SKRIPSI
Oleh
Siti Rofikoh
NIM 6662131794
iv
ABSTRAK
Siti Rofikoh. NIM. 6662131794. Strategi Komunikasi Dalam Mencegah Tindak
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (Studi Pada Dinas Keluarga
Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBP3A)
Kabupaten Serang. Pembimbing I: Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, S.I.P., M.Si
dan Pembimbing II: Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si
v
ABSTRACT
Siti Rofikoh. NIM. 6662131794. Communication Strategy In Preventing Acts of
Violence Against Women and Children (Studies in Dinas Keluarga Berencana
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBP3A) Serang). Advisor I:
Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, S.I.P., M.Si and Advisor II: Iman Mukhroman,
S.Sos., M.Si
vi
KATA PEGANTAR
Puji syukur selalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan kebesaran
dan keagungan-Nya telah memberikan begitu banyak anugerah ilmu, rezeki, kasih
sayang-Nya kepada seluruh alam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
dibuat sebagai syarat untuk meraih kesarjanaan strata satu (S1) Program Studi Ilmu
segala keterbatasan dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak yang sangat berarti. Pada
kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
2. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP Untirta.
3. Ibu Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, S.I.P., M.Si selaku Dosen Pembimbing I,
vii
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing II, terima
5. Ibu Dr. Naniek Afrilla F., S.Sos., M.Si selaku Ketua Penguji Sidang Skripsi.
Terima kasih atas saran dan perbaikan yang telah diberikan. Saran dan
6. Bapak Husnan Nurjuman, S.Ag., M.Si selaku Penguji Sidang Skripsi. Terima
kasih atas saran dan perbaikan yang telah diberikan. Saran dan perbaikan
akademis, terima kasih atas arahan dan bimbingan yang selama ini diberikan.
8. Seluruh Dosen Fisip Untirta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya
kepada penulis. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat.
9. Seluruh staf karyawan FISIP Untirta yang melayani kepentingan penulis dalam
skripsi.
10. Mama dan papa tersayang, yang dalam setiap doanya selalu menyelipkan nama
penulis. Darah, keringat, dan air mata papa dan mama selalu menjadi kekuatan
penulis untuk terus melangkah dalam keadaan sulit. Terima kasih atas kasih
11. Kakak tersayang, yang selalu mendukung penulis dengan cara yang berbeda.
Segala dukungan moril maupun materil, omelan, hingga kasih sayang sangat
viii
berarti bagi penulis. Hanya kata-kata „maaf dan terima kasih‟ yang mampu
12. Adik tersayang, yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan tawa, canda,
tangis, hingga semangat dan selalu menjadi alasan bagi penulis untuk
13. Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si, selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan
Anak DKBP3A Kabupaten Serang. Terima kasih atas waktu dan informasi
14. Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si selaku Kepala Seksi Perlindungan
Perempuan DKBP3A Kabupaten Serang. Terima kasih atas segala bantuan dan
15. Ibu Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si, selaku Kepala Seksi Perlindungan Anak
DKBP3A Kabupaten Serang. Terima kasih atas waktu, informasi, dan cerita
yang menariknya.
16. Fitri Melhani & Siti Nadillah, terima kasih atas segala informasi, bantuan dan
waktu yang telah diberikan. Kalian berdua merupakan anak-anak yang luar
biasa.
17. Kaesul Ma‟arif, terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.
18. Umi Fatimah, sahabat terbaik penulis, atas segala bantuan dan semangat yang
selalu diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih telah berbagi
19. Fransiska Pujining, atas saran, waktu, doa, dan dukungan yang telah diberikan
kepada penulis. Terima kasih untuk 7 tahun yang telah dilalui bersama dengan
penulis.
ix
20. Indri Damayanti, Ingrid Dyah N., Kholida Fauziah, Tjitra Putri K., terima
kasih atas segala dukungan, waktu, semangat, hingga bantuan yang telah
22. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, baik
itu berupa saran, do'a, maupun dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis doakan semoga Allah SWT
membalas kebaikan dan pengorbanan kalian. Akhir kata penulis berharap semoga apa
yang telah penulis lakukan dapat bermanfaat bagi khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Masukan dan saran sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis di
masa mendatang.
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………..……………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 10
1.3 Identifikasi Masalah………………………………………………………. 10
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………......... 10
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………… 11
1.5.1 Aspek Teoritis…………………………………………………........ 11
1.5.2 Aspek Praktis……………………………………………………….. 11
xi
2.3 Strategi Komunikasi………………………………..…………………… 26
2.4 Tinjauan Tentang Tindak Kekerasan…..………….………………….... 28
2.4.1 Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan……..………...……. 29
2.4.2 Tindak Kekerasan Terhadap Anak………………………..…. 32
2.4.3 Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Anak………………… 34
2.5 Model Alur Tanda “?”…………………………………………………. 36
2.6 Kerangka Berpikir…………………………………………………….... 42
2.7 Penelitian Terdahulu…………………………………………………… 44
BAB IV PEMBAHASAN……………….……………………...………….. 69
4.1 Deskripsi Objek Penelitian………………………………………………. 69
4.1.1 Sejarah Singkat DKBP3A Kabupaten Serang…………………… 69
4.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………... 71
4.1.3 Visi dan Misi DKBP3A Kabupaten Serang……………………... 72
4.1.4 Struktur Organisasi DKBP3A Kabupaten Serang………………. 73
4.2 Deskripsi Data..…………………….…………………………………… 74
4.3 Hasil Penelitian…………………………………………………….......... 77
4.3.1 Internal Strategy DKBP3 dalam Mencegah Tindak Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak ………………………………………….. 83
4.3.1.1 Penetapan Tujuan Yang Ingin Dicapai Oleh DKBP3A….. 83
4.3.1.2 Tahap Pemilihan Pesan……………………………….….. 85
4.3.1.3 Komitmen Yang Diperlukan……………………………… 90
4.3.1.4 Rencana Komunikasi DKBP3A………………………….. 94
xii
4.3.1.5 Evaluasi Perubahan (Change Evaluation)........................... 99
4.3.2 External Strategy DKBP3A dalam Mencegah Tindak Kekerasan
Terhadap Perempuan dan Anak……………………………….. 101
4.3.2.1 Identifikasi Target Khalayak (Audience) Yang Dilakukan Oleh
DKBP3A…………………………………………………….…. 101
4.3.2.2 Saluran (Media) Yang Tepat……………………………….. 105
4.3.3 Faktor Penghambat dan Pendukung DKBP3A Dalam Mensosialisasikan
Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan
Anak.............................................................................................. 110
4.4 Pembahasan……….…….……………………………………….……….. 116
LAMPIRAN………………………………………………........................... 141
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Kasus Kekerasan yang Terjadi di Kabupaten Serang Tahun 2015-
2017……………………………………………………………….. 5
Tabel 2.1 Dampak Kekerasan Jangka Pendek……………………………….. 34
Tabel 2.2 Dampak Kekerasan Jangka Panjang………………………………. 35
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu………………………………………………. 48
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian…………………………………………………. 68
Tabel 4.1 Informan Penelitian……………………………………………….. 74
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kasus pembunuhan dan pemerkosaan gadis SMA di kecamatan Cikeusal
yang ditayangkan di beberapa stasiun televisi…………………. 6
Gambar 2.1 Model Alur Tanda “?”……………..…………………………… 41
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir……………………………………………… 43
Gambar 4.1 Struktur Organisasi DKBP3A Kabupaten Serang…………….. 73
Gambar 4.2 Kegiatan Sosialisasi Three-Ends………………………………. 84
Gambar 4.3 Materi-materi presentasi………………………………………. 90
Gambar 4.4 Beberapa contoh penggunaan media luar ruang yang digunakan
oleh DKBP3A………………………………………………….. 99
Gambar 4.5 Tampilan Website Resmi DKBP3A Kabupaten Serang………. 100
Gambar 4.6 Instagram Forum Anak (@forumanak_kabser)……………….. 100
Gambar 4.7 Salah satu peserta sosialisasi sedang mengajukan pertanyaan... 103
xv
BAB I
PENDAHULUAN
penderitaan psikis. Lebih rinci, Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 9 Tahun
hak asasi manusia yang paling kejam.2 Kekerasan terhadap perempuan adalah
setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin
1
Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 9 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Perempuan dan Anak
Terhadap Tindak Kekerasan, BAB I Pasal 1 ayat 13
2
Hasyim Hasanah, “Kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam rumah tangga perspektif
pemberitaan media”, SAWWA, Volume 9, Nomor 1, 2013, hlm. 162-163
3
Op.cit, Peraturan Daerah Provinsi Banten ayat 14
1
2
kemerdekaan secara melawan hukum.4 Dalam hal ini, anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.5
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pola pendidikan masyarakat tentang relasi
perempuan dan laki-laki tidak setara dan masih menguatnya budaya patriarki.
terhadap anak terus bertambah. Salah satu pemicunya adalah kemiskinan atau
kesulitan ekonomi yang dihadapi para orang tua. Namun, faktor tersebut bukanlah
kekayaan orang tua atau pandangan bahwa anak harus patuh kepada orang tua
4
UU No. 35 tahun 2004 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat 15a
5
Ibid, Pasal 1 Ayat 1
6
https://www.detik.com/wolipop/read/2013/02/01/081829/2158255/852/ini-sebabnya-banyak-
wanita-menjadi-korban-kekerasan diakses pada 11 Januari 2018 pukul 09.20 wib
3
posisi lebih lemah, lebih rendah karena secara fisik, mereka memang lebih lemah
sekitarnya.7
dilaporkan dan ditangani selama tahun 2016. Data ini bersumber pada Catatan
ranah komunitas mencapai 22% (3.092) dan terakhir di ranah Negara dengan
presentase 3% (305). Pada ranah KDRT kekerasan yang paling menonjol adalah
kekerasan fisik 4.281 kasus (42%), disusul kekerasan seksual dengan 3.495 kasus
(34%), psikis 1.451 kasus (14%) dan ekonomi 978 kasus (10%).8
kekerasannya juga semakin bervariasi dan sadis. Pada tahun 2016, kekerasan
seksual disertai dengan pembunuhan juga pernah terjadi.9 Salah satu kasus
kekerasan terhadap anak yang pernah menjadi pemberitaan nasional yaitu kasus
pembunuhan Engeline. Kasus yang terjadi pada tahun 2015 merupakan kasus
kekerasan terhadap anak perempuan berusia delapan tahun yang terjadi kota
7
https://www.kemenppa.go.id/index.php/page/read/31/602/melindungi-hak-anak-dari-kekerasan
diakses pada 11 Januari pukul 12.48 wib
8
Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2017
9
Ringkasan Eksekutif Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan tahun 2017
4
kenyataan bahwa Engeline selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan
mendapat pengasuhan yang kurang baik dan mendapatkan penyiksaan baik fisik
maupun mental10.
menempati urutan ke-13 dalam kasus kekerasan terhadap anak dan di tahun 2017
seksual dan kejahatan pada anak. Ketua Komnas Perempuan dan Anak (Komnas
Banten mencapai 52,7% dan tersebar di seluruh Kabupaten atau kota. 11 Kasus
10
"Kisah Tragis Bocah Angeline, Hilang lalu Ditemukan Tewas Membusuk". Kompas. 10 Juni
2015. Diakses pada 12 Januari 2018 pukul 10.00 wib
11
https://daerah.sindonews.com/read/1203921/174/banten-darurat-kejahatan-seksual-anak-ini-
penyebabnya-1494339194 diakses pada 03 Oktober 2017 pukul 11:00 wib
5
terhadap perempuan dan anak pada DKBP3A Kabupaten Serang adalah bidang
terhadap perempuan dan anak pada tahun 2015 sebanyak 108 kasus, 2016
sebanyak 129 kasus, dan di tahun 2017 jumlah kekerasan yang tercatat di seksi
dengan tahun 2015 maupun 2016, di tahun 2017 secara kuantitas mengalami
2017 81 Kasus
Sumber : Sie. Data dan Informasi Perlindungan Perempuan dan Anak DKBP3A Kabupaten Serang
12
Peraturan Bupati Serang Nomor 64 Tahun 2016 Bab III Bagian Kedua Pasal 4
13
Ibid, Bab IV Bagian Kesatu Pasal 6 ayat 1 huruf f.
14
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) DKBP3A
Kabupaten Serang, Iin Adilah pada 11 Januari 2018 pukul 09.00
6
Salah satu kasus kekerasan yang menyita perhatian publik yang terjadi di
berinisial SM. Kasus ini terjadi di Kampung Katupang, Desa Suka Maju
JakTv, tvOne.
Gambar 1.1 Kasus Pembunuhan dan Pemerkosaan Gadis SMA di Kecamatan Cikeusal yang
ditayangkan di beberapa Stasiun Televisi.
Dalam menanggulangi tindak kekerasan, ada dua hal yang dilakukan yaitu
pencegahan dan penanganan. “Kalau pencegahan itu kan yang belum terjadi kan,
kita harus melakukan apa sih upaya - upaya yang dilakukan supaya kasus itu tidak
terjadi. Itu namanya pencegahan. Kalau penanganan kasusnya sudah terjadi, itu
7
kita tangani.”15 Upaya pencegahan tindak kekerasan perlu dilakukan agar tindak
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak tentunya tidak terlepas dari
perubahan sosial dan partisipasi sosial, perubahan sikap, perubahan pendapat dan
kepada masyarakat lainnya ataupun secara vertikal dari suatu generasi kepada
generasi berikutnya (Mulyana, 2007 : 7). Nilai - nilai yang disosialisasikan oleh
korban kekerasan.
perempuan dan anak diperlukan adanya strategi komunikasi agar suatu pesan
15
Hasil wawancara pra penelitian dengan Kasi Data dan Informasi kasus kekerasan perempuan
dan anak, DKBP3A Kabupaten Serang, Dewi Hartaningrum, S.Ikom pada 02 Oktober 2017
8
operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
2006 : 32).
Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitria Nurul Fatnisah (2017)
oleh LPA dalam sosialisasi yaitu mengenal khalayak, menyusun pesan dengan
kursif. Serta seleksi dan penggunaan media dengan menyesuaikan target yang
ingin dicapai. LPA juga membuka kritik sosial melalui media cetak agar
penelitian ini yaitu dalam mengenal khalayak LPA tidak melakukan suatu upaya
Sebagai lembaga Negara yang memiliki fungsi dan peran yang sama
dengan LPA yaitu melindungi anak-anak dari tindak kekerasan, DKBP3A pun
kekerasan terhadap perempuan dan anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, seperti
lebih baik agar pesan-pesan dan tujuan yang ingin dicapai terwujud dan tepat
dan anak di Kabupaten Serang. Walaupun terdapat lembaga lain yang berkaitan
Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), tetapi tugas dari kedua lembaga
dan tujuan. Sebab tanpa tujuan akan membawa kearah kekeliruan. Adapun tujuan
Kabupaten serang
Kabupaten Serang.
Kabupaten Serang.
TINJAUAN PUSTAKA
sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang
bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,
(to make common). Istilah pertama (Communis) paling sering disebut sebagai
asal kata komunikasi yang merupakan akar kata dari kata-kata Latin lainnya
yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
(selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televise (Mulyana, 2007 : 67).
13
14
terjadi.
(komunikate)”
secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
menyampaikan pesan
perempuan dan anak oleh DKBP3A kabupaten Serang ini merupakan sebuah
komunikasi dalam arti bahwa proses tersebut terlibat dua komponen yang
komunikasi.
tujuan
tidak hanya ditentukan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua
1. Komunikator
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok
2. Pesan
verbal atau non verbal. Dan isi pesan merupakan materi dari pesan.
4. Komunikan
5. Efek
dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan
orang lain.
yang sesuai dengan maksud-maksud mereka dalam situasi yang mereka hadapi.
Terdapat tiga teori dalam tradisi ini (Littlejohn & Foss, 2014 : 184) :
187).
tiga logika penyusunan pesan yang mungkin mencakup dari orang yang
kurang memusatkan diri hingga orang yang paling memusatkan diri. Apa
hak dan kewajiban setiap orang yang terlibat. Logika ini bertujuan untuk
kuat.
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang
artinya tentara dan kata “agen” yang berarti memimpin. Dengan demikian
strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang
artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi strategi adalah konsep militer
yang bisa diartikan sebagai seni perang para jenderal (The Art of General), atau
ada prinsip yang harus dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari
segalanya kecuali mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum
mereka mengerjakannya”.
sumber daya komunikasi yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Rogers (1982) dalam Cangara (2014: 64), memberikan batasan pengertian strategi
komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku
manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar
dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media),
penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan
kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan, jadi
situasi khalayak yang dihadapi dan yang akan dihadapi di masa depan, guna
makna “derita”, baik dikaji dari perspektif psikologi maupun hukum, bahwa
16
John Dirk Pasalbessy, “Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak”, Jurnal
Sasi, volume 16, no. 3, 2010, hlm. 8
29
dan pemaksaan meliputi tindakan seksual, psikologis, fisik dan ekonomi yang
dilakukan individu terhadap individu yang lain dalam hubungan rumah tangga
dan anak dapat terjadi dimana saja (di tempat umum, di tempat kerja, di
lingkungan keluarga (rumah tangga)), dapat dilakukan oleh siapa saja (orang tua,
saudara laki-laki ataupun perempuan dan lainnya) dan dapat terjadi kapan saja
17
Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 9 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Perempuan dan
Anak Terhadap Tindak Kekerasan, BAB I Pasal 1 ayat 13
18
Hasyim Hasanah, “Kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam rumah tangga perspektif
pemberitaan media”, SAWWA, Volume 9, Nomor 1, 2013, hlm. 162-163
19
Ibid.
20
Ibid. Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 9 Tahun 2014 BAB I Pasal 1 ayat 14
30
1. Kekerasan fisik.
luka itu dapat diakibatkan oleh suatu episode kekerasan yang tunggal
2. Kekerasan seksual.
a) Perkosaan
c) Pelecehan seksual
d) Eksploitasi seksual
31
f) Prostitusi paksa
g) Perbudakan seksual
i) Pemaksaan kehamilan
j) Pemaksaan aborsi
l) Penyiksaan seksual
mendiskriminasi perempuan
3. Kekerasan psikis.
rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang 22.
sangat bervariasi.
4. Kekerasan ekonomi.
21
Komnas Perempuan. 15 Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan. Hal. 4
22
UU No.23 Tahun 2004 Bab II pasal 7
32
tempat bermain atau di tempat anak-anak itu mencari rezeki, di sekolah, dalam
lingkungan masyarakat yang lebih luas, bahkan di panti asuhan bagi anak
23
Ibid. Pasal 9 Ayat 1
33
verbal abuse, physical abuse, dan sexual abuse. Anak-anak Indonesia banyak
keempat itu yang dilakukan terus menerus akan menyebabkan anak menderita
bentuk, diantaranya:
24
Ran PKTA 2010-2014
34
pendek dan jangka panjang. Dampak kekerasan jangka pendek dan jangka
Tabel 2.1
25
DKBP3A. Materi Presentasi Seksi Perlindungan Anak
35
Tabel 2.2
Dihina,
diberlakukan
di depan
umum,
dibentak
mulai dari model yang sederhana sampai kepada model yang rumit. Namun perlu
pelaksanaannya tergantung pada sifat atau jenis pekerjaan yang akan dilakukan
(Cangara, 2013: 71). Salah satu model yang digunakan dalam perencanaan
komunikasi sebagai bagian dari strategi komunikasi yaitu model alur tanda “?”.
Model perencanaan komunikasi alur tanda “?” terdiri atas tujuh langkah, yakni
Satu hal yang tidak bisa diabaikan dalam tahap ini adalah lokasi,
apakah lokasi yang akan didatangi hanya satu atau lebih. Sebab menangani
satu lokasi jauh lebih mudah dibandingkan dengan dua atau tiga lokasi.
Artinya jika hanya satu lokasi maka penangananya tidak terlalu rumit,
pertimbangan efisien.
Tujuan harus jelas (clear vision), dan perubahan yang ingin dikehendaki
Dengan memahami tipe khalayak dan tuuan yang ingin dicapai, maka
menjadi target sasaran. Karena itu tahap pemilihan pesan menjadi krusial
memiliki keragaman yang berbeda satu sama lainnya. Untuk itu diperlukan
di lokasi.
televisi, radio, atau ada yang berlangganan surat kabar. Apakah di dalam
dilakukan di masjid, surau, kantor desa, atau rumah kepala desa yang bisa
Tetapi jika khalayak tersebar di banyak lokasi sehingga tidak bisa dikenal
media massa atau media alternatif lainnya, misalnya radio, televisi, surat
evaluation)
mereka mengerti dengan isi pesan yang disampaikan, dan apakah ada
perubahan perilaku dan sikap yang ada pada khalayak sesuai dengan
tujuan program, ataukah ada hal-hal baru yang unik dan menarik yang
tahap terakhir dari model perencanaan “?” ini biasa disebut evaluasi
perubahan.
41
How much commitment is Choose the right channel mix Create a communication plan
needed Face to face Audience
What action are needed Web, internet Message
to achieve commitmen Printed materials Response
for each audience? Video and audio Channel
How much support do Feedback Message
you needed? Date
Commitment
Curve
Measure Success
Did the audience receive
the message?
Did they understand it?
Did it change behaviours
an attitudes? Change
Evaluation
Evauatio
Sumber : Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (PT. RajaGrafindo Persada:
Jakarta, 2014), hlm. 100
42
menunjukkan alur atau tata cara berpikir dari peneliti untuk menemukan hasil dari
strategy dan external strategy yang digunakan oleh DKBP3A Kabupaten Serang
kekerasan terhadap perempuan dan anak. Penelitian ini menggunakan model alur
tanda “?” yang memiliki tujuh tahapan. Penggunaan model alur tanda “?” dalam
ini juga bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Identifikasi Masalah :
Metode Penelitian:
Studi Kasus
Hipotesis Kerja :
“Strategi Komunikasi DKBP3A Kabupaten Serang dalam Mencegah
Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak”
44
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
sejenis atau terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian. Hasil
kampanye tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang
dilakukan LSM Percik, yaitu Polmas di Salatiga dibagi atas dua model, yaitu
dan kekuatan opinion leader. Adapun kendala dalam sosialisasi dan kampanye
45
tersebut yaitu masalah kultur dan birokrasi, keterbatasan biaya dan SDM dan
tidak adanya support dari lembaga lain. Kesamaan dengan penelitian ini
metode hingga seleksi dan penggunaan media. Serta yang menjadi faktor
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama
penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan model alur tanda “?”
ingin dicapai, pikirkan apa yang seharusnya termuat dalam pesan, seberapa
banyak komitmen yang diperlukan, pemilihan saluran (media mix) yang tepat,
3. Penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Sub Bagian Umum dan Humas
program yang telah ditetapkan oleh lembaga/instansi dalam hal ini adalah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Strategi milik
implementasi strategi, dan evaluasi strategi) yang melibatkan unit lain sebagai
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Kampanye Tindak
Program Kekerasan
Perpolisian Terhadap
49
Masyarakat di Perempuan
faktor perempuan
saat sosialisasi
program tersebut
dilakukan.
50
Social Strategi
Relationship
Theory.
ologi
telah kepribadian
membawa masyarakat,
hubungan kehidupan
dan cenderung
yaitu kekuatan
52
komunikator tradisional.
dan kekuatan
opinion leader.
Adapun
kendala dalam
sosialisasi dan
kampanye
tersebut yaitu
masalah kultur
dan birokrasi,
keterbatasan
biaya dan
adanya support
dari lembaga
lain.
adalah
kualitatif
ukuran bagaimana
yang
digunakan
dalam
mencegah
tindak
kekerasan
terhadap
perempuan
dan anak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang diperoleh tidak dilakukan dengan prosedur statistik dan data tidak berwujud
angka, melainkan menunjukkan suatu mutu atau kualitas, prestasi, tingkat dari
semua variabel penelitian yang biasanya tidak bisa dihitung atau diukur secara
langsung. Robert Bogdan dan Taylor dalam Setiaji (2010 : 50) menyatakan
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
wawancara mendalam pada sumber yang dituju. Data berupa kata-kata lisan dari
sumber tersebut kemudian akan diolah. Peneliti akan mencari makna dari data-
data yang terkumpul dan menyusun pola hubungan tetentu yang ada untuk
56
57
uraian kata-kata dan kalimat yang naratif (Ulfatin, 2015 : 25). Penelitian ini
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta faktor penghambat dan
memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya
Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk melihat strategi komunikasi yang
dilakukan oleh DKBP3A dalam mencegah tindak kekerasan. Metode studi kasus
desain penelitian. Menurut Robert K. Yin (2014 : 46) desain penelitian tersebut
dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau
peneliti pada sebuah prosedur atau langkah-langkah yang menjadi acuan sebuah
58
penelitian.
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria
48).
asumsi, metodologi atau cara pendekatan yang dapat digunakan para teoritisi dan
ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan
post-positivitik berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa, dan teraba saja tetapi
ini adalah sesuatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks, bersifat
kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu mengetahui keberadaannya
tidak dalam bentuk ukuran, akan tetapi dalam bentuk eksplorasi untuk dapat
Spradley dinamakan dengan istilah “social situation” yang terdiri atas 3 elemen
yaitu: tempat, pelaku, aktivitas yang berinteraksi secara sinergi. Situasi tersebut
dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi
tertentu, sebagai sumber utama data sehingga data dapat diperoleh oleh peneliti
dengan cepat dan akurat. Dengan kata lain informan adalah orang yang benar-
benar tahu dan terlibat dalam subyek penelitian. Menurut Moleong, Miles yang
dikutip dari buku Elvinaro Ardianto (2010 : 62) memaparkan ada dua macam
tidak asal-asalan tetapi mempunyai kriteria tertentu, Sanafiah Faisal (1990) dalam
memiliki kriteria:
informasi
“kemasannya” sendiri
Adapun yang menjadi key informan dalam penelitian ini adalah Dra. Iin
Perempuan, dan Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si selaku kepala seksi Perlindungan
Anak.
Yaitu informan yang dianggap tahu atau memberi bantuan dan dapat
bahwa bukti atau data untuk keperluan penelitian bisa berasal dari lima sumber
Data yang akan peneliti ambil terdiri dari dua jenis, yaitu sumber data
1) Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli di lapangan (tidak
2) Data Sekunder
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
63
melalui :
1. Wawancara
Komariah, 2010 : 135). Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
2. Observasi
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian (Satori &
pada penelitia ini adalah observasi non participant yaitu peneliti tidak terlibat
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
3. Studi Dokumentasi
2010 : 149).
Dokumen pribadi dan buku harian; (2) Surat Pribadi; (3) Autobiografi; (4)
Dokumen resmi; dan (5) Fotografi (Satori & Komariah, 2010 : 153-155).
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2013 : 248).
maka dalam penelitian kualitatif berbentuk kata-kata atau kalimat, gambar dan
bukan berbentuk angka. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis model Miles and Huberman. Menurut Miles and Huberman (1984)
65
dalam Sugiyono (2009 : 91), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai data yang
diperoleh dianggap kredibel. Adapun aktivitas dan tahap analisis data pada
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data ini
sebuah matrik agar mudah dipahami. Dan dalam kegiatan ini peneliti
topik akan dipisahkan. Pada tahap ini data disajikan dalam kesatuan
penelitian.
Metode keabsahan data atau uji validitas data berfungsi sebagai pendeteksi
kesalahan data, perlu diadakan pemeriksaan kembali (recheck) terhadap data yang
terkumpul sehingga dalam laporan penulisan data yang disajikan dapat terhindar
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan
pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri (Moleong, 2001 : 330). Metode
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
67
mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain (Satori
& Komariah, 2010 : 170). Peneliti menggunakan triangulasi data untuk menguji
kredibilitas dan keabsahan data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan teknik pengumpulan data yang
pengumpulan data tersebut berbeda karena sudut pandang setiap sumber berbeda
maka peneliti mendiskusikannya lagi kepada sumber data untuk mencari tahu
Tabel 3.1
No. Kegiatan Sept Okt Nov Des Jan- Mar Mei Juni Juli
Feb -
Apr
1. Pra
Penelitian
2. Pengajuan
Judul
3. ACC Judul
4. BAB I
5. BAB II
6. BAB III
7. Sidang
Outline
8. Revisi BAB
IV
9. Penelitian
10. BAB IV
11. BAB V
12. Sidang
Skripsi
BAB IV
PEMBAHASAN
yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi, sejarah berdirinya,
visi dan misi serta hal-hal lain yang berkaitan dengan objek penelitian.
belum adanya nomenklatur yang jelas. Pada tahun 2003 setelah dibentuk
69
70
Perbup Kabupaten Serang No. 37 Tahun 2008 tentang tugas pokok dan
No. 21 Tahun 2012, tentang tugas pokok dan fungsi BKBPMP Kabupaten
Serang.
71
e. Periode 2016-sekarang
Serang sesuai dengan Perda Kabupaten Serang No. 11 Tahun 2016 tentang
koordinat 50o 50‟ – 60o 21‟ Lintang Selatan dan 105o 0‟ – 106o22‟ Bujur Timur.
Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 60 km
dan jarak terpanjang dari barat ke timur adalah 90 km dengan luas wilayah
72
A. Pernyataan Visi
B. Pernyataan Misi
Kabupaten Serang.
73
Tabel 4.1
Informan Penelitian
Kepala Bidang
Komplek Bumi
Dra. Iin Adilah, M.Si Perlindungan
1. Agung Permai 1 Key Informan
(P1) Perempuan dan
Blok U5 No.12
Anak
(P2) Perempuan
anak. Adapun hasil penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
Anak (PPA) DKBP3A Kabupaten Serang yang terdiri dari Kepala Bidang
pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilakukan oleh
sebab tidak semua elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dengan kepala seksi perlindungan anak, peneliti merasa data yang didapatkan
belum cukup dan akhirnya peneliti diarahkan untuk bertemu dengan informan dari
Forum Anak.
76
sesuai dengan metode penelitian dan diuraikan secara deskriptif. Adapun data-
data yang dicari dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat menjawab
identifikasi masalah yang telah dipaparkan pada bab 1 yaitu bagaimana strategi
tersebut dijabarkan dan dianalisa dengan jelas sehingga dapat ditarik kesimpulan
Pada hasil penelitian ini, peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan
terhadap perempuan dan anak. Telah disebutkan pada Bab I bahwa strategi
2006 : 32). Oleh karena itu strategi komunikasi ini akan dibahas dalam tahapan
strategi dengan menggunakan model alur tanda “?” dan faktor – faktor
sudah tidak asing di telinga kita. Sering kali kita melihat atau mendengar kasus-
BAB II pasal 2 dan 3 bahwa ruang lingkup peraturan daerah ini mencakup
anak. Program pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah
suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan. Hal ini
diungkapkan oleh P3, Kepala Seksi Perlindungan Anak Rina Wuryanti, S.Sos.,
M.Si, bahwa :
Against Women and Children (Akhiri Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak),
yang disampaikan oleh P1, Dra. Iin Adillah, M.Si selaku Kepala Bidang
end. Three-end itu dari Kementerian. Three-end itu yang pertama akhiri
kekerasan terhadap perempuan dan anak, yang kedua akhiri tindak
pidana perdagangan orang atau trafficking, nah yang ketiga akhiri
kesenjangan ekonomi bagi perempuan. Nah itu beberapa yang kita
berikan terhadap masyarakat melalui sosialisasi”27
apa saja yang harus dilakukan ketika mereka mengetahui atau menerima laporan
tindak kekerasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan P1, Ibu Iin Adillah, bahwa :
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
27
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
28
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
80
anak dilakukan dengan cara melindungi 10 hak anak. 10 hak anak yang dimaksud
yaitu hak bermain, hak pendidikan, hak perlindungan, hak nama, hak kebangsaan,
hak makanan, hak kesehatan, hak rekreasi, hak kesamaan, dan hak peran dalam
anak juga melakukan sosialisasi dalam rangka memenuhi 10 hak anak. Seperti
Anak Kabupaten Serang. Forum Anak itu sendiri merupakan wadah partisipasi
29
UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Bab I Pasal 1
30
Wawancara dengan informan 3 (P3) Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si pada tanggal 18 Januari 2018
pukul 09.30 wib
31
Wawancara dengan informan 3 (P3) Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si pada tanggal 18 Januari 2018
pukul 09.30 wib
81
anak untuk menampung aspirasi suara anak, yang dikelola oleh anak-anak berusia
tua, pemerintah dan masyarakat dalam memenuhi hak-hak anak. Fitri Melhani
“….Iya.. tentang hak-hak anak kan ada 10 hak anak yang memang
harus dipenuhi oleh pemerintah ataupun pemangku jabatan yang
bertanggungjawab atas anak-anak dan juga banyak sekali ada 31 hak
anak sebenernya. Cuman yang lebih diutamakan itu ada 10 hak anak. Itu
semuanya harus terpenuhi untuk Kabupaten Serang ini menjadi
Kabupaten yang layak anak di tahun 2022 atau 2023 saya lupa. 5 tahun
kedepan intinya.”33
Pelopor dan Pelapor. Beberapa peran Forum Anak sebagai Pelopor yaitu agen
dalam sosialisasi dan advokasi tentang hak dan perlindungan anak, serta
Sedangkan peran Forum Anak sebagai Pelapor yaitu terlibat aktif ketika
perlindungan perempuan dan anak, P2TP2A atau unit pelayanan perempuan dan
32
http://forumanak.id/tentang-fan/ diakses pada 15 Mei 2018 pukul 12:46 wib
33
Wawancara dengan informan 4 (P4) Fitria Melhani pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30
wib
82
anak. Seperti yang diungkapkan oleh P4, Fitria Melhani selaku ketua Forum Anak
Kabupaten Serang :
menggunakan model alur tanda “?”, konsep strategi komunikasi akan diuraikan
34
Wawancara dengan informan 4 (P4) Fitria Melhani pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30
wib
83
Tujuan harus jelas (clear vision), dan perubahan yang dikehendaki bisa
perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya
terhadap tindak kekerasan. Hal ini disampaikan oleh informan P 1, Ibu Iin
Adillah :
Nunung Effendi :
35
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
36
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
37
Wawancara dengan informan 3 (P3) Ibu Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si pada tanggal 18 Januari
2018 pukul 09.30 wib
85
anak.
dalam bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam
yang dituju. Pesan yang diangkat juga harus sesuai dengan tujuan yang
perempuan dan anak berisi beberapa aspek yang terdiri dari aspek hukum,
Kekerasan. Hal ini diungkapkan oleh P2, Bapak Nunung Effendi bahwa :
Hal serupa juga disampaikan oleh P1, Ibu Iin Adillah. Beliau
menambahkan:
38
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
39
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
87
akan terjadi jika keluarga harmonis. Seperti apa yang disampaikan oleh P2,
beda. Seperti yang diungkapkan oleh P2, Bapak Nunung Effendi yakni :
40
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
88
41
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
42
Wawancara dengan informan 4 (P4) Fitria Melhani pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30
wib
89
mengenai hal-hal apa saja yang harus dilakukan ketika mengalami atau
Tidak hanya itu, Forum Anak melakukan hal khusus untuk menarik minat
43
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
90
1. Turun Ke Lapangan
yang tingkat kasus kekerasannya paling tinggi. Hal ini disampaikan oleh
44
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
91
ini tuh banyak seperti ini, jadi kita lebih memprioritaskan daerah
ini….”45
kekerasan baik terhadap perempuan dan anak tidak boleh dilakukan, jika
45
Wawancara dengan informan 4 (P4) Fitria Melhani pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30
wib
46
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
92
Hal serupa juga disampaikan oleh P1, Ibu Iin Adillah bahwa :
“iya itu jelas setiap kita menyampaikan sosialisasi pasti
kita harapkan masyarakat tau, masyarakat juga paham bahwa
tidak boleh melakukan tindak kekerasan terhadap anak dan juga
misalnya istri atau perempuan. Seandainya melakukan hal seperti
itu, itu ada sanksi hukumnya berat. Sanksi hukumnya itu kalau
melakukan kekerasan apalagi terhadap anak itu hukumannya bisa
5 tahun keatas. Sama perempuan juga. Malah kan sekarang ada
perpu itu ya, perpu no.1 itu kan disitu jelas ada hukumnya, ada
suntik kebiri, ada juga hukuman mati, terus juga seumur hidup,
terus pake pin itu ya. Berarti itu sudah berat, sudah gawat
kondisinya.”47
adanya partisipasi dari supporting unit seperti kepala desa, pejabat daerah,
47
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
93
lain hal nya dengan dukungan yang diterima oleh Forum Anak
yang diterima oleh Forum Anak yaitu berupa dukungan logistik dan
pendanan. Siti Nadilah (P5) selaku Ketua Divisi Pendidikan Forum Anak
48
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
49
Wawancara dengan informan 4 (P4) Fitria Melhani pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30
wib
94
perubahan pola pikir, perubahan perilaku dan perubahan budaya pada diri
50
Wawancara dengan informan 5 (P5) Siti Nadillah pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30 wib
95
jadwal kegiatan.
dengan para KUPT Kecamatan. Hal ini disampaikan oleh P2, Bapak
Nunung Effendi :
51
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
52
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
96
alur pelaporan kasus kekerasan. Seperti yang diungkapkan oleh P 1, Ibu Iin
Adillah :
dan tumpang tindih. Seperti yang diungkapkan oleh P1, Ibu Iin Adillah :
53
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
54
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
97
kegiatan di minggu ini lalu bidang lain juga sama, nah itu kan jadi
tarik menarik ya susah. Nah akhirnya kita cari waktu yang kosong
yang bidang lain bisa menggunakan waktu itu gitu.”55
balik yakni dengan membuat suara anak. Suara anak sendiri berbentuk
55
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
56
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
98
materi sasaran bisa bertanya secara langsung (Tanya jawab). Seperti yang
“biasanya kan diakhir itu kita bikin kayak suara anak, nah
mereka bikin suara anak itu. kalau suara anak sih kertas biasanya,
tapi kalau misalnya kita nyiapin materi mereka nya nanya
langsung aja.”57
ketika terjadi kekerasan atau melihat kekerasan. Hal ini disampaikan oleh
biasanya dilakukan sesi tanya jawab. Untuk forum anak sendiri, mereka
membuat suara anak sebagai sarana untuk mendapatkan timbal balik dari
57
Wawancara dengan informan 5 (P5) Siti Nadillah pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30 wib
58
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
99
mereka mengerti dengan isi pesan yang disampaikan, dan apakah ada
perubahan perilaku dan sikap yang ada pada khalayak sesuai dengan
tujuan program, ataukah ada hal-hal baru yang unik dan menarik yang
sosialisasi selesai dilakukan hari itu juga. Seperti yang disampaikan oleh
59
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
100
khalayak sesuai dengan tujuan program, atau apakah timbal balik (feed
back) khalayaknya positif atau tidak. Jika dirasa poin-poin tersebut belum
60
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
61
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
101
keadaan wilayah juga menjadi poin yang termasuk ke dalam evaluasi. Hal
DKBP3A
mereka, namun jika mereka tidak tertarik pada program yang ditawarkan,
62
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
102
menjadi sasarannya.
berkelompok. Hal ini telah diungkapkan oleh P1, Ibu Iin Adillah, bahwa :
perempuan dan anak yang dilakukan oleh bidang PPA DKBP3A memiliki
63
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
64
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
103
yang berasal dari tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga penggerak PKK
Effendi, M.Si :
khalayak. Hal ini diungkapkan oleh P1, Ibu Iin Adillah bahwa :
65
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
104
mengenali sasaran, situasi dan kondisi dari sasarannya melalui survey atau
riset lapangan. Hal ini diungkapkan oleh P2, Bapak Nunung Effendi
bahwa :
66
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
67
Wawancara dengan informan 3 (P3) Ibu Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si pada tanggal 18 Januari
2018 pukul 09.30 wib
68
Wawancara dengan informan 4 (P4) Fitria Melhani pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30
wib
105
sebagainya, kan koordinasi itu perlu. Kan pihak yang akan dituju
harus tau..”69
pengemasan materi pesan, sehingga pesan dapat diterima dengan baik oleh
khalayak.
televisi, radio, atau ada yang berlangganan surat kabar. Jika didalam
69
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
106
face). Hal ini dirasa paling efektif dalam menyampaikan tujuan yang ingin
dicapai oleh DKBP3A. Seperti yang diungkapkan oleh P1, Ibu Iin Adillah:
“ya kita kan ada bisa bentuknya banner, bentuknya juga bisa
berupa leaflet, atau juga ya itu tadi melalui radio terus macem-
macem sih, poster, atau spanduk, seperti yang diluar itu kan
baligho kita buat „akhiri kekerasan terhadap perempuan dan
anak”71
70
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
71
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
72
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
107
berdasarkan kebutuhan khalayak. Hal ini disampaikan oleh P1, Ibu Iin
Adilah :
73
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
108
Gambar 4.3 Beberapa contoh penggunaan media luar ruang yang digunakan
oleh DKBP3A
memiliki website resmi. Website ini baru diciptakan pada tahun 2018
pada tahun 2018 ini. Selain itu, forum anak juga menggunakan media baru
dan Anak.
kepada komunikan sering terjadi gangguan atau tidak tercapainya tujuan yang
pesan tersebut dengan sempurna bisa disebabkan oleh perbedaan lambang atau
penghambat dalam proses sosialisasi tersebut. Informan P3, Ibu Rina Wuryanti
mengatakan bahwa :
yang bisa terjadi dapat berupa hambatan semantik, hambatan fisik eksternal,
74
Wawancara dengan informan 3 (P3) Ibu Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si pada tanggal 18 Januari
2018 pukul 09.30 wib
111
1. Hambatan Geografis
hambatan dari sisi geografis. Hal ini diungkapkan oleh P2, Bapak Nunung
Effendi bahwa :
dari diri komunikator itu sendiri. Dalam hal ini komunikator merupakan
75
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
76
Wawancara dengan informan 2 (P2) Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si pada tanggal 12 Januari
2018 pukul 10.00 wib
112
3. Perbedaan Pemahaman
77
Wawancara dengan informan 3 (P3) Ibu Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si pada tanggal 18 Januari
2018 pukul 09.30 wib
78
Wawancara dengan informan 3 (P3) Ibu Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si pada tanggal 18 Januari
2018 pukul 09.30 wib
113
Ada beberapa hal yang dapat mendukung seseorang untuk mau melakukan
materi ketika sosialisasi. seperti yang diungkapkan oleh informan P1, Ibu
Iin Adilah :
79
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
80
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
114
melakukan sosialisasi dalam bentuk leaflet, brosus, dan lainnya. Hal ini
81
Wawancara dengan informan 4 (P4) Fitria Melhani pada tanggal 6 Februari 2018 pukul 16.30
wib
82
Wawancara dengan informan 1 (P1) Ibu Dra. Iin Adillah, M.Si pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 09.00 wib
115
83
Wawancara dengan informan 6 (P6) Kaesul Ma’Arif pada tanggal 9 Februari 20188 pukul 17.05
wib
116
4.4 Pembahasan
masalah dan fokus penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Saat ini
seringkali kita mendengar atau melihat tindak kekerasan baik secara langsung
maupun melalui media massa. Tindak kekerasan yang paling sering kita temui
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak saling berkaitan erat atau tidak
bisa dipisahkan. Kekerasan terhadap anak lebih banyak dialami oleh anak
tangga (PRT) di Indonesia dan sekitarnya 34,83 persen tergolong anak. Sekitar 93
persen adalah anak perempuan. PRT anak perempuan berada dalam posisi rentan,
Alasan lain mengapa tindak kekerasan lebih sering terjadi pada perempuan
dan anak-anak adalah perempuan dan anak-anak lebih rentan mengalami tindak
perempuan dan anak-anak merupakan kaum lemah juga menjadi salah satu alasan
84
www.kemenppa.go.id/index.php/page/read/31/602/melindungi-hak-anak-dari-kekerasan
diakses pada 4 Juni 2018 pukul 12.45 wib.
117
kekerasan terhadap anak dan di tahun 2017 lalu menempati urutan ke-9 dari 34
provinsi se-Indonesia dalam kasus kekerasan seksual dan kejahatan pada anak.
kabupaten dengan angka kasus kekerasan yang cukup tinggi. Pada tahun 2015,
108 kasus, tahun 2016 129 kasus dan di tahun 2017 sebanyak 81 kasus terjadi di
perempuan.85
Namun bentuk kekerasan yang paling banyak terjadi adalah kekerasan seksual.
Perempuan dan Anak DKBP3A, saat ini kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak dinilai sadis dan semakin memprihatinkan bahkan dapat disebut darurat
(DKBP3A) melakukan upaya preventif, kuratif, dan rehabilitaitf. Salah satu upaya
satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak lain (aparat,
85
Bidang Data dan Informasi DKBP3A Kabupaten Serang.
118
atau tujuan yang ingin dicapai oleh DKBPPPA dapat diterima dengan baik oleh
tindakan apa saja yang harus dilakukan ketika mereka mengetahui atau menerima
Forum anak dalam hal ini juga melakukan upaya pencegahan tindak
pencegahan tindak kekerasan tidak hanya melindungi anak dari tindak kekerasan
tetapi pemenuhan 9 hak anak lainnya. Forum Anak dalam hal ini memiliki peran
Ada banyak definisi ataupun konsep strategi komunikasi yang dibuat oleh para
ahli. Namun dalam penelitian ini penulis anak berfokus pada model alur tanda
“?”. Hal ini dikarenakan model ini memiliki tahapan-tahapan yang lebih terperinci
119
identifikasi target khalayak, penetapan tujuan yang ingin dicapai, tahap pemilihan
pemenuhan hak anak, peneliti melihat bahwa tujuan yang ingin dicapai
dan anak terlindungi dari tindak kekerasan. Hal tersebut juga sejalan
dengan Perda Banten No. 9 Tahun 2014, dimana terdapat pasal yang
mereka.
pemenuhan 10 hak anak tersebut. 10 hak anak yang dimaksud yaitu hak
hak makanan, hak kesehatan, hak rekreasi, hak kesamaan, dan hak peran
dalam pembangunan.
khalayak dapat menerima pesan dengan baik. Pesan yang diangkat juga
harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika produk dalam bentuk
121
harus persuasif dan edukatif. Dalam hal ini DKBP3A ingin menyadarkan
Dalam uraian berikut, peneliti akan membahas sedikit tentang sifat pesan.
(Cangara, 2014:142) :
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam penyusuna pesan yang
jenuh.
tujuan tertentu. Suatu hal yang perlu dingat, bahwa penyusunan pesan
yang lebih mengetahui masalah itu dari peserta didik. Salah satu pesan
yang sifatnya mendidik yang diberikan oleh DKBP3A yaitu serta alur
dan anak dari tindak kekerasan. Hal tersebut terlihat dari materi-materi
dari kepala daerah, dukungan dari tokoh agama, dukungan dari pihak
Kecamatan.
langsung ke lapangan.
kecamatan Kibin.
sebelumnya.
mereka mengerti dengan isi pesan yang disampaikan, dan apakah ada
perubahan perilaku dan sikap yang ada pada khalayak sesuai dengan
tujuan program.
adalah :
sudah memiliki jadwal dan biasanya dalam 1 bulan terdapat 2-4 kali
sosialisasi dilakukan.
yang akan menjadi sasaran komunikasi yang akan kita lakukan. Sebelum
mudah.
keagamaan.
rumah tangga, hal ini lebih efektif mengingat ibu rumah tangga
tindak kekerasan.
media pendukung yang baru tercipta di tahun 2018 yaitu website resmi
Anak yaitu:
dan Anak.
berasal dari para komunikator maupun yang berasal dari komunikan. Pada
2. Hambatan budaya
termasuk mendidik anak atau perempuan agar menjadi lebih baik atau
penurut.
banyak hal yang dapat mendukung seseorang untuk mau melakukan atau
1) adanya dukungan dari pimpinan atau kepala daerah yang bersedia hadir
2) Dukungan yang berasal dari eksternal yaitu dukungan dari lembaga atau
dukungan sarana, fasilitas, dan anggaran yang pasti dari DKBP3A itu
sendiri.
4) Adapun faktor pendorong yang berasal dari target (sasaran) khalayak yaitu
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
digunakan yaitu :
133
134
e. Evaluasi Perubahan
dikunjungi.
sosialisasi berlangsung.
136
dengan DKBP3A.
kecamatan.
5.2 Saran
hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka saran teoritis yang dapat
kuantitatif.
lembaga-lembaga lainnya.
undang-undang.
Baihaqi, Mif. 1999. Anak Indonesia Teraniaya. Potret Buram Anak Bangsa.
Bandung. PT. RemajaRosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung, PT
Citra Aditya Bakti
____________________. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung.
PT. RemajaRosdakarya.
138
139
Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Sumber-sumber lain:
Hasyim Hasanah, “Kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam rumah tangga
perspektif pemberitaan media”, SAWWA, Volume 9, Nomor 1, 2013, hlm. 162-
163
https://www.detik.com/wolipop/read/2013/02/01/081829/2158255/852/ini-
sebabnya-banyak-wanita-menjadi-korban-kekerasan diakses pada 11 Januari 2018
pukul 09.20 wib
https://www.kemenppa.go.id/index.php/page/read/31/602/melindungi-hak-anak-
dari-kekerasan diakses pada 11 Januari pukul 12.48 wib
https://daerah.sindonews.com/read/1203921/174/banten-darurat-kejahatan-
seksual-anak-ini-penyebabnya-1494339194 diakses pada 03 Oktober 2017 pukul
11:00 wib
Peraturan Bupati Serang Nomor 64 Tahun 2016 Bab III Bagian Kedua Pasal 4
LAMPIRAN
142
PEDOMAN WAWANCARA
Key Informan
Poin Wawancara
5. Pemilihan pesan yang sesuai dengan target khalayak yang akan menerima
oleh DKBP3A
PEDOMAN WAWANCARA
Poin wawancara :
LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
terhadap perempuan dan anak. Tujuan dari pelaksanaan observasi ini untuk
dapat mencatat serta menanyakan hal-hal yang belum peneliti mengerti serta
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode Informan : P1
Catatan Wawancara :
1) Waktu pra penelitian sebelumnya, saya wawancara dengan ibu dewi bu,
bahwa disini ada pencegahan dan penanganan tindak kekerasan. Kalau
pencegahan tindak kekerasan itu sendiri seperti apa bu programnya?
P1 : Jadi di bidang perlindungan perempuan dan anak dalam rangka mencegah
terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak kita punya beberapa
program ya. Itu diantaranya pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi.
Sosialisasi bisa berupa undang-undang KDRT, undang-undang perlindungan
anak, terus juga ada program three-end. Three-end itu dari Kementerian. Three-
end itu yang pertama akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, yang
kedua akhiri tindak pidana perdagangan orang atau trafficking, nah yang ketiga
akhiri kesenjangan ekonomi bagi perempuan. Nah itu beberapa yang kita berikan
terhadap masyarakat melalui sosialisasi.
juga adalah anak. Jadi sekarang ini tidak hanya kepada masyarakat tetapi juga di
sekolah-sekolah kita lakukan. Kemarin juga sudah kita lakukan itu di SMA ya, di
SMA, SMP kita berikan beberapa materi ya mengenai itu, undang-undang KDRT,
undang-undang perlindungan anak, terus juga Three-end itu supaya mereka
paham kalau seandainya ada orang yang tidak dikenal yang berusaha
memperdaya mereka, itu mereka segera menghindar gitu.
10) Itu prosesnya gimana bu untuk bisa sampai melakukan kegiatan itu?
P1 : prosesnya? Ya kita mengajukan dulu ke kepala dinas kegiatan yang akan
kita lakukan nanti kepala dinas acc, anggaran turun begitu.
12) Untuk memilih khalayaknya atau penerima program itu bagaimana bu?
Adakah cara menentukannya bu? Misalnya lokasi ini dipilih berdasarkan apa?
P1 : kan kalau misalnya kita ke kecamatan, nanti orang kecamatan yang memilih
siapa saja, biasanya dari unsur tokoh agama, tokoh masyarakat, kemudian juga
dari tim penggerak PKKnya, terus dari forum anak yang ada di wilayah itu. Itu
yang jadi sasaran.
13) Jadi untuk menentukan target khalayak itu ada riset lapangan atau engga, atau
memang langsung minta tolong ke KUPT nya itu atau bagaimana?
P1 : iya memang sih, misalnya gini kalau kasus kekerasan yang banyak di
wilayah tertentu misalnya ya, kita turun. Misalnya di Kibin, itu banyak kasusnya.
Ya kita turun kesitu. Lebih ke yang rawan lah, yang rawan dengan kasus KDRT
14) Ada gak sih bu, kelompok-kelompok yang memang mendukung sekali atau
menentang sekali ketika melakukan sosialisasi?
P1 : enggk sih, selama ini ga ada. Semua mendukung
15) Tujuan dari dilakukannya pencegahan tindak kekerasan ini apa bu?
149
16) Perubahan yang diinginkan dari khalayak itu seperti apa bu? Apakah
perubahan pengetahuannya, atau perubahan apa bu?
P1 : iya itu jelas setiap kita menyampaikan sosialisasi pasti kita harapkan
masyarakat tau, masyarakat juga paham bahwa tidak boleh melakukan tindak
kekerasan terhadap anak dan juga misalnya istri atau perempuan. Seandainya
melakukan hal seperti itu, itu ada sanksi hukumnya berat. Sanksi hukumnya itu
kalau melakukan kekerasan apalagi terhadap anak itu hukumannya bisa 5 tahun
keatas. Sama perempuan juga. Malah kan sekarang ada perpu itu ya, perpu no.1
itu kan disitu jelas ada hukumnya, ada suntik kebiri, ada juga hukuman mati,
terus juga seumur hidup, terus pake pin itu ya. Berarti itu sudah berat, sudah
gawat kondisinya.
17) Sekarang masuk ke materi pesan yang disampaikan. Kalau dari pihak
DKBP3A dalam menyampaikan pesan itu isinya berupa apa bu, materi
pesannya?
P1 : materi pesannya ya kita selama ini kita sampaikan pesan-pesan kepada
masyarakat bahwa lindungilah perempuan dan anak, karena kalau kita
melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak itu sanksi hukumnya sangat
berat dan apabila kita mengetahui atau melihat tindak kekerasan di sekitar kita,
kita harus segera melapor ke pihak yang berwajib seperti ke P2TP2A, ke
kepolisian gitu. Jadi kalau kita diam saja kita juga akan terkena sanksi yaitu
sanksi pembiaran. Nah itu juga ada hukumannya gitu. Makanya sejak dalam
menyampaikan sosialisasi itu juga supaya masyarakat itu peduli, jangan acuh tak
acuh atau cuek melihat ada kejadian seperti itu. Nah kalau ada sanksi hukumnya
kan mereka juga akan takut atau tidak berani melakukan seperti itu.
18) Itu pesannya biasanya berbentuk seperti apa bu? Apa informatif kah, atau
persuasif seperti itu?
150
P1 : ya kita kan ada bisa bentuknya banner, bentuknya juga bisa berupa leaflet,
atau juga ya itu tadi melalui radio terus macem-macem sih, poster, atau spanduk,
seperti yang diluar itu kan baligho kita buat „akhiri kekerasan terhadap
perempuan dan anak
20) Ada ga sih bu dukungan dari supporting unit masyarakat, misalnya kayak
tokoh agama, kepala desa, petinggi daerah itu ada?
P1 : dukungan ada, bentuk dukungan itu juga kan kalau tokoh agama itu
menyampaikan lagi (materi) misalnya dia ceramah, menyampaikan lagi kepada
masyarakat itu juga bentuk dukungan kan, sama aja. Dari kecamatan, pak
camatnya, dari pak lurahnya.
21) Untuk perencanaan komunikasi lebih lanjut itu seperti apa bu? Ada buat
jadwal atau seperti apa bu?
P1 : setiap tahun itu pasti ada ya, kita punya rencana kegiatan. Tapi kalau
misalnya langsung face to face gitu juga kalau perorangan engga. Selama ini kita
hanya mengundang peserta sekian orang ya kita sampaikan seperti itu,
23) Untuk sosialisasi, adakah respon atau timbal balik dari khalayaknya langsung
seketika itu juga?
P1 : ada, biasanya ada banyak pertanyaan ya. Mereka ingin tau bagaimana sih,
harus kemana melapor, terus kalau misalnya visum harus seperti apa
persyaratannya, kan visum itu misalnya dia diperkosa dia kan harus divisum. Nah
visum itu sebagai bukti atau sebagai alat untuk bisa menangkap pelaku gitu. Ya
151
jadi seperti itu. Kalau misalnya mereka sudah tau kan mereka tidak bingung lagi
kalau misalnya ada kejadian, harus kemana harus kemana dia udah tau alur-
alurnya gitu.
24) Setelah program dilaksanakan, apa dievaluasi bu, langsung dievaluasi hari itu
juga?
P1 : pasti dievaluasi tapi engga hari itu. Misalnya kegiatan sudah selesai dari
roadshow tiap kecamatan, nah disitu kan baru ketauan gitu kan, „oh berarti kalau
di kecamatan ini karena dia rawan, kita harus lebih sering untuk memberikan
sosialisasi‟ misalnya kalau di kecamatan ini cenderung lebih banyak korbannya
adalah anak-anak nah mungkin kita nanti, sasaran kita nya lebih ke anak-anak
sekolah atau guru-guru BPnya gitu. Itu aja sih.
25) Poin-poin yang dievaluasi itu apa saja bu? Apa yang dievaluasi dari program
itu?
P1 : kehadiran pesertanya terus juga wilayahnya, terus juga dukungan aparat ya.
Kalau misalnya aparat disini ternyata memang dia peduli banget, kita akan
melakukan lagi program itu. Kalau misalnya cuek-cuek aja mungkin kita juga
akan sampaikan ke ibu Bupati bahwa kecamatan tersebut tidak mendukung
kegiatan kita.
P1 : pernah ada di kecamatan tertentu, ya itu tadi kita sampaikan jangan sampai
hal ini terjadi lagi, jadi kita dateng itu mereka belum siap gitu.
30) Kalau faktor pendukung bu, faktor pendukung dalam program pencegahan?
P1 : oh banyak faktor pendukung itu diantaranya dukungan dari pimpinan juga
itu salah satunya. Dengan pimpinan atau kepala dinas mendukung dengan dia
mau hadir, dia bisa menyampaikan langsung ke masyarakat itu juga bentuk
dukungan. Kemudian juga sarana dan fasilitas seperti kendaraaan, terus
dukungan alat misalnya ada kita bisa menyampaikan langsung leaflet atau brosur
ke peserta itu juga dukungan dan anggaran yang pasti.
153
TRANSKRIP WAWANCARA
Alamat : Cikeusal
Kode Informan : P2
Catatan Wawancara :
1) Pak, ada gak sih program pencegahan untuk tindak kekerasan terhadap
perempuan?
P2 : kalau program pencegahan itu banyak, termasuk ada dari mulai sosialisasi
terus penyebarluasan jaringan informasi, pembentukan kader-kader relawan itu
semua proses dari pencegahan. Kan lebih baik mencegah daripada mengobati.
Itulah namanya kasus kan, kaya sekarang semakin banyak dokter penyakitnya
juga semakin banyak. Apalagi dunia sekarang, aduh..dunia apa ya? Bingung lah
dengan dunia sekarang ini menyikapinya.
3) Tadi kan bapak bilang tergantung dukungan pak, itu dukungan darimana?
154
P2 : dukungan dari anggaran APBD. Kalau di desa-desa itu kan ada dana desa
untuk kegiatan itu, kita sisipkan aja. Ada pertemuan rapat desa atau PKK desa,
ya.. kita selipkan materi dari pencegahan itu.
ke Batam, Batam nyebrang Malaysia, udah engga bakalan terlacak. Sampai Riau
aja namanya diganti. Dari sini namanya Rohiyah (Rojanah) sampe sana jadi
Putri Chintya. Tapi kalau sampe nyebrang ga ada biodatanya susah engga
terlacak.
11) Biasanya pak, pesannya apa yang disampaikan pak? Kan tadi bilang, kita udah
nyiapin pesannya jadi orangnya tinggal langsung ngomong, itu pesannya apa
pak?
P2 : pesannya pertama ya.. dari undang-undang perlindungan anak, undang-
undang KDRT, undang-undang no.11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak
ya.. sekitar itu. Kemudian ada pesan dari agamanya, pembentukan keluarga
sakinah, ya kan dimulai dari keluarga. Kalau keluarganya sudah harmonis
enggak bakalan ada kekerasan. Pemicunya kan dari keluarga. Tau pemicunya?
156
13) Ada ga sih pak, hal-hal khusus yang dilakukan dalam pembuatan pesan itu
sesuai target khalayaknya kan beda-beda pak?
P2 : ya.. paling penyederhanaan bahasa, karena kan tingkatan pemahaman
mereka kan berbeda-beda. Kalau kita sosialisasi di Pemda ya mungkin
bahasanya udah bahasa hukum, tapi kalau penjabaran dari undang-undang aja
penyederhanaan bahasa. Orang kan tidak akan mengerti „implementasi undang-
undang sistem peradilan anak‟ apa itu bahasa sederhananya kan engga tau.
Padahal disitu undang-undang peradilan anak itu kan menekankan kepada upaya
disversi artinya unsur-unsur musyawarah. Jadi lebih disederhanakan lagi aja
bahasanya. Kalau orangnya jawa ya audiens nya, kita cari yang mengerti bahasa
Jawa. Artinya campur-campur, kalau bahasa Indonesia kan semua paham, cuma
ada tingkatan-tingkatan itu aja. Tinggal penyederhanaan pesan sosialisasi,
artinya tidak terlalu formal-formal banget, tidak kaku gitu penyampaian
bahasanya. Kalau kita pesannya diberikan ke kyai kan enak yang
menyampaikannya. Kalau audiens nya mahasiswa, kita pakai dosen.
14) Pesan-pesan yang disampaikan itu sifatnya gimana pak? Informatif kah,
edukatif kah atau persuasif mengajak orang supaya menjauhi kekerasan?
P2 : iya, diantara itu hampir semuanya masuk. Dari persuasif, dari edukatifnya,
jadi informasi itu ya mereka tau dulu.
15) Terus pak, bagaimana nentuin khalayak yang akan menerima program
pencegahan? Tadi kan ada tokoh agama, itu gimana nentuinnya?
P2 : iya kita tentukan aja per RW 1 tokohnya. Dari unsur masyarakatnya 1, tokoh
agamanya, tokoh masyarakat, ketua RT RW. Minimal ya tokoh-tokoh itu dia
mampu menyebarluaskan lagi. Artinya semacam TOT (Training of Trainer)
16) Sebelumnya pak, dilakukan dulu ga sih riset lapangan untuk nentuin
khalayaknya?
P2 : ada, survey maksudnya? Ada ya.. seperti kegiatan-kegiatan ini selalui
diawali dengan survey. Artinya untuk menentukan lokasi dan lain sebagainya, kan
157
koordinasi itu perlu. Kan pihak yang akan dituju harus tau. Saya itu lebih banyak
dengan kegiatan kekerasan ini akan berhubungan dengan kepolisian, kepolisian
harus tau kita mengadakan sosialisasi disana. „oh iya pak‟ polisinya juga ikut.
Artinya disamping keamanan dia juga menyampaikan pesan yang berkaitan
dengan materi kepolisian. Sebetulnya kepolisian punya kegiatan sendiri mungkin,
tapi belum ada dukungan anggaran jadi nebeng. Jadi seneng kalau lapor polisi,
„oh iya saya menyampaikan masalah narkoba, kenakalan remaja‟ entah itu
kemudian pemberitahuan tentang wajib SIM, kelengkapan surat-surat dan lain
sebagainya itu bisa disampaikan. Polisi seneng kalau diajak gitu. Polsek-polsek
itu punya program sebetulnya. Dia pengen kerjasama ke desa-desa, ya kadang-
kadang anggarannya ga cukup atau anggarannya engga ada tapi ya.. yang
penting programnya sampai. Kemaren juga sosialisasi P2TP2A di Cirangkong,
Petir bersama polisi, bersama LPA (Lembaga Perlindungan Anak), kemudian
dari KPAI Untirta yang diketuai Pak Uud, anak buahnya kesana menyampaikan
materi. Nanti ini juga ada kasus perebutan hak asuh anak di pengadilan, hak
asuh dimenangkan oleh ibunya. Sementara sebelum ada putusan pengadilan,
anaknya dibawa sama bapaknya ke NTT sampe sekarang. Ibunya pengen.. ya
namanya anaknya masih bayi, pastilah pengadilan berpihak ke ibunya. Karena
kan anaknya masih bayi.
17) Di dalam masyarakat itu pak, ada ga kelompok yang emang menolak ada
sosialisasi atau ada yang mendukung?
P2 : kalau diadakannya sosialisasi untuk kelompok yang menentang gitu ga ada
ya, ga ada yang menolak. Kalau untuk program penanggulangan kekerasan ga
ada, tapi kalau untuk program-program KB mungkin ada aja tokoh yang kurang
setuju. Seperti program KB MOP, ada aja tokoh yang kurang setuju. Artinya ya
pemahamannya terbatas, kadang-kadang orang melihat sisi agama itu hanya satu
sisi.
18) Kalau tujuan utama dari program pencegahan kekerasan itu apa pak? Tujuan
yang ingin dicapai?
P2 : semakin menurunnya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Kalau bisa tidak ada kekerasan.
20) Terus dari sosialisasi itu, perubahan apa sih pak yang diinginkan?
P2 : perubahan mindset seseorang, jadi dari tidak mau melapor sekarang mau
melapor. Itu kan sudah bagus. Kemudian merubah budaya, dari perilaku kasar
terhadap anak. Iya… perubahan perilaku yang diharapkan itu. Tapi susah ya
namanya perilaku mesti pelan-pelan, artinya tidak instan. Beda lah dengan yang
lain programnya. Kalau ini ga instan, ini ga nampak soalnya. Harus.. minimal
orang mengetahui aja dulu bahwa ada lembaga yang menangani kekerasan
terhadap perempuan dan anak khususnya gitu ya… kenapa sih perempuan terus
yang diiniin, laki-lakinya engga?
21) Nah, iya pak? Kenapa selalu perempuan terus, laki-lakinya engga?
P2 : karena sebagian besar yang menjadi objeknya itu kan perempuan dan anak.
Karena tadi, dianggap sebagai wanita lemah dan lain sebagainya. Padahal ada
loh, kasus laki-laki juga ada yang mendapatkan perlakuan kasar dari istrinya.
Ada.. tapi ya.. hanya kasus sedikit, yang jadi objek itu kan banyaknya perempuan.
Ya kan kekerasan itu kan tidak hanya fisik, ada psikis, ada kekerasan seksual gitu,
ya jadi banyaknya perempuan itu mendapatkan kekerasan psikis, diledek,
diomongin, itu udah masuk kekerasan psikis.
159
22) Tindakan apa sih pak yang dilakukan oleh dinas ini untuk mencapai sasaran
atau target sosialisasinya?
P2 : kalau kita kan sistem kerjanya berbeda dengan polisi, kalau kita itu hanya
sebatas pendampingan dan rujukan kalau terjadi kasus. Jadi ada kasus kita
damping, kita rujuk. Kalau penanganannya, penanganan luka, penanganan visum
itu urusan medis. Kalau sudah menyangkut tindak pidana kriminal itu bagian
polisi. Ya kita hanya merujuk mendampingi baik itu terhadap korban maupun
terhadap pelaku karena pelaku juga korban sama. Ya kita hanya sebatas kalau di
P2TP2A hanya pendampingan dan rujukan saja. Tapi kita sampaikan ini
ranahnya kepolisian, ini ranahnya bidang dinas kesehatan, ini ranahnya P2TP2A.
23) Ada dukungan ga dari supporting unit kaya kepala kampung, pejabat daerah
ada ga pak? dan biasanya dukungannya berbentuk apa pak?
P2 : ada. Dukungannya berbentuknya regulasi. Kalau kepala daerah kan regulasi
dan anggaran biasanya.
25) Tadi penentuan penggunaan medianya berdasarkan apa pak? yang pakai
leaflet, pakai banner, itu berdasarkan apa pak?
P2 : ya… berdasarkan banyak dikunjungi masyarakat seperti di mall, di stasiun
biar orang melihat. Oh.. ini sudah tersebar.
26) Ada ga pak perencanaan komunikasi sebelum turun kelapangan? Kayak buat
jadwal kegiatannya
P2 : ada… kan ada pembahasan perencanaan, ada rapat koordinasi dulu disini
dengan para KUPT kecamatan untuk menyampaikan “kita akan turun ke
kecamatan”, pembinaan P2TP2A materinya kita sampaikan kekerasan juga. Kita
160
selalu buat jadwal perencanaan. Jadi kalau enggak dibuat jadwal ya..
dikecamatan juga akan sibuk. Jadi harus menyesuaikan.
27) Kalau untuk timbal balik atau respon dari khalayak atau masyarakat itu
gimana? Ada ga timbal baliknya ketika melakukan sosialisasi?
P2 : ada… tapi tergantung responnya. Ada positif, ada yang lambat. Kalau yang
positif kan disatu daerah itu tingkat laporannya rutin. Jadi dilihat dari keaktifan
dia laporan. Jadi timbal balik itu tidak mesti dia paham atau tidak, yang penting
dia udah berani melaporkan aja itu sudah bagus.
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode Informan : P3
Catatan Wawancara :
3. sosialisasi?
P3 : kurang lebih sama seperti itu, cuma untuk kita dalam rangka pencegahan
kan artinya kita melakukan perlindungan kan terhadap anak. Jadi kita melakukan
upaya-upaya pencegahan dalam rangka memenuhi 10 hak anak. Nah itu yang
penting kuncinya 10 hak anak itu. Kita inikan lewat pemenuhan hak anak itu kan
mulai dari… udah tau belum 10 hak anak?
5. Oh ada lagunya?
P3 : ada…
Nah di Kabupaten Serang itu kalau yang namanya forum anak itu udah secara
nasional. Secara nasional itu ada, jadi mulai dari tingkat, dia berjenjang.
Bagusnya itu dari bawah seharusnya. Dari mulai ada forum anak tingkat desa,
forum anak tingkat kecamatan, forum anak tingkat kabupaten, kemudian provinsi,
nasional. Nah cuma selama ini yang baru terbentuk yang sudah bisa terbentuk
baru di tingkat kecamatan, yang desa nya ya rata-rata sih di seluruh Indonesia
sih kayanya, memang ada sih yang udah bagus-bagus ya.. udah bisa mereka
eksistensinya itu keliatan tapi untuk sebagian ya mungkin karena latar belakang
atau kondisi keadaan kita juga Kabupaten Serang yang berbeda dengan misalnya
Tangerang ataupun kota-kota besar lainnya sehingga yah…kita hanya sekedar,
saat ini hanya nama saja. Tapi untuk tingkat kecamatan dan kabupaten itu sudah
bagus, sudah kelihatan.
164
Eh… jadi lewat forum anak ini, program-program yang menjadi prioritas kita
untuk pemenuhan hak anak ya.. jadi mereka juga bisa ikut terlibat didalam
program kita misalnya tadi ada hak anak tentang nama, kebangsaan. Nah, kalau
kebangsaan mungkin warga negara ya. Untuk nama atau identitas ini forum anak
sudah mulai mereka bisa membantu atau terlibat dalam misalnya bagaimana
menyuarakan kepada anak-anak khususnya di Kabupaten Serang. Mereka punya
hak untuk mempunyai akte kelahiran karena apa? Akte kelahiran ini penting kan,
dengan akte ini adalah yang pertama yang sudah pasti. Itu kan sudah jadi syarat
kalau mereka mau masuk sekolah, mendaftar harus ada akte. Nah artinya, dengan
kepemilikan akte anak sudah bisa memperoleh hak untuk mendapat pendidikan.
Terus dengan akte juga, anak merupakan bisa memperoleh pengakuan bahwa ini
kan didalam akte, nama anak tercantum kan, anak dari ibu nama bapak.. nah gitu
kan. nah disitu kan ada pengakuan orang tua, ini anaknya siapa identitas dia kan,
ketika nanti orang tua meninggal, atau bercerai si anak punya hak untuk
mendapat waris dari orangtuanya karena akte itu kan. nah berbeda kalau
misalnya yang orangtuanya nikah siri karena mereka ga punya buku nikah,
artinya si anak pun lahir tanpa nama ayah. Sehingga ketika ada apa-apa, terjadi
apa-apa si anak tidak punya hak apa-apa, hak waris terhadap harta si ayah
meskipun misalnya seorang pengusaha besar biasanya kan pengusaha-pengusaha
yang punya duit, seenaknya aja kan mereka ganti-ganti hanya sekedar yah…
memuaskan nafsu atau apa yah gitu kan, mentang-mentang banyak duit ngawinin
cewek sebanyak-banyaknya, terus punya anak, anaknya ditinggalin, si anak ga
bisa menuntut apa-apa. Nah disitu kan anak dilindungi, anak terlindungi berarti
anak bisa memperoleh haknya melalui akte tersebut dan akte inikan bisa dibuat
dengan memperlihatkan buku nikah artinya dengan orang tuanya menikah, anak
bisa memperoleh haknya.
Saya cerita panjang nih ya, soalnya kemana-mana ini kalau perlindungan anak.
Jadi perlindungan anak itu bukan hanya sekedar melindungi anak dari tindak
kekerasan atau eksploitasi, enggak. Tapi banyak hak anak itu, banyak. Nah
makanya eh… dari kementerian itu kan mengeluarkan suatu program, kebijakan,
kegiatan yang namanya Kabupaten/Kota Layak Anak. Sudah pernah mendengar
kan? nah dimana itu setiap tahun Kabupaten/Kota itu dilakukan evaluasi
terhadap pemerintah Kota dimana ada 24 indikator yang dilihat dari 24 indikator
itu dia masuk kedalam 5 kluster, dimana kluster pertama itu tentang hak sipil dan
kebebasan. Yang kedua lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Itu kan
berarti memang sudah sangat ini banget kan. yang ketiganya kesehatan dasar dan
kesejahteraan. Keempat pendidikan, budaya dan pengisian waktu luang kalau
engga salah. Panjang-panjang sih ya.. terus yang kelima perlindungan khusus.
165
Nah perlindungan khusus ini termasuk didalamnya itu masalah kekerasan dan
eksploitasi kemudian anak yang label label itu… stigma, terus yang pornografi
kemudian anak yang difabel disabilitas, kemudian anak yang berhadapan dengan
hukum itu masuk kedalam perlindungan. Makanya tidak hanya sekedar tindak
kekerasan dan eksploitasi aja kalau yang dimaksud dengan perlindungan anak.
Beda dengan Pak Nunung ya..kalau Pak Nunung kan perlindungan perempuan
seolah-olah hanya disitu aja, kalau perlindungan anak dia lebih luas lagi dari
mulai kesehatannya, pendidikannya, semuanya sampe hal-hal ngisi waktu
luangnya aja itu anak itu harus difasilitasi biar itu terpenuhi, nah itu..
perlindungan anak itu luas banget makanya gitu.. Pokoknya kalau perlindungan
anak KLA aja gitu, udah aja. Buka KLA itulah perlindungan anak.
7. Kalau tujuan yang ingin dicapai dari dinas ini terkait dengan melakukan
program pencegahan bu, itu seperti apa? Khususnya perlindungan anak
P3 : Iya tentunya juga kembali lagi untuk „pemenuhan 10 hak anak‟ itu. Jadi
semua apa yang dilakukan, apa yang disusun, apa yang diinikan pokoknya semua
mengarah ke pemenuhan hak anak itu aja, titik udah itu aja. Sok.. pertanyaan
apalagi pasti jawabannya „pemenuhan hak anak‟.
8. Tadi disinggung tentang forum anak bu, forum anak itu biasanya ngapain aja
sih bu? Kegiatan rutinnya apa saja yang dilakukan oleh forum anak?
P3 : jadi saya kasih gambarannya dulu ya forum anak itu seperti apa. Jadi tadi
kan forum anak itu berjenjang kan dari mulai tingkat desa seharusnya, tingkat
kecamatan, tingkat kabupaten, kita bicara sampai tingkat kabupaten saja karena
kesana-sananya udah diluar ranah kabupaten. Jadi forum anak tingkat desa itu
merupakan kumpulan anak-anak yang ada di desa. Nah pengertian anak sendiri
tadi belum ya, belum dijelasin. Jadi anak itu seseorang yang berusia 0 sampai
kurang dari 18 tahun. Jadi 18 tahun kurang 1 detik itu anak, kalau misalnya udah
18 tahun pas atau lebih satu detik itu bukan, sudah bukan anak lagi. Nah jadi
seluruh anak yang ada di desa mereka membentuk satu kumpulan itu namanya
forum anak. Itu bisa aja mereka yang bukan dari organisasi artinya perorangan
ataupun organisasi-organisasi yang ada di desa atau kumpulan-kumpulan anak
yang ada di desa, misalnya remaja masjid atau karang taruna bisa aja sih mereka
membentuk satu wadah yang dinamai forum anak. Nah, desa ini punya forum
anak, desa ini punya forum anak, nah satu kecamatan itu kan terdiri dari
beberapa desa. Desa A, desa B, desa C, desa D punya forum anak, membentuk
forum anak. Jadi perwakilan-perwakilan forum anak desa A, perwakilan forum
anak desa B, desa C, itu mereka membentuk forum anak tingkat kecamatan. Jadi
artinya forum anak tingkat kecamatan merupakan kumpulan dari anak-anak yang
166
merupakan perwakilan dari forum anak desa. Itu forum anak kecamatan. Nah
kemudian sekarang forum anak kabupaten terdiri dari kecamatan-kecamatan.
Perwakilan dari kecamatan A, kecamatan B, kecamatan C mereka membentuk
forum anak tingkat kabupaten. Jadi artinya forum anak tingkat kabupaten
merupakan kumpulan dari anak-anak yang merupakan perwakilan dari forum
anak kecamatan.
Nah sekarang apa yang menjadi tugas atau keseharian mereka? Forum anak itu
apa?. Nah forum anak Kabupaten sendiri sebetulnya bisa aja dia tidak harus
anak sekolah, tapi yang selama ini ada karena mungkin untuk lebih memudahkan
baik dalam koordinasi ataupun hal-hal lain. Jadi selama ini forum anak
kabupaten itu adalah anak-anak sekolahan dimana anak-anak sekolahan itu
perwakilan dari forum anak kecamatan. Artinya forum anak kecamatanpun
mereka terdiri dari anak-anak yang merupakan siswa-siswa sekolah dari sekolah
yang ada di kecamatan tersebut. Makanya untuk kabupaten pun dia beragam, ada
yang dari SMP mana, ada yang dari SMA mana macem-macem dari tingkatan itu
ada yang SMP sampe SMA. Untuk keseharian mereka karena mereka juga
berasal dari sekolah yang berbeda-beda dimana jam belajarnya pastinya juga
berbeda ada yang dari hari senin sampai jumat hari sabtu minggu libur. Ada
yang senin sampe sabtu terus pagi-pagi masuknya mungkin sama kali ya nah
keluarnya yang jam setengah tiga udah keluar, ada yang baru keluar jam 4 gitu
kan sehingga untuk pertemuan, kita melakukan pertemuan rutin sih selama ini
mah satu bulan satu kali tapi itupun tergantung kebutuhan permintaan ya kalau
misalnya memang ada suatu hal yang harus segera dibahas disampaikan
disebarkan kita lakukan pertemuan. Cuma pertemuan itu memang dari
kementeriannya pun sudah menggarisbawahi bahwa “pertemuan forum anak
tidak boleh dilaksanakan di jam sekolah”. Jadi itu harus dilaksanakan di hari
Minggu. Jadi saya selama ini kan sabtu minggu libur, nah kalau ini mah mau
enggak mau saya relakan satu hari dalam satu bulan itu hari minggunya saya
sediakan buat anak-anak. Dan ternyata itu pengorbanan cuma satu hari tapi saya
dapet banyak kayaknya gitu. Minimal saya serasa lebih muda lagi, soalnya saya
jadi anak juga. Iya.. itu tentang pertemuan. Kemudian program kerja selama ini
kan mereka dibagi kedalam bidang. Mereka terbagi ke-enam bidang sih kemaren,
cuma kemaren itu setelah kita evaluasi di akhir Desember kemaren kayaknya
dengan bidang ini mereka rasanya kurang efektif sehingga kita menyesuaikan
dengan KLA sehingga untuk program kerja terbagi kedalam lima sesuai KLA
lima kluster.
167
Kemaren baru kita susun cuma memang belum dibukukan atau disusun secara
bagus ya secara rapih tapi draft sudah ada. Jadi kita sesuaikan dengan yang tadi
lima kluster KLA. Jadi untuk kluster satu kita mencoba namanya “1000 Akte
Anak”. Jadi dari forum anak itu mencoba mendukung maksudnya disini
Disdukcapil ya. Kan selama ini Disdukcapil juga lagi gencar-gencarnya ya untuk
ngejar target seluruh anak Kabupaten Serang harus punya akte kelahiran. Nah
kita dukung itu, ya dengan anak-anak forum anak mendekat kesana mereka
panggil perwakilan dari forum anak kecamatan kemudian diberikan pemahaman,
kesepakatan, langkah-langkah yang harus dilakukan apa, termasuk penyebaran
blangko kemaren. Nah forum anak kecamatan bergerak mendatangi sekolah-
sekolah, mereka menjaring anak-anak yang belum punya akte. Jadi mulai dari
sekolah. Ada juga anak-anak yang “Bun, boleh enggak kalau misalnya kita mulai
dari lingkungan terdekat?”, silahkan, jadi itu teknis aja ya tapi yang penting kita
bisa mendata, menginventarisir berapa jumlah anak yang belum terpenuhi
haknya untuk memperoleh identitas dalam bentuk akte kelahiran. Nah itu dari
kluster 1, jadi dari forum anak ini mereka membuat program kerja, menyusun
program kerja sekarang ini disesuaikan dengan kluster di KLA. Karena ini agar
lebih mewujudkan KLAnya lebih efektif kan kalau begitu. Jadi ada yang
pendekatan mereka melakukan audiensi ke Disdukcapil.
Kemudian yang kluster dua itu kemaren mereka pendekatan ke Dinas Sosial.
Kluster dua itu keluarga dan pengasuhan alternatif. Kemudian kluster tiga
kesehatan. Jadi mereka mendekat ke Dinas Kesahatan. Kluster empat merapat ke
Dinas Pendidikan. Kluster lima ini ke Kominfo, kemudian ke Polres apa Polda
itu kemaren. Kemudian mereka juga akan mencoba merapat ke… pokoknya yang
berurusan ke pornografi, anak-anak berhadapan dengan hukum berarti mereka
ke Kejaksaan gitu kan. nah itu mereka sedang menyusun, mereka akan melakukan
itu.
Dalam rangka ya.. itu tadi pemenuhan hak anak, yang sudah rutin kita lakukan
jambore itu setiap tahun kita lakukan, kemudian ada capacity building karena
forum anak itu kan dia anak sekolah ya..mereka engga akan bertahan lama kan
paling dua tahun selesai, dua tahun selesai sehingga otomatis kita juga harus
dituntut untuk melakukan pembaharuan lagi kepengurusan kan. Artinya yang ini
keluar kita rekrut baru, capacity building lagi gitu kan. setahun dua tahun keluar,
rekrut baru capacity building lagi terus kayak begitu.
11. Itu perekrutannya gimana bu? Dari sekolah-sekolah memang ada volunteer
atau memang dipilih?
P2 : menyeluruh ya, engga kita inikan ke satu atau dua orang. Jadi kita undang
misalnya 30 peserta, semuanya mendengarkan gitu.
12. Untuk memilih khalayaknya atau penerima program itu bagaimana bu?
Adakah cara menentukannya bu? Misalnya lokasi ini dipilih berdasarkan apa
P3 : bisa, karena kita semuanya serba berjenjang ya.. disini kita punya KUPT.
Nah kita punya KUPT. Jadi apa-apa yang jadi perpanjangan kita ya KUPT. Jadi
nanti kita hanya melayangkan surat, mereka kan pasti kecamatan punya anak-
anak unggulan. Mereka mungkin pendekatan dengan sekolah-sekolah sih ya
selama ini. Saya tau gitu ya, jadi mereka pendekatan ke sekolah, nanti sekolah
yang akan menentukan mengirim siapa-siapa yang sekiranya mampu mewakili
kecamatan untuk menjadi wakil untuk disini di kabupaten karena kan mereka
sekaligus menjadi duta kan. Itu tentang kepengurusan, kan tadi saya sampaikan
forum anak itu berjenjang dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, provinsi
ada nasionalnya dimana untuk forum anak nasional pertemuannya yang besar itu
satu tahun satu kali ketika peringatan hari anak nasional. Itu anak-anak berebut
untuk bisa hadir di FAN (Forum Anak Nasional) karena memang itu betul-betul
satu provinsi hanya berapa orang gitu kan. Nah itu disaringnya dari tingkat
bawah, kalau saya sih dari tingkat kecamatan ya.. dari tingkat kecamatan kita
saring dan itu disebut dengan pemilihan duta anak. Nanti di provinsi ada
169
saringan lagi, dari provinsi barulah mereka akan berangkat ke FAN atau Forum
Anak Nasional.
13. Mayoritas Forum Anak ini dari SMP atau SMA bu?
P3 : SMA SMP. Tapi kebanyakan SMA. Meskipun sebetulnya kan anak itu 0
sampai 18 tahun, cuma mungkin ya karena kita juga kan harus pertemuan atau
apa ya, mungkin orang tuanya juga ga ngasih ya kalau misalnya anaknya harus
pergi-pergi atau karena anak SMP kan masih belum terbuka kan ya pikirannya
masih malu-malu jadi belum mau ikut-ikutan. Tapi kebanyakan SMA sih, tapi ada
SMP juga.
14. Biasanya bu, siapa yang menjadi sasaran komunikan dari Forum Anak?
P3 : kebanyakan yang menjadi sasarannya itu yaa teman-teman sebaya atau
sekolah mereka. Tapi memang tergantung dari ininya juga ya (kondisi). Kaya
kemaren begini dari kluster tiga ya, kesehatan dasar dan kesejahteraan.
Kesehatan dasar itu salah satunya ada KTR (Kawasan Tanpa Rokok, mereka mau
bikin program apa coba? Mereka mau membagikan pamphlet, brosur, sekalian
mau permen katanya. Jadi mau nyuruh bapak-bapak yang ngerokok di tempat
umum nanti digantikan dengan permen. Nah jadi tergantung ya, tergantung dari
programnya, kalau misalnya memang sasarannya ya tergantung apa. Cuma
memang lebih banyak ke anak-anak sebaya sih. Kayak kan ada perkawinan anak
itu di kluster dua. Kalau perkawinan anak kan artinya kita mengharapkan orang-
orang yang masih di usia anak itu tidak menikah dulu. Nah makanya mereka
melakukan penyuluhan kepada anak. Artinya kan itu sasarannya anak tapi kalau
misalnya seperti tadi „Kawasan Tanpa Rokok‟ mereka mau mengkampanyekan
“Hey bapak-bapak jangan merokok di tempat umum” gitu.
Nah ini indikator KLA. Itu ada kluster-klusternya kemudian ini indikator-
indikatornya. Klusternya yang ditengah, kluster 1 itu kan hak sipil dan kebebasan.
Jadi ada 1 kluster kelembagaan ditambah 5 kluster. 10 hak anak itu semuanya
ada disini. Untuk perlindungan anak itu ini sebetulnya mah, kuncinya itu ada
disini semua. Makanya semua kegiatan-kegiatan dari seluruh SKPD atau OPD
yang ada di Kabupaten Serang atau kabupaten kota manapun itu semuanya harus
mengarah ke Perda ini. Nah untuk KLA ini, ini bukan hanya untuk di dinas sini
saja karena KLA itu merupakan komitmen ya, komitmen dari seluruh stakeholder.
Kan disitu “Pemerintah beserta seluruh stakeholder di Kabupaten Serang
berkomitmen membangun Kabupaten Layak Anak di Kabupaten Serang.
170
15. Kalau untuk sosialisasi terhadap program pencegahan tindak kekerasan, forum
anak juga dilibatkan bu?
P3 : iya kadang mereka juga yang melakukan sosialisasi bukan saya mereka aja.
Kalau misalnya disini pun mau ada kegiatan apa, karena selain Forum Anak kita
juga memanfaatkan fasilitator. Jadi Forum Anak yang sudah lulus dan mereka
potensinya bagus, sayangkan kalau kita tidak tularkan ke adik-adiknya. Makanya
kita jadikan mereka fasilitator. Nah itu tiap tahun bertambah sih fasilitator. Yang
jauhpun, yang kuliah-kulaih di Jogja, di Malang, itu tetep komunikasinya tetep
jalan dan mereka tetep saling dukung ngasih masukan, pokoknya kita saling
dukung aja. Kalau misalnya nih si adik-adik enggak bisa coba sama si kakak anu
gitu ya… kalau misalya yang disini-sini sih masih bisa ya kita koordinasikan.
Tapi meskipun yang jauh-jauh…. Jauh secara kasat mata tapi hatinya itu kita
masih satu. Itu mereka masih saling dukung gitu.
Untuk sosialisasi kalau tahun kemaren karena kita juga baru restrukturisasi di
tingkat kecamatan, kita berikan sosialisasi ke pengurus-pengurus baru. Itu
dengan caranya kita dateng kesana, kita keliling ke 29 kecamatan selama 1 bulan
setengah, forum anak, fasilitator, bersama kami tim dari sini karena kita sebagai
pendamping ya.. itu kita diem aja, yang memberikan materi dia, yang menyiapkan
materi juga dia cuma saya cek dulu kalau ada masukan atau sudah bagus. Cuma
yang berbicaranya mereka. Jadi nanti ketika ada pertanyaan mereka mentok,
dikembalikan ke kita. Jadi kita hanya sebagai pendamping dan pemantau aja, tapi
tetep kita enggak meninggalkan mereka jadi kita dampingi mereka dalam semua
kegiatan hampir seperti itu.
171
Nah.. forum anak di kecamatan itu kan jauh dari kita tapi mereka punya KUPT
cuma KUPT, namanya juga KUPT mereka terlalu banyak beban tugas di
lapangan atau mungkin tingkat kepedulian mereka yang engga begitu care
dengan forum anak tapi mereka jalan. Forum anak kecamatan kalau ada
kesulitan tetep WA ke saya. Untuk kecamatan-kecamatan tertentu yang memang
KUPT nya bagus, camatnya bagus, mereka lakukan sosialisasi keliling. Bahkan
ada satu kecamatan yang mereka sudah rutin ya, Kecamatan Cikeusal, ada dana
enggak ada anggaran mereka tetep jalan, jadi mereka keliling ke sekolah-sekolah.
Pulang sekolah jam 2 siang ke rumah masing-masing, makan tanpa ganti baju
mereka jalan lagi. Mereka keliling ke sekolah-sekolah.
Terus ada juga Kecamatan Tunjung, mereka sengaja buat spanduk entah itu dari
mana uangnya juga, bikin spanduk karena terus terang ke kecamatan kita dari
sininya enggak punya anggaran karena memang kekuatan daerah juga kalau
untuk membiayai sampe ke bawah belum kuat tapi Alhamdulillah meskipun
enggak punya anggaran, mereka kreatif gitu ya.. dengan caranya entah seperti
apa, mereka bikin proposal kasihin ke Camat, sama Camat dikasih barang 300
ribu atau 400 ribu, kantongin udah bikin spanduk. Terus bikin spanduk, mereka
arak spanduknya keliling kampung ya.. terus spanduknya itu berisi pesan-pesan
perlindungan anak ada juga yang begitu. Ya.. begitu sepak terjang mereka,
namanya juga anak-anaknya ya, disaat mereka sudah tersentuh mereka bergerak.
Beda dengan orang dewasa, kalau orang dewasa mungkin mereka berpikiran ada
uangnya enggak.
18. Itu 1000 akte anak, apanya yang dibagiin bu? Blangkonya itu?
P3 : iya jadi mereka ngebagiin blangko untuk menjaring atau mendata ya anak-
anak yang memang belum punya akte. Nanti data itu dikumpul diserahkan ke
Disdukcapil, nanti Disdukcapil yang menggarap entah seperti apa saya juga
belum terlalu ini, gitu…
Jadi komunikasi kita ya lewat WA aja.. di WA itu ada WA Forum Anak “Just
Forum Anak Kab. Serang” terus ada “Family Forum Anak Kab. Serang” satu
lagi itu apa pokoknya ada tiga. Yang satu khusus kita doang, yang satu sama
fasilitator-fasilitator, yang satu lebih besar lagi.
172
20. Dari ukuran keberhasilan yang ingin dicapai dari program pencegahan itu
seperti apa bu?
P3 : iya yang pasti itu tadi pemenuhan 10 hak anak. Kalau misalnya memang 10
hak anak itu sudah terpenuhi, itu kita katakan berhasil dan kembali lagi, lagi-lagi
ke KLA. Jadi di KLA itu kan dilakukan evaluasi, nah kemarin tahun 2017 kan kita
sudah lakukan evaluasi, cuma yang menjadi hal yang sangat disayangkan
pemberitahuan ke kita jangka waktunya terlalu mepet sehingga kita tidak bisa
berkoordinasi dengan dinas-dinas instansi lain gitu. Sehingga mau enggak mau
kan data-data yang kita punya sebagai data-data penunjang dari evaluasi
tersebut sangat minim dan terbatas. Tapi saya yakin sih meskipun memang itu
sudah dilakukan evaluasi lewat KLA itu, meskipun hanya itu yang bisa kita
kumpulkan tapi sesungguhnya banyak hal yang memang sebetulnya kita sudah
berhasil. Contohnya dari puskesmas ramah anak..
atau misalnya kawasan-kawasan KTR nah itu masih rendah. Karena apa?
Kembali lagi ke.. kita enggak bisa berjalan sendiri ada orang lain disekitar kita,
dimana kesadaran itu komitmen itu enggak bisa hanya sekedar ada di kita tetapi
orang-orang disekitar kita, kita punya komitmen orang lain tidak. Jadi disitu
yang menjadi… kenapa keberhasilan masih rendah gitu. Tapi yang pasti yang
menjadi tujuan dari kita adalah seluruh desa di Kabupaten Serang, seluruh
kecamatan di Kabupaten Serang, semua anak di Kabupaten Serang itu sudah
terpenuhi haknya. Itu yang menjadi tolak ukur keberhasilan kita.
23. Biasanya evaluasi program itu kapan dilakukannya bu? Apa setelah
programnya berjalan langsung dievaluasi hari itu juga?
P3 : untuk disini?
Iyaaa
P3 : biasanya kan kalau yang namanya evaluasi satu tahun sekali. Misalnya
diakhir anggaran. Diakhir tahun.
25. Kalau kesulitan yang dihadapi saat melakukan program pencegahan ada bu?
P3 : kesulitan sih ada aja sih..enggak jauh-jauh sih bukan dari masyarakat aja.
Kadang-kadang dari aparat-aparat ASN nya sendiri juga kadang-kadang gitu ya.
Enggak jauh-jauh bukan ngejelekin atau ini yah, karena itu tadi pemahaman
konsep yang belum seragam. Lagi-lagi frame of referencenya yang berbeda. Itu
karena persepsi yang tidak sama itu, pemahaman yang tidak sama itu sehingga..
kalau kita udah menggebu-gebu tapi orang lain masih cuek gitu kan, nah itu
karena apa? Saya yakin kalau dia sudah tau manfaatnya, keuntungannya gitu, sisi
positif dari apa yang kita lakukan, faedahnya kalau mereka sudah tahu kan pasti
mereka akan respon. Tapi karena mereka (ya kita yakin aja) tidak tahu. Nah itu
sebetulnya karena apa ya memang, karena mungkin sosialisasinya yang kurang
gitu kan. atau mungkin kita sosialisasi ya sosialisasi, tapi kadang-kadang kita
baru nyebut nama aja “saya kayaknya tertarik deh sama ini” nah ada juga orang
174
kan “apa sih masalah anak..” gitu kan. nah itu faktor ketertarikan kan.
ketertarikan kepada hal yang dibahas atau yang dibicarakan. Tapi itu kembali
lagi ke pengalaman seseorang, latar belakang pendidikan seseorang.
26. Biasanya bu kalau misalnya ada sosialisasi, beda enggak sosialisasi program
pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan dan terhadap anak? Itu
dipisah atau digabung bu?
P3 : digabung sih biasanya. Kalau yang namanya tindak kekerasan itu pasti akan
“tindak kekerasan perempuan dan anak” itu akan selalu menyatu. Kalau anak itu
lebih ke perlindungannya. Jadi bagaimana biar anak terhindar dari.. pokoknya
bagaimana caranya biar 10 hak anak terpenuhi gitu, dimana kekerasan
merupakan salah satu bagian dari perlindungan anak secara keseluruhan.
Makanya kalau berbicara tentang kekerasan itu pasti gabung sama pak Nunung.
Jadi katanya itu “perempuan dan anak” enggak ada “perempuan” dan “anak”.
Ini kekerasan perempuan, ini kekerasan anak, enggak. Kalau kekerasan
perempuan dan anak yakin, tapi kalau perlindungan anak, enggak ada
perlindungan perempuan. Kecuali kalau misalnya ketika anak sudah berhadapan
dengan hukum, dimana anak berhadapan dengan hukum bukan berarti anak yang
menjadi korban saja tapi anak pelaku atau terdakwa itu merupakan anak
berhadapan dengan hukum yang memang harus wajib juga mendapat
perlindungan gitu. Makanya kenapa ketika dalam sebuah kasus kekerasan
misalnya yang menjadi pelakunya itu anak, disitu perlakuannya sudah khusus.
Proses sidangnya pun sudah khusus berbeda dengan dewasa. Kemudian
waktunya juga harus beda, kalau anak enggak boleh lebih dari 25 hari proses
persidangannya. Kemudian putusan pengadilannya pun itu akan berbeda dengan
dewasa. Jadi ketika sebuah kejahatan atau tindak kekerasan dilakukan oleh orang
dewasa dengan kekerasan atau tindakan yang sama yang dilakukan oleh anak,
misalnya tindakannya sama, tapi hukumannya harus beda. Anak itu dapat
hukumannya setengahnya dari apa yang diperoleh orang dewasa. Misalnya
kalau orang dewasa melakukan hal itu tuh dapat hukumannya 10 tahun, tapi
kalau si anak melakukan hal begitu cuma 5 tahun. Boleh dikurangi tapi tidak bisa
ditambah. Dan ketika mereka sudah vonis hukuman si anak tidak akan di satukan
dengan orang dewasa. Ada yang namanya tahanan anak kan, lembaga
pembinaan anak kayak LAPAS. Jadi itu anak di dalam tahanan harus tetap
terpenuhi 10 hak anaknya. Termasuk pendidikannya itu harus ada, jadi anak itu
belajar, anak tetep bermain. Enggak boleh anak ditahan dikurung aja seperti
orang dewasa itu enggak boleh.
175
TRANSKRIP WAWANCARA
2. Kita wawancaranya kayak ngobrol aja ya.. Terus menurut Hani, kenapa sih
mesti ada forum anak?
P4 : iya kan, yang namanya anak-anak itu kan punya pendapat, nah pendapat itu
harus mereka keluarkan juga. Disini forum anak juga menampung pendapat
mereka, partisipasi mereka, terus mereka juga dibutuhkan konstribusi nyatanya
gitu.
3. Ada kaitannya enggak sih sama tentang pencegahan tindak kekerasan terhadap
anak?
P4 : forum anak itu kan punya 2P itu istilahnya, Pelopor sama Pelapor. Nah
disitu forum anak sebagai pelopor maksudnya sebagai contoh dan pelapor. Nah
176
fungsi pelapor ini, forum anak ini anggota-anggotanya ketika melihat ada suatu
kekerasan anak, nah itulah tugasnya mereka untuk melaporkan. Disinikan forum
anak dinaungi sama badan PP di Kabupaten Serang, nah kita ngelapor kesana.
5. Kalau kaitannya dengan pencegahan tindak kekerasan, apa yang udah pernah
dilakukan sama forum anak?
P5 : iya.. bentuknya sosialisasi juga sih, kan kita ngasih tau nih “ini ada loh
forum anak, kalau kalian nih anak-anak yah, kalau kalian merasa dirugikan sama
orang tua atau sama yang lain, lapor ke kita. Kalian juga boleh ikutan sama kita
kalau kalian punya apresiasi, punya inspirasi ke kita”. Kan sukanya kan kalau
anak-anak sama orang tua beda pendapat ya, kalau yang ngebangun negara kan
orang dewasa tapi sukanya kan beda pendapatnya. Jadi kalau ngikutin orang
dewasa aja enggak sesuai sama anak-anak, anak-anaknya juga ngerasa dirugiin
kan kadang enggak sesuai juga, jadinya ada forum anak ini ngebantu anak-anak
ini maunya apa biar nantinya sama-sama diuntungkan.
P4 : setau aku juga kan, kalau misalkan kita lebih ngobrolnya ke anak, sama-
sama anak itu lebih enak. Pasti lebih nyambung kalau sesama teman.
6. Kakak mau tau dulu, kalau forum anak itu kalian itu awalnya gimana bisa jadi
forum anak?
P4 : awalnya itu kan karena adanya pendapat terutama anak-anak disini tuh
butuh tempat buat nyalurin pendapat mereka. Nah kemudian dari Komnas Anak
itu melibatkan Badan PP untuk membentuk forum anak itu sendiri.
P5 : ada.. sebenernya sih kalau forum anak siapa aja boleh ikut, tapi buat jadi
intinya tuh harus ada. Kalau di Kabupaten Serang yang pertama itu yang paling
penting itu ngirim essay terus dipilih beberapa orang doang, terus abis itu
diadain Bintek (Bimbingan Teknis) di Bintek itu diseleksi. „Kamu motivasinya
177
apa? Pengen enggak jadi forum anak? Pengen.. misalnya. Motivasinya apa?
Kesananya mau apa aja? Apa yang mau dilakuin?‟ kayak gitu.
9. Oh.. dikira harus tentang sesuatu yang berhubungan dengan anak misalnya
kemerdekaan anak atau hak anak
P4 : enggak… belum nyampe situ kak.
10. Kalian untuk nyampein materi ke temen-temen yang lain, ke anak-anak yang
bukan forum anak, itu dikasih pembekalan dulu ga?
P4 : kalau kita enggak..
P5 : kan pembekalannya misalnya ada di Bintek atau enggak..
14. Ooh.. gitu, jadi enggak ada emang waktu kalian khusus di kasih materi ini lalu
kalian sampaikan ke anak-anak yang lain? Ada enggak?
P4 : ada… cuman kita cuman ngasih inti-intinya aja, lebih lanjutnya mereka
pelajari sendiri gitu.
17. Terus kalau kalian menyampaikan ke temen-temen yang lain, itu dipilih engga
dari forum anak? Misalnya bagian ini atau bagian ini itu siapa..
P5 : kan kita kan Kabupaten ya.. di Kabupaten itu membawahi 29 kecamatan.
Jadinya dibagi-bagi. Jadi semuanya dapet.
21. Oh.. gitu, jadi bukan berdasarkan “ah anak ini nih pinter ngomong, jadi
dipilih”..
P5 : sama aja kok kak
23. Biasanya siapa sih yang jadi penerima pesan kalian? Orang-orang yang nerima
pesan kalian itu siapa aja?
P4 : sasaran forum anak itu biasanya anak-anak yang dibawah 18 tahun. Kalau
kemarin itu kita sosialisasi ke sekolah-sekolah sama waktu itu baksos ke yayasan.
Dan trauma healing waktu itu anak-anak yang korban bencana.
24. Penentuan lokasinya dilakukan berdasarkan apa sih? Kalau kalian milih lokasi
itu berdasarkan apa?
P4 : kalau penentuan lokasi sih kita berdasarkan ya, kalau misalkan memang ada
permasalahan di daerah tersebut ya kita lebih memprioritaskan daerah tersebut
179
ataupun memang sebelum kita taupun sering ada isu-isu bahwa di daerah ini tuh
banyak seperti ini, jadi kita lebih memprioritaskan daerah ini. Apalagi kita itu
sudah membentuk desa layak anak di kabupaten Serang. Ada lima desa..
27. Terus kalian kan sasarannya adalah anak-anak, gimana sih cara nyampein
pesannya? Kan dari bahasanya udah beda, nah seperti apa penyampaiannya?
P4 : jadi yang namanya anak-anak mah bahasanya enggak boleh terlalu tinggi
juga. Kalau kita itu biasanya nyampein ke mereka juga diiming-imingin kayak
hadiah gitu. iya.. jadi enggak selalu fokus sama kata-kata “ini hak anak itu gini
gini, tapi disela sama nyanyian, sama hadiah-hadiahnya, sama permainannya.
Jadi gitu.
28. Sebelum kalian ke lapangan tuh ada riset atau penelitian enggak? Kalian teliti
dulu nih masyarakatnya kaya gini ternyata jadi harus ada kegiatan ekstra
misalnya, pernah enggak?
P4 : enggak, kalau kita tuh biasanya kalau ngelakuin kegiatan itu berdasarkan
banyaknya isu. Isu yang paling banyak itu isu apa.
180
29. Pernah enggak kalian denger isu kekerasan terus kalian menyampaikan
tentang kekerasan, pernah enggak?
P4 : iya pernah, cuma kami rencananya tuh audiensi.
30. Ooh.. audiensi.. kalau audiensi kemana?
P4 : baru rencananya juga ke Polres.
32. Oh iya terus tujuan yang ingin dicapai dari adanya forum anak ini apa?
P4 : kalau tujuan yang ingin dicapai dengan adanya forum anak ini jadi adanya
tidak ada jarak antara anak-anak dengan pemangku jabatan ataupun pemerintah.
Jadi apa yang diinginkan oleh anak-anak dengan melalui jalur forum anak ini
bisa cepat tersalurkan. Apalagi kan kita sudah dua kali bertemu dengan Bupati
ketika pas saat launching bahwasanya seperti ini yang cepat terpenuhi oleh
Pemerintah untuk anak-anak ini, seperti ini, seperti ini, seperti ini, itu kita
sampaikan ketika launching kepada Bupati. Bahkan ada juga dari Kementerian
PPPA di pusatnya ada yang sampe kesini. Ataupun juga kita juga ada di media
sosial, wartawan, dan sebagainya bahwasanya hak-hak ini memang harus bener-
bener terpenuhi. Jadi dengan adanya forum anak ini tidak ada maksudnya agar
jarak antara anak-anak dengan pemerintah itu tidak jauh bisa tersampaikan.
P5 : atau ada juga yang nih, waktu kita sosialisasi tentang forum anak
kecamatan, kan ada anaknya yang tadinya enggak tau apa-apa, mereka itu
enggak tau apa-apa, terus ikutkan sosialisasi, dia tuh tadinya enggak tau apa-apa
sebodo amat “ih apa sih forum anak”, anak-anak tuh kayaknya biasa-biasa aja
ya, anak-anak , orang tua-orang tua gitu. Tapi setelah ikut jadi dia tau. Sering
juga komunikasi sama saya “teh jadi tau tentang forum anak”, jadi semakin
semangat “ih pengen kumpulan aja, jadi besok ngapain lagi?” jadinya lebih tau,
jadinya lebih enak dan lebih peka juga sama isu-isu anak.
181
34. Terus kalau kalian melakukan sesuatu, entah itu sosialisasi atau penyuluhan
atau kegiatan terakhir itu bikin akte ya? Gerakan 1000 akte? Itu pake media
enggak? Memberitahukan masyarakat dengan cara apa?
P4 : pake, paling kita menggunakan akun facebook masing-masing.
P5 : Ig juga kita punya , akun instagram forum anak forumanak_kabser, FAKS
namanya.
35. Kalau penggunaan media luar ruang, ada enggak? Kaya brosur, leaflet atau
baligho besar gitu, pake enggak?
P4 : enggak, cuman ini baru rencana doang ya kak, jadi kan kita dibagi lima
kluster. Nah itu yang masuk kluster 4 kalau enggak salah itu bakal, dia bakal
sosialisasi lewat pamphlet gitu kayak rokok.
39. Kalian misalnya udah punya rencana, misalnya mau bikin gerakan 1000 akte
dan waktunya belum tau terus tiba-tiba “eh bikin ini yuk”, jadi langsung
datang semua gitu?
P4 : ya kita jadwalkan hari minggu kita kumpul, nanti setelah kumupul nanti kita
kasih waktu dua minggu kumpul lagi buat ngasih dan ngumpulin berkas-berkas.
Udah gitu doang.
Itu tapi anak-anaknya pada dateng tapi?
P4 : iya pada dateng Alhamdulillah.
40. Ada enggak sih, kalian melakukan suatu upaya supaya dapet timbal balik dari
komunikan atau dari orang-orang yang kalian tuju?
182
P5 : feedback gimana? Umpan balik gimana? Misalnya akte nih ya, si hani kan
butuh audiensi ke Dukcapil, dia langsung datengin Dukcapilnya audiensi. Jadi
kalau tatap muka kan jadi langsung kan “Pak, kita mau gini.. jadi bapak bisa
enggak kayak gini kayak gini?” ditanggepin sama mereka nya “Oh ya boleh
boleh” kayak gitu, jadi terbuka mereka nya.
41. Kalau misalnya dari sosialisasi nih misalnya, kalian misalnya sosialisasi
tentang kekerasan ke anak-anak yang lain. Terus upaya apa yang kalian
lakukan untuk dapet timbal balik?
P4 : biasanya kan diakhir itu kita bikin kayak suara anak, nah mereka bikin suara
anak itu.
43. Kalian dapet dukungan enggak sih dari tokoh masyarakat atau dari tokoh
agama atau pejabat-pejabat daerah, ada enggak dukungannya?
P4 : Alhamdulillah ya ada, memang sih awal-awalnya banyak yang belum tau
“emang udah ada forum anak?”, bahkan dari dinas-dinas tertentu juga “oh udah
ada forum anak? Oh iya, iya, oh”. Jadi intinya nya semakin berjalannya waktu ya
Alhamdulillah kita itu semakin dikenal oleh Dinas Kesehatan, Dinas Olahraga,
oleh dinas-dinas lain sebagainya. Bahkan juga ya dari Dinas Olahraga “silahkan
kalau misalkan kalian mau minta bola atau peralatan olahraga buat anak-anak,
silahkan saja minta”. Bahkan dari kemaren dari Dukcapil itu waktu pas
launching Kabupaten Layak Anak (KLA) nah itu sebelum kita ngadain program
akte anak gratis itu kan, Pak Asep nya langsung ngomong ke aku “tolong dong
didata, dibantuin anak-anak yang enggak punya aktenya, tolong dibantu”.
44. Terus dukungan lain selain tadi itu yang bola dari Dinas Olahraga, itu
termasuknya kita anggap logistik lah ya, adakah dukungan lain kayak
bentuknya transportasi atau jaminan keamanan, kalian dijamin nih
keamanannya di daerah ini nih, adakah yang seperti itu?
P4 : ada, biasanya berupa uang transportasi sama makan juga..
45. Terus dari dinasnya, kalian contact dinasnya enggak? “Bu, kami mau
melakukan ini”, terus nanti dari dinasnya mendampingi?
183
P4 : iya biasanya.. kan kita kan punya Pembina. Pembina kita kan Bu Rina,
biasanya kita bilang dulu ke Bu Rina setelah itu baru didukung.
Suka ditemenin ga sama Bu Rina?
P5 : suka..
Selalu kalau ada kegiatan tuh ditemenin?
P5 : enggak selalu sih tapi sukanya nemenin. Waktu itu aja yang sosialisasi di 29
kecamatan bukan Bu Rina doang yang turun yah, temen-temennya Bu Rina dari
Dinas itu turun.
46. Kalian punya enggak sih ukuran keberhasilan suatu program. Ada enggak
ukuran keberasilannya, program kalian itu dikatakan berhasil kalau…?
P4 : kalau ada peningkatan. Untuk program gerakan 1000 akte, kita gunakan
database peningkatan dari sekarang, dari sebelum kita melakukan kegiatan ini
sampai sekarang. Nanti kita insya allah minta datanya dari Disdukcapil nanti
akan kita gunakan sebagai hasil laporan. Jadi biar kita tau peningkatan kita itu,
maksudnya dengan adanya program ini ada peningkatan atau tidak, kalau
misalnya memang belum ada, nanti kan kita akan tingkatkan lagi. Jadi kan ini
baru gelombang ke-1 akte ini. Ada 1910 berkas, jadi kalau memang belum ada
peningkatan nanti akan kita tambah lagi dengan gelombang yang ke-2.
P5 : Kemudian juga buat sosialisasi juga kan yang tadinya anak-anak yang suka
korban kekerasan itu, kita sosialisasiin nah yang tadinya mereka enggak tau
jadinya mereka tau. Itu salah satu kemenangan kita disitu.
48. Jadi program itu dilakukan langsung dievaluasi kah atau nunggu ada jedanya?
P5 : iya kita nunggu ada jeda atau paling juga kita kalau misalkan setelah selesai
kegiatan pulang ya, nanti kalau misalnya ada kegiatan lagi atau ada rapat, nanti
kita rapat sebelum rapat dimulai nanti kita evaluasi. Sebelum pembahasan
dimulai nanti evaluasi kegiatan yang sebelumnya.
51. Ada kesulitan-kesulitan yang kalian hadapi enggak entah itu ketika sosialisasi
atau acara-acara khusus gitu?
P4 : iya waktu akte kemaren itu pelajaran banget. Jadi itu ada orang.. cerita ini
mah kak, dia bilang dia katanya anggota Disdukcapil cuma pas aku tanya bukan..
enggak ada disini tuh. Ngaku-ngaku, ditanya dia senyum-senyum aja terus
mukanya merah. Ada yang memanfaatkan, jadi program kita dimanfaatkan sama
orang lain.
P4 : iya kalau misalkan di forum anak kecamatan, kan kita bagi-bagi di forum
anak kecamatan. Kalau di forum anak kecamatan itu ada uang kas. Kita
menggunakan uang kas, kalau memang sudah tidak ada ya terpaksa
menggunakan uang pribadi.
53. Kalian pertama kali tau tentang materinya, materi kekerasan itu darimana?
P4 : materi tentang kekerasan itu ya karena memang kita juga pas dibentuk tidak
diberikan materi itu, jadi sebelum kita masuk ke forum anak juga memang untuk
saya pribadi juga pernah mendapatkan sebuah sosialisasi tentang kekerasan juga
tahun 2014 waktu itu, itu saya masih kelas 2 SMP. Ya ilmu nya masih saya ada,
dapatkan. Karena memang ya namanya kekerasan itu tidak diperbolehkan. Ya
seperti itu lah akhirnya dengan adanya sosialisasi-sosialisasi sejak dari dulunya,
ada juga beberapa sekolah yang memang menangkap dari hasil sosialisasi
tersebut. Salah satunya sekolah saya, sekolah saya SMA Negeri 1 Jawilan karena
memang dulu pernah, saya juga dulu SMP bukan di Jawilan tapi di Kopo, cuman
katanya di Jawilan pernah ada, jadi Alhamdulillah sekarang di SMA Jawilan itu
motto nya sekarang berubah.
55. Tadi katanya kalau materinya dapet sendiri, kalau yang lain? Ada enggak
materi dari DKBPPPA itu ngasih materi tentang kekerasan gitu?
P4 : dikasih… dikasihnya itu pas Bintek ya, jadi kita nyatet atau enggak kita
minta soft copynya.
57. Tapi selama ini ketika kalian ngelakuin kegiatan yang berkaitan dengan forum
anak itu, bentuknya berkelompok kan bukan ada yang sendiri-sendiri kaya
gitu? Kecuali yang akte ini mungkin?
P4 : akte juga berkelompok. Itu kan bareng sama forum anak kecamatan, kita
juga kerjasama sama forum anak kecamatannya. Kan forum anak kecamatan itu
ada di 29 kecamatan. 29 kecamatan itu harus ada forum anak kecamatan. Jadi
kita yang petama, yang kluster pertama itu merapat dulu ke Disdukcapil setelah
itu kita bareng rapat sama forum anak kecamatannya ngasih tau kalau ini nih ada
program ini, kalian harus kayak gini kayak gini. Nah mereka yang di 29
kecamatannya itu baru nyebarin ke kecamatannya masing-masing.
58. Jadi yang emang terjun langsung itu forum anak kecamatan?
P4 : iya dengan dibantu oleh forum anak kabupaten juga.
Itu teknisnya gimana?
P5 : teknisnya itu tergantung kebijakan dari forum anak kecamatan itu sendiri.
Itu kan ada juga sosialisasi ke sekolah-sekolah gitu kan dari forum anak
kecamatan dibantu dengan kabupaten. Ada juga yang ke desa-desa, kerjasama
sama perangkat desanya juga. Ya paling gitu kita ke sekolah atau ke desa gitu
teknisnya.
59. Di dalam masyarakat itu, ada enggak sih orang-orang atau kelompok yang
ngedukung kalian atau ada juga kelompok yang menentang kalian. Ada enggak?
P4 : kalau yang mendukung di masyarakat sih ya seperti dari kepala desa sendiri
ya, kalau di saya kepala desa sendiri ya memang mendukung dan juga karang
tarunanya mendukung. Ataupun organisasi tingkat kabupaten yang lain seperti
atau di tingkat provinsi seperti FOB (Forum Osis Banten) mereka juga
mendukung bahkan membantu. Dari PMI juga waktu itu ada memang mereka
membantu dalam kegiatan, mereka ikut menyebarkan dari PMI, dari forum osis
Banten. Kalau untuk menentang itu biasanya buat orang-orang yang enggak tau
forum anak itu apa, kayak kemaren di Kecamatan Carenang itu dia itu kayak
menyamakan forum anak itu sama kayak PIK-R. forum anak itu kan emang
sebenernya mah arahnya mah sama cuman awalnya tuh beda. Jadi kayak mereka
enggak tau jadi agak kurang setuju gitu.
187
TRANSKRIP WAWANCARA
Jabatan : Masyarakat
Kode Informan : P6
Catatan Wawancara :
1) Respon kamu setelah menerima program pencegahan itu seperti apa sih?
P6 : respon saya sih mengenai tentang sosialisasi tersebut ya memang saya lebih
tau ternyata “oh bahwasanya kekerasan itu tidak diberlakukan bahkan di
keluarga sendiri” gitu. Orang tua yang menggunakan pendidikan kekerasan itu
sebenernya salah walaupun orang tua tersebut berpikir bahwasanya dengan cara
kekerasan ini akan lebih efektif mendidik anak. Tapi ternyata itu salah besar.
Ketika sosialisasi tersebut, bahkan kadang ada saja anak yang memang ketika
orang tuanya melakukan sebuah kekerasan pada dia, dia bahkan akan menjadi
apa ya.. broken home. Jadi dia tidak betah di rumah, karena dia tidak betah akan
tindakan orang tuanya, sedikit salah langsung dipukul, sedikit salah langsung
dicubit akhirnya dia banyak yang keluar rumah, keluyuran dan lain sebagainya.
Itu banyak terbukti katanya seperti itu.
2) Apa yang menjadi faktor pendorong untuk kamu mau mengikuti program
pencegahan tindak kekerasan tersebut itu kenapa?
P6 : memang ditunjuk sih awalnya sama kepala sekolah waktu itu, katanya “ikut
sama ibu yuk ada acara sosialisasi tentang kekerasan” gitu. Tidak hanya
kekerasan aja gitu kan, banyak hal juga tentang disatukan juga dengan program
keluarga berencana pada saat itu juga. Ya disitu, dari situlah yang saya dapatkan
memang persepsi yang saya miliki pada saat itu ketika dengan saya mengikuti
sosialisasi tersebut ya memang agak berbeda juga kan, karena memang dulunya
waktu itu saya sebagai seorang ketua Pramuka waktu itu Pratama, ya memang
kita masih melakukan hal-hal yang bersifat keras gitu kan, seperti kalau ada yang
188
salah kita pukul, di OSIS juga sama, ketika MOS juga dihukum. Hukumannya
juga bersifat keras juga. Karena itu saya tertarik mengikuti sosialisasi itu, yang
awalnya karena ditunjuk tadi, tapi karena ada kata kekerasan itu saya akhirnya
penasaran juga.
LAMPIRAN II
190
DOKUMENTASI
Gambar Wawancara dengan Informan P1, Ibu Dra. Iin Adillah., M.Si
Gambar Wawancara dengan Informan P2, Bapak Drs. H. Nunung Effendi, M.Si
191
Gambar Wawancara dengan Informan P3, Ibu Rina Wuryanti, S.Sos., M.Si
LAMPIRAN III
197
CATATAN BIMBINGAN
198
199
RIWAYAT HIDUP