DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
SAL SABILA SIDIQ
NIM : 140903056
MEDAN
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
Medan,
Wakil Dekan I
FISIP USU MEDAN
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Sumatera
Utara maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Nim : 140903056
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat
Kota Medan”. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, sebagai
tugas akhir dalam mencapai gelar sarjana strata satu di Jurusan Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
penulis lakukan, namun karena keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan
dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan maupun segi ilmiah. Adapun
terselesaikannya skripsi ini tentu tidak akan berhasil dengan baik tanpa ada
dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ucapan
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, MA, Ph.D selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ii
5. Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membekali
6. Seluruh pimpinan dan staf pada Dinas Perhubungan Kota Medan, Dinas
7. Yang mulia Ayahanda Muzakir Sidiq, S.E dan Ibunda Mariana, serta
Abang Ridoha Sidiq S.T, Kakak Widia Wardah Husnannisa A.md, kedua
Adikku Azizul Hakim Sidiq dan Kholiqul Mufti Sidiq untuk perhatian,
8. Sahabat tersayang dari SMP, SMA sampai masa perkuliahan Chum Club
yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Serta teman-
Dayani Lubis, Yuliza Welvina, Delfi Ulan Dari, Dewi Kumala Sari dan
2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah bersama
iii
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini, baik dari segi isi maupun
kritik dan saran yang konstruktif demi untuk kesempurnaan, penulis terima
dengan segala kerendahan hati. Harapan penulis akhirnya, semoga skripsi ini
menjadi sumbangan buah fikiran yang berguna bagi yang membaca skripsi ini.
140903056
iv
The pedestrian path in the city of Medan is still in the spotlight in various
sections of the community, especially in the issue of pedestrian path abuse that
has been provided by the government. Pedestrian paths that should be used by
pedestrians are actually used by street vendors (street vendors), illegal parking,
installation of billboards or banners to be crossed by motorcycle riders during
traffic jams. The main goal of the pedestrian route is for pedestrian activities in
carrying out activities, so as to increase safety, smoothness and comfort for
pedestrians. Meanwhile, the development process is to build a pedestrian path
because it includes the interests and rights of pedestrians to carry out their
activities.
The method used is a qualitative descriptive approach and data
collection techniques, interviews, observations, and documentation as well as
using the Van Meter and Van Horn theory which consists of 6 (six) aspects,
namely standards and policy objectives, resources, relationships between
organization, characteristics of the implementing agent, social, economic and
political conditions, and disposition of the implementor.
The results of this study indicate that the Implementation of Pedestrian
Path Development Policy in Medan City is not yet fully optimal because many
people are less aware of pedestrian pathways, resources that are not properly
channeled, and the lack of community response to pedestrian pathways in
Medan City.
vi
ABSTRAK .................................................................................................. iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
vii
4.1.5 Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ............. 31
viii
4.3.5 Tugas dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan ..... 39
4.4.1 Standar dan Sasaran Kebijakan (ukuran dan tujuan kebijakan) ... 42
4.4.3 Hubungan Antar Organisasi (komunikasi antar organisasi dan kegiatan) ...... 60
5.1 Kesimpulan.............................................................................................75
5.2 Saran.......................................................................................................79
ix
Gambar 2. Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn ......... 14
Gambar 4. Tahap Pembangunan Jalur Pedestrian Yang Telah Selesai Dibangun ..... 53
Gambar 5. Hubungan Antara Walikota Dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 61
xi
xii
PENDAHULUAN
pemerintahan pada suatu negara tidak terlepas dari produk kebijakan yang
kehidupan warga negara yang nyaman, damai, dan sejahtera. Tujuan kebijakan
efeketif dan tepat guna. Kebijakan yang sudah baik dapat berdampak baik pula
akan mendapatkan sebuah hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran
secara efektif dan tepat guna. Agar suatu produk dapat berjalan efektif maka
perlu adanya dukungan barang publik salah satunya adalah jalur pedestrian.
sementara barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu
komunitas yang lebih kecil) dan hanya berhak digunakan secara umum oleh
komunitas tersebut. Contoh: jalur pedestrian, jalan raya, marka jalan dan lampu
lalu lintas yang merupakan barang publik. Banyaknya pengguna jalan tidak
akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut, semua orang dapat menikmati
dengan adanya manfaat dari jalur pedestrian dan jalan raya yang dapat
pada saat beraktivitas. Salah satu fasilitas publik yang dimaksud adalah jalur
1. Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan diruang lalu lintas
jalan
2. Jaringan pejalan kaki adalah ruas pejalan kaki, baik yang
terintegrasi maupun terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan
untuk prasarana dan sarana pejalan kaki serta menghubungkan
pusat-pusat kegiatan dan / atau fasilitas pergantian moda
3. Pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki adalah
aktivitas penggunaan fasilitas jalur pejalan kaki baik oleh pejalan
kaki maupun pengguna lain yang diperbolehkan (Sumber: Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum. 2014).
wisatawan.
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana kata tersebut berasal dari
kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai
pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki. Maka pedestrian dalam hal ini
memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari suatu
tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan
moda jalan kaki. Menurut (Tisnaningtyas, 2002:10) jalur pejalan kaki atau jalur
pedestrian mempunyai kaitan antara asal dan tujuan pergerakan orang. Jalur
bagian dari jalan berupa jalur terpisah yang khusus untuk pejalan kaki dan
pejalan kaki. Sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki, jalur pedestrian
berfungsi sebagai sarana yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya lalu
lintas kendaraan bermotor. Selain itu, jalur pedestrian ini juga tempat terjadinya
sebagai trotoar.
trotoar justru dimanfaatkan sebagai tempat berjualan para pedagang kaki lima.
Selain itu, trotoar juga digunakan sebagai tempat parkir kendaraan bermotor. Hal
publik. Penambahan ruas jalan dan memperlebar jalan justru akan semakin
menambah kemacetan, memberikan peluang pada para PKL (pedagang kaki lima)
kendaraan bermotor. Seperti halnya yang di jelaskan oleh Wali Kota Medan,
selain infrastruktur jalan dan drainase, Pemko Medan saat ini juga fokus
Balaikota, Raden saleh, Imam Bonjol, Jendral Sudirman, T. Cik Ditiro, Taman
Menurut Wali Kota, pembangunan pedestrian di lakukan sebagai salah satu upaya
menanggapi terkait pembangunan jalur pedestrian bila perlu jalur pejalan kaki
tidak di bangun hanya di berberapa titik atau kawasan yang terpandang saja, akan
masyarakat untuk berjalan kaki jalur pedestrian juga sangat baik untuk
terapkan oleh Pemerintah Kota Medan kedepannya bahwa mereka tidak akan
yang parkir di area jalur pedestrian tersebut, karena jalur pedestrian ini merupakan
hak warga khususnya bagi para pejalan kaki. Selanjutnya strategi yang dilakukan
oleh Pemerintah Kota terkait jalur pedestrian tersebut Pemerintah Kota Medan
jalan umum guna memberikan rasa tenang dan nyaman bagi siapapun yang
nantinya akan melintasinya, hal ini dilakukan masyarakat agar lebih tertarik
atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus dalam pengetahuan
menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan
beberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan memberi solusi
TINJAUAN PUSTAKA
publik sangat berpengaruh bagi peran para pelaksana atau implementor kebijakan
Karena implementasi yang baik harus memiliki keterkaitan antara variabelnya dan
1. Komunikasi
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
2. Sumberdaya
maka implementasi tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya tersebut dapat
efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal dikertas dan hanya menjadi
dokumen saja.
3. Disposisi
memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik
4. Struktur Birokrasi
dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya
10
Dari empat variabel yang dikemukakan oleh george edward tersebut dapat
pedestrian Kota Medan yang dapat dilihat dari komunikasi sebagai proses
kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk
menjalankan kebijakan tersebut dan sumberdaya sebagai salah satu variabel yang
personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan dan termasuk
kebijakan tersebut.
11
ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah
dilakukan.
implementability kebijakan itu sendiri, yaitu yang terdiri dari Content Of Policy
1. Content Of Policy
12
Dari beberapa isi kebijakan dan konteks kebijakan yang dikemukakan oleh
kebijakan tersebut.
13
Dari enam variabel yang dikemukakan oleh van meter van horn di atas
pedestrian Kota Medan yang dilihat dari standar dan sasaran yang harus dicapai
oleh pelaksana kebijakan, sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu
kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan yang akan diterima atau di
tolak oleh para agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan
14
Horn
2.2 Pembangunan
15
diartikan berbeda oleh satu orang denagan orang lain, daerah yang satu dengan
daerah lainnya, negara satu dengan negara lain. Namun secara umum ada suatu
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara
untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan
kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
prinsip tanpa mengejar motif meraih keuntungan. Kalaupun ada pihak swasta
yang menyediakan, maka jumlahnya akan sangat terbatas. Barang publik adalah
barang yang mudah ditemukan dalam kehidupan masyarakat dalam suatu negara.
Secara singkat, barang publik merupakan barang yang dapat dikonsumsi siapapun
tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh pihak lain yang juga menginginkan
16
adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan
mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Suatu barang publik
merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa
Trogen (2004: 174) Barang publik memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan
1. Non Exlusive
Apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi
siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain,
setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Jadi semua orang, baik orang
2. Non-Rivalry
17
manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh oleh
orang lain.
yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya bahkan seseorang tidak perlu
bersama-sama.
keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Jalur pedestrian juga dapat memicu
interaksi sosial antar masyarakat apabila berfungsi sebagai suatu ruang publik.
Jalur pedestrian tidak bisa lepas dari karakteristik aktivitas atau fungsi guna lahan
dan bangunan yang ada di sekitarnya serta faktor kelengkapan dan kondisi
elemen-elemen pendukung.
pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi
dari bahaya. Jalur pedestrian di Indonesia dikenal sebagai trotoar. Namun jalur
18
kota merupakan prasarana penting dalam sistem transportasi kota dan menjadi
bagian penting yang tidak terpisahkan dari transportasi kota. Penanganan jalur
kuantitas fisik saja, melainkan pula penanganan non fisik yang berkaitan dengan
19
Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti. Untuk lebih memahami
kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan juga merupakan proses
kemajuan..
4. Jalur pedestrian merupakan jalur ruang khusus yang memang dibangun untuk
para pejalan kaki dengan segala fasilitasnya seperti zebra cross, trotoar dll
yang dapat memberikan aktivitas bagi pejalan kaki agar merasa aman dan
5. Barang publik (public goods) merupakan suatu barang yang digunakan untuk
20
beberapa hal yaitu untuk melengkapi infrastuktur kota sebagai salah satu
destinasi upaya untuk menata kota lebih baik kedepannya maupun menarik
perhatian bagi para pejalan kaki masyarakat luar dan jalur pedestrian juga
dapat mengembalikan hak para pejalan kaki yang kini semakin berkurang
sementara atau dugaan sementara dimana ada kemungkinannya benar dan juga
kemungkinan salah. Hipotesis kerja adalah hipotesa yang sebenarnya, yang asli,
Impelementasi Model Van Meter Van Horn yang meliputi standar dan sasaran
disposisi atau sikap para pelaksana, kondisi lingkungan sosial, politik, dan
ekonomi”.
21
METODE PENELITIAN
suatu kegiatan yang disusun secara sistematis dan terperinci dengan pada akhirnya
akan diikuti dengan realisasi kegiatan itu sendiri dan bertujuan untuk
menggambarkan dengan baik mengenai fakta dilapangan yang ada agar peneliti
bermaksud untuk memahami fenomena tetang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
terbatas dalam pengumpulan data saja, tapi juga analisa dan interpretasi dari data
22
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Medan, dan Dinas Perhubungan Kota Medan yang beralamat di Jl. Pinang Baris,
Lalang, Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara untuk pemecahan rumusan
bahwa jalur pedestrian yang seharusnya disediakan untuk para pejalan kaki justru
malah disalahgunakan oleh para pengendara sepeda motor, PKL (pedagang kaki
kualitatif subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan
secara sengaja. Subjek penelitian ini lah yang menjadi informan yang akan
23
24
25
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal ini yang
sumber data yang sama (Sugiyono, 2012:83). Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
wawancara.
b. Observasi
26
1. Kodifikasi/Reduksi Data
mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta
2. Penyajian Data
dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif, bagan maupun dalam
27
3. Penarikan Kesimpulan
merubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada awal didukung oleh bukti-
triangulasi data. Triangulasi adalah salah satu cara mendapatkan data yang
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandiingkan/mencek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang
berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan
wawancara.
2. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan
atu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.
3. Triangulasi Teori
Triangulasi teori adalah memanfaatkan dua teori atau lebih untuk diadu
dan dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan penelitian, pengumpulan
data dan analisis data yang lebih lengkap.
4. Triangulasi Peneliti
Triangulasi peneliti adalah denga menggunakan lebih dari satu peneliti
dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing
peneliti mempunyai gaya,sikap dan persepsi yang berbeda dalam
28
membandingkan antara apa yang dikatakan secara umum dan apa yang dikatakan
29
Pada bab ini peneliti akan menyajikan berbagai data yang diperoleh selama
pengumpulan data baik melalui wawancara dan juga observasi langsung. Data
informasi yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini.
bangsa dan tatanan politik yang berkembang sejak proklamasi 17 Agustus 1945.
30
1966 ditetapkan sebagai Hari Kebaktiaan Pekerjaan Umum atau lebih dikenal
dengan Hari Bakti. Pembangunan daerah pada periode awal dimana disebutkan
suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu
peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Dinas Pekerjaan Umum
baik sesuai dengan visi dan misi organisasi (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum :
2019).
sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. (Wibisono,
2006:43). Visi Dinas Pekerjaan Umum sumut sebagai institusi teknis yang
31
masyarakat sumut”.
Misi Dinas Pekerjaan Umum sumut mengidentifikasi apa dan untuk siapa
organisasi serta produk apa yang dihasilkan. Berdasarkan tugas pokok dan
32
untuk dapat merealisasikan tujuan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
kegiatan.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 15 tahun 2016 tentang
Pembentukan Perangkat Daerah Kota Medan dan Peraturan Wali Kota Medan No.
1 tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan
Tata kerja Perangkat Daerah, Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan mempunyai
A. Tugas
umum, penerangan dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah,
33
penerangan dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah,
penerangan dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah,
pekerjaan umum, penerangan dan sub urusan sumber daya air, air
undangan.
~ Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh wali kota terkait dengan
34
2002 semula bernama Cabang Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR)
yang berada di bawah induk Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR)
Tingkat I Provinsi Sumatera Utara yang kemudian diubah namanya menjadi Dinas
Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) sesuai dengan Peraturan Pemerintah
tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota
yang sampai sekarang dikenal dengan nama Dinas Perhubungan Kota Medan.
perhubungan yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam
35
eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada
masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa (Wibisono, 2006:46). Yang menjadi
pelayanan yang baik di bidang perhubungan yang semakin maju agar dapat terus
yang berlaku.
A. Tugas
tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah kota. Sesuai dengan Peraturan
Walikota Medan No 63 Tahun 2017, tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Perhubungan Kota Medan, telah diatur tugas dan fungsi Dinas Perhubungan
dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
36
B. Fungsi
37
Daerah Kota Medan pada Pemerintahan kota Medan Nomor 15 Tahun 2016
dinas di Kota Medan termasuk merubah Dinas Kebersihan dan Dinas Pertamanan
Kota Medan selanjutnya disahkan oleh Walikota Medan Dzulmi Eldin pada
No 144 Medan, yang juga bersebelahan dengan kantor Dinas Kebersihan. Saat ini
di jalan Pinang Baris No 144 Medan. Segala bentuk tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan Tata Kerja setiap pegawai Dinas Kebersihan
38
Nomor 1 tahun 2017 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi,
dan Tata Kerja pada Bagian Ketujuh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Paragraf 1
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 30, Paragraf 2 Susunan Organisasi pada
1. Bersih
• Terpeliharanya kebersihan jalan dan lingkungan, yang dilakukan secara
sinergi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat.
• Tereduksinya timbulan sampah melalui penerapan 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat hulu atau rumah
tangga dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
• Terkelolanya sampah pada Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sesuai
prinsip - prinsip sanitasi lingkungan yang baik dengan menerapkan
teknologi tepat guna dan ramah lingkungan.
•Terkelolanya air limbah rumah tangga dan lumpur tinja secara baik dalam
rangka meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan.
2. Hijau
• Terwujudnya kondisi Kota Medan dengan keanekaragaman
vegetasi/tanaman yang tersebar di seluruh wilayah Kota Malang melalui
pemanfaatan dan pengoptimalan ruang - ruang publik yang tersedia
sebagai pensuplai oksigen dan pengikat gas karbon.
• Tumbuhnya kesadaran segenap elemen masyarakat untuk melakukan
penanaman dan penganekaragaman tanaman di ruang - ruang privat
sebagai upaya mendukung penghijauan kota dan pelestarian lingkungan.
3. Nyaman
• Tersedianya penerangan jalan umum dan jalan lingkungan yang
memadaidalam rangka meningkatkan keselamatan dan menciptakan
kenyamanan penggunajalan dan laju perekonomian serta optimalisasi
tampilan keindahan kota di malam hari.
• Tersedianya dekorasi dan ornamen kota yang menarik, semarak dan
memadai dalam rangka penguatan karakter Kota Medan dengan
memperhatikan nilai-nilai lokal.
• Terlaksananya pelayanan pemakaman yang memudahkan masyarakat dan
pemeliharaan lahan makam secara optimal dalam rangka mewujudkan
kondisi pemakaman yang tertata.
39
sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu kedepan.
Adapun tujuan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan adalah sebagai
berikut :
40
A. Tugas
B. Fungsi
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah
41
Medan
tahapan yang penting dan harus dilalui demi mencapai hasil dari suatu kebijakan.
42
undangan sehingga tujuan dari kebijakan publik itu akan tercapai apabila dilalui
datang.
Pada penelitian ini, data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa
Adapun sumber utama tersebut yaitu peneliti mencatat semua informasi dalam
Umum, Dinas Perhubungan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan.
oleh Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn bahwa implementasi kebijakan
desentralisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan
nantinya akan memberikan dampak yang positif kepada mereka, bukan malah
43
4.4.1 Standar dan Sasaran Kebijakan (ukuran dasar dan tujuan kebijakan)
standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.
Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi
urban desain yaitu, pembangunan yang tidak hanya fokus pada jalur pejalan kaki
saja, akan tetapi juga disertai fasilitas pendukung seperti taman-taman dan lampu
penerangan jalan umum. Bahkan, demi kenyamanan pejalan kaki saat beristirahat
pendukung itu tentu saja akan menambah estetika Kota Medan, jalanan akan
terlihat lebih indah dan tertata rapi, sehingga akan membuat betah para pejalan
44
Peraturan Menteri ini bertujuan agar pembangunan Jalur Pedestrian ini dapat
Medan. Tepat atau tidaknya suatu sasaran kegiatan sangat tergantung pada proses
pelaksaan kegiatan tersebut dan hasil yang diharapkan dari program yang telah
ditentukan. Dalam pembangunan jalur pedestrian ini ketiga Dinas juga mengikuti
45
No. Lokasi
5. Jalan Perniagaan
9. Taman Segitiga
Dari tabel di atas, terdapat beberapa titik ruas jalur pedestrian yang di
bangun oleh ketiga OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang setiap pekerjaanya
pedestrian dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang menangani bagian fasilitas
umum yang saat ini dapat di rasakan oleh masyarakat yang menggunakan jalur
pedestrian tersebut.
46
medan dan sebelumnya juga telah dilakukan pendataan di titik penempatan jalur
pedestrian yang telah di bangun di Kota Medan. Dikatakan tepat sasaran karena
Kota medan. Selanjutnya, Dinas Pekerjaan Umum dibantu oleh dinas lain
melihat mana tempat yang memang harus di bangun terlebih dahulu agar
memperindah tatanan Kota Medan. Ketiga OPD ini juga berperan penting dalam
sudah tepat sasaran dan dapat di rasakan oleh masyarakat. Sehingga apa yang di
rasakan oleh masyarakat juga membuat pemerintah puas dengan apa yang mereka
bangun untuk Kota Medan hanya saja belum terealisasi secara keseluruhan.
47
sudah mencapai tahap maksimal akan tetapi belum sepenuhnya mereka fokus
jalur pedestrian yakni sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki yang terpisah dari
sirkulasi kendaraan lainnya, baik kendaraan bermotor atau tidak, serta dapat
Maret 2019).
Sebagai bentuk fisik, jalan berperan sebagai produk keluaran yang dapat
penggunaannya agar lebih cepat mencapai tujuan serta terhindar dari keruwetan
khalayak terpenting di kota, bukan hanya luas keselurahannya, akan tetapi juga
sarana angkutan, tetapi juga sebagai ruang sosial-budaya. Ini mencakup antara
lain kenyamanan dan keamanan, berjalan kaki, bersepeda, dan moda angkutan
2006:102).
Pendapat ahli tersebut karena sebagai bentuk sosial dan budaya, jalan
48
kesehariannya di dalam kota. Pola rutinitas yang tetap berulang untuk dijalani
setiap harinya (pembiasaan) akan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
kehidupan bermasyarakat untuk dapat memahami bentuk ideal sebuah kota. Hal
ini membuat jalan mengambil posi sebagai salah satu ruang publik yang paling
potensial.
yang sedikit berbeda, dengan menyatakan bahwa pejalan kaki adalah bentuk
trasportasi vital di dalam kota. Pejalan kaki sendiri memiliki ketentuan sebagai
berikut : (1) Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil menuju tempat tujuan
(2) Mereka yang menuju atau turun dari angkutan umum sebagian besar masih
memerlukan kegiatan berjalan kaki (3) Mereka yang melakukan perjalanan kurang
pedestrian tentu tidak sejalan, karena setiap masyarakat memiliki status sebagai
pejalan kaki atau pedestrian asal menggunakan fasilitas pejalan kaki dengan
harus direncakan untuk menampung beragam kebutuhan yang harus dipenuhi dari
prasyarat ruang publik yang baik. Seperti hanya dapat kita lihat bahwa apabila
jalur pedestrian dapat digunakan dengan layak agar warga kota akan mendapatkan
49
sosial, dan kegiatan ekonomi. Giovany Gideon (1977 : 61) mengartikan bahwa
kawasan satu dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya,
dan kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi
lebih manusiawi. Dengan demikian jalur pedestrian terdapat sebuah sarana untuk
dimana pejalan kaki memerlukan ruang yang cukup untuk dapat melihat-lihat,
keterbatasan juga, karena kurang dapat untuk melakukan perjalanan jarak jauh,
peka terhadap gangguan alam, serta hambatan yang diakibatkan oleh lalu lintas
kendaraan.
pembangunan tersebut. Teori ini bagus sekali tetapi hal tersebut justru belum
membuat masyrakat nyaman dengan pembangunan jalur pejalan kaki, hal ini
justru berbeda pendapat dengan pemerintah dan apa yang dirasakan oleh
masyarakat.
50
bagaimana masyarakat dapat secara langsung merasakan apa yang dibangun oleh
pemerintah, karena semakin memberikan rasa nyaman dan aman bagi pejalan
kaki, maka jalur pedestrian tersebut telah berhasil sebagaimana fungsi dan
pedestrian yang kerap dianggap sepele, bahkan jarang terpikirkan dalam proses
wilayah perkotaan yang semakin dipadati oleh industri, permukiman, lalu lintas
pertumbuhan kota. Hal tersebut tentu telah lari dari apa yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
yang seharusnya dilakukan dengan lancar, justru mereka belum membuat konsep
desain yang tertata dengan baik sebagaimana yang dapat di lihat disejumlah ruas
pinggir jalan yang dibangun. Seperti halnya yang di katakan oleh kepala seksi
medan.
51
Hal senada juga di sampaikan oleh Bapak Supriadi selaku Kepala Bidang
beliau mengatakan :
Peneliti melihat bahwa terdapat kendala pada konsep yang dibuat oleh
para implementor dimana mereka juga harus memikirkan tata letak yang pas dan
cocok agar konsep desain jalur pedestrian yang mereka bangun untuk sekarang
dan nantinya dapat di rasakan oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu ditemukan
Kota Medan.
tersebut tentu justru punya penilaian tersendiri, seperti halnya yang di rasakan
oleh Ibu Vidy Larastira selaku masyarakat yang sering melewati jalur tersebut :
52
justru dapat mengundang banyak pelaku yang tidak sadar bahwa jalur tersebut
hanya untuk para pejalan kaki saja, akan tetapi justru disalah gunakan dengan
kehendak tersendiri seperti membuat lahan parkir liar, pedagang kaki lima yang
masih berkeliaran di jalur pedestrian, dan masih banyak papan reklame yang
berada di jalur tersebut. Disini mereka (para masyarakat) yang sering berjalan di
jalur pedestrian tersebut menanggapi bahwa pemerintah harus lebih tegas lagi
dalam mentertibkan pelaku parkir liar maupun pedagang kaki lima agar
melakukan observasi secara langsung dan menemukan jalur pedestrian yang harus
dibangun sehingga tujuan dari pembangunan jalur pedestrian ini tercapai. Hal ini
dapat dilihat dari sejumlah titik yang telah dibangun sejak 2016-2018 sebanyak 11
53
“Jalur pedestrian ini kan termasuk bagian dari estetika kota dimana
jalur ini adalah tempat terjadinya sebuah interaksi sosial dan jalur
pedestrian ini juga termasuk jalur yang banyak fungsinya.”
(Wawancara Rosnani, Selaku Masyarakat Yang Melewati jalur
Pedestrian. 16 Maret 2019).
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa para pekerja saat ini sedang
Medan (Merdeka Walk). 1 unit mobil molen tampak mengeluarkan coran, setelah
itu para pekerja yang lain meratakan tumpukkan coran diatas permukaan tanah
54
proses pemasangan bata lock jalur pedestrian di Jalan Balaikota Medan (Merdeka
Walk). Terlihat para pekerja bekerjasama dalam proses pemasangan bata block
proses pembangunan mulai dari di cor dan di semen sampai akhir di bata block
agar jalur tersebut tetap terjaga. Para pekerja pun juga terlihat dengan gigih dalam
untuk menjaga agar ruang publik dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap
55
penataan fasilitas yang telah disediakan oleh Ketiga OPD (organisasi perangkat
daerah) tersedia fasilitas seperti : 35 unit kursi besi yang telah disediakan,
beberapa lampu jalan dan beberapa hiasan pot bunga menghiasai agar masyarakat
dibangun. Proses penyelesaian jalur pedestrian telah selesai dalam jangka waktu
lebih kurang selama 2 tahun dari tahun 2016-2018. Selama jalur pedestrian
dibangun adanya hambatan yang terjadi selama proses jalur pedestrian tersebut
salah satunya yaitu : parkir liar di kawasan jalur pedestrian yang dibangun,
untuk masyarakat lokal maupun non-lokal. Dan yang terpenting untuk menjaga
56
“Ya memang jalur untuk pejalan kaki yang di bangun mulai dari
tahun 2016-2018, dan rencananya 2019 akan di lanjutkan kembali
tapi belum tau kapan kepastiannya”. (Wawancara Muhammad Muda
Adha, Kepala Sub Bidang Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Medan. 15 Maret 2019).
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016-2018
oleh ketiga OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yaitu Dinas Pekerjaan Umum
Kota Medan, Dinas Perhubungan Kota Medan dan Dinas Kebersihan Pertamanan
Kota Medan dan dari ketiga dinas memiliki tugas dan peran masing-masing.
Seperti hal nya informan lain juga mengatakan tentang hambatan lain pada saat
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada saat proses
oleh para pekerja mengenai permasalahan yang terjadi dilapangan salah satunya
potong bagi pengendara sepeda motor disaat kemacetan. Hal ini dari salah satu
dinas harus ada yang turun tangan untuk mengatasi penertiban hambatan tersebut.
57
pada jalan Imam Bonjol, JATI, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan di
Taman Ahmad Yani Medan pada tanggal 16 Maret 2019 sudah selasai dibangun.
Agar masyarakat pengguna jalan yang melewati jalur pedestrian tersebut dapat
Ahmad Yani sudah terealisasi dengan baik dapat kita lihat bahwa fasilitas yang
ada di Taman Ahmad Yani sudah cukup optimal salah satunya lampu jalan yang
sudah tersedia, bangku besi dan bunga sebagai hiasan setiap kawasan Taman
Ahmad Yani.
“Ya seperti yang kita lihat bahwa kami selaku dari dinas kebersihan
dan pertamanan sudah memberikan fasilitas yang cukup memadai
untuk pengguna jalur pedestrian utnuk kenyamanan masyarakat di
Kota Medan”.(Wawancara Supriadi, Kepala Sub. Bidang Pertamanan
dan Penerangan Dinas Kebersihan Kota Medan. 12 Maret 2019).
58
pedestrian di Taman Ahmad Yani sudah cukup memadai untuk masyarakat Kota
berwarna kuning. Guiding block dengan garis lurus dan bertekstur bulat ini
berfungsi sebagai jalur penuntun dan petunjuk bagi para penyandang disabilitas
Kota Medan.
kondisi jalur pedestrian telah selesai dibangun, peneliti melihat bahwa seperti
halnya yang terlihat pada jalan Letjen Suprato, Kecamatan Medan Maimon
terdapat fasilitas yang diberikan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Medan yaitu rambu lalu lintas dan garis kuning. Peneliti dapat melihat bahwa
59
kaki lima dan parkir liar dapat dilihat pada gambar 4.9 jalur pedestrian di jalan
perniagaan justru disalah gunakan yang semestinya untuk pengguna jalan kaki
pedestrian tersebut.
menjual pakaian di jalur pedestrian, bukan hanya seorang tersebut tapi banyak
para pedagang lain yang berjualan disepanjang jalur pedestrian. Mereka justru
60
Gatot Subroto Kota Medan, jalur pedestrian yang telah dibangun bagi para pejalan
salah satunya banyaknya yang berjualan di sepanjang jalur pedestrian, selain itu
lokasi jalur pedestrian dimanfaatkan oleh oknum juru parkir liar yang hanya
berfokus meminta uang parkir. Melihat kondisi tersebut sangat merugikan para
pejalan kaki.
61
termasuk barang publik justru di manfaatkan oleh masyarakat seperti gambar 4.10
di jalan Gatot Subroto masih banyak yang menyalahgunakan fasilitas yang telah
disediakan oleh pemerintah setempat untuk para pejalan kaki tersebut. Padahal
pejalan kaki.
bahwa terdapat larangan keras apabila ada masyarakat yang masih sembarang
memarkirkan kendaraan diarea yang telah dibangun. Hal ini penting untuk
menjaga agar ruang publik dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap
berjalannya fungsi ruang publik dalam hal ini adalah fungsi jalur pedestrian
bagi para pejalan kaki, akan tetapi disisi lain justru jalur pedestrian
(pedagang kaki lima) yang masih mengambil kesempatan berjualan di area jalur
pedestrian yang dibangun, lalu para pelaku parkir liar yang semena-mena
62
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia
Sumber daya dapat menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial dan
berhasil sesuai apa yang diharapkan oleh isi kebijakan. Tetapi diluar sumber daya
manusia, sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya
masyarakat dalam suatu negara. Secara singkat, barang publik merupakan barang
pihak lain yang juga menginginkan akses terhadap barang publik tersebut
63
implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Begitu pula dalam
Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Ketiga dinas itu memiliki tugas dan
bahwa setelah selesai proses pembangunan jalur pedestrian ini mereka berharap
tidak ada lagi pelaku yang tidak bertanggung jawab seperti pkl, parkir liar dan
64
“ Jalur pedestrian ini juga termasuk barang publik dan juga ruang
publik, maka pemerintah dalam hal ini membangun jalur tersebut
dengan melibatkan ketiga dinas yaitu, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perhubungan dan Dinas Kebersihan Pertamanan. Jadi untuk jumlah
lokasi jalur pedestrian yang di bangun pada tahun 2016-2018 totalnya
11 lokasi diharapkan tahun berikutnya bisa lebih banyak dari tahun
sebelumnya.” (Wawancara Supriadi, Kepala Bidang Pertamanan dan
Penerangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. 12 Maret
2019).
masyarakat nya walau banyak kendala yang dapat dilihat dari banyak nya jalur
pedestrian yang dibangun oleh pemerintah Kota Medan sebanyak 11 lokasi, dan
juga diharapkan dalam beberapa tahun kedepan dapat bertambah lokasi jalur
pedestrian dibangun.
bekerja hanya sampai pembangunan selesai saja dan target pembangunan yang
harus selesai dalam waktu lebih kurang 3 tahun. Kemudian sulitnya dalam
pembangunan jalur pedestrian itu terletak pada anggaran dimana masih banyak
65
waktu 3 tahun. Penetapan atau fokus yang kuat terhadap target yang harus dicapai
Hal ini justru menjadi perhatian publik terkait jalur pedestrian yang
dibangun belum secara merata. Karena dari pihak dinas sendiri juga mengatakan
bahwa yang mereka butuhkan adalah volume lalu lintas jalan agar para
masyarakat melintasi satu titik tertentu. Dan bukan hanya volume lalu lintas, akan
tetapi saat ini pihak dinas sendiri juga masih membangun di kawasan perkotaan
dan perkantoran.
sebuah program atau kebijakan yang akan mendukung segala aktivitas serta
program, apabila tidak tersedia secara cukup maka pelaksanaan program tidak
yang tertampung pada APBD untuk Anggaran Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
telah dianggarkan melalui APBD Tahun 2017 sekitar 100 Milyar sedangkan pada
66
bantuan pembangunan jalur pedestrian sendiri di tahun 2017 berasal dari APBD
“Kalau mengenai anggaran di setiap OPD saya kurang tau tapi ada
anggaran yang di berikan pemerintah Kota Medan kepada Dinas
Pekerjaan Umum khususnya untuk biaya operasional dalam proses
pembangunan jalur pedestrian Kota Medan.”(Wawancara Kesmedi
Dagobert Sianipar, Kasi. Perencanaan Pembangunan dan
Pemeliharaan Prasarana Dinas Perhubungan Kota Medan. 13 Maret
2019).
sudah terealisasikan dengan optimal namun jumlah anggaran yang diberikan oleh
Hal tersebut menunjukkan bahwa jalur pedestrian sudah ada cukup lama,
namun jalur pejalan kaki yang dulu hanya sebatas pembatas jalan. Dari hasil
untuk Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pembangunan jalur pedestrian sudah
ikut terlibat untuk menjalankan pembangunan baik dari pemerintah Kota Medan
yang melakukan koordinasi dengan ketiga dinas. Di Kota Medan Dinas Pekerjaan
67
mereka merupakan bagian yang terpenting dalam pembangunan jalur pejalan kaki.
kegiatan)
dan koordinasi dengan instansi lainnya. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan
asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula
sebagai alat yang digunakan untuk saling mendukung antar institusi yang
baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Akan tetapi
beberapa tingkat birokrasi, sehingga apa yang diharapkan kadang terjadi distorsi
(perubahan).
Pola hubungan antara ketiga OPD sangat bagus, bahkan bukan hanya
pada ketiga OPD itu saja akan tetapi mereka juga berkoordinasi mulai dari tahap
Kebersihan dan Pertamanan karena terkait dengan fasilitas yang sudah dibangun
68
organisasi ini, walikota juga berkoordinasi termasuk dalam memberikan ide atau
pedestrian ini. Kemudian walikota menghimbau kepada dinas yang terkait bahwa
kepada instansi yang terkait, proses pembangunan serta evaluasi oleh pemerintah
terjalin dengan baik, dimulai pada saat peneliti berada di Dinas Pekerjaan Umum
antara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan serta Dinas Kebersihan dan
Pertamanan juga sangat baik, yang dapat diketahui dengan pemahaman yang sama
69
Muhammad Muda Adha selaku Kepala Sub Bidang Jalan Dinas Pekerjaan Umum
di Kota Medan :
koordinasi dengan pihak Walikota Medan terkait standar dan sasaran kebijakan
serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai bagian untuk melengkapi fasilitas
70
“Disini saya melihat bahwa jalur pejalan kaki sudah tak terpandang
lagi, Cuma karna baru-baru saja mereka bangun/evaluasi kembali lah
makanya ada sedikit berbeda dari yang kita lihat, biasanya itu jalur
pedagang kaki lima bukan jalur pejalan kaki dan sampai sekarang
pun saya lihat masih banyak penghuni parkir liar apalagi kalau di
malam hari penuh tuh jalur pejalan kaki dengan PKL maupun parkir
liar. Jadi intinya untuk mereka yang membangun jalur ini perlu ada
tindakan penegasan terutama untuk dinas perhubungan.”
(Wawancara Sunarto, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur
Pedestrian. 16 Maret 2019)
pemberitahuan terkait apa saja yang menjadi kriteria yang telah di tetapkan oleh
bangun saat ini masih terletak di kawasan perkotaan dan perkantoran. Namun
pada tahun 2019 pihak instansi akan melanjutkan pembangunan jalur pedestrian
tersebut.
15 Maret 2019 terkait dengan hubungan antara Dinas Perhubungan serta Dinas
Kebersihan dan Pertamanan terlihat sangat baik. Dari ketiga instansi tersebut
71
pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan
kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-
ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan
bahwa harus adanya mekanisme implementasi kebijakan yang jelas dan terarah.
yang disebut sebagai Standard Operating Procedure (SOP). SOP yang baik
mudah dipahami dan menjadi acuan dalam bekerjanya implementor. SOP menjadi
72
Dinas Perhubungan serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Instansi
terkait yang terlibat dalam proses pembangunan jalur pedestrian yang mencakup
Dinas kebersihan Pertamanan memiliki sifat yang terbuka dan transparan. Hal ini
peneliti amati dari proses pembangunan sampai pada tahap penyaluran dana
semua dilakukan secara teratur dan merata. Karena anggaran terbatas dan tidak
semua jalur pedestrian yang ada dapat dibangun, Dinas Pekerjaan Umum juga
bekerja sama dengan Dinas lain dalam penentuan jalan mana yang benar-benar
73
publik yang ada dilingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi
kebijakan. Ini dapat juga menunjuk bahwa lingkungan dalam ranah implementasi
menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu,
internal (kekuatan dan kelemahan potensi sumber daya organisasi) dan ekternal
organisasi (peluang dan ancaman yang dimiliki organisasi agar tetap bertahan dan
eksis).
sangat penting dalam mendukung pencapaian sasaran kebijakan publik yang tepat
dan terarah atau bisa sebaliknya, karena lemahnya kondisi ekonomi, sosial dan
program yang dirancang oleh pemerintah menjadi lebih besar dan semakin
potensi diri.
74
belum sepenuhnya optimal karena masih banyak masyarakat Kota Medan yang
pedestrian digunakan hanya untuk pejalan kaki malah sebaliknya di gunakan oleh
masyarakat yang berkendara sepeda motor untuk menjadi jalan pintas di saat
kemacetan.
Pada umumnya masyarakat di Kota Medan termasuk salah satu kota yang
kota-kota besar lainnya. Walaupun perkembangan yang cukup pesat tetapi kondisi
lingkungannya aman. Salah satu bentuk partisipasi masyarakat ialah dalam hal
dengan lancar.
berhasil meniadakan kendala-kendala khususnya PKL dan parkir liar akan tetapi
75
jalur pedestrian terlebih dahulu dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum lalu
utus Walikota dalam penanggung jawab pembangunan jalur pedestrian ini. Hal
yang menjadikan itu hanya sebagai pekerjaan tambahan maka akuntabilitas atau
efektivitas dari program tersebut akan berkurang. Hal ini berbeda ketika itu
dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum yang memang merupakan tugas utamanya
pemerintah pusat kepada daerah harus sesuai dengan fungsi dari dinas tersebut
kalau tidak itu akan diabaikan karena hanya sebagai fungsi tambahan.
Selain itu dari pengamatan yang dilakukan peneliti (16 Maret 2019) di
Kota Medan, kondisi ekonomi yang mereka terima cukup banyak dan layak untuk
76
nya mungkin diluar dari perencaan pembangunan tersebut. Sehingga apa yang
dari kondisi sosial tentu sangat berpengaruh, masyarakat sebagian menilai positif
karena pembangunan jalur pedestrian ini termasuk untuk mendukung estetika kota
medan yang selama ini tidak terbangun lebih maksimal dan hal negatifnya karena
77
apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah, karena besar atau tidak harapan
pemerintah mereka tetap melakukan apa yang menjadi terbaik untuk kenyamanan
masyarakat kota medan ini. Hal ini tentu masyarakat lebih merasa aman dan tidak
Sub Bidang Pembangunan Jalan) ada sebagian dari beberapa masyarakat elite
Akan tetapi yang mereka harapkan setelah terbangunnya jalur pedestrian ini,
memang harus untuk pejalan kaki saja jangan sampai ada para PKL atau Pelaku
78
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2009 : 56)
disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : respons
publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan
bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan
laksanakan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para
selesaikan.
sendiri sebagai kelompok sasaran adalah mereka yang secara langsung berperan
79
pembangunan jalur pedestrian ini juga dinilai dapat memberikan rasa tanggung
dijalankan baik oleh para implementor sehingga mendapat anggapan baik dari
ialah bahwa mereka hanya sebatas implementor yang hanya dibatasi oleh program
walaupun terdapat kendala yang mungkin mayarakat banyka yang tidak ingin
pembangunan tersebut idak berdiri hanya pada satu titik tapi harus merata. Hal
senada diungkapkan oleh Bapak Muda selaku Kepala Sub Bidang Pembangunan
Jalan :
80
kawasan pasar atau pun sekolahan justru dapat mengundang banyak para PKL
yang berjualan dan para pelaku parkir liar. Komitmen dari Dinas Perumahan dan
sering melintasi jalur tersebut. Dimana dengan adanya pembangunan ini dapat
memberikan suatu manfaat bagi masyarakat baik secara fisik, sosial, ekonomi dan
kesehatan.
Untuk kinerja dan respon para implementor sudah berjalan baik, namun
seiring dengan itu ada saran tersendiri yang diinginkan oleh masyarakat terkait
pembangunan jalur pedestrian kota medan, agar lebih merata lagi pembangunan
Hal ini senada dengan yang telah diungkapkan oleh informan masyarakat, yaitu:
81
Dari wawancara di atas untuk rasa berterima kasih telah di ungkapkan oleh
masyarakat namun seiring dengan itu masyarakat juga memberikan saran agar
82
5.1 Kesimpulan
kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik
akan lari dari peraturan tersebut. Untuk standar pembangunan jalur pedestrian
sendiri para pelaksana sudah mengikuti standar yang diberikan oleh Kementerian
tersebut sudah melalui tahap penyelesaian lebih kurang 3 tahun belakangan ini
dan sebelumnya juga telah dilakukan pembuatan konsep desain agar para
pelaksana tau titik mana saja yang ingin dibangun. Kebijakan pembangunan jalur
pembangunan jalur pedestrian yang di lakukan oleh ketiga OPD tersebut sebelum
dilaksanakan.
83
titik jalan untuk pejalan kaki dan masyarakat sangat terbantu. Tetapi kenyataan di
menjadikan lahan parkir liar secara individual. Kebijakan ini belum dapat
dikatakan sebagai kebijakan yang berhasil karena tanpa penegasan dari salah satu
dari ketiga OPD. Pembangunan jalur pedestrian tersebut tidak akan berjalan
dengan lancar jika pemerintah tidak menunjuk ketiga OPD tersebut. Hal ini
menujukkan bahwa sebuah kebijakan yang benar tidak mungkin dapat dicapai
tanpa adanya partisipasi dan rasa tanggung jawab dari pihak instansi yang terkait.
2. Sumber Daya
berhasil sesuai apa yang diharapkan oleh isi kebijakan. Konsep pembangunan
yang dilakukan dari ketiga OPD memang belum terencana maksimal akan tetapi
dalam hal pekerjaannya sudah maksimal. Dengan kata lain pembangunan jalur
84
implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Hal ini dari ketiga OPD
tersebut sudah sangatlah konsisten dengan apa yang mereka kerjakan selama
pembangunan jalur pedestrian ini mulai dari tahap awal sampai akhir penyelesaian
pembangunan.
Kebersihan dan Pertamanan sangat baik, dilihat dari respon mereka mengenai
penyampaian informasi.
jalur pedestrian adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Instansi lainnya
Kondisi sosial yang terlihat ialah dimana masih banyak masyarakat yang
85
6. Disposisi Implementor
bahwa mereka hanya sebatas implementor yang hanya dibatasi oleh program yang
pedestrian di Kota Medan sangat dirasakan manfaat dan dampak positifnya bagi
Dimana dengan adanya pembangunan ini dapat memberikan suatu manfaat bagi
5.2 Saran
kawasan komersial baru ataupun alih fungsi bangunan agar dapat menyediakan
86
setback bangunan sebagai area semi publik menjadi publik untuk PKL
sebagai pengguna, baik itu yang normal maupun yang berkebutuhan khusus
c. Bagi Peneliti
87
Sumber Buku :
88
Sumber Undang-Undang :
Sumber Jurnal/Tesis/Skripsi :
89
Sumber Berita :
http://waspada.co.id/medan/wali-kota-komit-pembangunan-jalur-pedestrian-terus-
dilanjutkan/, diakses pada tanggal 10 Maret 2018 pukul 10.10 Wib
http://harian.analisadaily.com/kota/news/pembangunan-pedestrian-diharap-tarik-
wisatawan/455846/2017/11/21, diakses pada tanggal 10 Maret 2018 pukul 11.12
Wib
http://www.pemkomedan.go.id/artikel-16952-walikota-jadikan-seputaran-
lapangan-merdeka-jalur-pedestrian.html, diakses pada tanggal 12 Maret 2018
pukul 11.12 Wib
http://www.dishubpemkomedan.go.id, diakses pada tanggal 1 Desember 2018
pukul 15.48 Wib
http://www.tribunnews.com, diakses pada tanggal 12 Desember 2018 pukul 20.16
Wib
http://www.akses.com/metro/kalau-mau-urus-kir-jangan-lupa-bawa-alat-rekam,
diakses pada tanggal 20 Desember 2018 pukul 09.46 Wib
http://www.pekerjaanumum.pemkomedan.go.id/hal-struktur-organisasi.html,
diakses pada tanggal 26 Desember 2018 pukul 01.12 Wib
http://www.dishubmedan.blogspot.com/struktur-organisasi-dishub-kota-medan,
diakses pada tanggal 26 Desember 2018 pukul 01.22 Wib
http://www.ppid.pemkomedan.go.id/front/dokumen/download/400015825,
diakses pada tanggal 30 Desember 2018 pukul 09.20 Wib
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2018/02/20/337986/pembangunan/tr
otoar/dimedan/tanpa/konsep, diakses pada tanggal 09 April 2019 pukul 10.15 Wib
https://www.tobasatu.com/2019/04/01/anggaran/dinas/pu/medan/dipangkas/rp175
/miliar, diakses pada tanggal 09 April 2019 pukul 14.01 Wib
http://beritasumut.com/2019/02/10/denah/lokasi/kantor/dinas/kebersihan/dan/pert
amanan, diakses pada tanggal 4 Maret 2019 pukul 10.00 Wib
90
91
TRANSKRIP WAWANCARA
• Apa yang menjadi standar dan sasaran dalam pelaksanaan pembangunan jalur
pedestrian ?
2. Sumber Daya
• Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan jalur
pedestrian ?
pedestrian?
• Adakah dampak dan pengaruh dari luar semisal Lingkungan sosial, ekonomi dan
politik dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian ?
6. Disposisi Implementor
92
93
TRANSKRIP OBSERVASI
A. Tujuan
1. Kantor Kepala Sub Bagian Sarana & Prasarana Dishub Kota Medan
94
TRANSKRIP DOKUMENTASI
A. Tujuan
B. Aspek Dokumentasi
Dokumen Arsip
1. Data Kelembagaan
Pertamanan
b. Struktur Organisasi
Pedestrian
Jalur Pedestrian
95
2. Sumber Daya
6. Disposisi Implementor
96
97
A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik maupun non
fisik dalam Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Oleh
Pemerintah Kota Medan
- Kantor Kepala Sub Bagian Sarana & Prasarana Dishub Kota Medan
98
A. Tujuan
Untuk memperoleh dokumen-dokumen mengenai Implementasi Kebijakan
Pembangunan Jalur Pedestrian Di Kota Medan meliputi :
B. Aspek Dokumentasi
Dokumen Arsip
1. Data Kelembagaan
a. Sejarah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, dan Dinas
Pertamanan
b. Struktur Organisasi
c. Visi, Misi, Tujuan
2. Data Kebijakan Jalur Pedestrian
a. Dokumen atau Pedoman tentang Kebijakan Pembangunan Jalur
Pedestrian
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
2. Kepala Seksi 1
3. Kepala Bidang 1
4. Masyarakat 10
3. Ridwan 8. Vita
4. Idalia 9. Gilbert
109