Anda di halaman 1dari 130

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KEBUN KOPI TANPA

BATAS WAKTU
(Studi Kasus Desa Belimbing, Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empat
Lawang)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum Ekonomi Syariah (S.H)

Oleh :

TASYA RAHMA ANDINI

NIM. 1911120070

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023/1444H

ii
iii
iv
MOTTO

ْ ‫س فِ ِيو ِع ْل ًما َس َّه َل اللَّوُ لَوُ بِِو طَ ِري ًقا إِ ََل‬


‫اْلَن َِّة‬ ِ ِ َ َ‫َوَم ْن َسل‬
ُ ‫ك طَري ًقا يَْلتَم‬
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya

jalan menuju surga.” -HR. Muslim, no 2699

“Usaha dan doa tergantung pada cita-cita. Manusia tiada memperoleh selain apa

yang telah diusahakannya.”

-Jalaluddin Rumi

v
PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan dan atas segala do‟a serta dukungan orang-orang tercinta, akhirnya

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Dalam kesempatan ini,

dengan segala kerendahan hati kupersebahkan skripsi ini sebagai perjuangan

totalitas kepada:

1. Allah Subhannahu Wata‟ala, karena hanya atas izin dan karunia-Nya maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Orangtua tercinta Bapak Abdul Rozik dan Ibu tercinta Rasti yang selalu

memberi kasih sayang, memberi semangat dan doa yang tiada henti untuk

mendukung kesuksesanku.

3. Orangtuaku Bapak Ashardi dan Ibu Wislen yang selalu mendukung dan

mendoakanku

4. Kedua adik laki-laki tersayang Muhammad Tyo Putra Yudha dan

Rakisyah Fatrisia Santosa yang selalu memberi dukungan dan memberikan

semangat dari awal perkuliahan sampai selesai dalam pembuatan skripsi.

5. Kakek tersayang Hasanudin dan nenek tercintaku Dis Hazizah yang selalu

mendoakanku tiada hentinya.

6. Bapak Dr.Suwarjin, S.Ag.,M.A selaku pembimbng I Dan Ibu Anita

Niffilayani, M.HI selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, motivasi, dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

vi
7. Keluarga Besar Pimpinan, Dosen, Staff-Karyawan Fakultas Syari‟ah yang

senantiasa mendukung dan memberikan semangat kepada saya dalam

pembuatan skripsi.

8. Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku : Shella Febriani, Kiki Bela Aldia

dan Rena Regina yang selalu memberi dukungan untukku, semangat dan

memotivasi disaat aku lelah dan lalai dengan skripsiku.

9. Untuk adik-adik kos 54 : Fitri Nur Azizah, Lanaa Fauziah dan Wulandari

10. Untuk keluarga Besar IMEL Bengkulu yang telah memberikan kebahagian

dan semanagat, nasehat dan bantuannya kepadaku.

11. Teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah 2019 yang

senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam pembuatan

skripsi.

12. Untuk keluarga Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Fatmawati

Sukarno Bengkulu dan Almamater Universitas Islam Negeri Fatmawati

Sukarno Bengkulu yang telah menempahku.

vii
viii
ABSTRAK

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Gadai Kebun Kopi Tanpa Batas Waktu
(Studi Kasus Desa Belimbing Kecamtan Muara Pinang Kabupaten Empat
Lawang)”

Oleh : Tasya Rahma Andini, 1911120070

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah pertama untuk mengetahui bagaiman prakek
gadai kebun kopi tanpa batas waktu di Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang
Kabupaten Empat Lawang. Kedua untuk mengetahi tinjauan hukum islam terhadap
praktek gadai kebun kopi tanpa batas waktu. Untuk menggungkap persoalan tersebut
secara mendalam, peneliti mengunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan (flied research) dan jenis pendekatan normatif. Sumber data penelitian ini
adalah masyarakat yang melakukan gadai kebun kopi. Untuk mengungkap
permasalahan secara mendalam peneliti mengunakan teknik pengumpulan data,
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis data normatif atau dikenal juga dengan penelitian hukum diktrinal
dan ditarik kesimpulan bahwa Pertama dalam pelaksanaan perjanjianya dilakukan
secara lisan dan tidak memiliki bukti ontentik (tertulis) bahwa telah terjadinya
akad gadai diantara rahin dan murtahin. Akad ini juga tidak menyebutkan batas
waktu berakhirnya gadai sehinggah pihak rahin dapat menebusnya kapan saja.
Kedua Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan praktek gadai di Desa
Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang tersebut tidak
sesuai dengan akad tabarru‟ karena akad tabarru‟ tidak boleh mengambil
kelebihan atau keuntungan dalam segala bentuk dari akad rahn tersebut, kalau
mengambil keuntungan maka itu riba.
Kata Kunci: Gadai, hukum islam

ix
ABSTRACT

"Review of Islamic Law Against Pawning Coffee Plantations Indefinitely (Case


Study of Belimbing Village Kecamtan Muara Pinang, Empat Lawang Regency)"

By : Tasya Rahma Andini, 1911120070

The purpose of writing this thesis is first to find out how to pawn coffee plantations
indefinitely in Belimbing Village, Muara Pinang District, Empat Lawang Regency. The
second is to examine the islamic law review of the practice of pawning coffee plantations
indefinitely. To explore these problems in depth, researchers use qualitative methods with
the type of field research (flied research) and the type of normative approach. The
source of this research data is people who pawn coffee plantations. To uncover the
problem in depth, researchers use data collection techniques, observation,
interviews and documentation. The data analysis technique used is normative data
analysis or also known as dictral legal research and the conclusion is drawn that
first in the implementation of the agreement is carried out orally and does not
have authentic (written) evidence that there has been a pawn contract between
rahin and murtahin. The agreement also does not mention the deadline for the
expiration of the lien so that the rahin party can redeem it at any time. Secondly,
the Islamic Law Review of the implementation of pawning practices in Belimbing
Village, Muara Pinang District, Empat Lawang Regency, is not in accordance
with the tabarru‟ contract because the tabarru‟ contract cannot take advantage or
benefit in all forms of the rahn contract, if you take advantage then it is usury.
Keywords: pawn, islamic law

x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Gadai Kebun Kopi Tanpa Batas Waktu (Studi Kasus Desa Belimbing

Kecamtan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang”. Shalawat dan salam untuk

Nabi besar Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk menyampaikan ajaran Islam

sehingga umat Islam mendapatkan petunjuk kejalan yang lurus baik di dunia maupun di

akhirat.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna

untuk memperoleh gelar Sarjan Hukum Ekonomi Syariah (S.H.) Pada Program

Studi Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negri

Fatmawati Sukarno Bengkulu. Dalam proses penyusunan skripsi ini,

mengucapkan rasa terima kasih teriring doa semoga menjadi amal ibadah dan

mendapatkan baalsan dari Allah SWT.

1. Prof. Dr. KH. Zulkarnain Dali, M. Pd, selaku Rektor UIN Fatmawati

Sukarno Bengkulu.

2. Dr. Suwarjin,S.Ag., M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Dr. Suwarjin,S.Ag.,MA. dan Anita Nifillayani M.HI selaku pembimbing I

dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan

arahan dengan penuh kesabaran.

4. Etry Mike, M.H ketua program studi Hukum Ekonomi Syari‟ah UIN

Fatmawati Sukarno Bengkulu.

5. Kedua orang tua yang selalu mendoakan kesuksesan penulis.

xi
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Fatmawati

Sukarno Bengkulu yang telah mengajar dan membimbing serta

memberikan berbagai ilmunya dengan penuh keikhlasan.

7. Staf dan karyawan Fakultas Syariah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

yang telah memberikan pelayanan dengan baik dalam hal administrasi.

8. Semua rekan-rekan seperjuangan yang selalu ada dan telah memotivasi

penulis dalam penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari berbagai sisi

yang terdapat di dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan

menyambut dengan senang hati atas masukan, saran, dan kritik guna

membangun kesempurnaan skripsi ini kedepan.

Bengkulu Januari 2022

Tasya Rahma Andini


NIM. 1911120070

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... vi

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

C. Tujuan Penetian .................................................................................... 8

D. Manfaat Peneletian ............................................................................... 8

E. Penelitan Terdahulu ............................................................................. 9

F. Metode Penelitian................................................................................. 12

G. Sistematis Penulisan ............................................................................. 18

BAB II KAJIAN TEORI

A. GADAI ................................................................................................. 20

1. Pengertian Gadai (Rahn) ................................................................ 20

2. Dasar Hukum Gadai (Rahn) ........................................................... 22

xiii
3. Rukun Gadai (Rahn) ...................................................................... 25

4. Pemanfaatan Barang Gadai (Rahn) ................................................ 26

5. Hak Dan Kewajiaban Para Pihak Dalam Gadai (Rahn) ................. 29

6. Berakhirnya Akad Gadai (Rahn).................................................... 31

7. Oprasional Hukum Gadai (Rahn)................................................... 32

8. Hikmah Dan Manfaat Gadai (Rahn) .............................................. 34

B. DEFINISI HUKUM ISLAM ............................................................... 37

1. Pengertian Hukum Islam ................................................................ 37

2. Dasar Hukum-Hukum Islam .......................................................... 38

3. Macam-Macam Hukum Islam ....................................................... 40

4. Tujuan Sistem Hukum Islam ......................................................... 43

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Desa Belimbing ...................................................................... 45

B. Tofografi Desa Belimbing ................................................................... 45

C. Kondisi Sosial Desa Belimbing .......................................................... 47

1. Kependudukan ............................................................................... 47

2. Pendidikan ..................................................................................... 48

3. Mata Pencaharian .......................................................................... 50

D. KONDISI AGAMA DAN BUDAYA ................................................ 51

1. Agama ........................................................................................... 51

2. Budaya ........................................................................................... 52

E. DATA INFORMAN ........................................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

xiv
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 56

B. Pembahasan ......................................................................................... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 84

B. Saran .................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 9

Tabel 1.2 Informan Penelitian ......................................................................... 14

Tabel 3.1 Sarana Prasarana Desa .................................................................... 46

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ............................................. 47

Tabel 3.3 Tamatan Sekolah Masyarakat ......................................................... 48

Tabel 3.4 Mata Pencarian Masyarakat ............................................................ 50

Tabel 3.5 Informan Penelitian ......................................................................... 54

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum agama islam meliputi dua ajaran pokok, yaitu Akidah

dan Syari‟ah. Akidah mengatur tentang masalah-masalah apa yang harus

diyakini manusia meliputi iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-

rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan percaya pada qadha dan qadar.

Syari‟ah merupakan aturan yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan

dengan amal perbuatan manusia, meliputi ibadah dan muamalah. Ibadah

merupakan hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,

sedangkan muamalah merupakan hukum-hukum yang mengatur hubungan

manusia dengan sesama manusia.1 Allah telah menjadikan manusia masing-

masing untuk saling membutuhkan satu sama lain dengan tujuan untuk saling

tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan

kehidupan sehari-hari baik dengan jalan jual beli, sewa-menyewa, gadai

maupun yang lainya untuk kemaslahatan bersama. Allah mengajarkan

manusia untuk saling tolong menolong dalam kebaikan sebagaimana terdapat

dalam qur‟an surah Al- Maidah ayat 2 yang berbunyi:

ِ ‫يد ٱلْعِ َق‬ ِ


‫اب‬ ُ ‫ٱْل ِْْث َوٱلْ ُع ْد ََٰو ِن ۟ َوٱتَّ ُقوا۟ ٱللَّ َو ۟ إِ َّن ٱللَّوَ َشد‬
ِْ ‫َوََل تَ َع َاونُوا۟ َعلَى‬
Artinya

Dan tolong- mrnolonglah kamu dalam melakukan kebajikan dan tawakal, dan

janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelangaran. Dan

bertawakalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.


1
Rozalinda, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h. 2.

1
2

Pada dasarnya setiap manusia selalu menginginkan kehidupanya di

dunian ini dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual,

individual maupun sosial.2 Di dalam hidup ini, adakala orang mengalami

kesullitan pada suatu ketika. Dalam kehidupan ini ada saja dari anggota

masyarakat yang memerlukan dana mendesak, seperti untuk pengobatan,

biaya hidup dan masih banyak lagi keperluan-keperluan yang tidak bisa

dielakkan. Untuk menutupi (mengatasi) kesulitan itu terpaksa meminjam

uang kepada pihak lain, apakah kepada rumah pegadaian atau kepada

perorangan. Pinjaman ini harus disertai dengan jaminan sebagai pegangan

sekitanya uang pinjaman itu tidak dapat dikembalikan.3 Di kalangan

masyarakat harta yang sering dijadikan sebagai barang jaminan ialah tanah

pertanian, di mana tanah pertanian/kebun diberikan kepada penerima gadai

dengan begitu penggadai akan mendapatkan pinjaman, yang mana praktik

tersebut lebih dikenal dengan dengan istilah gadai tanah

Gadai (Rahn) menurut arti bahasa: tetap. Sedangkan menurut istilah

syara‟: menaruh barang (dijadikan) sebagai uang, untuk penguat perjanjian

hutang, dan barang tersebut akan menutup (hutang) ketika terhalang (tidak

dapat) melunasinya.4 Secara terminologi, didefinisikan dengan beragam

redaksinal tentang substansinya, diantaramya:

2
Pusat Pengkaji Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UIN Yogyakarta, Bank
Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2015), hlm1.
3
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalm Islam (Fiqh Muamalat)
( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 254.
4
Syekh Syamsyuddin Abu Abdillah, Terjemah Fathuk Qarib, (Surabaya: Mutiara Ilmu
2019), hlm 176.
3

a. Menurut Sayid Sabiq, mendefinisikan adalah menjadikan barang

yang memepunyai nilai harta menururt syara‟ sebagai jaminan utang,

sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang dan ia

boleh mengambil sebagian dari manfaat barang.5

b. Menurut fatwa DSN-MUI, adalah menahan barang sebagai jaminan

utang.6

c. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 385, /gadai adalah

penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai

jaminan.7

Kasus yang sering terjadi pada praktek utang piutang yang dilakukan

oleh masyarakat secara umum yaitu dengan menyerkan barang yang bernilai

ekonomi atau harta yang kemudian akan dikembalikan pada waktu tertentu.

Tentu saja dengan tidak merubah keadaan utang piutang yang terjadi

dikalangan masyarakat lebih dominan dengan praktek gadai (rahn) dengan

memberi jaminan atau adanya barang yang di tangguhkan. Dasar hukum

tentang kebolehan gadai (rahn) terdapat dalam Al-Qur‟an surat Al- Baqarah:

Ayat : 283

5
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Beirut: Dar Al-FiKr, 1977), h.187
6
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Rahn
7
Mardani, Hukum System Ekonomi Islam…., h.247.
4

‫ضا فَ ْليُ َؤِّد ٱلَّ ِذى‬


ً ‫ض ُكم بَ ْع‬
ِ
ُ ‫وضةٌ ۟ فَِإ ْن أَم َن بَ ْع‬
ِ ِ
َ ُ‫َوإِن ُكنتُ ْم َعلَ َٰى َس َف ٍر َوََلْ ََت ُدوا۟ َكاتبًا فَ ِرََٰى ٌن َّم ْقب‬
‫َّه َدةَ ۟ َوَمن يَكْتُ ْم َها فَِإنَّوۥُ ءَ ِاْثٌ قَ ْلبُوۥُ َوٱللَّوُ ِِبَا‬ ِ
ََٰ ‫ْٱؤُُت َن أ َََٰمنَتَوۥُ َولْيَت َِّق ٱللَّوَ َربَّوۥُۗ َوََل تَكْتُ ُموا۟ ٱلش‬
‫يم‬ ِ
ٌ ‫تَ ْع َملُو َن َعل‬
Artinya:

“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan

seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi,

jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa

kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian,

karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa).

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Salah satu pemicu dari terjadinya praktek gadai (rahn) kebun kopi di

Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang adalah

karena tuntutan kebutuhan ekonomi, sehingga mayoritas orang yang

melakukan gadai (rahin) pada lahan perkebunan dan pertanian adalah dari

orang ekonominya rendah (orang miskin) sementara yang menerima gadai

(murtahin) rata-rata dari orang mampu (orang kaya). Dalam praktek ini orang

kaya mengambil sebuah keuntungan di atas keterdesakan ekonomi yang

dialami oleh pihak pemberi gadai (rahin), sehingga pemberi gadai (rahin)

biasa saja karena terpaksa akan merelakan terhadap barang jaminannya

berupa lahan perkebunan atau kebun kopi untuk di kelola oleh orang kaya
5

yang menerima gadai (murtahin) tersebut. Tentunya hal ini bukanlah sebuah

transaksi yang tujuan utamanya untuk tolong menolong, gadai (rahn) yang

dijadikan sebagai bentuk transaksi supaya terjadi tolong menolong dan saling

bantu membantu dan bisa dijadikan juga sebagai sarana untuk memperbaiki

hubungan sosial mereka. Masih banyak masyarakat desa yang tidak

mengatahui bahwah adanya riba dalam praktek gadai yang mereka jalani

selama ini, hal ini terjadi karena kurangnya ilmu pengetahuan dalam transaksi

gadai sendiri.

Adapun contoh dari praktek gadai kebun kopi tanpa batas waktu Desa

Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang adalah

transaksi akad yang dilakukan oleh bapak Zakaria (rahin) dan bapak Noperi

(Murtahin) yang melakukan akad gadai pada kebun kopi ½ hektar yang

dilakukan pada tahun 2017. Pada akad ini pihak rahin cukup menawarkan

pada pihak murtahin, apakah pihak murtahin bersedia melakukan akad

gadai (rahn) dengannya, apabila pihak murtahin menyetujuinya maka pihak

rahin cukup mengatakan “Saya serahkan kebun kopi seluas ½ hektar padamu

sebagai barang jaminan atas gadai yang kita lakukan”. Pihak murtahin cukup

menjawab “Saya berikan uang sebesar Rp 35.000.000 padamu sebagai gadai

dengan jaminan kebun kopi seluas ½ hektar”. Pada akad yang mereka

lakukan tersebut adalah akad yang dilakukan secara lisan dan sudah jelas

tidak menyebutkan kapan batas waktu penebusan barang gadai (mahrun) dan

pada akad itu juga tidak menyebutkan bagaimana pengelolaan kebun kopi
6

sebagai jaminan atas gadai yang dilakukan, tetapi kebun kopi akan dikelola

oleh penerima gadai (murtahin). Penebusan barang gadai (mahrun) secara

otomatis dapat dilakukan apabila pihak rahin telah memiliki uang untuk

menebusnya. Akad di atas telah berlangsung selama 5 tahun yaitu dari

tahun 2017 hingga 2022 dan kebun yang digadaikan seluas ½ hektar belum

juga ditebus oleh pihak rahin hingga saat ini.

Contoh lain dari praktek gadai kebun kopi tanpa batas waktu Desa

Belimbing kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang adalah

transaksi akad yang dilakukan oleh bapak Kader (rahin) dan bapak

Firmansyah (Murtahin) yang melakukan akad gadai kebun kopi ½ hektar

yang dilakukan pada tahun 2019. Pada akan ini pihak rahin dan murtahin

menetapkan sebuah perjanjian yang mana setiap tahunnya pada saat panen

kopi pihak rahin harus membagi penghasil dari hasil kebun kopi dengan

membagi tiga, yaitu dua bagian untuk pihak rahin dan satu bagian untuk

pihak murtahin. apabila pihak murtahin menyetujuinya maka pihak rahin

mengatakan “Saya serahkan kebun kopi seluas ½ hektar padamu sebagai

barang jaminan atas gadai yang kita lakukan”. Pihak murtahin menjawab

“Saya berikan uang sebesar Rp 40.000.000 padamu sebagai gadai dengan

jaminan kebun kopi seluas ½ hektar”. Akad yang mereka lakukan tersebut

adalah akad yang dilakukan secara lisan dangan tidak menyebutkan kapan

batas waktu penebusan barang gadai (mahrun) dan juga tidak menyebutkan

tentang kesepakat mengenai pembagian hasil, tapi setiap tahunnya pihak rahin
7

akan membagi hasil kebun sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati.

Penebusan barang gadai (mahrun) secara otomatis dapat dilakukan apabila

pihak rahin telah memiliki uang untuk menebusnya. Akad di atas telah

berlangsung selama 3 tahun yaitu dari tahun 2019 hingga 2022 dan kebun

yang digadaikan seluas ½ hektar belum juga ditebus oleh pihak rahin hingga

saat ini.

Praktik gadai kebun kopi tanpa batas wakut (tempo) yang dilakukan

masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinan Kabupaten Empat

Lawang jelas menimbulkan dampak- dampak yang bisa merugikan salah satu

pihak. Seperti pengambilan manfaat barang gadai yang tidak terdapat batasan

waktu dapat berdampak merugikan pihak rahin karena hasil yang didapat

oleh murtahin bisa saja melampaui jumlah hutang yang dipinjam oleh

rahin, sedangkan setiap utang yang mengambil manfaat termasuk riba. Dan

itu juga berdampak merugikan pihak rahin karena selain rahin kehilangan

mata pencaharian utamanya rahin selaku pemilik sah dari tanah kebun kopi

tersebut rahin juga tidak mempunyai hak untuk mengelola atau mengambil

manfaat atas kebun kopi yang dijadikan barang jaminan hutang sepenuhnya

dikuasi oleh pihak murtahin termasuk manfaat yang dihasilkan dari

pengelolaan kebun kopi tersebut.

Alasan penulis meniliti ini karena menurut observasi awal yang

peneliti lakukan dengan apa yang terjadi pada akad mu‟amalah khususnya

pada gadaian (rahn) lahan kebun kopi yang telah banyak dilakukan oleh
8

masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat

Lawang yang dilakukan tanpa adanya batasan waktu sehingga hal ini dapat

merugikan salah satu pihak dan kurangnya pemahaman masyaraka mengenai

akad gadai yang benar dan sesuain dengan Hukum Islam juga yang membuat

penulis tertarik untuk meneliti. maka dari itu penulis memberi judul dari

masalah ini “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI

KEBUN KOPI TANPA BATAS WAKTU (Studi kasus desa Belimbing

kec. Muara Pinang kab. Empat Lawang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana praktik gadai kebun kopi tanpa batas waktu di Desa

Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang ?

2. Bagaiman tinjauan hukum islam terhadap praktik gadai kebun kopi

tanpa batas waktu ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan praktik gadai kebun kopi tanpa batas waktu di

Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

2. Untuk menjelaskan tinjaun hukum islam terhadap praktik gadai kebun

kopi tanpa batas waktu.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat:


9

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan para pembaca khususnya bagi mahasiswa dan akademisi

lainnya. untuk dijadikan bahan bacaan, referensi, dan acuan bagi

penelitian- penelitian berikutnya, terutama dalam kaitannya dengan

masalah gadai (rahn) dalam kajian Hukum Islam. Selain itu dengan

adanya penelitian ini peneliti berharap dapat menambah dan melengkapi

perbendaharaan dan koleksi karya ilmiah dengan memberikan kontribusi

pemikiran tentang pengetahuan menegenai gadai (rahn).

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan kepada masyarakat Desa Belimbing, kec. Muara Pinang, kab.

Empat Lawang mengenai praktik gadai yang benar menurut Hukum Islam,

sehingga untuk seterunya masyarakat mengetahui dan memahami

bagaimana praktek gadai yang benar menurut Hukum Islam.

E. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1 penelitian terdahulu

No JUDUL

PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN

TERDAHULU

1 Hasnah, pada tahun Persamaan penelitian Perbedaan penelitian

2022, dengan judul yang peneliti lakukan ini dengan apa yang
10

“Praktik Gadai dengan penelitian ini akan diteliti oleh

Kebun Kopi Di Desa adalah menganalisis penulis yaitu, rumusan

Burni Telong Kec. sinkronisasi praktek masalah yang ada

Wih Pesam Kab. akad gadai tersebut pada penelitian ini dia

Bener Meriah Pro. berdasarkan prinsip hanya membahas

Aceh Perspektif syariah Islam. Serta tentang bagaiman

Hukum Islam”.8 metode penelitian yang praktik gadai kebun

akan digunakan oleh kopi. Sedang penulis

penulis adalah metode sendiri akan

pendekatan kualitatif. membahas tentang

masalah praktek gadai

kebun kopi tanpa

batas waktu menurut

hukum Islam.

2 Candra Gunawan, Persamaan penelitian perbedaan penelitian

Gun (2020), dengan yang peneliti lakukan yang dilakukan oleh

judul ” Tinjauan dengan penelitian ini Candra Gunawan

Hukum Islam adalah sama-sama dengan penelitian

Tentang Praktik meneliti mengenai penulis yaitu terletak

Gadai Kontrak praktek gadai kebun pada fokus penelitian

8
Hasna “Praktik Gadai Kebun Kopi di Desa Burni Kec. Wih Pesam Kab. Bener Mariah
Prop. Aceh” (Purwokerto: Fakultas Syariah UIN Propesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri, 2022) Hal.
10.
11

Kebun Kopi Di Desa kopi. dan objek penelitian,

Puramekar dimana penulis lebih

Kecamatan Gedung menekan ke gadai

Surian Kabupaten tanpa batasan waktu

Lampung dari prektek gadai

Barat. Undergraduate pada masyarakat

thesis, UIN Raden sedangkan penelitian

Intan Lampung”.9 yang dilakukan oleh

Candra Gunawan

lebih menekan pada

pandangan Hukum

Islam terhadap

praktek gadai kontrak

di masyarakat.

3 Muhammad Jamroni, Persamaan penelitian Yang membedakan

dengan judul yang peneliti lakukan penelitian yang

“Analisis Hukum dengan penelitian ini dilakukan oleh

Islam Terhadap adalah sama-sama Muhammad jamroni

Praktek Gadai meneliti mengenai dengan penelitian

Sawah (Studi kasus praktek gadai kebun penulis yaitu terletak

9
Candra Gunawan “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Gadai Kontrak Kebun Kopi
Di Desa Puramekar Kecamatan Gedung Surian Kabupaten Lampung Barat” (Lampung: Fakultas
Syariah UIN Raden Intan, 2020)
12

gadai di Desa dan metode penelitian pada fokus penelitian

Penyalahan yang akan digunakan dan objek penelitian,

Kecamatan Jati oleh penulis sama yaitu dimana penulis lebih

Negara Kabupaten akan mengunakan menekan ke batasan

Tegal)”.10 metode pendekatan waktu dari prektek

kualitatif. gadai pada masyarakat

sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh

Muhammad Jamroni

lebih menekan pada

pandangan Hukum

Islam terhadap

praktek gadai di

masyarakat

Dari beberapa penelitian di atas hampir sama kajiannya dengan

penelitian yang akan ditelaah oleh peneliti yakni tentang permasalahan dalam

praktik gadai kebun dalam tinjauan hukum Islam. Namun penelitian yang

akan dilakukan peneliti lebih memfokuskan pada praktik gadai kebun kopi

tanpa batas waktu yang ada di Desa Belimbing, kec. Muara Pinang, kab.

Empat Lawang.

10
Muhammad Jamroni, Analisis Hukum Islam Terhadap Pratik Gadai Sawah (Studi kasus
gadai di Desa Penyalahan Kecamatan Jati Negara Kabupaten Tegal). Skripsi, (Semarang:
Fakultas Syariah IAIN Wali Songo, 2004), h.9
13

F. Metode Penelitian

Dalam metode penulisan proposal ini penulis mengunakan metode

sebagai berikut:

1) Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian

lapangan (flied Reseach), yaitu penelitian yang sumber datanya dari

lapangan yaitu pelaksanaan praktek gadai kebun kopi tanpa batas

waktu pada masyarakat desabelimbing kecamatan muara pinang

kabupaten empat lawang.11

b. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam masalah ini adalah

pendekatam normatif, yaitu pendekatan yang memandang agama dari

segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang di dalamnya

belum terdapat pemikiran manusia. Pendekatan ini bersifat tekstual

dan kurang memberi ruang terhadap kontekstualitas pemikiran.12

2) Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu penelitian memakan waktu selama satu bulan

mulai bulan agustus 2022. yang akan digunakan melalui dari

pembuatan dan bimbingan proposal sampai akhirnya dilakukannya

11
Burhan Asheshofa, Metode Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2013), h. 95
12
Tarbiyah Islamiyah “Studi Islam dengan pendekatan normatif” Jurnal Ilmiah
Pendidikan Agama Islam Vol 12, No 1 2022.
14

penelitian. Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Belimbing

Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera

Selatan. Penulis mengadakan penelitian Di Desa Belimbing Kecamatan

Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang karena di desa inilah praktek

gadai kebun kopi tanpa batas waktu itu terjadi.

3) Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi,

penelitian menentukan informan menggunakan Teknik purposive

sampling yaitu Teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti

mempunyai pertimbanngan – pertimbangan dalam pengambilan data dan

penentuan sampel.13 Adapun informan dalam penelitian ini adalah pihak

yang melakukan gadai kebun kopi tanpa batas waktu dan pihak yang

menima gadai kebun kopi tanpa batas waktu.

Tabel 1.2 informan penelitian rahin dan murtahin

Nama Umur Perkerjaan Keterangan

Zakaria 45 Tahun Petani Rahin

Kader 48 Tahun Petani Rahin

Hasan 50 Tahun Petani Rahin

Noperi 42 Tahun Petani Murtahin

Firmansyah 35 Tahun Petani Murtahin

13
Sugiono, Metode Pendidikan Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dan R&D, (Bandung
: Alfabeta, 2009),h. 300.
15

Karman 43 Tahun PNS Murtahin

4) Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka dari itu sumber

data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain adalah:

a. Sumber Data

1) Data Primer

Data primer, yaitu data yang langsung dan segera di

peroleh dari sumber data penyelidikan untuk tujuan yang

khusus.14 Pengambilan data primer bertujuan untuk

mendapatkan informasi langsung dari sumbernya yaitu

masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang

Kabupaten Empat Lawang yang terkait dengan masalah gadai

kebun kopi tanpa batas waktu.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data atau informasi yang

dijadikan sebagai data pendukung, misalnya lewat orang lain

14
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmmiah Dasar, Metode, dan Teknik,
(Bandung: Tarsito, 1990)h.163.
16

atau dokumen.15 Penelitian ini juga menggunakan data sekunder

yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa buku-buku, serta

pada hasil penelitian skripsi terdahulu yang datanya

berhubungan dengan teori pelaksanan gadai kebun kopi tanpa

batas waktu ditinjau dari Hukum Islam.

b. Tehnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

 Observasi

Observasi merupakan tehnik pengumpulan data dengan

pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Dalam

observasi data penelitian ini yang menjadi objek penelitian

adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada

masyarakat yang melakukan praktik gadai (rahn) kebun kopi

tanpa batasan waktu di Desa Belimbing Kecamatan Muara

Pianang Kabupaten Empat Lawang tersebut.

 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan pada

masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang

Kabupaten Empat Lawang yang melakukan praktik gadai kebun

kopi tanpa batas waktu yang terdiri dari beberapa pihak yaitu

15
Sugiyono,Metodologi Penelitian Kuantotatif Dan Kualitatif dan R&D,
(Bandung:Alfabeta, Cet.ke-10,2010)h. 194.
17

pihak pengadai (rahin) dan pihak penerima gadai (murtahin).

Wawancara ini juga melibatkan pihak pemerintahan dan pihak

tokoh masyarakat. Adapun wawancara yang dilakukan secara

terstruktur yaitu wawancara yang telah disusun secara sistematis

menggunakan pedoman wawancara untuk pengumpulan data.

 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kumpulan data atau variabel yang

berasal dari sumber tulisan seperti catatan, arsip-arsip, buku,

majalah, dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan kamera smartphone untuk melakukan

dokumentasi dalam kegiatan penelitian.

c. Tehnik analisis data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini

adalah analisis data normatif atau dikenal juga dengan penelitian

hukum doktrinal. Disebut penelitian hukum normatif karena

penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen atau

hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis.16 Dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data berikutnya.

16
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm.
18

Setelah semua data direduksi maka langka selanjutnya yaitu

mendisplay atau penyajian data. Dengan mendisplaykan data maka

akan mempermuda penelitiuntuk memahami apa yang terjadi

sehinga peneliti bisa mengambil tindakan selanjutnya atau

melakukan penarikan kesimpulan

Selanjutnya langkah ketiga dalam penelitian kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal hanya

bersifat sementara dan bisa berubah apabila tidak ditemukan bukti

yang kuat untuk mendukung pengumpulan data berikutnya. Akan

tetapi apabila kesimpulan awal memiliki bukti yang kuat atau valid

dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.

G. Sitematika Penulisan

Sistematika pembahasan memuat uraian dalam dalam bentuk essay

yang menggambarkan alur logis dari bangun bahasan skripsi. Sistematika

pembahasan ini bertujuan agar penyusunan skripsi ini terarah sesuai dengan

bidang kajian. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah :

Bab I : Pendahuluan berisi tentang gambaran umum tentang skripsi

yang ditulis, memuat uraian tentang : latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metode

penelitian dan sistematika penulisan.


19

Bab II : landasan teoritik yang membahas tentang pengertian gadai

(rahn), dasar hukum gadai (rahn), syarat dan rukun gadai (rahn), hak dan

kewajiban para pihak dalam gadai (rahn), operasional hukum gadai (rahn),

berakhinya waktu gadai (rahn), hikma gadai dalam hukum islam dan hukum

pemanfaatan mahru (barang gadai),

Bab III : Penyajian data mengenai hasil penelitian dilapangan, antara

lain membahas : Gambaran Umum Wilayah Desa Belimbing Kecamatan

Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang yang berupa Keadaan geografis,

keadaan Penduduk, keadaan sosial Agama, keadaan pendidikan, mata

pencaharian.

Bab IV : Analisis data merupakan analisis penulis terhadap temuan

hasil penelitian, antara lain membahas tentang : Latar Belakang dan Faktor

Masyarakat Melakukan Akad Gadai (rahn), tata cara akad, Praktek Gadai

(rahn) Tanpa Batas Waktu Dalam Masyarakat Desa Belimbing Kecamatan

Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang, Dampak yang ditimbulkan dari

gadai (rahn) tanpa batas waktu, dan Tinjauan Hukum Islam terhadap

Praktek Gadai Tanpa Batas Waktu di Desa Belimbing Kecamatan Muara

Pinang Kabupaten Empat Lawang.

Bab V : Penutup, yang didalamnya berisi tentang kesimpulan dan

saran-saran.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Gadai (Rahn)

1. Pengertian Gadai (Rahn)

Istilah gadai dalam bahasa Arab di istilahkan dengan “rahn” dan

dapat juga dinamai dengan al-habsu. Secara etimologi (artinya kata)

bearti “tetap atau lestari”, sedangkan al-hasbu bearti penahanan. Adapun

pengertian menurut istilah syara‟, yang di maksud adalah menjadikan

barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara‟ sebagai

jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil

hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. 17

Dapat juga diartikan menahan salah satu harta milik dari peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan

tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang

menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh

atau sebagian piutangnya.18

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio, ar-rahn adalah menahan

salah satu harta milik dari peminjam yang diterimanya. Barang yang

ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang

menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh

atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa

17
Sohari saharani, Figh Muamalah, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,2011), h. 107
18
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, h. 187

20
21

adalah semacam jaminan hutang atau gadai.19 Sedangkan menurut TM.

Hasbi Ash Shiddieqy ialah akad yang obyeknya menahan harga terhadap

sesuatu hak yang mungkin diperoleh pembayaran dengan sempurna dari

padanya.20

Menurut Ibn „Arafah, rahn adalah menjadikan suatu barang

sebagai jaminan atas utang yang nantinya dapat di ambil kembali setelah

utang dilunasi. Mahmud Abd. al-Rahman mendefinisikan rahn dengan

menjadikan barang yang bernilai harta sebagai jaminan utang, oleh

karena hal tersebut akan berakibat cendrung mengikat. Sayyid Sabiq

menyatakan bahwa rahn adalah menjadikan sesuatu atau barang yang

bernilai harta menurut syara‟ sebagai jaminan atas utang.21

Ulama fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan gadai (ranh)

yaitu sebagai berikut.

a. Menurut ulama Malikiyah Rahn adalah harta yang dijadikan

pemiliknya sebagai jaminan hutang yang bersipat mengikat.

b. Menurut ulama Syafi‟iah Rahn adalah menjadikan suatu benda

sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayaran ketika

berhalangan dalam membayar hutang.

19
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema
insani Press, 2001), h. 128
20
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, ...h. 87
21
Idris, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi) (Jakarta: Prenada Media
Group, 2016), hlm.197.
22

c. Menurut Ulama Hanafiah Rahn adalah menjadikan suatu (barang)

sebagai jaminan utang terhadap hak (piutang) yang mungkin

dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik seluruhnya

maupun sebagian.

d. Menurut ulama Hanabibah Harta yang dijadikan jaminan hutang

sebagai pembayaran harga (nilai) utang ketika yang berhutang

berhalangan (tak mampu) membayar utangnya kepada pemberi

pinjaman.22

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas, penulis dapat

memberi kesimpulan bahwa gadai adalah suatu bentuk akad muamalah

yang di dalamnya terdapat paling sedikit 2 (dua) orang, di mana dalam

akad ini menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai ekonomis

sebagai jaminan utang, dan jika orang yang berhutang tidak dapat

melunasi utangnya maka barang yang dijadikan jaminan tersebut

bisa dijual untuk melunasi hutangnya.

2. Dasar Hukum Gadai (Rahn)

Sebagai landasan dasar hukum gadai terdapat pada Alqur‟an

dan Hadis sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an surat Al- Baqarah: Ayat : 283

22
Fathurrahman Djamil, Pengantar Hukum Perjanjian Dalam Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 233
23

ِ ِ ِ
‫ضا‬ً ‫ض ُكم بَ ْع‬ ُ ‫وضةٌ ۟ فَِإ ْن أَم َن بَ ْع‬َ ُ‫َوإِن ُكنتُ ْم َعلَ َٰى َس َف ٍر َوََلْ ََت ُدوا۟ َكاتبًا فَ ِرََٰى ٌن َّم ْقب‬
ِ ِ
ُ‫َّه َدةَ ۟ َوَمن يَكْتُ ْم َها فَِإنَّوۥ‬ ََٰ ‫فَ ْليُ َؤِّد ٱلَّذى ْٱؤُُت َن أ َََٰمنَتَوۥُ َولْيَت َِّق ٱللَّوَ َربَّ ۗوۥُ َوََل تَكْتُ ُموا۟ ٱلش‬
ِ ِ ِ
ٌ ‫ءَاْثٌ قَ ْلبُوۥُ َوٱللَّوُ ِبَا تَ ْع َملُو َن َعل‬
‫يم‬

Artinya:

“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak

mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan

yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian

yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya

(utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan

janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa

menyembunyikannya, sungguh hatinya kotor (berdosa). Allah maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menempatkan posisi

jaminan utang atau gadai sebagai pengganti dari catatan. Dan

pencatatan utang tersebut adalah setelah tetapnya kewajiban

membayar utang.23

b. Hadis

Hadis Nabi adalah hadis yang diriwayatkan oleh „A‟isyah ra.

ٍ ‫ي إِ ََل أَج ٍل ورىنو ِدرعا ِمن ح ِد‬


‫يد‬ ِ ‫َّن النَِِّب صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ا ْشت رى طَعاما ِمن ي ه‬
ٍّ ‫ود‬
َ ْ ً ْ ُ َ َ ََ َ ُ َ ْ ً َ ََ َ َ َ ْ َ ُ َ َّ
Artimya:

23
Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari (terj. Al-Mulakhkhasul Fiqh), penerjemah Abdul
Hayyie al-Kattani et al, h. 415
24

“Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu „alaihi wa sallam pernah

membeli makanan dengan waktu tertentu (tempo) kepada orang

Yahudi, dan beliau memberikan agunan berupa baju perisai besi

kepadanya” (HR. Bukhari).24

Hadis di atas menunjukan bahwa akad dalam syariat Islam

adalah jaiz (dibolehkan). Kebolehan tersebut tidak hanya dalam

keadaan berpergian saja, akan tetapi juga boleh waktu sedang

bermukim (tidak dalam berpegian). Hadits Nabi riwayat al-Syafi'i, al-

Daraquthni dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Nabi s.a.w. bersabda:

ِ ِ ِ ِ ‫الرىن ِمن‬
ُ‫ لَوُ غُْن ُموُ َو َعلَْيو غُ ْرُمو‬،ُ‫صاحبِو الَّذ ْي َرَىنَو‬
َ ْ ُ ْ َّ ‫َلَ يُ ْغلَق‬.
Artinya:

“Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang

menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung

resikonya.”

Hadis yang diriwayatkan Imam al-Daruquthni dari Abu

Hurairah berkenaan dengan kebiasaan rahn yang berlaku pada

masyarakat Arab sebelum Islam (masa jahiliyah), yaitu objek yang

dijadikan agunan secara serta merta menjadi milik murtahin apabila

rahin tidak melunasi utangnya pada waktu yang disepakati.

Kebiasaan tersebut dibatalkan dalam syariat. Akan tetapi, syariah

24
Al-Imam Al-Bukhary, Sahih al-Bukhary, (Lebanon: Dar Al-kotop Al-Ilmiyah 2009),
Juz 2068, h.530
25

mengakui tentang adanya hak istimewa bagi murtahin, yaitu murtahin

memiliki hak didahukukan untuk ditunaikan piutangnya oleh rahin

dengan menggunakan barang jaminan tersebut jika rahin gagal

dalam membayar utangnya dan memiliki banyak utang atau kewajiban

kepada pihak lain.25

3. Rukun Dan Syarat Gadai (Rahn)

Perjanjian akad gadai dipandang sah dan benar menurut syariat

Islam apa bila memenuhi rukun dan syarat yang telah diatur dalam hukum

Islam, yakni sebagai berikut:

a. Rukun Gadai (Rahn)

1) Akad dan ijab qabul, seperti orang berkata “Saya serahkan kebun

kopi seluas ½ hektar padamu sebagai barang jaminan atas gadai

yang kita lakukan”. Pihak murtahin cukup menjawab “Saya

berikan uang sebesar Rp 35.000.000 padamu sebagai gadai

dengan jaminan kebun kopi seluas ½ hektar”. atau bisa pula

dilakukan selain dengan kata-kata, seperti dengat surat,

isyarat,dan yang lainnya.

2) Aqid, yaitu yang menggadaikan (rahin) dan yang menerima

gadai (murtahin).

3) Borq, yaitu barang yang dijadikan jaminan.

25
Jaih Mubarok dan Hasan, Fikih Mu’amalah Maliyah Akad Tabarru’(Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2017), hlm. 219.
26

4) Adanya utang (murhumbih).26

b. Syarat Gadai (Rahn)

1) Berakal.

2) Baligh (dewasa)

3) wujudnya marhun (barang yang dijadikan jaminan saat terjadinya

akad)

4) Barang jaminan dipegang oleh orang yang menerima barng

gadaian atau wakilnya.27

4. Pemanfaatan Barang Gadai (Rahn)

Pada dasarnya setiap barang yang berharga dan memiliki nilai

harus dapat diambil manfaatnya. Dengan begitu, hendaknya jangan

menyia-nyiakan manfaat yang berada pada suatu barang meskipun barang

tersebut merupakan barang gadaian. Berkaitan dengan barang gadaian,

para ulama berbeda pendapat mengenai siapa yang berhak memperoleh

manfaat barang gadai tersebut, apakah oleh pihak yang menggadaikan

(rahin) atau penerima gadai (murtahin). Oleh karena itu mengenai

pemanfaatan barang gadai terdapat yang menggadaiakan tidak boleh

memanfaatkan barang gadaian sementara kalangan syafi‟iyah

membolehkan pihak yang menggadaikan memanfaatkan barang gadaian

selama tidak menimbulkan perselisihan dengan pihak penerima gadai.

26
Hendi suhendi, Fiqh muamalah,... h. 107
27
Hendi suhendi, Fiqih muamalah,... h.108
27

Adapun mengenai pemanfaat barang gadai oleh penerima gadai

jumhur ulama kecuali kalangan Hanbaliyah tidak membolehkan penerima

untuk memanfaatkan barang gadai. Ulama Hanabilah mengklasifikasikan

apabila marhun selain hewan murtahin tidak diperbolehkan untuk

mengambil manfaat dari marhun tanpa seizin rahin terlebih dahulu.28

Persoalan lain adalah apabila yang dijadikan barang jaminan itu berupa

hewan, maka menurut sebagian ulama hanafiyah penerima gadai boleh

mengambil manfaat dari hewan ternak tersebut dengan syarat sudah

mendapatkan izin dari pemberi gadai. Ulama Malikiyah, Syafi‟iyah dan

sebagian ulama Hanafiyah menetapkan bahwa ketika hewan yang menjadi

barang jaminan itu dibiarkan tanpa diurus oleh pemiliknya maka

penerima gadai boleh memanfaatkannya, baik seizin pemiliknya maupun

tidak, karena membiarkan harta itu sia-sia termasuk perbuatan yang dapat

menimbulkan pemubadziran dan dilarang oleh Rasulullah Saw.29

Hak atas benda gadai tetap berada pada pemilik benda, meskipun

hak itu bersifat terbatas. luas oleh penerima gadai (murtahin) ketika orang

yang menggadaikanya tidak dapat melunasi hutangnya pada jangka waktu

yang telah ditentukan. Maka di sini murtahin diperbolehkan untuk

menjual barang gadai dan mengambil sejumlah uang yang sesuai dengan

28
Muhammad Syahrullah, “Formalisasi Akad Rahn dalam Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah”, Jurnal Islamika, Vol. 2, No. 2, 2019, hlm. 151.
29
Imam Mustofa, Fikih Muamalah Kontemporer (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2016), hlm. 201.
28

uang yang dipinjamkannya, adapun sisa uang dari pelunasan utang harus

diberikan kepada orang yang memiliki benda (rahin).

Para ulama sepakat bahwa orang yang menerima gadai tidak

diperbolehkan untuk mengambil manfaat dari barang gadai. Hal tersebut

didasarkan bahwa akad pokok dalam gadai adalah hutang piutang dan di

dalam hutang piutang itu akad yang bersifat tolong menolong (ta‟awun)

bukan mencari keuntungan (tanpa pamrih). Ketika mengambil

keuntungan dari barang gadaian dianggap sebagai suatu transaksi yang

ribawi. Hak atas hasil barang gadaian akan tetap menjadi hak si penggadai

kerena sebagai empunya barang. Namun selain itu juga, menurut ulama

lainnya terkait pengambilan pemanfaatan barang gadai oleh penerima

gadai itu bersifat terbatas hanya untuk mengganti biaya pemeliharaan dan

perawatan, jika barang yang dijadijkan barang jaminan tersebut berupa

barang yang diperlukan untuk dipelihara dan dirawat.

Adapun hal di atas dimaksudkan agar kondisi barang gadai tetap

dalam keadaan yang baik dan aman. Praktik-praktik gadai yang sudah

lama berlangsung di masyarakat, memang sebagian sudah sesuai dengan

tuntutan syariah, namun di sisi lain masih banyak terdapat praktik gadai

yang di dalamnya termasuk ke dalam transaksi yang ribawi, karena


29

biasanya dalam praktiknya lebih kepada pengambilan keuntungan bukan

untuk tolong menolong.30

5. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Gadai (Rahn)

Menutut Abdul Aziz Dahlan, bahwa pihak ra>hin dan murtahin

mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Hak dan kewajiban

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Hak dan Kawajiban Pemberi Gadai (ra>hin)

a. Hak Pemberi Gadai

1) Pemberi gadai berhak untuk medapatkan kembali barang gadai

setelah pemberi gadai melunasi utangnya.

2) Pemberi gadai berhak berhak menuntut ganti kerugian dari

kerusakan dan hilangnya barang gadai hal itu disebabkan oleh

kelalaian murtahin.

3) Pemberi gadai berhak untuk mendapatkan sisa dari penjualan

barang gadai setelah dikurangi biaya pelunasan utang dan

biaya lainnya.

4) Pemberi gadai berhak meminta kembali barang gadai apabila

murtahin telah jelas menyalahgunakan barang gadai.

b. Kewajiban Pemberi Gadai (rahin)

30
Nasruddin Yusuf, “ Pemanfaatan Barang Gadai dalam Perspektif Hukum Islam” Jurnal
Al-Syir’ah, Vol. 4, No. 2, 2006. hlm. 14.
30

1) Pemberi gadai berkewajiban untuk melunasi utang yang telah

di terimanya dari murtahin dalam tenggang waktu yang telah

ditentukan, termasuk biaya lain yang telah ditetukan murtahin.

2) Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan atas barang

miliknya, apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan

rahin tidak dapat melunasi utang kepada murtahin.

2. Hak dan Kewajiban Penerima Gadai (murtahin)

a. Hak Penerima Gadai (murtahin)

1) Penerima gadai berka menjual barang gadai apabila ra>hin pada

saat jatuh tempo tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai

orang yang berutang. Sedangkan hasil penjualan barang gadai

tersebut diambil sebagian untuk melunasi utang dan sisanya

dikembalikan kepada ra>hin

2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantian biaya

yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan barang

gadai.

3) Selama utang belum dilunasi, maka murtahin berhak untuk

menahan barang gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai

b. Kewajiban Penerima Gadai (murtahin)

1) Penerima gadai berkewajiban bertanggung jawab atas

hilangnya atau merosotnya harga barang gadai, apabila hal itu

atas kelalaiannya
31

2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk

kepentingan sendiri.

3) Penerima gadai tidak boleh menggunakan harta gadai tanpa

seizin pemberi gadai (rahin).31

6. Berakhirnya Akad Gadai (Rahn)

Sebuah perjanjia atau akad tidak akan berlaku selamanya. Ia

dibatasi oleh jangka waktu. Di samping itu, terkadang dengan terjadinya

kejadian tertentu dapat memberhentikan akad atau perjanjian yang

bersangkutan sebelum masa berlangsungnya habis. Menurut ketentuan

syariat bahwa apabila masa yang telah diperjanjikan untuk pembayaran

utang telah terlewati maka si berhutang berkewajiban untuk membayar

utangnya. Namun seandainya si berhutang tidak punya kemauan atau

kemampuan mengembalikan pinjamannya hendaklah ia memberi izin

kepada penerima gadai untuk menjual barang yang dijadikan sebagai

jaminan tersebut.32

Akan lebih baik pada saat pembuatan perjaanjian dibuat

klausula yang memberikan hak kepada penerima gadai untuk menjual

barang gadai setelah jangka waktu jatuh tempo terlewati. Dengan

malakukan hal ini diharapkan akan meminimalisir terjadinya sengketa

31
Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia (
Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 246
32
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian, hlm. 128.
32

dikemudian hari. Dapat disimpulkan bahwa akad rahn berakhir dengan

hal-hal sebagai berikut:

1) Barang yang telah diserahkan kembali ke pemiliknya

2) Rahin membayar utangnya

3) Dijual dengan perintah Hakim atas perintah rahin.

4) Pembebasan hutang dengan cara apapun meski tidak ada persetujuan

pihak rahin.

7. Operasionalisasi Hukum Gadai

Pelaksanaan Hukum-hukum gadai, menurut al-Jazairi sebagai berikut

1) Barang gadai harus berada di tangan murtahin dan bukan di tangan

rahin. Jika rahin meminta pengembaliaan barang gadai dari tangan

murtahin dan bukan di tangan rahin maka tidak diperbolehkan.

Adapun murtahin, ia diperbolehkan mengembalikan barang gadai

kepada pemiliknya karena ia mempunyai hak di dalamnya.

2) Barang-barang yang tidak boleh diperjualbelikan tidak boleh

digadaikan, kecuali tanaman dan buah-buahan yang di pohonnya

belum masak, Karena penjualan kedua barang tersebut haram,

namun bila digadaikan diperbolehkan, karena tidak ada gharar di

dalamnya bagi murtahin, karena piutangnya tetap ada kendati

tanaman dan buah-buahan yang digadaikan kepadanya mengalami

kerusakan.
33

3) jika tempo gadai telah habis maka muratahin meminta rahin

melunasi utangnya. Jika rahin melunasi utangnya maka murtahin

mengembalikan barang gadai kepada rahin. Jika rahin tidak

membayar utangnya maka murtahin mengambil piutangnya dari

hasil barang yang digadaika rahin kepadanya. Jika hasilnya tidak

ada, ia menjualnya dan mengambil piutangnya dari hasil penjualan

barang gadai. Jika hasil penjualan barang gadai lebih dari

piutangnya, ia kembalikan sisanya kepada rahin. Jika hasil

penjualan barang tidak cukup untuk membayar utang, sisa utang

tatap menjadi tanggungan rahin.

4) Barang gadai adalah amanah di tangan murtahin. Jadi, jika barang

gadai mengalami kerusakan karena keteledorannya, ia wajib

menggantinya. Jika barang gadai mengalami kerusakan bukan

karena keteledorannya, ia tidak wajib mengganti piutangnya,

karena tetap menjadi tanggungan rahin.

5) Barang gadai boleh dititipkan kepada orang yang bisa dipercaya

selain murtahin, sebab yang terpenting dari barang gadai adalah

dijaga, dan itu bisa dilakukan oleh orang yang bisa dipercaya.

6) Jika rahin mensyaratkan barang gadai ketika utangnya telah jatuh

tempo, akad gadai menjadi batal. Begitu juga jika murtahin

mensyaratkan kepada rahin dengan berkata kepadanya “ Jika tempo

pembayaran utang telah jatuh dan engkau tidak membayar


34

utangnya kepadaku maka barang gadai menjadi milikku”

hukumnya menjadi tidak sah, karena Rasulullah saw. Bersabda

“rahn itu tidak boleh dimiki. Rahn itu milik orang yang

menggadaikannya. Ia berhak atas keuntungan dan kerugiannya.”

(H.R. Ibnu Majah dengan sanad yang baik).

7) Murtahin berhak menaiki bagai gadaian yang bisa dinaiki dan

memerah barang gadai yang bisa diperah sesuai dengan besarnya

biaya yang dikeluarkan untuk barang gadi tersebut. Tapi ia harus

adil di dalamnya, dalam artian tidak memanfaatkanya lebih baik

daripada biaya yang ia keluarkan untuk barang gadai tersebut.

8) Jika rahin meninggal dunia atau bangkrut, murtahin lebih berhak

atas barang gadai dari semua kreditur. Jika tempo pembayaran

utang telah jatuh, ia menjual barang gadai yang ada padanya dan ia

mengambil piutangnya dari hasil penjualan barang gadai tersebut.

Jika hasil penjualan barang gadai surplus maka ia

mengembalikannya kepada rahin, dan jika penjualan tidak cukup

untuk membayar piutangnya, ia memiliki hak yang sama bersama

para kreditur terhadap sisa barang gadai.33

8. Hikmah dan Manfaaat Gadai (Rahn)

Seiring dengan kemajuan zaman dan makin merebaknya bergadai

produk yang ada dalam masyarakat sehingga menuntut perubahan sosial

33
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah, hlm. 201
35

secara merata karena masyarakat cendrung bersifat komsumtif. Apalagi

didorong dengan berbagai iklan-iklan yang ditawarkan kepada masyarak.

Ketidak hal yang demikian terjadi dengan tanpa diimbangi dengan tingkat

penghasilan yang ada dalam masyarakat maka yang terjadi adalah

semakin sengsaranya kehidupan yang mereka jalani. Bahkan sampai ada

yang menjual rumah atau tanahnya hanya demi memenuhi kebutuhan

keluarga yang terkena virus pola konsumtif, jalan lain apabila tidak ingin

menjual barangnya adalah dengan cara menggadaikannya.

Manjaminkan suatu barang atas utang tidak mengandung resiko

biaya perwatan dan yang tidak menimbulkan manfaat seperti menjadikan

bukti kepemilikan, bukan barangnya, sebagaimana yang telah

berkembang sekarang ini agaknya lebih baik untuk menghindarkan

perselisihan antara kedua belah pihak sehubungan dengan resiko dan

manfaat barang gadai. Lebih dari itu, masing-masing pihak dituntut

bersikap amanah, pihak yang berutang menjaga amanah atas pelunasan

utang. Sedangkan pihak penerima gadai bersikap amanah atas barang

yang di percaya sebagai jamianan. Dapat dikatakan bahwah pemanfaatan

barang gadai dapat menimbulkan suatu manfaat terhadap masyarakat

yang telah malaksanakan gadai dalam transaksi ekonomi.

Hikmah disyariatkannya gadai seperti yang telah dijelaskan oleh

Ahmad Wardi Muslich bahwa hikmah gadai adalah suatu keadaan setiap

orang yang berbeda, ada yang kaya dan ada yang miskin, padahal harta
36

sangat dicintai setiap jiwa. Lalu, terkadang di suatu waktu, seseorang

sangat membutuhkan uang untuk menutupi kebutuhan-kebutuhannya

yang mendesak. Namun dalam keadaan itu, dia pun tidak mendapatkan

orang yang bersedekah kepadanya atau yang meminjamkan uang

kapadanya, juga tidak ada penjamin yang menjaminnya. Hingga ia

mendatangi orang lain untuk membeli barang yang dibutuhkannya dengan

cara berutang, sebagaimana yang disepakati kedua belah pihak. Bisa jadi

pula, dia meminjam darinya, dengan ketentuan, dia memberikan barang

gadai sebagai jaminan yang disimpan pada pihak pemberi utang hingga ia

melunasi utangnya.

Tak lain halnya yang telah dikemukakan oleh Sohari Sahrani dan

Ruf‟ah Abdullah, Allah mensyariatkan gadai (rahn) untuk kemaslahatan

orang yang menggadaikan (rahin), pemberi utangan (murtahin), dan

masyarakat. Untuk rahin, ia mendapatkan keuntungan berupa dapat

menutupi kebutuhannya. Ini tentunya bisa menyelamatkannya dari krisis,

menghilangkan kegundahan di hatinya, serta terkadang ia bisa berdagang

dengan modal tersebut, yang dengan itu menjadi sebab ia menjadi kaya.

Adapun murtahin (pihak pemberi utang), dia akan menjadi tenang serta

merasa aman atas haknya, dan dia pun mendapatkan keuntungan syar‟i.

Bila ia berniat baik, maka dia mendapatkan pahala dari Allah. Adapun

kemaslahatan yang kembali kepada masyarakat, yaitu memperluas

interaksi perdagangan dan saling memberikan kecintaan dan kasih sayang


37

di antara manusia, karena ini termasuk tolong-menolong dalam kebaikan

dan takwa. Terdapat manfaat yang menjadi solusi dalam krisis,

memperkecil permusuhan, dan melapangkan penguasa.34

Dari penjelasan diatas hikmah disyariatkannya gadai itu disamping

dapat memberikan pemanfaatan atas barang yang digadaikan juga disisi

lain dapat memberikan keamanan bagi rahin dan murtahin, bahwa

dananya tidak akan hilang jika dari pihak rahin ingkar janji untuk

membayar utangnya karena ada suatu aset atau barang yang dipegang

oleh pihak murtahin. Dari sisi peminjam atau rahin dapat memanfaatkan

dana pinjamanya untuk usaha secara maksimal sehingga membantu

menggerakkan roda perekonomian menuju kesejahteraan lebih baik, lebih

maju, dan lebih makmur.

B. Definsi Hukum Islam

1. Pengertian Hukum Islam

Pengertian hukum Islam atau syariat islam adalah sistem

kaidahkaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul

mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani

kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua

pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh

Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah berarti

hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk umatNya yang

34
Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011)
, hlm. 162.
38

dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan

(aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah.35

Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat

manusia untuk menuju kepada Allah Ta‟ala. Dan ternyata islam bukanlah

hanya sebuah agama yang mengajarkan tentang bagaimana menjalankan

ibadah kepada Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan

Allah swt untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta‟ala dan

hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada

seluruh ajaran Islam, khususnya Al-Quran dan Hadits.36

Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang

diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi

SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)

maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan)

yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya.37

2. Sumber Hukum-Hukum Islam

Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah

aturan-aturan untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia.

Karena banyak ditemui permasalahan-permasalahan, umumnya dalam

bidang agama yang sering kali membuat pemikiran umat Muslim yang

35
Eva iryani “ Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia”Universitas
Batanghari Jambi Jurnal Ilmiah, Vol.17 No.2 Tahun 2017 hal 24.
36
Eva iryani, Hukum Islam....... hlm 24.
37
Eva iryani, Hukum Islam....... hlm 24.
39

cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukansumber hukum

Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:

a. Al-Quran Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran,

sebuah kitab suci umat Muslim yang diturunkan kepada nabi

terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-

Quran memuat kandungan-kandungan yang berisi perintah,

larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya.

Al-Quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya

manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang

ber akhlak mulia. Maka dari itulah, ayatayat Al-Quran menjadi

landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.

b. Al-Hadist Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist,

yakni segala sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW.

Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-

Hadist terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan yang

masih global dalam Alquran. Kata hadits yang mengalami

perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka

dapat berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan

maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan

ketetapan ataupun hukum Islam.

c. Ijma‟ Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa

setelah zaman Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama.” Dan


40

ijma‟ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di

zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi‟ut tabiin (setelah

tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar

dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak,

sehingga tak dapat dipastikan bahwa semua ulama telah

bersepakat.

d. Qiyas Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-

Hadits dan Ijma‟ adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu

yang tidak ada dalil nashnya dalam Al quran ataupun hadis

dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu

yang hendak diketahui hukumnya tersebut. Artinya jika suatu

nash telah menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam

agama Islam dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk

mengetahui permasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus

lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam

suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan

hukum kasus yang ada nashnya.38

3. Macam-Macam Hukum Islam

Tiap sendi-sendi kehidupan manusia, ada tata aturan yang harus

ditaati. Bila berada dalam masyarakat maka hukum masyarakat harus

dijunjung tinggi. Begitu pula dengan memeluk agama Islam, yaitu agama

38
Eva iryani, Hukum Islam....... hlm 25.
41

yang memiliki aturan. Dan aturan yang pertama kali harus kita pahami

adalah aturan Allah. Segala aturan Ilahi dalam segala bentuk hukum-

hukum kehidupan manusia tertuang di Al-Qur‟an, yang dilengkapi

penjelasannya dalam hadits Nabi SAW. Berikut ini adalah macam-

macam hukum Islam,

a. Wajib

Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan

mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa.

Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum wajib adalah shalat

lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa, melaksanakan

ibadah haji bagi yang mampu, menghormati orang non muslim dan

banyak lagi.

b. Sunnah

Sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk

dikerjakan tetapi tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau

sederhananya perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan

pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan atau

hukuman. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum sunnah

ialah shalat yang dikerjakan sebelum/sesudah shalat fardhu,

membaca shalawat Nabi, mengeluarkan sedekah dan sebagainya.

c. Haram
42

Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti

akan mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan

mendapatkan pahala. Contoh perbuatan yang memiliki hukum

haram adalah berbuat zina, minum alkohol, bermain judi,

mencuri, korupsi dan banyak lagi.

d. Makruh

Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika

meninggalkannya itu lebih baik dari pada mengerjakannya.

Contoh dari perbuatan makruh ini adalah makan bawang,

merokok dan sebagainya.

e. Mubah

Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh

agama antara mengerjakannya atau meninggalkannya. Contoh

dari mubah adalah olahraga, menjalankan bisnis, sarapan dan

sebagainya.39

4. Tujuan Sistem Hukum Islam

Sumber hukum syariat Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadist.

Sebagai hukum dan ketentuan yang diturunkan Allah swt, syariat Islam

telah menetapkan tujuan-tujuan luhur yang akan menjaga kehormatan

manusia, yaitu sebagai berikut.

a. Pemeliharaan atas keturunan

39
Eva iryani, Hukum Islam....... hlm 26.
43

Hukum syariat Islam mengharamkan seks bebas dan

mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini untuk

menjaga kelestarian dan terjaganya garis keturunan. Dengan

demikian, seorang anak yang lahir melalui jalan resmi pernikahan

akan mendapatkan haknya sesuai garis keturunan dari ayahnya.

b. Pemeliharaan atas akal

Hukum Islam mengharamkan segala sesuatu yang dapat

memabukkan dan melemahkan ingatan, seperti minuman keras

atau beralkohol dan narkoba. Islam menganjurkan setiap Muslim

untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya. Jika akalnya terganggu karena pesta miras oplosan,

akalnya akan lemah dan aktivitas berpikirnya akan terganggu.

c. Pemeliharaan atas kemuliaan

Syariat Islam mengatur masalah tentang fitnah atau tuduhan

dan melarang untuk membicarakan orang lain. Hal ini untuk

menjaga kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar dari hal-hal

yang dapat mencemari nama baik dan kehormatannya.

d. Pemeliharaan atas jiwa

Hukum Islam telah menetapkan sanksi atas pembunuhan,

terhadap siapa saja yang membunuh seseorang tanpa alasan yang


44

benar. Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga dan patut

dijaga keselamatannya.

e. Pemeliharaan atas harta

Syariat Islam telah menetapkan sanksi atas kasus pencurian

dengan potong tangan bagi pelakunya. Hal ini merupakan sanksi

yang sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk

melakukan pelanggaran terhadap harta orang lain.

f. Pemeliharaan atas agama

Hukum Islam memberikan kebebasan bagi setiap manusia

untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Islam tidak

pernah memaksakan seseorang untuk memeluk Islam. Akan

tetapi, Islam mempunyai sanksi bagi setiap muslim yang murtad

agar manusia lain tidak mempermainkan agamanya.40

40
Eva iryani, Hukum Islam....... hlm 27
BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Desa Belimbing

Belimbing adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Muara

Pinang, Kabupaten Empat Lawang, Sumatra Selatan. Desa Belimbing

dulunya bernama Kembang Tanjung, namun pada tahun 1986 nama Desa

berganti menjadi Desa Belimbing, Desa ini dilintasi oleh Jalan Lintas

Sumatra. Desa Belimbing memiliki potensi yang cukup strategis dengan luas

wilayah 600 Ha yang terbagi menjadi 2 dusun dan perkebunan.

Desa Belimbing secara astronomis bila dilihat dari garis bujur dan garis

lintang, maka Desa Belimbing terletak antara 103º2'31.200'' Bujur Timur dan

3º49'1.200'' Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya Desa

Belimbing memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Suka Dana

2. Sebelah Timur : Tanjung Kurung

3. Sebelah Selatan : Padang Burnai

4. Sebelah Barat : Kecamatan Kikim

B. Topografi Desa Belimbing

Topografi Desa Belimbing berada pada dataran rendah sekitar 40,0

Meter diatas permukaan laut, memiliki tanah yang bergelombang, terdiri dari

datran dan bukit-bukitan serta beberapa tempat tertentu terdapat cekungan

aliran sungai mengalir. Jarak tempuh ibu kota dengan kecamatan adalah 3km

yang dapat ditempuh dengan sekitar 8 menit. Sedangkan jarak tempuh dengan

45
46

ibu kota dengan kabupaten adalah 47Km dapat ditempuh dengan waktu

sekitar 1 jam 30 menit.

Luas wilayah Desa Belimbing 600ha, luas lahan yang ada terbagi

dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokan seperti permukiman,

perkebunan, pekarangan, pasar tradisonal, kuburan, fasilitas umum dan lain-

lain. Wilayah Desa Belimbing secara umum memiliki ciri geologis berupa

lhan tanah yang sangat cocok untuk perkebunan. Berdasarkan data yang

masuk tanaman kebun kopi dan lahan kopi mampu menjadi sumber

pendapatan (income) yang cukup dapat diandalkan penduduk Desa Belimbing

Kecamatan Muara Pinang di sektor pertanian, begitu juga di sektor hutan

seperti Rotan sangat memeberikan harapan bagi masyarakat di Desa

Belimbing. Dengan kondisi alam yang demikian telah membuat sektor

pertania dan perkebunan secara umum dapat menjadi penyumbang Produk

Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar desa.

Tabel 3.1 Sarana Prasarana Umum

No Sarana dan Prasarana Desa Jumlah Kondisi

1 Masjid 1 Baik

2 Langgar 1 Baik

3 PAUD 1 Baik

4 Puskesmas 1 Baik

5 Posyandu 2 Baik

6 Kantor Desa 1 Baik

7 Pasar Tradisonal 1 Baik


47

8 Jembatan besi di jalan Desa 1 Baik

9 Lapangan Voli 1 Baik

10 Tempat Pemakaman Umum 1 Baik

C. Kondisi Sosial Desa Belimbing

1. Kependudukan

Berdasarkan data administrasi Pemerintahan Desa tahun 2022,

jumlah penduduk Desa Belimbing adalah 1005 dengan rincian 533 laki-

lali dan 471 perempuan. Jumlah penduduk tergabung dalam 292 KK.

Agar dapat mendeskripsikan dengan lengkap tentang informasi keadaan

penduduk di Desa Belimbing maka perlu diidentifikasi jumlah penduduk

dengan menitik beratkan pada klasifikasi umur.41 Untuk memperoleh

infomasi ini mkaka perlulah dibuat tabel sebagai berikut.

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 Tahun 48 46 94

2 5-9 Tahun 48 42 90

3 10-14 Tahun 37 31 68

4 15-19 Tahun 42 40 82

5 20-24 Tahun 51 55 106

6 25-54 Tahun 223 187 410

41
Profil Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang 2022
48

7 55-64 Tahun 54 47 101

8 >65 Tahun 30 24 54

Jumlah Total 533 472 1005

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam memajukan tingkat

kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat ekonomi pada

khususnya. Dengan tingkat pendidkan yang tinggi maka dapat memacu

tingkat kecakapan masyarakat yang pada akhirnya akan mendorong

tumbunya keterampilan wirausaha dan lapangan kerja baru. Dengan

sendiranya akan membantu pemerintahan dalam mengatasi penganguran

dan kemiskinan.

Pendidikan dapat mempertajam sitematika berpikir atau pola pikir

individu, selain mudah menerima informasi yang lebih maju serta tidak

gagap teknologi. Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat rata-rata

pendidikan warga Desa Belimbing.

Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Belum sekolah 23 Orang 20 Orang 43 Orang

2 Belum tamat SD 28 Orang 30 Orang 58 Orang

3 Tidak tamat SD 59 Orang 46 Orang 105 Orang

4 Tamat SD/sederajat 97 Orang 74 Orang 171 Orang


49

5 Tidak tamat SLTP/SMP 68 Orang 60 Orang 128 Orang

6 Tamat SLTP/SMP 92 Orang 81 Orang 173 Orang

7 Tidak tamat SLTA/SMA 49 Orang 45 Orang 94 Orang

8 Tamat SLTA/SMA 107 Orang 98 Orang 205 Orang

9 Tamat DII - - -

10 Tamat DIII 3 Orang 8 Orang 11 Orang

11 Tamat SI 7 Orang 10 Orang 17 Orang

12 Tamat SII - -

13 Tamat SIII - - -

14 Tamat SLB C (tuna - - -

grahita/mental)

15 Tamat SLB G (tuna - - -

ganda)

Jumlah 533 Orang 472 Orang 1005

Orang

Dari data diatas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa

Belimbing hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang SLTA.

Dalam hal kesedian Sumber Daya Manusia (SDM) yanh memadai dan

memumpuni keadain ini merupakan tantang tersendiri. Sebab ilmu

pengetahuan setara dengan kekuasaan yang akan berimplikasi pada

penciptaan kebaikan kehidupan. Rendahnya kualitas pendidikan di Desa

Belimbing, tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana


50

pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan

hidup masyarakat. Sarana pendidikan masyarakat di Desa Belimbing

hanya tersedia di batas SLTA, sementara untuk menempu pendidikan

perguruan tinggi lain tempatnya relatif jauh. Tentunya ada beberapa

solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan rendahnya Sumber

Daya Manusia (SDM) di Desa Belimbing yaitu dengan pelatiahan, kursus

dan lain-lain. Dengan gagasan ini nantinya Desa Belimbing mampu

menyediakan tenaga-tenaga kerja yang trampil dan sesuai kebutuhan.42

3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara

Pinang sebagian besar adalah petani, buisa dikatakan 90% masyarakat

mata pencarian penduduk daerah ini adalah petani, hanya sedikit sekali

yang bermata pencaharian pedagang, buruh dan pegawai negeri dal lain-

lain. meskipun diantaranya sebagai pedang atau pegawai negeri tetapi

mereka masih memiliki perkebunan.43 Umtuk lebih jelasnya klasifikasi

penduduk dan mata pencaharian kasifikasi penduduk dan mata

pencaharianya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3.4 Macam-Macam Pekerjaan dan Jumlahnya

No Mata Pencaria Laki-Laki Perempuan

1 Petani 247 Orang 126 Orang

2 Buru 43 Orang 41 Orang

42
Profil Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang 2022
43
Profil Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang 2022
51

3 Pegawai Negeri Sipil 3 Orang 3 Orang

4 Pedagang 2 Orang 13 Orang

5 Montir 2 Orang -

6 Wiraswasta 19 Orang 21 Orang

7 Jenis Pengobatan Alternatif 2 Orang 3 Orang

8 Tukang Listrik - -

9 Tukang Las 1 Orang -

10 Tukang Kayu 2 Orang -

11 Tukang Jahit 1 Orang 2 Orang

12 Tukang Gali Sumur 1 Orang -

13 Yang tidak sedang berkerja 210 263

Jumlah 533 Orang 472 Orang

D. Kondisi Agama dan Budaya

a. Agama

Agama adalah suatu kebutuhan bagi manusia, karena manusia

tanpa Agama akan hidup sewenang-wenang karena tanpa ada yang

mengikatnya, untuk itu manusia membutuhkan agama sebagai pedoman

hidupnya. Sebagian besar masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara

Pinang Kabupaten Empat Lawang 100% menganut Agama Islam, tidak

ada yang menganut agama lain selain Agama Islam. Maka dari kondisi

keagamaannya sangat kuat, hal ini dapat dilihat dari keinginan

masyarakat untuk mendirikan tempat-tempat ibadah yang mereka bangun

dengan swadaya dari masyarakat itu sendiri. Untuk meningkatkan


52

pengetahuan keagamaan, di Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang

Kabupaten Empat Lawang sudah adanya pengajian-pengajian berupa

ceramah-ceramah yang dilakukan di masjid-masjid terutama anak-anak

dan ibu-ibu.

Selanjutnya untuk menampung kegiatan agama Islam di Desa

Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang tersedia

Sarana ibadah atau tempat peribadahan terutama masjid dan disamping

itu ada juga mushallah yang dapat mendukung masyarakat untuk dapat

melaksanakan ibadah.

b. Budaya

Di Desa Belimbing termasuk desa yang terletak jauh dari Ibu Kota

dan mayoritas mata pencariannya adalah petani. Desa Belimbing

memiliki jarak tempuh yang relative jauh dari pusat pemerintahan.

Namun, kondisi ini ditunjang dengan sarana dan prasarana kegiatan

masyarakat pedesaan pada umumnya dan memiliki kehidupan sosial

budaya yang sangat kental. Hal ini yang membedakan antara kondisi

sosial masyarakat desa dengan masyarakat kota pada umumnya yang

terkenal dengan individual yang merupakan corak kehidupan masyarakat

kota. Masyarakat Desa Belimbing hanya mengandalkan bahasa daerah

untuk komunikasi langsung antarsesama. Dalam kehidupan bertani

masyarakat mengandalkan tolong menolong atau gontong royong

antarsesama, hal ini telah menjadi suatu tradisi dan budaya masyarakat

Desa Belembing.
53

Nilai kebudayaan masyarakat Desa Belimbing tidak hanya terdapat

pada kehidupan bertani saja, tolong menolong juga dilakukan masyarakat

pada saat mereka mengadakan hajatan, khitanan dan pernikahan yaitu

budaya ngantat betolong. Di dalam budaya ngantat betong terdapat

perilaku akuntansi di dalamnya, akuntabilitas dalam budaya ngantat

betong pada saat hajatan berlangsung masyarakat yang bertugas mencatat

pada saat ngantat betolong akan melakukan pertanggungjawaban yang

dilakukan dalam bentuk buku pelaporan sederhana, sedangkan untuk tuan

rumah atau orang yang memiliki acara mempertanggungjawabkan

catatan nganta betolong dengan cara membalas orang-orang yang telah

ngantat betolong pada saat mereka memerlukan balasan.44 Nilai-nilai

kebudaya juga tertuang dalam bidang seni yaitu seni tari yang dinamkan

tari mapak, tari mapak ini biasa ditampilkan untuk menyambut dsn

menghibur tamu dalam acara pernikan.

Tari Mapak merupakan tari Kreasi Baru. Tari Mapak ini diciptakan

atas permintaan Bupati Kabupaten Empat Lawang yang mana saat itu

Bupati Kabupaten Empat Lawang yaitu Budi Antoni Aljufri merupakan

bupati yang pertama menjabat semenjak Kabupaten Empat Lawang

terbentuk pada 20 April 2007. Bupati ingin memiliki tari Sambut sebagai

identitas di Kabupaten Empat Lawang dan juga nantinya tari itu akan

ditampilkan pada setiap acara penyambutan tamu-tamu penting yang

datang ke Kabupaten Empat Lawang, maka dari itu bupati menunjuk

44
Profil Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang 2022
54

salah seorang masyarakat Kabupaten Empat Lawang yang bernama Kms.

Anwar Beck, yang memiliki kompetensi dan kemampuan seni tari atau

yang berlatar belakang seni tari sebagai koreografer (pencipta tari). 45

E. Informan Penelitia

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi,

penelitian menentukan informan menggunakan Teknik purposive sampling

yaitu Teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbanngan – pertimbangan dalam pengambilan data dan penentuan

sampel.46 Adapun informan dalam penelitian ini adalah pihak yang

melakukan gadai kebun kopi tanpa batas waktu dan pihak yang menima gadai

kebun kopi tanpa batas waktu.

