Anda di halaman 1dari 61

KEKUATAN POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN HIMPUNAN

MAHASISWA ISLAM (HMI) DALAM PROSES POLITIK (STUDI DI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

Oleh:

Rahma Azhani Zulmi

NIM. 3193111011

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2023
LEMBAR PERSETUJUAN PENGESAHAN

Proposal ini Diajukan Oleh Rahma Azhani Zulmi. NIM. 3193111011

Telah Diseminarkan Di Depan Tim Penguji

Pada Tanggal 15 Maret 2023

TIM PENGUJI

1. Drs. Halking., M.Si


Pembimbing Skripsi

2. Dr. Sri Yunita, S.Pd., M.Pd


Penguji

3. Julia Ivanna, S.Sos.,M.Si., M.AP


Penguji

4. Prayetno, S.IP., M.Si


Penguji

Disetujui dan disahkan pada


Medan, Maret 2023

Arief Wahyudi, S.H., M.H


NIP. 198206062006041002
iii

ABSTRAK

Rahma Azhani Zulmi 3193111011, “Kekuatan Politik Organisasi Kemahasiswaan


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Proses Politik (Studi di Universitas Negeri
Medan)” Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini akan menggali mengenai aktivitas, program, maupun kegiatan dan sumber
kekuasaan dari Organisasi Mahasiswa Eksternal Kampus Himpunan Mahasiswa Islam
dalam suatu proses politik yang berada di lingkup kampus. Organisasi menjadi salah satu
perantara menyampaikan sebuah tuntutan, karena organisasi mampu menjadi pemegang
kekuasaan. Kemudian, sebuah kekuasaan akan melahirkan sebuah kekuatan yang
dibutuhkan untuk mempengaruhi seseorang maupun kelompok dalam proses politik.
Dengan sumber kekuasaan yang diarahkan menjadi pengaruh dalam proses politik. Untuk
itu, peneliti tertarik untuk meneliti kekuatan politik organisasi kemahasiswaan HMI dalam
proses politik di Universitas Negeri Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan metode penelitian kualitatif. Narasumber dalam penelitian ini adalah 7 Komisariat
HMI di UNIMED. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi,
dengan instrumen pengumpulan data berupa lembar daftar wawancara dan lembar
observasi. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif melalui 3 tahapan, antara lain
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/kesimpulan.

Kata Kunci: Kekuatan Politik, HMI, Proses Politik


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

nikmat serta karunia-nya sehingga laporan proposal skripsi ini bisa terselesaikan

dengan baik. Adapun judul proposal ini yaitu: “Kekuatan Politik Organisasi

Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Proses Politik (Studi

di Universitas Negeri Medan).

Proposal ini ditulis sebagai pemenuhan salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Sarjana di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Laporan proposal ini terdiri dari

3 Bab, yang terbagi menjadi Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang,

identifikasi masalah, batasan masalah rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian ini. Pada Bab II Kajian Pustaka berisikan teori-teori yang berkaitan

dengan penelitian, hasil penelitian yang relevan dan juga kerangka berpikir. Bab III

adalah bab terakhir yang membahas Metode Penelitian, di dalam bab ini dijabarkan

mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan untuk kelancaran dan

keberhasilan penelitian.

Dalam pembuatan proposal ini penulis sadari tidak terlepas dari dukungan

,bantuan, kerja sama, dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak, sehingga

penulisan proposal ini dapat tersusun dengan baik, meskipun masih jauh dari kata

sempurna. Banyak hambatan, tantangan dan rintangan yang dialami oleh penulis

dalam penyelesaian proposal ini. Maka sepantasnya mengucapkan penghargaan dan

terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:


v

1. Bapak Prof. Dr. Syamsul Gultom,SKM., M.Kes., selaku

Rektor Universitas Negeri Medan

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu., M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial beserta seluruh stafnya

3. Bapak Dr. Tappil Rambe., M.Si selaku Wakil Dekan I, Ibu

Dra. Flores Tanjung., MA selaku Dekan II, dan Bapak Dr.

Erond Litno Damanik M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan beserta seluruh stafnya

4. Bapak Arief Wahyudi, S.H., M.H selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Medan

5. Bapak Dr. Surya Dharma., S.Pd., M.Pd selaku Sekretaris

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Universitas Negeri Medan

6. Bapak Dr. Halking, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah banyak membantu, meluangkan waktu, dan

membimbing penyelesaian proposal penelitian ini

7. Ibu Sri Yunita, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang selama ini telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan

8. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang telah membekali penulis dengan

segudang ilmu yang berharga selama penulis menjadi


vi

mahasiswa dan menempuh Pendidikan di Universitas Negeri

Medan

9. Kepada Ibu Eis Wahyu selaku Tata Usaha Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah

membantu dalam kelengkapan berkas yang dibutuhkan

penulis

10. Terima kasih kepada Organisasi Eksternal Mahasiswa

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FIS, FBS,

FE, FMIPA, FT, FE, dan FIP selaku narasumber yang telah

berbesar hati dan terbuka membantu penulis dalam

memberikan informasi terkait dengan penelitian penulis

11. Kepada Ibu Zainab selaku orang tua tunggal yang tidak

pernah berhenti memberikan limpahan kasih sayang, materi,

dan motivasi kepada penulis sehingga penulis sampai ketitik

ini.

12. Kepada saudara-saudara tercinta penulis Mbak Ika, Mbak

Ratih, Mbak Nanda, Mas Joko, Mas Dian, dan Mas Fahmi

serta Ari yang terus memberikan motivasi, semangat,

perhatian, kasih sayang dan doa.

13. Kepada teman-teman saya Yani, Husna, Thesa dengan jarak

dan waktu yang terbatas tetap memberikan semangat dan

dukungan, serta mendengarkan keluh kesah saya.

14. Kepada Ahra, Yola, Alfian, Carlo, Tengku, Kevin (dalam


vii

grup Wacana) yang selalu memberikan semangat dan

dukungan serta menghibur selama saya berkuliah di jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

15. Kepada seluruh teman-teman sekelas PPKN D 2019 dan

teman-teman lain yang memberikan bantuan dan semangat

kepada saya selama saya berkuliah.

16. Dan terima kasih kepada diri sendiri yang tidak pernah

menyerah dan terus berjuang hingga sampai pada titik ini.

Medan, Februari 2023

Penulis

Rahma Azhani Zulmi


viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PENGESAHAN ........................................... ii

ABSTRAK ................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
1.3. Pembatasan Masalah ...................................................................... 5
1.4. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.6. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7


2.1. Kajian Teori .................................................................................... 7
2.2. Penelitian Yang Relevan............................................................... 23
2.3. Kerangka Konseptual ................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 34


3.1. Desain Penelitian ........................................................................... 34
3.2. Subjek Penelitian .......................................................................... 35
3.3. Definisi Operasional...................................................................... 36
3.4. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 38
3.5. Teknik Analisis Data..................................................................... 39
ix

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 42


x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ........................................................................................................... 15

Tabel 1.2 ........................................................................................................... 17

Tabel 1.3 ........................................................................................................... 35


xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ..................................................................................................................... 43

Lampiran 2 ..................................................................................................................... 45

Lampiran 3 ..................................................................................................................... 46
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mahasiswa memiliki peran yang strategis dalam keberlangsungan suatu negara.

Mahasiswa sebagai kasta sosial intelektual berperan besar dalam perkembangan

kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai agent of change dimana

diyakini mampu membawa suatu proses perubahan sebuah keputusan ke arah yang

lebih baik dalam suatu negara dalam setiap aspek kehidupan. Sehingga sebagai

aktivis intelektual mahasiswa berpengaruh dalam perpolitikan suatu negara.

Mahasiswa harus mempelajari dunia perpolitikan sehingga mampu membawa

pengaruh besar berdasarkan kualitas dan kemampuannya masing-masing untuk

masa depan negara. Wadah awal mahasiswa dapat diwujudkan dalam miniatur

negara dan pemerintahan. Kampus bukan hanya wadah bagi mahasiswa

menjalankan kesehariannya dalam mengikuti proses belajar, tetapi mahasiswa juga

dapat mengembangkan skill nya sebagai masyarakat sipil yang mempunyai hak-hak

sipil dalam kehidupan sosial dan politiknya. Oleh karena itu, dinamika mahasiswa

di kampus bukan hanya menerima ilmu pengetahuan akan tetapi juga mampu

berperan dalam segala aktivitas-aktivitas sosial politik.

Di wilayah kampus dapat kita lihat kehidupan politik berlangsung dalam lingkup

yang lebih kecil. Kampus sering disebut sebagai miniatur dari sebuah negara .

Selayaknya sebuah negara, kampus memiliki struktur formal dalam menjalankan

tugasnya dalam pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan dan wakil-wakil dari

rakyat yang dilakukan dalam suatu pemilihan, seperti presiden, menteri gubernur,
1

dewan perwakilan bahkan bupati. Beberapa kesamaan antara kampus dan negara,

seperti tatanan pemerintahan, mempunyai pimpinan mulai dari ruang lingkup

fakultas (daerah) sampai tingkat universitas (pusat/nasional) (Muhammad 2023).

