2018
Nurmaisarah
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4145
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM IKLAN YOUTUBE
SKRIPSI
NURMAISARAH
130904054
MEDAN
2017
SKRIPSI
NURMAISARAH
130904054
MEDAN
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Nurmaisarah
NIM : 130904054
Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D
Dekan
NIP. 197409302005011002
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya cantumkan dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan
pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Nurmaisarah
NIM : 130904054
Tanda Tangan :
Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Nurmaisarah
NIM : 130904054
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
Ditetapkan di : Medan
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, atas
rahmat dan berkat yang telah diberikanNYA sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Sumatera Utara (USU).
Saya sangat berterima kasih kepada ayah saya „Arianto‟ yang telah membanting
tulang, memeras keringat demi pendidikan tinggi yang dapat ditempuh anaknya. Mamak saya
„Nurleli‟ yang senantiasa mendoakan saya dan menguatkan hati saya bahwa saya mampu
menjadi sarjana. Untuk kedua orang tua yang saya cintai terima kasih atas kasih sayang,
bimbingan dan perhatian dalam segala hal serta semua bentuk pengorbanan dan dukungan
yang diberikan sehingga saya mampu menjadi pribadi seperti saat ini dan menyelesaikan
pendidikan S-1. Terima kasih atas doa dan restu yang selalu diberikan kepada saya dalam
menggapai segala mimpi dan cita-cita. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada satu-
satunya abang kandung tertua penulis, „Remilianto‟ yang menjadi motivasi penulis untuk
tidak menyerah menjalani dan melanjutkan perkuliahan dan ketika saya kesulitan
mengerjakan penelitian ini.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sa mpai penyusunan skripsi, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU yang sekaligus juga berperan sebagai dosen pembimbing peneliti. Saya
menyampaikan begitu banyak terima kasih atas waktu, perhatian, kesabaran dan
dukungan sejak awal hingga akhir pengerjaan skripsi ini. Segala bentuk perhatian
yang beliau berikan sungguh memudahkan saya dalam memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi.
3. Kak Emilia Ramadhani, MA selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
4. Ibu Dra. Rusni, M.A. selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu bersedia
berdiskusi untuk membahas mata kuliah dan persoalan akademik selama masa
perkuliahan saya.
5. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai yang ada di lingkungan FISIP USU, khususnya
Ilmu Komunikasi, atas pengajaran yang telah diberikan selama saya menjalani masa
perkuliahan.
6. Kak Maya, Bagian Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi yang tanpa lelah
selalu bersedia membantu dan telah mengarahkan saya dengan baik dalam hal
pengurusan segala macam administrasi.
7. Terima Kasih kepada seluruh keluarga besar Hj Saiman dan Hj M Yunus Pjt mereka
semua yang selalu setia membantu penulis dalam segala hal, menjadi alasan penulis
ingin pulang ke rumah dan kembali bersemangat ke Medan melanjutkan studi. Terima
kasih karena telah menjadi motivasi peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Teman-teman sesama Ilmu Komunikasi 2013 yang telah berjuang bersama selama 4
tahun ini. Terima kasih telah menjadi bagian besar dalam kehidupan peneliti dengan
segala cerita dan hal-hal yang tidak dapat peneliti sampaikan. Semoga ilmu yang kita
dapatkan selama ini dapat berbuah kesuksesan di masa depan kita semua.
9. Terkhusus kepada Nurul Hasanah, Maudy Asri Utami, Ade Yuspida, Shanti Herlina,
Dini Aisyah Waliyah, teman sesama Ilmu Komunikasi yang menerima dan menemani
saya dalam menghadapi rintangan selama masa perkuliahan hingga selesai saya
ucapakan ribuan terima kasih, semoga kita akan tetap menjalin silaturahmi dan
mempererat hubungan.
10. Teman seperjuangan yang melebihi sahabat, keluarga pengganti di saat susah maupun
senang Lindy Septia, Pipit Andriani, Nova Simanjuntak, dan Elma lisa Bancin.
Terima Kasih untuk selalu ada menemani kapanpun dan dimanapun.
11. Terima kasih untuk dukungan dari jauh yang selama ini selalu diberikan sahabat
terbaik penulis, Aprilia Pratiwi, Zaidar Sabrina, Annisa Hapsari Hasrimy dan Nurul
Anisa.
12. Rizki Syahputra S, Ak, yang selalu memberi semangat dan kerap mengingatkan untuk
segera menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir peneliti ini. Terima kasih untuk
semua dukungan, waktu, semua hal yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan
diungkapkan dengan kata-kata.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, maka dari
itu peneliti memohon maaf sebesar-besarnya. Peneliti juga menerima kritik dan saran yang
bersifat konstruktif untuk perbaikan dan mendorong peneliti untuk dapat semakin maju.
Semoga skripsi ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita semua.
Nurmaisarah
Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Nurmaisarah
NIM : 130904054
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
“Komunikasi Lintas Budaya Dalam Iklan Youtobe (Analisis Semiotika Representasi Budaya
Tionghoa Dalam Iklan YouTube “BUKALAPAK Emang Cincai”)”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa
meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai Hak Cipta.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal :
Yang menyatakan
(Nurmaisarah)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Komunikasi Lintas Budaya dalam Iklan YouTube (Analisis Semiotika
Representasi Budaya Tionghoa dalam Iklan YouTube “BUKALAPAK Emang Cincai”).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi lintas budaya terkhusus
budaya Tionghoa dalam video iklan “BUKALAPAK Emang Cincai” direpresentasikan
berdasarkan denotasi, konotasi dan mitos yang ada. Iklan merupakan media yang dapat
mempengaruhi khalayak yang menyaksikan tayangannya. Para pembuat iklan harus membuat
iklan yang kreatif agar dapat bersaing, maka tak heran penggunaan sesuatu hal yang berbeda
seperti budaya dimasukkan sebagai unsur iklan demi menarik minat khalayak. Bahasa baik
verbal maupun nonverbal dari setiap budaya Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda,
salah satunya seperti budaya Tionghoa yang ditampilkan oleh tim produksi iklan
“Bukalapak” dengan maksud untuk menambah pengetahuan para penonton tentang nilai
budaya yang dianut oleh suatu bangsa. Tanda-tanda budaya diperlihatkan memiliki makna-
makna yang bernilai dan dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa. Untuk memahami makna
dari tanda, maka semiotika merupakan salah satu studi yang digunakan dalam analisisnya.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan
pisau analisis semiologi Roland Barthes, berupa signifikasi dua tahap (two order of
signification) denotasi dan konotasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dalam video
iklan Bukalapak ini, mengandung unsur budaya yang direpresentasikan melalui budaya
Tionghoa. Budaya Tionghoa dalam iklan ini ditujukan untuk mempromosikan sistem
negosiasi sebagai bentuk apresiasi perayaan Tahun Baru Imlek. Budaya yang muncul dalam
video iklan menggambarkan bentuk dari konteks komunikasi lintas budaya yang
dipergunakan ke dalam suatu iklan.
ABSTRACT
This thesis is entitled Cross Cultural Communication in YouTube Ads ( Semiotics Analysis of
Chinese Culture Representation in YouTube Ads "BUKALAPAK Emang Cincai”). This study
aims to find out how the cross-cultural communication in particular Chinese culture in the
video advertisement "BUKALAPAK Emang Cincai" represented by denotation, connotation
and existing myths. Advertising is a medium that can affect audiences who watch the
impressions. Ad creators must create creative ads in order to compete, it is no wonder the use
of something different as a culture is included as an element of advertising in order to attract
audiences. Neither verbal nor nonverbal language of any Indonesian culture has distinctive
characteristics, one such as the Chinese culture displayed by the production team advertising
"Bukalapak" with a view to increasing the audience's knowledge of the cultural values
adopted by a nation. Cultural signs are shown to have valuable meanings and are used for
the benefit of the nation. To understand the meaning of the mark, then semiotics is one of the
studies used in the analysis. The research method used is qualitative with constructivist
paradigm and semiological analysis blades Roland Barthes, a signification of two stages
(two order of signification) denotation and connotation. The results of this study found that in
this Bukalapak advertising video, contains cultural elements that are represented through
Chinese culture. The Chinese culture in this ad is intended to promote the negotiation system
as a form of appreciation of Chinese New Year celebrations. The culture that appears in the
video ads depicts the form of cross-cultural communication context used in an advertisement.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
4.1.3.1 Analisis Scene Pertama Video Iklan Bukalapak Emang Cincai ....... 76
4.1.3.2 Analisis Scene Kedua Video Iklan Bukalapak Emang Cincai .......... 93
4.1.3.3 Analisis Scene Ketiga Video Iklan Bukalapak Emang Cincai........ 104
4.1.3.4 Analisis Scene Penutup Video Iklan Bukalapak Emang Cincai ..... 109
LAMPIRAN................................................................................................................. 105
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
calon pembeli dari seluruh Indonesia baik satuan ataupun dalam jumlah banyak.
Pengguna perorangan ataupun perusahaan dapat membeli dan menjual produk,
baik baru maupun bekas, seperti sepeda, ponsel, perlengkapan bayi, gawai
(gadget), aksesori gawai, komputer, sabak (tablet), perlengkapan rumah tangga,
busana, elektronik, dan lain-lain. Bukalapak memiliki slogan jual-
belionlinemudah dan terpercaya karena Bukalapak memberikan jaminan 100%
uang kembali kepada pembeli jika barang tidak dikirimkan oleh pelapak.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bukalapak)
lainnya yang didapatkan para blogger ketika mereka berpromosi melalui Youtube
(http://bisnisukm.com/youtube-sebagai-media-promosi-produk.html)
Dalam memanfatkan iklan audio visual selain pada televisi bukalapak juga
memanfaatkan Youtube sebagai alat untuk mempersuasi dan menarik minat
pembeli dan pelapak. Berbagai video iklan Bukalapak dapat dengan mudah dicari
maupun muncul di Youtube. Vidio iklan Bukalapak sangat bervariasi dan berbeda
dari yang lain, dan tak jarang perusahaan Bukalapak juga memanfaatkan waktu-
waktu tertentu untuk mengangkat suatu hari penting menjadi tema dari iklan yang
akan ditayangkan. Beberapa waktu lalu tepatnya saat perayaan Imlek Bukalapak
meluncurkan iklan audiovisual pada televisi dan youtube yang bertemakan
suasana Imlek, dikenal juga sebagai Iklan Bukalapak Emang Cincai
Iklan Bukalapak Emang Cincai, dalam iklan singkat ini dibintangi oleh
seorang nenek yang menggunakan rol rambut berwarna pink dan memegang
sempoa tradisional. Tak lupa, nenek yang lebih dikenal sebagai nenek cincai ini
juga mengenakan Cheongsam agar suasana Imlek semakin kental. Iklan ini juga
dibalut dengan latar belakang seperti tempat beribadah orang budha (orang cina),
latar belakang iklan digambarkan seperti pintu-pintu yang berbentuk khas budaya
Tionghoa dengan warna merah menyala yang dipadukan dengan warna kuning
untuk ukiran-ukiran yang membuat iklan semakin kental akan suasana Imleknya,
tak lupa pula sebagai tambahan adanya lampion berwarna merah dan bunga
sakura pada sisi kiri dan kanan dalam iklan tersebut di representasikan membuat
suasana benar-benar sangat kental akan khas budaya Tionghoa pada iklan
tersebut. Jinggle lagu dalam iklan ini banyak mengandung campuran kosakata
budaya yang berbeda, salah satu kosakata pada iklan ini seperti kata “cincai” yang
diambil dari budaya Tionghoa. Ketika menyanyikan jinggle lagu iklan tersebut
direpresentasikan dengan suara khasnya sebagaimana orang cina yang menganut
budaya Tionghoa, sang nenek tak lupa mengedipkan mata dan tersenyum genit.
Yang menjadi menarik adalah karya kreatif dari sebuah iklan membawa nilai-
nilai yang oleh sebagian orang dikatakan sebagai nilai-nilai budaya yang
kontroversial di masyarakat. Nilai-nilai budaya yang membentuk prilaku sebagian
anggota masyarakat tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang ada sebelumnya.
Dalam hal ini adalah adanya Tahun Baru Imlek di jadikan perusahaan Bukalapak
sebagai kesempatan untuk melakukan promosi keunggulan melalui iklan, serta
memanfaatkan promo hanya berlaku pada masa tersebut yaitu dengan selama
masa promo konsumen dapat melakukan Negosiasi terhadap barang yang akan
dibeli. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa isi video iklan Bukalapak
tersebut merepresentasikan budaya Tiionghoa sebagai tema utama. Iklan ini
diluncurkan berketepatan dengan Hari Raya Tahun Baru Imlek, yang umumnya di
rayakan oleh orang-orang yang berkebudayaan Tionghoa (ras cina) dan menganut
agama budha sehingga Bukalapak memanfaatkan tahun baru Imlek sebagai waktu
yang tepat untuk melakukan promosi “Negosiasi” hingga isi iklan
direpresentasikan bagaimana orang yang menganut budaya Tionghoa (ras cina)
sangat familiar dengan Negosiasi, hal ini dapat dilihat dengan munculnya kata-
kata “cincai”. Asal mulanya kata “cincai” berasal dari budaya Tionghoa yang
mana cincai merupakan salah satu falsafah dalam berbisnis yang dipercaya atau
dianut oleh masyarakat berkebudayaan Tionghoa (orang Cina).
Orang Cina punya falsafah bisnis, 3C : Cengli, Cincai, dan Cuan. Cengli
berarti “adil, jujur, terpercaya, logis, benar”, menjadikan mereka sebagai
pribadi berkarakter, memiliki integritas, dan kredibel. Cincai berarti
“maklum”, mengajarkan bersikap toleran, dapat memaklumi keadaan orang
lain dan bertindak sesuai keadaan tersebut. Cuan artinya “untung” bahwa
segala sesuatu harus memiliki azas manfaat dan bila tidak, hendaknya tidak
dilakukan. (https://www.kompasiana.com/zulfaisalputera/cincailah_)
1.4Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui gambaran Komunikasi Lintas Budaya dalam iklan
Youtube “BUKALAPAK Emang Cincai” diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat secara akademis, teoritis, dan praktis, antara lain:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah dan
memperluas khasanah penelitian komunikasi dan menjadi referensi
tambahan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi
FISIP USU.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh dan dapat
membantu mengungkap lebih dalam lagi guna untuk menambah
wawasan yang berkaitan mengenai pesan serta nilai-nilai ideology
yang terkandung dalam sebuah iklan. Penelitian ini juga
mengkonstuksikan sebuah fenomena dalam sebuah iklan dimana
fenomena tersebut bukan hanya realitas media, namun juga merupakan
realitas sosial yang benar-benar terjadi di kalangan masyarakat.
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi masukan
beberapa pihak khususnya kontribusi bagi dunia periklanan yang
membutuhkan pengetahuan terkait bagaimana peran periklanan
merupakan bagian dari media massa dalam mengkomunikasikan
berbagai pesan kepada masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan suatu pola, model, atau cara
berpikir seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan paradigma penelitian merupakan
pola, model atau cara berpikir peneliti terhadap permasalahan yang diteliti.
Thomas Kuhn menyatakan, paradigma adalah kerangka yang menjadi dasar
kebijakan akan kebenaran. Paradigma juga merupakan kelanjutan cara berpikir
perspektif (sudut pandang atau cara pandang terhadap fakta realitas). Dalam
filsafat komunikasi ada sejumlah paradigma:
2.2.1.1 Komunikasi
Kata komunikasi atau communcation dalam bahasa Inggris berasal dari kata
Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikator
melakukan komunikasi kepada komunikan dengan tujuan untuk merubah
pengetahuan, sikap dan perilaku dari komunikan sesuai dengan yang diinginkan
oleh komunikator. Apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
disamakan maknanya oleh komunikan maka komunikasi berlangsung secara
efektif, Mulyana (2008: 46).
Harold D. Laswell menyatakan “Who Says What In Which Channel To Whom
With What Effect?” atau “Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa
dengan pengaruh bagaimana?” (Mulyana, 2008: 69). Berdasarkan definisi Laswell
ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama
lain,yaitu:
a. Sumber
Sumber (source), (sender),penyandi (encoder),komunikator
(communicator), atau pembicara (speaker) adalah individu, kelompok
atau organisasi yang mengirimkan pesan kepada individu, kelompok,
organisasi atau masyarakat dengan atau tanpa media dengan tujuan
untuk mengubah perilaku, sikap dan tindakan mereka.
b. Pesan (message)
Pesan (message) adalah apa yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan dapat berupa pesan verbal dan nonverbal. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan. Simbol terpenting adalah kata-kata
(bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan dan
perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah)
ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet). Pesan juga
dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau
isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman,
tatapan mata, dan sebagainya) juga melalui musik, lukisan, patung,
tarian dan sebagainya.
c. Saluran
Saluran atau sering disebut media, yakni alat atau sarana yang
digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan kepada
komunikan. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua
saluran, yakni cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara
penyajian pesan: apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak
(surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi).
d. Penerima
Penerima (receiver), penyandi-balik (decoder), khalayak (audience),
atau komunikan, yakni orang yang menerima pesan dari komunikator.
Komunikan merupakan orang yang memaknai pesan yang
disampaikan oleh komunikator sehingga perilaku, sikap, dan tindakan
komunikan dapat berubah seseuai dengan kehendak komunikator.
e. Efek
Efek merupakan yang terjadi pada komunikan setelah menerima dan
memaknai pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat berupa
penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan
keyakinan, perubahan perilaku, dan tindakan.
Selain kelima unsur komunikasi menurut Laswell tersebut ada juga unsur
lain, seperti feedback (umpan balik) yang merupakan efek yang diterima oleh
komunikator setelah pesan yang disampaikan oleh komunikator direspon oleh
komunikan yang kemudian menjadikan proses komunikasi yang telah berlangsung
sebagai referensi ketika akan melakukan komunikasi lagi. Feedback akan menjadi
acuan efektif atau tidaknya proses komunikasi. Dari beberapa pengertian
komunikasi menurut para ahli dan kelima unsur komunikasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian
pesan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) yang terdiri
dari individu, kelompok ataupun masyarakat melalui media dengan efek tertentu
sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.
4. Mengubah masyarakat
Untuk mengubah masyarakat (to change the society), yaitu
memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada
akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut
serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan
e. Teknik komunikasi
1. Komunikasi Informatif
Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikator
memberikan informasi kepada komunikan agar komunikan
mengetahui suatu hal tertentu.
2. Komunikasi Persuasif
Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikator
mampu mengajak/membujuk komunikan untuk melakukan
suatu hal.
3. Komunikasi Pervasif
Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikan
menyerapi pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam
jangka waktu tertentu.
4. Komunikasi Koersi
Suatu cara dalam proses komunikasi di mana pesan yang
disampaikan oleh komunikator bersifat paksaan kepada
komunikan.
5. Komunikasi Instruktif
Suatu cara dalam proses komunikasi di mana komunikator
memberikan perintah atau arahan kepada komunikan dan akan
diberikan sanksi jika perintah atau arahan tersebut dilanggar
atau tidak dilakukan.
6. Hubungan Manusiawi
Suatu cara dalam proses komunikasi yang dilakukan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi melalui
komunikasi yang dilakukan secara mendalam dan intens.
f. Metode komunikasi
1. Jurnalisme (Jurnalisme Cetak dan Jurnalisme Elektronik)
2. Hubungan Masyarakat (Public Relations)
3. Periklanan (Advertising)
4. Propaganda
5. Perang Urat Syaraf
6. Perpustakaan
g. Model Komunikasi
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human
Communication (Bungin, 2006: 253) menjelaskan tiga model
komunikasi:
1. Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah (one-way view of communication) atau
model komunikasi linier merupakan proses komunikasi di mana
komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan dengan
tujuan untuk mempersuasi orang tersebut sehingga melakukan
hal yang sesuai dengan kehendak oleh komunikator
h. Bidang komunikasi
1. Komunikasi Sosial
2. Komunikasi Organisasi
3. Komunikasi Bisnis
4. Komunikasi Politik
5. Komunikasi Internasional
6. Komunikasi Antarbudaya
7. Komunikasi Tradisional
8. Komunikasi Pembangunan
2.2.1.2KomunikasiLintas Budaya
Pengertian Budaya dalam Lubis (2012: 10), “kata „budaya‟ berasal dari
bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi,
yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai „hal-hal yang
berkaitan dengan budi atau akal”.
Samovar, Porter, McDaniel (2010: 28) menjelaskan fungsi dasar dari
budaya, yaitu bahwa budaya merupakan pandangan yang bertujuan untuk
mempermudah hidup dengan mengajarkan orang-orang bagaimana cara
beradaptasi dengan lingkungannya. Mereka juga mengungkapkan tentang
karakteristik budaya yang diperoleh melaui studi perbandingan yang telah
disimpulkan oleh para ahli, yaitu:
a. Budaya itu dipelajari
Salah satu karakter penting dari budaya adalah bahwa budaya itu perlu
dipelajari. Proses pembelajaran suatu budaya yang total disebut
sebagai enkulturasi. Budaya dapat dipelajari melalui pembelajaran
formal maupun informal.
b. Budaya itu dibagikan
Dengan berbagi sejumlah persepsi dan tingkah laku, anggota dari suatu
budaya dapat juga membagikan identitas budaya mereka.
c. Budaya itu diturunkan dari satu generasi ke generasi
Jika budaya itu ingin dipertahankan, harus dipastikan apakah pesan
dan elemen penting budaya tersebut tidak hanya dibagikan, tetapi juga
diturunkan pada generasi yang akan datang.
d. Budaya itu didasarkan pada simbol
Hubungan antara simbol dan budaya dalam pengertian yang
dikemukakan oleh Macionis, “simbol merupakan segala sesuatu yang
b. Pesan Nonverbal
Pesan nonverbal adalah bentuk informasi yang disampaikan secara sengaja
ataupun tidak sengaja oleh komunikator kepada komunikan melalui bahasa tubuh,
ekspresi wajah, sentuhan, penampilan fisik, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak
pribadi. Sama halnya dengan pesan verbal, pesan nonverbal juga memiliki
beberapa fungsi yang di antaranya adalah sebagai berikut.
Paul Ekman dalam Mulyana (2008: 349) mengatakan ada lima fungsi pesan
nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai
berikut.
1. Emblem
Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan
dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “Saya tidak
sungguh-sungguh”.
2. Ilustrator
Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
3. Regulator
Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan wajah
menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
4. Penyesuai
Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan.
Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk
mengurangi kecemasan.
5. Affect Display
Pembesaran pupil mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi.
Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut atau senang.
3. Parabahasa
Parabahasa (paralanguage) atau disebut juga vokalika (vocalics) merujuk
pada aspek-aspek selain mengucapkan kata, seperti kecepatan berbicara,
nada (tinggi rendah suara), intensitas suara (volume), intonasi, dan
sebagainya.
4. Penampilan Fisik
Penampilan fisik mencakup busana (cara berpakaian) dan karakteristik
fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot, dan lipstik
(Mulyana, 2008: 397).
5. Bau-bauan
Bau-bauan yang menyenangkan (wewangian)seperti parfum, deodoran,
cologneyang digunakan seseorang biasanya memiliki pesan yang ingin
disampaikan kepada orang lain, baik untuk memberi kesan bahwa yang
bersangkutan berasal dari kelas atas, ingin menunjukkan femininitas dan
maskulinitas seseorang.
6. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi
Orientasi ruang dan jarak pribadi biasa disebut dengan proksemika
(proxemics) yang merupakan suatu istilah yang diciptakan oleh Edward T.
Hall. Proksemika merupakan bidang studi yang menelaah persepsi
manusia atas ruang (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang
dan pengaruh ruang terhadap komunikasi. Beberapa pakar lainnya
memperluas konsep proksemika dengan memperhitungkan seluruh
lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi,
termasuk iklim (temperatur), pencahayaan dan kepadatan penduduk
(Mulyana, 2008: 405)
7. Konsep Waktu
Studi dan interpretasi atas waktu sebagai pesan disebut kronemika
(chronemics). Pola hidup manusia dalam waktu ditentukan oleh
budayanya sehingga menunjukkan sebagian jati diri manusia (Mulyana,
2008: 416).
Edward T. Hall dalam Mulyana (2008: 416) membedakan konsep waktu
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Waktu monokronik (M)
Penganut waktu mokronomik cenderung mempersepsi waktu sebagai
sesuatu yang berharga sehingga selalu tepat waktu dan menepati
jadwal serta disiplin. Waktu M dianut oleh orang-orang yang berasal
dari Barat (Eropa Utara, Amerika Utara dan Australia) (Mulyana,
2008: 417).
b. Waktu polikronik (P)
Penganut waktu polikronik cenderung mempersepsi waktu sebagai
sesuatu yang dapat terulang kembali sehingga lebih santai. Waktu P
dianut oleh orang-orang yang berasal dari budaya Timur, Eropa
Selatan (Italia, Yunani, Spanyol, Portugal) dan Amerika Latin
(Mulyana, 2008: 417).
8. Diam
Diam merupakan salah satu bentuk pesan nonverbal yang sangat sulit
untuk dimaknai dan sering terjadi kesalahan persepsi dalam pemaknaanya.
Hal ini dikarenakan ada berbagai macam arti dari diam. Diam bisa berarti
sesuatu yang baik, seperti peribahasa dalam bahasa Indonesia “Diam itu
Emas” yang berarti orang yang diam dan tidak banyak bicara
menunjukkan bahwa orang tersebut baik dan tidak banya bicara. Banyak
bicara dikatakan dalam konteks membicarakan segala sesuatu yang
dianggap tidak bermanfaat. Arti lain dari diam, yaitu sedang sakit, marah,
atau memang karena tidak mendengar pembicaraan.
9. Warna
Warna merupakan bentuk pesan nonverbal yang biasanya diterapkan
dalam busana, aksesoris, maupun barang-barang yang dimiliki oleh
seseorang. Warna merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan
suasana hati seseorang.
Dalam Mulyana (2008: 429) ada beberapa uraian suasana hati yang
diasosiasikan dengan warna, yaitu:
Setiap orang yang berasal dari negara dan budaya yang berbeda memiliki
perbedaan dalam memaknai pesan-pesan nonverbal sehingga akan menimbulkan
reaksi tertentu ketika dihadapkan dengan orang-orang yang berasal dari negara
dan budaya yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan setiap negara dan budaya
memiliki ciri khas masing-masing dalam menyampaikan pesan nonverbalnya. Tak
jarang banyak orang yang beranggapan bahwa pesan nonverbal yang disampaikan
oleh orang lain memiliki makna yang sama dengan makna pesan nonverbal yang
dimilikinya, padahal belum tentu pesan tersebut sama maknanya. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan minimnya pengetahuan seseorang terhadap budaya lain.
2.2.1.2 Iklan
Iklan adalah bagian penting dari serangkaian kegiatan mempromosikan
produk yang menekankan unsur citra. Dengan demikian objek iklan tidak
sekedar tampil dalam wajah utuh, akan tetapi melalui proses pencitraan,
sehingga citra produk lebih mendominasi bila dibandingkan produk itu
sendiri. Pada proses ini citra produk diubah menjadi citra produk. Iklan
dikategorisasikan sebagai iklan nonkomersial dan komersial. Iklan
nonkomersial adalah iklan yang bersifat pelayanan masyarakat. Iklan
Iklan di media masa mampu menciptakan suatu daya tarik simbolik dan
juga citra merek bagi perusahaan atau merek. Hal ini menjadi penting ketika suatu
produk yang sulit dibedakan dari segi kualitas maupun fungsinya dengan produk
saingannya. Untuk itu, para pemasang iklan harus mempertimbangkan bagaimana
audiens akan menginterpretasikan dan memberikan respon terhadap pesan iklan
yang dimaksud, pemasang iklan harus bisa sedemikian rupa memosisikan
produknya di mata konsumen.
Nonpersonal dalam hal ini iklan melibatkan media massa seperti televisi,
radio, majalah, maupun surat kabar dalam mengirimkan pesannya kepada orang
banyak pada saat bersamaan. Sejumlah biaya yang dibayar diperuntukkan untuk
sewa kolom surat kabar atau majalah, slot waktu untuk televisi dan radio, juga
sewa ruang untuk televisi dan radio, juga sewa ruang untuk media luar ruang
seperti reklame.
juga citra merek bagi perusahaan atau merek. Hal ini menjadi penting ketika suatu
produk yang sulit dibedakan dari segi kualitas maupun fungsinya dengan produk
saingannya. Untuk itu, para pemasang iklan harus mempertimbangkan bagaimana
audiens akan menginterpretasikan dan memberikan respon terhadap pesan iklan
yang dimaksud, pemasang iklan harus bisa sedemikian rupa memosisikan
produknya dimata konsumen.
1. Iklan Bergambar
Muncul di sebelah kanan video unggulan dan diatas daftar saran
video.
2. Iklan Terawang
Iklan hamparan semi transparan yang muncul di 20% bagian bawah
video.
3. Iklan Video yang dapat diabaikan.
Iklan yang dapat diabaikan pemirsa setelah 5 detik.
4. Iklan Video yang tidak dapat diabaikan
Iklan video yang tidak dapat diabaikan dan harus ditonton.
5. Iklan Bumper
Iklan video yang tidak dapat dilewati berdurasi hingga 6 detik yang
harus di tonton.
6. Kartu Bersponsor
Kartu bersponsor menampilkan konten yang mungkin relevan
dengan video pemirsa, seperti produk yang ditampilkan di video.
2.2.1.3 Representasi
Representasi berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan sesuatu
secara bermakna atau mempresentasikan kepada orang lain. Representasi dapat
berwujud kata, gambar, sekuen, cerita dan sebagainya yang mewakili ide, emosi,
fakta dan sebagainya. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang sudah
ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa dan penandaan
yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik. Representasi
merupakan hubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang merujuk pada dunia
yang sesungguhnya dari suatu objek, realitas atau pada dunia imajiner tentang
objek fiktif, manusia atau peristiwa (Hermawan, 2011: 234). Suatu makna
diproduksi dari konsep-konsep dalam pikiran seseorang pemberi makna melalui
bahasa.
kali digunakan untuk kata, suara, atau kesan yang membawa makna adalah tanda
(Hermawan, 2011: 234)
PERTAMA REALITAS
(Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara, transkip dan
sebagainya. Dalam televisi seperti perilaku, make-up, pakaian,
ucapan, gerak-gerik dan sebagainya).
KEDUA REPRESENTASI
(Elemen pada tahap pertama ditandakan secara teknis. Dalam
bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik
dan sebagainya. Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya
dan lain-lain). Elemen-elemen tersebut ditrasmisikan ke dalam
kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana
objek digambarkan (karakter, narasi, setting, dialog dan lain-lain)
KETIGA IDEOLOGI
Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kode
ideologi, seperti individualisme, liberarisme, sosialisme, patriarki,
ras, keas, materialisme dan sebagainya.
Menurut John Fiske (Eriyanto, 2001), saat menampilkan objek, peristiwa,
gagasan, kelompok, atau seseorang paling tidak ada tiga proses dalam
merepresentasikannya. Pada level pertama yaitu peristiwa yang ditandakan
(encode) sebagai realitas. Dalam bahasa gambar (terutama televisi) umumnya
berhubungan dengan aspek seperti penampilan (appearance), riasan (make-up),
perilaku (behavior) pakaian (dress), lingkungan (environment), ucapan (speech),
sikap tubuh (gesture), ekspresi (expression). Pada level ini, realitas selalu siap
ditandakan, ketika suatu peristiwa dianggap dan dikonstruksikan sebagai suatu
realitas.
Pada level kedua yaitu cara pandang sesuatu sebagai realitas. Dalam level
ini, bagaimana suatu realitas digambarkan. Dalam bahasa tulis, alat teknis tersebut
adalah kata, kalimat atau proposisi, grafik, dan sebagainya. Dalam bahasa
gambar/televisi, alat itu berupa kamera (camera), musik (music), suara (sound),
narasi (narrative), karakter (character), dialog (dialogue), konflik (conflict),
pencahayaan (lighting), editing, dan pemeran (casting). Pemakaian kata-kata,
kalimat, atau proposisi tertentu dapat membawa makna tertentu ketika diterima
oleh khalayak.
Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam
konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode
representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial seperti
kelas sosial, atau kepercayaan dominan yang ada di masyarakat.
2.2.1.4 Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani Semion yang
berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili
sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai sesuatu hal yang
menunjuk adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene
mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut
kota .
Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas dari objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Pada dasarnya, analisis semiotika merupakan
sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang
dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi atau
wacana tertentu. Analisisnya bersifat paradigmatic (Wibowo, 2011: 5).
Fiske (dalam Bungin, 2006: 67) mengatakan bahwa semiotika mempunyai tiga
bidang studi utama yaitu:
a) Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan
makna, dan cara-cara tanda itu terkait dengan manusia yang
menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusiadan hanya bisa
dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.
b) Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup
cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu
masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran
komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.
1. Sintaktik
Adalah cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji hubungan
formal diantara satu tanda dengan tanda yang lain. Dengan begitu
hubungan-hibungan formal ini merupakan kaidah yang mengendalikan
tuturan dan interpretasi. Dalam hal ini, tanda tidak pernah mewakili
dirinya, tanda selalu menjadi bagian dari sistem tanda yang lebih besar
atau kelompok yang diorganisir melalui cara tertentu.
2. Semantik
Adalah cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan di
antara tanda-tanda dengan designata adalah tanda-tanda sebelum
digunakan dalam tuturan tertentu. Semantik membahas bagaimana
tanda berhubungan dengan referennya, atau apa saja yang diwakili
tanda prinsip dasar semiotika adalah bahwa representasi selalu
diperantarai atau dimediasi oleh kesadaran interpretasi seorang
individu, dan setiap interpretasi atau makna dari suatu tanda akan
berubah dari suatu situasi ke situasi lainnya.
3. Pragmatik
Adalah cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan di
antara tanda-tanda dengan interpreter-intrerpreter atau para pemakai-
pemakai tanda. Tanda titik dapat dipisahkan dari pemakainya, atau
keberadaan suatu tanda dapat dipahami hanya dengan mengembalikan
tanda itu ke dalam masyarakat pemakainya. Aspek pragmatik dari
tanda memiliki peran penting dalam komunikasi, khususnya untuk
mempelajari mengapa terjadi kepahaman dan kesalahpahaman dalam
berkomunikasi.
Ikon
Indeks Simbol
Sumber dari Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2010 hal:
168.
Sebuah tanda menurut Pierce adalah sesuatu yang bagi seseorang
mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain
itu, dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan
mengacu pada objek tertentu. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas
icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol) (Wibowo, 2011:14):
1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan „rupa‟ sehingga tanda
itu mudah dikenali oleh pemakainya.
2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau
eksistensial di antara representment dan objeknya.
3. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat abriter dan konvensional
sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.
Dapat disimpulkan semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang
tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya
dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, penerimaannya oleh mereka yang
menggunakannya. Menurut Preminger (2001), ilmu ini menganggap bahwa
fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.
Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantono, 2006: 265).
Semiotika digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis media dengan
asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda.
Tanda (sign) adalah kendaraan fisik yang mendasar bagi makna di dalam bahasa;
tanda adalah “citra suara” apapun yang dapat didengar atau lihat dan biasanya
merujuk pada beberapa objek atau aspek realitas mengenai bagaimana ketika
ingin berkomunikasi yang dikenal dengan rujukan (referent). Di dalam
komunikasi manusia, tanda digunakan untuk menjelaskan makna mengenai objek
di dalam dunia pengalaman dengan orang lain yang menafsirkan tanda yang
digunakan berdasarkan bahasa bersama atau pengetahuan terhadap sistem tanda
yang digunakan (misalnya komunikasi nonverbal) (McQuail, 2010: 85).
dan memperhatikan konvensi pada teks yang berinteraksi dengan konveksi yang
dialami (Kriyantono, 2008: 268).
Roland Barthes melontarkan konsep denotasi dan konotasi sebagai kunci
dari analisisnya. Dalam membahas model glossenic sign (tanda tanda
glossematic), Barthes mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, dan
mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E)
sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan content atau
signified (C). Konsep ini digambarkan Barthes dengan model E-R-C atau disebut
dengan sistem tanda primer (primary sign system).
Sebuah sistem tanda primer (primer sign system) dapat menjadi sebuah
elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna yang
berbeda ketimbang semula, sistem tersebut dapat dituliskan menjadi E2 = (E1
R1 C1) R2 C2 (Wibowo, 2011: 16).
Dengan begitu, primary sign adalah denotatif, dimana pada signifikasi
tahap pertama ini signifier atau ekspresi (E) dan signified atau content (C)
memiliki hubungan di dalam sebuah tanda terhadap realitas external (R), jadi
dapat disimpulkan bahwa E1 R1 C1 merupakan denotatif. Sedangkan secondary
sign adalah satu dari connotative semiotic. Signifikasi tahap kedua
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan
emosi dari pembaca serta nilai-nilai kebudayaanya.
Roland Barthes (1915-1980) merupakan seorang ahli semiotika yang
mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme
kepada semiotika teks. Barthes melontarkan konsep tentang denotasi dan konotasi
sebagai kunci dari analisisnya (Wibowo, 2011: 16).
Dengan kata lain, maka denotasi merupakan apa yang di gambarkan tanda
terhadap sebuah objek, sementara makna konotasi adalah bagaimana
caramenggambarkannya. konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling
intersubjektif (Wibowo, 2011: 17). Pada signifikasi tahap kedua yang
berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Hal ini dikarenakan
mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah memiliki dominasi. Mitos
adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek
tentang realitas atau gejala alam.
1. Signifier 2. Signified
(Penanda) (Petanda)
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa denotatif (3) terdiri atas penanda
(1) dan petanda (2). Akan tetapi saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga tanda
konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes tanda konotatif tidak sekedar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang
melandasikeberadaannya (Sobur, 2004: 69). Barthes memperjelas konsepnya
dengan peta sebagai berikut ini:
Lima kode yang ditinjau Barthes adalah sebagai berikut (Sobur, 2004:65):
a) Kode hermeneutik atau kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca
untuk mendapatkan “kebenaran” pada pertanyaan yang muncul dalam
teks. Di dalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan
suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaiannya dalam cerita.
b) Kode semik atau kode konotatif ditemukan ketika dalam proses
pembacaan, pembaca melihat bahwa konotasi kata atau frase tertentu
dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang
mirip. Jika kita melihat kumpulan satuan konotasi, maka kita
menemukan suatu tema dalam cerita.
c) Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas
bersifat struktural.
d) Kode proaretik atau kode tindakan/lakuan dianggap sebagai
perlengkapan utama teks yang bersifat naratif.
e) Kode gnomik atau kode kultural merupakan acuan teks ke benda-
benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya.
Di samping penanda teks (leksia) dan lima kode pembacaan yang telah
dijabarkan di atas, beberapa konsep penting dalam analisis semiotika Roland
Barthes adalah:
Composed Of
Signifaction
Signifier Signified
Sumber dari Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006, hal: 125
Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah
produk kultural. Setiap tanda kebahasaan, menurut Sausurre, pada dasarnya
menyatukan sebuah konsep (concept) dan suatu citra suara (sound image), bukan
menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata
yang diucapkan merupakan penanda (signifier) sedangkan konsepnya adalah
pertanda (signified). Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan sama sekali. Pemisahan
hanya akan menghancurkan „kata‟ tersebut.
Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam
kamus. Makna konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran,
ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata itu. Kata konotasi itu sendiri
berasal dari bahasa Latin yaitu connotare, yang berarti „menjadi tanda‟ dan
mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda dengan kata
(dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi)
Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam
sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda
(Berger, 2000: 55).
Sintagma
Paradigma
Sumber dari PiliangYasraf Amir, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan
Matinya Makna, Bandung: Matahari,2012, hal: 303
4. Mitos
Pada umumnya mitos adalah suatu sikap lari dari kenyataan dan mencari
„perlindungan dalam dunia khayal‟. Sebaliknya dalam dunia politik, mitos kerap
dijadikan alat untuk menyembunyikan maksud-maksud yang sebenarnya, yaitu
membuka jalan, mengadakan taktik untuk mendapat kekuasaan dalam masyarakat
yang bersangkutan dengan „melegalisasikan‟ sikap dan jalan anti-sosial. Tujuan
dari suatu mitos politik adalah selalu kekuasaan dalam negara, karena dianggap
bahwa tanpa kekuasaan keadaan tidak dapat diubahnya. Demikianlah mitos
mudah menjadi „alat kekuasaan‟ yang sukar dibuktikan kebenarannya selama
tujuan mitos belum menjadi kenyataan, maka apa yang dijanjikan oleh mitos
masih saja dapat diproyeksikan ke masa „lebih ke depan‟ lagi (Sobur, 2004b: 223-
224).
Mitos (mythes) adalah suatu jenis tuturan (a type of speech), sesuatu yang
hampir mirip dengan sesuatu yang hampir mirip dengan „representasi kolektif‟ di
dalam sosiologi Durkheim. Mitos adalah sistem komunikasi, sebab ia
membawakan pesan. Maka, mitos bukanlah objek. Mitos bukan pula konsep atau
suatu gagasan, melainkan suatu cara signfikasi suatu bentuk. Lebih jauhnya lagi,
mitos tidak ditentukan oleh objek ataupun suatu gagasan, melainkan cara mitos
disampaikan. Mitos tidak hanya berupa pesan yang disampaikan dengan bentuk
verbal (kata-kata lisan ataupun tulisan), namun juga dalam berbagai bentuk lain
atau campuran antara bentuk verbal dan nonverbal. Misalnya dalam bentuk film,
lukisan fotografi, iklan, dan komik (Sobur, 2004b: 224).
2.2.1.4.2Semiotika Iklan
Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh
pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur,
termasuk desain komunikasi visual. Menurut Tinarbuko (dalam Piliang, 2012:
339-340) semiotika komunikasi visual yaitu semiotika sebagai metode pembacaan
karya komunikasi visual. Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi
visual adalah sistem semiotika khusus, dengan perbendaharaan kata (vocabulary)
dan sintaks (sintagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni.
Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas dua jenis,
yaitu verbal dan nonverbal. Lambang verbal merupakan bahasa yang dikenal,
sedangkan lambang nonverbal berupa bentuk dan warna yang disajikan dalam
iklan yang tidak secara khusus meniru rupa atas bentuk realitas. Menurut
Berger dalam menganalisis iklan ada 6 hal yang perlu dipertimbangkan
(Tinarbuko, 2008, p. 117):
1. Penanda dan Petanda
2. Gambar, indeks, dan simbol
3. Fenomena sosiologis
4. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk
5. Desain dari iklan
6. Publikasi yang ditemukan di dalam iklan dan khayalan yang
diharapkan oleh publikasi tersebut.
Secara struktural sebuah iklan terdiri dari tiga elemen tanda, yaitu gambar
objek atau produk yang diiklankan (object), gambar benda-benda di sekitar objek
yang memberikan konteks pada objek tersebut (context), serta tulisan atau teks
(text), yang memberikan keterangan tertulis, yang satu sama lainnya saling
mengisi dalam menciptakan suatu ide, gagasan, konsep, atau makna sebuah iklan.
Mulai dari makna yang eksplisit, yaitu makna berdasarkan apa yang tampak
(dennotative), serta makna lebih mendalam, yang berkaitan dengan pemahaman-
pemahaman ideologi dan kultural (connotative). Selain itu, iklan mempunyai
tingkatan-tingkatan makna yang kompleks seperti :
1. Sign (Tanda) yaitu unsur terkecil bahasa. Tanda merupakan representasi
dari gejala yang memiliki kriteria seperti : nama (sebutan), peran, fungsi,
tujuan, keinginan (Sobur 206a:124). Tanda adalah segala sesuatu yang
dapat diamati atau dibuat teramati (Zoest dalam Tinarbuko 2008:12).
Tanda bisa berupa kata, gerak, rambu lalu lintas, bendera, dan sebagainya.
Tanda-tanda tersebut melekat pada kehidupan masyarakat.
2. Signifier (Penanda), merupakan pemberi makna, bunyi yang bermakna
(aspek material), yaitu apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca
(Saussure dalam Sobur 2006a:125). Penanda mempunyai wujud atau
merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek,
dan
3. Signified (Petanda), merupakan konsep atau makna (meaning) yang ada
dibalik penanda tersebut yang semuanya dapat digunakan untuk
melakukan realitas atau sebaliknya. Petanda terletak pada level of content
(Tinarbuko, 2008, p. 13).
Iklan dalam konteks semiotika dapat diamati sebagai suatu upaya
menyampaikan pesan dengan menggunakan seperangkat tanda
dalam suatu sistem. Dalam semiotika periklanan, terdapat tiga
tingkatan makna, yaitu makna konotasi semantik dan ideologi;
makna kode, visual dan pesan non verbal dan bentuk asli pesan
iklan. Pada makna konotasi semantik dan ideologi, konsep
semantik dibagi menjadi dua yaitu makna konotasi dan denotasi
sebagai alat menganalisis (Bogart, 1990). Pada tingkatan kedua
yaitu kode-kode, visual dan pesan non verbal, konsep kode
digunakan untuk menjelaskan keberagaman saluran dan sistem
semiotik yang digunakan dalam pesan iklan multimedia. Pada
tingkatan pesan ketiga yaitu bentuk asli pesan iklan, pada dasarnya
bentuk asli pesan iklan adalah semantik dan paradigmatik. Pesan
semantik adalah pesan terselubung karena iklan adalah pesan
mengenai komoditas yang digabungkan dengan ajakan untuk
melakukan penjualan atau pembelian. Sedangkan pesan
paradigmatik adalah pesan yang terbuka karena pada setiap proses
periklanan memberikan dampak tidak langsung pada bentuk
semiotika untuk pertukaran makna dengan tujuan ekonomi yaitu
pertukaran komodtas (Bogart, 1990).
Dalam semiotika, ada dua pemikiran utama yaitu hubungan antara tanda dan
arti serta tanda-tanda tersebut digabungkan menjadi kode-kode. Berkenaan dengan
iklan, untuk mengkaji sebuah iklan dalam perspektif semiotika, dapat
membedahnya lewat sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda
yang terdiri atas lambang, baik verbal maupun yang berupa ikon (Sobur, 2003, p.
116). Tanda-tanda yang digunakan dalam program-program televisi (termasuk
iklan televisi) dapat dikategorikan sebagai;
1. Kode Sosial, meliputi pakaian, tata rias, gesture dan karakter bahasa
(aksen). Kode-kode tersebut menginformasikan ke khalayak tentang kelas
sosial, profesi atau pendidikan seseorang.
2. Kode Teknik, meliputi teknik kamera, pencahayaan, editing atau
penggunaan musik dan efek suara. Kode ini memberi kesan yang lebih
kuat dan terutama menandai jenis program tersebut. Selain itu kode ini
juga memberikan pengaruh emosional kepada khalayak terhadap program
yang ditontonnya. Kode teknik kamera ini terdiri dari beberapa macam,
antara lain:
Sebagai sebuah kombinasi antara gambar dan teks, sebuah iklan jelas
menghasilkan sebuah informasi, yaitu berupa representasi pengetahuan
(knowledge) tertentu, yang disampaikan melalui elemen-elemen tanda sebuah
iklan. Ketika informasi yang ditawarkan sebuah iklan dikaitkan dengan
realitas (reality), yaitu dunia kenyataan di luar iklan (di dalam masyarakat
yang konkret), maka sebuah iklan dapat menjadi mirror of reality,yaitu
menceritakan tentang sebuah keberadaan yang nyata, atau sebaliknya yaitu
refleksi dari sebuah realitas yang palsu (false) (Piliang, 1999, pp. 281-282).
Jika kreativitas seni dihadapkan pada representasi iklan televisi, akan terdapat
dua pengertian kreativitas, yakni creative art dan creative process. Creative art
menunjuk pada bagaimana seniman ataupun designer bekerja dalam pembuatan
yang melibatkan peralatan, sedangkan creative process menunjuk kepada
begaimana pembuat karya seni tersebut melakukan proses berfikir kreatif dalam
pembuatan karya seni (Kennick, 1979).
Rossiter dan Percy (seperti dikutip Limantoro, 2006 dalam Pratami, 2010)
dalam sebuah konsep kreatif iklan terdapat unsur-unsur yang saling
mendukung (h.11). Unsur-unsur yang terdapat pada iklan televisi tersebut
terdiri dari:
a. Unsur heard words, yaitu kata-kata yang terdengar dalam iklan yang
ditayangkan yang membuat pemirsa semakin mengerti tentang maksud
pesan iklan yang ditayangkan.
b. Unsur color, yaitu komposisi atau keserasian warna gambar serta
pengaturan cahaya yang terdapat dalam tampilan tayangan iklan.
c. Unsur music, yaitu musik atau audio yang terdapat dalam tayangan
iklan, termasuk iringan lagu yang ditayangkan.
d. Unsur picture, yaitu gambar atau tayangan iklan yang meliputi obyek
yang digunakan, model yang digunakan, dan adegan yang ditampilkan.
e. Unsur seen words, yaitu kata-kata yang terlihat pada tayangan iklan
yang dapat mempengaruhi citra produk dalam benak pemirsa.
f. Unsur movement, yaitu gerakan yang ada atau terlihat pada tayangan
iklan yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut
didalamnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian kualitatif, peneliti harus dapat berpikir secara kritis, di mana
peneliti mampu menangkap fenomena-fenomena sosial di masyarakat dan
melakukan pengamatan mendalam terhadap fenomena tersebut. Semiotika
merupakan salah satu bagian dari bentuk penelitian kualitatif. Analisis semiotika
digunakan di dalam penelitian ini untuk mengkaji lebih dalam tentang makna
yang terkandung di dalam tanda. Analisis semiotika tidak hanya sekedar
menganalisis realitas media massa tetapi juga konteks realitas pada umumnya.
Melalui analisis semiotika, sejumlah besar sistem tanda yang terdapat pada kajian
media mampu dianalisis dalam mencari makna di balik tanda yang ada.
5. Desain dari iklan, termasuk tipe perwajahan yang digunakan, warna dan
unsur estentik yang lain
6. Publikasi yang ditemukan di dalam iklan dan khayalan yang diharapkan
oleh publikasi tersebut
Aspek yang diteliti dalam iklan ini menggunakan perangkat analisis Roland
Barthes, yakni signifikasi dua tahap (two order signification)yaitu denotasi dan
konotasi.
1. Tatanan Denotatif
Dalam setiap objek penelitian dipaparkan sesuai dengan yang terdapat
pada video iklan BUKALAPAK Emang Cincai yang berdurasi 1 menit 30
detik ini akan dibagi dalam beberapa scene yang berbeda dan terdiri dari
(gambar, teks dan sound) yang akan menjelaskan makna secara ekplisit.
Peneliti akan menganalisis makna denotatif yang terdapat pada tiap
gambar tersebut. Selanjutnya makna yang berada pada tataran denotasi ini
akan berkembang dan menghasilkan representasi tertentu pada tahap
konotasi.
2. Tatanan Konotatif
Pada tataran ini akan dideskripsikan bagaimana makna konotatif bekerja
pada gambar tersebut sesuai dengan alur cerita yang terdapat dalam iklan
BUKALAPAK Emang Cincai. Dalam tataran konotatif, peneliti akan
mendeskripsikan representasi dan citra apa yang ditampilkan oleh iklan
tersebut, serta bagaimana gambar tersebut bekerja sehingga menghasilkan
makna dengan mengombinasikan berbagai teknik pengambilan gambar
sudut pandang, pewarnaan dan sebagainya. Melalui tatanan konotatif, akan
didapatkan temuan berupa mitos atau ideologi. Mitos merupakan
pemaknaan atau bagaimana kebudayaan menjelaskan dan memahami
beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.Pada tataran ini akan
dideskripsikan penggunaan makna implisit pada subjek penelitian sesuai
dengan alur cerita yang terdapat pada iklan BUKALAPAK versi
“BUKALAPAK Emang Cincai”
1. Dari segi pewarnaan, konotasi umum seperti apa yang ada dari
setiap warna yang dipilih pada gambar yang ditampilkan ?
2. Bagaimana gambar di perlakukan, dengan mengombinasikan
berbagai teknik pengambilan gambar sehingga dapat menghasilkan
suatu makna ?
3. Apakah fokus utama dari gambar ?, Apakah berbagai elemen
lainnya dapat mengalihkan perhatian ?
4. Representasi dan citra seperti apa yang di tampilkan pada iklan ?
5. Apakah gambar iklan menyampaikan suatu narasi tertentu ?
6. Pesan budaya apa yang hendak disampaikan dalam gambar ?
Disini peneliti menempatkan posisi sebagai fasilitator yang akan
menafsirkan pesan-pesan iklan yang ditampilkan dalam iklan youtobe
BUKALAPAK versi “BUKALAPAK Emang Cincai” yang ada di internet.
Dalam meneliti iklanBUKALAPAK versi “BUKALAPAK Emang
Cincai”, peneliti menggunakan cara-cara ataupun teknik sebagai berikut :
BAB IV
4.1. Hasil
4.1.1. Gambaran Umum Budaya Tionghoa
Kedatangan leluhur suku Tionghoa (yang berasal dari negera China) untuk
bermigrasi ke Indonesia terjadi pada ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu
(utamanya pada abad ke 16-19). Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan awal
untuk berdagang (dalam perniagaan).Ramainya interaksi perdagangan di daerah
pesisir tenggara China, menyebabkan banyak orang yang tinggal di daerah pesisir
China ingin ikut berlayar untuk berdagang. Tujuan utama mereka saat itu adalah
Asia Tenggara, karena kegiatan pelayaran sangat tergantung pada angin musim.
Setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayah-wilayah yang mereka
singgahi. Salah satu wilayah yang mereka singgahi di Asia Tenggara adalah
Indonesia (yang pada waktu itu masih era kolonial Belanda).
Demikian seterusnya ada pedagang yang memutuskan untuk menetap dan
menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang kembali ke China untuk terus
berdagang.Lama-kelamaan, mereka yang tinggal membaur dengan masyarakat
asli Indonesia, dan akhirnya terjadi asimilasi serta akulturasi budaya. Sejak negara
Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia
digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai
Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
(http://www.tionghoa.info/suku-tionghoa-di-indonesia/)
a. Kuliner
Berikut ini adalah jenis-jenis makanan khas Tionghoa yang populer di Indonesia:
Kue bulan / Tiong Chiu Pia (dasarnya berbentuk bulat, yang melambangkan
kebulatan dan keutuhan)
Bakcang (makanan dalam bungkusan daun, isinya ketan atau nasi yang
ditambah daging dan isi lainnya sesuai selera. Di Tiongkok, bakcang disebut
Zongzi. "Duan Wu Jie" adalah hari raya dimana umumnya orang makan
bakcang)
Lumpia (memiliki ciri khas pada bahan bakunya, yaitu rebung)
Siomay (makanan yang terbuat dari terigu diisi campuran daging, udang dan
lain-lain).
Bakpao (biasanya diisi dengan daging ayam, sayur-sayuran, srikaya manis,
coklat, selai kacang kedelai, kacang azuki, kacang hijau,dan sebagainya)
Bakso (daging yang dicincang dan dibentuk menjadi bulat. Bakso berasal dari
bahasa Tionghoa yang terdiri dari 2 kata, "Bak" daging babi dan "so” itu mie +
sup. Di Indonesia, daging babi dirubah menjadi daging sapi tetapi tetap
menggunakan kata Bak)
Mie (Mie dapat digolongkan menjadi dua, mie kering dan mie basah)
Tahu Pong (Tahu yang tengahnya kosong. Proses pembuatan yang sedikit
berbeda, menyebabkan bolong. Sewaktu mentah bentuknya juga sama seperti
tahu biasa, tetapi setelah digoreng, bagian tengahnya menyusut dan menjadi
kopong / kosong)
Kue Keranjang (Kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai
tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau
wajib pada saat Perayaan Tahun Baru Imlek).
b. Bahasa
Bahasa Tionghoa memiliki banyak varian vokal atau lisan, namun secara tertulis
hanya satu. Variasi tersebut tergantung kedaerahan, sehingga bisa dikatakan
sebagai bahasa daerah atau dialek. Salah satunya ialah asimilasi bahasa Mandarin
di Indonesia contohnya:
“Capcay, fuyunghai, kwetiau, barongsai.” Ini adalah bahasa yang berasal
dari daratan China. Sembilan puluh lima persen (95%) kata di bawah ini
didominasi dari bahasa Minnan daerah Fujian (Hokkian) di China. Kenapa
bisa banyak bahasa Hokkian yang beredar dan bukan Mandarin? Karena
daerah Hokkian jaman dulu masih daerah yang tandus. Kehidupan melarat
dan susah di sana. Banyak orang-orang dari sana yang bermigrasi ke
selatan berharap mendapat kehidupan yang lebih baik. Singapore,
Indonesia (Sumatera dan Jawa), dan Malaysia (Johor, Penang) adalah
regional bahasa Hokkian hingga saat ini. Sisa katanya diambil dari bahasa
Mandarin (fuyunghai, kungfu, papa, mama, lihai, dan yinyang) dan
Cantonese (dimsum dan mahjong).(http://e-
journal.uajy.ac.id/2956/3/2TA1158)
Sekitar 1/5 penduduk dunia menggunakan salah satu bentuk bahasa Tionghoa
sebagai penutur asli, maka jika dianggap satu bahasa, bahasa Tionghoa
merupakan bahasa dengan jumlah penutur asli terbanyak di dunia. Bahasa
Tionghoa (dituturkan dalam bentuk standarnya, Mandarin) adalah bahasa resmi
Tiongkok dan Taiwan, salah satu dari empat bahasa resmi Singapura, dan salah
satu dari enam bahasa resmi PBB.Di Indonesia bahasa Hok-kian dan Mandarin
pengaruhnya dalam fusi budaya ternyata jauh lebih dominan.
c. Pakaian
Cheongsam
d. Ritual
Adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah ke kuburan
sesuai dengan ajaran Khonghucu. Festival Tionghoa ini jatuh pada hari ke 104
setelah titik balik matahari pada musim dingin. Bagi etnis Tionghoa, hari ini
merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap
orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang
dengan menyajikan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai
aksesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang.
e. Kesenian
Barongsai
Potehi berasal dari kata "poo" (kain), "tay" (kantung) dan "hie" (wayang).
Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan
memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya
wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal
dari daratan Tiongkok asli.Dulunya Wayang Potehi hanya memainkan lakon-
lakon yang berasal dari kisah klasik daratan Tiongkok seperti kisah legenda
dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok, terutama jika dimainkan di dalam kelenteng.
Akan tetapi saat ini Wayang Potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah
klasik. Pada masa masuknya pertama kali di Indonesia, wayang potehi dimainkan
dalam Bahasa Hokkian. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini pun
kemudian juga dimainkan dalam Bahasa Indonesia.
Alat Musik
Alat musik tradisional Tionghoa dapat dimainkan secara solo, ataupun secara
bersama-sama dalam sebuah orkes yang besar (seperti zaman dahulu di istana
kerajaan) atau dalam grup-grup musik kecil. Jaman dahulu tidak ada konduktor di
ensambel musik Tionghoa, ataupun penggunaan partitur musik pada saat pentas.
Musik biasanya telah dihapalkan oleh pemusiknya, kemudian dimainkan tanpa
alat bantu, sehingga kerjasama tim amat sangat dibutuhkan. Tapi zaman sekarang
ini partitur ataupun konduktor dibutuhkan, apabila jumlah pemusik cukup banyak.
Berikut adalah jenis-jenis alat musik tradisional Tionghoa:
Arsitektur China memiliki nilai tersendiri pada bangunannya. Adalah prinsip dan
konsep yang mendasari setiap bentuk dan layout bangunan. Prinsip dan konsep ini
tidak hanya menjadi dasar bagi perancangan bangunan hunian namun juga
bangunanbangunan dengan fungsi lainnya seperti istana, tempat sembahyang,
bangunan monumental, pavilion, dan lain-lain. Lebih jauh, bahwa prinsip dan
konsep tersebut juga mendasari perencanaan dan pembentukan sebuah kota.Prinsip
dan konsep tersebut terangkum dalam empat hal sebagai berikut : 1. Organisasi
Ruang 2. Orientasi – Feng Shui 3. Konstruksi – Kayu 4. Ekspresi Elemen
Bangunan – Atap dan Kolom 5. Ornamen. (http://e-
journal.uajy.ac.id/2956/3/2TA11585)
f. Perayaan
dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas (pada saat bulan
purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chuxi yang berarti "malam
pergantian tahun". Biasanya dirayakan dengan menyulut kembang api. Di
Indonesia pada tahun 1965 hingga 1998 perayaan tahun baru Imlek dilarang
dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967,
rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal
yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Imlek selalu ditandai dengan adanya kata Shio, Shio atau kadang disebut
juga dengan zodiakTionghoa adalah simbol binatang yang digunakan
untuk melambangkan Tahun dalam astrologi Tionghoa dan kalender
Imlek. Dalam Tradisi Tionghoa, setiap orang dilahirkan pasti memiliki
Shio yang dikaitkan dengan Tahun kelahirannya. Jumlah Shio dalam
Tradisi Tionghoa terdiri dari 12 Binatang dan disebut dengan 12 Shio yang
mewakili siklus 12 tahunan. 12 Binatang tersebut antara lain adalah :
tikus, sapi, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam,
anjing, babi. Penetapan Shio bagi seseorang adalah berdasarkan Kalender
Imlek yang merupakan Kalender yang sistem perhitungan Waktu, Hari,
Bulan dan Tahun berdasarkan perputaran Bulan. Hal ini berbeda dengan
Sistem Kalender Internasional yang berdasarkan perputaran Matahari.Pada
Kalender Imlek, Shio baru akan dimulai pada setiap Tahun Baru Imlek
yaitu bulan 1 tanggal 1 dan berakhir pada tanggal 29 atau 30 bulan 12
yaitu satu hari sebelum Tahun Baru Imlek (Chinese New Year Eve). Shio
dalam bahasa Mandarin disebut dengan Sheng Xiao [ 生 肖 ].
(http://dinaviriya.com/urutan-12-shio-dalam-tradisi-tionghoa-dan-tahun-
yang-diwakilinya/)
Festival Lampion
Adalah festival dengan hiasan lentera yang dirayakan setiap tahunnya pada hari
ke-15 bulan pertama (menurut penanggalan Tionghoa). Festival inilah yang
menandai berakhirnya perayaan tahun baru Imlek. Festival ini biasanya dirayakan
secara luas di Tiongkok, Taiwan, Hongkong dan negara-negara yang terdapat
komunitas Tionghoa.
Cap Go Meh
Melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi
komunitas Tionghoa. Pada tanggal ini juga merupakan bulan penuh pertama
dalam Tahun Baru tersebut. Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan
berbagai kegiatan.
Shot / Gambaran 1 :
Verbal :
Dalam video iklan ini yang menjadi konteks verbal berupa isi jinggle lagu pada
bait pertama yang dinyanyikan oleh seorang wanita paruh baya yaitu “Bukalapak
emang cincai” saat musik khas Tionghoa diputar, oleh sebab itu wanita paruh
baya ini disebut sebagai nenek cincai.
Non verbal :
Ekspresi sang nenek cincai yang bersiap dari awal dengan senyum lebar kemudian
nenek cincai semakin tersenyum dengan senyuman yang menampilkan gigi serta
menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan yang menandakan sang nenek
semakin riang menjelang lagu jinggle hendak diputar .
Teknik Kamera:
-Medium Long shot, - Selective Focus, - Estabilishing Shot,- High Key, - Warm
Tatanan Denotatif
Sesuai dengan yang terdapat di dalam video iklannya, video iklan ini
diiringi dengan lantunan awal musik dengan nada backsound campuran antara alat
musik petikan-petikan serta gesekan khas Tionghoa.Dapat dlihat juga seperti pada
keempat potongan gambar sang nenek cincaisemakin tersenyum riang girang
bahkan melenggak-lenggokan tubuhnya kekiri dan kekanan.Dalam video iklannya
hal ini dilakukan hingga di akhir musik petikan lalu kemudian sang nenek mulai
bernyanyi. Beriringan dengan nyanyian sang nenek, iklan ini menimbulkan teks
yang sesuai dengan jinggle yang dinyanyikan oleh nenek tersebut. Sehingga
teknik pencahayaan pada video iklan ini menggunakan teknik pencahayaan High
key yang menciptakan suasana yang riang dan ceria, dengan teknik pewarnaan
Warm(meliputi warna kuning, merah, abu-abu, orange)yang digunakan dalam
video iklan guna untuk memberikan kesan optimisme melambangkan hasrat,
agritasi serta harapan dampak yang besar bagi penonton atau mendapati efek yang
besar untuk iklan dengan menggunakan konsep nyanyain dalam iklan agar dapat
mempersuasi masyarakat lebih efektif.
Tatanan Konotatif
sakura yang tidak tumbuh di Indonesia namun menjadi hiasan dalam video
tersebut seolah menjadi tanda bahwa dalam video iklan ini sedang bernuansakan
perayaan Tahun Baru Imlek dan menambahkan suasana dalam video menjadi
penuh dengan semangat kebahagiaan.
Selain merah, warna sakral lain yang hadir pada perayaan Imlek adalah
kuning atau emas. Kuning dianggap sebagai warna paling indah. Warna dalam
tradisi rakyat Tionghoa mewujudkan budaya yang kaya, misalnya warna kuning
yang merupakan warna untuk kaisar. Kuning menandakan netralitas dan
keberuntungan, kuning sering dipasangkan dengan warna merah sebagai ganti
warna emas, kuning adalah warna Kekaisaran Tionghoa. Warna ini kerap
menghias istana kerajaan, altar, kuil-kuil, serta digunakan dalam jubah dan
pakaian para kaisar.
Fokus atau talent utama dalam video iklan ini adalah seorang wanita paruh
baya atau disebut-sebut sebagai nenek cincai. Dalam video iklan ini, talent utama
yaitu sang nenek dipilih yang berciri khas layaknya orang cina (bangsa Tionghoa)
yang berkulit putih serta memiliki mata kecil (cipit). Sang nenek mengenakan
baju adat khas budaya Tionghoa yang biasa dikenakan pada wanita yaitu
cheongsam yang berwarna merah, dengan tatanan rambut disanggul dan serta poni
rambut yang masih dipakaikan rol rambut. Rol rambut seolah menjadi tanda untuk
menata poni rambut agar tertata rapi mengingat kebangsaan Tionghoa juga berciri
khas memiliki rambut hitam yang lurus. Tak lupa pula sang nenek juga
menggunakan riasan wajah yang biasa dikenakan pada ibu-ibu umumnya yang
ingin tampak terlihat cantik, layaknya hiasan dalam menghadiri sebuah acara.
Dengan adanya riasan tersebut sang nenek tampak terlihat lebih muda untuk
wanita seusianya.
Oleh sebab itu pula ekspresi yang di timbulkan oleh sang nenek tampak
lebih ceria diiringi dengan senyuman riang sang nenek yang bersiap ingin
menyanyikan jinggle lagu pada iklan Bukalapak tersebut. Goyangan ke kiri dan
kekanan nenek juga menambahkan kesan bahwa nenek menyanyikan lagu dengan
hati yang riang. Dari sederetan tanda-tanda yang tersirat di dalam video iklan
Bukalapak tersebut jelas merepresentasikan kebudayaan Tionghoa dalam rangka
menyambut Perayaan Tahun Baru Imlek maka telah terjadi konteks Lintas Budaya
pada iklan Bukalapak ini, yaitu bagi budaya Tionghoa dalam merayakan Imlek
sebagai Perayaan Tahun Baru dirayakan dengan disambutnya hari perayaan
dengan hati yang riang dan penuh dengan suka cita kebahagiaan.
Shot / Gambaran 2 :
Verbal :
Nyanyian sang nenek cincai yaitu isi jinggle lagu pada video iklan pada shot ini
yaitu, “Bukalapak Emang Cincai”, “ Harga santai Kagak Lebay”
Non Verbal :
Sambil bergoyang ke kiri dan ke kanan nenek cincai menyanyikan masih dengan
ekspresi yang girang namun menjelang pada “kata santai, kagak lebay” sang
nenek cincai mengangkat tangan kanannya dan memainkan jari telunjuknya ke
kiri dan ke kanan mengisyaratkan dari kata “kagak” yang berarti “tidak” .
Teknik Kamera:
Tatanan Denotatif
bahkan beberapa teknik pengambilan gambar yang sama, dalam shot ini sang
nenek mulai menyanyikan jinggle lagu pada video iklan, dengan nada riang dan
penuh kegembiraan sang nenek mulai menyanyikan perbait lirik lagu jinggle
video tersebut yang berisi kata “Bukalapak Emang Cincai”, “ Harga Santai Kagak
Lebay”. Berketepatan di kata “lebay” sang nenek mulai mengangkat tangan kanan
dan mengacungkan jari telunjuknya kemudian menggerakkannya ke kiri dan ke
kanan dengan cepat menyatakan kata “tidak” layaknya seperti ketika
menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan yang sering di gunakan masyarakat
Indonesia sebagai bentuk dari isyarat kata “tidak”. Beriringan dengan sang nenek
menyanyikan jinggle lagu pada video iklan, muncul teks yang sesuai dengan
jinggle lagu tersebut. Teks tersebut berwarna putih namun berubah menjadi warna
jingga mengikuti nyanyian nenek cincai tersebut.
Sampai pada bait pertama yang berisikan kata “Bukalapak Emang Cincai”
seperti pada potongan gambar pertamauntuk memperlihatkan atau mengarahkan
fungsi objek, kamera mulai mendekatkan perlahan pengambilan gambar.
Sehingga tanpa disadari telah terjadi teknik pengambilan gambar Cut away,
intercut, reaction shot guna untuk melakukan suatu pergantian shot yang
dilakukan dengan cara mengambil satu shot sebagai reaksi shot utama pada waktu
yang sama. Teknik penyambungan gambar yang digunakan pada saat pendekatan
perlahan ini digunakan agar tidak terlalu terlihat jumping saat merekam suatu
penggambaran yang ingin memfokuskan suatu hal seperti pada video iklan ini
yang mendekat untuk memperlihatkan pergerakan yang terjadi saat objek atau
sang nenek sedang menyanyi.
Pada keseluruhan video iklan Bukalapak versi Buklapak Emang Cincai ini
menggunakan teknik penggunaan kamera dari sudutEye Level yakni pengambilan
gambar dengan posisi kamera yang sejajar dengan mata objek seperti dalam video
iklan ini, sebagai penikmat iklan diperlihatkan sang nenek cincai yang
memandang arah kamera bagaimana kamera diletakkan secara normal atau sejajar
dengan penonton sehingga kesan yang ditimbulkan dari teknik ini bertujuan untuk
menyampaikan kesan psikologis kesetaraan, kesejajaran, atau sederajat, penonton
seperti akan melihat secara langsung atau bertemu secara langsung dengan objek
atau nenek cincai.
Dengan kesetaran yang ditimbulkan dari teknik Eye level, maka teknik
Objective shot juga digunakan pada scene ini agar psikologisnya penonton
difungsikan sebagai pengamat, dengan adanya teks pada saat sang nenek
menyanyikan jinggle dan perubahan warna teks yang mengikuti nyanyian saat
nenek cincai bernyanyi yang ditampilkan dalam video iklan menjadikan kesan
penonton sebagai pengamat yang menerima perfomance (penampilan) dari sang
nenek saat bernyanyi yang dilihat secara langsung dan teks yang berjalan
bertujuan agar pengamat menerima dampak dari teks yang ditimbulkan dalam
video iklan ini.
Tatanan Konotatif
Lagu akan sangat mudah melekat pada siapa saja yang akan
mendengarnya, begitu pula dalam video iklan Bukalapak ini adanya lagu yang
dinyanyikan akan mempermudah seseorang untuk mengerti maksud dan tujuan
dari isi dalam video iklan yang digambarkan. Sehingga untuk lebih
mempermudah masyarakat mengingat sebuah lagu, lirik yang menarik serta
mudah diingat akan sangat memberikan perhatian bagi siapa saja yang akan
mendengar atau melihat video iklan tersebut. Seperti halnya pada video iklan
Bukalapak ini, dinyanyikan oleh sang nenek cincai yang memiliki suara khas yang
nyaring dan sedikit melengking. Suara yang dimiliki oleh sang nenek cincai
menimbulkan masih terasanya ciri suara khas yang berdialeg (logat) budaya
Tionghoa atau yang biasa disebut sebagai bahasa Hokkien, walau lirik dalam
jinggle lagu Bukalapak ini menggunakan bahasa Indonesia yang mengandung
berbagai jenis kosa kata budaya yang ada di Indonesia serta jinggle lagu ini
diiringi lantunan alat musik petikan dan gesekan khas kebudayaan Tionghoa yang
diputar sebagai musik pendamping jinggle lagu dalam video iklan Bukalapak ini.
kadang dikaitkan dengan uang, sehingga bila dikatakan orang yang “Cincai”,
dapat diartikan bahwa orang tersebut dermawan, tidak pelit atau kikir. Pada
intinya falsafah “Cincai” mengajarkan kita agar tidak kaku dan menjadi fleksibel,
layaknya pohon bambu keliatan lembek namun sangatlah kuat akibat
kelenturannya. Fleksibel disini dimaksudkan sebagai sikap bisa kompromi, jadi
“Cincai” mengajarkan sikap dapat mengikhlaskan.
Kemudian bait pada lirik lagu berikutnya berisi kata “Harga santai kagak
lebay”, kata ini memiliki arti harga yang santai tidak berlebihan, penggunaan kata
“kagak lebay” merupakan kata serapan dari salah satu budaya Indonesia,
umumnya kata ini digunakan oleh masyarakat di Ibukota Jakarta yang merupakan
salah satu pusat negara Indonesia. Dalam video iklan ini sang nenek banyak
memainkan tanda seperti mengekspresikan perlakuan sesuai dengan kata yang
dinyanyikannya, salah satunya pada kata “kagak lebay” sang nenek
mengekspresikannya dengan memainkan jari telunjuk pada tangan kanan yang di
angkat dengan menggerakkan ke kiri dan ke kanan hal ini mengisyaratkan arti
tanda dari kata “kagak” yang juga memiliki arti “tidak”. Adanya cerminan
terhadap kata pada tanda yang mengisyaratkan merupakan bentuk dari
Komunikasi Lintas Budaya yang terjalin di dalam sebuah video iklan Bukalapak
ini, yang mana penekanan kata kagak yang berarti tidak dalam video iklan ini
seolah mengisyaratkan bahwa Bukalapak menjadi salah satu jasa online market
place yang menyediakan harga yang santai dan tidak berlebihan. Iklan ini
ditunjukan untuk kota-kota besar seperti Ibukota Jakarta dan kota-kota besar
lainnya yang ada di Indonesia sehingga penggunaan bahasa dan tanda yang
diisyaratkan merupakan tanda dan bahasa yang masyarakat Indonesia ketahui,
terlebih pada orang-orang yang tinggal di Ibukota, maupun kota-kota besar di
Indonesia.
Video iklan ini menampilkan teks narasi yang sesuai dengan lirik yang
dinyanyikan oleh sang nenek cincai, teks narasi yang ditampilkan awalnya
berwarna putih namun berubah menjadi jingga mengikuti ucapan yang di
nyanyikan sang nenek cincai. Teks yang berubah warna tersebut sama seperti
yang ada pada video klip dalam video musik maupun pada saat kita melakukan
karaoke, adanya teks untuk mempermudah kita saat ingin menyanyikan sebuah
lagu. Karaoke merupakan salah satu hiburan yang disukai masyarakat Indonesia
hal ini terlihat dari banyaknya tempat karaoke yang ada di Indonesia, sama halnya
pada saat karaoke fungsi dari teks pada video iklan ini memiliki maksud yang
sama namun fungsi dari teks tersebut memiliki arti yang lebih luas yaitu untuk
mengajak khalayak yang melihat video iklan untuk ikut bernyanyi hal ini dapat
mempermudah khalayak untuk mengingat nyanyian sang nenek cincai maka
dengan demikian pula masyarakat akan mudah mengingat maksud dan tujuan dari
iklan tersebut maka iklan tersebut besar kemungkinannya berhasil mempersuasi
masyarakat yang melihat video iklan. Maka Komunikasi Lintas Budaya yang
digunakan melalui penggambaran budaya Tionghoa dalam video iklan akan
membekas dalam ingatan seluruh masyarakat Indonesia yang melihat video iklan.
Shot / Gambaran 3 :
Verbal :
Kelanjutan bait lagu dari jinggle yang dinyanyikan sang nenek cincai sekaligus
penutup kata pada scane satu ini yaitu: “Dinego aje say, pasti bisa say”, “Dinego
Sampai Okay”
Non Verbal :
Wajah serius saat menyanyikan lirik dari jinggle lagu yang berisikan kata
“Dinego aje say” beserta gerakan dari menunjuk sempoa yang menandakan nego
sebagai sistem tawar menawar dalam harga diibaratkan menjadi sempoa yang
merupakan alat hitung-hitungan. Sembari menyanyikan lirik lagu yang berisikan
kata “Okay” sang nenek memberikan jempolan yang diakhiri dengan kedipan
mata sebelah kiri yang terkesan genit dan senyuman lebar yang menarik perhatian.
Teknik Kamera :
Tatanan Denotatif
Pada waktu dinyanyikan kata “Dinego aja say” sang nenek cincai
mengangkat tangan kirinya yang sedang memegang sempoa, kemudian sang
nenek mengangkat tangan kanannya dan diarahkan ke tempat sempoa yang telah
diangkat di tangan sebelah kirinya lalu jari telunjuk pada tangan kanan sang nenek
mengarah menunjuk ke butiran-butiran anak dari sempoa, nenek tersebut
menandakan kata “nego” yang memiliki arti “tawar menawar” yang berhubungan
erat dengan hitung-hitungan. Pada shot ini teknik kamera sebagian besar masih
menggunakan teknik kamera yang sama seperti sebelumnya hanya ada
penambahan teknik kamera seperti Middle close up dan Zoom In. Medium
shotmasih dipergunakan hingga sang nenek menyanyikan lirik yang berisikan kata
“Dinego aje say, pasti bisa say”, yang mana dalam video iklan ini kamera semakin
mendekat ke arah sang nenek. Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya
terlihat pula pada shot ini, yang di tampilkan adalah bagian tubuh sang nenek dari
bagian pinggang ke atas semakin mendekatnya kamera untuk memperlihatkan
gerakan sang nenek serta menonjolkan hal yang penting sebagai inti dari maksud
video ikalan ini. Sempoa ternyata tidak menjadi hiasan melainkan menjadi alat
bantu untuk menunjukkan agar video iklan tampak terlihat nyata dengan adanya
perlakuan dalam penghayatan lirik lagu dari jinggle video iklan. Dalam video
iklan ini mendekatnya kamera ditujukan untuk menampilkan fungsi sempoa yang
dipegang oleh sang nenek yang mana sempoa di hubungkan sebagai tanda dari
kata “Dinego aje say”.
Teknik ini dilakukan dengan tujuan seperti teknik yang sama pada teknik
Medium shot yaitu bertujuan untuk memperlihatkan ekspresi pada wajah sang
nenek serta pergerakan tanda sang nenek untuk mencuri perhatian agar menjadi
ciri khas tersendiri dalam kreatif video iklan. Akhir dari scane ini memperlihatkan
jempolan tangan kanan yang di angkat sang nenek cincai saat sang nenek
menyanyikan bait lagu yang terakhir yang berisi kata “Dinego sampai okay”,
kemudain sambil tetap mempertahankan jempolan tangan kanan sang nenek
mengedipkan mata kirinya yang memberi kesan genit dan senyuman lebarnya
yang menarik perhatian. “Okay” diekspresikan dengan jempolan tangan sang
nenek dan teknik pengambilan gambarMiddle close up dari batas bahu/dada
digunakan untuk memperlihatkan jempolan, jempolan yang diangkat ke atas
setinggi dagu dalam video iklan ini dapat mempersempit ruang yang akan
memperjelas inti iklan yang ingin ditonjolkan dalam penggambaran sehingga
dapat disejajarkan beserta ekspresi pada raut wajah sang nenek yang tersenyum
dan mengedipkan mata. Timbul kesan yang genit dalam artian intim dapat
memperdekatkan hubungan atau dapat dikatakan sebagai tanda ingin memberikan
kesan dapat bekerja sama dalam video iklan ini. Hal ini dapat dilihat dari
keseluruhan lirik lagu, salah satunya seperti kata “Dinego aje say, pasti bisa say,
dinego sampai okay” yang semakin mempertegas untuk meyakinkan calon
pembeli agar dapat bekerja sama tanpa keraguan, adanya kerlipan sebelah mata
sang nenek seolah memberikan kesan yang rileks untuk kenyamanan dalam
pengalaman penggunaan berbelanja pada aplikasi Bukalapak.
Tatanan Konotatif
Dalam shot ke tiga pada scene pertama ini, merupakan shot yang
mengundang kontroversi. Dimana dalam shot ini terdapat adegan yang
menampilkan ekspresi kerlipan mata sebelah yang ditunjukkan sang nenek di
akhir nyanyian. Dalam shot ini juga menampilkan sebuah adeganyang
memberikan kesan teramat kuat bagi iklan ini sendiri, dalam sebuah adegan
menampilkan nyanyian sang nenek yang sedang mengucapkan kalimat “Dinego
aje say, pasti bisa say”, “Dinego Sampai Okay”. Dimana kata “Dinego” dalam
lagu tersebut ditandai dengan penunjukan kepada sempoa yang dipegang sang
nenekserta “okay” yang ditandai dengan jempolan sang nenek dan diakhiri dengan
kerlipan sebelah mata dari sang nenek tersebut sering digunakan orang untuk
memperkuat kesan dalam sistem jual beli, tanda-tanda yang ditimbulkan melalui
ekspresi dan tindakan berupa simbol-simbol nonverbal tersebut disesuaikan
dengan narasi dalam bentuk ajakan dan nyanyian juga merujuk pada nada ajakan
sehingga menimbulkan kesan yang teramat kuat untuk mengingat iklan Bukalapak
ini berbeda dari Iklan Bukalapak lainnya.
Dalam iklan ini terlihat wanita paruh baya atau sang nenek cincai
menyanyikan sebuah lagu, mengingat umur sang nenek maka adanya iklan dalam
bentuk nyanyian ini sudah terlihat sangat mencolok dan mengundang perhatian
adanya penambahan ekspresi dengan dikedipkannya sebelah mata sang nenek
yang pada awalnya hanya ingin menampilkan sisi kelucuannya, berubah menjadi
hal yang sangat kontroversial dan mengundang banyak kritik. Seorang wanita
paruh baya yang terkesan sudah berumur atau masuk kategori nenek-nenek yang
seharusnya menjadi seorang panutan dan orang yang dihormati menjadi begitu
rendah derajatnya dengan adanya adegan tersebut. Kerlipan mata dapat dianggap
genit atau dapat diartikan untuk menggoda lelaki jika dilakukan oleh wanita dan
begitu pula sebaliknya, namun kerlipan mata jika dilakukan oleh seorang wanita
maka akan dianggap tidak baik terlebih lagi bagi seoang nenek terkesan tidak
sesuai dengan umurnya.
sudah mendarah daging bagi masyarakat Tionghoa baik dari yang muda hingga
yang tua sekalipun sangat banyak yang mengolah perdagangan.
Hingga kini dapat kita jumpai dipusat-pusat perbelanjaan sangat banyak
masyarakat yang berkebudayaan Tionghoa mengolah pertokoan sebagai usaha
milik keluarga secara turun temurun. Maka tak heran bila kita menjumpai
masyarakat berkebudayaan Tionghoa tetap berjualan walau sudah berumur dapat
kita lihat pula dalam upayanya menarik minat pembeli orang berkebudayaan
Tionghoa menggunakan berbagai cara seperti tawar menawar.Orang
berkebudayaan Tionghoa memiliki tingkat rasa percaya yang tinggi mereka akan
menggunakan kepercyaan dirinya sebagai tameng untuk meraih tujuan yang ingin
dicapai. Jika mereka tidak memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi maka
tidak mungkin mereka akan sampai keberbagai belahan negara demi melakukan
perdagangan. Hal ini seolah menjadi modal utama dalam melakukan perdagangan
dan berlaku pula dalam tawar menawar, demi menarik minat pembeli agar harga
dapat sesuai dengan pembeli digunakan berbagai cara seperti rayuan,
pengekspresian, serta upaya dalam menanamkan kepercayaan lainnya agar
pembeli dapat memaklumi harga yang ditawarkan. Maka tak jarang dalam tawar
menawar ekspresi seperti kerlipan mata berlaku demi menanamkan kepercayaan
terhadap pembeli agar pembeli merasa tidak perlu sungkan dalam menawar harga
yang diberikan pembeli.
Hubungannya dengan video iklan ini adanya sang nenek yang sedang
bernyanyi menjadikan video iklan ini sedikit lucu dikarenakan nyanyian sang
nenek yang khas dengan kebudayaan Tionghoa yang menyanyikan lagu dengan
segala bentuk ekspresi seperti kerlipan mata yang terkesan genit tidak sesuai
dengan usianya, namun siapa sangka adanya kerlipan mata sang nenek menepis
bagian bahwa sang nenek terkesan genit. Dengan adanya kerlipan mata
membuktikan disisi lain sang nenek sebagai wanita yang lebih tua yang bernyanyi
dengan segala bentuk ekspresi mencerminkan seorang pedagang pada umumnya
yang mengupayakan menarik minat pembeli dalam menawarkan barang begitu
pula kerlipan mata sebagai salah satunya. Sang nenekpun yang terkesan lebih tua
sebagai yang menawarkan barang terkesan tidak asing mengingat dalam
perdagangan bagi orang Tionghoa tidak mengenal usia baik yang muda atau yang
tua sekalipun.
4.1.3.2 Analisis Scene Kedua Video Iklan Bukalapak Emang Cincai (Tag
Line Nego Cincai)
Gambaran 1 :Gambaran 2 :
Gambaran 3 :Gambaran 4 :
Gambaran 5 :Gambaran 6 :
Gambaran 7 :
Verbal :
Verbal dalam shot ini adalah narasi yang dibacakan dibalik kamera sesaat
ditampilkannya penggambaran pada gamabar di atas, narasi tersebut bertujuan
untuk menjelaskan makna gambar dan juga mempromosikan tujuan dari video
iklan Bukalapak ini, yaitu
“Pilih produknya langsung klik tombol negonya, jangan lupa masukin angka nego
say”
Non Verbal :
Gambar pada layar kamera yang berubah sesuai narasi yang dibacakan pada balik
layar atau backsound suara dari sang nenek cincai yang membacakan narasi
mengenai keterangan pada gambar yang ditampilkan.
Teknik Kamera:
- Close Up, -Objective Shot, -Object in Frame, -Jump Cut,- The Rule of
Thirds,- Right Side Position, - Deep Focus
Tatanan Denotatif
Selama 18 detik scane ini berisi penjelasan dari maksud nyanyian sang
nenek yang menampilkan, tangan seseorang yang sedang memegang handphone
Memasuki scene kedua ini digunakan teknik Jump cut, dapat terlihat telah
terjadi kesinambungan waktu yang putus di tampilkan dalam iklan ini. Shot
sebelumnya yang menampilkan nenek cincai yang sedang bernyanyi dialihkan ke
shot lainnya yang berbeda waktunya yang menampilkan tangan yang sedang
memegang handphone android. Scene ini menceritakan atau bertujuan untuk
memberitahukan kepada masyarakat akan sistem nego yang berlaku pada aplikasi
Bukalapak dalam rangka penyambutan Imlek sehingga kreatif iklan yang
ditampilkan adalah sebentuk teks sebagai tagline, sekaligus iklan ini juga
memperlihatkan bagaimana penggunaan aplikasi dengan sistem nego yang
ditampilkan dari layar handphone android yang dipegang oleh tangan seseorang.
side position dalam posisi kamera. Tangan yang memegang handphone android
menyentuh titik-titik unsur perpotongan vertikal dalam frame yang menjadi pusat
perhatian dalam menyaksikan suatu adegan. Tangan yang diletakan pada sisi
sebelah kanan ini dimaksudkan untuk memberikan space kosong pada sebelah
objek untuk menempatkan teks sebagai Tagline dalam iklan ini.
Sehingga fokus kamera pada scene ke dua ini menggunakan Deep focus
dikarenakan semua unsur menjadi penting dan bertujuan untuk memperlihatkan
secara keseluruhan objek baik teks sebagai tagline, maupun tangan yang
memegang handphone android memiliki kepentingan yang sama secara
keseluruhan memberikan informasi sebagai pesan iklan yang terkandung di
dalamnya.
Gambaran 1
Kata-kata yang ditampilkan setiap satu detik pada video iklan beriringan
dengan suara sang nenek yang sedang membacakan narasi. Kata-kata yang
ditampilkan dalam frame video iklan seolah menjadi tagline untuk video iklan
Bukalapak ini yang mana kemudian tagline tersebut di jelaskan melalui
backsound suara sang nenek yang menyuarakan narasi atau membacakan narasi.
Gambaran 2
Gambaran 3
layar tampilan yang tidak menyetujui harga dari nego yang dilakukan
sebelumnya.
Gambaran 4
Kemudian pada video iklan memilih nego kembali dan muncul tampilan
yang sama saat hendak memasukkan angka nominal harga saat melakukan nego di
awal. Digambaran ke 4, aplikasi bukalapak memunculkan kembali kolom
halaman nego harga yang berisi harga awal penjualan yaitu berupa sepatu,
keterangan harga penawaran terakhir pembeli, keterangan harga penawaran yang
direkomendasikan dari penjual, kemudian pada kolom paling bawah disediakan
kolom untuk pembeli memasukkan harga nego yang dikehendaki.
Dalam gambaran ke 4 ini pada video iklan diiringi dengan narasi dari sang
nenek cincai yang mengatakan “Jangan lupa masukin angka nego say”. Kemudian
nominal harga penawaran kembali di masukkan, dalam video iklan ini nominal
harga penawaran yang dimasukkan tidak jauh di bawah dari harga rekomendasi
yang telah di tampilkan sebelumnya.Seperti main tebak-tebakan harga dengan
suatu petunjuk yang diberikan, aplikasi Bukalapak menguji keberuntungan
seseorang. Dengan memasukkan harga di bawah rekomendasi jika beruntung
maka akan mendapatkan harga yang lebih murah dari harga rekomendasi yang
diberikan.
Gambaran 5
Gambaran 6
Gambaran 7
Tatanan Konotatif
Pada era dunia digital tentunya bisnis online merupakan salah satu usaha
yang sedang marak-maraknya dalam dunia perdagangan. Pada era ini pula banyak
pengusaha mendirikan wadah berupa perusahaan yang berfokus mengolah
perdagangan pada dunia viritual yang dapat disebut perusahaan yang berfokus
dalam jasa online marketplace. Maka pada masa ini tidak hanya Bukalapak masih
banyak perusahaan lain yang menyediakan jasa berfokus pada bidang ini kepada
masyarakat seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, dan masih banyak yang lainnya.
Banyaknya persaingan membuat setiap perusahaan berlomba-lomba dalam
menarik minat pembeli salah satunya dengan cara mempromosikan keunggulan
tertentu dalam melakukan pembelanjaan melalui jasa online marketplace. Adanya
keterangan dari Tagline yang ditampilkan bertuliskan “26-31 Januari 2017”
beserta narasi dari scene kedua yang berbunyai “Hanya di bukalapak periode 26
sampai 31 Januari 2017”, menjelaskan Bukalapak memilih mempromosikan
keunggulan pada saat perayaan Tahun Baru Imlek sebagai waktu yang
tepat,Bukalapak mengambil kesempatan dengan memanfaatkan Tahun Baru Imlek
sebagai perayaan terbesar bangsa Tionghoa untuk mempromosikan keunggulan
berupa sistem negosiasi untuk mempengaruhi masyarakat dalam berbelanja.
4.1.3.3 Analisis Scene ke Tiga dan Penutup Video Iklan Bukalapak Emang
Cincai
Verbal :
Non Verbal :
“Dinego aje say” yang ditandai dengan jari telunjuk yang menunjuk pada biji
sempoa, dan ekspresi serius sang nenek cincai.
Setelah menyanyikan bait terakhir yang berisi kata “Dinego sampai hokcay” sang
nenek mengangkat tangan kanannya dan kemudian mengacungkan jempol, yang
disertai dengan sedikit anggukan kepala dengan senyuman lebar
Teknik Kamera:
- Jump Cut, -Medium Shot, - Zoom In , Middle Close Up, Jump Cut
Tatanan Denotatif
Pada shot ini ketika sang nenek cincai mulai menyanyikan lirik lagu pada
bait terakhir teknik pengambilan gambar dengan teknik Zoom in telah di hentikan
hingga ukuran gambar berada diposisi Middle close up yang berukuran kepala
hingga batas dada. Middle close up, tepatnya pada shot ini digunakan untuk
menggambarkan atau memperlihatkan ekspresi pada mimik wajah yang
menampilkan keseriusan sang nenek melalui jinggle lagu yang terkesan
menghibur dengan sebuah lagu namunlirik pada jinggle lagu mengandung niat
dan keseriusan ajakan untuk menggunakan aplikasi Bukalapak. Untuk
memperkuat tanda tidak hanya ekspresi yang di timbulkan oleh nyanyian sang
nenek cincai yang berlirik “Dinego sampai hokcay”, tindakan mengangkat jempol
beserta sedikit anggukan kepala diiringi dengan mimik wajah senyum lebar dan
terpercaya untuk merefleksikan kata “hokcay” pun dibuat demi mempertegas
keseriusan Bukalapak memperioritaskan kenyamanan pengguna untuk
mempercayai berbelanja dengan menggunakan aplikasi Bukalapak. “Hokcay”
adalah kepanjangan dari “Molohok bari Ngacay” artinya “bengong sambil
ngiler”ditandai dengan jempolanyang berarti “oke” serta anggukan dan senyuman
yang tidak dapat diragukan atau dengan kata lain jempolan disini diartikan
sebagai tanda “bagus” sehinga kata “hokcay” dapat berlaku sebagai keseriusan
Bukalapak yang mengandalkan barang yang dijual di Bukalapak dapat terjamin
bagus baik harga dan kualitasnya. Maka Bukalapak menyarankan agar menego
sampai pengguna sebagai pembeli mendapati keuntungan dengan harga yang
mereng atau sesuai dari hasil nego di aplikasi Bukalapak, hingga diluar dugaan
pembeli yang mungkin akan membuat pembeli bengong bahkan ngiler dengan
barang yang dijual di Bukalapak.
Tatanan Konotatif
Penggunaan tokoh nenek dalam iklan ini juga memiliki maksud bahwa orang
yang lebih tua cenderung berbicara lebih jujur karenapengalaman yang
dimilikinya menuntut dia untuk berbuat seperti itu. Sehingga isi dari lirik lagu
yang bersifat ajakan sengaja dibuat agar lebih menarik minat masyarakat melalui
sang nenek sebagai orang yang lebih tua, yang masyarakat akan mudah
mempercayai rangkaian kata yang terbentuk dalam lirik lagu tersebut.
Scene ketiga ini adalah bentuk dari pengulangan dari scene pertama pada
shot ketiga sehingga kurang lebih scene ini memiliki arti makna denotatif dan
konotatif yang sama yang membedakan scene ini dengan sebelumnya adalah sang
nenek yang menimbulkan citra kepercayaan kepada orang yang lebih tua serta
bentuk penegasan tanda dan ekspresi yang lebih memiliki artian yang dalam
sehingga lebih meyakinkan seperti yang telah dibahas pada denotatif sebelumnya.
Adapun lirik yang membedakan scene ini dengan shot sebelumnya yaitu “okay”
menjadi “hokcay” juga memiliki peranan yang sama seperti “cincai” yang
menjadi jargon dipergunakan pada lirik dan narasi. Kata serapan “hokcay”
sebenarnya sedikit ambigu bila penulis menafsirkan dengan budaya Tionghoa,
bagi masyarakat berkebudayaan Tionghoa “hokcay” tidak memiliki arti adapun
penyebutan yang mirip yaitu “ho chai”yang berarti “keberuntungan” jika di
sangkut pautkan bagi budaya Tionghoa seolah menjadi pengharapan besar untuk
masyarakat dan Bukalapak dalam penggunaan aplikasi ini. Namun dalam
kenyataannya bukan “ho chai” itu yang dimaksudkan dalam video iklan ini
melainkan “hokcay”.
Bukalapak agar pembeli tidak dapat berkata-kata atau bengong sambil ngiler saat
menggunakan Bukalapak dengan sistem nego dikarenakan segala hal baik dari
segi kualitas harga, aplikasi maupun barang dagang yang telah terbukti bagus.
Jika diartikan Bukalapak memiliki niat agar membuat pembeli “bengong sambil
ngiler” motif keseriusan ini terkesan lucu namun mengandung kepercayaan yang
kuat dengan adanya mimik wajah sang nenek dengan senyuman dan anggukan
kecil yang penuh percaya diri saat megacungkan jempolan sehingga tidak dapat
dianggap hanya memberi dampak kelucuan semata.Pada iklan yang
menggambarkan budaya Tionghoa ini terdapat penggunaan bahasa lain selain
bahasa yang digunakan oleh orang berkebudayaan Tionghoa sehingga
menampilkan budaya Tionghoa yang telah berbaur dengan berbagai budaya yang
ada di Indonesia. Hubungannya dengan konteks Komunikasi Lintas Budaya
adalah penggambaran citra budaya Tionghoa serta bauran budaya Tionghoa di
Indonesia yang ditimbulkan semakin jelas mengandung unsur yang dalam dan
kental disajikan dalam iklan Bukalapak Emang Cincai ini.
Teknik penyuntingan pada scene penutup ini adalah rekayasa dan kerja
dari komputer, namun penempatan gambar menggunakan eye level yang
menandakan gambar terlihat sejajar antara subjek dan pemandang. Pesan utama
dari scene ini adalah segala kebahagiaan yang ada di dalam iklan ini merupakan
bentuk implementasi dari Program “Nego Cincai” Bukalapak.
4.1. Pembahasan
Tujuan utama menganalisis iklan dengan menggunakan analisis semiotika
adalah untuk “membaca” iklan. Dalam iklan televisi penafsir harus menemukan
makna terselubung yang terkait dengan mitos dan ideologi tertentu. Namun dalam
hal ini makna dalam semiotika menyebabkan sebuah tanda dapat dimaknai
beragam.Setiap tanda dalam bahasa Barthes memiliki sifat polisemi, alias
multitafsir. Hal tersebut disebabkan oleh sifat ambigu dari penanda dan
kemungkinan yang diberikan oleh penanda tersebut untuk diinterpretasikan. Tidak
hanya untuk iklan televisi hal ini juga berlaku pada iklan yang di siarkan di
internet atau dalam youtube yang iklan masih berlandaskan dalam bentuk video.
Bukalapak adalah perusahaan penyedia jasa dibidang online market
placeyang selalu mempromosikan perusahaannya dengan iklan-iklan yang unik
dan menarik untuk dibahas. Salah satu iklan Bukalapak yang menarik adalah iklan
Bukalapak Emang Cincai yang menampilkan citra budaya Indonesia. Iklan yang
mengangkat budaya Indonesia khususnya budaya Tionghoa ini terlihat begitu
“Indonesia” dengan menampilkan narasi-narasi yang menggunakan aksen/logat
khas masyarakat Indonesia yang berkebudayaan Tionghoa. Penggunaan aksen
bahasa yang mencerminkan masyarakat berkebudayaan Tionghoa ini bukan
berarti segmen pasar dari iklan ini hanya untuk masyarakat dengan budaya
Tionghoa juga. Akan tetapi penggunaan aksen bahasa dalam iklan mencakup
konteks Komunikasi Lintas Budaya menjadi alasan salah satu iklan yang cukup
menarik untuk di teliti. Iklan yang pada awal kemunculannya ini banyak
mendapat kritik karena menampilkan adegan yang terkesan lucu dan diluar
dugaan yaitu wanita paruh baya yang dengan kepercayaan diri bernyanyi serta
menimbulkan kesan genit dengan kerlipan matanya.
Skema pemaknaan mitos oleh Barthes dalam iklan ini dapat kita lihat pada
adegan dimana sang nenek yang bernyanyi dengan situasi dan kondisi baik latar
belakang background, backsound,pakaian, narasi maupun teks, dan aktor, serta
hal lainnya dalam iklan merujuk pada pemaknaan mitos yang mengandung unsur
budaya Tionghoa dalam perayaan tahun baru Imlek di Indonesia. Jadi adegan
tersebut menunjukkan bahwa iklan tersebut sangat Indonesia, dengan budaya
Tionghoa yang telah dianggap menjadi salah satu budaya yang ada di Indonesia.
Bukalapak menampilkan iklan yang menarik dengan memunculkan wanita paruh
baya yaitu sang nenek cincai sebagai tokoh utama dalam iklan ini sedang
melakuakan perfomance atau penampilan saat sedang bernyanyi. Pesan
Bukalapakyang memiliki rasa suka cita kebahagiaan dalam menyambut perayaan
Tahun Baru Imlek berhasil disampaikan dalam iklan ini, hal itu terlihat seperti
pada salah satu pemaknaan penggunaan warna merah melambangkan
keberuntungan dan sukacitaserta adegan dimana sang nenek tampak terlihat riang
dan gembira saat menyanyikan jinggle lagu dengan lenggokan ke kiri dan kanan
yang dibuat oleh sang nenek.Adegan dimana teks yang muncul pada saat sang
nenek bernyanyi memaknai karaoke merupakan salah satu hiburan masyarakat
Indonesia yang disenangi masyarakat juga sederetan tanda dalam video iklan ini
sedang bernuansakan perayaan Tahun Baru Imlek dan menambahkan suasana
dalam video menjadi penuh dengan semangat kebahagiaan.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Iklan-iklan yang ada pada saatini banyak yang mengusung konsep kedaerahan
maupun kebudayaan dan banyak iklan-iklan tersebut yang ditampilkan dengan
sangat kreatif, tak terkecuali dengan iklan Bukalapak. Setiap iklan dari promosi-
promosiBukalapak sangat kreatif dan berkesan kepada setiap penontonnya. Pada
iklan Bukalapak versi Bukalapak Emang Cincai mengusung konsep kebudayaan
Indonesia, khususnya budaya Tionghoa yang telah mengalami asimilasi
budayadengan Indonesia dan budaya tionghoa telah diakui sebagai salah satu
budaya yang ada di Indonesia. Konsep iklan yang menarik serta mengangkat
budaya Indonesia menjadi faktor penting yang membuat iklan ini patut untuk di
lihat. Adapun kesimpulan makna yang ada di dalam iklan Bukalapak versi
Bukalapak Emang Cincai dilihat dalam konteks Komunikasi Lintas Budaya dalam
iklan pada video ini adalah :
1. Iklan Bukalapak ini menampilkan mitos-mitos unsur kebahagiaan dan
suka cita dalam menyambut Tahun Baru Imlek, yang banyak digambarkan
dari tanda-tanda seperti warna, pewatakan aktor dalam iklan, teks yang
tiba-tiba muncul bagai melakukan karouke, bahkan tujuan dari munculnya
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah diperoleh peneliti
selama melakukan penelitian, ada beberapa saran yang penulis anggap perlu,
saran-saran tersebut adalah :
DAFTAR PUSTAKA
Referensi lainnya
https://id.wikipedia.org/wiki/Bukalapak (diakses pada tanggal 19 April 2017
pukul 14.38 WIB)
http://bisnisukm.com/youtube-sebagai-media-promosi-produk.html (diakses pada
tanggal 19 April 2017 pukul 14.50 WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/YouTube (diakses pada tanggal 19 April 2017 pukul
15.13 WIB)
https://www.bukalapak.com/about (diakses pada tanggal 19 April 2017 pukul
14.38 WIB)
https://blog.bukalapak.com/2017/01/nego-cincai-bukalapak/ (diakses pada tanggal
19 April 2017 pukul 14.40 WIB)
BIODATA PENELITI
Nama : Nurmaisarah
NIM : 130904054
Tempat, Tanggal Lahir : Malaysia, 14 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat : Jl. Syech Hasan, Lk. IV, Kel. Teladan,
Kisaran
No. Hp : 085762040790
Email : maisarahnur71@gmail.com
Nama Orang tua
Ayah : Arianto
Ibu : Nurleli
Ayah : Wirausaha
Alamat Orang tua : Jl. Syech Hasan, Lk. IV, Kel. Teladan,
Kisaran
RiwayatPendidikan