Tabel 3.5 Informan Penelitian

No Nama Umur Perkerjaan Keterangan

1 Zakaria 45 Tahun Petani Rahin

2 Kader 48 Tahun Petani Rahin

3 Hasan 50 Tahun Petani Rahin

4 Noperi 42 Tahun Petani Murtahin

5 Firmansyah 35 Tahun Petani Murtahin

6 Karman 43 Tahun PNS Murtahin

45
Wulan Permata Sari1 dkk, tinjauan koreografi tari mapak di tebing tinggi kabupaten
empat lawang sumatera selatan (Padang:FBS Universitas Negeri Padang 2014) hlm 84.
46
Sugiono, Metode Pendidikan Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dan R&D, (Bandung
: Alfabeta, 2009),h. 300.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Praktik gadai tanpa batas waktu di Desa Belimbing Kecamatan Muara

Pinang Kabupaten Empat Lawang. Berdasarkan yang diperoleh di lapangan

di ketahui bahwa pelaksaan praktek gadai kebun kopi di Desa Belimbing

yaitu utang dengan barang jaminan antara pengadai (rahin) dengan penerima

gadai (murtahin), rahin mendapatkan uang dan murtahin mendapatkan

barang jaminan berupa kebun kopi. “Kebanyakan pemilik kebun kopi di Desa

Belimbing melakukan praktek gadai kebun kopi tersebut karena adanya suatu

kebutuhan yang sangat mendesak dan tidak ada pilihan lagi selain

menggadaikan kebun kopi untuk mendapatkan uang dengan cepat”.47

Dengan melalukan praktik gadai kebun kopi tanpa batas waktu juga

disertai dengan pemanfaatan barang gadai dapat merugikan salah satu pihak

yaitu pihak rahin. “Sebernya kami (rahin) mengalami kerugian dalam

melalukan gadai ini, tapi untuk mendapatkan pinjam uang di waktu mendesak

terpaksa saya harus mengadaikan kebun milik saya meskipun itu sumber

penghasilan utama untuk saya tapi ya mau bagaimana lagi”48

Terdapat dua pihak responder dalam penelitian ini, dua pihak

responder tersebut antara lain yaitu pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai

(murtahin). Sesi pertama wawancara dilakukan dengan pihak pemberi gadai

(rahin) dan sesi ke dua dilanjutkan dengan pihak penerima gadai (murtahin).

47
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
48
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022

55
56

Gadai (rahn) pada masyarakat di Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang

Kabupaten Empat Lawang yaitu menjadikan kebun kopi sebagai barang

jaminan (marhun) atas pinjaman yang diterima oleh orang yang

menggadaikan (rahin) dari orang yang memberikan pinjaman atau sebagai

penerima gadai (murtahin), murtahin berhak mengolah dan menggambil

manfaat dari barang jaminan (marhun) yang berupa kebun kopi selama pihak

rahin belum melunasi hutangnya. Pada akad gadai yang di lakukan

masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat

Lawang tersebut adalah akad yang dilakukan secara lisan dan tidak

menyebutkan kapan batas waktu penebusan barang jaminan (marhun),

penebusan barang jaminan (marhun) secara otomatis dapat dilakukan apabila

pihak rahin telah memiliki uang untuk menebusnya. Praktek gadai seperti

itulah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara

Pinang Kabupaten Empat Lawang.

Sementara hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan pihak

pemberi gadai (rahin) diperoleh hasil informan dengan pertanyaan sebagai

berikut:

1. Apakah bapak/ibu/saudara melakukan gadai kebun kopi?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Iya saya telah menggadaikan kebun kopi saya”.49

Jawaban dari bapak Kader

“iya”.50

49
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
50
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 November 2022
57

Jawaban dari bapak Hasan

“iya benar saya menggadaikan kebun kopi saya."51

Berdasarkan jawaban dan informasi yang didapatkan penulis saat

wawancara yaitu mereka benar telah melakukan gadai kebun kopi.

2. Kepada siapa bapak/ibu/saudara menggadaikan kebun kopi?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Saya menggdaikan kebun kopi milik saya kepada saudara


Noperi”.52

Jawaban bapak Kader

“Saya menggadaikan kebun kopi kepada keponakan saya sendiri


yaitu saudara Firmansyah”.53

Jawaban dari bapak Hasan

“Saya menggadaikan kebun saya kepada bapak Karman, bapok


sekdes”54

Dari hasil wawancara yang penulis lakaukan bersama bapak

Zakaria ia mengadaikan kebun kopinya kepada saudara Noperi,

sedangkan bersama bapak Kader ia mengadaikan kebun kopinya

kepada keponakanya sendiri yaitu saudara Firmansyah, dan bersama

bapak Hasan ia mengadaikan kebun kopi miliknya kepada saudara

Karman yaitu bapak Sekretaris Desa Bembing.

3. Berapa lama bapak/ibu/saudara mengadaikan kebun kopi?

Jawaban dari bapak Zakaria

51
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
52
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
53 53
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 November 2022
54
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
58

“Saya tidak mentukann batas waktu, saya takut jika nanti sudah
jatuh tempo saya belum mempunyai uang untuk menebus kebun kopi
yang saya jadikan barang jaminan”.55

Jawaban bapak Kader

“Saya melakukan gadai dari tahun 2019 sampai saat ini telah
berjalan 3 tahun, saya tidak menetukan batas waktu karena saya
percaya kepada sauadara Firmansyah dan jika ada batas waktu saya
juga takut kalau sudah jatuh tempo saya belum memiliki uang untuk
menebus barang jaminan”.56

Jawaban dari bapak Hasan

“Gadai yang kami lakukan ini tidak ada tempohnya, tapi untuk
sudah sebrapa lama saya melakukan ini yaitu sekitar tiga tahunan. Saya
menggadaikan kubun itu dari tahun 2019.”57

Jangkah Waktu Gadai Kebun Kopi berdasarkan hasil

wawancara yang penulis lakukan dengan informan menganai lama atau

batas waktu dari praktek gadai kebun kopi mendapatkan bahwa mereka

tidak menetukan batasan waktu (tempo) karena mereka saling percaya

antara satu sama lain dan mereka juga takut jika nantinya sudah jatuh

tempo tetapi belum mempunyai uang untuk menubus kebun kopi yang

menjadi jaminan.

4. Sejak kapan bapak/ibu/saudara menyerahkan tanah kebun kopi yang

digadaikan (rahn) kepada penerima gadai (murtahin)?

Jawaban bapak Zakaria

“Langsung setelah terjadinya akad atau transaksi kesepakatan


gadai itu, kebun kopi saya serahkan kepada saudara Noperi”.58

Jawaban dari bapak Kader

55
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
56
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
57
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
58
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
59

“Sesuai dengan kesepakatan yang kami buat bahwasanya kebun


kopi tetap saya yang menggelolah, pihak penerima gadai hanya
menerima hasil kebun yang dibagi dengan kesepakatan yang telah
dibauat juga”.59

Jawaban dari bapak Hasan

“Untuk kebun kopi langsung diserahkan setelah kami


melakukan akad.”60

Penyerahan Tanah Kebun Kopi (Marhun) berdasarkan hasil

wawancara yang penulis lakukan dengan informan mengenai

penyerahan kebun kopi yaitu langsung setelah terjadinya akad dan

untuk bapak Kader kebun kopi tetap ia sendiri yang mengelolahnya.

5. Berapa uang yang diterima bapak/ibu/saudara dari penerima gadai

(murtahin)?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Sesuai dengan kesepakat pada saat transaksi yaitu Rp.


35.000.000 jadi saya menerima uang sebesar Rp. 35.000.000 dari
saudara Noperi”.61

Jawaban dari bapak Kader

“Saya menerima uang sebesar Rp. 40.000.000 dari saudara


Firmansyah”.62

Jawaban dari bapak Hasan

“Saya meminjam uang sebesar Rp. 40.000.000 kepada saudara


Karman, jadi saya menerima uang sebesar Rp. 40.000.000” 63

Jumlah Uang Gadai Yang Diterima (Marhun Bihi)

berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

59
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
60
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
61
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
62
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
63
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
60

informan mengenai uang yang diterima rahin yaitu Rp. 35.000.000

untuk bapak Zakaria, Rp. 40.000.000 untuk bapak Kader dan bapak

Hasan.

6. Sejak kapan bapak/ibu/saudara menerima uang dari penerima gadai

(murtahin)?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Saya menerima uang langsung setelah akad atau transaksi pada


saat itu”64

Jawaban dari bapak Kader

“Saya menerima uang sejak saat itu juga, setelah akad


berlangsung pihak dari penerima gadai (murtahin) langsung
menyerahkan uangnya”.65

Jawaban dari bapak Hasan

“Langsung di hari saat kami melakukan akad, saya menerima


uang atas kebun kopi yang saya gadaikan dan bapak Karman juga
langsung menerima kebun kopi yang saya gadaikan.”66

Penerimaan Uang Gadai berdasarkan hasil wawancara yang

penulis lakukan dengan informan mengenai sejak kapan rahin

menerima uang dari murtahin mendapatkan jawaban yaitu rahin

langsung menerima uang setelah akad berlangsung.

7. Apakah perjanjian akad gadai (rahn) yang bapak/ibu/saudara lakukan

secara lisan atau tertulis?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Akad yang saya lakukan yaitu dengan cara lisan, karena saya
telah menawarkan kepada orang-orang bahwa saya (rahin) akan
64
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
65
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
66
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
61

mengadaikan kebun kopi saya dengan luas sekitar ½ hektar sebagai


barang jaminan (marhun) agar saya dapat meminjam uang sebesar
Rp. 35.000.000, kemudian saya mendatangi saudara Noperi
(murtahin) ke rumahnya untuk meminta pinjaman uang dengan
kebun kopi saya sebagai jaminanya yang dapat di kelola dan di
ambil manfaatnya”.67

Jawaban dari bapak Kader

“Perjanjian yang saya lakukan yaitu secara lisan, karena saya


(rahin) menawarkan langsung kepada saudara Firmansyah
(murtahin) lahan kebun kopi milik saya dengan luas sekitar ½ hektar
sebagai jaminan (marhun) supaya saya bisa meminjam uang sebesar
Rp. 40.000.000,” .68

“Setiap panen hasil dari kebun kopi akan dibagi menjadi 3


bagian, 2 bagian untuk yang mengelola kebun dan 1 bagian untuk
pihak penerima gadai (murtahin), pada perjajian ini yang mengelola
kebun kopi itu saya sendiri (rahin)”69

Jawaban dari bapak Hasan

“Akad hanya dilakukan secara lisan, namun di saat kami


melakukan akad itu terdapat saksi yang mendampingi kami dari
awal akad dan perjanjian sampai penyerahan uang yang saya
pinjam yaitu sebesar Rp.40.000.000 dan penyerahan kebun kopi”70

Bentuk Perjanjian atau Akad Gadai Kebun Kopi

berdasarkan hasil dari wawancara penulis lakukan dengan informan

mengenai perjanjian akad gadai dilakukan secara tertulis atau secara

lisan memperoleh jawaban mereka melakukan perjanjian akad gadai

kebun kopi jelas hanya dilakukan secara lisan dengan hanya

menyebut nominal pinjaman dan kemudian langsung meyerahkan

uang gadai dan barang jaminan.

67
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
68
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
69
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
70
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
62

8. Adakah saksi saat bapak/ibu/saudara melakuakan akad gadai kebun

kopi?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Ada dua orang saksi saat melakukan akad atau transasi yaitu
saudara Bobi Saputra keponakan saya sendiri dan saudara Reza adik
kandung dari saudara Noperi”.71

Jawaban dari bapak Kader

“Ya, ada dua saksi saat kami melakukan akad yaitu saudara
Efendi dan saudara Fairuz”.72

Jawaban dari bapak Hasan

“iya, ada tiga orang saksi saat kami melakukan akad yaitu
saudara Medi yanto, saudara Irawan dan Rozik menantu saya”.73

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

informan mengenai adakah saksi saat akad berlangsung mereka

menjawan ada dua orang saksi untuk akad gadai yang dilakukan

bapak Zakaria dan bapak Kader, dan ada tiga orang saksi untuk

akad yang dilakukan oleh bapak Hasan.

9. Siapa yang memegelola kebun kopi?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Pihak penerima gadai (murtahin)”.74

Jawaban dari bapak Kader

“Saya sendiri yang mengelola”.75

Jawaban dari bapak Hasan

71
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
72
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
73
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
74
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November
75
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
63

“Yang menjadi pengelolah kebun kopi itu bapak Karman(\


(murtahin)”.76

Pengelola Kebun Kopi berdasarkan hasil wawancara yang

penulis lakukan dengan informan mengenai siapa yang mengelolah

kebun kopi mendapat jawaban dari bapak Zakaria dan bapak Hasan

yaitu murtahin yang menggelolah kebun kopi, sedangkan bapak

Kader mengatakan yang menjadi penggelola kebun kopinya ialah

dia sendiri.

10. Siapa yang mengambil hasil atau manfaat dari kebun kopi?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Pihak penerima gadai (murtahin)”.77

Jawaban dari bapak Kader

“Sesuai dengan perjanjian saat akad, hasil dari kebun kopi di bagi
menjadi 3”.78

Jawaban dari bapak Hasan

“Yang mengabil hasil atau manfaat dari kebun kopi juga bapak
Karman (murtahin)”.79

Pemanfaatan Barang Gadai berdasarkan hasil wawancara yang

penulis lakukan dengan informan mengenai siapa yang mengambil

hasil atau manfaat dari kebun kopi memperoleh jawaban dari bapak

Zakaria dan bapak Hasan yaitu pihak penerima gadai (murtahin),

sedangkan dari bapak Kader hadis kebun dibagi menjadi 3 bagian

sesuai kesepakatan.
76
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
77
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November
78
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
79
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
64

Mayoritas masyarakat Desa belimbing melakukan gadai kebun

kopi tanpa adanya batas waktu (tempo) dan pengelolaan atau

pengambilan manfaat dari kebun kopi juga diberikan kepada murtahin.

11. Bagaimana sistem pembayaran utang gadai?

Jawaban dari bapak Zakkaria

“Saya akan membayar utang itu saat sudah ada uang dan kebun
kopi saya akan kembali lagi”.80

Jawaban dari bapak Kader

“Ya sesuai dengan perjanjian awal penggadai akan membayar


utangnya jika sudah ada uang dan kebun akan diserahkan kembali dan
bukan lagi sebagai jaminan”.81

Jawaban dari bapak Hasan

“Nanti ketika saya sudah memiliki uang untuk membayar utang,


saya tinggal datang langsung menemui bapak Karman untuk melunasi
utang saya”82

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

informan mengenai bagaimana sistem pembayaran utang gadai

memperoleh jawaban jika mereka sudah memiliki uang untuk

membayar utang, mereka tinggal menemuin murtahin untuk melunasi

utangnya dan secara otomatis kebun kopi milik mereka akan

dikembalikan.

12. Apa alasan bapak/ibu/saudara melakukan gadai kebun kopi?

Jawaban dari bapak Zakaria

“Alasan saya melakuakan gadai kebun kopi karena untuk


menambah modal usaha dan kebutuhan sekolah anak-anak”.83
80
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
81
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
82
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
65

Jawaban daari bapak Kader

“Alasan saya menggadaikan kebun kopi ini karena kebutuhan


ekonomi yang mendesak dan untuk kebutuhan sekolah anak saya”.84

Jawaban dari bapak Hasan

“Alasan saya menggadikan kebun kopi itu karena kebutuhan


ekonomi”85

Alasan Masyarakat Melakukan Gadai Kebun Kopi Dari

jawaban ketigta informa alasan mereka menggadaikan kebun kopi

miliknya karena untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak,

modal usaha dan kebutuhan untuk sekolah anak-anak.

13. Apakah pernah terjadi sengketa saat gadai kebun kopi berlangsung, jika

ada bagaimana sistem penyelesaianya?

Jaawaban dari bapak Zakaria

“Selama saya melakukan praktek gadai ini alhamdulillah tidak


perna ada sengketa”.86

Jawaban dari bapak Kader

“Selama saya melakukan gadai tidak perna ada sengketa, karena


yang saya gadaikan itu kebun milik saya sendriri bukan orang lain
ataupun saudara saya”.87

Jawaban dari bapal Hasan

“Alhamdulillah tidak pernah trerjadi sengketa selama saya


menggadaikan kebun kopi dengan bapak Karman. Ya, karena sebelum
melakukan gadai kita sudah membuat kesepakatan dan kebun kopi itu
juga kebun saya sendiri”88

83
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
84
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
85
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
86
Zakaria, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 15 November 2022
87
Kader, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 16 november 2022
88
Hasan, Penggadai, Wawancara pada Tanggal 24 Desember 2022
66

Sengketa Gadai Kebun Kopi dari jawaban ketiga informan

selama mereka melakukan gadai kebun kopi tidak perna terjadi

sengketa atau kesalah pahaman, karena sebelum mereka melakukan

gadai kebun kopi mereka telah membuat kesepakatan atau perjanjian

dan kebun yang merekan gadaikan juga kebun milik sendiri jadi tidak

ada kesalah pahaman atau sengketa diantara mereka.

