Anda di halaman 1dari 136

METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM

MENINGKATKAN RELIGUISITAS REMAJA DI


KELOMPOK PENYANYI JALANAN RANGKASBITUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarja Sosial (S.Sos.)

Oleh :

MUHAMMAD IKHDAN KHAFIDDIN


NIM. 1170520000016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M
METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM
MENINGKATKAN RELIGUISITAS REMAJA DI
KELOMPOK PENYANYI JALANAN RANGKASBITUNG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Muhammad Ikhdan Khafiddin
111705200000016

Pembimbing

M. Jufri Halim, M.Si


NIP.19730726 201411 1 002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Metode Bimbingan Agama dalam Meningkatkan


Religiusitas Remaja di Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung”
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tanggal 13 Desember 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 10 Februari 2022
Sidang Munaqasyah
Ketua, Sekretaris,

Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si Bilqis Naufi, M.Si


NIP. 19650301 199903 1 001 NIDN. 2006019401

Penguji I, Penguji II,

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi


NIP. 19690607 199503 2 003 NIP. 19861109 201101 2 016

Pembimbing,

M. Jufri Halim, S.Ag., M.Si.


NIP. 19730726 201411 1 002
Nama : Muhammad Ikhdan Khafiddin
NIM : 11170520000016

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Metode


Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Religiusitas Remaja di
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung adalah benar merupakan
karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini
telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia
melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan merupakan plagiat karya orang lain. Demikian pernyataan
ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Tangerang Selatan, 9 Desember 2021.

Muhammad Ikhdan Khafiddin


ABSTRAK
Muhammad Ikhdan Khafiddin, NIM 11170520000016, Metode
Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Religiusitas Remaja di
Kelompok Peyanyi Jalanan Rangkasbitung, di bawah bimbingan
M. Jufri Halim, M.Si, 2021.

Remaja kini mendapat tantangan baru seiring dengan terus


meningkatnya kenakalan remaja yang terjadi. Menurut Badan Pusat
Statistik tahun 2015 kenakalan remaja dimulai dari tahun 2007 sampai
2015 terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu perlu adanya
langkah-langkah bimbingan untuk meningkatkan atau menjaga tingkat
religiusitas dikalangan remaja agar bisa terhindar dari hal-hal negatif.
Religiusitas merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar
ketaatannya terhadap agama. Maka dari itu religiusitas dinilai bisa
menekan kenakalan remaja.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana metode
bimbingan agama yang digunakan untuk meningkatkan religiusitas di
kalangan remaja Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu dapat memahami
dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode bimbingan agama yang
dilakukan oleh pembimbing di Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung guna meningkatkan tingkat religiusitas di kalangan
remaja adalah yang pertama melakukan pendekatan dan
mengidentifikasi kebutuhan dari remaja, agar materi dan cara
penyampaiannya tepat. Kemudian yang kedua digunakanlah metode
ceramah beserta keteladanan sebagai sarana penyampaian materi.
Muatan materi yang disampaikan memuat tiga aspek yaitu tauhid, fiqh,
dan akhlak.

Kata Kunci: Metode Bimbingan Agama, Religiusitas, Remaja


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim. Allaahumma shalli ‘alaa


sayyidina Muhammad wa ‘ala aali sayyidina Muhammad.
Alhamdulillaahirabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah
subhanahu wa ta’ala Rabb semesta alam yang dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya juga merupakan skenario terbaik-Nya telah
memberikan kemudahan serta kelancaran dalam rangkaian proses
menyusun skripsi dengan judul “Metode Bimbingan Agama dalam
Meningkatkan Religiusitas Remaja di Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung” ini. Sholawat teriring salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada qudwah hasanah, manusia yang paling
mulia, Nabi seluruh umat, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam serta segenap keluarga dan para sahabatnya, karena berkat
perjuangan beliau yang telah menjadikan sebaik-baiknya kehidupan
dengan berbagai ilmu.

Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang


telah membantu dan memberi dukungan hingga selesainya skripsi
ini. Terutama penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga
untuk orang tua tercinta yang tidak pernah putus untuk selalu
mendoakan, menguatkan juga mendukung dalam segala kondisi,
yakni Ibunda Yeti Rahmawati dan Ayahanda Paino Asihuddin,
semoga Allah selalu melindungi dan memberkahi langkah Ibu dan
Ayah serta semoga Allah senantiasa mencurahkan taufik dan
hidayah-Nya. Aamiin. Tak lupa, ucapan terima kasih penulis
haturkan kepada adik-adik tercinta, Riharti Roro Nova Riyanti
yang telah menjadi support system terbaik dan selalu siap sedia

i
membantu penulis. Semoga segala kebaikan selalu tersemai
untukmu. Aamiin. Dan untuk keluarga besar yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, bahwa Allah-lah sebaik-baik
pemberi balasan.

Dan, untuk pihak-pihak terkait yang telah membantu dan


mendukung hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik, kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu


Komunikasi, Dr. Siti Napsiah, S.Ag., BSW, MSW. selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Shihabudin Noor, M.A.
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Drs.
Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E, M.Si. selaku Ketua Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dosen Penasihat Akademik
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam kelas A
Angkatan 2017 yang telah memberikan bimbingan serta
arahan yang baik kepada penulis.
5. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk dapat
memberikan arahan, masukan dan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai dengan baik. Semoga
Allah balas segala kebaikannya. Aamiin.

ii
6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan
pengajaran yang bermanfaat kepada penulis selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan. Aamiin.
7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk
mendapatkan referensi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kang Ahmad Lugas Kusnadi (Ugas) selaku Tokoh Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak, Banten, Ustatdz
Wawan Abdul Luthfi selaku Tokoh Agama Islam Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak, Banten, beserta
seluruh anggota KPJ Rangkasbitung yang telah menerima
penulis dengan sangat terbuka dan membantu dengan
memberikan informasi serta data yang dibutuhkan selama
penelitian ini berlangsung.
9. Seluruh teman-teman Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam angkatan 2017 yang telah sama-sama
berjuang untuk menciptakan pengalaman berharga selama
peneliti menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah ini,
Semoga Allah selalu memudahkan segala urusan kalian.
Aamiin.
10. Seluruh pihak yang secara tidak langsung membantu dan
mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini.

Sungguh, tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain


doa, semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu memudahkan dan

iii
melancarkan segala urusan serta Allah subhanahu wa ta’ala Maha
Sebaik-baik Yang Memberi Balasan. Aamiin.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini


masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
serta saran yang dapat membangun untuk perbaikan lebih lanjut.
Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca pada umumnya dan khususnya bagi segenap keluarga
besar Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, 9 Desember 2021

Muhammad Ikhdan Khafiddin

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................ v
BAB I ............................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Batasan Masalah .............................................................. 8
C. Rumusan Masalah............................................................ 9
D. Tujuan Penelitian ............................................................. 9
E. Manfaat Penelitian ........................................................... 9
F. Kajian Terdahulu ........................................................... 10
G. Metode Penelitian ........................................................... 14
1. Jenis Penelitian ................................................................ 14
2. Pendekatan Penelitian ...................................................... 16
3. Sumber dan Jenis Data ..................................................... 16
4. Teknik Pengumpul Data .................................................. 18
5. Teknik Analisis Data ....................................................... 20
H. Sistematika Penulisan .................................................... 22
BAB II ........................................................................................ 24
KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 24
A. Bimbingan Agama.......................................................... 24
B. Religiusitas ...................................................................... 33
C. Remaja ............................................................................ 39
BAB III ....................................................................................... 42
PROFIL LEMBAGA ................................................................ 43
A. Sejarah Singkat KPJ Rangkasbitung ........................... 43

v
B. Tugas Fungsi KPJ .......................................................... 44
C. Kegiatan .......................................................................... 45
D. Letak Geografis .............................................................. 46
E. Sarana & Prasarana ...................................................... 46
F. Struktur Organisasi ....................................................... 49
G. Jumlah Anggota ............................................................. 49
BAB IV ....................................................................................... 50
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................... 50
A. Deskripsi Informan ........................................................ 50
B. Temuan Penelitian ......................................................... 53
1. Hambatan Dalam Proses Penelitian ............................. 53
2. Kegiatan Bimbingan Agama ..................................... 55
3. Metode Bimbingan Agama ........................................ 58
4. Materi Bimbingan Agama ......................................... 61
BAB V......................................................................................... 61
ANALISIS PENELITIAN ........................................................ 62
BAB VI ....................................................................................... 79
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 79
A. Simpulan ......................................................................... 79
B. Implikasi ......................................................................... 79
C. Saran ............................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 82
LAMPIRAN ............................................................................... 86

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, gelombang globalisasi telah memberikan


indikasi bahaya yang dapat mengancam keselamatan remaja,
serta alkohol, obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, dan
ancaman kejahatan lainnya. Hal itu telah merusak masa depan
generasi muda, terutama yang belum memahami nilai-nilai
agama dengan baik. Arus globalisasi yang deras saat ini,
semakin majunya teknologi informasi global yang dapat
diakses oleh semua orang, berpotensi membawa dampak
negatif. Kebebasan untuk bergabung dengan kelompok dapat
mempengaruhi gaya atau perilaku sosial setiap individu dalam
masyarakat. Selain itu, dampaknya sangat rentan bagi seorang
remaja dalam proses pendewasaan. Hal ini menyebabkan
perilaku menyimpang seperti anak di bawah umur yang nakal.
Padahal remaja merupakan generasi penerus yang harus
dirawat. Dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 9 menyatakan
betapa petingnya generasi penerus yang kuat.

ٰ ‫علَ ْي ِه ْۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا‬
َ‫ّللا‬ ِ ً‫ش الَّ ِذيْنَ لَ ْو ت ََر ُك ْوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّة‬
َ ‫ض ٰعفًا خَافُ ْوا‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
َ ‫َو ْليَقُ ْولُ ْوا قَ ْو ًًل‬
‫س ِد ْيدًا‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang
yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah
di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara
dengan tutur kata yang benar.”

1
Kenakalan remaja merupakan masalah sosial yang
selalu muncul di jantung kehidupan masyarakat. Masalah-
masalah tersebut hidup dan berkembang, berdampak negatif
terhadap keharmonisan kehidupan manusia.1

Menurut Mappiare, masa remaja berlangsung antara


umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita, dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja
ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 12/13 tahun
sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal. Dan usia
17/18 tahun sampai dengam 21/22 tahun adalah akhir remaja.2

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa masa


remaja merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan
seseorang karena pada masa ini banyak terjadi perubahan dan
masalah yang akan menimbulkan guncangan pada masa
remaja, dan tahap ini berlangsung antara usia 12 hingga 21
tahun. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat,
serta kesehatan mental pada masa remaja, dapat memberikan
pengaruh positif atau negatif dan pengaruh buruk atau negatif.
Oleh karena itu, kita membutuhkan kondisi lingkungan yang
kondusif dan membimbing perkembangan spiritual mereka
menuju masa depan yang lebih baik.3

1 Sudarsono, Etika Islam Tentang Remaja, (Jakarta: Bina Aksara,


1989) Cet Ke-1
2
Mappiare, Psikologi Remaja, (Surakarta: Usaha Nasional)
3
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 75

2
Mengenai bentuk kenakalan remaja yang dilakukan
remaja, terutama di Indonesia menurut Sunarwiyati membagi
kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan.4 Kenakalan biasa,
seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,
pergi dari rumah tanpa pamit. Kenakalan yang menjurus pada
pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepeda motor
tanpa SIM, mencuri, berjudi, penipuan dan pemalsuan.
Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika,
hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Menurut BPS 2015 5 jumlah penduduk di Indonesia
sebanyak 254,9 juta jiwa, diantaranya laki-laki sebanyak
128,1 juta jiwa dan perempuan sebanyak 126,8 juta jiwa. Data
menunjukkan adanya peningkatan kenakalan remaja dari
tahun ketahun diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), tren
kenekalan remaja dan kriminalitas remaja mulai dari
kekerasan fisik dan kekerasan psikis menunjukkan angka
peningkatan dari tahun ke tahun.

No Tahun Jumlah Kasus


1 2007 3145 Kasus
2 2008 - 2009 3280-4123 Kasus
3 20013 6325 Kasus

4
Sudarsono, Kenakalam Remaja, Relevansi, Rehabilitasi, &
Resosialisai (Jakarta: PT.Rineka Cipta 1991), hlm.132.
5
Statistik Kriminal BPS 2015

3
4 2014 7007 Kasus
5 2015 7763 Kasus
Table 1 Kenakalan Remaja

Artinya dari tahun 2013 – 2014 mengalami kenaikan


sebesar 10,7%, kasus tersebut terdiri dari berbagai kasus
kenakalan remaja diataranya, pencurian, pembunuhan,
pergaulan bebas dan narkoba yang banyak dilakukan oleh
anak pelajar. Dari data tersebut kita dapat mengetahui
pertumbuhan jumlah kenakalan remaja yang terjadi tiap
tahunnya.
Menurut hasil penelitian dari Badan Litbang RI 6
kenakalan remaja yang sering muncul di Indonesia khususnya
di wilayah Jawa Barat & Bali adalah ugal-ugalan, bolos
sekolah, kabur dari rumah,vandalisme, pemerasan, pencurian,
dan perusakan bangunan. Responden adalah remaja berumur
13-19 tahun yang masih sekolah atau sudah putus sekolah,
belum menikah dan berada di wilayah puskesmas terpilih.
Jumlah responden 1.110 remaja di Jawa Barat (Bandung dan
Cianjur) dan 877 remaja di propinsi Bali (Denpasar dan
Gianyar).

Jawa Barat Bali


Jenis Kenakalan
Kota Desa Kota Desa
Ugal-ugalan 22,4% 10,6% 18,4% 22,4%

6
Santoso, Siti Sapardiyah (2000) Kenakalan Remaja di Propinsi
Jawa Barat dan Bali. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 10
(4). ISSN 0853-9987

4
Bolos Sekolah 51,9% 33,7% 30,1% 37,1%
Kabur dari
54,5% 42,3% 58,4% 52,7%
Rumah
Vandalisme 26,3% 23,6% 31,7% 19,6%
Pemerasan 2,2% 5,0% 7,2% 5,8%
Pencurian 6,3% 8,2% 8,9% 17,7%
Perusakan
12,5% 5,7% 36,9% 2,2%
Bangunan
Table 2 Kenakalan Remaja di Jawa Barat dan Bali

Lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat


yang kurang kondusif bagi perkembanganya, maka akibatnya
remaja akan justru membahayakan apa yang sedang remaja
cari yaitu jati dirinya. Dalam kondisi di atas sangat wajar jika
dalam situasi kebimbangan remaja justru cenderung
melakukan kompensasi ke suasana yang justru lebih
menawarkan nilai-nilai negatif bagi proses identifikasi
dirinya. 7 Kerena remaja umumnya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, sebab remaja berada dalam masa transisi.
Emosi remaja cenderung meninggi dan belum stabil. Mereka
cenderung kurang dapat menguasai diri dan tidak lagi
memperhatikan keadaan sekitarnya.8

Al Qur'an telah mengarahkan manusia agar


membiasakan diri untuk berdisiplin dan mempunyai kontrol
diri dalam hidup. Sebagaimana dalam QS An-Nisa :59

7 Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling Islam : Memahami


fenomena Kenakalan Remaja dan Memilih Upaya Pendekatannya dalam
Konseling Islam (Yogyakarta : Tesas,2012), hlm. 3.
8
Latipun, Moeljono Notosoedirdjo, Kesehatan Mental Konsep
dan Penerapan (Malang: UMM Press, 2002), hlm. 189.

5
‫س ْو َل َواُو ِلى ْاًلَ ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬ ٰ ‫ٰيْٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْْٓوا اَ ِط ْيعُوا‬
َّ ‫ّللاَ َواَ ِط ْيعُوا‬
ُ ‫الر‬
‫س ْو ِل ا ِْن ُك ْنت ُ ْم‬ُ ‫الر‬َّ ‫ّللا َو‬ ِ ٰ ‫ش ْيء فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى‬ َ ‫فَا ِْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِ ْي‬
‫سنُ تَأ ْ ِوي ًْل‬ َ ْ‫اًل ِخ ِر ٰذلِكَ َخيْر َّواَح‬
ٰ ْ ‫اّلل َو ْاليَ ْو ِم‬
ِ ٰ ‫ࣖ تُؤْ ِمنُ ْونَ ِب‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan


taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang
kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Agama merupakan penolong yang sangat ampuh


dalam memulihkan ketentraman dan keseimbangan jiwa yang
gemetar, termasuk mengamalkan dzikir dengan melakukan
salat, permohonan, dan permohonan ampun kepada Tuhan.
dan ketenangan pikiran. Dengan adanya dasar agama
diharapkan mampu meningkatkan tingkat religiusitas guna
meangkal kenakalan remaja. Menurut Sahrudin saat
menyampaikan hasil penelitian disertasi pada Sidang Promosi
Doktor, Sabtu (1/10) di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana
UMY lantai 4 menyatakan bahwa:

“Religiusitas pada diri remaja diasumsikan jika remaja


memiliki religiusitas rendah, maka dorongan untuk
melakukan perilaku nakalnya tinggi. Sebaliknya semakin
tinggi religiusitas maka semakin rendah tingkat dorongan
untuk melakukan kenakalan pada remaja. Ini membuktikan
bahwa ajaran agama yang dianutnya sebagai tujuan utama
hidupnya. Sehingga para remaja tersebut berusaha

6
menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilaku sehari-
hari…”9

Maka dari itu meningkatkan religiusitas merupakan


salah satu pilihan untuk menekan tingkat kenakalan remaja
yang terjadi. Namun untuk sampai pada tingkat religiusitas
yang tinggi perlu adanya bimbingan untuk menuntun
seseorang kepada nilai-nilai agama yang hakiki maka
diperlukan metode atau langkah-langkah bimbingan agama
untuk meningkatkan religiusitas.

Wadah yang berpotensi untuk bisa mengumpulkan


remaja pada satu tempat dan waktu disebut dengan kelompok.
Ini merupakan kesempatan bagi setiap kita untuk menjadikan
setiap kelompok-kelompok tersebut mampu menekan
kenakalan remaja dengan cara meningkatkan religiusitas pada
masing-masing pribadi remaja. Tentu itu semua takkan
terwujud apabila tidak terdapat bimbingan agama didalamnya.
Salah satu kelompok yang memiliki remaja yang cukup
banyak ialah Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung.
Remaja di KPJ Rangkasbitung rata-rata terdiri dari remaja
dengan latar belakang yang putus sekolah, broken home, dan
pengamen jalanan. Rata-rata pendidikan terakhir yang dialami
adalah SLTP, sedangkan untuk kondisi keluarga ada yang ibu
& ayahnya sudah bercerai, atau yang meninggal, atau ada juga

9
Anonim. “Religiusitas Sumbang Kecenderungan Perilaku
Remaja”. Univeritas Muhammadaiyah Yogyakarta.
www.umy.ac.id/religiusitas-sumbang-kecenderungan-perilaku-remaja.
Diakses pada 7 Januari 2022

7
yang memang mengamen sehingga anaknya juga ikut
mengamen. Apabila dilhat dari kondisi tersebut maka bisa jadi
potensi terjadinya kenakalan remaja lebih tinggi, mengingat
latar belakang pendidikan formal yang rendah serta kondisi
keluarga yang cukup berat. Maka dari itu penelitian ini
mengangkat judul METODE BIMBINGAN AGAMA
DALAM MENINGKATKAN RELIGUISITAS REMAJA DI
KELOMPOK PENYANYI JALANAN
RANGKASBITUNG.

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah maka


penulis akan membatasi penulisan yang difokuskan pada
bimbingan agama dalam meningkatkan Metode Bimbingan
Agama Dalam Meningkatkan Religuisitas Remaja Di
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung

1. Bimbingan Agama

Bimbingan Agama yang dimaksud dalam


penelitian ini adalah bimbingan agama yang diberikan
oleh pembimbing agama kepada para remaja yang ada di
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung yang
memuat aspek metode dan materi.

2. Religiusitas

Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini


yaitu diukur dari bagaimana ia melaksanakan dimensi

8
keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek
agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial),
dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi
pengetahuan (intelektual).

3. Remaja

Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini


adalah seseorang syang berumur dari 10-20 tahun dan
belum menikah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di


atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan metode dan bimbingan agama


dalam meningkatkan religiusitas remaja di Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan bagaimana metode dan pelaksanaan


bimbingan agama dalam meningkatkan religiusitas
remaja di Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

9
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan dan wawasan keilmuan dakwah, yang
berkaitan dengan bimbingan dan penyuluhan Islam.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan


atau pedoman bagi penyuluh yang melakukan penyuluhan
di kelompok-kelompok yang memuat bimbingan agama
islam dan religiusitas remaja.

F. Kajian Terdahulu

Dalam penulisan proposal ini, peneliti melakukan


tinjauan pustaka terlebih dahulu yaitu mencari informasi
terhadap skripsi yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian untuk dijadikan sebuah karya ilmiah. Agar tidak ada
kesamaan dalam judul dan lain-lain, maka perlu ditegaskan
mengenai perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya.

Fitri Rahmawati dalam penelitiannya menyebutkan


bahwa religiusitas remaja terutama siswa akan sangat
dipengaruhi oleh metode yang dipakai. Dalam penelitiannya
disebutkan bahwa ada 4 metode untuk menunjang
terbentuknya religiusitas di kalangan remaja, yaitu : metode

10
pembiasaan, metode nasihat, metode perhatian, & metode
keteladanan.10

Penelitian ini tidak menjelaskan faktor apa saja yang


mempengaruhi santri untuk meningkatkan religiustitas, hanya
langkah-langkahnya saja yang ditempuh oleh para pengajar.
Serta tidak ada keterangan tentang efektivitas langkah yang
ditempuh.

Kemudian Siti Aenul dalam penelitiannya menyebutka


bahwa religiusitas terbentuk dengan tujuan menambah
pengetahuan tentang agama Islam, melaksanakan ibadah
dengan tata cara yang benar sesuai syariat Islam, dan
memperbaiki perilaku atau akhlak jamaah.11

Dalam tulisan disebutkan bahwa tingkat religiusitas


dari subjek penelitian pada dasarnya tidak dapat diukur hal ini
menjadi bumerang tersendiri bagi penulis, karena apabila
tidak dapat diukur untuk apa kemudian diteliti. Sehingga
dalam hal ini peneliti secara tidak langsung peneliti menolak
hasil penelitiannya sendiri.

Sedangkan menurut Iqbal Muntaha dalam


penelitiannya menyebutkan bahwa bimbingan agama bisa

10 Fitri Rahmawati, Bimbingan Kegamaan Untuk Meningkatkan

Religiusitas Siswa SMA N 8 Yogyakarta. Skripsi S1 Prodi BKI Fakultas


Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2017.
11 Siti Aenul Latifah, Bimbingan Agama Islam Dalam

Meningkatkan Religiusitas Jamaah Majlis Taklim Nurul Huda Desa


Lebakwangi Kecamatan Jatinagara Kabupaten Tegal, Skripsi S1 Prodi
BPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Semarang.

11
terwujud dan berhasil dengan cara menjadikan bimbingan
agama itu sebagai motivasi hidup, sehingga akan muncul
dorongan untuk meningkatkan religiusitas subjek. Semisal
dalam hal solat, dengan menanamkan motivasi agama maka
perasaan atau mindset terhadap solat akan berbeda. Para
subjek penelitian menjadi merasa memiliki hutang apabila
tidak mengerjakannya.12

Dalam penlitian ini kurang adanya kejelasan dalam


penyebutan data, tidak terdapatnya berapa jumlah yang
diwawancarai dan siapa saja yang menjadi subjek penelitian.
Hal ini akan berdampak pada hasil penelitian karena pembaca
tidak akan mengetahui latar belakang subjek penelitian ketika
tidak disebutkan siapa sajanya. Ini juga akan mengakibatkan
kurang tepatnya penerapan hasil penelitian karena tidak
terdapat identifikasi latar belakang subjek penelitian.

Marwan Ali Shodikin dalam penelitiannya menuliskan


bahwa untuk meningkatkan religiusitas dipengaruhi
bagaimana cara menyampaikan pesannya. Dalam hal ini yang
dilakukan ialah melaksanakan pengajian agama, memberikan
motivasi hidup, Mengajarkan membaca Alquran dan Iqra.
Penulis juga menyebutkan bahwa dalam pelaksanaanya

12 Iqbal Muntaha. Bimbingan Keagamaan Untuk Meningkatkan


Religiusitas Kuli Angkut Kayu Di Desa Damarwulan Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara. Prodi BKI Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
IAIN Kudus

12
terkadang terjadi penolakan dan hal itu harus dihadapi dengan
ketenangan dan kesabaran.13

Penelitian ini memiliki kekurangan dalam data


sekunder. Dalam penelitian ini yang menjadi data mayoritas
adalah dari pengurus Yayasan dan pembimbing agama.
Padahal seharusnya perlu juga melakukan wawancara atau
crosscheck terhadap residen. Karena bisa saja hasil
wawancara dari pembimbing agama dan dari residen berbeda.

Rizal Fakhmi Isfahani dalam penelitiannya


menuliskan bahwa ibadah dan akhlak merupakan aspek yang
berperan dalam terapi keagamaan atau dengan kata lain untuk
meningkatkan religiusitas para pegawai di RSU Qolbu Insan
Mulia. Dalam usaha pemahaman dan pengamalan ajaran
Islam, maka pegawai perlu mendapatkan pembinaan masalah
ibadah baik ibadah yang berhubungan dengan Allah SWT
seperti sholat, puasa, zakat, membaca Al-Qur’an maupun
ibadah yang berhubungan dengan sesama manusia dalam
hubungan ini adalah hubungan dengan manusia yang dapat
menghasilkan toleransi hubungan sosial. Pada materi akhlak
memberikan pengertian serta praktek-praktek mengenai tata
krama dan budi pekerti yang luhur.14

13 Marwan Ali Shodikin. Upaya Penyuluh Agama Dalam


Meningkatkan Religiusitas Residen Di Yayasan Rumah Ummi Sei
Kambing Medan Sunggal. Prodi BPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sumatera Utara Medan.
14 Rizal Fakhmi Isfahani. Peran Bimbingan Keagamaan Sebagai

Terapi Perilaku Keagamaan Pegawai Di Rsu. Qolbu Insan Mulia (Qim)

13
Secara umum penelitian ini sudah memberikan
informasi sesuai judul penelitiannya, namun terdapat
kekurungan dalam aspek wilayah karakteritik dari subjek yang
diteliti. Wilayah karakterisitik merupakan karakter-karakter
atau apa-apa saja hal yang merupakan kebiasaan di suatu
wilayah, sehingga dengan mengetahui wilayah karakteristik
bisa menambah penguatan data yang kita teiliti. Karena setiap
wilayah memiliki karakteristik yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa


penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang akan
diteliti saat ini. Dari beberapa penelitian sebelumnya, lebih
fokus terhadap fokus penelitian serta pembahasan bimbingan
agama terhadap masyarakat umum. Sedangkan penelitian saat
ini akan lebih fokus terhadap bagaimana metode bimbingan
agama dalam meningkatkan religiusitas remaja.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian

Mengenai metode penelitian ini, penulis


menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Adapun
penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dikutip
oleh Moleong adalah penelitian yang menghasilkan data

Kab. Batang Jawa Tengah. Prodi BPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Walisongo Semarang.

14
deskriptif berupakata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.15

Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan


metode deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan
teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Semua data tersebut menjadi kunci terhadap
apa yang sudah diteliti.16

Menurut Creswell, penelitian kualitatif adalah suatu


proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk
memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial
dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks
yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para
sumber informasi serta dilakukan dalam setting yang
alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti. 17
Penelitian kualitatif dilakukan di lingkungan dan situasi
kondisi yang alami tanpa dibuat-buat atau tanpa ada
manipulasi sebelumnya.

Dalam penelitian kualitatif peneliti harus terjun


langsung dan harus mengetahui topik penelitian yang
sedang dipertimbangkan secara pribadi dan tanpa
perantara. Jarak antara peneliti dan subjek yang diteliti

15 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.
16 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6.
17
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk
Ilmuilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 8

15
harus dihilangkan atau diminimalkan semaksimal mungkin
agar peneliti benar-benar dapat memahami secara optimal
pandangan dan perasaan subjek penelitian. Sebisa mungkin
peneliti kualitatif tidak memuat hambatan jarak dari
subjek.

2. Pendekatan Penelitian

Desain deskriptif dalam penelitian ini dengan


melakukan survei yaitu suatu penelitian yang dilakukan
terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan
tujuan menilai kondisi atau penyelenggara suatu program
dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu
perencanaan demi perbaikan program tersebut.18

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian


ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian jenis
deskriptif ini akan digunakan untuk mendeskripsikan
mengenai Metode Bimbingan Agama Dalam
Meningkatkan Religuisitas Remaja Di Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung.

3. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Data Primer

18
B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet ke-1, h. 111.

16
Data primer yaitu data yang memberikan
informasi langsung kepada pengumpul data. Data
utama dalam penelitian ini didapat melalui wawancara
dan observasi. Sedangkan sumber utama yang
diwawancarai adalah pengurus dan pembimbing
agama di Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung
yang turut berperan dalam proses bimbingan agama
untuk meningkatkan religiusitas remaja. Disamping
itu, wawancara juga dilakukan dengan peserta didik.
Sumber data primer didapat dengan cara melakukan
wawancara kepada pembimbing dan remaja yang ada
di Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung.
Disamping itu data primer juga dapat diperoleh
melalui observasi di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang tidak langsung


memberikan informasi kepada pengumpul data. Data
sekunder dalam penelitian ini berbentuk dokumen-
dokumen pesantren yang ada kaitannya dengan proses
bimbingan agama, foto pembelajaran, foto kegiatan
pesantren, tata tertib dan lain sebagainya. Adapun
sumber data sekunder dalam penelitian ini bisa dari
pembimbinga agama maupun dari bagian tata usaha

17
4. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan


dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Obervasi adalah proses pengamatan untuk


mengumpulkan data terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung dengan memusatkan perhatian pada
obyek dan gejala yang diamati. Jenis observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis observasi
non partisipasif, dimana peneliti tidak terlibat dan
hanya sebagai pengamat bebas. Observasi yaitu proses
pengamatan untuk mengumpulkan data terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung dengan
memusatkan perhatian pada obyek dan gejala yang
diamati. S Margono mendefinisikan observasi
diartikan sebagai pengamat dan pencatatan serta
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.19

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam


penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana
dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan

19
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 172.

18
secara langsung informasi-informasi atau
keteranganketerangan.20

Wawancara merupakan suatu proses interaksi


dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi penting yang diinginkan.
Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara
dua orang atau lebih, dimana keduanya berperilaku
sesuai dengan status dan peranan mereka masing-
21
masing. Dalam hal ini yang menjadi subjek
wawancara ditentukan berdasarkan teknik purposive
sampling yaitu teknik mengambil informan atau
narasumber dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema
penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitian. Sehingga
ditentukanlah seorang pengurus, seorang pembimbing
agama, dan 3 orang remaja Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung.

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa :


“Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai

20
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 83.
21
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 176.

19
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, najalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya”.

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan


data yang menghasilkan catatan-catatan penting
berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga
akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan. 22

5. Teknik Analisis Data

Analis data adalah proses mencari dan menyusun


secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan,
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
laporan, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Proses data
pada dasarnya melalui beberapa tahap analisis, yang
meliputi:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data didefinisikan seagai proses


memilih mengabstraksi dan menginformasikan data

22
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hal. 165.

20
mentah yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi
data dalam penelitian ini terjadi terus menerus selama
penelitian ini berlangsung. Minimisasi data dilakukan
untuk menyaring, mengkategorikan, mengorientasikan
menghilangkan yang tidak perlu dan mengatur data
yang diperlukan sesuai dengan fokus masalah
penelitian.

2. Penyajian Data (Display Data)

Hasil reduksi data kemudian disajikan sebagai


teks naratif. Teks naratif diklasifikasikan berdasarkan
topik masalah. Penyajian data merupakan langkah
untuk memahami apa yang terjadi dan apa yang perlu
dilakukan selanjutnya, dianalisis dan mengambil
tindakan yang diperlukan.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Conclusing


drawing/ferivication)

Kegiatan verifikasi dan menarik kesimpulan


sebenarnya hanyalah sebagian dari suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh, karena penarikan kesimpulan
juga diverifikasi sejak berlangsungnya awal penelitian
sampai akhir penelitian yang merupakan suatu proses
berkesinambungan dan berkelanjutan.

21
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini sistematika penulisan dibagi ke
dalam enam bab yang mengacu kepada buku pedoman
penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan SK Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta No. 507 Tahun 2017 tentang
pedoman penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN.
Berisi Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA.
Berisi Landasan Teori (Bimbingan Agama, Religiusitas,
Remaja), Kerangka Berpikir.
BAB III : GAMBARAN UMUM PENELITIAN.

Terdiri dari: Profil Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ)


Rangkasbitung meliputi Sejarah Berdirinya KPJ
Rangkasbitung, Kedudukan Tugas Dan Fungsi, Visi Dan Misi,
Letak Geografis, Sarana dan Prasarana, dan Struktur
Organisasi KPJ Rangkasbitung.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.
Memuat data dan juga temuan yang didapatkan selama
penelitian di KPJ Rangkasbitung terdiri dari: Deskripsi
Informan, Temuan Lapangan (Latar belakang dan

22
permasalahan yang dialami oleh remaja, Metode bimbingan
yang diberikan oleh Pembimbing Agama).
BAB V : PEMBAHASAN.
Merupakan analisis data hasil dari penelitian mengenai
Metode Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Religiusitas
Remaja di KPJ Rangkasbitung, hasil wawancara terhadap
subyek dan juga hasil observasi yang telah dilakukan
mengenai Metode Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan
Religiusitas Remaja di KPJ Rangkasbitung.
BAB VI : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.
Membuat Simpulan Implikasi, dan Saran.

23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bimbingan Agama

Bimbingan secara etimologis merupakan arti dari


bahasa Inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja
“guide” artinya menunjukkan, membimbing atau menuntun
orang lain kejalan yang benar.

Menurut Rochman Natawidjaya dalam Winkel,


bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan
diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan
keadaan keluarga serta masyarakat. 1

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang


dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku2

1
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
Media Abadi, Yogyakarta:2004.
2
Prayitno dan Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Pusat
Perbukuan Depdikbud dengan PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm 99.

24
Agama adalah Religi (belanda) Religion (inggris) yaitu
hubungan antara dengan sesuatu kekuasaan luar lain dan lebih
dari apa yang di alami oleh manusia, atau bagian yang
dianggap “suci” yang mendatangkan rasa tunduk manusia
kepadanya, dan memperlakukan dengan penuh hikmah serta
menarik manusia kepadanya3

Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan bahwa


agama yang diambil dari pengertian din al-haq ialah sistem
hidup yang diterima dan diridai Allah, yaitu sistem yang hanya
diciptakan Allah dan manusia tunduk dan patuh kepada-Nya.
Sistem kehidupan itu mencangkup berbagai aspek kehidupan,
yaitu akidah, akhlak, ibadah, dan amal perbuatan yang
disyariatkan Allah untuk manusia.4 Agama ialah suatu jenis
sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang
berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang
dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai
keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.5

Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan


kepada orang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun
batiniah yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan dimasa
mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang

3
Muhammad Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, (Teori
Dan Konsep), (PT.Kota Kembang, Yogyakarta: 1988) hlm. 12
4 Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan, Filsafat Agama, Pustaka

Setia, Bandung, 2010, hlm 10-12


5
Hendropuspito, Sosiologi Agama, Kanisiua, Yogyakarta, 1991,
hlm 34

25
mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasi dengan kemampuan yang ada dirinya sendiri
melalui dorongan dengan kekuatan iman dan taqwanya
kepada Allah.6

Menurut H.M Arifin, Bimbingan Agama dapat


diartikan sebagai:

“Usaha pemberian bantuan kepada seseorang


yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun
batiniah yang menyangkut kehidupannya dimasa kini
dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa
pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang
yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui
dorongan dan kekuatan iman dan taqwanya kepada
Tuhannya”7

Menurut Samsul Munir Amin dalam Buku Bimbingan


dan Konseling Islam mengartikan Bimbingan Agama sebagai:

“Proses pemberian bantuan terarah, terus-


menerus dan sistematis kepada setiap individu agar ia
dapat mengembangkan potensi atau fitrah bera gama
yang dimilikinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Al-Qur’an dan Hadits ke dalam dirinya,

6Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan


Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah,( Bulan Bintang, Jakarta: 1997 ) hlm.
2.
7
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama. Jakarta: Golden Terayon Press, 1982, hlm 2.

26
sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan
tuntunan Al-Qur’an dan Hadits”.8

Jadi, dapat pahami bahwa Bimbingan Agama adalah


cara yang harus dilakukan dalam membantu individu menuju
kehidupan yang lebih baik. Bimbingan agama dalam Islam
merupakan bagian dari Dakwah Islamiyah atau penyebaran
ajaran Islam yang bertujuan untuk membatu individu individu
dalam mencapai kesejahteraan mental dan spiritual secara
Islami. Sehingga dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam
harus menerapkan prinsip-prinsip Dakwah Islamiyah.

Allah SWT menjelaskan tentang metode dakwah yang


baik dalam Q.S. An-Nahl [16] ayat 125:

َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ه‬


‫ِي‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ا ُ ْدعُ ا ِٰلى‬
َ ‫سبِ ْي ِل َربِكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ‫س ِب ْي ِله َوه َُو اَ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهتَ ِديْن‬
َ ‫ع ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫سنُ ا َِّن َربَّكَ ه َُو اَ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬ َ ْ‫اَح‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan


hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.”
Dalam tafsir Ibnu Katsir firman Allah “Dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik,” berdialoglah dengan mereka
dengan lembut , halus dan sapaan yang sopan, sebagaimana
hal ini pun diperintahkan Allah kepada Musa dan Harun

8
Syamsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta:
Amzah, 2010, hlm 19.

27
tatkala diutus menghadap Fir’aun, seperti difirmankan “Maka
berbicaralah kamu berdua dengannya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudahmudahan dia ingat atau takut.” (Tahaa:
44).9

Dari segi prinsipnya, bimbingan agama Islam tidak


pernah menggunakan kekerasan dan paksaan seperti firman
Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi:

‫ت‬
ِ ‫غ ْو‬ َّ ‫الر ْشدُ ِمنَ ْالغَي ِ فَ َم ْن يَّ ْكفُ ْر ِب‬
ُ ‫الطا‬ ِ ‫ًل اِ ْك َرا َه فِى‬
ُّ َ‫الدي ِْن قَ ْد ت َّ َبيَّن‬ ْٓ َ
‫ع ِليْم‬
َ ‫س ِميْع‬ ٰ ‫ام َل َها َو‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ص‬َ ‫سكَ ِب ْالعُ ْر َو ِة ْال ُوثْ ٰقى ًَل ا ْن ِف‬ ِ ٰ ‫َويُؤْ ِم ْن ِب‬
َ ‫اّلل فَقَ ِد ا ْست َْم‬

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),


sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar
dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut
dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang
(teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Mawdudi dalam Towards Understanding the Qur’an


mengulas ayat ini dan menyatakan bahwa Islam merupakan
satu sistem kepercayaan, moral dan amali yang tidak boleh
didakwahkan secara paksa.10 Terdapat beberapa metode yang
dapat dilakukan dalam Bimbingan Agama menurut M. Arifin
yaitu:11

9
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah:
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani Press, 2008), h. 1078.
10 Abdul Ghafar Don, dkk., “Dakwah Kepada non-Muslim:

Sorotan Pendekatan Rasul Ulu Al-‘Azmi”, ISLAMIYYAT, vol. 33, h. 46.


11
Arifin M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), hal.44-50

28
1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan suatu teknik atau


metode didalam bimbingan dengan cara penyaajian atau
penyampaian inlam bimbingan formasi melalui
penerangan dan penuturan secara lisan oleh pembbimbing
terhadap anak pembimbing, pembimbing juga sering
menggunakan alat-alat bantu seperti gambar, kitab, peta,
dan alat lainnya. Metode ini sering dipakai dallam
bimbingan agama yang banyak diwaarnai dengan ciri
karakteristik bicara seorang pembimbing pada kegiatan
bimbinggan agama. Metode ini pembinaannya dilakukan
secara kelompok dan pembimbing melakukan kominikasi
secara langsung.

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh


fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan
pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan
terbimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.

3. Metode Mengarahkan (Directif)

Metode mengarahkan adalah metode yang bersifat


mengarahkan kepada terbimbing untuk berusaha
mengatasi kesulitan (Problem) yang dihadapi.

29
Pengarahan yang diberikan kepada terbimbing yaitu
memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap
permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dialami
terbimbing.

4. Metode Keteladanan

Metode keteladanan merupakan bagian dari


sejumlah metode paling efektif dalam mempersiapkan
dan membentuk individu secara moral, spiritual dan
sosial. Sebab seorang pembimbing merupakan contoh
ideal dalam pandangan seseorang tingkahlaku dan sopan
santunnya akan ditiru. Metode ini digunakan sebagai
pemberian contoh yang baik dalam tingkah laku sehari-
hari.

5. Metode Pencerahan

Metode pencerahan yaitu mengungkapkan


tekanan perasaan yang menghambat perkembangan
belajar dengan mengorek sampai tuntas perasaan atau
sumber perasaan yang menyebabkan hambatan atau
ketegangan, dengan cara client centered, yang diperdalam
dengan permintaan atau pertanyaan yang menyakinkan
untuk mengingat-ingat serta mendorong agar berani
mengungkapkan perasaan tertekan.

30
6. Metode Cerita

Metode cerita adalah suatu cara penyampaian


dalam bentuk cerita. Cerita merupakan media yang efektif
untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik,
sekaligus membentuk karakter sesuai dengan nilai religi
yang disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk
kepribadian.
M. Arifin berpendapat bahwa Bimbingan Agama
dimaksudkan untuk membantu seorang yang terbimbing
supaya memiliki religious reference (sumber pegangan
agama) dalam memecahkan persoalan.12
Menurut Hamdan Bakry Adz-Dzaky menjelaskan
tujuan bimbingan adalah:13

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,


kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa
menjadi tenang, lapang dan mendapat pencerahan
dari Allah SWT.

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan


kesopanan tingkah laku yang memberikan manfaat
bagi dirinya, lingkungan keluarga maupun sosial

12
M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 29
13
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam,
(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), h.211.

31
3. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu
dan berkembang rasa toleransi, kesetiawanan, tolong
menolong dan rasa kasih sayang.

4. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada


individu, sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,
ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta
ketabahan menerima ujian-Nya

5. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah sehingga


fungsi diri sebagai khilafah dimuka bumi ini dapat
terlaksana dengan baik dan benar.

Aunur Rahim Faqih secara khusus menyebutkan


Bimbingan Agama memiliki tujuan-tujuan antara lain:14

1. Membantu individu untuk menghadapi masalah

2. Membantu individu mengatasi masalah yang


dihadapi

3. Membantu individu memelihara dan


mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih baik,
sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya
dan orang lain

14
Anunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: VII Press, 2002), h.36

32
B. Religiusitas

Secara etimologi, kata religi berasal dari kata religion


(Inggris), religie (Belanda), religio (Latin) dan ad-Dien
(Arab). Menurut Drikarya, kata Religi berasal dari bahasa latin
religio yang akar katanya religare yang berarti mengikat.15

Menurut Harun Nasution, religi adalah suatu ikatan,


ikatan kepada TuhanNya yang membuat manusia itu
terbebaskan dari segala ikatan atau dominasi oleh sesuatu
yang derajatnya lebih rendah dari manusia itu sendiri. Ikatan
ini tidak hanya merujuk kepada ikatan yang berupa keyakinan
(kepercayaan), tetapi sekaligus juga merujuk kepada
keterikatan manusia terhadap ajaran hidup yang telah
digariskan Tuhan.16

Zakiah Daradjat berpendapat, bahwa religiusitas


merupakan suatu sistem yang kompleks dari kepercayaan
keyakinan dan sikap-sikap dan upacara-upacara yang
menghubungkan individu dari satu keberadaan atau kepada
17
sesuatu yang bersifat keagamaan. Religiusitas lebih
menunjuk kepada aspek kualitas dari manusia yang beragama.
Agama dan religiusitas saling mendukung dan saling
melengkapi karena keduanya merupakan konsekuensi logis

15
Widiyanta, Sikap Terhadap Lingkungan dan Religiusitas:
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Vol. 1 No.2, Tahun 2005, h. 80.
16 Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2013. h. 55.


17
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), h. 70.

33
dari kehidupan manusia yang mempunyai dua kutub, yaitu
kutub kehidupan pribadi dan kutub kebersamaannya di tengah
masyarakat.

Religiusitas dan agama memang merupakan satu


kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut
Mangunwijaya, bila dilihat dari kenampakannya, agama lebih
menunjukkan kepada suatu kelembagaan yang mengatur tata
penyembahan manusia kepada Tuhan, sedangkan religiusitas
lebih menunjuk pada aspek yang ada di lubuk hati manusia.18
Religiusitas lebih menunjuk kepada aspek kualitas dari
manusia yang beragama. Agama dan religiusitas saling
mendukung dan saling melengkapi karena keduanya
merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yang
mempunyai dua kutub, yaitu kutub kehidupan pribadi dan
kutub kebersamaannya di tengah masyarakat.

Religiusitas dalam perspektif islam adalah


melaksanakan ajaran agama atau berislam secara
menyeluruh. 19 Sebagaimana yang dimaksud dalam firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 208:

َ َٰ ‫ش ۡي‬
‫ط ِۚ ِن‬ َّ ‫ت ٱل‬ ُ ‫َٰ َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ۡٱد ُخلُواْ ِفي ٱلس ِۡل ِم َكآَٰفَّ ٗة َو ََل تَت َّ ِبعُواْ ُخ‬
ِ ‫ط َٰ َو‬
َ ‫ِإنَّهۥُ لَ ُك ۡم‬
ّٞ ‫ُّو ُّم ِب‬ٞ ‫عد‬
‫ين‬

18
Andisti,dkk, Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada
Dewasa Awal, Jurnal Psikologi, Vol. 1. No.2, 2008, h.172.
19
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 5, h. 297

34
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.”

Islam adalah agama yang bersifat rasional, praktis dan


komprehensif.20 Syariat islam bersifat sempurna, menyeluruh,
lengkap dan syumul. Misi utama agama islam adalah untuk
membentuk kehidupan yang sempurna dalam rangka kerja
pengabdian diri kepada Allah swt yang menjadi tujuan utama
kehidupan manusia.21

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan


di atas, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah
suatu gambaran keadaan dalam diri seseorang yang
mendorongnya bertingkah laku baik tingkah laku yang tampak
maupun tak tampak, bersikap, dan bertindak sesuai dengan
ajaran-ajaran agama yang dianutnya

1. Aspek dan Diemansi Religiusitas

Aspek religiusitas menurut kementrian dan


lingkungan hidup RI 1987 religiusitas (agama Islam)
terdiri dalam lima aspek yaitu:

a) Aspek Iman menyangkut keyakinan dan hubungan


manusia denganTuhan, malaikat, para nabi dan
sebagainya.

20
Harun Nasution, Islam Rasional, (Jakarta: Mizan, 1995), h. 21.
21
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama:Sebuah Pengantar
(Bandung: Mizan, 2005 ), cet. 3, h. 47.

35
b) Aspek Islam menyangkut frekuensi, intensitas
pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan, misalnya
sholat, puasa dan zakat.
c) Aspek Ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan
tentang kehadiran Tuhan, takut melanggar larangan
dan lain-lain.
d) Aspek Ilmu yang menyangkut pengetahuan
seseorang tentang ajaran-ajaran agama.
e) Aspek Amal menyangkut tingkah laku dalam
kehidupan bermasyarakat,misalnya menolong orang
lain, membela orang lemah, bekerja dan sebagainya.

Verbit mengemukakan ada enam komponen


religiusitas dan masing-masing komponen memiliki
empat dimensi. Keenam komponen tersebutadalah:

a) Ritual yaitu perilaku seremonial baik secara sendiri-


semdiri maupun bersama-sama.
b) Doctrin yaitu penegasan tentang hubungan individu
dengan Tuhan.
c) Emotion adanya perasaan seperti kagum, cinta,
takut, dan sebagainya.
d) Knowledge yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan
prinsip-prinsip suci.
e) Ethics yaitu aturan-aturan untuk membimbing
perilaku interpersonal membedakan yang benar dan
yang salah, yang baik dan yang buruk.

36
f) Community yaitu penegasan tentang hubungan
manusia dengan makhluk atau individu lain.

Sedangkan demensi dari komponen tersebut


adalah:

a) Content, merupakan sifat penting dari komponen


misalnya ritual khusus, ide-ide, pengetahuan,
prinsip-prinsip dan lain-lain.
b) Frequency, merupakan seberapa sering unsur-unsur
atau ritual tersebutdilakukan.
c) Intensity, merupakan tingkat komitmen.
d) Centrality, yaitu hal-hal yang paling menonjol atau
penting.

Menurut Glock bahwa ada lima aspek atau dimensi


religiusitas yaitu:

a) Dimensi Ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari


keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang
harus dipercayai, misalnya kepercayaan adanya
Tuhan, Malaikat, surga, dan sebagainya.
Kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi
yang paling mendasar.
b) Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagamaan
yang berkaitan dengan sejumlah perilaku, dimana
perilaku tersebut sudah ditetapkan oleh agama,
seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan

37
dosa,berpuasa, shalat atau menjalankan ritual-ritual
khusus pada hari-hari suci.
c) Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan
dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh
penganut agama atau beberapa jauh seseorang dapat
menghayati pengalaman dalam ritual agama yang
dilakukannya, misalnya kekhusyuan ketika
melakukan sholat.
d) Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan
pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap
ajaran-ajaran agama yang dianutnya.
e) Dimensi Pengamalan. yaitu berkaitan dengan
akibat-akibat dari ajaran-ajaran agama yang
dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

2. Karakteristik Individu Dengan Religiusitas

Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan


tercermin dalam perilakunya. Hawari menyebutkan ciri
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi sebagai
berikut:
a) Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan
apa yang diperintahkan oleh Allah atau melakukan
suatu yang dilarang-Nya.
b) Selalu merasa tingkah laku dan ucapannya selalu
ada yang mengontrol.

38
c) Melakukan pengalaman agama seperti yang
dicontohkan para Nabi.
d) Memiliki jiwa yang sehat sehingga bisa
membedakan mana yang baik dan buruk bagi
dirinya.
e) Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam
kehidupannya.
f) Memiliki kesadaran bahwa adanya batas-batas
maksimal apa yang tidak bisa dicapai olehnya
karena ia menyadari bahwa sepenuhnya hal tersebut
merupakan kehendak Allah dan tidak stress ketika
mengalami kegagalan serta tidak menyombongkan
diri ketika sukses karena ia menyadari bahwa
kegagalan dan kesuksesan pada dasarnya merupakan
ketentuan Allah.22

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Santrock mendefinisikan remaja sebagai masa


perkembangan transisi antara anak-anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi

22
Atika Oktaviani Palupi, SKNipsi: Pengaruh Religiusitas
Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
Kabupaten Tegal, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, 2013, hlm. 37

39
seksual, proses berpikir abstrak sampai pada kemandirian.
Masa remaja berlangsung dari usia 10 sampai 13 tahun dan
berakhir pada usia 18 sampai 22 tahun. Akan tetapi banyak
ahli perkembangan yang membedakan antara remaja awal
dan remaja akhir.23

WHO memberikan definisi tentang remaja yang


bersifat lebih konseptual, dimana di dalamnya
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologik, psikologik, dan
sosial ekonomi dengan menetapkan batas usia 10-20 tahun
sebagai batasan usia remaja.

Menurut Hurlock batasan remaja lebih singkat,


yaitu awal masa remaja kira-kira dari 13 tahun sampai 16
atau 17 tahun, dan akhir masa remaja berlangsung dari usia
16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. Hurlock menganggap
masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi
matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara
hukum.24

Definisi yang digunakan oleh Departemen


Kesehatan memberi batasan usia 11-24 tahun dan belum
menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan usia
11 tahun adalah usia dimana umumnya tanda seksual
sekunder mulai tampak. Batasan usia 24 tahun merupakan

23
Santrock, Adolescence (terjemahan), Erlangga, Jakarta : 2003.
24
Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta : 1994.

40
batas maksimal yaitu untuk memberi peluang pada mereka
yang masih menggantungkan diri pada orang tua dan belum
menikah.
2. Ciri-Ciri Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada


masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm
and stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil
dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi
pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja
berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan ditujukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan tidak lagi bertingkah seperti anak anak,
harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk
seiring berjalannya waktu dan akan nampak jelas pada
remaja akhir.
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai
kematangan seksual. Terkadang perubahan ini
membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang
terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti
sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi

41
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan,
berat badan dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan
hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja
banyak hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari
masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik
yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan
adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan
dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi
juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa.
d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap
penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang
penting karena sudah mendekati masa dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam
menghadapi perubahan yang terjadi. Disatu sisi
mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain
mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab
tersebut.25

25
Mr. Dan O’ Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( UNICEF, 2006), H. 128.

42
BAB III

PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung

KPJ Rangkasbitung berdiri tahun 1996 pada tanggal


26 Desember. Awalnya didirikan hanya untuk sekedar anak-
anak jalanan yang waktu itu sangat kecil sekali dari segi
jumlah dan yang memiliki kreativitas. Waktu itu ada kegiatan
yang cukup besar di daerah Malingping, dan kemudian kita
deklarasikan berdirinya KPJ pada tanggal itu di daerah
tersebut. KPJ Rangkasbitung terbentuk di inisiasi oleh 20
orang selepas acara musik di daerah Malingping tersebut. Dan
Ahmad Lugas Kusnadi merupakan salah satu inisiatornya dan
dipercaya menjadi ketua & tokoh sejak saat itu.
Selama 25 tahun KPJ Rangkasbitung berjalan
memiliki tujuan untuk bisa mengembangkan orang-orang
jalanan termasuk remaja didalamnya yang memiliki
kreativitas. Dengan tujuan agar mereka memliki masa depan
yang lebih baik. KPJ Rangkasbitung sendiri membentuk
karakter remaja tersebut agar memiliki banyak kemampuan
diantaranya dengan melakukan pengembangan dibidang
musik, seni rupa, dan juga teater. Sehingga para remaja bisa
memiliki penghasilan selain dari jalanan. Niat tersebut
diwujudkan dengan adanya dukungan berupa usaha sablon
dan penyewaan sound system.

43
Awal konsentrasi pengembangan remaja jalanan di
KPJ Rangkasbitung ini adalah di bidang seni dan budaya.
Berawal dari pemusik, pelukis, teater. Kemudian di
pertengahan jalan, pembinaan itu harus lebih luas merambah
kedalam hal lain semisal ekonomi dan lainnya. Sejak awal
KPJ Rangkasbitung sudah menjadikan agama sebagai
landasan. Sebagai buktinya semenjak berdiri 25 tahun yang
lalu KPJ Rangkasbitung selalu mengadakan kegiatan
pengajian malam jum’atan sebagai sarana silaturahmi,
pembelajaran, sekaligus penguatan persaudaraan. Disisi lain
KPJ Rangkasbitung juga membebaskan para anggotanya
apabila memiliki kesempatan yang alebih baik diluar untuk
segera mengambilnya. Semisal kesempatan pekerjaan,
berumah tangga dll., tentunya untuk kehidupan yang lebih
baik.
Pada tahun 2003 KPJ Rangkasbitung memperkuat
legalitasnya dengan membentuk sebuah yayasan dengan nama
Yayasan Bina Remaja. Dengan dibentuknya yayasan tersebut
diharapkan KPJ mampu berkolaborasi dengan instansi-
instansi pemerintahan guna sama-sama membina remaja-
remaja yang hidup dijalanan.

B. Tugas Fungsi Kelompok Penyanyi Jalanan

KPJ Rangkasbitung didirikan dengan tujuan untuk


membantu orang-orang jalanan supaya tidak terjerumus
kedalam gelapnya jalanan. KPJ Rangkasbitung berfokus pada
orang-orang jalanan yang berkemauan untuk berubah yang

44
kemudian nantinya KPJ Rangkasbitung akan melakukan
pendampingan dalam hal agama maupun non-agama.
C. Kegiatan

KPJ Rangkasbitung memiliki kegiatan sebagai


berikut:

1. Pengajian Malam Jumatan

Pengajian malam jum’at ini dijadikan sebagai


sarana bertemunya seluruh anggota KPJ Rangkasbitung
sekaligus melaksanakan sholat Maghrib & Isya
berjama’aah dilanjutkan dengan pembacaan surat yasin
kemudian disambung pemberian materi kegamaan.

2. Santunan Anak Yatim

Dalam kegiatan ini KPJ Rangkasbitung


mengundang anak-anak yatim jalanan untuk sama-sama
berkumpul kemudian akan diberi sejumlah bantuan dari
KAS KPJ Rangkasbitung itu sendiri.

3. Malam Minggu Bareng Kelompok (MMBK)

Malam Minggu Bareng Kelompok merupakan


kegiatan live music yang diadakan KPJ Rangkasbitung
dengan tujuan untuk mengembangkan dan menyalurkan
skill seni dalam diri anggota.
4. Pengembangan Skill.

45
Kegiatan ini dilakukan untuk mengembangkan
skill dan potensi dari para anggota KPJ Rangkasbitung.

D. Letak Geografis

Terletak di Kabupaten Lebak, Kecamatan


Rangkasbitung - Banten.
E. Sarana & Prasarana

1. Taman Baca
Taman baca ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan Remaja jalanan agar pengetahuannya
tentang dunia pendidikan tidak tertinggal. Taman baca
ini juga menjadi alternatif pembelajaran Remaja yang
kebanyakan berhenti atau putus sekolah.
2. Studio Musik
KPJ Rangkasbitung memiliki Studio Musik
yang bertujuan sebagai sarana pengembangan seni
Remaja Jalanan Rangkasbitung. Selain itu juga sebagai
sarana latihan dan pengembangan dalam bermusik
supaya ketika ada kegitan pentas musik, Remaja
Jalanan Rangkasbitung sudah memiliki dan mahir
dalam bermusik.
3. Sound System
KPJ Rangkasbitung memiliki seperangkat
Sound System yang bertujuan untuk disewakan yang
kemudian keuntungannya ditujukan untuk
pengembangan KPJ Rangkasbitung itu sendiri.
4. Mobil Bak

46
Mobil Bak yang dimiliki KPJ Rangkasbitung
digunakan sebagai kendaraan operasional apabila ada
kegiatan-kegiatan yang mengharuskan anggota untuk
bepergian dan membawa alat-alat musik. Semisal akan
diadakan acara konser dan lain-lain. Selain itu Mobil
Bak ini juga biasa untuk disewakan sebagai jasa
pengantar barang. Yang nanti keuntungan dari hasil
sewanya akan masuk ke KAS KPJ Rangkasbitung.
5. Saung KPJ
Saung KPJ merupakan rumah atau tempat
berkumpulnya para anggota KPJ Rangkasbitung.
Saung ini pula menjadi pusat kegiatan dari KPJ
Rangkasbitung itu sendiri. Ada beberapa kegiatan
yang dilaksanakan rutin di Saung ini semisal;
Pengajian Malam Jum’at, Santunan Anak Yatim Dll.
6. Sablon
KPJ Rangkasbitung juga memiliki usaha
Sablon yang dijalankan oleh anggota KPJ
Rangkasbitung itu sendiri dengan tujuan untuk
mengembangkan skill dari anggota KPJ
Rangkasbitung juga membantu perekonomian mereka.
7. Lahan Berkebun
Selain memiliki bidang usaha berupa sablon,
KPJ Rangkasbitung juga memiliki lahan berkebun
seluas 200 m2 yang digunakan untuk melatih
kemampuan berkebun dari anggota KPJ
Rangkasbitung.

47
48
F. Struktur Organisasi1

KETUA

Ahmad Lugas Kusnadi (Ugas)

SEKRETARIS BENDAHARA

Wa Beben Ridwan (Kiwong)

SEKSI - SEKSI

ANGGOTA

G. Jumlah Anggota

KPJ Rangkasbitung mengadakan sensus keanggotaan


setiap 2 tahun sekali dan pada data tahun 2020/2022 jumlah
anggota KPJ Rangkasbitung berujumlah 170 orang.2

1
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 11
Agustus 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung,
Lebak.
2
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 11
Agustus 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung,
Lebak.

49
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Informan
Pada penelitian ini, penulis melakukan wawancara dan
observasi langsung di Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak. Pada penelitian ini penulis
mewawancarai satu orang Tokoh Pembimbing dari internal
KPJ Rangkasbitung, satu orang Tokoh Pembimbing dari
eksternal KPJ Rangkasbitung yang biasa mengisi bimbingan
di KPJ Rangkasbitung, dan tiga orang Remaja KPJ
Rangkasbitung. Adapun penjelasan data mengenai informan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembimbing Agama
a. Ahmad Lugas Kusnadi
Bapak Ahmad Lugas Kusanadi atau biasa disapa
Kang Ugas merupakan Tokoh sekaligus Ketua dari
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung. Beliau
Lahir di Rangkasbitung, Lebak, Banten pada Tahun
1970. Beliau Tinggal di Sampay Lor,
Warunggunung, Rangkasbitung. Beliau adalah
seorang seniman yang respect terhadap dunia jalanan
terkhusus dalam pembinaan dan bimbingan anak-
anak muda jalanan. Pendidikan terkahir Kang Ugas
adalah SMA. Kang Ugas memiliki satu orang Istri
dan dua orang anak.

50
b. Wawan Abdul Luthfi
Ustadz Wawan Abdul Luthfi atau kerap disapa
Kang Wawan merupakan Tokoh agama yang biasa
mengisi kajian di Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung. Beliau Lahir di Rangkasbitung,
Lebak, Banten pada Tahun 1996. Beliau Tinggal di
Pondok Pesantren Manahijussadat, Rangkasbitung.
Beliau saat ini menjadi tenaga pengajar di Pondok
Pesantren Manahijussadat dan juga biasa mengisi
kajian diluar pondok semisal di kelompok –
kelompok yang salah satunya adalah Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung. Pendidikan
terkahir beliau adalah MA di Pondok Pesantren
Manahijussadat. Sejak kecil beliau di didik
dilingkungan pesantren yang kedua orangtuanyapun
berasal dari lingkungan pondok pesantren.
2. Remaja KPJ Rangkasbitung
a. Dika Faujan
Dika Faujan biasa di panggil Dika merupakan
salah satu remaja anggota dari KPJ Rangkasbitung.
Dika tinggal di daerah Babakan dekat dengan
kampus Latansa Banten. Saat ini Dika berusia 18
tahun. Dika sudah berhenti mengenyam bangku
Pendidikan semenjak Kelas 2 SMP sehingga
kesehariannya kini lebih banyak dirumah dan
dijalanan. Dika sendiri bergabung dengan KPJ

51
rangkas bitung sejak umur 17 tahun yaitu pada tahun
2020.
b. Fahrizal
Muhammad Fahrizal biasa di panggil Ijal adalah
salah satu anggota KPJ Rangkasbitung yang beusia
18 tahun. Beralamat di daerah Bojonglewes
Rangkasbitung. Sebelum begabung dengan KPJ
Rangkasbitung Ijal lebih dahulu bergabung dengan
KPJ Bulungan sejak usia 5 tahun. Ijal merupakan
anak ke-6 dari 7 bersaudara. Sejak kecil Ijal sudah
ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sehingga itu
menjadi salah satu alasan dia masuk KPJ sejak kecil.
Saat berusia 11 tahun Ijal pernah diundang ke salah
satu acara televisi nasional dan sempat di asuh oleh
Bupati Rangkasbitung kala itu. Saat ini keseharian
Ijal aktif Bersama KPJ Rangkasbitung, mengamen
dan juga membantu kakaknya sambil sesekali
membersihkan makam kedua orangtuanya.
c. Muhammad Rivaldi
Muhammad Rivaldi kerap dipanggil Valdi
merupakan remajayang tergabung dalam Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung. Saat ini berusia 16
tahun. Berasal dari Rangkasbitung. Valdi merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Valdi memiliki
seorang adik perempuan yang saat ini duduk di
bangsu SD kelas 3. Keseharian Valdi saat ini yaitu
aktif di kelompok serta membantu kedua

52
orangtuanya untuk berjualan gorengan di dekat alun-
alun rangkasbitung.

B. Temuan Penelitian
1. Hambatan Dalam Proses Penelitian
Hambatan yang dialami oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah diberlakukannya Pemberlakuan
Perpanjagan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Dalam
Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) di Pulau Jawa dan Bali yang disampaikan
oleh Presiden Republik Indonesia dalam kanal YouTube
Sekretariat Presiden pada Senin 30 Agustus 2021.
Peraturan tersebut berlaku mulai tanggal 31 Agustus
sampai dengan 6 September 2021. Sebelum
diperlakukannya Pepanjangan PPKM tersebut sudah
berlaku terlebih dahulu PPKM yang dimulai sejak Januari
2021. Berdasarkan peraturan tersebut seluruh pekerja, jasa
usaha kepariwisataan, hiburan. dan perdagangan
diberlakukan Work From Home (WFH). Tetapi pemerintah
juga memperkenankan untuk bekerja secara offline asalkan
dibagi kedalam beberapa shift. Transportasi umum semisal
KRL dan Transjakartapun terikat oleh PPKM
Perpanjangan ini. Terkhusus untuk KRL hanya
diperkenankan perjalanan untuk karyawan yang bekerja di
instansi Kesehatan atau Pemerintahan yang dibekali
dengan surat tugas. Selain itu tidak diperkenankan
sementara untuk menggunakan layanan KRL.

53
Hal tersebut menjadi salah satu penghambat
peneliti untuk mendapatkan data-data, mengobservasi dan
mewawancarai informan yang terpaksa harus ditunda
sampai diberlakukan normal seperti biasa lagi. Dengan
hambatan tersebut, peneliti berusaha untuk memanfaatkan
waktu untuk melakukan wawancara secara online kepada
Penyuluh Agama Islam dan Tokoh Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung yaitu Kang Ugas dan Kang Wawan
selaku Penyuluh Agama Islam. Namun karena Kang Ugas
terpapar Covid-19 sehingga wawancara secara online tidak
terlaksana. Begitu juga dengan Kang Wawan yang
memiliki kesibukan di Pondok Pesantren Manahijussadat
Rangkasbitung sehingga wawancara secara online juga
sulit dilakukan.
Untuk hambatan berkenaan dalam memperoleh
data-data dari penyuluh agama ialah kondisi Kang Ugas
yang masih belum bisa ditemui karena baru selesai
karantina mandiri seusai terpapar virus Covid 19 dan Kang
Wawan yang saat ini menetap di Pondok Pesantren
Manahijussadat yang menetapkan aturan tidak menerima
tamu untuk sementara waktu.
Kemudian hambatan ketika akan mewawancarai
remaja KPJ Rangkasbitung. Karena saat itu Tokoh dari
KPJ Rangkasbitung sedang dalam masa karantina sehingga
para remaja yang akan diwawancarai juga sulit untuk di
koordinir. Sehingga pada akhirnya tidak memungkinkan
untuk duduk bersama dan dilakukan wawancara. Tetapi

54
pada saat itu peneliti mencoba melihat aktivitas remaja di
sekitar Alun-alun Rangkasbitung.

2. Kegiatan Bimbingan Agama

Kegiatan Bimbingan Agama di Kelompok


Penyanyi Jalanan Rangkasbitung dilaksanakan pada setiap
malam Jum.at. Kegiatan dilaksanakan di Saung Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung yang beralamat di Jl.
Soekarno Hatta Kelurahan Cijoro, Kec. Rangkasbitung,
Kab. Lebak - Banten. Para Remaja akan datang sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan biasanya para remaja
akan sudah hadir sebelum sholat maghrib berlangsung.
Kegiatan bimbingan agama juga tidak terpaku pada malam
jum’at saja tetapi juga diselipkan dalam kegiatan-kegiatan
yang lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Ahmad Lugas Kusnadi :

“Kalau secara formal ya seminggu sekali


dimalam jum’at ini, tapi disetiap kegiatanpun seperti
seni budaya, taman bacaan, terus agama, itu bisa saja
ada 3-4 kali dalam satu minggu.”1
Hal yang sama dinyatakan juga oleh Ust. Wawan
Abdul Luthfi :

“Misal di malam jum’at ini kan sekarang


jadwalnya pengajian ya mereka pada dateng. Terus

1
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

55
misal ada jadwal konser musik ya mereka juga
dateng untuk bantu-bantu sekaligus belajar.”2
Sehingga kegiatan bimbingan agama di Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung tidak hanya dilakukan
pada satu tempat atau satu waktu tertentu, tetapi lebih
fleksibel. Sebagai mana yang dikatakan oleh Bapak Ahmad
Lugas Kusnadi :

“Pengajian ini salah satunya, terus ada lagi


kegiatan yang diluar yaitu silaturahmi. Ada yang
kepondok-pondok ada yang ke rumah kyai itu nanti
tergantung tujuannya kemana. Terus ada ziarah
kebeberapa tempat. Itu biasanya kita lakukan
seminggu sekali. Kadang itu jadi pilihan tapi
kadang yang ziarah sama silaturahmi itu bersifat
bulanan. Tapi yang paling sering ya pengajian
mingguan di hari jumat ini. Terus ada juga
silaturahmi ke orangtuanya. Karena kita juga perlu
tahu orangtuanya gimana dan ngapain aja.”3
Kegiatan bimbingan agama di Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung dilaksanakan secara gratis tanpa
dipungut biaya apapun. Sehingga hal ini akan dapat
meringankan beban Remaja untuk dapat mengikuti
kegiatan bimbingan agama di Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung.

2
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat
Rangkasbitung, Lebak.
3
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

56
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung tidak
hanya berfokus pada kesenian semata tetapi juga berfokus
pada pemberian bimbingan agama kepada para Remaja,
sebagai upaya membantu para Remaja menjadi seorang
Muslim yang bertakwa dan selalu berada di jalan yang
diridhai Allah SWT. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ust. Wawan Abdul Luthfi :

“Karena bagi saya sendiri agama itu kalau


kita mengambil secara konteks sara-nya ya agama
itu menjadi hudan yang artinya itu petunjuk. Jika
seorang tidak mempunyai petunjuk ya orang
tersebut bakal tersesat. Begitu juga dengan kita ini
ketika gak punya tujuan hidup, ya orang tersebut
tidak punya agama, orang tersebut gak punya
agama berarti gak punya petunjuk. Nah jadi
petunjuk ini bersangkutan kepada individual
manusia. Nah disinilah pentingnya ada proses
bimbingan supaya tiap individu itu bisa
menemukan agamanya dan mendapatkan
4
petunjuk.”
Selain dari pada itu tujuan diadakannya bimbingan
agama supaya moral dan akhlak dari generasi muda bisa
berlandaskan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Lugas Kusnadi:

“Perihal moral dan akhlak, sehebat apapun


kita kalo tidak bermoral dan akhlak percuma.
Karena sekalipun dijalanan moral dan akhlak itu

4
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat
Rangkasbitung, Lebak.

57
perlu. Yaa kalo gak di kasih pembimbingan agama
hancur karakternya.”5
3. Metode Bimbingan Agama

Bimbingan agama dilaksanakan dengan tatap muka


dimana Remaja mendatangi Saung Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung atau bisa juga terjadi diluar Saung
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung. Pendekatan
Bimbingan Agama setiap remajapun berbeda-beda. Hal ini
karena remaja memiliki ketertarikan yang bergam akan hal-
hal tertentu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Ahmad Lugas Kusnadi :

“Ada metodenya , ada strategi yang tentu


perlu kesabaran. Pertama kita ikutin mereka
pengennya kemana ? misal dimusik ya dimusik, atau
di seni ya diseni. Baru kita selipkan bimbingan –
bimbingan untuk mengarahkan dia ke arah yang
lebih baik. Keliatan ko sebeneranya orang yang mau
berubah. Keliatan banget. Ya sabar si intinya, karena
harus pelan-pelan seolah-olah kita masuk
kedunianya terlebih dahulu baru nanti kita bisa
masukin sesuatu kedunianya. Nanti kalo udah begitu
kita bisa ajak dia untuk ikut pengajian, ikut
silaturahmi ke pondok-pondok, ikut berjamaah di
mesjid agung , begitu caranya pelan-pelan. Karena
gini, dari 10 orang yang kita ajak gak mungkin
semuanya solat, ada 7 ada 8 yang 2 nya masih
gamau, tapi ya kita pelan pelan gak harus maksa.”6

5
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.
6
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

58
Perlu ada persiapan juga sebelum melakukan
bimbingan agar pesan yang ingin disampaikan diterima
dengan baik oleh khalayak. Persiapan tersebut bisa berupa
mengumpulkan informasi akan keseharian-keseharian dari
khalayak, apa yang disuka dan lain-lain. Selain itu, perlu
dipersiapkan juga bagaimana proses penyampaian pesan
agar pesan itu benar-benar diterima dengan baik. Sebagai
mana yang disampaikan oleh Ustadz Wawan Abdul Luthfi:

“Kalo menurut saya, ya katakanlah pada


objeknya berarti ya ? sebelum saya memberi materi
itu saya selalu mempersiapkan kalo bahasa
itunyamah ‘ibad dan kemudian saya sesuaikan
dengn siapa mustami saya, dimana tempatnya, kalo
dalam konteks balaghahnya itu ada ilmu muktadhal
hal dan ilmu muktadhal kalam, ketika saya berbicara
dengan siapa, ketika saya berbicara dimana.
Contohnya ketika saya berbicara dengan ibu – ibu
ya materinya perihal ibu ibu. Berbicara di hadapan
anak kecil ya materinya juga menyangkut anak
kecil. Begitu juga di hadapan remaja ya materinya
yang ada sangkut pautnya dengan remaja. diawali
dengan silaturahmi dulu, kemudian setelah itu saya
menyaksikan atau melihat apanih yang kurang, ko
bisa mereka meninggalkan solat misalnya, sesibuk
apa mereka sampai meninggalkan ngaji. Nah setelah
saya melihat kejaidan, kasus – kasus tersebut
barulah saya bisa memnentukan pengajian
selanjutnya akan saya isi kajian tentang dampak
orang yang meninggalkan solat misalkan.”7

7
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.

59
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Ahmad
Lugas Kusnadi:

“Diawali dengan kepekaan, kalo kita cuek


yang gak akan bisa. Karakternya yang penting dia
mau dibimbing, mau dibina dari merekanya sendiri
sebenernya. Karena orang yang mau dibimbing dan
orang yang tidak mau dibimbing itu beda.
Terlihatlah dari salah satu faktornya atau kriterianya
tadi itu ada kemauan untuk berubah. Terlihat dari
bagaimana ia bisa menghargai dan sopan ketika
diingatkan. Ooh berarti dia mau dibimbing.
Pokoknya ada sisi yang tidak terlihat.”8 Bagi saya itu
Islam. Karena islam itu mencakup syariat.
Mencakup amal ibadah dzahiriah. Contohlah dalam
aspek islam tuh ada solat, zakat, puasa. Minimal itu
sudah dijadikan rutinitas mereka. Mereka pasti akan
mengimani Allah, mengimani malaikat dst yaitu
rukun iman. Ketika iman sudah datang disitu akan
datanglah yang namanya ihsan. Ada yang tahu kalo
Allah itu ada tapi dia tidak solat itu bohong. Tapi ada
yang solat dan hatinya yakin tapi belum
mendapatkan rasanya ihsan itu berjalan. Jadi yang
didahulukan adalah solat.hfyh
Setelah melakukan persiapan maka dilakukanlah
pengajian dan pengkajian terhadap suatu ilmu tentang
kehidupan dengan harapan memberikan pemahaman baru
bagi para ramaja sehingga para remaja memiliki
pengetahuan yang luas dan mampu memperbaiki masa
depannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Ahmad Lugas Kusnadi:

8
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

60
“Kita melakukan pengajian dan pengkaijian
perihal bagaimana kita harus melakukan kehidupan
yang baik, moral yang bagus supaya hiudp kita tidak
gitu-gitu aja.”9
4. Materi Bimbingan Agama
Tak hanya itu, bimbingan agama di Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung juga terdapat materi-
materi agama yang bertujuan untuk meningkatkan
ketakwaan dan akhlak dari para remaja. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Ustadz Wawan Abdul Luthfi:

“Biasanya kita isi dengan siraman rohani


yang isinya tanbih dan taujih yang lebih mengarah
kepada ketakwaan dan keimanan adapun beberapa
selingan berupa ayat-ayat ahkam misalnya lalu
selebihnya motivasi keimanan dan ketakwaan.”10.
Selain itu Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung juga menyajikan materi-materi diluar
keagamaan tetapi tetap membawa nilai-nilai agama.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Lugas
Kusnadi:

“…misal dimusik ya dimusik, atau di seni ya


diseni. Baru kita selipkan bimbingan – bimbingan
untuk mengarahkan dia ke arah yang lebih baik.”11

9
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.
10
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.
11
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

61
BAB V

ANALISIS PENELITIAN
Remaja sebagai generasi penerus bangsa memiliki
semangat yang menggebu-gebu. Semangat tersebut akan menjadi
baik ketika diarahkan kepada sesuatu hal yang baik begitupula jika
diarahkan pada sesuatu yang buruk maka akan buruk pula
hasilnya.1 Untuk bisa mengarahkan remaja pada sesuatu yang baik
salah satunya ialah perlu diberikan pembekalan berkenaan dengan
pengetahuan keagamaan. Tentu hal ini menjadi sangat penting
untuk diberikan dikarenakan masa remaja merupakan masa yang
paling fluktuatif dan dimasa ini rata-rata remaja belum memiliki
tingkat religiusitas yang mendalam. Terlebih apabila keseharian
para remaja banyak dihabiskan dijalanan dan tak sedikit yang
akhirnya putus pendidikan formal. Maka dari itu diperlukan
bimbingan agama dengan metode yang tepat untuk dapat
membangun kesadaran beragama para remaja yang terputus dari
pendidikan formal dan memilih untuk hidup dijalanan agar remaja
dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan tuntunan islam.

Ahmad Tafsir juga mendefinisikan bahwa metode ialah


istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara
yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. 2 Namun
pengertian yang hakiki dari metode tersebut adalah segala sarana

1
Sarwono, 2011, Psikologi Remaja, dalam Herlina, 2013,
Bibliotheraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja Melalui Buku,
Bandung:Pustaka Cendekia.
2
Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1996, h. 34

62
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Maka dari itu dapat dipahami bahwa metode bimbingan agama
ialah cara yang dilakukan untuk membantu seseorang atau
kelompok agar dapat mencapai kehidupan yang lebih baik melalui
pendekatan nilai-nilai agama.

A. Religiusitas

Tingkat religiusitas remaja dapat diukur dari seberapa


sering remaja melakukan ritual-ritual kegamaan. Religiusitas
ini sendiri memiliki makna hubungan antara individu dengan
tuhannya yang dibuktikan dengan ritual-ritual keagamaan. Hal
ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ahmad
Lugas Kusnadi:

“Sebenernya orang baik juga salah satu tanda dia


religius. Dia baik dan tentu ibadahnya bagus. Kan baik itu juga
dia baik ke manusianya baik ke-Tuhannya. Kalo baik
kemanusiakan ya senyum bantuin orang. Ya kalo ke tuhankan
ya ibadah jalurnya. Percuma dia solatnya rajin tapi gak baik,
saya bilang itu gak religi.”3
Ustadz Wawan Abdul Luthfi juga mengungkapkan hal
yang serupa:

“Itu yang pertama kita harus tau dulu makna religius itu.
Menurut saya religius itu adalah orang yang beragama yang
dibuktikan dengan kegiatan peribadatan. Misal solatnya lancer,
sedekahnya lancer, ngajinya lancar pokoknya yang keliatanya

3
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

63
itu bentuk ibadah, dia kerjain. Disitu kita bisa nilai kalo semua
ibadahnya dia kerjakan itu berarti tingkat religiusitasnya juga
semakin naik. Yang terutama ya di keseharian yaitu solat karena
solat adalah barometer kehidupan.”4

Solat merupakan ibadah pokok yang wajib dilaksanakan


oleh setiap muslim. Solat juga merupakan penyangga segala
aspek kehidupan manusia. Karena apabila solat seseorang
buruk maka akan buruk juga kehidupannya, dan apabila
solatnya baik maka akan baik pula kehidupannya. Maka dari itu
solat diartikan dengan tiang agama, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973

ُ ‫صلَة‬ َ ‫اإل ْسلَ ُم َو‬


َّ ‫ع ُمودُهُ ال‬ ُ ْ‫َرأ‬
ِ ‫س األ َ ْم ِر‬
“Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya yang
merupakan sholat.”
Dengan solat

َ ‫ص ٰلوةَ تَ ْنهٰ ى‬
‫ع ِن‬ َّ ‫ص ٰلوةَ ا َِّن ال‬ ِ ‫ي اِلَيْكَ ِمنَ ْال ِك ٰت‬
َّ ‫ب َواَقِ ِم ال‬ َ ‫اُتْ ُل َما ْٓ ا ُ ْو ِح‬

ْ َ‫ّللاُ يَ ْعلَ ُم َما ت‬


َ‫صنَعُ ْون‬ ِ ٰ ‫ْالفَحْ ش َۤا ِء َو ْال ُم ْنك َِر َولَ ِذ ْك ُر‬
ٰ ‫ّللا اَ ْكبَ ُر َو‬

“Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan


kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat.
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih
besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”

4
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.

64
Religiusitas yang tergambar di kalangan remaja
sebelum bergabung bersama Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung dan mendapatkan bimbingan agama, terlihat
adanya tingkat religiusitas yang rendah. Hal ini dapat terlihat
dari keseharian remaja sebelum bergabung ke Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung. Dika Fauzan mengutarakan
kesehariannya sebelum bergabung ke Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung:

“Ya dirumah terus kejalanan, Dijalanan ya main,


ngamen, kadang diajak ngobat gitu. sebelum masuk KPJ ge
sebenernya masih. Tapi pas masuk mulai diurang kurangin.
Alhamdulillah sekarang mah udah enggak.”5
Hal serupa juga dikatakan oleh Rivaldi:

“Saya dulunya dijalanan. Suka ngobat, suka nyabu ya


barang-barang gitu. satunya karena pengaruh obat. Kan temen
saya tuh punya obat kecil warna kuning saya sangka itu obat
pusing. Nah saya minumlah tuh . disitulah saya kecanduan.
Terus disitu “adalagi ceunah tuh, sia pusingnya ? etamah
tramadol”. Disitu saya kecanduan. Efeknya tu lemes, seret, terus
bawaanya pengen minum-minum-minum-minum. Yaudah abis
dari situ saya kecanduan. tahun 2016 saya SD suka ngobat suka
minuman sampe 2019.”6
Dari hasil wawancara diatas permasalahan yang
dihadapi rata-rata ialah perihal obat-obatan, yang mana obat-

5
Wawancara pribadi dengan Dika Fauzan, 2 September 2021,
Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak.
6
Wawancara pribadi dengan Rivaldi, 2 September 2021, Lokasi:
Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak.

65
obatan biasanya dikategorikan sebagai narkotika. Narkotika
dapat merusak remaja dan semakin menjauhkan remaja dari
peingkatan religiusitas.7

Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa segala sesuatu yang


buruk dan merusak haruslah dijauhi. Sebagaimana yang
tercantum dalam Al A’raf ayat 157:

َ ‫علَ ْي ِهمَ ْال َخ َبا ِئ‬


َ‫ث‬ َ َ‫ت َوي َح ِ ِّرم‬ َّ َ‫َوي ِحلَ لَهم‬
َِ ‫الط ِِّي َبا‬

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan


mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (QS Al A'raf:
157)
B. Metode Bimbingan Agama

Untuk bisa meningkatkan religiusitas di kalangan


remaja Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung salah
satunya diperlukan bimbingan. Bimbingan merupakan proses
pemberian informasi sekaligus pendampingan agar seseorang
yang dibimbing mencapai standar tertentu. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Ustadz Wawan Abdul Luthfi:

“Bagi saya bimbingan agama itu adalah suatu kajian


ta’lim muta’alim yaitu suatu proses pemberian pemahaman
kepada seseorang agar orang itu menjadi lebih baik dari
sebelumnya tentu dengan dasar agama. Dengan kata lain setiap
orang itu wajib belajar atau megaji supaya dia jadi lebih baik
dan lebih baik lagi.”8

7
Frans simangunsong, S.H., M.H, Faktor-Faktor Penyebab
Penyalahgunaan Narkotika.
8
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.

66
Bimbingan menjadi hal penting untuk dilaksanakan guna
menyampaikan informasi yang membuat seseorang menjadi tahu,
mau dan mampu. Sehingga seseorang mampu menindak lanjuti
hingga mengeksekusi suatu informasi yang diberikan. Bapak
Ahmad Lugas Kusnadi menilai bahwa proses bimbingan yang
diberikan kepada Remaja Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung sangat penting mengingat dengan adanya
bimbingan menjadi media untuk pembenahan akhlak dan moral;

“Moral dan akhlak, sehebat apapun kita kalo tidak


bermoral dan akhlak percuma. Karena sekalipun dijalanan
moral dan akhlak itu perlu. Yaa kalo gak di kasih
pembimbingan agama hancur karakternya.”9

Proses bimbingan ini dinilai akan lebih baik ketika


menerapkan ilmu-ilmu agama didalamnya. Agama dinilai mampu
untuk menggugah hati seseorang untuk bergerak kearah yang lebih
baik. Hal ini disampaikan oleh Bapak Ahmad Lugas Kusnadi:

“Karena kita berasal dari jalanan ya akhirnya


mengerti kalo hidup ini ya kalo gak agama ya kacau, bakal
gak beres. Tapi dengan adanya bimbingan agama kita bisa
disiplin, bisa beres.”10
Selain itu dengan adanya nilai agama dalam bimbingan,
dinilai bisa memberikan petunjuk kepada kalangan Remaja

9
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

10
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

67
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung. Hal ini diutarakan
oleh Ustadz Wawan Abdul Luthfi:

“Karena bagi saya sendiri agama itu kalau kita


mengambil secara konteks sara-nya ya agama itu menjadi
hudan yang artinya itu petunjuk. Jika seorang tidak
mempunyai petunjuk ya orang tersebut bakal tersesat.
Begitu juga dengan kita ini ketika gak punya tujuan hidup,
ya orang tersebut tidak punya agama, orang tersebut gak
punya agama berarti gak punya petunjuk. Nah jadi
petunjuk ini bersangkutan kepada individual manusia. Nah
disinilah pentingnya ada proses supaya tiap individu itu
bisa menemukan agamanya dan mendapatkan petunjuk.”11
Namun, untuk bisa tersampaikannya informasi atau materi-
materi tersebut diperlukan langkah atau metode yang tepat guna
meminimalisir kesalahan maksud yang nantinya akan disampaikan
dengan tujuan membuat seseorang atau sekelompok orang menjadi
tahu, mau, dan kemudian mampu. Bapak Ahmad Lugas Kusnadi
menilai salah satu faktor yang bisa mendukung kesuksesan dalam
menerapkan sebuah metode adalah dengan adanya kesabaran.
Barulah kemudian didukung dengan metode untuk penyampaian
materinya.

“Oh iya, nggak mudah itu, perlu strategi, perlu


metode, perlu kesabaran jelas. Yang jelas dari keseluruhan
itu nanti kita akan bisa lihat bagaimana dari dia sendiri,
mulai dari keinginan dia kita akan tahu dia ingin berubah
atau enggaknya. Metode kita harus terapkan, wah ini gabisa

11
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.

68
kasar, harus lembut . Ya kebanyakan dengan perilaku kita,
kegiatan yang positif.”12
Sedangkan menurut Ustadz Wawan Abdul Luthfi bahwa
dalam proses bimbingan ada yang disebut pra-bimbingan atau
langkah-langkah sebelum memulai bimbingan. Sehingga
kedepannya bisa menentukan langkah atau materi apa yang tepat
untuk melanjutkan proses bimbingan.

“Kalo saya, satu diawali dengan silaturahmi dulu,


kemudian setelah itu saya menyaksikan atau melihat
apanih yang kurang, ko bisa mereka meninggalkan solat
misalnya, sesibuk apa mereka sampai meninggalkan ngaji.
Nah setelah saya melihat kejaidan, kasus – kasus tersebut
barulah saya bisa memnentukan pengajian selanjutnya
akan saya isi kajian tentang dampak orang yang
meninggalkan solat misalkan.”.13
Setelah mempersiapkan modal untuk melaksanakan
bimbingan yang salah satunya adalah kesabaran dan kemudian
telah melakukan observasi atau analisa permasalahan, barulah
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung yang dalam hal ini
proses bimbingannya di prakarsai oleh Bapak Ahmad Lugas
Kusnadi sebagai tokoh juga pembimbing KPJ dan Ustadz Wawan
Abdul Luthfi sebagai tokoh masyarakat membuat program
bimbingan agama yang diadakan rutin setiap malam jum’at.
Dalam pengajian malam jumat tersebut akan disampaikan materi-
materi perihal kehidupan sehari-hari yang bersandarkan kepada

12
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.
13
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.

69
agama. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ustadz Wawan Abdul
Luthfi:

“Saya lebih ke arah sistimnya ta’lim muta’alim,


karena disitu saya belajar saya juga mengajar, saya
membimbing orang tapi secara tidak langsung itu juga
menjadi washilah untuk membimbing diri saya sendiri.
Misal ketika saya sedang memberikan kajian materi
kemudian saya membuka kitab disitu saya menyampaikan
sekaligus juga membaca. Dalam proses kajian itukan kita
juga bisa memasukan sistem pertanyaan atau tabayyun. Ya
bisa dikatakan kegiatan ceramah mungkin. Selain itu juga
kegiatan tahlil dan malam jum’atan di KPJ ini juga
merupakan salah satu kegiatan bimbingan.”14
Selain proses bimbingan di malam jum’at Kelompok
penyanyi Jalanan Rangkasbitung juga tetap menyisipkan
bimbingan disetiap kegiatan lainnya. Hal ini sebagaimana yang
disampaikan oleh Bapak Ahmad Lugas Kusnadi:

“Kalau secara formal ya seminggu sekali dimalam


jum’at ini, tapi disetiap kegiatanpun seperti seni budaya,
taman bacaan, terus agama, itu bisa saja ada 3-4 kali dalam
satu minggu.”15
Dalam melaksanakan proses bimbingan agama di
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Bapak Ahmad Lugas
Kusnadi lebih sering memilih metode keteladanan karena dinilai
dapat langsung dilihat oleh para remaja yang ada di Kelompok

14
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.
15
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

70
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Bapak Ahmad Lugas Kusnadi:

“Saya fikir semuanya kita jalankan yah metodenya,


dari cerita, ceramah, keteladanan juga. Tapi kalo dibagi
secara persentase mungkin keteladanan lebih banyak ya
sebesar 50% karena ya kita hidup bareng bareng. Apa yang
saya lakuin secara gak langsung bakal di contoh ama anak-
anak. Terus ceramah 30% karena lapak untuk ceramah
inikan agak formal gitu ya jadi kita hanya punya waktu di
malam jumat. Terus cerita-cerita ya 20% berarti.”16
Bapak Ahmad Lugas Kusnadi lebih memilih metode
tersebut dikarenakan hampir setiap hari bertemu dengan para
remaja tersebut sehingga kekuatan dari tokoh sangat berpengaruh
besar. Hal itu diutarakan oleh beliau:

“Soalnya mereka melihat sosok. Kalo sosoknya


selebor ya dia akan enggan atau kalo enggak dianya ikutan
selebor. Ya ngeliat sosoklah. Kan keteladanan itu juga ya
gak terikat waktu setiap hari bisa kita tunjukan ke anak-
anak. Beda sama ceramah atau cerita yang butuh waktu
tertentu. Kalo keteladanankan sepanjang waktu.”17
Berbeda dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, Ustadz
Wawan Abdul Luthfi Menilai bahwa metode keteladanan dan
ceramah merupakan sesuatu yang padu dan tak bisa dipisahkan.
Sehingga menurutnya 2 hal ini haru selalu berjalan beriringan agar
tersampaikannya pesan dengan baik.

16
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.
17
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Lugas Kusnadi, 2
September 2021, Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, Lebak.

71
“Kalo bagi saya keteladanan dan ceramah. Kenapa
yang pertama keteladanan ? karena pertama rasul
sendiripun mengajarkan kita untuk menjadi uswah menjadi
contoh menjadi suri tauladan yang baik alhamdulillah
dengan bantuan Allah saya berusaha menjadi tauladan
yang baik. Kedua dari keteladan ini bisa jadi acuan orang
untuk menilai kita. Contoh saya ceramah tapi tidak
mencerminkan kebaikan ya orang gak akan percaya, gak
akan nurut, mengikuti apa yang saya sampaikan. Jadi 2
metode itu saling berkesinambungan.”18
Materi Bimbingan Agama di Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung memuat tiga aspek utama yaitu tauhid, akhlak, dan
juga fiqh. Hal ini terlihat ketika pembimbing agama yaitu Kang
Ugas memberikan contoh berupa solat tepat waktu, berdzikir dan
juga saling berbagi. Materi – materi ini sesuai dengan hadits
Rasulullah SAW berkenaan konsep agama.

َ ‫ل للاَِ صل‬
‫ى‬ َ ْ‫بَ ْينَ َمَا نَح‬: ‫للا عن َه أَيضاَ قَا ََل‬
َِ ‫ن جل ْوسَ ِع ْن ََد َرس ْو‬ َ ‫ي‬ َْ ‫ع‬
َ ‫ن ع َم ََر رض‬ َ

‫ش ِدي َْد‬
َ ‫ب‬ َِ ‫اض ال ِث ِّ َيا‬ َ ‫علَ ْينََا َرج َل‬
َ ِ ‫ش ِدي َْد َب َي‬ َ ‫ِإ َْذ‬
َ ‫ط َل ََع‬ ‫للا علي َه و سلِّ َم َذاتََ َي ْو َم‬
َ َ‫س ِإل‬
‫ى‬ ََ َ‫لَ َي ْع ِرفهَ ِمنَّا أَ َح َد َحتَّى َجل‬ َّ ‫أَثَرَ ال‬
َ ‫سف ََِر َو‬ َ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫لَ ي َرى‬ َّ ‫س َوا َِد ال‬
َ َ‫ش ْع ِر‬ َ
‫علَى فَ ِخ َذ ْي َِه‬
َ ‫ض ََع َكفَّ ْي َِه‬ َ َ‫للا عليه وسلم فَأ َ ْسنَ ََد ر ْكبَتَ ْي َِه إِل‬
َ ‫ى ر ْكبَتَ ْي َِه َو َو‬ َ ‫ي ِ صلى‬ َِّ ِ‫النَّب‬
‫ فَقَا َلَ َرسولَ للاَِ صلى للا علي َه‬،‫اإل ْسالَم‬ َ ‫يَا م َح َّم َد أَ ْخبِ ْرنِي‬: ‫ل‬
ِ َ‫ع ِن‬ ََ ‫َوقَا‬

ََّ َ‫لَّ للاَ َوأ‬


‫ َوت ِقي ََْم‬،ِ‫ن م َح َّم َدَا َرس ْولَ للا‬ َ ِ‫لَ إِلَ َهَ إ‬ َْ َ‫ن تَ ْش َه ََد أ‬
َ ‫ن‬ َْ َ‫اإل ْسالَ َم أ‬:
ِ (َ‫وسلم‬

ََ‫طعت‬َ َ‫ج البيْتََ ِإ ِنَ اِ ْست‬ ََّ ‫ َوتَح‬،َ َ‫ضان‬


َ ‫ َوتَص ْو ََم َر َم‬،َ‫الزكَاة‬ َّ ‫ي‬ ََ ِ‫ َوتؤْ ت‬،َ‫صالَة‬َّ ‫ال‬
‫ن‬
َِ ‫ع‬
َ ‫ي‬ َْ ِ‫فَأ َ ْخبِ ْرن‬: ‫ل‬ َ ‫فَعَ ِج ْبنََا لَ َه يَ ْسأَل َه َوي‬. ََ‫ص َد ْقت‬
ََ ‫ قَا‬،َ‫ص ِّدِقه‬ َ : ‫ل‬ ََ ‫قَا‬. ‫ْال‬
َ ‫سبِي‬
َ ‫إِل ْي ِه‬

18
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.

72
َ‫ َو ْال َي ْو ِمَ اآلَ ِخ ِر‬،‫ َوكت ِب َِه َورس ِل ِه‬،َ‫ َو َمالئِ َكتِ ِه‬،ِ‫أَ ْنَ تؤْ ِمنََ ِباهلل‬: ‫ قَا ََل‬،‫ان‬
ِ ‫اإل ْي َم‬،
ِ

َ‫ قَا َل‬،َ‫ان‬
ِ ‫س‬َ ْ‫اإلح‬
ِ ‫ن‬ َِ ‫ع‬ َْ ِ‫فَأ َ ْخ ِب ْرن‬: ‫ل‬
َ ‫ي‬ ََ ‫ قَا‬، َ‫ص َد ْقت‬
َ :‫ل‬
ََ ‫وتؤْ ِمنََ ِبالقَ َد َِر َخي ِْرَِه َوش ِ َِّرَِه قَا‬:
َ

َ‫ع ِة‬
َ ‫ن السَّا‬ َ ‫فَأ َ ْخبِ ْرنِي‬: ‫ن ت ََراهَ فَإِنَّهَ يَ َراكََ قَا ََل‬
َِ ‫ع‬ َْ ِ‫ فَإ‬،‫للا َكأَنَّكََ ت ََراه‬
َْ ‫ن لَ َْم تَك‬ َْ َ‫أ‬،
ََ ‫ن تَ ْعب ََد‬

َ ‫ن أَ َم‬
َ‫ قَا َل‬،َ‫اراتِ َها‬ َْ ‫ع‬ َ ‫ َمَا ْال َمسئو َل‬: ‫ل‬
َ َ‫فَأ َ ْخبِ ْر ِن ْي‬: ‫ع ْن َها بِأ َ ْعلَ ََم ِمنََ السَّائِ ِلَ قَا ََل‬ ََ ‫قَا‬:

َ َ‫اءَ َيت‬
ََ‫ط َاول ْون‬ ِ ‫ش‬ َ ‫ن ت ََرى ْالحفَاةََ ْالع َراةََ ْال َعالَ َةَ ِر‬
َّ ‫عا َءَ ال‬ َْ َ‫ َوأ‬،‫ن تَ ِل ََد األ َ َم َة َربَّتَ َها‬
َْ َ‫أ‬
َ ‫ن السَّائِل؟ ق ْل‬
‫ت‬ َِ ‫ي َم‬ َ ْ‫طلَقََ فَلَبِث‬
َ ‫يَا ع َم َر أتَد ِْر‬: ‫ت َم ِليَّاَ ث ََّم قَا ََل‬ َ ‫ان ث ََّم ا ْن‬
َِ َ‫فِي الب ْني‬:

َ ‫ْل أَتَاك َْم يعَ ِلِّمك َْم ِد ْينَك َْم‬


‫ر َواهَ م ْس ِل َم‬. َ ‫فَإِنَّهَ ِجب ِْري‬: ‫ قَا ََل‬،‫َول َه أَ ْعلَم‬
ْ ‫للاَ َو َرس‬

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu pula dia berkata;


pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang
seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya
sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang
mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya
lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya
berkata: ‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang
Islam?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali
Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau
menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu
mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut
berkata: ‘Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran
padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang
membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi: “Jelaskan
kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “(Iman itu adalah) Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman

73
kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata: ‘Engkau
benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi:
‘Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “(Ihsan adalah) Engkau
beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.
Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh
Diamelihatmu.” Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan
terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih
mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan
kepadaku tanda-tandanya!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata: “Jika seorang budak wanita melahirkan
tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing
yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling berlomba
dalam meninggikan bangunan.” Umar radhiyallahu ‘anhu
berkata: ‘Kemudian laki-laki itu pergi, aku pun terdiam
sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya kepadaku: “Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa
orang tadi?” Aku pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama
ini kepada kalian.” (HR Muslim).
Dari sudut pandang para remaja, mereka mengakui bahwa
metode yang di terapkan oleh pembimbing agama di Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung terbilang cukup efektif untuk
meningkatkan religiusitasnya.. Seperti yang di ungkapkan oleh
Rivaldi :

“Ya siapapun itu kalo itu ceramah-ceramah apapun


itu ya pasti saya dengerin. Nah saya lebih senang kalo
diceramahin sambal ngasih contoh. Biar pas kita dikasih
tau gak bingung kalo ada contohnya.”19

19
Wawancara pribadi dengan M. Rivaldi, 2 September 2021,
Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak.

74
Begitupula yang disampaikan oleh Dika yang setuju bahwa
metode ceramah dan keteladanan memberikan pengaruh besar bagi
perubahan yang dialami.

“Lebih seneng diceramahin sih, karena kalo yang


cerita – cerita kaya gitu males aja ngedengernya begituan.
Jadi senengnya langsung singkat aja ke intinya di
ceramahin, dikasih tau gimana harusnya. Ayah juga tapi
sering ngasih contoh juga. Jadi ya ceramah sama contoh
barengan kali gitu.”20
Berbeda dengan Dika dan Rivaldi, Fahrizal menganggap
bahwa metode ceramah sudah cukup membuatnya untuk berubah
kearah yang lebih baik lagi. Fahrizal menilai bahwa dengan
metode ceramah ia akan bisa berdiskusi dengan pembimbing.

“Lebih baik diceramahin, karena dicermahin itu


membuat Ijal lebih semangat berubah kedepnnya. Karena
dengan diceramahin, Ijal kaya dikasih tau salahnya dimana
terus harus kaya gimana.”21
Kemudian materi yang disampaikan berkenaan dengan
keagamaan guna bisa meningkatkan tingkat religiusitas di
kalangan remaja. Salah satu materinya adalah perihal Islam, Iman,
dan Ihsan. Hal ini dinilai penting karena merupakan dasar bagi
kehidupan kita. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ustadz
Wawan Abdul Luthfi :

“Bagi saya itu Islam. Karena islam itu mencakup


syariat. Mencakup amal ibadah dzahiriah. Contohlah dalam

20
Wawancara pribadi dengan Dika Fauzan, 2 September 2021,
Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak.
21
Wawancara pribadi dengan Fahrizal, 2 September 2021,
Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak.

75
aspek islam tuh ada solat, zakat, puasa. Minimal itu sudah
dijadikan rutinitas mereka. Mereka pasti akan mengimani
Allah, mengimani malaikat dst yaitu rukun iman. Ketika
iman sudah datang disitu akan datanglah yang namanya
ihsan. Ada yang tahu kalo Allah itu ada tapi dia tidak solat
itu bohong. Tapi ada yang solat dan hatinya yakin tapi
belum mendapatkan rasanya ihsan itu berjalan. Jadi yang
didahulukan adalah solat.”22
Setelah mendapatkan bimbingan remaja Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung mengalami perubahan dalam
keseharinnya. Dika Fauzan menuturkan bahwa kini ia mulai
membiasakan untuk melaksanakan solat 5 waktu serta ibadah yang
lain.
“Alhamdulillah bisa baiklah. Solat juga
alhamdulillah jalan. Terus dikit-dikit juga alhamdulillah
bisa ngaji. Terus juga sedikit sedikit ngejalanin sedekah
serebu kekeropak masjid.”23
Ini juga didukung dengan adanya temuan lapangan yang
menunjukan bahwa ia mulai senang untuk berbagi terlihat ketika
pengajian malam jum’at Dika juga ikut menyisihkan uangnya
untuk disedekahkan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Fahrizal:
“Setelah ikut KPJ ya alhamdulillah bisa merubah
masa lalu. Yakan dulu ngerasa bebas sendiri akhirnya jadi
bandel yaudah semuanya terserah diri sendiri. Kalo
sekarangkan karena orang tua juga dua-duanya udah gaada
ya itu jadi titik balik ijal untuk sadar. Ya sekarang itu solat
5 waktu, terus doain kedua orang tua. Terus juga di kpj juga
ada pelatihan senikan karena ijal emang dari dulu pengen
jadi artis untuk bisa bahagiain keluarga. Cuman Allah ya
belum ngasih saya rejeki ya harus terima aja dulu mungkin

22
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wawan Abdul Luthfi, 2
September 2021, Lokasi: Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak.
23
Wawancara pribadi dengan Dika Fauzan, 2 September 2021,
Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak.

76
kedepannya pasti ada jalannya ya Insya Allah ada jalannya
membuat ijal jadi artis.”24
Hal ini juga didukung dengan adanya temuan lapangan
yang menunjukan bahwa setelah solat para remaja berdzikir dan
berdo’a dengan begitu khusyuk. Terlebih ada beberapa yang
menjadikan ruas jarinya sebagai penghitung dzikirnya. Demikian
juga dengan apa yang diungkapkan oleh Rivaldi atas perubahan
yang dialami semenjak bergabung dengan Kelompok Penyanyi
Jalanan Rangkasbitung.

“Waktu dulu sih memang Rival bisa dikatakan


jahatyah, waktu dulu. Jahatnya nih pengelaman buruk rival
yah waktu dulukan pernah ngebunuh orang gara-gara saya
gaksuka gitu. Saya tempramen dulu. Itu juga bukan tanpa
alasan, karena orang itu dulu menghinanya kelebihan gitu.
Menghina keluarga juga fisik juga. Saya disitu gak terima
saya bunuh tuh orang. Nah saya disitu saya telah ngebunuh
orang saya inget dosa apa yang saya perbuat. Nah sejak
saya kesini saya berubah sedikit demi sedikit menjadi baik,
jadi lebih sabar dan tidak terlalu tempramen, mengontrol
emosi juga”.25
Metode bimbingan agama yang digunakan oleh
pembimbing agama dalam meningkatkan religiusitas remaja di
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung ialah dengan menitik
beratkan pada metode Ceramah dan Keteladan dengan materi yang
berkaitan dengan nilai-nilai kegamaan bernilai Islam, Iman, dan
Ihsan yang dilaksanakan rutin pada setiap malam jum’at.

24
Wawancara pribadi dengan Fahrizal, 2 September 2021,
Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak
25
Wawancara pribadi dengan M. Rivaldi, 2 September 2021,
Lokasi: Saung Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung, Lebak

77
78
BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


A. Simpulan
Berdsarkan hasil pembahasan dan analisis penelitian
mengenai metode Bimbingan Agama dalam meningkatkan
religiusitas remaja Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Metode bimbingan agama untuk peningkatan


religiusitas remaja di Kelompok Penyanyi Jalanan ialah
dengan dua upaya, yakni 1) Melakukan identifikasi atas
kebutuhan dan kebiasaan dari para remaja agar nantinya
pembimbing bisa menentukan materi apa dan cara bagaimana
agar pesan bimbingan agama dapat tersampaikan dengan baik
sehingga tingkat religiusitas dikalangan remaja Kelompok
Penyanyi Jalanan Rangkasbitung meningkat. 2) Dari hasil
observasi terdapat metode yang paling sering dilakukan yaitu
menggunakan metode ceramah dan juga keteladanan hal ini
karena pembimbing bisa langsung menyampaikannya secara
lisan dan dicontohkan secara keseharian. Metode ini juga
dapat diterima dengan baik oleh para remaja yang tidak hanya
menerima materi tetapi juga melihat secara langsung contoh
dari para pembbimbing. Materi keagamaan yang dimuat
menyangkut tiga aspek yaitu tauhid, fiqh, dan akhlak.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan dan


acuan bagi penyuluh dan calon penyuluh, pembimbing agama
dan calon pembimbing agama yang akan bersinggungan
dengan remaja jalanan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa metode yang digunakan oleh Pembimbing Agama di
Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasbitung dapat berperan

79
penting dalam meningkatkan religiusitas agama para remaja.
Dengan adanya berbagai metode yang dilakukan, dapat dilihat
adanya perubahan formalitas beragama yang mencirikan
bahwa telah meningkatnya religiusitas diantara para remaja.
Dengan demikian, para remaja diharapkan dapat
mengaplikasikan perilaku tersebut di luar Kelompok Penyanyi
Jalanan. Meskipun metode peningkatan religiusitas di
kalangan remaja ini tidaklah mudah, namun dengan adanya
upaya dan kerja sama yang baik antara tokoh dan
pembimbing, dapat mewujudkan masa depan yang lebih baik
bagi remaja jalanan dan dapat menjadikan remaja sebagai
generasi penerus bangsa yang memilki tingkat religiusitas
yang tinggi.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai metode


bimbingan agama dalam meningkatkan religiusitas remaja di
kelompok penyanyi jalanan Ragkasbitung, penulis dapat
memberikan saran kepada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Untuk Kelompok Penyanyi Jalanan Rangkasitung, metode
yang dilakukan sudah sangat bagus, akan tetapi peneliti
menyarankan agar pihak KPJ Rankasbitung terus
meningkatkan kualitas program-program yang diberikan
kepada anak- anak remaja dalam meningkatkan religiusitas
remaja dan pembimbing dapat lebih berinovasi dan lebih
kreatif lagi dalam memberikan materi pada remaja,

80
sehingga peningkatan religiusitas remaja dapat tumbuh
secara optimal.
2. Bagi remaja KPJ Rangkabitung agar dapat
mengaplikasikan dengan baik hasil dari metode bimbingan
agama ini tidak hanya saat berada di Yayasan namun juga
dapat mengaplikasikannya di lingkungan masing-masing.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji
lebih banyak dan lebih mendalam mengenai metode
bimbingan agama dalam meningkatatkan religiusitas
remaja di lokasi yang berbeda, sehingga dapa menjadi
bahan masukan untuk meningkatkan religiusitas remaja.

81
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghafar Don, dkk. Dakwah Kepada non-Muslim: Sorotan


Pendekatan Rasul Ulu Al-‘Azmi”, ISLAMIYYAT, vol. 33..

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2002. Konseling dan Psikoterapi


Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam.


Jakarta: Amzah.

Amin, Syamsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam.


Jakarta: Amzah.

Andisti dkk. 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada


Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No.2.

Arifin. 1979. Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan


Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin. 1982. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan


Agama. Jakarta: Golden Terayon Press.

Arifin. 1994. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan


Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press.

Arifin. 1997. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan


Penyuluhan Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah. Jakarta:
Bulan Bintang.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah. 1993. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Faqih, Anunur Rahim. 2002. Bimbingan Konseling dalam Islam.


Yogyakarta: VII Press.

Hendropuspito. 1991. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisiua.

82
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Cet ke-3.

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Jalaluddin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Khozin. 2013. Khazanah Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Latifah, Siti Aenul. Bimbingan Agama Islam Dalam Meningkatkan


Religiusitas Jamaah Majlis Taklim Nurul Huda Desa
Lebakwangi Kecamatan Jatinagara Kabupaten Tegal.
Skripsi S1 Prodi BPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Semarang.

Latipun & Moeljono Notosoedirdjo. 2002. Kesehatan Mental


Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press.

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Mr. O’ Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi


Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. UNICEF: 2006.

Mu’awanah, Elfi. 2012. Bimbingan Konseling Islam : Memahami


fenomena Kenakalan Remaja dan Memilih Upaya
Pendeekatannya dalam Konseling Islam. Yogyakarta :
Tesas.

Muhaimin. 2012. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Muntaha, Iqbal. Bimbingan Keagamaan Untuk Meningkatkan


Religiusitas Kuli Angkut Kayu Di Desa Damarwulan
Kecamatan Keling Kabupaten Jepara. Prodi BKI Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Kudus

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian.


Jakarta: Bumi Aksara.

83
Nasib, Muhammad Ar-Rifa’i. 2008. Kemudahan dari Allah:
Ringkasan

Nasution, Harun. 1995. Islam Rasional. Jakarta: Mizan.

Prayitno & Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling.


Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud dengan PT Rineka
Cipta.

Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Agama:Sebuah Pengantar.


Bandung: Mizan.

Rahmawati, Fitri. 2017. Bimbingan Kegamaan Untuk


Meningkatkan Religiusitas Siswa SMA N 8 Yogyakarta.
Skripsi S1 Prodi BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sandjaja dan Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Santrock. 2003. Adolescence (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S. W. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.

Sarwono, Sarlito W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Sudarsono. 1989. Etika Islam Tentang Remaja. Jakarta: Bina


Aksara.

Sudarsono. 1991. Kenakalam Remaja, Relevansi, Rehabilitasi, &


Resosialisai. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Sugiyono. 2006. Memahami Penelitian Kuantitatif: dilengkapi


dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung:
Alfabeta.

Supriyadi, Dedi dan Mustofa Hasan. 2010. Filsafat Agama.


Bandung: Pustaka Setia.

Surya, Muhammad. 1988. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan


(Teori Dan Konsep). Yogyakarta: PT.Kota Kembang..

84
Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani Press.

Widiyanta. 2005. Sikap Terhadap Lingkungan dan Religiusitas:


Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. Vol. 1 No.2.

Winkel. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.


Yogyakarta: Media Abadi.

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

85
LAMPIRAN

86
PERTANYAAN PENELITIAN

Metode Bimbingan Agama dalam meningkatkan


Religiusitas Remaja di Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung :

PERTANYAAN KEPADA PEMBIMBING:

Pertanyaan Umum:

1. Siapa nama bapak/ibu ?


2. Usia bapak/ibu ?
3. Latar belakang pendidikan bapak/ibu ?
4. Profil dalam keluarga (isti, berapa anak dan lain-lain)?
5. Alamat
6. Sudah berapa lama menjadi pembimbing di KPJ ?

Pertanyaan khusus:

1. Bagaimana ceritanya saudara bisa menjadi pembimbing


agama?
2. Biasanya berapa kali melakukan bimbingan dalam
seminggu / hari apa saja ?
3. Apa saja yang dilakukan bapak/ibu dalam pelaksanaan
bimbingan ?
4. Kenapa bimbingan agama dinilai perlu ?
5. Siapa saja yang dinilai perlu mendapatkan bimbingan ?
6. Bagaimana cara saudara memahami kelompok sasaran?
7. Bagaimana saudara menggali dan memahami
permasalahan yang dihadapi kelompok sasaran?
8. Bagaimana saudara mempersiapkan materi, dan
pendekatan yang akan diberikan kepada kelompok
sasaran?
9. Apa yang saudara ketahui tentang bimbingan agama?
10. Bentuk kegiatan bimbingan agama apa saja yang saudara
pahami sebagai sebuah bimbingan agama?
11. Di KPJ sendiri, jika ada pelaksaan bimbingan dengan
metode ceramah, direktif, keteladanan dan cerita mana
yang lebih disukai dan dipandang lebih mudah diterima
oleh kelompok sasaran?
a. Kenapa hal itu disukai ?
b. Mengapa hal tersebut dipandang lebih mudah diterima
oleh kelompok sasaran?
c. Seberapa sering hal itu dilakukan dan diberikan?
12. Apakah saudara sering memberikan kisah-kisah
keteladanan dalam membantu menjelaskan materi ? Kisah
apa sajakah itu ? (Pertanyaan Untuk Cerita)
13. Apakah Remaja KPJ sering meniru apa yang saudara
lakukan/ucapkan ? (Pertanyaan Untuk Keteladanan)
14. Apabila di perjalanan saudara berjumpa dengan Remaja
KPJ yang melakukan kesalahan, bagaimana respon saudara
akan hal itu ? (Pertanyaan Untuk Direktif)
15. Dapatkah diceritakan, adakah perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah bimbingan agama? Bagaimana
perubahan itu terjadi, seperti apa saja?
16. Jika ada remaja yang solatnya rajin tetapi berkata kasar atau
akhlaknya kurang bagus, lalu dibandingkan seorang remaja
yang solatnya jarang-jarang, tetapi berbicara lembut dan
akhlaknya bagus. Menurut saudara adakah dalam
bimbingan ada yang salah?
17. Menurut saudara apa ukuran seseorang dapat disebuat
sebagai orang yang riligiusitasnya tinggi?
18. Apa indikator utama seseorang dapat disebut religious?
19. Jika dalam islam ada materi berkaitan dengan aspek iman,
islam, dan ihsan, kira-kira dalap bimbingan agama mana
yang terlebih dahulu disampaikan agar seseorang dapat
menjadi orang yang religius?
20. Bagaimana strategi Saudara dalam penyampaian materi
supaya materi tersebutmudah diterima ? Apabila strategi
tersebut kurang efektif adakah strategi lain ? Strategi
apakah itu ?
PERTANYAAN PENELITIAN

Metode Bimbingan Agama dalam meningkatkan


Religiusitas Remaja di Kelompok Penyanyi Jalanan
Rangkasbitung :

PERTANYAAN UNTUK REMAJA

Pertanyaan umum:

1. Siapa nama Abang ?


2. Usia Abang ?
3. Asalnya dari mana?
4. Gimana ceritanya dalam kehidupan sehari hari (profil
responden)?

Pertanyaan khusus:

1. Sudah berapa lama bergabung di KPJ ?


2. Kenapa mau bergabung ke KPJ ?
3. Sebelum bergabung KPJ bagaimana keseharian Abang ?
4. Bagaimana pandangan saudara tentang kegiatan bimbingan
agama disini?
5. Ketika dulu sebelum bergbung KPJ, jika saya beri pilihan
antara mengerjakan solat tepat waktu seharian atau jalan-
jalan bebas sambil nyanyi, mana yang Abang pilih?
Kenapa?
6. Setelah bergabung KPJ perubahan apa yang dirasa paling
terasa oleh Abang?
7. Lebih bersemangat dan merasa lebih nyama antara solat
ditempat sepi dengen solat ditempat ramai?
8. Menurut Abang, mengapa kita perlu melaksanakan solat ?
a. Lebih suka sendiri atau berjamah ? Kenapa ?
b. Apakah melaksanakan solat yang lain ?
9. Apakah abang pernah mendengar istilah religi/religius ?
Menurut abang apakah itu ?
10. Selama di KPJ materi bimbimbingan apa yang paling
abang ingat dan sukai ? Selain itu apakah ada lagi ?
11. Apakah materi bimbingan yang paling berkesan buat abang
itu mempengaruhi kehidupan abang ? Berpengaruh dalam
hal apa saja ?
12. Kenapa abang mau mengikuti dan menuruti pembimbing
di KPJ ?
13. Diantara metode ceramah, direktif, keteladanan dan cerita,
mana yang lebih abang sukai ? Kenapa? Seberapa sering
itu dilakukan oleh pembimbing ?
14. Pernahkah abang merasa bosan dengn penyampaian materi
pembingbing ? Kenapa ?
15. Pernahkah ketika abang merasa bosan tersebut tiba-tiba
pembimbing menjadi menyenangkan dan abang mulai
tertarik kembali dalam pembelajaran ? Kenapa ?

Note: tambahan pertanyaan-pertanyaan terkait ;

1. Pelaksanaan bimbingan agama yang diberikan pembimbing (menyangkut materi, pendekatan dan lian sebagainya)
kepada mereka?
2. Strategi (pola) atau bentuk-bentuk bimbingan agama diberikan atau yang mereka terima?
3. Materi agama yang mereka terima?
4. Pandangan mereka sendiri tentang religious?
5. Hal yang paling disukai berbagai hal dari pembimbing agama?
PEDOMAN WAWANCARA.

1. Nama : Ahmad Lugas Kusnadi.


Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 2 September 2021

- Oke kang boleh diperkenalkan nama kemudian usia .


+ Nama saya ahmad lugas kusnadi, kang ugas. Usia saya
50.
- Kemudian latar belakang.
+ Latar belakang mungkin SMA ya, Seniman, terus musisi,
pembimbing yang respect pada dunia jalanan pembinaan
anak-anak muda juga relawan. Relawan kesehatan,
pendidikan, seni budaya, sosial kemudian Agama.
- Kemudian Profil dalam keluarga .
+ Istri satu anak dua.
- Kemudian tempat tinggal ?
+ Sampay Warunggunung.
- Sudah berapa lama membimbing di KPJ ini ?
+ 25 Tahun
- Bagaimana ceritanya akang bisa jadi pembimbing agaa di
KPJ
+ ya mengalir aja sebenernya ada rasa kepedulian, empati,
bagimana dunia jalanan awalnya. Harus punya tatanan,
harus punya sikap, sopan santun, dan mengerti masa
depan. Termasuk agamadan mora. Ya dijalanan itu harus
punya itu sebenernya. Kalau gak punya itu ya hancur.
Makanya dengan landasan itu ya kita bareng – bareng
membina, memperhatikan mengayomi. Sama-sama
berkegiatan positif.
- Berarti dalam kurun seminggu itu intensitas membimbing
temen-temen sesering apa ?
+ kalau secara formal ya seminggu sekali dimalam jum’at
ini, tapi disetiap kegiatanpun seperti seni budaya, taman
bacaan, terus agama, itu bisa saja ada 3-4 kali dalam satu
minggu.
- Berarti di kegiatan selain malam jumat tetap menyelipkan
keagamaan ?
+ Iya
- Kenapa si bimbingan agama itu dinilai perlu menurut
akang ? (03.09)
+ Perihal Moral dan akhlak, sehebat apapun kita kalo tidak
bermoral dan akhlak percuma. Karena sekalipun dijalanan
moral dan akhlak itu perlu. Yaa kalo gak di kasih
pembimbingan agama hancur karakternya.
- Yang biasa akang lakukan untuk melaksanakan bimbingan
agama itu bagaimana ?
+ Kita melakukan pengajian dan pengkaijian perihal
bagaimana kita harus melakukan kehidupan yang baik,
moral yang bagus supaya hiudp kita tidak gitu-gitu aja.
- Bagaimana cara akang memahami kalau orang itu butuh
bimbingan ?
+ Diawali dengan kepekaan, kalo kita cuek yang gak akan
bisa. Karakternya yang penting dia mau dibimbing, mau
dibina dari merekanya sendiri sebenernya. Karena orang
yang mau dibimbing dan orang yang tidak mau dibimbing
itu beda. Terlihatlah dari salah satu faktornya atau
kriterianya tadi itu ada kemauan untuk berubah. Terlihat
dari bagaimana ia bisa menghargai dan sopan ketika
diingatkan. Ooh berarti dia mau dibimbing. Pokoknya ada
sisi yang tidak terlihat.
- Kemudian bagaimana cara akang bisa menggali dan
memahami dari teman-teman yang perlu bimbingan.
+ oh iya, nggak mudah itu, perlu strategi, perlu metode,
perlu kesabaran jelas. Yang jelas dari keseluruhan itu
nanti kita akan bisa lihat bagaimana dari dia sendiri, mulai
dari keinginan dia kita akan tahu dia ingin berubah atau
enggaknya. Metode kita harus terapkan, wah ini gabisa
kasar, harus lembut . ya kebanyakan dengan perilaku kita,
kegiatan, yang positif, karena kita gapunya anggaran, gak
seperti dinas sosial untuk pemberdayaan orang.
- Ketika pas penyampian materi apakah dipersiapkan
terlebih dahulu atau disesuaikan ?
+ Disesuaikan, jadi kadang-kadang ada materi yang tidak
persiakan, dilihat dari kasus atau kejadian yang lagi rame
misalkan.
- Pendekatan seperti apa yang akang lakukan ?
+ ada metodenya , ada strategi yang tentu perlu kesabaran.
Pertama kita ikutin mereka pengennya kemana ? misal
dimusik ya dimusik, atau di seni ya diseni. Baru kita
selipkan bimbingan – bimbingan untuk mengarahkan dia
ke arah yang lebih baik. Keliatan ko sebeneranya orang
yang mau berubah. Keliatan banget. Ya sabar si intinya,
karena harus pelan-pelan seolah-olah kita masuk
kedunianya terlebih dahulu baru nanti kita bisa masukin
sesuatu kedunianya. Nanti kalo udah begitu kita bisa ajak
dia untuk ikut pengajian, ikut silaturahmi ke pondok-
pondok, ikut berjamaah di mesjid agung , begitu caranya
pelan-pelan. Karena gini, dari 10 orang yang kita ajak gak
mumgkin semuanya solat, ada 7 ada 8 yang 2 nya masih
gamau, tapi ya kita pelan pelan gak harus maksa.
- Terus menurut akang bimbingan agama itu gimana ?
+ karena kita berasal dari jalanan ya akhirnya mengerti
kalo hidup ini ya kalo gak agama ya kacau, bakal gak
beres. Tapi dengan adanya bimbingan agama kita bisa
disiplin, bisa beres.
- Bentuk kegiatan apa saja yang termasuk kedalam
bimbingan agama di KPJ ?
+ Pengajian ini salahsatunya, terus ada lagi kegiatan yang
diluar yaitu silaturahmi. Ada yang kepondok-pondok ada
yang ke rumah kyai itu nanti tergantung tujuannya
kemana. Terus ada ziarah kebeberapa tempat. Itu biasanya
kita lakukan seinggu sekali. Kadang itu jadi pilihan tapi
kadang yang ziarah sama silaturahmi itu bersifat bulanan.
Tapi yang paling sering ya pengajian mingguan di hari
jumat ini. Terus ada juga silaturahmi ke orangtuanya.
Karena kita juga perlu tahu orangtuanya gimana dan
ngapain aja.
- Di KPJ sendiri metode apa yang paling diterima oleh
remaja KPJ ?
+ Saya fikir semuanya kita jalankan yah metodenya, dari
cerita, ceramah, keteladanan juga. Tapi kalo dibagi secara
persentase mungkin keteladanan lebih banyak ya sebesar
50% karena ya kita hidup bareng bareng. Apa yang saya
lakuin secara gak langsung bakal di contoh ama anak-
anak. Terus ceramah 30% karena lapak untuk ceramah
inikan agak formal gitu ya jadi kita hanya punya waktu di
malam jumat. Terus cerita-cerita ya 20% berarti.
- Kenapa hal itu /keteladanan mudah diterima ?
+ soalnya mereka melihat sosok. Kalo sosoknya selebor ya
dia akan enggan atau kalo enggak dianya ikutan selebor.
Ya ngeliat sosoklah. Kan keteladanan itu juga ya gak
terikat waktu setiap hari bisa kita tunjukan ke anak-anak.
Beda sama ceramah atau cerita yang butuh waktu tertentu.
Kalo keteladanankan sepanjang waktu.
- Tapi apa akang juga sering ngasih cerita – cerita ?
+ oh tentu, cerita – cerita, pengalaman, ya supaya kalo ada
yang positif dari cerita itu dilakuin kalo yg negatifnya
cukup jadi contoh dan jangan di kerjain.
- Kemudian menurut akang apakah Remaja KPJ mengikuti
apa yang akang contohkan ?
+ ya namanya manusia ada yang ikut ada juga yang agak
keras. Ya kalo di persentasekan ada 70% yang nurutlah.
- Seandinya dijalan akang melihat remaja yang melakukan
kesalahan bagaimana respon akang ?
+ Keras kita, kitakan jalanan juga. Tanpa ampun, kalo
perlu tinggalin ya tinggalin. Karena udah kita ingetin
sebelumnya juga.
- Perubahan apa saja di Remaja sebelum dan sesudah masuk
KPJ ?
+ Jelas ada. Yang dulu berkeliaran bebas, sekarang sudah
mulai tertata, sudah mulai ada jadwal. Misal di malam
jum;at ini kan skarang jadwalnya pengajian ya mereka
pada dateng. Terus misal ada jadwal konser musik ya
mereka juga dateng untuk bantu-bantu sekaligus belajar.
Kemudian juga dari segi etika, akhlak dan norma.
Sekarang sudah jauh ke arah lebih positif.
- Menurut akang seseorang dikatakan relijius itu bagaimana
?
+ Sebenernya orang baik juga salah satu tanda dia
religius. Dia baik dan tentu ibadahnya bagus. Kan baik itu
juga dia baik ke manusianya baik ketuhannya. Kalo baik
kemanusiakan ya senyum bantuin orang. Ya kalo ke
tuhankan ya Ibadah jalurnya. Percuma dia solatnya rajin
tapi gak baik saya bilang itu gak religi.
- Strategi akang supaya materinya mudah diterima ?
+ oh itu sih butuh proses ya, gak gampang. Karena kita
harus bisa tau dulu orang ini ada kemauan untuk berubah
tidak. Atau kita harus bisa memunculkan kemauan dia
untuk berubah terlebih dahulu. Ya pendekatannya tadi
dengan kesenian, musik, gambar dll. Baru setelah kita tau
kalo dia punya keinginan yang kuat untuk berubah
disitulah kita bisa memulai memasukan nilai-nilai
kemanusiaan dan agama.
2. Nama : Wawan Abdul Luthfi
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 2 September 2021

- Boleh tau nama ustadz ?


+ Nama saya Wawan Adbul Luthfi
- Usia ?
+ Usia saya 25 Tahun
- Latar belakang
+ Saya lulusan dari pondok pesantren manahijussadat,
dan saat ini menjadi tenaga pengajar juga di pondok
pesantren manahijussadat dan aktif juga di beberapa
kelompok. Salah satunya yaitu KPJ.
- Apa sudah berkeluarga ?
+ saat ini saya belum berkeluarga.
- Sudah berapa lama menjadi pembimbing di KPJ ?
+ Kurng lebih 2 – 3 tahun.
- Mengisi kajian di KPJ ?
+ Iya.
- Bagaimana ceritanya saudara bisa menjadi pembimbing
agama ?
+ bagi saya sendiri menjadi pembimbing agama itu
sifatnya syiar ya, karena semua orang tu pada hakikatnya
dituntut untuk bisa menjadi pembimbing agama. Dan itu
salah satu alasan saya untuk menjadi pembimbing agama.
Selain itu juga dengan menjadi pembimbing agama bisa
mebantu orang lain sekaligus juga mengamalkan ilmu
yang sudah saya peroleh di pondok pesantren. Ya sekaligus
syiar berarti ya. Kedua orang tua sayapun memang
berasal dari lingkungan pesantren dan saya didik dari
kecil dengan style pesantren, hingga akhirnya saya punya
keinginan untuk berbagi selain dari lingkungan pesantren.
Intinya syiarlah ya.
- Dalam proses bimbingan tersebut biasanya apa saja yang
dilakukan ?
+ biasanya kita isi dengan siraman rohani yang isinya
tanbih dan taujih yang lebih mengarah kepada ketakwaan
dan keimanan adapun beberapa selingan berupa ayat-ayat
ahkam misalnya lalu selebihnya motivasi keimanan dan
ketakwaan.
- Kenapa bimbingan agama dinilai perlu ?
+ Karena bagi saya sendiri agama itu kalau kita
mengambil secara konteks sara-nya ya agama itu menjadi
hudan yang artinya itu petunjuk. Jika seorang tidak
mempunyai petunjuk ya orang tersebut bakal tersesat.
Begitu juga dengan kita ini ketika gak punya tujuan hidup,
ya orang tersebut tidak punya agama, orang tersebut gak
punya agama berarti gak punya petunjuk. Nah jadi
petunjuk ini bersangkutan kepada individual manusia. Nah
disinilah pentingnya ada proses bimbingan supaya tiap
individu itu bisa menemukan agamanya dan mendapatkan
petunjuk.
- Siapa saja yang dinilai perlu untuk mendapatkan
bimbingan ?
+ Bagi saya sih semuanya juga bisa dan berhak
mendaptkan bimbingan ya, karena sekelas Nabi saja
memiliki pembimbing yaitu malaikat jibril. Tapi yang perlu
itu bisa disesuaikan dengan tema bimbingannya. misal
bimbingan agama bab thoharoh, ya kita bisa identifikasi
berarti targetnya orang-orang yang masih sembarang
dalam bersuci misal.
- Bagaimana cara Akang untuk bisa memahami kelompok
sasaran ?
+ kalo menurut saya, ya katakanlah pada objeknya berarti
ya ? sebelum saya memberi materi itu saya selalu
mempersiapkan kalo bahasa itunyamah ‘ibad dan
kemudian saya sesuaikan dengn siapa mustami saya,
dimana tempatnya, kalo dalam konteks balaghahnya itu
ada ilmu muktadhal hal dan ilmu muktadhal kalam, ketika
saya berbicara dengan siapa, ketika saya berbicara
dimana. Contohnya ketika saya berbicara dengan ibu – ibu
ya materinya perihal ibu ibu. Berbicara di hadapan anak
kecil ya materinya juga menyangkut anak kecil. Begitu
juga di hadapan remaja ya materinya yang ada sangkut
pautnya dengan remaja.
- Bagaimana akang bisa memahami dan menggali
permasalahan yang dihadapi oleh kelompok ?
+ kalo saya, satu diawali dengan silaturahmi dulu,
kemudian setelah itu saya menyaksikan atau melihat
apanih yang kurang, ko bisa mereka meninggalkan solat
misalnya, sesibuk apa mereka sampai meninggalkan ngaji.
Nah setelah saya melihat kejaidan, kasus – kasus tersebut
barulah saya bisa memnentukan pengajian selanjutnya
akan saya isi kajian tentang dampak orang yang
meninggalkan solat misalkan.
- Apa yang akang ketahui tentang bimbingan agama ? 05.42
+ Bagi saya bimbingan agama itu adalah suatu kajian
ta’lim muta’alim yaitu suatu proses pemberian
pemahaman kepada seseorang agar orang itu menjadi
lebih baik dari sebelumnya tentu dengan dasar agama.
Dengan kata lain setiap orang itu wajib belajar atau
megaji supaya dia jadi lebih baik dan lebih baik lagi.
- Kemudian bentuk kegiatan bimbingan seperti apa yang
termasuk kedalam bimbingan agama ?
+ Saya lebih ke arah sistimnya ta’lim muta’alim, karena
disitu saya belajar saya juga mengajar, saya membimbing
orang tapi secara tidak langsung itu juga menjadi washilah
untuk membimbing diri saya sendiri. Misal ketika saya
sedang memberikan kajian materi kemudian saya
membuka kitab disitu saya menyampaikan sekaligus juga
membaca. Dalam proses kajian itukan kita juga bisa
memasukan sistem pertanyaan atau tabayyun. Ya bisa
dikatakan kegiatan ceramah mungkin. Selain itu juga
kegiatan tahlil dan malam jum’atan di KPJ ini juga
merupakan salah satu kegiatan bimbingan.
- Di kpj sendiri jika ada pelaksanaan bimbingan dengan
metode ceramah, keteladanan dan cerita, mana yang lebih
di sukai dan dipandang lebih diterima oleh kelompok ?
+ kalo bagi saya keteladanan dan ceramah. Kenapa yang
pertama keteladanan ? karena pertama rasul sendiripun
mengajarkan kita untuk menjadi uswah menjadi contoh
menjadi suri tauladan yang baik alhamdulillah dengan
bantuan Allah saya berusaha menjadi tauladan yang baik.
Kedua dari keteladan ini bisa jadi acuan orang untuk
menilai kita. Contoh saya ceramah tapi tidak
mencerminkan kebaikan ya orang gak akan percaya, gak
akan nurut, mengikuti apa yang saya sampaikan. Jadi 2
metode itu saling berkesinambungan.
- Apakah akang sering menggunakan kisah-kisah dalam
membantu menjelaskan materi ?
+ nah kalo itu sering saya. Saya sering mengambil I’tibar
di beberapa ulama yang berkaitan dengan musik , ulama
yang berkaitan dengan seni, atau ulama-ulama yang
berkaitan dengan materi yang akan saya sampaikan saat
itu. Karena itu akan membantu pemahaman bagi mereka.
Kaya semisal kisah-kisah para wali , wali songo ya sunan
sunan yang memainkan kecapi.
- Apakah remaja di KPJ sering meniru apa yang saudara
lakukan atau ucapkan ?
+ Kalo itu sepenilaian saya mereka meniru di arah selera
musiknya ya, mulai terpengaruh sama aliran-aliran religi.
Selain itu juga terlihatlah dari setiap pertemuan di malam
ju’at itu selalu ada perkembangan dari berisikap jadi itu
saya fikir bisa jadi tolak ukur dari apa yang saya ucapkan
mungkin mereka tiru dan ikuti.
- Apabila dijalan akang berjumpa dengan remaja KPJ yang
melakukan kesalahan bagaimana respon akang terhadap
hal demikian ?
+ ya tentu saya akan tegor. Karena ini merupakan hak dan
kewajiban saya sebagai umat muslim. Ketika saya bisa
menegor dengan tangan semisal saya mencegahnya saya
lakukan, ketika tidak bisa saya ingatkan dengn lisan, tapi
ketika belum mempan juga yasudah saya doakan saja
semoga lebih baik lagi.
- Tolong dicertakan perubahan seperti apa yang terjadi
sebelum dan sesudah bimbingan agama ?
+ Perubahan ya ? ya alhamdulillah setiap ilmu yang
didapat oleh manusia termasuk ilmu yang didapat oleh
sayapun itu pasti ada unsur hikmah dan kebaikan. Jadi
ilmu Allah ketika disampaikan itu pasti memiliki nilai-nilai
kebaikan tersendiri. Ini berlaku pula untuk remaja KPJ
berubah satu dalam hal perilaku, sedikit demi sedikit
meminimalisir kegiatan-kegiatan yang kurang pas dinilai
oleh sara contohnya ketika maghrib mereka tidak terlalu
gentayangan atau ketika adzan tidak memainkan musik
atau lagu, itu adalah salah satu pertanda adab mereka
terhadap ibadah.
- Jika ada remaja yang solatnya rajin tetapi berkata kasar atau
akhlaknya kurang bagus, lalu dibandingkan seorang remaja
yang solatnya jarang-jarang, tetapi berbicara lembut dan
akhlaknya bagus. Menurut saudara adakah dalam
bimbingan ada yang salah?
+ Sebenrnya itu permasalahnnya begini. Ketika seseorang
sudah rajin ibadah itu tuturkata dan adabnya pasti ada.
Kalo kita menyaksikan ada orang yang berkata kasar dan
dia di vonis sering ibadah itu ibadahnya salah, itu
ibadahnya bohong, itu ibadahnya bukan karena hati, itu
ibadahnya bukan karena Allah, mungkin ada tujuan lain.
Karena setiap orang yang beribadah pasti dia berbuat
baik. Karena ibadah sendiri membawa hidayah bukan
membawa kemungkaran. Kan berkata baik juga termasuk
ibadah ya.
- Menurut akang apa ukuran orang bisa dikatakan memiliki
tingkat religiusitas yang tinggi ?
+ Itu yang pertama kita harus tau dulu makna religius itu.
Menurut saya religius itu adalah orang yang beragama
yang dibuktikan dengan kegiatan peribadatan. Misal
soaltnya lancar. Sedekahnya lancar. Ngajinya lancar
pokoknya yang keliatanya itu bentuk ibadah dia kerjain.
Disitu kita bisa nilai kalo semua ibadahnya dia kerjakan
itu berarti tingkat religiusitasnya juga semakin naik. Yang
terutama ya di keseharian yaitu solat karena solat adalah
barometer kehidupan.
- Jika dalam islam ada materi berkaitan dengan aspek iman,
islam, dan ihsan, kira-kira dalap bimbingan agama mana
yang terlebih dahulu disampaikan agar seseorang dapat
menjadi orang yang religius?
+ Bagi saya itu Islam. Karena islam itu mencakup syariat.
Mencakup amal ibadah dzahiriah. Contohlah dalam aspek
islam tuh ada solat, zakat, puasa. Minimal itu sudah
dijadikan rutinitas mereka. Mereka pasti akan mengimani
Allah, mengimani malaikat dst yaitu rukun iman. Ketika
iman sudah datang disitu akan datanglah yang namanya
ihsan. Ada yang tahu kalo Allah itu ada tapi dia tidak solat
itu bohong. Tapi ada yang solat dan hatinya yakin tapi
belum mendapatkan rasanya ihsan itu berjalan. Jadi yang
didahulukan adalah solat.
- Bagaimana strategi akang dalam menyampaikan materi
supaya materi tersebut mudah diterima ? Kalo strateginya
tidak berjalan efektif adakah cara lain ?
+ Strategnya ya balik lagi ke tadi, kita lihat muktadol hal
dan muktadol makan. Kondisional keadaannya seperti
apa. Mungkin ketika sudah mulai ngantuk ya saya
bawakan guyonan – guyonan. Misal mereka senengnya
musik ya ayo kita sambil solawatan. Dan perlu diingat
langkah terakhir supaya materi yang disampaikan
diterima yaitu diakhir jangan lupa untuk saling
mendoakan.
3. Nama : Dika Fauzan
Usia : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 2 September 2021

- Boleh dikenalkan nama, umur dan asal dari mana dan


kehidupan sehari hari bagaimana ?
+ Nama Dika Faujan, Umur 18 tahun alamat dari babakan
deket kampus latansa. Keseharian saya kadang ngamen
diajak temen.
- Masih sekolah ?
+ Udah enggak .
- Sejak ?
+ Kelas 2 SMP.
- Udah berapa lama bergabung di KPJ ?
+ Sejak tahun 2020 masih baru, ya pas saya umur 17 tahun
berarti.
- Awalnya kenapa mau masuk KPJ ?
+ Awalnya diajak sama Mamah disini pertama diajak terus
dikenalin terus gabung-gabung.
- Dulu sebelum gabung KPJ ngapain aja kesehariannya
giamana?
+ ya dirumah terus kejalanan.
- Terus dijalanan ngapain ?
+ Dijalanan ya main, ngamen, kadang diajak ngobat gitu.
- Kapan terkakhir menkonsumsi obat-obatan ?
+ sebelum masuk KPJ ge sebenernya masih. Tapi pas
masuk mulai diurang kurangin. Alhamdulullah sekarang
mah udah enggak.
- Kan di KPJ ada malam jumatan yang isinya ada bimbingan.
Ngingetin kita supaya gak ngobat, supaya jangan tinggal
solat, nah gimana tanggapan dika akan hal itu ?
+ Baiklah. Maksudnya ya masuk gitu omongan-
omongannya. Kadang suka diomongin ayah misalkan terus
ama abang-abangan disini yang mereka bisa ngerubah
dika yang tadinya nakah menjadi baik.
- Kalo dulu nih sebelum masuk KPJ, dikasih pilihan anatara
solat tepat waktu pas adzan atau pilih terus ngamen ?
+ Milih dijalanan lah. Yang namanya dijalanan itu pasti
kebawa-bawa. Yang tadinya mau berubah kebawa lagi.
Karena maennya kan dulu ama anak-anak kampung semua
yang jiwanya jiwa-jiwa jalanan semua. Kisaran ada 10
sampe 20 orang.
- Terus setelah gabung KPJ selama 1 tahun terakhir ini
perubahan apa yang paling dirasakan ?
+ Alhamdulillah bisa baiklah. Solat juga alhamdulillah
jalan. Terus dikit-dikit juga alhamdulillah bisa ngaji. Terus
juga sedikit sedikit ngejalanin sedekah serebu kekeropak
masjid.
- Sekarang kalo solat nih. Lebih seneng dan ngerasa nyaman
dimana , antara solat di tempat sepi atau ditempat rame ?
+ Ya lebih pilih ditempat sepilah karena merasa malu.
Malu karena bacaan sama gerkannya masih belum PD aja.
- Perlu gak sih kita solat itu ?07.34
+ Perlu . karena merasa mendapat ketenangan. Terus juga
kalo solatn pikiran tuh lebih kejaga. Kan kalo gak solat
rasanya pikiran tu kaya kemana-mana. Kadang kepikiran
buat yang aneh aneh jadi ngerasa bingung aja gitu.
- Kalau solat lebih suka berjamah atau munfarid ?
+ biasanya berjamaah sih. Yang berjamaah cuman
maghrib doang, abis itu paling doa doa ikutin imam.
Kadan juga masih bolong-bolong sih. Soalnya masi
belajar.
- Ngelaksanain solat lain gak selain solat 5 waktu ?
+ Enggak itu doang. Solat 5 waktu doang.
- Pernah denger kata religi enggak ?
+ Belum.
- Selama di KPJ ini materi bimbingan apa yang paling
diinget sama Dika ?
+ tentang berbuat baik, suruh berubah jangan ngobat
jangan nakal lah intinya.
- Dan nasehat-nasehat itu Dika jalankan ?
+ Alhamdulillah dijalanin.
- Kenapa mau mengikuti nasihat-nasihat itu ?
+ Karena nasehat-nasehatnya itu ada benernya juga. Kalo
kita berbuat nakal gitu ujung-ujungnya menjerumus ke hal-
hal yang gak benerlah. Jadi setelah dikasih tau kaya gitu
sekarang ngerasa arahnya gak kedunia hitam mulu. Ya
gitulah merasa dika itu sekarang menjadi lebih baiklah.
- Misal diantara pembimbing agama , lebih senang mana
dingatkan dengan cara ceramah , Direktif , atau Kisah-
kisah ?
+ Lebih seneng diceramahin sih, karena kalo yang cerita
– cerita kaya gitu males aja ngedengernya begituan. Jadi
senengnya langsung singkat aja ke intinya di ceramahin,
dikasih tau gimana harusnya. Ayah juga tapi sering ngasih
contoh juga. Jadi ya ceramah sama contoh barengan kali
gitu.
- Pernah gak sih merasa bosan dengan penyampaian materi
dari pembimbing agama ?
+ Enggak. Karena memang butuh dan motivasi juga untuk
selalu ke ke arah yanglebih baik.
4. Nama : Fahrizal
Usia : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 2 September 2021

- Dulukan diusurin bupati cuman bandel aja masih kecilkan


belum tau apa-apa pengennya main-main mulu. Dulu umur
11 tahun. Ya masih bandel-bandelnya udah mulai ngobat-
ngobat juga. Ya gitu gak betah, gakmau diatur.
- Boleh perkenalkan nama.
+ Nama saya Muhammad Fahrizal
- Usia ?
+ Usia sekarang 18tahun.
- Asal darimana ?
+ dari Bojonglewes Rangkasbitung.
- Keseharian ngapain aja sekarang ?
+ Ya sehari-hari ngamen aja. Terus paling bantu-bantu
kakak ya bersih-bersih rumah. Terus bersihin makam
mama juga.
- Oh ibu udah meninggal ?
+ iya yatim piatu. Bapak juga. Kalo bapak meninggal pas
saya umur 7 atau 8 tahun gitu. Kalo ibu dari saya umur 2
tahun.
- Terus sudah berapa lama gabung di KPJ ?
+ Kalo izal sih udah lama juga masuk KPJ. Dari umur 5
tahun malah masuk KPJ. Cuman gak masuk KPJ rangkas.
Kan KPJ itu banyak ya, ada di rangkas ada diserang
pokoknya di mana-mana tuh rata-rata ada. Kalo izal dulu
pertama masuk KPJ tuh si Bulungan, nah itu sanggarnya.
Pertama yang masukin itu Om Anto namanya. Dia itu salah
satu tokoh di KPJ sana. Dia ngedidik anak itu beratus-
ratus sampe 200 lebihlah anak asuhnya.
- Tapi Izal anak keberapa dari berapa bersaudara ?
+ Anak ke 6 dari 7 bersaudara. Tapi dari semua itu yang
sekandung cuman izal ama adek izal. Kalo lainnya beda
bapak tapi satu mama.
- Terus dan setelah dimasukin om anto itu makin nyaman di
KPJ ?
+ Iya nyaman . karena ini tuh buat masadepan ijal juga.
Kaya belajar maen gitar, belajar nyanyi. Terus belajar
vocal juga. Ya gitu-gitu aja.
- Selain itu di KPJ yang ijal rasain sering ada bimbingan
agama nggk ?
+ Sering. Kalo disanggar Bulungan biasanya setelah solat
jum’at.
- Bimbingan agamanya kaya gimana ?
+ ya ngaji-ngaji gitu. Terus ada kajian akhlak yang begitu-
gitu juga. Kalo di Bulungan habis solat jum’at kalo di
rangkas malam jum’at.
- Menurut ijal kegitan kaya gitu tuh gimana pandangannya ?
+ ya bagus. Ngerasa juga kalo udah ikut pengajian tuh.
- Masa – masa nakal ijal itu waktu umur berapa ?
+ Nakal-nakalnya itu waktu umur delapanlah.
- Kalo diumur segitu semisal kak kasih pilihan, mending
solat tepat waktu atau maen seharian ?
+ ya lebih pilih maen – maen seharianlah. Karena memang
saat itu belum tau apa-apa dan masih kecil juga. Terus
juga ijal tuh ngerasanya maunya bebas aja gitu, masih mau
maen-maen dijalanan tapikan sekarang umur udah 18
tahun dalam arti sudah dewasa dan ijal juga udah
ditinggalin kedua orang tua kan. Bapak ibu udah gak ada.
Jadi ya ijal itu ngerasa sedih. Ini juga jadi titik balik ijal
buat akhirnya harus benerin diri.
- Setelah gabung KPJ perubahan apa yang paling ijal rasakan
?
+ Setelah ikut KPJ ya alhamdulillah bisa merubah masa
lalu. Yakan dulu ngerasa bebas sendiri akhirnya jadi
bandel yaudah semuanya terserah diri sendiri. Kalo
sekarangkan karena orang tua juga dua-duanya udah
gaada ya itu jadi titik balik ijal untuk sadar. Ya sekarang
itu solat 5 waktu, terus doain kedua orang tua. Terus juga
di kpj juga ada pelatihan senikan karena ijal emang dari
dulu pengen jadi artis untuk bisa bahagiain keluarga.
Cuman Allah ya belum ngasih saya rejeki ya harus terima
aja dulu mungkin kedepannya pasti ada jalannya ya Insya
Allah ada jalannya membuat ijal jadi artis.
- Lebih seneng di solat di tempat sepi atau solat di tempat
yang ramai ?
+ Kalo ijal sih ngerasa lebih tenang di tempat rame,
karena kalo di tempat sepi tuh kaya ngerasa gak tenang aja
solatnya. Karena kalo rame-ramekan solatnya pasti ada
imam itu juga buat ijal jadi gak akan lupa rakaat solatnya
karena rame-rame terus juga abis solatkan kalo rame-
rame biasa ada wiridan dulu sama ada cermah dikit. Nah
itu yang bikin ijal tenang.
- Selain solat wajib ada lagi solat lain yang dilaksanakan ?
+ gaada sih.
- Pernah mendengar kata religi nggak ?
+ gak pernah
- Selama di KPJ itu materi bimbingan apa yang paling ijal
ingat atau paling berkesan ?
+ yang paling ijal seneng itu ya itu, materi tentang
semangat. Jadi walaupun ijal ditinggalkan kedua orang
tua ternnyata masih ada yang ngingetin ijal, masih
ngomongin ijal dan itu yang membuat ijal sekarang
berubah dan lebih bersemangat ke hal baik. Beda dengan
yang dulu-dulu sama yang sekarang.
- Kenapa sampai sekarang ijal mau mengikuti apa yang
pembimbing katakan ?
+ karena penting bagi saya . pentingnya karena ngerasa
ada nasehat-nasehat yang bener membuat ijal tuh berubah
dari dulu sampe sekarang. Seperti yang dulukan maunya
bebas aja gitu kan namanya juga masih kecil kalo
sekarangkan umur udah 18 tahun jadi gimana caranya ijal
bisa berubah dan bener-bener menjalankan solat 5 waktu.
- Terus misal ada kyai/ustadz atau siapapun yang ngasih tau
dengan cara ceramah , contohin, atau kisah/cerita, lebih
nyaman mana ?
+ lebih baik diceramahin, karena dicermahin itu membuat
ijal lebih semangat berubah kedepnnya. Karena dengan
dicerahin ijal kaya dikasih tau salahnya dimana terus
harus kaya gimana.
- Pernah merasakan bosan ketika dikasih materi itu terus/
diceramahin mulu ?
+ enggak, malah ijal seneng karena yang nyeramahin ijal
juga pasti buat kebaikan dan buat masa depan ijal juga.
Terus juga orang nyeramahin ijal biar ijal gak oleng gitu.
Ijal mah seng kalo ada yang ngingetin kaya gitu gak
pernah ngerasa bosen yang ijal liat dan dengerin isinya
buat ijal berubah.
- Materi ceramah apa yang paling berkesan buat ijal ?
+ materi tentang bakti ke orang tua aja. Alhamdulillah
sampe sekarang semuanya dijalanin semampu ijal.
- Hal yang paling disukai ketika proses ceramah itu ketika
apa ?
+ gada.
5. Nama : Rivaldi
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 2 September 2021

- Boleh dikenalkan nama, usia, alamat, terus sekarang


keseharian ngapain ?
+ Nama saya Muhammad Rivaldi. Usia saya 16 tahun.
Keseharian saya cuman pedagang kaki lima. Ya
kesehariannya itu cuman berdagang, kumpul ama
kelompok KPJ Rangkasbitung, ngadain kegiatan.
- Sudah berapa lama gabung di KPJ Rangkasbitung ?
+ Gabung di KPJ rangkasbitung itu udah dari tahun 2020
bareng Dika. Tapi duluan saya. Saya bias gabung di KPJ
ini karena ada dorongan dari temen saya Dika. Saya
dulunya dijalanan. Suka ngobat, suka nyabu ya barang-
barang gitu. Terus temen saya memutuskan “Val mending
kita ikut KPJ aja yuk, di KPJ tuh lebih jelas lebih nyaman.
Gaada perselisihan berantem gitu” itu kata dika, terus
kata saya “yaudah gabung KPJ aja yuk”. Yaudah diterima
disini.
- Berarti rival tau dari dika ?
+ Iya. Daftarnya bareng-bareng kok.
- Pertama kali konsumsi obat dan minuman sejak usia berapa
?
+ sejak kelas 6 SD.
- Awalnya kenapa ?
+ satunya karena pengaruh obat. Kan temen saya tuh
punya obat kecil warna kuning saya sangka itu obat
pusing. Nah saya minumlah tuh . disitulah saya kecanduan.
Terus disitu “adalagi ceunah tuh, sia pusingnya ? etamah
tramadol”. Disitu saya kecanduan. Efeknya tu lemes, seret,
terus bawaanya pengen minum-minum-minum-minum.
Yaudah abis dari situ saya kecanduan.
- Berarti sebelum gabung KPJ kesehariannya bagaimana ?
+ ya tahun 2016 saya sd suka ngobat suka minuman sampe
2019.
- Kenapa bias berhenti ngobat dan minuman ?
+ Waktu itukan ada gempa di palu. Posisi lagi minum saya,
ada tihang listrik jatoh nah saya hampir tertimpa, nah dari
situ saya sadar dan saya mulai niatkan saya gamau mabuk
lagi.
- Pas pertama mau berhenti ada efek enggak ? susah ?
+ kalau dulu sih susah sih ngelepasnya juga. Tapi harus
sedikit-sedikit memang. Pertama jauhin dikit-dikit terus
dan alhamdulillah saya bias lepas dari hal begitu. Tapi pas
saat itu pas posisi gempa karena saya susah buat ngelepas
itu minuman, saya pergi ke rumah uwa ke probolinggo.
Sesudah saya di sono berapa bulan balik lagi saya ke
Rangkas. Sekarang udah gak kecanduan obat lagi.
- Rival ini anak keberapa dari berapa bersaudara ?
+ saya itu anak kesatu punya adek satu cewek. Baru kelas
3 SD.
- Selama satu tahun terakhir di KPJ, ada bimbingan agama
gak di KPJ ?
+ ada banyak. Banyak sekali di KPJ yang saya tuntut
ilmunya dari akhlak, ngelukis, dari bidang agama juga ada
disini. Dan saya sangat betah disini. Karena bimbingan
dari Ayah Ugas dari penyuluh agama dan tokoh-tokohnya
juga saya suka. Makanya saya niatkan disini untuk selama-
lamanya.
- Terus pandangannya tentang bimbingan agama bagaimana
?
+ menurut rival mah bagus bimbingan agama di kpj tuh.
Ya saya sendiri juga ngerasain dari yang sebelum masuk
KPJ gimana sampe sekarang jadi bagian dari keluarga
KPJ gimana.
- Kalo di kasih pilihan dalam satu hari itu mending di pake
ibadah seharian atau maen – maen seharian ?
+ kalo dulu ya pilih maenlah. Karena kalo dulu istilah
sundanya mah “Kapoekan” maknanya seolah kita gak bias
lihat dalam artian susah mau bedain yang bener ama salah
ujung-ujungnya gak inget sama agama gitu.
- Setelah masuk KPJ perubahan apa yang paling dirasakan ?
+ waktu dulu sih memang Rival bias dikatakan jahatyah,
waktu dulu. Jahatnya nih pengelaman buruk rival yah
waktu dulukan pernah ngebunuh orang gara-gara saya
gaksuka gitu. Saya tempramen dulu. Itu juga bukan tanpa
alas an, karena orang itu dulu menghinanya kelebihan
gitu. Menghina keluarga juga fisik juga. Saya disitu gak
terima saya bunuh tuh orang. Nah saya disitu saya telah
ngebunuh orang saya inget dosa apa yang saya perbuat.
Nah sejak saya kesini saya berubah sedikit demi sedikit
menjadi baik, jadi lebih sabar dan tiddak terlalu
tempramen, mengontrol emosi juga,
- Dari segi ibadah gimana ?
+ dari segi ibadah alhamdulillah lancer. Kalo dulu
bolong-bolong sekarang mah enggak.
- Lebih seneng/nyaman mana solat ditempat sepia tau
ditempat rame ?
+ lebih nyaman sendirilah. Tapi kalaupun tiba-tiba ada
orang misalkan ya rival mah PD aja terusin. Kalo
sendirikan enak aja terasa lebih khusyu aja.
- Perlu gak sih kita solat ?
+ ya perlu, untuk mengarahkan kita ke masa depan. Untuk
akherat nanti.
- Terus dari solat itu apa yang didapet ?
+ merasa mendapatkan ketenangan dan kenyamanan hari
aja. Dari situ juga buat rival pengen beristiqomah biar
ketenangannya terus dapet.
- Efek setelah solat itu gimana ?
+ ngerasa seneng, hatipun jadi lega.
- Lebih suka sendiri apa Jemaah ?
+ berjamaah sih. Lebih suka berjamaah. Alhamdulillah 5
waktu berjamaah. Dzuhur, ashar, maghrib, isya, shubuh
alhamdulillah semuanya dijalanin.
- Selain solat yang wajib mengerjakan solat yang lain juga ?
+ solat tahajud sering, solat dhuha juga sering. Solat tobat
ngelaksanain tapi gak sering-sering amat.
- Selama di KPJ materi bimbingan apa yang paling diingat
dan disukai ?
+ yang paling inget, yang paling disukai itu materi tentang
ibadah. Karena menurut saya materi ibadah itu sangat
penting ya. Dimateri itu diajarin tentang keutamaan solat
tahajud, menjalankan solat subuh biar dibimbing Allah
Swt. Terus di KPJ juga diajarin buat selalu sedekah ke
keropak masjid setaiap hari dan alhamdulillah saya
ngejalanin juga.
- Berarti bimbingan agama yang diberikan mempengaruhi
kehidupan rival?
+ heem. Mempengaruhi semua. Tapi yang paling ngaruh
di pas bagian ibadah. Kalo selain itu kadang ngaruh
kadang enggak sih.
- Pernah merasa bosan dengan materi yang disampaikan
pembimbing agama ?
+ oh kalo itu enggak sih. Saya gak pernah ngeluh tentang
agama. Akan saya resapi akan saya dengarkan kalo itu
tentang agama, walaupun itu tentang apapun gitu ya saya
akan resapi itu. Selama itu kebaikan gak pernah bosen.
- Lebih senang metode direktif, ceramah, atau cerita ?
+ ya siapapun itu kalo itu ceramah-ceramah apapun itu ya
pasti saya dengerin. Nah saya lebih senang kalo
diceramahin sambal ngasih contoh. Biar pas kita dikasih
tau gak bingung kalo ada contohnya.
CATATAN LAPANGAN

11 Agustus 2021

Pada tanggal tersebut ada beberapa remaja yang sedang


berada disekitar Saung KPJ. Saat itu saya juga di sambut dengan
ramah oleh beberapa orang disana. Terlebih dari bahasa yang di
gunakan juga cukup sopan walaupun tidak seperti seorang
akademisi.

Kala itu sekitar pukul 17.00 para remaja sebagian sudah


ada yang datang ke KPJ untuk mengikuti kegiatan malam Jum’atan
yang diisi dengan kajian-kajian. Kemudian begitu berkumandang
adzan maghrib sebagian yang sudah berwudhu merapikan tenpat
untuk solat dan sebagian lagi berwudhu.

2 September 2021

Kemudian pada hari ini saya mewawancarai sekaligus


menyaksikan proses bimbingan yang dilakukan oleh Kang Ugas
selaku tokoh dan juga Pembimbing di KPJ Rangkasbitung. Seperti
biasa para remaja sudah mulai berdatangan sejak pukul 17.00
WIB. Kemudian ada beberapa remaja juga yang membawa
konsumsi untuk nantinya disantap bersama setelah selesai
pengajian. Kemudian begitu masuk adzan maghrib ada satu orang
remaja yang ditunjuk untuk mengumandangkan adzan. Dan yang
lainnya membersekan tempat dan jug ada yang berwudhu. Setelah
itu kami melakukan sholat berjamaah maghrib. Sebelum solat
dilaksanakan ada remaja yang membagikan peci untuk dikenakan
ketika solat.

Kemudian setelah selesai solat kami berdzikir bersama dan


saya melirik beberapa remaja juga melakukan dzikir dengan begitu
khusyuk sambal memejamkan mata dan menghitung dzikirnya
menggunakan ruas jari. Setelah melakukan dzikir dan doa
bersama, kami melanjutkan dengan sama-sama membaca surah
yasin yang kemudian dilanjutkan dengan sholat isya berjamaah.

Kemudian setelah sholsat isya, berlanjut ke kegiatan


pemberian materi, saat itu materinya berkenaan akhlak tentang
bagaiamana para remaja harus berkahlak. Walaupun mereka hidup
dijalanan tetapi dijalanan juga memilki moral. Begitu yang
disampaikan Kang Ugas selaku pembimbing.

Kemudian Kang Ugas juga memberikan nasihat yang


berbeda kepada setiap remajanya dan menanyakan apakah
sekarang sudah tidak berbuat negative semisal mabuk, obat-obatan
dan sebagainya.

Setelah itu ada pengumpulan dana infaq, jadi bagi siapapun


disana bisa menyisihkan uangnya untuk nantinya dipergunakan
untuk kas KPJ Rangkasbitung. Selain itu saya juga menyaksikan
diakhir ada reward terhadap siapa saja di KPJ Rangkasbitung yang
tepat waktu dalam membayar KAS dan selalu berbuat baik.

3 September 2021
Sekitar pukul 11.00 WIB, saya menyengajakan diri untuk
berkeliling di alun-alun Rangkasbitung. Karena disana biasa para
remaja KPJ beraktivitas. Saat itu saya melihat remaja yang
mengamen dengan wajah yang tersenyum ceria. Kemudian begitu
adzan berkumandang ada sebagian remaja yang berhenti dan
sepertinya bergerak ke mesjid dekat alun-alun dan ada juga yang
tetap melanjutkan aktivitasnya. Tetapi saya melihat juga ada
remaja yang dia tidak berjamaah tetapi tetap melaksanakan solat.
Ada juga remaja yang membantu orang tuanya berjualan gorengan
di wilayah alun-alun tersebut. Dia melayani beberapa pelanggan
dengan ramah.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai