SKRIPSI
Disusun oleh:
ANIS NURFITRIANI
NIM 1113051000153
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Anis Nurfitriani
NIM 1113051000153
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis ucapkan karena
skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia yaitu
Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, sahabat, dan
orangtua, Ayah (Lasminto) dan Ibu (Rika Mustikawati) yang senantiasa memberikan
do’a, dukungan moril maupun materil, nasihat dan bimbingan tanpa ada henti-
tinggi. Ibu kandung penulis (Almh. Sri Wahyuni) yang telah melahirkan penulis.
selama proses penyusunan skripsi ini. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis
1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil
ii
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah
selama perkuliahan.
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal
7. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi Ciracas, Jakarta Timur selaku narasumber
– Bu Evi, Pak Fajar, Pak Huda, Pak Hikmi, Pak Firman, Bu Falah, dan siswa
kelas 5 dan kelas 6 yang sudah membantu penulis dan bersedia meluangkan
waktu.
8. Mas Hamdan dan istri (Sarah) yang membantu dan memberikan dukungan sampai
terselesaikannya skripsi ini. Dede Azka dan Dede Dzaky yang setiap hari
iii
9. Nita Silpiani, Khairunnisa Permata Sari, Rachma Maulidia, Endah Dewi Cahyani,
Sahri Rahma Fitri, Bejo Nurdamirin, Alprilia Nuriani yang selalu mendukung
setiap saat, membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2013, dan
Teman KPI A,B,C dan E. Teman-teman KKN GAUNG 2016 – Vika, Fita, Anggi,
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan,
jasa, dan do’anya yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu datangnya
ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Penyusunan skripsi ini tentunya masih belum sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
Anis Nurfitriani
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
a. Strategi ....................................................................................................... 18
v
1. Pengertian Strategi ...................................................................................... 18
b. Komunikasi ................................................................................................. 23
vi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................................... 93
2. Saran ................................................................................................................. 95
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Prestasi Keagamaan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi ...................... 53
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Siswa Kelas 6 Sedang Menunaikan Ibadah Shalat Dhuha Berjamaah
dikelas .................................................................................................... 75
Gambar 4.2 Guru Sedang Mendampingi dan Membimbing Siswa Kelas 6 dalam
Gambar 4.3 Siswa Bersama dengan Guru Melaksanakan Shalat Zuhur Berjamaah
Gambar 4.4 Guru Merapihkan Shaff Shalat Sebelum Melaksanakan Shalat Zuhur
Gambar 4.5 Jadwal Murajaah Hafalan Surat Juz 30 Kelas 6 SDIT Al-Kahfi ........... 79
Gambar 4.7 Guru Menggunakan Media Speaker Sebagai Alat Bantu dalam Tahsin
Gambar 4.8 Guru dan Siswa Melaksanakan Shalat Maghrib Berjamaah Pada
ix
Gambar 4.10 Guru Memberikan Hadiah Juara Masing-Masing Kelas Pada Kegiatan
Gambar 4.11 Khotmul Qur’an dan Wisuda Tahfidz Juz 30 Siswa Kelas 6 SDIT Al-
Kahfi ....................................................................................................... 85
Gambar 4.12 Shalat Dhuha Berjamaah Salah Satu Agenda Pesantren Ramadhan
x
BAB I
PENDAHULUAN
umat Islam untuk mencapai predikat umat terbaik. Firman Allah menceritakan
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Ayah dan ibunyalah yang
1
Zakiah Drajat. Ilmu pendidikan Islam. ( Jakarta: Bumi Aksara Depag RI. 2008). h, 20.
2
Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtaarul Ahaadist, (Jakarta: Dar Ihyaul Kutub Al-Arabiyah),
h.130.
3
Constantin.”Urgensi Pendidikan Tauhid dalam Keluarga”At-Ta’lim; Vol 3( 2012 )h,93.
4
Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), h. 16
1
2
Darajat, dalam bukunya ilmu jiwa agama menyatakan bahwa pendidikan dan
pengalaman yang dilalui seorang anak, terutama pada masa pertumbuhan yang
disampaikan. 9
5
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Titian Illahi Press, 1996), h. 81.
6
Zakiyah Drajat,Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:PT Bulan Bintang,1989), h. 50-53.
7
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2013), h. 36.
8
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 4.
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 30
3
terdiri dari guru sebagai komunikator dan dari siswa sebagai komunikan. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan Wilbur Schramm, yang dikutip oleh
hubungan antara dua orang atau antara seseorang dengan orang lain. Hakikat
hubungan ini adalah setara (tune) antara satu sama lain yang terfokus pada
umpan balik dari komunikan (murid) atas ide-ide atau pesan-pesan yang
dan antar pribadi, kelompok tukar menukar data, fakta dan ide. 12
Pada era globalisasi saat ini, sangat dibutuhkan sumber daya manusia
dan akan terbiasa dengan melakukan kebiasaan dan perbuatan yang baik,
10
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi (Bandung: CV Mandiri
Maju, 2000), h. 58.
11
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2013), h. 36.
12
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 23.
4
selalu berperilaku baik, selalu mengajak para anak didik untuk selalu berpikir
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-kahfi adalah salah satu lembaga yang
sangat peduli akan pendidikan agama. Hal ini terbukti dengan konsistensi dan
eksistensi lembaga ini yang sudah lama berkiprah dalam bidang pendidikan
khususnya dalam keagamaan. Sekolah ini berdiri pada tahun 1971 hingga
sekarang. Cikal bakal sebelum berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-
13
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Titian Illahi Press, 1996), h. 49.
14
Ibid., h. 51.
15
Yusni Sari. ”Peningkatan Kerjasama di Sekolah Dasar”. Jurnal Administrasi
Pendidikan; Vol 1 No , ( 01 Oktober 2013 ). h, 307.
5
yang sebanding. Setelah itu berdirilah SDI (Sekolah Dasar Islam ) Al-Kahfi.
Pada tahun 2003 berubah nama menjadi SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu)
(Tahfidz dan Tahsin) yang dibuat oleh sekolah dan kurikulum DIKBUD
lain: komunikasi atau dakwah melalui lisan (menghafal Al-Qur’an Juz 30,
Praktek Sholat wajib dan sholat sunnah). Pendidikan dalam bidang agama
islam yang diterapkan sekolah ini yaitu konsentrasi pada tahfidz Al-Qur’an juz
30 dengan kriteria minimal lulus dari sekolah anak-anak hafal Juz 30, Tahsin
sholat sunnah dan Wajib dimana Do’a dan zikir dibaca setiap hari.
Selanjutnya adalah adab yang masuk ke dalam peraturan umum seperti salam
terhadap guru. Langkah yang diambil oleh sekolah dalam membantu anak-
manfaat hafalan anak-anak semakin kuat dan lebih mudah menghafal. Satu
16
Wawancara dengan Hj Evi Luthfiaty, Kepala Sekolah SDIT Al-Kahfi, pada 24 Januari
2017 Pukul 07 : 49 WIB.
17
Wawancara dengan Fajar Syahri Karim S. Pd.I, Staff Tahsin dan tahfidz Qur’an SDIT
Al-Kahfi, pada 17 Maret 2017 Pukul 08 : 17 WIB.
6
sampai tiga ayat yang akan dihafal oleh anak-anak dalam satu hari. Langkah
selanjutnya adalah dari segi tahfidz menggunakan satu nada yaitu naik dan
turun. 18
evaluasi pada tengah semester atau akhir semester oleh kepala sekolah dan
agama Islam bagi anak-anak sejak tahun 1971. Sehingga penulis tertarik untuk
18
Wawancara dengan Fajar Syahri Karim S. Pd.I, Staff Tahsin dan tahfidz Qur’an SDIT
Al-Kahfi, pada 17 Maret 2017 Pukul 08 : 17 WIB.
7
1. Pembatasan Masalah
Ibadah Sholat.
b. Guru SDIT Al-Kahfi yang dimaksud yaitu guru Tahsin & Tahfidz Al-
Qur’an
2. Rumusan Masalah
Timur ?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai
berikut:
a. Manfaat Akademis
b. Manfaat Praktis
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
situasi yang wajar, tidak dimanipulasi oleh angket atau hasil tidak dibuat-
buat.
digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada
merumuskan hipotesis. 20
a. Subjek Penelitian
19
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 4.
20
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Jogjakarta: Gintanyali, 2004), h. 2.
10
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Guru SDIT Al-
Kahfi yang terdiri dari 5 orang Guru Tahsin & Tahfidz Al-Qur’an.
b. Objek Penelitian
4. Sumber Data
penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan data primer dan
a. Data Primer
21
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 29
11
b. Data Sekunder
instansi. 22 Dalam hal ini data sekunder yang diperoleh adalah catatan-
a. Observasi
pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,
diraba oleh tangan dan kemudian peneliti tuangkan dalam skripsi ini.
22
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h.30
23
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi, Kebijkan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 118.
12
b. Wawancara
kepala sekolah SDIT Al-kahfi yang bernama Dra. Hj. Evi Luthfiaty,
deskriptif dalam bentuk kata yang diperoleh dari hasil wawancara yang
sudah dilakukan.
c. Studi Dokumen
24
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h. 194.
25
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bansung: Alfabeta, 2010), h. 82.
13
Analisa data merupakan upaya mencari data dan menata data secara
diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. 26 Analisis data
Tujuan analisis data ialah mengungkapkan data apa yang masih perlu
dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab,
metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan
7. Pedoman Penulisan
26
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV (Yogyakarta: Rake Sasarin,
2000), h. 115.
27
Ibid, h. 120.
28
Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA(Center For Quality
Development And Assurance), UIN Syarif Hidayatullah, 2011).
14
E. Tinjauan Pustaka
awal yang penulis lakukan adalah mengkaji lebih dahulu terhadap penelitian-
Kabupaten Bogor” ditulis oleh Rizqi Nurul Ilmi, Fakultas Ilmu Dakwah
2013. Skripsi ini berisikan tentang strategi komunikasi Guru terhadap anak
skripsi Rizqi adalah kajiannya tentang strategi komunikasi guru dan murid
agama. 30
3. “Strategi Komunikasi Media Sosial Dalam Program One Day One Juz”
ditulis oleh Reza Fahlefi Akbar, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
program one day one juz. Persamaan skripsi peneliti dengan skripsi Rizqi
adalah kajiannya tentang strategi komunikasi dalam program one day one
sosial media, sedang peneliti meneliti bentuk, upaya dan faktor penentu
agama. 31
30
Rizky Nurul Ilmi, Strategi Komunikasi Guru Dalam Penanaman Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Pada Anak Penyandang Tunagrahita di SLB-C Tunas Kasih I, Kabupaten
Bogor, ( Jakarta : Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Jakarta, 2013).
31
Reza Fahlevi Akbar, Strategi Komunikasi Media Sosial Dalam Program One Day One
Juz, ( Jakarta : Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Jakarta, 2016).
16
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
nilai-nilai agama.
Bab ini berkenaan dengan gambaran umum yang mencakup tentang Sekolah
Dasar Islam Terpadu yang meliputi : Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam
Terpadu Al-kahfi, profil sekolah, visi, misi dan tujuan, Program kegiatan
Bab ini membahas mengenai deskripsi hasil penelitian, isi dari jawaban
BAB V : PENUTUP
Bab ini berkenaan dengan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan,
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
mencapai sebuah tujuan, strategi tidak hanya berfungsi menjadi peta yang
untuk mencapai tujuan. 2 Dalam kata lain, strategi adalah cara dalam
maupun jangka pendek untuk mencapai hasil akhir yang efektif, dengan
1
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 29
2
Morissan, Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Professional, (Jakarta:
Randina Prakasa, 2006), h. 152.
18
19
organisasi.
faktor internal. Hal ini dilakukan agar implementasi strategi dapat berjalan
dengan lancar sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai sesuai
rencana.
dan efesien. Strategi juga menjadi acuan atau penentu tujuan, baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek agar dapat mencapai hasil yang
2. Tahapan-Tahapan Strategi
3
George Stainner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, penerjemah
Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 18.
20
maka hasil yang diperoleh bisa berakibat fatal, terutama kerugian dari segi
waktu, materi, tenaga dan juga tujuan yang diinginkan pun tidak berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, strategi juga merupakan rahasia yang harus
a. Perumusan Strategi
perusahaan.
4
Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 6.
21
b. Implementasi strategi
proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang
c. Evaluasi Strategi
5
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi memenangkan perang bisnis, (Malang:
Bayu Media Publishing,2003), h.13.
22
telah dicapai.
dalam tahap implementasi strategi, karena dalam tahap ini kita bisa
6
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi memenangkan perang bisnis, (Malang:
Bayu Media Publishing,2003), h.14.
7
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta:PT Gramedia,2008), h.28.
23
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
bersumber pada kata comminis, yang artinya sama makna dalam hal-hal
mengenai suatu hal atau sama arti. Jadi, komunikasi berlangsung apabila
pernyataan dari seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas
tersebut akan terjadi aksi dan interaksi yang menuntut reaksi balik dari
8
Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 34.
9
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4.
10
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2013), h. 36.
24
11
Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 32.
12
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikas, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2013), h. 33.
13
Ibid, h, 36.
14
Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 32-33.
25
dan penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Pengirim pesan dapat
mengirimkan pesan, pesan yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang
pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak
15
Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 35-36.
26
b. Pesan
secara verbal dapat secara tertulis, seperti surat, buku, dan pesan
c. Saluran
kepada si penerima. Ada dua jalan agar pesan pengirim sampai pada
penerima pesan, yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan
surat kabar.
e. Output
dikatakan efektif.
C. Strategi Komunikasi
dan cara yang akan dipergunakan oleh kelompok atau organisasi untuk
sudah diterima.
tersebut. 18
18
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, h. 32.
29
penghambat komunikasi.
yang dituangkan dalam bentuk paper dan kemudian dimuat dalam buku “
Laswell tersebut. 19
19
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h.29.
30
Laswell. 21
a. Mengenal Khalayak
20
Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,h. 32.
21
Ononng Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 29.
22
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 184
31
mereka.
23
Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,h. 35.
32
dapat diminimalisir.
tetapi, tidak jarang pula kita harus melakukannya pada saat itu
juga.
b. Menyusun Pesan
pesan. Dalam hal ini yang harus dilakukan yaitu menentukan tema
33
dikehendaki.
dipakai yaitu bersifat one side issue dan both sides issue. One side
berisi hal-hal positif atau hal-hal negatif saja. Pesan yang bersifat
segi positif maupun negatifnya. Jadi, pesan positif atau pesan negatif
26
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
196.
35
c. Menetapkan Metode
dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanannya dan menurut
bentuk isinya.
1. Redundancy (Repetition)
mengikat perhatian.
27
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
198.
36
sebelumnya.
2. Canalizing
canalizing.
28
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, h. 184.
37
sebagainya.
sebagainya.
persuasif.
d. Penggunaan Media
29
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, h. 184.
39
D. Nilai-Nilai Agama
1. Pengertian Nilai
memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi, nilai adalah sesuatu yang
suatu hal yang dianggap istimewa dan yang disukai, karena mempunyai
nilai tinggi. 31
Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Peter Salim dan Yeni Salim
menyebutkan bahwa nilai suatu konsep abstrak yang terdapat dalam diri
manusia mengenai sesuatu yang dianggap baik dan benar dalam hal-hal
atau perasaan yang diyakini sebagai identitas yang memberikan ciri khusus
2. Pengertian Agama
Agama berasal dari kata Sankskrit, ada yang berpendapat bahwa kata
itu terdiri dari dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi jadi agama
30
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), Cet. 1, h. 61.
31
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 173.
32
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 1996), h. 1034.
33
Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), h. 59.
40
bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa
gam berarti tuntunan. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu kitab suci.
dan al-dhin. 34
Kata al-dhin dalam bahasa arab terdiri atas hurut dal, ya dan nun.
Dari huruf-huruf ini bisa dibaca dengan dain yang berarti utang dan
tata hidup yang nyata. Mengatur tanggung jawab manusia kepada Allah,
34
Harun Nasution, Islam DItinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979),
jil.1, h. 9.
35
Quraisy Shihab, Mahkota Tuntunan Illahi, (Jakarta: Untagama, 1986), h.35.
36
Muhammaddin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. JIA/Juni 2013/ThXIV/no.1/99-
114.
37
A.M. Saefuddin, dkk. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi, (Bandung:
Mizan, 1987), h. 47.
38
Ahmad Yani. Pendidikan Agama Pada Anak Oleh Orangtua:Tinjauan Psikologi Islam.
JIA/Juni 2013/ThXIV/no.1/33- 44.
41
Nilai-nilai Agama terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan Agama.
Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar
agama Islam pada diri seseorang, maka kepribadian dan sikap religiusnya
39
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alvabeta, 2004), h.
9.
40
Muhammaddin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. JIA/Juni 2013/ThXIV/no.1/99-
114.
41
Fakhrizal, “Pengertian Nilai-Nilai Agama Islam”
www.jejakpendidikan.com/2016/12/pengertian-nilai-nilai-agama-islam.html?m=1, (diakses,
24 Agustus 2017).
42
agama diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang dicintai oleh Allah
Swt. Oleh karena itu, tujuan norma agama adalah menciptakan insan-insan
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar.”
ِ ْ َﻭﺍﻟﱠ ِﺬﻱْ ﻧَ ْﻔ ِﺴﻰ ﺑِﻴَ ِﺪ ِﻩ ﻟَﺘَﺄْ ُﻣﺮ ﱠُﻥ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌﺮُﻭ: ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَﺎ َﻝ
ﻑ َ ﻋ َْﻦ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰ
َ َﻭﻟَﺘَ ْﻨﻬَﻮْ ﱠﻥ ﻋ َِﻦ ْﺍﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ ﺍَﻭْ ﻟَﻴُﻮْ ِﺷ َﻜ ﱠﻦ ﷲُ ﺍَ ْﻥ ﻳَ ْﺒ َﻌ
ُﺚ َﻋﻠَ ْﻴ ُﻜ ْﻢ ِﻋﻘﺎَﺑﺎ ً ِﻣ ْﻨﻪُ ﺛُ ﱠﻢ ﺗَ ْﺪ ُﻋﻮْ ﻧَﻪ
ﺎﺏ ﻟَ ُﻜ ْﻢ
َ ﻓَﻼَﻳُ ْﺴﺘَ َﺠ
Artinya :
benar-benar mencegah dari yang munkar atau jika tidak, niscaya Allah
Firman Allah Swt dan juga hadist Nabi Saw di atas menerangkan
tentang perintah untuk menyeru kepada kebaikan atau perintah Allah dan
dengan lafadz dan maknanya melalui perantara Malikat Jibril as, yang
42
Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtaarul Ahaadist, (Jakarta: Dar Ihyaul Kutub Al-Arabiyah), h.
182.
43
Amir Syamsudin, Pengembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia Dini,
“ Jurnal Pendidikan Anak”, Vol. 1, Edisi 2, (Desember 2012), h. 112
44
Munawwir. Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 279.
45
Quraish Shihab, dkk. Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati,
2007), h. 785.
44
hatinya untuk selalu diingat dan dijaga secara terus menerus sehingga apa
yang telah dihafalkan benar-benar bisa kuat meresap kedalam jiwa dan
akalnya.
Artinya :
dan mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami
46
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi
Aksara, 1995), h.89.
47
Amin Sumajiwa.Biarkan Al-Qur’an Menjawab:Mengerti Tema-Tema Penting
Kehidupan dalam Kitab Suci,(Jakarta:Zaman,2013), h.148.
45
do’a, tetapi yang dimaksud ialah ibadah yang tersusun dari beberapa
Turunnya perintah wajib shalat itu ialah pada malam isra’ setahun sebelum
tahun Hijriah. 48
Artinya :
menunaikan zakat dan taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya maka akan
48
Sulaiman Rasyid. Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), cet ke 38, h.
53.
46
dinamakan makmum. 49
(Sunat istimewa). Yang akhir inilah hukum yang lebih layak, kecuali bagi
shalat jum’at. 50
49
Sulaiman Rasyid. Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), cet ke 38,
h.106.
50
Ibid, h. 107.
BAB III
GAMBARAN UMUM
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi adalah salah satu lembaga yang
SDIT Al-Kahfi adalah sebuah Madrasah Diniyah yang bersifat majlis ta’lim.
Jakarta Timur, Madrasah Diniyah ini memiliki jamaah mulai dari kaum
yang sudah diakui oleh Departemen Agama dengan tenaga pengajar para
pemuda. Hingga saat ini, Madrasah Diniyah ini tetap berjalan menyiarkan
rabu.
Zayadi yang juga sebagai seorang pengajar agama di sekolah SMP 49 (saat
itu sekolah ini sudah menjadi sekolah favorit di Jakarta Timur hingga
47
48
sekitar untuk mewakafkan tanah mereka. Sedangkan bagi yang tidak tinggal
beras jimpitan, yang kemudian beras tersebut dijual dan uangnya digunakan
Dengan kegigihan dan kerja keras dari para pemuda yang saat ini
dinyatakan sebagai Dewan Pendiri Sekolah, maka pada tahun 1971 berdirilah
sebuah bangunan berlantai 1 dengan bentuk letter L. Saat itu, bapak H. Imron
Zayadi, Bapak H. Jamak, Ibu Hj. Irhamna bersama dengan ketua yayasan
SDI (Sekolah Dasar Islam) Al-Kahfi. Filosofi dari nama Al-Kahfi itu sendiri
1
Wawancara Pribadi dengan Hj. Evi Luthfiaty, Kepala Sekolah SDIT Al-Kahfi, pada
Januari 2017 Pukul 07:49 WIB.
49
dan Kurikulum Khas (Tahfidz dan Tahsin Alqur’an) yang dibuat oleh
pengembangan dengan menghafal 3 juz yaitu, juz 30, juz 29 dan juz 28),
memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang lebih baik serta guru-guru
pendidik yang berkualitas. Hingga saat ini fasilitas yang dimiliki SDIT Al-
Kahfi meliputi 4 unit gedung bangunan, 2 unit gedung 3 lantai dan 2 unit
lainnya 1 lantai. Gedung tersebut terdiri dari 20 unit ruang belajar, 1 unit
musholah berukuran 92 m2, 26 unit kamar mandi, 2 unit ruang guru, 1 unit
Berikut ini adalah profil dari Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi :
Dalam sebuah organisasi perlu adanya visi dan misi yang akan
gambaran masa depan yang akan diraih dalam waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan, Misi adalah langkah apa yang kita lakukan untuk mencapai visi
tersebut.
generasi Qur’ani yang cerdas dan mandiri. Sedangkan misi yang dimiliki
serta menjadi generasi yang mampu bersaing dalam era globalisasi dan
2
Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
51
Program unggulan yang dibuat oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-
Kahfi adalah Tahfidz dan Tahsin Juz 30. Selain itu, Al-Kahfi juga memiliki
program : 5
1. Program Kesiswaan
yaitu : 6
3
Wawancara Pribadi dengan Hj. Evi Luthfiaty, Kepala Sekolah SDIT Al-Kahfi, pada 03
Agustus 2017 Pukul 10:00 WIB.
4
Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
5
Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
6
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Asyro S.Pd, Staff Kesiswaan SDIT Al-Kahfi,
pada 29 Juli 2017.
52
e. Hari kartini
2. Program Kurikulum
dilaksanakan yaitu : 7
a. Cooking Season
b. Carrier Day
c. Outdoor Learning
d. Market Day
3. Program Keagamaan
sebagai berikut : 8
a. Qurban
b. Shalat Dhuha
e. Tahfidz Kontes
7
Wawancara Pribadi dengan Miftahul Jannah S.Pd.I, Kurikulum SDIT Al-Kahfi, pada 17
Maret 2017.
8
Wawancara Pribadi dengan Nurul Huda S.Pd.I, Staff Keagamaan SDIT Al-Kahfi, pada
17 Maret 2017.
53
g. Khotmul Qur’an
h. Pesantren Ramadhan
E. Prestasi Keagamaan
9
Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
55
F. Struktur Keorganisasian
Ketua Yayasan
H. Nur Zam Zam, MA
Ketua Perguruan
Drs. H. Sukman Hermawan
Bendahara Sekretaris
Erna Setyawati, Am. Keb
Sri Wahyuni Rini Lestari, S.Pd
Humas
Debbie, SE
Meyta Irmiaty
10
Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
56
Ketua Yayasan
H. Nur Zam Zam, Ma
Ketua Perguruan
Drs. H. Sukman H
Staff
11
Sumber : Arsip SDIT Al-Kahfi
BAB IV
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, visi yang dibangun oleh SDIT
cerdas, berwawasan luas serta menjadi generasi yang mampu bersaing dalam
era globalisasi dan membentuk generasi mandiri yang mampu berkarya untuk
pesan yang disampaikan oleh guru, jika sudah mengerti dan menerima, maka
adalah Perumusan strategi komunikasi yang dilakukan oleh guru SDIT Al-
57
58
faktor kerangka referensi dan faktor situasi dan kondisi pada diri
komunikan.
1
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
59
mengetahui keadaan dan cara berfikir siswa yang akan mereka ajarkan.
khalayak.
Huda, Yaitu:
kepada siswa. Hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan guru
cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut. Cara
masing siswa. Ada yang bisa langsung ditegaskan, dan ada pula yang
2
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
3
Wawancara Pribadi dengan Guru Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ainur Falah S.Sos.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
61
tidak bisa sebab faktor psikologisnya yang berbeda dari siswa lainnya. 4
referensi siswa serta faktor situasi dan kondisi siswa, guru SDIT Al-
Kahfi telah menggunakan cara yang sesuai dengan teori Harold laswell
2. Penyusunan Pesan
tema dan materi yang akan disampaikan kepada komunikan. Syarat utama
beda, serta bagaimana cara guru berbicara face to face dengan siswa
4
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I,
Jakarta, 26 Juli 2017.
62
dhuha dengan di dzaharkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar guru
5
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi
Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
63
khalayak
kelas. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara informan Nurul Huda,
yaitu :
”Ya baik, pertama dari tahfidzul Qur’an dulu. Pesan kami adalah
bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia yang ingin selamat
dunia dan akhirat. Yang kedua yaitu assholaatu miftaahul jannah,
artinya betul bahwa kunci surga adalah shalat bukan yang lain-lain,
itulah yang kami tanamkan”. 6
dilakukan hari ini adalah bekal untuk mereka diakhirat nanti. Sehingga,
6
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
7
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
64
berjamaah. 8
yang benar, kemudian melatih siswa dengan bacaan yang benar dengan
8
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
9
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
65
SDIT Al-Kahfi juga menyajikan pesan dengan cara both side issue.
yaitu:
Both side issue adalah cara dimana guru harus menjelaskan pesan
10
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I,
Jakarta, 26 Juli 2017.
11
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi
Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
66
3. Penetapan Metode
a. Redundancy/Repetition
hafalan ayat atau surah al-qur’an. Selain itu, murajaah dilakukan sesuai
dengan jadwal surah yang sudah dibuat staff tahsin tahfidz sekolah
setiap harinya.
kali bacaan yang kemudian diikuti oleh siswa. Tujuannya adalah agar
siswa tidak mudah melupakan bacaan surah tersebut dan cepat dalam
pada pagi hari, jam istirahat dan waktu pulang sekolah setiap harinya.
67
b. Informatif
Allah di bumi dan akan masuk surga, dan juga menerangkan tentang
itu, metode ini merupakan metode yang efektif karena, pesan yang
c. Persuasif
12
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 28 Juli 2017
68
d. Edukatif
13
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi
Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
69
memberikan contoh atau suri tauladan yang baik kepada siswa. Hal ini
guru menjadi contoh tauladan bagi siswa. Misalnya, tidak ada guru
lama. Maka dari itu, guru harus berusaha keras untuk mempengaruhi
e. Coursive
“Pasti kalau dalam arti tegas itu sering kita terapkan. Jadi kita
berikan semacam penegasan ya ke anak. Metode kita kerasnya itu
bukan berarti fisik ya, tetapi dengan keras yang mendidik juga ya,
14
Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty,
Jakarta, 03 Agustus 2017.
15
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I,
Jakarta, 26 Juli 2017.
70
4. Media Komunikasi
kegiatan belajar mengajar di sekolah tentu tidak lepas dari peran serta
16
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I,
Jakarta, 26 Juli 2017.
17
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
71
a. Sound System
murattal qur’an melalui MP4. Selain itu, diruang guru juga tersedia
sound system yang terpusat untuk menyetel murattal qur’an pada saat
sampai kelas 5. Jadi, guru membuat sebuah rekaman bacaan shalat dan
b. Audio Visual
media yang digunakan guru sebagai alat bantu dalam proses belajar
c. Al-Qur’an
18
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
73
yang kuat dan kerja sama antar guru SDIT Al-Kahfi. Hal ini dilakukan agar
seperti shalat dhuha, shalat zuhur berjamaah, tahisn tahfidz qur’an juz 30,
mabit tahun baru Islam, tahfidz kontes, khatmil Qur’an, dan pesantren
agama di SDIT Al-Kahfi khususnya dalam tahsin tahfidz qur’an dan ibadah
1. Shalat Dhuha
berikut ini :
dhuha adalah surat yang sedang mereka hafalkan, dengan tujuan untuk
19
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
20
Wawancara Pribadi dengan Guru Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ainur Falah S.Sos.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
75
Gambar 4.1
Siswa kelas 6 sedang menunaikan ibadah shalat dhuha
berjamaah di kelas.
Gambar 4.2
Guru sedang mendampingi dan membimbing siswa kelas 6
dalam shalat dhuha berjamaah di kelas.
satu bulan sekali. Sebelum shalat dimulai guru mengingatkan siswa untuk
do’a masuk dalam kamar mandi sebelum kegiatan shalat dhuha dimulai.21
Kegiatan shalat dhuha ini diakhirkan dengan zikir bersama dan membaca
do’a setelah shalat dhuha. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ahmad
21
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
76
Kahfi. Pada saat waktu shalat zuhur tiba, guru memberikan informasi
mereka membaca do’a masuk kamar mandi dan niat berwudhu bersama-
sama dengan di pimpin oleh masing-masing ketua kelas. Hal ini dikuatkan
“….Jadi, dari dia mulai masuk sudah membaca doa masuk kamar
mandi, keluar kamar mandi, do’a niat wudhu, do’a setelah wudhu, lalu
mereka masuk ke shaf, shafnya seperti apa, seperti itu sudah diterapkan
sih”. 23
22
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi
Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
23
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi
Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
24
Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty,
Jakarta, 03 Agustus 2017.
77
gerakan shalat, ataupun siswa belum hafal dengan lancar bacaan shalat,
serta ada siswa yang bercanda saat shalat guru akan memberikan masukan
zuhur, guru menertibkan shaff shalat terlebih dahulu. Kemudian, pada saat
Gambar 4.3
Siswa bersama dengan guru melaksanakan shalat zuhur berjamaah
dimusholah sekolah.
25
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I,
Jakarta, 26 Juli 2017.
78
Gambar 4.4
Guru merapihkan shaff shalat sebelum melaksanakan shalat zuhur
berjamaah dimusholah.
30 ini dimulai dari siswa duduk dibangku kelas 1 hingga kelas 6. Surah
hafalan. Dalam hal ini, guru membuat jadwal surat yang harus di murajaah
mulai dari hari senin hingga hari kamis. Sehingga surat-surat yang sudah
hafalan qur’annya akan semakin kuat dan tetap terjaga hingga lulus. Hal
ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Fajar Syahri Karim sebagai
berikut :
ada jadwal murajaah, dari hari senin sampai hari kamis itu sudah terjadwal
surat-surat yang harus diulang, sehingga surat-surat yang sudah dihafal
dikelas sebelumnya diulang dikelas tingkat sesudahnya. Sehingga hafalan
qur’annya akan semakin kuat dan tetap terjaga sampai lulus”. 26
Gambar 4.5
Jadwal murajaah hafalan surat juz 30 kelas 6 SDIT Al-Kahfi
surat juz 30, biasanya dilakukan secara bersama-sama pada saat sebelum
day one ayat. Pada metode ini, guru mengajak siswa membaca surat yang
al-qur’an. Setelah itu, guru menyimak satu sampai tiga siswa untuk
yang sudah dihafalkan pada hari itu diterapkan saat pelaksanaan shalat
26
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
27
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 28 Juli 2017.
80
dhuha, dengan tujuan agar hafalan semakin kuat dan lancar. Fajar Syahri
satu ayat dan maksimal menghafal tiga ayat dalam satu hari, dikarenakan
Gambar 4.6
Guru menyimak bacaan al-qur’an siswa
menggunakan alat bantu media berupa speaker atau sound system yang
qur’an melalui mp4 sehingga, siswa dapat mengikuti bacaan surat yang
akan dihafalkan. Murattal al-qur’an ini juga diputar saat pagi hari, saat
28
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
29
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 25 Juli 2017.
81
Gambar 4.7
Guru menggunakan media speaker sebagai alat bantu dalam tahsin
dan tahfidz juz 30
Qur’an Ummiy. Metode bacaan ini menggunakan nada atau lagam bacaan
naik dan turun. Yaitu dengan rumusan setiap awal ayat nadanya turun dan
Dalam kegiatan mabit tahun baru Islam ini, anak-anak menginap 1 malam
disekolah. Fajar Syahri Karim mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk memberikan motivasi dan semangat baru pada siswa pada tahun
baru Islam ini. Siswa diajak untuk mengintrospeksi diri akan kekurangan
menulis perbaikan apa yang akan dilakukan pada tahun baru Islam ini diselembar
kertas. Selain itu, tujuannya adalah untuk mengenalkan siswa akan nama-nama
bulan dalam Islam dan juga tentang sejarah pada tahun baru Islam. 30
30
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
82
menambahkan, adapun kegiatan dalam mabit tahun baru Islam ini adalah
shalat maghrib dan isya berjamaah, dan juga shalat tahajud berjamaah. 31
Gambar 4.8
Guru dan siswa melaksanakan shalat maghrib berjamaah pada
kegiatan mabit tahun baru Islam 32
5. Tahfidz Kontes
tersebut berupa surat yang sudah mereka hafal, arti surat, kandungan
dalam surat, jumlah ayat, dan kapan diturunkannya surat tersebut. Semakin
31
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 17 Maret 2017.
32
Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
83
adalah dari Setiap kelas maju ke depan panggung yang sudah disediakan,
Gambar 4.9
Siswa menghafalkan al-qur’an bersama-sama 34
penilaian kepada siswa. Siswa yang paling banyak menjawab maka dia
Gambar 4.10
Guru memberikan hadiah juara masing-masing kelas pada
kegiatan tahfidz kontes. 35
33
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
34
Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
84
6. Khotmul Qur’an
qur’an dan juga menyetorkan hafalan juz 30 bagi kelas 6. Tujuan dari
kegiatan ini adalah ketika lulus dari sekolah setidaknya siswa sudah
Tilawah al-quran dimulai dari kelas 4, setiap satu semester siswa membaca
juz.
mengkhatamkan qur’an maka, tidak ada libur untuk mereka. Mereka tetap
masuk mulai dari jam 8 sampai jam 12 siang. Bagi siswa yang sudah
khatam mereka diberi kebebasan untuk tilawah dan pulang setelah shalat
hafalan siswa. Dalam kegiatan ini, siswa tidak disuguhkan dengan tes yang
ketat, hanya yang terpenting mereka sudah menyetorkan hafalan juz 30.
Bagi siswa yang hafal dengan lancar dan tidak banyak mendapat
bantuan hafalan dari guru maka, akan mendapatkan sertifikat hafal qur’an
juz 30. Sedangkan, bagi siswa yang hafalannya banyak dibantu guru
Gambar 4.11
Khotmul Qur’an dan wisuda tahfidz juz 30 siswa kelas 6
SDIT Al-Kahfi. 37
7. Pesantren Ramadhan
sampai dengan 10.00 wib. Agenda dalam pesantren ramadhan ini adalah
agenda pokok dalam kegiatan ini adalah tilawah qur’an. Fajar Syahri
37
Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
86
siswa. Pada hari pertama siswa melakukan murajaah akan hafalan qur’an
mereka. Kemudian dihari kedua guru memantau hafalan mereka. Pada hari
ketiga siswa datang pukul 15.00 wib untuk melaksanakan buka puasa
sekolah yang kurang mampu. Selain agenda buka puasa bersama, diadakan
pula pembagian bingkisan bagi anak yatim dan dhuafa. Hal ini
dimaksudkan agar siswa terlatih untuk berbagi kepada sesama. Dan juga
Gambar 4.12
Shalat dhuha berjamaah salah satu agenda pesantren
ramadhan SDIT Al-Kahfi. 39
38
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
39
Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
87
Gambar 4.13
Pembagian bingkisan bagi dhuafa 40
mencapai hasil yang diharapkan atau tidak, dan apabila terjadi penyimpangan
evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh
Dalam tahap evaluasi faktor internal dan faktor eksternal yang dilakukan
faktor diantaranya adalah usia siswa yang masih terlalu kecil, sehingga
Selain itu, kemampuan anak yang berbeda-beda dalam menerima pesan atau
40
Sumber : Arsip Sekolah SDIT Al-Kahfi.
88
informasi dari guru. Seperti pernyataan dalam hasil wawancara dengan Fajar
“Dalam hal ini tentunya masih belum maksimal ya, karena terkendala.
Mungkin karena usia mereka yang terlalu kecil ya, untuk pengulangan-
pengulangan informasi yang harus diberikan.”. 41
merupakan kendala yang dialami oleh seorang guru. Ada siswa yang cepat
dalam memahami pesan atau informasi dari guru, ada siswa yang bahkan
lambat dalam hal menerima pesan tersebut. Dalam hal ini guru menberikan
untuk perubahan tersebut terdapat sebuah proses yang bisa saja tidak berjalan
cepat.
41
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
42
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Firman S.Pd.I,
Jakarta, 26 Juli 2017.
89
kendala yang dihadapi oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai agama pada
siswa. Namun, dengan kesabaran dan keikhlasan seorang guru harus merubah
hal tersebut. Meskipun kemungkinan perubahan tidak mencapai 100% saat itu,
bisa saja ketika siswa sudah lulus dan bersekolah ditingkat yang lebih tinggi ia
mengalami perubahan.
untuk proses koreksi. Proses koreksi ini dilakukan agar penentuan strategi
oleh guru SDIT Al-Kahfi dalam menanamkan nilai-nilai agama, yaitu dengan
adanya komunikasi berkelanjutan antara guru dengan orang tua siswa. seperti
pernyataan dalam hasil wawancara dengan Fajar Syahri Karim berikut ini:
Selain adanya kendala yang dirasakan oleh guru SDIT Al-Kahfi dalam
43
Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty,
Jakarta, 03 Agustus 2017.
44
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
90
sikap siswa dalam motivasi menghafal qur’an dan juga ibadah shalat. Hal ini
“Ada beberapa, yang mereka rajin shalatnya, ada yang hafalannya semakin
banyak, menjaga hafalannya ada lah beberapa. Kita optimis bahwa orangtua
menyekolahkan anak-anaknya di SDIT dengan ada nuansa hafalan qur’an
mereka sudah mengerti dan sadar bahwa anak tuh harus ditanamkan membaca
al-qur’an, hafal al-qur’an terutama juz 30, dan harus diulang. Dengan
penerapan seperti ini ada beberapa dari mereka sudah menerapkan dirumah,
dan itu ada beberapa anak-anak yang berhasil, mungkin itu karena kekuatan
anak itu sendiri jadi berhasil, yang kedua sinergi antara guru, orangtua dan
anak nih, atau anak ini sudah cerdas menghafal dan orangtua seneng gitu,
malah mereka harus belajar lagi”. 45
Selain itu, adanya testimoni dari orangtua siswa yang mengatakan bahwa
terlebih dahulu dan menjadi imamnya. Hal ini seperti yang dikatakan Evi
“..ada testimoni orangtua, bu evi sekarang anak saya sudah bisa jadi imam
loh dirumah. Nah, dia bisa menggerakkan teman-temannya di lingkungannya.
Ketika dia lagi kumpul terus melewati waktu shalat maka dia yang bicara
disitu, sekarang sudah zuhur kita shalat dulu yuk.. ada testimony orangtua
yang seperti itu”. 46
45
Wawancara Pribadi dengan Staff Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Ahmad Hikmi
Rosdin S.Pd.I, Jakarta, 28 Juli 2017.
46
Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Kahfi Dra. Hj. Evi Luthfiaty,
Jakarta, 03 Agustus 2017.
91
nilai agama. Hal ini dapat ditinjau dari metode apa yang guru gunakan dalam
menyampaikan pesan, dan media apa yang digunakan sebagai alat bantu
yang sudah dibuat oleh sekolah. Selanjutnya, faktor ketiga adalah siswa itu
sendiri, dengan adanya media yang guru sediakan dan dukungan dari orangtua
disampaikan. 47
melalui tiga faktor yaitu, metode apa yang guru gunakan dalam proses
oleh sekolah, selanjutnya adalah kemauan dalam diri siswa itu sendiri. Dengan
47
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Tahsin Tahfidz SDIT AL-Kahfi Fajar Syahri
Karim S.Pd.I, Jakarta, 04 September 2017.
48
Wawancara Pribadi dengan Staff Keagamaan SDIT AL-Kahfi Nurul Huda S.Pd.I,
Jakarta, 17 Maret 2017.
92
menunaikan ibadah shalat tanpa adanya paksaan. Hal ini, adalah hasil dari
agama pada tahfidz qur’an dan ibadah shalat dhuha dan shalat zuhur
yang cukup menyulitkan. Baik dari metode guru itu sendiri, atau dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
kepribadian dan tingkah laku moral anak yang berketuhanan. Strategi yang
acuan khalayak serta pesan both side issue. Metode yang digunakan
93
94
yaitu shalat dhuha, shalat zuhur berjamaah, tahsin tahfidz qur’an juz 30,
Mabit tahun baru Islam, Tahfidz kontes, khotmul qur’an dan juga
dalam hafalan, metode one day one ayat dan dengan metode menggunakan
alat bantu atau media berupa speaker. Sedangkan, program lainnya seperti
mabit tahun baru Islam, tahfidz kontes, khotmul qur’an dan pesantren
guru yaitu, usia siswa yang masih kecil dan kemampuan mereka yang
yang dilakukan guru sudah cukup baik. Terlihat dari perubahan sikap pada
diri siswa yang lebih termotivasi dalam menghafal qur’an juz 30 dan
B. Saran
penelitian ini kepada Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kahfi. Tentunya saran
ini bertujuan untuk eksistensi SDIT Al-Kahfi agar menjadi lebih baik lagi,
diantaranya adalah :
3. Program buku monitoring shalat yang telah dilakukan oleh SDIT Al-Kahfi
Buku
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,
1995.
Drajat, Zakiah. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Depag RI, 2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2003.
96
97
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Nasuhi, Hamid. Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA(Center For Quality
Development And Assurance). UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Nasution, Harun. Islam DItinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1979.
Rasyid, Daud. Islam dalam Berbagai Dimensi. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikas. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003.
Salim, Peter, dan Salim,Yeni. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 1996.
Stainner, George, dan Minner, John. Manajemen Strategi. penerjemah Agus Dharma.
Jakarta: Erlangga, 1999.
Jurnal
Syamsudin, Amir. Pengembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia
Dini, “ Jurnal Pendidikan Anak”, Vol. 1, Edisi 2, Desember 2012, h. 112.
Media Internet
www.jejakpendidikan.com/2016/12/pengertian-nilai-nilai-agama-islam.html?m=1,
diakses pada 24 Agustus 2017 pukul 20.00 WIB.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Tujuan
a. Apakah tujuan dari menanamkan nilai-nilai agama ?
b. Apakah tujuan strategi komunikasi guru yang diterapkan di SDIT Al-Kahfi
dalam menanamkan nilai-nilai Agama?
c. Apakah tujuan strategi komunikasi sudah berjalan sesuai apa yang sudah
diharapkan?
2. Rencana
a. Apakah sekolah ini mempunyai rencana pengembangan dalam tahfidzul
quran dan praktek sholat ?
b. Apakah bapak atau ibu mengetahui dengan baik rencana yang telah disusun
sekolah ini ?
c. Bagaimana rencana yang sudah dilakukan sebelumnya ?
3. Mengenali sasaran khalayak
a. Bagaimana guru mengetahui kerangka referensi terhadap siswa khususnya
dalam tahfidzul quran dan praktek sholat ?
b. Bagaimana bapak atau ibu mengetahui situasi dan kondisi siswa ?
4. Pesan
a. Bagaimana cara guru dalam berinteraksi dengan siswa khususnya dalam
tahfidzul quran dan praktek sholat ?
b. Pesan apa saja yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai agama pada
tahfidzul qur’an dan praktek sholat ?
c. Apakah dalam penyampaian pesan guru menggunakan media lain ?
5. Metode
a. Metode apa yang digunakan guru dalam mengajarkan tahfidzul quran dan
praktek sholat ?
b. Apakah guru dalam mengajarkan siswa dengan cara keras ?
c. Apakah metodenya sudah dikatakan berhasil ?
6. Media
a. Media apa sajakah yang digunakan dalam tahfidzul quran dan praktek sholat
?
b. Apakah media dapat memotivasi para siswa dalam belajar ?
c. Apakah media tersebut dapat dikatakan berhasil ?
7. Apa upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama ?
8. Faktor apa yang menjadi penentu keberhasilan dari penanaman nilai-nilai agama
?
9. Adakah bentuk perubahan sikap murid sebelum dan sesudah diberikannya
penanaman nilai-nilai agama ?
PEDOMAN WAWANCARA
dan praktek sholat ? Metode menghafal qur’an, tahfidz di sini one day one
ayat. Jadi setiap hari itu kita minimal menghafal satu ayat, maksimal bisa dua
bisa tiga ayat. Tetapi tidak lebih dari empat, karena untuk kualitas bacaan.
Kemudian, untuk tahfidznya juga ketika mereka kelas satu misalnya mereka
sudah selesai menghafal dari an-nas sampai al-qoriah, maka dikelas dua ada
jadwal murajaah, dari hari senin sampai hari kamis itu sudah terjadwal surat-
surat yang harus diulang, sehingga surat-surat yang sudah dihafal dikelas
akan semakin kuat dan tetap terjaga sampai lulus. Kemudian shalatnya, di sini
shalat dhuha dibiasakan didzahar kan. Supaya dengan harapan didzahar kan
kita bisa mengetahui sejauh mana anak ini menguasai bacaan-bacaan shalat,
dalam praktek misalnya ketika ingin istirahat maka dikelas akan dipimpin oleh
seorang siswa atau guru. Contohnya siap sikap berdo’a, do’a mau makan maka
pada saat itu anak-anak akan membaca do’a makan bersama-sama. Kemudian
praktek. Dikelas-kelas juga diingatkan terus kepada putra putri kita baik saat
pelajaran PAI disana ada materi-materi mengenai adab, akhlak disitu kita
tanamkan pada mereka. Kemudian pada pelajaran tahsin disitu ada ayat-ayat
Pada saat ambil air wudhu bahwasanya, mereka berusaha memberikan yang
terbaik. Ketika mereka shalat mereka kita ingatkan berikan shalat yang terbaik
untuk Allah dan kebaikan shalatmu akan kembali pada dirimu sendiri. Jadi
nilai agama ? Tentunya keberhasilan ini banyak faktor ya. Faktor pertama
niat yang baik, kemudian media-media dari guru tersebut. Kemudian juga
komunikasi antar guru, itu faktor pertama. Faktor yang kedua adalah dari
apa saja, maka orangtua patut dikabari dan harus dilakukan bersama. Faktor
ketiga adalah anak itu sendiri. Maksudnya kemampuan mereka kan berbeda-
beda ya, ada yang kemampuannya lebih, maka dengan media yang ada
disekolah, dengan guru yang ada, dengan orangtua yang mendukung maka
dengan didukung diantara mereka akalnya ada yang cerdas maka semakin
cepat membuat mereka menjadi baik. Tetapi, ada juga yang kemampuan
dengan maksimal.
dalam arti tegas itu sering kita terapkan. Jadi kita berikan semacam penegasan
ya ke anak, bahwa kalau mereka tidak bisa mengikuti aturan, tidak tertib, tidak
disiplin, silahkan mereka misalkan dalam sholat, sholat sendiri di sini atau
sholat di kelas sendiri atau ketika sholat mereka masih bercanda, ngobrol
lagi sholatnya bikin barisan sendiri. Tiga orang atau lima orang bercanda
mereka dipanggil yang lainnya berzikir dia sholat lagi ulang. Metode kita
kerasnya itu bukan berarti fisik ya, tetapi dengan keras yang mendidik juga ya,
artinya dengan langsung mengulangi apa yang tadinya dikerjakan jadi tidak
hal-hal itu kepada anak-anak, dan memang contoh-contoh itu sebagai modal.
kita berikan mereka contoh dulu pada saat mereka mau wudhu kita juga ikut
berwudhu disitu, disamping anak-anak, kemudian pada saat shalat juga kita
juga tetap dampingi mereka biar mereka merasa guru juga ikut sholat, mereka
makan kita juga makan dikantin atau dimana, kita duduk makannya, pada saat
harus duduk apalagi kita juga duduk. Jangan sampai kita menginstruksikan A
tapi kita melanggar instruksi tersebut. Disamping kita mengingatkan kita juga
harus melaksanakan.
nilai agama ? Faktor penentunya banyak. Salah satu faktor penentunya adalah
dari diri anak sendiri. Jadi motivasi anak itu sendiri ke dalam tahfidz mereka
ada keinginan atau nggak, kalau misalnya ada keinginan itu bisa kita dorong,
Firman S.Pd.I
Transkip Wawancara
khususnya dalam tahfidzul quran dan praktek sholat ? Kami dari tim
sekolah melakukan identifikasi siswa melalui tes masuk. Kami membagi dua
macam tes, yaitu tes pelajaran umum kemudian tes agama di dalamnya ada
wudhu dan zikir. Dari sini kami dapat referensi masing-masing peserta didik
demikian kami dapat meneruskan info ini kepada walas (Wali Kelas) yang
berbeda-beda.
2. Bagaimana bapak atau ibu mengetahui situasi dan kondisi siswa ? Nah,
diri siswa. Yang pertama pengajaran satu bulan, misalnya kami mengajar satu
tentang diri anak ini atau ke keluarga ya kan, ada yang keluarganya ternyata
ataupun yang manja ternyata dia gak punya bapak, ya itu adalah 2 cara kami
yang disusun.
tahfidzul quran dan praktek sholat ? Dalam hal ini kami mengadakan dua
cara yang pertama formal dan non formal. Formal artinya kami mengajarkan
kami memakai target one day one ayat, atau sehari satu ayat. Kelas 6 itu kami
targetnya 1,5 Juz ya, satu setengah juz. Non formal artinya kami membiasakan
mereka sholat dhuha di pagi hari ya, sebelum memulai belajar ya, selalu
4. Pesan apa saja yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai agama
pada tahfidzul qur’an dan praktek sholat ? Ya baik, pertama dari tahfidzul
Qur’an dulu. Pesan kami adalah bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup
manusia yang ingin selamat dunia dan akhirat. Kami ingin terus memotivasi
siswa agar terus menghafal Al-Qur’an sepanjang hidup. Agar kelak kita
menjadi keluarga Allah yang di bumi ya, kalau keluarganya Allah pasti masuk
surga itu yang selalu kami tanamkan pada murid-murid kami. Yang kedua
tentang shalat. Bahwa shalat itu adalah kunci dari semua amal. Orang sedekah
misalnya, orang naik haji, orang puasa tapi kalau dia gak shalat, gak diterima
amal ibadahnya. Yang kedua yaitu assholaatu miftaahul jannah, artinya betul
bahwa kunci surga adalah shalat bukan yang lain-lain, itulah yang kami
tanamkan.
dan praktek sholat ? Untuk tahfidzul Qur’an, metodenya yang pertama yaitu
one day one ayat. Itu metodenya, kami punya CD nya dari Ust Yusuf Mansur.
kontes setahun sekali. Untuk praktek shalat kami memakai metodenya yaitu
sholat dhuha dikelas masing-masing ya, dibantu atau dibimbing guru dengan
rekaman panduan shalat dhuha. Jadi, kita rekam suaranya salah satu guru,
bacaannya, jadi, mp4 semua mengikuti sesuai dengan apa yang ada di mp4. Itu
mulai dari niat sampai salam sampai zikir selesai ya, itu biasanya khusus
untuk anak kelas 1 sampai kelas 3. Kalau untuk kelas 4,5,6 sudah shalat
mandiri ya. Ketika dhuha sudah mandiri dan shalat zuhur berjamaah tanpa apa
kalau lagi kenceng di ulur. Artinya, kami reward kasih hadiah ketika memang
dia berbuat kebaikan. Walaupun hadiahnya berupa do’a, gak harus berupa
barang-barang nggak. Berupa do’a, berupa pujian itu mereka sudah seneng.
Dan kemudian kalau funishment, kami berikan hukuman pada anak-anak yang
melanggar artinya yang tidak nurut peraturan, kita kasih funishment, hukuman.
mendidik ya, misalnya kalau gak shalat shubuh kita hukum ya, suruh keluar
kelas wudhu, tetep shalat shubuh walaupun sudah siang, abis itu dia harus
juga kan ya, supaya dia hafal lagi. Atau kadang-kadang kalau dia gak shalat
hukumannya menulis surat 1 lembar. Itu kami metodenya tetap reward dan
contoh langsung ya, menjadi suri tauladan yang baik bagi mereka.
semuanya, hampir semua orang tua murid juga mengajarkan shalat, mungkin
ada beberapa orangtua yang saya juga pernah dapet gitu ya, orangtua yang
ayok shalat dan Alhamdulillah itu yang tadi saya bilang bahwa tujuan strategi
2. Bagaimana bapak atau ibu mengetahui situasi dan kondisi siswa ? Intinya
ya tadi, komunikasi. Kalau misalnya kita melihat anak yang sedang murung ya
kita tanya.
tahfidzul quran dan praktek sholat ? Kita kan memang setiap hari itu ada
pelajaran tahfidz tahsin, dan kita juga punya target, contoh saya sebagai wali
kelas 1 itu dari surat an-nas sampai surat al-qoriah target kita. Jadi semester 1
dari an-nas sampai al-fiil, itu jadi kita terus tanya, dan ada pelajarannya jadi
kita punya target, di mata pelajaran tahfidz. kalau praktek shalat kita di
sekolah ini, shalat yang pertama pagi, shalat dhuha dan dilanjutkan shalat
zuhur. Nah, anak-anak apalagi saya kelas 1, jadi hanya shalat dhuha dan
zuhur, kalau yang kelas tinggi itu dari tiga, dari kelas 3 sampai kelas 6 itu
karena pulangnya jam 3, itu ada beberapa anak yang shalatnya di sekolah. Dan
itu diajak oleh bapak atau ibu gurunya. Kebetulan, kita juga ada aula baru
nilai agama? yang menjadi keberhasilan kita adalah anak selain bisa
mengerjakan untuk dirinya sendiri, misalnya untuk anak yang sudah baligh,
khususnya untuk shalat itu, dia juga bisa mengingatkan orang lingkungan
diingatkan. Mulai dari entah itu shalat, akhlaknya yang baik, sampai berbagi,
terus semuanya.
seperti ini, mereka membuka juz amma lalu, saya kasih motivasi ke mereka
siapa yang mau dapat hadiah dari Allah swt di surga, mereka seneng liat
mainan, siapa yang mau dapat mainan dari Allah. mereka tunjukkan tangan
dengan semangat terus, ayo tunjuk tangan pake tangan kanan dengan
membaca bismillah, membaca pun make ta’audz dulu, jadi mengikuti seperti
membaca iqra saja, setelah itu ya saya terapkan terus seperti itu diulang terus
2. Pesan apa saja yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai agama
menghafalkan qur’an kita kasih motivasi, satu huruf aja mendapatkan pahala,
makanya saya gitu dengan cara ke anak-anak ayo siapa yang mau mendapat
surga dari Allah swt, Allah senang dengan kalian, itu dengan bahasa anak-
anak sebenarnya. Shalat seperti itu juga, kalau kalian shalatnya bercanda
maka, Allah tidak akan senang dengan kalian, selalu diberikan nasihat terus.
rajin shalatnya, ada yang hafalannya semakin banyak, menjaga hafalannya ada
SDIT dengan ada nuansa hafalan qur’an mereka sudah mengerti dan sadar
terutama juz 30, dan harus diulang. Dengan penerapan seperti ini ada beberapa
dari mereka sudah menerapkan dirumah, dan itu ada beberapa anak-anak yang
berhasil, mungkin itu karena kekuatan anak itu sendiri jadi berhasil, yang
kedua sinergi antara guru, orangtua dan anak nih, atau anak ini sudah cerdas
menghafal dan orangtua seneng gitu, malah mereka harus belajar lagi.
gini, Al-kahfi ini berdiri sebelum berdirinya SD yang sekarang sudah SDIT,
bahwa dahulu tempatnya bukan disini, tapi didaerah bojong namanya, dan itu
ada sekolah yang sifatnya hanya majlis ta’lim saja, ada majlis ta’lim remaja,
kaum bapak, kaum ibu waktu itu. Nah, para pemuda-pemuda yang akhirnya
lembaga pendidikan yang formal. Kalau awalnya non formal memang hanya
pengajian saja. Nah, terus kemudian karena salah satu dewan pendiri adalah
waktu itu 49 memang sudah mendapat kategori favorit, namanya pak haji
Imron Zayadi, beliau adalah salah satu dewan pendiri yang memang bergerak
di bidang pendidikan. Nah, mulai dari situ pak haji Imron ini merekrut
beberapa teman-teman yang bukan juga dari kalangan keluarga. Ini ada yang
pendatang, ada yang dari kalangan saudara ada, namun yang memang interest
dalam bidang pendidikan. Nah, pada akhirnya pada tahun 60-an lah yah, maka
dimulai lah untuk merekrut warga sekitar untuk mempersilahkan untuk
sekolah ini, maka dihimbau untuk memberikan sumbangan berupa uang untuk
kita bebaskan tanahnya masyarakat. Waktu itu, tahun 60-an. Nah, pada tahun
1971 terbentuklah dan itu sudah berbentuk sebuah gedung, hanya bentuknya
letter L dan hanya lantai 1 saja, waktu itu. Ada pak jamak, pak H. Sukendar,
pak H. Imron kemudian ada pak H. Agus Tabrani, kemudian ada bu Hj.
Irhamna, ibu Hj. Irhamna ini orang pendidikan pak H. Imron ini orang
mengajarnya memang disekolah negeri SD, kalau pak H. Imron kan mengajar
agama di SMP 49, bu Hj. Irhamna diajak untuk mengajar SD waktu itu. Maka
waktu itu. Sebagai ketua atau kepala yaayasan di akta notaris pertama waktu
sukandar. Kalau yang lain-lain, ini adalah mereka yang mengelola bidang
dinamakan SDI Al-Kahfi, waktu itu. Namun, pengajian yang menjadi cikal
bakal dari berdirinya sekolah itu tetap eksis dengan memanggil habib. Waktu
itu habaib setiap hari rabu gitu ya, kayaknya sampai sekarang nih, yang habaib
saat itu sudah meninggal semua saat ini. Akhirnya, ada regenerasi sampai
sekarang pengajian majlis taklim kaum ibu, dan madrasah formal yang
memang ini berkiblat dengan departeman agama masih ada, dalam hal ini
diniyah. Nah, berkembanglah dari SDI Al-Kahfi itu, pada tahun 71 sampai
dengan tahun 2003, maka beralih namanya menjadi SDIT Al-Kahfi. Karena
apa? Diluar sana untuk mengemas sebuah lembaga pendidikan pasti harus ada
untuk berpindah dari SDI dan SDIT Al-Kahfi. Pada saat tahun 71 hingga
tahun berapa ya.. belum diperlakukan jilbab, roknya masih pendek, anak-anak
tangannya juga pendek tapi dibuka kerudung saat itu. Tapi penamaannya
kenapa islam, kenapa SD Islam? karena kita hanya merekrut siswa yang
peraturan bahwa kita wajib berbusana muslim. Nah, baru pada era tahun 80-
an, sebelum SDIT itu sudah mulai diberlakukan bahwa seluruh siswa-siswi
SDI, sebelum SDIT sudah harus memakai busana muslim. Jadi, 70-an belum,
80-an sudah mulai maka di era 90-an apalagi, apalagi ditahun 2003 yang
memang sudah beralihnya dari SDI menjadi SDIT. Seiringnya dengan waktu
maka, kurikulum yang kita pakai juga menjadi kurikulum 2 ya, karena
memang kita pakai DIKNAS dan pakai kurikulum khas SDIT Al-Kahfi.
nilai-nilai agama? Itu tadi yang saya katakan. Ada pembiasaan, kemudian
ada pembelajaran agama di dalam kegiatan intra kurikuler. Kalau kita gini,
Contoh, ketika dia ekskul saja memulainya saja dengan kumpul dulu, berdo’a
dulu sebelum kita memulai ekskul kita pada hari ini. Nah, dari situ saja
sebetulnya sudah menanamkan nilai-nilai keagamaan. Terlebih yang benar-
benar fokus ya, shalat dhuha nya, baik dilapangan maupun dikelas, tapi anak-
anak kita shalat dilapangan 520 orang itu bisa luar biasa tertibnya anak-anak.
Kalaupun ada satu, dua ya pasti, namanya anak-anak. Tapi kategori 98% anak-
anak sudah bisa tertib ketika kita menjalankan shalat sunnah dhuha
akhlak dia juga ya, untuk menanamkan nilai-nilai agama. Sehingga dia cinta
qur’an, sehingga dia terbiasa dengan membaca qur’an dan tadi shalat zuhur
juga. Ketika nanti ashar, biasanya mereka gini, ibu bapaknya masih bekerja
diluar rumah dia malas dengan pembantunya, artinya tidak mau bermain
dengan pembantunya, akhirnya kan lebih betah disekolah nih, akhirnya tibalah
waktu adzan ashar, maka kita fasilitasi anak-anak dengan guru-guru untuk