SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Oleh :
PINDO PRAYOGI
NIM 6661131584
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa selalu diberikan
kepada kita semua, termasuk pada nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat
kemudian shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta yang telah
skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu
(S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program
dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain
penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh
penulis. Untuk terwujudnya penulisan penelitian skripsi ini banyak pihak yang
membantu penulis dalam memberikan motivasi baik waktu, tenaga, dan ilmu
ke pada kedua orang tua tercinta atas curahan perhatian dan kasih sayangnya dan
juga doa yang tak henti serta motivasi dalam pengerjaan penelitian skripsi ini.
i
telah membantu dan mendukung, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Tirtayasa
Tirtayasa.
perkuliahan.
ii
motivasi dan juga dukungan kepada penulis selama proses penyusunan
skripsi.
10. Bapak Drs. Ato’ullah, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang telah
skripsi.
12. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas
13. Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang telah memberikan
iii
pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai
17. Bapak Atjep Rusfianto, S.IP, Kepala UPTD TPA Sumur Batu yang
18. Kepada orang tuaku tercinta yang telah menjadi motivator terbesar
19. Kepada seluruh saudara, kakak dan keluarga yang telah mendoakan,
20. Kepada sahabatku Galih Arya Kusuma yang telah sabar menemani,
iv
Ulumudin dan teman-teman lainnya yang telah memberikan semangat
24. Serta semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis untuk
Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf
apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu
kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi
berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
Penulis
Pindo Prayogi
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 25
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 25
1.3.1 Batasan Masalah .......................................................................... 25
1.3.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 26
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 26
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 26
1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 26
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 27
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................. 27
vi
2.1.4 Tujuan Manajemen ...................................................................... 48
2.1.5 Definisi Sampah ........................................................................... 49
2.1.6 Jenis, Sumber, dan Pengelolaan Sampah ..................................... 50
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 57
2.3 Kerangka Berfikir................................................................................... 59
2.4 Asumsi Dasar ......................................................................................... 61
vii
4.1.2.3 Tujuan dan Sasaran Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi .................................................................... 85
4.1.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi .................................................................... 86
4.1.2.5 Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi .................................................................... 89
4.1.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengelolaan Sampah
dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi 92
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................... 104
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 104
4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian ................................................... 108
4.3 Deskripsi Analisis Hasil Penelitian ...................................................... 110
4.3.1 Perencanaan (Planning) ............................................................. 116
4.3.2 Pengorganisasian (Organizing) ................................................. 121
4.3.3 Penyusunan Pegawai (Staffing) ................................................ 124
4.3.4 Pembinaan Kerja (Directing) .................................................... 127
4.3.5 Pengkoordinasian (Coordinating) ............................................. 129
4.3.6 Pelaporan (Reporting) ............................................................... 133
4.3.7 Penganggaran (Budgeting) ........................................................ 136
4.4 Pembahasan .......................................................................................... 139
4.4.1 Analisis tentang Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup
dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi ............................... 140
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 155
5.2 Saran..................................................................................................... 157
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Timbulan Sampah Kota Bekasi Tahun 2015 ................... 11
Tabel 1.2 Jumlah Produksi Sampah yang dibuang ke TPA Sumur Batu
Tabel 1.3 Pencapaian Kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi ........ 14
Tabel 1.4 Anggaran Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Tahun 2015 ... 15
Tabel 1.5 Produksi Sampah Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi per hari 18
Tabel 1.7 Penyediaan Sarana Penunjang TPA Sumur Batu Tahun 2016 .... 21
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..................................................................... 60
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Miles dan Huberman ............ 73
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bekasi ........................................................ 80
Gambar 4.2 Sturuktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi .. 90
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 3 Dokumentasi Foto
Lampiran 4 Keterangan Informan
Lampiran 5 Member Check
Lampiran 6 Matriks Wawancara Setelah Reduksi Data
Lampiran 7 Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Lampiran 8 Daftar Pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Lampiran 9 Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2014-2018
Lampiran 10 Daftar Rekapitulasi Jumlah Sampah yang Terangkut
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Tahun 2015
Lampiran 11 Daftar Bank Sampah Se-Kota Bekasi Tahun 2017
Lampiran 12 Data Jumlah Operasional Angkutan Sampah Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi Tahun 2016
Lampiran 13 Daftar Armada Pengangkut Sampah UPTD wilayah
Kecamatan Rawalumbu
Lampiran 14 Data Rekapitulasi Jumlah Kendaraan, Ritase, Volume, dan Tonase
Sampah yang Dibuang ke TPA Sumur Batu Bulan Februari, Maret,
dan Agustus Tahun 2017
Lampiran 15 Dokumen Lain yang Relevan
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Organisasi dan manajemen merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Organisasi merupakan kesatuan dari dua atau lebih orang atau kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan manajemen merupakan seni dan ilmu
dalam mengelola suatu hal agar tujuan yang diinginkan tercapai dengan efektif
dan efisien. Organisasi dalam hal ini adalah sebagai objek yang dituju sedangkan
manajemen adalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi.
yang akan datang dan melaksanakan rencana yang telah dibuat. Perencanaan
terutama kemampuan teknis, karena semua pekerjaan dalam organisasi tidak dapat
saling berkaitan di dalamnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
1
2
manajemen. Tanpa adanya penerapan manajemen yang baik, maka tidak mungkin
usaha yang dijalankan oleh suatu organisasi atau lembaga tersebut dapat
menuntut manusia untuk bertindak semakin lebih cepat dan tepat dengan
menuntut suatu organisasi harus bekerja secara professional. Sulit sekali bagi
kebutuhan setiap pimpinan akan data-data yang lengkap dan cepat dalam proses
Manajemen merupakan urat nadi dari segala kegiatan organisasi dan memiliki
peranan yang cukup besar dalam mendukung maju mundurnya suatu organisasi
atau lembaga.
3
organisasi, lembaga atau instansi pemerintahan yang ada pada saat ini, maka
diperlukan manajemen yang baik dan semakin bertambah pula jumlah sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh organisasi, lembaga atau instansi tersebut guna
dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
4
faktor lain seperti sarana perlengkapan kerja yang memadai. Penyediaan sarana
harus memperhatikan aspek manfaat dengan tetap berpedoman pada tugas pokok
dan fungsi serta anggaran yang tersedia. Oleh karena itu, sarana kerja harus dapat
dikelola dengan benar agar mampu menunjang pelaksanaan tugas para pegawai
secara maksimal.
berkembang semakin pesat. Berbagai isu-isu sentral dalam berbagai bidang mulai
global, pencemaran lingkungan, dan berbagai kerusakan lingkungan. Hal ini telah
disadari manusia karena saat ini mereka dihadapkan pada berbagai masalah
pertumbuhan penduduk.
lingkungan tersebut kearah yang buruk. Potensi yang nantinya akan ditimbulkan
yaitu kerusakan lingkungan seperti adanya pencemaran lingkungan, hal ini juga
setiap masyarakat atau individu dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari
konsumsi akan menimbulkan sisa dari hasil pemenuhan kebutuhan yang berupa
limbah atau sampah. Masalah sampah menjadi permasalahan universal yang akan
lingkungan tersebut.
merupakan negara yang memiliki penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan
yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk terutama di daerah kota juga semakin
lama semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kota merupakan pusat pelaksanaan
Masalah sampah ini terkait pada fasilitas sarana-prasarana pendukung yang ada.
Jika sampah tersebut tidak dikelola maka akan semakin menumpuk. Masalah
6
harinya akan dihasilkan baik sampah sebagai residu atau sisa dari rumah tangga,
sudut lingkungan masyarakat, hal ini menunjukkan jumlah volume debit sampah
yang dihasilkan masih kurang diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik.
yang kurang optimal akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat dan akan
manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi tidak
baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatannya tidak
penanganan sampah. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komitmen yang kuat dan
sampah yang berwawasan lingkungan serta merubah paradigma yang sudah tidak
dipinggiran DKI Jakarta yang menjadi salah satu tempat dimana pengelolaan
ada di Kota Bekasi berasal dari berbagai sumber antara lain dari pemukiman,
industri, perkantoran, jalan dan taman serta dari pasar. Kota Bekasi sebagai kota
sektor properti.
sampah yang ada di Kota Bekasi terutama sampah rumah tangga karena
seperti Kota Bekasi. Semua sampah dari sumber masing-masing tersebut akan
bermuara ke salah satu Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sumur Batu yang berada
Kota Bekasi yang memiliki dua lokasi TPA, yaitu satu milik Pemerintah Kota
Bekasi di Sumur Batu dan yang satu lagi milik Pemerintah DKI Jakarta di Bantar
Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini telah membuat Peraturan Daerah
(Perda) Kota Bekasi nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota
Bekasi. Perda ini adalah merupakan tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 18
dan Permendagri tersebut sudah memberikan muatan pokok yang penting kepada
pemerintah daerah, yaitu: 1) landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah
tentang pembagian tugas dan peran para pihak terkait pengelolaan sampah mulai
oleh Kota Bekasi merujuk pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas
keamanan, dan hak asasi nilai ekonomi. Dalam Undang-undang tersebut sudah
jelas memberi tugas dan wewenang kepada pemerintah dan pemerintah daerah
9
berwawasan lingkungan.
RT/RW. Bank sampah adalah suatu sistem pengolahan sampah yang dirancang
sampah yang dibuktikan dengan adanya nomor rekening dan buku tabungan
dalam masyarakat dalam menangani dan mengurangi timbulan sampah yang saat
Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 07 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bekasi terkait adanya
Kerja (SOTK) perangkat daerah yang baru diantaranya Dinas Kebersihan Kota
Bekasi dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bekasi dilebur menjadi
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang berkedudukan sebagai unsur dinas
struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi terdapat 4 bidang yang
hidup.
TPA Sumur Batu Kota Bekasi. Melalui tugas-tugas tersebut Dinas Lingkungan
penanganan sampah, dan limbah B3 yang ditangani oleh Bidang Persampahan dan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan di bantu oleh 14 Unit Pelaksana
teknis penunjang dinas yang tersebar di setiap kecamatan di wilayah Kota Bekasi.
11
Tabel 1.1
Jumlah Timbulan Sampah Kota Bekasi
Tahun 2015
Tabel 1.2
Jumlah Produksi Sampah yang dibuang ke TPA Sumur Batu
Bulan Maret Tahun 2017
JUMLAH
No Wilayah Tugas Kendaraan Ritase Volume Berat
(unit) (kali) (m3) (ton)
Dari tabel di atas terlihat jumlah timbulan sampah yang ada di Kota Bekasi
tahun 2015 dan data jumlah produksi sampah yang masuk ke TPA, dari tahun ke
tahun timbulan sampah akan terus meningkat seiring pertambahan laju penduduk
Kota Bekasi, apabila tidak diiringi dengan peran serta masyarakat untuk
13
dan penerapan program Bank Sampah yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Saat ini daya tampung TPA Sumur Batu yang selama ini menjadi muara
akhir sampah Kota Bekasi memiliki keterbatasan lahan pembuangan sampah dari
jumlah 10 Ha yang sudah terbangun (zona 1, 2, 3, dan 4), dan pada tahun 2012
ada pembangunan zona 5 seluas 2,5 Ha dan tahun 2013 2,2 Ha, sarana
lingkungan, akses jalan masuk, kantor, hangar. Untuk tahun 2014 sampai dengan
2018 perlu diadakan ekspansi (perluasan) yang telah direncanakan oleh Dinas
akan membutuhkan ruang yang lebih besar dan pada waktu-waktu yang akan
datang hal itu akan mengalami keterbatasan sehingga dibutuhkan suatu terobosan
yang berupa pemanfaatan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada skala
rumah tangga sampai dengan TPA. Selain itu sampah juga dapat dijadikan sebagai
sumber energi dimana pada saat ini energi mengalami krisis dan sampah
merupakan suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Dalam rangka
14
pemilahan sampah dan mesin pengolahan sampah dari sumber yang merupakan
dan rencana anggaran tahun 2015 sesuai dengan sasaran strategis, dimana
penetapan kinerja ini merupakan tolak ukur dalam evaluasi akuntabilitas kinerja
tahun 2015.
Tabel 1.3
Pencapaian Kinerja
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2015
Tabel 1.4
Anggaran Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2015
keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan misi dan sasaran yang ingin
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2015. Dengan jumlah
kegiatan.
dengan jumlah penduduk 2.384.413 jiwa dengan capaian target 187 persil
(211,54%)
17
rincian perhitungan :
Tabel 1.5
Produksi Sampah Kecamatan Rawalumbu
Kota Bekasi per hari
Lingkungan Hidup Kota Bekasi masih terdapat berbagai macam masalah yang
untuk memanfaatkan sampah di TPA Sumur Batu. Saat ini luas TPA Sumur Batu
mencapai 15,8 hektare. Seluruhnya terbagi dalam lima zona yaitu zona 1, 2, 3, 4
dan zona 5A sampai 5D. Pada tahun 2015 lalu, pemerintah daerah menargetkan
luas TPA Sumur Batu harus mencapai 50 hektar sampai tahun 2030. Hal ini
mengingat laju pertumbuhan sampah di Kota Bekasi mencapai 2,5 persen per
tahun. Adapun untuk tahun ini, produksi sampah di Kota Bekasi mencapai 1.600
Kondisi saat ini di TPA Sumur Batu sejak awal didirikan tahun 2003
sampah. Sampah dibuang begitu saja dengan sistem open dumping tanpa ada
sampah yang menggunung dan bau yang tidak sedap di wilayah lingkungan
sekitar pemukiman warga. Hal ini diperkuat oleh Bapak Atjep Rusfianto selaku
Kepala UPTD TPA Sumur Batu yang menyatakan bahwa, “memang dari awal
dibuang saja lalu nanti dibakar, saat ini masih belum ada pemanfaatan dari
TPA Sumur Batu, khususnya alat berat dan armada pengangkut sampah.
19
Penyediaan sarana seperti alat berat untuk penataan sampah yang ada di TPA
hanya berjumlah 4 unit dengan operasional setiap 8 jam perhari ini mengakibatkan
lamanya proses penataan sampah yang menumpuk setiap harinya. Hal ini
diperkuat oleh Bapak Atjep Rusfianto selaku Kepala UPTD TPA Sumur Batu
yang menyatakan bahwa, “sementara ini TPA Sumur Batu hanya mempunyai 7-8
kendaraan alat berat seperti Excavator dan Buldozer, awalnya kami hanya
mempunya 4 unit alat berat dan untuk tahun 2017 ini kami mendapat tambahan 4
unit alat lagi untuk membantu menaikan sampah ke atas, sebenarnya sih kurang
harusnya itu ada 10 atau sampai 12 unit alat berat biar bisa optimal kerjanya
soalnya melihat kondisi TPA ini tuh sudah overload.” (Kamis 13 April 2017,
sampah yang beroperasi sampai tahun 2016 yang termasuk kendaraan pinjam
pakai/ hibah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data yang
diperoleh adalah:
20
Tabel 1.6
Jumlah Kendaraan Operasional Angkutan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2016
Tabel 1.7
Penyediaan Sarana Penunjang TPA Sumur Batu
Tahun 2016
Rincian Kegiatan
No Uraian Biaya satuan Jumlah
Volume
(Rp.) (Rp.)
1. Pengadaan Alat Berat
a. Excavator Long
1 Unit 4.600.000.000,- 4.600.000.000,-
Arm/Biasa
b. Buldozer 1 Unit 3.744.000.000,- 3.744.000.000,-
c. Dump Truk 2 Unit 425.000.000,- 850.000.000,-
d. Dump Carry 1 Unit 175.000.000,- 175.000.000,-
Jumlah 9.369.000.000,-
(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2016)
pesapon atau penyapu jalanan, pengangkut sampah dan pengemudi truk sampah
yang ada di wilayah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Jumlah pegawai di
Dinas Lingkungan Hidup saat ini diantaranya ada 393 Pegawai Negeri Sipil
(PNS), 83 pegawai Tenaga Kerja Kontrak (TKK) dan 1.287 Pekerja Harian Lepas
Hal ini diperkuat oleh Bapak Nazirwan selaku Kepala Seksi Penanganan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang menyatakan bahwa, “kalo dilihat dari
luas wilayah dan ruas jalan yang ada di wilayah Kota Bekasi ya jumlah segitu
masih kurang, seharusnya di tiap-tiap ruas jalan protokol itu ada 4 sampai 5 orang
petugas pesapon tapi yang ada saat ini hanya 1/2 pesapon yang ada di tiap ruas
22
jalan. Sekarang kita cuma punya PHL sekitar 1.287 orang ideal sih kita butuh
pembentukan bank sampah di tiap satu RW satu bank sampah di wilayah Kota
Bekasi. Bank sampah merupakan salah satu solusi yang direncanakan oleh Dinas
hingga saat ini, total bank sampah aktif di Bekasi berjumlah sekitar 87, jumlah
bank sampah di Bekasi masih jauh dari target yaitu 1.074 bank sampah yang di
targetkan terealisasi pada bulan September 2017. Setiap kelurahan pun dituntut
sampah, ini adalah program dari Wali Kota Bekasi untuk pemberdayaan
lingkungan dengan satu RW satu bank sampah. Salah satu contoh wilayah
tersebut yaitu wilayah Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi yang belum mendapat
pengarahan terkait program tersebut, hal ini diperkuat oleh Bapak Suhermawan
kalo soal pengarahan dan sosialisasi kami belum melakukan hal tersebut soalnya
kalo melihat program 1 RW 1 bank sampah itu kita juga harus melihat dari teknis
juga harus di sediakan dulu baru kita arahin” (Kamis, 14 April 2017 pukul 13.20
WIB)
23
tiap RW di wilayah Rawalumbu terkait program tersebut. Sampai saat ini hanya
ditiap RW yang ada di wilayah Kecamatan Rawalumbu sendiri saat ini belum
wilayah Kota Bekasi saat ini masih banyak yang seenaknya membuang sampah
diperkuat oleh Bapak Nazirwan selaku Kepala Seksi Penanganan Sampah Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang menyatakan bahwa, “ya hingga saat ini soal
perilaku masyarakat yang buang sampah sembarangan itu masih banyak dijumpai
dan menjadi kendala, pelaku pembuang sampah sembarangan kan tidak dikenai
sanksi meski telah mengotori lingkungan, payung hukumnya sudah ada tapi kalo
sekarang sih kita cuma tangkap tangan aja kalo ada yang buang sampah
sembarangan dan diberi arahan lagi.” (Rabu, 12 April 2017 pukul 09.45)
kebersihan yaitu termuat dalam Peraturan Daerah Kota bekasi Nomor 10 Tahun
dibagian kebersihan dalam perda itu tidak tercantum sanksi bagi pelaku
pembuangan sampah sembarangan. Hal ini diperkuat oleh Bapak Nazirwan selaku
Kepala Seksi Penanganan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, yang
dalamnya ada larangan dan juga sanksi bagi pembuang sampah sembarangan, ya
sanksi yang dijatuhkan buat pelaku pembuang sampah sembarangan itu bisa
memang banyak masyarakat yang belum tau soal payung hukum tersebut karna
saat diadakannya acaranya car free day tiap hari minggu” (Rabu 12 April 2017,
diuraikan diatas, serta melihat dari tugas Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
yang merugikan bagi masyarakat dan lingkungan, maka peneliti tertarik untuk
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa
Kota Bekasi.
Bekasi.
sampah rumah tangga dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu
Kota Bekasi.
Setiap penelitian tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian tersebut.
Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan penelitian
yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi target dari
kegiatan penelitian tersebut. Tanpa itu semua maka apa yang akan dilakukan akan
dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi, penulis berharap penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti baik secara teoritis maupun secara praktis.
baik.
penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling
muncul dan berkaitan dengan judul penelitian atau dengan masalah. Untuk
dahulu.
tersebut ditetapkan masalah yang paling berkaitan dengan judul penelitian dan
DASAR PENELITIAN
instrumen.
orang tersbebut adalah orang yang mengetahui betul apa yang menjadi
penelitian dilaksanakan.
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah
5.3 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil analisis
data.
32
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
diteliti baik secara teoritis maupun praktis. Saran praktis lebih operasional
teori.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang mendukung
akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang
memperingankan pekerjaan.
33
34
Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya
tersebut. Asas adalah dasar tetapi tidak mutlak. Artinya penerapan asas
berubah-ubah.
semakin besar. Menurut Fayol dalam Hasibuan (2011:10) asas- asas umum
manajemen adalah :
saling melengkapi.
sedangkan fungsi adalah tugas atau kegiatan. Akan tetapi perkataan proses
dan fungsi dalam hal ini tampaknya mempunyai pengertian yang sama,
H. Fayol menyebut pengertian yang sama yaitu proses atau fungsi adalah
unsur (element).
yaitu:
yaitu:
1. Perencanaan (Planning).
Newman.
Management, yaitu:
Untuk dapat memaparkan secara jelas mengenai sub dimensi dari fungsi
1. Perencanaan (Planning)
kita ingin pergi, dengan kata lain dengan keadaan saat ini diperlukan
rencana untuk mencapai tujuan di masa yang akan datang agar segala
2. Pengorganisasian (Organizing)
adalah :
suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.”
dengan efektif, efisien dan produktif sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
mendefinisikan:
tercapai.
5. Pengkoordinasian (Coordinating)
pengkoordinasian yaitu:
47
6. Pelaporan (Reporting)
Pelaporan merupakan fungsi manajemen berupa hasil kegiatan
dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik
Nugroho (2009:25)
yang dilaporkan dalam bentuk lisan atau tertulis yang dilakukan oleh
7. Anggaran (Budgeting)
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari sisa
termasuk didalamnya).
dalam pengelolaan sampah sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
Yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar,
c. Sampah spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang
(TPST);
secara aman.
(2010: 63-64) sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari
1. Pemukiman penduduk.
yang terdapat di desa atau kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
sisa makanan dan bahan sisa proses pengelolaan makanan atau sampah
berbahaya.
53
tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan
kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-
5. Pertanian.
digunakan adalah:
b. Abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari
sampah yang di mulai pada skala yang lebih luas lagi. Misalnya
dilakukan oleh skala rumah tangga atau skala perumahan. Dari sistem
yang pesat. Karena apabila hal ini terus berlanjut akan membuat kota
yaitu:
Manajemen Pengelolaan Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi kali
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Input:
1. Tidak adanya pengembangan teknologi pengelolaan sampah untuk
memanfaatkan sampah yang ada di TPA Sumur Batu.
2. Kurangnya sarana penunjang alat pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu,
khususnya alat berat dan armada pengangkut sampah.
3. Kurangnya jumlah Pekerja Harian Lepas (PHL) seperti petugas pesapon atau
penyapu jalanan, pengangkut sampah dan pengemudi truk sampah yang ada
di wilayah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
4. Kurangnya sosialisasi antara UPTD kebersihan wilayah dengan tiap-tiap RW
di wilayah Kecamatan di Kota Bekasi terkait adanya program pembentukan
bank sampah di tiap satu RW satu bank sampah di wilayah Kota Bekasi.
5. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah di Kota Bekasi.
Proses:
Fungsi Manajemen Gullick dalam Handayaningrat (2001:24)
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Penyusunan Pegawai (Staffing)
4. Pembinaan Kerja (Directing)
5. Pengkoordinasian (Coordinating)
6. Pelaporan (Reporting)
7. Anggaran (Budgeting)
Output:
Meningkatkan pengelolaan sampah di Kota Bekasi yang maksimal
melalui fungsi manajemen pengelolaan sampah yang dilaksanakan
dengan baik dan efisien oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
61
sampah di Kota Bekasi karena dilihat pada kondisi saat ini bahwa pengelolaan
observasi awal peneliti, dengan data dan fakta yang didapat di lapangan, pada
dengan baik dikarenakan terkendala oleh berbagai masalah yang ada. Apabila
prosedur maka akan lebih meningkatkan pengelolaan sampah yang baik dan
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang
terdiri dari berbagai tahapan atau langkah-langkah. Oleh karena itu, metode
yang sama untuk objek dan subjek yang sama akan memperoleh hasil yang sama
untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang sesuai dan tepat
metode penelitian apa yang tepat dalam penelitiannya. Tujuan dari metode
metode penelitian pada dasarnya merupakan cara imiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan
62
63
digunakan, karena tiap-tiap tipe dan tujuan penelitian yang didesain memiliki
tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
daripada generalisasi.
(POSDCORB) adalah:
Tabel 3.1
Variabel Operasional
Variabel Indikator
1. Perencanaan (Planning)
7. Anggaran (Budgeting)
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki
lapangan.
66
beberapa golongan atau jenis. Dilihat dari sumbernya, kita mengenal data
primer dan data sekunder. Data primer didapat berdasarkan usaha peneliti
dalam pencarian data langsung dari sumbernya tanpa ada tambahan ataupun
pengurangan hasil data yang didapat, sedangkan data sekunder didapat dari
kemudian akan diolah dan digunakan untuk bahan analisis dengan sebenar-
observasi.
1. Wawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal ini
2. Observasi (Pengamatan)
kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti
situasi yang diinginkannya untuk dapat dipahaminya. Jadi jelas tidak pada
data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain
kabar, atau majalah populer buku atau telaah gambar hidup, atau artikel-
dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dan tersedia dari dalam atau dari
luar organisasi, analisis-analisis yang dibuat oleh para ahli, analisis survey
Orang lain inilah yang mendapatkan data primer. Bila orang lain ini
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Dengan kata lain data
yang telah ada atau telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data
laporan kegiatan film dokumenter, rekaman audio dan data lain yang
relevan.
adalah:
69
penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Pada penelitian kali
dibutuhkan. Informan dalam penelitian pada kali ini yaitu masyarakat serta
aparatur pemerintah daerah terkait, untuk lebih jelasnya peneliti telah merinci
Tabel 3.2
Daftar Informan Penelitian
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
dan dilakukan secara terus menerus hingga data yang didapat telah sampai
pada titik jenuh. Proses analisis data dilakukan secara langsung dan terus
menerus sejak data awal didapatkan dan dikumpulkan sampai dengan penelitian
berakhir.
analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah dengan
mengikuti teknik analisis data kualitatif Miles dan Huberman, bahwa aktivitas
73
secara terus menerus pada setiap tahap penelitian sehingga sampai tuntas dan
datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis dapat dilihat pada gambaran berikut ini:
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusion:
Drawing/ Verifying
Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data Miles dan Huberman (2007:15-21)
sebagai berikut:
lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera dilakukan analisis data
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
tertentu.
Alur penting yang ketiga dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
Penyajian data yang paling sering dilakukan pada data kualitatif pada masa
yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada beberapa bentuk penyajian
tersebut.
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
Uji keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Artinya data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
terhadap data itu Moleong (2007:330). Untuk itu teknik triangulasi data yang
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
pemerintahan.
berkaitan.
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
melakukan wawancara.
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
HASI PENELITIAN
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Kota
Bekasi, gambaran umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Hal tersebut akan
Jawa Barat, Indonesia. Nama Bekasi sendiri berasal dari kata bagasasi
yang artinya sama dengan candrabaga yaitu nama sungai yang melewati
kota ini, nama ini tertulis di dalam Prasasti Tugu Era Kerajaan
79
80
tahun 2015. Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km 2 atau
sekitar 0,59% dari wilayah daratan Provinsi Jawa Barat, dengan batas
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kota Bekasi
(Sumber: www.bekasikota.go.id)
81
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kota Bekasi
(Tahun 2015)
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Kota
Daerah Kota Bekasi terkait adanya penerapan perda tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK) perangkat daerah yang baru diantaranya
Dinas Kebersihan Kota Bekasi dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota
Bekasi dilebur menjadi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang berkedudukan
lingkungan hidup.
83
Setiap rencana pastilah memiliki suatu visi yang akan dituju. Visi
Bermartabat”.
berikut:
adalah:
tanah dan udara yang cukup signifikan. Sampah jelas mencemari tanah
dan badan air dengan kandungan amoniak, logam berat, dan bakteri e-
coli. Sedangkan pencemaran udara berupa H2S, CO2 dan gas-gas yang
a. Tujuan
b. Sasaran
3R.
Bekasi
hidup;
lingkungan hidup;
a) pengelolaan persampahan
Hidup.
hidup;
lingkungan hidup;
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi terdiri
atas:
c) Seksi Limbah B3
Hidup, membawahkan:
Hidup, membawahkan:
a. Tugas Pokok
b. Fungsi
produsen/industri;
kemasan produk;
sampah;
pengelolaan sampah;
(badan usaha);
(badan usaha);
lingkup tugasnya;
Dinas;
Dinas.
a. Tugas Pokok
pengurangan sampah.
b. Fungsi
tugasnya;
a. Tugas Pokok
penanganan sampah.
b. Fungsi
tugasnya;
97
3. Seksi Limbah B3
a. Tugas Pokok
b. Fungsi
tugasnya;
a. Tugas Pokok
b. Fungsi
RW;
99
kegiatan K3;
a. Tugas Pokok
b. Fungsi
berat;
secara berkala;
energi);
lingkungan TPA;
masuk;
a. Tugas Pokok
b. Fungsi
jalan protokol;
tertentu;
sampah.
a. Tugas Pokok
Bekasi.
b. Fungsi
mempunyai fungsi :
pihak ketiga/swasta;
Pemeliharaannya;
pendataan potensi;
104
sampah.
dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan
bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil
indikator yaitu:
1. Perencanaan (Planning)),
2. Pengorganisasian (Organizing),
5. Pengkoordinasian (Coordinating),
7. Penganggaran (Budgeting)
penelitian. Ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti
pertanyaan.
informan.
Kota Bekasi
dipahami.
dan akan berubah bila tidak dikemukakan bukti-bukti yang kuat yang
dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
108
peneliti pilih dari instansi terkait yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kota
tabel berikut:
109
Tabel 4.2
hasil analisis data yang telah dideskripsikan. Dalam pembahasan peneliti akan
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
5. Pengkoordinasian (Coordinating)
6. Pelaporan (Reporting)
7. Anggaran (Budgeting)
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, fokus penelitiannya adalah
peneliti berupaya terlebih dahulu menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi secara umum paradigma pengelolaan
berkontribusi dalam pengurangan sampah agar tidak bertumpu di TPA. Salah satu
wilayah di Kota Bekasi dimana program tersebut berasal dari Walikota dan
bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi guna mengurangi
produksi sampah yang ada di Kota Bekasi tiap harinya. Hal tersebut juga
terkait program tersebut. Hal ini diungkapkan oleh I2.1 yaitu sebagai berikut :
“Soal program itu saya pernah dengar tapi belum ada sosialiasi
mengenai program tersebut di lingkungan ini.”(wawancara dengan
salah satu masyarakat, Bapak Umar, Kamis, 28 September 2017)
Hal serupa juga dipaparkan oleh I2.2 yaitu sebagai berikut :
“Pernah dengar kalau mau ada program bank sampah itu tapi
kalau soal sosialisasinya masih belum ada, buat di RW sini sih memang
sudah ada Bank Sampah yang dikelola oleh kelompok masyarakat RW
ini.” (wawancara dengan salah satu masyarakat, Ibu Asih, Kamis, 28
September 2017)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I. 1.2, I1.3, dan I1.4 bahwa terkait
pengadaan bank sampah yang akan dibuat itu berasal dari masyarakat sendiri.
Selain itu untuk anggaran pembuatan bank sampah Dinas Lingkungan Hidup
untuk pengadaan bank sampah yang berasal dari lahan fasilitas sosial maupun
kurang.
Selain itu, melihat kondisi saat ini bahwa penduduk Kota Bekasi yang
sangat besar akan secara signifikan menghasilkan sampah yang besar pula.
114
tidak efektif karena memerlukan lahan untuk penimbunan yang sangat luas sesuai
pengolahan sampah yang dapat mereduksi volume sampah dan tidak lagi terjadi
TPA saat ini masih memerlukan sarana penunjang pengelolaan sampah yang
memadai khususnya alat berat dan armada pengangkut sampah. Hal ini
di TPA saat ini hanya ada 7-8 unit dan jumlah armada pengangkut sampah sekitar
230 unit dirasa masih sangat tidak seimbang dibanding dengan jumlah timbulan
sampah yang masuk ke TPA yang perharinya hanya bisa menampung sampah
Bekasi yaitu kurangnya kesadaran masyarakat itu sendiri dalam hal membuang
sampah liar yang ada di lingkungan wilayah tempat tinggal mereka. Hal tersebut
dengan sembarangan. Hal tersebut dijelaskan oleh I1.2 yaitu sebagai berikut :
kesimpulan bahwa untuk kesadaran masyarakat masih sangat kurang dalam hal
bagi pelanggar yang ketahuan membuang sampah tidak pada tempatnya dan
tinggalnya.
dan maka dari itu diperlukan proses manajemen didalamnya. Dalam penelitian ini
itu. Jadi, setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan pedoman
Hidup Kota Bekasi tersebut juga masih memiliki beberapa aspek yang
berikut :
bekerja sama dengan pihak ke-3 yaitu PT.Nusa Wijaya Abadi (NWA)
Bekasi.
dengan kurangnya sarana dan prasarana yang ada, dan biaya operasional
Bekasi ini lebih kepada penetapan struktur dan penetapan kepada setiap
Lingkungan Hidup Kota Bekasi yaitu ditangani oleh satu bidang yaitu
dan dibantu oleh UPTD-UPTD yang menunjang fungsi dari dinas dan
menjadi berat karena yang tadinya pengelolaan sampah ditangani luas oleh
suatu dinas sekarang menjadi sempit karena ditangani oleh satu bidang
dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal
kepada organisasi.
berikut :
kurang, karena menurut data yang diperoleh jumlah pegawai yang ada di
125
Dinas Lingkungan Hidup saat ini diantaranya ada 393 Pegawai Negeri
Pekerja Harian Lepas (PHL). Hal ini juga ditambahkan oleh pemaparan
yang ada saat ini. Hal senada juga diungkapkan oleh I1.3 sebagai berikut :
berikut :
I1.3, I1.4, I1.6 dan I1.7.1 dapat diambil kesimpulan yaitu bahwa Sumber Daya
masih dinilai buruk karena jumlah pegawai yang ada di dalam internal
dinas masih banyak yang belum memiliki latar belakang keahlian sesuai
dalam bidangnya, selain itu jumlah Pekerja Harian Lepas (PHL) seperti
127
pesapon dan petugas pengangkut sampah masih sangat kurang jika dilihat
dari kondisi yang ada dilapangan jumlah PHL yang ada tidak sebanding
dengan beban kerja yang ada dilapangan dan timbulan sampah yang
mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif
terwujudnya tujuan dari program karena agar tugas yang dikerjakan oleh
terlibat didalam program tersebut paham dan mengerti akan tugas pokok
Hidup Kota Bekasi selalu melakukan pembinaan kerja rutin tiap bulan
terhadap para pegawainya terutama Pekerja Harian Lepas (PHL) dan juga
dibantu oleh Bapak Walikota untuk membina seluruh PHL yang ada
koordinasi juga merupakan suatu usaha yang singkron dan teratur untuk
diantaranya ada koordinasi tiap bidang dan koordinasi tiap bagian atau
UPTD yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam
130
dengan tujuan jika dalam koordinasinya juga berjalan dengan baik dan
Wilayah. Hal tersebut juga ditambahkan oleh penyataan dari I1.5 sebagai
berikut :
ini diungkapkan oleh salah satu petugas pengankut sampah yaitu I1.7.1
sebagai berikut :
132
koordinasi antara bidang dengan UPTD TPA dan UPTD Wilayah. Selain
sepeti aplikasi grup chatting Whats App (WA) yang mencakup sekala
Kota Bekasi.
melaksanakan tugasnya.
tersebut berupa catatan apa saja yang dilakukan dalam sebulan oleh
kepala bagian maupun UPTD dan dilaporkan kepada kepala bidang untuk
sebagai berikut :
tersebut akan di evaluasi kembali dan akan di bahas saat rapat internal
dinas mengenai hasil dan kondisi yang terjadi di lapangan. Laporan juga
sampah di TPA. Hal ini diungkapkan oleh I1.6 yaitu sebagai berikut :
transparan dan laporan tersebut ada yang berupa laporan berbasis online
seperti laporan keuangan, ada laporan berupa catatan seperti nota dinas,
tersebut akan di bahas dan di evaluasi kembali saat rapat internal dinas
yang dilakukan rutin setiap hari Jum’at. Selain itu laporan juga diberikan
Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang
akan diperoleh.
sangat minim. Hal ini juga yang dipaparkan oleh I1.2 yaitu sebagai berikut:
menjadi masalah lagi tetapi yang jadi kendala yaitu bisa tidak pekerjaan
itu dilaksanakan dengan anggaran yang sudah ada. Tetapi hal berbeda
sampah di lapangan sendiri yang terjadi masih sangat kurang. Hal ini
TPA juga masih memerlukan anggaran untuk pengadaan alat berat guna
mengenai gaji untuk para Pekerja Harian Lepas (PHL) yang masih
pembayaran gaji. Hal ini di ungkapkan oleh I1.7.2 yaitu sebagai berikut :
Hal ini juga ditambahkan oleh pemaparan dari I1.7.1 yaitu sebagai
berikut :
berikut :
ini bukan menjadi masalah lagi tetapi yang jadi kendala yaitu bisa tidak
melihat kondisi yang ada dilapangan sendiri anggaran yang ada saat ini
pembayaran gaji dan jumlah uang intensif yang diberikan oleh Dinas
139
4.4 Pembahasan
pembahasan dari hasil penelitian. Ringkasan pembahasan dari hasil penelitian ini
penelitian berlangsung. Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan
fakta yang peneliti dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang
yang ada di Kota Bekasi, masih ada beberapa kendala dan masalah di
dalam proses pengelolaan sampah yang ada saat ini. Pengelolaan sampah
dengan masyarakat dan secara teknis fungsional hal tersebut menjadi salah
satu tugas penting Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, walaupun hal
itu ada 5 aspek yang harus dipenuhi diantaranya yaitu: 1. Sarana dan
Bekasi baru sekitar 40% dari target yang seharusnya 70% karena
kurangnya sarana dan prasarana yang luas dari hulu ke hilir. Dari hulu nya
baru belum terbangun karena kondisi sekarang ini masih overload. Karena
kondisi TPA yang sudah penuh/overload dan otomatis sampah yang sudah
sampah yang ada di TPA untuk mengurangi timbunan sampah yang ada di
pada tempatnya yang masih sangat kurang juga menjadi salah satu
oleh Dinas Lingkungan Hidup ini sangat penting dan diperlukan untuk
1. Perencanaan (Planning)
TPA yaitu salah satunya dengan bekerja sama dengan pihak ke-3 yaitu PT.
masih terkendala dengan kurangnya sarana dan prasarana yang ada, dan
2. Pengorganisasian (Organizing)
Kota Bekasi yaitu ditangani oleh satu bidang yaitu Bidang Pengelolaan
Sampah dan Limbah B3 yang membawahi tiga seksi dan dibantu oleh
kegiatas teknis. Tetapi hal tersebut membuat beban kerja menjadi berat
karena yang tadinya pengelolaan sampah ditangani luas oleh suatu dinas
sekarang menjadi sempit karena ditangani oleh satu bidang kecil. Selain
18, yaitu nantinya yang sebagai operator pengelolaan sampah dari proses
agar tupoksi untuk pengelolaan sampah bisa ditangani secara lebih luas
dan maksimal.
144
dinilai sangat kurang, karena menurut data yang diperoleh jumlah pegawai
yang ada di Dinas Lingkungan Hidup saat ini diantaranya ada 393 Pegawai
Negeri Sipil (PNS), 83 pegawai Tenaga Kerja Kontrak (TKK), dan 1.287
Pekerja Harian Lepas (PHL). Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi juga dinilai buruk karena diantara
pegawai yang ada di dalam internal dinas masih banyak yang belum
pengangkut sampah masih sangat kurang jika dilihat dari kondisi yang ada
dilapangan jumlah PHL yang ada tidak sebanding dengan beban kerja
yang ada dilapangan dan timbulan sampah yang diproduksi setiap harinya.
aspek yang sangat penting dalam terwujudnya tujuan dari program agar
Lingkungan Hidup Kota Bekasi dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan
program tersebut paham dan mengerti akan tugas pokok dan fungsinya.
pegawainya terutama Pekerja Harian Lepas (PHL) dan juga dibantu oleh
dikerjakan.
5. Pengkoordinasian (Coordinating)
koordinasi juga merupakan suatu usaha yang singkron dan teratur untuk
aplikasi grup chatting Whats App (WA) yang mencakup skala kota untuk
Bekasi.
sampah per Kepala Keluarga (KK) di wilayah tersebut. Selain itu untuk
tugasnya.
program tersebut tidak sampai langsung kepada masyarakat. Dalam hal ini
6. Pelaporan (Reporting)
dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan
tersebut berupa catatan tentang apa saja yang dilakukan dalam sebulan
oleh kepala bagian maupun UPTD dan dilaporkan kepada kepala bidang
Bekasi dilakukan secara transparan dan laporan tersebut ada yang berupa
semua laporan tersebut akan di bahas dan di evaluasi kembali saat rapat
internal dinas yang dilakukan rutin setiap hari Jum’at. Selain itu laporan
mengenai program bank sampah yang mereka kelola seperti laporan hasil
149
Kota Bekasi dalam hal pengelolaan sampah saat ini sudah berjalan
7. Penganggaran (Budgeting)
anggaran yang berarti suatu anggaran atau dana yang disesuaikan dengan
sangat minim
melihat kondisi yang ada dilapangan sendiri, anggaran yang ada saat ini
dirasa masih sangat kurang. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu yang kini
mengenai gaji untuk para Pekerja Harian Lepas (PHL) yang masih
pembayaran gaji dan jumlah uang intensif yang diberikan oleh Dinas
belum berjalan dengan baik. Dari ketujuh indikator tersebut hanya aspek
Tabel 4.3
Hasil Temuan di Lapangan
N Dimensi Hasil Temuan di Lapangan
o
Teori Fungsi Manajemen Luther Gullick dalam Handayaningrat
(2001:24)
1 Perencanaan Perencanaan yang
(Planning) dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup
masih belum
mencapai target
karena ada beberapa
aspek yang menjadi
kendala yaitu
pertama, target di
tahun 2018 itu
penanganan
pengelolaan sampah
50-60% tapi sekarang
hanya 40% yang bisa
ditangani karena
terkendala sarana
152
sampah di TPA.
Keempat, belum
optimalnya
pemberdayaan dan
pembentukan bank
sampah, untuk saat
ini targetnya adalah
1 RW 1 Bank
Sampah, tetapi dari
yang sudah
terbentuk sekitar
911 bank sampah,
hanya sekitar 224
bank sampah yang
bisa beroperasi
optimal.
2 Pengorganisa Pengorganisasian di
sian Dinas Lingkungan
(Organizing) Hidup dalam
menangani
pengelolaan sampah
hanya ditangani oleh
satu bidang kecil
karena ada nya
penggabungan dinas
yang tadinya Dinas
Kebersihan sekarang
melebur kedalam
154
Dinas Lingkungan
Hidup. Karena fungsi
pengelolaan sampah
sangat besar
sementara yang
menangani di Dinas
Lingkungan Hidup
hanya menjadi 1
bidang kecil yaitu
Bidang Pengelolaan
Sampah dan Limbah
B3, yang tadinya
tupoksinya luas
sekarang menjadi
sempit sementara
beban kerja
dilapangan sangat
besar meskipun
dilapangan ada UPTD
wilayah, tapi karena
UPTD hanya
melaksanakan
kegiatan teknis tetap
saja beban terberat
itu bertumpu di
dinas/bidang dan
bebannya cukup
besar untuk
menangani jumlah
155
sampah di Kota
Bekasi yang cukup
besar.
dilingkungan Dinas
Lingkungan Hidup
Kota Bekasi minimal
1-2 kali dalam 1
tahun dengan
mengumpulkan
mereka di alun-alun
pemkot. Selain
melakukan
pembinaan kerja,
Dinas Lingkungan
Hidup juga
melakukan
pengembangan
pegawai didalam
internal dinas
dengan sesuai
peraturan Undang-
Undang Aparatur
Sipil Negara (ASN)
terkait pemerintah
wajib
menyekolahkan
pegawainya tiap
tahun sesuai dengan
bidang yang
dikerjakan agar para
pegawai tersebut
memiliki keahlian
158
yang kompeten
dalam menjalankan
tupoksi dibidangnya.
minimnya
penyuluhan yang
dilakukan. Pihak
UPTD wilayah
kecamatan selaku
pengawas program
tersebut hanya
melakukan
koordinasi untuk
masalah
pengangkutan dan
retribusi sampah saja
sedangkan untuk
proses sosialisasi
program 1 RW 1
Bank Sampah masih
belum dilakukan
secara rutin/hanya
sesekali saja.
seperti laporan
keuangan, ada
laporan berupa
catatan seperti nota
dinas, laporan
pengangkutan
sampah di wilayah
dan laporan
mengenai
pengelolaan sampah
yang masuk ke TPA,
kemudian semua
laporan tersebut
akan di bahas dan di
evaluasi kembali saat
rapat internal dinas
yang dilakukan rutin
setiap hari Jum’at.
Selain itu laporan
juga diberikan oleh
masyarakat kepada
Dinas Lingkungan
Hidup mengenai
program bank
sampah yang mereka
kelola seperti
laporan hasil proses
pengurangan
sampah yang
161
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
baik. Hal ini dikarenakan masih banyak masalah dan kekurangan yang
sampai ke hilir yaitu dari pengangkutan sampai pembuangan ke TPA Sumur Batu.
pembangkit listrik tenaga sampah di TPA Sumur Batu yang saat ini masih
hanya ditangani oleh satu bidang kecil yang tadinya adalah Dinas
62
164
Harian Lepas (PHL) yang ada saat ini jika dilihat dari kondisi di lapangan
kepada masyarakat.
pengangkut sampah dan alat berat seperti bulldozer dan excavator guna
intensif yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi tidak
5.2 Saran
yang efisien untuk mengatasi masalah sampah yang ada di hulu sampai ke
teknologi yang ada di TPA Sumur Batu serta mengevaluasi program yang
telah berjalan sebelumnya agar dapat tepat sasaran dan mencapai target
gaji/uang intensif kepada para Pekerja Harian Lepas (PHL) bisa transparan
Sumber Buku :
Miles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku
Tentang Metode-metode Baru). Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press)
Sumber Dokumen :
Sumber lainnya :
Peneliti melakukan wawancara dan meminta data dengan Ibu Dian Ari
selaku Pegawai di Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Ngadiman selaku petugas
pengangkut sampah/PHL Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
di TPS Rawalumbu Kota Bekasi.
Kondisi Alat Berat yang dimiliki TPA Sumur Batu Kota Bekasi
Kondisi Armada Pengangkut Sampah yang dimiliki TPA Sumur Batu
Kota Bekasi
TENTANG
WALIKOTA BEKASI,
1
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5233);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
2
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4741);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
11. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Wajib Dan Pilihan Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun
2008 Nomor 3 Seri E);
12. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Dinas Daerah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2008
Nomor 6 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2008
tentang Dinas Daerah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun
2010 Nomor 6 Seri D).
MEMUTUSKAN :
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4
15. Sumber pencemaran adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan
bahan pencemaran yang mnyebabkan udara, tanah dan air tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
16. Pedagang kaki lima adalah orang yang melakukan usaha dagang dan/atau jasa di
tempat umum, baik menggunakan usaha kegiatan dagang.
17. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
18. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.
19. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang disingkat B3 adalah suatu sisa usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang
karena sifat suatu dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemari dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
20. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
21. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum.
22. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah.
23. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
24. Tempat sampah adalah tempat menampung sampah yang disediakan dan
digunakan oleh penghasil sampah.
25. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
26. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
27. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk
memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.
28. Pengumpulan sampah adalah kegiatan mengumpulkan sampah dari setiap per sil
dan memindahkan ke TPS.
5
29. Fasilitas umum adalah bangunan-bangunan yang dibutuhkan dalam sistem
pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah dan terdiri
dari antara lain : jaringan air bersih, jaringan air kotor, jaringan listrik, jaringan gas,
jaringan telepon, terminal angkutan umum/bus shelter, kebersihan pembuangan
sampah dan pemadam kebakaran.
30. Fasilitas sosial adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam lingkungan
permukiman yang meliputi antara lain pendidikan, kesehatan, belanja dan niaga,
pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah
raga dan lapangan terbuka serta pemakaman umum.
31. Jasa Pelayanan Kebersihan adalah pungutan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan
kepada seluruh pemilik/pemakai per sil atas penyelenggaraan kebersihan berupa
pengangkutan sampah dari tempat penampungan sementara ke tempat
pembuangan akhir.
32. Angkutan umum adalah angkutan yang diperuntukan melayani masyarakat yang
memiliki izin sesuai perundang-undangan yang berlaku antara lain Bus Kota, Bus
Antar Kota, Taksi, Angkutan Kota, Angkutan Antar Kota atau Angkutan lainnya.
33. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir
sampah.
34. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat
pengelolaan sampah yang tidak benar.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Peraturan Daerah ini terdiri atas :
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya.
6
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
BAB III
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
7
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat
setempat untuk mengelola sampah;
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha agar
terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Pasal 6
BAB V
KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah
menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah daerah, yang terdiri atas :
a. kebijakan dan strategi pengurangan sampah;
b. kebijakan dan strategi penanganan sampah;
c. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah spesifik.
8
(2) Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka panjang;
b. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka menengah;
c. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka pendek.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah
Pasal 8
(1) Kebijakan dan strategi pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) memuat :
a. arah kebijakan pengelolaan sampah antara lain meliputi:
1. pengurangan sampah pada sumber;
2. penanganan sampah di sumber, Tempat Penampungan Sementara, Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA);
3. pengelolaan sampah spesifik pada sumber;
4. pencegahan penggunaan produk dan/atau kemasan yang menimbulkan
sampah;
5. penghematan dan/atau pemanfaatan kembali sumber daya;
6. peningkatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam pengelolaan
sampah;
7. pembinaan terhadap produsen untuk membatasi timbulan sampah dan
menggunakan produk dan/atau kemasan yang mudah didaur ulang dan
diurai oleh alam;
8. pembinaan terhadap masyarakat untuk menggunakan atau berpola
konsumsi bahan yang ramah lingkungan;
9. fasilitasi pengembangan penerapan dan mekanisme Extended Producer
Responsibility (EPR);
10. perlindungan lingkungan dari perubahan iklim, beban pencemar dan
pengurangan gas rumah kaca dari pengelolaan sampah, seperti melalui
penangkapan dan pemanfaatan gas metan.
b. strategi pengelolaan sampah meliputi;
1. peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
sampah melalui kampanye dan edukasi pengelolaan sampah.
9
2. peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku usaha
dalam pengelolaan sampah, antara lain :
a) pendidikan dan pelatihan;
b) pembuatan pilot project;
c) studi banding dan diseminasi;
d) ketersediaan dan kecukupan anggaran, serta sarana prasarana.
3. peningkatan pemanfaatan kembali produk dan/atau kemasan melalui
antara lain :
a) peningkatan produksi dan pemasaran produk daur ulang terutama
kompos;
b) pengembangan pengadaan barang dan/atau kemasan yang dapat
didaur ulang dan mudah terurai secara alami;
10
7. Minimalisasi sampah dengan cara mengurangi/menggantikan penggunaan
suatu bahan produksi, mengurangi/tidak menggunakan kemasan,
merancang produk, wadah, dan/atau kemasan yang mudah di daur ulang
atau mudah terurai secara alami.
8. Fasilitasi pengembangan sistem insentif dan disinsentif kegiatan
pengurangan sampah.
c. target pengelolaan sampah :
1. penurunan jumlah timbulan sampah secara bertahap dalam waktu tertentu;
2. prioritas jenis sampah yang akan menjadi target pengurangan sampah.
(2) Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dengan menggunakan data dan informasi yang lengkap dan akurat.
(3) Penyusunan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang kebersihan
(persampahan) dan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Walikota.
(5) Pemerintah Daerah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana Pengelolaan
Sampah.
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
Paragraf 1
Pengurangan Sampah
Pasal 9
11
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Dalam rangka kegiatan daur ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pemerintah
Daerah wajib :
a. memfasilitasi pembangunan fasilitas daur ulang sampah;
b. memfasilitasi pengembangan desain dan percontohan fasilitas daur ulang serta
teknologi daur ulang sampah;
c. memfasilitasi pemasaran produk daur ulang;
d. menerapkan dan memfasilitasi penerapan teknologi daur ulang sampah;
e. mengembangkan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi daur ulang sampah.
12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada setiap orang yang
melakukan pengurangan sampah.
(2) Insentif dalam pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi retribusi dan insentif lainnya yang kondusif untuk orang melakukan
pengurangan.
Pasal 16
Paragraf 2
Penanganan Sampah
Pasal 17
Pasal 18
14
d. Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c, memenuhi
kriteria:
1. dikelompokkan menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah yang terdiri atas :
a) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah
bahan berbahaya dan beracun;
b) sampah yang mudah membusuk;
c) sampah yang tidak mudah membusuk.
2. diberi simbol dan label yang menunjukkan jenis sampah sebagaimana
dimaksud pada angka 1.
3. bahan, bentuk, dan warna wadah.
Pasal 19
15
Pasal 20
Pasal 21
16
Pasal 22
(1) Setiap orang/badan dapat melakukan pengolahan sampah secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di sumber
sampah yang memenuhi standard dan kriteria lokasi pengolahan yang bagi
kesehatan dan lingkungan.
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a harus dilengkapi fasilitas yang
meliputi :
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi;
d. fasilitas penunjang.
17
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
(1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf (b)
dilakukan dengan cara :
a. lahan urug terkendali (control landfill);
b. lahan urug saniter (sanitary landfill).
(2) Sampah yang sudah diproses melalui cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan/atau huruf b dapat dimanfaatkan.
(3) Pemrosesan akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi:
a. baku mutu air limbah;
b. baku mutu emisi;
c. baku mutu gangguan.
18
Pasal 31
Bagian Kedua
Pengelolaan Sampah Spesifik
Pasal 32
Pasal 33
Dalam rangka pengelolaan sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
dan atau limbah bahan berbahaya dan beracun :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pembatasan dan pemilahan sampah yang
mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah daerah dapat menyediakan prasarana dan sarana pengumpulan dan
pemilahan sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan;
c. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
prasarana dan sarana pemilahan sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3
secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
d. ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c
diatur dengan Peraturan Walikota.
19
Pasal 34
(1) Pemerintah Daerah wajib membina, memonitor dan mengawasi produsen untuk
melakukan pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan
akhir sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
(2) Dalam rangka pelaksanaan pengumpulan sebagaimana disebutkan pada ayat (1),
produsen harus menyediakan tempat pengumpulan khusus (dropping point) untuk
sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan
dan lingkungan.
(3) Dalam rangka pelaksanaan ketentuan sebagaimana disebut pada ayat (1) dan ayat
(2), produsen dapat melakukan secara sendiri-sendiri, kerjasama antar produsen
dan/atau kerjasama dengan pihak ketiga dan/atau bermitra dengan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.
Pasal 35
Pasal 36
(1) Pemerintah Daerah wajib menyusun sistem tanggap darurat dalam penanganan
sampah yang timbul akibat bencana.
(2) Pemerintah Daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana tanggap darurat
sampah.
(3) Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sistem tanggap darurat penanganan
sampah yang timbul akibat bencana.
20
(4) Dalam penyusunan sistem tanggap darurat mencakup :
a. kelembagaan unit sistem tanggap darurat serta mekanismenya;
b. pengkajian cepat status sampah yang timbul akibat bencana (rapid
assessment);
c. penyusunan rencana;
d. penyelenggaraan tanggap darurat (Pengangkutan, Pemilahan dan pengolahan,
pemanfaatan dan pemrosesan akhir);
e. evaluasi;
f. laporan.
(5) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3)
dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
(1) Pelaku usaha wajib melaksanakan penanganan puing bongkaran bangunan yang
menjadi tanggung jawabnya.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku
usaha dapat melaksanakan secara sendiri atau bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah dan/atau pihak lain.
21
Pasal 40
Pengelolaan sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, diatur sebagai berikut :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah yang
secara teknologi belum dapat diolah, secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana pengangkutan dan
penampungan secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatur
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 41
Pengelolaan sampah yang timbul secara tidak periodik, diatur sebagai berikut :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah yang
timbul secara tidak periodik secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. setiap orang/badan dapat melakukan pengolahan dan pemanfaatan sampah
yang timbul secara tidak periodik secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Pemerintah Daerah dapat menyediakan prasarana dan sarana, serta melakukan
penanganan sampah yang timbul secara tidak periodik secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan;
d. ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatur
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 42
22
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 43
Pasal 44
(1) Setiap orang/badan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
yang berwawasan lingkungan.
(2) Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga wajib
dilakukan dalam skala RT/RW dan/atau Kelurahan/Kecamatan dengan petunjuk
teknis dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan urusan
Pemerintahan dibidang kebersihan (persampahan).
(3) Setiap angkutan umum, kendaraan pribadi, fasilitas umum, fasilitas sosial,
perkantoran, perusahaan, pusat perbelanjaan wajib menyediakan Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (TPSS).
23
BAB VIII
PERIZINAN
Pasal 45
(1) Setiap orang perseorangan, kelompok, atau badan hukum yang melakukan
kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari Walikota.
(2) Tata cara pemberian Izin Kegiatan Usaha Pengelolaan Sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB IX
PERAN MASYARAKAT
Pasal 46
(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Peran masyarakat dapat juga berupa:
a. pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah;
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan;
dan
d. masyarakat wajib berperan serta dalam kegiatan kebersihan lingkungan.
(3) Tata cara pemberian usul, pertimbangan dan saran serta pendapat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB X
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Pasal 47
(1) Dalam hal pengelolaan sampah Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama
dengan Pemerintah/Pemerintah Daerah dan pihak swasta.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama dan kemitraan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri.
24
BAB XI
LARANGAN
Pasal 48
BAB XII
PENGAWASAN
Pasal 49
BAB XIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 50
(1) Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada kegiatan usaha pengelola
sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.
25
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. paksaan pemerintahan;
b. penerapan uang paksa;
c. pencabutan atau pembatalan izin;
d. denda administrasi.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 51
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 37 huruf a, Pasal 39, Pasal 44, Pasal
45 ayat (1) dan Pasal 48 dikenakan sanksi pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan atau denda setingi-tingginya Rp 50.000.000,- (Lima puluh juta
rupiah).
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan yang mengatur pengelolaan sampah dikenakan
sanksi pidana sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan yang mengatur B3 dikenakan sanksi pidana sesuai
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XV
PENYIDIKAN
Pasal 52
(1) Selain penyidik Pejabat Polri, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu
di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi diberi wewenang khusus sebagai penyidik
untuk melakukan penyidikan tindak pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
26
(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak
pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan melakukan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik
bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan
tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 53
Selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan Daerah ini berlaku,
setiap orang yang menghasilkan sampah harus berpedoman pada Peraturan Daerah ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bekasi.
27
Pasal 55
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Bekasi
pada tanggal 16 Desember 2011
Ttd/Cap
RAHMAT EFFENDI
Ttd/Cap
RAYENDRA SUKARMADJI
28
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI
NOMOR 15 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BEKASI
I. PENJELASAN UMUM
Dengan bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Kota Bekasi maka
dengan demikian akan meningkatkan volume sampah. Disamping itu pola konsumsi
masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin
beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan atau sulit diurai oleh
proses alam.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Masyarakat dalam memngelola sampah masih bertumpu pada
pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke Tempat
Pemrosesan Akhir sampah. Padahal timbunan sampah dengan volume yang besar
dilokasi Tempat Pemrosesan Akhir sampah berpotensi melepas gas metan ( CH4 )
yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi
terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses
alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan biaya yang
besar.
Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai
nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk
ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru
tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan sampah yang meliputi kegiatan
pembatasan, penggunaan kembali dan pendauran ulang, serta kegiatan penanganan
sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan
komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang pemerintah daerah untuk melaksakan pelayanan publik, diperlukan
payung hukum dalam bentuk Peraturan Daerah. Pengaturan hukum pengelolaan
sampah dalam Peraturan Daerah ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi.
29
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan diatas pembentukan peraturan
daerah ini diperlukan dalam rangka :
a. kepastian hukum bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
b. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
c. kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam
pengelolaan sampah; dan,
d. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam peraturan daerah ini.
30
Yang dimaksud dengan “asas keadilan“ adalah bahwa
dalam pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat
dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam
pengelolaan sampah.
Yang dimaksud dengan “asas kesadaran“ adalah bahwa
dalam pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah
mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian
dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani
sampah yang dihasilkannya.
Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan“ adalah
bahwa dalam pengelolaan sampah diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Yang dimaksud dengan “asas keselamatan“ adalah
bahwa dalam pengelolaan sampah harus menjamin
keselamatan manusia
Yang dimaksud dengan “asas keamanan“ adalah bahwa
dalam pengelolaan sampah harus menjamin dan
melindungi masyarakat dari berbagai dampak negatif.
Yang dimaksud dengan “asas nilai ekonomi“ adalah
bahwa sampah merupakan sumber daya yang
mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan
sehingga memberikan nilai tambah.
Pasal 4 : Dengan adanya pengelolaan sampah secara baik dan
benar diharapkan dapat mengurangi resiko timbulnya
penyakit, pencemaran lingkungan dan meningkatkan
pendapatan.
Pasal 5 : Pemerintah Daerah berkewajiban menumbuh
kembangkan kesadaran masyarakat untuk mau
mengolah sampahnya sendiri dengan memberikan
penyuluhan dan bantuan peralatan serta membantu
peralatannya.
31
Pasal 6 : Cukup Jelas
32
Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat
khusus yang digunakan untuk kepentingan nasional/
berskala nasional misalnya, kawasan cagar budaya,
taman nasional, pengembangan industri strategis dan
pengembangan teknologi tinggi.
Fasilitas Sosial berupa, antara lain, rumah Ibadah, Panti
asuhan dan Panti sosial
Fasilitas Umum berupa antara lain terminal angkutan
umum, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan
udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,
jalan dan trotoar.
Yang termasuk fasilitas lain adalah fasilitas yang tidak
termasuk kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan Khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, antara
lain rumah tahanan, Lembaga Pemasyarakatan rumah
sakit, klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, kawasan
pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat dan
pusat kegiatan olah raga.
Pasal 20 : Cukup Jelas
Pasal 21 : Cukup Jelas
Pasal 22 : Cukup Jelas
Pasal 23 : Cukup Jelas
Pasal 24 : Cukup Jelas
Pasal 25 : Cukup Jelas
Pasal 26 : Cukup Jelas
Pasal 27 : Cukup Jelas
Pasal 28 : Cukup Jelas
Pasal 29 : Cukup Jelas
Pasal 30 : Cukup Jelas
Pasal 32 : Cukup Jelas
33
Pasal 33 : Cukup Jelas
Pasal 34 : Cukup Jelas
Pasal 35 : Cukup Jelas
Pasal 36 : Cukup Jelas
Pasal 37 : Cukup Jelas
Pasal 38 : Cukup Jelas
Pasal 39 : Cukup Jelas
Pasal 40 : Cukup Jelas
Pasal 41 : Cukup Jelas
Pasal 42 : Cukup Jelas
Pasal 43 : Cukup Jelas
Pasal 44 : Cukup Jelas
Pasal 45 : Cukup Jelas
Pasal 46 : Cukup Jelas
Pasal 47 : Cukup Jelas
Pasal 48 : Cukup Jelas
Pasal 49 : Cukup Jelas
Pasal 50
Ayat (1) : Cukup Jelas
34
huruf b : Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan
dalam jumlah tertentu oleh pengelola sampah yang
melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah sebagai
pengganti dari pelaksanaan sanksi paksaan
pemerintahan.
huruf c : Cukup Jelas
Pasal 51 : Cukup Jelas
Pasal 52 : Cukup Jelas
Pasal 53 : Cukup Jelas
Pasal 54 : Cukup Jelas
Pasal 55 : Cukup Jelas
35