Anda di halaman 1dari 123

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALUR PEDESTRIAN

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Oleh :
SAL SABILA SIDIQ
NIM : 140903056

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :


Nama : Salsabila Sidiq
Nim : 140903056
Departemen : Ilmu Administrasi Publik
Judul : Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Pada
Pemerintah Kota Medan

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi,


Ilmu Administrasi Publik

Dra. Elita Dewi, M.SP Dr. Tunggul Sihombing, MA


NIP : 196007041986012002 NIP : 195908141986011002

Wakil Dekan I
FISIP USU MEDAN

Husni Thamrin, S.Sos, M.Si


NIP : 197203082005011001

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Sumatera
Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian


hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi.

Medan, 13 November 2019

Yang membuat Pernyataan

Sal Sabila Sidiq

Nim : 140903056

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul “Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Di

Kota Medan”. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, sebagai

tugas akhir dalam mencapai gelar sarjana strata satu di Jurusan Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

Segala upaya untuk menjadikan skripsi ini mendekati sempurna telah

penulis lakukan, namun karena keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan

dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan maupun segi ilmiah. Adapun

terselesaikannya skripsi ini tentu tidak akan berhasil dengan baik tanpa ada

dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ucapan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, MA, Ph.D selaku Sekretaris Program

Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara


4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu

mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membekali

penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir

penulisan skripsi ini.

6. Seluruh pimpinan dan staf pada Dinas Perhubungan Kota Medan, Dinas

Pekerjaan Umum Kota Medan, dan Dinas Pertamanan & Kebersihan

Kota Medan yang telah membantu saya dalam memperoleh data.

7. Yang mulia Ayahanda Muzakir Sidiq, S.E dan Ibunda Mariana, serta

Abang Ridoha Sidiq S.T, Kakak Widia Wardah Husnannisa A.md, kedua

Adikku Azizul Hakim Sidiq dan Kholiqul Mufti Sidiq untuk perhatian,

kasih sayang dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat

menjalani masa pendidikan hingga selesai.

8. Sahabat tersayang dari SMP, SMA sampai masa perkuliahan Chum Club

yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Serta teman-

teman seperjuangan Utami Indah Sari, Intan Bayzuri Rahman, Halummi

Dayani Lubis, Yuliza Welvina, Delfi Ulan Dari, Dewi Kumala Sari dan

Elviana dan seluruh teman-teman Ilmu Administrasi Publik angkatan

2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah bersama

sama menikmati segala proses awal perkuliahan melewati masa sulit

sampai akhir perkuliahan maupun penyusunan skripsi yang saling

menyemangati selama masa penyusunan skripsi.

iii

Universitas Sumatera Utara


9. Serta seluruh pihak yang terlibat yang secara tidak langsung telah

memberikan sumbangan pendapat, baik kritik maupun saran sehingga

penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini, baik dari segi isi maupun

pembahasannya masih terdapat kelemahan serta kekurangan. Oleh karena itu

kritik dan saran yang konstruktif demi untuk kesempurnaan, penulis terima

dengan segala kerendahan hati. Harapan penulis akhirnya, semoga skripsi ini

bermanfaat guna menunjang perkembangan ilmu, kemajuan masyarakat dan

menjadi sumbangan buah fikiran yang berguna bagi yang membaca skripsi ini.

Medan, 14 November 2019


Penulis
Sal Sabila Sidiq

140903056

iv

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Jalur pedestrian di Kota Medan masih menjadi sorotan diberbagai


kalangan masyarakat, terutama dalam permasalahan penyalagunaan jalur bagi
pejalan kaki yang telah disediakan oleh pemerintah. Jalur pedestrian yang
seharusnya digunakan oleh pejalan kaki justru dimanfaatkan oleh PKL
(Pedagang Kaki Lima), parkir liar, pemasangan tiang reklame atau spanduk
hingga dilintasi oleh pengendara sepeda motor disaat kemacetan. Tujuan utama
jalur pedestrian berfungsi untuk kegiatan pejalan kaki dalam melakukan
aktivitas, sehingga dapat meningkatkan keamanan, kelancaran dan kenyamanan
bagi pejalan kaki. Sementara itu, proses pembangunannya adalah membangun
jalur pedestrian karena termasuk kepentingan dan hak-hak para pejalan kaki
untuk melakukan aktivitasnya.
Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan deskriptif kualitatif
serta teknik pengumpulan data, wawancara, observasi, dan dokumentasi serta
menggunakan teori Van Meter dan Van Horn yang terdiri dari 6 (enam) aspek
yaitu standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar-organisasi,
karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik, serta disposisi
implementor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan
Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota Medan sudah dapat di rasakan oleh
masyarakat namun, belum sepenuhnya optimal karena masih banyak sebagian
masyarakat yang kurang akan kesadaran mengenai manfaat jalur pedestrian,
sumber daya yang tidak disalurkan dengan baik, dan minimnya respon
masyarakat terhadap jalur pedestrian di Kota Medan.

Kata Kunci : Implementasi, Pembangunan, Jalur Pedestrian

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The pedestrian path in the city of Medan is still in the spotlight in various
sections of the community, especially in the issue of pedestrian path abuse that
has been provided by the government. Pedestrian paths that should be used by
pedestrians are actually used by street vendors (street vendors), illegal parking,
installation of billboards or banners to be crossed by motorcycle riders during
traffic jams. The main goal of the pedestrian route is for pedestrian activities in
carrying out activities, so as to increase safety, smoothness and comfort for
pedestrians. Meanwhile, the development process is to build a pedestrian path
because it includes the interests and rights of pedestrians to carry out their
activities.
The method used is a qualitative descriptive approach and data
collection techniques, interviews, observations, and documentation as well as
using the Van Meter and Van Horn theory which consists of 6 (six) aspects,
namely standards and policy objectives, resources, relationships between
organization, characteristics of the implementing agent, social, economic and
political conditions, and disposition of the implementor.
The results of this study indicate that the Implementation of Pedestrian
Path Development Policy in Medan City is not yet fully optimal because many
people are less aware of pedestrian pathways, resources that are not properly
channeled, and the lack of community response to pedestrian pathways in
Medan City.

Keywords : Implementation, Development, Pedestrian Path

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

ABSTRAK .................................................................................................. iv

ABSTRACT .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR TABEL....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. I

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ II

2.1 Implementasi Kebijakan.......................................................................... 7

2.1.1 Model-Model Implementasi Kebijakan ......................................... 8

2.2 Pemerintah Kota .................................................................................... 14

2.3 Pembangunan ........................................................................................ 14


2.4 Jalur Pedestrian ..................................................................................... 15
2.5 Definisi Konsep ..................................................................................... 17

2.6 Hipotesis Kerja ...................................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 20

3.1 Bentuk Penelitian .................................................................................. 20

vii

Universitas Sumatera Utara


3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................... 21

3.3 Informan Penelitian ............................................................................... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 24

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 25

3.6 Teknik Keabsahan Data ........................................................................ 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 28

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan .................................................................. 28

4.1.1 Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ........................................... 28

4.1.2 Visi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ................................... 29

4.1.3 Misi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan .................................. 30

4.1.4 Tujuan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan .............................. 30

4.1.5 Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ............. 31

4.1.6 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan .......... 32

4.2 Dinas Perhubungan Kota Medan .......................................................... 32

4.2.1 Sejarah Dinas Perhubungan Kota Medan .................................... 33

4.2.2 Visi Dinas Perhubungan Kota Medan .......................................... 33

4.2.3 Misi Dinas Perhubungan Kota Medan ......................................... 34

4.2.4 Tujuan Dinas Perhubungan Kota Medan ..................................... 34

4.2.5 Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan .................... 34

4.2.6 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan ................. 35

4.3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan ................................... 36

4.3.1 Sejarah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan ............. 36

viii

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Visi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan .................. 37

4.3.3 Misi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan ................. 38

4.3.4 Tujuan Dinas Kebersihan Pertamanan Kota Medan .................... 38

4.3.5 Tugas dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan ..... 39

4.3.6 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan... 40

4.4 Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Di Kota Medan ..... 41

4.4.1 Standar dan Sasaran Kebijakan (ukuran dan tujuan kebijakan) ... 42

4.4.2 Sumberdaya (sumber-sumber kebijakan)..................................... 56

4.4.3 Hubungan Antar Organisasi (komunikasi antar organisasi dan kegiatan) ...... 60

4.4.4 Karekteristik Agen Pelaksana (badan-badan pelaksana) ............. 64

4.4.5 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik ........................................... 66

4.4.6 Disposisi Implementor (sikap para pelaksana) ............................ 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 77

5.1 Kesimpulan.............................................................................................75

5.2 Saran.......................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 81

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Implementasi Kebijakan Menurut George C. Edward III ...... 10

Gambar 2. Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn ......... 14

Gambar 3. Tahap Pembangunan Jalur Pedestrian Sebelum Dibangun ..... 52

Gambar 4. Tahap Pembangunan Jalur Pedestrian Yang Telah Selesai Dibangun ..... 53

Gambar 5. Hubungan Antara Walikota Dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 61

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matriks Informan Penelitian......................................................... 23

Tabel 2. Keberadaan Pembangunan Jalur Pedestrian Kota Medan 2016-2018............ 44

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pedoman Wawancara ................................................................ 1

Lampiran 2 Pedoman Observasi................................................................... 3

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi ............................................................. 4

Lampiran 4 Transkrip Wawancara ............................................................... 5

Lampiran 5 Transkrip Observasi ................................................................ 12

Lampiran 6 Transkrip Dokumentasi........................................................... 15

xii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara tentunya mempunyai tata pemerintahan beserta unsur-

unsur pemerintahan yang terkait di dalamnya. Unsur-unsur pemerintahan yang

dimaksud adalah para aparatur pemerintahan dengan segala bentuk kebijakan

yang ditawarkan pada masa kepemimpinannya. Keberhasilan aparatur

pemerintahan pada suatu negara tidak terlepas dari produk kebijakan yang

dirancang, dibentuk, dan ditetapkan untuk kepentingan seluruh warga negara.

Kebijakan dalam arti yang sederhana adalah setiap bentuk tindakan

yang dilakukan oleh pemerintah untuk kepentingan publik. Kebijakan itu

dirancang, dibuat dan ditetapkan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya kebijakan adalah terciptanya

kehidupan warga negara yang nyaman, damai, dan sejahtera. Tujuan kebijakan

yang telah dikemukakan tersebut hanya dapat terwujud ketika aparatur

pemerintahannya dapat mengimplementasikan kebijakan yang ada secara

efeketif dan tepat guna. Kebijakan yang sudah baik dapat berdampak baik pula

apabila telah diimplementasikan dan dapat menciptakan perubahan ke arah

yang lebih positif bagi kehidupan warga negara.

Sebuah kebijakan publik erat kaitannya dengan implementasi kebijakan

publik tersebut. Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, di mana

pelaksana kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya

akan mendapatkan sebuah hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran

kebijakan itu sendiri (Agustino, 2008:139). Keberhasilan suatu produk

Universitas Sumatera Utara


kebijakan publik sangat ditentukan oleh pengimplementasian kebijakan publik

secara efektif dan tepat guna. Agar suatu produk dapat berjalan efektif maka

perlu adanya dukungan barang publik salah satunya adalah jalur pedestrian.

Barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan),

sementara barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu

komunitas yang lebih kecil) dan hanya berhak digunakan secara umum oleh

komunitas tersebut. Contoh: jalur pedestrian, jalan raya, marka jalan dan lampu

lalu lintas yang merupakan barang publik. Banyaknya pengguna jalan tidak

akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut, semua orang dapat menikmati

dengan adanya manfaat dari jalur pedestrian dan jalan raya yang dapat

digunakan pada waktu bersamaan.

Pemerintah Kota Medan mempunyai berbagai macam produk kebijakan

yang mengatur tentang seluk beluk kehidupan masyarakatnya beserta fasilitas

dan barang publik untuk mendukung terciptanya kenyamanan bagi masyarakat

pada saat beraktivitas. Salah satu fasilitas publik yang dimaksud adalah jalur

pedestrian. Pembangunan jalur pedestrian di tetapkan dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum nomor : 03/PRT/M/2014 tentang pedoman

perencanaan,penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan

pejalan kaki di kawasan perkotaan yang menjelaskan bahwa dalam rangka

memenuhi ketersediaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan

perkotaan yang rencana penyediaan dan pemanfaatannya diamanatkan dalam

ketentuan Pasal 28 huruf C Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

penataan ruang, diperlukan perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan

prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan.

Universitas Sumatera Utara


Pembangunan jalur pejalan kaki juga di tetapkan dalam Peraturan Menteri

Pasal 1 Tahun 2010 dalam Peraturan Menteri yang dimaksud dengan :

1. Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan diruang lalu lintas
jalan
2. Jaringan pejalan kaki adalah ruas pejalan kaki, baik yang
terintegrasi maupun terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan
untuk prasarana dan sarana pejalan kaki serta menghubungkan
pusat-pusat kegiatan dan / atau fasilitas pergantian moda
3. Pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki adalah
aktivitas penggunaan fasilitas jalur pejalan kaki baik oleh pejalan
kaki maupun pengguna lain yang diperbolehkan (Sumber: Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum. 2014).

Untuk membangun pedestrian, Walikota Medan menunjuk 3 organisasi

perangkat daerah (OPD) yang melaksanakannya yakni Dinas Pekerjaan Umum

(PU), Dinas Perhubungan (Dishub) serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Medan. Diharapkan, jalur pedestrian beserta perlengkapan pendukungnya

segera dapat dinikmati masyarakat. Seperti Dinas PU bertugas membangun

konstruksi, Dishub membuat desain, sedangkan Dinas Kebersihan dan

Pertamanan yang melengkapi fasilitas pendukung pedestrian seperti tempat

duduk, taman maupun tempat yang dapat digunakan masyarakat maupun

wisatawan.

Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana kata tersebut berasal dari

kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai

pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki. Maka pedestrian dalam hal ini

memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari suatu

tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan

moda jalan kaki. Menurut (Tisnaningtyas, 2002:10) jalur pejalan kaki atau jalur

pedestrian mempunyai kaitan antara asal dan tujuan pergerakan orang. Jalur

Universitas Sumatera Utara


pedestrian merupakan jalur pejalan kaki di luar bangunan dan merupakan

bagian dari jalan berupa jalur terpisah yang khusus untuk pejalan kaki dan

biasanya terletak di tepi jalan. Jalur pedestrian merupakan ruang pelayanan

yang berfungsi untuk kegiatan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas,

sehingga dapat meningkatkan keamanan, kelancaran dan kenyamanan bagi

pejalan kaki. Sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki, jalur pedestrian

berfungsi sebagai sarana yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya lalu

lintas kendaraan bermotor. Selain itu, jalur pedestrian ini juga tempat terjadinya

interaksi sosial antar masyarakat, di Indonesia sendiri lebih sering dikenal

sebagai trotoar.

Di Kota Medan, permasalahan yang ada pada jalur pedestrian berbentuk

trotoar justru dimanfaatkan sebagai tempat berjualan para pedagang kaki lima.

Selain itu, trotoar juga digunakan sebagai tempat parkir kendaraan bermotor. Hal

tersebut menyebabkan makin berkurangnya ruang untuk pejalan kaki. Seharusnya

kota-kota besar di Kota Medan tidak hanya melakukan program penambahan

jalan, tetapi melakukan program yang diutamakan untuk masyarakat, yaitu

penyediaan jalur pedestrian dan meningkatkan kinerja pelayanan transportasi

publik. Penambahan ruas jalan dan memperlebar jalan justru akan semakin

menambah kemacetan, memberikan peluang pada para PKL (pedagang kaki lima)

untuk berjualan dan meningkatkan keinginan masyarakat untuk membeli

kendaraan bermotor. Seperti halnya yang di jelaskan oleh Wali Kota Medan,

selain infrastruktur jalan dan drainase, Pemko Medan saat ini juga fokus

membangun jalur pedestrian. Sejumlah jalan di Kota Medan seperti Jalan

Balaikota, Raden saleh, Imam Bonjol, Jendral Sudirman, T. Cik Ditiro, Taman

Universitas Sumatera Utara


Segitiga, Uskup Agung, Diponegoro, Perniagaan, serta jalan Gatot Subroto mulai

persimpangan Majestik sampai Maulana Lubis telah dibangun jalur pedestriannya.

Menurut Wali Kota, pembangunan pedestrian di lakukan sebagai salah satu upaya

untuk menata Kota Medan menjadi lebih baik kedepannya. (waspada.co.id,

Walikota Komit Pembangunan Jalur Terus dilanjutkan, diakses pada tanggal 10

Maret 2018 pukul 10.10 Wib ).

Mengenai jalur pedestrian yang akan segera di bangun masyarak at

menanggapi terkait pembangunan jalur pedestrian bila perlu jalur pejalan kaki

tidak di bangun hanya di berberapa titik atau kawasan yang terpandang saja, akan

tetapi warga medan meminta kepada pemerintah agar pembangunan jalur

pedestrian dibangun secara merata karena selain memberikan ruang pada

masyarakat untuk berjalan kaki jalur pedestrian juga sangat baik untuk

perkembangan kota medan dan dapat memperindah tatanan Kota Medan.

Kemudian setelah jalur pedestrian dibangun, hal kebijakan yang akan di

terapkan oleh Pemerintah Kota Medan kedepannya bahwa mereka tidak akan

memperkenankan lagi adanya PKL yang berjualan maupun kendaraan bermotor

yang parkir di area jalur pedestrian tersebut, karena jalur pedestrian ini merupakan

hak warga khususnya bagi para pejalan kaki. Selanjutnya strategi yang dilakukan

oleh Pemerintah Kota terkait jalur pedestrian tersebut Pemerintah Kota Medan

akan memberikan fasilitas pendukung seperti taman, maupun lampu penerangan

jalan umum guna memberikan rasa tenang dan nyaman bagi siapapun yang

nantinya akan melintasinya, hal ini dilakukan masyarakat agar lebih tertarik

manggunakan jalur pedestrian sehingga dapat mengurangi terjadinya kemacetan.

Universitas Sumatera Utara


(hariananalisadaily.com, Pembangunan Pedestrian Diharap Tarik Wisatawa,

diakses pada tanggal 10 Maret 2018 pukul 11.12 Wib).

Berdasarkan paparan yang telah di uraikan, maka yang menjadi perhatian

penulis untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi

Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota Medan.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota Medan?’’

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai

atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus dalam pengetahuan

empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan

Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, penelitian ini di harapkan mampu mengembangkan dan

menambah khazanah keilmuan dalam bidang Administrasi Publik

khusunya yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


2. Secara Akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan

atau sumbangan pemikiran dan menjadi referensi tambahan dalam kajian

keilmuan khusunya dalam bidang Administrasi Publik.

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan

beberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan memberi solusi

terhadap persoalan yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah saat ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi Kebijakan

Implementasi yang merupakan tahap yang sangat menentukan di dalam

proses kebijakan, karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan

pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Keberhasilan kebijakan

publik sangat berpengaruh bagi peran para pelaksana atau implementor kebijakan

publik tersebut. Menurut Mazmanian dan Sebastiar (dalam Wahab, 2008:

68) Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar biasanya dalam

bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Sedangkan menurut Cleaves (dalam Wahab 2008:187) yang secara tegas

menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup Proses bergerak menuju tujuan

kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik. Keberhasilan atau

kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut

kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan

program-program yang telah dirancang sebelumya.

Kemudian menurut Grindle (dalam Winarno 2002:149) yang memberikan

pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum,

tugas implementasi adalah membentuk suatu ikatan yang memudahkan tujuan-

tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan

pemerintah. Sedangkan Van Meter Van Horn (dalam Agustino, 2008:139)

menyebutkan bahwa implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik

oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau suatu kelompok-kelompok

Universitas Sumatera Utara


pemerintahan atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan.

Dari beberapa definisi implementasi kebijakan tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa implementasi juga dapat di artikan sebagai proses

pelaksanaan dari kebijakan yang telah di rumuskan sebelumnya dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian bahwa proses

implementasi sebagian besar merupakan tahap yang sangat penting dalam

menentukan proses kebijakan, karena dengan tahap ini maka keseluruhan

prosedur kebijakan dapat di pengaruhi tigkat keberhasilan atau tidaknya suatu

pencapaian tujuan kebijakan tersebut.