Bahkan di wilayah kampus terdapat wadah bagi mahasiswa selayaknya partai-partai

politik yang dikenal dengan organisasi mahasiswa eksternal kampus. Hampir di

dalamnya tidak ada perbedaan antara kehidupan politik di kampus dan negara, yang

mana masing-masing memiliki kepentingannya dalam hal perebutan kekuasaan

atau lainnya. Berdasarkan dari pendekatan kekuasaan dan pendekatan konflik yang

dicetuskan oleh Ramlan Surbakti dimana politik sebagai cara yang digunakan

dalam memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dan kepentingan (Chosilin &

Nasiawan, 2016). Biasanya kehidupan politik kampus akan diperankan oleh

aktivitas-aktivitas non akademis, melalui Unit Kegiatan Mahasiswa, Organisasi-

Organisasi Intra maupun Ekstra kampus. Di kampus sebagai tempat pemikiran dari

berbagai ideologi-ideologi bertarung sehingga memunculkan gerakan politik

mahasiswa dengan membentuk kelompok-kelompok berdasarkan ideologi yang

dimilikinya. Dengan konsep tersebut memunculkan “Politik Kampus” sebagai

bentuk kecil dari politik dalam suatu negara. Panasnya politik kampus tidak kalah

panas dengan politik yang ada di negara, bahkan mungkin lebih marak dikarenakan

masih belum adanya kestabilan dalam diri masing-masing aktor politik kampus.

Sehingga pelaku-pelaku tersebut masih memiliki kecenderungan digoyahkan

pendiriannya dengan berbagai alasan.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi kemahasiswaan yang

didirikan oleh Lafran Pane bersama dengan 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi
2

Islam di Yogyakarta pada 5 Februari 1947. Awal mula berdirinya organisasi

berlambang warna hijau, hitam dan putih ini dimana suasana politik di Yogyakarta

mengalami polarisasi politik antara Partai Sosialis dan partai Masyumi. Yang

kemudian polarisasi ini membawa sebagian besar mahasiswa yang tergabung dalam

Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta cenderung berpihak kepada Partai Sosialis.

Sehingga demi menolak polarisasi politik yang terjadi mahasiswa-mahasiswa yang

menolak mendirikan organisasi-organisasi baru. Selain itu, tujuan Lafran Pane dan

ke-14 temannya mendirikan HMI adalah untuk membangkitkan kembali

mahasiswa yang menyalurkan aspirasinya dengan nilai-nilai keagamaan di

dalamnya.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki kekuatan sendiri dalam

mempengaruhi jalannya pemerintahan. Dalam sebuah sistem politik peranan

kekuatan politik terutama mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan

keputusan/kebijakan publik yang mengikat masyarakat dalam bentuk dukungan,

penenangan, mengubah isi keputusan ataupun mendesak aktor politik yang

berwenang membuat keputusan (Halking 2018). Sebagai organisasi mahasiswa

resmi dan diakui eksistensinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki hak

yang sama dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kampus tak terkecuali dalam

Pemilihan Raya (PEMIRA) yaitu pemilihan SEMA (Senat Mahasiswa), SEMAF

(Senat Mahasiswa Fakultas), BPMF, (Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas) dan

HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dengan organisasi-organisasi lainnya di

Universitas Negeri Medan.

Kekuatan politik dapat dilihat saat proses politik secara input yaitu dalam proses
3

pembuatan kebijakan publik. Keterlibatan kekuatan politik dalam pembuatan

kebijakan publik memungkinkan adanya check and balance selama proses

pembuatan kebijakan publik berlangsung. Kekuatan politik di luar parlemen juga

mempengaruhi proses pembuatan kebijakan bukan hanya parlemen saja. Tujuan

dari keterlibatan lembaga luar parlemen dalam menggunakan kekuatan politiknya

bukan hanya untuk kepentingan kelompok sendiri tetapi juga selayaknya untuk

kepentingan masyarakat seluruhnya. Selain dari itu, kekuatan politik dapat

dimaknai dalam menggunakan sumber-sumber kekuasaannya yang mampu

mempengaruhi untuk terlibat secara aktif dalam dunia politik seperti dengan

mencalonkan diri dalam Pemilihan Raya.

Proses politik yang berlangsung di wilayah kampus juga tidak jauh berbeda

dengan proses politik di suatu negara. Proses politik terjadi karena adanya input

yang diterima dan ditampung oleh pemegang kekuasaan yang kemudian akan

menjadi bahan diskusi untuk dicari penyelesaiannya, sehingga selanjutnya

melahirkan sebuhah kebijakan atau keputusan. Di kampus pada proses input akan

dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa maupun organisasi-organisasi ekstra kampus

yang kemudian akan diwakilkan untuk disampaikan kepada birokrasi kampus.

Sebagai negara dengan politik yang demokratis, berarti mengutamakan

kepentingan dari rakyat. Sudah seharusnya pemegang kekuasaan mendengarkan

dan menerima masukan dari rakyat, karena kemudian output yang dikeluarkan

adalah untuk kepentingan khalayak banyak. Birokrasi kampus seharusnya juga

melakukan hal serupa, mementingkan keinginan dan kepentingan dan suara dari

masyarakat kampus termasuk di dalamnya adalah mahasiswa. Berdasarkan dari


4

data yang ditemukan di lapangan, bahwa proses input dalam sistem politik di

kampus masih sangat kecil untuk kemudian menjadi bahan diskusi oleh birokrasi

kampus, baik dalam tuntutan maupun dukungan. Kampus masih terbilang tertutup

dalam menangkap suatu keinginan dan suara dari khalayak kampus.

Oleh karena itu, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi dengan

usia yang cukup tua, memiliki eksistensi yang tinggi dihadapan masyarakat-

masyarakat kampus. Selain itu, kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

yang sudah menjadi alumni, menjadi salah satu organisasi yang menyumbangkan

aktivis nya untuk berkecimpung ke dalam dunia perpolitikan secara langsung, baik

dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi. Berdasarkan dari data yang didapat

dari lapangan, kader-kader Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) di Universitas

Negeri Medan sering menduduki kursi jabatan baik di SENAT, SEMAF, BPMF,

ataupun HMJ di wilayah fakultas masing-masing. Dalam beberapa tahun terakhir

kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selama beberapa periode berhasil

menduduki jabatan dalam SENAT Mahasiswa bahkan menjadi pernah Presiden

Mahasiswa di Universitas Negeri Medan. Pada kepemimpinan senat mahasiswa

tahun 2022, kader Himpunan Mahasiswa Islam berhasil menduduki jabatan sebagai

Sekretaris Jenderal.

Berdasarkan dari hal menarik tersebut memunculkan suatu pertanyaan terkait

tentang Bagaimana Kekuatan Politik Organisasi Kemahasiswaan Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dalam Proses Politik. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk mengangkat judul Kekuatan Politik Organisasi Kemahasiswaan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Proses Politik (Studi Di


5

Universitas Negeri Medan) sebagai fokus penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari judul yang diangkat, penulis mengidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1.1.1. Kekuasaan politik yang dimiliki oleh Himpunan Mahasiswa

Islam

1.1.2. Minimnya pengaruh mahasiswa dalam mempengaruhi sebuah

keputusan kampus.

1.1.3. Sumber kekuasaan yang tidak digunakan secara maksimal

dalam proses politik

1.3. Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah agar pembahasan penelitian ini tidak terlalu luas, maka

peneliti fokus penelitiannya, yaitu Kekuatan Politik Organisasi Kemahasiswaan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Proses Politik.

1.4. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana Kekuatan

Politik Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam


6

Proses Politik Studi di Universitas Negeri Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang diterangkan penulis, adapun tujuan

dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui Kekuatan Politik Organisasi

Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Proses Politik Studi di

Universitas Negeri Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan referensi ataupun dasar kajian bagi mahasiswa yang

ingin mengembangkan atau melakukan penelitian dengan masalah

yang sama.

2. Manfaat Praktis

Untuk menambah pengetahuan wawasan pembaca dan pihak-pihak

yang terkait Kekuatan Politik Organisasi Kemahasiswaan Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Proses Politik Studi di Universitas

Negeri Medan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas tiga bagian yaitu: Konsep Kekuatan Politik,

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Proses Politik sebagai organisasi

kemahasiswaan, Kerangka Berpikir serta Penelitian yang relevan. Diuraikan lebih

lanjut pada pembahasan Bab ini.

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Kekuatan Politik

Di masyarakat terdapat berbagai kelompok-kelompok sosial yang masing-

masing diantaranya memiliki kepentingannya sendiri yang bersangkut paut dengan

sistem politik. Kelompok-kelompok sosial ini berkepentingan terhadap isi

keputusan kebijakan publik, sehingga kelompok-kelompok sosial tersebut berusaha

memengaruhi sistem politik agar membuat keputusan atau kebijakan yang mampu

menguntungkan kelompok-kelompok sosial ini. Kekuatan politik menjadi gerakan

yang dilakukan suatu golongan secara berkelompok atau individu untuk mencapai

dan mempertahankan tujuannya. Kekuatan politik saling bersaing untuk

mendapatkan apa yang diinginkan di dalam sistem politik, karena di dalam sistem

politik yang bersifat demokratis, setiap masing-masing kekuatan politik memiliki

kesempatan untuk terlibat dalam pembuatan suatu kebijakan (Asrinaldi 2014).

Dalam studi politik kekuatan-kekuatan politik dapat mengorganisasikan diri dalam

berbagai kekuatan politik dimana suatu kekuatan politik akan berkontestasi dengan

kekuatan politik lainnya (Mufti 2013). Kekuatan politik adalah suatu kelompok

7
8

sosial budaya yang mencoba memengaruhi proses pembuatan dan perumusan

keputusan atau kebijakan dengan sumber kekuasaan (power) yang dimiliki,

sehingga hasil akhir dari keputusan tersebut akan memberikan keuntungan bagi

mereka (Hanafie 2018).

Menurut Budiarjo (2010) kekuatan-kekuatan politik dapat diartikan dalam dua

pengertian, yaitu pengertian individual adalah kekuatan-kekuatan politik yang

berasal dari aktor-aktor politik atau individu yang memainkan peran dalam

kehidupan politik untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pada

pengertian kelembagaan, kekuatan politik mengambil peran sebagai lembaga

maupun organisasi yang bertujuan untuk mempengaruhi proses pengambilan

keputusan dalam sistem politik.

Menurut Hays Kekuatan politik adalah gerakan yang dilakukan oleh satu

golongan untuk mencapai dan mempertahankan tujuannya yang dapat berupa

gerakan konservatif maupun gerakan progresif dengan menerapkan nilai-nilai

liberalisme (Hayyi 2019).

Kekuatan politik dalam institusi politik yang mampu mempengaruhi suatu

produk peraturan yang dibuat oleh institusi politik. Kekuatan-kekuatan politik dapat

dilihat melalui dua sisi yakni sisi kekuasaan dari kekuatan formal dan sisi kekuatan

dari infrastruktur politik. Pada kekuatan formal berada dalam struktur kelembagaan

negara, seperti Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Menteri, dan lain sebagainya,

sedangkan pada sisi kekuatan politik pada infrastruktur politik seperti, partai

politik, kelompok kepentingan, organisasi kemasyarakatan, dan lainnya (abdus


9

salam, pengaruh politik dalam pembentukan hukum di Indonesia).

Infrastruktur politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lembaga-

lembaga kemasyarakatan yang dalam aktivitasnya dapat mempengaruhi, baik

langsung atau tidak langsung lembaga-lembaga negara dalam menjalankan fungsi

serta kekuasaannya masing-masing (Risnawan 2017). Organisasi-organisasi yang

tidak termasuk ke dalam birokrasi pemerintahan adalah kekuatan infrastruktur

politik. Infrastruktur politik terbagi atas (Rahimah 2018):

a. Partai Politik

Partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok Warga

Negara Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita

untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara

melalui pemilihan umum. Partai politik memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi

politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik, dan pengatur konflik.

b. Kelompok Kepentingan (Interest Group)

Kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi

kebijakan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kelompok

ini tidak berusaha untuk menempatkan wakilnya ke dalam parlemen, hanya

berusaha mempengaruhi satu atau beberapa partai di dalamnya, instansi pemerintah

atau menteri.

c. Kelompok Penekan (Pressure Group)

Sekelompok orang yang tergabung dalam lembaga kemasyarakatan dengan


10

aktivitas melakukan tekanan kepada pemerintah yang berkuasa agar keinginannya

dapat diakomodasi. Kelompok ini biasanya tampil ke depan dengan berbagai cara

untuk menciptakan pendapat umum yang mendukung keinginan kelompok mereka.

d. Media Komunikasi

Politik Sarana atau alat komunikasi politik dalam proses penyampaian informasi

dan pendapat politik secara tidak langsung, baik terhadap pemerintah maupun

masyarakat pada umumnya.

Kelompok yang memiliki kekuatan politik akan cenderung aktif dalam

mengidentifikasi isu-isu yang ada di dalam masyarakat, tak jarang isu-isu tersebut

berisi nilai maupun kepentingan ini adalah cerminan dari nilai dan kepentingan

kelompok tersebut. Di dalam suatu wilayah negara partai politik adalah kelompok

yang berperan dalam mengumpulkan berbagai isu-isu yang berkembang di

masyarakat yang kemudian menjadi sebuah tuntutan atau masukan untuk

selanjutnya menjadi bahan dalam penyusunan kebijakan publik (Asrinaldi 2014).

Di masa Orde Baru kekuatan politik layaknya berada di dalam penjara yang

terkurung dan dikendalikan oleh sistem politik yang otoriter. Lalu pada saat Orde

Baru mengalami keruntuhan, kekuatan-kekuatan politik di Indonesia mulai

mengalami perubahan. Kelompok-kelompok kekuatan politik mendapat kebebasan

untuk mengekspresikan kepentingannya di bawah sistem yang lebih demokratis.

Masing-masing dari kelompok sosial memiliki kekuasaan yang semakin besar

kekuasaan yang dimilikinya maka semakin besar pula lah power mereka dalam

mempengaruhi sistem politik. Dalam suatu sistem politik akan dapat berjalan
11

dengan stabil apabila yang memerintah terdiri dari koalisi atas kelompok-kelompok

sosial yang memiliki kekuasaan besar. Dimana kelompok-kelompok yang memiliki

kekuasaan yang sangat besar tersebut dikenal sebagai kekuatan-kekuatan politik

(Halking 2018).

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, peneliti mengambil kesimpulan

mengenai pengertian dari kekuatan politik merupakan individu perorangan,

kelompok, organisasi maupun lembaga yang memiliki sumber kekuasaan dan

mengambil peran dalam menjalankan kehidupan politik, yang mana sumber

kekuasaan yang dimilikinya mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Kekuatan politik berperan sebagai penopang dalam sistem politik dengan

mempengaruhi terhadap pemerintahan.

Menurut Laswell dan Kaplan, kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam

mempengaruhi orang lain dalam hal tingkah laku sehingga bertingkah laku menjadi

sesuai dengan keinginan seseorang yang mempunyai kekuasaan (Mufti 2017).

Menurut Van Doorn, kekuasaan adalah kemungkinan membatasi alternatif tindakan

dari seseorang atau kelompok sesuai dengan arahan dan tujuan dari pihak pertama

(Cholisin and Nasiwan 2012). Menurut Foulcalt kekuasaan adalah keberadaan ilmu

pengetahuan yang menghasilkan, juga kekuasaan melakukan hingga pada

gilirannya kekuasaan itu mereproduksi kekuatan (Rambe et al. 2019).

Dalam mempengaruhi tingkah laku, sikap, tindakan orang lain, pemilik

kekuasaan biasanya menggunakan sumber daya yang dianggap sebagai modal

sehingga orang lain bisa tunduk dan mengikuti keinginan dari pelaku. Sumber-
12

sumber daya tersebut biasa disebut dengan sumber kekuasaan. Menurut JRP French

dan Bertram Raven sumber-sumber kekuasaan antara lain adalah (Syafiie 2010):

a. Coercive power, Kekuasaan yang diperoleh karena menunjukkan kekerasan,

baik dalam kepemimpinannya ataupun dalam berbagai kepengurusan.

b. Legitimate power, kekuasaan yang diperoleh karena adanya surat yang

dikeluarkan baik berupa surat keputusan, ijazah, pengangkatan yang resmi, dll.

c. Expert power, kekuasaan yang diperoleh karena memiliki keahlian tertentu dan

keahlian tersebut dibutuhkan oleh orang lain.

d. Reward power, kekuasaan yang diperoleh karena sering memberi atau

menolong, sehingga yang diberi atau ditolong akan merasa berhutang budi dan

segan untuk tidak menuruti permintaannya.

e. Reverent power, kekuasaan yang diperoleh karena seseorang mempunyai daya

tarik di dalam dirinya.

f. Connection power, kekuasaan yang diperoleh karena mempunyai hubungan

silaturahmi yang baik dan luas dengan orang lain.

g. Information power, kekuasaan yang diperoleh karena memiliki data, informasi,

fakta dan sebagainya sehingga dibutuhkan oleh pihak lain.

Charles F. Andrain dalam Mufti (2017) menyebutkan lima tipe sumberdaya

kekuasaan, yaitu fisik, ekonomi, normatif, personal, dan ahli. Andrain menjelaskan

dalam setiap tipe sumberdaya kekuasaan memiliki motif kepatuhan yang berbeda.
13

Perbedaan motif kepatuhan dalam setiap tipe sumber daya kekuasaan dapat

dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 1.1

Motif Kepatuhan dalam Sumber Daya Kekuasaan

Tipe Sumber Daya Contoh Sumber Daya Motivasi Kepatuhan

Fisik Senjata, senapan, rudal, Berusaha menghindari

bahan peledak cedera fisik yang mampu

ditimbulkan

Ekonomi Kekayaan, pendapatan, Berusaha memperoleh

barang dan jasa, modal kekayaan

Balas budi dari hutang

budi

Normatif Moralitas, kebenaran, Mengakui adanya hak

tradisi, religius, moral seseorang untuk

legitimasi, wewenang mengatur perilaku

Personal Kharisma, daya tarik, Adanya ketertarikan diri

kasih sayang, terhadap orang tersebut

persahabatan, popularitas

Ahli Informasi, pengetahuan, Merasa seseorang


14

intelegensi, teknis mempunyai pengetahuan

maupun keahlian yang

lebih

Pendapat dari Gabriel A. Almond, analisis sistem politik (teori struktur fungsi)

bahwa suatu sistem politik terdapat di dalamnya struktur-struktur politik dan atau

kelembagaan politik yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu demi berjalannya

proses politik. Teori Gabriel Almond berasumsi dasar bahwa sistem politik

didalamnya terhadap fungsi-fungsi untuk mempertahankan sistem politik tersebut

(Hayyi, Hidayatullah, and Amil 2020). Dimana fungsi-fungsi tersebut ialah input

dan output dalam sistem politik yang berfokus kepada fungsi input yang dilakukan

oleh struktur politik yang terlibat di dalam kampus sebagai pemilik kepentingan

dan aspirasi, organisasi mahasiswa.

Dalam hal proses pembuatan kebijakan publik keberadaan kekuatan politik

sendiri dapat menggunakan teori oleh David Easton, yaitu teori sistem politik. Teori

sistem politik berasumsi dalam sistem politik terjadi interaksi atau hubungan antara

aktor-aktor politik dalam pengalokasian nilai-nilai. Dimana dalam teori ini akan

terjabarkan institusi-institusi yang berperan sebagai aktor-aktor politik, proses

dalam pembuatan kebijakan dan hasil akhir atau output yang berupa

kebijakan/keputusan. Menurut Asrinaldi (2014) teori sistem relevan untuk

menganalisis peran dan fungsi kekuatan politik dalam proses kebijakan.

Dibawah ini merupakan bagan dari sistem politik kampus untuk menelaah
15

bagaimana teori sistem politik itu berjalan:

INPUT
Tuntutan dan PROSES
dukungan dari: OUTPUT

Organisasi Birokrasi Kebijakan


mahasiswa kampus
Aturan
Individu
mahasiswa

Feedback atau Umpan Balik

Tabel 1.2

Berdasarkan dari bagan diatas dalam suatu sistem politik terdapat input dan juga

output. Di dalam input berupa tuntutan maupun dukungan yang diberikan oleh

masyarakat. Tuntutan atau dukungan berasal dari lingkungan sekitar masyarakat

dan di dalam sistem itu sendiri (dalam hal ini mahasiswa sebagai masyarakat dan

lingkungan sekitar sebagai lingkungan kampus). Tuntutan maupun dukungan yang

telah diterima akan ditentukan mana yang layak untuk diproses lebih lanjut.

Di dalam proses akan membentuk interaksi pada institusi yang terdapat di dalam

sistem politik antara lain suprastruktur politik (birokrasi kampus) dan infrastruktur

politik (organisasi mahasiswa, individu mahasiswa). Tuntutan maupun dukungan

yang diterima akan menjadi bahan agenda untuk dicari penyelesaiannya,


16

Terakhir adalah output, dimana tuntutan yang sudah di forumkan akan

mengeluarkan hasil akhir baik berupa keputusan, tindakan, aturan, ataupun

kebijakan. Output harus disebarkan secara luas agar memperoleh umpan balik atau

tanggapan (Asrinaldi 2014).

Berlandaskan dari teori tersebut, peneliti memiliki keterkaitan dalam melakukan

penelitian terkait dengan Kekuatan Politik Organisasi Kemahasiswaan Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Proses Politik (Studi Di Universitas Negeri

Medan).

2.1.2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Berdasarkan dalam buku Radab dan Hariyadi (2014) Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta oleh aktivis

mahasiswa Islam yang sedang melangsungkan studi di kampus Sekolah Tinggi

Islam (STI, kini UII Yogyakarta), yakni Lafran Pane (Yogya), Karnoto Zarkasyi

(Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Maisaroh Hilal (yang kemudian pindah

ke (Singapura), Suwali, Yusdi Ghozali (Semarang), Mansyur, Siti Zainah

(Palembang), M. Anwar (Malang), Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb

Razak, Toha Mashudi (Malang), dan Baidron Hadi (Yogyakarta). Berdirinya HMI

dimaksudkan untuk mempertinggi derajat umat Islam, mempertinggi derajat bangsa

Indonesia, serta melibatkan diri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia dari upaya agresi militer Belanda.

Penetapan tujuan ini kemudian disederhanakan pada Kongres I HMI, 30

November 1947, menjadi: (1) mempertinggi derajat umat Islam dan (2)
17

mempertinggi derajat bangsa Indonesia. Dalam konteks lingkup situasi sosial

politik pada masa itu, HMI muncul sebagai pengaruh dari perkembangan sosial

politik nasional serta pengaruh dari gelombang gerakan pembaharuan dari dunia

Islam. Jelasnya situasi yang melingkupi kelahiran HMI itu dapat dideskripsikan

sebagai berikut:

Pertama, munculnya gerakan pembaharuan di dunia Islam yang dimaksudkan

untuk mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari

oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral

saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan.

Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin

mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman

kepada al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW. Gerakan pembaharuan di dunia

Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga

penganjurnya seperti Rifa'ah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad

Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab di Saudi Arabia (1703-1787),

Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-

1938) dan lain-lain. Gelombang gerakan pembaharuan Islam kemudian melanda

Indonesia yang pada masa itu kondisi umat Islam sebelum berdirinya HMI dapat

dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu: (1) Sebagian besar yang

melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam

upacara perkawinan, kematian serta kelahiran, (2) Golongan alim ulama dan

pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, (3) Golongan alim ulama dan pengikut-
18

pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka

berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja, dan (4)

Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras

dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu

benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia dan menggusur

pengaruh mistikisme dan budaya sekuler yang diusung oleh peradaban Barat.

Kedua, polarisasi politik aliran yang dibawa oleh partai- partai politik telah

berkembang dikalangan mahasiswa. Berdirinya Perserikatan Mahasiswa

Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana

kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Sedangkan di sayap politik Islam

adalah Gerakan pemuda Islam Indonesia (GPII) yang seideologi dengan partai

Masyumi. HMI beranggapan bahwa politik aliran ini telah menyebabkan

terkikisnya nilai-nilai religiusitas dan menyeret mahasiswa dalam fragmentasi

kepentingan. Adanya polarisasi politik ini dipertegas oleh Dahlan Ranuwihardjo

mengenai situasi politik di wilayah RI, khususnya Yogyakarta dimana pertentangan

antara partai-partai politik pendukung pemerintahan Perdana Menteri Syahrir yang

berasal dari kubu sosialis dan kelompok oposisi seperti Masyumi, PNI dan

Persatuan Perjuangan, semakin tajam dan melibatkan seluruh organisasi afiliasinya.

Menghadapi kondisi ini HMI secara tegas kemudian menyatakan diri sebagai

organisasi kemahasiswaan yang independen.

Ketiga, Republik Indonesia berada dibawah bayang-bayang agresi militer I

Belanda. Kondisi ini membuat seluruh komponen masyarakat, termasuk HMI turut

serta dalam perjuangan bersenjata mempertahankan kemerdekaan melawan


19

Belanda. HMI yang baru saja didirikan secara aktif terlibat membantu pemerintah,

baik langsung dalam konfrontasi bersenjata maupun sebagai staff, penerangan, dan

peghubung.

Dalam organisasi kemahasiswaan ada dua organisasi besar yang memiliki aliran

politik penting di Indonesia, yaitu pertama, GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional

Indonesia sebagai representasi kekuatan politik nasionalis sekuler dan HMI

(Himpunan Mahasiswa Islam) sebagai representasi kekuatan politik Islam Moderat

(Radjab and Hariyadi 2014). Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hingga saat ini

telah melahirkan produk politik berupa kader-kader alumni yang tersebar dan

mengisi berbagai sektor kehidupan negara. HMI sebagai organisasi mahasiswa

Islam tertua dan tersebar luas di Indonesia. Pada awal berdiri HMI berlandaskan

pada asas sebatas semangat tanpa suatu pemahaman mendalam atas Islam itu

sendiri. Pada tahun 1969, Pengurus Besar HMI dipimpin oleh Nurcholish Madjid

memberikan presentasi mengenai Nilai-Nilai Dasar Islam. Nilai-Nilai Dasar

Perjuangan atau dikenal dengan NDP diresmikan pada kongres ke-X di Palembang

tahun 1970. Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI adalah sebagai landasan

ideologi dari setiap gerak perjuangan para kader HMI baik kader HMI secara

individu maupun organisasi secara keseluruhan. Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI

memuat nilai-nilai ajaran al-Qur’an yang universal yang kemudian menjadi

panduan bagi kader HMI agar bisa memahami Islam dengan baik dan

menerjemahkannya dalam dimensi ruang dan waktu (Wahyuni 2021).

Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi kader memiliki misi yang jelas

dengan mempunyai dua komitmen asasi, yaitu komitmen kebangsaan dengan


20

mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat

bangsa Indonesia, dan wawasan keislaman atau keumatan dengan menegakkan dan

mengembangkan ajaran Islam. Seperti yang dituangkan dalam Anggaran Dasar

HMI pasal 4 berisi tentang misi HMI, yaitu: “terbinanya insan akademis, pencipta

pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya

masyarakat adil Makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala”. Untuk itu,

HMI sebagai organisasi mahasiswa menjadi kaum intelektual, generasi kritis, dan

memiliki profesionalisme harus menjadi agen pembaharuan di tengah masyarakat

dan kehidupan bangsa.

Himpunan Mahasiswa Indonesia selayaknya sebuah organisasi memiliki

pedoman dasar untuk kelangsungan organisasi tersebut yang dikenal dengan

Anggaran Dasar (AD) atau Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggaran Dasar (AD)

menjadi aturan yang secara menyeluruh mengatur keberlangsungan sebuah

organisasi dan hubungan yang terjalin antara organisasi dengan anggotanya.

Selanjutnya, Anggaran Rumah Tangga (ART) menjadi peraturan yang mengatur

segala urusan dan penjabaran lebih lanjut dari Anggaran Dasar.

Berdasarkan dari Hasil Kongres XXXI HMI yang terakhir dilakukan di Surabaya

pada 2021. Anggaran Dasar (AD) HMI terdiri dari X Bab dan 20 Pasal yang

mengatur secara keseluruhan mengenai organisasi HMI. Diantaranya berisi: Nama,

Waktu, dan Tempat Organisasi; Asas Organisasi; Tujuan, Sifat dan Status

Organisasi; Usaha, Peran dan Fungsi Organisasi; Keanggotaan; Kedaulatan;

Struktur Organisasi; Keuangan Harta Benda. Sementara, Anggaran Rumah Tangga

(ART) terdiri dari VI Bab dan 67 Pasal yang terdiri atas, Keanggotaan; Struktur
21

Organisasi; Lagu, Lambang dan Atribut Organisasi;

2.1.3. Proses Politik

Politik menjadi cara yang ditempuh dalam membuat suatu keputusan pada

kehidupan berkelompok. Politik mengacu untuk membuat satu atau beberapa

kesepakatan antar manusia dengan manusia lainnya sehingga mampu hidup

berdampingan secara berkelompok. Politik menjadi rangkaian proses pembentukan

dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang terwujud dalam proses

pembuatan keputusan. Inti dari politik adalah sebagai upaya untuk mencapai sebuah

keputusan ataupun kebijakan yang kemudian menjadi akhir dari sebuah tujuan.

Kemudian, untuk mencapai akhir tujuannya harus ada proses yang dilewati dan

dikenal dengan sebutan proses politik.

Proses politik (political process) mengacu pada suatu keadaan dimana seseorang

berusaha memperoleh akses pada kekuasaan politik dan menggunakannya untuk

kepentingan mereka atau kepentingan kelompoknya sendiri. Studi tentang proses

politik berfokus pada aktivitas partai, kelompok kepentingan, organisasi internal,

sifat pembuatan keputusan politik, serta peran dan latar belakang para politisi

(Sukmana 2016).

Proses politik dimaknai sebagai upaya untuk memperoleh akses politik demi

mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Menurut Miriam Budiarjo (Budiarjo 2007)

proses politik adalah pola-pola politik yang dibuat oleh manusia dalam mengatur

hubungan antara satu sama lain. Menurut Asumsi Almond hubungan dan interaksi

dalam sistem politik terjalin bukan hanya sebatas Lembaga-lembaga pemerintahan


22

(badan eksekutif, legislatif dan yudikatif) tetapi juga pada lembaga informal (partai

politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, media massa, tokoh, dll)

(Maksudi 2015).

Proses politik diwadahi dalam suatu sistem politik. Menurut Easton dalam

Beddy Iriawan Maksudi (2015) ciri-ciri dalam sistem politik salah satunya ialah

input dan output. Input adalah masukan yang berasal dari masyarakat yang berupa

tuntutan maupun dukungan. Output merupakan hasil kerja yang didapatkan dari

tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output yang disebarkan ke masyarakat

berupa keputusan, Tindakan, maupun kebijakan.

Gabriel A. Almond mengatakan bahwa proses politik diawali dengan masuknya

tuntutan melalui tahapan artikulasi dan agregasi yang dilakukan oleh partai politik,

sehingga kepentingan yang berupa tuntutan maupun dukungan tersebut menjadi

suatu usulan kebijakan yang lebih umum, yang kemudian dimasukkan ke dalam

proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh badan legislatif dan eksekutif

(Hijri 2016). Dapat dilihat proses politik berhubungan langsung dengan Lembaga-

lembaga politik yang dijalankan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Output yang dikeluarkan akan menjadi ukuran bagaimana proses politik itu

berjalan. Sehingga secara tidak langsung juga akan menentukan apakah struktur

yang terlibat selama proses politik berlangsung sudah menjalankan tugas serta visi

dan misinya untuk memenuhi kepentingan rakyat, bukan hanya kepentingan dari

suatu kelompok. Karena output baik berupa keputusan maupun kebijakan tidak

akan bisa dirumuskan tanpa adanya proses politik. Begitupun sebaliknya, proses
23

politik akan sia -sia tanpa ada mengeluarkan suatu keputusan maupun kebijakan

publik. Keputusan atau kebijakan publik yang ditujukan ke masyarakat untuk

mencapai tujuan kehidupan yang lebih baik. Output setidaknya berisi pemenuhan

aspirasi masyarakat atau penolakan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan

aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, struktur politik akan berimplikasi terhadap

proses politik sehingga menentukan apakah suatu sistem politik dapat berjalan baik.

2.2. Penelitian Yang Relevan

Peneliti menemukan beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kaitan

dengan penelitian ini, sebagai bahan perbandingan. Penelitian-penelitian tersebut

antara lain:

1. Penelitian relevan pertama yang dituliskan oleh Fachri Rahmad Aulia

dengan judul Kekuatan Gerakan Virtual Mahasiswa Universitas Andalas

Pada Masa Pandemi Covid-19, yang diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah

Mimbar Demokrasi Vol 22 No. 1 pada tahun 2022. Fachri Rahmad Aulia

mengkaji tentang bentuk gerakan mahasiswa di masa pandemi covid 19.

Gerakan mahasiswa timbul dilatarbelakangi karena adanya kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah atau pimpinan kampus yang dinilai melakukan

ketidakadilan dan hanya menguntungkan suatu individu ataupun kelompok

(tidak memihak kepentingan umum). Dari permasalahan tersebut

terbentuklah sebuah organisasi dibuat oleh mahasiswa dimana gerakan

tersebut merupakan perlawanan yang akan dilakukan oleh mahasiswa

terhadap rezim yang berkuasa pada saat itu.


24

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah bentuk gerakan

mahasiswa Universitas Andalas saat pandemi covid 19 merupakan gerakan

yang berbentuk gerakan cyber yang dinamakan dengan gerakan hastag

#unandjanganpelit. Hingga birokrasi kampus sesuai dengan surat edaran

Kemendikbud dalam memberikan bantuan subsidi pulsa internet kepada

mahasiswanya dijalankan untuk mahasiswa yang berkategori mahasiswa

Bidikmisi dan UKT level 1 dan 2.

Persamaan yang ada pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

dengan peneliti Fachri Rahmad Aulia adalah metode penelitian yang akan

digunakan, yaitu penelitian kualitatif. Dengan menggunakan teknik

pengumpulan data berdasarkan wawancara dan kajian studi literatur. Selain

itu, variabel pada kedua penelitian ini adalah berkaitan dengan kekuatan

politik yang bergerak di ranah kampus (kekuatan politik kampus).

Perbedaan dalam penelitian Fachri Rahmad Aulia dengan peneliti adalah

latar belakang yang diangkat untuk melakukan penelitian. Pada penelitian

Fachri Rahmad Aulia penelitian dilatarbelakangi karena mahasiswa yang

merasa birokrasi kampus melakukan ketidakadilan dengan tidak mengikuti

kebijakan yang diedarkan oleh Kemendikbud mengenai bantuan subsidi

internet sehingga menimbulkan gerakan mahasiswa diprakarsai oleh

beberapa organisasi mahasiswa Universitas Andalas. Sedangkan dalam

penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu kekuatan politik dari organisasi

Himpunan Mahasiswa Islam dalam mempengaruhi proses politik di ranah

kampus Universitas Negeri Medan. Selain itu, teori yang digunakan dalam
25

penelitian Fachri Rahmad Aulia ada teori kekuatan politik dan mahasiswa

sebagai kekuatan politik. Sedangkan penelitian peneliti menggunakan teori

sistem politik dan teori struktur fungsional.

2. Penelitian relevan yang kedua adalah Kekuatan Politik Organisasi

Mahasiswa Ekstra Kampus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI) dalam Proses Politik (Studi Kasus di Universitas Negeri Medan)

oleh Farhan. Penelitian ini merupakan penelitian skripsi untuk memenuhi

syarat gelar sarjana di Universitas Negeri Medan tahun 2020. Penelitian ini

berfokus dalam meneliti kekuatan politik yang dimiliki oleh organisasi

kampus dan yang terjadi dalam lingkup universitas. Menurut Farhan politik

dan kekuatan politik organisasi kemahasiswaan ekstra kampus menjadi

bagian yang menyatu dalam nadi kehidupan bernegara. Politik menjadi

konsep yang dapat dimasuki oleh bidang manapun asal tetap mengandung

unsur strategis dan kepentingan di dalamnya.

Persamaan dalam penelitian ini adalah indikator yang akan diteliti yaitu

mengenai kekuatan politik yang terjadi di wilayah kampus Universitas

Negeri Medan. Selain itu, persamaan yang lain ialah metode penelitian yang

digunakan yakni dengan metode penelitian deskriptif kualitatif pada bagian

hasil penelitian akan mendeskripsikan objek yang diteliti berdasarkan fakta-

fakta yang telah ditemukan. Teori yang digunakan juga memiliki persamaan

yaitu dengan menggunakan teori Gabriel Almond mengenai teori struktural

fungsional.

Perbedaan terhadap penelitian yang akan dilakukan adalah objek yang akan
26

diteliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh Farhan, dilakukan dengan

meneliti organisasi ekstra kampus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Indonesia (KAMMI), sedangkan pada penelitian ini yang menjadi objek

penelitian adalah organisasi ekstra kampus Himpunan Mahasiswa Islam di

Universitas Negeri Medan.

3. Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad Riza Chamadi dan Rifki Ahda Sumantri yang berjudul Tipologi

Gerakan Mahasiswa Melalui Organisasi Mahasiswa Islam Purwokerto.

Jurnal ini diterbitkan dalam Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol 03, No 02

pada tahun 2019 oleh Universitas Jambi. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa

mahasiswa dikenal sebagai agen perubahan yang selalu berkontribusi positif

terhadap perjalanan suatu bangsa, mahasiswa bersemangat untuk ikut serta

dalam berorganisasi. Mahasiswa memiliki orientasi untuk bertindak sesuai

dengan ide organisasi yang mereka minati. Organisasi-organisasi

mahasiswa Islam di Indonesia lahir dari berbagai perbedaan orientasi oleh

gagasan para pendirinya. Empat organisasi mahasiswa islam yang eksis di

kalangan mahasiswa yaitu, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI).

Hasil dari penelitian ini adalah menemukan gambaran tipologi gerakan-

gerakan mahasiswa dalam gerakan dakwah keagamaan, gerakan politik,

gerakan akademik dan gerakan karir kewirausahaan dari organisasi

kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan


27

Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI).

Persamaan dalam penelitian Muhammad Riza Chamadi dan Rifki Ahda

Sumantri dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian

dan subjek yang akan diteliti. Penelitian Muhammad Riza Chamadi dan

Rifki Ahda Sumantri dan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif untuk menjabarkan data yang telah ditemukan di lapangan dengan

Teknik pengumpulan data ialah wawancara sebagai data primer. Subjek

penelitian ialah organisasi mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) sebagai narasumber utama yang akan menjawab pertanyaan dari

wawancara.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah, latar belakang

mengapa penelitian dilakukan. Pada penelitian Muhammad Riza Chamadi

dan Rifki Ahda Sumantri membahas mengenai tipologi Gerakan mahasiswa

Islam dalam bertindak sesuai dengan ide organisasinya masing-masing.

Sedangkan penelitian ini akan membahas kekuatan mahasiswa sehingga

membentuk Gerakan mahasiswa dalam konteks politik.

4. Penelitian relevan yang keempat dengan judul Model Pendidikan Politik

Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Padang oleh Fadli Ilham, Hasrul &

Susi Fitria Dewi dalam Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Volume 12,

Nomor 1 tahun 2020. Organisasi mahasiswa memiliki peran sebagai sarana

pengembangan wahana dan pemahaman politik. Salah satunya Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dalam mencapai tujuannya dilakukan melalui


28

politik. Sebagai organisasi Himpunan Mahasiswa Islam berkontribusi besar

dalam melahirkan kader-kader yang aktif berpartisipasi dalam dunia politik.

Contoh tokoh politik nasional yang merupakan kader-kader Himpunan

Mahasiswa Islam, seperti Yusuf Kalla, Mahfud Md, Anas Urbaningrum,

Amien Rais, Zulkifli Hasan, Anies Baswedan, dan banyak lagi. Penelitian

ini akan membahas secara luas mengenai Pendidikan politik Himpunan

Mahasiswa Islam Cabang Padang menyangkut landasan Pendidikan politik

HMI, bentuk pelaksanaan pendidikan politik HMI dan model pendiidkan

politik HMI Cabang Padang.

Hasil dari Pendidikan yang dilakukan dalam model Pendidikan politik

Himpunan Mahasiswa Islam cabang Padang terintegrasi berbasis lima

kualitas insan cita dengan berlandaskan tujuan HMI. Model Pendidikan

politik HMI cabang Padang diintegrasi ke dalam program pembinaan dan

pengembangan kader. Bentuk pelaksaan model Pendidikan politik cabang

Padang terdiri dari Pendidikan formal yang dilakukan pada Latihan kader 1

dan Latihan kader 2 dan Pendidikan non formal yang dilakukan dengan

aktivitas-aktivitas organisasi Himpunan Mahasiswa Islam.

Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fadli Ilham, Hasrul & Susi

Fitria Dewi dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subjek penelitian.

Subjek penelitian yang akan diteliti adalah Organisasi Mahasiswa

Himpunan Mahasiswa Islam (Islam), akan tetapi penelitian Fadli Ilham,

Hasrul & Susi Fitria Dewi dalam sector cabang di Padang, sedangkan

penelitian ini dalam sektor komisariat di Kampus Universitas Negeri


29

Medan. Selain itu, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif, yang kemudian akan mendeskripsikan atau menjabarkan data-

data yang telah dikumpulkan.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah variable yang akan dibahas.

Penelitian Fadli Ilham, Hasrul & Susi Fitria Dewi membahas mengenai

Pendidikan politik yang dilakukan oleh Cabang bagi kader-kadernya, maka

penelitian ini akan membahas mengenai kekuatan politik dalam lingkup

kampus oleh kader-kader HMI. Selain itu, dalam mengumpulkan data-data

penelitian Fadli Ilham, Hasrul & Susi Fitria Dewi menggunakan banyak

teknik, seperti studi dokumen, wawancara, observasi dan focus discussion

group.

5. Penelitian relevan yang kelima adalah penelitian oleh Ginanjar Gesang

Bayu Bima yang berjudul Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus Islam di

Universitas Airlangga (Pandangan Tentang Wacana Prospek Demokrasi

dan Relasi Negara Agama dalam jurnal Politik Muda, Volume 6, Nomor 6

pada tahun 2017. Penelitian mengungkap persoalan terkait dengan

pandangan organisasi mahasiswa ekstra kampus islam di Universitas

Airlangga terkait dengan wacana demokrasi serta relasi antara negara dan

agama. Penelitian oleh Ginanjar Gesang Bayu Bima akan menggali

pemikiran aktifis Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus di Universitas

Airlangga untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana pandangan

mereka terhadap prospek demokrasi di Indonesia. Penelitian Ginanjar

Gesang Bayu Bima akan dilakukan terhadap empat aktifis Organisasi


30

Mahasiswa Ekstra Kampus, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa

Muslim Indonesia (KAMMI), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM).

Hasil penelitian yang didapatkan oleh Ginanjar Gesang Bayu Bima bahwa

organisasi mahasiswa ekstra kampus Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa ormas Islam di Universitas Airlangga memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap distribusi wacana, ketidakstabilan ideologi, dan

praktik demokratisasi. Proses kaderisasi, penugasan masalah-masalah

praktis dan indoktrinasi ideologi menjadi strategi Ormek menjalankan

perannya. Kerangka teori yang digunakan dalam analisis adalah teori

demokrasi deliberatif Habermas untuk mengkaji peran ormas Islam di

Universitas Erlanga sebagai partisipan dalam ruang publik. Pandangan

Habermas tentang tindakan komunikatif dapat dilihat dalam bentuk

tersedianya ruang publik untuk memenuhi keinginan kader Olmec.

Persamaan dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang kemudian

menjadi salah satu narasumber yang dibutuhkan dalam penelitiian. Subjek

penelitian kedua penelitian ini adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

sebagai organisasi mahasiswa ekstra kampus.

Perbedaan dalam penelian yang dilakukan oleh Ginanjar Gesang Bayu

Bima dengan penelitian ini adalah topik yang akan dibahas. Penelitian

Ginanjar Gesang Bayu Bima membahas mengenai pandangan Himpunan

Mahasiswa Islam terkait wacana demokrasi dan relasi antara negara dan
31

agama sebagai peran dari mahasiswa yang akademis, sedangkan penelitian

ini akan mengungkap bagaimana kekuatan politik Himpunan Mahasiswa

Islam dalam suatu proses politik di wilayah kampus.

2.3. Kerangka Konseptual

Dalam pelaksanaan penelitian mengenai kekuatan politik Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) dalam proses politik, peneliti mencoba membuat konsep alur

pemikiran yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian dan sebagai acuan

dalam penyusunan laporan hasil penelitian. Adapun kerangka pemikiran yang

peneliti rancang untuk penelitian yaitu:


32

HIMPUNAN
MAHASISWA ISLAM
(HMI) UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN

Input Output
Terdiri dari: Terdiri dari:
1. Sumber kekuasaan 1. Kebijakan/keputusan
2. Gerakan/program HMI Kampus
3. Dukungan/tuntutan HMI

Kekuatan Politik Organisasi


Kemahasiswaan Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI)
Dalam Proses Politik (Studi
Di Universitas Negeri
Medan)
33

Adapun deskripsi kerangka pemikiran yang peneliti rancang sebagai berikut:

Peneliti terlebih dahulu mengkaji mengenai Organisasi Eksternal Kemahasiswaan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai subjek penelitian. Melalui teori- teori

dan pendapat dari ahli peneliti akan merumuskan konsep dari kekuatan politik.

Selanjutnya, peneliti melalui wawancara mencari data informasi mengenai input

yang akan diberikan oleh Himpunan Mahasisa Islam seperti, sumber daya yang

digunakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang bisa berpengaruh dalam

suatu proses politik, gerakan/program yang menjadi langkah bagi Himpunan

Mahasiswa Islam. Setelahnya mendapatkan informasi data yang dibutuhkan,

peneliti akan mengkategorikan sumber daya kekuasaan yang digunakan oleh

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang kemudian menjadi Kekuatan Politik

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).


BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian desain penelitian menjadi salah satu unsur penting. Desain

penelitian menjadi pedoman bagi peneliti sebelum melakukan proses penelitian. Jika sejak

awal peneliti tidak memiliki pedoman dalam melakukan penelitian secara jelas, maka saat

melakukan penelitian akan mengalami kesulitan. Desain penelitian adalah pola-pola,

rancangan atau bentuk penelitian yang ingin dilakukan. Kegunaan dari desain penelitian

antara lain 1) Desain akan memberikan pegangan kepada peneliti secara jelas; 2) Desain

penelitian menentukan batasan-batasan penelitian yang berkesinambungan dengan tujuan

penelitian; 3) Desain penelitian memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang harus

dilakukan dan apa saja kesulitan yang akan dihadapi yang mungkin telah dihadapi oleh

para peneliti sebelumnya (Mulyadi 2013).

3.1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. menurut Nazir

(2019) metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan dalam meneliti

status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran

dan suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan

menjelaskan kondisi sosial tertentu dengan menjabarkan sesuai dengan fakta yang

ada (Morrisan 2019).

3.1.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif

kualitatif, Tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu untuk memahami kondisi suatu

konteks dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam

34
35

mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami, terkait tentang apa yang

sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studi (Nugrahani 2014).

Penelitian ini juga menggunakan metode observasi, dimana observasi adalah

pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena atau gejala yang diteliti (Wekke

2019). Peneliti mengamati obyek penelitian sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.1.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Lokasi penelitian

ditetapkan penulis untuk memudahkan peneliti dalam mencari informasi agar

wilayah penelitian tidak terlalu besar. Lokasi penelitian penulis adalah di

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Negeri Medan.

3.2. Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dikarenakan penelitian sosial

bermula dari kasus dan situasi sosial tertentu. Dalam penelitian kualitatif subjek

penelitian disebut sebagai informan yaitu individu atau sekelompok yang

memberikan informasi mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam suatu

penelitian.

Akan tetapi dalam sebuah penelitian kualitatif dalam menentukan informan tidak

dilakukan secara asal-asalan. Untuk itu dalam penelitian kualitatif peneliti juga

melakukan pengambilan sampel sebagai dari subjek penelitian. Oleh karena itu,

agar penelitian bisa dilakukan secara tepat dan mendalam harus dilakukan dengan

teknik pengambilan sampel yang tepat. Informan adalah orang yang memberikan
36

informasi baik tentang dirinya maupun orang lain atau suatu kejadian atau suatu

hal kepada peneliti dalam proses wawancara (Afrizal 2019).

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

purposive sampling. Sehingga informan yang dipilih adalah pihak yang

bersinggungan langsung dan dianggap paling tepat memberikan data-data

mengenai penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah

Ketua Umum setiap komisariat fakultas Universitas Negeri Medan, dan Ketua

bidang PTKP (Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda) setiap Komisariat

Fakultas Universitas Negeri Medan, dan 2 anggota Himpunan Mahasiswa Islam.

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam

mengumpulkan data dan informasi. Definisi operasional menjelaskan metode

tertentu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, sehingga peneliti lain dapat

mereplikasi pengukuran dengan cara yang sama dan lebih baik. Definisi operasional

dalam penelitian ini yaitu terkait dengan Kekuatan Politik Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) dalam Proses Politik.

Kekuatan politik adalah lembaga-lembaga yang memiliki kekuasaan dan

berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan/kebijakan publik. Kelompok

kelompok sosial ini berkepentingan terhadap isi keputusan kebijakan publik,

sehingga kelompok kelompok sosial tersebut berusaha memengaruhi sistem politik

agar membuat keputusan atau kebijakan yang mampu menguntungkan kelompok-


37

kelompok sosial ini.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) salah satu organisasi mahasiswa yang

termasuk ke dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki kekuatan politik

sebagai kelompok dengan memberikan tekanan untuk mempengaruhi suatu

keputusan/kebijakan publik.

Sumber kekuasaan menjadi sumber-sumber daya yang digunakan oleh pemilik

kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain sehingga seseorang mengikuti kemauan

ataupun keinginan pemilik kekuasaan tersebut.

Pengaruh politik dalam kekuasaan politik adalah aspek penting karena terdapat

kekuatan untuk mengendalikannya (Cholisin dan Nasiwan 2012). Pengaruh politik

muncul karena adanya intervensi dari pihak lain yang memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan politik.

Tabel 1.3

Kisi—Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Deskriptor Item Pertanyaan

Kekuatan Politik Input : - Cara mempertahankan 1, 2, 3, 4, 5, 6

Organisasi 1. Sumber eksistensi Himpunan


kekuasaan
Kemahasiswaan 2. Gerakan/pr Mahasiswa Islam baik
ogram
Himpunan 3. Dukungan/ secara organisasi maupun
tuntutan
Mahasiswa Islam anggotanya

(HMI) Dalam Proses - Strategi Himpunan


38

Politik Mahasiswa Islam

menjelang Pemira

- Himpunan Mahasiswa

Islam dalam membentuk

koalisi dengan organisasi

lain

Output: - Langkah dan hambatan 7, 8, 9, 10, 11,12,13

1. Pengaruh dalam mengumpulkan

Politik aspirasi masyarakat

2. Keputusan/ kampus

Kebijakan - Upaya HMI dalam

keputusan/kebijakan

- Output yang diharapkan

- Pengawasan

keputusan/kebijakan

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan juga data sekunder. Data primer

merupakan jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber

utama, sedangkan data sekunder merupakan data yang di telah ada sebelumnya lalu

dikelola kembali dan dianalisis kembali kebenarannya yang berpacu pada buku,

jurnal, ataupun artikel yang berhubungan dengan penelitian ini.


39

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daftar pertanyaan yang

berisikan narasi pertanyaan guna melancarkan proses wawancara. Instrument

merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti guna mengumpulkan data

dengan melakukan suatu pengukuran, sejauh ini instrument memiliki peranan yang

sangat penting dalam suatu penelitian dikarenakan validitas atau kesahihan data

yang diperoleh tergantung pada kualitas dari instrumen yang digunakan. Maka dari

itu untuk menyesuaikan dengan penelitian yang akan dilaksanakan maka peneliti

menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan.

3.4.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini yaitu

terkait dengan observasi partisipatif dan wawancara yang mendalam, didukung oleh

kajian dokumen yang berfungsi sebagai mengungkapkan makna yang terdapat

dalam latar penelitian. Selain daripada itu penelitian yang dilakukan secara terjun

langsung ke lapangan dan melakukan wawancara sehingga menghasilkan sebuah

data langsung melalui narasumber. Sebagai kelengkapan sumber data yang

dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi.

Menurut Sugiyono metode dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu

berbentuk tulisan, gambar, maupun karya bersejarah dari seseorang ataupun

kelompok (Nilamsari 2014).

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data peneliti lakukan untuk mencari hasil akhir dari data-data
40

yang telah didapatkan menggunakan analisis data kualitatif. Untuk menjamin

validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data adalah

cara untuk mendapatkan data yang benar-benar absah dengan menggunakan

pendekatan metode ganda. Triangulasi data dikelompokkan menjadi 3 jenis, antara

lain triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu

(Bachri 2010). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis triangulasi

sumber data, dimana peneliti akan melakukan wawancara kepada petinggi

Komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu Ketua Umum Komisariat

Himpunan Mahasiswa Islam. Ketua Bidang PTKP (Perguruan Tinggi

Kemahasiswaan dan Pemuda) dan 2 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam.

Selanjutnya data akan dikembangkan melalui teknik analisis data kualitatif yang

berguna untuk menafsirkan dan menginterpretasikan data yang didapat dari

observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan informan. Menurut Miles dan

Huberman dalam Morissan (2019) teknik analisis data kualitatif dilakukan melalui

3 tahapan, antara lain:

3.5.1. Reduksi Data

Reduksi data terletak pada proses pemilihan, pemusatan perhatian,

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dalam catatan

tertulis dan transkripsi. Melalui reduksi data peneliti memilih data yaitu

menentukan mana data penting, memberikan fokus perhatikan, menyederhanakan

data.

3.5.2. Data Display


41

Setelah dilakukan reduksi data dengan memilah-milah data. Tahap selanjutnya

adalah mengkategorikan data tersebut. Tampilan data dibuat untuk menyediakan

kumpulan informasi terkompresi yang memungkinkan penarikan kesimpulan.

Menampilkan data yang diperoleh bisa dibuat dalam bentuk kata, kalimat, atau

diagram yang memungkinkan peneliti untuk memprediksi data sehingga cukup

memadai. Tampilan data dapat berupa matrik, grafik, pola jaringan, bagan, dan

kalimat kesimpulan sementara.

3.5.3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Tahapan terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan peneliti akan mengkaji ulang kembali hasil analisis data.

Penarikan kesimpulan adalah tahapan untuk memberikan makna terhadap data-

data, melakukan konfirmasi untuk memastikan makna tersebut tepat, dan verifikasi

untuk memeriksa kembali data untuk memastikan makna sudah sesuai.


DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2019. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok: PT
Raja Grafindo Persada.

Asrinaldi. 2014. Kekuatan Kekuatan Politik Di Indonesia. Yogyakarta: Tiara


Wacana.

Bachri, Bachtiar S. 2010. “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada


Penelitian Kualitatif.” Teknologi Pendidikan 10: 46–62.

Budiarjo, Miriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

———. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Cholisin, and Nasiwan. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: penerbit


Ombak.

Halking. 2018. “Memahami Dasar-Dasar Ilmu Politik.”

Hanafie, Haniah. 2018. Kekuatan Kekuatan Politik. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Hayyi, Abd. 2019. “PENGARUH POLITIK ORGANISASI MASYARAKAT


AMPHIBI DALAM MEMENANGKAN PASANGAN CALON AHYAR-
MORI PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH NTB 2018.” Universitas
Muhammadiyah Mataram.

Hayyi, Abd, Hidayatullah Hidayatullah, and Amil Amil. 2020. “Kekuatan Politik
Ormas (Amphibi) Untuk Memenangkan Pasangan Calon Ahyar-Mori Pada
Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah.” Journal of Government and Politics
(JGOP) 2(1): 39.

Hijri, Y S. 2016. Politik Pemekaran Di Indonesia. Malang: Penerbitan Universitas

42
43

Muhammadiyah Malang. https://books.google.co.id/books?id=J-qLzAEACAAJ.

Maksudi, Beddy Iriawan. 2015. Sistem Politik Indonesia Pemahaman Secara


Teoretik Dan Empirik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Morrisan. 2019. Riset Kualitatif. Jakarta: Prenadamedia Group.

Mufti, Muslim. 2013. Kekuatan Politik Di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

———. 2017. Teori-Teori POlitik. Bandung: Pustaka Setia.

Muhammad, Raihan. 2023. “Politik Kampus Sebagai Miniatur Politik Indonesia.”


Kumparan. https://kumparan.com/raihan-muhammad/politik-kampus-
sebagai-miniatur-politik-indonesia-1zadrKa7qgb/full (February 20, 2023).

Mulyadi, Mohammad. 2013. “Riset Desain Dalam Metodologi Penelitian.” Jurnal


Studi Komunikasi dan Media 16(1): 71.

Nazir, Moh. 2019. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nilamsari, Natalina. 2014. “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian


Kualitatif.” Wacana 13(2): 177–81.

Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian


Pendidikan Bahasa. Surakarta.

Radjab, Syamsuddin, and Ade Reza Hariyadi. 2014. GMNI Dan HMI Dalam
Politik Kekuasaan. Jakarta Timur: Nagamedia.

Rahimah. 2018. E-Modul Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.

Rambe, Tappil et al. 2019. Sejarah Politik Dan Kekuasaan.

Risnawan, Wawan. 2017. “Peran Dan Fungsi Infrastruktur Politik Dalam


Pembentukan Kebijakan Publik.” Dinamika Administrasi Publik 4(3): 511–
18. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinamika/article/view/1952/1588.

Sukmana, Oman. 2016. Konsep Dan Teori Gerakan Sosial. Malang: Intrans
44

Publishing.

Syafiie, Inu Kencana. 2010. Ilmu Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wahyuni, Dwi. 2021. “Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Hmi: Suatu Ikhtiar


Mewujudkan Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia.” Nuevos
sistemas de comunicación e información: 2013–15.

Wekke, Ismail Suwardi. 2019. Metode Penelitian Sosial. 1st ed. Yogyakarta:
Penerbit Gawe Buku.
45

Lampiran 1

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana keberadaan HMI saat ini sebagai suatu organisasi di Universitas

Negeri Medan?

2. Bagaimana HMI mempertahankan eksistensi organisasi di Universitas Negeri

Medan?

3. Apa yang menjadi kegiatan rutinitas HMI?

4. Seberapa sering HMI mengangkat isu politik di dalam sebuah diskusi internal

terutama yang berkaitan dengan kampus?

5. Bagaimana proses HMI dalam melakukan perekrutan kader?

6. Apa yang menjadi kriteria HMI dalam memilih kadernya?

7. Apakah menyukai politik menjadi nilai tambah dalam proses perekrutan HMI?

8. Apa yang menjadi tugas dari kader-kader HMI pada setiap komisariat?

9. Kapan HMI mendapatkan Pendidikan politik di dalam organisasi?

10. Bagaimana HMI mempertahankan eksistensi anggotanya di Universitas

Negeri Medan?

11. Apa jabatan sasaran HMI dalam jabatan kampus?

12. Bagaimana strategi HMI dalam memenangkan Pemira di Universitas Negeri

Medan?
46

13. Bagaimana strategi HMI dalam membentuk koalisi dengan organisasi lain

menjelang Pemira di Universitas Negeri Medan?

14. Apa saja isu-isu yang ditangkap oleh HMI di UNIMED?

15. Bagaimana respon dari HMI dalam menyikapi isu-isu yang terjadi di

UNIMED? (pertanyaan berdasarkan isu-isu yang ditangkap oleh HMI)

16. Bagaimana strategi HMI dalam mengumpulkan aspirasi dari mahasiswa?

17. Bagaimana hambatan HMI dalam mengumpulkan aspirasi masyarakat

kampus?

18. Bagaimana langkah selanjutnya yang dilakukan oleh HMI terhadap isu-isu

tersebut dengan pimpinan kampus?

19. Bagaimana langkah selanjutnya yang dilakukan oleh HMI terhadap suara-

suara dari mahasiswa dengan pimpinan kampus?

20. Apa aspirasi mahasiswa yang berhasil HMI bawa ke dalam birokrasi

kampus?

21. Bagaimana upaya HMI dalam mempengaruhi suatu keputusan atau

kebijakan kampus?

22. Apa output yang diharapkan HMI dalam proses politik?

23. Bagaimana upaya HMI dalam mengawasi pembuatan kebijakan maupun

keputusan?

24. Apa alasan sehingga tertarik untuk bergabung dengan HMI?


47

25. Bagaimana peranan HMI bagi dirimu sendiri?

26. Apa saja rutinitas HMI yang kamu selalu ikuti/hadiri?

27. Bagaimana HMI dalam menjalankan perannya sebagai actor politik di

kampus?
48

Lampiran 2

Lembar Observasi

NO Aspek Yang Diamati Deskripsi

1. Kegiatan-Kegiatan

Himpunan Mahasiswa Islam

2. Musyawarah Komisariat

Himpunan Mahasiswa Islam

3 Musyawarah Seluruh

Komisariat Himpunan

Mahasiswa Islam
49

Lampiran 3

Dokumen

1. Struktur Organisasi Komisariat

2. Foto dan Dokumentasi wawancara yang dilakukan

3. Foto dan Dokumen kegiatan dan musyawarah Himpunan Mahasiswa Islam

Anda mungkin juga menyukai