Anda di halaman 1dari 80

TESIS

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI


MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DI KECAMATAN
DUAMPANUA KABUPATEN PINRANG

Communication Strategy To Increase Community Participation


Toward Development In Duampanua Sub-District Pinrang District

ANDI SURAHMI

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
TESIS

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI


MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DI KECAMATAN
DUAMPANUA KABUPATEN PINRANG

ANDI SURAHMI

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
TESIS

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI


MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DI KECAMATAN
DUAMPANUA KABUPATEN PINRANG

Communication Strategy To Increase Community Participation


Toward Development In Duampanua Sub-District Pinrang District

ANDI SURAHMI

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
TESIS

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI


MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DI KECAMATAN
DUAMPANUA KABUPATEN PINRANG

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Master

Program Studi
Ilmu Komunikasi

Disusun dan Diajukan Oleh

ANDI SURAHMI

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Andi Surahmi

Nomor Induk Mahasiswa : P1400215318

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar

merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan pengambilan

tulisan atau pemikiran karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini adalah hasil

karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang

berlaku.

Makassar, Agustus 2017

Andi Surahmi
ABSTRAK

ANDI SURAHMI. Strategi Komunikasi dalam Meningkatkan Partisipasi


Masyarakat Terhadap Pembangunan di Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang. ( Dibimbing oleh Andi Alimuddin Unde dan
H. Muhammad Farid )

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis strategi


komunikasi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap
pembangunan, serta untuk mengetahui dan menganalisis tingkat
partisipasi masyarakat terhadap pembangunan.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan
menggunakan metode diskriptif. Dan data penelitian diperoleh melalui
observasi, kajian pustaka, dokumentasi serta wawancara yang mendalam
kepada informan diantaranya camat (sebagai komunikator), tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh organisasi sosial
kemasyarakatan, tokoh lembaga swadaya masyarakat, tokoh organisasi
politik, tokoh pemberdayaan perempuan, tokoh organisasi politik serta
tokoh unsur pemerintah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang
digunakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan adalah melalui usulan ide-ide dari masyarakat dan evaluasi
di dalam kegiatan forum serta membangun komitmen bersama dengan
masyarakat. Salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh pemerintah
dalam menyampaikan hasil pembangunan dan menangkap aspirasi
masyarakat melalui Musrembang, talkshow, TV lokal dan media untuk
menyampaikan informasi adalah melalui mesjid serta rapat-rapat ditingkat
desa/kelurahan dan kecamatan, kadang juga menjuga menggunakan
media surat kabar. Partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di
Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang melalui bentuk partisipasi
non fisik berupa kerjasama dengan BPD, Tokoh agama dan tokoh
masyarakat, kemudian bentuk partisipasi fisik dalam bentuk tenaga dan
materi berupa uang.

Key Words: Strategi komunikasi, Pemerintah Kecamatan, Partisipasi


Masyarakat, Pembangunan.
ABSTRACT

ANDI SURAHMI. Communication Strategy in Increasing Community


Participatin in Developmen of Duampanua District, Pinrang Regency.
(Supervised by: Andi Alimuddin Unde and H. Muhammad Farid).

The aims of this study were to observe and to analyze:


communication strategies in increasing community participation in
development, and the level of community participation in development.
The method used was qualitative approach using descriptive
method Data were obtained through observation, literature review,
documentation and in-depth interviews to informants such as camat (The
head of the district as communicators), community leaders, relegious
leaders, education figures, social organization leaders, non-governmental
organizations, leaders of political organizations, figures of women
empowerment, Leader of political organizations and governments figures.
The results of this study indicate that the communication strategy
used to increase community participation in development is through
suggestions of ideas from the community and evaluation in the forum
activities and build commitment with the community. One of the routine
activities undertaken by the government in conveying the results of
development and capturing the aspirations of the community through
Musrembang, talk shows, local TV and media to convey information is
through mosques and meetings at village and sub-district levels,
sometimes using newspaper media. Community participation on
development in Duampanua Sub-district Pinrang District through non-
physical participation in the form of cooperation with BPD, religious
leaders and community leaders, then the form of physical participation in
the form of personnel and materials in the form of money.

Keyword : Communication Strategy, District Goverment, Community


Participation, Development.
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan karunia- Nya, sehingga penyusunan tesis
yang berjudul Strategi Komunikasi dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat terhadap Pembangunan di Kecamatan Duampanua kabupaten
Pinrang dapat penulis selesaikan.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi pada Universitas
Hasanuddin Makassar. Sehubungan dengan hal diatas maka
perkenangkalah penulis menyampaikan dan ucapan terima kasih tak
terhingga terutama kepada bapak prof. Dr. A. Alimuddin Unde, M. Si dan
Dr. H. Muhammad Farid, M.Si yang telah memberikan bimbingan selama
proses penelitian hingga penyelesaian tesis ini dengan tulus dan penuh
perhatian serta senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan
dorongan dan bimbingan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Keterbatasan, kelemahan dan kekurangan telah mewarnai penulis
dalam menyelesaikan tesis ini, namun dengan keyakinan dan semangat yang
disertai dengan bantuan dan partisipasi serta kerja sama yang baik sehingga
rintangan tersebut dapat teratasi oleh penulis. Oleh karena itu penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu
yaitu :
1. Jajaran Kementerian Kominfo RI yang telah memfasilitasi kami untuk
melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Muh. Nadjib, M.Ed., M.Lib , bapak Prof. Dr. Alwi, M.Si dan
Bapak Dr. H. Muh. Akbar, M. Si yang senantiasa memberikan
masukan – masukan dan saran – saran dalam perbaikan tesis ini.
3. Bapak Zulkarnain Gaffar, S.Sos, M.Si sebagai camat kecamatan
Duampanua kabupaten Pinrang yang telah membantu
mempertemukan langsung kepada tokoh masyarakat yg terkait dalam
proses wawancara dan memberikan masukan dan saran tentang
pembuatan tesis.
4. Bapak Samsuddin Masse,Andi Tongkeng,Muhammad Ridwan, S.Ag,
Asmady P. Tanratu, S.Ag, Ridwan, Suriana, S.Pd, M. Nawir,
Haeruddin, Syafruddin, S.Pd, Haeruddin ustika,Dr. Hj. A.
Silviani,Herman, SKM, Ros Betta, Mariana Sukma, Djumri, S.Pd dan
H.Palusuri yang mereka semua telah meluangkan waktunya untuk
diwawancarai.

vi
5. Kepada Ayahanda A. Kalimollah dan ibunda tercinta Dra. Hj.A.
Djayawati. Nurdin, M. Si yang telah membesarkan, memberikan
motivasi dan kasih sayang dalam suka dan duka tanpa mengenal
putus harapan hingga penulis dapat menyelesaikan studi sampai
sekarang.
6. Kepada suamiku tercinta Marhein Siliwire dan anak – anakku
tersayang Muhammad Harun Al Rasyid dan Muhammad Arkan
Ramadhan yang senantiasa mendokan,memberikan dukungan moril
dan menjadi penyemangat dalam menjalani studi ini I love you buat
kalian.
7. Kepada saudara saya Andi syamsul Rijal, SE, Ir. A. Saribulan, Andi
Hemy Noviana dan keluarga besarku anak dan cucu H. Andi Nurdin
dan H. A. Pitere yang telah memberi dorongan dan semangat buat
saya Miss you buat kalian.
8. Kepada kandaku Syamsumarlin yang selalu membantu memberikan
saran dan perbaikan tentang tesis ini.
9. Kepada Keluarga Besar Balitbangda Provinsi Sulawesi Selatan yang
selalu menyemangati dalam proses studi ini.
10. Para sahabat dan teman angatan 98 SMA Negeri I Pinrang yang
selalu memberi semangat dan motivasi.
11. Serta Saudara dan adik – adikku angkatan 2015 Ilmu Komunikasi
yang penulis tidak menyebutkan namanya satu persatu, terima kasih
atas semangat dan kebersamaannya walaupun dalam suka dan duka
dan selalu merindukan senyum dan tawa kalian I Love You buat
Kalian.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutukan, dan


semoga amal ibadah bapak/ibu dan semua pihak yang telah berperan dalam
pembuatan tesis ini mendapatkan pahala yang setimpal dan kesehatan dari
Allah SWT.....Amin.

Makassar, Agustus 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................................... ........... i

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................... ........... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESS .................................. ........... iii

ABSTRAK.............................................................................................. iv

ABSTRAK............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................ ........... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... ........... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep ....................................................................... 9

1. Peran Komunikasi ............................................................. 9

2. Pengertian Komunikasi ..................................................... 11

a. Prinsip Komunikasi ....................................................... 21

b. Model-Model Komunikasi ............................................. 22

viii
c. Bentuk-Bentuk Komunikasi ........................................... 24

d. Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi ..................... 27

3. Komunikasi sebagai Interaksi ........................................... 30

B. Kajian Teori ........................................................................... 35

1. Teori Gaya Kepemimpinan ............................................... 35

a. Asas dan Fungsi Kepemimpinan .................................. 40

b. Peran Camat................................................................. 43

2. Teori Komunikator............................................................. 46

3. Teori Komunikasi Pembangunan ..................................... 48

4. Teori Partisipasi ................................................................ 48

C. Kerangka Pikir ....................................................................... 62

D. Definisi Konsepsional ............................................................ 63

E. Definisi Operasional .............................................................. 62

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................... 65

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 66

C. Sumber Data ........................................................................ 67

D. Teknik Pengumpulan Data................................................... 67

E. Informan............................................................................... 68

F. Teknik Analisis Data ............................................................ 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskipsi Lokasi Penelitian......................................................... 71

1. Gambaran Umum Kabupaten Pinrang .................................. 71

ix
2. Gambaran Umum Kecamatan Duampanua .......................... 82

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 90

1. Strategi Komunikasi dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

terhadap Pembangunan di Kecamatan Duampanua Kabupaten

Pinrang .................................................................................. 91

2. Tingkat Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan di

Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang ........................ 95

C. Pembahasan ............................................................................. 111

1. Strategi Komunikasi dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

terhadap Pembangunan di Kecamatan Duampanua Kabupaten

Pinrang .................................................................................. 111

2. Tingkat Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan di

Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang ........................ 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 126

B. Saran......................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prinsip Komunikasi............................................................. 21

Gambar 2. Model Komunikasi. ............................................................. 22

Gambar 3. Model Komunikasi Partisipasi oleh Kincaid dan Rogers. ... 24

Gambar 4. Gaya Kepemimpinan.......................................................... 37

Gambar 5. Model Perencanaan Komunikasi AIDDA............................ 47

Gambar 6. Kerangka Pikir .................................................................... 62

Gambar 7. Peta Kemiringan Lereng .................................................... 76

Gambar 8. Peta Geologi ...................................................................... 79

Gambar 9. Struktur Organisasi Camat ................................................. 86

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi menurut

Kecamatan Kabupaten Pinrang .......................................... 72

Tabel 2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Pinrang .............................. 74

Tabel 3. Keadaan Wilayah Berdasarkan Kelerengan

di Kabupaten Pinrang.......................................................... 75

Tabel 4. Banyaknya curah hujan di Wilayah Kabupaten Pinrang...... 81

Tabel 5. Pembagian Wilayah dan luas/Kelurahan di Kecamatan

Duampanua ........................................................................ 83

Tabel 6. Kelompok Informan ............................................................. 91

Tabel 7. Metrik Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap

Pembangunan ..................................................................... 107

Tabel 8. Perbandingan Kondisi Pembangunan sebelum dan sesudah

keterlibatan tokoh masyarakat kecamatan duampanua

Kabupaten Pinrang ............................................................. 124

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Dokumentasi

Lampiran 3. Peraturan Bupati Pinrang Nomor 66 Tahun 2016

Lampiran 4. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang No. 10 Tahun

2003

Lampiran 5. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Tahun 2017 dan

Pedoman Penyelenggaran Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kabupaten Pinrang Tahun 2016

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada sebuah organisasi Pemerintah, kesuksesan atau kegagalan

dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan Pemerintahan,

dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung

oleh kapasitas organisasi Pemerintahan yang memadai, maka

penyelenggaraan tata Pemerintahan yang baik (Good Governance)

akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah

satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia. (Lembaran

Daerah Kabupaten Pinrang, 2003)

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari

seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan

mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya

untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga

menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya

kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai

dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Menurut Prabowo (2009) bahwa penerapan strategi komunikasi

pemimpin dengan baik akan dapat meningkatkan partisipasi yang

dipimpinnya. Dalam masyarakat kehadiran seorang pemimpin baik

pemimpin formal maupun informal membawa pengaruh yang cukup

signifikan dalam membawa visi dan misi organisasi.


2

Kepemimpinan yang ada di Kantor Camat Duampanua Kabupaten

Pinrang dipimpin oleh seorang Camat yang membawahi beberapa

pegawai dan membutuhkan kepemimpinan yang baik sehingga Kantor

Camat seharusnya dapat menciptakan pelayanan yang maksimal

kepada masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Namun kenyataan

yang dialami oleh masyarakat ternyata jauh dari apa yang diinginkan

yaitu pelayanan yang maksimal. Ada beberapa asumsi berdasarkan

fenomena yang dihadapi oleh kepemimpinan Camat di Kantor Camat

Duampanua Kabupaten Pinrang antara lain :

1. Model pembangunan masih bersifat dari atas bukan berdasarkan

kebutuhan dari masyarakat.

2. Pelayanan masyarakat yang diberikan oleh staf di kantor kecamatan

belum maksimal, dikarenakan komunikasi antara staf dan

masyarakat masih kurang maksimal pula.

3. Banyaknya sasaran pembangunan yang belum menyentuh

pembangunan masyarakat.

Dari berbagai fenomena yang terjadi di atas seharusnya

menjadikan pekerjaan rumah oleh Camat dalam mengevaluasi apa

yang terjadi diwilayahnya. Sasaran yang ingin dicapai dalam

pembangunan adalah peningkatan pemerataan pembangunan beserta

hasil-hasilnya. Hal ini telah menjadi salah satu kebijakan pokok

pemerintah guna meningkatkan dan sekaligus menyelaraskan


3

pertumbuhan dan perkembangan pada setiap daerah di seluruh wilayah

Kecamatan.

Pada awal-awal pembangunan dilaksanakan, peranan pemerintah

biasanya sangat dominan,bahkan di Negara yang menganut paham

sosialis murni, seluruh kegiatan pembangunan adalah tanggung jawab

pemerintah. Namun demikian partisipasi masyarakat dalam usaha

pembangunan sangat diperlukan. Kartasasmita (1997) menyebutkan

bahwa studi empiris menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan

tidak memenuhi sasaran, karena kurangnya partisipasi masyarakat,

bahkan banyak kasus yang menunjukkan rakyat menentang upaya

pembangunan.

Menggerakkan partisipasi masyarakat bukan hanya esensial untuk

mendukung kegiatan pembangunan oleh pemerintah, tetapi juga agar

masyarakat berperan lebih besar dalam kegiatan yang dilakukannya

sendiri. Dengan demikian menjadi tugas penting manajemen

pembangunan untuk membimbing, menggerakkan dan menciptakan

iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh

masyarakat.

Pendekatan strategi pembangunan pada kemandirian masyarakat

(self-help strategy) oleh Slamet (1994) dijelaskan sebagai memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola dan

mengorganisasikan sumber-sumber lokal, baik yang bersifat materiil,

pikiran maupun tenaga. Pemberian bantuan yang berasal dari luar, baik
4

yang bersifat teknis maupun keuangan tetap dimungkinkan, tetapi

dengan jumlah yang terbatas.

Pembangunan di Indonesia mencakup banyak kegiatan yang

beraneka ragam yang semuanya itu dimaksudkan untuk meningkatkan

taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Perwujudannya dapat

bermacam-macam, seperti pelayanan kesehatan, penyuluhan, bantuan

teknis, penyediaan kebutuhan air, listrik, jalan, perumahan sampai

dengan proyek-proyek yang bertujuan meningkatkan taraf hidup rakyat.

Salah satu perwujudan dari pembangunan tersebut yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah pembangunan prasarana jalan.

Perkembangan pembangunan jalan sangat erat hubungannya

dengan perkembangan umat manusia di bidang ekonomi, sosial,

budaya dan teknologi, sedangkan perkembangan teknik jalan seiring

dengan perkembangan teknologi yang ditemukan dan dikuasai oleh

manusia. Oleh karena itu proses pembangunan jalan mengalami

perubahan sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam

masyarakat.

Era globalisasi yang ditunjukkan oleh berbagai kemajuan teknologi

khususnya di bidang informasi, komunikasi dan transportasi telah

memperluas jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat yang menuntut

tersedianya prasarana yang dapat mempercepat mobilitas barang, jasa

dan manusia. Perluasan jaringan jalan merupakan salah satu usaha

yang dapat mempercepat mobilitas penduduk, arus barang dan jasa


5

serta informasi dalam jumlah yang besar.

Perkembangan teknologi yang cukup tinggi memperbesar tuntutan

masyarakat terhadap ketersediaan prasarana transportasi. Hal ini

menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi oleh Pemerintah

dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat,

memperkuat daya saing dan meningkatkan ketahanan ekonomi

masyarakat, karena prasarana transportasi khususnya prasarana jalan

merupakan prasarana penunjang bagi tumbuh dan berkembangnya

sektor-sektor lain di bidang ekonomi.

Keinginan dan tuntutan (demand) yang berkembang ditengah-

tengah masyarakat perlu mendapat perhatian yang cukup dan

mendapat penyelesaian sebagaimana mestinya, oleh karena itu

pembentukan kebijaksanaan (Policy Formation) harus terus menerus

mendapat perhatian.

Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang

kontinu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu

keadaan yang dianggap lebih baik. Usaha pembaharuan untuk

mendapatkan keadaan yang lebih baik harus dilakukan secara

bersama-sama oleh masyarakat dan pemerintah, karena pada

dasarnya kebijaksanaan pemerintah merupakan perpaduan dan

pemadatan/kristalisasi daripada pendapat-pendapat dan keinginan-

keinginan rakyat dan golongan-golongan dalam masyarakat

sebagaimana dikatakan Dimock (1958) dalam Soenarko (2000) “Public


6

policy is the reconciliation and crystallization of the views and wants of

many people and groups in the body sosial”. Namun demikian di

Negara-negara berkembang pada umumnya peranan pemerintah lebih

aktif dibanding dengan peranan masyarakat secara langsung

Tjokroamodjojo (1998).

Selain itu penetapan tujuan-tujuan pembangunan yang hendak

dicapai harus merupakan suatu usaha yang dilakukan semua pihak

yang merasa perlu untuk membantunya, “The determining of objectives

for administration activity is and enterprise to which all operating levels

maycontribute” (John D. Millet dalam Soenarko, 2000).

Keaktifan pemerintah dalam proses pembangunan hendaknya

disertai dengan usaha untuk memperbesar peranan masyarakat atau

usaha pemberdayaan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar

masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembangunan,

karena tanpa keterlibatan masyarakat akan terjadi kekurang-efektifan

pembangunan.

Keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat

berarti keterlibatan dalam penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, keterlibatan dalam

memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan

pembangunan dan keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat

secara berkeadilan (Tjokro-Amidjojo, 1992).


7

Dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan

merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan dan

kegagalan setiap program pembangunan. Oleh karena itu dukungan

masyarakat hendaknya selalu mendapat perhatian dan selalu

diusahakan keberadaannya dalam setiap kesempatan.

Idealnya, besarnya kebutuhan masyarakat terhadap sesuatu


diikuti dengan besarnya partisipasi dalam proses pencapaiannya.
Partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan maupun pemeliharaannya atau partisipasi dalam
keseluruhan tahapan pembangunan (Soenarko, 1998). Oleh karena itu
dapatlah dikatakan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap
sesuatu sebanding dengan apa yang diperbuatnya. Menjadi salah satu
alasan penulis untuk mengangkat judul “STRATEGI KOMUNIKASI
DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP
PEMBANGUNAN DI KECAMATAN DUAMPANUA KABUPATEN
PINRANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan yaitu :

1. Bagaimana strategi komunikasi dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan di kecamatan Duampanua

kabupaten Pinrang?

2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di

Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang?


8

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis strategi komunikasi dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di

kecamatan Duampanua kabupaten Pinrang?

2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat partisipasi masyarakat

terhadap pembangunan di Kecamatan Duampanua Kabupaten

Pinrang?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat mengetahui strategi komunikasi camat terhadap

pembangunan di Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang.

b. Diharapkan dapat mengetahui tingkat partisipasi masyarakat

terhadap pembangunan di Kecamatan Duampanua Kabupaten

Pinrang.

2. Manfaat Praktisnya

Diharapkan camat lebih meningkatkan komunikatornya sehingga

partisipasi masyarakat dapat meningkat terhadap pembangunan di

Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Peran Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak

ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika

tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses

komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak

mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk

menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan

model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang

sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk

menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari

proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-

dimensi komunikasi menyatakan bahwa :

“….. strategi komunikasi merupakan panduan dari

perencanaan komunikasi (Communication Planning) dan

manajemen (Communications Management) untuk

mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

strategi komunikasi harus dapat menunjukkan

bagaimana operasionalnya secara taktis harus


10

dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan

(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari

situasi dan kondisi”. (2002).

Selanjutnya menurut Onong Uchjana Effendi bahwa strategi

komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu :

Secara makro (Planned Multi-Media Strategy) secara mikro

(Single Communication Medium Strategy) kedua aspek tersebut

mempunyai fungsi ganda, yaitu : Menyebarluaskan pesan

komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara

sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

Menjembatani “Cultural Gap”, misalnya suatu program yang

berasal dari suatu produk kebudayaan lain yang dianggap baik

untuk diterapkan dan dijadikan milik kebudayaan sendiri sangat

tergantung bagaimana strategi mengemas informasi itu dalam

komunikasinya. Sedangkan menurut Anwar Arifin (2004) dalam

buku ‘Strategi Komunikasi’ menyatakan bahwa : Sesungguhnya

suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang

tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi

merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi

dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan

mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas.

Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa

cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan


11

perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.

2. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi (Bahasa Inggris, Communication)

mempunyai banyak arti. Asal katanya (etimologi), istilah komunikasi

berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yang berarti sama

(common). Dari kata communis berubah menjadi kata kerja

kommunicare, yang berarti menyebarkan atau memberitahukan.

Jadi menurut asal katanya komunikasi berarti menyebarkan atau

memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapat

pengertian yang sama.

Menurut T. Hani Handoko (2002), Komunikasi adalah proses

pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari

seseorang ke orang lain. Dalam perpindahan pengertian tersebut

tidak hanya sekedar kata-kata yang digunakan dalam sebuah

percakapan, tetapi juga dibutuhkan ekspresi wajah, intonasi, titik

putus vocal dan lain sebagainya. Menurut Katz dan Kahn,

Komunikasi adalah suatu proses tukar menukar informasi dan

transmisi dari suatu arti, dan semuanya itu merupakan sesuatu

yang sangat penting di dalam suatu organisasi.

Pengertian komunikasi tidak sesederhana yang kita lihat

sebab para pakar memberi definisi menurut pemahaman dan

perspektif masing-masing. Ada definisi yang panjang, dan ada pula

yang pendek, ada yang sederhana dan ada yang kompleks.


12

Demikian pula apa yang ditekankan dalam definisi yang mereka

buat kadang berbeda satu sama lainnya. Istilah komunikasi sering

digunakan oleh banyak disiplin ilmu yang lain, sehingga dapat

ditemukan sebagai istilah, hal ini disebabkan karena banyaknya

bidang ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan

ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu

politik, manajemen, matematika, elektronika dan sebagainya.

Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu

menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan

menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (West and

Turner, 2008). Komunikasi merupakan sesuatu yang esensial bagi

individu, relasi, kelompok, organisasi dan masyarakat. Komunikasi

merupakan garis yang menghubungkan manusia dan dunia.

Karena jika manusia tidak berkomunikasi tidak dapat menciptakan

dan memelihara relasi dengan sesama dalam kelompok organisasi

dan masyarakat.

Sementara Everett M. Rogers, komunikasi adalah “proses

dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau

lebih dengan maksud untuk mengubahkan tingkah laku mereka“

(Cangara, 2012).

Untuk memahami pengertian komunikasi secara efektif, maka

paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell bahwa cara

yang baik menjelaskan komunikasi adalah menjawab beberapa


13

pertanyaan “Who says what in which channel to whom which what

effect?” (Wiryanto, 2004). Paradigma tersebut mengindikasikan

bahwa komunikasi melibatkan lima unsur sebagai jawaban dari

pertanyaan yang diajukan itu, yakni : (1) Komunikator (who) ; (2)

Pesan atau massage (says what) ; (3) Saluran atau channel (in

which channel) ; (4) Komunikan (to whom), dan (5) Pengaruh atau

effect (whith what effect).

Definisi lain juga dikembangkan oleh Rogers bersama D.

Lawrence Kincaid sehingga melahirkan sebuah definisi baru yang

menyatakan bahwa “komunikasi adalah suatu proses dimana dua

orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi

dengan satu sama lain membentuk atau melakukan pertukaran

informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba

pada saling pengertian yang mendalam“ (Rogers dan Kincaid, 2012).

Efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan yang dikirim

memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa informasi

yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan

respons atau umpan balik dari penerimanya. Seperti contohnya;

adanya tindakan, hubungan yang makin baik dan berpengaruh

terhadap sikap.

Menurut Suranto Aw, ada beberapa indikator komunikasi efektif,

ialah:
14

a. Pemahaman

Ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana

dimaksudkan oleh komunikator. Tujuan dari komunikasi adalah

terjadinya pengertian bersama, dan untuk sampai pada tujuan itu,

maka seorang komunikator maupun komunikan harus sama-sama

saling mengerti fungsinya masing-masing. Komunikator mampu

menyampaikan pesan sedangkan komunikan mampu menerima

pesan yang disampaikan oleh komunikator.

b. Kesenangan

Yakni apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan

informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang

menyenangkan ke dua belah pihak. Suasana yang lebih rilex dan

menyenangkan akan lebih enak untuk berinteraksi bila

dibandingkan dengan suasana yang tegang. Karena komunikasi

bersifat fleksibel. Dengan adanya suasana semacam itu, maka

akan timbul kesan yang menarik.

c. Pengaruh pada sikap

Tujuan berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi sikap. Jika

dengan berkomunikasi dengan orang lain, kemudian terjadi

perubahan pada perilakunya, maka komunikasi yang terjadi adalah

efektif, dan jika tidak ada perubahan pada sikap seseorang, maka

komunikasi tersebut tidaklah efektif.


15

d. Hubungan yang makin baik

Bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja

meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Seringkali jika orang

telah memiliki persepsi yang sama, kemiripan karakter, cocok,

dengan sendirinya hubungan akan terjadi dengan baik.

e. Tindakan

Komunikasi akan efektif jika kedua belah pihak setelah

berkomunikasi terdapat adanya sebuah tindakan.

Alexis Tan mengemukakan bahwa. Perlu ada daya tarik dengan

similarity (kesamaan), familiarity (keakraban) dan proximity

(kesukaan). Seseorang biasanya akan cenderung lebih tertarik

dengan orang lain karena memiliki faktor kesamaan (sama hobi, sama

sifat), keakraban (keluarga, teman karib), dan kesukaan. Dengan

kondisi seperti itu orang tidak merasa sungkan untuk berbicara, yakni

menceritakan masalah hidupnya secara jujur tanpa adanya

kecanggungan berkomunikasi di antara keduanya. Jika sudah

demikian, maka antara satu dengan yang lainnya akan saling

mempengaruhi dan dengan sendirinya komunikasi akan berlangsung

secara efektif.

Komunikasi efektif menuntut kepekaan seseorang dalam situasi

dan kondisi yang ada, bahkan telah banyak kegagalan organisasi

dikaitkan dengan komunikasi yang buruk. Masalah yang paling sulit

dalam komunikasi adalah bagaimana cara mendapatkan perhatian


16

dari para pendengar untuk memastikan bahwa mereka

mendengarkan. Menurut Suranto, sebuah komunikasi yang efektif

membutuhkan kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh,dan

penampilan fisik secara eksternal.

a. Kontak Mata

Kontak mata adalah hal yang harus dilakukan dalam

berkomunikasi. Orang akan merasa diperhatikan ketika orang yang

berbicara saling bertatap mata. Ini dapat diartikan bahwa mata bias

dijadikan sebagai media untuk memperjelas informasi yang

disampaikan. Dengan melihat mata orang akan merasa bahwa

dirinya tidak diabaikan.

b. Ekspresi Wajah

Arti dari sebuah ekspresi adalah mencoba mengungkapkan atau

ingin memberi tahu sesuatu hal dengan tanpa bercerita, akan tetapi

orang mengerti. Dalam komunikasi ekspresi wajah sangat

menentukan jelas tidaknya suatu pesan. Dengan ekspresi

mengangguk, ini menandakan bahwa orang tersebut mengerti.

Dengan tersenyum ini berarti orang sedang bergembira. Dengan

mengacungkan jari telunjuk ke atas ini berarti ungkapan untuk

mempertegas. Untuk itu dengan adanya ekspresi wajah ini pesan

yang disampaikan oleh komunikator akan mampu meyakinkan

komunikan untuk memahami isi pesan.


17

c. Postur Tubuh

Setiap gerak-gerik tubuh bisa menjadikan sebuah tambahan dalam

berkomunikasi secara efektif. Kondisi atau keadaan tubuh bisa

menimbulkan penilaian seseorang ketika pertama kali bertemu,

seperti halnya ungkapan kesan pertama begitu menggoda.

Misalkan, postur badan yang lebih besar dengan postur badan

orang yang lebih kecil, bila sama-sama dipandang postur yang

lebih besar akan lebih enak dipandang serta menimbulkan kesan

perkasa, kuat dan lebih dihormati.

d. Selera Berbusana

Busana atau bias dibilang penampilan mencerminkan kepribadian

seseorang. Contoh; orang berpenampilan menarik, bersih, rapi,

seseorang akan mengambil kesimpulan bahwa dia orang baik,

padahal bisa jadi dia adalah seorang koruptor. Akan tetapi beda

dengan penampilan acak-acakan, apa adanya, celana sobek-

sobek, maka orang akan memandang bahwa dia seorang preman,

padahal bisa jadi dia adalah anak teater. Dari contoh yang

diuraikan tersebut, menandakan bahwa begitu berartinya busana

dalam menimbulkan sebuah kesan. Dengan berbusana yang

menarik orang akan lebih tertarik, sehingga pesan yang

disampaikan akan mudah untuk diterima.


18

Adapun komunikasi bisa disebut efektif jika suara pesan :

a. Diterima oleh pendengar yang dimaksud.

b. Diinterpretasikan dengan cara yang pada dasarnya sama oleh

penerima dan si penerima.

c. Diingat dengan jangka waktu yang cukup lama, dan

d. Digunakan jika timbul keadaan yang tepat.

Keempat dari unsur ini penting sekali, dan jika salah satu tidak

ada, maka komunikan tidaklah efektif. Dengan demikian, komunikasi

hanya akan efektif jika memberikan pengaruh bagi perilaku. Menurut

Jimmy Sentoso, Prinsip dasar yang harus kita perhatikan dalam

berkomunikasi dapat kita rangkum dalam satu kerja, yaitu REACH

(Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh

atau meraih.

a. Hukum pertama dalam berkomunikasi adalah Respect

Respect merupakan sikap hormat dan sikap menghargai terhadap

lawan bicara kita. Dengan sikap ini kita belajar untuk berhenti

sejenak agar tidak mementingkan diri kita sendiri akan tetapi lebih

mengutamakan kepentingan orang lain. Dengan informasi yang

telah disampaikan kita berusaha untuk memahami orang lain dan

menjaga sikap bahwa kita memang butuh akan informasi tersebut.

b. Hukum kedua adalah Empati

Yaitu kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi

atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Dalam hal ini kita
19

berusaha untuk memahami sikap seseorang tersebut, sehingga

hubungan emosional pun akan lebih mudah terjalin. Biasanya

orang akan lebih senang berkomunikasi dengan orang yang bisa

membuat perasaannya nyaman. Arti nyaman disini adalah lebih

pada perhatian dan pengertian seseorang dalam memahami sikap

orang lain.

c. Hukum ketiga adalah Audible

Makna dari Audible antara lain : dapat didengarkan atau

dimengerti dengan baik. Kunci utama untuk dapat menerapkan

hukum ini dalam mengirimkan pesan adalah:

1) Buat pesan Anda mudah untuk dimengerti

2) Fokus pada informasi yang penting

3) Gunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan

tersebut.

4) Taruhlah perhatian pada fasilitas yang ada dan lingkungan di

sekitar anda.

5) Antisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul.

6) Selalu menyiapkan rencana atau pesan cadangan (backup)

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komunikasi

yang efektif memerlukan kemampuan seseorang dalam

menyampaikan pesan, menganalisis, serta cepat tanggap terhadap

situasi dan kondisi yang ada.


20

d. Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan

(Clarity)

Kejelasan dari pesan yang dibutuhkan adanya simbol atau

isyarat, bahasa yang baik, penegasan kata dan sebagainya. Untuk

itu agar lebih jelas kita perhatikan uraian di bawah ini.

Cara untuk menyiapkan pesan agar jelas yaitu :

1) Tentukan goal yang jelas

2) Luangkan waktu untuk mengorganisasikan ide kita

3) Penuhi tuntutan kebutuhan format bahasa yang kita pakai

4) Buat pesan anda jelas, tepat dan meyakinkan

5) Pesan yang disampaikan harus fleksibel

Untuk menunjang uraian di atas juga perlu diperhatikan,

bahwa untuk menyampaikan pesan tidak bisa hanya sekali saja,

akan tetapi harus berulang kali, karena sifat dari pesan atau

informasi biasanya informasi yang lama akan kalah dengan

informasi yang baru. Agar pesan yang lama tersebut tidak

dilupakan maka perlu diingatkan kembali. Maka dari itu, ketika

menyampaikan sebuah pesan diusahakan semenarik mungkin,

sehingga kesan dari pesan tersebut mampu bertahan lama.

e. Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah sikap rendah

hati (Humble)

Sikap seperti ini berarti juga tidak sombong, karena dengan

kerendahan hati, seseorang akan lebih menghargai seseorang


21

baik sikap, tindakan serta perkataannya. Dengan sikap seperti ini

juga akan lebih memudahkan seseorang untuk menyampaikan

pesan, karena pada dasarnya sikap seperti ini lebih

mengutamakan kepentingan orang lain dari pada

kepentingannya sendiri. Karena sikap ini lebih kepada

bagaimana memahami orang lain, bukannya bagaimana orang

lain memahami kita.

a. Prinsip Komunikasi

Prinsip komunikasi pada dasarnya bahwa komunikasi akan

efektif jika komunikator dan komunikan mempunyai banyak

kesamaan kerangka pengalaman (field of experience). Menurut

Cangara (2012) prinsip komunikasi dapat digambarkan dalam

model sebagai berikut :

Gambar 1. Prinsip Komunikasi

A B

Dari gambar di atas dapat kemukakan prinsip dasar

komunikasi yaitu :

1) Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran

pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat

dalam proses komunikasi (sharing similar experiences).


22

2) Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar

menutupi lingkaran A dan B, menuju terbentuknya suatu

lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta

suatu proses komunikasi yang efektif.

3) Jika daerah tumpang tindih makin mengecil dan menjauhi

sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi

lingkaran masing-masing, komunikasi yang terjadi sangat

terbatas dan besar kemungkinannya gagal dalam

menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.

4) Kedua lingkaran tidak akan saling menutup secara penuh

(100%) karena dalam konteks komunikasi antar manusia tidak

pernah ada manusia yang memiliki perilaku, karakter dan

sifat-sifat yang persis sama sekalipun mereka dilahirkan

kembar.

b. Model-model Komunikasi

1) Model Analisis Dasar Komunikasi

Dalam proses komunikasi model yang dibangun agar

pesan yang ingin disampaikan dapat tersusun, terstruktur dan

tersampaikan kepada penerima informasi.

Gambar 2. Model Komunikasi oleh Lasswell dalam bukunya Cangara


(2012)

Siapa Mengatakan Melalui Kepada Dan Apa


apa Apa Siapa Akibatnya
23

Dari gambar diatas dapat diuraikan bahwa siapa yang

menyampaikan pesan (komunikator) mengatakan apa, melalui

media apa, kepada siapa pesan disampaikan, dan apa efek

atau pengaruh yang ditimbulkan.

2) Model Komunikasi Partisipasi.

Lawrence Kincaid dan Everett M. Rogers dalam Cangara

(2012) mengembangkan sebuah model komunikasi

berdasarkan prinsip pemusatan yang dikembangkan dari teori

informasi dan sibernetik. Model ini muncul setelah melihat

kelemahan model komunikasi satu arah. Mereka melihat

komunikasi sebagai suatu proses yang memusat menuju

kearah pengertian bersama, menurut Kincaid dan Rogers,

dapat dicapai meski kebersamaan pengertian pada suatu

objek atau pesan tidak pernah sempurna secara penuh. Hal

ini disebabkan karena tidak pernah ada dua orang yang

memiliki pengalaman yang sama persis. Antara mereka dapat

dicapai kebersamaan pengertian melalui pendekatan yang

lebih erat, yakni dengan toleransi pada tingkat yang lebih

tinggi.
24

Gambar 3. Model Komunikasi Partisipasi oleh Kincaid dan Rogers.

c. Bentuk-bentuk Komunikasi

Para penulis telah mengelompokkan komunikasi ke dalam

beberapa bentuk. Komunikasi yang dilakukan oleh seorang

camat pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam bentuk-

bentuk sebagai berikut :

1) Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan adalah komunikasi yang hanya melalui

lisan saja dan tidak tertulis. Komunikasi lisan dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu komunikasi lisan secara langsung

dan komunikasi lisan secara tidak langsung.

Komunikasi lisan secara langsung bisa berarti, bahwa

komunikasi yang terjadi secara langsung yakni melalui tatap

muka, seperti halnya yang berceramah, orang berpidato,

berorasi. Sedangkan komunikasi lisan tidak langsung berarti

terjadi komunikasi tanpa adanya tatap muka, seperti halnya

orang berbicara ditelepon. Dalam hal ini komunikasi lisan


25

sering dilakukan oleh camat dalam berkoordinasi dengan

bawahannya (staf, dan masyarakat) di kantor.

2) Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis atau tercetak adalah komunikasi

dengan mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat,

kode-kode (yang mengandung arti), yang tertulis atau tercetak

yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Jadi kesimpulannya

kedua komunikasi ini lebih kepada komunikasi satu arah, di

mana komunikator hanya menyampaikan pesan yang ada.

Untuk komunikasi ini dirasa kurang efektif karena

penyampaian pesan dari komunikator belum tentu bisa

dipahami oleh komunikan. Ketika komunikator memberi

informasi, dia tidak memahami apakah yang diberi informasi

sudah mengerti atau belum akan informasi yang telah

disampaikan.

3) Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang

menggunakan bahasa badan atau tubuh, seperti gerakan

tangan, jari, mata, kepala, dan lain-lain. Komunikasi ini melalui

berbagai isyarat atau signal non-verbal. Media yang

dipergunakan ialah ekspresi, gerak isyarat, gerak dan posisi

badan, yang disebut bahasa badan yang menyatakan sikap

dan perasaan seseorang. Misalkan seorang camat


26

menampakkan wajah yang masam ketika bawahannya

mengajukan pendapat, dan bisa jadi bawahan tersebut

menafsirkan muka masam itu sebagai penolakan, padahal

bisa jadi manajer tersebut lagi sakit gigi.

Adapun bentuk dari segi jenisnya dalam komunikasi adalah

sebagai berikut :

1) Sistem Komunikasi Interpersonal

Adalah sistem komunikasi dengan diri sendiri. Di dalam

sistem ini terjadi suatu proses pengolahan informasi yang

meliputi sensasi (proses menangkap stimulasi atau pesan),

persepsi (perubahan sensasi menjadi informasi), memori

(proses penyimpanan informasi dan sewaktu-waktu dapat

dipanggil kembali) dan berpikir (mengolah dan memanipulasi

informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan

respons terhadap stimulasi). Dalam sistem ini, informasi yang

diterima langsung diproses oleh alat-alat indra ke otak

sehingga menimbulkan suatu respons terhadap stimulasi yang

diberikan.

2) Sistem Komunikasi Antar personal

Adalah komunikasi yang terjadi terutama di antara dua

orang atau beberapa orang yang bersifat alamiah sehingga

dapat menghasilkan suatu hubungan yang produktif secara

terus menerus. Ini bisa diartikan sebagai suatu proses


27

pertukaran makna antara orang-orang yang saling

berkomunikasi. Pertukaran ini maksudnya suatu tindakan

untuk menyampaikan dan menerima pesan secara timbal

balik, sehingga menimbulkan efek atau pengaruh bagi

penerimanya. Jika sudah demikian maka akan timbul

kesepakatan bersama.

d. Hambatan-hambatan dalam komunikasi

Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang

merintangi atau menghambat tercapainya tujuan dari proses

komunikasi. Hambatan atau rintangan dalam komunikasi bisa

berasal dari pribadi komunikan dan komunikator, lingkungan dan

lain sebagainya. Janes G. Robbins S. Janes. Suatu sebab utama

dari kemacetan komunikasi, adalah kebisingan, bunyi atau suara

yang ribut, yang dalam konteks ini berarti segala sesuatu yang

mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan.

Adapun kendala-kendala komunikasi dapat digolongkan ke

dalam tiga kelompok :

1) Kendala-kendala dalam penerimaan

a) Rangsangan dari lingkungan

b) Sikap dan nilai-nilai dari penerimaan

c) Kebutuhan dan harapan penerima

2) Kendala-kendala dalam pemahaman

a) Bahasa, masalah semantik


28

b) Kemampuan penerima untuk mendengar dan menerima,

khususnya berita-berita yang mengancam konsep dirinya.

c) Panjang komunikasi

d) Perbedaan status

3) Kendala dalam penyambutan

a) Praduga

b) Konflik pribadi antara pengiriman dan penerima.

lg. Wursanto hambatan dalam komunikasi adalah :

1) Hambatan yang bersifat teknis

a) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

proses komunikasi.

b) Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak

sesuai.

c) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses

komunikasi.

2) Hambatan Semantik

Semantik dapat diartikan sebagai suatu studi tentang

pengertian dapat diungkapkan melalui bahasa, baik bahasa

lisan (melalui ucapan, bahasa badan) maupun bahasa tertulis.

Maksud dengan hambatan semantik ini adalah kesalahan

dalam penafsiran, salah dalam pemberian pengertian bahasa

dalam menyampaikan pesan dalam proses komunikasi.


29

3) Hambatan Perilaku

a) Pandangan yang bersifat apriori,

b) Prasangka yang didasarkan pada emosi

c) Suasana otoriter,

d) Ketidakmauan untuk berubah, dan

e) Sifat yang egosentris

Dari berbagai pendapat mengenai hambatan, kesulitan

dalam komunikasi maka dapatlah kita simpulkan bahwa yang

menjadi penghambat dalam proses komunikasi dapat

diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu :

1) Faktor Eksternal

a) Kondisi lingkungan sekitar yang menghambat jalannya

komunikasi, contohnya kebisingan, tempatnya terlalu panas

atau dingin dan lain sebagainya.

b) Hambatan organisasional, diantaranya struktur organisasi

yang mulai berubah, tugas dan wewenang pimpinan atau

manajer yang mulai memudar dan ketidakjelasan tugas,

serta profesionalisasi dan spesifikasi pekerjaan.

2) Faktor Internal

a) Bahasa yang digunakan oleh komunikan dan komunikator

bertentangan.

b) Latar belakang serta ruang lingkup pengalaman dan dasar

pengetahuan yang berbeda satu sama lainpun dapat


30

menghambat proses komunikasi yang pada akhirnya akan

mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri.

c) Pendengaran Lemah

Hambatan-hambatan seperti inilah yang nantinya akan

menjadikan komunikan tidak terarah, simpang siur dan

ketidakjelasan tujuan komunikasi.

3. Komunikasi sebagai Interaksi

Komunikasi sebagai proses interaksi, yang menyamakan

komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang telah

ada faktor umpan balik (feedback). Interaksi ini sangat tergantung

pada arah saat seseorang menyampaikan pesan, baik verbal dan

non verbal. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

berkomunikasi diantaranya sebagai berikut :

a. Kemampuan dalam menyampaikan pesan

Untuk dapat mempengaruhi komunikan secara efektif,

penyampaian pesan perlu memperhatikan langkah-langkah :

1) Attention (perhatian) Artinya bahwa pesannya harus dirancang

dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat

menumbuhkan perhatian dari komunikan. Misalnya seorang

pimpinan memulai dahulu dengan mengajak berbincang-

bincang secara santai dengan karyawan, tersenyum,

menanyakan kesehatan, dan sebagainya sebagai cara untuk

menarik perhatian.
31

2) Need (Kebutuhan) Artinya bahwa komunikator kemudian

berusaha meyakinkan komunikan bahwa pesan yang

disampaikan itu penting bagi komunikan.

3) Satisfaction (Pemuasan), dalam hal ini komunikator

memberikan bukti bahwa yang disampaikan adalah benar.

4) Visualization (Visualisasi) komunikator memberikan bukti-bukti

lebih konkret sehingga komunikan bisa turut menyaksikan.

5) Action (Tindakan), komunikator mendorong agar komunikan

bertindak positif yaitu melaksanakan pesan dari komunikator

tersebut.

Kunci utama dari komunikasi adalah dari seorang

komunikator. Untuk itu calon komunikator dituntut untuk mampu

menyampaikan pesan sesuai dengan keinginan komunikan,

artinya bahwa dalam proses komunikasi dibutuhkan adanya

sikap menghargai orang lain, serta ikut dalam suasana yang

sedang dialami orang lain (empati), sehingga dengan adanya

sikap semacam itu proses komunikasi akan lebih mudah

tercapai.

b. Kemampuan dalam menerima pesan (mendengarkan)

Seringkali bahwa sesuatu yang diungkapkan tidak selalu

dimengerti oleh orang lain, bahkan bisa menimbulkan sebuah

kesalahpahaman. Untuk itulah agar informasi dapat diterima


32

dengan baik sehingga menimbulkan umpan balik perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini :

Mendengarkan terdiri dari sejumlah dimensi-dimensi:

1) Mendengarkan itu adalah suatu fungsi yang konfleks dan unik

dari persepsi atau tanggapan. Mendengarkan ialah suatu

proses yang bersifat selektif dimana kita memilih dari banyak

perangsang-perangsang yang mengelilingi kita, yang paling

cocok kepada kebutuhan-kebutuhan dan tujuan kita.

2) Mendengarkan itu adalah suatu proses yang terus menerus

mengalir atau berjalan.

3) Mendengarkan adalah dalam proses komunikasi ini tentunya

ada tujuan atau maksud yang hendak dicapai oleh

komunikator dan komunikan, tujuan atau maksud dari proses

komunikasi ini adalah melahirkan efek-efek tertentu dalam

komunikasi.

c. Kemampuan dalam memberikan umpan balik

Umpan balik sangat penting dalam komunikasi, karena

seseorang bisa mengetahui informasi atau pesan yang telah

disampaikan itu sampai sesuai dengan keinginan komunikator.

Menurut Masyhuri HP dalam buku asas-asas komunikasi, bahwa

umpan balik adalah informasi tentang keberhasilan penerima

dalam menangkap pesan yang disampaikan oleh sumber

sebagai kontrol efektivitas tindakan komunikator dan untuk


33

pedoman bagi tindakan selanjutnya. Dengan demikian ukuran

dari efektivitas komunikasi adalah dengan adanya umpan balik,

yakni pemberian tanggapan terhadap komunikator.

Adapun respons atau tanggapan dari komunikasi

dibedakan sebagai berikut :

1) Respons langsung (direct respons), ialah respons yang

diberikan langsung oleh pihak komunikan tidak memerlukan

jangka waktu yang relatif lama.

2) Respons tidak langsung (indirect respons), ialah respons yang

memerlukan jangka waktu. Dalam hal ini respons yang

diberikan oleh pihak komunikan tertunda beberapa saat.

3) Respons yang kurang dimengerti (zero respons), ialah respon

yang kurang dimengerti oleh pihak komunikator.

4) Respons yang dapat dimengerti (positive respons), ialah

respons yang diberikan oleh pihak komunikan dapat

dimengerti oleh pihak komunikator dengan pihak komunikan

terdapat saling pengertian.

5) Respons yang bersifat netral, ialah respons pihak komunikan

yang tidak memberikan dukungan ataupun menentangnya.

6) Respons yang bersifat negatif, ialah respons yang diberikan

oleh pihak komunikan tidak memberikan dukungan kepada

pihak komunikator.
34

S R

Atau dia dapat berbicara dengan cara ini

R S

Salah satu ialah pengirim (sender), dan penerima (receiver)

hanya mendengarkan, yang bersifat komunikasi satu arah. Atau

(Sender) berbicara dan penerima (Receiver) berbicara kembali,

yang menjadi komunikasi dua arah atau timbal balik. Jadi

komunikasi akan lebih efektif jika memberikan pengaruh bagi

penerimanya, yakni adanya timbal balik.

d. Keterampilan dalam komunikasi

Menurut Masyhuri HP, agar komunikasi dapat berjalan

dengan lancar, semua pihak yang berkomunikasi harus memiliki

keterampilan dalam berpikir. Di samping itu sumber harus

memiliki keterampilan menyandi pesan, ialah mengubah

gagasan atau pesan menjadi lambang-lambang, sedang

penerima harus memiliki keterampilan membuka sandi, ialah

menerjemahkan lambang-lambang tersebut, agar pesan yang

terkandung dalam lambang-lambang itu dapat di pahami.

Untuk mendukung agar komunikasi lebih baik, maka

diperlukan adanya keterampilan dari masing-masing individu.

Keterampilan dalam berkomunikasi menurut James G. Bobbins

dan Barbara S. Jones, Keterampilan menyalurkan atau

mengirimkan, yaitu berbicara dan menulis. Kedua, kita sebut


35

keterampilan menerima, yaitu membaca dan mendengarkan

keterampilan.

B. Kajian Teori

1. Teori Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah harapan utama dari seorang manajer.

Ini hanya berarti menerima tanggung jawab. Ada kualitas tertentu

yang dianggap penting bagi seorang pemimpin yang kuat. Mereka:

Beradaptasi dengan mengubah, Pengambilan keputusan,

Mempertahankan garis komunikasi yang terbuka dan memimpin

orang lain untuk penyelesaian tujuan. Kepemimpinan saat

didefinisikan akan memberi kita pemahaman yang lebih baik. Hal ini

umumnya didefinisikan oleh ahli teori manajemen sebagai "proses

mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam upaya

menuju pencapaian tujuan dalam situasi tertentu".

Kepemimpinan tidak hanya terbatas untuk manajemen, itu

diterima secara luas bahwa organisasi yang paling sukses memiliki

pemimpin yang kuat dan efektif. gaya kepemimpinan adalah

pendekatan yang pemimpin mengadopsi dan mencerminkan dalam

peran mereka, bukan dengan cara di mana otoritas digunakan.

Jumlah otoritas dipertahankan dan keputusan yang dibuat

memainkan peran penting dalam menentukan gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan mendorong dan mempromosikan


36

perencanaan keterlibatan karyawan, pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan. Tetapi beberapa tampaknya membatasi

keterlibatan karyawan di daerah-daerah. Kita dapat mengatakan

bahwa itu mempengaruhi penggunaan sumber daya manusia. Hal

evinces kontrol terutama ketika berhubungan dengan orang.

Karena, ketika gaya kepemimpinan yang diterapkan lebih otoritatif,

lebih pemimpin atau manajer memisahkan diri dari orang-orang.

Dalam hal ini, pemimpin hanya akan dapat menggunakan otot

rakyat dan bukan pikiran mereka. Jenis komunikasi yang

berkembang antara pemimpin dan tenaga kerja dikendalikan oleh

gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan berkisar dari definisi sederhana untuk

deskripsi yang kompleks. gaya kepemimpinan ini dapat

diklasifikasikan menurut cara otoritas digunakan. Ini bervariasi

ketika pemimpin mampu mengekstrak pekerjaan baik

menggunakan otot atau pikiran mereka orang. Ada empat gaya

kepemimpinan yang diterima secara luas. Mereka : Gaya diktator,

Gaya otoritatif, Gaya konsultatif dan Partisipatif Tim Style.

Jumlah kewenangan bersama antara manajemen puncak dan

tenaga kerja yang membantu dalam menentukan jenis gaya

kepemimpinan yang sedang digunakan.


37

Gambar 4. Gaya Kepemimpinan

a. Gaya Diktator

Seperti namanya manajer atau pemimpin menggunakan

gaya kepemimpinan ini akan berfungsi seperti diktator. manajer

akan mengambil kekuasaan tertinggi dalam pengambilan

keputusan mengenai apa, kapan, di mana dan bagaimana hal

tersebut dilakukan dan siapa yang akan carryout mereka. Orang

gagal menjalankan tugasnya pasti akan dibawa ke tugas.

karakteristik tertentu yang ditunjukkan oleh seorang

pemimpin diktator:

1) Memegang semua pengambilan keputusan kekuasaan

dengan dirinya sendiri.

2) Sebagian besar waktu tidak praktis dengan tuntutan

pekerjaan.

3) Menggunakan tindakan disiplin yang berlebihan terhadap

orang-orang gagal untuk melaksanakan pekerjaan mereka.


38

4) Tidak memberikan kesempatan bagi orang untuk

mempertanyakan keputusan atau otoritasnya

b. Gaya Otoriter

Pemimpin otoriter juga dikenal sebagai pemimpin otokratis.

Mereka menyediakan harapan mereka sangat jelas seperti

dalam apa yang perlu dilakukan dan bagaimana. Tapi penelitian

menunjukkan kurangnya kreativitas dalam kepemimpinan

otoriter, sebagai pemimpin otoriter membuat keputusan secara

independen dengan sedikit atau tanpa masukan dari kelompok.

Aspek merugikan dari gaya kepemimpinan ini melihat sedang

suka memerintah, diktator dan mengendalikan ke inti. gaya

kepemimpinan ini dapat digunakan yang terbaik dalam situasi

ketika ada sedikit waktu untuk pengambilan keputusan kelompok

atau ketika pemimpin adalah satu-satunya anggota

berpengetahuan kelompok.

Ciri-ciri seorang pemimpin otoriter:

1) Jarang memungkinkan anggota kelompok untuk membuat

keputusan, karena ia percaya bahwa keahlian dan

pengalamannya membuat dia yang paling berkualitas.

2) Salam pandangan dan pikirannya untuk menjadi yang paling

akurat.

3) Ditemukan sangat penting saat mengambil keputusan, dan

opini yang berbeda sendiri.


39

4) Tidak yakin tentang kemampuan dan potensi lain.

5) Jarang memberikan dorongan atau pengakuan untuk

pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

6) Mengambil gagasan orang lain hanya jika dia setuju atau

menerima dengan mereka.

7) Manfaat dari orang lain sering.

8) Sangat kompetitif dan berorientasi pada aksi

c. Gaya Konsultatif

Kepemimpinan konsultatif pada dasarnya tugas berorientasi

dan selalu berfokus pada hasil akhir dengan menggunakan

keterampilan lain dalam merumuskan rencana dan mengambil

keputusan. Tapi kemudian membuat keputusan daya akhir selalu

dipertahankan dengan pemimpin. Tapi tetap, bahwa keputusan

akhir tidak tiba di tanpa mencari masukan dari anggota yang

akan terpengaruh oleh keputusan tersebut. Kepemimpinan

konsultatif menonjol melalui upaya untuk melibatkan orang-orang

yang memiliki masalah dalam mencari ide-ide untuk solusi.

Dengan cara ini, hal ini membantu mereka untuk

mengembangkan kepemimpinan dan pengambilan keputusan

kemampuan di dalamnya. membangun tim adalah target utama

dalam kepemimpinan Konsultatif.

Pemimpin mengambil peran seorang mentor / player dan

menjadi fasilitator dari tim. Biasanya [tidak selalu] menerima ide-


40

ide dan pemikiran dari tim bahkan ketika itu bertentangan

dengan sendiri. Membayar lebih banyak perhatian dalam

merangsang kreativitas dan inovasi.

d. Partisipasi Tim Style

Dalam jenis gaya kepemimpinan semua anggota tim yang

terlibat untuk mengidentifikasi tujuan yang penting dan

mengembangkan prosedur dan strategi untuk mencapai tujuan

tersebut. Menganalisis dari perspektif ini, kepemimpinan tim

partisipatif dapat dilihat sebagai gaya yang tergantung pada

fungsi pemimpin sebagai fasilitator, bukan diktator untuk

mengeluarkan perintah dan menyelesaikan sesuatu.

Kepemimpinan partisipatif dalam bentuknya yang paling

efektif akan membiarkan bakat dan keterampilan potensi

anggota tim untuk membuat penggunaan terbaik dari terutama

ketika tiba di keputusan dan mengambil tindakan yang tepat.

Keputusan akhir akan selalu diambil oleh pemimpin tapi

kemudian berbagi ini fungsi di dalam tim akan memasok

suasana yang sempurna untuk setiap anggota dalam tim untuk

memberikan masukan yang cukup layak untuk membuat

keputusan akhir, yang akan pada akhirnya menguntungkan

untuk organisasi secara keseluruhan.

a. Asas dan fungsi Kepemimpinan

Menurut Nawawi (2003) kepemimpinan yang efektif hanya


41

akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya.

Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi

sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing

yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam

dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar

mendekati bagian dalam situasi sosial yang ada maka ini akan

dirasakan sebagai keputusan yang diambil adalah untuk

kepentingan bersama, dengan demikian seorang pemimpin akan

dapat menjalankan fungsinya sebagai pemimpin jalan dengan

situasi sosial yang ada.

Ada beberapa azas yang perlu diperhatikan dalam

kepemimpinan

1) Azas Kemanusiaan

Artinya memperhatikan bawahan/pegawai dan memandang

mereka sebagai manusia, mereka tidak hanya dipandang

sebagai mesin.

2) Azas Efisiensi

Bagaimana pemimpin bisa mengkombinasikan/mengefisiensi-

kan sumber daya yang terbatas untuk kepentingan bersama.

3) Azas Kesejahteraan

Azas ini perlu diperhatikan pemimpin untuk mengurangi

kesenjangan dan konflik yang dapat mengganggu jalannya

organisasi.
42

Menurut Nawawi (2003) menyatakan secara operasional

dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan yakni :

1) Fungsi Instruktur

Fungsi ini berlangsung dan bersifat satu arah. Pemimpin

sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan

pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin

sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa

(isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah) agar

keputusan dapat diwujudkan secara efektif.

2) Fungsi konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat dua arah, meskipun

pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak

kepemimpinan. Pada tahap pertama dan usaha menetapkan

keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan

pertimbangan, yang mengharuskan konsultasi dengan orang-

orang yang dipimpinnya. Bisa terbatas dengan orang-orang

tertentu saja atau mendengarkan saran dan pendapat. Bisa

juga dilakukan secara meluas melalui pertemuan dengan

sebagian besar atau semua anggota kelompok organisasinya

bila keputusan yang akan ditetapkannya sangat penting.

3) Fungsi Partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar langsung dan bersifat dua arah, tetapi

juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif,


43

antara pemimpin dengan semua orang yang dipimpinnya.

Dalam menjalankan fungsinya pemimpin berusaha

mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam

keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam

melaksanakannya, yang berlangsung secara terkendali dan

terarah berupa kerja sama dengan mencampuri atau

mengambil tugas pokok orang lain.

4) Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan

wewenang membuat, menetapkan keputusan baik melalui

persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi

delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus

bersedia dan dapat mempercayai orang lain, sesuai dengan

posisi/jabatannya.

5) Fungsi Pengendali

Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun

tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua

arah. Fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan yang

sukses/efektif mampu mengatur anggotanya secara terarah

dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan

tercapainya tujuan bersaing secara maksimal.

b. Peran Camat

Selain Pemerintah Daerah (Pemda), aparatur Kecamatan


44

juga memiliki tugas dan peran penting dalam meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat. Bahkan peran camat menjadi

ujung tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan Pemda di

daerah. Pasalnya Camat merupakan perpanjangan tangan

Pemerintah di daerah sebagai penentu berjalanya sistem

pelayanan yang baik karena berhadapan langsung dengan

masyarakat. “Peran aktif camat sangat menentukan

pembangunan daerah. Di mana dalam melaksanakan tugasnya

camat harus dapat menyikapi segala permasalahan yang ada

dengan arif dan bijaksana tanpa membedakan suku, agama dan

ras,” ujar Bupati Rohil, H Annas Maamun.

Sebagai orang nomor satu di tingkat kecamatan, camat

pastilah mengambil sebuah keputusan atau menyelesaikan

masalah dengan cara musyawarah dan mufakat. Makanya roda

pemerintahan di tingkat kecamatan senantiasa dapat berjalan

dengan baik.

“Pesan pemerintah pada seluruh camat yang ada di ada di

Indonesia sekarang ini, kearifan dan kebijaksanaan yang diambil

di lapangan haruslah terlebih dahulu dicermati dan dipelajari

dengan seksama, jangan sampai niat dalam melayani

masyarakat menjadi batu sandungan karena tidak sesuai dengan

hukum dan norma yang berlaku,” tegas Annas Maamun.

Ketegasan dalam mengambil sebuah keputusan sudah


45

menjadi keharusan namun tentu pula harus melihat baik dan

buruknya dan jangan sampai melakukan tindakan yang

bertentangan dengan hukum dan kebijakan daerah. Maka oleh

karena itu, sebelum bertindak camat diminta untuk dapat

berkoordinasi dan mempelajari tentang peraturan perundang-

undangan yang berlaku. “Ada beberapa hal yang perlu untuk

dicermati oleh camat. Diantaranya dapat menggerakkan

segenap potensi yang ada dalam masyarakat untuk tumbuh dan

berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang berbasis

kerakyatan. Menjaga terwujudnya ketenteraman dan ketertiban

masyarakat, serta terus menjaga suasana yang kondusif dan

dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan potensi

usaha kecil ditengah keluarga maupun masyarakat,” ujarnya.

Selain hal-hal yang dimaksud tadi, hal lain yang menjadi

perhatian serius ialah dalam menyikapi permasalahan tapal

batas, camat diminta untuk dapat menjadi jembatan bagi pihak

kecamatan maupun kabupaten dalam penyelesaian hal tersebut.

“Pemerintah tentunya mempunyai harapan besar terhadap para

camat. Selain dapat menjadi pengayom masyarakat yang baik

juga dapat meningkatkan daerah dengan mengusulkan program-

program pembangunan yang sifatnya berskala prioritas dan

berguna bagi masyarakat luas,” tegasnya mengakhiri.


46

2. Teori Komunikator

Definisi komunikator adalah pihak-pihak yang menyampaikan

pesan kepada seseorang ataupun khalayak luas (Cangara, 2012).

Arti komunikator adalah suatu kelompok ataupun seseorang

yang menyampaikan gagasan, perasaan ataupun pemikirannya

kepada orang lain. Sedangkan arti komunikan adalah pihak yang

menjadi target atau sasaran dari suatu pesan yang dikirimkan oleh

komunikator (Effendy, 2000).

Komunikator adalah pihak yang berinisiatif mengawali sebuah

pembicaraan sedangkan komunikasi sebagai pihak yang

merespons pembicaraan komunikator. Seorang komunikator juga

berperan dalam memberikan tanggapan, menjawab pertanyaan

dan masukan yang disampaikan oleh komunikan, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah

penting, itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya

komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan

perubahan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan. Salah satu

upaya untuk melancarkan komunikasi yang lebih baik

mempergunakan pendekatan A-A procedure (From Attention to

Action Procedure) dengan lima langkah yang disingkat AIDDA.


47

Gambar 5. Model Perencanaan Komunikasi AIDDA

Awareness
(Kesadaran)

Interest
(Perhatian)

Desire
(Keinginan)

Decision
(Keputusan)

Action
(Pelaksanaan)

Model perencanaan komunikasi AIDDA sifatnya liner dan

banyak digunakan dalam kegiatan penyuluhan dan pemasaran

komersial. Model ini sudah lama dan beberapa pakar sudah

mencoba melakukan modifikasi, namun model dasarnya tetap

digunakan, selain sederhana juga lebih mudah diaplikasikan pada

hal-hal yang bersifat praktis.

Telaah komunikator meliputi analisis hal-hal sebagai berikut :

Sejauh mana si komunikator mempunyai percaya diri (self

confident). Dikarenakan dalam Komunikasi Interpersonal ciri/

karakteristiknya yang pertama dimulai dari diri sendiri maka

komunikator harus percaya pada kemampuannya sendiri untuk

melakukan relasi Komunikasi Interpersonal. Bagian dari percaya

diri dari komunikator adalah penguasaan materi/pengetahuan yang


48

mendalam tentang hal-hal dari isi pesan yang akan di-reciever-kan

(disampaikan).

Sejauh mana komunikator mengendalikan transaksional, yaitu

ketika bertemu dan berkenalan dengan komunikan maka

komunikator sudah mempunyai persepsi mengenai identitas dan

kepribadian komunikan. Untuk selanjutnya maka komunikator harus

tetap mengendalikan identitas dan kepribadian komunikan seperti

semula. Memelihara relasi, yaitu memelihara hubungan dengan

komunikan dengan mengatur jarak duduk atau dengan tetap

memperhatikan pandangan pada wajah komunikan.

3. Teori Komunikasi Pembangunan

Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka

makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau

paradigma pembangunan yang dipilih oleh suatu negara. Peranan

komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli,

pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai

andil penting dalam pembangunan. (Eduard,1991)

4. Teori Partisipasi

Menurut beberapa ahli tentang partisipasi ada yang

mengartikan bahwa : Partisipasi berarti peran serta seseorang atau

kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam

bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan

memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau


49

materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil

pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010).

Kunci partisipasi sejati tidak ada pada komunitas yang tak

berdaya (Empowerment is a road to participation) dengan asumsi

partisipasi di dalamnya yaitu proses aktif; masyarakat berinisiatif,

berpikir sendiri, dan menggunakan sarana dan proses yang dapat

mereka kontrol sendiri.

Definisi partisipasi dalam pembahasan ini diartikan sebagai

partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang diselenggarakan

oleh pemerintah sedangkan masyarakat mengambil sebagian

kewajiban yang menjadi tanggung jawab pemerintah, dan

masyarakat mendapatkan manfaat atau keuntungan dari

pembangunan tersebut.

Menurut Jannifer-Mc Cracken-Deepa (1998) menjelaskan

bahwa Partisipasi merupakan proses dimana pihak-pihak yang

terlibat mempengaruhi dan mengendalikan inisiatif pembangunan,

keputusan dan sumber-sumber yang mempengaruhi mereka.

Partisipasi memiliki sisi yang berbeda, bermula dari pemberian

informasi dan metode konsultasi sampai dengan mekanisme untuk

berkolaborasi dan pemberdayaan yang memberi peluang bagi

stakeholder utuk lebih memiliki pengaruh dan kendali.

Partisipasi merupakan suatu konsep yang merujuk pada

keikutsertaan seseorang dalam berbagai aktivitas pembangunan.


50

Keikutsertaan ini sudah barang tentu didasari oleh motif-motif dan

keyakinan akan nilai-nilai tertentu yang dihayati seseorang.

Pengertian partisipasi menurut Sutarto (1980) adalah turut

sertanya seseorang baik secara langsung maupun emosional untuk

memberikan sumbangan-sumbangan kepada proses pembuatan

keputusan terutama mengenai persoalan-persoalan dimana

keterlibatan pribadi seseorang yang bersangkutan melaksanakan

akan tanggung jawab untuk melaksanakan hal tersebut.

Pengertian diatas menekankan pada keikutsertaan seseorang

dalam proses pengambilan keputusan. Bentuk partisipasi yang

merupakan keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan pembangunan

setidaknya terdapat dua tipe partisipasi Koentjaraningrat (1980)

menyatakan bahwa :

a. Partisipasi dalam aktivitas bersama dalam proyek-proyek

pembangunan.

b. Partisipasi sebagai individu di luar aktivitas bersama dalam

pembangunan.

Bentuk partisipasi lain yang lebih lengkap dikemukakan oleh

Bryan dan White dalam Ndraha (1983) dimana disamping ada

partisipasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan juga

terdapat partisipasi untuk pemanfaatan suatu proyek.

Selain pendapat tersebut diatas, Simanjuntak (1982)

mengemukakan pendapat bahwa dalam menggerakkan partisipasi


51

masyarakat perlu adanya klasifikasi dari partisipasi tersebut.

Selanjutnya dikatakan Bryan dan White dalam Ndraha (1983)

bahwa partisipasi dapat terbentuk :

a. Partisipasi buah pikiran

b. Partisipasi harta dan uang

c. Partisipasi tenaga atau gotong royong

d. Partisipasi sosial

e. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang

konsisten.

Jadi partisipasi adalah juga berfungsi dari manfaat di samping

pengorbanan ataupun risiko. Tiga pengertian partisipasi di atas

dapat dibangun dan diurutkan menjadi tahap-tahap terjadinya suatu

partisipasi.

Pada tahap pertama partisipasi merupakan proses yang

dilakukan pada penilaian masyarakat tentang pengambilan

keputusan. Tahap ini dalam proses pembangunan di kelurahan

adalah identik dengan proses perencanaan untuk menentukan

program-program dan proyek-proyek apakah yang akan dibangun.

Tahap kedua partisipasi adalah keikutsertaan dalam proses

pelaksanaan pembangunan. Tahap ini dalam pembangunan adalah

implementasi dari program-program dan proyek-proyek yang telah

disetujui atau diputuskan dalam tahap pengambilan keputusan.

Tahap pelaksanaan ini dapat berupa keikutsertaan secara fisik


52

seperti pemberian tenaga maupun pemberian sumbangan uang

dan bahan-bahan material untuk pembangunan.

Tahap ketiga partisipasi adalah tahap pemanfaatan yakni

tahap di mana masyarakat memperoleh hasil-hasil dan program

dari proyek pembangunan yang telah dilaksanakan. Tahap

penerimaan hasil ini merupakan perwujudan dalam partisipasi. oleh

sebab itu, pada tahap penerimaan hasil akan diikuti oleh

tumbuhnya tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga agar

proyek-proyek pembangunan yang dirasakan memberikan manfaat

tersebut dapat dinikmati secara optimal dan berkelanjutan.

Berdasarkan tahap-tahap partisipasi diatas maka dapat

dirumuskan pengertian partisipasi masyarakat dalam

pembangunan. Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam

pembangunan secara sadar baik dalam tahap perencanaan,

implementasi dan pemanfaatan dalam menerima hasil-hasil

pembangunan.

Berbicara masalah partisipasi, berarti akan selalu berkait

dengan upaya-upaya keikutsertaan seluruh komponen masyarakat

secara aktif dalam berbagai aktivitas yang telah direncanakan.

Keikutsertaan secara aktif tersebut merupakan energi yang

mendorong bergeraknya roda pembangunan atau kegiatan

masyarakat dalam rangka mencapai tujuan atau untuk

memecahkan suatu masalah.


53

Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan aktif

warga masyarakat, baik secara perorangan, kelompok atau

kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan

bersama, perencanaan dan pelaksanaan program dan

pembagunan masyarakat, yang dilaksanakan didalam maupun

diluar lingkungan masyarakat atas dasar kesadaran dan tanggung

jawab, demikian antara lain yang dijelaskan Soelaiman (1985).

Secara konseptual partisipasi masyarakat merupakan alat dan

tujuan pembangunan masyarakat, dengan demikian ia berfungsi

sebagai penggerak dan pengarah proses perubahan sosial.

Pemberdayaan masyarakat adalah keseluruhan upaya untuk

memberi peluang kepada warga masyarakat untuk dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengindentifi-

kasi masalah pembangunan yakni merencanakan dan melaksana-

kan pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia di daerah. Tudang Sipulung adalah suatu pertemuan adat

yang dihadiri oleh unsur-unsur tokoh Masyarakat, tokoh agama,

Tokoh Pendidikan, Organisasi Sosial Kemasyarakatan, Lembaga

swadaya Masyarakat, Organisasi Politik, Organisasi Profesi serta

Lembaga Kerukunan dan unsur Pemerintah dalam rangka

memecahkan suatu permasalahan dan atau membicarakan

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses Perencanaan,


54

Pelaksanaan, Pemeliharaan dan Pengawasan Pembangunan

Daerah.

Prinsip dasar Pengelolaan Pembangunan Partisifatif (P2P)

adalah pemecahan masalah berdasarkan prinsip keterbukaan dan

tanggung jawab dalam pengelolaan pembangunan. Prinsip dasar

P2P menggunakan pendekatan dialogis dan persuasif serta

kesetaraan melalui musyawarah. Pengelolaan pembangunan

partisifatif (P2P) merupakan forum musyawarah dalam pengelolaan

pembangunan berkelanjutan yang berbasis masyarakat,

keterbukaan, bertanggung jawab dan tanggap serta terpadu dalam

pemanfaatan sumber daya pembangunan.

Pengelolaan P2P merupakan wadah partisifasi masyarakat

dalam proses pengambilan keputusan untuk ikut serta dalam

menentukan kebijakan dan arah pembangunan. Pengelolaan P2P

merupakan forum tertinggi dalam pengambilan keputusan atas

kesepakatan bersama dalam pengelolaan pembangunan baik di

tingkat Desa, Kelurahan, Kecamatan maupun di tingkat Kabupaten.

Keputusan pengelolaan P2P menjadi pedoman bagi Pemerintah

Daerah dan DPRD dalam mengambil keputusan mengenai

pelaksanaan pengelolaan pembangunan di Daerah.

Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pengelolaan pembangunan partisipatif adalah :

a. Mendengarkan atau membaca.


55

b. Menyampaikan komentar atau pendapat.

c. Berkonsultasi, melakukan tukar pikiran dan pembahasan.

d. Merumuskan suatu rancangan kebijakan.

e. Mendapatkan sebagai kewenangan dari badan Publik untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan.

Hak setiap warga masyarakat berhak untuk berpartisipasi di

dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan

pembangunan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan.

Badan publik berhak untuk menguji kebenaran, kelayakan dan

ketetapan setiap tahapan pengelolaan pembangunan yang diajukan

oleh warga masyarakat. Kewajiban bagi warga masyarakat yang

berpatisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan

pembangunan wajib menyediakan dan memberikan data dan

bahan pendukung yang dapat dipertanggung jawabkan. Badan

publik wajib menfasilitasi, menyediakan informasi dan mendukung

proses perumusan masalah dan pengujian usul perencanaan

pembangunan dan warga masyarakat. Badan publik wajib

mengakomodir dan menindak lanjuti setiap agenda yang berkaitan

dengan pengelolaan pembangunan.

Secara garis besar tipologi penilaian masyarakat tentang

partisipasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Manipulasi (manipulation)

Penilaian masyarakat tentang partisipasi ini adalah yang


56

paling rendah dimana masyarakat hanya dipakai namanya

sebagai anggota dalam berbagai badan penasehat advising

board. Dalam hal ini tidak ada peran serta masyarakat yang

sebenarnya dan tulus, tetapi diselewengkan dan dipakai sebagai

alat publikasi dari pihak penguasa.

b. Penyembuhan (therapy)

Dengan berkedok melibatkan peran serta masyarakat

dalam perencanaan, para perancang memperlakukan anggota

masyarakat seperti proses penyembuhan pasien dalam terapi.

Meskipun masyarakat terlibat dalam banyak kegiatan. Pada

kenyataannya kegiatan tersebut lebih banyak untuk mengubah

pola pikir masyarakat yang bersangkutan dari pada

mendapatkan masukan dari mereka.

c. Pemberian Informasi (informing)

Memberi informasi kepada masyarakat tentang hak-hak

mereka, tanggung jawab dan berbagai pilihan, dapat menjadi

langkah pertama yang sangat penting dalam pelaksanaan

partisipasi masyarakat. Meskipun demikian yang sering terjadi

penekanannya lebih pada pemberian informasi satu arah dari

pihak pemegang kuasa kepada masyarakat. Tanpa adanya

kemungkinan untuk memberikan umpan balik atau kekuatan

untuk negosiasi dari masyarakat. Dalam situasi saat itu terutama


57

informasi diberikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya

memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi rencana.

d. Konsultasi (consultation)

Mengundang opini masyarakat, setelah memberikan

informasi kepada mereka, dapat merupakan langkah penting

dalam menuju partisipasi penuh dari masyarakat. Akan tetapi

cara ini penilaian masyarakat tentang keberhasilannya rendah

karena tidak adanya jaminan bahwa kepedulian dan ide

masyarakat akan diperhatikan. Metode yang sering

dipergunakan adalah survey tentang arah pikir masyarakat,

pertemuan lingkungan masyarakat dan dengan pendapat

dengan masyarakat.

e. Perujukan (placation)

Pada penilaian masyarakat tentang ini masyarakat mulai

mempunyai beberapa pengaruh meskipun beberapa hal masih

tetap ditentukan oleh pihak yang mempunyai kekuasaan. Dalam

pelaksanaannya beberapa anggota masyarakat yang dianggap

mampu dimasukkan sebagai anggota dalam badan-badan

kerjasama pengembangan kelompok masyarakat yang anggota-

anggotanya lainnya wakil-wakil dari berbagai instansi

pemerintah. Walaupun usul dari masyarakat diperhatikan namun

suara masyarakat itu sering tidak didengar karena


58

kedudukannya relatif rendah atau jumlah mereka terlalu sedikit

dibanding anggota dari insansi pemerintah.

f. Kemitraan (partnership)

Pada penilaian masyarakat tentng ini, atas kesepakatan

bersama, kekuasaan dalam berbagai hal dibagi antara pihak

masyarakat dengan pihak pemegang kekuasaan. Dalam hal ini

disepakati bersama untuk saling membagi tanggung jawab

dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan

kebijaksanaan, dan pemecahan berbagai masalah yang

dihadapi.

g. Pelimpahan Kekuasaan (delegated power)

Pada penilaian masyarakat tentang ini masyarakat diberi

limpahan kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana

atau program tertentu. Untuk memecahkan perbedaan yang

muncul, pemilik kekuasaan dalam hal ini adalah pemerintah

harus mengadakan tawar menawar dengan masyarakat dan

tidak dapat memberikan tekanan-tekanan dari atas.

h. Masyarakat yang Mengontrol (citizen control)

Pada penilaian masyarakat tentang ini masyarakat memiliki

kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang

berkaitan dengan kepentingan mereka. Mereka mempunyai

kewenangan dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihak-

pihak luar yang hendak melakukan perubahan. Dalam hal ini


59

usaha bersama warga dapat langsung berhubungan dengan

sumber-sumber dana untuk mendapatkan bantuan atau

pinjaman dana, tanpa melewati pihak ketiga.

Dari kedelapan tipologi tersebut, menurut Arnstein secara

umum dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu

sebagai berikut:

a. Tidak ada peran serta atau non participation yang meliputi

manipulation dan therapy;

b. Partisipasi masyarakat dalam bentuk tinggal menerima beberapa

ketentuan atau degreesof tokenism yang meliputi informing,

consultation dan placation;

c. Partisipasi masyarakat dalam bentuk mempunyai kekuasaan

atau degrees of citizen power yang meliputi partnership,

delegated power dan citizen control.

Berbeda dengan pendapat terdahulu yang telah dijelaskan,

maka secara tegas Bintaro (1989) mengungkapkan bahwa

keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat dapat berarti

keterlibatan dalam proses menentukan arah, strategi dan

kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah serta

keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan pembangunan juga keterlibatan dalam memetik hasil

dan manfaat pembangunan secara berkeadilan.


60

Sedangkan Cohen dan Up Hoff dalam Syamsi (1986)

menjelaskan bahwa “Partisipasi itu merupakan keterlibatan nyata

orang-orang dalam proses pembuatan keputusan mengenai apa

yang dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Juga dapat

diartikan sebagai keterlibatan mereka dalam menikmati hasil serta

partisipasi dalam mengadakan evaluasi”. Dengan demikian melalui

partisipasi masyarakat benar-benar dilibatkan secara totalitas sejak

awal sampai akhir pelaksanaan pembangunan.

Partisipasi masyarakat sebagai partisipasi vertikal dan

horizontal. Partisipasi vertikal terjadi dalam kondisi tertentu dimana

masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program

pihak lain dalam hubungan mana masyarakat berbeda dalam

posisi bawahan pengikut atau klien. Partisipasi horizontal terjadi

karena pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai

kemampuan untuk berprakarsa dimana setiap anggota kelompok

masyarakat berpartisipasi horizontal satu sama lain dalam usaha

bersama, maupun dalam rangka kegiatan dengan pihak lain.

Dari penegasan tersebut memberikan gambaran bahwa

dampak partisipasi yang ditumbuhkan dari atas, masyarakat

cenderung lebih bersikap pasif, dan jika partisipasi itu bersifat

horizontal, maka akan menumbuhkan sifat aktif dan mandiri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa

masyarakat sebagai subjek atau pelaku pembangunan, sekaligus


61

juga sebagai objek atau sasaran dari pembangunan bukan saja

mereka memberi tetapi juga sebagai pelaksana, penerima hasil dan

mereka juga memelihara hasil-hasil pembangunan. Untuk itu

keterlibatan warga masyarakat merupakan hal yang harus

diperhatikan, sehingga dapat bersama-sama untuk melaksanakan

pembangunan.
62

C. Kerangka Pikir

Untuk mengetahui bagaimana kerangka pikir dalam penelitian ini,

maka penulis membuatnya dalam skema kerangka pikir berikut ini :

Gambar 6. Kerangka Pikir

Komunikasi
sebagai
interaksi: Partisipasi
Strategi komunikasi Masyarakat
1.Kemampuan
1.Membina melaksanakan Survey menerima 1.Buah pikiran
Kepuasan Masyarakat pesan. 2.Harta dan
2.Kemampuan
2.Merumuskan rencana dan uang
menyampaik
program anggaran serta an pesan. 3.Gotong
menyelenggarakannya. 3.Kemampuan royong
3.Mendorong partisipasi menerima 4.Sosial
Masyarakat dan melakukan umpan balik. 5.Kegiatan yang
pembinaan dan Pengawasan nyata
63

D. Definisi Konsepsional

Berdasarkan teori yang mendukung maka ditarik sebuah

kesimpulan berupa definisi konsepsional dalam penelitian tentang

perencanaan komunikasi yang berkaitan dengan perencanaan

komunikasi untuk penyampaian pesan kepada komunikan yang

memunculkan sebuah interaksi masyarakat yang memunculkan

partisipasi terhadap pembangunan di Kecamatan Duampanua

Kabupaten Pinrang.

E. Definisi Operasional

Pada dasarnya adalah petunjuk bagaimana cara mengukur suatu

penelitian. Agar dapat memberikan kemudahan dalam pengoperasian,

berikut ini definisi operasional dari indikator masing-masing yaitu :

1. Kepemimpinan Camat

a. Kualitas kepemimpinan Camat.

b. Gaya Kepemimpinan Camat.

1) Pengaturan/Pengalaman.

2) Kewibawaan.

3) Disiplin.

4) Demokrasi.

5) Partisipasi.

2. Komunikasi

a. Penerimaan Pesan.
64

b. Menyampaikan pesan.

c. Penerimaan Umpan Balik.

3. Partisipasi Masyarakat

a. Corak/bentuk partisipasi.

b. Kontribusi dalam partisipasi.

1) Pemilihan.

2) Kelompok.

3) Keterlibatan Langsung.

4) Buah Pikir.

5) Tenaga.

6) Harta Benda.

7) Keterampilan.

Anda mungkin juga menyukai