FILM ATHIRAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
oleh :
SKRIPSI
Oleh:
Dosen Pembimbing
Ketua
Dr. Armawati Arbi, M.Si.
NIP. 19650207 199103 2 002 5 Juni 2020 _____________
Sekretaris
Dr. H. Edi Amin, M.A.
NIP. 19760908 200901 1 010 5 Juni 2020 _____________
Penguji I
Drs. Wahidin Saputra, M.A.
NIP. 19700903 199603 1 001 20 Mei 2020 _____________
Penguji II
Fita Fathurokhmah, M.Si
NIP. 19830610 200912 2 001 4 Juni 2020 _____________
Mengetahui:
Dekan
ABSTRAK
BAB 1……………………………………………………………1
PENDAHULUAN……………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………...5
1. Pembatasan Masalah………………………………...5
2. Perumusan Masalah…………………………………5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………5
1. Tujuan Penelitian……………………………………5
2. Manfaat Penelitian…………………………………..6
D. Metodologi Penelitian……………………………………..6
1. Paradigma Penelitian.……………………………….6
2. Pendekatan Penelitian……………………………….8
3. Metode Penelitian…………………………………...9
4. Subjek dan Objek Penelitian………………………...9
5. Teknik Pengumpulan Data…………………………..9
6. Teknik Analisis Data………………………………11
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………12
F. Sistematika Penulisan…………………………………….13
BAB 2…………………………………………………………..16
LANDASAN TEORI…………………………………………...16
A. Analisis Wacana………………………………………….16
B. Analisis Wacana Model Sara Mills………………………18
C. Kerangka Analisis Sara Mills…………………………….20
D. Film………………………………………………………22
1. Pengertian Film…………………………………….22
2. Jenis-Jenis Film…………………………………….23
3. Klasifikasi Film…………………………………….24
E. Konsep Perempuan…………...…………………………..28
1. Definisi Perempuan………………………………...28
2. Perspektif Gender………………………………….29
3. Konsep Keadilan dan Kesetaraan Gender…………33
F. Perempuan dalam Pandangan Agama Islam……………..36
BAB 3…………………………………………………………..41
GAMBARAN UMUM FILM ATHIRAH……………………...41
A. Sinopsis Film Athirah…………………………………….41
B. Profil Sutradara…………………………………………..42
C. Struktur Dalam Film Athirah…………………………….45
D. Penghargaan-Penghargaan Film Athirah………………...46
BAB 4…………………………………………………………..48
TEMUAN DAN DATA PENELITIAN………………………..48
A. Posisi Subjek……………………………………………..48
Kerangka Temuan Data Posisi Subjek pada Film Athirah.49
B. Posisi Objek………………………………………………70
Kerangka Temuan Data Posisi Objek pada Film Athirah..71
BAB 5…………………………………………………………..84
PEMBAHASAN………………………………………………..84
A. Penjelasan Gambar Posisi Subjek………………………..84
B. Penjelasan Posisi Subjek…………………………………90
C. Penjelasan Gambar Posisi Objek…………………………91
D. Penjelasan Posisi Objek………………………………….96
E. Penjelasan Posisi Pembaca……………………………….97
BAB 6…………………………………………………………..99
PENUTUP……………………………………………………...99
A. Kesimpulan……………………………………………….99
B. Saran…………………………………………………….100
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………102
BAB I
PENDAHULUAN
1
Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Menuju
Kepastian Hukum di Bidang: Informasi dan Transaksi Elektronik, (Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, 2007), h. 1.
2
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), h. 153.
3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2000), h. 210.
1
2
4
Zaitunah Subhan, Kodrat Perempuan: Takdir atau Mitos? (Jakarta: PT. LKiS
Pelangi Aksara, 2004), h. 1.
5
https://www.rappler.com/indonesia/gaya-hidup/147121-athirah-kisah-
perempuan-bugis. Diakses pada 27 Juli 2018 pukul 14:49 WIB.
3
6
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-belajar-move-dari-
athirah/ Diakses pada 27 Juli 2018 pukul 15:24 WIB.
4
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
adalah paradigma kritis. Neumann, seperti dikutip Imam
Gunawan, berpendapat bahwa paradigma kritis lebih
7
8
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2013), h. 52.
9
Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada
Wacana Media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 64-65.
8
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Menurut Badgan dan Taylor seperti yang dikutip
Emzir bahwa metode penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati serta diarahkan pada latar individu dan
individu secara utuh.10
Metode penelitian kualitatif ini menggunakan data
dalam bentuk gambar dan narasi dalam skenario. Penelitian
ini bersifat deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menekankan
pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian
pada suatu saat tertentu. Tujuan utama dalam menggunakan
metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
tertentu. Dengan demikian peneliti hanya memaparkan
10
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2012), h.2.
9
11
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 199.
10
12
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
(Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006), h. 224.
13
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 40.
11
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 240.
15
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, h. 225-226.
12
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti sebelumnya
melakukan tinjauan pada skripsi-skripsi terdahulu. Berikut
merupakan tinjauan skripsi terdahulu yang sedikit banyak
berkaitan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.
a) Skripsi yang dibuat oleh Erik Pandapotan Simanullang,
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Riau yang
berjudul, “Representasi Poligami Dalam Film Athirah
(Studi Analisis Semiotika John Fiske)”. Skripsi ini
membahas tentang kehidupan poligami yang masih menjadi
perdebatan di masyarakat dalam film Athirah. Penelitian
tersebut menggunakan metode analisis semiotika John
Fiske yang berfokus pada bidang linguistic (kata-kata) dan
mengesampingkan factor budaya di dalam analisis
semiotikanya.
b) Skripsi yang dibuat oleh Fauzi Nur Hanafi (1001040059),
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul,
“Nilai-Nilai Moral pada Novel Athirah Karya
Alberthiene Endah dan Merelevansikan Sebagai Bahan
Pembelajaran Sastra di SMA”. Skripsi ini membahas
tentang nilai-nilai moral yang ada di dalam novel Athirah,
seperti meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, tanggung
jawab, mampu mengendalikan diri, mampu berfikir positif,
mengembangkan ptensi diri, menumbuhkan cinta dan kasih
sayang, memiliki kebersamaan dan gotong royong,
13
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini ditujukan untuk mempermudah
pembaca dalam memahami penelitian skripsi. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri atas Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teoritis
Bab ini terdiri dari sub bab, yaitu sub bab Analisis
Wacana yang membahas secara rinci. Pengertian
14
BAB VI Penutup
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan
dan saran dari penulis mengenai hal-hal yang telah
dibahas oleh penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis Wacana
Analisis berasal dari Bahasa Yunani kuno yaitu “analusis”
berarti melapaskan. Analusis terbentuk dari dua kata yaitu “ana”
yang berarti kembali dan “luein” yang berarti melepas. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, analasis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.1
Menurut Gorys Keraf, analisis adalah sebuah proses untuk
memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling
berkaitan atau satu sama lainnya.2 Kesimpulan dari penelitian
analisis adalah sekumpulan kegiatan, aktivitas dan proses yang
saling berkaitan untuk memecahkan masalah atau memecahkan
komponen menjadi lebih detil dan digabungkan kembali untuk
ditarik kesimpulan.
Kata wacana secara etimologi berasal dari Bahasa
Sansekerta wac/ wak/ vak berarti “berkata” atau “berucap”.
Sedangkan, kata –ana merupakan imbuhan berbentuk akhiran
(sufiks) yang bermakna membedakan (nominalisasi). Kemudian
kata tersebut digabung menjadi wacana yang diartikan sebagai
1
http://kbbi.web.id/analisis/, situs diakses pada 28 Juli 2018 pukul 09:23 WIB.
2
https://www.pengertiandefinisi.com/pengertian-analisis-menurut-para-ahli/,
situs diakses pada 28 Juli 2018 pukul 10:14 WIB
16
17
3
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), h. 48.
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 9.
5
Peter Y Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h. 1709.
6
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 72.
7
Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada
Wacana Media, h. 28.
18
8
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: KliS
Pelangi Aksara, 2012), h. 65.
9
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 199-200.
19
10
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200.
11
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 203-204.
20
12
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200-201.
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 203-204.
21
14
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 210-211.
15
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 211.
22
D. Film
1. Pengertian Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah
selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar
negative (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar
positif (yang akan dimainkan di bioskop).17 Sedangkan
secara etimologi, film adalah gambar hidup, cerita hidup.
Menurut Gatot Prakoso dalam buku berjudul Film
Pinggiran- Antalogi Film Pendek, Eksperimental &
Dokumenter, film adalah bayanan yang diangkat dari
kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari,
yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk
mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan.18
Kesimpulan dari pengeritan film adalah suatu alat
komunikasi yang memiliki sifat audio visual dan berfungsi
16
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 210-212.
17
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 316.
18
Gatot Prakoso, Film Pinggiran Antalogi Film Pendek, Eksperimental &
Dokumenter. FFTV-IKJ dengan YLP, (Jakarta: Fatma Press, 1997), h. 22.
23
2. Jenis-Jenis Film
Menurut Marcel Danesi dalam buku berjudul
Pengantar Semiotik Media, ia menuliskan tiga jenis film
yang utama, yaitu sebagi berikut:
a. Film Fitur
Film fitur merupakan film fiksi yang memiliki
struktur berupa narasi. Film jenis ini memiliki tahap
dalam. Proses produksi. Pertama, tahap praproduksi
yaitu tahap awal saat scenario dibuat. Scenario yang
dibuat bisa berupa adaptasi dari sebuah novel, kisah
nyata maupun cerita fiktif. Kedua, tahap produksi
yaitu proses pembuatan film berdasarkan scenario
yang sudah ditetapkan. Ketiga, post-produksi yaitu
proses editing atau penyempurnaan dalam film yang
sudah diproduksi.
b. Film Dokumenter
Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang
menggambarkan situasi kehidupan nyata yang
memiliki tujuan tertentu. Film dokumenter memiliki
berbagai tujuan diantaranya untuk penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang
atau kelompok tertentu.19 Menurut Robert Claherty
19
Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, (Jakrta:
Erlangga, 2009), h. 3.
24
20
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 139.
21
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:
Percetakan Jalasutra, 2010), h. 134-135.
22
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008),
h. 4
25
23
http://videomaker79.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-genre-dalam-
film.html/ situs diakses pada 28 Juli 14:38 WIB.
24
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 13.
26
25
http://www.mindtalk.com/channel/film-o-graphy/post/film-epic-
510407208975261863.html/ situs diakses pada 28 Juli 15:42 WIB.
27
E. Konsep Perempuan
1. Definisi Perempuan
Secara etimologis, akar kata ‘perempuan’ berasal dari
bahasa Sansekerta, yaitu empu. Empu sendiri merupakan
gelar kehormatan yang memiliki arti yang dituankan,
dihormati, atau dimuliakan.26 Secara terminologis,
perempuan dapat diartikan sebagai makhluk yang
dihormati, dimuliakan, dan dihargai. Hamka dalam
bukunya yang berjudul Kedudukan Perempuan dalam
Islam menambahkan empu dalam ‘empu jari’ yang
mengandung arti ‘penguat jari’, sehingga jari tidak dapat
menggenggam erat atau memegang teguh kalau empu
jarinya tidak ada.27
Sedangkan, kata ‘wanita’ bukan merupakan produk
kata asli (induk). Kata ini adalah hasil akhir dari proses
perubahan bunyi dan proses perubahan bunyi konsonan dari
kata ‘betina’. Urutan prosesnya, yaitu kata ‘betina’ berubah
menjadi kata ‘batina’ dan kata ‘batina’ berubah melalui
proses pergantian tempat bunyi (huruf) dalam sebuah kata
(metatesis) menjadi kata ‘banita’. Kata ‘banita’ kemudian
mengalami proses perubahan bunyi konsonan dari ‘b’
menjadi ‘w’ sehingga menjadi kata ‘wanita’.28
26
Zaitunah Subhan, Kodrat Perempuan: Takdir atau Mitos?, (Jakarta: PT.
LkiS Pelangi Aksara, 2004), h. 4.
27
Zaitunah Subhan, Kodrat Perempuan: Takdir atau Mitos?, h. 1
28
Sudarwati & D. Jupriono, “Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik
Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik”, dalam Journal FSU in the Limelight,
Vol. 5, No. 1, Juli 1997, (Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945, 1997)
29
29
Sudarwati & D. Jupriono, “Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik
Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik”, dalam Journal FSU in the Limelight,
Vol. 5, No. 1, Juli 1997, (Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945, 1997)
30
30
Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam
Timbangan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 19-20.
31
Achie Sudiarti Luhulima, Bahan Ajar tentang Hak Perempuan: UU No. 7
Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
31
34
Sri Sundari Sasongko, Konsep dan Teori Gender, h. 10-11.
35
Susilaningsih dan Agus M. Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi
Islam, (Yogyakarta: McGill IAIN-Indonesia Social Equity Project, 2004), h.
23.
34
36
Susilaningsih dan Agus M. Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi
Islam, h. 23-24.
35
37
Liza Hadiz, Perempuan dalam Wacana Politik Order Baru, (Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2004), h. 11-20.
38
Liza Hadiz, Perempuan dalam Wacana Politik Order Baru, h. 11-20.
36
39
Quraish Shibah, Perempuan, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2007), h.2
40
Nasaruddin Umar, Bias Gender dalam Penafsiran Kitab Suci, (Jakarta: PT.
Fikahati Aneska, 2000), h. 42.
37
41
Badriyah Fayumi, dkk., Keadilan dan Kesetaraan Jender (Perspektif Islam),
(Jakarta: Tim Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama Departemen Agama
RI, 2001), h. 73.
42
Badriyah Fayumi, dkk., Keadilan dan Kesetaraan Jender (Perspektif Islam),
h. 74.
38
43
Badriyah Fayumi, dkk., Keadilan dan Kesetaraan Jender (Perspektif Islam),
h. 82-84.
39
44
Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar
Kajian Gender, (Jakarta: PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan McGill-
ICIHEP, 2003), h. 221.
45
Mai Yamani, Feminisme dan Islam: Perspektif Hukum dan Sastra,
(Bandung: Penerbit Nuansa, 2000), h. 138-139.
40
46
Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar
Kajian Gender, h. 222-224.
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM ATHIRAH
41
42
B. Profil Sutradara
Mohammad Rivai Riza atau yang lebih dikenal dengan
nama Riri Riza adalah seorang sutradara, penulis naskah,
produser film asal Indonesia. Sutradara kelahiran Makassar, 2
Oktober 1970 ini muncul pertama kali sebagai sutradara melalui
film Kuldesak pada tahun 1998. Lulusan SMA Labschool Jakarta
dan Institut Kesenian Jakarta ini sering berkolaborasi dengan
sahabatnya, Mira Lesmana dalam pembuatan film. Salah satu
hasil kolaborasi Riri Riza dengan Mira Lesmana adalah film
Athirah.1
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Riri_Riza diakses pada tanggal 24 Agustus 2018
pukul 07.32
43
Sutradara
1998 – Kuldesak
2000 – Petualangan Sherina
2002 – Eliana, Eliana
2005 – Gie
2007 – 3 Hari Untuk Selamanya
2008 – Laskar Pelangi
2008 – Takut : Faces of Fear (Segmen Titisan Naya)
2008 – Drupadi
2009 – Sang Pemimpi
2012 – Atambua 39 Derajat Celcius
2013 – Sekola Rimba
2014 – Ada Apa Dengan Cinta 2
2014 – Athirah
Produser
2014 – Pendekar Tongkat Emas
Penghargaan
2000 – Special Jury Award (Winner) (Asia-Pasific Film
Festival)
2005 – Sutradara Terbaik FFI
2008 – Sutradara Terpuji Festival Film Bandung
2013 – Sutradara Terbaik (Asian Film Festival 2013)
Penghargaan Internasional2
1999 – Silver Screen Award (Nominee) (Singapore
International Film Festival)
2
https://imdb.com/name/nm0729764/awards?ref_=m_nm_awd diakses pada
tanggal 24 Agustus 2018 pukul 08.21
44
Christoffer Nelwan
Arman Derwati
Jajang C. Noer
Indah Permata Sari
Tika Bravani
Dimi Cindyastira
Nino Prabowo
Irmawati Jabbar
Andreuw Parinussa
Fanesa Kayla
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Athirah_(film) diakses pada tanggal 24 Agustus
2018 pukul 09.47
47
A. Posisi Subjek
Posisi subjek adalah bagaimana posisi aktor-aktor
ditampilkan dalam teks. Posisi yang dimaksud adalah siapa
aktor yang menjadi pencerita (subjek) dalam film Athirah.
Posisi subjek dapat dilihat dari potongan adegan dan dialog
pemain. Hal ini dapat menentukan bagaimana struktur teks,
serta bagaimana makna yang terkandung dalam teks.
Berikut potongan adegan yang menggunakan bagaimana
posisi subjek dalam film Athirah.
48
49
Tabel 1
Kerangka Temuan Data Posisi Subjek pada Film Athirah
Scene Visual Audio Intrepretasi
Simbolik
50
dijemur.
perhiasan. (pembantuny
a).
perhiasannya.
Scene 24 :
Di ruang Adek Ucu: Adegan Athirah
makan Gambar 24 “Emak coba merenung sendiri di
(Pagi) hidupkan ruang makan, karena
Athirah merenung di ruang rumah ini.” kekecewaan Ucu,
60
Athirah menyimpan
tabungan emas kedalam
kotak.
Athirah: Athirah
Scene 33 : “Saya mau merenungkan hasil
Di teras bikin sekolah keuntungannya
rumah Gambar 33 di Makassar.” dalam berjualan
(Pagi) sarung, hingga dia
Athirah berbicara kepada berbicara kepada
Aisyah (pembantunya). Aisyah, bahwa
Athirah ingin
membuat sekolah di
Makassar.
B. Posisi Objek
Posisi objek dalam film Athirah juga dapat dilihat
dari potongan beberapa adegan dan dialog dari para
pemainnya. Aktor yang keberadaannya diceritakan oleh
aktor lain (subjek) ini membuat dirinya tidak dapat
menampilkan atau menggambarkan dirinya sendiri secara
nyata. Posisi objek ini merupakan hasil definisi dari subjek
yang menggambarkannya dalam perspektif atau sudut
pandangnya sendiri. Dalam hal ini yang menjadi posisi
objeknya antara lain: yusuf atau Ucu (anak sulung Athirah,
ibu Athirah, Aisyah (pembantunya Athirah) dan adeknya
Ucu.
71
Tabel 2
dia pun
menceritakan
bahwa ibu
Athirah
menjadi istri
ke empat dari
bapaknya
Athirah.
an melihat Puang
(Malam) Ajji bersama
istri keduanya
datang ke
Gambar 69 undangan.
keluarganya. merebut
83
kembali
keharmonisan
keluarganya.
BAB V
PEMBAHASAN
84
85
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan
dari penelitian analisis wacana Sara Mills dalam film Athirah
yaitu sebagai berikut:
1. Posisi subjek atau pencerita yang dideskripsikan dalam
film Athirah adalah Athirah dan pencerita nya adalah
Ucu (Jusuf Kalla). Posisi subjek dalam film ini memiliki
satu sudut pandang. Posisi subjek pertama yaitu Ucu
menceritakan mengenai kisah kehidupan keluarga nya,
bagaimana tokoh utama yaitu Athirah yang adalah Ibu
dari Ucu dipoligami oleh suaminya sendiri secara diam –
diam, tetapi hal tersebut tidak membuat Athirah
terpuruk, justru hal tersebut membuat Athirah mampu
bangkit dari keterpurukannya dan mengenyampingkan
rasa sakit karena dimadu oleh Puang Ajji, hal ini patut
ditiru bagi perempuan-perempuan diluar sana bila
mengalami hal serupa, sebagai perempuan yang berada
di posisi tersebut hendaknya segera meningkatkan
kecerdasan spiritual supaya lebih bisa menerima
kenyataan. Satu-satunya cara agar tidak hancur karena
bertahan di lingkaran poligami adalah berdamai dengan
kenyataan. Setelah meningkatkan keimanan kepada
Tuhan, akhirnya Atirah melakukan kegiatan yang positif
yaitu berbisnis sarung sutra sebagai pelarian rasa
99
100
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan
dari penelitian analisis wacana Sara Mills dalam film Athirah
maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
101
102
103
Jurnal
Sudarwati dan D. Jupriono, Betina, Wanita, Perempuan: Telaah
Semantik Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik. Journal
FSU in the Limelight, Vol. 5, No. 1, Juli 1997. Universitas
17 Agustus 1945, 1997.
105
Referensi Pendukung
https://www.rappler.com/indonesia/gaya-hidup/147121-athirah-
kisah-perempuan-bugis
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-belajar-
move-dari-athirah/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Athirah_(film)
http://kbbi.web.id/analisis/
https://www.pengertiandefinisi.com/pengertian-analisis-menurut-
para-ahli/
http://videomaker79.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-genre-
dalam-film.html/
http://www.mindtalk.com/channel/film-o-graphy/post/film-epic-
510407208975261863.html/
https://id.wikipedia.org/wiki/Riri_Riza
https://imdb.com/name/nm0729764/awards?ref_=m_nm_awd
https://id.wikipedia.org/wiki/Athirah_(film)