Disusun Oleh:
Evi Nurdiana
1113034000017
FAKULTAS USHULUDDIN
1441H/2020M
KEGIATAN WAJIB MENGAJI AL-QUR’AN DI
SEKOLAH-SEKOLAH NEGERI KECAMATAN
CIKAMPEK
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Disusun Oleh:
Evi Nurdiana
1113034000017
Pembimbing:
FAKULTAS USHULUDDIN
1441H/2020 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Sidang Munaqasyah
Penguji I Penguji II
Pembimbing
Nama : EviNurdiana
NIM :11113034000017
HF 2410034
Evi Nurdiana
NIM.1113034000017
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
iii
penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
BAB V PENUTUP..................................................................................45
A. Kesimpulan ..............................................................................45
B. Saran ........................................................................................46
LAMPIRAN............................................................................................51
DAFTAR TABEL
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Padana Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf
Huruf Latin Keterangan
Arab
ا Tidak dilambangkan
ب B Be
ت T Te
ث ṡ Es dengan titik atas
ج J Je
ح ḥ Ha dengan titik bawah
خ Kh Ka dan Ha
د D De
ذ Ż Zet dengan titik atas
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy Es dan Ye
ص ṣ Es dengan titik bawah
ض ḍ De dengan titik bawah
ط ṭ Te dengan titik bawah
viii
ix
ـم M Em
ن N En
و W We
ه H Ha
ء ‟ Apostrof
ي Y Ye
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk
vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ــَـ A Fathah
ــَـ I Kasrah
ــَـ U Dammah
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ئَا Ᾱ a dengan topi di atas
ئِي Ī i dengan topi di atas
ئُو Ū u dengan topi di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-
dīwān bukan ad- dîwân.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( )ــَـdalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda
syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyah. Misalnya, kata ( )الضرورةtidak ditulis aḍ-ḍarūrah melainkan
al-ḍarūrah, demikian seterusnya.
xi
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1 حجة hujjah
2 َ عالنية „alāniyah
3 َ واحدة wāhidah
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),
antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului
oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh:
Abū Ḥāmid al-Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan
Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
xii
الرسول Al-rasūl
كتاب kitāb
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl
al- Rahmān.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an diturunkan sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia.
Seperti yang diungkapkan oleh Shihab, bahwa menjelaskan fungsi Al-
Qur‟an Allah SWT menegaskan, “Kitab Suci diturunkan untuk memberi
putusan (jalan keluar) terbaik bagi problem-problem kehidupan manusia”
(QS 2:213”).1
Berdasarkan hal tersebut, manusia dapat mencari solusi tentang
permasalahan kehidupan di dalam Al-Qur‟an. Seperti yang dijelaskan
oleh Al-Qatthan bahwa dengan banyak keistimewaan yang dimiliki, Al-
Qur‟an mampu mengatasi berbagai persoalan manusia dengan bijak di
segala aspek kehidupan, baik di bidang spiritual, jiwa, raga, sosial,
ekonomi dan juga politik. Karenanya Al-Qur‟an berlaku di setiap zaman
dan tempat.2
Bagi umat Islam sendiri, Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang
menjadi pedoman dan petunjuk untuk siapa saja yang ingin
mempelajarinya. Dalam kitab suci ini, kita bisa mengambil banyak sekali
pelajaran jika mempelajarinya, dan mendapatkan banyak pahala di kala
membaca dan menghafalkannya. Tentunya petunjuk bagi mereka yang
ingin mentadaburinya. Seperti yang telah Allah sampaikan dalam Q.S
As-Shad: 29,
1
M. Quraish Shihab, Lentera Al-qur‟an (Bandung: Mizan, 2008), 26.
2
Syaikh Manna‟ Al-Qattan, Dasar-dasar Ilmu Al-qur‟an (Jakarta: Ummul
Qurra, 2016), 31.
1
2
Namun dewasa ini tidak sedikit umat Islam yang tidak pandai
membaca Al-Qur‟an dan tidak mencari serta kembali kepada Al-Qur‟an
dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Menurut Shihab, generasi
saat inilah yang termasuk dalam aduan Nabi Muhammad3: “Wahai
Tuhan, sesungguhnya umatku telah menjadikan Al-Qur‟an sesuatu yang
tidak dipedulikan”. Hal tersebut seperti yang tertera dalam firman-Nya,
Artinya: “berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku
menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".4
3
M. Quraish Shihab, Lentera Al-qur‟an (Bandung: Mizan, 2008), 24.
4
Q.S Al-Furqon : 30
5
Novita Intan, “65 Persen Masyarakat Indonesia Buta Huruf Al-Qur‟an.”
Diakses 30 November 2019, https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/
3
Artinya: “1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.”
8
Muhammad Mansur, “Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Al-
Qur‟an”, dalam Sahiron Syamsuddin (Ed.), “Metode penelitian Living Qur‟an dan
Hadits”, (Yogyakarta: Teras, 2007), 8.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat di identifikasi beberapa poin pembahasan seperti berikut:
1. Tidak adanya Kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an khusus remaja di
kecamatan Cikampek selain di Sekolah.
2. Kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an telah dilaksanakan oleh remaja
di SMA Negeri 1 Cikampek, SMK Negeri 1 Cikampek, SMP
Negeri 1 Cikampek.
3. Terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan
kegiatan mengaji Al-Qur‟an pada remaja di sekolah-sekolah negeri
Kecamatan Cikampek.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah
pada:
1. Pelaksanaan kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an pada remaja di
sekolah ini secara khusus ditujukan pada 3 sekolah negeri yang
terdapat di Kecamatan Cikampek, yaitu SMA Negeri 1, SMK
Negeri 1, dan SMP Negeri 1 Cikampek.
2. Kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an ini dibatasi pada level dasar
sesuai dengan kemampuas siswa-siswa, yaitu aktifitas membaca
dan menghafal surah-surah al-Qur‟an yang diadakan pada hari
tertentu sebelum memulai KBM.
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan kegiatan
mengaji Al-Qur‟an pada remaja di sekolah-sekolah negeri
Kecamatan Cikampek.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang disampaikan
sebelumnya, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pelaksanaan kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an di Sekolah
Negeri Kecamatan Cikampek?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti memfokuskan
penelitian ini pada tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama
(S.Ag) dan persyaratan untuk mengikuti wisuda.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan wajib
mengaji Al-Qur‟an di Sekolah Negeri Kecamatan Cikampek.
3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat kegiatan
pelaksanaan kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an di Sekolah Negeri
Kecamatan Cikampek.
Adapun kegunaan hasil penelitian ini penulis harapkan dapat
memberikan manfaat diantaranya:
1. Untuk Sekolah di Kecamatan Cikampek penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi dalam mempelajari Agama Islam dan
meningkatkan keterampilan mengaji Al-Qur‟an bagi yang
mempelajarinya.
2. Untuk Penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan
mengenai kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an, dan menambah
pengalaman tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut di
masyarakat khususnya masyarakat Kecamatan Cikampek
3. Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai Living
Qur‟an dalam kehidupan masa sekarang.
4. Bagi para pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
7
9
Wahyu Hidayat, “Intensitas membaca Al Qur‟an Dan Pengaruhnya Terhadap
Perilaku Sosial Remaja di Kelurahan Mijen Kota Semarang.”(Skripsi Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang), 28.
8
10
Ida Farida, “Pembelajaran Al-Qur‟an dan Implementasinya terhadap
kemampuan mengaji Al-Qur‟an Siswa SMP Islam Bait Al-rahman” (Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, 2010)
11
Nazid Mafaza, “Model Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas Satu
Sekolah Dasar (Studi Kasus di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta”. (Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,2008)
9
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Menurut Nazir, metode
deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang berupa gambaran
mengenai situasi atau kejadian, kata-kata tertulis atau lisan, kalimat,
gambar dan perilaku yang dapat diamati serta diarahkan pada latar
alamiah individu tersebut secara menyeluruh.13
3. Sumber data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti terbagi menjadi dua,
data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono, data primer
merupakan sumber yang memberikan data yang langsung kepada
pengumpul data.14 Data primer dalam penelitian ini adalah rekaman
pelaksanaan kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an pada sekolah negeri di
12
Lexy J Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), 6.
13
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Galia Indonesia, 2005), 55.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2012), 326.
10
15
Amirudin dan Zainal Azikin, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), 30.
16
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), 126.
11
17
M. Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi (Bandung:
Angkasa, 1987), 83.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2012), 137.
12
dicari tema dan polanya.19 Data yang sudah selesai direduksi akan
memberikan gambaran jelas dan memudahkan peneliti untuk
melanjutkan ke tahap berikutnya.
b) Display data
Display data atau penyajian data dilakukan setelah mereduksi
data yang telah dikumpulkan. Menurut Miles and Hubermen dalam
Sugiyono, bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.20 Display data dilakukan untuk mempermudah memahami
poin penting dalam penelitian dan melanjutkan ke tahap
berikutnya.
c) Verifikasi data
Verifikasi data merupakan tahap akhir dalam analisis data.
Menurut Rosidi, verifikasi data adalah kegiatan analisis yang lebih
dikhususkan pada penafsiran data yang telah disajikan.21 Setelah
penafsiran data, maka akan ditarik kesimpulan yang merupakan
hipotesis data deskripsi.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun menjadi lima bab yang diuraikan sebagai
berikut:
Bab satu: berisi pendahuluan, latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tinjauan kajian terdahulu, metode
penelitian dan sistematika penulisan, yang menjadi pembuka dalam
penulisan skripsi ini.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 247.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 249.
21
Imron Rosidi, Karya Tulis Ilmiah (Surabaya: PT.Alfina Primatama, 2011),
26.
13
1
Sahiron Syamsuddin, Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur‟an dan
Hadis dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), xiv.
2
Muhammad Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), 5.
3
Muhammad Yusuf, Pedekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an,
dalam Metodologi Penesecara litian Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsuddin,
36-37.
14
15
4
Didi Junaedi, “Memahami Teks, Melahirkan Konteks” dalam Journal of
Qur‟an and Hadith Studies, Vol. 2, No. 1, (2013): 3.
5
Muhammad Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), 5.
16
6
Manna‟ Al-Qatthan, Dasar-dasar Ilmu Al-qur‟an (Jakarta:Ummul Qura‟,
2017), 32.
7
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur‟an (Bandung: Mizan, 1996), 3.
8
M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Cet.II
(Bandung: Mizan, 1994), 24.
17
القرآن هو الكلم املنزل على حممد صلى اهلل عليه وسلم للٳعجاز بسوراة منه
“Al-Qur'an ialah firman-firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw. untuk melemahkan pihak-pihak yang
menentangnya, walaupun hanya dengan satu surah daripadanya.”10
9
Prof. Dr.H. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Cet.I (Jakarta:
Djambatan, 1992), 794.
10
Imam Jalâl al-Dîn al-Sayûthiy, al-Itqân fi „Ulum al-Qur‟ân, Juz I, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1979), 51-52.
11
Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam
(Surabaya : IAIN Sunan Ampel PRESS, 2005), 1.
18
bernilai ibadah bagi yang mengaji serta dimulai dengan surat Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.12
Dari beberapa definisi Al-Qur‟an yang telah disebutkan, baik
secara etimologi maupun terminologi, penulis menyimpulkan bahwa
Al-Qur‟an adalah firman Allah yang disampaikan melalui malaikat
Jibril as, kepada Nabi Muhammad sebagai mukjizat dan petunjuk,
yang diriwayatkan secara mutawattir, yang dimulai dengan surah Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas, kemudian mengajinya
bernilai ibadah.
b) Definisi Mengaji dan Membaca Al-qur‟an
Pengertian mengaji berasal dari kata dasar kaji yang berarti ajar.
Mengaji Al-Qur‟an secara bahasa ialah melafalkan, mengujarkan, atau
membunyikan huruf-huruf Al-Qur‟an.13 Mengaji di sini dipahami
sebagai kegiatan belajar membaca al-Qur‟an. Bagi mereka yang sudah
bisa membaca al-Qur‟an, mengaji juga dapat diartikan sebagai
mempelajari al-Qur‟an di tingkat lebih lanjut, seperti menerjemahkan
ayat-ayatnya ke dalam bahasa yang difahami, atau menafsirkannya.
Hal ini sejalan dengan definisi mengaji dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) online, dimana mengaji dimaknai sebagai aktivitas
mendaras Al-Qur‟an atau membaca dalam aksara Arabnya.
Dari uraian tentang pengertian Al-Qur‟an yang telah disebutkan
sebelumnya, dan uraian makna mengaji al-Qur‟an dapat juga
disimpulkan bahwa mengaji Al-Qur‟an adalah kegiatan ibadah yang
diserukan oleh Allah SWT. Seperti yang terkandung dalam Q.S Al-
Fatir : 29,
12
Muhammad Yasir, Study Al-qur‟an (Riau: Asa Riau, 2016), 3.
13
A bsdul Chaer. Perkenalan awal dengan Al-qur‟an (Jakarta: Rineka cipta,
2014), 209.
19
14
Mahmud Al-Dausari. Membaca al-Qur‟an Adab dan Hukumnya.
Terj.Dr.Muhammad Ihsan Zainuddin, Lc.,M.SI. alukah.net.
file:///C:/Users/Windows10/Downloads/hukum_adabbaca%20(1).pdf
20
15
Munir. “Metode Yasiniyah Sebagai Metode Pembelajaran Membaca Al-
Qur‟an.” TA‟DIB, Vol. XV No. 01.(Juni 2010): 32.
16
Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Al-qur‟an
Qira‟ati (Semarang: Raudhatul Mujawwidin, 2000.), 9.
17
Munir. “Metode Yasiniyah Sebagai Metode Pembelajaran Membaca Al-
Qur‟an”. TA‟DIB, Vol. XV No. 01.(Juni 2010): 32
21
18
Ahmad Izzan Dindin Moh Saepudin, dengan judul buku “Metode
Pembelajaran Al-Qur‟an” Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (Bandung:2018), 1.
19
M. Ulinnuha Arwani, Thariqah Baca Tulis Dan Menghafal Al-qur‟an
“Yanbu‟a” Jilid I, (Kudus, : Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an, 2004), 1.
22
dikenal dengan metode alif ba‟ ta‟.20 Metode ini adalah yang paling
lama digunakan dan menjadi metode pertama yang berkembang di
Indonesia.
7. Metode Al-Barqy
Metode Al-Barqy adalah metode membaca Al-Qur‟an yang
menggunakan buku sederhana yang dikemas sebagai tuntunan
mengaji tulis huruf Al-Qur‟an. Al-Barqy berasal dari kata Al-Barqu,
yang berarti kilat. Pembelajaran dengan menggunakan metode ini
diharapkan dapat membantu siapa saja yang belajar membaca dan
menulis huruf al-Qur‟an dengan cara secepatnya.21
Adapun metode tartil yang berarti membaca Al-Qur‟an suatu
cara mengaji Al-Qur‟an dengan memperindah bacaan Al-Qur‟an
seperti yang terkandung dalam Q.S Al-Muzzammil:4,
20
Ainal Ghani,dkk. Pelatihan Pnerapan Metode Pembelajaran Al-qur‟an
Kontemporer dalam Peningkatan Kompetensi Guru Ngaji di Kecamatan Kedaton
Bandar Lampung (Bandar Lampung:LP2M IAIN Raden Intan, 2014), 15
21
Departemen Agama RI, Metode-Metode Membaca Al-Qur‟an di Sekolah
Umum (Jakarta : DEPAGRI, 2014), 51.
23
22
Muhammad Iqbal Ahmad Gazali. “Keutamaan membaca Al-Quran dan
Menghafalnya”.(Islam House:2010),3-4
BAB III
b. Kondisi Sosio-Geografis
Masyarakat adalah faktor utama dalam terbentuknya suatu wilayah.
Terlebih kemajuan suatu wilayah juga ditentukan dengan adanya
penduduk dan aktivitas yang dilakukannya.
1
diakses pada hari Rabu, 26 Feb 2020, https://karawangkab.bps.go.id/
2
diakses pada hari Rabu, 26 Feb 2020,
https://www.karawangkab.go.id/dokumen/profil-cikampek
24
25
3
Diakses pada Rabu, 26-02-2020, http://www.sman1cikampek.sch.id
28
Kepala Sekolah
( Dra. Hj. Lanasari)
Program kegiatan
Selain program belajar mengajar SMA Negeri 1 Cikampek
memiliki program kegiatan yang diterapkan bagi seluruh siswa
yaitu kegiatan literasi mengaji Al-Qur‟an dan literasi mengaji
referensi umum. Selain itu ada juga program pilihan seperti
kegiatan ekstrakurikuler.
4
Diakses pada Rabu, 26-02-2020, https://smkn1cikampek.sch.id
30
Struktur Organisasi
31
Program Kegiatan
Selain kegiatan belajar mengajar, SMK Negeri 1 Cikampek
melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin bagi seluruh
siswa yaitu kegiatan mengaji Al-Qur‟an, yang dilakukan sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai. Kemudian selain mengaji Al-
Qur‟an, SMK Negeri 1 Cikampek juga memiliki kegiatan
ekstrakurikuler.
c. SMP Negeri 1 Cikampek
SMP Negeri 1 Cikampek merupakan sekolah menengah pertama
yang berada di Kelurahan Cikampek Selatan, Kecamatan Cikampek
kabupaten Karawang. sekolah ini didirikan pada tanggal 30 November
1966. Sebagaimana yang di lansir oleh data sekolah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bahwa sekolah ini
memiliki izin pendirian dua tahun setelahnya 072/UKKS/1968, sedang
izin operasionalnya 421/Kep.251-Huk/2008.
Visi dari SMP Negeri 1 Cikampek “UNGGUL DALAM
PRESTASI, BERAKHLAK MULIA DAN BERBUDAYA
LINGKUNGAN”
Dengan Indikator:
1. Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik sehingga
menghasilkan lulusan yang cerdas, kompetitif dan berakhlak mulia.
2. Terwujudnya perangkat kurikulum yang lengkap mulai silabus
sampai dengan RPP untuk kelas VII, VIII, IX
3. Terwujudnya proses pembelajaran aktif, inspiratif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIIKEM)
SMP Negeri 1 Cikampek juga memiliki Misi diantaranya :
1) Mewujudkan peningkatan prestasi akademik dan non
akademik yang tangguh, kompetitif dan berakhlakul mulia
32
Program Kegiatan
SMP Negeri 1 Cikampek memiliki program tadarus atau mengaji
Al-Qur‟an yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan
menjadi program untuk meningkatkan semangat keislaman dan
sebagai salah satu cerminan akhlakul karimah. Kegiatan mengaji Al-
Qur‟an, yang dilakukan 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar
dimulai. Kemudian selain mengaji Al-Qur‟an, SMP Negeri 1
Cikampek juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler lainnya, seperti
Pramuka, Osis, Paskibra dll.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN MENGAJI AL-QUR’AN DI
SEKOLAH NEGERI KECAMATAN CIKAMPEK
33
34
b. Waktu Pelaksanaan
Pada awal pelaksanaannya, kegiatan di SMA Negeri 1 Cikampek ini
dilakukan setiap hari Jum‟at. Tetapi setelah kurikulum 2013 yang
mewajibkan literasi diberlakukan, pelaksanaan kegiatan tersebut
ditetapkan menjadi bagian dari program literasi sekolah untuk
mendukung program literasi kurikulum 2013 yang juga memiliki tujuan
sebagai pembentuk karakter peserta didik. Kegiatan tersebut dilakukan
2 kali dalam sepekan, yakni pada hari Rabu dan Jum‟at. Dengan
estimasi waktu selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar
dimulai. Hal tersebut bertujuan agar siswa-siswi dapat menicintai Al-
Qur‟an seperti yang juga dikatakan oleh guru agama, yakni Bapak
Indra Lesmana S.Pd.I bahwa “pada awal dicetuskannya kegiatan ini
hanya bertujuan untuk menanamkan budi pekerti dengan mencintai Al-
Qur‟an.”2
1
Indra Lesmana,S.Pd.I (Guru Agama Islam SMA Negeri 1 Cikampek),
diwawancarai oleh Evi Nurdiana, Cikampek Rabu, 26 Februari 2020, Jawa Barat.
2
Indra Lesmana, Wawancara.
35
3
Indra Lesmana, Wawancara.
4
Abdul Aziz farhan (Siswa SMA Negeri 1 Cikampek), diwawancarai oleh Evi
Nurdiana, Cikampek Rabu, 13 Maret 2020, Jawa Barat.
5
Riani Rahma dan Inaya Rahmania (Siswa SMA Negeri 1 Cikampek),
diwawancarai oleh Evi Nurdiana, Cikampek Rabu, 13 Maret 2020, Jawa Barat.
36
6
Indra Lesmana, Wawancara.
7
Abdul Aziz Farhan, Wawancara.
8
Riani Rahma, Wawancara.
9
Inaya Rahmania, Wawancara.
37
10
Indra Lesmana,S.Pd.I (Guru Agama Islam SMA Negeri 1 Cikampek),
diwawancarai oleh Evi Nurdiana, Cikampek Rabu, 26 Februari 2020, Jawa Barat.
11
Indra Lesmana, Wawancara.
38
b. Waktu Pelaksanaan
Selain itu, pelaksanaan kegiatan wajib mengaji di SMK Negeri 1
Cikampek juga berlangsung selama 15 menit pada hari Selasa, Rabu
dan Kamis. Kegiatan tersebut juga dilakukan sebelum meteri
pembelajaran mulai, hanya saja kegiatan tersebut masuk ke dalam jam
pelajaran pertama. Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa
“Dilaksanakan setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Selama 15 menit
sebelum belajar.”13
12
Hj. Ikah Sartika S.Ag, M.Pd,I (Guru Agama Islam SMK Negeri 1 Cikampek),
diwawancarai oleh Evi Nurdiana, Cikampek, Selasa 10 Maret 2020, Jawa barat.
13
Hj. Ikah Sartika, Wawancara.
39
14
Hj. Ikah Sartika, Wawancara.
15
Haries Setya Wardhana, Naila Sabila dan Yoga Dimasya (Siswa SMK Negeri
1 Cikampek), diwawancarai oleh Evi Nurdiana, Cikampek Selasa, 10 Maret 2020, Jawa
Barat.
40
16
Hj. Ikah Sartika, Wawancara.
17
Hi. Iis, Wawancara.
18
Haries Setya Wardhana dan Naila Sabila, Wawancara.
19
Hj. Ikah Sartika S.Ag, M.Pd,I (Guru Agama Islam SMK Negeri 1 Cikampek),
diwawancarai oleh Evi Nurdiana, Cikampek, Selasa 10 Maret 2020, Jawa barat.
20
Hj. Ikah Sartika, Wawancara.
41
b. Waktu Pelaksanaan
Kemudian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di SMP Negeri 1
Cikampek juga tidak jauh berbeda seperti yang dilaksanakan di SMK.
Kegiatan tersebut juga dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu dan Kamis.
Seperti yangt elah dijelaskan oleh Bu Hj.Iis yang mengatakan bahwa
“Sekarang mah harinya Selasa sampai Kamis. Senin dipakai upacara.
Jum‟at sekarang dipakai senam sama gotong royong.”22 Selain itu para
siswa-siswi juga mengatakan bahwa waktu pelaksanaannya 15 menit
sebelum belajar.
c. Teknik Pelaksanaan
Teknik pelaksanaan kegiatan wajib mengaji di SMP Negeri 1
Cikampek tidak jauh berbeda seperti yang dilakukan di SMK Negeri 1
Cikampek. Hal tersebut dikarenakan guru masih mendampingi
21
Hi. Iis (Guru Agama Islam SMP Negeri 1 Cikampek), diwawancarai oleh Evi
Nurdiana, Cikampek, Jum‟at 20 Maret 2010. Jawa Barat.
22
Hi. Iis, Wawancara.
42
23
Hi. Iis, Wawancara.
24
Nuraini (Siswa SMP Negeri 1 Cikampek), diwawancarai oleh Evi Nurdiana,
Cikampek Rabu, 20 Maret 2020, Jawa Barat
25
Hi. Iis, Wawancara.
43
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa inisiatif kegiatan
wajib mengaji Al-Qur‟an di Sekolah-Sekolah Negeri Cikampek datang
dari kepala sekolah masing-masing, meski kemudian implementasinya
berbeda-beda. Pelaksanaan kegiatan mengaji Al-Qur‟an di SMAN 1
Cikampek berlandaskan progam literasi kurikulum 2013 yang
dilaksanakan setiap Rabu dan Jum‟at. Pelaksanaannya dilakukan di dalam
kelas sesuai peraturan sekolah. Pada hari Rabu siswa-siswi diberi
kebebasan untuk membaca surah yang disepakati, sedangkan untuk hari
Jum‟at dikhususkan untuk membaca Surah Yasin.
Kemudian pelaksanaan kegiatan wajib mengaji Al-Qur‟an di SMK
Negeri 1 Cikampek dilaksanakan 3 kali dalam sepekan yakni pada hari
Selasa, Rabu, dan Kamis dilakukan secara bersama-sama oleh murid dan
guru yang mengajar pada jam pelajaran pertama. Walaupun surah yang
dibaca tidak ditentukan sekolah, tetapi para siswa-siswi memulainya dari
surah al-Fatihah.
Sementara pelaksanaan kegiatan mengaji Al-Qur‟an di SMP Negeri 1
Cikampek juga dilakukan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis.
Pelaksanaannya juga dilakukan di ruang kelas dan dipimpin oleh
ketua/anggota seksi agama yang bertanggung jawab dari masing-masing
kelas. Surah yang dibaca pun tidak ditentukan pihak sekolah.
Adapun faktor pendukung pelaksanaan kegiatan wajib mengaji Al-
Qur‟an di Sekolah-Sekolah Negeri Kecamatan Cikampek ini adalah
karena efektifitas manfaat yang dirasakan para siswa. Kegiatan ini
bermanfaat dalam membantu meningkatkan kemampuan siswa yang
45
46
belum bisa membaca Al-Qur‟an. Sementara bagi siswa yang sudah lancar
membaca dapat pula merasakan dampak penggunaan al-Qur‟an sebagai
dzikir yang menenangkan hati, dan memudahkan berkonsentrasi dalam
belajar, serta memperlancar hafalan surah-surah yang sudah dikuasai.
Masih ada beberapa faktor penghambat kegiatan tersebut, seperti
keterbatasan tenaga pendidik yang dapat membimbing kegiatan, sehingga
juga memberi pengaruh pada kurangnya kemampuan siswa dalam
mengaji. Sedangkan disisi adminitrasi pendidikan dirasakan masih
lemahnya sanksi bagi siswa yang melanggar dengan tidak ikut
melaksanakan kegiatan ini.
Kegiatan wajib mengaji yang dilakukan di sekolah merupakan
cerminan karakter remaja Islam yang berakhlak mulia, yang diharapkan
dapat menjaga diri siswa-siswi dari perbuatan tidak terpuji. Sementara
kegiatan wajib mengaji ini juga menjadi upaya pembentukan tradisi dan
pembiasaan untuk memfungsikan Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan dilaksanakannya kegiatan mengaji Al-Qur‟an di sekolah,
masyarakat telah berpartisipasi untuk dekat dengan Al-Qur‟an.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan saat melakukan penelitian, peneliti
memberikan saran-saran terhadap pelaksanaan kegiatan wajib mengaji Al-
Qur‟an di sekolah tersebut agar meningkatkan kemampuan mengaji Al-
Qur‟an kepada siswa secara intensif. Meningkatkan pengawasan dan
bimbingan juga menetapkan peraturan tegas terhadap siswa yang
melanggar dan tidak mengikuti kegiatan tersebut.
Sementara itu, peneliti menyadari bawah hasil penelitian ini sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk
melakukan penelitian dalam ruang lingkup masyarakat yang lebih luas.
47
48
49
Mujieb, M. A., & dkk. (1994). Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus.
Munawwir, A. W. (1997). Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia.
Surabaya: Pustaka Progressif.
Munir, M. (2009). Metode Dakwah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Munir, M., & Illahi, W. (2009). Manajeman Dakwah. Jakarta: Kencana.
Pemerintah Kabupaten Karawang. (2017). Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Karawang Tahun 2017. 143.
Profil Cikampek. (t.thn.). Dipetik Februari 17, 2020, dari Pemerintahan
Kabupaten Karawang Prop. Jawa Barat Indonesia:
http://www.Karawangkab.go.id/dokumen/profil-cikampek
Qattan, M. K. (2015). Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa.
Rifa'i, M. (2011). Fiqih Islam. Semarang: Karya Putra Toha.
Rofiah, K. (2010). Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya Di Mata
Masyarakat. Ponorogo: STAIN Press.
Rokhman, B. Z. (2018). Penggunaan Ayat Al-Qur‟an dalam Seremoni
Keagamaan: Studi Pemahaman Khatib dalam Teks Khotbah
Jum‟at di Yayasan Waqaf Paramadina Pondok Indah Jakarta
Selatan. Skripsi. Jakarta: UIN Jakarta.
Rubiyanah, A. M. (2010). Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Saputra. (2010). Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sheikh, A. b. (2005). Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam asy-
Syafi'i.
Shihab, M. Q. (1982). Membumikan Al-Qur'an. Bandung: Mizan.
Shihab, M. Q. (2008). Sejarah dan Ulum Al-Qur'an. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.
ALFABETA.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Syukir, A. (1983). Dasar-Dasar Strategis Dakwah Islam. Surabaya: Al-
Ikhlas.
Tarwaka. (t.thn.). Produktivitas dan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia.
Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja, XXI (4) dan XXII (1).
Jakarta.
Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel. (2005). Pengantar Studi
Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
50
51
52
GA = “Pada hari rabu mengaji tersebut dilaksanakan per kelas. Masing-masing kelas
mengaji surah apa saja sesuai keinginan dan kesepakatan yang sudah ditentukan
oleh siswa masing-masing kelas. Sedangkan pada hari jum‟at kegiatan nya
adalah mengaji surah yasin, yang dipimpin/ dipandu oleh seorang yang mahir
dan fasih mengaji al-qur‟an dengan mengunakan speaker atau pengeras suara,
baik dari kalangan guru maupun murid.”
P = “Mengapa pelaksanaan kegiatan mengaji Al-qur‟an tersebut seperti itu?”
GA = “Karena untuk mengepisienkan waktu yang diberikan, jika kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan cara bersama-sama akan memakan maktu yang tidak
sedikit.”
P = “Adakah alasan mengapa memilih mengaji Q.S Yasin pada hari jum‟at?
GA = “Alasan mengapa memilih Yasin dikarenakan umumnya masyarakat cikampek
terbiasa dengan mengaji Surah Yasin pada malam/hari jum‟at. Walaupun
sebenarnya pada hari jum‟at lebih afdolnya mengaji Q.S al-Kahfi. Selain itu
mengaji Surat yasin juga waktunya lebih cepat, anak-anak juga sering
mendengar, karena sering didengar dan dibaca disekolah mungkin juga dirumah
jadi mudah saja jika ingin menghafalnya.”
P = “Apakah metode yang digunakan dalam kegiatan mengaji al-qur‟an tersebut?”
GA = “Tidak ada metode khusus yang di gunakan dalam kegiatan mengaji Al-qur‟an
ini, dikarenakan program ini bukanlah program unggulan, hanya sebagai
program tambahan untuk pembiasaan budi pekerti dan juga sebagai
mencerminkan nilai keagamaan.”
P = “Apakah faktor pendukung dalam kegiatan mengaji Al-qur‟an tersebut?”
GA = “Faktor yang mendukung kegiatan mengaji al-qur‟an tersebut dimulai dari
civitas akademika SMA N 1 Cikampek yang ingin akhlak peserta didiknya
mencerminkan karakter keislaman. Kemudian setelah adanya kurikulum 2013,
yang mewajibkan adanya literasi, kegiatan tersebut dijadwalkan menjadi 2x
dalam seminggu. Selain itu pada tahun 2018 pemerintah pusat melalui
kementerian agama menerbitkan surat edaran pemberitahuan tentang kegiatan
magrib mengaji. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat kegiatan tersebut
adalah minimnya guru agama, karena hanya ada 5 guru agama. Dan tidak semua
guru mahir mengaji Al-qur‟an dan dapat mengawasi berjalannya kegiatan
tersebut.”
P = “Apakah faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan mengaji al-
qur‟an?”
GA = “Pasti ada kendalanya. Yang pertama karena disekolah kekurangan orang bisa
memandu kegiatan mengaji al-qur‟an setiap minggunya. Karena tidak banyak
orang yang bisa mengaji al-qur‟an dengan baik dan fasih. Terlebih lagi
disekolah ini hanya memiliki 5 guru agama sedangkan siswa ya lebih dari 1500
orang.”
P = “Solusi untuk kendala yang dihadapi?”
GA = “Untuk kegiatan tersebut, kami para guru agama terkadang meminta bantuan
dari DKM masjid sekolah dan anak-anak Rohis sekolah untuk memandu
kegaitan tadarus al-qur‟an. Pada hari jum‟at khususnya. Karena jika pada hari
rabu, pelaksanaannya kan masing-masing kelas.”
P = “Apakah korelasi visi dan misi sekolah dengan kegiatan literasi mengaji al-
qur‟an tersebut?”
GA = “Korelasi dari visi misi sekolah dengan kegiatan literasi mengaji al-Qur‟an ini
adalah diharapkan siswa-siswi memiliki budi pekerti yang baik ketika berada di
lingkungan rumah, sekolah maupun di lingkungan masyarakat umumnya.
Sedangkan pembiasaan literasi tersebut adalah point yang disimpulkan dari
53
Lampiran Wawancara II
P = “Ibu sebagai guru agama, apakah kegiatan mengaji al-Qur‟an ini berkaitan
khusus terhadap penilian mata pelajaran agama islam yang Ibu ajarkan?”
GA = “Kalau penilaian khusus langsung ke mata pelajaran mah enggak. Cuma kalau
ada murid yang belum bisa sama sekali the jadi pr saja buat guru-guru.”
66
Lampiran III
Gambar dokumentasi penelitian
70
71