Anda di halaman 1dari 138

PENGARUH HASIL PEMILIHAN UMUM (PEMILU) 2019

TERHADAP POPULARITAS PARTAI SOLIDARITAS


INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA-MAHASISWI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

YUDHISTIRA S. VIRGIAWAN

150904108

ADVERTISING

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

2019
PENGARUH HASIL PEMILIHAN UMUM (PEMILU) 2019
TERHADAP POPULARITAS PARTAI SOLIDARITAS
INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA-MAHASISWI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Univesrsitas Sumatera Utara

YUDHISTIRA SANDY VIRGIAWAN

150904108

ADVERTISING

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Yudhistira S. Virgiawan

NIM : 150904108

Judul : Pengaruh Hasil Pemilu 2019 Terhadap Popularitas Partai


Solidaritas Indonesia Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing, Ketua Prodi,

Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D

NIP.196505241989032001 NIP.196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si.

NIP.197409302005011002

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di
kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia
diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Yudhistira S. Virgiawan

NIM : 150904108

Departemen : Ilmu Komunikasi

Tanda Tangan :

Tanggal :

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Yudhistira S. Virgiawan

NIM : 150904108

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : Pengaruh Hasil Pemilu 2019 Terhadap Popularitas


Partai Solidaritas Indonesia Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (..............................)

Penguji : (..............................)

Penguji Utama : (..............................)

Ditetapkan di : Medan

Tanggal : Agustus 2019

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan


di bawah ini:

Nama : Yudhistira S. Virgiawan

NIM : 150904108

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive
Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Hasil Pemilu 2019 Terhadap Popularitas Partai Solidaritas


Indonesia Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara”

Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin
dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Agustus 2019

Yang menyatakan,

(Yudhistira S. Virgiawan)

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera
Utara (USU). Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua peneliti, Bapak dan Bunda terkasih, Wahyudhi S,Sos dan
Sandra Yanti Sinulingga S,Sos, atas rasa sayang dan cinta, terima kasih
diucapkan karena telah mendukung sepenuhnya melalui dukungan dan doa
yang diberikan kepada penliti yang akhirnya menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya. Tak lupa pula peneliti sampaikan rasa terima kasih
Adik tersayang Yolandha Ratu Millenia yang telah memberikan doa dan
selalu memberikan semangat kepada peneliti.
2. Bapak Prof. Dr. Muryanto Amin,S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati,M.Si,Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi.
4. Dosen Pembimbing penulis Dra. Dewi Kurniawati,M.Si,Ph.D, yang
bersedia membimbing saya, yang bersedia mengeluarkan waktu, tenaga,
pikiran dan materi, bersedia mengajari dan memberikan semangat dari
proses awal penyusunan proposal sampai skripsi ini terselesaikan. Terima
kasih atas pengetahuan dan ilmu yang sangat berharga yang tidak akan
pernah penulis lupakan. Semoga Tuhan membalas budi baik ibu berkali-
kali lipat dan melimpah banyaknya.
5. Bapak Haris Wijaya S,sos M,comm selaku dosen pembimbing akademik
selama peneliti menjalani masa perkuliahan.
6. Kak Maya dan kak Yanti, yang telah membantu peneliti dalam menjalani
segala proses administrasi semasa perkuliahan di FISIP USU, serta seluruh

v
staf perpustakaan, karyawan bagian pendidikan FISIP USU yang
membantu peneliti semasa perkuliahan.
7. Kepada Fioni Faradilla, Ayumi Cintika, Maya Wandani, dan Sely Fitri
Aritonang yang telah membantu peneliti dalam mengerjakan penelitian ini,
tanpa bantuan dari teman-teman skripsi ini tidak dapat terkerjakan dengan
baik.
8. Kepada Nurul Amalia, Sely Fitri, Alfi Syahri, Fadhlan Habibie, Fadhil,
Maya Wandani, Amalina Darayani, Rizky Fachrezi, Dask Lady, Rima
Andriani, Bunga Nabilah dan Donny Putra teman-teman yang selalu
mendukung membantu, dan menghibur peneliti dalam mengerjakan
penelitian ini.
9. Kepada Shifa Nabila, Fadhlan Habibie, Pelangi loemongga, Reza Fahlepi,
Ade Soraya, dan Khairi Wandini yang memberikan hiburan kepada
peneliti saat peneliti mengerjakan penilitian ini.
10. Kepada Reyanda Armando, Achmad Darmawan, Annisa Jasmine, Yunia
Safiera, Maulya Ramada, Andhika Pratama, Alya Nur Sabrina, dan Dhea
Amalia Nasution teman-teman peneliti sejak awal perkuliahan.
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung jalannya proses
penelitian dan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.
Medan, Agustus 2019

Yudhistira S. Virgiawan

vi
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Hasil Pemilu 2019 Terhadap Popularitas Partai
Solidaritas Indonesia di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara”. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap
relevan yaitu komunikasi, komunikasi, komunikasi politik, marketing politik,
Pemilihan Umum, partai politik dan popularitas. Penelitian ini menggunakan
metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berjumlah
2.475 orang. Penentuan sampel digunakan rumus taro yamane dengan presisi 10%
dan dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 96
orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Purposive
Proportional Random Sampling, Purpoposive Sampling dan Accidental Random
Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan (library research) dan studi lapangan (field research), yaitu
kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi
kegiatan survey di lokasi penelitian, melalui pengamatan dan pencatatan statistik
terhadap segala yang tampak pada objek penelitian melalui kuesioner. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal,
analisis tabel silang, dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS versi 22. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hunbungan antara Hasil Pemilu 2019
Terhadap Popularitas Partai Solidaritas Indonesia di Kalangan Fakultas Ilmu-ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
Kata Kunci: Pemilu 2019, Popularitas, Komunikasi Politik, Partai Solidaritas
Indonesia

vii
ABSTRACT

This paper entitled " The Influence of the 2019 Election Results on the Popularity
of the Indonesian Solidarity Party among Students of faculty of social science and
political science of North Sumatera University" . In this research, the theories
that are considered relevant are communication, political communication,
marketing politics, general elections, political elections and popularity. This
research uses correlational method. The population in this study are students of
faculty of social and political of North Sumatera University totaling 2,475 people.
Determination of samples used Taro Yamane with a precision of 10% and with a
90% confidence level so that the sample obtained as many as 96 people. Sampling
technique in this research is Purposive Proportional Random Sampling,
Purposive Sampling and Accidental Random Sampling. The data collecting
technique conducted in this research is library research and field research, which
is the activity where the researcher collects data from the field which includes
survey activity in the research location, through observation and statistic
recording of all that appear on the object of research through questionnaires.
Data analysis technique used in this research is single table analysis, cross table
analysis, and hypothesis test by using SPSS version 22. The results of this study
indicate that 2019 Election Results Against the Popularity of the Indonesian
Solidarity Party among Students of faculty of social science and political science
University of North Sumatra.

Keywords: 2019 Election, Popularity, Political Communication, Indonesian


Solidarity Party

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK.... ....................................................................................................... vii
ABSTRACT .. ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DATA LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.3 Batasan Penelitian ......................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 9
2.1.1 Komunikasi ........................................................................................... 9
2.1.2 Komunikasi Politik ............................................................................. 14
2.1.3 Marketing Politik ................................................................................ 19
2.1.4 Pemilihan Umum ................................................................................ 31
2.1.5 Partai Politik ....................................................................................... 35
2.1.6 Popularitas .......................................................................................... 39
2.1.7 Partai Solidaritas Indonesia ................................................................ 40
2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 41
2.3 Variabel Operasional ................................................................................... 42
2.4 Definisi Operasional .................................................................................... 43
2.5 Hipotesis ...................................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 45
3.1.1 Sejarah Ringkas................................................................................... 45
3.1.2 Keadaan Mahasiswa Dan Dosen ......................................................... 48
3.2 Metode Penelitian ........................................................................................ 48
3.3 Populasi & Sampel ...................................................................................... 49
3.3.1 Populasi .............................................................................................. 49
3.3.2 Sampel ................................................................................................ 50
3.4 Teknik Penarikan Sampel ............................................................................ 53
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 54
3.5.1 Penelitian Kepustakaan ...................................................................... 54
3.5.2 Penelitian Lapangan ........................................................................... 54
3.5.3 Keabsahan Data................................................................................... 55
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................... 56
3.6.1 Analisis Tabel Tunggal ....................................................................... 56

ix
3.6.2 Analisis Tabel Silang .......................................................................... 56
3.7 Uji Hipotesis ................................................................................................ 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian.................................................................. 60
4.1.1Tahapan Awal ...................................................................................... 60
4.1.2 Penelitian Kepustakaan ....................................................................... 60
4.1.3 Penelitian Lapangan ........................................................................... 61
4.1.4 Teknik Pengolahan Data ..................................................................... 61
4.2 Analisis Tabel Tunggal ............................................................................... 62
4.2.1 Karakteristik Responden ..................................................................... 63
4.2.2 Variabel (X) Hasil Pemilu 2019 .......................................................... 67
4.2.3 Variabel (Y) Popularitas Partai Solidarotas Indonesia........................ 82
4.3 Analisis Tabel Silang................................................................................... 93
4.4 Uji Hipotesis ................................................................................................ 98
4.5 Pembahasan ............................................................................................... 100
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 102
5.2 Saran .......................................................................................................... 102
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Variabel Operasional 42


3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Angkatan 51
3.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Program Studi 51
4.1 Umur Responden 63
4.2 Jenis Kelamin Responden 64
4.3 Angkatan Responden 65
4.4 Jurusan Responden 66
4.5 Tingkat keaktifan dalam mengikuti informasi Pemilu 2019 67
4.6 Tingkat pengetahuan tentang hasil Pemilu 2019 68
4.7 Tentang keikutsertaan proses Pemilu 2019 69
4.8 tentang tingkat pengetahuan mengenai partai apa sajakah yang 70
mengikuti Pemilu 2019
4.9 Tentang latar belakang partai akan mempengaruhi 71
responden dalam memilih pada Pemilu 2019
4.10 tentang apakah dukungan partai politik terhadap capres 72
mempengaruhi responden dalam memilih partai tersebut
4.11 Tentang ketersetujuan terhadap Pemilu 2019 berjalan dengan 73
lancar
4.12 Tentang ketersetujuan terhadap Pemilu 2019 berjalan dengan adil 74
4.13 Tentang penerimaan terhadap hasil Pemilu 2019 75
4.14 Tentang pengetahuan perolehan suara Partai Solidaritas 76
Indonesia pada Pemilu 2019
4.15 Tentang apakah mengandalkan Partai Solidaritas Indonesia 77
Pada Pemilu 2019
4.16 Tentang kepercayaan terhadap Visi Dan Misi yang
disampaikan oleh Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 78
4.17 Tentang apakah mendukung Visi Dan Misi Partai Solidaritas
Indonesia Pada Pemilu 2019 79
4.18 tentang apakah Partai Solidaritas Indonesia dapat
mempertanggungjawabkan Visi Dan Misinya setelah Pemilu 2019 80
4.19 Tentang keinginan terhadap sistem politik di Indonesia dapat
terwakilkan oleh Partai Solidaritas Indonesia 81
4.20 Tentang persetujuan bahwa Partai Solidaritas Indonesia akan
membawa perubahan pada politik Indonesia 82
4.21 Tentang pengetahuan tentang Partai Solidaritas Indonesia 83
4.22 Tentang apakah mengenal Partai Solidaritas Indonesia 84
4.23 Tentang pengetahuan tentang kader Partai Solidaritas Indonesia
berisikan millenial 85
4.24 Tentang persetujuan mengenai millenial dari Partai Solidaritas
Indonesia dapat dipercaya sebagai seorang pemimpin 86
4.25 Tentang ketertarikan pada Partai Solidaritas Indonesia setelah
Pemilu 2019 87
4.26 Tentang keaktifan dalam mengikuti perkembangan Partai
Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019 88

xi
4.27 Tentang reaksi terhadap Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu
2019 89
4.28 Tentang pemahaman terhadap program-program yang
disampaikan oleh Partai Solidaritas Indonesia 90
4.29 Tentang apakah responden masih menyukai Partai Solidaritas
Indonesia Setelah Pemilu 2019 91
4.30 tentang seberapa besar minat responden dalam menentukan
pilihan terhadap Partai Solidaritas Indonesia dalam Pemilu 2019 92
4.31 Mengenai saran untuk Partai Solidaritas Indonesia 93
4.32 Pengetahuan mengenai partai apa sajakah yang mengikuti Pemilu
2019 Terhadap Pengetahuan tentang Partai Solidaritas indonesia 94
4.33 Pengetahuan mengenai perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia
pada Pemilu 2019 Terhadap kesukaan terhadap Partai Solidaritas
Indonesia setelah Pemilu 2019 95

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


2.1 Proses Komunikasi 12
2.2 Kerangka Konsep 39

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian
Foltron Cobol
Tabel Data SPSS
Lembar Bimbingan Skripsi
Biodata Penulis

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai
politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada
pemerintah (Ramlan Surbakti, 2010: 152). Komunikasi politik adalah proses
di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem
politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan
sistem-sistem politik. Kejadian tersebut merupakan proses yang
berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran informasi di antara individu-
individu dengan kelompok- kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat.
Lagi pula tidak hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan serta
harapan-harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana
dengan mana pandangan dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang
berkuasa diteruskan kepada anggota-anggota masyarakat, selanjutnya juga
melibatkan reaksi-reaksi anggota-anggota masyarakat terhadap pandangan-
pandangan dan janji serta saran-saran para penguasa. Maka komunikasi politik
itu memainkan peranan yang penting sekali di dalam sistem politik:
komunikasi politik ini menentukan elemen dinamis, dan menjadi bagian
menentukan dari sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan
politik (Michael Rush dan Phillip Althoff, 2008: 24).
Komunikasi Politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain.
Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan
sosial dan komunikasi politik dilakukan saat kegiatan politik dalam sistem
politik. Berdasarkan partai yang peniliti teliti yaitu Partai Solidaritas
Indonesia, partai ini mendesain pola komunikasi yang selaras dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, bukan hanya itu Partai
Solidaritas Indonesia juga menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku
sosial saat ini. Menghadapi era komunikasi yang sangat canggih, Partai

1 Universitas Sumatera Utara


2

Solidaritas Indonesia memanfaatkan berbagai media massa yang salah satunya


televisi. Bukan hanya televisi, Partai Solidaritas Indonesia juga memanfaatkan
berbagai media sosial untuk tampil di tengah masyarakat. Pola hidup
masyarakat masa kini tidak lepas dari gadget, oleh karena itu Partai Solidaritas
Indonesia giat memperkenalkan program dan perjuangan di media sosial.
Ditengah anggapan millenial yaitu politik sebagai hal yang rumit karena selalu
berkutat pada problem klasik seperti korupsi, iklan Partai Solidaritas
Indonesia sebagai sosialisasi politik sebenarnya menggambarkan bahwa
politik bukanlah hal terlalu runyam jika kita menjalankan roda perpolitikan
dengan sehat. Partai Solidaritas Indonesia juga memberi pesan tersirat bahwa
budaya politik saat ini mulai di isi dengan budaya anak muda yang lebih santai
namun kritis dan memiliki semangat juang.
Partai politik merupakan salah satu infrastruktur politik terpenting
dalam sistem demokrasi modern. Partai politik adalah sebuah institusi yang
hakiki di dalam sebuah sistem demokrasi. Partai politik sesungguhnya adalah
tulang punggung dari demokrasi. Indonesia adalah Negara yang menganut
sistem pemerintahan demokrasi, yaitu suatu bentuk kekuasaan pemerintahan
berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Hal tersebut dapat dikatakan
kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi berada di tangan rakyat, rakyat
memiliki hak, kewajiban, kesempatan, bebas berbicara, bebas mengungkapkan
pendapat serta bebas berekspresi dan bebas berkarya tanpa harus di batasi
ataupun dihalagi dan berhak mengemukakan pendapat dalam mengatur
kebijakan pemerintahan yang berlaku dalam Negara.
Pelaksanaan sistem pemerintahan demokrasi di Indonesia dipimpin
oleh seorang Presiden dan wakil presiden, sesuai dengan sistem pemerintahan
demokrasi, pemimpin tersebut harus di pilih secara langsung melalui
pemilihan umum yaitu, proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam mulai dari
presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai dengan
kepala desa. Pemilan umum yaitu salah satu usaha untuk mempengaruhi
rakyat secara persuasive, dengan cara melakukan kegiatan retorika, public
relations, komunikasi masa, dan juga lobby.

Universitas Sumatera Utara


3

Salah satu ciri utama dari demokrasi adalah suatu konsepsi modern
yang menempatkan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) yang bebas
dan berkala sebagai kriteria utama bagi sebuah sistem politik agar dapat
dikatakan sebagai sistem demokrasi (Schumpeter, 2013: 412). Pemilu
merupakan suatu cerminan dari sistem demokrasi, dengan diselenggarakannya
Pemilu dianggap dapat menyuarakan suara rakyat yang sesungguhnya. Pemilu
yang terbuka, bebas, dan adil adalah esensi demokrasi, suatu sine qua non
yang tidak dapat dielakkan. Melalui Pemilu yang adil, jujur, dan berkala, di
dalam sistem itu para calon secara bebas bersaing untuk memeroleh suara dan
hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara. Dengan demikian
menurut definisi ini, demokrasi mengandung dua dimensi – kontes dan
partisipasi (Huntington, 1995, hlm. 9).
Indonesia adalah Negara demokrasi dengan sistem multipartai yang
sudah pasti terdapat banyak partai politik yang berkembang terutama dalam
suasana pemilihan umum ditahun 2019 ini, partai politik pada dasarnya adalah
sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat karena melalui partai politik
maupun organisasi dapat menjadi sarana/alat bagi warga negara untuk
menyampaikan aspirasi dan kehendaknya. Oleh karena itu partai politik
memiliki peranan yang penting dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Partai politik merupakan komponen yang penting dalam sistem politik
demokrasi, dengan demikian penataan kepartaian harus dapat bertumpu pada
kaedah-kaedah kedaulatan rakyat, yaitu memberi kebebasan, kesetaraan dan
kebersamaan. Tujuan kelompok yang ada dalam partai politik yaitu
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara
apapun untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan dalam
kelompok tersebut. Di Indonesia peranan partai politik ini sangat penting
sebab Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku, agama, ras dan
budaya dalam keanekaragaman tersebut tentu terdapat berbagai macam
kebijakan yang diinginkan masyarakat demi mencapai kesejahteraan bangsa
dan Negara hal tersebut memerlukan wadah yaitu untuk menyampaikan
aspirasinya sebagai warga Negara.

Universitas Sumatera Utara


4

Munculnya partai politik tentunya memiliki peranan yang sangat


berdampak bagi masyarakat dalam menyampaikan hak pilihnya karena
melalui partai politik masyarakat dapat mengetahui siapa saja calon yang
diusung oleh suatu partai politik dan juga visi misi yang akan dilaksanakan
nantinya. Melalui partai politik, rakyat dapat mewujudkan aspirasi politiknya
sebagai kekuatan agar ikut serta dalam proses penyelenggaraan suatu kegiatan
perpolitikan yang berjalan di Indonesia.
Pada Pemilihan Umum 2019 ini terdapat empat partai yang terbilang
baru yang ikut serta meramaikan pesta demokrasi di tahun 2019 ini, salah
satunya ialah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai Solidaritas Indonesia
adalah partai politik berhaluan tengah di Indonesia yang baru didirikan pasca
Pemilu tahun 2014. Partai ini diketuai oleh mantan presenter berita Grace
Natalie. Partai ini cenderung mengambil target partisipan kalangan anak
muda, perempuan dan lintas agama.
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa-
mahasiswi FISIP merupakan golongan anak-anak millenial yang menjadi
target utama dari Partai Solidaritas Indonesia tersebut. Disamping millenialI
mahasiswa-mahasiwi FISIP USU juga termasuk mahasiswa yang
kepeduliannya terhadap politik di Indonesia cukup tinggi, sehingga peneliti
tertarik untuk mencari tahu seberapa popular Partai Solidaritas Indonesia
tersebut. Tokoh-tokoh Partai Solidaritas Indonesia ini banyak mengajak warga
Millenial untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik. Sebagai contoh
adalah dalam perayaan HUT Republik Indonesia yang ke-70 (pada Agustus
2015) dan Pemilu Kepala Daerah serentak (pada Desember 2015). Tokoh-
tokoh Partai Solidaritas Indonesia ini menggunakan media sosial Twitter dan
Facebook secara aktif untuk mengajak warga muda dalam berpartisipasi
dalam kegiatan politik. Sebagai contoh adalah dengan menciptakan hash tag
pada jejaring sosial seperti #Merdeka100Persen saat HUT RI ke 70 dan
#KepoinPilkada saat Pilkada serentak pada Desember 2015 yang lalu.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) lahir untuk merespon kecenderungan
perubahan sosial-politik generasi baru tersebut. Generasi baru umumnya
berharap lahirnya pemimpin-pemimpin yang bisa dipercaya, berintegritas,

Universitas Sumatera Utara


5

peduli pada rakyat, dan kompeten. Sesuai dengan perubahan sosial itu,
generasi politik baru cenderung menuntut kesetaraan dan inklusivitas politik
yang lebih besar. Karenanya, generasi baru cenderung menentang berbagai
bentuk sentralisme dan hirarki politik yang panjang. Secara sadar, PSI
dibentuk dengan tidak bersandar pada satu tokoh sentral.
Kepemimpinan PSI bertumpu pada prinsip kepemimpinan demokratis
yang realistik, yakni poliarki atau kepemimpinan oleh banyak orang. Ketua
partai tidak diberi insentif untuk menjadi pemimpin nasional demi
menghindari politisasi partai untuk kepentingan sang pemimpin sendiri. Yang
didorong untuk menjadi pemimpin dan wakil rakyat di DPR/DPRD adalah
siapa saja yang memenuhi kriteria kepemimpinan, bukan pucuk pimpinan
partai di pusat maupun daerah. PSI dan pengurusnya hanya melahirkan dan
mengorganisir pemimpin-pemimpin tersebut untuk menjawab harapan
generasi politik baru. Perjuangan PSI dilandasi empat nilai dasar yang menjadi
karakter khas PSI yaitu kebajikan, keragaman, keterbukaan, dan
profesionalitas.
Kebajikan, PSI memandang bahwa politik adalah kebajikan, sumber
kebaikan bagi kepentingan orang banyak. Demokrasi meletakkan peran sentral
partai politik sebagai institusi yang bertugas mendengar dan menyalurkan
aspirasi rakyat, termasuk menjadi rahim yang melahirkan pemimpin-
pemimpin masyarakat. Karenanya, seluruh orientasi dan kerja politik PSI
difokuskan untuk menggagas dan memutuskan kebijakan-kebijakan publik
yang membawa kebaikan bagi rakyat. Keragaman, PSI berupaya
mengukuhkan prinsip keragaman sebagai sumber kekuatan Indonesia. Di
dalam keberagaman, nilai-nilai solidaritas yang merekatkan warga tidak hanya
berbentuk ikatan emosional ke dalam kelompok sendiri yang bersumber dari
kesamaan agama, etnik, bahasa dan pengalaman sejarah. Lebih dari itu,
perekat solidaritas adalah rasa saling ketergantungan ke luar yang
menjembatani hubungan setara antar-kelompok, antar-agama, antar-etnik dan
antar-bahasa. Keterbukaan, PSI menjunjung tinggi nilai-nilai keterbukaan,
baik dalam hal berhubungan dengan dunia luar maupun keterbukaan dalam
tata laksana pemerintahan. Keterbukaan adalah prinsip utama yang

Universitas Sumatera Utara


6

memungkinkan Indonesia menjadi warga dunia yang setara dan sama-sama


berkontribusi terhadap kemakmuran dan perdamaian dunia. Keterbukaan
memungkinkan Indonesia mampu bekerjasama dan saling belajar dengan
bangsa-bangsa lain dan sekaligus memberi tempat untuk terus melakukan
kritik dan pembaruan. Nilai keterbukaan juga akan melandasi perjuangan PSI
dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam tata-kelola
pemerintahan. Profesionalitas, Perjuangan PSI juga didasari oleh nilai-nilai
profesionalitas. PSI akan berupaya mewujudkan kondisi yang memungkinkan
setiap orang dapat mencapai dan memperoleh sesuatu sesuai dengan
kemampuan dan usahanya. Nilai profesionalitas menghargai kinerja dan
memberi kesempatan yang adil bagi setiap orang untuk bekerja kerjas
mencapai kemungkinan yang tak terhingga. Penerapan nilai-nilai
profesionalitas di dalam urusan publik akan membebaskan PSI dari jerat
korupsi, kolusi dan nepotisme. Empat nilai-nilai dasar itulah yang menjiwai
platform kebijakan yang akan diusung Partai Solidaritas Indonesia.
Partai Solidaritas Indonesia ini telah menyelenggarakan Kopi Darat
Nasional (KopDarNas) yang bertempat di Jakarta pada tanggal 16 November
2015. Partai Solidaritas Indonesia membawa platform tentang solidaritas,
pluralitas beragama, suku, dan bangsa. Partai Solidaritas Indonesia mengklaim
akan mengisi tokoh-tokoh partai dengan anak muda dan tidak ingin adanya
"bekas" politisi partai lain yang memasuki partai ini. Ada aturan bahwa
pengurus partai dibatasi maksimal 45 tahun, dan saat ini pengurus daerah rata-
rata berumur 20-30 tahun. Selain itu Partai ini tidak mau bertumpu kepada
seorang tokoh untuk mengangkat nama partai, seperti partai politik lain
kebanyakan. Partai ini juga mengklaim transparansi sumbangan finansial,
khususnya memisahkan pengaruh bisnis dari operasional partai. Partai ini
resmi menjadi Badan Hukum setelah melalui verifikasi Kementerian Hukum
dan HAM pada tanggal 7 Oktober 2016. Partai ini jadi satu-satunya Partai
baru yang lolos seleksi badan hukum pasca Pilpres 2014. Pada Pemilu 2019
Partai ini menjadi peserta pemilu dengan nomor urut 11.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh hasil Pemilihan

Universitas Sumatera Utara


7

Umum (pemilu) 2019 terhadap Popularitas Partai Politik PSI di kalangan


mahasiwa-mahasiwi FISIP USU”. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara. Alasan Peneliti memilih FISIP USU
sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan peneliti merasa bahwa
mahasiswa FISIP USU lebih memamahi dan mengerti mengenai politik yang
sedang terjadi di Indonesia, terutama mengenai perkembangan partai politik
terutama Partai Politik Solidaritas Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh
hasil Pemilihan Umum (pemilu) 2019 terhadap popularitas Partai Politik PSI
di kalangan mahasiswa FISIP USU?”

1.3. Batasan Masalah


Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup penelitian, maka
peneliti membatasi masalah yag akan diteliti sebagai berikut:
1. Penilitian ini terbatas pada popularitas Partai Solidaritas Indonesia setelah
Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
2. Penelitian terbatas pada mahasiswa dan mahasiswi aktif angkatan 2016-
2018 FISIP USU yang terdaftar sebagai pemilih pada pemilihan umum
2019.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud baik peneliti agar
peneliti maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian dapat
mengetahui pasti apa tujuan penelitian ini sesungguhnya (Usman, 2009: 30).
Penelitian ini bertujuan untuk hasil yang akan di capai, adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui keberadaan Partai Solidaritas Indonesia setelah
Pemilihan Umum (Pemilu) di kalangan mahasiswa FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


8

2. Untuk mengetahui pengaruh hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2019


terhadap popularitas Partai Solidaritas Indonesia di kalangan mahasiswa-
mahasiswi FISIP USU.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Akademis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat terhadap
perkembangan pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi, memperluas
bahan penelitian dan menjadi sumber referensi di Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
2. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
di bidang Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan Komunikasi Politik.
3. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran bagaimana pengaruh pemilihan umum 2019 terhadap
popularitas partai Solidaritas Indonesia dan juga menjadi referensi bagi
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi,
terutama bagi peneliti dengan tema sama yang akan melakukan penelitian
di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori


Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran
sangat besar dalam pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan
unsur ilmiah inilah yang akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena
sosial yang menjadi pusat perhatian peneliti (Masri Singarimbun & Sofyan
Efendi, 2004 :42).
Menurut Arikunto (2007:72), kerangka teori adalah bagian dari
penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang
ada dalam penelitiannya. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak
atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti
masalahnya. Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).
Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok – pokok
pikiran yang mengambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti
(Nawawi, 2001: 39). Adapun kerangka teori yang relevan dengan penelitian
ini adalah :
2.1.1. Komunikasi
Komunikasi menjadi peranan terpenting bagi kehidupan manusia
dalam berinteraksi di kehidupannya sehari-hari. Terutama komunikasi yang
terjadi didalam masyarakat terkecil yaitu keluarga. Di dalam sebuah
komunikasi feedback merupakan hal yang diharapkan, untuk mampu
mencapai tujuan yang dimaksud dalam berkomunikasi.
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut, jelas
bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang menyatakan

9 Universitas Sumatera Utara


10

sesuatu kepada orang lain. Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial
yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa
ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian
komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing
mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain,
tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna
komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.
Menurut Lexicographer, komunikasi adalah upaya yang bertujuan
berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka
pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah
tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Definisi komunikasi menurut beberapa
ahli itu sendiri salah satunya adalah J.A Devito mengartikan bahwa
komunikasi merupakan suatu tindakan oleh satu orang atau lebih yang
mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan terjadi dalam
satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan
untuk melakukan umpan balik. Menurut Trenholm dan Jensen (Marhaeni,
2009: 31), komunikasi merupakan suatu proses dimana sumber
mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Suatu
proses yang mentransmisikan pesan kepada penerima pesan melalui berbagai
media yang dilakukan oleh komunikator adalah suatu tindakan komunikasi.
Effendy (2002: 60), menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran
dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagai panduan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik
langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan
tujuan mengubah sikap, pandangan atau prilaku.
Menurut Hovland, Jains dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses
melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya
dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan untuk membentuk perilaku orang-
orang lainnya (khalayak). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaaan symbol-symbol
seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Definisi

Universitas Sumatera Utara


11

komunikasi secara umum adalah suatu proses pebentukan, penyampaian,


penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang dan
atau diantara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut
memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses
mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-
lambang yang menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik, atau
tindakan. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gmbar, anga-angka,
benda-benda, gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda
lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang,
diantara beberapa orang, atau banyak orang. Komunikasi mempunya tujuan
tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan
kepentingan para pelakunya.Pemaknaan terhadap informasi bersifat subjektif
dan kontekstual. Subjektif artinya, masing-masing pihak memiliki kapasitas
untuk memakai informasi yang disebarkan atau diterima berdasarkan apa yang
ia rasakan, ia yakini, dan ia mengerti serta berdasarkan tingkat pengetahuan
kedua pihak. Sedangkan kontekstual adalah bahwa pemaknaan itu berkaitan
erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana
kedua belah pihak berada.
Menurut Effendy (2003: 8), komunikasi berfungsi untuk
menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to
entertain), dan mempengaruhi (to influence). Agar komunikasi berlangsung
efektif, komunikator harus tahu khalayak mana yang akan dijadikan sasaran
dan tujuan yang diinginkannya. Komunikator harus terampil dalam membuat
pesan agar komunikan dapat menangkap pesan yang disampaikan
komunikator dan untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Sebagai pelaku
utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat
penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu,
seorang komunikator harus terampil berkomunikasi dan juga kaya ide serta
penuh dengan daya kreativitas. Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat
terdiri dari (a) satu orang, (b) banyak orang atau (c) massa.

Universitas Sumatera Utara


12

2.1.1.2. Proses Komunikasi


Proses komunikasi adalah bagaimana komunikatornya menyampaikan
pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan
makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan
komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada
interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi. Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:
(Vardiansyah, 2004)
1. Penginterpretasian.
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri
komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak
motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil
menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan atau
masih abstrak. Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan
disebut interpreting.
2. Penyandian.
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak
berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang
komunikasi. Tahap ini disebut enconding, akal budi manusia berfungsi
sebagai encorder, alat penyandi : merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3. Pengiriman.
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut
transmitter, alat pengiriman pesan.
4. Perjalanan.
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan
dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan.
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.

Universitas Sumatera Utara


13

6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima
melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya
berhasil menguraikannya (decoding).
7. Penginterpretasian.
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil
diuraikan dalam bentuk pesan.

2.1.1.3. Unsur-unsur Komunikasi


Agar sebuah proses komunikasi menjadi efektif, diperlukannya unsur-
unsur yang paling mendasar sebagai persyaratan terjadinya komunikasi.
Terdapat tiga unsur yang paling mutlak yang harus dipenuhi dalam proses
komunikasi, yaitu:
1. Komunikator:
Orang yang menyatakan pesan kepada komunikan yang dapat berupa
perseorangan atau kelompok.
2. Komunikan:
Orang yang menerima pesan dari komunikator.
3. Saluran/ media:
Jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikan
yang digunakan oleh pengirim pesan.

Selain ketiga unsur tersebut, seperti yang sudah dibahas di bab


sebelumnya mengenai proses komunikasi, terdapat enam unsur-unsur
komunikasi lainnya selain yang telah disebutkan Nurjaman dan Uman. Dalam
totalnya, terdapat sembilan unsur yang menjadi faktor-faktor kunci, yaitu:
(Effendy, 2011: 18).
1. Sender: atau disebut komunikator adalah unsur yang menyampaikan pesan
kepada seseorang atau sejumlah orang.
2. Encoding: atau disebut dengan penyandian adalah sebuah proses
pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

Universitas Sumatera Utara


14

3. Message: atau disebut pesan adalah seperangkat lambang yang mempunyai


makna yang disampaikan oleh komunikator.
4. Media: adalah sebuah saluran komunikasi tempat berjalannya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
5. Decoding:adalah proses saat komunikator menyampaikan makna pada
lambang yang ditetapkan komunikan.
6. Receiver: ialah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response: merupakan sebuah tanggapan atau reaksi dari komunikan
setelah menerima pesan.
8. Feedback: merupakan sebuah umpan balik yang diterima komunikator dari
komunikan.
9. Noise: adalah gangguan yang tidak direncanakan namun terjadi selama
proses komunikasi dan menyebabkan komunikan menerima pesan yang
berbeda dari komunikator.

Gambar 2.1 Proses Komunikasi Sumber: Effendy (2011: 18)

2.1.2. Komunikasi Politik


2.1.2.1. Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai
politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada
pemerintah (Surbakti, 2010: 152). Komunikasi politik adalah proses di mana
informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada
bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.
Kejadian tersebut merupakan proses yang berkesinambungan, melibatkan pula

Universitas Sumatera Utara


15

pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-


kelompoknya pada semua tingkatanmasyarakat. Lagi pula tidak hanya
mencakup penampilan pandangan-pandangan serta harapan-harapan para
anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana dengan mana pandangan
dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang berkuasa diteruskan kepada
anggota-anggota masyarakat selanjutnya juga melibatkan reaksi-reaksi
anggota-anggota masyarakat terhadap pandangan-pandangan dan janji serta
saran-saran para penguasa. Maka komunikasi politik itu memainkan peranan
yang penting sekali di dalam sistem politik: komunikasi politik ini menentukan
elemen dinamis, dan menjadi bagian menentukan dari sosialisasi politik,
partisipasi politik, dan pengrekrutan politik (Michael Rush dan Phillip Althoff,
2008: 24).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik
yang relevan dari satu bagian sistem politik kepada bagianlainnya, dan di
antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Dalam hal ini
komunikasi politik merupakan proses yang berkesinambungan, dan melibatkan
pula pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-
kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat.
Komunikasi politik sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan
melibatkan pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-
kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat tentunya memilikiruang
lingkup. Krans dan Davis melukiskan komunikasi politik sebagai proses
komunikasi massa dan elemendi dalamnya yang mungkin mempunyai dampak
terhadap perilaku politik. Dalam hal ini Davis membagi komunikasi politik
menjadi komunikasi massadan sosialisasi politik, komunikasi dan informasi
politik, penggunaan media dan proses politik, dan konstruksi realitas politik
dalam masyarakat. Dalam semua segi itu tercakup di dalamnya masalah
hubungan media massa dengan pemerintahan.Komunikasi politik pada
dasarnya tidak terlepas dari adanya peranan media massa. Media massa dalam
hal ini dapat memberikan gambaran sejauhmana seluruh proses politik itu
mampu terintegrasi dengan jaringan komunikasi sosial yang lebih luas. Melalui

Universitas Sumatera Utara


16

media massa seperti surat kabar,radio, maupun televisi ini pada umumnya
terdapat informasi mengenai masalah-masalah politik yang ditujukan untuk
masyarakat luas.

2.1.2.2. Fungsi Komunikasi Politik


Narasi yang terbangaun oleh kajian komunikasi politik adalah peran
perantara (mediator) antara pemerintah dan masyarakat (warga negara),
sebagai prnyampai pesan yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan. Untuk
menjelaskan fungsi komunikasi politik dapat dilihat dengan beberapa indikasi
sebagai berikut :
1. Komunikasi politik adalah suatu strategi untuk mendapatkan dukungan
dan pemenuhan terhadap kebutuhan dalam sistem politik, dengan asumsi
demikian dapat dicontohkan dengan pemenuhan kepentingan, mengambil
keuntungan melalui kebijakan dan strategi politik.
2. Komunikasi politik sebagai alat penghubung antara rakyat dan pemerintah,
baik dalam hal mobilisasi sosial untuk implementasi hubungan,
memperoleh dukungan, kepatuhan dan juga integrasi politik. Komunikasi
juga berfungsi sebagai rangsangan terhadap tanggapan aktif (feedback)
atas sejumlah stimulus (output). Output tersebut berupa kebijakan
pemerintah, masyarakat adalah bagian penting sebagai penerima atau
penolak terhadap kebijakan.
3. Komunikasi politik memiliki peran sebagai pemberi ancaman untuk
memperoleh loyalitas (kepatuhan) sebelum alat paksa digunakan. Secara
sederhana, komunikasi sebagai pintu perundingan awal dalam menentukan
atau pengambilan kebijakan.
4. Komunikasi politik memberikan nilai etika terhadap pergerakan politik
sehingga mampu menguasai homogenitas yang relatif tinggi. Nilai
homogenitas politik memiliki pengaruh terhadap stabilitas politik
5. Komunikasi politik juga mampu menjadi pengontrol sosial yang memiliki
idealisasi sosial dan keseimbangan politik

Universitas Sumatera Utara


17

Dari kelima uraian diatas, dapat dipahami secara garis besar


komunikasi politik adalah bagian penting sebagai jalan mencapai keteraturan,
ketertiban dan keharmonisan dalam wilayah kehidupan bernegara. Selain itu,
ada dua hal penting yang menjadi fungsi komunikasi politik, kedua hal
tersebut menjadi penyeimbang berjalannya perpolitikan pemerintah.
Yang pertama adalah suprastruktur politik atau fungsi komunikasi
politik yang berada pada struktur pemerintahan, biasa disebut dengan istilah
the goverment political sphere, di dalamnya berisikan informas yang
menyangkut beberapa kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi
komunikasi ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan
integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang lebih luas. Hal-hal
yang termasuk didalam suprastruktur politik adalah Majelis Permusyawarata
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI/D) dan Mahkamah
Agung (MA). Adapun komunikasi yang berlangsung dalam wilayah ini
mencakup semua kebijakan yang menyangkut kepentingan rakyat, usaha
meningkatkan loyalitas dan integritas nasional, penerapan aturan dan undang-
undang demi terjaganya ketertiban dan kehormatan dalam bernegara dan
mendorong terwujudnya partisipasi aktif masyarakat untuk tujuan nasioanal.
Selanjutnya yang kedua adalah infrastruktur politik atau fungsi yang
berada pada struktur masyarakat yang disebut pula dengan istilah the public
political sphere yaitu sebagai agrrgasi kepentingan dan artikulasi kepentingan,
dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di
antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi
komunikasi terhadap pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut.
Yang termasuk didalamnya adalah partai politik (political party), kepentingan
kelompok (interestgroup), kelompok penekan (opposition), media komunikasi
politik (political communication media), dan tokoh politik (political figure).
Pesan yang terkandung dalam wilayah ini berupa sosialisasi yang merupakan
transmisi nilai politik, pendidikan yang merupakan proses transfer
pengetahuan untuk penyadaran hak-hak dan kewajiban politik masyarakat.
Apabila dilihat secara umum maka fungsi komunikasi politik pada
hakikatnya sebagai referensi perpaduan antara goverment dan constituents

Universitas Sumatera Utara


18

yang bersifat interdependensi dalam ruang lingkup negara. Komunikasi ini


bersifat feedback atau dalam bahasan lain saling menggapi sehingga mencapai
kesamaan pengertian dan diorientasikan seluas-luasnya demi kepentingan
rakyat.

2.1.2.3. Tujuan Komunikasi Politik


Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang
disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka
tujuan komunikasi politik itu adakalanya sekadar penyampaian informasi
politik, pembentukan citra politik, pembentukan public opinion (pendapat
umum) dan bisa pula menghandel pendapat atau tuduhan lawan politik.
Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam
rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum atau
pemilihan kepala daerah. Adapaun beberapa tujuan komunikasi politik adalah
sebagai berikut
1. Membangun Citra Politik
Salah satu tujuan komunikasi politik adalah membangun citra
politik yang baik bagi khalayak. Citra politik itu terbangun atau terbentuk
berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui
media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan
pesan politik yang umum dan aktual.
2. Membentuk dan Membina Pendapat Umum
Pembentukan pendapat umum dalam komunikasi politik, sangat
ditentukan oleh peranan media politik terutama media massa. Memang
pers, radio, film dan televisi, selain memiliki fungsi memberi informasi,
mendidik, menghubungkan dan menghibur, juga terutama membentuk
citra politik dan pendapat umum yang merupakan dimensi penting dalam
kehidupan politik.
Setiap sistem politik mengembangkan jaringan komunikasi
politiknya sendiri, dan mengakui pentingnya sumber-sumber khusus;
sedang saluran-saluran dan para pendengar akan berbeda menurut jenis
media yang digunakan. Kelompok kepentingan dan partai-partai politik,

Universitas Sumatera Utara


19

meskipun berbeda dari sistem yang satu dengan yang lain sangat vital
sekali bagi proses komunikasi, karena menyajikan saluran yang dapat
mengadakan kontak antara para pejabat politik dan pejabat-pejabat
administratif, serta rakyat pada umumnya. Dibandingkan dengan media
massa yang dapat dianggap sebagai sarana umum dari komunikasi politik,
maka kelompok kepentingan dan partai-partai politik itu lebih khusus dan
lebih sering terlibat dalam proses komunikasi.
3. Mendorong Partisipasi Politik
Partisipasi politik sebagai tujuan komunikasi politik dimaksudkan
agar individu-individu berperan serta dalam kegiatan politik (partisipasi
politik). Sehingga salah satu bentuk partisipasi politik yang penting adalah
ketika seseorang (khalayak) mau memberikan suaranya untuk seorang
politikus maupun partai politik tertentu dalam pemilihan umum.
Sesuai dengan pendapat di atas mengenai tujuan komunikasi
politik dapat diambil kesimpulan bahwa, tujuan komunikasi politik sangat
terkait denganpesan politik yang disampaikan komunikator politik. Tujuan
komunikasi politik secara umum terdiri dari tiga tujuan yaitu, membangun
citra politik, membentuk dan membina pendapat umum, dan mendorong
partisipasi politik.

2.1.3. Marketing Politik


2.1.3.1. Pengertian Marketing Politik
Nursal (2004: 23) mengatakan bahwa political marketing atau
pemasaran politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga
taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan
makna politik kepada para pemilih.
Menurut O' Cass (1996) dalam Firmanzah (2008: 321), filosofi
marketing memberikan arahan bagaimana kita bisa menerapkan ilmu
marketing dalam dunia politik. Karena pada dasarnya ilmu marketing melihat
bahwa kebutuhan konsumen (stakeholder) adalah hal terpenting sehingga
perlu diidentifikasi dan dicari bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut.
Konsep marketing komersial berdasarkan pada premis bahwa semua

Universitas Sumatera Utara


20

perencanaan dan operasi perusahaan berorientasi pada pemuasan konsumen


(stakeholder).
Menurut Firmanzah (2008: 156), marketing politik adalah konsep
permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai politik atau
kontestan dalam membangun kepercayaan dan image publik. Membangun
kepercayaan dan image ini hanya bisa dilakukan melalui hubungan jangka
panjang, tidak hanya pada masa kampanye. marketing politik harus dilihat
secara komprehensif:
1. Marketing politik lebih daripada sekadar komunikasi politik
2. Marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai
politik. Tidak hanya tentang kampanye politik tetapi juga sampai pada
tahap bagaimana memformulasikan produk politik melalui pembangunan
simbol, image, platform, dan program yang ditawarkan.
3. Marketing politik menggunakan konsep marketing secara luas, tidak hanya
terbatas pada teknik marketing, namun juga sampai strategi marketing,
dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk
sampai ke market intelligent serta pemrosesan informasi
4. Marketing politik melibatkan banyak disiplin ilmu dalam pembahasannya,
seperti sosiologi dan psikologi. Misalnya produk politik merupakan fungsi
dari pemahaman sosiologis mengenai simbol dan identitas, sedangkan
faktor psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seorang
pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas platform partai.
5. Marketing politik bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik, mulai dari
pemilihan umum sampai ke proses lobi di parlemen.

Sesuai dengan penjelasan di atas maka diketahui bahwa marketing


politik bukan dimaksudkan untuk 'menjual' kontestan pada publik, melainkan
sebagai teknik untuk memelihara hubungan dengan publik agar tercipta
hubungan dua arah yang langgeng.

Universitas Sumatera Utara


21

2.1.3.2. Peran Marketing Politik


Menurut Firmanzah (2008: 319), marketing politik memiliki peran
yang ikut menentukan dalam proses demokratisasi. Di negara-negara maju,
partai-partai politik mengerahkan kemampuan marketing mereka untuk
merebut sebanyak mungkin konstituen. Berbagai teknik yang sebelumnya
hanya dipakai dalam dunia bisnis, sekarang ini telah dicangkokkan ke dalam
kehidupan politik. Semakin canggih teknik marketing yang diterapkan dalam
kehidupan politik.
Para anggota tim sukses berusaha 'menjual' jago mereka dengan
berbagai cara yang seringkali kita rasakan tak ada bedanya dengan
mengiklankan produk di media, mempromosikan outdoor maupun indoor.
Segala taktik dipakai agar rating jago mereka tinggi dan rakyat memilihnya di
bilik-bilik suara. Selain itu, marketing politik dapat memperbaiki kualitas
hubungan antara kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah pihak yang harus
dimengerti, dipahami dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap permasalahan
yang dihadapi.
Marketing politik meletakkan bahwa pemilih adalah subjek, bukan
objek manipulasi dan eksploitasi. Marketing politik tidak hanya bias
diterapkan di negara-negara maju, di negara-negara berkembang pun hukum-
hukum marketing perlu diterapkan dalam dunia politik untuk menarik
sebanyak mungkin pemberi suara.
Marketing politik tidak menentukan kemenangan sebuah partai politik
atau kandidat Presiden. Marketing politik hanyalah sebuah metode dan
peralatan bagi partai politik atau calon presiden untuk melakukan pendekatan
kepada publik. Sistematisasi pendekatan yang dilakukan oleh kandidat perlu
dilakukan mengingat selalu terdapat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki
setiap kandidat.
Persaingan merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam
iklim demokrasi. Untuk dapat memegang kekuasaan, partai politik atau
seorang kandidat harus memenangkan pemilihan umum dengan perolehan
suara terbanyak di antara kontestan-kontestan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


22

Menurut Firmanzah (2008: 147), dalam kondisi persaingan politik,


masing-masing kontestan membutuhkan cara dan metode yang tepat untuk
bisa memenangkan persaingan. mengukur kemenangan dalam dunia politik
dilakukan dengan melihat siapa yang keluar sebagai pemenang dalam
pemilihan umum. Namun, kemenangan ini juga harus dikaji dan dianalisis
dengan hati-hati mengingat perimbangan kekuasaan yang ada di antara partai-
partai politik.
Di kebanyakan negara berkembang, peran dan fungsi politik dilakukan
oleh sekelompok kecil elit politik. Karena itu, seringkali mekanisme
politiknya sangat ditentukan oleh dinamisitas elit-elit politik. Mobilisasi massa
digerakkan oleh elit-elit politik. Orientasi pada tokoh masih terasa kuat. Satu
tokoh yang berpengaruh akan menentukan berhasil tidaknya upaya suatu
kelompok atau partai dalam perebutan kursi. Kesadaran masyarakat kelas
bawah relatif kecil untuk ikut serta mewarnai kebijakan-kebijakan publik.
Masyarakat kelas bawah masih pasif dan lebih banyak menunggu
untuk digerakkan oleh elit politik. Hal ini tentunya membawa konsekuensi
bahwa masyarakat kelas bawah seringkali dijadikan objek politik oleh para
elit. Mobilisasi mereka dilakukan untuk pencapaian tujuan elit politik. Selain
itu, konsekuensi dari politik yang sangat tersentralisasi membuat kontrol sosial
sulit dilakukan.
Fungsi kontrol lebih banyak dilakukan oleh kekuatan-kekuatan oposan
elit politik. Begitu tersentralisasinya sehingga masyarakat lapisan bawah tidak
dapat, atau sulit, mendapatkan informasi. Hal ini menyulitkan mereka untuk
menganalisis apa sebenarnya yang terjadi. Marketing politik dapat berperan
dalam pendistribusian informasi sehingga memudahkan akses pada informasi
yang dulunya sulit dijangkau.
Besarnya peran para tokoh elit di negara-negara berkembang
memberikan kesan bahwa marketing politik tidak diperlukan. Padahal tidak
demikian. Fungsi marketing politik bukan sekadar untuk mempromosikan
tokoh atau tokoh-tokoh partai belaka. Marketing politik juga berfungsi dalam
pembelajaran politik kalangan bawah.

Universitas Sumatera Utara


23

Tujuan utama interaksi sosial dalam suatu masyarakat adalah membuat


suatu sistem dapat memberdayakan (empowering) dan memampukan
(enabling) masyarakat menjadi kritis. Masyarakat kritis yang dimaksudkan,
dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki landasan dan kemampuan
untuk terus menyikapi dan mengkritisi setiap perkembangan kondisi yang ada.
Sikap kritis ini terutama ditujukan pada setiap kebijakan dan keputusan elit
politik.
Masyarakat yang kritis adalah masyarakat yang, dalam beberapa hal,
mengetahui dari mana mereka berasal, mengetahui bagaimana evolusi berjalan
untuk mencapai tahapan sekarang, juga, untuk memahami tujuan kolektif yang
ingin dicapai. Masyarakat kritis juga masyarakat yang dapat mengevaluasi
setiap aktivitas politik, baik yang dilakukan elit politik, partai politik atau
kontestan individual.
Marketing politik dilihat sebagai suatu proses yang dapat
meningkatkan daya kritis masyarakat dalam berpolitik. Agar rakyat tidak
selalu menjadi korban dan objek manipulasi para elit politik, masyarakat perlu
diberdayakan dan perlu ada kondisi yang memungkinkan proses pembelajaran
politik. Untuk dapat menciptakan masyarakat yang kritis, marketing politik
harus melalui serangkaian tahapan. Peran dan fungsi marketing politik dalam
usaha menciptakan masyarakat yang kritis dalam dunia politik meliputi:
1. Distribusi Informasi Politik
Marketing politik membantu sebagai media distribusi dan
penyebaran sejumlah hal ke masyarakat luas (Hal ini sangat bertolak
belakang dengan keadaan yang berlaku dalam system politik tertutup, di
mana distribusi dan penyebaran informasi serta pengetahuan politiknya
terbatas pada suatu (kelompok tertentu). Dengan demikian, marketing
politik sekaligus merupakan media partisipasi.
Hal pertama yang disebarkan dan diseminasi oleh marketing
politik ke masyarakat adalah informasi dan pengetahuan (knowledge)
tentang politik. Melalui aktivitas marketing seperti Man dan promosi,
informasi serta pengetahuan akan dapat dengan mudah disebarluaskan
oleh partai politik dan kontestan. Tidak hanya informasi tentang partai

Universitas Sumatera Utara


24

politik dan kontestan yang tersedia dalam pasar, melainkan informasi


tentang kondisi dan harapan-harapan konstituen pun akan terbuka.
Informasi dan pengetahuan tidak hanya satu arah dari konstituen ke
partai politik, namun juga informasi tentang partai politik yang diterima
konstituen. Kedua belah pihak saling membutuhkan informasi dan
pengetahuan satu sama lain. Marketing politik merupakan aktivitas yang
dilakukan oleh partai politik dan kontestan individu dalam merancang isu-
isu yang akan dilempar ke masyarakat, mengkomunikasikan solusi yang
hendak diterapkan ketika berkuasa, ideologi partai dan kontrol sosial
terhadap partai/individu yang berkuasa.
Marketing politik dilakukan dengan melibatkan media TV, radio,
koran dan pamflet yang mencoba melontarkan semua hal yang perlu
disampaikan kepada publik. Persaingan antarpartai politik, masing-masing
kontestan mencoba bersaing untuk memengaruhi opini publik.
Marketing politik dalam peran ini membuat masyarakat tidak buta
informasi. Mereka tidak lagi memilih asal memilih, melainkan lebih
mempertimbangkan banyak hal ketika memutuskan akan memilih jago
mereka. Melalui media promosi, iklan, konferensi pers, talk show dan
debat publik, partai politik atau kandidat perseorangan dapat
meningkatkan ketersediaan informasi yang nantinya sangat dibutuhkan
oleh pemilih dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilih.
Marketing politik juga semakin meningkatkan ketersediaan
informasi politik yang dapat diakses masyarakat. Melalui marketing
politik, informasi yang tadinya tertutup dan hanya dikonsumsi sejumlah
elit politik tertentu sekarang menjadi semakin terbuka untuk menjadi
konsumsi publik. Masyarakat pun menjadi semakin mudah mengakses
informasi yang dulunya sulit sekali didapatkan. Melalui pemberitaan,
aktivitas promosi dan iklan partai, jumlah informasi yang tersedia di
masyarakat akan semakin meningkat.
2. Edukasi Politik
Masih berkaitan dengan peran informatif, marketing politik
berguna untuk proses pembelajaran terbuka bagi setiap elemen yang

Universitas Sumatera Utara


25

terdapat dalam suatu negara. Dari informasi memadai yang mereka


dapatkan, masyarakat niscaya mendapatkan pelajaranpelajaran yang
berfaedah bagi mereka, terutama dalam memilih calon yang tepat.
Pembelajaran ini dapat terwujud karena sesungguhnya
masingmasing pihak akan memetik hasil dari interaksi yang tercipta
selama berlangsungnya proses marketing politik. Proses pertukaran
informasi membuat masing-masing aktor politik dapat lebih mudah
memahami hal-hal yang diinginkan pihak lain. Partai poiltik dapat belajar
untuk memahami konstituen dan masyarakat secara luas untuk
meningkatkan pemahaman berpolitik.
Marketing politik merupakan aktivitas yang dapat melibatkan
banyak pihak sekaligus. Karena apa pun yang dilakukan actor politik akan
dapat dilihat, dianalisis, dievaluasi dan dikontrol oleh pihak lain, sejumlah
aktor social dapat menggunakan marketing politik sebagai media
pembelajaran. Bahkan kalangan LSM dapat memanfatkan teori-teori
marketing politik untuk mendidik masyarakat dalam politik.
Dengan begitu, LSM bisa menyelenggarakan fungsinya sebagai
penyedia informasi politik yang berguna bagi masyarakat. masyarakat
secara luas juga perlu mendapatkan pembelajaran politik. Proses
pembelajaran yang paling bermanfaat bagi kalangan luas adalah
pembelajaran seluruh masyarakat itu sendiri. Dengan marketing politik,
masyarakat diajak berkenalan dengan proses demokrasi yang
sesungguhnya.
Masyarakat dapat melakukan proses pembelajaran dari
aktivitasaktivitas yang tercipta dalam marketing politik. masyarakat bisa
mengetahui hak dan kewajiban dalam politik, perilaku para actor politik,
output atau realisasi janji-janji partai politik atau kandidat individu, dan
semua peraturan yang terkait dalam kehidupan berpolitik.
3. Kesadaran Politik
Melalui proses edukasi politik, masyarakat akan sadar akan hak
dan kewajiban politik mereka. Pemberian dan penyediaan informasi
politik membuat masyarakat perlahan dan pasti. penyadaran akan hak dan

Universitas Sumatera Utara


26

kewajiban, diharapkan akan muncul transformasi sosial politik dalam


masyarakat. Transformasi yang paling diharapkan dengan adanya
marketing politik adalah perubahan paradigma. Perubahan ini dapat terjadi
di sisi kontestan (partai politik dan kandidat individu) maupun di sisi
masyarakat luas. Dari sisi kontestan: adanya marketing politik dan
semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat luas terhadap hak dan kewajiban
politik mereka, membuat partai politik dan kontestan individual menjadi
lebih berhati-hati dan menempatkan konstituen sebagai tuan, bukannya
sebagai objek yang akan dieksploitasi.
Dengan adanya marketing politik, semua anggota masyarakat akan
lebih mampu memahami bentuk politik yang sebenarnya. Segala yang
berlangsung dalam politik adalah 'rahasia umum' dalam batas-batas
tertentu. peran elit politik yang kuat. Mereka mempunyai kekuasaan lebih
besar dalam menentukan gerak jalannya negara dan bangsa.secara umum
marketing politik telah membuka keran-keran informasi bagi masyarakat.
4. Partisipasi dan Keterlibatan Politik
Seiring dengan semakin teredukasinya masyarakat dan semakin
tingginya kesadaran politik masyarakat, semakin meningkat juga
keterlibatan dan partisipasi politik masyarakat. Marketing politik juga
dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan semua pihak dalam
kehidupan politik.
Marketing politik tidak hanya melibatkan partai-partai politik dan
kontestan individu, melainkan semua lapisan masyarakat termasuk media
dan pers pun terlibat selama periode kampanye maupun periode non
kampanye. Masing-masing pihak berhak ikut serta dalam kehidupa.
berpolitik. Bahkan regulator pun membutuhkan marketing politik untuk
menangkap aspirasi semua pihak dan menerjemahkannya dalam peraturan
formal yang mengikat para peserta pemilihan umum.
Marketing politik memungkinkan adanya interaksi semua pihak
serta dihindarinya dominasi satu kelompok tertentu. Hal ini membuat
partisipasi dan keterlibatan semua pihak meningkat. Salah satu penyebab

Universitas Sumatera Utara


27

meningkatnya partisipasi dan keterlibatan politik adalah meningkatnya


rasa kepemilikan politik. Dengan semakin terbukanya sistem politik, dan
semakin meningkatnya hak-hak berpolitik.
Masyarakat luas memiliki kesempatan untuk berperan serta
mewarnai kehidupan politik melalui kebebasan bergabung dan mendirikan
suatu partai tertentu. Hal ini memungkinkan semakin besarnya masyarakat
yang tergabung dan berperan aktif dalam suatu partai politik, keterlibatan
dan intensitas dalam kehidupan politik secara langsung pun semakin
meningkat. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan semua pihak
dalam kehidupan politik, diharapkan semakin meningkat pula ikatan dan
rasa memiliki pada
diri semua elemen di dalam kehidupan politik.
Marketing politik diyakini dapat meningkatkan ikatan rasional
maupun emosional kontestan dengan para pendukungnya. Serangkaian
aktivitas marketing politik membuat hubungan antara kontestan dengan
konstituen menjadi lebih intens. Masyarakat kritis adalah masyarakat yang
mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan, juga mengetahui
mengekspresikannya.
Masyarakat yang kritis akan melakukan kontrol sosial terhadap
setiap kebijakan dan aktivitas politik yang dilakukan pemerintah maupun
kontestan. Masing-masing pihak akan dapat melakukan kontrol terhadap
pihak lain. Masyarakat yang kritis menuntut adanya praktik politik yang
lebih transparan dan terbuka. Masyarakat tidak hanya memerhatikan hal-
hal yang bersifat nyata dan tampak di permukaan, namun juga perlu
mengetahui proses disusunnya suatu keputusan politik.

2.1.3.3. Pendekatan Marketing Dalam Politik


Strategi pemasaran politik merupakan berbagai kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh kandidat dalam memasarkan muatan-muatan politik,
seperti visi dan misi, idiologi (platform), program dan identitas kontestan yang
akan mengikuti pemilihan umum. Strategi pemasaran politik harus

Universitas Sumatera Utara


28

dilaksanakan dengan maksimal umtuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan


sebelumnya.
Menurut Ries dan Trrout, 1981 dalam Adman Nursal (2004: 75),
pemasaran politik dilaksanakan dengan langkah strategis untuk
menyampaikan berbagai muatan ide dan gagasan politik agar masyrakat tidak
but ainformasi politik. Rakyat akan semakin matang dalam
mempertimbangkan, memtuskan dan menjatuhkan pilihan mereka pada hari
pemun gutan suara. Salah satu strategi pemsaran politik dilakasanakan dengan
positoining politik, yaitu semua aktivitas untuk menanamkan kesan di benak
konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa yang dihasilkan
oleh organisasi.
Menanamkan dan menempatkan image dalam benak masyarakat tidak
hanya terbatas pada produk saja dan jasa, karena organisasi perusahaan secara
keseluruhan juga pelu ditambahkan dalam benak konsumen. Hal-hal seperti
kredibilitas dan reputasi dapat digunakan sebagai media untuk melakukan
Positioning. Ketika konsep ini diadopsi dalam iklim persaingan, kandidat
harus mampu menepatkan produk politik dan image politik dalam benak
masyarakat. Untuk dapat tertanam, produk dan image politik harus memilik
sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan produk politik lainnya.
Masing-masing kandidat harus berusahan menjadi dominan dan
menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat
membantu suatu kandidat selalu diingat dan menjadi referensi bagi masyarakat
ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik. Menjadi referensi
berarti bahwa kandidat tersebut menjadi acuan dan pertama kali muncul dalam
benak masyarakat ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan.
Koalisi seringkali muncul sebagai upaya untuk meningkatkan kekuatan
tawar-menawar sekaligus untuk menjaga stabilitas pemerintah. Dalam konteks
inilah kontestan membutuhkan metode dan konsep yang tepat. Di tengah-
tengah era demokratisasi dan kapitalisme, strategi-strategi marketing
merupakan cara yang tepat untuk menghasilkan kemenangan dalam pemilihan
umum.

Universitas Sumatera Utara


29

Tentunya metode dan konsep marketing memerlukan banyak sekali


adaptasi dengan situasi dan kondisi dunia politik. Tidak semua metode
marketing dapat langsung digunakan dalam konteks dunia politik. Namun,
partai politik dan kontestan sangat membutuhkan metode efektif untuk bisa
membangun hubungan jangka panjang dengan konstituen dan masyarakat
luas.
Marketing yang diadaptasi dalam dunia politik dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas transfer ideologi dan program kerja,
dari kontestan kemasyarakat. marketing dapat memberikan inspirasi
tentangcara suatu kontestan dalam membuat produk berupa isu dan program
kerja berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi
masyarakat.
Menurut Firmanzah (2008: 148), tidak ubahnya domain aktivitas social
lain,dunia politik telah menjadi lebih terbuka dan transparan. Dunia politik
pun tidak kebal terhadap persaingan. Persaingan terjadi untuk memperebutkan
hati konstituen dan membuat mereka memilih kandidat (partai politik
ataukontestan individu) masing-masing selama periode pemilihan umum.
Firmanzah (2012: 217-218) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis
strategi pendekatan pasar, antara lain adalah:
1. Push-marketing
Pada strategi ini partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui
stimulan yang diberikan kepada pemilih. Masyarakat perlu mendapatkan
dorongan dan energi untuk pergi ke bilik suara dan memilih kandidat
tersebut. Disamping itu partai politik perlu menyediakan alasan yang
rasional maupun emosial kepada pemilih untuk memotivasi mereka agar
mereka bersedia mendukung kandidat tersebut.
2. Pass-marketing
Strategi ini menggunakan individu maupun kelompok yang dapat
mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya penggalangan massa akan
sangat ditentukan oleh pemilihan tokoh yang berperan tersebut. Semakin
tepat tokoh yang dipilih, efek yang diraih pun semakin besar dalam
mempengaruhi pendapat.

Universitas Sumatera Utara


30

3. Pull-marketing
Strategi ini menitik beratkan pada pembentukan image politik yang positif.
Macdonald (1989) menganjurkan bahwa supaya simbol dan image politik
dapat memiliki dampak yang signifikan., kedua hal tersebut harus mampu
membangkitkan sentimen. Pemilih cenderung memilih partai yang sama
dengan apa yang mereka rasakan.

Pemasaran politik yang dimaksud dalam penelitian ini mengadopsi


Teori Adman Nursal (2004: 295-298), yang mengemukakan bahwa pada
dasarnya pendekatan pemasaran politik (political marketing), dikembangkan
dengan sembilan model yang disebut dengan 9P: positioning, policy, person,
party, presentation, push marketing, pull marketing, pass marketing dan
polling. Untuk mempersempit kajian maka dalam penelitian ini hanya akan
dibahas tiga strategi yaitu sebagai berikut:
1. Push marketing
Penyampaian produk politik secara langsung kepada para pemilih. Produk
politik tersebut berupa kandidat yang mencalonkan diri pada suatu
pemilihan umum dan kandidat itu sendiri. Strategi push marketing
dilakukan dengan kegiatan kampanye politik secara langsung seperti
pertemuan akbar, pengajian ibu-ibu dan bakti sosial.
2. Pull marketing
Penyampaian produk politik dengan memanfaatkan media massa. Media
massa dalam aktivitas pemasaran politik memegang peranan yang sangat
penting dalam memperkenalkan dan menyosialisasikan kandidat kepada
masyarakat luas. Selain itu melalui media massa, kandidat dapat
menyebarluaskan visi, misi dan program mereka kepada calon pemilih.
Strategi pull marketing dilakukan dengan kampanye politik menggunakan
media cetak (surat kabar) maupun media elektronik (televisi dan radio).
3. Pass marketing
Penyampaian produk politik kepada influencer group atau pihak-pihak
yang memiliki pengaruh di masyarakat. Berbagai pihak yang memiliki
pengaruh di masyarakat memiliki nilai strategis bagi kandidat, sebab

Universitas Sumatera Utara


31

dengan adanya daya pengaruh, para tokoh tersebut dapat meneruskan


pesan-pesan politik yang disampaikan kandidat kepada masyarakat atau
komunitasnya. Strategi pass marketing dilakukan dengan menjalin
hubungan politik dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh
pemuda.
Dalam hal ini kandidat dapat membuat kontrak/perjanjian politik dengan
para tokoh tersebut sebagai suatu ikatan yang kuat, agar ketika kandidat
yang dipasarkan memperoleh kemenangan, maka para tokoh tersebut
dapat menuntut janji-janji politik yang dituangkan dalam kontrak, untuk
kepentingan masyarakat di mana para tokoh tersebut berdomisili.

2.1.4. Pemilihan Umum


2.1.4.1. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum , bebas , rahasia, jujur, dan
adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu
merupakan cara dalam sistem demokrasi suatu negara untuk memilih wakil-
wakil rakyat yang akan duduk dilembaga perwakilan rakyat, serta salah satu
bentuk pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik. Pemilu
dilaksanakan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak
mungkin memerintah secara langsung. Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, nomor 15 tahun 2013 pasal 1 angka 1 Karena
itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu
negara selama jangka waktu tertentu. Pemilu dilaksanakan dengan menganut
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,dan adil.
Pemilihan umum disebut juga dengan “political market” artinya
pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu atau masyarakat
berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara
peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang
memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas
politik yang meliuti kampanye, propaganda, iklan politik melalui media cetak,

Universitas Sumatera Utara


32

audio (radio) maupun audio visual (televisi) serta media lainnya seperti,
spanduk, pamflet, selebaran bahkan komuniksi antar pribadi dalam bentuk
face to face atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai program,
platfrom, asas, ideologi, serta janji-janji poltik lainya guna menyakinkan
pemilih sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap
salah satu partai politik yang menjadi peseta pemilihan umum untuk
mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif. Sebagai konsekuensi
dari kontrak sosial yang baru tersebut, maka akan terbentuk pemerintahan
baru yang terdiri dari mereka yang terpilih dalam pemilu. Pemerintahan baru
inilah yang kemudian akan bekerja sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati dalam pemilu, karena itulah transparasi dalam proses pemilu
menjadi nilai yang prinsipil yang tidak mungkin diabaikan. Dengan demikian
hakikat dari pemilu jauh lebih dalam dari pada sekedar memberikan suara.
Setiap suara yang diberikan sangat bermakna bagi terbentuknya pemerintahan
baru yang legitimas, suatu pemerintahan yang dipercaya dan didukung oleh
rakyatnya.
Walaupun setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk
memilih, namun Undang-Undang Pemilu mengadakan pembatasan umur
untuk dapat ikut serta di dalam pemilihan umum. Batas waktu untuk
menetapkan batas umum ialah waktu pendaftaran pemilih untuk pemilihan
umum, yaitu: Sudah genap berumur 17 tahun dana atau sudah kawin. Adapun
ketetapan batas umur 17 tahun yaitu berdasarkan perkembangan kehidupan
politik di Indonesia, bahwa warga negara Republik Indonesia yang telah
mencapai umur 17 tahun, ternyata sudah mempunyai pertanggung jawaban
politik terhadap negara dan masyarakat, sehingga sewajarnya diberikan hak
untuk memilih wakil-wakilnya dalam pemilihan anggota badan-badan
perwakilan rakyat.

2.1.4.2. Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum


A. Tujuan Pemilu
Pemilihan Umum Menurut Prihatmoko (2003:19) pemilu dalam
pelaksanaanya memiliki tiga tujuan yakni:

Universitas Sumatera Utara


33

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan


dan alternatif kebijakan umum (public policy).
2. Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat
kepada badan badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang
terpilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi
masyarakat tetap terjamin.
3. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakan atau menggalang
dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut
serta dalam proses politik.

Selanjutnya tujuan pemilu dalam pelaksanaanya berdasarkan Undang-


Undang Nomor 8 tahun 2012 pasal 3 yakni pemilu diselenggarakan untuk
memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
B. Fungsi Pemilihan Umum
Fungsi Pemilihan Umum adalah sebagai alat demokrasi yang digunakan
untuk:
1. Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di
Indonesia.
2. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
3. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya
Pancasila dan dipertahankannya UUD.

2.1.4.3. Asas-Asas Pemilihan Umum


Pemilu harus dilakukan secara jujur, adil dan demokratis. Agar pemilu
dapat mencapai derajat tersebut maka diperlukan beberapa syarat atau
prakondisi yang mendukungnya. Syarat-syarat tersebut dipergunakan untuk
mendapatkan pemilu yang berkualitas sehingga mendapatkan pejabat publik
yang legitimate. Syarat minimal dari pemilu adalah free dan fair. Indikator

Universitas Sumatera Utara


34

tersebut digunakan untuk menilai apakah sistem pemilu tersebut cocok bagi
sebuah negara atau tidak. Indikator tersebut adalah: (Kansil 2000: 256)
1. Akuntabilitas (accountability)
2. Keterwakilan (representativeness)
3. Keadilan (fairness)
4. Persamaan hak tiap pemilih (equality)
5. Lokalitas
6. Reliabel
7. Numerical

Menurut UU No.23 tahun 2003, tentang pemilihan umum presiden dan


wakil presiden asas pemelihan umum meliputi:
1. Langsung
Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa
perantara.
2. Umum
Artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau telah
menikah berhak untuk ikut memilih berhak untuk ikut memilih dan telah
dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi
(pengecualian).
3. Bebas
Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa ada
pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun.
4. Rahasia
Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh
pihak siapapun dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau kepada
siapa suaranya diberikan.
5. Jujur
Dalam penyelenggaran pemilu, penyelengara pelaksana, pemerintah, partai
politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih
serta pihak yang terlibat secara tidak langsung harus bersikap jujur sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


35

6. Adil
Dalam penyelenggaran pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta
pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak
manapun.

2.1.5. Partai Politik


2.1.5.1. Pengertian Partai Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-
nilai, dan cita-cita yang sama. Yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan programnya.
Carl J. Friedrich (dalam prof. Miriam Budiardjo, 2008 hlm. 404)
medefinisikan partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan
terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya, memberikan pada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifa idiil serta materiil (A political, party is a
group of human beings, stably organized with the objective of securing or
maintaining for its leaders the control of a government, with the further
objective of giving to members of the party, through such control ideal and
material benefits and advantages).
Sigmund Neumann (dalam prof. Miriam Budiarjo, 2008 hlm. 404)
mengemukakan bahwa partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis
politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan lain yang
mempunyai pandangan berbeda (A political party is the articulate organization
of society‟s active political agents; those who are concerned with the controlof
governmental polity power, and who compete for popular support with other
groups holding divergent views).
Giovanni Sartori (dalam prof. Miriam Budiarjo, 2008 hlm. 404-405)
partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum
dan, melalui pemilihan umum itu, mampu menempatan calon- calonnya untuk

Universitas Sumatera Utara


36

menduduki jabatan-jabatan public (A party is any political group that present


at elections, and is capable of placing through elections candidate for public
office).
Undang-undang Nomor 2 Ayat 1 Tahun 2011 Tentang Partai Politik,
partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pacasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Partai politik dibentuk dengan sengaja oleh sekelompok manusia yang
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat Nasional yang terbuka
untuk semua kalangan orang untuk ikut andil dalam menjadi anggota partai
dengan berpegang teguh pada pancasila UUD 1945, NKRI,dan Bhineka
Tunggal Ika.
Menurut Dr. H. Sunatra, SH., MS., (2016, hlm. 99), Pendidikan politik
dalam kerangka pendidikan kewarganegaraan sejalan dengan pendapat
Branson (1998) karakteristik warga Negara melek politik adalah kompetensi
kewarganegaraan (civic competence) yang diformulasikan kedalam tiga
komponen penting, yaitu:
1. Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan, berkaitan dengan
kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga Negara;
2. Civic Skill (kecakapan kewarganegaraan), adalah kecakapan intelektual
dan partisipatoris warga Negara yang relevan;
3. Civic Disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada
karekter public maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional.

2.1.5.2. Tujuan Partai Politik


Dibentuknya partai politik di berbagai Negara mempunyai tujuan
masing-masing sesuai dengan cita-cita dari partai politik tersebut yang
diinginkan, tujuan partai politik dibedakan menjadi dua bagian yaitu tujuan

Universitas Sumatera Utara


37

secara umum dan tujuan secara khusus, dalam Undang-Undang Nomor 2 pasal
10 Tahun 2008 tentang partai politik, tujuan umum partai politik meliputi :
1. mewujudkan cita-cita Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan umum partai politik, tidak terlepas dari tujuan khusus partai politik
meliputi:
1. meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam
rangka.
2. penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan.
3. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.
4. membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.

2.1.5.3. Fungsi Partai Politik


Sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 Pasal 11
Tahun 2008 Tentang Fungsi Partai Politik, penjelasan tentang fungsi partai
politik adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga
negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;
3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
4. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan
gender.
Sedangkan fungsi dari partai politik dinegara demokrasi seperti
Indonesia terbagi menjadi empat bagian yaitu: sebagai sarana komunikasi
politik„ sebagai sarana social politik, sebagai sarana rekrutmen politik, sebagai
sarana pengatur konflik (Conflict Management) (Miriam Budiarjo 2008, hlm
405-408). Penjelasan dari empat fungsi partai politik sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


38

1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik


Partai politik bertindak sebagai salah satu sarana komunikasi
dalam dunia politik. Jika dilihat segi ini, tugas yang dimiliki partai politik
adalah sebagai penyalur berbagai macam pendapat dan aspirasi dari
masyarakat yang nantinya akan ditampung dan disatukan menjadi satu
kesatuan guna menghasilkan tujuan yang sama. Proses tersebut dinamakan
interest aggregation atau penggabungan kepentingan dan sebagai perantara
penyebar luasan kebijakan-kebijakan yang berasal dari pemerintah kepada
warga negaranya. Dalam hal ini partai politik bertindak sebagai pendengar
bagi pemerintah dan bertindak sebagai pengeras usara bagi warga negara.
2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan usaha untuk mentramisikan budaya
politik dalam upaya membentuk sikap dan orientasi setiap anggota
masyarakat selaku warga negara. Atau dengan kata lain, ini merupakan
suatu pendidikan politik, dimana partai politik merupakan struktur penting
dalam menanamkan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif
masyarakat. Dalam fungsi ini, partai politik akan berusaha
memasyarakatkan berbagai visi, ide, serta kebijakan-kebijakan strategis
yang dimilikinya guna mendapatkan tanggapan dari masyarakat yaitu
berupa dukungan.
3. Sebagai sarana Rekrutmen Politik
Partai politik ikut serta dalam upaya memperluas partisipasi politik
bagi warga negara, dimana merupakan suatu wahana untuk dapat
melakuan penyeksian kader-kader yang nantinya akan memimpin negara
pada tingkat maupun posisi jabatan tertentu yaitu dengan berusaha
melakukan pencarian serta mengajak warga negara yang memlikiki bakat
untuk menjadi anggota partai untuk ikut serta dalam kegiatan partai.
Setelah mereka masuk kedalam keanggotaan partai, maka partai politik
akan melakukan pembinaan serta mendidik kader-kader baru tersebut
untuk menggantikan kader-kader yang lama.

Universitas Sumatera Utara


39

4. Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)


Suatu hal yang wajar apabila terjadi persaingan maupun beda
pendapat yang terjadi pada masyarakat dalam suatu sistem demokrasi,
dimana nilai-nilai dan kepentingan yang tumbuh dalam suatu lingkungan
masyarakat memiliki berbagai keanekaragaman, rumit, serta cenderung
terjadi persaingan antara yang satu dengan yang lain. Suatu negara yang
memiliki jumlah partai politik yang banyak dimana setiap partai
menawarkan ideologi, program, serta kebijakan-kebijakan alternatif yang
berbeda-beda, maka melalui polarisasi partai politik tersebut beraneka
ragam kepentingan masyarakat dapat disalurkan.

2.1.6. Popularitas
2.1.6.1. Pengertian popularitas
Kata populer berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu kata populus
yang berarti rakyat banyak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata popular memiliki arti Dikenal dan disukai orang banyak; Sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami banyak orang;
Disukai dan dikagumi orang banyak.
Kata popularitas atau popularity diambil dari bahasa latin popularis
yang berarti umum atau banyak disukai. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa popularitas berarti disukai oleh orang banyak, diperhatikan, dan
dihargai. Namun tidak ada definisi yang pasti dari popularitas itu sendiri.
Popularitas tidak selalu terjadi pada manusia. Banyak hal lain yang bisa
meraih popularitas seperti makanan, tempat, dan pakaian, dan sebagainya.
Manusia telah mengenal popularitas sejak tahap awal kehidupannya.
Popularitas muncul secara natural dalam lingkungan seseorang. Hal ini sesuai
dengan istilah primus inter pares, sebuah istilah kuno yang berarti orang
pertama dari sejenisnya. Artinya, seseorang yang populer muncul di dalam
lingkungan yang memiliki derajat yang sama, namun satu orang menunjukkan
kelebihannya sehingga dia menjadi berbeda dengan lainnya dan mendapat
perhatian.

Universitas Sumatera Utara


40

Popularitas sangat merakyat, artinya istilah popularitas telah dikenal


banyak orang walaupun dari pernyataan tersebut terlihat bahwa pengertian
popularitas tidak ada yang pasti, tetapi makna yang sangat melekat pada kata-
kata popularitas adalah disukai atau digemari oleh banyak orang. Kata
popularitas memang dapat digunakan pada banyak hal seperti makanan,
tempat, dan lain-lain tetapi, yang sangat dikenal adalah istilah popularitas
banyak digunakan untuk mempredikatkan status seseorang atau sering
digunakan pada manusia.

2.1.7. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)


2.1.7.1. Tentang Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Partai Solidaritas Indonesia (disingkat PSI) adalah partai politik
berhaluan tengah di Indonesia yang baru didirikan pasca Pemilu tahun 2014.
Partai ini diketuai oleh mantan presenter berita Grace Natalie. Partai ini
cenderung mengambil target partisipan kalangan anak muda, perempuan dan
lintas agama.Tokoh-tokoh partai ini banyak mengajak warga negara muda
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik. Sebagai contoh adalah dalam
perayaan HUT Republik Indonesia yang ke-70 (pada Agustus 2015) dan
Pemilu Kepala Daerah serentak (pada Desember 2015). Tokoh-tokoh partai
ini menggunakan media sosial Twitter dan Facebook secara aktif untuk
mengajak warga muda dalam berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Partai ini telah menyelenggarakan Kopi Darat Nasional (KopDarNas)
yang bertempat di Jakarta pada tanggal 16 November 2015. Partai ini
membawa platform tentang solidaritas, pluralitas beragama, suku, dan bangsa.
Partai ini mengklaim akan mengisi tokoh-tokoh partai dengan anak muda dan
tidak ingin adanya "bekas" politisi partai lain yang memasuki partai ini. Ada
aturan bahwa pengurus partai dibatasi maksimal 45 tahun, dan saat ini
pengurus daerah rata-rata berumur 20-30 tahun. Selain itu Partai ini tidak mau
bertumpu kepada seorang tokoh untuk mengangkat nama partai, seperti partai
politik lain kebanyakan. Partai ini juga mengklaim transparansi sumbangan
finansial, khususnya memisahkan pengaruh bisnis dari operasional partai.

Universitas Sumatera Utara


41

Partai ini resmi menjadi Badan Hukum setelah melalui verifikasi


Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 7 Oktober 2016. Partai ini jadi
satu-satunya Partai baru yang lolos seleksi badan hukum pasca Pilpres 2014.
Pada Pemilu 2019 Partai ini menjadi peserta pemilu dengan nomor urut 11.

2.2. Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan hipotesis terurai, karena hipotesis yang
sebenarnya adalah rumusan definitif (singkat, padat dan kompak) tentang
dugaan rasional sebagai jawaban sementara dari masalah yang akan diuji
kebenaran dan ketidakbenarannya. Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran
rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan
kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 2001). Agar
konsep-konsep dapat di teliti secara empiris maka harus dioperasionalkan
dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (X)
Variabel X adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen (terikat) atau dengan kata lain variabel X adalah
variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
“Hasil Pemilu 2019”.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel Y adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada di
mana kemunculannya di pengaruhi dan di tentukan oleh adanya variabel
bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah “Popularitas PSI di kalangan mahasiswa FISIP USU”.

Universitas Sumatera Utara


42

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Hasil Pemilu 2019 Popularitas Partai Solidaritas


Indonesia di Kalangan
 Akuntabilitas Mahasiswa FISIP USU
 Keterwakilan
 Keadilan  Dikenal Banyak
 Persamaan Hak Tiap Orang
Pilih  Disukai Banyak Orang
 Lokalitas  Dipilih Banyak Orang
 Reliabel
 Numerical

Karakteristik Responden
 Usia
 Jenis Kelamin
 Angkatan
 Jurusan

2.3. Variabel Operasional


Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat
operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam
penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1
Variabel Oprasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X) a. Akuntabilitas


Hasil Pemilihan Umum 2019. b. Keterwakilan

Universitas Sumatera Utara


43

c. Keadilan
d. Persamaan Hak Tiap Pilih
e. Lokalitas
f. Reliabel
g. Numerical
2. Variabel Terikat (Y) a. Dikenal Banyak Orang
Popularitas Partai Solidaritas b. Disukai Banyak Orang
Indonesia di Kalangan c. Dipilih Banyak Orang
Mahasiswa FISIP USU.
3. Karakteristik Responden a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Angkatan
d. Jurusan

2.4. Defenisi Operasional


Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai
cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga
merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu penelitian ini yang
akan menggunakan variabel sama. Untuk mengoperasionalkan variabel, maka
variabel harus dijelaskan parameter atau indikator-indikatornya. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel X : Hasil Pemilihan Umum 2019
a. Akuntabilitas
Berisi tentang pertanggungjawaban Pemilihan Umum (Pemilu)
2019.
b. Keterwakilan
Berisi mengenai keterwakilan pada pemilihan umum 2019.
c. Keadilan
Berisi tentang keadilan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
d. Persamaan Hak Tiap Pilih

Universitas Sumatera Utara


44

Berisi tentang persamaan hak tiap pemilih, apakah seseorang


mendapatkan hak pilih yang sama pada pemilihian umum 2019.
e. Lokalitas
Berisi mengenai penempatan daerah pilih sesuai tempat tinggal
dalam Pemilu 2019.
f. Reliabel
Berisi mengenai apakah Pemilu 2019 dapat diandalkan.
g. Numerical
Berisi mengenai Pemilu 2019 di tetapkan dengan angka sebagai
keakuratannya.

2. Variabel Y : Popularitas Partai Solidaritas Indonesia di Kalangan


Mahasiswa FISIP USU
a. Dikenal Banyak Orang
Dalam hal ini berupa perhatian yang diberikan oleh pemilih kepada
Partai Solidaritas Indonesia.
b. Disukai Banyak Orang
Berisi mengenai Partai Solidaritas Indonesia yang banyak disukai
oleh pemilih pada pemilihan umum 2019.
c. Dipilih Banyak Orang
Berisi mengenai apakah Partai Solidaritas Indonesia dipilih dalam
pemilihan umum 2019.

3. Karakteristik Responden
a. Usia, yaitu umur responden.
b. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan.
c. Angkatan, yaitu tahun masuk responden sebagai mahasiswa/i.
d. Jurusan, yaitu bagian dari suatu fakultas yang bertanggung jawab
untuk mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi.

Universitas Sumatera Utara


45

2.5. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau belum
sempurna. Hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di
lapangan, baik sebagai objek penelitian maupun dalam pengumpulan data
(Bungin,2001:75).

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitan ini adalah

Ho : Tidak terdapat Pengaruh hasil Pemilihan Umum (pemilu) 2019 terhadap


Popularitas Partai Politik PSI di kalangan mahasiwa-mahasiwi FISIP USU.

Ha : Terdapat Pengaruh hasil Pemilihan Umum (pemilu) 2019 terhadap


Popularitas Partai Politik PSI di kalangan mahasiwa-mahasiwi FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, jalan Dr. Sofyan Nomor 1 Kampus USU Padang
Bulan, Medan 20115.

3.1.1. Sejarah Ringkas FISIP USU


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
(FISIP USU) berdiri sejak tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982 dan menjadi fakultas yang ke-9
(kesembilan) di lingkungan Universitas Sumatera Utara. FISIP USU
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam aktivitas mencerdaskan
kehidupan bangsa, menguatkan suasana demokrasi, dan kesejahteraan
masyarakat. Keberadaan FISIP USU di Provinsi Sumatera Utara memberikan
sumbangan pemikiran bagi kemajuan daerah yang dikenal sangat
multikultural. Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai tugas utama,
FISIP USU telah melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat khususnya kepada masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dan
provinsi tetangganya. Meskipun tidak sedikit layanan pendidikan yang
diberikan FISIP USU dirasakan oleh putra-putri terbaik dari seluruh provinsi
di Indonesia. Kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi ciri khas FISIP
USU dalam merancang program dan produk berupa hasil penelitian yang
dipublikasikan, model pembelajaran yang diterapkan, dan pengabdian
masyarakat yang diadaptasikan. FISIP USU menyebutnya sebagai Tri Dharma
untuk Negeri yang memberikan kontribusi pemantapan demokrasi dan
kesejahteraan rakyat.
Prioritas utama dari kegiatan Tri Dharma yang dilakukan FISIP USU
sejak 1980 telah mengalami berbagai perkembangan terutama terkait program
studi dan sumber daya manusia (SDM) untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Bermula dari Jurusan Pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum

45 Universitas Sumatera Utara


46

Universitas Sumatera Utara, setahun kemudian diubah menjadi Jurusan


Pengetahuan Masyarakat, kemudian Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada
tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas
Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara.
Pada awalnya (1980/1981), FISIP-USU hanya membuka dua jurusan,
yaitu 1) Jurusan Ilmu Administrasi Negara; dan 2) Jurusan Ilmu Komunikasi.
Pembukaan dua jurusan ini tentunya didasarkan pada pertimbangan kedua
jurusan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pembangunan daerah,
dan ketersediaan staf pengajar (dosen). Tahun Ajaran 1983/1984, FISIP USU
membuka dua jurusan baru yaitu 1) Jurusan Sosiologi; dan 2) Jurusan
Kesejahteraan Sosial; serta menerima perpindahan Jurusan Antropologi dari
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/0/83 Tahun 1983 tentang
jenis dan jumlah jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera
Utara, FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan, yaitu:
1) Jurusan Sosiologi,
2) Jurusan Kesejahteraan Sosial,
3) Jurusan Antropologi Sosial,
4) Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial,
5) Jurusan Ilmu Komunikasi,
6) Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
7) Jurusan MKDU kemudian diserahkan pengelolaannya di luar FISIP USU
dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan disiplin Ilmu yang
berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada
kelompok Mata Kuliah Dasar Umum.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, pemerintah


daerah dan didukung oleh ketersediaan staf pengajar, FISIP USU kembali
membuka Program Studi D3 Administrasi Perpajakan, pada Tahun 1996
dengan SK Dikti No. 105/Dikti/Kep/1996 tanggal 18 April 1996 dan
membuka program S1 Program Studi Ilmu Politik dengan SK Dikti No.

Universitas Sumatera Utara


47

108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001. Tahun 2009 FISIP USU membuka


Program Studi Administrasi Bisnis dengan SK Rektor USU No.
920/H5.1.R/SK/PRS/2009, tanggal 11 Mei 2009. Selain Program S1 dan D3,
FISIP USU juga telah membuka Program S2 Program Studi Studi
Pembangunan tahun 2009 dengan SK Rektor USU
No.17019/H5.1.R/SK/SPB/2009, serta Program Studi S2 Ilmu Komunikasi
tahun 2011 dengan SK Rektor USU No.980/H5.1.R/SK/PRS/2011, dan
Program Studi S2 Sosiologi dengan SK Rektor USU
No.2356/UN5.1.R/SK/PRS/2011. Setelah itu, di tahun yang sama FISIP USU
juga membuka Program Studi S3Studi Pembangunan dengan SK Rektor USU
No.3122/UN5.1.R/SK/PRS/2011 tanggal 31 Desember 2011.Pembukaan
program studi sejak tahun 2005 dilakukan seiring dengan perubahan statuta
Universitas Sumatera Utara menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN)
dan sejak tahun 2016 USU menjadi PTN-BH yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Statuta
Universitas Sumatera Utara.
Tahun 2015 berdiri Program Studi S2 Ilmu Politik yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara No:
1427/UN5.1.R/SK/PRS/2015 tanggal 03 September 2015 (fisipusu.ac.id). Saat
ini FISIP USU mengelola 13 Program Studi yaitu (dilansir dari laman
fisipusu.ac.id)
Program Diploma
1) Perpajakan,
Program Sajana
1) Ilmu Administrasi Publik,
2) Ilmu Komunikasi,
3) Ilmu Kesejahteraan Sosial,
4) Sosiologi
5) Antropologi,
6) Ilmu Politik,
7) Ilmu Administrasi Bisnis,

Universitas Sumatera Utara


48

Program Magister
1) Studi Pembangunan,
2) Ilmu Komunikasi,
3) Sosiologi,
4) IlmuPolitik.
3.1.2. Keadaan Dosen dan Mahasiswa FISIP USU
Program rutin yang menjadi prioritas FISIP USU yaitu menghasilkan
alumni yang memiliki kualifikasi akademik dan praktik bidang ilmu sosial dan
politik, memiliki kekuatan daya saing dan mampu meningkatkan kualitas staf
pengajar serta tenaga kependidikan yang profesional. Layanan pendidikan
FISIP USU selalu diukur dengan capaian kinerja penelitian, publikasi, dan
pengabdian masyarakat, pertambahan persentase dosen dengan kualifikasi
pendidikan S3 dan guru besar (professor) bidang ilmu sosial dan politik.
Adapun jumlah mahasiswa yang ada di FISIP USU yaitu sebanyak 3.815
mahasiswa aktif dan jumlah Dosen yang mengajar di FISIP USU ada
sebanyak 108 Dosen Pengajar (dilansir dari laman dirmahasiswausu &
dirdosenusu pada tanggal 28 Juni 2019).

3.2. Metode Penelitian


Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional, untuk
melihat pengaruh serta derajat hubungan diantara variabel yang diteliti.
Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke
dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha
menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti
berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel. Penelitian korelasional dilakukan dalam
berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian
ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai
pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
jadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38).

Universitas Sumatera Utara


49

Menurut Kriyantono (2010:56) secara umum riset kuantitatif


mempunyai ciri yaitu :
1) Hubungan riset dengan subjek jauh. Periset menganggap bahwa realitas
terpisah dari dan ada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya
bisa objektf.
2) Riset bertujuan untuk menguji hipotesis atau teori, mendukung atau
menolak teori. Data hanya sebagai sarana konformasi teori atau teori
dibuktikan dengan data. Bila dalam analisis ditemukan penolakan
terhadap hipotesis atau teori, biasanya periset tidak langsung menolak
hipotesis atau teori tersebut melainkan di uji terlebih dahulu.
3) Riset harus dapat di generalisasikan, karena menuntut sampel yang
representative dan seluruh populasi, operasional konsep serta alat ukur
yang valid dan realiable.
Prosedur riset nasional - empiris, artinya riset berangkat dari konsep-
atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan data yang dikumpulkan
dilapangan.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda yang ada di sekitar
kita.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa-
peistiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
penelitian (Nawawi, 2001: 141). Populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Reguler FISIP USU angkatan 2016 sampai dengan 2018 yang
tercatat aktif berjumlah 2.475 orang (dilansir dari laman dirmahasiswausu &
dirdosenusu pada tanggal 23 Juli 2019).

Universitas Sumatera Utara


50

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Salah satu sarat utama dari sampel tersebut adalah bahwa
sampel tersebut harus memiliki ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi.
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain
sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi
(Nawawi, 2001: 141).

3.3.2.1. Jumlah Sampel


Besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro
Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% dalam rumus
sebagai berikut:

n=

Keterangan:
N = Jumlah Populasi
n = Sampel
d = presisi tingkat kesalahan(digunakan 10% atau 0,1) (Bungin, 2005:
105)
1 = konstanta
Maka jumlah sampel keseluruhan dari populasi diatas sebanyak:

Jadi setelah melalui seleksi sampel, maka jumlah sampel yang di


butuhkan untuk penelititan ini adalah 96 responden.

Universitas Sumatera Utara


51

3.3.2.2. Distribusi Sampel


Berdasarkan jumlah sampel yang telah dihitung diatas maka sampel
yang terpilih di setiap departemen adalah:

Tabel 3.1
Distribusi Sampel Berdasarkan Angkatan

Angkatan Jumlah % Penarikan Jumlah


Mahasiswa Sampel Sampel

2016 740 30% 28

2017 862 35% 34

2018 873 35% 34

Jumlah 2.475 100% - 96

Tabel 3.2
Distribusi Sampel Berdasarkan Program Studi

Angkat Program Studi % Penarikan Jumlah


an Sampel Sampel

2016 Antropologi 11% 3

Ilmu Administrasi Negara 14% 4

Ilmu Administrasi Bisnis 21% 6

Universitas Sumatera Utara


52

Ilmu Politik 15% 4

Ilmu Komunikasi 17% 5

Ilmu Kesejahteraan Sosial 12% 3

Sosiologi 10% 3

Jumlah 100% - 28

2017 Antropologi 9% 3

Ilmu Administrasi Negara 21% 7

Ilmu Administrasi Bisnis 19% 7

Ilmu Politik 12% 4

Ilmu Komunikasi 15% 5

Ilmu Kesejahteraan Sosial 14% 5

Sosiologi 10% 3

Jumlah 100% - 34

2018 Antropologi 9% 3

Ilmu Administrasi Negara 19% 7

Universitas Sumatera Utara


53

Ilmu Administrasi Bisnis 18% 6

Ilmu Politik 12% 4

Ilmu Komunikasi 17% 6

Ilmu Kesejahteraan Sosial 13% 4

Sosiologi 12% 4

Jumlah 100% - 34

3.4. Teknik Penarikan Sampel


Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Purposive Proportional Random Sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel yang berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Purposive sampling
menurut Sugiyono adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2012: 68). Kriteria dari sampel dalam penelitian ini
adalah mahasiswa aktif stambuk 2016 sampai 2018 yang menjadi daftar
pemilih untuk Pemilihan Umum 2019.
2. Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel menggunakan
kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria
pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan
tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus
yang menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus
dikeluarkan dari kelompok penelitian.
3. Accidental Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
digunakan dengan memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk
dijadikan sampel (Kriyantono, 2006: 156). Untuk memudahkan peneliti

Universitas Sumatera Utara


54

dalam memperoleh sampel maka mahasiswa yang di pilih adalah


mahasiswa yang bersedia mengisi daftar kuesioner dan yang mudah untuk
di jumpai yang sesuai dengan kriteria responden yang sudah di tentukan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


3.5.1. Penelitian Kepustakaan
Menurut Sarwono (2010: 34-35) penelitian kepustakaan merupakan
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan
menelaah teori – teori, pendapat serta pokok-pokok pikiran yang ada dalam
media cetak, khususnya buku- buku yang menunjang dan relevan dengan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian.
Penelitian kepustakaan ini merupakan data sekunder yakni data yang
didapat melalui kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku dan bahan
perkuliahan yang sekiranya mempunyai relevansi langsung dengan penelitian
ini.

3.5.2. Penelitian Lapangan


Penelitian lapangan ini merupakan data primer yang diperoleh dengan
cara terjun langsung ke lapangan terhadap objek yang telah dipilih yaitu
dengan cara membagikan kuisoner kepada sampel. Metode kuesioner atau
dalam bahasa Inggris disebut questionnaire (daftar petanyaan). Metode
berbentuk rangkaian pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah
daftar pertanyaan, kemudian diberikan kepada responden untuk diisi.
Adapun kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan angket langsung dan tertutup. Yakni kuesioner yang
sudah disediakan alternatif jawaban dari peneliti yang harus dipilih oleh
responden tanpa kemungkinan memberikan jawaban yang lain. Responden
harus memilih salah satu jawaban yang menurut pendapatnya paling tepat dan
benar. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh hasil Pemilu 2019
terhadap popularitas Partai Solidaritas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


55

3.5.3. Keabsahan Data


3.5.3.1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi
ukurannya. Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa
variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh
peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef: 2006).
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh
mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur
sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat
dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran
dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2,
yaitu validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang
disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang
lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara
mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor)
dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor).
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan
terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita
menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan
cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian
dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor
(penjumlahan dari beberapa faktor).

Universitas Sumatera Utara


56

Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi


yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk
menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan
layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji
signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item
dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program
SPSS. Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji
validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen
Pearson). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item
dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-
item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan
item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa
yang ingin diungkap.

3.6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dapat diartikan sebagai proses penyederhanaan
data kedalam bentuk yanng lebih mudah untuk dibaca dan dipresentasikan
(Singarimbun, 2011: 266). Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan
dianalisa ke dalam beberapa tahap yaitu :

3.6.1. Analisis Tabel Tunggal


Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan
membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang
dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam
menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi
dan kolom presentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 2011: 266).

3.6.2. Analisis Tabel Silang


Analisis tabel silang merupakan teknik yang digunakan untuk
menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


57

variabel yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut


bernilai positif dan negatif (Singarimbun, 2011: 273).
Adapun variabel yang akan disilangkan ialah antara rata-rata jawaban
responden tentang hasil Pemilu 2019 dan indikator popularitas Partai
Solidaritas Indonesia.

3.6.3. Uji Hipotesis


Uji hipotesis yaitu pengujian data dan statistik untuk mengetahui data
hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji signifikasi
hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk semua
populasi. Harga “t hitung” ini diperoleh dari tabel Coefficients yang
selanjutnya harga t hitung tersebut dibandingkan dengan harga t tabel. Hal ini
bertujuan untuk uji hipotesis. Jika harga t hitung>t tabel, maka isyaratnya H o
ditolak dan Ha diterima. Jika t hitung<t tabel, maka isyaratnya Ho diterima dan
Ha ditolak. Rumus yang digunakan untuk mengetahui jumlah t hitung adalah
Keterangan: thitung = Nilai t, r = Nilai Koefisien korelasi, n = Jumlah Sampel.
Untuk menguji tingkat signifikan korelasi, maka digunakan tabel pada
signifikan 0.05 sebagai berikut:

t=

Keterangan :
t = nilai t hitung
n = jumlah sampel
r2 = nilai koefisien
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dalam uji ini, hipotesis yang dapat diambil yaitu:
Ho : Tidak terdapat Pengaruh hasil Pemilihan Umum (pemilu) 2019
terhadap Popularitas Partai Politik PSI di kalangan mahasiwa-
mahasiwi FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


58

Ha : Terdapat Pengaruh hasil Pemilihan Umum (pemilu) 2019


terhadap Popularitas Partai Politik PSI di kalangan mahasiwa-
mahasiwi FISIP USU.

a. Pengujian pada tingkat signifikansi 0,05 maka berdasarkan nilai


signifikansi,
Jika nilai signifikansi (sig.) ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
Jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka Ho diterima.
b. Pengujian berdasarkan nilai t
Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak.
Jika nilai t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima.
Mengambil kesimpulan:
Bilai t hitung > t tabel, maka hubungan x dan y adalah signifikan.
Bila t hitung < t tabel, maka hubungan x dan y adalah tidak signifikan.
Selanjutnya untuk menguji tingkat hubungan antara kedua variabel
yang dikorelasikan, maka digunakan rumus Pearson Product Moment. Rumus
yang dipergunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut :

r= nΣxy – (Σx) (Σy)


. √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}
Dimana :
n = Banyaknya Pasangan data X dan Y
Σx = Total Jumlah dari Variabel X
Σy = Total Jumlah dari Variabel Y
Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
Selanjutnya untuk menilai derajat hubungan digunakan skala Guildford
atau Koefisien asosiasi sebagai berikut :
< 0,20 : hubungan rendah sekali, lemah sekali
0,20 – 0.39 : hubungan rendah tapi pasti
0,40 – 0,70 : hubungan cukup berarti

Universitas Sumatera Utara


59

0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi, kuat


>0,90 : hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Dalam melakukan penelitian terdapat beberapa tahapan yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber
seperti bahan bacaan berupa buku, jurnal elektronik maunpun sumber-sumber
terpercaya dari berbagai website atau portal berita di internet. Tahapan
tersebut sebagai berikut:

4.1.1. Tahapan Awal


Tahapan awal dari penelitian ini diawali oleh peneliti dengan mencari
tahu jadwal kuliah para calon responden dari berbagai jurusan yang ada di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk
mengetahui kapan peneliti bisa menyebar kuesioner kepada calon responden.
Para calon responden adalah mahasiswa Strata 1 dari angkatan 2016-2018
dengan jurusan sebagai berikut :
1) Antropologi
2) Ilmu Administrasi Negara
3) Ilmu Administrasi Bisnis
4) Ilmu Politik
5) Ilmu Komunikasi
6) Ilmu Kesejahteraan Sosial
7) Sosiologi
Setelah mendapatkan jadwal kuliah para calon responden dari berbagai
jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara maka peneliti melanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu
menyebar kuesioner penelitian.

4.1.2. Penelitian Kepustakaan


Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan di Perpustakaan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan

60 Universitas Sumatera Utara


61

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengumpulkan buku-buku


yang berkaitan dengan judul pada penelitian ini yaitu pengaruh hasil
Pemilihan Umum (pemilu) 2019 terhadap popularitas partai politik PSI di
kalangan mahasiwa-mahasiwi FISIP USU. Selain mengumpulkan buku-buku
yang berkaitan dengan judul penelitian ini, peneliti juga mengumpulkan
jurnal, skripsi dan sumber bacaan lainnya yang dapat mendukung penelitian.

4.1.3. Penelitian Lapangan


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk
mendapatkan hasil penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan mulai tanggal 1
Agustus hingga 7 Agustus 2019 kepada mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Pada saat melakukaan
penyebaran kuesioner peneliti menjumpai mahasiswa yang sesuai dengan
kriteria untuk menjadi responden pada penelitian ini. Peneliti juga
memberikan penjelasan sedikit mengenai beberapa pertanyaan yang terdapat
pada kuesioner penelitian dengan tujuan agar para responden tidak
kebingungan dalam mengisi kuesioner yang diberikan.

4.1.4. Teknik Pengolahan Data


Setelah peneliti selesai melakukan penelitian di lapangan dengan
mengumpulkan data kuesioner yang diberikan kepada 96 responden, maka
langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah pengolahan data jawaban dari
kuesioner tersebut. Adapun tahapan pengolahan data tersebut antara lain:
a. Penomoran Kuesioner
Tahapan ini adalah melakukan penomoran pada lembar kuesioner yang
sudah diisi oleh para responden dan menjadi pengenal. Kuesioner yang
telah dikumpulkan diberi nomor urut dimulai dari nomor 01 sampai 96.
b. Editing
Tahap ini adalah proses yang dilakukan dengan mengoreksi dan
memeriksa kembali seluruh jawaban dari responden. Hal ini dilakukan
untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak sesuai pada petunjuk pengisian kuesioner.

Universitas Sumatera Utara


62

c. Coding
Tahap ini adalah proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak
kode yang tersedia dalam kuesioner dalam bentuk angka (skor). Tahapan
ini bertujuan mempermudah peneliti untuk melakukan perhitungan
jawaban responden.
d. Inventarisasi Tabel
Data mentah yang diperoleh oleh peneliti kemudian diolah dan
dimasukkan kedalam lembar Formula translation cobol (FC) diinput
menggunakan software SPSS Statistics 22, sehingga memuat seluruh data
yang digabungkan kedalam satu bagian. FC dilampirkan dalam skripsi
sebagai bahan kontrol jika kemungkinan terdapat sajian atau deskripsi data
dan pembahasan data yang meragukan.
e. Tabulasi Data
Tahap ini adalah proses memindahkan variabel responden dari lembaran
Formula translation cobol (FC) ke dalam kerangka tabel. Adapun tabel
yang disajikan berbentuk tabel tunggal dan tabel silang. Penyebaran data
pada tabel secara rinci terdapat didalamnya kategori frekuensi, presentasi
dan kemudian dianalisis.
f. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesa dilakukan untuk melihat dan mengetahui apakah data
yang dilakukan akan diterima dan ditolak. Mengetahui data yang diajukan
diterima atau ditolak dan mengukur tinggi rendahnya hubungan antara
variael X dan variabel Y menggunakan Skala Guildford.

4.2. Analisis Tabel Tunggal


Analisis tabel tunggal dilakukan untuk melihat jawaban responden dari
setiap pertanyaan dan variabel yang diteliti agar mudah dibaca dan di
mengerti. Dalam analisis tabel tunggal menyajikan tabel frekuensi dan
presetase untuk setiap pertanyaan. Analisis tabel tunggal dalam penelitian ini
meliputi karakteristik responden, variabel bebas dan variabel terikat.

Universitas Sumatera Utara


63

4.2.1. Karakteristik Responden


Karakteristik adalah identitas responden yang mengisi kuesioner
sebagai sampel dalam penelitian ini. Karakteristik responden dilakukan untuk
mengetahui latar belakang dari para responden dalam penelitian ini.
Karestiristik responden dalam penelitian ini berupa nama, umur, jenis
kelamin, agama, angkatan, jurusan dan aktivitas organisasi.

Tabel 4.1
Umur Responden

No Umur Frekuensi Persentase

1 18 Tahun 13 13,54
2 19 Tahun 25 26,04
3 20 Tahun 30 31,25
4 21 Tahun 28 29,17

Total 96 100,00

Sumber : P.Identitas Responden/FC.1 n=96 (100%)

Berdasarkan tabel 4.1 memperlihatkan rentang umur responden dalam


penelitian ini yang diklasifikasikan menjadi 4 usia yakni 18 tahun, 19 tahun, 20
tahun dan 21 tahun. Alasan peneliti membagi data umur responden menjadi 4
klasifikasi umur dikarenakan responden pada penelitian ini merupakan stambuk
2016-2018 yang dimana memiliki rentang usia antara 18-21 tahun. Dari hasil
penelitian menunjukkan mayoritas responden pada penelitian ini adalah
responden dengan klasifikasi umur 20 tahun sebanyak 30 responden responden.
Selanjutnya responden pada umur 18 tahun berjumlah 13 responden, untuk
responden umur 19 tahun berjumlah 25 responden dan yang terakhir responden
yang berusia 21 tahun berjumlah 28 responden.

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 42 43,75
2 Perempuan 54 56,25

Total 96 100,00

Sumber : P.Identitas Responden/FC.2 n=96 (100%)

Tabel 4.2 di atas adalah data yang menunjukkan jenis kelamin dari
responden yang menjadi sampel dari penelitian ini. Dari data di atas
menunjukkan bahwa jenis kelamin yang menjadi mayoritas adalah laki-laki
yang berjumlah 42 responden (44%) dan jumlah responden perempuan yang
terpilih pada penelitian ini adalah berjumlah 54 responden (56%). Tidak ada
kesengajaan atau kriteria bahwasannya harus lebih banyak responden laki-laki
daripada perempuan. Hal ini terjadi murni dari kegiatan di lapangan dimana
peneliti menemukan lebih banyak laki-laki yang bersedia menjadi responden
daripada perempuan.

Universitas Sumatera Utara


65

Tabel 4.3
Angkatan Responden
No Angkatan Frekuensi Presentase
1 2016 28 21,16
2 2017 34 35,42
3 2018 34 35,42
Total 96 100,00
Sumber: P.Identitas Responden/FC.5 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.3 menunjukkan 96 responden yang diambil dari


3 angkatan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Dari data diatas menunjukkan responden dari penelitian terbagi
kedalam 3 angkatan, yaitu angkatan 2016, angkatan 2017 dan angkatan 2018.
Adapun jumlah dari mahasiswa mahasiswa angkatan 2016 sebanyak 28
responden, mahasiswa dari angkatan 2017 berjumlah 34 responden dan
mahasiswa dari angkatan 2018 berjumlah sama yaitu 34 responden.

Universitas Sumatera Utara


66

Tabel 4.4
Jurusan Responden

No Jurusan Frekuensi Persentase

1 Antropologi 9 9,38
2 Ilmu Administrasi Negara 18 18,75
3 Ilmu Administrasi Bisnis 19 19,80
4 Ilmu Politik 12 12,5
5 Ilmu Komunikasi 16 16,66
6 Ilmu Kesejahteraan Sosial 12 12,5
7 Sosiologi 10 10,41

Total 96 100,00

Sumber: P.Identitas Responden/FC.6 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.4 menunjukkan 96 responden yang


diambil dari semua jurusan Strata 1 yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Populasi yang ada sebanyak 2.475
mahasiswa dengan menggunakan teknik proportional stratified random
sampling maka di dapat 96 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara yang menjadi responden dalam penelitian ini.
Responden terbanyak berasal dari jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yaitu
(19,80%) setara dengan 19 responden. Selanjutnya mahasiswa dari jurusan
Ilmu Administrasi Negara sebanyak (18,75%) setara dengan 18 responden.
Kemudian dari jurusan Ilmu Komunikasi yaitu (16,66%) setara dengan 16
responden. Dari jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial sebanyak (12,5%) setara
dengan 12 responden dan Ilmu Politik yaitu sebanyak (12,5%) setara dengan
12 responden. Kemudian dari jurusan Sosiologi sebanyak (10,41%) setara
dengan 10 responden dan terakhir dari jurusan Antropologi yaitu (9,38%)
setara dengan 9 responden.

Universitas Sumatera Utara


67

4.2.2. Variabel Bebas (X) Jawaban Responden Tentang Hasil


Pemilihan Umum 2019
Variabel X dalam penelitian ini yaitu hasil pemilihan umum. Pada
penelitian ini terdapat 7 indikator untuk mengetahui dan melihat persepsi
mahasiswa pada 96 responden yang terpilih. Adapun indikator tersebut antara
lain adalah objek yang akuntabilitas, keterwakilan, keadilan, persamaan hak
tiap pilih, lokalitas, reliabel dan numerical.

Tabel 4.5
Jawaban responden tentang tingkat keaktifan dalam mengikuti informasi
Pemilu 2019

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Aktif 9 9,37


2 Aktif 32 33,33
3 Kurang Aktif 52 54,17
4 Tidak Aktif 3 3,13

Total 96 100,00

Sumber: Pertanyaan kuisioner 1 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat 9 (9,37%)


responden yang sangat aktif mengikuti informasi mengenai Pemilu 2019, lalu
sebanyak 32 (33,33%) responden menyatakan aktif mengikuti informasi
mengenai Pemilu 2019. Kemudian terdapat 52 (54,17%) responden yang
kurang aktif mengikuti informasi mengenai Pemilu 2019. Yang mana
mayoritas mahasiswa yang menjadi responden kurang aktif mengikuti
informasi mengenai Pemilu 2019. Hal ini dikarenakan kurang nya Komisi
Pemilihan Umum (KPU) dalam menyosialisasikan mengenai Pemilu kepada
pemilih pemula terutama mahasiswa. Dan yang tidak aktif mengikuti
informasi mengenai Pemilu 2019 sebanyak 3 (3,13%) responden. Hal ini
menunjukkan bawasannya mahasiswa hanya kurang aktif mengikuti pemilu
2019 tidak sampai tidak aktif mengikuti sama sekali mengenai pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


68

Tabel 4.6
Jawaban responden tentang tingkat pengetahuan tentang hasil Pemilu 2019

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mengetahui 8 8,33


2 Mengetahui 50 52,08
3 Kurang Mengetahui 37 38,54
4 Tidak Mengetahui 1 1,05

Total 96 100,00

Sumber: Pertanyaan kuisioner 2 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat 8 (8,33%)


responden yang sangat mengetahui mengenai hasil Pemilu 2019, lalu
sebanyak 50 (52,08%) responden menyatakan mengetahui mengenai hasil
Pemilu 2019. Yang mana mayoritas mahasiswa yang menjadi responden
mengetahui mengenai hasil Pemilu 2019. Hal ini dikarenakan hasil Pemilu
2019 terdapat di berbagai media mulai dari media cetak, media elektronik,
media online sampai media sosial. Selain itu pada Pemilu 2019 kali ini hasil
nya sangat di tunggu-tunggu karena banyaknya konflik sehingga hasilnya
banyak di cari oleh orang-orang. Kemudian terdapat 37 (38,54%) responden
yang kurang mengetahui mengenai hasil Pemilu 2019 dan yang tidak
mengetahui mengenai hasil Pemilu 2019 sebanyak 1 (1,05%) responden. Hal
ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang mengetahui mengenai hasil
Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


69

Tabel 4.7
Jawaban responden tentang keikutsertaan proses Pemilu 2019

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat mengikuti 6 6,25


2 Mengikuti 38 39,58
3 Kurang mengikuti 47 48,96
4 Tidak mengikuti 5 5,21

Total 96 100,00

Sumber: Pertanyaan kuisioner 3 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas, terdapat 6 (6,25%) responden yang


mempunyai perasaan sangat mengikuti Pemilu 2019, lalu sebanyak 38
(39,58%) responden menyatakan mengikuti Pemilu 2019. Mayoritas
responden dalam penelitian ini menyatakan kurang mengikuti Pemilu 2019
yaitu sebanyak 47 (48,96%) responden. Hal ini dikarenakan bahwa mereka
merasakan bahwa perpolitikan di Indonesia begitu-begitu saja, siapa pun
pemenang nya tidak memiliki efek personal terhadap mereka. Selanjutnya
ada 5 (5,21%) responden yang mempunyai perasaan tidak mengikuti Pemilu
2019. Dari data diatas dapat diketahui bawasannya mayoritas mahasiswa
dalam penelitian ini kurang mengikuti proses Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


70

Tabel 4.8
Jawaban responden tentang tingkat pengetahuan mengenai partai apa
sajakah yang mengikuti Pemilu 2019

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mengetahui 11 11,46


2 Mengetahui 32 33,33
3 Kurang Mengetahui 32 33,33
4 Tidak Mengetahui 21 21,88

Total 96 100,00

Sumber: Pertanyaan kuisioner 4 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat 11


(11,46%) responden yang sangat mengetahui mengenai partai apa sajakah
yang mengikuti Pemilu 2019, lalu sebanyak 32 (33,33%) responden
menyatakan mengetahui mengenai partai apa sajakah yang mengikuti Pemilu
2019. Terdapat 32 (33,33%) responden juga yang menyatakan kurang
mengetahui mengenai partai apa sajakah yang mengikuti Pemilu 2019. Dari
sini dapat di simpulkan bawasannya mahasiswa FISIP USU yang mengetahui
dan kurang mengetahui mengenai partai apa sajakah yang mengikuti Pemilu
2019 memiliki presentase yang sama sebanyak 33% hal ini disebabkan tidak
semua mahasiswa FISIP USU memiliki minat dan pengetahuan di bidang
politik sehingga kurang mencari tahu mengenai Pemilu 2019 kali ini, dan
kurangnya promosi dari partai-partai politik yang dapat di katakan kecil
seperti partai Garuda kepada pemilih pemula terutama mahasiswa. Sebanyak
21 (21,08%) responden tidak mengetahui sama sekali mengenai partai apa
sajakah yang mengikuti Pemilu 2019, jumlah ini cukup banyak dikarenakan
masih banyak mahasiswa yang tidak peduli sama sekali mengenai politik di
Indonesia ini.

Universitas Sumatera Utara


71

Tabel 4.9
Jawaban responden tentang latar belakang partai akan mempengaruhi
responden dalam memilih pada Pemilu 2019

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 15 15,62


2 Mempengaruhi 45 46,88
3 Kurang Mempengaruhi 31 32,29
4 Tidak Mempengaruhi 5 5,21

Total 96 100,00

Sumber: Pertanyaan kuisioner 5 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa terdapat 15 (15,62%)


responden yang merasa latar belakang partai akan sangat mempengaruhi
responden dalam memilih pada Pemilu 2019, lalu sebanyak 45 (46,88%)
responden menyatakan latar belakang partai akan mempengaruhi responden
dalam memilih pada Pemilu 2019, yang mana mayoritas mahasiswa yang
menjadi responden menyatakan bahwa latar belakang partai mempengaruhi
dalam memilih pada Pemilu 2019 hal ini disebabkan pada Pemilu kali ini
terdapat berbagai macam latar belakang partai, ada yang sesuai dengan apa
yang mahasiswa inginkan ada pula yang tidak oleh karena itu latar belakang
partai mempengaruhi mahasiswa FISIP USU dalam menentukan pilihan
terhadap partai tersebut. Terdapat 31 (32,29%) responden yang menyatakan
latar belakang partai kurang mempengaruhi dalam memilih pada Pemilu 2019,
dan sebanyak 5 (5,21%) responden merasa latar belakang partai tidak
mempengaruhi sama sekali dalam memilih pada Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


72

Tabel 4.10
Jawaban responden tentang apakah dukungan partai politik terhadap
capres mempengaruhi responden dalam memilih partai tersebut
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat mempengaruhi 11 11,45
2 Mempengaruhi 77 80,21
3 Kurang mempengaruhi 5 5,22
4 Tidak mempengaruhi 3 3,12
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 6 n=96 (100%)

Berdasarkan pada data tabel 4.10, apakah dukungan partai politik


terhadap capres mempengaruhi responden dalam memilih partai tersebut
sebanyak 11 (11,45%) responden menyatakan sangat mempengaruhi.
Kemudian mayoritas responden yang berjumlah 77 (80,21%) responden
menyatakan mempengaruhi bawasannya dukungan partai politik terhadap
capres mempengaruhi responden dalam memilih partai tersebut. Hal ini
disebabkan karena peserta pilpres 2019 hanya ada 2 calon presiden dan
persaingannya sangat ketat oleh sebab itu dukungan partai terhadap calon
capres sangat mempengaruhi responden yaitu mahasiswa FISIP USU dalam
memilih partai tersebut. Selanjutnya terdapat 5 (5,22%) responden yang
menyatakan dukungan partai terhadap capres kurang mempengaruhi dalam
memilih partai tersebut. Selain itu juga terdapat 3 responden (3,12%) yang
memilih jawaban tidak mempengaruhi.

Universitas Sumatera Utara


73

Tabel 4.11
Jawaban responden tentang ketersetujuan terhadap Pemilu 2019 berjalan
dengan lancar
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat setuju 8 8,34
2 Setuju 23 23,95
3 Kurang setuju 47 48,95
4 Tidak setuju 18 18,76
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 7 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas, terdapat 8 (8,34%) responden yang


mempunyai perasaan sangat setuju Pemilu 2019 berjalan dengan lancar, lalu
sebanyak 23 (23,95%) responden menyatakan setuju Pemilu 2019 berjalan
dengan lancar. Mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan kurang
setuju Pemilu 2019 berjalan dengan lancar yaitu sebanyak 47 (48,95%)
responden. Hal ini dikarenakan banyaknya hambatan-hambatan yang di terima
oleh reponden yaitu mahasiswa FISIP USU seperti nama yang tidak terdaftar di
TPS, dan tidak mendapatkan surat undangan c6. Selanjutnya terdapat 18
(18,76%) responden yang mempunyai perasaan tidak setuju bawasannya
Pemilu 2019 berjalan dengan lancar. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
mayoritas mahasiswa dalam penelitian ini menyatakan Pemilu 2019 tidak
berjalan dengan lancar.

Universitas Sumatera Utara


74

Tabel 4.12
Jawaban responden tentang ketersetujuan terhadap Pemilu 2019 berjalan
dengan adil
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat setuju 6 6,25
2 Setuju 34 35,42
3 Kurang setuju 34 35,42
4 Tidak setuju 22 22,91
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 8 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.12 diatas, terdapat 6 (6,25%) responden yang


mempunyai perasaan sangat setuju Pemilu 2019 berjalan dengan adil, lalu
sebanyak 34 (35,42%) responden menyatakan setuju Pemilu 2019 berjalan
dengan adil. Sebanyak 34 (35,42%) responden juga menyatakan kurang setuju
bahwa Pemilu 2019 berjalan dengan adil. Presentase responden yang
menjawab setuju dan kurang setuju sama banyak akan tetapi terdapat 22
(22,91%) responden yang mempunyai perasaan tidak setuju bawasannya
Pemilu 2019 berjalan dengan adil. Maka dapat disimpulkan dari jawaban
responden yaitu mahasiswa FISIP USU bahwa Pemilu 2019 berjalan tidak adil
hal ini dikarenakan banyaknya tersebar video-video kecurangan yang terjadi
pada saat Pemilu 2019 di sosial media yang banyak di akses oleh para
mahasiswa.

Universitas Sumatera Utara


75

Tabel 4.13
Jawaban responden tentang penerimaan terhadap hasil Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat menerima 13 13,54
2 Menerima 43 44,79
3 Kurang menerima 37 38,55
4 Tidak menerima 3 3,12
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 9 n=96 (100%)

Berdasarkan pada data tabel 4.13, Penerimaan terhadap hasil Pemilu


2019 terdapat 13 (13,54%) responden menyatakan sangat menerima terhadap
hasil Pemilu 2019. Yang mana mereka dapat sangat menerima hasil Pemilu
yang telah terlaksana. Kemudian mayoritas responden memilih jawaban
menerima terhadap hasil Pemilu 2019 yaitu berjumlah 43 (44,79%) responden.
Dimana alasan mereka menerima hasil Pemilu 2019 adalah karena hasil Pemilu
2019 sampai di sidangkan ke mahkamah konstitusi dan responden mengikuti
proses persidangan terbuka dari televisi sehingga responden menerima hasil
Pemilu 2019. Selanjutnya terdapat 37 (38,55%) dan 3 (3,12%) responden yang
kurang menerima dan tidak menerima sama sekali hasil Pemilu 2019. Yang
mana mereka merasa bahwa Pemilu 2019 berjalan dengan curang dan
persidangan mahkamah konstitusi yang juga tidak adil. Dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini
menerima hasil Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


76

Tabel 4.14
Jawaban responden tentang pengetahuan perolehan suara Partai Solidaritas
Indonesia pada Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat mengetahui 2 2,08
2 Mengetahui 17 17,71
3 Kurang mengetahui 52 54,17
4 Tidak mengetahui 25 26,04
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 10 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa terdapat 2 (2,08%)


responden yang sangat mengetahui mengenai perolehan suara Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019, lalu sebanyak 17 (17,71%)
responden menyatakan mengetahui mengenai perolehan suara Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019. Kemudian terdapat 52 (54,17%)
responden yang kurang mengetahui mengenai perolehan suara Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019, yang mana mayoritas mahasiswa
yang menjadi responden kurang mengetahui perolehan suara Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 dan yang tidak mengetahui perolehan
suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 sebanyak 25 (26,04%)
responden. Dapat disimpulkan bahwa banyak mahasiswa yang kurang
mengetahui bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai perolehan suara
Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019, hal ini disebabkan banyak
mahasiswa yang kurang menyukai atau tidak mengikuti partai ini.

Universitas Sumatera Utara


77

Tabel 4.15
Jawaban responden tentang apakah mengandalkan Partai Solidaritas
Indonesia Pada Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat mengandalkan 20 20,84
2 Mengandalkan 24 25,00
3 Kurang mengandalkan 31 32,29
4 Tidak mengandalkan 21 21,87
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 11 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.15, ada sebanyak 20 (20,84%) responden


yang menyatakan bahwa sangat mengandalkan Partai Solidaritas Indonesia
pada Pemilu 2019. Sebanyak 24 (25,00%) responden mengandalkan Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019. Mereka mengatakan dengan situasi
politik Indonesia sekarang ini tampilnya partai baru memang suatu hal yang
sangat dibutuhkan. Selanjutnya mayoritas responden dalam penelitian ini
menyatakan kurang mengandalkan Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu
2019 sebanyak 31 (32,29%) responden. Sebaliknya hal ini dikarenakan mereka
meyakini bahwa tampilnya partai baru tetap saja tidak dapat memperbaiki
situasi politik Indonesia yang telah terjadi saat ini. Selain itu terdapat 21
(21,87%) responden yang menyatakan tidak mengandalkan sama sekali Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019. Mereka meyakini bahwa dengan ada
atau tidaknya partai baru, situasi politik di Indonesia juga sama saja. Dari data
diatas menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa menyatakan bahwa Partai
Solidaritas Indonesia kurang diandalkan pada Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


78

Tabel 4.16
Jawaban responden tentang kepercayaan terhadap Visi Dan Misi yang
disampaikan oleh Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat percaya 13 13,54
2 Percaya 30 31,25
3 Kurang percaya 40 41,66
4 Tidak percaya 13 13,55
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 12 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.16, sebanyak 13 (13,54%) responden dalam


penelitian ini menyatakan sangat percaya pada Visi dan Misi Partai Solidaritas
Indonesia pada Pemilu 2019. Selanjutnya terdapat 30 (31,25%) responden yang
percaya pada Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019.
Mayoritas responden menyatakan kurang percaya pada Visi dan Misi Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 sebanyak 40 (44,80%) responden. Hal
ini dikarenakan mereka masih belum yakin terhadap partai baru seperti Partai
Solidaritas Indonesia ini. Selain itu juga terdapat 13 (13,55%) responden yang
tidak percaya pada Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu
2019.

Universitas Sumatera Utara


79

Tabel 4.17
Jawaban responden tentang apakah mendukung Visi Dan Misi Partai
Solidaritas Indonesia Pada Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat mendukung 8 8,33
2 Mendukung 43 44,79
3 Kurang mendukung 30 31,25
4 Tidak mendukung 15 15,63
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 13 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.17 menunjukkan data bahwa 8 (8,33%)


responden menyatakan sangat mendukung Visi Dan Misi Partai Solidaritas
Indonesia Pada Pemilu 2019. Mayoritas responden dalam penelitian ini yang
berjumlah 43 (44,79%) responden menyatakan mendukung Visi Dan Misi
Partai Solidaritas Indonesia Pada Pemilu 2019 karena menurut mereka Visi dan
Misi Partai Solidaritas Indonesia adalah baik yang bertujuan untuk menghargai
keragaman yang ada di Indonesia. Selanjutnya ada 30 (31,25%) responden
yang menyatakan kurang mendukung Visi Dan Misi Partai Solidaritas
Indonesia Pada Pemilu 2019. Adapun responden lainnya dalam penelitian ini
yaitu 15 (15,63%) responden menyatakan tidak mendukung Visi Dan Misi
Partai Solidaritas Indonesia Pada Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


80

Tabel 4.18
Jawaban responden tentang apakah Partai Solidaritas Indonesia dapat
mempertanggungjawabkan Visi Dan Misinya setelah Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat bertanggungjawab 10 10,42
2 Bertanggungjawab 27 28,13
3 Kurang bertanggungjawab 43 44,79
4 Tidak bertanggungjawab 16 16,66
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 14 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.18, ada sebanyak 10 (10,42%) responden


yang menyatakan bahwa Partai Solidaritas Indonesia sangat bertanggungjawab
pada Visi Dan Misinya setelah Pemilu 2019. Sebanyak 27 (28,13%) responden
menyatakan bahwa Partai Solidaritas Indonesia bertanggungjawab pada Visi
Dan Misinya setelah Pemilu 2019. Selanjutnya mayoritas responden dalam
penelitian ini menyatakan bahwa Partai Solidaritas Indonesia kurang
bertanggungjawab pada Visi Dan Misinya setelah Pemilu 2019 sebanyak 43
(44,79%) responden hal ini dikarenakan responden tidak merasakan Visi dan
Misi Partai Solidaritas Indonesia tidak terealisasikan. Selain itu terdapat 16
(16,66%) responden yang menyatakan bahwa Partai Solidaritas Indonesia tidak
bertanggungjawab pada Visi Dan Misinya setelah Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


81

Tabel 4.19
Jawaban responden tentang keinginan terhadap sistem politik di Indonesia
dapat terwakilkan oleh Partai Solidaritas Indonesia
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat terwakilkan 12 12,50
2 Terwakilkan 20 20,83
3 Kurang terwakilkan 46 47,92
4 Tidak terwakilkan 18 18,75
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 15 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.19 diatas, terdapat 12 (12,50%) responden


yang mempunyai perasaan sangat terwakilkan sistem politik di Indonesia
dapat terwakilkan oleh Partai Solidaritas Indonesia, lalu sebanyak 20
(20,83%) responden beranggapan terwakilkan sistem politik di Indonesia
dapat terwakilkan oleh Partai Solidaritas Indonesia. Mayoritas responden
dalam penelitian ini menyatakan kurang terwakilkan sistem politik di
Indonesia dapat terwakilkan oleh Partai Solidaritas Indonesia yaitu sebanyak
46 (47,92%) responden. Hal ini dikarenakan banyaknya kontroversi-
kontroversi yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia sehingga
mahasiswa merasa tidak yakin terhadap partai ini. Selanjutnya terdapat 18
(18,75%) responden yang mempunyai perasaan tidak terwakilkan sistem
politik di Indonesia dapat terwakilkan oleh Partai Solidaritas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


82

Tabel 4.20
Jawaban responden tentang persetujuan bahwa Partai Solidaritas Indonesia
akan membawa perubahan pada politik Indonesia
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat setuju 12 12,50
2 Setuju 23 23,95
3 Kurang setuju 36 37,50
4 Tidak setuju 25 26,05
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 16 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.20, ada sebanyak 12 (12,50%) responden


yang menyatakan bahwa sangat setuju Bahwa partai Solidaritas Indonesia
akan membawa perubahan pada politik Indonesia. Kemudian terdapat 23
(23,95%) responden yang menyatakan setuju bahwa partai Solidaritas
Indonesia akan membawa perubahan pada politik Indonesia. Selanjutnya
mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan kurang setuju bahwa
partai Solidaritas Indonesia akan membawa perubahan pada politik Indonesia
sebanyak 36 (37,50%) responden. Mereka mengatakan dengan situasi politik
Indonesia sekarang ini ada atau tidaknya Partai Solidaritas Indonesia tidak
akan merubah apapun terhadap politik di Indonesia. Selain itu terdapat 5
(5,21%) responden yang menyatakan tidak membutuhkan. membutuhkan.
Mereka meyakini bahwa dengan ada atau tidaknya calon legislatif muda,
situasi politik di Indonesia juga sama saja.

4.2.3. Variabel Terikat (Y) Jawaban Responden Tentang popularitas


Partai Solidaritas Indonesia
Popularitas merupakan suatu keadaan dimana seseorang menyukai
atau menggemari sesuatu. Variabel Y dalam penelitian ini yaitu popularitas
Partai Solidaritas Indonesia. Pada penelitian ini terdapat 3 indikator untuk
mengetahui dan melihat popularitas Partai Solidaritas Indonesia pada 96

Universitas Sumatera Utara


83

responden yang terpilih. Adapun indikator dalam penelitian ini yaitu dikenal,
disukai dan dipilih.

Tabel 4.21
Jawaban responden tentang pengetahuan tentang Partai Solidaritas
Indonesia
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat mengetahui 4 4,17
2 Mengetahui 55 57,29
3 Kurang mengetahui 32 33,33
4 Tidak mengetahui 5 5,21
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 17 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.21 menunjukkan bahwa terdapat 4 (4,17%)


responden yang sangat mengetahui mengenai Partai Solidaritas Indonesia, lalu
sebanyak 55 (57,29%) responden menyatakan mengetahui tentang Partai
Solidaritas Indonesia. Yang mana mayoritas mahasiswa yang menjadi
responden mengetahui Partai Solidaritas Indonesia. Hal ini dikarenakan Partai
Solidaritas Indonesia gencar mengiklankan partainya melalui televisi,
spanduk, maupun sosial media agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas,
terutama mahasiswa. Kemudian terdapat 32 (33,33%) responden yang kurang
mengetahui Partai Solidaritas Indonesia dan yang tidak mengetahui Partai
Solidaritas Indonesia sebanyak 5 (5,21%) responden.

Universitas Sumatera Utara


84

Tabel 4.22
Jawaban responden tentang apakah mengenal Partai Solidaritas Indonesia
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat mengenal 9 9,38
2 Mengenal 32 33,33
3 Kurang mengenal 47 48,96
4 Tidak mengenal 8 8,33
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 18 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.22, sebanyak 9 (9,38%) responden dalam


penelitian ini menyatakan sangat mengenal Partai Solidaritas Indonesia.
Selanjutnya terdapat 32 (33,33%) responden yang mengenal Partai Solidaritas
Indonesia. Mayoritas responden menyatakan kurang mengenal Partai
Solidaritas Indonesia sebanyak 47 (48,96%) responden. Hal ini dikarenakan
mahasiswa hanya mengetahui Partai Solidaritas Indonesia dari iklan-iklan
tidak sampai mengenal partai ini, alasan mahasiswa karena mereka kurang
tertarik dengan partai ini. Selain itu juga terdapat 8 (8,33%) responden yang
tidak mengenal Partai Solidaritas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


85

Tabel 4.23
Jawaban responden tentang pengetahuan tentang kader Partai Solidaritas
Indonesia berisikan millenial
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat mengetahui 7 7,29
2 Mengetahui 50 52,09
3 Kurang mengetahui 35 36,45
4 Tidak mengetahui 4 4,17
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 19 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.23 menunjukkan bahwa terdapat 7 (7,29%)


responden yang sangat mengetahui tentang kader Partai Solidaritas Indonesia
berisikan millenial, lalu sebanyak 50 (52,09%) responden menyatakan
mengetahui tentang kader Partai Solidaritas Indonesia berisikan millenial.
Yang mana mayoritas mahasiswa yang menjadi responden mengetahui kader
Partai Solidaritas Indonesia berisikan millenial. Hal ini dikarenakan banyak
kader Partai Solidaritas Indonesia yang tampil di televisi semuanya adalah
anak muda, dan iklan-iklan dari Partai Solidaritas Indonesia menampilkan
anak-anak muda dan mempromosikan mengenai partai yang berisikan anak
muda. Kemudian terdapat 35 (36,45%) responden yang kurang mengetahui
tentang kader Partai Solidaritas Indonesia berisikan millenial dan yang tidak
mengetahui tentang kader Partai Solidaritas Indonesia berisikan millennial
sebanyak 4 (4,17%) responden.

Universitas Sumatera Utara


86

Tabel 4.24
Jawaban responden tentang persetujuan mengenai millenial dari Partai
Solidaritas Indonesia dapat dipercaya sebagai seorang pemimpin
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat setuju 10 10,42
2 Setuju 38 39,58
3 Kurang setuju 33 34,37
4 Tidak setuju 15 15,63
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 20 n=96 (100%)

Berdasarkan pada Tabel 4.24 menunjukkan bahwa terdapat 10


(10,42%) responden yang sangat setuju mengenai millenial dari Partai
Solidaritas Indonesia dapat dipercaya sebagai seorang pemimpin, lalu
sebanyak 38 (39,58%) responden menyatakan setuju mengenai millenial dari
Partai Solidaritas Indonesia dapat dipercaya sebagai seorang pemimpin. Yang
mana mayoritas mahasiswa yang menjadi responden merasa bahwa millenial
Partai Solidaritas Indonesia dapat dipercaya karena melihat performa
millennial-millenial dari Partai Solidaritas Indonesia berkompeten dan dapat
di percaya dari penampilan mereka di televisi. Kemudian terdapat 33
(34,37%) responden yang kurang setuju mengenai millenial dari Partai
Solidaritas Indonesia dapat dipercaya sebagai seorang pemimpin dan yang
tidak setuju mengenai millenial dari Partai Solidaritas Indonesia dapat
dipercaya sebagai seorang pemimpin sebanyak 15 (15,63%) responden.

Universitas Sumatera Utara


87

Tabel 4.25
Jawaban responden tentang ketertarikan pada Partai Solidaritas Indonesia
setelah Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat tertarik 9 9,38
2 Tertarik 25 26,05
3 Kurang tertarik 41 42,70
4 Tidak tertarik 21 21,87
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 21 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.25, sebanyak 9 (9,38%) responden dalam


penelitian ini menyatakan sangat tertarik pada Partai Solidaritas Indonesia
setelah Pemilu 2019. Selanjutnya terdapat 25 (26,05%) responden yang
tertarik pada Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019. Mayoritas
responden menyatakan kurang tertarik pada Partai Solidaritas Indonesia
setelah Pemilu 2019 sebanyak 41 (42,70%) responden. Hal ini dikarenakan
Partai Solidaritas Indonesia menurut mahasiswa terlalu banyak melakukan
kontroversial dalam menyatakan sikap-sikap nya terhadap politk di Indonesia.
Selain itu juga terdapat 21 (21,87%) responden yang tidak tertarik pada Partai
Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


88

Tabel 4.26
Jawaban responden tentang keaktifan dalam mengikuti perkembangan
Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat aktif 8 8,33
2 Aktif 25 26,05
3 Kurang aktif 40 41,67
4 Tidak aktif 23 23,95
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 22 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.26, sebanyak 8 (8,33%) responden dalam


penelitian ini menyatakan sangat aktif dalam mengikuti perkembangan Partai
Solidaritas Indonesia setalah Pemilu 2019. Selanjutnya terdapat 25 (26,05%)
responden yang dalam mengikuti perkembangan Partai Solidaritas Indonesia
setalah Pemilu 2019. Mayoritas responden menyatakan kurang aktif dalam
mengikuti perkembangan Partai Solidaritas Indonesia setalah Pemilu 2019
yaitu sebanyak 40 (41,67%) responden. Hal ini dikarenakan mahasiswa
kurang menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019 oleh karena
itu banyak mahasiswa yang kurang aktif dalam mengikuti perkembangan
Partai Solidaritas Indonesia. Selain itu juga terdapat 23 (23,95%) responden
yang tidak aktif dalam mengikuti perkembangan Partai Solidaritas Indonesia
setalah Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


89

Tabel 4.27
Jawaban responden tentang reaksi terhadap Partai Solidaritas Indonesia
setelah Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat positif 4 4,16
2 Positif 27 28,13
3 Kurang positif 40 41,66
4 Tidak positif 25 26,05
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 23 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.27, sebanyak 4 (4,16%) responden dalam


penelitian ini menyatakan sangat positif pada Partai Solidaritas Indonesia
setelah Pemilu 2019. Selanjutnya terdapat 27 (28,13%) responden yang
merasa positif terhadap Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.
Mayoritas responden menyatakan kurang positif pada Partai Solidaritas
Indonesia setelah Pemilu 2019 sebanyak 40 (41,66%) responden. Hal ini
dikarenakan Partai Solidaritas Indonesia menurut mahasiswa setelah Pemilu
2019 banyak berbuat kontroversi dalam menyikapi perpolitkan di Indonesia.
Selain itu juga terdapat 25 (26,05%) responden yang menyatakan tidak positif
pada Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


90

Tabel 4.28
Jawaban responden tentang pemahaman terhadap program-program yang
disampaikan oleh Partai Solidaritas Indonesia
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat memahami 6 6,25
2 Memahami 22 22,92
3 Kurang memahami 45 46,87
4 Tidak memahami 23 23,96
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 24 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.28 diatas, terdapat 6 (6,25%) responden yang


mempunyai perasaan sangat memahami tentang program-program yang
disampaikan oleh Partai Solidaritas Indonesia, lalu sebanyak 22 (22,92%)
responden beranggapan memahami program-program yang disampaikan oleh
Partai Solidaritas Indonesia. Mayoritas responden dalam penelitian ini
menyatakan kurang memahami program-program yang disampaikan oleh
Partai Solidaritas Indonesia yaitu sebanyak 45 (46,87%) responden. Hal ini
dikarenakan banyak mahasiswa yang tidak tertarik dengan Partai Solidaritas
Indonesia ini sehingga mahasiswa tidak mengikuti bahkan tidak memhami
program-program apa sajakah yang disampaikan oleh Partai Solidaritas
Indonesia. Selanjutnya terdapat 23 (23,96%) responden yang mempunyai
perasaan tidak memahami program-program yang disampaikan oleh Partai
Solidaritas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


91

Tabel 4.29
Jawaban responden tentang apakah responden masih menyukai Partai
Solidaritas Indonesia Setelah Pemilu 2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat menyukai 8 8,33
2 Menyukai 27 28,13
3 Kurang menyukai 42 43,75
4 Tidak menyukai 19 19,79
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 25 n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.29, ada sebanyak 8 (8,33%) responden yang


menyatakan bahwa sangat menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah
Pemilu 2019. Kemudian terdapat 27 (28,13%) responden yang menyatakan
menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019. Selanjutnya
mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan kurang menyukai Partai
Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019 sebanyak 42 (43,75%) responden.
Mereka mengatakan Partai Solidaritas Indonesia sering kali mengambil
keputusan yang cenderung kontroversional, sehingga mahasiswa kurang
menyukai Partai Solidaritas Indonesia. Selain itu terdapat 19 (19,79%)
responden yang menyatakan tidak menuyukai Partai Solidaritas Indonesia
setelah Pemilu 2019.

Universitas Sumatera Utara


92

Tabel 4.30
Jawaban responden tentang seberapa besar minat responden dalam
menentukan pilihan terhadap Partai Solidaritas Indonesia dalam Pemilu
2019
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat berminat 16 16,66
2 Berminat 22 22,92
3 Kurang berminat 32 33,33
4 Tidak berminat 26 27,09
Total 96 100,00
Sumber: Pertanyaan kuisioner 26 n=96 (100%)
Berdasarkan pada tabel 4.30 diatas, terdapat 16 (16,66%) responden
yang mempunyai perasaan sangat berminat dalam menentukan pilihan
terhadap Partai Solidaritas Indonesia dalam Pemilu 2019, lalu sebanyak 22
(22,92%) responden menyatakan berminat dalam menentukan pilihan
terhadap Partai Solidaritas Indonesia dalam Pemilu 2019. Mayoritas
responden dalam penelitian ini menyatakan kurang berminat dalam
menentukan pilihan terhadap Partai Solidaritas Indonesia dalam Pemilu 2019
yaitu sebanyak 32 (33,33%) responden. Hal ini dikarenakan Partai Solidaritas
Indonesia gencar melakukan promosi terhadap partai nya, akan tetapi banyak
juga melakukan sikap-sikap yang cenderung menuai kontreversi sehingga
mahasiswa kurang berminat dalam menentukan pilihan pada Partai Solidaritas
Indonesia. Selanjutnya terdapat 26 (27,09%) responden yang mempunyai
perasaan tidak berminat dalam menentukan pilihan terhadap Partai Solidaritas
Indonesia dalam Pemilu 2019. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
mayoritas mahasiswa dalam penelitian ini menyatakan kurang berminat
bahkan tidak berminat untuk memilih Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu
2019.

Universitas Sumatera Utara


93

Tabel 4.31
Jawaban responden mengenai saran untuk Partai Solidaritas Indonesia
No Positif Negatif
1 Partai Solidaritas Indonesia Partai Solidaritas Indonesia
harus mempertahankan iklan- agar tidak lagi menyatakan
iklan menarik yang telah di sikap-sikap yang kontroversi
buat
2 Partai Solidaritas Indonesia
agar lebih baik lagi dalam
menjalankan fungsi partainya

Mayoritas responden menyarankan untuk Partai Solidaritas Indonesia


agar tidak banyak lagi menyatakan sikap-sikap yang menuai kontroversi,
selain itu juga Partai Solidaritas Indonesia diharapkan lebih baik lagi dalam
menjalankan fungsi partainya. Diantara komentar yang negatif banyak juga
responden yang menyatakan bawasannya Partai Solidaritas Indonesia harus
mempertahankan iklan-iklan menarik yang telah mereka buat.

4.3. Analisis Tabel Silang


Analisis tabel silang adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
menganalisis dan bisa mengetahui ada nya hubungan antara variabel, dimana
akan memperlihatkan apakah variabel tersebut bersifat positif ataupun
negative. Melakukan analisis tabel silang bukan menjadi penentu utana untuk
melihat bagaimana peniolaian data satu sama lain. Peneliti membuat dua
variabel untuk mengetahui sejauh mana tingkat toleran pada masing-masing
variabel.
Adapun variabel yang disusun ialah:

Universitas Sumatera Utara


94

Tabel 4.32
Pengetahuan mengenai partai apa sajakah yang mengikuti Pemilu 2019
Terhadap Pengetahuan tentang Partai Solidaritas indonesia

Pengetahuan tentang Partai Solidaritas indonesia

Tidak Kurang Sangat Total


Mengetahui
Mengetahui Mengetahui Mengetahui

Tidak
2 7 9 3 21
Pengetahuan Mengetahui
mengenai
Kurang
partai apa 2 12 17 1 32
Mengetahui
sajakah
yang Mengetahui 0 11 21 0 32
mengikuti
Pemilu 2019 Sangat
1 2 8 0 11
Mengetahui

Total 5 32 55 4 96

Pada tabel 4.32 memperlihatkan Pengetahuan mengenai partai apa


sajakah yang mengikuti Pemilu 2019 Terhadap Pengetahuan tentang Partai
Solidaritas indonesia. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 96 responden
terdapat 2 responden yang tidak mengetahui tentang partai apa sajakah yang
mengikuti Pemilu dan tidak mengetahui Partai Solidaritas Indonesia.
Selanjutnya terdapat 7 responden yang tidak mengetahui partai apa saja yang
mengikuti Pemilu dan kurang mengetahui mengenai partai solidaritas
Indonesia. Kemudian terdapat 9 responden yang tidak mengetahui partai apa
saja yang mengikuti pemilu 2019 tetapi mengetahui tentang partai solidaritas
Indonesia. Terakhir terdapat 3 responden yang tidak mengetahui tentang partai
yang mengikuti pemilu tetapi sangat mengetahui tentang partai solidaritas
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


95

2 responden yang kurang mengetahui tentang partai apa sajakah yang


mengikuti Pemilu dan tidak mengetahui Partai Solidaritas Indonesia.
Selanjutnya terdapat 12 responden yang kurang mengetahui partai apa saja
yang mengikuti Pemilu dan kurang mengetahui mengenai partai solidaritas
Indonesia. Kemudian terdapat 17 responden yang kurang mengetahui partai
apa saja yang mengikuti pemilu 2019 tetapi mengetahui tentang partai
solidaritas Indonesia. Terakhir terdapat 1 responden yang kurang mengetahui
tentang partai yang mengikuti pemilu tetapi sangat mengetahui tentang partai
solidaritas Indonesia.

Selanjutnya terdapat 0 responden yang mengetahui tentang partai apa


sajakah yang mengikuti Pemilu dan tidak mengetahui Partai Solidaritas
Indonesia. 11 responden yang mengetahui partai apa saja yang mengikuti
Pemilu tetapi kurang mengetahui mengenai partai solidaritas Indonesia.
Kemudian 21 responden yang mengetahui partai apa saja yang mengikuti
pemilu 2019 dan mengetahui tentang partai solidaritas Indonesia. Terakhir
terdapat 0 responden yang mengetahui tentang partai yang mengikuti pemilu
dan sangat mengetahui tentang partai solidaritas Indonesia.

Kemudian terdapat 1 responden yang sangat mengetahui tentang partai


apa sajakah yang mengikuti Pemilu dan tidak mengetahui Partai Solidaritas
Indonesia. 2 responden yang sangat mengetahui partai apa saja yang
mengikuti Pemilu tetapi kurang mengetahui mengenai partai solidaritas
Indonesia. Lalu 8 responden yang sangat mengetahui partai apa saja yang
mengikuti pemilu 2019 dan mengetahui tentang partai solidaritas Indonesia.
Terakhir 0 responden yang sangat mengetahui tentang partai yang mengikuti
pemilu dan sangat mengetahui tentang partai solidaritas Indonesia.

Bisa disimpulkan dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa


mayoritas responden menyatakan kurang mengetahui tentang partai yang
mengikuti pemilu 2019 tetapi mengetahui partai solidaritas indonesia.

Universitas Sumatera Utara


96

Tabel 4.33
Pengetahuan mengenai perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada
Pemilu 2019 Terhadap kesukaan terhadap Partai Solidaritas Indonesia
setelah Pemilu 2019
Kesukaan terhadap Partai Solidaritas Indonesia
setalah Pemilu 2019
Total
Tidak Kurang Sangat
Menyukai
Menyukai Menyukai Menyukai

Tidak
Pengetahuan 7 7 7 4 25
Mengetahui
mengenai
perolehan Kurang
8 28 14 2 52
suara Partai Mengetahui
Solidaritas
Indonesia Mengetahui 4 6 5 2 17

pada Pemilu
Sangat
2019 0 1 1 0 2
Mengetahui

Total 19 42 27 8 96

Pada tabel 4.33 memperlihatkan Pengetahuan mengenai perolehan


suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 Terhadap Kesukaan
terhadap Partai Solidaritas Indonesia setalah Pemilu 2019. Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat dari 96 responden terdapat 7 responden yang tidak
mengetahui tentang perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu
2019 dan tidak menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.
Selanjutnya terdapat 7 responden yang tidak mengetahui tentang perolehan
suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 dan kurang menyukai
Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019. Kemudian terdapat 7
responden yang tidak mengetahui tentang perolehan suara Partai Solidaritas
Indonesia pada Pemilu 2019 tetapi menyukai Partai Solidaritas Indonesia

Universitas Sumatera Utara


97

setelah Pemilu 2019. Terakhir terdapat 4 responden yang tidak mengetahui


tentang perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 tetapi
sangat menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.
8 responden yang kurang mengetahui tentang perolehan suara Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 dan tidak menyukai Partai Solidaritas
Indonesia setelah Pemilu 2019. Selanjutnya terdapat 28 responden yang
kurang mengetahui tentang perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada
Pemilu 2019 dan kurang menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu
2019. Kemudian terdapat 14 responden yang kurang mengetahui tentang
perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 tetapi
menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019. Terakhir terdapat
2 responden yang kurang mengetahui tentang perolehan suara Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 tetapi sangat menyukai Partai
Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.
Selanjutnya terdapat 4 responden yang mengetahui tentang perolehan
suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 tetapi tidak menyukai
Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019. 6 responden yang
mengetahui tentang perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu
2019 tetapi kurang menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu
2019. Kemudian 5 responden yang mengetahui tentang perolehan suara Partai
Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 dan menyukai Partai Solidaritas
Indonesia setelah Pemilu 2019. Terakhir terdapat 2 responden yang
mengetahui tentang perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu
2019 dan sangat menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.
Kemudian terdapat 0 responden yang sangat mengetahui tentang
perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 tetapi tidak
menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019. 1 responden yang
sangat mengetahui tentang perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada
Pemilu 2019 tetapi kurang menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah
Pemilu 2019. Lalu 1 responden yang sangat mengetahui tentang perolehan
suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 dan menyukai Partai
Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019. Terakhir 0 responden yang sangat

Universitas Sumatera Utara


98

mengetahui tentang perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu


2019 dan sangat menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah Pemilu 2019.
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan kurang
mengetahui mengenai perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia pada
Pemilu 2019 dan kurang menyukai Partai Solidaritas Indonesia setalah Pemilu
2019.

4.4. Uji Hipotesis


Uji hipotesis merupakan pengujian data statistic untuk bisa
memperlihatkan data hipotesis ya diajukan dapat diterima atau tidak. Uji
hipotesis bisa dilakukan setelah mendapatkan hasil dari tabel tunggal dan tabel
silang. Hipotesis dalam ppenelitian ini meliputi variable (X) hasil Pemilu 2019
dan variabel (Y) popularitas Partai Solidaritas Indonesia. Hipotesis ini
menggunakan analisis dari Sprearman menggunkan SPSS 22. Hasil yang di
peroleh sebagai berikut:

Tabel 4.34
Hasil Uji Hipotesis
Correlations

skorx skory

Spearman's rho skorx Correlation Coefficient 1,000 ,251*

Sig. (2-tailed) . ,014

N 96 96
*
skory Correlation Coefficient ,251 1,000

Sig. (2-tailed) ,014 .

N 96 96

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel di atas, Ho ditolak jika


nilai <0,05. Nilai signifikasi dari tabel di atas adalah 0,014 maka < 0,05 Ho
ditolak. Dengan begitu Ha diterima, maka terdapat hubungan antara hasil
pemilu 2019 terhadap popularitas Partai Solidaritas Indonesia dikalangan

Universitas Sumatera Utara


99

mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatrea


Utara.
Untuk melihat tinggi rendahnya korelasi (derajat hubungan) digunakan
skala Guilford atau koefisien asosiasi, sebagai berikut (Kriyantono, 2006:
169):

<0,20 : hubungan rendah sekali


0,20 – 0,40 : hubungan rendah tapi pasti
0,41 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,91 : hubungan yang tinggi
> 0,91 : hubungan yang sangat tinggi

Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel diatas, dapat


diketahui besar korelasi koefisien Spearman (rho) adalah 0,251. Dengan
menggunakan skala Guilford. hasil 0,251 menunjukkan hubungan rendah
tapi pasti. Signifikansi hasil korelasi dapat dilihat berdasarkan perbandingan
nilai probabilitas dan tanda */** (flag of significant) diberikan SPSS
Statistic 22. Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak, jika probabilitas <
0,05 maka Ha diterima.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil uji
hipotesis hasil pemilu 2019 terhadap popularitas Partai Solidaritas Indonesia
pada kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dengan nilai 0,251. Signifikasi korelasi
diketahui dari probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 ( 0,014 < 0,05 ) dan
adanya tanda ** / * ( flag of significant ) yang diberikan SPSS 22 yang
menunjukan hasil signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis penelitian ini diterima dan hubungannya signifikan. Hal ini
menunjukan bahwa hasil Pemilu 2019 mempengaruhi popularitas Partai
Solidaritas Indoneisa pada kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
hasil Pemilu 2019 dengan popularitas Partai solidaritas Indonesia pada

Universitas Sumatera Utara


100

kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas


Sumatera Utara, maka digunakan rumus determinasi. Adapun rumusnya
sebagai berikut:

Kp = (Rs) 2 x 100%

Dari hasil uji hipotesis variabel X dan Y di dapatkan nilai r = 0,251


maka dengan menggunakan rumus Kp di atas dapat diperoleh hasil sebagai
berikut:

Kp = (Rs) 2 x 100%
= (0,251) 2 x 100%
= 0,063001 x 100%
= 6,3001 %
=6%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X


terhadap Y dalam penelitian ini adalah sebesar 6,3001 % dibulatkan menjadi 6
%. Hal ini berarti Ha diterima. Dengan begitu Ho ditolak. Maka terdapat
pengaruh sebesar 6% antara hasil Pemilu 2019 terhadap popularitas Partai
Solidaritas Indonesia pada kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4.5. Pembahasan
Setelah melakukan serangkaian panjang dalam penelitian mengenai
hubungan antara pengaruh hasil Pemilu 2019 terhadap popularitas Partai
Solidaritas Indonesia dikalangan mahasiswa FISIP USU, dapat di lihat dan di
cermati bagaimana tanggapan dan pandangan responden terhadap fenomena
yang di teliti dimana hasil uji hipotesis dari penelitian ini menunjukan Ha
diterima dengan arti adanya hubungan antara hasil Pemilu 2019 dengan
popularitas Partai Solidaritas Indonesia di kalangan mahasiswa FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


101

Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
yang dilaksanakan secara langsung, umum , bebas , rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemilu merupakan cara dalam
sistem demokrasi suatu negara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan
duduk dilembaga perwakilan rakyat, serta salah satu bentuk pemenuhan hak
asasi warga negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung.
Pemilihan umum disebut juga dengan “political market” artinya pemilihan
umum adalah pasar politik tempat individu atau masyarakat berinteraksi untuk
melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan
umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat).
Pada Pemilu 2019 Partai Solidaritas Indoensia hanya mendapatkan
suara yang tidak sampai 2%. Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan hal
inilah yang menyebabkan Partai Solidaritas Indonesia tidak populer lagi di
kalangan mahasiswa FISIP USU.
Pada penelitian ini yang menjadi variabel (Y) adalah popularitas partai.
Popularitas yang berarti umum atau banyak disukai. Beberapa sumber
menyebutkan bahwa popularitas berarti disukai oleh orang banyak,
diperhatikan, dan dihargai. Berikut beberapa faktor popularitas pada penelitian
ini:
1. Dikenal
Pada aspek dikenal mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara yang menjadi responden dalam
penelitian ini menyatakan mengenal Partai Solidaritas Indonesia sebanyak
57% atau setara dengan 55 responden.
2. Disukai
Pada aspek disukai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dalam penelitian ini menyatakan 43% kurang
menyukai Partai Solidaritas Indonesia. Mahasiswa yang menjadi
responden dalam penelitian sebanyak 41 responden menyatakan kurang
menyukai Partai Solidaritas Indonesia karena banyak menuai kontroversi

Universitas Sumatera Utara


102

3. Dipilih
Pada aspek dipilih mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara yang menjadi responden dalam
penelitian ini menyatakan kurang berminat dalam menentukan pilihan
pada Pratai Solidaritas Indonesia sebanyak 33% atau setara dengan 32
responden. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi
responden dalam penelitian kurang menyukai Partai Solidaritas Indonesia.

Berdasarkan pengolahan data melalui SPSS 22 angka signifikasi


menunjukkan nilai 0,014 yang berarti nilai signifikan <0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh hasil Pemilu
2019 terhadap popularitas Partai Solidaritsa Indonesia di kalangan mahasiswa
FISIP USU. Hasil uji kekuatan pengaruh adalah sebesar 6% yang berarti
terdapat hubungan rendah tapi pasti antara pengaruh hasil Pemilu 2019
terhadap popularitas Partai Solidaritas Indonesia di kalangan mahasiswa FISIP
USU.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian berjudul pengaruh hasil Pemilu 2019 terhadap


Popularitas Partai Solidaritas Indonesia pada kalangan mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Maka didapat hasil
setelah melakukan analisis data melalui tahap tabel tunggal, analisis tabel
silang dan pengujian hipotesis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil perolehan suara partai Solidaritas Indonesia pada Pemilu 2019 yang
tidak sampai 2% mempengaruhi popularitas Partai Solidaritas Indonesia
walaupun kecil pada kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan Partai
Solidaritas Indonesia tidak lagi popular setalah Pemilu 2019 dikalangan
mahasiswa FISIP USU.
2. pengaruh hasil Pemilu 2019 terhadap Popularitas Partai Solidaritas
Indonesia pada kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara. Melalui rumus kekuatan pengaruh (KP)
pengaruh variabel (X) terhadap variabel (Y) sebesar 6,3001 dan
dibulatkan menjadi enam persen dapat disimpulkan kekuatan dari hasil
Pemilu 2019 adalah enam persen dalam mempengaruhi popularitas Partai
Solidaritas Indonesia pada kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, peneliti menerima masukan yang bisa


diterapkan untuk kedepannya. Saran diharapkan menjadi masukan positif dan
membangun. Adapun saran yang tersebut sebagai berikut:

102 Universitas Sumatera Utara


103

5.2.1. Saran Dari Responden Penelitian

Berdasarkan dari hasil di lapangan, peneliti menerima masukan dari


para responden yang mengatakan Partai Solidaritas Indonesia seharusnya tidak
banyak menyatakan sikap-sikap yang menuai kontroversional.

5.2.2. Saran Dalam Kaitan Akademis

Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa menambah sumbangsi ilmu


dalam bidang komunikasi dan diharapkan juga kepada mahasiswa bidang ilmu
komunikasi bisa melanjutkan penelitian sejenis menggunakan sudut pandang
yang berbeda. Semakin banyak penelitian yang berbeda maka semakin banyak
referensi hasil penelitian yang dapat memperkaya khasanah di bidang ilmu
komunikasi.

5.2.3 Saran Dalam Kaitan Praktis

Penelitian ini menggunakan studi korelasional kuantitatif yaitu melihat


hubungan antara dua variabel yang berbeda. Pada penelitian dengan pengaruh
hasip Pemilu 2019 terhadap popularitas Partai Solidaritas Indonesia pada
kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Terdapat pengaruh antara variabel X dan variabel Y. Adanya
pengaruh dalam penelitian ini diharapkan kedepannya Partai Solidaritas
Indonesia dapat meningkatkan kembali popularitasnya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR REFERENSI

Buku :

Ardianto, Elvinaro. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa


Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi.


Jakarta: Rineka Apta.

Budiarjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Bungin, Burhan. (2001). Metode Pelitian Social, Surabaya: Airlangga University Press.

Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.

Effendy, Onong Uchyana. (2011). Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakteknya. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Emzir. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT


Raja Grafindo Pergoda.

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Prantek Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Firmanzah. (2008). Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Firmanzah, (2012). Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. (2008). How to Design and Evaluate research in
Education. New York: McGraw-Hill

Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: UNDIP.

Huntington, Samuel P. (1995). Gelombang demokratisasi ketiga, Jakarta: PT Intermasa.


Kansil, CST. (2000). Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.

Kriyantono, Rahmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: PT.Kencana


Perdana.

Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik praktis riset komunikasi: disertai contoh praktis
riset media, public relation, advertising, komunikasi organisasi, komunikasi
pemasaran. Jakarta: Kencana.

Nawawi, Hadari. (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Nursal, Adman. (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Prihatmoko, J. Joko. (2003). Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang:


LP2I.

Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rusda Karya.

Rush, Michael dan Althoff, Philip. (2008). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali
Press.

Sarwono, Jonathan. (2010). Pintar Menulis Karya Ilmiah-Kunci Sukses dalam Menulis
Ilmiah. Yogyakarta: Andi.

Schumpeter, Joseph A. (2013). Capitalism, Socialism and Democracy. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (2004). Metode Penelitian Survei, Jakarta:
LP3ES.

Singarimbun, Masri. (2011). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sitinjak, Tumpal JR dan Sugiarto. (2006). LISREL. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. (2010). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Zulganef. (2006). Pemodelan Persamaan Struktural & Aplikasinya Menggunakan


Amos 5. Bandung: Pustaka.

Skripsi :

Andarwati. (2018). Hubungan antara Menonton Iklan Partai Perindo di Televisi dan
Popularitas Partai Perindo di Kalangan Mahasiswa UNHAS. Makassar,
Universitas Hasanuddin.

Website :

http://dirdosen.usu.ac.id/

http://dirmahasiswa.usu.ac.id/

http://fisip.usu.ac.id/

https://psi.id/

https://www.kompasiana.com/sukmasih11076/5c7802066ddcae30d62d13a6/menilik-
tentang-psi?page=all
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH HASIL PEMILIHAN UMUM (PEMILU) 2019


TERHADAP POPULARITAS PARTAI SOLIDARITAS
INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA-MAHASISWI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomor Responden

Petunjuk Pengisian Kuesioner:


1. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan benar dan jujur.
2. Berikan tanda (X) atau lingkaran pada jawaban yang paling benar
3. Nomor Responden dan kotak kode yang ada disebelah kanan mohon untuk
tidak diisi.
4. Terimakasih atas kesediaan waktu dan jawabannya.
5. Selamat menjawab.

I. Identitas Responden

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita
Angkatan :
Jurusan :
II. Independen Variabel
1. Seberapa aktif anda mengikuti informasi tentang Pemilu 2019 ?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif

2. Apakah anda mengetahui hasil Pemilu 2019 ?


a. Sangat mengetahui
b. Mengetahui
c. Kurang mengetahui
d. Tidak mengetahui

3. Apakah anda mengikuti proses Pemilu 2019 ?


a. Sangat mengikuti
b. Mengikuti
c. Kurang mengikuti
d. Tidak mengikuti

4. Apakah anda mengetahui partai apa sajakah yang mengikuti


Pemilu 2019?
a. Sangat mengetahui
b. Mengetahui
c. Kurang mengetahui
d. Tidak mengetahui

5. Apakah latar belakang partai akan mempengaruhi anda dalam


memilih pada pemilu 2019?
a. Sangat mempengaruhi
b. Mempengaruhi
c. Kurang mempengaruhi
d. Tidak mempengaruhi
6. Apakah dukungan partai politik terhadap capres mempengeruhi
anda untuk memilih partai tersebut?
a. Sangat mempengaruhi
b. Mempengaruhi
c. Kurang mempengaruhi
d. Tidak mempengaruhi

7. Apakah anda setuju Pemilu 2019 berjalan dengan lancar?


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

8. Apakah anda setuju pemilu 2019 berjalan dengan adil?


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

9. Apakah anda menerima hasil pemilu 2019?


a. Sangat menerima
b. Menerima
c. Kurang menerima
d. Tidak menerima

10. Apakah anda mengetahui perolehan suara Partai Solidaritas


Indonesia pada pemilu 2019?
a. Sangat mengetahui
b. Mengetahui
c. Kurang mengetahui
d. Tidak mengetahui
11. Apakah anda mengandalkan Partai Solidaritas Indonesia pada
pemilu 2019?
a. Sangat mengandalkan
b. Mengandalkan
c. Kurang mengandalkan
d. Tidak mengandalkan

12. Apakah anda percaya terhadap visi dan misi yang disampaikan
oleh Partai Solidaritas Indonesia pada pemilu 2019?
a. Sangat percaya
b. Percaya
c. Kurang percaya
d. Tidak percaya

13. Apakah anda mendukung visi dan misi Partai Solidaritas


Indonesia pada pemilu 2019?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Kurang mendukung
d. Tidak mendukung

14. Apakah menurut anda Partai Solidaritas Indonesia dapat


mempertanggungjawabkan visi dan misi nya setelah pemilu
2019?
a. Sangat bertanggungjawab
b. Bertanggungjawab
c. Kurang bertanggungjawab
d. Tidak bertanggungjawab

15. Apakah yang anda inginkan terhadap sistem politik di Indonesia


dapat terwakilkan oleh Partai Solidaritas Indonesia?
a. Sangat terwakilkan
b. Terwakilkan
c. Kurang terwakilkan
d. Tidak terwakilkan

16. Apakah anda setuju bahwa Partai Solidaritas Indonesia akan


membawa perubahan pada politik Indonesia?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

III. Dependen Variabel

17. Apakah anda mengetahui Partai Solidaritas Indonesia?


a. Sangat mengetahui
b. Mengetahui
c. Kurang mengetahui
d. Tidak mengetahui

18. Apakah anda mengenal Partai Solidaritas Indonesia?


a. Sangat mengenal
b. Mengenal
c. Kurang mengenal
d. Tidak mengenal

19. Apakah anda mengetahui bahwa kader Partai Solidaritas


Indonesia berisikan millenial?
a. Sangat mengetahui
b. Mengetahui
c. Kurang mengetahui
d. Tidak mengetahui
20. Apakah anda setuju millenial dari Partai Solidaritas Indonesia
dapat dipercaya sebagai seorang pemimpin?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

21. Apakah anda masih tertarik pada Partai Solidaritas Indonesia


setelah pemilu 2019?
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Kurang tertarik
d. Tidak tertarik

22. Apakah anda aktif mengikuti perkembangan Partai Solidaritas


Indonesia setelah pemilu 2019?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif

23. Bagaimana reaksi anda terhadap Partai Solidaritas Indonesia


setelah pemilu 2019?
a. Sangat positif
b. Positif
c. Kurang positif
d. Tidak positif

24. Apakah anda memahami program-program yang disampaikan oleh


Partai Solidaritas Indonesia?
a. Sangat memahami
b. Memahami
c. Kurang memahami
d. Tidak memahami

25.Apakah anda menyukai Partai Solidaritas Indonesia setelah pemilu


2019?
a. Sangat menyukai
b. Menyukai
c. Kurang menyukai
d. Tidak menyukai

26. Seberapa besar minat anda dalam menentukan pilihan terhadap


Partai Solidaritas Indonesia dalam Pemilu 2019?
a. Sangat berminat
b. Berminat
c. Kurang berminat
d. Tidak berminat

27. Saran anda untuk Partai Solidaritas Indonesia


Saran:
Tabel Foltron Cobol
Karakteristik
No responden Variabel X (Persepsi Mahasiswa) Variabel Y(Minat Memilih)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 1 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 2 1 1 1 2 2 3 1 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1
2 3 1 1 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2
3 4 1 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2
4 3 2 2 1 3 2 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
5 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2
6 4 1 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 2 3
7 1 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 2
8 1 1 2 2 3 2 3 3 2 4 2 1 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1
9 4 2 1 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 1 2 2 1 2
10 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2
11 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 1
12 3 2 2 4 3 3 2 2 3 3 1 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 1 2 1 2 3 3 3 2 2
13 4 2 1 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 4 4 3 2 3 3 2 2 2 1 1 2 3 3
14 4 2 3 5 4 4 3 3 2 3 1 2 3 2 2 1 2 3 4 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 3
15 3 1 1 6 4 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 1 1 3 3 2 2 1 1 1 2 2 3
16 4 1 2 4 2 3 2 3 2 3 1 3 4 3 2 1 2 3 4 3 3 4 3 2 1 2 2 1 1 2
17 3 1 1 7 4 3 2 2 2 3 2 3 4 3 2 1 1 2 3 3 3 2 1 2 3 4 3 3 2 1
18 2 1 1 4 3 3 2 1 2 3 4 3 3 2 1 1 2 3 4 3 3 4 3 3 2 1 2 2 1 1
19 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 1 1 3 3 4 3 2 1 2 3 3 3 2 3 2 1 1 2 3 4
20 2 1 1 3 4 3 2 1 4 3 3 3 4 2 4 1 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 2 1
21 2 2 3 5 1 2 2 3 3 4 4 3 2 1 1 2 3 4 4 4 3 1 1 2 2 3 3 4 4 4
22 3 2 2 7 4 4 3 3 3 2 2 1 3 2 2 3 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1
23 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 4 3 2 1 1 2 3 3 3 2 2 1 1 1 2 3
24 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 4 4 3 2 2 1 2 3 3 4 4 3 2 1 1 2
25 1 2 3 5 2 3 4 3 2 3 2 1 2 3 4 3 3 2 2 1 3 1 2 2 3 4 4 3 2 1
26 3 1 3 3 3 3 4 3 2 3 1 2 3 1 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3
27 1 2 1 2 4 4 3 2 3 3 1 2 2 3 4 4 3 3 2 1 3 4 4 3 3 2 2 1 1 1
28 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 4 3 1 1 2 3 3 4 4 3 3 2 1 1 2 2
29 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 4 3 2 2 1 1 2 3 4 2 2 2 1 2 3 3 2 3 4
30 2 1 3 3 3 3 4 4 2 3 1 1 2 2 3 4 3 2 2 1 3 2 2 3 4 3 3 2 2 1
31 3 1 3 1 2 3 2 1 1 3 4 3 2 1 2 2 3 4 3 3 3 3 2 2 1 1 2 3 4 4
32 4 2 3 3 1 2 2 2 2 3 4 4 3 2 1 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 1 2 3 4
33 2 2 1 5 4 4 3 3 3 3 1 1 1 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 3 4
34 3 2 1 4 2 2 3 4 4 4 3 3 2 1 1 2 3 4 3 4 3 3 2 2 1 1 2 3 4 4
35 2 2 3 5 2 2 3 4 4 4 3 3 3 1 2 2 3 4 3 2 2 3 4 3 2 2 1 2 3 4
36 3 2 3 6 3 3 2 2 1 3 3 4 4 3 3 2 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3
37 2 1 2 4 3 3 4 4 2 3 3 2 2 1 1 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 2 1 1 2
38 2 1 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 1 2 3 3 4 3 3 2 2 1 2 3
39 3 1 3 3 2 4 3 4 4 3 2 1 3 2 3 4 4 3 2 1 3 2 3 3 4 4 3 2 2 1
40 4 2 2 2 2 3 3 3 2 4 3 2 2 1 1 2 3 3 2 2 3 2 3 4 4 3 2 1 2 3
41 3 1 3 6 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 2 1 1 2
42 4 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 2 3 4 3 3 2 1 1 3 2 3 4 3 2 1 2 3 4
43 2 1 1 2 2 3 3 3 4 3 2 1 2 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 2 2 1
44 3 1 2 2 1 2 2 2 3 3 4 4 4 1 3 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 1
45 2 2 3 5 2 2 3 4 3 3 2 1 2 3 3 4 3 3 2 1 2 3 3 4 3 2 2 1 2 3
46 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 1 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 1 1 2 2
47 2 2 2 6 2 2 1 1 2 3 3 4 3 1 2 2 1 2 3 4 4 4 3 3 2 2 1 2 3 4
48 3 1 1 2 2 2 3 4 4 3 3 2 2 1 1 2 3 3 4 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2
49 4 1 3 5 2 2 3 4 4 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 4 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2
50 2 1 1 7 2 2 1 1 3 3 4 3 2 2 1 1 2 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 2 3
51 1 2 3 1 3 3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 4 4 3 3
52 3 1 2 6 2 2 2 1 2 3 3 4 4 3 3 2 1 2 3 4 4 4 3 3 2 2 1 2 3 3
53 2 1 2 6 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 3 2 2 1 1 2 3 4 4 3 3 2 2 2 1 1
54 1 2 3 7 3 3 2 2 2 3 1 2 3 2 4 3 3 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 2 3 4
55 3 1 1 2 3 3 4 4 2 3 2 1 3 2 3 4 4 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 2 2 1
56 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 1 2 3 1 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1
57 2 2 2 7 3 3 2 2 2 3 1 2 2 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2
58 3 1 2 4 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 1
59 2 1 1 5 2 2 3 3 4 4 4 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 3 2 2 1 1 1 2 3
60 3 2 2 4 3 3 3 4 4 3 2 2 2 1 1 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 1
61 1 1 2 6 2 4 2 2 3 3 2 2 3 1 1 2 2 3 3 4 3 2 3 2 1 1 2 3 4 3
62 3 1 3 7 3 2 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1
63 2 1 3 1 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 3 2 2 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 1 1
64 3 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2
65 4 2 2 3 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 1 1 2 3
66 2 1 3 4 4 4 3 3 3 1 2 1 3 2 2 3 3 2 2 1 2 1 3 2 3 3 2 2 2 1
67 4 2 1 5 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 4 4
68 4 1 1 6 3 1 3 2 2 3 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
69 4 1 1 5 3 3 2 2 2 3 1 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 3 4 4 3
70 1 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 2 3 2 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2
71 4 1 1 3 2 2 2 3 3 3 2 1 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 4
72 2 1 3 7 3 3 2 2 3 3 1 1 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 2
73 3 1 1 2 2 2 2 1 1 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2 3 3 4 3 2 2 2
74 4 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 3 1 2 3 3 4 4 3
75 2 1 3 3 2 3 1 1 2 1 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 1 1 2 3
76 4 1 2 5 2 3 3 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 2 1 2 3 2 1 1 2 3 3 4 4
77 4 2 1 6 2 3 2 1 2 3 2 3 4 2 3 3 2 2 1 1 2 3 2 1 1 2 2 3 3 4
78 2 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2
79 4 1 2 3 2 3 2 1 4 3 3 3 4 2 3 2 2 1 1 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 2
80 3 1 2 1 2 3 2 1 4 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 1
81 4 1 3 6 2 3 2 1 1 3 2 2 3 2 4 4 4 3 3 2 2 1 1 3 3 2 2 1 1 1
82 2 2 2 4 2 3 3 4 3 3 2 2 2 4 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 1 2 3 2
83 4 1 1 1 2 3 1 1 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 1 1 3 2 3 1 1 2 2 3 3 2
84 3 1 2 5 2 3 2 1 4 2 3 3 4 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 3 4
85 1 2 1 7 2 3 2 3 3 4 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2
86 4 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 1 3 1 2 3 3 4 4 4 3 3 3 2 1 1 2 2 3 3
87 3 1 2 7 2 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 3 3 2
88 3 2 3 6 2 2 2 3 3 3 2 1 1 1 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2
89 4 1 2 5 2 2 1 1 4 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 3 3 4 3 2
90 1 1 2 7 2 2 4 3 3 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 4 3 3 2 2 1
91 4 2 2 5 2 2 3 3 3 3 1 1 2 2 3 2 1 1 2 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2
92 4 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1
93 1 1 2 6 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2
94 3 1 1 5 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 3 1 2 3 3 2 1 2
95 4 2 2 1 3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 2 1 1
96 3 1 1 5 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 1 1 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2
UJI SPEARMAN RHO

Correlations

skorx skory

Spearman's rho skorx Correlation Coefficient


1,000 ,251*

Sig. (2-tailed)
. ,014

N
96 96

skory Correlation Coefficient


,251* 1,000

Sig. (2-tailed)
,014 .

N
96 96

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Biodata Penulis

Data pribadi

Nama : Yudhistira S. Virgiawan

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Binjai, 30 Agustus 1997

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Jaya Komplek Griya Karya Jaya No. 4

Nomor telepon : 08116141818

E-mail : odis.sandy@gmail.com

Pendidikan formal

2004-2009 : SDN 02 Cipinang Cempedak Jakarta Timur

2009-2012 : SMP Harapan 3 Medan

2012-2015 : SMA Harapan 3 Medan

2015 : S1 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai