Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 9 No.

1
Januari 2020

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA TAHUN 2017


DI DESA JETIS KECAMATAN JETIS KABUPATEN PONOROGO

Oleh
Rita Indriyani

Abstrak

Dengan penerapan indikator komunikasi yang baik, sumber daya, sikap, struktur birokrasi,
lingkungan, sosial ekonomi dan budaya serta standar dan tujuan kebijakan adalah untuk
meningkatkan kualitas program dan tentu saja meningkatkan pencapaian partisipasi masyarakat.
Seiring dengan perubahan paradigma orang berpikir bahwa kebutuhan kebijakan Alokasi Dana
Desa sebagai pemberdayaan masyarakat.

Keyword : Implementasi, kebijakan, alokasi dana

Pendahuluan mempunyai sistem pemerintahan sendiri


(dikepalai oleh seorang kepala desa).
Alokasi Dana Desa di Provinsi Jawa Koentjara-ningrat sebagaimana yang dikutip
Timur pada tahun 2015 sebesar Rp oleh Adon Nasrulloh memberikan
1.161.719.280.334 dan pada tahun 2016 pengertian mengenai desa melalui
sebesar Rp 4.088.460.952.398. Sumber pen- pemilahan pengertian komunitas dalam dua
dapatan desa yang lain adalah Dana jenis, yakni komunitas besar (seperi kota,
Desa.Belanja Modal harus dikeluarkan negara bagian, dan negara) dan komunitas
dalam rangka pembeli-an/pengadaan aset kecil (seperti band, desa, rukun tetangga).
tetap dan aset lainnya yang mempunyai Koentjaraningrat mendefinisikan desa
manfaat lebih dari 12 bulan (Halim, 2008 : sebagai komunitas kecil yang menetap tetap
5). Belanja Modal Kabupaten/Kota di di suatu tempat. Ia tidak memberikan
Provinsi Jawa Timur di asumsikan untuk penegasan bahwa komunitas desa secara
sektor publik yang memiliki tujuan untuk khusus bergantung pada sektor pertanian.
menurunkan angka kemiskinan (Peraturan Dengan kata lain, masyarakat desa sebagai
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005). sebuah komunitas kecil dapat saja memiliki
Anggaran Belanja Modal di Provinsi Jawa ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam,
Timur pada tahun 2015 sebesar Rp tidak hanya disektor pertanian saja.
13.458.401.536.882 dan pada tahun 2016 (Jamaludin, 2015-5).
sebesar Rp 14.660.115.066.248. Dengan ADD sebagaimana dimaksud paling
adanya investasi modal (belanja modal) sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana
diharapkan mampu meningkatkan kualitas perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota
layanan publik terhadap pembangunan. dalam APBD setelah dikurangi DAK. Setiap
Untuk mencapai sa-saran tersebut, tahun anggaran pemerintah pusat telah
diperlukan sarana dan prasarana terutama mengalokasikan sejumlah anggaran yang
dukungan dana yang memadai. bersumber dari APBN untuk dialokasikan
Pemberdayaan sebagai salah satu sebagai ADD pada setiap desa yang ada di
penyelenggaraan pembangunan, dalam negara Indonesia.
pelaksanaannya pembangunan di Indonesia Pengelolaan ADD tersebut sangat
masih terjadi ketidakmerataan dan dipengaruhi oleh kapasitas Sumber Daya
ketimpangan, terutama pembangunan di manusia pemerintah daerah agar
daerah pedesaan. Di daerah perkotaan penggunaan ADD tersebut tidak terjadi
ditandai dengan kemudahan meng-akses penyalahgunaan kewenangan ataupun
informasi, fasilitas dan sebagai pusat menyalahi kewenangan yang ada sehingga
perekonomian, sedangkan di daerah mengarah kepada tindak pidana korupsi.
pedesaan identik dengan keterbatasan Oleh karena itu penelitian terhadap
saranadan prasarana. penggunaan ADD di Kabupaten Ponorogo
Desa merupakan kesatuan wilayah perlu dilakukan sebagai bagian dari
yang dihuni oleh sejumlah keluarga, yang penemuan permasalahan dan pe-mecahan

60
Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 9 No. 1
Januari 2020

permasalahan penggunaan ADDyang selama George C Edward III, dalam pendekatan


ini banyak menimbulkan permasalahan di teori ini terdapat empat dalam pendekatan
masyarakat desa, setidaknya terdapat teori ini terdapat empat variabel yang
berbagai kritikan oleh masyarakat desa menjelaskan bahwa implementasi kebijakan
kepada aparat desa dalam hal penggunaan akan berhasil apabila keempat faktor kritis
ADD di beberapa desa yang ada di yang dimaksud dan mendukung adalah :
Kabupaten Ponorogo. 1. Komunikasi; 2. Sumberdaya; 3.
Bertolak dari rasa keprihatinan Disposisi; dan 4. Struktur birokrasi. (
tersebut, berbagai programpun bermunculan George C. Edward III, 1990,149-154.).
setiap tahunnya baik dari pemerintah pusat Peneliti juga mengacu pada teori yang
maupun pemerintah daerah yang bertujuan digunakan menurut Van Metter dan Van
untuk mendorong dan membangkitkan Horn (Subarsono, 2005: 99) menyebutkan
kemampuan masya-rakat terutama ada lima variabel yang mempengaruhi
masyarakat pedesaan. Ini adalah wujud kinerja implementasi, yaitu : a/. Ukuran dan
pemberdayaan yang perlu memunculkan tujuan kebijakan, b/. Sumberdaya, c/.
kembali nilai-nilai, kearifan lokal dan modal Komunikasi antar organisasi dan penguatan
sosial yang dari dahulu memang sudah aktivitas, d/. Karakteristik agen pelaksana,
dianut oleh leluhur kita yang tinggal di e/.Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya.
pedesaan dalam “kegotong-royongan” yang
saat ini sudah mulai terkikis. Salah satu Metode Penelitian
program tersebut adalah Alokasi Dana Desa
(ADD). Metode deskriptif memusat-kan
Satu diantara rentetan program perhatian terhadap masalah-masalah atau
pemberdayaan itu adalah Pemberian Alokasi fenomena yang ada pada saat penelitian
Dana Desa (ADD) yang merupakan wujud dilakukan atau masalah yang bersifat aktual,
dari pemenuhan hak desa untuk kemudian menggambarkan fakta-fakta
menyelenggarakan Otonomi Desa agar tentang masalah yang diselidiki
tumbuh dan berkembang mengikuti sebagaimana adanya.
pertumbuhan dari Desa itu sendiri Penentuan lokasi penelitian
berdasarkan keanekaragaman, didasarkan pertimbangan bahwa Desa Jetis
partisipasipatif, otonomi asli, demo-kratisasi dalam rangka me-ningkatkan aktifitas
dan pemberdayaan mayarakat. pemberdayaan dan pembangunan
Itulah sebabnya peneliti tertarik masyarakat desa. Dalam penelitian ini,
untuk meneropong sejauh mana peneliti telah menentuakan beberapa
implementasi pengelolaan Alokasi Dana informan yang namanya tersebut berikut ini,
Desa (ADD) itu untuk kepentingan sebagai nara sumber atau informan dalam
pembangunan dan pemberdayaan penelitian ini meliputi:
masyarakat melalui penelitian ke Desa Jetis, a. Kepala Desa Jetis
Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo.Ada b. Perangkat Desa Jetis
beberapa permasalahan yang terjadi di Desa c. Ketua BPD Desa Jetis.
Jetis terkait dengan penggunaan ADD. Tata d. Tokoh Masyarakat
kelolah dana ADD masih nampak belum Teknik pengumpulan data yang
efektif, hal ini terlihat pada mekanisme digunakan dalam penelitian ini adalah :
perencanaan yang belum mem-perlihatkan Wawancara merupakan usaha untuk
sebagai bentuk perencanaan yang efektif menggali keterangan yang lebih dalam dari
karena waktu perencanaan yang sempit, sebuah kajian dari sumber yang relevan
kurang berjalannya fungsi lembaga desa, berupa pendapat, kesan, pengalaman,
partisipasi masyarakat rendah karena pikiran. Jenis wawancara yang digunakan
dominasi kepala desa dan adanya pos-pos dalam penelitian ini adalah wawancara
anggaran dalam pemanfaatan ADD sehingga mendalam. Wawancara mendalam adalah
tidak ada kesesuaian dengan kebutuhan suatu proses mendapatkan informasi untuk
desa. kepentingan penelitian dengan cara dialog
Berdasarkan penjelasan dari antara peneliti sebagai pewawancara dengan
pemaparan tentang landasan teori yang informan atau yang memberi informasi
terkait telah peneliti kemukakan di atas, dalam konteks observasi partisipasi.
maka peneliti menggunakan acuan teori

61
Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 9 No. 1
Januari 2020

Kriteria dalam menentukan DanaDesa. Staf yang bertugas sebagai


keabsahan data antara lain derajat pelaksana dalam im-plementasi kebijakan
kepercayaan, keteralihan, ke-bergantungan ADD memang merupakan orang yang
dan kepastian. Teknik pemeriksaan validitas berkompeten dan memilikipengalaman yang
data yang digunakan dalam penelitian ini cukup dibidangnya.(Agustino, 2012: 149-
adalah triangulasi data/sumber. 154)
Teknik triangulasi data/ sumber Dalam kenyataan yang ditemui di
dilakukan dengan pembandingan data yang lapangan masih terdapat beberapa
diperoleh dilakukan baik data primer dengan sperangkat desa yang kurang memiliki
data primer maupun dataprimer dengan data keahlian dalam bidang teknologi
sekunder. Data primer merupakan data hasil informatika. Sedangkan saat ini sebagian
pengamatan Pengumpulan data, Reduksi besar instansi pemerintah sudah meng
data Penyajian data, Kesimpulan- gunakan sistem komputerisasi, khususnya
kesimpulan:Penarikan/verifikasi dan pada staf bagian keuangan yang mengalami
wawancara. kesulitan dalam mengoprasikan program
keuangan dalam sistem keuangan desa yang
Hasil Penelitian dan Pembahasan digunakan oleh Pemerintah Kabupaten
Ponorogo.
Hasil dari penelitian yang telah Hal tersebut membuat pekerjaan
dilakukan, menunjukan bahwa penyaluran menjadi tidak efektif dan efisien, karena
pesan komunikasi antara Kepala Bagian seharusnya pekerjaan tersebut dapat selesai
Keuangan, Sekretaris Daerah Kabupaten lebih cepat jika menggunakan program
Ponorogo, Badan Pemberdayaan Masyarakat keuangan malah menjadi semakin lama
Desa dan Pemerintah Desa (BPMD dan karena staf administrasi di lapangan masih
Pemdes), Kepala Desa Jetis, secara mengalami kesulitan dalam
keseluruhan telah berjalan dan terkoordinasi mengoperasikannya. Disisi lain keberadaan
dengan baik. Hal ini terbukti dengan BPMD dan Pemdes memiliki tugas
jawaban yang diberikan oleh perwakilan memberikan pem binaan kepada perangkat
instansi-instansi tersebut sama, baik dari desa serta masyarakat desa terkait dengan
langkah penyaluran ADD, pengelolaan keuangan desa terhadap
Komunikasi yang terjalin baik pelayanan dan upaya peningkatan
komunikasi secara tertulis maupun tidak kompetensi masyarakat desa agar dapat
tertulis dalam implementasikebijakan ADD meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
di Desa Jetis sudah terlaksana secara yang dimiliki untuk meningkatkan
konsisten. Komunikasi yang terjalin dapat pembangunan desa itu sendiri.
dikatakan konsisten karena perangkat desa Respon para pelaksana kegiatan
selalu rutin mengikuti pembinaan secara Alokasi Dana Desa (ADD). Dari Kepala
tenis yang diadakan oleh BPMD dan Desa Jetis mengatakan bahwa respon sangat
Pemdes Kabupaten Ponorogo, serta secara positif dengan Alokasi Dana Desa (ADD),
tepat waktu mengirimkan laporan dapat bekerja dengan baik. Dan oleh
pertanggungjawaban terkait pe-ngelolaan sekretaris desa dikatakan bahwa dengan
ADD kepada Camat Jetis sesuai waktu yang adanya Alokasi Dana Desa (ADD) dapat
telah ditetapkan. Informasi memiliki dua menjalankan roda pembangunan desa.
bentuk yang pertama yaitu informasi yang Ditambahkan oleh Kasi Pemerintahan Desa
berhubungan dengan cara me-laksanakan bahwa minimnya sarana sehingga respon
kebijakan sedangkan bentuk yang kedua masih kurang, rendahnya SDM dan masih
informasi mengenai data kepatuhan dari menggantungkan pada pihak ketiga.
para pelaksana terhadap peraturan. Berikut Oleh karena itu BPMD dan Pemdes
ini, faktor sumberdaya yang menentukan Kabupaten Badung secara rutin mengadakan
keberhasilan im-plementasi suatu kebijakan pembinaan dibidang praktisi kepada
adalah sumberdaya. Dimana sumberdaya perangkat desa seperti pengelolaan
dibagi menjadi beberapa elemen diantaranya administrasi desa dan pengelolaan keuangan
adalah staf atau perangkat desa. Dimana staf desa serta kegiatan peningkatan pe
merupakan sumberdaya utama dalam sebuah ngetahuan masyarakat lainnya untuk
implementasi karena me-rupakan pelaksana meningkatkan sumberdaya yang dimiliki
di dalam implementasi kebijakan Alokasi oleh setiap Desa Jetis di Kabupaten

62
Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 9 No. 1
Januari 2020

Ponorogo. Dari aspek lain, pembinaan sangat berharap agar pembangunan di desa
teknik yang diadakan oleh BPMD dan lebih transparan.
Pemdes Kabupaten Ponorogo ini masih Pengertian birokrasi me-nunjuk pada
dirasa kurang karena masih banyak suatu organisasi yang dimaksudkan untuk
perangkat desa yang mengalami kesulitan mengerahkan tenaga dengan teratur dan
terkait denganpembuatan laporan keuangan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
yang menggunakan program sistem tertentu. Dengan kata lain, birokrasi adalah
keuangan desa. organisasi yang bersifat hierarki yang
Indikator sumberdaya adalah ditetapkan secara rasional untuk
informasi yang memiliki dua unsur yaitu, mengkoordinir pekerjaan orang-orang untuk
informasi yang berhubungan dengan cara ke-pentingan pelaksanaan tugas-tugas
melaksanakan kebijakan serta informasi administratif.(Soekanto S, 2005, 293)
yang berhubungan dengan kepatuhan dari Dalam mengimplementasikan sebuah
para pelaksana terhadap peraturan dan kebijakan, seharusnya struktur birokrasi
regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. yang ada turut mendukung dan berusaha se-
Jika dilihat dari kedua unsur tersebut, secara maksimal mungkin, dalam rangka mencapai
keseluruhan perangkat Desa Jetis sudah tujuan yang telah ditetapkan di dalam
mengikuti petunjuk yang telah diberikan kebijakan yang ada. Karena kebijakan yang
oleh Pemeritah Daerah yang termasuk di baik dan bagus dalam tataran konsep belum
dalamnya mengenai implementasi kebijakan tentu berhasil dan bermanfaat sesuai tujuan,
ADD mulai dari aspek perencanaan, apabila diimplementasikan tanpa dukungan
penganggaran, pelaksanaan dan penata semua aktor dan dapat mengakibatkan
usahaan keuangan desa, serta aspek kegagalan bila tidak memperhatikan semua
pertanggungjawaban keuangan desa sesuai faktor yang berpengaruh terhadap im-
dengan petunjuk teknis pengelolaan ADD. plementasi sebuah kebijakan.
Kepatuhan perangkat Desa Jetis terhadap Dari hasil penelitian dalam hubungan
peraturan dan kepatuhannya terhadap hukum struktur organisasi dengan pelaksanaan
sudah dibuktikan dengan tidak kebijakan ADD terdapat beberapa faktor
ditemukannya penyelewengan ataupun pendorong dan penghambat.Faktor
penyalahgunaan ADD oleh Inspektorat pendorong tersebut adalah sudah
Kabupaten Ponorogo dan tidak pernah terbentuknya struktur organisasi berupa tim
terdapat perangkat desa yang mendapatkan pelaksana ADD diDesa Jetis yaitu Kepala
surat peringatan terkait dengan implementasi Desaselaku penanggung jawab kegiatan.
kebijakan ADD di Desa Jetis. Sekretaris Desa selaku ketua tim pelaksana
Faktor sikap atau disposisi dalam kegiatan, Kepala urusan pembangunan
halini sangat menentukan keberhasilan sebagai sekretaris tim pelaksana kegiatan
implementasi suatu kebijakan. Disposisi dan Kepala Urusan Keuangan selaku
merupakan sikap dari pelaksana suatu bendahara desa serta dibantu oleh lembaga
kebijakan. Disposisi merupakan faktor kemasyarakatan di desa.
penting dalam pendekatan mengenai Sedangkan faktor peng-hambat
pelaksanaan suatu kebijakan publik. dalam sumberdaya ini adalah belum adanya
Pelaksana kebijakan harus me-ngetahui apa pembagian tugas diantara tim pelaksana
dan regulasi pemerintah yang telah kebijakan ADD dan kurangnya koordinasi
ditetapkan(Hessel, 2003, 90) tim pelaksana kebijakan ADD.
Berkaitan dengan sikap atau harapan Lingkungan Ekonomi, Sosial dan
para pelaksana kebijakan ADD oleh camat Budaya, dari hasil penelitian di lapangan
Jetis berharap ADD ditambah jumlah ADD dapat disampaikan bahwa faktor kondisi
agar program dapat dilaksanakan dengan ekonomi, sosial dan politik juga memiliki
baik dan sangat membantu masyarakat peranan penting dalam menentukan
dalam meningkatkan kesejahteraannya. Dan keberhasilan suatu program, dimana dilihat
oleh sekretaris kecamatan dikatakan bahwa dari :
tentu sangat berharap kepada pelaksana Dukungan nyata dari Pemerintah
kebijakan Dana Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Jetis terhadap peningkatan partisipasi
agar dalam menjalankan kegiatan tetap ber- masyarakat berharap pelaksanaan Alokasi
pedoman kepada aturan dan juknis yang Dana Desa dapat terlaksana dengan lancar.
telah ditentukan. Oleh kasi Pemerintahan Terdapat juga Dukungan dari tokoh agama,

63
Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 9 No. 1
Januari 2020

tokoh masyarakat serta lembaga-lembaga heterogenitas dan konsentrasi di antara


lain yang terkait dengan pemberdayaan elemen lingkungan. Suatu lingkungan yang
masyarakat yang ada di wilayah Desa Jetis sederhana adalah homogen dan
terhadap peningkatan partisipasinya. terkonsentrasi. Sebaliknya ling-kungan yang
Adanya motivasi ekonomi sosial dan heterogenitas dan penyebaran disebut
budaya dari masyarakat desa Jetis yang lingkungan yang kompleks, jadi semua
bertujuan untuk meningkatkan dirinya unsur terkait menumbuhkan kerjasama yang
memiliki kemampuan dalam baik sehingga mampu mewujudkan tujuan
mengembangkan serta memajukan dan mencapai keberhasilan pelaksana
kesejahteraan, dan secara umum juga kebijakan. Disamping itu, adanya dampak
berharap peningkatan pemberdayaan masya- yang positif atas keberadaan kebijakan ADD
rakat di Desa Jetis. ini pada bidang kesehatan, pendidikan,
Keadaan sosial dan budaya di daerah sosial dan ekonomi sehingga mampu
wilayah desa Jetis sangat mendukung dan meningkatkan kesejahteraan masya-rakat
antusias terhadap keberadaan program dari segi ekonomi, sosial dan budaya.
ADD, dalam arti tidak adanya kelompok Ukuran dan Tujuan Kebijakan, dari
yang berseberangan kebijakan tersebut, hasil penelitian dilapangan dapat
bahkan mampu membawa dampak disampaikan bahwa faktor ukuran dan
kehidupan masyarakat yang lebih baik. tujuan kebijakan juga memiliki peranan
Menurut Van Metter dan Van Horn penting dalam menentukan keberhasilan
(Winarno, 2007: 110) menyatakan bahwa suatu program, dimana dapat dikatakan
lingkungan organisasi itu sendiri terdiri dari bahwa Alokasi Dana Desa merupakan
lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan
yang berada diluar organisasi dan berpotensi peme-rintah terhadap pelaksanaan refor-
mem-pengaruhi kinerja organisasi itu. masi birokrasi, dan bagian dari komitmen
Lazimnya lingkungan ini mencakup pemerintah untuk mewujudkan clean
pemasok, pelanggan, pesaing, badan government and good governance.
pengaturan pemerintah, kelompok publik Standar dan tujuan kebijakan
penekan dan semacamnya. Selanjutnya juga menurut Van Metter dan Van Horn dalam
dikatakan bahwa terdapat tiga dimensi Winarno (2007 : 112) adalah kebijakan yang
utama lingkungan organisasi, yaitu ka- ditetapkan oleh pemerintah tentang program
pasitas, volatilitas artinya terjadi besaran yang dimaksud. Sasaran yang ingin dicapai
perubahan harga yang menunjukkan adalah jumlah perubahan yang terjadi dan
fluktuasi dalam masa-masa tertentu dan sejauh mana konsensus tujuan dalam proses
kompleksitas. implementasi. Lebih lanjut Van Metter dan
Kapasitas lingkungan mengacu Van Horn menjelaskan bahwa proses
sampai tingkat mana lingkungan itu implementasi dipengaruhi oleh sifat
mendukung adanya pertumbuhan. kebijakan yang akan dilaksanakan. Sifat
Lingkungan yang kaya dan bertumbuh akan kebijakan ini mengarah pada jumlah
menimbulkan sumber daya yang berlebihan, masing-masing perubahan yang dihasilkan
sehingga dapat menyangga or-ganisasi pada dan jangkauan atau lingkup kesepakatan
saat kelangkaan relatif. Kapasitas yang terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang
berlebihan dapat memberi kesempatan bagi terlibat dalam proses implementasi.
sebuah organisasi membuat kesalahan, Demikian juga Mazmanian dan
sedangkan kapasitas yang langka tidak Sabatier dalam Subarsono (2005: 102),
mentolerir adanya kesalahan. menyatakan bahwa standar dan tujuan
Jika terdapat tingkat pe-rubahan kebijakan yang dirumuskan dengan cermat
yang tidak dapat diprediksi, lingkungan dan disusun dengan jelas dengan urutan
tersebut adalah dinamis. Hal ini kepentingannya memainkan peranan yang
menyukarkan manajemen untuk amat penting sebagai alat bantu dalam
meramalkan secara tepat kemungkinan yang mengevaluasi program, sebagai pedoman
terkait dengan berbagai alternatif keputusan. yang konkrit bagi pelaksana dan sebagai
Pada sisi lain terdapat sebuah lingkungan sumber dukungan bagi tujuan itu sendiri.
yang stabil. Pada akhirnya lingkungan harus Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil
dinilai dalam hubungannya dengan kesimpulan oleah peneliti bahwa dalam
kompleksitas, artinya tingkat dari hubungan ukuran dan tujuan kebijakan

64
Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 9 No. 1
Januari 2020

dengan pelaksanaan Alokasi Dana Desa SDM dan masih menggantungkan pada
telah sesuai dengan tujuan yang telah pihak ketiga.
ditetapkan dan mampu menjawab kebutuhan Struktur birokrasi adalah
masyarakat karakteristik, norma-norma, dan pola-pola
Pada dasarnya reformasi birokrasi hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam
adalah suatu perubahan signifikan elemen- badan-badan eksekutif yang mempunyai
elemen birokrasi seperti kelembagaan, hubungan baik potensial maupun nyata
sumber daya manusia aparatur, dengan apa yang mereka miliki dalam
ketatalaksanaan, akuntabilitas, aparatur, menjalankan kebijakan. Suatu kebijakan
pengawasan dan pelayanan publik, yang seringkali melibatkan beberapa lembaga
dilakukan secara sadar untuk memposisikan atau organisasi dalam proses
diri (birokrasi) kembali, dalam rangka me- implementasinya, sehingga diperlukan
nyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan koordinasi yang efektif.
yang dinamis. Perubahan tersebut dilakukan Suatu lingkungan yang sederhana
untuk melaksanakan peran dan fungsi adalah homogen dan terkonsentrasi.
birokrasi secara tepat, cepat dan konsisten, Sebaliknya ling-kungan yang heterogenitas
guna menghasilkan manfaat sesuai dan penyebaran disebut lingkungan yang
diamanatkan kons-titusi dan mampu kompleks, jadi semua unsur terkait
memberikan pelayanan prima kepada menumbuhkan kerjasama yang baik
masyarakat. sehingga mampu mewujudkan tujuan dan
Sehingga dengan penerapan yang mencapai keberhasilan pelaksana kebijakan.
baik dari indikator tersebut mampu Disamping itu, adanya dampak yang positif
meningkatkan kualitas program dan atas keberadaan kebijakan ADD ini pada
tentunya meningkatkan pencapaian bidang kesehatan, pendidikan, sosial dan
pastisipasi masyarakat. Seiring dengan ekonomi sehingga mampu mening-katkan
perubahan paradigma berfikir masyarakat kesejahteraan masyarakat dari segi
bahwa kebutuhan adanya kebijakan Alokasi ekonomi, sosial dan budaya.
Dana Desa sebagai pemberdayaan Dijelaskan bahwa ukuran dan tujuan
masyarakat. kebijakan di Desa Jetis dalam pelaksanaan
Alokasi Dana Desa sudah baik, sehingga
Penutup kegiatan yang dilakukan dapat berjalan
lancar dan sesuai dengan tujuannya.
Kejelasan komunikasi yang diterima Sedangkan mengenai ukuran pertanggungan
oleh para pelaksana sudah nampak sekali jawab dapat dilihat dari laporan setiap
jelas dan tidak membingungkan masyarakat. bulannya yang tertuang dalam laporan rutin
Ke-tidakjelasan program tidak selalu bulanan. Secara umum tidak ada kendala
menghalangi implementasi pada tataran dan hambatan dari pelaksanaan ADD di
tertentu para pelaksana membutuhkan Desa Jetis.
fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan.
Dimana sumber daya ditunjang oleh
data dari hasil observasi, wawancara, bahwa Daftar Pustaka
pelaksanaan kebijakan Alokasi Dana Desa, Agustino, 2006, Implementasi Kebijakan
dan direlevansikan dengan sarana Publik Model Van Meter dan Van
pendukung kegiatan yang dimiliki, dari Horn, 2010,
faktor sumberdaya menunjukkan bahwa http//kertyawitaradya.wordpre ss,
secara keseluruhan faktor potensi sarana diakses 5 September 2010,
pendukung pelaksanaan program cenderung
pada kategori cukup memadai Hessel dan Tangkilisan NS, 2003,
Respon sangat positif dengan Implementasi Kebijakan Pu-blik,
Alokasi Dana Desa (ADD), dapat bekerja Transformasi Pikiran George
dengan baik. Dan oleh sekretaris kecamatan Edward, Jogyakarta , Lukman Offset
dikatakan bahwa dengan adanya Alokasi dan Yaasan Pembaharuan
Dana Desa (ADD) dapat menjalankan roda Administrasi Publik Indonesia.
pembangunan desa. Ditambahkan oleh Kasi
Subarsono, 2005. Analisa Kebijakan Publik.
Pemerintahan bahwa minimnya sarana
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
sehingga respon masih kurang, rendahnya

65
Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 9 No. 1
Januari 2020

Soekanto.S. 2012. Sosiologi Suatu


Pengantar. Jakarta: Rajawali
Grafindo Persada.
Winarno,Budi. 2007. Kebijakan Publik:
Teori, Proses, dan Studi
Kasus.Yogyakarta: Caps.

66

Anda mungkin juga menyukai