SKRIPSI
OLEH :
KHAIRUNNISA
150903020
HALAMAN PERSETUJUAN
Medan, 2019
Dosen Pembimbing Ketua Program Studi,
Ilmu Administrasi Publik
Wakil Dekan I
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat,
karunia serta hidayahNya yang begitu besar, penulis dapat menyelesaikan skripsi
Penanggulangan Banjir di Kota Medan. Tidak lupa pula Shalawat dan Salam
penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Skrispsi ini ditujukan
Publik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis sadari masih memiliki kekurangan baik itu berupa isi,
kemampuan yang penulis miliki. Semoga skripsi ini menjadi pembelajaran yang
penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang sangat
berkontribusi besar bagi terselesaikannya skripsi ini oleh karena itu penulis ingin
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
2. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Dra. Asima Yanti S Siahaan, MA, Ph.D sebagai Sekretaris Program Studi
Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis sangat
berterimakasih
5. Seluruh Dosen FISIP USU Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang telah
6. Kepada Kak Dian dan Bang Suhendri yang telah banyak membantu penulis
8. Kepada pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan yang sangat membantu
penulis dalam mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan judul
penulis.
9. Kepada kakak dan abang penulis berserta keluarga besar penulis yang
ii
Ariani, Anggi Feby Sarfita Siregar, Sari Rahayu, Yolanda Prastica Siregar, Yuni
semester awal, saat PKL, hingga saat sekarang yang selalu ada dan siap menerima
terlibat dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih ada kesalahan
dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapakan saran dan
Medan, 2019
Penulis
Khairunnisa
iii
iv
vi
4.1.1 Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ...................... 46
vii
viii
ix
xi
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam
maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia. Bencana dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis, iklim maupun faktor-faktor lain
seperti keragaman sosial, budaya dan politik. Bencana alam dapat terjadi secara
tiba-tiba baik dengan proses maupun yang berlangsung secara perlahan. Beberapa
jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara
akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa
bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api,
banyak kerugian baik jiwa maupun materi khususnya pada bencana banjir.
menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian Timur.
Wilayah yang termasuk rawan bencana banjir yaitu wilayah NAD, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, wilayah pantai Utara Jawa
dan sebagian Jawa Tengah bagian Selatan, sebagian daratan Timor, Kalimantan,
Sulawesi Selatan, dan Papua. Banjir sering menimbulkan dampak korban jiwa
maupun kerugian harta benda serta rusaknya fasilitas umum seperti, jalan,
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pendidikan. Banjir dapat pula mengakibatkan rusaknya lingkungan permukiman
Adapun kerugian yang terjadi akibat banjir ini terdiri dari kerugian banjir
kerugian fisik, berupa robohnya gedung sekolah, industri, dan rusaknya sarana
(Kodoatie dan Sugiyanto, 2002). Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan
pembangunan ini berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan sistem aliran air
hujan agar aman dan mudah untuk melewati jalan, belokan daerah curam,
suatu kebijakan publik. Manfaat dari kebijakan publik ini sendiri adalah untuk
serta berguna untuk tujuan politik (Subarsono, 2005:4). Tujuan dari kebijakan
berkaitan dengan barang publik (public goods) maupun jasa publik (public
service) (Tachjan, 2006:2). Oleh karena itu permasalahan publik yang melanda
Kota Medan sendiri adalah mengenai banjir, yang mana penulis ingin melihat
Kota Medan juga memiliki dua saluran drainase alami besar (Sei Deli dan Sei
Belawan) dan satu buatan. Masih ada lagi saluran alami lainnya yang membelah
kota Medan seperti Sei Bandera, Sei Sikambing, Sei Putih, Sei Babura, dan Sei
terjadinya banjir yaitu daya serap tanah di kota Medan yang masih tergolong
rendah sehingga yang menyebabkan air meluap karena sungai tidak mampu lagi
mengaliri air. Banjir di Kota Medan disebabkan oleh faktor alam dan faktor non-
alam. Penjelasan di atas merupakan penyebab banjir yang disebabkan oleh faktor
merupakan salah satu masalah yang belum bisa terselesaikan. Hal ini terjadi
karena kurangnya daerah resapan air dan sedimentasi drainase yang tidak baik
perencanaan pembangunan yang ada saat ini seperti saluran drainase tidak sesuai
kawasan. Saat ini sistem saluran drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur
perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari
kualitas sistem yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari
genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok,
lain yang terlibat untuk mengatasinya atau hanya membantu proses pencegahan
banjir dengan cara mengawasi serta terlibat langsung dalam pencegahan seperti
dari Pemko Medan yang diwakili oleh Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan
Dan Permukiman, Kodam, Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS II), Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan lain sebagainya. Akan tetapi fokus
penghubung yang ada tumpah ruah ke tengah kota. Hal inilah yang menjadikan
Kota Medan langganan terhadap banjir. Adapun solusi yang ditawarkan untuk
dalam struktur jalanan dan juga pembersihan selokan dari tumpukan sampah yang
WIB).
berada pada daerah rawan banjir setiap saat memerlukan rasa aman dari pengaruh
akibat banjir. Dengan dana yang terbatas penanggulangan banjir harus dilakukan
dengan seoptimal mungkin dan dilaksanakan sesuai rencana dan prioritas yang
baik. Akibat peningkatan penduduk, lahan yang dibutuhkan akan semakin besar
sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu
perlu ditingkatkan, dengan kata lain penanggulangan banjir ini bertujuan untuk
memperkecil tingkat resiko bahaya/kerugian akibat banjir yang akan timbul. Atas
2002:72).
mengatasi banjir di Kota Medan. Oleh karena itu kerjasama merupakan salah satu
peran penting untuk memecahkan permasalahan banjir dan juga dapat membantu
mempercepat proses penanggulangan agar Kota tetap aman dan nyaman. Salah
yaitu pembangunan drainase yang dinaungi oleh Dinas Pekerjan Umum sebagai
salah satu solusi yang ditawarkan untuk menanggulangi banjir yang ada di Kota
program yakni pembangunan drainase yang tidak tertata dengan baik sehingga
mengenai saluran-saluran yang kurang dipelihara dan bagian yang tumpat belum
diperbaiki dengan baik dan juga penyempitan sungai akibat penumpukan sampah-
(https://sumutpos.co/ 2018/08/01/atasi-banjir-di-medan-sungai-sikambing-
dan juga mengingat kondisi sungai juga tidak memungkinkan karena kondisi
maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah
Setiap penelitian yang diajukan mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh
peneliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejauh
Kota Medan.
penanggulangan banjir.
TINJAUAN PUSTAKA
publik. Disinilah kebijakan publik memiliki peran aktif yang tidak lain adalah
apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy
karena kebijakan publik mencakup suatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di
mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan
kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat
aktor dan faktor dari luar pemerintah. Kebijakan publik di pahami sebagai
pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan pemerintah dalam bidang
pratika-pratika sosial yang ada didalam masyarakat. Ini berarti kebijakan publik
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan pratik-pratik sosial yang ada
dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut
pada kebijakan publik (dalam Wahab, 2016:9) kebijakan publik ialah pedoman
untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat sederhana atau kompleks, bersifat
umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci,
bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya
seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman
10
kebijakan publik itu ialah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang
orang maupun masyarakat untuk di patuhi dan dilaksanakan sesuai dengan hukum
dan nilai yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai pemegang otoritas
kebijakan. Dan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh kebijakan publik,
William Dunn (2000:2) mengemukan bahwa ada beberapa tahap proses analisis
11
langkah selanjutnya ialah implementasi sebagai tahapan penting yang harus ada
adalah sebuah tahapan yang dilakukan setelah aturan hukum ditetapkan melalui
proses politik (Lester dan Stewart, 2000:104). Selanjutnya dari James Anderson
12
berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to
Sementara itu Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2004:65) menyatakan
kebijakan”.
prosedur, dan teknik secara sinergistis yang digerakkan untuk bekerjasama guna
2016:133) .
13
masih bisa terjadi jika proses implementasinya tidak tepat. Bahkan jika sebuah
sebagai output melihat apakah aktivitas dalam rangka mencapai tujuan program
menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh pembuat
keputusan.
14
dikemukakan para ahli di pandang pemilahan yang pertama yang lazim disebut
berupa pola yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana partisipasi
(Nugroho,2003:167).
faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Beberapa variabel dan faktor yang terlibat dalam keberhasilan implementasi dapat
yakni:
15
tidak akan berhasil tanpa implementasi yang efektif dari pembuat kebijakan, agar
implementasi berjalan efektif ada empat hal yang harus diperhatikan. Dalam
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
16
4. Struktur Birokrasi
keempat variabel saling bersinergi dalam mencapai tujuan dari kebijakan tersebut.
Model Edward menjelaskan keterkaitan antara komunikasi yang baik oleh struktur
implementasi kebijakan yang efektif dan tepat sasaran. Model Edward ini
sederhana karena hanya melibatkan empat variabel, berbeda dengan model lain
17
Model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn (dalam
2. Sumberdaya
Implementasi kebijakan membutuhkan dukungan mobilisasi sumberdaya
baik dari sumberdaya manusia maupun sumberdaya finansial. Sumberdaya
manusia (human resources) diperlukan dalam menjalankan implementasi
kebijakan berkaitan dengan kualitas dan kompetensinya. Kemudian
sumberdaya finansial (financial resources) dalam implementasi berkenaan
dengan kebutuhan dana yang dimobilisasikan selama kebijakan itu berjalan
untuk keberhasilan.
18
5. Disposisi implementor.
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : respon
implementor terhadap kebijakan yang akan memengaruhi kemauannya untuk
melaksanakan kebijakan; kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan;
dan intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
Model Van Meter dan Van Horn mengurai enam variabel dengan lebih
kompleks dari model sebelumnya. Melalui Model Van Meter dan Van Horn ini
implementasi dikaji dari berbagai aspek yang saling berkaitan atas keberhasilan
suatu kebijakan, model ini tidak lupa mengkaji lingkungan luar yang
mempengaruhi. Model ini mengkaji baik variabel dari internal maupun eksternal
Ide pokok model Grindle lebih menegaskan kepada kaitan antara tujuan
19
(dalam Subarsono, 2005:93) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi
implementation).
kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat
yang diterima, perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, ketepatan letak
lingkungan.
20
kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana, komitmen aparat
menyebabkan kerugian sosial, material dan lingkungan yang meluas dan melebihi
sumber daya sendiri. Berdasarkan Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 bencana
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, non alam, maupun manusia
ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah
21
masyarakat. Bila terjadi hazard tetapi masyarakat tidak rentan, berarti masyarakat
masyarakat rentan tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan
terjadi bencana. Hazard (bahaya) adalah fenomena alam yang luar biasa yang
merupakan hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard) pada komunitas
implikasi dari kejadian luar biasa tersebut. Manajemen bencana pada dasarnya
22
tanggap darurat, dan pasca bencana. Tahap awal dalam upaya ini adalah
23
penanggulangan bencana harus tetap dilakukan dan selalu ditingkatkan. Salah satu
dalam manajemen bencana alam memiliki komponen spasial yang penting. Data
spasial adalah data dengan komponen geografis, seperti peta, fotografi udara, citra
24
Banjir merupakan kata yang tidak asing lagi di Indonesia, khususnya pada
bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan
ini sampai saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung makin meningkat baik
merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan
kehilangan jiwa, kerugian harta dan benda. Banjir sering terjadi di berbagai negara
diberi batasan sebagai laju aliran sungai yang relatif lebih tinggi dari biasanya;
lebih spesifik untuk mengontrol hujan dan banjir pada umumnya melalui dam
drainase) dan pencegahan hal yang berpotensi merusak dengan cara mengelola
tataguna lahan dan daerah banjir (flood plains). Termasuk dalam manajemen
banjir adalah menata kawasan lindung dan kawasan budidaya kota yang
25
daya rusak air (dalam penataan ruang merupakan gabungan pengelolaan antara
Banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi baik secara sengaja maupun
tidak sengaja yang dipengaruhi oleh alam dan manusia. Banjir memiliki jenis
yang berbeda-beda dan setiap jenis banjir juga memiliki karakteristik yang
berbeda pula. Beberapa karakteristik banjir secara umum yang dapat kita temui
terkait dengan bencana banjir yang akan terjadi adalah (Paturuhu, 2015:134-135);
1. Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus - menerus
sepanjang hari.
2. Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.
Genangan ini bisa sesaat, berhari - hari atau bahkan berminggu - minggu
dan datangnya bisa cepat atau perlahan-lahan.
3. Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan,
dan manusia.
4. Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di
tempat - tempat yang rendah (terjadi sedimentasi).
5. Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
6. Sesudah banjir lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
7. Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau
hilangnya orang.
8. Waktunya tergantung dari besarnya banjir, bisa lama atau singkat. Dalam
pengertian banjir bisa sesaat dalam hitungan menit namun datangnya tiba-
tiba, bisa menggenang atau membanjiri suatu wilayah dengan proses
perlahan.
9. Kecepatan datang secara perlahan-lahan atau langsung, bisa menjadi banjir
bandang bahkan dalam kondisi tertentu akibat daya rusak air yang besar
bisa berupa banjir air bercampur lumpur, batu besar dan kecil serta benda
lainnya.
10. Pola banjirnya musiman.
26
meningkatnya jumlah air sehingga menggenangi suatu daerah atau daratan dan
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum
yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan juga banjir yang diakibatkan oleh
27
terjadinya banjir pada wilayah permukiman yang dilalui oleh aliran sungai
Indonesia, 2014:5-7);
28
banjir dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor alam dan faktor
menjadi penyebab yang paling sering kita lihat di lingkungan sekitar. Hal ini
sekitarnya.
utama kawasan kota, wilayah administratif, kegiatan kawasan dan nilai strategis
kawasan. Adapun tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang ini bertujuan untuk
29
terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
lahan untuk memberikan kehidupan yang layak dan aman bagi masyarakat sekitar.
ketempat pembuangan air sehingga dapat menghindari terjadinya banjir lokal serta
merupakan siklus yang kurang lengkap karena tidak mencantumkan evaluasi dan
drainase pada khususnya dan infrastruktur yang telah lalu pada umumnya tidak
30
yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu
untuk menangani persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas
permukaan tanah maupun air yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan
air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi hujan
yang lama. Kebutuhan terhadap drainase berawal dari kebutuhan air untuk
lainnya. Untuk kebutuhan rumah tangga mengahasilkan air kotor yang perlu
industri yang juga mengeluarkan limbah yang perlu dialirkan. Pada musim hujan
banjir sehingga manusia mulai berpikir akan kebutuhan sistem saluran yang dapat
mengalirkan air lebih terkendali dan terarah dan berkembang menjadi ilmu
drainase. Dalam pembahasan lebih lanjut akan di titik beratkan pada drainase
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan
sosial budaya yang ada di kawasan kota tersebut. Drainase perkotaan merupakan
sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi
31
perkotaan memiliki keterkaitan dengan tata guna lahan, tata ruang kota,
persoalan drainase cukup komplek, oleh karena itu untuk perencanaan dan
drainase itu sangat rendah dan pengelola prasarana drainase itu sendiri tidak
air yang terdiri dari saluran sebagai sarana pengaliran air yang terdiri dari saluran
32
yang berlebihan di sekitar area jalan atau daratan guna mengurangi genangan
33
4. Menurut Konstruksi
a. Drainase Saluran Terbuka, yaitu saluran untuk air hujan yang terletak di
area yang cukup luas. Dan juga untuk saluran air non hujan yang tidak
mengganggu kesehatan lingkungan.
b. Drainase Saluran Tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang
mengganggu kesehatan lingkungan atau untuk saluran yang terletak di
tengah perkotaan.
34
secara abstrak tentang kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi
pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33). Oleh karena itu untuk
diteliti, maka defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
dilakukan oleh pembuat kebijakan guna mencapai tujuan dan sasaran yang
ada di Kota Medan, baik yang terjadi karena faktor alam maupun tindakan
pemulihan.
oleh Pemerintah Kota Medan untuk mengurangi tingkat genangan air agar
35
disusun berdasarkan atas teori yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk
36
METODE PENELITIAN
dengan faktanya.
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga sebagai metode
apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna.
yang dilakukan secara alamiah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan
tanpa adanya rekayasa dan jenis data yang dikumpulkan berupa data deskriptif.
metode dalam meneliti status sekelompok manusia suatu objek, kondisi, sistem
pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang. Tipe penelitian ini berusaha
37
pendekatannya.
dan politik.
Medan yang beralamat di Jl. Pinang Baris No.114C, Lalang, Medan Sunggal.
Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini rencananya akan dimulai dari tahap
Alasan peneliti memiliki lokasi penelitian ini karena Dinas Pekerjaan Umum
Menurut Arikunto (1998:144), sumber data adalah subjek dari mana suatu
data dapat diperoleh. Menurut Sutopo (2006:56-57), sumber data adalah tempat
dimana data dapat diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik melalui
38
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber
Kota Medan.
banjir.
39
informasi. Artinya dalam penelitian kualitatif ini tidak mengenal istilah populasi
melainkan sampling yang menjadi pilihan peneliti dan juga ditentukan oleh
peneliti sendiri secara purposif yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Berikut
TOTAL 15
40
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh bukan
dilakukan dalam penelitian, karena hal ini bertujuan untuk mendapatkan data-data
bukti yang mana artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sebagaimana
Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah:
penelitian melalui;
a. Teknik Wawancara
41
b. Teknik Observasi
penelitian melalui;
a. Dokumentasi
perorangan.
42
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif. Teknik ini menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data
dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011:243) ada dua macam
kegiatan dalam analisis data kualitatif, diantaranya sebagai berikut;
1. Reduksi Data, berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan
pada hal yang penting tentang penelitian dengan mencari pola dan temanya
sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila
diperlukan.
2. Penyajian Data, berarti menyajikan data dalam penelitian dengan teks atau
uraian singkat yang bersifat naratif maupun dalam bentuk tabel sehingga
dimaksudkan untuk mempermudah peneliti memahami apa yang terjadi
dalam merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
43
kebenaran data dan juga memperkaya data yang terkait dengan penelitian yang
akan dilkukan.
44
dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah, drainase, jalan dan jasa
penerangan, dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah, drainase,
45
penerangan, dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah, drainase,
umum, penerangan, dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah,
undangan.
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan
fungsinya.
Adapun Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan dalam
VISI;
MISI;
46
air.
dan sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah, drainase, jalan dan jasa
47
Medan
UNIT PELAKSANAAN
TEKNIS (UPT) 1 S/D 5
48
Medan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan sub urusan sumber daya air,
air minum, air limbah, drainase, jalan, dan jasa konstruksi. Dalam melaksanakan
sumber daya air, air minum, air limbah, drainase, jalan, dan jasa konstruksi.
umum, sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah, drainase, jalan, dan
jasa konstruksi.
pekerjaan umum, sub urusan sumber daya air, air minum, air limbah, drainase,
undangan.
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkat tugas dan
fungsinya.
49
rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja dinas untuk
peraturan perundang-undangan.
jabatan, analisis jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, laporan kinerja,
dan standar lainnya untuk terselenggarakannya tugas dan kegiatan lingkup Dinas.
50
jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, laporan kinerja, dan standar lainnya
lingkup Dinas sesuai dengan usulan bidang berdasarkan atas peraturan perundang-
undangan.
analisis beban kerja, evaluasi jabatan, kepegawaian, analisa peraturan, tata naskah
lingkup Dinas agar terciptanya pelayanan administrasi yang cepat, tepat, dan
lancar.
perundang-undangan.
k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas terkait dengan
51
rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja Dinas untuk
standar lainnya lingkup bidang jalan untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas
secara optimal.
peraturan perundang-undangan.
d. Pelaksanaan survei lokasi dan kondisi jalan sesuai dengan rencana dan
52
dan berkala.
4. Tugas dan Fungsi Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase Perkotaan
Kepala Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase Perkotaan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas lingkup tata kelola air dan drainase
menyelenggarakan fungsi;
a. Perencanaan program dan kegiatan Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase
standar lainnya lingkup Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase Perkotaan untuk
53
dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup Bidang Tata Kelola Air Dan
rencana dan program lingkup tata kelola air dan drainase perkotaan.
perkotaan.
rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja Dinas untuk
dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup Bidang Jasa Konstruksi atas
peraturan perundang-undangan.
54
pemerintah daerah.
konstruksi.
6. Bidang Peralatan
rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja Dinas untuk
55
peraturan perundang-undangan.
pendukung.
56
dan faktor non alam yakni manusia itu sendiri. Banyak cara untuk menanggulangi
permasalahan banjir khususnya di Kota Medan. Salah satu upaya tersebut adalah
berlebihan sehingga membuat fungsi drainase tersebut tidak berjalan dengan baik.
karena itu untuk perencanaan dan pembangunan bangunan air untuk drainase
perencana, dan dibutuhkan kerjasama antar beberapa ahli di bidang lain yang
57
tengah perkotaan agar dapat mengalirkan air ke tempat pembuangan yakni sungai.
dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan untuk menjaga dan memelihara
58
model yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn. Model ini dipilih karena
model implementasi ini adalah standar dan sasaran kebijakan, sumber daya,
poin penting karena pada dasar pembuatan kebijakan harus ditinjau dari aspek
publik terutama di masyarakat. Standar dan sasaran kebijakan ini berisi uraian
yang ingin dicapai oleh program baik dalam jangka panjang, pendek, dan
(Subarsono, 2009:101).
59
60
drainase sendiri sudah diatur pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12
jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada wilayah perkotaan.
Kemudian dijelaskan bahwa yang menjadi sasaran kebijakan program ini adalah
masyarakat karena perannya dalam melaporkan masalah genangan air yang terjadi
intensitas air hujan yang turun, cathment area atau daerah tangkapan air yang
mana dimaksud adalah arah pembuangan dari air saluran drainase, dan kondisi
dapat mengkaji lebih dalam mengenai seberapa penting suatu program itu
dijalankan dan bagaimana standar dan sasaran kebijakan yang harus dicapai.
mengatakan bahwa:
61
mengurangi tingkat genangan air yang ada di perkotaan dan juga membantu
karena air yang tergenang akan dialirkan melalui drainase tersebut. Oleh karena
perkotaan.
62
dengan baik. Berdasarkan observasi peneliti di lapangan pada tanggal 18 Juli 2019
bahwa peneliti melihat masih banyaknya drainase yang tidak berfungsi dengan
baik. Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan drainase tersebut dilakukan
63
sasaran program yang mana sasaran dari program ini adalah untuk mengatasi
masalah banjir yang ada di Kota Medan. Pada penelitian ini, penulis menentukan
ditentukan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan yang dilaksanakan oleh Unit
acuan pembangunan drainase yang baik. Akan tetapi sasaran dari program belum
64
kebutuhan dana yang dimobilisasikan selama kebijakan itu berjalan agar mencapai
keberhasilan.
kualitas dan kompetensinya. Dari segi kualitas apakah sumber daya manusia
mereka miliki.
bidang pekerjaan umum, penerangan, dan sub urusan sumber daya air, air minum,
air limbah, drainase, jalan dan jasa konstruksi selama Tahun 2018, Dinas
Pekerjaan Umum Kota Medan didukung oleh SDM aparatur sebagai berikut :
65
Berdasarkan paparan tabel di atas pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
memiliki jenjang pendidikan, jabatan dan pangkat, sebagian besar aparatur Dinas
Pekerjaan Umum Kota Medan cukup memadai. Namun mengingat dalam tugasnya
tidak hanya membutuhkan keterampilan namun juga wawasan berpikir dalam rangka
tahun mendatang perlu ditingkatkan sumber daya aparatur. Hal tersebut dapat tercapai
dengan pelaksanaan pendidikan dan latihan serta pengadaan bimbingan teknis yang
66
dengan kualifikasi pendidikan sarjana. Namun pada tahun 2019 jumlah pegawai
“Jadi kami memiliki 184 orang personil PNS dan ini sudah terjadi
pemindahan dari Kabupaten yang kemudian dibagi sesuai dengan analisa
jabatan yang tentunya kami letakkan sesuai dengan kompetensi masing-
masing personil”. (Wawancara Mardian Habibi Gultom, 18 Juli 2019).
Kemudian dalam melaksanakan pembangunan drainase agar lebih mudah
Kota Medan memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan kemudian membagi
wilayah yang ada di Kota Medan. Hal ini dikatakan informan bahwa:
67
pembangunan drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Akan tetapi di dalam
Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdiri dari pegawai tetap dan pegawai tidak tetap.
“Jadi kami memiliki pegawai PNS dan PTT (Pegawai Tidak Tetap).
Berdasarkan jumlah kami tidak dapat pastikan karena sebagian dari
mereka merupakan PTT. Adapun bentuk pembagian tugas yang kami
lakukan adalah membagi kesetiap wilayah yaitu sekitar 90 orang
perkecamatan”. (Wawancara Maruli P. Sitanggang, ST, M.Si, 29 Juli
2019).
Berdasarkan observasi peneliti di lapangan pada tanggal 29 Juli 2019 bahwa
Kota Medan. Setiap UPT Medan Selatan menangani 6 Kecamatan yang ada di
Kota Medan yaitu Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Johor, Medan
Pekerjaan Umum mampu melaksanakan tugas mereka sesuai dengan kualitas dan
68
membentuk bangunan baru dan juga memelihara saluran drainase yang tidak
berfungsi dengan baik. Sumber dana yang diperoleh dalam pembangunan drainase
adalah melalui anggaran daerah. Hal ini seperti dikatakan informan bahwa:
69
drainase sesuai dengan dana yang tersedia. Pembangunan yang dilakukan adalah
pembangunan yang menjadi prioritas utama agar dapat meminimalisir dana yang
dalam membentuk suatu bangunan drainase yang baru akan memperhatikan dan
melakukan sinkronisasi dengan masyarakat serta instansi lain dalam hal ini seperti
Medan yang murni berasal dari APBD Kota setelah melalui tahap musyawarah.
Setelah dana keluar akan dipergunakan semaksimal mungkin baik itu dalam
instansi lain. Suatu program yang tidak dikomunikasikan dengan baik terhadap
akan sangat kecil untuk terjadi. Oleh karena itu komunikasi perlu dibangun antar
membebaskan Kota Medan dari banjir. Dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum
70
normalisasi drainase di seluruh penjuru jalanan dan dibantu oleh instansi lainnya.
banjir banyak disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebab banjir di
Kota Medan juga dapat disebabkan oleh meluapnya air sungai akibat
71
banjir yang ada di Kota Medan tentunya tidak dapat dilakukan hanya dengan satu
akhir yaitu sungai. Oleh karena itu kerjasama antara Dinas Pekerjaan Umum
dengan instansi lain khususnya masalah sungai yang ditangani oleh Balai Wilayah
72
organisasi internal yakni antara pegawai Dinas Pekerjaan Umum dengan tim
saling berkontribusi dalam menentukan titik lokasi banjir yang sering terjadi di
wilayah mereka. Adapun bentuk komunikasi yang terjalin berupa rapat kerjasama
dalam mengatasi permasalahan banjir di Kota Medan dengan instansi lain serta
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan memiliki komunikasi yang baik karena
Jadi kerjasama yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum terjalin dengan baik.
dengan instansi lain dalam hal ini Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) terkait
dapat bertindak dalam melakukan normalisasi sungai setelah dana turun dari
hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat peneliti melalui kurangnya pemahaman
73
tersebut.
berjalan dengan baik. Keterlibatan instansi lain dalam memelihara dan menjaga
Kota agar tetap aman terhadap banjir merupakan poin utama yang harus
dalam mengatasi banjir ini maka semakin mudah penyelesaian masalah apabila
Karakteristik dari agen pelaksana dalam hal ini meliputi siapa saja yang
terlibat dalam suatu kebijakan atau program yang masuk di dalam struktur
meliputi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sebagai pembina dan
koordinator, Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase Perkotaan dan Unit Pelaksana
74
bahwa:
75
tata kelola air dan drainase perkotaan serta UPT. Dinas Pekerjaan Umum Kota
76
yang tidak lain adalah untuk megatasi permasalahan banjir di setiap wilayah yang
tanggal 29 Juli 2019 terkait karakteristik agen pelaksana yaitu Sekretaris Dinas
Pekerjaan Umum Kota Medan, Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase Perkotaan,
Unit Pelaksana Teknis memiliki sifat yang terbuka dan transparan. Hal ini dapat
dilihat oleh peneliti melalui terbukanya mereka dalam memberikan data yang
dibutuhkan peneliti dan juga transparan dalam mengatasi masalah banjir di Kota
Medan dibuktikan dengan setiap harinya mereka melakukan survai lokasi untuk
wilayah tersebut meliputi Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Johor, Medan
Oleh karena itu Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan berpartisipasi dalam bentuk
77
diatasi dan wilayah mereka bebas dari genangan minimal untuk hujan yang terjadi
implementor serta tingkat demokratis implementor. Hal ini dapat diukur melalui
sasaran serta mencari solusi dalam menyelesaikan masalah agar mencapai sasaran
kebijakan atau program. Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005:99)
pembangunan drainase pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan cukup jelas
dengan adanya pembagian tugas, pokok, dan fungsi setiap bidang. Seperti yang
78
pelaksanaannya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kegiatan rutin yang mereka
menjaga fungsi drainase dengan baik. Adapun tingkat demokratis Dinas Pekerjaan
Umum Kota Medan yang diukur melalui pelaporan masyarakat terkait titik-titik
79
survai lokasi rawan banjir di Kota Medan khususnya yang dinaungi oleh UPT
rutin yakni dalam memelihara fungsi saluran drainase agar berjalan dengan baik
dan juga membangun saluran drainase yang baru bila perlu. Adapun kegiatan rutin
menentukan lokasi titik rawan banjir di wilayah mereka. Oleh karena itu
apabila tidak ada respon yang baik maka tindakan yang dilakukan adalah harus
80
sikap pelaksana program pembangunan drainase di Kota Medan dalam hal ini
Dinas Pekerjaan Umum, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Medan Selatan sudah
menjalankan program secara optimal. Dalam hal ini pelaksana kebijakan ini sudah
pembangunan drainase dan juga terus memperbaiki program yang dibuat oleh
pemerintah menjadi lebih baik lagi. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen dari
menunjukkan titik rawan banjir di wilayah mereka telah berjalan dengan baik.
81
Kondisi sosial dan ekonomi ini menujuk kondisi atau keadaan lingkungan
implementasi. Dalam hal ini menilai sejauh mana lingkungan eksternal turut
dalam implementasi kebijakan. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana kondisi
kenyamanan kota khususnya dalam meninggali suatu tempat agar terhindar dari
bencana seperti banjir atau genangan yang melanda wilayah mereka. Untuk
selama ini berjalan, maka peneliti juga melihat dari kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada 6 Kecamatan yang ada di
Kota Medan yang dinaungi oleh UPT Medan Selatan meliputi Medan Selayang,
Medan Sunggal, Medan Johor, Medan Polonia, Medan Tuntungan dan Medan
82
83
drainase tidak hanya dari salurannya saja yang tersumbat melainkan kelalaian
84
pelaksana program terlebih dahulu akan melakukan survai lokasi terkait wilayah
masyarakat menolak pembangunan drainase karena merasa air itu akan dibuang
ke wilayah mereka dan juga banyaknya bangunan drainase yang rusak akibat
maka keterlibatan elit politik dan instansi lain juga membantu dalam mencapai
tingkat genangan atau banjir yang berada di tengah Kota. Untuk menjadikan Kota
Medan bebas dari banjir maka perlunya kerjasama dengan instansi lain guna
mendukung misi yang sama yaitu membuat Medan bebas dari banjir. Oleh karena
itu semakin banyak dukungan yang diberikan maka semakin menumbuhkan rasa
memiliki rasa tanggungjawab terhadap program yang mereka miliki agar dapat
85
permasalahan banjir di Kota Medan didukung penuh oleh elit politik yakni
instansi lain dalam mengatasi banjir sesuai dengan bidang-bidang yang sudah
ditentukan. Dalam hal ini peneliti ingin melihat bentuk dukungan banjir melalui
86
merasa bahwa pembangunan drainase itu penting dan sebagian menolak karena
Umum akan melakukan survai lokasi terlebih dahulu untuk memastikan kondisi
Dengan demikian adapun dukungan dari para elite politik tentunya dari
permasalahan banjir di Kota Medan dapat teratasi. Dalam hal ini dibuktikan
87
instansi dan salah satunya dari Dinas Pekerjaan Umum melalui sarana Kota yaitu
Pembangunan drainase merupakan salah satu sarana dan prasarana kota yang
memiliki peran sangat penting untuk kelangsungan kota agar tetap aman dan
88
wilayah juga banyak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ulah manusia
Medan Selatan yang meliputi 6 Kecamatan yang ada di Kota Medan diantaranya
tata cara pembangunan drainase yang baik. Ada beberapa hal yang perlu
area (daerah tangkapan air). Begitu juga dalam penanganan drainase juga dibantu
oleh tenaga manusia dan mesin agar proses pelaksanaan pembangunan drainase
89
drainase itu sendiri. Kemudian dalam membangun saluran drainase ada beberapa
intensitas curah hujan yang turun di wilayah tersebut sehingga saluran drainase
mampu menampung debit air yang diterima dan juga harus memperhatikan
kondisi daerah tangkapan air, maksudnya air yang masuk kedalam saluran
drainase akan dibuang ketempat pembuangan akhir yang sesuai dengan arah
90
melalui satu UPT dari Dinas Pekerjaan Umum yakni UPT Medan Selatan yang
Kota Medan berdasarkan titik rawan banjir yang dilaporkan. Adapun wilayah
wilayah titik banjir yang ada di Kota Medan. Adapun hasil titik rawan banjir di
dapat dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan melalui hasil penelitian mereka
Unit Pelaksana Teknis (UPT). Kecamatan Medan Sunggal merupakan bagian dari
UPT Medan Selatan, yang mana peneliti memilih lokasi titik banjir yang
91
92
lokasi di Jl. Kaswari dan gambar kedua di Jl. Sei Batang hari yang mana
oleh UPT Medan Selatan. Adapun titik rawan banjir yang didapat melalui laporan
93
Berdasarkan gambar di atas bahwa lokasi yang dipilih peneliti adalah di Jl.
Bunga Cempaka dan Jl. Cempaka Raya. Adapun permasalahan yang melanda
dengan dibantu alat ringan seperti cangkul untuk mengangkat sedimentasi tanah
yang berlebih.
Adapun lokasi titik banjir juga ditentukan berdasarkan laporan masyarakat sekitar
yang diadukan ke pihak Kecamatan. Berikut laporan titik rawan banjir yang
94
95
Stella Raya dan Jl. Setia Budi Ujung. Adapun permasalahan yang terjadi adalah
oleh faktor alam dan manusia. Dalam memperbaiki saluran drainase yang rusak
biasanya dibantu dengan alat berat yaitu menggunakan alat seperti ekskavator
Kecamatan Medan Johor menjadi bagian dari UPT Medan Selatan. Kemudian
laporan daerah rawan titik banjir diperoleh melalui laporan masyarakat yang
96
Berdasarkan gambar di atas bahwa lokasi yang dipilih peneliti adalah di Jl.
Suka Sari dan Jl. Suka Teguh yang mana permasalahan yang melanda adalah
Selatan. Adapun titik lokasi rawan banjir diperoleh melalui laporan masyarakat
97
Berdasarkan gambar di atas bahwa lokasi yang dipilih peneliti adalah di Jl.
Masdulhak dan Jl. Cut Nyak Dhien yang mana permasalahan yang melanda
wilayah tersebut adalah saluran drainasenya tidak dapat mengalirkan air dengan
drainase.
Kecamatan. Akan tetapi laporan dari pihak Kecamatan tidak dapat diperoleh
98
Pekerjaan Umum Kota Medan terkait daerah titik rawan banjir di Kota Medan.
Berdasarkan gambar di atas bahwa lokasi yang dipilih peneliti adalah di Jl.
Brigjend Katamso dan Jl. Letjend Suprapto yang mana permasalahan yang
melanda di wilayah tersebut adalah saluran drainase yang tertimbun dengan tanah
atau sedimetasi tanah sehingga perlu dikeruk lebih dalam agar saluran drainase
99
sedimentasi tanah yang berlebih dan masalah drainase yang rusak diakibatkan
faktor alam dan manusia. Oleh karena itu Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
oleh UPT yang bertanggung jawab dengan wilayah yang sudah dibagi. Pembagian
pembangunan drainase ini masih kurang maksimal dari segi pengerjaannya seperti
jalannya pembangunan yang terlalu lama, dan sampah hasil kerukan yang
didiamkan lama dijalanan. Hal ini seperti yang dikatakan informan bahwa:
100
Kecamatan di Kota Medan yang dinilai rentan terhadap banjir. Adapun laporan
di wilayah mereka memudahkan bagi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan untuk
101
dalam pembangunan drainase. Akan tetapi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
yang lebih cepat agar tidak mengganggu jalannya kegiatan masyarakat. Kemudian
102
drainase yang dilakukan akan memberikan hasil yang baik. Hal ini dikarenakan
masyarakat berharap agar wilayah tempat tinggal mereka akan terbebas dari banjir
objek tidak dapat diukur mengingat masih banyaknya masyarakat yang mengeluh
juga yang menolak dalam melakukan kegiatan normalisasi drainase. Sebagian dari
mendapatkan ganti rugi akibat dari lahan yang dilakukan normalisasi drainase.
drainase itu dilaksanakan atas adanya laporan dari masyarakatnya sendiri dan
103
5.1 Kesimpulan
berikut:
sebagai sarana perkotaan harus mengikuti prosedur yang sudah tertera. Mengenai
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan telah mengikuti prosedur yang sudah
tersumbatnya saluran drainase yang disebabkan oleh faktor alam dan manusia.
Oleh karena itu salah satu upaya yang harus dilakukan dalam menanggulangi
104
2. Sumber Daya
Dalam hal ini sumber daya pembangunan drainase di Kota Medan sudah
optimal yakni ditunjukkan dengan adanya pembagian tugas yang diberikan Dinas
pembangunan drainase ini dinaungi oleh Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase
membagi pekerjaan mereka melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) sesuai dengan
wilayah yang sudah ditentukan. Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan memiliki 5
UPT yang terdiri dari UPT Wilayah Medan Selatan, UPT Medan Kota, UPT
Medan Timur, UPT Medan Utara dan UPT Medan Barat. Sumber keuangan yang
diperoleh untuk membangun sarana perkotaan ini adalah melalui dana APBD kota
diadakannya rapat-rapat koordinasi yang minimal 1 bulan sekali atau lebih. Rapat
Medan agar terbebas dari banjir. Pada Dinas Pekerjaan Umum memberikan solusi
dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) dalam hal pembuangan akhir
105
BWSS harus berjalan dengan baik agar tidak terjadi kesalahan komunikasi dalam
Oleh karena itu Dinas Pekerjaan Umum berharap kepada BWSS untuk
bekerjasama sehingga air yang dibuang melalui saluran drainase dapat ditampung
oleh sungai.
koordinator, Kepala Bidang Tata Kelola Air Dan Drainase Perkotaan dan Kepala
UPT menjadi tim koordinasi. Dalam hal ini peneliti menentukan wilayah melalui
UPT Medan Selatan yang meliputi 6 Kecamatan yakni Medan Selayang, Medan
Johor, Medan Tuntungan, Medan Maimun, Medan Sunggal, dan Medan Polonia.
yaitu Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Bidang Tata Kelola Air
Dan Drainase Perkotaan, Unit Pelaksana Teknis memiliki sifat yang terbuka dan
transparan. Hal ini dapat dilihat oleh peneliti melalui terbukanya mereka dalam
memberikan data yang dibutuhkan peneliti dan juga transparan dalam mengatasi
106
melakukan survai lokasi untuk memastikan titik-titik lokasi yang sering terjadi
banjir.
5. Disposisi Implementor
hanya sebagai implementor yang dibatasi oleh program. Dinas Pekerjaan Umum
Pembagian tugas yang diberikan kepada Bidang Tata Kelola Air dan Drainase
Perkotaan dan UPT sebagai pelaksana dari program. Sebagai pelaksana dari
dengan baik. Serta peran masyarakat dalam mengatasi masalah banjir ini adalah
dengan melibatkan masyarakat untuk menentukan lokasi yang menjadi titik rawan
107
masyarakat yang kemudian akan di survai terlebih dahulu oleh Dinas Pekerjaan
banjir di Kota Medan melibatkan elit-elit politik dalam hal ini keterlibatan
Gubernur Sumatera Utara, Walikota Medan serta instansi-instansi lain yang saling
bekerjasama untuk mewujudkan misi Gubernur yaitu Medan bebas dari banjir.
wilayah mereka akan mensurvai dahulu lokasi yang akan dibangun saluran
pendangkalan drainase yang bisa diakibatkan oleh sampah serta sedimentasi tanah
yang berlebih. Permasalahan lain yang muncul adalah pembuangan hasil kerukan
masyarakat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut ditawarkan solusi
yakni normalisasi drainase yang mana saluran-saluran drainase akan dikeruk agar
airnya dapat mengalir dan kemudian hasil kerukan langsung diangkat agar tidak
108
hasil kerukan itu dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau di angkat
5.2 Saran
yakni:
dalam pelanggaran tata ruang dan garis sempadan) dari Dinas Pekerjaan
gangguan masyarakat.
109
harus serius dan fokus serta juga belajar dengan hasil kinerja yang dicapai di
Tahun sebelumnya.
air hujan yang turun akan langsung dapat mengalirkan air dengan baik ke
saluran drainase.
110
SUMBER BUKU
111
DOKUMEN
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukman, Buku Panduan
Drasinase Berbasis Masyarakat Edisi Tahun 2013.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014, Buku Banjir Tahun 2006.
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia , Modul 21 Koordinasi Pelaksanaan Proyek 2016.
112
113