sudah dihapus dari SK oleh
kemenag. Karena masyarakat atau calon pengantin harus membayar dua
kali lipat dari biaya normal di KUA dan tidak adanya keterbukaan
mengenai rincian anggaran yang diterima. Namun karena kebiasaan
masayarakat disini tidak mau ribet hanya ingin terima beres saja. Maka
biaya pun tidak menjadi persoalan.
b. Calon pengantin tidak memiliki rencana waktu.
Saat pendaftaran nikah calon penganti harus terlebih dahulu
mempersiapkan segalanya dengan matang, dari mulai pengumpulan
berkasnya, kapan waktu pelaksanaannya, sehingga petugas KUA dapat
memberikan tenggang waktu mengenai pelaksanaan bimbingan
perkawinan. Namun calon pengantin yang hendak mendaftar nikah masih
saja melanggar aturan tersebut dengan melakukan pendaftaran kurang dari
8 hari, ada yang 5 hari baru mendaftar nikah sehingga hal tersebut
menyulitkan calon pengantin untuk mengikuti jadwal bimbingan
perkawinan yang sudah ditentukan jadwalnya oleh KUA. Waktu 8 hari
tersebut sebenarnya digunakan untuk membuat buku nikah. Buku nikah
tidak boleh dicetak sebelum pernikahan, dihawatirkan masih ada
75

kesalahan dalam data tersebut, jika terdapat kesalahan di buku nikah


berarti statusnya cacat, jika sudah cacat maka harus direvisi ulang dengan
diperbaiki segala kesalahannya, dan itu membutuhkan waktu yang lama.
Tentunya hal tersebut membuat repot pihak keluarga maupun pihak KUA.
Berdasarkan wawancara dengan petugas KUA:
“Di KUA Kecamatan Sobang masih ada saja yang mendaftar nikah 5 hari
sebelum akad nikah padahal dalam aturannya pendaftaran nikah itu 10
hari sejak pendaftaran, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
kinerja petugas KUA untuk mempersiapkan terlebih dahulu segala halnya
dengan baik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dan banyak
calon pengantin yang daftar nikahnya dibantu oleh orang lain, seperti
oleh Ketua RT nya atau oleh bantuan P3N. Jadi kadang susah untuk
memberitahukan tentang informasi adanya bimbingan perkawinan.Dan
rata-rata calon pengantin ingin cepat menikah saja.”146

Dari hasil tinjauan peraturan terhadap pelaksanaan bimbingan perkawinan di


KUA Sobang serta permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan
perkawinan yang ditemukan di KUA Sobang bahwa pelaksanaan bimbingan belum
efektif dan belum sesuai dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun
2019.
Adapun implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 dalam
mencegah perceraian belum dapat diimplementasikan dengan baik, dimana masih
terdapat kesulitan dalam menerapkan aturannya. Sedangkan kasus perceraian di
Kabupaten pandeglang terus meningkat dari 2017 sampai 2020. Adapun perceraian di
KUA Sobang pada tahun 2020 sebanyak 33 kasus perceraian berdasarkan laporan
Pengadilan Agama Pandeglang. Berdasarkan wawancara dengan Kepala KUA bahwa
perceraian di Kecamatan Sobang masih banyak dilakukan diluar pengadilan karena
jarak kantor pengadilan agama yang sangat jauh. Perceraian di KUA Sobang
berdasarkan wawancara dengan Kepala KUA didominasi oleh faktor ekonomi karena
rata-rata penduduk di kecamatan Sobang berprofesi sebagai petani, pedagang, nelayan
dan ibu rumah tangga. Dan perceraian masih banyak dilakukan diluar Pengadilan
karena jarak tempuh yang jauh sehingga jumlah perceraian di KUA Sobang masih
relatif. Dalam hal ini peraturan dirjen bimas islam nomor 379 tahun 2018 belum
146
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020.
76

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kasus perceraian di kabupaten Pandeglang.


KUA harus meningkatkan lagi sosialisasi terkait adanya bimbingan
perkawinan dan menyesuaikan program bimbingan perkawinan tersebut dengan
kondisi masyarakat Sobang saat ini agar program tersebut dapat berjalan dengan baik,
dan dapat diikuti oleh semua calon pengantin ataupun oleh remaja yang sudah
memasuki usia 21 tahun sebagaimana Keputusan Dirjen Bimas Islam nomor 379 tahun
2018 sebagai upaya dalam menekan angka perceraian yang tinggi di Kabupaten
Pandeglang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan
Sobang sudah pernah dilaksanakan namun dalam pelaksanaannya belum efektif dan
masih terdapat kekurangan. pelaksanaannya belum sesuai dengan Keputusan Dirjen
Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018. Waktunya hanya dilaksanakan satu tahun sekali
dan kurang dari 16 jam pelajaran seperti yang ditetapkan oleh Kemenag. Dalam
penyampaian materi bimbingan hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tidak
terdapat materi refleksi dan evaluasi. Dalam hal tidak ada calon pengantin yang
mendaftar bimbingan maka KUA Sobang tidak melaksanakan bimbingan perkawinan.
Pada tahun 2020 bimbingan perkawinan tidak diselenggarakan karena adanya virus
Covid-19 (Corona). Kepala KUA mengatakan bahwa bimbingan secara online
sebenarnya ingin diterapkan di KUA, namun masyarakat Sobang masih sulit
menyesuaikan.
Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 belum berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya perceraian, Dalam mengukur tingkat ketercapaian
implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian
masih sangat relatif. sebab kegiatan dan pelaksanaannya belum berjalan sesuai dengan
apa yang diterapkan dalam Dirjen.
Berdasarkan penelitian yang penulis dapatkan, bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kurang efektifnya bimbingan perkawinan di KUA Sobang yaitu ada dua
faktor, faktor internal dan fakor eksternal. Faktor Internal diantaranya:
1. Ditinjau dari pelaksanaannya yang hanya dilaksanakan sebanyak 14 jam pelajaran saja
dari 16 jam yang telah di atur dalam Keputusan Dirjen Bimas Islam nomor 379 tahun
2018 tentang petunjuk bimbingan perkawinan. Dan hanya dilaksanakan satu tahun
sekali. Hal tersebut tentu sangat tidak efektif bagi calon pengantin karena hanya
beberapa orang saja yang mengikuti bimwin. Sedangkan yang mendaftar nikah tiap
bulannya selalu ada.
2. Materi yang disampaikannya kurang maksimal karena dalam penyampaian materinya
hanya menggunakan metode ceramah sehingga peserta bosan dan kurang memahami
dengan baik.

77
78

3. Kurangnya materi tambahan seperti materi evaluasi dan refleksi, padahal materi tersebut
sangat penting karena dalam sesi ini peserta diajak melakukan refleksi tentang dampak
dari proses bimbingan perkawinan pada persiapan mental mereka menuju perkawinan.
Selain itu, peserta juga diajak melakukan evaluasi terhadap proses bimbingan, baik
secara substansi maupun teknis agar bisa dijadikan dasar peningkatan layanan
bimbingan perkawinan selanjutnya. Tujuannya yaitu peserta mampu menilai tingkat
kesiapan mental dirinya, maupun kesiapan bersama calon suami atau istri sebagai
pasangan untuk menikah dan membangun keluarga sakinah, peserta mampu
merumuskan hal-hal baru dan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses bimbingan,
baik secara substansi maupun teknis.
4. Sarana dan prasarana yang belum mendukung dimana di KUA Sobang belum terdapat
ruangan khusus untuk dilaksanakannya bimbingan perkawinan. Belum memiliki infokus
untuk menerangkan materi dengan presentasi, dan terbatasnya Buku Pondasi keluarga
Sakinah yang diperuntukan bagi calon Pengantin.
5. Pendanaan yang sulit turun menyebabkan bimbingan perkawinan sulit untuk
dilakasanakan.
6. Kurangnya sosialisasi dari petugas KUA sehingga calon pengantin masih ada yang tidak
mengetahui jika ada bimbingan perkawinan.
Adapun faktor eksternal yang menjadi permasalahan dalam bimbingan perkawinan di
KUA Sobang yaitu:
1. Sumber daya manusia nya yang kurang. Masih banyak calon pengantin yang kurang
peduli terhadap bimbingan perkawinan karena tidak ingin repot dan ingin segera
melangsungkan pernikahan.
Dari permasalahan-permasalahan yang timbul di KUA Kecamatan Sobang
mengakibatkan perturan Dirjen Bimas Islam belum terimplementasi dengan baik. Oleh
sebab itu jika dihubungkan dengan kasus perceraian yang tinggi di Pandeglang maka
program bimbingan perkawinan belum berpengaruh dalam mencegah terjadinya
perceraian.
Dalam upaya menekan tingginya angka perceraian di Kabupaten Pandeglang,
KUA Sobang tetap melaksanakan nasihat perkawinan kepada calon pengantin agar
memiliki bekal ilmu pengetahuan dalam menjalankan pernikahan. Nasihat perkawinan
sama dengan memberikan materi seputar keluarga sakinah namun waktunya hanya
dilaksanakan sebanyak satu jam saja. Dan calon pengantin tidak mendapatkan buku
79

pondasi keluarga sakinah. Nasihat perkawinan telah menjadi adat kebiasaan masyarakat
Sobang yang dilaksanakan saat setelah mendaftar nikah atau setelah akad nikah.
Adapun yang memberikan nasihat perkawinan nya yaitu Penghulu atau Ustadz dengan
metode ceramah. Materi yang disampaikan seputar bagaimana membangun keluarga
sakinah, mawadah, warahmah, menjaga hubungan keluarga dan menciptakan generasi
yang berkualitas. Adapun materi tentang kesehatan reproduksi KUA Sobang
menyarankan agar calon pengantin mendatangi puskesmas secara mandiri.
Kualitas nasihat perkawinan masih jauh jika dibandingkan bimbingan
perkawinan. Karena bimbingan perkawinan dibuat sebagai penyempurna dari sucatin
(kursus calon pengantin). Jika sebelumnya pelaksanaan sucatin hanya dilakukan di
Kantor Urusan Agama dalam durasi waktu yang hanya beberapa (dua atau tiga) jam
saja, maka dalam PMA tersebut dijelaskan bahwa Sucatin ( dalam PMA disebut
Bimbingan perkawinan) dilaksanakan selama dua hari atau 16 jam dan pengantin juga
mendapatkan buku pondasi keluarga sakinah serta sertifikat bimbingan perkawinan.

B. Saran

Karena bimbingan perkawinan di KUA Sobang belum efektif dan belum


sesuai dengan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 maka KUA Sobang harus
lebih meningkatkan lagi pelayanan serta mengoptimalisasikan peraturan
pelaksanaannya sesuai dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Mulai dari segi waktunya, prasrarana,
materi, dana serta meningkatkan lagi sosialisasi kepada calon pengantin untuk
kelancaran pelaksaanaan bimbingan perkawinan agar calon pengantin mengetahui dan
dapat dengan mudah menerima materi bimbingan perkawinan tersebut. Karena pada
dasarnya pernikahan suami isteri bukan hanya mempersiapkan secara materi dan fisik
saja, tapi juga harus memiliki bekal ilmu pengetahuan agar terwujudnya tujuan
pernikahan yang sakinah, mawadah warahmah. Sebagaimana yang tercantum dalam
pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam penelitian ini tentunya masih terdapat kekurangan dari Penulis, baik
dalam mencari sumber datanya yang sulit karena faktor pandemi Covid-19 sehingga
80

bimbingan perkawinan tahun 2020 ini tidak dilaksanakan. Namun penulis telah
mewawancarai berbagai sumber informan yang ada di KUA kecamatan Sobang dan
meneliti dokumen yang ada di KUA Sobang. Semoga penelitian ini menjadi kontribusi
bagi KUA Sobang, Calon pengantin dan khususnya bagi penulis.
81

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: CV. Akademika Pressindo,


1995.

A, Hallen. Bimbingan dan Konseling, Tangerang :PT Ciputat Press, 2005.

Al habsyi, Muhammad Baghir. Fiqih praktis menurut Al Qur‟an, As-Sunnah dan Pendapat
Para Ulama, Bandung: Mizan, 2002.

Ali Wafa, Moh. Hukum Perkawinan di Iindonesia, Tangerang Selatan: YASMI, 2018
.
Arifin, M. Zaenal, Anshori Muh. Fikih Munakahat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.

Basyarahil, Abdul Aziz Salim. Anakku Inilah Nasihatku: Shalat & Pernikahan, Jakarta:
Gema Insani, 2010.

Bunyamin Mahmudin dan Hermanto, Agus. Hukum Perkawinan Islam, Bandung: CV


Pustaka Setia, 2017.

Departemen Negara RI, Bahan Penyuluhan Hukum Jakarta: Departemen Agama RI,
1999/2000.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoenev, 1994.

Dimyati Khuzdaifah dan Wardiono Kelik. Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas
Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2014.

Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah, 2017.

Dirojosworo, Soedjono. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

Ghazali, Abd. Rahman . Fikih Munakahat, Bogor: Kencana, 2003.

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Tangerang : P.T Ciputat Press, 2005.

Hanna, Attia Mahmud. Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, Jakarta: Bulan Bintang, tt

Https://putusan3.mahkamahagung.go.id
82

Http://pa-pandeglang.go.id/pdlg/index.php?pdlg=detail&berita=799,kasus- perceraian-
di- kabupaten-pandeglang-tertinggi-seprovinsi-banten, Di akses pada 5 April
2020.

Https://www-Redaksi24.com/Gara-gara ini Ribuan Wanita Muda di Pandeglang Plih


Menjanda, di akses pada 1 Desember 2020.

Https://pandeglangkab.bps.go.id/publication /Kecamatan Sobang Dalam Angka 2020,


diakses pada 12 september 2020.

Https://dki.kemenag.go.id/berita/peraturan-perundang-udangan-pelaksanaan- bimbingan-
perkawinan-di-kua, di akses pada 11 Desember 2020.
Hingga September, Ada 1226 Kasus Cerai di Pandeglang Banten,

https://www.tagar.id/2019/10/16/Hingga-September-Ada-1226-kasus- cerai-di-
Pandeglang-Banten. Di akses pada 5 April 2020.

Hikmatina, Analisis Program Bimbingan Perkawinan Dalam Mewujudkan Keluarga


Sakinah Studi Kasus di KUA LowokWaru Kota Malang, Volume 1, Nomor 2, 2019.
.
Huberman, Milles, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992.

Interview Pribadi dengan Sarnata, Kepala KUA Sobang, 11 agusustus 2020.

Interview Pribadi dengan Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Sobang, 7 September 2020.
.
Interview Pribadi dengan Nahri Kammal, Keluarga Sakinah, Sobang, 20 Oktober 2020.

Interview Pribadi dengan Ahmad Sahrowi, Operator Simkah, , Sobang, 23 Oktober 2020.

Interview Pribadi dengan Buhori, Pembinaan Haji Zakat dan Wakaf, Sobang, 20 Oktober
2020.

Interview Pribadi dengan Aneng, Pengawas PAI, Sobang, 20 Oktober 2020.

Interview Pribadi dengan Aniah, Pengelola BOP, Sobang, 20 Oktober 2020.

Interview Pribadi dengan Muhammad Misdar, Penyuluh PAI, Sobang, 20 Oktober


2020.

Interview Pribadi dengan Elis Yusilawati, Informan, Sobang, 21 Oktober 2020.

Interview Pribadi dengan Sarpin, Informan, Sobang, 21 Oktober 2020.


83

Interview Pribadi dengan Santi Susanti, Informan, Sobang, 21 Oktober 2020.

Interview Pribadi dengan Siti Salbiyah, Informan, Sobang, 21 Oktober 2020.

Interview Pribadi dengan Hamid, Petugas PA Pandeglang, Pandeglang, 1 Desember 2020.

Istiani, Erni. Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009
Tentang Sucatin Di KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga Dalam Membangun
Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah. Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Institut
Agama Islam Megeri Salatiga, 2016.

Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998.

Jonker, Jan. dkk, Metodologi Penelitian: Panduan Untuk Master dan Ph.D. di Bidang
Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018.
Julak Bimbingan Pranikah Bagi Calon
Pengantin/http://infobimas.blogspot.com/2019/12/17Julak-Bimbingan- Pranikah-
Bagi-Calon-Pengantin, di akses pada tanggal 5 Juni 2020.

Kharli, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Kustini, Menelusuri Makna di Balik Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur dan


Perkawinan Tidak Tercatat, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan
BadanLitbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2013.

Kuzari, Ahmad. Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada Media,
2004.

Latief, Djamil. Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia. Jakata: Ghalia Indah, 1985.

Lhatifah, Itsnaatul. Pencatatan Perkawinan, Al-Mazahib, Volume 3, Nomer 1, Juni 2015.

LN, Syamsu Yusuf, Nurihsan, A. Juntika. Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.

Machrus, Adib, Dkk. Fondasi Keluarga Sakinah, Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah
Direktorat Bina KUA, 2017.

Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.


84

Muhammad Syaikh bin al-„Utsaimin Shalih. Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qur‟an dan
As-Sunnah, Jakarta: Akbar Media, 2009.

Ghazali, Abd. Rahman. Fiqih Wanita, Bogor: Prenada Media, 2003.

Munawaroh, Alissa Qotrunnada, dkk. Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon


Pengantin, Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016.

Nasution, Roby Darwis. Upaya Pemerintah Dalam Penanggulangan Perceraian


DiKabupaten Ponorogo, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, 2019.

Nasution Khoiruddin dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun Ketahanan
Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017.

Nurdin Amiur dan Tarigan Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta :
Kencana Prenada Media, 2004.

P, Sondang. Fungsi-Fungi Manajerial, Jakarta: Bina Aksara, Cetakan pertama, 1989.

Qodir, Abdul. Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspekif Undang-undang dan Hukum


Islam, Depok: Azza Media, 2014.

Ramulyo, Moh. Idris. Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Rijali, Ahmad, Analisis Data Kualitatif, Vol. 17 No. 33, Januri-Juni 2018.

R, El Fiah, Bimbingan Dan Konseling Anak Usia Dini, Jakarta:Raja Grafindo, 2017.

Rodiyah, Yayah Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 32 Oktober 2019.

Rozak, Abd. “Konsep Al-Usrah (Keluarga) Dalam Pendidikan Islam,” Vol .3, 2, Desember,
2018.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia


Press, 1986.

Sutirna, Bimibingan dan Konseling : Pendidikan Formal, NonForman dan Informan,


Yogyakarta: Andi Offset, 2013.

Sulaiman, Problematika Pelayanan Kantor Urusan Agama Anamuban Timur Nusa Tenggara
Timur, Volume XVIII, No. 02, Juli- Desember, 2011.
85

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Di Indonesia Antara Fiih Munakahat Dan


Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007.

Syukur, Abdullah. Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep


Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan”, Persadi: Ujung Pandang, 1987.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2006.

Tihami, Sohari. Fikih Munakahat, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010, Cet ke-2.

T. Yanggo, Huzaemah. Hukum Keluarga Dalam Islam, Palu: Yayasan Masyarakat


Indonesia Baru, 2013.

Tohir, Umar Faruq. “Konsep Keluarga Dalam Al-Qur‟an; Pendekatan Linguistik dalam
Hukum Perkawinan Islam,”Vol. 2, 1, Januari, 2015.

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1

Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.

Walgito, Bimo. Bimbingan Konseling Dan Perkawinan, Yogyakarta: C.V Andi Offset,
2017.

Wulansari, Pebriana. Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin Sebagai upaya


Pencegahan Perceraian, Skripsi S-1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,
Institusi Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.

Wibisana, Wahyu . Pernikahan Dalam Islam, Vol, 14 No. 2, 2016.

Yayah Rodi‟ah, Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020.

Yudiono, Metode Penelitian, diglib.unila.ac.id, 2013, Diakses pada tanggal 20 Mei 2020.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kualitatif, Kuanitatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014.
86

Lampiran
87
88
89
90

Daftar Wawancara Kepala KUA Sobang Pandeglang

1. Apakah di KUA Sobang dilaskanakan bimbingan perkawinan?


2. Kenapa bimbingan perkawinan harus dilaksanakan?
3. Berapa kali bimbingan perkawinan dilaksanakan?
4. Berapa jumlah calon pengantin yang mengikuti bimbingan perkawinan?
5. Berapa lama bimbingan perkawinan dilaksanakan?
6. Siapa saja narasumber yang menjadi pemateri bimbingan perkawinan?
7. Dimana tempat pelaksanaan bimbingan perkawinan?
8. Apa saja yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan?
9. Apa harapan bapak diadakannya bimbingan perkawinan
91

Nama : Sarnata S.Hi

Jabatan : Kepala KUA Sobang Pandeglang

Hari / Tanggal : 28 Agustus 2020

1. Apakah di KUA Sobang dilaksanakan bimbingan perkawinan?


Ya dilaksanakan.

2. Kenapa di KUA Sobang dilaksanakan bimbingan perkawinan?


Adanya bimbingan perkawinan merupakan program yang dibuat oleh Kementrian
Agama untuk calon pengantin sebagai bekal dalam menjalankan bahtera kehidupan
rumah tangga. Kementrian agama menyarankan harus dilaksanakannya bimbingan
perkawinan sebagai upaya dalam mencegah terjadinya perceraian. Sebagiamana
peraturan dirjen bimas Islam dan adanya modul bimbingan perkawinan.

3. Berapa kali bimbingan perkawinan dilaksanakan?


Bimbingan perkawinan di KUA Sobang dilaksanakan satu setiap tahunnya dan
menunggu adanya program dari Kementrian Agama Kabupaten Pandeglang yang
mengharuskan dilaksanakannya bimwin. Setiap KUA yang hendak melaksanakan
bimwin harus membuat proposal terlebih dahulu yang di tujukkan ke kemenag
(Kementrian Agama) kabupaten, jika proposal tersebut di setujui oleh kemenag maka
bimwin akan dilaksanakan. Namun karena dana yang sedikit dan sulitnya
mendatangkan peserta bimbingan jadi bimwin jarang dilaksanakan.

4. Berapa jumlah calon pengantin yang mengikuti bimbingan perkawinan?


Jumlah peserta yang mengikuti bimbingan perkawinan kadang tergantung berapa
banyak yang mendaftar nikah. Karena sistemnya digabung dengan beberapa KUA,
jadi pertiap KUA mendaftarkan maksimal 20 pasangan calon pengantin.

5. Berapa lama bimbingan perkawinan dilaksanakan?


Bimwin dilaksanakan selama 2 hari berturut-turut. Dimulai dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 04.00. WIB, hari pertama pukul 08.00 WIB sampai dengan
92

pukul 12.00 dan akan dilanjut keesokan harinya dari jam 08.00 sampai dengan jam
16.00. Sebelum dimulai petugas menunggu peserta hadir terlebih dahulu, jika peserta
belum memenuhi kapasitas artinya sedikit yang hadir maka bimbingan akan tetap
dimulai pada pukul 08.30. WIB.

6. Siapa saja narasumber yang menjadi pemateri bimbingan perkawinan?


Dalam 2 hari ada 6 pemateri yang akan menyampaikan materi Bimbingan
perkawinan dan dibagi menjadi 2 bagian, di hari pertama diisi oleh 3 pemateri yaitu
Kemenag, Kepala Seksi Bimas dan Kepala KUA. Dihari kedua diisi oleh 3 pemateri
yaitu, Puskesmas, Penyuluh Keluarga Sakinah dan Penyuluh PAI.

7. Dimana tempat pelaksanaan bimbingan perkawinan?


Bimbingan perkawinan jarang dilaksanakan di KUA karena tempatnya yang sempit,
biasanya bimwin dilaksanakan di Balai Desa Cikadu kecamatan Panimbang.

8. Bagaimana prosedur bimbingan perkawinan?


Ada dua tahapan yaitu tahap pendaftaran atau pra pelakasanaan dan tahap
pelaksanaan.

9. Apa saja yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan?

Permasalahannya ditinjau dari dua faktor, yaitu fakor internal dan faktor eksternal.
Faktor interal diantaranya: kurangnya anggaran, prasarana dan media yang
mendukung sehingga bimbingan perkawinan sulit dilaksanakan. Dan faktor
eksternalnya diantaranya: Sumberdaya manusiaya kurang, Jarak tempuh yang jauh
dan tidak adanya rencana waktu. Karena masyarakat Sobang belum dapat mengikuti
peraturan bimbingan perkawinan dengan baik, kami juga memberikan nasihat
perkawinan kepada calon pengantin sebagai bekal dalam menjalankan rumah tangga
yang sakinah mawadah warohmah.

10. Apa perbedaan dari bimbingan perkawinan dengan nasihat perkawinan?


Dalam nasihat perkawinan kami juga berpedoman kepada modul bimbingan
perkawinan. Bimbingan perkawinan itu sebagai penyempurna dari nasihat
93

perkawinan, karena dalam pelaksanaannya bimwin dilaksanakan selama 2 hari


sebanyak 16 jam pelajaran dan materi yang disampaikannya pun banyak dengan
mengundang beberapa narasumber dari Kemenag dan Bimas Islam. Dan yang
pesertanya pun banyak. Sedangkan nasihat perkawinan hanya dilaksanakan 1 hari
dan materinya hanya disampaikan sebanyak 1 jam saja oleh penghulu atau oleh
penyuluh keluarga sakinah dan hanya disampaikan kepada satu pasangan saja. Sama
dengan bimbingan mandiri, hanya saja dalam nasihat perkawinan peserta tidak
mendapatkan sertifikat bimbingan dan buku pondasi keluarga sakinah.

11. Apa harapan bapak diadakannya bimbingan perkawinan dan nasihat perkawinan?

Mudah-mudahan dengan adanya bimbingan perkawinan dan nasihat perkawinan


pasangan calon pengantin dapat berperan aktif dalam menjalankan kehidupan
berumah tangga sakinah mawaddah warahmah. Memang mudah sekali untuk
mengucapkan kalimat tersebut, namun sulit untuk melaksanakannya, tidak semudah
kita membalikan kedua telapak tangan, jelas ada hambatan dan rintangannya. Tapi
dengan ikhtiar maka tidak ada yang tidak mungkin selagi niatnya baik. Dan semoga
kedepannya program bimwin dapat berjalan dengan baik karena materinya sangat
penting dan bagus untuk berikan kepada calon pengantin.
94

Wawancara dengan Pemateri Bimbingan Perkawinan

1. Apa saja materi yang disampaikan saat bimbingan perkawinan?


2. Bagaimana metode yang digunakan dalam menyampaikan materi bimbingan
perkawinan?
3. Apakah dengan metode tersebut calon pengantin dapat menerima dengan baik?
4. Berapa lama waktu dalam menyampaikan materi tersebut?
5. Apa saja kendala dalam menyampaikan materi tersebut?
6. Apa harapan B/I terhadap bimbingan perkawinan dan terhadap calon pengantin yang
mengikuti bimbingan perkawinan?
95
96

Nama : Sarnata S.Hi

Jabatan : Kepala KUA Sobang / Penghulu

Tanggal : 20 Agustus 2020

1. Apa saja materi yang disampaikan saat bimbingan perkawinan?


Saya menyampaikan materi yang ada di buku modul bimbingan perkawinan. Tentang
seputar bagaimana menjalankan kehidupan rumah tangga yang baik.

2. Bagaimana metode yang digunakan dalam menyampaikan materi bimbingan


perkawinan?
Ceramah dengan panduan buku modul bimbingan perkawinan.
3. Apakah dengan metode tersebut calon pengantin dapat menerima materi dengan baik?
InsyaAllah catin dapat menerima materi tersebut dengan baik tergantung dari
pemahaman mereka dan bagaimana mereka memperhatikan atau tidak.

4. Berapa lama waktu dalam menyampaikan materi tersebut?


Kurang lebih satu jam
5. Apa ada kendala dalam melaksanakan bimbingan perkawinan?
Kendalanya yaitu sarananya belum cukup dan pesertanya sedikit
6. Apa harapan bapak terhadap bimbingan perkawinan dan terhadap calon pengantin
yang mengikuti bimbingan perkawinan?
Mudah-mudahan dengan adanya bimbingan perkawinan pasangan calon pengantin
dapat berperan aktif dalam menjalankan kehidupan berumah tangga sakinah
mawaddah warahmah. Memang mudah sekali untuk mengucapkan kalimat tersebut,
namun sulit untuk melaksanakannya, tidak semudah kita membalikan kedua telapak
tangan, jelas ada hambatan dan rintangannya. Tapi dengan ikhtiar maka tidak ada
yang tidak mungkin selagi niatnya baik. Dan mudah-mudahan bimbingan perkawinan
dapat dilaksanakan dengan maksimal kepada catin walaupun hanya dlaksanakan satu
tahu sekali, namun kami berupaya dengan tetap memberikan nasihat perkawinan
97
98
99
100

Nama : Muhammad Misdar


Jabatan : Penyuluh PAI
Tanggal : 20 Oktober 2020
1. Apa saja materi yang disampaikan saat bimbingan perkawinan?
Tentang menjaga keutuhan keluarga dan bagaimana cara menciptakan generasi yang
berkualitas.

2. Bagaimana metode yang digunakan dalam menyampaikan materi bimbingan


perkawinan?
Metodenya dengan ceramah dan sesi diskusi tanya jawab dengan peserta bimbingan
perkawinan agar calon pengantin juga aktif dan memperhatikannya.

3. Apakah dengan metode tersebut calon pengantin dapat menerima dengan baik?
Sebenarnya dengan metode ceramah sudah cukup jika calon pengantin
memperhatikan dengan baik, namun terkadang ada calon pengantin yang suka
bercanda atau izin keluar dan sebagainya.

4. Berapa lama waktu dalam menyampaikan materi tersebut?


Kurang lebih 1 jam
5. Apa saja kendala dalam melaksanakan bimbingan perkawinan?
Calon pengantinnya saja kadang kekukurangan peserta dan tidak tepat waktu dalam
mengikuti bimwin. Jadi bimwin ini jarang dilaksanakan juga karena sulitnya
mendatangkan peserta bimbingan. Dan anggaran yang sedikit juga menghambat
proses dilaksanaknnya bimwin.

6. Apa harapan bapak terhadap bimbingan perkawinan dan terhadap calon pengantin
yang mengikuti bi
7. Bmbingan perkawinan?
101
102

Wawancara Informan

1. Sejak kapan b/i menikah?


2. Apakah b/i mengikuti bimbingan perkawinan / nasihat perkawinan dan apa alasannya?
3. Materi apa saja yang b/i dapatkan pada saat mengikuti bimbingan perkawinan / nasihat
perkawinan?
4. Siapa yang menyampaikan materi tersebut?
5. Metode apa yang digunakan dalam menyampaikan materi?
6. Bagaimana pendapat b/i terhadap metode penyampaian materi dari narasumber?
7. Apakah b/i dapat memahami materi (Sebutkan satu persatu) tersebut dengan baik?
8. Berapa jam penyampaian materi dalam nasihat perkawinan?
9. Apa yang b/i rasakan setelah mengikuti bimbingan perkawinan / nasihat perkawinan?
10. Apa harapan b/i terhadap bimbingan perkawinan/ nasihat perkawinan?
103

Nama : Siti Salbiyah

Alamat : Jl. Raya Pasar Sobang, Rt 01/Rw 03, Des. Sobang Kec.
Sobang, Pandeglang

Waktu : 21 Oktober 2020

1. Sejak kapan ibu menikah?


Sejak 23 Desember 201. .
2. Apakah ibu mengikuti bimbingan perkawinan ?
Saya tidak mengikutinya. saya dan suami tidak mengikuti bimbingan perkawinan
karena tidak tahu jika ada bimbingan perkawinan.
3. Mengapa ibu tidak mengikuti bimbingan perkawinan?
Pada saat kami mendaftar nikah ke KUA tidak dijelaskan tentang adanya bimbingan
perkawinan. tidak ada yang memberitahu tentang bimbingan perkawinan.
4. Apakah ibu mendapakan nasihat perkawinan?
Yang ada juga ceramah dari penghulu saat setelah akad nikah berlangsung. Iya
seperti nasihat perkawinan.
5. Materi apa saja yang ibu dapatkan pada saat mengikuti nasihat perkawinan?
Materi yang saya ingat yaitu tentang seputar keluarga sakinah, mawadah warahmah
bagaimana cara membangun rumah tangga yang baik.
6. Siapa yang menyampaikan materi tersebut?
Penghulu
7. Metode apa yang digunakan dalam menyampaikan materi tersebut?
Dengan metode ceramah.
8. Apakah ibu dapat memahami materi tersebut dengan baik?
Lumayan faham, Cuma saya kurang memperhatikannya karena susana nya kurang
kondusif.
9. Berapa jam penyampaian materi nasihat perkawinan?
Kurang lebih 1 jam
104
105
106
107

pemahaman kepada calon pengantin dalam menjalankan rumah tagga yang


sakinah. mawaddah warahmah
108
109

Nama : Santi Susanti


Alamat : Kp. Songgom des. Cimanis Kecamatan Sobang
Pandeglang
Tanggal : 22 Oktober 2020

1. Sejak kapan ibu menikah?


23 Maret 2017.
2. Apakah ibu mengikuti bimbingan perkawinan?
Tidak,.
3. Mengapa ibu tidak mengikuti bimbingan perkawinan?
Karena saat daftar nikah saya dibantu oleh ketua RT, jadi tidak tahu jika ada bimbingan
perkawinan.
4. Apakah ibu mendapatkan nasihat perkawinan?
Iya waktu itu penghulu menyampaikan materi perkawinan.
5. Materi apa yang ibu dapatkan saat nasihat perkawinan?
Secara keseluruhannya saya lupa, intinya tentang harus saling menyayangi satu sama
lain, karena pernikahan kan seumur hidup maka harus saling rela dan memahami satu
sama lain.
6. Siapa yang menyampaikan materinya?
Penghulu.
7. Metode apa yang digunakan dalam menyampaikan materi tersebut?
Dengan ceramah.
8. Bagaimana pendapat ibu mengenai metode tersebut?
Mungkin karena waktunya yang sedikit jadi saya lupa lagi dan kurang memperhatikan.
9. Berapa lama materi tersebut disampaikan?
Sekitar satu jam.
10. Apa yang ibu rasakan setelah mendapatkan nasihat perkawinan?
Lumayan lah, setidaknya saya mendapatkan ilmu pernikahan.
11. Apa harapan ibu terhadap nasihat perkawinan?
Semoga saya dan suami bisa saling memahami satu sama lain dan bisa menjaga hubungan
pernikahan ini dengan baik
110
111

Alamat : Kp. Banjarsa Cimanis Kecamatan Sobang


Tanggal : 22 Oktober 2020

1. Sejak kapan ibu menikah?


8 Februari 2020.
2. Apakah ibu mengikuti bimbingan perkawinan?
Tidak
3. Mengapa ibu tidak mengikuti bimbingan perkawinan?
Pada saat mendaftarkan nikah di KUA tidak dijelaskan jika ada bimbingan perkawinan,
kami hanya melengkapi persyaratan berkas. Dan setelah itu akad nikah dilangsungkan di
rumah. Jadi mungkin bukan bimbingan perkawinan tapi nasihat perkawinan.
4. Apakah ibu mendapatkan nasihat perkawinan?
Ya saya mendapatkannya. karena sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat disini jiga
ada yang menikah pasti setelah akad nikah nanti dikasih ceramah tentang pernikahan.
5. Materi apa saja yang ibu dapatkan pada saat nasihat perkawinan?
Tentang bagaimana cara membangun keluarga yang bahagia dan saling menghormati
antara suami istri.
6. Metode apa yang digunakan dalam menyampaikan materi tersebut?
Metode ceramah.
7. Bagaimana pendapat ibu mengenai metode tersebut?
Menurut saya metodenya sudah bagus, karena memang biasanya disampaikan dengan
ceramah.
8. Apakah ibu dapat memahami materi tersebut ?
Iya saya memahaminya
9. Berapa lama waktu dalam menyampaikan materi tersebut?
Kurang lebih 1 jam.
10. Siapa yang menyampaikan materi tersebut?
Waktu itu nasihat perkawinan disampaikan oleh Penghulu.
11. Apa yang ibu rasakan setelah mengikuti nasihat perkawinan?
Saya lebih mengetahui bagaimana menjalankan rumah tangga yang baik
12. Apa harapan ibu terhadap nasihat perkawinan?
Semoga bisa menjadi bekal untuk kehidupan rumah tangga.
112
113

Struktur Organisasi KUA Kec. Sobang Kab. Pandeglang


114

Wawancara dengan Kepala KUA Sobang


115
116

Ruang Operator Simkah / Pendaftaran Nikah

Ruang Akad nikah dan Nasihat Perkawinan


117

Anda mungkin juga menyukai