Sementara hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan

penerima gadai (murtahin) diperoleh hasil informan dengan pertanyaan

sebagai berikut.

1. Apakah bapak/ibu/saudara penerima gadai kebun kopi?

Jawaban dari bapak Noperi

“iya benar”.89

Jawaban dari bapak Firmansyah

“iya”.90

Jawaban dari bapak Karman

“Iya benar”91

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

informan bener mereka penerima gadai.

2. Kepada siapa bapak/ibu/saudara melakukan gadai kebun kopi?

Jawaban dari bapak Noperi

89
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
90
Firmansyah, Penerima Gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
91
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
67

“Saya menerima gadai kebun kopi dari bapak Zakaria.”92

Jawaban dari bapak Firmansyah

“Saya melakaukan gadai dengan bapak Kader.”93

Jawaban dari bapak Karman

“Saya melakukan gadai kebun kopi bersama bapak Hasan.”94

3. Berapa lama bapak/ibu/saudara akan melakukan gadai kebun kopi?

Jawaban dari bapak Noperi

”Sampai saat ini telah berjalan 5 tahun, gadai yang kami lakukan
ini tidak ada tempohnya jadi selama belum ditebus (rahin) maka
gadai akan terus berlangsung”.95

Jawasban dari bapak Firmansyah

“Sesuai dengan kesepakat gadai yang kami lakukan ini tidak ada
batas waktu utau tempoh, selagi belum ditebus oleh penerima gadai
makan gadai ini akan terus berjalan”.96

Jawaban dari bapak Karman

“Gadai yang kami lakukan ini tidak ada temponya, jadi kalau
bapak Hasan belum melunasi utangnya maka gadai ini akan terus
berjalan”.97

Jangka Waktu Gadai Kebun Kopi berdasarkan hasil

wawancara yang penulis lakukan dengan informan mengenai berapa

lama akan melakukan gadai kebun kopi diperoleh jawaban gadai

yang dilakukan yaitu gadai kebun kopi tanpa batas waktu atau tidak

92
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
93
Firmansyah, Penerima Gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
94
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
95
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
96
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
97
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
68

diberikan tempo untuk membayar utangnya, selama utang belum

dilunasi maka gadai kebun kopi akan terus berlangsung.

4. Sejak kapan bapak/ibu/saudara menerima kebun kopi yang digadaikan

(rahn) dari pengadai (rahin)?

Jawaban dari bapak Noperi

“Saya menerima kebun kopi itu langsung setelah akad, setelah


akad berlangsung kebun kopi langsung berpindah tanggan ke
saya”.98

Jawaban dari bapak Firmansyah

“Langsung setelah kami melakukan transaksi gadai saat itu”.99

Jawaban dari bapak Karman

“Saya langsung merima kebun kopi, setelah akad dan saya


menyerahkan uang untuk gadai ini kebun kopi langsung saya yang
mengelola untuk diambil manfaatnya”100

Penerimaan Kebun Kopi (Marhun) berdasarkan hasil

wawancara yang penulis lakukan dengan informan diperoleh

jawaban bahwan murtahin langsung menererima kebun kopi setelah

dilakukan akad dan kebun kopi langsung dikelola untuk diambil

manfaaatnya.

5. Berapa uang yang bapak/ibu/saudara serahkan kepada pengadai (rahin)?

Jawaban dari bapak Noperi

“Sesuai dengan kesepakat yaitu Rp. 35.000.000”.101

Jawaban dari bapak Firmansyah

98
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
99
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
100
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
101
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
69

“Saya menyerahkan uang sebesar Rp. 40.000.000 sesuai dengan


kesepakatan”.102

Jawaban dari bapak Karman

“saya memberikan uang sebesar Rp. 40.000.000”103

Jumlah Uang Yang Diserahkan berdasarkan hasil wawancara

yang penulis lakukan dengan informan mengenai berapa uang yang

diserahkan kepada rahin memperoleh hasil dari bapak Noperi yaitu

sebesar Rp.35.000.000 nsedangkan untuk bapak Firmansyah dan

bapak Karman Rp.40.000.000.

6. Sejak kapan bapak/ibu/saudara menyerahkan uang gadai kebun kopi

kepada penerima gadai (murtahin)?

Jawaban dari bapak Noperi

“Uang langsung saya serahkan pada saat akad, langsung di hari


itu”.104

Jawaban dari bapak Firmasyah

“Saya menyerahkan uangnya di hari kami melakukan gadai, jadi


langsung diserahkan”.105

Jawaban dari bapak Karman

“Penyerahan uang langsung di hari saat itu juga, disaat


melakukan akad”106

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

informan diperoleh jawaban bahwa mereka langsung menyerahkan

uangnya dihari itu juga pada saat akad berlangsung.

102
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
103
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
104
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
105
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
106
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
70

7. Apakah perjanjian akad gadai (rahn) yang bapak/ibu/saudara lakukan

secara tertulis atau lisan?

Jawaban dari bapak Noperi

“perjanjian ini cuma dilakukan secara lisan”107

Jawaban dari bapak Firmansyah

“Perjanjianya hanya dilakuakn secara lisan dengan di dampingi


oleh saksi”108
Jawaban dari bapak Karman

“Tidak ada perjanjian khusu yang dibuat secara tertulis, kami


hanya melakukan akad secara lisan dengan didampingi saksi-
saksi”109

Bentuk Akad atau Perjanjian Gadai Kebun Kopi

berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan

diperoleh jawaban bahwa perjanjian hanya dilakukan secara lisan

dan dengan didampingi oleh saksi.

8. Adakah saksi saat melakukan akad gadai kebun kopi?

Jawaban dari bapak Noperi

“ Iya ada”.110

Jawaban dari bapak Firmansyah

“Iya tentu saja, ada dua saksi dari setiap pihak”.111

Jawaban dari bapak Karman

“Ada tiga saksi yang mendampingi kami saat akad”112

107
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
108
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
109
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
110
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
111
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
112
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
71

Saksi Pelaksanaan Akad Gadai Kebun Kopi berdasarkan

hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan diperoleh

jawaban bahwasanya ada beberapa saksi saat melakukan akad atau

perjanian.

9. Siapa yang akan mengelola kebun kopi?

Jawaban dari bapak Noperi

“Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati yang


memgelola kebun kopi itu saya “.113
Jawaban dari bapak Firmansyah

“Untuk yang mengurus kebun saya berikan kepada bapak kader


(rahin) “114

Jawaban dari bapak Karman

“Yang mengelola kebun kopinya itu saya, ini sesuai dengan


kesepakat yang disepakati kedua belah pihak”115

Pengelolaan Kebun Kopi berdasarkan hasil wawancara yang

penulis lakukan dengan informan menegenai siapa yang mengelolah

kebun kopi diperoleh jawaban dari bapak Noperi yaitu dia sendiri

sedangkan dari bapak Firmansyah dikelolah oleh bapak Kader.

10. Siapa yang mengabil hasil atau manfaat dari kebun kopi?

Jawaban dari bapak Noperi

“Ini juga sesuai dengan kesepakatan yang kami buat bahwa hasil
kebun kopi saya yang mendapatkan juga mengelolah”.116

Jawaban dari bapak Firmansyah

113
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
114
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
115
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
116
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
72

“hasil dari kebun kopi akan dibagi menjadi tiga sesuai dengan
perjanjain”.117

Jawaban dari bapak Karman

“Kembali dengan kesepakatan yang tadi, bahwasanya yang


mengelola dan mengambil manfaat dari kebun kopi itu saya”118

Pemanfaatan Barang Gadai berdasarkan hasil wawancara

yang penulis lakukan dengan informan mengeai siapa yang

mengabil hasil atau manfaat dari kebun kopi diperoleh jawaban dari

bapak Noperi dan bapak Karman bahwasanya hasil dan manfaat

kebun kopi mereka (murtahin) yang mendapatkan, sedangkan untuk

bapak Firmansyah hasil kebun kopi dibagi menjadi tiga.

11. Bagaimana sistem pembayaran uang gadai?

Jawaban dari bapak Noperi

“Ya kalau dia (rahin) sudah memiliki uang untuk membayarnya


maka gadai ini akan berakhir”.119

Jawaban dari bapak Firmansyah

“Bapak Kader akan membayar utanya jika dia sudah memiliki


uang”.120

Jawaban dari bapak Karman

“Ya nanti jika bapak Hasan telah memiliki uang untuk melunasi
utangnya dia bisa langsung membayar utangnya dan gadai kebun
kopi ini kan berakhir”.121

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

informan mengenai bagaimana sistem pembayaran utang gadai

117
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
118
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
119
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
120
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
121
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
73

memperoleh jawaban jika mereka sudah memiliki uang untuk

membayar utang gadainya maka secara otomatis gadai akan berakhir.

12. Apa alasan bapak/ibu/saudara menerima gadai kebun kopi?

Jawaban dari bapak Noperi

“Saya menerimanya karena karena waktu itu bapak Zakaria


datang untuk menawarkan kebun kopinya untuk digadaikan kepada
saya”.122

Jawaban dari bapak Firmansyah

“Saya meneriman gadai kebun kopi ini karena yang ingin


mengadaikan kebun kopi itu paman saya sendiri, kebetulan saya
memiliki tabungan jadi saya menerimanya”.123

Jawaban dari bapak Karman

“Alasan saya menerima gadai kebun kopi ini karena ingin


membatu sesama, saat itu bapak Hasan sedang membetuhkan uang
untuk kebutuhan ekonomi keluarganya jadi saya menerima tawaran
gadai kebun kopi miliknya”.124

Alasan Menerima Gadai Kebun Kopi berdasarkan hasil

wawancara yang penulis lakukan dengan informan mengenai alasan

menerima gadai kebun kopi ini memperoleh jawaban yang sama yaitu

sama-sama langsung ditawari oleh pihak rahin.

13. Apakah pernah terjadi sengketa saat gadai kebun kopi berlangsung, jika

ada bagaimana sistem penyelesaianya?

Jawaban dari bapak Noperi

“Sejauh ini tidak ada masalah ataupun sengketa yang terjadi,


alahamdulillah hubungan saya dan dia (rahin) juga baik-baik saja”.125

122
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
123
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
124
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
125
Noperi, Penerima gadai, Wawacara tanggal 15 November 2022
74

Jawaban dari bapak Firmansyah

“Selama gadai yang saya lakukan dengan bapak Kader tidak


pernah terjadi sengketa atau ada masalah”126

Jawban dari bapak Karman

“Untuk saya alhamdulillah tidak pernah terjadi sengketa diantara


kami”.127

Sengketa Gadai Kebun Kopi berdasarkan hasil wawancara yang

penulis lakukan dengan informan mengenai apakah pernah terjadi

sengketa saat gadai berlangsung memperoleh jawaban yang sama yaitu

tidad pernah terjadi sengketa selama gadai berlangsung.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan praktek gadai kebun kopi tanpa batas waktu

Salah satu praktek kegiatan bermuamalah yang sering dilakukan

oleh masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang adalah gadai (rahn) dimana mereka biasa menyebutnya

tesando atau nyando. Rahn menurut istilah syara‟ adalah menjadikan

barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara‟ sebagai

jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang

atau bisa mengambil sebagia (manfaat) barangnya itu128. Gadai merupakan

bentuk akad muamalah yang di dalamnya paling sedikit terdapat dua

orang, dalam akad ini menjadikan suatu barang atau harta yang bernilai

ekonomis sebagai jaminan utang dan jika orang yang berutang tidak dapat

126
Firmansyah, Penerima gadai, Wawacara tanggal 16 November 2022
127
Karman, penerima gadai, wawancara tanggal 24 Desember 2022
128
Sohari Saharani, Fiqh Muamalah, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,2011), h. 107
75

melunasi utangnya maka barang yang dijadikan jaminan bisa dijual untuk

melunasi utangnya.

Praktek gadai yang dilakukan masyarakat Desa Belimbing diawali

dengan perjanjian dari kedua belah pihak yaitu pihak pemberi gadai

(rahin) datang kepada pihak penerima gadai (murtahin) untuk

menawarkan kepada pihak murtahin apakah pihak murtahin bersedia

untuk melakukan gadai dengannya dengan jaminan beberapa bidang

kebun kopi. Setelah kedua pihak sepakat maka dapat dilaksanakan

akadnya, akad tersebut mempunyai kekuatan mengikat dan secara

otomatis untuk hak pengelola kebun sesuai dengan perjajian yaitu bisa

tetap pada rahin tetapi hasil dari kebun kopi dibagi dengan murtahin atau

hak pengelola kebun kopi sepenuhnya diberikan kepada murtahin, rahin

sudah tidak bisa lagi untuk mengelola atau memanfaatkan kubun kopi

tersebut.

Dengan meminjamkan uang tersebut tanpa keuntungan pihak

penerima gadai mendapatkan kerugian karena hak pengelola kebun kopi

sepenuhnya diberikan kepada murtahin. Di dalam Al-Quran tidak ada

yang menjelaskan bahwa bagi hasil barang gadaian di larang, bahkan di

dalam hadis Nabipun tidak ada hadis yang dengan jelas melarang. Sesuai

dengan kaidah hukum asal mu‟amalah jika tidak ada aturannya di dalam

Al-Quran dan hadis adalah boleh, kecuali ada dalil yang melarangnya, dan

berdasarkan prinsip yang dibuat atas dasar sukarela. Seperti zaman

sekarang ini orang-orang yang memberi pinjaman hutang maka mereka


76

biasanya menginginkan suatu keuntungan dan seandainya tidak ada

keuntungan maka mereka tidak akan bersedia memberikan pinjaman

hutang.

2. Tinjauan hukun islam terhadap praktek gadai tanpa batas waktu

Hukum islam sudah mengatur dengan jelas tentang gadai dan tata cara

pelaksanaannya. Di dalam hukum Islam, pelaksanaan gadai harus memegang

prinsip- prinsip muamalah yaitu kerelaan, asas tolong menolong, dan

menghindari pemerasan terhadap barang gadai. Karena gadai merupakan akad

tolong menolong bagi pihak yang membutuhkan pertolongan dana dibidang

keuangan, jadi jelas akad gadai sangat erat kitannya dengan akad hutang piutang

yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang terdesak. Seperti yang

dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al- Baqarah: Ayat : 283

ِ ِ ِ
‫ضا فَ ْليُ َؤِّد‬
ً ‫ض ُكم بَ ْع‬ ُ ‫وضةٌ ۟ فَِإ ْن أَم َن بَ ْع‬
َ ُ‫َوإِن ُكنتُ ْم َعلَ َٰى َس َف ٍر َوََلْ ََت ُدوا۟ َكاتبًا فَ ِرََٰى ٌن َّم ْقب‬
ِ ِ ِ
ُ‫َّه َد َة ۟ َوَمن يَكْتُ ْم َها فَِإنَّوۥُ ءَاْثٌ قَ ْلبُوۥُ َوٱللَّو‬
ََٰ ‫ٱلَّذى ْٱؤُُت َن أ َََٰمنَتَوۥُ َولْيَت َِّق ٱللَّ َو َربَّوۥُۗ َوََل تَكْتُ ُموا۟ ٱلش‬
‫يم‬ ِ ِ
ٌ ‫ِبَا تَ ْع َملُو َن َعل‬
Artinya:

“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan

seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.

Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah

yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia

bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan

kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya

kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


77

Praktek gadai tanpa adanya batas waktu dengan pemanfaatan yang

sepenuhnya dikuasai oleh murtahin memang sudah lama berlangsung di

Desa Belimbing bahkan hal ini seolah-olah menjadi tradisi, karena rata-

rata praktek gadai seperti itulah yang dijalankan oleh masyarakat. Dalam

hal ini masyarakat Desa Belimbing sudah memenuhi rukun dan syarat

dalam akad rahn yaitu:

a. Rukun Rahn (gadai)

Adapun yang menjadi rukun gadai ini adalah:

1. Akad dan ijab qabul.

2. Aqid, yaitu yang menggadaikan (rahin) dan yang menerima

gadai (murtahin).

3. Borq, yaitu barang yang dijadikan jaminan.

4. Adanya utang (murhumbih).129

b. Syarat gadai

Di antara syarat sah akad gadai adalah sebagai berikut:

1. Berakal.

2. Baligh (dewasa).

3. Wujudnya Marhun (barang yang dijadikan jaminan pada saat

terjadinya akad).

4. Barang jaminan dipegang oleh orang yang menerima barang

gadaian130.

129
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,... h. 107
130
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,... h.108
78

Namun dalam pelaksanaan praktek akad gadai kebun kopi Desa

Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang belum

sesuai dengan kaidah islam yaitu pelaksanaan gadai yang mereka lakukan

hanya secara lisan tidak ada bukti tertulis, tidak terdapat batasan waktu,

dan pemanfaatan barang gadai. Sebagai mana yang telah dijelaskan dalam

surat Al-Baqarah ayat 282 yang mana artinya:

ِ ِ ِ ِ ِ َّ
‫ب‬ ْ ُ‫َج ٍل ُم َس ِّمى فَا ْكتُبُوهُ ۟ َولْيَكْت‬
ٌ ‫ب بَْي نَ ُك ْم َكات‬ َ ‫ين َآمنُوا إذَا تَ َدايَْنتُ ْم ب َديْ ٍن إ َ ََٰل أ‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
ْ ‫ب َولْيُ ْملِ ِل الَّ ِذي َعلَْي ِو‬
‫اْلَ ُّق‬ ْ ُ‫ب َك َما َعلَّ َموُ اللَّوُ ۟ فَ ْليَكْت‬ َ ُ‫ب أَ ْن يَكْت‬
ِ ْ‫بِالْع ْد ِل ۟ وََل يأ‬
ٌ ‫ب َكات‬ َ َ َ َ
ۚ ‫شْيئًا‬ َ ُ‫س ِمْنو‬ َّ ِ
ْ ‫َولْيَتَّق اللوَ َربَّوُ َوََل يَْب َخ‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu bermuamalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskan.

Dan hendakalah seseorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan

benar”131

Serta dijelaskan juga dalam hadis Nabi Muhammad SAW. yang di

riwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa ketik Rasulullah SAW. Datang ke

Madinah, saat itu orang-orang menghutangkan uang untuk ditukar dengan

kurma selama dua atau tiga tahun. Kemudian beliau bersabdah:

‫َج ٍل َم ْعلُ ٍوم‬ ٍِ ٍ ٍ


َ ‫ف ِِف َكْي ٍل َم ْعلُوم َوَوْزن َم ْعلُوم إ ََل أ‬
ِ
ْ ‫ف فَ ْليُ ْسل‬
َ َ‫َسل‬
ْ ‫َم ْن أ‬

131
Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari (terj. Al-Mulakhkhasul Fiqh), penerjemah Abdul
Hayyie al-Kattani et al, hlm. 415
79

Artinya: “Barang siapa yang memberi hutang dengan pembayaran

kurma, maka lakukanlah dalam takaran tertentu, timbangan tertentu, dan

sampai masa tertentu”

Akad rahn yang terjadi pada masyarakat Belimbing Kecamatan

Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang memang tidak tertulis secara

formal namun masing-masing pihak memiliki catatan kapan akad tersebut

terjadi, berapa jumlah uang yang diutangkan dan berapa luas tanah kebun

kopi yang dijadikan jaminan gadai.

Namun fenomena gadai kebun kopi yang terjadi di Desa

Belimbing gadai yang biasa mereka lakukan gadai tanpa batasan waktu

sehingga dapat di pastikan apabila terdapat pengambilan manfaat oleh

murtahin sudah pasti tanpa adanya batasan waktu. Pengambilan manfaat

atas barang gadai yang tidak ditentukan batasan waktu termasuk pada

akad yang tidak sah meskipun telah mendapatkan izin dari rahin karena

terdapat beberapa syarat bagi murtahin untuk memanfaatkan barang

jaminan dan izin dari rahin adalah salah satu dari beberapa syarat tersebut.

Perjanjian pada gadai atau ar-rahn pada dasarnya adalah akad atau

transaksi utang piutang, hanya saja dalam gadai ada jaminannya. Menurut

Hendi Suhendi, setidaknya ada tiga hal yang memungkinkan pada gadai

mengandung unsur riba, yaitu132 :

132
Abdul Rahman, Fikih Muamalah, hlm 271
80

a. Apabila dalam akad gadai tersebut ditentukam bahwa ar-rahin atau

penggadai harus memberikan tambahan kepada al-murtahin atau

penerima gadai ketika membayar utangnya.

b. Apabila akad gadai ditentukan syarat-syarat, kemudian syarat

tersebut dilaksanakan.

c. Apabila ar-rahin tidak mempu membayar utangnya hingga pada

waktu yang telah ditentukan, kemudia al-murtahin menjual al-

marhun dengan tidak memberikan kelebihan harga al-marhun

kepada ar-rahin. Padahal utan ar-rahin lebih kecil nilainya dari al-

marhun.133

Selain itu pengambilan manfaat barang gadai yang tidak terdapat

batasan waktu juga dapat berdampak merugikan pihak rahin karena hasil

yang didapat oleh murtahin bisa saja melampaui jumlah hutang yang

dipinjam oleh rahin, sedangkan setiap utang yang menarik manfaat

termasuk dalam riba. Dan itu jelas berdampak merugikan pihak rahin

karena selain rahin kehilangan mata pencaharian utamanya rahin selaku

pemilik sah dari tanah kebun kopi tersebut rahin juga tidak mempunyai

hak untuk mengelola atau mengambil manfaat atas lahan tanah kebun

kopi yang dijadikan barang jaminan hutang sepenuhnya dikuasi oleh

pihak murtahin termasuk manfaat yang dihasilkan dari pengelolaan tanah

kebun kopi tersebut.

133
Abdul Rahman, Fikih Muamalah, hlm 271
81

Di dalam Al-Quran juga tidak ada yang menjelaskan bahwa bagi

hasil barang gadaian di larang, bahkan di dalam hadis Nabipun tidak ada

hadis yang dengan jelas melarang. Sesuai dengan kaidah fiqih muamalah:

‫أن األصل ِف األشياء املخلوقة اْلباحة حىت يقوم دليل يدل على النقل عن ىذا األص‬

“hukum dasar mu‟amalah adalah diperbolehkan, sampai ada

dalil yang melarangnya”134

Seperti zaman sekarang ini orang-orang yang memberi pinjaman

hutang maka mereka biasanya menginginkan suatu keuntungan dan

seandainya tidak ada keuntungan maka mereka tidak akan bersedia

memberikan pinjaman hutang. Seperti yang terjadi di Desa Belimbing.

Dimana rahin menggadaikan kebun nya dengan murtahin sebesar 40 Juta

yang telah berjalan 3 tahun, penggadai tetap mengelola kebun tersebut dan

pada saat panen penerima gadai meminta syarat bahwasanya barang yang

di gadaikan tersebut harus di bagi tiga setiap kali panen sampai hutang

tersebut di lunasi. Praktik gadai seperti ini diperbolehkan karena dilihat

dari akad pada saat melakukan perjanjian pihak penggadai dan penerima

gadai terjadi sesuai dengan kesepakatan. Dalam gadai dengan sistem bagi

hasil yang ditetapkan harus sesuai antara kedua belah pihak dan tidak

boleh ada pihak yang merasa berat sebelah.

Apabila dalam perjanjian itu ada ketentuan yang disyaratkan oleh

penerima gadai (murtahin) berupa bagi hasil dari pengelolaan kebun

sebagai pelunasan utangnya, maka dalam konteks ini apabila dilihat

134
Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia 2001). hlm. 25
82

dari sisi akad gadai maka hukumnya sah dan boleh. Namun, apabila ada

ketentuan lain berupa wajibnya menyerahkan bagi hasil yang disyaratkan

oleh penerima gadai (murtahin) sebagai penyerahan hasil pengelolaan

maka tidak diperbolehkan, sebab bagi hasil dari hasil pengelolaan

yang disyaratkan hanya menguntungkan satu pihak saja.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang penulis paparkan dapat disimpulkan bahwa:

1. Praktek gadai kebun dan sawah tanpa batas waktu di Desa Belimbing

Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang pada umumnya

rahin mendatangi rumah murtahin untuk meminjam sejumlah uang

guna memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak dengan kebun

kopi yang dijadikan barang jaminannya (marhun). Dalam praktek

perjanjiannya gadai hanya dilakukan secara lisan dan tidak ada bukti

otentik (tertulis) bahwa telah terjadi akad gadai diantara rahin dan

murtahin. Pada saat proses peminjaman uang, penerima gadai ada

yang meminta syarat bahwasanya hasil dari kebun kopi yang di

gadaikan harus dibagi tiga hasilnya atau yang mengolah dan

mengambil manfaat dari kebun kopi ialah murtahin selama hutang

tersebut belum dilunasi. Akad pada gadai ini juga tidak menyebutkan

batasan waktu berakhirnya gadai sehingga pihak rahin dapat menebus

kebun kopi kapan saja. Pemanfaatan atas barang yang di gadaikan

karena akad dalam transaksi gadai sangatlah penting dan menjadi

ujung tombak dalam sah atau tidaknya suatu transaksi gadai yang

dilakukan oleh Rahin dan Murtahin, apabila akadnya saja telah

salah maka bisa dipastikan praktik gadai tersebut akan merugikan

salah satu pihak.. Praktik gadai tanapa batas waktu pada masyarakat

83
84

Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang

timbul karena adanya adat kebiasaan yang salah yang tidak sesuai

dengan syariat islam.

2. Tinjauan hukum islam terhadap praktek gadai kebun kopi tanpa batas

waktu di Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat

Lawang tersebut tidak sesuai dengan akad tabarru‟ karena akad

tabarru‟ tidak boleh mengambil kelebihan dalam segala bentuk dari

akad rahn tersebut, kalau mengambil kelebihan dari kesepakatan

maka itu riba. Praktek pemanfaatan barang gadai dan gadai tanapa

batas waku masyarakat Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang

Kabupaten Empat Lawang, pada prktek pemanfaatan barang gadai ini

Kecenderungan dilakukan oleh pihak murtahin, sebab berawal dari

akadcatau perkataan rahin yang sering kali berucap secara langsung

atau tidakclangsung barang gadaian itu boleh dipergunakan atau

manfaatkan. Praktek gadai yang dilaksanakan oleh masyarakat di desa

Belimbing ini sudah memenuhi syarat dan rukun gadai, hanya saja

perlu dilakukan pembenahan terhadap hal yang berkaitan dengan

pengelolaan dan batas waktu gadai. Meskipun pihak murtahin

bermaksud untuk menolong, Dan meskipun pihak murtahin

bermaksud untuk menolong, namun murtahin sering pula mengambil

manfaat dari barang gadai dengan cara memakai barang tersebut

untuk kebutuhan pribadi maupun disewakan kembali pada orang lain

yang mengarah kepada tambahan. Disisi lain secara tidak langsung


85

pihak murtahin menerima bunga yang mengandung kezaliman pada

rahin, sehingga praktek ini menunjukkan adanya unsur riba.

B. Saran

Adapun saran-saran yang bisa penulis sampaikan pada kesempatan ini

yaitu sebagai berikut:

1. Dalam praktek gadai seharusnya antara pemberi gadai (rahin) dan

penerima gadai (murtahin) adan kejelasan mengengai batasan waktu

(tempo) pengembalian utang dan barang jaminan, sehingga pelaksanaan

gadai tidak berlarut-larut. Dan sebaiknya masyarakat meninggalkan

praktek gadai tanpa batasan waktu yang sudah menjadi tradisi, agar tidak

dapat menimbulkan berbagai macam kerugian dikemudian hari.

2. Pihak rahin dan murtahin hendaknya dalam melakukan akad gadai untuk

kedepan sebaiknya dilakukan dengan ketentuan-ketentuan syariat atau

prinsip- prinsip Islam, serta sebaiknya akad gadai dilakukan benar-benar

bertujuan untuk saling tolong-menolong bukan bertujan mendapatkan

keuntungan.

3. Sebaiknya ada bagi hasil dari barang jaminan (hasil kebun kopi)

anatara rahin dan murtahin hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan

kerugian di salah satu pihak.


83
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Yokyakarta :


Gadjah Mada University Press, 2010.

Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Abdul Rahman, Fikih Muamalat, Jakarta : Prenadamedia Group, 2018.

Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di


Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid , Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2008

Al-Imam Al-Bukhary, Sahih al-Bukhary, Lebanon: Dar Al-kotop Al-Ilmiyah


2009.

Burhan Asheshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rieneka Cipta, 2013.

Candra Gunawan,Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Gadai Kontrak Kebun


Kopi Di Desa Puramekar Kecamatan Gedung Surian Kabupaten Lampung
Barat, Lampung: Fakultas Syariah UIN Raden Intan, 2020.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn.

Fathurrahman Djamil, Pengantar Hukum Perjanjian Dalam Lembaga Keuangan


Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Hasna, Praktik Gadai Kebun Kopi di Desa Burni Kec. Wih Pesam Kab. Bener
Mariah Prop. Aceh, Purwokerto: Fakultas Syariah UIN Propesor Kiai Haji
Saifuddin Zuhri, 2022.

Imam Musofa, Fikih Muamalah Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


2016
.
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik Dan Kontenporer, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2012.

Iryani Eva Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia, Universitas
Batanghari Jambi Jurnal Ilmiah, Vol.17 No.2 Tahun 2017 hal 24.

83
Jaih Mubarok dan Hasan, Fikih Mu’amalah Maliyah Akad Tabarru, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2017.

Mardani, Hukum System Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Muhammad Jamroni, Analisis Hukum Islam Terhadap Pratik Gadai Sawah (Studi
kasus gadai di Desa Penyalahan Kecamatan Jati Negara Kabupaten Tegal,
Semarang: Fakultas Syariah IAIN Wali Songo, 2004.

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema
insani Press, 2001.

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalm Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persan, 2004.

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: Puastaka Rizki


Putra,1999.

Profil Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang 2022

Pusat P.engkaji Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UIN Yogyakarta,


Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2015.

Rozalinda, Fiqih Ekonomi Syariah, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016.

Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari (terj. Al-Mulakhkhasul Fiqh) penerjemah


Abdul Hayyie al-Kattani et al, Jakarta: Gema Insari Pers, 2006.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Beirut: Dar Al-FiKr, 1977), Bandung: Alma &
Apos;Arif, 1986.

Sohari Saharani, Figh Muamalah, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011.

Sohari Saharani, Fiqh Muamalah, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011.

Sugiono, Metode Pendidikan Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dan R&D,


Bandung : Alfabeta, 2009.

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantotatif Dan Kualitatif dan R&D,


Bandung:Alfabeta, Cet.ke-10, 2010.

Syahrullah M, Formalisasi Akad Rahn dalam Kompilasi Hukum Ekonomi


Syariah, Jurnal Islamika, Vol. 2, No. 2, 2019.

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2006.
Syekh Syamsyuddin Abu Abdillah, Terjemah Fathuk Qarib, Surabaya: Mutiara
Ilmu 2019.

Yusuf, N. Pemanfaatan Barang Gadai dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Al-
Syir‟ah, Vol. 4, No. 2, 2006.

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmmiah Dasar, Metode, dan Teknik,


Bandung: Tarsito, 1990
L

N
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai