SKRIPSI
Oleh
Wanda Amalia
NIM: 11150510000178
JAKARTA
1442 H/2021 M
STRATEGI DAKWAH BIL HAL PP IPPNU
SKRIPSI
Oleh:
Wanda Amalia
NIM: 11150510000178
Pembimbing:
Burhanuddin, M.A
NIP: 196902052014111002
JAKARTA
1442 H/2021 M
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 11150510000178
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “STRATEGI DAKWAH BIL HAL
PP IPPNU DALAM PEMBINAAN KETERAMPILAN REMAJA” adalah benar merupakan
karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam proses pembuatannya. Adapun
kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam
skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau kesuluruhan merupakan plagiat dari
karya orang lain.
Wanda Amalia
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “STRATEGI DAKWAH BIL HAL PP IPPNU DALAM PEMBINAAN
KETERAMPILAN REMAJA” oleh Wanda Amalia NIM 11150510000178 telah diujikan dalam
sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 16 Agustus 2022. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Ketua Sekretaris
Anggota
Penguji 1 Penguji 2
Pembimbing
Burhanuddin, M.A.
NIP. 195903191979121001
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa bukan hasil karya saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
(Wanda Amalia)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas semua rahmat dan karunia-Nya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah berkat izin Allah
SWT. dan usaha yang dilakukan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Strategi PP IPPNU Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja”.
Terselesaikannya salah satu syarat untuk mengikuti sidang, yaitu tugas akhir skripsi ini
adalah suatu hal yang membuat penulis merasa sangat bersyukur atas proses yang telah dilalui.
Penulis menyadari bahwa tidak mungkin ia mampu untuk melewati setiap proses yang dimulai
dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M. A., sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti
Napsiyah, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag, selaku
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Cecep Castrawijaya, M.A, selaku Wakil
Dekan III bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Dr.
Edi Amin, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
4. Burhanuddin, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Dr. Sunandar, M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik KPI D 2015
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), serta segenap
pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama (PU) dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah melayani
secara baik kepada penulis dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
7. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
pelayanan terbaiknya sehingga penulis dapat melaksanakan sidang akhir dengan lancar.
8. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai. Papa alm. H. Ridwan bin Masra dan Ummi
Umyanah. Penulis ingin mengucapkan terika kasih yang tak terhingga karena tidak pernah
berhenti mendo’akan dan memberikan dukungan untuk penulis hingga penulis ada ditahap
ini. Semoga Allah kabulkan niat baik Ummi, Allah berikan kebahagiaan serta keberkahan
untuk Ummi.
9. Keluarga penulis, aa Dede, kak Neneng, kak Diana, bang Ibnu, aa Andi, kak Naen yang
selalu membantu penulis menyelesaikan masalah yang penulis hadapi. Keponakan
penulis yang amat sangat penulis cintai, Ridho, Aziziah, Husein, Raydah, Vira, Mayla,
Nadhifa terima kasih banyak atas keceriaan yang kalian tebarkan menjadi motivasi
pemicu semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada mbak Nafis, sekretasris umum PP IPPNU terima kasih sudah berkenan menjadi
narasumber dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga senantiasa
diberikan keberkahan serta kesuksesan selalu.
11. Kakak dan abang di organisasi yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi dan
membantu penulis. Kak Tami, kak Icang, kak Kowi, Kak Hafidz, bang Fais, Citra terima
kasih telah menemani penulis disaat penulis sangat membutuhkan semangat untuk
mengerjakan tugas akhir sambil bekerja.
12. Untuk teman-teman KPI, terkhusus Arviyanti, Ansor, Dera, Fajrin, Tika, Amal yang telah
mewarnai masa perkuliahan penulis, dan membantu penulis menyelesaikan tugas akhir
ini. Bahagia selalu.
13. Teruntuk mas Ginda, orang yang telah menemani penulis dari awal perkuliahan hingga
saat ini. Terima kasih atas kesabaran, waktu dan semua yang diberikan untuk penulis.
Semoga selalu diberikan keberkahan, kebahagiaan, kesuksesan.
14. Teman SD yang selalu setia menemani penulis hingga saat ini, Aida. Terima kasih karena
selalu bersedia menemani penulis dan mewarnai hari-hari penulis disaat sedang
membtuhkan motivasi menyelesaikan tugas akhir ini.
15. Semua pihak lainnya yang tidak penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk
semuanya atas apa yang yang sudah dilakukan dan diberikan kepada penulis.
Tangerang Selatan, 25 Juli 2022
Penulis
ABSTRAK
WANDA AMALIA
Setiap kelompok yang melakukan gerakan dakwah pasti memiliki tujuan untuk terjadinya
sebuah perubahan. Salah satu kelompok dalam masyarakat yang fokus menjadikan remaja secara
khusus sebagai objek dakwah adalah organisasi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
IPPNU mempunyai peran signifikan bagi pengembangan diri remaja dalam era modern seperti
sekarang ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimana
strategi dakwah bil hal dalam meningkatkan pembinaan keterampilan remaja di Indonesia yang
dilakukan oleh PP IPPNU?
Strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan berupaya membuat
program-program kerja yang bisa menjawab kebutuhan remaja saat ini. IPPNU mempunyai 8
Departemen dan 3 Lembaga yang semuanya memiliki program maupun kegiatan masing-masing.
Dalam setiap program tersebut selalu berupaya menjadikan remaja subjek aktif bukan hanya objek
belaka, sebab seperti yang diketahui setiap remaja sudah memiliki potensinya masing-masing.
Strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan menerapkan sistem
program kerja yang mengacu pada keterampilan remaja. Ada tiga bidang program kerja PP IPPNU
yang menjadi wadah dalam hal pembinaan keterampilan remaja, antara lain bidang kaderisasi,
bidang budaya, dan bidang teknologi.
PENDAHULUAN
muslimin. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya.
Dakwah juga merupakan kewajiban bagi seluruh muslim yaitu mengajak ke jalan yang ma’ruf
dan mencegah segala kemungkaran. Dakwah adalah membina umat manusia serta
Dakwah yang sukses adalah dakwah yang mampu merubah objek dakwahnya
menjadi lebih baik. Objek dakwah ini yang disebut dengan Mad’u. Sedangkan orang yang
merubah dinamakan dengan Da’i. Allah SWT menggariskan dalam al-Qur’an bahwa dakwah
َ َّك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َموْ ِعظَ ِة ا ْل َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ُۗنُ اِ َّن َرب
َ ك هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َ ِّع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب
ُ اُ ْد
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl 125)2
Ayat Al-Qur’an al-Karim di atas menjadi petunjuk bagi para da’i sebagai pengemban
amanat risalah Nabi agar selalu memperhatikan situasi dan kondisi (human oriented) objek
dakwahnya. Pendekatan tersebut bertujuan untuk memberikan output bagi mad’unya kejalan
yang baik demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah merupakan aktivitas yang begitu
1
Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1986), Cet. Ke.2, h.7
2
Diambil dari add-in Mc Word, pada hari senin tanggal 22 Agustus 2016 jam 19.00 WIB
melekat dengan kehidupan kaum muslimin. Begitu dekatnya dakwah sehingga hampir seluruh
lapisan masyarakat terlibat didalamnya. Namun sayang, keterlibatan tersebut sering diiringi
Islam sebagai agama yang selalu mendorong umatnya untuk selalu aktif melakukan
ceramah dalam arti sempit. Kesalahan ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi
dalam pelaksanaannya tetap saja terjadi penyusutan makna, sehingga orientasi dakwah sering
pada hal-hal yang bersifat rohani saja. Istilah “dakwah pembangunan” adalah contoh yang
menggambarkan seolah-olah ada dakwah yang tidak membangun atau dalam makna lain,
Dakwah dalam pengertian ini sudah bersifat esensial dan membutuhkan pengertian
yang serius dan mendalam, karena ia harus mampu melakukan dialog antar budaya (akulturasi
budaya), sosialisasi dan implementasi. Dakwah semacam ini disebut dengan dakwah kultural.
Dakwah membentuk masyarakat Islam dalam semua segi kehidupan umat manusia. Pekerjaan
ini tidaklah mudah, karena harus ditunjang oleh jaringan sistem. Oleh karena itu, secara
esensial dakwah haruslah terstruktur sedemikian rupa, agar memiliki penahan dan pelindung
untuk mensyiarkannya. Dakwah yang semacam inilah yang disebut dengan dakwah struktural.
Hal ini dibuktikan oleh Rasulullah SAW ketika setelah hijrah di Madinah dengan membangun
3
Asymuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas,1983), hal 51
sebuah sistem jaringan yang kuat, dakwah dengan cepat dapat diterima dikalangan masyarakat
di Jazirah Arabia.4
mempunyai dua fungsi pokok. Pertama, menyeru dan membimbing manusia untuk
menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, mengajak dan mendorong manusia untuk ikut
serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan bangsa. Menyeru kepada manusia untuk
menyembah Tuhan adalah memberi arah yang benar di dalam hidup dunia dan akhirat,
Seiring dengan perkembangan zaman, perbedaan lokasi dan budaya masyarakat yang
ada, maka dakwah pun mengharuskan adanya inovasi dan pembaharuan tiada henti. Hal ini
masyarakat. Dengan kata lain, terdapat hubungan interdependent antara dakwah dan
masyarakatnya.
Perubahan yang ada pada masyarakat bukan hanya menyangkut kegiatan di bidang
ekonomi saja, melainkan telah merambah pada seluruh lini kehidupan manusia. Implikasi dari
perubahan yang ada tidak saja membawa pengaruh pada performance, pola pikir dan gaya
hidup (life style), melainkan juga berimbas pada perubahan cara beragama di kalangan
masyarakat.6 Arus modernisasi dan globalisasi yang terjadi era ini memiliki dampak yang
4
Tim Rahmat Semesta, Metode Dakwah, (Jakarta : Prenada Media, 2003),
5
Achmad Tirtosudiro dalam kata pengantar, Dawam Raharjo (ed), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah
(Jakarta: Intermasa, 1997), hal. 20
6
Abdul Basit, Pemberdayaan Mejelis Ta’lim Perempuan dalam Perspektif Manajemen Dakwah dalam Jurnal
Komunika Vol. 4 No. 2 Tahun 2010.
Problematika yang muncul di kalangan remaja, baik menyangkut perilaku maupun
akidah perlu dijadikan bahan refleksi guna melakukan pembinaan dan kepedulian pada remaja.
Perlu dipahami bersama, masalah remaja bukan satu-satunya disebabkan oleh remaja itu
sendiri, melainkan faktor lain juga ikut terlibat, seperti keluarga, institusi keagamaan,
pemerintah, lingkungan masyarakat, dan lainnya tidak bisa dilepaskan dari masalah yang ada
pada remaja.
Dalam hal ini, remaja perlu diberdayakan serta disalurkan minat dan bakatnya pada
hal-hal positif dan membangun. Remaja perlu didekati, dirangkul, diberi kasih sayang, dan
diarahkan. Masa remaja merupakan masa ketika seseorang sedang mencari jati diri, berproses
menuju kedewasaan, kematangan dalam beragama, dan kedewasaan dalam berfikir. Semua itu
akan berjalan efektif, manakalah ada kepedulian dan tanggung jawab sosial dari seluruh
elemen masyarakat.7
Setiap kelompok atau individu yang melakukan gerakan dakwah pasti menggunakan
sebuah cara atau metode yang bertujuan untuk terjadinya sebuah perubahan. Salah satu
kelompok dalam masyarakat yang fokus menjadikan remaja secara khusus sebagai objek
dakwah adalah organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul
Ulama (IPNU-IPPNU). IPNU IPPNU merupakan organisasi berbasis pelajar, santri dan
mahasiswa yang berada dalam naungan salah satu organisasi kemasyarakatan di Indonesia,
IPNU IPPNU mempunyai peran yang signifikan bagi pengembangan diri remaja
dalam era modern sekarang ini. Hal ini tidak terlepas dari fungsi IPNU dan IPPNU sebagai
7
Abdul Basit, Ibid, hal, 15.
8
Kongres XVI IPNU Jatim, Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa Timur (Brebes ; PW
IPNU Jawa Timur;2009) h. 4-5
tempat berhimpun, wadah komunikasi, wadah aktualisasi dan wadah yang merupakan bagian
integral dan potensi generasi muda Indonesia secara utuh. Oleh karena itu keberadaan IPNU
dan IPPNU memiliki posisi strategis bagi kaderisasi pelajar NU sekaligus alat perjuangan NU
dalam menempatkan pemuda sebagai sumber daya insani yang vital, yang dituntut berkiprah
Selain itu, dengan adanya IPNU-IPPNU menjadi sebuah jawaban atau solusi dari
Bagaimanapun, seiring perkembangan zaman yang sudah modern membuat manusia memiliki
akses yang begitu mudah, menyebabkan peluang kenakalan-kenakalan remaja akan semakin
besar dan terbuka lebar. Oleh karena itu, dalam hal ini dibutuhkan suatu tempat atau wadah
untuk menampung kreativitas pemuda dan remaja dalam menyalurkan bakat dan minatnya
kepada hal-hal yang positif, semisal kesenian, olahraga, dan lainnya. Disisi lain juga menjadi
IPNU IPPNU menjadi lebih aktual bagi remaja dikarenakan pembagian secara jenis
kelamin. IPNU organisasi bagi pelajar putra dan IPPNU bagi pelajar putri. Dengan terbaginya
ruang tentu akan lebih luas dan mengenal jati diri serta mengeksplorasi diri dan menjalin
kolaborasi bagi pelajar. Dengan banyaknya program kerja yang berfokus mengembangkan
Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat hal menarik serta mendasar yang dapat
memberikan manfaat maupun rujukan. Sehingga penulis dapat mengambilnya untuk dijadikan
skripsi dengan judul “Implementasi Dakwah Bil Hal dalam organisasi PP IPPNU dalam
9
Ibid,h.7
A. Identifikasi Masalah
sebagai berikut :
3. Peran organisasi kepemudaan yang hanya bergerak satu arah dan fokus pada kuantitas
1. Batasan Masalah
Meninjau dari pembahasan yang sudah dijabarkan oleh latar belakang diatas maka
penulis membatasi permasalahan tentang bagaimana strategi dakwah bil hal pp ippnu
angka kenakalan remaja. Pembatasan ini dilakukan agar penulis menjadi lebih fokus dan
terarah dalam proses pengumpulan data. Selain itu, pembatasan ini juga berguna untuk
Melihat dari uraian latar belakang diatas, makan penulis merumuskan pokok permaslahan
sebagai berikut :
b. Apa Faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah bil haal dalam meningkatkan
oleh PP IPPNU?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
data bagaimana strategi dakwah bil hal PP IPPNU dalam pembinaan keterampilan remaja.
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ada, maka yang
1. Secara Akademis
Komunikasi dan Dakwah. Peneliti juga berharap penelitian ini bisa menambah
a. Untuk mengembangkan analisis metode dakwah Bil Hal bagi kalangan Akademisi
mendapatkan gelar sarjana strata satu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Fakultas
Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada beberapa karya skripsi yang sudah ada
1. Nur Afrianti (2007), dengan judul “Aktivitas Dakwah Bil Hal Pondok Pesantren
Darunnajah Jakarta” menyimpulkan bahwa dakwah Bil Hal yang dilakukan adalah melalui
pendidikan, pengajian rutin dan Tabligh-tabligh umum perayaan Hari Besar Islam yang
Kesamaan dengan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan deskriptif, namun
penelitian yang dilakukan penulis fokusnya pada Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU
Agung Drajat Sucipto (2017) dengan judul skripsi “Implementasi Dakwah Bil Hal
Pac Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (Ipnu-Ippnu)
Karanglewas Tahun 2016. Menyimpulkan, implementasi dakwah bil hal yang dilakukan
Perbedaan pada penelitian ini dengan Agung Drajat Sucipto adalah subjek dan
ketrampilan remaja.
2. Meli Indah Lestari, skripisi yang berjudul “Implementasi Dakwah Mahasiswa Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto”. Menyimpulkan jenis gerakan dakwah yang
dilakukan mahasiswa IAIN Purwokerto. Baik dakwah bil lisan dan dakwah bil hal.
E. Metodelogi Penelitian
10
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27714/1/NUR%20APRIYANTI-FDK.pdf
11
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2342/ diakses pada tanggal 24 Agustus 2020
1. Pendekatan Penelitian
tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. 12
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
berdasarkan pada filsafat positivisme, sedangkan untuk meneliti pada objek ilmiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4.
13
Ibid. h. 5.
14
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Bandung: PT Rosda karya, 2011), h.6
dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan
yang dilakukan secara utuh kepada subjek penelitian, dimana peristiwa dan peneliti
menjadi kunci dalam penelitian. Hasil penelitian di gambarkan secara jelas dan empiris.
bahwa permasalahan yang dikaji didalam penelitian ini yaitu bagaimana intensi yang
dimiliki kelompok sosial untuk melakukan interaksi sosial untuk mengisi kehidupan
konseptual. Disamping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan lebih dapat
nilai yang dihadapi dan situasi yang berubah-ubah selama penelitian berlangsung.16
2. Jenis Penelitian
a. Jenis Penelitian
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,2011), h.9
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,2011), h.9
17
Ginanjar Adhi, Penelitian Deskriptif Kualitatif, Tripven.com 2020
Sifat penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
membuat dekripsi atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
memperoleh sumber data primer yakni dari buku teks dan data sekunder antara
baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau
perkembangannya. 20
18
Ibid. h. 3.
19
Irawan Suehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. 1, h. 35
20
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual
Dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017, 7-8).
yang terjadi dengan cara menggambarkan objek penelitian, menganalisis dan
pada bagian dari populasi. Akan tetapi, dalam penelitian kualitatif tidak bermaksud
yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih berfokus kepada representasi
terhadap fenomena sosial. Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya sesuai
dengan keadaan yang ada. Hanya dengan demikian, peneliti mampu mendeskripsikan
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih sering
misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Snowball
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya
didasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri
21
Burhan Bungin, Analisis Data penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012), h.53
22
Sugiono, Membangun Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), h.300
23
Soekidjo Notoatmodjo,Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2008), h.45
Sementara itu menurut Burhan Bungin dalam prosedur sampling yang paling
penting adalah bagaimana menentukan informan kunci atau situasi sosial tertentu yang
sarat informasi. Memilih sampel, dalam hal ini informan kunci atau situasi sosial lebih
tepat dilakukan dengan sengaja atau bertujuan, yakni dengan purposive sampling. 24
sampel yang diambil paling mengetahui tentang masalah yang akan diteliti oleh
peneliti. Penggunaan purposive sampling dalam penelitian ini yaitu bertujuan untuk
Gedung PBNU Lt.6, Jl. Kramat Raya No.164, RT.5/RW.8, Kenari, Kec. Senen, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10430. Sedangkan waktu pelaksanaan
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengurus dan anggota
aktif Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (PP IPPNU) Jakarta.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah anak-anak atau remaja yang aktif
dalam kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh PP IPPNU. Pemilihan subjek tersebut
didasarkan pada:
24
Burhan Bungin, Op.Cit., h.53
2. Siap menyempatkan waktu dan terjun dalam kegiatan pembinaan ketrampilan
remaja
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah
dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif
berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggung
jawabkan.
Maka dari itu, untuk mendapatkan data valid dan akurat yang penulis butuhkan,
1. Wawancara
dua orang atau lebih atas topik tertentu. Menurut pendapat Kartini Kartono,
interview merupakan proses kegiatan tanya jawab secara lisan dari dua orang
25
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Reseach Cet. VII, (Bandung: Masdar Maju, 1996), h. 32.
Adapun jenis wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
terpimpin dan terpimpin menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi yaitu
ternyata ia menyimpang. 26
dimengerti oleh pengumpul data, sebab dialah yang akan menanyakan dan
tampak jika hanya dilakukan obsevasi semata, dalam penelitian ini peneliti
2. Observasi
dari objek penelitian, tidak hanya terbatas pada pengamatan saja melainkan
juga pencatatan guna memperoeh data-data yang lebih konkret dan jelas. 27
observasi non partisipatif yakni peneliti tidak terlibat secara langsung dalam
26
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.85
27
Ahsannudin Mudi, Profesional Sosiologi, (Jakarta: Mendiatama, 2004), h. 44.
kegiatan sehari–hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
merasakan apa yang dirasakan oleh sumber data, dalam observasi partisipatif
3. Dokumentasi
fakta-fakta yang akan dijadikan sebagai bukti fisik penelitian dan hasil
penelitian dan hasil dokumentasi ini akan menjadi sangat akurat dan sangat
kuat dudukannya. 29
dan sebagainya. 30
itu bisa berupa gambar, tulisan atau karya-karya dari seseorang. Dokumen
berupa gambar bisa dalam bentuk foto-foto kegiatan, sketsa, dan lainnya.
Dokumen berupa tulisan bisa dalam bentuk sejarah, profil, catatan harian,
dan lainnya. Sedangkan Dokumen berupa Karya dalam bentuk kerya seni,
28
Suharsimi arikunto, Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek (Jakarta : Rineka Cipta 1989) h. 80
29
Ibid, h. 107
30
Ibid., h. 149.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah merupakan tindakan mengolah data hingga menjadi sebuah
informasi, yang bermanfaat dalam menjawab masalah riset. Analisis data dalam
melalui pendekatan bukan angka atau nonstatistik31. Data analisis kualitatif berarti
jawabkan keilmiahannya.32
sampai tuntas, hingga datanya jenuh. Aktivitas tersebut adalah reduksi data (data
hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
atau polanya. Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk
Data mentah yang terkait dengan guidline, dipisahkan dengan data yang
31
Istijanto, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 91.
32
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus groups sebagai instrument penggalian data
kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2013), h. 336.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,2007), h.9
b) Mendisplay Data
tema yang sudah ada, melalui proses tahapan ini nantinya akan terlihat
c) Menarik Kesimpulan
Pada tahapan yang terakhir ini. Data yang sudah di iris atau di tarik
hanya sebagai memory atau bahkan rekaman audio tentang peristiwa yang
merupakan proses penalaran untu menarik suatu prinsip atau sikap yang
34
Afdhal Arman , Penalaran Ilmiah, Berfikir Deduktif,Berfikir Induktif, 2016, ada di
https://afdhalarman.wordpress.com/
Metode ini penulis maksudkan untuk melihat kondisi atau fakta sejauh
mana strategi kegiatan dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan penulisan skripsi ini dibagi menjadi enam bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Berisi tentang ulasan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori tersebut antara lain
Strategi Dakwah, Urgensi Dakwah Bil Hal dalam Kegiatan Dakwah, Dakwah dan
Pembahasan di bab ini memuat sekilas gambaran umum subjek penelitian, profil
Bab ini menyajikan hasil temuan dan analisis di lapangan tentang startegi dakwah bil hal
PP IPPNU dalam pembinaan ketrampilan remaja. Selajutnya membahas Fajtor mrndukung dan
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas lebih mendalam mengenai hasil dari temuan yang telah peneliti
himpun. Memuat tentang strategi dakwa bil hal PP IPPNU Dalam Pembinaan Keterampilan
Remaja.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi penutup dengan ringkasan pembahasan masalah yang telah diurakan dalam
bentuk simpulan dan saran yang bermanfaat untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan
Dakwah merupakan salah satu kegiatan penting yang wajib dilaksanakan oleh
setiap umat Islam. Kegiatan ini mempunyai landasan normatif dalam quran dan hadits.
Dalam Quran cukup banyak ditemukan ayat-ayat yang menyuruh umat Islam berdakwah
dan penjelasan prinsip-prinsip cara melaksanakannya. Demikian juga dalam hadits Nabi
terdapat berbagai anjuran dakwah dan cara melaksanakannya. Jika dilihat dari segi ilmu
tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata kerja دعوة- يدعو-دعا
pengertian sebagai suatu sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan
petunjuk, sekaligus menguak berbagai kebathilan serta media dan metodenya melalui
Dari beberapa pendapat tentang pengertian dakwah dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya dakwah adalah suatu usaha aktif untuk meningkatkan taraf dan tata nilai hidup
manusia sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Kegiatan mengajak kepada
35
Halimi, Safrodin, Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Semarang: Walisongo Press,2008), h.
36
Moh. Ali Aziz , Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana,2004), h.20
Ma’arif menyimpulkan makna dakwah di dalam Qur'an tidak hanya sebagai
menyeru, akan tetapi ucapan yang baik, tingkah laku yang terpuji dan mengajak orang lain
Bil Hal secara bahasa dari bahasa Arab (al-hal) yang artinya tindakan. Sehingga
dakwah bil hal dapat diartikan sebagai proses dakwah dengan keteladanan, dengan
perbuatan nyata. 38
Secara bahasa Arab dakwah bil hal merupakan penyatuan dari dua suku kata yaitu
dakwah yang berartikan menyeru, memanggil dan mengundang, sedangkan al-hal yang
berartikan kenyataan, keadaan, bukti kongkrit. Yang jika disatukan dakwah bil hal
diartikan sebagai menyeru atau mengajak dengan menggunakan bahasa perbuatan atau
Dakwah bil hal juga bisa diartikan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang
secara individu ataupun kelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam
rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik sesuai syariat
Islam, yang dapat diartikan bahwa dakwah bil hal lebih menekankan pada masalah
Sebagaimana pengertian dakwah bil hal yang merupakan dakwah dengan menyeru,
mengajak dengan perbuatan nyata, Allah berfirman dalam Quran surat Al-Fushilat ayat 33
:40
37
Ibid, h.25
38
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah, Jakarta: Amzah,2008), h. 75
39
Hakim, Rahmad, Dakwah Bil Hal Implementasi Nilai Amanah dalam Organisasi Pengelolaan Zakat untuk
Mengurangi Kesenjangan dan Kemiskinan, dalam Jurnal Ekonomi Syariah,2017, Vol. 02, No. 02. H.43
40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya : Special for Woman, (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleena,2009 )
َصا ِلحاا َّوقَا َل ِانَّ ِن ْي ِمنَ ا ْل ُم ْس ِل ِميْن ٰ
ِ ٰ َو َم ْن اَحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّم ْن َد َعآ ِالَى
َ ّللا َو َع ِم َل
Artinya : Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang
menyeru kepada Allah dan yang telah mengerjakan amal sholeh dan berkata
sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri (Departemen Agama RI,
2009: 480).
Dakwah bil hal juga bisa dikatakan sebagai dakwah yang mengutamakan
Dengan menggunakan perbuatan atau teladan sebagai pesannya dakwah bil hal
bisa juga disebut sebagai dakwah alamiah, maksudnya bahwa dakwah dilakukan dengan
menggunakan pesan dalam bentuk perbuatan, dan dakwah sebagai upaya pemberantasan
Dakwah bil hal ada bukan untuk tandingan dari dakwah bil lisan, akan tetapi
keduanya bersifat saling melengkapi. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa dakwah bil hal mempunyai kedudukan, dan peran penting dalam dakwah. Dakwah
bil hal tidak bermaksud sebagai pengganti ataupun lanjutan dari dakwah bil lisan, namun
keduanya mempunyai peran yang sama pentingnya dalam ajaran Islam. Dan agar
penyampaian dakwah tersebut dapat seimbang maka antara penyampaian dengan ucapan
Dapat disimpulkan bahwas dakwah bil hal adalah melakukan dakwah dengan
memberikan contoh melalui Tindakan atau perbuatan nyata yang berguna dalam
peningkatan keimanan manusia yang meliputi segala aspek kehidupan. Dakwah bil hal
adalah bagian dari metode dakwah selain dari dakwah bil lisan dan bil qalam. Metode
dakwah bil hal atau dakwah dengan aksi nyata masih jarang digunakan jika dibandingkan
41
Hakim, Rahmad, Op.Cit. h.30
dengan metode dakwah yang lain. Padahal jika kita melihat kepada dakwah Rosulullah
SAW. beliau telah memberikan contoh bahwa as-sunnah terdiri dari perkataan, perbuatan
Metode yang digunakan dalam dakwah bil hal adalah metode pengembangan
masyarakat dari dalam, yaitu berusaha mengembangkan prakarsa, peran serta dan swadaya
masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Sehingga dalam hal ini yang
aktif dalam kegiatan dakwah bukan hanya penyampai dakwah melainkan sasaran dakwah
juga berpartisipasi dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebudayaan
menurut Islam.
Dakwah bil hal merupakan dakwah dengan keteladanan dan menunjukkan aksi
nyata, dakwah dengan metode ini sangat efektif untuk memecahkan masalah yang ada di
masyarakat. Oleh karenanya dalam mengatasi dan memecahkan masalah yang ada di
masyarakat, maka dakwah bil hal perlu memiliki beberapa prinsip, diantaranya :42
a. Dakwah bil hal harus mampu mengkorelasikan antara ajaran Islam dengan kondisi
b. Dakwah bil hal harus mampu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat sesuai
c. Dakwah bil hal harus mampu memotivasi dan memberikan semangat kepada
masyarakat agar masyarakat mampu mengatasi dan mencari solusi terhadap masalah
yang dihadapi.
42
Mike Dwi Anggraeni, Kampus pemberdayaan Perempuan Fastabiqul Khoirot di Gilingan Banjarsari
(Analisis Dakwah Bil Hal),Skripsi, Surakarta: IAIN Surakarta,2017
d. Dakwah bil hal harus mampu mensejahterakan masyarakat, agar masyarakat mampu
e. Dakwah bil hal harus mampu mendorong masyarakat untuk bersama-sama dalam
rangka meningkatkan hubungan kerja yang harmonis dan produktif guna pemenuhan
kebutuhan bersama
masyarakat. Dalam pandangan Quraish Shihab selama ini dakwah bil-lisan mengajarkan
kepada ummat bahwa Islam datang membawa rahmat untuk seluruh alam dan tentunya
lebih-lebih lagi untuk pemeluknya. Tetapi sangat disayangkan bahwa kerahmatan tersebut
tidak di barengi dengan tindakan yang nyata yang dapat dirasakan dan menyentuh
kehidupan umat, maka dari itu keseimbangan antara dakwah bil lisan dan dakwah bil hal
Strategi dakwah dengan perbuatan nyata (bil hal) dapat dipergunakan baik
mengenai akhlak, cara bergaul, cara beribadat, berumah tangga dan segala aspek kehidupan
manusia. Cara menunjukkan dengan perbuatan itu sangat besar manfaatnya bagi kegiatan
43
Alex Sobur, 2001, Dakwah Alternatif di Era Global: Suatu Pendekatan Perubahan Sosial, dalam Jurnal
Mimbar, No. 4, Th. XVII, Oktober – Desember.
44
Dzikron Abdullah, Metodologi Da’wah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo,1989), h.111
e) Memberi dorongan untuk berbuat
f) Menimbulkan kesan tebal, karena indera lahir (panca indera) dan indera batin (perasaan
Selain itu juga kegiatan dakwah dengan menggunakan strategi dakwah bil hal
a) Meningkatkan kualitas pemahaman dan amal keagamaan pribadi muslim sebagai bibit
d) Meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial ekonomi umat melalui pendidikan dan
usaha ekonomi.
berbagai kegiatan sosial, seperti pelayanan kesehatan, panti asuhan, yatim piatu, dan
orang-orang jompo
Kegiatan dakwah bil hal ini sebenarnya telah banyak dilakukan oleh berbagai
organisasi dan lembaga Islam. Akhir-akhir ini, himpunan-himpunan dan kelompok kerja
45
Muhammad E. Ayyub,Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus, (Jakarta: Gema Insani
Press,2001), h.9
panti asuhan yang dikelola umat Islam, rumah-rumah sakit dan balai pengobatan Islam,
Pada dasarnya, setiap kegiatan dakwah yang bercorak sosial ekonomi, pendidikan,
dan kesejahteraan sosial, serta peningkatan taraf hidup umat untuk mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup lahir batin merupakan dakwah bil hal atau dakwah pembangunan.
a. Meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial ekonomi umat melalui pendidikan dan
berbagai kegiatan sosial seperti: poliklinik masjid, menyantuni yatim piatu, orang-
orang jomp
a. Adanya badan atau kelompok orang yang terorganisasi walaupun kecil dan sederhana
b. Adanya tenaga potensial, terdiri dari beberapa orang dengan pembagian tugas sesuai
Dalam pelaksanaannya dakwah bil hal terdapat tiga cara yang dapat ditempuh yakni
dakwah lewat pembinaan tenaga, lewat pengembangan institusi dan lewat pengembangan
infrastruktur. Dakwah bil hal dalam peranannya menginginkan hamba Allah mengecap
berbagai kenikmatan yang disediakan Allah di bumi berupa rizqi dan perhiasan.
Islam memandang kehidupan di dunia ini secara wajar. Unsur-unsur materi inilah
yang digunakan setiap muslim dalam menjunjung kehidupan yang baik. Dakwah bilhal
dilakukan dengan berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai
c. Silaturrahim ke tempat-tempat yayasan yatim piatu, yayasan anak cacat, yayasan tuna
wisma, yayasan panti jompo, tuna karya, tempat lokalisasi, lembaga pemasyarakatan
dan lain-lain
sumur umum dan WC umum, praktek home industri, kebersihan lingkungan rumah dan
Peran seorang dai yang menjadi tokoh dan panutan masyarakat dan dakwah yang
dilakukan dengan aksi atau tindakan nyata merupakan cara yang efektif dalam berdakwah.
Hal ini dikarenakan, dalam melakukan dakwah bil hal mad’u sebagai sasaran dakwah
46
Safrodin Halimi, 2008, Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Semarang: Walisongo Press), h. 15
ditempatkan sebagai subyek dakwah, bukan hanya sebagai obyek dakwah. Metode dengan
memberikan keteladanan membuat mad’u tertarik untuk mengikuti apa yang dicontohkan
oleh dai, metode ini akan memberikan kesan yang mendalam pada mad’u karena panca
Rasulullah SAW, ketika untuk yang pertama kalinya beliau beserta sahabat
Muhajirin tiba di Madinah. Telah kita ketahui dalam sejarah nabi bahwa yang pertama
beliau lakukan setibanya di Madinah adalah membangun Masjid Nabawi, yang berada
tepat dibawah tanah yang di gunakan tidur oleh onta beliau. Bahkan beliau turun langsung
dalam pembangunan masjid itu, dan memindahkan bata dan batuan. Keteladanan nabi
dengan tindakan nyata ini mampu memompa semangat sahabat dalam bekerja, sehingga
Dakwah bil hal tidak hanya berkaitan dengan masalah usaha peningkatan
kesejahteraan fisik materil saja, akan tetapi masyarakat juga membutuhkan adanya usaha
pengembangan sumber daya manusia. Dengan melihat ruang lingkup dakwah bil hal yang
pelaksanaan, dan evaluasi dakwah bil hal dengan instansi-instansi yang terkait. Semua ini
dilakukan agar dalam pelaksanaannya dakwah bil hal bisa secara totalitas dan berangkat
dari akar permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang sering dikenal sebagai
empowering atau pemberdayaan. Maka dari itu, seluruh komponen dan segenap aspek yang
berkaitan dengan keberhasilan dakwah bil hal harus ditata secara profesional dan
disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dakwah bil hal yang dilakukan benar-benar mampu
47
Mike Dwi Anggraeni, Op.Cit. h.41
memperbaiki dan meningkatkan semangat serta kesadaran yang tulus dalam mengamalkan
ajaran-ajaran Islam.48
Salah satu metode dalam dakwah bil hal (dakwah dengan aksi nyata) adalah metode
akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi
kemandirian. Metode dakwah bil hal dengan pemberdayaan ini selalu berhubungan dengan
tiga aktor, yaitu masyarakat (komunitas), pemerintahan, dan fasilitator (pendakwah). Dari
tiga aktor tersebut, maka ada beberapa teknik yang menghubungkannya, teknik-teknik
tersebut adalah:49
a. Teknik non-partisipasi, yang bentuknya adalah dari pemerintah, oleh pemerintah, untuk
rakyat. Dalam hal ini masyarakat (kominitas) hanya menjadi obyek dari pemberdayaan,
sebagai evaluator.
b. Teknik tokenisme, yang bentuknya adalah dari pemerintah, bersama rakyat, untuk
c. Teknik partisipasi, yang bentuknya adalah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Disini
48
Akhmad Sagir, 2015, Dakwah Bil hal: Prospek dan Tantangan Da’I, dalam Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 14,
No. 27, Januari-Juni.h.20
49
Moh. Ali, Aziz, Op.Cit, h. 378
hingga evaluasi. Pemerintah berperan sebagai pemenuh kebutuhan, dan fasilitator
Dakwah bil hal merupakan bentuk dakwah yang dapat dilakukan melalui aksi-aksi
nyata di masyarakat. Dalam hal ini, dakwah tidak hanya dilakukan dengan berceramah
pada mad’u, tetapi dai dapat menjadi fasilitator pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat, dan masyarakat bisa aktif serta partisipatif dalam memberdayakan dan
mengembangkan dirinya sendiri dan tidak tergantung pada dai. Dengan demikian
hubungan antara dai dan mad’u merupakan hubungan kemitraan yang disini masyarakat
dapat berkembang dan berpikir kritis untuk membangun diri dan lingkungannya dan dapat
Dakwah bil hal adalah bentuk dakwah yang dilakukan dengan cara merealisasikan
ajaran Islam dalam bentuk perbuatan atau amal nyata. Bentuk ini secara sederhana dapat
Yaitu dakwah dengan cara akhlakul karimah, perilaku yang bagus dan amal
perbuatan yang saleh. Hal ini dimaksudkan agar penerima dakwah (mad’u) mengikuti
dan hal ihwal da’i. Metode dengan memperlihatkan sikap kelakuan yang diharapkan
setelah mad‟u melihat, memperhatikan semua itu akan dapat disosialisasikan dalam
50
Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung, Citapustaka Media: 2015),h.34
Artinya: “Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang
Dakwah cara ini dapat direalisasikan dengan cara mendirikan atau membentuk
berbagai sarana kehidupan sosial masyarakat, seperti sekolah, rumah ibadah, taman
belajar, serta berbagai sarana kehidupan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan
IPNU adalah salah satu organisasi yang ada di Indonesia dan merupakan
badan otonom dari Nahdlatul Ulama. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Nahdlatul
dan keagamaan. 51
IPPNU adalah salah satu organisasi yang ada di Indonesia dan merupakan
badan otonom dari Nahdlatul Ulama. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul
Ulama (IPPNU) adalah organisasi yang berada di bawah naungan jamaah Nahdlatul
komunikasi,aktualisasi dan kaderisasi Pelajar-Pelajar NU. Selain itu IPNU dan IPPNU
51
PP IPNU Jakarta, PD/PRT PW IPNU,( Jakarta: 2003) h.2
52
PP IPPNU Jakarta, PD/PRT PW IPNU,( Jakarta: 2003) h.2
juga merupakan bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia yang menitik
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari generasi muda Indonesia, IPNU dan
IPPNU senantiasa berpedoman pada nilai-nilai serta garis perjuangan Nahdlatul Ulama
dalam menegakkan Islam ahlusunnah wal jamaah. Dalam konteks kebangsaan, IPNU
dan IPPNU memiliki komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai landasan dalam
IPNU dan IPPNU adalah wadah bagi para pelajar dan santri NU. Selain itu
juga sebagai media atau wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM),
komunitas pelajar, santri, dan remaja demi kemaslahatan bangsa Indonesia. Untuk
lebih memfokuskan kajian penelitian, supaya tidak melebar, dalam hal ini peneliti
IPNU IPPNU merupakan salah satu organisasi pelajar yang ada di Indonesia
yang beranggotakan para pelajar yang berasal dari madrasah, sekolah umum,dan santri
serta remaja yang berusia pelajar. Anggotanya pun tidak harus duduk di bangku sekolah
(pendidikan formal), namun yang tidak sekolah pun juga dapat menjadi anggotanya.
yang bersifat lokal atau kedaerahan. Wadah yang merupakan kumpulan pelajar dan
pesantren yang semua dikelola dan diasuh paraulama jamiah atau perkumpulan tersebut
53
Kongres XVIII IPNU Jawa tengah, h. 35
tumbuh di berbagai daerah hampir diseluruh Wilayah Indonesia,misalnya jamiyah Diba
iyah, Jamiyah tersebut tumbuh dan berkembang banyak dantidak memiliki jalur
tertentu untuk saling berhubungan. Hal ini disebabkan karena perbedaan nama yang
terjadi di daerah masing-masing, mengingat lahir dan adanyapun atas inisiatif atau
gagasan sendiri-sendiri.54
TSAMROTUL MUSTAFIDIN pada tahun 1936. Tiga tahun kemudian yaitu tahun
1939 lahir persatuan santri Nahdlotul Ulama atau PERSANU. Di Malang pada tahun
1941 lahir persatuan Murid NU. Padasaat itu bangsa Indonesia sedang mengalami
pergolakan melawan penjajah Jepang. Putra dan putri NU tidak ketinggalan ikut
jamiyah atau perkumpulan tersebut tidak berdiam diri. Mereka ikut berjuang dan
berperang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Hal ini merupakan aset dan andil
yang tidak ternilai harganya dalam upaya merebut kemerdekaan. Tahun 1950 di
semarang berdiri Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama dengan aggota yang masih remaja.
Pada tahun 1953 di Kediri berdiri persatuan Pelajar NU (perpanu). Pada tahun yang
sama diBangil berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPENU) dan pada tahun 1954
di Medan berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, dan masih banyak lagi yang belum
54
Kongres XVI IPNU Jatim, Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa Timur (Brebes ;
PW IPNU Jawa Timur;2009) h. 4-5
Seperti tersebut di atas masing-masing organisasi masih bersifat kedaerahan,
dan tidak mengenal satu sama yang lain. Meskipun perbedaan nama, tetapi aktifitas
dan haluannya sama yaitu melaksanakan faham atau ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal
Jamaah. Titik awal inilah yang merupakan sumber inspirasi dari para perintis pendiri
pada segment pelajar, santri, dan mahasiswa agar bisa berkembang secara optimal.
b) Kedua, sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama dan penjaga nilai-nilai yang
Dalam konteks kekinian, IPNU IPPNU mengemban tugas berat yaitu untuk
manusia pada masyarakat luas pada umumnya agar dapat memberikan sumbangsih
di pentas global.
Dalam badan federisasi ini, IPNU IPPNU tampil sebagai motor terbaik
lainnya. Sementara itu, kekuatan IPNU IPPNU sebagai organisasi pelajar putra dan
macam kompetisi dalam porseni tingkat Nasional yang diadakan hampir tiap tiga bulan
sekali.
55
Ibid. h.4-5
56
Ibid, H.14
C. PEMBINAAN KETRAMPILAN REMAJA
1. Definisi Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an, sehingga menjadi
kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.57Pembinaan merupakan
proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan teratur secara
Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan
secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka
kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
57
http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html, diakses 18 Januari 2019
58
http://kbbi.web.id/karakter di Akses 22 Februari 2016.
59
Simanjuntak, B., I. L Pasaribu, Membina dan Mengembangkan GenerasiMuda, (Bandung: Tarsito, 1990), h.
84.
Menurut Mangunhardjana untuk melakukan pembinaan ada beberapa pendekatan
dengan menyampaikan informasi kepada peserta didik. Peserta didik dalam pendekatan
bahwa peserta didik langsung terlibat di dalam pembinaan, ini disebut sebagai belajar
yang sejati, karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam situasi tersebut.60
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar
Pembinaan tidak hanya dilakukan dalam keluarga dan dalam lingkungan sekolah saja,
tetapi diluar keduanya juga dapat dilakukan pembinaan. Pembinaan dapat dilakukan
melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler yang ada di sekolahan dan lingkungan
sekitar.
2. Hakikat Ketrampilan
a. Pengertian Ketrampilan
Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada
sifat dimana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai suatu
keterampilan, terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasaan yang dicapai oleh
60
Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya, (Yogyakarta:Kanimus, 1986), h. 17.
seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang
sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku
yang diperluas bisa disebut keterampilan misalnya menulis, memainkan gitar atau piano,
menyetel mesin, berjalan, berlari, melompat dan sebagainya. Jika ini yangdigunakan, maka
Amirullah istilah terampil juga diartikan sebagai suatu perbuatan atau tugas, dan sebagai
indikator dari suatu tingkat kemahiran.63 Menurut Singer dikutip oleh Amung keterampilan
adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efektif.64
ketrampilan mengacu pada kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara yang efektif.
pekerjaan secara cepat dan mudah. Pada pengertian ini biaamya cenderung pada aktifitas
ketrampilan sebagai kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang
61
Fauzi, Remaja Berkualitas, (Yogyakrta : Mitra Pustaka,2010),h.17
62
Widyastuti, Yeni.Psikologi Sosial. (Yogyakarta : Graha Ilmu,2010), h.49
63
Ibid, h.17
64
Amung, Ketrampilan Remaja, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2000),h.61
65
Gordon, Teaching Skill, (New York : Wesk Publishing Company, 1994), h.55
66
Nedler,Mac, Reading Skill dan Media, (New York : Wesk Publishing Company, 1994), h.73
merupakan pengembangan dari hasil latihan dan pengalaman yang didapat.67 Dalam hal
Menurut Robbin, keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu :69
Keahlian Dasar merupakan keahlian seorang yang pasti dan wajib dimiliki
c) Interpersonal Skill
berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerjanya, seperti pendengar yang
baik, menyampaikan pendapat dengan jelas dan bekerja dalam satu tim.
d) Problem Skill
ketrampilan/skill adalah kegiatan praktik yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
67
David L, Dunnute, Skill and Play, (New York: Wesk Publishing Company,1976), h. 33
68
Allen Iverson, Welcome to Reading, (New York: World book, 2001), h. 133
69
Robbin, The National Curiculum, (London: Departemen for Education and Employment
mudah dan cermat dari hasil latihan dan pengamatan yang didapat. Bila musik dikaitkan
mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai hasil yang diinginkan. Di samping itu,
ketrampilan siswa dalm bermusik tidak diperoleh secara mudah, melainkan diperoleh
dengan latihan dan kebiasaan, sehingga jelas dalam ketrampilan bermusik tidak datang
dengan sendirinya.
lingkungan dapat dibagi dua yaitu: (a) keterampilan phylogenetic, adalah keterampilan
yang dibawa sejak lahir, yang dapat berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak
Dengan demikian dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai
suatu tingkat keterampilan yang baik, perlu memperhatikan hal sebagai berikut: Pertama,
faktor individu/pribadi yaitu kemauan serta keseriusan dari individu itu sendiri berupa
motivasiyang besar untuk menguasai keterampilan yang diajarkan. Kedua, faktor proses
belajar mengajar menunjuk kepada bagaimana kondisi belajar dapat disesuaikan dengan
potensi individu, dan lingkungan sangat berperan dalm penguasaan keterampilan. Ketiga,
faktor situasional menunjuk pada metode dan teknik dari latihan atau praktek yang
dilakukan.
b. Macam-macam Ketrampilan
1) Soft Skill
70
Widiastuti,Op.Cit. 18
Soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang
Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang
optimisme yang mencirikan hubungan dengan orang lain. Soft Skills merupakan
komplemen dari hardskills (IQ seseorang) yang merupakan syarat dari sebuah
pekerjaan. Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik dengan diri
sendiri, berkelompok atau bermasyarakat serta dengan Sang Pencipta. Secara garis
interpersonal.71
Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri,
berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan
mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa
di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan
emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki
etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual.72
Lebih lanjut lagi Elfindri dkk, berpendapat soft skills sebagai berikut: Semua
sifat yang menyebabkan berfungsinya hard skills yang dimiliki. Soft skills dapat
71
Purnami.”Implementasi Metode Experiental Learning Dalam Pengembangan Softskill Mahasiswa Yang
Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen dan Bisnis”. Jurnal Penelitian Pendidikan , Magister Manajemen Bisnis,
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. ISSN 1412-565 X Vol. 14No. 1, April 2013.h.99
72
Elfindri, Soft Skill untuk Pendidik ( Jakarta : Baduose Media, 2011), h.67
menentukan arah pemanfaatan hardskills. Jika seseorang memilikinya dengan baik,
maka ilmu dan keterampilan yang dikuasainya dapat mendatangkan kesejahteraan dan
memiliki soft skills yang baik, maka hard skills dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain.73
hard skills. Jenis keterampilan ini merupakan bagian dari kecerdasan intelektual
seseorang, dan sering dijadikan syarat unutk memperoleh jabatan atau pekerjaan
tertentu”. 74
sebagai berikuti:
Dari berbagai definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya soft
skills merupakan kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang, tetapi dapat
pelengkap dari kemampuan hard skills. Keberadaan antara hard skills dan soft skills
73
Ibid,h.175
74
Iyo Mulyono, Ketrampilan dan Motivasi Kinerja ( Yogyakarta : Media Pustaka, 2011), h.99
75
Illah Sailah, Implementasi Pengembangan Soft Skill ( Jakarta : Raja grafindo Pustaka,2008),h.17
Konsep tentang soft skills sebenarnya merupakan pengembangan dari
konsep yang selama ini kita kenal dengan istilah kecerdasan emosional
keterampilan spriritual. Soft skills adalah kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat
lebihbanyak, sukses lebih besar, kebahagiaan yang lebih luas, tidak punya nilai,
dimilikioleh setiap orang dengan jumlah dan kadar yang berbeda-beda yang
Secara garis besar soft skill digolongkan dalam dua kategori yaitu
Setyantoko Nur Aji. “Kemampuan Soft Skill Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA Negri
76
tujuan hidup, percaya diri, penilaian sifat, diri dan preferensi, kesadaran emosional,
pada karakteristik kepribadian. Hal tersebut tampak pada perilaku seseorang, baik saat
berinteraksi dalam situasi sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan diri, ataupun sifat-
sifat penting untuk mendukung perilaku optimis. Soft skills sebagai kemampuan
pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk dilakukan dan dapat dilakukan dengan
baik, berguna untuk mengatasi persoalan kecil yang muncul secara tiba-tiba dan terus
dapat bertahan bila problem tersebut belum terselesaikan, dengan demikian, soft skills
kerja. 78
dengan pegawai lainnya, dengan kata lain komunikasiadalah sebagai proses dua
77
Widayanti.”Pengaruh Hard Skill dan Soft Skill Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Telkom
Kandatel Malang)”. Jurnal Dinamika Dotcom, STMIK Pradnya Paramita Malang Vol 3. No. 1 : 2014. h. 144
78
Hamida.”Peningkatan Soft skills Tanggung Jawab dan Disiplin Terintegrasi Melalui Pembelajaran
Praktik Patiseri”. Jurnal Pendidikan Karakter,Universitas Negri Yogyakarta Vol.1 No.2, Juni 2012. H. 144
79
Ibid, h.156
arah yang melibatkan seseorang yang memberi pesan dan orang lain yang menerima
d. Etika adalah aturan normative yang mengandung sistem nilai dan prinsip moralyang
gambaran etika kerja karyawan dalam perusahaan. Karena itu etika kerja karyawan
secara normatif diturunkan dari etika bisnis.Bahkan dia diturunkan dari perilaku
merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta
2) Hard Skill
keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Menurut Syawal hard
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hard skill merupakan
80
Basir, S. 2011.“Soft Skill vs Hard skill . Jakarta Timur: Kantor Akuntan Publik Syarief Basir dan Rekan.
81
Alam.” Analisa Pengaruh Hard Skill, Soft Skill dan Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi
Pada Tenaga Kerja Penjualan PT.BUMIPUTERA Wilayah Semarang”. Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomik
danBisnis. Skripsi: 2012. h.14, terdapat di http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2006/1/SKRIPSI%20ALAI.pdf
keterampilan yang dapat dilihat mata (eksplisit). Hard skill adalah keterampilan yang
kemampuan hard skill adalah semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori
yang menjadi dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan. Hard skill dapat dinilai dari
technical test atau practical test. Menurut Santoso dan Fachrunissa, elemen hard skill
luas, membuat model dan kritis. Soft skill merujuk kepada indikator seperti kreativitas,
sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas personal yang berada di balik
perilaku seseorang.82
Ayat yang menjadi rujukan tentang hard skill adalah surat Ar-Rahman ayat
33 yang berbunyi :
ۚض فَا ْنفُ ُذ ۡواؕ ًَل ت َۡنفُ ُذ ۡونَ اِ ًَّل ِبس ُۡل ٰطن َ ۡ ت َو
ِ اًل ۡر ِ َاستَطَ ۡعتُمۡ اَ ۡن ت َۡنفُ ُذ ۡوا ِم ۡن اَ ۡقط
ِ ٰار السَّمٰ و ِ ۡ ٰي َم ۡع َش َر ۡال ِجنِّ َو
ِ اًل ۡن
ۡ س اِ ِن
Terjemahnya: “Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
Ayat tersebut anjuran bagi siapapun yang bekerja dibidang ilmu pengetahuan
peringatan agar manusia bersifat realistis, sebab betapapunbaiknya rencana, namun bila
82
Hardi.”Konstribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan”. Jurnal STIE Vol.3 No.5, Juli
2010.h.97
adalah apa yang dimaksud dalam ayat itu berartikekuasaan, kekuatan yakni ilmu
3. Remaja
a. Pengertian Remaja
(Belanda), atau adolescentia. Menurut kamus bahasa Indonesia sering disebut pubertas.
Kata Latin pubescere berarti mendapat pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda
dimaksudkan remaja sekitar masa pematangan seksual. Adulescentia berasal dari kata
dewasa.83
Remaja adalah satu tingkatan umur, di mana tidak bisa lagi disebutanak-anak,
satu tingkatan setelah anak-anak akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi,
remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Pada
umur ini terjadi perubahan, yang tidak mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya
tanpa bantuan danpengertian dari pihak orang tua dan orang dewasa pada umumnya.
Remaja juga diartikan sebagai masa transisi antara masa anak dan masadewasa yang
83
Panuju, Panut & Ida Umami. 1999. Psikologi Remaja. Yogya: Tiara Wacana, 1999), h.1
84
John W. 2003. Santrock, Perkembangan Remaja, penterjemah : Shinto B. Adelar. (Jakarta: Erlangga,
2003), h.26
Masa remaja adalah masa yang menunjukkan masa peralihan darimasa kanak-
kanak menuju ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa. Padamasa remaja ini terjadi
secara moral.
b. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri remaja yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja
sebagai masa peralihan, masa remaja sebagai usia bermasalah dan masa remaja sebagai
masa-masa mencari identitas. Masaremaja sebagai periode yang penting, dimana masa
remaja sebagai akibatfisik dan psikologis mempunyai persamaan yang sangat penting.
terutama pada masa awal remaja, dapat menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan
perubahan fisik, perkembangan seksusal, cara berfikir yang berkualitas, emosi yang
dengan kelompok.86
berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari
satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Anak beralih dari masa kanak-kanak ke
dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku
dan sikap yang sudah ditinggalkan. Masa remaja sebagai masausia bermasalah, dimana
85
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Anak. ( Jakarta:Erlangga, 2006), h.156
86
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), h. 65
masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja
laki-laki maupun remaja perempuan. Para remaja merasa mandiri sehingga mereka
Remaja sebagai salah satu istilah untuk menuju kepada suatu fase dalam
kehidupan manusia perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan oleh
remaja adalah masa transisi dan proses pencarian jati diri sebagai manusia. Masa ini
apabila tidak diperhatikaan dan dibina dengan baik dapat menjadi manusia yang salah
Banyak data-data yang menunjukan dampak negatif yang ditimbulkan oleh remaja
Secara spesifik tujuan pembinaan remaja menurut beberapa ahli di sajikan ada
Masa remaja sebagai masa produktif saat ini disadari dengan baik oleh
generasi tua, namun kurang disadari oleh remaja itu sendiri. Hal inilah yang
Dalam setiap program pembinaan atau organisasi remaja, salah satu hal
yang sangat ditekankan entah secara lansung atau tidak adalah membantu remaja
bermoral dan berakhlak mulia. Ini merupakan tujuan yang memiliki arti penting
manusia yang cerdas dan terampil. Cerdas dan terampil disini tidak diartikan sacara
sempit tetapi mencakup beragam jenis ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seperti
cerdas dalam arti berwawasan luas berbagai kehidupan, tampil memanage dirinya,
memimpin, memahami orang lain, atau cerdas dan terampil memandang dan
ditempuh untuk meningkatkan kualitas pribadi remaja. Menurut Ohovianus usaha atau
a. Membina dan mengembangkan kegiatan para generasi muda yang relevan dengan
dan aspirasinya.
87
https://www.duniapelajar.com/2009/12/24/pembinaan-remaja-sebagai-generasi-penerus-bangsa/
BAB III
Gambaran Umum
IPPNU lahir pada tanggal 2 Maret 1955 di Malang, Jawa Timur. IPPNU merupakan
kependekan dari Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Didirikan atas keinginan sebagai wadah
aktifitas sosial remaja yang bercirikan amaliah keagamaan sebagai antisipasi munculnya gejala
sosial yang semakin terpengaruh oleh dampak negatif budaya asing pada saat itu setelah 10 tahun
Indonesia merdeka.
Sekitar tahun 1954, di kediaman Nyai Masyhud yang terletak di bilangan Keprabon,
Surakarta, beberapa remaja putri yang kala itu sedang menuntut ilmu di sekolah Guru Agama
Diskusi ringan dilakukan oleh Umroh Mahfudzoh, Atikah Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romla,
dan Basyiroh Saimuri. Dengan panduan ketua Fatayat cabang Surakarta, Nihayah, Mereka
berbicara tentang absennya pelajar putri dalam tubuh organisasi NU. Lebih-lebih setelah elahiran
Muslimat NU (29 Maret 1946) yang beranggotakan Wanita-wanita paruh baya, dan Fatayat NU
Selama 67 tahun mengabdi untuk negeri IPPNU berupaya membangun kader berkualitas,
berakhlakul karimah, bersikap demokratis, dan mendorong kesetaraan gender. Kader IPPNU
dibentuk menjadi kader dinamis, kreatif, dan inovatif serta menyatu dengan perkembangan
teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai Nahdlatul Ulama dan cinta Tanah Air. 88
1. Visi
2. Misi
2. Mengembangkan wacana dan kualitas sumber daya kader menuju terciptanya kesetaraan
gender.
C. Jumlah Anggota
Berdasarkan pendataan database IPPNU berjumlah 3.000.000 (Tiga Juta) anggota yang
terdiri dari 34 Provinsi yang terbagi menjadi 34 Pimpinan Wilayah, 260 Pimpinan Cabang, 5200
88
https://ippnu.or.id/tentang-kami/
89
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
D. Persebaran Anggota
Tersebar di 34 Provinsi dengan tingkatan Pust atau Nasional, Wilayah atau Provinsi, Cabang
atau Kabupaten/Kota, Anak Cabang atau Kecamatan, Ranting atau Desa/Kelurahan, dan
E. Struktur Organisasi
SUSUNAN PENGURUS
PIMPINANAN PUSAT
9. Maghfiroh, M.Si
90
Wawancara Nafisatul Husniah, s.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
11. Hj. Margaret Aliyatul Maimunah
Pengurus Harian
Ketua VI : Zulaikhah
Sekretaris V : Shariyani
Bendahara V : Deviani
Departemen-departemen:
Binti Musyarofah
Aisyatul Azizah
Siti Rohimah
Syifa Fauzia
Nurrica Harlinda
Robiatul Adabiyah
Wahidatus Sholihah
Puput Kurniawati
Lembaga-lembaga:
Warna dasar hijau pada lambang IPPNU bermakna kebenaran, kesuburan dan dinamis
Warna dan Putih pada lambang IPPNU bermakna kesucian, kejernihan dan kebersihan
Warna kuning pada lambang IPPNU bermakna hikmah yang tinggi/ kejayaan
2. Bentuk Segitiga
Bentuk segitiga pada lambang IPPNU memiliki arti Iman, Islam dan Ihsan. Sedangkan dua buah
3. Sembilan Bintang
sembilan bintang melambangkan keluarga dari NU. Pertama bintang yang paling besar di tengah
adalah Nabi Muhammad SAW. Kedua : Empat bintang di kanan melambangkan Khulafaur
Rasyidin yaitu Abu Bakar Siddiq. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan khalifah terakhir yaitu
Ali Bin Abi Thalib. Ketiga : 4 bintang di kiri melambangkan mazhab empat yaitu Hanafi Maliki
4.Satu Bintang
5.Dua Kitab
Dua buah kitab pada lambang IPPNU memiliki arti Al Quran dan Hadist. Sedangkan dua bulu
bersilang pada lambang IPPNU bermakna aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana
berpikir
6.Bunga Melati
dua bunga Melati pada IPPNU melambangkan perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan
kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama. Dan yang terakhir
91
Hasil Wawancara Nafisatul Husniah (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018 – 2022), Maret 2022
BAB IV
Strategi dakwah bil haal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan berupaya
membuat program-program kerja yang bisa menjawab kebutuhan remaja saat ini.
IPPNU mempunyai 8 Departemen dan 3 Lembaga yang semuanya memiliki program
maupun kegiatan masing-masing. Dalam setiap program tersebut selalu berupaya
menjadikan remaja seubjek aktif bukan hanya objek belaka, sebab seperti yang
diketahui setiap remaja sudah memiliki potensinya masing-masing. Dalam upaya
mengembangkan potensi tersebut IPPNU membaginya dalam 3 bagian pokok, yakni:
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU
Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja
1. Faktor Pendukung
Suksesnya suatu kegiatan dakwah selain memetakan strategi, tentu harus ada yang
namanya faktor pendukung. Hal ini penting karena menyangkut dengan suatu
perubahan yang akan dibuat. Perubahan dari jalan yang keliru menuju ke arah yang
lebih baik, apalagi jika menyangkut perubahan sosial terutama di kalangan remaja
yang menjadi sasaran dakwah bil hal IPPNU. Oleh karena itu, terdapat beberapa
faktor pendukung yang tentunya sudah dicanangkan oleh IPPNU dalam
menjalankan strategi dakwah ini, antara lain sebagai berikut.
a. Memiliki Sumber Daya Manusia yang Mumpuni di Bidangnya
Dalam proses kegiatan dakwah bil hal IPPNU, tentu memiliki program kerja
yang sebelumnya telah disebutkan. Suatu program kerja akan berjalan lancar
apabila ditunjang oleh berbagai tenaga atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mendukung. Dalam tubuh PP IPPNU sendiri, terdapat pembagian tugas sesuai
dengan bidang atau potensi yang dimiliki anggota-anggota pengurusnya.
Sehingga ketika diterjunkan untuk dakwah kepada para remaja, IPPNU tidak
gagap, melainkan sudah cakap karena sudah terbiasa dengan dunia di
bidangnya masing-masing.
“Adanya skill dari para pengurus IPPNU yang bisa dikatakan mumpuni dalam
bidang-bidang tertentu yang menjadi tanggung jawabnya sehingga program
bisa berjalan dengan baik.
ِ َّاس أَ ْنفَ ُعهُ ْم لِلن
اس ِ ََّخ ْي ُر الن
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia.”92
92
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
b. Memeperoleh Dukungan dari Simpatisan IPPNU
Dalam proses dakwah bil hal yang dilakukan oleh IPPNU ini, tentu IPPNU
tidak berjalan sendirian, melainkan dibantu oleh banyak simpatisannya.
Simpatisan ini berasal dari berbagai pihak dan elemen masyarakat. Tokoh
seperti alumni IPPNU, tokoh agama, dan badan otonom NU lainnya merupakan
beberapa contoh dari simpatisan ini. Dukungan yang diberikan pun bermacam-
macam bentuknya. Ada yang berbentuk materiil seperti donasi keuangan, dan
juga ada yang berbentuk non-materiil seperti narasumber sukarela dan
sebagainya.
Dari beberapa faktor pendukung ini, IPPNU dipermudah dalam melakukan dakwah
bil hal kepada masyarakat luas, khususnya para remaja yang sedang haus akan ilmu
dan pengetahuan serta keterampilan. Memang sudah semestinya, masyarakat yang
sadar akan pentingnya dakwah, pasti akan membantu berjalannya kegiatan IPPNU
dengan cara yang mereka bisa. Pada akhirnya, jalannya dakwah IPPNU ini berjalan
dengan sukses dan lancar serta mampu lestari manfaatnya hingga kini.
2. Faktor Penghambat
Selain ada faktor pendukung, ada juga faktor penghambat dalam perjalanan dakwah
bil hal IPPNU. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara, berikut
beberapa hal yang menjadi hambatan dalam perjalanan dakwah bil hal IPPNU.
a. Pelaksanaan Program Tidak Tuntas
Jika kita melihat program dakwah bil hal IPPNU seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, tentu sudah sangat baik. Namun dari berbagai program yang
dibuat, kenyataannya tidak berjalan sempurna seperti yang diharpkan. Salah
satu kendalanya adalah karena SDM IPPNU masih tergolong pada usia
93
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
produktif dan masing-masing dari anggota punya kesibukan tersendiri. Hingga
akhirnya ada beberapa program yang dalam perjalanannya, tidak sampai tuntas.
“Program yang dibuat sudah bagus, tetapi terkadang ada pengurus yang
terkendala urusan pribadinya sehingga tidak bisa menjalankan program
tersebut sampai tuntas”94
Meskipun IPPNU memiliki jumlah anggota yang lumayan banyak, akan tetapi
jika sudah berhadapan dengan manajemen waktu, mereka seringkali harus
membuat skala prioritas yang mana harus ada kegiatan yang ditinggal untuk
sementara, seperti program dakwah bil hal ini.
Untuk memperoleh parameter berhasil tidaknya suatu program dakwah bil hal,
tentu dapat dilakukan dengan adanya follow up. Namun karena belum bisa
terealisasi di IPPNU secara keseluruhan, tentu IPPNU sendiri belum bisa
memastikan sudah sampai mana beberapa program dakwah bil hal yang mereka
laksanakan.
94
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
c. Dukungan stake holder tidak selalu lancar
Dukungan dari berbagai pihak sangatlah membantu kegiatan dakwah IPPNU.
Akan tetapi dukungan ini tidak selalu dapat diperoleh setiap waktu. Bahkan ada
beberapa program yang ditangani sendiri terkait pendanaan misalnya. Ada
banyak kebutuhan yang kadangkala tidak terpenuhi karena hambatan ini.
Memang tidak bisa sepenuhnya bergantung pada bantuan dari luar. Maka dari
itu, IPPNU melakukan beberapa alternatif penanganan terhadap hambatan ini.
95
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
Bantuan yang bisa diberikan dalam pelaksanaan program dakwah di IPPNU, bisa
dalam bentuk materiil maupun non-materiil. Keduanya sama-sama membantu.
Namun karena IPPNU masih memiliki keterbatasan dalam beberapa hal, maka akan
diupayakan untuk merangkul berbagai elemen atau organisasi dan komunitas agar
prtogramnya dapat terlaksana secara lebih efisien dan terukur akan
keberhasilannya. Kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak ini selain
meningkatkan silaturahmi, juga bisa untuk berbagi satu sama lain mengenai bidang
tertentu yang dimiliki oleh masing-masing organisasi atau kelompok.
Tak bisa dipungkiri, salah satu upaya pelestarian dakwah dan manfaatnya, bisa juga
dilalui melalui cara kerja sama atau kolaborasi ini. Selain membantu kuantitas
relawan, juga membantu dalam peningkatan kualitas sasaran dakwahnya, yaitu para
remaja.
96
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
Komponen komitmen mungkin salah satu hal yang dapat dievaluasi terhadap para pengurus
IPPNU. Ini juga bisa menjadi tolak ukur sejauh mana mereka memperjuangkan program dakwah
yang telah disusun sehingga bisa sampai tahap tertentu. Berawal dari komitmen yang kuat, lambat
laun proses dakwah ini jelas memiliki arah yang cemerlang dan menemukan keberhasilan
BAB V
PEMBAHASAN
Jika merujuk pada seorang peneliti yang bernama Abdul Basit, maka strategi
dakwah Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu tawsi’ah dan tarqiyah. Tawsi’ah
memiliki makna singkat perluasan. Sedangkan tarqiyah diartikan sebagai peningkatan.
Jika dilihat dalam segi tujuan, tawsi’ah lebih cenderung untuk menambah
jumlah/kuantitas umat Islam. Sedangkan tarqiyah memiliki tujuan untuk peningkatan
kualitas iman dari umat Islam agar mengamalkan ajaran Islam menjadi lebih baik lagi.
Dilihat dari strategi yang dipaparkan tersebut, maka penelitian ini cenderung
pada jenis strategi tarqiyah. Karena program dakwah yang dicanangkan oleh IPPNU
lebih menuju ke arah peningkatan kualitas sasaran dakwahnya yang dominannya
adalah para remaja di Jakarta.
Berdasarkan data dan hasil temuan yang telah dipaparkan di bab sebelumnya,
strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU dalam pembinaan keterampilan
remaja yaitu melalui pembuatan program-program kerja. Peneliti merangkum dalam 3
bagian pokok terkait program kerja dan pengembangan potensi remaja.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU
Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja
Suatu gerakan dakwah, pasti memiliki faktor pendukung dan penghambatnya.
Kedua hal ini tentu memiliki urgensinya sendiri-sendiri. Dan dari keduanya, akan
menyelaraskan jalannya dakwah bil hal PP IPPNU karena setelah tahu penghambatnya,
akan muncul berbagai solusi. Dengan mengetahui kedua faktor ini pula, pada nantinya
tujuan awal dakwah bil hal ini akan terlaksana dengan lebih baik.
1. Faktor Pendukung
Proses perjalanan dakwah bil hal akan terasa lebih mudah terlaksana apabila
faktor pendukungnya selalu ada dan banyak. Faktor pendukung memiliki urgensi
pada beberapa hal, misalnya terkait pendanaan dan lain-lain. Ketika banyak
bermunculan dukungan dari berbagai pihak, tentu akan memberikan positif vibes
pada PP IPPNU yang mana hal ini ebrdampak baik bagi kelancaran dakwah bil hal.
PP IPPNU mendapat berbagai bantuan untuk sarana pendukung dakwah bil hal dari
simpatisan dan elemen masyarakat yang lain.
Selain dukungan dari luar, dukungan dari dalam tubuh PP IPPNU sendiri juga
penting mengingat merekalah pelaku dakwah bil hal sesungguhnya. Bekal dan ilmu
yang sudah dimiliki oleh masing-masing anggota dan pengurus memberikan efek
positif pada jalannya dakwah bil hal ini. Mereka tidak pelit untuk berbagi ilmu dan
potensi kepada para remaja yang dibinanya hingga menghasilkan insan kamil.
2. Faktor Penghambat
Setiap jalannya suatu dakwah, selalu ada saja hambatan yang harus
dilalui oleh PP IPPNU. Namun faktor penghambat ini, akan melatih potensi diri
pada PP IPPNU untuk lebih tangguh dalam menghadapi goncangan atau gejolak
yang menunggu di masa mendatang. Beberapa hambatan itu antara lain seperti
pelaksanaan program kerja yang tidak tuntas. Penyebab utamanya adalah kesibukan
masing-masing pengurus dan anggota PP IPPNU yang mana mereka tidak setiap
waktu dapat membina para remaja dan menjalankan program kerja sepenuhnya
yang telah dicanangkan.
Selain itu, banyak program kerja yang sudah bagus namun tidak sampai
pada titik keberlanjutan, baik manfaatnya maupun program dakwahnya. Tidak
lestarinya suatu program ini dikarenakan belum menjalankan sepenuhnya apa yang
dinamakan follow up atau rencana tindak lanjut. Dan dengan adanya hal tersebut,
maka parameter pengukuran berhasil tidaknya suatu program sulit untuk dianalisis
lebih lanjut. Dan yang terakhir adalah tidak lancarnya bantuan dari stake holder
maupun dari simpatisan. Ini juga turut menghambat jalannya suatu dakwah.
Berikut ini peneliti rangkum dalam bentuk tabel hasil penelitian yang di dalam
membahas tentang strategi dakwah bil hal PP IPPNU dalam pembinaan keterampilan
remaja. Tentunya tabel ini dibentuk agar mempermudah dalam memahami hasil penelitian
tersebut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan hasil temuan dalam penelitian ini, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU terdapat tiga tahapan strategi dakwah
yang dilakukan oleh PP IPPNU antara lain sebagai berikut:
1. Strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan menerapkan
sistem program kerja yang mengacu pada keterampilan remaja. Ada tiga bidang
program kerja PP IPPNU yang menjadi wadah dalam hal pembinaan keterampilan
remaja diantaranya adalah:
a. Bidang kaderisasi atau keterampilan guna berfungsi untuk membentuk sistem
perekrutan remaja dan jenjang kaderisasinya serta melakukan penyortiran sesuai
dengan minat dan bakat yang dimilikinya
b. Bidang budaya dan olahraga guna berfungsi untuk membentuk wadah pelestarian
budaya serta menjaring para remaja yang berminat dalam hal keolahragaan.
c. Bidang teknologi guna berfungsi untuk melakukan pembinaan terhadap para
remaja terkait penggunaan teknologi.
2. Ada dua faktor dalam hal ini yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor
yang menajadi pendukung adalah sumber daya manusia yang dimiliki oleh PP IPPNU
sudah mumpuni dalam bidangnya masing-masing dan memperoleh dukungan dari
beberapa pihak luar atau dalam diri PP IPPNU itu sendiri. Adapun yang menjadi
penghambat dalam dakwah bil hal PP IPPNU antara lain program kerja yang tidak
tuntas, belum adanya tindak lanjut dari program yang sudah dibuat, dan dukungan dari
stake holder yang tidak begitu lancer
3. Evaluasi dan upaya pengembangan dakwal bil hal PP IPPNU dilakukan melalui
program pembekalan pengurus, melakukan kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai
pihak guna meningkatkan kualitas terhadap pembinaan remaja, serta evaluasi internal
PP IPPNU guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
B. Saran
Setelah mengadakan penelitian di PP IPPNU terkait masalah dakwah bil hal yang ada di
tubuh PP IPPNU, dan berdasarkan kesimpulan diatas. Maka saran yang diberikan yaitu:
1. PP IPPNU sebaiknya berfokus kepada pembinaan keterampilan remaja saat ini. Diketahui
bahwa remaja saat ini sudah memasuki generasi Z yaitu generasi yang lahir dari tahun
97
1995-2010. Generasi Z juga disebut sebagai generasi net atau generasi internet . Maka
PP IPPNU harus berpusat kepada bidang teknologi sebagai upaya dakwah bil hal guna
menyelaraskan antara dakwah dan perkembangan zaman.
2. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh PP IPPNU harus lebih ditingkatkan lagi,
seiring berjalannya waktu, maka kreatifitas dari para remaja akan selalu berubah
dikhawatirkan kreatifitas keterampilan remaja saat ini akan berbeda dengan keterampilan
remaja yang akan datang. Program kerja yang belum tuntas sebaiknya dituntaskan, dan
segera menindak lanjuti program kerja yang sudah dibuat. karena ini akan menghambat
perjalanan dakwah bil hal PP IPPNU
3. PP IPPNU harus lebih giat dalam melakukan evaluasi dan upaya pengembangan
keterampilan remaja. Kerjasama dengan berbagi pihak pun harus lebih ditekankan karena
itu akan menjadi daya tarik untuk kesuksesan PP IPPNU dalam melaksanakan dakwah bil
hal
97
Hadion wijoy dkk, Generasi Z dan Revolusi Industri 4.0 (Banyumas, CV Pena Persada, 2020), hal. 3
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Dzikron. 1989. Metodologi Da’wah. Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.
Aji Setyantoko Nur. 2013. “Kemampuan Soft Skill Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan SMA Negri Se-Kabupaten Purwerejo” dalam skripsi. Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Alam. 2012. “Analisa Pengaruh Hard Skill, Soft Skill dan Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga
Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan PT. BUMIPUTERA Wilayah
Semarang)”. Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ayyub, Muhammad E. 2001. Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus.
Jakarta: Gema Insani Press.
Basir, S. 2011.Soft Skill vs Hard skill . Jakarta Timur: Kantor Akuntan Publik.
Basit, Abdul. 2010. “Pemberdayaan Mejelis Ta’lim Perempuan dalam Perspektif Manajemen
Dakwah” dalam Jurnal Komunika Vol. 4 No. 2.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
David L, Dunnute. 1976. Skill and Play. New York: Wesk Publishing Company.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman. Bandung:
PT Sygma Examedia Arkanleena.
Hakim, Rahmad. 2017. “Dakwah Bil Hal Implementasi Nilai Amanah dalam Organisasi
Pengelolaan Zakat untuk Mengurangi Kesenjangan dan Kemiskinan” dalam Jurnal
Ekonomi Syariah,2017, Vol. 02, No. 02.
Halimi, Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Semarang: Walisongo
Press.
Halimi, Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Semarang: Walisongo
Press.
Hamida. 2012. “Peningkatan Soft skills Tanggung Jawab dan Disiplin Terintegrasi Melalui
Pembelajaran Praktik Patiseri” dalam Jurnal Pendidikan Karakter, Universitas Negri
Yogyakarta Vol.1 No.2.
Hardi. 2010. “Konstribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan” dalam Jurnal
STIE Vol.3 No.5.
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus groups sebagai instrument
penggalian data kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kongres XVI IPNU Jatim. 2009. Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa
Timur. Brebes: PW IPNU Jawa Timur.
Kongres XVI IPNU Jatim. 2009. Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa
Timur. Brebes: PW IPNU Jawa Timur.
Mulyono, Iyo. 2011 Ketrampilan dan Motivasi Kinerja. Yogyakarta: Media Pustaka.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nedler, Mac. 1994. Reading Skill dan Media. New York: Wesk Publishing Company.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2008. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Panuju, Panut & Ida Umami. 1999. Psikologi Remaja. Yogya: Tiara Wacana.
Raharjo, Dawam (ed). 1997. Model Pembangunan Qaryah Thayyibah. Jakarta: Intermasa.
Robbin. The National Curiculum. London: Departemen for Education and Employment.
Sagir, Akhmad. 2015. “Dakwah Bil hal: Prospek dan Tantangan Da’I” dalam Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 14, No. 27.
Sailah, Illah. 2008. Implementasi Pengembangan Soft Skill. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Sobur, Alex. 2001. “Dakwah Alternatif di Era Global: Suatu Pendekatan Perubahan Sosial”,
dalam Jurnal Mimbar, No. 4.
Suehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Widayanti. 2014. “Pengaruh Hard Skill dan Soft Skill Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada
PT. Telkom Kandatel Malang)” dalam Jurnal Dinamika Dotcom, STMIK Pradnya
Paramita Malang Vol 3. No. 1.
Wijoy, Hadion dkk. 2020. Generasi Z dan Revolusi Industri 4.0. Banyumas: CV Pena Persada.
Website
http://kbbi.web.id/karakter
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2342/
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27714/1/NUR%20APRIYANTI-
FDK.pdf
https://afdhalarman.wordpress.com/
https://ippnu.or.id/tentang-kami/
https://www.duniapelajar.com/2009/12/24/pembinaan-remaja-sebagai-generasi-penerus-
bangsa/
Wawancara
Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022