2.1.1 Model-Model Implementasi Kebijakan

a. Model George C. Edward III

Menurut pandangan Edward III (dalam Subarsono 2009:95) mengemukakan

bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh 4 variabel, yakni komunikasi,

sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut harus

saling berhubungan untuk menciptakan suatu implementasi kebijakan yang baik.

Karena implementasi yang baik harus memiliki keterkaitan antara variabelnya dan

jika kehilangan salah satu hubugannya maka dapat menyebabkan kebijakan

tersebut gagal diimplementasikan atau dilaksanakan. Keempat variabel tersebut

diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan

Universitas Sumatera Utara


mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan

tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka

kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumberdaya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten

tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakannya,

maka implementasi tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya tersebut dapat

berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya

finansial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar

efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal dikertas dan hanya menjadi

dokumen saja.

3. Disposisi

Disposisi yang merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor

memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, maka proses implementasi

kebijakan juga menjadi tidak efektif.

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu

dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya

Standart Operasional Prosedur (SOP). Standart Operasional Prosedur (SOP)

menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi

yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan

10

Universitas Sumatera Utara


red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya

menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Dari empat variabel yang dikemukakan oleh george edward tersebut dapat

di simpulkan bahwa implementasi kebijakan ini dapat mengukur serta

menjelaskan bagaimana masalah implementasi kebijakan pembangunan jalur

pedestrian Kota Medan yang dapat dilihat dari komunikasi sebagai proses

penyampaian informasi komunikator kepada komunikan agar para pelaku

kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk

menjalankan kebijakan tersebut dan sumberdaya sebagai salah satu variabel yang

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan kemudian disposisi atau sikap

pelaksana akan menimbulkan hambatan terhadap implementasi kebijakan apabila

personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan dan termasuk

juga stuktur birokrasi yang sangat berpengaruh terhadap pelaksaan implementasi

kebijakan tersebut.

Gambar 2.1 Model Proses Implementasi Kebijakkan Menurut George C.

Edward III (1980)

Sumber : Subarsono (2009)

11

Universitas Sumatera Utara


b. Model Merile S. Grindle

Menurut Merile S. Grindle (dalam Nugroho 2014:617) Model Grindle

ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah

bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan

dilakukan.

Keberhasilannya ditentukan mencakup :


1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan
2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan
3. Derajat perubahan yang diinginkan
4. Kedudukan pembuat kebijakan
5. (Siapa) pelaksana program
6. Sumberdaya yang di kerahkan
Sementara itu konteks implementasinya adalah :
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
2. Karakteristik lembaga dan penguasa
3. Kepatuhan dan daya tanggap
Keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh tingkat

implementability kebijakan itu sendiri, yaitu yang terdiri dari Content Of Policy

And Context Of Policy, Grindle (dalam Agustino, 2006:1168) :

1. Content Of Policy

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, konten tersebut


menjelaskan bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaanya pasti
melibatkan banyak kepentingan yang sangat berpengaruh terhadap
implementasinya.
b. Jenis manfaat yang dapat diperoleh, menjelaskan bahwa suatu kebijakan
harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif
yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang tepat
dilaksanakan.
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai, menjelaskan bahwa seberapa besar
perubahan yang ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan yang
memiliki sasaran yang jelas.
d. Letak pengambilan keputusan, pengambilan keputusan memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan yang ingin
diimplementasikan.

12

Universitas Sumatera Utara


e. Pelaksanaan program, dalam menjalankan suatu kebijakan atau program
harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten demi
tercapainya keberhasilan suatu kebijakan.
f. Sumber-sumber daya yang digunakan, suatu kebijakan harus didukung
oleh sumber-sumber daya yang mendukung agar pelaksanaanya berjalan
dengan baik.
2. Context Of Policy

a. Kekuasaan, dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan kekuatan atau


kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta program yang digunakan oleh
para aktor guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi
kebijakan.
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa, dimana karakteristik
dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.
c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana, menjelaskan bahwa
kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Dari beberapa isi kebijakan dan konteks kebijakan yang dikemukakan oleh

Merile S. Grindle diatas dapat disimpulkan bahwa Perlu disadari dalam

melaksanakan implementasi suatu kebijakan tidak selalu berjalan dengan lancar.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi

kebijakan. Untuk menggambarkan secara jelas variabel atau faktor-faktor yang

berpengaruh penting terhadap implementasi kebijakan publik serta guna

penyederhanaan pemahaman, maka akan digunakan isi kebijakan dan konteks

kebijakan tersebut.

c. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono,2009:56) memiliki


enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi. Beberapa variabel
tersebut sebagai berikut :
1. Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas terukur sehingga dapat
direalisir. Apabila ada standar dan sasaran kebijakan yang kabur, maka akan
terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen
implementasi.
2. Sumberdaya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya
manusia (human resources) maupun sumberdaya non manusia (non-human
resources). Sumberdaya dapat menunjukkan kepada seberapa besar dukungan
finansial dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

13

Universitas Sumatera Utara


3. Hubungan antar organisasi
Dalam banyak program implementasi sebuah program perlu dukungan
dan koordinasi dengan sebuah instansi lainnya. Untuk itu, diperlukannya
koordinasi dan kerjasama antara instansi bagi keberhasilan suatu program dalam
mencapai sasaran dan tujuan bersama.
4. Karakteristik agen pelaksana
Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur
birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubugan yang terjadi dalam birokrasi yang
semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.
5. Kodisi sosial, politik dan ekonomi
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. sejauhmana kelompok-
kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;
karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat
opini publik yang ada dilingkungan, dan apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
6. Disposisi implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni (a) respon
para implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemhamannya terhadap
kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang
dimiliki oleh implementor.

Dari enam variabel yang dikemukakan oleh van meter van horn di atas

dapat di simpulkan bahwa model implementasi kebijakan ini dapat mengukur

serta menjelaskan bagaimana masalah implementasi kebijakan pembangunan jalur

pedestrian Kota Medan yang dilihat dari standar dan sasaran yang harus dicapai

oleh pelaksana kebijakan, sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

implementasi kebijakan dan aparat yang terlibat sebagai organisai pelaksana

dengan komunikasi dalam rangka penyampaian informasi kepada para pelaksana

kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan yang akan diterima atau di

tolak oleh para agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan

atau kegagalan implementasi kebijakan publik dan sangat berpengaruh pada

lingkungan sosial,ekonomi dan politik.

14

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van

Horn

Sumber : Subarsono (2009)

2.2 Pembangunan

Proses pembangunan dapat dilihat dari suatu kegiatan yang terus

menerus dan menyeluruh dilakukan mulai dari penyusunan suatu rencana,

penyusunan pogram, kegiatan pogram, pengawasan sampai pada pogram

terselesaikan. Menurut Mohammad Ali (2009: 52) Pembangunan merupakan suatu

upaya yang dikerjakan secara terencana untuk melaksanakan perubahan yang

memiliki tujuan utama untuk memperbaiki dan menaikkan taraf hidup,

kesejahteraan dan kualitas manusia. Pembangunan yang berbicara mengenai proses

perubahan sosial berencana, yang meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan

kemajuan dalam kesejahteraan, ekonomi, modernisasi, pembangunan

bangsa,wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk

memperbaiki kualitas hidupnya.

15

Universitas Sumatera Utara


Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang

bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja

diartikan berbeda oleh satu orang denagan orang lain, daerah yang satu dengan

daerah lainnya, negara satu dengan negara lain. Namun secara umum ada suatu

kesepakan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.

Pembangunan dapat di artikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk

menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara

untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan

Rochmin Dahuri (2004:34) sedangkan menurut Ginanjar Kartasasmita (1994:63)

memberikan pengertian lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan

kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

2.3 Public Goods

Barang publik (public goods) sangat dibutuhkan oleh masyarakat, namun

seringkali tidak ada pihak swasta yang menyediakan, karena mengutamakan

prinsip tanpa mengejar motif meraih keuntungan. Kalaupun ada pihak swasta

yang menyediakan, maka jumlahnya akan sangat terbatas. Barang publik adalah

barang yang mudah ditemukan dalam kehidupan masyarakat dalam suatu negara.

Secara singkat, barang publik merupakan barang yang dapat dikonsumsi siapapun

tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh pihak lain yang juga menginginkan

akses terhadap barang publik tersebut (Holcombe, 2009: 17).

16

Universitas Sumatera Utara


Menurut Samuelson (dalam Kristian 2012:2) :

“....(Goods) which all enjoy in common in the sense that each


individual’sconsumption of such a good leads to no subtractions from
any otherindividual’s consumption of that good... secara sederhana
penjelasan Samuelson tersebut mencoba menguraikan bahwa
karakteristik utamabarang publik adalah barang tersebut dapat
dibagikan. Artinya, barangpublik merupakan barang yang tersedia
untuk semua orang dan bersifat non-eksklusif. Dengan kata lain tidak
ada persaingan yang terjadi diantara aktor-aktor yang mengakses
barang publik tersebut”.
Menurut Mangkoesoebroto (2001: 57) Barang publik (public goods)

adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan

mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Suatu barang publik

merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa

mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

mendapatkannya. Barang publik adalah untuk masyarakat secara umum

(keseluruhan) sehingga dari semua kalangan dapat menikmatinya. Menurut

Trogen (2004: 174) Barang publik memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan

barang lainnya, yaitu:

1. Non Exlusive

Apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi

siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain,

setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Jadi semua orang, baik orang

tersebut membayar maupun tidak membayar dalam mengkonsumsi barang atau

jasa tersebut, ia tetap memperoleh manfaat.

2. Non-Rivalry

Dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu

konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen

17

Universitas Sumatera Utara


lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil

manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh oleh

orang lain.

Barang publik (public goods) dari penjelasan di atas merupakan suatu

barang yang digunakan untuk masyarakat umum dan merupakan barang-barang

yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya bahkan seseorang tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya atau menggunakannya dengan dijaga

bersama-sama.

2.2 Jalur Pedestrian

Menurut Iswanto (2006:15), jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang

untuk kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan untuk memberikan

pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran,

keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Jalur pedestrian juga dapat memicu

interaksi sosial antar masyarakat apabila berfungsi sebagai suatu ruang publik.

Jalur pedestrian tidak bisa lepas dari karakteristik aktivitas atau fungsi guna lahan

dan bangunan yang ada di sekitarnya serta faktor kelengkapan dan kondisi

elemen-elemen pendukung.

Dalam dimensi perkotaan, jalur pedestrian merupakan ruang khusus bagi

pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi

dari bahaya. Jalur pedestrian di Indonesia dikenal sebagai trotoar. Namun jalur

pedestrian memiliki kelemahan dalam melakukan perjalan jarak jauh dan

terpengaruh oleh kondisi alam (Iswanto, 2006:35).

Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, jalur pedestrian dapat dibagi

dalam pengelompokkan sebagai berikut (Iswanto, 2006:39):

18

Universitas Sumatera Utara


a. Jalur pedestrian, yaitu jalur pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur
kendaraan umum, terletak berdekatan, lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan, dan sejajar dengan lalu lintas kendaraan. Jalur ini
berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki dalam
meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan kelancaran.
b. Jalur penyebrangan, yaitu jalur pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur
menyebrang untuk mengatasi dan menghindari terjadinya tabrakan dengan
pengguna jalan lain.
c. Plazza, yaitu jalur pejalan kaki yang bersifat rekreasi sehingga pejalan kaki
dapat berhenti dan beristirahat pada kursi-kursi yang disediakan.
d. Pedestrian mall, yaitu jalur pejalan kaki yang digunakan untuk berbagai
aktivitas, misalnya berjualan maupun berjalan-jalan melihat pertokoan.

Sedangkan menurut (Priyanto,2004:86) fungsi jalur pedestrian dapat

dikelompokkan menjadi 3 macam, antara lain :

a. Full-Pedestrian Way, yaitu diciptakan dengan cara menutup ruas jalan


yang semula digunakan oleh lalu lintas kendaraan bermotor. Kualitas ruas
jalan ditingkatkan dengan pemasangan pelapis jalan, lampu, lanskap, dan
street furniture. Pejalan kaki amat diprioritaskan dibanding kendaraan
bermotor karena area ini merupakan area bebas kendaraan bermotor.
b. Transit-Pedestrian Way, yaitu dilakukan dengan cara membebaskan area
tersebut dari semua kendaraan kecuali trasportasi publik dan kepentingan
darurat. Ruang untuk pejalan kaki disediakan melalui pelebaran jalur yang
juga dilengkapi prasarana yang menunjang kenyamanan.
c. Semi-Pedestrian Way, yaitu diupayakan dengan mengurangi volume lalu
lintas kendaraan. Selain itu, permukaan jalur kendaraan disamakan dengan
jalur pejalan kaki. Perencanaan ini berorientasi kepada kepentingan
pejalan kaki dengan aturan pengurangan kecepatan bagi kendaraan
bermotor yang melintas.

Menurut Uniaty (1992:45) jalur pedestrian sebagai bagian ruang arsitektur

kota merupakan prasarana penting dalam sistem transportasi kota dan menjadi

bagian penting yang tidak terpisahkan dari transportasi kota. Penanganan jalur

pedestrian tidak sekedar menekankan pada penanganan secara kualitas dan

kuantitas fisik saja, melainkan pula penanganan non fisik yang berkaitan dengan

manusia sebagai pemakai jalur tersebut.

19

Universitas Sumatera Utara


2.5 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang

dianut dalam suatu penelitian (Sondang P. Siagian 2014:76). Definisi konsep

ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik

berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti. Untuk lebih memahami

pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan maka peneliti

membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu atau

kelompok pemerintah maupun swasta berupa seperangkat aktivitas atau

kegiatan terencana yang dilakukan secara benar-benar dan saling

menyesuaikan antara objek berikutnya untuk melaksanakan pengembangan

kebijakan dalam penyempurnaan suatu program.

3. Pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan sebagai salah

satu transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui

kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan juga merupakan proses

pertumbuhan atau kemakmuran, distribusi atau keadilan, transformasi atau

kemajuan..

4. Jalur pedestrian merupakan jalur ruang khusus yang memang dibangun untuk

para pejalan kaki dengan segala fasilitasnya seperti zebra cross, trotoar dll

yang dapat memberikan aktivitas bagi pejalan kaki agar merasa aman dan

nyaman tanpa takut tertabrak oleh kendaraan lain.

5. Barang publik (public goods) merupakan suatu barang yang digunakan untuk

masyarakat umum dan merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi

20

Universitas Sumatera Utara


siapa penggunanya bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

mendapatkannya atau menggunakannya dengan dijaga bersama-sama.

6. Implementasi kebijakan pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan yang

merupakan salah satu bagian dari perencanaan pemerintah yang memiliki

beberapa hal yaitu untuk melengkapi infrastuktur kota sebagai salah satu

destinasi upaya untuk menata kota lebih baik kedepannya maupun menarik

perhatian bagi para pejalan kaki masyarakat luar dan jalur pedestrian juga

dapat mengembalikan hak para pejalan kaki yang kini semakin berkurang

ruang untuk para pejalan kaki tersebut.

2.6 Hipotesis Kerja

Menurut Harbani Pasolong (2013:85) hipotesis adalah suatu jawaban

sementara atau dugaan sementara dimana ada kemungkinannya benar dan juga

kemungkinan salah. Hipotesis kerja adalah hipotesa yang sebenarnya, yang asli,

yang bersumber dari kesimpulan teoritik (Amirin, 2000:84). Hipotesis kerja

bertujuan untuk mengarahkan penulis dalam rangka membahas permasalahan.

Adapun penulis merumuskan hipotesis kerja dalam penelitian ini, yaitu

“Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota Medan dengan

Impelementasi Model Van Meter Van Horn yang meliputi standar dan sasaran

kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, komunikasi antar organisasi,

disposisi atau sikap para pelaksana, kondisi lingkungan sosial, politik, dan

ekonomi”.

21

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian secara umum merupakan rencana atau gambaran dari

suatu kegiatan yang disusun secara sistematis dan terperinci dengan pada akhirnya

akan diikuti dengan realisasi kegiatan itu sendiri dan bertujuan untuk

memecahkan suatu masalah.

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

memfokuskan masalah-masalah atau fenomena yang ada, sehingga mampu

menggambarkan dengan baik mengenai fakta dilapangan yang ada agar peneliti

memberikan informasi apa adanya.

Menurut Moleong (2006:6) penelitan kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tetang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala,

fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat/mengenai sifat

populasi atau daerah tertentu.

Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran yang nyata tentang

bagaimana keadaan dilapangan sesungguhnya. Dalam penelitian deskriptif tidak

terbatas dalam pengumpulan data saja, tapi juga analisa dan interpretasi dari data

22

Universitas Sumatera Utara


tersebut serta cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling

berhubungan dan menguji hipotesis.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini sebagai bahan dalam

menjawab permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Medan, dan Dinas Perhubungan Kota Medan yang beralamat di Jl. Pinang Baris,

Lalang, Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara untuk pemecahan rumusan

masalah bagaimana Implementasi Kebijakan Jalur Pedestrian di Kota Medan.

Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena peneliti mengamati

bahwa jalur pedestrian yang seharusnya disediakan untuk para pejalan kaki justru

malah disalahgunakan oleh para pengendara sepeda motor, PKL (pedagang kaki

lima), parkir liar dan pemasangan tiang spanduk atau reklame.

3.3 Informan Penelitian

Dalam memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian, maka dapat diperoleh melalui informan penelitian. Dalam penelitian

kualitatif subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan

secara sengaja. Subjek penelitian ini lah yang menjadi informan yang akan

memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan selama proses penelitian.

Informan penelitian adalah implementor dari kebijakan yang memahami informasi

yang berkaitan dengan objek penelitian (Suyanto, 2005:108).

Untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai masalah yang sedang

dibahas maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive

sampling dalam menentukan informan penelitiannya.

23

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penjelasan mengenai teknik pengambilan sampel diatas, maka

yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No. Status Informan Informasi Yang Dibutuhkan Jumlah

1 Kepala Sub Bidang Pemb. Informasi terkait kebijakan 1


ataupun peraturan-peraturan
Jalan Dinas PU Kota
dalam implementasi kebijakan
Medan pembangunan jalur pedestrian
di Kota Medan yang meliputi
sejauh mana standar dan
sasaran kebijakan terukur ,
apakah sebuah program
didukung sumberdaya, baik
sumberdaya fisik maupun
sumberdaya non fisik, sejauh
mana hubungan antar
organisasi, apakah letak sebuah
kebijakan sudah tepat, sejauh
mana kelompok-kelompok
kepentingan memberikan
dukungan bagi implementasi
kebijakan, serta bagaimana
respon implementor terhadap
kebijakan.
2 Kepala Seksi Perencanaan Informasi terkait dengan peran 1
serta sebagai penggerak
dan Pemeliharaan Sarana
pembangunan jalur pedestrian
& Prasarana Dinas di Kota Medan yang meliputi
sejauh mana standar dan
Perhubungan Kota Medan
sasaran kebijakan terukur ,
apakah sebuah program
didukung sumberdaya, baik
sumberdaya fisik maupun
sumberdaya non fisik, sejauh
mana hubungan antar
organisasi, apakah letak sebuah
kebijakan sudah tepat, sejauh
mana kelompok-kelompok
kepentingan memberikan
dukungan bagi implementasi
kebijakan, serta bagaimana
respon implementor terhadap
kebijakan.
3 Kepala Sub Bidang Informasi terkait dengan peran 1
serta sebagai penggerak
Pertamanan dan
pembangunan jalur pedestrian

24

Universitas Sumatera Utara


Penerangan Dinas yang meliputi sejauh mana
standar dan sasaran kebijakan
Kebersihan dan
terukur, apakah sebuah
Pertamanan Kota Medan program didukung
sumberdaya, baik sumberdaya
fisik maupun sumberdaya non
fisik, sejauh mana hubungan
antar organisasi, apakah letak
sebuah kebijakan sudah tepat,
sejauh mana kelompok-
kelompok kepentingan
memberikan dukungan bagi
implementasi kebijakan, serta
bagaimana respon implementor
terhadap kebijakan.
4 Masyarakat sebagai Informasi terkait dengan para 12
pengguna jalan dan tingkat
pengguna jalan jalur
kepuasan atas semua prosedur
pedestrian pembangunan maupun fasilitas
di jalur pedestrian yang
meliputi seberapa besar
manfaat yang dirasakan dari
kebijakan, masalah dan
kesulitan yang dihadapi oleh
para pengguna jalan yang
melewati jalur pedestrian
tersebut,dan bagaimana kondisi
lingkungan sosial,politik dan
ekonomi yang dirasakan
pejalan kaki tersebut.
Jumlah 15

( Tabel 1. Matriks Informan Penelitian )

Dari informan di atas, diharapkan nantinya akan mendapatkan informasi

lebih banyak mengenai Pembangunan jalur pedestrian khususnya di Kota Medan.

Melalui informan peneliti mendapat informasi lebih rinci mengenai Implementasi

Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota Medan.

25

Universitas Sumatera Utara


3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data, dengan menggunakan multi sumber bukti

(triangulasi) yang artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal ini yang

digunakan adalah obeservasi, partisipatif, wawancara dan dokumentasi untuk

sumber data yang sama (Sugiyono, 2012:83). Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah metode yang digunakan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau

pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara yang

dilakukan termasuk wawancara yang mendalam dengan terlibat secara

tatap muka dengan menggunakan wawancara yang bersifat semi struktur.

Alat yang digunakan dalam metode wawancara ini adalah pedoman

wawancara.

b. Observasi

Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung terhadap fenomena-fenomena yang menjadi objek penelitian dan

mencatat segala gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk

mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan

dengan topik penelitian. Alat yang akan digunakan dalam metode

observasi adalah pedoman observasi. Adapun yang akan diamati dalam

penelitian ini adalah bagaimana pelayanan pemerintah terhadap

pembangunan jalur pedestrian.

26

Universitas Sumatera Utara


c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yang ada dalam lokasi penelitian serta

sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data dengan

menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusun dalam satu-satuan, yang

kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data

serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar

peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006:247).

Menurut Miles dan Hubernman (Sugiyono, 2007:243), terdapat beberapa

langkah dalam melakukan analisis data, yaitu :

1. Kodifikasi/Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

dan memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan

mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Setelah

langkah pertama selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data

dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif, bagan maupun dalam

27

Universitas Sumatera Utara


bentuk tabel sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

merubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada awal didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Dalam mendapatkan hasil penelitian yang baik, perlu dilakukan validitas

(pengabsahan) data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode

triangulasi data. Triangulasi adalah salah satu cara mendapatkan data yang

benar-benar absah dengan menggunakan metode ganda (Bachri Bachtiar,

2010:56). Adapun macam-macam triangulasi antara lain :

1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandiingkan/mencek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang
berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan
wawancara.
2. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan
atu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.
3. Triangulasi Teori
Triangulasi teori adalah memanfaatkan dua teori atau lebih untuk diadu
dan dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan penelitian, pengumpulan
data dan analisis data yang lebih lengkap.
4. Triangulasi Peneliti
Triangulasi peneliti adalah denga menggunakan lebih dari satu peneliti
dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing
peneliti mempunyai gaya,sikap dan persepsi yang berbeda dalam

28

Universitas Sumatera Utara


mengamati suatu fenomena. Maka hasil pengamatan dapat berbeda dala
mengamati fenomena yang sama.
5. Triangulasi Metode
Triangulasi metode adalah usaha memeriksa keabsahan temuan peneliti.
Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.

Seluruh metode triangulasi tersebut digunakan penulis dalam analisis data

dan melakukan penelitian. Triangulasi sumber data dalam penelitian ini

membandingkan antara apa yang dikatakan secara umum dan apa yang dikatakan

secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

Triangulasi waktu digunakan untuk mendapatkan data yang benar melalui

observasi peneliti perlu mengadakan pengamantan tidak hanya satu kali

pengamatan saja. Triangulasi teori di gunakan untuk mendapatkan hasil yang

lebih komprehensif melalui keterpaduan teori yang digunakan. Triangulasi

peneliti digunakan untuk mempermudah analisis data melalui banyak perspektif.

Triangulasi metode digunakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan

pengecekan secara menyeluruh sehingga menemukan data yang absah.

29

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan berbagai data yang diperoleh selama

penelitian di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Dinas Perhubungan Kota

Medan, Dinas Pertamanan Kebersihan Kota Medan dan penelitian di lapangan.

Dalam memperoleh data dari ketiga dinas tersebut, peneliti menggunakan

pengumpulan data baik melalui wawancara dan juga observasi langsung. Data

yang telah diperoleh peneliti akan dianalisis menggunakan teknik analisis

kualitatif dengan menyajikan data dan kemudian menarik kesimpulan berdasarkan

informasi yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini.

4.1 Deksripsi Sejarah

4.1.1 Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Gambar 4.1 Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

(Sumber: Dokumentasi Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, 2019)

Sejarah Dinas Pekerjaan Umum tidak terlepas dari sejarah perjuangan

bangsa dan tatanan politik yang berkembang sejak proklamasi 17 Agustus 1945.

30

Universitas Sumatera Utara


Sejak berdirinya Pemerintahan Republik Indonesia sampai sekarang, kementerian

atau departemen disertai tugas untuk menangani masalah perencanaan

pembangunan infrastruktur menuju daerah-daerah terpencil dengan

memperhatikan aksesibilitas daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : KEP/150/A/KPTS/1966, maka pada tanggal 3 Desember

1966 ditetapkan sebagai Hari Kebaktiaan Pekerjaan Umum atau lebih dikenal

dengan Hari Bakti. Pembangunan daerah pada periode awal dimana disebutkan

pada Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perencanaan Strategis merupakan

suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu

1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi,

peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan juga merupakan unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang

baik sesuai dengan visi dan misi organisasi (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum :

2019).

4.1.2 Visi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian

sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. (Wibisono,

2006:43). Visi Dinas Pekerjaan Umum sumut sebagai institusi teknis yang

melaksanakan pembangunan daerah dituntut untuk meningkatkan kinerja

organisasi agar tujuan-tujuan pembangunan dapat dirumuskan dan dicapai secara

efektif dan efisien. Keberhasilan pembangunan daerah sangat ditentukan oleh

kinerja Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan implementasi teknis

pembangunan dan sebagai faktor kunci dari pencapaian tujuan-tujuan

31

Universitas Sumatera Utara


pembangunan. Salah satu langkah adalah rumusan visi organisasi agar setiap

anggota di dalam organisasi tersebut dapat memahami arah dan tujuan

organisasi yang ingin dicapai bersama. Visi dapat mengantisipasi tantangan ke

depan menuju kondisi yang diinginkan organisasi sesuai dengan tuntutan

paradigma baru pembangunan, maka Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

menyatakan Visi adalah sebagai berikut : ”Terwujudnya daya dukung

Infrastruktur yang handal dalam menunjang perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat sumut”.

4.1.3 Misi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Untuk dapat mewujudkan Visi Dinas Pekerjaan Umum maka dirumuskan

Misi Dinas Pekerjaan Umum sumut mengidentifikasi apa dan untuk siapa

organisasi serta produk apa yang dihasilkan. Berdasarkan tugas pokok dan

fungsi Dinas Pekerjaan Umum maka dirumuskan Misi Dinas Pekerjaan

Umum sebagai berikut :

1. Meningkatkan kapasitas organisasi.


2. Meningkatkan profesionalisme aparat di jajaran Dinas Pekerjaan
Umum dalam Pengelolaan Jalan, Pengairan , dan Cipta Karya.
3. Memelihara, meningkatkan dan membangun prasarana jalan
untuk melayani kebutuhan masyarakat dibidang prasarana
wilayah.
4. Memelihara, meningkatkan, merehabilitasi dan membangun sarana
dan prasarana pengairan, meliputi irigasi, embung, bending, dan
bangunan pengendali banjir guna meningkatkan produksi.
5. Mewujudkan lingkungan pemukiman yang sehat dan layak huni dan
membangun/memelihara bangunan.
6. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pembuatan
izin mendirikan bangunan.

32

Universitas Sumatera Utara


4.1.4 Tujuan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Penetapan tujuan dan sasaran didasarkan pada faktor-faktor kunci

keberhasilan. Berdasarkan uraian terebut tujuan organisasi Dinas Pekerjaan

Umum sumut adalah sebagai berikut :

Dinas Pekerjaan Umum dalam pencapaian tujuan :

1) Menyusun rencana kerja Dinas Pekerjaan Umum Daerah sumut.


2) Membina dan memotivasi peningkatan kerja.
3) Merumuskan kebijakan di bidang Pekerjaan Umum Daerah.
4) Mengkoordinasikan kerjasama di bidang pekerjaan umum dengan
Instansi terkait.
5) Memantau dan mengevaluasi kegiatan pekerjaan umum.
6) Memberi saran dan pertimbangan pada atasan dalam rangka
mengatasi masalah di bidang pekerjaan umum daerah.
7) Membuat laporan pelaksanaan di bidang Pekerjaan Umum Daerah.
8) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.

Adapun cara pencapaian tujuan merupakan strategi dari suatu organisasi

untuk dapat merealisasikan tujuan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

di atas, Dinas Pekerjaan Umum menyusun strategi kebijakan, program dan

kegiatan.

4.1.5 Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 15 tahun 2016 tentang

Pembentukan Perangkat Daerah Kota Medan dan Peraturan Wali Kota Medan No.

1 tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan

Tata kerja Perangkat Daerah, Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan mempunyai

tugas dan fungsi sebagai berikut :

A. Tugas

Membantu Wali Kota melaksanakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan

umum, penerangan dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah,

drainase, jalan dan jasa konstruksi

33

Universitas Sumatera Utara


B. Fungsi

~ Perumusan kebijakan urusan pemerintah bisang pekerjaan umum,

penerangan dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah,

drainase, jalan dan jasa konstruksi.

~ Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintah bisang pekerjaan umum,

penerangan dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah,

drainase, jalan dan jasa konstruksi.

~ Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang

pekerjaan umum, penerangan dan sub urusan sumber daya air, air

minum, air limbah, drainase, jalan dan jasa konstruksi.

~ Pelaksanaan administratif dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

~ Pelaksanaan tugas pembantuan berdasarkan atas peraturan perundang-

undangan.

~ Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh wali kota terkait dengan

tugas dan fungsinya. (Perwali No.1 Tahun 2017 pasal 18)

4.1.6 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

(Sumber: Pekerjaan Umum Kota Medan, 2019)

34

Universitas Sumatera Utara


4.2 Dinas Perhubungan Kota Medan

4.2.1 Sejarah Dinas Perhubungan Kota Medan

Gambar 4.2 Kantor Dinas Perhubungan Kota Medan

(Sumber: Kantor Dinas Perhubungan Kota Medan, 2019)

Sebagai gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Medan sebelum tahun

2002 semula bernama Cabang Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR)

yang berada di bawah induk Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR)

Tingkat I Provinsi Sumatera Utara yang kemudian diubah namanya menjadi Dinas

Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No.32 Tahun 2002 tentang penyerahan sebagian wewenang pemerintah pusat

tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota

yang sampai sekarang dikenal dengan nama Dinas Perhubungan Kota Medan.

4.2.2 Visi Dinas Perhubungan Kota Medan

Visi Dinas Perhubungan mewujudkan penyelenggaran pelayanan

perhubungan yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam

upaya menciptakan masyarakat yang beriman, maju, mandiri, mapan dan

berkeadilan di dalam kebhinekaan yang didukung tata pemerintahan yang baik.

35

Universitas Sumatera Utara


4.2.3 Misi Dinas Perhubungan Kota Medan

Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan

eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada

masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa (Wibisono, 2006:46). Yang menjadi

Misi dari Dinas Perhubungan Kota Medan adalah:

a. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, baik aparatur


b. Mewujudkan sistem angkutan massal terpadu.
c. Menyediakan aksesibilitas transportasi bagi semua golongan.
d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja pelayanan transportasi.
e. Mempromosikan transportasi yang tertib, selamat dan ramah.

4.2.4 Tujuan Dinas Perhubungan Kota Medan

Adapun tujuan dari Dinas Perhubungan ini adalah untuk mewujudkan

pelayanan yang baik di bidang perhubungan yang semakin maju agar dapat terus

memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemajuan Ilmu dan Tekhnologi

yang berlaku.

4.2.5 Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan

A. Tugas

Dinas Perhubungan mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan

urusan pemerintahan bidang perhubungan yang menjadi kewenangan daerah dan

tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah kota. Sesuai dengan Peraturan

Walikota Medan No 63 Tahun 2017, tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Perhubungan Kota Medan, telah diatur tugas dan fungsi Dinas Perhubungan

Kota Medan. Dinas merupakan unsur pelaksanaan pemerintah daerah, yang

dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok

36

Universitas Sumatera Utara


melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang perhubungan berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan.

B. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Dinas Perhubungan menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang perhubungan;


b. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang perhubungan;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
perhubungan.
d. Pelaksanaan administratif Dinas Perhubungan sesuai dengan lingkup
tugasnya.
e. Pelaksanaan tugas pembantuan berdasarkan atas peraturan perundang-
undangan.
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan
tugas dan fungsinya.

4.2.6 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan

(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan, 2019)

37

Universitas Sumatera Utara


4.3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

4.3.1 Sejarah Singkat Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

Gambar 4.3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan,2019)

Berdasarkan keputusan Walikota Medan tentang Pembentukan Perangkat

Daerah Kota Medan pada Pemerintahan kota Medan Nomor 15 Tahun 2016

Susunan Perangkat Daerah Kota Medan mengubah dan menggabungkan beberapa

dinas di Kota Medan termasuk merubah Dinas Kebersihan dan Dinas Pertamanan

kota medan dengan menggabungkan kedua Dinas tersebut menjadi “Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan”. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Medan selanjutnya disahkan oleh Walikota Medan Dzulmi Eldin pada

tanggal 12 Januari 2017.

Kantor Dinas Pertamanan yang sebelumnya berada di jalan Pinang Baris

No 144 Medan, yang juga bersebelahan dengan kantor Dinas Kebersihan. Saat ini

Dinas Pertamanan berpindah kantor atau bergabung ke kantor Dinas Kebersihan

di jalan Pinang Baris No 144 Medan. Segala bentuk tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan Tata Kerja setiap pegawai Dinas Kebersihan

38

Universitas Sumatera Utara


dan Pertamanan Kota Medan diubah kembali dalam Peraturan Walikota Medan

Nomor 1 tahun 2017 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi,

dan Tata Kerja pada Bagian Ketujuh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Paragraf 1

Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 30, Paragraf 2 Susunan Organisasi pada

Pasal 31 dan Pasal 32.

4.3.2 Visi Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Medan

Dinas Kebersihan dan Dinas Pertamanan Kota Medan diarahkan menuju

visi terwujudnya Kota Medan yaitu :

1. Bersih
• Terpeliharanya kebersihan jalan dan lingkungan, yang dilakukan secara
sinergi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat.
• Tereduksinya timbulan sampah melalui penerapan 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat hulu atau rumah
tangga dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
• Terkelolanya sampah pada Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sesuai
prinsip - prinsip sanitasi lingkungan yang baik dengan menerapkan
teknologi tepat guna dan ramah lingkungan.
•Terkelolanya air limbah rumah tangga dan lumpur tinja secara baik dalam
rangka meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan.

2. Hijau
• Terwujudnya kondisi Kota Medan dengan keanekaragaman
vegetasi/tanaman yang tersebar di seluruh wilayah Kota Malang melalui
pemanfaatan dan pengoptimalan ruang - ruang publik yang tersedia
sebagai pensuplai oksigen dan pengikat gas karbon.
• Tumbuhnya kesadaran segenap elemen masyarakat untuk melakukan
penanaman dan penganekaragaman tanaman di ruang - ruang privat
sebagai upaya mendukung penghijauan kota dan pelestarian lingkungan.

3. Nyaman
• Tersedianya penerangan jalan umum dan jalan lingkungan yang
memadaidalam rangka meningkatkan keselamatan dan menciptakan
kenyamanan penggunajalan dan laju perekonomian serta optimalisasi
tampilan keindahan kota di malam hari.
• Tersedianya dekorasi dan ornamen kota yang menarik, semarak dan
memadai dalam rangka penguatan karakter Kota Medan dengan
memperhatikan nilai-nilai lokal.
• Terlaksananya pelayanan pemakaman yang memudahkan masyarakat dan
pemeliharaan lahan makam secara optimal dalam rangka mewujudkan
kondisi pemakaman yang tertata.

39

Universitas Sumatera Utara


• Tersedia dan terpeliharanya Ruang Terbuka Hijau (RTH), baik yang turut
difungsikan sebagai taman kota, hutan kota, lahan resapan, maupun fungsi
penghijauan lainnya.
• Tersedianya daya dukung yang dibutuhkan dalam rangka optimalisasi
penyediaan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
• Terciptanya lingkungan yang indah, teduh, sejuk dan segar selaras dengan
upaya peningkatan kelestarian lingkungan.

4.3.3 Misi Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Medan

Misi gabungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan antara lain yaitu:

1. Meningkatkan pengelolaan persampahan dari sumber sampai pemrosesan


akhir dan pengelolaan air limbah rumah tangga secara terpadu dan
berkelanjutan.
2. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan ketersediaan daya dukung RTH
(Ruang Terbuka Hijau) berbasis masyarakat pada taman kota, hutan kota
dan pemakaman.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pemerataan penerangan jalan umum
dan dekorasi kota untuk mendukung penguatan karakter kawasan kota.

4.3.4 Tujuan Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Medan

Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan merupakan

sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu kedepan.

Adapun tujuan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan adalah sebagai

berikut :

a. Menciptakan aparat yang berkualitas, aktif, bersih dan berwibawa


b. Meningkatkan kinerja aparat dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat
c. Meningkatkan profesionalisme aparat dan proses kaderisasi
d. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan penyediaan sarana
dan prasarana baik untuk keperluan rekreasi maupun kegiatan ekonomi
e. Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang peranan Dinas
Pertamanan bagi masyarakat
f. Mewujudkan Kota Medan sebagai kota taman yang memberikan
kenyamanan bagi masyarakat
g. Mewujudkan Kota Medan sebagai kota yang indah, rapi dan asri melalui
penataan taman dan periklanan
h. Mewujudkan rasa aman bagi masyarakat yang ada di Kota Medan.

40

Universitas Sumatera Utara


4.3.5 Tugas dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

A. Tugas

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Medan merupakan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/OPD yang memiliki tugas pokok

melaksanakan urusan pelaksanaan pemerintahan bidang pekerjaan umum

sub urusan kebersihan, pengelolaan sampah dan pertamanan.

B. Fungsi

Setelah menyatunya antara Dinas Kebersihan dan Dinas

Pertamanan maka sekarang ini fungsi keduanya disatukan Dalam

Peraturan Walikota Medan Nomor 1 tahun 2017 Tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Bagian Ketujuh Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Medan Paragraf

ke 1 Pasal 30, Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Dinas Kebersihan dan

Pertamanan sebagai berikut:

1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan unsur pelaksana urusan

pemerintahan bidang pekerjaan umum sub urusan kebersihan,

pengelolaan sampah, dan pertamanan.

2. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah.

3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mempunyai tugas membantu Wali Kota melaksanakan urusan

pemerintahan bidang pekerjaan umum sub urusan kebersihan,

pengelolaan sampah, dan pertamanan.

41

Universitas Sumatera Utara


4. Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud pada ayat 3 menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum


sub urusan kebersihan, pengelolaan sampah, dan pertamanan
b. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum
sub urusan kebersihan, pengelolaan sampah, dan pertamanan
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
pekerjaan umum sub urusan kebersihan, pengelolaan sampah dan
pertamanan.
d. Pelaksanaan administratif dinas sesuai dengan lingkup tugasnya .
e. Pelaksanaan tugas pembantuan berdasarkan atas peraturan perundang
undangan.
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wali Kota terkait
dengantugas dan fungsinya.

4.3.6 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Medan

(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan, 2019)

4.4 Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Di Kota

Medan

Pada tahapan kebijakan publik, implementasi kebijakan publik merupakan

tahapan yang penting dan harus dilalui demi mencapai hasil dari suatu kebijakan.

Implementasi kebijakan publik merupakan pelaksanaan atau eksekusi dari suatu

42

Universitas Sumatera Utara


kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berupa peraturan perundang-

undangan sehingga tujuan dari kebijakan publik itu akan tercapai apabila dilalui

dengan tahapan pelaksanaan atau implementasi. Pada tahapan implementasi ini,

tentunya akan ditemukan variabel-variabel terkait keberhasilan atau kegagalan

dalam pelaksanaan implementasi kebijakan akan sangat membantu untuk

perbaikan dan penyempurnaan tahapan implementasi kebijakan di masa yang akan

datang.

Pada penelitian ini, data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa

penggambaran/deskripsi kata-kata dan tindakan informan yang diwawancarai

Adapun sumber utama tersebut yaitu peneliti mencatat semua informasi dalam

transkrip wawancara, observasi dan dokumentasi, selanjutnya sebagian besar

didokumentasikan melalui alat perekam dan kamera handphone yang peneliti

gunakan selama proses wawancara berlangsung. Peneliti juga menggunakan data

dokumentasi yang berada di unit pelaksanaan penelitian, yaitu Dinas Pekerjaan

Umum, Dinas Perhubungan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan.

Pada bab pembahasan ini, peneliti menggunakan teori yang disampaikan

oleh Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn bahwa implementasi kebijakan

publik digunakan untuk menganalisis program-program pemerintah yang bersifat

desentralisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan

kebijakan. Akan tetapi, dalam pembuatan kebijakan, seharusnya pemerintah

mengkaji apakah kebijakan tersebut memang diperlukan masyarakat atau tidak

sehingga kebijakan publik tersebut akan berpihak kepada masyarakat yang

nantinya akan memberikan dampak yang positif kepada mereka, bukan malah

merugikannya. Proses pengkajian implementasi kebijakan menurut Donald S. Van

43

Universitas Sumatera Utara


Meter dan Carl E. Van Horn memiliki 6 (enam) variabel yang merupakan faktor

terkait dalam implementasi kebijakan, yakni Standar dan Sasaran Kebijakan,

Sumberdaya, Hubungan antar organisasi, Karakteristik agen pelaksana, Kondisi

sosial, politik dan ekonomi, dan Disposisi implementor.

4.4.1 Standar dan Sasaran Kebijakan (ukuran dasar dan tujuan kebijakan)

Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2009:56) menjelaskan

standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.

Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi

dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

Kondisi atau sasaran yang ingin di capai dari pembangunan jalur

pedestrian ini dengan meningkatnya pelayanan yang baik bagi masyarakat

terutama pada tahap pembangunan jalur pedestrian guna untuk memberikan

kenyamanan sekaligus melindungi pejalan kaki dari kendaraan yang melintas.

Pembangunan jalur pedestrian bagi masyarakat sebagai akses jalan bagi

masyarakat juga untuk pemenuhan kebutuhan ruang publik, penerapan konsep

urban desain yaitu, pembangunan yang tidak hanya fokus pada jalur pejalan kaki

saja, akan tetapi juga disertai fasilitas pendukung seperti taman-taman dan lampu

penerangan jalan umum. Bahkan, demi kenyamanan pejalan kaki saat beristirahat

sejenak di perjalanan, juga disediakan bangku taman. Sarana dan fasilitas

pendukung itu tentu saja akan menambah estetika Kota Medan, jalanan akan

terlihat lebih indah dan tertata rapi, sehingga akan membuat betah para pejalan

kaki baik masyarakat lokal maupun Non-lokal.

Standar dan tujuan pelaksanaan Pembangunan Jalur Pedestrian mengacu

kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.3/PRT/M/2014. Peraturan

44

Universitas Sumatera Utara


Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan

Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri ini bertujuan agar pembangunan Jalur Pedestrian ini dapat

dilaksanakandengan tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan akuntabel.

Pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian dilaksanakan oleh Dinas

Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Medan sebagai penanggung jawab sekaligus pengelola pembangunan jalur

pedestrian serta masyarakat untuk mendukung berjalannya kebijakan ini di Kota

Medan. Tepat atau tidaknya suatu sasaran kegiatan sangat tergantung pada proses

pelaksaan kegiatan tersebut dan hasil yang diharapkan dari program yang telah

ditentukan. Dalam pembangunan jalur pedestrian ini ketiga Dinas juga mengikuti

pedoman Peraturan Menteri Pekerjanan Umum No.3/PRT/M/2014 Tentang

Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan

Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.

45

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penjelasan mengenai pembangunan jalur pedestrian, maka

pendataan pembangunan jalur pedestrian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Lokasi Pembangunan Jalur Pedestrian Kota Medan

No. Lokasi

1. Jalan Balai Kota

2. Jalan Raden Saleh

3. Jalan Imam Bonjol

4. Jalan Maulana Lubis

5. Jalan Perniagaan

6. Jalan Gatot Subroto

7. Jalan Jenderal Sudirman

8. Jalan T. Cik Ditiro (Taman Beringin)

9. Taman Segitiga

10. Jalan Uskup Agung

11. Jalan Diponogoro

(Sumber : Dokumentasi Pekerjaan Umum : 2019)

Dari tabel di atas, terdapat beberapa titik ruas jalur pedestrian yang di

bangun oleh ketiga OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang setiap pekerjaanya

meliputi 3 Dinas yaitu Dinas Pekerjaan Umum yang menangani bidang

konstruksi, Dinas Perhubungan Kota Medan yang menangani desain jalur

pedestrian dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang menangani bagian fasilitas

umum yang saat ini dapat di rasakan oleh masyarakat yang menggunakan jalur

pedestrian tersebut.

46

Universitas Sumatera Utara


Pembangunan jalur pedestrian sudah terlaksana melalui ketiga Dinas kota

medan dan sebelumnya juga telah dilakukan pendataan di titik penempatan jalur

pedestrian yang telah di bangun di Kota Medan. Dikatakan tepat sasaran karena

sebelumnya dinas telah melakukan pendataan pembangunan jalur pedestrian di

Kota medan. Selanjutnya, Dinas Pekerjaan Umum dibantu oleh dinas lain

sehingga pembangunan jalur pedestrian benar-benar tepat sasaran. Mereka juga

melihat mana tempat yang memang harus di bangun terlebih dahulu agar

memperindah tatanan Kota Medan. Ketiga OPD ini juga berperan penting dalam

ketepatan sasaran jalur pedestrian ini.

“Untuk standar pembangunan jalur pedestrian para pelaksana sudah


mengikuti standar yang di berikan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dengan melakukan verifikasi sehingga tujuan dari
pembangunan Jalur Pedestrian tercapai. Hal ini bisa dilihat dari
pembangunan Jalur Pedestrian Kota Medan yang sebelumnya sudah
pernah di bangun namun belum secara merata hanya baru beberapa
titik saja yang telah di bangun.” (Wawancara Muhammad Muda
Adha, Kepala Sub Bidang Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Medan. 15 Maret 2019).

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembangunan jalur pedestrian

sudah tepat sasaran dan dapat di rasakan oleh masyarakat. Sehingga apa yang di

rasakan oleh masyarakat juga membuat pemerintah puas dengan apa yang mereka

bangun untuk Kota Medan hanya saja belum terealisasi secara keseluruhan.

“Mengenai sasaran sudah dibicarakan tadi di awal, untuk sekarang


saya rasa sudah tepat sasaran yang kami bangun, ya semaksimal
mungkin pembangunan jalur untuk pejalan kaki akan bangun bukan
hanya di beberapa titik saja, bahkan tempat yang tidak terpandang
juga akan kita bangun atau yang sudah dibangun dapat kami
perbaharui lagi agar nantinya masyarakat dapat merasakan
kenyamanan pelayanan Pemerintah Kota Medan.” (Wawancara
Muhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang Pembangunan Jalan
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. 15 Maret 2019).

47

Universitas Sumatera Utara


Peneliti melihat bahwa implementor pembangunan jalur pedestrian ini

sudah mencapai tahap maksimal akan tetapi belum sepenuhnya mereka fokus

dalam pembangunan jalur pedestrian tersebut. Seharusnya mereka mengerti

tentang adanya pembangunan jalur pedestrian yang harus di prioritaskan untuk

masyarakat terutama bagi masyarakat lokal. Konsep dan tujuan pembangunan

jalur pedestrian yakni sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki yang terpisah dari

sirkulasi kendaraan lainnya, baik kendaraan bermotor atau tidak, serta dapat

memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan

kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki (Hasil Wawancara 15

Maret 2019).

Sebagai bentuk fisik, jalan berperan sebagai produk keluaran yang dapat

mewadahi kebutuhan sirkulasi manusia dan di rancang baik bagi efisiensi

penggunaannya agar lebih cepat mencapai tujuan serta terhindar dari keruwetan

sebuah akses jaringan dan sirkulasi.

“ Perhatian khusus harus diberikan kepada jalan karena ia adalah ruang

khalayak terpenting di kota, bukan hanya luas keselurahannya, akan tetapi juga

karena ia dominan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya semata-mata sebagai

sarana angkutan, tetapi juga sebagai ruang sosial-budaya. Ini mencakup antara

lain kenyamanan dan keamanan, berjalan kaki, bersepeda, dan moda angkutan

lainnya yang “lambat” (yang baik untuk interaksi sosial)” (Kusumawijaya,

2006:102).

Pendapat ahli tersebut karena sebagai bentuk sosial dan budaya, jalan

berperan sebagai ruang yang mempertemukan manusia dengan segala keragaman

perbedaan dan kepentingan yang terkondisikan dalam konteks waktu dan

48

Universitas Sumatera Utara


keruangan yang sama. Keberadaan yang sejajar (setiap warga kota) dalam

penggunaan media jalan memberikan suatu kondisi untuk dapat mampu

memberikan penerimaan akan segala kejadian yang berlangsung dalam rutinitas

kesehariannya di dalam kota. Pola rutinitas yang tetap berulang untuk dijalani

setiap harinya (pembiasaan) akan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam

kehidupan bermasyarakat untuk dapat memahami bentuk ideal sebuah kota. Hal

ini membuat jalan mengambil posi sebagai salah satu ruang publik yang paling

potensial.

Menurut Direktorat Jedral Perhubungan Darat (1999 : 1) menekankan hal

yang sedikit berbeda, dengan menyatakan bahwa pejalan kaki adalah bentuk

trasportasi vital di dalam kota. Pejalan kaki sendiri memiliki ketentuan sebagai

berikut : (1) Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil menuju tempat tujuan

(2) Mereka yang menuju atau turun dari angkutan umum sebagian besar masih

memerlukan kegiatan berjalan kaki (3) Mereka yang melakukan perjalanan kurang

dari 1 kilometer (km), sebagian besar dilakukan dengan berjalan kaki.

Dari definisi di atas jika kita kaitkan dengan pembangunan jalur

pedestrian tentu tidak sejalan, karena setiap masyarakat memiliki status sebagai

pejalan kaki atau pedestrian asal menggunakan fasilitas pejalan kaki dengan

sebagaimana mestinya. Dari kategori diatas, pembentukan fasilitas pejalan kaki

harus direncakan untuk menampung beragam kebutuhan yang harus dipenuhi dari

prasyarat ruang publik yang baik. Seperti hanya dapat kita lihat bahwa apabila

jalur pedestrian dapat digunakan dengan layak agar warga kota akan mendapatkan

pengenalan lebih akan kondisi urban terkait kota yang ditinggalinya.

49

Universitas Sumatera Utara


Kawasan perkotaan/urban merupakan wilayah penting yang mempunyai

kegiatan utama dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial, dan kegiatan ekonomi. Giovany Gideon (1977 : 61) mengartikan bahwa

berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi

kawasan satu dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya,

dan kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi

lebih manusiawi. Dengan demikian jalur pedestrian terdapat sebuah sarana untuk

melakukan kegiatan, terutama untuk melakukan aktivitas di kawasan perdagangan

dimana pejalan kaki memerlukan ruang yang cukup untuk dapat melihat-lihat,

sebelum menentukan untuk memasuki salah satu pertokoan di kawasan

perdagangan tersebut. Namun disadari pula bahwa moda ini memiliki

keterbatasan juga, karena kurang dapat untuk melakukan perjalanan jarak jauh,

peka terhadap gangguan alam, serta hambatan yang diakibatkan oleh lalu lintas

kendaraan.

Pendapat ahli tersebut menarik karena masyarakat yang tinggal di

perkotaan yang merasakan langsung bagaimana tingkat kenyamanan yang

disediakan oleh pemerintah tetapi pada kenyataannya pelayanan yang di berikan

oleh pemerintah belum cukup memadai karena masyarakat belum merasakan

kenyamanan yang utuh dari pemerintah yang mengimplementasikan

pembangunan tersebut. Teori ini bagus sekali tetapi hal tersebut justru belum

membuat masyrakat nyaman dengan pembangunan jalur pejalan kaki, hal ini

justru berbeda pendapat dengan pemerintah dan apa yang dirasakan oleh

masyarakat.

50

Universitas Sumatera Utara


Konsep pembangunan jalur pedestrian yang sesungguhnya ialah

bagaimana masyarakat dapat secara langsung merasakan apa yang dibangun oleh

pemerintah, karena semakin memberikan rasa nyaman dan aman bagi pejalan

kaki, maka jalur pedestrian tersebut telah berhasil sebagaimana fungsi dan

penerapannya. Hal ini tentunya, para pengambil kebijakan dalam persoalan

pedestrian yang kerap dianggap sepele, bahkan jarang terpikirkan dalam proses

perencanaan pembangunan wilayah, bisa dianggap sebagai para visioner yang

memahami kebutuhan wilayah yang manusiawi. Jalur pedestrian, terutama di

wilayah perkotaan yang semakin dipadati oleh industri, permukiman, lalu lintas

kendaraan, menjadi penting keberadaannya. Selain sebagai bentuk kepedulian

pemerintah kepada warganya yang memilih menjadi pejalan kaki dalam

beraktivitasnya, juga sebagai bentuk penyeimbang kondisi kota yang biasanya

gersang dikarenakan pepohonan di pinggir jalan dipangkas untuk kepentingan

pertumbuhan kota. Hal tersebut tentu telah lari dari apa yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

Terdapat masalah dimana dalam tahap pembangunan jalur pedestrian

yang seharusnya dilakukan dengan lancar, justru mereka belum membuat konsep

desain yang tertata dengan baik sebagaimana yang dapat di lihat disejumlah ruas

pinggir jalan yang dibangun. Seperti halnya yang di katakan oleh kepala seksi

perencanaan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dinas perhubungan kota

medan.

“Pembuatan konsep jalur pedestrian ini sangat rumit ya, karena


selain kami memikirkan tata letak untuk bagian tranportasi dimana
untuk lahan parkir kami juga pastinya lebih mendahulukan untuk
para pejelan kaki ya, tapi ya bisa dilihat lah sebagian besar sudah
banyak kami bangun untuk jalur pedestrian ya walaupun belum
maksimal dengan apa yang kami kerjakan.” (Wawancara Kesmedi

51

Universitas Sumatera Utara


Dagobert Sianipar, Kasi. Perencanaan Pembangunan dan
Pemeliharaan Prasarana Dinas Perhubungan Kota Medan. 13 Maret
2019).

Hal senada juga di sampaikan oleh Bapak Supriadi selaku Kepala Bidang

Pertamanan dan Penerangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan,

beliau mengatakan :

“Tanggapan saya mengenai konsep desain jalur pedestrian


sebenarnya memang harus difikirkan jauh matang-matang ya bukan
asal buat gitu aja sebenarnya, apalagi kan inti dari pembangunan itu
kan mendesain dulu seperti yang dilakukan oleh dinas perhubungan,
barulah dinas lain yang terkait juga bisa bergerak, dan terutama
dinas kebersihan dan pertamanan ya memang harus di tata sebaik
mungkin bagaimana fasilitas itu berguna yang semestinya agar
masyarakat merasakan kenyamanan walaupun bukan masyarakat
maupun wisatawan dari dalam kota/negara.” (Wawancara Supriadi,
Kepala Bidang Pertamanan dan Penerangan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Medan. 12 Maret 2019).

Peneliti melihat bahwa terdapat kendala pada konsep yang dibuat oleh

para implementor dimana mereka juga harus memikirkan tata letak yang pas dan

cocok agar konsep desain jalur pedestrian yang mereka bangun untuk sekarang

dan nantinya dapat di rasakan oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu ditemukan

suatu konsep yang sesuai untuk meningkatkan kenyamanan jalur pedestrian di

Kota Medan.

Dalam setiap persepsi masyarakat yang sering melalui jalur pedestrian

tersebut tentu justru punya penilaian tersendiri, seperti halnya yang di rasakan

oleh Ibu Vidy Larastira selaku masyarakat yang sering melewati jalur tersebut :

“Jalur pejalan kaki di kota medan sudah maksimal di kerjakan akan


tetapi penjagaannya itu yang kurang, karena masih banyak yang di
jadikan tempat lahan parkir, terutama tempat berjualan PKL yang
sering saya temui setiap melewati jalur ini, ya menurut saya
pemerintah harus sigap kalau ada yang melanggar peraturan baik
berjualan maupun parkir di area jalur untuk pejalan kaki.”

52

Universitas Sumatera Utara


(Wawancara Vidy Larastira, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur
Pedestrian 05 Februari 2019).

Kemudian dilanjutkan oleh Bapak Irfan Tanjung :

“Saya sendiri termasuk sering juga berjalan di jalur ini ya karena


saya bekerja juga di daerah pusat kota jadi yg saya rasakan mengenai
pembangunan jalur pedestrian ini memang belum cukup di
prioritaskan karena selain memberikan interaksi kepada masyarakat
lain dan menjadi dorongan untuk keindahan estetika kota.”
(Wawancara Irfan Tanjung, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur
Pedestrian 05 Februari 2019).

Dapat kita lihat bahwa tanggapan sebagian masyarakat pada saat

diwawancarai banyak yang merasa seolah-olah telah dibangunnya jalur pedestrian

justru dapat mengundang banyak pelaku yang tidak sadar bahwa jalur tersebut

hanya untuk para pejalan kaki saja, akan tetapi justru disalah gunakan dengan

kehendak tersendiri seperti membuat lahan parkir liar, pedagang kaki lima yang

masih berkeliaran di jalur pedestrian, dan masih banyak papan reklame yang

berada di jalur tersebut. Disini mereka (para masyarakat) yang sering berjalan di

jalur pedestrian tersebut menanggapi bahwa pemerintah harus lebih tegas lagi

dalam mentertibkan pelaku parkir liar maupun pedagang kaki lima agar

masyarakat dapat merasakan kenyamanan yang seutuhnya.

Kemudian jika di lihat dari konsep pembangunan ini, para pelaksana

sudah mengikuti pedoman yang diberikan oleh Kementerian PU dengan

melakukan observasi secara langsung dan menemukan jalur pedestrian yang harus

dibangun sehingga tujuan dari pembangunan jalur pedestrian ini tercapai. Hal ini

dapat dilihat dari sejumlah titik yang telah dibangun sejak 2016-2018 sebanyak 11

titik lokasi pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan.

53

Universitas Sumatera Utara


Berikut tanggapan dari masyarakat yang peneliti wawancarai :

“Jalur pedestrian ini kan termasuk bagian dari estetika kota dimana
jalur ini adalah tempat terjadinya sebuah interaksi sosial dan jalur
pedestrian ini juga termasuk jalur yang banyak fungsinya.”
(Wawancara Rosnani, Selaku Masyarakat Yang Melewati jalur
Pedestrian. 16 Maret 2019).

Hal senada juga disampaikan oleh masyarakat lainnya :

“Semakin adanya jalur ini dibangun justru semakin banyak


kesempatan PKL atau parkir liar berkeliaran disini.” (Wawancara
Idalia, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur Pedestrian. 16 Maret
2019).

Gambar 4.4 Proses Pengecoran Jalur Pedestrian

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019)

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa para pekerja saat ini sedang

melakukan proses pengecoran dan menyemen jalur pedestrian di Jalan Balaikota

Medan (Merdeka Walk). 1 unit mobil molen tampak mengeluarkan coran, setelah

itu para pekerja yang lain meratakan tumpukkan coran diatas permukaan tanah

yang akan dijadikan jalur pedestrian.

54

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.5 Proses Pemasangan Bata Block Jalur Pedestrian

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019)

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa para pekerja sedang melakukan

proses pemasangan bata lock jalur pedestrian di Jalan Balaikota Medan (Merdeka

Walk). Terlihat para pekerja bekerjasama dalam proses pemasangan bata block

agar dapat terselesaikan dengan cepat.

Berdasarkan hasil dokumentasi di atas, kondisi jalur pedestrian masih dalam

proses pembangunan mulai dari di cor dan di semen sampai akhir di bata block

agar jalur tersebut tetap terjaga. Para pekerja pun juga terlihat dengan gigih dalam

menyelesaikan porses pembangunan jalur pedestrian tersebut. Hal ini penting

untuk menjaga agar ruang publik dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap

kegiatan sehari-hari masyarakat Kota Medan.

55

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.6 Kondisi Jalur Pedestrian Telah Selesai di Bangun di Jalan

Balaikota Medan (Merdeka Walk)

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019)

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa kondisi jalur pedestrian telah

selesai dibangun di Jalan Balaikota Medan (Merdeka Walk). Terlihat dalam

penataan fasilitas yang telah disediakan oleh Ketiga OPD (organisasi perangkat

daerah) tersedia fasilitas seperti : 35 unit kursi besi yang telah disediakan,

beberapa lampu jalan dan beberapa hiasan pot bunga menghiasai agar masyarakat

yang melewati jalur tersebut merasa aman dan nyaman.

Berdasarkan hasil dokumentasi di atas, kondisi jalur pedestrian telah selesai

dibangun. Proses penyelesaian jalur pedestrian telah selesai dalam jangka waktu

lebih kurang selama 2 tahun dari tahun 2016-2018. Selama jalur pedestrian

dibangun adanya hambatan yang terjadi selama proses jalur pedestrian tersebut

salah satunya yaitu : parkir liar di kawasan jalur pedestrian yang dibangun,

Pemasangan Spanduk/Baleho. Jalur pedestrian yang memiliki banyak fungsi

untuk masyarakat lokal maupun non-lokal. Dan yang terpenting untuk menjaga

56

Universitas Sumatera Utara


agar ruang publik dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap aktivitas

masyarakat Kota Medan.

Sejalan dengan informan lain mengatakan :

“Ya memang jalur untuk pejalan kaki yang di bangun mulai dari
tahun 2016-2018, dan rencananya 2019 akan di lanjutkan kembali
tapi belum tau kapan kepastiannya”. (Wawancara Muhammad Muda
Adha, Kepala Sub Bidang Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Medan. 15 Maret 2019).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016-2018

proses pembangunan jalur pedestrian Kota Medan yang ditanggung jawabkan

oleh ketiga OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yaitu Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan, Dinas Perhubungan Kota Medan dan Dinas Kebersihan Pertamanan

Kota Medan dan dari ketiga dinas memiliki tugas dan peran masing-masing.

Seperti hal nya informan lain juga mengatakan tentang hambatan lain pada saat

proses pembangunan jalur pedestrian dilakukan :

“Selama proses jalur pedestrian dikerjakan masih banyak hambatan


lain yang terjadi dilapangan mulai dari parkir liar, pedagang kaki
lima, pemasangan spanduk/baleho, hingga menjadi tempat jalan
potong bagi pengendara sepeda motor disaat kemacetan. Dari salah
satu pihak dinas perhubunganya mau gak mau harus ikut turun
tangan untuk mengatasi hambatan yang terjadi”. (Wawancara
Supriadi, Kepala Bidang Pertamanan dan Penerangan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. 12 Maret 2019).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada saat proses

pembangunan jalur pedestrian dilakukan terdapat hambatan lain yang dirasakan

oleh para pekerja mengenai permasalahan yang terjadi dilapangan salah satunya

pedagang kaki lima, pemasangan spanduk/baleho, hingga menjadi tempat jalan

potong bagi pengendara sepeda motor disaat kemacetan. Hal ini dari salah satu

dinas harus ada yang turun tangan untuk mengatasi penertiban hambatan tersebut.

57

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan jalur pedestrian sebagai public good sudah optimal, terlihat jelas

pada jalan Imam Bonjol, JATI, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan di

Taman Ahmad Yani Medan pada tanggal 16 Maret 2019 sudah selasai dibangun.

Agar masyarakat pengguna jalan yang melewati jalur pedestrian tersebut dapat

menikmati apa yang telah diberikan oleh pemerintah Kota Medan.

Gambar 4.7 Jalur Pedestrian Setelah Dibangun

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019)

Berdasarkan hasil dokumentasi di atas bahwa jalur pedestrian di Taman

Ahmad Yani sudah terealisasi dengan baik dapat kita lihat bahwa fasilitas yang

ada di Taman Ahmad Yani sudah cukup optimal salah satunya lampu jalan yang

sudah tersedia, bangku besi dan bunga sebagai hiasan setiap kawasan Taman

Ahmad Yani.

Informan lain mengatakan bahwa :

“Ya seperti yang kita lihat bahwa kami selaku dari dinas kebersihan
dan pertamanan sudah memberikan fasilitas yang cukup memadai
untuk pengguna jalur pedestrian utnuk kenyamanan masyarakat di
Kota Medan”.(Wawancara Supriadi, Kepala Sub. Bidang Pertamanan
dan Penerangan Dinas Kebersihan Kota Medan. 12 Maret 2019).

58

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas jalur

pedestrian di Taman Ahmad Yani sudah cukup memadai untuk masyarakat Kota

Medan. Jalur pedestrian yang dibangun ditengahnya terpasang guiding block

berwarna kuning. Guiding block dengan garis lurus dan bertekstur bulat ini

berfungsi sebagai jalur penuntun dan petunjuk bagi para penyandang disabilitas

khususnya tuna netra upaya untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat di

Kota Medan.

Gambar 4.8 Jalur Pedestrian di Persimpangan Medan Maimon

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019)

Berdasarkan hasil dokumentasi di atas bahwa terlihat pada gambar 4.8

kondisi jalur pedestrian telah selesai dibangun, peneliti melihat bahwa seperti

halnya yang terlihat pada jalan Letjen Suprato, Kecamatan Medan Maimon

terdapat fasilitas yang diberikan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Medan yaitu rambu lalu lintas dan garis kuning. Peneliti dapat melihat bahwa

59

Universitas Sumatera Utara


kebersihan jalur pedestrian di kawasan ini patut di apresiasi tingkat kebersihan

tidak adanya sampah yang bertebaran di jalur pedestrian tersebut.

Jalur pedestrian sering disalahgunakan oleh masyarakat lain seperti pedagang

kaki lima dan parkir liar dapat dilihat pada gambar 4.9 jalur pedestrian di jalan

perniagaan justru disalah gunakan yang semestinya untuk pengguna jalan kaki

malah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan di sepanjang jalur

pedestrian tersebut.

Gambar 4.9 Jalur Pedestrian di Jalan Perniagaan

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2019)

Berdasarkan hasil dokumentasi di atas terlihat jelas seorang ibu sedang

menjual pakaian di jalur pedestrian, bukan hanya seorang tersebut tapi banyak

para pedagang lain yang berjualan disepanjang jalur pedestrian. Mereka justru

malah menyalahgunakannya untuk kepentingan mereka sendiri, padahal jelas jalur

pedestrian hanya di fasilitasi untuk para penjalan kaki.

60

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.10 Jalur Pedestrian di Jalan Gatot Subroto

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019)

Berdasarkan hasil dokumentasi di atas pada tanggal 14 Maret 2019 di jalan

Gatot Subroto Kota Medan, jalur pedestrian yang telah dibangun bagi para pejalan

kaki berubah fungsi yaitu masih disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu

salah satunya banyaknya yang berjualan di sepanjang jalur pedestrian, selain itu

lokasi jalur pedestrian dimanfaatkan oleh oknum juru parkir liar yang hanya

berfokus meminta uang parkir. Melihat kondisi tersebut sangat merugikan para

pejalan kaki.

“Memang di jalan Gatot Subroto terlalu banyak para PKL (pedagang


kaki lima) dan parkir liar di sekitar situ, kami sudah bolak balik
mengusir mereka bahkan di bantu oleh Satpol-PP untuk mengatasi
mereka tapi justru datang lagi” (Wawancara Kesmedi Dagobert
Sianipar, Kasi. Perencanaan Pembangunan dan Pemeliharaan
Prasarana Dinas Perhubungan Kota Medan. 13 Maret 2019).

61

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa jalur pedestrian yang

termasuk barang publik justru di manfaatkan oleh masyarakat seperti gambar 4.10

di jalan Gatot Subroto masih banyak yang menyalahgunakan fasilitas yang telah

disediakan oleh pemerintah setempat untuk para pejalan kaki tersebut. Padahal

pemerintah sudah melarang dan memberikan peringatan kepada oknum yang

menyalahgunakannya yang justru seharusnya jalur tersebut disediakan untuk para

pejalan kaki.

Dalam tahap pembangunan jalur pedestrian pada setiap dokumentasi, peneliti

melihat terdapat sedikit hambatan mengenai masyarakat yang masih banyak

memarkirkan kendaraan di tiap jalur pedestrian mulai dari proses pembangunan

sampai selesai pembangunannya. Pemerintah sudah menegaskan dan menghimbau

bahwa terdapat larangan keras apabila ada masyarakat yang masih sembarang

memarkirkan kendaraan diarea yang telah dibangun. Hal ini penting untuk

menjaga agar ruang publik dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap

kegiatan sehari-hari masyarakat Kota Medan.

Pembangunan Jalur Pedestrian memiliki kawasan yang berpotensi untuk

berkembang tetapi perkembangan tersebut dapat berdampak negatif terhadap

berjalannya fungsi ruang publik dalam hal ini adalah fungsi jalur pedestrian

sebagai wadah aktivitas pejalan kaki dapat berjalan dengan baik.

Sejauh ini, peneliti mengamati bahwa jalur pedestrian sangat bermanfaat

bagi para pejalan kaki, akan tetapi disisi lain justru jalur pedestrian

disalahgunakan oleh masyarakat lain seperti masih banyaknya para PKL

(pedagang kaki lima) yang masih mengambil kesempatan berjualan di area jalur

pedestrian yang dibangun, lalu para pelaku parkir liar yang semena-mena

62

Universitas Sumatera Utara


memanfaatkan jalur pedestrian sebagai lahan parkir, dan masyarakat lain yang

masih banyak memajang spanduk/baleho hingga kendaaraan lain masih banyak

yang memanfaatkan sebagai jalan pintas disaat terjadinya kemacetan.

4.5.2 Sumberdaya (sumber-sumber kebijakan)

Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2009:56) menjelaskan

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia

(human resources) maupun sumber daya non-manusia (non-human resources).

Sumber daya dapat menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial dan

sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan

sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses

implementasi. Jika para aktor memiliki responsibilitas dan komitmen untuk

melaksanakan kebijakan maka dapat dipastikan bahwa kebijakan tersebut akan

berhasil sesuai apa yang diharapkan oleh isi kebijakan. Tetapi diluar sumber daya

manusia, sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya

finansial dan sumber daya waktu.

1. Sumber Daya Manusia

Barang publik adalah barang yang mudah ditemukan dalam kehidupan

masyarakat dalam suatu negara. Secara singkat, barang publik merupakan barang

yang dapat dikonsumsi siapapun tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh

pihak lain yang juga menginginkan akses terhadap barang publik tersebut

(Holcombe, 2009: 17).

63

Universitas Sumatera Utara


Faktor sumber daya manusia (SDM) mempunyai peranan yang penting

dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya

ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil yang

bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai

sumber-sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Begitu pula dalam

pembangunan jalur pedestrian ini terdapat sumberdaya manusia yakni dinas

pekerjaan umum, dinas perhubungan dan dinas kebersihan dan pertamanan.

Dalam pembangunan jalur pedestrian ini ketiga Dinas juga mengikuti

pedoman Peraturan Menteri Pekerjanan Umum No.3/PRT/M/2014 Tentang

Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan

Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Ketiga dinas itu memiliki tugas dan

wewenang masing-masing dalam pekerjaannya :

1. Menyusun konsep prasarana dan sarana dan pemanfaatan fasilitas jalur


pejalan kaki.
2. Menyediakan bentuk prasarana jaringan pejalan kaki
3. Menyediakan ruang pejalan kaki
4. Melakukan observasi jalur pejalan kaki.

Para Implementor tersebut berperan sangat penting dalam pembangunan

jalur pedestrian karena mereka bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas

sampai selesai. Walikota dan Kepala Dinas bersama-sama turun kelapangan

melihat proses pembangunan jalur pedestrian. Pemerintah juga menghimbau

bahwa setelah selesai proses pembangunan jalur pedestrian ini mereka berharap

tidak ada lagi pelaku yang tidak bertanggung jawab seperti pkl, parkir liar dan

pemasangan reklame yang menggunakan jalur tersebut.

64

Universitas Sumatera Utara


Berikut penjelasan Bapak Muhammad Muda Adha selaku Kepala Bidang

Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan :

“Untuk masalah sumberdaya kami dari ketiga dinas lah yang


menangani proses pembangunan sampai selesai dibangun jalur
pedestrian itu sendiri, tidak ada campur tangan dari pihak luar
ataupun dibantu dengan dinas lain selama masa 3 tahun belakangan
ini, dan kami juga memantau petugas lainnya dalam proses sudah
sampai mana pembangunan itu berjalan.” (Wawancara Muhammad
Muda Adha, Kepala Sub bidang Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Medan. 15 Maret 2019).

Informan lain mengatakan bahwa :

“ Jalur pedestrian ini juga termasuk barang publik dan juga ruang
publik, maka pemerintah dalam hal ini membangun jalur tersebut
dengan melibatkan ketiga dinas yaitu, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perhubungan dan Dinas Kebersihan Pertamanan. Jadi untuk jumlah
lokasi jalur pedestrian yang di bangun pada tahun 2016-2018 totalnya
11 lokasi diharapkan tahun berikutnya bisa lebih banyak dari tahun
sebelumnya.” (Wawancara Supriadi, Kepala Bidang Pertamanan dan
Penerangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. 12 Maret
2019).

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kota Medan

berusaha mewujudkan barang publik yaitu jalur pedestrian yang digunakan

masyarakat nya walau banyak kendala yang dapat dilihat dari banyak nya jalur

pedestrian yang dibangun oleh pemerintah Kota Medan sebanyak 11 lokasi, dan

juga diharapkan dalam beberapa tahun kedepan dapat bertambah lokasi jalur

pedestrian dibangun.

Terkait kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak dinas yakni mereka

bekerja hanya sampai pembangunan selesai saja dan target pembangunan yang

harus selesai dalam waktu lebih kurang 3 tahun. Kemudian sulitnya dalam

pembangunan jalur pedestrian itu terletak pada anggaran dimana masih banyak

kebutuhan pembangunan yang masih harus diselesaikan. Ini menunjukkan bahwa

mereka melakukan kegiatannya hanya sebatas untuk mengimplementasikan

65

Universitas Sumatera Utara


kebijakan saja karena dikejar target pembangunan yang harus selesai dalam kurun

waktu 3 tahun. Penetapan atau fokus yang kuat terhadap target yang harus dicapai

telah mengakibatkan permasalahan tantangan terhadap anggaran.

Hal ini justru menjadi perhatian publik terkait jalur pedestrian yang

dibangun belum secara merata. Karena dari pihak dinas sendiri juga mengatakan

bahwa yang mereka butuhkan adalah volume lalu lintas jalan agar para

masyarakat melintasi satu titik tertentu. Dan bukan hanya volume lalu lintas, akan

tetapi saat ini pihak dinas sendiri juga masih membangun di kawasan perkotaan

dan perkantoran.

1. Sumber Daya Keuangan (Financial)

Sumber daya keuangan (financial) merupakan kecukupan modal dalam

sebuah program atau kebijakan yang akan mendukung segala aktivitas serta

fasilitas yang dibutuhkan agar terlaksananya kebijakan tersebut. Sumber daya

keuangan juga merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan

program, apabila tidak tersedia secara cukup maka pelaksanaan program tidak

berjalan dengan lancar.

Selain sumberdaya manusia, juga dibutuhkan sumberdaya yang lain, seperti

besarnya dukungan alokasi dana atau perangsang (incentive) untuk biaya

peningkatan kualitas pembangunan jalur pedestrian. Alokasi dan Sumber Dana

yang tertampung pada APBD untuk Anggaran Dinas Pekerjaan Umum, Dinas

Perhubungan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan adalah

diperuntukkan bagi Pembangunan jalur pedestrian, untuk mewujudkan

pembangunan jalur pedestrian maka Anggaran Pembangunan jalur pedestrian

telah dianggarkan melalui APBD Tahun 2017 sekitar 100 Milyar sedangkan pada

66

Universitas Sumatera Utara


tahun 2018 dianggarkan 50,8 Milyar hanya untuk pembetonan trotoar saja. Dana

bantuan pembangunan jalur pedestrian sendiri di tahun 2017 berasal dari APBD

Kota Medan, Bapak Kesmedi Sianipar selaku Kasi.Perencanaan Pembangunan

dan Pemeliharaan Prasarana mengatakan :

“Kalau mengenai anggaran di setiap OPD saya kurang tau tapi ada
anggaran yang di berikan pemerintah Kota Medan kepada Dinas
Pekerjaan Umum khususnya untuk biaya operasional dalam proses
pembangunan jalur pedestrian Kota Medan.”(Wawancara Kesmedi
Dagobert Sianipar, Kasi. Perencanaan Pembangunan dan
Pemeliharaan Prasarana Dinas Perhubungan Kota Medan. 13 Maret
2019).

Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa anggaran di setiap OPD

sudah terealisasikan dengan optimal namun jumlah anggaran yang diberikan oleh

pemerintah untuk biaya anggaran pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan

tidak transparan. Hal serupa juga disampaikan oleh informan yaitu :

“Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota Medan ini ada sudah cukup


lama, namun hanya sebatas pembatas jalan tidak sepenuhnya
diberikan lapak untuk para pejalan kaki. jalur pedestrian di Kota
Medan baru mulai dibangun kembali pada tahun 2016-2018.”
(Wawancara Kesmedi Dagobert Sianipar, Kasi. Perencaan
Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana Dinas Perhubungan Kota
Medan. 13 Maret 2019).

Hal tersebut menunjukkan bahwa jalur pedestrian sudah ada cukup lama,

namun jalur pejalan kaki yang dulu hanya sebatas pembatas jalan. Dari hasil

penelitian yang telah dikemukakan maka penulis menginterprestasikan bahwa

untuk Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pembangunan jalur pedestrian sudah

ikut terlibat untuk menjalankan pembangunan baik dari pemerintah Kota Medan

yang melakukan koordinasi dengan ketiga dinas. Di Kota Medan Dinas Pekerjaan

Umum, Dinas Perhubungan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai

67

Universitas Sumatera Utara


penangung jawab sekaligus pengelola pembangunan jalur pedestrian karena

mereka merupakan bagian yang terpenting dalam pembangunan jalur pejalan kaki.

4.5.3 Hubungan Antar Organisasi (komunikasi antar organisasi dan

kegiatan)

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan

dan koordinasi dengan instansi lainnya. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan

kerjasama antara instansi bagi keberhasilan suatu program dalam mencapai

sasaran dan tujuan program. Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh

dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka

asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula

sebaliknya (Subarsono, 2009 : 56).

Selain persoalan sumberdaya, faktor komunikasi antar badan pelaksana

sebagai alat yang digunakan untuk saling mendukung antar institusi yang

berkaitan dengan sasaran atau kebijakan. Penyaluran (transmisi) komunikasi yang

baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Akan tetapi

sering terjadi dalam penyaluran komunikasi, adanya salah pengertian atau

miskomunikasi. Hal tersebut terjadi karena alur komunikasi telah melalui

beberapa tingkat birokrasi, sehingga apa yang diharapkan kadang terjadi distorsi

(perubahan).

Pola hubungan antara ketiga OPD sangat bagus, bahkan bukan hanya

pada ketiga OPD itu saja akan tetapi mereka juga berkoordinasi mulai dari tahap

komunikasi dengan perusahaan seperti Telkom, PGN, PDAM dan Dinas

Kebersihan dan Pertamanan karena terkait dengan fasilitas yang sudah dibangun

68

Universitas Sumatera Utara


seperti tiang listrik, bangku dan lampu hias taman dll. Pada hubungan antar

organisasi ini, walikota juga berkoordinasi termasuk dalam memberikan ide atau

masukan kepada ketiga instansi yang terkait dengan pembangunan jalur

pedestrian ini. Kemudian walikota menghimbau kepada dinas yang terkait bahwa

terdapat beberapa titik tempat yang harus dibangun atau di perbaharui.

Cakupan proses kegiatan yang dilingkup dalam kerangka kerja ini

meliputi: koordinasi pembangunan jalur pedestrian, persiapan program di dalam

Kementrian PU dan instansi terkait lainnya, proses penyaluran dana pemerintah

kepada instansi yang terkait, proses pembangunan serta evaluasi oleh pemerintah

kota dan ketiga OPD (organisasi perangkat daerah).

Gambar 4.11 Hubungan antara Walikota dengan Kepala Dinas Pekerjaan

Umum Kota Medan

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019)

Dari pengamatan peneliti 15 Maret 2019, hubungan antar organisasi

terjalin dengan baik, dimulai pada saat peneliti berada di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan yang sebelumnya melaksanakan pembangunan tersebut. Hubungan

antara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan serta Dinas Kebersihan dan

Pertamanan juga sangat baik, yang dapat diketahui dengan pemahaman yang sama

terhadap pembangunan jalur pedestrian. Pemahaman yang baik ini mengakibatkan

69

Universitas Sumatera Utara


koordinasi yang juga baik antara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan

serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Hal tersebut senada dengan tanggapan yang diberikan oleh Bapak

Muhammad Muda Adha selaku Kepala Sub Bidang Jalan Dinas Pekerjaan Umum

di Kota Medan :

“Koordinasi antara dinas pekerjaan umum, dinas perhubungan serta


dinas kebersihan dan pertamanan sudah bagus dan terbuka.Karena
waktu pertaman kali pembangunan ini memang sengaja kami
rapatkan dulu membicarakan mulai dari konsep desain sampai
fasilitas jadi ya memang saling koordinasi yang terpenting. Jadi kami
saling memaparkan tugas yang kami kerjakan sejelas-jelasnya kepada
dinas yang lain. Pada saat sosialisasi kami juga memberikan
pemahaman dan informasi tentang pembangunan jalur pedestrian.”
(Wawancara Muhammad Muda Adha, Kepala Sub. Bidang Jalan
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. 15 Maret 2019)

Dari wawancara di atas dapat kita lihat bahwa sebelumnya Dinas

Pekerjaan Umum telah melakukan pemaparan tugas masing-masing yang akan

dikerjakan bersama dinas yang lain untuk menambah pengetahuan para

implementor tentang konsep pembangunan jalur pedestrian.

Peneliti melihat bahwa pihak ketiga OPD di Kota Medan selaku

penanggung jawab sekaligus pelaksana pembangunan jalur pedestrian melakukan

koordinasi dengan pihak Walikota Medan terkait standar dan sasaran kebijakan

yang telah ditetapkan sebagai prosedur pelaksanaan. Di Kota Dinas Pekerjaan

Umum sebagai bagian konstruksi pembangunan jalur pedestrian didampingi oleh

Dinas Perhubungan sebagai bagian dari konsep pembangunan jalur pedestrian

serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai bagian untuk melengkapi fasilitas

dalam menentukan pembangunan jalur pedestrian yang sesuai pada kriteria

70

Universitas Sumatera Utara


sasaran kebijakan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh masyarakat yang

sering melintasi jalur pejalan kaki tersebut, yaitu:

“Disini saya melihat bahwa jalur pejalan kaki sudah tak terpandang
lagi, Cuma karna baru-baru saja mereka bangun/evaluasi kembali lah
makanya ada sedikit berbeda dari yang kita lihat, biasanya itu jalur
pedagang kaki lima bukan jalur pejalan kaki dan sampai sekarang
pun saya lihat masih banyak penghuni parkir liar apalagi kalau di
malam hari penuh tuh jalur pejalan kaki dengan PKL maupun parkir
liar. Jadi intinya untuk mereka yang membangun jalur ini perlu ada
tindakan penegasan terutama untuk dinas perhubungan.”
(Wawancara Sunarto, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur
Pedestrian. 16 Maret 2019)

Peneliti melihat bahwa untuk koordinasi dari pihak Dinas Perkerjaan

Umum dengan Dinas perhubungan dan Dinas Kebersihan Pertamanan dilakukan

pemberitahuan terkait apa saja yang menjadi kriteria yang telah di tetapkan oleh

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang pedoman perencanaan, penyediaan

dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan

perkotaan. Untuk pendataan pada titik pembangunan jalur pedestrian yang di

bangun saat ini masih terletak di kawasan perkotaan dan perkantoran. Namun

pada tahun 2019 pihak instansi akan melanjutkan pembangunan jalur pedestrian

tersebut.

Sedangkan pengamatan penulis di Dinas Pekerjaan Umum pada tanggal

15 Maret 2019 terkait dengan hubungan antara Dinas Perhubungan serta Dinas

Kebersihan dan Pertamanan terlihat sangat baik. Dari ketiga instansi tersebut

dalam pekerjaan di bidang masing-masing sangat menghargai dan senang karena

telah saling membantu dari mulai pengurusan proposal bantuan, penandatanganan

kesepakatan dan sampai pada tahap pembangunan selesai mereka tetap

bekerjasama dengan baik.

4.5.4 Karakteristik Agen Pelaksana (badan-badan pelaksana)

71

Universitas Sumatera Utara


Menurut Van Meter dan Van Horn (Subarsono, 2009 : 56) yang

dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi,

norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang

semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. Pusat perhatian

pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan

terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena

kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-

ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan

atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala

hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi

kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

Dalam menjalankan proses implementasi kebijakan dapat diketahui

bahwa harus adanya mekanisme implementasi kebijakan yang jelas dan terarah.

Mekanisme implementasi kebijakan biasanya ditetapkan melalui prosedur kerja

yang disebut sebagai Standard Operating Procedure (SOP). SOP yang baik

seharusnya mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit,

mudah dipahami dan menjadi acuan dalam bekerjanya implementor. SOP menjadi

pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak agar dalam pelaksanaan

kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan.

Dalam implementasi pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan,

pedoman kerja bagi para implementor dalam pelaksanaan pembangunan jalur

pedestrian adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2014

tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan

Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.

72

Universitas Sumatera Utara


Organisasi pelaksana utama dalam implementasi kebijakan

pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan adalah Dinas Pekerjaan Umum,

Dinas Perhubungan serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Instansi

terkait yang terlibat dalam proses pembangunan jalur pedestrian yang mencakup

Kementerian PU, Walikota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan serta

Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

“Dalam program pembangunan jalur pedestrian ini koordinasi yang


dilakukan dengan pihak Dinas yang terkait. Pihak Dinas Pekerjaan
Umum berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Dinas
Kebersihan Pertamanan agar dalam pengerjaan pembangunan ini
sesuai kesepakatan bersama mulai dalam hal koordinasi, pengurusan-
pengurusan berkas dan penandatanganan kesepakatan. Kalau untuk
koordinasi dengan pihak pemerintah sendiri dengan melalui ide atau
masukan yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan ketiga OPD
yang terkait di suatu ruangan” (Wawancara Muhammad Muda Adha,
Kepala Sub Bidang Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 15
Maret 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti melihat bahwa komunikasi

yang dilakukan melalui sosialisasi kepada pihak-pihak yang dilibatkan dalam

pembangunan jalur pedestrian. Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan

Dinas kebersihan Pertamanan memiliki sifat yang terbuka dan transparan. Hal ini

peneliti amati dari proses pembangunan sampai pada tahap penyaluran dana

semua dilakukan secara teratur dan merata. Karena anggaran terbatas dan tidak

semua jalur pedestrian yang ada dapat dibangun, Dinas Pekerjaan Umum juga

bekerja sama dengan Dinas lain dalam penentuan jalan mana yang benar-benar

ingin di dahulukan dibangun dan dievaluasi untuk dapat di rekomendasikan ke

pusat agar pembangunan dapat terselenggarakan dengan baik.

4.5.5 Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi

73

Universitas Sumatera Utara


Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-

kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;

karakteristik partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini

publik yang ada dilingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi

kebijakan. Ini dapat juga menunjuk bahwa lingkungan dalam ranah implementasi

dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi kebijakan itu sendiri.

Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat

menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu,

upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan

kekondusifan kondisi lingkungan eksternal. Faktor-faktor kunci keberhasilan

organisasi diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan terhadap lingkungan

internal (kekuatan dan kelemahan potensi sumber daya organisasi) dan ekternal

organisasi (peluang dan ancaman yang dimiliki organisasi agar tetap bertahan dan

eksis).

Kondisi sosial, politik dan ekonomi menjadi sebuah pertimbangan yang

sangat penting dalam mendukung pencapaian sasaran kebijakan publik yang tepat

dan terarah atau bisa sebaliknya, karena lemahnya kondisi ekonomi, sosial dan

politik dapat menyebabkan sifat ketergantungan masyarakat terhadap program-

program yang dirancang oleh pemerintah menjadi lebih besar dan semakin

membuat masyarakat tidak dapat membiasakan diri untuk mengembangkan

potensi diri.

Berdasarkan pernyataan teori di atas, peneliti membagi 2 (dua) fokus

penelitian dalam syarat Lingkungan Ekonomi, Politik dan Sosial yang

74

Universitas Sumatera Utara


memungkinkan akan mempengaruhi kebijakan serta sebaliknya bahwa

implementasi kebijakan ini akan mempengaruhi lingkungan Ekonomi, Politik dan

Sosial bagi pihak-pihak terkait termasuk masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan

kondisi sosial merupakan kajian dalam implementasi kebijakan, seperti yang

diungkapkan oleh informan, yaitu:

“Masyarakat di Kota Medan ini mendukung dengan adanya


pembangunan ini, kemudian kalau untuk saya karna memang orang-
orang disekitaran sini pada sering melewati jalur ini termasuk saya,
jadi kondisi lingkungan disini aman, Cuma ya kalau ada kemacetan
kami kan harus lewat dari jalur ini sementara jalur ini kadang
dipenuhi parkiran jadi ya mau gak mau kami lewat di jalan lintas.”
(Wawancara Gilbert, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur
Pedestrian 16 Maret 2019)

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa jalur pedestrian

belum sepenuhnya optimal karena masih banyak masyarakat Kota Medan yang

menyalahgunakan kebijakan jalur pedestrian tersebut, justru seharusnya jalur

pedestrian digunakan hanya untuk pejalan kaki malah sebaliknya di gunakan oleh

masyarakat yang berkendara sepeda motor untuk menjadi jalan pintas di saat

kemacetan.

Pada umumnya masyarakat di Kota Medan termasuk salah satu kota yang

mengalami perkembangan dan modernisasi yang cukup pesat dibanding dengan

kota-kota besar lainnya. Walaupun perkembangan yang cukup pesat tetapi kondisi

lingkungannya aman. Salah satu bentuk partisipasi masyarakat ialah dalam hal

memberikan dukungan agar pembangunan jalur pedestrian tersebut dapat berjalan

dengan lancar.

Dengan meningkatnya pemahaman mengenai pembangunan ini telah

berhasil meniadakan kendala-kendala khususnya PKL dan parkir liar akan tetapi

75

Universitas Sumatera Utara


masalah ini selalu ada yang setiap harinya berlangsung. Bapak Kesmedi Dagobert

selaku Kasi. Perencanaan Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana

Dinas Perhubungan Kota Medan mengatakan :

“Dulu sampai sekarang kendala yang dihadapi masyarakat di mintaki


uang parkir dimana-mana sampai terbentuk lah para pelaku parkir
liar sehingga ada lah uang masuk mereka (pungli) tanpa
sepengetahuan kami. Jadi kesininya dinas sudah semakin tahu untuk
menghindari yang seperti itu. Karena kami ada payung hukum yang
cukup kuat untuk melakukan penindakan, yakni Peraturan Wali Kota
Medan No.70/2017tentang Tata Cara Pemindahan, Penderekan,
Penguncian dan Penggembokan. Jadi terbentuknya payung hukum
dari Perwal ini guna untuk menyadarkan para pelaku parkir liar.”
(Wawancara Kesmedi Dagobert, Kasi. Perencanaan Pembangunan dan
Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dinas Perhubungan Kota Medan.
13 Maret 2019).

Dinas Perhubungan telah meminimalisir segala bentuk campur tangan dari

luar seperti pungli. Sebelum ditangani oleh dinas Perhubungan, pembangunan

jalur pedestrian terlebih dahulu dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum lalu

dilanjut dengan Dinas Perhubungan serta Dinas Kebersihan Pertamanan yang di

utus Walikota dalam penanggung jawab pembangunan jalur pedestrian ini. Hal

tersebut menunjukkan ketika program pemerintah pusat diserahkan ke suatu dinas

yang menjadikan itu hanya sebagai pekerjaan tambahan maka akuntabilitas atau

efektivitas dari program tersebut akan berkurang. Hal ini berbeda ketika itu

dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum yang memang merupakan tugas utamanya

ialah mengenai pembangunan jalan/konstruksi. Tugas yang diberikan oleh

pemerintah pusat kepada daerah harus sesuai dengan fungsi dari dinas tersebut

kalau tidak itu akan diabaikan karena hanya sebagai fungsi tambahan.

Selain itu dari pengamatan yang dilakukan peneliti (16 Maret 2019) di

Kota Medan, kondisi ekonomi yang mereka terima cukup banyak dan layak untuk

76

Universitas Sumatera Utara


melakukan pembangunan jalur pedestrian ini akan tetapi mereka menggunakan

nya mungkin diluar dari perencaan pembangunan tersebut. Sehingga apa yang

menjadi perencanaan mereka tidak terlihat jelas kemana fokusnya. Berikut

pernyataan dari masyarakat Di Kota Medan :

“Yang pastinya kami terbantu sekali dengan adanya pembagunan


jalur pedestrian ini karna selain memudahkan dan mengembalikan
hak pejalan kaki, penyandang disabilitas juga termasuk bagian dari
jalur ini kan. Kalau soal kondisi ekonomi kami kurang jelas kabarnya
bagaimana yang jelas selama saya jadi masyarakat yang peka
terhadap lingkungan, saya tidak ingin ambil pusing seperti apa yang
ingin mereka bangun.tapi ya buat saya apapun yang di lakukan oleh
pemerintah dengan baik pasti masyarakat sangat mendukung dan
berpihak yang positif.” (Wawancara Fadli, Selaku Masyarakat Yang
Melewati Jalur Pedestrian. 17 Maret 2019).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan masyarakat yang sering melintasi

jalur pedestrian, yaitu:

“Gak ada yang berubah karena menurut saya mereka hanya


mengevaluasi jalan pejalan kaki yang sudah dibangun lalu
diperbaharui, tapi saya disini apa pun yang terjadi hanya mendukung
kegiatan program pembangunan pemerintah kedepannya guna
membuat kenyamanan bagi Kota Medan.” (Wawancara Vita, Selaku
Masyarakat Yang Melewati Jalur Pedestrian. 17 Maret 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa dengan

adanya pembangunan jalur pedestrian ini kondisi ekonomi pemerintah dapat

dirasakan masyarakat setelah terbangunnya pembangunan jalur pedestrian dan

sama sekali tidak mempengarui perekonomian masyarakat, namun jika melihat

dari kondisi sosial tentu sangat berpengaruh, masyarakat sebagian menilai positif

karena pembangunan jalur pedestrian ini termasuk untuk mendukung estetika kota

medan yang selama ini tidak terbangun lebih maksimal dan hal negatifnya karena

sebagian masyarakat melakukan aksi protes karena kemacetan, terganggunya lalu

lintas karena pembaharuan pembangunan jalur. Ada sebagian masyarakat yang

77

Universitas Sumatera Utara


mendukung atau tidaknya pembangunan ini tentu tidak akan berpengaruh dengan

apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah, karena besar atau tidak harapan

pemerintah mereka tetap melakukan apa yang menjadi terbaik untuk kenyamanan

masyarakat kota medan ini. Hal ini tentu masyarakat lebih merasa aman dan tidak

lagi merasa ketakutan untuk melakukan aktifitas yang mengharuskan melewati

jalur pedestrian tersebut.

Dalam segi politik menurut Bapak Muhammad Muda Adha (Kepala

Sub Bidang Pembangunan Jalan) ada sebagian dari beberapa masyarakat elite

yang mendukung pembangunan pemerintah tersebut.

“Ada memang sebagian masyarakat elite seperti pejabat-pejabat yang


mendukung pembangunan ini ada juga yang tidak mendukung. Kalau
yang mendukung pasti memberikan tanggapan yang positif lah tapi
kalau yang tidak mendukung pasti memberikan tanggapan yang
negatif tentunya seperti ada yang bilang mubazir lah, bikin tambah
macet lah, tambah membludak para PKL dan parkir liar lah yah
macam-macam tanggapan kan semuanya berbeda-beda. Tetapi kami
melakukan apa yang terbaik saja dan apa arahan yang di sampaikan
oleh pemerintah.” (Wawancara Muhammad Muda Adha, Kepala sub
Bidang Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. 15
Maret 2019).

Hal tersebut senada dengan pernyataan dari masyarakat, yakni:

“Saya rasa pejabat-pejabat elite yang menilai pembangunan jalur


pejalan kaki ini positif aja. Karena kan ga selamanya mereka naik
kendaraan, pasti kalau lari pagi pasti lewat jalur ini juga.”
(Wawancara Nisa, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur
Pedestrian. 17 Maret 2019).

Dari wawancara di atas diketahui bahwa kondisi politik seperti

masyarakat elite tidak mempermasalahkan terbangunnya jalur pedestrian tersebut.

Akan tetapi yang mereka harapkan setelah terbangunnya jalur pedestrian ini,

memang harus untuk pejalan kaki saja jangan sampai ada para PKL atau Pelaku

78

Universitas Sumatera Utara


parkir liar atau pun hal kesempatan ketika msedang terjadi kemacetan kendaraan

melintasi jalur tersebut.

4.5.6 Disposisi Implementor (sikap para pelaksana)

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2009 : 56)

disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : respons

implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemauannya untuk

melaksanakan kebijakan, kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan dan

intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh

implementor. Ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel penting

dalam proses implementasi kebijakan.

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat

banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan

publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan

bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan

permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor

laksanakan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para

pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu

menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang masyarakat ingin

selesaikan.

Perhatian terhadap aspek watak atau sikap pelaksana menjadi bagian

penting dalam implementasi kebijakan. Para aparat pemerintah dan instansi

sendiri sebagai kelompok sasaran adalah mereka yang secara langsung berperan

bagi berhasil tidaknya implementasi Pembangunan Jalur Pedetsrian.

79

Universitas Sumatera Utara


Dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian sikap pelaksana

terhadap respon kepada instansi yang lain dalam menjalankan bantuan

pembangunan jalur pedestrian ini juga dinilai dapat memberikan rasa tanggung

jawab kepuasan tersendiri bagi mereka sendiri sebagai penilaian tentang

pembangunan jalur pedestrian yang dijalankan. Pembangunan jalur pedestrian

dijalankan baik oleh para implementor sehingga mendapat anggapan baik dari

masyarakat selama menjalankan pembangunan tersebut.

Kecenderungan sikap dari pelaksana pembangunan jalur pedestrian

ialah bahwa mereka hanya sebatas implementor yang hanya dibatasi oleh program

yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dalam pembangunan jalur pedestrian

sendiri para implementor pelaksana tetap bertanggung jawab dalam tugasnya

walaupun terdapat kendala yang mungkin mayarakat banyka yang tidak ingin

pembangunan tersebut idak berdiri hanya pada satu titik tapi harus merata. Hal

senada diungkapkan oleh Bapak Muda selaku Kepala Sub Bidang Pembangunan

Jalan :

“Memang cukup banyak masyarakat yang protes soal pembangunan


jalur pejalan kaki ini karena yang di bangun kenapa di kawasan
perkotaan dan perkantoran saja dan kenapa tidak di bangun juga di
jalan-jlan pelosok gitu kan, tapi ya disini kami menanggapi mulai dari
soal peraturan menteri yang sampai saat ini belum mengeluarkan
adanya pembangunan jalur pedestrian ke daerah yang tidak
terpandang seperti jalur yang ada di sekolahan, di pasar-pasar, tapi
akan kami usahakan sebisa mungkin karna ini juga merupakan
tanggung jawab kami sebagai Dinas Pekerjaan Umum yang mengerti
soal pembangunan jalan nnti akan kami ajukan atau terapkan
pembangunan jalur pedestrian supaya merata di daerah yang tidak
terpandang.” (Wawancara Muhammad Muda Adha, Kepala Sub
Bidang Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. 22
Maret 2018)

80

Universitas Sumatera Utara


Dari wawancara di atas diketahui bahwa dalam pembangunan jalur

pedestrian ini mendapat respon masyarakat yang mengharuskan pembangunan

jalur tersebut merata namun mereka menyampaikan bahwasanya belum ada

peraturan meteri yang menunjuk pembangunan jalur pedestrian merata hingga ke

pasa-pasar. Karna secara penalaran saja jika terbangunnya jalur pedestrian di

kawasan pasar atau pun sekolahan justru dapat mengundang banyak para PKL

yang berjualan dan para pelaku parkir liar. Komitmen dari Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman bertanggungjawab dalam proses pelaksanaan sampai tahap

akhir penyelesaian pembangunan. Karena respon masyarakat yang positif juga

menjadi pendukung keberhasilan dalam pembangunan jalur pedestrian.

Pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian di Kota sangat dirasakan

manfaat dan dampak positifnya bagi masyarakat khususnya masyarakat yang

sering melintasi jalur tersebut. Dimana dengan adanya pembangunan ini dapat

memberikan suatu manfaat bagi masyarakat baik secara fisik, sosial, ekonomi dan

kesehatan.

Untuk kinerja dan respon para implementor sudah berjalan baik, namun

seiring dengan itu ada saran tersendiri yang diinginkan oleh masyarakat terkait

pembangunan jalur pedestrian kota medan, agar lebih merata lagi pembangunan

yang dibangun oleh pemerintah mengenai jalur pedestrian.

Hal ini senada dengan yang telah diungkapkan oleh informan masyarakat, yaitu:

“Kalau harapan saya semoga kedepannya pemerintah melakukan


pembangunan secara merata agar nantinya respon dari masyarakat
dapat berdampak positif dan mendukung setiap pembangunan untuk
kota medan.” (Wawancara Ridwan, Selaku Masyarakat Yang
Melewati Jalur Pedestrian. 17 Maret 2019).

81

Universitas Sumatera Utara


Hal senada juga diungkapkan oleh masyarakat lain, yaitu:

“Saran saya semoga untuk pembangunan jalur pedestrian ini lebih


banyak menambah respon dari masyarakat yang positif agar nantinya
apa yang di lakukan oleh pemerintah mengenai pembangunan juga
dinilai positif dan bermanfaat utnuk perkembangan kota medan.
Terima kasih juga untuk pemerintah yang sudah membangun jalur
pedestrian ini. Karna jujur saya juga termasuk sering melalui jalur
pedestrian ini dan menurut saya cukup banyak manfaat setelah
adanya jalur ini karena memudahkan para penggemar pejalan kaki
melintasi jalur ini baik untuk olahraga maupun rutinitas lainnya.”
(Wawancara Frendra, Selaku Masyarakat Yang Melewati Jalur
Pedestrian. 17 Maret 2019).

Dari wawancara di atas untuk rasa berterima kasih telah di ungkapkan oleh

masyarakat namun seiring dengan itu masyarakat juga memberikan saran agar

untuk pembangunan jalur pedestrian ini terus dilakukan pembangunan tiap

tahunnya agar masyarakat lain merasakan perubahan yang hanya bukan di

kawasan perkotaan saja. Masyarakat juga berharap pelaksanaan pembangunan

jalur pedestrian berjalan lancar dan memberikan kesejahteraan bagi penduduknya.

82

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis

kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik

suatu kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan

memberikan saran terkait dengan Implementasi Pembangunan Jalur Pedestrian di

Kota Medan. Untuk melihat Implementasi Pembangunan Jalur Pedestrian di Kota

Medan dapat dilihat melalui variabel-variabel berikut ini :

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Pelaksanaan Pembangunan Jalur Pedestrian mengacu kepada Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2014. Sehingga pelaksanaannya tidak

akan lari dari peraturan tersebut. Untuk standar pembangunan jalur pedestrian

sendiri para pelaksana sudah mengikuti standar yang diberikan oleh Kementerian

Pekerjaan Umum dengan melaksanakannya. Pembangunan jalur pedestrian

tersebut sudah melalui tahap penyelesaian lebih kurang 3 tahun belakangan ini

dan sebelumnya juga telah dilakukan pembuatan konsep desain agar para

pelaksana tau titik mana saja yang ingin dibangun. Kebijakan pembangunan jalur

pedestrian seharusnya disusun berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa

masyarakat di Indonesia belum cukup puas dengan kinerja pemerintah.

Pemerintah seharusnya mengetahui kelebihan dan kelemahan para pelaksana

pembangunan jalur pedestrian yang di lakukan oleh ketiga OPD tersebut sebelum

dilaksanakan.

83

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan kuantitas sasaran target pembangunan telah terbangun 11

titik jalan untuk pejalan kaki dan masyarakat sangat terbantu. Tetapi kenyataan di

lapangan bahwa masyarakat belum merasakan kenyamanan yang di bangun oleh

pemerintah dalam pembangunan jalur pedestrian tersebut. Implementor

pembangunan jalur pedestrian belum memiliki ketegasan yang dapat dilihat

dengan sikap mereka yang membiarkan masyarakat masih berjualan dan

menjadikan lahan parkir liar secara individual. Kebijakan ini belum dapat

dikatakan sebagai kebijakan yang berhasil karena tanpa penegasan dari salah satu

dari ketiga OPD. Pembangunan jalur pedestrian tersebut tidak akan berjalan

dengan lancar jika pemerintah tidak menunjuk ketiga OPD tersebut. Hal ini

menujukkan bahwa sebuah kebijakan yang benar tidak mungkin dapat dicapai

tanpa adanya partisipasi dan rasa tanggung jawab dari pihak instansi yang terkait.

2. Sumber Daya

Keberhasilan suatu proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan

sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses

implementasi. Jika para aktor memiliki responsibilitas dan komitmen untuk

melaksanakan kebijakan maka dapat dipastikan bahwa kebijakan tersebut akan

berhasil sesuai apa yang diharapkan oleh isi kebijakan. Konsep pembangunan

yang dilakukan dari ketiga OPD memang belum terencana maksimal akan tetapi

dalam hal pekerjaannya sudah maksimal. Dengan kata lain pembangunan jalur

pedestrian yang seharusnya sudah identik dengan sumberdaya baik manusia

maupun ekonomi. Sumber daya manusia (SDM) mempunyai peranan yang

penting dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan

84

Universitas Sumatera Utara


konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para

personil yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan kurang

mempunyai sumber-sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Hal ini dari ketiga OPD

tersebut sudah sangatlah konsisten dengan apa yang mereka kerjakan selama

pembangunan jalur pedestrian ini mulai dari tahap awal sampai akhir penyelesaian

pembangunan.

3. Hubungan Antar Organisasi

Untuk komunikasi dan aktivitas pengamatan dapat dikatakan lancar.

Hubungan antara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan serta Dinas

Kebersihan dan Pertamanan sangat baik, dilihat dari respon mereka mengenai

pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan. Selain itu pelaksanaanya dilakukan

secara terbuka sehingga tidak menyebabkan distorsi dalam komunikasi dan

penyampaian informasi.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Organisasi pelaksana utama dalam implementasi kebijakan pembangunan

jalur pedestrian adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Instansi lainnya

yang terkait terlibat dalam proses pembangunan jalur pedestrian seperti

Kementerian Pekerjaan Umum, Walikota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas

Perhubungan serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Kondisi sosial yang terlihat ialah dimana masih banyak masyarakat yang

terganggu rutinitas pada proses pembangunan di kerjakan seperti kemacetan,

masih banyak masyarakat Kota Medan yang menyalahgunakan kebijakan jalur

85

Universitas Sumatera Utara


pedestrian tersebut, justru seharusnya jalur pedestrian digunakan hanya untuk

pejalan kaki malah sebaliknya di gunakan oleh masyarakat yang berkendara

sepeda motor untuk menjadi jalan pintas di saat kemacetan..

6. Disposisi Implementor

Kecenderungan sikap dari pelaksana pembangunan jalur pedestrian ialah

bahwa mereka hanya sebatas implementor yang hanya dibatasi oleh program yang

diberikan oleh pemerintah pusat. Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan

serta Dinas Kebersihan bertanggung jawab dalam proses pelaksanaan sampai

tahap akhir penyelesaian pembangunan. Pelaksanaan pembangunan jalur

pedestrian di Kota Medan sangat dirasakan manfaat dan dampak positifnya bagi

masyarakat khususnya masyarakat yang sering melintasi jalur pedestrian tersebut.

Dimana dengan adanya pembangunan ini dapat memberikan suatu manfaat bagi

masyarakat baik secara fisik, sosial, ekonomi dan kesehatan.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti terkait dengan Implementasi

Pembangunan Jalur Pedestrian Pada Pemerintah Kota Medan adalah :

a. Bagi Pemerintah Kota

- Perlu ditindak lanjuti tentang aksesibilitas ruang jalan termasuk terhadap

pemakai dari penyandang cacat.

- Perlu perhatian khusus terhadap Peraturan Daerah mengenai izin pembangunan

kawasan komersial baru ataupun alih fungsi bangunan agar dapat menyediakan

fasilitas parkir pada masing-masing bangunan.

86

Universitas Sumatera Utara


- Perlunya komunikasi dengan pemiliki toko dan PKL terhadap pemanfaatan

setback bangunan sebagai area semi publik menjadi publik untuk PKL

menjual pada waktu malam hari

b. Bagi Perencanaan Kota

- Perlunya memperhatikan segala aspek yang terkait dengan kebutuhan manusia

sebagai pengguna, baik itu yang normal maupun yang berkebutuhan khusus

dalam setiap perencanaan jalur pedestrian.

- Perlunya mempertimbangkan penambahan elemen-elemen fisik berdasarkan

skala manusia sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan secara

maksimal di jalur pedestrian.

- Harus ada peningkatan anggaran tiap tahunnya, mengingat masih banyak

pembangunan jalur pedestrian yang belum terbangun di Kota Medan.

- Terkhusus bagi kelompok pengembang perumahan (Developer property),

kawasan pendidikan, perkantoran serta fasilitas umum untuk menggunakan

pagar transparan / terbuka guna menghindari pemanfaatan jalur pedestrian

yang ada di sekitar propertinya oleh PKL.

c. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian terhadap persepsi diharapkan dapat menjadi

penggerak dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap penempatan

elemen-elemen fisik di jalur pedestrian yang dapat mempengaruhi ruang gerak

pejalan kaki di jalur tersebut.

87

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abdul Wahab, Solichin. (2008) . Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Agustino,Leo.(2006). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
_____. (2008). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.

Ali, M.(2009). Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional Menuju Bangs


Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Bandung: PT
Imperial Bakti Utama.

Amirin, Tatang, M. (2000). Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.
Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat
Bina Sistem Lalu Lintas Dan Angkutan Kota.(1999), "Teknik
Pengumpulan dan Pengolahan data Angkutan Umum", Balai Diktat
Transjaya

Gideon, Giovany. (1977). Aspek Manusia Dari Bentuk Perkotaan.

Hamdi, Muchlis. (1999). Kebijakan Publik : Selayang Pandang. Widya Praja


Edisi ke 33. Jakarta: IIP Depdagri.
Kartasasmita, Ginanjar. (1994). Pembangunan Berkesinambungan dan
Berkeadilan Dalam PJP II. Malang : Universitas Brawijaya Malang.

Moleong, Lexy, (2006). Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,


Bandung.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE

Nugroho, Riant. (2014). Publik Policy Edisi 5. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo.

Nugroho,Rochmin Dahuri. (2004).Pembangunan Wilayah dan Persfektif Ekonomi


Sosial dan Lingkungan. Jakarta : PL3ES.

Pasolong, Harbani. 2013. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Rubenstein,Harvey M. (1992). Pedestrian Mall, Streetcapes, and Urban Space.


Canada: John Wiley and Sons Inc

See’rs,Dudley. (1970). The Meaning Of Development : University Of Oxford.

Siagian, P.Sondang. (2014). Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi dan


Strateginya). Bumi Aksara, Jakarta.

88

Universitas Sumatera Utara


Subarsono, (2009). Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi)
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan R&D, Bandung.


Alfabeta.

Sugiyono, (2012), Memahami Penelitian Kualitatif, Alfebeta, Bandung.

Suyanto,Bagong, (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif


Pendekatan. Prenada Media, Jakarta.

Trogen, P.C. 2004. Public Goods. Handbook of Public Sector Economics.

Umar, Husein. (2010). Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen. Jakarta:


PT.Gramedia Pustaka Utama.
Wibisono, Dermawan.(2006). MANAJEMEN KINERJA. Konsep,Desain &
Teknik meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

Winarno,Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:


Media Pressindo.

Zuriah,Nurul. (2006). METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL DAN


PENDIDIKAN. Teori- Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Undang-Undang :

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman


Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan
Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002.

Sumber Jurnal/Tesis/Skripsi :

Bachri, Bachtiar S. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada


Penelitian Kualitatif. Vol. 10 No. 1 Tahun 2010.
Holcombe, Randall. 2009. Product Differentiation And Economic Progress The
Quarterly. Journal Of Austrian Economics 12. No 1
Iswanto, Danoe. 2006. Pengaruh Elemen-Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian
Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota
Dan Permukiman. V (I) : 21-29
Kristian, Widya Wicaksono. 2012. Barang Publik dan Eksternalitas pada Era
Otonomi Daerah. Dalam Jurnal Jurusan Ilmu Administrasi Publik.
Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.
Priyanto, Totok. 2004. Lingkungan Perkotaan yang Ramah Bagi Pejalan Kaki.
MAKALAH PRIBADI. Bandung: IPB

89

Universitas Sumatera Utara


Tisnaningtyas, E.Y. 2002. Fungsi Jalur Pedestrian di Kawasan Simpang Lima
Semarang pada Malam Hari Ditinjau dari Aspek Kenyamanan dan
Visibilitas Penggunanya. TESIS. Semarang : UNDIP
Uniaty, Quintarina. 1992. Model Jalur Pedestrian : Kajian Perseptual terhadap
Fenomena dan Karakteristik Jalur Pedestrian sebagai Bagian dari Ruang
Arsitektur Kota. TESIS. Bandung : ITB

Sumber Berita :

http://waspada.co.id/medan/wali-kota-komit-pembangunan-jalur-pedestrian-terus-
dilanjutkan/, diakses pada tanggal 10 Maret 2018 pukul 10.10 Wib

http://harian.analisadaily.com/kota/news/pembangunan-pedestrian-diharap-tarik-
wisatawan/455846/2017/11/21, diakses pada tanggal 10 Maret 2018 pukul 11.12
Wib
http://www.pemkomedan.go.id/artikel-16952-walikota-jadikan-seputaran-
lapangan-merdeka-jalur-pedestrian.html, diakses pada tanggal 12 Maret 2018
pukul 11.12 Wib
http://www.dishubpemkomedan.go.id, diakses pada tanggal 1 Desember 2018
pukul 15.48 Wib
http://www.tribunnews.com, diakses pada tanggal 12 Desember 2018 pukul 20.16
Wib
http://www.akses.com/metro/kalau-mau-urus-kir-jangan-lupa-bawa-alat-rekam,
diakses pada tanggal 20 Desember 2018 pukul 09.46 Wib
http://www.pekerjaanumum.pemkomedan.go.id/hal-struktur-organisasi.html,
diakses pada tanggal 26 Desember 2018 pukul 01.12 Wib
http://www.dishubmedan.blogspot.com/struktur-organisasi-dishub-kota-medan,
diakses pada tanggal 26 Desember 2018 pukul 01.22 Wib
http://www.ppid.pemkomedan.go.id/front/dokumen/download/400015825,
diakses pada tanggal 30 Desember 2018 pukul 09.20 Wib
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2018/02/20/337986/pembangunan/tr
otoar/dimedan/tanpa/konsep, diakses pada tanggal 09 April 2019 pukul 10.15 Wib
https://www.tobasatu.com/2019/04/01/anggaran/dinas/pu/medan/dipangkas/rp175
/miliar, diakses pada tanggal 09 April 2019 pukul 14.01 Wib
http://beritasumut.com/2019/02/10/denah/lokasi/kantor/dinas/kebersihan/dan/pert
amanan, diakses pada tanggal 4 Maret 2019 pukul 10.00 Wib

90

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

91

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

• Apa yang menjadi standar dan sasaran dalam pelaksanaan pembangunan jalur
pedestrian ?

2. Sumber Daya

• Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan jalur
pedestrian ?

3. Hubungan Antar Organisasi

• Bagaimana koordinasi para implementor dalam pelaksanaan pembangunan jalur

pedestrian?

4. Karakteristik Agen Pelaksana

• Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian ?

5. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

• Adakah dampak dan pengaruh dari luar semisal Lingkungan sosial, ekonomi dan
politik dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian ?

• Bagaimana respon masyarakat pembangunan jalur pedestrian?

6. Disposisi Implementor

• Bagaimana tanggung jawab para implementor dalam pelaksanaan pembangunan


jalur pedestrian?

92

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA (MASYARAKAT)

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pembangunan jalur pedestrian di Kota


Medan ?

2. Apa manfaat yang bapak/ibu terima dengan adanya pembangunan jalur


pedestrian di Kota Medan ?

3. Apakah bapak/ibu merasa kesulitan dalam berjalan atau melakukan aktivitas


sebelum adanya pembangunan jalur pedestrian tersebut?

4. Bagaimana dengan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan


pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan ?

5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan jalur


pedestrian Di Kota Medan ?

93

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

TRANSKRIP OBSERVASI

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati

Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Pada Pemerintah

Kota Medan meliputi :

A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik

maupun non fisik dalam Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur

Pedestrian Oleh Pemerintah Kota Medan

B. Aspek yang diamati :

a. Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

1. Kantor Kepala Dinas dan Sekertaris Dinas Pekerjaan Umum

b. Dinas Perhubungan Kotan Medan

1. Kantor Kepala Sub Bagian Sarana & Prasarana Dishub Kota Medan

c. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

1. Kantor Kepala dan Sekertaris Bidang Pertamanan Kota Medan

94

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

TRANSKRIP DOKUMENTASI

A. Tujuan

Untuk memperoleh dokumen-dokumen mengenai Implementasi Kebijakan

Pembangunan Jalur Pedestrian Pada Pemerintah Kota Medan

B. Aspek Dokumentasi

Dokumen Arsip

1. Data Kelembagaan

a. Sejarah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, dan Dinas

Pertamanan

b. Struktur Organisasi

c. Visi, Misi, Tujuan

2. Data Kebijakan Jalur Pedestrian

a. Dokumen atau Pedoman tentang Kebijakan Pembangunan Jalur

Pedestrian

b. UU dan Peraturan Tentang Implementasi Kebijakan Pembangunan

Jalur Pedestrian

95

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

• Apa yang menjadi standar dan sasaran dalam pelaksanaan pembangunan


jalur pedestrian ?

2. Sumber Daya

• Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan


jalur pedestrian ?

3. Hubungan Antar Organisasi

• Bagaimana koordinasi para implementor dalam pelaksanaan


pembangunan jalur pedestrian?

4. Karakteristik Agen Pelaksana

• Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian


?

5. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

• Adakah dampak dan pengaruh dari luar semisal Lingkungan sosial,


ekonomi dan politik dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian ?
• Bagaimana respon masyarakat pembangunan jalur pedestrian?

6. Disposisi Implementor

• Bagaimana tanggung jawab para implementor dalam pelaksanaan


pembangunan jalur pedestrian?

96

Universitas Sumatera Utara


PEDOMAN WAWANCARA (MASYARAKAT)

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pembangunan jalur pedestrian di Kota


Medan ?
2. Apa manfaat yang bapak/ibu terima dengan adanya pembangunan jalur
pedestrian di Kota Medan ?
3. Apakah bapak/ibu merasa kesulitan dalam berjalan atau melakukan aktivitas
sebelum adanya pembangunan jalur pedestrian tersebut?
4. Bagaimana dengan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan
pembangunan jalur pedestrian di Kota Medan ?
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan jalur
pedestrian Di Kota Medan ?

97

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati Implementasi


Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Di Kota Medan meliputi :

A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik maupun non
fisik dalam Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalur Pedestrian Oleh
Pemerintah Kota Medan

B. Aspek yang diamati :

a. Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

-Kantor Kepala Dinas dan Sekertaris Dinas Pekerjaan Umum

b.Dinas Perhubungan Kotan Medan

- Kantor Kepala Sub Bagian Sarana & Prasarana Dishub Kota Medan

c. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

- Kantor Kepala dan Sekertaris Bidang Pertamanan Kota Medan

98

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3
PEDOMAN DOKUMENTASI

A. Tujuan
Untuk memperoleh dokumen-dokumen mengenai Implementasi Kebijakan
Pembangunan Jalur Pedestrian Di Kota Medan meliputi :

B. Aspek Dokumentasi
Dokumen Arsip
1. Data Kelembagaan
a. Sejarah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, dan Dinas
Pertamanan
b. Struktur Organisasi
c. Visi, Misi, Tujuan
2. Data Kebijakan Jalur Pedestrian
a. Dokumen atau Pedoman tentang Kebijakan Pembangunan Jalur
Pedestrian

b. UU dan Peraturan Tentang Implementasi Kebijakan


Pembangunan Jalur Pedestrian

99

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1
TRANSKRIP WAWANCARA

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

• Apa yang menjadi standar dan sasaran dalam pelaksanaan pembangunan


jalur pedestrian di Kota Medan ?
“Semua pembanguna njalur pedestrian di Indonesia memakai
Peraturan Menteri No.03/PRT/M/2014. Tidak melenceng dari
peraturan tersebut. Di tahun 2016 sudah terbangunnya
beberapa titik jalur pedestrian di kota medan yakni jalan
Balaikota, Raden Saleh, Imam Bonjol, Maulana Lubis,
Perniagaan, serta Gatot Subroto. Untuk standar pembangunan
jalur pedestrian para pelaksana sudah mengikuti standar yang
di berikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan
melakukan verifikasi sehingga tujuan dari pembangunan Jalur
Pedestrian tercapai. Hal ini bias dilihat dari pembangunan
Jalur Pedestrian Kota Medan yang sebelumnya sudah pernah di
bangun namun belum secara merata hanya baru beberapa titik
saja yang telah di bangun.”

(Bapak Muhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang


Pembangunan JalanDinasPekerjaanUmum Kota Medan. 15
Maret 2019).
“Yang didata memang benar-benar yang akan kami bangun.
Jadi tidak ada yang namanya salah sasaran. Kesejahteraan itu
ada, yang tadinya pembangunan jalur pedestrian mungkin tidak
dalam focus pemerintah maka dengan adanya perubahan baru
ini jadi kami tangani kembali focus untuk membangun atau
mengevaluasi jalur pedestrian kembali.”

(Bapak Kesmedi Dagobert Sianipar, Kasi. Perencanaan


Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana Dinas
Perhubungan Kota Medan. 13 Maret 2019).
“Sasaran program ini sudah sesuai karena kita yang verifikasi
langsung dilapangan.Kemarin kita usulkan bahwa dalam
pembangunan ini cara kerjanya jangan setengah-setengah.
Tetapi yang bisa di recomended hanya beberapa titik saja karna
sesuai dengan kemampuan anggaran.Otomatis kita periksa dari
skala yang paling mencondong. Dia skala prioritas, kita melihat
mana jalur pedestrian yang paling rusak.”
Lalu beliau menambahkan mengenai kendala dan masalah yang terjadi
di lapangan saat pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian :

100

Universitas Sumatera Utara


“Kalau dalam pelaksanaan biasanya kendalanya dalam
mencapai target, karena kita diberi batasan waktu dalam
pengerjaan sekitar2 tahun tapi ya lebih dari itu gak masalah
sebenarnya. Misalnya kendala cuaca seperti hujan sehingga
panglong sulit mengantar barang. Kendala lain yakni konsep
desain jalur pedestrian sebenarnya memangharus difikirkan
jauh matang-matang ya bukan asal buat gitu aja sebenarnya,
apalagi kan inti dari pembangunan itu kan mendesain dulu
seperti yang dilakukan oleh dinas perhubungan, baru lah dinas
lain yang terkait juga bias bergerak, dan terutama dinas
kebersihan dan pertamananya memang harus di tata sebaik
mungkin bagaimana fasilitas itu berguna yang semestinya agar
masyarakat merasakan kenyamanan walaupun bukan
masyarakat maupun wisatawan dari dalam
kota/negara.”(Bapak Supriadi, Kepala Bidang Pertamanan
dan Penerangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Medan. 12 Maret 2019).
2. Sumber Daya
• Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pembangunan jalur pedestrian ?
“Pembangunan jalur pedestrian ini bukan yang pertama kali
kami buat, Untuk masalah sumberdaya kami dari ketiga dinas
lah yang membangun jalur pedestrian itu sendiri, tidak ada
campur tangan dari pihak luar ataupun dibantu dengan
fasilitator lain selama masa 3 tahun belakangan ini, dan kami
juga memantau petugas lainnya dalam tahap sudah sampai
mana pembangunan itu berjalan.”

(BapakMuhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang


Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
15 Maret 2019).
”Sumberdaya sendiri kalau dalam pembangunanjalur
pedestrian ada namanya tim teknis untuk menangani
pembangunan jalur pejalan kaki. Jadi kalau yang perlu di
bereskan kami tinggal bilang ke mereka dan kami disini hanya
memantau.”

(Bapak Kesmedi Dagobert Sianipar, Kasi. Perencanaan


Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana Dinas
Perhubungan Kota Medan. 13 Maret 2019).
3. Hubungan Antar Organisasi
• Bagaimana koordinasi para implementor dalam pelaksanaan
pembangunan jalur pedestrian ?

101

Universitas Sumatera Utara


“Koordinasi antara dinas pekerjaan umum, dinas perhubungan
serta dinas kebersihan dan pertamanan sudah bagus dan
terbuka.Karena waktu pertaman kali pembangunan ini memang
sengaja kami rapatkan dulu membicarakan mulai dari konsep
desain sampai fasilitas jadi ya memang saling koordinasi yang
terpenting. Jadi kami saling memaparkan tugas yang kami
kerjakan sejelas-jelasnya kepada dinas yang lain. Pada saat
sosialisasi kami juga memberikan pemahaman dan informasi
tentang pembangunan jalur pedestrian.”

(BapakMuhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang


Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
15 Maret 2019).
“Komunikasi antara kepala dinas, dan bawahan, terjalin
sangat baik. Semua bisa kami diskusikan dan melalui proses
rapat yang juga selalu diadakan. Hubungan dengan dinas lain
juga tidak ada masalah karena kami sudah mengatasinya
dengan cara kami sendiri.”

(Bapak Kesmedi Dagobert Sianipar, Kasi. Perencanaan


Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana Dinas
Perhubungan Kota Medan. 13 Maret 2019).
4. Karakteristik agen pelaksana
• Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian
?
“Yang terlibat tentu saja dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perhubungan serta Dinas Keberasihan dan Pertamanan.
Pembangunan jalur pedestrian sistemnya tidak untuk
perorangan tapi untuk wilayah-wilayah. Jadi tidak bisa satu
orang di tempat ini dan satu orang lagi di tempat lain, karena
butuh kerjasama tadi. Harus ada timbal balik antara
pemerintah dan intansi yang terkait, jika hanya mengandalkan
pemerintah sama saja tidak bisa berjalan.”

(Bapak Supriadi, Kepala Bidang Pertamanan dan


Penerangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Medan. 12 Maret 2019).
“Dalam program pembangunan jalur pedestrian ini koordinasi
yang dilakukan dengan pihak Dinas yang terkait. Pihak Dinas
Pekerjaan Umum berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan
dan Dinas Kebersihan Pertamanan agar dalam pengerjaan
pembangunan ini sesuai kesepakatan bersama mulai dalam hal
koordinasi, pengurusan-pengurusan berkas dan
penandatanganan kesepakatan. Kalau untuk koordinasi dengan
pihak pemerintah sendiri dengan melalui ide atau masukan

102

Universitas Sumatera Utara


yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan ketiga OPD yang
terkait di suatu ruangan.”

(Bapak Muhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang


Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
15 Maret 2019).

5. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik


• Adakah dampak dan pengaruh dari luar semisal Lingkungan
sosial, ekonomi dan politik dalam pelaksanaan pembangunan jalur
pedestrian ?
“Dulu kendala yang dihadapi yakni masyarakat di mintaki uang
(pungli) tanpa sepengetahuan kami. Jadi kesininya dinas sudah
semakin tahu untuk menghindari yang seperti itu.Karena kami
ada payung hukum yang cukup kuat untuk melakukan
penindakan, yakni Peraturan Wali Kota Medan
No.70/2017tentang Tata Cara Pemindahan, Penderekan,
Penguncian dan Penggembokan. Jadi terbentuknya payung
hukum dari Perwal ini guna untuk menyadarkan para pelaku
parkir liar.”

(Bapak Kesmedi Dagobert, Kasi. Perencanaan


Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana
Dinas Perhubungan Kota Medan. 13 Maret 2019).
“Ada memang sebagian masyarakat elite seperti pejabat-
pejabat yang mendukung pembangunan ini ada juga yang tidak
mendukung. Kalau yang mendukung pasti memberikan
tanggapan yang positif lah tapi kalau yang tidak mendukung
pasti memberikan tanggapan yang negatif tentunya seperti ada
yang bilang mubazir lah, bikin tambah macet lah, tambah
membludak para PKL dan parkir liar lah yah macam-macam
tanggapan kan semuanya berbeda-beda. Tetapi kami melakukan
apa yang terbaik saja dan apa arahan yang di sampaikan oleh
pemerintah.”

(Bapak Muhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang


Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
15 Maret 2019).
• Bagaimana respon masyarakat terhadap pembangunan jalur pedestrian ?
“Responnya tentu sangat baik, namanya untuk kemajuan kota
mereka dibangun tentu mereka senang. Pembangunan jalur
pedestrian ini sangat bagus untuk meningkatkan kualitas
pembangunan pemerintah. Dari yang tadinya jalur pejalan kaki
sangat buruk sampai masyarakat harus berjalan di pinggir

103

Universitas Sumatera Utara


jalan, sekarang tidak lagi. Dari yang lantainya hanya tanah
sekarang sudah di batablock.”

(BapakSupriadi, Kepala Bidang Pertamanan dan


Penerangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Medan. 12 Maret 2019).
“Pembangunan jalur pedestrian ini sangat bagus untuk
masyarakat. Karena manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh
mereka. Karena terbangunnya jalur pejalan kaki ini kan dari
pemerintah untuk rakyat kota medan pastilah sangat banyak
manfaat yang dirasakan oleh mereka. Itu tentu menjadi ingatan
yang baik dalam diri mereka. Apalagi jalur pejalan kaki
merupakan hal yang sering di lalui masyarakat.”

(Bapak Muhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang


Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
15 Maret 2019).
6. Disposisi Implementor
• Bagaimana tanggung jawab para implementor dalam pelaksanaan
pembangunan jalur pedestrian ?
“Memang cukup banyak masyarakat yang protes soal
pembangunan jalur pejalan kaki ini karena yang di bangun
kenapa di kawasan perkotaan dan perkantoran saja dan kenapa
tidak di bangun juga di jalan-jlan pelosok gitu kan, tapi ya
disini kami menanggapi mulai dari soal peraturan menteri yang
sampai saat ini belum mengeluarkan adanya pembangunan
jalur pedestrian ke daerah yang tidak terpandang seperti jalur
yang ada di sekolahan, di pasar-pasar, tapi akan kami usahakan
sebisa mungkin karna ini juga merupakan tanggung jawab kami
sebagai Dinas Pekerjaan Umum yang mengerti soal
pembangunan jalan nnti akan kami ajukan atau terapkan
pembangunan jalur pedestrian supaya merata di daerah yang
tidak terpandang.”

(Bapak Muhammad Muda Adha, Kepala Sub Bidang


Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
15 Maret 2019).
“Tanggung jawab kami sendiri ya dengan melaksanakan
program ini sebaik mungkin. Inikan termasuk program
pembangunan pemerintah jadi ya harus kita terapkan betul-
betul masalah pembangunan nya.”

(Bapak Kesmedi Dagobert, Kasi. Perencanaan


Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana
Dinas Perhubungan Kota Medan. 13 Maret 2019.

104

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA (MASYARAKAT)

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pembangunan jalur pedestrian ?


- Ruang pelayanan yang berfungsi untuk kegiatan pejalan kaki dalam
melakukan aktivitas, sehingga dapat meningkatkan keamanan,
kelancaran dan kenyamanan bagi pejalan kaki. (Ridwan, 16 Maret
2019)
- Jalur pedestrian itu adalah jalur khusus pejalan kaki yang ada disetiap
kota. Akan tetapi jalur ini bukan hanya untuk pejalan kaki saja, tetapi
juga untuk para penyandang disabilitas. ( Fadly, 16 Maret 2019)
2. Apa manfaat yang bapak/ibu terima dengan adanya pembangunan jalur
pedestrian ?
- Manfaatnya banyak salah satunya yaitu untuk melindungi hak-hak
pejalan kaki dari kendaraan yang melintas di jalan utama. (Vidy
Larastira, 16 Maret 2019)
- Harapan saya semoga dengan adanya pembangunan jalur pedestrian ini
dapat membantu pejalan kaki mengembalikan hak-haknya yang selama
ini terbaikan. (Irfan Tanjung, 16 Maret 2019)
- Jalur pejalan kaki ini kan merupakan jalan yang lumayan sering kita
lalui, jadi ya sangat bagus ada pembangunan ini. Kita ga perlu lagi jika
berjalan setara dengan kendaraan berjalan pula. (Rosnani, 16 Maret
2019)
- Kalau dulu jalur untuk khusus pejalan kaki jarang terpandang ya,
sampai-sampai ga bisa lagi membedakan mana jalur pejalan kaki mana
jalan. Tapi kalau sekarang sudah ada lah sedikit perubahan. (Fadly , 16
Maret 2019)
3. Apakah bapak/ibu merasa mengganggu rutinitas dengan adanya
pembangunan jalur pedestrian tersebut ?
- Menurut saya tidak ya karena saya juga jarang melewati jalanan yang
terdapat pembangunan jalur pejalan kaki. Ya paling kemacetan lah udah
biasa mah di Medan. (Nisa, 16 Maret 2019)
- Tidak, semuanya lancar sampai pembangunannya selesai saya berterima
kasih sekali karena ada program seperti ini. (Frenda, 16 maret 2019)
4. Bagaimana dengan tanggapan bapak/ibu dalam proses pembangunan
jalur pedestrian tersebut ?
- Kurang saya amati sih, Cuma ya kalau lagi jalan disekitaran yang ada
pembangunan jalur pedestrian ya bagus aja, semua nya ikut turun.
(Frenda, 16 Maret 2019)

105

Universitas Sumatera Utara


- Proses nya lumayan lama juga ya 3 tahun itu pun belum semua yang di
bangun. Misalnya seperti di pasar, sekolahan dll. (Gilbert, 16 maret
2019)

5. Bagaimana harapan bapak/ibu kedepan nya setelah adanya jalur pedestrian


tersebut ?
- Harapan saya untuk pembangunan jalur pejalan kaki kedepannya harus
lebih terjaga, terutaman perlu difokuskannya masalah pembangunan
ini. Meski bukan hanya jalur pejalan kaki saja akan tetapi semua
pembangunan infrastruktur di kota medan ini harus kita jaga.
(VidyLarastira, 16 Maret 2019)
- Harapan saya kedepannya siapa pun pemimpin nya semoga ada
perubahan terutama seperti jalur pejalan kaki, karna tidak selamanya
kita naik kendaraan. (Idalia, 16 maret 2019)
- Saya berharap semoga pemerintah menjalankan segala tugas nya
dengan rata, tidak hanya fokus 1 masalah saja terutama seperti jalur
pedestrian ini yang tidak banyak orang lain tau bahkan dianggap
sepele. (Sunarto, 16 maret 2019)

106

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2
TRANSKRIP OBSERVASI

• Standar dan Sasaran Kebijakan


Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan 15 Maret 2019 mengenai
standar dan sasaran kebijakan pembangunan jalur pedestrian sudah terlaksana
dengan baik. Peneliti melihat bahwa sasaran dari pembangunan tersebut yakni
Untuk standar pembangunan jalur pedestrian para pelaksana sudah mengikuti
standar yang di berikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan melakukan
verifikasi sehingga tujuan dari pembangunan Jalur Pedestrian tercapai. Hal ini
bisa dilihat dari pembangunan Jalur Pedestrian Kota Medan yang sebelumnya
sudah pernah di bangun namun belum secara merata hanya baru beberapa titik
saja yang telah di bangun.
• Sumber Daya
Terkait dengan sumber daya peran Dinas Pekerjaan Umum ialah sebagai
pelaksana pembangunan jalur pedestrian. Untuk masalah sumberdaya kami dari
ketiga dinas lah yang membangun jalur pedestrian itu sendiri, tidak ada campur
tangan dari pihak luar ataupun dibantu dengan fasilitator lain selama masa 3 tahun
belakangan ini, dan kami juga memantau petugas lainnya dalam tahap sudah
sampai mana pembangunan itu berjalan.
• Hubungan antar Organisasi
Dari pengamatan peneliti hubungan antar organisasi terjalin dengan baik,
dimulai pada saat peneliti berada di Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan
serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang sebelumnya melaksanakan
pembangunan jalur pedestrian. Hubungan antara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perhubungan serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga sangat baik, dilihat
dari respon mereka mengenai pelaksaan pembangunan jalur pedestrian di Kota
Medan.
Sedangkan pengamatan di Lapangan pada tanggal 16 Maret 2019 terkait
dengan hubungan antara ketiga Instansi dan Walikota terlihat sangat baik.
• Karakteristik Agen Pelaksana
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dilapangan terkait karakteristik
agen pelaksana yaitupeneliti melihat bahwa komunikasi yang dilakukan melalui
sosialisasi kepada pihak-pihak yang dilibatkan dalam pembangunan jalur
pedestrian. Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Dinas kebersihan
Pertamanan memiliki sifat yang terbuka dan transparan. Hal ini peneliti amati dari
proses pembangunan sampai pada tahap penyaluran dana semua dilakukan secara
teratur dan merata. Karena anggaran terbatas dan tidak semua jalur pedestrian
yang ada dapat dibangun, Dinas Pekerjaan Umum juga bekerja sama dengan
Dinas lain dalam penentuan jalan mana yang benar-benar ingin di dahulukan

107

Universitas Sumatera Utara


dibangun dan dievaluasi untuk dapat di rekomendasikan ke pusat agar
pembangunan dapat terselenggarakan dengan baik.

• Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik


Dari pengamatan yang dilakukan peneliti kondisi sosial, politik dan
ekonomi menjadi sebuah pertimbangan yang sangat penting dalam mendukung
pencapaian sasaran kebijakan publik yang tepat dan terarah atau bisa sebaliknya,
karena lemahnya kondisi ekonomi, sosial dan politik dapat menyebabkan sifat
ketergantungan masyarakat terhadap program-program yang dirancang oleh
pemerintah menjadi lebih besar dan semakin membuat masyarakat tidak dapat
membiasakan diri untuk mengembangkan potensi diri.
Kondisi sosial yang peneliti amati ialah tentu sangat berpengaruh,
masyarakat sebagian menilai positif karena pembangunan jalur pedestrian ini
termasuk untuk mendukung estetika kota medan yang selama ini tidak terbangun
lebih maksimal dan hal negatifnya karena sebagian masyarakat melakukan aksi
protes karena kemacetan, terganggunya lalu lintas karena pembaharuan
pembangunan jalur, pembongkaran fasilitas yang dulunya sudah terletak di jalur
tersebut.
• Disposisi Implementor
Disposisi atau sikap implementor dapat dikatakan baik, informan
penelitian merupakan orang-orang yang ahli dan tahu persis mekanisme dari
pelaksanaan pembangunan jalur pedestrian sikap pelaksana terhadap respon
kepada instansi yang lain dalam menjalankan bantuan pembangunan jalur
pedestrian ini juga dinilai dapat memberikan rasa tanggung jawab kepuasan
tersendiri bagi mereka sendiri sebagai penilaian tentang pembangunan jalur
pedestrian yang dijalankan. Pembangunan jalur pedestrian dijalankan baik oleh
para implementor sehingga mendapat anggapan baik dari masyarakat selama
menjalankan pembangunan tersebut.

108

Universitas Sumatera Utara


INFORMAN

- Karakteristik informan berdasarkan jabatan :

No. Jabatan Jumlah

1. Kepala Sub. Bidang 1

2. Kepala Seksi 1

3. Kepala Bidang 1

4. Masyarakat 10

No. Nama Jabatan

1. Muhammad Muda Adha Kepala Sub. Bidang

Hsb, S.T Pembangunan Jalan

2. Kesmedi Dagobert Sianipar Kepala Seksi Perencanaan


Pembangunan dan Pemeliharaan
S.H Prasarana

3. Supriadi S.T Kepala Bidang Pertamanan dan


Penerangan

No. Nama No. Nama

1. Irfan Tanjung 6. Frenda

2. Vidy Larastira 7. Sunarto

3. Ridwan 8. Vita

4. Idalia 9. Gilbert

5. Fadly 10. Rosnani

109

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai