Anda di halaman 1dari 145

PENGARUH FILM DUA GARIS BIRU (EFEK KOGNITIF,

AFEKTIF, DAN BEHAVIORAL) TERHADAP


KESADARAN REMAJA AKAN AKIBAT PERGAULAN
BEBAS (SURVEY PADA SISWA SISWI SMA
MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Rumini Fajar
NIM. 11160510000022

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
PENGARUH FILM DUA GARIS BIRU (EFEK KOGNITIF,
AFEKTIF, DAN BEHAVIORAL) TERHADAP
KESADARAN REMAJA AKAN AKIBAT PERGAULAN
BEBAS (SURVEY PADA SISWA SISWI SMA
MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rumini Fajar
NIM. 11160510000022

Pembimbing,

Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.I., M.Si


NIP. 198012172003122002

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1442 H/2021 M

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH FILM DUA GARIS BIRU
(EFEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN BEHAVIORAL)
TERHADAP KESADARAN REMAJA AKAN AKIBAT
PERGAULAN BEBAS (SURVEY PADA SISWA SISWI
SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG)” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 27 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S. Sos) pada Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 27 Mei 2021
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Armawati Arbi, M.Si. H. Edi Amin, S.Ag., MA


NIP. 19652071991032002 NIP. 197609082009011010

Anggota:
Penguji I Penguji II

Prof. Andi M. Faisal Bakti M.A, Ph.D Fita Fathurokhmah, M.Si.


NIP. 196212311988031032 NIP.198306102009122001

Pembimbing,

Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.I., M.Si


NIP.198012172003122002

iii
ABSTRAK
Rumini Fajar
Pengaruh Film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan
Behavioral) terhadap Kesadaran Remaja akan Akibat Pergaulan
Bebas (Survey pada Siswa Siswi SMA Muhammadiyah 25
Pamulang)
Film merupakan salah satu media komunikasi yang bersifat
massal, heterogen dan dapat menimbulkan atau memberikan efek
tertentu kepada khalayak. Film tidak hanya berfungsi sebagai media
hiburan saja, tetapi juga sebagai sarana informasi dan edukasi. Oleh
karena itu disaat sekarang ini, zaman sudah semakin medoren kita harus
bijak dalam memilih tontonan karena salah-salah dalam memilih
tontonan dapat memberikan pengaruh yang buruk terumatama bagi
anak-anak dan remaja yang masih dalam pencarian jati dirinya. Film
yang menjadi fokus penelitian adalah film Dua Garis Biru.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana
kesadaran remaja kelas XII SMA Muhammadiyah 25 Pamulang akan
dampak pergaulan bebas setelah menonton film Dua Garis Biru dan
seberapa besar pengaruhnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket
melalui google form kepada 62 responden. Teknik pengambilan
sampelnya menggunakan teknik purpose sampling.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
Stimulus Organism Respon (S-O-R). Menurut teori ini efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga
seseorang dapat memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Film Dua Garis Biru (S) yang mendapat respon dari remaja
siswa kelas XII SMA M 25 Pamulang (O) yang aktif mengolah pesan
dari film sehingga menimbulkan pengaruh (R) tertentu.
Hasil peneltian ini menunjukkan adanya pengaruh efek
kognitif, afektif dan behavioral terhadap kesadaran remaja akan akibat
pergaulan bebas setelah menonton film Dua garis Biru dengan tingakat
korelasi sedang yaitu 0,409, dan efek kognitif, afektif, dan behavioral
dari film Dua Garis Biru berpengaruh sebesar 16,7% terhadap
kesadaran remaja akan akibat pergaulan bebas.

Kata Kunci : Film, Pergaulan Bebas, Siswa, Remaja,


Kesadaran.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis


haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmatnya, baik nikmat iman, nikmat islam, serta
nikmat sehat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Film Dua Garis Biru (Efek Kognitif,
Afektif, dan Behavioral) terhadap Kesadaran Remaja akan Akibat
Pergaulan Bebas (Survey pada Siswa Siswi SMA Muhammadiyah
25 Pamulang)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi besar Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua
senantiasa mendapatkan syafaat-Nya hingga akhir kelak.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyusunan skripsi, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Selama penyusunan skripsi ini tentu banyak
kendala dan permasalahan yang penulis lalui, namun atas izin dan
rencana Allah SWT akhirnya penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.

Tentu saja dalam penyelesaian skripsi ini penulis tidak


terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
selama perkuliahan, hingga pada tahap proses penyelesaian

v
skripsi. Oleh sebab itu, pada kesempatan baik ini penulis ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu


Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag,
MSW., sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik. Dr.
Sihabudin Noor, M.Ag., sebagai Wakil Dekan II Bidang
Adminitrasi Umum. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A.,
sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si., sebagai Ketua Jurusan
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Dr.
H. Edi Amin, S.Ag., M.A., sebagi Sekretaris Program
Studi Komuniasi Penyiaran Islam (KPI).
3. Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.I., M.Si., sebagai Dosen
Pembimbing, yang telah bersedia membimbing serta
selalu sabar memberikan masukan, saran dan waktunya
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Semoga beliau dan keluarga
selalu sehat dan dalam lindungan Allah. Amiin.
4. Prof. Dr. Andi Faisal M. Bakti, M.A. dan Fita
Fathurokhmah, M.Si. selaku dosen penguji dalam sidang
skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
menguji, mengoreksi dan memberi masukan, demi
memaksimalkan penelitian ini.
5. Kalsum Minangsih, M.A., sebagai Dosen Penasehat
Akdemik, yang selalu memberikan motivasi, masukan dan
saran selama perkuliahan.

vi
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat.
7. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Fakultas, yang
telah membantu penulis dalam mencari dan menggunakan
buku-buku yang dibutuhkan sebagai referensi. Bagian
Tata Usaha yang selalu sabar dan telaten dalam
pembuatan surat.
8. Kedua orang tua tercinta dan terkasih, Bapak Afrizal dan
Ibu Elfi Elfina, S.Pd.I, yang selalu memberikan dukungan
baik berupa moril maupun material, motivasi, saran, kasih
sayang, perhatian dan do’a yang tak henti-hentinya
terucap. Selalu sabar menyemangati penulis dari jauh, dan
sabar menunggu penulis menyelesaikan studi dan
mendapatkan gelar sarjana,
9. Kakak peremepuan Dian Prima Sari dan adik perempuan
Siti Aisyah, yang selalu memberi semangat, motivasi, dan
menjadi penghibur dikala penulis merasa jenuh, bahkan
membantu mengoreksi kesalahan pengetikan.
10. Irbithul Fikriyah Alauhi, dan Sri Prihatiningrum yang
menjadi tempat bertanya penulis dikala kebingungan, dan
dengan sabar menjelaskan hal-hal yang tidak penulis tau.
M. Sayid Furqon yang selalu meyemangati, membantu
dan menemani penulis selama menyelesaikan skripsi.
Terimakasih atas kebaikannya tanpa kalian penulis tidak
tau bertanya ke siapa lagi.

vii
11. Teman-teman Malaykats Fam. Dewo, Fadli, Ijuy, Isrok,
Kadafi, Reza, Azkia, Dinda, Indah, Oki, Putri dan Rifa
yang sudah menemani 4 tahun perkuliahan. Terimakasih
sudah menjadi teman bertukar fikiran dan bertukar cerita,
memotivasi dan menghibur penulis dengan tingkah aneh
dan candaan receh. Semoga kita selalu dalam lindangan
Allah dan tetap berteman meski terpisah jarak dan waktu.
12. Seluruh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
angkatan 2016, terkhusus KPI A serta teman-teman
organisasi yang telah menjadi bagian cerita selama
perkuliahan.
13. Teman-teman seasrama dan sekosan Iki, Nurul, Eka,
Karmila, kak Sofi, mbak Uswah yang sudah menjadi
teman seatap selama 5 tahun belakangan ini.
14. Civitas akademik SMA Muhammadiya 25 Pamulang yang
telah mempermudah penulis dalam proses pengambilan
data. Serta memberi arahan dan masukan kepada penulis
guna memperoleh hasil yang lebih baik dalam proses
pengambilan data. Kepada seluruh pihak SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang saya ucapkan terima kasih
banyak.
15. Seluruh Siswa dan Siswi SMA Muhammadiyah 25
Pamulang, terutama kelas XII yang sudah bersedia
meluangkan waktunya menjadi responden dalam
penelitian ini. Terima kasih atas bantuan dan
dukungannya untuk kelancaran skripsi ini semoga Allah
membalas kebaikan kalian.

viii
Akhir kata terima kasih banyak dan mohon maaf atas
segala salah dan khilaf yang terjadi selama proses penyelesaian
skripsi ini. Segala budi baik semua pihak yang disebutkan
maupun tidak semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Besar harapan penulis agar apa yang telah penulis usahakan ini
bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi orang lain.

Tangerang Selatan, 29 April 2020

Rumini Fajar

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8

D. Tujuan Penelitian............................................................... 8

E. Manfaat Penelitian............................................................. 8

F. Review Kajian Terdahulu.................................................. 9

G. Sistematika Penulisan ...................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................. 13

A. LANDASAN TEORI ...................................................... 13

1. Teori S-O-R .................................................................. 13

2. Teori Efek Media .......................................................... 16

3. Efektiitas Dakwah melalui Film ................................... 26

4. Pengetahuan .................................................................. 29

5. Sikap ............................................................................. 32

6. Pergaulan Bebas ........................................................... 34

x
7. Remaja .......................................................................... 54

B. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................... 57

C. HIPOTESIS ..................................................................... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................. 59

A. Paradigma Penelitian ....................................................... 59

B. Pendekatan Penelitian ..................................................... 60

C. Metode Penelitian ............................................................ 60

D. Objek Penelitian .............................................................. 61

E. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ................. 61

F. Populasi dan Sampel ....................................................... 64

G. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 70

H. Sumber Data .................................................................... 70

J. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 73

K. Teknik Pengolahan Data ................................................. 74

L. Validitas dan Reliabilitas ................................................ 75

M. Teknik Analisis Data ....................................................... 77

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN ......................................................................... 80

1. TEMUAN HASIL PENELITIAN ................................... 80

A. Deskripsi Data Responden ........................................... 80

B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................................. 82

2. PEMBAHASAN ........................................................... 100

xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 110

A. Kesimpulan.................................................................... 110

B. Saran .............................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 112

LAMPIRAN .............................................................................. 120

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jumlah Siswa.............................................................. 68


Tabel 3. 2 Skala Likert ................................................................ 71
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel ..................................... 73
Tabel 3. 4 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Tingkat Alpha ....... 77
Tabel 4. 1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............. 80
Tabel 4. 2 Data Responden Berdasarkan Usia ............................ 81
Tabel 4. 3 Data Responden Berdasarkan Jurusan ....................... 81
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Variabel X (Film Dua Garis Biru)
..................................................................................................... 83
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kesadaran Remaja
akan Akibat Pergaulan Bebas) .................................... 83
Tabel 4. 6 Uji Reliabilitas Variabel X ......................................... 84
Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Variabel Y ......................................... 84
Tabel 4. 8 Variabel X .................................................................. 87
Tabel 4. 9 Efek Kognitif dalam Variabel X ................................ 89
Tabel 4. 10 Efek Afektif dalam Variabel X ................................ 90
Tabel 4. 11 Efek Behavioral dalam Variabel X .......................... 91
Tabel 4. 12 Akumulasi Mean Variabel X ................................... 94
Tabel 4. 13 Tingkat Hubungan.................................................... 95
Tabel 4. 14 Variabel Y ................................................................ 96
Tabel 4. 15 Faktor Internal dalam Variabel Y ............................ 97
Tabel 4. 16 Vaktor Eksternal dalam Variabel Y ......................... 98
Tabel 4. 17 Akumulasi Mean Variabel Y ................................... 99
Tabel 4. 18 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ................... 103
Tabel 4. 19 Uji Koefisien Korelasi Berganda ........................... 104
Tabel 4. 20 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi .............. 105

xiii
Tabel 4. 21 Uji Koefisien Determinasi ..................................... 106
Tabel 4. 22 Uji Regresi Linear Berganda.................................. 107
Tabel 4. 23 Uji F ....................................................................... 108

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dengan
yang namanya komunikasi. Dalam menjalankan kehidupan
sehari hari kita berkomunikasi dengan semua orang yang
berada di sekitar kita misalnya keluarga, teman, tetangga,
dan bahkan sendiripun kita bisa melakukan komunikasi,
yaitu disebut dengan komunikasi personal. Komunikasi tidak
selalu terjadi secara langsung, melalui perantara mediapun
bisa, seperti internet, tv, radio dan lain-lain.
Komunikasi merupakan suatu proses yang berhubungan
antara manusia dengan lingkungannya. Jika tidak ada
komunikasi, maka manusia akan terisolir dari lingkungannya.
Tetapi jika tidak ada lingkungan maka komunikasi menjadi
sebuah kegiatan yang tidak penting. Dengan kata lain
manusia berkomunikasi untuk melakukan hubungan dengan
lingkungannya. Saat berkomunikasi memerlukan media
komunikasi.
Media komunikasi adalah seluruh sarana yang digunakan
untuk memproduksi, mereproduksi, menyalurkan atau
menyebarkan dan juga menyajikan informasi. Dewasa ini
media komunikasi memiliki peran yang sangat penting,
karena dengan kemajuan teknologi kita bisa memperoleh
informasi dengan cepat, tepat, mudah, murah dan efisien.

1
2

Secara sederhana media komunikasi merupakan sebuah


perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari
komunikator kepada komunikan yang memiliki tujuan agar
efisien dalam menyebarkan pesan atau informasi.1
Media komunikasi berdasarkan bentuknya dapat dibagi
menjadi empat, yaitu: media cetak, contohya tabloid, koran,
dan lain-lain, media audio, contohnya radio, media visual,
contohnya: foto, dan media audio visual, contohnya: televisi,
film, dan lain-lain.
Film merupakan bentuk dari media massa dan media
massa sendiri merupakan bentuk komunikasi yang bersifat
massal, heterogen dan dapat menimbulkan atau memberikan
efek tertentu kepada khalayak. Dalam UU nomor 33 tahun
2009 tentang perfileman, yaitu pengertian film adalah karya
seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah
sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukkan. Sebagai salah satu bentuk media komunikasi
massa, film digunakan tidak hanya sebagi media yang
merefleksikan realitas, namun juga bahkan membentuk
realitas. Dalam hal ini, film memiliki kapasitas untuk
memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai

1
SINAU, “Pengertian Media Komunikasi, Fungsi, serta
Jenisnya”,https://sinau.info/pengertian-media-komunikasi/, diakses pada 06
Januari 2020.
3

sasaran yang beragam dari agama, etnis, status, umur, dan


tempat tinggal.2
Film dengan cerita yang bagus tentu akan berpengaruh
baik kepada masyarakat. Film mampu memberikan pengaruh
yang besar terhadap jiwa manusia. Onong Uchjana Effendy
menegaskan bahwa film merukapan salah satu media massa
yang sangat ampuh, bukan hanya sebagai media hiburan saja,
tetapi juga sebagai media penerangan atau pendidikan dan
juga media dakwah. 3
Saat ini industri perfilman Indonesia sedang mengalami
peningkatan, ditandai dengan banyaknya film-film Indonesia
yang kualitasnya tak kalah dibandingkan film luar negeri,
selain itu jumlah penonton yang semakin meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya. Beberapa film dengan jumlah
penonton terbanyak selama tahun 2019 diantaranya: Dilan
1991, dengan jumlah penonton mencapai 5,3 juta. Kemudian
disusul Dua Garis Biru, dengan jumlah penonton 2,5 juta.
Selanjutnya Danur 3; Sunyaruri, dengan jumlah penonto 2,4
juta. Setelah itu ada My Stupid Boss 2, dengan jumlah
penonton 1,9 juta. Dan yang terakhir Perempuan Tanah

2
Sri Wahyuningsih, Film dan Dakwah: Memahami Representasi Pesan -
Pesan Dakwah dalm Film melalui Analisis Semiotik, (Surabaya: Penerbit
Media Sahabat Cendikia, 2019), h.6
3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.209.
4

Jahannam, dengan jumlah penonton 1,8 juta. Data ini


diperoleh dari hasil survey filmindonesia.or.id. 4
Dari lima film dengan jumlah penonton terbanyak di atas,
penulis tertarik untuk meneliti film Dua Garis Biru. Sebelum
ditayangkan di bioskop film Dua Garis Biru ini menuai pro
dan kontra, bahkan sampai ada petisi untuk memboikot film
ini. Film Dua Garis Biru dianggap tidak layak tayang, karena
mengandung konten dewasa, yang takutnya berdampak
buruk terhadap remaja, ditambah lagi film ini diperankan
oleh dua orang remaja SMA yang melakukan pergaulan
bebas.
Setelah beberapa waktu mendapat petisi dan kecaman
akhirnya petisi itu dihapuskan dan film Dua Garis Biru bisa
tayang serentak diseluruh bioskop Indonesia pada tanggal 11
Juli 2019. Film yang disutradarai Gita S Noer ini berani
menceritakan tentang hal yang tabu di masyarakat Indonesia,
yaitu tentang sexs education. Meski menceritakan tentang hal
tabu dan sensitif, di sini Gina S Noer berhasil menyuguhkan
adegan-adegan yang epic, tanpa penonton merasa digurui,
selain itu komposisi gambar yang bagus dan syarat akan
makna. Meski awalnya mendapat banyak kecaman, film ini
berhasil memperoleh beberapa penghargaan, diantaranya:
film Bioskop terpuji, penulis skenario terpuji, penata artistik

4
Andrea Lidwina, “10 Film Indonesia Terlaris Sepanjang 2019”
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/01/03/10-film-indonesia-
paling-laris-sepanjang-2019, diakses pada 10 Januari 2020
5

terpuji di Festival Film Bandung (FFB) 2019, dan masuk 12


nominasi di Festival Film Indonesia (FFI). 5
Film ini mengandung banyak pesan, diantaranya dampak
dari pergaulan bebas, baik dampak terhadap mental pelaku
juga dampak sosial yang ia dapatkan. Film Dua Garis Biru
juga sedikit menyentil pendidikan Indonesia, karena
pendidikan seks di Indonesia hanya sebatas pajangan di UKS
saja, belum diajarkan dengan baik.
Pergaulan bebas merupakan pergaulan atau pertemanan
dengan lawan jenis yang terlalu bebas dan tanpa batas,
sehingga melanggar nilai dan norma agama. Pergaulan bebas
dapat terjadi bukan hanya adanya dorongan nafsu dari dalam
diri saja tetapi juga bisa terjadi karena adanya peluang.
Dengan perkembangan teknologi dan zaman semakin
modern membuat peluang untuk melakukan pergaulan bebas
itu semakin besar. Realitas pada saat sekarang ini para
remaja menganggap pergaulan bebas itu merupakan suatu
perbuatan yang wajar-wajar saja, sehingga batasan-batasan
dalam bergaul sudah tidak berlaku lagi.
Pergaulan anatar sesama manusia, khususnya dengan
lawan jenis dalam pandangan Islam merupakan suatu
kewajaran, dan merupakan hal yang fitrah, karena Allah
SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan. Akan tetapi
pergaulan dengan lawan jenis yang dihalalkan Allah adalah
atas dasar pernikahan bukan pergaulan bebas. Jangankan

5
https://www.viva.co.id/showbiz/film/1189204-dignitate-film-remaja-yang-
bakal-jadi-saingan-dilan?medium=autonext, diakses pada 13 Januari 2020.
6

melakukan zinah, mendekati zinah saja sudah dilarang dalam


islam, sesuai dengan Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-
Isra ayat 32, yang berbunyi:
6
٣٢ ‫ٱلزن َٰٰۖٓ َٓى ِّإ َّنهُۥ َكانَ َٰفَ ِّحش َٗة َو َسا ٓ َء َس ِّب ٗيل‬
ِّ ْ‫َو ََل ت َۡق َربُوا‬
Arti: “Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”7

Film ini menceritakan kisah cinta sepasang remaja yaitu


Dara dan Bima. Kisah percintaan yang penuh dengan canda
tawa dan romansa khas anak sekolahan, juga menadapat
dukungan dari keluarga dan teman-teman mereka. Namun
karena kebebasan tersebutlah pada suatu hari mereka
melakukan hal terlarang. Seketika tawa itu mulai hilang
berganti dengan kecemasan setelah mengetahui Dara hamil,
semua dukungan yang mereka dapatkan dari keluarga dan
teman turut menghilang. Mereka harus dihadapkan dengan
hal yang tidak pernah terbayangkan anak berumur 17 tahun,
mereka harus memikul tanggung jawab dan resiko yang
besar atas perbuatan yang telah mereka perbuat.
Siswa SMA Muhammadiyah 25 Pamulang dipilih sebagai
responden penelitian karena dianggap sebagai bagian remaja
yang lebih memahami tentang bagaimana romansa anak
sekolahan yang belum terlalu memikirkan tentang hal yang
serius, selain itu SMA Muhammadiyah 25 Pamulang pernah

6
Al-Qur’an, 17:32.
7
Al-Qur’an, 17:32.
7

mengadakan seks edukasi tentang kesehatan reproduksi dan


cara membersihkan organ kewanitaan. Film yang diperankan
oleh remaja SMA ini memiliki pengaruh yang besar terhadap
remaja, karena memiliki nilai proximity atau kedekatan
dengan remaja karena merasa senasib.
Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti apakah
film Dua Garis Biru ini memiliki pengaruh terhadap
kesadaran remaja tentang dampak dari pergaulan bebas.
Adanya penelitian ini diharapkan para remaja lebih bijak lagi
dalam bergaul, tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan seks
itu penting agar masyarakat khususnya remaja sadar
bagaimana dampak dan akibatnya dari pergaulan bebas, dan
juga kepada media agar menyajikan tayangan-tayangan yang
memiliki pesan moral yang baik sehingga mampu
memperbaiki moral masyarakat, khususnya remaja.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
mengidentifikiasi beberapa masalah yang akan dijadikan
penelitian.
1. Kurangnya kesadaran remaja tentang dampak dari
pergaulan bebas.
2. Pendidikan seks yang kurang disosialisasikan di
Indonesia.
3. Pergaulan remaja saat sekarang ini yang terlalu bebas.
8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Penelitian ini hanya membatasi pada lingkup kesadaran
remaja tentang dampak pergaulan bebas setelah menonton
film Dua Garis biru.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut;
Apakah film Dua Garis Biru berpengaruh terhadap
kesadaran remaja kelas XII Angkatan 2021 SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang akan dampak pergaulan
bebas?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah film Dua Garis Biru (Efek
Kognititf, Afektif, dan Behavioral) berpengaruh
terhadap kesadaran siswa siswi SMA Muhammadiyah
25 Pamulang akan akibat dari pergaulan bebas;
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi
pengembangan Ilmu Pengetahuan khususnya Ilmu
Komunikasi, serta mengetahui tingkat kesadaran remaja
terhadap dampak dari pergaulan bebas.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan
diharapkan penelitian selanjutnya mampu memperbaiki
dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.
9

Karena dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, hal


tersebut disebabkan karena keterbatasan dalam penelitian
yang sedang dilakukan saat ini.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai tambahan informasi, pengetahuan, serta gambaran
bagaimana film dapat memberikan informasi dan
mempengaruhi sikap penontonnya.

F. Review Kajian Terdahulu


Berdasarkan penelusuran data pustaka, peneliti
menemukan beberapa skripsi terdahulu yang relevan dan
mendukung terhadap penelitian ini, diantaranya sebagai
berikut:
1. Skripsi “Pengaruh Menonton Film Dua Garis Biru
terhadap Sikap Siswa/I kelas XII Jurusan IPS
angkatan 2017 di SMAN 7 Tangerang Selatan tentang
Seks Bebas.” Oleh Revy Aditiawan Setia Budhi
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Komunikasi Esa Unggul Jakarta tahun 2020. Skripsi
ini meneliti tentang pengaruh menonton film Dua
Garis Biru terhadap sikap siswa SMA tentang seks
bebas. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh
menonton film Dua Garis Biru terhadap sikap siswa/I
kelas XII jurusan IPS Angkatan 2017 SMAN 7
Tangerang Selatan tentang seks bebas. Dengan
pengaruh sebesar 24,3%. Persamaannya dengan
10

penelitian ini adalah pada pengaruh film Dua Garis


Biru dengan responden remaja SMA. Sedangkan
perbedaannya adalah pada variabel terikat yang
membahas sikap remaja tentang seks bebas.
2. Skripsi “Pengaruh Menonton Film Dua Garis Biru
terhadap Perilaku Pergaulan Bebas pada Remaja
(Survey terhadap Siswa/I SMK Muhammadiyah 9).”
Skripsi oleh Bilqha Hanifa mahasiswi jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Mercubuana Jakarta Barat 2020. Skripsi ini meneliti
tentang pengaruh menonton film Dua Garis Biru
terhadap perilaku pergaulan bebas remaja. Hasilnya
menunjukkan bahwa adanya pengaruh film Dua Garis
Biru terhadap perilaku pergaulan bebas remaja,
dengan hubungan sedang dengan nilai 0,420.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel
bebas membahas pengaruh film Dua Garis Biru
dengan resonden remaja SMA sederajat dengan
menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan
perbedaannya adalah pada variabel terikat yang
membahas tentang perilaku pergaulan bebas pada
remaja.
3. Jurnal “Pengaruh Terpaan Film Dua Garis Biru
terhadap Sikap Remaja tentang Perkawinan Usia
Dini.” Jurnal oleh Ni Made Sri Pradnya Wati, Ade
Devia Pradipta, dan I Dewi Ayu Sugiarica Joni
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
11

Universitas Udayana. Jurnal ini membahas tentang


pengaruh film Dua Garis Biru terhadap sikap remaja
tentang perkawinan usia dini. Hasilnya menunjukkan
adanya pengaruh film Dua Garis Biru terhadap sikap
remaja tentang perkawinan usia dini, dengan bentuk
pengaruh positif sebesar 5,6%. Persamaan dengan
penelitian ini adalah membahas film Dua Garis Biru
dengan metode kuantitatif. Sedangkan perbedaannya
pada variabel terikat membahas tentang sikap remaja
terhadap pernikahan usia dini.

G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran sederhana yang bertujuan
guna mempermudah penulisan, skripsi ini secara garis besar
terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub bab dan setiap bab
memiliki batasan masing-masing yang akan saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Dimulai dari bab satu, yaitu
pendahuluan. Bab ini menjelaskan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tinjauan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu,
manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
Selanjutnya bab dua yang menjelaskan tentang teori yang
digunakan sebagai landasan penelitian. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan teori S-O-R, teori Efek Media,
pengertian pergaulan bebas dan juga faktor-faktor terjadinya
pergaulan bebas. Selain itu pada bab ini juga menjelaskan
kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.
12

Bab metodologi penelitian, penulis menjelaskan


paradigma penelitian, pendekatan penelitian, metode
penelitian, objek penelitian, populasi dan sampel, tempat dan
waktu penelitian, sumber data, instrument penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Pada bab
metodologi ini atau bab tiga peneliti juga mejelaskan
gambaran umum dari objek penelitian, yang berisikan profil
SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Visi dan Misi, serta
jumlah siswa SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.
Bab berikutnya adalah bab empat, pada bab ini penulis
membahas temuan hasil penelitian dan pembahasan yang
diperoleh dari hasil penyebaran angket yang kemudian
dianalisis dan diolah menggunakan software SPSS. Skripsi ini
diakhiri dengan penutup pada bab lima. Bab terkahir ini
menjelaskan kesimpulan dari penelitian serta merumuskan
saran berdasarkan pengamatan penulis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI

1. Teori S-O-R
Teori S-O-R yang diperkenalkan Hovland at
al.1“behaviour change process is essentially the same as
the process of learning. It illustrates the process of
behaviour change at the individual learning process
consisting of the stimulus were given to the organism can
be accepted or rejected.” S-O-R merupakan singkatan
dari Stimulus-Organisme-Response. Teori ini memiliki
tiga elemen yakni: pesan (stimulus), penerima
(organisme), efek (response). Stimulus adalah sumber
rangsangan, organisme adalah penerima rangsangan, dan
response adalah umpan balik yang dihasilkan.
S-O-R pada mulanya berasal dari psikologi, yang
kemudian menjadi teori dalam komunikasi. Hal ini terjadi
karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi
adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen: pengetahuan, sikap/opini, perilaku,
(kognisi, afeksi, dan konasi).2

1
Hovland, C.I, Janis, I.L., Kelley, H.H, Communication and Persuasion:
Psychological Studies of Opinion Change, (New Haven: Yale University
Press, 1953), h. 174-175.
2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254.

13
14

Menurut teori ini efek merupakan reaksi tertentu


terhadap stimulasi (rangsangan) tertentu, sehingga orang
dapat menduga atau memperkirakan adanya hubungan
erat antara isi pernyataan dengan reaksi audiens. “Asumsi
dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan
efek yang terarah segera dan langsung terhadap
komunikan.” 3
Perubahan sikap dalam proses komunikasi menurut
teori S-O-R adalah “aspek “how” bukan “what” dan
“why.” Jelasnya how to communicate dalam hal ini how
to change the attitude, bagaimana mengubah sikap
komunikan.” Dalam proses perubahan sikap, tampak
bahwa sikap dapat berubah, jika stimulus yang menerpa
benar-benar melebihi semula.4
Menurut Hovland, Janis dan Kelley5 “dalam menelaah
sikap ada tiga variabel penting yaitu: perhatian, pengertian
dan penerimaan.” Mar’at juga menerangkan bagaimana
cara-cara yang efektif agar komponen konasi bisa tepat
sasaran, kemudian komponen kognisi dapat diubah
dengan adanya pemberian informasi.6

3
Denis McQuail dan Seven Windahl. Model-model Komunikasi. Terj. Putu
Laxman S. Pendit, (Jakarta: Uni Primas, 1985), h. 48.
4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 255.
5
Mar’at, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya, (Bandung: Ghalia
Indonesia, 1981), h. 27.
6
Mar’at, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya, (Bandung: Ghalia
Indonesia, 1981), h. 28.
15

Onong Uchajana7 menjelaskan “unsur penting dalam


model komunikasi S-O-R itu ada tiga yaitu: Pesan
(Stimulus, S), Komunikan (Organisms, O), dan Efek
(Response, R).” Skema komunikasi model S O R dapat di
rumuskan sebagai berikut:

Pesan (S) Penerima (O):


1. Perhatian
2. Pengertian
3. Penerimaan

Efek (R)

Model S-O-R menuru Hovland, Janis dan Kelly,


diterjemahkan Onong Uchjana Effendy8
Dari skema di atas, dapat dijelaskan bahwa suatu
stimulus atau pesan bisa memberikan perubahan perilaku
kepada khalayak tergantung kepada individunya.
Komunikasi bisa berlangsung jika ada perhatian yang
diberikan oleh komunikan, sehingga komunikan mampu
memahami pesan yang disampaikan, hingga akhirnya
tumbuh kesadaran dari komunikan untuk mengubah
sikapnya. Singkatnnya setiap aksi pasti ada reaksi begitu
juga dalam komunikasi.

7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254.
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 255.
16

Penerapan dalam penelitian ini yaitu mengenai


pengaruh menonton film Dua Garis Biru (Efek Kognitif,
Afektif, dan Behavioral) terhadap kesadaran remaja akan
akibat dari pergaulan bebas, maka dapat dijelaskan bahwa
film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan
Behavioral) adalah stimulus (S) yang mendapat respons
(R) dari organisme (O) yaitu siswa SMAM 25 Pamulang
yang aktif mengolah pesan dari stimulus sehingga
menyebabkan respons yang kuat terhadap kesadaran
remaja. Dapat disimpulkan bahwa siswa dalam menonton
film Dua Garis Biru memperhatikan, mengerti, dan
menerima dengan pesan atau isi yang disampaikan dalam
film tersebut dengan kadar yang kuat sehingga teori S-O-
R dapat terbukti dan teruji.

2. Teori Efek Media


Joseph D. Straubhaar9 “media effects are changes in
knowledge, attitude, or behaviour that result from
exposure to the mass media.” Efek media adalah
perubahan pengetahuan, tingkah laku, atau kebiasaan
seseorang karena terkena paparan media massa secara
terus-menerus.
Media massa mampu memberikan efek kepada
khalayak. Definisi efek adalah “semua jenis perubahan

9
Joseph D. Straubhaar, Robert LaRose, Media Now: Understanding Media,
Culture, and Technology, (Boston: Wadsworth, 2017), h. 412.
17

yang terjadi dalam diri penerima, setelah menerima pesan


dari suatu sumber.”10
Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan
sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh
perubahan pengetahuan. “Efek diketahui melalui
tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan
sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik
merupakan sarana untuk mengetahui efek.”11
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa, efek media massa adalah perubahan
yang terjadi pada diri penerima atau khalayak, setelah
menggunakan dan menerima pesan dari media massa.
Dari tahun 1930-an, sejarah mencatat ada tiga efek
terkenal dalam riset komunikasi massa berdasarkan
rentang waktunya, yang dijelaskan oleh Keith R Stamm
dan John E. Bowes12 “media effects are devived into three
periods: unlimited effects (1930-1950), limited effects
(1950-1970), and not-so-limited effects (1970-80s).” Tiga
efek tersebut adalah sebagai berikut:13
a. Efek Tidak Terbatas (1930-1950)
Pada periode ini sedang terjadi perang dunia
pertama dan kedua. Pada masa ini media dianggap

10
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 39.
11
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 39.
12
Keith R, Stamm, John E. Bowes, The Mass Communication Process: A
Behavioral and Social Perspective, (Indiana University: Kendal/ Hunt
Publishing Company, 1990), h. 114.
13
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 214.
18

memiliki efek tidak terbatas, karena memiliki efek


yang besar tehadap masyarakat, dikenal juga
dengan teori masyarakat massa.14
Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori model
peluru (bullet) atau jarum hipodermik (hypodermic
needle).15 “Media massa diibaratkan seperti peluru
komunikasi yang ditembakkan kepada khalayak
yang pasif dan tidak berdaya. Teori ini
menganggap bahwa media massa memiliki
kekuatan yang luar biasa.”16
Ada dua hal yang mendasari asumsi efek tidak
terbatas ini, yaitu sebagai berikut:17
• “Ada hubungan yang langsung antra isi
pesan dengan efek yang ditimbulkan;
• Penerima pesan tidak mempunyai
sumber sosial dan psikologis untuk
menolak upaya persuasif yang
dilakukan media massa.”
Nurudin menjelaskan bahwa ada bukti mengenai
efek tidak terbatas ini, yaitu “munculnya efek
tidak terbatas sangat kelihatan dengan penggunaan
radio sebagai alat kampanye. Kampanye ini

14
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013), h. 504.
15
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 215.
16
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 84.
17
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 216.
19

sifatnya sangat persuasif untuk mengubah sikap,


opini dan perilaku masyarakat agar sesuai dengan
pesan yang disiarkan. Mengapa semua ini terjadi?
Sebab, audiens menurut asumsi efek ini seperti
seorang tawanan perang dan mudah tertipu.”18

b. Efek Terbatas (1950-1970)


Efek terbatas ini sangat berbeda dengan efek tidak
terbatas. Jika di dalam efek tidak terbatas media
massa memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap audiens, yakni pesan yang disampaikan
menggunakan media massa sangat memengaruhi
audiens atau komunikannya. Namun dalam efek
terbatas ini pesan yang disampaikan oleh
komunikator menggunakan media massa sedikit
sekali mengubah perilaku audiens.
Efek terbatas ini pertama kali ditemukan oleh
Joseph Klaper,19 “komunikasi massa tidak selalu
muncul sebagai penyebab yang cukup dan perlu
dari efek terhadap khalayak, tetapi lebih berfungsi
sebagai faktor hubungan yang termediasi.” Ia
pernah menulis disertasi tentang efek terbatas
media massa yang dipubilkasikannya dengan judul
“Pengaruh Media Massa” pada tahun 1960.

18
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 216.
19
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Edisi 6, Buku 2, Terj. Putri Iva
Izzati, S. Sos, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 213.
20

Efek terbatas ini didapatkan oleh Joseph Klaper


setelah ia meneliti kampanye publik, kampanye
politik dan percobaan pada desain pesan yang
bersifat persuasif. Dari hasil penelitiannya ia
menyimpulkan, “ketika media menawarkan isi
yang diberitakan ternyata sedikit yang mengubah
pandangan dan perilaku audiens.”20
Faktor psikologi, sosial, dan kultural audiens
menjadi penyebab adanya efek terbatas ini.
“Faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruh
dalam proses penerimaan pesan dari media massa.
Faktor-faktor tersebut antara lain proses seleksi,
proses kelompok, norma kelompok dan
keberadaan pemimpin opini.”21
c. Efek Moderat (1970-1980)
Pada masa ini media cenderung menawarkan
“pilihannya” dalam pandangan pada realitas sosial.
Khalayaklah yang akan memutuskan apakah akan
menerima pandangan yang ditawarkan media atau
menolaknya. Dengan demikian tidak ada
perpindahan makna secara langsung dari media
kepada khalayak, yang ada hanyalah negosiasi

20
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 220.
21
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 222.
21

antara apa yang ditawarkan dan apa yang


diterima.22
“Thus there is no automatic or direct transfer of
meaning but a negotiation between what is offered
and what a receiver is inclined to accept.”23
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakti bahwa
khalayak atau komunikan tidak serta merta
menerima pesan dari komunikator, tetapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1)
Komunikator: terdiri dari hubungan, niat, tujuan,
dll; 2) Situasi: besar, kecil, kaya, miskin,
pendidikan, dan pedesaan/perkotaan; 3) Kelompok
referensi: keluarga, ayah, guru, pemuka agama,
ulama, dan aktivis LSM; 4) Konsekuensi yang
diantisipasi oleh penerima: kode oposisi,
negosiasi, dan dominan; 5) Metakomunikasi lain:
pidato, ceramah, retorika atau peristiwa
komunikasi; 6) Komunikan/ individu: kebutuhan,
selera, dan keyakinan.24
Manusia akan memberikan respons yang berbeda-
beda dalam menerima pesan yang disuguhkan oleh
media massa. Ada beberapa hal yang ikut

22
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Edisi 6, Buku 2, Terj. Putri Iva
Izzati, S. Sos, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 215.
23
Denis McQuail, Mass Communication Theory, 6th Edition, (London: SAGE
Publition Ltd, 2010), h. 459.
24
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in
Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development
Program, (Leiden: INIS, 2004), h. 14.
22

memengaruhi proses penerimaan pesan seseorang,


misalnya selective exposure. “Selective exposure
adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan
model efek terbatas, tetapi bukti yang ada di
lapangan justru bertolak belakang.”25
Pada efek moderat ini ditandai dengan adanya
paradigma pencarian informasi yang dikemukakan
oleh Severin dan Tankard “paradigma ini
mencerminkan perubahan secara tajam dari
penekanan pada komunikator massa atau pesan
yang terdapat pada riset terdahulu menjadi
penekanan pada penerima.” Paradigma ini
mencoba mencari hubungan antara khayalak
dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya.
Paradigma ini hamper mirip dengan teori uses and
gratifications.26
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses
komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim
dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang
sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis
seperti radio, televisi, surat kabar dan film.27
Menurut Steven M Chaffee “jenis perubahan yang
terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, penerimaan

25
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 226.
26
Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi,
(Yogyakarta: PT Buku Kita, 2009), h. 42.
27
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada, 2012), h. 41.
23

informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan


perilaku; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif,
afektif dan behavioral.”28
Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar
dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan
dengan emosi, perasaan dan attitude (sikap). Sedangkan
behavioral atau konatif berhubungan dengan perilaku dan
niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.29
1) Efek Kognitif
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau
penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak
tahu, tidak mengerti, bingung menjadi merasa tahu
dan jelas.30
“Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi
khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau
informasi.”31
Menurut Mc Luhan32, media massa merupakan
perpanjangan alat indera kita, “Sense extension of
man theory.” Dengan media massa kita

28
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2011), h. 216.
29
Markus Utomo Sukendra, Psikologi Komunikasi: Teori dan Praktik,
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), h. 68.
30
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 318.
31
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1991), h.217.
32
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005), h.174.
24

memperoleh informasi tentang benda, orang atau


tempat yang belum pernah kita lihat atau belum
pernah kita kunjungi secara langsung. Kita
cenderung memperoleh informasi tersebut semata-
mata bersandarkan pada apa yang dilaporkan
media massa.33
2) Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek
kognitif. “Efek afektif timbul bila ada perubahan
pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci
khalayak.” Efek ini berhubungan dengan emosi,
sikap atau nilai.34
Tujuan dari komunikasi massa tidak hanya
memberi tahu khalayak tentang sesuatu, tetapi
khalayak juga diharapkan dapat ikut merasakan
perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan
sebagainya.35

3) Efek Behavioral (Konasi)


“Efek behavioral atau yang sering disebut juga
efek konatif, bersangkutan dengan niat, tekad,
upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu

33
Elvinaro Ardianto dkk, Komunkasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 50.
34
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1991), h.217.
35
Elvinaro Ardianto dkk, Komunkasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 55.
25

kegiatan atau tindakan.” Efek konatif timbul


setelah muncul efek kognitif dan afektif.36
Efek ini menjelaskan efek komunikasi massa
terhadap perilaku, tindakan dan gerakan khalayak
dalam kehidupan sehari-hari. 37
Perilaku manusia dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yakni; perilaku dasar atau umum sebagai
makhluk hidup dan perilaku makhluk sosial.
Perilaku dasar atau umum, memiliki arti yang
berbeda dengan perilaku sosial. Perilaku dasar atau
umum merupakan suatu respons atau tindakan
biologis dalam menanggapi rangsangan baik
internal maupun eksternal yang didorong oleh
aktivitas dari sistem organisme terhadap stimulus
atau rangsangan. Perilaku sosial adalah perilaku
sesorang kepada orang lain. Penerimaan perilaku
sangat tergantung pada norma-norma sosial dan
diatur oleh berbagai sarana kontrol sosial. Selain
itu, perilaku manusia tidak terlepas dari faktor-
faktor yang memengaruhinya, seperti genetika,
intelektual, emosi, sikap, budaya, etika,
wewenang, hubungan, dan persuasi.38

36
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 319.
37
Elvinaro Ardianto dkk, Komunkasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 5.
38
Wowo Sunaryo Kuswana, Biopsikologi Pembelajaran Prilaku, (Bandung:
Alfabeta, 2014), h. 42.
26

3. Efektiitas Dakwah melalui Film


Berbicara tentang media sebagai sebuah sarana
komunikasi dakwah, maka lebih awal harus mengetahui
apa saja fungsi dari media massa tersebut.
Menurut MacBride39 “If communication is considered
in its broadest sense, not only as the exchange of news
and massages, but as an individual and collective activity
embracing all transmission and sharing of ideas, facts
and data.” Komunikasi tidak bisa diartikan sebagai
pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan
individu dan kelompok mengenai pertukaran ide, fakta
dan data, oleh karena itu komunikasi massa dapat
berfungsi sebagai berikut:40
a. “Sebagai pemberi informasi (to inform).
Artinya media memberikan suatu suguhan
informasi dalam berbagai hal terhadap
masyarakat mulai dari hal yang paling kecil
hingga masalah-masalah yang besar.
b. Sebagai sarana sosialisasi (to sosialisation).
Sarana sosialisasi dari pemerintah kepada
rakyatnya, dari suatu lembaga kepada lembaga
lainnya.

c. Sebagai sarana pendidikan (to education).


Media massa di samping sebagai sarana
informasi, dan sosialisasi juga memberikan
pendidikan terhadap masyarakat.
d. Sebagai sarana hiburan (to fun).

39
MacBride, Many Voices, One World: Towards a New, More Just, and More
Efficient World Information and Communication Order, (Amerika: Rowman
& Little Field Publishers, Inc, 1980), h.14.
40
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik cetakan ke 10,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997), h. 36.
27

Hiburan dalam pengertian bahwa satu hiburan


yang bersifat positif yang tidak melanggar
hukum, baik hukum pemerintah, adat istiadat
maupun norma agama yang dianut oleh
masyarakat tertentu.”
Dari beberapa fungsi media yang telah dijelaskan di
atas dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan
salah satu media komunikasi yang sangat efektif dan
memiliki jangkauan yang sangat luas dan cepat diterima
oleh masyarakat, karena saat sekarang ini hampir semua
lapisan masyarakat menggunakan media komunikasi, baik
itu masyarakat perkotaan, maupun masyarakat pedesaan
sekalipun. Tetapi pada efek moderat media tidak terlalu
efektif dalam menyampaikan pesan karena pada efek ini
khalayak sudah kritis dalam menanggapi pesan yang
disampaikan media.41
Menurut Deddy Mulyana komunikasi itu memiliki 12
prinsip, salah satu di antaranya adalah prinsip komunikasi
isi dan dimensi hubungan. “Dimensi isi menunjukkan
muatan (isi) komunikasi atau apa yang disampaikan.”42
Sedangkan “dimensi hubungan menunjukkan bagaiman
cara mengatakan atau menyampaikannya, hal ini juga
mengisyaratkan bagaiman hubungan para peserta
komunikasi dengan bagaimana pesan tersebut

41
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 26.
42
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 109.
28

ditafsirkan.”43 Dimensi isi disandi secara verbal


sedangkan dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Film adalah media komunikasi massa yang sangat
ampuh, bukan untuk hiburan saja, tetapi juga untuk
pendidikan, bahkan juga sebagai alat untuk memengaruhi
(to influence) massa dalam membentuk dan membimbing
public opinion.44 “Film adalah media informasi melalui
gambar dan suara sebagaimana diputar di gedung-gedung
bioskop dan dapat dioperasikan di luar gedung bioskop,
sejauh tempatnya gelap, sedangkan sinetron adalah media
informasi yang mengunakan sinema elektronik.”45
Film dan sinetron sebagai media dakwah mempunyai
kelebihan antara lain dapat menjangkau berbagai
kalangan. Di samping itu juga dapat diputar ulang di
tempat yang membutuhkan sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Maka dari itu film dapat dijadikan media
dakwah dengan kelebihannya sebagai audio visual.
Keunikan film sebagai media dakwah ini antara lain:46
a. “Secara psikologis, penyuguhan secara hidup
dan tampak yang dapat berlanjut dengan
animasi memiliki keunggulan daya efektif
terhadap penonton. Banyak hal yang abstrak
dan samar-samar dan sulit diterangkan dengan
kata-kata dapat disuguhkan kepada khalayak
lebih baik dan efisien dengan media ini.

43
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 109.
44
T.A Latief Rounsyadiy, Dasar-Dasar Rhetorica dan Informasi, (Medan:
Firma "RIMBOW", 1989), h. 183.
45
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121.
46
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121.
29

b. Media film yang menyuguhkan pesan hidup


dapat mengurangi keraguan yang disuguhkan,
lebih mudah diingat dan mengurangi
kelupaan.”
Dalam menonton film khalayak juga memiliki tujuan
tertentu, yaitu ingin medapatkan hiburan, tetapi ternyata
dalam film tidak hanya terdapat fungsi hiburan saja tetapi
juga fungsi informasi, pendidikan, bahkan persuasif atau
ajakan. “Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman
nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media
hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media
edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka
nation and character building.”47
Film juga tidak terkesan menggurui. Film mempunyai
kelebihan bermain pada sisi emosional, film mempunyai
pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi
pemirsa. Berbeda dengan buku yang memerlukan daya
fikir aktif, penonton film cukup bersikap pasif. Hal ini
dikarenakan film adalah sajian siap untuk dinikmati.48

4. Pengetahuan
Pengetahuan menurut Nadler adalah proses belajar
mengenai kebenaran untuk mengetahui apa yang harus
dilakukan.49

47
Lukiati Komala Erdinaya dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2004), h. 136.
48
Aep Kusnawa, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah
Press, 2004), h. 96.
49
Nadler, Keterampilan dan Jenisnya, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1986),
h. 62.
30

“Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi


setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
dan hati.”50
Menurut Notoatmodjo pengetahuan mempunyai 6
tingkatan yaitu:51
a. “Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam peningkat, tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall), sesuatu yang
spesifik seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena
itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan
yang sangat rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
telah dipelajari antara lain menyebutkan,
mengiraukan, mendefenisikan, menyatakan
dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kesempatan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi yang harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

50
S Noto Atmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), h. 143.
51
S Noto Atmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 122.
31

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya


terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lalu.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tapi masih di
dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Pengetahuan
seseorang dikatakan sudah sampai pada
tingkatan ini, apabila orang tersebut mampu
membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan membuat diagram (began) tentang objek
tertentu.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau melalui penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.”
32

5. Sikap
Menurut Jalaludin Rakhmat52 sikap adalah
“kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek ide, situasi atau nilai.
Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan
untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap
objek sikap.”
Sedangkan menurut Werner J. Severin dan James W.
Tankard, Jr.53 “sikap merupakan tendensi kita terhadap
sesuatu. Sikap adalah rasa suka dan tidak suka kita
terhadap sesuatu.”
a. Fungsi Sikap
Menurut Katz54 “The function they perform for
the individual, specifically the function of
adjustment, ego defense, value expression, and
knowledge.” Terdapat 4 fungsi utama sikap,
yaitu:55
1) “Fungsi instrumental, penyelarasan dan
kebermanfaatan. Manusia memiliki
kecenderungan untuk berjuang keras
untuk memaksimalkan penghargaan

52
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1991), h. 39.
53
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah,
Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Terj. Sugeng Hariyanto,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 177.
54
Daniel Katz, “The Functional Approach to the Study of Attitudes.” Public
Opinion Quarterly 24, (New York: Princenton University, 1960), h. 192.
55
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah,
Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Terj. Sugeng Hariyanto,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 197.
33

dalam lingkungan eksternal mereka dan


meminimalkan sanksi.
2) Fungsi pertahanan diri. Sejumlah sikap
kuat dipegang karena manusia melindungi
ego mereka dari hasrat mereka sendiri
yang tidak dapat diterima atau perasaan
takut karena mengetahui adanya
ancaman-ancaman dari luar. Perasaan
rendah diri sering diproyeksikan pada
anggota-anggota sebuah kelompok
minoritas sebagai alat penguat ego.
3) Fungsi ekspresi nilai. Beberapa sikap kuat
karena memungkinkan seseorang
memberikan ekspresi positif pada nilai-
nilai sentral dan pada jati diri. Misalnya
seorang remaja yang menyukai sebuah
grup rock and roll maka ia akan
mengekspresikan melalui sikapnya.
4) Fungsi pengetahuan. Beberapa sikap
dipegang kuat karena memuaskan
kebutuhan akan pengetahuan atau
memberikan struktur dan makna pada
sesuatu yang jika tanpanya dunia jadi
kacau. Misalnya norma-norma dan
budaya yang berlaku.”

b. Faktor Penyebab Perubahan Sikap


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan sikap menurut Bimo Walgito, yaitu
berikut ini:56

1) “Faktor Internal
Yaitu, faktor yang terdapat pada diri
manusia. Setiap individu memiliki caranya

56
Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM, 1980), h. 45.
34

masing-masing dalam menanggapi dunia


luarnya yang bersifat selektif. Hal ini
dimaksud, bahwa tidak segala hal sesuatu
yang datang dari luar dapat di terima oleh
tiap individu. Namun, Individu dapat
melakukan seleksi dalam menentukan
sesuatu hal-hal yang akan mereka terima
serta hal-hal yang akan ditolaknya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah suatu keadaan
yang ada pada luar diri individu, yang
merupakan stimulus untuk membentuk
atau mengubah sikap pada diri. Selain itu,
faktor eksternal juga dapat dilakukan
secara tidak langsung, yaitu dengan
perantara alat komunikasi, misalnya media
massa baik elektronik maupun yang non
elektronik. Kemudian indikator tersebut
sabagai titik tolak untuk menyusun item-
item pernyataan.”

6. Pergaulan Bebas
a. Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah suatu bentuk perilaku
penyimpangan yang mana “bebas” yang dimaksud
adalah melewati batas norma-norma.57 “Pergaulan
bebas merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga
terjadi tindakan kriminal.”58
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pergaulan bebas merupakan suatu pergaulan atau

57
Yusuf Abdullah, Bahaya Pergaulan Bebas, (Jakarta: Media Dakwah, 1990),
h. 142.
58
Hamzah, Kultur Masyarakat Indonesia, (Surabaya: Pelita, 1992), h. 92.
35

pertemanan antara lawan jenis yang terlalu bebas dan


tanpa batas sehingga melanggar nilai dan norma
agama, pergaulan bebas merupakan perilaku
menyimpang.
Pergaulan bebas termasuk kedalam patologi sosial,
karena pada intinya membahas tentang masalah-
masalah sosial, yang mengacu kepada penyimpangan
dari berbagai tingkah laku yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku. Hal ini sesuai dengan apa
yang di katakan Kartini Kartono bahwa patologi sosial
adalah “semua tingkah laku yang bertentangan
dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas keluarga,
hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan
hukum formal.” 59
b. Faktor-Faktor Terjadinya Pergaulan Bebas
“Dalam kehidupan sehari-hari para remaja tidak
terlepas dari pengaruh yang konstruktif dan pengaruh
destruktif. Sebenarnya kedua sifat itu telah ada
semenjak manusia (remaja) dilahirkan.”60 Sifat-sifat ini
akan berpengaruh kepada setiap individu tergantung di
lingkungan seperti apa mereka tumbuh. Jika seseorang
tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik maka
yang akan dominan adalah tingkah laku yang baik,

59
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 1.
60
Ali Akbar, Bimbingan Seks untuk Remaja, Cet, VIII, (Jakarta: Pustaka
Antara, 1993), h. 12.
36

namun sebaliknya jika seseorang berada di lingkungan


yang tidak baik, maka sikap yang akan dominan adalah
sikap tidak baik.
Ali Akbar, dkk mengatakan bahwa “pergaulan
bebas terjadi dikalangan remaja pada umumnya bukan
disebabkan pengetahuan melainkan oleh ketidak tahuan
mereka dalam hal seks. Adapun yang menjadi faktor
terjadinya pergaulan bebas adalah naluri seks yang
tidak terkendali.” 61
Sudarsono juga menjelaskan bahwa apabila
sepasang insan lawan jenis, baik remaja, maupun orang
tua yang sudah berkeluarga, berada di suatu tempat
yang sepi atau sunyi dan keduanya bukan muhrim atau
bukan merupakan pasangan suami dan istri, tentu
menimbulkan kesan yang negatif. Karena dalam
keadaan seperti ini manusia mudah diperdaya oleh
nafsu seksual mereka.62
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kecenderungan manusia dalam hal ini remaja
untuk melakukan pergaulan bebas yang telah
membudaya di kalangan para remaja putra dan putri

61
Ali Akbar, Bimbingan Seks untuk Remaja, Cet, VIII, (Jakarta: Pustaka
Antara, 1993), h. 41.
62
Sudarsono, Kenakalan Remaja Cet, II, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 1991),
h.5.
37

lebih dipegaruhi oleh dorongan hawa nafsu seksual


yang sangat sulit untuk diantisipasi. 63
Bagaimana hebatnya kekuatan seks itu
digambarkan Allah di dalam al-qur’an dalam kisah
cinta Zulaikha terhadap Nabi Yusuf A.S dalam surat
Yusuf (12): 23-24.

َ‫ب َوقَالَ ۡت ه َۡيت‬ َ ‫ت ٱ ۡۡل َ ۡب َٰ َو‬


ِّ َ‫عن َّن ۡف ِّس ِّهۦ َوغَلَّق‬ َ ‫َو َٰ َر َو َد ۡتهُ ٱلَّ ِّتي ه َُو فِّي َب ۡي ِّت َها‬
٢٣ َ‫لظ ِّل ُمون‬َّ َٰ ‫اي ِّإ َّنهُۥ ََل ي ُۡف ِّل ُح ٱ‬ ۡ َ ‫لل ِّإ َّنهُۥ َر ِّبي أ َ ۡح‬
َ ٰٓۖ ‫سنَ َمث َو‬ ٓ ِّ ٰٓۖ َّ ‫لَ َۚكَ قَا َل َمعَاذَ ٱ‬
‫ف‬َ ‫َل أَن َّر َءا ب ُۡر َٰ َهنَ َر ِّب ِّهۦَۚ َك َٰذَلِّكَ ِّلنَصۡ ِّر‬ ٓ َ ‫َولَقَ ۡد َه َّم ۡت ِّب ِّهۦٰۖٓ َو َه َّم ِّب َها لَ ۡو‬
٢٤ َ‫صين‬ ِّ َ‫شا ٓ َۚ َء ِّإ َّنهُۥ ِّم ۡن ِّع َبا ِّدنَا ٱ ۡل ُم ۡخل‬
َ ‫س ٓو َء َوٱ ۡلفَ ۡح‬ ُّ ‫ع ۡنهُ ٱل‬
َ

Terjemahnya:
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di
rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia
menutup pintu-pintu, seraya berkata marilah ke
sini, Yusuf berkata aku berlindung kepada
Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan
aku dengan baik, sesunggunya orang-orang
yang zalim tiada akan beruntung.
Sesunggunya wanita itu telah bermaksud
(bermaksud melakukan perbuatan itu) dengan
yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan
pula) dengan wanita itu andaikan dia tidak
melihat tanda (dari Tuhannya. Demikianlah,
agar kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya

63
Ali Akbar, Bimbingan Seks untuk Remaja, Cet, VIII, (Jakarta: Pustaka
Antara, 1993), h.52
38

Yusuf itu termasuk hamba-hamba yang


tepilih.”64

Hamka65 menjelaskan bahwa:


“Perempuan itu (Zulaikha) berusaha menggoda
Yusuf, namun tidak disambut oleh Yusuf, dia pun
berkata َ‫“ ه َۡيتَ لَ َۚك‬kemarilah engkau,” namun
Yusuf tetap bertahan dan memohon perlindungan
kepada Allah agar dia tidak mengikuti godaan
tersebut. Tidaklah layak bagi dia yang
diperlakukan sebagai anak oleh tuannya berkhianat
dengan istrinya, yang demikian itu merupakan
perbuatan yang zalim.
‫ َه َّم ۡت ِّب ِّهۦٰۖٓ َو َه َّم ِّب َها‬maksudnya adalah Zulaikha
sudah dimabuk cinta, dan Yusuf sebagai manusia
laki-laki, juga tergoda melihat kecantikan
Zulaikha, namun Yusuf dapat mengendalikan
dirinya. Dan di akhir ayat dijelaskan bahwa Allah
memberikan pujian kepada Yusuf “Sesungguhnya
Yusuf itu termasuk hamba-hamba yang tepilih,”
inilah pujian yang tertinggi yang diberikan Allah
kepada Nabi-Nya. Bahwa Nabi-Nya telah
dibentengi dengan Iman dan Ihsan sejak semula,
sehingga dia teguh dan tabah dalam menghadapi
cobaan.”
Dari kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa
Allah telah menggambarkan betapa besarnya nafsu
seks memengaruhi manusia, bahkan nabi Yusuf
mengakuinya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa faktor pergaulan bebas yang terjadi di kalangan
remaja tidak terlepas dari nafsu syahwat yang tidak
terkendali.

64
Q.S Yusuf (12): 23-24.
65
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu XII, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas,
1984), h. 208-209.
39

Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy


berpendapat bahwa faktor syahwat tidak terkendali
adalah:66
a. “Lemah iman. Semakin lemah iman seorang
hamba, maka semakin berani pulalah ia
melakukan apa yang diharamkan oleh Allah.
Jadi iman yang lemah menjadi faktor utama
seseorang terpedaya nafsu syahwat.
b. Salah memilih teman bergaul. Lingkungan
sangat mempengaruhi individu, termasuk
teman juga sangat mudah mempengaruhi
temannya, dan yang paling mudah terpengaruh
adalah anak remaja. Hal ini sesuai dengan
firman Allah yang terdapat dalam al-Qur’an
surat an-Nur (24) 30:
ُ َ‫ار ِّه ْم َو َيحْ ف‬
‫ظوا‬ ِّ ‫ص‬ َ ‫قُ ْل ِّل ْل ُمؤْ ِّم ِّنينَ َيغُضُّوا ِّم ْن أ َ ْب‬
‫ير ِّب َما‬ َ َّ ‫فُ ُرو َج ُه ْم ذَلِّكَ أ َ ْز َكى لَ ُه ْم ِّإ َّن‬
ٌ ‫َّللا َخ ِّب‬
َ‫ص َنعُون‬ ْ ‫َي‬
Terjemahnya:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka
perbuat.” 67
c. Memikirkan syahwat. Jika seseorang berlarut-
larut memikirkan tentang syahwat, hatinya
pasti dipenuhi oleh luapan dan gelora syahwat
yang bergejolak mencari pemuasan dan
pelampiasan.”

66
Muhammad bin Abdillah Ad-Duwaisy, Kiat Mengendalikan Syahwat,
(Bekasi: PT Wacana Lazuardi Amanah, 1994), h. 14.
67
Q.S An-Nur (24):30.
40

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat


disimpulkan bahwa faktor pergaulan bebas terjadi
karena adanya kecendrungan para remaja menuruti
nafsu syahwatnya yang menggebu-gebu. Ini
merupakan efek dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
kemajuan teknologi.
1. Efek Modernisasi Kebudayaan
Asyhari Abd. Ghofar berpendapat efek
yang ditimbulkan oleh modernisasi dan
kebudayaan adalah:68
a) “Dengan majunya sarana transportasi
hubungan antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain semakin lancar, sehingga
menimbulkan para pelancong atau turis
bisa mondar-mandir ke sana sini.
b) Dengan majunya sarana komunikasi dan
hiburan, seperti TV, video, film, media
massa dan lain-lain. Juga telah banyak
memengaruhi jiwa remaja untuk segera
meniru dan mempraktikkan apa yang
mereka lihat. Bacaan-bacaan porno dan
film-film cabul yang semula menjadi
hiburan dan tontonan, mereka pahami
sebagai tuntunan yang perlu ditirukan.
c) Kemajuan dibidang ekonomi yang kurang
merata, atau harta kekayaan hanya
tertumpuk pada orang-orang dan golongan
tertentu saja. Maka banyak perempuan
yang karena kesulitan ekonominya
menjajakan dirinya sebagai mata
pencahariannya.

68
Asyhari Abd. Gafar, Pandangan Islam Tentang Zina dan Perkawinan
Sesudah Hamil, (Jakarta: Andes Utama, 1993), h. 117.
41

d) Kekurangan keharmonisan pada pasangan


suami istri, sehingga menyebabkan
kehidupan yang kurang nyaman dan
bahagia.”

Muhammad Quthub menjelaskan beberapa


faktor lain yang juga sangat berpengaruh dalam
pergaulan bebas selain daripada pengaruh media
massa yang diakibatkan oleh efek modernisasi,
yaitu sebagai berikut:69
1) “Kondisi ekonomi yang diletakkan oleh
kapitalisme (berasal dari riba dan riba
berasal dari yahudi) yang tidak memberi
kemungkinan bagi kaum muda untuk
segera nikah dengan cara yang bersih dan
sah.
2) Mudah mendapat perempuan, baik teman
sekerja, kenalan di tengah jalan ataupun di
tempat-tempat belajar.
3) Teknik merayu yang diajarkan kepada
kaum wanita melalui surat kabar, bioskop,
radio, dan televisi.
4) Berbagai macam pelacuran yang tersedia
baik di rumah-rumah pelacuran yang resmi
maupun yang tidak resmi: bar-bar dan club
malam untuk memancing pelanggan
supaya membeli barang dagangan kotor.
5) Pengarahan pikiran yang menamakan
kepercayaan baik hidup di dunia tidak lain
hanya untuk menikmati kesenangan, tanpa
pembatasan apapun selain perasaan cukup
(manusia tidak akan merasa cukup) dan
bahwa kehidupan di dunia ini adalah
kesempatan satu-satunya yang bila tidak

69
Muhammad Quthub, Jahiliyah Abad Dua Puluh Satu, (Bandung: Mizan,
1993), h. 226.
42

dimanfaatkan sebaik-baiknya ia akan lewat


dan tidak akan kembali lagi.”
Sudah fitrahnya bagi manusia memiliki sifat
meniru, tidak heran jika manusia yang satu meniru
manusia yang lain, baik sifat, sikap maupun
tindakannya. Yang menjadi kekhawatiran dalam
tayangan televisi seperti film, sinetron drama dan
lain-lainnya, adalah adanya adegan yang tidak
bermoral yang mengarah kepada pergaulan bebas
di kalangan remaja, tentunya sedikit banyak akan
ditiru oleh remaja lainnya.70
“Oleh sebab itu, televisi akan selalu mampu
berperan sebagai alat atau media transformasi
moral dan budaya destruktif yang sangat efesien
dan efektif. Hiburan yang ditayangkan televisi,
sebagian besar hanya berakibat mengusik,
menggelitik, membangunkan atau menambah
gairah nafsu seksual para pemirsa.”71

2. Faktor Keluarga
Orang tua yakni ibu dan bapak memiliki
peranan yang sangat penting dalam membina dan
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
diri setiap anak–anaknya, sebelum anak-anak
melanjutkan kejenjang pendidikan formal. “Di

70
Awad Manshur, Televisi: Manfaat dan Mudarat. (Jakarta: Fika Hati aneka,
1993), h. 43.
71
Awad Manshur, Televisi: Manfaat dan Mudarat. (Jakarta: Fika Hati aneka,
1993), h. 43.
43

samping itu ia juga sebagai motivator untuk


mengarahkan anak-anaknya agar dalam berbuat
dan bertindak beorientasi kepada sifat yang
konstruktif, penuh kebahagiaan terlepas dari
tindakan dan perbuatan yang destruktif.”72
Keluarga sangat berpengaruh dalam
perkembangan perilaku anak, jika anak tumbuh
dikeluarga yang baik, maka keluarga akan
memberi pengaruh positif bagi anak. Sebaliknya
jika anak tumbuh dikeluarga yang kurang baik,
akan memberikan dampak negatif kepada anak.
“Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kedudukan orang tua juga berpengaruh pada
tingkah laku anak-anaknya. Apa yang diperbuat
oleh orang tuanya pasti akan diikuti oleh anak-
anaknya. Situasi keluarga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan. kepribadian seorang anak.”
Suami dan istri yang hidup rukun atau yang selalu
cekcok dalam rumah tangga yang dilihat dan
didengar anak setiap hari, pasti memengaruhi
seluruh kehidupannya. 73
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
remaja terlibat dalam pergaulan bebas disebabkan

72
Sudarsono. Kenakalan Remaja Cet. II, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 1991). h.
125.
73
Sudarsono. Kenakalan Remaja Cet. II, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 1991). h.
127.
44

dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor


eksternal:74
1. Faktor internal meliputi:
a. Aspek perkembangan alat seksual;
b. Aspek motivasi.
2. Faktor eksternal meliputi:
a. Aspek keluarga;
b. Aspek pergaulan.
c. Tingkat Pergaulan Bebas di Kalangan Generasi
Muda
Ketidak berdayaan suatu generasi atau kelompok
masyarakat atau bahkan individu untuk menolak
pergaulan bebas atau seks bebas pada umumnya
disebabkan oleh:75
1) “Ketidak mampuannya mengekang nafsu
sendiri, kontrol diri yang lemah sehingga
hal ini memacu kemauan dalam
melakukan hubungan bebas.
2) Dominannya sifat-sifat infantil/kekanak-
kanakan yang menyebabkan kurang
responnya seseorang terhadap tanggung
jawab pribadinya terhadap akhlak dan
agamanya.
3) Ketidak mampuan menahan diri terhadap
bentuk kenikmatan seks kecil dan segera
serta mengorbankan kenikmatan seks yang

74
Nadirah Siti, Peranan Pendidikan dalam Menghindari Pergaulan Bebas
Anak Usia Remaja, (Jakarta: Musawa, 2017), h. 315-318.
75
Aisyah, “Dampak Negatif Pergaulan Bebas terhadap Generasi Muda
Menurut Tinjauan Pendidikan Islam”, Skripsi S1 Program Pendidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alaudin Makassar, Makasar, 2013, h.
26-27
45

lebih besar dan abadi dikemudian hari


bersama istri/suami yang sah.
4) Pergaulan bebas yang mengarah pada
kecenderungan seks bebas juga disebabkan
oleh motif-motif narsisme ekstrim, yang
kemudian berkembang menjadi nafsu
petualang cinta yang tidak mengenal rasa
puas, dan senantiasa “haus cinta” yang
berkembang menjadi hiperseks.
5) Pergaulan bebas juga didorong oleh
mosakhisme yang sangat kuat dan
menjurus pada tendensi patologis yang
berupa penyimpangan dan ekstrimisme
seks di luar batas kewajaran.
6) Intensitas pergaulan bebas di kalangan
remaja juga didorong oleh relebi atau
dorongan pemberontakan berupa
keinginan untuk memutus rantai-rantai
kewibawaan kekuasaan orang tua atau
belenggu larangan tradisi dan berbagai
aturan yang mengikat.”

d. Akibat Buruk Pergaulan Bebas


1) Terhadap Kesehatan
Jenis penyakit yang disebabkan hubungan
seksual (sexualy transmitted) sebagai berikut:76
a) Peradangan uretra yang tidak spesifik
(non espesific uretritus)
b) Kencing nanah
c) Kutil alat genital (condiloma
accuninata)

76
Burhanudin Latief, Sekitar Penyakit Menular Seksual, (Pedoman Rakyat No.
27. 1996), h. 3.
46

d) Jamur kondidah pada alat genital


(candidosis genetalis)
e) Herpes Alat Genital
f) Sifilis
g) Trichomonisasis
h) Bobo Kelenjar Limfe Inguinal.

Hal yang sama pula dikemukakan oleh Fathi


Yakin:77
a) “Penyakit Sipilis (Raja Singa),
merupakan sejenis penyakit yang
timbul oleh kuman, penyakit ini juga
dikenal dengan nama raja singa, dan
cara menularnya melalui hubungan
seks.
b) Gonorrho (Kencing Nanah), penyakit
ini relative tidak berbahaya kalau
dibandingkan dengan sipilis, namun
penyakit ini sangat ditakuiti karena
penyebab penyakit ini adalah hubungan
seks yang tidak legal.”

2) Terhadap Masyarakat
Fathi Yakin mengatakan dampak negatif yang
ditimbulkan oleh pergaulan bebas bagi
masyarakat, ada empat yaitu:78
a) “Seks dapat merongrong kekayaan
rakyat.
Keserakahan seks dan keonaran dalam
suatu masyarakat, secara spontan
dibarengi oleh tersebarnya kemewahan,

77
Fatthi Yakin, Islam dan Seks, (Jakarta: Cv. Firdaus, 1991), h. 46-47.
78
Fatthi Yakin, Islam dan Seks, (Jakarta: Cv. Firdaus, 1991), h. 69-72.
47

kemubaziran dan penghamburan


kekayaan, yang mempunyai dampak
sangat jelek terhadap masyarakat.
Sebab rakyat kehilangan sumber daya
yang seyogianya bisa dimanfaatkan di
sektor-sektor lain, seperti industri
pertanian dan pembangunan, serta hal-
hal yang dapat menunjang kemajuan
dan kemakmuran.
b) Seks memengaruhi kesehatan umum.
Bila kebebasan seks diiringi dengan
menghambur-hamburkan kekayaan
melanda suatu bangsa, maka hal itu
mengakibatkan dampak negatif
terhadap masyarakat, di mana mereka
akan ditimpa penyakit dan penderitaan.
Seorang Dokter Prancis
mengungkapkan bahwa setiap tahun di
Prancis tiga puluh ribu orang
meninggal dunia akibat penyakit sipilis.
c) Seks dapat merusak hubungan
masyarakat,
Dampak lain seks adalah hancurnya
hubungan kekeluargaan dan rusaknya
kesatuan masyarakat, serta putusnya
tali silaturahmi.
d) Seks dapat melunturkan akhlak.
Keruntuhan akibat kebebasan seks
adalah menonjolnya tabiat hewani pada
seseorang, menyebarnya sifat masa
bodoh terhadap sesama.”

3) Ditinjau dari Pendidikan Islam


Islam menganggap seks sebagai sesuatu hal
yang fitrah, dan bahkan bisa bernilai ibadah jika
dilakukan oleh pasangan suami istri. Dalam suatu
hadist dikatakan, “Dua rakaat shalat yang didirikan
48

oleh orang yang kawin lebih baik daripada


keterjagaan (ibadah) di malam hari dan puasa
(disiang hari) orang yang tidak kawin.” 79
Tentu saja seks yang sesuai dengan aturan-
aturan syariat Islam, seks yang “memanusiakan”
manusia bukan seks ala hewan yang dapat
merendahkan derajat manusia. Allah SWT
menciptakan naluri seks pada diri manusia sebagai
sarana penjaga kesinambungan eksistensi umat
manusia di dunia dan juga sebagai sarana
kesenangan bagi manusia.80 Firman Allah SWT
dalam al-Qur’an ar-Rum (30):21

‫َو ِّم ۡن َءا َٰ َي ِّت ِّهۦٓ أ َ ۡن َخلَقَ لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِّس ُك ۡم أ َ ۡز َٰ َو ٗجا ِّلت َۡس ُكنُ ٓواْ إِّلَ ۡي َها َو َجعَ َل‬
‫َب ۡي َن ُكم َّم َو َّد ٗة‬
81
٢١ َ‫ت ِّلقَ ۡو ٖم َيتَفَ َّك ُرون‬ ٖ ‫َو َر ۡح َم َۚة ِّإ َّن فِّي َٰذَلِّكَ َۡلٓ َٰ َي‬

Terjemahnya: “Dan di antara tanda-tanda


kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antara kamu
rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang

79
Aisyah, “Dampak Negatif Pergaulan Bebas terhadap Genegrasi Muda
Menurut Tinjuauan Pendidikan Islam”, Skripsi S1 pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alaudin Makassar, Makassar. 2013, h. 51.
80
Aisyah, “Dampak Negatif Pergaulan Bebas terhadap Genegrasi Muda
Menurut Tinjuauan Pendidikan Islam”, Skripsi S1 pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alaudin Makassar, Makassar. 2013, h. 51.
81
Q. S ar-Rum (30): 21.
49

demikian itu benar-benar


terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang terpelajar.”82

Abdullah Yusuf Ali83 menjelaskan:

“Bahwa ayat ini mengacu pada rahasia yang


sugguh menakjubkan mengenai seks. Anak-
anak dilahirlan dari adanya hubungan kelamin.
Dan yang melahirkan keturunan, baik laki-laki
maupun perempuan. Dan ayah sama
pentingnya dengan ibu dalam melahirkan anak
perempuan. Laki-laki yang biasa melakukan
kejahatan suka bertengkar dalam soal seks,
tetapi ketentraman akan terdapat dalam
hubugan yang normal antara ayah dengan ibu
yang hidup bersama dan memimpin keluarga.
Sifat satria seorang laki-laki terhadap lawan
jenisnya adalah wajar dan sebagi anugerah
Tuhan. Persahabatan antara dua laki-laki
dengan sesamanya dalam kualitas dan
perangai sama sekali berbeda dengan perasaan
antara laki-laki dengan perempuan yang
sifatnya murni. Ada semacam cinta dan kasih
sayang tersendiri antara mereka. Dan karena
perempuan fisiknya lebih lemah, sehingga dari
segi tertentu sifatnya yang lemah lembut itu
mungkin dapat disamakan dengan kasih
sayang, maka perlindungan dari yang kuat
harus diberikan kepada yang lebih lemah.”

Hasrat seksual (syahwat) pada manusia sama


normalnya dengan nafsu makan dan minum,
namun terkadang hasrat seksual ini lebih kuat dan
menguasai diri manusia. Allah menciptakan

82
Q. S ar-Rum (30): 21.
83
Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali, Terj. Ali Audah, (Bogor: Pustaka
Litera AntasNusa, 2009), h. 1024.
50

syahwat sama normalnya dengan Allah


menciptakan nafsu makan dan minum. Semua
nafsu diciptakan oleh Allah untuk keseimbangan
kehidupan tinggal bagaimana kita
mengendalikannya.84 Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an Qs. Ali Imran (3): 14

ِّ‫ط َرة‬ َ ‫ير ٱ ۡل ُمقَن‬ ِّ ‫سا ٓ ِّء َوٱ ۡل َبنِّينَ َوٱ ۡلقَ َٰ َن ِّط‬
َ ‫ت ِّمنَ ٱ ِّلن‬ ِّ ‫ش َه َٰ َو‬َّ ‫اس ُحبُّ ٱل‬ ِّ ‫ُز ِّينَ ِّلل َّن‬
ِّ ‫ِّمنَ ٱلذَّ َه‬
‫ب‬
‫ث َٰذَلِّكَ َم َٰتَ ُع ٱ ۡل َح َي َٰوةِّ ٱلد ُّۡن َي ٰۖٓا‬ِّ ‫س َّو َم ِّة َوٱ ۡۡل َ ۡن َٰ َع ِّم َوٱ ۡل َح ۡر‬َ ‫ض ِّة َوٱ ۡلخ َۡي ِّل ٱ ۡل ُم‬ َّ ‫َوٱ ۡل ِّف‬
‫َوٱ َّللُ ِّعن َدهُۥ‬
85
١٤ ‫ب‬ ِّ ‫ُح ۡس ُن ٱ ۡل َما‬

Terjemahnya: “Dijadikan indah pada


(pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak, dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan disisi Allahlah tempat
kembali yang baik (surga).”86

Abdullah Yusuf Ali87 menjelaskan:

84
Aisyah, “Dampak Negatif Pergaulan Bebas terhadap Genegrasi Muda
Menurut Tinjuauan Pendidikan Islam”, Skripsi S1 pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alaudin Makassar, Makassar. 2013, h. 52.
85
Q.S Ali Imran (3): 14.
86
Q.S Ali Imran (3): 14.
87
Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali, Terj. Ali Audah, (Bogor: Pustaka
Litera AntasNusa, 2009), h. 132.
51

“Kesenangan hidup di dunia satu demi satu


disebutkan: perempuan karena cinta, putra-
putra karena kekuatan dan kebanggaan,
kekayaan yang bertimbun-timbun untuk
memperoleh segala kemewahan, kuda dari
jenis dan turunan yang terbaik, ternak sebagai
ukuran kekayaan dalam dunia dan tanah
berhektar-hektar yang diolah baik, sebagai
analogi, untuk dunia kita yang serba masinal,
dapatkah kita sebutkan berbagai macam mesin
traktor, mobil, pesawat terbang, mesin-mesin
penggerak dengan pelbagai macam yang
terbaik, dan sebagainya. maksud dari emas
dan perak yang tertimbun-timbun adalah
qanatir, jamak qintar yang secara harfiah
berarti satu talent dari 1.200 ounce (1 ounce=
28,349 gram) emas.”

Hasrat seksual, sama halnya dengan nafsu


makan dan minum, dapat dipenuhi dengan cara
yang halal maupun yang haram. Haram hukumnya
untuk memuaskan hasrat seksual di luar ikatan
perkawinan, sesama jenis, dengan hewan ataupun
dengan orang mati (mayat). “Islam melarang
penolakan dan penekanan menyeluruh terhadap
naluri seksual. Rasulullah SAW melarang para
sahabatnya mengebiri diri mereka sendiri agar
mereka dapat tekun beribadah sepanjang waktu.”88
Seks bukanlah suatu kata yang kotor, seks
adalah anugerah Allah SWT kepada umat manusia.
Namun seks yang diperbolehkan dalam agama

Aisyah, “Dampak Negatif Pergaulan Bebas terhadap Genegrasi Muda


88

Menurut Tinjuauan Pendidikan Islam”, Skripsi S1 pada Fakultas Tarbiyah dan


Keguruan UIN Alaudin Makassar, Makassar. 2013, h. 52.
52

adalah yang bersifat manusiawi atas dasar


hubungan pernikahan, bukan seperti pergaulan
bebas, karena perbuatan tersebut perbuatan tercela
yang diharamkan Allah SWT.89 Ancaman Allah ini
telah dijelaskan dalam al-Qur’an Al-Isra’ (17): 32
90
٣٢ ‫ٱلزن َٰٰۖٓ َٓى إِّ َّنهُۥ َكانَ َٰفَ ِّحش َٗة َو َسا ٓ َء َس ِّب ٗيل‬
ِّ ْ‫َو ََل ت َۡق َربُوا‬
Arti: “Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang buruk.”91

“Dalam ayat ini Allah swt melarang hambanya


mendekati perbuatan zina. Maksudnya ialah
melakukan perbuatan yang membawa pada
perzinaan, seperti pergaulan bebas tanpa
kontrol antara laki-laki dan perempuan,
membaca bacaan yang merangsang, menonton
tayangan sinetron dan film yang mengumbar
sensualitas perempuan. Perbuatan zina
merupakan perbuatan yang sangat keji, yang
menyebabkan hancurnya garis keturunan,
menimbulkan kegoncangan dan kegelisahan
dalam masyarakat, merusak ketenangan hidup
berumah tangga, menghancurkan rumah
tangga itu sendiri, dan merendahkan martabat
manusia. Jika perbuatan itu dibiarkan
merajalela di tengah-tengah masyarakat berarti
manusia sama derajatnya dengan binatang.
Ayat ini mengandung larangan berbuat zina
dan isyarat akan perilaku orang-orang Arab

89
Aisyah, “Dampak Negatif Pergaulan Bebas terhadap Genegrasi Muda
Menurut Tinjuauan Pendidikan Islam”, Skripsi S1 pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alaudin Makassar, Makassar. 2013, h. 52.
90
Q.S Al- Isra:, (17): 32.
91
Q.S Al- Isra:, (17): 32.
53

Jahiliah yang berlaku boros. Perzinaan adalah


penyebab keborosan.”92
Fathi Yakin93 mengatakan “hukum zina ada
tiga macam yakni hukum dera (dicambuk),
diasingkan, dan dirajam (di lempar batu sampai
mati). Bila mereka yang berzina itu belum kawin,
maka hukumannya didera dan diasingkan.” Hal ini
dijelaskan dan Firman Allah surat An- Nur (24):2,
yang berbunyi:

۟ ‫ٱلزا ِّنى فَٱجْ ِّلد‬


‫ُوا ُك َّل َٰ َو ِّح ٍد‬ َّ ‫ٱلزا ِّن َيةُ َو‬
َّ
ٌ‫ِّم ْن ُه َما ِّم ۟ائَةَ َج ْل َدةٍ ٰۖٓ َو ََل تَأ ْ ُخ ْذ ُكم ِّب ِّه َما َرأْفَة‬
‫ٱلل َو ْٱل َي ْو ِّم‬
ِّ َّ ‫ٱلل ِّإن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِّمنُونَ ِّب‬ ِّ َّ ‫ِّين‬ِّ ‫ِّفى د‬
َ ‫اخ ِّر ٰۖٓ َو ْل َي ْش َه ْد‬
‫عذَا َب ُه َما‬ ْ
ِّ ‫ٱل َء‬
94
َ‫طا ٓ ِّئفَةٌ ِّمن َْٱل ُمؤْ ِّمنِّين‬
َ
Terjemahnya; “Wanita dan pria yang berzina,
deralah mereka masing-masing
seratus kali, dan janganlah
kamu belas kasihan terhadap
mereka dalam menjalankan
hukum Allah, jika kamu
beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Hendaklah siksaan
mereka disaksikan oleh
sekelompak orang-orang
mukmin.”95

92
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsir (Edisi yang Disempurnakan)
Jilid 5, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), h. 472-473.
93
Fathi Yakin, Islam dan Seks, Cet. III, (Jakarta: Cv. Firdaus, 1991), h. 75.
94
Q.S An-Nur (24): 2.
95
Q.S An-Nur (24): 2.
54

Abdullah Yusuf Ali96 menjelaskan:

“Zina meliputi perbuatan hubungan seks


antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan yang satu sama lain tidak saling
terikat oleh pernikahan. Oleh karena itu
keduanya melakukan perbuatan zina (adultery
yang berarti bahwa yang seorang atau
keduanya sudah menikah dengan seseorang
selain dengan yang bersangkutan tersebut) dan
zina diartikan dalam arti sempit bahwa kedua
pihak tak beristri dan tak bersuami. Undang-
undang perkawinan dan perceraian di dalam
Islam dibuat mudah, sehingga dengan
demikian orang tidak mudah tergoda untuk
mengadakan hubungan seks di luar pernikahan
yang sudah diatur cukup terperinci. Ini akan
membawa rasa harga diri yang lebih besar
pada kedua pihak, laki-laki dan perempuan.
Pelanggaran seks yang lain juga dikenakan
hukuman, tapi dalam Ain ini khusus mengenai
zina semata-mata. Pelaksanaan hukuman itu
harus terbuka, sebagai langkah pencegahan.”

7. Remaja
a. Pengertian
“Masa remaja merupakan masa peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa.”97
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan fisik,
intelektual, psikologis, dan sosial yang biasanya

96
Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali, Terj. Ali Audah, (Bogor: Pustaka
Litera AntarNusa, 2009), h. 873.
97
Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 249.
55

dirasakan oleh para orang tua, betapa perjalanan umur


anak kecilnya sangat cepat, hingga tingkat
kematangan mereka mencapai usia 20 tahun.98
Sementara dalam kamus Bahasa Indonesia
memiliki arti memulai hidup dewasa. Masa remaja
adalah “suatu periode dari masa anak-anak menjadi
dewasa ketika manusia menguji berbagai peran yang
mereka mainkan dan mengintegrasikan peran-peran
tersebut ke dalam suatu persepsi diri dan identitas.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga
bagian, sebagai berikut: masa remaja awal (12-15
tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan
masa remaja akhir (18-22 tahun).”99
World Health Organization (WHO) membagi
kriteria remaja menjadi tiga, antara lain:100
1. “Perubahan remaja secara biologis
yaitu remaja mengalami perubahan
pada tanda-tanda seksual sekundernya
sampai mencapai kematangan seksual.
2. Perubahan remaja secara psikologis
dapat dilihat dengan perubahan pola
identifikasi dari anak-anak menjadi
dewasa.
3. Remaja mengalami peralihan
ketergantungan sosial ekonomi menuju
keadaan yang relatif lebih mandiri.”

98
Sukarelawati, Komunikasi Interpersonal Membentuk sikap Remaja, (Bogor:
IPB Pers, 2019), h. 1.
99
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.739.
100
Sarwono Sarlito W, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), h. 9.
56

Menurut Abu Ahmadi, “bahwa masa remaja


terbagi menjadi dua, yaitu masa pra pubertas (pueral)
usia 12-14 tahun dan masa pubertas usia 14-18
tahun.”101

b. Tugas Masa Remaja


Setiap tahap perkembangan manusia terdapat
tugas-tugas tertentu yang berasal dari harapan
masyarakat, yang harus dipenuhi untuk
mempersiapkan individu untuk menghadapi tahap
selanjutnya dengan tugas yang berbeda lagi.
Tugas perkembangan yang penting pada tahap
pertengahan dan akhir masa remaja yakni:102
1) “Menerima bentuk tubuh orang dewasa
yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan
dengan fisiknya;
2) Mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan figur-figur otoritas;
3) Mengembangkan keterampilan dalam
komunikasi intrapersonal, belajar membina
relasi dengan teman sebaya dan orang
dewasa, baik secara individu maupun
dalam kelompok;
4) Menemukan model untuk identifikasi;
5) Menerima diri sendiri dan mengandalkan
kemampuan dan sumber-sumber yang ada
pada dirinya;
6) Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-
nilai dan prinsip-prinsip yang ada.

101
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.
85.
102
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 72.
57

7) Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan


penyesuaian yang kekanak-kanakan.”

B. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran

Film Dua Garis Biru (X)

penerapan

Teori S-O-R dan Efek


Media

Efek Efek
Efek Afektif
Kognitif Behavioral

efek

Kesadaran remaja SMAM 25 Pamulang akan akibat


pergaulan bebas (Y)

simpulan

Film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral)


(X) mampu memberikan pengaruh terhadap kesadaran remaja
(Y)
Sumber: Peneliti
58

C. HIPOTESIS
Hipotesis adalah “dugaan sementara yang dapat benar
atau salah, yang akan dibuktikan berdasarkan data dari hasil
penelitian.”103 Hipotesis dalam penelitian ini yaitu hipotesis
asosiatif yakni pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih.104
Di dalam hipotesis terdapat dua kemungkinan yang
bernilai benar dan hipotesis yang bernilai salah, sehingga
hipotesis satu dengan hipotesis lainnya saling berlawanan.
Kedua hipotesis tersebut yaitu:105
1. Hipotesis kerja (Ha) : hipotesis alternative/kerja
2. Hipotesis nol (H0) : hipotesis nol/ statistic
Hipotesi dalam penelitian ini yaitu:
Ho: Menunjukkan tidak ada pengaruh film Dua Garis Biru
(Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap kesadaran
remaja akan akibat dari pergaulan bebas.
Ha: Menunjukkan bahwa ada pengaruh film Dua Garis Biru
(Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap kesadaran
remaja akan akibat dari pergaulan bebas.

103
Arikunto S, Prosedur Penelitian Suatu Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h. 76.
104
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 89.
105
Lolang Enos, Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif, Jurnal KIP, Vol. III,
No. 3, November 2014- Februari 2015, h. 685-686.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut
paradigma penelitian. Landasan dalam sebuah penelitian
kuantitatif atau positivistik merupakan pengasumsian
mengenai gejala yang dapat diklasifikasikan dan hubungan
gejala bersifat klausal (sebab-akibat), sehingga dapat
melakukan penelitian dengan memfokuskan beberapa
variabel saja. 1
Bisa dikatakan bahwa paradigma penelitian ini diartikan
sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara
variabel yang akan diteliti sekaligus mencerminkan jenis
serta jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
jenis, dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang
akan digunakan.2
Penulis menggunakan paradigma fungsionalis atau
positivist. Tradisi positivisme melahirkan pendekatan-
pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial di
mana objek penelitian dilihat memiliki keberaturan yang
naturalistik, empiris, dan behavioristik, dimana semua objek
penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat

1
Sirilus Sersan, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Sosial, (Yogyakarta:
Deepublish, 2020), h. 74.
2
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), h. 42.

59
60

diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna


namun mementingkan fenomena yang tampak serta serba
bebas nilai atau objektif dengan menentang habis-habisan
sikap subjektif. 3
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah “riset
yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang
hasilnya dapat digeneralisasikan.”4 Dalam kuantitatif, periset
dituntut bersikap objektif dan memishkan diri dari data.
Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep
maupun alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Semuanya
harus objektif dengan diuji dahulu apakah batasan konsep
dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan
validitas. Dalam penelitian ini pendekatan kuantitatif
bertujuan untuk mengukur pengaruh film Dua Garis Biru
(Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap kesadaran
remaja akan akibat pergaulan bebas.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah survey, yaitu penelitian
dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument
pengumpulan datanya. Tujuannya adalah “untuk memperoleh

3
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005), h. 40.
4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Malang: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hal. 55
61

informasi tentang sejumlah responden yang dianggap


mewakili populasi tertentu.”5
Metode survey terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan
eksplanatif. Dalam penelitian ini, jenis survei yang
digunakan adalah survey deskriptif, di mana jenis survey ini
bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu,
atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.6
Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan pengaruh film Dua Garis Biru (Efek
Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap kesadaran remaja
akan akibat pergaulan bebas.

D. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang akan diteliti.7 Objek
dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang angkatan 2021.

E. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian


1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu
variabel independent (pengaruh) dan variabel dependen
(terpengaruh).

5
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Komunikasi, (Malang: Kencana Prenada
Media Group, 2012), h. 59-60.
6
Ismail Nurdin, Sri Hartini, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media
Sahabat Cendikia, 2019), h. 65-66.
7
Muchlis Anshori dan Sri Liswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2017), h. 115.
62

a. Variabel Bebas (Independent)


Variabel bebas (independent) adalah variabel yang
menjadi sebab atau merubah atau mempengaruhi
variabel lain (variabel dependen).8 Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah film Dua Garis Biru
(Efek Kognitif, Afektif dan Behavioral).
b. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya
variabel lain (variabel bebas).9 Variabel ini juga
sering disebut variabel terkait. Variabel terkait
dalam penelitian ini adalah kesadaran Remaja
akan Akibat dari Pergaulan Bebas.
2. Defenisi Operasional
Agar variabel dapat diukur maka harus dijelaskan ke
dalam konsep operasional variabel dengan cara
menjelaskan parameter atau indikator-indikator dari setiap
variabel yang digunakan dalam penelitian.10 Operasional
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005), h. 132.
9
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005), h. 132.
10
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005), h. 70.
63

a. Operasional Variabel Film Dua Garis Biru


Terdapat tiga aspek dalam variabel film Dua Garis
Biru yaitu kognitif, afektif dan konatif atau
behavioral. Dari setiap aspek tersebut terdapat
indikator sebagai berikut:
1) Kognitif: media massa mampu membantu
khalayak dalam mempelajari sesuatu atau
memperoleh informasi dari pesan yang
disampaikan.
2) Afektif: efek ini mempengaruhi emosi,
sikap ataupun nilai penonton.
3) Konatif: film sebagai media komunikasi
massa mampu mempengaruhi perilaku
penonton.
b. Operasional Variabel Kesadaran Remaja akan
Akibat Pergaulan Bebas
Terdapat dua faktor yang menyebabkan pergaulan
bebas yaitu faktor internal, dan faktor eksternal. Dari
setiap aspek tersebut terdapat indikator sebagai
berikut:
1) Faktor internal: motivasi dari diri induvidu
sendiri.
2) Faktor eksternal: objek yang dilihat mampu
memberi pengruh terhadap individu.
64

F. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono11 populasi adalah “wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh periset untuk dipelajari, kemudian ditarik
kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa siswi SMAM 25 Pamulang yang berjumlah 166
orang.
a. Profil SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
SMA Muhammadiyah 25 Pamulang beralamatkan Jl.
Surya Kencana No. 29 Kel. Pamulang Barat, Kec.
Pamulang, Kota Tangerang Selatan Banten.12
SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang berdiri
pada tahun 1992. Izin pendirian dikeluarkan oleh kanwil
Depdikbud Propinsi Jawa Barat pada tahun pelajaran
1992/1993 dengan piagam pendirian no. 130/102/kep/E
92. Pengerjaan RKB SMAM 25 sebanyak 10 lokal
dilakukan oleh PT. IMEMBA.13
SMA M 25 didirikan karena beberapa pertimbangan:
(1) Pertimbangan aspek agama, para pendiri berkeinginan
agar paham Islam yang sesuai al-Quran dan al-Sunnah

11
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 80.
12
Data SMAM 25 Pamulang. Data Referensi Kemendikbud
https://referensi.data.kemdikbud.go.id/tabs.php?npsn=20603316 diakses pada
10 Maret 2021 pukul 15:20.
13
Sejarah SMAM 25 Pamulang. SMAM 25 Pamulang Official Website.
https://smam25pamulang.sch.id/#. diakses pada 10 Maret 2021 pukul 15:25.
65

benar-benar membumi di Pamulang. Oleh karena itu,


SMA dianggap lebih tepat untuk menjadi wadah mencetak
kader Islam yang berpaham Muhammadiyah, (2)
Pertimbangan aspek filosofis, bahwa lembaga pendidikan
yang dikelola oleh Muhammadiyah masih jarang dan
terkesan ketinggalan zaman, (3) Pertimbangan historis,
bahwa dari tahun berdirinya Muhammadiyah 1912,
Muhammadiyah semakin mendapat dukungan dari
masyarakat, termasuk di Pamulang, (4) Pertimbangan
aspek pendidikan, bahwa banyak siswa SMP
Muhammadiyah 22 yang melanjutkan pendidikan ke SMA
umum, (5) Aspek sosial. Adanya permintaan dari
masyarakat agar perguruan membuka SMA sebagai
kelanjutan SMP M 22.14
Setelah satu tahun beroperasi, tepatnya pada tahun
1993 SMA M 25 mendapat satatus “DIAKUI”. Lima
tahun kemudian tepatnya tahun 1998 memperoleh status
“DISAMAKAN”. Dengan semangat kerja keras seluruh
stakeholder, SMA M 25 semakin tampil meyakinkan dan
percaya diri, karena gedungnya semakin representative,
kepercayaan masyarakat pun semakin luas. Akhirnya pada
tahun 2007 sekolah ini mendapat sertifikat
“TERAKREDITASI A” dari Dinas Pendidikan Provinsi
Banten. Pada tahun 2007 juga SMA M 25 memperoleh

14
Sejarah SMAM 25 Pamulang. SMAM 25 Pamulang Official Website.
https://smam25pamulang.sch.id/#. diakses pada 10 Maret 2021 pukul 15:25.
66

sertifikat sekolah dengan Pendidikan berbasis keunggulan


lokal (PBKL) dengan program unggulan Desain Grafis.15
Menurut Drs. Tajudin, di awal berdirinya pada tahun
1991/1992 SMA M25 hanya memiliki 8 orang siswa.
Gedungpun masih menumpang di SD M 12. Karena
adanya keterbatasan pemasukan, gaji guru pada waktu itu
baru sebesar 87.000 perbulan, dan pengelolaan
administrasi juga masih memakai mesin tik. Barulah pada
tahun 1995 SMA M mulai menggunakan komputer
dengan memanfaatkan bantuan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan yang diikhtiarkan oleh Haryono Fajar
pengurus komite sekolah.16
Berkat kerja keras dan kerja ikhlas akhirnya pada tahun
1993/1994 untuk pertama kali SMA M 25 berhasil
meluluskan 25 orang siswa. Terjadinya penambahan
alumni angakatan pertama tersebut karena adanya siswa
pindahan dari sekolah lain sebanyak 17 orang.17
Pada masa-masa awal, promosi sekolah dilakukan
dengan metode silaturahmi ke SMP-SMP yang ada,
kemudian sekolah memberikan kenang-kenangan berupa
jam dinding, spanduk dan lain-lainnya. Selain itu juga
promosi dor to dor atau silaturahmi kepada tokoh
masyarakat dan juga pemerintah.

15
Sejarah SMAM 25 Pamulang. SMAM 25 Pamulang Official Website.
https://smam25pamulang.sch.id/#. diakses pada 10 Maret 2021 pukul 15:25.
16
Sejarah SMAM 25 Pamulang. SMAM 25 Pamulang Official Website.
https://smam25pamulang.sch.id/#. diakses pada 10 Maret 2021 pukul 15:25.
17
Sejarah SMAM 25 Pamulang. SMAM 25 Pamulang Official Website.
https://smam25pamulang.sch.id/#. diakses pada 10 Maret 2021 pukul 15:25.
67

b. VISI dan MISI SMA M 25 Pamulang


Adapun Visi dan Misi SMA M 25 adalah sebagai
berikut:18
Visi:
“Terwujudnya sekolah yang “kokoh dalam iman, unggul
dalam ilmu dan amal, anggun dalam akhlak serta siap
bersaing di Era Globalisasi.”
Misi:
1. Menerapkan nilai-nilai keislaman dan tertib ibadah di
lingkungan sekolah;
2. Membentuk peserta didik yang jujur, disiplin, dan
bertanggung jawab;
3. Mengembangkan bakat, minat dan kreatifitas peserta
didik melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler;
4. Membentuk peserta didik yang mampu membaca dan
menghafalka al-Quran dengan baik;
5. Melaksanakan proses belajar mengajar yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan;
6. Meningkatkan semangat berprestasi dan cinta tanah
air;
7. Mengembangkan potensi peserta didik dalam
penguasaan IPTEK dan Bahasa Asing;
8. Menerapkan budaya hidup sehat, bersih, aman dan
nyaman.

c. Jumlah Siswa SMA Muhammadiyah 25


Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan

X IPA 46 20 66

X IPS 55 41 96

18
Visi dan Misi SMAM 25 Pamulang. SMAM 25 Pamulang Official Website.
https://smam25pamulang.sch.id/# diakses pada 10 Maret 2021 pukul 15:30
68

TOTAL 162
XI IPA 52 47 99
XI IPS 52 47 99

TOTAL 198
XII IPA 27 40 67
XII IPS 54 45 99

TOTAL 166
JUMLAH SELURUH SISWA 526
Tabel 3. 1 Jumlah Siswa19
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). 20
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan
adalah non probability sampling, yang artinya “teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.” Dengan teknik
purpose sampling karena responden yang akan dijadikan

19
Tata Usaha SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 168.
69

sampel berdasarkan kriteria tertentu.21 Alasan mengapa


menggunakan teknik purpose sampling karena responden
yang akan dijadikan sampel berdasarkan kriteria tertentu,
yaitu siswa-siswi kelas XII Angkatan 2021 SMAM 25
Pamulang yang pernah menonton film Dua Garis Biru.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin22 dengan tingkat kepercayaan
10% atau 0,1.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁. 𝑒 2
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
𝑒2 = Margin eror (10%)
166
𝑛=
1+166 (0,1)2

= 62,406 dibulatkan menjadi 62 orang


responden

Berdasarkan teknik tersebut maka disebarkan kuisioner


sebanyak 62, yang akan disebar kepada siswa-siswi
Angkatan 2021 SMAM 25 Pamulang.

21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 85.
22
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: komunikasi, ekonomi,
dan kebijakan publik, serta ilmu-ilmu sosial lainnya, (Jakarta: Prnada Media
Grup, 2005), h. 115.
70

G. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2021
sampai Juli 2021.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa SMAM 25
Pamulang Angkatan 2021 dengan menyebarkan
kuisioner via google form.

H. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.
Data berupa hasil kuesioner yang diberikan pada
responden di lapangan.23
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber data yang kedua dari data yang kita
butuhkan. Data sekunder biasa didapatkan dari
pengembangan aplikasi, lembaga rating, forum
diskusi politik, komunikasi politik dan
sebagainya.24

23
H. Ardial, Paradigma dan Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015), h. 359.
24
H. Ardial, Paradigma dan Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015), h. 360.
71

I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah “suatu alat yang dapat
digunakan untuk memperoleh, mengolah, dan
mengintreprestasikan informasi yang diperoleh dari
responden.”25 Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan untuk mencari data yang akurat dengan
menggunakan Skala. Skala yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala Likert, yaitu “skala untuk mengukur sikap,
pendapat, opini persepsi seseorang yang berkaitan dengan
masalah-masalah sosial.”26 Berikut skala Likert yang
digunakan pada penelitian ini:

Skala Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu- Ragu (R) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tabel 3. 2 Skala Likert

Variabel Dimensi Indikator Butir


Film Dua Kognitif 1. Sifatnya 7 butir
Garis Biru informatif
(X) 2. Media massa

25
Siregar & Sofyan, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 46.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), h. 93.
72

membantu
khalayak
mendapatkan
informasi
3. Media massa
memengaruhi
pembentukan
citra khalayak.
Afektif 4. Memengaruhi 2 butir
emosi penonton
5. Menimbulkan
perasaan
emosional
Konatif/ 6. Menimbulkan 6 butir
Behavioral perubahan sikap
khalayak
7. Mengubah
khalayak menjadi
lebih baik/ buruk.
Kesadaran Faktor 1. Motivasi dari 4 butir
remaja akan Internal dalam diri
akibat individu untuk
pergaulan berubah
bebas (Y) 2. Tanggapan
positif/ negatif
dari individu
73

Faktor 3. Objek yang 4 butir


Eksternal dilihat
memberikan
pengaruh
terhadap sikap
individu
4. Kepercayaan
individu terhadap
sesuatu mampu
memengaruhi
sikap individu

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel


J. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu menggunakan metode kuesioner. “Kuesioner atau yang
sering disebut dengan angket merupakan serangkaian atau
daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian
dikirim untuk diisi oleh responden.” Setelah diisi, angket
akan dikirim kembali kepetugas atau peneliti.27
Dalam kuesioner, daftar pertanyaan yang akan disebarkan
kepada responden satu dengan lainnya merupakan
pertanyaan yang sama sehingga cenderung lebih ekonomis,
selain itu peneliti dapat memastikan kerahasiaan jawaban

27
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005), h. 133.
74

dari respondennya.28 Keusioner dalam penelitian ini


ditujukan kepada remaja siswa SMAM 25 Pamulang
Angkatan 2021 yang menonton film Dua Garis Biru.

K. Teknik Pengolahan Data


Menurut Burhan Bungin terdapat empat tahap dalam
pengolahan data, yaitu sebagai berikut:29
1. Menyiapkan Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah
pengumpulan data dilaksanakan. Pada penelitian
kuantitatif, pengolahan data secara umum
dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa,
pemberian identitas, dan proses pembeberan.
2. Editing
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah
peneliti selesai menghimpun data lapangan. Proses
editing dimulai dengan memberikan identitas pada
instrument penelitian yang telah terjawab. Kemudian
memeriksa satu persatu lembaran instrument
pengumpulan data, kemudian memeriksa poin-poin
serta jawaban yang tersedia. Apabila terjadi
kejanggalan pada instrumen tersebut berilah identitas
tertentu pada instrumen dan poin yang janggal
tersebut.

28
Asep Saipul Hamdi dan E. Bahrudin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi
dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h. 54.
29
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005), h. 174-178.
75

3. Pengodean
Setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan
berikutnya adalah mengklasifikasi data-data tersebut
melalui tahapan koding. Maksudnya adalah data yang
telah diteliti tersebut diberi indentitas sehingga
memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. Pengodean
ini menggunakan dua cara, yaitu; pengodean
frekuensi, yang digunakan apabila jawaban pada poin
tertentu memiliki bobot atau arti tertentu. Pengodean
lambang, digunakan pada poin yang tidak memiliki
bobot tertentu.
4. Tabulasi (Proses Pembeberan)
Tabulasi adalah bagian akhir dari pengolahan data.
Maksud tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-
tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta
menghitungnya. Ada beberapa jenis tabel yang bisa
dipakai dalam penlitian sosial, yaitu tabel data dan
tabel kerja. Tabel data adalah tabel yang dipakai untuk
mendeskripsikan data sehingga memudahkan peneliti
untuk memahami struktur dari sebuah data.
Sedangkan tabel kerja adalah tabel yang dipakai untuk
menganalisis data yang tertuang dalam tabel data.

L. Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur
76

(a valid measure if it succesfully measure the


phenomenon).30 Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud.31 Rumus pengukuran validitas menggunakan
rumus pearson adalah sebagai berikut:

Keterangan:
R : koefisien korelasi
X : skor item
Y : skor total
n : banyak subjek
Angket dinyatakan valid apabila t. hitung lebih besar
dari t. tabel. Dan sebaliknya jika t.hitung lebih kecil
daripada t.tabel maka instrument penelitian dinyatajan
tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah yang dapat menunjukkan sejauh
mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.32
Pada uji instrument ini peneliti menggunakan reliability

30
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif dilengkapi
dengan Penghitungan Manual dan Aplikasi SPSS versi 17, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 75.
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendidikan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 144.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2018), h.1 93.
77

analisis dengan metode Cronbach’s Alpha dengan rumus


sebagai berikut:

Keterangan:
ri : reliabilitas instrument
k : banyaknya pertanyaan
∑𝑆𝑡2 : jumlah varian butir
𝑆𝑡2 : varian total
Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai Alpha adalah
sebagai berikut:33
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,0-0,20 Kurang Reliable
>0,20-0,40 Agak Reliable
>0,40-0,60 Cukup Reliable
>0,60-0,80 Reliable
>0,80-1,00 Sangat Reliable

Tabel 3. 4 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Tingkat Alpha


M. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data
regresi linear berganda. Regresi linear adalah alat yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas
(independent) terhadap suatu variabel terikat (dependent).

33
Hardius Usman dan Nurdin Sobari, Aplikasi Teknik Multivariate untuk Riset
Pemasaran, (Jakarta: Rajawali Perss, 2013), h. 36-37.
78

Tujuan metode ini adalah untuk memprediksi besaran nilai


variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas.34
Rumus regresi linear sederhana adalah:
Y= a + b.x1 + b.x2 = b.x3
Keterangan:
Y : variabel terikat
X : variabel bebas
a : konstanta
b : konstanta
Sedangkan untuk nilai konstanta a dan b menggunakan
sebagai berikut:35

Keterangan:
Y = Variabel dependen
a = Harga Y ketika X = 0 (harga konstan)
b = Koefisien regresi
X = Variabel independent
Kemudian untuk mengetahui kuat atau lemahnya
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

34
Sofyan Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif dilengkapi
dengan Penghitungan Manual dan Aplikasi SPSS versi 17, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 284.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 231.
79

dihitung koefisien korelasi.36 Jenis korelasi hanya bisa digunakan


pada hubungan variabel garis lurus (linier) adalah korelasi
Pearson product moment (r) adalah sebagai berikut:

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
X = Variabel Independen
Y = Variabel Dependen

Setelah korelasi dihitung dapat dilanjutkan dengan


menghitung koefisien determinasi. Koefisien determinasi ini
berfungsi untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen. Dalam penggunaannya,
koefisien determinasi ini dinyatakan dalam persentase (%)
dengan rumus sebagai berikut:37

Kd = r2 x 100%

Keterangan:
Kd = Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi

36
Sofyan Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif dilengkapi
dengan Penghitungan Manual dan Aplikasi SPSS versi 17, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 252.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 231.
BAB IV

TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. TEMUAN HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Data Responden
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Angkatan
2021 yang pernah menonton film Dua Garis Biru. Dari hasil
penelitian yang diperoleh berdasarkan rumus Slovin dengan
batas eror 10% adalah 62 siswa dari 166 siswa.
1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Responden Jumlah Persentase
1. Perempuan 37 59,7%
2. Laki-Laki 25 40,3%
Total 62 100%
Tabel 4. 1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan deskripsi pada tabel di atas,


mayoritas data responden berdasarkan jenis kelamin
adalah perempuan dengan jumlah sebanyak 37 orang
dengan persentase 59,7%, sedangkan laki-laki
sebanyak 25 orang dengan persentase 40,3%.

80
81

2. Data Responden berdasarkan Usia


No Responden Jumlah Persentase
1. 17 35 56,5%
2. 18 27 43,5%
Total 62 100%
Tabel 4. 2 Data Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan deskripsi pada tabel di atas,
mayoritas responden berusia 17 tahun dengan jumlah
responden sebanyak 35 orang dengan persentase
56,5%, sedangkan sisanya berusia 18 tahun sebanyak
27 responden atau 43,5%.

3. Data Responden Berdasarkan Jurusan


No Responden Jumlah Persentase
1. XII IPA 16 25,8%
2. XII IPS 46 74,2%
Total 62 100%
Tabel 4. 3 Data Responden Berdasarkan Jurusan
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden
berasal dari jurusan IPS dengan jumlah responden
sebanyak 46 orang atau 74,2%, sedangkan dari
jurusan IPA sebanyak 16 orang dengan persentase
25,8%.
82

B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan MS.
Excel. Uji validitas digunakan untuk memastikan
seberapa baik instrument untuk mengukur variabel
penelitian. Suatu instrument dinyatakan valid adalah
jika rhitung > rtabel. Peneliti menggunakan taraf
signifikasi 5% dengan jumlah sampel 62 orang,
sehingga diperoleh rtabel sebesar 0,250.

Variabel X r-tabel r-hitung Status

X1.1 0,250 0,5929 Valid


X1.2 0,250 0,6896 Valid
X1.3 0,250 0,6214 Valid
X1.4 0,250 0,7584 Valid
X1.5 0,250 0,6309 Valid
X1.6 0,250 0,7409 Valid
X1.7 0,250 0.5945 Valid
X2.1 0,250 0,7456 Valid
X2.2 0,250 0,72 Valid
X2.3 0,250 0,6633 Valid
X3.1 0,250 0,5896 Valid
X3.2 0,250 0,6651 Valid
X3.3 0,250 0,5243 Valid
X3.4 0,250 0,7266 Valid
83

X3.5 0,250 0,6135 Valid


X3.6 0,250 0,7359 Valid
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Variabel X (Film Dua Garis
Biru)
Tabel di atas merupakan hasil pengujian validitas
terhadap variabel X, maka dari 16 pernyataan yang di
uji ternyata semua item pernyataan dinyatakan valid.

Variabel Y r-tabel r-hitung Status


Y1 0,250 0,4779 Valid
Y2 0,250 0,4791 Valid
Y3 0,250 0,2604 Valid
Y4 0,250 0,7123 Valid
Y5 0,250 0,2576 Valid
Y6 0,250 0,5778 Valid
Y7 0,250 0,55533 Valid
Y8 0,250 0,2766 Valid
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kesadaran Remaja
akan Akibat Pergaulan Bebas)

Setelah dilakukan perhitungan terhadap 8 butir


pernyataan pada variabel Y (Kesadaran Remaja akan
Akibat Pergaulan Bebas), semua pernyataan
dinyatakan valid karena rhitung lebih dari 0,250.

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabelitas dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu instrumen konsisten dalam mengukur
84

variabel penelitian. Dalam menguji reliabilitas,


peneliti menggunakan software SPSS 25 for windows.
Variabel Cronach's Alpha Keterangan
X1 0,778 Reliabel
X2 0,496 Cukup Reliabel
X3 0,683 Reliabel
Tabel 4. 6 Uji Reliabilitas Variabel X

Dari tabel di atas diperoleh nilai Cronbach Alpha


X1 sebesar 0,778. Berdasarkan tabel 3.4, maka
reliabilitas pada variable X1 yang terdiri dari 7 butir
pernyataan adalah reliabel. Untuk X2 diperoleh nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,496, berdasarkan tabel 3.4
maka reliabilitas pada variabel X2 terdiri dari 3
pernyataan dinyatakan cukup reliabel, dan nilai
Cronbach Alpha X3 sebesar 0,683 dengan 6
pernyataan dinyatakan reliabel.

Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Variabel Y

Dari tabel di atas diperoleh nilai Cronbach Alpha


sebesar 0,478. Berdasarkan tabel 3.3, maka
reliabilitas pada variabel Y (Kesadaran Remaja akan
85

Akibat Pergaulan Bebas) yang terdiri dari 8 butir


pernyataan adalah cukup reliabel.

3. Deskripsi Variabel
a. Deskripsi Variabel X

No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL


Efek Kognitif
Saya mendapatkan
informasi tentang akibat
1 28 32 1 1 0 273
dari pergaulan bebas dari
film Dua Garis Biru
Saya mengetahui
bagaimana pergaulan bebas
2 menghancurkan hidup 39 22 1 0 0 286
seseorang dari film Dua
Garis biru
Saya mengetahui
bagaimana dampak
3 27 33 2 0 0 273
pergaulan bebas terhadap
kesehatan
Saya mengetahui
bagaimana resiko hamil di
4 36 22 2 2 1 278
usia dini dari menonton
film Dua garis Biru
Saya tidak memperoleh
5 informasi tambahan dari 0 4 15 33 10 235
film Dua Garis Biru
Saya mengetahui batasan
dalam bergaul setelah
6 24 36 1 1 0 269
menonton film Dua Garis
Biru
86

Film Dua garis Biru


mamberitahu khalayak
bahwa pergaulan kelewat
7 batas seperti yang sering 43 19 0 0 0 291
terjadi saat ini ternyata
menghasilkan dampak yang
buruk
No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL
Efek Afektif
Saya merasa takut
terjerumus dalam pergaulan
8 19 28 7 6 2 242
bebas setelah menonton
film Dau Garis Biru
Adegan munculnya Asri
Welas sebagai ibu-ibu
9 hamil yang lucu dan 6 32 19 4 1 224
banyak bicara membuat
saya ikut tertawa
Saya ikut larut merasakan
kesedihan dalam adegan
keluarga Dara dan Bima
10 12 33 8 7 2 232
menangis saat mengetahui
bahwa Dara harus
kehilangan rahimnya
No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL
Efek behavioral
Pesan Moral yang
disampaikan dalam film
Dua Garis Biru mampu
11 membawa dampak positif 36 24 2 0 1 282
dan mempengaruhi saya
untuk lebih berhati-hati
dalam bergaul
Setelah menonton film Dua
12 Garis Biru saya lebih peduli 24 33 4 0 1 265
terhadap pergaulan saya
87

Setelah menonton film Dua


Garis Biru saya tidak
13 5 5 18 23 11 216
terlalu peduli dengan siapa
saja saya berteman
Cerita dalam film Dua
Garis biru memberi
14 pengaruh pada pola pikir 20 34 5 3 0 257
saya untuk lebih selektif
dalam bergaul
Film Dua Garis Biru ini
bagus untuk ditonton
karena memiliki manfaat
15 yang positif dan relate 22 32 5 3 0 259
dengan permasalahan yang
sering terjadai di
masyarakat
Film Dua Garis Biru tidak
16 memberikan pengaruh apa- 0 4 6 37 15 249
apa terhadap saya
Tabel 4. 8 Variabel X
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
bagaimana pengaruh film Dua Garis Biru (Efek
Kognitif, Afektif, dan Behavioral) siswa kelas XII
SMA M 25 Pamulang Angkatan 2021. Pernyataan
yang paling disetujui adalah “Film Dua garis Biru
mamberitahu khalayak bahwa pergaulan kelewat
batas seperti yang sering terjadi saat ini ternyata
menghasilkan dampak yang buruk” dengan jumlah
responden yang menjawab sangat setuju (SS)
sebanyak 43 orang, 19 orang memilih setuju (S),
dan tidak ada satupun yang memilih ragu-ragu (R),
88

tidak setuju (TS) maupun sangat tidak setuju


(STS).
Melihat dari jawaban tersebut dapat
disimpulkan bahwa film Dua Garis Biru
menambah wawasan siswa kelas XII SMA M 25
Pamulang tentang dampak buruk yang dihasilkan
dari pergaulan yang kelewat batas. Selain itu efek
kognitif atau aspek pengetahuan juga sangat
berpengaruh dalam film Dua Garis Biru menurut
siswa kelas XII SMA M 25 Pamulang. Dapat
dikatakan bahwa setelah menonton film Dua Garis
Biru responden memporoleh pengetahuan baru.
Variabel X (Film Dua Garis Biru) memiliki
tiga aspek yaitu efek kognitif, efek afektif, dan
efek behavioral. Berdasarkan hasil penyebaran
angket kepada 62 siswa kelas XII SMA M 25
Pamulang mengenai ketiga efek yang ditimbulkan
oleh film Dua Garis Biru, diperoleh hasil sebagai
berikut:
1) Efek Kognitif

No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL


Efek Kognitif
Saya mendapatkan informasi
1 tentang akibat dari pergaulan 28 32 1 1 0 273
bebas dari film Dua Garis Biru
89

Saya mengetahui bagaimana


pergaulan bebas
2 menghancurkan hidup 39 22 1 0 0 286
seseorang dari film Dua Garis
biru
Saya mengetahui bagaimana
3 dampak pergaulan bebas 27 33 2 0 0 273
terhadap kesehatan
Saya mengetahui bagaimana
4 resiko hamil di usia dini dari 36 22 2 2 1 278
menonton film Dua garis Biru
Saya tidak memperoleh
5 informasi tambahan dari film 0 4 15 33 10 235
Dua Garis Biru
Saya mengetahui batasan
6 dalam bergaul setelah 24 36 1 1 0 269
menonton film Dua Garis Biru
Film Dua garis Biru
mamberitahu khalayak bahwa
pergaulan kelewat batas seperti
7 43 19 0 0 0 291
yang sering terjadi saat ini
ternyata menghasilkan dampak
yang buruk
Tabel 4. 9 Efek Kognitif dalam Variabel X
Tabel di atas menjelaskan menegenai efek
kognitif pada variable X. pernyataan yang
memperoleh skor paling tinggi adalah “Film Dua
garis Biru mamberitahu khalayak bahwa
pergaulan kelewat batas seperti yang sering
terjadi saat ini ternyata menghasilkan dampak
yang buruk” dengan semua responden memilih
setuju atau sebanyak 62 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa film Dua Garis Biru berhasil
90

menambah wawasan siswa kelas XII SMA M 25


Pamulang tentang dampak buruk dari pergaulan
bebas.
2) Efek Afektif

N
Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL
o
Efek Afektif
Saya merasa takut terjerumus
8 dalam pergaulan bebas setelah 19 28 7 6 2 242
menonton film Dau Garis Biru
Adegan munculnya Asri Welas
sebagai ibu-ibu hamil yang lucu
9 6 32 19 4 1 224
dan banyak bicara membuat saya
ikut tertawa
Saya ikut larut merasakan
kesedihan dalam adegan
keluarga Dara dan Bima
10 12 33 8 7 2 232
menangis saat mengetahui
bahwa Dara harus kehilangan
rahimnya
Tabel 4. 10 Efek Afektif dalam Variabel X
Dari tabel efek afektif atau perasaan di atas
dapat dilihat bahwa pernyataan yang mendapat
skor paling tinggi adalah “Saya merasa takut
terjerumus dalam pergaulan bebas setelah
menonton film Dau Garis Biru” dengan jumlah
responden setuju sebanyak 47 orang, 7 orang
memilih netral dan 8 orang yang tidak setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa film Dua Garis Biru
memberi efek rasa takut kepada siswa kelas XII
91

SMA M 25 Pamulang untuk terjerumus ke dalam


pergaulan bebas.

3) Efek Behavioral

No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL


Efek behavioral
Pesan Moral yang
disampaikan dalam film Dua
Garis Biru mampu membawa
11 dampak positif dan 36 24 2 0 0 282
mempengaruhi saya untuk
lebih berhati-hati dalam
bergaul
Setelah menonton film Dua
12 Garis Biru saya lebih peduli 24 33 4 0 1 265
terhadap pergaulan saya
Setelah menonton film Dua
Garis Biru saya tidak terlalu
13 5 5 18 23 11 216
peduli dengan siapa saja saya
berteman
Cerita dalam film Dua Garis
biru memberi pengaruh pada
14 20 34 5 3 0 257
pola pikir saya untuk lebih
selektif dalam bergaul
Film Dua Garis Biru ini bagus
untuk ditonton karena
memiliki manfaat yang positif
15 22 32 5 3 0 259
dan relate dengan
permasalahan yang sering
terjadai di masyarakat
Film Dua Garis Biru tidak
16 memberikan pengaruh apa-apa 0 4 6 37 15 249
terhadap saya
Tabel 4. 11 Efek Behavioral dalam Variabel X
92

Berdasarkan tabel di atas, pernyataan pada


efek behavioral atau perubahan sikap yang
mendapat skor paling tinggi adalah “Pesan Moral
yang disampaikan dalam film Dua Garis Biru
mampu membawa dampak positif dan
mempengaruhi saya untuk lebih berhati-hati
dalam bergaul” dengan jumlah responden setuju
sebanyak 60 orang, netral sebanyak 2 orang, dan
tidak ada responden yang tidak setuju. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya perubahan sikap
siswa kelas XII SMA M 25 Pamulang menjadi
lebih hati-hati dalam bergaul setalah menonton
film Dua Garis Biru.
Akumulasi Mean Variabel X
No Pernyataan N Skor Min Maks Mean
Saya mendapatkan informasi
1 tentang akibat dari pergaulan 62 273 1 5 4,403
bebas dari film Dua Garis Biru
Saya mengetahui bagaimana
pergaulan bebas menghancurkan
2 62 286 1 5 4,613
hidup seseorang dari film Dua
Garis biru
Saya mengetahui bagaimana
3 dampak pergaulan bebas 62 273 1 5 4,403
terhadap kesehatan
Saya mengetahui bagaimana
4 resiko hamil di usia dini dari 62 278 1 5 4,484
menonton film Dua garis Biru
Saya tidak memperoleh
5 informasi tambahan dari film 62 235 1 5 3,79
Dua Garis Biru
93

Saya mengetahui batasan dalam


6 bergaul setelah menonton film 62 269 1 5 4,339
Dua Garis Biru
Film Dua garis Biru
mamberitahu khalayak bahwa
pergaulan kelewat batas seperti
7 62 291 1 5 4,694
yang sering terjadi saat ini
ternyata menghasilkan dampak
yang buruk
Total Mean 30,726
Jumlah Pernyataan 7
Hasil Akhir Mean 4,3894
Saya merasa takut terjerumus
8 dalam pergaulan bebas setelah 62 242 1 5 3,903
menonton film Dau Garis Biru
Adegan munculnya Asri Welas
sebagai ibu-ibu hamil yang lucu
9 62 224 1 5 3,613
dan banyak bicara membuat saya
ikut tertawa
Saya ikut larut merasakan
kesedihan dalam adegan keluarga
10 Dara dan Bima menangis saat 62 232 1 5 3,742
mengetahui bahwa Dara harus
kehilangan rahimnya
Total Mean 11,258
Jumlah Pernyataan 3
Hasil Akhir Mean 3,7527
Pesan Moral yang disampaikan
dalam film Dua Garis Biru
mampu membawa dampak
11 62 282 1 5 4,548
positif dan mempengaruhi saya
untuk lebih berhati-hati dalam
bergaul
Setelah menonton film Dua Garis
12 Biru saya lebih peduli terhadap 62 265 1 5 4,274
pergaulan saya
94

Setelah menonton film Dua Garis


13 Biru saya tidak terlalu peduli 62 216 1 5 3,484
dengan siapa saja saya berteman
Cerita dalam film Dua Garis biru
memberi pengaruh pada pola
14 62 257 1 5 4,145
pikir saya untuk lebih selektif
dalam bergaul
Film Dua Garis Biru ini bagus
untuk ditonton karena memiliki
15 manfaat yang positif dan relate 62 259 1 5 4,177
dengan permasalahan yang
sering terjadai di masyarakat
Film Dua Garis Biru tidak
16 memberikan pengaruh apa-apa 62 249 1 5 4,016
terhadap saya
Total Mean 24,644
Jumlah Pernyataan 6
Hasil Akhir Mean 4,1073
Total Mean Keseluruhan 66,63
Jumlah Pernyataan Keseluruhan 16
Hasil Akhir Mean Keseluruhan 4,164
Tabel 4. 12 Akumulasi Mean Variabel X
Pedoman untuk menentukan kategori nilai mean
Skor Maksimum =5
Skor Minimum =1
Range =5-1
5−1
Interval ( ) =1
4

Interval Tingkat Hubungan

1,00 - 2,00 Sangat Tidak Setuju


95

2,00 - 3,00 Tidak Setuju

3,00 - 4,00 Setuju

4,00 - 5,00 Sangat Setuju


Tabel 4. 13 Tingkat Hubungan

Dari tabel di atas rata-rata nilai mean pada


variable X (Film Dua Garis Biru) adalah 4,164 dan
berada pada kategori sangat setuju. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa film Dua garis biru banyak
ditonton dan digemari siswa kelas XII SMA M 25
Pamulang.

b. Deskripsi Variabel Y

No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL


Faktor Internal
Rasa penasaran yang tinggi
16 membuat saya ingin mencoba hal 3 3 16 27 13 142
yang belum pernah saya lakukan
Kurangnya kasih sayang
17 menjerumuskan saya kedalam 4 17 19 9 13 176
pergaulan bebas
Kurangnya kasih sayang membuat
18 0 27 24 11 0 202
saya berhati-hati dalam bergaul
Lemahnya iman membuat saya
19 terjerumus kedalam pergaulan 12 21 13 12 4 211
bebas
No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL
Faktor Eksternal
96

Pergaulan bebas dapat terjadi


20 31 27 3 1 0 274
karena pengaruh lingkungan
Kurangnya perhatian dari keluarga
membuat saya termotivasi untuk
21 3 8 10 27 14 145
mencari perhatian dengan jalan
yang salah
tontonan yang tidak pantas
mempengaruhi sesoarang untuk
22 9 18 20 10 5 202
mempraktekkan apa yang
ditontonnya
Saya tidak terpengaruh dengan apa
23 4 9 21 20 8 205
yang saya tonton
Tabel 4. 14 Variabel Y
Dari tabel hasil pengumpulan data variable Y
di atas dapat diketahui bahwa skor tertinggi
terdapat pada indikator “Pergaulan bebas dapat
terjadi karena pengaruh lingkungan” dengan
jumlah responden memilih sangat setuju (SS)
sebanyak 31 orang, 27 orang setuju (S), 3 orang
ragu-ragu (R), 1 orang memilih tidak setuju (TS),
dan tidak satu orang pun yang memilih sangat
tidak setuju (STS). Berdasarkan data di atas dapat
dikatakan bahwa pergaulan bebas dapat terjadi
akibat pengaruh dari lingkungan.
Variable Y (kesadaran remaja akan akibat
pergaulan bebas) memiliki dua aspek, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hasil
penyebaran angket kepada 62 siswa kelas XII
SMA M 25 Pamulang mengenai kedua aspek yang
97

mempengaruhi kesadaran remaja akan akibat


pergaulan bebas, diperoleh sebagai berikut:

1) Faktor Internal
No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL
Faktor Internal
Rasa penasaran yang tinggi
16 membuat saya ingin mencoba hal 3 3 16 27 13 142
yang belum pernah saya lakukan
Kurangnya kasih sayang
17 menjerumuskan saya kedalam 4 17 19 9 13 176
pergaulan bebas
Kurangnya kasih sayang membuat
18 0 27 24 11 0 202
saya berhati-hati dalam bergaul
Lemahnya iman membuat saya
19 terjerumus kedalam pergaulan 12 21 13 12 4 211
bebas
Tabel 4. 15 Faktor Internal dalam Variabel Y
Pada tabel faktor internal di atas dapat
dilihat bahwa pernyataan dengan skor paling
tinggi adalah “Lemahnya iman membuat saya
terjerumus kedalam pergaulan bebas” dengan
jumlah responden setuju sebanyak 33, netral 13
orang, dan tidak setuju sebanyak 16 orang,
jumlah skor total 211. Hal tersebut
menunjukkan bahwa rendahnya tingkat
keimanan menjadi penyebab seseorang
terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
98

2) Faktor Eksternal

No Pertanyaan SS S R TS STS TOTAL


Faktor Eksternal
Pergaulan bebas dapat terjadi
20 31 27 3 1 0 274
karena pengaruh lingkungan
Kurangnya perhatian dari keluarga
membuat saya termotivasi untuk
21 3 8 10 27 14 145
mencari perhatian dengan jalan
yang salah
tontonan yang tidak pantas
mempengaruhi sesoarang untuk
22 9 18 20 10 5 202
mempraktekkan apa yang
ditontonnya
Saya tidak terpengaruh dengan apa
23 4 9 21 20 8 205
yang saya tonton
Tabel 4. 16 Vaktor Eksternal dalam Variabel Y

Berdasarkan tabel di atas, pernyataan


dengan skor tertinggi adalah “Pergaulan bebas
dapat terjadi karena pengaruh lingkungan”
dengan total skor 274 yang diperoleh dari 58
orang setuju, 3 orang netral, dan 1 orang tidak
setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa
lingkungan sebagai faktor dari luar individu
menjadi salah satu penyebab seseorang
terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
99

Akumulasi Mean Variabel Y


No Pernyataan N Skor Min Maks Mean
Rasa penasaran yang tinggi
1 membuat saya ingin mencoba hal 62 142 1 5 2,29
yang belum pernah saya lakukan
Kurangnya kasih sayang
2 menjerumuskan saya kedalam 62 176 1 5 2,839
pergaulan bebas
Kurangnya kasih sayang membuat
3 62 202 1 5 3,258
saya berhati-hati dalam bergaul
Lemahnya iman membuat saya
4 62 211 1 5 3,403
terjerumus kedalam pergaulan bebas
Pergaulan bebas dapat terjadi karena
5 62 274 1 5 4,419
pengaruh lingkungan
Kurangnya perhatian dari keluarga
membuat saya termotivasi untuk
6 62 145 1 5 2,339
mencari perhatian dengan jalan yang
salah
tontonan yang tidak pantas
mempengaruhi sesoarang untuk
7 62 202 1 5 3,258
mempraktekkan apa yang
ditontonnya
Saya tidak terpengaruh dengan apa
8 62 205 1 5 3,306
yang saya tonton
Total Mean 25,11
Jumlah Pernyataan 8
Hasil Akhir Mean 3,139
Tabel 4. 17 Akumulasi Mean Variabel Y
Pedoman untuk menentukan kategori nilai mean
Skor Maksimum =5
Skor Minimum =1
Range =5-1
100

5−1
Interval ( ) =1
4

Interval Tingkat Hubungan

1,00 - 2,00 Sangat Tidak Setuju

2,00 - 3,00 Tidak Setuju

3,00 - 4,00 Setuju

4,00 - 5,00 Sangat Setuju

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-


rata nilai mean pada variabel Y (Kesadaran
Remaja akan Akibat Pergaulan Bebas) adalah
3,139 berada pada kategori setuju. Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa kesadaran remaja akan
dampak pergaulan bebas (siswa kelas XII SMA M
25 Pamulang) bertambah setelah menonton film
Dua Garis Biru.

2. PEMBAHASAN
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Film Dua Garis Biru
(Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) Terhadap Kesadaran
Remaja akan Akibat Pergaulan Bebas,” bertujuan untuk
mengetahui kesadaran remaja (siswa kelas XII SMA M 25
Pamulang) terhadap pengaruh film Dua Garis Biru. Penelitian
101

ini menggunakan teori S-O-R (stimulus organism respons),


dimana film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan
Behavioral) adalah S, Siswa kelas XII SMA M 25 Pamulang
adalah O, dan kesadaran akan akibat pergaulan bebas adalah
R. Film Dua Garis Biru ditinjau dari beberapa dimensi yaitu
efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral, serta kesadaran remaja
yang dilihat dari faktor internal dan eksternal.
Setelah melakukan penyebaran angket terhadap 62 siswa
kelas XII SMA M 25 Pamulang, serta meneliti keseluruhan
data dengan menggunakan SPSS 25 for Windows, ditemukan
jawaban mengenai kesadaran remaja setelah menonton film
Dua Garis Biru.
Kriteria responden dalam mengisi angket ini adalah siswa
kelas XII SMA M 25 Pamulang yang pernah menonton film
Dua Garis Biru. Terdapat 24 item pernyataan dalam angket ini,
yang kemudian terbagi dalam beberapa dimensi yaitu film Dua
Garis Biru (efek kognitif, afektif, dan behavioral) serta
kesadaran (faktor internal dan eksternal).
Berikut ini merupakan pembahasan dan analisis data
berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti.
102

A. Film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan


Behavioral) Berpengaruh terhadap Kesadaran
Remaja Siswa Kelas XII Angkatan 2021 SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang akan Dampak
Pergaulan Bebas
Setelah melakukan perhitungan pada variabel X dengan
menggunakan SPSS 25 for Windows, di temukan bahwa nilai
rata-rata (mean) yaitu sebesar 4,164, dilihat dari tabel 4.13
berada pada kategori sangat setuju. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa film Dua Garis Biru sangat disetujui oleh responden
untuk ditonton, dan film ini cukup digemari oleh siswa kelas
XII SMA M 25 Pamulang.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Berikut
adalah hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov pada
variabel Film Dua Garis Biru (X) dan variabel kesadaran
remaja (Y) menggunakan Software SPSS 25 for Windows.
103

Tabel 4. 18 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov


Dasar pengambilan keputusan normalitas mengacu
pada hal berikut:
a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka nilai residual
berdistribusi normal;
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka nilai residual
tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai


signifikansi 0,200 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
nilai residual variabel X dan variabel Y berdistribusi
normal.
104

2) Koefisien Korelasi
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui tingkat
keeratan hubungan antar variabel X (film Dua Garis Biru
(efek kognitif, afektif, dan behavioral)) dengan variabel Y
(kesadaran remaja akan akibat pergaulan bebas). Berikut
hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan
Software SPSS 25 for Windows.

Tabel 4. 19 Uji Koefisien Korelasi Berganda


Pengambilan keputusan korelasi mengacu pada hal
berikut:
a. Jika sig. F change < 0,05, maka berkorelasi atau H1
diterima dan H0 ditolak,
b. Jika nilai sig. F change > 0,05, maka tidakberkorelasi,
atau H0 diterima dan H1 ditolak.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai sig. F


change 0,014 < 0,05, maka hal tersebut menyatakan
adanya korelasi antara variabel X (film Dua garis Biru)
dengan variabel Y (tingkat pengetahuan remaja), H0
ditolak dan H1 diterima, yang berarti adanya pengaruh
film Dua Garis Biru terhadap kesadaran remaja (siswa
105

kelas XII SMA M 25 Pamulang) akan akibat pergaulan


bebas.
Bentuk hubungan berdasarkan tabel di atas adalah
positif karena memperoleh nilai correlation sebesar
0,409, semakin meningkat variabel X, maka variabel Y
semakin meningkat juga. Berarti semakin meningkat
(kognitif, afektif dan behavioral) film Dua Garis Biru,
maka semakin meningkat kesadaran akan akibat dari
pergaulan bebas.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat korelasi pada
penelitian ini diperoleh nilai korelasi sebesar 0,409.
Berikut adalah pedoman Interpretasi Koefisien
Korelasi:1
Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 0,100 Sangat Kuat
Tabel 4. 20 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Jika mengacu pada tabel di atas, diperoleh hubungan yang
sedang antara variabel X dan variabel Y karena nilai
korelasinya 0,409 berada pada interval 0,40-0,599.

1
Sugiono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 90.
106

3) Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar variabel x dapat menjelaskan variabel Y.
berikut hasil perhitungan koefisien determinasi
menggunakan Software SPSS 25 for Windows.

Tabel 4. 21 Uji Koefisien Determinasi


Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R
Squere (Koefisien Determinasi) adalah sebesar 0,167.
Nilai tersebut akan diubah ke dalam bentuk persen (%)
untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan variabel X
(film Dua Garis Biru (efek kognitif, afektif, dan
behavioral)) terhadap variabel Y (kesadaran remaja akan
akbiat pergaulan bebas).

KD= (r)2 X 100%


= 0,167 X 100%
= 16,7 %

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa


film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan
behavioral) berpengaruh sebesar 16,7% terhadap
kesadaran remaja (siswa kelas XII SMA M 25
107

Pamulang). Sedangkan 83,3% dipengaruhi oleh faktor


lain diluar penelitian ini.

4) Regresi Linear Berganda


Uji regresi linear berganda bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kontribusi Film Dua Garis Biru
(Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap
Kesadaran Remaja akan Akibat Pergaulan Bebas. Berikut
hasil uji regresi linear berganda menggunakan Software
SPSS 25 for Windows.

Tabel 4. 22 Uji Regresi Linear Berganda

Pada tabel di atas nilai konstanta (a) 39,832 dan nila


beta (b. X1) 0,640, (b. X2) 0,167, (b. X3) 0,122. Y= a +
b.x1 + b.x2 + b.x3. Dari tabel di atas diperoleh persamaan
Y= 39.832 + (0,640) + (0,167) + (0,122). Dimana 39,832
merupakan konstanta awal kesadaran remaja akan akibat
pergaulan bebas sebelum dipengerahui oleh variabel lain.
Setiap peningkatan 1% efek kognitif dari film Dua Garis
108

Biru, maka tingkat kesadaran remaja akan akibat


pergaulan bebas meningkat sebanyak 0,640. Setiap
peningkatan 1% efek afektif dari film Dua Garis Biru,
tingkat kesadaran remaja akan akibat pergaulan bebas
meningkat sebanyak 0,167. Dan penambahan 1% dari
efek behavioral dari film Dua Garis Biru, memberi
pengaruh sebesar 0,122 terhadap tingkat kesadaran remaja
akan akibat dari pergaulan bebas.

5) Uji F

Tabel 4. 23 Uji F

Jika F hitung > F tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak,


Jika F hitung < F tabel , maka H0 diterima dan H1 di
tolak.
Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa F
hitung sebesar 3,876, sedangkan F tabel untuk 62
responden adalah 2,76, hal ini menunjukkan 3,876 > 2,76,
yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak, atau adanya
109

pengaruh film Dua Garis Biru (efek kognitif, afektif, dan


behavioral) terhadap kesadaran remaja akan akibat
pergaulan bebas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dan juga dijabarkan
pada bab-bab sebelumnya mengenai pengaruh film Dua Garis
Biru (efek kognitif, afektif, dan behavioral) terhadap
kesadaran remaja akan akibat pergaulan bebas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Dalam penelitian ini Film Dua Garis Biru (efek kognitif,
afektif, dan behavioral) berpengaruh terhadap kesadaran
remaja akan akibat pergaulan bebas. Hal ini didasari oleh hasil
uji F atau uji hipotesis dengan nilai F hitung 3,876 > F tabel
2,76, berarti H1 diterima dan H0 ditolak, atau adanya
pengaruh film Dua Garis Biru (efek kognitif, afektif, dan
behavioral) terhadap kesadaran remaja akan akibat pergaulan
bebas. Dengan bentuk hubungan positif, pengaruh yang
ditimbulkan sedang dan besarnya pengaruh film Dua Garis
Biru (efek kognitif, afektif, dan behavioral) terhadap
kesadaran remaja akan akibat pergaulan bebas sebesar 16,7%,
sedangkan 83,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
penelitian ini.

B. Saran
Berdasarkan temuan, hasil dan kesimpulan penelitian,
maka peneliti ingin mengemukakan saran sebagai berikut:

110
111

1. Kepada seluruh remaja khususnya siswa SMA


Muhammadiyah 25 Pamulang untuk tetap berhati-hati
dalam bergaul dan selektif dalam memilih teman,
karena lingkungan pertemanan menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus
kedalam pergaulan bebas. Tetap memegang teguh dan
mengamalkan nilai-nilai islam yang telah dipelajari
dalam bergaul terutama dengan lawan jenis.
2. Kepada peneliti selanjutnya semoga penelitian ini bisa
menjadi referensi, dan mampu melakukan penelitian
dengan variabel-variabel yang lebih bervariasi dan
metode penelitian yang lebih matang. Mengangkat sisi
lain dari sebuah tayangan, bukan hanya sekedar untuk
sebuah tontonan saja dan juga menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdullah, Yusuf. Bahaya Pergaulan Bebas. Jakarta: Media
dakwah, 1990.
Ad-Duwaisy, Muhammad Bin Abdullah. Kiat Mengendalikan
Syahwat. Bekasi: PT Wacana Lazuardi Amanah, 1994.
Ahmadi, Abu. Psikologi Pekembangan. Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Akbar, Ali. Bimbingan Seks untuk Remaja. Cet, VII, Jakarta:
Pustaka Antara, 1993.
Ali, Abdullah Yusuf. Tafsir Yusuf Ali, Terj. Ali Audah. Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 2009.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Ardial, H. Paradigma dan Metode Penelitian Komunikasi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Ardianto, Elvinaro dkk. Komunkasi Massa Suatu Pengantar edisi
revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014.
Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya dan Elvinaro. Komunikasi
Maasa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama,
2004.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendidikan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Atmojo, S Noto. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta, 2003.

112
113

Bahrudin, Asep Saipul Hamdi dan E. Metode Penelitian


Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Deepublish, 2014.
Bakti, Andi Faisal. Communication and Family Planning in Islam
in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a
Global Development Program. Leiden: INIS, 2004.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial
lainnya. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2005.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2012.
Efendy, Onong Uchajan. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.
Effendy, Onong Uchajana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik
cetakan ke 10. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.
Gafar, Asyhari Abd. Pandangan Islam Tentang Zina dan
Perkawinan Sesudah Hamil. Jakarta: Andes Utama, 1993.
Gunarsa, Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995.
Hamka. Tafsir Al-Ashar Juzu XII. Jakarta: PT Pustaka Panjimas,
1984.
Hamzah. Kultur Masyarakat Indonesia. Surabaya: Pelita, 1992.
Hovland, C.i, Janis, I.L., Kelley, H.H. Communication and
Persuasion: Psychological Studies of Opinion Change.
New Haven: Yale University Press, 1953.
114

Ismail Nurdin, Sri Hartini. Metodologi Penelitian Sosial.


Surabaya: Media Sahabat Cendikia, 2019.
Joseph D. Straubhaar, Robert LaRose. Media Now:
Understanding Media, Culture, and Technology. Boston:
Wadsworth, 2017.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Katz, Daniel. "The functional Approach to the Study of Attitudes,"
Public Opinion Quarterly 24. New York: Princenton
University, 1960.
Keith R. Stamm, John E. Bowes. The Mass Communication
Process: A Behavioral and Social Perspective. Indiana
University: Kendal/Hunt Publishing Company, 1990.
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Komunikasi. Malang:
Kencana Prenada Media Group, 2012.
Kusnawa, Aep. Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung: Benang
Merah Press, 2004.
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media
Televisi. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Latief, Burhanudin. Sekitar Penyakit Menular Seksual, Pedoman
Rakyat. 1996.
Liswati, Muchlis Anshori dan Sri. Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Surabaya: Airlangga University Press, 2017.
MacBride. Many Voices, One World: Towards a New, More Just,
and More Efficient World Information and Communicatin
Order. Amerika: Rowman & Little Field Publisher, Inc,
1980.
115

Manshur, Awad. Televisi: Manfaat dan Mudarat. Jakarta: Fika


Hati Aneka, 1993.
Mar'at. Sikap manusia Perubahan serta Pengukurannya.
Bandung: Ghalia Indonesia, 1981.
McQuail, Denis. Mass Communication Theory 6th Edition.
London: SAGE Publition Ltd, 2010.
—. Teori Komunikasi Massa Edisi 6, Buku 2, Terj. Putri Iva
Izzati, S. Sos. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Morisan. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2013.
Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Nadler. Keterampilan dan Jenisnya. Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 1986.
Nurdin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Penyusun, Tim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. t.thn.
Quthub, Muhammad. Jahiliyah Abad Dua Puluh Satu. Bandung:
Mizan, 1993.
Rahmat, Jalaludi. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1991.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2011.
RI, Kementrian Agama. Al-Qur'an & Tafsir (Edisi yang
Disempurnakan) Jilid 5. Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
Rounsyadiy, T.A Latief. Dasar-Dasar Rhetorica dan Informasi.
Medan: Firma "RIMBOW", 1989.
116

S, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Sersan, Sirilus. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Sosial.
Yogyakarta: Deepublish, 2020.
Siregar, Sofyan. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif
dilengkapi dengan Penghitungan Manual dan Aplikasi
SPSS 17. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Siti, Nadirah. Peranan Pendidikan dalam Menghindari
Pergaulan Bebas Anak Usia Remaja. Jakarta: Musawa,
2017.
Sobari, Hardius Usman dan Nurdin. Aplikasi Teknik Multivariate
untuk Riset Pemasaran. Jakarta: Rajawali Perss, 2013.
Sofyan, Siregar &. Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi
dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS.
Jakarta: Kencana, 2017.
Sudarsono. Kenakalan remaja, Cet. II. Jakarata: PT Rineka Cipta,
1991.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2014.
—. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sukarelawati. Komunikasi Interpersonal Membentuk sikap
Remaja. Bogor: IPB Pers, 2019.
Sukendra, Markus Utomo. Psikologi Komunikasi: Teori dan
Praktik. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi.
Yogyakarta: PT Buku Kita, 2009.
117

W, Sarwono Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2004.
Wahyuni, Sri. Film dan Dakwah: MEmahami Representasi
Pesan-Pesan Dakwah dalam Film Melalui Anaisis
Semiotik. Surabaya: Media Sahabat, 2019.
Walgito, Bimo. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM, 1980.
Werner J. Severin, James W. Tankard Jr. Teori Komunikasi,
Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa,
Terj. Sugeng Hariyanto. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005.
Windhal, Denis McQuail dan Seven. Meodel-Model Komunikasi
Terj. Putu Laxman S. Pendit. Jakarta: Uni Primas, 1985.
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo, 2000.
Wowo, Kuswana Sunaryo. Biopsikologi Pembelajaran Perilaku.
Bandung: Alfabeta, 2014.
Yakin, Fatthi. Islam dan Seks. Jakarta: Cv. Firdaus, 1991.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.

SKRIPSI/JURNAL
Aisyah. “Dampak Negatif Pergaulan Bebas Terhadap Generasi
Muda Menurut Tinjauan Pendidikan Islam.” Makasar,
2013.
Budhi, Revi Aditiawan Setia. "Pengaruh Menonton Film Dua
Garis Biru terhadap Sikap Siswa/i Kelas XII Jurusan IPS
118

angkatan 2017 di SMAN 7 Tangerang Selatan tentang


Seks Bebas." (Universitas Esa Unggul) 2020.
Enos, Lolang. "Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif Jurnal KIP,
Vol III, No.3." 2014-2015.
Hanifa, Bilqha. "Pengaruh Menonton Film Dua Garis Biru
terhadap Perilaku Pergaulan Bebas pada Remaja (Survey
terhadap Siswa/i SMK Muhammadiyah)." (Universitas
Mercubuana) 2020.
Ni Made Sri Pradnya Wati, Ade Devia Pradipta, dan I Dewi Ayu
Sugiarica Joni. "Pengaruh Terpaan Film Dua Garis Biru
terhadap Sikap Remaja tentang Perkawinan Usia Dini."
(Universitas Udayana) 2020.

INTERNET

n.d. https://www.viva.co.id/showbiz/film/1189204-dignitate-film-
remaja-yang-bakal-jadi-saingan-dilan?medium=autonext,
(accessed Januari 13, 2020).
Lidwina, Andrea. 2019.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/01/03/10
-film-indonesia-paling-laris-sepanjang-2019, (accessed
Januari 10, 2020).
Sinau. n.d. https://sinau.info/pengertian-media-komunikasi/
(accessed Januari 06, 2020).
119

SEJARAH DAN DATA SISWA

Data SMAM 25 Pamulang. n.d.


https://referensi.data.kemdikbud.go.id/tabs.php?npsn=206
03316 (accessed Maret 10, 2021).
Sejarah SMAM 25 Pamulang. n.d.
https://smam25pamulang.sch.id/# (accessed maret 10,
2021).
Visi dan Misi SMAM 25 Pamulang. n.d.
https://smam25pamulang.sch.id/# (accessed maret 10,
2021).
Tata Usaha SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
LAMPIRAN

120
121
122
123
124

Instrumen Penelitian

A. Petunjuk Pengisian
Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang
anda anggap paling sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) SS : Sangat Setuju = Skor 5
2) S : Setuju = Skor 4
3) R : Ragu-Ragu = Skor 3
4) TS : Tidak Setuju = Skor 2
5) STS : Sangat Tidak Setuju = Skor 1

B. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Apakah Anda pernah menonton film Dua Garis
Biru?
a. ( ) Ya
b. ( ) Tidak
3. Jenis kelamin?
a. ( ) Laki-laki
b. ( ) Perempuan
4. Jurusan?
a. ( ) IPA
b. ( ) IPS
5. Umur :
125

C. Daftar Pertanyaan Variabel Film Dua Garis Biru


(X)

No Pertanyaan SS S R TS STS

Efek Kognitif
Saya mendapatkan informasi tentang akibat
1 dari pergaulan bebas dari film Dua Garis
Biru
Saya mengetahui bagaimana pergaulan
2 bebas menghancurkan hidup seseorang dari
film Dua Garis biru
Saya mengetahui bagaimana dampak
3
pergaulan bebas terhadap kesehatan
Saya mengetahui bagaimana resiko hamil
4 di usia dini dari menonton film Dua garis
Biru
Saya tidak memperoleh informasi
5
tambahan dari film Dua Garis Biru
Saya mengetahui batasan dalam bergaul
6
setelah menonton film Dua Garis Biru
Film Dua garis Biru mamberitahu khalayak
bahwa pergaulan kelewat batas seperti
7
yang sering terjadi saat ini ternyata
menghasilkan dampak yang buruk
Efek Afektif
126

Saya merasa takut terjerumus dalam


8 pergaulan bebas setelah menonton film
Dau Garis Biru
Adegan munculnya Asri Welas sebagai
9 ibu-ibu hamil yang lucu dan banyak bicara
membuat saya ikut tertawa
Saya ikut larut merasakan kesedihan dalam
adegan keluarga Dara dan Bima menangis
10
saat mengetahui bahwa Dara harus
kehilangan rahimnya
Efek behavioral
Pesan Moral yang disampaikan dalam film
Dua Garis Biru mampu membawa dampak
11
positif dan mempengaruhi saya untuk lebih
berhati-hati dalam bergaul
Setelah menonton film Dua Garis Biru saya
12
lebih peduli terhadap pergaulan saya
Setelah menonton film Dua Garis Biru saya
13 tidak terlalu peduli dengan siapa saja saya
berteman
Cerita dalam film Dua Garis biru memberi
14 pengaruh pada pola pikir saya untuk lebih
selektif dalam bergaul
Film Dua Garis Biru ini bagus untuk
15 ditonton karena memiliki manfaat yang
positif dan relate dengan permasalahan
127

yang sering terjadai di masyarakat

Film Dua Garis Biru tidak memberikan


16
pengaruh apa-apa terhadap saya

D. Daftar Pertanyaan Variabel Kesadaran Remaja


Akan Akibat Pergaulan Bebas (Y)

No Pertanyaan SS S R TS STS

Faktor Internal
Rasa penasaran yang tinggi membuat saya
17 ingin mencoba hal yang belum pernah
saya lakukan
Kurangnya kasih sayang menjerumuskan
18
saya kedalam pergaulan bebas
Kurangnya kasih sayang membuat saya
19
berhati-hati dalam bergaul
Lemahnya iman membuat saya terjerumus
20
kedalam pergaulan bebas
Faktor Eksternal
Pergaulan bebas dapat terjadi karena
21
pengaruh lingkungan

Kurangnya perhatian dari keluarga


22
membuat saya termotivasi untuk mencari
128

perhatian dengan jalan yang salah

Tontonan yang tidak pantas


23 mempengaruhi sesoarang untuk
mempraktekkan apa yang ditontonnya
Saya tidak terpengaruh dengan apa yang
24
saya tonton
129

Uji Validitas variabel X


Nama Responden: X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 TOTAL X2.1 X2.2 X2.3 TOTAL X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 TOTAL
Mohammad Alffi Syahputra 5 4 4 5 3 5 5 31 1 2 4 7 4 4 1 2 3 2 16
agimsulaiman 5 4 4 5 2 5 5 30 4 4 5 13 5 4 2 5 5 5 26
salwa ayu 4 5 4 4 3 4 5 29 5 4 5 14 5 5 4 5 4 4 27
sabilla 4 4 4 2 3 2 5 24 3 2 3 8 5 1 2 4 4 3 19
Dessy Indah Fitriyah 5 5 5 5 4 5 5 34 5 4 4 13 5 5 4 5 5 5 29
Nathasya 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 2 12 5 5 2 2 5 4 23
Adzra Salsabila Kirana 5 5 5 5 4 4 5 33 1 1 1 3 5 5 5 4 4 5 28
Khansa Aqilla Putri 5 5 4 5 4 5 5 33 4 3 4 11 5 5 5 5 5 4 29
Pradipa aulia 5 5 5 5 4 5 5 34 5 3 3 11 5 4 4 5 5 5 28
Gifall Atharizq Kennedy 5 5 4 5 4 5 5 33 4 4 4 12 5 5 4 5 5 5 29
salsabila agemia dewi 5 5 4 5 4 4 4 31 4 4 4 12 4 4 4 5 5 4 26
az zahra ramadhania 4 5 5 5 5 4 5 33 2 3 4 9 4 4 4 4 4 4 24
Himawan Mahendra Haditama 5 5 3 4 5 4 5 31 4 3 4 11 5 4 5 5 4 5 28
Muhammad Fahrial Ihza Addahiri 4 5 5 5 3 5 5 32 5 3 3 11 5 5 3 5 5 4 27
Nurul Syabrina 4 5 4 5 4 5 5 32 4 3 4 11 5 4 3 4 4 4 24
Tristan 5 5 4 5 5 4 5 33 4 3 4 11 5 4 3 5 3 4 24
wawawii 4 4 4 4 4 4 4 28 5 4 5 14 5 4 4 4 4 4 25
renita agustin 4 5 4 5 4 4 4 30 2 4 4 10 4 4 4 4 3 4 23
novia rahman 4 4 4 4 3 4 4 27 4 4 4 12 4 4 3 4 4 5 24
Ridho Nur Thoharro 5 5 5 3 4 4 5 31 4 4 3 11 5 5 3 4 3 4 24
aulia arum dalu 2 4 5 4 4 4 5 28 4 4 4 12 4 4 3 4 4 4 23
Arshya arya febrian 4 4 4 4 3 4 4 27 4 4 2 10 4 4 2 4 5 4 23
Bunga Aqshali Raisya 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 12 5 5 4 5 5 5 29
Leksia Aura 5 5 5 5 4 5 5 34 4 4 4 12 5 5 4 5 5 5 29
Sofia salsabila ananda 5 5 5 4 3 5 5 32 5 4 4 13 5 4 4 4 4 3 24
salma najla 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 2 10 4 4 3 4 4 4 23
Endy Nabilla Auliah 4 4 5 4 4 4 5 30 4 5 4 13 4 4 3 4 5 4 24
Janitra Rangga 4 4 4 4 3 4 4 27 2 2 4 8 5 3 2 4 4 4 22
M.zalfa zain 5 5 4 5 4 5 5 33 5 4 4 13 5 5 4 4 5 4 27
Tanaya Aninditha 4 4 4 4 4 4 4 28 4 3 3 10 4 4 3 4 4 4 23
Dafiq Juvarul Thafhan 5 5 4 5 4 4 4 31 4 4 2 10 4 4 3 4 5 4 24
Rasyid Ridho Haris 4 4 4 3 2 3 4 24 2 3 2 7 3 3 4 3 2 2 17
Khairunisa salsabila 5 5 5 5 5 5 5 35 3 5 5 13 5 5 5 4 5 4 28
desvita 4 4 4 5 4 4 5 30 5 4 4 13 4 4 3 4 5 3 23
Putri ghaisani 4 4 5 5 5 5 4 32 5 4 4 13 5 5 3 4 4 5 26
Alya Noor Maulidia 5 5 5 5 4 5 5 34 5 4 5 14 5 5 4 5 4 4 27
M fikry awaluddin 4 4 4 4 3 4 4 27 4 3 3 10 4 4 3 3 5 5 24
salma salsabila shabuha 4 5 4 5 3 4 5 30 3 3 3 9 3 3 3 2 3 3 17
Hasna 4 5 4 4 3 4 5 29 4 4 4 12 4 4 5 3 2 2 20
Adelia dwi wahyuni 3 4 4 5 3 4 5 28 4 4 4 12 4 4 1 4 4 4 21
salwa ayu 4 5 4 4 3 4 5 29 5 4 5 14 5 5 4 5 4 4 27
Ay 5 5 5 5 4 4 5 33 3 3 4 10 5 5 5 5 4 4 28
indira aisyah 4 5 5 5 4 5 5 33 4 3 4 11 5 5 4 4 4 4 26
Luluqrt 5 5 5 4 5 5 5 34 5 5 1 11 5 5 3 3 5 4 25
Musthafaalhadi 4 5 4 4 4 4 5 30 5 2 2 9 4 4 4 4 4 4 24
Harry Erlangga Kusumah 4 5 5 5 4 5 5 33 5 4 5 14 5 5 4 4 4 4 26
Choirulnisha Prita 4 4 4 5 4 5 4 30 5 4 4 13 5 4 1 4 4 4 22
Cindy putri 4 4 5 5 4 4 4 30 4 3 5 12 4 4 4 4 4 4 24
salma najla 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 2 10 4 4 3 4 4 4 23
Arinda cantika rozy 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 5 13 4 4 3 5 5 5 26
Anggun salsabila 4 5 4 4 2 4 5 28 4 3 4 11 4 5 4 4 4 3 24
Ramaditya 5 5 5 5 3 5 5 33 5 3 5 13 5 5 1 5 5 2 23
Farras arkan khairi 4 4 4 4 4 4 4 28 2 4 4 10 4 4 4 4 4 4 24
Rifqi ramadhani 5 5 5 5 4 5 5 34 5 3 4 12 5 5 5 5 5 5 30
nabilah 5 5 5 5 4 4 5 33 3 3 4 10 5 4 4 4 5 5 27
Ahmad Abdul Rahman 4 5 4 4 4 4 4 29 4 4 3 11 5 4 4 4 4 4 25
Muhammad Alwi Ramadhan 5 4 5 5 4 4 5 32 5 5 5 15 5 5 1 5 4 4 24
fandi hakim 4 5 5 5 4 5 5 33 4 3 4 11 4 4 3 4 4 4 23
Ikhwan nur hakim 4 5 4 5 5 4 5 32 4 4 4 12 4 5 5 5 4 4 27
ahmad irfan baihaqi 5 5 5 4 3 4 5 31 3 4 4 11 5 4 5 4 4 5 27
Luthfi arya 5 3 3 4 4 4 4 27 3 5 5 13 5 3 5 3 2 3 21
Sofwan apriliansyah 4 4 4 2 2 4 4 24 2 4 4 10 4 4 5 4 4 4 25
R TABEL 0,59 0,69 0,62 0,76 0,63 0,74 0,59 0,75 0,72 0,66 0,5896 0,67 0,52 0,73 0,61 0,74
R HITUNG 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
HASIL V V V V V V V V V V V V V V V V
130

Uji Validitas Variabel Y


Nama Responden: Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 TOTAL
Mohammad Alffi Syahputra 1 1 4 1 5 2 4 4 22
agimsulaiman 3 4 4 5 5 2 1 3 27
salwa ayu 1 4 4 5 5 4 3 3 29
sabilla 5 3 4 5 5 2 3 3 30
Dessy Indah Fitriyah 1 2 2 4 4 2 2 3 20
Nathasya 1 1 2 2 4 2 2 4 18
Adzra Salsabila Kirana 1 4 4 1 4 1 5 5 25
Khansa Aqilla Putri 2 5 2 4 5 3 2 5 28
Pradipa aulia 2 1 3 2 5 2 3 3 21
Gifall Atharizq Kennedy 2 3 4 5 5 4 4 4 31
salsabila agemia dewi 3 2 4 2 5 2 5 3 26
az zahra ramadhania 1 1 3 3 5 2 1 4 20
Himawan Mahendra Haditama 2 3 3 2 5 2 4 4 25
Muhammad Fahrial Ihza Addahiri 2 2 3 2 5 2 3 2 21
Nurul Syabrina 1 5 4 4 4 1 4 4 27
Tristan 4 2 4 5 5 5 4 3 32
wawawii 2 5 2 4 4 5 3 4 29
renita agustin 2 2 4 2 4 2 3 4 23
novia rahman 2 4 4 4 4 2 4 3 27
Ridho Nur Thoharro 1 3 3 4 5 1 5 5 27
aulia arum dalu 2 4 3 3 4 2 3 3 24
Arshya arya febrian 3 1 4 3 4 1 4 5 25
Bunga Aqshali Raisya 1 4 3 1 5 1 1 1 17
Leksia Aura 1 1 4 1 5 1 1 1 15
Sofia salsabila ananda 3 4 3 4 5 4 3 2 28
salma najla 2 3 4 4 4 2 3 4 26
Endy Nabilla Auliah 2 4 4 3 5 3 2 3 26
Janitra Rangga 3 3 3 5 5 4 4 5 32
M.zalfa zain 1 1 3 4 5 1 5 3 23
Tanaya Aninditha 2 4 4 4 4 3 4 4 29
Dafiq Juvarul Thafhan 2 3 3 4 4 2 3 3 24
Rasyid Ridho Haris 3 3 3 3 4 3 4 3 26
Khairunisa salsabila 2 4 3 4 3 2 1 5 24
desvita 3 1 4 4 4 1 3 3 23
Putri ghaisani 2 3 3 3 4 2 3 3 23
Alya Noor Maulidia 2 3 2 5 5 4 2 2 25
M fikry awaluddin 4 4 3 4 4 3 4 4 30
salma salsabila shabuha 3 3 3 3 3 3 3 3 24
Hasna 3 1 3 3 5 4 5 2 26
Adelia dwi wahyuni 3 3 3 3 5 2 5 3 27
salwa ayu 1 4 4 5 5 4 3 3 29
Ay 3 5 3 5 5 1 5 4 31
indira aisyah 3 4 4 3 3 1 3 3 24
Luluqrt 3 1 4 5 4 2 5 5 29
Musthafaalhadi 2 2 2 4 2 2 2 4 20
Harry Erlangga Kusumah 1 3 3 4 5 4 5 4 29
Choirulnisha Prita 2 3 3 2 4 2 4 4 24
Cindy putri 2 4 2 4 3 3 2 3 23
salma najla 2 3 4 4 4 2 3 4 26
Arinda cantika rozy 3 1 4 3 5 2 4 2 24
Anggun salsabila 2 3 3 3 5 3 3 5 27
Ramaditya 5 4 4 3 3 3 3 1 26
Farras arkan khairi 4 4 2 4 4 2 4 4 28
Rifqi ramadhani 3 1 4 2 5 1 4 4 24
nabilah 2 3 3 2 3 1 2 2 18
Ahmad Abdul Rahman 2 2 4 2 4 2 3 2 21
Muhammad Alwi Ramadhan 2 2 2 2 4 2 2 4 20
fandi hakim 2 1 2 2 5 1 3 3 19
Ikhwan nur hakim 2 4 4 5 4 1 4 2 26
ahmad irfan baihaqi 3 3 4 4 5 3 4 1 27
Luthfi arya 5 3 3 5 5 5 4 2 32
Sofwan apriliansyah 2 2 2 4 4 2 2 4 22
r hitung 0,48 0,48 0,26 0,71 0,26 0,58 0,55 0,28
r tabel 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
hasil V V V V V V V V

Anda mungkin juga menyukai