Anda di halaman 1dari 241

FUNGSI MANAJEMEN DINAS

LINGKUNGAN HIDUP DALAM


PENGELOLAAN SAMPAH
DI KOTA BEKASI

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Administrasi Publik

Oleh :

PINDO PRAYOGI

NIM 6661131584

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
“Jika memang berniat untuk berbuat baik dan
memperbaiki diri, mulailah dari sekarang, jangan tunda-
tunda waktunya.
Menunda waktu adalah ciri orang yang gagal dan
tidak beriman”
( Sayyid ayatollah ruhollah khomeine )

“Kupersembahkan Skripsi ku ini


teruntuk kedua Orangtuaku, Bapak dan
Ibu tercinta yang selalu mendo’akan tiada
henti mengiringi langkah perjuangan
anakmu, Semoga bisa menjadi hadiah kecil
terindah untuk mereka”
ABSTRAK

Pindo Prayogi. NIM. 6661131584. 2017. Fungsi Manajemen Dinas


Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi. Program
Studi Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing Pertama: Titi Stiawati, S.Sos,
M,Si dan Dosen Pembimbing Kedua: Drs. Ato’ullah, M.Si

Penelitian ini membahas mengenai Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan


Hidup dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana fungsi manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam
pengelolaan sampah di Kota Bekasi. Penelitian ini adalah penelitian dengan
metode deskriptif kualitatif. Penentuan informan menggunakan teknik purposive.
Teknik pengumpulan data melakukan observasi dan wawancara langsung dan
dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Pengujian keabsahan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi dan member check yang
didasarkan dari teori fungsi manajemen Luther Gullick dalam Handayaningrat
(2001) yang terdiri dari tujuh indikator yaitu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan pegawai, pembinaan kerja, pengkoordinasian, pelaporan, dan
anggaran. Teknik analisis data menggunakan konsep dari Miles dan Hubberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan
Hidup dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi tidak optimal pada aspek
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan pegawai, pengkoordinasian, dan
anggaran. Rekomendasi peneliti yaitu membuat perencanaan yang matang dan
efisien untuk mengatasi masalah sampah dengan berupaya menyelesaikan
pembangunan teknologi yang ada di TPA Sumur Batu, merubah kembali struktur
organisasi formal yang ada di Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
menjadi Dinas Kebersihan, menambah jumlah Sumber Daya Manusia seperti
Pekerja Harian Lepas dan menempatkan pegawai yang mempunyai latar belakang
keahlian sesuai dengan bidang pengelolaan sampah, melakukan komunikasi dan
penyuluhan yang diadakan dengan rutin kepada pihak pengurus wilayah setempat
dan masyarakat, menambah anggaran untuk bidang pengelolaan sampah dan
mengupayakan agar pemberian gaji/uang intensif kepada para Pekerja Harian
Lepas bisa transparan dan tepat waktu.

Kata kunci: Fungsi, Manajemen, Pengelolaan Sampah


ABSTRAK

Pindo Prayogi. 2017. NIM. 6661131584. Management Functions of the


Environment Agency in Waste Management in Bekasi City. Department of
Public Administration. Faculty of Social Science and Political Science. Sultan
Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor: Titi Stiawati, M.Si and 2nd Advisor:
Drs. Ato’ullah, M.Si

This research is explain about Management Function of the Department of


Environment in Waste Management in Bekasi City. The purpose of this research
is to the describe how the management function of Environment Department in
waste management in Bekasi City. This research is a descriptive qualitative.
Determination of informant using purposive technique. Data collection technique
are using interview, observation and documentation. The instrument research is
researcher herself. The validiation of data are using triangulation and member
check and based on the theory of the process of administration and management
from Luther Gullick in Handayaningrat (2001) which consists of seven indicators:
planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting and budgeting.
Data analysis technique is using methods from Miles and Hubberman. The
conclusion of Management Function of the Environment Department in Waste
Management in Bekasi City was not optimal in the aspects of planning,
organizing, staffing, coordination, and budget. The recommendation is to make a
mature and efficient planning to overcome the waste problem by trying to finish
the technology development in Sumur Batu TPA, to change the formal
organization structure that exist in the Field of Waste Management and B3 Waste
into the Sanitation Department, to increase the number of Human Resources such
as Workers Daily release and placing employees with a background of expertise
in the field of waste management, communicating and counseling routinely to
local stakeholders and the community, increasing the budget for waste
management and striving for intensive salary / wage to the Daily Workers Release
can be transparent and timely.

Keywords: Function, Management, Waste Management


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa selalu diberikan

kepada kita semua, termasuk pada nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat

kemudian shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi

besar Muhammad SAW atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta yang telah

mengiringi doa dan harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya

penelitian skripsi ini yang berjudul Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi. Penelitian

skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu

(S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program

studi Administrasi Publik. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan

dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain

penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh

penulis. Untuk terwujudnya penulisan penelitian skripsi ini banyak pihak yang

membantu penulis dalam memberikan motivasi baik waktu, tenaga, dan ilmu

pengetahuannya. Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih

ke pada kedua orang tua tercinta atas curahan perhatian dan kasih sayangnya dan

juga doa yang tak henti serta motivasi dalam pengerjaan penelitian skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis untuk

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang

i
telah membantu dan mendukung, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda, Ph.D, Sekretaris Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Bapak Deden M. Haris, S.Sos., M.Si., sebagai Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing peneliti sejak awal masuk

perkuliahan.

9. Ibu Titi Stiawati, S.Sos., M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang

telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar serta

ii
motivasi dan juga dukungan kepada penulis selama proses penyusunan

skripsi.

10. Bapak Drs. Ato’ullah, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang telah

senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar serta

motivasi dan juga dukungan kepada penulis selama proses penyusunan

skripsi.

11. Kepada seluruh Dosen Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas

segala bantuan informasi selama perkuliahan.

13. Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang telah memberikan

informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan

data untuk peneliti.

14. Ibu Dra. Kiswatiningsih, M.Sc., Kepala Bidang Pengelolaan Sampah

dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang telah

berkenan menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan

ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk peneliti.

15. Bapak Nazirwan, S.T, Kepala Seksi Penanganan Sampah Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang telah menjadi informan dan

memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses

iii
pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai

fokus penelitian pada skripsi ini.

16. Bapak Sunarmo, Kepala Seksi Pengurangan Sampah Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang telah menjadi informan dan

memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses

pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai

fokus penelitian pada skripsi ini.

17. Bapak Atjep Rusfianto, S.IP, Kepala UPTD TPA Sumur Batu yang

telah menjadi informan dan memberikan banyak informasi yang saya

butuhkan selama penyusunan skripsi;

18. Kepada orang tuaku tercinta yang telah menjadi motivator terbesar

selama perjalanan hidupku. Terima kasih atas segala doa, bimbingan,

kasih sayang, penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang

tidak ada henti-hentinya yang selalu diberikan.

19. Kepada seluruh saudara, kakak dan keluarga yang telah mendoakan,

memberi semangat dan motivasi.

20. Kepada sahabatku Galih Arya Kusuma yang telah sabar menemani,

dan memberikan arahan dan motivasi dalam membantu kepada penulis

dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

21. Kepada para sahabat seperjuanganku yang menjadi partner dalam

perkuliahan yaitu Aji Dewantoro, Nucky Nugraha, Eko Nurcahyo,

Randi Alifio Yori, Satrio Sakti Darmawan, Maulana Aditya Wilman,

Ahmad Hidayat, Masdi, Muamar Aqrom, Ferdy Ardiansyah, Ali

iv
Ulumudin dan teman-teman lainnya yang telah memberikan semangat

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu..

22. Kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2013 Administrasi

Publik selama menuntut ilmu. Terima kasih atas semua kenangan

selama empat tahun perkuliahan kalian luar biasa.

23. Kepada teman-teman KKM Perumpera 05 yang telah memberikan

semangat dan memberikan pengalaman hidup kepada penulis.

24. Serta semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis untuk

memberikan arahan, bimbingan, semangat, dan doa yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf

apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu

kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi

berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti

sendiri dan pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Serang, Desember 2017

Penulis

Pindo Prayogi

v
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 25
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 25
1.3.1 Batasan Masalah .......................................................................... 25
1.3.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 26
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 26
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 26
1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 26
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 27
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................. 27

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR


PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ....................................................................................... 33
2.1.1 Definisi dan Konsep Manajemen ................................................. 33
2.1.2 Asas-asas Manajemen .................................................................. 35
2.1.3 Fungsi Manajemen ....................................................................... 36

vi
2.1.4 Tujuan Manajemen ...................................................................... 48
2.1.5 Definisi Sampah ........................................................................... 49
2.1.6 Jenis, Sumber, dan Pengelolaan Sampah ..................................... 50
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 57
2.3 Kerangka Berfikir................................................................................... 59
2.4 Asumsi Dasar ......................................................................................... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian................................................................................... 62
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 63
3.2.1 Definisi Konsep ........................................................................... 63
3.2.2 Definisi Operasional .................................................................... 64
3.3 Instrumen Penelitian............................................................................... 65
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 66
3.4.1 Data Primer .................................................................................. 66
3.4.2 Data Sekunder .............................................................................. 67
3.5 Informan Penelitian ................................................................................ 69
3.6 Pedoman Wawancara ............................................................................. 71
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 72
3.8 Uji Keabsahan Data................................................................................ 75
3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian ................................................................. 77
3.9.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 77
3.9.2 Jadwal Penelitian ......................................................................... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Deskripsi Objek Penelitian..................................................................... 79
4.1.1 Gambaran Umum Kota Bekasi .................................................... 79
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Bekasi ............................................... 81
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi........... 82
4.1.2.1 Kedudukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi ......... 83
4.1.2.2 Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi ..... 83

vii
4.1.2.3 Tujuan dan Sasaran Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi .................................................................... 85
4.1.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi .................................................................... 86
4.1.2.5 Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi .................................................................... 89
4.1.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengelolaan Sampah
dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi 92
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................... 104
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 104
4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian ................................................... 108
4.3 Deskripsi Analisis Hasil Penelitian ...................................................... 110
4.3.1 Perencanaan (Planning) ............................................................. 116
4.3.2 Pengorganisasian (Organizing) ................................................. 121
4.3.3 Penyusunan Pegawai (Staffing) ................................................ 124
4.3.4 Pembinaan Kerja (Directing) .................................................... 127
4.3.5 Pengkoordinasian (Coordinating) ............................................. 129
4.3.6 Pelaporan (Reporting) ............................................................... 133
4.3.7 Penganggaran (Budgeting) ........................................................ 136
4.4 Pembahasan .......................................................................................... 139
4.4.1 Analisis tentang Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup
dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi ............................... 140

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 155
5.2 Saran..................................................................................................... 157

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Timbulan Sampah Kota Bekasi Tahun 2015 ................... 11
Tabel 1.2 Jumlah Produksi Sampah yang dibuang ke TPA Sumur Batu

Bulan Maret Tahun 2017 .............................................................. 12

Tabel 1.3 Pencapaian Kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi ........ 14

Tabel 1.4 Anggaran Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Tahun 2015 ... 15

Tabel 1.5 Produksi Sampah Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi per hari 18

Tabel 1.6 Jumlah Kendaraan Operasional Angkutan Sampah Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi Tahun 2016................... 20

Tabel 1.7 Penyediaan Sarana Penunjang TPA Sumur Batu Tahun 2016 .... 21

Tabel 3.1 Variabel Operasional.................................................................... 65

Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian........................................................... 70

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ................................................................... 71

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian.......................................................................... 78

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Bekasi Tahun 2015 ................................ 81

Tabel 4.2 Informan Penelitian .................................................................... 109

Tabel 4.3 Hasil Temuan di Lapangan ........................................................ 152

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..................................................................... 60
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Miles dan Huberman ............ 73
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bekasi ........................................................ 80
Gambar 4.2 Sturuktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi .. 90

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 3 Dokumentasi Foto
Lampiran 4 Keterangan Informan
Lampiran 5 Member Check
Lampiran 6 Matriks Wawancara Setelah Reduksi Data
Lampiran 7 Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Lampiran 8 Daftar Pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Lampiran 9 Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2014-2018
Lampiran 10 Daftar Rekapitulasi Jumlah Sampah yang Terangkut
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Tahun 2015
Lampiran 11 Daftar Bank Sampah Se-Kota Bekasi Tahun 2017
Lampiran 12 Data Jumlah Operasional Angkutan Sampah Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi Tahun 2016
Lampiran 13 Daftar Armada Pengangkut Sampah UPTD wilayah
Kecamatan Rawalumbu
Lampiran 14 Data Rekapitulasi Jumlah Kendaraan, Ritase, Volume, dan Tonase
Sampah yang Dibuang ke TPA Sumur Batu Bulan Februari, Maret,
dan Agustus Tahun 2017
Lampiran 15 Dokumen Lain yang Relevan

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi dan manajemen merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Organisasi merupakan kesatuan dari dua atau lebih orang atau kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan manajemen merupakan seni dan ilmu

dalam mengelola suatu hal agar tujuan yang diinginkan tercapai dengan efektif

dan efisien. Organisasi dalam hal ini adalah sebagai objek yang dituju sedangkan

manajemen adalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi.

Suatu organisasi dapat mencapai tujuan dengan baik apabila mampu

merencanakan program-program secara matang dengan memperhitungkan masa

yang akan datang dan melaksanakan rencana yang telah dibuat. Perencanaan

dalam suatu organisasi merupakan proses dasar di dalam manajemen untuk

merumuskan tujuan dan cara mencapainya.

Bentuk organisasi menuntut kemampuan manajemen yang lebih baik,

terutama kemampuan teknis, karena semua pekerjaan dalam organisasi tidak dapat

dilakukan sendiri. Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-

komponen di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal. Suatu organisasi yang

baik terdapat fungsi-fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan pelaksanaan dan pengawasan. Masing-masing fungsi tersebut harus

saling berkaitan di dalamnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan.

1
2

Peran manajemen sangat dibutuhkan oleh semua bentuk organisasi baik

perusahaan, instansi pemerintah ataupun badan usaha lainnya. Dalam manajemen,

semua pelaksanaan kegiatan organisasi tidak terlepas dari penerapan fungsi-fungsi

manajemen. Tanpa adanya penerapan manajemen yang baik, maka tidak mungkin

usaha yang dijalankan oleh suatu organisasi atau lembaga tersebut dapat

mengalami perkembangan kearah yang lebih maju.

Oleh karena itu, semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

menuntut manusia untuk bertindak semakin lebih cepat dan tepat dengan

memperhatikan efisiensi di segala bidang, sebab perkembangan teknologi akan

menuntut suatu organisasi harus bekerja secara professional. Sulit sekali bagi

suatu organisasi untuk mencapai sukses tanpa pelaksanaan manajemen secara

efektif. Manajemen sangat penting untuk menunjukkan cara bagaimana menuju

kearah pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik, yaitu dengan mengurangi

hambatan-hambatan yang mungkin terdapat pada suatu organisasi dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Manajemen adalah proses penyelenggaraan yang dapat melancarkan

pelaksanaan tugas pimpinan dari suatu organisasi sejalan dengan meningkatnya

kebutuhan setiap pimpinan akan data-data yang lengkap dan cepat dalam proses

pengambilan keputusan yang dibutuhkan. Maka penerapan manajemen setiap

waktu juga akan banyak memberikan bantuan-bantuan terhadap pimpinan.

Manajemen merupakan urat nadi dari segala kegiatan organisasi dan memiliki

peranan yang cukup besar dalam mendukung maju mundurnya suatu organisasi

atau lembaga.
3

Setiap organisasi termasuk juga organisasi pemerintah memiliki tujuan

yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi pemerintah, diperlukan

strategi yang dijabarkan dalam bentuk program-program atau aktivitas. Organisasi

pemerintah memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk dapat

memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan

efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Untuk mencapai tujuan

organisasi pemerintah diperlukan pemerintahan yang jujur dan akuntabel. Dimana

pemerintahan merupakan sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan-

kewenangan melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta

pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan.

Pemerintahan sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola berbagai

kewenangan dalam mengelola negara atau pemerintah memerlukan adanya

kesiapan diberbagai aspek dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang

dilakukan, terutama kesiapan dalam ketersediaan berbagai penunjang dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan maupun yang akan

dilakukan. Dalam kerangka otonomi daerah, seiring dengan perkembangan sebuah

organisasi, lembaga atau instansi pemerintahan yang ada pada saat ini, maka

diperlukan manajemen yang baik dan semakin bertambah pula jumlah sarana dan

prasarana yang dibutuhkan oleh organisasi, lembaga atau instansi tersebut guna

mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas atau produktivitas kerja

pegawai tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan atau keterampilan yang

dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
4

faktor lain seperti sarana perlengkapan kerja yang memadai. Penyediaan sarana

kerja yang diperlukan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pegawai

harus memperhatikan aspek manfaat dengan tetap berpedoman pada tugas pokok

dan fungsi serta anggaran yang tersedia. Oleh karena itu, sarana kerja harus dapat

dikelola dengan benar agar mampu menunjang pelaksanaan tugas para pegawai

secara maksimal.

Pada saat ini pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

berkembang semakin pesat. Berbagai isu-isu sentral dalam berbagai bidang mulai

muncul dan berkembang seiring dengan pertumbuhan paradigma masyarakat

terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu fenomena yang terjadi adalah

munculnya berbagai isu sentral di bidang lingkungan hidup seperti pemanasan

global, pencemaran lingkungan, dan berbagai kerusakan lingkungan. Hal ini telah

disadari manusia karena saat ini mereka dihadapkan pada berbagai masalah

lingkungan tersebut. Permasalahan lingkungan sangat erat kaitannya dengan

pertumbuhan penduduk.

Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat akan

memunculkan sebuah pengaruh terhadap lingkungan. Lingkungan hidup

masyarakat dihadapkan pada beberapa potensi yang dapat membawa sebuah

lingkungan tersebut kearah yang buruk. Potensi yang nantinya akan ditimbulkan

yaitu kerusakan lingkungan seperti adanya pencemaran lingkungan, hal ini juga

diperparah dengan adanya pemanasan global (global warming). Pada hakikatnya

setiap masyarakat atau individu dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari

proses pemenuhan kebutuhan sebagai usaha untuk bertahan melangsungkan hidup


5

di lingkungan sekitarnya. Kebutuhan yang semakin meningkat dan beragam serta

konsumsi akan menimbulkan sisa dari hasil pemenuhan kebutuhan yang berupa

limbah atau sampah. Masalah sampah menjadi permasalahan universal yang akan

berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat yang berada di sebuah

lingkungan tersebut.

Permasalahan lingkungan hidup tidak terlepas dari limbah atau sampah

sebagai sebuah hasil buangan dari proses aktivitas pemenuhan kebutuhan

masyarakat. Disamping perkembangan fisik, pesatnya perkembangan penduduk

akan membawa konsekuensi timbulnya permasalahan sampah. Indonesia

merupakan negara yang memiliki penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan

penduduk yang cukup tinggi. Jumlah penduduk di Indonesia yang terus

mengalami peningkatan, hal tersebut akan menghasilkan debit volume sampah

yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk terutama di daerah kota juga semakin

lama semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kota merupakan pusat pelaksanaan

pemerintahan, pembangunan dan pusat konsentrasi penduduk. Pertumbuhan

penduduk yang begitu cepat pada akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan

yang terkait dengan ketersediaan infrastruktur di perkotaan yang salah satunya

adalah masalah sampah yang merupakan hasil buangan yang menimbulkan

berbagai macam persoalan.

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini akan membawa permasalahan

sampah, dimana akan berdampak pada munculnya berbagai permasalahan lainnya.

Masalah sampah ini terkait pada fasilitas sarana-prasarana pendukung yang ada.

Jika sampah tersebut tidak dikelola maka akan semakin menumpuk. Masalah
6

sampah yang timbul erat kaitannya dengan masalah sulitnya pengumpulan,

pengangkutan, pembuangan, pemanfaatan dan pemusnahan sampah, yang setiap

harinya akan dihasilkan baik sampah sebagai residu atau sisa dari rumah tangga,

industri, dan lain sebagainya. Banyak dijumpai tumpukan sampah di berbagai

sudut lingkungan masyarakat, hal ini menunjukkan jumlah volume debit sampah

yang dihasilkan masih kurang diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik.

Masih terdapat berbagai tumpukan sampah yang tidak terangkut. Pengelolaan

yang kurang optimal akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat dan akan

menghilangkan nilai keindahan tata ruang dalam lingkungan masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Kebijakan

Pemerintah Mengatasi Permasalahan Penduduk Tentang Pengelolaan Sampah,

sudah menjadi tanggung jawab pemerintah termasuk masalah pembiayaanya.

Sedangkan manusia hidup di dunia menentukan lingkungannya atau ditentukan

oleh lingkungannya. Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi tidak

baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatannya tidak

sesuai dengan kemampuan situasinya. Pengelolaan sampah selama ini belum

sesuai dengan metode dan tekhnik pengelolaan sampah yang bewawasan

lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan

masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu pemerintah/pemerintah daerah wajib

melakukan penyelenggaraan pengelolaan sampah, pengurangan sampah,

penanganan sampah, secara terpadu dan melibatkan seluruh komponen

masyarakat dan dunia usaha.


7

Langkah-langkah mengatasi masalah yang dihadapi oleh pemerintah, dan

masyarakat dalam menangani sampah terkait penanganan sampah serta

pelaksanaan yang belum maksimal terhadap regulasi-regulasi mengenai

penanganan sampah. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komitmen yang kuat dan

terobosan yang bersifat kreatif-inovatif dari semua pihak untuk mengoptimalkan

perangkat regulasi maupun manajemen mengenai penanganan dan pembangunan

sampah yang berwawasan lingkungan serta merubah paradigma yang sudah tidak

mempunyai relevansi dalam konteks membangun kesadaran pemerintah terkait,

dan masyarakat dalam menghadapi problematika sampah di negeri ini.

Kota Bekasi merupakan salah satu kota metropolitan daerah penyangga

dipinggiran DKI Jakarta yang menjadi salah satu tempat dimana pengelolaan

sampahnya masih bermasalah dan belum terselesaikan. Timbulan sampah yang

ada di Kota Bekasi berasal dari berbagai sumber antara lain dari pemukiman,

industri, perkantoran, jalan dan taman serta dari pasar. Kota Bekasi sebagai kota

penyangga dan penyeimbang Ibu Kota Jakarta telah mengalami pertumbuhan

yang sangat pesat, terutama pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan

sektor properti.

Hal tersebut sangat berdampak terhadap jumlah timbulan dan volume

sampah yang ada di Kota Bekasi terutama sampah rumah tangga karena

kebanyakan pekerja di Jakarta lebih memilih tempat tinggal di daerah pinggiran

seperti Kota Bekasi. Semua sampah dari sumber masing-masing tersebut akan

bermuara ke salah satu Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sumur Batu yang berada

di Kecamatan Bantar Gebang, merupakan daerah yang masuk ke dalam wilayah


8

Kota Bekasi yang memiliki dua lokasi TPA, yaitu satu milik Pemerintah Kota

Bekasi di Sumur Batu dan yang satu lagi milik Pemerintah DKI Jakarta di Bantar

Gebang. Dengan demikian permasalahan sampah akan menjadi masalah yang

sangat perlu diperhatikan dalam perkembangan Kota Bekasi selanjutnya.

Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini telah membuat Peraturan Daerah

(Perda) Kota Bekasi nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota

Bekasi. Perda ini adalah merupakan tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang diikuti oleh Permendagri No 33

Tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan sampah. Seharusnya Undang-undang

dan Permendagri tersebut sudah memberikan muatan pokok yang penting kepada

pemerintah daerah, yaitu: 1) landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah

dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah dari aspek legal formal; 2) kejelasan

tentang pembagian tugas dan peran para pihak terkait pengelolaan sampah mulai

dari tingkat pusat sampai masyarakat; 3) landasan operasional dalam

implementasi 3R (reduce, reuse, recycle).

Permasalahan sampah yang difokuskan pada masalah pengelolaan sampah

oleh Kota Bekasi merujuk pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008

Tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa pengelolaan sampah

diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas,

manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas

keamanan, dan hak asasi nilai ekonomi. Dalam Undang-undang tersebut sudah

jelas memberi tugas dan wewenang kepada pemerintah dan pemerintah daerah
9

agar menjamin terselenggaranya pelaksanaan pengelolaan sampah yang baik dan

berwawasan lingkungan.

Program strategis Kota Bekasi dalam menangani timbulan sampah

diantaranya melalui pengembangan pembentukan Bank Sampah di semua level

kegiatan masyarakat seperti: sekolah, perkantoran, pemukiman dan lingkungan

RT/RW. Bank sampah adalah suatu sistem pengolahan sampah yang dirancang

sebagaimana mekanisme kerja di perbankan, dimana masyarakat dapat menabung

sampah yang dibuktikan dengan adanya nomor rekening dan buku tabungan

sampah dilingkungannya. Bank sampah merupakan terobosan pola pikir baru

dalam masyarakat dalam menangani dan mengurangi timbulan sampah yang saat

ini sudah menjadi masalah nasional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 07 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bekasi terkait adanya

penerapan peraturan daerah tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Tata

Kerja (SOTK) perangkat daerah yang baru diantaranya Dinas Kebersihan Kota

Bekasi dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bekasi dilebur menjadi

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang berkedudukan sebagai unsur dinas

yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah

dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Di dalam

struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi terdapat 4 bidang yang

diantaranya membidangi masalah tata lingkungan, pengelolaan sampah dan

limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pengendalian pencemaran dan


10

kerusakan lingkungan, serta penaatan dan peningkatan kapasitas lingkungan

hidup.

Pengelolaan sampah di Kota Bekasi dimulai dari hulu ke hilir yaitu

pengangkutan dari sumber sampai dengan tempat pengolahan akhir sampah di

TPA Sumur Batu Kota Bekasi. Melalui tugas-tugas tersebut Dinas Lingkungan

Hidup mempunyai misi untuk meningkatkan pelayanan kebersihan yang optimal,

mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup dan membangun kesadaran

masyarakat dalam kebersihan di wilayah Kota Bekasi. Di dalam Dinas

Lingkungan Hidup tersebut terdapat bidang yang bertugas khusus untuk

menangani permasalahan pengelolaan sampah seperti pengurangan sampah,

penanganan sampah, dan limbah B3 yang ditangani oleh Bidang Persampahan dan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan di bantu oleh 14 Unit Pelaksana

Teknis Dinas (UPTD) Kebersihan. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

merupakan unit-unit yang melaksanakan kegiatan operasional dan/atau kegiatan

teknis penunjang dinas yang tersebar di setiap kecamatan di wilayah Kota Bekasi.
11

Tabel 1.1
Jumlah Timbulan Sampah Kota Bekasi
Tahun 2015

No Nama Jumlah Produksi Sampah Produksi Sampah

Kecamatan Penduduk (m3/tahun) (Ton/Tahun)

1 Bekasi Timur 265.635 jiwa 242.392 60.597,98

2 Bekasi Barat 273.454 jiwa 249.527 62.381,69

3 Bekasi Utara 320.954 jiwa 292.871 73.217,63

4 Bekasi Selatan 198.317 jiwa 180.964 45.241,07

5 Rawalumbu 217.211 jiwa 198.205 49.551,26

6 Medan Satria 152.437 jiwa 139.099 34.774,69

7 Bantargebang 96.384 jiwa 87.950 21.987,60

8 Pondok Gede 266.726 jiwa 243.387 60.846,87

9 Jatiasih 205.934 jiwa 187.915 46.978,69

10 Jatisampurna 104.324 jiwa 95.196 23.798,91

11 Mustika Jaya 161.648 jiwa 147.504 36.875,95

12 Pondok Melati 121.389 jiwa 110.767 27.691,87

JUMLAH 2.384.413 jiwa 2.175.777 543.944,22

(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2015)


12

Tabel 1.2
Jumlah Produksi Sampah yang dibuang ke TPA Sumur Batu
Bulan Maret Tahun 2017

JUMLAH
No Wilayah Tugas Kendaraan Ritase Volume Berat
(unit) (kali) (m3) (ton)

1 Jalur Protokol 15 392 2,744 686.00


2 Jalur Container 18 453 3,171 792.75
3 Bekasi Selatan 24 537 3,759 939.75
4 Bekasi Timur 20 467 3,269 817.25
5 Bekasi Utara 22 404 2,828 707.00
6 Bekasi Barat 22 523 3,661 915.25
7 Medan Satria 15 331 2,317 579.25
8 Jati Asih 13 354 2,478 619.50
9 Pondok Gede 20 509 3,563 890.75
10 Bantargebang 7 174 1,218 304.50
11 Jati Sampurna 15 308 2,156 539.00
12 Pondok Melati 14 310 2,170 542.50
13 Mustika Jaya 18 463 3,241 810.25
14 Rawalumbu 16 334 2,338 584.50
15 Kemang Pratama 3 39 273 68.25
16 Unit Bantuan 1 12 84 21.00
JUMLAH 243 5.610 39,270 9,817.00
(Sumber: UPTD TPA Sumur Batu, 2017)

Dari tabel di atas terlihat jumlah timbulan sampah yang ada di Kota Bekasi

tahun 2015 dan data jumlah produksi sampah yang masuk ke TPA, dari tahun ke

tahun timbulan sampah akan terus meningkat seiring pertambahan laju penduduk

Kota Bekasi, apabila tidak diiringi dengan peran serta masyarakat untuk
13

mengurangi pembuangan sampah dengan pemanfaatan 3R (reduce, reuse, recycle)

dan penerapan program Bank Sampah yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan

Hidup sendiri dalam memfasilitasi sarana dan prasarana dalam pengelolaan

sampah di tiap-tiap wilayah Kota Bekasi.

Saat ini daya tampung TPA Sumur Batu yang selama ini menjadi muara

akhir sampah Kota Bekasi memiliki keterbatasan lahan pembuangan sampah dari

jumlah 10 Ha yang sudah terbangun (zona 1, 2, 3, dan 4), dan pada tahun 2012

ada pembangunan zona 5 seluas 2,5 Ha dan tahun 2013 2,2 Ha, sarana

lingkungan, akses jalan masuk, kantor, hangar. Untuk tahun 2014 sampai dengan

2018 perlu diadakan ekspansi (perluasan) yang telah direncanakan oleh Dinas

Lingkungan Hidup kurang lebih sekitar 35 Ha disamping juga pembenahan

pengelolaan lingkungan berupa penambahan sarana prasarana serta sistem

pengelolaan yang lebih baik.

Untuk melakukan ekspansi dalam bentuk pembangunan zona baru maka

akan membutuhkan ruang yang lebih besar dan pada waktu-waktu yang akan

datang hal itu akan mengalami keterbatasan sehingga dibutuhkan suatu terobosan

berupa teknologi pemanfaatan sampah yang dapat memberikan solusi dalam

permasalahan ini. Beberapa teknologi yang dapat digunakan adalah teknologi

yang berupa pemanfaatan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada skala

rumah tangga sampai dengan TPA. Selain itu sampah juga dapat dijadikan sebagai

sumber energi dimana pada saat ini energi mengalami krisis dan sampah

merupakan materi yang menyimpan energi sedangkan pemusnahannya sendiri

merupakan suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Dalam rangka
14

aplikasi UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dibutuhkan

pemilahan sampah dan mesin pengolahan sampah dari sumber yang merupakan

implementasi dari program konsep pengembangan 3M (Mengurangi,

Menggunakan Kembali, Mendaur Ulang).

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi telah membuat penetapan kinerja

dan rencana anggaran tahun 2015 sesuai dengan sasaran strategis, dimana

penetapan kinerja ini merupakan tolak ukur dalam evaluasi akuntabilitas kinerja

tahun 2015.

Tabel 1.3
Pencapaian Kinerja
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2015

No Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Pencapaian


Strategis
1 Meningkatnya Bertambahnya persentase 60% 60,29 100,48%
Pelayanan pelayanan kebersihan
Kebersihan Cakupan kunjungan/patroli 188.340 rit 123.398 rit 65,52%
truck atau pengangkutan
sampah di TPS
Tempat Pembuangan 0,98 persil 187 persil 190,81%
Sampah (TPS) persatuan
penduduk
2 Meningkatnya Jumlah kelompok 130 kelompok 275 kelompok 211,54%
Kualitas masyarakat pengolah
Pengelolaan sampah
Lingkungan Persentase limbah terolah 19,60% 18,79% 95,87%
Jumlah limbah tinja terolah 84.680 m3 8.795 m3 10,39%
(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2015)
15

Tabel 1.4
Anggaran Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2015

No. Program Anggaran Keterangan


1 Program Pelayanan Administrasi Rp. 4,005,364,000,- APBD
Perkantoran
2 Program Peningkatan Sarana dan Rp. 596,700,000,- APBD
Prasarana Aparatur
3 Program Peningkatan Disiplin Rp. 150,000,000,- APBD
Aparatur
4 Program Peningkatan Kapasitas Rp. 46,500,000,- APBD
Sumber Daya Aparatur
5 Program Peningkatan Rp. 90,000,000,- APBD
Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
6 Program Pengembangan Kinerja Rp. 66,936,807,662,- APBD
Pengelolaan Persampahan
Jumlah Anggaran Rp. 71,825,371,662.-
(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2015)

Pengukuran kinerja kegiatan dilakukan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan misi dan sasaran yang ingin

dicapai Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dengan menggunakan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2015. Dengan jumlah

kegiatan yang dilaksanakan sebanyak 80 kegiatan dan yang tidak di laksanakan 3

kegiatan.

1. Untuk sasaran meningkatnya pelayanan kebersihan :

a. Indikator sasaran bertambahnya persentase pelayanan kebersihan

terealisasi sebesar 60,29% dihitung dengan volume timbulan sampah dari


16

jumlah penduduk Kota Bekasi 2.384.413 jiwa dengan timbulan sampah

2,41 liter/org/hari 2.175.777 m³/tahun, dan jumlah sampah diangkut,

dilapak sampah liar dan dikomposting sejumlah 1.311.882,36 m3/tahun.

Jumlah volume sampah terangkut dan terolah dibagi jumlah timbulan

sampah yang ada, dengan tingkat pencapaian sasaran sebesar 100.48%.

Pelayanan Kebersihan = Volume sampah ditangani x 100%


Volume timbulan sampah
1.311.882,36 x 100% = 60,29%
2.175.777
b. Cakupan kunjungan/patroli truk atau pengangkutan sampah di TPS

188.340 rit terealisasi sebesar 123.398 rit dihitung dengan jumlah

kunjungan patroli perhari (65,52%).

c. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk untuk tahun

anggaran 2015 dengan kapasitas penampungan sampah sebesar 4.459 m3

dengan jumlah penduduk 2.384.413 jiwa dengan capaian target 187 persil

dengan target penetapan kinerja Dinas Lingkungan Hidup sebesar 0,98

persil (190,81%). Dengan rincian perhitungan sebagai berikut :

Jumlah Daya Tampung TPS (m3) x 1000


Jumlah Penduduk
4.459 m3 x 1000 = 187 persil
2.384.413
2. Untuk sasaran meningkatnya kualitas pengelolaan lingkungan :

a. Indikator sasaran jumlah kelompok masyarakat pengolah sampah 130

kelompok untuk tahun 2015 terealisasi 275 kelompok diperoleh kinerja

(211,54%)
17

b. Indikator sasaran persentase limbah terolah 19,60% untuk tahun 2015

terealisasi 18.79% dengan rincian perhitungan :

Persentase Limbah yang terolah = Jumlah limbah dimanfaatkan


Jumlah timbulan sampah
Volume limbah terolah = 491.085 m3
Volume timbulan sampah = 2.095.932 m3
18.79% = 408.574,36 x 100%
2.175.777
c. Indikator sasaran jumlah tinja terolah sebesar 84.680 m3 terolah 8.795 m3

dengan indikator kinerja pencapaian keberhasilan kinerja Dinas

Lingkungan Hidup mencapai 10,39% dari target.

3. Untuk produksi sampah tiap kecamatan di wilayah dapat dihitung dengan

rincian perhitungan :

Kecamatan = 2,5 liter x Jumlah Penduduk


1000
Rawalumbu = 2,5 liter x 196.480 = 491,2 m3
1000

Tabel 1.5
Produksi Sampah Kecamatan Rawalumbu
Kota Bekasi per hari

No Kecamatan Rawalumbu Jumlah


Jumlah Produksi
Penduduk
Kepala Sampah
Kelurahan (jiwa)
Keluarga (m3)
(KK)
1 Kelurahan Sepanjang Jaya 31.503 jiwa 10.574 KK 78,75 m3
2 Kelurahan Pengasinan 51.949 jiwa 14.598 KK 129,87 m3
3 Kelurahan Bojong Rawalumbu 66.354 jiwa 16.354 KK 165,88 m3
4 Kelurahan Bojong Menteng 46.674 jiwa 18.123 KK 116,68 m3
Jumlah 196.480 jiwa 59.649 KK 491,18 m3
(Sumber: UPTD Wilayah Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi, 2017)

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di lapangan terkait permasalahan

pengelolaan sampah yang di fokuskan pada penerapan fungsi manajemen Dinas


18

Lingkungan Hidup Kota Bekasi masih terdapat berbagai macam masalah yang

peneliti temukan. Adapun masalah-masalah yang peneliti temukan dilapangan

pada observasi awal diantaranya yaitu:

Pertama, tidak adanya pengembangan teknologi pengelolaan sampah

untuk memanfaatkan sampah di TPA Sumur Batu. Saat ini luas TPA Sumur Batu

mencapai 15,8 hektare. Seluruhnya terbagi dalam lima zona yaitu zona 1, 2, 3, 4

dan zona 5A sampai 5D. Pada tahun 2015 lalu, pemerintah daerah menargetkan

luas TPA Sumur Batu harus mencapai 50 hektar sampai tahun 2030. Hal ini

mengingat laju pertumbuhan sampah di Kota Bekasi mencapai 2,5 persen per

tahun. Adapun untuk tahun ini, produksi sampah di Kota Bekasi mencapai 1.600

ton per hari.

Kondisi saat ini di TPA Sumur Batu sejak awal didirikan tahun 2003

mempunyai masalah yaitu tidak adanya teknologi pemanfaatan pengolahan

sampah. Sampah dibuang begitu saja dengan sistem open dumping tanpa ada

penggunaan teknologi pemanfaatan sampah. Hal ini mengakibatkan penumpukan

sampah yang menggunung dan bau yang tidak sedap di wilayah lingkungan

sekitar pemukiman warga. Hal ini diperkuat oleh Bapak Atjep Rusfianto selaku

Kepala UPTD TPA Sumur Batu yang menyatakan bahwa, “memang dari awal

didirikannya TPA Sumur Batu sampah yang masuk di penampungan hanya

dibuang saja lalu nanti dibakar, saat ini masih belum ada pemanfaatan dari

sampah masuk ke TPA.” (Kamis 13 April 2017, pukul 10.15 WIB)

Kedua, masih kurangnya sarana penunjang alat pengelolaan sampah di

TPA Sumur Batu, khususnya alat berat dan armada pengangkut sampah.
19

Penyediaan sarana seperti alat berat untuk penataan sampah yang ada di TPA

hanya berjumlah 4 unit dengan operasional setiap 8 jam perhari ini mengakibatkan

lamanya proses penataan sampah yang menumpuk setiap harinya. Hal ini

diperkuat oleh Bapak Atjep Rusfianto selaku Kepala UPTD TPA Sumur Batu

yang menyatakan bahwa, “sementara ini TPA Sumur Batu hanya mempunyai 7-8

kendaraan alat berat seperti Excavator dan Buldozer, awalnya kami hanya

mempunya 4 unit alat berat dan untuk tahun 2017 ini kami mendapat tambahan 4

unit alat lagi untuk membantu menaikan sampah ke atas, sebenarnya sih kurang

harusnya itu ada 10 atau sampai 12 unit alat berat biar bisa optimal kerjanya

soalnya melihat kondisi TPA ini tuh sudah overload.” (Kamis 13 April 2017,

pukul 10.15 WIB). Sementara ini jumlah kendaraan operasional pengangkutan

sampah yang beroperasi sampai tahun 2016 yang termasuk kendaraan pinjam

pakai/ hibah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data yang

diperoleh adalah:
20

Tabel 1.6
Jumlah Kendaraan Operasional Angkutan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Tahun 2016

No Wilayah Dump Truk Light Truk Arm Roll Keterangan

1 UPTD Bantargebang 5 unit - 3 unit

2 UPTD Mustika Jaya 16 unit 1 unit 5 unit 2 unit rusak

3 UPTD Bekasi Selatan 21 unit 4 unit 6 unit

4 UPTD Rawa Lumbu 15 unit 2 unit 5 unit 2 unit rusak

5 UPTD Jati Asih 13 unit 1 unit 3 unit

6 UPTD Jalur Protokol 12 unit 2 unit 9 unit 4 unit rusak

7 UPTD Contener 6 unit 3 unit 14 unit 1 unit rusak

8 UPTD Medan Satria 11 unit 3 unit 5 unit

9 UPTD Bekasi Utara 21 unit - 7 unit 1 unit rusak

10 UPTD Bekasi Timur 18 unit 1 unit 7 unit

11 UPTD Bekasi Barat 13 unit 4 unit 10 unit

12 UPTD Pondok Gede 22 unit - 2 unit 4 unit rusak

13 UPTD Pondok Melati 12 unit - 4 unit 1 unit rusak

14 UPTD Jati Sampurna 10 unit 1 unit 6 unit 1 unit rusak

Jumlah 195 unit 22 unit 86 unit 16 unit

(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2016)


21

Tabel 1.7
Penyediaan Sarana Penunjang TPA Sumur Batu
Tahun 2016

Rincian Kegiatan
No Uraian Biaya satuan Jumlah
Volume
(Rp.) (Rp.)
1. Pengadaan Alat Berat
a. Excavator Long
1 Unit 4.600.000.000,- 4.600.000.000,-
Arm/Biasa
b. Buldozer 1 Unit 3.744.000.000,- 3.744.000.000,-
c. Dump Truk 2 Unit 425.000.000,- 850.000.000,-
d. Dump Carry 1 Unit 175.000.000,- 175.000.000,-
Jumlah 9.369.000.000,-
(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2016)

Ketiga, kurangnya jumlah Pekerja Harian Lepas (PHL) seperti petugas

pesapon atau penyapu jalanan, pengangkut sampah dan pengemudi truk sampah

yang ada di wilayah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Jumlah pegawai di

Dinas Lingkungan Hidup saat ini diantaranya ada 393 Pegawai Negeri Sipil

(PNS), 83 pegawai Tenaga Kerja Kontrak (TKK) dan 1.287 Pekerja Harian Lepas

(PHL). Kurangnya jumlah PHL dalam proses pengelolaan sampah ini

mengakibatkan masih banyaknya sampah-sampah liar yang tidak bisa diangkut.

Hal ini diperkuat oleh Bapak Nazirwan selaku Kepala Seksi Penanganan Sampah

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang menyatakan bahwa, “kalo dilihat dari

luas wilayah dan ruas jalan yang ada di wilayah Kota Bekasi ya jumlah segitu

masih kurang, seharusnya di tiap-tiap ruas jalan protokol itu ada 4 sampai 5 orang

petugas pesapon tapi yang ada saat ini hanya 1/2 pesapon yang ada di tiap ruas
22

jalan. Sekarang kita cuma punya PHL sekitar 1.287 orang ideal sih kita butuh

1500 orang.” (Rabu 12 April 2017, pukul 09.45 WIB)

Keempat, kurangnya sosialisasi antara UPTD kebersihan wilayah dengan

tiap-tiap RW di wilayah Kecamatan di Kota Bekasi terkait adanya program

pembentukan bank sampah di tiap satu RW satu bank sampah di wilayah Kota

Bekasi. Bank sampah merupakan salah satu solusi yang direncanakan oleh Dinas

Lingkungan Hidup untuk menanggulangi permasalahan sampah di Bekasi. Namun

hingga saat ini, total bank sampah aktif di Bekasi berjumlah sekitar 87, jumlah

bank sampah di Bekasi masih jauh dari target yaitu 1.074 bank sampah yang di

targetkan terealisasi pada bulan September 2017. Setiap kelurahan pun dituntut

untuk membentuk Gerakan Peduli Sampah (GPL) untuk mengatasi permasalahan

sampah, ini adalah program dari Wali Kota Bekasi untuk pemberdayaan

lingkungan dengan satu RW satu bank sampah. Salah satu contoh wilayah

tersebut yaitu wilayah Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi yang belum mendapat

pengarahan terkait program tersebut, hal ini diperkuat oleh Bapak Suhermawan

selaku Kepala UPTD Kecamatan Rawalumbu, yang menyatakan bahwa,” iya,

kalo soal pengarahan dan sosialisasi kami belum melakukan hal tersebut soalnya

kalo melihat program 1 RW 1 bank sampah itu kita juga harus melihat dari teknis

pelaksanaanya, pemerintah daerah kan harus memperhatikan juga sarana

infrastrukturnya, harusnya sih tempat pembuangan dan tenaga pengangkutnya

juga harus di sediakan dulu baru kita arahin” (Kamis, 14 April 2017 pukul 13.20

WIB)
23

Pemerintah harus memperhatikan juga infrastrukturnya jika ingin

menerapkan program bank sampah. Kenyataannya dilapangan tidak ada

pengarahan langsung antara UPTD kebersihan Kecamatan Rawalumbu dengan

tiap RW di wilayah Rawalumbu terkait program tersebut. Sampai saat ini hanya

beberapa bank sampah yang tersebar di wilayah Kecamatan Rawalumbu. Tapi

ditiap RW yang ada di wilayah Kecamatan Rawalumbu sendiri saat ini belum

mengetahui perihal adanya program tersebut.

Kelima, masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah

di Kota Bekasi. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah

menimbulkan masalah pengelolaan sampah yang tidak efisien, masyarakat di

wilayah Kota Bekasi saat ini masih banyak yang seenaknya membuang sampah

sembarangan dijalan-jalan maupun selokan di lingkungan sekitar. Hal ini

diperkuat oleh Bapak Nazirwan selaku Kepala Seksi Penanganan Sampah Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang menyatakan bahwa, “ya hingga saat ini soal

perilaku masyarakat yang buang sampah sembarangan itu masih banyak dijumpai

dan menjadi kendala, pelaku pembuang sampah sembarangan kan tidak dikenai

sanksi meski telah mengotori lingkungan, payung hukumnya sudah ada tapi kalo

sekarang sih kita cuma tangkap tangan aja kalo ada yang buang sampah

sembarangan dan diberi arahan lagi.” (Rabu, 12 April 2017 pukul 09.45)

Sebenarnya pemerintah daerah telah memiliki payung hukum soal

kebersihan yaitu termuat dalam Peraturan Daerah Kota bekasi Nomor 10 Tahun

2011 tentang Ketentuan Umum Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan. Perda

tersebut mengatur tentang larangan membuang sampah sembarangan, tapi


24

dibagian kebersihan dalam perda itu tidak tercantum sanksi bagi pelaku

pembuangan sampah sembarangan. Hal ini diperkuat oleh Bapak Nazirwan selaku

Kepala Seksi Penanganan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, yang

menyatakan bahwa, ”kita harus membuat perda tentang kebersihan yang di

dalamnya ada larangan dan juga sanksi bagi pembuang sampah sembarangan, ya

sanksi yang dijatuhkan buat pelaku pembuang sampah sembarangan itu bisa

bermacam-macam, misalnya denda berupa uang atau sanksi sosial berupa

memungut sampah yang telah dibuangnya terus mengalungkan papan yang

bertuliskan tidak akan mengulangi perbuatannya kembali. Kalo soal sosialisasi ya

memang banyak masyarakat yang belum tau soal payung hukum tersebut karna

kesadaran masyarakat sendiri juga masih kurang, sosialisasinya kita lakukan ya

saat diadakannya acaranya car free day tiap hari minggu” (Rabu 12 April 2017,

pukul 11.00 WIB)

Berdasarkan hasil observasi dan permasalahan-permasalahan yang telah

diuraikan diatas, serta melihat dari tugas Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kebersihan, dalam

mengelola komponen-komponen sampah dituntut untuk lebih optimal dan

berkualitas dalam pengelolaan sampah, sehingga tidak menimbulkan dampak

yang merugikan bagi masyarakat dan lingkungan, maka peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentang permasalahan tersebut, untuk itu peneliti

mengadakan penelitian dengan judul “Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan

Hidup dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi”.


25

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa

hal yang dapat diidentifikasikan yaitu :

1. Tidak adanya pengembangan teknologi pengelolaan sampah untuk

memanfaatkan sampah yang ada di TPA Sumur Batu.

2. Kurangnya sarana penunjang alat pengelolaan sampah di TPA Sumur

Batu, khususnya alat berat dan armada pengangkut sampah.

3. Kurangnya jumlah Pekerja Harian Lepas (PHL) seperti petugas pesapon

atau penyapu jalanan, pengangkut sampah dan pengemudi truk sampah

yang ada di wilayah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.

4. Kurangnya sosialisasi antara UPTD kebersihan wilayah dengan tiap-tiap

RW di wilayah Kecamatan di Kota Bekasi terkait adanya program

pembentukan bank sampah di tiap satu RW satu bank sampah di wilayah

Kota Bekasi.

5. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah di Kota

Bekasi.

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah

1.3.1 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi

masalah diatas, peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir

secara menyeluruh. Maka dengan itu peneliti membuat batasan masalah

penelitian yaitu tentang fungsi manajemen Dinas Lingkungan Hidup

dalam pengelolaan sampah di Kota Bekasi dengan studi kasus pengelolaan


26

sampah rumah tangga dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu

Kota Bekasi.

1.3.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana pelaksanaan fungsi manajemen Dinas Lingkungan Hidup

dalam pengelolaan sampah di Kota Bekasi?

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian tersebut.

Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan penelitian

yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi target dari

kegiatan penelitian tersebut. Tanpa itu semua maka apa yang akan dilakukan akan

menjadi sia-sia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan fungsi manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan

sampah di Kota Bekasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari judul penelitian tentang Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup

dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi, penulis berharap penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang berarti baik secara teoritis maupun secara praktis.

Berikut ini manfaat yang diharapkan penulis :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini untuk mengembangkan dan mempraktekkan fungsi-

fungsi Manajemen dalam organisasi publik serta mencari


27

penyelesaian dalam peningkatan pengelolaan sampah agar efektif,

efisien,transparan, professional, serta mengedepankan akuntabilitas

terhadap masyarakat melalui penerapan pengelolaan sampah yang

baik.

2. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan

sehingga memberikan kontribusi pemikiran khususnya bagi

pengembangan administrasi publik.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk

meningkatkan pengelolaan sampah yang lebih baik bagi Dinas

Lingkungan Kota Bekasi agar pemberian pelayanan dibidang

kebersihan dikemudian hari dapat lebih baik lagi.

2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau informasi-informasi

ilmiah untuk penelitian berikutnya.

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti,

pembaca, serta pihak-pihak yang terkait tentang masalah

penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada penelitian kali ini,peneliti akan menjabarkan sistematika penulisan yang

akan disusun dalam penelitian mengenai Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan

Hidup dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi yaitu sebagai berikut:


28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menerangkan ruang lingkup dan kedudukan

masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling

umum sehingga tertuju ke masalah yang paling spesifik dan menjelaskan

mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam hal ini mendeteksi aspek permasalahan yang

muncul dan berkaitan dengan judul penelitian atau dengan masalah. Untuk

mengidentifikasi masalah peneliti biasanya melakukan observasi terlebih

dahulu.

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan

diajukan dalam rumusan masalah. Rumusan masalah dari hasil identifikasi

tersebut ditetapkan masalah yang paling berkaitan dengan judul penelitian dan

berbentuk dalam kalimat pertanyaan.

1.4 Tujuan Penelitian

Maksud tujuan penelitian dalam hal ini mengungkapkan tentang sasaran

yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menjelaskan manfaat yang teoritis dan praktis dari

penelitian yang akan diteliti.


29

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan

dan variabel penelitian, sehingga akan memperoleh konsep yang jelas.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan acuan peneliti dalam

melakukan penelitian ini.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah penjelasan secara sistematis tentang hubungan

antar variabel penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan.

2.4 Asumsi Dasar

Merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti, dan

akan diuji kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Bagian ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari

variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

Kerangka Teori yang digunakan.


30

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian).Variabel

penelitian dilengkapi dengan tabel matriks, variabel, indikator, sub

indikator dan nomor pertanyaan sebagai lampiran. Dalam penelitian

kualitatif tidak perlu dijabarkan menjadi indikator maupun sub indikator

tetapi cukup menjabarkan fenomena yang akan diamati.

3.3 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data

yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas

instrumen.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menjelaskan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data seperti

wawancara, obsevasi dan studi dokumentasi.

3.5 Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penelitian ini adalah purposive karena orang-

orang tersbebut adalah orang yang mengetahui betul apa yang menjadi

permasalahan di penelitian ini.

3.6 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan kisi-kisi pertanyaan yang memudahkan

peneliti dalam mencari data ke informan.


31

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menjelaskan mengenai cara menganalisa data yang

dilakukan dalam penelitian.

3.8 Uji Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data yang berfungsi sebagai pelaksana pemeriksaan

sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat tercapai dan

mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sendang diteliti.

3.9 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian menjelaskan tentang tempat dan waktu

penelitian dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah

ditentukan, serta yang berhubungan dengan objek penelitian.

5.2 Deskripsi Data

Menjelaskan data penelitian dengan menggunakan teori yang sesuai

dengan kondisi yang ada di lapangan.

5.3 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil analisis

data.
32

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan

juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan

serta asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti baik secara teoritis maupun praktis. Saran praktis lebih operasional

sedangkan aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau

teori.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan Skripsi.

LAMPIRAN

Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.


BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori


Pada penelitian kali ini, yaitu mengenai Fungsi Manajemen Dinas

Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi, peneliti

menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai

peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk

menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Dengan penggunaan teori

akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang

singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang tepat untuk

memperingankan pekerjaan.

2.1.1 Definisi dan Konsep Manajemen

Pengertian manajemen dan pengelolaan sering digunakan secara

bergantian dengan maksud sama. Oleh karena itu, pengertian

manajemen dan pengelolaan dapat dikatakan sama. Dari segi

ketatabahasan antara manajemen dengan pengelolaan memiliki

persamaan pengertian, hanya saja berbeda kosakata dalam

penyebutannya. Penyebutan kedua kata tersebut dalam bahasa Inggris

disebut dengan satu kata yaitu ”management”.

33
34

Menurut H. Koontz & O’Donnel dalam Handayaningrat (2001:19)

mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut:

“Management involve getting things done through and with

people”. (Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu

tujuan yang dilakukan melalui dan cara dengan orang-orang lain).

Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha

memanfaatkan orang-orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka orang-orang di dalam organisasi harus jelas

wewenang, tanggung jawab dan tugas pekerjaannya (job description).

Selain itu, Tom Degenaars expert PBB yang diperbantukan pada

Lembaga Admnistrasi Negara tahun 1978-1979 dalam Handayaningrat

(2001:19) memberikan definisi manajemen sebagai berikut:

“Management is defined as a process dealing with a guided group


activity and based on distinct objectives which have to be achievied
by the involment of human and non-human resources”. (Manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan dengan
bimbingan kegiatan kelompok dan berdasarkan atas tujuan yang
jelas yang harus dicapai dengan menggunakan sumber-sumber
tenaga manusia dan bukan tenaga manusia).

Dalam definisi ini, manajemen dititikberatkan pada bimbingan

kegiatan kelompok. Dalam pencapaian tujuan kelompok ini penggunaan

sumber daya manusia adalah sangat penting, sekalipun sumber-sumber

daya lainnya tidak boleh diabaikan.


35

Sedangkan George R.Terry dalam dalam Handayaningrat (2001:20)

memberikan definisi manajemen sebagai berikut:

“Management is a distinct process consisting of planning,


organizing, actuating, and controling, utiliiting in each both science
and art, and followed in order to accomplish predetermined
objectives”. (Manajemen adalah suatu proses yang mebeda-bedakan
atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan
pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar
dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya).

Dalam definisi ini manajemen dipandang sebagai suatu proses mulai

dari tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan

sampai pada pengawasan.

2.1.2 Asas-asas Manajemen

Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau

kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan.

Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya

permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang

mencerminkan intisari kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu

tersebut. Asas adalah dasar tetapi tidak mutlak. Artinya penerapan asas

baru harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang

berubah-ubah.

Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesis

yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis relevan dan konsisten.

Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang manajer dapat

mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam

menjalankan pekerjaannya dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan


36

semakin besar. Menurut Fayol dalam Hasibuan (2011:10) asas- asas umum

manajemen adalah :

1. Division of work (asas pembagian kerja)


2. Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung
jawab)
3. Disciple (asas disiplin)
4. Unity of command (asas kesatuan perintah)
5. Unity of direction (asas kesatuan jurusan atau arah)
6. Subordination of individual interest into general interest (asas
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)
7. Renumeration of personnel (asas pembagian lagi yang wajar)
8. Centralization (asas pemusatan wewenang)
9. Scharal of chain (asas hierarki atau asas rantai berkala)
10. Order (asas keteraturan)
11. Equaty (asas keadilan)
12. Initiative (asas inisiatif)
13. Esprit de corps (asas kesatuan)
14. Stability of turn-over personnel (asas keadilan masa jabatan)

Dalam bukunya Taylor The Principle Of Scientific Management

(Hasibuan, 2011:7) menunjukan bahwa asas-asas dasar ilmu manajemen

dapat dipakai untuk segala macam kegiatan manusia. Taylor

mengemukakan asas-asas manajemen sebagai berikut:

1. Pembangunan metode-metode kerja yang baik.


2. Pemilihan serta pengembangan para pekerja.
3. Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode
kerja yang terbaik serta para pekerja yang terpilih dan terlatih.
4. Kerja sama yang harmonis antar manajer dan nonmanajer,
meliputi pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk
merencakan pekerjaan.

2.1.3 Fungsi Manajemen

Proses atau fungsi manajemen pada hakekatnya merupakan

tugas pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun.

Mengenai macamnya fungsi manajemen itu sendiri, ada persamaan dan


37

perbedaan pendapat, namun sebetulnya pendapat-pendapat terebut

saling melengkapi.

Pengertian proses berarti serangkaian tahap kegiatan mulai dari

menentukan sasaran sampai berakhirnya sasaran atau tercapainya tujuan,

sedangkan fungsi adalah tugas atau kegiatan. Akan tetapi perkataan proses

dan fungsi dalam hal ini tampaknya mempunyai pengertian yang sama,

misalnya: W.H Newman, L. Gullick, G. Terry menyebut proses

manajemen, Mc. Farland, Koontz, F. Taylor menyebut fungsi manajemen.

H. Fayol menyebut pengertian yang sama yaitu proses atau fungsi adalah

unsur (element).

William H. Newman dalam Handayaningrat (2001:20), menyebut

“The Work of Administrator/Manager”,(Pekerjaan seorang Administrator

/Manager) yang dapat dibagi dalam lima proses, yaitu:

1. Perencanaan (Planning). Perencananaan ini meliputi


serangkaian keputusan-keputusan termasuk penentuan-
penentuan tujuan, kebijaksanaan, membuat program-program,
menentukan metode dan prosedur serta menetapkan jadwal
waktu pelaksanaan.
2. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian yaitu
pengelompokan kegiatan-kegiatan yang diwadahkan dalam
unit- unit untuk melaksanakan rencana dan menetapkan
hubungan antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan
bawahan) di dalam setiap unit.
3. Pengumpulan Sumber (Assembling Resources). Pengumpulan
suomber berarti pengumpulan sumber-sumber yang
dipergunakan untuk mengatur penggunaan daripada usaha-
usaha tersebut yang meliputi personal, uang atau kapital, alat-
alat atau fasilitas dan hal-hal lain yang diperlukan untuk
melaksanakan rencana.
4. Pengendalian Keja (Supervising). Pengendalian kerja ialah
bimbingan daripada pelaksanaan pekerjaan setiap hari termasuk
38

meberikan instruksi, motivasi (dorongan) agar mereka secara


sadar menuruti segala instruksinya, mengadakan koordinasi
daripada berbagai kegiatan pekerjaan dan memelihara
hubungan kerja baik antara atasan dan bawahan (the “boss”
and “subordinate”).
5. Pengawasan (Controling). Pengawasan dimaksudkan untuk
mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat
mungkin sesuai dengan rencana (“Seeing that the operating
resulte conform as nearely as possible to the plan”). Hal ini
menyangkut penentuan standar dan bila perlu mengadakan
koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaannya menyimpang
daripada rencana.

Sedangkan menurut Dalton E. Mc. Farland dalam dalam

Handayaningrat (2001:21), menyebut “Fungsi dari pada Pimpinan” (The

Function of Executive/Management) yang terbagi ke dalam tiga fungsi,

yaitu:

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan berarti memutuskan tujuan


berdasarkan ramalan apa yang akan terjadi dalam waktu
yang akan datang (forecasting = melihat ke depan). Di dalam
forecasting dipertimbangkan tentang apa yang akan terjadi
(kecenderungan/ trends) perubahan (change) dan masalah-
masalah pada waktu yang akan datang. Mc. Farland membedakan
rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek pada umumnya lebih mendekati
kebenaran (acceptable) sedang perencanaan jangka panjang lebih
banyak kemungkuinan penyimpangannya.
2. Pengorganisasian (Organizing). Disamping mengatur sumber-
sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang efektif,
yang lebih penting disini ialah mengatur faktor manusia yang
diserahi tugas-tugas dalam pelaksanaan kerja (organizing work-
staffing) dan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab
terhadap seseorang yang memangku jabatan.
3. Pengawasan (Controling). Pengawasan ialah mengetahui apakah
pelaksanaan kerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan,
bila perlu dengan mengadakan perubahan-perubahan atau
pembetulan secukupnya.
39

Pendapat Mc. Farland dalam Handayaningrat (2001:22) ini hampir

sama dengan pendapat F.W Taylor tentang fungsi manager (executive),

yaitu:

1. Perencanaan (Planning).

2. Pembinaan Kerja (Directing)

3. Mengatur Pekerjaan (Organizing Work).

Menurut Taylor di dalam Directing ini sudah tercakup fungsi

Supervising and Controlling seperti dikemukakan oleh William. H.

Newman.

Fungsi manager (The Function of Manager) menurut H. Koontz &

O’Donnell dalam dalam Handayaningrat (2001:22) The Principles of

Management, yaitu:

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan berhubungan dengan


pemilihan sasaran atau tujuan (objective), strategi,
kebijaksanaan, program, dan prosedur pencapaiannya.
Perencanaan adalah suatu pengambilan keputusan, manakalan
perencanaan ini menyangkut pemilihan di antara beberapa
alternatif. Tanggung jawab perencanaan tidak dapat dipisahkan
sama sekali daripada penyelenggaraan manajemn (management
performance), baik perencanaan pada tingkatan pimpinan atas
(top manager plan) maupun pada perencanaan pimpinan tingkat
bawah (bottom manager plan).
2. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian berhubungan
dengan pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan untuk
mencapai tujuandaripada suatu badan usaha secara keseluruhan
atau setiap bagiannya. Pengelompokan kegiatan-kegiatannya,
penugasan, pelimpahan wewenang untuk melaksanakan
pekerjaan, menentukan koordinasi, kewenangan dan hubungan
informasi baik horizontal maupun vertikal dalam strruktur
organisasi itu. Struktur organisasi bukan suatu tujuan, tetapi
suatu alat dalam menyelesaikan tujuan bada usaha atau
organisasi. Struktur ini harus sesuai dengan tugas, yang telah
diletakan oleh pimpinan terhadap seseorang yang bekerja dalam
40

organisasi atau badan usaha itu.


3. Penyusunan Pegawai (Staffing). Penyusunan pegawai ini
berhubungan dengan penempatan orang-orang, yaitu
menempatkapan orang-orang sesuai dengan jabatan yang telah
ditetapkan dalam struktur organisasi. Untuk keperluan ini
dengan sendirinya memerlukan persyaratan penentuan tenaga
kerja bagi sesuatu pekerjaan atau jabatan yang harus
disesuaikan, dan pekerjaan ini termasuk juga mengadakan
inventarisasi, penilaian, dan pemilihan calon untuk pengisian
jabatan tersebut. Disamping itu juga perlu dipertimbangkan
tentang gaji, latihan dan pengembangannya baik bagi calon
pegawai maupun pegawai tetap lainnya agar dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang efektif.
4. Pembinaan dan Kepemimpinan (Directing and Leading).
Metode pembinaan dan kepemimpinan merupakan pekerjaan
yang sangat komplek. Pimpinan atas harus memperhitungkan
bawahannya terhadap nilai-nilai kebiasaan, sasaran atau tujuan
dari kebijaksanaan organisasi atau badan usaha. Pihak bawahan
diusahakan agar banyak mengetahui terhadap struktur
organisasi, hubungan yang saling ketergantungan daripada
kegiatan dan kedudukan pribadinya, tugas-tugasnya dan
wewenangnya. Apabila bawahan telah cukup jelas orientasinya
terhadap pekerjaannya, atasan harus melimpahkan wewenang
dan pertanggungjawabannya untuk kejelasan daripada tugasnya,
yaitu memberikan pembinaan agar pelaksanaannya akan
bertambah baik, dan memberikan dorongan terhadap mereka
agar bekerja dengan semangat dan penuh pengabdian.
Pembinaan dan kepemimpinan yang dapat berhasil dari atasan
terhadap bawahan diakui demikian kompleknya. Namun
demikian motivasi dan hasil daripada ilmu pengetahuan serta
orang-orang yang telah terlatih yang bekerja secara efisien akan
dapat menjadi tujuan organisasi atau badan usaha dengan
sebaik-baiknya.
5. Pengawasan (Controlling). Pengawasan adalah tindakan
penilaian atau perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin
agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana. Jadi penilaiannya
apakah hasil pelaksanaannya tidak bertentangan dengan sasaran
(goals) dan rencananya (plans). Bila terlihat adanya
penyimpangan- penyimpangan, perlu segera diadakan tindakan
perbaikan. Pembetulan penyimpangan-penyimpangan tersebut
akan dapat membantu dan menjamin penyelesaian daripada
rencana itu. Sekalipun perencanaan sendiri tidak dapat
melakukannya, karena perencanaan merupakan pedoman bagi
pimpinan untuk menggunakan sumber-sumber yang diperlukan
secara tepat dalam penyelesaian tujuan yang tertentu, kemudian
kegiatan ini dimonitoring untuk menentukan apakah dalam
41

pelaksanaan kegiatan itu sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Luther Gullick proses daripada administrasi dan

manajemen (The Process of Administration and Management) dalam

Handayaningrat (2001:24) adalah:

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah perincian dalam


garis besar untuk memudahkan pelaksanaanya dan metode
yang digunakan dalam menyelesaikan maksud atau tujuan
badan usaha itu.
2. Pengorganisasian (Organizing). Menetapkan struktur formal
daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi
sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Penyusunan Pegawai (Staffing). Keseluruhan fungsi daripada
kepegawaian sebagai usaha pelaksanaanya, melatih para staf
dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.
4. Pembinaan Kerja (Directing). Merupakan tugas yang terus
menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud
suatu perintah khusus atau umum dan instruksi-instruksi, dab
bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau
organisasi.
5. Pengkoordinasian (Coordinating). Merupakan kewajiban yang
penting untuk menghubungkan berbagai-bagai kegiatan
daripada pekerjaan.
6. Pelaporan (Reporting). Dalam hal ini pimpinan yang
bertanggung jawab harus mengetahui apa yang sedang
dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannya
melalui catatan, penelitian maupun inspeksi.
7. Anggaran (Budgeting). Semua kegiatan akan berjalan dengan
baik bila disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk
anggaran, perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran.

Sedangkan menurut George Terry dalam Handayaningrat

(2001:25) dengan bukunya: Principles of Management menggunakan

pedeketan “Proses daripada Manajemen”, yaitu:

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah suatu pemilihan


yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan
menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu
yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan
42

merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh


keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendakinya.
2. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah
menentukan, mengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan
yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-
orang dalam kegiatan-kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-
faktor lingkungan fisik yang sesuai, dan menunjukan hubungan
kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating). Penggerakan
pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota kelompok suka
melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan
berpedoman pada perencanaan (planning) dan usaha
pengorganisasiannya.
4. Pengawasan (Controlling). Pengawasan adalah proses
penentuan apa yang harus diselesaikan, yaitu: pelaksanaan,
penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif
agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan standar.

Selain itu John F. Mee dalam Handayaningrat (2001:26)

mengemukakan dalam bukunya Management Thought in a Dynamic

Economy menyebut fungi manajemen yang terdiri atas:

1. Perencanaan (Planning) adalah proses pemikiran yang matang


untuk dilakukan di masa yang akan datang dengan menentukan
kegiatan-kegiatannya.
2. Pengorganisasian (Organizing) adala seluruh proses
pengelompokan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas,
wewenang dan tanggung jawab, sehingga merupakan
organisasi yang tepatdigerakan secara keseluruhan dalam
rangka tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
3. Pemberian Motivasi (Motivating) adalah sesluruh proses
pemberian motif (dorongan) kepada para karywan untuk
bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau
bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna
dan berdaya guna.
4. Pengawasan (Controlling) adalah proses pengamatan terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
semua pekerjaab dapat berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya.
43

Berdasarkan klasifikasi fungsi-fungsi manajemen di atas, tampak

bahwa di antara para ahli ada kesamaan pandangan tentang fungsi

manajemen. Ketujuh fungsi manajemen menurut Luther Gullick proses

daripada administrasi dan manajemen (The Process of Administration and

Management) dalam Handayaningrat (2001:24) tersebut relevan dengan

kegiatan fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan,

pengorganisasian,penyusunan pegawai, pembinaan kerja, pengkordinasian,

pelaporan, dan anggaran sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk dapat memaparkan secara jelas mengenai sub dimensi dari fungsi

manajemen tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

George R. Terry dalam Principles Of Management dalam Winardi,

(1993:163) sebagai berikut:

“Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan


fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenai masa yang akan datang dalam hal memfisualisasi serta
merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan dan dianggap perlu
untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Perencanaan berarti
menentukan sebelumnya apa yang harus dilakukan dan bagaimana
cara melakukannya.”

Sedangkan menurut Harold Koortz dan Cyril O’Doncel dalam Ibnu

Syamsi (1994:73) yaitu :

“Planning is the function of a manager which involver the selection


among alternatives objectives, policies, procedures and program.”
(Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
berkaitan dengan pemilihan satu diantara berbagai alternatif untuk
mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur dan
program)
44

Perencanaan merupakan serangkaian keputusan yang diambil saat

ini sebagai tindakan mempersiapkan tindakan-tindakan untuk masa

yang akan datang. Perencanaan bersifat vital dalam bidang manajemen,

dengan kata lain merupakan pondasi awal dalam menejemen sebelum

pelaksanaan fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian,

pengkoordinasian dan pengawasan. Perencanaan dapat dikatakan

sebagai penghubung antara tempat kita berada dengan tempat kemana

kita ingin pergi, dengan kata lain dengan keadaan saat ini diperlukan

rencana untuk mencapai tujuan di masa yang akan datang agar segala

sesuatu kemungkinan yang dapat kita capai dapat terlaksana.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Istilah pengorganisasian berasal dari kata organism (organisme)

yang merupakan sebuah entitas dengan bagian-bagian yang terintegrasi

sedemikian rupa hingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi

oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan. Dengan kata lain

pengorganisasian menurut George R. Terry dalam Winardi, (1993:233)

adalah :

“tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang


effektif antara orang-orang, hingga mereka dapat bekerja sama
secara effisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam
hal tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu.”

Pengorganisasian menurut Sondang P. Siagian (2005:60) yaitu:

“keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-


tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
45

suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.”

Berdasarkan pendapat diatas pengorganisasian adalah

mengelompokkan orang-orang serta menetapkan dan membagi tugas-

tugas agar tujuan organisasi dapat tercapai. Pengorganisasian berperan

penting dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang merupakan tugas

pokok maupun tugas penunjang masing-masing unit agar terlaksana

dengan efektif, efisien dan produktif sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

3. Penyususanan Pegawai (Staffing)

Menurut Luther Gullick yang dikutip dari buku Manullang yang

dikutip dari Setio Nugroho (2009:20).

“Staffing adalah fungsi manajemen berupa penyusunan personalia


pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,
pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi
daya guna maksimal pada organisasi.”
Sedangkan menurut G.R Terry yang dikutip dari Setio Nugroho

(2009:20) “staffing adalah mencakup, mendapatkan, menempatkan,

dan mempertahankan anggota pada posisi yang ditentukan oleh pekerja

organisasi yang bersangkutan.”

Menurut Sarwoto yang dikutip dari Setio Nugroho (2009:21)

staffing adalah penarikan serta penempatan orang pada satuan

organisasi yang telah tercipta dalam proses departementasi.

Berdasarkan pendapat diatas pengorganisasian dan penyusunan

pegawai merupakan fungsi manajemen yang sangat erat hubungannya,

pengorganisasian (organizing) berupa penyusunan wadah untuk


46

menampung berbagai kegiatan yang harus dilakukan pada suatu

organisasi, sedangkan penyusunan pegawai (staffing) berhubungan

dengan penempatan orang-orang yang memangku jabatan yang ada

didalam organisasi tersebut.

4. Pembinaan Kerja (Directing)

Menurut Ibnu Syamsi (1994:24) mendefinisikan

“pembinaan kerja merupakan kegiatan pimpinan yang berupa


pemberian bimbingan atau petunjuk kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas dan mengusahakan agar terdapat kesatuan
kepentingan sehingga tujuan dapat tercapai dan efisien.”

Sedangkan Manullang yang dikutip dari Setio Nugroho (2009:22)

mendefinisikan:

“pembinaan kerja adalah fungsi manajemen yang berhubungan


dengan usaha memberikan bimbingan, saran-saran atau instruksi-
instruksi kepada bawahan agar tugas dapat dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu
organisasi.”

Pada dasarnya pembinaan kerja merupakan kegiatan pimpinan yang

berupa pemberian bimbingan dan petunjuk agar tujuan organisasi dapat

tercapai.

5. Pengkoordinasian (Coordinating)

Menurut Ibnu Syamsi (1994:113) mendefinisikan

“pengkoordinasian adalah proses penarikan semua bagian


organiasi, sehingga pengambilan keputusan, tugas-tugas, kegiatan-
kegiatan yang dilakukan orang-orang dan unit-unit terarah pada
pencapaian tujuan secara optimal.”

James AF Stowner dalam Ibnu Syamsi (1994:113) mendefinisikan

pengkoordinasian yaitu:
47

“coordinating I the of integrating the activities and objective of the


separate units of organization in order to effectively achieve
organization goal. (koordinasi adalah mengintergrasi aktivitas dan
objek dari unit-unit organisai agar tercapai tujuan organisasi
secara efektif).”

Berdasarkan pendapat tersebut pengkoordinasian merupakan tugas

pimpinan yang dilakukan dengan mengusahakan agar semua kegiatan

dapat selaras dan anggota-anggotanya dapat bekerjasama dengan baik

sehingga tujuan dapat tercipta dengan efisien.

6. Pelaporan (Reporting)
Pelaporan merupakan fungsi manajemen berupa hasil kegiatan

ataupun pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan

ataupun pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan

dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik

lisan maupun tertulis, sehingga yang menerima laporan dapat

memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas kepada orang yang

memberikan laporan. Menurut Manullang yang dikutip dari Setio

Nugroho (2009:25)

“pelaporan merupakan fungsi manajemen berupa hasil kegiatan


atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan
dengan tugas dan fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik
berupa lisan maupun tertulis, sehingga yang menerima laporan
dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas kepada
orang yang memberi laporan.”

Berdasarkan pendapat tersebut, pelaporan merupakan hasil kegiatan

yang dilaporkan dalam bentuk lisan atau tertulis yang dilakukan oleh

anggota organisasi dan di pertanggung jawabkan kepada wewenang


48

yang lebih tinggi agar kegiatan selanjutnya terdapat gambaran rencana

yang akan di jalankan sesuai yang diharapkan.

7. Anggaran (Budgeting)

Menurut Manullang yang dikutip dari Setio Nugroho (2009:24)

“anggaran berarti fungsi manajemen berupa penetapan tujuan suatu


organisasi, menetapkan peraturan, dan pedoman pelaksanaan tugas,
menetapkan biaya yang diperlukan dan pemasukan keuangan yang
diharapkan akan diperoleh dan rangkain yang akan dilakukan di
masa datang.”

Menurut Ibnu Syamsi (1994:26)

“anggaran (budgeting) adalah suatu rencana yang dinyatakan dalam


pengeluaran tertentu untuk keperluan-keperluan tertentu. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kegiatan organisasi dengan
jalan koordinasi kegiatan, pengawasan biaya dan meningkatkan
keuntungan.”

Pada dasarnya anggaran merupakan suatu rencana yang

menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan

setiap bidang atau dapat diartikan dengan kegiatan pendanaan.

2.1.4 Tujuan Manajemen

Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai

tujuan yang ingin dicapai (Hasibuan, 2011:17). Tujuan individu adalah

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berupa materi dan non

materi dari hasil kerjanya. Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba

(business organization) atau pelayanan/pengabdian (public

organization) melalui proses manajemen itu. Tujuan yang ingin dicapai

selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan), karena itu hendaknya

ditetapkan “jelas, realistis dan cukup menantang” untuk diperjuangkan


49

berdasarkan potensi yang dimiliki. Jika tujuannya jelas, relistis dan

cukup menantang maka usaha-usaha untuk mencapainya cukup besar.

Sebaliknya, jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk

maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi, semangat kerja

karyawan akan termotivasi, jika tujuan ditetapkan jelas, relistis dan

cukup menantang untuk dicapainya.

2.1.5 Definisi Sampah

Berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang

sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau

proses alam yang berbentuk padat. Sampah dalam ilmu kesehatan

lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang

dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus

dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu

kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai, disenangi

atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari sisa

kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri),

tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk

didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak

termasuk didalamnya).

2.1.6 Jenis, Sumber, dan Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan

sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan


50

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Sedangkan menurut Kementrian Lingkungan Hidup, pengelolaan sampah

adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah.

Manajemen pengelolaan sampah adalah suatu tindakan yang

sistematis dan berkesinambungan yang meliputi penanganan dan

pengurangan sampah, yang dilakukan untuk mencapai suatu keberhasilan

dalam pengelolaan sampah sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah dalam pembuatan isi kebijakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

pengelolaan sampah, jenis sampah yang diatur adalah:

a. Sampah rumah tangga

Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan

sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan

dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini

bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari rumah tangga dan

lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar,

pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel,

terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.


51

c. Sampah spesifik

Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang

karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan

khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan

beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang

mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing

bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah

yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).

Kegiatan pengurangan sampah meliputi:

1. Pembatasan timbulan sampah;

2. Pendauran ulang sampah; dan/atau

3. Pemanfaatan kembali sampah.

Kegiatan penanganan sampah meliputi :

1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah

dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS)

atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau

tempat pengolahan sampah terpadu;

3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber

dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari

tempat pengolahan sampah 3R terpadu menuju ke tempat


52

pemrosesan akhir (TPA) atau tempat pengolahan sampah terpadu

(TPST);

4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan

jumlah sampah; dan/atau

5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan

secara aman.

Menurut Dr. H. Arif Sumantri dalam buku Kesehatan Lingkungan

(2010: 63-64) sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari

beberapa sumber berikut.

1. Pemukiman penduduk.

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama

yang terdapat di desa atau kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya

sisa makanan dan bahan sisa proses pengelolaan makanan atau sampah

basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu atau sisa tumbuhan.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan.

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat

perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu

dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-

sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah

berbahaya.
53

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain,

tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan

kesehatan (misal, rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer,

gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang

lain. Tempat ini biasanya menghasilkan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan.

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,

industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air

kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya

distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-

sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.

5. Pertanian.

Sampah dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti

kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-

bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertaniaan, pupuk,

maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 5

tahapan kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan

akhir. Aboejoewono (1999) menggambarkan secara sederhana tahapan-

tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut:

1. Penerapan teknologi yang tepat guna.


54

Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan

sampah ini merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi

pengomposan, teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan

kertas daur ulang, Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu menuju

“Zero Waste” harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan.

Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan tersebut yang umum

digunakan adalah:

1) Teknologi pembakaran (Incenerator)

Dengan cara ini dihasilkan produk samping berupa logam bekas

(skrap) dan uap yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik.

Keuntungan lainnya dari penggunaan alat ini adalah:

a. Dapat mengurangi volume sampah ± 75%-80% dari sumber

sampah tanpa proses pemilahan.

b. Abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari

pembusukan dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat

penimbunan pada lahan kosong, rawa ataupun daerah rendah

sebagai bahan pengurung (timbunan).

2) Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk

digunakan sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah.

Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah potensial,

seperti: kertas, plastik logam dan kaca/gelas.

2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.


55

Partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah merupakan aspek

yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah

secara terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah

merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan

sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun

yang semakin kompleks. Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi

terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang

mendukung, antara lain: kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran,

kebutuhan sarana dan prasana, dorongan moral, dan adanya

kelembagaan baik informal maupun formal.

3. Perlunya mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah.

Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan

dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan

sampah yang di mulai pada skala yang lebih luas lagi. Misalnya

melalui kegiatan pemilahan sampah mulai dari sumbernya yang dapat

dilakukan oleh skala rumah tangga atau skala perumahan. Dari sistem

ini akan diperoleh keuntungan berupa: biaya pengangkutan dapat

ditekan karena dapat memotong mata rantai pengangkutan sampah,

tidak memerlukan lahan besar untuk TPA, dapat menghasilkan nilai

tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai

ekonomis, dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan,

bersifat lebih ekonomis dan ekologis, dapat lebih memberdayakan

masyarakat dalam mengelola kebersihan kota.


56

4. Optimalisasi TPA sampah.

Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan

sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah tidak relevan lagi

dengan lahan kota yang semakin sempit dan pertambahan penduduk

yang pesat. Karena apabila hal ini terus berlanjut akan membuat kota

dikepung oleh sampah sebagai akibat kerakusan pola ini terhadap

lahan dan volume sampah yang terus bertambah. Pembuangan yang

dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di tempat

terbuka juga akan mengakibatkan meningkatnya intensitas pencemaran

lingkungan. Penanganan model pengelolaan sampah perkotaan secara

menyeluruh adalah meliputi penghapusan model TPA pada jangka

panjang karena dalam banyak hal pengelolaan TPA masih sangat

buruk mulai dari penanganan air sampah (leachet) sampai penanganan

bau yang sangat buruk. Cara penyelesaian yang ideal dalam

penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara membuang

sampah sekaligus memanfaatkannya dengan baik sehingga selain

membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Hal ini

secara ekonomi akan mengurangi biaya penanganan sampah.

5. Sistem kelembagaan pengelolaan sampah yang terintegrasi.

Dalam pengelolaan sampah perkotaan yang ideal, sistem

manajemen persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem

manajemen yang berbasis pada masyarakat yang di mulai dari

pengelolaan sampah di tingkat kecil hingga ketingkat besar. Dalam


57

rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah

yang jauh lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga

yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan

sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkaan aspek-

aspek ekonomi yang mencakup upaya peningkatkan retribusi sampah

dan mengurangi beban pendanaan serta peningkatan aspek-aspek legal

dalam pengelolaan sampah.

Dari konsep yang membentuknya yaitu pengelolaan/manajemen dan

sampah maka pengelolaan sampah dapat diartikan sebagai suatu cara

untuk mengelola komponen-komponen sampah agar pengelolaanya

lebih bisa optimal dan berkualitas. Pengelolaan tersebut mencakup

perencanaan, pengorganisasian, penyusunan pegawai, pembinaan kerja,

pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran pada Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai fungsi manajemen pengelolaan sampah telah

banyak dilakukan di berbagai daerah. Beberapa penelitian relevan ini diantaranya

yaitu:

1. Sendi Indrianty. “Kinerja Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan

Jombang Kota Cilegon”, pada tahun 2012. SKRIPSI. Ilmu Administrasi

Negara. FISIP. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian tersebut

menggunakan teori efektivitas Pollit and Bouckert, dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian


58

ini menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan sampah domestik di

Kecamatan Jombang belum berjalan dengan baik karena hanya mencapai

nilai 51 % dari nilai tertinggi 70 %. Karena masih banyak sampah yang

berceceran, menumpuk tidak pada tempatnya, itu terjadi selain pegawai

yang kurang terampil, jumlah dan jarak tempat pembuangan sampah

yang disediakan minim. Kurang tegasnya sanksi hukum. Persamaan dari

penelitian terdahulu yaitu mengkaji tentang pengelolaan sampah, dengan

perbedaan pada teori penelitian terdahulu menggunakan teori efektifitas

Pollit and Bouckert sedangkan pada penelitian saya menggunakan teori

fungsi manajemen Luther Gullick, lokus penelitian peneliti terdahulu,

dan metode penelitian. Dengan sumber Repository Fisip Untirta.

2. Iin Indah Sari. “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002

Tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan di TPA Jatiwaringin

Oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP)

Kabupaten Tangerang”, pada tahun 2012, SKRIPSI. Ilmu Administrasi

Negara. FISIP. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian tersebut

menggunakan teori implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatler

yaitu karakteristik masalah, karakteristik kebijakan dan lingkungan

kebijakan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil

penelitian ini menujukkan bahwa implementasi pengelolaan sampah di

TPA Jatiwaringin masih terdapat beberapa hambatan yaitu sarana dan

prasarana yang kurang memadai, kurangnya kesadaran masyarakat

dalam mengelola sampah serta pemerintah kurang memberi sosialisasi


59

tentang pengelolaan sampah. Selain itu, kondisi ekonomi dan sosial

masyarakat juga dapat mempengaruhi implementasi pengelolaan

sampah. Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu mengkaji tentang

pengelolaan sampah dan menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif, dengan perbedaan pada teori penelitian terdahulu

menggunakan teori implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatler

sedangkan pada penelitian saya menggunakan teori fungsi manajemen

Luther Gullick, lokus penelitian peneliti terdahulu. Dengan sumber

penelitian terdahulu didapat dari Repository Fisip Untirta.

2.3 Kerangka Berfikir

Uma Sekaran dalam bukunya business research (1992) dalam Sugiyono

(2008:65) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Pada penelitian mengenai

Manajemen Pengelolaan Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi kali

ini, peneliti menggambarkan kerangka berfikir sebagai berikut :


60

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

Input:
1. Tidak adanya pengembangan teknologi pengelolaan sampah untuk
memanfaatkan sampah yang ada di TPA Sumur Batu.
2. Kurangnya sarana penunjang alat pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu,
khususnya alat berat dan armada pengangkut sampah.
3. Kurangnya jumlah Pekerja Harian Lepas (PHL) seperti petugas pesapon atau
penyapu jalanan, pengangkut sampah dan pengemudi truk sampah yang ada
di wilayah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
4. Kurangnya sosialisasi antara UPTD kebersihan wilayah dengan tiap-tiap RW
di wilayah Kecamatan di Kota Bekasi terkait adanya program pembentukan
bank sampah di tiap satu RW satu bank sampah di wilayah Kota Bekasi.
5. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah di Kota Bekasi.

Proses:
Fungsi Manajemen Gullick dalam Handayaningrat (2001:24)
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Penyusunan Pegawai (Staffing)
4. Pembinaan Kerja (Directing)
5. Pengkoordinasian (Coordinating)
6. Pelaporan (Reporting)
7. Anggaran (Budgeting)

Output:
Meningkatkan pengelolaan sampah di Kota Bekasi yang maksimal
melalui fungsi manajemen pengelolaan sampah yang dilaksanakan
dengan baik dan efisien oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
61

2.4 Asumsi Dasar

Pada penelitian kali ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada

pelaksanaan fungsi manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan

sampah di Kota Bekasi karena dilihat pada kondisi saat ini bahwa pengelolaan

sampah di Kota Bekasi belum berjalan dengan baik.

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan dan hasil

observasi awal peneliti, dengan data dan fakta yang didapat di lapangan, pada

kenyataanya bahwa kondisi pengelolaan sampah di Kota Bekasi belum berjalan

dengan baik dikarenakan terkendala oleh berbagai masalah yang ada. Apabila

pelaksanaan fungsi manajemen Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam

pengelelolaan sampah di Kota Bekasi dijalankan dengan benar dan sesuai

prosedur maka akan lebih meningkatkan pengelolaan sampah yang baik dan

maksimal di Kota Bekasi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang

sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan

maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah

tersebut. Cara dimaksud dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah yang

terdiri dari berbagai tahapan atau langkah-langkah. Oleh karena itu, metode

merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi

atas suatu masalah. Dengan langkah-langkah tersebut, siapapun yang

melaksanakan penelitian dengan mengulang atau menggunakan metode penelitian

yang sama untuk objek dan subjek yang sama akan memperoleh hasil yang sama

pula Silalahi (2010:12-13).

Metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan

untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang sesuai dan tepat

dalam penelitiannya. Kesesuaian dan ketepatan data sangat dipengaruhi oleh

metode penelitian apa yang tepat dalam penelitiannya. Tujuan dari metode

penelitian adalah dapat membantu peneliti dalam penelitiannya. Tujuan dari

metode penelitian pada dasarnya merupakan cara imiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

62
63

Metode penelitian sangat berkaitan erat dengan tipe penelitian yang

digunakan, karena tiap-tiap tipe dan tujuan penelitian yang didesain memiliki

konsekuensi pada dipilihnya metode penelitian yang tepat guna mencapai

tujuan penelitian yang tepat. Menurut Moleong (2007:6) Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi

tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan Menurut Sugiyono

(2008:1) Metode Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Definisi Konsep

Pengertian proses berarti serangkaian tahap kegiatan mulai dari

menentukan sasaran sampai berakhirnya sasaran atau tercapainya

tujuan, sedangkan fungsi adalah tugas atau kegiatan. Akan tetapi

perkataan proses dan fungsi dalam hal manajemen mempunyai

pengertian yang sama.


64

Menurut Luther Gullick dalam Handayaningrat (2001:24)

proses daripada administrasi dan manajemen (The Process of

Administration and Management) yang terkenal dengan akronim

(POSDCORB) adalah:

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah perincian dalam


garis besar untuk memudahkan pelaksanaanya dan metode
yang digunakan dalam menyelesaikan maksud atau tujuan
badan usaha itu.
2. Pengorganisasian (Organizing). Menetapkan struktur formal
daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi
sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Penyusunan Pegawai (Staffing). Keseluruhan fungsi daripada
kepegawaian sebagai usaha pelaksanaanya, melatih para staf
dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.
4. Pembinaan Kerja (Directing). Merupakan tugas yang terus
menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud
suatu perintah khusus atau umum dan instruksi-instruksi, dab
bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau
organisasi.
5. Pengkoordinasian (Coordinating). Merupakan kewajiban yang
penting untuk menghubungkan berbagai-bagai kegiatan
daripada pekerjaan.
6. Pelaporan (Reporting). Dalam hali ini pimpinan yang
bertanggung jawab harus mengetahui apa yang sedang
dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannya
melalui catatan, penelitian maupun inspeksi.
7. Anggaran (Budgeting). Semua kegiatan akan berjalan dengan
baik bila disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk
anggaran, perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran.

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional yang merupakan penjabaran konsep atau

variabel penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian),

dibawah ini adalah penjabaran konsep tabel variabel penelitian:


65

Tabel 3.1
Variabel Operasional

Variabel Indikator

1. Perencanaan (Planning)

Fungsi 2. Pengorganisasian (Organizing)

Manajemen 3. Penyusunan Pegawai (Staffing)

(Gullick dalam 4. Pembinaan Kerja (Directing)

Handayaningrat, 5. Pengkoordinasiaan (Coordinating)

2001:24) 6. Pelaporan (Reporting)

7. Anggaran (Budgeting)

(Sumber: Peneliti, 2017)

3.3 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2008:59) menjelaskan bahwa Instrumen penelitian yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif adalah

peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

”divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen

meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang

melakukan pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki

lapangan.
66

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan beberapa

metode pengumpulan data yang selanjutnya akan dibahas pada tahapan

selanjutnya. Irawan (2005:5.5) menyebutkan bahwa data digolongkan menjadi

beberapa golongan atau jenis. Dilihat dari sumbernya, kita mengenal data

primer dan data sekunder. Data primer didapat berdasarkan usaha peneliti

dalam pencarian data langsung dari sumbernya tanpa ada tambahan ataupun

pengurangan hasil data yang didapat, sedangkan data sekunder didapat dari

studi pustaka hingga dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti yang

kemudian akan diolah dan digunakan untuk bahan analisis dengan sebenar-

benarnya (tanpa mengada-ada) pada suatu penelitian yang biasanya dilakukan

atas dasar kebutuhan dari si peneliti itu sendiri.

3.4.1 Data Primer

Irawan (2005:5.5) menjelaskan bahwa data primer adalah data yang

diambil langsung, tanpa perantara, dari sumbernya. Seseorang peneliti

sosial bisa mendapatkan data primernya dengan cara melakukan

wawancara atau melakukan pengamatan langsung terhadap suatu aktivitas

masyarakat. Data primer bisa didapat oleh peneliti dengan melalui

berbagai metode dan cara, seperti melakukan wawancara maupun

observasi.

1. Wawancara

Menurut Moleong (2007:186) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu


67

pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal ini

yang menjadi pewawancara ialah peneliti itu sendiri, sedangkan yang

berlaku sebagai terwawancara yaitu objek penelitian. Proses wawancara

dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang menyangkut

tentang tema si peneliti, kemudian si objek penelitian diharuskan

menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh peneliti.

2. Observasi (Pengamatan)

Menurut Moleong (2007:164) pengamatan berperan serta menceritakan

kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti

memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan. Sebagai pengamat,

peneliti berperan serta dalam kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap

situasi yang diinginkannya untuk dapat dipahaminya. Jadi jelas tidak pada

seluruh peristiwa peneliti perlu berperan serta. Sedangkan dalam observasi

non partisipan, peneliti hanya sebagai pengamat independen.

3.4.2 Data Sekunder

Silalahi (2010:291) memaparkan bahwa data sekunder merupakan

data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain

yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan

melalui sumber-sumber lain yang tersedia dinamakan data sekunder.

Bahan-bahan sumber sekunder dapat berupa artikel-artikel dalam surat

kabar, atau majalah populer buku atau telaah gambar hidup, atau artikel-

artikel yang ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah yang mengevaluasi atau


68

mengkritisi sesuatu penelitian original yang lain. Buletin statistik, laporan-

laporan, atau arsip organisasi, publikasi pemerintah, informasi yang

dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dan tersedia dari dalam atau dari

luar organisasi, analisis-analisis yang dibuat oleh para ahli, analisis survey

terdahulu, catatan-catatan publik mengenai peristiwa-peristiwa resmi, dan

catatan-catatan perpustakaan juga merupakan sumber data sekunder.

Irawan (2005:5.5) menjelaskan bahwa data sekunder adalah data

yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder

biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain,

koran, majalah). Seseorang mendapatkan informasi dari “orang lain”.

Orang lain inilah yang mendapatkan data primer. Bila orang lain ini

bercerita kepada kita maka kita mendapatkan data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Dengan kata lain data

sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber

yang telah ada atau telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti dokumentasi, dan

sebagainya. Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,

laporan kegiatan film dokumenter, rekaman audio dan data lain yang

relevan.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:
69

1. Buku Catatan. Digunakan untuk mencatat percakapan dengan sumber

lain dalam melakukan wawancara.

2. Tape Recorder. Digunakan peneliti untuk merekan saat

berlangsungnya percakapan yang dilakukan terhadap informan

penelitian pada saat melakukan wawancara.

3. Kamera Digital. Digunakan oleh peneliti untuk melakukan pemotretan

terhadap objek penelitian dalam melakukan observasi dan wawancara.

3.5 Informan Penelitian

Informan merupakan sumber informasi yang berbentuk badan atau

individu yang dilakukan oleh peneliti untuk dimintai informasi mengenai

penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Pada penelitian kali

ini, dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik purposive.

Satori dan Komariah (2010:47) mengemukakan bahwa purposive sampling

menentukan subjek atau objek sesuai tujuan. Meneliti dengan pendekatan

kualitatif biasanya sudah ditetapkan tempat yang dituju.

Teknik purposive merupakan metode penetapan sampel dengan

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang

dibutuhkan. Informan dalam penelitian pada kali ini yaitu masyarakat serta

aparatur pemerintah daerah terkait, untuk lebih jelasnya peneliti telah merinci

daftar informan pada penelitian mengenai Fungsi Manajemen Dinas

Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi.


70

Tabel 3.2
Daftar Informan Penelitian

No Informan Kode Informan Keterangan


1 Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi I1 Key Informan
a. Kepala Dinas Lingkungan Hidup I1.1
Kota Bekasi

b. Kepala Bidang Pengelolaan I1.2 Key Informan


Sampah dan B3 Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi

c. Kepala Seksi Penanganan Sampah I1.3 Key Informan


Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi

d. Kepala Seksi Pengurangan Sampah I1.4 Key Informan


Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi

e. Kepala UPTD TPA Sumur Batu I1.5 Key Informan


Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi

f. Kepala UPTD Kebersihan Wilayah I1.6 Key Informan


Kecamatan Rawalumbu Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi

g. Petugas Harian Lepas Dinas I1.7 Second Informan


Lingkungan Hidup Kota Bekasi
(PHL)
2 Masyarakat I2 Second Informan
a. Masyarakat Kota Bekasi I2.1
(Sumber: Peneliti, 2017)
71

3.6 Pedoman Wawancara

Tabel 3.3
Pedoman Wawancara

No Dimensi/ Variabel Subdimensi Kode


Penelitian Informan
1. Perencanaan a. Penetapan tujuan dan I1.2, I1.3, I1.4,
(planning) strategi kebijakan I1.5, dan I1.6
b. Tata kerja dan prosedur
yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan
2. Pengorganisasian a. Penentuan struktur I1.2, dan I1.3
(Organizing) formal dengan
mengelompokkan
aktifitas-aktifitas
kedalam bagian-bagian
tertentu
b. Mengorganisasi tiap
bagian dalam pemberian
wewenang kepada tiap
individu untuk
melaksanakan tugasnya
sesuai jabatan

3. Penyusunan Pegawai a. Penetapan pegawai pada I1.2, I1.3, I1.4,


(Staffing) berbagai posisi sesuai I1.6, dan I1.7.1
dengan kemampuannya
4. Pembinaan Kerja a. Pembagian tugas dan I1.2, I1.6 I1.7.1,
(Directing) bimbingan yang dan I1.7.2
diberikan kepada
pegawai sesuai rencana
yang dibuat dan disusun
untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan
b. Kegiatan penilaian
pegawai untuk promosi,
demosi, dan latihan
pengembangan pegawai
72

5. Pengkoordinasian a. Pengkoordinasian I1.2, I1.3, I1.4,


(Coordinating) berbagai kegiatan di I1.5, I1.6, I1.7.1
tiap-tiap bagian dan I1.7.2
b. Koordinasi antara dinas
dengan unit pelaksana
teknis dinas
6. Pelaporan a. Laporan kepala bidang/ I1.2, I1.3, I1.4,
(Reporting) unit pelaksana tentang I1.5, dan I1.6
apa yang telah, sedang,
dan akan dilakukan
dalam upaya pencapaian
tujuan organisasi
7. Anggaran a. Pembiayaan dalam I1.2, I1.3, I1.5,
(Budgetting) bentuk rencana I1.7.1 dan I1.7.2
anggaran dan
pengawasan anggaran
(Sumber: Peneliti, 2017)

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (trianguasi),

dan dilakukan secara terus menerus hingga data yang didapat telah sampai

pada titik jenuh. Proses analisis data dilakukan secara langsung dan terus

menerus sejak data awal didapatkan dan dikumpulkan sampai dengan penelitian

berakhir.

Sugiyono (2008:89) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah

bersifat induktif. Sedangkan menurut Irawan (2005:5.27) prosedur analisis

data penelitian kualitatif memiliki beberapa langkah praktis yang dapat

dilakukan pada waktu melakukan analisis data penelitian kualitatif. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah dengan

mengikuti teknik analisis data kualitatif Miles dan Huberman, bahwa aktivitas
73

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus pada setiap tahap penelitian sehingga sampai tuntas dan

datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis dapat dilihat pada gambaran berikut ini:

Data Collection
Data Display

Data Reduction
Conclusion:
Drawing/ Verifying

Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data Miles dan Huberman (2007:15-21)

Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan

penggunaan metode dan instrument yang telah ditentukan dan diuji

validitas dan reabilitasnya. Pengumpulan data sangat penting dalam

sebuah penelitian. Tanpa data lapangan, proses analisis data dan

kesimpulan hasil penelitian tidak dapat dilaksanakan.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang


74

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh dari

lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu

dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya kembali bila diperlukan.

Reduksi data ini membantu utnuk memberikan kode-kode pada aspek

tertentu.

3. Penyajian data (Data Display)

Alur penting yang ketiga dari kegiatan analisis adalah penyajian data.

Penyajian data yang paling sering dilakukan pada data kualitatif pada masa

yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada beberapa bentuk penyajian

data dengan menggunakan grafik, matriks, jaringan dan bagan. Penelitian

ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks naratif. Mendisplaykan

data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusions/Verification)

Langkah keempat dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan

penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan awal


75

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel. Oleh karena itu kesimpulan harus

diverifikasi selama penelitian berlangsung.

3.8 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi

pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Artinya data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian Sugiyono (2008:117). Untuk menguji validitas data pada

penenlitian ini dilakukan melalui teknik Triangulasi Data yang merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu Moleong (2007:330). Untuk itu teknik triangulasi data yang

digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik Triangulasi

Sumber dan Triangulasi Teknik.

Triangulasi dengan Sumber menurut Paton dalam Moleong (2007:330)

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu


76

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

dengan observasi, dokumentasi Sugiyono (2008:127). Selain Triangulasi,

untuk mendukung kevalidan suatu data hasil penelitian digunakan juga

membercheck. Membercheck merupakan proses pengecekkan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh sumber data. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi


77

data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah

melakukan wawancara.

3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.9.1 Lokasi Penelitian

Penelitian kali ini dilaksanakan di Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi serta masyarakat yang berada di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi.

3.9.2 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan

dilakukan Sugiyono (2008:148). Berikut ini merupakan jadwal penelitian:


78

Tabel 3.4
Jadwal Penelitian

No. Nama Waktu Penelitian


Kegiatan 2016 2017 2018
Sept Okt- Jan Feb Mar- Jun- Agus- Okt- Jan-
Des Mei Jul Sep Des Feb
1. Pengajuan
Judul
2. Observasi
Awal
3. Penyusunan
Proposal
BAB I,II &
III
4. Bimbingan
& Perbaikan
BAB I,II &
III
5. Seminar
Proposal
Skripsi
6. Revisi
Proposal
Skripsi
7. Wawancara
& Observasi
Lapangan
8. Penyusunan
Hasil
Wawancara
9. Bimbingan
& Perbaikan
BAB IV &
V
10. Sidang
Skripsi
11. Revisi
Skripsi
(Sumber: Peneliti 2017)
BAB IV

HASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang

meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Kota

Bekasi, gambaran umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Hal tersebut akan

dijelaskan di bawah ini :

4.1.1 Gambaran Umum Kota Bekasi

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi

Jawa Barat, Indonesia. Nama Bekasi sendiri berasal dari kata bagasasi

yang artinya sama dengan candrabaga yaitu nama sungai yang melewati

kota ini, nama ini tertulis di dalam Prasasti Tugu Era Kerajaan

Tarumanegara. Kota Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1996, tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 3663). Berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 4 tahun 2004 tentang Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan, Kota

Bekasi yang pada mulanya terdiri dari 10 Kecamatan dengan 52

Kelurahan, dimekarkan menjadi 12 Kecamatan dengan 56 Kelurahan

dengan jumlah penduduk 2.384.413 jiwa yang terdiri dari laki-laki

79
80

sebanyak 1.216.260 jiwa dan perempuan 1.168.153 jiwa pada

tahun 2015. Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km 2 atau

sekitar 0,59% dari wilayah daratan Provinsi Jawa Barat, dengan batas

wilayah Kota Bekasi adalah:

a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

b. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok

c. sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta

d. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

Gambar 4.1
Peta Wilayah Kota Bekasi
(Sumber: www.bekasikota.go.id)
81

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kota Bekasi
(Tahun 2015)

Nama Luas Jumlah Penduduk Kepadatan


Kecamatan Wilayah (jiwa) Penduduk
(km2) (jiwa/km2)
Pondokgede 16,29 266.726 16.374
Jatisampurna 14,49 104.324 7.200
Pondok Melati 18,57 121.389 6.537
Jatiasih 22 205.934 9.361
Bantargebang 17,04 96.384 5.656
Mustika Jaya 24,73 161.648 6.537
Bekasi Timur 13,49 265.635 19.691
Rawalumbu 15,67 217.211 13.862
Bekasi Selatan 14,96 198.317 13.256
Bekasi Barat 18,89 273.454 14.476
Medansatria 14,71 152.437 10.363
Bekasi Utara 19,65 320.954 16.334
Jumlah 210,49 2.384.413 11.328
2014 210,49 2.382.689 11.320
2013 210,49 2.212.345 10.510
2012 210,49 2.334.142 11.089
2011 210,49 2.447.930 11.629
(Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi,2015 )

4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Bekasi

a. Visi Kota Bekasi

“Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan”

b. Misi Kota Bekasi

1. Menyelenggarakan tata kelelola kepemerintahan yang baik.


82

2. Membangun Prasarana dan sarana yang serasi dengan

dinamika dan pertumbuhan kota

3. Meningkatkan kehidupan sosial masyarakat melalui layanan

pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya.

4. Meningkatkan perekonomian melalui pengembangan usaha

mikro, kecil, dan menengah, peningkatan investasi, dan

penciptaan iklim usaha yang kondusif.

5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tertib,

tenteram dan damai.

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

Dinas Linngkungan Hidup terbentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Kota

Bekasi Nomor 07 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah Kota Bekasi terkait adanya penerapan perda tentang Pembentukan dan

Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK) perangkat daerah yang baru diantaranya

Dinas Kebersihan Kota Bekasi dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota

Bekasi dilebur menjadi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang berkedudukan

sebagai unsur pembantu Wali Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan bidang

lingkungan hidup.
83

4.1.2.1 Kedudukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana otonomi

daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah

dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

4.1.2.2 Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

a. Visi Dinas Linkungan Hidup Kota Bekasi

Setiap rencana pastilah memiliki suatu visi yang akan dituju. Visi

merupakan pandangan jauh ke depan sebagai landasan keyakinan serta

dapat mendorong dan membawahkan tindakan yang akan dilaksanakan

dalam organisasi. Dalam menetapkan visi Dinas Kebersihan Kota

Bekasi, maka perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi baik internal maupun external serta kebijakan baik

kebijakan nasional, regional maupun lokal.

Dengan demikian visi Dinas Lingkungan Hidup selama tahun

2013-2018 yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Lingkungan

Hidup adalah ”Terwujudnya Kota Bekasi Yang Bersih dan

Bermartabat”.

Adapun penafsiran dari masing-masing kata adalah sebagai

berikut:

1. Terwujudnya, mengandung arti ingin mewujudkan;

2. Kota Bekasi, merupakan batasan wilayah pelayanan kebersihan;

3. Bersih, mengandung arti ingin menjadikan Kota Bekasi sebagai

kota yang bersih;


84

4. Bermartabat, diartikan sebagai harkat atau harga diri, yang

menunjukkan eksistensi masyarakat kota yang dapat dijadikan

teladan karena kebersihannya.

b. Misi Dinas Linkungan Hidup Kota Bekasi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

suatu organisasi sesuai visi yang diterapkan agar tujuan organisasi

dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan

tersebut diharapkan seluruh aparatur Dinas serta pihak-pihak yang

berkepentingan dapat mengenal dan mengetahui peran yang diemban

dan program-program yang ditetapkan serta hasil yang akan dicapai

pada masa mendatang.

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan maka telah

ditentukan misi yang jelas sebagai pernyataan guna mencapai tujuan

yang diharapkan. Pada Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup

Kota Bekasi Tahun 2013-2018 tertuang misi yang dilaksanakan

adalah:

1. Meningkatkan Pelayanan Kebersihan yang optimal

2. Mencegah Penurunan kualitas lingkungan.

Meningkatkan pelayanan kebersihan yang optimal merupakan

salah satu tujuan utama Dinas Lingkungan Hidup. Peningkatan sarana,

prasarana merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi untuk

melakukan pelayanan yang optimal, selain itu peningkatan kualitas


85

kinerja sumber daya manusia baik secara kualitatif maupun kuantitatif

juga harus ditingkatkan untuk menunjang pelayanan yang optimal.

Penurunan kualitas lingkungan harus dicegah dengan cara

pengendalian pencemaran. Seperti diketahui bahwa akibat dari

pengolahan sampah yang tidak benar menyumbang pencemaran air,

tanah dan udara yang cukup signifikan. Sampah jelas mencemari tanah

dan badan air dengan kandungan amoniak, logam berat, dan bakteri e-

coli. Sedangkan pencemaran udara berupa H2S, CO2 dan gas-gas yang

menyebabkan bau, hujan asam dan global warning. Dengan tuntutan

standar yang diamanatkan UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah dan UU No. 39 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan

hidup maka sudah menjadi kewajiban bersama untuk mengendalikan

tingkat polusi yang diakibatkan oleh sampah dan limbah.

4.1.2.3 Tujuan dan Sasaran Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

Berdasarkan visi, misi, nilai dalam pembahasan di atas telah

ditetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi yaitu :

a. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi melalui pelaksanaan kegiatannya adalah :

1. Tercapainya pelayanan kebersihan yang optimal

2. Meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan

Tercapainya pelayanan kebersihan yang optimal dan

meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan hendak


86

diwujudkan dengan penambahan sarana dan prasarana serta

pengolahan sampah dengan baik. Peningkatan kualitas Sumber

daya manusia juga menjadi prioritas agar pelayanan yang

dilaksanakan lebih optimal.

b. Sasaran

Lebih lanjut, tujuan tersebut dijabarkan melalui penetapan

sasaran yang ingin dicapai, yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan kebersihan

2. Meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan.

Peningkatan pelayanan kebersihan diupayakan dengan

penambahan armada pengangkut, gerobak sampah, bak sampah,

Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS), serta

penambahan jumlah petugas penyapu dan pengangkut sampah.

Sedangkan kualitas pengelolaan lingkungan dilakukan dengan

pengolahan sampah menjadi kompos, kerjasama dengan pihak ke

tiga, serta pembangunan Station Peralihan Antara yang berbasis

3R.

4.1.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi

a. Tugas Pokok Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

Sesuai dengan Peraturan Wali Kota Bekasi Nomor 76 Tahun

2016 tentang kedudukan, sususan organisasi, tugas pokok, dan

fungsi serta tata kerja Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi


87

mempunyai tugas utama yaitu Membantu kepala daerah dalam

merumuskan kebijakan dan melakukan koordinasi urusan

pemerintahan di bidang lingkungan hidup.

b. Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

Dalam melaksanakan tugas utama tersebut, maka Badan

Lingkungan Hidup mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, pemberdayaan dan penegakan hukum dalam

rangka pelestarian lingkungan hidup;

2. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup meliputi kegiatan:

a) pengawasan dan pengendalian pengelolaan limbah bahan

berbahaya dan beracun (B3);

b) pengawasan dan pengendalian pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air;

c) pengawasan dan pengendalian pengelolaan kualitas udara

dan pengendalian pencemaran udara;

d) pengawasan dan pengendalian pencemaran dan/atau

perusakan pesisir dan laut;

e) pengawasan dan pengendalian adaptasi dan mitigasi

perubahan iklim dan perlindungan atmosfer;


88

3. Penerapan instrument lingkungan hidup dalam pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup.

4. Melakukan pengendalian tata ruang, melalui koordinasi dan

peningkatan keterpaduan dalam perencanaan, pengendalian,

dan evaluasi dalam pengelolaan lingkungan hidup terhadap

daya dukung dan daya tampung lingkungan;

5. Melakukan koordinasi dan pengawasan dalam rangka

konservasi sumberdaya alam (keanekaragaman hayati/flora dan

fauna, lahan, air, dan udara/atmosfer);

6. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum

lingkungan hidup baik secara administrasi, perdata maupun

pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup;

7. Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan meliputi

kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengelolaan

lingkungan hidup;

8. Melakukan pembinaan dan peningkatan partisipasi

masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta dalam

pengelolaan lingkungan hidup:

a) pengelolaan persampahan

b) pembinaan Adipura dan Kalpataru

c) lomba-lomba Pengelolaan Lingkungan Hidup


89

9. Menyelenggarakan pelayanan unit pelaksanaan teknis (UPT)

Laboratorium Lingkungan Hidup;

10. Melaksanakan kegiatan dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan

pemantauan dana alokasi khusus (DAK) Bidang Lingkungan

Hidup.

11. Melakukan pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan

hidup;

12. Melaksanakan standar pelayanan minimal (SPM) bidang

lingkungan hidup;

4.1.2.5 Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bekasi Nomor 76 Tahun

2016 tentang kedudukan, sususan organisasi, tugas pokok, dan fungsi

serta tata kerja Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi dibagi menjadi 4 bidang teknis dan

satu bidang sekertariat, yang mencakup Bidang Tata Lingkungan,

Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Bidang Pengendalian

Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, dan Bidang Penaatan

dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup. Masing-masing Bidang

membawahi tiga seksi teknis yang masing-masing memiliki tugas dan

fungsinya masing-masing, UPTD TPA, 12 UPTD Kebersihan Wilayah

di setiap kecamatan, UPTD Kontainer dan UPTD Protokol, UPTD

Laboratorium Lingkungan, UPTD Taman Hutan Kota, dan UPTD

Perbengkelan yang bertanggung jawab langsung kepada kepala Dinas


90

melalui sekretaris. Adapun struktur organisasi pada Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2
Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi terdiri

atas:

1. Unsur Pimpinan Kepala Dinas

2. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, membawahkan:

a) Sub Bagian Perencanaan

b) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

c) Sub Bagian Keuangan

3. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:


91

1) Bidang Tata Lingkungan, membawahkan:

a) Seksi Inventarisasi RPPLH dan KLHS

b) Seksi Kajian Dampak Lingkungan

c) Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup

2) Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, membawahkan:

a) Seksi Pengurangan Sampah

b) Seksi Penanganan Sampah

c) Seksi Limbah B3

3) Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Hidup, membawahkan:

a) Seksi Pemantauan Lingkungan

b) Seksi Pencemaran Linkungan

c) Seksi Kerusakan Lingkungan

4) Bidang Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan

Hidup, membawahkan:

a) Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan

b) Seksi Penegakan Hukum Lingkungan

c) Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup

5) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

6) Kelompok Jabatan Fungsional


92

4.1.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengelolaan Sampah dan

Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

1. Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3

a. Tugas Pokok

Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 mempunyai

tugas membantu Kepala Dinas dalam memimpin,

mengendalikan, dan mengkoordinasikan perumusan kebijakan

teknis dan pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Dinas yang meliputi pengurangan sampah,

penanganan sampah dan limbah B3 untuk mencapai

pelaksanaan teknis urusan di bidangnya.

b. Fungsi

1) Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang;

2) Prumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis

sesuai lingkup bidang tugasnya;

3) Penyusunan informasi pengelolaan sampah tingkat kota;

4) Penetapan target pengurangan sampah dan prioritas jenis

sampah untuk setiap kurun waktu tertentu;

5) Perumusan kebijakan pengurangan sampah;

6) Pembinaan pembatasan timbunan sampah kepada

produsen/industri;

7) Pembinaan penggunaan bahan baku produksi dan kemasan

yang mampu diurai oleh proses alam;


93

8) Pembinaan pendaur ulangan sampah;

9) Penyediaan fasilitas pendaur ulangan sampah;

10) Pembinaan pemanfaatan kembali sampah dari produk dan

kemasan produk;

11) Perumusan kebijakan penanganan sampah di kota;

12) Koordinasi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan

pemrosesan akhir sampah;

13) Penyediaan sarpras penanganan sampah;

14) Pemungutan retribusi atas jasa layanan pengelolaan

sampah;

15) Penetapan lokasi tempat TPS, TPST dan TPA sampah;

16) Pengawasan terhadap tempat pemrosesan akhir dengan

sistem pembuangan open dumping;

17) Penyusunan dan pelaksanaan sistem tanggap darurat

pengelolaan sampah;

18) Pemberian kompensasi dampak negatif kegiatan

pemrosesan akhir sampah;

19) Pelaksanaan kerjasama dengan kota lain dan kemitraan

dengan badan usaha pengelola sampah dalam

menyelenggarakan pengelolaan sampah;

20) Pengembangan investasi dalam usaha pengelolaan sampah;


94

21) Penyusunan kebijakan perizinan pengolahan sampah,

pengangkutan sampah dan pemrosesan akhir sampah yang

diselenggarakan oleh swasta;

22) Pelaksanaan perizinan pengolahan sampah, pengangkutan

sampah dan pemrosesan akhir sampah yang

diselenggarakan oleh swasta;

23) Perumusan kebijakan pembinaan dan pengawasan kinerja

pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain

(badan usaha);

24) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan kinerja

pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain

(badan usaha);

25) Perumusan penyusunan kebijakan perizinan penyimpanan

sementara limbah B3 (pengajuan, perpanjangan, perubahan

dan pencabutan) dalam satu daerah Kota;

26) Pelaksanaan perizinan penyimpanan sementara limbah B3

dalam satu daerah Kota;

27) Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan penyimpanan

sementara limbah B3 dalam satu daerah Kota;

28) Penyusunan kebijakan perizinan pengumpulan dan

pengangkutan limbah B3 (pengajuan, perpanjangan,

perubahan dan pencabutan) dalam satu daerah Kota;

29) Pelaksanaan perizinan bagi pengumpul limbah B3;


95

30) Pelaksanaan perizinan pengangkutan Limbah B3

menggunakan alat angkut roda 3 (tiga) dilakukan dalam

satu daerah Kota;

31) Pelaksanaan perizinan Penimbunan Limbah B3 dilakukan

dalam satu daerah Kota;

32) Pelaksanaan perizinan penguburan limbah B3 medis;

33) Pemantauan dan pengawasan terhadap pengolahan,

pemanfaatan, pengangkutan dan penimbunan limbah B3;

34) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan dalam

lingkup tugasnya;

35) Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai perintah Kepala

Dinas;

36) Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas kepada Kepala

Dinas.

1. Seksi Pengurangan Sampah

a. Tugas Pokok

Seksi Pengurangan Sampah mempunyai tugas membantu

Bidang merencanakan, memimpin, membagi tugas,

melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan teknis dan kegiatan

pengurangan sampah.

b. Fungsi

1) Penyusunan program dan rencana kegiatan Seksi;


96

2) Penyiapan bahan penyusunan dan perumusan kebijakan,

petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai lingkup

tugasnya;

3) Pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan, penetapan,

perumusan, pembinaan dalam pelaksanaan pengurangan

sampah yang meliputi pembatasan timbunan sampah,

penggunaan bahan baku produksi dan kemasan yang

mampu diurai oleh proses alam, pendaur ulangan sampah,

serta pemanfaatan kembali sampah.

4) Penyiapan bahan pembinaan teknis dan evaluasi kegiatan;

5) Pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

2. Seksi Penanganan Sampah

a. Tugas Pokok

Seksi Penanganan Sampah mempunyai tugas membantu

Bidang merencanakan, memimpin, membagi tugas,

melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan teknis dan kegiatan

penanganan sampah.

b. Fungsi

1) Penyusunan program dan rencana kegiatan Seksi;

2) Penyiapan bahan penyusunan dan perumusan kebijakan,

petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai lingkup

tugasnya;
97

3) Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan, koordinasi,

penyediaan, pemungutan, penetapan, pengawasan,

pengembangan, pembinaan dalam pelaksanaan penanganan

sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan,

pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah;

4) Penyiapan bahan pembinaan teknis dan evaluasi kegiatan;

5) Pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

3. Seksi Limbah B3

a. Tugas Pokok

Seksi Limbah B3 mempunyai tugas membantu Bidang

merencanakan, memimpin, membagi tugas, melaksanakan, dan

mengevaluasi kebijakan teknis dan kegiatan limbah B3.

b. Fungsi

1) Penyusunan program dan rencana kegiatan Seksi;

2) Penyiapan bahan penyusunan dan perumusan kebijakan,

petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai lingkup

tugasnya;

3) Pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan, pemantauan,

pengawasan, kebijakan dalam pelaksanaan limbah B3 yang

meliputi pengajuan, perpanjangan, perubahan dan

pencabutan izin, pengolahan, pemanfaatan, pengangkutan

dan penimbunan limbah B3;

4) Penyiapan bahan pembinaan teknis dan evaluasi kegiatan;


98

5) Pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

4. Unit Pelaksana Teknis Dinas Tempat Wilayah Kecamatan

a. Tugas Pokok

UPTD Kebersihan Wilayah Kecamatan Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi Memiliki tugas Pokok Melaksanakan

kegiatan operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas

dibidang penanganan kebersihan sampah di setiap Wilayah

Kecamatan Kota Bekasi.

b. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kepala UPTD

Kebersihan Wilayah Kecamatan Dinas Lingkungan Hidup

Kota Bekasi mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan pengangkutan sampah di TPSS, tranfer

depo, dan lingkungan di wilayah kecamatan;

2) Pelaksanaan pemilahan, pengumpulan dan pengangkutan

sampah/residu dari sumber sampah ke TPS dan/atau

TPS3R Kota Bekasi (UPTD Wilayah )

3) Pelaksanaan pemeliharaan infrastruktur dan sarana

pemilahan serta pengumpulan, Sampah di Kota Bekasi .

4) Menyampaikan usulan penambahan TPSS, tranfer depo dan

landasan container sesuai kebutuhan di lapangan;

5) Melaksanakan fasilitasi kerja sama pelayanan tingkat RT /

RW;
99

6) Melaksanakan kordinasi tingkat kencamatan dalam

kegiatan K3;

7) Menanggulangi sampah liar di wilayah kecamatan

8) Melaksanakan pemetaan potensi retribusi persampahan

diwilayah bersama Seksi Pendataan Potensi;

9) Melaksanakan koordinasi teknis penanganan sampah di

wilayah pasar yang berada pada wilayah kecamatan dengan

Seksi Kebersihan Pasar Dinas Perindustrian, Perdagangan,

dan Koperasi Kota Bekasi;

10) Melaksanakan pungutan, pembukuan dan penyetoran hasil

retribusi pelayanan persampahan/kebersihan ke kas Daerah

sesuai ketentuan yang berlaku;

11) Melaksanakan pemetaan jangkauan wilayah angkutan;

12) Melaksanakan pemetaan kebutuhan TPS, tranfer depo,

gerobak sampah, baktor dan sarana penunjang lainnya;

13) Melaksanakan pemetaan dan kebutuhan bak kontainer;

14) Pelaksanaan sosialisasi tentang pengelolaan sampah.

5. Unit Pelaksana Teknis Dinas Tempat Pembuangan Akhir

a. Tugas Pokok

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tempat Pembuangan

Akhir Sampah atau disingkat UPTD TPAS Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi Melaksanakan kegiatan operasional


100

dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas dibidang penanganan

sampah di TPA Kota Bekasi.

b. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut UPTD TPA Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan pengoperasionalisasi dan pemeliharaan alat

berat;

2) Melaksanakan penutupan Landfile dengan tanah merah

secara berkala;

3) Melaksanakan pengolahan dan pemeliharaan air lindi/leacit

(Instalasi Pengelolaan Air Sampah);

4) Pelaksanaan pemrosesan akhir sampah (penimbunan

/pemadatan, penutupan tanah, penanganan gas);

5) Pelaksanaan pengolahan sampah (pemadatan,pengomposan

daur ulang materi dan mengubah sampah menjadi sumber

energi);

6) Pelaksanaan pemeliharaan infrastruktur dan sarana

pengolahan dan pemrosesan akhir TPST/TPA Kota Bekasi

7) Melaksanakan kegiatan penghijauan dan pemeliharaan di

lingkungan TPA;

8) Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan program

tetap (protap) pembuangan sampah, yang meliputi jam


101

buang, pengaturan zona buangan dan pengaturan kendaraan

masuk;

9) Mengkoordinir pengamanan TPA;

10) Memberikan usul dan saran tentang pemeliharaan,

pengembangan dan perluasan TPA;

11) Mencatat, mengadministrasikan dan menimbang jumlah

volume sampah yang masuk kedalam TPA.

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebersihan Jalur Protokol

a. Tugas Pokok

Kepala UPTD Kebersihan Jalur Protokol Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi Melaksanakan kegiatan

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas dibidang

penanganan kebersihan sampah di Jalur Protokol Kota Bekasi.

b. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kepala UPTD

Kebersihan Jalur Protokol Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan pelayanan kebersihan penyapuan dan

2) Pengangkutan sampah sepanjang jalur protokol;

3) Melaksanakan pembersihan dan pencucian di ruas-ruas

jalan protokol;

4) Melaksanakan bantuan pengangkutan sampah hasil

penertiban sepanjang jalur protokol;


102

5) Melaksanakan pembersihan dan pengangkutan sampah

pada hari-hari besar Nasional keagamaan dan/atau event

tertentu;

6) Menyiapkan bahan kerjasama dengan pihak ketiga/swasta

dalam pelayanan kebersihan pada jalur protokol;

7) Melaksanakan koordinasi teknis penanganan sampah di

wilayah pasar yang berada pada jalur protokol dengan

Seksi Kebersihan Pasar Dinas Perindustrian, Perdagangan,

dan Koperasi Kota Bekasi;

8) Melaksanakan pungutan, pembukuan dan penyetoran hasil

retribusi pelayanan persampahan/kebersihan ke kas Daerah

sesuai ketentuan yang berlaku;

9) Melaksanakan pemetaan jangkauan wilayah angkutan;

10) Melaksanakan pemetaan wilayah bebas sampah;

11) Melaksanakan pemetaan kebutuhan TPS di jalur protokol;

12) Melaksanakan pemetaan dan kebutuhan bak kontainer;

13) Melaksanaan sosialisasi peraturan tentang pengelolaan

sampah.

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebersihan Jalur Kontainer

a. Tugas Pokok

Kepala UPTD Kebersihan Jalur Kontainer Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi Melaksanakan kegiatan

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas dibidang


103

penanganan kebersihan sampah di Jalur Kontainer Kota

Bekasi.

b. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut UPTD Kebersihan

Jalur Kontainer Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan pengangkutan sampah pada titik layanan

kontainer yang ditempatkan di masyarakat yang telah

melakukan kontrak kerja sama layanan;

2) Melaksanakan pengangkutan sampah pada titik non

layanan yang bersifat sosial;

3) Pelaksanaan pemilahan, pengumpulan, dan pengangkutan

sampah/residu dari sumber sampah, TPS dan TPS3R ke

TPA dan/atau TPST Kota Bekasi;

4) Pelaksanaan pemeliharaan infrastruktur dan sarana,

pengangkutan sampah di Kota Bekasi;

5) Menyiapkan bahan kerjasama angkutan kebersihan dengan

pihak ketiga/swasta;

6) Menyiapkan bahan usulan bak kontainer serta

Pemeliharaannya;

7) Melaksanakan pemetaan potensi titik layanan kontainer

yang dapat di tempatkan di masyarakat bersama seksi

pendataan potensi;
104

8) Melaksanakan pungutan, pembukuan dan penyetoran hasil

retribusi pelayanan persampahan/kebersihan ke kas daerah

sesuai ketentuan yang berlaku;

9) Melaksanakan pemetaan jangkauan wilayah angkutan;

10) Melaksanakan pemetaan dan kebutuhan bak kontainer;

11) Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang pengelolaan

sampah.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat

dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan

menggunakan teknik analisa data kualitatif sehingga data yang diperoleh

bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil

observasi lapangan dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, mengenai

Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan Sampah

di Kota Bekasi, peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen

menurut Luther Gullick dalam Handayaningrat (2001:24). Teori tersebut

menjelaskan bahwa proses daripada administrasi dan manajemen (The

Process of Administration and Management) dimulai dari beberapa

indikator yaitu:

1. Perencanaan (Planning)),

2. Pengorganisasian (Organizing),

3. Penyusunan Pegawai (Staffing),


105

4. Pembinaan Kerja (Directing),

5. Pengkoordinasian (Coordinating),

6. Pelaporan (Reporting) dan

7. Penganggaran (Budgeting)

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan

pengamatan adalah catatan lapangan peneliti yang berupa dokumen-

dokumen yang peneliti dapatkan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi. Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

maka dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa

secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 sebelumnya,

bahwa dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan teknik analisis data menurut Miles and Huberman

(2009:16), yaitu selama penelitian dilakukan dengan menggunakan 4

tahap penting, diantaranya : pengumpulan data (data collection) yaitu

proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data

penelitian. Ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti

agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai masalah-masalah

yang terjadi di lapangan. Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan,

merangkum, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data,

peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu :

1. Kode Q untuk menunjukan kode pertanyaan.


106

2. Kode Q1, Q2, Q3 dan seterusnya untuk menunjukan urutan

pertanyaan.

3. Kode I untuk menunjukan informan penelitian.

4. Kode I1, I2, I3 dan seterusnya untuk menunjukan urutan

informan.

5. Kode I1 menunjukkan daftar informan dari kategori Pegawai

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

6. Kode I2 menunjukkan daftar informan dari kategori masyarakat

Kota Bekasi

7. Kode I1.1, I1.2, I1.3 dan seterusnya menunjukkan daftar informan

dari Pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.

8. Kode I2.1, I2.2, I.2.3 menunjukkan daftar informan dari

masyarakat Kota Bekasi.

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data

atau data display. Penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah

matriks, grafik, jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya

dirancang untuk menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk

yang padu (Prastowo (2011:244). Kemudian penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori

dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.


107

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

Penarikan kesimpulan atau conclusion drawing/verification

merupakan langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Milles

dan Hubberman. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara

dan akan berubah bila tidak dikemukakan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-

bukti yang valis dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesinpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

Peneliti juga melakukan triangulasi sehingga data yang digunakan

mencapai titik jenuh. Teknik pengumpulan data dengan triangulasi data

yaitu menggabungkan teknik pengumpulan data wawancara, teknik

pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi) dan teknik

pengumpulan data dokumentasi yang dilengkapi dengan catatan lapangan

yang kemudian diberi kode. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti

adalah triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber yaitu dengan

mengadakan wawancara kepada sumber yang berbeda-beda hingga hasil

wawancara tersebut mencapai titik jenuh. Sedangkan triangulasi teknik

dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.
108

4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber yang memiliki pengetahuan

dan pengalaman mengenai masalah yang sedang dibahas dalam penelitian

ini yang berjudul “Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam

Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi”. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik purposive dalam penentuan informannya. Teknik

purposive adalah teknik dalam penentuan informan penelitian dengan cara

peneliti sudah mengetahui narasumber yang akan peneliti

wawancara.peneliti melibatkan informan-informan yang dipilih terkait

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian peneliti

mengklasifikasikan informan kedalam dua jenis yaitu key informan dan

secondary informan, dimana key informan atau informan kunci yang

peneliti pilih dari instansi terkait yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi khususnya pada Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3.

Sedangkan secondary informan atau informan pembantu peneliti

melibatkan masyarakat Kota Bekasi.

Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat dari

tabel berikut:
109

Tabel 4.2

N Nama Informan Jabatan Kete K


o rangan ode
Informan
1 Dra. Kepala Bidang Key I1.2
Kiswatiningsih, M.Sc Pengelolaan Sampah dan Informan
Limbah B3 Dinas
Lingkungan Hidup Kota
Bekasi
2 Nazirwan, ST Kepala Seksi Key I1.3
Penanganan Sampah Informan
Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi
3 Sunarmo Kepala Seksi Key I1.4
Pengurangan Sampah Informan
Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi
4 Atjep Rusfianto, Kepala UPTD Key I1.5
S.IP TPA Sumur Batu Dinas Informan
Lingkungan Hidup Kota
Bekasi
5 Jahrudin, SE Kepala UPTD Key I1.6
Kebersihan Wilayah Informan
Kecamatan Rawalumbu
Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi
6 Ngadiman Pekerja Harian Seco I1.7
Lepas Dinas Lingkungan ndary .1

Hidup Kota Bekasi Informan


110

7 Herman Pekerja Harian Seco I1.7


Lepas Dinas Lingkungan ndary .2

Hidup Kota Bekasi Informan


8 Suryono Pekerja Harian Seco I1.7
Lepas Dinas Lingkungan ndary .3

Hidup Kota Bekasi Informan


9 Umar Masyarakat Seco I2.1
ndary
Informan
1 Asih Masyarakat Seco I2.2
0 ndary
Informan
Informan Penelitian

(Sumber: Peneliti, 2017)

4.3 Deskripsi Analisis Hasil Penelitian

Pembahasan adalah langkah melakukan pemaparan lebih lanjut terhadap

hasil analisis data yang telah dideskripsikan. Dalam pembahasan peneliti akan

menguraikan pembahasan mengenai hasil penelitian yang didasari data yang

didapat peneliti melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Adapun uraian

pembahasan pada penelitian ini disesuaikan dengan menggunakan teori

manajemen dari Luther Gullick dalam Handayaningrat (2001:24) yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

2. Pengorganisasian (Organizing)

3. Penyusunan Pegawai (Staffing)

4. Pembinaan Kerja (Directing)


111

5. Pengkoordinasian (Coordinating)

6. Pelaporan (Reporting)

7. Anggaran (Budgeting)

Dimana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-komponen

penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan manajemen pengelolaan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, fokus penelitiannya adalah

tentang Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan Sampah

di Kota Bekasi. Dengan menggunakan teori manajemen dari Lutther Gulick

peneliti berupaya terlebih dahulu menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu: “Bagaimana Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam

Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi” dan pembahasan yang dilakukan

berdasarkan urutan poin tersebut. Teknik purposive adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu itu,

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2008:218).

Di dalam manajemen pengelolaan sampah di Kota Bekasi yang dilakukan

oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi secara umum paradigma pengelolaan

sampah di Kota Bekasi masih tertumpu pada mekanisme kumpul-angkut-buang.

Hal ini wajar saja karena penerapan Undang-Undang Nomor 18 tentang

Pengelolaan Sampah baru dimulai pada tahun 2008. Namun, kelompok

masyarakat yang melakukan pengolahan sampah di sumber (rumah tangga) juga

sudah bertumbuh dengan baik sejalan dengan semakin meningkatnya pemahaman


112

masyarakat akan pentingnya kebersihan. Sehingga diharapkan bahwa kelompok-

kelompok pengolah sampah di sumber nantinya dapat diharapkan dapat

berkontribusi dalam pengurangan sampah agar tidak bertumpu di TPA. Salah satu

nya yaitu dengan adanya sosialisasi program 1 RW 1 Bank Sampah di tiap

wilayah di Kota Bekasi dimana program tersebut berasal dari Walikota dan

bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi guna mengurangi

produksi sampah yang ada di Kota Bekasi tiap harinya. Hal tersebut juga

dijelaskan oleh I1.2 yaitu sebagai berikut :

“Program 1 RW 1 Bank Sampah itu programnya sudah baik dan


disosialisasikan. Hanya saja perlu ditingkatkan yaitu proses
monitoringnya dan memastikan semua bank sampah tersebut bisa
berjalan dengan baik. Dinas Lingkungan Hidup sendiri soal
pembentukannya kita fasilitasi, bank sampah sendiri haru berbadan
hukum jadi kita juga fasilitasi pembuatan badan hukumnya, kita berikan
sarana dan prasarana untuk operasionalnya seperti alat timbangan,
pencatatan, dan untuk pendampingan/ pembinaan dilakukan oleh UPTD
dan dibantu Dinas Kesehatan.”(wawancara dengan Kepala Bidang
Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih, M.Sc,
Senin 11 September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi)
Hal senada juga diungkapkan oleh I1.3 yaitu sebagai berikut :
“Untuk sosialisasi program tersebut sudah dilakukan oleh UPTD
wilayah tekait kegiatan-kegiatan seperti bank sampah, komposting,
penanganan sampah liar kepada tiap-tiap kecamatan/RT/RW dan
kelompok-kelompok peduli sampah.”(wawancara dengan Kepala Seksi
Penanganan Sampah Bapak Nazirwan ST, Selasa 5 September 2017 pukul
09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)

Pernyataan tersebut juga ditambahkan oleh I1.4 yaitu sebagai berikut :

“Terkait program 1 RW 1 Bank Sampah itu Surat Keputusannya


(SK) dari Camat lalu berkoordinasi dengan UPTD wilayah yang
bertugas selaku pembina program tersebut. Kemudian kita sosialisasikan
untuk tempat pengadaan bank sampah itu berasal dari masyarakat
sendiri seperti lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang tidak
terpakai lalu dipandu dan dibina oleh UPTD wilayah masing-masing.
Mengenai anggaran untuk bank sampah kita tidak memberikan uang
kepada masyarakat tetapi kita hanya memberikan fasilitas untuk
113

pengadaan bank sampah.”(wawancara dengan Kepala Seksi


Pengurangan Sampah Bapak Sunarmo, Rabu 6 September 2017 pukul
09.00 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Tetapi hal berbeda terjadi dengan melihat kondisi yang ada di

masyarakat, masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan sosialisasi

terkait program tersebut. Hal ini diungkapkan oleh I2.1 yaitu sebagai berikut :

“Soal program itu saya pernah dengar tapi belum ada sosialiasi
mengenai program tersebut di lingkungan ini.”(wawancara dengan
salah satu masyarakat, Bapak Umar, Kamis, 28 September 2017)
Hal serupa juga dipaparkan oleh I2.2 yaitu sebagai berikut :
“Pernah dengar kalau mau ada program bank sampah itu tapi
kalau soal sosialisasinya masih belum ada, buat di RW sini sih memang
sudah ada Bank Sampah yang dikelola oleh kelompok masyarakat RW
ini.” (wawancara dengan salah satu masyarakat, Ibu Asih, Kamis, 28
September 2017)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I. 1.2, I1.3, dan I1.4 bahwa terkait

sosialisasi program 1 RW 1 Bank Sampah sudah dilaksanakan dengan baik

dengan berkoordinasi dengan tiap-tiap UPTD wilayah mengenai tempat

pengadaan bank sampah yang akan dibuat itu berasal dari masyarakat sendiri.

Selain itu untuk anggaran pembuatan bank sampah Dinas Lingkungan Hidup

tidak memberikan uang kepada masyarakat tetapi hanya memberikan fasilitas

untuk pengadaan bank sampah yang berasal dari lahan fasilitas sosial maupun

fasilitas umum di wilayah lingkungan tersebut. Tetapi pada kenyataannya yang

terjadi di lapangan, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang

adanya program tersebut. Sehingga sosialisasi yang diberikan oleh UPTD

wilayah selaku pengawas program tersebut kepada masyarakat dirasa masih

kurang.

Selain itu, melihat kondisi saat ini bahwa penduduk Kota Bekasi yang

sangat besar akan secara signifikan menghasilkan sampah yang besar pula.
114

Kondisi pemusnahan sampah yang hanya mengandalkan landfilling di TPA sudah

tidak efektif karena memerlukan lahan untuk penimbunan yang sangat luas sesuai

volume sampah yang masuk. Sehingga perlu dipertimbangkan teknologi

pengolahan sampah yang dapat mereduksi volume sampah dan tidak lagi terjadi

penimbunan sampah di TPA (zero waste technology). Kemudian dengan kondisi

TPA saat ini masih memerlukan sarana penunjang pengelolaan sampah yang

memadai khususnya alat berat dan armada pengangkut sampah. Hal ini

diungkapkan oleh I1.5 yaitu sebagai berikut :

“Untuk armada pengangkut sampah saat ini kita mempunyai 230


unit dan alat berat yang aktif itu ada 7-8 unit termasuk bulldozer dan
excavator, kita tahun ini mendapat tambahan 4 unit alat berat baru yang
dulunya kita hanya punya 4 unit saja. Dengan jumlah armada
pengangkut sampah yang ada dibandingkan dengan jumlah timbulan
sampah yang masuk ke TPA dirasa sangat tidak seimbang, seharusnya
kita membutuhkan 10-12 unit alat berat untuk mengelola sampah yang
ada di TPA.”(wawancara dengan Kepala UPTD TPA Sumur Batu Bapak
Atjep Rusfianto S.IP, Kamis 7 September 2017 pukul 10.00 di Kantor
UPTD TPA Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.5 bahwa untuk alat berat yang aktif

di TPA saat ini hanya ada 7-8 unit dan jumlah armada pengangkut sampah sekitar

230 unit dirasa masih sangat tidak seimbang dibanding dengan jumlah timbulan

sampah yang masuk ke TPA yang perharinya hanya bisa menampung sampah

kurang lebih sekitar 600 ton.

Salah satu masalah pengelolaan sampah lainnya yang terjadi di Kota

Bekasi yaitu kurangnya kesadaran masyarakat itu sendiri dalam hal membuang

sampah. Faktanya dilapangan meskipun sudah ada sanksi larangan untuk

membuang sampah tetapi masih banyak ditemukan masyarakat yang membuang

sampah bukan pada tempatnya. Perilaku tersebut akan menimbulkan banyaknya


115

sampah liar yang ada di lingkungan wilayah tempat tinggal mereka. Hal tersebut

juga dipaparkan oleh I2.1 yaitu sebagai berikut :

“Kesadaran masyarakat disini saya rasa memang sangat kurang,


soalnya masyarakat kan banyak yang buang sampahnya sembarangan.
Misalnya sambil lewat kan ada aja orang yang seenaknya buang sampah
dipinggir jalan/kali. Kalo buat sanksi orang yang ketahuan buang
sampah sembarangan saya kurang tau tapi kalo disini pasti kami tegur.”
(wawancara dengan salah satu masyarakat, Bapak Umar, Kamis, 28
September 2017)
Hal serupa juga di ungkapkan oleh I.2.2 yaitu sebagai berikut :
“Masih sangat kurang, soalnya banyak masyarakat yang bukan
dari wilayah sini seenaknya buang sampah di lingkungan kita, terus juga
masyarakat masih banyak yang belum bisa membedakan buang sampah
organik dan non organik ke tempat sampah yang sudah dipisah.”
(wawancara dengan salah satu masyarakat, Ibu Asih, Kamis, 28
September 2017)
Menanggapi hal tersebut Dinas Lingkungan Hidup juga sudah melakukan

berbagai cara untuk mengurangi perilaku masyarakat yang membuang sampah

dengan sembarangan. Hal tersebut dijelaskan oleh I1.2 yaitu sebagai berikut :

“Untuk kesadaran masyarakat sendiri dalam mengolah


sampahnya itu saya rasa masih sangat kurang. Kita sudah ada regulasi
larangan membuang sampah, yang kita lakukan yaitu Operasi Tangkap
Tangan (OTT) dengan kita buat sanksi seperti surat pernyataan bahwa
tidak membuang sampah dan kita foto lalu dipasang di tempat orang itu
membuang sampahnya. Dan yang kedua yaitu di bulan Oktober kita
lakukan operasi bersama dengan bekerja sama dengan pengadilan/
kejaksaan dan polisi untuk kita lakukan sanksi sidang di tempat.”
(wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah
B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih, M.Sc, Senin 11 September 2017 pukul 09.30
di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Hal senada juga ditambahkan oleh I1.3 yaitu sebagai berikut :
“Saya rasa kesadaran masyarakat soal sampah itu masih sangat
jauh, karena jumlah sampah liar yang ada saat ini di jalan/ sungai saja
cukup besar sedangkan masyarakat sendiri kurang peduli dengan kondisi
kebersihan lingkungannya sendiri. Kita juga sudah melakukan tindakan
operasi tangkap tangan dengan penegakannya tindak pidana ringan, hal
tersebut belum menjadi prioritas tapi sudah menjadi tuntutan kita karena
tindakan untuk membuat masyarakat jera itu cukup sulit, karena memang
sifatnya masih ada toleransi dengan warga. Untuk regulasi peraturan
daerah mengenai larangan membuang sampah juga sudah ada tapi dari
segi implementasinya itu yang kurang.”(wawancara dengan Kepala
116

Seksi Penanganan Sampah Bapak Nazirwan ST, Selasa 5 September


2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Hal tersebut juga diperkuat oleh penyataan dari I1.4 yaitu sebagai
berikut :
“Kesadaran masyarakat saya rasa masih kurang untuk
mengelola sampah, karena masyarakat masih banyak yang membuang
sampah sembarangan bukan ketempatnya dan menimbulkan adanya
sampah liar dijalan-jalan maupun sungai. Kita sudah melaksanakan
himbauan kepada masyarakat untuk membuat tempat sampah sementara
di lingkungannya dan melakukan sweeping/operasi tangkap tangan
orang yang membuang sampah sembarangan lalu kita tindak tegas
ditempat.” (wawancara dengan Kepala Seksi Pengurangan Sampah
Bapak Sunarmo, Rabu 6 September 2017 pukul 09.00 di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.2, I1.3, dan I1.4 mengenai

kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah dapat diambil

kesimpulan bahwa untuk kesadaran masyarakat masih sangat kurang dalam hal

membuang sampah. Meskipun sudah ada regulasi tentang larangan membuang

sampah, tapi dari segi implementasinya dilapangan masih kurang. Untuk

mengatasi masalah tersebut pihak Dinas Lingkungan Hidup sudah melakukan

berbagai upaya tindakan seperti melaksanakan Operasi Tangkap Tangan (OTT)

bagi pelanggar yang ketahuan membuang sampah tidak pada tempatnya dan

diberi sanksi yang sesuai, kemudian melakukan himbauan kepada masyarakat

untuk membuat tempat sampah sementara di wilayah lingkungan tempat

tinggalnya.

Dinas Lingkungan Hidup merupakan perangkat daerah yang mempunyai

kewenangan melakukan pengelolaan sampah yang ada di wilayah Kota Bekasi

dan maka dari itu diperlukan proses manajemen didalamnya. Dalam penelitian ini

proses manajemen yang digunakan adalah fungsi manajemen menurut menurut

Luther Gullick dalam Handayaningrat (2001:24) yang meliputi Perencanaan


117

(Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penyusunan Pegawai (Staffing),

Pembinaan Kerja (Directing), Pengkoordinasian (Coordinating), Pelaporan

(Reporting), dan Anggaran (Budgeting)

4.3.1 Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan sejumlah keputusan mengenai keinginan

dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan

itu. Jadi, setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan pedoman

(Hasibuan, 2011:95). Perencanaan ini adalah dinamis dan telah ditujukan

pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya

perubahan kondisi dan situasi. Perencanaan dalam penerapan fungsi

manajemen pengelolaan sampah di Kota Bekasi sebagaimana telah

disampaikan oleh I1.2 sebagai berikut:

“Untuk kondisi saat ini pilihannya yaitu memang sedang


berusaha memasukkan teknologi pengembangan/pemanfaatan
limbah ke dalam TPA. Tapi teknologi itu sendiri yang sekarang
sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bekasi, teknologinya
masih dalam proses pengembangan/ uji coba. Jadi belum bisa
memberikan dampak signifikan untuk pengurangan sampah di
TPA. Jadi masih kejar-kejaran antara sampah yang dihasilkan
dengan sampah yang dikelola. Selain pengembangan teknologi kita
juga melakukan pemberdayaan dan pembentukan bank sampah,
memang untuk saat ini targetnya adalah 1 RW 1 Bank Sampah.
Saat ini yang sudah terbentuk sekitar 911 bank sampah, hanya
saja yang beroperasi optimal hanya sekitar 224 bank sampah.
Memang targetnya yang harus mengejar tidak hanya terbentuk
saja tapi yang terbentuk itu pun bisa mengelola sampahnya
dengan baik dan efektif.”(wawancara dengan Kepala Bidang
Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih,
M.Sc, Senin 11 September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Hal senada juga dipaparkan oleh I1.4 yaitu sebagai berikut :

“Karena TPA Sumur Batu sudah penuh, kita


merencanakan penggunaan bank-bank sampah itu menjadi
118

pengurangan sampah dari sumbernya. Dari ibu-ibu rumah tangga


dikumpulkan sampahnya sehingga bisa dikelola oleh masyarakat
dan dimanfaatkan masyarakat dan residunya dibuang ke TPA.
Dan ada pula program 1 RW 1 Bank Sampah yang direncanakan
oleh Walikota bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup.”
(wawancara dengan Kepala Seksi Pengurangan Sampah Bapak
Sunarmo, Rabu 6 September 2017 pukul 09.00 di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Dari hasil wawancara dengan I1.2 dan I1.4 tentang perencanaan yang

dilakukan dalam pengelolaan sampah di Kota Bekasi mengenai masalah

tidak adanya pengembangan teknologi pengelolaan sampah untuk

memanfaatkan sampah yang ada di TPA Sumur Batu yaitu dengan

melakukan usaha memasukkan teknologi pengembangan/pemanfaatan

limbah ke dalam TPA tapi masih dalam proses pengembangan/uji coba.

Selain pengembangan teknologi itu Dinas Lingkungan Hidup juga

melakukan pemberdayaan dan pembentukan bank sampah yaitu salah

satunya adalah adanya program 1 RW 1 Bank Sampah.

Hal serupa juga diungkapkan oleh I1.5 sebagai berikut :

“Saat ini rencana yang kita lakukan untuk memanfaatkan


sampah yang ada di TPA yaitu salah satunya dengan bekerja
sama dengan pihak ke-3 dengan pemanfaatan limbah sampah/air
sampah untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga air sampah,
dan limbahnya bisa dijadikan batu bata maupun pupuk melalui
proses pembakaran oleh mesin pengolah limbah. Tapi untuk saat
masih belum beroperasi karena sedang dalam proses
pembangunan dan masih membutuhkan beberapa mesin lagi
untuk mengolah limbah tersebut. Jika teknologi tersebut sudah
berjalan produksi sampah seharinya yang dibakar bisa mencapai
90-120 ton sampah dan hal tersebut bisa mengurangi timbunan
sampah yang ada di TPA.” (wawancara dengan Kepala UPTD
TPA Sumur Batu Bapak Atjep Rusfianto S.IP, Kamis 7 September
2017 pukul 10.00 di Kantor UPTD TPA Sumur Batu Kecamatan
Bantargebang Kota Bekasi)
Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari I1.4
sebagai berikut :
119

“Usaha kita untuk mengurangi sampah di TPA yaitu salah


satunya dengan bekerja sama dengan pihak ke 3 yaitu PT. Nusa
Wijaya Abadi (NWA) untuk bisa menjadikan limbah sampah
menjadi teknologi listrik dan kompos dengan mengeruk sampah
yang tidak aktif di zona 1 dan zona 2, jadi sekarang ini sedang
dalam tahap proses uji coba dan tahap pembangunan karena
masih memerlukan fasilitas air dan listrik untuk dijadikan
Pembangkit Listrik Tenaga Air Sampah (PLTAS). Selain itu
dilakukan tahap perluasan pengembangan di zona 5a/5b, dengan
pembangunan sekitar 1 ½ hektar.” (wawancara dengan Kepala
Seksi Pengurangan Sampah Bapak Sunarmo, Rabu 6 September
2017 pukul 09.00 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi)
Tetapi dalam perencanaan yang dilakukan Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi tersebut juga masih memiliki beberapa aspek yang

menjadi kendala, hal tersebut diungkapkan langsung oleh I1.3 sebagai

berikut :

“Sebenarnya perencanaan dalam penetapan kebijakan


sudah ada beberapa yang berjalan dengan baik tapi ada
beberapa aspek yang menjadi kendala yaitu: 1. Target kita di
tahun 2018 itu penanganan pengelolaan sampah 50-60% tapi
sekarang hanya 40% yang bisa ditangani karena terkendala
sarana dan prasarana yang ada. Yang ke 2. Untuk biaya
operasional untuk penanganan sampah masih kurang sekali,
misalnya di TPA untuk System Control Landfill saja itu biayanya
sekitar 70.000-80.000/ton nya. Sementara anggaran saat ini
hanya 40.000-50.000/ton jadi masih kurang.”(wawancara
dengan Kepala Seksi Penanganan Sampah Bapak Nazirwan ST,
Selasa 5 September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Selain itu Dinas Lingkungan Hidup juga melakukan pengelolaan

sampah di wilayah-wilayah Kota Bekasi dengan dibantu oleh 12 Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kebersihan wilayah Kecamatan, salah

satunya adalah UPTD Kebersihan wilayah Kecamatan Rawalumbu.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya UPTD wilayah

Kecamatan Rawalumbu memerlukan perencanaan untuk menunjang


120

dalam pengelolaan sampah di wilayah Kecamatan Rawalumbu. Hal ini

diungkapkan oleh I1.6 sebagai berikut :

“UPTD itu merupakan unit pelaksana teknis dinas yang


tugasnya untuk melayani dibidang persampahan dan lingkungan
dan pelayanannya masuk kedalam perumahan dan
perkampungan di wilayah kecamatan. Perencanaan yang kita
lakukan dalam pengangkutan sendiri kita memfasilitasi dari
armada, personil supir dan tenaga pengangkut atau yang disebut
sebagai crew.” (wawancara dengan Plt Kepala UPTD Wilayah
Kecamatan Rawalumbu Bapak Jahrudin SE, Jum’at 8 September
2017 pukul 13.00 di Kantor UPTD Kebersihan Rawalumbu)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.2, I1.4, I1.5, dan 1.6 tentang

perencanaan dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mengatasi masalah

tidak adanya pengembangan teknologi di TPA Sumur Batu untuk

memanfaatkan sampah yang ada di TPA yaitu salah satunya dengan

bekerja sama dengan pihak ke-3 yaitu PT.Nusa Wijaya Abadi (NWA)

dengan pemanfaatan limbah sampah/air sampah untuk dijadikan

pembangkit listrik tenaga air sampah guna mengurangi timbunan sampah

yang ada di TPA. Tetapi pada prosesnya masih dalam tahap

pengembangan/uji coba. Lalu adanya perluasan lahan di zona 5a/5b TPA

Sumur Batu dengan pembangunan sekitar 1 ½ hektar. Kemudian Dinas

Lingkungan Hidup juga melakukan pembentukan program 1 RW 1 Bank

Sampah guna mengurangi timbunan sampah yang ada di wilayah Kota

Bekasi.

Sedangkan untuk pengelolaan sampah di wilayah-wilayah di Kota

Bekasi dibantu oleh 12 UPTD Kebersihan Wilayah Kecamatan yang

merupakan unit pelaksana teknis dinas yang tugasnya untuk melayani

dibidang persampahan dan lingkungan dan pelayanannya masuk kedalam


121

perumahan dan perkampungan di wilayah kecamatan. Dalam

pengangkutan sampah itu UPTD Kebersihan wilayah Kecamatan

memfasilitasi dari armada, personil supir dan tenaga pengangkut.

Kemudian dari hasil wawancara dengan I1.3 perencanaan dalam

penetapan kebijakan dalam proses pencapaian tujuannya Dinas

Lingkungan Hidup sudah berjalan dengan baik tetapi masih terkendala

dengan kurangnya sarana dan prasarana yang ada, dan biaya operasional

penanganan sampah masih kurang. Hal tersebut membuat pengelolaan

sampah di Kota Bekasi masih belum maksimal.

4.3.2 Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah menetapkan struktur formal daripada

kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan

dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Handoko,

2003:11). Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-

pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan

membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan

departemen-departemen (subsistem) serta penentuan hubungan-

hubungan. Pengorganisasian yang ada di Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi ini lebih kepada penetapan struktur dan penetapan kepada setiap

deskripsi masing-masing pekerjaan agar sesuai dengan bidangnya, seperti

yang telah disampaikan oleh I1.2 sebagai berikut :

“Struktur organisasi itu ada perwal nya terkait dengan


organisasi yaitu diawali dengan turunnya Peraturan Presiden
(perpres) Nomor 18 tentang organisasi perangkat daerah, didalam
122

perpres itu dulu kita Dinas Kebersihan sekarang melebur kedalam


Dinas Lingkungan Hidup. Di dalam Dinas Lingkungan Hidup itu
terdapat UPTD-UPTD yang melaksanakan menunjang fungsi
dinas, ada UPTD per kecamatan, UPTD TPA, UPTD jalur
Container/Protokol. Itu semua sudah diatur dalam perwal yang
mengatur struktur organisasi dinas. Untuk pengembangan
kedepannya karena fungsi pengelolaan sampah ini sangat besar
sementara di Dinas Lingkungan Hidup hanya menjadi 1 bidang
kecil.”(wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih, M.Sc, Senin 11 September
2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa

pengorganisasian dalam struktur formal dibentuk dan disusun sesuai

dengan Peraturan Presiden (perpres) Nomor 18 tentang organisasi

perangkat daerah. Di dalam perpres tersebut Dinas Lingkungan Hidup

merupakan hasil peleburan dari Dinas Kebersihan dengan Badan

Lingkungan Hidup yang menangani masalah pengelolaan sampah.

Organisasi yang tadinya berupa Dinas sekarang termasuk kedalam satu

bidang kecil yaitu Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 yang

membawahi tiga seksi diantaranya Seksi Penanganan Sampah, Seksi

Pengurangan Sampah, dan Seksi Limbah B3.

Hal serupa dengan yang disampaikan oleh I1.2 diperkuat oleh

pemaparan yang disampaikan I1.3 sebagai berikut :

“Kalau untuk pengorganisasian kita cukup bagus


meskipun yang tadinya dinas menjadi bidang, yang tadinya luas
sekarang menjadi sempit sementara beban kerja dilapangan
sangat besar meskipun dilapangan ada UPTD wilayah, tapi
karena UPTD hanya melaksanakan kegiatan teknis tetap saja
beban terberat itu bertumpu di dinas dan bebannya cukup besar
untuk menangani jumlah sampah di Kota Bekasi yang cukup
besar.”(wawancara dengan Kepala Seksi Penanganan Sampah
Bapak Nazirwan ST, Selasa 5 September 2017 pukul 09.30 di
Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
123

Dalam pengorganisasian Dinas Lingkungan Hidup membuat

rencana untuk pengembangan pengelolaan sampah yang ditangani dalam

satu bidang. Hal ini dipaparkan oleh I1.2 sebagai berikut :

“Kita rencananya akan melakukan pengembangan sesuai


amanah Undang-Undang Nomor 18 bahwa swastanisasi dalam
pengelolaan sampah. Programnya yaitu nantinya sebagai
operator pengelolaan sampah akan dilakukan oleh perusahaan
daerah/ BUMD, sementara itu Dinas Lingkungan Hidup hanya
akan fokus mengenai regulasi, monitoring, dan pemberdayaan
masyarakat. Nantinya yang sebagai operator pengelolaan
sampah dari proses pegumpulan, angkut, sampai buang ke TPA
akan dilakukan oleh BUMD. Saat ini yang baru kita lakukan
adalah penyiapan dasar hukumnya melalui perubahan Peraturan
Daerah (perda) Nomor 9 tahun 2015 tentang pengelolaan
sampah, di perda itu masih kita revisi tentang pasal operator
pengelolaan sampah kita ubah jadi BUMD.”(wawancara dengan
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Ibu
Dra.Kiswatiningsih, M.Sc, Senin 11 September 2017 pukul 09.30
di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Dari hasil wawancara dengan I1.2 dan I1.3 tentang pengorganisasian

dalam pengelolaan sampah dapat diambil kesimpulan bahwa yang terlibat

dalam kepengurusan dalam hal menangani pengelolaan sampah di Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi yaitu ditangani oleh satu bidang yaitu

Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 yang membawahi tiga seksi

dan dibantu oleh UPTD-UPTD yang menunjang fungsi dari dinas dan

melaksanakan kegiatas teknis. Tetapi hal tersebut membuat beban kerja

menjadi berat karena yang tadinya pengelolaan sampah ditangani luas oleh

suatu dinas sekarang menjadi sempit karena ditangani oleh satu bidang

kecil. Di dalam pengorganisasian Dinas Lingkungan Hidup juga

melakukan pengembangan terkait pengelolaan sampah dengan rencana

swastanisasi pengelolaan sampah, yaitu nantinya yang sebagai operator


124

pengelolaan sampah dari proses pegumpulan, angkut, sampai buang ke

TPA akan dilakukan oleh perusahaan daerah/BUMD.

4.3.3 Penyusunan Pegawai (Staffing)

Penyusunan pegawai adalah keseluruhan fungsi daripada

kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan

memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan. Staffing merupakan

salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada

organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai

dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal

kepada organisasi.

Dalam penyusunan pegawai ini juga mempunyai indikator

diantaranya yaitu penempatan pegawai sesuai dengan ahlinya yang berarti

yaitu melengkapkan fungsi pekerjaan dengan pegawai yang mempunyai

ahli di bidangnya. Berikut pernyataan yang dipaparkan oleh I1.2 sebagai

berikut :

“Untuk penetapan pegawai harus dilihat dari analisis


jabatannya, antara jumlah posisi yang tersedia dengan
pengisiannya harus sesuai. Data itu bisa dilihat di bagian
kepegawaian, tapi dilihat dari infrastruktur persampahan dari
pengelolaan sampahnya yang pejabat struktural yang duduk di
bagian pengelolaan sampah itu masih banyak yang belum
memiliki latar belakang keilmuan yang sesuai, walaupun sudah
duduk di posisi itu tapi belum tentu pernah mengikuti pelatihan
teknis persampahan.”(wawancara dengan Kepala Bidang
Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih,
M.Sc, Senin 11 September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Jumlah pegawai yang di Dinas Lingkungan Hidup dinilai sangat

kurang, karena menurut data yang diperoleh jumlah pegawai yang ada di
125

Dinas Lingkungan Hidup saat ini diantaranya ada 393 Pegawai Negeri

Sipil (PNS), 83 pegawai Tenaga Kerja Kontrak (TKK), dan 1.287

Pekerja Harian Lepas (PHL). Hal ini juga ditambahkan oleh pemaparan

dari I1.2 sebagai berikut :

“Untuk Sumber Daya Manusia (SDM) misalnya


pengangkut sampah/pesapon untuk saat ini masih pada tahap
evaluasi, apakah benar-benar sudah cukup/kurang. Tapi dilihat
dari 1.287 pesapon itu sebetulnya sudah lumayan cukup tapi kalo
kurang juga tidak banyak. Untuk tahun depan dari 1.287 pesapon
kita tambahkan lagi kurang lebih 150 pesapon. Yang kurang itu
SDM di dalam internal bidang ini yaitu untuk menunjang
pengelolaan persampahan.”(wawancara dengan Kepala Bidang
Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih,
M.Sc, Senin 11 September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Diantara beberapa pegawai tersebut juga masih banyak yang

belum memiliki latar belakang keahliannya dalam bidang pengelolaan

sampah terutama pegawai di dalam internal dinas dan masih kurangnya

sumber daya manusia seperti petugas pengangkut sampah dan pesapon

yang ada saat ini. Hal senada juga diungkapkan oleh I1.3 sebagai berikut :

“Kalau untuk pesapon itu masih kurang karena melihat


kondisi rute/ jumlah jalan yang ada dengan jumlah pesapon yang
ada. Jadi idealnya itu seharunya 1 pesapon menangani tiap 1
kilometer ruas jalan.”(wawancara dengan Kepala Seksi
Penanganan Sampah Bapak Nazirwan ST, Selasa 5 September
2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi)
Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari I1.4 sebagai

berikut :

“Saya rasa untuk tenaga kerja seperti Petugas Harian


Lepas (PHL) sudah cukup, tetapi dengan kondisi saat ini masih
perlu ditambah lagi karena dengan beban kerja PHL yang turun
ke lapangan masih belum seimbang dengan produksi sampah
yang tiap hari semakin menumpuk.”(wawancara dengan Kepala
Seksi Pengurangan Sampah Bapak Sunarmo, Rabu 6 September
126

2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota


Bekasi)
Kondisi tersebut membuat beban kerja dalam proses

pengelolaan sampah yang ada di lapangan menjadi semakin berat

karena masih kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) seperti

pesapon dan petugas pengangkut sampah yang ada di Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi dibanding dengan jumlah

timbulan sampah yang ada setiap harinya. Hal ini juga di

sampaikan oleh pernyataan dari I1.6 sebagai berikut :

“Untuk pembagiannya sendiri itu jumlah 1 armada


terdapat 1 supir dan 5 crew, jadwal pengangkutannya kita
lakukan setiap hari dan dalam 1 hari 1 armada satu kali
beroperasi di tiap 4 sampai 5 RW. UPTD Wilayah Kecamatan
Rawalumbu sendiri memiliki 16 unit armada dan itupun masih
kurang. Soalnya Kecamatan Rawalumbu sendiri itu memiliki 97
RW dan idealnya memerlukan kurang lebih 40 unit armada
termasuk tambahan jumlah PHL nya.”(wawancara dengan Plt
Kepala UPTD Wilayah Kecamatan Rawalumbu Bapak Jahrudin
SE, Jum’at 8 September 2017 pukul 13.00 di Kantor UPTD
Kebersihan Rawalumbu)
Hal ini juga diperkuta oleh pemaparan dari I.1.7.1 sebagai berikut :

“Kalau buat petugas pengangkut sampah sekarang kan 1


mobil cuma ada 5 orang termasuk supir, kita itu kerja sehari ada
3 shift. Harusnya sih bisa ditambah 1/2 orang lagi biar
kerjaannya cepat selesai.” (wawancara dengan Petugas
pengangkut sampah (PHL) Bapak Ngadiman, Rabu 20 September
2017 di TPS Rawalumbu Kota Bekasi)
Dari hasil wawancara tentang penyusunan pegawai dengan I1.2,

I1.3, I1.4, I1.6 dan I1.7.1 dapat diambil kesimpulan yaitu bahwa Sumber Daya

Manusia (SDM) yang ada di Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

masih dinilai buruk karena jumlah pegawai yang ada di dalam internal

dinas masih banyak yang belum memiliki latar belakang keahlian sesuai

dalam bidangnya, selain itu jumlah Pekerja Harian Lepas (PHL) seperti
127

pesapon dan petugas pengangkut sampah masih sangat kurang jika dilihat

dari kondisi yang ada dilapangan jumlah PHL yang ada tidak sebanding

dengan beban kerja yang ada dilapangan dan timbulan sampah yang

diproduksi setiap harinya.

4.3.4 Pembinaan Kerja (Directing)

Pembinaan kerja adalah tugas yang terus menerus di dalam

pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan

instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan

usaha/organisasi. Selain itu pula, pembinaan kerja merupakan

mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif

untuk mencapai tujuan.

Pembinaan kerja dinilai menjadi aspek yang sangat penting dalam

terwujudnya tujuan dari program karena agar tugas yang dikerjakan oleh

seluruh pegawai yang berada di Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah

B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dapat berjalan sesuai dengan

fungsi dan uraian tugasnya, pembinaan yang diberikan juga harus

pembinaan yang menjurus kearah program sehingga pegawai yang

terlibat didalam program tersebut paham dan mengerti akan tugas pokok

dan fungsinya. Berikut yang diungkapkan oleh I1.2 mengenai pembinaan

kerja yaitu, sebagai berikut :

“Kalau pembinaan kerja untuk PHL, kita tiap tahun ada


agendanya yaitu dengan mengumpulkan seluruh PHL minimal 1
kali, untuk tahun ini mungkin 2 kali langsung dibina oleh Bapak
Walikota. Kemudian kalau kita mungkin lakukan tiap 1 bulan/2
bulan sekali dari bidang persampahan/ sekretariat ke UPTD, jadi
tiap UPTD kita datangi untuk melakukan pembinaan
128

kerja.”(wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah


dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih, M.Sc, Senin 11
September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi)
Hal ini juga ditambahkan oleh pernyataan dari I1.6 sebagai berikut :

“Pembinaan kerja yang kami lakukan itu selalu ada


pengawasan, karena kita sendiri ikut turun ke lapangan untuk
membina dan mengawasi langsung para PHL untuk
melaksanakan tugas pengangkutan sampah.”(wawancara dengan
Plt Kepala UPTD Wilayah Kecamatan Rawalumbu Bapak
Jahrudin SE, Jum’at 8 September 2017 pukul 13.00 di Kantor
UPTD Kebersihan Rawalumbu)
Hal senada juga diungkapkan oleh I1.7.1 sebagai berikut :

“Kita di bina langsung sama Bapak Walikota setiap tahun


itu pasti ada pembinaan ya kurang lebih 2 sampai 3 kali di alun-
alun pemkot. Kalo dari Dinas Lingkungan Hidup ya tiap bulan
pasti ada pembinaan buat PHL.”(wawancara dengan Petugas
pengangkut sampah (PHL) Bapak Ngadiman, Rabu 20 September
2017 di TPS Rawalumbu Kota Bekasi)
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh PHL lainnya seperti yang

dipaparkan oleh I1.7.2 sebagai berikut :

“Pembinaan PHL ya langsung dari Pak Walikota sendiri


kita dikumpulin di alun-alun pemkot terus diarahin gimana
tugasnya sama dari pihak Dinas Lingkungan Hidup juga kita
dibina tiap bulannya.”(wawancara dengan Petugas pesapon
(PHL) Bapak Herman, Kamis 21 September 2017 di Jalan
Protokol K.H. Noer Ali Kota Bekasi)
Selain dengan adanya pembinaan kerja terhadap para pegawai

terutama PHL dalam menjalankan tugasnya, Dinas Lingkungan Hidup

juga melakukan kegiatan pengembangan pegawai di dalam internal dinas.

Hal ini diungkapkan oleh I1.2 sebagai berikut :

“Pengembangan pegawai jelas ada, tentu dengan adanya


Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu kewajiban
pemerintah menyekolahkan pegawainya tiap tahun sesuai dengan
bidang yang dia kerjakan, jadi itu sudah dilakukan oleh Badan
Kepegawaian Daerah, mereka yang melakukan bimbingan teknis
di tiap pegawai di Pemerintah Kota Bekasi.”(wawancara dengan
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Ibu
129

Dra.Kiswatiningsih, M.Sc, Senin 11 September 2017 pukul 09.30


di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Dari hasil wawancara dengan I1.2, I1.6, I1.7.1 dan I1.7.2 mengenai

aspek pembinaan kerja dapat disimpulkan bahwa Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi selalu melakukan pembinaan kerja rutin tiap bulan

terhadap para pegawainya terutama Pekerja Harian Lepas (PHL) dan juga

dibantu oleh Bapak Walikota untuk membina seluruh PHL yang ada

dilingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi sebelum mereka

menjalankan tugasnya dilapangan. Selain melakukan pembinaan kerja,

Dinas Lingkungan Hidup juga melakukan pengembangan pegawai

didalam internal dinas dengan sesuai peraturan Undang-Undang Aparatur

Sipil Negara (ASN) terkait pemerintah wajib menyekolahkan pegawainya

tiap tahun sesuai dengan bidang yang dikerjakan.

4.3.5 Pengkoordinasian (Coordinating)

Pengkoordinasian adalah kewajiban yang penting untuk

menghubungkan berbagai kegiatan daripada pekerjaan. Selain itu,

koordinasi juga merupakan suatu usaha yang singkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan

untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada

sasaran yang telah ditentukan.

Dalam dimensi pengkoordinasian ini terdapat beberapa indikator

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Indikator itu

diantaranya ada koordinasi tiap bidang dan koordinasi tiap bagian atau

UPTD yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam
130

proses pengelolaan sampah. Manajemen pengelolaan sampah bisa tercapai

dengan tujuan jika dalam koordinasinya juga berjalan dengan baik dan

sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dalam prosesnya terutama di

Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 terdapat koordinasi antar

bagian seperti yang di paparkan oleh I1.2 sebagai berikut :

“Bentuk koordinasi yang kita lakukan yaitu tiap minggu


sekali pada hari Jum’at kita ada breefing internal dinas dengan
UPTD setiap jam 9 pagi terkait koordinasi di lapangan. Kita juga
punya grup chatting WhatsApp (WA) yang mencakup sekala kota
untuk pengelolaan sampah ruang lingkup Dinas Lingkungan
Hidup, lingkup internal Dinas Lingkungan Hidup, dan lingkup
antar UPTD. Kita juga punya URC (Unit Reaksi Cepat) yang
anggotanya tidak hanya dari UPTD, jadi penunjang koordinasi
sudah ada seperti rapat rutin, tim URC, dan pemanfaatan
teknologi informasi.”(wawancara dengan Kepala Bidang
Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih,
M.Sc, Senin 11 September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Hal senada juga diungkapkan oleh I1.3 yaitu sebagai
berikut :
“Koordinasi yang kita lakukan selama ini cukup baik
dengan UPTD-UPTD wilayah kita sering melakukan rapat
koordinasi setiap hari Jum’at dengan menyampaikan kondisi-
kondisi di wilayah tentang hal apa yang sangat urgent untuk
segera dilaksanakan”(wawancara dengan Kepala Seksi
Penanganan Sampah Bapak Nazirwan ST, Selasa 5 September
2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi)
Dan diperkuat oleh pemaparan dari I1.4 yaitu sebagai
berikut :
“Untuk koordinasi kita lakukan tiap minggu yaitu setiap
hari Jum’at kita lakukan rapat antara internal dinas dan UPTD-
UPTD.”(wawancara dengan Kepala Seksi Pengurangan Sampah
Bapak Sunarmo, Rabu 6 September 2017 pukul 09.30 di Kantor
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Berdasarkan wawancara dengan I1.2, I1.3 dan I1.4 diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa di Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang bertanggung jawab untuk masalah


131

pengelolaan sampah selalu melakukan koordinasi antara bidang dengan

seksi dan UPTD yang menangani pengelolaan sampah dengan melakukan

rapat koordinasi dan pemanfaatan teknologi informasi seperti grup

chatting antar bagian dan UPTD TPA maupun UPTD Kebersihan

Wilayah. Hal tersebut juga ditambahkan oleh penyataan dari I1.5 sebagai

berikut :

“Untuk koordinasi kita selalu berkoordinasi dengan


Dinas Lingkungan Hidup melalui grup chatting Whats App (WA),
dan setiap seminggu sekali pihak Dinas Lingkungan Hidup selalu
datang ke TPA untuk berkoordinasi langsung dan mengecek
kondisi yang ada di lapangan.”(wawancara dengan Kepala
UPTD TPA Sumur Batu Bapak Atjep Rusfianto S.IP, Kamis 7
September 2017 pukul 10.00 di Kantor UPTD TPA Sumur Batu
Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)
Sedangkan untuk UPTD Kebersihan Wilayah mereka

berkoordinasi dengan pengurus wilayahnya masing-masing terkait proses

pengangkutan sampah dan biaya retribusi seperti yang dipaparkan oleh

I1.6 yaitu sebagai berikut :

“Untuk koordinasi kita lakukan langsung ke tiap-tiap RW


untuk masalah pengangkutan sampahnya dan untuk biaya
retribusi kita lakukan kesepakatan dengan tingkat biaya yang
relatif di tiap-tiap Kepala Keluarga (KK).”(wawancara dengan
Plt Kepala UPTD Wilayah Kecamatan Rawalumbu Bapak
Jahrudin SE, Jum’at 8 September 2017 pukul 13.00 di Kantor
UPTD Kebersihan Rawalumbu)
Selain itu, untuk kondisi pengelolaan sampah di lapangan para

PHL juga melakukan koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup terkait

bagaimana tugas mereka sebelum mereka bekerja turun ke lapangan. Hal

ini diungkapkan oleh salah satu petugas pengankut sampah yaitu I1.7.1

sebagai berikut :
132

“Kalau buat koordinasi kita langsung sama UPTD


wilayah selaku pengawas di lapangan terus diarahin lokasi mana
aja yang perlu diangkut sampahnya.”(wawancara dengan
Petugas pengangkut sampah (PHL) Bapak Ngadiman, Rabu 20
September 2017 di TPS Rawalumbu Kota Bekasi)
Hal serupa juga diungkaplah oleh PHL lain seperti petugas

pesapon yaitu I1.7.2 sebagai berikut :

“Buat koordinasi kita langsung dari Dinas Lingkungan


Hidup sama UPTD jalur protokol itu kan ada pegawai lapangan
yang tugasnya ngawasin kita kerja di tiap-tiap jalan
protokol.”(wawancara dengan Petugas pesapon (PHL) Bapak
Herman, Kamis 21 September 2017 di Jalan Protokol K.H. Noer
Ali Kota Bekasi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.2, I1.3, I1.4, dan I1.5 tentang

pengkoordinasian antara bagian di Bidang Pengelolaan Sampah dan

Limbah B3 dapat diambil kesimpulan bahwa koordinasi yang dilakukan

di bagian tersebut dilakukan setiap seminggu sekali dengan adanya rapat

koordinasi antara bidang dengan UPTD TPA dan UPTD Wilayah. Selain

itu koordinasi juga dilakukan dengan pemanfaatan teknologi informasi

sepeti aplikasi grup chatting Whats App (WA) yang mencakup sekala

kota untuk pengelolaan sampah ruang lingkup Dinas Lingkungan Hidup

Kota Bekasi.

Kemudian berdasarkan wawancara dengan I1.6, I1.7.1, dan I1.7.2

tentang pengkoordinasian di wilayah dapat diambil kesimpulan yaitu

untuk pengelolaan sampah di wilayah kecamatan UPTD Kebersihan

Wilayah selalu melakukan koordinasi langsung dengan tiap-tiap RW

terkait proses pengangkutan sampah dan besaran biaya retribusi sampah

per Kepala Keluarga (KK) di wilayah tersebut. Selain itu untuk

koordinasi di lapangan para PHL juga melakukan koordinasi dengan


133

UPTD Kebersihan Wilayah maupun UPTD jalur protokol selaku

pengawas mereka untuk memberikan arahan di lapangan saat

melaksanakan tugasnya.

4.3.6 Pelaporan (Reporting)

Pelaporan merupakan aspek dimana pimpinan yang bertanggung

jawab harus selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan bawahannya

melalui catatan, penelitian maupun inspeksi. Pelaporan juga merupakan

bagian dari manajemen yang berupa penyampaian perkembangan atau

hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang

berkaitan dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih

tinggi, baik secara lisan maupun tulisan sehingga dalam menerima

laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang

yang memberi laporan.

Bentuk laporan yang ada di Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi dalam bidang pengelolaan sampah merupakan laporan setiap

kegiatan yang sudah dilakukan yang dilaporkan perbulannya, laporan

tersebut berupa catatan apa saja yang dilakukan dalam sebulan oleh

kepala bagian maupun UPTD dan dilaporkan kepada kepala bidang untuk

dilaporkan ke kepala Dinas seperti yang diungkapkan oleh I1.2 yaitu,

sebagai berikut :

“Untuk pelaporan sendiri kita lakukan dengan


transparan, untuk segi keuangan kita sudah berbasis akrual yaitu
sudah tercatat dan terpantau secara online, untuk pelaporan dari
bawah ke atas pasti ada laporan nota dinasnya, kemudian ada
evaluasi bulanan mengenai target pencapaian baik fisik maupun
keuangan, capaian triwulanan, kita punya perjanjian kinerja
134

selama 1 tahun yang mengikat target 1 tahun itu, dan semuanya


dievaluasi secara rutin baik bulanan, triwulanan/6
bulanan.”(wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan
Sampah dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih, M.Sc, Senin 11
September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi)
Hal senada juga dipaparkan oleh I1.3 yaitu sebagai berikut

“Untuk laporan kita selalu transparan dan dilakukan


setiap minggu pada hari Jum’at dan hasilnya pasti akan di
evaluasi kembali saat rapat.”(wawancara dengan Kepala Seksi
Penanganan Sampah Bapak Nazirwan ST, Selasa 5 September
2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi)
Dari hasil wawancara diatas dengan I1.2 dan I1.3 dapat diambil

kesimpulan bahwa pelaporan yang di lakukan didalam proses

pengelolaan sampah di dalam Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah

B3 berjalan dengan baik dan secara transparan, kemudian laporan

tersebut akan di evaluasi kembali dan akan di bahas saat rapat internal

dinas mengenai hasil dan kondisi yang terjadi di lapangan. Laporan juga

diberikan oleh UPTD selaku pelaksana teknis dinas di lapangan terkait

proses pengangkutan sampah di wilayah dan juga proses pengelolaan

sampah di TPA. Hal ini diungkapkan oleh I1.6 yaitu sebagai berikut :

“Terkait laporan kita selalu memberikan laporan rutin


tentang pengangkutan dan di evaluasi 1 minggu sekali dengan
Dinas Lingkungan Hidup.”(wawancara dengan Plt Kepala
UPTD Wilayah Kecamatan Rawalumbu Bapak Jahrudin SE,
Jum’at 8 September 2017 pukul 13.00 di Kantor UPTD
Kebersihan Rawalumbu)
Selanjutnya juga di jelaskan oleh I5 yaitu sebagai berikut :

“Setiap seminggu sekali kita memberikan laporan yaitu


setiap hari Jum’at kita rutin mengadakan rapat di kantor Dinas
Lingkungan Hidup mengenai laporan pengelolaan sampah yang
masuk ke TPA”(wawancara dengan Kepala UPTD TPA Sumur
135

Batu Bapak Atjep Rusfianto S.IP, Kamis 7 September 2017 pukul


10.00 di Kantor UPTD TPA Sumur Batu Kecamatan
Bantargebang Kota Bekasi)
Selain laporan yang ada di ruang lingkup internal Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi, ada pula laporan yang diberikan

masyarakat mengenai program bank sampah. Hal ini disampaikan oleh

I1.4 yaitu sebagai berikut :

“Pelaporan dari masyarakat yang mengelola bank


sampah juga ada. Laporan yang diberikan masyarakat yaitu
mengenai hasil dari proses pengurangan sampah yang dihasilkan
dari bank sampah tersebut.”(wawancara dengan Kepala Seksi
Pengurangan Sampah Bapak Sunarmo, Rabu 6 September 2017
pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.2, I1.3, I1.4 I1.5, dan I1.6

tentang pelaporan dapat diambil kesimpulan bahwa laporan yang

dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dilakukan secara

transparan dan laporan tersebut ada yang berupa laporan berbasis online

seperti laporan keuangan, ada laporan berupa catatan seperti nota dinas,

laporan pengangkutan sampah di wilayah dan laporan mengenai

pengelolaan sampah yang masuk ke TPA, kemudian semua laporan

tersebut akan di bahas dan di evaluasi kembali saat rapat internal dinas

yang dilakukan rutin setiap hari Jum’at. Selain itu laporan juga diberikan

oleh masyarakat kepada Dinas Lingkungan Hidup mengenai program

bank sampah yang mereka kelola seperti laporan hasil proses

pengurangan sampah yang dihasilkan dari bank sampah tersebut.

4.3.7 Penganggaran (Budgeting)

Penganggaran merupakan pembiayaan dalam bentuk rencana

anggaran, perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran. Penganggaran


136

pula bisa diartikan sebagai suatu rencana yang menggambarkan

penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang.

Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang

akan diperoleh.

Rencana anggaran merupakan anggaran tambahan yang dirasa

untuk mencukupi kebutuhan program, rencana anggaran dirasa sangat

dibutuhkan bilamana anggaran yang diberikan tidak mencukupi atau

sangat minim. Hal ini juga yang dipaparkan oleh I1.2 yaitu sebagai berikut:

“Soal anggaran sudah bukan masalah lagi, jadi anggaran


untuk PHL, untuk TPA, kontruksi TPA, pengadaan alat berat, gaji
PHL sudah ada anggarannya. Jadi dilihat dari sisi anggaran itu
bukan masalah kendala lagi tapi bisa tidak pekerjaan itu
dilaksanakan dengan anggaran yang ada. Untuk anggaran alat
berat kita tiap tahun selalu ada anggaran pengadaan alat berat/
kita juga bisa menyewa alat beratnya jadi tidak harus membeli
lagi.” (wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
dan Limbah B3 Ibu Dra.Kiswatiningsih, M.Sc, Senin 11 September
2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi)

Berdasarkan pernyataan diatas anggaran yang ada saat ini bukan

menjadi masalah lagi tetapi yang jadi kendala yaitu bisa tidak pekerjaan

itu dilaksanakan dengan anggaran yang sudah ada. Tetapi hal berbeda

diungkapkan oleh I1.3 yaitu sebagai berikut :

“Terkait anggaran sendiri sangat kurang karena tuntutan


masyarakat dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat
dilapangan banyak sekali yang mengharapkan pemerintah kota
harus tetap memfasilitasi dalam pemenuhan sarana dan
prasarana pengelolaan sampah. Sedangkan biaya retribusi yang
didapat itu akan masuk ke kas daerah dan biaya retribusi yang
terbesar diperoleh di wilayah pemukiman.” (wawancara dengan
Kepala Seksi Penanganan Sampah Bapak Nazirwan ST, Selasa 5
September 2017 pukul 09.30 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi)
137

Hal serupa juga di paparkan oleh I1.5 yaitu sebagai berikut


:
“Masalah anggaran saat ini saya rasa masih kurang,
karena untuk tahun ini anggaran untuk pengelolaan sampah
sendiri sekitar kurang lebih 8.6 M, dengan kondisi yang ada di
TPA saat ini masih memerlukan anggaran yang lebih dan di
tahun depan direncanakan anggaran tersebut bisa naik sekitar
kurang lebih 10-12 M.” (wawancara dengan Kepala UPTD TPA
Sumur Batu Bapak Atjep Rusfianto S.IP, Kamis 7 September 2017
pukul 10.00 di Kantor UPTD TPA Sumur Batu Kecamatan
Bantargebang Kota Bekasi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.3 dan I1.5 dapat diambil

kesimpulan bahwa penganggaran yang ada untuk proses pengelolaan

sampah di lapangan sendiri yang terjadi masih sangat kurang. Hal ini

disebabkan karena adanya tuntutan masyarakat dengan keinginan dan

kebutuhan masyarakat dilapangan banyak sekali yang mengharapkan

pemerintah kota harus tetap memfasilitasi dalam pemenuhan sarana dan

prasarana pengelolaan sampah. Kemudian dengan kondisi yang ada di

TPA juga masih memerlukan anggaran untuk pengadaan alat berat guna

menunjang sarana dan prasarana pengelolaan sampah di TPA Sumur

Batu yang kini daya tampung sampahnya sudah overload.

Selain anggaran untuk sarana dan prasarana, ada anggaran

mengenai gaji untuk para Pekerja Harian Lepas (PHL) yang masih

menjadi salah satu masalah seperti hal nya masalah keterlambatan

pembayaran gaji. Hal ini di ungkapkan oleh I1.7.2 yaitu sebagai berikut :

“Anggaran buat gaji PHL saya rasa masih kurang,


soalnya gajinya kadang-kadang telat dibayarkan dan soal uang
intensif seperti lemburan itu nominalnya juga tidak sesuai dengan
yang dibayarkan.”(wawancara dengan Petugas pesapon (PHL)
Bapak Herman, Kamis 21 September 2017 di Jalan Protokol K.H.
Noer Ali Kota Bekasi)
138

Hal ini juga ditambahkan oleh pemaparan dari I1.7.1 yaitu sebagai

berikut :

“Untuk anggaran soal gaji sih udah cukup tapi ya


kadang-kadang pembayaran gaji nya itu suka telat dibayarkan.”
(wawancara dengan Petugas pengangkut sampah (PHL) Bapak
Ngadiman, Rabu 20 September 2017 di TPS Rawalumbu Kota
Bekasi)
Hal tersebut juga diperkuat oleh ungkapan dari I1.7.3 yaitu sebagai

berikut :

“Kalau untuk gaji sendiri sudah cukup soalnya tiap tahun


kan gaji kita naik, tapi ya gajinya itu emang sering telat untuk
dibayarkan.”(wawancara dengan Petugas pengangkut sampah
(PHL) Bapak Suryono, Kamis, 21 September 2017 di Jalan
Protokol K.H. Noer Ali Kota Bekasi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.2, I1.3, dan I1.5 mengenai

penganggaran dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran yang ada saat

ini bukan menjadi masalah lagi tetapi yang jadi kendala yaitu bisa tidak

pekerjaan itu dilaksanakan dengan anggaran yang sudah ada. Tetapi

melihat kondisi yang ada dilapangan sendiri anggaran yang ada saat ini

dirasa masih sangat kurang karena dalam proses pengelolaan sampah

masih banyak memerlukan anggaran untuk fasilitas pengadaan sarana

dan prasarana penunjang seperti alat berat dan armada pengangkut

sampah yang di TPA Sumur Batu.

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan I1.7.1, I1.7.2, dan

I1.7.3 dapat diambil kesimpulan bahwa untuk segi penganggaran mengenai

gaji para PHL masih menjadi masalah karena terjadi keterlambatan

pembayaran gaji dan jumlah uang intensif yang diberikan oleh Dinas
139

Lingkungan Hidup Kota Bekasi tidak sesuai/kurang dari besaran yang

seharusnya dibayarkan kepada para PHL tersebut.

4.4 Pembahasan

Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan ringkasan

pembahasan dari hasil penelitian. Ringkasan pembahasan dari hasil penelitian ini

dilakukan untuk memberikan penafsiran terhadap hasil yang diperoleh selama

penelitian berlangsung. Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan

fakta yang peneliti dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunakan. Peneliti dalam penelitiannya ini menggunakan teori mengenai

fungsi manajemen dari Luther Gullick dalam Handayaningrat (2001:24) yang

meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penyusunan

Pegawai (Staffing), Pembinaan Kerja (Directing), Pengkoordinasian

(Coordinating), Pelaporan (Reporting), dan Anggaran (Budgeting).

4.4.1 Analisis tentang Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup

dalam Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi

Dari pemaparan diatas mengenai gambaran pengelolaan sampah

yang ada di Kota Bekasi, masih ada beberapa kendala dan masalah di

dalam proses pengelolaan sampah yang ada saat ini. Pengelolaan sampah

menjadi salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Bekasi bersama

dengan masyarakat dan secara teknis fungsional hal tersebut menjadi salah

satu tugas penting Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, walaupun hal

tersebut pada kenyataannya melihat kondisi yang ada dilapangan hasilnya

masih belum optimal.


140

Kondisi pengelolaan sampah di Kota Bekasi dalam pengelolaannya

itu ada 5 aspek yang harus dipenuhi diantaranya yaitu: 1. Sarana dan

prasarana, 2. Regulator, 3. Organisasi, 4. Peran serta masyarakat, dan ke 5.

Biaya operasional. Saat ini penanganan pengelolaan sampah di Kota

Bekasi baru sekitar 40% dari target yang seharusnya 70% karena

kurangnya sarana dan prasarana yang luas dari hulu ke hilir. Dari hulu nya

pertama proses pemilahan dan pengolahan sampah di hilir belum selesai,

belum lengkapnya fasilitas Intermediate Treatment Facility (ITF) yaitu

fasilitas pengolahan sampah antara yang bertujuan untuk mengurangi

jumlah sampah sebesar-besarnya sebelum masuk ke TPA, kurangnya

jumlah armada pengangkut sampah di TPA khususnya alat berat untuk

mengelola sampah yang ada di TPA, kemudian di TPA zona pembuangan

baru belum terbangun karena kondisi sekarang ini masih overload. Karena

kondisi TPA yang sudah penuh/overload dan otomatis sampah yang sudah

dikumpulkan harus mengantri untuk masuk dan dibuang ke TPA nya.

Selain itu, belum terselesaikannya pembuatan teknologi pemanfaatan

sampah yang ada di TPA untuk mengurangi timbunan sampah yang ada di

TPA. Peran serta masyarakat dalam hal kesadaran membuang sampah

pada tempatnya yang masih sangat kurang juga menjadi salah satu

masalah yang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup. Jadi sistem

pengelolaan sampah di Kota Bekasi saat ini masih belum maksimal

dengan melihat kondisi yang terjadi di lapangan.


141

Fungsi manajemen dalam pengelolaan sampah yang di lakukan

oleh Dinas Lingkungan Hidup ini sangat penting dan diperlukan untuk

mengoptimalkan dan mengatasi berbagai masalah dalam proses

pengelolaan sampah yang ada di Kota Bekasi. Adapun uraian indikator

pembahasan pada penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen dari

Luther Gullick dalam Handayaningrat (2001:24) yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan langkah awal dalam suatu pengelolaan

dimana perencanaan ini sangat menentukan keberhasilan dalam suatu

pengelolaan. Perencanaan yang dilakukan dalam pengelolaan sampah di

Kota Bekasi untuk mengatasi masalah tidak adanya pengembangan

teknologi di TPA Sumur Batu untuk memanfaatkan sampah yang ada di

TPA yaitu salah satunya dengan bekerja sama dengan pihak ke-3 yaitu PT.

Nusa Wijaya Abadi (NWA) dengan pemanfaatan limbah sampah/air

sampah untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga air sampah guna

mengurangi timbunan sampah yang ada di TPA. Tetapi pada prosesnya

masih dalam tahap pengembangan/uji coba. Lalu adanya perluasan lahan

di zona 5a/5b TPA Sumur Batu dengan pembangunan sekitar 1 ½ hektar.

Kemudian Dinas Lingkungan Hidup juga melakukan pembentukan

program 1 RW 1 Bank Sampah guna mengurangi timbunan sampah yang

ada di wilayah Kota Bekasi.

Perencanaan dalam penetapan kebijakan dalam proses pencapaian

tujuannya Dinas Lingkungan Hidup sudah berjalan dengan baik tetapi


142

masih terkendala dengan kurangnya sarana dan prasarana yang ada, dan

biaya operasional penanganan sampah yang masih kurang. Hal tersebut

membuat pengelolaan sampah di Kota Bekasi masih belum maksimal.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi diharapkan agar membuat

perencanaan yang matang dan efisien untuk mengatasi masalah sampah

yang ada di hulu sampai ke hilir dengan berupaya menyelesaikan

pembangunan teknologi yang ada di TPA Sumur Batu secepatnya serta

mengevaluasi program yang telah berjalan sebelumnya agar dapat tepat

sasaran dan mencapai target dalam hal pengelolaan sampah.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Di dalam manajemen juga terdapat adanya pengorganisasian yang

dimana pengorganisasian ini merupakan menetapkan struktur formal

daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa,

ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pengorganisasian ini sangat berkaitan erat dengan perencanaan, karena

dengan adanya organisasi inilah perencanaan tersebut bisa berjalan dan

bisa mencapai tujuannya sesuai dengan keinginan.

Pengorganisasian dalam struktur formal dibentuk dan disusun

sesuai dengan Peraturan Presiden (perpres) Nomor 18 tentang organisasi

perangkat daerah. Di dalam perpres tersebut Dinas Lingkungan Hidup

merupakan hasil peleburan dari Dinas Kebersihan dengan Badan

Lingkungan Hidup yang menangani masalah pengelolaan sampah.


143

Organisasi yang tadinya berupa Dinas sekarang termasuk kedalam satu

bidang kecil yaitu Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3.

Dalam pengorganisasian ini yang terlibat dalam kepengurusan

dalam hal menangani pengelolaan sampah di Dinas Lingkungan Hidup

Kota Bekasi yaitu ditangani oleh satu bidang yaitu Bidang Pengelolaan

Sampah dan Limbah B3 yang membawahi tiga seksi dan dibantu oleh

UPTD-UPTD yang menunjang fungsi dari dinas dan melaksanakan

kegiatas teknis. Tetapi hal tersebut membuat beban kerja menjadi berat

karena yang tadinya pengelolaan sampah ditangani luas oleh suatu dinas

sekarang menjadi sempit karena ditangani oleh satu bidang kecil. Selain

itu, Dinas Lingkungan Hidup juga melakukan pengembangan fungsi

organisasi terkait pengelolaan sampah dengan rencana melakukan

swastanisasi pengelolaan sampah sesuai amanah Undang-Undang Nomor

18, yaitu nantinya yang sebagai operator pengelolaan sampah dari proses

pegumpulan, angkut, sampai buang ke TPA akan dilakukan oleh

perusahaan daerah/BUMD tetapi masih dalam tahap penyiapan dasar

hukumnya melalui perubahan Peraturan Daerah (perda) Nomor 9 tahun

2015 tentang pengelolaan sampah. Oleh karena itu, Dinas Lingkungan

Hidup sebaiknya merubah kembali struktur organisasi formal yang ada di

Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 menjadi Dinas Kebersihan

agar tupoksi untuk pengelolaan sampah bisa ditangani secara lebih luas

dan masing-masing pembagian pekerjaan dapat terlaksana dengan baik

dan maksimal.
144

3. Penyusunan Pegawai (Staffing)

Penyusunan pegawai juga sangat berkaitan dengan perencanaan

dan pengorganisasian dalam pengelolaan sampah di Kota Bekasi.

Penyusunan pegawai menjelaskan mengenai keseluruhan fungsi daripada

kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan

memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan. Dalam penyusunan

pegawai ini, memiliki indikator yaitu penempatan pegawai sesuai dengan

ahlinya yang artinya melengkapkan fungsi pekerjaan dengan pegawai

yang mempunyai ahli di bidangnya.

Jumlah pegawai yang di Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi

dinilai sangat kurang, karena menurut data yang diperoleh jumlah pegawai

yang ada di Dinas Lingkungan Hidup saat ini diantaranya ada 393 Pegawai

Negeri Sipil (PNS), 83 pegawai Tenaga Kerja Kontrak (TKK), dan 1.287

Pekerja Harian Lepas (PHL). Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi juga dinilai buruk karena diantara

pegawai yang ada di dalam internal dinas masih banyak yang belum

memiliki latar belakang keahlian sesuai dalam bidangnya, selain itu

jumlah Pekerja Harian Lepas (PHL) seperti pesapon dan petugas

pengangkut sampah masih sangat kurang jika dilihat dari kondisi yang ada

dilapangan jumlah PHL yang ada tidak sebanding dengan beban kerja

yang ada dilapangan dan timbulan sampah yang diproduksi setiap harinya.

Dalam hal ini, diharapkan Dinas Lingkungan Hidup berupaya menambah

jumlah Sumber Daya Manusia seperti Pekerja Harian Lepas (PHL) di


145

Dinas Lingkungan Hidup dan menempatkan pegawai yang mempunyai

latar belakang keahlian sesuai dengan bidang pengelolaan sampah agar

proses pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik di dalam

lingkungan Dinas Lingkungan Hidup.

4. Pembinaan Kerja (Directing)

Dimensi manajemen selanjutnya yaitu pembinaan kerja yang

masih berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian dan juga dengan

penyusunan pegawai. Pembinaan kerja yaitu tugas yang terus menerus di

dalam pengambilan keputusan yang berwujud suatu perintah

khusus/umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin

dalam suatu badan usaha/organisasi. Pembinaan kerja dinilai menjadi

aspek yang sangat penting dalam terwujudnya tujuan dari program agar

tugas yang dikerjakan oleh seluruh pegawai yang berada di Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan

uraian tugasnya, pembinaan yang diberikan juga harus pembinaan yang

menjurus kearah program sehingga pegawai yang terlibat didalam

program tersebut paham dan mengerti akan tugas pokok dan fungsinya.

Mengenai aspek pembinaan kerja ini Dinas Lingkungan Hidup

Kota Bekasi sudah menjalankan fungsinya dengan optimal yaitu dengan

selalu melakukan pembinaan kerja rutin tiap bulan terhadap para

pegawainya terutama Pekerja Harian Lepas (PHL) dan juga dibantu oleh

Bapak Walikota untuk membina seluruh PHL yang ada dilingkungan

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi sebelum mereka menjalankan


146

tugasnya dilapangan agar tertib dan disiplin dalam bertugas. Selain

melakukan pembinaan kerja, Dinas Lingkungan Hidup juga melakukan

pengembangan pegawai didalam internal dinas dengan sesuai peraturan

Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) terkait pemerintah wajib

menyekolahkan pegawainya tiap tahun sesuai dengan bidang yang

dikerjakan.

5. Pengkoordinasian (Coordinating)

Selanjutnya dalam manajemen ini terdapat pengkoordinasian

yang dimana memiliki arti kewajiban yang penting untuk

menghubungkan berbagai kegiatan daripada pekerjaan. Selain itu,

koordinasi juga merupakan suatu usaha yang singkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan

pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan

harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi juga merupakan

komponen yang sangat penting bagi Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi dalam proses pengelolaan sampah, baik itu kordinasi antar

lembaga dan kordinasi antar bagian atau bidang.

Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi yang bertanggung jawab untuk masalah pengelolaan

sampah selalu melakukan koordinasi antara bidang dengan seksi dan

UPTD TPA dan UPTD Wilayah yang menangani pengelolaan sampah

dengan melakukan rapat koordinasi setiap seminggu sekali. Selain itu


147

koordinasi juga dilakukan dengan pemanfaatan teknologi informasi sepeti

aplikasi grup chatting Whats App (WA) yang mencakup skala kota untuk

pengelolaan sampah ruang lingkup Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi.

Untuk pengelolaan sampah di wilayah kecamatan, UPTD

Kebersihan Wilayah selalu melakukan koordinasi langsung dengan tiap-

tiap RW terkait proses pengangkutan sampah dan besaran biaya retribusi

sampah per Kepala Keluarga (KK) di wilayah tersebut. Selain itu untuk

koordinasi di lapangan para PHL juga melakukan koordinasi dengan

UPTD Kebersihan Wilayah maupun UPTD jalur protokol selaku pengawas

mereka untuk memberikan arahan di lapangan saat melaksanakan

tugasnya.

Sedangkan dalam proses koordinasi terkait program 1 RW 1 Bank

Sampah masih menjadi masalah karena tidak berjalannya proses

koordinasi yang terjalin antara UPTD kebersihan wilayah kecamatan

dengan pihak pengurus wilayah setempat terkait minimnya sosialisasi

program 1 RW 1 Bank Sampah karena kurangnya komunikasi dan

penyuluhan yang dilakukan. Sehingga penyampaian informasi tentang

program tersebut tidak sampai langsung kepada masyarakat. Dalam hal ini

diharapkan agar UPTD kebersihan wilayah kecamatan untuk berupaya

melakukan komunikasi dan penyuluhan yang diadakan dengan rutin

kepada pihak pengurus wilayah setempat dan masyarakat agar sosialisasi

program 1 RW 1 Bank Sampah tersebut dapat berjalan dengan baik.


148

6. Pelaporan (Reporting)

Dalam fungsi manajemen dimensi pelaporan berkaitan dengan

pengkoordinasian. Pelaporan merupakan merupakan aspek manajemen

yang berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau

pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas

dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan

maupun tulisan sehingga dalam menerima laporan dapat memperoleh

gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang memberi laporan.

Bentuk laporan yang ada di Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi dalam bidang pengelolaan sampah merupakan laporan setiap

kegiatan yang sudah dilakukan yang dilaporkan perbulannya, laporan

tersebut berupa catatan tentang apa saja yang dilakukan dalam sebulan

oleh kepala bagian maupun UPTD dan dilaporkan kepada kepala bidang

untuk dilaporkan ke kepala Dinas.

Laporan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota

Bekasi dilakukan secara transparan dan laporan tersebut ada yang berupa

laporan berbasis online seperti laporan keuangan, ada laporan berupa

catatan seperti nota dinas, laporan pengangkutan sampah di wilayah dan

laporan mengenai pengelolaan sampah yang masuk ke TPA, kemudian

semua laporan tersebut akan di bahas dan di evaluasi kembali saat rapat

internal dinas yang dilakukan rutin setiap hari Jum’at. Selain itu laporan

juga diberikan oleh masyarakat kepada Dinas Lingkungan Hidup

mengenai program bank sampah yang mereka kelola seperti laporan hasil
149

proses pengurangan sampah yang dihasilkan dari bank sampah tersebut.

Sehingga fungsi dari pelaporan yang ada di Dinas Lingkungan Hidup

Kota Bekasi dalam hal pengelolaan sampah saat ini sudah berjalan

dengan baik dan transparan.

7. Penganggaran (Budgeting)

Selanjutnya yang terakhir dalam fungsi manajemen yaitu adanya

penganggaran. Dimana penganggaran ini merupakan suatu rencana yang

menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada

setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya

dan hasil yang akan diperoleh. Dalam penganggaran ada rencana

anggaran yang berarti suatu anggaran atau dana yang disesuaikan dengan

kegiatan. Rencana anggaran merupakan anggaran tambahan yang dirasa

untuk mencukupi kebutuhan program, rencana anggaran dirasa sangat

dibutuhkan bilamana anggaran yang diberikan tidak mencukupi atau

sangat minim

Penganggaran yang ada untuk proses pengelolaan sampah dengan

melihat kondisi yang ada dilapangan sendiri, anggaran yang ada saat ini

dirasa masih sangat kurang. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan

masyarakat dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat dilapangan

banyak sekali yang mengharapkan pemerintah kota harus tetap

memfasilitasi dalam pemenuhan sarana dan prasarana pengelolaan

sampah. Kemudian dengan kondisi yang ada di TPA juga masih

memerlukan anggaran untuk pengadaan alat berat guna menunjang


150

sarana dan prasarana pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu yang kini

daya tampung sampahnya sudah overload.

Selain anggaran untuk sarana dan prasarana, adapun anggaran

mengenai gaji untuk para Pekerja Harian Lepas (PHL) yang masih

menjadi salah satu masalah seperti hal nya masalah keterlambatan

pembayaran gaji dan jumlah uang intensif yang diberikan oleh Dinas

Lingkungan Hidup Kota Bekasi tidak sesuai/kurang dari besaran yang

seharusnya dibayarkan kepada para PHL tersebut. Dalam mengatasi

masalah ini, diharapkan agar Dinas Lingkungan Hidup berupaya untuk

mengoptimalkan pengelolaan sampah dengan menambah anggaran di

bidang pengelolaan sampah supaya sarana dan prasarana untuk

menunjang pengelolaan sampah bisa terpenuhi dan mengupayakan agar

pemberian gaji/uang intensif kepada para Pekerja Harian Lepas (PHL)

bisa dilakukan dengan transparan dan tepat waktu.

Dari pembahasan analisis tentang fungsi manajemen Dinas

Lingkungan Hidup dalam pengelolaan sampah di Kota Bekasi dengan

menggunakan teori fungsi manajemen dari Luther Gullick dalam

Handayaningrat (2001:24) yang meliputi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), penyusunan pegawai (staffing),

pembinaan kerja (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan

(reporting), dan anggaran (budgeting) masih ada beberapa aspek yang

belum berjalan dengan baik. Dari ketujuh indikator tersebut hanya aspek

pembinaan kerja (directing) dan pelaporan (reporting) yang berjalan


151

dengan baik. Sedangkan untuk aspek perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), penyusunan pegawai (staffing),

pengkoordinasian (coordinating), dan anggaran (budgeting) masih belum

berjalan sesuai dengan fungsinya dan tidak maksimal dalam mengatasi

masalah pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan

Hidup Kota Bekasi.

Tabel 4.3
Hasil Temuan di Lapangan
N Dimensi Hasil Temuan di Lapangan
o
Teori Fungsi Manajemen Luther Gullick dalam Handayaningrat
(2001:24)
1 Perencanaan Perencanaan yang
(Planning) dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup
masih belum
mencapai target
karena ada beberapa
aspek yang menjadi
kendala yaitu
pertama, target di
tahun 2018 itu
penanganan
pengelolaan sampah
50-60% tapi sekarang
hanya 40% yang bisa
ditangani karena
terkendala sarana
152

dan prasarana yang


ada. Kedua, untuk
biaya operasional
untuk penanganan
sampah masih
kurang sekali,
misalnya di TPA
untuk System
Control Landfill saja
itu biayanya sekitar
70.000-80.000/ton
nya. Sementara
anggaran saat ini
hanya 40.000-
50.000/ton jadi
masih kurang. Ketiga,
pembangunan
teknologi
pembangkit listrik
tenaga sampah di
TPA masih belum
berjalan karena
teknologinya masih
dalam proses
pengembangan/uji
coba. Jadi belum bisa
memberikan dampak
signifikan untuk
pengurangan
153

sampah di TPA.
Keempat, belum
optimalnya
pemberdayaan dan
pembentukan bank
sampah, untuk saat
ini targetnya adalah
1 RW 1 Bank
Sampah, tetapi dari
yang sudah
terbentuk sekitar
911 bank sampah,
hanya sekitar 224
bank sampah yang
bisa beroperasi
optimal.

2 Pengorganisa Pengorganisasian di
sian Dinas Lingkungan
(Organizing) Hidup dalam
menangani
pengelolaan sampah
hanya ditangani oleh
satu bidang kecil
karena ada nya
penggabungan dinas
yang tadinya Dinas
Kebersihan sekarang
melebur kedalam
154

Dinas Lingkungan
Hidup. Karena fungsi
pengelolaan sampah
sangat besar
sementara yang
menangani di Dinas
Lingkungan Hidup
hanya menjadi 1
bidang kecil yaitu
Bidang Pengelolaan
Sampah dan Limbah
B3, yang tadinya
tupoksinya luas
sekarang menjadi
sempit sementara
beban kerja
dilapangan sangat
besar meskipun
dilapangan ada UPTD
wilayah, tapi karena
UPTD hanya
melaksanakan
kegiatan teknis tetap
saja beban terberat
itu bertumpu di
dinas/bidang dan
bebannya cukup
besar untuk
menangani jumlah
155

sampah di Kota
Bekasi yang cukup
besar.

3 Penyusunan Kurangnya personil atau


Pegawai (Staffing) Sumber Daya
Manusia. Dari jumlah
pegawai yang ada di
Dinas Lingkungan
Hidup saat ini
diantaranya ada 393
Pegawai Negeri Sipil
(PNS), 83 pegawai
Tenaga Kerja Kontrak
(TKK), dan 1.287
Pekerja Harian Lepas
(PHL) Diantara
beberapa pegawai
tersebut juga masih
banyak yang belum
memiliki latar
belakang
keahliannya dalam
bidang pengelolaan
sampah terutama
pegawai di dalam
internal dinas dan
masih kurangnya
petugas pengangkut
156

sampah dan pesapon


yang ada saat ini, jika
dilihat dari kondisi
yang ada dilapangan
jumlah PHL yang ada
tidak sebanding
dengan beban kerja
yang ada dilapangan
dan timbulan
sampah yang
diproduksi setiap
harinya.

4 Pembinaan Dinas Lingkungan Hidup


Kerja Kota Bekasi selalu
(Directing) melakukan
pembinaan kerja
rutin tiap bulan
terhadap para
pegawainya
terutama Pekerja
Harian Lepas (PHL)
sebelum mereka
menjalankan
tugasnya dilapangan
dan juga dibantu
oleh Walikota untuk
membina seluruh
PHL yang ada
157

dilingkungan Dinas
Lingkungan Hidup
Kota Bekasi minimal
1-2 kali dalam 1
tahun dengan
mengumpulkan
mereka di alun-alun
pemkot. Selain
melakukan
pembinaan kerja,
Dinas Lingkungan
Hidup juga
melakukan
pengembangan
pegawai didalam
internal dinas
dengan sesuai
peraturan Undang-
Undang Aparatur
Sipil Negara (ASN)
terkait pemerintah
wajib
menyekolahkan
pegawainya tiap
tahun sesuai dengan
bidang yang
dikerjakan agar para
pegawai tersebut
memiliki keahlian
158

yang kompeten
dalam menjalankan
tupoksi dibidangnya.

5 Pengkoordina Faktor komunikasi


sian merupakan salah
(Coordinating satu kendala dalam
) proses
penkoordinasian.
Kurangnya
komunikasi yang
terjalin antara UPTD
wilayah kecamatan
dengan pihak
pengurus wilayah
seperti Kecamatan,
Kelurahan dan
RW/RT setempat
terkait sosialisasi
program 1 RW 1
Bank Sampah yang
masih sangat kurang.
Sehingga
penyampaian
informasi tentang
program tersebut
tidak sampai
langsung kepada
masyarakat karena
159

minimnya
penyuluhan yang
dilakukan. Pihak
UPTD wilayah
kecamatan selaku
pengawas program
tersebut hanya
melakukan
koordinasi untuk
masalah
pengangkutan dan
retribusi sampah saja
sedangkan untuk
proses sosialisasi
program 1 RW 1
Bank Sampah masih
belum dilakukan
secara rutin/hanya
sesekali saja.

6 Pelaporan Laporan yang dilakukan


(Reporting) oleh Dinas
Lingkungan Hidup
Kota Bekasi
dilakukan secara
transparan dan
laporan tersebut ada
yang berupa laporan
berbasis online
160

seperti laporan
keuangan, ada
laporan berupa
catatan seperti nota
dinas, laporan
pengangkutan
sampah di wilayah
dan laporan
mengenai
pengelolaan sampah
yang masuk ke TPA,
kemudian semua
laporan tersebut
akan di bahas dan di
evaluasi kembali saat
rapat internal dinas
yang dilakukan rutin
setiap hari Jum’at.
Selain itu laporan
juga diberikan oleh
masyarakat kepada
Dinas Lingkungan
Hidup mengenai
program bank
sampah yang mereka
kelola seperti
laporan hasil proses
pengurangan
sampah yang
161

dihasilkan dari bank


sampah tersebut.

7 Anggaran Anggaran yang ada


(Budgeting) untuk proses
pengelolaan sampah
masih sangat kurang,
tahun ini anggaran
untuk pengelolaan
sampah sekitar
kurang lebih 8.6 M,
dengan kondisi yang
ada di TPA Sumur
Batu saat ini masih
memerlukan
anggaran yang lebih
dan di tahun depan
direncanakan
anggaran tersebut
bisa naik sekitar
kurang lebih 10-12
M. Untuk proses
pengelolaan sampah
sendiri masih banyak
memerlukan
anggaran untuk
fasilitas pengadaan
sarana dan prasarana
penunjang seperti
162

alat berat dan


armada pengangkut
sampah yang ada di
TPA Sumur Batu.
Kemudian adanya
masalah
keterlambatan
pembayaran gaji dan
jumlah uang intensif
yang diberikan oleh
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi
tidak sesuai/kurang
dari besaran yang
seharusnya
dibayarkan kepada
para Pekerja Harian
Lepas (PHL).

(Sumber: Peneliti, 2017)


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan peneliti di lapangan

mengenai Fungsi Manajemen Dinas Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan

Sampah di Kota Bekasi, pengelolaan sampahnya masih belum berjalan dengan

baik. Hal ini dikarenakan masih banyak masalah dan kekurangan yang

menghambat dalam pelaksanaan proses manajemen pengelolaan sampah dari hulu

sampai ke hilir yaitu dari pengangkutan sampai pembuangan ke TPA Sumur Batu.

1. Perencanaan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup masih belum

berjalan dengan baik, karena belum mencapai target dalam penanganan

pengelolaan sampah diantaranya belum terbangunnya teknologi

pembangkit listrik tenaga sampah di TPA Sumur Batu yang saat ini masih

belum berjalan karena masih dalam proses pengembangan/uji coba dan

belum optimalnya pemberdayaan dan pembentukan program 1 RW 1 Bank

Sampah di wilayah Kota Bekasi.

2. Proses pengorganisasian di Dinas Lingkungan Hidup belum berjalan

dengan maksimal, karena yang menangani dalam hal pengelolaan sampah

hanya ditangani oleh satu bidang kecil yang tadinya adalah Dinas

Kebersihan sekarang menjadi Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3

sehingga tupoksinya sekarang menjadi sempit sementara beban kerja

dilapangan dalam menangani pengelolaan sampah sangat besar.

62
164

3. Penyusunan pegawai di Dinas Lingkungan Hidup belum berjalan dengan

baik, karena masih kurangnya Sumber Daya Manusia seperti Pekerja

Harian Lepas (PHL) yang ada saat ini jika dilihat dari kondisi di lapangan

jumlah petugas pengangkut sampah/pesapon yang ada tidak sebanding

dengan jumlah timbulan sampah yang diproduksi setiap harinya.

Kemudian masih banyaknya pegawai internal dinas yang belum memiliki

latar belakang keahlian terutama dalam bidang pengelolaan sampah.

4. Proses koordinasi yang terjalin antara UPTD kebersihan wilayah

kecamatan dengan pihak pengurus wilayah setempat terkait minimnya

sosialisasi program 1 RW 1 Bank Sampah belum berjalan dengan efektif,

karena kurangnya komunikasi dan penyuluhan yang dilakukan. Sehingga

penyampaian informasi tentang program tersebut tidak sampai langsung

kepada masyarakat.

5. Proses pengelolaan sampah belum berjalan dengan baik, karena anggaran

untuk bidang pengelolaan sampah saat ini kurang. Khususnya anggaran

untuk fasilitas pengadaan sarana dan prasarana penunjang seperti armada

pengangkut sampah dan alat berat seperti bulldozer dan excavator guna

menata sampah yang menumpuk setiap harinya di TPA Sumur Batu.

Kemudian masih terjadi keterlambatan pembayaran gaji dan jumlah uang

intensif yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi tidak

sesuai/kurang dari besaran yang seharusnya dibayarkan kepada para PHL.


165

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang menjadi rekomendasi

peneliti sebagai berikut :

1. Sebaiknya Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi membuat perencanaan

yang efisien untuk mengatasi masalah sampah yang ada di hulu sampai ke

hilir salah satunya dengan berupaya menyelesaikan pembangunan

teknologi yang ada di TPA Sumur Batu serta mengevaluasi program yang

telah berjalan sebelumnya agar dapat tepat sasaran dan mencapai target

dalam hal pengelolaan sampah.

2. Sebaiknya Dinas Lingkungan Hidup merubah struktur organisasi formal

yang ada di Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 menjadi Dinas

Kebersihan kembali agar tupoksi untuk pengelolaan sampah bisa ditangani

secara lebih luas dan masing-masing pembagian pekerjaan dapat

terlaksana dengan baik.

3. Sebaiknya Dinas Lingkungan Hidup menambah jumlah Sumber Daya

Manusia seperti Pekerja Harian Lepas (PHL) yang ada di Dinas

Lingkungan Hidup dan menempatkan pegawai yang mempunyai latar

belakang keahlian sesuai dengan bidang pengelolaan sampah agar proses

pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik di dalam lingkungan

Dinas Lingkungan Hidup.

4. Sebaiknya UPTD kebersihan wilayah kecamatan berupaya melakukan

komunikasi dan penyuluhan yang diadakan dengan rutin kepada pihak


166

pengurus wilayah setempat dan masyarakat agar sosialisasi program 1 RW

1 Bank Sampah tersebut dapat berjalan dengan baik.

5. Sebaiknya Dinas Lingkungan Hidup menambah anggaran untuk bidang

pengelolaan sampah supaya sarana dan prasarana untuk menunjang

pengelolaan sampah bisa terpenuhi dan mengupayakan agar pemberian

gaji/uang intensif kepada para Pekerja Harian Lepas (PHL) bisa transparan

dan tepat waktu.


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Aboejoewono, A. 1999. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan


Permasalahannya. Jakarta.

Handayaningrat, Soewarno. 2001. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.


Jakarta: Haji Mas Agung.

Hasibuan, Malayu. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:


Bumi Aksara.

Irawan, Prasetya. 2005. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Manullang. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Miles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku
Tentang Metode-metode Baru). Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press)

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Siagian P, Sondang 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Revika


Aditama.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Prenada Media Group.

Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka


Cipta.

Terry, George R. 1993. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.

Winardi. 1993. Pengambilan Keputusan Bidang Manajemen. Bandung:


CV.Sinar Baru.

Sumber Dokumen :

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan


Sampah

Peraturan Walikota Bekasi Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan


Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Pada Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi

Sumber lainnya :

Octarina, Amelia Rizky. 2016. Manajemen Program Pemberdayaan Keluarga


Rentan di Dinas Sosial Kota Cilegon. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Nugroho, Setio. 2009. Manajemen organisasi PRSI Cilacap. Skripsi.


Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Aji, Mukti. Maret 2008. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu. http:/www.mukti-


aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html.
Diakses pada tanggal 22 Februari 2017.
Kota Bekasi. 2017. Kondisi Geografis Wilayah Kota Bekasi.
http://www.bekasikota.go.id/pages/kondisi-geografis-wilayah-kota-bekasi
Diakses pada tanggal 2 Oktober 2017.
LAMPIRAN
(SURAT IJIN PENELITIAN)
LAMPIRAN
(DOKUMENTASI PENELITIAN)
DOKUMENTASI PENELITIAN

Peneliti melakukan wawancara saat observasi awal penelitian dengan


Bapak Nazirwan S.T selaku Kepala Seksi Penanganan Sampah
di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.

Peneliti melakukan wawancara saat observasi awal penelitian dengan


Bapak Atjep Rusfianto S.IP selaku Kepala UPTD TPA Sumur Batu Kota
Bekasi di TPA Sumur Batu Bantargebang Kota Bekasi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Dra. Kiswatiningsih, M.Sc
selaku Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Nazirwan S.T selaku Kepala


Seksi Penanganan Sampah di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Sunarmo selaku Kepala
Seksi Pengurangan Sampah di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Atjep Rusfianto S.IP


selaku Kepala UPTD TPA Sumur Batu Kota Bekasi
di TPA Sumur Batu Bantargebang Kota Bekasi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Jahrudin SE selaku Plt
Kepala UPTD Kebersihan Wilayah Kecamatan Rawalumbu di Kantor UPTD
Kebersihan Wilayah Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi.

Peneliti melakukan wawancara dan meminta data dengan Ibu Dian Ari
selaku Pegawai di Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Ngadiman selaku petugas
pengangkut sampah/PHL Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
di TPS Rawalumbu Kota Bekasi.

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Herman selaku petugas


pesapon/PHL Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
di Jalan Protokol K.H Noer Ali Kota Bekasi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Suryono selaku petugas
pesapon/PHL Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
di Jalan Protokol K.H Noer Ali Kota Bekasi.

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Umar


selaku masyarakat di Kota Bekasi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Asih
selaku masyarakat di Kota Bekasi.

Kondisi TPA Sumur Batu Kota Bekasi

Kondisi Alat Berat yang dimiliki TPA Sumur Batu Kota Bekasi
Kondisi Armada Pengangkut Sampah yang dimiliki TPA Sumur Batu
Kota Bekasi

Kondisi pembangunan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah


(PLTSa) oleh PT.Nusa Wijaya Abadi (NWA) yang ada di TPA Sumur Batu Kota
Bekasi.

Kondisi pemukiman pemulung yang ada di wilayah sekitar


TPA Sumur Batu Kota Bekasi

Kondisi Tempat Penampungan Sementara (TPS)


Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi
Kondisi Sampah Liar yang ada di sekitar Wilayah Kota Bekasi.

Giat rutin pengangkutan sampah di wilayah pemukiman Kota Bekasi


Giat rutin pengangkutan sampah di Pasar Baru Kota Bekasi.
Giat rutin penyapuan jalan protokol oleh petugas pesapon
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
LAMPIRAN
LAIN-LAINNYA
LEMBARAN DAERAH
KOTA BEKASI

NOMOR : 15 2011 SERI : E

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI


NOMOR 15 TAHUN 2011

TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BEKASI,

Menimbang : a. bahwa dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pola


konsumsi masyarakat telah mengakibatkan bertambahnya
volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin
beragam;
b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan
metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat;
c. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian
hukum, kejelasan tanggungjawab dan kewenangan Pemerintah
Daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga
pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif
dan efisien;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi.

1
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5233);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);

2
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4741);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
11. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Wajib Dan Pilihan Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun
2008 Nomor 3 Seri E);
12. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Dinas Daerah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2008
Nomor 6 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2008
tentang Dinas Daerah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun
2010 Nomor 6 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI


dan
WALIKOTA BEKASI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI


KOTA BEKASI.

3
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kota Bekasi.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Bekasi.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi.
5. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah yang
berwenang di Bidang tertentu dan mendapat pendelegasian pelimpahan wewenang
dari Walikota.
6. Dinas Kebersihan adalah Dinas Kebersihan Kota Bekasi.
7. Kepala Dinas Kebersihan adalah Kepala Dinas Kebersihan Kota Bekasi.
8. Instansi yang Berwenang adalah Dinas Kebersihan Kota Bekasi.
9. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang
untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah.
10. Badan Hukum adalah suatu badan/lembaga yang pendiriannya telah mendapat
pengesahan dari Instansi yang berwenang dengan nama dan dalam bentuk
apapun, seperti Koperasi, Yayasan, Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara
atau Daerah.
11. Perkumpulan adalah sekumpulan orang yang bergabung dengan mempunyai
kepentingan bersama tanpa membentuk suatu badan hukum yang berdiri sendiri.
12. Kebersihan adalah lingkungan kota yang bersih dari pencemaran udara,
pencemaran air dan sampah.
13. Keindahan adalah keadaan lingkungan perkotaan yang nyaman, esthetik dan
proporsional.
14. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.

4
15. Sumber pencemaran adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan
bahan pencemaran yang mnyebabkan udara, tanah dan air tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
16. Pedagang kaki lima adalah orang yang melakukan usaha dagang dan/atau jasa di
tempat umum, baik menggunakan usaha kegiatan dagang.
17. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
18. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.
19. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang disingkat B3 adalah suatu sisa usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang
karena sifat suatu dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemari dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
20. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
21. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum.
22. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah.
23. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
24. Tempat sampah adalah tempat menampung sampah yang disediakan dan
digunakan oleh penghasil sampah.
25. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
26. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
27. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk
memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.
28. Pengumpulan sampah adalah kegiatan mengumpulkan sampah dari setiap per sil
dan memindahkan ke TPS.

5
29. Fasilitas umum adalah bangunan-bangunan yang dibutuhkan dalam sistem
pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah dan terdiri
dari antara lain : jaringan air bersih, jaringan air kotor, jaringan listrik, jaringan gas,
jaringan telepon, terminal angkutan umum/bus shelter, kebersihan pembuangan
sampah dan pemadam kebakaran.
30. Fasilitas sosial adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam lingkungan
permukiman yang meliputi antara lain pendidikan, kesehatan, belanja dan niaga,
pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah
raga dan lapangan terbuka serta pemakaman umum.
31. Jasa Pelayanan Kebersihan adalah pungutan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan
kepada seluruh pemilik/pemakai per sil atas penyelenggaraan kebersihan berupa
pengangkutan sampah dari tempat penampungan sementara ke tempat
pembuangan akhir.
32. Angkutan umum adalah angkutan yang diperuntukan melayani masyarakat yang
memiliki izin sesuai perundang-undangan yang berlaku antara lain Bus Kota, Bus
Antar Kota, Taksi, Angkutan Kota, Angkutan Antar Kota atau Angkutan lainnya.
33. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir
sampah.
34. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat
pengelolaan sampah yang tidak benar.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Peraturan Daerah ini terdiri atas :
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya.
6
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

BAB III
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggungjawab, asas


berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Pasal 4

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas


lingkungan, menjadikan sampah sebagai sumber daya, meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan baku, serta mengubah perilaku setiap orang.
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH

Pasal 5

Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang


baik dan berwawasan lingkungan terdiri atas :
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian untuk pengembangan teknologi, pengurangan dan
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan
sarana pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;

7
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat
setempat untuk mengelola sampah;
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha agar
terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Pasal 6

(1) Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah mempunyai


kewenangan :
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan
nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala Kota sesuai dengan norma,
standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, TPST, dan/atau TPA
sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap TPA sampah dengan sistem pembuangan
terbuka yang telah ditutup; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penetapan lokasi TPST dan TPA sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

BAB V
KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 7

(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah
menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah daerah, yang terdiri atas :
a. kebijakan dan strategi pengurangan sampah;
b. kebijakan dan strategi penanganan sampah;
c. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah spesifik.

8
(2) Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka panjang;
b. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka menengah;
c. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka pendek.

Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah

Pasal 8

(1) Kebijakan dan strategi pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) memuat :
a. arah kebijakan pengelolaan sampah antara lain meliputi:
1. pengurangan sampah pada sumber;
2. penanganan sampah di sumber, Tempat Penampungan Sementara, Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA);
3. pengelolaan sampah spesifik pada sumber;
4. pencegahan penggunaan produk dan/atau kemasan yang menimbulkan
sampah;
5. penghematan dan/atau pemanfaatan kembali sumber daya;
6. peningkatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam pengelolaan
sampah;
7. pembinaan terhadap produsen untuk membatasi timbulan sampah dan
menggunakan produk dan/atau kemasan yang mudah didaur ulang dan
diurai oleh alam;
8. pembinaan terhadap masyarakat untuk menggunakan atau berpola
konsumsi bahan yang ramah lingkungan;
9. fasilitasi pengembangan penerapan dan mekanisme Extended Producer
Responsibility (EPR);
10. perlindungan lingkungan dari perubahan iklim, beban pencemar dan
pengurangan gas rumah kaca dari pengelolaan sampah, seperti melalui
penangkapan dan pemanfaatan gas metan.
b. strategi pengelolaan sampah meliputi;
1. peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
sampah melalui kampanye dan edukasi pengelolaan sampah.

9
2. peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku usaha
dalam pengelolaan sampah, antara lain :
a) pendidikan dan pelatihan;
b) pembuatan pilot project;
c) studi banding dan diseminasi;
d) ketersediaan dan kecukupan anggaran, serta sarana prasarana.
3. peningkatan pemanfaatan kembali produk dan/atau kemasan melalui
antara lain :
a) peningkatan produksi dan pemasaran produk daur ulang terutama
kompos;
b) pengembangan pengadaan barang dan/atau kemasan yang dapat
didaur ulang dan mudah terurai secara alami;

c) peningkatan peran pemerintah dan pemerintah daerah dalam


penggunaan produk yang dapat didaur ulang dan mudah terurai oleh
proses alam;
d) peningkatan pemasaran produk dan/atau kemasan yang dapat didaur
ulang dan mudah terurai oleh proses alam.
4. mensinergikan program pengelolaan sampah dengan program-program
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
5. peningkatan peran dan tanggung jawab dunia usaha dan masyarakat dalam
pengelolaan sampah yang meliputi antara lain :
a) pencegahan penggunaan produk dan/atau kemasan yang tidak mudah
didaur ulang dan/atau terurai oleh alam;
b) pengembangan produk dan/atau kemasan yang mudah di daur ulang
dan mudah terurai secara alami;
c) penerapkan dan mengembangkan prinsip 3R dalam pengelolaan
sampah pada sumbernya baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun
pelaku usaha.
6. Peningkatan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam
pengelolaan sampah, antara lain :
a) memfasilitasi pemasaran produk daur ulang dan mudah terurai oleh
proses alam;
b) memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c) Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d) memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang.

10
7. Minimalisasi sampah dengan cara mengurangi/menggantikan penggunaan
suatu bahan produksi, mengurangi/tidak menggunakan kemasan,
merancang produk, wadah, dan/atau kemasan yang mudah di daur ulang
atau mudah terurai secara alami.
8. Fasilitasi pengembangan sistem insentif dan disinsentif kegiatan
pengurangan sampah.
c. target pengelolaan sampah :
1. penurunan jumlah timbulan sampah secara bertahap dalam waktu tertentu;
2. prioritas jenis sampah yang akan menjadi target pengurangan sampah.
(2) Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dengan menggunakan data dan informasi yang lengkap dan akurat.
(3) Penyusunan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang kebersihan
(persampahan) dan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Walikota.
(5) Pemerintah Daerah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana Pengelolaan
Sampah.

BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga

Paragraf 1
Pengurangan Sampah

Pasal 9

Pengurangan sampah meliputi kegiatan :


a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah;
c. pemanfaatan kembali sampah.

11
Pasal 10

Dalam rangka kegiatan pembatasan timbulan sampah, Pemerintah Daerah melakukan


pembinaan, monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain
meliputi :
a. pembinaan, monitoring dan pengawasan dalam rangka :
1. menggunakan bahan produksi yang sesedikit mungkin menimbulkan sampah;
2. menghasilkan produk dan/atau kemasan yang mudah diurai oleh proses alam
dan mudah didaur ulang;
3. melaksanakan program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari
usaha dan/atau kegiatannya sesuai dengan kebijakan dan strategi
pengurangan sampah.
b. pembinaan, monitoring dan pengawasan terhadap produsen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi pelaku usaha yang :
a. menghasilkan produk dan/atau kemasan produk;
b. mengimpor produk dan/atau kemasan produk;
c. Mendistribusikan produk dan/atau kemasan produk.

Pasal 11

Dalam rangka kegiatan pendauran ulang sampah, Pemerintah Daerah melakukan


pembinaan, monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain
meliputi :
a. mendaur ulang sampah secara aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan;
b. menghasilkan produk dengan menggunakan bahan daur ulang.

Pasal 12

Dalam rangka kegiatan daur ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pemerintah
Daerah wajib :
a. memfasilitasi pembangunan fasilitas daur ulang sampah;
b. memfasilitasi pengembangan desain dan percontohan fasilitas daur ulang serta
teknologi daur ulang sampah;
c. memfasilitasi pemasaran produk daur ulang;
d. menerapkan dan memfasilitasi penerapan teknologi daur ulang sampah;
e. mengembangkan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi daur ulang sampah.

12
Pasal 13

Dalam rangka kegiatan pemanfaatan kembali sampah, Pemerintah Daerah melakukan


pembinaan, monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain
meliputi :
a. memanfaatkan kembali sampah yang dihasilkannya secara aman bagi kesehatan
manusia dan lingkungan; dan
b. menggunakan bahan produksi yang menghasilkan produk dan/atau kemasan
produk yang dapat dimanfaatkan kembali.

Pasal 14

Dalam rangka kegiatan pengurangan sampah, Pemerintah Daerah melakukan


pembinaan, monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain
dalam bentuk pencantuman label pada produk dan/atau kemasan produk yang
menunjukkan, bahwa produk dan/atau kemasan produk yang dihasilkannya dapat
terurai oleh proses alam; dan/atau dapat didaur ulang.

Pasal 15

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada setiap orang yang
melakukan pengurangan sampah.
(2) Insentif dalam pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi retribusi dan insentif lainnya yang kondusif untuk orang melakukan
pengurangan.

Pasal 16

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan :


a. insentif kepada produsen yang melakukan pengurangan sampah; dan
b. disinsentif kepada produsen yang tidak melakukan pengurangan sampah.
(2) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. retribusi; dan/atau
b. insentif dan/atau disinsentif lainnya yang kondusif bagi produsen untuk
mengurangi timbulan sampah.
13
(3) Penyusunan perencanaan pengurangan sampah dan penyelenggaraan
pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal
16 dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang kebersihan dengan
pengelolaan lingkungan hidup dan SKPD terkait lainnya yang ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan insentif dan disinsentif dalam bentuk
retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 diatur dalam
Peraturan Daerah mengenai retribusi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan insentif dan disinsentif dalam bentuk
non retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 diatur dalam
Peraturan Walikota.

Paragraf 2
Penanganan Sampah

Pasal 17

(1) Kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan :


a. pemilahan;
b. pengumpulan;
c. pengangkutan;
d. pengolahan;
e. pemrosesan akhir.
(2) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah, dan dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Pasal 18

Kegiatan pemilahan sampah, meliputi :


a. Setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan sampah secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan melakukan pemilahan sampah
secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
fasilitas pemilahan sampah secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;

14
d. Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c, memenuhi
kriteria:
1. dikelompokkan menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah yang terdiri atas :
a) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah
bahan berbahaya dan beracun;
b) sampah yang mudah membusuk;
c) sampah yang tidak mudah membusuk.
2. diberi simbol dan label yang menunjukkan jenis sampah sebagaimana
dimaksud pada angka 1.
3. bahan, bentuk, dan warna wadah.

Pasal 19

Kegiatan pengumpulan sampah, meliputi :


a. Pemerintah Daerah wajib melakukan pengumpulan sampah secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan TPS yang aman bagi kesehatan dan
lingkungan;
c. TPS sebagaimana dimaksud pada huruf b, wajib memenuhi kriteria :
1. terpilah dikelompokkan menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah;
2. luas lokasi dan kapasitas mencukupi;
3. mudah diakses;
4. tertutup;
5. memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.
d. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
TPS secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
e. Penyediaan TPS sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan sesuai dengan
Peraturan Walikota yang mengatur mengenai penyediaan TPS;
f. Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan, monitoring dan pengawasan
atas penyediaan fasilitas pemilahan sampah oleh pengelola kawasan sebagaimana
dimaksud pada huruf d.

15
Pasal 20

Dalam rangka kegiatan pengangkutan sampah :


a. Pemerintah Daerah wajib :
1. melakukan pengangkutan sampah;
2. menyediakan alat angkut sampah yang aman bagi kesehatan dan lingkungan.
b. Kriteria pengangkutan harus memenuhi paling sedikit terdiri atas :
1. tertutup;
2. tidak mencecerkan air lindi;
3. bersih;
4. Waktu dan rute.
c. Kriteria alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2, wajib
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Walikota.

Pasal 21

Dalam rangka kegiatan pengolahan sampah :


a. Pemerintah Daerah wajib melakukan pengolahan sampah skala kawasan dan/atau
skala kota secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Kegiatan pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf a, antara lain :
1. pemadatan;
2. pengomposan;
3. daur ulang;
4. teknologi pengolahan sampah lainnya.
c. Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat dilakukan di
sumber, TPS, TPST, dan/atau TPA;
d. Teknologi pengolahan sampah lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf b angka
4, dilakukan sesuai dengan persyaratan yang diatur oleh Pemerintah;
e. TPST sebagaimana dimaksud pada huruf c, wajib memenuhi kriteria :
1. memiliki dokumen lingkungan;
2. memiliki ijin;
3. memiliki tempat pemilahan;
4. luas lokasi dan kapasitas mencukupi;
5. memiliki fasilitas penampungan dan/atau pengolahan air lindi;
6. mudah diakses;
7. tidak mengganggu daerah sekitarnya.

16
Pasal 22

(1) Setiap orang/badan dapat melakukan pengolahan sampah secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di sumber
sampah yang memenuhi standard dan kriteria lokasi pengolahan yang bagi
kesehatan dan lingkungan.

Pasal 23

Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 wajib


memenuhi :
a. baku mutu limbah cair;
b. baku mutu emisi.

Pasal 24

Sampah yang sudah tidak layak diolah wajib :


a. diproses di TPA;
b. dijadikan bahan bakar; dan/atau
c. dimusnahkan.

Pasal 25

Dalam rangka kegiatan pemrosesan sampah, Pemerintah Daerah wajib :


a. menyediakan TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan; dan
b. melakukan pemrosesan akhir sampah secara aman bagi kesehatan dan
lingkungan.

Pasal 26

TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a harus dilengkapi fasilitas yang
meliputi :
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi;
d. fasilitas penunjang.

17
Pasal 27

(1) Pemprosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b


dilakukan di TPA.
(2) Pemprosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan prosedur teknis pemrosesan akhir sampah.
(3) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dioperasikan sesuai dengan
prosedur teknis pengoperasian TPA.

Pasal 28

Penetapan lokasi TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a merupakan


bagian dari rencana tata ruang wilayah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 29

(1) Pengoperasian tempat pemrosesan akhir sampah wajib dilengkapi dengan


dokumen pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 30

(1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf (b)
dilakukan dengan cara :
a. lahan urug terkendali (control landfill);
b. lahan urug saniter (sanitary landfill).
(2) Sampah yang sudah diproses melalui cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan/atau huruf b dapat dimanfaatkan.
(3) Pemrosesan akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi:
a. baku mutu air limbah;
b. baku mutu emisi;
c. baku mutu gangguan.

18
Pasal 31

Penyusunan perencanaan penanganan sampah dan penyelenggaraan penanganan


sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 30
dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan
urusan Pemerintahan di bidang kebersihan (persampahan) dan ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.

Bagian Kedua
Pengelolaan Sampah Spesifik

Pasal 32

Pengelolaan sampah spesifik terdiri atas :


a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

Pasal 33

Dalam rangka pengelolaan sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
dan atau limbah bahan berbahaya dan beracun :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pembatasan dan pemilahan sampah yang
mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah daerah dapat menyediakan prasarana dan sarana pengumpulan dan
pemilahan sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan;
c. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
prasarana dan sarana pemilahan sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3
secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
d. ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c
diatur dengan Peraturan Walikota.

19
Pasal 34

(1) Pemerintah Daerah wajib membina, memonitor dan mengawasi produsen untuk
melakukan pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan
akhir sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
(2) Dalam rangka pelaksanaan pengumpulan sebagaimana disebutkan pada ayat (1),
produsen harus menyediakan tempat pengumpulan khusus (dropping point) untuk
sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan
dan lingkungan.
(3) Dalam rangka pelaksanaan ketentuan sebagaimana disebut pada ayat (1) dan ayat
(2), produsen dapat melakukan secara sendiri-sendiri, kerjasama antar produsen
dan/atau kerjasama dengan pihak ketiga dan/atau bermitra dengan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.

Pasal 35

Pengelolaan sampah yang timbul akibat bencana, diatur sebagai berikut :


a. Pemerintah Daerah wajib melakukan pengangkutan, pengumpulan, pemilahan,
pengolahan, pemanfaatan dan pemrosesan akhir;
b. dalam rangka melaksanakan ketentuan sebagaimana disebutkan pada huruf a,
Pemerintah Daerah wajib memprioritaskan kegiatan pemilahan makhluk hidup serta
jenis sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3;
c. pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b mengacu
pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Pasal 36

(1) Pemerintah Daerah wajib menyusun sistem tanggap darurat dalam penanganan
sampah yang timbul akibat bencana.
(2) Pemerintah Daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana tanggap darurat
sampah.
(3) Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sistem tanggap darurat penanganan
sampah yang timbul akibat bencana.

20
(4) Dalam penyusunan sistem tanggap darurat mencakup :
a. kelembagaan unit sistem tanggap darurat serta mekanismenya;
b. pengkajian cepat status sampah yang timbul akibat bencana (rapid
assessment);
c. penyusunan rencana;
d. penyelenggaraan tanggap darurat (Pengangkutan, Pemilahan dan pengolahan,
pemanfaatan dan pemrosesan akhir);
e. evaluasi;
f. laporan.
(5) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3)
dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 37

Pengelolaan puing bongkaran bangunan, diatur sebagai berikut :


a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemanfaatan puing bongkaran bangunan secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan.
b. setiap orang/badan dalam melakukan penanganan puing bongkaran bangunan
dapat bekerjasama dengan pihak lain dan/atau Pemerintah Daerah.
c. Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana
penanganan puing bongkaran bangunan.
d. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c
diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 38

(1) Pemerintah Daerah wajib melaksanakan penanganan puing bongkaran bangunan


publik.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah
Daerah dapat melaksanakan secara sendiri atau bekerjasama dengan pihak lain.

Pasal 39

(1) Pelaku usaha wajib melaksanakan penanganan puing bongkaran bangunan yang
menjadi tanggung jawabnya.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku
usaha dapat melaksanakan secara sendiri atau bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah dan/atau pihak lain.

21
Pasal 40

Pengelolaan sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, diatur sebagai berikut :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah yang
secara teknologi belum dapat diolah, secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana pengangkutan dan
penampungan secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatur
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 41

Pengelolaan sampah yang timbul secara tidak periodik, diatur sebagai berikut :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah yang
timbul secara tidak periodik secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. setiap orang/badan dapat melakukan pengolahan dan pemanfaatan sampah
yang timbul secara tidak periodik secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Pemerintah Daerah dapat menyediakan prasarana dan sarana, serta melakukan
penanganan sampah yang timbul secara tidak periodik secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan;
d. ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatur
dengan Peraturan Walikota.

Pasal 42

(1) Setiap orang/badan dapat mengembangkan dan menerapkan secara swadaya


teknologi spesifik lokal untuk pengelolaan sampah spesifik.
(2) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi setiap orang yang mengembangkan dan
menerapkan teknologi spesifik lokal untuk pengelolaan sampah spesifik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pemerintah Daerah dapat mengembangkan secara swadaya teknologi pengelolaan
sampah spesifik yang ramah lingkungan.
(4) Penyusunan perencanaan pengelolaan sampah spesifik dan penyelenggaraan
pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 sampai
dengan Pasal 41 dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang kebersihan (persampahan) dan
ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

22
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 43

(1) Setiap orang berhak :


a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan dari Pemerintah Daerah dan/atau pihak lain yang diberi
tanggung jawab untuk itu;
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan
pengawasan dibidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu mengenai
penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari
kegiatan TPA sampah;
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara
baik dan berwawasan lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 44

(1) Setiap orang/badan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
yang berwawasan lingkungan.
(2) Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga wajib
dilakukan dalam skala RT/RW dan/atau Kelurahan/Kecamatan dengan petunjuk
teknis dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan urusan
Pemerintahan dibidang kebersihan (persampahan).
(3) Setiap angkutan umum, kendaraan pribadi, fasilitas umum, fasilitas sosial,
perkantoran, perusahaan, pusat perbelanjaan wajib menyediakan Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (TPSS).

23
BAB VIII
PERIZINAN

Pasal 45

(1) Setiap orang perseorangan, kelompok, atau badan hukum yang melakukan
kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari Walikota.
(2) Tata cara pemberian Izin Kegiatan Usaha Pengelolaan Sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB IX
PERAN MASYARAKAT

Pasal 46

(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Peran masyarakat dapat juga berupa:
a. pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah;
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan;
dan
d. masyarakat wajib berperan serta dalam kegiatan kebersihan lingkungan.
(3) Tata cara pemberian usul, pertimbangan dan saran serta pendapat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB X
KERJASAMA DAN KEMITRAAN

Pasal 47

(1) Dalam hal pengelolaan sampah Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama
dengan Pemerintah/Pemerintah Daerah dan pihak swasta.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama dan kemitraan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri.

24
BAB XI
LARANGAN

Pasal 48

Setiap orang dilarang :


a. mencampur sampah dengan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
b. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
c. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;
d. melakukan penanganan sampah dengan sistem pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir;
e. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan
sampah.

BAB XII
PENGAWASAN

Pasal 49

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah dilaksanakan oleh Satuan


Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
(2) Pengawasan yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait
sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur dan
kriteria pengawasan.
(3) Pengawasan dan Pengendalian Pengelolaan Sampah meliputi Pengumpulan,
Pengangkutan, Tempat Pengolahan Sampah Sementara, Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu, Tempat Pemrosesan Akhir, dilakukan secara periodik oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

BAB XIII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 50

(1) Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada kegiatan usaha pengelola
sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.

25
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. paksaan pemerintahan;
b. penerapan uang paksa;
c. pencabutan atau pembatalan izin;
d. denda administrasi.

BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 51
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 37 huruf a, Pasal 39, Pasal 44, Pasal
45 ayat (1) dan Pasal 48 dikenakan sanksi pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan atau denda setingi-tingginya Rp 50.000.000,- (Lima puluh juta
rupiah).
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan yang mengatur pengelolaan sampah dikenakan
sanksi pidana sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan yang mengatur B3 dikenakan sanksi pidana sesuai
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XV
PENYIDIKAN
Pasal 52
(1) Selain penyidik Pejabat Polri, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu
di Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi diberi wewenang khusus sebagai penyidik
untuk melakukan penyidikan tindak pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

26
(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak
pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan melakukan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik
bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan
tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya


penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui
Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 53
Selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan Daerah ini berlaku,
setiap orang yang menghasilkan sampah harus berpedoman pada Peraturan Daerah ini.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 54
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bekasi.

27
Pasal 55
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bekasi.

Ditetapkan di Bekasi
pada tanggal 16 Desember 2011

Plt. WALIKOTA BEKASI


WAKIL WALIKOTA,

Ttd/Cap

RAHMAT EFFENDI

Diundangkan di Kota Bekasi


pada tanggal 16 Desember 2011
Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA BEKASI
ASISTEN PEMERINTAHAN,

Ttd/Cap

RAYENDRA SUKARMADJI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2011 NOMOR 15 SERI E

28
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI
NOMOR 15 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BEKASI

I. PENJELASAN UMUM
Dengan bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Kota Bekasi maka
dengan demikian akan meningkatkan volume sampah. Disamping itu pola konsumsi
masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin
beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan atau sulit diurai oleh
proses alam.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Masyarakat dalam memngelola sampah masih bertumpu pada
pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke Tempat
Pemrosesan Akhir sampah. Padahal timbunan sampah dengan volume yang besar
dilokasi Tempat Pemrosesan Akhir sampah berpotensi melepas gas metan ( CH4 )
yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi
terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses
alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan biaya yang
besar.
Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai
nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk
ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru
tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan sampah yang meliputi kegiatan
pembatasan, penggunaan kembali dan pendauran ulang, serta kegiatan penanganan
sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan
komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang pemerintah daerah untuk melaksakan pelayanan publik, diperlukan
payung hukum dalam bentuk Peraturan Daerah. Pengaturan hukum pengelolaan
sampah dalam Peraturan Daerah ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi.

29
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan diatas pembentukan peraturan
daerah ini diperlukan dalam rangka :
a. kepastian hukum bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
b. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
c. kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam
pengelolaan sampah; dan,
d. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam peraturan daerah ini.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup Jelas


Cukup jelas
Pasal 2 :
Pasal 3 : Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab” adalah
bahwa Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab
pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak
masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan
sehat sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 H ayat
(1) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Yang dimaksud dengan “asas berkelanjutan“ adalah
bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan
menggunakan metode dan teknik yang ramah
ingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik
pada generasi masa kini maupun generasi yang akan
datang.
Yang dimaksud dengan “asas manfaat“ adalah bahwa
pengelolaan sampah perlu menggunakan pendekatan
yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.

30
Yang dimaksud dengan “asas keadilan“ adalah bahwa
dalam pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat
dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam
pengelolaan sampah.
Yang dimaksud dengan “asas kesadaran“ adalah bahwa
dalam pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah
mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian
dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani
sampah yang dihasilkannya.
Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan“ adalah
bahwa dalam pengelolaan sampah diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Yang dimaksud dengan “asas keselamatan“ adalah
bahwa dalam pengelolaan sampah harus menjamin
keselamatan manusia
Yang dimaksud dengan “asas keamanan“ adalah bahwa
dalam pengelolaan sampah harus menjamin dan
melindungi masyarakat dari berbagai dampak negatif.
Yang dimaksud dengan “asas nilai ekonomi“ adalah
bahwa sampah merupakan sumber daya yang
mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan
sehingga memberikan nilai tambah.
Pasal 4 : Dengan adanya pengelolaan sampah secara baik dan
benar diharapkan dapat mengurangi resiko timbulnya
penyakit, pencemaran lingkungan dan meningkatkan
pendapatan.
Pasal 5 : Pemerintah Daerah berkewajiban menumbuh
kembangkan kesadaran masyarakat untuk mau
mengolah sampahnya sendiri dengan memberikan
penyuluhan dan bantuan peralatan serta membantu
peralatannya.

31
Pasal 6 : Cukup Jelas

Pasal 7 : Cukup Jelas

Pasal 8 : Cukup Jelas


Pasal 9 : Cukup jelas
Pasal 10 : Cukup Jelas

Pasal 11 : Cukup Jelas

Pasal 12 : Cukup Jelas

Pasal 13 : Cukup Jelas

Pasal 14 : Cukup Jelas

Pasal 15 : Cukup Jelas

Pasal 16 : Cukup Jelas

Pasal 17 : Cukup Jelas

Pasal 18 : Cukup Jelas


Pasal 19 : Kawasan pemukiman adalah suatu wilayah dimana
terdapat individu atau sekelompok orang yang
bertempat tinggal dan melakukan segala aktifitasnya.
Kawasan komersial berupa, antara lain, pusat
perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, perkantoran,
restoran dan tempat hiburan.
Kawasan industri merupakan kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan
dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki ijin usaha kawasan industri.

32
Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat
khusus yang digunakan untuk kepentingan nasional/
berskala nasional misalnya, kawasan cagar budaya,
taman nasional, pengembangan industri strategis dan
pengembangan teknologi tinggi.
Fasilitas Sosial berupa, antara lain, rumah Ibadah, Panti
asuhan dan Panti sosial
Fasilitas Umum berupa antara lain terminal angkutan
umum, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan
udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,
jalan dan trotoar.
Yang termasuk fasilitas lain adalah fasilitas yang tidak
termasuk kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan Khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, antara
lain rumah tahanan, Lembaga Pemasyarakatan rumah
sakit, klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, kawasan
pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat dan
pusat kegiatan olah raga.
Pasal 20 : Cukup Jelas
Pasal 21 : Cukup Jelas
Pasal 22 : Cukup Jelas
Pasal 23 : Cukup Jelas
Pasal 24 : Cukup Jelas
Pasal 25 : Cukup Jelas
Pasal 26 : Cukup Jelas
Pasal 27 : Cukup Jelas
Pasal 28 : Cukup Jelas
Pasal 29 : Cukup Jelas
Pasal 30 : Cukup Jelas
Pasal 32 : Cukup Jelas

33
Pasal 33 : Cukup Jelas
Pasal 34 : Cukup Jelas
Pasal 35 : Cukup Jelas
Pasal 36 : Cukup Jelas
Pasal 37 : Cukup Jelas
Pasal 38 : Cukup Jelas
Pasal 39 : Cukup Jelas
Pasal 40 : Cukup Jelas
Pasal 41 : Cukup Jelas
Pasal 42 : Cukup Jelas
Pasal 43 : Cukup Jelas
Pasal 44 : Cukup Jelas
Pasal 45 : Cukup Jelas
Pasal 46 : Cukup Jelas
Pasal 47 : Cukup Jelas
Pasal 48 : Cukup Jelas
Pasal 49 : Cukup Jelas

Pasal 50
Ayat (1) : Cukup Jelas

Ayat (2) huruf a : Paksaan Pemerintahan merupakan suatu tindakan


hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk
memulihkan kualitas lingkungan dalam keadaan semula
dengan beban biaya yang ditanggung oleh pengelola
sampah yang tidak mematuhi ketentuan dalam
peraturan daerah yang telah ditetapkan.

34
huruf b : Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan
dalam jumlah tertentu oleh pengelola sampah yang
melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah sebagai
pengganti dari pelaksanaan sanksi paksaan
pemerintahan.
huruf c : Cukup Jelas
Pasal 51 : Cukup Jelas
Pasal 52 : Cukup Jelas
Pasal 53 : Cukup Jelas
Pasal 54 : Cukup Jelas
Pasal 55 : Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 2

35

Anda mungkin juga menyukai