Anda di halaman 1dari 123

HUBUNGAN LABELISASI HALAL DENGAN KEPUTUSAN

PEMBELIAN PRODUK ROTI MEREK BREADLIFE PADA


MAHASISWA UKMI AS-SIYASAH FISIP USU

SKRIPSI

RAMA ANDHIKA PRASETYA


150904078

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN LABELISASI HALAL DENGAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN PRODUK ROTI MEREK BREADLIFE PADA
MAHASISWA UKMI AS-SIYASAH FISIP USU

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

RAMA ANDHIKA PRASETYA


150904078

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini ditujukan untuk diseminar hasilkan oleh:

Nama : Rama Andhika Prasetya

NIM : 150904078

Judul : HUBUNGAN LABELISASI HALAL DENGAN KEPUTUSAN


PEMBELIAN PRODUK ROTI MEREK BREADLIFE PADA
MAHASISWA UKMI AS-SIYASAH FISIP USU

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Drs. Safrin, M.Si Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D


NIP. 196110011987011001 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU

Dr. Muryanto Amin,S.Sos., M.Si


NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Rama Andhika Prasetya
NIM : 150904078
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : HUBUNGAN LABELISASI HALAL DENGAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN PRODUK ROTI MEREK BREADLIFE PADA
MAHASISWA UKMI AS-SIYASAH FISIP USU

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

KetuaPenguji : ____________________________ ( )
NIP.

Penguji : ____________________________ ( )
NIP.
Penguji Utama : ____________________________ ( )
NIP.

Ditetapkan di : Medan
Tanggal :

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di

kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Rama Andhika Prasetya

NIM : 150904078

Tanda Tangan :

Tanggal :

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas Akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertandatangan


di bawah ini:

Nama : Rama Andhika Prasetya

NIM : 150904078

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : IlmuSosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekseklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“HUBUNGAN LABELISASI HALAL DENGAN KEPUTUSAN


PEMBELIAN PRODUK ROTI MEREK BREADLIFE PADA
MAHASISWA UKMI AS-SIYASAH FISIP USU”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir Saya tanpa menerima izin dari Saya selama
tetap memcantumkan nama Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Universitas Sumatera Utara


Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 18 Maret 2019

Yang Menyatakan

(Rama Andhika Prasetya)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Hubungan Labelisasi Halal dengan Keputusan Pembelian
Produk Roti Merek Breadlife pada Mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU.
Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
tercinta yaitu Ayah Kresnawan Sasmita Putra dan Ibu Yenny Hamdan Pulungan
serta Abang Raka Prathama Kresnadimaja dan Adik Rahadiyan Kresna Pranajaya
sebab berkat doa dan dukungan baik material dan mori yang diberikan mereka
selama menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara lah penelit
termotivasi dan dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan baik.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat


menyelesaikan studi dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata
Satu pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Dalam proses penyelesaian skripsi
tentu saja peneliti mengalami berbagai kendala yang menyulitkan peneliti untuk
menyelesaikan skripsi. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu kurangnya
pengalaman dan pemahaman peneliti dalam penulisan skripsi serta terbatasnya
waktu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Meskipun begitu, seluruh kendala
yang dihadapi dapat peneliti atasi dengan baik berkat izin dan kuasa-Nya serta doa
dan bantuan dari berbagai pihak yang bersedia memberikan bantuan kepada
penulis. Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu


Komunikasi.

3. Ibu Emilia Ramadhani, MA selaku Sekretaris Departemen Ilmu


Komunikasi.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi peneliti yang
telah memberikan waktu, arahan, bantuan, motivasi, serta dukungan yang
berharga kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
Terima kasih atas ilmu yang Bapak berikan semoga kelak ilmu yang
diberikan dapat berguna kedepannya.

5. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing


akademik peneliti, yang selalu memberikan arahan dan motivasi selama
perkuliahan.

6. Seluruh dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada


peneliti selama masa perkuliahan dan seluruh staff pengajar maupun staff
administrasi Departemen Ilmu Komunikasi terutama Kak Maya dan Kak
Yanti yang selalu bersedia membantu dalam hal administrasi.

7. Seluruh 57 responden mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU yang


bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian peneliti.

8. Annisa Jasmine Rizkiani yang telah menjadi sahabat baik duka maupun
suka, partner bertukar pikiran, dan teman seperjuangan yang selalu ada
sejak awal perkuliahan hingga saat ini. Terima kasih atas doa, dukungan,
dan bantuan berharga baik waktu, tenaga, moril, maupun materil yang
selalu diberikan kapanpun peneliti butuhkan. Terima kasih telah
menemani peneliti hingga akhir dan berjuang bersama-sama melewati
segala kendala yang dihadapi.

9. Athaya Agnezka yang telah memberikan semangat peneliti dan menjadi


alasan peneliti untuk terus berjuang dan melangkah maju menyelesaikan
perkuliahan dan skripsi.

10. Alm. Silvi Salsabila yang telah memberikan pelajaran berharga kepada
peneliti untuk berdamai dengan diri sendiri dan mengenali kelemahan dan
kekurangan diri sendiri. Terima kasih telah menghantarkan kedewasaan
kepada diri peneliti dan telah membuat pribadi peneliti menjadi pribadi
yang lebih baik dan bijaksana selama masa perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara


11. Abang Tengku Adrian dan Kakak Santika Heni yang telah memberikan
bimbingan, kesempatan, pengalaman, dan ilmu yang berharga kepada
peneliti selama masa perkuliahan sehingga dapat lebih siap dalam
menghadapi tantangan kedepan.

12. Pia, Rere, Dhea, Mol, Ayak, Wawan dan Odis yang telah menjadi sahabat
peneliti sejak awal perkuliahan hingga saat ini yang selalu memberikan
bantuan, motivasi, serta pengertian kepada peneliti selama perkuliahan.

13. Noha, Ica, Kosta, Pio, Anin, Intan, Jese, Inge, Reza, Yayak, Isma, Lisma,
Renu, Rendi, Bilqis, Khairi dan Aldo yang telah memberikan keceriaan
kepada masa perkuliahan peneliti.

14. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2015, atas perjuangannya selama


beberapa tahun ini. Terima kasih atas pengalaman yang diberikan selama
masa perkuliahan.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
turut membantu dalam penyelesaian skripsi.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati peneliti berharap pembaca dapat memberikan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini serta
memperdalam pengetahuan dan pengalaman peneliti. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pembaca, khususnya bagi pengembangan ilmu
mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Medan, 15 Maret 2019


Peneliti,

Rama Andhika Prasetya


NIM. 150904078

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Hubungan Labelisasi Halal dengan Keputusan Pembelian


Produk Roti Merek Breadlife pada Mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan labelisasi halal dengan
keputusan pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah
komunikasi, model S-R, komunikasi pemasaran, AIDDA, produk dan perilaku
konsumen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode penelitian korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU dan sampel penelitian yang diperoleh dengan
perhitungan menggunakan rumus Taro Yamane adalah sebanyak 57. Teknik
penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
dan quota sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji
hipotesis menggunakan aplikasi SPSS versi 25 serta untuk menentukan tinggi
rendahnya korelasi digunakan skala koefisien korelasi Guilford. Hasil penelitian
menunjukkan dari uji hipotesis yang dilakukan diperoleh koefisien korelasi 0,739
dan angka ini berdasarkan skala skala koefisien korelasi Guilford menunjukan
hubungan yang tinggi. Maka dalam penelitian hipotesis yang ditolak adalah H0
ditolak dan hipotesis yang diterima adalah Ha. Hipotesis Ha yang diterima dalam
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara labelisasi halal dengan keputusan
pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP
USU dan hubungan tersebut tinggi serta bersifat positif.
Kata Kunci: Labelisasi Halal, Keputusan Pembelian, Breadlife

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

This studies is titled “The Correlations between Halal Labeling and Breadlife
Product Purchase Decisions to UKMI As-Siyasah FISIP USU Members”. The
aim of this studies is to determine the correlations between halal labeling and
Breadlife product purchase decisions to UKMI As-Siyasah FISIP USU Members.
The theories considered relevant in this studies are communication, S-R model,
marketing communication, AIDDA, products and consumer behavior. This studies
is quantitative research using correlational research methods. The population in
this studies are UKMI As-Siyasah FISIP USU members and the studies sample
obtained by calculation using Taro Yamane formula is 57 person. The sampling
technique used in this studies are purposive sampling and quota sampling. The
data collection technique used in this studies are field research and library
research. The data analysis technique used in this studies are single table
analysis, cross table analysis and hypotesis test using the SPSS version 25
software and to determine the level of correlation used the Guilford correlation
coefficient scale. The results of the study showed that coefficient corelations
obtained is 0,739 based on the hypotesis test which has been done, and this
number categorized a high correlation based on the Guilford correlation
coefficient scale. Thus, the rejected hypothesis is H0 and the accepted hypothesis
is Ha. The accepted Ha hypothesis is that there is a correlations between halal
labeling and Breadlife product purchase decisions to UKMI As-Siyasah FISIP
USU Members and the correlations is high and positive.
Keywords: Halal Labeling, Purchase Decisions, Breadlife

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK.......................................................................................................... x

ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 11
1.3. Tujuan penelitian ........................................................................................ 11
1.4. Manfaat penelitian ...................................................................................... 11

BAB II URAIAN TEORITIS


2.1. Kerangka Teori ........................................................................................... 13
2.1.1. Komunikasi........................................................................................ 13
2.1.1.1. Model S-R ............................................................................ 15
2.1.2. Komunikasi Pemasaran ...................................................................... 15
2.1.3. Teori AIDDA..................................................................................... 17
2.1.4. Produk ............................................................................................... 18
2.1.4.1. Labelisasi Produk ................................................................. 19
2.1.4.2. Labelisasi Halal Produk ........................................................ 20
2.1.5. Perilaku Konsumen ........................................................................... 25
2.1.5.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ........................... 26
2.1.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ............... 29
2.2. Kerangka Konsep ........................................................................................ 32
2.3. Variabel Penelitian ...................................................................................... 33
2.4. Definisi Operasional ................................................................................... 33
2.5. Hipotesis ..................................................................................................... 35

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 36
3.1.1. Sejarah UKMI As-Siyasah FISIP USU .............................................. 36
3.1.2. Visi UKMI As-Siyasah FISIP USU.................................................... 37
3.1.3. Misi UKMI As-Siyasah FISIP USU ................................................... 37
3.2. Metode Penelitian ....................................................................................... 38
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................................... 39
3.3.1. Populasi ............................................................................................. 39
3.3.2. Sampel ............................................................................................... 39
3.4. Teknik Penarikan Sampel............................................................................ 40
3.5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 41
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 44
4.1.1. Tahapan Awal .................................................................................... 44
4.1.2. Penelitian Kepustakaan ...................................................................... 44
4.1.3. Penelitian Lapangan ........................................................................... 45
4.2. Tahapan Pengolahan Data ........................................................................... 45
4.3. Analisis Tabel Tunggal ............................................................................... 47
4.3.1. Karakteristik Responden .................................................................... 47
4.3.2. Variabel Bebas (X) Labelisasi Halal Produk Roti Merek Breadlife ..... 51
4.3.3. Variabel Terikat (Y) Keputusan Pembelian Mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU ............................................................................ 59
4.4. Analisis Tabel Silang .................................................................................. 67
4.5. Uji Hipotesis ............................................................................................... 74
4.6. Pembahasan ................................................................................................ 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 82
5.2. Saran........................................................................................................... 83
5.2.1. Saran dalam Kaitan Akademis ........................................................... 83
5.2.2. Saran dalam Kaitan Praktis ................................................................ 84

DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 85

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


2.1. Variabel Penelitian ............................................................................. 33
4.1. Perasaan Aman Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi
MUI ................................................................................................... 51
4.2. Perasaan Tidak Takut Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal
Resmi MUI secara Sembarangan........................................................ 52
4.3. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada
Kemasan Produk Breadlife ................................................................. 53
4.4. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada Gerai
atau Toko Produk Breadlife ............................................................... 54
4.5. Perasaan Nyaman Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal
Resmi MUI ........................................................................................ 55
4.6. Perasaan Tenang Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi
MUI ................................................................................................... 56
4.7. Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi MUI Memiliki Kepastian
Hukum yang Diatur Dalam Undang-Undang Republik Indonesia ....... 57
4.8. Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi MUI telah Dijamin
Kehalalannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia .................... 58
4.9. Kesadaran terhadap Label Halal Resmi MUI pada Kemasan Produk
Breadlife ............................................................................................ 59
4.10. Kesadaran terhadap Label Halal Resmi MUI pada Gerai atau Toko
Produk Breadlife ................................................................................ 60
4.11. Minat Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal Resmi
MUI pada Kemasan Produk Tersebut ................................................. 61
4.12. Minat Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal Resmi
MUI pada Kemasan Gerai atau Toko Tersebut ................................... 62
4.13. Keinginan Mencoba Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Kemasan Produk Tersebut ...................................... 63
4.14. Keinginan Mencoba Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Gerai atau Toko Produk Tersebut ........................... 64
4.15. Keputusan Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Kemasan Produk Tersebut ...................................... 65
4.16. Keputusan Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Gerai atau Toko Produk Tersebut ........................... 66
4.17. Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi MUI telah Dijamin
Kehalalannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia dengan
Kesadaran terhadap Label Halal Resmi MUI pada Kemasan Produk
Breadlife ............................................................................................ 67
4.18. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada
Kemasan Produk Breadlife dengan Keputusan Membeli Produk
Breadlife yang Memiliki Label Halal Resmi MUI pada Kemasan
Produk Tersebut ................................................................................. 70
4.19. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada Gerai

Universitas Sumatera Utara


atau Toko Produk Breadlife dengan Keputusan Membeli Produk
Breadlife yang Memiliki Label Halal Resmi MUI pada Gerai atau Toko
Produk Tersebut ................................................................................. 72
4.20. Uji Hipotesis ...................................................................................... 74

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


2.1. LABEL HALAL RESMI LPPOM-MUI BERWARNA ...................... 23
2.2. LABEL HALAL RESMI LPPOM-MUI HITAM PUTIH ................... 23
2.3. KERANGKA KONSEP ..................................................................... 33
4.1. USIA ................................................................................................. 48
4.2. JENIS KELAMIN.............................................................................. 49
4.3. FREKUENSI MEMBELI PRODUK ROTI MEREK BREADLIFE ... 50

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian


Lampiran 2 Formula Translation Cobol
Lampiran 3 Tabel Data SPSS
Lampiran 4 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 Biodata Peneliti

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan populasi kaum Muslim atau orang yang menganut agama


Islam terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Pertumbuhan populasi
kaum Muslim di dunia adalah sebesar 3% per tahunnya (Dar, dkk., 2013, h. 140).
Fenomena tersebut menjadikan agama Islam sebagai salah satu agama yang paling
berpengaruh di dunia saat ini. Data terbaru pada April 2017 menunjukkan bahwa
agama Islam berada di peringkat kedua sebagai agama yang paling banyak dianut
di dunia dengan angka 1,6 milyar orang atau sebesar 21,01% dari total penduduk
dunia, menyusul agama Kristen di peringkat pertama dengan 2,2 milyar penganut
atau 33,32% dari total penduduk dunia, dan disusul oleh agama Hindu di
peringkat ketiga dengan 1,1 milyar penganut atau 13,26% dari total penduduk di
dunia (“Adherent Statistics of World,” 2016; “The Big Religion Chart,” 2016).
Bila pertumbuhan positif ini terus berlanjut, diperkirakan populasi kaum Muslim
akan mencapai 2,2 milyar atau 22% dari total penduduk dunia pada tahun 2030
dan 2,6 milyar atau 30% dari total penduduk dunia pada tahun 2050, menyalip
agama Kristen sebagai agama terbesar di dunia (Dar, dkk., 2013, h. 142).

Besarnya populasi kaum Muslim yang hampir mencapai seperempat


populasi dunia tersebut menciptakan sebuah pasar yang potensial, terutama dalam
sektor makanan dan minuman. Pasar global yang paling mendapatkan pengaruh
positif tentu saja pasar yang terkait dengan industri halal. Dalam segmentasi
industri halal, sektor makanan dan minuman mengambil sebesar 61% dari
keseluruhannya, diikuti dengan sektor farmasi sebesar 26% dan sektor kosmetik
sebesar 11% (Dar, dkk., 2013, h. 144). Kaum Muslim pada umumnya memiliki
perilaku dan prinsip religius yang tinggi terkait aturan agamanya sehingga potensi
konsumsi produk halal luar biasa besar. Untuk dapat mengambil bagian pada
peluang yang industri halal ciptakan ini, beberapa aspek terkait konsep halal perlu

Universitas Sumatera Utara


diperhitungkan, bahkan oleh perusahaan yang tidak terkhusus mengeluarkan
produk berorientasi Muslim sekalipun. (Awang, dkk., 2014, h. 375)

Sebesar 62,1% dari total 1,6 milyar kaum Muslim berada di Asia Selatan
dan Asia Pasifik (Dar, dkk., 2013, h. 141). Besaran ini tentu saja dipengaruhi
dengan keberadaan negara Indonesia di Asia Pasifik sebagai negara dengan
penduduk Muslim terbesar di dunia. Pada tahun 2010, Indonesia tercatat memiliki
sekitar 207,17 juta penduduk Muslim (Badan Pusat Statistik, 2010) atau sebesar
12,94% dari seluruh populasi Muslim di dunia, disusul dengan India di posisi
kedua dengan 176,2 juta jiwa dan Pakistan dengan 167,41 juta jiwa (“Worldwide
Muslim Population,” 2010). Besarnya gap jumlah kaum Muslim yang dimiliki
Indonesia dengan negara lainnya membuat Indonesia menjadi fokus sasaran dari
berbagai perusahaan yang bergerak dalam industri halal. Bahkan jumlah dari
seluruh kaum Muslim di Asia Tenggara tanpa menghitung kaum Muslim di
Indonesia tidak mencapai setengah dari jumlah kaum Muslim di Indonesia. Selain
itu, kesenjangan agama mayoritas di Indonesia cukup besar, yang mana penduduk
beragama Islam mendominasi dengan 87,18% dari total penduduk Indonesia
(Badan Pusat Statistik, 2010). Akan kesenjangan ini, perusahan yang bergerak
dalam industri halal yang memasuki pasar Indonesia memilliki berbagai
keuntungan, diantaranya adalah dapat berfokus kepada konsep halal dalam agama
Islam saja tanpa harus memperdulikan konsep pada agama lainnya.

Dalam ajaran Islam, pola konsumsi kaum Muslim telah diatur dalam
Syariat (Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2013 h. 7). Lebih lanjut Puslitbang
Kehidupan Keagamaan mengungkapkan dalam ajaran tersebut tidak
diperbolehkan bagi kaum Muslim untuk mengonsumsi produk-produk tertentu
yang substansi kandungan ataupun proses yang menyertainya menyalahi ajaran
Syariat tersebut. Syariat Islam sangat tegas dalam mengarahkan umat Islam untuk
menghindari hal-hal yang dilarang oleh Tuhan dan melaksanakan yang
diperintahkan. Istilah halal dalam hukum Islam secara harfiah memiliki arti
diperbolehkan, yang mana maksudnya adalah seseorang diperbolehkan melakukan
suatu kegiatan ataupun memperbolehkan objek tertentu yang biasanya
dikonsumsi. Pengertian halal tersebut berada dalam lingkup hukum Islam atau

Universitas Sumatera Utara


Syariat Islam terkhusus dalam hal konsumsi makanan dan minuman (Konoras,
2017, h. 62). Hal ini menjadikan konsumen Muslim sebagai konsumen yang tidak
permissive terkait perilaku pola konsumsinya. Kaum Muslim dibatasi oleh
kehalalan dan keharaman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadis.

Pengertian terkait produk halal, proses produk halal, sertifikasi halal, dan
label halal juga telah dijamin di Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Produk halal adalah produk yang telah
dinyatakan halal sesuai dengan Syariat Islam. Proses produk halal adalah
rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan produk mencakup penyediaan
bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan
penyajian produk. Sertifikasi halal adalah pengakuan kehalalan suatu produk yang
dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
berdasarkan fatwa halal tertulis yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Label halal adalah tanda kehalalan suatu produk.

Di Indonesia terdapat instansi pemerintah yang bertugas mengawasi


produk-produk yang diedarkan di Indonesia, yaitu Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM). Instansi ini bersama Kementrian Agama bekerja sama dengan
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika – Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM-MUI) dalam mengaudit secara khusus produk-produk yang
dikonsumsi oleh konsumen Muslim di Indonesia. Audit yang dilakukan adalah
dengan cara memberikan sertifikat halal kepada suatu produk sehingga produk
tersebut dapat meletakkan label halal pada produknya, baik itu pada kemasan,
etalase toko, maupun lainnya (Rangkuti, 2010, h. 2).

Penempatan label halal pada kemasan ataupun atribut produk lainnya tentu
saja memberikan pengaruh yang signifikan pada keputusan pembelian produk.
Selaras dengan pernyataan Kartajaya (1996), saat ini teknologi telah membuat
kemasan memiliki perubahan fungsi, dari yang dahulu memiliki fungsi
“Packaging protects what it sells” kini menjadi “Packaging sells what it
protects”. Istilah ini menyatakan bahwa kini kemasan bukan lagi hanya berperan
sebagai wadah atau pelindung dari suatu produk namun juga berperan dalam

Universitas Sumatera Utara


menjual produk yang dikemasnya. Peralihan fungsi ini tidak berhenti sampai
disitu saja, saat ini kemasan juga berfungsi sebagai media komunikasi dan
mengkonsumsikan image tertentu. Kini bila produsen hendak mengeluarkan suatu
produk baru, maka salah satu yang perlu diperhitungkan adalah bagaimana
membuat kemasan produk dapat stands out. Sebelum mengonsumsinya,
konsumen tentu akan menangkap image yang dikomunikasikan dari kemasan.
Akan hal ini maka produk baru yang hendak dikeluarkan harus dapat bersaing
dengan kemasan produk-produk lainnya untuk dapat stands out (dalam Mukhtar
& Nurif, 2015, hh. 186-187). Terkait hal ini, tentu saja salah satu cara untuk
membuat konsumen lebih melirik produk produsen adalah dengan mencantumkan
label halal pada atribut produknya.

Di negara Indonesia sendiri, permasalahan agama dan identitas kerap


menjadi perbincangan di beberapa tahun belakangan ini. Untuk permasalahan
terkait produk makanan dan minuman sendiri, pada pertengahan tahun 2017 silam
produk mie instan impor dari korea merek Samyang, Nongshim, dan Ottogi
mengalami polemik terkait status kehalalannya. Produk Samyang dengan nama
produk U-Dong dan Mi Instan Rasa Kimchi, Nongshim dengan nama produk
Shim Ramyun Black, dan Ottogi dengan nama produk Yeul Ramen telah
terdeteksi positif mengandung DNA Babi. Keempat produk tersebut yang
sebelumnya telah lolos pemeriksaan dan mendapatkan izin peredaran dari BPOM,
terpaksa harus ditarik dari pasar dan dicabut surat izin penjualannya tanpa batas
waktu yang ditentukan. Kecolongan ini diakibatkan oleh kecurangan yang
dilakukan perusahaan pengimpor produk-produk tersebut, yaitu PT. Koin Bumi.
Berdasarkan pengecekan label diketahui bahwa produk-produk tersebut tidak
mencantumkan peringatan “Mengandung Babi” pada kemasannya. Pihak importir
juga tidak menginformasikan kepada BPOM saat pendaftaran untuk mendapatkan
izin edar bahwa produk yang didaftarkan tersebut mengandung babi (Aziz, 2017).

Akibat polemik ini, masyarakat Muslim Indonesia meletak keraguannya


pada berbagai mie impor dari korea terkait kehalalannya dan enggan
mengkonsumsinya. Hal ini terbukti mengakibatkan penurunan penjualan dari mie
instan korea dengan merek Samyang yang diimpor oleh perusahaan pesaing yaitu

Universitas Sumatera Utara


PT. Korinus. Kepada Kompas PT. Korinus menyatakan sejak polemik tersebut
beredar hingga saat dihubungi oleh pihak Kompas, penjualan mereka menurun
sebesar 30% (Aziza, 2017). PT. Korinus sendiri yang ketika itu masih dalam
proses pengurusan sertifikasi halal kepada MUI, mengadakan berbagai konferensi
pers untuk mengklarifikasi terkait kehalalan produk mereka dan mengembalikan
kepercayaan masyarakat Muslim (Asyari, 2017). Produk Samyang yang
dipasarkan oleh PT. Korinus akhirnya dapat lepas sepenuhnya dari polemik ini
setelah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI dan mengganti kemasannya dan
nama produknya menjadi “Samyang Green”. Hal ini dilakukan agar masyarakat
Muslim dapat mengembalikan kepercayaannya kepada produk Samyang dan
dapat dengan mudah mengenali kemasan Samyang yang telah bersertifikasi halal
oleh MUI (Iqbal, 2017).

Sedangkan polemik yang tidak terkait halal namun masih mengenai agama
Islam, dialami oleh gerai kopi ternama Starbucks. Pada tahun yang sama dengan
masalah sebelumnya, yaitu pertengahan tahun 2017, gerai kopi Starbucks di
Indonesia diterpa gerakan pemboikotan oleh beberapa masyarakat Muslim
Indonesia. Gerakan pemboikotan ini bermula atas beredarnya rekaman pernyataan
mantan CEO Starbucks yaitu Howard Schultz akan dukungannya terkait LGBT.
Padahal Starbucks sendiri sudah menyatakan dukungannya pada LGBT sejak
tahun 2012, dan rekaman pernyataan Howard Schultz yang mendukung LGBT
tersebut merupakan pernyataan lamanya yaitu tahun 2013 dan 2015 yang telah
beredar sejak lama. Bahkan terkait Howard Schultz sendiri, dirinya sudah berhenti
dari jabatan CEO Starbucks sejak April 2017, yaitu sejak sebelum isu
pemboikotan tersebut berkembang di Indonesia (“Organisasi Islam Malaysia”,
2017).

Polemik ini mengakibatkan saham PT. MAP Boga Perkasa (MAPB) yang
memegang lisensi dagang gerai kopi Starbucks di Indonesia terus mengalami
penurunan. Dari semenjak sahamnya dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia di
bulan sebelumnya, tidak sampai sebulan sejak isu beredar, saham PT. MAPB
telah mengalami penurunan sebesar 15,5% (Sugianto, 2017). Salah satu indikator
mengapa polemik pemboikotan ini dapat dengan cepat menyebar dan membesar

Universitas Sumatera Utara


adalah karena salah satu tokoh berpengaruh umat Islam di Indonesia yaitu Ustad
Abdul Somad menyerukan untuk tidak mengkonsumsi kopi di Starbucks karena
keterikatannya dengan LGBT yang dapat menghantarkan Neraka kepada
pengkonsumsinya (“Ketika 'ngopi' di Starbucks”, 2018). Hal ini menunjukkan
besarnya pengaruh kaum Muslim terhadap pasar di Indonesia sehingga mampu
membuat brand ternama sekalipun kewalahan dalam menghadapinya.

Awal menguatnya identitas gerakan-gerakan umat Islam beberapa tahun


belakangan ini dimulai sejak Oktober 2016, saat permulaan polemik penistaan
agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu Basuki Tjahaja
Purnama. Puncaknya adalah pada aksi bela Islam 4 November 2016 atau yang
lebih dikenal dengan aksi 411 dan aksi bela Islam 2 Desember 2016 atau yang
lebih dikenal dengan aksi 212. Kedua aksi demo ini dilaksanakan di Jakarta,
namun dihadiri dan diikuti oleh beribu-ribu kaum Muslim dari berbagai penjuru
Indonesia, sehingga menjadikan aksi-aksi tersebut menciptakan sejarah tersendiri
di Indonesia. Setelah polemik terkait Gubernur DKI Jakarta selesai dan berakhir
dengan terpenuhinya tuntutan dari kaum Muslim pada aksi bela Islam, pengaruh
Islam yang kuat tersebut tidak serta merta memudar. Bahkan beberapa akun yang
mengaku sebagai tentara siber Muslim Indonesia kerap bermunculan di media
sosial.

Pengaruh dari hal ini diperkirakan akan tetap ada hingga tahun 2019
mendatang, dikarenakan hingga tahun 2019 Indonesia akan berada di tahun politik
sehingga kekuatan Islam merupakan salah satu senjata yang ampuh untuk
menempuhnya. Hal ini dapat dilihat dari munculnya aksi bela tauhid kembali pada
2 November 2018 atau dikenal dengan aksi 211 ketika penelitian ini sedang dalam
proses penulisan. Aksi bela tauhid tersebut didasari atas insiden pembakaran
bendera yang dicurigai milik ormas terlarang Islam yang dilakukan oleh salah
seorang dari salah satu organisasi Islam yang ada di Indonesia pula. Insiden ini
ditentang oleh beberapa organisasi Islam lan yang ada di Indonesia dan berujung
melahirkan protes dalam bentuk aksi tauhid. Hampir terjadinya pertentangan
antara organisasi Islam di Indonesia ini memberikan gambaran akan sangat
kuatnya pengaruh agama Islam itu sendiri di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Sekalipun tidak seluruh masyarakat Muslim Indonesia memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi, namun dari segi pemasaran, kelompok masyarakat yang
seperti ini tetap berpotensi menjadi pasar industri halal. Sutojo & Kleinsteuber
(2002) mengungkapkan bahwa dalam mengambil keputusan membeli barang atau
jasa, konsumen melalui suatu proses tertentu yang terdiri dari lima tahap yaitu;
pengenalan kebutuhan (needs recognition), pencarian alternatif informasi
(alternative search for information), penilaian berbagai macam informasi yang
terkumpul (alternative evaluation), keputusan membeli (purchase decision), dan
evaluasi setelah pembelian (post purchase evaluation) (dalam Rangkuti, 2009, hh.
93-96).

Pada tahap pencarian alternatif informasi, salah satu sumber informasi


umum dalam mendapatkan informasi terkait produk adalah melalui infomasi
kelompok. Informasi kelompok ini merupakan informasi yang bersumber dari
keluarga, teman, tetangga, sahabat, teman sekolah, atau teman sejawat yang mana
bagi masyarakat muslim Indonesia yang merupakan mayoritas tentu saja
informasi tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah informasi yang berasal dari
kaum Muslim juga. Sehingga bila sumber tersebut merupakan Muslim dengan
tingkat religius yang tinggi, maka konsumen akan turut terpengaruh. Sementara
dari empat faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen berdasarkan
Kotler & Susanto (1999), dua diantaranya mendukung dalam hal pasar industri
halal di Indonesia yaitu faktor kebudayaan dan faktor sosial. Sementara satu
faktor lainnya yaitu faktor kejiwaan, salah satu poin di dalamnya yaitu keyakinan
dan sikap ini (dalam Rangkuti, 2009. hh. 97-107) juga turut mendukung terkait
fenomena ini.

Terkait kehalalan pada produk roti, produk roti merek Breadtalk dengan
gerai yang tersebar di seluruh Indonesia juga sebelumnya pada awal Februari
2018 sempat mengalami polemik. Polemik ini meskipun mengacu kepada tingkat
higenitas produk, namun dengan semakin meluasnya informasi masalah yang
dipermasalahkan menjadi lebih berfokus pada kehalalan produk. Pemberitaan
akan masalah kehalalan produk roti merek Breadtalk bermnculan dari berbagai
portal berita online di Indonesia. Ketika itu beredar luas di media sosial sebuah

Universitas Sumatera Utara


video yang menampilkan dua ekor tikus berkeliaran di dalam tempat
penyimpanan roti di dapur gerai Breadtalk di Jogja City Mall, Yogyakarta (Ataya,
2018). Hal ini membuat heboh masyarakat dan membuat kehalalan produk roti
merek Breadtalk dipertanyakan. Sampai saat ini memang produk roti ternama dari
Singapura itu belum memiliki sertifikasi halal dari MUI (“Daftar Produk Halal
LPPOM MUI”, 2018), sehingga tidak heran bila masyarakat mempertanyakan
kehalalannya saat video tikus tersebut beredar. Dua bulan berselang, video tikus
di dapur Breadtalk kembali beredar pada April 2018. Dalam video kali ini, tikus
terlihat berkeliaran pada loyang pemanggang roti di dapur Breadtalk di gerai Solo
Square Mall, Surakarta. Bila pada video sebelumnya tikus terlihat di waktu malam
hari saat toko hendak tutup berdasarkan klarifikasi dari pihak Breadtalk, kali ini
tikus terlihat pada saat sore hari berdasarkan pernyataan pengunggah video (Ilma,
2018).

Tidak hanya sampai disitu saja, pada September 2018 beredar kembali
video tikus di gerai Breadtalk. Kali ini bahkan tikus tersebut terlihat berkeliaran di
dalam etalase kue yang sedang memajang beberapa kue yang hendak dijual, dan
dalam video tersebut juga terlihat bahwa gerai Breadtalk masih beroperasi atau
tidak menjelang tutup (Paramitha & Berlian, 2018). Kendati demikian, sebagian
dari konsumen setia Breadtalk meragukan kebenaran akan video-video tersebut
dan menduga bahwa video tersebut dikontruksi oleh kompetitor dikarenakan
video terkait tikus tersebut terus bermunculan. Sebagian konsumen
mempersepsikan bahwa masalah terkait kebersihan dan tikus pada Breadtalk
tidaklah benar terjadi di seluruh gerai, namun hanya di gerai-gerai tertentu saja.
Hingga saat ini masalah yang kerap dipertanyakan oleh konsumen Muslim adalah
terkait kehalalannya, dikarenakan sejak polemik tersebut menyebar hingga saat ini
Breadtalk masih belum memiliki sertifikasi halal MUI pada produknya.

Sementara itu kompetitior dari produk roti Breadtalk yaitu Breadlife yang
diteliti dalam penelitian ini telah memiliki sertifikasi halal MUI dan telah
meletakkan label halal MUI pada produk maupun gerainya. Produk roti dengan
nomor registrasi sertifikat halal MUI Pusat 001 600 7989 1116 ini merupakan
toko roti asal Jepang terbesar di Indonesia dengan lebih dari 50 outlet yang

Universitas Sumatera Utara


tersebar di 14 kota di seluruh Indonesia. Produk roti merek Brealife juga disebut
memiliki keunggulan rasa dan tekstur yang lebih premium, tanpa bahan pengawet,
dan lebih higienis karena disajikan dalam display tertutup (Nathasi, 2017).
Bahkan pada maret 2017 produk roti merek Breadlife meluncurkan produk jenis
Baked Cheese Tart pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi halal dari
MUI (“BREADLIFE KEMBALI MEMANJAKAN”, 2017). Bahkan produk roti
merek Breadlife berhasil meraih penghargaan “Baked Cheese Tart Pertama di
Indonesia yang mendapatkan sertifikasi Halal oleh Majelis Ulama Indonesia”
dalam kategori “Bakery” pada tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Tras n Co
Research bersama BisnisUpdate.com. Penghargaan ini merupakan bukti nyata
langkah produk roti BreadLife untuk menghadirkan produk-produk yang inovatif,
mengikuti tren pasar, dan selalu berusaha memenuhi permintaan masyarakat
muslim di Indonesia (“Breadlife PERTAMA DI INDONESIA AWARD”, tanpa
tahun). Oleh karena itu juga tentu sertifikasi halal dan labelisasi halal pada produk
dan gerai menjadi jaminan yang kuat bagi produk roti merek Breadtalk untuk
mempertahankan konsumen muslim di Indonesia.

Peneliti memilih mahasiswa tahun angkatan 2016 dan 2017 sebagai subjek
penelitian dikarenakan mereka merupakan komunitas intelektual dan berideologi
yang berada pada kelompok umur dengan jumlah tertinggi di Indonesia. Pada
tahun 2010, kelompok Muslim di Indonesia dengan umur 5-9 tahun (saat ini
berusia 13-17 tahun) dan 10-14 tahun (saat ini berusia 18-22 tahun) berada pada
urutan pertama dan ketiga dengan jumlah sebanyak 20,07 juta dan 19,57 juta jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2010), menjadikan subjek penelitian ini sebagai pasar
utama Indonesia saat ini. Mahasiswa juga merupakan komunitas yang kritis, yang
mana mereka memiliki kemampuan memperoleh dan mencerna informasi lebih
unggul daripada beberapa komunitas lain, sehingga akan hal ini mereka akan
mampu untuk memilah-milah dan menentukan produk mana yang hendak mereka
konsumsi. Selain itu, mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) As-
Siyasah Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara
(USU) sebagai mahasiswa yang berada kedalam organisasi Islam tentu memiliki
ideologi dan pandangan yang kuat terkait ajaran Islam. Terlebih lagi UKMI As-
Siyasah FISIP USU terutama kerap memberikan pembekalan ilmu kepada

Universitas Sumatera Utara


anggotanya terkait karya tulis ilmiah maupun debat agar dapat beradu dengan
mahasiswa lainnya. Pembekalan ini pun memperoleh hasil dengan beragam
kemenangan di berbagai kompetisi karya tulis ilmiah dan debat yang diikuti oleh
anggota dari UKMI As-Siyasah FISIP USU. Dalam konteks penelitian ini, mereka
tentu saja memiliki keunggulan dalam menerapkan bidang keilmuannya dalam
pengkajian akan kehalalan suatu produk, terlebih lagi mereka berada dalam
populasi Muslim sebesar 73,07% dari keseluruhan populasi penduduk kota Medan
(Badan Pusat Statistik, 2018).

Mempertahankan konsumen adalah salah satu dari tugas utama suatu


perusahaan, terlebih pada produk roti merek Breadlife mengedepankan kehalalan
pada produknya. Labelisasi halal perlu diperhatikan bagi para produsen dengan
konsumen Muslim, sebagaimana konsumen pada pasar di kota Medan. Penelitian
mengenai labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk dengan perspektif
komunikasi telah dilakukan sebelumnya oleh Wahyu Budi Utami dengan judul
“Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Membeli (Survei pada Pembeli
Produk Kosmetik Wardah di Outlet Wardah Griya Muslim An-nisa Yogyakarta)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap
keputusan pembelian konsumen pada produk kosmetik Wardah di Yogyakarta.
Uji regresi linier sederhana menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan
antara label halal terhadap keputusan pembelian konsumen dengan efektifitas
sebesar 30,1%, ditunjukkan dengan koefisien determinan sebesar 0,301. Dengan
demikian hipotesis kerja yang menyatakan bahwa label halal berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di outlet Wardah Griya
Muslim An-nisa Yogyakarta, melalui merek, kemasan, dan harga dapat diterima.

Sedangkan terkait hubungan kehalalan pada produk roti terhadap


keputusan pembelian telah diteliti sebelumnya oleh Dewi Kirana Windisukma
dengan judul “Pengaruh Kesadaran Halal terhadap Sikap dan Implikasinya
terhadap Minat Beli Ulang”. Penelitian ini mengambil konsumen produk roti
merek J.Co sebagai sampel penelitian, yaitu produk roti yang berada dalam satu
perusahaan dengan produk roti merek Breadtalk, yaitu perusahaan yang
merupakan pesaing dari produk roti merek Breadlife. Tujuan dari penelitian ini

Universitas Sumatera Utara


adalah untuk menguji pengaruh kesadaran halal (intrinsik dan ekstrinsik) terhadap
sikap dan implikasinya terhadap minat beli ulang. Variabel sikap dalam penelitian
ini berperan sebagai variabel intervening antara kesadaran halal dan minat beli
ulang. Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kesadaran halal baik
intrinsik maupun ekstrinsik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap sikap
masing masing ditunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,270 dan -0,251.
Sedangkan untuk variabel sikap terhadap minat beli ulang menunjukkan pengaruh
positif dan signifikan, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,174.
Adapun sikap mutlak berfungsi memediasi antara variabel kesadaran halal dan
minat beli ulang. Dengan demikian hipotesis kerja yang menyatakan bahwa
Semakin rendah sikap atas produk tidak halal atau syubhat maka semakin rendah
minat beli ulang dapat diterima. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Labelisasi Halal dengan
Keputusan Pembelian Produk Roti Merek Breadlife pada Mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:


1. Apakah labelisasi halal berhubungan dengan keputusan pembelian produk
roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui hubungan labelisasi halal dengan keputusan pembelian
produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP
USU.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:


1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
dan memperluas pengetahuan mengenai kajian dalam Ilmu Komunikasi
khususnya bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi.

Universitas Sumatera Utara


2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai hubungan labelisasi halal dengan keputusan
pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU.
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan
masukan bagi praktisi industri halal di Indonesia terkhusus di kota Medan
dalam menjalankan usahanya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Suatu penelitian memerlukan landasan berpikir dalam pelaksanaannya.


Landasan berpikir ini memiliki kegunaan untuk mengidentifikasi teori-teori atau
mendeskripsikan kerangka referensi/teori yang dipakai untuk mengkaji
permasalahan penelitian yang disusun dalam bentuk kerangka teoritis. Menurut
Silalahi (2009, hh. 91-92), Kerangka teoritis merupakan suatu kumpulan teori
serta model literatur yang menjelaskan suatu hubungan dalam masalah tertentu.
Berdasarkan kerangka teoritis maka hipotesis dapat dirumuskan untuk melihat
kebenaran ataupun ketidakbenaran penjelasan teoritis sebagaimana yang
dikemukakan dalam kerangka teoritis. Pada kerangka teoritis juga secara logis
dikembangkan, digambarkan serta dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi
antara variabel-variabel yang diidentifikasi melalui survei maupun telaah literatur.
Pengkajian teori dapat membantu untuk memperoleh informasi yang luas dan
lengkap akan permasalahan, serta merumuskan dimensi maupun indikator dari
variabel yang diteliti (Sinambela, 2014, h. 8). Adapun teori yang dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1.1. Komunikasi

Salah satu proses sosial yang mendasar dan vital dalam kehidupan
seseorang merupakan proses komunikasi. Surip (2011) mengungkapkan bahwa
ilmu komunikasi itu sendiri menembus berbagai displin ilmu, sehingga untuk
mengungkapkan sesuatu terkait apa saja yang ditangkap panca indera atau bahkan
lebih dari itu dapat melakukan berbagai pendekatan ilmiah (h. 3). Berbagai
pendekatan ilmiah yang dimaksud dapat berupa analisis, definisi, pengertian,
metode yang terbangun yang mana berhasil mendeskripsikan komunikasi itu
kedalam berbagai perspektif.

Universitas Sumatera Utara


Lebih lanjut, Surip (2011) menyatakan bahwa pada dasarnya teori
komunikasi mengajarkan kepada manusia bagaimana cara kita bertindak dan
berperilaku sesuai dengan norma-norma kebudayaan melalui teknik pengemasan
pesan secara persuasif sesuai dengan teori komunikasi yang tepat (h. 2). Teori
komunikasi menjadi sebuah kebutuhan untuk mengatasi berbagai permasalahaan
terkait hubungan antar manusia dalam kehidupannya. Manusia memerlukan teori
komunikasi untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan dimana dirinya
berada dikarenakan perubahaan sosial yang terjadi selalu dibarengi dengan
permasalahan yang menyangkut hubungan antar manusia dan juga hubungan antar
manusia dengan lingkungannya.

Berdasarkan Hovland (1955), komunikasi adalah suatu proses di mana


seseorang memindahkan perangsang (biasanya berupa lambang kata-kata) untuk
mengubah tingkah laku orang lain. Manusia sebagai individu maupun makhluk
sosial akan saling berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain dalam
hubungan yang beraneka ragam dengan cara dan gaya yang berbeda pula (dalam
Fajar, 2009, h. 37).

Salah satu dari karakteristik yang paling mendasar dari komunikasi adalah
pengaitan atau hubungannya dengan perilaku (behaviour). Behaviour ini dikaitkan
dengan suatu hubungan antar dua orang manusia atau lebih (Fajar, 2009, h. 37).
Hubungan dengan perilaku ini juga terdapat dalam tiga aspek hasil komunikasi
secara umum (Fajar, 2009, h. 39):

a. Aspek kognitif yaitu menyangkut kesadaran dan pengetahuan. Misalnya


menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal;
b. Aspek afektif yaitu menyangkut sikap atau persasan/emosi. Misalnya
sikap setuju/tidak setuju, perasaan sedih, gembira, perasaan benci dan
menyukai;
c. Aspek behavioral yaitu menyangkut perilaku/tindakan. Misalnya berbuat
seperti apa yang disarankan atau berbuat sesuatu tidak seperti apa yang
disarankan (menentang).

Teori komunikasi dalam pengaruh budaya dan behaviorisme adalah


Theory of Reasoned Action oleh Icek Ajzen dan Martin Gishbein yang akan
dijelaskan dalam sub bab berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


2.1.1.1. Model S-R

Model ini menggambarkan proses aksi-reaksi, proses pertukaran atau


pemindahan informasi atau gagasan, yang mana bersifat timbal balik dan
memiliki beragam efek. Model S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu
proses khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Komunikasi dianggap
statis dan berperilaku disebabkan oleh pengaruh dari luar dan bukan dikarenakan
kehendak atau kemauan bebas (Fajar, 2009, h. 94). Model S-R mengasumsikan
bahwa kata-kata verbal (lisan atau tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-
gambar serta tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respons dengan suatu cara tertentu. Oleh karena itu proses ini dapat
dianggap sebagai proses pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan.
Proses ini dapat bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek yang mana
setiap efeknya dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act)
berikutnya. Model S-R juga dapat berlangsung negatif seperti misalnya orang
pertama menatap orang kedua dengan tajam dan membuat orang kedua ketakutan
(Mulyana, 2000, hh. 144-145).

2.1.2. Komunikasi Pemasaran

Secara ringkas, komunikasi pemasaran merupakan proses penyebaran


informasi terkait perusahaan dan apa yang hendak ditawarkan perusahaan
(offering) pada pasar sasaran (Sulaksana, 2003, h. 23). Komunikasi pemasaran
kerap diasosiasikan dengan komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated
Marketing Communications (IMC). Komunikasi Pemasaran Terpadu merupakan
sebuah upaya kompak yang terkoordinasi dari suatu organisasi untuk
mempromosikan suatu pesan merek yang konsisten melalui penggunaan berbagai
sarana komunikasi yang “berbicara dengan suara tunggal” (Shimp, 2014, h. 29).

Pada pemasaran modern, perusahaan dituntut untuk melakukan suatu


usaha lebih dari sekedar pengembangan produk yang baik, menetapkan harga
yang menarik, dan menyediakannya bagi pelanggan sasaran. Selain itu perusahaan
juga diharuskan untuk berkomunikasi dengan pelanggannya, dan sesuatu yang
dikomunikasikan diusahakan tidak sampai menimbulkan keraguan. Bagi sebagian

Universitas Sumatera Utara


besar perusahaan, pertanyaan yang ditanyakan bukan lagi apakah harus
berkomunikasi, melainkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan dan
bagaimana caranya (Kotler & Armstrong, 1996/1998, h. 77).

Perusahaan melakukan komunikasi dengan perantara, konsumen, dan


berbagai kelompok masyarakat atau publik. Perusahaan memulai komunikasi
melalui perantara, kemudian perantara melakukan komunikasi kepada
konsumennya dan masyarakat. Selanjutnya, konsumen melakukan komunikasi
lisan dengan konsumen lain dan dengan kelompok masyarakat yang lain.
Sementara itu, setiap kelompok memberikan umpan balik kepada setiap kelompok
lain yang berkomunikasi dengannya. Keseluruhan proses ini menunjukkan bahwa
perusahaan modern mengelola sistem komunikasi pemasaran yang kompleks
(Kotler & Armstrong, 1996/1998, h. 77).

Program komunikasi pemasaran terpadu sebuah perusahaan yang disebut


juga dengan baruan promosi (promotion mix) terdiri dari beberapa alat promosi
utama yaitu iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan dan hubungan
masyarakat, yang mana dipergunakan perusahaan untuk mencapai tujuan dari
iklan dan pemasarannya (Kotler & Armstrong, 1996/1998, h. 77). Definisi dari
keempat alat promosi utama tersebut berdasarkan Bennett (1988) dalam Kotler &
Armstrong (1996/1998, h. 77) adalah sebagai berikut:

a. Periklanan (Advertising), merupakan segala bentuk penyajian dan promosi


bukan pribadi mengenai gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh
sponsor tertentu.
b. Penjualan pribadi (Personal selling), merupakan penyajian pribadi oleh
tenaga penjual perusahaan dengan tujuan menjual dan membina hubungan
dengan pelanggan.
c. Promosi penjualan (Sales promotion), merupakan insentif jangka pendek
untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa.
d. Hubungan masyarakat (Public relation), merupakan pembinaan hubungan
baik dengan berbagai kelompok masyarakat yang berhubungan dengan
perusahaan lewat publisitas yang mendukung, membina “citra perusahaan”
yang baik, dan menangani atau menangkal desas-desus, cerita, dan
peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


Kotler & Armstrong (1996/1998, h, 88) juga mendefinisikan lebih lanjut
terkait alat promosi hubungan masyarakat (public relation) sebagai sesuatu yang
menawarkan beberapa sifat yang unik. Hubungan masyarakat sebagai alat
promosi yang memupuk hubungan baik dengan berbagai masyarakat sasaran
perusahaan dengan cara mendapatkan publisitas yang menguntungkan, memupuk
“citra perusahaan” yang baik, serta menangani atau meredam rumor, cerita dan
peristiwa yang merugikan (Kotler & Armstrong, 1996/1998, h. 134). Hubungan
masyarakat menghasilkan suatu cerita baru, sifat yang menonjol, dan peristiwa
yang tampaknya lebih nyata dan cukup dipercaya oleh khalayak dibandingkan
dengan iklan (Kotler & Armstrong, 1996/1998, h. 88).

Melalui hubungan masyarakat, pesan promosi yang tercipta dapat


mencapai calon pembeli sebagai “berita” bukan sebagai komunikasi penjualan
langsung. Selain itu hubungan masyarakat dapat juga mendramatisasi perusahaan
atau produk sebagaimana yang dilakukan melalui periklanan. Sebutan lama untuk
aktivitas hubungan masyarakat pemasaran adalah publisitas (publicity) dimana
dipandang sebagai aktivitas untuk mempromosikan perusahaan atau produknya
dengan memuat berita terkait subyek tersebut tanpa dibayar oleh sponsor (Kotler
& Armstrong, 1996/1998, h. 134). Hubungan masyarakat merupakan konsep yang
jauh lebih luas yang mencakup publisitas di samping aktivitas yang lainnya.
Hubungan masyarakat dapat digunakan untuk mempromosikan produk, orang,
tempat, gagasan, aktivitas, organisasi dan bahkan bangsa. Pemasar cenderung
kurang memanfaatkan hubungan masyarakat atau menggunakannya sebagai
sesuatu yang terlambat dipikirkan. Sekalipun demikian, penggunaan hubungan
masyarakat bersama dengan beberapa elemen bauran promosi lainnya secara
cermat mendapatkan hasil yang efektif dan ekonomis (Kotler & Armstrong,
1996/1998, h. 88).

2.1.3. Teori AIDDA

Teori AIDDA merupakan teori komunikasi yang dikemukan oleh Wilbur


Schramm yang sering digunakan dalam komunikasi pemasaran. Teori ini sering
juga disebut dengan A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure.
Menurut Effendy (2003, h. 304), AIDDA merupakan kepanjangan dari Attention

Universitas Sumatera Utara


(perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action
(kegiatan). Cangara (2013) dalam Prinaldi (2017, h. 10) sempat menjabarkan
AIDDA lebih lanjut dalam perspektif pemasaran, hanya saja elemen Atention
pada penjelasan Cangara digantikan dengan eleman Awareness yang kurang lebih
memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda. Dengan didasarkan pada Cangara
dan Effendy tersebut, maka AIDDA dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Attention (perhatian), langkah komunikasi pertama yang harus dilakukan


oleh pemasar adalah membangkitkan perhatian dari khalayak yang
menjadi target sasaran dan kesadaran terhadap produk. Perhatian disini
tertuju pada produk, barang, atau ide (gagasan) yang ditawarkan. Suatu
produk tidak akan diperhatikan atau disadari oleh komunikan, kecuali
produk tersebut berhasil memenangkan perhatian komunikan dari produk
lain. Seorang pemasar harus mampu menunjukkan kelebihan dan keunikan
dari produk yang ditawarkan kepada target sasaran.
b. Interest (minat), merupakan munculnya perasaan target sasaran untuk
mengetahui lebih lanjut terkait produk yang ditawarkan oleh pemasar.
Pada fase ini, pemasar berusahan untuk membangkitkan keinginan target
sasaran untuk memiliki produk yang ditawarkan. Cara yang dilakukan
pemasar untuk mendapatkan minat target sasaran adalah dengan
menawarkan produk yang dijual dengan semenarik dan seunik mungkin.
c. Desire (hasrat), merupakan fase dimana target sasaran telah memiliki
keinginan untuk memiliki produk setelah menimbang manfaat atau
kegunaan dari produk. Pada fase ini para pemasar berusaha memberi
sentuhan psikologis kepada target sasaran dengan cara-cara yang lebih
persuasif, sehingga keinginan membeli target sasaran semakin kuat dan
yakin.
d. Decision (keputusan), merupakan fase dimana target sasaran sudah merasa
yakin akan keputusannya, apakah dirinya akhirnya akan bertindak
menolak atau menerima produk yang ditawarkan.

e. Action (kegiatan), merupakan fase dimana target sasaran secara nyata


menerima dalam artian jadi memesan produk yang ditawarkan atau
menolak dalam artian tidak jadi membeli produk yang ditawarkan.

2.1.4. Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar


untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi dan
yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk bila
didefinisikan secara luas meliputi obyek secara fisik, pelayanan, orang,
tempat, organisasi, gagasan, atau bauran dari semua wujud tersebut (Kotler
& Armstrong, 1996/1997, h. 274).

Universitas Sumatera Utara


Kotler & Armstrong (1996/1997, hh. 274-275) membagi produk ke dalam
tiga tingkatan yaitu produk inti, produk aktual, dan produk tambahan. Tingkat
yang paling dasar merupakan produk inti yang berisikan manfaat atau jasa utama
yang dicari oleh konsumen ketika mereka membeli suatu produk, hal ini terkait
bagaimana penggunaan dan pemakaian dari produk yang dibeli. Kemudian di
tingkat berikutnya terdapat produk aktual, dimana merupakan berbagai
karakteristik yang membungkus produk inti seperti nama merek, tingkat mutu,
rancangan, pengemasan, dan sifat-sifat lainnya yang memberikan tambahan dalam
menyampaikan manfaat utama pada produk inti. Kemudian di tingkatan terakhir,
produsen juga menyusun berbagai produk tambahan di luar produk inti dan
produk aktual untuk memberikan tambahan servis dan manfaat sehingga dapat
semakin memperkuat keberadaan produk total secara keseluruhan.

Konsumen cenderung melihat produk sebagai kumpulan manfaat


kompleks yang memuaskan kebutuhan mereka. Ketika mengembangkan produk,
pemasar perlu mengidentifikasi inti kebutuhan dari konsumen yang akan
dipuaskan oleh produk. Kemudian mereka perlu merancang produk aktual dan
menemukan cara untuk memberikan tambahan pada produk tersebut agar
menciptakan kumpulan manfaat yang paling memuaskan konsumen (Kotler &
Armstrong, 1996/1997, h. 275).

2.1.4.1. Labelisasi Produk

Labelisasi produk atau penempelan label termasuk kedalam keputusan


yang berhubungan dengan pengembangan dan pemasaran produk individual,
namun Kotler & Armstrong (1996/1997) memberi definisi bahwa “pemberian
label juga merupakan bagian dari pengemasan dan berupa informasi tercetak yang
ditempel pada kemasan” (h. 293). Secara harafiah, berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2018) labelisasi memiliki arti pelabelan. Label menurut
Apriyantono & Nurbowo (2003) merupakan sejumlah keterangan pada kemasan
produk dan secara umum minimal perlu berisi nama ataupun merek produk, bahan
baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk,
dan keterangan legalitas (dalam Zuliana, 2012, h. 9). Label dapat bervariasi, mulai
dari potongan kertas sederhana yang diikat pada suatu produk hingga gambar

Universitas Sumatera Utara


grafik rumit yang merupakan bagian dari kemasan. Label dapat membawa
informasi yang cukup berpengaruh, atau bahkan hanya membawa nama merek.
Bahkan terkadang bila penjual lebih menginginkan label yang sederhana, hukum
yang berlaku mengharuskan untuk menjelaskan lebih banyak hal dalam label.

Kotler & Armstrong (1996/1997, h. 295) menguraikan beberapa fungsi


label, yaitu; untuk mengidentifikasi produk atau merek; mengklasifikasikan
produk; menguraikan beberapa hal seperti siapa pembuatnya, dimana dibuat,
kapan dibuat, apa isinya, bagaimana sebaiknya digunakan, dan bagaimana
menggunakannya dengan aman terkait produk yang diberi label; serta juga
berfungsi mempromosikan produk dengan gambar yang menarik. Bersamaan
dengan hal positif dari label, pelabelan juga menimbulkan beberapa hal yang
berdampak buruk. Permasalahan terkait hukum pada label dan kemasan telah
memiliki sejarah yang panjang. Permasalahan ini ditimbulkan dikarenakan
beberapa label dapat menyesatkan konsumen, tidak mendeskripsikan bahan baku
yang penting, ataupun tidak menyertakkan peringatan keamanan yang diperlukan
(Kotler & Armstrong, 1996/1997, h. 295). Terdapat tiga jenis label secara garis
besar menurut Stanton, dkk. (1994), yaitu sebagai berikut :

a. Brand label, merupakan nama merek yang diberikan pada produk ataupun
dicantumkan pada kemasan produk.
b. Descriptive label, merupakan label yang memberikan informasi mengenai
penggunaan, pembuatan, perawatan dan kinerja produk, serta karakteristik
lainnya yang berhubungan dengan produk.

c. Grade label, merupakan label yang mengidentifikasi nilai kualitas produk


(product’s judged quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata (Tjiptono,
1997, h. 107).

2.1.4.2. Labelisasi Halal Produk

Dalam labelisasi halal produk pangan di Indonesia, pengertian yang


dipakai terkait label adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun
1999 tentang label dan iklan pangan yang menyebutkan bahwa label pangan
merupakan setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan
ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian dari kemasan pangan.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan pengertian terkait produk halal diatur dalam Undang-Undang Nomor
33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang menyatakan bahwa label halal
merupakan tanda kehalalan suatu produk dan produk halal merupakan produk
yang telah dinyatakan halal sesuai dengan Syariat Islam. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan pasal 10 ayat 1
menyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan
yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan
bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran
pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada
label. Selanjutnya diatur juga dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal dalam pasal 26 bahwa pelaku usaha yang tidak
memproduksi produk halal atau memproduksi produk dari bahan yang berasal dari
bahan yang diharamkan wajib mencantum keterangan tidak halal pada produk.

Jaminan mengenai produk halal dilakukan sesuai dengan asas


perlindungan, keadilan, kepastian hukum, akuntabilitas dan trasparansi, efektifitas
dan efisiensi, serta profesionalitas. Jaminan penyelenggaraan produk halal
bertujuan memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengkonsumsi dan
menggunakan produk halal, serta meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha
untuk memproduksi dan menjual produk halal (Syafrida, 2016, h. 160).

Menurut Andriani (2017, h.22), label halal di Indonesia merupakan


perizinan pemasangan kata halal pada kemasan suatu produk dari suatu
perusahaan oleh BPOM. Izinan pencantuman label halal pada kemasan produk
yang dikeluarkan oleh BPOM tesebut didasarkan atas rekomendasi dari MUI
dalam bentuk sertifikat halal MUI yang diaudit berdasarkan pemeriksaan oleh
LPPOM-MUI. Sertifikat halal sendiri merupakan surat keterangan yang
dikeluarkan oleh MUI Pusat maupun Provinsi tentang halalnya suatu produk
makanan, obat-obatan, dan kosmetika yang diproduksi oleh perusahaan setelah
diteliti dan dinyatakan halal oleh LPPOM MUI (Hasan, 2014, h. 230).

Hasan (2014, h. 230) menyebutkan beberapa fungsi sertifikat halal bagi


konsumen, yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Melindungi konsumen muslim dari mengonsumsi pangan, obat-obatan,
dan kosmetika yang tidak halal.
b. Secara kejiwaan perasaan hati dan batin konsumen akan tenang.
c. Mempertahankan jiwa dan raga dari keterpurukan akibat produk haram.
d. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum.

Sedangkan bagi produsen, Pelu (2009) mengungkapkan fungsi sertifikat


halal yaitu (dalam Hasan, 2014, h. 230):

a. Sebagai pertanggungjawaban produsen kepada konsumen muslim.


b. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen.
c. Meningkatkan citra dan daya saing perusahaan.
d. Sebagai alat pemasaran serta untuk memperluas area jaringan pemasaran.

e. Memberi keuntungan pada produsen dengan meningkatkan daya saing dan


omzet produksi dan penjualan.

Sementara itu Syafrida (2016, h. 171) menyederhanakan manfaat dari


pemberian sertifikat halal yaitu adalah untuk melindungi konsumen muslim
terhadap produk makanan dan minuman yang tidak halal, memberikan rasa aman
dan nyaman bagi konsumen untuk mengkonsumsi produk makanan dan minuman,
karena tidak ada keraguan lagi bahwa produk tersebut terindikasi dari hal-hal yang
diharamkan sesuai Syariat Islam.

Sebagai surat izin pencantuman label halal, sertifikat halal memberi


penjelasan bahwa label halal pada produk pangan, obat-obatan, dan kosmetik
merupakan label yang diberikan pada produk yang telah memenuhi kriteria halal
menurut agama Islam. Label halal yang berlaku pada produk di Indonesia
merupakan label halal resmi yang dikeluarkan oleh pihak LPPOM-MUI yaitu
yang terlihat pada gambar 2.1 dan 2.2.

Universitas Sumatera Utara


GAMBAR 2.1. LABEL HALAL RESMI LPPOM-MUI BERWARNA

Sumber: www.halalmui.org

GAMBAR 2.2. LABEL HALAL RESMI LPPOM-MUI HITAM PUTIH

Sumber: www.halalmui.org

Secara harafiah, halal memiliki pengertian perkara atau perbuatan yang


diperbolehkan, diharuskan, diizinkan atau dibenarkan Syariat Islam. Sedangkan
haram memiliki pengertian sebaliknya, yaitu perkara atau perbuatan yang dilarang
atau tidak diperbolehkan oleh Syariat Islam (Adisasmoto, 2008, h. 16). Adapun
berdasarkan Adisasmoto (2008, h. 13) produk yang memenuhi Syariat kehalalan
sesuai dengan Syariat Islam adalah yang memenuhi beberapa hal berikut:

a. Tidak mangandung babi dan bahan yang berasal dari babi.


b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti : bahan-bahan
yang berasal dari organ manusia, darah kotor-kotoran, dan lain sebagainya.

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata
cara Syariat Islam.
d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat
pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika
pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih
dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam Syariat
Islam.
e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar atau
alkohol.
Sedangkan menurut Nurlaili, Ekawati & Eliza (2014) dalam Rafita (2017,
h. 48), produk halal merupakan produk pangan, obat, kosmetika dan produk lain
yang tidak mengandung unsur atau barang haram dalam proses pembuatannya

Universitas Sumatera Utara


serta dilarang untuk dikonsumsi umat Islam baik yang menyangkut bahan baku,
bahan tambahan, bahan pembantu lainnya termasuk bahan produksi yang diolah
melalui proses rekayasa genetika dan iradasi yang pengolahannya dilakukan
sesuai dengan Syariat Islam serta memberikan manfaat yang lebih daripada
mudharat (efek). Selengkapnya Nurlaili, Ekawati, & Eliza (2014) dalam Rafita
(2017, hh. 48-50) menjelaskan sebagai berikut:

A. Proses Pembuatan

Proses pembuatan atau proses produksi suatu perusahaan yang


sudah menggunakan label halal hendaknya harus tetap menjaga hal-hal
sebagai berikut:

• Binatang yang hendak dibersihkan binatang yang sudah mati setelah


disembelih.
• Bahan campuran yang digunakan dalam proses produksi tidak terbuat
dari barang-barang atau bahan yang haram dan turunannya.
• Air yang digunakan untuk membersihkan bahan hendaklah air mutlak
atau bersih dan mengalir.
• Dalam proses produksi tidak tercampur atau berdekatan dengan barang
atau bahan yang najis atau haram.
B. Bahan Baku Utama
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam kegiatan
proses produksi, baik berupa bahan baku, bahan setengah jadi maupun
bahan jadi. Sedangkan bahan tambahan produk adalah bahan yang tidak
digunakan sebagai bahan utama yang ditambahkan dalam proses teknologi
produksi.
C. Bahan Pembantu
Bahan pembantu atau bahan penolong adalah bahan yang tidak
termasuk dalam kategori bahan baku ataupun bahan tambahan yang
berfungsi untuk membantu mempercepat atau memperlambat proses
produksi termasuk proses rekayasa.
Rekayasa genetika adalah suatu proses yang melibatkan
pemindahan gen pembawa sifat dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain
yang berbeda atau sama. Sedangkan iradiasi merupakan metode
penyinaran terhadap produk, baik dengan menggunakan zat radioaktif
untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan.
D. Efek

Produk yang halal tidak boleh terlepas dari tujuan Syariat Islam
yaitu : mengambil maslahat dan menolak madharat atau bahaya. Jika
menurut kesehatan, suatu jenis produk dapat membahayakan jiwa, maka

Universitas Sumatera Utara


produk tersebut haram dikonsumsi. Untuk menentukan hukum produk
maka menggunakan prinsip atau dalil Qawaid, yaitu artinya: “Tidak boleh
membahayakan diri sendiri dan orang lain”. (HR. Ahmad Bin Hanbal).

2.1.5. Perilaku Konsumen

Tujuan dari pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan


keinginan target sasaran penjualan secara lebih baik dari kompetitor. Kotler &
Keller (2006/2007) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “suatu studi
tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli,
menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka” (h. 213). Lebih lanjut Kotler &
Keller (2006/2007, h. 213) mengungkapkan bahwa studi terkait konsumen
memberi petunjuk dalam memperbaiki maupum memperkenalkan suatu produk
atau jasa,. Selain itu dapat juga memberikan panduan dalam menetapkan harga,
merencanakan saluran penyampaian pesan, menyusun pesan, dan
mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Akan hal inilah para pemasar terus
mencari tren yang sedang naik daun yang memiliki suatu peluang pemasaran baru.

Pemasaran yang berhasil ditandai dengan bagaimana perusahaan


sepenuhnya terhubung dengan pelanggan mereka. Menggunakan orientasi
pemasaran holistik berarti memahami konsumen dan dapat dikatakan
mendapatkan pandangan 360 derajat terkait kehidupan sehari-hari konsumen
maupun perubahan yang terjadi selama masa hidup konsumen. Dengan
pemahaman yang menyuluruh dan mendalam terkait konsumen, dapat membantu
memastikan bahwa produk yang tepat dipasarkan pada konsumen yang tepat
dengan cara yang tepat (Kotler & Keller, 2006/2007, h. 214). Konsumen di dunia
bervariasi dalam berbagi hal, diantaranya bervariasi dalam usia, pendapatan,
tingkat pendidikan dan selera. Konsumen juga membeli barang dan jasa dengan
perbedaan yang sangat besar. Keragaman konsumen dalam memilih satu atau
beberapa diantara jajaran produk melibatkan banyak faktor (Kotler & Armstrong,
1996/1997, h. 143).

Universitas Sumatera Utara


2.1.5.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian dimulai jauh sebelum tindakan pembelian dan berlanjut


lama setelah tindakan pembelian dilakukan. Pemasar perlu memberikan perhatian
pada proses pembelian secara keseluruhan dan bukan hanya pada keputusan
membeli. Berikut merupakan lima tahap proses pengambilan keputusan
pembelian berdasarkan Kotler & Amstrong (1996/1997, hh. 162-166).

A. Pengenalan Kebutuhan
Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan yaitu
dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli
merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal akan kebutuhan normal
seseorang seperti lapar, haus, dan seks yang muncul ke tingkat yang cukup
tinggi untuk menjadi dorongan. Selain itu terdapat juga berbagai
rangsangan eksternal yang dapat memicu kebutuhan.
Pada tahap ini, pemasar perlu meneliti konsumen untuk
mengetahui kebutuhan atau masalah apa yang muncul, apa yang menarik
mereka, dan bagaimana hal menarik itu membawa konsumen pada produk
tertentu. Dengan memanfaatkan informasi demikian, pemasar dapat
mengenali faktor-faktor yang paling sering memicu minat akan produk
dan dapat mengembangkan program pemasaran yang mencakup faktor-
faktor tersebut.
B. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang sudah tertarik mungkin mencari lebih
banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat
dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen
kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan
kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Jumlah pencarian informasi yang
dilakukan konsumen akan tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah
informasi yang dimilikinya pada saat memulai, kemudahan memperoleh
informasi lebih banyak, nilai informasi tambahan menurut pendapatnya,
dan kepuasan yang diperolehnya dari pencarian.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber.
Sumber ini antara lain:
• Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
• Sumber komersial : iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan.
• Sumber publik : media massa, organisasi penilai konsumen.
• Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, menggunakan
produk.
Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut
produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar

Universitas Sumatera Utara


informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial yang
dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber yang paling aktif
cenderung berasal dari sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan
lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial
biasanya memberi tahu pembeli, namun sumber pribadi membenarkan dan
mengevaluasi produk bagi pembeli.
Ketika semakin banyak informasi diperoleh, semakin bertambah
juga kesadaran konsumen dan pengetahuan mengenai merek yang tersedia
dan sifat-sifatnya. Sebuah perusahaan harus merancang bauran
pemasarannya untuk membuat calon pembeli menyadari dan mengetahui
mereknya. Perusahaan tersebut harus cermat mengenali sumber informasi
konsumen dan arti peting dari setiap sumber.
C. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif merupakan bagaimana konsumen mengolah
informasi sampai pada pemilihan merek. Konsep dasar tertentu membantu
menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, setiap konsumen melihat
produk sebagai kumpulan atribut produk. Konsumen akan bervariasi
dalam menentukan mana di antara atribut ini yang relevan bagi mereka,
dan mereka akan paling memperhatikan atribut-atribut yang berhubungan
dengan kebutuhan mereka. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat
arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan
keinginan unik untuk masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan
mengembangkan suatu himpunan keyakinan merek mengenai di mana
posisi setiap merek pada setiap atribut. Berdasarkan pada pengalamannya
dan pengaruh persepsi, distorsi, dan retensi selektif, keyakinan konsumen
mungkin berbeda dari atribut sebenarnya. Keempat, harapan kepuasan
produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda.
Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat
beberapa prosedur evaluasi. Terdapat juga konsumen yang menggunakan
lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan
keputusan membeli.
Beberapa pembeli mendasarkan keputusan membeli mereka hanya
pada satu atribut, dan pilihan mereka mudah diperkirakan. Namun tidak
sedikit juga pembeli yang memperhatikan beberapa macam atribut,
masing-masing mempunyai kepentingan berbeda. Bagaimana konsumen
mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-
masing individu dan situasi membeli yang spesifik. Dalam beberapa
keadaaan, konsumen menggunakan perhitungan yang cermat dan
pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit
mengevaluasi atau tidak sama sekali, mereka membeli berdasarkan
dorongan sesaat dan tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen
mengambil keputusan membeli atas keinginan diri sendiri, kadang-kadang
mereka bertanya pada teman atau wiraniaga untuk memberi saran
pembelian. Pemasar perlu mempelajari konsumen untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya konsumen mengevaluasi alternatif merek. Bila
konsumen mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar
dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli.

Universitas Sumatera Utara


D. Keputusan Membeli

Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan


membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli
konsumen merupakan kegiatan membeli merek yang paling disukai, tetapi
dua faktor dapat muncul di antara niat untuk membeli dan kepuasan untuk
membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor yang kedua
adalah faktor situasi yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin
membentuk niat membeli berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan
yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang
diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan dapat
mengubah niat pembelian konsumen.
E. Tingkah Laku Pasca Pembelian
Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah
membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas serta akan
terlibat dalam tingkah laku pasca pembelian yang menarik perhatian
pemasar. Bila produk tidak memenuhi harapan konsumen akan merasa
tidak puas, sedangkan bila memenuhi harapan konsumen akan merasa
puas, dan bila melebihi harapan konsumen akan merasa sangat puas.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang
mereka terima dari penjual, teman, dan sumber-sumber yang lain. Bila
penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak
akan terpenuhi dan menghasilkan ketidakpuasan. Semakin besar
kesenjangan antara harapan dan prestasi, maka semakin besar pula
ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus
membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga
pembeli akan puas. Beberapa penjual bahkan merendahkan tingkat prestasi
produknya untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Hal ini disebabkan
konsumen merasa sangat senang dengan prestasi yang lebih baik dari
harapan.
Hampir semua pembelian besar menghasilkan ketidakcocokan
yang disadari, atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh konflik pasca
pembelian. Setelah pembelian, konsumen merasa puas dengan manfaat
merek yang dipilihnya dan gembira menghindari kelemahan yang tidak
dibeli. Akan tetapi, setiap pembelian mengandung kompromi. Konsumen
juga merasa gelisah karena mendapatkan kelemahan merek yang dipilih
dan kehilangan manfaat merek yang tidak dibeli. Jadi, konsumen
sekurang-kurangnya meraskan adanya ketidakcocokan pasca pembelian
untuk setiap pembelian.
Oleh karena itu, sebuah perusahaan dapat dikatakan bertindak
bijaksana bila mengukur kepuasan pelanggan secara teratur. Perusahaan
tidak dapat hanya sekedar mengandalkan pelanggan yang tidak puas untuk
secara sukarela menyampaikan keluhan bila mereka merasa tidak puas.
Sekitar 96 persen pelanggan yang tidak senang tidak pernah
menyampaikan masalah kepada perusahaan. Perusahaan perlu menetapkan
sistem yang mendorong pelanggan untuk menyampaikan keluhan. Dengan

Universitas Sumatera Utara


cara ini, perusahaan dapat mengetahui seberapa baik hasil kerja mereka
dan bagaimana memperbaikinya.

2.1.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti budaya,


sosial, pribadi, dan psikologis. Sebagian besar pemasar tidak mampu
mengendalikan faktor-faktor tersebut, namun mereka perlu memperhitungkan
semuanya. Faktor yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam dalam
keputusann pembelian konsumen adalah faktor budaya. Berdasarkan Kotler &
Armstrong (1996/1997) dan Kotler & Keller (2006/2007), berikut adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

A. Faktor Budaya

Faktor budaya terbagi lagi menjadi sub-budaya dan kelas sosial (Kotler &
Armstrong, 1996/1997, hh. 145-147).

• Sub-budaya. Setiap budaya terdiri dari beberapa sub-budaya yang lebih


kecil, atau kelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama
berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Sub-budaya termasuk
nasionalitas, agama, kelompok rasa, dan wilayah geografi. Banyak sub-
budaya membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering kali
merancang prouk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen dengan sub-budaya spesifik tersebut.

• Kelas Sosial. Kelas sosial merupakan divisi masyarakat yang relatif


permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat,
dan tingkah laku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu
faktor tunggal seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lain. Kelas
sosial menunjukkan pemilihan pproduk dan merek tertentu dalam bidang-
bidang seperti misalnya pakaian, peralatan rumah tangga, aktivitas di
waktu senggang, dan mobil.

B. Faktor Sosial

Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti


kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen (Kotler &
Keller 2006/2007, hh. 217-222).

• Kelompok Acuan. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua


kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak

Universitas Sumatera Utara


langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang
memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok
keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotan termasuk ke dalam
kelompok primer yaitu keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja yang
berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal.
Sedangkan kelompok yang termasuk ke dalam kelompok sekunder seperti
kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan yang cenderung
lebih formal dan tidak memerlukan interaksi yang begitu rutin. Orang juga
dapat dipengaruhi oleh berbagai kelompok di luar kelompok mereka.
Kelompok yang tidak memiliki pengaruh langsung terdiri dari kelompok
aspirasi yaitu kelompok yang ingin dimasuki seseorang dan kelompok
dissosiasi yaitu kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak oleh
seseorang. Kelompok acuan mempengaruhi seseorang dengan beberapa
cara yaitu kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku dan
gaya hidup baru serta mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi
seseorang, dan kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti
kebiasaan kelompok sehingga dapat memengaruhi pilihan seseorang akan
produk dan merek aktual.

• Keluarga. Keluarga dapat dibedakan menjadi dua dalam kehidupan


pembeli yaitu keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga
orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang
tua seseorang mendapatkan orientasi agama, politik, dan ekonomi serta
ambisi pribadi, harga diri, dan cita-cita. Pengaruh yang lebih langsung
terhadap perilaku pembelian sehari-hari seseorang adalah pada keluarga
prokreasi, yaitu yang tediri dari pasangan dan anak dari seseorang.

• Peran dan Status. Posisi seseorang dalam menjadi anggota kelompok


seperti kelompok keluarga, klub, dan organisasi dapat ditentukan dalam
bentuk peran dan status. Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan
dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap
peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan
oleh masyarakat. Konsumen kerap memilih produk yang menunjukkan
statusnya dalam masyarakat.

C. Faktor Pribadi

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti


umur dan tahap daur hidup pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta
kepribadian dan konsep diri konsumen (Kotler & Armstrong, 1996/1997, hh. 150-
153).

• Umur dan Tahap Daur Hidup. Selera akan makanan, pakaian, perabot,
dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Keputusan pembelian
juga dibentuk oleh daur hidup keluarga atau tahap-tahap yang mungkin
dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

Universitas Sumatera Utara


• Pekerjaan. Pekerja kasar cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk
bekerja, sedangkan pekerja kantor membeli lebih banyak jas dan dasi.
Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat
di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka.

• Situasi Ekonomi. Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan


produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati
kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat.
Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil
langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali, dan
mengubah harga produknya.

• Gaya Hidup. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang


diwujudkan dalam psikografik-nya. Gaya hidup termasuk pengukuran
dimensi AIO (Activity, Interest, Opinion) utama dari para konsumen yaitu
merupakan aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan
sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi), dan opini (mengenai
diri sendiri, isu sosial, bisnis, produk). Gaya hidup mencakup sesuatu yang
lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang, gaya hidup
menampilkan pola beraksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan
di dunia.

• Kepribadian dan Konsep Diri. Kepribadian mengacu pada karakteristik


psikologis unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan
bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya
diuraikan dalam sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan
bergaul, kemandirian, kemampuan mempertahankan diri, kemampuan
menyesuaikan diri, dan keagresifan. Sedangkan dasar pemikiran konsep
diri adalah apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi pada dan
mencerminkan identitas mereka yang mana artinya adalah mereka adalah
apa yang menjadi milik mereka.

D. Faktor Psikologis

Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat
faktor psikologi yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap
(Kotler & Armstrong, 1996/1997, hh. 154-159).

• Motivasi. Seseorang memiliki kebutuhan biologis yang muncul dari


keadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau merasa tidak nyaman. Yang
lainnya adalah kebutuhan psikologis yang muncul dari kebutuhan akan
pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebutuhan berubah menjadi
motif bila merangsang sampai tingkat intensitas yang mencukupi. Motif
atau dorongan adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan
seseorang mencari kepuasan.

Universitas Sumatera Utara


• Persepsi. Pesepsi merupakan proses yang dilalui orang dalam memilih,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk
gambaran yang berarti mengenai dunia.

• Pengetahuan. Pengetahuan atau pembelajaran menggambarkan


perubahaan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman.
Pembelajaran berlangsung melalui saling pengaruh dari dorongan,
rangsangan, petunjuk, respon, dan pembenaran.

• Keyakinan dan Sikap. Keyakinan merupakan pemikiran deskriptif yang


dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sedangkan sikap menguraikan
evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu
obyek atau ide yang relatif konsisten. Sebuah perusahaan biasanya harus
berupaya menyesuaikan produknya dengan sikap yang sudah ada
ketimbang berusaha mengubah sikap.

2.2. Kerangka Konsep

Mayer dan Greewood (1984) menjelaskan suatu kerangka konseptual


adalah suatu orientasi kausal terhadap studi yang direnungkan. Sebagai itu,
kerangka konseptual itu merumuskan suatu model terperinci dari masalah
kebijakan yang diberikan dan pemecahan yang diusulkan. Kerangka konseptual
itu juga memberikan suatu kerangka suportif bagi model tersebut berdasarkan atas
bukti empiris yang diperoleh dari riset terdahulu dan/atau pengalaman ditambah
dengan asumsi-asumsi nilai yang menyadari pemecahan-pemecahan yang
diusulkan. Kerangka konseptual tersebut menyajikan semua ini secara relatif
abstrak. Kerangka konseptual mengidentifikasikan, memberi batasan, dan
menguraikan konsep-konsep yang dicerminkan dalam masalah kebijakan,
pemecahan-pemecahan yang diusulkan serta kekuatan-kekuatan sosial yang
beragam yang memengaruhinya. Kerangka konseptual itu dapat dipikirkan
sebagai suatu diagram mental, atau peta yang menyaling-hubungkan konsep-
konsep ini, menunjukkan di mana, kapan, dan bagaimana konsep-konsep itu
saling sesuai. Oleh karena itu pertanyaan tertulis dari kerangka konseptual itu
adalah deskripsi dan penjelasan dari ahli analisis tentang peta konseptual tersebut
(dalam Silalahi, 2009, hh. 93-94). Maka daripada itu, kerangka konsep pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Variabel Terikat (X)
Variabel Bebas (X)
Keputusan Pembelian
Labelisasi Halal Produk
Mahasiswa UKMI As-
Roti Merek Breadlife
Siyasah FISIP USU

GAMBAR 2.3. KERANGKA KONSEP

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019

2.3. Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang diuraikan


sebelumnya, maka variabel penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Variabel Penelitian

Variabel Teoritis Indikator Variabel


Variabel Bebas (X) • Keamanan
Labelisasi Halal Produk Roti Merek • Kepercayaan
Breadlife • Kenyamanan

Hasan (2014) dan Syafrida (2016) • Kepastian Hukum

Variabel Terikat (Y) • Attention (perhatian)


Keputusan Pembelian Mahasiswa • Interest (minat)
UKMI As-Siyasah FISIP USU • Desire (hasrat)

Cangara (2013) dan Effendy (2003) • Decision (Keputusan)

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019

2.4. Definisi Operasional

Mayer & Greenwood menjelaskan bahwa definisi operasional menunjuk


kepada gejala itu sendiri dan ke mana ide mengacu serta dari mana definisi
tersebut diabstraksi. Definisi operasional menyatakan kondisi-kondisi, bahan-
bahan, dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mengidentifikasi atau
menghasilkan kembali satu atau lebih acuan konsep yang didefinisikan (dalam

Universitas Sumatera Utara


Silalahi, 2009, hh. 119-120). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan labelisasi halal pada


produk roti merek Breadlife yang didasarkan pada Hasan (2014) dan Syafrida
(2016) dengan indikator sebagai berikut:
a. Keamanan, perlindungan dari bahan-bahan yang berbahaya maupun tidak
halal untuk dikonsumsi dalam produk pangan.
b. Kepercayaan, validitas dan profesionalisme tim audit dalam mengaudit
kehalalan suatu produk sehingga tidak menimbulkan keraguan.
c. Kenyamanan, perasaan tenang dan nyaman konsumen dalam
mengkonsumsi produk berkualitas tanpa takut menyalahi Syariat Islam.
d. Kepastian Hukum, jaminan dan perlindungan hukum bagi konsumen di
Indonesia dalam menuntut pertanggungjawaban produk halal.

2. Variabel Terikat (X)

Variabel terikat dalam penelitian ini merupakan keputusan pembelian


mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU yang didasarkan pada Cangara (2013)
dan Effendy (2003) dengan indikator sebagai berikut:
a. Attention (perhatian), langkah komunikasi pertama yang harus dilakukan
oleh pemasar adalah membangkitkan perhatian dari khalayak yang
menjadi target sasaran dan kesadaran terhadap produk.
b. Interest (minat), merupakan munculnya perasaan target sasaran untuk
mengetahui lebih lanjut terkait produk yang ditawarkan oleh pemasar.
c. Desire (hasrat), merupakan fase dimana target sasaran telah memiliki
keinginan untuk memiliki produk setelah menimbang manfaat atau
kegunaan dari produk.
d. Decision (keputusan), merupakan fase dimana target sasaran sudah merasa
yakin akan keputusannya, apakah dirinya akhirnya akan bertindak
menolak atau menerima produk yang ditawarkan.

Universitas Sumatera Utara


2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban tentatif atas masalah yang


kemudian diverifikasi hanya setelah hipotesis diuji secara empiris. Tujuan
pengujian hipotes adalah untuk mengetahui kebenaran atau ketidakbenaran
maupun untuk menerima atau menolak jawaban tentatif (Silalahi, 2009, h. 160).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara labelisasi halal dengan keputusan pembelian


produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU.

Ha : Terdapat hubungan antara labelisasi halal dengan keputusan pembelian


produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Unit Kegiatan Mahasiswa Islam


(UKMI) As-Siyasah di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Sumatera Utara (USU) yang berada di jalan Dr. A. Sofian No. 1A Kampus USU.

3.1.1. Sejarah UKMI As-Siyasah FISIP USU*

Pada awalnya di musala FISIP USU yang bernama As-Siyasah dibentuk


Badan Kenaziran Musala (BKM) dimana nantinya BKM ini dapat menjaga
keamanan dan kebersihan musala FISIP USU yang dibentuk di tahun 1998
tersebut. Memasuki kepemimpinan Dekan Drs. Subhilhar, MA didampingi Prof.
Drs. Hamdani Harahap selaku Pembantu Dekan III, FISIP USU mengusulkan
untuk membuat UKM dimana nantinya hanya ada dan boleh satu UKM saja yang
membuat kegiatan dan menjadi wadah ekpresi mahasiswa Islam untuk
mengadakan kegiatan berbasis agama Islam di FISIP USU seperti diantaranya
adalah Perayaan Tahun baru Islam yaitu 1 Muharram, Hari Maulid Nabi
Muhammad SAW., Hari Isra’ Mi’raj. Pada tahun 1999 UKMI As-Siyasah
diresmikan oleh Nazir sebagai Gubernur pertama FISIP USU. Diresmikannya
UKMI As-Siyasah sebagai unit kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan
minat dan bakat dengan berbasis Islam dan kajian-kajian seputar dunia Islam ini
membuat berbagai organisasi ekstra kampus terutama Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) FISIP USU, Hizbut Tahrir Indonesia USU dan Rohis Himpunan
Mahasiswa Jurusan menjadikan UKMI sebagai wadah untuk membuat kegiatan
seputar Islam dan menghidup *kan perayaan hari besar Islam. Pelopor utama
0F

UKMI As-Siyasah FISIP USU yang saat itu pernah menjadi ketua umum HMI
FISIP USU yaitu Salman Al-Farizi bersama teman-temannya Surya Utama dan

*
Diskusi langsung dengan Sekretaris Umum UKMI AS-Siyasah tahun kepengurusan 2017,
Muhammad Fais Sidqi, mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Angkatan 2016

Universitas Sumatera Utara


Syaiful Haris, menggerakkan massa dari teman-teman HMI FISIP USU untuk
membuat kegiatan dan kajian Islam berbasis kontemporer, sehingga keberadaan
UKMI As-Siyasah FISIP USU tidak terlepas dari penggerak utama organisasi
ekternal berupa HMI FISIP USU. Selain itu mereka juga membuat rapat
dilakukan di mesjid dan sesekali di bawah pohon rindang FISIP USU. Latar
belakang berdirinya UKMI As-Siyasah FISIP USU berawal dari kepedulian
Pemerintah Mahasiswa yang melihat tidak terkordinirnya kegiatan mahasiswa
yang berbasis Islam sementara kegiatan mahasiswa berbasis Kristen tertata rapi
dan semakin berkembang baik. Selain itu mahasiswa Islam saat itu juga tidak
memiliki wadah untuk menyalurkan bakat yang dimilikinya yang berbasis agama
Islam yang resmi di akui oleh pihak Dekanat FISIP USU. UKMI juga berdiri
diatas kerjasama dengan Rohis dari Himpunan Mahasiswa Jurusan yang ada di
FISIP USU, sehingga mempermudah UKMI dalam regenerasi pengurus UKMI
selanjutnya..

3.1.2. Visi UKMI As-Siyasah FISIP USU

Visi dari UKMI As-Siyasah FISIP USU adalah sebagai berikut:

1. Wadah pembentuk dan pencetak mahasiswa Islam menjadi kader yang


tangguh dalam upaya mentransformasikan nilai-nilai ketauhidan dalam
mewujudkan kejayaan umat.

3.1.3. Misi UKMI As-Siyasah FISIP USU

Misi dari UKMI As-Siyasah FISIP USU adalah sebagai berikut:

1. Membina mahasiswa Islam menjadi intelektual yang bertanggungjawab


terhadap masalah keumatan dan komitmen terhadap dakwah islamiyah
serta berakhlak mulia, cerdas, dan berintegritas.

2. Membangun dan menyatukan gerak dakwah dalam rangka menjunjung


tinggi nilai-nilai agama Allah.

Universitas Sumatera Utara


3. Menggali, mengembangkan dan menggerakkan seluruh potensi kader
Islam yang memiliki integritas kepribadian Islam yang utuh serta memiliki
kemampuan manajerial.

4. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya


aktivis muslim serta mengoptimalkan dukungan dan partisipasi aktif
menuju lembaga dakwah fakultas yang kokoh dan dinamis.

5. Membangun dan meningkatkan kepedulian, peran serta solidaritas


terhadap permasalahan umat.

3.2. Metode Penelitian

Metode dapat didefinisikan seabagai cara mendekati, mengamati, dan


menjelaskan suatu gejala dengan menggunakan landasan teori. Para pembelajar
metode penelitian memberi arti bahwa metode penelitian dalam arti sempit
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data maupun teknik
spesifik yang berhubungan dengan teknik pengumpulan data (observasi,
wawancara dan rekaman suara) dan tekknik analisis data (kuantitatif, korelasi
statis). Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang
sistematis dan terorganisasi untuk menyelidik suatu masalah tertentu dengan
maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah
tersebut. Cara yang dimaksud dilakukan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah yang terdiri dari berbagai tahhapan maupun langkah-langkah. Oleh karena
itu, metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk
menemukan solusi atas suatu masalah (Silalahi, 2009, hh. 12-13).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


koreasional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode analisis
kuantitatif. Penelitian korelasional digunakan untuk mempelajari apakah
perubahan nilai dalam suatu variabel memiliki hubungan dengan perubahaan nilai
dalam variabel lain. Terdapat atau tidaknya hubungan tersebut dihitung
berdasarkan dengan koefisien korelasi (Silalahi, 2009, h. 33). Penelitian dengan
metode analisis kuantitatif berdasarkan Miles & Huberman (1992) menggunakan
metode-metode analisis yang jelas dan sistematis guna menarik kesimpulan-

Universitas Sumatera Utara


kesimpulan dan mengujinya secara seksama, yakni metode yang dapat digunakan
sebagai replika oleh peneliti lainnya, seperti halnya dengan pengujian-pengujian
signifikansi dan korelasi ang dilakukan oleh para peneliti kuantitatif (dalam
Silalahi, 2009, h. 39).

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Menurut Bailey (1987) populasi merupakan jumlah total dari seluruh unit
atau elemen di mana penyelidik tertarik (dalam Silalahi, 2009, h. 253). Sementara
itu berdasarkan Burns (2000) populasi dapat berupa organisme, orang atau
sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan
yang seluruhnya memiliki ciri dan didefinisikan secara spesifik (dalam Silalahi,
2009, h. 253). Populasi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU yang berjumlah 133 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan satu subset atau tiap bagian dari populasi yang
didasarkan pada apakah tiap bagian itu representasi atau tidak. Sampel merupakan
bagian tertentu yang diambil atau dipilih dari populasi (Silalahi, 2009, h. 254).
Sampel pada penelitian ini ditentukan jumlahnya atau besarannya menggunakan
rumus Taro Yamane (diambil dari Rakhmat, 1984) dengan tingkat kepercayaan
90% dan tingkat presisi kesalahan 10% sebagai berikut:

Keterangan:
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
d = Tingkat presisi kesalahan (digunakan 10% atau 0,1)

Berdasarkan rumus tersebut dan data keseluruhan populasi yang diperoleh,


maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak:

Universitas Sumatera Utara


Maka sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 orang.

3.4. Teknik Penarikan Sampel

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan penarikan


sampel adalah:

1. Purposive Sampling

Penarikan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling digunakan


karena peneliti menguji pertimbangan-pertimbangan untuk memasukkan unsur
atau subjek yang dianggap khusu terhadap suatu populasi sasaran. Peneliti
memilih sampel didasarkan penilaian atas karakteristik anggota sampel yang
disesuaikan sehingga dapat diperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian
(Silalahi, 2009, h. 273). Karakteristik yang ditentukan dalam sampel pada
penelitian ini adalah mahasiswa Muslim yang minimal telah mengonsumsi produk
roti merek Breadlife minimal sebanyak 2 kali.

2. Quota Sampling

Teknik penarikan sampel Quota Sampling adalah penarikan sampel


dengan menentukan kuota tertentu dari unsur populasi menjadi anggota sampel
lalu mengambil yang paling mudah diperoleh dan sesuai dengan karakteristik
yang dikehendaki peneliti (Silalahi, 2009, h. 273). Pada penelitian ini peneliti
meneliti siapa saja sampel yang sesuai dengan karakteristik yang dapat dijangkau
hingga jumlah kuota yang ditentukan terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan


pengumpulan data adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penelitian lapangan pada


penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data melalui kuesioner dengan survei
langsung pada lokasi penelitian. Kuesioner yang disebarkan merupakan kuesioner
tertulis dengan pertanyaan tertutup terkait permasalahaan penelitian dan diukur
melalui teknik penskalaan likert dengan kontinum 4 poin.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik penelitian kepustakaan


dalam pengumpulan data dikarenakan preferensi peneliti dalam penelitian ini
tidak cukup hanya mengandalkan penelitian lapangan saja. Peneliti mempelajari
dan menambah wawasan terkait ruang lingkup permasalahan penelitian melalu
berbagai sumber sekunder seperti buku-buku, majalah-majalah, media cetak, dan
lainnya.

3.6. Teknik Analisis Data

Menurut Miles & Huberman (1992) analisis data merupakan proses


penyerdehanaan data dan penyajian data dengan melompokkannya dalam suatu
bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi (dalam Silalahi, 2009, h. 332).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk analisis data adalah:

1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan


membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi dan persentase. Tabel tunggal merupakan langkah untuk menganalisa
data yang terdiri dari dua kolom yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk
setiap katagori (Singarimbun & Effendi, 2011, h. 266).

Universitas Sumatera Utara


2. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang merupakan teknik yang dilakukan untuk menganalisa


dan mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel
lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif dan
negatif (Singarimbun & Effendi, 2011, h. 273).

3. Uji Hipotesis

Hipotesis operasional dan hipotesis nol yang dirumuskan perlu diuji


melalui uji hipotesis. Tujuan dari uji hipotesis adalah untuk menentukan apakah
hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak atau dapat tidak ditolak atau
ditolak (Silalahi, 2009, h. 176). Untuk menguji hubungan diantara dua variabel
peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi Spearman rho dalam aplikasi
SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 25 yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
rs = Koefisien korelasi
1 = Angka satu, bilangan konstan
6 = Angka enam, bilangan konstan
2
∑d = Jumlah perkalian perbedaan antara dua set nilai yang sudah diurutkan
n = Jumlah sampel

Untuk menentukan tinggi rendahnya korelasi maka digunakan nilai


keofisien korelasi skala Guilford yaitu sebagai berikut:

0 : Tidak ada korelasi


<0,20 : Koralasi sangat rendah
0,20 – 0,40 : Korelasi rendah tapi pasti
0,41 – 0,70 : Korelasi yang cukup berarti
0,71 – 0,90 : Korelasi yang tinggi
>0,90 : Korelasi sangat tinggi
1 : Korelasi sempurna

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan nilai dari koefisien korelasi, besarnya hubungan atau peran
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diukur dengan melakukan uji
determinasi menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
KD = Koefisien determinasi
rs = Koefisien Korelasi

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian yang peneliti tempuh dalam


melaksanakan penelitian ini adalah:

4.1.1. Tahapan Awal

Tahapan awal yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah


melakukan pra-penelitian dimulai dari topik permasalahan yang ingin peneliti
teliti. Peneliti memilih untuk meneliti topik yang berkaitan dengan komunikasi
yaitu komunikasi pemasaran dalam labelisasi halal produk terhadap keputusan
pembelian masyarakat muslim. Peneliti juga kemudian menemui salah satu
pengurus dari UKMI As-Siyasah FISIP USU yang merupakan populasi responden
pada penelitian ini untuk mendapatkan pemahaman terkait pemikiran dan persepsi
dari anggota UKMI As-Siyasah FISIP USU terkait kehalalan makanan dalam
syariat Islam. Setelah melakukan pra penelitian, peneliti kemudian
mengkonsultasikan hasil dari pra-penelitian kepada dosen pembimbing agar dapat
melanjutkan ke tahap berikutnya.

4.1.2. Penelitian Kepustakaan

Peneliti melakukan penelitian kepustakaan di perpustakaan Universitas


Sumatera Utara dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berkaitan dengan
judul pada penelitian ini yaitu: “Hubungan Labelisasi Halal dengan Keputusan
Pembelian Produk Roti Merek Breadlife pada Mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU”. Selain itu peneliti juga mencari literatur lain berupa jurnal, skripsi,
maupun e-book dan berbagai sumber terpercaya yang dapat ditemukan di internet.
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian juga turut
dikaji peneliti untuk memberikan perbandingan terhadap penelitian yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara


4.1.3. Penelitian Lapangan

Peneliti mulai mengumpulkan data di lapangan setelah mendapatkan izin


dari dosen pembimbing. Sebelum terjun ke lapangan peneliti terlebih dahulu
mempersiapkan kuesioner seseuai dengan jumlah responden yang menjadi sampel
penelitian untuk kemudian disebar kepada responden penelitian yaitu mahasiswa
anggota UKMI As-Siyasah FISIP USU. Peneliti melakukan pengumpulan data
dengan penyebaran kuesioner selama lima hari, mulai tanggal 07 Maret 2019
hingga 13 Maret 2019. Penyebaran kuesioner dilakukan di musala As-Siyasah
FISIP USU di mana biasanya para anggota UKMI As-Siyasah FISIP USU
berkumpul. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang sesuai dengan
karakteristik yang ditentukan yang dapat peneliti temukan hingga kuota yang
ditentukan terpenuhi.

Hambatan yang peneliti hadapi ketika melakukan penelitian lapangan


dengan penyebaran kuesioner adalah sulitnya menemukan anggota UKMI As-
Siyasah FISIP USU meskipun telah mendatangi musala As-Siyasah FISIP USU
tempat dimana mereka biasa berkumpul. Hanya beberapa anggota UKMI As-
Siyasah FISIP USU saja yang selalu berada di musala. Peneliti kemudian
melakukan penyebaran kuesioner saat UKMI As-Siyasah FISIP USU melakukan
kegiatan sehingga dapat menemukan lebih banyak responden. Selain itu peneliti
juga kesulitan untuk menemukan anggota UKMI As-Siyasah FISIP USU
perempuan dikarenakan kebanyakan dari mereka berada di area perempuan
sehingga tidak dapat dijangkau oleh peneliti. Peneliti kemudian menggunakan
bantuan dari salah seorang teman perempuan untuk masuk ke area perempuan dan
mendapatkan responden perempuan anggota UKMI As-Siyasah FISIP USU.

4.2. Tahapan Pengolahan Data

Tahap pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan


data dari seluruh responden penelitian yang dibutuhkan melalui penelitian
lapangan. Tahapan pengolahan data yang peneliti tempuh dalam penelitian ini
adalah:

Universitas Sumatera Utara


1. Penomoran Kuesioner

Penomoran kuesioner merupakan tahap memberikan nomor urut pada


setiap kuesioner penelitian yang telah diisi oleh responden sebagai pengenal
lembar kuesioner penelitian tersebut. Dalam penelitian ini setiap kuesioner diberi
nomor urut dari 01 sampai dengan 57.

2. Editing

Ediiting merupakan tahap pengeditan jawaban responden untuk


memperjelas setiap jawaban yang diberikan oleh responden dan menghindari
terjadinya kesalahan pada tahap berikutnya yaitu pemindahan jawaban responden
ke dalam kotak kode yang telah di sediakan.

3. Pengkodean

Pengkodean merupakan tahap pemindahan jawaban-jawaban responden


pada lembar kuesioner ke dalam bentuk angka pada kotak kode yang telah
disediakan. Tahap ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan
penghitungan jawaban responden.

4. Inventarisasi Variabel

Inventarisasi variabel merupakan tahap pemindahan data mentah yang


diperoleh ke dalam suatu Formula translation Cobol (FC) untuk memuat seluruh
data dalam satu kesatuan. Peneliti menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS
versi 25 dalam memuat seluruh data menjadi satu kesatuan.

5. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan tahap memindahkan data yang telah melalui


tahap inventarisasi variabel ke dalam tabel tunggal dan tabel silang. Tabel yang
disajikan berjumlah sebanyak pertanyaan dari kuesioner. Penyebaran data pada
tabel dirinci melalui kategori, frekuensi, dan persentase, lalu kemudian dianalisis
melalui deskripsi teks untuk memperjelas isi tabel.

Universitas Sumatera Utara


6. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan tahap terakhir dalam tahapan pengolahan


data dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah data yang diajukan dapat
diterima atau ditolak. Peneliti menggunakan koefisien korelasi skala Guilford
untuk mengukur tinggi rendahnya hubungan antara variabel.

4.3. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan


membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi dan persentase. Data yang disajikan dalam penelitian ini terdiri dari
karakteristik responden, labelisasi halal produk roti merek Breadlife, dan
keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU.

4.3.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden disajikan guna memberikan gambaran akan latar


belakang responden. Karakteristik responden yang dianggap relevan pada
penelitian ini adalah nama responden, usia, jenis kelamin, dan frekuensi membeli
produk roti merek Breadlife.

Universitas Sumatera Utara


20 19 (33,3%)
18
16 14 (24,6%)
14
12 11 (19,3%)
10
8 7 (12,3%)
6 4 (7%)
4
2 1 (1,8%) 1 (1,8%)
0
17 18 19 20 21 22 23
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

GAMBAR 4.1. USIA

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 2

Gambar 4.1. menampilkan grafik karakteristik usia responden, dimana


dalam penelitian ini berada diantara usia 17 tahun sampai dengan 23 tahun. Dari
keseluruhan 57 orang responden, karakteristik usia responden dalam penelitian ini
sebagian besar berada pada usia 19 tahun yaitu sebanyak 19 orang atau sebesar
33,3%. Selanjutnya diikuti dengan responden berusia 20 tahun dengan jumlah 14
orang atau sebesar 24,6% lalu responden berusia 18 tahun dengan jumlah 11
orang atau sebesar 19,3%. Sedangkan sisanya yaitu responden dengan usia 21
tahun hanya berjumlah 7 orang atau sebesar 12,3%, responden dengan usia 22
tahun berjumlah 5 orang atau sebesar 7%, dan responden dengan usia 18 tahun
dan 23 tahun masing-masing hanya berjumlah 1 orang atau sebesar 1,8%.

Universitas Sumatera Utara


29
51%
Laki-Laki
28 Perempuan
49%

GAMBAR 4.2. JENIS KELAMIN

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 3

Gambar 4.2. menampilkan grafik karakteristik jenis kelamin responden,


dimana dalam penelitian ini terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Dari total
keseluruhan 57 orang responden, karakteristik jenis kelamin responden dalam
penelitian ini cukup berimbang. Hal ini tergambar dari hasil yang diperoleh yaitu
responden laki-laki berjumlah 28 orang atau sebesar 49% dan responden
perempuan bejumlah 29 orang atau sebesar 51%.

Universitas Sumatera Utara


6
11%
7
Dibawah 4 kali
12%
membeli
4 - 8 kali membeli

Lebih dari 8 kali


membeli
44
77%

GAMBAR 4.3. FREKUENSI MEMBELI PRODUK ROTI MEREK


BREADLIFE

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 4

Gambar 4.3. menampilkan grafik karakteristik frekuensi membeli produk


roti merek Breadlife responden, dimana dalam penelitian ini terbagi menjadi;
dibawah 4 kali membeli, 4 – 8 kali membeli, dan lebih dari 8 kali membeli. Dari
keseluruhan 57 orang responden, karakteristik frekuensi membeli produk roti
merek Breadlife responden dalam penelitian ini didominasi dengan responden
dengan frekuensi membeli produk roti merek Breadlife dibawah 4 kali membeli
yaitu sebanyak 44 orang atau sebesar 77%. Sedangkan sisanya yaitu responden
dengan frekuensi membeli produk roti merek Breadlife sebanyak 4 – 8 kali
membeli hanya berjumlah 7 orang atau sebesar 12% dan responden dengan
frekuensi membeli produk roti merek Breadlife lebih dari 8 kali membeli
berjumlah 6 orang atau sebesar 11%.

Universitas Sumatera Utara


4.3.2. Variabel Bebas (X) Labelisasi Halal Produk Roti Merek Breadlife

Variabel bebas (X) labelisasi halal pada produk roti merek Breadlife
diukur menggunakan 4 indikator yaitu; keamanan, kepercayaan, kenyaman, dan
kepastian hukum, dengan dua pertanyaan untuk mengukur masing-masing
indikator. Berikut hasil yang telah diperoleh:

Tabel 4.1. Perasaan Aman Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi
MUI

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 1 1,8%

3. Setuju 22 38,6%

4. Sangat Setuju 34 59,6%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 5

Tabel 4.1. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


keamanan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek Breadlife
yaitu pertanyaan kuesioner nomor 5 terkait perasaan aman membeli produk
Breadlife yang berlabel halal resmi MUI. Dari keseluruhan 57 orang responden,
hampir seluruhnya menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 22
orang atau sebesar 38,6% menyatakan setuju dan sebanyak 34 orang atau sebesar
59,6% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak
setuju hanya berjumlah 1 orang atau sebesar 1,8% dan tidak ada sama sekali yang
menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU merasa aman ketika
membeli produk roti merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI dengan
jumlah 56 orang atau sebesar 98,2% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2. Perasaan Tidak Takut Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal
Resmi MUI secara Sembarangan

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 14 24,6%

3. Setuju 27 47,4%

4. Sangat Setuju 16 28,1%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 6

Tabel 4.2. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


keamanan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek Breadlife
yaitu pertanyaan kuesioner nomor 6 terkait perasaan tidak takut membeli produk
Breadlife yang berlabel halal resmi MUI secara sembarangan. Dari keseluruhan
57 orang responden, sebagian besar menyatakan setuju ataupun sangat setuju
yaitu sebanyak 27 orang atau sebesar 47,4% menyatakan setuju dan sebanyak 16
orang atau sebesar 28,1% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang
menyatakan tidak setuju memiliki frekuensi atau persentase yang cukup berarti
yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar 24,6%, namun tidak ada sama sekali yang
menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU merasa tidak takut
ketika membeli produk roti merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI secara
sembarangan dengan jumlah 43 orang atau sebesar 75,5% menyatakan setuju
maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada
Kemasan Produk Breadlife

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 1 1,8%

3. Setuju 34 59,6%

4. Sangat Setuju 22 38,6%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 7

Tabel 4.3. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


kepercayaan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek Breadlife
yaitu pertanyaan kuesioner nomor 7 terkait kepercayaan pada label halal resmi
MUI yang terdapat pada kemasan produk Breadlife. Dari keseluruhan 57 orang
responden, hampir seluruhnya menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu
sebanyak 34 orang atau sebesar 59,6% menyatakan setuju dan sebanyak 22 orang
atau sebesar 38,6% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang
menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 1 orang atau sebesar 1,8% dan tidak ada
sama sekali yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
percaya pada label halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk roti
merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI dengan jumlah 56 orang atau
sebesar 98,2% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada Gerai
atau Toko Produk Breadlife

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 2 3,5%

3. Setuju 40 70,2%

4. Sangat Setuju 15 26,3%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 8

Tabel 4.4. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


kepercayaan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek Breadlife
yaitu pertanyaan kuesioner nomor 8 terkait kepercayaan pada label halal resmi
MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife. Dari keseluruhan 57
orang responden, hampir seluruhnya menyatakan setuju ataupun sangat setuju
yaitu sebanyak 40 orang atau sebesar 70,2% menyatakan setuju dan sebanyak 15
orang atau sebesar 26,3% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang
menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 2 orang atau sebesar 3,5% dan tidak ada
sama sekali yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
percaya pada label halal resmi MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk roti
merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI dengan jumlah 55 orang atau
sebesar 96,5% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5. Perasaan Nyaman Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal
Resmi MUI

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 1 1,8%

3. Setuju 39 68,4%

4. Sangat Setuju 17 29,8%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 9

Tabel 4.5. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


kenyamanan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek Breadlife
yaitu pertanyaan kuesioner nomor 9 terkait perasaan nyaman membeli produk
Breadlife yang berlabel halal resmi MUI. Dari keseluruhan 57 orang responden,
hampir seluruhnya menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 39
orang atau sebesar 68,4% menyatakan setuju dan sebanyak 17 orang atau sebesar
29,8% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak
setuju hanya berjumlah 1 orang atau sebesar 1,8% dan tidak ada sama sekali yang
menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU merasa nyaman
membeli produk roti merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI dengan
jumlah 56 orang atau sebesar 98,2% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6. Perasaan Tenang Membeli Produk Breadlife yang Berlabel Halal
Resmi MUI

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 1 1,8%

3. Setuju 37 64,9%

4. Sangat Setuju 19 33,3%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 10

Tabel 4.6. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


kenyamanan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek Breadlife
yaitu pertanyaan kuesioner nomor 10 terkait perasaan tenang membeli produk
Breadlife yang berlabel halal resmi MUI. Dari keseluruhan 57 orang responden,
hampir seluruhnya menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 37
orang atau sebesar 64,9% menyatakan setuju dan sebanyak 19 orang atau sebesar
33,3% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak
setuju hanya berjumlah 1 orang atau sebesar 1,8% dan tidak ada sama sekali yang
menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU merasa nyaman
membeli produk roti merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI dengan
jumlah 56 orang atau sebesar 98,2% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7. Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi MUI Memiliki Kepastian
Hukum yang Diatur Dalam Undang-Undang Republik Indonesia

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju - -

3. Setuju 35 61,4%

4. Sangat Setuju 22 38,6%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 11

Tabel 4.7. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


kepastian hukum variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek
Breadlife yaitu pertanyaan kuesioner nomor 11 terkait produk Breadlife yang
berlabel halal resmi MUI memiliki kepastian hukum yang diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia. Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya
menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 35 orang atau sebesar
61,4% menyatakan setuju dan sebanyak 22 orang atau sebesar 38,6% menyatakan
sangat setuju. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak
setuju tidak ada sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keseluruhan
mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU setuju bahwa produk roti merek
Breadlife yang berlabel halal resmi MUI memiliki kepastian hukum yang diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia dengan seluruhnya yaitu 57 orang
atau sebesar 100% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8. Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi MUI telah Dijamin
Kehalalannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 4 7%

3. Setuju 33 57,9%

4. Sangat Setuju 20 35,1%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 12

Tabel 4.8. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


kepastian hukum variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk roti merek
Breadlife yaitu pertanyaan kuesioner nomor 12 terkait produk Breadlife yang
berlabel halal resmi MUI telah dijamin kehalalannya oleh Undang-Undang
Republik Indonesia. Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya
menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 33 orang atau sebesar
57,9% menyatakan setuju dan sebanyak 22 orang atau sebesar 35,1% menyatakan
sangat setuju. Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya berjumlah
4 orang atau sebesar 7% dan tidak ada sama sekali yang menyatakan sangat tidak
setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU setuju bahwa produk roti merek Breadlife yang
berlabel halal resmi MUI memiliki kepastian hukum yang diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia dengan jumlah 53 orang atau sebesar 93%
menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


4.3.3. Variabel Terikat (Y) Keputusan Pembelian Mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU

Variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah


FISIP USU diukur menggunakan 4 indikator yaitu; attention, interest, desire, dan
decision, dengan dua pertanyaan untuk mengukur masing-masing indikator.
Berikut hasil yang telah diperoleh:

Tabel 4.9. Kesadaran terhadap Label Halal Resmi MUI pada Kemasan Produk
Breadlife

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 4 7%

3. Setuju 37 64,9%

4. Sangat Setuju 16 28,1%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 13

Tabel 4.9. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


attention variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 13 terkait kesadaran terhadap label
halal resmi MUI pada kemasan produk Breadlife. Dari keseluruhan 57 orang
responden, seluruhnya menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 37
orang atau sebesar 64,9% menyatakan setuju dan sebanyak 16 orang atau sebesar
28,1% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak
setuju hanya berjumlah 4 orang atau sebesar 7% dan tidak ada sama sekali yang
menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU sadar terhadap label
halal resmi MUI pada kemasan produk roti merek Breadlife dengan jumlah 53
orang atau sebesar 93% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10. Kesadaran terhadap Label Halal Resmi MUI pada Gerai atau Toko
Produk Breadlife

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 7 12,3%

3. Setuju 37 64,9%

4. Sangat Setuju 13 22,8%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 14

Tabel 4.10. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


attention variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 14 terkait kesadaran terhadap label
halal resmi MUI pada gerai atau toko produk Breadlife. Dari keseluruhan 57
orang responden, seluruhnya menyatakan setuju ataupun sangat setuju yaitu
sebanyak 37 orang atau sebesar 64,9% menyatakan setuju dan sebanyak 13 orang
atau sebesar 22,8% menyatakan sangat setuju. Sedangkan sisanya yang
menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 7 orang atau sebesar 12,3% dan tidak
ada sama sekali yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
sadar terhadap label halal resmi MUI pada gerai atau toko produk roti merek
Breadlife dengan jumlah 50 orang atau sebesar 87,7% menyatakan setuju maupun
sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.11. Minat Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal Resmi
MUI pada Kemasan Produk Tersebut

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 3 5,3%

3. Setuju 29 50,9%

4. Sangat Setuju 25 43,9%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 15

Tabel 4.11. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


interest variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 15 terkait minat membeli produk
Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut.
Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya menyatakan setuju ataupun
sangat setuju yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 50,9% menyatakan setuju dan
sebanyak 25 orang atau sebesar 43,9% menyatakan sangat setuju. Sedangkan
sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 3 orang atau sebesar 5,3%
dan tidak ada sama sekali yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP
USU berminat membeli produk roti merek Breadlife yang memiliki label halal
resmi MUI pada kemasan produk tersebut dengan jumlah 54 orang atau sebesar
94,8% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.12. Minat Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal Resmi
MUI pada Kemasan Gerai atau Toko Tersebut

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju 1 1,8%

2. Tidak Setuju 3 5,3%

3. Setuju 36 63,2%

4. Sangat Setuju 17 29,8%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 16

Tabel 4.12. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


interest variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 16 terkait minat membeli produk
Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau toko produk
tersebut. Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya menyatakan setuju
ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 36 orang atau sebesar 63,2% menyatakan
setuju dan sebanyak 17 orang atau sebesar 29,8% menyatakan sangat setuju.
Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 3 orang atau
sebesar 5,3% dan yang menyatakan sangat tidak setuju hanya berjumlah 1 orang
atau sebesar 1,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU berminat membeli produk roti merek
Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau toko produk
tersebut dengan jumlah 53 orang atau sebesar 93% menyatakan setuju maupun
sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13. Keinginan Mencoba Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Kemasan Produk Tersebut

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 2 3,5%

3. Setuju 36 63,2%

4. Sangat Setuju 19 33,3%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 17

Tabel 4.13. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator desire
variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP
USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 17 terkait keinginan mencoba produk
Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut.
Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya menyatakan setuju ataupun
sangat setuju yaitu sebanyak 36 orang atau sebesar 63,2% menyatakan setuju dan
sebanyak 19 orang atau sebesar 33,3% menyatakan sangat setuju. Sedangkan
sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 2 orang atau sebesar 3,5%
dan tidak ada sama sekali yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP
USU berkeinginan mencoba produk roti merek Breadlife yang memiliki label
halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut dengan jumlah 56 orang atau
sebesar 96,5% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14. Keinginan Mencoba Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Gerai atau Toko Produk Tersebut

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju 1 1,8%

2. Tidak Setuju 3 5,3%

3. Setuju 39 68,4%

4. Sangat Setuju 14 24,6%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 18

Tabel 4.14. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator desire
variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP
USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 18 terkait keinginan mencoba produk
Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau toko produk
tersebut. Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya menyatakan setuju
ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 39 orang atau sebesar 68,4% menyatakan
setuju dan sebanyak 14 orang atau sebesar 24,6% menyatakan sangat setuju.
Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 3 orang atau
sebesar 5,3% dan yang menyatakan sangat tidak setuju hanya berjumlah 1 orang
atau sebesar 1,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU berkeinginan mencoba produk roti
merek Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau toko produk
tersebut dengan jumlah 53 orang atau sebesar 93% menyatakan setuju maupun
sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.15. Keputusan Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Kemasan Produk Tersebut

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 3 5,3%

3. Setuju 34 59,6%

4. Sangat Setuju 20 35,1%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 19

Tabel 4.15. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


decision variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 19 terkait keputusan membeli
produk Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk
tersebut. Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya menyatakan setuju
ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar 59,6% menyatakan
setuju dan sebanyak 20 orang atau sebesar 35,1% menyatakan sangat setuju.
Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 3 orang atau
sebesar 5,3% dan tidak ada sama sekali yang menyatakan sangat tidak setuju.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI
As-Siyasah FISIP USU memutuskan membeli produk roti merek Breadlife yang
memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut dengan jumlah 54
orang atau sebesar 94,8% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16. Keputusan Membeli Produk Breadlife yang Memiliki Label Halal
Resmi MUI pada Gerai atau Toko Produk Tersebut

NO. KATEGORI JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. Sangat Tidak Setuju - -

2. Tidak Setuju 4 7%

3. Setuju 41 71,9%

4. Sangat Setuju 12 21,1%

TOTAL 57 100%

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 20

Tabel 4.16. menampilkan hasil dari salah satu pertanyaan indikator


decision variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 20 terkait keputusan membeli
produk Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk
tersebut. Dari keseluruhan 57 orang responden, seluruhnya menyatakan setuju
ataupun sangat setuju yaitu sebanyak 41 orang atau sebesar 71,9% menyatakan
setuju dan sebanyak 12 orang atau sebesar 21,1% menyatakan sangat setuju.
Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya berjumlah 3 orang atau
sebesar 5,3% dan tidak ada sama sekali yang menyatakan sangat tidak setuju.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI
As-Siyasah FISIP USU memutuskan membeli produk roti merek Breadlife yang
memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut dengan jumlah 53
orang atau sebesar 93% menyatakan setuju maupun sangat setuju.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang merupakan teknik yang dilakukan untuk menganalisa


dan mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel
lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif dan
negatif. Meskipun demikian, analisis tabel silang tidak menjadi penentu utama
dalam melihat hubungan antara variabel yang diteliti. Analisis tabel silang
ditujukan untuk melihat bagaimana penilaian antara data variabel yang satu
berhubungan dengan data variabel yang lain. Peneliti membuat dua variabel untuk
melihat sejauh mana tingkat toleran masing-masing variabel. Variabel yang
disusun adalah sebagai berikut:

Tabel 4.17. Produk Breadlife yang Berlabel Halal Resmi MUI telah Dijamin
Kehalalannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia dengan Kesadaran
terhadap Label Halal Resmi MUI pada Kemasan Produk Breadlife

KESADARAN TERHADAP LABEL


HALAL RESMI MUI PADA KEMASAN
PRODUK BREADLIFE
TOTAL
Sangat
Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Sangat
PRODUK Tidak 0 0 0 0 0
BREADLIFE Setuju
YANG
BERLABEL Tidak
HALAL RESMI 0 1 3 0 4
Setuju
MUI TELAH
DIJAMIN
KEHALALANNYA Setuju 0 3 26 4 33
OLEH UNDANG-
UNDANG
REPUBLIK Sangat
0 0 8 12 20
INDONESIA Setuju

TOTAL 0 4 37 16 57

Sumber: Pertanyaan kuesioner 12 dan pertanyaan kuesioner 13

Tabel 4.17. menampilkan persilangan antara hasil dari salah satu


pertanyaan indikator kepastian hukum variabel bebas (x) labelisasi halal pada

Universitas Sumatera Utara


produk roti merek Breadlife yaitu pertanyaan kuesioner nomor 12 terkait produk
Breadlife yang berlabel halal resmi MUI telah dijamin kehalalannya oleh Undang-
Undang Republik Indonesia dengan hasil dari salah satu pertanyaan indikator
attention variabel terikat (Y) keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner nomor 13 terkait kesadaran terhadap label
halal resmi MUI pada kemasan produk Breadlife. Dalam persilangan kedua hasil
ini, persilangan terbanyak terdapat pada responden yang setuju bahwa produk roti
merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI telah dijamin kehalalannya oleh
Undang-Undang Republik Indonesia dengan responden yang setuju memiliki
kesadaran terhadap label halal resmi MUI pada kemasan produk roti merek
Breadlife.

Dapat dilihat bahwa dari keseluruhan 33 responden yang setuju bahwa


produk Breadlife yang berlabel halal resmi MUI telah dijamin kehalalannya oleh
Undang-Undang Republik Indonesia, sebanyak 26 orang diantaranya juga
menyatakan setuju memiliki kesadaran terhadap label halal resmi MUI pada
kemasan produk Breadlife dan bahkan 4 orang lainnya menyatakan sangat setuju.
Sedangkan sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya sebanyak 4 orang
responden dan yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali.

Responden yang menyatakan sangat setuju bahwa produk Breadlife yang


berlabel halal resmi MUI telah dijamin kehalalannya oleh Undang-Undang
Republik Indonesia juga tidak kalah banyak dengan yang menyatakan setuju yaitu
sebanyak 20 orang responden. Dari 20 orang responden tersebut, seluruhnya
setuju atau sangat setuju memiliki kesadaran terhadap label halal resmi MUI pada
kemasan produk Breadlife dengan 8 orang menyatakan setuju dan 12 orang
menyatakan sangat setuju. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju maupun
sangat tidak setuju tidak ada sama sekali.

Di bagian lain, responden yang menyatakan tidak setuju bahwa Breadlife


yang berlabel halal resmi MUI telah dijamin kehalalannya oleh Undang-Undang
Republik Indonesia hanya berjumlah 4 orang responden. Dari 4 orang responden
tersebut, tidak ada yang menyatakan sangat setuju memiliki kesadaran terhadap
label halal resmi MUI pada kemasan produk Breadlife namun terdapat 3 orang

Universitas Sumatera Utara


yang menyatakan setuju. Sedangkan yang turut menyatakan tidak setuju hanya
berjumlah 1 orang dan tidak satupun responden menyatakan sangat tidak setuju.
Di bagian lainnya juga tidak terdapat satupun responden yang menyatakan sangat
tidak setuju bahwa produk Breadlife yang berlabel halal resmi MUI telah dijamin
kehalalannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

Dari analisis tabel silang yang dilakukan, hasil terkait produk Breadlife
yang berlabel halal resmi MUI telah dijamin kehalalannya oleh Undang-Undang
Republik Indonesia berhubungan positif dengan hasil terkait kesadaran terhadap
label halal resmi MUI pada kemasan produk Breadlife. Dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU yang menyetujui atau
sangat menyetujui bahwa produk roti merek Breadlife yang berlabel halal resmi
MUI telah dijamin kehalalannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia juga
turut memiliki kesadaran terhadap label halal resmi MUI pada kemasan produk
roti merek Breadlife.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.18. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada
Kemasan Produk Breadlife dengan Keputusan Membeli Produk Breadlife yang
Memiliki Label Halal Resmi MUI pada Kemasan Produk Tersebut

KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK


BREADLIFE YANG MEMILIKI LABEL
HALAL RESMI MUI PADA KEMASAN
PRODUK TERSEBUT TOTAL
Sangat
Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Sangat
Tidak 0 0 0 0 0
KEPERCAYAAN Setuju
PADA LABEL
HALAL RESMI Tidak
0 0 1 0 1
MUI YANG Setuju
TERDAPAT
PADA
KEMASAN Setuju 0 3 25 6 34
PRODUK
BREADLIFE
Sangat
0 0 8 14 22
Setuju

TOTAL 0 3 34 20 57

Sumber: Pertanyaan kuesioner 7 dan pertanyaan kuesioner 19

Tabel 4.18. menampilkan persilangan antara hasil dari salah satu


pertanyaan indikator kepercayaan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk
roti merek Breadlife yaitu pertanyaan kuesioner nomor 7 terkait kepercayaan pada
label halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk Breadlife dengan hasil
dari salah satu pertanyaan indikator decision variabel terikat (Y) keputusan
pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner
nomor 19 terkait keputusan membeli produk Breadlife yang memiliki label halal
resmi MUI pada kemasan produk tersebut. Dalam persilangan kedua hasil ini,
persilangan terbanyak terdapat pada responden yang setuju percaya pada label
halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk roti merek Breadlife dengan
responden yang setuju memutuskan membeli produk roti merek Breadlife yang
memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Dapat dilihat bahwa dari keseluruhan 34 responden yang setuju percaya
pada label halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk Breadlife,
sebanyak 25 orang diantaranya juga menyatakan setuju memutuskan membeli
produk Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk
tersebut dan bahkan 6 orang lainnya menyatakan sangat setuju. Sedangkan
sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya sebanyak 3 orang responden dan
yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali.

Responden yang menyatakan sangat setuju percaya pada label halal resmi
MUI yang terdapat pada kemasan produk Breadlife juga tidak kalah banyak
dengan yang menyatakan setuju yaitu sebanyak 22 orang responden. Dari 22
orang responden tersebut, seluruhnya setuju atau sangat setuju memutuskan
membeli produk Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan
produk tersebut dengan 8 orang menyatakan setuju dan 14 orang menyatakan
sangat setuju. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak
setuju tidak ada sama sekali.

Di bagian lain, responden yang menyatakan tidak setuju percaya pada


label halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk Breadlife hanya
berjumlah 1 orang responden. Dari 1 orang responden tersebut, dirinya tidak
menyatakan sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju memutuskan
membeli produk Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan
produk tersebut melainkan menyatakan setuju. Di bagian lainnya juga tidak
terdapat satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju percaya pada
label halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk Breadlife.

Dari analisis tabel silang yang dilakukan, hasil terkait kepercayaan pada
label halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk Breadlife berhubungan
positif dengan hasil terkait keputusan membeli produk Breadlife yang memiliki
label halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU yang percaya atau
sangat mempercayai label halal resmi MUI yang terdapat pada kemasan produk
roti merek Breadlife juga turut memutuskan untuk membeli produk roti merek
Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada kemasan produk tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.19. Kepercayaan pada Label Halal Resmi MUI yang Terdapat pada Gerai
atau Toko Produk Breadlife dengan Keputusan Membeli Produk Breadlife yang
Memiliki Label Halal Resmi MUI pada Gerai atau Toko Produk Tersebut

KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK


BREADLIFE YANG MEMILIKI LABEL
HALAL RESMI MUI PADA GERAI ATAU
TOKO PRODUK TERSEBUT TOTAL
Sangat
Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Sangat
Tidak 0 0 0 0 0
KEPERCAYAAN Setuju
PADA LABEL
HALAL RESMI Tidak
0 1 1 0 2
MUI YANG Setuju
TERDAPAT
PADA GERAI
ATAU TOKO Setuju 0 3 33 4 40
PRODUK
BREADLIFE
Sangat
0 0 7 8 15
Setuju

TOTAL 0 4 41 12 57

Sumber: Pertanyaan kuesioner 8 dan pertanyaan kuesioner 20

Tabel 4.19. menampilkan persilangan antara hasil dari salah satu


pertanyaan indikator kepercayaan variabel bebas (x) labelisasi halal pada produk
roti merek Breadlife yaitu pertanyaan kuesioner nomor 8 terkait kepercayaan pada
label halal resmi MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife dengan
hasil dari salah satu pertanyaan indikator decision variabel terikat (Y) keputusan
pembelian mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU yaitu pertanyaan kuesioner
nomor 20 terkait keputusan membeli produk Breadlife yang memiliki label halal
resmi MUI pada gerai atau toko produk tersebut. Dalam persilangan kedua hasil
ini, persilangan terbanyak terdapat pada responden yang setuju percaya pada label
halal resmi MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk roti merek Breadlife
dengan responden yang setuju memutuskan membeli produk roti merek Breadlife
yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau toko produk tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Dapat dilihat bahwa dari keseluruhan 40 responden yang setuju percaya
pada label halal resmi MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife,
sebanyak 33 orang diantaranya juga menyatakan setuju memutuskan membeli
produk Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau toko
produk tersebut dan bahkan 4 orang lainnya menyatakan sangat setuju. Sedangkan
sisanya yang menyatakan tidak setuju hanya sebanyak 3 orang responden dan
yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali.

Responden yang menyatakan sangat setuju percaya pada label halal resmi
MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife juga tidak kalah banyak
dengan yang menyatakan setuju yaitu sebanyak 15 orang responden. Dari 15
orang responden tersebut, seluruhnya setuju atau sangat setuju memutuskan
membeli produk Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau
toko produk tersebut dengan 7 orang menyatakan setuju dan 8 orang menyatakan
sangat setuju. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak
setuju tidak ada sama sekali.

Di bagian lain, responden yang menyatakan tidak setuju percaya pada


label halal resmi MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife hanya
berjumlah 2 orang responden. Dari 2 orang responden tersebut, tidak ada yang
menyatakan sangat setuju memiliki kesadaran terhadap label halal resmi MUI
pada kemasan produk Breadlife namun terdapat 1 orang yang menyatakan setuju.
Sedangkan 1 orang lainnya turut menyatakan tidak setuju dan membuat tidak
satupun responden menyatakan sangat tidak setuju. Di bagian lainnya juga tidak
terdapat satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju percaya pada
label halal resmi MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife.

Dari analisis tabel silang yang dilakukan, hasil terkait kepercayaan pada
label halal resmi MUI yang terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife
berhubungan positif dengan hasil terkait keputusan membeli produk Breadlife
yang memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau toko produk tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
yang percaya atau sangat mempercayai label halal resmi MUI yang terdapat pada
gerai atau toko produk roti merek Breadlife juga turut memutuskan untuk

Universitas Sumatera Utara


membeli produk roti merek Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI pada
gerai atau toko produk tersebut.

4.5. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan analisis tabel tunggal dan analisi tabel silang pada hasil
dari masing-masing variabel, dilakukan uji hipotesis. Untuk menguji hubungan
diantara dua variabel peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi Spearman
rho dalam aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 25.
Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20. Uji Hipotesis

Correlations
Labelisasi Halal Keputusan Pembelian
Produk Roti Merek Mahasiswa UKMI As-
Breadlife Siyasah FISIP USU
Spearman's Correlation
1,000 ,739**
rho Coefficient
Labelisasi Halal Produk
Sig. (2-tailed) . ,000
Roti Merek Breadlife
N 57 57
Correlation
,739** 1,000
Coefficient
Keputusan Pembelian
Mahasiswa UKMI As- Sig. (2-tailed) ,000 .
Siyasah FISIP USU
N 57 57
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Diolah oleh peneliti menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service
Solution) versi 25, 2019

Berdasarkan uji hipotesis pada tabel 4.20. menggunakan aplikasi SPSS


(Statistical Product and Service Solution) versi 25 diperoleh hasil koefisien
korelasi (rs) sebesar 0,739 dengan angka signifikasi (Sig. 2-tailed) = 0,000. Hal ini
berarti terdapat hubungan yang signifikan pada uji hipotesis ini karena angka
signifikasi < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara labelisasi halal dengan keputusan pembelian produk roti
merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU. Untuk
menentukan tinggi rendahnya korelasi (derajat hubungan) maka digunakan
koefisien korelasi skala Guilford yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


0 : Tidak ada korelasi
<0,20 : Koralasi sangat rendah
0,20 – 0,40 : Korelasi rendah tapi pasti
0,41 – 0,70 : Korelasi yang cukup berarti
0,71 – 0,90 : Korelasi yang tinggi
>0,90 : Korelasi sangat tinggi
1 : Korelasi sempurna

Berdasarkan skala Guilford, koefisien korelasi (rs) sebesar 0,739 berada di


angka 0,71 – 0,90 yang mana berarti menunjukkan korelasi atau hubungan yang
tinggi. Tanda (**.) yang diberikan oleh aplikasi SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 25 juga menunjukkan bahwa hasil korelasi merupakan
hasil yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian ini diterima dengan korelasi yang tinggi dan hubungannya signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa labelisasi halal pada memiliki hubungan yang tinggi
dengan keputusan pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI
As-Siyasah FISIP USU.

Selanjutnya untuk melihat seberapa besar hubungan atau peran labelisasi


halal terhadap keputusan pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU uji determinasi. Dengan menggunakan rumus
koefisien determinasi, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan variabel bebas (x) terhadap


variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah sebesar 54,6121% dan dibulatkan
menjadi 54,6%. Maka dapat disimpulkan bahwa labelisasi halal memiliki
hubungan sebesar 54,6% dengan keputusan pembelian produk roti merek
Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


4.6. Pembahasan

Mengutip dari Sulaksana (2003, h. 23), komunikasi pemasaran merupakan


proses penyebaran informasi terkait perusahaan dan apa yang hendak ditawarkan
perusahaan (offering) pada pasar sasaran. Selain itu pada pemasaran modern
menurut Kotler & Armstrong (1996/1998, h. 77), perusahaan juga dituntut untuk
melakukan suatu usaha yang lebih dari sekedar; pengembangan produk yang baik,
menetapkan harga yang menarik, dan menyediakannya bagi pelanggan sasaran,
namun juga perlu berkomunikasi dengan pelanggan dan sesuatu yang
dikomunikasikan tersebut diusahakan tidak sampai menimbulkan keraguan.
Terkait pemikiran ini, labelisasi halal dalam penelitian ini menjadi salah satu
usaha komunikasi dan penyebaran informasi yang dilakukan produk roti merek
Breadlife kepada konsumen muslim di Indonesia dalam bentuk komunikasi
pemasaran.

Penyelenggaraan produk halal lewat labelisasi halal di Indonesia menurut


Syafrida (2016, h. 160) memiliki tujuan untuk memberikan kenyamanan,
kemanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi konsumen.
Hasan (2014, h. 230) juga menyebutkan beberapa fungsi dari sertifikat halal
dalam labelisasi halal di Indonesia yaitu; melindungi konsumen dari
mengonsumsi produk tidak halal, memberikan ketenangan pada kejiwaan
perasaan hati dan batin konsumen, mempertahankan jiwa dan raga dari
keterpurukan akibat produk haram, dan memberikan kepastian perlindungan
hukum. Berdasarkan kedua pemikiran tersebut, maka untuk mengukur variabel
labelisasi halal kepada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU peneliti
menggunakan indikator keamanan, kepercayaan, kenyamanan, dan kepastian
hukum. Berikut adalah penjabaran hasil dari masing-masing indikator variabel
labelisasi halal yang telah diteliti:

1. Hasil indikator keamanan menunjukan bahwa mahasiswa UKMI As-


Siyasah FISIP USU merasa aman dengan labelisasi halal produk roti
merek Breadlife dengan sebesar 38,6% responden menyatakan setuju,
bahkan terdapat sebagian besar mahasiswa yang menyatakan sangat
merasa aman yaitu sebesar 59,6%. Hasil ini juga didukung dengan

Universitas Sumatera Utara


pernyataan berikutnya yaitu mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
tidak merasa takut membeli produk roti merek Breadlife yang telah
dilabelisasi halal secara sembarangan dengan sebesar 47,4% menyatakan
setuju dan 28,1% sangat setuju. Meskipun begitu terdapat juga beberapa
mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU yang masih merasa takut
membeli produk roti merek Breadlife yang telah dilabelisasi halal secara
sembarangan dengan 24,6% menyatakan tidak setuju. Hasil ini
membuktikan bahwa labelisasi halal memberikan rasa aman kepada
konsumen dan perlindungan dari bahan-bahan berbahaya maupun tidak
halal untuk dikonsumsi. Dikarenakan telah dilabelisasi halal, mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU merasakan keamanan pada label tersebut
dan bahkan sebagian besar tidak merasa takut ketika membeli produk roti
merek Breadlife secara sembarangan.

2. Hasil indikator kepercayaan menunjukkan bahwa mahasiswa UKMI As-


Siyasah FISIP USU percaya pada label halal resmi MUI pada kemasan
produk roti merek Breadlife dengan sebesar 59,6% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 38,6%. Selain
pada kemasan produk roti merek Breadlife, mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU juga percaya pada label halal resmi MUI pada gerai toko
produk roti merek Breadlife dengan sebesar 70,2% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 26,3%. Hasil ini
membuktikan bahwa validitas dan profesionalisme tim audit dalam
mengaudit kehalalan suatu produk telah terbukti dan dikenal luas sehingga
tidak menimbulkan keraguan. Mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
percaya sepenuhnya pada kehalalan dari labelisasi halal pada produk roti
merek Breadlife baik pada kemasannya maupun pada gerai atau tokonya.

3. Hasil indikator kenyaman menunjukkan bahwa mahasiswa UKMI As-


Siyasah FISIP USU merasa nyaman membeli produk roti merek Breadlife
yang telah dilabelisasi halal dengan sebesar 68,4% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 29,8%. Hasil ini
juga didukung dengan pernyataan berikutnya yaitu mahasiswa UKMI As-

Universitas Sumatera Utara


Siyasah FISIP USU juga merasa tenang membeli produk roti merek
Breadlife yang telah dilabelisasi halal dengan sebesar 64,9% menyatakan
setuju, dan beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar
33,3%. Hasil ini membuktikan bahwa labelisasi halal memberikan rasa
nyaman dan tenang kepada konsumen dalam mengonsumsi produk yang
berkualitas namun tetap tidak ingin menyalahi Syariat Islam. Mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU merasa nyaman dan tenang tanpa adanya
perasaan gelisah akan kehalalan dari produk roti merek Breadlife ketika
membelinya dikarenakan produk roti merek Breadlife telah dilabelisasi
halal.

4. Hasil indikator kepastian hukum menunjukkan bahwa seluruh mahasiswa


UKMI As-Siyasah FISIP USU menyatakan kesetujuannya akan produk
roti merek Breadlife yang telah dilabelisasi halal memiliki kepastian
hukum yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia dengan
sebesar 61,4% menyatakan setuju, dan beberapa bahkan menyatakan
sangat setuju yaitu sebesar 38,6%. Hasil ini juga didukung dengan
pernyataan berikutnya yaitu mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
juga menyatakan kesetujuannya akan produk roti merek Breadlife yang
telah dilabelisasi halal telah dijamin kehalalannya oleh Undang-Undang
Republik Indonesia dengan sebesar 57,9% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 35,1%. Hasil ini
membuktikan bahwa labelisasi halal diyakinin memiliki jaminan dan
perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia sehingga
memungkinkan untuk menuntut pertanggungjawaban produk halal ketika
terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki. Mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU meyakini akan kepastian hukum dan jaminan dari Undang-
Undang Republik Indonesia terhadap produk roti merek Breadlife yang
telah dilabelisasi halal sehingga memberikan keamanan, kepercayaan, dan
kenyaman tambahan kepada mereka.

Dalam mengukur keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-Siayasah


FISIP USU yang dicapai melalui komunikasi pemasaran lewat labelisasi halal

Universitas Sumatera Utara


produk roti merek Breadlife, digunakan teori AIDDA. Teori AIDDA merupakan
teori komunikasi yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm yang sering digunakan
dalam komunikasi pemasaran. Peneliti menggunakan penjabaran teori AIDDA
berdasarkan Effendy (2003, h. 24) dan Cangara (2013) dalam Prinaldi (2017, h.
10) dalam penelitian ini. Berlandaskan kedua pemikiran tersebut, indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel keputusan pembelian mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU adalah attention, interest, desire, dan decision. Peneliti tidak
menggunakan indikator action yang juga merupakan bagian dari teori AIDDA
dikarenakan penelitian ini tidak sampai aktivitas membeli namun hanya sampai
keputusan pembelian. Berikut adalah penjabaran hasil dari masing-masing
indikator variabel keputusan pembelian yang telah diteliti:

1. Hasil indikator attention menunjukkan bahwa mahasiswa UKMI As-


Siyasah FISIP USU merasa sadar akan labelisasi halal pada kemasan
produk roti merek Breadlife dengan sebesar 64,9% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 28,1%. Selain
pada kemasan produk roti merek Breadlife, mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU juga sadar akan labelisasi halal pada gerai toko produk roti
merek Breadlife dengan sebesar 64,9% menyatakan setuju, dan beberapa
bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 22,8%. %. Hasil ini
menunjukkan bahwa perusahaan ataupun produk berhasil melakukan
komunikasi pertama dalam membangkitkan perhatian konsumen terhadap
produk yang kemudian hendak dibeli. Hampir seluruh mahasiswa UKMI
As-Siyasah FISIP USU menyadari terdapat labelisasi halal pada produk
roti merek Breadlife baik itu pada kemasan maupun gerai atau toko produk
tersebut yang mana sengaja dikomunikasikan oleh perusahaan untuk
disadari oleh konsumen.

2. Hasil indikator interest menunjukkan bahwa mahasiswa UKMI As-


Siyasah FISIP USU memiliki minat untuk membeli produk roti merek
Breadlife disebabkan akan labelisasi halal pada kemasan produk roti
merek Breadlife tersebut dengan sebesar 50,9% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 43,9%. Selain

Universitas Sumatera Utara


pada kemasan produk roti merek Breadlife, mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU juga memiliki minat untuk membeli produk roti merek
Breadlife disebabkan akan labelisasi halal pada gerai toko produk roti
merek Breadlife tersebut dengan sebesar 63,2% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 29,8%. Hasil ini
menunjukkan bahwa perusahaan ataupun produk berhasil memunculkan
perasaan untuk mengetahui lebih lanjut terkait produk yang kemudian
hendak dibeli. Hampir seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
memiliki minat untuk membeli produk roti merek Breadlife dikarenakan
terdapat labelisasi halal pada kemasan maupun gerai atau toko produk
tersebut.

3. Hasil indikator desire menunjukkan bahwa mahasiswa UKMI As-Siyasah


FISIP USU memiliki keinginan untuk mencoba produk roti merek
Breadlife disebabkan akan labelisasi halal pada kemasan produk roti
merek Breadlife tersebut dengan sebesar 63,2% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 33,3%. Selain
pada kemasan produk roti merek Breadlife, mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU juga memiliki keinginan untuk mencoba produk roti merek
Breadlife disebabkan akan labelisasi halal pada gerai toko produk roti
merek Breadlife tersebut dengan sebesar 68,4% menyatakan setuju, dan
beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 24,6%. Hasil ini
menunjukkan bahwa perusahaan ataupun produk berhasil memunculkan
keinginan untuk membeli produk setelah sebelumnya memperoleh
informasi lebih lanjut terkait produk tersebut. Hampir seluruh mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU memiliki keinginan untuk mencoba produk
roti merek Breadlife dikarenakan terdapat labelisasi halal pada kemasan
maupun gerai atau toko produk tersebut.

4. Hasil indikator decision menunjukkan bahwa mahasiswa UKMI As-


Siyasah FISIP USU memutuskan untuk membeli produk roti merek
Breadlife disebabkan akan labelisasi halal pada kemasan produk roti
merek Breadlife tersebut dengan sebesar 59,6% menyatakan setuju, dan

Universitas Sumatera Utara


beberapa bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 35,1%. Selain
pada kemasan produk roti merek Breadlife, mahasiswa UKMI As-Siyasah
FISIP USU juga memutuskan untuk membeli produk roti merek Breadlife
disebabkan akan labelisasi halal pada gerai toko produk roti merek
Breadlife tersebut dengan sebesar 71,9% menyatakan setuju, dan beberapa
bahkan menyatakan sangat setuju yaitu sebesar 21,1%. Hasil ini
menunjukkan bahwa perusahaan ataupun produk berhasil memunculkan
keputusan untuk membeli produk setelah sebelumnya menyodorkan
berbagai informasi terkait produk tersebut. Hampir seluruh mahasiswa
UKMI As-Siyasah FISIP USU memutuskan untuk membeli produk roti
merek Breadlife dikarenakan terdapat labelisasi halal pada kemasan
maupun gerai atau toko produk tersebut.

Setelah menganalisis seluruh hasil yang diperoleh dari tiap variabel,


dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus koefisien korelasi
Spearman’s rho melalui aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution)
versi 25 untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian yaitu apakah
terdapat hubungan labelisasi halal pada terhadap keputusan pembelian produk roti
merek Breadlife pada mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU atau tidak.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui aplikasi SPSS (Statistical Product
and Service Solution) versi 25, diperoleh angka siginifikasi 0,000. Hal ini berarti
terdapat hubungan yang signifikan pada uji hipotesis ini karena angka signifikasi
< 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil dari koefisien korelasi (rs) yang
diperoleh adalah sebesar 0,739, yang mana berada di angka 0,71 – 0,90 yang
berarti menunjukkan korelasi atau hubungan yang tinggi antara labelisasi halal
dengan keputusan pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI
As-Siyasah FISIP USU berdasarkan skala koefisien korelasi Guilford. Hasil dari
koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
atau peran variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y) adalah sebesar 54,6121%
kemudian dibulatkan menjadi 54,6%. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan Ha diterima dan terdapat hubungan sebesar 54,6% antara labelisasi halal
dengan keputusan pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI
As-Siyasah FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh


peneliti, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Labelisasi halal menjadi salah satu alasan mengapa mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU memutuskan membeli produk roti merek. Hampir
seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU merasa aman membeli
produk roti merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI dan sebagian
besar bahkan tidak takut untuk membeli produk roti merek Breadlife yang
berlabel halal resmi MUI secara sembarangan. Pada penelitian ini juga
diperoleh hasil bahwa mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU percaya
pada label halal resmi MUI pada kemasan maupun gerai atau toko dari
produk roti Breadlife. Kemudian mereka juga merasakan suatu kenyaman
dan ketenangan ketika membeli produk roti merek Breadlife yang berlabel
halal resmi MUI. Mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU meyakini
bahwa produk roti merek Breadlife yang berlabel halal resmi MUI
memiliki kepastian hukum dan telah dijamin kehalalannya oleh Undang-
Undang Republik Indonesia.

2. Dalam mencapai keputusan pembelian produk roti merek Breadlife yang


telah dilabelisasi halal, mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU
melewati beberapa tahapan. Pada tahap pertama, hampir seluruh
mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU merasa sadar akan labelisasi
halal yang terdapat pada kemasan maupun gerai atau toko produk roti
merek Breadlife. Kemudian di tahap selanjutnya hampir seluruh
mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU juga memiliki minat untuk
membeli produk roti merek Breadlife dikarenakan labelisasi halal pada
kemasan maupun gerai atau toko produk tersebut. Lalu selanjutnya hampir
seluruh mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU memiliki keinginan

Universitas Sumatera Utara


untuk mencoba produk roti merek Breadlife dikarenakan labelisasi halal
pada kemasan maupun gerai atau toko produk tersebut. Dan dari hasil
yang diperoleh, di tahap akhir hampir seluruh mahasiswa UKMI As-
Siyasah FISIP USU mencapai keputusan untuk membeli produk roti
merek Breadlife disebabkan oleh labelisasi halal pada kemasan maupun
gerai atau toko produk tersebut.

3. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis yang dilakukan dengan rumus


koefisien korelasi Spearman rho melalui aplikasi SPSS (Statistical Product
and Service Solution) versi 25, diperoleh hasil koefisien korelasi (rs)
sebesar 0,739. Angka ini berada pada rentang angka 0,71 – 0,90 yang
berarti memiliki korelasi atau hubungan yang tinggi. Melalui rumus
koefisien determinasi juga diperoleh hasil sebesar 54,6121% kemudian
dibulatkan menjadi 54,6%. Dengan demikian, labelisasi halal memiliki
hubungan yang tinggi dengan koefisien determinasi 54,6% dengan
keputusan pembelian produk roti merek Breadlife pada mahasiswa UKMI
As-Siyasah USU.

5.2. Saran

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh


peneliti, peneliti melihat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut
adalah saran yang dapat diberikan:

5.2.1. Saran dalam Kaitan Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan


memperluas pengetahuan mengenai kajian dalam Ilmu Komunikasi khususnya
bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi sehingga mahasiswa Program
Studi Ilmu Komunikasi dapat menjadikan penelitian ini referensi dan dapat
melanjutkan penelitian dengan sudut pandang yang berbeda. Peneliti selanjutnya
juga disarankan menggunakan literatur-literatur yang berbeda dan memberikan
lebih banyak variabel penelitian, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih
memperkaya kajian dalam Ilmu Komunikasi khususnya terkait Teori AIDDA.

Universitas Sumatera Utara


5.2.2. Saran dalam Kaitan Praktis

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, diharapkan para praktisi industri


halal di Indonesia terkhusus di kota Medan lebih memperhatikan labelisasi halal
dalam menjalankan usahanya. Praktisi industri halal di Indonesia terkhusus di
kota Medan juga diharapkan lebih transparan dan lebih mencolok dalam
memberikan informasi kehalalan kepada konsumennya sehingga tidak ada lagi
timbul keraguan pada diri konsumen dalam mengonsumsi produk halal.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR REFERENSI

Sumber Buku:

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik. Yogyakarta:


GRAHA ILMU.

Jefkins, Frank. (1996). Periklanan (Edisi ke-3). (Munandar, Haris, Penerjemah).


Jakarta: Erlangga.

Khasali, Rhenald. (1997). Sembilan Fenomena Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Kotler, Philip & Armstrong, Gary. (1997). Dasar-Dasar Pemasaran (Edisi ke-7,
Jilid 1). (Sindoro, Alexander, Penerjemah). Jakarta: Prenhallindo.

___________________________. (1998). Dasar-Dasar Pemasaran (Edisi ke-7,


Jilid 2). (Sindoro, Alexander, Penerjemah). Jakarta: Prenhallindo.

Kotler, Philip & Keller, Kevin L. (2007). Manajemen Pemasaran (Edisi ke-12,
Jilid 1). (Molan, Benyamin, Penerjemah). Jakarta: Indeks.

___________________________. (2012). Marketing Management (Edisi ke-14).


Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall.

Konoras, Abdurrahman. (2017). Jaminan Produk Halal di Indonesia Perspektif


Hukum Perlindungan Konsumen. Depok: Rajawali Pers.

Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. (2009) Teori Komunikasi (Edisi ke-9).
(Hamdan, Mohammad Y., Penerjemah). Jakarta: Salemba Humanika.

Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Universitas Sumatera Utara


Morissan, M.A. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Kencana.

Rakhmat, Jalaluddin. (1984). Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh


Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Intergrated Marketing Communication. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Shimp, Terence A. (2014). Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Periklanan


dan Promosi (Edisi ke-8). (Sena, Harya B., Santi, Fitri, & Dewi, Annisa
P., Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.

Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sinambela, Lijan P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif; Untuk Bidang


Ilmu Administrasi, Kebijakan Publik, Ekonomi, Sosiologi, Komunikasi,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. (2011). Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.

Sulaksana, Uyung. (2003). Integrated Marketing Communications Teks dan


Kasus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surip, Muhammad. (2011). Teori Komunikasi Perspektif Teoritis Teori


Komunikasi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi Pemasaran (Edisi ke-2). Yogyakarta: Andi.

Turabian, Kate L. (1996). A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and
Dissertations (Edisi ke-6). Chicago: The University of Chicago Press

Sumber Jurnal:

Awang, Ramli dkk. (2014). Halal Epistemology from a Global Perspective. The
Social Sciences 9 (6): 374-378.

Universitas Sumatera Utara


Hasan, K. N. Sofyan. (2014). Kepastian Hukum Sertifikasi dan Labelisasi Halal
Produk Pangan. Jurnal Dinamika Hukum 14 (2): 227-238.

Hasibuan, Hasrul A., Nasution, Muhammad D. T. P., & Anggraini, Fauziah.


(2017). The Effect of Halal Label, Halal Awareness and Brand Image on
Consumer Intention to Buy. International Journal For Innovative Research
In Multidisciplinary Field 4 (2): 140-147.

Mukhtar, Syukrianti & Nurif, Muchammad. (2015). Peranan Packaging Dalam


Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap Konsumen. Jurnal Sosial
Humaniora 8 (2): 181-191.

Nasution, Muhammad D. T. P. & Gio, Prana U. (2016). Does Religious


Commitment Matter in the Relationship Between Brand Personality and
Purchase Intention on Halal Brand? Evidence from Consumers in
Indonesia. Expert Journal of Marketing 4 (2): 31-38.

Syafrida. (2016). Sertifikat Halal pada Produk Makanan dan Minuman Memberi
Perlindungan dan Kepastian Hukum Hak-Hak Konsumen Muslim. ADIL:
Jurnal Hukum 7 (2): 159-174.

Sumber Skripsi:

Andriani, Lilik. (2017). PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP KEPUTUSAN


PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH DI BANDAR LAMPUNG.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Prinaldi, Anggi Aswan. (2017). STRATEGI KOMUNIKASI RADIO


PEMERINTAH DAERAH KUANTAN SINGINGI DALAM MENARIK
MINAT PENDENGAR. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

Rafita, Helsy Z. (2017). PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP KEPUTUSAN


PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK (Studi Pada Mahasiswi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam Angkatan 2013- 2016 UIN Raden Intan

Universitas Sumatera Utara


Lampung). Bandar Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.

Rangkuti, Ramadhan. (2010). PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MAKANAN DALAM KEMASAN
(SNACK MEREK CHITATO) PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Rofiqoh, Zuliana. (2012). PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP


KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI PRODUK MIE INSTANT
INDOFOOD (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Muamalah Dan
Ahwal Al-Syakhsiyyah Semester VIII IAIN Walisongo Semarang).
Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Utami, Wahyu B. (2013). PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP


KEPUTUSAN MEMBELI (Survei pada Pembeli Produk Kosmetik Wardah
di Outlet Wardah di Outlet Wardah Griya Muslim An-nisa Yogyakarta).
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Windisukma, Dewi K. (2015). PENGARUH KESADARAN HALAL TERHADAP


SIKAP DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT BELI ULANG.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Sumber Internet:

[Label Halal MUI]. (Tanpa Tahun). Diperoleh dari http://www.halalmui.org


(diakses pada tanggal 02 November 2018)

Adherent Statistics of World Religions by Country. (26 November 2016).


Diperoleh dari http://www.religionfacts.com/charts/adherents-by-country
(diakses pada tanggal 27 Oktober 2018).

Asyari, Yusuf. (21 Juli 2017). Importir PT Korinus Klaim Halal, Begini Cara
Bedakan Mi Tidak Mengandung Babi. Diperoleh dari
http://www.jawapos.com/metro/metropolitan/21/06/2017/importir-pt-

Universitas Sumatera Utara


korinus-klaim-halal-begini-cara-bedakan-mi-tidak-mengandung-babi
(diakses pada tanggal 27 Oktober 2018).

Ataya, Khairi. (04 Februari 2018). Heboh, Video Ada Tikus di Toko Roti
BreadTalk. Diperoleh dari http://www.merdekanews.co/read/1812/Heboh-
Video-Ada-Tikus-di-Toko-Roti-BreadTalk (diakses pada tanggal 27
Oktober 2018).

Aziz, Abdul. (18 Juni 2017). BPOM Rekomendasikan Mi Samyang hingga Ottogi
Ditarik. Diperoleh dari https://tirto.id/bpom-rekomendasikan-mi-
samyangnbsphingga-ottogi-ditarik-cqYg (diakses pada tanggal 27 Oktober
2018).

Aziza, Kurnia S. (21 Juni 2017). Ramai Samyang Mengandung Babi, Importir Ini
Alami Kerugian. Diperoleh dari
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/06/21/163000726/ramai.samyang.
mengandung.babi.importir.ini.alami.kerugian (diakses pada tanggal 27
Oktober 2018).

BREADLIFE KEMBALI MEMANJAKAN KONSUMENNYA DENGAN


MENGHADIRKAN VARIAN BAKED CHEESE TART HALAL
PERTAMA DI INDONESIA. (Maret 2017). Diperoleh dari
http://breadlifebakery.com/home/pressdetail/4 (diakses pada tanggal 20
Februari 2019)

Breadlife PERTAMA DI INDONESIA AWARD. (Tanpa Tahun). Diperoleh dari


http://breadlifebakery.com/home/pressdetail/6 (diakses pada tanggal 20
Februari 2019).

Daftar Produk Halal LPPOM MUI Update Agustus 2018. (Agustus 2018).
Diperoleh dari
http://www.halalmui.org/mui14/images/daftarprodukhalal.pdf (diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018).

Ilma, Riesa S. (25 April 2018). Terjadi Lagi! Video Tikus di Dapur Roti Toko
Breadtalk Viral, Terjadi di Gerai Kota Solo. Diperoleh dari

Universitas Sumatera Utara


https://video.tribunnews.com/view/50673/terjadi-lagi-video-tikus-di-
dapur-roti-toko-breadtalk-viral-terjadi-di-gerai-kota-solo (diakses pada
tanggal 27 Oktober 2018).

Iqbal, Reza. (12 November 2017). Hore, 6 Produk Samyang Ini Sudah Dapat
Sertifikat Halal MUI! Diperoleh dari
http://www.idntimes.com/food/dining-guide/reza-iqbal/samyang-dapat-
label-halal-mui-1/full (diakses pada tanggal 27 Oktober 2018).

Ketika 'ngopi' di Starbucks diancam 'masuk neraka' oleh Ustad Somad. (27 April
2018). Diperoleh dari http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-43920100
(diakses pada tanggal 27 Oktober 2018).

Labelisasi. (Oktober 2018). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-5). Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diperoleh dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/labelisasi (diakses pada tanggal 08
Januari 2019)

Natashi. (30 April 2017). BreadLife: Toko Roti Bersertifikat Halal MUI Asal
Jepang. Diperoleh dari
https://www.gomuslim.co.id/read/korporasi/2017/04/30/3936/breadlife-
toko-roti-bersertifikat-halal-mui-asal-jepang.html (diakses pada tanggal 20
Februari 2019)

Organisasi Islam Malaysia Ikut Serukan Boikot Starbucks. (06 Juli 2017).
Diperoleh dari http://kumparan.com/@kumparannews/organisasi-islam-
malaysia-ikut-serukan-boikot-starbucks (diakses pada tanggal 27 Oktober
2018).

Paramitha, Tasya & Berlian, Isra. (03 September 2018). BreadTalk Masih
Telusuri Kebenaran Video Tikus Berkeliaran di Gerainya. Diperoleh dari
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kuliner/1071160-breadtalk-masih-
telusuri-kebenaran-video-tikus-berkeliaran-di-gerainya (diakses pada
tanggal 27 Oktober 2018).

Universitas Sumatera Utara


Sugianto, Danang. (06 Juli 2017). Dihantam Isu Boikot, Saham Starbucks Sudah
Turun 15,5%. Diperoleh dari http://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-
3550372/dihantam-isu-boikot-saham-starbucks-sudah-turun-155 (diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018).

The Big Religion Chart. (21 November 2016). Diperoleh dari


http://www.religionfacts.com/big-religion-chart (diakses pada tanggal 27
Oktober 2018).

Worldwide Muslim Population. (2010). Diperoleh dari


http://www.globalreligiousfutures.org/explorer#/?subtopic=15&countries=
Worldwide&chartType=map&year=2010&data_type=number&religious_
affiliation=23&age_group=all&gender=all (diakses pada tanggal 27
Oktober 2018).

Sumber E-book:

Adisasmoto, Wiku. (2008). Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam
Labeling Obat dan Makanan. Jakarta: Universitas Indonesia (diakses pada
tanggal 2 November 2018).

Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk Indonesia Hasil SP 2010. Jakarta: Badan
Pusat Statistik Indonesia (diakses pada tanggal 27 Oktober 2018).

_________________. (2018). Kota Medan Dalam Angka 2018. Medan: Badan


Pusat Statistik Kota Medan (diakses pada tanggal 27 Oktober 2018).

Dar, Humayon, dkk (Ed.). (2013). Global Islamic Finance Report : GIFR 2013.
London: Edbiz Consulting (diakses pada tanggal 27 Oktober 2018).

Pemerintah Indonesia. (1999). Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1999 tentang


Label dan Iklan Pangan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 131. Jakarta: Sekretariat Negara. (diakses pada tanggal 27
Oktober 2018).

__________________. (2014). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang


Jaminan Produk Halal. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Universitas Sumatera Utara


Nomor 17. Jakarta: Sekretariat Negara. (diakses pada tanggal 27 Oktober
2018).

Puslitbang Kehidupan Keagamaan. (2013). Perilaku Komunitas Muslim


Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal. Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat, Kementrian Agama RI (diakses pada tanggal 27 Oktober
2018).

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Nomor Responden:

HUBUNGAN LABELISASI HALAL DENGAN KEPUTUSAN


PEMBELIAN PRODUK ROTI MEREK BREADLIFE PADA
MAHASISWA UKMI AS-SIYASAH FISIP USU

Responden yang terhormat,

Saya, Rama Andhika Prasetya, mahasiswa Universitas Sumatera Utara


Angkatan 2015 Program Studi Ilmu Komunikasi sedang melakukan penelitian
terkait “Hubungan Labelisasi Halal dengan Keputusan Pembelian Produk Roti
Merek Breadlife pada Mahasiswa UKMI As-Siyasah FISIP USU. Kuesioner
penelitian ini merupakan sumber data primer bagi penelitian, maka dimohon
ketersediaan Saudara/i untuk mengisi kuesioner penelitian ini secara lengkap dan
benar. Seluruh informasi yang diterima sebagai hasil kuesioner ini bersifat rahasia
dan dapat digunakan untuk kepentingan akademis. Atas waktu dan kerjasamanya
Saya ucapkan terima kasih.

A. IDENTITAS RESPONDEN

Petunjuk Pengisian

Pada pertanyaan di bawah ini, Anda dimohon untuk mengisi pertanyaan-


pertanyaan tersebut dengan keadaan/kondisi yang sebenarnya dengan mengisi
pertanyaan terbuka dan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang anda
pilih pada pertanyaan tertutup.

Pertanyaan

I. Pertanyaan Terbuka

1. Nama :
2. Usia :

II. Pertanyaan Tertutup

3. Jenis Kelamin:
a. Laki-Laki
b. Perempuan

4. Berapa kali Anda membeli produk roti merek Breadlife?


a. Dibawah 4 kali membeli
b. 4 – 8 kali membeli
c. Lebih dari 8 kali membeli

Universitas Sumatera Utara


B. PERTANYAAN PENELITIAN

Petunjuk Pengisian

Pada pernyataan di bawah ini, Anda dimohon untuk mengisi pernyataan-


pernyataan tersebut dengan jawaban yang menurut Anda paling mewakili diri
Anda dengan memberikan tanda centang (√) pada jawaban yang anda pilih.

Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

Pernyataan

Kategori Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS
Variabel (X) Labelisasi Halal
Saya merasa aman membeli produk Breadlife
1.
yang berlabel halal resmi MUI.
Saya tidak merasa takut membeli produk
2. Breadlife yang berlabel halal resmi MUI secara
sembarangan.
Saya percaya pada label halal resmi MUI
3.
terdapat pada kemasan produk Breadlife.
Saya percaya pada label halal resmi MUI
4.
terdapat pada gerai atau toko produk Breadlife.
Saya merasa nyaman membeli produk Breadlife
5.
yang berlabel halal resmi MUI.
Saya merasa tenang membeli produk Breadlife
6.
yang berlabel halal resmi MUI.
Produk Breadlife yang berlabel halal resmi MUI
7. memiliki kepastian hukum yang diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia.
Produk Breadlife yang berlabel halal resmi MUI
8. telah dijamin kehalalannya oleh Undang-Undang
Republik Indonesia.
Variabel (Y) Keputusan Pembelian
Saya sadar terdapat label halal resmi MUI pada
9.
kemasan produk Breadlife.
Saya sadar terdapat label halal resmi MUI pada
10.
gerai atau toko produk Breadlife.

Universitas Sumatera Utara


Saya berminat membeli produk Breadlife yang
11. memiliki label halal resmi MUI pada kemasan
produk tersebut.
Saya berminat membeli produk Breadlife yang
12. memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau
toko produk tersebut.
Saya ingin mencoba produk Breadlife yang
13. memiliki label halal resmi MUI pada kemasan
produk tersebut.
Saya ingin mencoba produk Breadlife yang
14. memiliki label halal resmi MUI pada gerai atau
toko produk tersebut.
Saya memutuskan untuk membeli produk
15. Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI
pada kemasan produk tersebut.
Saya memutuskan untuk membeli produk
16. Breadlife yang memiliki label halal resmi MUI
pada gerai atau toko produk tersebut.

Universitas Sumatera Utara


FORMULA TRANSLATION COBOL

NO. US JK FR X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 TOTAL X Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 TOTAL Y


1 21 1 1 3 3 3 3 4 3 3 3 25 3 3 4 4 3 3 3 3 26
2 19 1 2 4 2 3 3 3 3 3 2 23 3 3 3 3 4 3 3 3 25
3 19 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24
4 18 2 1 4 4 3 3 3 3 3 4 27 4 4 4 4 4 4 4 4 32
5 20 2 1 3 3 3 3 4 4 3 3 26 4 3 3 3 3 3 4 3 26
6 19 2 1 4 2 4 4 4 4 4 4 30 4 4 4 4 3 3 3 3 28
7 19 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24
8 19 2 1 2 2 3 3 3 3 4 3 23 3 3 2 1 2 1 2 2 16
9 20 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24
10 18 2 1 3 3 3 3 3 3 4 4 26 3 3 3 3 3 3 3 3 24
11 20 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 2 3 2 2 2 2 2 17
12 19 2 1 3 3 4 3 3 4 3 4 27 3 3 3 3 3 3 3 3 24
13 18 2 1 4 2 3 3 3 3 3 3 24 4 4 3 3 3 3 3 3 26
14 18 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 24
15 18 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 4 4 3 3 4 3 27
16 19 1 3 4 4 4 3 3 3 4 3 28 3 3 3 3 3 2 3 3 23
17 21 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24
18 19 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32
19 19 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32
20 20 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 4 3 4 3 29

Universitas Sumatera Utara


21 19 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 4 4 3 26
22 19 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 2 2 3 3 3 3 22
23 18 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32
24 18 1 1 4 3 3 3 3 3 4 4 27 3 3 3 3 3 3 3 3 24
25 21 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32
26 19 1 1 4 3 3 3 3 3 3 3 25 3 3 3 3 3 3 3 3 24
27 22 1 1 4 3 3 3 3 3 3 3 25 3 3 3 3 3 3 3 3 24
28 18 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32
29 22 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 4 3 3 3 4 4 27
30 20 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 2 3 3 3 3 3 3 22
31 18 1 1 3 3 4 4 4 4 3 3 28 3 3 4 4 4 4 3 3 28
32 23 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24
33 19 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 2 3 3 4 4 3 4 25
34 18 1 1 4 3 3 3 4 3 3 4 27 3 3 4 3 4 4 3 3 27
35 17 1 1 4 3 4 4 4 4 4 4 31 4 4 4 4 4 4 4 4 32
36 20 2 1 4 3 3 3 3 4 4 3 27 3 3 4 3 4 3 3 3 26
37 21 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 25 3 3 4 4 4 4 4 4 30
38 20 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 2 23
39 20 1 1 4 3 3 3 3 3 3 3 25 3 3 3 3 3 3 3 4 25
40 21 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24
41 19 1 1 4 4 3 3 3 3 3 4 27 3 3 3 3 3 3 3 3 24
42 21 1 1 4 2 3 2 2 2 4 4 23 4 2 2 2 3 3 2 2 20
43 20 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 24
44 20 1 1 4 4 4 3 4 4 4 4 31 3 3 3 3 3 3 3 3 24

Universitas Sumatera Utara


45 21 1 1 3 2 2 2 3 3 3 2 20 2 2 3 3 3 3 3 3 22
46 20 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 4 4 3 4 4 3 3 28
47 19 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 3 3 3 3 28
48 20 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32
49 20 1 1 4 2 3 3 3 3 3 2 23 3 3 3 3 3 3 3 3 24
50 22 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 28 3 3 4 4 3 3 4 3 27
51 22 2 2 4 2 4 3 3 4 3 3 26 4 2 4 3 4 3 4 3 27
52 19 1 2 4 2 4 4 3 3 3 2 25 3 3 3 3 4 3 3 3 25
53 19 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24
54 18 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 27 3 3 4 4 3 3 4 3 27
55 19 1 3 4 2 3 3 3 3 4 3 25 3 3 4 3 3 2 4 3 25
56 20 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 28 3 3 4 4 3 3 4 3 27
57 19 2 2 4 2 4 3 3 4 3 3 26 4 2 4 3 4 3 4 3 27

Universitas Sumatera Utara


TABEL DATA SPSS

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17 1 1,8 1,8 1,8
18 11 19,3 19,3 21,1
19 19 33,3 33,3 54,4
20 14 24,6 24,6 78,9
21 7 12,3 12,3 91,2
22 4 7,0 7,0 98,2
23 1 1,8 1,8 100,0
Total 57 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 28 49,1 49,1 49,1
Perempuan 29 50,9 50,9 100,0
Total 57 100,0 100,0

Frekuensi Membeli Produk Roti Merek Breadtalk


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dibawah 4 kali membeli 44 77,2 77,2 77,2
4 – 8 kali membeli 7 12,3 12,3 89,5
Lebih dari 8 kali membeli 6 10,5 10,5 100,0
Total 57 100,0 100,0

X1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,8 1,8 1,8
Setuju 22 38,6 38,6 40,4
Sangat Setuju 34 59,6 59,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


X2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 14 24,6 24,6 24,6
Setuju 27 47,4 47,4 71,9
Sangat Setuju 16 28,1 28,1 100,0
Total 57 100,0 100,0

X3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,8 1,8 1,8
Setuju 34 59,6 59,6 61,4
Sangat Setuju 22 38,6 38,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

X4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 2 3,5 3,5 3,5
Setuju 40 70,2 70,2 73,7
Sangat Setuju 15 26,3 26,3 100,0
Total 57 100,0 100,0

X5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,8 1,8 1,8
Setuju 39 68,4 68,4 70,2
Sangat Setuju 17 29,8 29,8 100,0
Total 57 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


X6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,8 1,8 1,8
Setuju 37 64,9 64,9 66,7
Sangat Setuju 19 33,3 33,3 100,0
Total 57 100,0 100,0

X7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 35 61,4 61,4 61,4
Sangat Setuju 22 38,6 38,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

X8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 4 7,0 7,0 7,0
Setuju 33 57,9 57,9 64,9
Sangat Setuju 20 35,1 35,1 100,0
Total 57 100,0 100,0

Y1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 4 7,0 7,0 7,0
Setuju 37 64,9 64,9 71,9
Sangat Setuju 16 28,1 28,1 100,0
Total 57 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Y2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 7 12,3 12,3 12,3
Setuju 37 64,9 64,9 77,2
Sangat Setuju 13 22,8 22,8 100,0
Total 57 100,0 100,0

Y3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 3 5,3 5,3 5,3
Setuju 29 50,9 50,9 56,1
Sangat Setuju 25 43,9 43,9 100,0
Total 57 100,0 100,0

Y4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,8 1,8 1,8
Tidak Setuju 3 5,3 5,3 7,0
Setuju 36 63,2 63,2 70,2
Sangat Setuju 17 29,8 29,8 100,0
Total 57 100,0 100,0

Y5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 2 3,5 3,5 3,5
Setuju 36 63,2 63,2 66,7
Sangat Setuju 19 33,3 33,3 100,0
Total 57 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Y6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,8 1,8 1,8
Tidak Setuju 3 5,3 5,3 7,0
Setuju 39 68,4 68,4 75,4
Sangat Setuju 14 24,6 24,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

Y7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 3 5,3 5,3 5,3
Setuju 34 59,6 59,6 64,9
Sangat Setuju 20 35,1 35,1 100,0
Total 57 100,0 100,0

Y8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 4 7,0 7,0 7,0
Setuju 41 71,9 71,9 78,9
Sangat Setuju 12 21,1 21,1 100,0
Total 57 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


BIODATA PENELITI

Nama Lengkap : Rama Andhika Prasetya

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 17 Mei 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. A.R. Hakim gg. Ganefo No. 92

No. Handphone : 082294795916

Email : rama21andhika@gmail.com

Ayah : Kresnawan Sasmita Putra

Ibu : Yenny Hamdan Pulungan

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

RIWAYAT PENDIDIKAN

2003 – 2005 : SD NEGERI 010034 ASAHAN

2005 – 2006 : SD DELI MAJU MEDAN

2006 – 2009 : SD SWASTA MUHAMMADIYAH 11 MEDAN

2009 – 2012 : SMP NEGERI 16 MEDAN

2012 – 2015 : SMA SWASTA DHARMAWANGSA MEDAN

2015 – 2019 : ILMU KOMUNIKASI (PUBLIC RELATIONS) FISIP USU

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai