Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
NOVIYANI
11160440000039
HUKUM KELUARGA
JAKARTA
1441 H/2021 M
PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN
DALAM MENCEGAH PERCERAIAN
SKRIPSI
Oleh:
NOVIYANI
NIM: 11160440000039
Pembimbing:
NIP. 195704081986031002
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2021 M
LEMBAR PERNYATAAN
1) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Noviyani
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis melalui
pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris yaitu penelitian menganalisis
permasalahan yang dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum data sekunder
peraturan undang-undang dengan bahan hukum primer yang ada di lapangan yaitu tentang
pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin dalam mencegah perceraian studi
pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang. Teknik pengumpulan datannya
dengan melakukan wawancara kepada responden serta mencari dokumen serta berbagai
literature atau studi kepustakaan.
Bismillahirohmaanirohim
Shalawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi agung, Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pemungkas sekalian nabi, kepada Keluarga, sahabat serta pengikutnya yang
senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah yang membawa umat manusia
dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Sarjana di
Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.
Penulis memahami tanpa bantuan, doa, dan bimbingan dari semua orang akan sangat sulit
untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya atas dukungan dan kontribusi kepada;
1. Dr. H. Achmad Tholabi Kharlie, S.Ag. A.H.,M.H., Selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Mesraini, M.Ag., Selaku Ketua program Studi Hukum Keluarga dan Chairul Hadi,
M.A., Selaku Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga yang selalu mendukung dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Moh. Ali M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
arahan serta membantu Penulis dalam berkonsultasi selama perkuliahan di Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Muchtar Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktunya kepada penulis untuk membimbing, memberikan berbagai
arahan serta ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kantor Urusan Agama (KUA) Sobang, bapak Sarnata selaku Kepala KUA Sobang, Bu
aniah selaku BOP KUA, Ibu Suheri selaku Pelayanan Nikah dan Rujuk, Pak Nahri
vii
Kamal selaku Penyuluh Keluarga Sakinah, Pak Achmad Sahrowi selaku Operator
Simkah serta staf jajaran lainnya yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat serta rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan wawancara serta bersedia
memberikan informasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Pengadilan Agama Pandeglang yaitu bapak Hamid selaku petugas Administrasi yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam
mencari data dan informasi dan bersedia di wawancara oleh penulis.
7. Para Informan yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancara dan
memberikan informasi kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih.
8. Kedua Orang Tua penulis Bapak Ujang Sunarya dan Ibu Masni yang senantiasa selalu
berjuang tidak kenal lelah memberikan tenaga, waktu, kasih sayang yang tak terhingga
kepada penulis dan selalu mendukung penulis dalam segala hal serta selalu
mendoakan penulis sehingga penulis bisa sampai pada titik ini. Dan tak lupa penulis
ucapkan terimakasih kepada kaka penulis yang selalu membantu dan memotivasi
penulis serta adik dan keponakan penulis yang telah menjadi penyemangat penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga HMB (Himpunan Mahasiswa Banten) Jakarta, kaka-teteh, adik-adik serta
teman seperjuangan terimakasih telah menjadi keluarga baru di ciputat dengan
memberikan pelajaran, pengalaman dan berbagi cerita serta saling menghargai dan
menyayangi satu sama lain. Khususnya untuk Limah teman yang selalu ada buat
penulis, seperjuangan dari Aliyah, sepercurhatan, seorganisasi yang selalu menemani
penulis selama di ciputat dari awal sampai akhir , berbagi keluh kesah, begitupun
Annadiah teman baik ku yang selalu menemani dalam berproses di HMB dan selalu
bercerita tanpa titik he.
10. Teman-teman jurusan hukum keluarga B yang selalu kompak khususnya untuk
Cahaya teman terbaik dan tersolehah ku yang selalu mengingatkan penulis kepada
kebaikan, Hilma teman terbaik dan terlucuku yang selalu happy dan selalu penulis
tanya-tanya, Anis, Minda, Azkiya, Nurul, Paw-paw teman terhebohku dan semua
teman-teman jurusan Hukum Keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
namun akan selalu penulis kenang semua kebaikan-kebaikannya terimakasih telah
mejadi teman seperjuangan di bangku perkuliahan ini.
viii
Akhir kata Penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga Allah lipat gandakan
amal kebaikan kepada mereka yang senantiasa membantu penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi
masyarakat serta sebagai tambahan bahan ajaran untuk penelitian lainnya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 10
C. Pembahasan dan Rumusan Masalah .................................................. 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9
E. Metode Penelitian ................................................................................ 9
F. Kerangka Teori .................................................................................... 9
G. Rancangan Sistematika Penelitian ..................................................... 10
H. Tinjauan (Review) Terdahulu ............................................................. 12
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Pelaksanaan ...................................................................... 17
B. Bimbingan Perkawinan ...................................................................... 18
1. Pengertian Bimbingan Perkawinan ......................................... 18
2. Dasar Hukum Bimbingan Perkawinan.................................... 21
3. Unsur-Unsur Bimbingan Perkawinan ..................................... 25
4. Tujuan Bimbingan Perkawinan............................................... 25
5. Prinsip Bimbingan .................................................................. 25
C. Perkawinan ......................................................................................... 27
1. Pengertian Perkawinan............................................................ 27
2. Dasar Hukum Perkawinan ...................................................... 31
3. Tujaun dan Hikmah Perkawinan ............................................. 31
4. Pengertian pencatatan Perkawinan ......................................... 34
5. Tujuan Pencatatan Perkawinan ............................................... 36
D. Perceraian ........................................................................................... 37
x
1. Pengertian Perceraian.............................................................. 37
2. Upaya-upaya Dalam Mencegah Perceraian ............................ 38
BAB III PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN DI KUA
KECAMATAN SOBANG KABUPATEN PANDEGLANG
A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Sobang ..................................... 42
B. Pencatatan Perkawinan Pada KUA Kecamatan Sobang .................... 47
C. Pelaksanaan Pembekalan bimbingan Perkawinan ............................. 49
D. Penerapan Peraturan Dalam Bimbingan Perkawinan ........................ 53
E. Peran KUA dalam Pelaksanaan Bimbingan perkawinan ................... 58
BAB IV ANALISIS KESESUAIAN PELAKSANAAN BIMBINGAN
PERKAWINAN DENGAN PERATURAN DIRJEN BIMAS ISLAM
NOMOR 379 TAHUN 2018
A. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan di KUA Kecamatan Sobang ... 61
B. Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 Dalam
Mencegah Perceraian di KUA Kecamatan Sobang ........................... 70
C. Permasalahan-Permasalahan Dalam Pelaksanaan Bimbingan
Perkawinan di KUA Kecamatan Sobang ........................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 77
B. Saran .................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81
LAMPIRAN ............................................................................................................. 86
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group , 2003)
h.7
2
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo,
1995), Cet, ke-2, h.114
3
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1
1
2
4
Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, 2017), h.23
5
M. Zaenal Arifin, Muh. Anshori, Fikih Munakahat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019), Cet
ke-1, h.18
3
tahun 2011 mengalami penurunan. Angka perceraian ini menjadi ironi karena
sejatinya perkawinan dilangsungkan sebagai sebuah ikatan yang kuat, untuk tujuan
abadi, bukan hanya di dunia namun hingga akhirat kelak.6
Kasus perceraian di kabupaten Pandeglang juga merupakan kasus perceraian
tertinggi se-Provinsi Banten.7 Terhitung dari Januari hingga 18 Juli 2019 cerai talak
atau cerai yang diajukan pihak suami terdapat 176 kasus, dan 548 kasus cerai gugat
atau cerai yang diajukan pihak istri. Pengadilan Agama Kabupaten Pandeglang kelas II
mencatat hingga September 2019 ada 1.226 kasus perceraian. Faktor pertama kasus
perceraian di Pandeglang sendiri karena alasan ekonomi yang tak mumpuni dan
komunikasi yang kurang antara kedua belah pihak. Dan karena adanya perselingkuhan
yang tidak bisa dipisahkan dari kecanggihan media sosial.8
Adapun kasus perceraian di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2020 mulai dari
bulan Januari hingga Oktober tercatat dari laporan perkara yang diputus Pengadilan
Agama Pandeglang bahwa cerai talak sebanyak 185 kasus dan cerai gugat sebanyak
937 kasus. Jika dijumlahkan keseluruannya maka perceraian yang terjadi di tahun
2020 dari bulan Januari hingga Oktober sebanyak 1.122 kasus. Angka tersebut belum
termasuk bulan November dan Desember karena datanya belum direkap. Namun kasus
perceraian masih berada di posisi paling tinggi di Kabupaten Pandeglang.9
Perceraian tentunya sangat berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan sebuah
keluarga, karena ketika sebuah perceraian terjadi maka segala persoalan bangsa akan
muncul menyertainya, seperti lahirnya proses kemiskinan, khususnya pada perempuan
dan anak-anak. Perceraian juga menjauhkan anak dari kehidupan yang sehat dan
sejahtera serta hak-hak anak akan terabaikan. Padahal 3 hal tersebut (kemiskinan, hak
anak dan kehidupan sehat dan sejahtera) merupakan tiga komponen utama dari 17
tujuan dasar pembangunan berkelanjutan (SDG‟S) yang disepakati oleh 193 negara,
termasuk Indonesia.10
6
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon Pengantin,
(Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. iv
7
http://pa-pandeglang.go.id/pdlg/index.php?pdlg=detail&berita=799, kasus-perceraian-di-
kabupaten-pandeglang-tertinggi-seprovinsi-banten, Diakses pada 5 April 2020
8
Hingga September, Ada 1226 Kasus Cerai di Pandeglang Banten,
https://www.tagar.id/2019/10/16/Hingga-September-Ada-1226-kasus-cerai-di-Pandeglang-Banten. Di
akses pada 5 April 2020
9
Hamid, Wawancara Pribadi Tanggal ,1 Desember 2020 pada pukul 08.15 – 10.00,
Pengadiln Agama Pandeglang Banten.
10
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. iv
4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
11
Abd. Rozak, “Konsep Al-Usrah (Keluarga) Dalam Pendidikan Islam,” Vol .3, 2,
(Desember, 2018), h. 105
12
Umar Faruq Thohir, “Konsep Keluarga Dalam Al-Qur‟an; Pendekatan Linguistik dalam
Hukum Perkawinan Islam,”Vol. 2, 1, (Januari, 2015), h.1
13
Umar Faruq Thohir, “Konsep Keluarga Dalam Al-Qur‟an; Pendekatan Linguistik dalam
Hukum Perkawinan Islam,”Vol. 2, 1, (Januari, 2015), h. 4
5
14
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
15
Ibid, Pasal 1
16
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab 1
huruf A
17
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 24-26.
6
bimbingan perkawinan bagi calon pengantin serta modul bimbingan perkawinan bagi
calon pengantin agar bimbingan perkawinan dapat berjalan dengan baik.18
Bimbingan perkawinan atau sebelumnya disebut dengan kursus calon
pengantin merupakan suatu keabsahan perkawinan dari kepedulian pemerintah, hal ini
sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama Nomor: Dj.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin. Latar belakang
dikeluarkannya Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
Dj.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin adalah tingginya angka
perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga yang salah satunya
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman calon pengantin tentang
kehidupan rumah tangga/keluarga.19
Adanya bimbingan perkawinan dengan dibuatnya modul bimbingan
perkawinan dilihat dari sisi kelitbangan, modul ini merupakan tindak lanjut hasil
penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan tentang Trend Cerai Gugat pada
Masyarakat Muslim Indonesia yang dilaksanakan tahun 2015. Salah satu temuan
penting penelitian tersebut adalah bahwa tingginya perceraian, khususnya cerai gugat
dipicu oleh kondisi pasangan suami istri yang tidak memiliki bekal ilmu pengetahuan
yang cukup untuk memahami makna perkawinan dan segala permasalahannya. Karena
tidak memiliki bekal itulah, maka lembaga perkawinan yang dijalaninya sangat rentan
terjadi konflik. Dalam kondisi seperti itu, pasangan tidak memiliki tekad yang kuat
untuk mempertahankan perkawinannya sehingga jika ada sedikit permasalahan maka
pasangan dengan cepat mengambil keputusan untuk bercerai.20
Untuk menangani permasalahan ini, harus ada kerjasama dengan instansi
terkait dalam upaya mengatasi terjadinya perceraian. Dengan rutin mengadakan
sosialisasi, terutama pada pasangan muda yang hendak menikah. Maka untuk
meminimalisir hal tersebut pemerintah mengadakan program bimbingan perkawinan
sebagai bekal bagi calon pengantin dalam menghadapi berbagai macam persoalan
dalam rumah tangga. Tentunya Bimbingan Perkawinan harus berjalan secara optimal
18
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab 1
huruf A
19
Erni Istiani, Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang
Sucatin Di KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga Dalam Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah wa
Rahmah. (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Megeri Salatiga, 2016), h. XI
20
Alissa Qotrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet. 1, h. viii
7
supaya calon pengantin dapat menerima materi dengan baik dan menjadikan bekal
dalam menjalankan rumah tangga. Kementrian agama yang bekerja sama dengan
Dirjen Bimas Islam menerapkan aturan mengenai bimbingan perkawinan dengan
mengeluarkan keputusan Direktorat jendral bimbingan masyarakat Islam nomor 379
tahun 2018 tentang petunjuk bimbingan perkawinan pranikah dan Modul Bimbingan
perkawinan yang didalamnya membahas tentang materi-materi bagaimana
membangun keluarga sakinah, mawadah, warahmah.
Petugas yang melaksanakan bimbingan perkawinan bukan hanya dilaksanakan
oleh pegawai pejabat atau oleh petugas Kementrian Agama saja melainkan juga
diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara Bimbingan Perkawinan berbadan
hukum atau oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan yang telah memeroleh izin
penyelenggaraan dari kementrian agama.21
Melihat hal tersebut penulis ingin meneliti bimbingan perkawinan yang
diselenggarakan di KUA, khususnya di KUA Sobang yang kemudian akan di analisis
pelaksanaannya apakah sudah sesuai dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor
379 tahun 2018 tentang petunjuk bimbingan perkawinan. Berdasarkan wawancara
dengan Kepala KUA Sobang dan Petugas KUA Sobang bahwa pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA Sobang belum efektif.22
Tentunya KUA perlu menata kembali peraturan, peran dan fungsinya agar
sesuai dengan kondisi dan perkembangan terkini. Pelaksanaan bimwin harus sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku sebagai mana Keputusan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin dan Modul Bimbingan perkawinan
yang memuat tentang materi pondasi keluarga sakinah. Kantor Urusan Agama (KUA)
harus menyiapkan seluruh perangkat pelayanan termasuk SDM, sarana dan prasarana
yang memadai agar masyarakat dapat mengikuti bimbingan perkawinan dan menerima
materi dengan baik sehingga dengan mengikuti bimbingan perkawinan calon
pengantin lebih memahami dan siap dalam menjalankan rumah tangga dan
menghindari terjadinya konflik yang berujung pada perceraian.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba menganalisa kesesuaian
pelaksanaan bimwin dengan peraturan dirjen bimas Islam nomor 379 tahun 2018, serta
21
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Bab II Penyelenggaraan
22
Sarnata, Interview Pribadi, Sobang 20 April 2020
8
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan beberapa perm-
asalahan yang berkaitan dengan tema yang sedang dibahas. Ragam masalah yang akan
muncul dalam latar belakang di atas, akan penulis paparkan beberapa diantaranya,
yaitu: Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Dalam Mencegah
Perceraian (Studi Pada KUA Kecamatan Sobang).
1. Apa pengertian pelaksanaan, bimbingan perkawinan, perkawinan dan
perceraian?
2. Apa saja unsur-unsur dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan?
3. Apa dasar hukum pelaksanaan bimbingan perkawinan?
4. Bagaimana gambaran umum KUA Sobang?
5. Bagaimana pelaksanaan pembekalan bimbingan perawinan di KUA Sobang?
6. Bagaimana pertauran bimbingan perkawinan yang diterapkan di KUA Sobang?
7. Bagaimana peran KUA dalam melaksanakan bimbingan perkawinan?
8. Bagaimana kesesuaian pelaksanaan Bimwin di KUA dengan Keputusan Dirjen
BIMAS Nomor 379 tahun 2018?
9. Bagaimana Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Dalam
Mencegah Perceraian?
10. Apa saja permasalahan dalam melaksanakan bimbingan perkawinan di KUA
Kecamatan Sobang?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan, penulis akan membatasi dan merumuskan
masalah sesuai dengan judul proposal skripsi yaitu; Pelaksanaan Bimbingan
Perkawinan Bagi Calon Pengantin dalam Mencegah Perceraian. Dimana akan fokus
terhadap Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pada KUA kec. Sobang pada tahun 2020
dengan menganalisis kesesuaian pelaksanaanya apakah sudah sesuai dengan Keputusan
Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 tahun 2018 tentang
9
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Manfaat Praktis:
Agar KUA Sobang lebih mengoptimalisasikan lagi aturan serta pelaksanaan
bimbingan perkawinan sehingga masyarakat memiliki kemauan dan keterampilan
untuk mengikuti perogram tersebut sebagai bekal dalam menjalankan rumah tangga
yang sakinah mawadah warohmah agar terhindar dari konflik yang berujung pada
perceraian.
G. Penelitian Terdahulu
Studi pustaka yang penulis peroleh yaitu berupa skripsi-skripsi, buku, jurnal
dan makalah yang semuanya mempunyai korelasi yang ingin penulis buat. Studi
pustaka tersebut yaitu:
Skripsi:
1. Karya ANISA RAHMAWATI yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Oleh Kementrian Agama
Kabupaten Sleman. Yang mana pada skripsi tersebut yaitu meneliti tentang
bagaimana efektivitas dari pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon
pengantin yang dilaksanakan oleh Kementrian Agama Kabupaten Sleman dan
apa saja kendala yang terjadi dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan oleh
Kementrian Agama Kabupaten Sleman. Sedangkan dalam penelitian saya
meneliti tentang bagaimana kesesuaian pelaksanaan bimbingan perkawinan
bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang
dengan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018, Bagaimana implementasi
Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian serta
apa saja permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA
Sobang.
2. Karya NUR ROHMANIAH yang berjudul Studi Komparasi Bimbingan
Perkawinan Bagi calon Pengantin Sebagai Upaya Mencegah Perceraian (Di
KUA Kecamatan Boja dan Limbangan Kabupaten Kendal). Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui bagaimana perbedaan pelaksanaan Bimbingan
perkawinan yang diterapkan oleh pembimbing di BP4 KUA kecamatan Boja
dan BP4 KUA kecamatan Limbangan sebagai upaya mencegah perceraian.
Sedangkan dalam penelitian saya meneliti tentang bagaimana kesesuaian
pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan
11
Sobang Kabupaten Pandeglang dengan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun
2018, Bagaimana implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
dalam mencegah perceraian serta apa saja permasalahan dalam pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA Sobang.
3. Karya MELIA FITRI yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi
Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamaan Pondok Aren
Kota Tangerang Selatan. Yang mana penelitian ini yaitu meneliti tentang
bagaimana pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di kantor
urusan agama Pondok Aren dan penelitian tersebut lebih fokus terhadap
bagaimana dalam memberikan pengetahuan pernikahan, faktor pendukung dan
penghambat bimbingan pranikah di kantor urusan agama pondok aren.
Sedangkan dalam penelitian saya meneliti tentang bagaimana kesesuaian
pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan
Sobang Kabupaten Pandeglang dengan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun
2018, Bagaimana implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
dalam mencegah perceraian serta apa saja permasalahan dalam pelaksanaan
bimbingan perkawinan di KUA Sobang.
4. Karya SHELLA FITRIYANI yang berjudul Efektifitas Bimbingan Pranikah
Dalam mengantisipasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus di KUA
Kecamatan Muara Babak Barat) Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya
bimbingan pranikah sangat bermanfaat bagi kehidupan pasangan sebelum
menikah, saat berumah tangga dan masa memiliki anak-anak.
5. Karya FEBRIANA WULANSARI yang berjudul Studi Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kedondong
Pesawaran. Penelitian ini bermaksud melihat langsung bagaimana pelaksanaan
bimbingan peranikah bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Kedondong
serta menganalisis aspek yang ada didalamnya yaitu pembimbing, metode,
materi, media serta faktor pendukung dan penghambat bimbingan pranikah di
KUA Kecamatan Kedondong.
6. Karya HAPIPAH yang berjudul Peran Bimbingan Pra Nikah Bagi calon
Pengantin Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini membahas tiga hal yaitu, Apa saja persipan
yang dilakukan oleh calon pengantin, bagaimana proses pernikahan yang
12
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan yaitu melalui pendekatan yuridis empiris yaitu melihat
kenyataan yang ada dalam praktek dilapangan dengan cara memadukan bahan-bahan
hukum (baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis atau baik bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder).25
Pendekatan yuridis empiris adalah mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum
sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional ke dalam sistem kehidupan yang
nyata.26
Jadi, pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini adalah menganalisis
permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum data sekunder
peraturan undang-undang dengan bahan hukum primer yang ada di lapangan yaitu
tentang pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin dalam mencegah
perceraian studi pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang. Penelitian
yang dilakukan secara langsung di lapangan untuk mengetahui permasalahan yang
sebenarnya terjadi, kemudian akan dihubungkan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan teori hukum yang ada.27
Sumber data sekunder yang digunakan yaitu berdasarkan Keputusan Direktur
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin, serta Modul Bimbingan
Perkawinan tentang materi bimbingan perkawinan bagi calon pengantin.
2. Jenis Penelitian
23
Khuzdaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, (Surakarta: Fakultas
Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta), 2014, h.3
24
Jan Jonker, dkk, Metodologi Penelitian: Panduan Untuk Master dan Ph.D. di Bidang
Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat), 2011, h.29
25
Yudiono 0S, Metode Penelitian, diglib.unila.ac.id, 2013, Diakses pada tanggal 20 Mei 2020
Pukul 14.00
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Press, 1986), h.51
27
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, h.75
14
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry pencarian makna, pengertian,
konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus
dan multimetode, bersifat alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan
beberapa cara, serta disajikan secara naratif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi
prosedur ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.28
Penelitian ini meneliti dan mencari data secara langsung pada KUA kecamatan
Sobang Kabupaten Pandeglang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu melalui Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa
wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara
pewawancara dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya
langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.29
Dokumen, merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah
berlalu. Dokumen tentang orang atau kelompok orang, peristiwa, atau kejadian
dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah
sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen
itu dapat berbentuk teks tertulis, artefacts, gambar, maupun foto. Dokumen
tertulis dapat juga berupa sejarah kehidupan (life historis), biografi, karya tulis
dan cerita.30 Dokumentasi ini diperoleh dari dokumen-dokumen administratif,
keputusan dan catatan resmi. Seperti dokumen tentang profil KUA Kecamatan
Sobang.
4. Subjek Penelitian
28
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kualitatif, Kuanitatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014, h.329
29
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantiatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014, h.384
30
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantiatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group,h.391
15
Dalam hal ini subjek penelitiannya yaitu melakukan interview langsung dengan
narasumber diantaranya kepala KUA, Petugas Penasehat Perkawinan berjumlah tiga
orang, serta masyarakat Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang sebagai informan
berjumlah empat orang.
I. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan arah yang tepat dan supaya lebih sistematis, maka perumusan
sistematika disusun sebagai berikut:
Bab I adalah Pendahuluan dimana berisikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
31
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Vol. 17 No. 33, 2018, Januari – Juni h.91-94
16
A. Pengertian Pelaksanaan
Sebelum membahas lebih jauh tentang bimbingan perkawinan alangkah lebih
baik jika dijelaskan dahulu apa itu pelaksanaan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pelaksanaan yaitu proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan
sebagainya). Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, secara sederhana pelaksanaan bisa
diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.32
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan
bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau
kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang
strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai
sasaran dari program yang ditetapkan semula.33
Adapun beberapa pengertian pelaksanaan menurut para ahli antara lain:34
a. Menurut G.R. Terry Pelaksanaan adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efekif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efesien.
32
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 70
33
Abdullah Syukur, Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep
Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan”, (Persadi: Ujung Pandang, 1987), h. 40, t.d.
34
Sondang P. Siagan, Fungsi-Fungi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksara, Cetakan pertama,
1989), h.131
17
18
B. Bimbingan Perkawinan
35
Bimo Walgito, Bimbingan Konseling Dan Perkawinan, (Yogyakarta: C.V Andi Offset,
2017), h. 5-6
36
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Tangerang : P.T Ciputat Press, 2005) h.2-3
19
(to steer).37 Secara umum bimbingan adalah suatu proses tekhnis yang teratur,
bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyelesaian yang cocok terhadap
kesukaran yang dihadapinya. Dan membuat rencana untuk mencapai penyelesaian
tersebut, serta menyesuaikan diri terhadap susana baru yang membawa kepada
penyelesaian itu. Dengan pengertian ini, maka pengertian bimbingan mencakup
bimbingan kejiwaan, sosial, pendidikan, jabatan dan lainnya.38
Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
sebagai berikut.
1. Jones (193:25) memberikan pengertian bimbingan adalah sebagai berikut:
“Guidance is the assistance given to individuals in making intelligent
choices and adjustments in their lives. The ability in not innate it must be
develovep. The fundamental purpose of guidance is to develop in each
individual up to the limit of his capacity, the ability to solve his own
problems and to make his own adjustment”
Pengertian menurut Jones di atas, ternyata bimbingan itu merupakan
bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas atau
tepat dalam penyesuaian kehidupan mereka. Selanjutnya pula dikatakan
bahwa kemampuan itu bukan merupakan suatu faktor bawaan, tetapi harus
dikembangkan.39
2. Schertzer dan Stone (1981) mengartikan bimbingan sebagai proses
pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan
lingkungannya.
3. Sunaryo Kartadinata (1998:3) mengartikan bimbingan sebagai “proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.”40
4. Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
37
Syamsu Yusuf, LN, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h.5
38
Attia Mahmud Hanna, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaa, (Jakarta: Bulan
Bintang, tt,) h.53-54
39
Sutirna, Bimibingan dan Konseling : Pendidikan Formal, NonForman dan Informan,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2013) h.3
40
Syamsu Yusuf, LN, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006) h.5-6
20
41
El Fiah R, Bimbingan Dan Konseling Anak Usia Dini, (Jakarta:Raja Grafindo, 2017) h.8-9
42
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. ix
21
43
Hikmatina, Analisis Program Bimbingan Perkawinan Dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah Studi Kasus di KUA LowokWaru Kota Malang, Volume 1, Nomor 2, 2019, h.114
44
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 24-26.
22
45
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo,
1995), Cet, ke-2, h.114
46
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018
47
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab II,
huruf A, B dan C
48
Ibid, huruf A point 5
49
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
(Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI, 2017. Cet. 1) h. V
23
menerbitkan Buku Pondasi Keluarga Sakinah Bagi Calon Pengantin serta Modul
Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin.50
Modul 1:
51
Ibid, h. VII
52
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin, h.1-
131
53
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin, h.1-2
24
5. Prinsip-Prinsip Bimbingan
a. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga bantuan
itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada
tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang
54
Pebriana Wulansari, Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin Sebagai upaya
Pencegahan Perceraian, (Skripsi S-1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Institusi Agama Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2017), h. 40
55
Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. v
26
56
Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Tangerang :PT Ciputat Press, 2005) h.6-9
57
Syamsu Yusuf, LN, A dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.17-19
27
dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan membantu
melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
Sedangkan bimbingan perkawinan yaitu memberikan bantuan berupa
ilmu pengetahuan dan pemahaman kepada pasangan calon pengantin sebelum
akad nikah sebagai bekal perkawinan agar calon pengantin dapat
mempersiapkan diri dengan baik dan mengembakan dirinya secara optimal
untuk dapat menjalankan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah
warahmah dan menghindari dari terjadinya konflik yang mengarah pada
perceraian.
C. Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam literatur fiqih disebut dengan dua kata, yaitu nikah ( )َكحdan
zawaj ()زٔج. Kedua kata ini yang digunakan dalam kehidupan sehari-sehari orang
Arab dan banyak terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadits Nabi. Secara arti kata, nikah
bermakna “bergabung” (dhomu), “hubungan kelamin” (wat‟i) dan juga bermakna
“akad” (akad) adanya dua kemungkinan arti ini karena kata nikah yang terdapat dalam
Al-Qur‟an dan Hadits Nabi58
Perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya
membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau
bersetubuh. Menurut istilah hukum Islam perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang
ditetapkan syara‟ untuk membolehkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-
laki.59
Sedangkan nikah adalah menggabungkan. Setiap penggabungan antara dua hal
disebut dengan nikah. Sedangkan menurut istilah nikah adalah akad perkawinan yang
sah. Nikah juga terkadang digunakan untuk mengungkapkan arti hubungan suami istri.
Jika kata nikah disandarkan kepada istri dengan mengatakan, “Si Fulan menikahi
istrinya.” Maka yang dimaksud adalah melakukan hubungan suami isteri (umum). Jika
58
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fikih Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, h.36
59
Abd. Rahman Ghazaly, Fikih Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003) Cet-1, h.7
28
ada yang mengatakan, “Ia menikahi putri si fulan.” maka yang dimaksud adalah
melakukan akad pernikahan (khusus).60
Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi, diantaranya adalah:
60
Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qur‟an dan
As-Sunnah,( Jakarta: Akbar Media, 2009), h.284
61
Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Wanita, (Bogor: Prenada Media, 2003) h.8-9
29
62
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo,
1995), Cet, ke-2, h.114
63
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Tangerang Selatan: YASMI, 2018) h.33
64
Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspekif Undang-undang dan Hukum Islam,
(Depok: Azza Media, 2014), h. 11-12
65
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia: Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam Dan
Hukum Materil, (Tangerang Selatan: YASMI, 2018), h. 36
30
Perkawinan dalam Islam adalah media pengharapan untuk segala kebaikan dan
kemashlahatan. Atas harapan ini, ia sering disebut sebagai ibadah dan sunnah. Untuk
itu, perkawinan harus didasarkan pada visi spiritual sekaligus material. Visi inilah
yang disebut Nabi Saw sebagai “din”, untuk mengimbangi keinginan rendah
perkawinan yang hanya sekedar perbaikan status keluarga (Nasab), perolehan harta
(mal), atau kepuasan biologis (jamal). Terwujudnya keluarga sakinah dan sejahtera
adalah dambaan setiap keluarga. Agama Islam menginginkan terwujudnya keluarga
yang demikian sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-Rum ayat 21:
ٌَّ ِإ.ًَٔ ِيٍ َءايَتُ ِّ أًٌ خهَكَ َن ُكى ِ ّيٍ أ َ َفُ ِس ُكى أ َ ْز َٔ ًجا ِنّت َ ْس ُكُُٕآ ِإنَ ْي َٓا َٔ َج َع َم َب ْي َُ ُكى َّي َٕدَّة ً َٔ َر ْح ًَة
. ٌَٔت ِنّمَ ْٕ ٍو َيتَفَ َّك ُر
ٍ َفِى رَ ِن َك ألي
dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Bimbingan memiliki fungsi
preventif yaitu lebih bersifat mencegah agar sesuatu tidak terjadi, sesuai asal katanya
yaitu "prevent". Artinya mencegah terjadinya / munculnya problem pada diri
seseorang.
3. Hukum perkawinan menjadi mubah atau dibolehkan bagi orang yang syahwatnya
tidak bergejolak, tapi ia punya kemauan serta kecendrungan untuk menikah.
Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh laki-laki yang impoten atau ia telah
berusia lanjut. Tapi, pada kondisi seperti ini hukum nikah bisa menjadi makruh,
karena hal ini bisa menghalangi tujuan untuk meneruskan keturunan bagi wanita
yang dinikahinya dan hal ini bisa mengecewakan dan membahayakannya.
4. Hukum perkawinan bisa menjadi haram bagi seorang Muslim yang berada di
daerah orang kafir yang sedang memeranginya. Pasalnya, hal itu bisa
membahayakan anak keturunanya.68
68
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Anakku Inilah Nasihatku: Shalat & Pernikahan, (Jakarta:
Gema Insani, 2010) Cet-1, h. 278-279
32
69
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Prenada Media, 2003), Cet. 1, h.22
70
Wahyu Wibisana, Pernikahan Dalam Islam, Vol, 14 No. 2, 2016, h. 191
33
b. Hikmah Perkawinan
Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan berpengaruh baik
bagi pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh umat manusia. Adapun hikmah
pernikahan adalah:
1) Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk
menyalurkan dan memuaskan naluri seks, jiwa jadi tenang, mata
71
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Prenada Media, 2003), Cet. 1, h.24
72
Departemen Negara RI, Bahan Penyuluhan Hukum (Jakarta: Departemen Agama RI,
1999/2000) h. 117.
73
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2017),
h.13-15
34
74
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), Cet ke
2 h. 19-20
75
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet.
1, h. 38
76
Ahmad Tholabi Kharli, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. 1,
h. 182
35
maka hal ini sejalan dengan prinsip pencatatan yang terkandung dalam surat al-
Baqarah ayat 282, sebagimana Firman Allah SWT:
77
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada Media,
2004), Cet. 1, h. 36
78
Soedjono Dirojosworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
Cet. 4, h. 126
36
bahwa perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak
mempunyai kekuatan hukum.79
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang pencatatan
perkawinan bahwa perkawinan dianggap sah tercatat secara resmi apabila akta
perkawinan telah ditandatangani oleh kedua mempelai, dua orang saksi, pegawai
pencatat dan bagi yang beragama Islam juga wali atau yang mewakilinya. Dan pasal
11 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 dijelaskan bahwa dengan
pencatatan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.80 Oleh
karena itu, mencatatkan perkawinan merupakan sesuatu yang mesti dilakukan demi
terwujudnya kemashlahatan dan kepastian hukum.81
Syarat administratif perkawinan diberikan kepada Pegawai Pencatat Nikah
oleh kedua calon pengantin, dimana sebelumnya telah diajukan pendaftaran nikah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam undang-undang perkawinan, bahwa
pencatatan perkawinan dilangsungkan di Kantor Urusan Agama. Keberadaan Kantor
Urusan Agama amat penting bagi umat Islam. Sebab ia adalah satu-satunya lembaga
pemerintah yang berwenang untuk melakukan pencatatan perkawinan yang terjadi di
kalangan umat Islam. Seorang Pegawai Pencatat Nikah dituntut untuk betul-betul
menguasai tugasnya. Ini hanya bisa dilakukan apabila yang bersangkutan mempunyai
kualifikasi yang dibutuhkan seorang Pegawai Pencatat Nikah kemampuan birokrasi
yang baik dan penguasaan ilmu-ilmu keislaman (hukum Islam) secara baik pula.82
79
Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998), h. 27.
80
Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta :
Kencana Prenada Media, 2004), h. 126-129
81
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 122.
82
Kustini, Menelusuri Makna di Balik Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur dan
Perkawinan Tidak Tercatat, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2013), Cet. 1, h. 11-12
37
D. Perceraian
Dalam rumah tangga pasti ada saja permasalahan yang menyebabkan putusnya tali
perkawinan antara suami dan istri yang disebut talaq atau perceraian.
1. Pengertian Perceraian
Perceraian dalam istilah fiqih disebut talaq atau furqah. Talak berarti pembuka
ikatan atau membatalkan perjanjian. Furqah berarti bercerai lawan dari berkumpul
kemudian perkataan ini dijadikan istilah oleh ahli fiqih yang berarti perceraian antara
suami istri.84
Sedangkan menurut syara‟ talak, yaitu:85
َّ انس َٔاجِ َٔ ِإ َْ َحا ُءان َعالَلَ ِة
.انس ْٔ ِجيَّ ِة َ َح ُّم َر ِب
َّ ط ِة
“Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”.
83
Itsnaatul Lathifah, Pencatatan Perkawinan, Al-Mazahib, Volume 3, Nomer 1, Juni 2015,
h.47
84
Muhammad Baghir al Habsyi, Fiqih praktis menurut Al Qur‟an, As-Sunnah dan Pendapat
Para Ulama, (Bandung: Mizan, 2002), cet, 2, hal.81
85
Mahmudin Bunyamin dan Agus Hermanto, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017), Cet. 1, h.175-176
38
Dalam istilah fiqih, perkataan talaq mempunyai dua arti yaitu arti yang sudah
umum dan arti yang khusus. Talaq menurut arti yang umum ialah segala bentuk
perceraian baik yang dijatuhkan oleh suami yang ditetapkan oleh hakim maupun
perceraian yang jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalkan sala
satu pihak. Talaq dalam arti khusus ialah perceraian yang dijatuhkan oleh suami.86
1. Menurut Mazhab Hanafi dan Hambali talak yaitu sebagai pelepasan
ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan perkawinan dimasa
yang akan datang.
2. Menurut Mazhab Syafi‟i, talak adalah pelepasan akad nikah dengan
lafal talaq atau yang semakna dengan lafal itu.
3. Menurut Mazhab Maliki, talak adalah sebagai suatu sifat hukum yang
menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.87
Perceraian dalam hukum Islam adalah perbuatan yang halal yang mempunyai
prinsip dilarang oleh Allah SWT. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW yang
artinya:
ُ ط
°الق ّ َض ْان َحآل ِل ِإنَي
َّ ّللاُ ان ُ ا َ ْبغ
“Suatu perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak /perceraian.
(Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Al Hakim).
86
Djamil Latief, Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia. (Jakata: Ghalia Indah, 1985) cet, 2
hal. 35
87
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoenev, 1994), Cet 2, jilid 4, hal. 3
88
Roby Darwis Nasution, Upaya Pemerintah Dalam Penanggulangan Perceraian Di
Kabupaten Ponorogo, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo,
2019. h .5
39
89
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Di Indonesia Antara Fiih Munakahat Dan Undang-
Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2, hal.190-196
40
Pertama: bila terlihat tanda-tanda bahwa istri akan nusyuz, suami harus
memberikan peringatan dan pengajaran kepada istrinya dengan menjelaskan
bahwa tindakannya itu adalah salah menurut agama dan menimbulkan risiko
ia dapat kehilangan haknya.
Kedua: bila istri tidak memperlihatkan perbaikan sikapnya dan memang
secara nyata nusyuz itu telah terjadi dengan perhitungan yang objektif,
suami melakukan usaha berikutnya yaitu pisah tempat tidur, dalam arti
menghentikan hubungan seksual.
Ketiga: bila dengan pisah ranjang istri belum memperlihatkan adanya
perbaikan, bahkan tetap dalam kadaan nusyuz, maka suami boleh memukul
istrinya dengan pukulan yang tidak menyakiti.
2. Nusyuz Suami
Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami kepada Allah
karena meninggalkan kewajiban terhadap istrinya.
Adapun tindakan istri bila menemukan pada suaminya sifat nusyuz,
dijelaskan Allah dalam surat an-Nisa‟ (4) ayat 128:
128. dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian
yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul
dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap
tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
41
3. Syiqaq
syiqaq mengandung arti pertengkaran, kata ini biasanya dihubungkan
kepada suami istri sehingga berarti pertengkaran yang terjadi antara suami
istri yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keduanya.
Secara kronologis Ibnu Qudamah menjelaskan langkah-langkah dalam
menghadapi konflik tersebut, sebagai berikut:
Pertama: hakim mempelajari dan meneliti sebab terjadinya konflik
tersebut. Bila ditemukan penyebabnya adalah karena nusyuz-nya istri,
ditempuh jalan penyelesaian sebagaimana pada kasus nusyuz tersebut.
Misal, bila nusyuz nya suami, maka hakim mencari seorang yang disegani
oleh suami untuk menasehatinya untuk menghentikan sikap nusyuz-nya itu
dan menasehatinya untuk tidak berbuat kekerasan terhadap istrinya.
Kedua: bila langkah-langkah tersebut tidak mendatangkan hasil dan
ternyata petengkaran kedua belah piahk semakin menjadi, maka hakim
menunjuk seseorang dari pihak suami dan seorang dari pihak istri dengan
tugas menyelesaikan konflik tersebut.
Dalam beberapa kasus tersebut bahwa banyak pasangan suami istri
yang kurang menghargai satu sama lain, kurang komunikasi dan kurang nya
rasa percaya terhadap pasangan menyebabkan terjadinya konflik yang
berujung pada perceraian. Maka bimbingan perkawinan merupakan salah
satu perogram pemerintah sebagai upaya dalam mencegah perceraian. Yang
materinya memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada calon pengantin agar
dapat menghadapi suatu permasalahan dengan pertimbangan yang matang
dan menghindari terjadinya perceraian.
BAB III
PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN
DI KUA KECAMATAN SOBANG
90
Sulaiman, Problematika Pelayanan Kantor Urusan Agama Anamuban Timur Nusa
Tenggara Timur, Volume XVIII, No. 02, Juli- Desember 2011.
91
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020
42
43
92
Pandeglangkab.bps.go.id, Kecamatan Sobang Dalam Angka 2020, diakses pada 12
september 2020 pada pukul 11.08
44
93
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 7 September 2020.
94
Sarnata, Kepala KUA, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
45
95
Aneng, Pengawas PAI, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
96
Yayah Rodi‟ah, Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
97
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020
46
98
Aniah, Pengelola BOP, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
99
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
100
Buhori, Pembinaan Haji, Zakat dan Wakaf, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
101
Nahri Kammal, Keluarga Sakinah, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
47
Tabel 1
Jumlah Calon Pengantin Yang Mendaftar Nikah di KUA Sobang Pada Tahun
2020
102
Ahmad Sahrowi, Operator Simkah, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020.
48
5 MEI 14 Pasang
6 JUNI 42 Pasang
7 JULI 12 Pasang
8 AGUSTUS 96 Pasang
9 SEPTEMBER 33 Pasang
10 OKTOBER 15 Pasang
11 NOVEMBER 32 Pasang
12 DESEMBER 10 Pasang
JUMLAH 317 Pasang/ 634 orang
Sumber Data : KUA Kecamatan Sobang 2020
Dalam prosedur pencatatannya sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. 103 Persyaratannya terdiri dari:
1. Surat pengantar nikah yang didapat dari Kelurahan atau Desa (N1). Calon
pengantin meminta surat pengantar nikah kepada Kepala Desa setempat untuk
kemudian diberikan kepada KUA.
2. Surat Permohonan Menikah (N2)
3. Surat Persetujuan Mempelai (N3)
4. Surat Izin Orang tua (N4)
Dengan menyertakan Persyaratan sebagai berikut:
1. Foto copy KTP Kedua Calon Pengantin
2. Foto copy KK Kedua Calon Pengantin
3. Pas foto 2x3 latar biru (3 lembar) 4x6 (1 lembar)
4. Akta Kelahiran
Jika persyaratan sudah dipenuhi maka selanjutnya yaitu:
1. Pemeriksaan berkas nikah oleh petugas KUA
a. Vertifikasi Data
b. Kelengkapan persyaratan dan rukun nikah
2. Dianjurkan mengikuti bimbingan perkawinan/bimwin (Konsultasi dengan KUA
setempat)
3. Biaya nikah berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 2014 Tentang
Tarif atas Jenis PNPB yang berlaku pada Departemen Agama (Nikah/Rujuk):
103
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020
49
104
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020.
106
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
50
2019 bimwin dilaksanakan satu kali saja. Masyarakat sebenarnya harus mengikuti
bimbingan perkawinan, karena di dalamnya terdapat banyak sekali materi yang dapat
dijadikan sebagai bekal kehidupan rumah tangga selanjutnya setelah menikah, namun
dari mereka masih banyak yang menyepelekannya dan tidak mau ambil pusing dan
tidak mau menunggu lama. Harusnya bimwin dilaksanakan setiap ada pengantin yang
mendaftar nikah, namun karena kurangnya peserta dan anggaran yang minim
menyebabkan pelaksanaan Bimwin sulit dilaksanakan, maka bimbingan hanya
dilaksanakan sekali saja dalam satu tahun, itupun dilaksanakan dengan cara
digabung dengan beberapa KUA lain diantaranya KUA Panimbang, Cigeulis,
Angsana dan Sukaresmi. Dan karena sistemnya digabung jadi pertiap KUA
mendaftarkan maksimal sebanyak 10 pasangan calon pengantin”. Tapi Nasihat
perkawinan tetap diberikan kepada calon pengantin, karena materinya sama saja
dengan bimwin yang diambil dari modul bimbingan perkawinan, namun waktunya
yang berbeda.107
Tempat pelaksanaan bimwin di Desa Cikadu Kecamatan Panimbang. Peserta
yang mengikuti bimwin terdiri dari calon pengantin yang telah mendaftar nikah.108
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala KUA Sobang:
“Tempat pelaksanaan bimbingan perkawinan waktu itu tempatnya di Balai Desa
Cikadu Kecamatan Panimbang. Adapun pemateri yang menyampaikan materi saat
bimbingan perkawinan terdiri dari petugas KUA diantaranya, Kepala KUA dan
Penyuluh Keluarga Sakinah, Petugas Puskesmas, Kepala Seksi Bimas Islam dan dari
Kementrian Agama. Dalam 2 hari ada 6 pemateri yang menyampaikan materi
Bimbingan perkawinan dan dibagi menjadi 2 bagian, di hari pertama diisi oleh 3
pemateri yaitu Kemenag, Kepala Seksi Bimas dan Kepala KUA. Dihari kedua diisi
oleh 3 pemateri yaitu, Kepala KUA, Puskesmas dan Penyuluh Keluarga Sakinah.109
Mengenai tahapan bimbingan perkawinan di KUA Sobang, ada dua tahapan,
yaitu: tahap pra pelaksanaan bimbingan perkawinan dan tahap pelaksanaan
bimbingan:110
107
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
108
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
109
Yayah Rodi‟ah, Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020
110
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 30 September 2020
51
111
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 30 September 2020
112
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, 19 Oktober 2020.
52
perkawinan dapat berjalan dengan baik. Diatur Siapa saja penyuluh yang akan
memberikan materi terkait bimbingan perkawinan.
Tabel 2
113
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 20 Oktober 2020.
53
114
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal. 2
54
115
Pasal 1 ayat (2) UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
116
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal. 3
55
117
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI, Cet ke1h. VIII
118
https://dki.kemenag.go.id/berita/peraturan-perundang-udangan-pelaksanaan-bimbingan-
perkawinan-di-kua, di akses pada 11 Desember 2020
119
Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2015
56
120
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Bab II Penyelenggaraan
121
Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018
57
122
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI, Cet ke1 h. XII
58
123
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 28 Agustus 2020
59
124
Kustini, Menelusuri Makna DI Balik Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Dan
Perkawinan Tidak Tercatat, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2013), Cet. 1, h.11-12
125
Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Interview Pribadi, Sobang, tanggal 19 Oktober 2020
126
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, tanggal 19 Okober 2020
60
127
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018
128
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018 Bab II,
huruf A, B dan C
129
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018, Bab II
Penyelenggaraan Point A Pengorganisasian Nomor 1
130
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 20 Oktober 2020
61
62
131
Nahri Kamal, Penyuluh Keluarga Sakinah, Interview Pribadi, Sobang, 20 Oktober 2020
64
disampaikan hanya 1 jam saja. Dan juga masih terdapat materi yang kurang
yaitu refleksi, evaluasi dan post test. Padahal jika melihat pada tujuan
disampaikannya materi tersebut sebagaimana dijelaskan dalam modul
bimbingan perkawinan yaitu supaya peserta mampu menilai tingkat kesiapan
mental dirinya, maupun kesiapan bersama calon suami atau istri sebagai
pasangan untuk menikah dan membangun keluarga sakinah, Selain itu, peserta
juga diajak melakukan evaluasi terhadap proses bimbingan, baik secara
substansi maupun teknis agar bisa dijadikan dasar peningkatan layanan
bimbingan perkawinan selanjutnya.
5. Ditinjau dari fasilitas serta media dalam mendukung terlaksananya
bimbingan perkawinan diantaranya:
Dalam bab III di keputusan dirjen bimas Islam membahas tentang sertifikat
dimana syarat mendapatkan sertifikat bimbingan perkawinan adalah:132
1) Peserta yang telah mengikuti bimbingan perkawinan pra nikah bagi calon
pengantin berhak mendapatkan sertifikat dari penyelenggara.
2) Sertifikat diterbitkan dan ditandatangani oleh Penyelenggara.
Dari dua point tersebut KUA Sobang sudah melaksanaknnya dengan
baik dimana peserta sudah mendapatkan sertifikat bimbingan perkawinan.
Sertifikat ditanda tangani oleh kepala KUA Sobang. Piagam tersebut
digunakan untuk dilampirkan saat proses pendaftaran nikah bahwa catin sudah
mengikuti bimbingan perkawinan. Fotocopiyannya disimpan di KUA dan yang
aslinya diberikan kepada Catin.
6. Ditinjau dari pendanaan
Dalam bab IV Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
membahas tentang biaya bimbingan perkawinan. Biaya bimbingan perkawinan
telah didanai oleh APBN dan PNBP NR Kantor Kementrian Agama
Kabupaten/Kota. Dimana bimbingan tatap muka maksimal sebesar
Rp.400.000.- perpasang atau Rp. 200.000.- perorang. Dan pengajuan dana
dilakukan dengan cara penyelenggara menyampaikan usulan pembiayaan
bimbingan.
132
Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 BAB III Sertifikat
66
133
Siti Salbiyah, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
67
“Kami tidak mengikuti bimbingan perkawinan karena tidak mengetahui jika ada
bimbingan perkawinan. Kami hanya mendapatkan nasihat perkawinan oleh penghulu
setelah akad nikah selesai. Materi yang disampaikan saya kurang ingat. Intinya
tentang cara membina keluarga yang rukun, saling memahami satu sama lain, saling
menghormati. Waktunya sekitar 1 jam dan metode yang digunakan yaitu dengan
metode ceramah. Setelah mendapatkan nasihat perkawinan saya dan istri senang
karena diberikan tentang pernikahan, kalo masalah paham tidaknya dengan materi
tersebut insyaAllah lumayan paham”. Nasihat perkawinan sangat perlu diberikan
kepada calon pengantin.134
134
Sarpin, Informan, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
135
Elis, Informan, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
136
Santi Informan, Interview Pribadi, Sobang 22 Oktober 2020
68
137
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang 20 Oktober 2020
70
Bimbingan perkawinan) dilaksanakan selama dua hari atau 16 jam dan merupakan
satu keharusan/persyaratan yang harus dipenuhi calon pengantin.138
Program pemberian bimbingan perkawinan dan nasihat perkawinan di KUA
Sobang harus lebih dioptimalisasikan lagi dan harus sejalan dengan peraturan dan
kebutuhan masyarakat. Mulai dari segi waktunya, prasrarana, dana dan materi yang
disampaikannya terutama KUA harus lebih mensosialisasikan lagi bimbingan
perkawinan kepada calon pengantin agar calon pengantin dapat dengan mudah dan
paham menerima materi bimbingan perkawinan tersebut. Karena pada dasarnya
pernikahan suami isteri bukan hanya mempersiapkan secara materi dan fisik saja, tapi
juga harus memiliki bekal ilmu pengetahuan agar terwujudnya tujuan pernikahan yang
sakinah, mawadah warahmah. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 Undang-
undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
B. Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 Dalam Mencegah
Perceraian di KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang
Untuk melihat ketercapaian tujuan lahirnya sejumlah peraturan dan program
dibidang ketahanan keluarga dapat dicatat hasil penelitian sejumlah peneliti.
Disebutkan ketika awal-awal BP4 berdiri tahun 1954 data talak di P2NTR (Petugas
Pencatat Nikah Talak dan Rujuk) di atas 55 %. Pada saat sekitar tahun 1966 data
tersebut menjadi 45 %. Artinya dalam waktu 10 tahun, BP4 telah ikut menurunkan
angka perceraian 10 % dari 55 % tahun 1955 menjadi 45 % pada tahun 1966. Dengan
demikian BP4 ada andilnya dalam turunnya angka perceraian. Namun belakangan
kegiatan BP4 susah diukur tingkat ketercapaiannya, sebab kegiatannya bercampur
dengan Pembinaan Gerakan keluarga Sakinah.139
Berdasarkan hasil temuan peneliti bahwa Kepala Humas Pengadilan Agama
(PA) Kelas II Pandeglang, Muhammad Jajuli mengakui dari tahun ke tahun kasus
perceraian mencapai ribuan perkara. Dengan rata-rata perkaranya gugatan cerai yang
138
Alissa Qotrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon
Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet. 1, h. viii
139
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal. 15
71
diajukan istri. Kasus perceraian yang masuk ke PA Pandeglang didominasi kasus cerai
muda karena faktor ekonomi dan perselingkuhan.140
Kasus perceraian di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2020 mulai dari bulan
Januari hingga Oktober tercatat dari laporan perkara yang diputus Pengadilan Agama
Pandeglang bahwa cerai talak sebanyak 185 kasus dan cerai gugat sebanyak 937
kasus. Jika dijumlahkan keseluruannya maka perceraian yang terjadi di tahun 2020
dari bulan Januari hingga Oktober sebanyak 1.122 kasus.141 Dan adapun perceraian di
Kecamatan Sobang pada tahun 2020 sebanyak 33 kasus.142 Namun berdasarkan
wawancara dengan Kepala KUA Sobang bahwa jumlah perceraian maupun poligami
di Kecamatan Sobang tidak diketahui dengan pasti jumlah keseluruhannya, karena
masih banyak masyarakat yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama.
Alasannya karena jarak tempuh yang jauh dan masalah biaya.143
Dalam mengukur tingkat ketercapaian implementasi Dirjen Bimas Islam
Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian masih sangat relatif. sebab
kegiatan dan pelaksanaannya belum berjalan sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam
Dirjen. Padahal substansi masalah adalah calon suami dan istri tidak mempunyai bekal
pengetahuan dan skill serta faktor ekonomi dan kebiasaan masyarakatnya sendiri.
Jika menggunakan teori pengendalian tindakan dan/ prilaku sosial preventif
dan represif, maka pembinaa gerakan keluarga sakinah, kursus calon pengantin dan
bimbingan perkawinan masuk kedalam usaha preventif. Sedangkan produk BP4 dan
Undang-Undang perkawinan masuk kedalam usaha represif.
Sementara jika menggunakan analisis hukum yang memaksa dan hukum yang
mengatur (pelengkap), hanya UU perkawinan yang masuk kepada hukum yang
memaksa, sementara program BP4, pembinaan gerakan keluarga sakinah, dan kursus
calon pengantin atau bimbingan perkawinan masuk kepada hukum yang mengatur
(pelengkap). Selama ini perhatian lebih konsentrasi pada hukum yang memaksa tetapi
sangat sedikit pada hukum pelengkap. Ada baiknya disamping memberikan perhatian
140
https://www-Redaksi 24.com/Gara-gara ini Ribuan Wanita Muda di Pandeglang Plih
Menjanda, di akses pada 1 Desember 2020 pukul 13.00.
141
Hamid, Petugas Pengadilan Agama, Interview Pribadi, Tanggal ,1 Desember 2020 pada
pukul 08.15 – 10.00.
142
Https://putusan3.mahkamahagung.go.id
143
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
72
144
Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017, hal.19
145
Sarnata, Kepala KUA Sobang, Interview Pribadi, Sobang, 28 Agustus 2020
73
2. Faktor Eksternal:
a. Sumber daya manusia yang kurang mendukung
Mengenai adanya bimbingan perkawinan di KUA Kecamatan Sobang
ini terhambat oleh sumber daya manusianya. Kurangnya kesadaran
masyarakat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan bimbingan
perkawinan, karena bimbingan perkawinan tidak akan terlaksana jika tidak
ada peserta. Masyarakat banyak yang beranggapan bahwa bimbingan
74
perkawinan itu tidak penting sehingga rasa minat dari masyarakat belum
ada secara menyeluruh. Mereka kurang peduli dengan adanya program
bimbingan perkawinan.
Permasalahan lain yaitu sebagian besar calon pengantin di
Kecamatan Sobang tidak mau melakukan pendaftaran secara mandiri.
Jangankan untuk datang ke Puskesmas, untuk mengurus persyaratan
menikah saja harus diwakilkan oleh orang lain. Dari calon pengantin yang
mendaftarkan diri untuk menikah 90 % nya didaftarkan oleh orang lain,
sehingga petugas KUA kesulitan dalam menerapkan aturan bimwin
terhadap mereka.
Calon pengantin banyak yang mengandalkan bantuan orang
lain seperti RT (Rukun Tetangga) dan ada juga yang meminta bantuan
kepada P3N (Tokoh masyarakat atau orang yang ditunjuk oleh desa yang
dapat dipercayai menangani perkawinan di KUA), sifatnya mitra karena
terdiri dari staf keuangan dan staf perencanaan. Namun berdasarkan
kebijakan pemerintah bahwa P3N sekarang sudah dihapus dari SK oleh
kemenag. Karena masyarakat atau calon pengantin harus membayar dua
kali lipat dari biaya normal di KUA dan tidak adanya keterbukaan
mengenai rincian anggaran yang diterima. Namun karena kebiasaan
masayarakat disini tidak mau ribet hanya ingin terima beres saja. Maka
biaya pun tidak menjadi persoalan.
b. Calon pengantin tidak memiliki rencana waktu.
Saat pendaftaran nikah calon penganti harus terlebih dahulu
mempersiapkan segalanya dengan matang, dari mulai pengumpulan
berkasnya, kapan waktu pelaksanaannya, sehingga petugas KUA dapat
memberikan tenggang waktu mengenai pelaksanaan bimbingan
perkawinan. Namun calon pengantin yang hendak mendaftar nikah masih
saja melanggar aturan tersebut dengan melakukan pendaftaran kurang dari
8 hari, ada yang 5 hari baru mendaftar nikah sehingga hal tersebut
menyulitkan calon pengantin untuk mengikuti jadwal bimbingan
perkawinan yang sudah ditentukan jadwalnya oleh KUA. Waktu 8 hari
tersebut sebenarnya digunakan untuk membuat buku nikah. Buku nikah
tidak boleh dicetak sebelum pernikahan, dihawatirkan masih ada
75
A. Kesimpulan
Pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan
Sobang sudah pernah dilaksanakan namun dalam pelaksanaannya belum efektif dan
masih terdapat kekurangan. pelaksanaannya belum sesuai dengan Keputusan Dirjen
Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018. Waktunya hanya dilaksanakan satu tahun sekali
dan kurang dari 16 jam pelajaran seperti yang ditetapkan oleh Kemenag. Dalam
penyampaian materi bimbingan hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tidak
terdapat materi refleksi dan evaluasi. Dalam hal tidak ada calon pengantin yang
mendaftar bimbingan maka KUA Sobang tidak melaksanakan bimbingan perkawinan.
Pada tahun 2020 bimbingan perkawinan tidak diselenggarakan karena adanya virus
Covid-19 (Corona). Kepala KUA mengatakan bahwa bimbingan secara online
sebenarnya ingin diterapkan di KUA, namun masyarakat Sobang masih sulit
menyesuaikan.
Implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 belum berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya perceraian, Dalam mengukur tingkat ketercapaian
implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 dalam mencegah perceraian
masih sangat relatif. sebab kegiatan dan pelaksanaannya belum berjalan sesuai dengan
apa yang diterapkan dalam Dirjen.
Berdasarkan penelitian yang penulis dapatkan, bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kurang efektifnya bimbingan perkawinan di KUA Sobang yaitu ada dua
faktor, faktor internal dan fakor eksternal. Faktor Internal diantaranya:
1. Ditinjau dari pelaksanaannya yang hanya dilaksanakan sebanyak 14 jam pelajaran saja
dari 16 jam yang telah di atur dalam Keputusan Dirjen Bimas Islam nomor 379 tahun
2018 tentang petunjuk bimbingan perkawinan. Dan hanya dilaksanakan satu tahun
sekali. Hal tersebut tentu sangat tidak efektif bagi calon pengantin karena hanya
beberapa orang saja yang mengikuti bimwin. Sedangkan yang mendaftar nikah tiap
bulannya selalu ada.
2. Materi yang disampaikannya kurang maksimal karena dalam penyampaian materinya
hanya menggunakan metode ceramah sehingga peserta bosan dan kurang memahami
dengan baik.
77
78
3. Kurangnya materi tambahan seperti materi evaluasi dan refleksi, padahal materi tersebut
sangat penting karena dalam sesi ini peserta diajak melakukan refleksi tentang dampak
dari proses bimbingan perkawinan pada persiapan mental mereka menuju perkawinan.
Selain itu, peserta juga diajak melakukan evaluasi terhadap proses bimbingan, baik
secara substansi maupun teknis agar bisa dijadikan dasar peningkatan layanan
bimbingan perkawinan selanjutnya. Tujuannya yaitu peserta mampu menilai tingkat
kesiapan mental dirinya, maupun kesiapan bersama calon suami atau istri sebagai
pasangan untuk menikah dan membangun keluarga sakinah, peserta mampu
merumuskan hal-hal baru dan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses bimbingan,
baik secara substansi maupun teknis.
4. Sarana dan prasarana yang belum mendukung dimana di KUA Sobang belum terdapat
ruangan khusus untuk dilaksanakannya bimbingan perkawinan. Belum memiliki infokus
untuk menerangkan materi dengan presentasi, dan terbatasnya Buku Pondasi keluarga
Sakinah yang diperuntukan bagi calon Pengantin.
5. Pendanaan yang sulit turun menyebabkan bimbingan perkawinan sulit untuk
dilakasanakan.
6. Kurangnya sosialisasi dari petugas KUA sehingga calon pengantin masih ada yang tidak
mengetahui jika ada bimbingan perkawinan.
Adapun faktor eksternal yang menjadi permasalahan dalam bimbingan perkawinan di
KUA Sobang yaitu:
1. Sumber daya manusia nya yang kurang. Masih banyak calon pengantin yang kurang
peduli terhadap bimbingan perkawinan karena tidak ingin repot dan ingin segera
melangsungkan pernikahan.
Dari permasalahan-permasalahan yang timbul di KUA Kecamatan Sobang
mengakibatkan perturan Dirjen Bimas Islam belum terimplementasi dengan baik. Oleh
sebab itu jika dihubungkan dengan kasus perceraian yang tinggi di Pandeglang maka
program bimbingan perkawinan belum berpengaruh dalam mencegah terjadinya
perceraian.
Dalam upaya menekan tingginya angka perceraian di Kabupaten Pandeglang,
KUA Sobang tetap melaksanakan nasihat perkawinan kepada calon pengantin agar
memiliki bekal ilmu pengetahuan dalam menjalankan pernikahan. Nasihat perkawinan
sama dengan memberikan materi seputar keluarga sakinah namun waktunya hanya
dilaksanakan sebanyak satu jam saja. Dan calon pengantin tidak mendapatkan buku
79
pondasi keluarga sakinah. Nasihat perkawinan telah menjadi adat kebiasaan masyarakat
Sobang yang dilaksanakan saat setelah mendaftar nikah atau setelah akad nikah.
Adapun yang memberikan nasihat perkawinan nya yaitu Penghulu atau Ustadz dengan
metode ceramah. Materi yang disampaikan seputar bagaimana membangun keluarga
sakinah, mawadah, warahmah, menjaga hubungan keluarga dan menciptakan generasi
yang berkualitas. Adapun materi tentang kesehatan reproduksi KUA Sobang
menyarankan agar calon pengantin mendatangi puskesmas secara mandiri.
Kualitas nasihat perkawinan masih jauh jika dibandingkan bimbingan
perkawinan. Karena bimbingan perkawinan dibuat sebagai penyempurna dari sucatin
(kursus calon pengantin). Jika sebelumnya pelaksanaan sucatin hanya dilakukan di
Kantor Urusan Agama dalam durasi waktu yang hanya beberapa (dua atau tiga) jam
saja, maka dalam PMA tersebut dijelaskan bahwa Sucatin ( dalam PMA disebut
Bimbingan perkawinan) dilaksanakan selama dua hari atau 16 jam dan pengantin juga
mendapatkan buku pondasi keluarga sakinah serta sertifikat bimbingan perkawinan.
B. Saran
Dalam penelitian ini tentunya masih terdapat kekurangan dari Penulis, baik
dalam mencari sumber datanya yang sulit karena faktor pandemi Covid-19 sehingga
80
bimbingan perkawinan tahun 2020 ini tidak dilaksanakan. Namun penulis telah
mewawancarai berbagai sumber informan yang ada di KUA kecamatan Sobang dan
meneliti dokumen yang ada di KUA Sobang. Semoga penelitian ini menjadi kontribusi
bagi KUA Sobang, Calon pengantin dan khususnya bagi penulis.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al habsyi, Muhammad Baghir. Fiqih praktis menurut Al Qur‟an, As-Sunnah dan Pendapat
Para Ulama, Bandung: Mizan, 2002.
Ali Wafa, Moh. Hukum Perkawinan di Iindonesia, Tangerang Selatan: YASMI, 2018
.
Arifin, M. Zaenal, Anshori Muh. Fikih Munakahat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.
Basyarahil, Abdul Aziz Salim. Anakku Inilah Nasihatku: Shalat & Pernikahan, Jakarta:
Gema Insani, 2010.
Departemen Negara RI, Bahan Penyuluhan Hukum Jakarta: Departemen Agama RI,
1999/2000.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoenev, 1994.
Dimyati Khuzdaifah dan Wardiono Kelik. Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas
Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2014.
Direktorat Bina KUA, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan: Untuk Calon Pengantin,
Jakarta: Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah, 2017.
Dirojosworo, Soedjono. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.
Hanna, Attia Mahmud. Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, Jakarta: Bulan Bintang, tt
Https://putusan3.mahkamahagung.go.id
82
Http://pa-pandeglang.go.id/pdlg/index.php?pdlg=detail&berita=799,kasus- perceraian-
di- kabupaten-pandeglang-tertinggi-seprovinsi-banten, Di akses pada 5 April
2020.
Https://dki.kemenag.go.id/berita/peraturan-perundang-udangan-pelaksanaan- bimbingan-
perkawinan-di-kua, di akses pada 11 Desember 2020.
Hingga September, Ada 1226 Kasus Cerai di Pandeglang Banten,
https://www.tagar.id/2019/10/16/Hingga-September-Ada-1226-kasus- cerai-di-
Pandeglang-Banten. Di akses pada 5 April 2020.
Interview Pribadi dengan Suheri, Pelayanan Nikah dan Rujuk, Sobang, 7 September 2020.
.
Interview Pribadi dengan Nahri Kammal, Keluarga Sakinah, Sobang, 20 Oktober 2020.
Interview Pribadi dengan Ahmad Sahrowi, Operator Simkah, , Sobang, 23 Oktober 2020.
Interview Pribadi dengan Buhori, Pembinaan Haji Zakat dan Wakaf, Sobang, 20 Oktober
2020.
Istiani, Erni. Penerapan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ. II/491 Tahun 2009
Tentang Sucatin Di KUA Kecamatan Sidorejo Salatiga Dalam Membangun
Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah. Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Institut
Agama Islam Megeri Salatiga, 2016.
Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998.
Jonker, Jan. dkk, Metodologi Penelitian: Panduan Untuk Master dan Ph.D. di Bidang
Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018.
Julak Bimbingan Pranikah Bagi Calon
Pengantin/http://infobimas.blogspot.com/2019/12/17Julak-Bimbingan- Pranikah-
Bagi-Calon-Pengantin, di akses pada tanggal 5 Juni 2020.
Kharli, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Kuzari, Ahmad. Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada Media,
2004.
Latief, Djamil. Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia. Jakata: Ghalia Indah, 1985.
LN, Syamsu Yusuf, Nurihsan, A. Juntika. Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
Machrus, Adib, Dkk. Fondasi Keluarga Sakinah, Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah
Direktorat Bina KUA, 2017.
Muhammad Syaikh bin al-„Utsaimin Shalih. Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qur‟an dan
As-Sunnah, Jakarta: Akbar Media, 2009.
Nasution Khoiruddin dan Syamruddin Nasution, Peraturan dan Program Membangun Ketahanan
Keluarga: Kajian Sejarah Hukum, Vol. 51, No.1, Juni 2017.
Nurdin Amiur dan Tarigan Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta :
Kencana Prenada Media, 2004.
Ramulyo, Moh. Idris. Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Rijali, Ahmad, Analisis Data Kualitatif, Vol. 17 No. 33, Januri-Juni 2018.
R, El Fiah, Bimbingan Dan Konseling Anak Usia Dini, Jakarta:Raja Grafindo, 2017.
Rodiyah, Yayah Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 32 Oktober 2019.
Rozak, Abd. “Konsep Al-Usrah (Keluarga) Dalam Pendidikan Islam,” Vol .3, 2, Desember,
2018.
Sulaiman, Problematika Pelayanan Kantor Urusan Agama Anamuban Timur Nusa Tenggara
Timur, Volume XVIII, No. 02, Juli- Desember, 2011.
85
Tihami, Sohari. Fikih Munakahat, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010, Cet ke-2.
Tohir, Umar Faruq. “Konsep Keluarga Dalam Al-Qur‟an; Pendekatan Linguistik dalam
Hukum Perkawinan Islam,”Vol. 2, 1, Januari, 2015.
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Walgito, Bimo. Bimbingan Konseling Dan Perkawinan, Yogyakarta: C.V Andi Offset,
2017.
Yayah Rodi‟ah, Penyuluh Agama Islam, Interview Pribadi, Sobang, 12 Oktober 2020.
Yudiono, Metode Penelitian, diglib.unila.ac.id, 2013, Diakses pada tanggal 20 Mei 2020.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kualitatif, Kuanitatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014.
86
Lampiran
87
88
89
90
pukul 12.00 dan akan dilanjut keesokan harinya dari jam 08.00 sampai dengan jam
16.00. Sebelum dimulai petugas menunggu peserta hadir terlebih dahulu, jika peserta
belum memenuhi kapasitas artinya sedikit yang hadir maka bimbingan akan tetap
dimulai pada pukul 08.30. WIB.
Permasalahannya ditinjau dari dua faktor, yaitu fakor internal dan faktor eksternal.
Faktor interal diantaranya: kurangnya anggaran, prasarana dan media yang
mendukung sehingga bimbingan perkawinan sulit dilaksanakan. Dan faktor
eksternalnya diantaranya: Sumberdaya manusiaya kurang, Jarak tempuh yang jauh
dan tidak adanya rencana waktu. Karena masyarakat Sobang belum dapat mengikuti
peraturan bimbingan perkawinan dengan baik, kami juga memberikan nasihat
perkawinan kepada calon pengantin sebagai bekal dalam menjalankan rumah tangga
yang sakinah mawadah warohmah.
11. Apa harapan bapak diadakannya bimbingan perkawinan dan nasihat perkawinan?
3. Apakah dengan metode tersebut calon pengantin dapat menerima dengan baik?
Sebenarnya dengan metode ceramah sudah cukup jika calon pengantin
memperhatikan dengan baik, namun terkadang ada calon pengantin yang suka
bercanda atau izin keluar dan sebagainya.
6. Apa harapan bapak terhadap bimbingan perkawinan dan terhadap calon pengantin
yang mengikuti bi
7. Bmbingan perkawinan?
101
102
Wawancara Informan
Alamat : Jl. Raya Pasar Sobang, Rt 01/Rw 03, Des. Sobang Kec.
Sobang, Pandeglang