Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Program Strata Satu (S1)
Oleh :
Muhamad Dzakkii
NIM: 30501602802
ii
Abstract
iii
NOTA PEMBIMBING
Hal : Naskah Skripsi
Lamp. : 2 Eksemplar
Kepada Yth.:
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Sultan Agung
Di Semarang
Bismillahirahmanirrahim
Asslamu’alaikum Wr.Wb.
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
DEKLARASI
sesungguhnya bahwa:
1. Skripsi ini adalah hasil karya ilmiah penulis yang bersifat asli yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Seluruh sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini tidak berisi
material yang telah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain.
3. Seluruh isi skripsi ini menjadi tanggung jawab penuh penulis.
Muhamad Dzakkii
NIM. 30501602802
vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
vii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI
viii
MOTTO
DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG ORANG TIDAK BISA, YANG ADA HANYA
ORANG YANG TIDAK MAU BISA
ix
KATA PENGANTAR
Swt. Berkat kehendak yang telah Allah berikan, dengan skripsi yang berjudul
Penyusun haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan harapan semoga Penyusun
akhirat. Aamiin.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana strata satu (S1) pada Jurusan Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Islam
2. Bapak Drs. M. Mukhtar Arifin Sholeh, M.Lib., selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Unissula
3. Bapak Dr. H. Abdullah Arief Cholil, S.H., M.Ag, selaku dosen wali yang
x
4. Bapak M. Noviani Ardi S. Fil. I, MIRKH, selaku dosen pembimbing yang
5. Bapak, Ibu dan keluarga tercinta yang telah membimbing, membiayai dan
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Agama Islam Unissula yang telah memberikan
ini.
Penulis, sehingga dapat mengembangkan isi dari penelitian dalam skripsi ini.
Muhamad Dzakkii
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
ABSTRAK ...................................................................................................................ii
NOTA PEMBIMBING..............................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................v
DEKLARASI..............................................................................................................vi
MOTTO.......................................................................................................................xi
KATA PENGANTAR.................................................................................................x
DAFTAR ISI..............................................................................................................xii
BAB I_PENDAHULUAN...........................................................................................1
xii
1.4.1 Jenis Penelitian........................................................................................7
2.1.2 Hadits.....................................................................................................20
2.1.3 Al-Ijma...................................................................................................23
2.1.4 Al-Ijtihad...............................................................................................23
2.4.1 Budak.....................................................................................................28
2.4.2 Pembunuhan..........................................................................................29
xiii
2.4.3 Perbedaan Agama..................................................................................31
CISEUREUH.............................................................................................................43
3.1.2 Kependudukan.......................................................................................44
3.1.3 Pendidikan.............................................................................................46
xiv
BAB V_PENUTUP....................................................................................................59
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................59
5.2 Saran.................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................61
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia
melalui Rasul-Nya, yang berisi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam
semesta. Didalamnya juga terdapat aturan dan hukum yang dapat digunakan sebagai
pedoman dan pegangan hidup bagi seluruh umat agar selamat, baik di dunia dan
akhirat.1
Hukum waris merupakan salah satu syariat yang diatur di dalam ajaran agama
Islam, yakni suatu hukum yang mengatur harta peninggalan seseorang yang telah
1
2
Asas terpenting dalam waris adalah asas al-‘adalah, yakni prinsip keadilan.4
Syariat Islam menetapkan aturan waris dengan sangat teratur dan adil. Syariat Islam
kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya, tanpa membedakan laki-laki
Terjemahnya :
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan.”
perempuan berbeda,bagian ahli waris laki-laki lebih banyak daripada bagian ahli
waris perempuan, yakni 2:1.Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. Al-Nisa/4:11.
4
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, Cet.1, 2009) h.75
3
ق َ ْوKَا ًء فKإ ِ ْن ُك َّن نِ َسKَ ظِّ اأْل ُ ْنثَيَي ِْن فK ُل َحK َّذ َك ِر ِم ْثKي ُك ُم هَّللا ُ فِي أَوْ اَل ِد ُك ْم لِلKُوص ِ ي
َ
ِّلK ِه لِ ُكKف َوأِل بَ َو ْي ُ Kص ْ ِّا النKKَ َدةً فَلَهKَت َوا ِح ْ انKKك َوإِ ْن َك َ ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثلثَا َما ت ََر
ُ ُ
ُهK َ ٌد َو َو ِرثK َاح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َركَ إِ ْن َكانَ لَهُ َولَ ٌد فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ َول ِ َو
ِ ِد َوK ُدسُ ِم ْن بَ ْعK الس
يَّ ٍةK ص ُ
ُّ َوةٌ فَأِل ِّم ِهKهُ إِ ْخK َانَ لKKإ ِ ْن َكK َث ف ُ
ُ ُواهُ فَأِل ِّم ِه الثُّلKَ Kَأَب
اKKربُ لَ ُك ْم نَ ْف ًعK َ K ْدرُونَ أَيُّهُ ْم أَ ْقK َا ُؤ ُك ْم اَل تKKَا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنKKَا أَوْ َدي ٍْن آَبKKَي بِهK ُوص ِ ي
ضةً ِمنَ هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما َ فَ ِري
Terjemahnya :
Allah swt menjanjikan surga bagi orang-orang yang beriman, bertaqwa dan
menaati ketentuannya dalam hal pembagian harta waris, serta memberikan ancaman
bagi yang mengingkarinya, seperti firman Allah swt dalam QS. Al-Nisa/4:13-14.
Terjemahnya :
melaksanakan pembagian harta warisan umat Islam berdasarkan hukum yang ada
kewarisan merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan bagi umat Islam,
karena hal ini merupakan suatu bentuk ketaqwaan kita kepada Allah swt.
Di Indonesia ada berbagai macam adat dan budaya, serta latar belakang yang
beragam, tergantung pada sifat kedaerahan dari adat tersebut. Banyaknya jumlah suku
bangsa yang ada di Indonesia brarti banyak pula jumlah hukum waris adat yang ada.
bersifat hukurn), dan pada pihak lain berada dalam keadaan tidak
dikodifikasikan (karena adat).5
Pada zaman sekarang ini masih ada juga masyarakat adat yang dapat bertahan
secara deras.
Banten. Mereka menutup diri dan mengasingkan dari budaya luar yang berusaha
masuk untuk mempengaruhinya. Mereka tetap bertahan hidup di dalam hutan dan
tidak terpengaruh oleh arus globalisasi. Hal ini menandakan ada masyarakat adat
lokal dengan kemajuan zaman.6 Ada yang berubah secara keseluruhan dengan tujuan
agar tetap eksis keberadaannya di zaman modern ini dan ada pula yang menutup diri
dari dunia luar dengan tujuan agar tidak diketahui keberadaannya supaya tidak
terpengaruh budaya dari luar dan nilai-nilai kearifan lokal dari leluhur tetap terjaga
dan lestari.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam
tentang masyarakat adat Jalawastu. Jalawastu merupakan suatu dukuh yang berada di
kampung cagar budaya sesuai dengan peraturan daerah nomor 1 tahun 2015.7 Dengan
5
C. Dewi Wulansari, SH., MH., SE., MM. Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama,Cet.4,2016) h.3
6
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung : Humaniora Press Utama,
2010) h.169
7
Perda Brebes, No.1, 2015
6
Pada masyarakat adat Jalawastu ini hampir sama permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat adat lainnya yang berbeda di Indonesia, yaitu kelestarian budayanya
kearifan lokalnya yang mulai ditinggalkan. Masyarakat adat ini berada di wilayah
Penelitian ini berusaha mengungkap lebih jauh tentang tinjauan hukum Islam
terhadap praktik pembagian harta waris di adat tersebut, karena lokasinya yang
berada di pedalaman hutan dan akses jalan yang belum memadai sehingga
KETANGGUNGAN BREBES”.
Brebes
penelitian ini sesuai dengan sifat masalah yang akan diteliti serta mendasar pada
tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Dimana kegiatan penelitian yang dilakukan
Sebagaimana judulnya serta rumusan dan tujuan penelitian ini adalah tinjauan
hukum Islam terhadap praktik pembagian harta waris di Pedukuhan Jalawastu Desa
Ciseureuh Ketanggungan Brebes, maka jenis sumber data yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
Sumber data primer adalah sumber data utama pokok. Diperoleh langsung
Ketanggungan Brebes.
ini adalah praktik kewarisan yang dilakukan oleh masyarakat adat Jalawastu
wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh tersebut baik secara lisan
dan tulisan akan di analisis oleh penulis dan akan dijadikan kesimpulan.
a. Observasi
b. Wawancara
masyarakat Jalawastu.
c. Dokumentasi
adalah segala bentuk catatan, baik catatan dalam bentuk kertas (hardcopy)
8
Didiek Ahmad Supadie, Bimbingan Penulisan Ilmiah Buku Pintar Menulis Skripsi,
(Semarang: Unissula Press, Cetakan Kedua, 2017) h.107
9
Jogiyanto Hartono M, Metoda Pengumpulan dan Teknik Analisis Data, (Yogyakarta:
CV.Andi Offset,2018) h.61
11
sebagainya.10
atau pemeriksaan keabsahan data hasil penelitian kualitatif. Uji keabsahan data
penelitian adalah:
Tujuan uji kredibilitas data yaitu untuk menilai kebenaran dari temuan
sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah ditanskripkan
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif, hal ini dapat dilakukan
a. Perpanjangan Pengamatan
ditemui maupun sumber data yang baru. Hal ini bertujuan untuk
mengecek kembali apakah data yang telah diberikan oleh sumber data
selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila tidak benar,
maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luar dan mendalam
dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu,
salah atau tidak. Peneliti memberikan deskripsi data yang akurat dan
c. Triangulasi
pengecekan data dari sumber ada dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, dan
wawancara, observasi atau interview dalam waktu atau situasi yang tidak
sama, triangulasi dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dan tim
peneliti lain yang diberi tugas oleh peneliti untuk melakukan pengumpulan
data.14
2. Pengujian Conformability
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa
14
Ibid, h.558
15
Ibid
14
Data yang diperoleh dalam pengumpulan data adalah bahan mentah yang
harus dirangkai oleh peneliti untuk menemukan makna dan mendapatkan jawaban
atas masalah dalam objek penelitian. Data yang telah didapat akan dianalisis dengan
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
data interaktif. Idrus (2007) mengutip Huberman dan Milles, menyatakan bahwa
model analisis data interaktif mencakup tiga kegiatan utama yaitu: (a). Reduksi data,
(b). Penyajian data dan (c). Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Tiga jenis kegiatan
analisis data tersebut dan kegiatan pengumpulan data merupakan siklus dan interaktif.
Agar pembahasan skripsi ini menjadi runtut, maka penyusun akan membagi
pembahasan menjadi lima bab, dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab,
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penyusun akan menerangkan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, subyek obyek dan informan
16
Didiek Ahmad Supadie, Bimbingan Penulisan Ilmiah... h.109
15
penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data, analisis data serta sistematika
penulisan.
Dalam bab ini, penyusun akan menjelaskan tentang kajian teoritis tentang
praktik pembagian waris serta pembahasan yang memuat tentang pengertian, syarat-
Dalam Bab ini berisi tentang profil singkat Pedukuhan Jalawastu, kondisi
geografis, jumlah penduduk, kebudayaan adat dan praktek pembagian harta waris di
Dalam bab empat ini dijelaskan paparan data terkait dengan tinjauan hukum
Ketanggungan.
BAB V PENUTUP
16
Pada bab terakhir ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran terkait
perpindahan hak milik seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli waris yang
yang berarti berpindahnya harta pewaris kepada ahli waris setelah meninggal dunia.
Sedangkan menurut istilah ilmu waris adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari
Ada beberapa kata dalam penyebutan waris yang perlu untuk dipahami yaitu
muwarits, warits, al-irts, warasah dan tirkah. Muwarits adalah orang yang
memberikan harta waris. Warits adalah orang yang mewarisi Al-irts adalah harta
warisan yang siap untuk dibagi. Warasah adalah harta warisan yang diterima pewaris.
Dan Tirkah adalah semua harta peninggalan orang yang meninggal dunia.
Hukum waris Islam mengatur peralihan harta dari seseorang yang telah
meninggal kepada yang masih hidup. Aturan tentang peralihan harta ini disebut
17
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris (Bandung: Pustaka Setia, Cetakan kesatu, 2009) h.13
18
H. Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persad, Cetakan
kesatu, 2012) h.50
19
dengan berbagai nama. Dalam literatur hukum Islam ditemukan beberapa istilah
untuk menamakan hukum waris seperti: Fara’id, Fiqh Mawaris, dan hukmal-Waris.19
tercantum dalam pasal 171 poin a yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
hukum kewarisan ialah hukum yang mengatur tentang perpindahan hak pemilikan
harta peninggalan pewaris dengan menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli
Sumber dalam hukum waris Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi (Al-
Hadis). Ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang mengatur tentang waris ialah
sebagai berikut:
1) QS. Al-Nisa/4:7
ِ َر نKKُهُ أَوْ َكثKK َّل ِم ْنKKَونَ ِم َّما قKKُدَا ِن َواأْل َ ْق َربKKِ َركَ ْال َوالKKَِم َّما ت
يبًاKKَص
َم ْفرُوضًا
Terjemahnhya :
19
Amir Syarifuddin, Hukum Kearisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004) h.5
20
Departement Agama, Kompilasi Hukum Islam, h.51
20
2) QS. Al-Nisa/4:11
قَ ْوKَا ًء فKإ ِ ْن ُك َّن نِ َسKَ ظِّ اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن فK ُل َحK َّذ َك ِر ِم ْثKي ُك ُم هَّللا ُ فِي أَوْ اَل ِد ُك ْم لِلKُوص ِ ي
ِّلK ِه لِ ُكKف َوأِل َبَ َو ْي
ُ Kص ْ ِّا النKKَ َدةً فَلَهKاحِ َت َو ْ انKKك َوإِ ْن َك َ ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََر
ُهK َ ٌد َو َو ِرثK َاح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َركَ إِ ْن َكانَ لَهُ َولَ ٌد فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ َول ِ َو
ِ ِد َوK ُدسُ ِم ْن بَ ْعK الس
يَّ ٍةK ص ُّ َوةٌ فَأِل ُ ِّم ِهKهُ إِ ْخK َانَ لKKإ ِ ْن َكK َث ف ُ ُواهُ فَأِل ُ ِّم ِه الثُّلKَ Kَأَب
اKK َربُ لَ ُك ْم نَ ْف ًعK ْدرُونَ أَيُّهُ ْم أَ ْقK َا ُؤ ُك ْم اَل تKKَا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنKKَا أَوْ َد ْي ٍن آَبKKَي بِهK ُوص ِ ي
هَّللا
ضةً ِمنَ ِ إِ َّن َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما هَّللا َ فَ ِري
Terjemahnya :
“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan
bahagian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya
perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan, jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia
memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak. Jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka
ibunya mendapat sepertiga. Jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (pembagian-
pembagian tersebut diatas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau
(dan) sesudah dibayar hutangnya. (tentang) orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
3) QS. Al-Nisa/4:12
ف َما تَ َركَ أَ ْز َوا ُج ُك ْم إِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَه َُّن َولَ ٌد فَإ ِ ْن َكانَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم ُ َْولَ ُك ْم نِص
ُع ِم َّماKُا أَوْ َد ْي ٍن َولَه َُّن الرُّ بKَينَ بِهKُوص ِ يَّ ٍة يKص ِ ِد َوKْر ْكنَ ِم ْن بَعK َ Kَالرُّ بُ ُع ِم َّما ت
َر ْكتُ ْم ِم ْنKَ ٌد فَلَه َُّن الثُّ ُم ُن ِم َّما تKَانَ لَ ُك ْم َولKKإ ِ ْن َكKَ ٌد فKَت ََر ْكتُ ْم إِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَ ُك ْم َول
ٌ َرأَةKةً أَ ِو ا ْمKَث كَاَل ل َ Kُ ٌل يKصيَّ ٍة تُوصُونَ بِهَا أَوْ َد ْي ٍن َوإِ ْن َكانَ َر ُج
ُ ورK ِ بَ ْع ِد َو
ك فَهُ ْم َ
َ K ِ َر ِم ْن َذلK َانُوا أ ْكثKKاح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ فَإ ِ ْن َك ِ ت فَلِ ُك ِّل َو ُ
ٌ َولَهُ أَ ٌخ أوْ أ ْخ
َ
21
4) QS. Al-Nisa/4:13
5) QS. Al-Nisa/4:14
ٌ َذابKهُ َعKَْص هَّللا َ َو َرسُولَهُ َويَتَ َع َّد ُح ُدو َدهُ يُ ْد ِخ ْلهُ نَارًا َخالِدًا فِيهَا َول
ِ َو َم ْن يَع
ٌ ُم ِه
ين
Terjemahnya :
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya
22
6) QS. Al-Nisa/4:176
ت ٌ هُ أُ ْخKKَْس لَهُ َولَ ٌد َول َ ك لَي َ َك قُ ِل هَّللا ُ يُ ْفتِي ُك ْم ِفي ْالكَاَل لَ ِة إِ ِن ا ْم ُر ٌؤ هَل
َ َيَ ْستَ ْفتُون
اKKف َما تَ َركَ َوهُ َو يَ ِرثُهَا إِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهَا َولَ ٌد فَإ ِ ْن َكانَتَا ْاثنَتَ ْي ِن فَلَهُ َم ُ ْفَلَهَا نِص
ظِّ اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِنKلذ َك ِر ِم ْث ُل َح
َّ ِالثُّلُثَا ِن ِم َّما تَ َركَ َوإِ ْن َكانُوا إِ ْخ َوةً ِر َجااًل َونِ َسا ًء فَل
ِ َيُبَي ُِّن هَّللا ُ لَ ُك ْم أَ ْن ت
ضلُّوا َوهَّللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم
Terjemahnya :
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah:
Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang
meninggal anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkan ,
dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan) jika ia tidak mempunyai anak tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris
itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian
seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu
tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
2.1.2 Hadits
ِه ع َْن ا ْب ِنKس ع َْن أَبِي ٍ َح َّدثَنَا ُم ْسلِ ُم ب ُْن إِب َْرا ِهي َم َح َّدثَنَا ُوهَيْبٌ َح َّدثَنَا اب ُْن طَا ُو
اKKَض بِأ َ ْهلِه
َ ِرائKَ Kَصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْل ِحقُوا ْالف َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا َ َال ق َ َس ق ٍ َعبَّا
فَ َما بَقِ َي فَهُ َو أِل َوْ لَى َر ُج ٍل َذ َك ٍر
Terjemahnya:
23
َب ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرة ِ َّب ع َْن ا ْب ِن ْال ُم َسي ٍ ْث ع َْن اب ِْن ِشهَا ُ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا اللَّي
َرأَ ٍة ِم ْن بَنِيKKلَّ َم فِي َجنِي ِن ا ْمKKصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس َ ِ ضى َرسُو ُل هَّللا َ َأَنَّهُ قَا َل ق
ْ Kِا بKKَى لَهKض
ال ُغ َّر ِةK َ َرْ أَةَ الَّتِي قKK ٍة ثُ َّم إِ َّن ْال َمKلَحْ يَانَ َسقَطَ َميِّتًا بِ ُغ َّر ٍة َع ْب ٍد أَوْ أَ َم
اKKَا لِبَنِيهKKَأ َ َّن ِمي َراثَهKKِلَّ َم بK ِه َو َسKلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيK ص
َ ِ و ُل هَّللاK ى َر ُسK ض َ َت فَق ْ َ ُوفِّيK ُت
َ َوزَ وْ ِجهَا َوأَ َّن ْال َع ْق َل َعلَى َع
صبَتِهَا
Terjemahnya:
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada
kami Al Laits dari Ibnu Syihab dari Ibnu Musayyab dari Abu Hurairah
bahwasannya ia mengatakan; Rasulullah Shalallahualaihi wasallam
menetapkan tentang janin wanita dari Bani lahyan yang keguguran
dengan ghurrah (pembayaran diyat dengan satu budak atau budak
perempuan), kemudian wanita yang beliau putuskan membayar
ghurrah meninggal, maka Rasulullah Shalallahu’alaihiwassalam
memutuskan bahwa warisannya untak laki-lakinya dan suaminya,
sedang diyatnya bagi ‘ashobahnya.22
لَ ْي َمانَ ع َْنK ْعبَةَ ع َْن ُسK ر ع َْن ُشK ٍ Kَ َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن َج ْعفKَح َّدثَنَا بِ ْش ُر ب ُْن خَالِ ٍد َح
ِ و ِل هَّللاK ِد َر ُسK ٍل َعلَى َع ْهKَضى فِينَا ُم َعا ُذ ب ُْن َجب َ َال ق َ َإِ ْب َرا ِهي َم ع َْن اأْل َس َْو ِد ق
ُ لَ ْي َمKا َل ُسKKَت ثُ َّم ق
ان ِ ف لِأْل ُ ْخ ُ Kص ْ ِّ ِة َوالنKَف لِاْل ْبن ُ Kص ْ ِّصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الن
َ
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِ ُول هَّللا ْ
ِ ضى فِينَا َولَ ْم يَذ ُكرْ َعلَى َع ْه ِد َرس َ َق
Terjemahnya:
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Khalid telah menceritakan
kepada kami Muhammad Ja’far dari Syu’bah dari Sulaiman dari
Ibrahim dari Al Aswad mengatakan; Mua’adz bin Jabal memutuskan
bagi kami dimasa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam untuk anak
perempuan mendapatkan separoh, saudara perempuan mendapat
21
Abi Abdullah Muhammad, Sohih Bukhori, Juz 4. h.166
22
Ibid, h.167
24
ي ٍن ع َْن أَبِيKص ِ َرائِي َل ع َْن أَبِي َحK ُد هَّللا ِ ع َْن إِ ْسKا ُعبَ ْيKKَو ٌد أَ ْخبَ َرنKKَح َّدثَنَا َمحْ ُم
ُ لَّى هَّللاKص َ ِ و ُل هَّللاKال َر ُسK َ Kَال قK ِ َرةَ َرKح ع َْن أَبِي هُ َر ْي
َ Kَهُ قK َي هَّللا ُ َع ْنKض ٍ ِصال َ
ُهKُ ااًل فَ َمالKك َم َ َرKَاتَ َوتKKَعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَنَا أَوْ لَى بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم فَ َم ْن َم
ُّلKKهُ ْال َكKَا َولِيُّهُ فَأِل ُ ْدعَى لKKَيَاعًا فَأَنKض
َ ْك َكاًّل أَو َ والِي ْال َعK
َ Kَبَ ِة َو َم ْن تKص
َ رK َ Kلِ َم
ْال ِعيَا ُل
Terjemahnya:
Telah menceritakan kepada kami Mahmud telah mengabarkan kepada
kami Ubaidullah dari Israil dari Abu Hushain dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah radliallahu’anhu mengatakan; Rasulullah
Shalallahu’alaihiwasallam bersabda: “Saya lebih berhak menanggung
urusan orang-orang mukmin daripada mereka sendiri, maka siapa mati
dan meninggalkan harta maka hartanya untuk ahli warisnya yang
ashabah, dan barangsiapa meninggalkan hutang atau anak yang
terlantar, saya walinya maka hendaknya memanggil saya untuk
menanggung hutangnya dan anak-anknya.”24
َ َرةKاز ٍم ع َْن أَبِي هُ َر ْي ِ K ِديٍّ ع َْن أَبِي َحK ْعبَةُ ع َْن َعKَح َّدثَنَا أَبُو ْال َولِي ِد َح َّدثَنَا ُش
ك َ Kَا َل َم ْن تKKَصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ َرK َ ِه َو َم ْن تK ِ ااًل فَلِ َو َرثَتKركَ َمK َ ع َْن النَّبِ ِّي
َكاًّل فَإِلَ ْينَا
Terjemahnya:
23
Ibid, h.167
24
Ibid, h.167
25
Ibid, h.169
25
ب ع َْن َعلِ ِّي ْب ِن ُح َس ْي ٍن ع َْن ٍ ْج ع َْن اب ِْن ِشهَا ِ َح َّدثَنَا أَبُو ع
ٍ َاص ٍم ع َْن ا ْب ِن ُج َري
لَّىKص
َ ي َّ ِا أَ َّن النَّبKK َي هَّللا ُ َع ْنهُ َمKضِ ٍد َرKَع ْم ِرو ب ِْن ُع ْث َمانَ ع َْن أُ َسا َمةَ ب ِْن زَ ْي
ث ْال ُم ْسلِ ُم ْال َكافِ َر َواَل ْال َكافِ ُر ْال ُم ْسلِ َم
ُ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل اَل يَ ِر
Terjemahnya:
Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim dari Ibnu Juraji dari
Ibnu Syihab dari Ali bin Husain dari Amru bin Utsman dari Usamah
bin Zaid radliallahu’anhuma, Nabi shallallahu’alaihiwasallam
bersabda: “Orang muslim tidak mewarisi orang kafir, dan orang kafir
tidak mewarisi orang muslim.”26
Indonesia juga bersumber dari Kompilasi Hukum Islam (KHI), dalam buku II
besarnya bahagian, ahli waris, rad dan aul, hibah, dan wasiat.
2.1.3 Al-Ijma
dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah tentang hukum waris sebagai ketentuan yang harus
kamus istilah fiqh, Ijma diartikan sebagai kesepakatan atau pendapat para sahabat
atau para ulama dalam berijtihat.27Karena telah diterima dengan sepakat, maka tidak
26
Ibid, h.170
27
M.Abdul Mujieb, dkk. Kamus Istilah Fiqh. h.115
26
2.1.4 Al-Ijtihad
Al-Ijtihad yaitu pemikiran para sahabat atau ulama yang sudah memiliki
kriteria sebagai mujtahid dan sudah mencukupi syarat sebagai mujtahid untuk
menjawab berbagai persoalan yang muncul dalam pembagian harta waris. Dalam
istilah fiqh, Ijtihad adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh
para ahli fiqh untuk menetapkan suatu hukum syar’i, menggali permasalahan
keIslaman dengan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis serta dengan qiyas atau analog
yang tepat.28
Ada beberapa rukun yang harus terpenuhi dalam pembagian harta waris.
28
Ibid, h.117
29
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris. h.15
27
dengan meninggalnya pewaris baik secara hakiki atau hukum adalah seseorang
telah meninggal dan diketahui oleh ahli warisnya, atau vonis yang ditetapkan
Ahmad Saebani dalam kitab Fatchur Rahman, dibedakan dalam tiga macam,
yaitu:
pancaindra.
ii. Mati hukmy (menurut putusan hakim), adalah kematian yang disebabkan
karna adanya putusan hakim, baik orangnya masih hidup maupun sudah
mati.
iii. Mati taqdiry (menurut dugaan), adalah kematian yang didasarkan pada
mati.30
b) Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal
dunia. Yang dimaksud adalah hak kepemilikan dari pewaris harus dipindahkan
30
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris. h.130
28
kepada ahli waris yang secara syariat benar-benar masih hidup, sebab orang yang
c) Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-
masing. Dalam hal ini posisi ahli waris harus diketahui secara pasti, misalnya
pasti jumlah bagian yang harus diberikan kepada masing-masing ahli waris.
Ada tiga sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan hak waris, yaitu:
1. Nasab Hakiki (yang ada ikatan nasab), ahli waris dengan sebab hubungan
darah atau kerabat sering disebut ahli waris nasabiyah, artinya orang berhak
ِامKو اأْل َرْ َحKKُكَ ِم ْن ُك ْم َوأُولKKِ ُدوا َم َع ُك ْم فَأُولَئKََاجرُوا َو َجاه َ َوالَّ ِذينَ آَ َمنُوا ِم ْن بَ ْع ُد َوه
ب هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم ٍ ضهُ ْم أَوْ لَى بِبَع
ِ ْض فِي ِكتَا ُ بَ ْع
Terjemahnya:
“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta
berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga).
Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih
berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) didalam kitab
Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
31
Ibid. h.130
29
2. Pernikahan, yaitu terjadinya akad nikah secara legal (syar’i) antara seorang
laki-laki dan perempuan, sekalipun belum atau tidak terjadi hubungan intim
an-Nisa : 12
ٌد فَلَ ُك ُمK َانَ لَه َُّن َولKKإ ِ ْن َكK َ ٌد فK َك أَ ْز َوا ُج ُك ْم إِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَه َُّن َول َ Kَا تKKف َم
َ رK ُ Kص ْ َِولَ ُك ْم ن
َر ْكتُ ْمKَ ُع ِم َّما تKُا أَوْ َدي ٍْن َولَه َُّن الرُّ بKKَينَ بِهKُوص ِ صيَّ ٍة ي ِ الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكنَ ِم ْن بَ ْع ِد َو
يَّ ٍةKص ِ ِد َوK َر ْكتُ ْم ِم ْن بَ ْعKَ ٌد فَلَه َُّن الثُّ ُم ُن ِم َّما تKَانَ لَ ُك ْم َولKKإ ِ ْن َكKَإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَ ُك ْم َولَ ٌد ف
ت ٌ هُ أَ ٌخ أَوْ أُ ْخKَ َرأَةٌ َولKةً أَ ِو ا ْمKَث كَاَل ل ُ و َرKKُ ٌل يKُتُوصُونَ بِهَا أَوْ َد ْي ٍن َوإِ ْن َكانَ َرج
ث ِم ْن ِ ُ َر َكا ُء فِي الثُّلK كَ فَهُ ْم ُشKKِ َر ِم ْن َذلK َاح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ فَإ ِ ْن َكانُوا أَ ْكث ِ فَلِ ُك ِّل َو
صيَّةً ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم
ِ ضا ٍّر َو َ صى بِهَا أَوْ َدي ٍْن َغي َْر ُم َ صيَّ ٍة يُو ِ بَ ْع ِد َو
Terjemahnya:
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu
mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta
yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta
yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau
(dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika sesorang mati, baik laki-
laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetap mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu
saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja) maka bagi masing-
masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).
(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benar-benar
dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”
3. Al-Wala, yaitu kekerabatan karena sebab hukum. Disebut juga wala al-itqi’
budak yang dibebaskan bila budak itu tidak memiliki ahli waris yang hakiki,
Para ulama madzhab sepakat bahwa ada tiga hal yang menghalangi warisan.
Orang yang terhalang untuk mendapatkan warisan adalah orang yang sebenarnya
memenuhi sebab-sebab untuk memperoleh warisan, tetapi dia kehilangan hak untuk
2.4.1 Budak
sekalipun dari saudaranya. Karena segala sesuatu yang dimiliki oleh budak
secara langsung milik tuannya. Baik budak itu sebagai qinnun (budak
32
Fikri dan Wahidin, “Konsepsi Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat”, Jurnal Ilmu
Syariah dan Hukum Islam Vol. 1 No. 2, 2016, h. 199
31
belah pihak). Itulah sebabnya semua jenis budak merupakan penganggur hak
نًاKKب هَّللا ُ َمثَاًل َع ْبدًا َم ْملُو ًكا اَل يَ ْق ِد ُر َعلَى َش ْي ٍء َو َم ْن َر َز ْقنَاهُ ِمنَّا ِر ْزقًا َح َس
َ ض َر َ
َ َ ْ َ هَّلِل ْ ً
َق ِمنهُ ِس ّرا َو َج ْهرًا هَلْ يَ ْستَوُونَ ال َح ْم ُد ِ بَلْ أكث ُرهُ ْم اَل يَ ْعل ُمون ْ ْ
ُ ِفَهُ َو يُنف
Terjemahnya:
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang
yang kami beri rezeki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan
sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan,
adakah mereka sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi
kebanyakan mereka tiada mengetahui.”
2.4.2 Pembunuhan
maka ia tidak akan menerima harta warisannya. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah saw:
muka bumi ini. Hikmahnya adalah, jika membunuh tidak terhalang dalam
cepat memperoleh harta warisannya. Oleh karena itu para imam madzhab
33
Mohammad Athoillah, Fiqh Mawaris, (Bandung: Yrama Widya, 2013) h.25
33
penerimaan harta waris. Kaitannya dengan hal tersebut, ada kaidah fiqhiyah
yang berbunyi:
Selain itu, tidak tergolong sebagai penggugur hak waris, sekalipun hanya
muslim tidak dapat mewariskan orang kafir, dan sebaliknya orang kafir tidak
bisa mewarisi orang Islam. Jika yang meninggal dunia orang muslim,
sedangkan ahli warisnya bukan muslim maka ahli waris itu tidak berhak
)ث ْال ُم ْسلِ ُم ْال َكافِ َر َوالَ ْال َكافِ ُر ْال ُم ْسلِ َم (متفق عليه
ُ الَيَ ِر
Terjemahnya:
“Orang muslim tidak mewarisi orang kafir, demikian juga orang kafir
tidak mewarisi orang muslim” (Muttafaq alaih)
Islam boleh menerima waris dari orang kafir. Sebaliknya, orang kafir tidak
boleh menerima harta waris dari orang Islam. Pendapat tersebut bersandar
pada hadis yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal r.a. Pandangan yang
paling rajih adalah yang menyatakan tidak saling mewarisi antara muslim
dan kafir dan sebaliknya antara kafir dan muslim, sedangkan antara Yahudi
dan Nasrani dapat saling mewarisi karena keduanya kafir. Allah swt
hak mewarisi, yakni orang yang telah keluar dari Islam. Murtad termasuk
dan Malikiyah yang sahih) berpendapat bahwa orang muslim tidak boleh
menerima harta waris dari orang yang telah murtad karena orang muslim
tidak mewariskan kepada orang kafir, dan orang yang murtad termasuk
kerabatnya yang muslim. Pendapat ini berdasarkan riwayat Abu Bakar, Ali
bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, dan lainnya. Apabila mengacu kepada hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, tidak ada
penafsiran lain bahwa orang muslim tidak mewariskan harta kepada orang
kafir, demikian juga orang kafir, karena murtad artinya menjadi kafir, maka
ketentuan tersebut sama, artinya tidak ada dalil lain yang membenarkan
orang murtad mewariskan harta kepada orang muslim, karena murtad itu
34
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris. h.118
36
Menyangkut asas-asas hukum kewarisan Islam dapat digali dari ayat-ayat hukum
yang telah meninggal dunia kepada yang masih hidup terjadi dengan
mati harta waris beralih kepada ahli waris secara otomatis tanpa terkecuali,
Ketentuan asas ijbari ini dapat dilihat antara lain pada QS. Al-Nisa
perempuan ada nasib dari harta peninggalan orang tua dan karib kerabatnya.
Kata nasib dalam ayat tersebut dapat diartikan sebagai saham, bagian, atau
35
Suhrawandi dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet.2.
2008) h.39
37
bahwa seseorang menerima hak warisan dari kedua belah pihak garis
Asas bilateral ini dapat ditemui dalam ketentuan QS. Al-Nisa (4) ayat
7,11,12 dan 176. Antara lain dalam ayat 7 dijelaskan bahwa seorang laki-laki
berhak memperoleh warisan dari pihak ayahnya maupun dari pihak ibunya.
orang tuanya.
(secara individu) berhak atas bagian yang didapatnya tanpa terikat kepada
ahli waris lainnya. Dengan kata lain, bagian yang didapat ahli waris dari
harta pewaris dimiliki secara perorangan, dan ahli waris lainnya tidak ada
yang diperolehnya.37
36
Ibid
37
Ibid
38
38
Ibid, h.41
39
Hukum Perdata (BW) yang dikenal dengan pewarisan secara abintestato dan
secara testamen.39
ditentukan pada harta peninggalan dengan nash atau ijma’. Kelompok orang tersebut
adalah ibu, ayah, nenek, kakek shahihah (seterusnya keatas), anak perempuan, cucu
ayah, saudari tunggal ibu (Ashabul Furudh Nasabiyah : kelompok orang yang
berdasar hubungan sedarah) dan suami atau istri (Ashabul Furudh Sababiyah :
Al Qur’an telah menentukan bagian Ashab Furudh, yang dibagi menjadi enam
macam, yaitu:
2
1. Dua pertiga ( )
3
1
2. Sepertiga ( ¿
3
1
3. Seperenam ( ¿
6
1
4. Seperdua ( ¿
2
39
Ibid
40
Teuku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, Cet.1.
2010) h.58
40
1
5. Seperempat ( ¿
4
1
6. Seperdelapan ( ¿
8
Berikut penjelasan tentang Ashabul Al-Furudh beserta ahli waris yang berhak
menerima bagian-bagiannya:
2
a. Ahli waris yang mendapat bagian ada empat orang, yakni:
3
1. Dua anak perempuan atau lebih, dengan ketentuan apabila mereka tidak
meninggalkan anak laki-laki. Atau dengan kata lain mereka tidak bersama-
2. Dua cucu perempuan pancar laki-laki atau lebih, dengan ketentuan apabila
a) anak dan
b) cucu laki-laki.
3. Dua orang saudari sekandung atau lebih, dengan ketentuan apabila mereka
tidak meninggalkan:
a) anak,
b) cucu,
c) bapak,
d) kakek,
4. Dua orang saudari seayah atau lebih, dengan ketntuan apabila mereka tidak
meninggalkan:
c) saudari kandung,
d) bapak,
e) kakek, dan
f) saudara seayah.
1
b. Ahli waris yang mendapat bagian ada dua orang, yakni:
3
a) anak,
b) cucu, dan
saja.
perempuan, dua orang atau lebih, dengan ketentuan apabila mereka tidak
meninggalkan:
a) anak,
b) cucu,
c) bapak, dan
d) kakek.
42
1
c. Ahli waris yang mendapat bagian ada tujuh orang, yakni:
6
a) anak, dan
b) cucu.
a) anak,
b) cucu, dan
a) anak,
b) cucu.
seorang ibu.
meninggalkan:
a) anak,
b) cucu,
c) bapak, dan
d) kakek.
a) anak laki-laki
b) cucu laki-laki
c) bapak,
1
d. Ahli waris yang mendapat bagian ada lima orang, yakni:
2
dengan anak laki-laki yang menjadi mu’ashshib-nya (tidak ada anak laki-
laki).
menjadi mu’ashshib-nya.
a) anak, dan
b) cucu.
meninggalkan:
a) anak laki-laki,
b) cucu laki-laki,
44
f) bapak, dan
g) kakek.
meninggalkan:
a) anak laki-laki,
b) cucu laki-laki,
f) bapak, dan
g) kakek
1
e. ahli waris yang mendapat bagian ada dua orang, yakni:
4
a) anak, dan
b) cucu.
a) anak, dan
b) cucu.
45
1
f. Ahli waris yang mendapat bagian satu orang, yakni:
8
a) anak, dan
b) cucu.
1
g. Ahli waris yang mendapat bagian ada dua orang, yakni:
3
a) anak,
b) cucu,
2. Saudara seibu (saudara tiri) lebih dari seorang, dengan ketentuan apabila
a) anak,
b) cucu,
c) bapak, dan
d) kakek.
BAB III
CISEUREUH
Dusun Jalawastu adalah salah Satu dusun yang terdapat di wilayah Desa
secara umum ialah bermata pencaharian sebagai petani jagung. Dusun Jalawastu
terdiri dari satu kepala Dusun yang biasa disebut Pemangku adat yang merupakan
membangun rumah yang terbuat dari semen dan bata, tidak menanam bawang, dan
Ngasa yang diadakan setiap tahun sekali. Dusun ini juga sering disebut orang-orang
“Baduynya Jawa Tengah” karena cukup mirip dengan suku Baduy dan berada di
Jawa Tengah. Selain karena budayanya yang mirip, bahasa yang digunakan oleh
41
Wawancara Dengan Darso, tanggal 4 Februari 2020 di rumah kediaman Darso.
47
Walaupun mirip dengan Baduy dan memiliki spot pemandangan yang bagus,
Dusun Jalawastu belum ramai didatangi oleh pengunjung. Sehingga saat kesana pun
subur, yang sebagian besar daratan dan sebagian kecil sungai dengan luas wilayah
3931 ha. Desa Ciseureuh juga termasuk daerah yang memiliki iklim tropis. Batas
3.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi yaitu berjumlah total 4409
orang yang terdiri dari 2270 orang berjenis kelamin laki-laki dan 2139 orang berjenis
kelamin perempuan, dengan total jumlah keluarga (KK) berjumlah 1899 KK. Hal ini
jagung, namun ada juga yang bekerja sebagai guru dan merantau ke kota. Masyarakat
tetapi juga bertani padi, buah-buahan, dan juga berternak. Dibalik semua kesibukan
untuk mengikuti adat-istiadat mereka, yaitu apabila ada orang orang yang meninggal
dunia atau melangsungkan perkawinan atau ada orang yang ingin membangun rumah,
anggota masyarakat Dusun Jalawastu, yaitu datang ke rumah keluarga orang yang
meninggal dunia atau datang ke orang yang sedang melaksanakan pernikahan atau
membangun rumah.
3.1.3 Pendidikan
tertinggal oleh arus zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seakan-
49
akan menjadi tumpuan dan harapan manusia. Akan tetapi di Dusun Jalawastu ini
masih sangat minim dalam masalah pendidikan, di Desa Ciseureuh saja hanya ada
terdapat 5 buah play group (PAUD), 1 buah taman kanak-kanak (TK), dan 2 buah
sekolah dasar (SD). Sekolah menengan pertama (SMP) dan sekolah menengah atas
(SMA) berada di Desa sebelah, yaitu Desa Sidang Jaya. Jarak tempuh SMP dan SMA
tersebut dari Dusun Jalawastu sangat jauh, sekitar 10 Km. Jadi anak-anak di Dusun
Jalawastu setelah tamat SD rata-rata langsung bekerja atau membantu orang tua di
pertanian dan ada juga yang merantau, dan untuk yang perempuan di Dusun
Jalawastu sudah mulai dijodohkan dengan pria lain atau langsung dinikahkan, karna
Status Kepemilikan
Jumlah
Nama Jumlah (Terdaftar, Desa/Ke
Pemerintah Swasta Tenaga
terakreditasi) lurahan
Play
5 Terdaftar 2 1 2 6
Group
TK 1 Terdaftar 0 1 0 3
SD 2 Terdaftar 2 0 0 15
50
dengan tingkat pemahaman dan penghayatan yang kurang dengan tingkat pendidikan
yang mereka miliki. Karena seluruh penduduk Dusun Jalawastu menganut Agama
Islam bahkan seluruh masyarakat Desa Ciseureuh pun menganut Agama Islam.
Perayaan hari-hari besar Islam, kegiatan shalat Jumat, dan tahlilan apabila ada
orang yang meninggal dunia merupakan keadaan pengamalan syariat Islam pada
masyarakat Dusun Jalawastu yang dapat dilihat dengan nyata. Sarana peribadatan
yang ada di Dusun Jalawastu sangat kurang, karena hanya ada 1 surau atau musholla
dan sholat jamaah pun masih sangat jarang, hanya sholat sendiri-sendiri di rumah
masing-masing.
Yang dimaksud dengan praktik pembagian harta warisan ialah bagaimana cara
pewaris untuk mengalihkan harta kekayaan yang akan ditinggalkan oleh ahli waris
yang penting dalam suatu masyarakat tertentu yaitu salah satu dari anggota
masyarakat tersebut ada yang meninggal dunia. Permasalahan ketika ada orang yang
51
meninggal dunia adalah bukan tentang kematian, akan tetapi harta yang ditinggalkan
oleh pewaris apabila orang yang meninggal tersebut mempunyai harta kekayaan.
Hukum waris adat ialah himpunan kaidah sosial dalam masyarakat luas, tidak
peraturan adat yang berasal dari orang tua terdahulu yang secara turun temurun
dipakai di Dusun Jalawastu, atau bisa dibilang warisan nenek moyang mereka yang
bahwa masyarakat Dusun Jalawastu masih memegang erat peraturan yang dipegang
dari orang tua terdahulu yang mana praktik pembagian harta warisan masih
Selain dari pada itu penentuan bagian untuk ahli waris dalam pembagian harta
Brebes masih menggunakan hukum adat, yaitu menyamaratakan seluruh bagian yang
diterima ahli waris, tidak memandang apakah itu laki-laki atau perempuan, semua
dianggap sama. Akan tetapi ada bagian khusus yang diberikan dari pewaris kepada
anak yang terakhir kali mengurusi pewaris sebelum ia meninggal dunia. Barang siapa
43
M.Abdul Mujieb, dkk. Kamus Istilah Fiqh. h.3
44
Wawancara dengan Darso, tanggal 4 Februari 2020 di rumah kediaman Darso; Sudarto,
tanggal 4 Februari 2020 di rumah kediaman Darso
52
ada anak yang mengurusi pewaris sebelum ia meninggal dunia maka ia berhak
Hal tersebut seakan sudah menjadi suatu tradisi dalam keluarga apabila ada
salah satu masyarakat di Dusun Jalawastu yang meninggal dunia dan ia meninggalkan
sebuah harta benda maka untuk menentukan bagian bagi para ahli waris masih
menggunakan peraturan adat. Peraturan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat
Jalawastu ialah membagi rata seluruh harta warisan kepada ahli waris. Dan yang
dinamakan ahli waris disini yaitu anak, bagian harta warisan hanya jatuh kepada
anak. Tetapi ada bagian lebih atau bagian khusus yang diberikan pewaris kepada ahli
pembagian harta waris keluarga Bapak Darso yang juga diamanahi selaku ketua Rt
01. Bapak Darso memiliki seorang kakak dan seorang Ibu, ketika Ibu dari Pak Darso
meninggal dunia ia meninggalkan harta benda berupa tanah seluas 1 Ha dan satu buah
rumah, maka sebelum harta waris dibagikan Pak Darso dan Kakaknya, harta tersebut
digunakan untuk kepentingan mayyit, setelah kepentingan mayyit selesai maka harta
tersebut bisa dibagikan. Tanah yang ditinggalkan Ibu Pak Darso dibagi dua oleh Pak
Darso dan kakaknya, jadi masing-masing mendapatkan bagian tanah seluas 1/2 Ha.
Akan tetapi sebelum Ibu Pak Darso meninggal dunia ia dirawat oleh Pak Darso, maka
45
Wawancara dengan Darsono, tanggal 4 Februari 2020 di rumah kediaman Darsono
46
Wawancara dengan Dastam Gugun, tanggal 4 Februari 2020 di rumah kediaman Dastam
Gugun
53
dalam hal ini Pak Darso lah yang berhak mendapatkan bagian lebih dari harta waris
Ahli waris yang mendapatkan harta warisan dari pewaris hanyalah anak, tidak
ada bagian yang didapatkan keluarga pewaris selain anak. Ayah, ibu, saudara dan
keluarga lainnya tidak mendapatkan harta warisan. Kecuali suami atau istri dari
pewaris masih hidup, maka ia mendapatkan 1/3 dari harta warisan. Dalam hal
ataupun anak laki-laki. Semua mendapat bagian harta warisan yang sama kecuali
berhak mendapatkan bagian lebih. Hal ini tidak menjadi pertikaian diantara keluarga,
karena setiap hasil pembagian yang dilakukan sudah melalui permufakatan, dan
masyarakat Dusun Jalawastu selalu menerima apa yang telah menjadi bagiannya.
meninggal dunia terdapat waktu tertentu. Pembagian harta warisan akan dilakukan
setelah semua urusan yang berhubungan dengan si mayyit sudah terpenuhi, baru
setelah itu harta warisan bisa dibagikan termasuk didalamnya hitungan keperluan
47
Wawancara dengan Darsono, tanggal 4 Februari 2020 di rumah kediaman Darsono
48
Wawancara dengan Darsono, tanggal 4 Februari 2020; Zainal Asikin, tanggal 4 Februari
2020 di rumah kediaman Zainal Asikin
54
pokok pembahasan yang utama bagi setiap ahli waris, akan tetapi rasa kemanusiaan
Dari paparan diatas diketahui bahwa ketika seseorang meninggal dunia, harta
kepentingan pengurusan jenazah terlebih dahulu baru setelah itu harta pewaris bisa
dibagikan.
angkat, maka harta warisan dibagikan kepada keluarga yang mengurusi atau merawat
pewaris sebelum dia meninggal dunia. Lalu ketika suami atau istri masih dalam
keadaan hidup, maka ia mendapatkan 1/3 dari harta warisan dan selebihnya diberikan
kepada anak. Ketikapun pewaris tidak mempunyai keluarga maka harta waris
Kabupaten Brebes, 100% menganut agama Islam. Sehingga seluruh aspek kehidupan
dan perilakunya banyak dilakukan dengan penuh kebiasaan. Sistem pembagian harta
warisan menurut hukum Islam tidak tampak dibandingkan sistem waris adat karena
pembagian harta warisan telah menjadi budaya pada masyarakat Dusun Jalawastu.
Hal tersebut disebabkan sebelum agama Islam menjadi pegangan yang kuat di Dusun
dipegang erat yang diwariskan turun temurun dari orang tua terdahulu.
peraturan adat, sebagaimana ungkapan Bapak Darsono selaku pemangku adat Dusun
ratakan semua bagian waris, tanpa memandang laki-laki dan perempuan, dan
memberi bagian khusus kepada ahli waris yang terakhir kali mengurusi pewaris.49
menerima harta warisan ialah anak. Tidak ada bagian lain selain bagian itu jatuh
kepada anak. Kecuali suami atau istri dari pewaris masih hidup, maka ia
mendapatkan 1/3 dari harta warisan. Alasan mengapa hanya anak yang diprioritaskan
mendapatkan harta warisan karena seorang anak lah yang nanti akan melanjutkan
tradisi-tradisi yang ditinggalkan dari orang tuanya, dan anak lah yang paling layak
mendapatkan warisan karena hubungannya yang paling dekat dengan orang tua.
Dibalik itu semua, seorang anak lah yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap
orang tua, baik ibu atau bapak, kakek atau nenek, jadi harta warisan yang diberikan
mempunyai tanggungan untuk menanggung beban orang tua yang masih hidup.
Terkecuali untuk sebuah keluarga yang tidak mempunyai anak, maka harta warisan
Harta waris dibagikan rata kepada anak dari pewaris, baik anak itu laki-laki
atau perempuan. Mungkin kita sering menemui pembagian harta waris semacam ini
dikalangan masyarakat lainnya, akan tetapi ada hal unik yang ditemukan pada
masyarakat Dusun Jalawastu ini. Yaitu penambahan harta yang diberikan kepada
49
Wawancara dengan Darsono, tanggal 4 Februari 2020 di rumah kediaman Darsono
57
anak yang mengurusi orang tuanya sebelum ia meninggal. Anak tersebut diberikan
bagian lebih karena jasanya yang telah mengurus pewaris sebelum ia meninggal.
Masyarakat Jalawastu sangat mengapresiasi perbuatan baik dari seorang anak karena
waktu untuk mengurusi pewaris merupakan suatu hal yang tidak bisa dianggap
mudah. Dengan kesibukan yang ada, ia rela menyisikan waktu untuk merawat orang
tua, walaupun mengurus dan mewarat kedua orang tua adalah kewajiban setiap anak,
akan tetapi tidak semua anak bisa dan mampu melakukannya dengan kesibukan-
kesibukan yang sedang ia jalankan. Maka adat atau tradisi masyarakat Dusun
Jalawastu memberikan bagian lebih terhadap anak yang mau mengurusi orang tua
Dalam hal ini, Allah telah menentukan ahli waris dan bagian-bagiannya secara
terstruktur. Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 7, 11, 12, dan 176.
dan perempuan dalam hal mendapatkan harta warisan. Islam mengatur sistem
kewarisan dengan sangat sempurna, tidak ada diskriminasi terhadap laki-laki maupun
Ketanggungan Brebes dalam memberikan harta warisan sudah sejalan dengan aturan
Mengenai besaran bagian yang didapatkan ahli waris, Allah Swt sudah
mengatur dengan jelas bagian-bagian ahli waris dalam QS an-Nisa ayat 11-12 yang
Ayat tersebut menjelaskan dalam penerimaan hak waris antara anak laki-laki
dan anak perempuan, hak suami dan istri, serta hak ayah dan ibu terdapat kesamaan
hak. Apabila terdapat anak laki-laki dan perempuan secara bersamaan maka anak
laki-laki mendapatkan bagian dua kali lipat dari bagian anak perempuan. Ayah dari
pewaris mendapatkan 1/6 apabila bersama anak laki-laki atau cucu laki-laki, dan
mendapatkan bagian ashobah atau sisa apabila ada anak perempuan atau cucu
perempuan. Begitupun Ibu, Ibu dari pewaris mendapatkan bagian 1/3 apabila tidak
ada anak dari pewaris dan mendapatkan bagian 1/6 apabila bersama anak dari
pewaris. Dan untuk bagian kakek, nenek, cucu, saudara dan seterusnya akan
termahjub atau terhalangi apabila masih ada anak, ayah dan ibu.
59
Dalam penentuan siapa saja yang akan menerima harta warisan, masyarakat
Dusun Jalawastu belum memakai pedoman yang sudah diatur secara sistematis
didalam Al-Qur’an. Harta warisan dari pewaris hanya dibagikan kepada anak-
anaknya. Ayah, ibu, saudara dan seterusnya tidak mendapatkan harta warisan
walaupun mereka masih hidup dan ada bersama keluarga pewaris. Kecuali suami atau
istri dari pewaris masih hidup, maka ia mendapatkan 1/3 dari harta warisan.
Hal ini bertentangan dengan kaidah waris Islam. Allah Swt menurunkan ayat
yang menjelaskan tentang waris agar umat manusia menaati itu. Allah Swt tidak
semata-mata menurunkan ayat yang menerangkan tentang waris secara percuma, ada
hikmah dibalik itu semua. Hikmah yang bisa diambil dari pembagian harta waris
ialah :
menjadikan harta pustaka / harta yang diwariskan (tirkah) mayit sebagai milik
selama hidupnya dan kebanyakan mereka juga memiliki peran besar dibalik
pembentukan kekayaannya.
60
3. Telah ditentukan bagi setiap ahli waris bagian yang jelas, yang dengannya
mahar, adapun perempuan tidak ada tanggungan memberi nafkah, justru ialah
pemenuhan janji.
sebagai kerabat sebagai pengakuan atas perbuatan baiknya dan sebagai rasa
terima kasih.50
percaya bahwa harta yang ditinggalkan pewaris tidak bisa menjadikannya kaya.
ladang pertanian yang luas dan peternakan yang banyak. Mereka percaya semua itu
50
Aisyah As-Salafiyah, Ilmu Faraidh dan Mawaris (Bogor: Pustaka Amma Alamia, 2018)
h.4-5
61
merupakan titipan Allah dan akan kembali kepada Allah. Kekayaan harta bukan suatu
hal yang utama yang harus dicapai, akan tetapi kerukunan manusialah yang sangat
mereka harapkan.
Melihat kasus tersebut diatas tentunya perlu diketahui penyelesaian atau jalan
keluar berdasarkan ketentuan yang ada didalam Al-Qur’an dan tidak boleh
menyimpang dari Al-Qur’an. Dengan jalan al-shulhu atau perdamaian diantara ahli
yang berarti putus pertengkaran. Sedangkan dalam pengertian syara’ shulhu adalah
suatu putusan berdasarkan atas kesadaran bersama dari pihak yang berperkara,
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) telah diatur tentang al-shulhu atau
perdamaian dalam membagi harta warisan, hal tersebut terdapat dalam pasal 183
51
YouTube, 2018, Juli 24, Hukum Waris Dibagi Rata – Buya Yahya (berkas video).
Diperoleh dari https://youtu.be/MZ8eGHjOwlA
52
Wahbah al-Zuhaili, fiqh al-islam wa adillatu, juz VI, damaskus: daar al-fikr, 2004.
53
M Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta:
Pustaka Kartini, Cet III, 1993) h.47
62
yang menjelaskan bahwa: “para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian
apabila setiap ahli waris yang menerima bagiannya secara rela membaginya dengan
Bahkan berdasarkan hal tersebut, pembagian harta waris sah bilamana ada di antara
ahli waris yang menggugurkan atau merelakan haknya dalam pembagian harta
warisan itu untuk diberikan kepada ahli waris yang telah ditentukan bagiannya
54
Departement Agama, Kompilasi Hukum Islam, h. 55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
peraturan adat atau kebiasaan, yaitu membagi harta waris hanya kepada anak
2. Ditinjau dari Hukum Islam dalam hal Ilmu Waris, praktek pembagian harta
harta waris dibagikan secara menyeluruh sesuai bagian yang telah ditentukan
dalam Q.S. An-Nisa ayat 7,11,12,176. Akan tetapi pembagian harta waris sah
apabila setiap ahli waris secara rela membagi bagiannya dengan cara
64
keluarga. Dalam KHI pasl 183 telah diatur tentang pembagian harta waris,
bahwa setiap para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian harta
5.2 Saran
Qur’an
2. Perlu diadakan sosialisasi mengenai sistem pembagian harta waris yang sesuai
Jalawastu masih belum paham betul tentang pembagian harta warisan yang
Departement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah
Jatinegara,2007)
Aisyah, Ilmu Faraidh dan Mawaris (Bogor: Pustaka Amma Alamia, 2018)
Asikin, Zaenal, Jalawastu, (2019 Februari Selasa). Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Praktek Pembagian Harta Waris di Pedukuhan Jalawastu Desa Ciseureuh
Kecamatan Ketanggungan Brebes. (M.Dzaki, Interviewer)
Darso, Jalawastu, (2019 Februari Selasa). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek
Pembagian Harta Waris di Pedukuhan Jalawastu Desa Ciseureuh
Kecamatan Ketanggungan Brebes. (M.Dzaki, Interviewer)
Fikri dan Wahidin, “Konsepsi Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat”, Jurnal
Gugun, Dastam, Jalawastu, (2019 Februari Selasa). Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Praktek Pembagian Harta Waris di Pedukuhan Jalawastu Desa Ciseureuh
Kecamatan Ketanggungan Brebes. (M.Dzaki, Interviewer)
Hasby, Teuku M, Fiqh Mawaris (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, Cet.1. 2010)
Harahap, M Yahya, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama,
(Jakarta: Pustaka Kartini, Cet III, 1993)
Saebani, Beni Ahmad, Fiqh Mawaris (Bandung: Pustaka Setia, Cet 1, 2009)
Sudarto, Jalawastu, (2019 Februari Selasa). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek
Pembagian Harta Waris di Pedukuhan Jalawastu Desa Ciseureuh
Kecamatan Ketanggungan Brebes. (M.Dzaki, Interviewer)
Suhrawandi dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
Cet.2. 2008)
YouTube, 2018, Juli 24, Hukum Waris Dibagi Rata – Buya Yahya (berkas video).
Diperoleh dari https://youtu.be/MZ8eGHjOwlA