Anda di halaman 1dari 91

STRATEGI DAKWAH BIL HAL PP IPPNU

DALAM PEMBINAAN KETERAMPILAN REMAJA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunilkasi

untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Wanda Amalia

NIM: 11150510000178

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021 M
STRATEGI DAKWAH BIL HAL PP IPPNU

DALAM PEMBINAAN KETERAMPILAN REMAJA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunilkasi

untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Wanda Amalia

NIM: 11150510000178

Pembimbing:

Burhanuddin, M.A

NIP: 196902052014111002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021 M
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Wanda Amalia

NIM : 11150510000178

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “STRATEGI DAKWAH BIL HAL
PP IPPNU DALAM PEMBINAAN KETERAMPILAN REMAJA” adalah benar merupakan
karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam proses pembuatannya. Adapun
kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam
skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau kesuluruhan merupakan plagiat dari
karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 25 Juli 2022

Wanda Amalia
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “STRATEGI DAKWAH BIL HAL PP IPPNU DALAM PEMBINAAN
KETERAMPILAN REMAJA” oleh Wanda Amalia NIM 11150510000178 telah diujikan dalam
sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 16 Agustus 2022. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Tangerang, 16 Agustus 2022

Tim Ujian Munaqasah

Ketua Sekretaris

Dr. Armawati Arbi, M.Si Dr. H. Edi Amin. M.A.


NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010

Anggota
Penguji 1 Penguji 2

Dr. Abd Rozak, M.Ag. Ade Rina Farida, M.Si


NIP. 196909081996031004 NIP. 197705132007012018

Pembimbing

Burhanuddin, M.A.
NIP. 195903191979121001
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa bukan hasil karya saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta

Tangerang Selatan, 25 Juli 2022

(Wanda Amalia)
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas semua rahmat dan karunia-Nya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah berkat izin Allah
SWT. dan usaha yang dilakukan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Strategi PP IPPNU Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja”.

Terselesaikannya salah satu syarat untuk mengikuti sidang, yaitu tugas akhir skripsi ini
adalah suatu hal yang membuat penulis merasa sangat bersyukur atas proses yang telah dilalui.
Penulis menyadari bahwa tidak mungkin ia mampu untuk melewati setiap proses yang dimulai
dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M. A., sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti
Napsiyah, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag, selaku
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Cecep Castrawijaya, M.A, selaku Wakil
Dekan III bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Dr.
Edi Amin, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
4. Burhanuddin, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Dr. Sunandar, M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik KPI D 2015
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), serta segenap
pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama (PU) dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah melayani
secara baik kepada penulis dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
7. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
pelayanan terbaiknya sehingga penulis dapat melaksanakan sidang akhir dengan lancar.
8. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai. Papa alm. H. Ridwan bin Masra dan Ummi
Umyanah. Penulis ingin mengucapkan terika kasih yang tak terhingga karena tidak pernah
berhenti mendo’akan dan memberikan dukungan untuk penulis hingga penulis ada ditahap
ini. Semoga Allah kabulkan niat baik Ummi, Allah berikan kebahagiaan serta keberkahan
untuk Ummi.
9. Keluarga penulis, aa Dede, kak Neneng, kak Diana, bang Ibnu, aa Andi, kak Naen yang
selalu membantu penulis menyelesaikan masalah yang penulis hadapi. Keponakan
penulis yang amat sangat penulis cintai, Ridho, Aziziah, Husein, Raydah, Vira, Mayla,
Nadhifa terima kasih banyak atas keceriaan yang kalian tebarkan menjadi motivasi
pemicu semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada mbak Nafis, sekretasris umum PP IPPNU terima kasih sudah berkenan menjadi
narasumber dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga senantiasa
diberikan keberkahan serta kesuksesan selalu.
11. Kakak dan abang di organisasi yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi dan
membantu penulis. Kak Tami, kak Icang, kak Kowi, Kak Hafidz, bang Fais, Citra terima
kasih telah menemani penulis disaat penulis sangat membutuhkan semangat untuk
mengerjakan tugas akhir sambil bekerja.
12. Untuk teman-teman KPI, terkhusus Arviyanti, Ansor, Dera, Fajrin, Tika, Amal yang telah
mewarnai masa perkuliahan penulis, dan membantu penulis menyelesaikan tugas akhir
ini. Bahagia selalu.
13. Teruntuk mas Ginda, orang yang telah menemani penulis dari awal perkuliahan hingga
saat ini. Terima kasih atas kesabaran, waktu dan semua yang diberikan untuk penulis.
Semoga selalu diberikan keberkahan, kebahagiaan, kesuksesan.
14. Teman SD yang selalu setia menemani penulis hingga saat ini, Aida. Terima kasih karena
selalu bersedia menemani penulis dan mewarnai hari-hari penulis disaat sedang
membtuhkan motivasi menyelesaikan tugas akhir ini.
15. Semua pihak lainnya yang tidak penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk
semuanya atas apa yang yang sudah dilakukan dan diberikan kepada penulis.
Tangerang Selatan, 25 Juli 2022
Penulis
ABSTRAK

WANDA AMALIA

STRATEGI DAKWAH BIL HAL PP IPPNU DALAM PEMBINAAN KETERAMPILAN


REMAJA DI INDONESIA

Setiap kelompok yang melakukan gerakan dakwah pasti memiliki tujuan untuk terjadinya
sebuah perubahan. Salah satu kelompok dalam masyarakat yang fokus menjadikan remaja secara
khusus sebagai objek dakwah adalah organisasi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
IPPNU mempunyai peran signifikan bagi pengembangan diri remaja dalam era modern seperti
sekarang ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimana
strategi dakwah bil hal dalam meningkatkan pembinaan keterampilan remaja di Indonesia yang
dilakukan oleh PP IPPNU?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitiannya yaitu kualitatif


deskriptif, karena mempunyai tujuan dalam menjelaskan secara ringkas yang menjadi objek
penelitian, lalu memecahkan permasalahan yang terjadi dengan cara menggambarkan objek
penelitian, menganalisis dan kemudian menginterpretasikannya dengan berdasarkan pada fakta
yang ada.

Strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan berupaya membuat
program-program kerja yang bisa menjawab kebutuhan remaja saat ini. IPPNU mempunyai 8
Departemen dan 3 Lembaga yang semuanya memiliki program maupun kegiatan masing-masing.
Dalam setiap program tersebut selalu berupaya menjadikan remaja subjek aktif bukan hanya objek
belaka, sebab seperti yang diketahui setiap remaja sudah memiliki potensinya masing-masing.

Strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan menerapkan sistem
program kerja yang mengacu pada keterampilan remaja. Ada tiga bidang program kerja PP IPPNU
yang menjadi wadah dalam hal pembinaan keterampilan remaja, antara lain bidang kaderisasi,
bidang budaya, dan bidang teknologi.

Kata Kunci: Dakwah, Dakwah bil hal, IPPNU, Keterampilan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan aktivitas yang begitu melekat dengan kehidupan kaum

muslimin. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya.

Dakwah juga merupakan kewajiban bagi seluruh muslim yaitu mengajak ke jalan yang ma’ruf

dan mencegah segala kemungkaran. Dakwah adalah membina umat manusia serta

menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.1

Dakwah yang sukses adalah dakwah yang mampu merubah objek dakwahnya

menjadi lebih baik. Objek dakwah ini yang disebut dengan Mad’u. Sedangkan orang yang

merubah dinamakan dengan Da’i. Allah SWT menggariskan dalam al-Qur’an bahwa dakwah

harus menekankan sikap kebijaksanaan.

َ َّ‫ك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َموْ ِعظَ ِة ا ْل َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ُۗنُ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬

‫َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِديْن‬

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl 125)2

Ayat Al-Qur’an al-Karim di atas menjadi petunjuk bagi para da’i sebagai pengemban

amanat risalah Nabi agar selalu memperhatikan situasi dan kondisi (human oriented) objek

dakwahnya. Pendekatan tersebut bertujuan untuk memberikan output bagi mad’unya kejalan

yang baik demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah merupakan aktivitas yang begitu

1
Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1986), Cet. Ke.2, h.7
2
Diambil dari add-in Mc Word, pada hari senin tanggal 22 Agustus 2016 jam 19.00 WIB
melekat dengan kehidupan kaum muslimin. Begitu dekatnya dakwah sehingga hampir seluruh

lapisan masyarakat terlibat didalamnya. Namun sayang, keterlibatan tersebut sering diiringi

dengan tindakan yang dapat menciderai nilai-nilai antar manusia.3

Islam sebagai agama yang selalu mendorong umatnya untuk selalu aktif melakukan

kegiatan dakwah, telah memberikan solusi bagi pelaksanaannya. Namun dengan

perkembangan kehidupan manusia, akhirnya dakwah sering berhadapan dengan problematika

tersendiri, sehingga kurang mencapai tujuan akhir, yakni “sebuah perubahan”.

Paradigma yang terjadi di Indonesia, dakwah sering diartikan menjadi sekadar

ceramah dalam arti sempit. Kesalahan ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi

dalam pelaksanaannya tetap saja terjadi penyusutan makna, sehingga orientasi dakwah sering

pada hal-hal yang bersifat rohani saja. Istilah “dakwah pembangunan” adalah contoh yang

menggambarkan seolah-olah ada dakwah yang tidak membangun atau dalam makna lain,

dakwah yang pesan-pesannya penuh dengan ceramah belaka.

Dakwah dalam pengertian ini sudah bersifat esensial dan membutuhkan pengertian

yang serius dan mendalam, karena ia harus mampu melakukan dialog antar budaya (akulturasi

budaya), sosialisasi dan implementasi. Dakwah semacam ini disebut dengan dakwah kultural.

Dakwah membentuk masyarakat Islam dalam semua segi kehidupan umat manusia. Pekerjaan

ini tidaklah mudah, karena harus ditunjang oleh jaringan sistem. Oleh karena itu, secara

esensial dakwah haruslah terstruktur sedemikian rupa, agar memiliki penahan dan pelindung

untuk mensyiarkannya. Dakwah yang semacam inilah yang disebut dengan dakwah struktural.

Hal ini dibuktikan oleh Rasulullah SAW ketika setelah hijrah di Madinah dengan membangun

3
Asymuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas,1983), hal 51
sebuah sistem jaringan yang kuat, dakwah dengan cepat dapat diterima dikalangan masyarakat

di Jazirah Arabia.4

Pemahaman Achmad Tirtosudiro, yang menjelaskan bahwa dakwah setidak-tidaknya

mempunyai dua fungsi pokok. Pertama, menyeru dan membimbing manusia untuk

menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, mengajak dan mendorong manusia untuk ikut

serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan bangsa. Menyeru kepada manusia untuk

menyembah Tuhan adalah memberi arah yang benar di dalam hidup dunia dan akhirat,

sedangkan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa adalah perjuangan untuk hidup.5

Seiring dengan perkembangan zaman, perbedaan lokasi dan budaya masyarakat yang

ada, maka dakwah pun mengharuskan adanya inovasi dan pembaharuan tiada henti. Hal ini

seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa dakwah senantiasa bersentuhan dengan

masyarakat. Dengan kata lain, terdapat hubungan interdependent antara dakwah dan

masyarakatnya.

Perubahan yang ada pada masyarakat bukan hanya menyangkut kegiatan di bidang

ekonomi saja, melainkan telah merambah pada seluruh lini kehidupan manusia. Implikasi dari

perubahan yang ada tidak saja membawa pengaruh pada performance, pola pikir dan gaya

hidup (life style), melainkan juga berimbas pada perubahan cara beragama di kalangan

masyarakat.6 Arus modernisasi dan globalisasi yang terjadi era ini memiliki dampak yang

cukup luas khususnya dikalangan remaja.

4
Tim Rahmat Semesta, Metode Dakwah, (Jakarta : Prenada Media, 2003),
5
Achmad Tirtosudiro dalam kata pengantar, Dawam Raharjo (ed), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah
(Jakarta: Intermasa, 1997), hal. 20
6
Abdul Basit, Pemberdayaan Mejelis Ta’lim Perempuan dalam Perspektif Manajemen Dakwah dalam Jurnal
Komunika Vol. 4 No. 2 Tahun 2010.
Problematika yang muncul di kalangan remaja, baik menyangkut perilaku maupun

akidah perlu dijadikan bahan refleksi guna melakukan pembinaan dan kepedulian pada remaja.

Perlu dipahami bersama, masalah remaja bukan satu-satunya disebabkan oleh remaja itu

sendiri, melainkan faktor lain juga ikut terlibat, seperti keluarga, institusi keagamaan,

pemerintah, lingkungan masyarakat, dan lainnya tidak bisa dilepaskan dari masalah yang ada

pada remaja.

Dalam hal ini, remaja perlu diberdayakan serta disalurkan minat dan bakatnya pada

hal-hal positif dan membangun. Remaja perlu didekati, dirangkul, diberi kasih sayang, dan

diarahkan. Masa remaja merupakan masa ketika seseorang sedang mencari jati diri, berproses

menuju kedewasaan, kematangan dalam beragama, dan kedewasaan dalam berfikir. Semua itu

akan berjalan efektif, manakalah ada kepedulian dan tanggung jawab sosial dari seluruh

elemen masyarakat.7

Setiap kelompok atau individu yang melakukan gerakan dakwah pasti menggunakan

sebuah cara atau metode yang bertujuan untuk terjadinya sebuah perubahan. Salah satu

kelompok dalam masyarakat yang fokus menjadikan remaja secara khusus sebagai objek

dakwah adalah organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul

Ulama (IPNU-IPPNU). IPNU IPPNU merupakan organisasi berbasis pelajar, santri dan

mahasiswa yang berada dalam naungan salah satu organisasi kemasyarakatan di Indonesia,

yaitu Nahdlatul Ulama.8

IPNU IPPNU mempunyai peran yang signifikan bagi pengembangan diri remaja

dalam era modern sekarang ini. Hal ini tidak terlepas dari fungsi IPNU dan IPPNU sebagai

7
Abdul Basit, Ibid, hal, 15.
8
Kongres XVI IPNU Jatim, Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa Timur (Brebes ; PW
IPNU Jawa Timur;2009) h. 4-5
tempat berhimpun, wadah komunikasi, wadah aktualisasi dan wadah yang merupakan bagian

integral dan potensi generasi muda Indonesia secara utuh. Oleh karena itu keberadaan IPNU

dan IPPNU memiliki posisi strategis bagi kaderisasi pelajar NU sekaligus alat perjuangan NU

dalam menempatkan pemuda sebagai sumber daya insani yang vital, yang dituntut berkiprah

lebih banyak dalam kancah pembangunan bangsa dan negara.9

Selain itu, dengan adanya IPNU-IPPNU menjadi sebuah jawaban atau solusi dari

kegelisahan orang tua akan kenakalan remaja yang semakin mengkhawatirkan.

Bagaimanapun, seiring perkembangan zaman yang sudah modern membuat manusia memiliki

akses yang begitu mudah, menyebabkan peluang kenakalan-kenakalan remaja akan semakin

besar dan terbuka lebar. Oleh karena itu, dalam hal ini dibutuhkan suatu tempat atau wadah

untuk menampung kreativitas pemuda dan remaja dalam menyalurkan bakat dan minatnya

kepada hal-hal yang positif, semisal kesenian, olahraga, dan lainnya. Disisi lain juga menjadi

“benteng” agar remaja tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif.

IPNU IPPNU menjadi lebih aktual bagi remaja dikarenakan pembagian secara jenis

kelamin. IPNU organisasi bagi pelajar putra dan IPPNU bagi pelajar putri. Dengan terbaginya

ruang tentu akan lebih luas dan mengenal jati diri serta mengeksplorasi diri dan menjalin

kolaborasi bagi pelajar. Dengan banyaknya program kerja yang berfokus mengembangkan

kader, IPNU IPPNU sudah tentu berfokus meningkatkan keterampilan remaja.

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat hal menarik serta mendasar yang dapat

memberikan manfaat maupun rujukan. Sehingga penulis dapat mengambilnya untuk dijadikan

skripsi dengan judul “Implementasi Dakwah Bil Hal dalam organisasi PP IPPNU dalam

membina keterampilan remaja.”

9
Ibid,h.7
A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu

sebagai berikut :

1. Rendahnya minat remaja putri dalam keikutsertaan pada organisasi.

2. Kasus kenakalan remaja yang semakin meningkat.

3. Peran organisasi kepemudaan yang hanya bergerak satu arah dan fokus pada kuantitas

bukan kualitas anggota.

4. Tidak tersalurkan dengan baik kreativitas dan keterampilan remaja.

5. Paradigma anak perempuan tidak perlu berkembang.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Meninjau dari pembahasan yang sudah dijabarkan oleh latar belakang diatas maka

penulis membatasi permasalahan tentang bagaimana strategi dakwah bil hal pp ippnu

dalam pembinaan keterampilan remaja di Indonesia sebagai upaya untuk mengurangi

angka kenakalan remaja. Pembatasan ini dilakukan agar penulis menjadi lebih fokus dan

terarah dalam proses pengumpulan data. Selain itu, pembatasan ini juga berguna untuk

menghindarkan dari perluasan pembahasan yang akan diteliti.


2. Rumusan Masalah

Melihat dari uraian latar belakang diatas, makan penulis merumuskan pokok permaslahan

sebagai berikut :

a. Bagaimana Strategi Dakwah Bil Haal dalam meningkatkan pembinaan keterampilan

remaja yang dilakukan oleh PP IPPNU?

b. Apa Faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah bil haal dalam meningkatkan

pembinaan keterampilan remaja yang dilakukan oleh PP IPPNU?

c. Apa upaya-upaya dalam meningkatkan pembinaan keterampilan remaja yang dilakukan

oleh PP IPPNU?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

data bagaimana strategi dakwah bil hal PP IPPNU dalam pembinaan keterampilan remaja.

2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ada, maka yang

menjadi manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Secara Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu

Komunikasi dan Dakwah. Peneliti juga berharap penelitian ini bisa menambah

wawasan dan khasanah tentang metode Dakwah Bil Hal.

b. Menunjukkan bahwa organisasi merupakan salah satu media dakwah yang

memiliki nilai yang signifikan untuk menyampaikan materi dakwah.

2. Secara Praktis, penelitian ini tujuannya adalah:

a. Untuk mengembangkan analisis metode dakwah Bil Hal bagi kalangan Akademisi

khususnya Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

mendapatkan gelar sarjana strata satu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada beberapa karya skripsi yang sudah ada

sebelumnya, antara lain:

1. Nur Afrianti (2007), dengan judul “Aktivitas Dakwah Bil Hal Pondok Pesantren

Darunnajah Jakarta” menyimpulkan bahwa dakwah Bil Hal yang dilakukan adalah melalui

pendidikan, pengajian rutin dan Tabligh-tabligh umum perayaan Hari Besar Islam yang

bertujuaan untuk dakwah yang berkelanjutan.10

Kesamaan dengan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan deskriptif, namun

penelitian yang dilakukan penulis fokusnya pada Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU

Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja.

Agung Drajat Sucipto (2017) dengan judul skripsi “Implementasi Dakwah Bil Hal

Pac Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (Ipnu-Ippnu)

Karanglewas Tahun 2016. Menyimpulkan, implementasi dakwah bil hal yang dilakukan

oleh PAC IPNU-IPPNU kecamatan Karanglewas tersebut meliputi beberapa bidang

sebagai berikut 1) pendidikan, 2) Ekonomi, 3) Sosial.11

Perbedaan pada penelitian ini dengan Agung Drajat Sucipto adalah subjek dan

tempat penelitian. Sedangkan, penelitian ini memfokuskan pada kegiatan pembinaan

ketrampilan remaja.

2. Meli Indah Lestari, skripisi yang berjudul “Implementasi Dakwah Mahasiswa Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto”. Menyimpulkan jenis gerakan dakwah yang

dilakukan mahasiswa IAIN Purwokerto. Baik dakwah bil lisan dan dakwah bil hal.

E. Metodelogi Penelitian

10
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27714/1/NUR%20APRIYANTI-FDK.pdf
11
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2342/ diakses pada tanggal 24 Agustus 2020
1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena permasalahan

berhubungan dengan manusia secara fundamental bergantung pada pengamatan.

pendekatan kualitatif lebih menggambarkan secara rinci bagaimana kondisi dan

fenomena yang terjadi di lapangan.

Secara terminologis, penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. 12

Menurut Denzin dan Lincoln, penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. 13

Sedangkan menurut Moleong, bahwa: Pendekatan kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dengan memanfaatkan dengan berbagai metode alamiah. 14

Menurut Sugiyono bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode yang

berdasarkan pada filsafat positivisme, sedangkan untuk meneliti pada objek ilmiah,

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4.
13
Ibid. h. 5.
14
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Bandung: PT Rosda karya, 2011), h.6
dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan

hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generelisasi. 15

Berdasarkan dua pengertian diatas, pendekatan kualitatif adalah pendekatan

yang dilakukan secara utuh kepada subjek penelitian, dimana peristiwa dan peneliti

menjadi kunci dalam penelitian. Hasil penelitian di gambarkan secara jelas dan empiris.

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada alasan

bahwa permasalahan yang dikaji didalam penelitian ini yaitu bagaimana intensi yang

dimiliki kelompok sosial untuk melakukan interaksi sosial untuk mengisi kehidupan

sehari-harinya memerlukan sejumlah data lapangan yang bersifat aktual dan

konseptual. Disamping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola

nilai yang dihadapi dan situasi yang berubah-ubah selama penelitian berlangsung.16

Dengan berbagai pendapat para ahli di atas, penulis memandang bahwa

pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian penulis lakukan.

2. Jenis Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif kerap kali dipilih sebagai metode

penelitian. Saat tulisan ilmiah dibuat, dibutuhkan metode untuk mengatasi

masalah. Penelitian selanjutnya akan diuraikan dengan cara analisis untuk

mendapatkan solusi dan kesimpulan sesuai dengan tujuan awal penelitian. 17

15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,2011), h.9
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,2011), h.9
17
Ginanjar Adhi, Penelitian Deskriptif Kualitatif, Tripven.com 2020
Sifat penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

membuat dekripsi atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 18

Menurut Irawan Suehartono, penelitian yang bersifat deskriptif ialah

penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu

kelompok orang tertentu.19

Penelitian dekskriptif ini ditunjang oleh teknik pengumpulan data antara

lain survey literatur dan pengalaman. Survei literature dilakukan untuk

memperoleh sumber data primer yakni dari buku teks dan data sekunder antara

lain dari artikel jurnal, media cetak dan internet.

Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau

berhubungan dengan variabel lain. Prosedur pemecahan pada masalah jenis

penelitian deskriptif adalah dengan cara menggambarkan objek penelitian pada

saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian

dianalisis dan diinterpretasikan, bentuknya berupa survei dan studi

perkembangannya. 20

Dengan demikian bisa ditarik pemahaman bahwa jenis penelitian yang

digunakan yaitu kualitatif deskriptif mempunyai tujuan dalam menjelaskan

secara ringkas yang menjadi objek penelitian, lalu memecahkan permasalahan

18
Ibid. h. 3.

19
Irawan Suehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. 1, h. 35
20
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual
Dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017, 7-8).
yang terjadi dengan cara menggambarkan objek penelitian, menganalisis dan

kemudian menginterpretasikannya dengan berdasarkan pada fakta yang ada.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampling dalam penelitian empirik diartikan sebagai proses pemilihan atau

penentuan sampel (contoh). Secara konvensional, konsep sampel (contoh) menunjuk

pada bagian dari populasi. Akan tetapi, dalam penelitian kualitatif tidak bermaksud

untuk menggambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan

yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih berfokus kepada representasi

terhadap fenomena sosial. Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya sesuai

dengan keadaan yang ada. Hanya dengan demikian, peneliti mampu mendeskripsikan

fenomena yang diteliti secara utuh. 21

Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih sering

digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu,

misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Snowball

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya

jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. 22

Purposive sampling menurut Notoatmojo adalah pengambilan sampel yang

didasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri

yang sudah diketahui sebelumnya. 23

21
Burhan Bungin, Analisis Data penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012), h.53
22
Sugiono, Membangun Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), h.300
23
Soekidjo Notoatmodjo,Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2008), h.45
Sementara itu menurut Burhan Bungin dalam prosedur sampling yang paling

penting adalah bagaimana menentukan informan kunci atau situasi sosial tertentu yang

sarat informasi. Memilih sampel, dalam hal ini informan kunci atau situasi sosial lebih

tepat dilakukan dengan sengaja atau bertujuan, yakni dengan purposive sampling. 24

Penelitian ini mengunakan teknik purposive sampling. Karena peneliti merasa

sampel yang diambil paling mengetahui tentang masalah yang akan diteliti oleh

peneliti. Penggunaan purposive sampling dalam penelitian ini yaitu bertujuan untuk

dapat mengetahui bagaimana implementasi dakwah bil hal PP IPPNU Jakarta.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Sekretariat PP IPPNU Jakarta yang bertempat di

Gedung PBNU Lt.6, Jl. Kramat Raya No.164, RT.5/RW.8, Kenari, Kec. Senen, Kota

Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10430. Sedangkan waktu pelaksanaan

penelitian pada Januari – Maret 2022.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengurus dan anggota

aktif Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (PP IPPNU) Jakarta.

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah anak-anak atau remaja yang aktif

dalam kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh PP IPPNU. Pemilihan subjek tersebut

didasarkan pada:

1. Pengurus dan anggota yang aktif dan mengetahui bagaimana proses

implementasi kegiatan dakwah Bil Hal PP IPPNU

24
Burhan Bungin, Op.Cit., h.53
2. Siap menyempatkan waktu dan terjun dalam kegiatan pembinaan ketrampilan

remaja

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang

memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah

dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif

(sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya). Sebab, kesalahan atau

ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni

berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggung

jawabkan.

Hasil penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai

dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.

Maka dari itu, untuk mendapatkan data valid dan akurat yang penulis butuhkan,

teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :

1. Wawancara

Interview atau wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh

dua orang atau lebih atas topik tertentu. Menurut pendapat Kartini Kartono,

interview merupakan proses kegiatan tanya jawab secara lisan dari dua orang

atau lebih dengan saling berhadapan secara fisik/langsung.25 Kualitas hasil

wawancara ditentukan oleh pewawancara, responden, pertanyaan yang

diajukan, serta situasi ketika berlangsungnya wawancara.

25
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Reseach Cet. VII, (Bandung: Masdar Maju, 1996), h. 32.
Adapun jenis wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara tak

terpimpin dan terpimpin menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi yaitu

pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti,

selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi

pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila

ternyata ia menyimpang. 26

Dalam wawancara, alat pengumpulan datanya disebut pedoman

wawancara. Suatu pedoman wawancara, tentu saja harus benar-benar dapat

dimengerti oleh pengumpul data, sebab dialah yang akan menanyakan dan

menjelaskan kepada responden. Dengan wawancara ini peneliti dapat

mengetahui lebih lanjut mengenai informasi yang sesungguhnya tidak

tampak jika hanya dilakukan obsevasi semata, dalam penelitian ini peneliti

akan mewawancarai yang ikut berperan didalamnya.

2. Observasi

Menurut Ahsannudin Mudi dalam Metode observasi adalah proses

pengumpulan informasi dengan cara mengamati orang atau tempat di lokasi

riset, observasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data langsung

dari objek penelitian, tidak hanya terbatas pada pengamatan saja melainkan

juga pencatatan guna memperoeh data-data yang lebih konkret dan jelas. 27

Metode pengumpulan data observasi yang peneliti gunakan adalah

observasi non partisipatif yakni peneliti tidak terlibat secara langsung dalam

26
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.85
27
Ahsannudin Mudi, Profesional Sosiologi, (Jakarta: Mendiatama, 2004), h. 44.
kegiatan sehari–hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

merasakan apa yang dirasakan oleh sumber data, dalam observasi partisipatif

data yang diperoleh akan lebih lengkap. 28

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data tertulis atau tercetak dengan

fakta-fakta yang akan dijadikan sebagai bukti fisik penelitian dan hasil

penelitian dan hasil dokumentasi ini akan menjadi sangat akurat dan sangat

kuat dudukannya. 29

Lebih lanjut menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi yaitu

dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis.

Didalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan

dan sebagainya. 30

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

itu bisa berupa gambar, tulisan atau karya-karya dari seseorang. Dokumen

berupa gambar bisa dalam bentuk foto-foto kegiatan, sketsa, dan lainnya.

Dokumen berupa tulisan bisa dalam bentuk sejarah, profil, catatan harian,

dan lainnya. Sedangkan Dokumen berupa Karya dalam bentuk kerya seni,

buku-buku dan lain sebagainya yang peneliti butuhkan sebagai penunjang

data pelengkap penelitian.

28
Suharsimi arikunto, Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek (Jakarta : Rineka Cipta 1989) h. 80
29
Ibid, h. 107
30
Ibid., h. 149.
7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah merupakan tindakan mengolah data hingga menjadi sebuah

informasi, yang bermanfaat dalam menjawab masalah riset. Analisis data dalam

penelitian ini adalah analisis data kualitatif.

Analisis secara kualitatif bersifat memaparkan secara mendalam hasil riset

melalui pendekatan bukan angka atau nonstatistik31. Data analisis kualitatif berarti

menarik sebuah makna, dari dimana interprestasi tersebut dapat di pertanggung

jawabkan keilmiahannya.32

Menurut Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus

sampai tuntas, hingga datanya jenuh. Aktivitas tersebut adalah reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), dan conclusion drawing/verification33.

a) Melakukan Reduksi Data

Reduksi Data adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

atau polanya. Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk

uraian atau laporan yang terperinci.

Melakukan reduksi atau pemilihan pemangkasan dan penyeleksian

data, yang terkait dengan tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian.

Data mentah yang terkait dengan guidline, dipisahkan dengan data yang

tidak terkait dengan guideline.

31
Istijanto, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 91.
32
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus groups sebagai instrument penggalian data
kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2013), h. 336.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,2007), h.9
b) Mendisplay Data

Setelah kumpulan data mentah yang terkait dengan guideline sudah

terkumpul, pada tahap selanjutnya kembali melakukan pemilihan dari

tema yang sudah ada, melalui proses tahapan ini nantinya akan terlihat

irisan atau benang merah diri tema melalui sub tema.

c) Menarik Kesimpulan

Pada tahapan yang terakhir ini. Data yang sudah di iris atau di tarik

benang merahnya, yang perlu disimpulkan adalah alasan mengapa benang

merah tersebut muncul, apa yang mendasari pemikiran pada responden,

sudut pandang apa yang mendasari pemikiran tersebut dan lain

sebagainya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan pertanyaan

penelitian. Adapun data yang dimaksud adalah peneliti lapangan telah

mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan yang ditulis maupun

hanya sebagai memory atau bahkan rekaman audio tentang peristiwa yang

sedang penulis teliti.

Dalam menarik kesimpulan akhir penulis menggunakan metode

berfikir induktif. Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi)

merupakan proses penalaran untu menarik suatu prinsip atau sikap yang

berlaku untuk umum maupun suatu kesimpulan yang bersifat umum

berdasarkan atas fakta-fakta khusus. 34

34
Afdhal Arman , Penalaran Ilmiah, Berfikir Deduktif,Berfikir Induktif, 2016, ada di
https://afdhalarman.wordpress.com/
Metode ini penulis maksudkan untuk melihat kondisi atau fakta sejauh

mana strategi kegiatan dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU

dalam membina keterampilan remaja.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan penulisan skripsi ini dibagi menjadi enam bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Terdapat penjelasan gambaran umum permasalahan, diantaranya Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang ulasan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori tersebut antara lain

Strategi Dakwah, Urgensi Dakwah Bil Hal dalam Kegiatan Dakwah, Dakwah dan

Problematika Remaja. Serta mengenai tentang PP IPPNU.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pembahasan di bab ini memuat sekilas gambaran umum subjek penelitian, profil

Organisasi PP IPPNU dan Jumlah Partisipan.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini menyajikan hasil temuan dan analisis di lapangan tentang startegi dakwah bil hal

PP IPPNU dalam pembinaan ketrampilan remaja. Selajutnya membahas Fajtor mrndukung dan

penghambat di strategi tersebut.

BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas lebih mendalam mengenai hasil dari temuan yang telah peneliti

himpun. Memuat tentang strategi dakwa bil hal PP IPPNU Dalam Pembinaan Keterampilan

Remaja.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi penutup dengan ringkasan pembahasan masalah yang telah diurakan dalam

bentuk simpulan dan saran yang bermanfaat untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan

oleh pengurus PP IPPNU.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. DAKWAH BIL HAL


1. Definisi Dakwah Bil Hal

Dakwah merupakan salah satu kegiatan penting yang wajib dilaksanakan oleh

setiap umat Islam. Kegiatan ini mempunyai landasan normatif dalam quran dan hadits.

Dalam Quran cukup banyak ditemukan ayat-ayat yang menyuruh umat Islam berdakwah

dan penjelasan prinsip-prinsip cara melaksanakannya. Demikian juga dalam hadits Nabi

terdapat berbagai anjuran dakwah dan cara melaksanakannya. Jika dilihat dari segi ilmu

tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata kerja ‫ دعوة‬-‫ يدعو‬-‫دعا‬

yang disini dakwah dapat berarti memanggil, mengundang, mengajak, menyeru,

mendorong, ataupun memohon.35

Syaih Ali bin Shalih al-Mursyid berpendapat bahwa dakwah mengandung

pengertian sebagai suatu sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan

petunjuk, sekaligus menguak berbagai kebathilan serta media dan metodenya melalui

sejumlah teknik, metode, dan media yang lain.36

Dari beberapa pendapat tentang pengertian dakwah dapat disimpulkan bahwa pada

hakekatnya dakwah adalah suatu usaha aktif untuk meningkatkan taraf dan tata nilai hidup

manusia sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Kegiatan mengajak kepada

kegiatan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.

35
Halimi, Safrodin, Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Semarang: Walisongo Press,2008), h.
36
Moh. Ali Aziz , Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana,2004), h.20
Ma’arif menyimpulkan makna dakwah di dalam Qur'an tidak hanya sebagai

menyeru, akan tetapi ucapan yang baik, tingkah laku yang terpuji dan mengajak orang lain

ke jalan yang benar ,itu sama halnya dengan kegiatan dakwah. 37

Bil Hal secara bahasa dari bahasa Arab (al-hal) yang artinya tindakan. Sehingga

dakwah bil hal dapat diartikan sebagai proses dakwah dengan keteladanan, dengan

perbuatan nyata. 38

Secara bahasa Arab dakwah bil hal merupakan penyatuan dari dua suku kata yaitu

dakwah yang berartikan menyeru, memanggil dan mengundang, sedangkan al-hal yang

berartikan kenyataan, keadaan, bukti kongkrit. Yang jika disatukan dakwah bil hal

diartikan sebagai menyeru atau mengajak dengan menggunakan bahasa perbuatan atau

keadaan yang nyata (kongkrit).

Dakwah bil hal juga bisa diartikan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang

secara individu ataupun kelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam

rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik sesuai syariat

Islam, yang dapat diartikan bahwa dakwah bil hal lebih menekankan pada masalah

kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan cara aksi nyata

terhadap mad’u yang membutuhkan.39

Sebagaimana pengertian dakwah bil hal yang merupakan dakwah dengan menyeru,

mengajak dengan perbuatan nyata, Allah berfirman dalam Quran surat Al-Fushilat ayat 33

:40

37
Ibid, h.25
38
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah, Jakarta: Amzah,2008), h. 75
39
Hakim, Rahmad, Dakwah Bil Hal Implementasi Nilai Amanah dalam Organisasi Pengelolaan Zakat untuk
Mengurangi Kesenjangan dan Kemiskinan, dalam Jurnal Ekonomi Syariah,2017, Vol. 02, No. 02. H.43
40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya : Special for Woman, (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleena,2009 )
َ‫صا ِلحاا َّوقَا َل ِانَّ ِن ْي ِمنَ ا ْل ُم ْس ِل ِميْن‬ ٰ
ِ ٰ ‫َو َم ْن اَحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّم ْن َد َعآ ِالَى‬
َ ‫ّللا َو َع ِم َل‬

Artinya : Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang
menyeru kepada Allah dan yang telah mengerjakan amal sholeh dan berkata
sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri (Departemen Agama RI,
2009: 480).

Dakwah bil hal juga bisa dikatakan sebagai dakwah yang mengutamakan

kemampuan kreatif seorang dai dalam menyampai pesan melalui perbuatan-perbuatan

nyata, seperti membuka lapangan pekerjaan, memberikan keterampilan dan sebagainya.

Dengan menggunakan perbuatan atau teladan sebagai pesannya dakwah bil hal

bisa juga disebut sebagai dakwah alamiah, maksudnya bahwa dakwah dilakukan dengan

menggunakan pesan dalam bentuk perbuatan, dan dakwah sebagai upaya pemberantasan

kemungkaran secara langsung dan menekankan langsung kepada kebaikan.

Dakwah bil hal ada bukan untuk tandingan dari dakwah bil lisan, akan tetapi

keduanya bersifat saling melengkapi. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami

bahwa dakwah bil hal mempunyai kedudukan, dan peran penting dalam dakwah. Dakwah

bil hal tidak bermaksud sebagai pengganti ataupun lanjutan dari dakwah bil lisan, namun

keduanya mempunyai peran yang sama pentingnya dalam ajaran Islam. Dan agar

penyampaian dakwah tersebut dapat seimbang maka antara penyampaian dengan ucapan

harus diseimbangi dengan perbuatan nyata.41

Dapat disimpulkan bahwas dakwah bil hal adalah melakukan dakwah dengan

memberikan contoh melalui Tindakan atau perbuatan nyata yang berguna dalam

peningkatan keimanan manusia yang meliputi segala aspek kehidupan. Dakwah bil hal

adalah bagian dari metode dakwah selain dari dakwah bil lisan dan bil qalam. Metode

dakwah bil hal atau dakwah dengan aksi nyata masih jarang digunakan jika dibandingkan

41
Hakim, Rahmad, Op.Cit. h.30
dengan metode dakwah yang lain. Padahal jika kita melihat kepada dakwah Rosulullah

SAW. beliau telah memberikan contoh bahwa as-sunnah terdiri dari perkataan, perbuatan

dan perbuatan sahabat yang direstui oleh nabi.

Metode yang digunakan dalam dakwah bil hal adalah metode pengembangan

masyarakat dari dalam, yaitu berusaha mengembangkan prakarsa, peran serta dan swadaya

masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Sehingga dalam hal ini yang

aktif dalam kegiatan dakwah bukan hanya penyampai dakwah melainkan sasaran dakwah

juga berpartisipasi dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebudayaan

menurut Islam.

2. Prinsip-prinsip Dakwah Bil Hal

Dakwah bil hal merupakan dakwah dengan keteladanan dan menunjukkan aksi

nyata, dakwah dengan metode ini sangat efektif untuk memecahkan masalah yang ada di

masyarakat. Oleh karenanya dalam mengatasi dan memecahkan masalah yang ada di

masyarakat, maka dakwah bil hal perlu memiliki beberapa prinsip, diantaranya :42

a. Dakwah bil hal harus mampu mengkorelasikan antara ajaran Islam dengan kondisi

sosial budaya yang ada di masyarakat.

b. Dakwah bil hal harus mampu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

c. Dakwah bil hal harus mampu memotivasi dan memberikan semangat kepada

masyarakat agar masyarakat mampu mengatasi dan mencari solusi terhadap masalah

yang dihadapi.

42
Mike Dwi Anggraeni, Kampus pemberdayaan Perempuan Fastabiqul Khoirot di Gilingan Banjarsari
(Analisis Dakwah Bil Hal),Skripsi, Surakarta: IAIN Surakarta,2017
d. Dakwah bil hal harus mampu mensejahterakan masyarakat, agar masyarakat mampu

membangun dirinya sendiri.

e. Dakwah bil hal harus mampu mendorong masyarakat untuk bersama-sama dalam

rangka meningkatkan hubungan kerja yang harmonis dan produktif guna pemenuhan

kebutuhan bersama

Dakwah bil hal diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang ada di

masyarakat. Dalam pandangan Quraish Shihab selama ini dakwah bil-lisan mengajarkan

kepada ummat bahwa Islam datang membawa rahmat untuk seluruh alam dan tentunya

lebih-lebih lagi untuk pemeluknya. Tetapi sangat disayangkan bahwa kerahmatan tersebut

tidak di barengi dengan tindakan yang nyata yang dapat dirasakan dan menyentuh

kehidupan umat, maka dari itu keseimbangan antara dakwah bil lisan dan dakwah bil hal

sangat diperlukan oleh masyarakat.43

3. Strategi Dakwah Bil Hal

Strategi dakwah dengan perbuatan nyata (bil hal) dapat dipergunakan baik

mengenai akhlak, cara bergaul, cara beribadat, berumah tangga dan segala aspek kehidupan

manusia. Cara menunjukkan dengan perbuatan itu sangat besar manfaatnya bagi kegiatan

dakwah, diantaranya adalah sebagai berikut :44

a) Memberi ingat dan sulit dilupakan

b) Mudah ditangkap atau dipahami oleh mad’u

c) Memberi pengertian yang mendasar baik dari pengamatannya maupun pengalamannya

d) Menarik perhatian bagi mad’u untuk mengikuti langkahnya

43
Alex Sobur, 2001, Dakwah Alternatif di Era Global: Suatu Pendekatan Perubahan Sosial, dalam Jurnal
Mimbar, No. 4, Th. XVII, Oktober – Desember.
44
Dzikron Abdullah, Metodologi Da’wah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo,1989), h.111
e) Memberi dorongan untuk berbuat

f) Menimbulkan kesan tebal, karena indera lahir (panca indera) dan indera batin (perasaan

dan pikiran) secara sekaligus dapat dipekerjakan

Selain itu juga kegiatan dakwah dengan menggunakan strategi dakwah bil hal

mempunyai fungsi sebagai berikut:45

a) Meningkatkan kualitas pemahaman dan amal keagamaan pribadi muslim sebagai bibit

generasi bangsa yang memacu kemajuan ilmu dan teknologi

b) Meningkatkan kesadaran dan tata hidup beragama dengan memantapkan dan

mengukuhkan ukhuwah Islamiyah

c) Meningkatkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara di kalangan umat Islam

sebagai perwujudan dari pengamalan ajaran Islam

d) Meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial ekonomi umat melalui pendidikan dan

usaha ekonomi.

e) Meningkatkan taraf hidup umat, terutama kaum dhuafa dan masakin

f) Memberikan pertolongan dan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan melalui

berbagai kegiatan sosial, seperti pelayanan kesehatan, panti asuhan, yatim piatu, dan

orang-orang jompo

g) Menumbuhkembangkan semangat gotong royong, kebersamaan, dan kesetiakawanan

sosial melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat kemanusiaan.

Kegiatan dakwah bil hal ini sebenarnya telah banyak dilakukan oleh berbagai

organisasi dan lembaga Islam. Akhir-akhir ini, himpunan-himpunan dan kelompok kerja

menunjukkan kiprahnya dalam berbagai bentuk kegiatan. Misalnya, makin banyaknya

45
Muhammad E. Ayyub,Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus, (Jakarta: Gema Insani
Press,2001), h.9
panti asuhan yang dikelola umat Islam, rumah-rumah sakit dan balai pengobatan Islam,

pendidikan kejuruan dan keterampilan yang diselenggarakan oleh lembaga Islam,

semaraknya kegiatan koperasi di pesantren, serta majelis taklim. Kesemuanya ini

mengisyaratkan bahwa dakwah bil hal makin bergairah.

Pada dasarnya, setiap kegiatan dakwah yang bercorak sosial ekonomi, pendidikan,

dan kesejahteraan sosial, serta peningkatan taraf hidup umat untuk mencapai kebahagiaan

dan kesejahteraan hidup lahir batin merupakan dakwah bil hal atau dakwah pembangunan.

Kegiatan dakwah bil hal antara lain:

a. Meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial ekonomi umat melalui pendidikan dan

usaha ekonomi umat.

b. Meningkatkan taraf hidup umat, terutama kaum dhuafa‟ dan miskin

c. Memberikan pertolongan dan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan

berbagai kegiatan sosial seperti: poliklinik masjid, menyantuni yatim piatu, orang-

orang jomp

Dalam pelaksanaan dakwah bil hal yang perlu dipersiapkan adalah:

a. Adanya badan atau kelompok orang yang terorganisasi walaupun kecil dan sederhana

b. Adanya tenaga potensial, terdiri dari beberapa orang dengan pembagian tugas sesuai

kemampuan masing-masing seperti tenaga pengelola atau pengkoordinator tenaga

pelaksana di lapangan yang akrab dengan pekerjaan-pekerjaan sosial, tenaga yang

berpengetahuan, tentang kesehatan, gizi, pertanian, koperasi, dan tenaga mubaligh.

c. Adanya dana dan sarana-sarana yang diperlukan

d. Adanya program walaupun sederhana, yang disusun berdasarkan data-data tentang

sasaran yang dituju.


e. Adanya kontak-kontak terlebih dahulu dengan sasaran yang dituju, dengan instansi-

instansi dan orang-orang yang terkait.

Dalam pelaksanaannya dakwah bil hal terdapat tiga cara yang dapat ditempuh yakni

dakwah lewat pembinaan tenaga, lewat pengembangan institusi dan lewat pengembangan

infrastruktur. Dakwah bil hal dalam peranannya menginginkan hamba Allah mengecap

berbagai kenikmatan yang disediakan Allah di bumi berupa rizqi dan perhiasan.

Islam memandang kehidupan di dunia ini secara wajar. Unsur-unsur materi inilah

yang digunakan setiap muslim dalam menjunjung kehidupan yang baik. Dakwah bilhal

dilakukan dengan berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai

objeknya, adapun cara melaksanakan dakwah bilhal adalah sebagai berikut:46

a. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif

b. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif

c. Silaturrahim ke tempat-tempat yayasan yatim piatu, yayasan anak cacat, yayasan tuna

wisma, yayasan panti jompo, tuna karya, tempat lokalisasi, lembaga pemasyarakatan

dan lain-lain

d. Pengabdian kepada masyarakat seperti: pembuatan jalan atau jembatan, pembuatan

sumur umum dan WC umum, praktek home industri, kebersihan lingkungan rumah dan

tempat ibadah dan lain-lain.

4. Efektifitas Dakwah Bil Hal

Peran seorang dai yang menjadi tokoh dan panutan masyarakat dan dakwah yang

dilakukan dengan aksi atau tindakan nyata merupakan cara yang efektif dalam berdakwah.

Hal ini dikarenakan, dalam melakukan dakwah bil hal mad’u sebagai sasaran dakwah

46
Safrodin Halimi, 2008, Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Semarang: Walisongo Press), h. 15
ditempatkan sebagai subyek dakwah, bukan hanya sebagai obyek dakwah. Metode dengan

memberikan keteladanan membuat mad’u tertarik untuk mengikuti apa yang dicontohkan

oleh dai, metode ini akan memberikan kesan yang mendalam pada mad’u karena panca

indra, perasaan, dan pikiran dapat dipekerjakan sekaligus.47

Rasulullah SAW, ketika untuk yang pertama kalinya beliau beserta sahabat

Muhajirin tiba di Madinah. Telah kita ketahui dalam sejarah nabi bahwa yang pertama

beliau lakukan setibanya di Madinah adalah membangun Masjid Nabawi, yang berada

tepat dibawah tanah yang di gunakan tidur oleh onta beliau. Bahkan beliau turun langsung

dalam pembangunan masjid itu, dan memindahkan bata dan batuan. Keteladanan nabi

dengan tindakan nyata ini mampu memompa semangat sahabat dalam bekerja, sehingga

sahabat pun merasa malu jika mereka hanya duduk saja.

Dakwah bil hal tidak hanya berkaitan dengan masalah usaha peningkatan

kesejahteraan fisik materil saja, akan tetapi masyarakat juga membutuhkan adanya usaha

pengembangan sumber daya manusia. Dengan melihat ruang lingkup dakwah bil hal yang

luas, maka dalam pelaksanaanya perlu adanya keterpaduan program, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi dakwah bil hal dengan instansi-instansi yang terkait. Semua ini

dilakukan agar dalam pelaksanaannya dakwah bil hal bisa secara totalitas dan berangkat

dari akar permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang sering dikenal sebagai

empowering atau pemberdayaan. Maka dari itu, seluruh komponen dan segenap aspek yang

berkaitan dengan keberhasilan dakwah bil hal harus ditata secara profesional dan

disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dakwah bil hal yang dilakukan benar-benar mampu

47
Mike Dwi Anggraeni, Op.Cit. h.41
memperbaiki dan meningkatkan semangat serta kesadaran yang tulus dalam mengamalkan

ajaran-ajaran Islam.48

Salah satu metode dalam dakwah bil hal (dakwah dengan aksi nyata) adalah metode

pemberdayaan masyarakat, yang merupakan kegiatan dakwah dengan upaya untuk

membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran

akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi

kemandirian. Metode dakwah bil hal dengan pemberdayaan ini selalu berhubungan dengan

tiga aktor, yaitu masyarakat (komunitas), pemerintahan, dan fasilitator (pendakwah). Dari

tiga aktor tersebut, maka ada beberapa teknik yang menghubungkannya, teknik-teknik

tersebut adalah:49

a. Teknik non-partisipasi, yang bentuknya adalah dari pemerintah, oleh pemerintah, untuk

rakyat. Dalam hal ini masyarakat (kominitas) hanya menjadi obyek dari pemberdayaan,

pemerintahlah yang menyusun programnya, dan fasilitator (pendakwah) diposisikan

sebagai evaluator.

b. Teknik tokenisme, yang bentuknya adalah dari pemerintah, bersama rakyat, untuk

rakyat. Disini masyarakat seolah-olah diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan

menyampaikan pendapat, saran dan keberatan, namun sesungguhnya hanya formalitas

belaka. Pemerintah sebagai katalisator dan pendakwah sebagai implementator.

c. Teknik partisipasi, yang bentuknya adalah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Disini

masyarakat telah mendapatkan peran dalam proses pemberdayaan, sejak perencanaan

48
Akhmad Sagir, 2015, Dakwah Bil hal: Prospek dan Tantangan Da’I, dalam Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 14,
No. 27, Januari-Juni.h.20
49
Moh. Ali, Aziz, Op.Cit, h. 378
hingga evaluasi. Pemerintah berperan sebagai pemenuh kebutuhan, dan fasilitator

(pendakwah) berperan sebagai controller.

Dakwah bil hal merupakan bentuk dakwah yang dapat dilakukan melalui aksi-aksi

nyata di masyarakat. Dalam hal ini, dakwah tidak hanya dilakukan dengan berceramah

pada mad’u, tetapi dai dapat menjadi fasilitator pengembangan dan pemberdayaan

masyarakat, dan masyarakat bisa aktif serta partisipatif dalam memberdayakan dan

mengembangkan dirinya sendiri dan tidak tergantung pada dai. Dengan demikian

hubungan antara dai dan mad’u merupakan hubungan kemitraan yang disini masyarakat

dapat berkembang dan berpikir kritis untuk membangun diri dan lingkungannya dan dapat

mencari soslusi terhadap masalah yang dihadapinya.

Dakwah bil hal adalah bentuk dakwah yang dilakukan dengan cara merealisasikan

ajaran Islam dalam bentuk perbuatan atau amal nyata. Bentuk ini secara sederhana dapat

direalisasikan salah satunya dalam bentuk sebagai berikut: 50

1. Pemberian Contoh teladan (Uswatun Hasanah)

Yaitu dakwah dengan cara akhlakul karimah, perilaku yang bagus dan amal

perbuatan yang saleh. Hal ini dimaksudkan agar penerima dakwah (mad’u) mengikuti

dan hal ihwal da’i. Metode dengan memperlihatkan sikap kelakuan yang diharapkan

setelah mad‟u melihat, memperhatikan semua itu akan dapat disosialisasikan dalam

diri dan kehidupannya.

Allah SWT. Berfirman dalam surah Al-Ashr Ayat 2-3

‫صبْر‬ ِّ ‫صوْ ا بِ ْال َح‬


َ ‫ق ە َوتَ َوا‬
َّ ‫صوْ ا بِال‬ َ ‫ت َوتَ َوا‬ ٰ ٰ ‫اًل ْن َسانَ لَفِ ْي ُخسْر اِ ًَّل الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬ ِ ْ ‫اِ َّن‬

50
Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung, Citapustaka Media: 2015),h.34
Artinya: “Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang

yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihatiuntuk kebenaran

dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr 2-3)

2. Metode Pelayanan Sosial

Dakwah cara ini dapat direalisasikan dengan cara mendirikan atau membentuk

berbagai sarana kehidupan sosial masyarakat, seperti sekolah, rumah ibadah, taman

belajar, serta berbagai sarana kehidupan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan

dan meningkatkan kualitas kehidupan umat Islam

B. Kajian Tentang IPNU IPPNU


1. Pengertian IPNU dan IPPNU

IPNU adalah salah satu organisasi yang ada di Indonesia dan merupakan

badan otonom dari Nahdlatul Ulama. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Nahdlatul

Ulama , disingkat IPNU yang bersifat keterpelajaran, kekeluargaan, kemasyarakatan,

dan keagamaan. 51

IPPNU adalah salah satu organisasi yang ada di Indonesia dan merupakan

badan otonom dari Nahdlatul Ulama. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Nahdlatul

Ulama , disingkat IPNU yang bersifat keterpelajaran, kekeluargaan, kemasyarakatan,

dan keagamaan.yang bersifat nirlaba.52

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul

Ulama (IPPNU) adalah organisasi yang berada di bawah naungan jamaah Nahdlatul

Ulama (NU). IPNU dan IPPNU merupakan tempat berhimpun, wadah

komunikasi,aktualisasi dan kaderisasi Pelajar-Pelajar NU. Selain itu IPNU dan IPPNU

51
PP IPNU Jakarta, PD/PRT PW IPNU,( Jakarta: 2003) h.2
52
PP IPPNU Jakarta, PD/PRT PW IPNU,( Jakarta: 2003) h.2
juga merupakan bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia yang menitik

beratkan bidang garapannya pada pembinaandan pengembangan remaja, terutama

kalangan pelajar (siswa dan santri).

Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari generasi muda Indonesia, IPNU dan

IPPNU senantiasa berpedoman pada nilai-nilai serta garis perjuangan Nahdlatul Ulama

dalam menegakkan Islam ahlusunnah wal jamaah. Dalam konteks kebangsaan, IPNU

dan IPPNU memiliki komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai landasan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.53

IPNU dan IPPNU adalah wadah bagi para pelajar dan santri NU. Selain itu

juga sebagai media atau wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM),

pendidikan dan pengamalannya serta sebagai pengawal nilai-nilai NU di tingkatan

komunitas pelajar, santri, dan remaja demi kemaslahatan bangsa Indonesia. Untuk

lebih memfokuskan kajian penelitian, supaya tidak melebar, dalam hal ini peneliti

mengambil fokus permasalahan di PP IPPNU yang ada di Kota Jakarta.

2. Sekilas Tentang IPNU IPPNU

IPNU IPPNU merupakan salah satu organisasi pelajar yang ada di Indonesia

yang beranggotakan para pelajar yang berasal dari madrasah, sekolah umum,dan santri

serta remaja yang berusia pelajar. Anggotanya pun tidak harus duduk di bangku sekolah

(pendidikan formal), namun yang tidak sekolah pun juga dapat menjadi anggotanya.

Munculnya organisasi IPNU-IPPNU adalah bermula dari adanya jamiyah

yang bersifat lokal atau kedaerahan. Wadah yang merupakan kumpulan pelajar dan

pesantren yang semua dikelola dan diasuh paraulama jamiah atau perkumpulan tersebut

53
Kongres XVIII IPNU Jawa tengah, h. 35
tumbuh di berbagai daerah hampir diseluruh Wilayah Indonesia,misalnya jamiyah Diba

iyah, Jamiyah tersebut tumbuh dan berkembang banyak dantidak memiliki jalur

tertentu untuk saling berhubungan. Hal ini disebabkan karena perbedaan nama yang

terjadi di daerah masing-masing, mengingat lahir dan adanyapun atas inisiatif atau

gagasan sendiri-sendiri.54

Di Surabaya putra dan putri NU mendirikan perkumpulan yang diberi nama

TSAMROTUL MUSTAFIDIN pada tahun 1936. Tiga tahun kemudian yaitu tahun

1939 lahir persatuan santri Nahdlotul Ulama atau PERSANU. Di Malang pada tahun

1941 lahir persatuan Murid NU. Padasaat itu bangsa Indonesia sedang mengalami

pergolakan melawan penjajah Jepang. Putra dan putri NU tidak ketinggalan ikut

berjuang mengusir penjajah. Sehingga terbentuklah IMNU atau Ikatan Murid

Nahdlotul Ulama di kota Malang pada tahun 1945.

Di Madura berdiri perkumpulan dari remaja NU yang bernama

IJMAUTTOLABIAH pada tahun 1945. Meskipun masih bersifat pelajar, keenam

jamiyah atau perkumpulan tersebut tidak berdiam diri. Mereka ikut berjuang dan

berperang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Hal ini merupakan aset dan andil

yang tidak ternilai harganya dalam upaya merebut kemerdekaan. Tahun 1950 di

semarang berdiri Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama dengan aggota yang masih remaja.

Pada tahun 1953 di Kediri berdiri persatuan Pelajar NU (perpanu). Pada tahun yang

sama diBangil berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPENU) dan pada tahun 1954

di Medan berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, dan masih banyak lagi yang belum

tercantum dalam naskah ini.

54
Kongres XVI IPNU Jatim, Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa Timur (Brebes ;
PW IPNU Jawa Timur;2009) h. 4-5
Seperti tersebut di atas masing-masing organisasi masih bersifat kedaerahan,

dan tidak mengenal satu sama yang lain. Meskipun perbedaan nama, tetapi aktifitas

dan haluannya sama yaitu melaksanakan faham atau ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal

Jamaah. Titik awal inilah yang merupakan sumber inspirasi dari para perintis pendiri

IPNU-IPPNU untuk menyatukan langkah dala membentuk sebuah perkumpulan.55

Sebagai sebuah organisasi pelajar pada badan otonom Nahdlatul Ulama,

IPNU IPPNU mengemban dua tugas utama :56

a) Pertama , menjadi wadah pengembangan potensi generasi muda Nahdlatul Ulama

pada segment pelajar, santri, dan mahasiswa agar bisa berkembang secara optimal.

b) Kedua, sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama dan penjaga nilai-nilai yang

dijunjung tinggi oleh Nahdlatul Ulama.

Dalam konteks kekinian, IPNU IPPNU mengemban tugas berat yaitu untuk

melakukan proses pemberdayaan kader dan pengembangan potensi sumber daya

manusia pada masyarakat luas pada umumnya agar dapat memberikan sumbangsih

perannya dalam kehidupan kebangsaan, kenegaraan, kemsyarakatan, dan keagamaan

di pentas global.

Dalam badan federisasi ini, IPNU IPPNU tampil sebagai motor terbaik

penggerak untuk menggulingkan orde lama bersamaan dengan kesatuan-kesatuan aksi

lainnya. Sementara itu, kekuatan IPNU IPPNU sebagai organisasi pelajar putra dan

putri semakin solid karena menggalang solidaritas pelajar-pelajar NU melalui berbagai

macam kompetisi dalam porseni tingkat Nasional yang diadakan hampir tiap tiga bulan

sekali.

55
Ibid. h.4-5
56
Ibid, H.14
C. PEMBINAAN KETRAMPILAN REMAJA
1. Definisi Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an, sehingga menjadi

kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara

efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.57Pembinaan merupakan

proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang

dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan

aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan teratur secara

bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan

kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.58

Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan

secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka

memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar

kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan

bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk

selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya,

sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan

manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.59

57
http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html, diakses 18 Januari 2019
58
http://kbbi.web.id/karakter di Akses 22 Februari 2016.
59
Simanjuntak, B., I. L Pasaribu, Membina dan Mengembangkan GenerasiMuda, (Bandung: Tarsito, 1990), h.
84.
Menurut Mangunhardjana untuk melakukan pembinaan ada beberapa pendekatan

yang harus diperhatikan oleh seorang pembina, antara lain:

a. Pendekatan informative (informative approach), yaitu cara menjalankan program

dengan menyampaikan informasi kepada peserta didik. Peserta didik dalam pendekatan

ini dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman.

b. Pendekatan partisipatif (participative approach), dimana dalam pendekatan ini peserta

didik dimanfaatkan sehingga lebih ke situasi belajar bersama.

c. Pendekatan eksperiansial (experienciel approach), dalam pendekatan ini menempatkan

bahwa peserta didik langsung terlibat di dalam pembinaan, ini disebut sebagai belajar

yang sejati, karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam situasi tersebut.60

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar

dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok.

Pembinaan tidak hanya dilakukan dalam keluarga dan dalam lingkungan sekolah saja,

tetapi diluar keduanya juga dapat dilakukan pembinaan. Pembinaan dapat dilakukan

melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler yang ada di sekolahan dan lingkungan

sekitar.

2. Hakikat Ketrampilan
a. Pengertian Ketrampilan

Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada

sifat dimana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai suatu

keterampilan, terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasaan yang dicapai oleh

60
Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya, (Yogyakarta:Kanimus, 1986), h. 17.
seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang

sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku

yang diperluas bisa disebut keterampilan misalnya menulis, memainkan gitar atau piano,

menyetel mesin, berjalan, berlari, melompat dan sebagainya. Jika ini yangdigunakan, maka

kata “keterampilan” yang dimaksud adalah kata benda.61

Istilah terampil biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat kemampuan

seseorang yang bervariasi. Keterampilan (skill) merupakan kemampuan untuk

mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat.62 Sedangkan menurut Hari

Amirullah istilah terampil juga diartikan sebagai suatu perbuatan atau tugas, dan sebagai

indikator dari suatu tingkat kemahiran.63 Menurut Singer dikutip oleh Amung keterampilan

adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efektif.64

Ketrampilan diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Istilah

ketrampilan mengacu pada kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara yang efektif.

Ketrampilan ditentukan bersama dengan belajar dan keturunan.

Menurut Gordon ketrampilan merupakan kemampuan untuk mengoperasikan

pekerjaan secara cepat dan mudah. Pada pengertian ini biaamya cenderung pada aktifitas

psikomotorik.65 Selain itu ketrampilan menurut Nedler merupakan kegiatan yang

memerlukan praktik dan dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.66

Sejalan dengan masing-masing pandangan tersebut, Dunnete mendefinisikan

ketrampilan sebagai kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang

61
Fauzi, Remaja Berkualitas, (Yogyakrta : Mitra Pustaka,2010),h.17
62
Widyastuti, Yeni.Psikologi Sosial. (Yogyakarta : Graha Ilmu,2010), h.49
63
Ibid, h.17
64
Amung, Ketrampilan Remaja, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2000),h.61
65
Gordon, Teaching Skill, (New York : Wesk Publishing Company, 1994), h.55
66
Nedler,Mac, Reading Skill dan Media, (New York : Wesk Publishing Company, 1994), h.73
merupakan pengembangan dari hasil latihan dan pengalaman yang didapat.67 Dalam hal

tersebut, Iverson menambahkan bahwa selain latihan yang diperlukan untuk

mengembangkan kemampuan, ketrampilan juga membutuhkan kemampuan dasar untuk

melakukan pekerjaan secara cepat dan tepat.68

Menurut Robbin, keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu :69

a) Basic Literacy Skill (Keahlian Dasar)

Keahlian Dasar merupakan keahlian seorang yang pasti dan wajib dimiliki

oleh kebanyakan orang, seperti: membaca, menulis, dan mendengar.

b) Technical Skill (Keahlian Teknik)

Keahlian Teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik

yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer.

c) Interpersonal Skill

Keahlian interpersonal adalah kemampuan seseorang secara efektif untuk

berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerjanya, seperti pendengar yang

baik, menyampaikan pendapat dengan jelas dan bekerja dalam satu tim.

d) Problem Skill

Menyelesaikan masalah adalah proses aktifitas untuk menajamkan logika,

beragumen dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab,

mengembangkan alternative dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

ketrampilan/skill adalah kegiatan praktik yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang

67
David L, Dunnute, Skill and Play, (New York: Wesk Publishing Company,1976), h. 33
68
Allen Iverson, Welcome to Reading, (New York: World book, 2001), h. 133
69
Robbin, The National Curiculum, (London: Departemen for Education and Employment
mudah dan cermat dari hasil latihan dan pengamatan yang didapat. Bila musik dikaitkan

dengan ketrampilan, pada prinsipnya bahwa musik memerlukan ketrampilan agar

mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai hasil yang diinginkan. Di samping itu,

ketrampilan siswa dalm bermusik tidak diperoleh secara mudah, melainkan diperoleh

dengan latihan dan kebiasaan, sehingga jelas dalam ketrampilan bermusik tidak datang

dengan sendirinya.

Menurut Hottinger keterampilan gerak berdasarkan faktor-faktor genetik dan

lingkungan dapat dibagi dua yaitu: (a) keterampilan phylogenetic, adalah keterampilan

yang dibawa sejak lahir, yang dapat berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak

tersebut. (b) keterampilan ontogenetic, merupakan keterampilan yang dihasilkan dari

latihan dan pengalaman sebagai hasil dari pengaruh lingkungan.70

Dengan demikian dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai

suatu tingkat keterampilan yang baik, perlu memperhatikan hal sebagai berikut: Pertama,

faktor individu/pribadi yaitu kemauan serta keseriusan dari individu itu sendiri berupa

motivasiyang besar untuk menguasai keterampilan yang diajarkan. Kedua, faktor proses

belajar mengajar menunjuk kepada bagaimana kondisi belajar dapat disesuaikan dengan

potensi individu, dan lingkungan sangat berperan dalm penguasaan keterampilan. Ketiga,

faktor situasional menunjuk pada metode dan teknik dari latihan atau praktek yang

dilakukan.

b. Macam-macam Ketrampilan

1) Soft Skill

70
Widiastuti,Op.Cit. 18
Soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang

lain (Interpersonal skills) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri

(Intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.

Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang

selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence).

Softskills adalah sebuah istilah kemasyarakatan atau sosiologi untuk

menunjukkan tingkat EQ seseorang, yang terdiri dari kelompok sifat kepribadian,

diterima oleh masyarakat, komunikasi, bahasa, kebiasaan seseorang, keramahan, dan

optimisme yang mencirikan hubungan dengan orang lain. Soft Skills merupakan

komplemen dari hardskills (IQ seseorang) yang merupakan syarat dari sebuah

pekerjaan. Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik dengan diri

sendiri, berkelompok atau bermasyarakat serta dengan Sang Pencipta. Secara garis

besar soft skills merupakan gabungan kemampuan intrapersonal dan kemampuan

interpersonal.71

Menurut Elfindri dkk, soft skills didefinisikan sebagai berikut:

Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri,
berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan
mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa
di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan
emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki
etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual.72

Lebih lanjut lagi Elfindri dkk, berpendapat soft skills sebagai berikut: Semua

sifat yang menyebabkan berfungsinya hard skills yang dimiliki. Soft skills dapat

71
Purnami.”Implementasi Metode Experiental Learning Dalam Pengembangan Softskill Mahasiswa Yang
Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen dan Bisnis”. Jurnal Penelitian Pendidikan , Magister Manajemen Bisnis,
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. ISSN 1412-565 X Vol. 14No. 1, April 2013.h.99
72
Elfindri, Soft Skill untuk Pendidik ( Jakarta : Baduose Media, 2011), h.67
menentukan arah pemanfaatan hardskills. Jika seseorang memilikinya dengan baik,

maka ilmu dan keterampilan yang dikuasainya dapat mendatangkan kesejahteraan dan

kenyamanan bagi pemiliknya dan lingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak

memiliki soft skills yang baik, maka hard skills dapat membahayakan diri sendiri dan

orang lain.73

Sedangkan menurut Iyo Mulyono, “soft skills merupakan komplemen dari

hard skills. Jenis keterampilan ini merupakan bagian dari kecerdasan intelektual

seseorang, dan sering dijadikan syarat unutk memperoleh jabatan atau pekerjaan

tertentu”. 74

Aribowo sebagaimana dikutip oleh Illah Sailah, menyebutkan soft skills

sebagai berikuti:

Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang


lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian
meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap.
Atribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-
beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap.
Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya
dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru. 75

Dari berbagai definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya soft

skills merupakan kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang, tetapi dapat

dikembangkan dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai

pelengkap dari kemampuan hard skills. Keberadaan antara hard skills dan soft skills

sebaiknya seimbang, seiring, dan sejalan.

73
Ibid,h.175
74
Iyo Mulyono, Ketrampilan dan Motivasi Kinerja ( Yogyakarta : Media Pustaka, 2011), h.99
75
Illah Sailah, Implementasi Pengembangan Soft Skill ( Jakarta : Raja grafindo Pustaka,2008),h.17
Konsep tentang soft skills sebenarnya merupakan pengembangan dari

konsep yang selama ini kita kenal dengan istilah kecerdasan emosional

(emotionalintellegence). Tingkat IQ atau kecerdasan intelektual seseorang umumnya

tetap, sedangkan EQ atau kecerdasan emosi dapat terus ditingkatkan. Soft

skillsmerupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok,

atau bermasyarakat, serta dengan sang pencipta. Selebihnya dengan mempunyaisoft

skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di masyarakat.

Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan

bahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun, dan

keterampilan spriritual. Soft skills adalah kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat

lebihbanyak, sukses lebih besar, kebahagiaan yang lebih luas, tidak punya nilai,

kecualiditerapkan dalam kehidupan sehari-hari baru bernilai. Soft skills yang

dimilikioleh setiap orang dengan jumlah dan kadar yang berbeda-beda yang

dipengaruhioleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap.76

Secara garis besar soft skill digolongkan dalam dua kategori yaitu

kemampuan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill) dan

kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal

skill)yang termasuk dalam interpersonal skill adalah keterampilan komunikasi,

keterampilan motivasi, keterampilan kepemimpinan, keterampilan self marketing,

keterampilan presentasi, kesadaran politik, memanfaatkan keberagaman, orientasi

pelayanan, empati, manajemen konflik dan kerjasama tim. Sedangkan intrapersonal

skill terdiri dari transformasi karakter, transformasi keyakinan, manajemen perubahan,

Setyantoko Nur Aji. “Kemampuan Soft Skill Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA Negri
76

Se-Kabupaten Purwerejo”. Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, Skripsi: 2013.h.11


manajemen stress, manajemen waktu, proses berpikir kreatif, tujuan pengaturan dan

tujuan hidup, percaya diri, penilaian sifat, diri dan preferensi, kesadaran emosional,

kelayakan dan proaktif.77

Soft skills merupakan kompetensi yang bersifat nonteknis yang menunjuk

pada karakteristik kepribadian. Hal tersebut tampak pada perilaku seseorang, baik saat

berinteraksi dalam situasi sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan diri, ataupun sifat-

sifat penting untuk mendukung perilaku optimis. Soft skills sebagai kemampuan

seseorang untuk memotivasi diri dan menggunakan inisiatifnya, mempunyai

pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk dilakukan dan dapat dilakukan dengan

baik, berguna untuk mengatasi persoalan kecil yang muncul secara tiba-tiba dan terus

dapat bertahan bila problem tersebut belum terselesaikan, dengan demikian, soft skills

merupakan kekuatan diri untuk berubahataupun untuk mengatasi berbagai persolan

kerja. 78

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli, maka peneliti

menggunakanpengukuran soft skill yang dikemukakan Sharma (2011: 21) terdapat

limaindikator untuk mengukur soft skill:79

a. Kemampuan komunikasi adalah bagian terpenting dari pekerjaan, karenadengan

komunikasi pegawai dapat mengekspresikan perasaan dan mengungkapkan ide

serta pemikirannya. Melalui komunikasi pegawai dapat berinteraksi dengan baik

dengan pegawai lainnya, dengan kata lain komunikasiadalah sebagai proses dua

77
Widayanti.”Pengaruh Hard Skill dan Soft Skill Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Telkom
Kandatel Malang)”. Jurnal Dinamika Dotcom, STMIK Pradnya Paramita Malang Vol 3. No. 1 : 2014. h. 144
78
Hamida.”Peningkatan Soft skills Tanggung Jawab dan Disiplin Terintegrasi Melalui Pembelajaran
Praktik Patiseri”. Jurnal Pendidikan Karakter,Universitas Negri Yogyakarta Vol.1 No.2, Juni 2012. H. 144
79
Ibid, h.156
arah yang melibatkan seseorang yang memberi pesan dan orang lain yang menerima

dan bertingkah laku sesuai pesan tersebut.

b. Kecerdasan emosional memiliki peran penting di tempat kerja,

kecerdasanemosional mengandung aspek-aspek yang sangat penting yang

dibutuhkandalam bekerja. Seperti kemampuan memotivasi diri sendiri,

mengendalikanemosi, mengenali emosi orang lain, mengatasi frustasi, mengatur

suasana hati, dan faktor-faktor penting lainnya.

c. Keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah, adalah kemampuan untuk

mengidentifikasi dan menganalisis masalah dalam situasi sulit dan

melakukanjustifikasi untuk memahami seseorang dan mengakomodasikan ke

dalam suasana kerja yang beragam. Keterampilan berpikir adalah memunculkan

danmengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide

yangtelah lahir sebelumnya dan keterampilan umtuk memecahkan masalah

secaradivergen (dari berbagai sudut pandang). Keterampilan berpikir yang diukur

mencakup empat aspek yaitu: fluency (berpikir lancar), flexibility (berpikirluwes),

originality (orisinalitas berpikir), dan elaboration (penguraian)

d. Etika adalah aturan normative yang mengandung sistem nilai dan prinsip moralyang

merupakan pedoman bagi karyawan dalam melaksanakan tugaspekerjaannya dalam

perusahaan. Agregasi dari perilaku karyawan yangberetikan kerja merupakan

gambaran etika kerja karyawan dalam perusahaan. Karena itu etika kerja karyawan

secara normatif diturunkan dari etika bisnis.Bahkan dia diturunkan dari perilaku

etika pihak manajemen.


e. Keterampilan kepemimpinan adalah faktor yang sangat penting dalammenentukan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kepemimpinan

merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan

dalam perusahaan. Keterampilan kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan, dimana sekumpulan dari

serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya

kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang

dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta

merasa tidak dipaksa.

2) Hard Skill

Hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan

keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Menurut Syawal hard

skill yaitu berorientasi mengembangkan intelligence quotient (IQ).80

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hard skill merupakan

kemampuan untuk menguasai ilmu pengatahuan teknologi dan keterampilan teknis

dalam mengembangkan intelligence quotient yang berhubungan dengan bidangnya.

Hard skill adalah pengetahuan dan kemampuan teknis yang dimiliki

seseorang. Pengetahuan teknis yang meliputi pengetahuan dibutuhkan untuk profesi

tertentu dan mengembangkannya sesuai dengan teknologi, mampu mengatasi masalah

yang terjadi serta menganalisis.81 Hard skill menggambarkan perilaku dan

80
Basir, S. 2011.“Soft Skill vs Hard skill . Jakarta Timur: Kantor Akuntan Publik Syarief Basir dan Rekan.
81
Alam.” Analisa Pengaruh Hard Skill, Soft Skill dan Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi
Pada Tenaga Kerja Penjualan PT.BUMIPUTERA Wilayah Semarang”. Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomik
danBisnis. Skripsi: 2012. h.14, terdapat di http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2006/1/SKRIPSI%20ALAI.pdf
keterampilan yang dapat dilihat mata (eksplisit). Hard skill adalah keterampilan yang

dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan immediate. Menurut Fachrunissa,

kemampuan hard skill adalah semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori

yang menjadi dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan. Hard skill dapat dinilai dari

technical test atau practical test. Menurut Santoso dan Fachrunissa, elemen hard skill

dapat terlihat dari intelligence quotion thingking yang mempunyai indikator

kemampuan menghitung, menganalisa, mendisain, wawasan dan pengetahuan yang

luas, membuat model dan kritis. Soft skill merujuk kepada indikator seperti kreativitas,

sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas personal yang berada di balik

perilaku seseorang.82

Ayat yang menjadi rujukan tentang hard skill adalah surat Ar-Rahman ayat

33 yang berbunyi :

ۚ‫ض فَا ْنفُ ُذ ۡواؕ ًَل ت َۡنفُ ُذ ۡونَ اِ ًَّل ِبس ُۡل ٰطن‬ َ ۡ ‫ت َو‬
ِ ‫اًل ۡر‬ ِ َ‫استَطَ ۡعتُمۡ اَ ۡن ت َۡنفُ ُذ ۡوا ِم ۡن اَ ۡقط‬
ِ ٰ‫ار السَّمٰ و‬ ِ ۡ ‫ٰي َم ۡع َش َر ۡال ِجنِّ َو‬
ِ ‫اًل ۡن‬
ۡ ‫س اِ ِن‬

Terjemahnya: “Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus

(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat

menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman/ 55: 33)

Ayat tersebut anjuran bagi siapapun yang bekerja dibidang ilmu pengetahuan

dan teknologi, untuk berusaha mengembangkan kemampuan sejauhjauhnyasampai-

sampai menembus (melintas) penjuru langit dan bumi. NamunAl-Qur’an memberi

peringatan agar manusia bersifat realistis, sebab betapapunbaiknya rencana, namun bila

kelengkapannya tidak dipersiapkan maka kesia-siaanakan dihadapi. Kelengkapan itu

82
Hardi.”Konstribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan”. Jurnal STIE Vol.3 No.5, Juli
2010.h.97
adalah apa yang dimaksud dalam ayat itu berartikekuasaan, kekuatan yakni ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaandibidang ilmu dan teknologi jangan

harapkan manusia memperoleh keinginannya. oleh karena itu, manusia dianjurkan

untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Remaja

a. Pengertian Remaja

Secara etimologi remaja berasal dari kata puberty (Inggris), puberteit

(Belanda), atau adolescentia. Menurut kamus bahasa Indonesia sering disebut pubertas.

Kata Latin pubescere berarti mendapat pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda

kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Istilah puber

dimaksudkan remaja sekitar masa pematangan seksual. Adulescentia berasal dari kata

latin, adolescere =adultus = menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi

dewasa.83

Remaja adalah satu tingkatan umur, di mana tidak bisa lagi disebutanak-anak,

satu tingkatan setelah anak-anak akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi,

remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Pada

umur ini terjadi perubahan, yang tidak mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya

tanpa bantuan danpengertian dari pihak orang tua dan orang dewasa pada umumnya.

Remaja juga diartikan sebagai masa transisi antara masa anak dan masadewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional.84

83
Panuju, Panut & Ida Umami. 1999. Psikologi Remaja. Yogya: Tiara Wacana, 1999), h.1
84
John W. 2003. Santrock, Perkembangan Remaja, penterjemah : Shinto B. Adelar. (Jakarta: Erlangga,
2003), h.26
Masa remaja adalah masa yang menunjukkan masa peralihan darimasa kanak-

kanak menuju ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa. Padamasa remaja ini terjadi

perkembangan-perkembangan seperti perkembangan fisik, psikologis, sosial, dan

secara moral.

b. Ciri-ciri Remaja

Ciri-ciri remaja yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja

sebagai masa peralihan, masa remaja sebagai usia bermasalah dan masa remaja sebagai

masa-masa mencari identitas. Masaremaja sebagai periode yang penting, dimana masa

remaja sebagai akibatfisik dan psikologis mempunyai persamaan yang sangat penting.

Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental

terutama pada masa awal remaja, dapat menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan

perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.85

Lebih lanjut dikatakan bahwa ciri-ciri remaja ditandai dengan adanya:

perubahan fisik, perkembangan seksusal, cara berfikir yang berkualitas, emosi yang

meluap-luap, mulai tertarik padalawan jenis, menarik perhatian lingkungan, tertarik

dengan kelompok.86

Masa remaja sebagai masa peralihan, peralihan tidak berartiterputus atau

berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari

satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Anak beralih dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa, harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kenakalan-kenakalan

dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku

dan sikap yang sudah ditinggalkan. Masa remaja sebagai masausia bermasalah, dimana

85
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Anak. ( Jakarta:Erlangga, 2006), h.156
86
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), h. 65
masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja

laki-laki maupun remaja perempuan. Para remaja merasa mandiri sehingga mereka

ingin mengatasi masalahnya sendiri menolak bantuan orang lain.

Remaja sebagai salah satu istilah untuk menuju kepada suatu fase dalam

kehidupan manusia perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan oleh

remaja adalah masa transisi dan proses pencarian jati diri sebagai manusia. Masa ini

apabila tidak diperhatikaan dan dibina dengan baik dapat menjadi manusia yang salah

jalan, menghancurkan dirinya sendirinya, dan mengganggu ketertiban masyarajat.

Banyak data-data yang menunjukan dampak negatif yang ditimbulkan oleh remaja

dengan tidak adanya pembinaan dari orang-orang di sekitarnya.

Secara spesifik tujuan pembinaan remaja menurut beberapa ahli di sajikan ada

uraian berikut ini :

a) Menggali potensi diri remaja sebagai asit bangsa

Masa remaja sebagai masa produktif saat ini disadari dengan baik oleh

generasi tua, namun kurang disadari oleh remaja itu sendiri. Hal inilah yang

menyebabkan banyak remaja atau generasi mudah menghabiskan sebagian besar

waktunya melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan cenderung merusak.

Misalnya, tawuran, hura-hura, atau membuat kriminal.

b) Membentuk remaja yang bermoral dan berakhlak mulia

Dalam setiap program pembinaan atau organisasi remaja, salah satu hal

yang sangat ditekankan entah secara lansung atau tidak adalah membantu remaja

bermoral dan berakhlak mulia. Ini merupakan tujuan yang memiliki arti penting

apapun organisasi atau program kerja yang dilakukannya.


c) Menjadikan manusia cerdas dan terampil

Tujuan lain dari pembinaan remaja adalah menjadikan remaja tersebut

manusia yang cerdas dan terampil. Cerdas dan terampil disini tidak diartikan sacara

sempit tetapi mencakup beragam jenis ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seperti

cerdas dalam arti berwawasan luas berbagai kehidupan, tampil memanage dirinya,

memimpin, memahami orang lain, atau cerdas dan terampil memandang dan

menjalani realitas kehidupan. Banyak kita temukan model-model pembinaan

remaja secara tidak lansung mengajarkan berbagai hal, termasuk di dalamnya

keahlian berkomunikasi dengan orang.

d) Meminimalisir terjadinya kenakalan remaja

Berbicara mengenai program pembinaan remaja, banyak hal yang bisa

ditempuh untuk meningkatkan kualitas pribadi remaja. Menurut Ohovianus usaha atau

program pembinaan remaja sebagai berikut :87

a. Membina dan mengembangkan kegiatan para generasi muda yang relevan dengan

tujuan membangun sehingga mampu mengapdikan diri kepada masyarakat.

b. Mengembangkan kebiasaan-kebiasaan pembinaan generasi muda untuk mampu

menampung, melaksanakan, atau usaha pembinaan sesuai kebutuhan hakiki, minat

dan aspirasinya.

c. Meningkatkan mutu organisasi-organisasi melalui pelatihan kepemimpinan agar

mampu menjadi wadah penyaluran aspirasi dan partisipasi media pembelajaran.

87
https://www.duniapelajar.com/2009/12/24/pembinaan-remaja-sebagai-generasi-penerus-bangsa/
BAB III

Gambaran Umum

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

IPPNU lahir pada tanggal 2 Maret 1955 di Malang, Jawa Timur. IPPNU merupakan

kependekan dari Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Didirikan atas keinginan sebagai wadah

aktifitas sosial remaja yang bercirikan amaliah keagamaan sebagai antisipasi munculnya gejala

sosial yang semakin terpengaruh oleh dampak negatif budaya asing pada saat itu setelah 10 tahun

Indonesia merdeka.

Sekitar tahun 1954, di kediaman Nyai Masyhud yang terletak di bilangan Keprabon,

Surakarta, beberapa remaja putri yang kala itu sedang menuntut ilmu di sekolah Guru Agama

(SGA) Surakarta, mencoba merespons keputusan Muktamar NU ke-20 di Surabaya tentang

perlunya organisasi pelajar di kalangan nahdliyyat.

Diskusi ringan dilakukan oleh Umroh Mahfudzoh, Atikah Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romla,

dan Basyiroh Saimuri. Dengan panduan ketua Fatayat cabang Surakarta, Nihayah, Mereka

berbicara tentang absennya pelajar putri dalam tubuh organisasi NU. Lebih-lebih setelah elahiran

Muslimat NU (29 Maret 1946) yang beranggotakan Wanita-wanita paruh baya, dan Fatayat NU

(23 April 1950) yang anggota-anggotanya didominasi oleh ibu-ibu muda.

Selama 67 tahun mengabdi untuk negeri IPPNU berupaya membangun kader berkualitas,

berakhlakul karimah, bersikap demokratis, dan mendorong kesetaraan gender. Kader IPPNU
dibentuk menjadi kader dinamis, kreatif, dan inovatif serta menyatu dengan perkembangan

teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai Nahdlatul Ulama dan cinta Tanah Air. 88

B. Visi dan Misi

1. Visi

Terbentuknya kesempurnaan Pelajar Putri Indonesia yang bertakwa, berakhlaqul karimah,

berilmu, dan berwawasan kebangsaan.

2. Misi

1. Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlaqul karimah, bersikap demokratis dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Mengembangkan wacana dan kualitas sumber daya kader menuju terciptanya kesetaraan

gender.

3. Membentuk kader yang dinamis, kreatif, dan inovatif.

C. Jumlah Anggota

Berdasarkan pendataan database IPPNU berjumlah 3.000.000 (Tiga Juta) anggota yang

terdiri dari 34 Provinsi yang terbagi menjadi 34 Pimpinan Wilayah, 260 Pimpinan Cabang, 5200

Pimpinan Anak Cabang, 104.000 Pimpinan Ranting dan Komisariat.89

88
https://ippnu.or.id/tentang-kami/
89
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
D. Persebaran Anggota

Tersebar di 34 Provinsi dengan tingkatan Pust atau Nasional, Wilayah atau Provinsi, Cabang

atau Kabupaten/Kota, Anak Cabang atau Kecamatan, Ranting atau Desa/Kelurahan, dan

Komisariat atau Sekolah/Perguruan Tinggi90.

E. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi IPPNU masa khidmad 2018 – 2022

SUSUNAN PENGURUS

PIMPINANAN PUSAT

IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA

MASA BAKTI 2018 -2021

Pelindung : Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

Pembina : 1. Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa

2. Hj. Mahfudhoh Aly Ubaid

3. Dra. Hj. Machsanah Asnawi Latif

4. Dra. Hj. Ida Fauziyah

5. Drg. Hj. Ulfa Masfufah, MA

6. Dr. Hj. Safira Machrusah, MA

7. Ratu Dian Hatifah, S.Ag., M.Pd

8. Siti Soraya Devi Zaini, SH., M.Kn.

9. Maghfiroh, M.Si

10. Hj. Wafa Patria Umma. S.Pd I

90
Wawancara Nafisatul Husniah, s.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
11. Hj. Margaret Aliyatul Maimunah

12. Farida Faricha, M.Si

13. Puti Hasni, S.Pd.I

Pengurus Harian

Ketua Umum : Nurul Hidayatul Ummah

Ketua I : Nurul Hidayati

Ketua II : Sri Nur Ainingsih

Ketua III : Nur Ainul Laila

Ketua IV : Eva Nur Latifah

Ketua V : Nurul Fatonah

Ketua VI : Zulaikhah

Ketua VII : Utami Nur Kholifah

Ketua VIII : Syamazka Zakirni

Sekretaris Umum : Nafisatul Husniah

Sekretaris I : Nurul Afifah Marwatin

Sekretaris II : Amalia Padilah

Sekretaris III : Putri Eka Kusuma Wardani

Sekretaris IV : Fadhilati Haqiqi

Sekretaris V : Shariyani

Sekretaris VI : Sri Wahyuni S Moha

Sekretaris VII : Elsi Meidya Fitri

Sekretaris VIII : Esti Kurniati

Bendahara Umum : Whasfi Velasufah


Bendahara I : Nanik Maulidah

Bendahara II : Siti Nur Khalidah

Bendahara III : Emmy Natun Na’imah

Bendahara IV : Nikki Leres Mulyati

Bendahara V : Deviani

Bendahara VI : Arina Salamah

Bendahara VII : Leni Herfina

Bendahara VIII : Usnawati

Departemen-departemen:

A. Departemen Pengembangan Organisasi


Koordinator : Nur Malia Inarotud Duja

Anggota : Erniyanti Nur Fatahhela Dewi

Binti Musyarofah

Aisyatul Azizah

Siti Rohimah

Syifa Fauzia

Nurrica Harlinda

Robiatul Adabiyah

B. Departemen Pendidikan, Pengaderan, dan Pengembangan SDM


Koordinator : Septianti

Anggota : Aan Anisa

Wahidatus Sholihah

Endah Tri Sumarsih

Puput Kurniawati

Siti Nurul Khotimah


Hesty Putri Utami

Siti Nur Mawaddah

C. Departemen Pengembangan Komisariat


1. Pengembangan Komisariat Sekolah
Koordinator : Ika Mayasari
Anggota : Irmanasari
Siti Afadha Izzah
Ihda Juita Putriyani

2. Pengembangan Komisariat Pesantren


Koordinator : Yusniatul Mukaromah
Anggota : Kholisoh
Kholida Ulfi Mubarokah
Milatu Sari’ah

3. Pengembangan Komisariat Perguruan Tinggi


Koordinator : Isty Karimah
Anggota : Mardatillah
Siti Fatimah
Siti Nurjanah Fatonah

D. Departemen Humas dan Luar Negeri


Koordinator : Sururoh Tullah Adedoin Uthman
Anggota : Ifa Ashilatul Karomiyah
Vina Widya Ningsih
Bara Putri Rianda Hardianti
Khofifatus Saadah

E. Departemen Hubungan Pesantren dan Sosial Masyarakat


Koordinator : Qonitatul ‘Ulya

Anggota : Anisatul Kamelia


Nikmatul Khoiriyah
Siti Latifah
Bayu Fitria Bilqis
Lailatul Qomariyah
Husnul Alfia Aulia

F. Departemen Budaya dan Olahraga


Koordinator : Siti Nurhabibah
Anggota : Dara Maharani Qomara
Syifa Dzihni
Qathrun Nada
Anisa Aulia Rofita
Oktavia Kurniasari
Herni Ambarwati

G. Departemen Ekonomi dan Kewirausahaan


Koordinator : Muthii'atul Munawwarah
Anggota : Nailu Farh
Nia Kurniasih
Siti Nafisa Ahmad
Siti Nurrobiatul Adawiyah
Nur Afifatur Rahma
Mita Nur Patmah

H. Departemen Komunikasi dan Informatika


Koordinator : Santi Septiana Mauludiyah
Anggota : Nurjanah
Linda Rosita
Nubzah Tsaniyah
Nur Sholekhatun Nisa
Putri Utami
Faizah Azizah
Wanda Amalia
Livia Amalia
Eni Sapura

Lembaga-lembaga:

1. Lembaga Korps Pelajar Putri


Ketua : Siti Mukhodi’ah H.
Anggota : Desy Panca Wardani
Eni Barokatut Toyibah
Fitriyani Muslimah
Lailatus Syarifah
Nurul Khusni Afida
Risma Novitasari
Siti Robitoh
Siti Nurbayiti
Widya Indrianingsih
Nirmala Febrianti

2. Lembaga Konseling Pelajar


Ketua : Nur Wedia Devi Rahmawati
Anggota : Mayanfaulia Huzza Zahwa
Ainul Ulumiyah
Fika Rizki Ainiyyah
Hazimatul Layyinah
Izzatul Auliya
Darojatur Rofi’ah
Wichdia Auni Alfafa
Nur Sazaro Tudzur

3. Lembaga Penelitian dan Pengembangan


Ketua : Nur Inda Jazilah
Anggota : Anis Iezdiha
Alfiyah Khoirunnisa
Millatul Islamiyah
Sri Surya Dewi
Umdatul Qori
Durrotul Firdaus
Karin Nur Azizah
Widya Tri Widianti

F. Logo dan Media Sosial PP IPPNU

Pada logo IPPNU terkandung makna sebagai berikut :

1. Warna Dasar Hijau, Putih dan Kuning

Warna dasar hijau pada lambang IPPNU bermakna kebenaran, kesuburan dan dinamis
Warna dan Putih pada lambang IPPNU bermakna kesucian, kejernihan dan kebersihan
Warna kuning pada lambang IPPNU bermakna hikmah yang tinggi/ kejayaan

2. Bentuk Segitiga
Bentuk segitiga pada lambang IPPNU memiliki arti Iman, Islam dan Ihsan. Sedangkan dua buah

garis tepi mengapit warna kuning bermakna dua kalimat syahadat.

3. Sembilan Bintang

sembilan bintang melambangkan keluarga dari NU. Pertama bintang yang paling besar di tengah

adalah Nabi Muhammad SAW. Kedua : Empat bintang di kanan melambangkan Khulafaur

Rasyidin yaitu Abu Bakar Siddiq. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan khalifah terakhir yaitu

Ali Bin Abi Thalib. Ketiga : 4 bintang di kiri melambangkan mazhab empat yaitu Hanafi Maliki

Syafi'i dan Hambali.

4.Satu Bintang

Satu bintang terbesar diatas melambangkan bahwa Allah maha Esa.

5.Dua Kitab

Dua buah kitab pada lambang IPPNU memiliki arti Al Quran dan Hadist. Sedangkan dua bulu

bersilang pada lambang IPPNU bermakna aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana

berpikir

6.Bunga Melati

dua bunga Melati pada IPPNU melambangkan perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan

kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama. Dan yang terakhir

lima titik pada lambang IPPNU bermakna rukun Islam.


Seiring perkembangan zaman, IPPNU Memiliki beberapa sosial media sebagai media

dakwah yaitu Facebook, Twitter, Youtube, dan Instagram.91

91
Hasil Wawancara Nafisatul Husniah (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018 – 2022), Maret 2022
BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja

Peneliti berhasil menghipun hasil wawancara yang dilakukan kepada subjek


penelitian beberapa data, dokumentasi, dan observasi di kantor sekretariat PP IPPNU
yang berada di Lantai 6 Gedung PBNU. Strategi Dakwah Bil Haal dalam meningkatkan
pembinaan keterampilan remaja yang dilakukan oleh PP IPPNU yang telah peneliti
himpun kemudian peneliti analisis hingga menjadi sebuah hasil penelitian. Berikut
hasil dari penelitian yang telah dihimpun dari beberapa sumber.

Strategi dakwah bil haal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan berupaya
membuat program-program kerja yang bisa menjawab kebutuhan remaja saat ini.
IPPNU mempunyai 8 Departemen dan 3 Lembaga yang semuanya memiliki program
maupun kegiatan masing-masing. Dalam setiap program tersebut selalu berupaya
menjadikan remaja seubjek aktif bukan hanya objek belaka, sebab seperti yang
diketahui setiap remaja sudah memiliki potensinya masing-masing. Dalam upaya
mengembangkan potensi tersebut IPPNU membaginya dalam 3 bagian pokok, yakni:

1. Bidang kaderisasi atau keterampilan


Dalam bidang ini ada 4 jenjang kaderisasi yang diawali dengan MAKESTA
(masa kesetiaan anggota) yang merupakan kaderisasi tahap awal yang
dilakukan saat pengkaderan IPPNU. Program ini berisikan pelajar usia 13-
18 tahun dimana pada masa ini remaja sedang dalam masa pencarian jati
diri dan membutuhkan wadah untuk mengaplikasikan karya yang dimiliki.
Disini para peserta akan mendapatkan beberapa materi mulai dari mengenai
IPPNU itu sendiri hingga pengaplikasian minat dan bakat. Kemudian
dilanjut dengan LAKMUD (Latihan kader muda) dimana pesertanya
merupakan peserta lanjutan dari MAKESTA. Dilanjut dengan LAKUT
(Latihan kader utama) pada tahap ini yang menjadi peserta merupakan
kader yang sudah mengikuti dua jenjang sebelumnya dibuktikan dengan
sertifikat daei masing-masing kegiatan. Dan yang terakhir adalah
LATPELNAS (Latihan pelatih nasional).
2. Bidang Budaya dan Olahraga
Pada bidang ini IPPNU pernah mengadakan berbagai perlombaan untuk
remaja yang memiliki ketertarikan di bidang ini. Pekan olahraga dan seni
(Porseni) masih sering dilakukan di berbagai daerah setiap satu periode
sekali. Porseni ini bisa memuat beragam perlombaan disesuaikan dengan
daerahnya masing-masing. Selain itu, dalam bentuk pelatihan
pengembangan bakat remaja seperti pelatihan public speaking, make up
class juga pernah dilakukan dengan bekerjasama dengan brand yang sudah
ahli dibidangnya.
3. Bidang Teknologi
Peradaban dunia semakin maju tatkala menemukan jalan berupa teknologi
digital. Mengingat saat ini perkembangan teknologi digital cukup pesat,
IPPNU pun juga berusaha membekali ketrampilan remaja dalam bermedia
sosial dengan bijak. Materi dan konten-konten literasi digital kerap
disampaikan kepada remaja, supaya para remaja ini bisa memanfaatkan
media sosial dengan baik dan tidak tersesat di dalamnya. Banyak hal positif
yang bisa dilakukan dengan adanya perkembangan teknologi digital ini,
salah satunya yaitu para remaja dapat memproduksi konten yang kreatif
dan menarik, bahkan remaja pun bisa belajar berbisnis di dalamnya. Disini
IPPNU berperan dalam mendampingi remaja cerdas bermedia sosial dan
dalam pemanfaatan teknologi.
Ada juga program pendapingan remaja dengan memberikan konseling
virtual kepada mereka yang merasa butuh teman curhat. Namun pesatnya
media informasi juga memiliki dampak buruk, yaitu maraknya cyber
bullying. Disini IPPNU hadir dengan program ruang pelajar yang
memberikan layanan konseling kepada para remaja yang membutuhkan.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU
Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja
1. Faktor Pendukung
Suksesnya suatu kegiatan dakwah selain memetakan strategi, tentu harus ada yang
namanya faktor pendukung. Hal ini penting karena menyangkut dengan suatu
perubahan yang akan dibuat. Perubahan dari jalan yang keliru menuju ke arah yang
lebih baik, apalagi jika menyangkut perubahan sosial terutama di kalangan remaja
yang menjadi sasaran dakwah bil hal IPPNU. Oleh karena itu, terdapat beberapa
faktor pendukung yang tentunya sudah dicanangkan oleh IPPNU dalam
menjalankan strategi dakwah ini, antara lain sebagai berikut.
a. Memiliki Sumber Daya Manusia yang Mumpuni di Bidangnya
Dalam proses kegiatan dakwah bil hal IPPNU, tentu memiliki program kerja
yang sebelumnya telah disebutkan. Suatu program kerja akan berjalan lancar
apabila ditunjang oleh berbagai tenaga atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mendukung. Dalam tubuh PP IPPNU sendiri, terdapat pembagian tugas sesuai
dengan bidang atau potensi yang dimiliki anggota-anggota pengurusnya.
Sehingga ketika diterjunkan untuk dakwah kepada para remaja, IPPNU tidak
gagap, melainkan sudah cakap karena sudah terbiasa dengan dunia di
bidangnya masing-masing.

“Adanya skill dari para pengurus IPPNU yang bisa dikatakan mumpuni dalam
bidang-bidang tertentu yang menjadi tanggung jawabnya sehingga program
bisa berjalan dengan baik.
ِ َّ‫اس أَ ْنفَ ُعهُ ْم لِلن‬
‫اس‬ ِ َّ‫َخ ْي ُر الن‬
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia.”92

Seperti yang disampaikan narasumber terkait, bahwa dari kemampuan yang


sudah dimiliki oleh masing-masing anggota bidang, IPPNU tak perlu khawatir
akan tanggungjawab dakwah yang dipanggul tersebut. Para pengurus atau
anggota IPPNU tak segan untuk berbagi ilmu dan keterampilannya kepada para
remaja yang haus akan ilmu. Semangat yang terus membakar jiwa mereka,
memberikan dorongan besar terhadap berjalannya dakwah bil haal ini.

92
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
b. Memeperoleh Dukungan dari Simpatisan IPPNU
Dalam proses dakwah bil hal yang dilakukan oleh IPPNU ini, tentu IPPNU
tidak berjalan sendirian, melainkan dibantu oleh banyak simpatisannya.
Simpatisan ini berasal dari berbagai pihak dan elemen masyarakat. Tokoh
seperti alumni IPPNU, tokoh agama, dan badan otonom NU lainnya merupakan
beberapa contoh dari simpatisan ini. Dukungan yang diberikan pun bermacam-
macam bentuknya. Ada yang berbentuk materiil seperti donasi keuangan, dan
juga ada yang berbentuk non-materiil seperti narasumber sukarela dan
sebagainya.

“Dukungan dari stakeholder terkait dalam beberapa kegiatan cukup memudahkan


IPPNU dalam melaksanakan kegiatan tersebut.”93

Dari beberapa faktor pendukung ini, IPPNU dipermudah dalam melakukan dakwah
bil hal kepada masyarakat luas, khususnya para remaja yang sedang haus akan ilmu
dan pengetahuan serta keterampilan. Memang sudah semestinya, masyarakat yang
sadar akan pentingnya dakwah, pasti akan membantu berjalannya kegiatan IPPNU
dengan cara yang mereka bisa. Pada akhirnya, jalannya dakwah IPPNU ini berjalan
dengan sukses dan lancar serta mampu lestari manfaatnya hingga kini.

2. Faktor Penghambat
Selain ada faktor pendukung, ada juga faktor penghambat dalam perjalanan dakwah
bil hal IPPNU. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara, berikut
beberapa hal yang menjadi hambatan dalam perjalanan dakwah bil hal IPPNU.
a. Pelaksanaan Program Tidak Tuntas
Jika kita melihat program dakwah bil hal IPPNU seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, tentu sudah sangat baik. Namun dari berbagai program yang
dibuat, kenyataannya tidak berjalan sempurna seperti yang diharpkan. Salah
satu kendalanya adalah karena SDM IPPNU masih tergolong pada usia

93
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
produktif dan masing-masing dari anggota punya kesibukan tersendiri. Hingga
akhirnya ada beberapa program yang dalam perjalanannya, tidak sampai tuntas.

“Program yang dibuat sudah bagus, tetapi terkadang ada pengurus yang
terkendala urusan pribadinya sehingga tidak bisa menjalankan program
tersebut sampai tuntas”94

Meskipun IPPNU memiliki jumlah anggota yang lumayan banyak, akan tetapi
jika sudah berhadapan dengan manajemen waktu, mereka seringkali harus
membuat skala prioritas yang mana harus ada kegiatan yang ditinggal untuk
sementara, seperti program dakwah bil hal ini.

b. Belum Adanya Tindak Lanjut (follow up)


Program dakwah bil hal yang dilakukan oleh IPPNU ini karena memiliki nilai
kemuliaan, seharusnya dapat berjalan secara berkelanjutan/kontinyu. Salah satu
cara untuk menempuh kelestarian kegiatan dan manfaat ini yaitu melalui jalan
tindak lanjut atau biasa disebut dengan follow up. Namun dari beberapa
program dakwah ini seringkali tidak ditindaklanjuti atau di bina dan diawasi
secara berkelanjutan oleh IPPNU. Ini tentu berdampak pada kemandekan
jalannya dakwah bil hal IPPNU.

“Follow Up dari setiap program kadang terlupakan untuk dilakukan, sehingga


dampak nyata program terhadap remaja kadang menjadi sulit untuk diukur”

Untuk memperoleh parameter berhasil tidaknya suatu program dakwah bil hal,
tentu dapat dilakukan dengan adanya follow up. Namun karena belum bisa
terealisasi di IPPNU secara keseluruhan, tentu IPPNU sendiri belum bisa
memastikan sudah sampai mana beberapa program dakwah bil hal yang mereka
laksanakan.

94
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
c. Dukungan stake holder tidak selalu lancar
Dukungan dari berbagai pihak sangatlah membantu kegiatan dakwah IPPNU.
Akan tetapi dukungan ini tidak selalu dapat diperoleh setiap waktu. Bahkan ada
beberapa program yang ditangani sendiri terkait pendanaan misalnya. Ada
banyak kebutuhan yang kadangkala tidak terpenuhi karena hambatan ini.
Memang tidak bisa sepenuhnya bergantung pada bantuan dari luar. Maka dari
itu, IPPNU melakukan beberapa alternatif penanganan terhadap hambatan ini.

C. Evaluasi dan Upaya Pengembangan Dakwah Bil Hal dalam Pembinaan


Keterampilan Remaja
Setelah melihat adanya potensi dorongan dan hambatan, tentunya ada Langkah
evaluasi dan pengembangan pada program dakwah yang berupa pembinaan kepada
para remaja. Hal ini dilakukan mengingat pentingnya kelanjutan proses dakwah agar
mencapai cita-cita yang diharapkan. Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait
dengan proses evaluasi dan pengembangan ini.
1. Pembekalan Pengurus
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, para pengurus IPPNU sudah memiliki
keahlian di bidangnya masing-masing yang mana ini dibutuhkan dalam proses
dakwah atau pembinaan keterampilan terhadap remaja. Namun ada beberapa hal
yang perlu dibenahi. Walaupun pengurus sudah memiliki ilmu terkait bidangnya,
akan tetapi mereka belum dibekali mekanisme dakwah yang baik kepada sasaran
yang dituju. Salah satunya adalah untuk bisa memiliki kedekatan dengan remaja
dan memiliki sikap keterbukaan di dalamnya. Usaha seperti ini akan dilakukan
demi memperoleh informasi terkait remaja untuk kelancaran program dakwah bil
hal.
“IPPNU akan berusaha membekali setiap pengurusnya untuk bisa memiliki
kedekatan dengan remaja, sehingga bisa benar-benar mengetahui kebutuhan
remaja untuk bekal pembuatan program”95

2. Melakukan Kolaborasi dengan Berbagai Pihak

95
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
Bantuan yang bisa diberikan dalam pelaksanaan program dakwah di IPPNU, bisa
dalam bentuk materiil maupun non-materiil. Keduanya sama-sama membantu.
Namun karena IPPNU masih memiliki keterbatasan dalam beberapa hal, maka akan
diupayakan untuk merangkul berbagai elemen atau organisasi dan komunitas agar
prtogramnya dapat terlaksana secara lebih efisien dan terukur akan
keberhasilannya. Kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak ini selain
meningkatkan silaturahmi, juga bisa untuk berbagi satu sama lain mengenai bidang
tertentu yang dimiliki oleh masing-masing organisasi atau kelompok.

“IPPNU akan bekerjasama dengan lebih banyak pihak untuk menunjang


terlaksananya program dengan baik dan terukur keberhasilannya”

Tak bisa dipungkiri, salah satu upaya pelestarian dakwah dan manfaatnya, bisa juga
dilalui melalui cara kerja sama atau kolaborasi ini. Selain membantu kuantitas
relawan, juga membantu dalam peningkatan kualitas sasaran dakwahnya, yaitu para
remaja.

3. Evaluasi Internal PP IPPNU


Selain dari beberapa hal yang sudah dijelaskan, yang terakhir ini juga tidak kalah
penting, yaitu evaluasi internal. Suatu perbaikan akan lebih berhasil apabila dipacu
oleh kesadaran atau evaluasi diri secara mendalam. Dari banyaknya kegiatan yang
telah dilaksanakan, ada apa saja hambatan dan ancaman dan bagaimana kelebihan
dan potensi yang dimiliki dapat menanggulangi kedua hal tersebut. Maka akan
terlihat dimana potensi dan kelemahan yang dimiliki oleh IPPNU. Karena roda
organisasi digerakkan oleh anggota dan pengurus di dalamnya, maka evaluasi ini
juga menyangkut pribadi masing-masing anggota.

“Perbaikan di internal IPPNU yaitu di pengurusnya, supaya benar-benar memiliki


komitmen untuk menjalankan program yang telah ditentukan”96

96
Wawancara Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022
Komponen komitmen mungkin salah satu hal yang dapat dievaluasi terhadap para pengurus
IPPNU. Ini juga bisa menjadi tolak ukur sejauh mana mereka memperjuangkan program dakwah
yang telah disusun sehingga bisa sampai tahap tertentu. Berawal dari komitmen yang kuat, lambat
laun proses dakwah ini jelas memiliki arah yang cemerlang dan menemukan keberhasilan
BAB V

PEMBAHASAN

Jika merujuk pada seorang peneliti yang bernama Abdul Basit, maka strategi
dakwah Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu tawsi’ah dan tarqiyah. Tawsi’ah
memiliki makna singkat perluasan. Sedangkan tarqiyah diartikan sebagai peningkatan.
Jika dilihat dalam segi tujuan, tawsi’ah lebih cenderung untuk menambah
jumlah/kuantitas umat Islam. Sedangkan tarqiyah memiliki tujuan untuk peningkatan
kualitas iman dari umat Islam agar mengamalkan ajaran Islam menjadi lebih baik lagi.

Dilihat dari strategi yang dipaparkan tersebut, maka penelitian ini cenderung
pada jenis strategi tarqiyah. Karena program dakwah yang dicanangkan oleh IPPNU
lebih menuju ke arah peningkatan kualitas sasaran dakwahnya yang dominannya
adalah para remaja di Jakarta.

A. Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU dalam Pembinaan Keterampilan Remaja

Berdasarkan data dan hasil temuan yang telah dipaparkan di bab sebelumnya,
strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU dalam pembinaan keterampilan
remaja yaitu melalui pembuatan program-program kerja. Peneliti merangkum dalam 3
bagian pokok terkait program kerja dan pengembangan potensi remaja.

1. Bidang Kaderisasi atau Keterampilan


Bidang ini berfokus untuk mencari remaja-remaja yang sedang membutuhkan
wadah untuk penyaluran dan pengembangan minat dan bakat serta keterampilan.
Selain itu, program yang dicanangkan oleh bidang ini antar lain melalui skema yang
dinamakan MAKESTA, LAKMUD, dan LAKUT. Setelah proses pengkaderan
selesai melalui 3 tahap tadi, lalu tujuan selanjutnya adalah menyortir para remaja
pada minat dan bakat keterampilannya masing-masing.
2. Bidang Budaya dan Olahraga
Dalam bidang budaya dan olahraga ini, seringkali IPPNU mengadakan
kompetisi atau lomba yang ditujukan para remaja sesuai dengan ketertarikan di
bidangnya masing-masing. Dominan dari para remaja menyukai aktivitas yang
berupa olahraga. IPPNU mewadahi para remaja ini untuk kemudian dilakukan
pembinaan hingga mencapai target keahlian. Sedangkan budaya juga tidak bisa
dikesampingkan meskipun para remaja banyak yang tidak suka terkait dengan
kebudayaan, terutama kebudayaan lokal. Justru wadah dan program inilah yang
IPPNU bentuk untuk kemudian ikut andil dalam pelestarian budaya Indonesia.
Terlebih, pada yang berbau keislaman karena jelas memiliki nilai dakwah
tersendiri.
3. Bidang Teknologi
Sudah menjadi hal umum ketika membahas keterkaitan antara remaja dengan
teknologi. Maraknya penggunaan teknologi baik yang berupa sosial media maupun
yang lainnya, menimbulkan banyak gejolak baru. Perkembangan ini tentu ada nilai
plus dan minusya. Sedangkan PP IPPNU sendiri membentuk program pembinaan
terhadap para remaja dalam rangka penanggulangan dan pencegahan penggunaan
teknologi yang sifatnya negatif. Selain itu, program yang lainnya adalah
peningkatan atau pengembangan ilmu teknologi yang dibagikan oleh PP IPPNU
kepada pa remaja yang berminat.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU
Dalam Pembinaan Keterampilan Remaja
Suatu gerakan dakwah, pasti memiliki faktor pendukung dan penghambatnya.
Kedua hal ini tentu memiliki urgensinya sendiri-sendiri. Dan dari keduanya, akan
menyelaraskan jalannya dakwah bil hal PP IPPNU karena setelah tahu penghambatnya,
akan muncul berbagai solusi. Dengan mengetahui kedua faktor ini pula, pada nantinya
tujuan awal dakwah bil hal ini akan terlaksana dengan lebih baik.
1. Faktor Pendukung
Proses perjalanan dakwah bil hal akan terasa lebih mudah terlaksana apabila
faktor pendukungnya selalu ada dan banyak. Faktor pendukung memiliki urgensi
pada beberapa hal, misalnya terkait pendanaan dan lain-lain. Ketika banyak
bermunculan dukungan dari berbagai pihak, tentu akan memberikan positif vibes
pada PP IPPNU yang mana hal ini ebrdampak baik bagi kelancaran dakwah bil hal.
PP IPPNU mendapat berbagai bantuan untuk sarana pendukung dakwah bil hal dari
simpatisan dan elemen masyarakat yang lain.
Selain dukungan dari luar, dukungan dari dalam tubuh PP IPPNU sendiri juga
penting mengingat merekalah pelaku dakwah bil hal sesungguhnya. Bekal dan ilmu
yang sudah dimiliki oleh masing-masing anggota dan pengurus memberikan efek
positif pada jalannya dakwah bil hal ini. Mereka tidak pelit untuk berbagi ilmu dan
potensi kepada para remaja yang dibinanya hingga menghasilkan insan kamil.
2. Faktor Penghambat
Setiap jalannya suatu dakwah, selalu ada saja hambatan yang harus
dilalui oleh PP IPPNU. Namun faktor penghambat ini, akan melatih potensi diri
pada PP IPPNU untuk lebih tangguh dalam menghadapi goncangan atau gejolak
yang menunggu di masa mendatang. Beberapa hambatan itu antara lain seperti
pelaksanaan program kerja yang tidak tuntas. Penyebab utamanya adalah kesibukan
masing-masing pengurus dan anggota PP IPPNU yang mana mereka tidak setiap
waktu dapat membina para remaja dan menjalankan program kerja sepenuhnya
yang telah dicanangkan.
Selain itu, banyak program kerja yang sudah bagus namun tidak sampai
pada titik keberlanjutan, baik manfaatnya maupun program dakwahnya. Tidak
lestarinya suatu program ini dikarenakan belum menjalankan sepenuhnya apa yang
dinamakan follow up atau rencana tindak lanjut. Dan dengan adanya hal tersebut,
maka parameter pengukuran berhasil tidaknya suatu program sulit untuk dianalisis
lebih lanjut. Dan yang terakhir adalah tidak lancarnya bantuan dari stake holder
maupun dari simpatisan. Ini juga turut menghambat jalannya suatu dakwah.

C. Evaluasi dan Upaya Pengembangan Dakwah Bil Hal dalam Pembinaan


Keterampilan Remaja
Dari beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas, maka PP IPPNU sudah
mengetahui sejauh mana mereka punya potensi dan hambatan. Kekuatan yang mereka
punya saat ini, sudah semestinya menjadi pedang untuk mengatasi hambatan-hambatan
tadi. PP IPPNU terus berupaya untuk pengembangan dalam pelaksanaan dakwah bil
hal terkait pembinaan keterampilan remaja. Proses evaluasi dan pengembangan ini
dilakukan melalui program pembekalan pengurus dan anggota PP IPPNU yang
bertujuan membentuk kedekatan dengan para remaja sehingga memudahkan pemetaan
dakwahnya.
Selain itu, PP IPPNU akan berusaha untuk melakukan kerja sama dengan
berbagai pihak termasuk di dalamnya ada organisasi dan komunitas. Di samping itu,
dalam internal PP IPPNU sendiri terus melakukan pembenahan dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam menemukan solusi jitu hingga proses
jalannya dakwah bil hal ke depannya dapat meraih keberhasilan dan kesuksesan yang
gemilang.

Berikut ini peneliti rangkum dalam bentuk tabel hasil penelitian yang di dalam
membahas tentang strategi dakwah bil hal PP IPPNU dalam pembinaan keterampilan
remaja. Tentunya tabel ini dibentuk agar mempermudah dalam memahami hasil penelitian
tersebut.

No. Tahapan Strategi Hasil Penelitian


1. Strategi Dakwah PP IPPNU membuat beberapa program
kerja dan wadahnya sesuai bidang yang
diminati oleh para remaja.
a) Bidang Kaderisasi dan Keterampilan:
Membentuk sistem perekrutan remaja
dan jenjang kaderisasinya. Melakukan
penyortiran remaja sesuai dengan minat
dan bakat keterampilan yang dimilikinya
ke dalam wadah yang sudah disediakan
oleh PP IPPNU.
b) Bidang Budaya dan Olahraga:
Membentuk wadah pelestarian budaya
dan menjaring remaja-remaja yang
pemintannya pada bidang olahraga.
Pelaksanaannya melalui pembinaan dan
pengembangan.
c) Bidang Teknologi: Melakukan
pembinaan terhadap para remaja terkait
penggunakan teknologi terkhusus pada
penggunaan sosial media. Melakukan
pembinaan terkait cyber bullying dan
melaksanakan program pengembangan
ilmu teknologi.
2. Faktor-faktor Ada dua faktor yang ditemukan peneliti,
antara lain faktor pendukung dan faktor
penghambat.
a) Faktor Pendukung: Ada beberapa faktor
yang mendukung jalannya dakwah bil
hal PP IPPNU. Pertama yaitu PP IPPNU
memiliki SDM yang mumpunio dalam
bidangnya masing-masing. Yang kedua
yaitu memperoleh dukungan dari
beberapa pihak khususnya simpatisan
PP IPPNU baik berupa materiil maupun
non-materiil.
b) Faktor Penghambat: Faktor penghambat
jalannya dakwah bil hal PP IPPNU
antara lain yaitu pelaksanaan program
kerja yang tidak sampai tuntas. Yang
kedua yaitu belum adanya atau belum
masifnya pelaksanaan follow up/tindak
lanjut program. Selanjutnya yaitu
dukungan dari stake holder yang tidak
selalu lancar hingga menimbulkan
beberap hambatan dalam dakwah bil hal
PP IPPNU.
3. Evaluasi dan Pengembangan Dari beberapa temuan di atas, PP IPPNU
kemudian melaksanakan evaluasi dan
pengembangan yang bertujuan untuk
peningkatan kerja dan menemukan solusi
jitu. Proses yang dilakukan antara lain
dengan cara:
a) Pembekalan pengurus: pembekalan ini
dilakukan semata-mata untuk
membentuk kedekatan dengan para
remaja yang menjadi sasaran dakwah bil
hal dan bertujuan untuk mempermudah
pemetaan dakwah bil hal PP IPPNU ke
depannya.
b) Melakukan kolaborasi dan kerja sama
dengan berbagai pihak: kerja sama ini
bertujuan agar meningkatkan kualitas
pembinaan terhadap para remaja dan
menujang jalannya dakwah bil hal PP
IPPNU.
c) Evaluasi Internal PP IPPNU: Evaluasi
ini untuk mempermudah pemetaan
dakwah bil hal ke depannya. Di samping
itu, hal ini juga bertujuan untuk
menemukan solusi jitu terhadap
permasalahan/hambatan yang didapat
oleh PP IPPNU.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan hasil temuan dalam penelitian ini, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa Strategi Dakwah Bil Hal PP IPPNU terdapat tiga tahapan strategi dakwah
yang dilakukan oleh PP IPPNU antara lain sebagai berikut:

1. Strategi dakwah bil hal yang dilakukan oleh PP IPPNU adalah dengan menerapkan
sistem program kerja yang mengacu pada keterampilan remaja. Ada tiga bidang
program kerja PP IPPNU yang menjadi wadah dalam hal pembinaan keterampilan
remaja diantaranya adalah:
a. Bidang kaderisasi atau keterampilan guna berfungsi untuk membentuk sistem
perekrutan remaja dan jenjang kaderisasinya serta melakukan penyortiran sesuai
dengan minat dan bakat yang dimilikinya
b. Bidang budaya dan olahraga guna berfungsi untuk membentuk wadah pelestarian
budaya serta menjaring para remaja yang berminat dalam hal keolahragaan.
c. Bidang teknologi guna berfungsi untuk melakukan pembinaan terhadap para
remaja terkait penggunaan teknologi.
2. Ada dua faktor dalam hal ini yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor
yang menajadi pendukung adalah sumber daya manusia yang dimiliki oleh PP IPPNU
sudah mumpuni dalam bidangnya masing-masing dan memperoleh dukungan dari
beberapa pihak luar atau dalam diri PP IPPNU itu sendiri. Adapun yang menjadi
penghambat dalam dakwah bil hal PP IPPNU antara lain program kerja yang tidak
tuntas, belum adanya tindak lanjut dari program yang sudah dibuat, dan dukungan dari
stake holder yang tidak begitu lancer
3. Evaluasi dan upaya pengembangan dakwal bil hal PP IPPNU dilakukan melalui
program pembekalan pengurus, melakukan kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai
pihak guna meningkatkan kualitas terhadap pembinaan remaja, serta evaluasi internal
PP IPPNU guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
B. Saran

Setelah mengadakan penelitian di PP IPPNU terkait masalah dakwah bil hal yang ada di
tubuh PP IPPNU, dan berdasarkan kesimpulan diatas. Maka saran yang diberikan yaitu:

1. PP IPPNU sebaiknya berfokus kepada pembinaan keterampilan remaja saat ini. Diketahui
bahwa remaja saat ini sudah memasuki generasi Z yaitu generasi yang lahir dari tahun
97
1995-2010. Generasi Z juga disebut sebagai generasi net atau generasi internet . Maka
PP IPPNU harus berpusat kepada bidang teknologi sebagai upaya dakwah bil hal guna
menyelaraskan antara dakwah dan perkembangan zaman.
2. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh PP IPPNU harus lebih ditingkatkan lagi,
seiring berjalannya waktu, maka kreatifitas dari para remaja akan selalu berubah
dikhawatirkan kreatifitas keterampilan remaja saat ini akan berbeda dengan keterampilan
remaja yang akan datang. Program kerja yang belum tuntas sebaiknya dituntaskan, dan
segera menindak lanjuti program kerja yang sudah dibuat. karena ini akan menghambat
perjalanan dakwah bil hal PP IPPNU
3. PP IPPNU harus lebih giat dalam melakukan evaluasi dan upaya pengembangan
keterampilan remaja. Kerjasama dengan berbagi pihak pun harus lebih ditekankan karena
itu akan menjadi daya tarik untuk kesuksesan PP IPPNU dalam melaksanakan dakwah bil
hal

97
Hadion wijoy dkk, Generasi Z dan Revolusi Industri 4.0 (Banyumas, CV Pena Persada, 2020), hal. 3
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Dzikron. 1989. Metodologi Da’wah. Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.

Abdullah. 2015. Ilmu Dakwah. Bandung: Citapustaka Media.

Adhi, Ginanjar. 2020. Penelitian Deskriptif Kualitatif. Tripven.com.

Aji Setyantoko Nur. 2013. “Kemampuan Soft Skill Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan SMA Negri Se-Kabupaten Purwerejo” dalam skripsi. Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Alam. 2012. “Analisa Pengaruh Hard Skill, Soft Skill dan Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga
Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan PT. BUMIPUTERA Wilayah
Semarang)”. Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Amung. 2000. Ketrampilan Remaja. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anggraeni, Mike Dwi. 2017. “Kampus pemberdayaan Perempuan Fastabiqul Khoirot di


Gilingan Banjarsari (Analisis Dakwah Bil Hal)” dalam Skripsi. Surakarta: IAIN
Surakarta.

An-Nabiry, Fathul Bahri. 2008. Meniti Jalan Dakwah. Jakarta: Amzah.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.

Ayyub, Muhammad E. 2001. Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus.
Jakarta: Gema Insani Press.

Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.

Basir, S. 2011.Soft Skill vs Hard skill . Jakarta Timur: Kantor Akuntan Publik.

Basit, Abdul. 2010. “Pemberdayaan Mejelis Ta’lim Perempuan dalam Perspektif Manajemen
Dakwah” dalam Jurnal Komunika Vol. 4 No. 2.

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

David L, Dunnute. 1976. Skill and Play. New York: Wesk Publishing Company.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya: Special for Woman. Bandung:
PT Sygma Examedia Arkanleena.

Elfindri. 2011. Soft Skill untuk Pendidik. Jakarta: Baduose Media.

Fauzi. 2010. Remaja Berkualitas. Yogyakrta : Mitra Pustaka.

Gordon. 1994. Teaching Skill. New York: Wesk Publishing Company.

Hakim, Rahmad. 2017. “Dakwah Bil Hal Implementasi Nilai Amanah dalam Organisasi
Pengelolaan Zakat untuk Mengurangi Kesenjangan dan Kemiskinan” dalam Jurnal
Ekonomi Syariah,2017, Vol. 02, No. 02.

Halimi, Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Semarang: Walisongo
Press.

Halimi, Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Semarang: Walisongo
Press.

Hamida. 2012. “Peningkatan Soft skills Tanggung Jawab dan Disiplin Terintegrasi Melalui
Pembelajaran Praktik Patiseri” dalam Jurnal Pendidikan Karakter, Universitas Negri
Yogyakarta Vol.1 No.2.

Hardi. 2010. “Konstribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan” dalam Jurnal
STIE Vol.3 No.5.

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus groups sebagai instrument
penggalian data kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hurlock, Elizabeth B. 2006. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga.

Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Iverson, Allen. 2001. Welcome to Reading. New York : World book.

Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Reseach. Bandung: Masdar Maju.

Kongres XVI IPNU Jatim. 2009. Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa
Timur. Brebes: PW IPNU Jawa Timur.
Kongres XVI IPNU Jatim. 2009. Materi Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Jawa
Timur. Brebes: PW IPNU Jawa Timur.

Mangunhardjana. 1986. Pembinaan, Arti dan Metodenya. Yogyakarta:Kanimus.

Moelong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Rosda karya.

Moelong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mudi, Ahsannudin. 2004. Profesional Sosiologi. Jakarta: Mendiatama, 2004).

Mulyono, Iyo. 2011 Ketrampilan dan Motivasi Kinerja. Yogyakarta: Media Pustaka.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nedler, Mac. 1994. Reading Skill dan Media. New York: Wesk Publishing Company.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2008. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Panuju, Panut & Ida Umami. 1999. Psikologi Remaja. Yogya: Tiara Wacana.

PP IPNU Jakarta. 2003. PD/PRT PW IPNU.

PP IPPNU Jakarta. 2003. PD/PRT PW IPPNU.

Purnami. 2013. “Implementasi Metode Experiental Learning Dalam Pengembangan Softskill


Mahasiswa Yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen dan Bisnis” dalam Jurnal
Penelitian Pendidikan. Magister Manajemen Bisnis, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia. ISSN 1412-565 X Vol. 14 No. 1.

Raharjo, Dawam (ed). 1997. Model Pembangunan Qaryah Thayyibah. Jakarta: Intermasa.

Robbin. The National Curiculum. London: Departemen for Education and Employment.

Sagir, Akhmad. 2015. “Dakwah Bil hal: Prospek dan Tantangan Da’I” dalam Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 14, No. 27.

Sailah, Illah. 2008. Implementasi Pengembangan Soft Skill. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.

Santrock, John W. 2003. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.


Shaleh, Abdul Rasyad. 1986. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Simanjuntak, B., I. L Pasaribu. 1990. Membina dan Mengembangkan GenerasiMuda.


Bandung: Tarsito.

Siregar, Syofian. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan Perbandingan


Perhitungan Manual Dan SPSS. Jakarta: Kencana.

Sobur, Alex. 2001. “Dakwah Alternatif di Era Global: Suatu Pendekatan Perubahan Sosial”,
dalam Jurnal Mimbar, No. 4.

Suehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2005. Membangun Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syukir, Asymuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Tim Rahmat Semesta. 2003. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media.

Widayanti. 2014. “Pengaruh Hard Skill dan Soft Skill Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada
PT. Telkom Kandatel Malang)” dalam Jurnal Dinamika Dotcom, STMIK Pradnya
Paramita Malang Vol 3. No. 1.

Widyastuti, Yeni. 2010. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wijoy, Hadion dkk. 2020. Generasi Z dan Revolusi Industri 4.0. Banyumas: CV Pena Persada.

Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Website

http://kbbi.web.id/karakter

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2342/
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27714/1/NUR%20APRIYANTI-
FDK.pdf

http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html, diakses 18 Januari 2019

https://afdhalarman.wordpress.com/

https://ippnu.or.id/tentang-kami/

https://www.duniapelajar.com/2009/12/24/pembinaan-remaja-sebagai-generasi-penerus-
bangsa/

Wawancara

Nafisatul Husniah, S.Psi., M.E. (Sekretaris Umum PP IPPNU 2018-2022) Pada 3 Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai